Referat Rehabmed Riza Zahara

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    1/30

    REFERAT

    REHABILITASI MEDIK

    Oleh

    Riza Zahara

    0818011093

    Preceptor:

    dr. Sanjoto S., Sp. KFR

    KEPANITERAAN KLINIK

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNILA

    INSTALASI REHABILITASI MEDIK

    RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK LAMPUNG

    AGUSTUS 2013

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    2/30

    2 | P a g e

    REHABILITASI MEDIK

    A. DefinisiRehabilitasi berasal dari dua kata, yaitu re yang berarti kembali dan habilitasi

    yang berarti kemampuan. Menurut arti katanya, rehabilitasi berarti

    mengembalikan kemampuan. Rehabilitasi adalah proses perbaikan yang

    ditujukan pada penderita cacat agar mereka cakap berbuat untuk memiliki

    seoptimal mungkin kegunaan jasmani, rohani, sosial, pekerjaan dan ekonomi.

    Rehabilitasi didefinisikan sebagai satu program holistik dan terpadu atas

    intervensi-intervensi medis, fisik, psikososial, dan vokasional yang

    memberdayakan seorang (individu penyandang cacat) untuk meraih pencapaian

    pribadi, kebermaknaan sosial, dan interaksi efektif yang fungsional dengan

    dunia

    Menurut WHO (1969), rehabilitasi medik adalah serangkaian upaya yang bersifat

    medik, sosial, edukasional dan vokasional yang terkoordinasi untuk melatih

    kembali penyandang cacat untuk mencapai kemampuan semaksimal mungkin.

    Pada tahun 1981, WHO merubah definisi rehabilitasi medik menjadi semua

    upaya yang bertujuan untuk mengurangi dampak dari semua keadaan yang

    menimbulkan disabilitas dan handicap yang memungkinkan penyandang cacat

    untuk berpartisipasi secara aktif dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.

    Adapun menurut Depkes, rehabilitasi adalah proses pemulihan untuk

    memperoleh fungsi penyesuaian diri secara maksimal atau usaha mempersiapkan

    penderita cacat secara fisik, mental, sosial dan kekaryaan untuk suatu kehidupan

    yang penuh sesuai dengan kemampuan yang ada padanya (Depkes RI, 1983).

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    3/30

    3 | P a g e

    Gambar 1. Rehabilitasi medik

    Menurut kamus kedokteran Dorland, definisi rehabilitasi adalah pemulihan ke

    bentuk atau fungsi yang normal setelah terjadi luka atau sakit, atau pemulihan

    pasien yang sakit atau cedera pada tingkat fungsional optimal di rumah dan

    masyarakat, dalam hubungan dengan aktivitas fisik, psikososial, kejuruan dan

    rekreasi. Jika seseorang mengalami luka, sakit, atau cedera maka tahap yang

    harus dilewati adalah penyembuhan terlebih dulu. Setelah penyembuhan atau

    pengobatan dijalani maka masuk ke tahap pemulihan. Tahap pemulihan inilah

    yang disebut dengan rehabilitasi. Jadi, rehabilitasi medis adalah cabang ilmu

    kedokteran yang menekankan pada pemulihan fungsional pasien agar aktivitas

    fisik, psikososial, kejuruan, dan rekreasinya bisa kembali normal.

    Ilmu Rehabilitasi Medik (disebut juga sebagai ilmu kedokteran fisik dan

    rehabilitasi) adalah ilmu yang mengkhususkan diri dalam pelayanan masyarakatsejak bayi, anak, remaja, dewasa sampai usia tua, yang memerlukan asuhan

    rehabilitasi medis. Dimana pelayanan yang diberikan adalah untuk mencegah

    terjadinya kecacatan yang mungkin terjadi akibat penyakit yang diderita serta

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    4/30

    4 | P a g e

    mengembalikan kemampuan penderita seoptimal mungkin sesuai kemampuan

    yang ada pada penderita.

    Sifat kegiatan yang dilakukan oleh petugas rehabilitasi adalah berupa bantuan,

    dengan pengertian setiap usaha rehabilitasi harus selalu berorientasi kepada

    pemberian kesempatan kepada peserta didik yang dibantu untuk mencoba

    melakukan dan memecahkan sendiri masalah- masalah yang disandangnya (clien

    centered). Jadi bukan berorientasi pada kemampuan pelaksana/tim rehabilitasi

    (provider centered).

    Sehingga pelayanan rehabilitasi medik merupakan pelayanan kesehatan terhadap

    gangguan fisik dan fungsi yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi sakit, penyakit

    atau cedera melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik dan atau

    rehabilitatif untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal (Menkes RI,

    2008).

    Arah kegiatan rehabilitasi adalah refungsionalisasi dan pengembangan.

    Refungsionalisasi dimaksudkan bahwa rehabilitasi lebih diarahkan pada

    pengembalian fungsi dari kemampuan peserta didik, sedangkan pengembangan

    diarahkan untuk menggali/menemukan dan memanfaatkan kemampuan siswa

    yang masih ada serta potensi yang dimiliki untuk memenuhi fungsi diri dan

    fungsi sosial dimana ia hidup dan berada.

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    5/30

    5 | P a g e

    Gambar 2. Jenis-jenis rehabilitasi

    B. SejarahPada tahun 1916 terdapat wabah polio yang menyerang New York. Wabah

    tersebut dapat mengakibatkan kecacatan sementara bahkan seumur hidup jika

    tidak cepat ditangani, maka dibentuklah Georgia Warm Springs Young

    Foundation pada 1924 sebagai tanggapan terhadap wabah polio ini untuk

    menanggulangi akibat buruk yang ditimbulkan. Dengan demikian, pemulihan

    fungsi alat gerak (rehabilitasi) yang dijalani pasien polio itulah titik awal yang

    mendorong berdirinya rehabilitasi medik. Frank H. Krusen, MD adalah seorang

    dokter yang telah berusaha keras memperoleh pengakuan agar rehabilitasi medik

    dimasukkan dalam suatu bidang spesialis kedokteran pada tahun 1938.

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    6/30

    6 | P a g e

    Pelayanan Kedokteran Rehabilitasi di Indonesia dikenal sejak tahun 1947, saat

    Prof. Dr. R. Soeharso mendirikan Pusat Rehabilitasi untuk penderita disabilitas,

    yaitu penderita buta, tuli dan cacat mental di Surakarta. Karena tuntutan

    kebutuhan yang meningkat, maka pada tahun 1973, Menteri Kesehatan

    mendirikan Pelayanan Rehabilitasi di RS. Dr. Kariadi Semarang, yang

    merupakan suatu pilot project yang disebut Preventive Rehabilitation Unit

    (PRU). Keberadaan PRU menunjukkan keberhasilan dalam peningkatan

    pelayanan kesehatan, mempersingkat masa perawatan di RS, dan mengurangi

    beban kerja Pusat Rehabilitasi di Surakarta.

    Melalui SK Menteri Kesehatan No.134/Yan.Kes/SK/IV/1978 pada masa

    PELITA II, diputuskan untuk mendirikan PRU di seluruh RS pemerintah baik

    tipe A, B dan C. Istilah PRU kemudian berubah menjadi Unit Rehabilitasi Medik

    (URM). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Menteri Kesehatan

    menaruh perhatian untuk memajukan Pelayanan Kedokteran Rehabilitasi.

    Dalam rangka meningkatkan Pelayanan Kedokteran Rehabilitasi, Menteri

    Kesehatan mulai mengirim Dokter umum dari Indonesia untuk mengikuti

    pendidikan menjadi Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi di Department

    Physical Medicine and Rehabilitation, Universitas Santo Tomas di Manila,

    Filipina. Ada 12 Dokter Indonesia yang berhasil menjadi spesialis KF & R dari

    Universitas tersebut. Beberapa lulusan tersebut mulai mendirikan Organisasi

    Spesialis Rehabilitasi Medik Indonesia yang diberi nama IDARI (Ikatan Dokter

    Rehabilitasi Medik Indonesia) pada bulan Februari 1982, pada saat seminar

    untuk mengembangkan sumber daya manusia di bidang Rehabilitasi Medik di

    Jakarta. Ketua IDARI pertama adalah Dr. A.R. Nasution yang dilantik oleh Dr.

    I.G. Brataranuh, Dirjen Pelayanan Kesehatan Departemen Kesehatan. Setelah itu

    mulailah dibicarakan mengenai pelaksanaan penerimaan peserta Program

    Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi.

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    7/30

    7 | P a g e

    Pelayanan rehabilitasi medic ini sifatnya komprehensif mulai dari promotif,

    preventif, kuratif dan rehabilitative. Paradigma pelayanan rehabilitasi medic yang

    dianut saat ini dititik beratkan pada strategi rehabilitasi pencegahan (prevention

    rehabilitation strategy), artinya pencegahan ketidakmampuan (disabilitas) harus

    dilakukan sejak dini. Apabila tidak dapat dicegah, tetap diupayakan mencapai

    tingkat seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki.

    Untuk memberikan pelayanan rehabilitasi medic ini DEPKES pada tahun 1997

    telah menyusun Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit kelas A,

    B, dan C, tetapi dengan adanya kemajuan IPTEK di bidang kesehatan, kebijakan

    desentralisasi, perubahan kebutuhan pelayanan dan sebagainya, maka pedoman

    ini pun masih terus disempurnakan sehingga dapat menjadi acuan dalam

    melaksanakan pelayanan rehabilitasi medic yang bermutu dan yang berorientasi

    padapatient safety.

    C. Tujuan RehabilitasiDalam Undang-undang Nomor 4 tahun 1997 dijelaskan bahwa Rehabilitasi

    diarahkan untuk memfungsikan kembali dan mengembangkan kemampuan fisik,

    mental dan sosial penyandang cacat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya

    secara wajar sesuai dengan bakat, kemampuan, pendidikan dan pengalaman.

    Tujuan utama rehabilitasi adalah membantu penca mencapai kemandirian

    optimal secara fisik, mental, sosial, vokasional, dan ekonomi sesuai dengan

    kemampuannya. Ini berarti membantu individu tersebut mencapai kapasitas

    maksimalnya untuk memperoleh kepuasan hidup dengan tetap mengakui adanya

    kendala-kendala teknis yang terkait dengan keterbatasan teknologi dan sumber-

    sumber keuangan serta sumber-sumber lainnya.

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    8/30

    8 | P a g e

    1. Mengatasi keadaan/kondisi sakit melalui paduan intervensi medik,keterapian fisik, keteknisian medik dan tenaga lain yang terkait.

    2. Mencegah komplikasi akibat tirah baring dan atau dampak penyakitnya yangmungkin membawa kecacatan.

    3. Memaksimalkan kemampuan fungsi, meningkatkan aktifitas dan partisipasipada difabel (sebutan bagi seseorang yang mempunyai keterbatasan

    fungsional).

    4. Mempertahankan kualitas hidup dan mengupayakan kehidupan yangberkualitas.

    Menurut Ahmad Tohamuslim (1985), rehabilitasi medis mempunyai dua tujuan:

    Pertama, tujuan jangka pendek agar pasen segera keluar dari tempat tidur dapat

    berjalan tanpa atau dengan alat paling tidak mampu memelihara diri sendiri.

    Kedua, tujuan jangka panjang agar pasen dapat hidup kembali ditengah

    masyarakat, paling tidak mampu memelihara diri sendiri, idealnya dapat kembali

    kepada kegiatan kehidupan semula paling tidak mendekatinya.

    Rehabilitasi medik memiliki fungsi mencegah timbulnya cacat permanent,

    mengembalikan fungsi-fungsi anggota tubuh/bagian tubuh yang cacat, dan

    memberikan alat-alat pertolongan dan latihan-latihan kepada penderita sehingga

    mereka dapat mengatasi dan dapat mulai kembali ke kehidupannya.

    D. FilosofiPelayanan Rehabilitasi Medik dilakukan dengan menjunjung filosofi-filosofi

    berikut:

    1. Rehabilitasi merupakan jembatan yang menjangkau perbedaan antarakondisi tidak berguna-berguna, kehilangan harapan-berpengharapan

    (Rehabilitation is a bridge spanning the gap between uselessness-usefulness,

    hopelessnesshopefulness).

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    9/30

    9 | P a g e

    2. Rehabilitasi tidak hanya memperpanjang usia tetapi juga menambahmakna/kualitas dalam hidup (rehabilitation is not only to add years to life but

    also add life to years).

    E. Gangguan FungsiMenurut WHO tingkatan gangguan fungsi dapat dikategorikan sebagai berikut:

    1.Impairment, yaitu keadaan kehilangan atau ketidaknormalan dari kondisipsikologis, fisiologis, atau struktur anatomi atau fungsi (tingkat organ).

    2.Disability, yaitu segala restriksi atau kekurangan kemampuan untukmelakukan aktivitas dalam lingkup wajar bagi manusia yang diakibatkan

    impairment(tingkat aktifitas kehidupan sehari-hari).

    3.Handicap, yaitu hambatan dalam individu yang diakibatkan oleh impairmentdan disability yang membatasi pemenuhan peran wajar seseorang sesuai

    dengan faktor umur, seks, sosial, dan budaya (tingkat pekerjaan).

    Bertitik tolak dari kerangka pemikiran upaya rehabilitasi fisik tersebut maka

    penanganan bersifat komprehensif, sehingga layanan rehabilitasi dapat diartikan

    sebagai upaya terkoordinasi yang bersifat medik, sosial, edukasi dan kekaryaan

    untuk melatih sesseorang ke arah tercapainya kemampuan fungsional

    semaksimal mungkin, dan menjadikan individu sebagai anggota masyarakat yang

    berswasembada dan berguna. Upaya rehabilitasi fisik merupakan upaya medik

    untuk mencegah terjadinya impairment, disability, dan handicap dengan

    memanfaatkan kemampuan yang ada.

    Adapun yang dimaksud dengan kecacatan adalah ketidakmampuan sebagian atau

    keseluruhan seseorang untuk melakuakn peran/kewajiabn yang diharapkan di

    dalam lingkungan masyarakat dari suatu kelainan ataupun penyakit.

    Dikategorikan sebagai berikut:

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    10/30

    10 | P a g e

    1. Cacat primerCacat yang disebabkan langsung oleh proses patologis atau penyakit.

    Contohnya hemiplegi pada stroke dan paraplegi pada cedera medulla spinalis.

    2. Cacat sekunderCacat yang disebabkan karena imobilisasi atau pembatasan dari pengobatan

    penderita.

    F. Pelayanan dalam Rehabilitasi Medik1. Pelayanan Fisioterapi

    Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau

    kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan

    fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan

    secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis, dan

    mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi. Fisioterapi merupakan bagian dari

    ilmu kedokteran yang berupa intervensi fisik non-farmakologis dengan tujuan

    utama kuratif dan rehabilitatif gangguan kesehatan.

    a. HydrotherapyHydrotherapy adalah perawatan menggunakan air untuk tujuan kesehatan,

    misalnya menghilangkan nyeri atau untuk menyembuhkan luka. Kolam

    renang, whirlpools dan hubbard tank (tangki yang memungkinkan

    penderita untuk merendam seluruh tubuhnya di dalam air) adalah contoh

    beberapa alat yang dapat dipergunakan untuk melakukan hydrotherapy.

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    11/30

    11 | P a g e

    Gambar 3. Indikasi Hydrotherapy

    Hydrotherapy mengacu pada semua perawatan yang menggunakan air.

    Beberapa jenis hydrotherapy digunakan untuk menanggulangi nyeri.

    Hydrotherapy yang dilakukan di dalam kolam atau tangki membolehkan

    penderita melakukan olahraga tanpa membebani sendi. Pada situasi

    lainnya, air hangat dapat meredakan nyeri, mengendorkan otot yang kerasdan memperlancar sirkulasi darah. Hal ini dapat meredakan sakit seperti

    nyeri punggung, nyeri sendi, arthritis, fibromyalgia atau kekakuan yang

    mengikuti cedera sumsum tulang belakang. Hydrotherapy juga dapat

    digunakan untuk merawat luka. Hydrotherapy dapat dilakukan di dalam

    kolam renang, tangki whirlpools, shower, sauna, dan teknik lainnya.

    Sering juga menggunakan panas (thermotherapy), dingin (cryotherapy)

    atau keduanya. Meskipun hydrotherapy sangat bermanfaat untuk

    mengobati beberapa kelainan, terdapat kondisi yang tidak memungkinkan

    penggunaan teknik ini. Penderita harus selalu konsultasi dengan dokter

    sebelum memulai perawatan hydrotherapy.

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    12/30

    12 | P a g e

    b. Cold TherapyAplikasi dingin pada area radang dapat mengurangi kepekaan syaraf yang

    pada gilirannya akan mengurangi rasa nyeri. Metode ini paling sering

    dipergunakan pada keadaan akut sebagai bagian dari sistem RICE (Rest-

    Ice-Compression-Elevation). Metode ini dapat dilakukan dengan

    mempergunakan es atau sprai vapocoolant.

    Tabel 1. Respon Kulit terhadap Terapi dingin

    Secara fisiologis, pada 15 menit pertama setelah pemberian aplikasi dingin

    (suhu 10 C) terjadi vasokontriksi arteriola dan venula secara lokal.

    Vasokontriksi ini disebabkan oleh aksi reflek dari otot polos yang timbul

    akibat stimulasi sistem saraf otonom dan pelepasan epinehrin dan

    norepinephrin. Walaupun demikian apabila dingin tersebut terus diberikan

    selama 15 sampai dengan 30 menit akan timbul fase vasodilatasi yang

    terjadi intermiten selama 4 sampai 6 menit. Periode ini dikenal sebagai

    respon hunting. Respon hunting terjadi untuk mencegah terjadinya

    kerusakan jaringan akibat dari jaringan mengalami anoxia jaringan.

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    13/30

    13 | P a g e

    Tabel 2. Efek Fisiologis Tubuh terhadap Terapi Dingin

    Cold therapy adalah penggunaan dingin untuk menanggulangi nyeri atau

    kondisi lainnya. Pada cedera olahraga, jenis terapi ini dialkukan pada fase

    cedera akut. Terapi dingin dapat dipergunakan menggunakan beberapa

    metode, termasuk es dan semprot dingin. Hal ini dapat diberikan 10 atau

    20 menit sampai dua hari setelah terjadinya cedera. Beberapa keuntungan

    penggunaan cold therapy adalah cepat, mudah digunakan dan sangat

    hemat. Cold therapy sebaiknya tidak digunakan untuk mengatasi beberapa

    hal misal buruknya sirkulasi darah, Raynaud syndrome (kondisi dimana

    arteri yang paling kecil yang membawa darah ke jari tangan dan kaki

    terhalang karena adanya dingin atau karena masalah emosi) dan radang

    pembuluh darah (vasculitis).

    c. ThermotherapyThermotherapy merupakan terapi dengan menggunakan suhu panas

    biasanya dipergunakan dengan kombinasi dengan modalitas fisioterapi

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    14/30

    14 | P a g e

    yang lain seperti exercise dan manual therapy. Udara lembab yang hangat

    dapat dipergunakan untuk mengurangi kekakuan dan nyeri otot. Heat

    therapy dapat dilakukan dengan mempergunakan berbagai cara, antara

    lain dengan menggunakan kantung panas (hot packs), handuk hangat,

    botol air panas, alat ultrasound, alat infra-reddan bak parafin cair. Terapi

    ini juga dapat dikombinasikan dengan hydrotherapy karena air yang

    hangat dapat mengendurkan otot, sendi serta meningkatkan jangkauan

    sendi.

    Tabel 3. Efek Fisiologis Tubuh terhadap Terapi Panas

    Termotherapy banyak digunakan untuk mengatasi arthritis, bursitis,

    tendinitis, nyeri punggung dan nyeri bahu. Thermotherapy memperlebar

    pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah pada kulit . Terapi panas

    dapat merileksasikan otot dan mengurangi kekakuan sendi. Penelitian juga

    menunjukkan bahwa panas dapat memblok reseptor nyeri. Secara umum

    terapi panas dapat dilakukan sendiri di rumah, akan tetapi beberapa jenisterapi panas memerlukan pengawasan dan harus dilakukan di dalam klinik

    atau rumah sakit. Terapi dengan panas yang lembab tampaknya lebih

    efektif untuk mengatasi nyeri dibandingkan dengan terapi dengan panas

    yang kering karena kelembaban dapat menghantarkan panas menuju ke

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    15/30

    15 | P a g e

    dalam jaringan yang lebih dalam. Thermotherapy biasanya

    dikombinasikan hydrotherapy (terapi air). Dalam banyak kasus

    cryotherapy (coldtherapy) digunakan untuk mengurangi peradangan

    sebelum dapat dilakukan thermotherapy.

    d. Ultrasound TherapyTerapi ultrasound merupakan jenis thermotherapy (terapi panas) yang

    dapat mengurangi nyeri akut maupun kronis. Terapi ini menggunakan arus

    listrik yang dialirkan lewat transducer yang mengandung kristal kuarsa

    yang dapat mengembang dan kontraksi serta memproduksi gelombang

    suara yang dapat ditransmisikan pada kulit serta ke dalam tubuh.

    Gambar 4. Alat Ultrasound

    e.

    ElectrotherapyElectrotherapy merupakan terapi dengan mempergunakan impuls listrik

    untuk menstimulasi saraf motorik ataupun untuk memblok saraf sensorik.

    Salah satu jenis electrotherapy yang sering dipergunakan untuk

    pengobatan adalah transcutaneous electro nerve stimulation (TENS).

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    16/30

    16 | P a g e

    TENS mempergunakan listrik bertegangan rendah yang disuplai dari suatu

    alat portable bersumber daya baterai. Dua elektroda pada alat ini

    dihubungkan pada bagian yang nyeri sehingga bagian tersebut teraliri

    impuls listrik yang akan menjalar pada serabut saraf untuk mengurangi

    kepekaan terhadap rangsang nyeri. Alat ini sering dipergunakan untuk

    mengatasi nyeri pada tendonitis dan bursitis. Selain TENS, shortwave

    diathermy sering juga dipergunakan dalam praktek fisioterapi. Alat ini

    mempergunakan arus listrik frekuensi tinggi untuk meningkatkan suhu

    pada kulit. Bagian-bagian tubuh yang besar seperti punggung dan

    pinggang dapat diterapi dengan shortwave diathermy karena penetrasi

    suhu dapat lebih dalam daripada mempergunakan metode terapi panas

    non-electri.

    f. Manual TherapyBerbagai teknik terapi manipulasi dapat dilakukan untuk menghasilkan

    gerakan pasif. Teknik ini meliputi terapi gerak dan massage (pijat).

    Dewasa ini teknikmassage yang paling sering dipergunakan adalah teknik

    Sweden, walaupun demikian, berbagai jenis lain juga mulai sering

    dipergunakan meliputi neuro-developmental treatment untuk mengatasi

    gangguan neuromuskular serta akupressure. Manipulation therapy

    terutama ditujukan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fleksibilitas

    sendi.

    g. Exercise TherapyTeknik fisioterapi ini merupakan teknik fisioterapi yang paling sering

    dipergunakan terutama pada keadaan kronis. Pada penggunaannya, jenis,

    frekuensi, intensitas dan durasi latihan ditentukan berdasarkan

    pemeriksaan fisik. Jenis latihan yang dapat dilakukan berupa latihan

    isometric, isotonic, aerobik maupun latihan akuatik. Jenisjenis latihan ini

    biasanya bertujuan untuk memperbaiki jangkauan gerak, meningkatkan

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    17/30

    17 | P a g e

    kekuatan, koordinasi, ketahanan, keseimbangan dan postur. Latihan dapat

    dilakukan secara aktif dimana penderita mengontrol sendiri gerakannya

    tanpa bantuan orang lain ataupun pasif dimana gerakan dilakuka

    berdasarkan bantuan dari ahli fisioterapi. Terapi latihan dapat dilakukan

    pada fase rehabilitasi berbagai jenis kelainan seperti stroke, penggantian

    sendi maupun penuaan.

    Gambar 5. Alur Terapi Exercise

    h. TraksiTraksi merupakan prosedur koreksi neuro-muskulo-skeletal seperti patah

    tulang, dislokasi dan kekakuan otot dengan mempergunakan alat yang

    berfngsi sebagai penarik. Terapi ini juga sering mempergunakan beban.

    Gambar 6. Traksi

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    18/30

    18 | P a g e

    i. Dry Needling therapyDry Needling therapy (DNT) adalah sebuah pendekatan terapi canggih

    dan khusus manual untuk pengobatan nyeri myofascial dan disfungsi. Ini

    adalah aplikasi dan penusukan jarum halus, mirip dengan yang digunakan

    dalam akupunktur, ke dalam sistem muskuloskeletal untuk menonaktifkan

    titik pemicu (simpul dalam otot yang menyebabkan nyeri luas,

    kelemahan, dan kehilangan fungsi) dan untuk mengubah neurologis

    disfungsional (saraf) dan rasa sakit melaporkan mekanisme.

    Gambar 7. Dry Needling therapy

    DNT adalah modalitas utama myotherapy klinis, cabang kedokteran

    manual yang berfokus pada perawatan dan pengelolaan nyeri

    muskuloskeletal, nyeri timbul dari otot, sendi, dan jaringan ikat yang

    terkait, namun DNT juga dipraktekkan oleh medis bervariasi banyak dan

    kesehatan sekutu profesional termasuk osteopati, kiropraktor, ahli

    fisioterapi, podiatrists dan Dokter.

    Secara historis, kering-tusuk jarum terapi telah ada selama bertahun-tahun.

    Tusuk jarum kering yang mendalam untuk mengobati titik pemicu

    pertama kali diperkenalkan oleh dokter Ceko Karel Lewit pada tahun 1979

    dan ahli terapi selanjutnya seperti Chan Gunn (intramuskular kering-tusuk

    jarum terapi), dan Peter Baldry (dangkal kering-tusuk jarum terapi)

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    19/30

    19 | P a g e

    memiliki keduanya diterbitkan bekerja pada aplikasi yang berbeda karena .

    Semua teknik ini didasarkan atas karya seumur hidup dari Dr Janet Travell

    dan Dr David Simons, yang menerbitkan temuan luas mereka di Sakit

    Myofascial dan Disfungsi buku 1983, sebuah karya perintis dalam

    penilaian dan pengobatan akut dan kronis rasa sakit.

    DNT digunakan dalam pengobatan berbagai kondisi muskuloskeletal

    termasuk nyeri akut dan kronis, disfungsi biomekanis dan masalah

    postural. Telah terbukti melalui riset menjadi salah satu cara paling aman

    dan paling sangat efektif dalam pengobatan nyeri terutama yang berkaitan

    dengan punggung, bahu, leher dan nyeri anggota badan, dan dapat

    membantu dalam banyak penyebab sakit kepala dan masalah siatik.

    Meskipun DNT dan akupunktur menggunakan alat yang sama di jarum

    sekali pakai, mereka berbeda dalam filsafat. Akupunktur adalah suatu

    sistem yang dikembangkan ribuan tahun lalu yang bekerja secara khusus

    dengan pergerakan chi melalui meridian, energi bawaan tubuh yang

    beredar segala sesuatu dalam tubuh. DNT berbeda karena berfokus pada

    penyebab biomedis nyeri muskuloskeletal dalam tubuh, merangsang

    mekanisme pelaporan nyeri tubuh sendiri dalam sistem saraf dan

    membantu untuk menolaknya. DNT melakukan hal ini dengan

    meningkatkan aliran darah, memberi makan oksigen dan nutrisi ke

    jaringan, mengeluarkan racun dan kotoran yang menyebabkan iritasi, dan

    merangsang tubuh melepaskan hormon ampuh perusahaan nyeri-

    membunuh seperti endorphin dan dopamin. Tidak seperti obat-obatan

    seperti ibuprofen, parasetamol, aspirin dan bahwa rasa sakit masker, DNT

    membantu untuk mengobati rasa sakit dan disfungsi pada penyebab

    sehingga menghapus alasan untuk itu ada.

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    20/30

    20 | P a g e

    2. Pelayanan Terapi WicaraAdalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau

    kelompok untuk memulihkan dan mengupayakan kompensasi/adaptasi fungsi

    komunikasi, bicara dan menelan dengan melalui pelatihan remediasi, stimulasi

    dan fasilitasi (fisik, elektroterapeutis, dan mekanis).

    3. Pelayanan Terapi OkupasiAdalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau

    kelompok untuk mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi dan atau

    mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk aktifitas seharti-hari (Activity Day

    Life), produktifitas dan waktu luang melalui pelatihan remediasi, stimulasi dan

    fasilitasi.

    Program ini memfokuskan pada latihan aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL)

    seperti makan, mandi, berpakaian, berdandan yang dilakukan sendiri.

    Kegiatannya: aktivitas-aktivitas ini membutuhkan latihan keluwesan dan

    menggunakan alat-alat bantu. Tujuannya untuk mengembangkan kemandirian

    dalam kehidupan sehari-hari semaksimal mungkin.

    Gambar 8. Terapi Okupasi

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    21/30

    21 | P a g e

    4. Pelayanan Ortotis-ProstetisMeruapakan tempat pelayanan terhadap penderita yang berkaitan dengan

    bidang teknik pembuatan dan pemakaian alat bantu dan alat ganti.

    Tujuan dari pelayanan ini antara lain:

    a. Mencegah kecacatan : brace, splintb. Mengkoreksi kecacatan : brace, koreksi sepatu, splintc. Memperbaiki/mengembalikan fungsi : protese

    Gambar 9. Ortotis-Prostetis

    G. Prinsip Rehabilitasi

    Menurut Harsono (1996), ada beberapa prinsip rehabilitasi, yaitu:1. Rehabilitasi dimulai sedini mungkin, bahkan segera sejak dokter melihat

    penderita untuk pertama kalinya.

    2. Tidak ada seorang pun yang boleh berbaring lebih lama dari yang diperlukan,karena dapat mengakibatkan komplikasi.

    3. Rehabilitasi merupakan terapi multidisipliner terhadap seorang penderita.4. Faktor yang terpenting adalah kontinuitas perawatan.5. Perhatian untuk rehabilitasi diutamakan kepada sisa kemampuan yang masih

    dapat diperbaiki dengan latihan.

    6. Fungsi lain rehabilitasi adalah pencegahan serangan berulang.7. Penderita merupakan subjek rehabilitasi, bukan sekedar objek.

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    22/30

    22 | P a g e

    Prinsip - prinsip dasar kegiatan rehabilitasi anak

    Ada beberapa prinsip dasar kegiatan rehabilitasi anak berkebutuhan khusus,

    diantaranya:

    1. Ditinjau dari tujuan rehabilitasiTujuan rehabilitasi bagi anak berkebutuhan khusus adalah agar mereka

    mampu mengikuti pendidikan dengan baik, atau agar mereka mampu

    melaksanakan fungsi sosial secara wajar dalam kehidupan masyarakat. Untuk

    mewujudkan tujuan rehabilitasi tersebut, prinsip dasar kegiatan rehabilitasi

    adalah:

    a. Prinsip menyeluruhKegiatan rehabilitasi dilakukan secara menyeluruh atau lengkap, baik

    pada aspek fisik, psikis, sosial maupun keterampilan (Total Care Concept

    Rehabilitation). Seorang anak yang mengalami amputasi, sedini mungkin

    ditangani bidang rehabilitasi medik, tidak terbatasi kepada mempercepat

    penyembuhan luka, penguatan otot, tetapi juga pembuatan kaki palsu,

    mempersiapkan mental agar yang bersangkutan menerima alat tersebut,

    melatih keterampilan sesuai dengan kemampuan yang ada, dan lain

    sebagainya.

    b. Prinsip pelayanan segera atau pelayanan diniPelayanan rehabilitasi dilakukan mulai sejak usia dini atau segera setelah

    diketahui kebutuhan rehabilitasi yang diperlukan masing-masing anak.

    c. Prinsip prioritasKondisi kesehatan atau kecacatan yang menimbulkan rasa sakit dapat

    mengganggu setiap aktivitas anak, maka kegiatan rehabilitasi medik bagi

    anak yang memerlukan, perlu didahulukan atau mendahului kegiatan

    rehabilitasi yang lain. pada kasus-kasus tertentu yang memerlukan

    pelayanan segera, perlu memperoleh prioritas dalam rehabilitasi.

    d. Kegiatan berpusat pada anakKegiatan rehabilitasi yang dilakukan lebih banyak memberikan

    kesempatan kepada anak/peserta didik untuk mencoba sendiri,

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    23/30

    23 | P a g e

    memecahkan masalahnya sendiri serta melakukan latihan sendiri, sudah

    tentu setelah mereka memperoleh penjelasan secukupnya dari provider.

    e. Prinsip konsistenSetiap kegiatan rehabilitasi didasarkan pada program yang telah disiapkan

    sebelumnya, dan dievaluasi setiap kemajuan yang dicapai anak/peserta

    didik secara konsisten.

    f. Prinsip efektivitas dan penghargaanMemberikan pujian dan penghargaan atas keberhasilan dan kemajuan

    kemampuan anak/peserta didik.

    g. Prinsip pentahapanArtinya bahwa kegiatan rehabilitasi dimulai dari kegiatan yang minimal

    (kecil, sederhana, mudah) sampai pada yang maksimal (luas, besar,

    sukar), baik yang berhubungan dengan bentuk, sifat maupun hasil yang

    diharapkan.

    h. Prinsip kesinambungan, berulang dan terus-menerusArtinya kegiatan terapi agar mencapai hasil maksimal perlu dilakukan

    berkesinambungan, berulang-ulang, terus-menerus. Jadi, tidak berhenti

    sebelum terlihat hasilnya yang lebih baik, menjadi bertambah meningkat

    kemampuannya, menjadi berkurang kesulitan dan hambatannya, dan

    sebagainya.

    i. Prinsip terintegrasiPelaksanaan kegiatan rehabilitasi tidak selalu terpisah dengan kegiatan

    proses belajar mengajar dalam suatu bidang studi tertentu, misalnya

    keterampilan, olahraga, PMP, agama, kesenian, dan sebagainya.

    2. Ditinjau dari jenis dan macam kelainana. Orientasi pada pengembalian fungsi

    Kegiatan rehabilitasi dilakukan dengan berorientasi pada pengembalian

    fungsi. Setiap anak berkelainan memiliki dampak primer tertentu sesuai

    dengan jenis kecacatannya. Dampak primer tersebut sedapat mungkin

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    24/30

    24 | P a g e

    dikembalikan fungsinya, dan jika tidak mungkin dialihkan pada fungsi

    organ tubuh yang lain/keterampilan tertentu yang dapat menggantikan

    fungsi organ yang berkelainan.

    b. Pinsip individualisasiKegiatan rehabilitasi berorientasi pada ketidakmampuan dan kemampuan

    setiap anak/peserta didik. Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi diperlukan

    pendekatan individual.

    c. Orientasi pada jenis kecacatan dan kasusAda kegiatan rehabilitasi yang dapat dilakukan secara kelompok

    berdasarkan atas jenis kecacatan, macam kasus, tingkat kelas, kelompok

    usia, dan sebagainya. MisaInya: semua anak tunanetra memerlukan

    latihan orientasi dan mobilitas, semua anak tunarungu memerlukan

    latihan komunikasi, semua anak tuna grahita dan tunadaksa memerlukan

    latihan ADL, dan sebagainya.

    3. Ditinjau dari kemampuan pelaksana (provider)a. Prinsip kerja tim

    Pekerjaan rehabilitasi dilakukan oleh suatu tim yang masing-masing

    bekerja sesuai dengan profesi dan kemampuannya. Kerjasama yang baik

    antar anggota tim rehabilitasi akan sangat menentukan keberhasilan

    program rehabilitasi.

    b. Prinsip kerja atas dasar profesiTidak semua anggota tim rehabilitasi memiliki profesi yang sama, itulah

    sebabnya bekerja atas dasar profesi akan lebih mampu mengurangi resiko

    kesalahan, di samping itu juga akan memperbesar efektivitas kerja.

    Sebelum kegiatan rehabilitasi dimulai, terlebih dahulu dipahami batas-

    batas kewenangan masing-masing dan disusun pembagian tugas secara

    tertulis atas dasar kesepakatan pihak-pihak yang tergabung dalam tim

    rehabilitasi yang ada di sekolah masing-masing.

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    25/30

    25 | P a g e

    Tindakan konsultatif dan penyelenggaraan pertemuan tim rehabilitasi

    secara periodik perlu ditempuh di setiap sekolah, demi kelancaran

    kegiatan rehabilitasi dan menghindari kesalahan dalam memberikan

    pelayanan rehabilitasi yang dapat menimbulkan parahnya permasalahan

    atau kecacatan yang disandang oleh anak/peserta didik yang memperoleh

    pelayanan.

    Seluruh program rehabilitasi berada di bawah tanggung jawab ketua tim

    yang dibantu oleh tiga ahli di bidang medik, sosial psikologis dan

    keterampilan. Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan oleh beberapa

    pelaksana rehabilitasi sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya.

    Tindakan rujukan ke ahlinya perlu dilakukan oleh para guru dan petugas

    rehabilitasi lainnya, agar anak segera terpecahkan permasalahannya.

    Dalam hal ini perlu disertai administrasi seperlunya (buku rujukan).

    4. Ditinjau dari tempat, waktu dan sarana rehabilitasia. Prinsip integritas

    Kegiatan rehabilitasi pada dasarnya dapat dilakukan secara bersama-

    sama, kecuali rehabilitasi keterampilan sebaiknya dilakukan setelah

    anak/peserta didik selesai mengikuti rehabilitasi medik dan sosial.

    Misalnya anak tunanetra untuk mengikuti latihan keterampilan massage,

    sebaiknya setelah menguasai orientasi mobilitas, tidak sakit, dan setelah

    memiliki motivasi untuk bekerja bidang keahlian massage. Pinsip ini juga

    menggariskan bahwa pelaksanaan rehabilitasi juga dapat dilakukan

    bersama-sama saat penyampaian materi bidang studi tertentu di sekolah.

    b. Prinsip keluwesan tempat dan waktuTempat pelaksanaan rehabilitasi dapat dilakukan dimana saja dan kapan

    saja, terkecuali pada kasus-kasus tertentu. Misalnya operasi ortopedi

    harus dilakukan di rumah sakit.

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    26/30

    26 | P a g e

    c. Prinsip kesederhanaanSarana rehabilitasi diutamakan yang sederhana, mudah didapat, murah

    harganya dan disesuaikan dengan kemampuan lembaga/sekolah, kecuali

    pada kasus-kasus tertentu, seperti alat bantu untuk mendengar, alat bantu

    untuk melihat, prothese, dan sebagainya.

    d. Prinsip keterlibatan orangtua dan masyarakatArtinya kegiatan rehabilitasi perlu menyertakan orangtua atau pembina

    asrama atau masyarakat, baik dalam melakukan pelatihan, pengawasan

    dan pembinaan anak, mengingat jumlah waktu anak kesehariannya lebih

    banyak di rumah atau di asrama.

    H. Ruang Lingkup Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah SakitBagian ini akan menjelaskan tentang ruang lingkup rehabilitasi medik. Rephauge

    (dalam sidiarto 1980) pada seminar internasional I rehabilitasi medik

    mengatakan bahwa rehabilitasi medik merupakan dasar dan penunjang bentuk

    rehabilitasi lainnya, seperti rehabilitasi sosial, karya, dan pendidikan. Jika ruang

    lingkup rehabilitasi medik dipandang sebagai suatu ilmu, maka banyak yang

    perlu dipelajari dan berhubungan langsung dengan rehabilitasi medik.

    Beradasarkan pengertian rehabilitasi yang menekankan kepada fungsional, maka

    rehabilitasi medik tidak bisa terlepas dari cabang ilmu lain seperti:

    Neuromuskular, Muskuloskeletal, Psikologi, Anatomi, Fisiologi, Etika Profesi,

    dan lain-lain.

    Sedangkan, jika ditinjau dari sudut pandang keprofesian, rehabilitasi medik

    memiliki komponen yang terdiri dari berbagai macam profesi. Dokter spesialis

    rehabilitasi medik adalah orang yang pada umumnya pertama dikunjungi oleh

    pasien. Biasanya, dokter akan mengirim pasien ke fisioterapis atau okupasi

    terapis untuk tindakan pemulihan lebih lanjut. Tugas fisioterapis disini adalah

    mengukur pergerakan sendi, kekuatan otot, fungsi paru dan jantung, dan

    mengukur sejauh mana pasien bisa melakukan aktivitas serta pekerjaannya

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    27/30

    27 | P a g e

    sehari-hari (fremgen dan frucht 2002). Kesemuanya itu dilatih dan dibantu

    pemulihannya oleh fisioterapis. Sedangkan okupasi terapis bertugas untuk

    mendampingi pasien untuk mengembangkan, meningkatkan, dan memulihkan

    kemampuan yang sangat penting untuk menunjang hidupnya. Namun, okupasi

    terapis lebih menekankan kepada pelatihan pasien untuk hidup mandiri dan

    produktif dengan tujuan mencapai hidup yang sejahtera.

    Berbeda dengan fisioterapis dan okupasi terapis, ortosis dan prostesis membantu

    pasien dengan menyediakan alat-alat penunjang pasien untuk hidup mandiri dan

    produktif. Ortosis adalah orang yang membuat alat bantu untuk beraktivitas,

    sedangkan prostesis menyediakan alat yang merupakan suatu pengganti organ,

    misalnya kaki palsu.

    Pada kenyataannya, banyak sekali perangkat rehabilitasi medik yang ikut

    berperan dalam rehabilitasi pasien, misalnya psikolog untuk memotivasi dan

    melatih pasien retardasi mental, perawat, dan paramedis lainnya. Itu semua

    tergantung kebutuhan pada masing-masing pasien.

    Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit meliputi seluruh upaya kesehatan

    pada umumnya, yaitu upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

    1. Upaya PromotifPenyuluhan, informasi dan edukasi tentang hidup sehat dan aktivitas yang

    tepat untuk mencegah kondisi sakit.

    2. Upaya preventifEdukasi dan penanganan yang tepat pada kondisi sakit/penyakit untuk

    mencegah dan atau meminimalkan gangguan fungsi atau risiko kecacatan.

    3. Upaya kuratifPenanganan melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik, dan upaya

    rehabilitatif untuk mengatasi penyakit/kondisi sakit untuk mengembalikan dan

    mempertahankan kemampuan fungsi.

    4. Upaya rehabilitatif

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    28/30

    28 | P a g e

    Penanganan melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik, keteknisan

    medik dan upaya rehabilitatif lainnya melalui pendekatan psiko-sosio-

    edukasi-okupasi-vokasional untuk mengatasi penyakit/kondisi sakit yang

    bertujuan mengembalikan dan mempertahankan kemampuan fungsi,

    meningkatkan aktivitas dan peran serta/partisipasi di masyarakat.

    I. Bentuk PelayananBeberapa bentuk Pelayanan Rehabilitasi Medik, antara lain:

    1. Mengembalikan fungsi pasien pasca stroke2. Mencegah kontraktur dan mengembalikan fungsi pasien pasca operasi dan

    patah tulang

    3. Senam nafas sehat, senam hamil4. Memberikan alat bantu jalan, ortesa, protesa, splint, korset, dan lain-lain5. Melatih bicara dan gerak motorik anak dengan CP, autism, keterlambatan

    perkembangan

    6. Mengurangi nyeri, kaku di berbagai bagian tubuhJ. Tim Rehabilitasi Medik

    Tim rehabilitasi medik dilakukan oleh tim yang terdiri dari berbagai disiplin

    ilmu, diantaranya:

    1. Dokter rehabilitasi medik sebagai ketua tim yang menyusun programrehabilitasi.

    2. Perawat rehabilitasi, melakukan positioning yang benar, untuk mencegahkomplikasi serta memperpendek masa pemulihan. Latihan buang air

    besar/kecil, aktivitas sehari-hari, transfer, mobilisasi bersama fisioterapis dan

    terapi okupasi dilakukan di bangsal.

    3. Fisioterapist, memeriksa dan mengevaluasi gangguan motorik dan sensorikyang mempengaruhi fungsi dan menyesuaikan program fisioterapi secara

    individu sesuai keadaan pasien.

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    29/30

    29 | P a g e

    4. Okupational Terapist, memeriksa, mengevaluasi dan menyusun program yangberhubungan dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) misalnya cara

    makan, menulis, berpakaian, membersihkan diri sendiri, dan lain-lain.

    5. Pekerja sosial medik, mengadakan penilaian terhadap kebutuhan penderitadan keluarganya selama dirawat, di rumah dan di masyarakat serta sumber

    daya yang dipunyainya.

    6. Speech therapist (terapi wicara) yaitu mengevaluasi masalah-masalahkomunikasi.

    7. Psikologi, mengevaluasi keadaan psikologi penderita secara tuntas, termasukkeluarganya.

    8. Ortotik-prostetik, mengevaluasi dan mengadakan alat-alat bantu yang telahdisesuaikan guna memperbaiki aktivitas.

    9. Penderita dan keluarga, melengkapi tim rehabilitasi. Diskusi yang memadaimengenai penyakit dan defisit neurologis adalah penting untuk mengetahui

    gangguan fungsional yang sebenarnya.

    10.Rohaniawan.

  • 7/29/2019 Referat Rehabmed Riza Zahara

    30/30

    DAFTAR PUSTAKA

    Ahmad Toha Muslim. 1996. Peranan Rehabilitasi Medis dalam Pelayanan Kesehatan.

    Bandung: FK UNPAD.

    Arovah, Novita Intan. 2010.Dasar-dasar Fisioterapi pada Cedera Olahraga

    Husnul, M.. 2008.Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik.

    Handayani, E. (2007). Kendala Penerapan Terapi Wicara Terhadap Kemampuan

    Bahasa Dan Bicara Pada Anak Retardasi Mental Di Pusat Terapi Terpadi A

    Plus Malang. Skripsi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

    Malang.

    Menkes RI. 2008.Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit.

    Ridwan, dr.. 2011.Rehabilitasi Medis.