26
KLASIFIKASI PNEUMOTORAKS Pneumotorak s Spontan Pneumotorak s Spontan Primer (PSP) Pneumotorak s Traumatik Pneumotorak s Spontan Sekunder Iatrogenik Bukan Iatrogeni k Artifisi al Eksident al

PNEUMOTHORAKS 3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pneumothoraks2

Citation preview

Page 1: PNEUMOTHORAKS 3

KLASIFIKASIPNEUMOTORAKS

Pneumotoraks Spontan

Pneumotoraks Spontan

Primer (PSP)

Pneumotoraks Traumatik

Pneumotoraks Spontan Sekunder

Iatrogenik Bukan Iatrogenik

Artifisial Eksidental

Page 2: PNEUMOTHORAKS 3

Berdasarkan Jenis Fistula

Pneumotoraks tertutup (simple pneumothorax)

Tension pneumotoraks (pneumotoraks ventil)

Pneumotoraks terbuka (open pneumothorax)

Page 3: PNEUMOTHORAKS 3

PNEUMOTORAKS SPONTAN

Pneumotoraks yang terjadi tiba-tiba tanpa adanya suatu penyebab (trauma taupun iatrogenik)

PSP: Tanpa adanya riwayat penyakit paru yang mendasari

sebelumnya Individu sehat, dewasa muda Tidak berhubungan dengan aktivitas fisik yang berat Belum diketahui penyebabnya

PSS: Terjadi karena penyakit paru yang mendasarinya TB paru, PPOK, asma bronchial, pneumonia, tumor

paru

Page 4: PNEUMOTHORAKS 3

PATOGENESIS PSP

Robekan suatu kantong udara dekat pleura viseralis

Secara patologis paru yang direseksi tampak: Bulla : kantong yang dibatasi pleura fibrotik

yang menebal, jaringan fibrosa paru sendiri dan jaringan paru emfisematous.

Bleb: terbentuk dari suatu alveoli yang pecah melalui jaringan interstisial ke dalam lapisan fibrosa tipis pleura viseralis yang kemudian berkumpul dalam bentuk kista.

Mekanisme terjadinya bulla atau bleb belum jelas

Page 5: PNEUMOTHORAKS 3

PSS Karena pecahnya bulla subpleura atau bleb viseralis Berhubungan dengan penyakit paru yang

mendasarinya. Patogenesis PSS multifaktorial Terjadi akibat komplikasi penyakit PPOK, asma,

fibrosis kistik, TB paru dan penyakit-penyakit paru infiltrate lainnya

Page 6: PNEUMOTHORAKS 3

DIAGNOSIS Keluhan subjektif

Sesak nafasNyeri dadaBatuk

Pemeriksaan fisikSuara nafas melemah sampai menghilangFremitus melemah sampai menghilang Resonansi perkusi dapat normal atau

meningkat/hipersonor

Page 7: PNEUMOTHORAKS 3

PEMERIKSAAN PENUNJANG Analisa gas darah

Hipoksemia dan alkalosis respirasi akut EKG

Pneumotoraks primer sebelah kiri dapat menyebabkan aksis QRS dan perubahan gelombang T

Rontgen Thoraks Garis pleura viseralis tampak putih, lurus atau

cembung terhadap dinding dada dan terpisah dari garis pleura parietalis.

Celah antara kedua garis pleura tampak lusens Visceral pleural white line atau visceral line Pneumothoraks luas, paru-paru kolaps di daerah hilus

dan mediastinum terdorong kearah kontralateral.

Page 8: PNEUMOTHORAKS 3
Page 9: PNEUMOTHORAKS 3
Page 10: PNEUMOTHORAKS 3

Computed Tomography (CT-scan) Apabila dengan pemeriksaan foto thoraks diagnosis belom

ditegakkan. Spesifik untuk membedakan:

emfisema bullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan ekstrapulmoner pneumothoraks spontan primer atau sekunder.

Pemeriksaan endoskopi (torakskopi) Sensitivitas yang lebih besar dibandingkan pemeriksaan CT

scan. Menurut Swierenga dan Vanderschueren hasil pemeriksaan

endoskopi dapat dibagi menjadi 4 derajat: Derajat 1 : pneumothoraks dengan gambaran paru yang

mendekati normal Derajat 2 : pneumothoraks dengan perlengketan disertai

hemotoraks Derajat 3 : pneumothoraks dengan diameter bleb atau bula

< 2 cm Derajat 4 : pneumothoraks dengan banyak bulla yang besar,

diameter > 2 cm

Page 11: PNEUMOTHORAKS 3

PRESENTASE PNEUMOTORAKS

Page 12: PNEUMOTHORAKS 3

PENATALAKSANAAN Observasi dan pemberian tambahan oksigen Aspirasi sederhana dengan jarum dan

pemasangan tube torakostomi dengan atau tanpa pleurodesis

Torakoskopi dengan pleurodesis dan penanganan terhadap adanya bleb atau bulla

Torakotomi

Page 13: PNEUMOTHORAKS 3

OBSERVASI DAN PEMBERIAN TAMBAHAN OKSIGEN

Jika luas pneumotoraks <15% dari hemitoraks11 Apabila fistula dari alveoli ke rongga pleura telah

menutup, udara dalam rongga pleura perlahan-lahan akan diresorbsi

Laju resorbsinya ± 1,25% dari sisi pneumotoraks per hari

Laju resorbsi meningkat jika tambahan oksigen

Observasi: beberapa hari (minggu) dengan foto dada serial tiap 12-24 jam selama 2 hari.

Page 14: PNEUMOTHORAKS 3

ASPIRASI DENGAN JARUM DAN TUBE TORAKOSTOMI

Dilakukan seawal mungkin Pasien pneumotoraks yang luasnya >15%. Bertujuan mengeluarkan udara dari rongga pleura

(dekompresi). Tindakan dekompresi dapat dilakukan dengan

cara : 

Menusukkan jarum melalui dinding dada sampai masuk rongga pleura, sehingga tekanan udara positif akan keluar melalui jarum tersebut.

 Membuat hubungan dengan udara luar

Page 15: PNEUMOTHORAKS 3

MEMBUAT HUBUNGAN DENGAN UDARA LUAR

Jarum infus set ditusukkan ke dinding dada sampai masuk rongga pleura

Jarum abbocath no. 14 ditusukkan ke rongga pleura

Water Sealed Drainage (WSD)

Page 16: PNEUMOTHORAKS 3

WATER SEALED DRAINAGE (WSD) Pipa khusus (kateter urin) yang steril dimasukkan ke

rongga pleura dengan perantaran trokar atau klem penjepit

Dilakukan insisi kulit Ruang antar iga ke enam pada linea aksilaris media Ruang antar iga kedua pada linea mid klavikula

Diberikan cairan disinfektan dan dilakukan injeksi anestesi lokal dengan xilokain atau prokain 2%

Trokar masuk ke dalam rongga pleura, pipa khusus segera dimasukkan ke rongga pleura dan trokar dicabut sehingga hanya pipa khusus yang masih tertinggal di rongga pleura

Pipa dihubungkan dengan pipa yang lebih panjang dan dengan pipa kaca yang dimasukkan ke dalam air di dalam botol

Page 17: PNEUMOTHORAKS 3

Masuknya pipa kaca ke dalam air 2 cm dari permukaan air

penghisapan udara secara aktif (continuous suction) Apabila tekanan rongga pleura masih tetap positif, Memberikan tekanan -10cm - 20cm H2O agar supaya

paru cepat mengembang Evaluasi:

Paru sudah mengembang penuh dan tekanan rongga pleura sudah negatif uji coba penjepitan selang 24 jamu

Evaluasi dengan foto rontgen toraks Tekanan di dalam rongga pleura menjadi positif maka

pipa tersebut belum dapat dicabut Bila paru sudah mengembang maka WSD dicabut Pencabutan WSD dilakukan saat pasien dalam

keadaan ekspirasi maksimal

Page 18: PNEUMOTHORAKS 3
Page 19: PNEUMOTHORAKS 3
Page 20: PNEUMOTHORAKS 3
Page 21: PNEUMOTHORAKS 3

TORAKOSKOPI Tindakan untuk melihat langsung ke dalam rongga toraks

dengan alat bantu torakoskop Dipandu dengan video (Video Assisted Thoracoscopy Surgery) Dapat dilakukan reseksi bulla atau bleb dan dilakukan untuk

pleurodesis Tindakan ini dilakukan apabila :

Tindakan aspirasi maupun WSD gagal  Paru tidak mengembang setelah 3 hari pemasangan tube

torakostomi Terjadinya fistula bronkopleura Timbulnya kembali pneumotoraks setelah dilakukan

pleurodesis

Page 22: PNEUMOTHORAKS 3

Video Assisted Thoracoscopy Surgery  Pilihan yang tepat untuk pneumotoraks spontan Lamanya operasi sekitar 45 menit

Jika didapatkan adanya bleb atau bulla, maka yang bisa dilakukan adalah: Lesi ukuran kecil, beleb atau bulla < 2 cm, dikoagulasi

dengan pleurodesis talk. Bleb atau bulla > 2cm, reseksi torakoskopi dengan

suatu alat EndoGIA, kemudian diikuti skarifikasi (electrocoagulation) pada pleura parietalis.

Page 23: PNEUMOTHORAKS 3

TORAKOTOMI Tindakan pembedahan ini indikasinya hampir

sama dengan torakoskopi Tindakan ini dilakukan jika dengan torakoskopi

gagal atau jika bleb atau bulla terdapat di apeks paru

Page 24: PNEUMOTHORAKS 3

MENURUT ASRIL PENATALAKSANAAN PNEUMOTHORAKS SPONTAN

PSP Terjadi pada usia muda dengan fungsi paru normal

akan sembuh sendiri. Evaluasi sampai pengembangan paru sempurna PSP ukuran besar

Bila pada aspirasi pipa kecil tidak mengembang dalam waktu 24-48 jam, perlu dipasang pipa interkostal besar dengan WSD atau continous suction

Bila paru mengembang, biarkan pipa rongga pleura dengan diklem alirannya dan dievaluasi selama 24 jam

Apabila udara masuk menetap dalam rongga pleura selama satu minggutorakotomi

Page 25: PNEUMOTHORAKS 3

PSSPengeluaran udara secara continous

suction sampai beberapa hariBila gagal mengembang sempurna, dapat

dipasang pipa rongga pleura kedua dan bila gagal juga mengembang setelah 1 minggu perlu dilakukan torakotomi.

Page 26: PNEUMOTHORAKS 3

TERIMA KASIH