Upload
geralders01
View
212
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hdwvhkDBVWDGBJKWDBUDBCED
Citation preview
PLASMA COTININE MENUNJUKKAN PENINGKATAN RISIKO
PREEKLAMPSIA PADA PEROKOK PASIF DAN RIWAYAT MEROKOK
Zhong-Cheng Luo, PhD; Pierre Julien, PhD; Shu-Qin Wei, PhD; Francois Audibert,
MD, MSc; Graeme N. Smith, MD; William D. Fraser, MD; and the MIROS study
group
Tujuan : Laporan merokok tembakau selama kehamilan menyebabkan
penurunan risiko perkembangan preeklampsia, tetapi bukti yang diberikan
terbatas dan bukti ini tidak sama pada perokok pasif dan wanita yang pernah
merokok. Kesalahan klasifikasi dan tidak akuratnya laporan mengenai paparan
tembakau dapat menyembunyikan hubungan sebenarnya. Penelitian ini
bertujuan untuk menilai hubungan hipertensi gestasional dan preeklampsia
dengan wanita dengan status merokok yang ditentukan dengan cotinine plasma.
Bentuk penelitian : Penelitian ini adalah penelitian prospektif terhadap 605
wanita hamil tanpa adanya hipertensi kronik. Status ibu merokok pada saat usia
kehamilan 24-26 minggu ditetapkan dengan cotinine plasma : > 3.0 ng/ml “saat
ini perokok”, 0,2-3,00 ng/ml “riwayat merokok dan perokok pasif” dan < 0,20
ng/ml “tidak perokok”.
Hasil : Dibandingkan dengan tidak perokok, risiko perkembangan preeklampsia
tidak mengalami perubahan besar untuk wanita yang saat ini merokok, tetapi
peningkatan besar (penyesuaian odd rasio, 6,06; interval kepercayaan 95%, 2,32-
15,85, P < .001) untuk riwayat perokok dan perokok pasif. Tidak ada perbedaan
besar risiko perkembangan hipertensi gestasional saja.
Kesimpulan : riwayat merokok dan perokok pasif dapat meningkatkan risiko
preeklampsia. Menghindari paparan dengan lingkungan merokok tembakau pada
kehamilan dapat menurunkan risiko preeklampsia.
Kata kunci : cotinine, hipertensi gestasional, perokok pasif, preeklampsia,
riwayat perokok
Merokok tembakau atau perokok dalam jangka waktu pendek diketahui
merupakan faktor risiko untuk sejumlah pengaruh buruk terahadap luaran
kehamilan seperti gangguan pertumbuhan janin, persalinan prematur, dan
abrupsio plasenta. Berbeda dengan laporan sendiri yang melaporkan merokok
selama kehamilan menyebabkan penurunan risiko preeklampsia – merokok
menghasilkan komplikasi kehamilan yang serius yang dikarakteristikkan oleh
onset hipertensi dan proteinuria yang terjadi pada saat usia kehamilan > 20
minggu pada wanita yang diketahui hipertensi kronik atau proteinuria. Pengaruh
perlindungan yang mungkin dari perokok aktif terhadap preeklampsia
kemungkinan karena molekul karbon monoksida dari gas pembakaran tembakau,
yang memiliki pengaruh sitoprotektif terhadap sel endotelial dan sifat
antiapoptotik pada plasenta manusia. Masih diperdebatkan apakah ada
pengaruh perlindungan dari karbon monoksida bagi wanita dengan riwayat
merokok, dan bukti hanya sedikit untuk perokok pasif atau paparan terhadap
lingkungan merokok tembakau. Bukti saat ini sangat banyak berasal dari
penelitian didasarkan dari laporan sendiri mengenai status merokok. Kesalahan
klasifikasi dan tidak akurat menjelaskan paparan berdasarkan laporan sendiri
dapat meruba hubungan antara merokok dan preeklampsia, khususnya untuk
perokok pasif diketahui rentan untuk kesalahan laporan. Apakah ada makna
biologis saat ini pada mereka dengan riwayat merokok masih belum jelas tanpa
adanya pengukuran biomarker. Hambatan ini dapat diatasi jika kita
menggunakan biomarker yang dipakai untuk mengukur paparan merokok.
Namun, hanya sedikit dan terbatas penelitian mengenai biomarker berdasarkan
pada paparan merokok dan risiko hipertensi gestasional dan preeklampsia. Kita
dapat mengenali hanya 2 penelitian awal : penelitian yang bertujuan untuk
menjelaskan risiko preeklampsia pada wanita yang saat ini merokok. Penelitian
saat ini menilai risiko hipertensi gestasional dan preeklampsia pada wanita yang
saat ini perokok, riwayat perokok sebelumnya dan perokok pasif berdasarkan
pada level cotinine plasma. Kami berpendapat bahwa riwayat merokok dan
perokok pasif menyebabkan peningkatan risiko hipertensi gestasional dan
preeklampsia karena memberikan pengaruh merusak pada plasenta dari paparan
sebelumnya dan paparan saat ini terhadap sejumlah bahan kimia tembakau pada
keadaan tidak adanya dalam jumlah besar paparan terhadap karbon monoksida
yang dijelaskan menurunkan risiko preeklampsia pada wanita yang saat ini
perokok.
Metoda dan Bahan
Bentuk Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kelompok prospektif terhadap wanita hamil
menggunakan bank spesimen plasma merupakan penelitian the International
Trial of Antioxidant Supplementation (vitamin C dan E) untuk mencegah
preeklampsi (INTAPP). Percobaan dilakukan di Canada dan Mexico dari tahun
2004 sampai 2006, dan penelitian ini tidak menemukan adanya hubungan antara
suplementasi antioksidan (saat usia kehamilan antara 12-18 minggu dan
seterusnya) dan risiko perkembangan preeklampsia. Subjek INTAPP Canadian
diijinkan untuk ikut dalam biobank (n = 733) untuk penelitian lebih lanjut
mengenai komplikasi kehamilan. 46 subjek dikeluarkan dengan hipertensi kronik
dan 82 subjek tidak ada spesimen plasma maternal pada saat usia kehamilan 24-
26 minggu untuk pengukuran cotinine plasma, kelompok akhir penelitian terdiri
dari 605 subjek. Selama INTAPP, partisipan diminta untuk mendonorkan 14 ml
spesimen darah pada saat usia kehamilan 24-26 minggu ke dalam tuba berisi
EDTA sebanyak 2-7 ml. Penelitian ini disetujui oleh Dewan Etik Penelitian Rumah
sakit Universitas Montreal Sainte-Justine. Karakteristik Ibu dan luaran klinik sama
dan tidak berbeda jauh antara subjek Canadian yang diijinkan untuk ikut serta
dalam biobank dibandingkan mereka yang tidak. Subjek Mexican tidak ikut serta
dalam penelitian karena tidak mudah mendapatkan ijin INTAPP partisipan
Mexican. Pada INTAPP, wanita diurutkan berdasarkan ada atau tidak adanya
faktor risiko untuk preeklampsia. Wanita pada tingkatan risiko teratas untuk
preeklampsia jika mereka memenuhi sekurangnya 1 dari 4 kriteria : hipertensi
kronik sebelum kehamilan, diabetes sebelum kehamilan, kehamilan multipel
atau riwayat preeklampsia; sisa subjek ada pada tingkatan risiko rendah. Wanita
dengan hipertensi kronik dikeluarkan pada penelitian saat ini karena diagnosis
hipertensi gestasional tidak dapat dipakai pada pasien seperti itu. Definisi
penelitian untuk hipertensi gestasional dan preeklampsia berdasarkan kriteria
the Society of Obstetricians and Gynecologists of Canada; hipertensi gestasional
diartikan sebagai hipertensi (≥ 2 pembacaan tekanan darah diastolik ≥ 90 mm Hg
diambil tiap 4 jam) terjadi pada saat usia kehamilan ≥ 20 minggu; preeklampsia
diartikan sebagai hipertensi gestasional dengan proteinuria (tes dipstik protein
urine ≥ 2+ atau ekskresi urin ≥ 0,3 g dalam 24 jam pengumpulan urin). Analisis
sensitivitas dilakukan untuk menilai apakah penemuan utama masih valid,
hipertensi gestasional diartikan sebagai tekanan darah diastolik ≥ 90 mm Hg dan
tekanan darah sistolik ≥ 140 mm Hg (definisi Canada mempertimbangkan hanya
tekanan darah diastolik).
Pemeriksaan Cotinine Plasma
Spesimen plasma disimpan pada suhu -800C sampai pemeriksaan. Cotinine
plasma ibu (ng/ml) pada saat usia kehamilan 24-26 minggu dinilai menggunakan
alat pemeriksaan immunosorbent linked enzyme (Calbiotech, Sping Valley, CA).
Didasarkan pada pengukuran menggunakan konsentrasi cotinine standar dan
kontrol blank yang dijelaskan oleh alat, batas deteksi adalah 0,20 ng/ml;
koefisien variasi intra pemeriksaan dan inter pemeriksaan adalah 6,0% dan 10,1%
(pada 5,0 ng/ml), secara berurutan.
Status merokok berdasarkan cotinine plasma
Karena informasi terbatas mengenai status merokok yang didapatkan pada
pertanyaan INTAPP untuk mengetahui status merokok hanya terbatas pada
bagian kuesioner dasar INTAPP (apakah kamu pernah merokok selama
kehamilan ini ? ) – tanpa adanya informasi mengenai menghentikan merokok
selama kehamilan pada kunjungan berikutnya, jumlah rokok yang dihisap atau
paparan terhadap lingkungan merokok tembakau, penelitian saat ini untuk
menentukan status merokok berdasarkan cotinine plasma. Status ibu merokok
saat usia kehamilan 24-26 minggu ditetapkan berdasarkan cotinine plasma : >
3.00 ng/ml “saat ini perokok”, 0,20-3,00 ng/ml “sebelumnya perokok atau
perokok pasif” (tidak mungkin dapat membedakan kedua keadaan ini) dan < 0,20
ng/ml “tidak merokok” (kelompok referensi). Menggunakan nilai titik potong
konsentrasi cotinine sirkulasi relatif sebesar 3,0 ng/ml untuk menentukan saat ini
perokok baru-baru dianjurkan berbeda dengan yang dianjurkan pada penelitian
sebelumnya menggunakan nilai titik potong sebesar 14 ng/ml pada penelitian
awal tahun, mempertimbangkan penurunan jumlah perokok dan larangan
merokok pada fasilitas publik mengakibatkan penurunan paparan terhadap
lingkungan merokok tembakau dalam beberapa dekade terakhir di Amerika
Utara. Nilai titik potong sebesar 0,20 ng/ml pada cotinine plasma untuk
menemukan paparan pasif terhadpa merokok tembakau sama dengan nilai titik
potong 0,21 ng/ml yang dilaporkan pada penelitian terbaru.
Analisis sensitivitas dilakukan untk menilai apakah penemuan utama
masih valid jika secara alternatif cotinine plasma > 4,85 ng/ml dipakai untuk
menentukan status merokok – nilai anjuran saat ini untuk kulit putih,
kebanyakan kelompok suku bangsa pada populasi penelitian – atau sebelumnya
umum dipakai nilai titik potong sebesar 14.0 ng/ml untuk menentukan status
saat ini merokok.
Analisis statistik
Regresi logistik dipakai untuk memperkirakan odd rasio penyesuaian dan kasar
(OR) dengan interval kepercayaan 95% (CI) pada perkembangan hipertensi
gestasional, preeklampsia atau keadaan yang disebabkan oleh saat ini merokok,
riwayat merokok sebelumnya dan peorkok pasif. OR adalah kontrol untuk
faktor-faktor yang berpotensial mengacau seperti tingkatan risiko (risiko rendah,
risiko tinggi), suku bangsa ibu (kulit putih, lain-lain), usia (≥ 35 tahun, ya/ tidak),
primiparitas (ya / tidak), obesitas sebelum hamil (indeks massa tubuh ≥ 30 kg/m2,
ya/ tidak), pendidikan (universitas, ya/ tidak), pekerjaan (ya/ tidak), dan
kelompok terapi (suplementasi antioksidan, ya/ tidak). Tingkatan risiko dipakai
daripada risiko individual di dalam regresi logistik multivariasi untuk menurunkan
jumlah covariabel dan perbaikan stabilitas model regresi. Nilai P dua sisi < .05
dianggap secara statisitk bermakna. Setiap analisis dilakukan menggunakan
software SAS (versi 9.2; SAS Institute Inc, Cary, NC). Penghitungan kekuatan
adhoc menunjukkan kekuatan sebesar 80,5% untuk menemukan OR ≥ 4.0
menemukan hubungan antara riwayat merokok dengan hipertensi gestasional
dan preeklampsia.
Hasil
Berdasarkan pada cotinine plasma pada saat usia kehamilan 24-26 minggu, 47
wanita hamil adalah perokok, 42 adalah perokok pasif atau riwayat perokok, dan
516 wanita tidak merokok. Tabel 1 menyajikan karakteristik ibu berdasarkan
status merokok. Tidak ada perbedaan besar pada status merokok ibu
berdasarkan pada jumlah wanita suku bangsa non kulit putih, usia ≥ 35 tahun,
nulliparitas, obesitas sebelum hamil, tingkatan risiko tinggi, atau kelompok erapi
antioksidan. Ada dalam jumlah besar wanita tidak bekerja atau tidak
menyelesaian pendidikan lebih rendah dari universitas pada wanita perokok
daripada wanita riwayat merokok atau perokok pasif atau tidak merokok.
Total 30 subjek (5,0%) mengalami perkembangan preeklampsia, dan 67
subjek (11,1%) mengalami perkembangan hipertensi gestasional saja (tanpa
proteinuria). Dibandingkan dengan tidak perokok, ada dalam jumlah besar
peningkatan risiko preeklapsia pada wanita riwayat merokok atau perokok pasif
(OR kasar 5,84; CI 95% 2,40-14,22; P < .001) dan risiko peningkatan kecil dan
secara statistik masih besar setelah penyesuaian untuk tingkatan risiko, obesitas
dan potensial faktor pengacau lain (OR penyesuaian, 6,06; CI 95%, 2,32-15,85; P
< .001) (Tabel 2). Tidak ada perubahan besar pada risiko hipertensi gestasional,
preeklampsia atau keadaan lain pada wanita yang saat ini merokok, meskipun
tidak ada kecenderungan besar penurunan risiko perkembangan keadaan ini
(penyesuaian OR, 0,64; CI95% 0,24-1,76; P =.38).
Tabel 1. Karakteristik Ibu oleh status merokok berdasarkan cotinine plasma pada
saat usia kehamilan 24-26 minggu
Hasil yang sama ditemukan untuk preeklampsia bila, hipertensi
gestasional ditetapkan sebagai tekanan darah diastolik ≥ 90 mm Hg dan tekanan
darah sistolik ≥ 140 mm Hg, karena jumlah subjek preeklampsia masih sama (n =
30). Tidak ada pasien dengan tekanan darah sistolik tinggi mengalami
perkembangan proteinuria pada kelompok penelitian. Hasil untuk
perkembanagn hipertensi gestasional hanya mengalami perubahan sedikit tetapi
masih dalam pola yang sama (data tidak diperlihatkan).
Tabel 2. Status merokok Ibu berdasarkan cotinine plasma dalam hubungan
dengan hipertensi gestasional dan preeklampsia
Hasil yang sama ditemukan jika cotinine plasma > 4.85 ng/ml dipakai
sebagai nilai titik potong untuk menentukan status saat ini merokok (n = 44), dan
0,20-4,85 ng/ml untuk menentukan riwayat merokok dan perokok pasif (n = 45).
Sebagai contoh, dibandingkan dengan tidak merokok, masih dalam jumlah besar
peningkatan risiko preeklampsia pada wanita dengan riwayat merokok dan
perokok pasif (OR penyesuaian 5,57; CI 95% 2,16-14,36; P < .001), tidak ada
perubahan risiko yang besar pada wanita yang saat ini merokok (penyesuaian
OR, 1,09; CI 95% 0,23-5,25; P = .91). penemuan yang sma juga ditemukan jika
cotinine plasma > 14.0 ng/ml dipakai sebagai nilai titik potong untuk menentukan
saat ini merokok (n = 40), dan 0,20-14,0 ng/ml dipakai untuk menentukan
riwayat merokok dan perokok pasif (n = 49). Bila dibandingkan dengan tidak
merokok, masih dalam jumlah bear peningkatan risiko preeklampsia pada wanita
riwayat merokok dan perokok pasif (penyesuaian OR, 5,05; CI 95% 1,98-12,89; P
< .001).
Jika cotinine plasma diterapi dengan variabel tetap, tidak ada hubungan
kaut antara peningkatan konsentrasi cotinine plasma dan risiko perkembangan
hipertensi gestasional, preeklampsia atau keadaan lain (P > .2).
ULASAN
Penemuan Utama
Berdasrakan pengetahuan kami, penelitian ini adalah penelitian pertama yang
melaporkan risiko preeklampsia pada wanita dengan riwayat merokok atau
perokok pasif didasarkan pada biomarker indikator paparan tembakau.
Peningkatan risiko dalam jumlah besar preeklampsia ditemukan pada wanita
dengan riwayat merokok atau perokok pasif berdasrkan pada level cotinine
plasma pada pertengahan kehamilan. Penemuan ini masih valid tanpa
memandang nilai titik potong cotinine plasma yang dipakai untuk menentukan
status merokok.
Penafsiran data dan perbandingan dengan penelitian sebelumnya
Tinjauan sistematik terbaru menemukan hanya satu penelitian mengenai risiko
preeklampsia pada perokok pasif; penelitian melaporkan penurunan risiko dalam
jumlah yang tidak besar untuk preeklampsia dalam perbandingan antara perokok
pasif dan tidak merokok. Hasil diperdebatkan mengenai risiko preeklampsia pada
wanita dengan riwayat merokok. Sebaliknya, data biomarker berdasarkan pada
paparan merokok menegaskan peningkatan risiko preeklampsia pada wanita
dengan riwayat merokok dan perokok pasif, meksipun kami tidak dapat
membedakan kedua keadaan ini.
Dua penelitian sebelumnya didasrkan pada biomarker paparan merokok
menegaskan pengaruh perlindungan dari perokok aktif terhadap perkembangan
preeklampsia: Janakiraman dan rekan menemukan penurunan risiko
menggunakan cotinine saliva untuk mengenali wanita perokok (130 peorkok, 594
tidak perokok) tetapi secara statistik tidak besar sehingga setelah penyesuaian
untuk faktor risiko ibu yang lain, Lain dan rekan menemukan penurunan risiko
menggunakan cotinine urine untuk mengenali perokok (50 kass preeklampsia, 50
kontrol). Kami tidak menemukan adanya pengaruh besar dari merokok terhadap
risiko preeklampsia pada wanita yang saat ini merokok, meskipun ada
kecenderungan penurunan risiko perkembangan hipertensi gestasional atau
preeklampsia. Perhatian harus diberikan dalam menafsirkan data karena
kekuatan rendah untuk menemukan pengaruh perlindungan ringan pada
kelompok penelitian kami.
Mekanisme yang mendasari peningkatan risiko preeklampsia pada wanita
riwayat perokok dan wanita perokok pasif tidak jelas. Kami curiga bahwa hal ini
dapat disebabkan oleh pengaruh buruk kronik dari paparan tembakau yang
rendah pada keadaan tidak adanya paparan besar faktor pelindung seperti
karbon monoksida pada wanita yang saat ini merokok. Telah diusulkan bahwa
karbon monoksida, produk pembakaran tembakau dengan berat molekular yang
rendah dapat merupakan agen aktif dalam menurunkan risiko preeklampsia.
Penelitian Skala besar di Swedia menemukan penurunan risiko preeklampsia
pada pengguna tembkau aktif tetapi tidak bagi wanita kurang merokok (tidak
adanya karbon monoksida) dibandingkan dengan bukan pengguna nikotine.
Paparan terhadap karbon monoksida menyebabkan penuruiliki level rendah fms-
like tyrosine kinase 1 plasma, sebuah faktor antiangiogenik yang sangat kuat
memprediksikan risiko preeklampsia. Karbon monoksida dijelaskan menurunkan
regulasi pelepasan soluble fms-like tyrosine kinase 1 dari sl vaskular pada
penelitian in vitro. Namun, merokok tembakau mengandung sejmlah bahan
kimia, dan pembakaran bahan kimia tertentu dari tembakau dapat memberikan
penagruh merusak. Merokok menyebabkan peningkatan risiko gangguan
pertumbuhan janin, persalinan prematur, dan abrupsio plasenta – kesemuanya
dapat merusak implantasi plasenta, langkah penting dalam perkembangan
preeklampsia. Diduga bahwa pembakaran bahan kimia tertentu dari tembakau
dapat merusak implantasi plasena dan berikutnya menyebabkan peningkatan
risiko preeklampsia. Namun, pengaruh merusak ini dapat dikompensasikan oleh
pemabakaran molekul tembakau seperti karbon monoksida pada perokok aktif,
menghasilkan penurunan risiko preeklampsia. Sebaliknya, pada wanita dengan
riwayat merokok atau peorkok pasif, pengaruh perlindungan yang sangat kecil
dari level karbon monoksida yang sangat kecil dapat memperberat pengaruh
merusak dari sejumlah bahan kimia lain yang berbahaya dari tembakau.
Kekuatan dan kekurangan
Kekuatan utama dari penelitian ini adalah cotinine plasma memberikan penilaian
yang akurat mengenai paparan merokok saat ini pada kelompok kehamilan.
Penelitian ini memiliki beberapa kekurangan. Pertama, kelompok INTAPP
awalnya tidak dilakukan untuk menilai pengaruh merokok terhadap risiko
hipertensi gestasional dan preeklampsia. Kami tidak dapat membedakan antara
riwayat merokok dan perokok pasif berdasarkan level cotinine plasma. Data kami
seharusnya ditafsirkan berdasarkan bukti biomarker mengenai status ibu
merokok saat usia kehamilan 24-26 minggu. Pengaruh perlindungan dari
merokok melawan preeklampsia dapat tidak ada untuk wanita yang saat ini
merokok pada paruh pertama kehamilan yang berhenti pada paruh kedua
kehamilan. Hal ini secara khusus menjelaskan kurangnya pengaruh pada wanita
yang saat ini merokok pada kelompok peneltiian ini, meskipun sepertinya wanita
tidak akan berhenti merokok jika ia masih merokok hingga usia kehamilan 6-7
bulan. pasien mengetahui manfaat dari pengumpulan spesimen darah. Namun,
sepertinya perokok tidak dapat berhenti merokok selama beberapa hari sebelum
kunjungan penelitian untuk menurunkan konsentrasi cotinine plasma karena
mereka tidak mengetahui pengukuran cotinine pada waktu pengumpulan
spesimen dan diijinkan 2-3 tahun berikutnya. Teknik pemeriksaan cotinine
palsma dipakai pada penelitian saat ini tidak dapat mendeteksi cotinine < 0,20
ng/ml, jadi tidak dapat menangka level yang sangat rendah paparan terhadap
merokok tembakau. Namun, kekurangan dalam menemukan nilai yang terlalu
rendah ini kelihatna cukup untuk mengenali paparan pasif ringan terhadap
merokok tembakau. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metoda
pemeriksaan cotinine yang memiliki sensitivitas tinggi seperti liquid
chromatography mass spectrometry untuk mengetahui level paparan tembakau
lingkungan yang sangat rendah.
Kesimpulan
Riwayat merokok dan perokok pasif dapat meningkatkan risiko preeklampsia.
Penelitan kelompok skala besar dengan perencanaan hati-hati pada kuesioner
dan pengukuran biomarker paparan merokok diperlukan untuk menegaskan
hasil ini dan membedakan pengaruh antara riwayat merokok dan perokok pasif.
Menghindari paparan dengan lingkungan merokok tembkaau selama kehamlan
dapat menurunkan risiko preeklampsia.