Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGARUH PERILAKU TRANSFORMASIONAL DOSEN PADA MOTIVASI
MAHASISWA SERTA DAMPAKNYA PADA PEMBELAJARAN,
PEMBERDAYAAN, DAN KEPUASAN MAHASISWA
Dilha Ayu Paramita, SE., MM
Abstrak
This research examined the influence of teacher transformational leadership to
students’ motivation and its impact to students’ learning, empowerment, and satisfaction.
Participants of this research are graduate students consisting of master of management
students, master of accounting students, and pendidikan profesi akuntansi in STIE YKPN.
Data collection procedure uses questionnaire. Data was processed with structural equation
modelling that enables simultaneous data processing with mediating variable.
There are several important results. First, teacher transformational leadership has
positive influence to students’ motivation. Second, students’ motivation has positive influence
to students’ learning. Third, students’ motivation has positive influence to students’
satisfaction. Fourth, students’ motivation has positive influence to students’ empowerment.
Keywords: Teacher transformational leadership, students’ empowerment, students’
motivation, students’ satisfaction, students’ learning.
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia yang pesat dewasa ini harus diimbangi dengan kemajuan dunia
pendidikan tinggi yang didisain sedemikian rupa agar perguruan tinggi tidak tertinggal
dengan perkembangan dunia. Pendidikan tinggi harus mampu menciptakan calon-calon
tenaga siap latih untuk memasuki dunia kerja melalui peran pelaku-pelaku institusi
pendidikan tinggi yang mampu menjadi agen perubahan.
Keberadaan Perguruan Tinggi Swasta harus mampu memberikan kepuasan pelanggan
(mahasiswa) untuk memenangkan persaingan. Kepuasan mahasiswa bisa diartikan sebagai
perbandingan antara harapan yang diinginkan mahasiswa tentang pelayanan dosen yang
didukung oleh sarana prasarana dan dengan apa yang mahasiswa rasakan setelah
mendapatkan pelayanan.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
2
Suatu bidang yang sedang berkembang di dalam penelitian komunikasi instruksional
adalah pengaruh kepemimpinan dosen (teacher leadership) pada hasil pembelajaran.
Richmond dan McCroskey (1992) seperti dikutip dalam Noland (2005), menyatakan
bahwa ruang kelas adalah suatu organisasi. Oleh karena itu beberapa penelitian telah menguji
hubungan antara gaya dosen dan hasil pembelajaran (student outcomes). Penelitian tersebut
menghasilkan teori organisasional pada konteks instruksional. Penelitian ini akan
memperluas penelitian sebelumnya dengan menambahkan pemahaman pada efek
kepemimpinan transformasional pada hasil pembelajaran.
Di dalam kelas, dosen berperan sebagai pemimpin. Richmond dan McCroskey (1992)
seperti dikutip dalam Noland (2005) memformulasikan ruang kelas sebagai suatu organisasi
yang memiliki tujuan sebagai proses belajar dan berbagai hubungan interdependen. Pounder
(2003) menyatakan kepemimpinan transformasional sebagai suatu teori yang dapat
diaplikasikan untuk konteks instruksional. Penelitiannya menghasilkan hubungan yang positif
dengan kepemimpinan transformasional dosen, termasuk di antaranya perkembangan
kapabilitas pelajar untuk menggunakan ide-ide dan informasi, perkembangan kemampuan
pelajar untuk berpikir kritis dan mengukur ide-ide, dan perkembangan kemampuan pelajar
untuk secara kritis menguji situasi dan menghasilkan pendekatan baru untuk memecahkan
permasalahan.
Kepemimpinan transformasional akan memiliki pengaruh positif pada motivasi
mahasiswa, dan motivasi mahasiswa akan mempunyai pengaruh positif pada kepuasan
mahasiswa, pemberdayaan mahasiswa, dan pembelajaran mahasiswa. Sifat pemimpin atau
dosen transformasional akan mempengaruhi motivasi mahasiswa melalui kharisma yang
dimiliki seorang dosen transformasional. Dapat disimpulkan dosen yang berkarisma akan
lebih mudah memotivasi mahasiswanya, sehingga pemimpin atau dosen transformasional
mempunyai hubungan positif dengan student motivation.
Barelson dan Steiner seperti dikutip dalam Koortz (2001) mendefinisikan motivasi
sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang (innerstate) yang mendorong, mengaktifkan, atau
menggerakan, dan yang mengarahkan atau menyalurkan perilaku kearah tujuan.
Dalam kepemimpinan transformasional melibatkan pengembangan hubungan yang
lebih dekat antara pemimpin dan pengikut. Dosen transformasional akan lebih mudah untuk
memotivasi mahasiswanya. Teknik-teknik atau perilaku tertentu dapat mempengaruhi
pemberdayaan mahasiswa, seperti memberikan motivasi kepada mahasiswa. Sehingga
motivasi mahasiswa secara positif mempengaruhi pemberdayaan mahasiswa.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
3
Apabila komunikasi yang terjalin antara dosen dan mahasiswa dalam kepemimpinan
transformasional berjalan sangat baik, dosen berusaha melayani mahasiswanya baik di dalam
kelas yaitu selama proses belajar mengajar berlangsung atau bahkan di luar kelas setelah
proses belajar mengajar selesai. Sikap tersebut akan dapat memotivasi mahasiswa untuk
melakukan atau menyelesaikan pekerjaannya dalam konteks belajar, sehingga mahasiswa
yang termotivasi akan menciptakan kepuasan bagi mahasiswanya. Dapat disimpulkan
motivasi mahasiswa mempunyai hubungan positif dengan kepuasan mahasiswa. Pemimpin
atau dosen transformasional selalu menekankan pada kedekatan dengan mahasiswanya
berarti komunikasi dapat berjalan dengan baik hal tersebut menunjukan adanya keterbukaan
antara mahasiswa dan dosen sehingga mahasiswa merasa mudah dalam menjalankan proses
belajarnya dan mahasiswa akan termotivasi untuk belajar. Sehingga mahasiswa yang
termotivasi akan tertarik untuk belajar. Dapat disimpulkan motivasi mahasiswa mempunyai
hubungan positif dengan student learning.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, permasalahan
yang terdapat dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah perilaku transformasional dosen berpengaruh positif pada motivasi
Mahasiswa?
2. Apakah motivasi mahasiswa berpengaruh positif pada pembelajaran Mahasiswa?
3. Apakah motivasi mahasiswa berpengaruh positif pada pemberdayaan Mahasiswa?
4. Apakah motivasi mahasiswa berpengaruh positif pada kepuasan Mahasiswa?
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji pengaruh antara perilaku
transformasional dosen terhadap motivasi mahasiswa, serta dampaknya pada pembelajaran
mahasiswa, pemberdayaan mahasiswa, dan kepuasan mahasiswa.
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi akademisi yaitu, hasil penelitian ini dapat
memberikan penjelasan mengenai pengaruh antara perilaku transformasional terhadap
motivasi mahasiswa, dan pengaruh motivasi mahasiswa terhadap pembelajaran mahasiswa,
pemberdayaan, kepuasan mahasiswa. Bagi praktisi, penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai tipe kepemimpinan apa yang dapat
meningkatkan pemberdayaan mahasiswa, pembelajaran mahasiswa, motivasi mahasiswa, dan
kepuasan mahasiswa. Sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menyusun kebijakan mengenai kriteria-kriteria tipe dosen seperti apa yang akan membantu
proses belajar mahasiswa di dalam kelas.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
4
TINJAUAN KONSEPTUAL
Kepemimpinan Transformasional
Menurut Bass dan Avolio (1994) kepemimpinan transformasional memiliki ciri-ciri
pokok yang dikenal dengan sebutan “4I (Four I’s)” yakni idealized influence (II),
inspirational motivation (IM), intellectual stimulation (IS) dan individualized consideration
(IC).
Idealized Influence (II) menggambarkan ciri kepemimpinan atasan yang mampu
mempengaruhi bawahan secara komunikatif terhadap pentingnya komitmen bersama dan
pentingnya tekad yang tangguh untuk mencapai tujuan perusahaan.
Inspirational motivation (IM) menggambarkan ciri kepemimpinan atasan yang
mampu mengkomunikasikan visi dalam perusahaan, menggunakan simbol-simbol dan ritual
organisasi untuk menumbuhkan inspirasi bawahan dalam bekerja untuk memanfaatkan
peluang dan berani mengambil risiko. Juga atasan mampu mengkomunikasikan masa depan
dengan penuh optimis, merumuskan dan menetapkan target pencapaian tugas dan
meyakinkan bawahan bahwa target pekerjaan dapat dicapai.
Intellectual stimulation (IM) menggambarkan ciri kepemimpinan atasan yang mampu
mendorong bawahan untuk memikirkan kembali cara-cara kerja yang sering dilakukan,
merangsang dan memikirkan kembali cara-cara kerja baru, membiasakan bawahan untuk
memecahkan masalah-masalah yang muncul dengan pendekatan dan cara-cara baru,
mengembangkan kemampuan bawahan untuk melihat permasalahan dengan pemikiran yang
berbeda, mendorong keberanian bawahan untuk menyampaikan pandangan dan gagasan-
gagasannya, membiasakan bawahan untuk memecahkan masalah secara mandiri, kritis,
kreatif, dan inovatif. Intellectual stimulation tidak selalu hanya satu arah, para pengikut bisa
menstimulasi pemimpin apabila ada keterbukaan antara pemimpin dan pengikut.
Individual consideration (IC) menggambarkan ciri kepemimpinan atasan yang
menekankan perhatian kepada bawahan melalui sentuhan pribadi, memperlakukan bawahan
sebagai individu yang memiliki kelebihan dan keterbatasan, bersedia untuk mendengarkan
keluhan dan kecemasan bawahan, berupaya agar bawahan mampu berkembang, menghargai
pandangan dan menumbuhkan keyakinan bahwa mampu melakukan pekerjaan dengan
sukses, mengakui dan memberi apresiasi terhadap kontribusi bawahan, serta menghargai
kontribusi bawahan terhadap kemajuan dan kesuksesan perusahaan.
Motivasi Mahasiswa
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
5
Motivasi mahasiswa terdiri dari dua bentuk motivasi yaitu motivasi keadaan (state
motivation) dan motivasi sifat (trait motivation) (Frymer & Shuman, 1995). Motivasi
keadaan tergantung pada situasi, waktu. Motivasi sifat yaitu motivasi yang dirasakan
mahasiswa terhadap kursus, tugas atau bidang tertentu pada waktu tertentu. Perbedaan antara
kedua motivasi tersebut penting bagi dosen karena dapat menempatkan dosen untuk
mempengaruhi mahasiswa baik menggunakan bentuk motivasi keadaan atau menggunakan
bentuk motivasi sifat.
Pemberdayaan Mahasiswa
Berdasarkan penelitian Thomas dan Velthouse (1990) mengenai pemberdayaan di
tempat kerja, mereka mengkonseptualisasikan pemberdayaan menjadi empat dimensi yaitu
kebermaknaan (meaningfulness), kompetensi, dampak, dan pilihan. Dimensi kebermaknaan
membandingkan nilai suatu tugas dengan keyakinan dan nilai-nilai individu. Semakin besar
kesesuaian antara tugas, keyakinan dan nilai-nilai seseorang maka tugas tersebut semakin
bermakna. Jika mahasiswa menganggap tugas yang diberikan oleh dosen sesuai dengan
keyakinan dan nilai mereka, maka mereka akan merasa diberdayakan dan dimotivasi.
Dimensi kompetensi mengacu pada tingkat dimana individu merasa mampu
menyelesaikan tugas yang dihadapi. Frymier et al. (1996) menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan dan positif antara self esteem dengan kompetensi. Para pemimpin
transformasional mempunyai kontribusi yang besar untuk dapat memberdayakan individu
melalui individualized consideration dan inspirational motivation.
Dimensi dampak adalah tingkat dimana individu mempunyai persepsi bahwa
pencapaian suatu tujuan tertentu akan mempengaruhi tujuan pribadinya yang lebih besar
(Thomas & Velthouse, 1990). Misalnya, jika seorang mahasiswa mempunyai tujuan yaitu
memperoleh skor TOEFL yang baik, maka mereka menganggap bahwa mengikuti kursus
TOEFL akan memiliki dampak yang besar pada tujuan pribadi mereka. Secara teoritis,
semakin besar dampak yang dipersepsi seseorang, semakin tinggi pemberdayaan dan
motivasi mereka (Frymier et al, 1996).
Dimensi pilihan adalah tingkat dimana individu merasa bahwa dirinya memegang
kendali atas tujuan-tujuan yang akan dicapai dan metode-metode yang akan dilakukan untuk
dapat mencapai tujuan tersebut. Semakin besar pilihan yang diberikan kepada individu, maka
individu tersebut merasa semakin diberdayakan (Thomas & Velthouse, 1990).
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
6
Pembelajaran Mahasiswa
Pembelajaran mahasiswa menurut Sidlinger dan McCroskey (1997) mempunyai dua
bentuk yaitu kognitif dan afektif. Pembelajaran afektif didefinisikan sebagai perkembangan
sikap positif mahasiswa terhadap mata pelajaran yang sedang diajarkan yaitu mahasiswa akan
terus termotivasi belajar mata pelajaran tertentu walaupun kelas untuk mata pelajaran tersebut
telah berakhir. Sedangkan pembelajaran kognitif menutut Messman dan Jones-Corley (2001)
seperti dikutip dalam Noland (2005) didefinisikan sebagai penerimaan, penyimpanan,
transfer, dan penerapan pengetahuan. Motivasi merupakan konsep yang digunakan untuk
menggambarkan dorongan-dorongan yang timbul di dalam individu yang menggerakan dan
mengarahkan perilaku.
Kepuasan Mahasiswa
Emosi positif yang dirasakan mahasiswa di dalam kelas karena adanya interaksi
antara dosen dengan mahasiswanya oleh Myrs (2002) dikonseptualisasikan sebagai kepuasan
mahasiswa. Interaksi yang dimaksud dalam konsep ini adalah adanya komunikasi antara
dosen dengan mahasiswa. Dengan adanya komunikasi antara dosen dengan mahasiswa ini
tidak hanya akan mempermudah mahasiswa dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaannya,
tetapi juga mengakibatkan mahasiswa menjadi puas.
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Perilaku Transformasional Dosen dan Motivasi Mahasiswa
Pemimpin atau dosen transformasional akan mempengaruhi motivasi mahasiswa
melalui kharisma yang dimiliki seorang pemimpin transformasional. Pemimpin yang
berkharisma akan mempunyai banyak pengaruh dan dapat menggerakan bawahannya.
Dengan demikian pemimpin yang berkharisma akan lebih mudah memotivasi bawahannya,
sehingga pemimpin atau dosen transformasional mempunyai hubungan positif dengan
motivasi mahasiswa. Maka hipotesis pertama yang diajukan adalah:
H1 : Perilaku transformasional dosen berpengaruh positif pada motivasi mahasiswa.
Motivasi Mahasiswa dan Pembelajaran Mahasiswa
Motivasi diidentifikasi sebagai variabel perantara yang penting antara perilaku
pengajar dengan pembelajaran siswa (Jaaspar & Cooper, 1999) seperti dikutip dalam Noland
(2005). Sorensen (1989) seperti dikutip dalam Noland (2005) menyimpulkan bahwa
ketrampilan komunikasi pengajar, seperti penyampaian, kesegeraan, kejelasan dan tata
urutan, memiliki kemungkinan besar dalam meningkatkan pembelajaran afektif siswa.
Pentingnya pembelajaran afektif akan tampak ketika dilihat sebagai penyebab pembelajaran
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
7
kognitif (Rodriguez et.al, 1996). Afektif siswa sering menimbulkan pembelajaran kognitif
karena ketertarikan, motivasi, dan keterlibatan siswa meningkat ketika pembelajaran afektif
meningkat (Rodriguez et.al, 1996).
Hubungan tersebut merupakan kesempatan besar bagi pengajar transformasional
untuk memotivasi mahasiswa melalui ketrampilan komunikasi yang dimiliki pengajar
transformasional yang memiliki hubungan dekat dengan siswanya sehingga dapat
meningkatkan pembelajaran mahasiswa. Dapat disimpulkan motivasi mahasiswa mempunyai
hubungan positif dengan pembelajaran mahasiswa. Maka hipotesis kedua yang diajukan
adalah:
H2 : Motivasi mahasiswa berpengaruh positif pada pembelajaran mahasiswa.
Motivasi Mahasiswa dan Kepuasan Mahasiswa
Kepuasan mahasiswa dikonseptualisasikan sebagai emosi positif yang dirasakan
mahasiswa di dalam kelas karena adanya interaksi antara dosen dengan mahasiswanya.
Dosen transformasional akan dapat memotivasi mahasiswa untuk melakukan atau
menyelesaikan pekerjaannya dalam konteks belajar, sehingga mahasiswa yang termotivasi
akan mempunyai emosi positif dan dapat menciptakan kepuasan bagi mahasiswa. Dapat
disimpulkan motivasi mahasiswa mempunyai hubungan positif dengan kepuasan mahasiswa.
Sehingga hipotesis ketiga yang diajukan adalah:
H3 : Motivasi mahasiswa berpengaruh positif pada kepuasan mahasiswa.
Motivasi Mahasiswa dan Pemberdayaan Mahasiswa
Perilaku transformasional dosen secara positif mempengaruhi pemberdayaan
mahasiswa melalui individual consideration dan inspirational motivation. Individualized
consideration yaitu pemimpin atau dosen memperlakukan mahasiswanya secara berbeda-
beda namun adil dan menyediakan prasarana dalam rangka pencapaian tujuan serta
memberikan pekerjaan menantang bagi mahasiswanya yang menyukai tantangan. Sikap
tersebut akan dapat memotivasi mahasiswanya untuk bekerja dalam konteks belajar sehingga
mahasiswa merasa diberdayakan. Jadi motivasi mahasiswa secara positif mempengaruhi
pemberdayaan mahasiswa. Maka hipotesis keempat yang diajukan adalah:
H4 : Motivasi mahasiswa berpengaruh positif pada pemberdayaan mahasiswa.
METODE PENELITIAN
Responden Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Responden penelitian ini adalah mahasiswa pasca sarjana STIE YKPN yang terdiri
dari mahasiswa magister akuntansi, mahasiswa magister manajemen, dan mahasiswa
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
8
pendidikan profesi akuntansi. Jumlah responden yang direncanakan dalam penelitian ini
adalah 100 orang.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode survei, yaitu dengan
menggunakan kuesioner berisi daftar pernyataan yang dibagikan secara langsung kepada
responden untuk ditanggapi dan diisi kemudian dikembalikan secara langsung kepada
peneliti. Pengumpulan data dalam penelitian ini hanya dilakukan sekali atau disebut sebagai
cross-sectional study (Sekaran, 2000).
DEFINISI OPERASIONAL
Dalam penelitian ini yang dimaksud perilaku transformasional dosen adalah perilaku
yang menekankan perhatian kepada mahasiswanya melalui sentuhan pribadi, memperlakukan
mahasiswa sebagai individu yang memiliki kelebihan dan keterbatasan, bersedia untuk
mendengarkan keluhan dan kecemasan mahasiswa, berupaya agar mahasiswanya mampu
berkembang, menghargai pandangan dan menumbuhkan keyakinan bahwa mampu
melakukan pekerjaan dengan sukses, mengakui dan memberi apresiasi terhadap kontribusi
mahasiswa, serta menghargai kontribusi mahasiswa di dalam proses belajar.
Motivasi mahasiswa terdiri dari dua bentuk motivasi yaitu motivasi keadaan (state
motivation) dan motivasi sifat (trait motivation) (Frymer & Shuman, 1995). Motivasi
keadaan tergantung pada situasi dan waktu. Motivasi sifat
yaitu motivasi yang dirasakan mahasiswa terhadap kursus, tugas atau bidang tertentu pada
waktu tertentu.
Chiles dan Zorn (1995) berpendapat bahwa pemberdayaan sebagai wujud dari
partisipasi karyawan, keterlibatan dan produktivitas karyawan. Namun dalam konteks
instruksional pemberdayaan sebagai wujud dari partisipasi mahasiswa di dalam kelas,
keterlibatan dan produktivitas mahasiswa selama proses belajar mengajar di dalam kelas.
Mottet & Beebe (2004) seperti dikutip dalam Noland (2005) membedakan antara
pembelajaran afektif dan kognitif. Pembelajaran afektif terjadi saat siswa memutuskan untuk
melakukan pembelajaran sendiri. Afektif juga dibagi dalam beberapa bagian yaitu afektif
bagi pengajar dan afektif pada isi pelajaran. Afektif bagi pengajar difokuskan pada sikap
siswa terhadap pengajar, sedangkan afektif bagi isi pelajaran memfokuskan pada sikap siswa
terhadap pelajaran yang bersangkutan (Chesboro & McCroskey, 2001) seperti dikutip dalam
Noland (2005).
Kepuasan mahasiswa (student satisfaction) dikonseptualisasikan sebagai emosi
positif yang dirasakan mahasiswa di dalam kelas karena adanya interaksi antara dosen dengan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
9
mahasiswanya (Myrs, 2002). Yang dimaksud interaksi disini adalah adanya komunikasi
antara dosen dengan mahasiswa.
PENGUJIAN MODEL dan PROSEDURE PENGUJIAN HIPOTESIS Tabel 3.1
Kriteria Penerimaan Model
Metode pengolahan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah model persamaan
struktural untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen yaitu perilaku
transformasional dosen terhadap variabel dependen yaitu motivasi mahasiswa, pemberdayaan
mahasiswa, pembelajaran mahasiswa, dan kepuasan mahasiswa. Pengujian fit model
dilakukan dengan melihat tiga jenis nilai fit, yaitu absolute fit measures, incremental fit
measures, dan parsimonious fit measure.
kriteria penerimaan model ditentukan atas dasar seberapa sedikit kriteria fit yang
dilanggar. Setelah pengujian fit model dilakukan dan model yang ada dapat diterima,
hipotesis akan diuji dengan melihat ada atau tidaknya significant path pada panah hubungan
antar variabel yang ada. Hipotesis akan didukung jika ada significant path pada panah
hubungan yang ada.
UJI VALIDITAS dan RELIABILITAS
Analisis faktor dilakukan untuk menguji validitas item-item pernyataan. Analisis
faktor dilakukan secara terpisah untuk tiap variabel perilaku transformasional dosen, motivasi
mahasiswa, kepuasan mahasiswa, pembelajaran mahasiswa, dan pemberdayaan mahasiswa.
Absolute Fit Kriteria
Chi square; df; probability tidak signifikan (Hair et al, 1998) GFI > 0,9 (Hair et al, 1998) RMR < 0,08 upper limit <0,1 (Arbuckle,
2005) RMSEA < 0,08 upper limit <0,1 (Arbuckle,
2005) Incremental Fit
AGFI > 0,8 (sharma, 1996) NFI 0,9 (Hair et al, 1998) CFI 0,9 (Hair et al, 1998) TLI 0,9 (Hair et al, 1998)
Parsimonious Fit CMIN/DF (subject to sample size) 1-2 over fit 2-5 liberal limit (Arbuckle, 2005)
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
10
Jumlah sampel sebanyak 80 memadai untuk dilakukan analisis faktor yang dapat dilihat dari
nilai Keyser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy dalam tabel 3.2. Tabel 3.2.
Hasil Pengujian Nilai KMO
Ukuran reliabilitas konstruk ditentukan dengan melihat nilai Cronbach’s Alpha
masing-masing variabel. Hasil uji reliabilitas untuk berbagai variabel mengungkapkan bahwa
seluruh variabel sudah memenuhi kriteria reliabilitas yang dikemukakan Nunnally (1967)
seperti dikutip Churchill (1979) yaitu ukuran reliabilitas 0,50 atau 0,60 sudah dapat dianggap
memadai untuk suatu studi eksploratori walaupun masih dalam kategori low reliability. Nilai
Cronbach’s Alpha dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3. Hasil pengujian reliabilitas
Variabel Nilai KMO MSA
Transformasional Dosen 0,6
Motivasi mahasiswa 0,5 Kepuasan mahasiswa 0,7
Pemberdayaan mahasiswa
0,8
Pembelajaran mahasiswa
0,6
Variabel Cronbach's Alpha Keterangan
Perilaku Transformasional Dosen 0,57 Reliabel
Pemberdayaan mahasiswa 0,862 Reliabel
Pembelajaran mahasiswa 0,55 Reliabel
Kepuasan mahasiswa 0,633 Reliabel
Motivasi mahasiswa 0,509 Reliabel
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
11
PENGUJIAN FIT MODEL
Tabel 4.1.
Pengujian Fit Model
Absolute Fit Kriteria Nilai Fit
Keterangan
Chi square; df; probability tidak signifikan (Hair et al 1998)
15,664 6 0,016
Kurang baik
GFI > 0,9 (Hair et al 1998) 0,932 Baik
RMR < 0,08 upper limit <0,1 (Arbuckle, 2005)
0,006 Baik
RMSEA < 0,08 upper limit <0,1 (Arbuckle, 2005)
0,057 Baik
Incremental Fit AGFI > 0,8 (sharma 1996) 0,830 Baik NFI > 0,9 (Hair et al 1998) 0,804 Baik CFI > 0,9 (Hair et al 1998) 0,862 Baik
TLI > 0,9 (Hair et al 1998)
0,77 kurang baik
Parsimonious Fit CMIN/DF (subject to sample size)
1-2 over fit 2-5 liberal limit
(Arbuckle, 2005)
2,611 Baik
Hasil pengujian model dengan melihat nilai-nilai absolute fit menunjukkan bahwa,
secara umum model mempunyai goodness of fit yang baik, sehingga pengujian hipotesis
dapat dilakukan dengan model yang ada.
Pengujian hipotesis tentang pengaruh perilaku transformasional dosen terhadap
motivasi mahasiswa, pemberdayaan mahasiswa, pembelajaran mahasiswa, dan kepuasan
mahasiswa dilakukan dengan melihat adanya significant path dalam model. Jika terdapat
significant path, maka hipotesis tersebut akan didukung. Tabel 4.1. menunjukkan ringkasan
hasil pengujian hipotesis.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
12
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Hipotesis
Hasil analisis menunjukan bahwa perilaku transformasional dosen berpengaruh positif
pada motivasi mahasiswa (β=0,478; P<0,01). Hasil analisis ini mendukung hipotesis pertama
yang menyatakan perilaku transformasional dosen berpengaruh positif pada motivasi
mahasiswa. Hipotesis kedua yang menyatakan motivasi mahasiswa berpengaruh positif pada
pembelajaran mahasiswa, dalam penelitian ini didukung (β=0,812; P<0,01). Hasil analisis
menunjukan bahwa motivasi mahasiswa berpengaruh positif pada kepuasan mahasiswa
(β=0,766; P<0,01). Hasil ini mendukung hipotesis ketiga yang menyatakan motivasi
mahasiswa berpengaruh positif pada kepuasan mahasiswa. Penelitian ini juga menunjukan
adanya pengaruh positif antara motivasi mahasiswa dengan pemberdayaan mahasiswa yang
ditunjukan (β=0,517; P<0,01). Sehingga mendukung hipotesis keempat yang menyatakan
motivasi mahasiswa berpengaruh positif pada pemberdayaan mahasiswa.
KESIMPULAN dan SARAN
Berdasarkan hasil analisis statistik dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Adanya pengaruh positif perilaku transformasional dosen pada motivasi mahasiswa.
Artinya, semakin tinggi perilaku transformasional dosen maka motivasi mahasiswa
akan meningkat.
2. Motivasi mahasiswa berpengaruh positif pada pembelajaran mahasiswa. Dengan
demikian semakin tinggi motivasi mahasiswa maka semakin tinggi pula
pembelajaran mahasiswa.
3. Motivasi mahasiswa berpengaruh positif pada kepuasan mahasiswa. Artinya semakin
tinggi motivasi mahasiswa maka semakin tinggi pula kepuasan mahasiswa.
Hipotesis Standardized
Estimate
Standard Error
Critical Ratio
Probability Keterangan
H1 : Perilaku transformasional dosen berpengaruh positif pada motivasi mahasiswa
0,478 0,176 2,723 0,006 Didukung
H2 : Motivasi mahasiswa berpengaruh positif pada pembelajaran mahasiswa.
0,812 0,152 5,349 0,00 Didukung
H3 : Motivasi mahasiswa berpengaruh positif pada kepuasan mahasiswa.
0,766 0,145 5,269 0,00 Didukung
H4 : Motivasi mahasiswa berpengaruh positif pada pemberdayaan mahasiswa.
0,517 0,132 3,918 0,00 Didukung
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
13
4. Adanya pengaruh positif motivasi mahasiswa pada pemberdayaan mahasiswa.
Artinya semakin tinggi motivasi mahasiswa maka semakin tinggi pula tingkat
pemberdayaan mahasiswa.
Berdasarkan hasil penelitian, penelitian ini diharapkan dapat diimplementasikan oleh
para praktisi yaitu, penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menempatkan
pengajar transformasional di dalam kelas untuk mendukung proses belajar mengajar agar
lebih efektif. Penelitian ini juga dapat dijadikan wacana bagi dosen untuk menerapkan
perilaku mengajar transformasional baik selama proses belajar mengajar berlangsung dan
setelah proses belajar mengajar di kelas selesai atau pada saat di luar kelas untuk
meningkatkan motivasi, kepuasan, pemberdayaan dan pembelajaran siswa.
Penelitian ini tidak lepas dari beberapa keterbatasan dan kelemahan. Keterbatasan
dalam penelitian ini terkait dengan instrumen penelitian untuk mengukur motivasi
mahasiswa. Karena instrumen penelitian untuk mengukur motivasi mahasiswa diperoleh
dengan cara melakukan wawancara langsung kepada beberapa responden dengan pertanyaan
yang sama yang dibuat oleh peneliti. Jawaban dari wawancara dengan responden oleh
peneliti disimpulkan kemudian dikelompokan menjadi beberapa item pernyataan untuk
mengukur motivasi mahasiswa.
Validitas untuk beberapa bagian kuesioner tersebut kurang baik khususnya untuk
perilaku transformasional dosen dan motivasi mahasiswa. Hal ini menyebabkan beberapa
variabel kehilangan beberapa item, sehingga pengukuran untuk variabel perilaku
transformasional dosen dan motivasi mahasiswa tidak dapat dilakukan secara utuh.
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperbaiki instrumen-instrumen penelitian
yang terkait dengan perilaku transformasional dosen dan motivasi mahasiswa.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
14
DAFTAR REFERENSI
Bass and Avolio, J. Bruce. 1994. Improving Organizational Effectiviness Though Transformational Leadership, New Dehli: Sage Publication.
Churchill, G.A. 1979. A Paradigm for Developing Better Measures of marketing Constructs. Journal of Marketing Research, February: 64-73. Chiles, A.M., Zorn, T.E. 1995. Empowerment in Organizations: Employees’ Perceptions of the Influences on Empowerment. Journal of Applied Communication Research, 23, 1-25. Frymier, A.B. & Shulman, G.M. 1995. “What’s in it for me? Communication Education. 44, 40-50. Frymier, A.B., Shulman, G.M., & Houser, M.L. 1996. The Development of a Learner Empowerment Measure. Communication Education, 45, 181-199. Koontz, Harold, Cyril O’donell & Heinz Weihrich. 2001. Manajemen, Jakarta: Penerbit Erlangga. Myers, S. A. 2002. Perceived Aggressive Instructor Communication and Student State Motivation, Learning, and Satisfaction. Communication Reports. 15, 113-121. Noland, Aaron. 2005. The Relationship between Teacher Transformational Leadership and Student Outcomes, Thesis, Master of Arts Department of Communication Miami University. Pounder, J.S. 2003. Employing Transformational Leadership to Enhance the Quality of Management Development Instruction. Journal of Management Development, 22, 1- 13. Ohio. Rodriguez, J., Plax, T.G., & Kearney, P. 1996. Clarifying The Relationship Between Teacher Nonverbal Immediacy and Student Cognitive Learning: Affective Learning as the Central Causal Mediator. Communications Education. 45, 293- 305. Sekaran, U. 2000. Research Methods for Bussines: A Skill Building Approach, 3rd ed. New York: John Wiley & Sons, Inc. Sidelinger, R.J., & McCroskey, J.C. 1997. Communication Correlates of Teacher Clarity in The College Classroom. Communication Research Reports. 14, 1-10. Thomas, K., W., & Velthouse, B. A. 1990. Cognitive Elements of Empowerment:An‘Interpretive’ Model of Intrinsic Task Motivation. Academy of Management Review, 15, 666-681.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id