presentasi TBC

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hhh

Citation preview

Slide 1

Kasus TB no.2Galih Audha RahmanAngga Maulidan PernamaM. Mu,tasim Billaha 15-year-old high school student presented to a speciality clinic with bronchitis, frequent cough,hemoptysis, weight loss, fatigue, and anemia. he had symptomatic for about six months. tuberculosis was suspected and a tuberculin skin test (tst) was placed and read at 25 mm induration. sputum smears were positive with numerous acid fast bacilli (afb). his chest radiograph (cxr) showed extensive right upper lobe infiltrates and multiple cavitary lesions. when the pediatric pulmonologist initially saw this patient and suspected active tb, the 15 year old was accompanied by his mother and 5 month old brother. the infant appeared healthy with no signs and symptoms of tb. the pulmonologist immediately reported the 15 year old and infant brother to the local public healthdepartement.seorang siswa SMA 15 tahun dirujuk ke klinik khusus dengan bronkitis, sering batuk, hemoptisis, penurunan berat badan, kelelahan, dan anemia. ia mengalami gejala selama sekitar enam bulan. Diduga ia terkena TB dan tes kulit tuberkulin (tst) menunjukkan indurasi (pembengkakan)dan terbaca pada 25 mm. BTA positif dengan berbagai acid fast bacilli (Afb). radiografi dada (CXR) menunjukkan luas tepat infiltrat lobus atas dan beberapa lesi kavitas. ketika ahli paru anak melihat pasien ini ia menduga pasien mengalami TB aktif, pasien ini didampingi oleh ibunya dan saudara berusia 5 bulan. bayi tampak sehat tanpa tanda-tanda dan gejala TBGejala sistemik/umum TB anak adalah sebagai berikut: Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan tidak naik dengan adekuat atau tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikan upaya perbaikan gizi yang baik.Demam lama (2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain). Demam umumnya tidak tinggi. Keringat malam saja bukan merupakan gejala spesifik TB pada anak apabila tidak disertai dengan gejala-gejala sistemik/umum lain. Batuk lama 3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda atau intensitas semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah dapat disingkirkan. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh (failure to thrive). Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain. Diare persisten/menetap (>2 minggu) yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare.Pemeriksaan Penunjang untuk Diagnosis TB anakDiagnosis pasti TB seperti lazimnya penyakit menular yang lain adalah dengan menemukan kuman penyebab TB yaitu kuman Mycobacterium tuberculosis pada pemeriksaan sputum, bilas lambung, cairan serebrospinal, cairan pleura ataupun biopsi jaringan. Diagnosis pasti TB ditegakkan berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi yang terdiri dari beberapa cara, yaitu pemeriksaan mikroskopis apusan langsung atau biopsi jaringan untuk menemukan BTA dan pemeriksaan biakan kuman TB. Pada anak dengan gejala TB, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan mikrobiologi. Pemeriksaan serologi yang sering digunakan tidak direkomendasikan oleh WHO untuk digunakan sebagai sarana diagnostik TB dan Direktur Jenderal BUK Kemenkes telah menerbitkan Surat Edaran pada bulan Februari 2013 tentang larangan penggunaan metode serologi untuk penegakan diagnosis TB. Pemeriksaan mikrobiologik sulit dilakukan pada anak karena sulitnya mendapatkan spesimen. Spesimen dapat berupa sputum, induksi sputum atau pemeriksaan bilas lambung selama 3 hari berturut-turut, apabila fasilitas tersedia. Cara Mendapatkan sampel pada Anak Berdahak Pada anak lebih dari 5 tahun dengan gejala TB paru, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dahak mikroskopis, terutama bagi anak yang mampu mengeluarkan dahak. Kemungkinan mendapatkan hasil positif lebih tinggi pada anak >5 tahun. 2. Induksi Sputum Induksi sputum relatif aman dan efektif untuk dikerjakan pada anak semua umur, dengan hasil yang lebih baik dari aspirasi lambung, terutama apabila menggunakan lebih dari 1 sampel. Metode ini bisa dikerjakan secara rawat jalan, tetapi diperlukan pelatihan dan peralatan yang memadai untuk melaksanakan metode ini.Diagnosis TB pada anak dengan Sistem SkoringDalam menegakkan diagnosis TB anak, semua prosedur diagnostik dapat dikerjakan, namun apabila dijumpai keterbatasan sarana diagnostik yang tersedia, dapat menggunakan suatu pendekatan lain yang dikenal sebagai sistem skoring. Sistem skoring tersebut dikembangkan diuji coba melalui tiga tahap penelitian oleh para ahli yang IDAI, Kemenkes dan didukung oleh WHO dan disepakati sebagai salah satu cara untuk mempermudah penegakan diagnosis TB anak terutama di fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Sistem skoring ini membantu tenaga kesehatan agar tidak terlewat dalam mengumpulkan data klinis maupun pemeriksaan penunjang sederhana sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya underdiagnosis maupun overdiagnosis TB.

Pengobatan TB Prinsip pengobatan TB anak: OAT diberikan dalam bentuk kombinasi minimal 3 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan untuk membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler Waktu pengobatan TB pada anak 6-12 bulan. pemberian obat jangka panjang selain untuk membunuh kuman juga untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kekambuhan Pengobatan TB pada anak dibagi dalam 2 tahap: Tahap intensif, selama 2 bulan pertama. Pada tahap intensif, diberikan minimal 3 macam obat, tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis dan berat ringannya penyakit.Tahap Lanjutan, selama 4-10 bulan selanjutnya, tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis dan berat ringannya penyakit. Selama tahap intensif dan lanjutan, OAT pada anak diberikan setiap hari untuk mengurangi ketidakteraturan minum obat yang lebih sering terjadi jika obat tidak diminum setiap hari Paduan OAT untuk anak yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia adalah: Kategori Anak dengan 3 macam obat: 2HRZ/4HR Kategori Anak dengan 4 macam obat: 2HRZE(S)/4-10HR Paduan OAT Kategori Anak diberikan dalam bentuk paket berupa obat Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 3 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.

sumberBuku Pedoman Pemberantasan Penyakit Tuberkulosa Paru untuk Kader, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, 1990, JakartaInformatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Depkes RI, Sagung Seto, 2000