Upload
others
View
24
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. VII No. 1, Juni
2015
PRIORITAS KEBUTUHAN MASYARAKAT PADA PELAYANAN
PUBLIK
DI KECAMATAN TAKTAKAN KOTA SERANG
Juliannes Cadith [email protected]
Prodi Administrasi Negara FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Abstract Public expectations in the period of seven years after Serang became an autonomous region have not shown
satisfactory results. It was clear from some parameters such as the number GRDP (gross regional domestic
product, infant mortality, poverty and the spread of poor households in Serang, as well as the geographically
heterogeneous conditions, it needs a development plan to improve the welfare of society in general and the
improvement of the apparatus performance in particular in providing services to people in Serang. Therefore, we need a strategic effort in the formulation of regional planning of Serang. One of the ways is through public
aspirations to know the needs of the community. This study examines: (1). Priority Needs of Communities in the
public services in Taktakan district, Serang, (2) The level of public satisfaction in the public services in the City
district Taktakan, Serang (3). Public Service Agency's performance in the district town Tatkakan Serang. This research uses survey method with quantitative approach. The population that will be the object of the research
is the whole community that is located in the District of Taktakan. The sampling is determined using a slovin
formula with the standard error of 10%. The distribution of samples will be done with proportional area
random sampling method. The results showed: 1. The level of the need for public service in the urgent category
is 9 (25.71%), quite urgent as much as 18 (51.42%), and less urgent as much as 8 (22, 86%) types of public service that must be done by the government. 2. The assessment of the Taktakan district society is quite satisfactory (the mean score is 1.75) with the services provided by the government. The results of public satisfaction level questionnaire in Taktakan showed a satisfactory assessment of one type of public service (2.86%), were quite satisfied for 13 types of services (37.18%), and not satisfied with 23 types of service (65.71%), (3). As a whole, Taktakan’s society assess the performance of public service institutions is still lacking (themean score is 1:57). Public perception of government agencies that receive sufficient assessment was 10 (28.57%), and not as well 25 (71.43%). Keywords: Aspiration, Apparatus Performance.
11
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. VII No. 1, Juni
2015
A. Pendahuluan
Kota Serang merupakan wilayah baru
hasil pemekaran Kabupaten Serang Provinsi Banten pada tahun 2007. Sebagai ibukota
provinsi. Terdiri dari 6 (enam) kecamatan yaitu; Kecamatan Serang, Kecamatan
Kasemen, Kecamatan Walantaka, Kecamatan Curug, Kecamatan Cipocokjaya dan
Kecamatan Taktakan, Kota Serang memiliki
luas wilayah 266,77 km2 dengan jumlah
penduduk sekitar 713,380 jiwa (BPS Kota Serang tahun 2012) dan Batas wilayah.
Sebelah Utara yaitu Teluk Banten Sebelah Timur yaitu Kecamatan Pontang, Kecamatan Ciruas dan Kecamatan Kragilan Kabupaten
Serang, Sebelah Selatan yaitu Kecamatan Cikeusal, Kecamatan Petir dan Kecamatan
Baros Kabupaten Serang, serta Sebelah Barat yaitu Kecamatan Pabuaran, Kecamatan
Waringin Kurung dan Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang. Dari 6 (enam) kecamatan
tersebut terdiri dari 20 Kelurahan dan 46 Desa. Kehadiran kota serang sebagai daerah baru hasil pemekaran diikuti dengan munculnya
harapan masyarakat akan keadaan yang lebih baik . adanya peningkatan kualitas pelayanan
publik diasumsikan akan lebih efektif dan efisien dibandingkan daerah induk. Luasnya
cakupan wilayah pelayanan daerah induk menjadi penyebab dari kurang efisiennya
pelayanan publik yang tersedia. Melalui proses perencanaan pembangunan daerah baru yang
lebih terbatas, maka pelayanan publik yang tersedia akan sesuai dengan kebutuhan lokal. Jarak dan rentang kendali yang lebih singkat
dan pendek antara birokrasi dan masyarakat akan menciptakan interaksi yang lebih intensif
baik bagi pemerintah maupun masyarakat sehingga kebutuhan akan pelayanan publik
terpenuhi dengan baik. Harapan masyarakat juga pada aspek Percepatan pertumbuhan
ekonomi Pemekaran daerah diasumsikan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi
daerah melalui pemanfaatan potensi lokal. Dengan dikembangkannya daerah baru, pemerintah setempat memiliki peluang untuk
menggali berbagai potensi ekonomi daerah yang selama ini tidak tergali. Pemekaran
daerah juga memungkinkan terciptanya usaha-usaha
baru yang mampu menyerap tenaga kerja baik dari sektor formal maupun informal. Penciptaan usaha-usaha baru diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mendukung proses pemerataan dalam pembangunan.
Arus demokratisasi yang makin luas
berpengaruh terhadap perubahan kehidupan tata pemerintahan secara paradigmatik. Hampir seluruh aspek tata pemerintahan di
pusat hingga daerahmenjadi fokus perhatian segenap elemen masyarakat, terutama yang
menyangkut aspek keberpihakan dan pertanggungjawaban publik (accountability)
pada keseluruhan mekanisme peran pemerintah dalam pembangunan, yang
mencakup seluruh mekanisme input, process, maupun output yang dihasilkannya. Dalam
kaitan dengan inilah maka partisipasi publik menjadi sebuah keniscayaan guna membangun akuntabilitas tersebut, di samping transparansi
dalampenyelenggaraan pemerintahan.
Ekspektasi masyarakat dalam masa tujuh tahun setelah kota serang menjadi daerah otonom belumlah menunjukan hasil yang memuaskan, ini merupakan tantangan bagi pemerintah daerah kota serang berbagai upaya
terus dijalankan untuk memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat tetapi hasilnya belumlah sesuai dengan harapan sebagian besar masyarakat. Penilaian secara objektif harus kita lakukan untuk menilai capaian pemerintah kota serang, berikut ini beberapa
parameter untuk menilai kinerja pemerintah kota serang; 1. Dilihat dari Produk Regional Bruto
Produk regional domestic brutu adalah angka total pendapat perkapita disuatu wilayah merupakan konsep yang paling sering dipakai sebagai tolak ukur tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk disuatu wilayah . berikut ini data PDRB kota serang.
12
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. VII No. 1, Juni
2015
Tabel 1
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha Di Kota Serang Tahun 2008-2011 (Juta Rupiah)
No Tahun PDRB PDRB
Perkapita
1 2008 4.354.137 8,827
2 2009 4.806.605 9,653
3 2010 5.420.248 9,381
4. 2011 6.441.733 10,870
Sumber : Kota Serang Dalam Angka
Jika dilihat dari data di atas memang terjadi peningkatan PDRB dari tahun ketahun, rata-rata kenaikannya adalah sebesar 9.68%.
2. Angka Kematian Bayi
Salah satu parameter untuk mengukur tingkat pembangunan kesehatan masyarakat adalah dengan mengetahui angka kematian bayi. Indikator ini dipergunakan untuk melihat perkembangan kota/daerah/wilayah dari kondisi harapan hidup bayi, berikut ini data tingkat angka kematian bayi dikota serang.
Tabel 2 Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran
Hidup Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2009 Kabupaten/Kota
No Nama % Angka
Kabupaten/kota Kematian
Bayi
1 Kabupaten Serang 56.51
2 Pandeglang 54,64
3 Lebak 55,96
4 Kota Serang 50,03
5 Tangerang 45,87
6 Kota Tangerang 34,68
7 Kota Tangerang 34,31
Selatan
8 Kota Cilegon 33,93
Sumber : Kota Serang dalam Angka
Dari data diatas kita bisa melihat bahwa tingkat persentase angka kematian bayi di provinsi banten berkisar antara 33,93% - 56,51 % , suatu kondisi yang masih cukup memprihatinkan dan harus mendapatkan perhatian yang cukup dari pemerintah, dan kondisi juga terjadi dikota serang dimana persentase angka kematian bayi dikota serang sebesar 50.03%.
3. Tingkat kemiskinan Tinggi rendahnya tingkat kemiskinan disuatu negara/daerah/wilayah sangat tergantung pada tingkat pendapatan dan lebar sempitnya kesenjangan dalam distribusi pendapatan, jelas setinggi apapun tingkat pendapat perkapita yang dicapai suatu wilayah selama distribusi pendapatannya tidak merata maka kemiskinan di suatu wilayah/daerah tidak akan bisa diatasi. Berikut jumlah keluarga miskin dikota serang.
Tabel 3 Jumlah Keluarga Fakir Miskin dan Angka Kemiskinan di Kota
Serang Tahun 2008-2011
No Tahun Keluarga Angka
Miskin Kemiskinan
(%)
1 2008 7.765 1,57
2 2009 20.644 4.14
3 2010 20.315 3.51
4. 2011 20.315 3.43
Sumber: kota serang Dalam Angka Jumlah keluarga miskin dan angka kemiskinan dikota serang cenderung meningkat dari tahun ketahun, dan peningkatan terbesar terjadi ditahun 2009 dengan jumlah keluraga miskin 20.644 atau terjadi kenaikan sebesar 12.879 rumah tangga miskin dan angka kemiskinan naik sebesar 2.57%
13
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. VII No. 1, Juni 2015
Tabel 4
Jumlah dan Sebaran Rumah Tangga Miskin Di Kota Serang
Jumlah
Jumlah
No Kecamatan Jumlah Penduduk Rumah Tangga % Rumah Tangga
Miskin
1 Serang 180.055 21.215 4.904 23.12
2 Cipocok Jaya 68.298 11.225 2.557 22.78
3 Kasemen 81.695 23.502 6.180 26.30
4 Tattakan 63.763 6.465 1.985 30.70
5 Walantaka 61.451 9.144 2.557 27.96
6 Curuq 47.346 12.134 2801 23.07
Total 497.910 83.685 20.984 25.07
Sumber : Kota Serang Dalam Angka
Jika dilihat dari data diatas sebaran rumah tangga miskin di kota serang kecamatan
yang tertinggi Jumlah Rumah Tangga miskin adalah kecamatan kasemen (6180 RTM) sedangkan yang terendah yaitu kecamatan taktakan (1.985 RTM). Sedangkan dari sisi Persentasi dari
keseluruhan jumlah rumah tangga dimasing kecamatan, persentasi yang tertinggi adalah kecamatan tatakan (30,70%) dan yang terendah adalah kecamatan Curuq sebesar 26%.
Melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kondisi geografis yang heterogen maka dibutuhkan sebuah perencanaan pembangunan yang benar-benar
dibutuhkan demi peningkatan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan peningkatan kinerja aparatur pada khususnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Kota Serang. Oleh
karena itu diperlukan upaya-upaya strategis dalam perumusan perencanaan daerah Kota Serang. Salah satu cara yang dapat ditempuh melalui penjaringan aspirasi masyarakat untuk mengetahui kebutuhan masyarakat. Hal ini sangat penting
mengingat dalam proses
pembangunan penyerapan aspirasi/keinginan/kebutuhan masyarakat mutlak diperlukan . tanpa pemanfaatn partisipasi masyarakat secara baik dan
terarah partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan sulit diharapkan.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini mengkaji : (1). Prioritas Kebutuhan Masyarakat pada pelayanan publik di kecamatan Taktakan kota serang?, (2) Tingkat Kepuasaan Masyarakat pada Pelayanan publik di kecamatan Taktakan Kota serang? kinerja Instansi Pelayanan Publik di kecamatan Tatkakan kota serang.
C. Tinjauan Pustaka 1. Peran Publik sebagai manifestasi dari
paradigma new public services
Secara teoritis penguatan peran publik dalam pemerintahan di satu sisi, atau orientasi kebijakan yang lebih berpihak pada kepentingan publik di sisi lain, dikenali sebagai manifestasi dari
paradigma new public services
sebagaimana diintroduksi oleh Denhart dan Denhart (2007:45-63) yang menempatkan warga negara (the citizen) sebagai focus of interest-nya dengan cara ”serving citizens, not customers; seeking the public interest;
value citizenship over entrepreneurship; thinking strategically, acting democratically; recognizing that accountability isn’t simple; serving rather than steering; dan value people, not just productivity.”
14
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. VII No. 1, Juni
2015
Konsep NPS merupakan kritik terhadap NPM atau disebut dengan nama lain seperti post-Bureucratic paradigm
(Barzeley,1992) dan reinventing government dengan 10 prinsip – prinsip dalam membangun birokrasi yang berjiwa
entreprenur1 (Osborne dan Gaebler, 1992)
yang menekankan perubahan perilaku pemerintah menjadi lebih efektif dan efesien dengan prinsip the invisible handnya adam smith yaitu mengurangi peran pemerintah, membuka peran swasta dan pemerintah lebih berfokus pada kepentingan public yang lebih luas. tema pokok dalam new public manajement antara lain bagaimana mengunakan
mekanisme pasar di sektor publik2. Dengan
mentransformasikan kinerja pasar akan menganti atau mereform kebiasaan kinerja sektor publik dari tradisi berlandaskan aturan (Rule Based) dan proses yang mengantungkan pada otoritas pejabat (authority driven process) menjadi orentasi pasar (market-based), dan dipacu untuk berkompetisi sehat (competition-driven tactics) Dunia mengalami transisi besar dari negara kuat menjadi pasar kuat, tata kelola publik yang sebelumnya di kuasai negara tiba-tiba di serah terima kepada swasta – the business entity, apakah negara bisa lepas, tidak terkait dan menjauh dari kegiatan ekonomi? Pertanyaan ini terus diajukan selama puluhan tahun bahkan berabad –abad sejak adam smith menegaskan kredonya bahwa negara harus keluar dari kegiatan ekonomi. Ekonomi akan berjalan efesien jika negara tidak melakukan intervensi. Meskipun demikian, mekanisme pasar
bukan problem solver untuk menyelesaikan masalah-masalah di dalam sistem ekonomi. Pasar sering tidak bekerja secara efektif di dalam berbagai keadaan.
1 Reinventing governance pada hakekatnya adalah upaya untuk mentrasformasi jiwa dan kinerja dan kinerja entrepreneurship ke dalam birokrasi pemerintah melalui Prinsip – prinsip
mewirausahakan birokrasi yang terdiri dari ; 1). Steering rather than rowing; 2). Empowering rather than serving;3). Competition in service delivery; 4). Mission driven
organization; 5). Result oriented, not inputs;6). Customer driven, not bureaucracy;7). Earning rather than spending; 8). Prevention
rather cure; 9). Decentralized government and participation;10). Market oriented government 2 Miftha Toha, Ilmu Administrasi Publik Kontemporer hal 74
(kegagalan pasar3). Adanya fakta tersebut
maka terdapat ruang bagi peran pemerintah untuk terlibat. Kegagalan pasar seringkali ,menuntut campur tangan (intervensi) pemerintah. Dalam new public service semua pihak ikut berperan disini pemerintah harus menjamin hak –hak warga negara dan memenuhi tanggung jawabnya kepada masyarakat dengan mengutamakan kepentingan warga negara. Isu justice, equity, participation dan juga leadership harus mendapatkan perhatian utama (Denhard & Denhard, 2003). Dalam new public service semua pihak ikut
berperan disini pemerintah harus menjamin
hak –hak warga negara dan memenuhi tanggung jawabnya kepada masyarakat dengan mengutamakan kepentingan warga
negara. Isu justice, equity, participation dan juga leadership harus mendapatkan
perhatian utama (Denhard & Denhard, 2003). Ide dasar dari new public service
dibangun dari konsep – konsep berikut ini; 1). Teori democtatic citizenship; 2). Model
komunitas dan civil society ;3 organisasi humanism; 4). Post modern ilmu
administrasi public. Yang kemudian melahirkan prinsip- prinsip sebagai berikut ; 1) Serve citizens, not customers.
2) Seek the public interest; 3) Value citizenship over entrepreneurship; 4) Think Strategically, act democratically; 5) Recoqnize that accountability processes; 6) Serve rather than steer; berorentasi pada
pelayanan 7) Value people, not just productivity
2. Partisipasi Masyarakat Dalam
Pembangunan
Partisipasi memiliki konotasi yang berbeda-beda dalam pandangan para ahli.
3 Kegagalan pasar adalah suatu keadaan atau kondisi di mana pasar
tidak bisa bekerja secara efektif. Hal tersebut disebabkan oleh
beberapa hal seperti ; a). adanya barang Publik (Publik Goods),
ekternalitas (Externality), informasi yang tidak sempurna
(incomplete Information), Daya monopoly (Monopoly Power) dan
adanya barang Altruisme, prathama rahardja dan mandala manurung
dalam bukunya Pengantar Ilmu Ekonomi
15
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. VII No. 1, Juni
2015
Janabrota Bhattacharyya (Ndraha, 1990 :
102) mengartikan partisipasi sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama. Slamet M. memaknai partisipasi masyarakat dalam pembangunan sebagai ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut serta dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, dan ikut serta memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil
pembangunan tersebut. Mubyarto (1984:35) dalam Sugihen (2007:142) mendefinisikan partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan diri sendiri.
Dalam rangka pembangunan bangsa
yang meliputi segala aspek kehidupan, partisipasi masyarakat memainkan peranan penting, bahkan Tjokroamidjojo dalam Kaho (2006:125) menegaskan bahwa pembangunan yang meliputi segala segi kehidupan, politik, ekonomi dan sosial budaya itu baru akan berhasil apabila merupakan kegiatan yang melibatkan partisipasi dari seluruh rakyat di dalam suatu Negara.
Menurut Paul (1987 : 24) dalam Makmur (2008 : 156) : “Participation refers to an active process whereby benefictartes influences the direction and execution of development projects rather than receive a share of projects benefits”.
Berdasarkan definisi di atas,
menjelaskan bahwa partisipasi melihat pada keterlibatan masyarakat mulai dari tahap pembuatan keputusan, penerapan keputusan, penikmatan keputusan, dan evaluasi. Konsep tersebut menumbuhkan daya kreatif dalam diri setiap orang sehingga menghasilkan konsep partisipasi yang aktif dan kreatif.
Kemampuan masyarakat untuk
mewujudkan dan memengaruhi arah serta pelaksanaan suatu program ditentukan dengan mengandalkan “power” atau kekuatan yang dimiliki dalam setiap diri
individu sehingga pemberdayaan (empowerment) merupakan central theme atau jiwa partisipasi yang sifatnya aktif dan kreatif.
Partisipasi dapat diartikan sebagai sumbangan, keterlibatan keikutsertaan warga masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan. Menurut Davis dalam Ndraha (1990:102) keterlibatan kelompok atau masyarakat sebagai suatu kesatuan dapat disebut sebagai partisipasi kolektif, sedangkan keterlibatan individual dalam kegiatan kelompok dapat disebut partisipasi individual.
Bertolak dari berbagai macam pengertian partisipasi, Slamet M. dalam Sugihen (2007:145-146), menyederhanakan pemahaman tentang partisipasi atas 5 jenis, yaitu:
a. Ikut memberi input proses pembangunan, menerima imbalan atas input tersebut dan ikut menikmati hasilnya.
b. Ikut memberi input dan menikmati
hasilnya. c. Ikut memberi input dan menerima
imbalan tanpa ikut menikmati hasil pembangunan secara langsung.
d. Tidak memberi input tapi menikmati
dan memanfaatkan hasil pembangunan.
Tjokroamidjojo (1984:220), berhasilnya pencapaian tujuan-tujuan pembangunan memerlukan keterlibatan aktif dari masyarakat pada umumnya. Keterlibatan aktif ini juga disebut partisipasi, ada tiga aspek dalam partisipasi, yaitu:
a. Keterlibatan aktif atau partisipasi masyarakat tersebut dapat berarti keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi, dan kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah.
b. Keterlibatan dalam memikul beban dan
tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan.
16
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. VII No. 1, Juni
2015
c. Keterlibatan dalam memetik hasil dan manfaat pembangunan secara berkeadilan.
Pemerintah daerah dalam
melakukan pengelolaan keuangan, pembangunan, serta pelayanan publik tidak akan berjalan tanpa partisipasi
masyarakat. Pemerintah daerah memerlukan aspirasi masyarakat untuk melaksanakan kegiatannya secara
partisipatif. Tanpa itu semua pembanguann
yang direncanakan oleh pemerintah akan
bersifat elitis dan tidak memihak pada
masyarakat, hasilnya adalah adanya
keleluasaan bagi penyelenggara
pemerintahan untuk melakukan penyalahguanaan kebijakan. Partisipasi dalam otonomi daerah memberikan peran yang besar bagi media dan LSM untuk ikut andil dalam controling penyelenggaraan pemerintahan.
3. Proses dan Mekanisme Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah
Mekanisme perencanaan menyangkut dengan dengan prosedur pelaksanaan,instansi yang terlibat,jadwal pelaksanaannya dan penjabat yang berwenang menetapkan dokumen
perencanaan. Mekanisme ini diperlukan sebagai pedoman bagi aparat perencanaan
dalam melaksankan penusunan dokomen berikut penetapannya. Kepala Bappeda
menyiapkan rancangan RPJPD kemudian dijadikan bahan utama Bagi musyawarah pembangunan daerah (Musrenbangda) .
Proses musrenbangda mengikut sertakan pemuka dan tokoh masyarakat, pemuka
adat, cerdik pandai, LSM dan lain - lainnya dalam rangka menyerap aspirasi
masyarakat guna memberikan masukan dalam penyusunan dokomen perencanaan.
Dengan demikian akan terdapat 3 bentuk musrengbangda yaitu musrenbang jangka panjang dalam rangka penyusunan
RPJPD,musrenbang jangka menengah dalam rangka penyusunan RPKMD dan
musrenbangda Tahunanan tahunan dalam rangka penyusunan RKPD. Aspirasi
Mansyarakat yang berkembang selanjutnya dijadikan masukan utama
untuk perbaikan dokomen perencanaan pembangunan sebelum difinalkan. UU SPPN 2004 mengamantkan bahwa dasar utama RAPBN bukan Restrada tetapi adalah RKPD yang merupakan dokumen perencanaan tahunan. Sebagai sebuah perencanaan tahunan RKPD merupakan perencanaan yang lebih opersional dan rinci yang berisikan program sampai tingkat kegiatan.
4. Pelayanan Publik
Pelayanan publik dapat diartikan
sebagai pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang
mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata
cara yang telah ditetapkan. Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu bahwa pemerintahan pada hakekatnya adalah
pelayanan kepada masyarakat. Melayani masyarakat baik sebagai kewajiaban
maupun sebagai kehormatan, merupakan dasar terbentuknya masyarakat yang
manusiawi (Tjosvold dalam Sadu wasistiono, 2003:42). Karenanya birokrasi
publik berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan layanan yang
baik dan profesional.
Rasyid (Rasyid, 1997:3) berpendapat
mengenai pelayanan publik yang berkualitas serta kaitannya dengan
pelayanan kepada masyarakat yang dilakukan oleh aparat pemerintah yaitu: Manfaat yang diperoleh dari optimalisasi
pelayanan yang diberikan organisasi pemerintah yaitu secara langsung dapat
merangsang lahirnya respek dari masyarakat atau sikap profesionalisme para
birokrat sebagai masyarakat secara tulus akan mendorong terpeliharanya iklim kerja
keras, disiplin, dan komprehensif.Dari pendapat Rasyid tersebut dapat dikatakan
bahwa dengan pelayanan yang baik dari pemerintah selain bermanfaat bagi masyarakat juga bermanfaat terhadap
peningkatan citra pemerintah di mata masyarakat.
Pelayanan publik (public services)
oleh birokrasi publik tadi adalah merupakan
17
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. VII No. 1, Juni
2015
salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat di samping sebagai abdi negara. Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi publik dimaksudkan untuk mensejahterakan masyarakat (warga negara) dari suatu negara kesejahteraan (welfare state).
Pelayanan umum oleh Lembaga
Administrasi Negara (1998) diartikan sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi pemerintah di Pusat, di Daerah dan di
lingkungan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa baik dalam rangka upaya kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelayanan publik dengan demikian dapat diartikan sebagai pemberian layanan
(melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan
pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.
Sementara itu, kondisi masyarakat saat ini telah terjadi suatu perkembangan yang
sangat dinamis, tingkat kehidupan masyarakat yang semakin baik, merupakan
indikasi dari empowering yang dialami oleh masyarakat. Hal ini berarti masyarakat semakin sadar akan apa yang menjadi hak
dan kewajibannya sebagai warga negara dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Masyarakat semakin berani untuk mengajukan tuntutan, keinginan dan
aspirasinya kepada pemerintah. Masyarakat semakin kritis dan semakin berani untuk melakukan kontrol terhadap apa yang dilakukan oleh pemerintahnya.
Secara teoritis sedikitnya ada tiga
fungsi utama yang harus dijalankan oleh
pemerintah tanpa memandang tingkatannya, yaitu fungsi pelayan masyarakat (public service function), fungsi pembangunan (development function) dan fungsi perlindungan (protection function). Hal yang terpenting kemudian adalah sejauh manapemerintah dapat mengelola
fungsi-fungsi tersebut agar dapatmenghasilkan barang dan jasa
(pelayanan) yang ekonomis, efektif, efisien dan akuntabel kepada seluruh masyarakat yang membutuhkannya.
Meskipun pemerintah mempunyai fungsi-fungsi sebagaimana di atas, namun tidak berarti bahwa pemerintah harus berperan sebagai monopolist dalam pelaksanaan seluruh fungsi-fungsi tadi. Beberapa bagian dari fungsi tadi bisa menjadi bidang tugas yang pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada pihak swasta
ataupun dengan menggunakan pola
kemitraan (partnership), antara
pemerintah dengan swasta untuk
mengadakannya. Pola kerjasama antara
pemerintah dengan swasta dalam
memberikan berbagai pelayanan kepada
masyarakat tersebut sejalan dengan
gagasan reinventinggovernment yang
dikembangkan Osborne dan Gaebler
(1992:343).
Dalam konteks pelayanan publik, dikemukakan bahwa pelayanan umum adalah mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik,
mempersingkat waktu pelaksanaan urusan publik dan memberikan kepuasan kepada publik (publik=umum). Senada dengan itu, Moenir (2006:45) mengemukakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan
haknya. Dalam versi pemerintah, definisi pelayanan publik dikemukakan dalam Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, yaitu segala bentuk pelayanan yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam
rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan
18
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. VII No. 1, Juni
2015
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berangkat dari persoalan mempertanyakan kepuasan masyarakat terhadap apa yang diberikan oleh pelayan dalam hal ini yaitu administrasi publik adalah pemerintah itu sendiri dengan apa yang mereka inginkan, maksudnya yaitu sejauhmana publik berharap apa yang
akhirnya diterima mereka. Dengan demikian dilakukan penilaian tentang sama tidaknya antara harapan dengan kenyataan, apabila tidak sama maka pemerintah diharapkan dapat mengoreksi keadaan agar lebih teliti untuk peningkatan kualitas pelayanan publik.
Selanjutnya dipertanyakan apakah
terhadap kehendak masyarakat, seperti ketentuan biaya yang tepat, waktu yang diperhitungkan dan mutu yang dituntut
masyarakat telah dapat terpenuhi.Andaikata tidak terpenuhi, pemerintah diharapkan mengkoreksi keadaan, sedangkan apabila terpenuhi dilanjutkan pada pertanyaan berikutnya, tentang berbagai informasi yang diterima masyarakat berkenaan dengan situasi dan kondisi, serta aturan yang melengkapinya.
D. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode
survei dengan pendekatan kuantitatif digunakan guna mencapai tujuan tersebut. sampel penelitian digunakan untuk menjaring data kuantitatif yang dibutuhkan pada tahap pertama penelitian. Dan tahap selanjutnya menggunakan wawancara untuk menjaring data kualitatif. Dalam penelitian, populasi yang akan menjadi obyek penelitian adalah seluruh masyarakat yang berada di wilayah
Kecamatan Taktakan . Metode survei digunakan untuk memperoleh data dari sumber primer yang dipilih secara sampling. Dengan menggunakan formula slovin, jumlah sampel direncanakan minimal sebesar 100 pada taraf kesalahan 10%. Adapun distribusi sampel akan dilakukan dengan metode proportional area random sampling, sehingga akan diperoleh distribusi sampel berdasarkan kelurahan
Tabel 5 Distribusi Sampel Berdasar kelurahan
di kecamatan Taktakan
No Kelurahan Populasi % Sampel
1 Cilowong 7.286 9,30 9
2 Sayar 5332 6,80 7
3 Sepang 7570 9,66 10
4 Pancur 4192 5,35 5
5 Kalang 4,13 4
Anyar 3239
6 Kuranji 3672 4,68 5
7 Panggungj 7,96 8
ati 6242
8. Drangong
21,9 22
17166 0
9 Taktakan 6858 8,75 9
10 Umbul 5,53 5
Tengah 4331
11 Lialang 5262 6,71 7
12 Tamanbaru 7234 9,23 9
19
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. VII No. 1, Juni 2015
E. Hasil Penelitian
1. Tingkat Sosial Ekonomi Responden di di kecamatan Taktakan
Grafik 1
KEADAAN SOSIAL EKONOMI RESPONDEN
93.75 Spd Motor 89.58
66.67
Radio 62.50
62.50
Tanah Produktif 35.42
16.67
Komputer 14.58
14.58
TV 13.14
12.50
Telpon Rmh 12.50
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00
Sumber : Hasil Survey Kebutuhan Masyarakat Di Kota Serang Tahun 2014
Berdasarkan dari grafik 4.1 diatas kita bisa simpulkan beberapa hal : 1) Responden dalam penelitian ini yang
terdiri dari ketua RT/RW/Ketua Posyandhu masuk katagori menengah keatas dilihat dari kepemilikannya barang-barang sekunder dan tersier.
2) Responden dapat mengakses informasi dengan mudah di lihat dari kepemilikan barang- barang seperti
Radio, HP, computer televise dan tlp rumah.
3) Responden mempunyai akses yang mudah berpindah dari satu tempat di lihat dari kepemilikan Sepeda motor mobil
2. Kepuasan Pelayanan Publik di Kecamatan Taktakan Tingkat kepuasan terhadap pelayanan public mengambarkan kesenjangan antara tingkat harapan masyarakat di bandingkan dengan apa yang didapatkan/dirasakan.Tingkat
kepuasan masyarakat di kecamatan taktakan terhadap pelayanan publik
yang meraka rasakan mulai dari rentang penilaian sangat puas sampai kurang puas. Berdasarkan grafik 4.2 Penilaian masyarakat Kecamatan taktakan pada umumnya
mengambarkan masyarakat cukup puas (skor rerata 1.75) terhadap pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Dari hasil Angket tingkat kepuasan Masyarakat Taktakan memberikan penilaian yang memuaskan hanya pada 1 jenis pelayanan (2.86%) yaitu ketersediaan/penanganan rumah ibadah, dan memberikan penilaian cukup puas untuk 13 jenis pelayanan( 37,18%) seperti ketersediaan/ penanganan banjir, irigasi, TPU, listrik, SD, PAUD, Postel, puskesmas, taman kota, smp , perumahan, PBB, akte/KTP, sedangkan yang mendapat penilaian kurang puas sebanyak 23 jenis pelayanan (65.71%) untuk
ketersedian/penanganan pertanahan, budaya, perizinan, KIP, gedung pertemuan, sarana olah raga, Pekat, pariwisata, sma, perkoperasian, jalan dan jembatan, penerangan jalan umum (PJU), sanitasi, transportasi, terminal, RSUD, PDAM, parker,pasar, sampah dan damkar. Jadi masih ada sekitar 65,71% jenis pelayanan yang tidak memenuhi harapan masyarakat
Taktakan. Sudah semestinya
pemerintah memprioritas perbaikan
pelayanan public di kota serang.
20
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. VII No. 1, Juni
2015
Grafik 2
kepuasan pelayanan publik
Masyarakat kecamatan Taktakan
Rerata 1.75
Rumah Ibadah 3. 06
Banjir 2.38
Irigasi 2.27
TPU 2.15
LISTRIK 2.13
SD 2.10
Paud 2.08
Postel 2.06
Puskesmas 2.04
Taman kota 1.92
SMP 1.88
Perumahan 1.79
PBB 1.79
Akta/KTP 1.79
Pertanahan 1.71
Budaya 1.71
Perijinan 1.69
KIP 1.67
Gedung… 1.67
Sarana olah… 1.63
Pekat 1.63
Pariwisata 1.63
SMA 1.58
Perkoperasian 1.54
Jln. & Jembatan 1.52
PJU 1.5
Sanitasi… 1.48
Transportasi 1.42
Terminal 1.40
RSUD 1.35
PDAM 1.35
Parkir 1.35
Pasar 1.33
Sampah 1.31
Damkar 1.23
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50
Sumber : Hasil Survey Kebutuhan Masyarakat Di Kota Serang Tahun 2014
Justifikasi Penelitian :
1,00 – 1,74 = Kurang; 1,75 – 2,50 = Cukup; 2,51 – 3,24 = Baik;
3,25 – 4,00 = Sangat Baik
21
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. VII No. 1, Juni
2015
3. Prioritas Kebutuhan Pada Pelayanan
Publik di Kecamatan Taktakan Kota
Serang.
Otonomi daerah memberikan kewenangan dan kewajiban yang luas kepada daerah untuk melakukan pembangunan di daerahnya masing-masing. kegiatan pembangunan adalah suatu kegiatan untuk mencapai cita-cita suatu masyarakat untuk memperbaiki kehidupan, serta secara sadar dan terencana telah dan akan terus berlansung. Sudah seharusnya pemerintah daerah mengidentifikasikan kebutuhan atau permasalahan yang harus diprioritaskan dalam rencana pembangunan. Kebutuhan adalah keinginan/harapan yang ingin diwujudkan oleh seseorang atau sekelompok warga negara. Berdasarkan survey yang dapat dilihat pada grafik 4.3 yang dilakukan terhadap tingkat
kebutuhan masyarakat kecamatan Taktakan terhadap pelayanan publik mulai dari rentang sangat mendesak, mendesak,cukup mendesak dan kurang mendesak secara rata – rata di rasakan
oleh masyarakat kacamatan taktakan cukup mendesak (skor 2.15). Tingkat
kebutuhan yang masuk katagori mendesak adalah 9 (25.71%) jenis pelayanan publik yang harus dilakukan oleh pemerintah seperti ketersediaan/penanganan RSUD, Sanitasi Lingkungan, Transportasi, Penerangan jalan Umum (PJU), Jalan dan jembatan, sampah,pasar,SMA dan PDAM, dan yang mendapat penilaian
yang cukup mendesak sebanyak 18 (51,42%) jenis pelayanan publik yaitu penanganan/ketersediaan Puskesmas, Listrik, SMP, SD,Terminal, Irigasi, PAUD, Postel, Parkir, Sarana olah Raga, Gedung Pertemuan, TPU, Akte/KTP,
Pekat, perkoperasian, perizinan, perumahan dan banjir. Dan yang mendapatkan penilaian kurang mendesak sebanyak 8 (22,86) jenis kebutuhan adalah ketersedian/ penanganan taman kota, Damkar, pertanahan, PBB, KIP, Rumah Ibadah, Parawisata dan Budaya. Bisa kita simpulkan bahwa pemerintah daerah kota serang harus memperhatikan ada 9 jenis pelayanan yang dinilai mendesak, ke -9 jenis pelayanan ini harus diprioritaskan untuk masuk kedalam agenda pemerintah.
22
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. VII No. 1, Juni 2015
Grafik 3
PRIORITAS KEBUTUHAN
MASYARAKAT KECAMATAN TAKTAKAN
RSUD
Transportasi
Jalan & Jembatan
Pasar
PDAM
Listrik
SD
Irigasi
Postel
sarana Olah Raga
TPU
Pekat
Perijinan
Banjir
Damkar
PBB
Rumah Ibadah
Budaya
0
2.15 2.98 2.94
2.88 2.88 2.85 2.79
2.67 2.56 2.52
2.44 2.44
2.33 2.27 2.25 2.23 2.17 2.17 2.13
1.98 1.92 1.9 1.9
1.85 1.85 1.83 1.79 1.75 1.73 1.71 1.69 1.67 1.6
1.56 1.5
1.38 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Sumber : Hasil Survey Kebutuhan Masyarakat Di Kota Serang Tahun 2014
Justifikasi Penelitian :
1,00 – 1,74 = Kurang; 1,75 – 2,50 = Cukup; 2,51 – 3,24 = di mendesak
3,25 – 4,00 = Sangat mendesak
4. KINERJA PEMERINTAH Kinerja adalah adalah hasil kerja yang
dapat dicapai oleh seseorang atau
23
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. VII No. 1, Juni
2015
sekelompok orang dalam suatu
organisasi, sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawab masing-masing
dalam upaya mencapai tujuan
organisasi bersangkutan secara legal,
tidak melanggar hukum dan sesuai
dengan moral maupun etika”. Penilaian
kinerja ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana masyarakat menilai kinerja pemerintah di berbagai level atau tingkatan pemerintahan , hasil survey mengambarkan secara keseluruhan masyarakat Taktakan sudah menilai
Grafik 4
cukup baik (skor 2,01) terhadap kinerja pemerintah di berbagai tingkatan atau
level. Masyarakat taktakan memberikan penilaian tertinggi kepada level pemerintahan di kelurahan dan kecamatan dengan penilian cukup baik , kemudian level pemerintahan kota dan
provinsi dengan penilaian kurang baik. Semakin dekat jarak antara pemerintah dengan masyarakat maka semakin terbuka peluang untuk menghasilkan kebijakan publik yang benar – benar
dibutuhkan oleh masyarakat.
KINERJA PEMERINTAH
MENURUT MASYARAKAT TAKTAKAN
Rerata 2. 01
Kelurahan 2.44
Kecamatan 2.27
kota 1.71
Provinsi 1.63
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Sumber : Hasil Survey Kebutuhan Masyarakat Di Kota Serang Tahun 2014
Justifikasi Penelitian :
1,00 – 1,74 = Kurang; 1,75 – 2,50 = Cukup; 2,51 – 3,24 = Baik;
3,25 – 4,00 = Sangat Baik
24
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. VII No. 1, Juni
2015
5. KINERJA INSTANSI PELAYANAN
PUBLIK.
Penilain kinerja ini tidak membedakan antara level atau tingkatan pemerintahan, tetapi penilaian yang dilakukan oleh masyarakat didasarkan pada kinerja masing- masing Instansi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, adapun penilain kinerja
instansi pelayanan Publik dapat digambarkan sebagai berikut ; secara keseluruhan masyarakat taktakan menilai kinerja instansi pelayanan public masih kurang (Skor Rata – rata 1.57) Persepsi masyarakat terhadap instansi pemerintah yang mendapatkan penilain cukup ada 10(28,57%) instansi seperti Disdikcap, Satpol PP,
Puskesmas, BPMPKB, Distan, Dishubkom, Polres, Kecamatan,
Disporaparbud dan dindik sedangkan
yang mendapat penilaian kurang baik sebanyak 25 (71.43%) instansi seperti
DPKD,Dinkes, Disperindagkop, Dinsos DPU, BKD, Polsek, BPBD,
Disnakertras, DTK, Kejari, BPTPM, BLHD, Kejati, PT, PN, PDAM, RSUD, Bappeda, Kesbangpol, Inspektorat,
setwan, KPAD, Setda, DPRD. Berdasarkan hasil survey tersebut sudah
waktunya pemerintah kota memperbaiki kinerja SKPD dan perangkat lainnya dan
dimulai dengan memprioritaskan pada Instansi yang mendapatkan penilaian
kurang baik yaitu peningkatan kinerja untuk 25 Instansi. Sepak terjang Gubernur Joko Widodo perlu di contoh
dengan memulai menilai ulang pimpinan SKPD/camat atau perangkat
lainnya dengan lelang jabatan.
25
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. VII No. 1, Juni 2015
Grafik 5
KINERJA INSTANSI PELAYANAN PUBLIK MENURUT MASYSARAKAT TAKTAKAN
Rerata disdukcap Satpol PP
Puskesmas BPMPKB
Distan DishubKon
Polres/Da Kecamatan
Disporaparbud Dindik
DPK
D Dinkes
Disperindagkop Dinsos
DPU BKD
Polsek BPBD
Disnakertrans DTK
Kejari BPTPM
BLHD Kejati
PT PN
PDAM RSUD
Bappeda Kesbangpol Inspektorat
Setwan KPA
D Setda DPR
D
1.57 2.15
2.02 1.98
1.94 1.94 1.94 1.92
1.85 1.83 1.81
1.73 1.67 1.65 1.65 1.65 1.63 1.60 1.58
1.54 1.54
1.46 1.44 1.44 1.40 1.38 1.38 1.33 1.31 1.29
1.25 1.25
1.17 1.13 1.10 1.08
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50
Sumber : Hasil Survey Kebutuhan Masyarakat Di Kota Serang Tahun 2014
Justifikasi Penelitian :
1,00 – 1,74 = Kurang; 1,75 – 2,50 = Cukup; 2,51 – 3,24 = Baik;
3,25 – 4,00 = Sangat Bai
F. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan
26
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. VII No. 1, Juni
2015
1) Tingkat kebutuhan terhadap pelayanan publik yang masuk katagori mendesak adalah 9 (25.71%) jenis pelayanan publik yang harus dilakukan oleh
pemerintah seperti ketersediaan/penanganan RSUD, Sanitasi Lingkungan, Transportasi, Penerangan jalan Umum (PJU), Jalan dan jembatan, sampah, pasar, SMA dan PDAM, dan yang mendapat penilaian yang cukup mendesak sebanyak 18 (51,42%) jenis
kebutuhan seperti penanganan/ketersediaan Puskesmas, Listrik, SMP, SD, Terminal, Irigasi, PAUD, Postel, Parkir, Sarana olah Raga, Gedung Pertemuan, TPU, Akte/KTP, Pekat,
perkoperasian, perizinan, perumahan dan banjir. Dan yang mendapatkan penilaian kurang mendesak sebanyak 8 (22,86) jenis pelayanan public yaitu adalah ketersedian/penanganan taman
kota,Damkar, pertanahan, PBB,KIP,Rumah Ibadah, Parawisata dan Budaya.
2) Penilaian masyarakat Kecamatan
taktakan pada umumnya mengambarkan masyarakat cukup puas (skor rerata 1.75) terhadap
pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Dari hasil Angket tingkat kepuasan Masyarakat Taktakan memberikan penilaian yang memuaskan pada 1 jenis
pelayanan public (2.86%) yaitu ketersediaan/penanganan rumah ibadah,dan memberikan penilaian cukup puas untuk 13 jenis
pelayanan (37,18%) seperti ketersediaan/penanganan banjir, irigasi, TPU, listrik, SD, PAUD, Postel, puskesmas, taman kota, smp, perumahan, PBB, akte/KTP, sedangkan yang mendapat penilaian kurang puas sebanyak 23 jenis
pelayanan (65.71%) untuk ketersedian/penanganan pertanahan, budaya, perizinan,KIP,
gedung pertemuan, sarana olah raga, Pekat, pariwisata, sma, perkoperasian, jalan dan jembatan, penerangan jalan umum(PJU), sanitasi, transportasi, terminal, RSUD, PDAM, parker, pasar, sampah dan damkar.
3) secara keseluruhan masyarakat
taktakan menilai kinerja instansi pelayanan public masih kurang (Skor Rata-rata 1.57) Persepsi masyarakat terhadap instansi pemerintah yang mendapatkan penilain cukup ada 10(28,57%) instansi seperti
Disdikcap, satpol PP, Puskesmas, BPMPKB, Distan , Dishubkom,Polres, Kecamatan, Disporaparbud dan dindik sedangkan yang mendapat penilaian kurang
baik sebanyak 25 (71.43%) instansi seperti DPKD, Dinkes, Disperindagkop, Dinsos DPU, BKD, Polsek, BPBD, Disnakertras, DTK, Kejari, BPTPM, BLHD, Kejati, PT, PN, PDAM, RSUD, Bappeda,
Kesbangpol, Inspektorat, setwan, KPAD, Setda, DPRD.
2. Saran
1) Secara umum gejala ketidakpuasan terhadap pelayanan publik tertentu berkaitan erat dengan kinerja pemerintah maka sudah seharusnya pemerintah memperbaiki kinerja dengan memprioritaskan pada jenis pelayanan public yang paling tidak tidak memuaskan masyarakat.
2) Demikian pula dengan kebutuhan
yang dipersepsi prioritas, yang merupakan efek terbalik dari ketidakpuasan tersebut.
27
Jurnal Ilmiah Niagara Vol. VII No. 1, Juni
2015
Daftar Pustaka
1. Abe Alexander, Perencanaan Daerah Partisipatif. Pembaharuan. Yogyakarta.2005
2. Rusli Budiman, Isu-isu krusial Administrasi Publik Kontemporer, Lepsindo, 2014
3. Thoha Miftha, Ilmu Administrasi Kontemporer, Kencana 2011.
4. Riyadi, Deddy Supriyadi Bratakusumah,
Perencanaan Pembangunan Daerah”,
Gramedia. Jakarta. 2005. 5. Prahama Rahardja Dan mandala manurung,
Pengantar Ilmu ekonomi.
6. Sjafrizal, Prof. “Teknik Praktis Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah”. Baduose Media. Jakarta. 2009
7. Keban, Yeramis T. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, konsep,teori dan isu, Gava media, Yogyakarta. 2008
8. Jenet V Denhard dan Robert B Denhard, new public Service, M.E Sharpe, new york,200.
9. Nugroho Riant D, Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi”. Elex media Komputindo, Jakarta. 2004
28