119
RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR SKRIPSI DITTA NIRMALA F34070046 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

RENCANA BISNIS

INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR

SKRIPSI

DITTA NIRMALA

F34070046

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 2: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

Business Plan of Chocolate Bar Industry in Bogor

Aji Hermawan, Erliza Hambali, and Ditta Nirmala

Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology,

Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO BOX 220, Bogor, West Java,

Indonesia.

Phone: 08568321259, e-mail: [email protected]

ABSTRACT

Cacao is an important agroindustrial product of Indonesia. Most of Indonesian cacao is

exported in form of cacao beans. In contrast, the market of processed cacao such chocolate bars is

filled by imported products. The purpose of this research is to make a business plan of chocolate bar

company. The research scope includes studying market and marketing aspect, technological aspect,

management and organizational aspect, and also financial aspect of a chocolate bar company in

Bogor. The data collection methods used are interviews and documents and other secondary data

collections. The data are mainly analized using investment analysis such as NPV, IRR, payback

period, and risk analysis.

The chocolate bar company is located in Cijeruk, Bogor, considering the access to available

milk supply as an important raw material, while the location also has satisfactory infrastructure,

human resource, and access to markets. The factory capacity is 1000 kg per day. The main raw

materials are cocoa liquor and cocoa butter, supplied from a company from Tangerang. The

company needs 33 workers. In terms of environment concerns, the company will only produces very

small number of solid and liquid waste, which are safe for environment. The total investment needed

is Rp. 6.737.746.660,- consisting of fixed asset investment Rp. 5.825.673.700,- and working capital

Rp. 912.072.960,-. The NPV value is positive Rp. 5.387.822.787,-. The IRR is 22 percent. The Net B /

C value is 1,80. The Payback period is 5,66 years. The investment figures show that the company is

feasible to set up.

Keywords: Business Plan, Cacao, Chocolate Bar

Page 3: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah

bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali. 2011.

RINGKASAN

Prospek industri pengolahan kakao menjadi barang setengah jadi atau barang yang siap

dikonsumsi sangat besar dilihat dari perkembangan industri hilir olahan kakao seperti industri cokelat

batangan. Hal ini akan diperkuat apabila pasar domestik yang diisi oleh produk impor dapat direbut

oleh industri nasional. Selain itu, pendirian industri ini penting dikarenakan mayoritas produk cokelat

batangan yang berada di pasaran merupakan produk cokelat batangan yang diimpor dan sebagian

besar cokelat batangan yang diproduksi di dalam negeri menggunakan bahan baku Cocoa Butter

Substitute (CBS). Sehingga diharapkan dengan pendirian industri ini dapat meningkatkan kualitas

produk cokelat batangan yang beredar di pasar lokal dan yang akhirnya bermuara pada terjadinya

peningkatan konsumsi cokelat batangan secara bertahap.

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat rencana bisnis pendirian industri berbasis cokelat

(chocolate bar). Ruang lingkup penelitian meliputi rencana pasar dan pemasaran, rencana produksi,

rencana sumber daya manusia, rencana keuangan dan manajemen resiko.

Potensi pasar untuk industri cokelat batangan ini adalah sebesar ± Rp. 48 milyar/tahun. Target

pemasaran cokelat batangan ini lebih ditujukan pada konsumen kalangan menengah dan kalangan

menengah atas khususnya masyarakat di daerah DKI Jakarta dan Jawa Barat dengan kemasan

berbahan glossy yang menarik perhatian konsumen. Penyaluran produk cokelat batangan tersebut

dengan membentuk suatu tim penjual produk cokelat batangan yang menawarkan secara langsung

produk ini kepada konsumen dan perusahaan menggunakan counter khusus cokelat yang berdekatan

dengan lokasi produksi cokelat batangan.

Kapasitas produksi industri cokelat batangan ini adalah 1.000 kg (8.334 kotak) per hari dengan

bahan baku, antara lain lemak cokelat, pasta cokelat, susu sapi segar, dan gula pasir sebanyak 1.000

kg per hari. Penentuan kapasitas bahan baku yang dipakai berdasarkan pada ketersediaan bahan baku,

kapasitas maksimal mesin yang digunakan dan pangsa pasar yang tersedia. Industri ini direncanakan

didirikan di Cijeruk, Bogor berdasarkan faktor kedekatan dengan salah satu sumber bahan baku yaitu

susu cair segar yang berasal dari peternak sapi. Industri ini dijalankan oleh 33 orang tenaga kerja

dengan deskripsi kerja masing-masing dengan luas pabrik sekitar 2.000 m2. Industri ini menghasilkan

limbah padat dan limbah cair yang relatif kecil bahkan tidak berbahaya bagi lingkungan. Limbah

padat yang dihasilkan adalah sisa adonan yang tercecer di lantai ketika akan memasukkan adonan

cokelat ke dalam mesin pencampuran. Limbah padat ini akan terurai secara alamiah dan tidak

berbahaya bagi lingkungan, sehingga dapat dibuang langsung ke lingkungan. Limbah cair yang

dihasilkan karena adanya proses pencucian peralatan produksi dan limbah domestik berasal dari

kegiatan sanitasi (MCK) pabrik yang dapat ditangani dengan menggunakan septic tank.

Investasi yang dibutuhkan untuk mendirikan industri cokelat batangan ini sebesar Rp.

6.737.746.660,- yang terdiri dari biaya investasi tetap sebesar Rp. 5.825.673.700,- dan biaya modal

kerja sebesar Rp. 912.072.960,- pada tahun pertama. Hasil analisis keuangan menunjukkan bahwa

industri cokelat batangan ini layak untuk didirikan. Berdasarkan penghitungan kriteria investasi,

diperoleh nilai NPV industri ini sebesar Rp. 5.387.822.787,-, nilai IRR-nya sebesar 22%, nilai Net

B/C-nya sebesar 1,80. Payback Period industri ini adalah selama 5 tahun 8 bulan. Titik impas selama

umur proyek industri cokelat batangan berada pada saat produksi cokelat batangan sebesar 7.652

kotak. Dari analisis sensitivitas, industri ini masih layak untuk dijalankan dengan maksimum kenaikan

Page 4: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

harga bahan baku sebesar 14% dan penurunan harga jual cokelat batangan maksimum sebesar 8%.

Dari analisis risiko nilai tukar, depresiasi rupiah akan menyebabkan penurunan laba bersih, sebaliknya

apresiasi rupiah akan menyebabkan peningkatan laba bersih. Depresiasi rupiah lebih besar dari 18%

akan menyebabkan industri cokelat batangan menjadi tidak layak untuk dijalankan.

Page 5: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

RENCANA BISNIS

INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Teknologi Industri Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh

DITTA NIRMALA

F34070046

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 6: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali
Page 7: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Rencana Bisnis

Industri Cokelat Batangan di Bogor adalah karya saya sendiri dengan arahan dari Dosen

Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2011

Yang membuat pernyataan,

Ditta Nirmala

F34070046

Page 8: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

© Hak cipta milik Ditta Nirmala, tahun 2011

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari

Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak,

fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

Page 9: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

BIODATA PENULIS

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 April 1989. Penulis

merupakan anak ke dua, putri dari pasangan Bapak Edy Suwarno dan Ibu

Sutiyah. Pada tahun 2001, penulis menyelesaikan pendidikan sekolah

dasar di SDN Jaka Setia IV. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah

menengah pertama di SLTPN 7 Bekasi pada tahun 2004. Kemudian

penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 71

Jakarta dan lulus pada tahun 2007. Setelah lulus sekolah menengah atas,

penulis melanjutkan pendidikan S1 di Departemen Teknologi Industri

Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi

Masuk IPB (USMI).

Selama masa kuliah penulis aktif menjadi asisten praktikum mata kuliah Analisis Bahan dan

Produk Agroindustri pada tahun 2010. Penulis juga aktif di sejumlah organisasi dan kepanitiaan,

diantaranya anggota KEMSI (Kesatuan Mahasiswa Bekasi) IPB (2007-sekarang), anggota UKF (Unit

Konsevasi Fauna) IPB (2007-2008), divisi humas seminar Bioenergy Agroindustry Days Departemen

Teknologi Industri Pertanian IPB (2008), sekretaris majalah “MIND” Himpunan Mahasiswa

Teknologi Industri Pertanian (Himalogin) tahun 2009, divisi humas seminar Atsiri Fair Departemen

Teknologi Industri Pertanian IPB (2009), dan divisi konsumsi Agroindustry Days Departemen

Teknologi Industri Pertanian IPB (2009).

Penulis melaksanakan praktik lapangan pada tahun 2010 dengan judul “Pengembangan

Sumber Daya Manusia di PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. – Divisi Bogasari, Jakarta”. Untuk

menyelesaikan pendidikan di Departemen Teknologi Industri Pertanian, penulis melakukan penelitian

yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul “Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor”.

Page 10: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Rencana Bisnis Industri

Cokelat Batangan di Bogor”. Skripsi ini merupakan laporan hasil penelitian yang disusun sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi

Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang tulus penulis

sampaikan kepada :

1. Dr. Ir. Aji Hermawan, M.M. dan Prof. Dr. Erliza Hambali selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah mengarahkan dan membimbing dari awal hingga selesainya skripsi ini.

2. Dr. Dwi Setyaningsih, S.TP, M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah menguji dan memberikan

saran kepada penulis guna menyempurnakan skripsi ini.

3. Keluarga tercinta, yaitu Ayah dan Ibu tersayang bapak Edy Suwarno dan ibu Sutiyah serta kakak

Ditya Brata yang selalu menjadi sandaran baik suka maupun duka, yang telah memberikan

segenap kasih sayang, doa, motivasi, semangat, dan pengorbanannya kepada penulis.

4. Ambar Rian Susanto yang tiada henti memberikan semangat, dukungan, dan bantuan kepada

penulis.

5. Sahabat-sahabatku tersayang, Tiara, Gigi, Icha, Anza, Eny, Tyas, dan Sabila yang selalu

memberikan semangat, dukungan, dan bantuan kepada penulis.

6. Amanda Caessara, Fata Qurrota Ayun, dan Kartika Sari, teman satu bimbingan yang telah

memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

7. Teman seperjuangan TIN 44 dan Wisma Puri Fikriyah yang telah memberi semangat kepada

penulis.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhirnya, penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang

nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang agroindustri.

Bogor, Agustus 2011

Ditta Nirmala

Page 11: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... x

I. PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

1.1. LATAR BELAKANG ............................................................................................... 1

1.2. TUJUAN ................................................................................................................... 2

1.3. RUANG LINGKUP ................................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 3

2.1. KAKAO ..................................................................................................................... 3

2.1.1. Karakteristik dan Morfologi Kakao................................................................... 3

2.1.2. Pengolahan Biji Kakao ..................................................................................... 5

2.1.3. Potensi dan Manfaat Produk Olahan Kakao ...................................................... 8

2.1.4. Potensi Industri Kakao Indonesia ...................................................................... 9

2.2. COKELAT BATANGAN .......................................................................................... 14

2.2.1. Definisi Cokelat Batangan ................................................................................ 14

2.2.2. Jenis Produk Cokelat Batangan ......................................................................... 15

2.2.3. Jenis Cokelat Batangan ..................................................................................... 15

2.2.4. Kandungan dan Manfaat Cokelat Batangan ...................................................... 16

2.3. RENCANA BISNIS ................................................................................................... 16

2.3.1. Definisi Rencana Bisnis ................................................................................... 16

2.3.2. Tujuan Rencana Bisnis ..................................................................................... 17

2.3.3. Isi Rencana Bisnis ............................................................................................ 17

Page 12: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

v

III. METODE PENELITIAN ................................................................................................ 20

3.1. KERANGKA PEMIKIRAN KONSEPTUAL ............................................................. 20

3.2. TATA LAKSANA ..................................................................................................... 22

IV. RENCANA PASAR DAN PEMASARAN ..................................................................... 31

4.1. POTENSI PASAR...................................................................................................... 31

4.2. ANALISIS PERSAINGAN ........................................................................................ 32

4.3. STRATEGI PEMASARAN ....................................................................................... 33

4.3.1. Segmentasi ....................................................................................................... 33

4.3.2. Penetapan Target .............................................................................................. 37

4.3.3. Penetapan Posisi ............................................................................................... 37

4.3.4. Bauran Pemasaran ............................................................................................ 37

V. RENCANA TEKNIK DAN TEKNOLOGI ...................................................................... 42

5.1. BAHAN BAKU ......................................................................................................... 42

5.2. PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI ............................................................ 44

5.3. TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI ......................................................................... 44

5.3.1. Proses Produksi ................................................................................................ 44

5.3.2. Mesin dan Peralatan.......................................................................................... 47

5.3.3. Kebutuhan Energi Listrik pada Mesin dan Peralatan ........................................ 51

5.3.4. Neraca Massa ................................................................................................... 53

5.4. PENENTUAN LOKASI PABRIK.............................................................................. 53

5.5. PERENCANAAN TATA LETAK DAN KEBUTUHAN RUANG PABRIK ............. 54

5.6. ASPEK LINGKUNGAN ............................................................................................ 63

VI. RENCANA MANAJEMEN DAN ORGANISASI .......................................................... 65

6.1. ASPEK LEGALITAS ................................................................................................ 65

6.1.1. Badan Usaha..................................................................................................... 65

6.1.2. Perizinan .......................................................................................................... 66

6.1.3. Pajak ................................................................................................................ 67

Page 13: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

vi

6.2. KEBUTUHAN TENAGA KERJA ............................................................................. 67

6.3. STRUKTUR ORGANISASI ...................................................................................... 70

6.4. DESKRIPSI PEKERJAAN ........................................................................................ 71

VII. RENCANA KEUANGAN ............................................................................................ 73

7.1. ASUMSI PERHITUNGAN KEUANGAN ................................................................. 73

7.2. BIAYA INVESTASI .................................................................................................. 74

7.3. PERHITUNGAN DEPRESIASI ................................................................................. 75

7.4. PRAKIRAAN BIAYA PRODUKSI DAN PENERIMAAN........................................ 75

7.5. PROYEKSI LABA RUGI .......................................................................................... 76

7.6. PROYEKSI ARUS KAS ............................................................................................ 77

7.7. KRITERIA KELAYAKAN INVESTASI ................................................................... 78

7.7.1. Net Present Value (NPV) ................................................................................. 78

7.7.2. Internal Rate of Return (IRR) ........................................................................... 78

7.7.3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ..................................................................... 79

7.7.4. Payback Period (PBP) ...................................................................................... 79

7.7.5. Break Even Point (BEP) ................................................................................... 79

7.8. ANALISIS SENSITIVITAS ....................................................................................... 79

7.9. RISIKO NILAI TUKAR ............................................................................................ 80

IX. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................ 82

10.1. SIMPULAN ............................................................................................................. 82

10.2. SARAN ................................................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 83

LAMPIRAN ......................................................................................................................... 85

Page 14: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Standar mutu biji kakao berdasarkan jumlah biji/100 gram ................................... 7

Tabel 2.2. Persyaratan mutu standar biji kakao sebagai bahan baku cokelat .......................... 7

Tabel 2.3. Daftar industri pengolahan kakao di Indonesia ..................................................... 10

Tabel 2.4. Standar nasional Indonesia biji kakao ................................................................... 12

Tabel 2.5. Volume dan nilai ekspor biji kakao dan kakao olahan .......................................... 13

Tabel 2.6. Volume dan nilai impor biji kakao dan kakao olahan............................................ 14

Tabel 3.1. Jenis data, sumber, dan metode pengumpulan data yang diperlukan ..................... 23

Tabel 4.1. Jumlah penduduk Indonesia dan setiap provinsi tahun 2010 ................................. 34

Tabel 4.2. Jumlah penduduk DKI Jakarta menurut kelompok usia dan jenis kelamin

tahun 2010 .......................................................................................................... 35

Tabel 4.3. Jumlah penduduk Jawa Barat menurut kelompok usia dan jenis kelamin

tahun 2010 .......................................................................................................... 35

Tabel 4.4. Pendapatan rata-rata buruh/karyawan/pegawai sebulan menurut

provinsi tahun 2010 ............................................................................................. 36

Tabel 5.1. Kebutuhan energi listrik pada mesin dan peralatan produksi cokelat batangan ...... 52

Tabel 5.2. Lembar kerja untuk diagram keterkaitan antar aktivitas ........................................ 57

Tabel 5.3. Hasil perhitungan total closeness rating (TCR) untuk menentukan pusat

aktivitas ............................................................................................................... 58

Tabel 5.4. Kebutuhan ruang produksi ................................................................................... 60

Tabel 5.5. Kebutuhan luasan ruang pabrik industri cokelat batangan ..................................... 61

Tabel 6.1. Penentuan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada setiap pekerjaan ................ 68

Tabel 6.2. Kebutuhan dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan pada industri cokelat

batangan .............................................................................................................. 70

Tabel 7.1. Komponen biaya investasi tetap yang dibutuhkan dalam pendirian industri

cokelat batangan .................................................................................................. 74

Tabel 7.2. Prakiraan penerimaan industri cokelat batangan ................................................... 76

Tabel 7.3. Proyeksi laba rugi penjualan cokelat batangan dalam 10 tahun produksi............... 77

Tabel 7.4. Proyeksi arus kas industri cokelat batangan .......................................................... 78

Tabel 7.5. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku ..................................... 80

Tabel 7.6. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual cokelat batangan ................... 80

Page 15: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

viii

Tabel 7.7. Analisis sensitivitas terhadap risiko nilai tukar ..................................................... 80

Page 16: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kakao (Theobroma cacao L) .......................................................................... 3

Gambar 2.2. Tahapan pengolahan biji kakao ......................................................................... 5

Gambar 2.3. Penyebaran industri kakao di Indonesia ............................................................ 11

Gambar 2.4. Pohon industri kakao ........................................................................................ 12

Gambar 2.5. Cokelat batangan ............................................................................................. 15

Gambar 3.1. Diagram alir kerangka pemikiran penelitian...................................................... 21

Gambar 3.2. Diagram alir proses rencana pasar dan pemasaran ............................................. 25

Gambar 3.3. Diagram alir proses rencana teknik dan teknologi ............................................. 26

Gambar 3.4. Diagram alir rencana manajemen dan organisasi ............................................... 28

Gambar 5.1. Diagram alir proses produksi cokelat batangan ................................................. 47

Gambar 5.2. Mesin pengolah cokelat .................................................................................... 47

Gambar 5.3. Mesin tempering ............................................................................................... . 48

Gambar 5.4. Mesin pencetak cokelat semi otomatis .............................................................. 49

Gambar 5.5. Cetakan cokelat ................................................................................................ 50

Gambar 5.6. Mesin pengemas cokelat ................................................................................... 50

Gambar 5.7. Timbangan digital............................................................................................. 51

Gambar 5.8. Neraca massa proses produksi cokelat batangan ............................................... 53

Gambar 5.9. Pola aliran bahan dalam ruang produksi cokelat batangan ................................. 55

Gambar 5.10. Bagan keterkaitan antar aktivitas industri cokelat batangan ............................. 56

Gambar 5.11. Diagram keterkaitan antar aktivitas industri cokelat batangan ......................... 59

Gambar 5.12. Tata letak industri cokelat batangan ................................................................ 62

Gambar 6.1. Struktur organisasi industri cokelat batangan .................................................... 71

Page 17: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Tampilan cokelat batangan dan desain kemasan cokelat batangan ..................... 86

Lampiran 2. Asumsi-asumsi untuk analisis keuangan industri cokelat batangan ................... 87

Lampiran 3. Perincian kebutuhan investasi pendirian industri cokelat batangan .................... 88

Lampiran 4. Perhitungan biaya penyusutan dan pemeliharaan ............................................... 89

Lampiran 5. Komposisi biaya tetap dan biaya variabel industri cokelat batangan .................. 92

Lampiran 6. Kebutuhan biaya operasional industri cokelat batangan ..................................... 94

Lampiran 7. Rekapitulasi produksi dan proyeksi penerimaan industri cokelat batangan ........ 96

Lampiran 8. Proyeksi laba rugi industri cokelat batangan ...................................................... 97

Lampiran 9. Proyeksi arus kas industri cokelat batangan ....................................................... 98

Lampiran 10. Kriteria kelayakan investasi ............................................................................ 99

Lampiran 11. Perhitungan analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku

sebesar 13% ................................................................................................... 100

Lampiran 12. Perhitungan analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual cokelat

batangan sebesar 8% ...................................................................................... 101

Lampiran 13. Perhitungan analisis sensitivitas terhadap depresiasi rupiah sebesar

18% ............................................................................................................... 102

Page 18: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara umum, saat ini bidang pertanian nasional sudah melangkah lebih maju apabila diukur

dari produktivitas bahan mentah atau bahan baku, tetapi kemajuan tersebut belum diikuti secara

seimbang oleh kemajuan dalam tahap selanjutnya, yaitu agroindustri, perdagangan, dan pembiayaan.

Pertanian akan mampu menjadi penopang utama perekonomian nasional apabila dikembangkan

sebagai sebuah sistem yang terkait dengan industri dan jasa. Apabila pertanian hanya berhenti sebagai

aktivitas budidaya, maka nilai tambah yang diperoleh akan kecil. Seharusnya, nilai tambah pertanian

dapat ditingkatkan melalui agroindustri dan jasa berbasis pertanian.

Pengembangan agroindustri nasional diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil

pertanian. Selain itu, agroindustri memiliki peran strategis yang menghubungkan antara sektor

pertanian pada kegiatan hulu dengan sektor industri pada sektor hilir. Dengan demikian,

pengembangan agroindustri secara tepat dan baik diharapkan dapat meningkatkan jumlah tenaga

kerja, pendapatan petani, volume ekspor dan devisa yang diperoleh, pangsa pasar baik domestik

maupun internasional, nilai tukar produk pertanian, dan penyediaan bahan baku industri.

Salah satu hasil pertanian yang dapat dikembangkan melalui kegiatan agroindustri adalah kakao.

Berdasarkan analisa ekonomi sejauh ini kakao mampu menyumbang devisa bagi perekonomian

nasional sebesar US$ 1.413,4 juta, sekitar 70% diekspor dalam bentuk biji (Ditjenbun, 2010).

Indonesia pada tahun 2006 sampai 2010 tetap menjadi produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah

Pantai Gading dan Ghana dengan menguasai 6% pasar dunia dengan produksi biji kakao mencapai

535.000 ton per tahun (ICCO, 2010). Meskipun demikian, besarnya produksi bahan baku tersebut

belum diikuti dengan perkembangan industri hilir pengolahan bahan baku menjadi produk, sehingga

70% nilai ekspor kakao Indonesia adalah biji kakao (Ditjenbun, 2010). Total kapasitas terpasang

industri pengolahan kakao nasional mencapai 260.000 ton/tahun, akan tetapi kapasitas produksi

hanya 115.000 ton/tahun. Kondisi tersebut terkait erat dengan sulitnya mendapatkan biji kakao

terfermentasi lokal, rendahnya efisiensi dan efektifitas rantai tata niaga kakao serta penerapan PPN

5% biji kakao untuk industri. Akibat lain dari kurang berkembangnya industri pengolahan kakao

adalah meningkatnya nilai impor produk olahan kakao. Sebagai contoh, pada tahun 2007 impor pasta

kakao hanya sekitar 529 ton, namun pada tahun 2010 telah mencapai sekitar 2.254 ton (Kemenperin,

2010).

Harus disadari bahwa baik pasar domestik dan global produk olahan kakao masih sangat terbuka

luas. Selama ini tingkat konsumsi produk olahan kakao di Indonesia masih rendah, hanya berkisar 60

gram/kapita (0,06 kg/kapita/tahun). Untuk mendorong bergairahnya industri kakao nasional perlu

peningkatan konsumsi domestik hingga mencapai 1 kg/kapita. Konsumsi tersebut tentunya sangat

jauh tertinggal apabila dibandingkan dengan beberapa negara lain, seperti Amerika Serikat sebesar 5,3

kg/kapita/tahun, negara-negara Eropa telah ada yang mencapai 10,3 kg/kapita/tahun (Ditjenbun,

2010). Selain itu, konsumsi cokelat global kini juga terus naik sebesar 2-4 % per tahun dan

pertumbuhan permintaan biji kakao juga naik 2,6 % per tahun. Tetapi, pasokan biji kakao hanya

tumbuh 2,3 % per tahun sehingga memicu kenaikan harga yang relatif cepat (Disbun Jawa Barat,

2010).

Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dari negara lainnya dimana bila

dilakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai cita rasa setara dengan kakao yang berasal dari

Ghana dan kakao Indonesia mempunyai kelebihan yaitu tidak mudah meleleh sehingga cocok bila

dipakai untuk blending. Sejalan dengan keunggulan tersebut, peluang pasar kakao Indonesia cukup

terbuka baik ekspor maupun kebutuhan dalam negeri. Dengan kata lain, potensi untuk menggunakan

Page 19: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

2

industri kakao sebagai salah satu pendorong pertumbuhan dan distribusi pendapatan cukup terbuka.

Meskipun demikian, agribisnis kakao Indonesia masih menghadapi berbagai masalah kompleks antara

lain produktivitas kebun masih rendah akibat serangan hama penggerek buah kakao (PBK), mutu

produk masih rendah serta masih belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao.

Prospek industri pengolahan kakao menjadi barang setengah jadi atau barang yang siap

dikonsumsi sangat besar dilihat dari perkembangan industri hilir olahan kakao seperti industri cokelat

batangan. Hal ini akan diperkuat apabila pasar domestik yang diisi oleh produk impor dapat direbut

oleh industri nasional. Selain itu, menjadi suatu tantangan sekaligus peluang bagi para investor untuk

mengembangkan usaha dan meraih nilai tambah yang lebih besar dari agribisnis kakao. Tentunya,

kondisi ini merupakan peluang positif bagi Indonesia untuk mengisi kekosongan pasar tersebut dan

melakukan perencanaan bisnis untuk pendirian industri cokelat batangan, mengingat ketersediaan

lahan masih cukup luas dan bahan baku yang belum diolah secara optimal. Selain itu, pendirian

industri ini penting dikarenakan mayoritas produk cokelat batangan yang berada di pasaran

merupakan produk cokelat batangan yang diimpor dan untuk produk cokelat batangan lokal

menggunakan campuran lemak nabati bukan lemak cokelat. Sehingga diharapkan dengan pendirian

industri ini dapat meningkatkan konsumsi produk olahan cokelat nasional terutama cokelat batangan

dengan menggunakan bahan baku cokelat asli Indonesia tanpa tambahan lemak nabati.

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk membuat rencana bisnis pendirian industri berbasis cokelat

(chocolate bar) yang meliputi rencana pasar dan pemasaran, rencana teknik dan teknologi, rencana

manajemen dan organisasi, dan rencana keuangan.

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini meliputi rencana-rencana yang mempengaruhi pendirian industri

cokelat batangan di lokasi terpilih yakni sebagai berikut :

1. Rencana pasar dan pemasaran, meliputi identifikasi potensi pasar dan strategi pemasaran.

2. Rencana teknik dan teknologi, meliputi spesifikasi dan ketersediaan bahan baku, perencanaan

kaspasitas produksi, teknologi proses produksi dan neraca massa, mesin dan peralatan yang

digunakan, lokasi proyek dan tata letak pabrik, serta aspek lingkungan.

3. Rencana manajemen dan organisasi, meliputi aspek legalitas, kebutuhan tenaga kerja, struktur

organisasi, dan deskripsi pekerjaan (job description).

4. Rencana keuangan, meliputi asumsi perhitungan finansial, biaya investasi, prakiraan harga dan

permintaan, proyeksi laba dan rugi, proyeksi arus kas, dan kriteria kelayakan investasi, analisis

sensitivitas, dan risiko nilai tukar.

Page 20: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KAKAO (Theobroma cacao L)

2.1.1. Karakteristik dan Morfologi Kakao

Tanaman kakao (Theobroma cacao L) termasuk famili Sterculiace. Tanaman ini berasal dari

Amerika Selatan dengan ordo Streculiaceae. Nama Theobroma yang berarti “Makanan Tuhan”

diberikan oleh seorang botanist Swedia yang bernama Linnaeus (Knight, 1999).

Taksonomi kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiosperma

Kelas : Dicotyledoneae

Sub Kelas : Dialypetalae

Bangsa : Malvales

Suku : Sterculiaceae

Marga : Theobroma

Jenis : Theobroma cacao L

Berikut ini contoh tanaman kakao (Theobroma cacao L) yang dapat dilihat pada Gambar

2.1:

Gambar 2.1. Kakao (Theobroma cacao L) (Fly, 2010)

Dalam perekembangannya terdapat banyak jenis tanaman kakao, namun jenis yang paling

banyak dibudidayakan hanya 3 jenis, yaitu :

1. Criollo (fine cocoa atau kakao mulia)

Criollo (dalam bahasa Spanyol berarti pribumi) merupakan tipe kakao yang bermutu tinggi

(kakao mulia, chiced, edel cocoa). Ciri-ciri jenis Criollo mulia adalah buahnya berwarna merah atau

hijau dengan kulit buah yang bertonjolan dan bertekuk-tekuk, biji tidak berwarna, kualitas tinggi

dengan aroma dan rasa yang khas (Sunanto, 1999).

2. Forestero

Varietas ini merupakan kelompok varietas terbesar yang diolah dan ditanam di Indonesia.

Forastero (dalam bahasa Spanyol berarti pendatang) merupakan tipe yang bermutu rendah (kakao

lindak, bulk cocoa) yang tumbuh pada ketinggian di bawah 400 meter dari permukaan laut. Ciri-ciri

kakao lindak adalah buahnya berwarna ungu kuning dengan kulit buah yang hampir rata dan licin, biji

berwarna ungu dan besar, cepat berbuah dengan aroma dan rasa yang kurang tajam dibandingkan

Criollo (Sunanto, 1999).

Page 21: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

4

3. Trinitario atau hibrida

Varietas ini merupakan hasil persilangan antara jenis Forastero dan Criollo. Bentuk buahnya

ada yang agak bulat dan ada pula yang agak panjang dengan warna hijau atau merah. Menurut

Nasution et al., (1985), mutu biji kakao Trinitario sedikit di bawah mutu biji kakao mulia. Biji kakao

Trinitario mempunyai aroma yang segar dengan rasa yang tidak terlalu pahit dan warna agak muda.

Menurut Sunanto (1999), secara umum tanaman kakao terdiri dari beberapa bagian, yaitu

batang, daun, bunga, akar, buah, dan biji. Masing-masing bagian memiliki karakteristik (morfologi)

dan fungsi (fisiologi) tertentu, yaitu :

1. Batang dan cabang

Habitat asli tanaman kakao adalah hutan tropis dengan naungan pohon-pohon yang tinggi,

curah hujan tinggi, suhu sepanjang tahun relatif sama, serta kelembaban tinggi dan relatif tetap. Dalam

habitat seperti itu, tanaman kakao akan tumbuh tinggi tetapi bunga dan buahnya sedikit. Tanaman

kakao memiliki sifat dimorfisme, yaitu memiliki dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah

pertumbuhannya ke atas disebut tunas ortotrop, sedangkan yang arah pertumbuhannya ke samping

disebut plagiotrop, cabang kipas atau fan. Pada pertumbuhannya yang berasal dari biji, akan terbentuk

perempatan (jorket) pada pertumbuhan vertikalnya. Jorket merupakan tempat perubahan pola

percabangan, yakni dari tipe ortotrop ke plagiotrop.

2. Daun

Bentuk helai daun pohon kakao bulat memanjang, ujung daun meruncing, dan pangkal daun

runcing. Susunan tulang daun menyirip dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun.

Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat. Warna daun dewasa hijau tua. Panjang daun dewasa 30

cm dan lebarnya 10 cm. Permukaan daun licin dan mengkilap.

3. Akar

Kakao adalah tanaman dengan surface root feeder, artinya sebagian besar akar leteralnya

mendatar berkembang dekat permukaan tanah, yaitu pada kedalaman 0-30 cm. Pertumbuhan akar

sangat peka pada hambatan baik berupa batu, lapisan keras, maupun air tanah. Apabila selama

pertumbuhan akar berbenturan dengan batu, akar akan membelah diri menjadi dua dan masing-masing

tumbuh geosentris (mengarah ke dalam tanah). Apabila batu yang berbenturan terlalu besar, sebagian

akar leteral mengambil alih fungsi akar tunggang dengan tumbuh ke bawah.

4. Bunga

Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya, bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak

daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut semakin lama semakin membesar dan

menebal atau biasa disebut dengan bantalan bunga. Pembungaan tanaman kakao sangat dipengaruhi

oleh faktor dalam (internal) dan faktor lingkungan (iklim). Pada lokasi tertentu, pembungaan sangat

terhambat oleh musim kemarau atau musim dingin. Namun, di lokasi yang curah hujannya merata

sepanjang tahun serta fluktuasi suhunya kecil, tanaman akan berbunga sepanjang tahun.

5. Buah dan biji

Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah

yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih, apabila sudah masak berwarna kuning. Buah

yang ketika muda berwarna merah, setelah masak berwarna jingga. Biji tersusun dalam lima baris

mengelilingi poros buah (plasenta), dengan jumlah 20-50 biji. Jika dibelah melintang, biji terlihat

tersusun dari dua kotiledon. Biji dibungkus oleh pulpa yang berwarna putih dan rasanya manis. Di

Page 22: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

5

dalam pulpa mengandung zat penghambat perkecambahan. Namun terkadang biji berkecambah di

dalam buah karena terlambat dipanen sehingga pulpanya menjadi terlalu kering.

2.1.2. Pengolahan Biji Kakao

Tanaman kakao yang banyak dibudidayakan di perkebunan rakyat adalah jenis forastero,

dalam dunia perdagangan kakao jenis ini sering disebut kakao lindak atau bulk cocoa. Buah kakao

terdiri dari 3 komponen utama, yaitu kulit buah, plasenta, dan biji. Kulit buah merupakan komponen

terbesar dari buah kakao, yaitu lebih dari 70% berat buah masak. Persentase biji kakao di dalam buah

sekitar 27-29%, sedangkan sisanya adalah plasenta yang merupakan pengikat dari 30 sampai 40 biji

(Wood and Lass, 1985 dalam Puslit Kopi dan Kakao, 2005).

Permukaan biji diselimuti oleh lapisan pulpa atau pulpa berwarna putih. Biji kakao yang

berasal dari buah yang matang mempunyai pulpa yang lunak dan terasa manis. Pulpa diketahui

mengandung senyawa gula yang sangat penting sebagai media pembiakan bakteri selama proses

fermentasi. Proses pengolahan biji kakao sangat menentukan akhir dari biji kakao tersebut. Proses

pengolahan biji kakao akan menentukan cita rasa yang khas dan mengurangi atau menghilangkan cita

rasa yang tidak baik. Misalnya, rasa pahit dan sepat yang disebabkan oleh kandungan senyawa purin,

yaitu theobromin dan kafein untuk rasa pahit. Sedangkan jumlah theobromin di dalam kotiledon

sekitar 1,5% dan kafein sekitar 0,15% (Sunanto, 1999).

Tahap-tahap proses pengolahan biji kakao menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao

Indonesia (2005) dapat dilihat pada Gambar 2.2 :

Gambar 2.2. Tahapan pengolahan biji kakao (Puslit Kopi dan Kakao, 2005)

Panen buah masak

Sortasi buah

Penyimpanan buah

Pengupasan buah

Fermentasi

Penjemuran

Pengeringan

Sortasi biji

Penggudangan

Page 23: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

6

1. Sortasi buah

Sortasi buah merupakan salah satu tahapan proses produksi yang penting untuk

menghasilkan biji kakao bermutu baik. Sortasi buah ditujukan untuk memisahkan buah kakao yang

sehat dari buah yang rusak terkena penyakit, busuk atau cacat.

2. Pengupasan buah

Pengupasan buah dilakukan dengan pemecahan buah dengan tujuan untuk mengeluarkan dan

memisahkan biji kakao dari kulit buah dan plasentanya. Pengupasan harus dilakukan dengan hati-hati.

Data lapangan menunjukkan bahwa jumlah biji terpotong atau terbelah oleh alat pemotong manual

berkisar antara 3-6%. Selain meningkatkan jumlah biji yang cacat, biji yang terluka mudah terinfeksi

oleh jamur (Puslit Kopi dan Kakao, 2005).

3. Fermentasi

Fermentasi merupakan inti dari proses pengolahan biji kakao. Proses ini tidak hanya

bertujuan untuk membebaskan biji kakao dari pulp dan mematikan biji, namun juga untuk

memperbaiki dan membentuk cita rasa cokelat yang enak dan menyenangkan serta mengurangi rasa

sepat dan pahit pada biji (Nasution, 1976).

4. Pengeringan

Pengeringan bertujuan untuk menguapkan air yang masih tertinggal di dalam biji pasca

fermentasi yang semula 50-55% menjadi 7% agar biji kakao aman disimpan sebelum dipasarkan ke

konsumen. Pengeringan biji kakao umumnya dilakukan dengan 3 cara, yaitu cara penjemuran,

mekanis, dan kombinasi (Ong, 1997).

5. Sortasi berdasarkan standar mutu biji kakao

Standar mutu biji kakao Indonesia diatur dalam Standar Nasional Indonesia Biji Kakao (SNI

01-2323-2002). Standar mutu tersebut diperlukan sebagai tolak ukur untuk pengawasan mutu. Standar

ini memuat karakteristik fisik biji kakao dan tingkat kontaminasi (tingkat kebersihan). Standar ini juga

mencakup definisi, klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan

(labelling), dan cara pengemasan dan rekomendasi. Standar mutu terbagi atas dua syarat mutu, yaitu

syarat umum dan syarat khusus. Berdasarkan SNI tersebut, biji kakao juga didasarkan pada tiga hal,

yaitu menurut jenis tanaman, jenis mutu, dan ukuran biji/100 gram.

Menurut jenis tanaman, biji kakao digolongkan pada jenis mulia (fine cocoa) dan jenis lindak

(bulk cocoa). Sedangkan berdasarkan mutunya, biji kakao diklasifikasikan ke dalam 3 jenis, yaitu

mutu I, mutu II, dan mutu III. Sortasi berdasarkan ukuran biji ditujukan untuk mengelompokkan biji

kakao sesuai ukuran dan sekaligus memisahkan kotoran-kotoran yang tercampur di dalamnya. Berikut

ini merupakan standar mutu biji kakao berdasarkan jumlah biji/100 gram yang dapat dilihat pada

Tabel 2.1 :

Page 24: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

7

Tabel 2.1. Standar mutu biji kakao berdasarkan jumlah biji/100 gram

Jumlah Biji/100 gram Standar Mutu

86 AA

86-100 A

101-110 B

111-120 C

>120 S

Sumber : SNI 01-2323-2002

Puslitbang Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI) merekomendasikan standar tambahan untuk

biji kakao sebagai bahan baku cokelat untuk mendapatkan hasil pengolahan kakao yang optimal,

yang dapat dilihat pada Tabel 2.2 :

Tabel 2.2. Persyaratan mutu standar biji kakao sebagai bahan baku cokelat

Kriteria Mutu Syarat

Tingkat fermentasi, hari 5

Kadar air, % (maks) 7

Kadar kulit, % 12-13

Kadar lemak, % 50-51

Ukuran biji Seragam

Jamur Nihil

Benda asing lunak Nihil

Benda asing keras Nihil

Sumber : Puslit Kopi dan Kakao (2005)

6. Penggudangan

Penggudangan bertujuan untuk menyimpan hasil panen yang telah disortasi dalam kondisi

yang aman sebelum dipasarkan ke konsumen. Serangan jamur dan hama pada biji kakao selama

penggudangan merupakan penyebab penurunan mutu yang serius. Jamur merupakan cacat mutu yang

tidak dapat diterima oleh konsumen karena menyangkut rasa dan kesehatan. Beberapa faktor penting

pada penyimpanan biji kakao adalah kadar air, kelembaban relatif udara dan kebersihan gudang.

Kadar air keseimbangan biji kakao pada kelembaban relatif udara 70% adalah 6-7% (Ritterbusch and

Muehlbauser, 2000 dalam Puslit Kopi dan Kakao, 2005).

Page 25: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

8

2.1.3. Potensi dan Manfaat Produk Olahan Kakao

Cokelat yang dihasilkan dari tanaman kakao merupakan sumber pangan yang kaya lemak

(30%) dan karbohidrat (60%), protein, mineral seperti magnesium, kalium, natrium, kalsium, besi,

tembaga, dan fosfor, dan berbagai jenis flavonoid seperti epikatekin, epigalokatekin, prosianidin, dan

komponen bioaktif lainnya. Meskipun memiliki kadar lemak dan kadar gula yang tinggi, konsumsi

cokelat dalam jumlah yang wajar dinyatakan aman bagi kesehatan.

Menurut Mulato, et al. (2008) dalam Hamdani (2009), Produk olahan dari biji kakao, antara

lain pasta cokelat, lemak cokelat, dan bubuk cokelat. Produk-produk tersebut banyak dimanfaatkan

sebagai bahan baku pada industri makanan, farmasi, dan kosmetika. Pasta cokelat (cocoa paste) dibuat

dari biji kakao kering melalui beberapa tahapan proses sehingga biji kakao yang semula padat menjadi

bentuk cair atau semi cair. Lemak kakao (cocoa fat atau cocoa butter) merupakan lemak nabati alami

yang mempunyai sifat unik, yaitu tetap cair pada suhu di bawah titik bekunya. Lemak kakao

dikeluarkan dari pasta cokelat dengan cara dikempa atau dipres dan mempunyai warna putih

kekuningan serta berbau khas cokelat. Kekerasan lemak cokelat mempunyai tingkat yang berbeda

pada suhu kamar, tergantung asal dan tempat tumbuh tanamannya. Keunggulan lemak kakao

Indonesia dibandingkan lemak kakao dari Afrika Barat adalah adanya karakteristik khusus “Light

Breaking Effect” dan “Hard Butter” (tidak mudah meleleh) yang cocok apabila dipakai untuk

blending.

Bubuk cokelat (cocoa powder) diperoleh melalui proses penghalusan bungkil (cocoa cake)

hasil pengempaan. Untuk memperoleh ukuran yang seragam, setelah penghalusan perlu dilakukan

pengayakan. Bubuk cokelat relatif sulit dihaluskan dibandingkan bubuk atau tepung dari biji-bijian

lainnya karena adanya kandungan lemak. Lemak yang tersisa di dalam bubuk mudah meleleh akibat

panas gesekan pada saat dihaluskan, sehingga menyebabkan komponen alat penghalus bekerja tidak

optimal. Pada suhu yang lebih rendah dari 340C, lemak menjadi tidak stabil yang menyebabkan bubuk

menggumpal dan membentuk bongkahan (lump) (Puslit Kopi dan Kakao, 2005).

Eksplorasi potensi cokelat dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja otak.

Selain mengandung komponen-komponen flavonoid yang tinggi, cokelat ternyata juga mengandung

zat-zat farmakologis yang dapat memberikan sensasi fisiologis dan psikologis. Zat-zat tersebut

diantaranya senyawa amin biogenik, metilxantin, dan asam-asam lemak yang menyerupai kanabinoid.

Beberapa senyawa amin biogenik yang terdapat pada cokelat adalah tiramin dan feniletilamin (FEA).

FEA merupakan neuromodulator yang secara struktural dan farmakologis sama dengan katekolamin

dan amfetamin. Keduanya merupakan stimulan otak. Secara alami FEA terdapat di otak dan

terdistribusi di dalam sistem syaraf pusat. Senyawa tersebut berfungsi untuk menguatkan

neurotransmisi dopaminergis dan noradrenergis dan sebagai modulator mood yang penting. Senyawa

alkaloid metilxantin yang terdapat pada cokelat diantaranya, kafein dan teobromin. Kafein bekerja

pada sistem syaraf pusat dan jantung. Jantung akan terstimulasi sehingga meningkatkan aliran darah

dan pernafasan. Efek psikologis yang didapat biasanya meningkatkan aktivitas mental dan tetap

terjaga. Sedangkan pengaruh teobromin memiliki efek stimulasi lebih rendah dan memerlukan waktu

lebih lama untuk mencapai puncak efek farmakologis dibandingkan dengan kafein. Akan tetapi,

karena penggunaan cokelat sebagai agen terapi juga dapat menimbulkan efek samping bahkan

kontraindikasi. Oleh karena itu, diperlukan kehati-hatian dalam memberikan rekombinasinya.

Biasanya terapi tersebut tidak dianjurkan bagi penderita diabetes, kegemukan, hiperlipidemik,

gangguan migrain dan sering gelisah (anxious) untuk mengkonsumsi cokelat (Departemen Kesehatan,

2008).

Page 26: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

9

2.1.4. Potensi Industri Kakao Indonesia

2.1.4.1. Industri Pengolahan Kakao

2.1.4.1.1. Wilayah Potensi (Industri Pengolahan Kakao)

Indonesia merupakan produsen biji kakao terbesar ketiga di dunia setelah negara Pantai

Gading dan Ghana. Tiga besar negara penghasil biji kakao per tahun adalah sebagai berikut ; Pantai

Gading (1.190.000 ton), Ghana (650.000 ton), Indonesia (535.000 ton) (ICCO, 2010). Luas lahan

tanaman kakao Indonesia lebih kurang 1.651.539 Ha dengan produksi biji kakao sekitar 535.000 ton

per tahun, dan produktivitas rata-rata 825 kg per Ha. Daerah penghasil kakao Indonesia adalah sebagai

berikut: Sumatera 174.588 ton (20,7 %), Jawa 33.837 ton (4 %), Nusa Tenggara 21.254 ton (2,5 %),

Kalimantan 15.246 ton (1,8 %), Sulawesi 561.755 (66,6 %) ton, Maluku dan Papua 37.496 ton (4,4

%). Menurut usahanya perkebunan kakao Indonesia dikelompokkan dalam 3 (tiga) kelompok yaitu ;

Perkebunan Rakyat 1.555.596 Ha (94,2 %), Perkebunan Negara 50.104 Ha (3 %) dan Perkebunan

Swasta 45.839 Ha (2,8 %) (Ditjenbun, 2010).

2.1.4.1.2. Pelaku Usaha

Meskipun sebagian besar hasil perkebunan kakao Indonesia diekspor dalam bentuk bahan

mentah, di dalam negeri juga terdapat industri pengolahan kakao. Mayoritas industri pengolahan

cokelat terdapat di pulau Jawa. Menurut Kemenperin (2010), total kapasitas terpasang industri

pengolahan kakao di Indonesia adalah sebesar 417.000 ton/tahun, sedangkan kapasitas terpakainya

sebesar 244.000 ton/tahun. Pada umumnya produk yang dihasilkan dari industri tersebut adalah

produk setengah jadi yang terdiri dari lemak cokelat, pasta cokelat, dan bubuk cokelat. Produk

setengah jadi ini kemudian diolah kembali menjadi berbagai produk jadi oleh berbagai macam industri

makanan berbahan baku cokelat seperti cokelat batangan, minuman cokelat, biskuit cokelat, susu

cokelat, kosmetika, obat-obatan, dan sebagainya.

Industri pengolahan kakao terbesar di Indonesia apabila dilihat dari kapasitasnya adalah

PT. Bumitangerang Mesindotama yang berlokasi di Tangerang. Perusahaan ini mempunyai kapasitas

terpasang sebesar 120.000 ton/tahun dan kapasitas terpakai sebesar 80.000 ton/tahun, sedangkan

industri pengolahan kakao terkecil adalah PT. Poleko Cocoa Industry/Hope yang berlokasi di

Makassar dengan kapasitas terpasang dan kapasitas terpakainya sebesar 4.000 ton/tahun. Adapun

pelaku usaha yang bergerak dalam bidang pengolahan kakao dapat dilihat pada Tabel 2.3 dan

penyebaran industri kakao dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Page 27: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

10

Tabel 2.3. Daftar industri pengolahan kakao di Indonesia

Kapasitas Kapasitas

No. Perusahaan Lokasi Terpasang Terpakai

Ton % Ton %

1.

PT. Bumitangerang

Mesindotama*) Tangerang 120.000 28,77 80.000 32,78

2. PT. General Food Industry*) Bandung 80.000 19,18 45.000 18,44

3. PT. Davomas Abadi**) Tangerang 40.000 9,59 20.000 8,19

4.

PT. Industri Kakao

Utama**) Kendari 35.000 8,39 - 0,00

5.

PT. Maju Bersama Cocoa

Industry**) Makassar 24.000 5,75 14.000 5,73

6. PT. Kopi Jaya Kakao**) Makassar 24.000 5,75 14.000 5,73

7. PT. Effem Indonesia**) Makassar 17.000 4,07 17.000 6,96

8.

PT. Budidaya Kakao

Lestari**) Surabaya 15.000 3,59 5.000 2,04

9.

PT. Cacao Wangi Murni /

JMH**) Tangerang 15.000 3,59 8.000 3,27

10. PT. Teja Sekawan*) Surabaya 15.000 3,59 15.000 6,14

11.

PT. Unicom Kakao

Makmur**) Makassar 10.000 2,39 4.000 1,63

12.

PT. Cocoa Ventures

Indonesia*) Medan 7.000 1,67 7.000 2,86

13. PT. Kakao Mas Gemilang*) Tangerang 6.000 1,21 6.000 2,45

14. PT. Mas Ganda*) Tangerang 5.000 1,19 5.000 2,04

15.

PT. Poleko Cocoa Industry /

Hope**) Makassar 4.000 0,96 4.000 1,63

Total

417.000 100,00 244.000 100,00

Sumber : Kemenperin (2010)

*) Normal

**) Beroperasi kembali

Page 28: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

11

Gambar 2.3. Penyebaran industri kakao di Indonesia (Kemenperin, 2010)

2.1.4.2. Perkembangan Kakao Indonesia

2.1.4.2.1. Standar Mutu Kakao

Standar mutu diperlukan sebagai sarana untuk pengawasan mutu. Setiap partai biji kakao

yang akan diekspor harus memenuhi persyaratan tersebut dan diawasi oleh lembaga yang ditunjuk.

Satndar mutu biji kakao Indonesia diatur dalam Standar Nasional Indonesia Biji Kakao (SNI 01-2323-

2000). Standar ini meliputi definisi, klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat

penandaan (labelling), cara pengemasan, dan rekomendasi. Biji kakao didefinisikan sebagai biji yang

dihasilkan oleh tanaman kakao (Theobroma cacao Linn), yang telah difermentasi, dibersihkan dan

dikeringkan. Biji kakao yang diekspor diklasifikasikan berdasarkan jenis tanaman, jenis mutu, dan

ukuran berat biji. Atas dasar jenis tanaman, biji kakao dibedakan menjadi dua, yaitu jenis kakao mulia

(Fine Cocoa) dan jenis kakao lindak (Bulk Cocoa). Standar mutu terbagi atas dua syarat mutu, yaitu

syarat umum dan syarat khusus. Syarat umum merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh setiap

partai biji kakao yang akan diekspor dan syarat khusus merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk

setiap klasifikasi jenis mutu. Berikut ini merupakan standar mutu kakao menurut Standar Nasional

Indonesia (SNI) yang dapat dilihat pada Tabel 2.4 :

Sumatera Utara

PT. Cocoa Ventures

Indonesia

Sulawesi Tenggara

PT. Industri Kakao

Utama

Sulawesi Selatan

PT. Effem Indonesia

PT. Maju Bersama Kakao

PT. Kopi Jaya Kakao

Tangerang

PT. Davomas Abadi

PT. Cocoa Wangi Murni

PT. Bumitangerang

PT. Budidaya Kakao Lestari

PT. Kakao Mas Gemilang

PT. Mas Ganda

Jawa Barat

PT. General Food Industry

PT. Trikeson Utama

Jawa Timur

PT. Teja Sekawan Cocoa

Industries

PT. Budidaya Kakao Lestari

Page 29: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

12

Tabel 2.4. Standar nasionl Indonesia biji kakao

No. Karakteristik Mutu I Mutu II Sub Standar

1. Jumlah biji/100 gr * * *

2. Kadar air, %(b/b) maks 7,5 7,5 > 7,5

3 Berjamur, %(b/b) maks 3 4 > 4

4. Tak terfermentasi %(b/b) maks 3 8 > 8

5. Berserangga, hampa, berkecambah,

%(b/b) maks

3 6 > 6

6. Biji pecah, % (b/b) maks 3 3 3

7. Benda asing % (b/b) maks 0 0 0

8. Kemasan kg, netto/karung 62,5 62,5 62,5

Sumber : SNI 01-2323-2000

Keterangan:

* Revisi September 1992

* Ukuran biji ditentukan oleh jumlah biji per 100 gram

• AA Jumlah biji per 100 gram maksimum 85

• A Jumlah biji per 100 gram maksimum 100

• B Jumlah biji per 100 gram maksimum 110

• C Jumlah biji per 100 gram maksimum 120

• Sub standar jumlah biji per 100 gram maksimum > 120

2.1.4.2.2. Pohon Industri Kakao

Pohon industri merupakan gambaran diversifikasi produk suatu komoditas dan turunannya

secara skematis. Produk kakao dan turunannya diperoleh dari bagian kakao yaitu biji dan kulit luarnya

(sheel) yang diuraikan dalam suatu skema. Berikut ini merupakan contoh pohon industri kakao yang

ditampilkan pada Gambar 2.4 :

Gambar 2.4. Pohon industri kakao (Kemenperin, 2010)

Page 30: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

13

2.1.4.2.3. Produksi Kakao Indonesia

Produksi biji kakao di Indonesia mencapai 535.000 ton per tahun dengan produktivitas rata-

rata 825 kg per Ha. Sementara kebutuhan kakao dalam negeri masih dianggap sedikit hanya sekitar

250.000 ton per tahun. Namun rendahnya kebutuhan kakao nasional itu bukan tanpa sebab. Hal ini

dikarenakan pemerintah menetapkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 5% untuk setiap kakao yang

dibeli pabrik di dalam negeri. Sebaliknya, apabila produsen mengekspor produknya ke luar negeri,

maka tidak dikenakan PPN. Dengan demikian produsen lebih suka melakukan ekspor. Produksi

Indonesia 535.000 ton biji kakao. Di ekspor dalam bentuk biji 400.626 ton dan sisanya 134.374 ton

diolah di dalam negeri. Volume dan nilai ekspor biji kakao dan kakao olahan adalah sebesar

433.791,304 ton dengan nilai US$. 1.204.520.913 dengan rincian dapat dilihat pada Tabel 2.5 :

Tabel 2.5. Volume dan nilai ekspor biji kakao dan kakao olahan

No. Biji Kakao dan Kakao Olahan Volume (Ton) Nilai (US$)

1. Biji kakao (utuh/pecah, mentah/panggang) 400.626 1.104.963.203

2. Kulit, sekam, selaput, dan sisa lembaga kakao

lainnya 1.054 559.281

3. Kakao pasta (tidak dihilangkan lemaknya) 5.059 18.580.097

4. Kakao pasta (dihilangkan lemaknya seluruh

atau sebagian) 12.695 39.653.325

5. Bubuk cokelat (dengan tambahan gula dan

pemanis lainnya) 100 219.619

6. Cokelat batangan (berat > 2 kg) 7.802 24.664.014

7. Cokelat olahan lainnya dan makanan olahan

cokelat (berat > 2 kg) 3.919 9.082.352

8. Cokelat batangan dengan isi (berat > 2 kg) 179 231.660

9. Cokelat olahan lainnya dan makanan olahan

cokelat dengan isi (berat > 2 kg) 185 382.501

10. Cokelat batangan tanpa isi (berat > 2 kg) 2 6.078

11. Cokelat olahan lainnya dan makanan olahan

cokelat tanpa isi (berat > 2 kg) 3 7.634

12. Cokelat berbentuk tablet atau pastiles 22 14.748

13. Campuran tepung cokelat dan tepung lainnya

tidak untuk eceran 12 44.704

14. Campuran tepung cokelat dan tepung lainnya

untuk eceran 2.140 6.111.697

Sumber : Kemenperin (2010)

Dari Tabel 2.5 terlihat bahwa jumlah ekspor produk olahan cokelat pada tahun 2010

menunjukkan besarnya minat masyarakat terhadap produk olahan cokelat saat ini. Kakao olahan yang

memiliki volume ekspor tertinggi adalah olahan kakao menjadi kakao pasta yang dihilangkan seluruh

lemaknya atau sebagian sebesar 12.695 ton. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan akan kakao pasta

di luar negeri lebih besar bila dibandingkan dengan permintaan kakao pasta di dalam negeri.

Sedangkan volume dan nilai impor biji kakao dan kakao olahan adalah 33.111,596 ton dengan nilai

US$. 115.030.180 dengan rincian yang dapat dilihat pada Tabel 2.6 :

Page 31: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

14

Tabel 2.6. Volume dan nilai impor biji kakao dan kakao olahan

No. Biji Kakao dan Kakao Olahan Volume (Ton) Nilai (US$)

1. Biji kakao (utuh/pecah, mentah/panggang) 23.141 84.423.087

2. Kulit, sekam, selaput, dan sisa lembaga kakao

lainnya 2.095 258.266

3. Kakao pasta (tidak dihilangkan lemaknya) 157 646.348

4. Kakao pasta (dihilangkan lemaknya seluruh

atau sebagian) 2.098 6.110.419

5. Bubuk cokelat (dengan tambahan gula dan

pemanis lainnya) 1.456 1.331.194

6. Cokelat batangan (berat > 2 kg) 1.512 5.986.173

7. Cokelat olahan lainnya dan makanan olahan

cokelat (berat > 2 kg) 263 707.451

8. Cokelat batangan dengan isi (berat > 2 kg) 207 1.470.035

9. Cokelat olahan lainnya dan makanan olahan

cokelat dengan isi (berat > 2 kg) 759 7.187.621

10. Cokelat batangan tanpa isi (berat > 2 kg) 317 1.605.725

11. Cokelat olahan lainnya dan makanan olahan

cokelat tanpa isi (berat > 2 kg) 251 758.043

12. Cokelat berbentuk tablet atau pastiles 69 434.167

13. Campuran tepung cokelat dan tepung lainnya

tidak untuk eceran 1 891

14. Campuran tepung cokelat dan tepung lainnya

untuk eceran 792 4.110.760

Sumber : Kemenperin (2010)

Tabel 2.6 menunjukkan bahwa pada tahun tersebut cokelat batangan rata-rata lebih diminati

oleh pasar luar negeri dibandingkan pasar dalam negeri. Hal ini ditunjukkan dengan volume dan nilai

ekspor lebih besar dibandingkan dengan volume dan nilai impor cokelat batangan.

2.2. COKELAT BATANGAN (CHOCOLATE BAR)

2.2.1. Definisi Cokelat Batangan

Cokelat batangan ialah manisan berbentuk batangan yang tersusun atas beberapa atau seluruh

komponen diantaranya kakao padat, gula, dan susu. Keberadaan atau ketiadaan relatif bahan tersebut

membentuk subkelas cokelat hitam, cokelat susu, dan cokelat putih. Merk cokelat batangan tertentu

dijual untuk tujuan suplemen gizi. Cokelat batangan berkembang sekitar tahun 1900-an. Cokelat telah

menjadi populer bertahun-tahun sebelum pengenalan bar tetapi gagasan untuk menciptakan sebuah

cokelat batangan adalah untuk menyediakan cara yang lebih nyaman ketika mengkonsumsi cokelat

dan ketika berpergian (Michael, 2010). Berikut ini salah satu contoh cokelat batangan yang

ditampilkan pada Gambar 2.5 :

Page 32: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

15

Gambar 2.5. Cokelat batangan (Michael, 2010)

2.2.2. Jenis Produk Cokelat Batangan

Banyak jenis cokelat batangan yang tersedia di pasaran. Ada yang harganya mahal, ada pula

yang harganya murah. Berikut ini perbandingan jenis cokelat dan manfaat masing-masing, yaitu :

1. Dark Chocolate

Dark chocolate memiliki kandungan biji cokelat (kakao) yang paling tinggi yaitu paling

sedikit 70% mengandung kakao. Dark chocolate memiliki kandungan kakao atau biji cokelat

terbanyak, tanpa banyak gula dan tanpa lemak jenuh atau minyak sayur terhidrogenasi (HVO).

2. White Chocolate

White chocolate hanya memiliki 33% kandungan cokelat atau kakao, sisanya adalah gula, susu

dan vanila. Kandungan gula inilah yang dapat memberikan efek negatif, seperti kerusakan gigi dan

penyakit diabetes.

3. Milk Chocolate atau Cokelat Susu

Milk chocolate atau cokelat susu merupakan campuran kakao dengan susu dan ditambah gula.

Cokelat jenis ini juga sangat digemari karena rasanya yang nikmat (Smanda, 2010).

2.2.3. Jenis Cokelat Batangan

Menurut Smanda (2010), ada beberapa jenis cokelat batangan berdasarkan kandungannya

yang terdapat di pasaran, antara lain :

1. Cokelat Kualitas Premium

Cokelat kualitas premium mengandung lebih banyak cocoa liquor atau sari biji kakao yang

berbentuk pasta (cairan berwarna cokelat pekat), cocoa butter dan cocoa solid. Semakin tinggi

kandungan cocoa liquor, maka semakin terasa sensasi pahit dari cokelat tersebut. Cokelat dengan

kualitas premium memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

- Cokelat cepat meleleh karena tingginya kandungan cocoa butter.

- Dark chocolate berwarna cokelat gelap, bukan berwarna hitam.

- Permukaan cokelat terlihat halus, mengkilap dan warnanya rata.

- Saat cokelat dipatahkan, tekstur patahan seperti kulit pohon.

- Ketika dimakan, tidak terasa seperti berpasir atau seperti mengandung lapisan lilin. Namun

terasa halus, creamy, dan tidak berminyak.

2. Cokelat Couverture

Cokelat Couverture mengandung cocoa butter sebesar 32%-39% yang membuat cokelat

couverture lebih mengkilap dan rasanya lebih enak. Couverture biasanya dikembangkan dengan cita

rasa bittersweet dan milk chocolate. Sebelum digunakan, cokelat couverture harus melewati proses

tempering (menaikkan dan menurunkan suhu saat pelelehan cokelat) untuk menstabilkan kandungan

Page 33: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

16

cocoa butter yang sudah meleleh. Tanpa proses tempering, tampilan cokelat couverture akan terlihat

kusam dan sulit diaplikasikan.

3. Cokelat Compound

Cokelat compound dibuat dari kombinasi cocoa powder, lemak nabati dan pemanis. Harga

cokelat compound lebih murah daripada cokelat couverture. Compound tidak perlu melalui proses

tempering, cukup dilelehkan dengan cara ditim sampai leleh dan siap untuk digunakan.

2.2.4. Kandungan dan Manfaat Cokelat Batangan

Cokelat dengan kandungan kakao (biji cokelat) lebih dari 70% memiliki manfaat untuk

kesehatan karena cokelat kaya akan kandungan antioksidan yaitu fenol dan flavonoid. Dengan adanya

antioksidan, tubuh akan mampu untuk menangkap radikal bebas dalam tubuh. Besarnya kandungan

antioksidan ini bahkan tiga kali lebih banyak dari teh hijau, minuman yang selama ini sering dianggap

sebagai sumber antioksidan. Dengan adanya antioksidan, membuat cokelat menjadi salah satu

makanan ataupun minuman kesehatan. Fenol, sebagai antioksidan mampu mengurangi kolesterol pada

darah sehingga dapat mengurangi risiko terkena serangan jantung juga berguna untuk mencegah

timbulnya kanker dalam tubuh, mencegah terjadinya stroke dan darah tinggi. Selain itu, kandungan

lemak pada cokelat kualitas tinggi terbukti bebas kolesterol dan tidak menyumbat pembuluh darah.

Cokelat juga mengandung beberapa vitamin yang berguna bagi tubuh seperti vitamin A,

vitamin B1, vitamin C, vitamin D, dan vitamin E. Selain itu, cokelat juga mengandung zat maupun

nutrisi yang penting untuk tubuh seperti zat besi, kalium dan kalsium. Kakao sendiri merupakan

sumber magnesium alami tertinggi. Jika seseorang kekurangan magnesium, dapat menyebabkan

hipertensi, penyakit jantung, diabetes, sakit persendian dan masalah bulanan wanita yaitu pra

menstruasi (PMS). Dengan mengkonsumsi cokelat akan menambah magnesium dalam asupan gizi

harian yang menyebabkan meningkatnya kadar progesteron pada wanita. Hal ini mengurangi efek

negatif dari PMS. Manfaat lain dari cokelat adalah untuk kecantikan, karena antioksidan dan katekin

yang ada di dalamnya dapat mencegah penuaan dini, sampai saat ini berkembang lulur cokelat yang

sangat baik untuk kecantikan kulit.

Kesalahan yang sering dilakukan pada saat memilih coklat adalah memilih coklat "bermerek"

yang murah atau sangat murah. Cokelat demikian memiliki kandungan kakao (biji coklat) sedikit

yaitu rata-rata kurang dari 20%, bahkan ada yang kurang dari 7%. Cokelat jenis ini juga memiliki

kandungan gula yang tinggi yang dapat mengakibatkan kerusakan gigi dan kandungan lemak jenuh

tinggi yang dapat mengakibatkan penyakit jantung (Smanda, 2010).

2.3. RENCANA BISNIS (BUSINESS PLAN)

2.3.1. Definisi Rencana Bisnis

Rencana bisnis merupakan dokumen tertulis yang menjelaskan rencana perusahaan atau

pengusaha untuk memanfaatkan peluang-peluang usaha (business opportunities) yang terdapat di

lingkungan eksternal perusahaan (Robbins and Coulter, 2003 dalam Solihin, 2007), menjelaskan

keunggulan bersaing (competitive advantage) usaha, serta menjelaskan berbagai langkah yang harus

dilakukan untuk menjadikan peluang usaha tersebut menjadi suatu bentuk usaha yang nyata (Wheelen

and Hunger, 2004 dalam Solihin, 2007).

Page 34: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

17

2.3.2. Tujuan Rencana Bisnis

Menurut Pinson (2003), ada tiga tujuan utama menulis rencana bisnis, antara lain :

1. Sebagai panduan

Alasan utama menulis rencana bisnis yaitu mengembangkan suatu panduan yang dapat diikuti

sepanjang usia bisnis. Rencana bisnis adalah cetak biru bisnis dan akan dilengkapi dengan alat untuk

menganalisa dan menerapkan perubahan-perubahan agar usaha lebih menguntungkan. Rencana bisnis

akan memberi informasi yang lebih rinci atas seluruh aspek operasi perusahaan di masa lalu dan masa

sekarang, maupun proyeksi beberapa tahun ke depan. Bisnis baru belum memiliki sejarah, informasi

yang ada dalam rencana hanya berdasarkan proyeksi. Rencana yang diberikan ke pemberi pinjaman

harus dijilid, sedangkan untuk arsip sebaiknya menggunakan loose-leaf binder. Ini akan

mempermudah bila perlu menambah data terbaru, seperti daftar harga, laporan keuangan, informasi

pemasaran, dan lainnya.

2. Sebagai dokumentasi pendanaan

Apabila mencari dana, rencana bisnis akan merinci bagaimana dana tersebut dapat memajukan

tujuan perusahaan dan meningkatkan laba. Pemberi pinjaman ingin mengetahui cara pengusaha

mengatur arus kas (cash flow) dan membayar pinjaman dan bunganya tepat waktu. Sedangkan

investor ingin mengetahui apakah investasinya dapat meningkatkan kekayaan bersih (net worth) serta

memperoleh laba atas investasi (return on invesetment, ROI) yang diharapkan. Pengusaha harus

merinci bagaimana uang tersebut akan digunakan dan menggunakan angka-angka tersebut dengan

informasi yang solid, seperti estimasi, norma industri, daftar harga, dan lainnya. Proyeksi tersebut

harus beralasan, karena pemberi pinjaman dan investor sangat mungkin memiliki akses atas angka-

angka statistik industri.

3. Bekerja di pasar luar negeri

Apabila berbisnis secara internasional, rencana bisnis menjadi alat standar untuk

mengevaluasi potensi bisnis di pasar luar negeri. Saat ini, tidak ada bisnis yang boleh mengabaikan

potensi perdagangan internasional, karena pesatnya perubahan teknologi, komunikasi, dan

transportasi. Rencana bisnis dapat menunjukkan cara agar bisnis dapat bersaing di era ekonomi global

saat ini.

2.3.3. Isi Rencana Bisnis

2.3.3.1.Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penyusunan Rencana Bisnis

Selain digunakan untuk keperluan internal perusahaan, rencana bisnis juga berguna untuk

meyakinkan para investor maupun kreditor terhadap prospek usaha yang akan dijalankan. Sebagai

sebuah dokumen yang akan menjadi peta panduan jalan (road map) bagi seluruh manajemen

perusahaan yang berasal dari berbagai bidang fungsional atau pemasaran (marketing), sumber daya

manusia (human resources), produksi (production), dan keuangan (finance), rencana bisnis yang

dibuat perusahaan harus terhindar dari pandangan sempit masing-masing departemen perusahaan di

dalam melihat arah pengusahaan perusahaan dalam jangka panjang. Rencana bisnis yang dibuat harus

dapat dijadikan acuan yang handal dalam melihat letak usaha yang akan dijalankan perusahaan di

tengah persaingan usaha saat ini dan lima tahun ke depan.

Menurut Solihin (2007), pada saat menyajikan rencana bisnis kepada para investor ataupun

kreditor, hal-hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan atau pengusaha adalah sebagai berikut :

Page 35: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

18

1. Usahakan agar rencana bisnis yang disusun tidak terlalu tebal tetapi lengkap, artinya mencakup

berbagai informasi yang dibutuhkan oleh evaluator baik dari pihak investor maupun kreditor untuk

melakukan pengambilan keputusan.

2. Penampilan rencana bisnis harus dibuat menarik karena investor dan kreditor akan memperoleh

kesan pertama terhadap perusahaan yang sedang mencari pendanaan dari penampilan rencana

bisnis yang diajukan kepada mereka.

3. Sampul depan (front cover) rencana bisnis harus memuat nama perusahaan, alamat, nomor telepon

perusahaan, dan bulan serta tahun rencana bisnis dikeluarkan. Hal tersebut untuk memudahkan

calon investor atau kreditor melakukan komunikasi dengan perusahaan atau pada saat mereka

memberikan jawaban balasan terhadap rencana bisnis yang disampaikan perusahaan.

4. Rencana bisnis yang baik harus mencantumkan ringkasan eksekutif (executive summary) yang

dapat disampaikan dalam 2-3 halaman penjelasan mengenai keadaan usaha saat ini.

5. Penyusunan rencana bisnis harus diorganisasikan dengan baik agar pihak-pihak yang memperoleh

penawaran rencana bisnis perusahaan dapat mengikuti alur penyajian rencana bisnis tersebut

secara urut, sehingga penyajian rencana bisnis menjadi jelas.

6. Rencana bisnis yang baik akan mencantumkan risiko utama (critical risks) dari suatu bisnis yang

akan dijalankan. Pencantuman risiko bisnis akan meningkatkan kewaspadaan dari pengusaha dan

investor untuk menyiasati cara meminimalisir risiko bisnis tersebut.

2.3.3.2. Elemen-Elemen Rencana Bisnis

Menurut Solihin (2007), meskipun terdapat variasi dalam penyusunan rencana bisnis, tetapi

sebuah rencana bisnis yang baik sekurang-kurangnya akan mencantumkan tujuh elemen pokok, yaitu :

1. Ringkasan eksekutif yang merangkum secara singkat seluruh isi rencana bisnis baik yang

menyangkut tujuan usaha, strategi usaha, tujuan penyusunan rencana bisnis, uraian umum usaha,

rencana pemasaran, rencana produksi, rencana keuangan, dan risiko-risiko usaha di masa depan.

2. Uraian umum usaha (general business description) yang akan dijalankan. Uraian umum usaha akan

menguraikan :

a. Usaha apa yang akan dijalankan di mana hal ini sekaligus menjelaskan barang atau jasa yang

dihasilkan oleh perusahaan.

b. Tujuan apa yang ingin dicapai perusahaan berikut strategi untuk mencapai tujuan tersebut.

c. Bagaimana perkembangan usaha perusahaan sampai pada saat rencana bisnis disusun serta

proyeksi usaha perusahaan di masa mendatang yang dikaitkan dengan tujuan dan strategi

perusahaan.

d. Siapa yang menjadi target pasar perusahaan

e. Nilai apa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran untuk dapat meraih keunggulan

bersaing (competitive advantage).

f. Dimana usaha tersebut akan dijalankan. Hal ini berkaitan dengan pemilihan lokasi tempat usaha

serta berbagai penjelasan yang logis mengapa usaha dijalankan di lokasi yang dipilih.

g. Siapa yang akan menjalankan kegiatan usaha. Dalam bagian ini, uraian umum usaha akan

menjelaskan manajemen inti dan tokoh kunci (key person) di dalam perusahaan yang akan

terlibat dalam pengurusan perusahaan.

Page 36: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

19

h. Bentuk badan usaha atau badan hukum apa yang dipilih oleh perusahaan untuk menjalankan

usahanya.

i. Bagaimana bidang fungsional manajemen akan dijalankan.

3. Rencana pasar dan pemasaran akan menjelaskan pasar sasaran yang dipilih serta bauran pemasaran

yang dibuat perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, anggaran penjualan,

dan sebagainya.

4. Rencana teknik dan teknologi menjelaskan antara lain proses produksi, bagaimana perusahaan

menjaga kualitas produk, memperoleh pasokan bahan baku, pertimbangan pemilihan lokasi pabrik,

anggaran produksi, dan sebagainya.

5. Rencana keuangan antara lain berisi proyeksi keuangan yang menunjukkan ekspektasi laba dari

usaha yang akan dijalankan dalam beberapa tahun awal operasionalnya, proyeksi arus kas (cash

flow), dan sebagainya.

6. Rencana manajemen dan organisasi antara lain berisi uraian mengenai jumlah personil yang

dibutuhkan untuk menjalankan usaha, spesifikasi apa yang dibutuhkan oleh masing-masing personil

tersebut dilihat dari pengetahuan, keahlian, dan kemampuan (Knowledge, Skill, and Ability) yang

dibutuhkan, anggaran tenaga kerja yang juga berisi proyeksi kebutuhan tenaga kerja dalam lima

tahun ke depan, dan sebagainya.

7. Risiko-risiko utama yang dihadapi perusahaan di masa depan dan bagaimana antisipasinya untuk

menghadapi risiko tersebut di masa yang akan datang.

Page 37: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

20

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk

cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang untuk didirikannya industri skala

menengah sampai skala besar karena sampai saat ini industri cokelat batangan masih terbatas di

Indonesia (produk cokelat batangan dominan berasal dari luar negeri atau impor). Peluang tersebut

masih terbuka lebar bagi pengusaha dan investor yang berminat menanamkan modalnya pada sektor

industri pengolahan cokelat menjadi cokelat batangan. Sebelum proyek pendirian industri cokelat

batangan diimplimentasikan, terlebih dahulu dilakukan rencana bisnis yang meliputi rencana dari

berbagai aspek. Hal ini dilakukan untuk memberikan rekomendasi kepada pihak pengambil

keputusan.

Dalam membuat perencanaan bisnis untuk pendirian industri berbasis cokelat (chocolate bar)

harus mempertimbangkan beberapa faktor perencanaan, antara lain rencana pasar dan pemasaran,

rencana teknik dan teknologi, rencana manajemen dan organisasi, serta rencana keuangan. Hasil dari

perencanaan tersebut dapat memberikan gambaran mengenai permasalahan-permasalahan yang

mungkin ada, sehingga dapat disusun solusi pengembangannya. Data dan informasi yang

dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder yang meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek

teknik dan teknologi, aspek manajemen dan organisasi, aspek keuangan. Apabila data yang

dikumpulkan belum cukup, maka kembali dilakukan pengumpulan data. Namun, jika data dan

informasi yang dibutuhkan sudah mencukupi, selanjutnya dilakukan tabulasi data dan analisis data

pada setiap aspek. Setelah dilakukan analisis data, dilakukan penyusunan laporan lengkap. Setelah

disusun dalam bentuk laporan, penelitian dinyatakan selesai.

Teknik yang dapat dilakukan dalam melakukan perencanaan bisnis ini adalah dengan

mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, baik data primer maupun data sekunder. Data yang

terkumpul kemudian diolah, dihitung perencanaan dan perincian biaya investasi, dan dibuat

perencanaan strategi yang tepat pada setiap faktor perencanan. Sebelum dilakukan perincian biaya,

terlebih dahulu ditentukan asumsi-asumsi. Asumsi-asumsi finansial yang digunakan seperti umur

ekonomis usaha, biaya-biaya operasional, kapasitas produksi, jumlah produk yang dijual, dan

sebagainya.

Page 38: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

21

Diagram alir kerangka pemikiran penelitian yang merupakan tahapan penelitian dapat dilihat

pada Gambar 3.1 :

Gambar 3.1. Diagram alir kerangka pemikiran penelitian

Studi pustaka, mempelajari deskripsi produk dan industri

Pengumpulan data (primer dan sekunder) dan tabulasi data

Rencana pasar dan pemasaran

• Potensi pasar

• Strategi pemasaran (Segmenting, Targetting, Positioning,

dan Bauran Pemasaran)

Rencana teknik dan teknologi

• Spesifikasi bahan baku

• Ketersediaan bahan baku

• Perencanaan kapasitas produksi

• Teknologi proses produksi

• Penentuan lokasi pabrik

• Perencanaan tata letak dan kebutuhan ruang pabrik

• Aspek lingkungan

Rencana manajemen dan organisasi

• Aspek legalitas

• Kebutuhan tenaga kerja

• Struktur organisasi

• Deskripsi dan spesifikasi pekerjaan

Rencana keuangan

• Asumsi perhitungan finansial

• Biaya investasi

• Perhitungan depresiasi

• Prakiraan biaya produksi dan penerimaan

• Proyeksi laba rugi

• Proyeksi arus kas

• Kriteria kelayakan investasi

• Analisis sensitivitas

• Risiko nilai tukar

Penyusunan laporan

Selesai

Mulai

Page 39: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

22

3.2. TATA LAKSANA

Tahapan analisa yang harus dilakukan pada perencanaan bisnis adalah melakukan analisis

masalah dan meneliti aspek-aspek yang berhubungan dengan perencanaan bisnis tersebut yaitu

rencana pasar dan pemasaran, rencana teknik dan teknologi, rencana manajemen dan organisasi, dan

rencana keuangan. Perencanaan bisnis ini terdiri dari pengumpulan data dan analisis data.

3.2.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan keterangan tentang hal-hal

yang berhubungan dengan penelitian yaitu perencanaan bisnis. Data tersebut diharapkan dapat

digunakan untuk pemecahan masalah pengambilan suatu keputusan. Data yang dikumpulkan meliputi

data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan pihak terkait serta para pakar

pada bidang teknik dan teknologi yang sesuai. Untuk data sekunder diperoleh melalui laporan, artikel,

jurnal, dan statistik dari instansi-instansi pemerintah, swasta, balai penelitian, dan sebagainya. Contoh

data yang diperlukan dapat dilihat pada Tabel 3.1 :

Page 40: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

23

Tabel 3.1. Jenis data, sumber, dan metode pengumpulan data yang diperlukan

Jenis Data Sumber Data Metode Pengumpulan

Data

1. Rencana Pasar dan Pemasaran

a. Harga jual kakao dan

chocolate bar

b. Jumlah produksi kakao

c. Jumlah permintaan kakao

d. Jenis chocolate bar terlaris

e.Daftar industri chocolate bar

pesaing dan pendatang baru

f. Daftar industri chocolate bar lokal

dan impor

Swalayan, internet, chocolate shop

Badan Pusat Statistik (BPS)

Badan Pusat Statistik (BPS)

Swalayan, internet, konsumen

Kementerian Perindustrian,

internet

Internet

Survei

Pengumpulan dokumen

Pengumpulan dokumen

Survei dan wawancara

Pengumpulan dokumen

Pengumpulan dokumen

2. Rencana Teknik dan Teknologi

a. Daftar lokasi bahan baku chocolate

bar

b. Daftar spesifikasi dan ketersediaan

bahan baku chocolate bar

c. Kapasitas produksi bahan baku

chocolate bar

d. Teknologi dan proses produksi

pembuatan chocolate bar

e. Mesin dan alat pembuatan

chocolate bar

f. Lokasi pendirian industri

chocolate bar

g. Metode perencanaan tata letak

pabrik

Internet

Dosen ahli, internet

Dosen ahli, internet

Dosen ahli dan internet

Dosen ahli dan pakar mesin dan

alat chocolate bar

Ahli peruntukan wilayah dan

pemerintah setempat

Buku dan dosen ahli

Pengumpulan dokumen

Wawancara dan

pengumpulan dokumen

Pengumpulan dokumen

Wawancara

Wawancara

Wawancara

Wawancara

Page 41: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

24

Jenis Data Sumber Data Metode Pengumpulan

Data

3. Rencana Manajemen dan Organisasi

a. Daftar jenis bentuk usaha

b. Perizinan

c. Jenis struktur organisasi

d. Spesifikasi dan deskripsi kerja

karyawan

Undang-undang Pengumpulan dokumen

Pemerintah setempat Pengumpulan dokumen

Undang-undang Pengumpulan dokumen

Buku, diktat, dan jurnal Pengumpulan dokumen

4. Rencana Keuangan

a. Daftar penentuan asumsi

b. Daftar harga mesin dan alat

produksi

c. Metode perhitungan kriteria

investasi (NPV, IRR, Net B/C, PBP,

dan BEP)

Buku, diktat, dan jurnal Pengumpulan dokumen

Produsen penghasil mesin, dosen

ahli, internet

Wawancara dan

pengumpulan dokumen

Buku, diktat, dan jurnal Pengumpulan dokumen

d. Analisis sensitivitas

e. Risiko nilai tukar

Dosen ahli, buku

Dosen ahli, buku

Wawancara dan

pengumpulan dokumen

Wawancara dan

pengumpulan dokumen

3.2.2. Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan meliputi rencana pasar dan pemasaran, rencana teknik dan

teknologi, rencana manajemen dan organisasi, rencana keuangan, analisis risiko.

3.2.2.1. Rencana Pasar dan Pemasaran

Aspek-aspek yang dikaji rencana pasar dan pemasaran meliputi potensi pasar, strategi

pemasaran yang meliputi bauran pemasaran (marketing mix), dan STP (segmenting, targeting,

positioning).

Tabel 3.1. Jenis data, sumber, dan metode pengumpulan data yang diperlukan (lanjutan)

Page 42: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

25

Langkah-langkah dalam rencana pemasaran dapat dilihat pada Gambar 3.2 :

Gambar 3.2. Diagram alir proses rencana pasar dan pemasaran

3.2.2.2. Rencana Teknik dan Teknologi

Rencana teknik dan teknologi meliputi spesifikasi dan ketersediaan bahan baku, penentuan

kapasitas produksi dan lokasi, pemilihan teknologi proses, mesin dan peralatan, neraca massa, dan

perencanaan tata letak serta kebutuhan luas ruang produksi dari pabrik tersebut. Aliran proses rencana

teknis dan teknologis dapat dilihat pada Gambar 3.3 :

Mulai

Pencarian data sekunder

Data

cukup

?

Potensi pasar cokelat batangan

Penentuan strategi pemasaran cokelat

batangan

Selesai

Tidak

Ya

Penentuan STP (segmenting, targeting,

positioning) dan bauran pemasaran (strategi

produk, strategi harga, strategi distribusi, dan

strategi promosi)

Mulai

Bahan baku (spesifikasi bahan baku dan

ketersediaan bahan baku)

Perencanaan kapasitas produksi

Teknologi proses produksi

A

Page 43: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

26

Gambar 3.3. Diagram alir proses rencana teknik dan teknologi

Pemilihan jenis teknologi proses produksi didasarkan pada kemudahan proses produksi dan

perkiraan biaya produksi. Pemilihan mesin dan peralatan ditentukan berdasarkan teknologi dan proses

produksi yang dipilih. Neraca massa disusun untuk melihat laju alir, jumlah input, dan jumlah output

masing-masing komponen bahan pada setiap proses. Perencanaan tata letak pabrik dilakukan dengan

menganalisis keterkaitan antar aktivitas, kemudian menentukan kebutuhan luas ruang dan alokasi

area. Untuk menganalisis keterkaitan antar aktivitas, perlu ditentukan derajat hubungan aktivitas.

Derajat hubungan aktivitas dapat diberi tanda sandi sebagai berikut :

• A (absolutely necessary) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus saling berdekatan

dan bersebelahan.

• E (especially important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus bersebelahan.

• I (important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan cukup berdekatan.

• U (unimportant) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan bebas dan tidak saling mengikat,

dan

• X (undesirable) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus saling berjauhan atau tidak

boleh saling berdekatan (Apple, 1990).

Sandi derajat hubungan aktivitas diletakkan pada bagian dalam kotak bagan keterkaitan antar

aktivitas. Alasan-alasan yang mendukung kedekatan hubungan meliputi keterkaitan produksi,

keterkaitan pekerja, dan aliran informasi. Alasan keterkaitan produksi meliputi urutan aliran kerja,

penggunaan peralatan, catatan dan ruang yang sama, kebisingan, kotor, debu, getaran, serta

kemudahan pemindahan barang. Alasan keterkaitan pekerja meliputi penggunaan karyawan yang

sama, pentingnya berhubungan, jalur perjalanan, kemudahan pengawasan, pelaksanaan pekerjaan

serupa, perpindahan pekerja, dan gangguan pekerja. Alasan informasi meliputi penggunaan catatan

yang sama, hubungan kertas kerja, dan penggunaan alat komunikasi yang sama (Apple, 1990). Pada

bagan keterkaitan antar aktivitas, alasan-alasan pendukung ini disesuaikan penempatannya dalam

kotak agar tidak tumpang tindih dengan kode derajat hubungan antar aktivitas.

Perencanaan tata letak dan kebutuhan

ruang pabrik

Aspek lingkungan

Selesai

Penentuan lokasi pabrik

A

Page 44: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

27

Tahapan proses dalam merencanakan bagan keterkaitan antar aktivitas adalah sebagai

berikut:

1. Mengidentifikasi semua kegiatan penting dan kegiatan tambahan.

2. Membagi kegiatan tersebut ke dalam kelompok kegiatan produksi dan pelayanan.

3. Mengelompokkan data aliran bahan atau barang, informasi, pekerja, dan lainnya.

4. Menentukan faktor atau sub faktor mana yang menunjukkan keterkaitan (produksi, pekerja, dan

aliran informasi), dan

5. Mempersiapkan bagan keterkaitan antar aktivitas.

6. Memasukkan kegiatan yang sedang dianalisis ke sebelah kiri bagan keterkaitan antar aktivitas.

Urutannya tidak mengikat, namun dapat juga diurutkan menurut logika ketergantungan kegiatan.

7. Memasukkan derajat hubungan antar aktivitas di dalam kotak yang tersedia.

Bagan keterkaitan antar aktivitas yang telah dibuat kemudian diolah lebih lanjut menjadi

diagram keterkaitan antar aktivitas. Berikut ini tahapan proses pembuatan diagram keterkaitan antar

aktivitas :

1. Mendaftar semua kegiatan pada template kegiatan diagram keterkaitan antar aktivitas.

2. Memasukkan nomor kegiatan dari bagan keterkaitan antar aktivitas pada sisi pojok dan tengah

setiap template kegiatan diagram keterkaitam antar aktivitas untuk menunjukkan derajat kedekatan

antar aktivitas.

3. Melanjutkan prosedur untuk setiap template yang tersedia sampai keseluruhan kegiatan tercatat.

4. Menyusun model dalam sebuah diagram keterkaitan aktivitas, memasangkan yang A terlebih

dahulu, kemudian E dan seterusnya, dan

5. Menggambarkan pola aliran sementara.

Dari hasil lembar kerja diagram keterkaitan antar aktifitas yang telah dilakukan, kemudian

dilakukan pengalokasian aktifitas dengan menggunakan metode Total Clossness Rating (TCR) yang

dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

V (rij) = derajat hubungan aktifitas yang diberikan pada aktifitas i dan j

m = jumlah aktifitas

Perancangan tata letak pabrik didasarkan atas diagram alir proses produksi dan diagram

keterkaitan aktifitas yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya, tata letak pabrik disusun dengan

denah yang efektif dan efisien serta disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Keefektifan dan

keefisienan perancangan tata letak pabrik ini diperoleh dari minimalnya jarak perpindahan bahan,

keteraturan tempat kerja, dan runutnya aliran proses.

Kebutuhan luas ruang produksi tergantung pada jumlah mesin dan peralatan, tenaga kerja

atau operator yang menangani fasilitas produksi, serta jumlah dan jenis sarana yang mendukung

kegiatan produksi. Metode yang digunakan dalam menentukan kebutuhan luas ruang produksi adalah

Page 45: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

28

metode pusat produksi. Pusat produksi terdiri dari mesin dan semua perlengkapan untuk mendukung

proses produksi serta luasan untuk melaksanakan operasi.

3.2.2.3. Rencana Manajemen dan Organisasi

Kajian terhadap rencana manajemen dan organisasi meliputi pemilihan bentuk perusahaan

(aspek legalitas), kebutuhan tenaga kerja, struktur organisasi, deskripsi dan spesifikasi kerja. Aliran

rencana sumber daya manusia pada Gambar 3.4 :

Gambar 3.4. Diagram alir rencana manajemen dan organisasi

3.2.2.4. Rencana Keuangan

Aspek-aspek yang digunakan dalam rencana keuangan meliputi asumsi perhitungan finansial,

biaya investasi, prakiraan harga dan penerimaan, proyeksi laba dan rugi, proyeksi arus kas, dan

kriteria kelayakan investasi.

A. Kriteria Investasi

Kadariah et al., (1999) mengungkapkan bahwa dalam rangka mencari suatu ukuran

menyeluruh tentang baik tidaknya suatu proyek telah dikembangkan berbagai macam indeks yang

disebut kriteria investasi (investment criteria). Pada umumnya kriteria investasi terdiri dari Net

Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan Payback

Period (PP). Setiap kriteria dipakai untuk menentukan diterima atau tidaknya suatu proyek atau layak

tidaknya suatu proyek atau usaha untuk dijalankan.

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah metode untuk menghitung selisih antara nilai sekarang

investasi dan nilai sekarang penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow) di masa

yang akan datang pada tingkat bunga tertentu (Husnan dan Suwarsono, 2005). Menurut Gray et al.

(1993), formula yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut.

Mulai

Selesai

Aspek legalitas

Kebutuhan tenaga kerja

Struktur organisasi

Deskripsi kerja (job description)

Page 46: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

29

Keterangan :

Bt = keuntungan pada tahun ke-t

Ct = biaya pada tahun ke-t

i = tingkat suku bunga (%)

t = periode investasi (t = 0,1,2,3,…,n)

n = umur ekonomis proyek

Proyek dianggap layak dan dapat dilaksanakan apabila NPV > 0. Jika NPV < 0, maka proyek

tidak layak dan tidak perlu dijalankan. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut

mengembalikan persis sebesar opportunity cost faktor produksi modal.

2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return (IRR) adalah tingkat suku bunga pada saat NPV sama dengan nol dan

dinyatakan dalam persen (Gray et al., 1993). IRR merupakan tingkat bunga yang bilamana

dipergunakan untuk mendiskonto seluruh kas masuk pada tahun-tahun operasi proyek akan

menghasilkan jumlah kas yang sama dengan investasi proyek. Tujuan perhitungan IRR adalah

mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya. Menurut Kadariah et al. (1999),

rumus IRR adalah sebagai berikut.

Keterangan :

NPV (+) = NPV bernilai positif

NPV (-) = NPV bernilai negatif

i(+) = suku bunga yang membuat NPV positif

i(-) = suku bunga yang membuat NPV negatif

Jika IRR dari suatu proyek atau usaha sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku, maka

NPV dari proyek itu sebesar 0. Jika IRR ≥ I, maka proyek atau usaha layak untuk dijalankan, begitu

pula sebaliknya.

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara jumlah present

value yang bernilai negatif (modal investasi). Perhitungan net B/C dilakukan untuk melihat berapa

kali lipat manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan (Gray et al, 1993). Formulasi

perhitungan net B/C adalah sebagai berikut.

Net B/C = NPV B-C Positif / NPV B-C Negatif

Jika net B/C bernilai lebih dari satu, berarti NPV > 0 dan proyek layak dijalankan, sedangkan

jika net B/C kurang dari satu, maka proyek sebaiknya tidak dijalankan (Kadariah et al., 1999).

4. Break Even Point (BEP) dan Pay Back Period (PBP)

Break Even Point atau titik impas merupakan titik dimana biaya produksi sama dengan

pendapatan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi sama besarnya dengan biaya produksi

yang dikeluarkan. Menurut Kotler (1995) hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel dapat

disajikan pada rumus berikut :

[ - ]

Page 47: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

30

BEP = Total Fixed Cost / (Harga Per Unit – Variabel Cost Per Unit)

Pay Back Period (PBP) merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan meliputi

periode waktu yang diperlukan dalam melunasi seluruh pengeluaran investasi. Rumus yang digunakan

untuk menghitung nilai PBP adalah sebagai berikut

Keterangan :

n = periode investasi pada saat nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir (tahun)

m = nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir (Rp)

Bn = manfaat bruto pada tahun ke-n (Rp)

Cn = biaya bruto pada tahun ke-n (Rp)

B. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengkaji sejauh mana perubahan parameter aspek

finansial yang berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Apabila nilai unsur tersebut berubah

dengan variasi yang relatif besar tetapi tidak berakibat terhadap investasi, maka dapat dikatakan

bahwa keputusan untuk berinvestasi pada suatu proyek tidak sensitif terhadap unsur yang dimaksud.

Sebaliknya, bila terjadi perubahan yang kecil saja mengakibatkan perubahan keputusan investasi,

maka dinamakan keputusan untuk berinvestasi tersebut sensitif terhadap unsur yang dimaksud.

Analisis sensitivitas terhadap unsur-unsur yang terdapat di dalam aliran kas meliputi perubahan harga

bahan baku, biaya produksi, berkurangnya pangsa pasar, turunnya harga jual produk per unit, ataupun

tingkat bunga pinjaman (Soeharto, 2000).

Analisis proyek biasanya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak

ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa mendatang. Suatu proyek dapat berubah-ubah

sebagai akibat empat permasalahan utama, yaitu perubahan harga jual produk, keterlambatan

pelaksanaan proyek, kenaikan biaya, dan perubahan volume produksi (Gittinger, 1986).

C. Risiko Nilai Tukar

Perubahan nilai tukar (foreign exchange rate exposure) merupakan salah satu sumber

ketidakpastian makroekonomi yang mempengaruhi perusahaan. Dengan adanya globalisasi, pasar

semakin terbuka terhadap perdagangan dan teknologi, sehingga perusahaan akan terpengaruh secara

langsung terhadap nilai tukar. Perubahan nilai tukar dapat mempengaruhi perusahaan melalui berbagai

cara seperti perusahaan berproduksi di dalam negeri untuk kebutuhan penjualan domestik dan luar

negeri (ekspor) dan perusahaan berproduksi dengan menggunakan bahan baku impor.

Page 48: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

31

IV. RENCANA PASAR DAN PEMASARAN

Dalam menganalisis aspek pasar dan pemasaran, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan,

seperti kedudukan produk saat ini, komposisi, dan perkembangan permintaan produk serta

kemungkinan adanya persaingan. Selain itu pula dalam aspek pemasaran disusun atau dibentuk

strategi serta taktik pemasaran perusahaan dalam menghadapi pasar global agar dapat mengikuti trend

serta mengetahui selera konsumen terhadap produk yang akan dipasarkan atau dijual. Konsep

pemasaran lebih menekankan kepada pemasaran dari produk kepada pelanggan. Tujuan sistem ini

yaitu mencari laba atau keuntungan dimana pencapaiannya dengan menggunakan sistem bauran

pemasaran (marketing mix) atau 4P, yaitu product, price, promotion, dan place.

4.1. Potensi Pasar

Produk yang akan diproduksi oleh industri yang direncanakan adalah cokelat batangan (milk

chocolate). Produk cokelat batangan (milk chocolate) adalah produk makanan cokelat dengan

beragam bentuk, unik, dan menarik. Selain itu, produk ini memiliki berat per kotaknya sebesar 120

gram. Produk ini terbuat dari cokelat asli yaitu cocoa liquor dan lemak cokelat, dengan penambahan

bahan-bahan pendukung, seperti gula pasir dan susu sapi segar (fresh milk). Cokelat batangan ini

mempunyai rasa yang manis, beraroma cokelat yang khas dan memikat, serta tekstur yang lembut dan

mudah meleleh pada saat dimakan.

Pada saat memasuki pasar harus memperkirakan pasar potensial agar sumber daya yang dimiliki

dapat dimanfaatkan secara efektif. Pasar potensial adalah sejumlah konsumen yang mempunyai kadar

minat tertentu pada tawaran tertentu. Menurut Kotler (2000) potensi pasar adalah batas yang didekati

oleh permintaan pasar ketika pengeluaran pemasaran industri mendekati tidak terhingga, untuk

lingkungan pemasaran tertentu.

Potensi pasar bagi produk cokelat batangan ini diperkirakan dengan mempertimbangkan

beberapa parameter, antara lain perkiraan jumlah potensi pembeli, perkiraan jumlah rata-rata yang

dibeli oleh pembeli, dan perkiraan harga rata-rata produk cokelat batangan. Potensi pasar cokelat

batangan dilihat dari sisi secara nasional dan potensi pasar di DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Data untuk jumlah potensi pembeli diasumsikan diperoleh dari data jumlah penduduk nasional

dan jumlah penduduk di DKI Jakarta dan Jawa Barat pada tahun 2010 (BPS, 2011). Jumlah penduduk

nasional yaitu sekitar 237.641.326 orang, sedangkan jumlah penduduk di DKI Jakarta dan Jawa Barat

yaitu sekitar 52.661.519 orang. Tingkat konsumsi produk olahan kakao di Indonesia yaitu berkisar 60

gram/kapita (0,06 kg/kapita/tahun) (Disbun Provinsi Jawa Barat, 2010), sedangkan tingkat konsumsi

produk olahan kakao di beberapa negara lain, seperti Amerika Serikat sebesar 5,3 kg/kapita/tahun,

negara-negara Eropa telah ada yang mencapai 10,3 kg/kapita/tahun (Ditjenbun, 2010). Data untuk

jumlah rata-rata yang dibeli oleh pembeli merupakan asumsi tingkat konsumsi produk cokelat

batangan menurut pakar cokelat (kakao) dari Departemen Perindustrian yaitu sebesar 10% dari tingkat

konsumsi produk olahan kakao di Indonesia. Asumsi ini dipakai karena tidak terdapat data spesifik

mengenai tingkat konsumsi cokelat batangan di Indonesia. Sedangkan data untuk harga produk rata-

rata merupakan asumsi kisaran harga produk rata-rata cokelat batangan yang ada di pasaran sebesar

Rp. 150.000,-/kg. Dari keterangan tersebut, maka dapat diperoleh potensi pasar nasional bagi produk

cokelat batangan adalah sebesar ± Rp. 214 milyar/tahun sedangkan potensi pasar di DKI Jakarta dan

Jawa Barat sebesar ± Rp. 48 milyar/tahun. Potensi pasar dipilih di DKI Jakarta dan Jawa Barat karena

kedua provinsi tersebut merupakan target pemasaran untuk produk cokelat batangan ini.

Penentuan potensi pasar ini dimaksudkan untuk melihat seberapa besar pangsa pasar (market

share) yang dapat diambil oleh industri cokelat batangan ini dan memperkirakan jumlah permintaan

pasar dari produk tersebut. Setelah mengetahui berapa besar potensi pasar dari produk cokelat

Page 49: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

32

batangan tersebut, maka langkah selanjutnya adalah menentukan pangsa pasar (market share) dan

jumlah permintaan efektifnya.

Pangsa pasar (market share) merupakan kondisi pasar yang menunjukkan seberapa besar pasar

yang mungkin digunakan untuk memasarkan produk. Industri cokelat batangan mengasumsikan untuk

membidik pangsa pasar sebesar 5% dari potensi pasar di DKI Jakarta dan Jawa Barat sebesar ± Rp. 48

milyar/tahun, sehingga potensi pasar untuk industri cokelat batangan ini adalah sebesar ± Rp. 2,4

milyar/tahun. Penentuan pangsa pasar yang diambil sebesar 5% karena cokelat batangan ini tergolong

baru yang berada pada siklus produk tahap pengenalan, sehingga diperlukan pengenalan dan

pencarian pasar. Nilai 5% dianggap cukup optimis untuk membuka pasar. Apabila mengambil pasar di

atas 5%, maka dikhawatirkan pasar yang mampu diraih akan berkurang, namun apabila di bawah 5%

terlalu pesimis untuk memulai meraih pasar produk cokelat batangan yang cukup potensial.

4.2. Analisis Persaingan

Apabila dikaji dari potensi pasar akan cokelat batangan yang tinggi, maka peluang untuk

mendirikan industri ini diduga cukup prospektif, terutama ditelaah dari masih rendahnya tingkat

konsumsi produk olahan cokelat di Indonesia dan banyaknya produk cokelat batangan yang

menggunakan bahan baku bukan dari cokelat asli. Hal ini mendukung pendirian industri cokelat

batangan untuk menjadi salah satu produk pangan yang menggunakan bahan baku cokelat asli (pasta

cokelat dan lemak cokelat) serta dimaksudkan untuk meningkatkan konsumsi produk olahan cokelat

di Indonesia.

Selain itu, apabila diamati akhir-akhir ini banyak sekali industri cokelat batangan yang

menawarkan produk ataupun merek baru baik lokal maupun impor bagi semua usia dan kalangan.

Dengan banyak bermunculan perusahaan baru di industri cokelat batangan, maka semakin

memperketat persaingan pasar yang telah terjadi sebelumnya sehingga diharapkan para „pemain baru‟

ini mampu bersaing dengan industri cokelat batangan yang sejenis agar mendapat tempat di hati

konsumen.

Cokelat batangan yang ditawarkan kepada para konsumen cukup banyak jenis dan mereknya,

seperti Silver Queen, Van Houten, Cadbury, Delfi, Toblerone, Droste, Guylian, Chocodot (Cokelat

Dodol), Monggo, dan sebagainya. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan di Giant

Supermarket Botani Square Bogor menunjukkan bahwa merek cokelat batangan yang biasa dibeli oleh

para konsumen adalah Silver Queen. Alasan konsumen yang paling utama dalam membeli cokelat

Silver Queen adalah karena harganya yang terjangkau dibanding merek cokelat yang lain dan tidak

mudah meleleh pada suhu ruang. Media informasi yang paling berpengaruh yang menjadi sarana

konsumen dalam mengenal dan mengetahui produk cokelat batangan adalah media mouth to mouth.

Melihat salah satu kenyataan yang terjadi di pasar bahwa cokelat Silver Queen merupakan

cokelat batangan yang mendominasi pasar konsumen kalangan menengah, sehingga dapat dikatakan

pesaing utama cokelat batangan untuk kalangan menengah adalah cokelat Silver Queen apabila dilihat

dari segi harganya yeng terjangkau, sedangkan apabila dilihat dari segi bahan baku yang digunakan

berupa pasta cokelat dan lemak cokelat, cokelat Guylian juga merupakan pesaing untuk industri ini

namun harganya mahal, segmentasinya untuk kalangan atas, dan merupakan produk cokelat impor.

Ketersediaan cokelat batangan yang mengunakan bahan baku berupa pasta cokelat dan lemak

cokelat masih sangat terbatas karena mayoritas cokelat batangan yang terdapat dipasaran

menggunakan bahan baku berupa bubuk cokelat dan lemak kelapa sawit sehingga menyebabkan harga

jualnya menjadi terjangkau. Oleh sebab itu, pesaing untuk industri ini tidak sebanyak dan sekuat

cokelat batangan yang menggunakan bahan baku berupa bubuk cokelat dan lemak kelapa sawit. Di

lain pihak, industri ini belum memiliki pesaing yang benar-benar sejenis, dalam artian belum ada

Page 50: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

33

cokelat batangan buatan dalam negeri yang terbuat dari pasta cokelat dan lemak cokelat, sehingga

produk ini masih mempunyai peluang pasar sendiri yang belum dimasuki oleh pesaing cokelat

batangan lainnya.

4.3. Strategi Pemasaran

Faktor yang menentukan dalam pencapaian keberhasilan dalam suatu industri adalah

kemampuan industri tersebut dalam memenuhi kebutuhan konsumen melalui pemasaran produk yang

dilakukan oleh industri yang bersangkutan. Industri cokelat batangan memerlukan strategi pemasaran

dan bauran pemasaran yang tepat. Strategi pembentukan dan pengembangan pasar adalah langkah-

langkah yang dilakukan dalam upaya pencapaian sasaran-sasaran pemasaran. Adapun strategi dalam

upaya penguasaan dan pengembangan pasar produk cokelat batangan antara lain :

Mengutamakan pemenuhan kebutuhan pasar domestik, dengan memberikan perhatian pada

ruang cakupan (kota besar dan kompleks perumahan).

Meningkatkan nilai tambah kualitas cokelat batangan dari bahan baku yaitu lemak kakao,

sistem produksi, distribusi, dan pengawasan produk itu sendiri.

Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi cokelat yang

bermanfaat bagi kesehatan manusia.

Pemasaran produk cokelat batangan difokuskan pada konsumen yang menyukai produk cokelat

terutama cokelat batangan dengan penjualan melalui strategi bisnis ke bisnis. Secara lebih spesifik,

strategi pemasaran yang akan dilakukan pada tahap awal antara lain :

4.3.1. Segmentasi

Segmentasi pasar adalah usaha pemisahan pasar pada kelompok-kelompok pembeli menurut

jenis-jenis produk tertentu dan yang memerlukan bauran pemasaran tersendiri. Perusahaan

menetapkan berbagai cara yang berbeda dalam memisahkan pasar tersebut, kemudian

mengembangkan profil-profil yang ada pada setiap segmen pasar, dan penentuan daya tarik masing-

masing segmen. Segmentasi pasar menjadi hal yang paling penting dalam penerapan strategi

pemasaran agar perusahaan dapat memenuhi preferensi kebutuhan dan keinginan pembeli. Pembagian

segmentasi pasar adalah sebagai berikut :

Segmentasi geografis yaitu pasar disesuaikan dengan kondisi wilayah, pembagian pasar menjadi

unit geografis seperti negara, negara bagian, wilayah, provinsi dan lainnya.

Segmentasi demografis yaitu pasar dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan variabel-

variabel demografis seperti usia, ukuran keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan, agama,

ras, kelas sosial, dan sebagainya.

Segmentasi psikografis yaitu pasar dibagi sesuai gaya hidup dan kepribadian.

Segmentasi perilaku yaitu pasar dibagi sesuai pengetahuan, sikap, pemakaian atau tanggapan

mereka terhadap produk.

Menurut publikasi BPS pada bulan Desember 2010, jumlah penduduk Indonesia berdasarkan

hasil sensus adalah sebanyak 237.641.326 jiwa, yang terdiri dari 119.630.913 laki-laki dan

118.010.413 perempuan. Adapun jumlah penduduk setiap provinsi disajikan pada Tabel 4.1 :

Page 51: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

34

Tabel 4.1. Jumlah penduduk Indonesia dan setiap provinsi tahun 2010

Sumber : Badan Pusat Statistik (2011)

Menurut survei BPS, provinsi Jawa Barat adalah daerah dengan penduduk terbanyak. Tercatat,

total keseluruhannya mencapai 43.053.732 jiwa, sedangkan DKI Jakarta memiliki jumlah penduduk

sebanyak 9.607.787 jiwa. Segmentasi pasar produk cokelat batangan ini adalah masyarakat DKI

Jakarta dan Jawa Barat yang berperan sebagai konsumen yang menyukai cokelat khususnya cokelat

batangan sebagai makanan kesehatan dikonsumsi secara rutin untuk menjaga kesehatan tubuh.

Selain itu, segmentasi dilakukan berdasarkan geografis, dengan variabel segmentasi yang

digunakan adalah wilayah negara karena produk cokelat batangan ini lebih mengacu dipasarkan di

dalam negeri. Cokelat batangan ini akan dipasarkan ke daerah DKI Jakarta dan Jawa Barat, karena

sesuai dengan data kependudukan kedua daerah tersebut memiliki jumlah penduduk paling banyak

dan paling padat dibandingkan provinsi yang lain.

Segmentasi juga dilakukan berdasarkan demografis dimana pasar dibagi menjadi kelompok-

kelompok berdasarkan variabel-variabel demografis seperti usia, jenis kelamin, dan penghasilan.

Adapun variabel demografis seperti usia, jenis kelamin di DKI Jakarta dan Jawa Barat dapat dilihat

pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 :

No. Provinsi Jumlah Penduduk

(Jiwa)

1. Aceh 4.494.410

2. Sumatera Utara 12.982.204

3. Sumatrea Barat 4.846.909

4. Riau 5.538.367

5. Jambi 3.092.265 6. Sumatera Selatan 7.450.394

7. Bengkulu 1.715.518

8. Lampung 7.608.405

9. Kep.Bangka Belitung 1.223.296 10. Kep.Riau 1.679.163

11. DKI Jakarta 9.607.787

12. Jawa Barat 43.053.732

13. Jawa Tengah 32.382.657 14. DI Yogyakarta 3.457.491

15. Jawa Timur 37.476.757

16. Banten 10.632.166

17. Bali 3.890.757 18. Nusa Tenggara Barat 4.500.212

19. Nusa Tenggara Timur 4.683.827

20. Kalimantan Barat 4.395.983

21. Kalimantan Tengah 2.212.089 22. Kalimantan Selatan 3.626.616

23. Kalimantan Timur 3.553.143

24. Sulawesi Utara 2.270.596

25. Sulawesi Tengah 2.635.009 26. Sulawesi Selatan 8.034.776

27. Sulawesi Tenggara 2.232.586

28. Gorontalo 1.040.164

29. Sulawesi Barat 1.158.651 30. Maluku 1.533.506

31. Maluku Utara 1.038.087

32. Papua Barat 760.422

33. Papua 2.833.381

Indonesia 237.641.326

Page 52: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

35

Tabel 4.2. Jumlah penduduk DKI Jakarta menurut kelompok usia dan jenis kelamin tahun

2010

Kelompok Usia

(Tahun)

Laki-Laki

(Jiwa)

Perempuan

(Jiwa)

Laki-Laki dan

Perempuan

(Jiwa)

0 – 4 426.977 402.704 829.681

5 – 9 401.311 375.167 776.478

10 – 14 351.488 339.985 691.473

15 – 19 387.133 428.511 815.644

20 – 24 502.362 507.751 1.010.113

25 – 29 586.157 558.377 1.144.534

30 – 34 514.008 477.673 991.681

35 – 39 435.092 401.067 836.159

40 – 44 360.510 336.888 697.398

45 – 49 283.819 279.370 563.189

50 – 54 220.697 219.799 440.496

55 – 59 161.021 151.736 312.757

60 – 64 100.051 101.286 201.337

65 – 69 68.656 68.240 136.896

70 – 74 39.202 43.705 82.907

75 + 30.583 43.301 73.884

TT/Not Stated 1.871 1.289 3.160

Total 4.870.938 4.736.849 9.607.787

Sumber : Badan Pusat Statistik (2011)

Tabel 4.3. Jumlah penduduk Jawa Barat menurut kelompok usia dan jenis kelamin tahun 2010

Kelompok Usia (Tahun)

Laki-Laki (Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Laki-Laki dan

Perempuan (Jiwa)

0 – 4 2.118.583 2.003.355 4.121.938

5 – 9 2.205.917 2.082.088 4.288.005

10 – 14 2.145.527 2.039.178 4.184.705

15 – 19 1.964.052 1.882.599 3.846.651

20 – 24 1.824.595 1.784.146 3.608.741

25 – 29 1.987.125 1.939.265 3.926.390

30 – 34 1.849.024 1.807.027 3.656.051

35 – 39 1.757.782 1.676.660 3.434.442

40 – 44 1.522.939 1.447.501 2.970.440

45 – 49 1.265.443 1.210.722 2.476.165

50 – 54 1.032.563 973.565 2.006.128

55 – 59 782.035 694.441 1.476.476

60 – 64 517.989 534.730 1.052.719

65 – 69 395.210 412.326 807.536

70 – 74 259.320 306.290 565.610

75 + 264.219 341.028 605.247

TT/Not Stated 14.717 11.771 26.488

Total 21.907.040 21.146.692 43.053.732

Sumber : Badan Pusat Statistik (2011)

Page 53: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

36

Berdasarkan data BPS, industri cokelat batangan menentukan pasar di DKI Jakarta dan Jawa

Barat yang kemudian dibagi menjadi kelompok menurut jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan

serta kelompok menurut usia yang menyukai produk olahan cokelat khususnya produk cokelat

batangan, yaitu anak-anak berkisar 5-9 tahun, remaja berkisar 10-19 tahun, dan dewasa berkisar 20-49

tahun. Adapun variabel demografis berdasarkan pendapatan rata-rata penduduk di DKI Jakarta dan

Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 4.4 :

Tabel 4.4. Pendapatan rata-rata penduduk dalam sebulan menurut provinsi tahun 2010

No. Provinsi Pendapatan (Rp)

1. Aceh 1.256.780

2. Sumatera Utara 1.344.045

3. Sumatera Barat 1.488.135

4. Riau 1.422.766

5. Kep. Riau 1.897.900

6. Jambi 1.300.541

7. Sumatera Selatan 1.222.406

8. Kep. Bangka Belitung 1.247.103

9. Bengkulu 1.441.785

10. Lampung 1.077.290

11. DKI Jakarta 1.925.662

12. Jawa Barat 1.361.182

13. Banten 1.564.443

14. Jawa Tengah 981.047

15. DI Yogyakarta 1.216.090

16. Jawa Timur 1.046.363

17. Bali 1.460.283

18. Nusa Tenggara Barat 1.346.708

19. Nusa Tenggara Timur 1.466.074

20. Kalimantan Barat 1.227.337

21. Kalimantan Tengah 1.371.985

22. Kalimantan Selatan 1.348.762

23. Kalimantan Timur 2.155.991

24. Sulawesi Utara 1.348.762

25. Gorontalo 1.260.240

26. Sulawesi Tengah 1.283.669

27. Sulawesi Selatan 1.271.087

28. Sulawesi Barat 1.217.854

29. Sulawesi Tenggara 1.358.730

30. Maluku 1.575.696

31. Maluku Utara 1.584.550

32. Papua 2.164.784

33. Papua Barat 1.950.837

Indonesia 1.337.753

Sumber : Badan Pusat Statistik (2011)

Berdasarkan data BPS, industri cokelat batangan menentukan pasar di DKI Jakarta dan Jawa

Barat yang kemudian dibagi menjadi kelompok menurut pendapatan rata-rata penduduk selama

sebulan. DKI Jakarta mempunyai pendapatan rata-rata penduduknya sebesar Rp. 1.925.662/bulan,

sedangkan Jawa Barat sebesar Rp. 1.361.182/bulan. Pembagian kelompok menurut pendapatan rata-

rata penduduk selama sebulan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan konsumen untuk

membeli produk olahan cokelat khususnya cokelat batangan. Dari data di atas dapat terlihat bahwa

pendapatan rata-rata pegawai di DKI Jakarta dan Jawa Barat cukup besar apabila dibandingkan

dengan provinsi yang lain, sehingga dapat dikatakan bahwa penduduk di DKI Jakarta dan Jawa Barat

memiliki kemampuan untuk membeli produk cokelat batangan. Segmentasi juga dilakukan

Page 54: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

37

berdasarkan psikografis dimana pasar dibagi sesuai gaya hidup. Cokelat batangan (milk chocolate) ini

ditujukan bagi konsumen dengan gaya hidup yang menyukai cokelat dengan kualitas cokelat asli

dengan tambahan susu sapi segar dan tidak mengandung banyak gula sehingga tidak menimbulkan

rasa sakit pada tenggorokan dan tidak menimbulkan kegemukan.

4.3.2. Penetapan Target

Setelah proses segmentasi pasar selesai dilakukan, maka dapat diketahui beberapa segmen yang

dianggap potensial untuk dimasuki. Secara umum, penetapan pasar sasaran dilakukan dengan

mengevaluasi kelebihan setiap segmen, kemudian dilakukan penentuan target pasar yang akan

dilayani. Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki.

Target pemasaran cokelat batangan ini lebih ditujukan pada konsumen dalam negeri, yaitu kepada

perempuan khususnya masyarakat kalangan menengah (medium) di daerah DKI Jakarta dan Jawa

Barat dengan kelompok usia remaja dan dewasa yang menyukai produk olahan cokelat khususnya

produk cokelat batangan dengan kualitas cokelat asli, tidak mengandung banyak gula sehingga tidak

menimbulkan kegemukan serta dikemas dengan kemasan tertentu serta menarik perhatian konsumen.

4.3.3. Penetapan Posisi

Salah satu elemen penting dari strategi pemasaran adalah positioning. Positioning dapat

diartikan penempatan keunggulan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Tujuan utama

positioning dalam dunia bisnis, yaitu untuk menempatkan produk di pasar sehingga produk tersebut

terpisah atau berbeda dengan merek-merek yang bersaing. Bila diamati pada keadaan pasar, produk

cokelat batangan buatan dalam negeri (bukan impor) masih terbatas ditemukan, sehingga masih sangat

potensial untuk dikembangkan. Keunggulan cokelat batangan antara lain menggunakan bahan baku

dari lemak cokelat (cocoa butter) dalam negeri, sehingga apabila dimakan tidak menimbulkan rasa

sakit pada tenggorokan dan lebih mudah meleleh di lidah. Jenis cokelat batangan yang diproduksi

adalah milk chocolate dimana pada campuran cokelat tersebut ditambahkan dengan susu sapi segar

dan gula pasir.

Melalui kegiatan positioning perusahaan harus mampu membentuk citra produk unggulan

dimana persepsi konsumen terhadap cokelat batangan yang diproduksi sebagai produk makanan

dalam negeri yang lebih unggul bila dibandingkan dengan produk pesaing yang mana mayoritas

cokelat batangan berasal dari luar negeri (impor) dengan kualitas yang dapat dipercaya. Penetapan

posisi yang dimiliki oleh produk milk chocolate ini adalah dengan menanamkan bahwa produk ini

memiliki ciri khas cita rasa yaitu rasa cokelat asli dan tidak menimbulkan rasa sakit pada tenggorokan,

baik untuk kesehatan karena mengandung antioksidan yaitu fenol dan flavonoid, serta dapat

menimbulkan rasa senang. Selain itu, produk ini merupakan produk asli dalam negeri buatan anak

negeri dengan bahan baku 100% cokelat asli dalam negeri yang siap bersaing dengan produk cokelat

batangan impor dan juga diharapkan dapat menjadi produk cokelat khas kota Bogor sehingga dapat

dijadikan cinderamata bagi konsumen yang berwisata di kota Bogor. Jika dihubungkan dengan urutan

segmentasi yang telah dipilih, maka penetapan posisi tersebut memegang peranan penting. Hal

tersebut dikarenakan pengguna produk ini merupakan konsumen akhir dan produk akan bersaing

secara langsung dengan kompetitor produk cokelat batangan sejenis yang telah lama dikenal

masyarakat.

4.3.4. Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan seperangkat alat pemasaran untuk terus

mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Seperangkat alat tersebut diklasifikasikan menjadi

Page 55: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

38

empat kelompok yang disebut 4P dalam pemasaran, yaitu produk (product), harga (price), tempat

(place), dan promosi (promotion) (Kotler, 1997).

1. Strategi Produk

Strategi produk adalah suatu strategi yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang berkaitan

dengan produk yang dipasarkannya. Strategi produk dilakukan agar perusahaan selalu menjaga mutu

produk yang dihasilkan, sehingga mampu bersaing dengan produk lain yang sejenis. Strategi yang

dilakukan pada produk yang ditawarkan mencakup kualitas (mutu), desain kemasan dan jenis produk.

Untuk menjangkau pasar yang luas perlu diperhatikan kualitas yang diberikan oleh produk cokelat

batangan yang dipasarkan. Kemasan dan label yang terjamin dari kerusakan produk akan mendorong

konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan.

Konsep pemasaran yang diterapkan adalah menggunakan konsep produk, dimana dalam

pelaksanaannya sangat mengutamakan keunggulan produk sehingga produk diharapkan mampu

bersaing dipasaran. Beberapa keunggulan produk cokelat batangan ini, antara lain:

Pada proses produksinya menggunakan bahan baku berupa lemak cokelat yang berkualitas

sehingga menghasilkan produk cokelat batangan yang memiliki cita rasa yang khas dan nikmat

untuk dikonsumsi.

Dengan menggunakan bahan baku berupa lemak cokelat, maka cokelat batangan yang

dihasilkan apabila dikonsumsi tidak menyebabkan sakit di tenggorokan (aman untuk

dikonsumsi).

Cokelat batangan ini juga mudah meleleh di lidah ketika dikonsumsi.

Strategi yang dapat diterapkan adalah melakukan pencampuran bahan dengan menggunakan

lemak cokelat sehingga menghasilkan produk cokelat batangan yang memiliki nilai tambah yang

tinggi apabila dibandingkan dengan cokelat batangan yang dibuat dari bahan lemak kelapa sawit. Hal

ini merupakan salah satu keunggulan cokelat batangan yang harus tetap dipertahankan oleh

perusahaan agar dapat menarik perhatian konsumen. Bentuk produk akhir dari cokelat batangan ini

adalah berbentuk padat. Strategi lain yang harus juga diterapkan adalah dengan mengemas cokelat

batangan dengan kemasan yang unik dan praktis dengan takaran tertentu agar lebih praktis ketika

dikonsumsi oleh konsumen.

Berat satu kotak cokelat batangan kurang lebih 120 gram dengan berat satu buah cokelat

batangan sebesar 12 gram dengan bentuk cokelat yang bervariasi. Produk ini dikemas dengan

kemasan primer (tray) berupa poly propylene (PP) berukuran 3.75 cm x 3.5 cm x 2.4 cm. Cokelat

batangan yang telah terbungkus kemasan primer dimasukkan ke dalam kemasan sekunder (kotak

cokelat) yang berasal dari bahan glossy dengan ukuran 15 cm x 10.5 cm x 2.4 cm ditambah dengan

tutup kertas berlapis alumunium sebagai penutup tray dimana tutup tersebut berfungsi agar cokelat

batangan tidak mudah meleleh, dan pada kemasan tersebut terdapat keterangan nama merk produk,

tanggal produksi, masa kadaluarsa, kandungan gizi, dan sebagainya. Dalam satu kemasan sekunder

terdapat 12 buah cokelat batangan yang sebelumnya telah diletakkan pada kemasan primer (tray).

Kemasan tersier berupa kardus yang terbuat dari karton dengan ukuran 31.5 cm x 30 cm x 19.2 cm

yang memuat 48 kotak (kemasan sekunder), sehingga dalam satu kemasan tersier (dus) terdapat 576

buah cokelat batangan. Tampilan cokelat batangan beserta kemasannya dapat dilihat pada Lampiran

1.

2. Strategi Harga

Menentukan harga suatu produk merupakan keputusan penting dari perusahaan, karena harga

adalah satu-satunya variabel strategi pemasaran yang secara langsung menghasilkan pendapatan.

Umumnya harga yang ditetapkan perusahaan akan berada pada suatu titik antara harga yang terlalu

Page 56: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

39

rendah dan harga yang terlalu tinggi. Biaya produk menentukan harga terendah dan persepsi

konsumen terhadap nilai produk menentukan harga tertinggi. Perusahaan harus dapat menentukan

harga diantara kedua titik tersebut untuk menentukan harga yang paling baik.

Menurut Kotler (2000) salah satu metode dalam penetapan harga yaitu harga margin. Dalam

menentukan harga cokelat batangan digunakan metode harga margin. Dipilihnya metode tersebut

karena dari sisi penjual memiliki kepastian yang lebih besar mengenai biaya daripada megena

permintaan. Penjual tidak harus terlalu sering melakukan penyesuaian terhadap perubahan permintaan,

dan jika semua perusahaan dalam industri menggunakan metode ini, maka harga akan cenderung sama

dan persaingan harga akan minimal. Namun kelemahan dari metode ini adalah harga margin hanya

berjalan jika benar-benar membawa ke tingkat penjualan yang dikehendaki dan penjual tidak

memanfaatkan pembeli ketika permintaan pembeli tinggi

Seperti diketahui kelemahan utama dari cokelat batangan sekarang adalah rendahnya konsumsi

cokelat nasional dan harga cokelat batangan dengan menggunakan bahan baku lemak cokelat relatif

mahal dibandingkan dengan cokelat batangan dengan menggunakan bahan baku dari lemak kelapa

sawit. Tingginya harga tersebut disebabkan karena masih tingginya harga bahan baku dan harga untuk

memproduksi cokelat batangan. Strategi yang dapat diterapkan untuk mempengaruhi harga adalah

berkaitan dengan pengaruh kapasitas produksi cokelat batangan yang bersangkutan. Kapasitas

produksi dari cokelat batangan dapat berpengaruh terhadap biaya produksi cokelat batangan tersebut.

Oleh karena itu, strategi yang dapat diterapkan adalah harus tepat guna dalam memproduksi cokelat

batangan, baik untuk penggunaan mesin dan peralatan maupun penggunaan bahan baku dan bahan

tambahan, diusahakan untuk seefisien mungkin guna menghasilkan output yang tinggi sehingga biaya

produksi yang dikeluarkan rendah serta harga jual ke konsumen dapat ditekan sehingga dapat bersaing

dengan industri cokelat lainnya.

Harga akhir produk cokelat batangan dalam satuan per kotak adalah sebesar :

Penentuan harga cokelat batangan ini dengan menggunakan metode cost-plus, dimana

perhitungan penentuan harga dilakukan dengan menghitung biaya ditambah dengan margin

keuntungan yang dikehendaki oleh perusahaan. Rencana harga jual produk ini ditentukan dengan

memperhitungkan persentase keuntungan yang hendak diraih yaitu sebesar 20% dari harga pokok

produksi (HPP). Dengan margin keuntungan sebesar 20% dihasilkan harga jual cokelat batangan per

kotak (120 gram) adalah Rp. 9500.

Harga pokok = biaya tetap rata-rata + biaya variabel rata-rata

kapasitas penjualan rata-rata

= Rp. 14.855.252.260 / 1.896.152

= Rp. 7.834

Harga jual = Harga pokok + Margin 20%

= Rp. 7.834 + Rp 1.567

= Rp. 9.401 ~ Rp. 9.500 / kotak*

Keterangan :

*: 1 kotak (120 gram) = 12 buah cokelat batangan

Page 57: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

40

3. Strategi Tempat

Menurut Kotler (2000) saluran pemasaran dapat dilihat sebagai sekumpulan organisasi yang

saling tergantung satu dengan yang lainnya serta terlibat dalam proses penyediaan sebuah produk atau

pelayanan untuk digunakan. Saluran pemasaran dicirikan dengan jumlah tingkat saluran. Produk

cokelat batangan sebagai barang konsumsi memiliki tipe saluran tersendiri untuk memasarkan produk

tersebut kepada konsumen.

Terdapat beberapa alternatif saluran pemasaran yang dapat digunakan dalam memasarkan

produk cokelat batangan. Pertama, perusahaan dapat membentuk suatu tim penjual produk cokelat

batangan yang menawarkan dan menjual secara langsung produk ini kepada konsumen yang

menyukai produk olahan cokelat khususnya cokelat batangan. Kedua, perusahaan menggunakan

counter khusus cokelat yang berdekatan dengan lokasi produksi dengan maksud meminimalisir biaya

transportasi pemasaran dan memperkuat image positioning. Namun, pada tahap penetrasi pasar pada

awal produksi dilakukan alternatif pertama, yaitu memasarkan langsung melalui tim penjual yang

dibentuk oleh perusahaan. Hal ini dilakukan karena produk cokelat batangan yang dibuat masih dalam

jumlah terbatas dan kegiatan pemasaran yang digunakan adalah perusahaan ke konsumen tertentu

sehingga dibutuhkan komunikasi langsung antara penjual dengan pembeli.

Pemilihan strategi ini mengharuskan perusahaan mempersiapkan segala sesuatu yang

dibutuhkan dalam pemasaran produk cokelat batangan yang dihasilkan, diantaranya pembentukan tim

penjual, tempat persediaan produk, dan strategi pemasaran.

4. Strategi Promosi

Promosi adalah upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa kepada calon

konsumen dengan tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya, dengan

adanya promosi produsen atau distributor mengharapkan adanya kenaikan angka penjualan.

Menurut Kotler (1997), bauran promosi terdiri dari lima cara utama, yaitu :

1. Periklanan, yaitu semua bentuk presentasi non personal dan promosi ide, barang atau jasa oleh

sponsor yang ditunjuk dengan mendapat pembayaran.

2. Promosi penjualan, yaitu insentif jangka panjang untuk mendorong keinginan mencoba atau

membeli produk dan jasa. Promosi penjualan terdiri dari cara promosi pelanggan (sampel, kupon,

penawaran pengembalian uang, potongan harga premi, hadiah, hadiah langganan, percobaan gratis,

garansi, promosi gabungan, promosi silang, tampilan di tempat pembelian dan demonstrasi),

promosi perdagangan (potongan harga, tunjangan iklan, dan pajangan barang gratis), dan promosi

bisnis dan wiraniaga (pameran perdagangan, kontes bagi wiraniaga, dan iklan khusus).

3. Pemasaran langsung melalui penggunaan surat, telepon, dan alat penghubung non personal lainnya

untuk berkomunikasi dengan atau mendapatkan respon dari pelanggan dan calon pelanggan

tertentu.

4. Penjualan personal, yaitu interaksi langsung antar satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan

melakukan pembelian.

5. Hubungan masyarakat dan publisitas melalui berbagai program yang dirancang untuk

mempromosikan dan atau melindungi citra perusahaan atau produk individualnya.

Kegiatan promosi produk cokelat batangan dilakukan secara terus menerus untuk mengingatkan

dan meyakinkan pembeli bahwa produk yang dijual dapat memberikan kepuasan dan memenuhi

kebutuhan bagi konsumennya.

Page 58: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

41

Tujuan promosi untuk industri cokelat batangan ini antara lain:

Menyebarkan informasi dan membantu memperkenalkan produk cokelat batangan dari dalam

negeri dengan banyak keunggulannya kepada target pasar potensial.

Mengingatkan kembali kepada pelanggan mengenai manfaat dan peranan keberadaan produk

di pasar.

Untuk mendapatkan kenaikan penjualan dan profit dari produk cokelat batangan itu sendiri.

Untuk mendapatkan pelanggan baru dan menjaga kesetiaan pelanggan terhadap produk

cokelat batangan.

Untuk menjaga kestabilan penjualan produk cokelat batangan ketika terjadi lemah pasar.

Membedakan serta mengunggulkan produk cokelat batangan dibanding produk pesaing.

Membentuk citra produk cokelat batangan di mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan.

Strategi pemasaran yang paling tepat digunakan strategi penjualan langsung ke konsumen karena

target pasar produk cokelat batangan (milk chocolate) ini adalah konsumen yang menyukai produk

olahan cokelat khususnya cokelat batangan. Hal utama yang dipertimbangkan dalam strategi

pemasaran langsung ke konsumen cokelat adalah spesifikasi cokelat batangan yang ditawarkan sesuai

dengan kebutuhan konsumen tersebut dimana kebutuhan akan cokelat yang terbuat dari cokelat asli

(pasta cokelat dan lemak cokelat) sehingga tidak menimbulkan kegemukan apabila di konsumsi secara

rutin. Strategi penjualan dilakukan melalui promosi dengan mengutamakan metode penjualan personal

melalui presentasi produk, pertemuan penjualan, komunikasi melalui media elektronik (telepon, fax,

email), program intensif, pemberian sample kepada konsumen dan pelanggan, pemberian kartu nama

produk cokelat batangan kepada setiap konsumen yang membeli produk ini, dan melalui pameran

dagang dan pameran cokelat nasional. Selain itu, promosi produk ini juga dapat dilakukan melalui

website yang telah dibuat sendiri oleh perusahaan. Dalam melakukan promosi produk cokelat

batangan akan dilakukan dua cara, yaitu melakukan penjualan dengan menjual sendiri menggunakan

tenaga penjual yang dimiliki oleh perusahaan dan menjual produk dengan bekerja sama dengan UKM

makanan yang berada di wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Konsumen dari industri cokelat batangan ini merupakan konsumen di daerah DKI Jakarta dan

Jawa Barat yang menyukai cokelat khususnya cokelat batangan dengan kualitas cokelat asli dengan

tambahan susu sapi segar dan tidak mengandung banyak gula sehingga tidak menimbulkan rasa sakit

pada tenggorokan dan tidak menimbulkan kegemukan. Oleh karena itu, terdapat tiga tahapan untuk

memperkenalkan kepada konsumen yang dimulai dari menarik perhatian (awareness), setelah itu

tumbuh minat (interest), kemudian berkehendak (desire) untuk melakukan pembelian produk tersebut.

Di Indonesia, produk cokelat batangan sudah lama dikenal dan dikonsumsi oleh masyarakat, namun

cokelat batangan yang dikonsumsi berasal dari bahan baku bubuk cokelat dan lemak nabati yang

apabila dimakan terasa sakit ditenggorokan, sehingga perusahaan perlu melihat peluang pasar utama.

Selain itu, mayoritas cokelat batangan yang berada dipasaran berasal dari impor. Sehingga untuk

memperoleh pasar perlu diciptakan pasar pengguna cokelat batangan dengan cokelat asli serta

memperkenalkan produk yang dibuat pada pasar dengan menciptakan citra produk pada benak

konsumen sebagai produk makanan yang memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan oleh para pengguna.

Page 59: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

42

V. RENCANA TEKNIK DAN TEKNOLOGI

5.1. Bahan Baku

5.1.1. Spesifikasi Bahan Baku

Salah satu faktor produksi penting yang dikaji dalam rencana bisnis pendirian industri adalah

bahan baku. Spesifikasi bahan baku yang dibutuhkan menunjang kebutuhan informasi untuk

mendapatkan bahan baku selama proses produksi berlangsung.

Kakao Indonesia memiliki kualitas yang baik apabila dilakukan fermentasi dengan benar

sehingga mencapai cita rasa yang setara dengan kakao yang berasal dari Pantai Gading atau Ghana.

Selain itu, Indonesia mempunyai keunggulan dan karakteristik khusus, yaitu “light breaking effect”,

“hard butter” (tidak mudah meleleh) yang cocok apabila dipakai untuk blending.

Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi cokelat batangan antara lain lemak cokelat,

pasta cokelat (cocoa liquor), susu sapi segar (fresh milk). Bahan baku berupa lemak cokelat dan cocoa

liquor diperoleh atau disuplai dari industri pengolahan kakao terbesar di Indonesia yang menghasilkan

produk setengah jadi yaitu PT. Bumitangerang Mesindotama (BT. Cocoa), Tangerang dengan

kapasitas terpakainya sebesar 80.000 ton/tahun. Sedangkan susu sapi segar (fresh milk) diperoleh atau

disuplai dari peternak sapi yang berada di daerah Cijeruk, Kabupaten Bogor. Kapasitas produksi susu

yang dihasilkan di daerah ini adalah sebesar 9.434.880 liter/tahun dari jumlah populasi sapi perah

yang tersedia sebesar 1.638 ekor. Industri cokelat batangan membutuhkan bahan baku berupa lemak

cokelat dan pasta cokelat sebesar 144 ton/tahun, sedangkan susu sapi segar sebesar 72.000 liter/tahun.

Hal ini dapat dikatakan bahwa BT. Cocoa dan peternak sapi di Cijeruk, Bogor dapat memenuhi

kebutuhan bahan baku untuk industri cokelat batangan tersebut. Selain itu dengan menggunakan

bahan baku lokal, maka biaya distribusi bahan baku dapat menurunkan biaya produksi serta harga

bahan baku langsung dari produsen akan menjadi lebih murah dibandingkan dengan harga dipasaran.

1. Pasta cokelat (cocoa liquor)

Bahan baku berupa pasta cokelat yang digunakan adalah jenis cocoa liquor 500 A dan cocoa

liquor 1000 A. Pemilihan jenis pasta cokelat ini berdasarkan perbedaan tingkat warna dari pasta

cokelat tersebut. Jenis cocoa liquor 500 A memiliki warna pasta cokelat yang lebih muda

dibandingkan dengan cocoa liquor 1000 A, sehingga warna cokelat batangan (milk chocolate) yang

dihasilkan akan terlihat berbeda tergantung dari pasta cokelat yang digunakan dalam proses

produksinya. Pasta cokelat dihasilkan dengan menggiling nib dari kakao (inti biji kakao) menjadi

cairan yang halus. Pasta kakao yang dibutuhkan untuk memproduksi cokelat batangan adalah 300 kg

per hari. Bahan baku ini diperoleh dari PT. Bumitangerang Mesindotama (BT. Cocoa), Tangerang

dengan harga Rp. 50.000/kg.

2. Lemak cokelat (cocoa butter)

Lemak cokelat merupakan lemak nabati alami. Lemak cokelat mempunyai warna putih-

kekuningan dan mempunyai bau khas cokelat. Lemak ini mempunyai sifat rapuh (brittle) pada suhu

25 o

C, mencair pada temperatur 27 – 33 0

C dan tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol

dingin. Lemak coklat mempunyai tingkat kekerasan (pada suhu kamar) yang berbeda, bergantung asal

dan tempat tumbuh tanamannya. Lemak coklat dari Indonesia, mempunyai tingkat kekerasan yang

lebih tinggi dibandingkan lemak coklat asal Afrika Barat. Sifat ini sangat disukai oleh pabrik makanan

cokelat karena produknya tidak mudah meleleh saat didistribusikan ke konsumen. Lemak cokelat

dihasilkan melalui pengepresan cocoa liqour. Jumlah lemak dalam biji kakao, berkisar antara 50-60%.

Lemak kakao yang dibutuhkan untuk memproduksi cokelat batangan adalah 200 kg per hari. Bahan

Page 60: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

43

baku ini diperoleh dari PT. Bumitangerang Mesindotama (BT. Cocoa), Tangerang dengan harga Rp.

85.000/kg.

3. Susu sapi segar (fresh milk)

Susu adalah salah satu bahan makanan yang bergizi tinggi. Kandungan gizinya lengkap dengan

sifat gizi yang mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Susu untuk bahan pembuatan cokelat batangan

(milk chocolate) ini adalah susu yang diperoleh dari hasil pemerahan sapi. Komponen-komponen

penting dalam air susu adalah protein, lemak, vitamin, mineral, laktosa, enzim, dan beberapa mikroba.

Umumnya susu mengandung air 87,1 persen, lemak 3,9 persen, protein 3,4 persen, laktosa 4,8 persen,

abu 0,72 persen, dan vitamin yang larut dalam lemak susu, yaitu vitamin A, D, E, dan K. Susu harus

memenuhi syarat-syarat kesehatan dan kebersihan, karena susu merupakan media yang paling baik

bagi perkembangbiakan mikroba. Susu juga mudah pecah dan rusak bila penanganannya kurang baik,

serta masa simpannya relatif singkat. Untuk menangani masalah tersebut, maka langkah yang paling

tepat adalah dengan mengawetkan susu untuk memperpanjang masa simpannya. Susu sapi segar yang

dibutuhkan untuk memproduksi cokelat batangan adalah 250 liter per hari. Bahan baku diperoleh dari

peternak sapi yang berada di daerah Cijeruk, Kabupaten Bogor dengan harga Rp. 7.500/liter.

4. Gula pasir

Gula yang digunakan dalam pembuatan cokelat batangan (milk chocolate) adalah gula pasir

yang sangat halus. Dinamai demikian karena ukuran butirannya sangat kecil sehingga dapat

ditaburkan dari wadah berlubang-lubang kecil. Karena kehalusannya, gula ini lebih cepat larut

dibandingkan gula putih pada umumnya. Gula ini tidaklah sehalus gula bubuk yang dihaluskan secara

mekanis (dan biasanya dicampur dengan sedikit pati untuk menghindari penggumpalan). Gula pasir

yang dibutuhkan untuk memproduksi cokelat batangan adalah 250 kg per hari dengan harga sebesar

Rp. 13.000/kg.

5.1.2. Ketersediaan Bahan Baku

Ketersediaan bahan baku yang baik akan dapat menjaga keseimbangan proses produksi suatu

industri. Kajian mengenai ketersediaan bahan baku dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana

peluang ketersediaan bahan baku untuk masa yang akan datang.

Menurut Kemenperin (2010), Industri pengolahan kakao di Indonesia berjumlah 16 buah.

Beberapa industri pengolahan kakao tersebut antara lain PT. Bumitangerang Mesindotama (BT.

Cocoa), Tangerang; PT. General Food Industry, Bandung; PT. Davomas Abadi, Tangerang; PT.

Industri Kakao Utama, Kendari; PT. Maju Bersama Cocoa Industry, Makasar; PT. Budidaya Kakao

Lestari, Surabaya; PT. Cocoa Ventures Indonesia, Medan; dan PT. Trikeson Utama, Garut. Bahan

baku berupa pasta cokelat dan lemak cokelat yang digunakan pada industri cokelat batangan (milk

chocolate) ini berasal dari industri pengolahan kakao yang menghasilkan produk setengah jadi yaitu

PT. Bumitangerang Mesindotama (BT. Cocoa), Tangerang. Alasan pemilihan BT. Cocoa

dibandingkan dengan industri pengolahan kakao lainnya antara lain BT. Cocoa merupakan industri

pengolahan kakao terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksinya sebesar 80.000 ton/tahun,

lokasinya terletak di Tangerang sehingga mudah dijangkau dengan lokasi pendirian industri cokelat

batangan yang akan didirikan di daerah Cijeruk, Bogor (mengurangi biaya pengangkutan bahan baku),

industri ini menggunakan 100% bahan baku (biji kakao) lokal yang berasal dari petani kakao lokal

dalam bentuk kemitraan dan kualitas produk yang dihasilkan (lemak cokelat dan pasta cokelat) sangat

baik.

Selain itu bahan baku berupa susu sapi segar (fresh milk) yang digunakan pada industri cokelat

batangan (milk chocolate) ini berasal dari peternak sapi perah yang berada di daerah Cijeruk, Bogor.

Page 61: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

44

Kapasitas produksi susu yang dihasilkan di daerah ini adalah sebesar 9.434.880 liter/tahun dari jumlah

populasi sapi perah yang tersedia sebesar 1.638 ekor, sehingga dapat memenuhi kebutuhan bahan

baku berupa susu untuk proses produksi cokelat batangan ini.

5.2. Perencanaan Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi merupakan kuantitas atau jumlah satuan produk yang seharusnya diproduksi

selama satuan waktu tertentu untuk mencapai keuntungan yang optimal dalam bentuk keluaran

(output) per satuan waktu. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam penentuan kapasitas

produksi, yaitu dengan pendekatan pangsa pasar yang mungkin diraih, ketersediaan bahan baku,

kapasitas teknologi proses, ketersediaan modal, dan kemampuan teknis.

Menurut Sutojo (2000), penentuan kapasitas produksi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi efisiensi proyek yang akan didirikan. Kapasitas produksi ditentukan berdasarkan

perpaduan hasil penelitian berbagai macam komponen evaluasi. Komponen tersebut, yaitu perkiraan

jumlah penjualan produk di masa yang akan datang atau kemungkinan pangsa pasar yang akan diraih,

kemungkinan pengadaan bahan baku, bahan pembantu, dan tenaga kerja, serta tersedianya mesin dan

peralatan di pasar yang sesuai dengan teknologi yang diterapkan.

Selain berdasar pada pertimbangan ketersediaan bahan baku, kemampuan, mesin dan peralatan

yang digunakan serta waktu produksi yang tersedia menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

penentuan kapasitas produksi. Teknologi yang diterapkan pada produk ini adalah teknologi tepat guna

karena disesuaikan dengan kebutuhan usaha, kondisi finansial, dan kemampuan pekerja dalam

mengoperasikannya. Teknologi tepat guna bertujuan agar proses produksi berjalan dengan efektif dan

efisien sehingga menghasilkan produktivitas yang tinggi. Kapasitas dalam pembuatan cokelat

batangan ini juga ditentukan berdasarkan kemampuan investasi. Sejauh mana investasi mampu

memenuhi target kapasitas produksi yang akan ditetapkan.

Berdasarkan pertimbangan daya serap pasar, ketersediaan bahan baku, kemampuan investasi,

dan kemampuan teknis (kapasitas mesin dan peralatan produksi), maka kapasitas yang dipilih adalah

mengambil 5% dari pangsa pasar yang tersedia. Penentuan pasar yang diambil sebesar 5% karena

cokelat batangan ini tergolong baru yang berada pada siklus produk tahap pengenalan, sehingga

diperlukan pengenalan dan pencarian pasar. Nilai 5% dianggap cukup optimis untuk membuka pasar.

Apabila mengambil pasar di atas 5%, maka dikhawatirkan pasar yang mampu diraih akan berkurang,

namun apabila di bawah 5% terlalu pesimis untuk memulai meraih pasar produk cokelat batangan

yang cukup potensial. Target produksi pada tahun pertama pendirian industri cokelat batangan adalah

sebesar 1.000 kg (8.334 kotak)/hari. Apabila dalam setahun terdapat 288 hari kerja, maka cokelat

batangan yang dihasilkan sebanyak 2.400.192 kotak/tahun.

5.3. Teknologi Proses Produksi

5.3.1. Proses Produksi

Proses pengolahan cokelat batangan dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Pencampuran bahan

Pada tahap pencampuran, semua bahan-bahan yang digunakan dikombinasikan sesuai dengan

resep, kecuali lemak kakao ditambahkan pada proses conching bersamaan dengan penambahan aroma.

Mesin pencampuran yang umum digunakan adalah mill. Prinsip kerja mesin ini adalah berputarnya

silinder dasar mesin sebagai tempat adonan dan secara horizontal diikuti oleh perputaran dua roda

granit penggilas campuran di atasnya secara vertikal. Namun, dalam rencana bisnis ini, mesin

pencampuran, penghalusan, dan conching menggunakan Chocolate Processing Machine.

Page 62: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

45

Pencampuran dilakukan selama 20 – 30 menit dengan suhu mesin sekitar 400C dan suhu campuran

sekitar 300C.

2. Penghalusan / pemastaan

Penghalusan adonan mutlak diperlukan agar cokelat batangan yang diperoleh tidak terasa

kasar. Partikel-partikel kasar dapat berasal dari gula, pasta kakao maupun susu. Penghalusan yang

baik akan menghasilkan ukuran partikel < 65 mesh untuk cokelat susu dan < 35 mesh untuk cokelat

gelap. Penghalusan dilakukan selama 15 menit dengan suhu 300C. Mesin penghalus umumnya adalah

roll mill dengan 5 roll. Pasta adonan dihaluskan pada permukaan dengan memanfaatkan tekanan dan

gesekan antar roll. Hasil refining ini adalah adonan yang siap untuk masuk proses conching.

3. Pematangan dan homogenisasi (conching)

Conching adalah proses pematangan dan homogenisasi adonan yang dilakukan pada waktu

30 menit dengan suhu > 600C. Selama proses ini, terjadi penurunan viskositas adonan, pengurangan

bau-bau tidak enak, penurunan kadar air dan peningkatan aroma khas cokelat yang optimum. Lemak

kakao ditambahkan pada tahap ini.

Kondisi proses pematangan dan homogenisasi sangat tergantung pada bahan adonan serta

tujuan akhir hasil olahan. Suhu pematangan dan homogenisasi produk cokelat adalah 49 – 520C jika

penggunaan susu kental, 600C jika penggunaan susu bubuk full cream, dan 70

0C jika menggunakan

susu bubuk skim.

Proses pematangan dan homogenisasi sangat menentukan mutu produk cokelat batangan

yang dihasilkan, sehingga penerimaan konsumen terhadap produk cokelat dan harganya sangat

tergantung proses ini. Selama proses pematangan dan homogenisasi, terjadi penurunan kadar air

menjadi setengah dari kadar air adonan awal, 25 – 30 % asam volatil menguap dan PH naik dari ± 4,9

menjadi ± 5,7.

4. Tempering dan Pencetakan

Apabila ingin menghasilkan cetakan yang memuaskan, sebelum melakukan pencetakan,

dilakukan proses tempering dimulai dengan mendinginkan adonan selama ± 15-25 menit. Setelah

cukup dingin sekitar suhu 25-300C, adonan dimasukkan dalam mesin tempering.

Mesin tempering berbejana logam dengan pengaduk yang berputar pada porosnya dan

dilengkapi dengan jaket pendingin atau pemanas. Adonan yang mengalami tempering suhunya akan

homogen. Milk chocolate membutuhkan suhu adonan siap cetak 30 – 310C sedangkan dark chocolate

membutuhkan suhu adonan siap cetak 25 - 300C. Suhu yang terlalu rendah menyebabkan cokelat

mudah patah, sedangkan jika terlalu tinggi menyebabkan terjadinya blooming, yaitu pengkristalan

lemak kakao pada permukaan cokelat.

Setelah dilakukan proses tempering, adonan cokelat dimasukkan ke dalam mesin pencetak

cokelat batangan (moulding plant) untuk dilakukan proses pencetakan. Pencetakan dilakukan selama

15 – 25 menit dengan suhu campuran sekitar 300C. Pencetakan bertujuan untuk memperoleh cokelat

batangan dengan bentuk, kenampakan, dan ukuran yang menarik. Cetakan dapat terbuat dari logam

atau plastik.

5. Pendinginan

Proses pendinginan dilakukan setelah produk cokelat melalui proses pencetakan dan sebelum

dilakukan pengemasan. Pendinginan dilakukan selama 12-24 jam pada suhu 15 – 210C (cokelat masih

berada dalam cetakan). Selanjutnya, cokelat dikeluarkan dari cetakan dan siap untuk dikemas.

Page 63: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

46

Pendinginan dilakukan pada ruangan dingin dan kering (ruangan ber-AC), dengan tujuan agar produk

cokelat tidak rusak atau patah selama proses pengemasan.

6. Pengemasan

Pengemasan bertujuan untuk melindungi hasil olahan akhir cokelat dari pengaruh

lingkungan, sehingga mutu hasil olahan tetap baik dan dapat dikonsumsi dalam jangka waktu cukup

lama. Pembungkus yang baik untuk produk cokelat adalah aluminium foil. Pengemasan dalam karton,

kertas, kardus atau kaleng perlu dilakukan terhadap hasil olahan yang telah terbungkus tersebut.

7. Penyimpanan

Untuk menjaga mutu cokelat tetap baik, maka setelah pengemasan sebaiknya produk cokelat

disimpan selama 1 – 2 minggu pada suhu ± 250

C. Selama penyimpanan ini, terjadi pendewasaan

cokelat sehingga tidak lunak pada suhu ruang.

8. Penyimpanan produk di toko

Penyimpanan di toko sebaiknya pada ruangan yang bebas bau tajam, bersih, tidak lembab

dan suhunya < 310 C (suhu mulai mencairnya lemak kakao). Ruang yang ideal adalah ruangan dingin

dan kering (ruangan ber-AC).

Berikut ini merupakan diagram alir proses produksi cokelat batangan yang dapat dilihat pada

Gambar 5.1 :

Penghalusan atau

pemastaan

t = 15 menit;

T = 300C

Pematangan dan

homogenisasi

t = 30 menit;

T = 600C

Tempering

t = 15-25 menit;

T = 30-310C

Pencampuran

t = 20-30 menit;

T = 300C

Pencetakan

t = 15-25 menit;

T = 300C

Cocoa liquor (pasta

cokelat), gula pasir,

dan susu segar

A

Cocoa butter (lemak

cokelat)

Page 64: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

47

Gambar 5.1. Diagram alir proses produksi cokelat batangan

5.3.2. Mesin dan Peralatan

Pada proses produksi cokelat batangan diperlukan beberapa mesin dan peralatan untuk

mendukung proses produksi. Mesin dan peralatan yang digunakan pada proses produksi cokelat

batangan antara lain mesin pencampuran, mesin penghalusan, mesin conching, mesin tempering,

mesin pencetak cokelat semi otomatis, cetakan cokelat, mesin pengemas cokelat, ruang pendinginan,

ruang penyimpanan, dan timbangan digital.

1) Mesin Pengolah Cokelat

Mesin pengolah cokelat merupakan mesin pengolahan cokelat otomatis yang berfungsi dalam

proses pencampuran, penghalusan, dan pematangan (conching) adonan. Prinsip kerja mesin ini adalah

berputarnya silinder dasar mesin sebagai tempat adonan dan secara horizontal diikuti oleh perputaran

dua roda granit penggilas campuran di atasnya secara vertikal. Mesin ini terdiri dari dua bagian, yaitu

ball mill dan storage tank. Ball mill berfungsi dalam proses pencampuran, penghalusan, dan

pematangan adonan, sedangkan storage tank berfungsi sebagai penampung sementara adonan yang

telah diproses oleh ball mill yang selanjutnya adonan tersebut akan diproses ke mesin tempering.

Gambar 5.2. Mesin pengolah cokelat (PT. Jupiter Mitra Setia, 2010)

Spesifikasi mesin Ball Mill :

Tipe mesin : BM - 50 - JMS

Kapasitas output : 250 kg / 1.5 jam

Pendinginan

t = 12-24 jam;

T = 15-210C

Pengemasan

Cokelat batangan

dalam kemasan

A

Page 65: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

48

Konsumsi pemanas : 3.000 watt

Dimensi bola baja : 11 mm

Massa pipa / pasokan : Lapisan ganda untuk pemanas air

Struktur pipa : Besi baja (stainless steel) 304

Tangki mesin : Besi baja (stainless steel) 304

Dimensi : (1120 x 1080 x 2330) mm

Berat : ± 1.200 kg

Kapasitas listrik : 3 Kw, 380 V, 50 Hz, 3 fase

Spesifikasi Storage Tank :

Tipe mesin : ST - 400 - JMS

Bahan tangki : Besi baja (stainlesss steel) 304

Kapasitas output : 600 kg

Pengontrol panas : Termostat

Dimensi : Ø (1.982 x 2.475) mm

Berat : ± 500 kg

2) Mesin Tempering

Mesin tempering merupakan mesin yang berfungsi untuk memanaskan dan mendinginkan

cokelat yang telah dilakukan proses pencampuran, penghalusan, dan pematangan. Mesin ini bertujuan

untuk menstabilkan emulsifikasi cokelat padat dan lemak cokelat. Proses ini memungkinkan cokelat

untuk menyusut dengan cepat atau untuk disimpan di suhu ruangan selama beberapa minggu atau

beberapa bulan tanpa kehilangan kegurihan dan permukaan cokelat yang mengkilat.

Gambar 5.3. Mesin tempering (PT. Berkat Wahana Saudara, 2011)

Spesifikasi mesin :

Tipe mesin : CW 60

Kapasitas tangki : 60 kg cokelat

Kapasitas produksi : 200 kg / jam

Fungsi dosis standar

Kapasitas listrik : 3,5 Kw, 3 fase

Teknologi mikroprosesor yang menampilkan suhu digital

Page 66: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

49

3) Mesin Pencetak Cokelat Semi Otomatis

Mesin pencetak cokelat semi otomatis merupakan mesin yang berfungsi sebagai pencetak

cokelat yang sebelumnya telah dilakukan proses tempering (penstabilan cokelat). Tujuan pencetakan

agar diperoleh cokelat batangan dengan bentuk, kenampakan, dan ukuran yang menarik.

Gambar 5.4. Mesin pencetak cokelat semi otomatis (PT. Jupiter Mitra Setia, 2010)

Spesifikasi mesin:

Tipe mesin : SAMP - 225 - JMS

Pendingin AC (AC Cooling) : Kompresor motor 15 HP, merek Bitzer Type VI, buatan

Eropa, lengkap dengan aksesoris

Gulungan kipas / unit pendingin : Evaporator, kipas ganda

Suhu : 0 - 50 C

Depositor otomatis : 1 unit, 20 s/d 24 pompa piston

Alat penggetar (vibrator) : 2 unit penggetar vertikal dan 1 unit penggetar horizontal

Pemanas : 1 unit saluran pemanas cetakan

Saluran pendingin : Panjang 16 m dengan ketebalan lapisan besi baja 5 mm

1 unit : Meja pengeluaran (output) dengan panjang 1 m

Konveyor utama : Rantai RS 60 dengan beberapa mata rantai

Penggerak utama : Kecepatan dinamo 2 HP dilengkapi PLC

Ukuran cetakan standar : (175 x 275 x 24) mm

Kontrol panel : Dilengkapi pengatur PLC

Dimensi : (23.740 x 1.250 x 1.500) mm

Kapasitas output : ± 300 cetakan / jam

Kapasitas listrik mesin : 7,5 Kw, 380 V, 50 Hz, 3 Phase

Page 67: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

50

4) Cetakan Cokelat (Moulds)

Cetakan cokelat (moulds) merupakan peralatan yang berfungsi sebagai wadah pencetak

cokelat yang diletakkan ke dalam mesin pencetak. Cetakan ini terbuat dari campuran kaca dan plastik

dengan kualitas tinggi dan mengandung lapisan minyak sehingga ketika cokelat dikeluarkan dari

cetakan, maka cokelat tersebut tidak akan lengket dan menghasilkan bentuk cokelat yang sempurna.

Gambar 5.5. Cetakan cokelat (Chocolate World, Belgia, 2011)

Spesifikasi cetakan:

Jenis cetakan : Magnet Mould

Dimensi cetakan : (135 x 275 x 24) mm

Jumlah jenis cetakan : 300 cetakan

Berat cokelat batangan : 10 gram

5) Mesin Pengemas Cokelat

Mesin pengemas cokelat merupakan mesin yang berfungsi untuk mengemas cetakan cokelat

dengan menggunakan bahan kemasan plastik.

Gambar 5.6. Mesin pengemas cokelat (PT. Jupiter Mitra Setia, 2010)

Spesifikasi mesin:

Kapasitas output : 100 bungkus / menit

Bahan kemasan : Plastik

Kapasitas listrik : 3,5 Kw, 380 V, 50 Hz, 3 fase

Dimensi : ± (3000 x 1000 x 1500) mm

Berat : ± 1000 kg

Page 68: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

51

6) Timbangan Digital

Timbangan digital merupakan peralatan yang berfungsi untuk menimbang bahan baku yang

akan digunakan untuk memproduksi cokelat batangan agar diperoleh takaran bahan yang sesuai

dengan kebutuhan produksi. Bahan baku yang ditimbang antara lain pasta cokelat, lemak cokelat, susu

sapi segar, dan gula pasir.

Gambar 5.7. Timbangan digital (PT. Digi Indonesia, 2011)

Spesifikasi timbangan digital :

Model : DS-560

Kapasitas alat : 600 kg

Layar : LED

Suhu operasi : -100C s.d 40

0C

Kelembaban : 15% - 85% RH

Dimensi layar : (214 x 135 x 111) mm

Dimensi alas : (700 x 800 x 125) mm

Kapasitas listrik : 18 W (arus listrik utama); 3 W (saat menggunakan baterai)

5.3.3. Kebutuhan Energi Listrik pada Mesin dan Peralatan

Mesin dan peralatan yang digunakan untuk memproduksi cokelat batangan sebagian besar

memanfaatkan energi listrik. Pada Tabel 5.1 diperlihatkan jumlah energi listrik yang dibutuhkan oleh

mesin dan peralatan pada produksi cokelat batangan.

Page 69: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

52

Tabel 5.1. Kebutuhan energi listrik pada mesin dan peralatan produksi cokelat batangan

Nama Mesin Jumlah

Mesin

Daya Listrik

(kWh)

Jumlah Operasi

Per Hari (jam)

kWh/Hari

(kWh)

kWh/Bulan

(kWh)

kWh/Tahun

(kWh)

Mesin pengolah cokelat (Ball Mill) 1 3 6 18 432 5184

Mesin tempering 1 3,5 5 17,5 420 5040

Mesin pencetak cokelat semi otomatis 1 7,5 10 75 1800 21600

Mesin pengemas cokelat 1 3,5 2 7 168 2016

Timbangan digital 1 0,018 1 0,018 0,432 5,184

Total 117,518 2820,432 33845,184

Page 70: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

53

5.3.4. Neraca Massa Produksi

Neraca massa proses produksi cokelat batangan dapat dilihat pada Gambar 5.8 :

Basis adonan = 1.000 kg (1 ton)/hari ; pasta cokelat (cocoa liquor) = 30 %, lemak cokelat (cocoa

butter) = 20%, susu segar = 25%, dan gula pasir = 25%

Gambar 5.8. Neraca massa proses produksi cokelat batangan

5.4. Penentuan Lokasi Pabrik

Penentuan lokasi pabrik merupakan suatu hal penting yang perlu diperhatikan dalam pendirian

suatu industri. Pemilihan lokasi yang tepat akan berpengaruh terhadap kelangsungan dan efisisensi

Penghalusan atau pemastaan

80% 800 kg

Pematangan dan

homogenisasi

100%

1.000 kg

Tempering 100%

1.000 kg

Pencampuran

80%

800 kg

Pencetakan

100%

1.000 kg

- Cocoa liquor = 300 kg

- Gula pasir = 250 kg

- Susu segar = 250 kg

- Lemak cokelat = 200 kg

Pendinginan

100%

1.000 kg

Pengemasan

100%

1.000 kg = 8334 kotak

Cokelat batangan dalam

kemasan

100%

8334 kotak

Page 71: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

54

perusahaan. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi pabrik adalah

ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, pasokan tenaga kerja, dan

fasilitas transportasi (Husnan dan Muhammad, 2005).

Suatu industri yang lokasinya tidak tepat akan menghadapi persoalan yang terus menerus dan

tidak terselesaikan, terutama dalam menghadapi persaingan sehingga kelangsungan hidup dan

stabilitas industri tersebut akan selalu mengalami kesulitan. Oleh sebab itu, untuk memperoleh

keputusan yang tepat dalam penentuan lokasi, maka perlu dilakukan pengkajian berbagai faktor yang

mempengaruhinya. Lokasi industri yang tepat dapat melayani proses-proses baru, perkembangan

teknologi, dan dapat menampung kemungkinan-kemungkinan perluasan industri.

Dalam studi ini tidak dilakukan penentuan alternatif lokasi untuk penentuan lokasi pendirian

industri cokelat batangan. Pemilihan lokasi pendirian industri cokelat batangan telah ditetapkan di

daerah Cijeruk, Kabupaten Bogor. Alasan pemilihan lokasi di daerah tersebut antara lain berdasarkan

faktor kedekatan dengan salah satu sumber bahan baku yaitu susu cair segar yang berasal dari

peternak sapi, di mana susu merupakan komoditi yang mudah rusak apabila tidak segera diproses

lebih lanjut bila dibandingkan dengan lemak cokelat yang memiliki umur simpan dan daya tahan

tinggi (tidak mudah rusak) sehingga memperkecil biaya transportasi, tersedia sumber daya manusia

yang cukup, infrastruktur mendukung, dan dekat dengan target pasar dan pemasaran. Ketersediaan

sumber daya manusia pun menjadi faktor penting yang perlu dipertimbangkan. Pasokan sumber daya

yang kompeten dan tenaga kerja tersedia dalam jumlah memadai. Dengan adanya industri cokelat

batangan ini, tenaga kerja yang ada di daerah tersebut dapat terserap dan mampu mengurangi tingkat

penggangguran. Faktor berbagai biaya seperti biaya transportasi pemasaran, biaya pembelian lahan,

dan pembangunan lahan yang lebih rendah. Selain itu, di daerah ini memiliki kekurangan, yaitu

kondisi jalan yang tidak terlalu lebar untuk dilalui oleh kendaraan yang besar sehingga dapat

mengakibatkan waktu yang dibutuhkan untuk distribusi bahan baku dari dan produk jadi menjadi

lebih lama.

5.5. Perencanaan Tata Letak dan Kebutuhan Ruang Pabrik

Perencanaan tata letak sangat dibutuhkan dalam rangka pendirian suatu pabrik, karena hal ini

berhubungan dengan penyusunan letak mesin, peralatan-peralatan produksi, dan ruangan-ruangan

dalam pabrik. Pada tahapan proses pendirian industri cokelat batangan, penentuan desain tata letak

menjadi salah satu faktor yang sangat diperhatikan karena akan membuat proses produksi dapat

berjalan dengan efektif dan efisien. Hal ini mengacu pada Heizer dan Render (2004) yang menyatakan

bahwa tata letak merupakan salah satu strategi wilayah yang akan menentukan efisiensi operasi dalam

jangka panjang. Tata letak yang efektif dapat membantu sebuah perusahaan mendapatkan strategi

yang mendukung perbedaan, harga yang rendah atau respon. Menurut Purnomo (2004) perancangan

tata letak pabrik dapat meminimumkan elemen-elemen biaya, seperti biaya untuk konstruksi dan

instalasi baik untuk bangunan, mesin, maupun fasilitas produksi lainnya, biaya pemindahan bahan,

biaya produksi, perawatan mesin, dan biaya penyimpanan produk jadi.

Pada penentuan tata letak pabrik, terdapat tiga tipe tata letak pada pabrik yaitu antara lain

adalah:

1. Tata Letak Berdasarkan Produk (Layout by Product)

Tata letak jenis ini membentuk suatu garis mengikuti jenjang proses pengerjaan produksi

suatu produk dari awal hingga akhir.

Page 72: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

55

2. Tata Letak Berdasarkan Proses (Layout by Process)

Layout pada jenis tata letak berdasarkan proses memiliki bagian yang saling terpisah satu

sama lain dimana aliran bahan baku terputus-putus dengan mesin disusun sesuai fungsi dalam

suatu group departemen.

3. Tata Letak Berdasarkan Stationary (Layout by Stationary)

Tata letak jenis ini mendekatkan sumber daya manusia (SDM) serta perlengkapan yang ada

pada bahan baku untuk kegiatan produksi.

Industri cokelat batangan memproduksi satu jenis produk yaitu cokelat batangan (praline). Oleh

karena itu, tipe tata letak yang digunakan adalah tipe produk. Dalam Layout by Product, mesin-mesin

atau alat bantu disusun menurut urutan proses dari suatu produk. Produk bergerak secara terus

menerus dalam suatu garis perakitan. Layout by Product akan digunakan apabila volume produksi

cukup tinggi dan variasi produk tidak banyak dan sangat sesuai untuk produk yang kontinyu. Tujuan

dari Layout by Product pada dasarnya adalah untuk mengurangi proses pemindahan bahan dan

memudahkan pengawasan di dalam aktivitas produksi, sehingga pada akhirnya terjadi penghematan

biaya (Purnomo, 2004).

Ruangan yang terdapat di industri cokelat batangan ini antara lain gudang bahan baku dan bahan

penunjang, ruang produksi, ruang pendinginan, ruang pengemasan, gudang produk jadi, unit

pengelolaan limbah, laboratorium, kantor, toilet, dan kantin. Luas ruang produksi adalah sekitar 720

m2.

Tata letak ruang produksi adalah sebagai berikut :

1. Mesin pencampuran, pemastaan, dan homogenisasi

2. Mesin tempering

3. Mesin pencetakan

Terdapat beberapa pola aliran bahan dalam ruang produksi, yaitu : pola aliran garis lurus jika

proses produksinya pendek dan sederhana, pola aliran bentuk “L” jika terdapat keterbatasan pada

besar gedung, pola aliran bentuk “U” jika aliran masuk dan keluar pada lokasi yang sama, pola aliran

bentuk “O” jika bahan baku dan produk ditempatkan pada satu ruang, dan pola aliran bentuk “S” (zig

zag) jika aliran produksi panjang. Aliran bahan yang lancar secara otomastis akan mengurangi biaya

dan akhirnya akan meningkatkan produktivitas. Pola aliran bahan dalam ruang produksi untuk

memproduksi cokelat batangan adalah pola aliran bahan berbentuk garis lurus yang bertujuan untuk

mengefisienkan waktu dan pergerakan. Analisa aliran bahan sangat diperlukan dalam merancang

suatu tata letak industri atau pabrik. Penentuan aliran bagi manajemen, material, aliran bahan,

distribusi fisik dan logistik merupakan salah satu langkah dalam perencanaan fasilitas yang sangat

penting terutama penentuan pola aliran bahan. Berikut merupakan pola aliran bahan dalam ruang

produksi cokelat batangan yang dapat dilihat pada Gambar 5.9 :

Gambar 5.9. Pola aliran bahan dalam ruang produksi cokelat batangan

Keterangan :

1. Mesin pencampuran, pemastaan, dan homogenisasi

2. Mesin tempering

3. Mesin pencetakan

3 2 1

Page 73: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

56

X

X

U

U

U

X

U

U

U

U

U

U

U

X

O

U

O

X

X

U

I

X

X

U

U

U

U

U

U

X

U

U

U

X

U

X

X

U

X

U

U

U

X

X

U

U

E

U

X

O

O

U

O

U

U

U

I

X

U

O

X

A

X

A

A

A

A

O

1.Stasiun penerimaan bahan baku

12. Tempat parkir

11. Kantin

10. Toilet

9. Kantor

8. Laboratorium

7. Unit pengelolaan limbah

6. Gudang produk jadi

5. Ruang pengemasan

4. Ruang pendinginan

3. Ruang produksi

2. Gudang bahan baku

Berdasarkan diagram alir proses produksi cokelat batangan, maka dilakukan analisis keterkaitan

antar aktivitas untuk menentukan tata letak pabrik. Salah satu alat untuk menganalisa dan merancang

keterkaitan antar kegiatan ini disebut Bagan Keterkaitan Antar Kegiatan atau AR-Chart. Keterkaitan

antar aktivitas dan hasil dari proses perancangan kegiatan tersebut adalah dalam bentuk bagan dan

diagram keterkaitan antar kegiatan yang secara sistematis telah menunjukkan bagaimana kedudukan

(letak atau lokasi) suatu kegiatan (ruang) tertentu dikaitkan dengan kegiatan (ruang) yang lain (Apple,

1990). Dalam merancang hubungan antar kegiatan, maka harus dipertimbangkan faktor penting yaitu

persyaratan khusus yang harus dipenuhi untuk kegiatan atau ruang tertentu, karakteristik bangunan,

letak bangunan, fasilitas eksternal, dan kemungkinan perluasan. Bagan tersebut dapat dilihat pada

Gambar 5.10. Derajat keterkaitan di gambarkan dengan simbol sebagai berikut :

A (Absolutely Important) : menunjukkan bahwa letak antar suatu kegiatan harus saling berdekatan

dan bersebelahan dengan kegiatan lain.

E (Especially Important) : menunjukkan bahwa letak antar dua kegiatan tertentu harus berdekatan.

I (Important) : menunjukkan bahwa letak antar dua kegiatan tertentu harus cukup

berdekatan.

O (Ordinary) : menunjukkan bahwa letak antar dua kegiatan tertentu tidak harus saling

berdekatan.

U (Unimportant) : menunjukkan bahwa letak antar dua kegiatan tertentu bebas dan tidak

saling terkait.

X (Undesirable) : menunjukkan bahwa letak antar dua kegiatan tertentu tidak boleh saling

berdekatan dan harus saling berjauhan.

Gambar 5.10. Bagan keterkaitan antar aktivitas industri cokelat batangan

Page 74: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

57

Penggunaan bagan keterkaitan aktivitas bertujuan untuk merencanakan dan menganalisa

keterkaitan antar kegiatan dan informasi yang dihasilkan harus diwujudkan dalam bentuk diagram,

yang dibuat dengan bantuan suatu lembar kerja. Bagan keterkaitan antar aktivitas sangat membantu

dalam penempatan lokasi pusat kerja atau departemen, penunjukan kegiatan mana yang saling

berkaitan, serta sebagai dasar dalam pengalokasian area kegiatan dalam suatu industri. Oleh karena

itu, diagram keterkaitan antar aktivitas tersaji dalam bantuan lembar kerja pada Tabel 5.2 :

Tabel 5.2. Lembar kerja untuk diagram keterkaitan antar aktivitas

Aktivitas Simbol

A (6) E (5) I (4) O (3) U (2) X (1)

1. Stasiun penerimaan bahan

baku

2 12 - 3 4,5,6,8,9 7,10,11

2. Gudang bahan baku 1,3 - - - 4,5,6,8,9,12 7,10,11

3. Ruang produksi 2,4 - - 1,5,6,8 9,11,12 7,10

4. Ruang pendinginan 3,5 - - 6 1,2,8,9,11,12 7,10

5. Ruang pengemasan 4,6 - - 3 1,2,8,9,11,12 7,10

6. Gudang produk jadi 5 - - 3,4 1,2,8,9,11,12 7,10

7. Unit pengelolaan limbah - - - - 10,12 1,2,3,4,5,6,

8,9,11

8. Laboratorium - - - 3,9 1,2,4,5,6,10,12 7,11

9. Kantor - - 12 8 1,2,3,4,5,6,10,11 7

10. Toilet - - - 11 7,8,9,12 1,2,3,4,5,6

11. Kantin - - 12 10 3,4,5,6,9 1,2,7,8

12. Tempat parker - 1 9,11 - 2,3,4,5,6,7,8,10 -

Bagan keterkaitan aktivitas di atas dijadikan patokan sebagai perhitungan keterkaitan antar

ruang. Diagram keterkaitan antar aktivitas menggunakan template-template yang menggambarkan

kegiatan yang ada (Apple, 1990). Untuk membuat diagram ini dihitung dengan menggunakan metode

Total Closeness Rating (TCR). Berikut daftar hasil perhitungan Total Closeness Rating yang dapat

dilihat pada Tabel 5.3 :

Page 75: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

58

Tabel 5.3. Hasil perhitungan total closeness rating (TCR) untuk menentukan pusat aktivitas

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 TCR

1 0 6 3 2 2 2 1 2 2 1 1 5 27

2 6 0 6 2 2 2 1 2 2 1 1 2 27

3 3 6 0 6 3 3 1 3 2 1 2 2 32

4 2 2 6 0 6 3 1 3 2 1 2 2 30

5 2 2 3 6 0 6 1 2 2 1 2 2 29

6 2 2 3 3 6 0 1 2 2 1 2 2 26

7 1 1 1 1 1 1 0 1 1 2 1 2 13

8 2 2 3 2 2 2 1 0 3 2 1 2 22

9 2 2 2 2 2 2 1 3 0 2 2 4 24

10 1 1 1 1 1 1 2 2 2 0 3 2 17

11 1 1 2 2 2 2 1 1 2 3 0 4 21

12 5 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 0 29

(A=6, E=5, I=4, O=3, U=2, X=1)

Analisis nilai TCR digunakan untuk melihat urutan kerja dengan lokasi yang harus berdekatan.

Aliran proses diperlukan untuk melihat urutan kerja yang digunakan tata letak ruang industri cokelat

batangan. Hasil analisis dari lembar kerja kegiatan keterkaitan aktivitas dan perhitungan nilai TCR

menentukan diagram keterkaitan antar aktivitas seperti pada Gambar 5.11 :

Page 76: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

59

Gambar 5.11. Diagram keterkaitan antar aktivitas industri cokelat batangan

A E

X7

Kantor

9

I10,13 O8

A3,5 E

X7,11

Ruang pendinginan

4

I O6

A E

X1,2,7,8

Kantin

11

I10,13 O11

A4,6 E

X7,11

Ruang pengemasan

5

I O3

A E

X

Unit pengolahan limbah

7

I O

A E

X

Toilet

10

I O12

A E1

X

Tempat parkir

12

I9,12 O

A E

X7,12

Laboratorium

8

I O3,9

A2 E13

X7,11,12

Stasiun penerimaan

bahan baku

1

I O3

A1,3 E

X7,11,12

Gudang bahan baku

2

I O

A5 E

X7,11

Gudang produk jadi

6

I O3,4

A2,4 E

X7,11

Ruang produksi

3

I O1,5,6,8

Page 77: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

60

Setelah dianalisis hubungan keterkaitan antar aktivitas dan dibuat bagan dan diagram keterkaitan

antar aktivitas, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis kebutuhan ruang yang diperlukan.

Kebutuhan luasan ruang produksi tergantung pada jumlah mesin/peralatan, tenaga kerja atau operator

yang menangani fasilitas produksi, serta jumlah dan jenis sarana lain yang mendukung kegiatan

produksi yang bersangkutan. Jumlah mesin atau tenaga kerja tergantung pada tingkat produksi secara

keseluruhan dan tingkat produksi pada setiap tahapan kegiatan produksi.

Mesin-mesin dan peralatan yang digunakan mempunyai sistem kerja yang otomatis dan

berteknologi tinggi, sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan tidak banyak dan harus terampil, ahli dan

mengerti dengan baik proses yang berjalan. Pada Tabel 5.4 disajikan kebutuhan ruang produksi.

Kebutuhan luasan ruang pabrik industri cokelat batangan dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.4. Kebutuhan ruang produksi

No Nama Ruang Jumlah Sub total

(m2)

Total x

150 % Mesin Operator

1. Stasiun penerimaan bahan baku - - 100 150

1. Gudang bahan baku - - 100 150

2. Gudang produk jadi - - 100 150

3. Ruang produksi

Pencampuran, pemastaan, dan

homogenisasi 1 2 20 30

Tempering 1 2 20 30

Pencetakan 1 2 100 150

4. Ruang pendinginan 1 2 20 30

5. Ruang pengemasan 1 2 20 30

Total 5 10 480 720

Area kelonggaran ditentukan sebesar 150 %. Kelonggaran 150 % ini disediakan untuk kegiatan

penanganan bahan, pergerakan pekerja dan perawatan, lorong, kolom, dan sebagainya sesuai dengan

kebutuhan.

Jika jumlah mesin yang akan ditangani operator sudah ditetapkan, maka kebutuhan luas ruang

untuk mesin atau peralatan dapat ditentukan. Salah satu metode dalam menentukan luasan ruang

produksi adalah metode pusat produksi. Pusat produksi terdiri dari mesin dan semua perlengkapan

untuk mendukung proses produksi, serta luasan untuk melaksanakan proses operasi.

Page 78: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

61

Tabel 5.5. Kebutuhan luasan ruang pabrik industri cokelat batangan

No. Lokasi Luas (m2)

1. Ruang produksi 720

2. Ruang non produksi

a. Kantor 200

b. Laboratorium 100

c. Pengolahan limbah 60

d. Toilet 40

e. Kantin 60

3. Lain-lain

a. Parkir 500

b. Jalan 120

c. Lahan terbuka 200

Total 2.000

Page 79: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

62

Stasiun Penerimaan

Bahan Baku dan

Penunjang

Gudang Bahan

Baku dan

Penunjang

Laboratorium

Ruang Produksi

Ruang

Pendinginan

Ruang

Pengemasan

Gu

da

ng

Pro

du

k

Ja

di

Kantor

Unit Pengelolaan

Limbah

To

ilet

Ka

ntin

Parkir

Gerbang Depan

Gerbang Belakang

48.0 in. x 24.0 in.

24.0 in. x

24.0 in.

Receptionist

B

B

B

a

a

a

a

a

a

Gambar 5.12. Tata letak industri cokelat batangan

80 m

25 m

17 m

60 m

10 m

6 m

5 m

6 m

8 m

10 m

Page 80: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

63

5.6. Aspek Lingkungan

Limbah merupakan hasil dari proses yang terjadi di dalam industri yang dapat bersifat

merugikan ataupun menguntungkan. Pencemaran pada setiap proses produksi tidak dapat dihilangkan

atau dihindari tetapi pencemaran ini dapat dikendalikan sehingga menimbulkan dampak yang

seminimal mungkin. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah pengendalian pada sumbernya.

Setelah sumber pencemarnya diketahui, maka dilakukan pengenalan sifat dan karakter pencemar

tersebut. Kemudian masing-masing sumber pencemar tersebut dimasukkan dalam suatu daftar dan

dilakukan pengelompokan sesuai dengan karakter pencemarannya.

Studi aspek lingkungan hidup bertujuan untuk menentukan apakah secara lingkungan hidup

rencana bisnis diperkirakan dapat dilaksanakan secara layak atau sebaliknya. Studi aspek lingkungan

hidup dilakukan dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). AMDAL dilakukan agar

kualitas lingkungan tidak rusak dengan beroperasinya proyek-proyek industri. AMDAL harus

mengacu pada peraturan dan perundangan yang berlaku mengenai lingkungan hidup setempat studi

AMDAL dilakukan. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 17 Tahun

2001, tentang jenis rencana usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL (Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan). Kerusakan lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini diakibatkan oleh

kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhannya dengan tidak mengindahkan kelestarian alam

sekitarnya (Pramudya, 2001). AMDAL terdiri dari 5 dokumen, yaitu PIL (Penyajian Informasi

Lingkungan), KA (Kerangka Acuan), ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan), RKL (Rencana

Kelola Lingkungan).

Tujuan studi AMDAL adalah untuk meminimumkan dampak negatif dan mengoptimalkan

dampak positif, maka segenap upaya dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan uraian

kegiatan yang dilakukan oleh pabrik, maka komponen kegiatan yang diperkirakan menimbulkan

dampak dibagi menjadi tiga tahap. Pada tahap prakonstruksi, tahap konstruksi, tahap operasional dan

tahap pasca operasi. Dari setiap tahap ini dilakukan analisis dan penanganan terhadap setiap limbah

yang dihasilkan. Untuk penyusunan AMDAL perusahaan menggunakan jasa konsultan yang memiliki

sertifikat AMDAL A (dasar-dasar AMDAL) atau B (penyusun) dan perusahaan menggunakan ahli di

bidang cokelat batangan. Pemanfaatan limbah akan dapat menunjang pada peningkatan pendapatan

industri.

Industri cokelat batangan memiliki potensi untuk menghasilkan limbah. Secara garis besar

limbah di bagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah yang

dihasilkan oleh industri ini relatif kecil bahkan tidak berbahaya bagi lingkungan. Limbah padat yang

dihasilkan dari proses produksi cokelat batangan adalah sisa adonan yang tercecer di lantai ketika

akan memasukkan adonan cokelat ke dalam mesin pencampuran dan kemasan bahan baku produksi.

Limbah padat ini akan terurai secara alamiah dan tidak berbahaya bagi lingkungan, sehingga dapat di

buang langsung ke lingkungan. Limbah cair yang dihasilkan karena adanya proses pencucian

peralatan produksi dan limbah domestik berasal dari kegiatan sanitasi (MCK) pabrik. Limbah sisa

produksi dan pencucian alat serta mesin akan melalui proses treatment terlebih dahulu pada

pengolahan limbah. Limbah cair domestik yang terdapat dalam pabrik ditangani dengan menggunakan

septic tank. Pembangunan Septic tank ini menggunakan beton dengan beberapa sekat dan bidang

rembesan. Sekat pada septic tank berfungsi sebagai tempat untuk mengendapkan limbah secara

bertahap. Bidang rembesan berfungsi untuk menyerap kotoran yang berasal dari sekat septic tank. Air

yang keluar akan menjadi lebih baik kualitasnya.

Dampak dari suatu proyek pembangunan baik pada aspek fisik ataupun kimia yang akan

berpengaruh pada lingkungan adalah dampak kebisingan, dampak kualitas udara, dampak pada

kuantitas dan kualitas air, dampak pada iklim atau cuaca, dan dampak pada tanah. Kebisingan dapat

Page 81: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

64

dihasilkan dari konstruksi bangunan saat akan mendirikan sebuah pabrik, selain itu kebisingan

diperoleh dari peralatan industri yang digunakan dan pada proses pengolahannya. Pengendalian

kebisingan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu menggunakan cara pengolahan yang kurang

bising, menggunakan alat-alat yang tingkat kebisingannya lebih rendah, penggunaan pagar dan

peredam suara pada bangunan, serta penggunaan alat pelindung telinga untuk mengurangi kebisingan

yang didengar oleh pekerja.

Pencegahan, penanggulangan dampak negatif dari proses produksi dan pengembangan dampak

positif sebagai upaya penanganan dampak dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Pencegahan dengan menggunakan bahan baku yang tidak atau kurang menghasilkan limbah

berbahaya dan beracun yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan manusia.

b. Untuk mengatasi kebisingan yang dialami pekerja di lingkungan pabrik maka karyawan disarankan

untuk mengenakan pelindung telinga (ear plug).

c. Limbah cair hasil dari sisa proses produksi dan sisa pencucian alat atau mesin, serta air kegiatan

domestik karyawan akan dialirkan ke saluran air limbah kawasan untuk selanjutnya diolah

sebelum dibuang ke badan air penerima.

d. Limbah padat yang dihasilkan dari sisa adonan yang tercecer sebaiknya dikumpulkan kembali

dalam suatu tempat, selain itu dapat dilakukan pencegahan penceceran dengan melakukan proses

produksi dengan hati-hati oleh pekerja. Untuk bahan kemasan bahan baku dan bahan penolong

dapat digolongkan menjadi dua, yaitu bekas kemasan bahan tidak berbahaya dan bekas kemasan

bahan berbahaya. Bahan kemasan yang tidak berbahaya seperti kertas dan plastik tersebut

dikumpulkan di dalam gudang dan secara berkala akan diambil oleh pembeli, sedangkan untuk

botol dan jerigen bahan akan dikembalikan kembali kepada pemasok. Bekas kemasan bahan yang

berbahaya dikumpulkan ke tempat khusus dan dikirim ke Pusat Penanganan Limbah Industri

(PPLI).

Page 82: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

65

VI. RENCANA MANAJEMEN DAN ORGANISASI

6.1. Aspek Legalitas

Suatu industri yang didirikan perlu mendapatkan legalitas dari pihak yang terkait, dalam hal ini

adalah pemerintah. Hal ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan industri tersebut dan memberikan

kemudahan dalam perjalanan melakukan kegiatan usaha, mendapatkan dukungan serta terikat pada

kebijakan yang berlaku pada daerah tertentu. Untuk melegalisasi pendirian dan pengoperasian industri

cokelat batangan perlu dibentuk menjadi badan usaha.

6.1.1. Badan Usaha

Perusahaan yang ada di Indonesia terdapat dalam beberapa bentuk, yaitu Perseroan Terbatas

(PT), Persekutuan Komanditer (CV), Koperasi, Firma, Kongsi, Yayasan dan bentuk usaha tetap.

Dalam hal pemilikan, bentuk perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran

perusahaan, jenis perusahaan, pembagian laba, resiko yang akan ditanggung, pembagian pengawasan

dan aturan penguasaan perusahaan.

Bentuk badan usaha dari industri cokelat batangan adalah perseroan terbatas (PT). Pemilihan

ini dilakukan dengan alasan modal investasi yang dibutuhkan relatif cukup besar. Perseroan terbatas

adalah “badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,

melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi

persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta Peraturan pelaksanaannya” (Undang-

Undang Nomor 40, 2007). Selain itu bentuk badan usaha perseroan terbatas memiliki beberapa

keuntungan yaitu :

1. Kewajiban terbatas

Tidak seperti Partnership, pemegang saham sebuah perusahaan tidak memiliki kewajiban untuk

obligasi dan hutang perusahaan. Akibatnya, kehilangan potensial yang terbatas tidak dapat melebihi

dari jumlah yang mereka bayarkan pada saham. Tidak hanya mengizinkan perusahaan untuk

melaksanakan usaha yang beresiko, tetapi kewajiban terbatas juga membentuk dasar untuk

perdagangan di saham perusahaan.

2. Masa hidup abadi

Aset dan struktur perusahaan dapat melewati masa hidup dari pemegang sahamnya, pejabat atau

direktur. Ini menyebabkan stabilitas modal yang dapat menjadi investasi dalam proyek yang lebih

besar dan dalam jangka waktu yang lebih panjang dari aset perusahaan tetap dapat menjadi subyek

disolusi dan penyebaran. Kelebihan ini juga sangat penting dalam periode pertengahan.

3. Efisiensi manajemen

Manajemen dan spesialisasi memungkinkan pengelolaan modal yang efisien sehingga

memungkinkan untuk melakukan ekspansi dan dengan menempatkan orang yang tepat, efisiensi

maksimum dari modal yang ada. Selain itu, adanya pemisahan antara pengelola dan pemilik

perusahaan sehingga terlihat tugas pokok dan fungsi masing-masing.

4. Adanya pemisahan fungsi antara pemegang saham dan pengurus atau direksi.

5. Memiliki komisaris yang bertanggung jawab sebagai pengawas.

Page 83: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

66

6.1.2. Perizinan

Dalam mendirikan perseroan terbatas (PT) diperlukan beberapa langkah perizinan yaitu dengan

menggunakan akta resmi (akta yang dibuat oleh notaris) yang di dalamnya dicantumkan nama lain

dari perseroan terbatas, modal, bidang usaha, alamat perusahaan, dan lain-lain.

Syarat-syarat pendirian PT secara formal berdasarkan UU No. 40/2007 adalah sebagai berikut :

1. Pendiri minimal dua orang atau lebih (pasal 7 ayat 1).

2. Akta notaris yang berbahasa Indonesia.

3. Setiap pendiri harus mengambil bagian atas saham, kecuali dalam rangka peleburan (pasal 7 ayat

4).

4. Akta pendirian harus disahkan oleh menteri kehakiman dan diumumkan dalam Berita Negara

Republik Indonesia (pasal 7 ayat 4).

5. Modal dasar minimal Rp. 50.000.000,00 dan modal disetor minimal 25 % dari modal dasar (pasal

32 dan pasal 33).

6. Minimal satu orang direktur dan satu orang komisaris (pasal 92 ayat 3 dan pasal 108 ayat 3).

7. Pemegang saham harus WNI atau Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia kecuali

PT. penanaman modal asing.

Persyaratan material yang harus dipenuhi berupa kelengkapan dokumen yang harus disampaikan

kepada Notaris pada saat penandatanganan akta pendirian antara lain :

1. KTP dari para Pendiri (minimal dua orang dan bukan suami-isteri). Apabila pendirinya hanya

suami-isteri (tidak pisah harta), maka harus ada satu orang lain lagi yang bertindak sebagai pendiri

atau pemegang saham.

2. Modal dasar dan modal disetor.

3. Jumlah saham yang diambil oleh masing-masing pendiri.

4. Susunan Direksi dan Komisaris serta jumlah Dewan Direksi dan Dewan Komisaris.

Sedangkan untuk perizinan perusahaan berupa surat keterangan domisili perusahaan, NPWP

perusahaan, SIUP, TDP/WDP dan PKP, maka dokumen-dokumen pelengkap yang diperlukan antara

lain :

1. Kartu Keluarga Direktur Utama.

2. NPWP Direksi.

3. Fotokopi Perjanjian Sewa Gedung berikut surat keterangan domisili dari pengelola gedung

(apabila kantornya berstatus sewa), sedangkan apabila berstatus milik sendiri, maka diperlukan

fotokopi sertifikat tanah dan fotokopi PBB terakhir berikut bukti pelunasannya.

4. Pas foto Direktur Utama atau penaggung jawab ukuran 3x4 sebanyak dua lembar.

5. Foto kantor tampak depan, tampak dalam (ruangan berisi meja, kursi, komputer berikut satu

hingga dua orang pegawainya). Biasanya ini dilakukan untuk mempermudah pada saat survei

lokasi untuk PKP dan SIUP.

6. Stempel perusahaan.

Page 84: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

67

6.1.3. Pajak

Industri cokelat batangan tidak terlepas dari kewajiban pajak yang dibebankan, sesuai dengan

Undang Undang No.17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan yang menyatakan bahwa yang menjadi

subyek pajak adalah badan yang terdiri dari Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Perseroan atau perkumpulan

lainnya, Firma Kongsi, Koperasi, Yayasan atau lembaga untuk usaha tetap.

Penentuan besar pajak penghasilan yang dilakukan berdasarkan Undang-Undang Perpajakan

No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 Ayat 1b yang menyatakan bahwa pajak penghasilan untuk suatu badan

dalam negeri dan bentuk badan usaha sebesar 28%.

6.2. Kebutuhan Tenaga Kerja

Analisa kebutuhan tenaga kerja merupakan salah satu aspek dalam menajemen operasi yang

perlu direncanakan pada awal proyek. Proses produksi cokelat batangan sebagian besar bahkan

hampir keseluruhan dilakukan oleh mesin, namun dalam pelaksanaannya proses produksi tetap

dibutuhkan tenaga kerja manusia sebagai operator, pengawas proses produksi, dan beberapa kegiatan

produksi yang membutuhkan campur tangan manusia secara langsung. Selain dalam lingkup proses

produksi, tenaga kerja dibutuhkan dalam pelaksanaan aktivitas di luar produksi, seperti kegiatan

administrasi, kegiatan pemasaran, kegiatan distribusi dan transportasi, serta kegiatan lainnya. Tenaga

kerja yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan dan kriteria tenaga kerja yang

dibutuhkan.

Industri cokelat batangan merupakan perusahaan dalam negeri yang baru didirikan sehingga

kebutuhan sumber daya manusia merupakan hal yang sangat penting untuk ditetapkan dengan baik.

Untuk saat ini perlu dibuat penggolongan pekerja ke dalam golongan tetap, yaitu beberapa orang

pekerja mulai dari direktur, manajer, operator, dan staf masing-masing bidang yang telah ditetapkan

dan sistem penggajian ditetapkan dengan cara pembayaran berkala setiap bulan. Sedangkan buruh

angkut digolongkan ke dalam tenaga kerja tidak tetap.

Penentuan jumlah tenaga kerja diperhitungkan dalam mengidentifikasi kegiatan, sifat, dan

beban kerja sehingga dapat ditentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan

pekerjaan tersebut. Rincian penetapan kebutuhan tenaga kerja disajikan pada Tabel 6.2.

Page 85: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

68

Tabel 6.1. Penentuan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada setiap pekerjaan

No. Kegiatan Sifat Jumlah Tenaga Kerja

(Orang)

1. Produksi

b. Pencampuran, pemastaan, pematangan dan homogenisasi Rutin harian 2

c. Tempering Rutin harian 2

d. Pencetakan Rutin harian 2

e. Pendinginan Rutin harian 2

f. Pengemasan Rutin harian 2

g. Teknisi pemeliharaan mesin dan peralatan Rutin harian 1

2. Perencanaan produksi

a. Membuat perencanaan produksi minimal 5 tahun ke depan Temporer 1

b. Berkoordinasi dengan bagian pemasaran dan logistik untuk mengontrol kontinuitas produksi Rutin bulanan 1

3. Administrasi dan keuangan

a. Mengkoordinasi laporan administrasi dan keuangan Rutin harian 1

a. Melakukan pembukuan perusahaan Rutin harian 1

4. Pemasaran

a. Membuat perencanaan pasar untuk 10 tahun ke depan (disesuaikan dengan umur proyek) Rutin harian 1

b. Menetapkan sistem pemasaran bagi perusahaan Rutin harian 1

c. Mengikuti pameran-pameran bisnis Temporer 1

5. Logistik dan distribusi

a. Memastikan persediaan bahan baku dan produk Rutin harian 1

b. Pendistribusian bahan baku dan produk Rutin harian 2

6. Keamanan

Menjaga keamanan pabrik selama 24 jam (dibagi menjadi 2 shift) Rutin harian 4

7. Pengawasan mutu

Page 86: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

69

No. Kegiatan Sifat Jumlah Tenaga Kerja

(Orang)

Melakukan pengawasan terhadap mutu produk yang dihasilkan Rutin harian 2

8. Kebersihan

a. Membersihkan lingkungan pabrik Rutin harian

2

4

9.

b. Membantu para pekerja memaintenance aset perusahaan

Supir

Mengendarai kendaraan perusahaan untuk kebutuhan di pabrik dan di kantor

Rutin harian

Rutin harian

Jumlah 33

Tabel 6.1. Penentuan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada setiap pekerjaan (lanjutan)

Page 87: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

70

Berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga kerja tersebut, langkah selanjutnya yang harus

dilakukan adalah membuat tabel kebutuhan tenaga kerja beserta kualifikasinya yang disajikan pada

Tabel 6.3.

Tabel 6.2. Kebutuhan dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan pada industri cokelat

batangan

No. Jabatan Kualifikasi Pendidikan Jumlah (Orang)

1. Direktur S1 1

2. Manajer produksi dan QC S1 1

3. Manajer administrasi dan keuangan S1 1

4. Manajer logistik dan distribusi S1 1

5. Manajer pemasaran S1 1

6. Staf pemasaran SMA 2

7. Staf logistik dan distribusi SMA 2

8. Staf administrasi dan keuangan SMA 1

9. Operator SMK Mesin 11

10. Laboran SMK Analisis Kimia 2

11. Office boy (OB) SMA 2

12.

13.

Keamanan

Supir

SMA

SMA

4

4

Jumlah 33

Pada perencanaan ini diperkirakan jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan adalah 33

orang. Pada awal pendirian industri, komposisi tenaga kerja terbanyak difokuskan pada bagian

pemasaran. Hal ini berkaitan dengan sifat produk yang tergolong baru dan masih berada pada tahap

pengenalan, sehingga pemasaran merupakan suatu hal yang penting dalam rangka pengenalan dan

pencarian pasar cokelat batangan. Untuk perkembangan perusahaan selanjutnya tidak menutup

kemungkinan dilakukan perubahan komposisi tenaga kerja maupun dilakukan rotasi kerja.

6.3. Struktur Organisasi

Setelah identifikasi jabatan menghasilkan gambaran yang jelas, kemudian disusun neraca

organisasi pengelola operasi. Hal ini dikarenakan penekanan kepada spesialisasi dan efisiensi, maka

struktur organisasi operasi pada umumnya disusun atau dikelompokkan berdasarkan fungsi (dengan

beberapa variasi seperti organisasi berdasarkan produk atau area). Organisasi lini memberikan

kerangka dasar kepada organisasi selanjutnya apabila perusahaan tumbuh dan berkembang.

Manajemen operasional industri yang baik akan mampu memenuhi segala kebijakan dan tujuan

perusahaan. Tenaga manajemen yang ahli merupakan faktor utama dalam keberhasilan manajemen

industri. Menurut Sutojo (2000), tenaga kerja yang tepat dan berkualitas dapat diperoleh dengan

mengetahui beberapa hal penting, yaitu uraian jenis pekerjaan atau tugas pokok yang diperlukan untuk

menjalankan operasional industri, struktur organisasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-

tugas perusahaan secara efisien, persyaratan minimal yang harus dipenuhi untuk mengisi jabatan yang

ada untuk mengisi kekurangan ahli.

Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan harus

dirinci dan didistribusikan semuanya kepada orang-orang yang mampu bekerja di bidang tersebut.

Untuk itu harus disiapkan mekanisme koordinasi. Pada perusahaan cokelat batangan yang akan

didirikan, setiap pekerjaan didistribusikan kepada pekerja berdasarkan kualifikasi yang dimiliki.

Page 88: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

71

Keseluruhan rangkaian kegiatan operasi akan dijalankan oleh beberapa bagian sesuai dengan

bidang masing-masing. Secara umum struktur organisasi pada perusahaan cokelat batangan terbagi

menjadi beberapa tahapan hirarki, yaitu direktur, beberapa manajer, dan staf. Rencana struktur

organisasi perusahaan yang menunjukkan setiap bagian memiliki peranan dalam bidang yang menjadi

tanggung jawabnya masing-masing dapat dilihat pada Gambar 6.1 :

Gambar 6.1. Struktur organisasi industri cokelat batangan

6.4. Deskripsi Pekerjaan

Agar pembagian tugas dan tanggung jawab menjadi jelas, maka perlu disusun uraian kerja

masing-masing posisi sehingga setiap tanggung jawab dapat dilaksanakan dengan baik. Setiap

pekerjaan dideskripsikan secara jelas dan diberikan kepada pekerja yang memiliki kemampuan dalam

melaksanakan tanggung jawab tersebut.

Deskripsi tugas dan tanggung jawab disusun untuk memudahkan pekerja dalam melaksanakan

tugas dan pekerjaannya. Deskripsi tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan di industri

cokelat batangan antara lain :

1. Direktur

Direktur bertugas mengelola keseluruhan fungsi perusahaan cokelat batangan yang meliputi

kegiatan perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan kegiatan manajer dan staf yang berada di

bawahnya.

2. Manajer Pemasaran

Manajer pemasaran bertugas memasarkan produk, melaksanakan strategi pemasaran yang

ditetapkan, menjalankan kegiatan promosi, dan menjalin kerja sama dengan mitra.

3. Manajer Produksi dan Quality Control (QC)

Manajer produksi dan quality control (QC) bertugas melakukan pengawasan dan pelaksanaan

kegiatan produksi cokelat batangan, mengawasi kualitas bahan baku dan produk, memelihara dan

menjaga sarana produksi, dan melakukan penelitian dan pengembangan produk (research and

development) agar mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen.

4. Manajer Administrasi dan Keuangan

Manajer administrasi dan keuangan bertugas mengkoordinasikan laporan administrasi dan

keuangan di dalam perusahaan.

Direktur

Manajer

Pemasaran

Staf

Pemasaran

Manajer

Produksi dan QC

Laboran Operator Staf Logistik

dan Distribusi

Staf Administrasi

dan Keuangan

Office

Boy

Keamanan

dan supir

Manajer Administrasi

dan Keuangan

Manajer Logistik

dan Distribusi

Page 89: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

72

5. Manajer Logistik dan Distribusi

Manajer logistik dan distribusi bertugas mengelola pengadaan bahan baku dan bahan

pembantu, pendistribusian produk, dan mengelola berbagai hal yang terkait dengan pengadaan logistik

cokelat batangan.

6. Staf Pemasaran

Staf pemasaran bertugas memasarkan produk, melaksanakan strategi pemasaran yang telah

ditetapkan, menjalankan kegiatan promosi, dan pameran-pameran bisnis.

7. Staf Logistik dan Distribusi

Staf logistik dan distribusi bertugas mengelola pendistribusian produk serta mengatur

pengadaan dan pengelolaan bahan baku.

8. Staf Administrasi dan Keuangan

Staf administrasi bertugas melaksanakan dan mengawasi kegiatan pencatatan administrasi dan

keuangan kantor serta operasional perusahaan.

9. Laboran

Laboran bertugas melakukan pengawasan terhadap mutu produk dengan melakukan

pengecekan mutu bahan baku, hasil dari tiap tahap produksi, dan produk akhir sesuai dengan standar

mutu yang ditetapkan sesuai dengan arahan dari manajer produksi dan QC.

10. Operator

Operator bertugas menjalankan mesin sesuai dengan prosedur yang ada dan memastikan mesin

berjalan sesuai dengan kriteria yang sebenarnya. Operator harus selalu melakukan pengawasan

terhadap proses produksi dan kinerja mesin agar tidak terjadi penyimpangan produk yang tidak

diinginkan. Operator juga melakukan perawatan mesin dan alat-alat produksi.

11. Office Boy (OB)

Office boy bertugas membersihkan lingkungan pabrik dan kantor serta membantu para pekerja

memelihara aset perusahaan.

12. Keamanan

Keamanan bertugas menjaga keamanan perusahaan dengan jumlah jam kerja 24 jam, siang dan

malam dengan pembagian waktu kerja menjadi tiga shift.

13. Supir

Supir bertugas mengendarai kendaraan perusahaan untuk kepentingan dan kebutuhan baik di

pabrik maupun di kantor.

Page 90: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

73

VII. RENCANA KEUANGAN

Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya

dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk

melakukan perhitungan rencana keuangan diperlukan beberapa parameter yang berasal dari analisis

sebelumnya yaitu kapasitas produksi, pangsa pasar, teknologi yang dipakai, pilihan peralatan, jumlah

tenaga kerja, fasilitas pendukung, dan proyeksi-proyeksi harga.

Rencana keuangan meliputi berbagai perhitungan kriteria investasi yang telah umum

digunakan. Kriteria yang digunakan antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return

(IRR), Net B/C, Pay Back Period (PBP), Break Even Point (BEP), dan analisis risiko.

7.1. Asumsi Perhitungan Keuangan

Rencana keuangan memerlukan beberapa penetapan asumsi yang disesuaikan dengan kondisi

pada saat kajian dilakukan dan didasarkan pada hasil-hasil perhitungan yang telah dilakukan pada

analisis rencana-rencana yang lain, standar pendirian usaha, dan peraturan yang berlaku. Asumsi dasar

yang menjadi perhitungan dalam rencana keuangan digunakan dapat menentukan kelayakan industri

cokelat batangan. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam rencana keuangan industri cokelat batangan

ini, antara lain :

a. Rencana keuangan dilakukan dengan biaya investasi untuk pendirian usaha baru.

b. Umur investasi diasumsikan selama 10 tahun.

c. Nilai sisa bangunan pada masa akhir proyek adalah 50% dari nilai awal, nilai sisa mesin dan

peralatan adalah 10% dari nilai awal, nilai sisa perlengkapan kantor dan nilai sisa perlengkapan

utilitas adalah 10% dari nilai awal.

d. Umur ekonomis peralatan kantor adalah 3 tahun, umur ekonomis perlengkapan utilitas adalah 5

tahun, umur ekonomis bangunan, mesin dan peralatan, serta biaya pra investasi adalah 10 tahun.

e. Biaya pemeliharaan adalah 10% dari harga awal.

f. Jumlah hari kerja per tahun adalah 288 hari dengan asumsi dalam satu bulan terdapat 24 hari kerja

dan dalam satu minggu terdapat 6 hari kerja.

g. Bunga modal diasumsikan sebesar 12%.

h. Pajak dihitung berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 untuk pajak badan, yaitu

sebesar 28%.

i. Modal kerja dihitung berdasarkan asumsi biaya modal kerja adalah 10% dari penjualan pada tahun

berikutnya.

j. Kapasitas produksi pada tahun pertama adalah 40%, kapasitas produksi pada tahun kedua adalah

50%, kapasitas produksi pada tahun ketiga adalah 60%, kapasitas produksi pada tahun keempat

adalah 70%, kapasitas produksi pada tahun kelima adalah 80%, kapasitas produksi pada tahun

keenam adalah 90%, kapasitas produksi pada tahun ketujuh dan seterusnya adalah 100%.

k. Proyek dimulai pada tahun ke-0 sedangkan produksi pertama dimulai pada tahun ke-1.

Asumsi-asumsi lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.

Page 91: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

74

7.2. Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya yang diperlukan untuk mendirikan industri cokelat batangan.

Biaya investasi yang diperlukan meliputi biaya investasi tetap dan biaya modal kerja. Biaya investasi

tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam pengadaan, pembiayaan kegiatan praoperasi, serta

biaya lain yang berkaitan dengan pembangunan pabrik sampai pabrik siap beroperasi. Biaya investasi

tetap untuk mendirikan industri cokelat batangan meliputi biaya kegiatan awal (prainvestasi), tanah

dan bangunan, fasilitas penunjang, mesin dan peralatan, alat kantor, dan biaya kontingensi. Adapun

total biaya investasi yang dibutuhkan adalah Rp. 6.737.746.660,-. Kebutuhan biaya investasi tetap

adalah Rp. 5.825.673.700.-. Ringkasan biaya investasi tetap dapat dilihat pada Tabel 7.1, sedangkan

rinciannya disajikan pada Lampiran 3.

Tabel 7.1. Komponen biaya investasi tetap yang dibutuhkan dalam pendirian

industri cokelat batangan

No. Komponen Nilai Total (Rp)

1. Biaya prainvestasi 80.000.000

2. Tanah dan bangunan 3.360.000.000

3. Fasilitas penunjang 19.000.000

4. Mesin dan peralatan 1.725.567.000

5. Alat kantor 111.500.000

Subtotal 5.296.067.000

Kontingensi 10% 529.606.700

Total 5.825.673.700

Biaya prainvestasi adalah biaya yang digunakan untuk melakukan berbagai kegiatan yang

diperlukan sebelum produksi mulai berjalan. Biaya prainvestasi meliputi studi kelayakan, perizinan,

dan akte perusahaan dan pengesahan. Karena berbagai faktor, suatu perkiraan biaya tidak mungkin

sepenuhnya tepat. Oleh sebab itu, dalam suatu rencana bisnis biasanya terdapat suatu kontingensi

yang disiapkan untuk menutupi kekurangan yang mungkin terjadi. Biaya tanah dan bangunan

tergolong tinggi yaitu sebesar Rp. 3.360.000.000,- dikarenakan tanah di daerah Cijeruk, Bogor

membutuhkan tambahan biaya untuk dilakukan pematangan tanah dimana kondisi awal tanah tersebut

tidak dapat langsung digunakan untuk mendirikan bangunan sehingga diasumsikan harga tanah

sebesar Rp. 500.000,-/m2. Biaya kontingensi adalah biaya untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak

terduga yang diperkirakan akan terjadi seperti bencana alam atau kesalahan perhitungan awal. Selain

itu, biaya kontingensi juga disiapkan untuk mengantisipasi kenaikan harga yang mungkin terjadi

selama berlangsungnya pelaksanaan rencana bisnis.

Menurut Husnan dan Muhammad (2005) modal kerja dapat diartikan semua investasi yang

diperlukan untuk aktiva lancar dengan kata lain modal kerja adalah dana awal yang diperlukan untuk

membiayai kebutuhan operasioanal dan produksi pada waktu pertama kali dijalankan. Total biaya

modal kerja yang dibutuhkan pada awal pendirian pabrik diasumsikan sebesar 10% dari total

penjualan tahun berikutnya. Modal kerja yang dibutuhkan adalah Rp. 912.072.960,-. pada tahun

pertama, sedangkan pada tahun kedua sampai tahun keenam membutuhkan tambahan biaya modal

kerja sebesar Rp. 228.018.240,-. Pada tahun berikutnya tidak dibutuhkan tambahan untuk modal kerja

karena produksi pada tahap sebelumnya sudah mampu terjual dan menutupi biaya modal kerja yang

dibutuhkan.

Page 92: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

75

7.3. Perhitungan Depresiasi

Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam membuat arus kas adalah depresiasi.

Depresiasi adalah suatu metode perhitungan akuntansi yang bermaksud membebankan biaya

perolehan aset dengan membayar selama periode tertentu dimana aset tersebut masih berfungsi

(Soeharto,1995). Depresiasi menunjukkan penurunan nilai harta perusahaan yang berwujud, misalnya

gedung, mesin dan peralatan produksi, dan sebagainya seiring dengan waktu dan penggunaannya.

Pada analisis ini metode yang digunakan adalah metode garis lurus (straight line method). Dimana

pada metode garis lurus memperhitungkan umur ekonomis, harga awal, dan nilai sisa. Umur ekonomis

merupakan umur pakai mesin atau peralatan sehingga mesin atau peralatan tersebut dikatakan tidak

menguntungkan lagi secara ekonomis walaupun sesungguhnya mesin atau peralatan tersebut masih

dapat digunakan. Hasil perhitungan menunjukkan nilai depresiasi setiap tahunnya adalah sebesar Rp.

340.069.560.-. Rincian perhitungan depresiasi ini disajikan pada Lampiran 4.

7.4. Prakiraan Biaya Produksi dan Penerimaan

Biaya yang digunakan dalam rencana keuangan ini dikategorikan menjadi biaya tetap dan biaya

variabel. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya akan berubah dengan perubahan intensitas

volume kegiatan. Biaya variabel meliputi biaya bahan baku, biaya bahan kemasan, dan biaya tenaga

kerja langsung. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap, tidak dipengaruhi oleh

intensitas kegiatan.

Biaya yang termasuk biaya tetap adalah biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya administrasi,

biaya promosi dan pemasaran, biaya penyusutan, dan biaya pemeliharaan. Komposisi biaya tetap dan

biaya variabel disajikan pada Lampiran 5 dan perhitungan biaya operasional lengkap disajikan pada

Lampiran 6. Prakiraan biaya produksi cokelat batangan (total biaya tetap dan biaya variabel) pada

tahun pertama sebesar Rp. 9.081.536.260,-, pada tahun kedua sebesar Rp. 10.561.976.260,-, pada

tahun ketujuh dan seterusnya sebesar Rp. 17.964.176.260,-. Prakiraan biaya pada awal-awal produksi

memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan tahun ketujuh dan seterusnya, hal ini

dikarenakan pada awal produksi kapasitas produksi belum penuh, sedangkan pada tahun ketujuh dan

seterusnya kapasitas produksi sudah mencapai 100%.

Pada tahun pertama perusahaan memproduksi sebanyak 40% dari kapasitas total. Pada tahun

kedua perusahaan memproduksi 50%, pada tahun ketiga perusahaan memproduksi sebanyak 60%,

pada tahun keempat perusahaan memproduksi sebanyak 70%, pada tahun kelima perusahaan

memproduksi sebanyak 80%, pada tahun keenam perusahaan memproduksi sebanyak 90%, pada

tahun ketujuh sampai tahun kesepuluh perusahaan memproduksi dalam kapasitas total sebanyak

100%. Produksi cokelat batangan dilakukan secara bertahap dan tidak langsung dalam jumlah

persentase yang besar dikarenakan beberapa alasan, diantaranya produk ini termasuk produk baru

dimana membutuhkan waktu untuk pengenalan produk dan kemungkinan dapat terjadi penjualan

produk yang tidak terjual seluruhnya, pemasaran (marketing) produk ini belum jelas secara

keseluruhan, dan produksinya disesuaikan dengan kapasitas alat dan mesin produksi yang tersedia.

Prakiraan penerimaan yang diperoleh pada tahun pertama adalah Rp. 9.120.729.600,-, pada tahun

kedua adalah Rp. 11.400.912.000,-, sedangkan prakiraan penerimaan pada tahun ketujuh dan

seterusnya adalah Rp. 22.801.824.000,-. Harga dan penerimaan ini dihitung dengan asumsi harga tetap

selama periode operasional. Informasi mengenai harga dan perkiraan penerimaan dapat dilihat pada

Tabel 7.2 dan informasi selengkapnya disajikan pada Lampiran 7.

Page 93: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

76

Tabel 7.2. Prakiraan penerimaan industri cokelat batangan

Tahun

ke-

Kapasitas

produksi

(%)

Produksi

cokelat per

tahun (kotak)

Biaya tetap

(Rp/tahun)

Biaya variabel

(Rp/tahun)

Harga

jual (Rp)

Total

Penerimaan

(Rp)

1 40

960.077

3.159.776.260

5.921.760.000

9.500

9.120.729.600

2 50

1.200.096

3.159.776.260

7.402.200.000

9.500

11.400.912.000

3 60

1.440.115

3.159.776.260

8.882.640.000

9.500

13.681.094.400

4 70

1.680.134

3.159.776.260

10.363.080.000

9.500

15.961.276.800

5 80

1.920.154

3.159.776.260

11.843.520.000

9.500

18.241.459.200

6 90

2.160.173

3.159.776.260

13.323.960.000

9.500

20.521.641.600

7 100

2.400.192

3.159.776.260

14.804.400.000

9.500

22.801.824.000

8 100

2.400.192

3.159.776.260

14.804.400.000

9.500

22.801.824.000

9 100

2.400.192

3.159.776.260

14.804.400.000

9.500

22.801.824.000

10 100

2.400.192

3.159.776.260

14.804.400.000

9.500

22.801.824.000

7.5. Proyeksi Laba Rugi

Proyeksi laba rugi merupakan ringkasan penerimaan dan pembiayaan perusahaan setiap periode

yang merupakan gambaran kinerja keuangan perusahaan. Proyeksi laba rugi diperlukan untuk

mengetahui tingkat profitabilitas suatu usaha. Jadi dari laporan rugi laba dapat dilihat keuntungan atau

kerugian yang dialami oleh perusahaan pada kurun waktu tertentu. Laba rugi adalah selisih antara

penjualan bersih produk selama satu periode tertentu dengan total biaya selama periode yang sama.

Laba bersih yang merupakan pengurangan laba operasi earning before interest and tax (EBIT) dengan

pajak.

Pajak dihitung berdasarkan Undang-Undang No. 36 tahun 2008 yaitu sebesar 28%, untuk

mendapatkan laba bersih dilakukan pengurangan pada laba atas pajak. Laba bersih pada proyek

bernilai positif pada tahun pertama, hal ini dikarenakan produk cokelat batangan yang dihasilkan

merupakan produk yang bernilai tambah tinggi. Laba bersih ini kemudian menjadi dasar perhitungan

dalam analisis arus kas. Secara sederhana sistematika perhitungan rugi laba adalah sebagai berikut,

biaya operasional dijumlahkan dengan biaya-biaya administrasi, penjualan, dan depresiasi sehingga

akan didapatkan pendapatan kotor sebelum pajak, kemudian diperhitungkan pengeluaran untuk

pembayaran pajak penghasilan sehingga didapatkan pendapatan bersih, yang setelah dikurangi laba

ditahan dan ditambahkan depresiasi akan menjadi aliran kas bersih. Penyusunan laporan rugi laba

harus dibuat sedemikian rupa agar mudah diikuti urutan jalannya perhitungan dari awal sampai akhir.

Pada industri cokelat batangan diperkirakan setiap tahunnya perusahaan akan memperoleh pendapatan

bersih setelah dikurangi pajak pendapatan sebesar Rp. 3.483.106.373,- bila beroperasi pada kapasitas

produksi penuh. Besarnya proyeksi rugi laba ini dapat dilihat pada Tabel 7.3 dan rinciannya dapat

dilihat pada Lampiran 8.

Page 94: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

77

Tabel 7.3. Proyeksi laba rugi penjualan cokelat batangan dalam 10 tahun produksi

Tahun

ke-

Total

Penerimaan

(Rp)

Total

Pengeluaran

(Rp)

EBIT (Rp)

Pajak

Penghasilan

(Rp)

Laba Bersih

(Rp)

1

9.120.729.600

9.081.536.260

39.193.340

10.974.135

28.219.205

2

11.400.912.000

10.561.976.260

838.935.740

234.902.007

604.033.733

3

13.681.094.400

12.042.416.260

1.638.678.140

458.829.879

1.179.848.261

4

15.961.276.800

13.522.856.260

2.438.420.540

682.757.751

1.755.662.789

5

18.241.459.200

15.003.296.260

3.238.162.940

906.685.623

2.331.477.317

6

20.521.641.600

16.483.736.260

4.037.905.340

1.130.613.495

2.907.291.845

7

22.801.824.000

17.964.176.260

4.837.647.740

1.354.541.367

3.483.106.373

8

22.801.824.000

17.964.176.260

4.837.647.740

1.354.541.367

3.483.106.373

9

22.801.824.000

17.964.176.260

4.837.647.740

1.354.541.367

3.483.106.373

10

22.801.824.000

17.964.176.260

4.837.647.740

1.354.541.367

3.483.106.373

7.6. Proyeksi Arus Kas

Aliran kas dihitung dengan mengurangi aliran kas masuk dengan aliran kas keluar setiap

tahunnya. Aliran arus kas proyek dikelompokan menjadi tiga, yaitu aliran kas awal (initial cash flow),

aliran kas periode operasi (operational cash flow), dan aliran kas terminal (terminal cash flow)

(Soeharto, 2000).

Aliran kas masuk terdiri dari laba bersih dan depresiasi (operational cash flow). Aliran kas

keluar terdiri dari investasi tetap, modal kerja (initial cash flow), dan nilai sisa investasi (terminal cash

flow). Kas bersih didapatkan dengan mengurangi kas masuk dengan kas keluar setiap tahunnya.

Proyeksi arus kas industri cokelat batangan dapat dilihat pada Tabel 7.4 dan rinciannya dapat dilihat

pada Lampiran 9.

Page 95: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

78

Tabel 7.4. Proyeksi arus kas industri cokelat batangan

Tahun

ke-

Total Kas Masuk

(Rp)

Total Kas Keluar

(Rp)

Aliran Kas Bersih

(Rp)

0 0

(6.737.746.660)

(6.737.746.660)

1

368.288.765

(228.018.240)

140.270.525

2

944.103.293

(228.018.240)

716.085.053

3

1.519.917.821

(328.368.240)

1.191.549.581

4

2.095.732.349

(228.018.240)

1.867.714.109

5

2.671.546.877

(1.781.028.540)

890.518.337

6

3.247.361.405

(328.368.240)

2.918.993.165

7

3.823.175.933

0

3.823.175.933

8

3.823.175.933

0

3.823.175.933

9

3.823.175.933

(100.350.000)

3.722.825.933

10

3.823.175.933

4.855.214.100

8.678.390.033

7.7. Kriteria Kelayakan Investasi

Kriteria kelayakan investasi yang digunakan antara lain adalah Net Present Value (NPV),

Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, Pay Back Period (PBP), Break Even Point (BEP), analisis

sensitivitas, dan risiko nilai tukar. Perhitungan kriteria-kriteria ini didasarkan pada aliran kas bersih

(net cash flow) pada proyeksi arus kas. Bunga modal yang digunakan sebesar 12%. Berdasarkan

proyeksi arus uang tersebut dapat dihitung berbagai kriteria investasi.

7.7.1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari manfaat dan biaya

dari suatu proyek investasi. Perhitungan angka yang dihasilkan menunjukkan besarnya penerimaan

bersih selama 10 tahun setelah dikalikan discount factor yang dihitung pada masa kini. Berdasarkan

investasi metode NPV, suatu investasi dikatakan layak untuk dijalankan jika nilainya lebih besar dari

nol. Rincian mengenai perhitungan NPV industri ini dapat dilihat pada Lampiran 10.

Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 10, nilai NPV menunjukkan angka positif, yaitu Rp.

5.387.822.787,- pada discount factor 12% per tahun dengan umur investasi 10 tahun. Angka tersebut

menunjukkan bahwa investasi yang ditanam perusahaan sepanjang 10 tahun ke depan memperoleh

manfaat bersih menurut nilai uang sekarang sebesar Rp. 5.387.822.787,-. Perhitungan rinci untuk

memperoleh nilai NPV tersebut dapat dilihat pada Lampiran 10.

7.7.2. Internal Rete of Return (IRR)

Internal Rete of Return (IRR) adalah discount factor pada saat NPV sama dengan nol dan

dinyatakan dalam persen. Untuk menentukan layak atau tidaknya proyek dilaksanakan maka sebagai

patokan dasar pembanding adalah discount factor, yaitu ditetapkan sebesar 12%. Jika nilai IRR lebih

besar dibandingkan discount factor, maka usaha dinyatakan layak. IRR pada industri ini sebesar 22%

Page 96: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

79

yang berarti bahwa pendirian pabrik cokelat batangan layak untuk dilaksanakan. Perhitungan nilai

IRR dapat dilihat pada Lampiran 10.

7.7.3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio, yaitu suatu perbandingan nilai kini arus manfaat bersih dibagi dengan

nilai sekarang arus biaya bersih. Analisis ini merupakan perbandingan antara jumlah present value

dari net benefit yang bernilai negatif. Suatu investasi dikatakan layak apabila hasil perhitungan Net

B/C nya lebih besar atau sama dengan satu. Dari hasil perhitungan Net B/C kegiatan investasi

produksi cokelat batangan diperoleh nilai sebesar 1,80, yaitu setiap investasi Rp. 1,- yang dikeluarkan

sekarang pada tingkat discount factor 12% akan memperoleh keuntungan bersih Rp. 1,80,-. Perincian

nilai Net B/C disajikan pada Lampiran 10.

7.7.4. Payback Period (PBP)

PBP merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh modal suatu

investasi, yang dihitung dari aliran kas bersih. Masa pengembalian ini dapat diartikan sebagai jangka

waktu pada saat NPV sama dengan nol. Nilai NPV yang besar menunjukkan jangka waktu

pengembalian investasi yang ditanam semakin cepat. Dalam penentuan PBP dilakukan dengan cara

discounted. Dari hasil perhitungan PBP investasi produksi cokelat batangan diperoleh 5,66 tahun yaitu

investasi yang ditanam akan kembali setelah sekitar 5 tahun 8 bulan. Perincian PBP dapat dilihat pada

Lampiran 10.

7.7.5. Break Even Point (BEP)

Titik impas atau Break Even Point atau titik dimana total biaya produksi sama dengan

penerimaan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapatan yang

sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Dalam penentuan BEP dilakukan dengan

cara discounted BEP. Titik impas selama umur proyek industri cokelat batangan ini berada pada

penjualan saat harga jual cokelat batangan Rp. 8.722,-. Titik impas selama umur proyek dalam bentuk

unit, yaitu berada pada saat produksi cokelat batangan sebesar 7.652 kotak.

7.8. Analisis Sensitivitas

Kelayakan proyek dibuat berdasarkan sejumlah asumsi yang disebabkan banyaknya faktor

ketidakpastian mengenai kondisi dan situasi di masa depan. Perubahan asumsi yang digunakan akan

berpengaruh pula terhadap keputusan akan layak atau tidaknya proyek. Karena itu perlu dilakukan

analisis sensitivitas yang mengkaji sejauh mana unsur-unsur dalam aspek finansial ekonomi

berpengaruh terhadap keputusan yang diambil terhadap perubahan unsur-unsur tertentu.

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan-perubahan harga baik

yang terjadi pada sektor penerimaan maupun pengeluaran. Variabel yang diubah pada analisis

sensitivitas antara lain harga bahan baku dan harga jual cokelat batangan.

Apabila harga bahan baku mengalami peningkatan sebesar 14%, maka industri cokelat

batangan ini masih dapat dijalankan namun proyek tersebut mengembalikan persis sebesar

opportunity cost faktor produksi modal (berada pada titik impas atau netral) dengan nilai NPV sama

dengan Rp. 0,-, IRR sebesar 12%, dan Net B/C sama dengan 1,00. Namun, apabila terjadi peningkatan

harga bahan baku di atas 14%, maka industri ini menjadi tidak layak untuk didirikan. Rincian analisis

sensitivitas ditunjukkan pada Tabel 7.5, sedangkan perhitungan analisis sensitivitas ini dapat dilihat

pada Lampiran 11.

Page 97: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

80

Tabel 7.5. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku

Kriteria Kelayakan Basis Naik 14%

NPV (Rp) 5.387.822.787 0

PBP (Tahun) 5,66 7,67

Net B/C 1,80 1,00

IRR (%) 22 12

Apabila harga jual cokelat batangan mengalami penurunan sebesar 8%, maka industri cokelat

batangan ini masih dapat dijalankan (proyek berada pada titik impas atau netral) dengan nilai NPV

sama dengan Rp. 0,-, IRR sebesar 12%, dan Net B/C sama dengan 1,00. Namun, apabila terjadi

penurunan harga jual di atas 8%, maka industri ini menjadi tidak layak untuk dijalankan. Rincian

analisis sensitivitas ditunjukkan pada Tabel 7.6, sedangkan perhitungan analisis sensitivitas ini dapat

dilihat pada Lampiran 12.

Tabel 7.6. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual cokelat batangan

Kriteria Kelayakan Basis Turun 8%

NPV (Rp) 5.387.822.787 0

PBP (Tahun) 5,66 7,64

Net B/C 1,80 1,00

IRR (%) 22 12

7.9. Risiko Nilai Tukar

Pertukaran mata uang asing akan mempengaruhi industri cokelat batangan. Hal ini dapat

disebabkan oleh harga bahan baku, mesin, dan peralatan produksi yang mengacu pada nilai mata uang

asing, yaitu dolar ($). Mata uang asing ini yang selanjutnya akan ditukarkan dengan mata uang

domestik yaitu rupiah (Rp) dengan menggunakan sistem tarif pertukaran mata uang asing. Fluktuasi

tarif pertukaran ini dapat menimbulkan ketidakpastian operasi usaha.

Ketika industri cokelat batangan melakukan pembelian bahan baku berupa pasta cokelat (cocoa

liquor) dan lemak cokelat (cocoa butter) serta mesin dan peralatan produksi berupa mesin tempering

dan cetakan cokelat, rupiah berada pada nilai tukar dasar Rp. 8.500,-/1 U$ (6 Agustus 2011), laba

bersih pada tahun pertama sebesar Rp. 28.219.205,- dan pada tahun kesepuluh sebesar Rp.

3.483.106.373,-.

Dari hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa apresiasi rupiah akan membuat industri ini

layak untuk dijalankan. Sebaliknya, depresiasi rupiah akan membuat industri ini cenderung menjadi

tidak layak untuk dijalankan. Pada saat nilai rupiah terapresiasi, industri cokelat batangan memiliki

nilai NPV positif, IRR lebih besar dari 22%, dan Net B/C lebih dari 1. Sebaliknya, saat nilai rupiah

terdepresiasi sebesar 18% terjadi penurunan pada berbagai kriteria kelayakan, namun industri ini

masih bisa dijalankan (proyek berada pada titik impas atau netral) dengan nilai NPV sama dengan Rp.

0,-, IRR sebesar 12%, Net B/C sebesar 1,00, dan rupiah berada pada nilai tukar sebesar Rp. 10.065,-/1

U$. Saat nilai rupiah terdepresiasi lebih dari 18%, industri cokelat batangan menjadi tidak layak untuk

dijalankan. Rincian analisis sensitivitas ini dapat dilihat pada Tabel 7.7. Rincian perhitungan analisis

sensitivitas terhadap depresiasi rupiah dapat dilihat pada Lampiran 13.

Page 98: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

81

Tabel 7.7. Analisis sensitivitas terhadap risiko nilai tukar

No. Komponen

Harga Awal

(Rp)

Harga

Depresiasi

(Rp)

Harga

(U$)

1. Bahan baku

a. Pasta cokelat (cocoa

liquor)

50.000

60.391

6

b. Lemak cokelat (cocoa

butter)

85.000

100.651

10

2. Mesin produksi

a. Tempering

253.000.000

299.587.269

29.765

b. Cetakan cokelat

240.000

281.822

28

Asumsi nilai tukar sebelum terdepresiasi = Rp 8.500 / 1 U$

Nilai tukar setelah terdepresiasi = Rp. 10.065 / 1 U$

Page 99: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

82

VIII. SIMPULAN DAN SARAN

8.1. Simpulan

Potensi pasar cokelat batangan dilihat dari sisi secara nasional dan potensi pasar di DKI Jakarta

dan Jawa Barat. Target pemasaran cokelat batangan ini lebih ditujukan pada konsumen dalam negeri,

yaitu perempuan khususnya masyarakat di daerah DKI Jakarta dan Jawa Barat dengan kelompok usia

remaja dan dewasa yang menyukai produk cokelat batangan dengan kualitas cokelat asli, tidak

mengandung banyak gula sehingga tidak menimbulkan kegemukan dengan kemasan yang menarik.

Pabrik cokelat batangan yang akan didirikan memiliki kapasitas produksi 1000 kg (8.334 kotak) per

hari. Bahan baku berupa lemak cokelat dan cocoa liquor diperoleh dari industri pengolahan kakao

yang menghasilkan produk setengah jadi yaitu PT. Bumitangerang Mesindotama (BT. Cocoa),

Tangerang. Sedangkan susu sapi segar (fresh milk) diperoleh dari peternak sapi yang berada di daerah

Cijeruk, Kabupaten Bogor. Berdasarkan informasi yang tersedia, diperkirakan pasokan bahan baku

cokelat batangan untuk industri dapat terpenuhi. Cokelat batangan akan dijual dengan harga Rp. 9.500

per kotak.

Industri cokelat batangan akan didirikan di Cijeruk, Bogor. Industri cokelat batangan yang akan

didirikan memiliki bentuk badan usaha perseroan terbatas. Kebutuhan tenaga kerja untuk menjalankan

industri cokelat batangan adalah 33 orang dengan kualifikasi sesuai dengan spesifikasi kerja yang

menjadi tanggung jawab masing-masing pekerja. Dari hasil analisis lingkungan, industri cokelat

batangan menghasilkan limbah berupa limbah cair dan padat yang tidak menimbulkan bahaya.

Limbah yang dihasilkan diolah terlebih dahulu sebelum dialirkan ke lingkungan.

Total keseluruhan biaya investasi sebesar Rp. 6.737.746.660,- yang terdiri dari biaya investasi

tetap sebesar Rp. 5.825.673.700,- dan biaya modal kerja sebesar Rp. 912.072.960,- pada tahun

pertama. Hasil analisis keuangan menunjukkan bahwa industri cokelat batangan ini layak untuk

didirikan. Berdasarkan penghitungan kriteria investasi, diperoleh nilai NPV industri ini sebesar Rp.

5.387.822.787,-, nilai IRR-nya sebesar 22%, nilai Net B/C-nya sebesar 1,80. Payback Period industri

ini adalah sekitar 5 tahun 8 bulan. Titik impas selama umur proyek industri cokelat batangan berada

pada saat produksi cokelat batangan sebesar 7.652 kotak. Dari analisis sensitivitas, industri ini masih

layak untuk dijalankan dengan maksimum kenaikan harga bahan baku sebesar 14%, dan penurunan

harga jual cokelat batangan maksimum sebesar 8%. Dari analisis risiko pertukaran mata uang asing,

depresiasi rupiah akan menyebabkan penurunan laba bersih, sebaliknya apresiasi rupiah akan

menyebabkan peningkatan laba bersih. Depresiasi rupiah lebih besar dari 18% akan menyebabkan

industri cokelat batangan menjadi tidak layak untuk dijalankan.

8.2. Saran

Berbagai informasi yang didapat dari rencana bisnis pendirian industri cokelat batangan ini

diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak, khususnya investor dalam merealisasikan

pendirian industri cokelat batangan di Bogor. Adapun saran yang perlu dipertimbangkan untuk

menyempurnakan penelitian ini adalah perlu dilakukan pengujian pasar (tes pasar) ke konsumen

terhadap produk ini. Tes pasar dilakukan terhadap atribut-atribut produk, seperti tingkat kemanisan,

bentuk, rasa, warna, dan sebagainya. Dari atribut produk tersebut dapat diketahui keinginan konsumen

akan produk ini dan selanjutnya dapat dilakukan evaluasi terhadap produk ini.

Page 100: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

83

DAFTAR PUSTAKA

Apple, J. M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Penanganan Bahan. Mardiono dan Nurhayati, penerjemah;

Sutalaksana I. Z., penyunting. Penerbit ITB, Bandung. Terjemahan dari : Plant Layout and

Material Handling. 3rd

Edition.

Fly. 2010. Pembuatan Cokelat. http://whitewishes.wordpress.com.

[BPS] Badan Pusat Statistk. 2010. Statistika Kependudukan. BPS, Jakarta.

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2008. Manfaat Makanan Cokelat. http://www.depkes.id.

[Disbun] Dinas Perkebunan. 2010. Peluang atau Prospek Pengembangan Perkebunan. Disbun,

Provinsi Jawa Barat.

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Peningkatan Mutu Kakao Nasional Menjadi Salah

Satu Fokus Kegiatan Gernas Kakao. Ditjenbun, Jakarta.

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Statistik Perkebunan. Ditjenbun, Jakarta.

Gittinger, J. P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua. UI Press, Jakarta.

Gray, C., P. Simanjuntak, L. K. Sabur, P. F. Maspatiella, dan R. G. C. Varley. 1993. Pengantar

Evalusi Proyek. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Heizer, J dan B. Render. 2004. Principle of Operations Management. Ed 7. Pearson Education Inc.,

New Jersey.

Husnan, S. dan S. Muhammad. 2005. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

[ICCO] International Cocoa Organization. 2010. ICCO Quarterly Bulletin of Cocoa Statistics, Vol.

XXXVI, No. 3. http://www.icco.org.

Kadariah, L., Karlina, dan C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi revisi. Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia, Jakarta.

[Kemenperin] Kementerian Perindustrian. 2010. Volume dan Nilai Ekspor Biji Kakao dan Kakao

Olahan. Kemenperin, Jakarta.

[Kemenperin] Kementerian Perindustrian. 2010. Pengembangan Industri Hilir Kakao. Kemenperin,

Jakarta.

Knight, I. 1999. Chocolate and Cocoa; Health and Nutrition. Blackwell Science, London.

Kotler, P. 1995. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian.

Terjemahan. Salemba Empat, Jakarta.

Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian.

Edisi 9e. Jilid Kedua. PT. Prenhalindo, Jakarta.

Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi Ketujuh. Jilid Kedua. Terjemahan. UI Press, Jakarta.

Michael, M. 2010. Chocolate Bar-Masih Delicious!. http://wisata.kompasiana.com/2010/12/18/Bar-

masih-delicious.

Page 101: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

84

Hamdani, N. 2009. Studi Kelayakan Pendirian Industri Pengolahan Kakao (Theobroma cacao L)

Skala Industri Kecil - Menengah (IKM) di Kabupaten Tanggamus, Lampung. Skripsi.

Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB, Bogor.

Nasution, Z., B. Ciptadi dan S. Laksini. 1985. Pengolahan Cokelat. Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ong, K. O. 1997. Cocoa Bean Processing – a review. The Planter, 53. 509.

Pinson, L. 2003. Anatomy of a Business Plan. Canary, Jakarta.

Purnomo, H. 2004. Perencanaan dan Perancangan Fasilitas. Graha Ilmu, Yogyakarta.

[Puslit] Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2005. Pengolahan Produk Primer dan Sekunder

Kakao. Puslit Kopi dan Kakao, Jember.

Smanda, W. 2010. Mengenal Coklat-Couverture, Compound. http://www.cakefever.com/mengenal-

coklat-couverture-compound/.

[SNI] Standar Nasional Indonesia. SNI Biji Kakao. http://www.deprin.id.

Soeharto, I. 2000. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional. Erlangga, Jakarta.

Solihin, I. 2007. Memahami Business Plan. Salemba Empat, Jakarta.

Sunanto, H. 1999. Cokelat : Pengolahan Hasil dan Aspek Ekonominya. Kanisius, Yogyakarta.

Sutojo, S. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Damar, Jakarta.

Tjitrosoepomo, G. 1988. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.

Page 102: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

85

LAMPIRAN

Page 103: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

86

Lampiran 1. Tampilan cokelat batangan dan desain kemasan cokelat batangan

Cokelat batangan

Kemasan cokelat batangan

Kemasan tanpa cokelat batangan

Tampak depan dengan cokelat batangan

Tampak belakang

Page 104: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

87

Lampiran 2. Asumsi-asumsi untuk analisis keuangan industri cokelat batangan

No. Variabel Asumsi Satuan Nilai

1. Umur proyek Tahun 10

2. Hari kerja per bulan Hari 24

3. Bulan kerja per tahun Bulan 12

4. Jumlah hari kerja per tahun Hari 288

5. Nilai sisa bangunan dari nilai awal % 50

6. Nilai sisa tanah dari nilai awal % 100

7. Nilai sisa mesin dan peralatan dari nilai awal % 10

8. Nilai sisa perlengkapan utilitas % 10

9. Nilai sisa peralatan kantor % 10

10. Umur ekonomis peralatan kantor Tahun 3

11. Umur ekonomis bangunan Tahun 10

12. Umur ekonomis mesin dan peralatan Tahun 10

13. Umur ekonomis perlengkapan utilitas Tahun 5

14. Umur ekonomis biaya pra investasi Tahun 10

15. Biaya pemeliharaan dari harga % 10

16. Kapasitas produksi (1000 kg) Kotak/Hari 8,334

17. Target kapasitas produksi :

a. Tahun 1 % 40

b. Tahun 2 % 50

c. Tahun 3 % 60

d Tahun 4 % 70

e. Tahun 5 % 80

f. Tahun 6 % 90

g. Tahun 7 % 100

h. Tahun 8 % 100

i. Tahun 9 % 100

j. Tahun 10 % 100

18. Kebutuhan bahan baku/hari

a. Cocoa liquor Kg 300

b. Lemak cokelat (cocoa butter) Kg 200

c. Gula pasir Kg 250

d. Susu segar (fresh milk) Liter 250

19. Harga bahan baku

a. Cocoa liquor Rupiah/Kg 50,000

b. Lemak cokelat (cocoa butter) Rupiah/Kg 85,000

c. Gula pasir Rupiah/Kg 13,000

d. Susu segar (fresh milk) Rupiah/Liter 7,500

20. Harga jual Rupiah/Kotak 9,500

21. Discount factor % 12

22. Kontingensi % 10

23. Jumlah kemasan primer dan sekunder per hari Kotak 8,334

24. Jumlah kemasan tersier per hari Dus 174

25.

Harga kemasan primer (tray) dan sekunder

(kotak cokelat) Rupiah/Unit 1,500

26. Harga kemasan tersier (kardus) Rupiah/Unit 1,000

27. Pajak penghasilan % 28

Page 105: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

88

Lampiran 3. Perincian kebutuhan investasi pendirian industri cokelat batangan

No. Komponen Jumlah Satuan Harga Satuan

(Rp)

Nilai Total

(Rp)

1. Biaya Prainvestasi

a. Studi kelayakan 1 Paket 50,000,000 50,000,000

b. Perizinan 1 Paket 20,000,000 20,000,000

c. Akte perusahaan dan pengesahan 1 Paket 10,000,000 10,000,000

Total 1 80,000,000

2. Tanah dan Bangunan

a. Tanah 2000 m2 500,000 1,000,000,000

b. Bangunan 1180 m2 2,000,000 2,360,000,000

Total 2 3,360,000,000

3. Fasilitas Penunjang

a. Instalasi listrik 1 Paket 8,000,000 8,000,000

b. Instalasi mesin 1 Paket 10,000,000 10,000,000

c. Instalasi telepon 1 Paket 1,000,000 1,000,000

d. Instalasi air 1 Paket 2,000,000 2,000,000

e. Instalasi generator 1 Paket 1,500,000 1,500,000

Total 3 19,000,000

4. Mesin dan Peralatan

Mesin Produksi

a. Ball mill 1 Unit 175,000,000 175,000,000

b. Storage tank 1 Unit 55,000,000 55,000,000

c. Tempering 1 Unit 253,000,000 253,000,000

d. Semi automatic moulding plant standard 1 Unit 660,000,000 660,000,000

e. Cetakan cokelat (moulds) 300 Unit 240,000 72,000,000

f. Packaging machine 1 Unit 100,000,000 100,000,000

g. Genset 1 Unit 90,000,000 90,000,000

h. AC (Air Conditioning) 7 Unit 3,000,000 21,000,000

i. Timbangan digital 1 Unit 3,250,000 3,250,000

Sub Total 1 1,429,250,000

Peralatan Laboratorium 1 Paket 15,000,000 15,000,000

Sub Total 2 15,000,000

Perlengkapan Utilitas

a. Tabung pemadam kebakaran 3 Unit 439,000 1,317,000

b. Kendaraan 2 Unit 140,000,000 280,000,000

Sub Total 3 281,317,000

Total 4 1,725,567,000

5. Alat Kantor

a. Komputer 12 Unit 4,000,000 48,000,000

b. Lemari arsip 6 Unit 1,000,000 6,000,000

c. Meja kursi kantor 12 Paket 4,000,000 48,000,000

d. Pesawat telepon 2 Unit 500,000 1,000,000

e. Alat tulis kantor 1 Paket 3,000,000 3,000,000

f. Printer 3 Unit 1,500,000 4,500,000

g. Fax 1 Unit 1,000,000 1,000,000

Total 5 111,500,000

Total 1, 2, 3, 4, 5 (Modal Tetap) 5,296,067,000

Kontingensi 10 % 529,606,700

Total Investasi 5,825,673,700

Page 106: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

89

Lampiran 4. Perhitungan biaya penyusutan dan pemeliharaan

No. Komponen Nilai Total

(Rp)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Nilai Sisa

(Rp)

Biaya Penyusutan/Tahun

(Rp)

Biaya Pemeliharaan/Tahun

(Rp)

1 Biaya Prainvestasi

a. Studi kelayakan 50,000,000 10

5,000,000

b. Perizinan 20,000,000 10

2,000,000

c. Akte perusahaan dan pengesahan 10,000,000 10

1,000,000

Total 1 80,000,000

8,000,000

2 Tanah dan Bangunan

a. Tanah 1,000,000,000

1,000,000,000

b. Bangunan 2,360,000,000 10

1,180,000,000

118,000,000

236,000,000

Total 2 3,360,000,000

2,180,000,000

118,000,000

236,000,000

3 Fasilitas Penunjang

a. Instalasi listrik 8,000,000

b. Instalasi mesin 10,000,000

c. Instalasi telepon 1,000,000

d. Instalasi air 2,000,000

e. Instalasi generator 1,500,000

Total 3 19,000,000

4 Mesin dan Peralatan

Mesin Produksi

a. Ball mill 175,000,000 10

17,500,000

15,750,000

17,500,000

b. Storage tank 55,000,000 10

5,500,000

4,950,000

5,500,000

Page 107: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

90

No. Komponen

Nilai Total

(Rp)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Nilai Sisa

(Rp)

Biaya Penyusutan/Tahun

(Rp)

Biaya Pemeliharaan/Tahun

(Rp)

c. Tempering 253,000,000 10

25,300,000

22,770,000

25,300,000

d. Semi automatic moulding plant standard 660,000,000 10

66,000,000

59,400,000

66,000,000

e. Cetakan cokelat (moulds) 72,000,000 10

7,200,000

6,480,000

7,200,000

f. Packaging machine 100,000,000 10

10,000,000

9,000,000

10,000,000

g. Genset 90,000,000 10

9,000,000

8,100,000

9,000,000

h. AC (Air Conditioning) 21,000,000 10

2,100,000

1,890,000

2,100,000

i. Timbangan digital 3,250,000 10

325,000

292,500

325,000

Sub Total 1 1,429,250,000

142,925,000

128,632,500

142,925,000

Peralatan Laboratorium 15,000,000 10

1,500,000

1,350,000

1,500,000

Sub Total 2 15,000,000

1,500,000

1,350,000

1,500,000

Perlengkapan Utilitas

a. Tabung pemadam kebakaran 1,317,000 5

131,700

237,060

131,700

b. Kendaraan 280,000,000 5

28,000,000

50,400,000

28,000,000

Sub Total 3 281,317,000

28,131,700

50,637,060

28,131,700

Total 4 1,725,567,000

172,556,700

180,619,560

172,556,700

5 Alat Kantor

a. Komputer 48,000,000 3

4,800,000

14,400,000

4,800,000

LaLampiran 4. Perhitungan biaya penyusutan dan pemeliharaan (lanjutan)

(lanjutan)

Page 108: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

91

No. Komponen

Nilai Total

(Rp)

Umur Ekonomis

(Tahun)

Nilai Sisa

(Rp)

Biaya Penyusutan/Tahun

(Rp)

Biaya Pemeliharaan/Tahun

(Rp)

b. Lemari arsip 6,000,000 3

600,000

1,800,000

600,000

c. Meja kursi kantor 48,000,000 3

4,800,000

14,400,000

4,800,000

d. Pesawat telepon 1,000,000 3

100,000

300,000

100,000

e. Alat tulis kantor 3,000,000 3

300,000

900,000

300,000

f. Printer 4,500,000 3

450,000

1,350,000

450,000

g. Fax 1,000,000 3

100,000

300,000

100,000

Total 5 111,500,000

11,150,000

33,450,000

11,150,000

Total 1, 2, 3, 4, 5 5,296,067,000

2,363,706,700

340,069,560

419,706,700

L Lampiran 4. Perhitungan biaya penyusutan dan pemeliharaan (lanjutan)

(lanjutan)

Page 109: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

92

Lampiran 5. Komposisi biaya tetap dan biaya variabel industri cokelat batangan

No. Komponen Jumlah Satuan Biaya Satuan (Rp) Biaya Satuan/Tahun (Rp) Biaya Total/Tahun (Rp)

A. Biaya Tetap

1. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

a. Direktur

1 orang/bulan 10,000,000

120,000,000

120,000,000

b. Manajer produksi dan QC

1 orang/bulan 8,000,000

96,000,000

96,000,000

c. Manajer administrasi dan keuangan

1 orang/bulan 8,000,000

96,000,000

96,000,000

d. Manajer logistik dan distribusi

1 orang/bulan 8,000,000

96,000,000

96,000,000

e. Manajer pemasaran

1 orang/bulan 8,000,000

96,000,000

96,000,000

f. Staf pemasaran

2 orang/bulan 5,000,000

120,000,000

120,000,000

g. Staf logistik dan distribusi

2 orang/bulan 5,000,000

120,000,000

120,000,000

h. Staf administrasi dan keuangan

1 orang/bulan 5,000,000

60,000,000

60,000,000

i. Laboran

2 orang/bulan 5,000,000

120,000,000

120,000,000

j. Office boy (OB)

2 orang/bulan 3,000,000

72,000,000

72,000,000

k. Keamanan

4 orang/bulan 3,000,000

144,000,000

144,000,000

l. Supir

4 orang/bulan 3,000,000

144,000,000

144,000,000

Total 1,284,000,000

2. Biaya Administrasi

a. Listrik dan air 1 per bulan 20,000,000

240,000,000

240,000,000

b. Telepon dan internet 1 per bulan 5,000,000

60,000,000

60,000,000

Page 110: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

93

No. Komponen Jumlah Satuan Biaya Satuan (Rp) Biaya Satuan/Tahun (Rp) Biaya Total/Tahun (Rp)

c. Transportasi 1 per bulan 18,000,000

216,000,000 216,000,000

d. Alat tulis kantor (ATK) 1 per bulan 10,000,000

120,000,000 120,000,000

Total 636,000,000

3. Biaya Promosi dan Pemasaran 1 per bulan 40,000,000

480,000,000 480,000,000

4. Biaya Penyusutan 340,069,560

5. Biaya Pemeliharaan 419,706,700

Total Biaya Tetap 3,159,776,260

B. Biaya Variabel

1. Bahan Baku

a. Cocoa liquor 7,200 kg/bulan 360,000,000

4,320,000,000 4,320,000,000

b. Lemak cokelat (cocoa butter) 4,800 kg/bulan 408,000,000

4,896,000,000 4,896,000,000

c. Gula pasir 6,000 kg/bulan 78,000,000

936,000,000 936,000,000

d. Susu segar (fresh milk) 6,000 liter/bulan 45,000,000

540,000,000 540,000,000

Total 10,692,000,000

2. Bahan Kemasan

Kemasan primer dan sekunder 200,016 kotak/bulan 300,024,000

3,600,288,000 3,600,288,000

Kemasan tersier 4,176 dus/bulan 4,176,000

50,112,000 50,112,000

Total 3,650,400,000

3. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Operator mesin dan peralatan 11 orang/bulan 3,500,000

462,000,000 462,000,000

Total 462,000,000

Total Biaya Variabel 14,804,400,000

Total Biaya Tetap + Biaya Variabel 17,964,176,260

Lampiran 5. Komposisi biaya tetap dan biaya variabel industri cokelat batangan (lanjutan)

(lanjutan)

Page 111: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

94

Lampiran 6. Kebutuhan biaya operasional industri cokelat batangan

No. Komponen

Tahun ke- (Rp)

1 2 3 4 5

A. Biaya Tetap

Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

1,284,000,000

1,284,000,000

1,284,000,000

1,284,000,000

1,284,000,000

Biaya Administrasi

636,000,000

636,000,000

636,000,000

636,000,000

636,000,000

Biaya Promosi dan Pemasaran

480,000,000

480,000,000

480,000,000

480,000,000

480,000,000

Biaya Penyusutan

340,069,560

340,069,560

340,069,560

340,069,560

340,069,560

Biaya Pemeliharaan

419,706,700

419,706,700

419,706,700

419,706,700

419,706,700

Total Biaya Tetap

3,159,776,260

3,159,776,260

3,159,776,260

3,159,776,260

3,159,776,260

B. Biaya Variabel

Bahan Baku

4,276,800,000

5,346,000,000

6,415,200,000

7,484,400,000

8,553,600,000

Bahan Kemasan

1,460,160,000

1,825,200,000

2,190,240,000

2,555,280,000

2,920,320,000

Biaya Tenaga Kerja Langsung

184,800,000

231,000,000

277,200,000

323,400,000

369,600,000

Total Biaya Variabel

5,921,760,000

7,402,200,000

8,882,640,000

10,363,080,000

11,843,520,000

Total Biaya Tetap + Biaya Variabel

9,081,536,260

10,561,976,260

12,042,416,260

13,522,856,260

15,003,296,260

Page 112: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

95

Lampiran 6. Kebutuhan biaya operasional industri cokelat batangan (lanjutan)

No. Komponen

Tahun ke- (Rp)

6 7 8 9 10

A. Biaya Tetap

Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

1,284,000,000

1,284,000,000

1,284,000,000

1,284,000,000

1,284,000,000

Biaya Administrasi

636,000,000

636,000,000

636,000,000

636,000,000

636,000,000

Biaya Promosi dan Pemasaran

480,000,000

480,000,000

480,000,000

480,000,000

480,000,000

Biaya Penyusutan

340,069,560

340,069,560

340,069,560

340,069,560

340,069,560

Biaya Pemeliharaan

419,706,700

419,706,700

419,706,700

419,706,700

419,706,700

Total Biaya Tetap

3,159,776,260

3,159,776,260

3,159,776,260

3,159,776,260

3,159,776,260

B. Biaya Variabel

Bahan Baku

9,622,800,000

10,692,000,000

10,692,000,000

10,692,000,000

10,692,000,000

Bahan Kemasan

3,285,360,000

3,650,400,000

3,650,400,000

3,650,400,000

3,650,400,000

Biaya Tenaga Kerja Langsung

415,800,000

462,000,000

462,000,000

462,000,000

462,000,000

Total Biaya Variabel

13,323,960,000

14,804,400,000

14,804,400,000

14,804,400,000

14,804,400,000

Total Biaya Tetap + Biaya Variabel

16,483,736,260

17,964,176,260

17,964,176,260

17,964,176,260

17,964,176,260

Page 113: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

96

Lampiran 7. Rekapitulasi produksi dan proyeksi penerimaan industri cokelat batangan

Tahun

ke-

Kapasitas produksi

(%)

Produksi cokelat per

tahun (kotak)

Biaya tetap

(Rp/tahun)

Biaya variabel

(Rp/tahun)

Harga jual

(Rp)

Penerimaan

(Rp)

Modal Kerja

(Rp)

Tambahan Modal

Kerja (Rp)

1 40 960,077

3,159,776,260

5,921,760,000 9,500

9,120,729,600

912,072,960

2 50 1,200,096

3,159,776,260

7,402,200,000 9,500

11,400,912,000

1,140,091,200

228,018,240

3 60 1,440,115

3,159,776,260

8,882,640,000 9,500

13,681,094,400

1,368,109,440

228,018,240

4 70 1,680,134

3,159,776,260

10,363,080,000 9,500

15,961,276,800

1,596,127,680

228,018,240

5 80 1,920,154

3,159,776,260

11,843,520,000 9,500

18,241,459,200

1,824,145,920

228,018,240

6 90 2,160,173

3,159,776,260

13,323,960,000 9,500

20,521,641,600

2,052,164,160

228,018,240

7 100 2,400,192

3,159,776,260

14,804,400,000 9,500

22,801,824,000

2,280,182,400

228,018,240

8 100 2,400,192

3,159,776,260

14,804,400,000 9,500

22,801,824,000

2,280,182,400

0

9 100 2,400,192

3,159,776,260

14,804,400,000 9,500

22,801,824,000

2,280,182,400

0

10 100 2,400,192

3,159,776,260

14,804,400,000 9,500

22,801,824,000

2,280,182,400

0

Page 114: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

97

Lampiran 8. Proyeksi laba rugi industri cokelat batangan

Deskripsi Tahun ke-

6 7 8 9 10

A. Penerimaan

Penjualan

20,521,641,600

22,801,824,000 22,801,824,000 22,801,824,000

22,801,824,000

Total Penerimaan (Rp) 20,521,641,600 22,801,824,000 22,801,824,000 22,801,824,000 22,801,824,000

B. Pengeluaran

Biaya tetap (Rp)

3,159,776,260

3,159,776,260 3,159,776,260 3,159,776,260

3,159,776,260

Biaya variabel (Rp)

13,323,960,000

14,804,400,000 14,804,400,000 14,804,400,000

14,804,400,000

Total Pengeluaran (Rp) 16,483,736,260 17,964,176,260 17,964,176,260 17,964,176,260 17,964,176,260

C. Laba Sebelum Pajak (Rp) 4,037,905,340 4,837,647,740 4,837,647,740 4,837,647,740 4,837,647,740

D. Pajak Penghasilan (Rp) 1,130,613,495 1,354,541,367 1,354,541,367 1,354,541,367 1,354,541,367

E. Laba Setelah Pajak (Rp) 2,907,291,845 3,483,106,373 3,483,106,373 3,483,106,373 3,483,106,373

Deskripsi Tahun ke-

1 2 3 4 5

A. Penerimaan

Penjualan

9,120,729,600 11,400,912,000 13,681,094,400

15,961,276,800 18,241,459,200

Total Penerimaan (Rp) 9,120,729,600 11,400,912,000 13,681,094,400 15,961,276,800 18,241,459,200

B. Pengeluaran

Biaya tetap (Rp)

3,159,776,260 3,159,776,260 3,159,776,260

3,159,776,260 3,159,776,260

Biaya variabel (Rp)

5,921,760,000 7,402,200,000 8,882,640,000

10,363,080,000 11,843,520,000

Total Pengeluaran (Rp) 9,081,536,260 10,561,976,260 12,042,416,260 13,522,856,260 15,003,296,260

C. Laba Sebelum Pajak (Rp) 39,193,340 838,935,740 1,638,678,140 2,438,420,540 3,238,162,940

D. Pajak Penghasilan (Rp) 10,974,135 234,902,007 458,829,879 682,757,751 906,685,623

E. Laba Setelah Pajak (Rp) 28,219,205 604,033,733 1,179,848,261 1,755,662,789 2,331,477,317

Page 115: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

98

Lampiran 9. Proyeksi arus kas industri cokelat batangan

Deskripsi Tahun ke- (Rp)

0 1 2 3 4 5

A. Kas Masuk

Laba bersih 28,219,205 604,033,733 1,179,848,261 1,755,662,789

2,331,477,317

Penyusutan 340,069,560 340,069,560 340,069,560 340,069,560

340,069,560

Sub Total 368,288,765 944,103,293 1,519,917,821 2,095,732,349

2,671,546,877

B. Kas Keluar

Investasi

(5,825,673,700) (111,500,000)

(1,725,567,000)

Modal kerja

(912,072,960)

(228,018,240)

(228,018,240)

(228,018,240)

(228,018,240)

(228,018,240)

Nilai sisa investasi 11,150,000

172,556,700

Sub Total (6,737,746,660) (228,018,240) (228,018,240) (328,368,240) (228,018,240)

(1,781,028,540)

C. Aliran Kas Bersih (6,737,746,660) 140,270,525 716,085,053 1,191,549,581 1,867,714,109

890,518,337

Deskripsi Tahun ke- (Rp)

6 7 8 9 10

A. Kas Masuk

Laba bersih

2,907,291,845 3,483,106,373

3,483,106,373 3,483,106,373 3,483,106,373

Penyusutan

340,069,560 340,069,560

340,069,560 340,069,560 340,069,560

Sub Total 3,247,361,405 3,823,175,933 3,823,175,933 3,823,175,933 3,823,175,933

B. Kas Keluar

Investasi

(111,500,000) (111,500,000)

Modal kerja

(228,018,240)

2,280,182,400

Nilai sisa investasi

11,150,000 11,150,000 2,575,031,700

Sub Total (328,368,240) 0 0 (100,350,000) 4,855,214,100

C. Aliran Kas Bersih 2,918,993,165 3,823,175,933 3,823,175,933 3,722,825,933 8,678,390,033

Page 116: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

99

Lampiran 10. Kriteria kelayakan investasi

Tahun

ke-

Bt - Ct Akumulasi DF 12 %

PV NPV Kumulatif

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

0

(6,737,746,660)

(6,737,746,660)

1

1.00

(6,737,746,660)

(6,737,746,660)

1

140,270,525

(6,597,476,135)

0

0.89

125,241,540

(6,612,505,120)

2

716,085,053

(5,881,391,082)

0

0.80

570,858,620

(6,041,646,500)

3

1,191,549,581

(4,689,841,502)

0

0.71

848,121,456

(5,193,525,044)

4

1,867,714,109

(2,822,127,393)

0

0.64

1,186,966,081

(4,006,558,963)

5

890,518,337

(1,931,609,056)

0

0.57

505,304,020

(3,501,254,943)

6

2,918,993,165

987,384,109

0

0.51

1,478,852,780

(2,022,402,163)

7

3,823,175,933

4,810,560,042

0

0.45

1,729,410,633

(292,991,530)

8

3,823,175,933

8,633,735,974

0

0.40

1,544,116,637

1,251,125,107

9

3,722,825,933

12,356,561,907

0

0.36

1,342,488,353

2,593,613,460

10

8,678,390,033

21,034,951,940

0

0.32

2,794,209,327

5,387,822,787

Kriteria Nilai

NPV (Rp) 5,387,822,787

PBP (Tahun) 5.66

Net B/C

1

1.80

IRR (%) 22

Page 117: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

100

Lampiran 11. Perhitungan analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku sebesar

14%

Tahun

ke-

Bt - Ct Akumulasi DF 12 %

PV NPV Kumulatif

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

0

(6,737,746,660)

(6,737,746,660)

1

1.00

(6,737,746,660)

(6,737,746,660)

1

(388,414,427)

(7,126,161,087)

0

0.89

(346,798,595)

(7,084,545,255)

2

55,228,863

(7,070,932,223)

0

0.80

44,028,112

(7,040,517,143)

3

398,522,154

(6,672,410,070)

0

0.71

283,660,197

(6,756,856,946)

4

942,515,444

(5,729,894,626)

0

0.64

598,985,604

(6,157,871,343)

5

(166,851,566)

(5,896,746,192)

0

0.57

(94,676,060)

(6,252,547,402)

6

1,729,452,024

(4,167,294,168)

0

0.51

876,194,218

(5,376,353,184)

7

2,501,463,554

(1,665,830,614)

0

0.45

1,131,535,076

(4,244,818,108)

8

2,501,463,554

835,632,940

0

0.40

1,010,299,175

(3,234,518,934)

9

2,401,113,554

3,236,746,494

0

0.36

865,865,619

(2,368,653,315)

10

7,356,677,654

10,593,424,148

0

0.32

2,368,653,315 0

Kriteria Nilai

NPV (Rp) 0

PBP (Tahun) 7.67

Net B/C

1

1.00

IRR (%) 12

Page 118: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

101

Lampiran 12. Perhitungan analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual cokelat batangan

sebesar 8%

Tahun

ke-

Bt – Ct Akumulasi DF 12 %

PV NPV Kumulatif

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

0

(6,663,073,644)

(6,663,073,644)

1

1.00

(6,663,073,644)

(6,663,073,644)

1

(378,706,935)

(7,041,780,579)

0

0.89

(338,131,192)

(7,001,204,836)

2

62,696,165

(6,979,084,414)

0

0.80

49,980,999

(6,951,223,837)

3

403,749,265

(6,575,335,149)

0

0.71

287,380,752

(6,663,843,085)

4

945,502,364

(5,629,832,785)

0

0.64

600,883,846

(6,062,959,240)

5

(166,104,836)

(5,795,937,621)

0

0.57

(94,252,345)

(6,157,211,585)

6

1,727,958,564

(4,067,979,057)

0

0.51

875,437,584

(5,281,774,000)

7

2,479,061,649

(1,588,917,408)

0

0.45

1,121,401,592

(4,160,372,408)

8

2,479,061,649

890,144,241

0

0.40

1,001,251,421

(3,159,120,987)

9

2,378,711,649

3,268,855,891

0

0.36

857,787,267

(2,301,333,720)

10

7,147,593,210

10,416,449,101

0

0.32

2,301,333,720 0

Kriteria Nilai

NPV (Rp) 0

PBP (Tahun) 7.64

Net B/C

1

1.00

IRR (%) 12

Page 119: RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT BATANGAN DI BOGOR … · DITTA NIRMALA. F34070046. Rencana Bisnis Industri Cokelat Batangan di Bogor. Di bawah bimbingan Aji Hermawan dan Erliza Hambali

102

Lampiran 13. Perhitungan analisis sensitivitas terhadap depresiasi rupiah sebesar 18%

Tahun

ke-

Bt – Ct Akumulasi DF 12 %

PV NPV Kumulatif

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

0

(6,802,794,046)

(6,802,794,046)

1

1.00

(6,802,794,046)

(6,802,794,046)

1

(380,675,058)

(7,183,469,104)

0

0.89

(339,888,444)

(7,142,682,491)

2

65,594,942

(7,117,874,162)

0

0.80

52,291,886

(7,090,390,604)

3

411,514,942

(6,706,359,220)

0

0.71

292,908,208

(6,797,482,397)

4

958,134,942

(5,748,224,277)

0

0.64

608,912,077

(6,188,570,319)

5

(201,825,946)

(5,950,050,224)

0

0.57

(114,521,462)

(6,303,091,782)

6

1,750,324,942

(4,199,725,281)

0

0.51

886,769,088

(5,416,322,694)

7

2,524,963,182

(1,674,762,099)

0

0.45

1,142,165,114

(4,274,157,579)

8

2,524,963,182

850,201,083

0

0.40

1,019,790,281

(3,254,367,299)

9

2,424,613,182

3,274,814,266

0

0.36

874,339,820

(2,380,027,478)

10

7,392,004,080

10,666,818,346

0

0.32

2,380,027,478 0

Kriteria Nilai

NPV (Rp) 0

PBP (Tahun) 7.66

Net B/C

1

1.00

IRR (%) 12