31
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salahsatupenyakityangpalingseringmengenainerv usmedianusadalahneuropatitekanan/ jebakan(entrapmentneuropathy).Dipergelangantangan,ner vusmedianusberjalanmelaluiterowongankarpal(carpaltun nel)danmenginnervasikulittelapaktangandanpunggungta ngandidaerahibujari,telunjuk,jaritengahdansetengah sisiradialjarimanis.Padasaatberjalanmelaluiterowon ganinilahnervusmedianuspalingseringmengalamitekana nyangmenyebabkanterjadinyaneuropatitekananyangdike naldenganistilahSindroma TerowonganKarpal / STK(CarpalTunnel Syndrome / CTS). Sindrom ini merupakan sindrom yang timbulakibatN. Medianus tertekan di dalam Carpal Tunnel (terowongan karpal) di pergelangan tangan, sewaktu nervus melewati terowongan tersebut dari lengan bawah ke tangan. CTS merupakan salah satu penyakit yang dilaporkan oleh badan-badan statistik perburuhan di negara maju sebagai penyakit yang sering dijumpai di kalangan pekerja-pekerja industri (Jagga,2011). Tingginyaangkaprevalensiyangdiikutitingginyab iayayangharusdikeluarkan untuk pengobatannyamembuatpermasalahaninimenjadimasalahb 1

Referat Carpal Tunnel Syndrome

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ttoiupouip

Citation preview

Page 1: Referat Carpal Tunnel Syndrome

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salahsatupenyakityangpalingseringmengenainervusmedianusadalah

neuropatitekanan/

jebakan(entrapmentneuropathy).Dipergelangantangan,nervusmedianusberja

lanmelaluiterowongankarpal(carpaltunnel)danmenginnervasikulittelapakta

ngandanpunggungtangandidaerahibujari,telunjuk,jaritengahdansetengahsisi

radialjarimanis.Padasaatberjalanmelaluiterowonganinilahnervusmedianusp

alingseringmengalamitekananyangmenyebabkanterjadinyaneuropatitekanan

yangdikenaldenganistilahSindroma TerowonganKarpal /

STK(CarpalTunnel Syndrome / CTS). Sindrom ini merupakan sindrom

yang timbulakibatN. Medianus tertekan di dalam Carpal Tunnel

(terowongan karpal) di pergelangan tangan, sewaktu nervus melewati

terowongan tersebut dari lengan bawah ke tangan. CTS merupakan salah

satu penyakit yang dilaporkan oleh badan-badan statistik perburuhan di

negara maju sebagai penyakit yang sering dijumpai di kalangan pekerja-

pekerja industri (Jagga,2011).

Tingginyaangkaprevalensiyangdiikutitingginyabiayayangharusdikel

uarkan untuk

pengobatannyamembuatpermasalahaninimenjadimasalahbesardalamduniao

kupasi.BeberapafaktordiketahuimenjadirisikoterhadapterjadinyaCTSpadape

kerja,sepertigerakanberulangdengankekuatan,tekananpadaotot,getaran,suhu

, postur kerjayangtidak ergonomikdan lain-lain (Kurniawan, 2008).

AngkakejadianCTSdiAmerikaSerikattelahdiperkirakansekitar1-

3kasusper1.000orangsetiaptahunnyadengan

prevalensisekitar50kasusdari1.000orangpadapopulasiumum.NationalHealt

hInterviewStudy(NIHS)memperkirakanbahwaprevalensiCTSyangdilaporka

nsendiridiantarapopulasidewasaadalahsebesar1.55%(2,6juta).CTSlebihseri

ngmengenaiwanitadaripadapriadenganusiaberkisar25-

1

Page 2: Referat Carpal Tunnel Syndrome

64tahun,prevalensitertinggipadawanitausia>55tahun,biasanyaantara40-

60tahun.PrevalensiCTSdalampopulasiumumtelahdiperkirakan5%untukwan

itadan0,6%untuklaki-

lakiCTSadalahjenisneuropatijebakanyangpalingseringditemui.Sindromaters

ebutunilateralpada42%kasus(29%kanan,

13%kiri)dan58%bilateral(Gorsché, 2001).

DiIndonesia,urutanprevalensiCTSdalammasalahkerjabelumdiketahu

ikarenasampaitahun2001masihsangatsedikitdiagnosispenyakitakibatkerjaya

ngdilaporkankarenaberbagaihal,

sebabnyaantaralainsulitnyadiagnosis.Penelitianpadapekerjaandenganrisikot

inggipadapergelangantangandantanganmelaporkanprevalensiCTSantara5,6

%sampaidengan15%.PenelitianHarsonopadapekerjasuatuperusahaanbandiI

ndonesiamelaporkanprevalensiCTSpadapekerjasebesar12,7%.Silversteinda

npenelitilainmelaporkanadanyahubunganpositifantarakeluhandangejalaCTS

denganfaktorkecepatanmenggunakanalatdanfaktorkekuatan melakukan

gerakan padatangan (Tana, 2004).

B. Tujuan

1. Mengetahui pengertian Carpal Tunnel Syndrome.

2. Mempelajari etiologi Carpal Tunnel Syndrome.

3. Menjelaskan patofisiologi Carpal Tunnel Syndrome.

4. Mempelajari diagnosis dan penatalaksaan Carpal Tunnel Syndrome.

5. Mengetahui prognosis dari Carpal Tunnel Syndrome.

2

Page 3: Referat Carpal Tunnel Syndrome

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan neuropati tekanan atau

cerutan terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal pada

pergelangan tangan, tepatnya di bawah tleksor retinakulum (Samuel 1979,

Dejong 1979, Mumenthaler 1984). Dahulu, sindroma ini juga disebut

dengan nama acroparesthesia, median thenar neuritis atau partial thenar

atrophy. CTS pertama kali dikenali sebagai suatu sindroma klinik oleh Sir

James Paget pada kasus stadium lanjut fraktur radius bagian distal. CTS

spontan pertama kali dilaporkan oleh Pierre Marie dan C.Foix pada tahun

1913 (Rosenbaum, 1997).

Istilah CTS diperkenalkan oleh Moersch pada tahun 1938.

Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan di

mana tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang

dilalui oleh beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia

membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan

atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum (transverse carpal ligament dan

palmar carpal ligament) yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang

karpalia tersebut. Setiap perubahan yang mempersempit terowongan ini

akan menyebabkan tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya

yaitu nervus medianus (Rosenbaum, 1997).

B. Etiologi dan Predisposisi

1. Etiologi

Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh nervus

medianus juga dilalui oleh beberapa tendon fleksor. Setiap kondisi yang

mengakibatkan semakin padatnya terowongan ini dapat menyebabkan

terjadinya penekanan pada nervus medianus sehingga timbullah CTS.

3

Page 4: Referat Carpal Tunnel Syndrome

Pada sebagian kasus etiologinya tidak diketahui, terutama pada penderita

lanjutusia.Beberapa penulis menghubungkan gerakan yang berulang-

ulang pada pergelangan tangan dengan bertambahnya resiko menderita

gangguan pada pergelangan tangan termasuk CTS (Rosenbaum, 1997).

Pada kasus yang lain etiologinya adalah (Rosenbaum, 1997):

a) Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure

palsy, misalnya Hereditary Motor and Sensory Neuropathies

(HMSN) tipe III.

b) Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah,

pergelangan tangan dan tangan. Sprain pergelangan tangan.

Trauma langsung terhadap pergelangan tangan.

c) Pekerjaan: gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan

tangan yang berulang-ulang.

d) Infeksi: tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis.

e) Metabolik: amiloidosis, gout.

f) Endokrin: akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes

mellitus, hipotiroidi, kehamilan.

g) Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma.

h) Penyakit kolagen vaskular: artritis reumatoid, polimialgia

reumatika, skleroderma, lupus eritematosus sistemik.

i) Degeneratif: osteoartritis.

j) Iatrogenik: punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk

dialisis, hematoma, komplikasi dari terapi anti koagulan.

2. Predisposisi

Di Indonesia, urutan prevalensi CTS dalam masalah kerja belum

diketahui karena sampai tahun 2001 masih sangat sedikit diagnosis

penyakit akibat kerja yang dilaporkan karena berbagai hal, antara lain

sulitnya diagnosis. Penelitian pada pekerjaan dengan risiko tinggi pada

pergelangan tangan dan tangan melaporkan prevalensi CTS antara 5,6%

sampai dengan 15%. Penelitian Harsono pada pekerja suatu perusahaan

ban di Indonesia melaporkan prevalensi CTS pada pekerja sebesar

4

Page 5: Referat Carpal Tunnel Syndrome

12,7%. Silverstein dan peneliti lain melaporkan adanya hubungan

positifantara keluhan dan gejala CTS dengan faktor kecepatan

menggunakan alat dan faktor kekuatan melakukan gerakan pada tangan

(Rosenbaum, 1997).

C. Patofisiologi

Patogenesis CTS masih belum jelas. Beberapa teori telah diajukan

untuk menjelaskan gejala dan gangguan studi konduksi saraf. Yang paling

populer adalah kompresi mekanik, insufisiensi mikrovaskular, dan teori

getaran. Menurut teori kompresi mekanik, gejala CTS adalah karena

kompresi nervus medianus di terowongan karpal. Kelemahan utama dari

teori ini adalah bahwa teori ini menjelaskan konsekuensi dari kompresi

saraf tetapi tidak menjelaskan etiologi yang mendasari kompresi mekanik.

Kompresi diyakini dimediasi oleh beberapa faktor seperti ketegangan,

tenaga berlebihan, hiperfungsi, ekstensi pergelangan tangan berkepanjangan

atau berulang (Bahrudin, 2011).

Teori insufisiensi mikro-vaskular mennyatakan bahwa kurangnya

pasokan darah menyebabkan penipisan nutrisi dan oksigen ke saraf yang

menyebabkan saraf secara perlahan kehilangan kemampuan untuk

mengirimkan impuls saraf. Scar atau luka parut dan jaringan fibrotik

akhirnya berkembang dalam saraf. Tergantung pada keparahan cedera,

perubahan saraf dan otot mungkin permanen. Karakteristik gejala CTS

terutama kesemutan, mati rasa, dan nyeri akut, bersama dengan kehilangan

konduksi saraf akut dan reversible dianggap gejala untuk iskemia. Sebuah

studi oleh Seiler (dengan Doppler laser flow metry) menunjukkan bahwa

normalnya aliran darah berdenyut di dalam saraf median dipulihkan dalam 1

menit dari saat ligamentum karpal transversal dilepaskan. Sejumlah

penelitian eksperimental mendukung teori iskemia akibat kompresi

diterapkan secara eksternal dan karena peningkatan tekanan di karpal

tunnel. Gejala akanbervariasi sesuai dengan integritas suplai darah dari saraf

dan tekanan darah sistolik. Hasil studi Kiernan menemukan bahwa

konduksi melambat pada median saraf dapat dijelaskan oleh kompresi

5

Page 6: Referat Carpal Tunnel Syndrome

iskemik saja dan mungkin tidak selalu disebabkan myelinisasi yang

terganggu (Bahrudin, 2011).

Menurut teori getaran, gejala CTS bisa disebabkan oleh efek

daripenggunaan jangka panjang alat yang bergetar pada saraf median di

karpal tunnel. Lundborg mencatat edema epineural pada saraf median

dalam beberapa hariberikut paparan alat getar genggam. Selanjutnya, terjadi

perubahan serupamengikuti mekanik, iskemik, dan trauma kimia (Bahrudin,

2011).

Hipotesis lain dari CTS adalah bahwa faktor mekanik dan vaskular

memegang peranan penting dalam terjadinya CTS. Umumnya CTS terjadi

secara kronis dimana terjadi penebalan fleksor retinakulum yang

menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-

ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan intravesikuler.

Akibatnya aliran darah vena intravesikuler melambat. Kongesti yang terjadi

ini akan mengganggu nutrisi intrvesikuler lalu diikuti oleh anoksia yang

akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan

kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini

menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang timbul terutama

pada malam atau pagi hari akan berkurang setelah tangan yang terlibat

digerakkan atau diurut, mungkin akibat terjadinya perbaikan sementara

pada aliran darah. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis

epineural yang merusak serabut saraf. Semakin lama hal itu terjadi, saraf

dapat mengalami atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang

mengakibatkan fungsi nervus medianus terganggu secara menyeluruh

(Tana, 2004).

Selain akibat adanya penekanan yang melebihi tekanan perfusi

kapiler akan menyebabkan gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik

saraf. Keadaan iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan

intravesikuler yang menyebabkan berlanjutnya gangguan aliran darah.

Selanjutnya terjadi vasodilatasi yang menyebabkan edema sehingga sawar

darah-saraf terganggu yang berkibat terjadi kerusakan pada saraf tersebut

(Tana, 2004).

6

Page 7: Referat Carpal Tunnel Syndrome

Penelitian yang telah dilakukan Kouyoumdjian menerangkan

bahwa CTS terjadi karena kompresi saraf median di bawah ligamentum

karpal transversal berhubungan dengan naiknya berat badan dan Indeks

Masa Tubuh (IMT). IMT yang rendah merupakan kondisi kesehatan yang

baik untuk proteksi fungsi nervus medianus. Pekerja dengan IMT minimal

≥25 lebih mungkin untuk terkena CTS dibandingkan dengan pekerjaan yang

mempunyai berat badan ramping. American Obesity Association

menemukan bahwa 70% dari penderita CTS memiliki kelebihan berat

badan. Resiko CTS meningkat setiap peningkatan IMT sebanyak 8% (Tana,

2004).

Pergelangan tangan mempunyai struktur anatomi yang rumit dan

aktif. Carpal Tunnel yang mirip terowongan berada di pergelangan tangan,

dibentuk 8 tulang carpal dan fleksor retinaculum atau ligamentum carpal

transversalis. Di dalam tunnel (terowongan) ini lewat atau tersusun secara

rapat fleksor digitorum profunda dan superficialis, fleksor ligitorum dan

nervus medianus (Kurniawan, 2008).

Terjadinya sindrom ini bertumpu pada perubahan patologis yang

diakibatkan oleh adanya iritasi secara terus menerus pada nervus medianus

di daerah pergelangan tangan. Banyak faktor yang dapat mengawali

timbulnya sindrom ini, baik sistemik maupun lokal, namun khusus bagi

para pemakai komputer, faktor iritasi lokal terhadap nervus medianus inilah

yang tampaknya perlu mendapat perhatian lebih banyak (Darno, 2011).

Bila kedudukan antara telapak tangan terhadap lengan bawah

bertahan secara tidak fisiologis untuk waktu yang cukup lama, maka

gerakan-gerakan tangan akan mengakibatkan tepi ligamentum karpi

transversum bersentuhan dengan saraf medianussecara berlebihan. Hal lain

yang dapat terjadi yaitu adanya bagian persendian tangan yang mengalami

tekanan atau regangan yang berlebih dan sebagai mekanisme kompensasi,

tubuh berusaha memperkuat bagian yang mendapat beban tidak fisiologis

ini antara lain dengan mempertebal ligamentum karpi transversum.

Penebalan ini akan mempersempit terowongan tempat lalunya saraf dan

urat,dan lebih berat lagi akan menjepit saraf (Darno, 2011).

7

Page 8: Referat Carpal Tunnel Syndrome

Pada operasi, tak jarang dijumpai perubahan struktur pada nervus

medianus di daerah proximal dari tepi atas ligamentum karpi ransversum,

tanpa diikuti oleh penebalan ligamentumnya. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa kedua penyebab di atas dapat berjalan secara terpisah

ataupun bersamaan. Nervus medianus sendiri mulai dari daerah pergelangan

tangan, 94% merupakanserabut perasa / sensoris, sedangkan 6% merupakan

serabut motoris yang ke arah ibu jari. Dengan demikian, pada awalnya

gejala lebih banyak ditandai dengan kejadian parestesia (seperti kesemutan,

rasa terbakar), sampai ke hipoanestesia (baal-baal sampai hilangnya rasa

raba). Bila sudah ada gejala motorik (otot pangkal ibu jari tangan mulai

mengecil, kekuatan berkurang), maka iritasi kemungkinan sudah

berlangsung sejak lama (Verina, 2006).

D. Penegakkan Diagnosis

1. Anamnesis

Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja.

Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal

biasanya berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti

terkena aliran listrik (tingling) pada jari 1-3 dan setengah sisi radial jari 4

sesuai dengan distribusi sensorik nervus medianus walaupun kadang-

kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari (Salter, 2009).

Komar dan Ford membahas dua bentuk CTS yaitu akut dan kronis.

Bentuk akut mempunyai gejala dengan nyeri parah, bengkak pergelangan

tangan atau tangan, tangan dingin, atau gerak jari menurun. Kehilangan

gerak jari disebabkan oleh kombinasi dari rasa sakit dan paresis. Bentuk

kronis mempunyai gejala baik disfungsi sensorik yang mendominasi atau

kehilangan motorik dengan perubahan trofik. Nyeri proksimal mungkin

ada dalam carpal tunnel syndrome (Pecina, 2010).

Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala

lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada

malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa

nyeri ini umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau

8

Page 9: Referat Carpal Tunnel Syndrome

menggerak-gerakkan tangannya atau dengan meletakkan tangannya pada

posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih

banyak mengistirahatkan tangannya (Rambe, 2008).

Apabila tidak segera ditangani dengan baik maka jari-jari menjadi

kurang terampil misalnya saat memungut benda-benda kecil. Kelemahan

pada tangan juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan

yang penderita sewaktu menggenggam. Pada tahap lanjut dapat dijumpai

atrofi otot-otot thenar (oppones pollicisdan abductor pollicis brevis) dan

otot-otot lainya yang diinervasi oleh nervus medianus (Mark, 2006).

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada

penderita dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan

otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat

membantu menegakkan diagnosa CTS adalah (Katz, 2011):

a) Tes Phalen

Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal.

Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini

menyokong diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini

sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa CTS.

Gambar 1.1Tes Phalen (Katz, 2011)

b) Tes Torniquet

Pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan torniquet dengan

menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas

tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes

9

Page 10: Referat Carpal Tunnel Syndrome

ini menyokong diagnose (Katz, 2011).

c) Tinel's Sign

Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri

pada daerah distribusi nervus medianus jika dilakukan perkusi pada

terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi (Katz,

2011).Gambar 1.2Tinel’s Test (Katz, 2011)

d) Flick's Sign

Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-

gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan

menyokong diagnosa CTS (Katz, 2011).

e) Thenar Wasting

Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-

otot thenar (Katz, 2011).

f) Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual

maupun dengan alat dinamometer (Katz, 2011).

g) Wrist Extension Test

Penderita diminta melakukan ekstensi tangan secara maksimal,

sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat

dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS,

maka tes ini menyokong diagnosa CTS (Katz, 2011).

h) Tes Tekanan

Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan

menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik

10

Page 11: Referat Carpal Tunnel Syndrome

timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnose (Katz, 2011).

i) Luthy's Sign (Bottle's sign)

Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya

pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat

menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan

mendukung diagnose (Katz, 2011).

j) Pemeriksaan Sensibilitas

Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point

discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus

medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnose (Katz,

2011).

k) Pemeriksaan Fungsi Otonom

Pada penderita diperhatikan apakah ada perbedaan keringat,

kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi

nervus medianus. Bila ada akan mendukung diagnosa CTS (Katz,

2011).

3. Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan Neurofisiologi (Elektrodiagnostik)

Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi,

polifasik, gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada

otot-otot thenar. Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada

otot-otot lumbrikal. EMG bisa normal pada 31% kasus CTS.

Kecepatan Hantar Saraf (KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa

normal. Pada yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal

(distal latency) memanjang, menunjukkan adanya gangguan pada

konduksi saraf di pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih

sensitif dari masa laten motorik (Latov,2007).

b) Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan sinar-X terhadap pergelangan tangan dapat

membantu melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau

artritis. Foto polos leher berguna untuk menyingkirkan adanya

penyakit lain pada vertebra. USG, CT-scan dan MRI dilakukan pada

11

Page 12: Referat Carpal Tunnel Syndrome

kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi. USG dilakukan

untuk mengukur luas penampang dari saraf median di carpal tunnel

proksimal yang sensitif dan spesifik untuk carpal tunnel syndrome

(Rambe,2004).

c) Pemeriksaan Laboratorium

Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia

muda tanpa adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan

beberapa pemeriksaan seperti kadar gula darah, kadar hormon tiroid

ataupun darah lengkap (Rambe,2004).

E. Penatalaksanaan

PenatalaksanaanCTStergantung padaetiologi, durasigejala,

danintensitaskompresisaraf. Jika sindromadalah suatu penyakit sekunder

untukpenyakitendokrin,hematologi,atau penyakitsistemiklain,

penyakitprimerharus diobati(Bahrudin, 2011).

1. Medikamentosa

Terdapat beberapa terapi terhadap carpal tunnel syndrome yang

masih dipergunakan hingga saat ini, antara lain (George, 2009):

a) Injeksi Kortikosteroid Lokal

Injeksi kortikosteroid cukup efektif sebagai penghilang gejala

CTS secara temporer dalam waktu yang singkat. Metilprednisolon

atau hidrokortison bisa disuntikkan langsung ke carpal tunnel untuk

menghilangkan nyeri. Injeksi kortikosteroid dapat mengurangi

peradangan, sehingga mengurangi tekanan pada nervus medianus.

Pengobatan ini tidak bersifat untuk dilakukan dalam jangka waktu

yang panjang (George, 2009).

Deksametason1-4mg1atauhidrokortison10-25mgatau

metilprednisolon20mgatau40mg diinjeksikankedalamterowongan

karpaldenganmenggunakanjarumno.23atau25padalokasi1cmke arah

proksimal lipatpergelangan tangan disebelahmedialtendon

musculuspalmarislongus.Sementarasuntikan dapatdiulangdalam7

sampai10hariuntuktotaltiga atauempatsuntikan.Tindakanoperasi

12

Page 13: Referat Carpal Tunnel Syndrome

dapat dipertimbangkan bila hasilterapi belum memuaskan setelah

diberi3 kalisuntikan.Suntikanharus digunakandenganhati-

hatiuntukpasiendi bawah usia 30 tahun (George, 2009)

b) Vitamin B6 (Piridoksin)

Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu penyebab

CTS adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka menganjurkan

pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi

beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin

tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila

diberikan dalam dosis besar. Namun pemberian dapat berfungsi

untuk mengurangi rasa nyeri (George, 2009).

c) Obat Antiinflamasi Non-Steroid (NSAID)

Obat-obatan jenis NSAID dapat mengurangi inflamasi dan

membantu menghilangkan nyeri. Pada umumnya digunakan untuk

menghilangkan nyeri ringan sampai sedang. Obat pilihan untuk

terapi awal biasanya adalah ibuprofen. Pilihan lainnya yaitu

ketoprofen dan naproxen (George, 2009).

2. Non-medikamentosa

Kasusringan selain bisa diobati dengan obat anti inflamasinon-

steroid(OAINS) juga bisamenggunakan penjepitpergelangantangan

yangmempertahankantangandalamposisinetralselama minimal2bulan,

terutamapada malamhariatauselamaada gerakberulang. Jika tidak

efektif,dangejalayangcukupmengganggu,operasisering dianjurkanuntuk

meringankan kompresi. Oleh karenaitu sebaiknyaterapi CTSdibagi atas2

kelompok,yaitu (Bahrudin, 2011):

a) Terapi langsungterhadapCTS

1) Terapi konservatif (Bahrudin, 2011)

i. Istirahatkan pergelangantangan.

ii. Pemasanganbidaipadaposisinetralpergelangantangan.Bidaid

apat dipasangterus-menerus atau hanyapadamalam hari

selama2-3 minggu.

13

Page 14: Referat Carpal Tunnel Syndrome

iii. NerveGliding,yaitulatihanterdiridariberbagaigerakan(ROM)l

atihan dariekstremitas atasdanleher yang menghasilkan

ketegangan dan gerakanmembujursepanjang

sarafmediandanlaindariekstremitasatas. Latihan-

latihaninididasarkan padaprinsipbahwa jaringandarisistem

sarafperiferdirancanguntukgerakan,danbahwa

ketegangandan meluncursaraf

mungkinmemilikiefekpadaneurofisiologimelalui perubahan

dalamaliran pembuluh darah danaxoplasmic. Latihan

dilakukansederhanadan dapat dilakukanolehpasien

setelahinstruksi singkat.

Gambar 2.3Nerve Gliding

iv. Fisioterapi yang ditujukan padaperbaikan vaskularisasi

pergelangan tangan.

2) Terapi operatif

Operasihanyadilakukanpadakasusyang

tidakmengalamiperbaikan

denganterapikonservatifataubilaterjadigangguansensorik

yangberatatau adanyaatrofiotot-otot thenar.

PadaCTSbilateralbiasanyaoperasipertama

dilakukanpadatanganyangpaling

nyeriwalaupundapatsekaligusdilakukan

14

Page 15: Referat Carpal Tunnel Syndrome

operasibilateral.Penulislainmenyatakan bahwa

tindakanoperasimutlak dilakukanbila terapikonservatif gagalatau

bila ada atrofiotot-otot thenar, sedangkan indikasi relatiftindakan

operasi adalah hilangnyasensibilitasyang persisten.

BiasanyatindakanoperasiCTSdilakukansecaraterbuka

dengananestesi lokal,tetapisekarang

telahdikembangkanteknikoperasisecaraendoskopik.

Operasiendoskopikmemungkinkan mobilisasipenderita

secaradinidengan jaringanparutyang

minimal,tetapikarenaterbatasnyalapanganoperasi tindakan

inilebihsering

menimbulkankomplikasioperasiseperticederapadasaraf.

BeberapapenyebabCTS sepertiadanyamassa atau anomali

maupun tenosinovitis padaterowongan karpal lebih baik

dioperasi secaraterbuka (Bahrudin, 2011).

b) Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari CTS

Keadaanataupenyakityang mendasariterjadinyaCTS harus

ditanggulangi,sebabbila tidakdapatmenimbulkankekambuhan CTS

kembali. Pada

keadaandimanaCTSterjadiakibatgerakantanganyangrepetitifharus

dilakukan penyesuaian ataupun pencegahan. Beberapaupaya yang

dapat dilakukanuntukmencegahterjadinya CTSatau

mencegahkekambuhannyaantara lain (Bahrudin, 2011):

i. Mengurangi posisi kaku padapergelangantangan,gerakan repetitif,

getaran peralatan tanganpadasaat bekerja.

ii. Desain peralatan kerja supaya tangan dalam posisinaturalsaat

kerja.

iii. Modifikasi tata ruangkerja untuk memudahkan variasi gerakan.

iv. Mengubah metode kerja untuksesekaliistirahatpendek serta

mengupayakanrotasi kerja.

v. Meningkatkan pengetahuan pekerja tentang gejala-gejala dini

CTS sehingga pekerja dapat mengenali gejala-gejala CTS lebih

15

Page 16: Referat Carpal Tunnel Syndrome

dini.

Di samping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit

yang sering mendasari terjadinya CTS seperti: trauma akut maupun

kronik pada pergelangan tangan dan daerah sekitarnya, gagal ginjal,

penderita yang sering dihemodialisa, myxedema akibat hipotiroidi,

akromegali akibat tumor hipofisis, kehamilan atau penggunaan pil

kontrasepsi, penyakit kolagen vaskular, artritis, tenosinovitis, infeksi

pergelangan tangan, obesitas dan penyakit lain yang dapat

menyebabkan retensi cairan atau menyebabkan bertambahnya isi

terowongan karpal (Bahrudin, 2011).

F. Prognosis

PadakasusCTSringan,denganterapikonservatifumumnyaprognosaba

ik.Bilakeadaantidakmembaikdenganterapikonservatifmakatindakanoperasi

harusdilakukan.Secaraumumprognosaoperasijugabaik,tetapikarenaoperasih

anyadilakukanpadapenderitayangsudahlamamenderitaCTSpenyembuhan

post operatifnya bertahap(Bahrudin, 2011).

Bilasetelahdilakukantindakanoperasi,tidakjugadiperolehperbaikanm

akadipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini(Bahrudin, 2011):

1. Kesalahanmenegakkandiagnosa,mungkinjebakan/

tekananterhadapnervusmedianusterletakdi tempatyanglebih

proksimal.

2. Telahterjadi kerusakan total padanervus medianus.

3. TerjadiCTSyangbarusebagaiakibatkomplikasioperasisepertiakibatede

ma,perlengketan,infeksi,hematomaataujaringanparuthipertrofik.Sekal

ipunprognosaCTSdenganterapikonservatifmaupunoperatifcukupbaik,t

etapiresikountukkambuhkembalimasihtetapada.Bilaterjadikekambuha

n,prosedurterapibaikkonservatifatauoperatifdapatdiulangikembali.

G. Komplikasi

Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya

sensibilitas yang persisten di daerahdistribusi nervus medianus.

16

Page 17: Referat Carpal Tunnel Syndrome

Komplikasi yang paling berat adalah reflek sympathetic dystrophy yang

ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia, disestesia, dan gangguan trofik.

Sekalipun prognosa carpal tunnel syndrome dengan terapi konservatif

maupun operatif cukup baik, tetapi resiko untuk kambuh kembali masih

tetap ada. Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi baik konservatif atau

operatif dapat diulangi kembali (Ashworth, 2013).

17

Page 18: Referat Carpal Tunnel Syndrome

III. KESIMPULAN

1. Carpal Turner Syndromeadalahsindroma dengan gejala kesemutan dan

rasa nyeri pada pergelangan tangan terutama tiga jari utama yaitu ibu jari

telunjuk dan jari tengah terjadi akibat N. Medianus tertekan di

dalamCarpal Tunnel (terowongan karpal) di pergelangan tangan, sering

dialami pekerja industri.

2. Gejala Carpal Turner Syndrome yaitu kaku pada bagian-bagian tanggan

sakit seperti tertusuk atau nyeri menjalar dari pergelangan tangan sampai

kelengan, kelemahan pada satu atau dua tangan, nyeri pada telapak tangan,

pergelangan jari tidak terkoordinasi, sensasi terbakar pada jari-jari.

3. Penatalaksanaan CTS tergantung pada etiologi, durasi gejala, dan intensitas

kompresi saraf. Terapi medika mentosa meliputi pemberian injeksi

kortikosteroid lokal, vitamin B-6, NSAID. Terapi non medika mentosa

yaitu terapi konservatif, meliputi istarahat, pemasangan bidai, nerve

gliding, dan fisioterapi, dan terapi operatif yang dilakukan jika penyakit

tidak mengalmi perbaikan dengan terapi konservatif.

4. Prognosis CTS baik jika terapi konservatif dan atau terapi operatif berhasil,

dan buruk jika telah dilakukan terapi operatif namun tidak membaik.

18

Page 19: Referat Carpal Tunnel Syndrome

IV. DAFTAR PUSTAKA

AmericanAcademyofOrthopaedicSurgeons.ClinicalPracticeGuidelineonthe Treatment of CarpalTunnelSyndrome.2008.

Bahrudin,Mochamad.CarpalTunnelSyndrome.Malang:FKUMM.2011.Vol.7No. 14. Diakses melalui: http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed /article/view/1090 (diakses 27 Oktober 2014).

Darno. 2011. Hubungan Karakteristik Pekerja dan Gerakan Berulang dengan Kejadian CTS pada Pemetik Daun Teh di PT. Rumpun Sari Kemuning. Surakarta : UNS. Skripsi.

George, Dewanto. Riyanto, Budi. Turana, Yuda, et al. Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf. 2009;h.120-123

Gilroy J. Basic Neurology. 3rd ed. New York: McGraw-Hill ; 2000.p.599-601.

Gorsché,R.CarpalTunnelSyndrome.TheCanadianJournalofCME.2001,101-117.

Gunderson CH. Quick Reference to Clinical Neurology. Philadelphia: JB Lippincott Co; 1982. p.370-371.

Jagga,V.Lehri,A.etal. 2011.OccupationanditsassociationwithCarpalTunnelsyndrome-AReview.JournalofExerciseScienceandPhysiotherapy.Vol. 7, No. 2: 68-78.

Katz, Jeffrey N., et al. 2011. Carpal Tunnel Syndrome. N Engl J Med. Vol. 346, No. 23.

Kurniawan,Bina, etal.FaktorRisikoKejadianCarpalTunnelSyndrome(CTS)padaWanitaPemetikMelatidiDesaKarangcengis,Purbalingga.Jurnal Promosi KesehatanIndonesia.Vol.3, No. 1. 2008.

Kurniawan Bina, jayanti Siswi, Setyaningsih Yuliani. Faktor Risiko Kejadian CTS pada Wanita Pemetik Melati di Desa Karangcengis, Purbalingga. Kesehatan dan Keselamatan Kerja FKM UNDIP. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3/No. 1/ Januari. 2008

Latov, Norman. Peripheral Neuropathy. New York: Demos Medical Publishing. 2007.

Lindsay KW, Bone I. Neurology and Neurosurgery Illustrated. 3rd ed. New York: Churchill Livingstone ;1997.p.435.

19

Page 20: Referat Carpal Tunnel Syndrome

Lusan Maria, Pudjowidyanto Handojo. Karakteristik Penderita Sindrom Terowong Karpal (STK) di Poliklinik Instalasi Rehabilitasi Medik Rs Dr. Karyadi Semarang 2006. Media Medika Indonesia Vol. 43, No.1, 2008

Mumenthaler, Mark. Et al. 2006. Fundamentals of Neurologic Disease. Stuttgard: Thieme.

Pecina, Marko M. Markiewitz, Andrew D. 2010. Tunnel Syndromes: Peripheral Nerve Compression Syndromes Third Edition. New York: CRC PRESS.

Rambe, Aldi S. 2008. Sindroma Terowongan Karpal. Bagian Neurologi FK USU.

Rosenbaum R. Occupational and Use Mononeuropathies. Dalam Evans RW, editor. Neurology and Trauma. Philadelphia: WB Saunders Co; 1996. p.403-405.

Rosenbaum R. Carpal Tunnel Syndrome dalam Johnson RT dan Griffin JWCurrent Therapy in Neurologic Disease. 5th ed. St.Louis: Mosby; 1997. p.374-379

Rusdi Yusuf, Koesyanto Herry. Hubungan Antara Getaran Mesin pada PekerjaBagian Produksi dengan Carpal Tunnel Syndrome Industri Pengolahan Kayu Brumbung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Jurnal KEMAS 5(2) (2010) 89-94.

Salter, R. B. 2009. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System. 2nd ed. Baltimore: Williams&Wilkins Co; p.274-275.

Tana,Lusianawatyetal.CarpalTunnelSyndromePadaPekerjaGarmendiJakarta.BuletinPenelitiKesehatan. 2004. vol. 32, no. 2: 73-82.

Verina YD. 2006. Hubungan Karakteristik Pekerja, Frekuensi Gerakan berulang dan Faktor Kesehatan dengan Kejadian Carpal Tunnel Syndrome pada Pemetik Melati. Semarang: UNDIP.

20