Upload
vankhue
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROBLEM SOLVING LABORATORY AS AN ALTERNATIVE PHYSICS EXPERIMENT ACTIVITY MODEL IMPLEMENTED IN SENIOR HIGH
SCHOOL
Eka Cahya Prima*, Selly Feranie*, Setiya Utari*,Kardiana Sayudin**
* Physics education department, Universitas Pendidikan Indonesia ** Daarul Hikam Senior High School, Bandung, West Java
Abstract
Problem solving laboratory as an physics experiment activity model and as assessment model is applied to analyze students’s experiment abilities. This paper is part of research for improving and measuring student’s experiment ability in Senior High School. This method has been applied to a K-12 of one of Private Senior High School in Bandung that consist 24 students. The problem solving laboratory is one of practical method to make students apply their concept to solve a problem given by teacher and design technological product. In this physics experiment activity model , First teacher refresh student’s earlier concept of related physics concept. Then teacher told students to gather in their group and gave students problem to be solved in group. The Students told to prepare the tools and substance that student told to bring in this meeting. Based on student’s answer on their worksheet, we found that Most of (students (83,33%) can make the right design and experiment sketch, predict relation between experiment variable, analyze data and make conclusion based on data analysis and make suggestion to make electromotor works better. All student (100%) can prepare equipment and substance which needed to do an experiment, apply related concepts in experiment activity, make experiment procedure correctly, analyze experiment error. We conclude that this model can be used as an alrernative physics experiment activity model and as an assessment model.
Keywords: Problem solving laboratory, student’s experiment ability.
PENDAHULUAN
Kegiatan eksperimen sangat berkaitan erat dengan dimensi proses dalam pembelajaran IPA. Amien (Iskandar, 2000: 2) mengemukakan bahwa kegiatan di laboratorium sangat berperan dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran IPA, dalam kegiatan tersebut siswa dilatih untuk berpikir ilmiah, bersikap ilmiah, dan dapat memecahkan berbagai masalah baru melalui metode ilmiah. Dengan demikian tidak salah jika kegiatan eksperimen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran IPA khususnya fisika, karena melalui kegiatan inilah siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Pengembangan kemampuan siswa dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dapat dilakukan melalui kegiatan eksperimen. Brotosiswoyo (2000) menggambarkan sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan dalam melaksanakan kegiatan eksperimen, kemampuan tersebut terbagi atas tiga tahap: Kemampuan dalam menyiapkan kegiatan eksperimen:
1. Menggambarkan fenomena sains. 2. Menggambarkan karakteristik scientific theory. 3. Menggunakan hubungan matematik untuk meramalkan gambaran hasil observasi
dan eksperimen. 4. Merumuskan hasil melalui estimasi, aproksimasi dan order of magnitude. 5. Mencari informasi yang dibutuhkan untuk mendapatkan hubungan antar variabel
dan menambahkan informasi untuk menetapkan hubungan sebab akibat. 6. Mengidentifikasi variabel-variabel terkait. 7. Membuat prediksi berdasarkan asumsi yang diperoleh dari hasil hipotesis dan
situasi eksperimen yang dibayangkan. 8. Mendesain eksperimen ( menentukan prosedur dan langkah pengolahan data).
Kemampuan dalam melaksanakan kegiatan eksperimen : 1. Merancang/mengeset alat eksperimen. 2. Memahami spesifikasi alat ukur yang diperlukan. 3. Mengetahui kondisi pengukuran. 4. Membaca satuan. 5. Menuliskan data eksperimen. 6. Melaporkan data hasil eksperimen. 7. Bekerja sama
Kemampuan dalam melaporkan hasil kegiatan eksperimen : 1. Melakukan pengolahan data dan melaporkan hasil. 2. Menginterpretasikan dan mengobservasi data untuk menunjukkan adanya
hubungan antar variabel dan kecenderungan data. 3. Menjelaskan pemahaman dasar tentang kesalahan eksperimen dan menganalisis
kesalahan eksperimen tersebut. 4. Mengorganisasi dan mengkomunikasikan hasil dari observasi dan eksperimen,
baik secara kualitatif maupun kuantitatif, terampil menggunakan bahasa lisan maupun tulisan.
5. Menyimpulkan hasil eksperimen. Kemampuan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan dalam tugas awal dan
akhir eksperimen melatih kemampuan siswa dalam aspek kognitif. Sikap teliti, jujur, ulet dan yang lainnya dapat dibentuk ketika melakukan kegiatan eksperimen. Dalam aspek psikomotorik seperti melakukan pengukuran secara langsung dapat dikembangkan dalam kegiatan eksperimen ini. Namun, kegiatan eksperimen yang selama ini dilakukan di laboratorium hanya kegiatan eksperimen yang berpusat pada prosedur pelaksanaan
eksperimen saja atau dengan kata lain dengan menggunakan metode cook book dimana peserta didik hanya mengikuti kegiatan eksperimen berdasarkan apa yang telah diinstruksikan dalam panduan kegiatan eksperimen tersebut. Sebagai akibatnya, banyak kemampuan lain yang tidak bisa dilatihkan kepada siswa seperti kemampuan dalam menyusun prosedur eksperimen, menggali konsep dan memecahkan masalah. Oleh karena itu, diperlukan suatu model pengembangan kegiatan eksperimen yang dapat memecahkan permasalahan yang dikemukakan diatas. Model ini haruslah dapat diimplementasikan di sekolah dan meningkatkan kemampuan eksperimen siswa. Salah satu metode pengembangan kegiatan eksperimen yang telah diimplementasikan yaitu problem solving laboratory. Metode ini berorientasi pada penggunaan konsep fisika untuk memecahkan berbagai masalah.Pengalamn eksperimen dengan metode problem solving perlu dirancang permasalahan (problem) yang menekankan kepada siswa agar belajar memecahkan persoalan melalui desain rancangan eksperimen yang dikembangkan melalui tugas projek (Wenning 2005, McDermott 2005). Melalui fenomena fisika yang ditampilkan oleh guru, siswa akan memiliki kemampuan menggali sekaligus mengaplikasikan konsep kedalam produk teknologi. Mulai dari pengamatan sehari-hari, siswa diajak untuk membangun konsep dasar, berdasarkan konsep dasar yang diperoleh inilah kemudian guru menguji kemampuan memahami konsep dengan memberikan suatu permasalahan yang diaplikasikan kedalam produk teknologi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengukur kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan eksperimen problem solving. Dari hasil penelitian ini dapat diperoleh apakah kegiatan eksperimen problem solving ini dapat dilakukan di sekolah ataukah tidak? Sehingga apakah kegiatan eksperimen problem solving ini dapat menjadi model alternatif untuk meningkatkan kemampuan eksperimen siswa?
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakuakn merupakan penelitian awal yang digunkan untuk mendapatkan gambaran kemampuan bereksperimen siswa sekolah menegah atas setelah diterapkannya metode problem solving. Berdasarkan keperluan tersebut, maka penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Desain penelitiannya adalah one-shot case study. Penelitian ini merupakan kolaborasi antara dosen, guru, dan mahasiswa. Lokasi penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Atas Darul Hikam Bandung, dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 24 siswa kelas XII tahun ajaran 2009/2010. Teaching material ( RPP, LKS, dan rubric penilaian) dikembangkn secara bersama-sama oleh dosen , guru dan mahasiswa. Proses pembelajaran dilakukan oleh guru , dosen dan mahasiswa bertindak sebagai observer dan tim penilai.
Instrumen penilian produk dikembangkan dalam bentuk rubrik, validitas isi rubrik dilakukan dengan mengembangkan konten pertanyaan dan dalam memilih conten masalah disesuaikan dengan indikator yang dikembangkan dan kemampuan bereksperimen (lihat tabel ...) . Reliabilitas rubrik dibangun berdasarkan relibialitas antar rater dengan tehnik trianggulasi sebagai berikut : Tabel 1: Reliabilitas antar rater mallui tehnik trianggulasi:
No. Rater1 Rater 2 Rater 3 % Deskritif 1 √ √ √ 100 Tinggi
2 √ √ - 66,7 Rendah
3 √ - - 33,3 Sedang
Rubrik penilian kinerja antar kelompok digunakan rubrik yang telah dikembangkan oleh .........., adapun penilian keinerja yang dikembangkan adalah sebagai berikut: Untuk menggambarkan pencapaian hasil kegiatan yang dilakukan digunakan tafsiran presentase sebagai berikut : Tabel 2. Tafsiran hasil presentase:
No. Persentase (%) Tafsiran 1 0 Tidak ada 2 1-25 Sebagian kecil 3 26-49 Hampir setengahnya 4 50 Setengahnya 5 51-75 Sebagian besar 6 75-99 Hampir seluruhnya 7 100 Seluruhnya
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis terhadap hasil tes
Berdasarkan hasil analisis intrumen yang dikembangkan, maka validitas isi rubrik memenuhi ketentuan seperti yang digambarkan pada tabel (.......). Adapun reliabilitas rubric dari ketiga rater adalah sebagai berikut :
No No Pertanyaan
1
2
3
Hasil kemampuan kinerja dapat digambarkan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil tes, mahasiswa yang menjawab benar terhadap kemampuan bereksperimen dinyatakan dengan presentase. Gambaran perolehan persentase yang menjawab benar dari setiap kemampuan bereksperimen yang diujikan dapat dilihat pada gambar 1. Profil Kemampuan Bandung.
Gambar 2. Profil Kemampuan Eksperimen Problem Solving Siswa Perempuan Kelas XII SMA Darul Hikam Bandung.
Gambaran reliabilias
Tinngi
sedang
Rendah
Hasil kemampuan kinerja dapat digambarkan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil tes, mahasiswa yang menjawab benar terhadap kemampuan bereksperimen dinyatakan dengan presentase. Gambaran perolehan persentase yang menjawab benar dari setiap kemampuan bereksperimen yang diujikan dapat dilihat
il Kemampuan Problem Solving Siswa Kelas XII SMA Darul Hikam
Gambar 2. Profil Kemampuan Eksperimen Problem Solving Siswa Perempuan Kelas XII SMA Darul Hikam Bandung.
Berdasarkan hasil tes, mahasiswa yang menjawab benar terhadap kemampuan bereksperimen dinyatakan dengan presentase. Gambaran perolehan persentase siswa yang menjawab benar dari setiap kemampuan bereksperimen yang diujikan dapat dilihat
Siswa Kelas XII SMA Darul Hikam
Gambar 2. Profil Kemampuan Eksperimen Problem Solving Siswa Laki-laki dan
Dari grafik diatas, bila di interpretasikan dalam kemampuan adalah sebagai berikut.
Tabel 2 : Tafsiran presentase kemampuan bereksperimen dari dasil tes:
No. Kemampuan bereksperimen
1 Memahami masalah
2 Mempersiapkan alat danyang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan eksperimen.
3 Merancang rangkaian bahan untuk memecahkan masalah.
4 Membuat strategi untuk meningkatkan kemampuan alat..
5 Membuat kesimpulan pemecahan masalah pertama.
No. Kemampuan bereksperimen
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
1 2 3
SISWA XII IPA SMA DARUL HIKAM P
R
E
S
E
N
T
A
S
I
(
%)
Dari grafik diatas, bila di interpretasikan dalam kemampuan
Tabel 2 : Tafsiran presentase kemampuan bereksperimen dari dasil tes:
Kemampuan bereksperimen % Tafsiran
100,00 Seluruh siswa dapat memahami masalah yang digambarkan
an alat dan bahan yang dibutuhkan dalam
100,00 Seluruh siswa dapat dapat mempersiapakan alat dan bahan yang diperlukan.
alat dan untuk memecahkan
83.33
Hampir seluruh siswaalat dan bahan yang digumemecahkan masalah mengenai magnetnon permanen.
untuk meningkatkan kemampuan alat..
100.00 Seluruh siswa dapat membuat strategi meningkatkan kemampuatn alat untuk memecahkan problem non permanen.
kesimpulan pertama.
100.00 Seluruh siswa dapat membuat kesimpulan pemecahan masalah mengenai magnetpermanen.
Kemampuan bereksperimen % Tafsiran
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Siswa Laki
Siswa Perempuan
PRESENTASI KEMAMPUAN
EKPERIMEN PROBLEM SOLVING
SISWA XII IPA SMA DARUL HIKAM
SOAL
Dari grafik diatas, bila di interpretasikan dalam kemampuan bereksperimen
Tabel 2 : Tafsiran presentase kemampuan bereksperimen dari dasil tes:
Tafsiran
dapat memahami masalah
siswa dapat dapat mempersiapakan alat dan bahan yang
siswa dapat merancang alat dan bahan yang digunakan untuk memecahkan masalah mengenai magnet
t membuat strategi meningkatkan kemampuatn alat untuk memecahkan problem mengenai magnet
siswa dapat membuat kesimpulan mengenai magnet non
Tafsiran
Siswa Laki-Laki
Siswa Perempuan
6 Mengkaitkan pemecahan masalah pada problem pertamadengan masalah yang diberikan pada problem kedua
100.00 Seluruh siswa dapat mengkaitkan pemecahan pada masalah mengenai magnet non permanen dengan problem yang diberikan pada masalah mengenai motor listrik tanpa magnet permanen.
7 Membuat sketsa percobaan 83.33 Hampir seluruh siswa dapat membuat sketsa percobaan untuk memecahkan masalah pada aplikasi konsep mengenai motor listrik tanpa magnet permanen.
8 Membuat prosedur percobaan untuk memecahkan masalah kedua.
100.00 Seluruh siswa dapat membuat prosedur percobaan untuk memecahkan masalah kedua mengenai motor listrik tanpa magnet permanen.
9 Memperkirakan grafik hubungan antara variabel bebas dan terikat.
83.33 Hampir seluruh siswa dapat memperkirakan hubungan antara besar tegangan listrik dengan putaran koil pada motor listrik.
10 Memperkirakan grafik hubungan antara variabel bebas dan terikat.
83.33 Hampir seluruh siswa dapat memperkirakan hubungan antara banyaknya lilitan dengan putaran koil pada motor listrik.
11 Menarik kesimpulan dari pemecahan masalah kedua.
100.00 Seluruh siswa dapat membuat kesimpulan dari percobaan yang dilakukan untuk memecahkan masalah mengenai motor listrik tanpa magnet permanen.
12 Membuat saran percobaan 66.67 Sebagian besar siswa dapat memberikan saran untuk melakukan percobaan ini supaya berjalan dengan lancar.
13 Menganalisis konsep 100,00 Seluruh siswa menganalisis konsep yang terkait dengan pemecahan masalah motor listrik tanpa magnet permanen.
No. Kemampuan bereksperimen % Tafsiran
14 Menganalisis spesifikasi alat eksperimen
100.00 Seluruh siswa mampu memahami arus terkecil yang dapat membuat motor listrik berputar.
15 Menganalisis kesalahan prosedur eksperimen.
100,00 Seluruh siswa dapat menganalisis prosedur pembuatan motor listrik dengan memperhatikan selaput isolator kawat email supaya motor listrik berputar.
16 Menganalisis bahan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah.
100.00 Seluruh siswa dapat menganalisis bahan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah.
17 Menganalisis jumlah lilitan yang digunakan untuk mempercepat putaran alat.
83.33 Hanya seluruh siswa dapat menganalisis jumlah lilitan yang digunakan untuk mempercepat putaran alat.
18 Menarik kesimpulan secara menyeluruh.
83.33 Hampir seluruh siswa dapat menarik kesimpulan secara menyeluruh.
19 Memberikan saran dari seluruh pemecahan masalah.
100.00 Seluruh siswa dapat memberikan saran dari seluruh pemecahan masalah.
Berdasarkan gambaran grafik diatas, terlihat bahwa:
1. Sebagian besar siswa dapat (12) memberikan saran untuk melakukan percobaan untuk pemecahan masalah kedua
2. Hampir seluruh siswa dapat: (3) merancang rangkaian alat dan bahan untuk memecahkan masalah; (7) membuat sketsa percobaan; (9) memperkirakan hubungan antara besar tegangan listrik dengan putaran koil
pada motor listrik; (10) memperkirakan hubungan antara banyaknya lilitan dengan putaran koil pada
motor listrik; (17) menganalisis jumlah lilitan yang digunakan untuk mempercepat putaran alat;
dan (18) menarik kesimpulan secara menyeluruh.
3. Seluruh siswa dapat: (1) memahami masalah; (2) mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan
eksperimen; (4) membuat strategi untuk meningkatkan kemampuan alat; (5) membuat kesimpulan pemecahan masalah pertama;
(6) mengkaitkan pemecahan masalah pada pdiberikan pada problem kedua
(8) membuat prosedur percobaan untuk memecahkan masalah kedua;(11) menarik kesimpulan dari pemecahan masalah kedua;(13) menganalisis konsep;(14) menganalisis spesifikasi alat eksperimen;(15) menganalisis kesalahan(16) menganalisis bahan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah;(19) memberikan saran dari seluruh pemecahan masalah.
Jika dilihat secara kumulatif, maka profil kemampuan seluruh siswa kelas Xii SMA Darul Hikam Bandung adalah sebagai Gambar 3. Profil kumulatif kemampuan eksperimen
Gambar 4. Diagram kemampuan eksperimen perempuan Kelas Xii SMA Darul Hikam Bandung.
Jika kita bandingkan kemampuan eksperimen kemampuan eksperimen prolem solving laki, walaupun perbedaannya hanya kecil. Tetapi keduanya mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam melakukan eksperimen ini.
90,
28
9,7
2
PRESENTASI KEMAMPUAN
EKPERIMEN PROBLEM SOLVING
SISWA LAKI-LAKI XII IPA SMA
mengkaitkan pemecahan masalah pada problem pertamadengan masalah yang diberikan pada problem kedua membuat prosedur percobaan untuk memecahkan masalah kedua;menarik kesimpulan dari pemecahan masalah kedua; menganalisis konsep; menganalisis spesifikasi alat eksperimen; menganalisis kesalahan prosedur eksperimen; menganalisis bahan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah;memberikan saran dari seluruh pemecahan masalah.
Jika dilihat secara kumulatif, maka profil kemampuan seluruh siswa kelas Xii SMA Darul Hikam Bandung adalah sebagai berikut: Gambar 3. Profil kumulatif kemampuan eksperimen problem solving
Gambar 4. Diagram kemampuan eksperimen problem solving siswa lakiperempuan Kelas Xii SMA Darul Hikam Bandung.
Jika kita bandingkan kemampuan eksperimen problem prolem solving siswa perempuan lebih baik daripada siswa laki
laki, walaupun perbedaannya hanya kecil. Tetapi keduanya mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam melakukan eksperimen ini.
90,
28
BEN
AR
SAL
AHPRESENTASI KEMAMPUAN
EKPERIMEN PROBLEM SOLVING
LAKI XII IPA SMA
96,
17
3,8
3
PRESENTASI KEMAMPUAN
EKPERIMEN PROBLEM SOLVING
SISWA PEREMPUAN XII IPA SMA
roblem pertamadengan masalah yang
membuat prosedur percobaan untuk memecahkan masalah kedua;
menganalisis bahan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah; dan
Jika dilihat secara kumulatif, maka profil kemampuan seluruh siswa kelas Xii SMA
siswa laki-laki dan siswa
problem solving, ternyata siswa perempuan lebih baik daripada siswa laki-
laki, walaupun perbedaannya hanya kecil. Tetapi keduanya mempunyai kemampuan yang
96,
BEN
AR
SAL
AHPRESENTASI KEMAMPUAN
EKPERIMEN PROBLEM SOLVING
SISWA PEREMPUAN XII IPA SMA
Berikut ini adalah foto alat motor listrik tanpa magnet permanen yang telah dibuat oleh siswa ( yang lengkapnya).
Foto implementasi kegiatan eksperimen problem solving di SMA Darul Hikam
Berdasarkan gambaran di atas, maka kegiatan eksperimen problem solving dapat diimplementasikan dengan baik di sekolah dan dapat dijadikan alternatif model kegiatan eksperimen, sebagai gambaran data di atas dapat dikelompokkan sebagi berikut:
1. Tahap persiapan Tahap ini merupakan tahap awal yang diperlukan untuk menunjang keberrhasilan
kegiatan eksperimen yang meliputi kemampuan memahami fenomena sains, kemampuan memahami masalah, kemampuan memahami konsep awal, kemampuan mempersiapkan alat dan bahan, kemampuan memahami spesifikasi alat, kemampuan mengaitkan konsep awal dengan pemecahan yang dihadapi, kemampuan mencari pemecahan masalah, kemampuan membuat prosedur eksperimen, kemampuan memperkirakan hubungan variabel satu dengan yang lainnya.
Point yang harus diperhatikan dalam kegiatan eksperimen problem solving ini bahwa guru harus sudah memberikan konsep mengenai gejala fisis yang ditampilkan terlebih dahulu. Kemudian siswa diminta untuk mengaplikasikan konsep tersebut dengan memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Jika hal ini tidak dilakukan, maka kegiatan eksperimen problem solving ini tidak akan berjalan dengan baik.
2. Tahap pelaksanaan Pada tahap ini, siswa dituntut untuk melaksanakan kegiatan eksperimen secara
langsung dalam rangka memecahkan masalah yang disajikan pada awal kegiatan.
Pada tahap ini, akan terbentuk sikap ilmiah dimana siswa harus teliti dalam melaksankan kegiatan eksperimen, melakukan kerjasama dengan siswa yang lain untuk memecahkan masalah, melakukan pembagian tugas, mengelola masalah, melakukan prosedur yang berurutan, melakukan percobaan yang berulang untuk memperoleh hasil yang akurat, dan kemudian melakukan pengambilan data, mengelola waktu, membentuk sikap positif ( ditambahkan dengan pustaka)
3. Tahap akhir
Kemampuan analisis merupakan hal yang terpenting pada ini. Analisis yang dilakukan pada tahap ini sangat mendukung siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam memecahkan masalah yang diberikan. Spesifikasi alat, prosedur percobaan, hasil pengolahan data merupakan bagian yang harus dianalisis karena dalam eksperimen problem solving siswa dituntut untuk mempersiapkan alat, membuat prosedur, dan melakukan pengambilan data secara mandiri. Setelah itu, barulah siswa diminta untuk dapat menyimpulkan dan mengkomunikasikan hasil dari percobaan yang dilakukannya.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka problem solving laboratory dapat dijadikan sebagai model alternatif kegiatan eksperimen yang dapat diimplementasikan di Sekolah Menengah Atas. Selain itu, dengan model ini siswa dapat menggali kemampuan dalam memecahkan masalah, membuat prosedur eksperimen, mengaplikasikan konsep dan menghasilkan produk teknologi. Sehingga IPA dapat dipandang sebagai produk, proses, dan sikap.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S , (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara Jakarta..
Brotosiswoyo, Suprapto B, (2000). Hakekat Pembelajaran MIPA ( Fisika) di Perguruan Tinggi, Proyek Pengembangan Universitas Terbuka Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Jakarta, Depdiknas.
MacGregor, D. (2004). Popular Physics Misconceptions.. Tersedia dalam : http://www.physics.gia.ac.uk/~tanm/noviers.html
Robert M, (2008). A New Instrumen for Measuring the Pegadogical Knowledge of Physivs, tersedia dalam : http://www.ptec.org/conference/2008 [05/07/2009].
Sudarman. (2007). ”Problem Based Learning: Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah”. Jurnal Pendidikan Inovatif. 2, (2), 68-73.