12
PIDATO ANIES BASWEDAN DALAM JAKARTA EDUCATION EXPO 2017”: ANALISIS WACANA KRITIS Anies Baswedan Speech in Jakarta Education Expo 2017: Critical Discourse Analysis Zainal Abidin Balai Bahasa Provinsi Riau Jalan Binawidya, Kompleks Universitas Riau, Panam, Pekanbaru Pos-el: [email protected] Diajukan: 14 Agustus 2019, direvisi, 21 November 2019 Abstract This research aims to find out what was contained in Anies Baswedan's speech in the recording of his speech entitled Full Speech of Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta Education Expo 2017 in TMII. In this research a qualitative method was used. Data collection in the form of utterances was carried out by listening and note technique, while the analysis was carried out using van Dijk's critical discourse analysis. In this research was found that Anies Baswedan's speech contained character education. The lexicons h e uses include growing, seeds, soil where the seeds grows, weather wheretthey grows, right turn, left turn, bathroom in the room, and bathroom outside the room. The lexicon was chosen with the intention of the role of students determines in educationbecause students are potential successors in the implementation o f stimulationto obtain positive results with habituation. Through his speech, Anies also conveyed the ideal characters to be grown in students were moral character, competence, and literacy with the steps of introspection, target, and orientation. Keywords: character education, speech, critical discourse analysis Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pidato Anies Baswedan dalam rekaman pidatonya yang berjudul “Pidato Utuh Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta Expo Pendidikan 2017”di TMII. Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif. Pengumpulan data yang berupa ujaran dilakukan dengan teknik simak dan catat, sedangkan analisis dilakukan dengan menggunakan a nalisis wacana kritis van Dijk. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pidato Anies Baswedan berisi tentang pendidikan karakter. Leksikon yang dipakainya meliputi menumbuhkan, biji, tanah tempat tumbuh, cuaca tempat tumbuh, belok kanan, belok kiri, kamar mandi di dalam kamar, dan kamar mandi di luar kamar . Leksikon tersebut dipilih untuk menyampaikan pesan bahwa peran peserta didik turut menentukan d alam pendidikan karena peserta didik merupakan generasi penerus yang berpotensi dalam pelaksaan pendidikan s ehingga diperlukan rangsangan untuk memperoleh hasil yang positif dengan pembiasaan. Melalui pidatonya, Anies juga menyampaikan karakter yang ingin ditumbuhkan pada peserta didik adalah karakter akhlak, kompetensi, dan literasi dengan langkah-langkah introspeksi, target, dan orientasi. Kata Kunci : pendidikan karakter, pidato, analisis wacana kritis

PIDATO ANIES BASWEDAN DALAM “JAKARTA EDUCATION EXPO …

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PIDATO ANIES BASWEDAN DALAM “JAKARTA EDUCATION EXPO …

PIDATO ANIES BASWEDAN DALAM “JAKARTA EDUCATION EXPO 2017”: ANALISIS WACANA KRITIS

Anies Baswedan Speech in Jakarta Education Expo 2017:

Critical Discourse Analysis

Zainal Abidin

Balai Bahasa Provinsi Riau Jalan Binawidya, Kompleks Universitas Riau, Panam, Pekanbaru

Pos-el: [email protected] Diajukan: 14 Agustus 2019, direvisi, 21 November 2019

Abstract

This research aims to find out what was contained in Anies Baswedan's speech in the recording of his speech entitled Full Speech of Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta Education Expo 2017 in TMII. In this research a qualitative method was used. Data collection in the form of utterances was carried out by listening and note technique, while the analysis was carried out using van Dijk's critical discourse analysis. In this research was found that Anies Baswedan's speech contained character education.The lexicons he uses include growing, seeds, soil where the seeds grows, weather wheretthey grows, right turn, left turn, bathroom in the room, and bathroom outside the room. The lexicon was chosen with the intention of the role of students determines in educationbecause students are potential successors in the implementation of stimulationto obtain positive results with habituation. Through his speech, Anies also conveyed the ideal characters to be grown in students were moral character, competence, and literacy with the steps of introspection, target, and orientation. Keywords: character education, speech, critical discourse analysis

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pidato Anies Baswedan dalam rekaman pidatonya yang berjudul “Pidato Utuh Anies Baswedan Gubernur DKIJakarta Expo Pendidikan 2017”di TMII. Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif. Pengumpulan data yang berupa ujaran dilakukan dengan teknik simak dan catat, sedangkan analisis dilakukan dengan menggunakan a nalisis wacana kritis van Dijk. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pidato Anies Baswedan berisi tentang pendidikan karakter. Leksikon yang dipakainya meliputi menumbuhkan, biji, tanah tempat tumbuh, cuaca tempat tumbuh, belok kanan, belok kiri, kamar mandi di dalam kamar, dan kamar mandi di luar kamar . Leksikon tersebut dipilih untuk menyampaikan pesan bahwa peran peserta didik turut menentukan dalam pendidikan karena peserta didik merupakan generasi penerus yang berpotensi dalam pelaksaan pendidikan sehingga diperlukan rangsangan untuk memperoleh hasil yang positif dengan pembiasaan. Melalui pidatonya, Anies juga menyampaikan karakter yang ingin ditumbuhkan pada peserta didik adalah karakter akhlak, kompetensi, dan literasi dengan langkah-langkah introspeksi, target, dan orientasi. Kata Kunci: pendidikan karakter, pidato, analisis wacana kritis

Page 2: PIDATO ANIES BASWEDAN DALAM “JAKARTA EDUCATION EXPO …

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 171—182

172

1. Pendahuluan Anies Baswedan adalah

seorang pejabat dan tokoh publik yang sudah dikenal masyarakat. Kehadirannya dalam dunia politik membuat peta politik di Indonesia semakin meluas. Kemenangannya atas Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta membuat namanya semakin me-lambung. Sejak kehadirannya dalam bursa Pilkada DKI Jakarta, kata-kata yang terlontar dari bibirnya terus menjadi sorotan publik. Pro dan kontra terus mengiringi setiap ucapannya. Salah satunya adalah pidato perdana pascakemenangan beliau dalam Pilkada DKI Jakarta tentang kata pribumi yang menjadi bahan perbalahan di banyak diskusi.

Padahal, tokoh ini telah lama menjadi tokoh publik di Indonesia. Sebelum hingar-bingar perpolitikan di DKI Jakarta terdengar sampai ke pelosok Indonesia, sosok Anies sudah dikenal banyak orang. Anies Rasyid Baswedan adalah seorang pengajar di Universitas Paramadina Jakarta. Beliau pernah menjabat sebagai rektor di universitas tersebut. Beliau juga pernah menjadi Menteri Pendidikan Nasional dalam Kabinet Jokowi-Jusuf Kalla 27 Oktober 2014 sampai dengan 27 Juli 2016.

Telah banyak pidato Anies yang mengemuka, sebelum dan sejak beliau menjabat sebagai Gubernur DKI. Bagi yang sependapat, dalam pidato-pidatonya tergambar ide-ide yang dapat mencerahkan masyarakat. Di sisi lain, pidato-pidato tersebut dianggap merugikan banyak pihak. Ada banyak hal yang ingin disampaikannya lewat bahasa dengan kemasan yang berbeda.

Terkadang ia kaitkan dengan pendidikan. Padahal, dasar pendidikan beliau bukan berasal dari kependidikan, melainkan ekonomi. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamad (2004) bahwa komunikator tidak hanya sekadar membuat dan menyampaikan pesan berdasarkan keinginan, tetapi lebih disusun dan dipengaruhi oleh visi dan misi strategisnya dengan cara yang persuasif kepada audiensinya. Komunikator cenderung meng-gunakan teknik pengemasan pesan (message packaging). Dalam hal ini, komunikator menyebarkan wacana tersebut untuk pesan yang me-rangsang kesadaran bahwa wacana cenderung bertambah baik pada komunikator maupun komunikan.

Setiap kata yang di-kemukakan oleh tokoh publik, apalagi tokoh politik dianggap sarat dengan muatan politik. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Nimmo (2005), penggunaan discourse merupakan hal yang sudah biasa dalam dunia politik ini, bahkan menjadi tradisi. Para aktor politik senantiasa menciptakan discourse ketika mereka berbicara politik. Mereka menyampaikan ideologi politik juga menciptakan opini publik demi meraih keuntungan-keuntung-an politik yang ingin dicapai, seperti jabatan, kekuasaan dan material. Hal ini ditegaskan lagi oleh Darma (2013:92) bahwa bahasa yang dipergunakan oleh tokoh-tokoh pemerintahan dan tokoh-tokoh politik berfungsi menggerakkan masyarakat supaya mempunyai ideologi tertentu. Cara ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Oktavianus (2006:72) bahwa cara pengungkapan bahasa aktor politik

Page 3: PIDATO ANIES BASWEDAN DALAM “JAKARTA EDUCATION EXPO …

Pidato Anies...(Zainal Abidin)

173

memiliki fungsi informatif, yaitu bertukar pikiran, menyebarkan ilmu pegetahuan, dan mewariskan kebudayaan dan direktif, yaitu mempegaruhi lawan tutur atau kelompok penutur lainnya.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut, peneliti terpicu untuk memperluas pemahaman tentang pidato Anies Baswedan pada acara “Jakarta Education Expo 2017” dengan menggunakan kerangka dan unit-unit analisis yang diajukan oleh van Dijk. Dengan permasalahan bagaimana Anies Baswedan men-yampaikan pidatonya pada acara “Jakarta Education Expo 2017” diharapkan dapat tergambar pesan dan cara yang dimiliki Anies untuk memengaruhi audiensinya.

Penelitian tentang pidato Anies Baswedan pada “Jakarta Education Expo 2017” belum pernah dilakukan. Penelitian tentang pidato Anies Baswedan yang sudah pernah dilakukan adalah penelitian Sofa (2018), Simanjuntak (2018), dan Alvionita (2018). Sofa (2018) telah melakukan penelitian tentang pidato Anies Baswedan dengan judul “Yang Tersembunyi dari Pidato Politik Pertama Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta: Sebuah Analisis Wacana Kritis”. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa situasi sosial yang masih terpolarisasi pasca-pemilukada, membentuk identitas sosial masyarakat, yaitu pendukung Anies-Sandi dan pendukung lawan politiknya, Ahok-Djarot. Selain itu, dapat diketahui bahwa Anies Baswedan memiliki keterampilan sebagai orator, memiliki keyakinan terhadap pentingnya harmoni dalam politik, memiliki motif afiliasi, serta memiliki pengetahuan sejarah dan budaya yang cukup mengenai

masyarakat dan kota Jakarta. Simanjuntak (2018) juga melakukan penelitian terhadap pidato Anies Baswedan. Penelitiannya yang berjudul “Analisis Semiotik Pidato Pelantikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan” menyimpulkan bahwa interpretasi terhadap penggunaan kata pribumi sebagai sebuah tanda memberikan imej negatif karena ssecara hukum melanggar instruksi presiden. Namun, penggunaan kata pribumi diinterpretasi sebagai emergency word yang disampaikan Anies mewakili rasa ketidakadilan yang dialami oleh sebagian besar masyarakat Jakarta. Alvionita (2018) juga telah melakukan penelitian tentang pidato Anies Baswedan dengan judul “Representasi Situasi Sosial dan Konstruksi Ideologi dalam Pidato Pelantikan Anies Baswedan”.Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa representasi situasi sosial DKI Jakarta dalam pidato Anies Baswedan mencerminkan adanya ideologi tertentu, yaitu kritik dan sorotan terhadap masalah keadilan, kesejahteraan, penjajahan, pribumi, dan kemerdekaan. Ideologi ini sekaligus melatarbelakangi peng-gunaan bahasa dalam pidatonya sebagai upaya untuk membentuk citra ‘gubernur yang akan bertindak pro-rakyat dan menjadi lebih baik’.

Dari tiga penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pembicaraan Anies dalam pidatonya masih seputar sosial dan politik. Sementara itu, penelitian mengenai pidato Anies dengan topik berbeda belum pernah dilakukan. Salah satunya adalah pendidikan. Setakat ini, penelitian tentang pendidikan yang dilakukan dengan analisis wacana adalah penelitian yang

Page 4: PIDATO ANIES BASWEDAN DALAM “JAKARTA EDUCATION EXPO …

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 171—182

dilakukan oleh Kuswandari dkk. (2017) dengan judul “Analisis Wacana: Representasi Pendidikan Indonesia pada Berita Online Detik.Com”. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa analisis framing berita online detik.com adalah penonjolan penempatan headline yang mengutip pendapat sumber 146 kutipan. Bentuk pengulangan, pemakaian gambar, foto, grafis, dan data pendukung, seperti hasil penelitian bidang terkait tema berita memperkuat penonjolan isu yang diangkat untuk meng-gambarkan informasi dan peristiwa yang diberikan detik.com cukup kritis dalam menyoroti masalah pendidikan Indonesia dan cenderung sentimen terhadap tema negatif. Di antara klasifikasi berita pendidikan Indonesia bertema negatif menurut detik.com, kasus kekerasan menjadi yang paling menonjol. Penelitian lain yang pernah dilakukan dengan analisis wacana kritis adalah penelitian yang dilakukan oleh Antoni (2013). Dalam penelitian yang berjudul “Analisis Wacana Kritis Bedah Wacana Pendidikan Kewarganegaraan” ini ditemukan bahwa model analisis wacana kritis terutama van Dijk yang digunakan adalah analisis teks dan analisis sosial. Kognisi sosial tidak dilakukan dengan alasan kesulitan untuk menghubungi wartawan yang menulis berita yang dijadikan bahan analisis. Masih belum lengkapnya pe-mahaman terhadap model van Dijk. Hal ini terlihat bagaimana mereka menjelaskan aspek-aspek mikro dengan minim penjelasan. Namun, paling tidak mereka bisa

memunculkan dimensi berita yang sesuai dengan elemen-elemen teks seperti strategi semantik dan aspek sintaksis. Dalam analisis sosial, mahasiswa tidak menyertakan referensi sebagai etika ilmiah. Untuk itu perlu pemahaman menyeluruh kepada mahasiswa dalam hal etika ilmiah dan bahaya plagiarisme. Diperlukan metode penelitian seperti Classroom Action Research untuk melihat seberapa efektif penggunaan CDA dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata kuliah yang di-wajibkan oleh dikti untuk di-laksanakan di perguruan tinggi. Sebagai mata kuliah yang bersifat umum, perlu sebuah pendekatan yang aplikatif dan mudah diikuti oleh mahasiswa. Untuk itu, analisis wacana kritis (critical discourse analysis) bisa menjadi sebuah pilihan.Ini sebagai suatu upaya untuk mencapai visi dan misi sebagaimana yang diamanatkan dalam Surat Keputusan Dirjen Dikti No. 43/Dikti/2006.Selanjutnya, yang perlu dilakukan adalah pengujian pemahaman mahasiswa terhadap analisis wacana kritis misalnya melalui Classroom Action Research.

Teori yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teori analisis wacana kritis yang dikemukakan oleh van Dijk. Menurut Fauzan (2014: 1) Critical Discourse Analysis (CDA) is a type of discourse analytical research that primary studies the way social power obuse, dominance, and inequality are enacted, reproduce, and resisted by text and talk in the social and

174

Page 5: PIDATO ANIES BASWEDAN DALAM “JAKARTA EDUCATION EXPO …

Pidato Anies...(Zainal Abidin)

175

political context. Analisis wacana kritis adalah suatu jenis penelitian wacana yang menitikberatkan pada kajian bagaimana penyalahgunaan kekuasaan, dominasi, dan ke-tidaksetaraan dibuat, diproduksi, dan ditolak melalui teks atau lisan dalam konteks sosial politik. Studi wacana kritis van Dijk sering disebut dengan “kognisi sosial” karena lebih menekankan kognisi sosial individu yang memproduksi teks tersebut.

Dalam studi wacana kritis van Dijk (Eriyanto, 2012:224─225), wacana mempunyai tiga dimensi, yakni teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Dalam dimensi teks, struktur teks, dan strategi dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial, wacana dianalisis tidak hanya pada struktur teks, tetapi juga bagaimana teks diproduksi. Proses produksi teks dipelajari dengan melibatkan kognisi individu penulis berita, sedangkan aspek konteks sosial, teks dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat atas suatu wacana. Pada aspek ketiga ini kajian lebih tertuju pada bangunan wacana yang berkembang di masyarakat (Kuntoro, 2008:46).

Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas tiga struktur atau tingkatan. Pertama, struktur makro yang merupakan makna global dari suatu teks dan dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, yakni pendahuluan, isi, penutup, dan simpulan. Ketiga, struktur mikro, yaitu makna wacana yang diamati dari bagian kecil suatu teks, yakni kata, kalimat, preposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar

(Eriyanto, 2012:226). Hal-hal yang diamati berupa semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris. Elemen semantik mencakup latar, detail, maksud, dan praanggapan. Elemen sintaksis meliputi bentuk kalimat, koherensi, dan kata ganti, sedangkan elemen stilistik berupa leksikon yang dipilih oleh komunikator. Terakhir, elemen retoris dalam kajian ini berupa grafis, metafora, dan ekspresi (Eriyanto, 2012: 235─241). Van Dijk menekankan bahwa meskipun terdiri atas beberapa elemen, semua elemen tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung. Strukur teks tersebut jika digambarkan sebagai berikut.

Tabel Struktur Teks van Dijk

Struktur Makro

Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang

diangkat oleh suatu teks

Super Struktur

Kerangka suatu teks, seperti bagian

pendahuluan, isi, penutup, dan

simpulan

Struktur Mikro

Makna lokal dari suatu teks yang

dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai oleh

suatu teks

(Eriyanto, 2012;227) 2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data diambil dari rekaman pidato Anies Baswedan, Gubernur DKI dalam “Jakarta Expo Pendidikan 2017” di Taman Mini Indonesia Indah.

Page 6: PIDATO ANIES BASWEDAN DALAM “JAKARTA EDUCATION EXPO …

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 171—182

176

Data dikumpulkan dengan teknik simak dan catat. Ujaran-ujaran didengarkan dari rekaman lalu dicatat. Sebelum melakukan analisis, peneliti melakukan transkripsi terhadap tuturan dalam rekaman tersebut. Analisis data dilakukan dengan analisis wacana kritis van Dijk. Penganalisisan diselaraskan dengan teori van Dijk berdasarkan struktur wacana, yaitu struktur makro (tematik), superstruktur (skematik), dan struktur mikro (semantik, sintaksis, stilistika, dan retoris). 3. Hasil dan Pembahasan

Setelah melakukan transkripsi terhadap tuturan pidato pada rekaman, didapatkan data yang dapat diklasifikasikan menurut van Dijk (Eriyanto, 2012:226). Data yang terdiri atas 59 kalimat tersebut berupa salam pembuka, bagian pembuka/ pendahuluan, isi, penutup, dan salam penutup. Secara jelas data dapat dianalisis sebagai berikut.

3.1 Struktur Makro (Tematik) Pidato Anies Baswedan

Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum suatu teks (Eriyanto, 2012:229). Elemen ini sering disebut juga dengan ide pokok atau gagasan utama suatu teks. Sebagaimana sebuah teks wacana tulis, ide pokok atau gagasan utama merupakan hal yang sering dibicarakan dalam kalimat-kalimat pada teks wacana dengan bentuk repetisi.

Secara umum pidato Anies dalam “Jakarta Education Expo 2017”berisi ungkapan beliau terhadap dunia pendidikan di Indonesia. Pidato tersebut dilakukan

sebagai kata sambutan untuk membuka acara yang dimaksud. Pidato yang diawali dengan pertanyaan ASESI yang keberapa dan ungkapan baru pertama kali menghadiri, tidak direncanakan, dan lebih baik mendadak hadir daripada mendadak batal berkali-kali menyebutkan kata pendidikan (data 3, 6, 7, 8, 42, 52, dan 55). Hal ini sejalan dengan kegiatan yang bertema pendidikan. Kata pendidikan yang didahului oleh kata kebangkitan dan disandingkan dengan Islam dalam data 3 menekankan unsur kebangkitan pada pendidikan. Dalam data 6, kata pendidikan merupakan unsur utama. Hal ini sama dengan data 7 dan 8. Dalam data 42, meskipun Anies menyebutkan “mengelola lembaga -lembaga”, penekanan yang diinginkannya tetap pada kata pendidikan. Melalui kalimat-kalimat dalam data tersebut, Anies ingin menyampaikan bahwa dalam masalah pendidikan semua harus terlibat, mulai dari semangat (data 3), proses (data 6, 7, dan 8), sarana prasarana (data 42), pengelolaan (data 42), sampai dengan pelaku (data 55).

Selain pendidikan, Anies juga sering mengemukakan karakter dalam pidatonya. Kata karakter yang sering dilontarkan dalam pidatonya ditemukan pada data 43, 44, dan 45. Dalam data 43 dan 45, secara jelas Anies menyebutkan kata karakter sebagai unsur yang ditekankan. Dalam data 44, meskipun secara eksplisit Anies tidak menyebutkan karakter, kata jujur, malas, kerja keras, dan culas, kalimat dalam data itu secara konkret menyampaikan karakter seperti yang terdapat dalam data 43 dan 45.

Page 7: PIDATO ANIES BASWEDAN DALAM “JAKARTA EDUCATION EXPO …

Pidato Anies...(Zainal Abidin)

177

Jadi, dari dua kata yang sering dilontarkan tersebut dapat disimpulkan bahwa Anies Baswedan ingin menyampaikan ide tentang pendidikan dalam pidatonya, khususnya pendidikan karakter.

3.2 Superstruktur Pidato (Skematik) Pidato Anies Baswedan

Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dari teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti (Eriyanto, 2012:231─232). Berdasarkan pendapat itu dapat diketahui bahwa secara superstruktur pidato Anies Baswedan terdiri atas susunan sebagai berikut.

Bagian pendahuluan berisi tentang salam dan penghormatan (data 1), ucapan selamat kepada panitia (data 2), dan pembukaan pembicaraan berisi latar belakang tentang pendidikan dan karakter (data 3, 4, dan 5).

Bagian isi suatu wacana merupakan inti dari pembicaraan. Dalam pidatonya, Anies ingin menyampaikan isi yang berupa urgensi pendidikan pada masa depan dan generasi baru (data 6 dan 7). Proses dalam pendidikan dilakukan dengan kegiatan me-numbuhkan, bukan membentuk (data 8). Hakikat menumbuhkan pada diri anak sama dengan analogi tentang bibit biji (data 11). Paradigma bagaimana meng-upayakan situasi pendidikan sama dengan analogi tentang tanah (lingkungan) tempat bibit tumbuh subur (data 9) dan iklimnya yang baik (data 10). Dalam prosesnya, pendidikan memerlukan waktu sama dengan analogi untuk

tumbuh menjadi tanaman lengkap, biji memerlukanwaktu dan proses tumbuh (data 12). Analogi tentang proses tumbuh seperti peristiwa fotosintesis (arah tumbuh ditentukan oleh rangsangan sinar matahari) (data 13, 14, 15, 16, 17). Proses menumbuhkan adalah proses rekayasa (data 18), seperti menumbuhkan karakter empat anak yang berkamar mandi di dalam kamar tidur dengan anak yang berkamar mandi di luar kamar tidur (data 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 27). Hakikat proses menumbuhkan adalah pembiasaan (data 28). Pihak-pihak selain anak (orang tua, lingkungan, sekolah) berlaku sebagai skenario yang merangsang tumbuhnya karakter dalam diri anak (data 29, 30, 31). Situasi dan kondisi sarana pembelajaran di sekolah saat ini (data 32 dan 33). Sekolah merupakan agen perubahan dalam pendidikan yang memakai paradigma penumbuhan biji (34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, dan 42).Tiga komponen utama pendidikan (data 43), yaitu akhlak (data 44), kompetensi (data 45), dan literasi (data 46, 47, 48, dan 49). Hal terakhir yang disampaikan oleh Anies dalam bagian isi pidatonya adalah perspektif pendidikan berwawasan ke masa depan, introspeksi (data 50), target (data 51), dan orientasi (data 52 dan 53).

Bagian penutup pidato Anies berupa harapan kepada sekolah-sekolah (data 54), ucapan terima kasih ikut menyiapkan masa depan (data 55, 56, dan 57), ucapan selamat berdiskusi (data 58), dan salam penutup (data 59).

Page 8: PIDATO ANIES BASWEDAN DALAM “JAKARTA EDUCATION EXPO …

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 171—182

178

3.3 Struktur Mikro Pidato Anies Baswedan

Struktur mikro dalam analisis wacana ini, diawali dengan latar. Dari rekamannya, Anies memulai pidato dengan latar belakang seperti kalimat data 2─7. Kehadirannya di tempat itu untuk membuka secara resmi acara “Jakarta Expo Pendidikan 2017” di Taman Mini Indonesia Indah. Menurutnya acara tersebut sangat penting dengan me-ngemukakan bahwa pendidikan di Indonesia mulai bangkit dan semakin kuat. Hal tersebut menjadi tanda-tanda yang baik tentang pendidikan. Oleh karena itu, acara tersebut perlu diapresiasi dengan (sangat diusahakan) dihadiri meskipun tidak direncanakan.

Dalam kalimat data 3 dan 4 pidato tersebut, terdapat frasa nampak sekali, kebangkitan pen-didikan, makin menguat, dan tanda-tanda yang baik. Frasa ini merupakan penanda yang mem-pengaruhi arti bahwa pen-didikan merupakan hal utama. Secara detail, hal tersebut diperkuat dengan frasa masa depan dan menyiapkan generasi baru dalam kalimat data 6 dan 7.

Selain pendidikan, hal utama lain yang akan disampaikan oleh Anies adalah karakter. Pentingnya karakter dimanifestasikan dalam perbuatan yang merupakan hasil dari pendidikan sehingga ter-lontarlah kalimat dalam data 5 yang secara eksplisit menyiratkan bahwa karakter perlu dicontohkan dengan kalimat lebih baik mendadak datang daripada mendadak batal. Kalimat data 5 ini juga mempunyai maksud bahwa seseorang, apalagi pejabat, akan memberikan kesan yang baik dengan menghadiri suatu acara atau

kegiatan di wilayah kerjanya meskipun tidak direncanakan.

Tidak secara eksplisit, Anies juga ingin menyampaikan pendidikan karakter dengan membongkar ideologi pejabat selama ini, yakni ketidaksetujuannya dengan karakter para pejabat yang sering melakukan pembatalan kegiatan kepada orang lain secara tiba-tiba yang dapat mengecewakan banyak pihak.

Pendidikan karakter harus ditumbuhkan dalam diri anak atau peserta didik. Dalam pidatonya, Anies Baswedan memilih leksikon menumbuhkan alih-alih membentuk dalam pendidikan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring (2016) menumbuhkan bermakna ‘memelihara dan sebagai-nya supaya tumbuh (bertambah besar, sempurna, dan sebagainya)’, sedangkan membentuk didefinisikan ‘menjadikan’ (membuat) sesuatu dengan bentuk tertentu’. Leksikon ini berbeda sekali dengan kebanyakan para pejabat atau pendidik selama ini. Maksud yang ingin disampaikan Anies adalah membentuk yang selama ini dipakai dalam dunia pendidikan di Indonesia mengalami kesalahan. Hal ini berdampak pada kekurangberhasilan pendidikan di Indonesia. Secara ekplisit yang ingin disampaikan oleh Anies adalah salah satu kegagalan kekurangmaksimalan upaya pendidikan di Indonesia adalah upaya menumbuhkan pada diri anak yang tidak ada. Yang ada hanya upaya membentuk. Upaya ini jauh lebih sulit karena hanya dilakukan oleh satu pihak, yaitu guru atau pendidik. Sebaliknya, upaya menumbuhkan lebih mudah di-lakukan karena adanya upaya pelibatan anak atau peserta didik.

Upaya menumbuhkan juga diikuti oleh penciptaan lingkungan

Page 9: PIDATO ANIES BASWEDAN DALAM “JAKARTA EDUCATION EXPO …

Pidato Anies...(Zainal Abidin)

179

pendidikan yang kondusif. Upaya tersebut dimetaforakan dengan tanah dan iklim tempat tumbuhnya biji. Hal tersebut tampak dalam kalimat Karena dia menumbuhkan maka yang diperlukan sangat mendasar adalah bagaimana tanah tempat bibit tumbuh bisa subur (data 9) dan Bibit dan tanah tempat tumbuh itu iklimnya baik.(data 10). Dua kalimat tersebut mempunyai maksud bahwa situasi dan kondisi lingkungan pendidikan sangat ber-pengaruh besar terhadap ke-berhasilan proses mendidik. Oleh karena itu, sangat diperlukan dalam proses mendidik.

Anies juga memilih leksikon biji untuk anak. Ini tampak dalam kalimat Kalau kita membayangkan anak-anak sebagai bibit biji (data 11). Leksikon ini sangat sesuai dengan ideologi yang ingin disampaikan olehnya. Biji adalah ‘isi buah (yang apabila ditanam dapat tumbuh)’ (KBBI, 2008: 190). Pada dasarnya, sebuah biji merupakan cikal bakal pohon yang memiliki akar, batang, dan daun yang belum tampak, tetapi berpotensi sangat tinggi untuk tumbuh. Begitu maksud kalimat Ketika masih biji, batangnya tidak kelihatan, akarnya tidak kelihatan, daunnya, tapi dia masih biji (data 12). Biji juga merupakan isi dari buah. Makna ini mempunyai maksud bahwa biji adalah ‘inti sari yang berkelanjutan’ yang sama dengan generasi penerus. Jadi, anak adalah generasi penerus yang berpotensi tinggi untuk tumbuh dan ber-kembang.

Hal tersebut berbeda dengan anggapan awam. Praanggapan yang ada selama ini adalah anak bagai kertas putih. Pemakaian leksikon kertas pada anak mempersulit proses pendidikan. Menurut KBBI

(2008:684) kertas adalah ‘barang lembaran dibuat dari bubur rumput, jerami, kayu, dan sebagainya yang biasa ditulisi atau dijadikan pembungkus, dan sebagainya’. Dari analogi tersebut, tersirat anggapan bahwa anak adalah objek mati yang dapat dipergunakan sebagai alat. Padahal, realitas yang ada se-baliknya, anak bukan barang (benda tak bernyawa) yang dipakai untuk tulisan (ditulisi) dan menutupi (membungkus).

Selain leksikon menumbuh-kan, tanah tempat tumbuh, dan biji, Anies juga memakai analogi fotosintesis sebagai rangsangan pertumbuhan pada anak. Ini ditunjukkan pada kalimat Tanaman dipasang, yang satu diarahkan dekat matahari yang satu jauh beloknya beda.(data 14). Rangsangan dari luar (lingkungan pendidikan) mem-pengaruhi hasil pertumbuhan-nya. Secara eksplisit, ideologi itu disampaikan melalui kalimat Sama tanahnya, sama potnya, yang satu dekatkan matahari yang satu jalur dengan arah tumbuhnya sama, ya beda. (data 15). Jadi, kita mau belok kanan belok kiri, itu bukan daunnya yang dibelokkan, tapi rangsangannya yang berbeda, cuacanya (data 16). Frasa belok kanan dan belok kiri adalah leksikon idiom hasil pendidikan yang positif dan negatif.

Analogi fotosintesis dipakai oleh Anies bukan tanpa alasan. Pilihan ini disebabkan oleh fotosintesis merupakan analogi yang sangat dikenal oleh guru sebagai pendidik dan anak sebagai peserta didik. Materi fotosintesis sudah dikenal oleh peserta didik sejak kelas 4 SD. Oleh karena itu, pilihan analogi yang dipakai oleh Anies memiliki pesan bahwa “pendidikan dilakukan dari tempat terdekat (lingkungan

Page 10: PIDATO ANIES BASWEDAN DALAM “JAKARTA EDUCATION EXPO …

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 171—182

sekitar) yang merupakan gudang menumbuhkan”.

Proses menumbuhkan adalah proses rekayasa (data 18). Seperti ilustrasi penumbuhan karakter pada anak lewat kamar mandi keluarga besar dengan satu kamar mandi yang berada di luar kamar tidur alih-alih kamar mandi di dalam kamar tidur. Anggapan yang ada selama ini adalah kamar mandi di dalam kamar adalah solusi terbaik untuk me-lindungi anak atau supaya rapi bersih semua normal di dalam rumah (data 20). Namun, yang terjadi sebaliknya, anak tumbuh menjadi individualis sebagaimana yang diungkapkan dalam kalimat data 19, 22, 23, dan 24. Secara detil Anies menjelaskan dengan leksikon dan frasa individualis, selesaikan sendiri, dan keluar bersih.

Kamar mandi di luar kamar tidur memilih dampak positif yang dapat merangsang pendidikan karakter pada diri anak, yakni perfeksionis atau pedantis, siap SD yang kalau mandi lama(data 25) dan sikat giginya lama (data 26), egois atau peduli kalau mandi harus ketok-ketok (data 27).

Kali ini Anies memilih kamar mandi sebagai ilustrasi. Leksikon kamar mandi dipakai untuk mengungkapkan hal sederhana dan terdekat, tetapi dapat dijadikan sebagai sarana untuk penumbuhan karakter. Hal ini disebabkan oleh hakikat proses menumbuhkan adalah pembiasaan (data 28) yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Data 29, 30, dan 31 mempunyai maksud bahwa dalam melakukan rekayasa, pihak-pihak selain anak (keluarga, lingkungan, dan sekolah) berlaku sebagai skenario yang merangsang tumbuh-nya karakter dalam diri anak. Secara

detail Anies memakai leksikon skenario (data 29), membuat aturan main (30), dan mengaturnya (31).

Dalam proses menumbuhkan pada diri anak diperlukan perubahan terhadap realitas pendidikan di Indonesia saat ini. Secara detail Anies memakai leksikon ngaturnya masih begini (data 32) dan berubah-berubah (data 33). Untuk melakukannya, Anies berpesan pada agen dengan leksikon yang secara detail dipilihnya berupa frasa dan kata pikirkanlah masa depan (data 34) jangan dilihat hari ini (data 36), bukan hari ini (data 37), nanti (data 39), kan, nilainya besok (data 40), dan siapkan masa depan (data 42) sebagai visi masa depan pendidikan, frasa bukan mampu atau tidak mampu tapi mengantisipasi per-ubahan atau tidak mengantisipasi (data 35), dan trajectory proyeksi (data 41) sebagai evaluasi pendidikan.

Dalam pidatonya yang ber-tema “pendidikan karakter”, Anies Baswedan mengemukakan tiga komponen utama pendidikan karakter, yaitu akhlak, kompetensi, dan literasi. Secara detail komponen itu dijelaskan dengan leksikon karakter akhlak, yaitu iman, taqwa, jujur, rendah hati, kerja keras, ulet, tangguh, tak mudah menyerah (data 43), jujur, tapi malas atau kerja keras tapi culas (data 44) lalu karakter kompetensi, yaitu berpikir kritis, kritis kreatif, komunikatif, kolaboratif bisa kerja sama, keterbukaan (data 45)dan karakter literasi, yakni minat baca tinggi, tapi daya baca rendah (data 46)

Untuk memperjelas detailnya tentang literasi, Anies juga men-contohkan akitivitas sehari-hari yang menandai karakter masyarakat tentang literasi yang masih rendah.

180

Page 11: PIDATO ANIES BASWEDAN DALAM “JAKARTA EDUCATION EXPO …

Pidato Anies...(Zainal Abidin)

181

Kalimat minat baca buku rendah, tapi kalau baca WA bisa berjam-jam (data 47), Itu namanya minatnya ada, tapi dayanya rendah (data 48), dan Begitu tulisannya agak panjang di-skip (data 49).

Hal terakhir yang disampai-kan oleh Anies dalam bagian isi pidatonya adalah prespektif pen-didikan berwawasan ke masa depan dengan langkah-langkah introspeksi, target, dan orientasi.

Secara detail Anies memakai leksikon berupa frasa yang mengeksplisitkanintrospeksitidak mempersiapkan (data 50), target,mau jadi apa besok, tapi tanya mau buat apa besok? (data 51), dan orientasi, jangan terpukau dengan cerita masa lalu, harus dengan masa depan (data 52) dan tidak puas dengan melihat masa lalu (data 53).

Untuk memperjelaskan ideologi yang ingin disampaikan, Anies menegaskan kembali di bagian akhir pidatonya dengan harapan kepada sekolah-sekolah dengan leksikon benar-benar sekolah-sekolah masa depan (data 54) dan ikut menyiapkan masa depan dengan leksikon penyelenggara pendidikan (data 55) dan ikut menyiapkan Indonesia masa depan (data 56).

4. Simpulan

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pidato Anies Baswedan berisi tentang pendidikan karakter.Untuk menyampaikan tema itu, Anies banyak memakai metafora. Leksikon yang dipakainya meliputi menumbuhkan, biji, tanah tempat tumbuh, cuaca tempat tumbuh, belok kanan, belok kiri, kamar mandi di dalam kamar, dan kamar mandi di luar kamar. Leksikon tersebut dipilih dengan maksud peran peserta didik turut menentukan dalam pen-

didikan karena peserta didik merupakan generasi penerus yang berpotensi dalam pelaksaannya diperlukan “rangsangan” untuk memperoleh hasil yang positif dengan pembiasaan. Melalui pidatonya, Anies juga men-yampaikan karakter yang ingin ditumbuhkan pada peserta didik adalah karakter akhlak, kompetensi, dan literasi dengan langkah-langkah introspeksi, target, dan orientasi.

Daftar Acuan Alvionita, R inta. (2018). “Representasi

Situasi Sosial dan Konstruksi Ideologi dalam Pidato Pelantikan Anies Baswedan” dalam Jurnal Retorika, Volume 11, Nomor 1, Februari 2018, hlm. 57–67

Antoni, Condra. (2013). “Analisis Wacana

Kritis Bedah Wacana Pendidikan Kewarganegaraan” dalam Jurnal Linguistika Kultura Volume 7 Nomor 1 Juli 2013 hlm. 43─53

Darma, Yoce Aliah. (2013). Analisis

Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya

Eriyanto. (2012). Analisis Wacana:

Pengantar Analisis Teks Media. Yoyakarta.LKis Printing Cemerlang. Cetakan X

Fauzan.U. (2014).“Analisis Wacana Kritis

dari Model Fairclough hingga Mills.”Jurnal Pendidikan Volume 6 Nomor 1 Tahun 2014 hlm. 1─15

Hamad, Ibnu. (2004). Konstruksi Realitas

Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik. Jakarta: Granit

Kuntoro. (2008). “Analisis Wacana Kritis:

Teori van Dijk dalam Kajian Teks

Page 12: PIDATO ANIES BASWEDAN DALAM “JAKARTA EDUCATION EXPO …

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 171—182

Media Massa.” Jurnal Leksika Volume 2 Nomor 2 Tahun 2008 hlm. 45─55

Kuswandari, dkk. (2017). “Analisis Wacana:

Representasi Pendidikan Indonesia pada Berita Online Detik.com” dalam Jurnal Metalingua Volume 15 Nomor 2 Desember 2017 hlm. 145─152

Nimmo, Dan. (2005). Komunikasi Politik,

Komunikator, Pesan, dan Media.Bandung: Remaja Rosdakarya

Oktavianus.(2006). Analisis Wacana Lintas

Bahasa. Padang: Andalas University Press

Simanjuntak, Sahata. (2018). “Analisis

Semiotik Pidato Pelantikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan” dalam Jurnal Dakwah dan Komunikasi Volume 3 Nomor 2 Tahun 2018 hlm. 101─120

Sofa, Gagar Asmara. (2018). “Yang

Tersembunyi dari Pidato Politik Pertama Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta: Sebuah Analisis Wacana Kritis” dalam Jurnal KATA Volume 2 Nomor 2 Oktober 2018 halaman 384─402

182