15

Click here to load reader

PT3 Pupuk Organik Tebu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PT3 Pupuk Organik Tebu

AGRITEK VOL. 17 NO. 2 MARET 2009 ISSN. 0852-5426

PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK DANPOPULASI NEMATODA PARASIT TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L)Application of Organic Fertilizer and Parasitical Nematode Population in Sugarcane

(Saccharum officinarum L.)

Sri RahayuningtiasMahasiswa Program Magister Ilmu Tanaman, PPSUB

Gatot Mudjiono dan A. Latief Abadi Dosen Jurusan HPT, Fakultas Pertanian, UB

ABSTRAK

Penelitian dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa jauh pengaruh penggunaan pupuk organik berupa bokasi dan kompos terhadap populasi nematoda di dalam tanah, jumlah gall atau puru pada akar, jumlah eggmass, telur dan pertumbuhan tanaman tebu. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium penyakit tanaman Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia di Pasuruan.

Rancangan acak lengkap melibatkan lima macam perlakuan pemberian 200 gram per pot pupuk organik berupa bokasi pupuk kandang-enceng gondok, bokasi pupuk kandang-daun pinus, bokasi pupuk kandang-sabut kelapa, kompos limbah pabrik gula-blotong dan tanpa pupuk organik yang diulang lima kali.

Hasil penelitian menunjukkan populasi nematoda pada tanah tertinggi ditunjukan pada pemberian bokasi pupuk kandang-enceng gondok dan terendah pada perlakuan tanpa pupuk organik. Jumlah gall atau puru dan jumlah nematoda pada akar terbanyak ditunjukkan pada perlakuan tanpa pupuk organik sedangkan jumlah yang sedikit ditunjukan pada tanaman tebu yang diberi pupuk organik berupa bokasi dan kompos.

Pemberian pupuk organik berupa bokasi dan kompos pada tanaman tebu pengaruhnya sama terhadap jumlah daun, jumlah anakan dan jumlah ruas, tetapi pengaruhnya berbeda terhadap tinggi tanaman, berat basah akar dan berat kering angin akar. Untuk jumlah massa telur (eggmass) dan jumlah telur, pada tanaman tebu yang diberi pupuk organik berupa bokasi dan kompos tidak ditemukan, sedangkan pada tanaman perlakuan tanpa pupuk organik ditemukan 17 massa telur (eggmass) dengan 2085 butir telur. Pemberian pupuk organik berupa bokasi dan kompos dapat mengurangi infeksi nematoda ke dalam akar tanaman tebu dan menghambat pembentukan massa telur (eggmass) dan telur.

Kata kunci : Nematoda, pupuk organik, tebu.

ABSTRACT

The research aims to know how far the effect of organic fertilizer as “bokasi” and compost on nematode population in soil, number of gall on root, number of eggmass, number of egg, and the growth of sugarcane. It was done in green house and in Plant Disease Laboratory, Indonesian Sugarcane Plantation Research Center.

Five treatments were applied in this research which arranged in Completely Randomized Design. They were organic fertilizer as: bokasi animal manure- Eichornia crassipes; bokasi animal manure-pines leaves; bokasi animal manure-coconut fiber;

214

Page 2: PT3 Pupuk Organik Tebu

AGRITEK VOL. 17 NO. 2 MARET 2009 ISSN. 0852-5426

compost of sugarcane industrial waste-moss (blotong) and without organic fertilizer. Each treatment was replicated 5 times and dosage of organic fertilizer per treatment was 200 g.

The results indicated that the highest nematode population in soil was shown by treatment of bokasi: animal manure- Eichornia crassipes. In contrast, without organic fertilizer gave the lowest nematode population. However, the highest number of gall and nematodes on root was on this treatment. Meanwhile, the least number of nematodes was in sugarcane which has been applied with bokasi and compost.

Application organic fertilizer as bokasi and compost on sugarcane had the same effect on number of leaves, number of sucker and number of nodes, but it had different effect on plant height, fresh root weight and dried root weight. There was no eggmass and it’s egg in sugarcane that applied by bokasi and compost. They were found in treatment without organic fertilizer about 17 eggmass with 2085 eggs.

Application of bokasi and compost could reduce the infection of nematode into root of sugarcane and inhibit the formation of eggmass and eggs.

Keywords: Nematode, organic fertilizer, sugarcane

PENDAHULUAN

Meloidogyne incognita merupakan nematoda penting yang diketahui sangat berbahaya karena dapat mengurangi fungsi akar dalam menghisap air dan unsur hara, bila serangan semakin berat akan menim-bulkan kerusakan pada tanaman tebu dengan membentuk puru atau gall pada akar. Selanjutnya pada ujung akar tanaman yang mengalami pembengkakan akan tumbuh akar-akar lateral sedangkan pada akar tanaman tebu yang telah tua, nematoda betina dapat berkembang dengan berbagai posisi disepanjang akar (Martin, 1969 dalam Sikora 1995).

Untuk mengatasinya dilakukan pe-ngendalian dengan menggunakan nema-tisida, tetapi perlu mendapatkan perhatian karena selain harga nematisida mahal juga pengaruhnya terhadap lingkungan tanah kurang baik, antara lain tanah menjadi lebih keras dan kurang mampu menahan air. Bila pengendalian nema toda dapat dipadukan dengan teknik budidaya ta-naman tebu, kemungkinan akan lebih baik karena saat ini penanaman tanaman tebu telah diperluas selain di lahan sawah juga di lahan kering.

Dalam budidaya tebu di lahan kering, agar tanah mampu mengikat air, jadi gembur dan dapat menyediakan unsur hara

bagi tanaman memerlukan bahan organik yang berfungsi sebagai pupuk organik. Bahan organik bila dicampur dengan pupuk kandang kemudian diberi sentuhan teknologi mikroorganisme efektif 4 disebut bokasi, bila dimasukan ke dalam tanah pertanaman tebu selain menyedia kan unsur hara dan menjadikan tanah gembur serta dapat menyangga air diduga dapat me ngendalikan populasi nematoda parasit.

Limbah pertanian dan limbah pabrik gula yang berupa ampas tebu, blotong dan abu ketel berpeluang dan mengandung unsur hara yang berpotensi untuk digu-nakan kembali sebagai sumber bahan organik tanah melalui suatu proses, se-hingga dapat dikembalikan lagi kelahan pertanian dan dapat dimanfaatkan bagi kesuburan tanah (Kurniawan, Prihastuti dan Marjayanti, 2000).

Tanah yang kekurangan bahan organik daya ikat terhadap air sangat rendah, karena itu perlu mendapatkan tambahan bahan organik dengan cara melakukan pergiliran tanaman atau memberikan bahan organik ke dalam tanah, sehingga akan dapat mengatasi kekurangan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman (Sutejo, 1999). Selain itu perlu diusahakan cara lain yang dapat memperbaiki tanah menjadi mampu lebih banyak menyerap air, baik melalui pengolahan tanah maupun dengan

215

Page 3: PT3 Pupuk Organik Tebu

AGRITEK VOL. 17 NO. 2 MARET 2009 ISSN. 0852-5426

penambahan bahan organik berupa pupuk organik (Widiyoutomo, 2000).

Tujuan penelitian ini adalah untuk menge tahui sampai seberapa jauh pe-ngaruh penggu naan pupuk organik berupa bokasi dan kompos terhadap populasi nematoda M. incognita, jumlah gall atau puru pada akar, jumlah eggmass, telur dan pertumbuhan tanaman tebu.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan di laboratorium Penyakit Tanam-an Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia Pasuruan.

Dalam penelitian ini menggunakan bahan: laktofenol, asam fuchsin, klorok 4% atau natrium hipoklorit 20%, varietas tebu PS 851, empat macam pu-puk organik, bokasi pupuk kandang-enceng gondok, bokasi pupuk kandang–daun pinus, bokasi pupuk kandang–sabut kelapa, kompos limbah pabrik gula–blotong dan tanah dari kebun Sumber Lumbu PG. Ngadiredjo PTPN 10 Kediri.

Alat yang digunakan adalah elutriator, blender, ember plastik, kassa hidrofil, saringan, alat penghitung, cawan petri, pipet, gelas ukur, label, gelas beaker, pinset, stereo mikroskop binokuler, ka-mera, timbangan, autoclave.

Komposisi pupuk organik adalah se-bagai berikut : a. Bokasi pupuk kandang dan enceng

gondok : pupuk kandang 10 kg, enceng gondok 20 kg, arang sekam 10 kg, dedak 10 kg, gula pasir 5 sendok makan, EM4 20 sendok makan dan air secukupnya.

b. Bokasi pupuk kandang dan daun pinus : pupuk kandang 10 kg, dedak 10 kg, daun pinus 20 kg, arang serbuk gergaji 10 kg, gula pasir 5 sendok makan, EM4 20 sendok makan dan air secu-kupnya.

c. Bokasi pupuk kandang dan sabut kelapa : Pupuk kandang 10 kg, sabut kelapa 20 kg, dedak 10 kg, arang

serbuk gergaji 10 kg, gula pasir 5 sendok makan, EM4 20 sendok makan dan air secukupnya (Anonim, 1995).

d. Kompos limbah pabrik gula dan blotong : Blotong 10 kg, ampas tebu 10 kg, daun tebu 10 kg, abu ketel 10 kg, kotoran ternak 50 kg, EM4 20 sendok makan dan air secukupnya (Mur-bandono, 2000).

Masing-masing bahan dipotong kecil-kecil kemudian dicampur secara merata, setelah itu diberi larutan EM4 dan air sesuai kebutuhan. Bahan tersebut dibolak-balik setiap hari sampai menjadi pupuk yang tersedia bagi tanaman dan campuran ini sudah tidak berbau.

Sebelum tanam tanah yang sudah di-sterilkan diambil sebagai sampel kemudian dianalisa untuk mengetahui unsur-unsur-nya dan sebagian lagi diekstraksi kemudian diamati untuk meyakinkan sudah tidak terdapat nematoda di dalam tanah tersebut. Satu minggu sebelum tanam diberi pupuk urea 5 gram per pot, kemudian diper-lakukan dengan pemberian pupuk organik pertama sebanyak 100 gram per pot. Bersamaan dengan pemberian pupuk orga-nik tersebut dilakukan penanaman tebu sebanyak 2 stek bagal 1 mata varietas tebu PS 851 (Mirzawan, Soegito dan Pudjiarso, 2001). Dua minggu setelah tanam, dilakukan pemupukan pertama dengan pupuk urea dan KCl sebanyak 5 gram per pot yang diberikan secara berseberangan dengan keda laman 10 cm dan jarak 10 cm dari tanaman.

Empat minggu setelah tanam dila-kukan pembumbunan pertama dan ber-samaan dengan pelaksanaan penyiangan. Enam minggu setelah tanam dipupuk lagi dengan pupuk ZA sebanyak 5 gram per pot yang diberikan pada tempat yang beseberangan dengan pada saat pemu-pukan pertama.

Dua bulan setelah tanam atau 2 minggu setelah diberi pupuk ZA dilakukan pembum bunan kedua, kemudian di-perlakukan kembali dengan pemberian pupuk organik kedua sesuai dengan per-

216

Page 4: PT3 Pupuk Organik Tebu

AGRITEK VOL. 17 NO. 2 MARET 2009 ISSN. 0852-5426

lakuan yaitu 100 gram per pot. Satu minggu setelah perlakuan, diinfestasi de-ngan nematoda sebanyak + 2.000 butir telur per pot. Setiap dua hari sekali tanaman disiram dengan air sebanyak 1 liter, setelah tanaman bertambah besar penyiraman dilakukan setiap hari sampai tanaman berumur 6 bulan. Untuk menge-tahui kondisi lingkungan rumah kaca, suhu dan kelembaban ruang rumah kaca dicatat setiap hari.

Pengamatan rutin dilakukan setiap minggu terhadap tinggi tanaman, jumlah ruas/bila sudah ada, jumlah daun, jumlah anakan. Satu bulan setelah perlakuan infestasi + 2.000 butir telur nematoda diambil contoh tanahnya untuk dianalisa di laboratorium dengan mengekstraksi contoh tanah dan menghitung populasi nematoda-nya. Pelaksanaan ini dilaku kan setiap bulan sampai pengambilan ke 4 setelah infestasi nematoda atau saat tanaman dibongkar.

Pembongkaran dilaksanakan pada saat tanaman sudah berumur 6 bulan, kemudian dilakukan pengamatan dan ekstraksi terhadap contoh tanah maupun contoh akar, adapun pengamatan populasi nema-toda dilakukan dengan mengamati :

Jumlah gall/10 gram akar, jumlah nematoda/10 gram akar, jumlah eggmass / 10 gram akar, jumlah telur/eggmass, berat basah akar dan berat kering angin akar.

Penghitungan Populasi Nematoda

P = P1 + P2 + P3 x 10 3

P adalah populasi nematoda per 100 gram tanah atau 10 gram akar; P1, P2, P3 adalah suspensi nematoda per 10 ml dengan 3 kali ulangan; 10 adalah 100 ml dibagi 10 ml (Anonim, 1997).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pemberian Bokasi Ter-hadap Populasi Nematoda Dalam Tanah

Hasil penelitian menunjukkan po-pulasi nematoda 1 bulan sampai 4 bulan setelah investasi telur seperti pada Tabel 1.

Jumlah komulatif populasi ne-matoda sampai tanaman dibongkar pada umur 6 bulan terbanyak yaitu 482 ekor ditunjukkan pada pemberian bokasi pupuk kandang-enceng gondok (A) berbeda dengan pemberian bokasi pupuk kandang-daun pinus (B), bokasi pupuk kandang-sabut kelapa (C), kompos limbah pabrik gula-blotong (D) dan tanpa pupuk organik atau kontrol (E) yang populasinya terkecil yaitu 122 ekor, sedangkan pada B, C dan D tidak berbeda nyata tetapi berbeda dengan tanpa pupuk organik atau kontrol (E). Perbedaan pada bokasi pupuk kandang-enceng gondok (A) dengan bokasi pupuk kandang-daun pinus (B), bokasi pupuk kandang-sabut kelapa (C) dan kompos limbah pabrik gula-blotong (D) ini diduga karena kondisi di sekitar tanah pada A lebih lembab sehingga tanah mampu menyangga air lebih besar. Tanaman enceng gondok secara fisik lebih lunak bila dibandingkan dengan sabut kelapa maupun daun pinus dan blotong, kondisi ini me-nyebabkan nematoda mampu untuk hidup dan bertahan disekitar tanah per-akaran tanaman tebu (Tabel 1).

Kurniawan dan Premono (2000) me-lapor kan bahwa kecukupan air dan hara sangat dipengaruhi oleh bahan organik tanah, selain fungsinya membangun struk-tur tanah, menggemburkan tanah yang keras, mengikat tanah yang lepas atau ber-pasir, memberikan ruang untuk menyim-pan air dan oksigen, menye diakan hara tanaman, sehingga tanah tersebut dapat dikatakan tanah yang sehat karena mampu menjamin kebutuhan tanaman.

Dropkin (1989) menyatakan bahwa tubuh nematoda + 75% mengandung air dan nematoda akan kehilangan air apabila berada di dalam keadaan yang kering (kurang air), tetapi pada tanah yang

217

Page 5: PT3 Pupuk Organik Tebu

AGRITEK VOL. 17 NO. 2 MARET 2009 ISSN. 0852-5426

mempunyai kelembaban yang cukup dalam jangka waktu yang relatif lama nematoda dapat menyesuaikan diri dan tetap dapat hidup.

Lama daur hidup nematoda Meloi-dogyne incognita bervariasi tergantung pada inang sebagai makanan dan suhu, bila kondisi ling kungan tidak memungkinkan, untuk penetasan telur paling cepat adalah tiga minggu dan paling lama dapat mencapai beberapa bulan (Dropkin, 1989). Dalam penelitian ini suhu rata-ratanya 30º C dengan kelembaban 65% .

Selain itu perbedaan yang terdapat pada populasi nematoda dalam tanah di

sekitar perakaran tanaman diduga karena nilai C/N rationya yaitu hasil perbandingan antara karbohidrat dan nitrogen pupuk tersebut berbeda.

Dalam proses pengomposan terjadi perubahan karbohidrat, cellulose, hemi cellulose, lemak menjadi CO2 dan air, zat putih telur menjadi amoniak, CO2 dan air, peruraian senyawa organik menjadi se-nyawa-senyawa yang dapat diserap oleh tanaman sehingga kadar karbo-hidrat akan turun dan senyawa N yang larut akan meningkat, dengan demikian nilai C/N rationya semakin rendah dan relatif stabil mendekati C/N ratio tanah.

Tabel 1. Rata-rata dan jumlah komulatif populasi nematoda Meloidogyne incognita jantan di dalam tanah setiap bulan selama empat bulan/100 gram tanah.

Perlakuan Populasi Nematoda /100 gram Tanah Jml Pop/

1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 400 gr tnh

E/Kontrol (tpo) 13.666 a 17.599 a 29.886 a 61.066 a 122,259 aD/Kompos lpg+bl 19.226 ab 20.199 a 124.466 b 89.332 a 253,251 bC/Bokasi pk+sk 31.733 b 33.332 a 115.886 b 79.732 a 260,583 bB/Bokasi pk+dp 34.730 b 28.199 a 96.132 b 62.933 a 221,988 bA/Bokasi pk+eg 55.598 c 78.999 b 208.466 c 139.859 b 482,521 cBNT 0,05 17.646 35.541 57.288 48.041 89,210

Keterangan : Angka yang didampingi oleh huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan nyata pada uji taraf nyata 5 perrsen; pk adalah pupuk kandang, eg adalah enceng gondok, dp adalah daun pinus, sk adalah sabut kelapa, lpg adalah limbah pabrik gula, bl adalah blotong, tpo adalah tanpa pupuk organik.

Kandungan C/N ratio pupuk tersebut berbeda. C/N ratio pada bokasi pupuk kandang-enceng gondok (A) lebih tinggi dari pada C/N ratio pada bokasi pupuk kandang-daun pinus (B), bokasi pupuk kandang-sabut kelapa (C) dan kompos limbah pabrik gula-blotong (D). Menurut Indriani (2000) melaporkan bahwa kandungan nilai C/N ratio yang mendekati atau sama dengan C/N ratio tanah yaitu 10–12, maka bahan tersebut tersedia dan mudah diserap oleh tanaman.

Pengaruh Pemberian Bokasi Terhadap Populasi Nematoda Di Dalam Akar Tanaman Tebu.

Hasil analisis statistika populasi nema-toda Meloidogyne incognita di dalam akar tanaman tebu menunjukkan pada kontrol populasinya lebih tinggi dari pada populasi nematoda pada tanaman tebu yang diperlakukan dengan pupuk organik berupa bokasi dan kompos, demikian juga dalam jumlah puru atau gallnya seperti pada Tabel 2 yang menunjukkan jumlah puru atau gall dan jumlah nematoda di dalam akar tanaman tebu yang diberi bokasi tidak berbeda nyata dan relatif sedikit tetapi berbeda nyata dengan kontrol (E) yang populasi puru dan jumlah nematodanya lebih banyak yaitu dalam setiap 10 gram

218

Page 6: PT3 Pupuk Organik Tebu

AGRITEK VOL. 17 NO. 2 MARET 2009 ISSN. 0852-5426

contoh akar ditemui 6 gall dan 16 ekor nematoda.

Linford (1938) dalam Heroetadji (1988) menyatakan bahwa dengan pem-berian bahan organik ke dalam tanah mengakibatkan jumlah puru yang relatif lebih sedikit, keadaan ini diduga nematoda

kurang mampu untuk menembus akar tanaman tebu yang diperlakukan dengan pupuk organik berupa bokasi, tetapi pada kontrol akarnya lebih mudah ditembus oleh stilet nematoda yang sedang berada dalam keadaan infektif.

Tabel 2. Rata-rata jumlah gall dan jumlah nematoda betina di dalam akar tanaman tebu per 10 gram akar pada 4 bulan setelah inokulasi (saat pembongkaran).

Perlakuan Jumlah Gall/Puru

Jml Nematoda Betina

A/Bokasi pupuk kandang + enceng gondok 1.534 a 1.534 aB/Bokasi pupuk kandang + daun pinus 1.932 a 3.334 aC/Bokasi pupuk kandang + sabut kelapa 2.132 a 2.932 aD/Kompos limbah pabrik gula + blotong 3.132 a 3.198 aE/Kontrol (tanpa pupuk organik ) 6.134 b 16.266 b

BNT 0,05 1.065 2.213Keterangan : Angka yang didampingi huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan nyata

pada uji taraf nyata 5 persen.

Di dalam akar tanaman tebu jumlah populasi nematoda pada kontrol (E) lebih banyak dari pada tanaman tebu yang diberi pupuk organik, hal ini diduga semakin banyaknya nematoda yang masuk ke dalam akar tanaman tebu akan menyebabkan sema kin banyak terbentuknya puru atau gall, sehingga memacu nematoda untuk terus berkembang dengan membentuk massa telur/eggmass pada tanaman kontrol (E) yaitu sebanyak 17 dengan jumlah telur mencapai 2085 butir, tetapi pada tanaman yang diperlakukan dengan pupuk organik tidak satupun ditemui massa telur .

Menurut Sayre (1965) dan Tousson (1970) dalam Singh dan Sitaramaiah (1970) bahwa ketidakmampuan nematoda untuk mengeluarkan telur diduga adanya racun yang dihasilkan dalam proses penguraian pupuk organik dalam tanah.

Pemberian pupuk organik ke dalam tanah tanaman tebu diduga dapat menye-babkan tanaman lebih kuat dan tahan dalam mengantisipasi masuknya nematoda ke dalam akar, karena pupuk organik yang sudah diberi EM4 mengandung mikro-

organisme yang dapat bekerja secara efektif, seperti bakteri asam laktat yang bekerja sama dengan bakteri fotosintetik dan ragi merupakan bahan sterilisasi yang kuat dan dapat menekan mikroorganisme berbahaya bagi tanaman. Selain itu Streptomyces sp yang mengeluarkan enzym streptomicin bersifat racun terhadap hama dan penyakit yang merugikan. Ragi dapat memproduksi substansi yang ber-guna bagi tanaman untuk pertumbuhan sel dan pembelahan akar serta berperan dalam perkem bangbiakan mikroorganisme yang menguntungkan. Actinomycetes meru-pakan organis meperalihan antara bakteri dan jamur mengambil asam amino yang diproduksi oleh bakteri fotosintetik dan menghasilkan antibiotik untuk mengen-dalikan patogen, menekan jamur dan bakteri yang berbahaya bagi tanam an dengan cara menghancurkan khitin (Indriyani, 2000).

Pengaruh Pemberian Bokasi Ter-hadap Pertumbuhan Tanaman Tebu

219

Page 7: PT3 Pupuk Organik Tebu

AGRITEK VOL. 17 NO. 2 MARET 2009 ISSN. 0852-5426

Pemberian pupuk organik pada tanaman tebu menunjukkan pengaruhnya terhadap tinggi tanaman terutama pada tanaman kontrol (E) lebih rendah dari pada tanaman yang diberi pupuk organik, sedangkan terhadap jumlah daun, jumlah anakan dan jumlah ruas tidak memper-lihatkan pengaruh nya (Tabel 3).

Perbedaan yang terjadi pada tinggi tanaman ini diduga pada tanaman yang diberi pupuk organik berupa bokasi dan kompos mempunyai kandungan C organik, N total dan bahan organik lebih tinggi dari pada tanaman kontrol.

Kurniawan dan Premono (2000) me-nyatakan bahwa bahan organik sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman me-lalui ketersediaan unsur hara, memperbaiki sifat fisik tanah dan sebagai sumber jasad renik. Bahan organik mengandung unsur-unsur seperti N, P, K, Ca, Mg yang tersedia bagi tanaman.

Hasil analisis statistika berat basah akar dan berat kering angin akar me-nunjukkan pada kontrol (E) bila dilihat angkanya lebih ringan dari pada tanaman tebu yang diberi pupuk organik (Tabel 4).

Berat akar tanaman tebu yang lebih ringan ini diduga ada korelasinya dengan jumlah gall atau puru dan jumlah nematoda di dalam akar. Semakin ringan berat basah akar dan berat kering angin akar pada kontrol (E) menun jukkan semakin banyak ditemui jumlah gall atau puru dan jumlah nematodanya, hal ini sesuai hasil pene-litian yang menunjukan bah wa tanaman tebu yang terserang M. Incognita berat akarnya akan berkurang (Apt dan Koihe, 1962; Khurana dan Singh, 1971; Valle-Lamboy dan Ayalla, 1981; Novaretti, 1981; Hu,1986; Salawu, 1986 dalam Sikora, 1995).

Tabel 3. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan dan jumlah ruas tanaman tebu

PerlakuanTinggi

Tanaman (Cm)

Jumlah Daun(Helai)

Jumlah Anakan

(Batang)

Jumlah Ruas

(Ruas)E/Kontrol (tpo) 165,291 a 7,540 a 4,072 a 7,485 aB/Bokasi pk + dp 175,542 b 7,836 a 5,177 a 8,330 aD/Kompos lpg + bl 178,529 b 7,992 a 4,962 a 8,399 aA/Bokasi pk + eg 179,449 b 7,881 a 4,584 a 8,285 aC/Bokasi pk + sk 180,115 b 8,044 a 5,494 a 8,513 a

BNT 0,05 8,569 0,424 1,733 1,136Keterangan : Angka yang didampingi oleh huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan nyata pada

uji taraf nyata 5 persen; pk adalah pupuk kandang, eg adalah enceng gondok, dp adalah daun pinus, sk adalah sabut kelapa, lpg adalah limbah pabrik gula, bl adalah blotong, tpo adalah tanpa pupuk organik

Tabel 4. Rata-rata berat basah akar dan berat kering angin akar setelah 4 bulan infestasi nematoda (pembongkaran umur tanaman 6 bulan).

Perlakuan Berat Basah Akar (Kg)

Berat Krg Angin Akar (Kg)

A/Bokasi pupuk kandang + encng gondok 1,110 b 0,898 abB/Bokasi pupuk kandang + daun pinus 1,110 b 0,880 abC/Bokasi pupuk kandang + sabut kelapa 1,072 ab 0,858 abD/ Kompos limbah pabrik gula + blotong 1,198 b 0,960 b

220

Page 8: PT3 Pupuk Organik Tebu

AGRITEK VOL. 17 NO. 2 MARET 2009 ISSN. 0852-5426

E/ Kontrol (tanpa pupuk organik) 0,914 a 0,776 aBNT 0,05 0,162 0,162

Keterangan : Angka yang didampingi oleh huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan nyata pada uji taraf nyata 5 persen.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :1. Pemberian pupuk organik berupa

bokasi dan kompos ke dalam tanah dapat mengu rangi pembentukan gall atau puru dan mengurangi populasi nematoda Meloidogyne incognita di dalam akar tanaman tebu.

2. Pemberian pupuk organik berupa bokasi dan kompos dapat memacu pertumbuhan populasi nematoda di dalam tanah (selain itu juga dapat menghambat atau mengurangi nema-toda menginfestasi ke dalam akar ta-naman tebu), sehingga nematoda tidak dapat membentuk telur.

Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka disarankan :1. Pemberian pupuk organik berupa

bokasi dan kompos pada tanaman tebu tetap dianjurkan, karena selain dapat menahan atau mengurangi masuknya nematoda ke dalam akar tanaman juga berfungsi menggemburkan tanah dan menyediakan unsur hara yang tersedia bagi tanaman tebu.

2. Perlu dikaji dan diteliti pupuk organik lain yang bersifat nematisidal, se-hingga selain dapat menahan masuk-nya nematoda ke dalam akar tanaman, juga dapat menurunkan populasi nematoda di dalam tanah perakaran tebu.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Bokasi (Cara pembuatan dan aplikasi) Indonesia Kyusei Nature Far ming Societies dan PT Songgolangit Persada, Jakarta . Hal 9.

Anonim. 1997. Teknik Ekstraksi dan Penghitungan Populasi Nematoda Para sit Pada Contoh Tanah dan Akar. Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Jawa Timur. Hal 13.

Dropkin, V.H. 1989. Pengantar Nema-tologi Tumbuhan. Edisi Kedua. (Diterjemah kan Oleh : Supratoyo) Gajah Mada Uni versity Press, Yogyakarta. Hal 366.

Heroetadji, H. 1988. Pengendalian Hayati Nematoda Parasit Tanaman. Seminar Perlindungan Tanaman Perguran Tinggi Negeri se Indonesia Di UPN “Veteran”, Surabaya. Hal. 1-26.

Indriani, Y. H. 2000. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Bogor. Hal 5-7.

Kuntohartono, T. 2000. Pemupukan Ke-bun Tebu Di Jawa. Gula Indonesia. Media Komunikasi Masyarakat Industri Gula. IKAGI. Pasuruan. Vol XXV/1. Hal 16–18.

Kurniawan, Y dan Edi Premono. 2000. Kompos dan Manfaatnya Bagi Tanah dan Tanaman . Gula Indonesia. Media Komunikasi Masyarakat Industri Gula. IKAGI. Pasuruan. Vol XXV / 3-4. Hal. 10–16.

Kurniawan, Y. Prihastuti. Sih Marjayanti 2000. Daur Ulang Sumber Organik Di Pabrik Gula. Gula Indonesia. Media Komunikasi Masyarakat Industri Gula. IKAGI. Pasuruan. Vol XXV / 3-4. Hal. 17–21.

221

Page 9: PT3 Pupuk Organik Tebu

AGRITEK VOL. 17 NO. 2 MARET 2009 ISSN. 0852-5426

Murbandono. 2000 . Membuat Kompos. Penebar Swadaya, Edisi Revisi, Jakarta. Hal. 6-11.

Mirzawan, P.D.N; Soegito dan Pudjiarso. 2001. PS 851 varietas Tebu Unggul Baru untuk Lahan Sawah dan Tegalan. Gula Indonesia. Media Komunikasi Masya rakat Industri Gula. IKAGI. Pasuruan. Vol XXVI / 1. Hal. 2–8.

Sikora, R.A; Michel Luc; John Bridge. 1995. Nematoda Parasit Tumbuhan Di Perta nian Subtropik dan Tropik (Diterjemah kan Oleh : Supratoyo) Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Hal. 838.

Singh, R.S. And Sitaramaiah. 1970. Control Of Plant Parasitic Nematodes With Organic Soil Amandments. PANS, 16(2). Pp. 300.

Widiyoutomo, A. 2000. Irigasi Curah Pada Perkebunan Tebu Lahan Kering. Gula Indonesia Media Komunikasi Masyarakat Industri Gula. IKAGI. Pasuruan. Vol. XXV/3-4: Hal. 22-23.

222