Upload
dangthu
View
217
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN GRAND WAHID HOTEL
SALATIGA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PELAYANAN
TERHADAP KONSUMEN
Regina Laurencya
Lina Sinatra Wijaya
George Nicholas Huwae
Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
AbstractThe service quality is a form of consumer assessment towards the service
provided by the company. Grand Wahid’s service quality can be practically said succsessful from any comments provided by its customers eventhough sometimes there are bad comments from consumers regarding services provided Grand Wahid. This success can be influenced by the employees as well as the marketing communications strategy used by the organization. Marketing communications strategy has a very important role in the business world because it has a position as an intermediary between producers and consumers and also it can maintain the viability of the company.
The purpose of this research is to know how the marketing communication strategy undertaken Grand Wahid Hotel Salatiga in improving customer services is. This study used a qualitative research method with a descriptive approach, by using interviews and observations for getting the data.
From the research, it shows that the Grand Wahid Hotel Salatiga has two marketing communication strategies in an effort to improve the service to consumers. The first strategy is by giving trainings for the employees to increase, improve and enhance the performance of employees. The second strategy is by maximizing the products and facilities provided by the hotel. Both of these strategies are done in an effort to improve and maximize the performance of employees in order to improve the service to consumers. Keywords: Marketing Communications Strategy, Consumer Services
Pendahuluan
Dunia bisnis saat ini telah berkembang pesat. Dalam menjalankan suatu
bisnis tentu komunikasi merupakan hal yang paling terpenting. Komunikasi
adalah sebuah proses interaksi untuk berhubungan dari satu pihak ke pihak
lainnya yang pada awalnya berlangsung sangat sederhana, dimulai dengan
sejumlah ide-ide yang abstrak atau pikiran dalam otak seseorang untuk mencari
data atau menyampaikan informasi yang dikemas menjadi sebentuk pesan untuk
kemudian disampaikan secara langsung maupun tidak langsung menggunakan
bahasa berbentuk kode visual, kode suara, atau kode tulisan. Tanpa adanya
komunikasi dalam dunia bisnis maka bisnis tersebut tidak dijamin dapat berjalan
dengan lancar (Agus Hermawan, 2012).
Pemasaran mempunyai peran sangat penting dalam dunia bisnis karena
pemasaran mempunyai kedudukan sebagai perantara antara produsen dan
konsumen. Pemasaran juga merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup suatu perusahaan. Pemasaran adalah suatu
sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan menditribusikan barang
dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada
maupun pembeli potensial (Basu Swastha, Dharmmesta, 2000).
Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program
pemasaran. Seberapa berkualitasnya suatu produk atau jasa, bila konsumen belum
pernah mendengarkan dan tidak yakin bahwa produk atau jasa itu akan berkualitas
bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah menggunakannya. Komunikasi
pemasaran merupakan sebuah pesan yang digunakan untuk berkomunikasi dengan
pasar. Tujuan komunikasi pemasaran itu sendiri adalah untuk menyampaikan
pesan tertentu kepada khalayak sasaran yang sudah diidentifikasi secara jelas.
Jadi, strategi komunikasi pemasaran merupakan keseluruhan tindakan atau
rencana yang telah disiapkan oleh sebuah organisasi/perusahaan untuk mencapai
sasarannya.
Di sini penulis meneliti hotel di Salatiga yang bernama “Grand Wahid”.
Grand Wahid Hotel adalah hotel bintang 4 (empat) yang bertempat di pusat Kota
Salatiga yang merupakan salah satu kota yang terletak di kaki pegunungan
Merbabu. Udaranya yang sejuk dan letaknya yang strategis membuat kota ini
menjadi salah satu kota yang menarik untuk dikunjungi pada saat berlibur maupun
sebagai tempat untuk acara pertemuan. Penulis meneliti hotel tersebut karena ada
suatu hal yang menarik perhatian untuk diketahui secara mendalam mengenai
strategi komunikasi yang digunakan dalam pemasarannya, karena dilihat dari
selama penulis melakukan Kerja Praktek di sana ada suatu kejadian dimana
konsumen complain terhadap pihak sales marketing mengenai pelayanan yang
diberikannya. Akan tetapi, meskipun konsumen itu tidak puas dengan pelayanan
yang diberikan oleh pihak hotel, konsumen tersebut beberapa hari setelah acara
yang mereka selenggarakan di hotel tersebut mereka tetap kembali lagi untuk
booking tempat di sana untuk mengadakan acara lagi. Dan yang lebih menarik
perhatian lagi bahwa tidak hanya 1 konsumen saja yang pernah complain terhadap
pihak Grand Wahid mengenai pelayanan yang diberikan akan tetapi semua
konsumen tersebut tetap menjadi pelanggan setiap dari hotel Grand Wahid
tersebut.
Dilain hal ada tulisan yang menyatakan mengenai buruknya pelayanan yang
diberikan oleh hotel Grand Wahid melalui www.tripadvisor.co.id tepatnya pada
tanggal 6 Februari 2012 dan 26 Agustus 2012. TripAdvisor adalah situs
komunitas wisata terbesar di dunia dimana wisatawan dapat mengakses jutaan
ulasan opini yang objektif. Yang pertama pada tanggal 6 Februari dijelaska bahwa
konsumen tersebut merasa bahwa sangat tidak puas dengan pelayanan dan juga
fasilitas yang diberikan oleh Grand Wahid. Pelayanan yang dikeluhkan adalah
pelayanan mengenai kebersihan dan sikap yang diberikan karyawan Grand Wahid
kepada konsumen tersebut yaitu terutama pada bagian receptionist . Fasilitas yang
keluhkan oleh konsumen tersebut yaitu fasilitas yang diberikan di dalam kamar
hotel dan juga wifi dan terbatasnya channel satelit TV yang disediakan.
Konsumen tersebut juga mengatakan bahwa jika konsumen memiliki masalah
ataupun keluhan sewaktu berada di hotel maka tanggapan pertama yang diberikan
pihak hotel adalah bahwa kesalahan tersebut disebabkan oleh konsumen itu
sendiri. Dan yang kedua pada tanggal 26 Agustus 2012 dijelaskan bahwa
konsumen merasa sangat tidak puas dengan pelayanan yang diberikan pihak hotel
mengenai tempat parkir yang tersedia. Konsumen merasa pihak hotel tidak adil
dalam memberikan tempat parkir yang pada akhirnya konsumen tersebut
complain kepada petugas keamanan yang bertugas. Konsumen tersebut
mengatakan bahwa sudah menulis complain tetapi ketika check out dari hotel
tidak pernah ada surat permintaan maaf dari pihak hotel mengenai hal tersebut.
Dari kasus-kasus di atas, pihak marketing Grand Wahid Hotel Salatiga merasa
bahwa kualitas pelayanan yang diberikannya belum maksimal sehingga ada
konsumen yang complain dengan pelayanan yang diberikannya.
Dalam setiap jenis usaha tentunya bagian marketing yang harus mempunyai
pemikiran ekstra yaitu dalam mengatur strategi khusus agar dapat menarik
perhatian penduduk sekitar maupun wisatawan akan usaha yang didirikan. Oleh
karena itu penulis merasa tertarik untuk meneliti bagaimana strategi komunikasi
pemasaran yang dilakukan oleh pihak hotel dalam memperbaiki pelayanan
sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada konsumennya.
Tinjauan Pustaka
a. Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai strategi
komunikasi pemasaran dalam bidang produk maupun jasa. Yang pertama adalah
penelitian dengan judul Komunikasi Pemasaran PT. Grahawita Santika (Studi
Kasus Strategi Komunikasi Pemasaran PT. Grahawita Santika Dalam
Memasarkan Hotel Amaris Panglima Polim Jakarta Sebagai Smart Hotel). Dari
hasil penelitian dan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa PT.
Grahawita Santika melakukan upaya dalam memasarkan Hotel Amaris Panglima
Polim Jakarta sebagai smart hotel melalui berbagai media cetak, elektronik
maupun internet sebagai media promosi. Adapun 3 metode yang digunakan yaitu
input stage, matching stage, dan decision stage. Berdasarkan tahapan –tahapan
yang dilakukan tersebut maka PT. Grahawita Santika membentuk konsep smart
hotel bagi hotel Amaris yakni, smart location, smart employee, and smart service
(Yosafat Basal Susilo, 2015).
Yang kedua adalah penelitian dengan judul Kegiatan Komunikasi
Pemasaran Dalam Rangka Membangun Ekuitas Merek The Sunan Hotel Solo.
Dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Sunan
Hotel Solo melakukan upaya membangun citra positif (Ekuitas merek) perusahaan
melalui dua strategi yaitu strategi Public Relations eksternal dan strategi Public
Relations interal. Untuk membangun citra positif perusahaan atas ekuitas merek
The Sunan Hotel Solo berusaha membangun pengertian dan kesepahaman dengan
semua elemen hotel melalui strategi pemasaran yang terencana, terintegrasi dan
kontinyu. The Sunan Hotel Solo dalam kegiatan komunikasi pemasaran
dikembangkan dengan membangun hubungan dengan pelanggan, hubungan
dengan media massa yang dikombinasikan dengan program entertainment secara
unik dan konsisten untuk membangun image tentang The Sunan Hotel Solo
(Aditya Mukti Wibowo, 2009).
Dari penelitian terdahulu diatas, maka penulis melakukan penelitian dimana
topik yang diteliti sama dengan penelitian terdahulu yaitu masih seputar mengenai
strategi komunikasi pemasaran. Yang menjadi perbedaan antara penelitian yang
ditulis oleh peneliti dahulu dan peneliti sekarang ini yaitu terletak pada fokus
penelitian yang akan diamatinya. Disini peneliti ingin meneliti mengenai strategi
komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Grand Wahid Hotel Salatiga dalam
meningkatkan pelayanan terhadap konsumen. Berbeda dari penelitian terdahulu
yang membahas mengenai cara membangun ekuitas merek dan juga cara
memasarkan hotel. Peneliti kali ini akan lebih membahas mengenai bagaimana
strategi komunikasi pemasaran dari pihak hotel itu sendiri dalam melakukan
pelayanannya terhadap konsumen agar dapat meningkatkan pelayanannya
terhadap konsumen. Dari penilaian konsumen itulah dapat diketahui bagaimana
pelayanan yang dilakukan oleh pihak hotel kepada konsumen.
b. Teori Komunikasi
Komunikasi adalah proses berbagai makna melalui perilaku verbal dan
nonverbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang
atau lebih. Frase dua orang atau lebih perlu ditekankan, karena sebagian literatur
menyebut istilah komunikasi intrapersonal, yakni komunikasi dengan diri-sendiri
(Deddy Mulyana, 2005). Komunikasi adalah salah satu dari aktivitas manusia
yang dikenali oleh semua orang namun sangat sedikit yang dapat
mendefinisikannya secara memuaskan. Komunikasi memiliki variasi definisi yang
tidak terhingga seperti; saling berbicara satu sama lain, televisi, penyebaran
informasi, gaya rambut kita, kritik sastra, dan masih banyak lagi (John Fiske,
2012).
Harold D. Lasswell salah seorang peletak dasar ilmu komunikasi lewat ilmu
politik menyebut tiga fungsi dasar yang menjadi penyebab mengapa manusia
perlu berkomunikasi: Pertama, adalah hasrat manusia untuk mengontrol
lingkungannya. Kedua, adalah upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan
lingkungannya. Ketiga, adalah upaya untuk melakukan transformasi warisan
sosialisasi. Ketiga fungsi ini menjadi patokan dasar bagi setiap individu dalam
berhubungan dengan sesame anggota masyarakat (Hafied Cangara, 2007).
c. Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran merupakan proses pengolahan, produksi, dan
penyampaian pesan-pesan melalui satu atau lebih saluran kepada kelompok
khalayak sasaran, yang dilakukan secara berkesinambungan dan bersifat dua arah
dengan tujuan menunjang efektivitas dan efisiensi pemasaran suatu produk.
Proses ini bersinambungan, mulai dari tahap perencanan (desain) produk,
distribusi, sampai ke kegiatan promosi (melalui iklan, pemasaran langsung, dan
special event) dan tahap pembeli dan pengguna di kalangan konsumen. Selain itu
menurutnya pemasaran juga adalah fungsi bisnis yang mengidentifikasi keinginan
dan kebutuhan yang belum terpenuhi sekarang dan mengukur seberapa besarnya,
menentukan pasar-pasar target mana yang paling baik dilayani oleh organisasi,
dan menentukan berbagai produk, jasa dan program yag tepat untuk melayani
pasar tersebut. Jadi, pemasaran berperan sebagai penghubung antara kebutuhan-
kebutuhan masyarakat dengan pola jawaban industri yang bersangkutan (Philip
Kotler, 1986).
Pemasaran mempunyai pengertian yang sangat luas. Pemasaran bukan lagi
hanya sebuah bagian dari departemen dalam perusahaan yang mengelola bauran
pemasaran atau marketing mix yang terdiri dari product, price, place, dan
promotion. Tugas pemasaran lebih dari itu, pemasaran adalah jiwa dalam
perusahaan atau inti perusahaan, yang akan membawa perusahaan maju dan tetap
eksis di era globalisasi, pemasaran harus membuat perusahaan mampu bersaing.
Pemasaran harus bisa membuat setiap bagian di perusahaan dan jaringannya dapat
menciptakan nilai yang baik di benak konsumen, pemasar harus benar-benar tahu
apa yang diinginkan konsumen. Oleh karena itu, pengidentifikasian berbagai
kebutuhan konsumen merupakan hal yang sangat penting dilakukan pemasar
(Paulus Lilik Kristanto, 2011).
Dari berbagai macam definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas
pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan mengidentifikasi
kebutuhan konsumen yang perlu dipuaskan, menentukan produk yang hendak
diproduksi, menentukan harga produk yang sesuai, menentukan cara-cara promosi
dan mendistribusikan produk tersebut sampai kepada konsumen. Jadi, kegiatan
pemasaran adalah kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan sebagai suatu
sistem.
d. Strategi Komunikasi Pemasaran
Dalam pelaksanaan strategi komunikasi pemasaran, terdapat komponen-
komponen yang berperan penting dan lebih nyata untuk dilaksanakan antara lain:
produk, pasar atau pelanggan, kekuatan atau competitor, lingkup atau skala,
tujuan, sumber, dan waktu. Adaptasi SOSTAC merupakan salah satu tips agar
tercipta suatu strategi komunikasi pemasaran yang baik dan berjalan sesuai tujuan.
Untuk menyusun strategi maka harus ada acuan struktur logika yang menjadi
panutan dan menjadi salah satu acuan dalam menyusun strategi komunikasi
pemasaran. Acuan struktur logika tersebut didapat dari analisis SOSTAC yang
terdiri dari analisis Situation, Objective, Strategi, Tactic, Action, Control (Ilham
Prisgunanto, 2006). Berikut merupakan penjelasan analisis SOSTAC beserta
keterkaitan antara satu elemen dengan elemen yang lainnya.
a. S (Situation)
Situasi merupakan penggambaran dimana kita sekarang berada. Di dalam
komunikasi pemasaran situasi menjadi acuan bagi para perencaana pemasaran
untuk mengetahui dimana posisi bisnis yang sekarang sudah ada (positioning).
b. O (Objective)
Objektif menentukan kemana strategi selanjutnya akan diarahkan. Strategi
yang akan dilakukan harus sesuai dengan visi dan misi perusahaan agar hasilnya
bisa tepat sasaran.
c. S (Strategi)
Dalam hal strategi dirumuskan berbagai macam cara agar bisa mencapai tujuan
dari perusahaan. Strategi yang akan dibentuk harus benar-benar dipikirkan dan
disesuaikan dengan analisa pasar yang sudah dibuat.
d. T (Tactics)
Dibagian taktik, tenaga pemasar harus memikirkan apa saja sarana
communication marketing mix yang cocok agar bisa mencapai tujuan pemasaran
perusahaan. Setelah sarana communication marketing mix ditentukan maka tenaga
pemasar selanjutnya bisa menghitung berapa biaya yang akan digunakan dalam
merealisasikan strategi pemasaran tersebut..
e. A (Action)
Penempatan sarana di dalam pelaksanaan strategi komunikasi pemasaran harus
disesuaikan dengan strategi komunikasi pemasarannya sendiri. Pengintegrasian
kegiatan internal perusahaan dengan pelaksanaan strategi bisa membantu tenaga
pemasar dalam merumuskan taktik-taktik yang baru pada nantinya.
f. C (Control)
Kontrol difungsikan untuk mengetahui strategi dan taktik yang cocok dalam
menjalankan proses pemasaran. Fungsi control dalam analisis SOSTAC juga
diartikan sebagai kegiatan pengendalian dan pemantauan strategi yang ada apakah
sudah sesuai dengan rencana ataukah belum.
Tujuan analisis SOSTAC pada khususnya adalah agar tenaga pemasar bisa
memahami secara menyeluruh dan pasti strategi komunikasi pemasaran yang
sedang dijalankan sudah sesuai atau belum dengan apa yang sudah direncanakan
sebelumnya.
e. Pelayanan Konsumen
Konsumen tidak harus terikat dalam hubungan jual beli sehingga dengan
sendirinya konsumen tidak identik dengan pembeli. Kamus umum Bahasa
Indonesia mendefinisikan konsumen sebagai lawan produsen, yakni pemakai
barang-barang hasil industri, bahan makanan, dan sebagainya (Zulham, 2013).
Layanan umum yang dilakukan oleh siapapun, bentuknya tidak terlepas dari
3 macam, yaitu: 1) layanan dengan lisan, 2) layanan melalui tulisan dan 3)
layanan dengan perbuatan. Ke-3 bentuk layanan itu memang tidak selamanya
berdiri sendiri secara murni, melainkan sering berkombinasi (Moenir, 2010).
a. Layanan dengan lisan
Layanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas di bidang
Hubungan Masyarakat (HUMAS), bidang layanan informasi dan bidang-
bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada
siapapun yang memerlukan.
b. Layanan melalui tulisan
Layanan melalui tulisan merupakan bentuk layanan yang paling
menonjol dalam pelaksanaan tugas. Tidak hanya dari segi jumlah tetapi juga
dari segi perannya.
c. Layanan berbentuk perbuatan
Pada umumnya layanan dalam bentuk perbuatan 70-80% dilakukan oleh
petugas-petugas tingkat menengah dan bawah. Karena itu faktor keahlian dan
keterampilan petugas tersebut sangat menentukan terhadap hasil perbuatan
atau pekerjaan.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, Sedangkan
pendekatan yang digunakan menggunakan metode Deskriptif-Kualitatif. Dengan
kata lain penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk memperoleh
informasi-informasi mengenai keadaan yang ada (Mardalis, 1999). Pada
penelitian unit analisanya adalah strategi komunikasi pemasaran dari Grand
Wahid Hotel Salatiga khususnya dalam bidang pelayanan terhadap konsumen.
Pada penelitian ini yang dijadikan unit amatan adalah adalah dari divisi marketing
yaitu dengan Sales & Marketing Manager dan Sales Executive Grand Wahid
Hotel Salatiga. Menggunakan teknik Wawancara mendalam (intensive/depth
interview) dan Wawancara Informan Kunci (Key Informant Interview),
pengamatan lapangan (field observation). Narasumber dalam penelitian ini adalah
Sales & Marketing Manager, Sales Executive, dan konsumen sebanyak 20 orang
(10 regular customer dan 10 nonregular customer).
Pada penelitian ini dilakukan proses Analisa Interaktif dimana diadakan
proses reduksi data dan penarikan kesimpulan. Kemudian dilakukan juga proses
trianggulasi sumber data yakni dengan dilakukan pembandingan data hasil
pengamatan dengan hasil wawancara, terdapat 3 narasumber dengan 20 konsumen
yang meliputi 10 regular customer dan 10 nonregular customer. Serta
trianggulasi metode dengan menginterview dan melakukan observasi dengan
konsumen yang ada di Grand Wahid.
Pembahasan
Hasil dari penelitian ini diperoleh dari wawancara dan observasi
nonpartisipan yang dilakukan oleh peneliti dari beberapa informan. Data
wawancara didapatkan dari wawancara secara langsung dengan informan yang
berkaitan dengan tujuan penelitian. Data observasi didapatkan dari pengamatan
secara langsung oleh peneliti dengan melihat dan mengamati setiap perilaku dan
tanggapan dari konsumen. Dari teknik pengumpulan data tersebut, dapat diketahui
bahwa ada 2 strategi yang digunakan oleh Grand Wahid Hotel Salatiga dalam
upaya meningkatkan pelayanan terhadap konsumen yaitu pelatihan karyawan dan
memaksimalkan produk dan fasilitas. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan
sebagai berikut:
a. Pelatihan Karyawan
Pelatihan yang efektif dapat meningkatkan kinerja, memperbaiki semangat
kerja dan mendongkrak potensi organisasi (Kaswan, 2011). Pada kegiatan ini
diberikan penjelasan mengenai fasilitas, peralatan dan perlengkapan apa saja yang
dimiliki hotel Grand Wahid. Di sini karyawan juga diajarkan bagaimana cara
melayani tamu, menyapa tamu dan menghadapi tamu jika ada yang complain
terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak hotel. Kegiatan tersebut dilakukan
setiap tahunnya oleh Grand Wahid, hal ini dilakukan untuk memperbaiki
mengenai sistem pelayanan yang ada dan juga untuk meningkatkan kualitas
pelayanan mereka kepada konsumen.
Pelatihan merupakan kegiatan untuk memperbaiki kemampuan karyawan
dengan cara meningkatkan pengetahuan dan keterampilan operasional dalam
menjalankan suatu pekerjaan (John, Soeprihanto, 1988). Kegiatan pelatihan ini
diadakan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan karyawan mengenai
bagaimana karyawan harus bersikap di depan konsumen dan mengenai tata cara
menghadapi konsumen serta dapat memberi motivasi dan pencerahan kepada
karyawan dibidang pelayanan. Kegiatan pelatihan di hotel Grand Wahid ini biasa
dilakukan pada saat hotel tidak kebanjiran pengunjung (ramai), misalnya pada saat
bulan puasa atau bulan ramadhan karena pada bulan inilah kegiatan di hotel Grand
Wahid cenderung lebih sedikit dan tamu hotel juga cenderung lebih sedikit jika
dibandingkan dengan hari-hari biasanya. Kegiatan pelatihan ini biasanya lebih
sering diikuti oleh divisi-divisi yang bertugas melayani dan berinteraksi secara
langsung dengan konsumen tetapi tidak dipungkiri bahwa seluruh karyawan yang
bekerjapun tetap mengikuti pelatihan tersebut.
Kegiatan ini dilakukan mengingat pentingnya akan kualitas Sumber Daya
Manusia dalam dunia pekerjaan terutama dalam keberhasilan perusahaan. Sumber
Daya Manusia dapat dikatakan sebagai sumberdaya utama di dalam perusahaan
karena mereka dituntut untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada
konsumen dan memberikan kinerja yang optimal sehingga konsumen merasa puas
dengan pelayanan yang diberikan. Dalam memberikan pelayanan yang optimal
kepada pelanggan, pihak perusahaan harus melakukannya dengan sungguh-
sungguh yaitu dengan memperhatikan faktor utama dan faktor pendukungnya.
Faktor utamanya yaitu sumber daya manusia karena hanya dengan manusialah
pelanggan dapat berkomunikasi secara langsung dan dapat dengan leluasa dan
terbuka dalam mengemukakan pendapatnya. Kemudian faktor pendukungnya
yaitu sarana dan prasarana yang disediakan yang nantinya digunakan oleh
pelanggan. Oleh karena itu perusahaan sebisa mungkin berusaha untuk membuat
para karyawan dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan seoptimal
mungkin agar tidak mengecewakan konsumen (Kasmir, 2011).
b. Memaksimalkan Produk dan Fasilitas
Strategi yang satu ini merupakan strategi yang penting juga karena dalam
produk dan fasilitas ini juga ikut menunjang akan suatu pelayanan yang baik, oleh
karena itu agar kualitas pelayanan di Grand Wahid dapat dinilai baik maka produk
dan fasilitas yang disediakan juga harus baik. Dalam hal ini pihak dari Grand
Wahid melakukannya dengan cara menambah dan menyediakan fasilitas-fasilitas
yang dirasa kurang lengkap dan juga memperbaiki fasilitas-fasilitas yang kurang
layak atau tidak layak untuk diberikan kepada konsumen dengan cara
memperbaiki jika masih dapat diperbaiki dan jika sudah tidak dapat diperbaiki
maka dari pihak hotel harus menggantinya dengan yang baru dan dengan kualitas
yang bagus juga. Dalam hal ini sebisa mungkin Grand Wahid menyediakan dan
melengkapi segala macam produk dan fasilitas yang sekiranya diperlukan oleh
konsumen, karena pelayanan adalah menolong menyediakan segala apa yang
diperlukan orang lain, seperti tamu atau pembeli (Mohammad Iqbal, 2004).
Selain itu diperlukan juga peningkatan kinerja dalam melayani konsumen.
Pelayanan dalam bentuk perbuatan (action) merupakan salah satu faktor penting
dalam melakukan pelayanan terhadap konsumen (Moenir, 2010). Di Grand
Wahid, pelayanan dalam bentuk perbuatan mereka terapkan melalui sopan santun,
sifat penuh perhatian dan kekeluargaan dalam hal menyapa tamu, melayani tamu,
maupun dalam menanggapi keluhan-keluhan serta kritik dan saran yang diterima
dari konsumen. Dengan perilaku atau pelayanan baik yang diberikan maka dapat
memberikan nilai lebih dari konsumen terhadap kualitas pelayanan yang diberikan
oleh perusahaan.
Tidak hanya pelayanan dalam bentuk perbuatan saja, pelayanan dalam
bentuk lisan dan tulisan juga penting dalam melayani konsumen. Pelayanan
dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas di bidang Hubungan Masyarakat
(HUMAS), bidang layanan informasi dan bidang-bidang lainnya yang tugasnya
memberikan penjelasan atau keterangan kepada siapapun yang memerlukan
(Moenir, 2010). Di Grand Wahid pelayanan dengan lisan ini biasa dilakukan oleh
karyawan pada bagian security, front office, marketing, public relations, maupun
marketing communication dan juga bagian lainnya yang sekiranya dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh konsumen.
Pelayanan melalui tulisan merupakan bentuk pelayanan yang paling
menonjol dalam pelaksanaan tugas (Moenir, 2010), Grand Wahid dalam
melakukan pelayanan terhadap konsumen juga sering menggunakan bentuk
pelayanan melalui tulisan ini. Hal ini dilakukan karena tidak semua konsumen
yang mereka punya dapat dijangkau dengan mudah dan cepat oleh karena itu
dilakukanlah pelayanan dengan tulisan tersebut. Pelayanan dengan tulisan ini
dapat berupa keterangan harga, fasilitas, maupun informasi apa saja yang
konsumen butuhkan. Informasi tersebut biasanya dikirimkan melalui email, fax
ataupun jika keberadaan konsumen tersebut masih dapat dijangkau maka akan
dikirimkan secara langsung melalui kegiatan sales call.
c. Pelayanan Terhadap Konsumen
Penilaian kualitas pelayanan sangat ditentukan oleh tamu/konsumen yang
datang dan tentunya yang telah menerima jasa yang telah diberikan. Karena
kualitas pelayanan merupakan faktor yang sangat penting oleh karena itu dari
pihak perusahaan harus selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang
semaksimal mungkin kepada konsumennya. Di Grand Wahid sendiri pelayanan
yang diberikan kepada konsumen sudah baik dimata konsumen, baik di sini dalam
hal penampilan, sikap, pelayanan yang diberikan maupun dengan produk dan
fasilitas yang ada. Hal tersebut dapat dilihat dari tanggapan beberapa konsumen
Grand Wahid yang berkunjung, konsumen tersebut sebagian besar mengaku
merasa puas dengan pelayanan yang diterimanya. Dalam melayani konsumen,
karyawan yang bekerja di Grand Wahid dituntut untuk berpenampilan rapih,
bersikap baik, sopan, dan ramah kepada setiap tamu/konsumen yang datang. Salah
satu hal yang dapat membuat konsumen kecewa adalah penampilan pribadi, oleh
karena itu periksalah penampilan terlebih dahulu sebelum bertemu dengan
tamu/konsumen (Rebecca L. Morgan, 2005). Selain penampilan hal yang penting
dalam melayani konsumen yaitu sikap/perilaku yang ditunjukkan karyawan,
tunjukanlah sikap penuh perhatian kepada konsumen maka mereka akan
mempunyai nilai lebih mengenai pelayanan yang diberikan.
Selain penampilan dan sikap, karyawan Grand Wahid juga diajarkan
bagaimana menghadapi konsumen dalam hal memenuhi kebutuhan yang
konsumen inginkan. Setiap karyawan Grand Wahid pasti tentunya selalu berusaha
memberikan pelayanan yang terbaik untuk konsumennya, akan tetapi walaupun
sudah berusaha sebaik mungkin pasti ada saja yang tidak sesuai dengan kemauan
konsumen. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa tanggapan dari konsumen yang
berkunjung di Grand Wahid, ada yang mengatakan bahwa pernah suatu saat Ia
merasa yang disajikan oleh karyawan tidak sesuai dengan yang diinginkannya
kemudian Ia memberitahukan hal itu kepada karyawan tersebut maka dengan
secepat dan sebisa mungkin karyawan tersebut menggantinya sesuai dengan yang
konsumen inginkan. Berusaha memahami kebutuhan konsumen artinya karyawan
harus cepat tanggap terhadap apa yang diinginkan oleh konsumen dan usahakan
mengerti dan memahami keinginan dan kebutuhan konsumen secara cepat
(Kasmir, 2011).
d. Implementasi SOSTAC
Dalam mengevaluasi, program divisi marketing dapat dianalisis
menggunakan metode analisis SOSTAC (Situation, Objectives, Strategy, Tactics,
Action, Control). Tujuan menggunakan analisis SOSTAC ini adalah agar pelaku
pemasaran dapat memahami secara pasti apakah strategi komunikasi pemasaran
yang mereka jalankan sudah sesuai bagi perusahaan atau belum.
1. Situation
Situasi menjadi acuan bagi para perencana pemasaran untuk mengetahui
dimana posisi bisnis sekarang yang sudah ada apakah produk yang ingin
ditawarkan sudah dikenal atau belum (Ilham Prisgunanto, 2006). Pada tahap
situasi ini, fokusnya adalah pada keperluan untuk memahami situasi dan kondisi
perusahaan. Situasi dan kondisi ini dapat dilihat baik dari situasi internal maupun
situasi eksternal. Dari Grand Wahid sendiri sudah melakukan berbagai macam
kegiatan maupun promo-promo sesuai dengan situasi yang ada atau yang sedang
berjalan baik itu dalam situasi internal maupun eksternal. Untuk mengetahui
situasi dan kondisi perusahaan pada saat ini terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu seperti bagaimana posisi produk atau promosi-promosi yang
dimiliki perusahaan apakah sudah dikenal oleh konsumennya atau belum. Maka
dari itu dari pihak divisi marketing dari Grand Wahid selalu memeriksa sudah
sejauh mana produk mereka dikenal oleh para konsumen mereka. Dari konsumen
sendiri juga sudah mengenal mengenai promosi-promosi yang dimiliki Grand
Wahid, mereka dapat mengetahui itu semua bisa melalui website Grand Wahid
ataupun dengan mengambil secara langsung selebaran yang terdapat di hotel.
2. Objectives
Pada tahap ini pihak marketing dari Grand Wahid menentukan tujuan
dengan cara memperkenalkan apa saja fasilitas dan produk yang Grand Wahid
miliki dan juga memperkenalkan sistem atau tata cara pelayanan yang mereka
miliki. Dan juga sekaligus untuk meningkatkan kembali kualitas dari Grand
Wahid hotel baik secara pelayanan maupun dari segi fasilitas dan produk yang
dimilikinya. Tujuan pada tahap ini adalah menentukan kemana strategi
selanjutnya akan diarahkan (Ilham Prisgunanto, 2006). Oleh karena itu, divisi
marketing dari Grand Wahid selalu menentukan tujuan dengan cara
memperkenalkan perusahaan dan produk-produk yang dimilikinya kepada
khalayak luas agar dapat meningkatkan penjualan produk dan menambah minat
konsumen untuk berkunjung. Idealnya, keberhasilan pencapaian tujuan tersebut
akan mampu menjelaskan siapa, apa yang telah dicapainya, kapan dan bagaimana
secara spesifik mengenai hasil apa saja yang dapat dicapainya agar dapat lebih
sempurna (Rosady Ruslan, 2010). Tujuan-tujuan dari Grand Wahid tersebut dirasa
sudah menarik minat konsumen karena tidak sedikit konsumen yang sudah
mengetahui produk dan fasilitas yang dipromosikan Grand Wahid.
3. Strategy
Strategi merupakan bagian dari suatu rencana (Rosady Ruslan, 2010).
Strategi marketing dari Grand wahid hotel adalah terus melakukan inovasi dan
pembenahan, salah satunya yaitu dengan melakukan program pelatihan karyawan
dan juga dengan memaksimalkan fasilitas dan produk yang mereka miliki agar
kedepannya dapat lebih bagus dan lebih baik lagi. Dimana strategi tersebut
merupakan strategi yang biasa dilakukan oleh Grand Wahid setiap tahunnya agar
dapat mencapai tujuan yaitu meningkatkan kualitas pelayanan kepada konsumen.
Dalam pencapaiannya, Grand Wahid selalu mempertimbangkan dan memikirkan
hal-hal apa saja yang perlu dilakukan agar kedepannya dapat bermanfaat bagi
perusahaan supaya dapat mencapai tujuannya. Strategi merupakan serangkaian
rancangan besar yang menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan harus
beroperasi untuk mencapai tujuannya (Agus Hermawan, 2012). Strategi dari
Grand Wahid tersebut sudah diterapkan secara langsung kepada konsumennya,
hal tersebut dapat dilihat dari pembenahan-pembenahan yang dilakukan oleh
pihak hotel atas ketidakpuasan pelayanan maupun fasilitas yang diberikan.
Adapun juga tidak sedikit konsumen yang menggunakan/memakai produk dan
fasilitas yang dipromosikan oleh Grand Wahid.
4. Tactics
Di sini tenaga pemasar harus memikirkan apa saja sarana yang dibutuhkan
yang cocok agar bisa mencapai tujuan setelah sarana tersebut ditentukan maka
selanjutnya dapat dihitung rincian biaya yang digunakan dalam melaksanakan
kegiatan (Ilham Prisgunanto, 2006). Di Grand Wahid sendiri khususnya pada
divisi marketing mempunyai cara-cara tersendiri dalam menerapkan dari strategi
yang sudah ada yaitu dengan memanfaatkan waktu luang mereka untuk
melakukan berbagai macam pelatihan karyawan dan juga mengecek dan mendata
produk-produk dan fasilitas yang ada demi kebaikan perusahaan dan juga
kenyamanan dari konsumen. Pada tahap ini diperlukan seni dan kreativitas dalam
penyusunan rancangannya. Taktik diukur dari waktu yang berjalan (melihat
situasi dan kondisi), faktor financial menjadi pertimbangan penting bagi
perusahaan untuk memutuskan apa strategi dan taktik pemasaran yang ada
dijalankan atau tidak (Ilham Prisgunanto, 2006). Oleh karena itu diperlukan
penyusunan rancangan financial yang baik dan jelas agar dapat lebih
memudahkan untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Secara
keseluruhan saat ini pendapatan hotel berasal dari penyewaan kamar, penyewaan
ruangan, ticketing serta juga dari promosi-promosi yang dimiliki. Cara-cara yang
digunakan Grand Wahid dirasa sudah mendapatkan respon yang baik dari
konsumennya, hal tersebut dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan konsumen
saat berkunjung ke Grand Wahid.
5. Action
Divisi marketing dari Grand wahid dalam menyusun langkah-langkah
untuk mencapai tujuan kegiatan dapat dilakukan dengan cara menetapkan sasaran
yang hendak dicapai. Yang pertama adalah program pelatihan karyawan.
Langkah-langkah untuk mencapai tujuan agar mengenai sasaran yaitu dengan cara
membuat daftar siapa saja karyawan yang ada di setiap divisi dan kemudian
mengundangnya untuk hadir dalam acara pelatihan karyawan tersebut. Dalam
melaksanakan program ini mempunyai beberapa faktor penghambat yaitu masalah
waktu karena tidak semua karyawan mempunyai waktu luang yang sama. Yang
kedua adalah program mengenai fasilitas dan produk dari Grand Wahid hotel.
Dalam menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan kegiatan dapat
dilakukan dengan cara menetapkan sasaran yang hendak dicapai yaitu dengan
membuat daftar-daftar produk maupun fasilitas apa saja yang dirasa perlu untuk
diperbaiki, diganti ataupun ditambah dengan barang-barang yang lebih
berkualitas. Namun dalam pelaksanaannya terkadang terdapat beberapa faktor
penghambat yaitu yang paling utama adalah masalah financial, dan juga waktu
karena seringkali jadwal yang ditentukan dalam perbaikan ini tidak sesuai dengan
jadwal yang sudah direncanakan. Jadi, sarana di dalam Grand Wahid merupakan
salah satu faktor penting dalam keberhasilan proses bisnis yang dijalankan agar
konsumen merasa aman dan nyaman dengan kualitas dan sarana yang diberikan.
Penempatan sarana di dalam pelaksanaan strategi komunikasi pemasaran haruslah
disesuaikan dengan strategi komunikasi pemasaranannya itu sendiri (Ilham
Prisgunanto, 2006).
Dari pihak Grand Wahid sendiri sudah mencapai sasarannya dari setiap
tujuan kegiatan yang dilakukan. Respon yang mengecewakan sering kali
didapatkan oleh Grand Wahid namun pihak hotel langsung meresponnya dengan
secepat mungkin dan langsung memperbaikinya. Akan tetapi tidak sedikit juga
yang memberikan respon baik terhadap pihak hotel atas pelayanan yang diberikan
baik itu dari sikap dan perilaku karyawan kepada konsumen maupun dengan
fasilitas dan produk yang diberikan. Respon yang diberikan oleh Grand Wahid
kepada konsumen tersebut dapat berupa pelayanan secra langsung maupun dapat
juga berupa tulisan kepada konsumen yang bersangkutan.
6. Control
Dalam mengevaluasi setiap program yang sedang berjalan di Grand Wahid
hotel, maka divisi marketing melakukan penentuan tim kerja yang di dalamnya
ada tim kreatif dan tim pelaksana. Selain itu setiap harinya selalu diadakan yang
namanya briefing sebelum semuanya memulai bekerja baik itu saat pagi hari
maupun saat pergantian shift. Kegiatan ini dilakukan guna mengontrol sudah
sejauh mana perkembangan kegiatan yang dilakukan agar kualitas yang yang ada
berkenan dimata konsumen. Control merupakan kegiatan pengendalian dan
pemantaan strategi yang ada apakah sudah sesuai dengan rencana ataukan belum
(Ilham Prisgunanto, 2006). Setiap karyawan yang menghandle suatu acara
pastinya tidak lupa meminta komentar maupun kritik dan saran dari konsumen
agar dapat menjadi pembelajaran bagi pihak hotel agar dapat lebih baik
kedepannya.
Dari tahapan-tahapan yang telah dilakukan tersebut, maka dapat diketahui
bahwa Grand Wahid hotel Salatiga ini memiliki 2 strategi. Strategi yang pertama
adalah pelatihan karyawan, dan yang kedua adalah memaksimalkan produk dan
fasilitas. Strategi ini dilakukan Grand Wahid untuk mengembangkan bidang usaha
dan juga lebih memaksimalkan upaya dalam mengembangkan strategi komunikasi
pemasaran sesuai dengan tujuan yang diinginkan yaitu dalam hal meningkatkan
pelayanan terhadap konsumen.
Kesimpulan
Grand Wahid Hotel Salatiga memiliki 2 strategi komunikasi pemasaran
dalam upaya meningkatkan pelayanan terhadap konsumen. Yang pertama yaitu
pelatihan karyawan, pelatihan ini merupakan kegiatan yang sangat penting dan
sangat dibutuhkan oleh Grand Wahid. Dikatakan penting karena pelatihan
karyawan tersebut diadakan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan
karyawan mengenai sikap yang harus diberikan kepada konsumen serta memberi
motivasi kepada karyawan agar dapat meningkatkan kinerja mereka. Pelatihan ini
pasti dilakukan oleh Grand Wahid setiap tahunnya karena mengingat kualitas
pelayananlah yang sangat berpengaruh terhadap jalannya bisnis perhotelan
ini,oleh karena itu Sumber Daya Manusia (karyawan) yang ada harus diberi
pembekalan semaksimal mungkin agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Yang kedua adalah memaksimalkan produk dan fasilitas yang ada.
Strategi yang satu ini dapat menunjang kualitas pelayanan yang diberikan,
karena agar kualitas pelayanan yang diberikan dapat dinilai baik oleh konsumen
maka produk dan fasilitas yang diberikan juga harus baik. Kedua strategi ini
dilakukan Grand Wahid dalam upaya memperbaiki serta memaksimalkan kinerja
karyawan agar dapat meningkatkan pelayanannya terhadap konsumen. Pelayanan
dan fasilitas yang diberikan Grand Wahid kepada konsumen sudah baik meskipun
terkadang ada yang tidak bisa mereka penuhi sesuai dengan keinginan konsumen.
Daftar PustakaCangara, Hafied. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.Dharmmesta, Basu Swastha. (2000). Manajemen Pemasaran: Analisis Perilaku
Konsumen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.Fiske, John. (2012). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.Hermawan, Agus. (2012). Komunikasi Pemasaran. Jakarta. Erlangga.Iqbal, Mohammad. (2004). Pelayanan Yang Memuaskan. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia.Kristanto, Paulus Lilik. (2011). Psikologi Pemasaran. Yogyakarta: CAPS.Kaswan. (2011). Pelatihan dan Pengembangan untuk Meningkatkan Kinerja
SDM. Bandung: Alfabeta, cv.Kasmir. (2011). Etika Customer Service. Jakarta: PT RajaGrafindo.Mulyana, Deddy. (2005). Komunikasi Efektif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Moenir. (2010). Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi
Aksara.Mardalis. (1999). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
Aksara.Morgan, Rebecca L. (2005). Melayani Pelanggan Kecewa. Jakarta: PPM.Prisgunanto, Ilham. (2006). Komunikasi Pemasaran Strategi dan Taktik. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Ruslan, Rosady. (2010). Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafin.
Soeprihanto, John. (1988). Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karyawan. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Susilo, Yosafat Basal. (2015). Komunikasi Pemasaran PT Grahawita Santika (Studi Kasus Strategi Komunikasi Pemasaran PT Grahawita Santika Dalam Memasarkan Hotel Amaris Panglima Polim Jakarta Sebagai Smart Hotel). Bandung: Universitas Padjadjaran.
Wibowo, Aditya Mukti. (2009). Kegiatan Komunikasi Pemasaran Dalam Rangka Membangun Ekuitas Merek The Sunan Hotel Solo. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Zulham. (2013). Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.