7
Widyana, Pola asuh anak dan pernikahan usia dini ISSN 2301–4024 33 33 POLAASUH ANAK DAN PERNIKAHAN USIA DINI Erni Dwi Widyana, Afnani Toyibah, Luh Putu Mega Esa Prani Poltekkes Kemenkes Malang, Jl. Besar Ijen No 77C Malang email: [email protected] Abstract: The early married couple often have difficulty in parenting because to lack of knowledge and experience about parenting and child development. The purpose of this study is to determine the differ- ences in parenting between early married couples with adult married couple. The research uses a comparative analytic research design with cross sectional approach. The population are 75 of early married couples and 179 of adults married couples with a sample are the 41 of adults married couples and 41 of early married couples. The sampling technique is Proportional Random Sampling. Research instrument used a questionnaire. Data analysis used Chi Square. The results showed from 41 early married couples almost all (95.1%) applied permissive parenting, and the small part (4.9%) applied democratic parenting, while all of (100%) the adults married couples applied democratic parenting. Based on testing with statistical test Chi Square obtained at 70.607 with p value = 0.001. This means H0 is rejected that there are the differences in parenting between early married couple with adult married couple. Keywords: parenting, early married Abstrak: Pasangan yang menikah pada usia dini sering mengalami kesulitan dalam mengasuh anak karena kurangnya pengetahuan serta pengalaman. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan pola asuh anak antara pasangan yang menikah usia dini dengan pasangan yang menikah usia dewasa penuh di wilayah kerja Puskesmas Wagir Malang. Desain penelitian ini adalah analitik komparatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi sebanyak 75 pasangan usia dini dan 179 pasangan usia dewasa penuh dengan sampel sebanyak 41 pasangan usia dini dan 41 pasangan usia dewasa penuh. Teknik sampling proporsional random sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Teknik analisa dengan menggunakan Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan dari 41 pasangan usia dini hampir seluruhnya (95,1%) menerapkan pola asuh permisif, dan sebagian kecil (4,9%) menerapkan pola asuh demokratis, sedangkan seluruh (100%) pasangan usia dewasa penuh menerapkan pola asuh demokratis. Berdasarkan uji statistik Chi Square diperoleh sebesar 70,607 dengan p value = 0,001 maka Ho ditolak, berarti ada perbedaan pola asuh anak antara pasangan yang menikah usia dini dengan pasangan yang menikah usia dewasa penuh. Kata Kunci: pola asuh, pernikahan dini PENDAHULUAN Pernikahan dini merupakan ikatan pernikahan yang dilakukan pada pasangan yang berusia kurang dari 21 tahun, menurut perspektif hukum dalam UU pernikahan tahun 1974 pasal 6 ayat 2 ditetapkan bahwa untuk melangsungkan pernikahan harus mencapai umur 21 tahun, sebelum umur tersebut harus dengan persetujuan orang tua. Pernikahan pada usia dini lebih memberikan dampak negatif dalam kehidupan berumah tangga atau bermasyarakat. Secara psikologis kedua pasangan yang melakukan pernikahan usia dini kurang siap untuk menjalani suatu kehidupan berumah tangga dan mengasuh anak. Pernikahan usia dini lebih sering terjadi di daerah pedesaan dari pada di perkotaan. Rendahnya tingkat pendidikan, status ekonomi yang rendah, dan adat di lingkungan masyarakat merupakan suatu faktor pencetus dilakukannya pernikahan usia dini (Noorkasiani dkk, 2009).

POLA ASUH ANAK DAN PERNIKAHAN USIA DINI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: POLA ASUH ANAK DAN PERNIKAHAN USIA DINI

Widyana, Pola asuh anak dan pernikahan usia dini

ISSN 2301–4024 33

33

POLA ASUH ANAK DAN PERNIKAHAN USIA DINI

Erni Dwi Widyana, Afnani Toyibah, Luh Putu Mega Esa PraniPoltekkes Kemenkes Malang, Jl. Besar Ijen No 77C Malang

email: [email protected]

Abstract: The early married couple often have difficulty in parenting because to lack of knowledge andexperience about parenting and child development. The purpose of this study is to determine the differ-ences in parenting between early married couples with adult married couple. The research uses acomparative analytic research design with cross sectional approach. The population are 75 of earlymarried couples and 179 of adults married couples with a sample are the 41 of adults married couplesand 41 of early married couples. The sampling technique is Proportional Random Sampling. Researchinstrument used a questionnaire. Data analysis used Chi Square. The results showed from 41 earlymarried couples almost all (95.1%) applied permissive parenting, and the small part (4.9%) applieddemocratic parenting, while all of (100%) the adults married couples applied democratic parenting.Based on testing with statistical test Chi Square obtained at 70.607 with p value = 0.001. This means H0is rejected that there are the differences in parenting between early married couple with adult marriedcouple.

Keywords: parenting, early married

Abstrak: Pasangan yang menikah pada usia dini sering mengalami kesulitan dalam mengasuh anakkarena kurangnya pengetahuan serta pengalaman. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahuiperbedaan pola asuh anak antara pasangan yang menikah usia dini dengan pasangan yang menikahusia dewasa penuh di wilayah kerja Puskesmas Wagir Malang. Desain penelitian ini adalah analitikkomparatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi sebanyak 75 pasangan usia dini dan 179pasangan usia dewasa penuh dengan sampel sebanyak 41 pasangan usia dini dan 41 pasangan usiadewasa penuh. Teknik sampling proporsional random sampling. Instrumen penelitian menggunakankuesioner. Teknik analisa dengan menggunakan Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan dari 41pasangan usia dini hampir seluruhnya (95,1%) menerapkan pola asuh permisif, dan sebagian kecil(4,9%) menerapkan pola asuh demokratis, sedangkan seluruh (100%) pasangan usia dewasa penuhmenerapkan pola asuh demokratis. Berdasarkan uji statistik Chi Square diperoleh sebesar 70,607dengan p value = 0,001 maka Ho ditolak, berarti ada perbedaan pola asuh anak antara pasanganyang menikah usia dini dengan pasangan yang menikah usia dewasa penuh.

Kata Kunci: pola asuh, pernikahan dini

PENDAHULUANPernikahan dini merupakan ikatan

pernikahan yang dilakukan pada pasangan yangberusia kurang dari 21 tahun, menurut perspektifhukum dalam UU pernikahan tahun 1974 pasal 6ayat 2 ditetapkan bahwa untuk melangsungkanpernikahan harus mencapai umur 21 tahun,sebelum umur tersebut harus dengan persetujuanorang tua. Pernikahan pada usia dini lebihmemberikan dampak negatif dalam kehidupan

berumah tangga atau bermasyarakat. Secarapsikologis kedua pasangan yang melakukanpernikahan usia dini kurang siap untuk menjalanisuatu kehidupan berumah tangga dan mengasuhanak. Pernikahan usia dini lebih sering terjadi didaerah pedesaan dari pada di perkotaan.Rendahnya tingkat pendidikan, status ekonomi yangrendah, dan adat di lingkungan masyarakatmerupakan suatu faktor pencetus dilakukannyapernikahan usia dini (Noorkasiani dkk, 2009).

Page 2: POLA ASUH ANAK DAN PERNIKAHAN USIA DINI

JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 1, APRIL 2015: 33-39

34 ISSN 2301–4024

Berdasarkan Survei Data Kependudukan In-donesia (SDKI) 2007, di beberapa daerahdidapatkan bahwa sepertiga dari jumlah pernikahanterdata dilakukan oleh pasangan usia dibawah 16tahun. Jumlah kasus pernikahan dini di Indonesiamencapai 50 juta penduduk dengan rata-rata usiapernikahan 19 tahun. Kejadian pernikahan usia dinidi Jawa Timur 39,43%, Kalimantan Selatan35,48%, Jambi 30,63%, dan Jawa Barat 36%(Juspin et al, 2009). Analisis survei penduduk antarsensus dari Badan Koordinasi KeluargaBerencana Nasional (BKKN) tahun 2007didapatkan angka pernikahan di perkotaan lebihrendah dibandingkan di pedesaan. Pernikahan usiadini untuk kelompok usia 15–19 tahun di pedesaansebesar 5,28% sedang di perkotaan sebesar 11,8%.Hal ini menunjukkan bahwa wanita usia muda dipedesaan lebih banyak melakukan pernikahan usiamuda (Fadlyana & Larasaty, 2009).

Berdasarkan studi pendahuluan yangdilaksanakan pada tanggal 22 Maret 2013 diUPTD Puskesmas Wagir, dari 7 desa di kecamatanWagir terdapat 75 pasangan suami istri yangmenikah di usia 20 tahun ke bawah. Sebanyak1,3% yang menikah usia 15 tahun, sebesar 6,67%pasangan yang menikah usia 16 tahun, sebesar9,3% pasangan suami istri yang menikah usia 17tahun, sebanyak 20% yang menikah usia 18 tahun,sebanyak 17,3% yang menikah usia 19 tahun, dansebanyak 45,3% yang menikah usia 20 tahun.Rata-rata usia saat pernikahannya yaitu 18 tahun.

Peran orang tua sangat besar artinya bagiperkembangan psikologis anak-anaknya dalamproses pendewasaan. Tidak jarang akibatnyamerugikan perkembangan fisik dan mentalanaknya. Perlakuan salah pada anak (ChildAbuse) dapat terjadi. Child Abuse (CA) dapatterjadi di semua lingkungan masyarakat. Padamasyarakat menengah ke bawah lebih seringkarena kemiskinan, pada masyarakat menengahkeatas karena ambisi orang tua yang menginginkananaknya untuk selalu menjadi yang terbaik.Penyebab secara umum adalah degradasi moral,kesalahan pola asuh, paparan media, tingatekonomi dan pendidikan yang rendah (Astuti &Yudianto, 2010).

Terdapat beberapa jenis pola asuh yang bisaditerapkan orang tua yaitu pola asuh otoriter,demokratis, dan permisif. Ketiga jenis pola asuhtersebut memiliki masing-masing ciri tersendiri.Pola asuh otoriter bersifat mutlak atau absolute,pola asuh demokratis bersifat tegas dan tetapmenghormati kebebasan anak, sedangkan polaasuh permisif bersifat memberikan kebebasankepada anak sesuai dengan keinginannya. Padapasangan usia dini, ketidaksiapan secara psikologisuntuk menjalani suatu rumah tangga danmendalami peran sebagai orang tua memungkinkanmereka mengalami kesulitan dalam mengasuhanak dan kemungkinan terjadi kesalahan dalammengasuh anak mereka. Tidak jarang anak daripasangan usia dini diasuh oleh anggota keluargalain karena mereka masih menikmati masa mudadan ada yang melanjutkan pendidikan.

Tujuan umum dari penelitian ini adalahmengidentifikasi perbedaan pola asuh anak antarapasangan yang menikah usia dini dengan pasanganyang menikah usia dewasa penuh. Tujuankhususnya adalah: 1) mengidentifikasi pola asuhanak pada pasangan yang menikah usia dini, 2)mengidentifikasi pola asuh anak pada pasanganyang menikah usia dewasa penuh, 3) menganalisaperbedaan pola asuh anak antara pasangan yangmenikah usia dini dengan pasangan yang menikahusia dewasa penuh.

METODE PENELITIANDesain penelitian ini adalah penelitian analitik

komparatif. Proses pengumpulan data secaracross sectional yaitu mengukur pola asuh anakpada pasangan usia dini dan usia dewasa penuhyang dilakukan pada saat itu dengan hasil yangdiperoleh secara bersamaan.

Populasi dalam penelitian ini semua pasanganyang menikah pada usia dini sebanyak 75 orangdan semua pasangan yang menikah usia dewasapenuh sebanyak 179 orang di wilayah PuskesmasWagir Kabupaten Malang. Teknik sampling yangdigunakan adalah proporsional random sam-pling, setelah diketahui proporsi jumlah subjekperwilayah kemudian dilakukan simple randomsampling. Jumlah sampel sebanyak 41 orang

Page 3: POLA ASUH ANAK DAN PERNIKAHAN USIA DINI

Widyana, Pola asuh anak dan pernikahan usia dini

ISSN 2301–4024 35

pasangan yang menikah usia dini dan 41 orangpasangan yang menikah usia dewasa penuh.

Variabel bebas pada penelitian ini adalahpernikahan usia dini dan pernikahan usia dewasapenuh sedangkan variabel terikatnya adalah polaasuh anak.

Kriteria inklusinya adalah pasangan suami istriyang bersedia menjadi responden, pasangan suamiistri yang memiliki satu anak, anak berusia 1–5tahun, jarak usia pernikahan dengan pengambilandata tidak lebih dari 5 tahun. Sedangkan kriteriaeksklusi nya pasangan suami istri yang telahbercerai, anak yang tidak diasuh oleh orangtuanya.

Instrumen yang telah digunakan dalampenelitian ini adalah kuesioner tentang pola asuhyang terdiri dari 30 pertanyaan yang terdiri dari 3pilihan jawaban yaitu “A” tentang pola asuhotoriter, “B” tentang pola asuh demokratis, “C”tentang pola asuh permisif. Pada penyusunannya,telah dibuat kisi-kisi penyusunan instrumentberdasarkan indikator dari variabel penelitiankemudian dilanjutkan dengan penulisan butir-butirinstrumen. Klasifikasi pola asuh tersebutberdasarkan kategori: jika jawaban A >10merupakan pola asuh otoriter, jika jawaban B >10merupakan pola asuh demokratis dan jika jawabanC >10 merupakan pola asuh permisif.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa wilayahkerja Puskesmas Wagir yang terdiri dari 8 Desayaitu Desa Sumbersuko, Pandan Landung, Jedong,Parangargo, Siti Rejo, Sukodadi, Sidorahayu,Pandan rejo. Pada tanggal 29 Mei sampai 27 Juni2013.

Uji statistik dalam penelitian ini menggunakanChi Square . Hipotesis satatistik yang diuji adalahAda perbedaan pola asuh anak antara pasanganyang menikah usia dini dengan pasangan yangmenikah usia dewasa penuh. Kesimpulan: H1diterima jika p-value < 0,05 ( = 0,05 ), dan H1ditolak jika p-value > 0,05 ( = 0,05).

HASIL PENELITIANKarakteristik responden berdasarkan jenis

pendidikan dapat terlihat bahwa pada pasanganusia dini sebagian besar (75,6%) memiliki

pendidikan SMP, sedangkan pada pasangan usiadewasa sebagian besar (51,2%) memilikipendidikan SMA dan sebagian kecil (2,4%)memiliki pendidikan SD.

Berdasarkan kriteria usia saat pernikahandidapatkan bahwa sebagian besar (51,2%)pasangan usia dini menikah pada usia 19–20 tahun,dan sebagian kecil (2,4%) yang menikah pada usia13–14 tahun (Tabel 1).

Umur (tahun ) F %

13-14 1 2.4 15-16 3 7.3 17-18 16 39.0 19-20 21 51.2 Total 41 100

Tabel 1. Distribusi frekuensi umur pasangan usia dini saat menikah

Umur (tahun ) F %

13-14 5 12.2 15-16 15 36.6 17-18 18 43.9 19-20 3 7.3 Total 41 100

Tabel 2. Distribusi frekuensi pasangan usiadini berdasarkan umur sekarang

Tabel 4. Distribusi frekuensi pasangan usiadewasa penuh berdasarkan umur saat

menikahUmur (tahun) F %

21-22 19 46.3 23-24 14 34.1 25-26 6 14.6 27-28 1 2.4 29-30 - - 31-32 1 2.4 Total 41 100

Um ur (tahun ) F %

21-22 17 41.5 23-24 16 39.0 25-26 6 14.6 27-28 1 2.4 29-30 - - 31-32 1 2.4 Total 41 100

Tabel 5. Distribusi frekeunsi pasangan usiadewasa penuh berdasarkan umur sekarang

Page 4: POLA ASUH ANAK DAN PERNIKAHAN USIA DINI

JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 1, APRIL 2015: 33-39

36 ISSN 2301–4024

Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa saat inihampir setengah (43,9%) pasangan usia diniberumur 21–22 tahun, dan sebagian kecil (7,3%)berumur 23–24 tahun.

Responden berdasarkan Tabel 3 terlihatbahwa hampir setengah (46,3%) pasangan usiadewasa penuh menikah pada umur 21–22 tahun,dan sebagian kecil (2,4%) yang menikah pada umur31–32 tahun.

Pada usia sekarang, berdasarkan Tabel 4terlihat bahwa saat ini hampir setengah (41,5%)pasangan usia dewasa penuh berumur 23–24tahun, dan sebagian kecil (2,4%) yang berumur29–30 tahun dan 33–34 tahun.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa hampirseluruh (95,1%) pasangan usia dini menerapkanpola asuh permisif dan sebagian kecil (4,9%)menerapkan pola asuh demokratis (Tabel 5).

Pada Tabel 6 dinyatakan bahwa seluruh(100%) pasangan usia dewasa penuh menerapkanpola asuh demokratis dan tidak satupun (0%)pasangan usia dewasa penuh yang menerapkanpola asuh otoriter ataupun permisif.

Pola Asuh F % Otoriter - - Demokratis 2 4,9 Permisif 39 95,1 Total 41 100

Pola Asuh F % Otoriter - - Demokratis 41 100 Permisif - - Total 41 100

Pola Asuh Usia saat Menikah

Usia dini % Usia

dewasa %

Otoriter - - - - Demokratis 2 4,9 41 100 Permisif 39 95,1 - -

Tabel 6. Karakteristik pola asuh anak padapasangan usia dini

Tabel 7. Karakteristik pola asuh anak padapasangan usia dewasa penuh

Tabel 8. Perbedaan pola asuh anak antarapasangan usia dini dengan pasangan

usia dewasa penuh

Berdasarkan Tabel 7, terlihat bahwa hampirseluruh (95,1%) pasangan usia dini menerapkanpola asuh permisif dan sebagian kecil (4,9%)menerapkan pola asuh demokratis, sedangkanseluruh (100%) pasangan usia dewasa penuhmenerapkan pola asuh demokratis.

Pengujian dengan uji statistik Chi Squarediperoleh 70,607 dengan p value = 0,001sedangkan = 0,05 (p value < 0,05) maka H0ditolak, berarti ada perbedaan pola asuh anakantara pasangan yang menikah usia dini denganpasangan yang menikah usia dewasa penuh.

PEMBAHASANPola asuh permisif merupakan pola asuh yang

lebih menonjolkan kasih sayang orang tua kepadaanaknya tanpa memberikan batasan ataupuntuntutan kepada anak. Orang tua cenderung lebihmengikuti segala permintaan anak tanpamengajarkan suatu kedisiplinan, kemandirian,ataupun nilai-nilai positif maupun negatif dan tidakmemberikan penjelasan kepada anak. Dampakdari pola asuh ini yaitu kelak anak akan menjadimanja, dan cenderung suka memaksakankehendak. Menurut Noe’man (2012) menyatakanbahwa pola asuh permisif merupakan pengasuhanyang lebih mengedepankan kasih sayang, tetapitidak memberi batasan berupa tuntutan. Orang tuayang permisif cenderung sangat toleran, lembut,dan tidak menuntut anak untuk berprilaku mandiri,atau bertanggung jawab. Anak yang dibesarkandengan pola asuh ini memiliki kemampuan yangrendah untuk mengontrol diri dan cenderungmenuntut setiap keinginan. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa hampir seluruh respondendengan usia dini saat menikah menerapkan polaasuh permisif terhadap anaknya (95,1%).

Pasangan usia dini menikah pada usia 19–20tahun sebanyak (51,2%), dan sebagian kecil(2,4%) yang menikah pada usia 13–14 tahun.Umur sangat menentukan kematangan seseorangbaik secara fisik maupun psikologis. Menjalaniperan dalam kehidupan berumah tanggamemerlukan kesiapan diri secara fisik maupunmental untuk mampu menjalankan kewajiban

Page 5: POLA ASUH ANAK DAN PERNIKAHAN USIA DINI

Widyana, Pola asuh anak dan pernikahan usia dini

ISSN 2301–4024 37

tersebut dengan baik. Mengasuh anak untukmewujudkan karakteristik atau kepribadian anakyang baik membutuhkan suatu keterampilan danpengendalian diri yang baik pula dari para orangtua. Pada usia muda, kecenderungan sifat remajamasih melekat ataupun kedewasaan masih kurang.Seseorang dengan usia muda masih sulitmelepaskan diri dari sifatnya saat remaja danmasih bersifat kurang dewasa sehingga kestabilanemosional dan kemandirian sebagai orang tua danuntuk mengasuh anak masih kurang. Usia mudauntuk menikah juga membatasi kesempatanseseorang untuk bergaul dan mencari pengalamansebanyak-banyaknya sehingga akan menyulitkanpara orang tua untuk beradaptasi dengan peransebagai orang tua sehingga tidak jarang parapasangan usia dini mengalami kesulitan dalammengasuh anak.

Pasangan usia dini berada pada rentang usiadibawah 21 tahun, yang mana pada saat ini belumdianggap matang secara psiklogis maupun fisik.Pada usia kurang dari 21 tahun pasangan inimemiliki emosional yang kurang stabil sehinggamereka memiliki kemungkinan lebih besar untuksulit mengendalikan diri dan menjalani kewajibandalam hidup berumah tangga dan mengasuh anak.Tidak jarang ditemukan pada pasangan usia mudamasih banyak bergantung pada orang tua merekayang menunjukkan bahwa tingkat kemandirian dankesiapan masih kurang untuk menjalani peran dankewajiban sebagai orang dewasa sehingga kurangmemahami dalam mendidik ataupun mengasuhanak. Supartini (2004) menjelaskan apabila terlalumuda untuk menjadi orang tua maka kemungkinanbesar tidak dapat menjalankan peran tersebutsecara optimal karena diperlukan kekuatan fisikdan psikososial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruhpasangan usia dewasa penuh (100%) menerapkanpola asuh demokratis dalam mengasuh anak. Anaktelah diasuh mulai sejak balita untuk diberikanstimulus positif oleh orang tuanya, sehingga orangtua ikut berperan aktif dalam proses perkembangananaknya. Para pasangan usia dewasa penuh mulaimemperkenalkan suatu kedisiplinan, tanggungjawab, dan kemandirian kepada anaknya sejak

dini. Menurut Surbakti (2009) menyatakan bahwapola asuh demokratis atau authoritativemerupakan pola asuh yang mendorong anak untukmenjadi mandiri tetapi tetap memberikan batasan-batasan atau aturan serta mengontrol perilakuanak.

Pasangan usia dewasa menikah pada umur21–22 tahun sebanyak (46,3%), dan sebagian kecil(2,4%) yang menikah pada umur 31–32 tahunsedangkan usia saat ini hampir setengah (41,5%)pasangan usia dewasa penuh berumur 23–24tahun. Hal ini menujukkan bertambahnya usia ibusaat ini dan dasar untuk menuju jenjang pernikahanadalah usia dewasa penuh maka akan membuatibu lebih siap dan mampu untuk menjalankankewajiban pengasuhan anak. Umur merupakansuatu periode terhadap pola-pola kehidupan barudan harapan baru. Bertambahnya umur seseorang,bertambah pula pengalaman dan pengetahuanyang dimiliki. Kematangan umur seseorang akanmempengaruhi kematangan psikologis seseorangdan mempermudah seseorang untuk menjalaniperan dalam kehidupan salah satunya adalah peranmenjadi orang tua dan mengasuh anak. Seorangwanita dikatakan dewasa jika telah menginjak usia21 tahun keatas. Kedewasaan seseorangdikaitkan dengan kematangan psikologis ditunjangdengan pengalaman-pengalaman yang diperolehselama kehidupannya sehingga akan membantukesiapan seseorang untuk menjalani peran sebagaiorang tua. Hal ini akan mempermudah pasanganusia dewasa untuk beradaptasi dan mengasuhanak. Kematangan psikologis yang dimiliki parapasangan usia dewasa akan meminimalisirketidakstabilan emosional dalam menjalaniperannya sehingga para pasangan usia dewasaakan mampu mengarahkan pola asuh anaknyauntuk membentuk kepribadian anak yang baikberdasarkan pemahamannya tentang caramengasuh anak dan pasangan usia dewasa akanlebih mampu memberikan stimulus-stimulus sertalebih berperan aktif dalam mengasuh anaknya.Menurut Verawati (2013), kedewasaan ibu secarapsikologis sangat penting karena akanberpengaruh terhadap pola asuh anak, yaitu ibulebih mampu berperan aktif dan mampu

Page 6: POLA ASUH ANAK DAN PERNIKAHAN USIA DINI

JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 1, APRIL 2015: 33-39

38 ISSN 2301–4024

memberikan stimulus-stimulus kepada anak untukmengembangkan kemampuan dasar yangdimilikinya.

Usia 21 tahun keatas dikatakan telahmemasuki masa dewasa dan telah dianggapmemiliki kematangan baik dari segi fisik maupunpsikologis. Pasangan usia dewasa memilikikematangan emosional yang lebih stabildibandingkan pasangan usia dini karena merekamemiliki pengalaman yang lebih banyak serta lebihlama bisa mempersiapkan diri untuk menjalaniperan sesungguhnya pada masa dewasa salahsatunya untuk menjalani peran pengasuhan anak.Kematangan psikologis pasangan usia dewasaakan membantu mengarahkan emosional merekadalam mendidik anak, sehingga mereka akan lebihmampu untuk mengontrol pola pengasuhan anaksehingga akan terwujud kepribadian anak yanglebih baik. Menurut Verawati (2013) kedewasaanibu secara fisik maupun mental sangat penting,karena hal ini akan berpengaruh terhadap polaasuh dan perkembangan anak kelak dikemudianhari. Peran aktif seorang ibu terhadapperkembangan anak-anaknya sangat diperlukanterutama pada saat mereka masih balita untukmengembangkan kemampuan dasar yangdimilikinya.

Bertambahnya umur pasangan usia dinihingga menginjak umur 21 tahun merupakan suatuproses pendewasaan diri sesuai dengan tanggungjawabnya. Namun mereka tidak bisa sepenuhnyaberubah melainkan memerlukan proses yang lebihlama karena pada awalnya mereka menuju kejenjang pernikahan pada usia muda dengan sedikitpengetahuan serta pengalaman, sehingga merekabisa menemui kesulitan dalam menentukanpengasuhan pada anaknya.

Kedewasaan seseorang dikaitkan dengankematangan psikologis ditunjang denganpengalaman-pengalaman yang diperoleh selamakehidupannya sehingga akan membantu kesiapanseseorang untuk menjalani peran sebagai orangtua. Dariyono (2004) menyatakan bahwakehidupan psikososial usia dewasa semakinkompleks dibandingkan dengan usia remaja karenaselain bekerja, akan memasuki kehidupanpernikahan, membentuk keluarga baru,

memelihara anak-anak. Supartini (2010)menyatakan apabila terlalu muda tidak dapatmenjalankan peran tersebut secara optimal karenadiperlukan kekuatan fisik dan psikososial. MenurutVerawati (2013) kedewasaan ibu secara fisikmaupun mental sangat penting, karena hal ini akanberpengaruh terhadap pola asuh dan perkem-bangan anak kelak di kemudian hari. Seiringdengan bertambahnya usia maka akan bertambahpula pengalaman yang dimiliki pasangan ini. Halini akan sangat membantu pasangan usia dewasadalam mengasuh anak. Mereka akan memilikigambaran tentang pola perkembangan anak, sertajenis perkembangan anak disetiap usianya.

Hasil penelitian menyatakan bahwa hampirseluruh (95,1%) pasangan usia dini menerapkanpola asuh permisif, dan sebagian kecil (4,9%)menerapkan pola asuh demokratis sedangkanseluruh (100%) pasangan usia dewasa penuhmenerapkan pola asuh demokratis. Pola asuhpermisif yang diterapkan oleh pasangan usia dinidalam mendidik dan membesarkan anaknyamerupakan jenis pola asuh yang lebihmengedepankan kasih sayang, tetapi tidakmemberi batasan tuntutan. Pasangan usia dinimemiliki keterbatasan dalam pemahaman tentangcara mengasuh anak, sehingga akan mengalamikesulitan dalam mengarahkan jenis pengasuhananak. Mereka cenderung memiliki kekhawatiranyang berlebihan tentang anaknya sehinggacenderung memenuhi segala permintaan anaknyaataupun memanjakan anaknya sesuai kemam-puannya. Pemberian stimulus dari para pasanganusia dini akan lebih sedikit kepada anaknya karenamereka kurang mengetahui tentang polaperkembangan anak sesuai usianya. MenurutNoe’man (2012) orang tua yang permisif biasanyasangat toleran, lembut, dan tidak menuntut anakuntuk berprilaku matang, mandiri, atau bertanggungjawab. Menurut Verawati (2013) menyatakanbahwa sering tidak disadari oleh sebagiankalangan dari dampak pernikahan usia dini adalahbagaimana mendidik anak dengan pola asuh yangtepat karena masih banyak ditemui orang tuasebagai sosok permisif yang merupakan akibatdari ketidak stabilan emosionalnya. Berbedahalnya dengan pasangan usia dewasa yang

Page 7: POLA ASUH ANAK DAN PERNIKAHAN USIA DINI

Widyana, Pola asuh anak dan pernikahan usia dini

ISSN 2301–4024 39

menerapkan pola asuh demokratis. Pasangan usiadewasa akan mulai memberikan stimulus positifdalam mengasuh anak saat anak masih berusiabalita dan selalu mengikuti setiap perubahanperkembangannya. Sejak balita anaknya mulaidiajarkan suatu kemandirian, tanggung jawab, sertatindakan yang bersifat positif maupun negatifmelalui stimulus sehingga anak bisa diarahkanmenuju kepribadian yang positif. Pola asuhdemokratis yang diterapkan oleh pasangan inimerupakan pola asuh yang bersifat menghargaikeinginan ataupun pendapat anak, namun tetapmemberikan tuntutan kepada anak. MenurutSurbakti (2009) menyatakan bahwa pola asuhdemokratis atau authoritative merupakan polaasuh yang mendorong anak untuk menjadi mandiritetapi tetap memberikan batasan-batasan atauaturan serta mengontrol perilaku anak.

PENUTUPKesimpulan dari penelitian yaitu hampir

seluruh (95,1%) pasangan usia dini menerapkanpola asuh permisif dalam mengasuh anak dansebagian kecil (4,9%) yang menerapkan pola asuhdemokratis, seluruh pasangan usia dewasa penuh(100%) menerapkan pola asuh demokratis dalammengasuh anak, berdasarkan uji statistik denganChi Square diperoleh 70,607 dengan p value =0,001 sedangkan = 0,05 (p value < 0,05) makaH0 ditolak berarti ada perbedaan pola asuh anakantara pasangan usia dini dengan pasangan usiadewasa penuh di Wilayah Kerja Puskesmas WagirKabupaten Malang tahun 2013.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan bagipara calon orang tua, ataupun para remajapranikah disarankan menunggu usia 21 tahun untukmelanjutkan ke jenjang pernikahan untukmenyiapkan diri secara fisik maupun psikologis.

Bagi para orang tua diharapkan mampumenentukan pola asuh yang tepat untuk anaknyayaitu orang tua bisa menentukan pola asuh sesuaidengan situasi dalam mendidik anak karena ketigajenis pola asuh tersebut saling berkaitan danmemilik keuntungan serta kelemahan masing-masing. Bagi tenaga kesehatan diharapkanmampu memberikan penyuluhan kepada para or-ang tua tentang berbagai pola asuh yang bisaditerapkan dalam mendidik anak besertakeuntungan dan kelebihannya masing-masing.Para orang tua bisa dilibatkan pada program BinaKeluarga Balita yang ada di Puskesmas.

DAFTAR PUSTAKAAstuti, Eny & Yudianto, Ahmad. 2010. Child Abuse

yang Berakhir Kematian. Jurnal Ilmu KedokteranForensik dan Medikolegal. Halaman 63-70.

Fadlyana,E & Larasaty, S. 2009. Pernikahan Usia Dinidan Permasalahannya. Jurnal Seri Pediatri. Vol-ume 11 No. 2; Halaman 135-140.

Juspin, Landung, Mochtar Thaha, Ridwan Abdullah,Andi Zulkifli.2009. Study Kasus KebiasaanPernikahan Usia Dini pada Masyarakat KecamatanSanggalangi Kabupaten Tana Toraja. JurnalMKMI. Volume 5; Halaman 89-94.

Noorkasiani. Heryati, Rita Ismail. 2009. SosiologiKeperawatan.Jakarta: EGC.

Noe’man, Rani Razak. 2012. Amazing Parenting.Jakarta: Noura Books.

Septiari, Bety Bea. 2012 Mencetak Balita Cerdas danPola Asuh Orang Tua.Yogyakarta: Nuh Media.

Surbakti, E.B. 2009. Kenalilah Anak Remaja Anda.Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep DasarKeperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Verawati. 2013. Nikah Muda, Didik Anak Tak Maksimal.h t tp: / / sulbar.bkkbn .go. id/Lists/Ar t ikel /DispForm.aspx?ID=129&ContentTypeId=0x01003DCABABC04B7084595DA364423DE7897. 12 April2013.