Upload
harridiilmantovid
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/17/2019 Placemaking Pelataran Masjid (Recovered)
1/3
Pelataran Masjid Sebagai Ruang
Komunitas Publik Harridi Ilman Tovid
– 1106067753
– Sipil 2011
Kapan Anda terakhir kali pergi ke masjid? Mungkin bagi yang non-muslim tentu menjawab belum
pernah. Akan tetapi, sebagian besar kaum laki-laki muslim pun akan menjawab Jumat lalu saat
Sholat Jumat. Mengapa hal ini terjadi? Hal ini tidak lain adalah karena umat muslim sendiri yang
membatasi fungsi dari masjid itu sendiri menjadi hanya satu : tempat ibadah sholat.
Bayangkan jika pelataran masjid digunakan sebagai ruang komunitas, toko kecil sekitar masjid dapat
menjual makanan dan minuman, tempat duduk-duduk istirahat, taman bermain, kebun tanaman ,
lokasi belajar seperti kursus dan sekolah, serta akses jalan kaki yang baik. Tentu saja, masyarakat
yang kerap aktif di sekitar masjid lebih tergerak untuk ikut sholat di masjid pada waktunya. Hal ini
justru akan menambah rasa kebersamaan dan ketenteraman di masyarakat.
Mengapa Pelataran Masjid Dapat Dikategorikan Sebagai Ruang
Komunitas PublikMenurut panduan pembuatan ruang komunitas publik Chicago, sebuah ruang dapat diubah menjadi
ruang komunitas publik jika memiliki setidaknya 10 alasan untuk dikunjungi. Drs. Dyayadi dalam
bukunya menuturkan 10 fungsi Masjid Nabawi pada jaman Rasul dahulu, yaitu : 1) Beribadah sholat
dan dzikir; 2) pendidikan; 3) santunan sosial; 4) konsultasi dan komunikasi; 5) latihan militer; 6) pusat
kesehatan; 7) pengadilan dan penyelesaian sengketa; 8) pusat penerangan; 9) tahanan; 10) pusat
penampungan. 10 hal yang disampaikan tersebut adalah kegiatan yang berdiri-sendiri, bukan sebuah
aktivitas yang terbatas seperti yang dicontohkan pada panduan. Hal tersebut juga belum
memperhitungkan kondisi lokasi yang mana dapat menambah alasan tujuan ke masjid. Dengan
demikian, sebuah masjid sebenarnya memiliki alasan yang cukup untuk menjadi ruang komunitas
publik, terutama bagian pelatarannya.
Analisa Kondisi Pelataran Masjid-Masjid di IndonesiaPanduan pembuatan ruang komunitas publik Chicago menyebutkan 4 elemen penting keberhasilan
sebuah ruang terbuka publik : kemudahan akses, kenyamanan, keberagaman aktivitas, dan keaktifan
sosial. Keempat elemen tersebut harus dipadukan untuk membuat sebuah ruang publik hidup
dengan komunitas yang aktif di dalamnya.
Kemudahan akses adalah kunci pertama dalam membuat ruang komunitas publik yang baik. Hal ini
harus tersedia sebelum ruang tersebut ingin digunakan. Dalam hal ini menyangkut arsitektur dan
konstruksi yang mendukung. Salah satu aspek yang paling berpengaruh adalah walkable yang berarti
mudah diakses dengan berjalan kaki. Sebagai ruang komunitas publik, daerah yang mudah untuk
diakses terutama oleh pejalan kaki adalah sebuah kewajiban. Ruang komunitas publik pertama kali
harus menggandeng warga sekitar untuk dapat turut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan. Selain
itu, penempatan lokasi masjid juga sangan berpengaruh terhadap hal ini.
8/17/2019 Placemaking Pelataran Masjid (Recovered)
2/3
Dalam hal kemudahan akses untuk pejalan kaki, masjid Indonesia sering kali melupakan hal tersebut
terutama untuk masjid dengan ukuran besar. Masjid besar Indonesia, sering kali didesain dengan
dikelilingi oleh pagar besar. Hal ini tentu mengurangi akses jalan masuk ke masjid. Akan tetapi hal ini
dapat diatasi dengan memberikan beberapa pintu masuk, dan mendesain pagar agar memiliki kesan
terbuka sehingga ruangnya terasa melebur.
Pada Islamic Center Bekasi, sudah diberikan beberapa fasilitas untuk pejalan kaki. Terlihat pada foto
di atas terdapat gerbang Islamic Center Bekasi. Di sampingnya terdapat jembatan penyebranganorang. Di sampingnya terdapat halte kecil. Akan tetapi pagar yang digunakan masih terdiri dari pagar
batu bata masif. Selain itu, pintu masuk di desain mengutamakan pengguna kendaraan. Pejalan kaki
hanya diberikan trotoar tanpa pintu khusus. Jarak yang dibutuhkan untuk ke masjid utama juga
cukup jauh dari pintu. Mungkin hal ini terkait dengan kegunaan Islamic Centre yang lebih kepada
penyewaan ruangan untuk acara-acara tertentu daripada mengayomi warga sekitar.
Adapun pada Islamic Centre Jakarta dengan foto di atas, akses pejalan kaki terlihat jauh lebih baik.
Disediakan khusus gerbang untuk pejalan kaki. Jarak yang ditempuh untuk masuk ke masjid melalu
jalan kaki pun lebih dekat dari pada akses kendaraan (masjid utama pada bagian kanan, terpotong
foto). Jalan di depan masjid ini tidaklah lebar seperti Islamic Centre Bekasi, sehingga tidak diperlukan
fasilitas penyebrangan khusus. Pagar yang digunakan untuk memisahkan daerah masjid pun
menggunakan pagar besi. Hal ini memberikan kesan melebur. Islamic Centre ini memang cocok
Gambar 1 - Gerbang Islamic Centre Bekasi Gambar 2 - Gerbang Islamic Centre Jakarta
Gambar 3 - Parkiran Islamic Centre BekasiGambar 4 - Gerbang Mesjid Islamic Centre Jakarta untuk Pejalan Kaki
8/17/2019 Placemaking Pelataran Masjid (Recovered)
3/3
untuk dikembangkan sehingga memiliki ruang komunitas publik terbuka sehingga lebih merangkul
masyarakat sekitar.
Kunci selanjutnya adalah kenyamanan. Kenyamanan terdiri dari beberapa hal seperti keamanan,
kebersihan, penghijauan, tempat istirahat, dan sifat lokasi itu sendiri seperti sejarah dan spiritual.
Sebuah lokasi tentu akan dihindari jika tidak aman dan kotor.
Pada kedua contoh Islamic Centre di atas, Islamic Centre Jakarta lebih bersih, nyaman, dan hijau
daripada di Bekasi. Akan tetapi keduanya memang tidak menampakkan adanya ruang yang
disediakan khusus untuk ruang komunitas publik. Hal ini mungkin didasari dari tidak adanya inisiatif
ke arah sana. Biasanya pengembangan fasilitas seperti ini berfokus pada ruang serba guna untuk
acara-acara tertentu saja. Padahal selayaknya fasilitas seperti ini diutamakan untuk kesejahteraan
masyarakat sekitarnya terlebih dahulu.
Kunci selanjutnya adalah keaktifan. Elemen ini menggambarkan bagaimana sebuah ruangan
digunakan agar dapat menjadi ruang komunitas publik. Kegiatan yang dilaksanakan harus memiliki
nilai-nilai seperti berguna untuk masyarakat, manfaat keberlanjutan, penting, aktif, dan dapat
dinikmati oleh segenap masyarakat. Tanpa kunci ini, kunci sosial sebagai kunci selanjutnya tidak akan
tercapai karena kegiatan untuk mengisi ruangan tersebut tidak ada.
Pada kedua contoh Islamic Centre di atas, penulis belum menemukan insentif untuk hal ini. Hal ini
didasari pada beberapa hal seperti ruang publik yang memang tidak tersedia dan tidak ada insentif
dari pengembang untuk hal itu.
Dengan demikian, pengembangan masjid Indonesia selanjutnya harus lebih terbuka. Pembangunan
masjid seharusnya mengayomi kebutuhan masyarakat sekitar akan masjid tersebut, bukan fasilitas
acara-acara seremonial tertutup saja. Pelataran masjid harus menyediakan tempat taman-taman
sebagai ruang komunitas publik yang mana berbagai kegiatan dapat dilaksanakan di sana. Pelataran
tersebut harus terhubung dengan daerah sekitar masjid sehingga mudah diakses oleh warga sekitar.
Kemudian, ruang tersebut harus selalu dijaga agar tetap nyaman untuk digunakan. Baru setelah itu,
ruangan publik tersebut digunakan untuk berbagai kegiatan komunitas yang saling terkait dan
menguatkan satu sama lain. Dan pada akhirnya, masjid akan dilengkapi dengan berbagai aktivitas
publik yang mana akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.