Proposal Disty

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    1/50

    1

    PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

    (Teams GamesTurnament) Untuk MENINGKATKAN

    PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWAKELAS X SMA

    N 1 MATUR

    PROPOSAL PENELITIAN

    OLEH :

    DISTI ANDRIANI

    2411.002

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

    JURUSAN TARBIYAH

    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

    SJECH M.DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

    2013 M / 1434 H

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    2/50

    2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANGKita semua mengetahui bahwa proses belajar mengajar merupakan kegiatan

    social. Dalam dunia pendidikan saat ini kita dihadapkan pada masalah yang lebih

    kompleks dimana sumber daya yang berkualiatas dan mampu menghadapi tantangan

    zaman yang dapat bertahan. Pada kenyataannya semua bidang keilmuan maupun

    sector kehidupan kita selalu dihadapkan pada masalah-masalah yang memerlukan

    matematika sebagai pemecahannya.

    Matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan, maka kita perlu memperoleh

    dan menguasainya. Hal ini dijelaskan dalam surah At-Taubah ayat 122 yang berbunyi:

    Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).

    Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa

    orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan

    untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah

    kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    3/50

    3

    Berdasarkan surah At-Taubah ayat 122 di atas, jelas bahwa hukum dalam

    menuntut ilmu adalah fadhlu kifayah, termasuk dalam mempelajari matematika.

    Matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang berpengaruh dan mempunyai

    peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan memajukan

    daya pikir manusia. Hal ini sesuai dengan pendapat Erman Suherman, dkk yang

    menyatakankan bahwa para pelajar memerlukan matematika untuk memenuhi

    kebutuhan praktis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, misalnya

    dapat berhitung, menghitung isi dan berat, mengumpulkan, mengolah, menyajikan

    dan menafsirkan data, dapat menggunakan kalkulator dan komputer. Selain itu agar

    siswa mampu mengikuti pelajaran matematika lebih lanjut, untuk membantu

    memahami bidang studi lain, dan agar para siswa dapat berpikir logis, kritis, dan

    praktis, serta bersikap positif dan berjiwa kreatif.

    Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang membantu

    ilmu pengetahuan lainnya, seperti Kedokteran, Fisika, Kimia, Ekonomi dan lain-

    lainnya. Untuk itu matematika seharusya dapat dipelajari dengan senang hati tanpa

    paksaan.

    Adapun tujuan dari pengajaran matematika adalah:

    a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dan polapikir dalam kehidupan dan dunia selalu berkembang, dan

    b. Mempersipakn siswa menggunakan matematika dan pola pikir matematikadalam kehidupan sehari dan dalam mepelajari berbagai ilmu pengetahuan*

    Dari uraian di atas jelas bahwa kehidupan dunia ini akan terus sesuai dengan

    perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh karena itu siswa harus mem\liki

    kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk bertahan pada

    keadaan yang selalu berubah. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran yang kritis,

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    4/50

    4

    sistematis, logis, kreatif dan kemamuan bekerja sama yang efektif. Dengan demikian,

    maka seorang guru harus terus mengikuti perkembangan matematika dan selalu

    berusaha agar kreatif dalam pembelajaran yang dilakukan sehingga dapat membawa

    siswa ke arah yang diinginkan.

    Secara khusus tujuan kurikulum pengajaran matematika di Sekolah Menengah

    Atas yang disebutkan dalam kurikulum berbasis kompetensi adalah sebagai berikut:

    1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menerik kesimpulan, misalnya melaluikegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksprimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan,

    konsisten dan ekonsisten.

    2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuandengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat

    predeksi serta mencoba-coba.

    3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan

    gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan grafik, peta, diagram dalam

    menjelaskan gagasan.1

    Mengingat begitu pentingnya peran matematika, maka pemerintah melalui

    departemen pendidikan nasional melakukan berbagai usaha perbaikan dalam

    pengajaran matematika. Hal ini terlihat dengan diadakannya penyempurnaan

    kurikulum, peningkatan kualitas guru matematika dengan diadakannya sertifikasi

    guru, pelatihan-pelatihan dan sosialisasi suatu program pendidikan dan banyak lagi

    1Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika

    sekolah menengah Atas dan MA, (Jakarta: Depdiknas, 2003), h.11.

    http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/14/tujuan-pembelajaran-matematika.(diakses tanggal 13-1-

    2012)

    http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/14/tujuan-pembelajaran-matematika.(diakseshttp://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/14/tujuan-pembelajaran-matematika.(diakses
  • 8/13/2019 Proposal Disty

    5/50

    5

    lainnya. Pemerintah berupaya menyediakan buku-buku pelajaran guna menunjang

    proses pembelajaran. Untuk meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran

    matematika, pemerintah melaksanakan pelajaran matematika melalui siaran

    pendidikan pada media elektronik seperti televisi, dengan adanya TV e-dukasi .

    Semua usaha yang dilakukan pemerintah tersebut seharusnya dapat mendukung dan

    meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar.

    Mutu pendidikan dipengaruhi oleh beberapa hal terutama ketersediaan fasilitas

    belajar, pemanfaatan waktu, dan penggunaan metode belajar. Pada pelaksanaan

    pembelajaran di kelas guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang tepat

    karena cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran sangat mempengaruhi

    kelancaran proses pembelajaran dan minat siswa terhadap materi pelajaran yang pada

    akhirnya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Bahar menyatakan bahwa

    guru berkewajiban untuk mencapai kegiatan pembelajaran yang mampu

    mengembangkan kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif bagi siswa agar

    mencapai hasil pembelajaran yang optimal.

    Dari hasil wawancara dengan seorang guru matematika SMA N 1 MATUR

    diketahui bahwa prestasi belajar matematika siswa di sekolah tersebut rendah.

    Rendahnya prestasi belajar matematika di kelas tersebut diduga karena guru secara

    aktif menjelaskan materi, memberi contoh, dan latihan sedangkan siswa hanya

    mendengar, mencatat, dan mengerjakan latihan. Pembelajaran seperti itu kurang

    memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan, membentuk, dan

    mengembangkan pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, pembelajaran tersebut

    kurang mampu menumbuhkan motivasi belajar dalam diri siswa. Selain itu, kecil

    sekali peluang terjadinya proses sosial antar siswa yaitu hubungan siswa satu dengan

    siswa lainnya dalam rangka membangun pengetahuan bersama.

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    6/50

    6

    Konstruktivisme merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang lahir

    dari gagasan Jean Peaget. Dalam pandangan konstruktivisme, pengetahuan tumbuh

    dan berkembang melalui pengalaman.

    Menurut Suherman dkk. didalam kelas konstruktivisme, pengetahuan yang

    berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara

    yang satu dengan yang lainnya, dan berpikir secara kritis tentang cara terbaik untuk

    menyelesaikan setiap masalah.

    Salah satu model pelajaran yang berpijak pada pandangan Konstruktivis

    adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang

    memberikan kesempatan kepada para siswa melaksanakan kegiatan belajar bersama

    dengan kelompok kecil (antara 3 sampai 5 orang). Dalam pembelajaran kooperatif

    masing-masing siswa anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan

    diri dan anggotanya. Mereka harus saling membantu melaksanakan tugas yang

    diberikan kepada kelompoknya sehingga setiap anggota kelompok mencapai potensi

    optimal yang mungkin diraihnya. Sampai saat ini sudah cukup banyak tipe

    pembelajaran kooperatif yang dikembangkan, diantaranya adalah Students Team

    Achievement Divisions (STAD), Teams Games Turnament (TGT), Jigsaw, Team

    Assisted Individralization (TAI), Group Investigation (GI), dan lain-lain.2

    Teams Games Turnament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran

    kooperatif yang menekankan adanya kerjasama antar anggota kelompok untuk

    mencapai tujuan belajar. Terdapat empat tahap dalam TGT yaitu mengajar, belajar

    kelompok, turnamen/perlombaan, dan penghargaan kelompok. Hal yang menarik dari

    TGT dan yang membedakannya dengan tipe pembelajaran kooperatif yang lain adalah

    turnamen.

    2Noornia, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD pada Pengajaran Persen di Kelas IV SD Islam Maarif

    02 Singosari, Tesis tidak diterbitkan, Malang, Program Pasca Sarjana. Hal. 14

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    7/50

    7

    Di dalam turnamen, siswa yang berkemampuan akademiknya sama akan

    saling berlomba untuk mendapatkan skor tertinggi di meja turnamennya. Jadi siswa

    yang berkemampuan akademiknya tinggi akan berlomba dengan siswa yang

    berkemampuan akademiknya tinggi, siswa yang berkemampuan akademiknya sedang

    akan berlomba dengan siswa yang berkemampuan akademiknya sedang, siswa yang

    berkemampuan akademiknya rendah akan berlomba dengan siswa yang

    berkemampuan akademiknya rendah juga. Oleh karena itu, setiap siswa punya

    kesempatan yang sama untuk menjadi yang terbaik di meja turnamennya. Hal ini

    tentu akan memotivasi siswa dalam belajar sehingga berpengaruh juga terhadap

    prestasi belajar siswa.

    Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan diatas, maka perlu suatu tindakan

    guru untuk mencari dan menerapkan suatu model pembelajaran yang sekiranya dapat

    memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Dalam rangka itu

    peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul: Penerapan

    Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Turnament) Untuk

    Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika SiswaKelas X SMA N 1 MATUR

    B. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang, maka identifikasi masalah dari penelitan ini

    adalah :

    a. Metode pembelajaran kurang menunjang keaktifan siswab. Pembelajaran yang dilakukan masih terpusat pada guruc. Strategi belajar yang kurang bervariasid. Aktifitas siswa masih rendahe. Respon siswa dalam pembelajaran masih rendah

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    8/50

    8

    f. Hasil belajar matematika siswa rendah

    C. Batasan MasalahBerdasarkan identifikasi masalah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi

    pada aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika, kemampuan guru dalam

    melaksanakan pembelajaran, respon siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar

    matematika siswa . Hal ini diperkirakan dapat diatasi dengan menggunakan strategi

    belajar aktif tipe TGT (Teams GamesTurnament)

    D. Rumusan MasalahBerdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah

    penelitian ini adalah :

    a. Bagaimana aktifitas siswa yang mengikuti strategi belajar aktif tipe TGT(Teams GamesTurnament) di kelas X SMA 1 Matur?

    b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran oleh guru dalam melaksanakanpembelajaran dengan strategi belajar aktif tipe TGT (Teams Games

    Turnament)di kelas X SMA 1 Matur?

    c. Bagaimana respon siswa kelas X SMA 1 Matur terhadap pembelajaranMatematika dengan strategi belajar aktif tipe TGT (Teams Games

    Turnament)?

    d. Apakah hasil belajar matematika siswa dengan mengikuti strategi belajar aktiftipe TGT (Teams Games Turnament) lebih baik dari pada pembelajaran

    konvensional di kelas X SMA N 1 Matur?

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    9/50

    9

    E. Tujuan Penelitian.Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

    1.

    Untuk mengetahui aktifitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan

    menggunakan strategi belajar aktif tipe TGT (Teams GamesTurnament)pada

    kelas X SMA 1 Matur.

    2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran di kelas yangdilakukan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

    3. Untuk melihat respon siswa dalam mengikuti pembelajaran matematikadengan menggunakan strategi belajar aktif tipe TGT (Teams Games

    Turnament)di kelas X SMA 1 Matur.

    4. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaranmatematika dengan menggunakan strategi belajar aktif tipe TGT (Teams

    GamesTurnament) di kelas X SMA 1 Matur.

    F. Defenisi OperasioanalBelajar dan pembelajaran, belajar merupakan suatu proses usaha yang

    dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan, baik itu perubahan kognitif,

    afektif, dan psikomotor sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

    lingkungannya. Sedangkan pembelajaran merupakan suatu usaha yang dilakukan

    untuk memudahkan siswa dalam mencapai tujuan atau keberhasilan yang diharapkan.

    Belajar matematika pada hakekatnya adalah berkenaan dengan ide-ide, struktur yang

    diatur menurut aturan yang logis.

    Metode pembelajaran kooperatif adalah aktivitas belajar oleh kelompok kecil

    siswa yang di dalamnya terjadi kerja sama, saling menyumbangkan pikiran untuk

    menyelesaikan tugas-tugas kelompok, pemecahan masalah dan tanggung jawab

    terhadap pencapaian hasi belajar secara individu maupun kelompok Metode

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    10/50

    10

    pembelajaran kooperatif model teams games tournament (TGT) adalah salah satu

    model pembelajaran yang merupakan bagian dari metode belajar kooperatif.

    Melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,

    melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan

    reinforcement. Prestasi Belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang

    mengakibatkan perubahan diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar.5

    Aktifitas siswa adalah keikutsertaan siswa secara aktif dalam pembelajaran,

    aktifitas ini meliputi kegiatan mengeluarkan pendapat atau member tanggapan,

    mengajukan pendapat, menjawab pertanyaan, menyalin dan melengkapi catatan atau

    menyalin kesimpulan serta menyelesaikan soal dan memecahkan soal dengan diskusi

    serta prilaku yang relevan dalam pembelajaran.

    Respon yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tanggapan siswa

    terhadap strategi belajar aktif tipe teams games tournament (TGT) dalam

    pembelajaran matematika. Meliputi tanggapan siswa tentang materi yang diajarkan,

    perangkat yang digunakan guru, cara belajar, cara guru mengajar dan minat siswa

    mengikuti pembelajaran.

    Hasil belajar adalah hasil kognitif yang diperoleh siswa setelah melakukan

    atau mengikuti tes hasil belajar dengan strategi belajar aktif tipe teams games

    tournament (TGT)yang dilakukan dengan pemberian tes belajar. Hasil belajar dapat

    dijadikan tolak ukur untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui

    dan memahami suatu pelajaran.

    G. Kegunaan Penelitiana. Sebagai pedoman guru matematika dalam menerapkan strategi belajar aktif

    tipe.

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    11/50

    11

    b. Sebagai bekal pengetahuan dan pengalaman, baik bagi guru maupun penulisdalam upaya meningkatkan motivasi dan aktifitas siswa dalam belajar

    matematika.

    c. Sebagai input bagi guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika.d. Sebagai pedoman bagi penulis sebagai calon guru dalam pembelajaran

    matematika dimasa mendatang.

    e. Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha meningkatkan mutu pendidikanmatematika dimasa mendatang.

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    12/50

    12

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Pembelajaran Matematika1. Belajar dan Pembelajaran Matematika

    Menurut Arifin belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan

    memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar, baik

    individual maupun kelompok, baik mandiri maupun dibimbing. Dorongan untuk

    belajar ini bisa berasal dari dirinya sendiri yang disebut motivasi instrinsik dan

    dorongan yang datang dari luar dirinya yaitu disebut dengan motivasi ekstrinsik.3

    Menurut Dimyati & Mudjiono belajar merupakan hal yang kompleks.

    Kompleks belajar ini dapat dipandang dari dua aspek, yaitu dari siswa dan dari guru.

    Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental

    dalam menghadapi bahan belajar. Dari segi guru proses belajar tersebut tampak

    sebagai perilaku tentang suatu hal. Belajar merupakan proses internal yang kompleks

    yang meliputi seluruh ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor4.

    Dalam belajar siswa akan mengalami proses perubahan tingkahlaku baik itu

    perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Slameto mengemukakan belajar

    merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

    perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya

    sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya 5. Perubahan yang terjadi dalam hal

    ini banyak sekali, dan tentunya tidak setiap perubahan dalam diri seseorang

    merupakan perubahan dalam arti belajar.

    3Arifin, Strategi Belajar Mengajar Kimia (Jakarta: Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Pendidikan

    Indonesia, 2003), hal. 84

    Dimyati & Mudjiono,Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: DPDIKBUD bekerjasama dengan Rineka Cipta,2002), hal. 175Slameto,Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hal. 2

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    13/50

    13

    Menurut Fontana belajar adalah proses perubahan tingkahlaku individu yang

    relatif tetap sebagai hasil pengalaman, sedangkan pembelajaran merupakan upaya

    penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program pembelajaran tumbuh dan

    berkembang secara optimal6.

    Menurut Djamarah belajar yaitu serangkaian kegiatan jiwa pengalaman

    individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif, dan

    psikomotorik 7.

    Menurut Setyosari pembelajaran merupakan suatu usaha manusia yang

    dilakukan dengan tujuan untuk membantu memfasilitasi belajar orang lain. Menurut

    Dick & Carey pembelajaran merupakan suatuproses yang sistematis dimana setiap

    komponen memiliki arti sangat penting untuk keberhasilan belajar. Dalam setiap

    komponen tentunya ada unsur saling bekerjasama daolam mencapai tujuan tertentu.

    Menurut Setyosari pembelajaran merupakan penyajian informasi dan

    aktivitasaktivitas yang dirancang untuk membantu memudahkan siswa atau si

    belajar dalam rangka mencapai tujuan khusus belajar yang diharapkan8.

    Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

    merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

    perubahan, baik itu perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil

    pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan

    pembelajaran merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk memudahkan siswa

    dalam mencapai tujuan atau keberhasilan yang diharapkan.

    6

    Selvia,Belajar. 2008, (http://tpers.net/?p=935) hal. 1. Diakses tanggal 28 Maret 20097Djamarah, Syaiful dan Zain Aswan, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 12

    8Punaji Setyosari,Rancangan Pembelajarani: Teori dan Praktek (Malang: Elang Mas, 2001) hal. 1-4

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    14/50

    14

    2. Tujuan Pembelajaran Matematika.Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan atau diinginkan dari belajar, sehingga

    memberikan arah kemana kegiatan belajar mengajar itu harus di bawa dan

    dilaksanakan. Tujuan utama pertama, pembelajaran matematika pada jenjang

    pendidikan dan menenggah adalah memberikan penekanan pada nalar dan

    pembentukan sikap siswa. Tujuan umum adalah memberikan penekanan pada

    keterampilan dalam penalaran matematika, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun

    dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan yang lainnya. Adapun tujuan khusus

    pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan menengah terbagi dua

    bagian besar, pertama tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar dan kedua

    tujuan pengajaran matematika di SMP. Sedangkan tujuan khusus pengajaran

    matematika di SMA secara tersendiri dimuat di dalam kurikulum pendidikan

    menengah.

    Perlu diketahui, tujuan umum matematika di jenjang pendidikan dasar dan

    menengah merupakan tujuan yang paling umum. Sedangkan tujuan yang lebih khusus

    yang merupakan tujuan pembelajaran matematika di SD, SMP dan SMU. Semua

    tujuan tersebut bersifat dinamis dan cukup luwes sesuai dengan tuntutan yang

    mungkin muncul. Namun demikian secara umum setiap tujuan tersebut penjabarannya

    tetap mengacu pada materi matematika itu sendiri.

    Jadi tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran matematika pada

    dasarnya merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai hasil dari proses

    pembelajaran matematika tersebut. Karenanya sasaran tujuan pembelajaran

    matematika tersebut dianggap tercapai bila siswa telah memiliki sejumlah

    pengetahuan dan kemampuan di bidang matematika yang dipelajari9.

    9R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 1999/2000)

    hal17-21

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    15/50

    15

    B. Strategi Belajar Aktifa. Strategi Pembelajaran

    Strategi merupakan kiat atau siasat yang dilakukan guru untuk menciptakan

    suasana pembelajaran yang optimal. Jadi strategi berarti cara dan seni menggunakan

    sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran berarti upaya

    membelajarkan siswa. Dengan demikian, strategi pembelajaran berarti cara dan seni

    untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa.

    Strategi pembelajaran merupakan garis besar haluan bertindak untuk mencapai

    tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Wena Sanjaya strategi pembelajaran adalah

    suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan

    pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien10.

    Strategi pembelajaran adalah yang sengaja direncanakan berkenaan dengan

    segala persiapan pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan

    lancar dan tujuannya yang berupa hasil belajar bisa tercapai secara optimal11.

    Pencapaian tujuan dalam strategi pembelajaran digunakan sebagai acuan dalam

    menata pembelajaran dan menutup kelemahan yang kemudian diterjemahkan

    kedalam bahasa kegiatan. Wena juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran

    diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: strategi pengorganisasian, strategi penyampaian

    dan strategi pengelolaan.

    Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu karena untuk

    mempermudah proses pembelajaran sehingga mencapai tujuan yang optimal. Bagi

    10 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada

    Media Group, 2008), h.12611

    Erman Suherman. Dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: UnivesitasPendidikan Indonesia, 2003), hlm..5

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    16/50

    16

    guru strategi pembelajaran dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang

    sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan bagi siswa, strategi

    pembelajaran dapat mempermudah proses belajar seperti mempermudah dan

    mempercepat memahami materi pelajaran, karena setiap strategi di rancang untuk

    mempermudah proses belajar mengajar.

    b. Belajar AktifSalah satu fungsi strategi adalah untuk mengaktifkan siswa dalam belajar.

    Belajar aktif (active learning) merupakan belajar dengan memaksimalkan untuk

    dibahas dalam proses pembelajaran di kelas sehingga siswa dapat berbagi

    pengalaman yang tidak saja menambah pengetahuan tetapi juga kemampuan analitis

    dan sintesis.

    Belajar aktif ini siswa secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan

    ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikannya

    apa yang baru mereka pelajari ke dalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan

    nyata. Agar belajar menjadi aktif, siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas,

    mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan

    menerapkan apa yang telah mereka pelajari.

    Dalam kegiatan belajar aktif, siswa harus menggunakan seluruh kemampuan

    untuk mengkaji gagasan-gagasan, memecahkan masalah yang diberikan dan

    menerapkan apa yang mereka pelajari. Dengan belajar aktif ini siswa diajak untuk

    turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga

    melibatkan fisik. Dalam proses belajar siswa harus lebih kreatif dalam

    mengembangkan informasi yang telah didapatnya agar proses pembelajaran lebih

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    17/50

    17

    bermakna. Dengan cara ini biasanya siswa akan merasa lebih menyenangkan

    sehingga hasil belajar siswa tercapai secara maksimal12.

    C.

    Pembelajaran Kooperatif

    1.Pengertian Pembelajaran Kooperatif

    Pembelajaran kooperatif berasal dari kata asing yaitu Cooperate yang

    artinya bekerja sama. Pembelajaran kooperatif menurut Kahfi merupakan

    pembelajaran yang mana siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang dirancang

    untuk mendapatkan tujuan bersama. Siswa dituntut untuk bisa bekerja sama untuk

    mencapai sukses bersama dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan individu

    dalam kelompoknya13.

    Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dalam

    kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda, saling bekerjasama untuk

    belajar dan bertanggung jawab atas teman sekelompoknya. Dalam menyelesaikan

    tugas kelompok setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami

    suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman atau kelompok

    belum menguasai bahan pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak cukup

    jika hanya mempelajari materi saja, tetapi mereka juga harus mempelajari ketrampilan

    untuk memperlancar hubungan pada saat kerja kelompok14.

    Menurut Thomson, pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur

    interaksi sosial pada pembelajaran IPA. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa

    belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain.

    12Ayu Aryani, Sekar, 2008, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani

    13 Khusnul Hidayah, Perbedaan Prestasi Belajar Antara Siswa yang Diajar menggunakan Pembelajaran

    kooperatif Model TGT dan Siswa yang Diajar Menggunakan Ekspository Pada Pokok Bahasan Toerema

    Phytagoras di MTSN II Malang, Skripsi, FMIPA UM Malang, 2005, Hal. 4.14

    Siti Rosmawar Is, Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Dan Kaitannya DalamMeningkatkan Kapasitas Siswa (|http://jurnal-kompetensi.blogspot.com /2008/02/model-pembelajaran-

    kooperatif.html diakses 28 Maret 2009)

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    18/50

    18

    Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan

    heterogen. Maksud kelompok heterogen terdiri dari campuran kemampuan siswa,

    jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima pendapat

    dan bekerjasama dengan teman yang berbeda latar belakangnya.

    Pada pembelajaran kooperatif diajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus agar

    dapat bekerjasama didalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik,

    memberikan penjelasan kepada teman kelompok dengan baik, siswa diberi lembar

    kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan.

    Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan dalam

    belajar15.

    Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

    kooperatif merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada

    siswauntuk belajar bersama dalam kelompok kecil, dan masing-masing anggota

    mempunyai tanggungjawab terhadap keberhasilan diri dan kelompoknya.

    2. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

    Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim adalah sebagai berikut:

    a. siswa belajar bekerja pada kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

    materi belajarnya.

    b. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi,

    sedang, dan rendah.

    c. Apabila mungkin anggota kelompok belajar berasal dari ras, budaya, agama,

    jenis kelamin yang berbeda.

    d.Pembelajaran lebih berorentasi pada kelompok bukan individu.

    15Dr. Wahyudin Nur Nasution, M. Ag. Efektivitas Strategi Pembelajaran Koperatif dan kspositori Terhadap Hasil

    Belajar Sains Ditinjau Dari Cara Berpikir (http://rafiud.wordpress.com/assalamualaikum/ciri kooperatifhttp://one.indoskripsi.com/judulskripsi/ pendidikan-kewarganegaraan/upaya-peningkatan-aktivitas-siswa-dalam-

    pembelajaran-pkndengan-menggunakan-model-pe diakses 28 Maret 2009)

    http://one.indoskripsi.com/judulskripsi/http://one.indoskripsi.com/judulskripsi/http://one.indoskripsi.com/judulskripsi/
  • 8/13/2019 Proposal Disty

    19/50

    19

    3.Unsur-Unsur Pembelajaran KooperatifMenurut Roger dan David Johnson ada lima unsur yang harus dipenuhi agar kerja

    kelompok dapat dikatakan sebagai model pembelajaran kooperatif yaitu:

    a. Saling ketergantungan positif antara anggota kelompokKeberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggota

    kelompok untuk dapat mempelajari anggota teman-temannya sehingga teman

    sekelompoknya paham. Sistem penilaian dalam model ini mampu memacu

    siswa yang berkemampuan rendah untuk belajar tanpa ada rasa minder karena

    bagaimanapun mereka bisa menyumbangkan nilai pada kelompoknya, dan

    sebaliknya siswa yang mempunyai kemapuan tinggi tidak merasa dirugikan

    oleh teman yang berkemampuan rendah.

    Dengan kata lain bahwa keberhasilan individu tergantung pada

    keberhasilan kelompoknya, disini siswa harus yakin bahwa hubungan antar

    siswa yang satu dengan yang lain akan membuat siswa yang kurang sukses

    menjadi lebih sukses. Tanggung jawab individu Untuk dapat memperoleh

    nilai yang tinggi agar dia mampu menyumbangkan poin kepada

    kelompoknya, maka masing-masing siswa harus saling mendukung dan

    membantu satu sama lain untuk menguasai materi pembelajaran.

    b. Tatap muka antar anggota

    Siswa dapat bertatap muka antar satu dengan yang lainnya dan

    bediskusi agar setiap anggota dapat berinteraksi untuk memadukan fikiran

    yang berbeda dalam menyelesaikan masalah sehingga tercipta rasa saling

    menghargai, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-

    masing anggota yang memiliki latar belakang yang berbeda, sehingga

    memperluas wawasan untuk lebih memahami materi. Inti dari kerja sama

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    20/50

    20

    ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi

    kekurangan masing-masing anggota.

    Jadi masing-masing angota perlu diberi kesempatan untuk saling

    mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan

    interaksi pribadi.

    c. Komunikasi antar anggota

    Dalam kelompok ini setiap anggota akan berusaha untuk saling

    berkomunikasi secara baik dalam rangka mencapai kata mufakat untuk

    menyelesaika masalah. Hal ini dikarenakan masing-masing anggota berasal

    dari latar belakang yang berbeda, yang memiliki kemampuan dan

    emosional yang berbeda pula.

    d. Evaluasi proses kelompok

    Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dilaksanakan saat proses

    pembelajaran kelompok16.

    4. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran KooperatifAdapun Peran guru selama proses belajar kooperatif:

    a. Membantu siswa untuk menyelesaikan tugas Guru berkeliling ketiap-tiap

    kelompok dengan mengarahkan siswa untuk mencari alternatif jawaban

    lain, mencari sumber-sumber belajar lain atau memberikan umpan balik

    yang positif terhadap usaha-usaha siswa dalam menyelesaikan tugas.

    b. Membantu siswa bekerja secara kooperatif

    Karena kecenderungan siswa untuk belajar individu, maka tugas guru untuk

    meningkatkan usaha kooperatif antara lain memacu siswa untuk

    16Srie N' Oedhien,Penerapan Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw

    (http://s1pgsd.blogspot.com/2008/12/penerapan-model-cooperative-learning.html diakses 29 november 2013)

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    21/50

    21

    memusatkan pada tugas-tugas belajar, saling memberi semangat satu sama

    lainnya, merefleksikan dan mengecek pertanyaan anggota kelompok

    c. Evaluasi

    Ada dua macam evaluasi yang harus dilakukan guru, antara lain evaluasi

    hasil belajar dan evaluasi keterampilan berkolaborasi.

    o Evaluasi hasil belajarDigunakan untuk menilai pencapaian tujuan belajar kelompok dan

    memfokuskan pada penilaian akademik. Hasil belajar yang dinilai antara

    lain hasil turnamen pada saat TGT dan tes hasil belajar

    o Evaluasi berketerampilan berkolaborasiEvaluasi ini bertujuan untuk menemukan seberapa baik siswa bekerja

    dalam kelompok, untuk melaksanakan evaluasi ini guru harus

    mengelilingi masing-masing kelompok. Evaluasi yang berkolaborasi yang

    harus dinilai antara lain hasil pengerjaan LKS dan soal-soal latihan pada

    saat belajar kelompok.

    5. Keuntungan Pembelajaran KooperatifSedangkan keuntungan pembelajaran kooperatif menurut Johnson

    dan Johnson adalah sebagai berikut:

    1. Siswa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya, terlibat aktif dan

    memiliki usaha yang lebih besar untuk meningkatkan prestasi belajarnya,

    baik bagi siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

    2. Siswa secara aktif terlibat dalam pembelajaran kooperatif, memiliki

    konsentrasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang senang

    mendengarkan ceramah. Hal ini disebabkan karena waktu mereka lebih

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    22/50

    22

    banyak digunakan untuk mengintegrasikan berbagai konsep yang terdapat

    dalam materi.

    3. Menimbulkan motivasi belajar siswa karena adanya tuntutan untuk

    menyelesaikan tugas

    4. Hubungan lebih positif, hal ini mencakup hubungan akademik secara

    perseorangan atau kelompok, menghormati perbedaan dan pandangan antar

    siswa. Dengan saling mendengarkan pendapat, maka akan dapat

    meningkatkan rasa percaya diri, kemampuan bersosialisasi serta

    kemampuan mengatasi kesulitan17.

    Menurut Arend ada enam fase atau langkah utama dalampembelajaran kooperatif.

    Secara lengkap yaitu:

    Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

    Fase Kegiatan Guru

    Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasisiswa

    Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

    padapembelajaran tersebut dan memotivasisiswa belajar

    Fase 2 Menyampaikan informasi

    Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan(demonstrasi)

    atau teks

    Fase 3 Mengorganisasikan siswa terhadap

    kelompok-kelompok belajar Guru menjelaskan siswa bagaimana caranya

    membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan

    perubahan yang efisien

    Fase 4 Membantu kerja kelompok dalam

    17Sri rahayu,Pembelajaran Kooperatif Dalam Pendidikan Ipa Jurnal Matematika Ipa

    Dan Pengajarannya,(1998) hal. 153

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    23/50

    23

    Belajar Guru membimbing kelompok kelompok belajar pada saat mereka

    mengerjakan tugas

    Fase 5 Mengetes materi

    Guru mengetes materi pelajaran atau kelompok menyajikan hasil-hasil

    pekerjaan mereka

    Fase 6

    Guru memberikan cara-cara untuk untuk menghargai baik upaya maupun hasil

    belajar individu dan kelompok18

    6. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran KooperatifSebagai metode pembelajaran tentunya pembelajaran kooperatif juga

    mempunyai kelebihan dan kekurangan. Beberapa ahli dalam Depdiknas

    menegaskan dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

    mempunyai kelebihan sebagai berikut:

    a. Lebih meningkatkann pencerahan waktu untuk tugas;b. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan siswa

    (StudentCenter)

    c. Mendidik siswa untuk lebih bersosialisasi dengan orang lain;d. Memperbaiki kehadirane. Motivasi belajar tinggif. Hasil belajar lebih tinggi19

    18http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf. Hal. 15 Diakses 14 November

    19 Siti Nurlailah Azizah, Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Antara Siswa Yang Diajar Dengan

    Pembelajaran Kooperatif Model TGT Dan Siswa Yang Diajar Dengan Pembelajaran Konvensional Pada PokokBahasan Statistika Siswa Kelas VIII SLTPN 2 Malang Tahun Ajaran 2003/2004, Skripsi, FMIPA UM Malang,

    2004, Hal.10

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    24/50

    24

    Sedangkan menurut Suarjana beberapa kelemahan dalam pembelajaran kooperatif

    adalah:

    1. Bagi guru

    a. Sulitnya mengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari

    segi prestasi akademik

    b. Waktu yang dihabiskan untuk diskusi siswa cukup banyak sehingga siswa

    melewati waktu yang sudah ditetapkan bahkan dapat menyebabkan materi tidak

    dapat terealisasikan sesuai dengan kurikulum apabila ada guru yang belum

    berpengalaman

    2. Bagi Siswa

    Siswa yang mempunyai kemampuan tinggi belum terbiasa dan sulit

    memberikan penjelasan kepada temannya yang membutuhkan bantuan20.

    Selain itu semua, pembelajaran kooperatif juga membutuhkan perhatian

    khusus dalam penggunaan ruang kelas dan membutuh perabot yang bisa

    dipindahkan. Pengaturan model Cluser dan Swing dua contohpengaturan ruang

    kelas yang cocok digunakan dalam pembelajaran kooperatif21

    Menurut Robert Slavin (1991). terdapat banyak model pembelajaran kooperatif

    yang berhasil dikembangkan peneliti-peneliti pendidikan dan telah diterapkan pada

    beragam pembelajaran diantaranya adalah:

    1. Student TeamsAchievement Devisions (STAD)

    Student Team-Achievement Devision (STAD) strategi pembelajaran

    kooperatif yang memadukan penggunaan metode ceramah, questioning dan

    diskusi. Sebelum pembelajaran dimulai, peserta didik dibagi menjadi beberapa

    20 Siti Nurlailah Azizah, Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Antara Siswa Yang Diajar Dengan

    Pembelajaran Kooperatif Model TGT Dan Siswa Yang Diajar Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Pokok

    Bahasan Statistika Siswa Kelas VIII SLTPN 2 Malang Tahun Ajaran 2003/2004, Skripsi, FMIPA UM Malang, 2004,Hal.2021

    Ibid,. hal. 20

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    25/50

    25

    kelompok tim dan tempat duduk ditata sedemikian rupa sehingga satu kelompok

    peserta didik dapat duduk berdekatan. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan

    penyajian materi pelajaran oleh guru. Setelah penyajian materi selesai,

    kelompok/tim mendiskusikan materi yang diajarkan guru untuk memastikan bahwa

    semua anggota kelompok/tim sudah dapat menguasai materi pelajaran yang

    diajarkan guru. Apabila ada anggota kelompok yang belum memahami, maka

    anggota kelompok yang lain berusaha untuk membantunya sampai semua anggota

    benar-benar menguasai materi yang diajarkan guru. Setelah semua kelompok

    menyatakan siap diuji, guru kemudian memberi soal ujian kepada seluruh peserta

    didik. Pada saat menjawab soal, anggota kelompok tidak boleh saling membantu.

    Nilai ujian dihitung berdasarkan jumlah nilai semua anggota kelompok.

    STAD dapat digunakan pada hampir semua mata pelajaran. Metode STAD

    mendorong peserta didik untuk berpartisipasi aktif dan berkompetisi dengan

    kelompok lainnya. Contoh materi pelajaran yang menggunakan metode STAD

    antara lain:

    1) Sumber dan fungsi-fungsi zat gizi bagi tubuh.

    2) Sejarah perang Diponegoro, diikuti dengan soal ujian tokoh-tokoh pahlawan,

    kronologis kejadian dan hasil akhir yang dicapai sesudah perang selesai.

    2. Team-Game-Tournament (TGT)

    Metode TGT memiliki tipe yang hampir sama dengan STAD. Metode TGT

    melibatkan aktivitas seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan status,

    melibatkan peran peserta didik sebagai tutor teman sebaya dan mengandung unsur

    permainan dan penguatan (reinforcement). Metode TGT memberi peluang kepada

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    26/50

    26

    peserta didik untuk belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab,

    kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

    3. Team Accelerated Instruction (TAI)

    TAI merupakan kombinasi antara pembelajaran individual dan kelompok.

    Peserta didik belajar dalam tim yang heterogen sama seperti metode belajar tim

    yang lain tetapi peserta didik juga mempelajari materi akademik sendiri. Masing-

    masing anggota tim saling mengecek pekerjaan temamnya. Skor tim berbasis pada

    skor rerata jumlah unit yang dapat diselesaikan per minggu oleh anggota tim dan

    keakuratan unit tugas yang telah diselesaikan. Tim yang telah menyelesaikan satu

    tugas dapat mengambil tugas berikutnya. Waktu yang diperlukan untuk belajar dan

    menyelesaikan tugas antara tim yang satu dengan tim lainnya tidak sama. Tim

    dapat memperoleh skor tinggi apabila dapat menyelesaikan materi yang lebih cepat

    dan lebih berkualitas dari tim lainnya. Metode ini sebaiknya dilengkapi dengan

    teknik pemberian reward dan punishment supaya motivasi belajar perserta didik

    terjaga dengan baik.

    4. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

    CIRC merupakan metode yang komprehenship untuk pembelajaran membaca

    dan menulis paper. Metode ini mengatur supaya peserta didik belajar atau bekerja

    dengan cara berpasangan. Peserta didik dibagi menjadi dua kelompok dan diberi

    tugas membaca secara terpisah, kemudian masing-masing anggota kelompok

    mengikhtisarkan bagian-bagian materi yang dibaca. Ketika satu kelompok sedang

    menyajikan paper hasil membacanya, maka kelompok lain bertugas sebagai

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    27/50

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    28/50

    28

    melapor kemudian dilanjutkan dengan nomor peserta didik dari kelompok yang

    lain.

    7. Make - A Match (Mencari Pasangan)

    Metode pembelajaran make a match merupakan metode pembelajaran

    kelompok yang memiliki dua orang anggota. Masing-masing anggota kelompok

    tidak diketahui sebelumnya tetapi dicari berdasarkan kesamaan pasangan misalnya

    pasangan soal dan jawaban. Guru membuat dua kotak undian, kotak pertama berisi

    soal dan kotak kedua berisi jawaban. Peserta didik yang mendapat soal mencari

    peserta didik yang mendapat jawaban yang cocok, demikian pula sebaliknya.

    Metode ini dapat digunakan untuk membangkitkan aktivitas peserta didik belajar

    dan cocok digunakan dalam bentuk permainan.

    8. Think Pair And Share

    Metode think pair and share merupakan metode pembelajaran yang dilakukan

    dengan cara sharing pendapat antar siswa. Metode ini dapat digunakan sebagai

    umpan balik materi yang diajarkan guru. Pada awal pembelajaran, guru

    menyampaikan materi pelajaran seperti biasa. Guru kemudian menyuruh dua orang

    peserta didik untuk duduk berpasangan dan saling berdiskusi membahas materi

    yang disampaikan guru. Pasangan peserta didik saling mengoreksi kesalahan

    masing-masing dan dan menjelaskan hasil diskusinya di kelas. Guru menambah

    materi yang belum dikuasai peserta didik berdasarkan penyajian hasil diskusi.

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    29/50

    29

    9. Peer tutoring

    Istilah peer tutoring mengandung makna yang sama dengan tutor teman

    sejawat ataupeer teaching. Silberman (2006) dalam Iva (2009) menjelaskan bahwa

    peer-teaching merupakan salah satu pendekatan mengajar yang menuntut seorang

    peserta didik mampu mengajar pada peserta didik lainnya. Dengan pendekatan

    peer-teaching siswa dituntut untuk aktif berdiskusi dengan sesama temannya atau

    mengerjakan tugas-tugas kelompok yang diberikan oleh guru, baik tugas itu

    dikerjakan di rumah maupun di sekolah.

    Boud, Cohen and Sampson's (2001) menjelaskan bahwa apabila peer

    teaching menjadi bagian dari proses pembelajaran di sekolah, peserta didik yang

    menjadi guru dapat menunjukkan berbagai macam peran seperti: pure teacher,

    mediator, work partner, coach, atau role model. Peserta didik yang berperan

    sebagai guru dapat menunjukkan hanya satu peran atau beberapa peran sekaligus

    tergantung pada tanggungjawab yang diberikan oleh guru. Peserta didik yang

    berperan sebagai guru (pure teacher) dapat dilibatkan dalam penyusunan dan

    penyampaian informasi dan keterampilan, memberi umpan balik dan evaluasi

    kepada peserta didik lain yang menjadi bimbingannya. Apabila peserta didik yang

    berperan sebagai guru kurang memiliki otonomi atau kekuasaan di kelompoknya,

    guru sejawat (peer tutor) tersebut dinamakan mediator22.

    Berdasarkan uraian diatas diketahui terdapat bermacam-macam model

    pembelajaran kooperatif. Slavin (Noornia), menyatakan walaupun model

    pembelajaran kooperatif berbeda-beda, akan tetapi semua mendasarkan

    pelaksanaannya pada enam karakteristik berikut:22

    Dr.endang mulyatiningsih, pembelajaran aktif,kreatif, inovatif dan menyenangkan(paikem), diklatpeningkatan ko petensi pengawas dalam rangka penjaminan mutu pendidikan, depok,jawa barat,2005 agustus

    2010

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    30/50

    30

    1. Tujuan kelompok

    2. Tanggung jawab individual

    3. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

    4. Spesialisasi tugas

    5. Adaptasi terhadap kebutuhan individual23.

    7. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament)

    Model ini dikembangkan oleh De Vries dan Slavn pada tahun 1978 di John

    Hopkins University24. Aktivitas dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams

    GamesTournament) memungkinkan siswa dapat belajar lebih semangat di samping

    dapat menumbuhkan tanggungjawab, kerjasama, persaingan sehat serta

    keterlibatan belajar. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling

    bekerjasama dan membantu dalam memahami bahan pembelajaran. Belajar belum

    selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai materi

    pembelajaran. Johnson 1999 (Teams Games Tournament) merupakan bentuk

    pembelajaran kooperatif dimana setelah siswa belajar secara individu untuk

    selanjutnya dalamkelompok masing-masing anggota kelompok mengadakan

    turnamen atau lomba dengan kelompok lainnya sesuai dengan tingkat

    kemampuannya25.

    Menurut Sasmito pembelajaran kooperatif tipe TGT ini sangat mudah karena

    dalam pelaksanaannya tidak memerlukan fasilitas pendukung yang harus tersedia

    seperti peralatan khusus. Selain mudah diterapkannya dalam penerapannya TGT

    juga melibatkan aktivitas seluruh siswa untuk memperoleh konsep yang

    23Noornia, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD pada Pengajaran Persen di Kelas IV SD Islam Maarif

    02 Singosari, Tesis tidak diterbitkan, Malang, Program Pasca Sarjana. Hal. 1724

    Khusnul Hidayah, Perbedaan Prestasi Belajar Antara Siswa yang Diajar menggunakan Pembelajaran kooperatifModel TGT dan Siswa yang Diajar Menggunakan Ekspository Pada Pokok Bahasan Toerema Phytagoras di MTSN II

    Malang, Skripsi, FMIPA UM Malang, 2005, Hal. 15.25Anton Noornia, Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan STAD (Student Teams Achievment Divisioan) pada

    Pengajaran Persen Kelas VI SD Islam Maarif 02 Singosari, Skripsi,FMIPA UM Malang 2005 Hal. 4

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    31/50

    31

    diinginkan. Misalnya, kegiatan tutor sebaya terlihat ketika siswa melaksanakan

    turnamen yaitu setelah masingmasing anggota kelompok menjawab pertanyaan,

    untuk selanjutnya saling mengajukan pertanyaan dan saling belajar bersama26.

    Siswa yang mempunyai kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda akan

    dijadikan dalam sebuah kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa. Dari masing-

    masing anggota kelompok tersebut diperbandingkan dengan anggota kelompok

    lainnya yang berkemampuan homogen dalam meja turnamen. Materi yang

    dilombakan adalah masalah yang berkaitan dengan konsep atau prinsip yang

    dipelajari.

    1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Model TGT

    Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Kahfi disusun

    dalam dua tahap, yaitu pra kegiatan pembelajaran dan detail kegiatan

    pembelajaran. Pra kegiatan pembelajaran menggambarkan hal-hal yang perlu

    dipersiapkan dan rencana kegiatan. Adapun langkah-langkah pembelajaran

    kooperatif tipe TGT secara rinci akan diuraikan di bawah ini:

    A. Pra kegiatan pembelajaran TGT:

    1. Persiapan

    a. Materi

    Materi dalam pembelajaran kooperatif model TGT dirancang

    sedemikian rupa untuk pembelajaran berkelompok, oleh karena itu, guru harus

    mempersiapkan work sheet yaitu materi yang akan dipelajari pada saat belajar

    kelompok, dan lembar jawaban dari work sheet tersebut. Selain itu guru juga

    harus mempersiapkan soal-soal turnamen.

    26

    Heri Sasmito, Perbedaan Efektivitas Pembelajaran Matematika yang Menggunakan Pendekatan Kooperatif modelTGT dengan yang Menggunakan Metode Ekspositori di SLTP LAB UM, Skripsi, FMIPA UM Malang, 2005, Hal.

    22.

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    32/50

    32

    Membagi siswa kedalam beberapa kelompok Guru harus

    mengelompokkan siswa dalam satu kelas menjadi 4-5 kelompok yang

    kemampuannya heterogen. Cara pembentukan kelompok dilakukan dengan

    mengurutkan siswa dari atas kebawah dan dari bawah keatas berdasarkan

    kemampuan akademiknya, dan daftar siswa yang telah diurutkan tersebut

    dibagi menjadi lima bagian yaitu kelompok tinggi, sedang 1, sedang 2, dan

    rendah.

    Kelompok-kelompok yang terbentuk diusahakan berimbang baik

    dalam hal kemampuan akademik maupun jenis kelamin dan rasnya, pada kerja

    kelompok ini guru bertugas sebagai fasilitator yaitu berkeliling bila ada

    kelompok yang ingin bertanya tentang work sheet. Pada kerja kelompok

    tersebut diperlukan waktu 40 menit, kemudian diadakan validasi kelas artinya

    hasil kerja kelompok dicocokkan bersama dari soal work sheet tersebut.

    2. Membagi siswa kedalam meja turnamen Dalam pembelajaran kooperatif

    model TGT tiap meja turnamen terdiri dari 4-5 siswa yang mempunyai

    homogen dan berasal dari kelompok yang berlainan.

    Detail kegiatan pembelajaran kooperatif tipe TGT

    a. Penyajian kelas

    i. PembukaanPada awal pembelajaran guru menyampaikan materi yang akan

    dipelajari, tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi (prasyarat

    belajar). Saat pembelajaran kelas ini guru harus sudah mempersiapkan

    work sheet dan soal turnamen.

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    33/50

    33

    ii. Pengembangan Guru memberikan penjelasan materi secara garisbesar

    b. Belajar kelompok Guru membacakan anggota kelompok dan meminta siswa

    untuk berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Kelompok

    biasanya terdiri dari 4 atau 5 siswa yang anggotanya heterogen. Dilihat dari

    prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnis.

    Guru memerintahkan kepada siswa untuk belajar dalam kelompok

    (kelompok asal). Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi

    bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan

    anggota agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. Biasanya

    belajar kelompok ini mendiskusikan masalah bersama-sama,

    membandingkan jawaban dan memperbaiki pemahaman yang salah tentang

    suatu materi.

    Kelompok merupakan bagian yang utama dalam TGT. Dalam segala

    hal, perhatian ditempatkan pada anggota kelompok agar melakukan yang

    terbaik untuk kelompok dan dalam kelompok melakukan yang terbaik

    untuk membantu sesama anggota. Jika ada satu anggota yang tidak bisa

    mengarjakan soal atau memiliki pertanyaan yang terkait dengan soal

    tersebut, maka teman sekelompoknya mempunyai tanggungjawab untuk

    menjelaskan soal atau pertanyaan tersebut.

    Jika dalam satu kelompok tersebut tidak ada yang bisa mengerjakan

    maka siswa bisa meminta bimbingan guru. Setelah belajar kelompok selesai

    guru meminta kepada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil

    kerja kelompok. Dalam pembelajaran TGT guru bertugas sebagai fasilitator

    berkeliling dalam kelompok jika ada kelompok yang mengalami kesulitan.

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    34/50

    34

    c. Validasi kelas

    Artinya guru meminta tiap-tiap kelompok untuk menjawab soal-soal

    yang sudah didiskusikan sesama kelompoknya dan guru menyimpulkan

    jawaban dari masing-masing kelompok untuk didiskusikan bersama.

    d.Turnamen

    Sebelum turnamen dilakukan, guru membagi siswa kedalam meja-meja

    turnamen. Setelah masing-masing siswa berada dalam meja turnamen

    berdasarkan unggulan masing-masing kemudian guru membagikan satu set

    seperangkat soal turnamen. Satu set seperangkat turnamen terdiri dari soal

    turnamen, kartu soal, lembar jawaban, poin gambar smile, dan lembar skor

    turnamen. Semua seperangkat soal untuk masing-masing meja adalah sama.

    Bentuk turnamen secara rinci diuraikan sebagai berikut:

    1. Dalam meja turnamen telah disediakan satu set seperangkat pembelajaran

    yang sama untuk semua meja turnamen.

    2. Guru membagikan kartu bernomor kepada masing-masing meja

    turnamen. Kartu tersebut dikocok dan kemudian dibagikan kepada

    anggota kelompok dalam meja turnamen. Siswa yang mendapatkan kartu

    dengan angka yang paling tinggi maka dia bertindak sebagai lider,

    sedangkan kartu dari siswa lain dikembalikan lagi. Lider adalah orang

    yang membaca soal sekaligus yang menjawabnya. Soal yang dibacakan

    oleh lider merupakan soal yang harus dikerjakan oleh seluruh siswa

    dalam meja turnamen tersebut (celing). Searah dengan putaran jarum

    jam maka celing-1, celing-2, celing-3, celing-4 juga menjawab soal.

    Celing-4 bertugas melihat kunci jawaban setelah semua siswa

    menjawab.

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    35/50

    35

    Gambar 2.5

    Urutan Celling Dalam Meja Turnamen

    Misalnya lider mendapatkan kartu dengan angka 12 maka lider

    membaca soal 12. dari soal 12 tersebut lider menjawab A, celing 1 menjawab

    C, celing 2 menjawab C, celing 3 menjawab E, dan celing 4 menjawab E,

    ternyata setelah celing 4 membuka jawaban maka yang benar adalah C,

    sehingga kartu yang angkanya paling besar tadi berpindah ke C1, celing 2 dan

    celing 4 tidak dapat kartu ini karena aturan mainnya berjalan searah dengan

    putaran jarum jam, dan C1 yang menjawab pertanyaan benar pertama tadi.

    Sehingga C1 bertindak sebagai lider.

    Selanjutnya C1 mengambil kartu diatas meja, misalnya mendapatkan

    kartu no. 9 maka C1 membuka soal no. 9 dan lider C2 C4 C1 Lider yang tadi

    bertugas membuka kunci jawaban. Begitu selanjutnya,jika soal yang tidak

    Lider

    C2

    C1

    C4

    C3

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    36/50

    36

    dapat dijawab oleh semua anggota turnamen, maka nomor kartu tersebut

    dikembalikan di atas meja sekaligus jawaban kartu yang tidak terjawab

    dibacakan oleh celing dan kemudian dikocok kembali.

    Lider berikutnya disesuaikan urutan searah putaran jarum jam. Setelah

    waktu yang ditentukan pada turnamen selesai, selanjutnya menentukan poin

    berdasarkan benar salahnya jawaban, apabila menjawab dengan benar maka

    akan mendapatkan 1 poin yang berupa gambar smile. Semua anggota

    turnamen berhak mengambil sendiri poin yang telah disediakan asalkan soal

    dijawab dengan benar. Setelah usai turnamen, maka masing-masing anggota

    turnamen mengumumkan siswa yang paling banyak mendapatkan poin dan

    selanjutnya kelompok turnamen kembali kekelompok asal sambil membawa

    poin-poin yang telah mereka dapat, kemudian masing-masing kelompok akan

    menjumlah poin-poin tersebut. Kelompok yang mendapat poin terbanyak

    maka dialah yang akan menjadi juaranya. Juara yang diambil yaitu juara I, II

    dan III.

    e. Penghargaan kelompok

    Setelah turnamen selesai, siswa kembali kekelompok asal kemudian

    menjumlahkan poin yang mereka dapat. Guru mengumumkan tiga kelompok

    yang mempunyai poin tertinggi diantara kelompok yang lain yang akan

    mendapatkan piagam penghargaan27.

    2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Model TGT

    Seperti halnya metode pembelajaran yang lain TGT juga mempunyai

    kelebihan dan kekurangan, kelebihan TGT antara lain:

    27Shohibul Kahfi,Pembelajaran Kooperatif dan Pelaksanaannya dalam Pembelajaran Matematika (Malang: FMIPA

    UM, 2003), hal. 4

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    37/50

    37

    a. Keterlibatan siswa dalam belajar mengajar

    b. Siswa menjadi semangat dalam belajar

    c. Pengetahuan yang diperoleh siswa bukan semata-mata dari guru, tetapi juga

    melalui konstruksi oleh siswa itu sendiri

    d. Dapat menumbuhkan sikap positif dalam diri sendiri seperti: kerjasama,

    toleransi, dan bisa menerima pendapat orang lain.

    Sedangkan kekurangan TGT diantaranya adalah:

    a. Bagi para pengajar pemula, model ini menumbuhkan waktu yang banyak

    b. Membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai seperti persiapan soal

    turnamen

    c. Siswa terbiasa belajar dengan adanya hadiah28.

    28

    Shohibul Kahfi,Pembelajaran Kooperatif dan Pelaksanaannya dalam Pembelajaran Matematika (Malang: FMIPAUM, 2003), hal. 8

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    38/50

    38

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

    Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

    dilakukan secara kolaboratif antara kepala sekolah, guru dan peneliti dengan upaya

    meningkatan pemahaman sifat-sifat bangun datar trapesium melalui metode

    pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hasil dari penelitian tersebut dapat dimanfaatkan

    secara langsung untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas secara umum.

    Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan pemecahan masalah yang

    dimulai dari : a) perencanaan (planning), b) pelaksanaan (action), c)pengumpulan data

    (observing), d) penganalisis data/informasi untuk memutuskan sejauh mana kelebihan

    atau kelemahan tindakan tersebut (reflecting).

    PTK bercirikan perbaikan terus-menerus sehingga kepuasan peneliti menjadi

    tolak ukur berhasilnya (berhentinya) siklus-siklus tersebut. Dalam penelitian ini

    digunakan pendekatan kualitatif mengingat data yang diambil bukan berupa angka-

    angka statistik tetapi berupa aktivitas siswa dalam pembelajaran ditambah dengan

    hasil tes formatif. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan gejala-gejala atau

    peristiwa yang tampak melalui observasi dan pengumpulan data.

    B. Populasi dan Sampel1. Populasi

    Populasi adalah keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti.29Populasi

    dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA N 1 MATUR yang tahun

    pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 32 orang. Penentuan kelas ini dilaksanakan

    29Bambang Prasetyo dan Lina miftahul jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:PTRaja

    Grafindo Persada, 2005), h.118

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    39/50

    39

    peneliti berdasarkan hasil pengamatan terhadap kelas yang diajar oleh peneliti ketika

    praktek kerja lapangan (PKLI). peneliti memprediksi bahwa kelas ini akan terjadi

    peningkatan prestasi belajar jika dilakukan dengan pembelajaran kooperatif

    tipe TGT (Teams Games Turnament).

    2. SampelSampel adalah sekelompok anggota populasi yang mewakili populasi.Dalam

    pengambilan sampel, Suharsimi Arikunto menjelaskan:

    Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga

    penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar,

    dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung kemampuan waktu,

    tenaga, dana, sempit luasnya wilayah pengamatan dan besar kecilnya resiko yang

    ditanggung oleh peneliti.30

    Berdasarkan alasan tersebut di atas, maka penulis mengambil sampel

    penelitian sebesar 100 % dari total populasi sampel yaitu 32 orang siswa.

    C. Variabel, Data dan Sumber Data1. Variabel

    Variabel adalah sesuatu yang berbeda atau bervariasi/ symbol atau konsep yang

    diasumsikan sebagai seperangkat nilainilai.31Variabel dalam penelitian ini adalah:

    a. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabelbebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams

    Games Turnament) di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada

    kelas kontrol.

    30

    Suharsimi Arikunto,h.13431Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif , (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006),

    h.53

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    40/50

    40

    b. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabelterikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa.

    2. Data.Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari objek yang ditelitiyaitu data aktifitas, respon siswa, data kegiatan pengelolaan pembelajaran

    oleh guru dan hasil belajar siswa

    b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari orang lain yaitu data tentangsiswa yang menjadi populasi dan sampel juga nilai ujian tengah semester

    genap bidang studi Matematika kelas X SMA N 1 MATUR

    Sumber data dalam penelitian ini adalah:

    1) Data primerSumber data primer merupakan sumber data yang peneliti himpun sendiri

    dalam penelitian ini. Sumber datanya adalah dari siswa kelas X SMA N 1

    MATUR yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

    2) Data sekunderSumber data sekunder merupakan sumber data yang sudah diarsipkan yang

    diperoleh dari orang lain. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah

    diperoleh dari Tata Usaha dan guru bidang studi matematika SMA N 1

    MATUR.

    Data pada penelitian ini sebagai berikut:

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    41/50

    41

    1. Hasil tes

    2. Hasil observasi

    3. Hasil angket

    4. Hasil wawancara

    Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA N 1 MATUR

    yang berjumlah siswa. Pengambilan data secara klasikal dilakukan dengan metode tes

    dan angket. Sedangkan metode observasi digunakan untuk mengambil data dari

    aktivitas guru mata pelajaran dan peneliti dan 5 siswa yang menjadi subyek

    penelitian. Subyek penelitian terdiri dari: 1 siswa berkemampuan akademik tinggi, 3

    siswa berkemampuan akademik sedang, dan 1 siswa berkemampuan akademik

    rendah, ditinjau dari kemampuan akademik secara keseluruhan anggota kelas berupa

    nilai ulangan harian terakhir.

    Tujuan pengambilan 5 siswa tersebut supaya dapat mengungkapkan aktivitas

    dan motivasi siswa secara mendalam. Wawancara yang hanya dilakukan terhadap

    subyek penelitian analisis terhadap data yang diperoleh dari metode tes, angket,

    wawancara dan observasi dilakukan untuk melihat ketuntasan indikator keberhasilan

    tindakan.

    3. Siklus PenelitianPada penelitian ini pelaksanaan siklus II, III dan seterusnya akan dilanjutkan

    jika tidak memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yaitu 85% siswa

    harus tuntas belajar. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus selama 3 kali

    pertemuan. Hasil refleksi siklus I digunakan sebagai acuan untuk rencana tindak

    lanjut pada siklus II. Sedangkan hasil refleksi siklus II digunakan sebagai acuan

    tindak lanjut pembelajaran selanjutnya.

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    42/50

    42

    Dalam siklus penelitian ini terdapat beberapa tahap, antara lain: Tahap

    perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan/ implementasi tindakan, tahap observasi,

    dan tahap refleksi.

    4. Teknik Pengumpulan Data

    1. Tes

    Data tentang skor awal siswa diperoleh dari nilai ulangan harian pada materi

    sebelumnya. Skor awal siswa didapatkan peneliti sebelum melakukan penelitian. Skor

    awal ini digunakan untuk membentuk kelompok belajar siswa dan untuk mengetahui

    peningkatan prestasi belajar siswa pada siklus I yaitu dengan membandingkan

    persentase siswa yang tuntas belajar pada tes akhir siklus I. Pada saat penelitian,

    terdapat 2 macam tes yaitu turnamen dan tes akhir siklus. Turnamen digunakan untuk

    mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari pada

    pembelajaran tersebut.

    Selain itu, juga untuk memotivasi siswa dalam belajar. Turnamen

    dilaksanakan setiap akhir pembelajaran. Pada saat turnamen, siswa diberi beberapa

    soal untuk dikerjakan dilembar jawaban. Dari lembar jawaban itu siswa akan

    mendapatkan skor turnamen. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor

    turnamen setiap anggota kelompok. Skor setiap kelompok akan diurutkan dari yang

    tertinggi sampai yang terendah. Dan tiga kelompok dengan skor tertinggi akan

    mendapatkan penghargaan kelompok.

    Tes akhir siklus dilakukan setiap akhir siklus. Pada penelitian ini, dilakukan

    dua kali tes yaitu tes akhir siklus I dan tes akhir siklus II. Tes skhir siklus digunakan

    untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada setiap siklus yaitu dengan

    membandingkan persentase siswa yang tuntas belajar pada masing-masing siklus.

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    43/50

    43

    Cara melaksanakan tes akhir siklus adalah dengan tes tulis. Siswa menjawab soal

    yang diberikan oleh peneliti secara tertulis pada lembar jawaban. Soal yang diberikan

    berupa soal uraian dengan tujuan tidak ada unsure untunguntungan/tebakan dalam

    menjawabnya.

    2. Angket

    Angket adalah sebuah daftar pertanyaan/pernyataan yang perlu dijawab oleh

    orang yang akan dievaluasi (responden)55. Responden dalam penelitian ini adalah

    siswa di kelas V semester II MI Ar-Rahmah Bendo Sukolilo Jabung Malang tahun

    ajaran 2008/2009 yang menjadi sumber data dalam penelitian. Format angket yang

    digunakan mengikuti model Likert. Responden diminta untuk membaca dengan

    seksama setiap pernyataan itu. Derajat penelitian siswa secara bertingkat, mulai dari

    Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

    Skala kualitatif ini akan ditransfer ke dalam skala kuantitatif pada saat menganalisa

    hasil angket. Angket ini diberikan sekali yaitu setelah akhir siklus II.

    3. Observasi

    Observasi dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa. Observasi ke siswa

    dilakukan secara menyeluruh akan tetapi observasi lebih diintensifkan terhadap 4

    siswa yang menjadi subyek penelitian. Observasi dilakukan oleh 2 orang pengamat

    dan data observasi dicatat dalam lembar observasi. Instrumen ini digunakan untuk

    mengetahui aktivitas guru dan siswa yang menjadi subyek penelitian sebagai fokus

    pengamatan (4 siswa) selama berlangsungnya pembelajaran kooperatif. Tiga orang

    pengamat bertugas mengamati dan mencatat aktivitas guru dan siswa ke dalam lembar

    observasi tersebut. Lembar observasi merupakan hasil adaptasi.

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    44/50

    44

    4. Catatan Lapangan

    Catatan lapangan dibuat oleh peneliti secara langsung setiap selesai

    melakukan penelitian dengan mengingat dan membayangkan apa yang telah terjadi di

    kelas baik peristiwa maupun percakapan.

    5. Wawancara

    Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

    memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara yang digunakan dalam

    penelitian ini bersifat terbuka dan terstruktur. Penelitian ini menggunakan wawancara

    terbuka karena subyek penellitian mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai

    dan juga mengetahui apa maksud dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti.

    Penelitian ini juga menggunakan wawancara terstruktur karena peneliti

    membuat dan menetapkan sendiri masalah dan menyusun dengan rapi pertanyaan-

    pertanyaan yang akan diajukan. Wawancara dilakukan pada akhir tindakan I dan

    dilakukan terhadap 4 siswa yang menjadi subjek pengamatan. Pemilihan 4 siswa ini

    selain didasarkan kemampuan akademik juga berdasarkan pertimbangan keterampilan

    mereka dalam berbicara.

    5. Analisis Data

    Sesuai dengan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif

    maka data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan

    metode analisis data kualitatif.

    Analisis data penelitian ini mengacu pada model analisis miles dan huberman

    yang meliputi kegiatan mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan.

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    45/50

    45

    Ketiga kegiatan ini dilakukan secara berurutan. Proses mereduksi data dilakukan

    dengan menyeleksi dan menyederhanakan data mentah yang diperoleh dari berbagai

    sumber dilapangan.

    Data yang dimaksud adalah meliputi hasil tes, hasil wawancara, hasil angket,

    hasi observasi dan catatan lapangan. Penyajian data dilakukan untuk memaparkan

    hasil reduksi dengan cara menyusun secara naratif sekumpulan informasi yang telah

    diperoleh dari hasil reduksi sehingga memberikan kemungkinan penarikan

    kesimpulan. Informasi yang dimaksud adalah uraian kegiatan pembelajaran, hasil tes,

    hasil pengamatan, catatan lapangan, dan wawancara. Penarikan kesimpulan

    merupakan intisari dari analisis yang memberikan pernyataan tentang dampak dari

    PTK yang dilakukan maupun efektivitas pembelajaran yang dilakukan.

    Adapun analisis data dari hasil tes, lembar observasi, dan angket respon siswa sebagai

    berikut :

    1. tes

    Kriteria keberhasilan hasil belajar ditentukan dengan cara melihat adanya

    peningkatan persentase siswa yang tuntas belajar yaitu persentase siswa yang tuntas

    pada siklus I lebih dari persentase siswa yang tuntas pada data awal, dan persentase

    siswa yang tuntas pada sikus II lebih dari persentase siswa yang tuntas pada siklus I.

    siswa dikatakan tuntas belajar jika mendapatkan skor 42.5

    Perhitungan persentase siswa yang tuntas belajar sebagai berikut :

    Keteranagan :

    P = persentase siswa yang tuntas belajar

    n = banyak siswa yang tuntas belajar

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    46/50

    46

    N = banyak siswa keseluruhan

    Selain terjadi peningkatan persentase siswa yang tuntas belajar, juga harus

    memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yaitu 85% siswa harus tuntas

    belajar.

    2. lembar observasi

    Kriteria keberhasilan proses ditentukan dengan menggunakan lembar

    observasi yang diisi oleh pengamat. Analisis data hasil observasi menggunakan

    analisis persentase. Skor yang diperoleh masing-masing indikator dijumlahkan dan

    hasilnya disebut jumlah skor. Selanjutnya dihitung persentase nilai rata-rata dengan

    cara membagi jumlah skor dengan skor maksimal yang dikalikan 100% yaitu :

    ()

    Persentase terendah adalah 0%

    Persentase tertinggi adalah 100%

    Pada pembelajaran ini terdapat 4 kriteria aktivitas guru mata pelajaran yaitu :

    sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik.

    Sehingga kriteria aktivitas guru mata pelajaran dan siswa ditentukan sebagai

    berikut :

    75% < NR 100% = sangat baik

    50% < NR 75% = baik

    25% < NR 50% = cukup baik

    0% < NR 25% = kurang baik

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    47/50

    47

    Guru dinyatakan melaksanakan pembelajaran dengan baik jika berdasarkan

    lembar observasi, guru mendapat skor dari pengamat minimal berkriteria baik

    sedangkan subjek penelitian berdasarkan observasi siswa, mendapat skor dari

    pengamat minimal berkriteria baik.

    3. Angket

    Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-

    formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada

    seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan

    informasi yang diperlukan oleh peneliti.

    Angket ini digunakan untuk melengkapi data mengenai motivasi siswa dalam

    pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis angket atau kuesioner

    berstruktur. Kuesioner ini disebut juga kuesioner tertutup, berisi pertanyaan-

    pertanyaan yang disertai sejumlah alternatif jawaban yang disediakan. Responden

    dalam menjawab terikat pada sejumlah kemungkinan yang sudah disediakan. Data

    yang dikumpulkan dengan angket adalah respon siswa terhadap pembelajaran dengan

    metode kooperatif tipe TGT. Angket yang digunakan adalah angket tertutup, dimana

    dalam mengisi jawaban yang tersedia sesuai dengan pendapatnya masing-masing.

    5 . Tahap-Tahap Penelitian

    Tahap-tahap yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan ini adalah (1) tahap

    pra-tindakan dan (2) tahap pelaksanaan tindakan. Dalam penelitian ini direncanakan

    dilakukan 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Rincian tahap-tahap pada setiap siklus

    tersebut adalah sebagai berikut.

    1. Siklus I

    a. Kegiatan pra-tindakan

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    48/50

    48

    i. Menetapkan subjek penelitian Penetapan subjek penelitian dilakukan padakelas X SMA N 1 MATUR, di dalamnya terdapat sejumlah kelompok yang

    telah ditetapkan berdasarkan nilai ulangan harian dan bedasarkan

    pertimbangan dari guru bidang studi matematika pada kelas yang diteliti. Pada

    tiap kelompok tersebut ditetapkan sebanyak 5 siswa yaitu seorang siswa

    berkemampuan akademik tinggi, 3 orang siswa berkemampuan akademik

    sedang, dan seorang siswa berkemampuan akademik rendah.

    ii. Pembentukan kelompok belajarPembentukan kelompok belajar disusun sedemikian rupa sehingga terbentu

    kelompok yang heterogen dari segi kemampuan akademik dan jenis kelamin.

    b. Kegiatan tindakan

    i. PerencanaanAdapun perencanaan ini berdasarkan pada observasi pendahuluan yang menjadi

    acuan dalam perencanaan tindakan.

    Langkahlangkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

    a) melakukan pertemuan awal dengan guru bidang studi untuk membicarakan

    persiapan tindakan dan waktu tindakan.

    b) Mempersiapkan sumber pelajaran dan bahan yang akan dipakai dalam

    pembelajaran.

    c) Mempersiapkan rencana pembelajaran sesuai dengan materi yang ditetapkan.

    d) Mempersiapkan lembar kegiatan.

    e) Mempersiapkan lembar tes akhir tindakan.

    f) Mempersiapkan angket.

    ii. Pelaksanaan tindakan

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    49/50

    49

    Tahap pemberian tindakan dimaksudkan yaitu melaksanakan kegiatan

    pembelajaran kooperatif tipe TGT yang telah dijelaskan dibagian depan, yaitu

    penyajiaan materi, belajar kelompok, perlombaan/turnamen, dan penghargaan

    kelompok.

    c. Observasi

    Observasi dilakukan dengan tujuan agar memperoleh informasi yang lebih

    mendalam komprehensif tentang data aktifitas mulai dari awal sampai akhir tindakan.

    Observasi ini dilakukan oleh peneliti dibantu oleh teman sejawat dan guru mata

    pelajaran. Hasil observasi akan dicatat dalam lembar observasi dan catatan lapangan.

    d. Refleksi

    Refeksi digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu siklus dan dilakukan

    pada setiap akhir siklus. Kegiatan ini untuk melihat keberhasilan dan kelemahan dari

    suatu perencanaan yang dilaksanakan pada siklus tersebut. Refleksi juga merupakan

    acuandalam menentukan perbaikan atas kelemahan pelaksanaan siklus sebelumnya

    untuk diterapkan pada siklus selanjutnya.

    2. Siklus II

    Siklus II akan dilanjutkan apabila tidak memenuhi kriteria ketuntasan belajar

    secara klasikal yaitu 85% siswa harus tuntas belajar. Pelaksanaan alur siklus II sama

    dengan pelaksanaan alur pada siklus I dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan

    yang ada pada siklus I. Sub bahasan yang dibahas pada siklus II adalah sama dengan

    siklus II yaitu tentang trigonometri Pelaksanaan masing-masing siklus digambarkan

    dengan sebuah spiral penelitian tindakan kelas yang meliputi 4 fase seperti gambar

    3.1.

  • 8/13/2019 Proposal Disty

    50/50

    keempat fase meliputi tahap perencanaan (planning), pelaksanaan (action),

    pengematan (observation), dan refleksi (reflection).

    Gambar 3.1

    Spiral Penelitian Tindakan Kelas