8
PRESERVASI JALAN Berikut definisi preservasi jalan menurut para ahli dan instansi : Tindakan pro-aktif untuk mempertahankan jalan pada fungsinya yang mampu memberikan jaminan terhadap perpanjangan umur jalan. Agah & Rarasati (2010). “preventive maintenance is a planned strategy of cost- effective treatments that preserve and maintain or improves a roadway system and retard deterioration without substantially increasing structural capacity”. Galehouse, et al (2003 : AASHTO) “Preservasi Jaringan Jalan terdiri dari tiga komponen utama, yaitu : pemeliharaan preventif, rehabilitasi minor dan pemeliharaan rutin”. Jones (2007). “all activities undertaken to provide and maintain serviceable roadways; which are include corrective and preventive maintenance as well as minor rehabilitation projects”. FHWA (1999) Perbedaan jelas antara preservasi dan pembangunan & rehabilitasi : pengembalian fungsi dari kondisi eksisting sistem jaringan jalan dan memperpanjang umur layanan TANPA meningkatkan kapasitas ataupun kekuatannya. FWA (2006) Preservasi jalan juga memiliki aspek legal, berikut daftarnya UU 38/2004 tentang Jalan, terkait dengan persyaratan uji laik fungsi jalan UU 22/2009 tentang LLAJ, terkait dengan : o Persyaratan uji laik fungsi jalan o Kegiatan preservasi jalan untuk mempertahankan kondisi jalan o Dana preservasi jalan PP 34/2006 tentang Jalan, terkait dengan persyaratan uji laik fungsi jalan Benefit yang didapatkan dari usaha preservasi jalan dapat digambarkan dalam diagram berikut ini

PRESERVASI PERKERASAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

school work

Citation preview

PRESERVASI JALAN

Berikut definisi preservasi jalan menurut para ahli dan instansi : Tindakan pro-aktif untuk mempertahankan jalan pada fungsinya yang mampu memberikan jaminan terhadap perpanjangan umur jalan. Agah & Rarasati (2010). preventive maintenance is a planned strategy of cost-effective treatments that preserve and maintain or improves a roadway system and retard deterioration without substantially increasing structural capacity. Galehouse, et al (2003 : AASHTO) Preservasi Jaringan Jalan terdiri dari tiga komponen utama, yaitu : pemeliharaan preventif, rehabilitasi minor dan pemeliharaan rutin. Jones (2007). all activities undertaken to provide and maintain serviceable roadways; which are include corrective and preventive maintenance as well as minor rehabilitation projects. FHWA (1999) Perbedaan jelas antara preservasi dan pembangunan & rehabilitasi : pengembalian fungsi dari kondisi eksisting sistem jaringan jalan dan memperpanjang umur layanan TANPA meningkatkan kapasitas ataupun kekuatannya. FWA (2006)

Preservasi jalan juga memiliki aspek legal, berikut daftarnya UU 38/2004 tentang Jalan, terkait dengan persyaratan uji laik fungsi jalan UU 22/2009 tentang LLAJ, terkait dengan : Persyaratan uji laik fungsi jalan Kegiatan preservasi jalan untuk mempertahankan kondisi jalan Dana preservasi jalan PP 34/2006 tentang Jalan, terkait dengan persyaratan uji laik fungsi jalan

Benefit yang didapatkan dari usaha preservasi jalan dapat digambarkan dalam diagram berikut ini

Pavement ConditionTime/ TrafficPreventive MaintenanceConventional overlay, biayanya 3 kali lebih mahal

Dapat dilihat bahwa dengan upaya preservasi jalan maka dapat saving hingga 30 % dibandingkan dengan upaya overlay. Keuntungan lain bahwa biaya penanganan jalan pada saat tingkat pelayanannya rendah akan 5 kali lebih besar daripada biaya pemeliharaan jalan pada saat masih optimum pada tingkat operasional.

METODE PRESERVASI JALAN1. Crack Seals

Crack seals adalah salah satu metode preservasi jalan yang dilakukan dengan cara mengisi retakan pada perkerasan dengan adhesive sealant, yang biasanya terdiri dari aspal atau aspal emulsi yang dicampur dengan air. Metode ini biasanya dilakukan pada kerusakan berupa retakan yang tidak disebabkan akibat beban lalulintas. Metode ini dapat membantu mencegah menurunnya kondisi perkerasan akibat menyebarnya retakan. Metode ini dapat mencegah infiltrasi air ke struktur perkerasan di bawahnya.

Metode crack seals yang sebenarnya adalah bukan sekedar menambal retakan dengan material pengisi, namun didahului dengan membersihkan retakan tersebut dari debu atau serpihan lainnya dan membuat semacam reservoir untuk material pengisi tersebut. Crack seals dinilai efektif untuk retakan horisontal.

2. Fog Seals

Fog Seals adalah metode sederhana yaitu berupa aspal emulsi yang diaplikasikan diatas permukaan perkerasan. Lapisan ini diharapkan dapat memperbaharui permukaan perkerasan lama yang sudah mengalami keausan akibat cuaca maupun beban. Metode ini dapat membantu untuk menutup retakan dan lubang kecil yang terdapat pada perkerasan lama, namun metode ini menjadi kurang efektif apabila kerusakan perkerasan sudah parah dan meluas.

3. Slurry Seals

Slurry seals adalah campuran antara aspal dengan agregat halus bergradasi baik. Metode slurry seals ini biasanya dilakukan pada perkerasan yang masih baik namun sudah mulai menunjukkan tanda-tanda keausan.Metode ini dapat membantu meningkatkan skid resistance dan mengembalikan keseragaman tekstur permukaan serta menutup retakan-retakan dan mencegah intrusi dan infiltrasi air ke dalam struktur perkerasan di bawahnya.

4. Sand SealsSeperti pada slurry seals, metode ini menggunakan aspal emulsi dan agregat halus atau pasir, namun aspal emulsi dan agregat halus tidak dicampur terlebih dahulu, melainkan aspal emulusi disemprotkan terlebih dahulu lalu dihamparkan agregat halus atau pasir atasnya dilanjutkan dengan penggilasan dengan pneumatic tire roller sehingga agregat halus dan aspal emulsi dapat tercampur sempurna. Metode ini efektif untuk menyegel lapis permukaan perkerasan dan memberikan skid resistance.

5. Scrub SealsMaterial yang digunakan untuk metode ini kurang lebih sama dengan yang digunakan pada metode sand seals, yaitu aspal emulsi dan agregat halus. Yang membedakan metode ini dengan sand seals adalah setelah dilakukan penyemprotan aspal emulsi akan dilakukan semacam penyapuan agar aspal emulsi tersebut dapat mengisi retakan-retakan halus dengan sempurna dilanjurkan dengan penghamparan agregat halus lalu dilakukan penyapuan lagi agar agregat halus tadi dapat bercampur dengan aspal emulsi yang mengisi celah dan retakan pada perkerasan lama.

6. Chip Seals

Metode ini terdiri atas dua tahapan yaitu proses penyemprotan aspal emulsi dilanjutkan dengan penghamparan agregat kasar. Aspal emulsi yang digunakan disini viskositasnya relatif tinggi agar agregat kasar bisa terikat sempurna. Agregat yang digunakan harus seragam gradasinya. Setalah dua tahap diatas maka dilanjutkan dengan pemadatan dengan pneumatic tire roller. Metode ini berguna untuk meningkatkan kekasaran permukaan jalan dan untuk menutup retakan-retakan yang bukan disebabkan oleh beban kendaraan. Pada jalanan yang volum lalulintasnya rendah, chip seals dapat digunakan sebagai wearing course.

Metode ini juga bisa digunakan secara berlapis-lapis. Chip seals yang biasa hanya menggunakan satu lapis aspal pengikat dan satu lapis agregat kasar, sedangkan chip seals lapis ganda digunakan untuk perbaikan perkerasan yang diharapkan umur pakainya lebih lama.Pada chip seals lapis ganda, setelah lapis pertama selesai dipadatkan, dilakukan penyemprotan aspal emulsi lagi dan dilanjutkan dengan penghamparan agregat yang gradasinya sekitar setengah kali ukuran agregat pada lapis pertama. 7. Sandwich SealsMetode ini mirip dengan metode Chip Seals dua lapis, sesuai dengan namanya, aspal emulsi diletakan diantara dua lapisan agregat kasar, yang membedakan dengan chip seals lapis ganda adalah pada lapisan agregat kasar pertama tidak dilakukan penyemprotan aspal emulsi sebelumnya. Metode ini digunakan pada perkerasan yang menunjukkan gejala bleeding dan flushing.

8. Cape SealsMetode ini merupakan gabungan antara dua metode yaitu Chip seals dan Slurry seals. Yang pertama dilakukan adalah Chip seals, setelah beberapa hari atau pekan, dilakukan Slurry seals. Cara ini dapat meningkatkan ikatan antara agregat kasar dengan aspal dan mencegah lepasnya agregat. Cape seals ini dapat menciptakan wearing surface baru dan lebih dapat mempertahankan kondisi perkerasan dibandingkan dengan metode-metode lain yang dilakukan tanpa dilakukan kombinasi. Cara ini efektif untuk merawat jalan yang memiliki kerusakan-kerusakan ringan. Metode ini tetap lebih murah daripada overlay.

9. Teknologi Fibermatkombinasi antara polymer dengan emulsi aspal modifikasi, helai seratkaca (fiberglass strand), dan agregat yang menciptakan lapisan yang menyerap tegangan dan menutup retak.

Aplikasi fiber dicampur dengan aspal emulsi pada jalan

Penghamparan fiber di atas aspal emulsi

Berikut tabel yang menguraikan kelebihan dalam penggunaan fibermat :

Pemilihan metode preservasi ini hendaknya didasarkan pada kondisi alam sekitar dan lalulintas, usia dan kondisi perkerasan, dll. Pada beberapa kasus, mengkombinasikan beberapa metode dapat menghasilkan wujud preservasi jalan yang lebih baik, karena kelebihan dari setiap metode bisa didapatkan. Berikut sedikit gambaran uraian mengenai jenis kerusakan jalan dan metode preservasi yang bisa diambil. Fibermat : kategori rusak ringan-berat, VLHR kategori tinggi, cuaca sering hujan, teknologi geotextile paving fabric sebagai adhesive interface antara permukaan perkerasan lama dan lapis perkerasan baru (overlay). Slurry Seal : kategori rusak sedang-ringan, VLHR kategori sedang, cuaca baik, teknologi penutupan celah atau saluran cracking agar tidak menambah kerusakan lainnya, seperti surface cracking (early longitudinal, hairline), raveling, polishing, dan pothole base repaired patch. Crack Sealing : kategori baik-sedang, VLHR kategori rendah-sedang, cuaca baik, teknologi microsurfacing agar kondisi kemantapan jalan dapat dipertahankan dari pengaruh berbagai bentuk cracking.

Chip Seal : kategori baik-sedang, VLHR kategori rendah-sedang, cuaca baik, teknologi microsurfacing agar kondisi kemantapan jalan dapat dipertahankan dari pengaruh aged pavement, water proving, polished aggregate.