Upload
hamdan-hariawan
View
224
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 1/28
RESUME E-LEARNING SUFOKASI DAN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN SUFOKASI
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6
1.
2.
3.
Gatra SatriaKristina Blandina Wea
Maria Nining Kehi
131311123047131311123049
131311123060
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 2/28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Menururt Sloane (2004) Asfisia atau sufikasi adalah suatu kondisi hipoksia dan
hiperkapnea akibat ketidak cukupan ventilasi pulmonary. sedangkan menurut Ika (2008)
Suffocation (asfiksia) atau Choking (tersedak), Tersedak ( suffocation atau asphyxiation)
adalah keadaan kekurangan oksigen akibat gangguan dalam bernafas. Suffocation bisa
terjadi jika sumber udara terhambat/terhenti contoh pada klien tenggelam atau kepalanya
terbungkus plastik. Suffocation juga bisa disebabkan oleh adanya benda asing di saluran
nafas atas yang menghalangi udara masuk ke paru-paru. Jika klien tidak segera ditolong
bisa terjadi henti nafas dan henti jantung serta kematian. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Sufokasi merupakan bentuk asfiksia akibat obstruksi pada saluran udara
menuju paru-paru yang bukan karena penekanan pada leher atau tenggelam.
B. Klasifikasi
Untuk mengetahui klasifikasi dari sufokasi, terlebih dahulu kita mengenal klasifikasi
asfiksia sehingga lebih mudah memahami sufoksia dan klasifikasinya. Adapun jenis dari
asfiksia adalah sebagai berikut:
Secara fisiologis dapat dibedakan empat bentuk asfiksia (sering disebut anoksia) :
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 3/28
2. Anoksia anemia (anaemic anoxia )
Dimana tidak cukup hemoglobin untuk membawa oksigen. Ini didapatkan pada
anemi berat dengan pendarahan yang tiba-tiba.
3. Anoksia hambatan (stagnant anoxia )
Tidak lancarnya sirkulasi darah yang membawa oksigen. Ini bisa karena gagal
jantung, syok, dan sebagainya. Dalam keadaan ini tekanan oksigen cukup tinggi,
tetapi sirkulasi darah tidak lancar.
4. Anoksia jaringan (histotoxic anoxia )
Gangguan terjadi di dalam jaringan sendiri, sehingga jaringan atau tubuh tidak
dapat menggunakan oksigen secara efektif.
Sehingga setelah kita mengetahui sufokasi yang merupakan bagian dari penyebab
asfiksia maka inilah klasifikasi dari sufokasi
Suffocation (Sufokasi)
Sufokasi merupakan bentuk asfiksia akibat obstruksi pada saluran udara
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 4/28
kecelakaan, yaitu karena adanya makanan, tulang, biji-bijian atau cairan yang
diaspirasi dari saluran pernafasan sehingga menyebabkan asfiksia parsial.
3. Penekanan pada dada: Keadaan ini sering terjadi akibat kecelakaan dan jarang
sekali merupakan upaya pembunuhan. Pada kasus pembunuhan maka akan
tampak tanda-tanda perlawanan. Penekanan pada dada akan disertai dengan
cedera dada dan fraktur tulang iga.
4. Inhalasi gas-gas berbahaya. Gas yang sering terhirup adalah karbon dioksida,
karbon monoksida dan sulfur dioksida. Hal ini bisa disebabkan karena
kecelakaan ataupun bunuh diri. Jika seluruh ruangan penuh berisi gas yang
berbahaya, akan mengakibatkan sufokasi yang fatal.
C. Penyebab
Banyak sekali pendapat tentang penyebab dari kondisi sufokasi ini, menurut Muttaqin
(2010) adalah
1) Benda - benda menyumbat jalan nafas
2) Kepal dimasukkan ke dalam kantong plastik tertutup yang diikat dibagian leher
3) Tidak sengaja bersembunyi didalam lemari es atau korban masuk ke dalam selokan
yang pengap atau sumur yang kering (sering terjadi pada anak - anak )
4) Berada di pegunungan dimana tekanan oksigen sanagat rendah
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 5/28
2. Tempat tidur dan kasur: Bayi yang diletakkan ditempat tidur dengan selimut
dan sprei yang dimasukkan ke dalam kasur dapat terperangkap dan tidak bias
membebaskan diri. Bantal bayi yang berisi manik-manik busa plastik yang
menyerupai kantong kacang kecil dapat menyebabkan sufokasi apabila bantal
tersebut menyesuaikan bentuk wajah dan menghambat jalan napas. Terdapat
potensi bahaya apabila orang dewasa tidur bersama bayi kecil karena mereka bias
saja berguling dan membekap bayi.
3. Kantong plastik: Kantong plastic sangat ringan dan dapat dengan mudah dan
cepat membungkus kepala bayi yang aktif atau menekan wajah. Maka dari itu,
bantal dan kasur lebih baik tidak dibungkus menggunakan plastic. Anak yang
lebih besar dapat bermain dengan kantong plastic dan secara tidak sengaja
menariknya ke kepala mereka. Karena plastic tidak berpori maka sufokasi dapat
terjadi dalam waktu hitungan menit.
4. Tali: Sangat berpotensi untuk menyebabkan bayi tercekik yang berakibat
asfiksia. Serbet atau lap makan harus dilepas saat tidur dan barang seperti dot
tidak boleh digantungkan dengan tali di leher bayi. Mainan bertali seperti telepon
atau mainan yang diikat ditempat tidur berbahaya karena dapat mengikat ataumenjerat sekeliling leher bayi. Sebagai tindakan kewaspadaan maka semua tali
panjangnya harus kurang dari 30 cm, mainan harus tergantung cukup tinggi
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 6/28
c) Keracunan
Bahan yang menimbulkan depresi pusat pernafasan misalnyabarbiturat,
narkotika.
D. Patologi
Dari pandangan patologi, kematian akibat asfiksia dapat dibagi dalam dua golongan :
1. Primer (akibat langsung dari asfiksia)
Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh tubuh, tidak tergantung pada tipe
dari asfiksia. Sel-sel otak sangat sensitif terhadap kekurangan O2. Bagian -
bagian otak tertentu membutuhkan lebih banyak O2, dengan demikian bagian
tersebut lebih rentan terhadap kekurangan oksigen. Perubahan yang
karakteristik terlihat pada sel-sel serebrum, serebelum dan ganglia basalis. Di sini sel-
sel otak yang mati akan digantikan oleh jaringan glial, sehingga pada
organ tubuh yang lain yakni jantung, paru-paru, hati, ginjal dan yang lainnya
perubahan akibat kekurangan O2 langsung atau primer tidak jelas.
2. Sekunder (berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi dari tubuh)
Jantung berusaha mengkompensasi keadaan tekanan oksigen yang rendah
dengan mempertinggi outputnya akibatnya tekanan arteri dan vena meninggi
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 7/28
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 8/28
Bernapas dalam ruang tertutup
Kepala tertutup kantong plastik/ kain
Menghirup udara yg kotor/busuk/
lembab
Bernapas dalam selokan/ pegunungantinggi
Tidak ada/ tidak cukup O2 dapat masuk
ke paru-paru
Anoksia jaringan
( Histotoxic Anoxia)
Hambatan mekanik dalam/ luar jalan
napas
Gagal jantung, syokPembekapan
Gantung diri
Penjeratan
Pencekikan
Pemitingan/korpus alineum dalamtenggorokan
Gangguan Jaringan
Anoksia Anoksi – Asfiksia Mekanik
(Mechanical Asphyxia)Anoksia Hambatan
( Stagnant Anoxia)
Anoksia Anoksi – Asfiksia Murni
(Suffocation)
PaO2 tinggi, sirkulasi tidak
lancar
Asfiksia
Ketersediaan O2 dalam
sirkulasi ↓
Suplai O2 terhambat
Suplai O2 ke paru ↓ Asidosis Respiratorik
Bersihan jalan napas tidak efektif
Kepala tertutup kantong/kain
(Smoothering )
Tersedak benda asing
(Gauging&Choking )
makanan/minuman (susu)
Kekurangan Oksigen dalam tubuh &
Kadar CO2 meningkat
Gangguan metabolisme & perubahan
asam basa
Paru – paru terisi cairan
Suplai O2 dalam darah ↓
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 9/28
Sumber WOC Sufokasi :
1. Nuraif, Amin Huda & Hardhi Kusuma ,( 2013), Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan diagnosa medis & NANDA NIC- NOC Edisi Revisi, Jilid 1. MediAction Publishing: Yogyakarta
2. Budiyanto, 1997. Ilmu Kedokteran Forensik . Bagian Kedokteran Forensik FKUI ;3.
Abdul M. I, 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik . Binarupa Aksara; Jakarta
Barat.
WOC SUFOKASI-ASFIKSIA
Napas cepat
Kerusakan OtakResiko Ketidakseimbangan Suhu
tubuh
Apnea
Tekanan Darah ↓, Nadi ↑, Napas cuping
hidung
Ketidakefektifan pola napas
Gangguan perfusi ventilasi
Kematian Bayi
Resiko sindrom kematian mendadak
bayi mendadak
Napas Cuping hidung, Sianosis,
Hipoksia, akral teraba dingin
Gangguan Pertukaran gas
Resiko Cedera
Proses keluarga terhenti
Bayi tidak bereaksi terhadap
rangsangan, lemas & nafas tdk
teratur
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 10/28
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 11/28
4) Melakukan metode head – tilt/ chin-lift untuk membuka nafas yang akan
membawa lidah ke depan.5) Menghapus setiap benda asing yang terlihat dari mulut.
6)
Asisten harus melonggarkan setiap pakaian dalam yang ketat untuk
meningkatkan sirkulasi dan pergi untuk meminta bantuan
7) Gunakan selimut,pakaian atau bahan lain untuk menjaga korban agar tetap
hangat dan kering.
8) Lanjutkan ventilasi buatan sampai terjadi hal – hal berikut :
1. Pernafasan spontan
2.
Tenaga kesehatan datang membantu
3. Dokter mengucapkan bahwa korban telah meninggal dunia.
4. Anda yang lelah secara fisik tidak dapat melanjutkan
9) Jangan melawan korban saat upaya untuk bernafas.
10) Setelah korban pulih,terus - menerus memantau kondisi korban karena
pernafasan dapat berhenti lagi.
11) Menjaga korban dan mengobati korban pada kondisi syok.
Dasar
Berupa bantuan dasar hidup atau sering disebut sebagai BLS,meliputi pembebasan
Airway atau jalan nafas Penanganan yang spesifik pada klien dengan tersedak apabila
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 12/28
7. Bila korban terbaring,korban dipangku oleh penolong lalu dengan 2 atau 3 jari
saja lakukan penekanan pada perut bagian atas dan lakukan penekanan kearah bawah atas agar benda asing terdorong keluar.
8.
Perhatikan tekanan sesuai dengan keadaan fisik anak.
Tindakan Heimlich pada bayi atau pada anak dibawah usia lima tahun dilakukan
dengan cara segera :
1. Menelentangkan penderita di pangkuan penolong.
2. Berikan pukulan ringan namun cepat pada punggung penderita diantar kedua
tulang beilikat sebanyak 4 kali.
3. Lakukan upaya ini hingga beberapa kali hingga penolong yakin benda asing
penyebab tersedak telah keluar yang ditandai dengan membaiknya kesadaran
penderita,tak tersumbatnya pernafsan yang mengakibatkan rasa lega saat
bernafas,hilangnya bunyi mengi pada saat bernafas.
Tindakan Heimlich pada anak usia 4 tahun hingga anak usia 14 -15 dilakukan dengan
cara :
1. Bila korban masih bisa berdiri,penolong berada di belakang korban.
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 13/28
9. Letakan kedua telapak tangan dibawah tulang belikat.
10.
Lakukan penekanan tangan dangan kuat dan cepat kearah dada atas sekitar empatkali.
11.
Lakukan berulang kali dengan interval istirahat sekitar setengah menit hingga
penderita sadar.
12. Bila penderita muntah,bersihkan mulut penderita.
13.
Tapi bila kesemua tindakan darurat tersebut tidak berhasil,maka segera rujukan ke
rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Bila klien anak – anak maka dilakukan tindakan chest trush :
1. Tanyakan pada klien tersedak atau tidak (pasien biasanya tidak menjawab dengan
tangan memegangi leher)
2. Berdiri di belakang anak lingkarkan lengan di dada penderita.
3. Buat kepalan dengan sisi jempol di sebelah dalam,letakkan diatas garis tengah
diatas dada penderita.
4. Genggam kepalan dangan tangan yang lain dan jauhkan dari processus xyfoideus
dan pinggir tulang rusuk.
5.
Tekan dada ke belakang,ulangi hentakkan samapai berhasil atau penderita sampai
tidak sadar Perhatikan kekuatan tekanan sesuai keadaan fisik anak
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 14/28
3) Pindahkan bantal,selimut,boneka mainan,ayunan bayi/bantalan dan produk lunak
lainnya dari tempat tidur anak.
4) Pastikan bahwa tiadak ada celah diantara tempt tidur bayi dengan kasurnya
sehingga dapat di gunakan bersembunyi bayi.
5) Periksa jarak antar bilah boks untuk memastikan bahwa tubuh bayi tidak dapat
meluncur melalui lubang.
6) Bilah boks sebaiknya tidak boleh lebih dari 2 atau 3/8 inci
7) jangan biarkan anak - anak dibawah 3 tahun untuk makan - makanan kecil,bulat
atau keras termasuk hotdog,permen,kacang - kacangan,anggur dan popcorn.
8) Jangan berikan makanan yang dapat di pecah menjadi bagian - bagian yang besar.
9) Awasi anak saat makan dan pastikan anak diam saat makan.
10) Anak yang sedang menangis jangan diberi makan.
11) Selalu mengawasi anak - anak saat mereka makan dan menjaga benda - benda
kecil yang potensial bahaya diluar jangkuan mereka.
12) Pastikan bhwa anak - anak bermain dengan mainan yang sesuai dengan usia,sesuai
dengan label keselamatan dan memeriksa kerusakan mainan lama dan baru secara
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 15/28
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BAYI “X” DENGAN SUFOKASI
DI RUANG IRD RS Dr. SOETOMO SURABAYA
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : By X
Umur : 7 minggu
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Darma Husada
No.Reg : 345xxx
Tgl MRS : 26 Mei 2014 Jam: 10.00 WIB
Tgl Pengkajian: 26 Mei 2014 Jam: 10.03 WIB
Penanggungjawab Klien
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 16/28
tidur dan selimut menutup seluruh mulut dan hidung bayi. Karena panik Nn. T
langsung membawa klien ke RS. Dr. Soetomo yang letaknya tidak jauh dari
rumah klien. Klien dibawa ke IRD oleh pengasuh tanpa menghubungi Ibu
klien terlebih dahulu yang sedang bekerja. Tiba di IRD Rumah Sakit pukul
10.00 WIB klien mendapatkan tindakan medis oleh tim kesehatan, dan klien
terdiagnosa Asfiksia oleh dokter yang menangani klien di IRD.
b. Riwayat penyakit dahulu : Nn. N mengatakan klien tidak memiliki penyakit
apapun sejak lahir.
c. Riwayat penyakit keluarga : Nn. N mengatakan tidak mengetahui penyakit
keluarga klien karena Nn.N hanya pengasuh dari klien dan kakak klien yang
berumur 3 tahun.
4. Primary Survey (ABCD)
a. Airway: klien nampak tercekik, bibir klien biru, nampak susu yang tumpah
disekitar hidung dan bibir klien, serta cairan putih susu pada jalan napas
bagian dalam klien
b. Breathing: nampak pernapasan cuping hidung, irama pengembangan paru/
dada tidak teratur, tampak kesulitan mengeluarkan suara, pengembangan paru
simetris (look ), penurunan bunyi napas, suara napa tambahan (stridor dan
ronkhi basah)(listen ), terasa hembusan napas namun khas biot diselingi
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 17/28
tetapi lemah 83 x/ menit, CRT 1 detik, telapak tangan pucat dan
kebiruan. Bunyi jantung tunggal BJ I dan BJ II akan tetapi melemah.
B3 (Brain): GCS: E1/V2/M2, Kesadaran: semikoma, Pemeriksaan
reflek: bayi tidak merespon terhadap stimulus (negatif)
B4 (Bladder): Klien Tidak terpasang kateter, klien belum BAK
selama di rumah sakit, tanpa distensi pada kandung kemih
B5 (Bowel ): masih pernapasan perut , bentuk abdomen flat, tidakterdapat jejas, Bising usus positif x/menit, terdengar timpani, dan
tidak ada kelainan
B6 (Bone ): klien lemas
Pemeriksaan penunjang:
1.
BGA ( Blood Gas Artery) pada tanggal 26 Mei 2014 pukul 10.15 WIB pH :7, 20
PaCO2 :30
HCO3- :20mEq/L
BE :-1
Kesimpulan klien mengalami Asidosis respiratorik
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 18/28
Analisis data
Symptom Etiologi Problem
DS :
Pengasuh klien mengatakan
tiga jam sebelumnya klien
diberi susu melalui dot danditidurkan miring diatas
tempat tidur busa oleh
dengan posisi masih
menyusu.
Saat ditengok klien tidak
berespon, lemas, dan nafas
tidak teratur, bibir sudah biru,wajah bayi tertelungkup pada
tempat tidur dan selimut
menutup seluruh mulut dan
hidung bayi
DO :
Nafas tidak teratur
Mulut dan hidung serta
wajah tertutup kain
Sufokasi
Kadar O2 dalam tubuh
menurun dan CO2 meningkat
Hipoventilasi
Pola nafas tidak efektif
Pola nafas tidak efektif
Ds:Saat ditemukan klien lemas,
Ketidakefektifan bersihan
jalan napas Kepala tertutup
k t /k i
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 19/28
rreguler.
Listen :terdengar
suara nafas lemah akankadang menghilang,
terdengar adanya stridor.
Feel : hembusan nafas ada
Secondary sur vey
B1 (Breathing )terdengar stridor,terdengar
ronchi, terdengar sonor ,
tidak ada kelainan
Ds: Nn. N mengatakan setelah
ditinggal sejam , klien
ditemukan bibir biru, lemas
tidak berespon sama sekali
Do:Primary Survey
CIRCULATION
Nadi brachialis masih teraba
tetapi tidak begitu kuat 83x/
menit, bibir biru, akral
digin.
Secondary Sur vey
Breathing (B1)SpO2 82%
1) Hasil pemeriksaan
laboratorium tanggal 26
Mulut dan hidung serta
wajah tertutup kain
Sufokasi
Paru – paru terisi cairan
Kadar O2 dalam tubuh
menurun dan CO2 meningkat
Gangguan metabolisme &
perubahan asam basa
Ganguan Pertukaran gas
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 20/28
Saat ditengok klien tidak
berespon, lemas, dan nafas
tidak teratur, bibir sudah biru,
wajah bayi tertelungkup pada
tempat tidur dan selimut
menutup seluruh mulut dan
hidung bayi
DO :
Klien lemas, napas tidak beraturan
Bibir klien biru (sianosis),
wajah dan hidung bayi
tertutup kain yang digunakan
untuk menyangga botol susu,
keadaan Kasur busa sebagai
alas bayi tidur.
menurun dan CO2 meningkat
Gangguan difusi
O2 dalam darah menurun
Sianosis
Lemas
Janin tidak bereaksi terhadap
rangsangan: semikomatus
Resiko kematian bayi
mendadak
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nadas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi.
2.
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan aspirasi susu pada jalan napas
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli,
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 21/28
b. Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan.
c. Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan pemakaian alan bantu
nafas
e. Siapkan pasien untuk ventilasi mekanik bila perlu.
f. Kolaborasi pemberian oksigenasi sesuai kebutuhan.
2.
Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan oksigen dalam darah menurun
Tujuan : Klien memperlihatkan perfusi perifer yang adekuat
Kriteria hasil :
a.
Nadi perifer meningkat
b. Kulit dan dan bibir idak pucat (sianosis)
c. CRT< 2 detik
Intervensi :
a. Kaji status mental klien secara teratur.
b. Catat adanya penurunan kesadaran
c. Kaji takipnea, sianosis, pucat, kulit lembab.
d. Kaji kekuatan nadi perifer.
e. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi.
3. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan aliran darah ke
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 22/28
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 23/28
Intervensi Keperawatan lanjutan:
1 Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Defenisi: ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi
dari saluran pernapasan untuk
mempertahankan kebersihan jalan napas
Batasan Karakteristik:
Tidak ada batuk
Suara napas tambahan
Perubahan frekuensi napas
Perubahan irama napas
Sianosis
Kesulitan berbicara/ menangis atau
mengeluarkan suara
Penurunan bunyi napas
Dispnea
Batuk tidak efektif
Ortopnea
Gelisah/ iritabel dan lemas
Mata terbuka lebar
Faktor – faktor yang berhubungan :
Obstruksi Jalan Napas :
NOC:
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status: Airway patency
Kriteria Hasil:
Suara napas bersih, tidak ada sianosis dan
dispnea (mempu bernapas dengan mudah,
tidak ada purse lip)
Menunjukkan jalan napas yang paten
(klien tidak tampak tercekik, wajah tidak
kebiruan, irama napas teratur dan baik,
frekuensi dalam dalam rentang normal,
tidak ada suara napas abnormal)
Mampu mengidentifikasi dan mencegah
faktor yang dapat menghambat jalan
napas
NIC:
Airway Suction:
Pastikan kebutuhan oral/ trakeal
suction
Auskultasi suara napas sebelum
dan sesudah suctioning
Informasikan pada keluarga
tentang tindakan suctioning
Berikan O2 dengan menggunakan
nasal untuk memfasilitasi suction
nasotrakeal
Monitor status oksigen klien
Ajarkan keluarga bagaimana cara
melakukan suction
Hentikan suction dan berikan
oksigen apabila klien
menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2 dll
Airway management:
Buka jalan napas, gunakan teknik
chin lift atau jaw thrust bila perlu
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 24/28
- Materi asing dalam jalan napas
(susu)
Posisikan klien untuk
memaksimalkan ventilasi
Identifikasi klien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan cairan dengan suction
Auskultasi suara napas, catat
adanya suara tambahan
Lakukan suction pada mayo
Monitor respirasi dan status O2
2 Gangguan pertukaran gas
Defenisi : kelebihan atau defisit pada
oksigenasi dan atau elminasi
karbondioksida pada membran alveolar
– kapiler
Batasan Karakteristik:
pH darah arteri abnormal
Pernapasan abnormal (kecepatan,
irama, kedalaman)
Warna kulit abnormal (pucat,
NOC:
Respiratory status : Gas Exhange
Respiratory status : ventilation
Vital sign status
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan peningkatan
ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
Memelihara kebersihan paru – paru dan
bebas dari tanda – tanda distres
pernapasan
NIC:
Airway Management
Buka jalan napas, gunakan teknik
chin lift atau jaw thrust bila perlu
Posisikan klien untuk
memaksimalkan ventilasi
Identifikasi klien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
buatan
Pasang mayo bila perlu
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 25/28
kehitaman)
Konfusi
Sianosis
Hiperkapnea
Hipoksia
Iritabel
Napas cuping hidung
Somnolen, lemas, tidak berespon
terhadap rangsang
Faktor yang berhubungan:
Perubahan membran alveolar-kapiler
Ventilasi perfusi
Menunjukkan suara napas bersih tidak
ada sianosis dan dispnea
Tanda vital dalam rentang normal
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan cairan dengan suction
Auskultasi suara napas, catat
adanya suara tambahan
Lakukan suction pada mayo
Monitor respirasi dan status O2
Respiratory Monitoring:
Monitor rata – rata, kedalaman,
irama dan usaha respirasi
Catat pergerakan dada, amati
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, reaksi otot
supraklavikular dan intercostal
Monitor suara napas, sepeti
dengkur
Monitor pola napas: bradipnea,
takipnea, kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan otot diafragma
(gerakan paradoks)
Auskultasi suara napas, catat area
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 26/28
penurunan/ tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi crackles
dan ronkhi pada jalan napas utama
Auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui
hasilnya
Ketidakefektifan pola napas
berhubungan dengan
Defenisi: inspirasi/ ekspirasi yang tidak
memberi ventilasi
Batasan Karakteristik:
Perubahan dalam pernapasan
Perubahan ekskursi dada
Dispnea
Penurunan kapasitas vital
Ortopnea
Faktor yang berhubungan :
Hipo/hiperventilasi
Posisi tubuh
NOC:
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway Patency
Vital sign status
Kriteria Hasil:
Mendemostrasikan jalan napas paten dan
suara napas bersih tanpa sianosis dan
dispnea
Tanda – tanda vital dalam rentang normal
NIC:
Airway Management
Monitor respirasi dan status O2
Oxygen therapy
Pertahankan jalan napas yang
paten
Observasi tanda – tanda adanya
hipoventilasi
Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
Monitor adanya pola pernapasan
abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembapan kulit
8/11/2019 RESUME E_LEARNING SUFOKASI KLP 6.docx
http://slidepdf.com/reader/full/resume-elearning-sufokasi-klp-6docx 27/28
Monitor sianosis perifer
4 Resiko sindrom kematian bayi
mendadak
Defenisi: terdapat faktor resiko
kematian bayi berusia di bawah 1 tahun
secara mendadak
Faktor Resiko:
Bayi yang minum susu dalam posisi
miring
Bayi yang tidur dengan tertutup
dengan kain
Alas tempat tidur yang terlalu empuk
(benda yang lentur dilingkungan
tempat tidur)
Tidak dapat diubah:
Bayi usia 2-4 bulan (7 minggu)
NOC:
Parent infant Attachment
Parenting performance
Preterm infant organization
Kriteria Hasil:
Menjaga kemanan atau mencegah cidera
fisik anak dari lahir hingga usia 2 tahun
RR 30 – 60 x/menit
Saturasi oksigen lebih dari 85 %
Tidak ada perubahan warna kulit bayi
Tidak terjadi termoregulasi
Mengatur posisi terlentang bayi saat
tidur
Mengidentifikasi faktor keamanan yang
tepat yang melindungi individu atau anak
dari sindrom kematian bayi mendadak
Mampu berinteraksi dengan pengasuh
NIC:
Teaching : Infant Safety 0-3 mount
Ajarkan orang tua atau pengasuh
menggunakan temapat makan
yang aman
Ajarkan untuk mengubah posisi
bayi terlentang saat tidur
Ajarkan untuk tidak menggunakan
kasur busa atau selimut/kain atau
bantal pada tempat tidur bayi
Kaji faktor resiko prenatal seperti
usia terlau muda dan pekerjaan
ibu
Ajarkan ibu dan pengasuh untuk
tidak meninggalkan bayi sendiri
dalam waktu lama
Parent Education: infant
Beri materi pendidikan kesehatan
yang berhubungan dengan strategi
dan tindakan untuk mencegah