40
PROBLEM BASED LEARNING,ILMU MATERIAL KEDOKTERGAN GIGI II BAHAN REPARASI RESIN AKRILIK Oleh: KELOMPOK 11 Nia Adi T. 021411133023 Nadya Adina Z. 021411133024 Karina Awanis A. 021411133025 Gita Alethea K. M. 021411133026 Zalfa Karimah 021411133027 Imroatul Fithriyah 021411133028 Theresa Dian K. 021411133029 Yuliana M. S. 021411133030 Innocencio K. P. 021411133031 Almira Rachmawati 021411133032 Mega Titi R. 021411133033 Andi Adani N. 021411133034

Print Ya Scl Nya

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fghj

Citation preview

Page 1: Print Ya Scl Nya

PROBLEM BASED LEARNING,ILMU MATERIAL KEDOKTERGAN GIGI II

BAHAN REPARASI RESIN AKRILIK

Oleh:KELOMPOK 11

Nia Adi T. 021411133023

Nadya Adina Z. 021411133024

Karina Awanis A. 021411133025

Gita Alethea K. M. 021411133026

Zalfa Karimah 021411133027

Imroatul Fithriyah 021411133028

Theresa Dian K. 021411133029

Yuliana M. S. 021411133030

Innocencio K. P. 021411133031

Almira Rachmawati 021411133032

Mega Titi R. 021411133033

Andi Adani N. 021411133034

Callista Gladys F. D. 021411133035

Zhafira Putri S. 021411133036

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

Semester Genap – 2014/2015

Page 2: Print Ya Scl Nya

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

penyertaannya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Problem Based

Learning, Ilmu Material Kedoktergan Gigi II yang Bahan reparasi Resin Akrilik

Dalam penulisan makalah ini diusahakan dengan semaksimal mungkin dan

tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat selesai dengan lancar.

Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada:

1. Drg. Intan Nirwana, M.Kes selaku dosen pembimbing.

2. Keluarga dan teman-teman sejawat yang telah memberikan dukungan

kepada saya untuk menyelesaikan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini tim penyusun memohon maaf jika ada

kekurangan dari dari segi tata bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena itu

kamidengan terbuka untuk menerima saran dari kritik dari pembaca. Sehingga

kami dapat membenarkan kesalahan yang ada dan menjadikan makalah ini lebih

baik. 

Berikut adalah peran mahasiswa dalam kelompok:

Nia Adi T 021411133023 Sebagai penulis Resume

dan editor

Nadya Adina Z 021411133024 Sebagai penulis Tinjuan

Pustaka light cured

Karina Awanis 021411133025 Sebagai penulis tinjauan

pustaka GTL

Gita Alethea 021411133026 Sebagai Sekertaris dan

penulis Tinjauan Pustaka

cold cured

Zalfa Karimah 021411133027 Sebagai penulis tinjauan

pustaka GTL

Imroatul F 021411133028 Sebagai penulis tinjauan

pustaka Cyanoacrylate

Theresa Dian K 021411133029 Sebagai penulis Tinjauan

pustaka vertex

ii

Page 3: Print Ya Scl Nya

Yuliana Merlindika S 021411133030 Sebagai Ketua dan penulis

Pembahasan

Innocencio Kresna P 021411133031 Sebagai Editor dan penulis

pendahuluan

Almira R 021411133032 Sebagai penulis tinjuauan

pustaka Cyanoacrylate

Mega Titi R 021411133033 Sebagai penulis tinjauan

pustaka heat cure QC-20

Andi Adani N 021411133034 Sebagai penulis Tinjauan

pustaka Probase

Callista Gladys F D 021411133035 Sebagai penulis Tinjauan

Pustaka Vertex

Zhafira Putri S 021411133036 Sebagai penulis kesimpulan

dan editor ppt

Akhirnya tim penyusun mengharapkan agar makalah ini bermanfaat,

memberi pengetahuan dan hikmah bagi pembaca. Sehingga pembaca memahami

pengaruh dari lem cyanoacrylate terhadap tubuh manusia lebih lanjut.

 

Surabaya,  Juni 2015

Tim Penyusun

iii

Page 4: Print Ya Scl Nya

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................iiDAFTAR GAMBAR..............................................................................................ivDAFTAR TABEL....................................................................................................vABSTRAK..............................................................................................................viBAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang………………………………………………………………1

1.2 Tujuan Penulisan…………………………………………………………...1

1.3 Manfaat……………………………………………………………………..1

1.4 Issue………………………………………………………………………...1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………..2

2.1 Gigi Tiruan………………………………………………………………….2

2.2 Jenis-jenis Bahan Restorasi Akrilik Berdasarkan Cara Manipulasi………..2

2.2.1 Heat Curing Materials Mixing………………..………………..2

2.2.2 Self Curing Materials…………………………………………..4

2.2.3 Light Curing Material………………………………………….5

2.3 Reaksi Polimerisasi Resin Akrilik………………………………………….5

2.4 Lem Cyanoacrylate…………………………………………………………6

2.5 Bahan Reparasi Cold Cure…………………………………………………7

2.5.1 Probase…………………………………………………………7

s2.5.3 Duz All-Cold Cured…………………………………………..8

2.5.4 VertexSelf-Curing………………………………………………9

2.5.5 Dentsply Repair Material……………………………………..10

2.5.6 Visible Light Curing Material and System Sebagai Bahan Reparasi……………………………………………………………..11

2.5.7 Heat Cured-QC20……………………………………………………….12

BAB 3 PEMBAHASAN…………………………………………………………14

BAB 4 PENUTUP………………………………………………………………..16

4.1 Kesimpulan………………………………………………………………..16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

iv

Page 5: Print Ya Scl Nya

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Inisiasi oleh benzoyl peroxide....................................................................7

Gambar 3.Produk Dentafix........................................................................................13

Gambar 4.Produk Dentsply........................................................................................14

v

Page 6: Print Ya Scl Nya

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Komposisi Probase.....................................................................................9

Tabel 2.Komposisi Duz All menurut Keystone Industries....................................11

Tabel 3.Spesifikasi Vertex Self-Curing.................................................................12

v

Page 7: Print Ya Scl Nya

RESUME

Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh kecelakaan, penyakit atau proses

penuaan secara alami. Gigi tiruan adalah suatu alat yang berfungsi untuk

menggantikan sebagian atau seluruh gigi asli yang hilang dan digunakan pada

rahang atas maupun rahang bawah. Gigi tiruan dari bahan resin akrilik banyak

digunakan dikarenakan bahannya yang murah dan cukup kuat untuk gigi tiruan.

Tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui bahan yang aman digunakan

untuk mereparasi gigi tiruan palsu dan mengetahui bahaya penggunaan lem

cyanoacrylate bagi tubuh. Pada issu yang didapatkan bahwa seorang wanita

berumur 50 tahun mereparasi gigi tiruan lengkap rahang atas yang patah karena

terjatuh dengan menggunakan lem cyanoacrylate. Sebenarnya lem cyanoacrylate

tidak dianjurkan penggunaannya karena lem tersebut mengandung metil

cyanoacrylate, rantai metil yang mudah lepas dari gugusannya lah yang berbahaya

jika kontak dengan mukosa mulut, terutama jika lem tersebut belum setting.

Untuk melakukan reparasi gigi tiruan palsu yang patah dapat menggunakan

material reparasi resin akrilik heat cured, self cured, dan light cured yang

memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jadi kami menganjurkan

untuk menggunakan material reparasi heat cured karena reparasi dengan material

ini dapat kuat berikatan sehingga tidak didapati denture yang mudah patah.

Kerangka Konsep

vi

Page 8: Print Ya Scl Nya

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigi tiruan adalah suatu alat yang berfungsi untuk menggantikan sebagian

atau seluruh gigi asli yang hilang dan digunakan pada rahang atas maupun rahang

bawah. Tanpa adanya gigi yang mendukung rahang dan gingiva, kulit dapat

tampak kendur, dan dapat mengakibatkan penurunan kemampuan seseorang untuk

makan dan berbicara.. Gigitiruan juga dapat membuat seseorang merasa nyaman

pada saat memakan makanan tertentu dan dapat mengurangi rasa malu akibat

kehilangan gigi(Cary, 2012).Ada 3 jenis gigitiruan sebagian lepasan yang dapat

dibedakan menurut bahan basis gigitiruannya yang pertama adalah gigitiruan

kerangka logam, yang kedua adalah akrilik dan jenis ketiga adalah gigitiruan

dengan bahan nilon termoplastik yang sering disebut dengan Flexi atau

Valplast(Bortun, dkk., 2010).

Gigi tiruan dari bahan resin akrilik banyak digunakan dikarenakan

bahannya yang murah dan cukup kuat untuk gigi tiruan. Tetapi pada kasus-kasus

tertentu gigi tiruan dari akrilik ini dapat patah dan untuk mereparasinya

dibutuhkan bahan reparasi khusus.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui bahaya penggunaan lem cyanoacrylate bagi tubuh.

2. Mengetahui bahan yang aman digunakan untuk reparasi gigi tiruan palsu.

1.3 Manfaat

Setelah membaca makalah ini diharapkan agar pembaca lebih memahami

bahaya lem cyanoacrylate bagi tubuh dan membuka wawasan terhadap material

yang aman digunakan untuk reparasi gigi tiruan palsu seperti

1.4 Issue

Seorang wanita umur 50 tahun datang kembali ke dokter gigi, ingin

mereparasi gigi tiruan lengkap rahang atas yang patah karena terjatuh. Gigi tiruan

tersebut telah digunakan selama 4 tahun. Pasien telah berusaha menyambung

sendiri sementara dengan lem cyanoacrylate. Pasien merasa ragu akan keamanan

bahan lem tersebut setelah membaca keterangan bahwa bahan tersebut beracun.

1

Page 9: Print Ya Scl Nya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gigi Tiruan

Gigi tiruan lengkap dapat didefinisikan sebagai protesa gigi lepasan yang

dimaksudkan untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur-struktur

yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah.

Protesa tersebut terdiri dari gigi-gigi tiruan yang dilekatkan pada basis protesa.

Basis protesa memperoleh dukungan melalui kontak yang erat dengan jaringan

mulut dibawahnya. Meskipun basis protesa individual dapat dibuat dari logam

atau campuran logam, kebanyakan basis protesa dibuat menggunakan polimer.

Polimer tersebut dipilih berdasarkan keberadaannya, kestabilan dimensi,

karakteristik penanganan, warna, dan kekompakan dengan jaringan mulut. Selain

itu harus dapat juga memperbaiki ketepatan dan kestabilan dimensi dari protesa

gigi lengkap. (Anusavice, 2013)

Gigi tiruan lepasan dibuat untuk mereka yang memerlukan gigi pengganti

gigi yang hilang/ompong sebagian maupun seluruh gigi dalam mulut. Bahan

pembuat gigi dapat dari Valplast yaitu bahan yang lentur dan kuat untuk estetika,

dari bahan metal untuk gigi rahang bawah yang ditujukan untuk kekuatan fungsi

kunyah dan yang ekonomis yaitu dari bahan akrilik. Didalam kedokteran gigi

istilah gigi tiruan/ dental protesa meliputi: (1) Gigi tiruan sebagian lepasan/partial

denture, (2) Gigi tiruan cekat/Fixed denture, (3) Gigi tiruan lengkap/Full denture

(Anusavice, 2013).

2.2 Jenis-jenis Bahan Restorasi Akrilik Berdasarkan Cara Manipulasi

2.2.1 Heat Curing MaterialsMixing

Manipulasi material akrilik denture base melibatkan campuran dari

bubuk dan cairan menjadi bentuk dough yang akan dimasukkan dalam cetakan

gipsum untuk selanjutnya dilakukan proses curing. Rasio bubuk dan cairan sangat

penting untuk diperhatikan karena itu yang mengontrol ‘work-ability’ atau

kemampuan bubuk dan cairan tersebut untuk tercampur sebaik perubahan dimensi

pada saat setting. Monomer MMA (methyl metacrilate) mengalami shrinkage atau

penyusutan volumetric polymerisation sebanyak sekitar 21% pada saat berubah

bentuk menjadi polimer. Penyusutan ini dapat dikurangi dengan penggunaan rasio

2

Page 10: Print Ya Scl Nya

bubuk dan cairan. Bila rasio bubuk dan cairan terlalu tinggi, campuran tersebut

menjadi kering dan tidak dapat diatur dan campuran tersebut tidak akan mengalir

ketika ditempatkan di bawah tekanan cetakan gipsum. Di samping itu, terdapat

monomer yang tidak mencukupi dalam campuran yang kering untuk mengikat

partikel-partikel polimer secara bersamaan(McCabe dan Walls, 2008, pp.114-

117).

Pencampuran yang proposional adalah dengan menempatkan volume

cairan monomer dalam wadah yang bersih dan kering, kemudian secara perlahan

memasukkan bubuk polimer pada wadah yang telah berisi cairan monomer hingga

setiap partikel bubuk terbenam dalam monomer. Segera setelah pencampuran,

konsistensi material menjadi sandy atau seperti pasir yang terendam air.

Kemudian tidak lama setelah fase sandy ini menjadi sticky atau lengket dan

membentuk serabut-serabut pada material yang berlekatan dengan spatula. Pada

saat ini, adonan telah menjadi fase stringy. Tahap selanjutnya adalah fase dough.

Disini, material menjadi lebih menyatu dan dapat dibentuk seperti plastisin. Pada

fase ini, material dapat dengan baik dimasukkan ke dalam cetakan karena

memiliki karakteristik tidak lengket dan tidak lagi berlekatan dengan wadah atau

spatula. Bila pemasukan material dalam cetakan tidak segera dimasukkan,

material akan menjadi sulit untuk dimasukkan(McCabe dan Walls, 2008, pp.114-

117).

Peralihan dari fase sandy, stringy, dough dan hingga akhirnya menjadi

fase yang sangat keras (stiff) disebabkan karena adanya perubahan fisik yang

terjadi selama pencampuran. Partikel polimer yang lebih kecil mudah larut dalam

monomer menyebabkan peningkatan viskositas secara bertahap pada fase cair.

Partikel yang lebih besar menyerap monomer dan kemudian mengembang,

sehingga menghilangkan fase cair pada monomer dan mengalami peningkatan

viskositas yang lebih jauh(McCabe dan Walls, 2008, pp.114-117).

Curing

Curing adalah suatu proses polimeriasi monomer untuk menghasilkan

gigi tiruan di hasil akhir nanti dengan memasukkan cetakan ke dalam air panas.

Tahap-tahap dari proses curing adalah sebagai berikut(McCabe dan Walls, 2008,

pp.114-117) :

3

Page 11: Print Ya Scl Nya

1. Inisiator benzoil peroksida mulai terurai dengan cepat menjadi bentuk radikal

bebas diatas suhu 65°C.

2. Reaksi polimerisasi terjadi secara eksotermik yang sangat tinggi.

3. Titik didih monomer 100,3°C dan bila suhu pada fase dough meningkat secara

signifikan di atas suhu tersbeut, monomer akan mendidih, dan memproduksi

gelembung pada bagian terpanas dari adonan saat curing. Porositas gas akan

terlihat jelas pada cured denture base ini.

4. Sangatlah penting untuk mendapatkan derajat yang tinggi untuk merubah

monomer menjadi polimer dan untuk memproduksi polimer dengan berat

molekul yang tinggi. Bila tidak atau under-curing, akan terbentuk monomer

sisa dan berat molekul polimer yang kecil menghasilkan sifat mekanik yang

kurang baik dan merusak jaringan.

Polimerisasi merupakan suatu jenis reaksi kimia dimana monomer-

monomer bereaksi untuk membentuk rantai yang besar. Dua jenis utama dari

reaksi polimerisasi adalah polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi(McCabe

dan Walls, 2008, pp.114-117).

2.2.2 Self Curing Materials

Dalam proses manipulasi material self curing, bubuk dan cairan dicampur

sama seperti pada proses material heat curing. Pencampuran ini diikuti oleh

peningkatan viskositas secara bertahap hingga mencapai fase dough.

Meningkatnya viskositas karena adanya kombinasi dari perubahan fisik dan kimia

saat proses pencampuran. Partikel akrilik yang lebih kecil larut dalam monomer

sedangkan partikel yang lebih besar menyerap monomer dan mengembang

(McCabe dan Walls, 2008, pp.114-117).

Ketika peroksida yang ada di bubuk dan aktivator kimia yang ada di cairan

bertemu saat proses pencampuran, polimerisasi dari monomer dimulai.

Umumnya, material ini mencapai fase dough cukup cepat dan memiliki working

time yang singkat. Dalam beberapa menit mencapai fase dough, tingkat

polimerisasi meningkat pesat menyebabkan kenaikan suhu yang tinggi dan

material menjadi keras dan tidak dapat dimanipulasi lagi (McCabe dan Walls,

2008, pp.114-117).

2.2.3 Light Curing Material

4

Page 12: Print Ya Scl Nya

Material dengan aktivasi sinar biasanya mengandung campuran dari

monomer urethane dimethyacrylate (serupa dengan yang digunakan pada matriks

resin komposit), partikel sub-micron dari silica, dan beberapa partikel

polymethylmethacrylate sebagai filler organik. Jumlah kecil dari inisiator yang

peka terhadap sinar (contohnya camphoroquinone) dan aktivator (amin) ada

dalam rangka menyediakan sumber radikal bebas setelah diaktivasi oleh sinar.

Material ini tidak dapat di curing dengan tekananmenggunakan mould, akan tetapi

material ini terpapar oleh radiasi yang teraktivasi menggunakan oven khusus

dengan tekanan normal atmosfer. Permukaan material ini dilapisi oleh senyawa

penghalang yang non-reaktif (contohnya carboxymethyl cellulose) untuk

mencegah penghambatan polimerisasi oleh oksigen (McCabe dan Walls, 2008,

pp.114-117).

2.3 Reaksi Polimerisasi Resin Akrilik

Polimerisasi adalah proses penggabungan satu molekul (monomer)

menjadi molekul yang berantai panjang (polimer). Polimerisasi dapat terjadi

karena panas, cahaya, oksigen, dan zat kimia. Resin acrylic dapat berolimerisasi

oleh karena panas atau cahaya (Powers&Wataha, 2008).

Polimerisasi merupakan proses yang lama dan sesungguhnya tidak pernah

selesai. Polimerisasi pada suhu tinggi menghasilkan berat jenis yang lebih rendah

daripada bahan yang dihasilkan polimerisasi pada suhu rendah. Ada dua tipe

polimerisasi, yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi.

Bila molekul sejenis bergabung menjadi ikatan yang lebih panjang, maka disebut

polimrisasi adisi. Tipe ini banyak dipakai pada kedokteran gigi, missal: resin

acrylic.Proses polimerisasi jenis ini terdiri dari 4 tahap (Powers&Wataha, 2008):

a) Aktivasi (Induksi) :

Untuk memulai proses polimerisasi tambahan, haruslah terdapat radikal

bebas. Radikal bebas dapat dihasilkan dengan mengaktifkan molekul

monomer dengan sinar UV, sinar biasa, panas, atau pengalihan energi dan

komposisi lain yang bertindak sebagai radikal bebas.

b) Inisiasi (Penyebaran) :

Cara inisiasi radikal bebas untuk induksi polimerisasi resin akrilik. Reaksi

rantai harus berlanjut dengan terbentuknya panas, sampai semua monomer

5

Page 13: Print Ya Scl Nya

telah diubah menjadi polimer. Meskipun demikian, reaksi polimerisasi

tidak pernah sempurna.

c) Propagasi (Pengalihan rantai) : Reaksi rantai dapat diakhiri dengan baik dengan cara penggabungan

langsung atau pertukaran atom hidrogen dari satu rantai yang tumbuh ke

rantai yang lain.

d) Terminasi (Pengakhiran) :

Keadaan aktif diubah dari satu radikal aktif menjadi suatu molekul tidak

aktif, dan tercipta molekul baru untuk pertumbuhan selanjutnya.

Gambar 1 (Kiri). Inisiasi oleh benzoyl peroxide sehingga terbentuk radikal bebas (Powers &Wataha, 2008).(Kanan) Tahap-tahap proses polimerisasi resin akrilik (Powers &Wataha, 2008).

6

Page 14: Print Ya Scl Nya

2.4 Lem Cyanoacrylate

Lem cyanoacrylate merupakan lem yang hampir seratus persen

kandungannya berupa cyanoacrylate. Cyanoacrylate sendiri adalah golongan

adesif yang proses pengeringannya berlangsung cepat. Proses pengeringannya

dipicu karena adanya ion hidroksil dari air. Molekul cyanoacrylate akan saling

berhubungan membentuk polimer saat pertama kali kontak dengan air, alkohol

atau amine dan mengikat material sekitarnya membentuk ikatan yang tahan lama.

Hasildegradasinya termasuk formaldehyde, dekomposisitermalnya dapat termasuk

hydrogen cyanide, oksida darikarbon dan nitrogen (CICAD, 2001).

Selain untuk keperluan industri dan rumah tangga, cyanoacrylate juga

digunakan dalam dunia kedokteran. Namun terdapat perbedaan jenis

cyanoacrylate yang digunakan dalam keperluan industri dan rumah tangga dengan

dunia kedokteran. Dalam perkembangannya, cyanoacrylate pertama berupa metil

2-cyanoacrylate yang bersifat toksik. Perkembangan selanjutnya yaitu etil 2-

cyanoacrylate memiliki sifat lebih biokompatibel meskipun masih bersifat toksik

bila penggunaannya murni tanpa campuran seperti yang digunakan pada lem

cyanoacrylate untuk keperluan industri dan rumah tangga (CICAD, 2001).

Menurut Asti Meizarini (2005) dalam percobaannya menggunakan cyano

veneer yang merupakan campuran antara etil 2-cyanoacrylate dengan

(poly)methyl methacrylate membuktikan tidak adanya toksisitas. Percobaan lain

yang dilakukan Thumwanit dan Kedjarune (1999) menggunakan metil 2-

cyanoacrylate dan etil 2-cyanoacrylate murni yang terkandung pada tiga merk

lem cyanoacrylate yang berbeda membuktikan adanya toksisitas dan tidak

kompatibel dalam jaringan mulut. Oleh sebab itu, metil 2-cyanoacrylate dan etil

2-cyanoacrylate tidak dapat digunakan pada jaringan hidup. Dalam dunia

kedokteran, cyanoacrylate yang digunakan berupa butil cyanoacrylate, isobutil

cyanoacrylate dan oktil cyanoacrylate yang telah disetujui oleh US Food and

Drug Administration (FDA) sebagai perekat jaringan atau penutup kulit yang

terluka. Cara ini dianggap lebih menguntungkan dibandingkan menutup luka

dengan jahitan, selain itu proses penyembuhan pun berlangsung lebih cepat.

Dengan peningkatan rantai panjang cyanoacrylate, terjadi penurunan toksisitas

7

Page 15: Print Ya Scl Nya

dan kekuatan adhesi, lebih elastis dan meningkatnya waktu polimerisasi

(Meizarini, 2005; Thumwanit & Kedjarune, 1999).

2.5 Bahan Reparasi Cold Cure

2.5.1 Probase

a. Komposisi

Tabel 1. Komposisi Probase (Ivoclar Vivadent, 2015).

Monomer Polimer

Methyl methacrylate 50-100% Polymethylmethacrylate >95%

1,4-butanediol

dimethacrylate

3-<10% Dibenzoyll peroxide 1-2,5%

b. Sifat

Monomer :

1. Tidak bersifat meledak, namun bisa terjadi bila dalam bentuk gas ccampuran

2. Harus diletakkan dalam keadaan dan tempat penyimpanan yang stabil, untuk

menjaga stabilitas kimianya

3. Kemungkinan terjadi reaksi yang berbahaya :

a. Bentuk gas campuran

b. Bereaksi dengan agen oksidasi kuat

c. Polimerisasi eksotermis

4. Berbahaya untuk air tanah dan limbah

5. Perlu menggunakan handscoon, masker, dan bila perlu goggles

Polimer :

1. Harus diletakkan dalam keadaan dan tempat penyimpanan yang stabil, untuk

menjaga stabilitas kimianya

2. Hindari dari panas dan sinar matahari langsung

3. Umumnya tidak menyebabkan iritasi primer pada kulit dan mata

4. Perlu menggunakan handscoon, masker, dan bila perlu goggles

c. Efek Samping

Monomer dan polimer Probase dapat menyebabkan iritasi kulit, mata, dan

pernafasan. Pada monomer, kedua komponen utama, yaitu methyl methacrylate

dan 1,4-butanediol dimethacrylate memiliki sifat yang berbahaya untuk kulit.

8

Page 16: Print Ya Scl Nya

Begitu pula pada polimer, dibenzoyl peroxide dapat menyebabkan terjadinya

iritasi ada kulit dan mata (Ivoclar Vivadent, 2015)

s2.5.3 Duz All-Cold Cured

Tabel 2. Komposisi Duz All menurut Keystone Industries (Keystone Industries,

2015).

COMPONE

NT

Cas no %

WT

OSHA

PEL- TWA

ACGIH

TLV -

TWA

CLASSIFICATION

Polymethyl

methaclyrat

e

9011-

14-7

60-

100

15 mg/m3

(T); 5

mg/m3 (R)

10 mg/m3

(T); 3

mg/m3

(R)

N/A

Diethyl

Phtalate

84-66-2 5-15 5 mg/m3 5 mg/m3 Aquatic acute 3, H402

Benzoyl

Peroxide

94-36-0 0,5-2 0,005

mg/m3 (as

Cd)

5 mg/m3 Org. Perox. B; Eye

Irrit. 2A; Skin Sens. 1;

H241, H317, H319

Cadmium

Pigments

7440-

43-9

0,1-1 15 mg/m3

(T)

0,01

mg/m3

(T); 0,002

mg/m3

(R) (as

Cd)

Acute Tox. 3; Acute

Tox.4; Acute Tox.2;

Muta. 2; Carc. 1B;

Aquatic Chronic 1;

H301, H330, H341,

H350, H361, H372,

H410

Titanium

Dioxide

13463-

67-7

0,1-1 10 mg/m3

(T)

10 mg/m3 Acute Tox. 4; Skin

Irrit. 2; Eye Irrit. 2A;

STOT SE3; H315,

H319, H332, H335

Iron

Dioxide

1309-

37-1

0,1-1 5 mg/m3 Skin Irrit.2; Eye Irrit.

2A; STOT SE 3,

H315, H319, H335

Efek samping (Keystone Industries, 2015):

1. Mata: Dapat menyebabkan iritasi pada mata.

9

Page 17: Print Ya Scl Nya

2. Kulit: Akan berbahaya apabila terabsorbsi oleh kulit dan dapat

menyebabkan iritasi pada kulit.

3. Sistem pencernaan: Akan berbahaya apabila tertelan.

4. Sistem Pernapasan: Dapat menyebabkan iritasi pada trakea.

2.5.4 VertexSelf-Curing

Bahan ini dipakai untuk memperbaiki partial dan full denture. Selain itu

juga untuk relining dan extensions denture. Akrilik ini dapat berpolimerisasi

dalam waktu 10 menit menggunakan pressure vessel (Vertex Dental, 2013).

Tabel 3. Spesifikasi VertexSelf-Curing.

Keterangan Spesifikasi

Dough time 8 menit

Working time 5 menit

Curing time 10 menit

Rasio monomer: polimer 1: 1,7

Flexural strength 68 Mpa

Kelarutan 1,8µg/mm3

a. KomposisiMonomer terdiri dari methacrylicacid methyester dengan level bahan

stabiliser, crosslinker, dan accelerator rendah, metil metakrilate >95%,

ethyleneglycol dimetacrylate <5%.

b. Sifat o Negatif: Metilmetakrilat dan yang terkandung dapat menyebabkan iritasi

pada saluran pernafasan, mata, dan kulit. o Positif: Merupakan bahan biodegradable

c. Efek sampingBahan yang terkandung di dalamnya apabila terhirup dapat mengiritasi saluran

pernafasan, menyebabkan pusing dan efek anastetik. Apabila terkena mata dan

kulit dapat menyebabkan iritasi. Para beberapa orang dapat menyebabkan

iritasi pada rongga mlut saat pemakaian. (Vertex Dental, 2013)

2.5.5 Dentsply Repair Material

Material ini digunakan untuk memperbaiki gigi tiruan akrilik yang rusak

atau patah agar fungsi dan tampilannya kembali normal secrara cepat dan efisien,

10

Page 18: Print Ya Scl Nya

dengan polimerisasi self-cured untuk reparasi semua jenis basis gigi tiruan.

Material ini memberikan reparasi yang akurat, warna yang sesuai, dan menjamin

reparasi yang kuat dan tahan lama. Material reparasi ini terdiri dari polimer dan

monomer. Komposisi dari polimer material ini adalah Methacrylate polymers,

titanium dioxide, dan quartz. Masing-masing bahan ini mengandung komponen-

komponen yang membahayakan bila mengenai bagian-bagian tubuh tertentu.

Methacrylate polymers mengandung komponen yang memiliki kode bahaya

R36/38 yang dapat mengiritasi mata, sistem pernafasan, dan kulit, dan Quartz

yang memiliki kode bahaya R43 yang dapat menyebabkan sensitisasi apabila

berkontakan dengan kulit (kontak alergi yang bisa menyebabkan dermatitis)

(Dentsply International,2014).

Selain itu, tingginya konsentrasi uap air bisa menyebabkan sakit kepala,

mual, dan mengganggu sistem pernafasan. Dentsply Repair Material tersedia

dalam dua komposisi bubuknya, dibedakan dari tampilan prosedur pembuatannya,

yaitu yang pertama non-slumping powder, tersedia dalam tiga corak warna yang

bisa dipilih sesuai dengan basis gigi tiruan aslinya yaitu merah muda atau pink

(tidak berserat), merah merah muda yang berserat (pink fibered), dan light fibered.

Yang kedua adalah free flow powder, untuk area yang sulit dijangkau, yanya

tersedia warna merah muda tak berserat. Sedangkan komposisi dari monomernya

yaitu methyl methacrylate monomer yang memiliki sifat mudah terbakar sehingga

harus dijauhkan dari panas (Dentsply International,2014).

Gambar 4. Produk Dentsply (Dentsply International,2014).

2.5.6 Visible Light Curing Material and System Sebagai Bahan Reparasi

Visible Light Curing (VLC) merupakan salah satu inovasi dalam bidang

kedokteran gigi pada pembuatan maupun reparasi denture dari bahan resin akrilik.

11

Page 19: Print Ya Scl Nya

Polimerisasi dengan menggunakan sinar ini memberikan kemudahan dalam

manipulasi resin akrilik dari segi efisiensi waktu (Riadiantoro, 2011).

Triad Denture Base Material merupakan salah satu material kedokteran gigi

yang dapat digunakan untuk bahan reparasi denture (Riadiantoro, 2011). Dalam

pengaplikasiannya, material ini menggunakan Triad Light Curing System untuk

polimerisasinya.

Komposisi dari Triad Denture Base Material yaitu Polymethylmethacrylate,

Aliphatic Urethane Methacrylate, Dichlorodimethyl Silane-, produk reaksi

dengan silika, 1,6 Hexanediol Dimethacrylate. Oleh US Hazard Classification,

bahan-bahan tersebut diklasifikasikan sebagai material yang berbahaya karena

dapat menyebabkan iritasi apabila terjadi kontak dengan kulit atau mata (Dentsply

International, 2013).

Pengaplikasian material ini sebagai bahan reparasi cukup mudah dan cepat.

Denture yang akan direparasi diselubungi menggunakan suatu releasing agent,

lalu selubung dibuka pada bagian yang mengalami kerusakan untuk dipreparasi

dengan cara di-grinding, kemudian material liquid diaplikasikan pada bagian yang

fracture, setelah itu dimasukan ke dalam TRIAD Visible Light Cure Unit selama 2

menit. Tahapan selanjutnya yaitu menggosok permukaan denture secara perlahan

menggunakan kain yang telah dibasahi air hangat dan terakhir dilakukan polishing

(Dentsply Trubyte).

Material ini memiliki kelebihan karena pengaplikasian yang mudah dan

kekuatan yang baik. Karakter inilah yang menjadikannya ideal untuk digunakan

pada pembuatan full denture, record bases, partial denture saddles, dan lain-lain

(Dentsply International, 2004). Selain itu, waktu yang diperlukan juga relatif

singkat.

Kelemahan dari material ini, yaitu mengandung bahan-bahan yang dapat

mengiritasi kulit dan mata apabila terjadi kontak secara langsung. Apabila terjadi

kontak dengan mata, dapat menyebabkan iritasi, mata merah, dan berair.

Sedangkan jika terjadi kontak dengan kulit, maka dapat menyebabkan kulit

menjadi kemerahan dan dapat menyebabkan kontak alergi (Dentsply International,

2013). Selain itu, dengan menggunakan metode ini, diperlukan peralatan yang

tidak sederhana dan biaya yang cukup tinggi.

12

Page 20: Print Ya Scl Nya

2.5.7 Heat Cured-QC20

Komposisinya terdiri dari dua kemasan yaitu:

1. Polymer (Bubuk):

a. Polymer; poly (methyl methacrylate). Polimer, polimethyl metacrylate,

baik serbuk yang diperoleh dari polimerisasi methyl metacrylate dalam

air maupun pertikel yang tidak teratur bentuknya yang diperolah

dengan cara menggerinda batangan polimer.

b. Initiator Peroxide; berupa 0,2-0,5% benzoil peroxide.

c. Pigmen; sekitar 1% tercampur dalam partikel polymer.

d. Plasticizer : dibutil phthalate

e. Opacifiers : seng atau Titanium oksida

2. Cairan (Monomer):

a. Monomer: methyl methacrylate.

b. Stabilizer; sekitar 0,006% hydroquinone untuk menccegah

polymerisasi selama penyimpanan.

c. Terkadang terdapat bahan untuk memacu cross-link; seperti ethylene

glycol dimethacrylate.

(E. combe 1992: 270)

Sifat-Sifat Heat Cured Acrylic

Sifat-sifat fisik basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas meliputi:

1. Pengerutan polimerisasi

2. Perubahan dimensi

3. Konduktivitas termal

4. Solubilitas

5. Penyerapan air 

6. Porositas

7. Stabilitas Warna

Keuntungan dan Kerugian

Sebagai bahan pembuat gigi tiruan, resin akrilik polimerisasi panas

menunjukkan beberapa keuntungan: (AB Carr , 2005 ; G Uzun ,2001)

a. Warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya, sehingga memenuhi

faktor estetik

13

Page 21: Print Ya Scl Nya

b. Dapat dilapis dan dicekatkan kembali

c. Relatif lebih ringan

d. Teknik pembuatan dan pemolesannya mudah.

e. Biaya murah

Di samping keuntungan tersebut, resin juga memiliki beberapa kerugian:

a. Penghantar suhu yang buruk

b. Dimensinya tidak stabil baik pada waktu pembuatan, pemakaian dan

reparasi

c. Mudah terjadi abrasi pada saat pembersihan atau pemakaian

d. Walaupun dalam derajat kecil, resin menyerap cairan mulut sehingga

mempengaruhi stabilitas warna.

14

Page 22: Print Ya Scl Nya

BAB III

PEMBAHASAN

Denture base seringkali digunakan untuk keperluan gigi tiruan yang

menyangkut fungsi dan estetik. Denture base yang sering digunakan adalah

denture dari bahan Acrylic yang dilihat memiliki estetik yang sesuai dengan

bentuk gigi dan jaringan periodontal pada aslinya.Pembuatan denture base

berdasarkan reaksi polimerisasinya dibedakan menjadi heat curedd, selft cured

dan light cured. Proses pembuatan gigi tiruan lengkap yang dibedakan

berdasarkan polimerisasinya memiliki kelebihan dan kekurangan. Slaha satunya

dadalah perbedaan working time.

Pada issue yang didapatkan, Seorang wanita umur 50 tahun datang

kembali ke dokter gigi, ingin mereparasi gigi tiruan lengkap rahang atas yang

patah karena terjatuh. Gigi tiruan tersebut telah digunakan selama 4 tahun. Pasien

telah berusaha menyambung sendiri sementara dengan lem cyanoacrylate. Pasien

merasa ragu akan keamanan bahan lem tersebut setelah membaca keterangan

bahwa bahan tersebut beracun. Pada proses reparasi denture, lem cyanoacrylate

tidak dianjurakn penggunaanya karena lem tersebut mengandung metil

cyanoacrylate, rantai metil yang mudah lepas dari gugusnya lah yang berbahaya

jika kontak dengan mukosa mulut, terutama jika lem tersebut belum setting.

Namun, cyanoacrylate sendiri bukanlah bahan yang berbahaya jika rantai tersebut

berikatan dengan gugus lain, cyanoacrylate banyak digunakan dalam kedokteran

gigi. Bahan ini merupakan bahan adhesive yang berguna dalam perlekatan pada

bahan kedokteran gigi. Dalam bahan kedokteran gigi, gugus oktil berikatan

dengan cyanoacrylate, sehingga menyebabkan bahan tersebut tidak berbahaya.

Reparasi yang dianjurkan dalam gigi tiruan adalah reparasi dengan heat

cured, light cured dan self cured. Namun, perlu diperhatikan kekurangan yang

akan berimbas pada pasien. Reparasi dengan menggunakan heat curedmerugikan

pasien karena working time yang panjang. Sedangkan untuk self curedworking

time pendek sehingga self cured sangat direkomendasikan untuk reparasi denture,

namun perlu diperhatikan monomer sisa yang ditinggalkan jauh lebih banyak

daripada heat cured. Reparasi menggunakan light cured membutuhkan perlatan

yang banyak dan tidak murah namun sangat efisien waktu. Namun seringkali,

15

Page 23: Print Ya Scl Nya

apabila denture base dibuat dengan proses heat cured, reparasi yang tepat adalah

heat cured pula. Karena jika memakai self cured akan terjadi perbedaan proses

polimerisasi akrilik yang dapat menyebab ikatan antara denture base dan bahan

reparasi tidak sekuat apabila direparasi dengan heat cured.

Berdasarkan kasus diatas, maka reparasi yang dianjurkan adalah heat

cured, walau memiliki working time yang panjang namun diharap reparasi ini

dapat kuat berikatan sehingga tidak didapati denture yang mudah patah. Namun

apabila pasien tidak memiliki waktu yang banyak dan ingin cepat reparasi denture

dilakukan maka reparasi self cured dapat menjadi pilihan.

16

Page 24: Print Ya Scl Nya

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dalam sebuah reparasi, dibutuhkan banyak pertimbangan agar denture

dapat sesuai dengan kondisi rongga mulut pasien. Pilihan reparasi seperti heat

cured, light cured, dan cold cured mempunyai masing-masing keuntungan dan

kerugian, baik dari pihak toksisitas dan jangka waktu pembuatan reparasi. Heat

cured baik untuk dianjurkan karena basis denture sendiri terbuat dari heat cured,

sehingga dianjurkan untuk reparasi dengan heat cured juga karena bahan yang

direparasikan akan lebih menyatu (homogen). Disamping keuntungan, heat cured

juga memiliki kerugian berupa waktu reparasi yang lama di tahap curing.

17

Page 25: Print Ya Scl Nya

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, K. J., Shen, C., and Rawls, R. H., 2013. Phillips’ Science of Dental Materials. 12th ed. USA: Saunder Elesevier.

Bortun C, Lakatos S, Sandu L, Negrutiu M, Ardelean L. Metal-free removable partial dentures made of thermoplastic materials. 2010. www.tmj.ro/article.php?art . Diaskes 5 juni 2015.

Cary NC. Affordable custom dentures partials, complete dentures. 2012. http://www.drashleymann.com/dentures.html. North Carolina: Academy of General Dentistry. Diakses 6 juni 2015.

Concise International Chemical Assesment (CICAD) Document 36. 2001. Methyl-ethyl cyanoacrylate. Available from : http://www.inchem.org/documents/cicads/cicads/cicad36.htm. Diakses 07 Juni 2015.

Carr AB, McGivney GP, Brown DT. McCrackens’s removable partial prosthodontics. 11th ed. Philadelphia: Elsevier Mosby, 2005: 9.

Combe, EC. Sari dental material. Trans. Slamat Tarigan. Jakarta: Balai Pustaka, 1992.

Dentsply International - Dentsply Prosthetics. 2013. Safety Data Sheet for Triad Denture Base Material. http://www.dentsply.com/content/dam/dentsply/pim /ma nufacturer/Prosthetics/Fixed/Provisional/Triad_Provisional_Materials/Triad-Provi sional-Materialsmggatci-pdf-en-1402. Diakses 5 Juni 2015.

Dentsply International - Dentsply Prosthetics. 2013. Safety Data Sheet for Triad Denture Base Material. http://www.dentsply.com/content /dam/dentsply /pim/ ma nufacturer/Prosthetics/Fixed/Provisional/Triad_Provisional_Materials/Triad-Prov isional-Materialsmggatci-pdf-en-1402. Diakses 5 Juni 2015.

Dentsply International. 2004. Triad Visible Light Cure System (Brochure). http://www.dentsply.com.au/www/770/files/4185-b-triadbrochure.pdf. Diakses 5 Juni 2015.

Dentsply International. 2014. https://www.dentsply.com/. Diakses 6 Juni 2015.

Dentsply Trubyte. Triad Visible Light Cure Denture Base Material. https://www.dentsply.com/content/dam/dentsply/pim/manufacturer/Prosthetics/Removable/Denture_Base/Visible_Light_Cure_VLC/Triad_Denture_Base/Triad-Denture-Base-tdyuaa1-pdf-en-1402. Diakses pada 5 Juni 2015.

Ivoclar Vivadent. (2015, Maret 12). http://www.ivoclarvivadent.fr/zooluw ebsite/media/document/1938/ProBase+Cold+Monomer. Diakses 6 Juni 2015.

18

Page 26: Print Ya Scl Nya

Keystone Industries. 2015. www.keystoneindustries.com/sites/all/duz-all%20Powder%20061914.pdf. Diakses 5 Juni 2015.

Lang Dental. 2015. www.langdental.com. Diakses 5 Juni 2015.

McCabe, J. and Walls, A. (2008). Applied Dental Materials. 9th ed. UK: Wiley-Blackwell, pp.114-117.Meizarini, Asti. 2005. Sitotoksisitas bahan restorasi cyanoacrylate pada variasiperbandingan powder dan liquid menggunakan MTT assay. Available from : http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/DENTJ-38-1-06.pdf. Diakses 26 Mei 2015.

Powers JM, Wataha JC. Dental Materials Properties and Manipulation. 9th Ed. Missouri : Mosby Elsevier 2008 : page 291,292.

Riadiantoro, A., 2011. Pembuatan Gigi Tiruan Lepasan Dengan Menggunakan Resin Visible Light Cure. Universitas Hasanuddin, Makassar. http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/1119. Diakses 5 Juni 2015.Thumwanit, V and Kedjarune U. 1999. Cytotoxicity of polymerized commercial cyanoacrylate adhesive on cultured human oral fibroblasts. Available from : http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1834-7819.1999.tb00228.x/pdf. Diakses 26 Mei 2015.Uzun G, Keyf F. The effect of woven, chopped and longitudinal glass fibers reinforcement on the transverse strength of a repair resin. J of Biomaterial Application 2001; 15: 351-8.

Vertex Dental. 2013. Safety Data Sheet. http://www.vertex-dental.com/en/products/19-en/26/155-vertex-self-curing/. Diakses 5 Juni 2015.

19