Picking Data Microseismic

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Picking Data Microseismic

Citation preview

  • PICKING DATA MICROSEISMIC

    Sidqi Maulana, 12311016

    Sandhy Muhammad Akbar, 12311032

    Iqbal Fauzi Aditama, 12311056

    Laboratorium Seismologi, Program Studi Teknik Geofisika, Institut Teknologi Bandung

    ABSTRAK

    Laporan ini menjelaskan tentang pengolahan data microseismic. Microseismic adalah

    gelombang seismik yang magnitudonya rendah. Pengolahan data diperlukan untuk

    menentukan hiposenter dan besar magnitudo sumber gempa. Hiposenter didapatkan dari

    penentuan waktu tiba gelombang P dan S sementara besar magnitudo didapatkan dengan cara

    penentuan pucak amplitude gelombang P. Penentuan gelombang P dengan mengamati data

    pada komponen vertical (Z) dan gelombang S pada komponen horizontal (N-S dan W-E).

    Perubahan domain dari domain waktu ke domain frekuensi dapat dilakukan untuk membantu

    penentuan posisi awal datanganya gelombang P dan S yang ditunjukkan dengan adanya

    perubahan nilai amplitude pada spektrum di domain frekuensi. Waktu terjadinya gempa

    (Origin Time) dapat ditentukan dengan teknik grafis yang disebut diagram Wadati. Diagram

    dibuat dengan mengeplot beda waktu tiba gelombang S dan P (Ts-Tp) terhadap waktu tiba

    gelombang P. Metode ini untuk menentukan gempa-gempa pada zona Wadati-Benioff.

    Kata kunci: microseismic, gempa, hiposenter, magnitudo, gelombang

  • ABSTRACT

    This report describes the processing of microseismic data. Microseismic is the low

    magnitude seismic waves. Data processing is needed to determine the hypocenter and

    magnitude of the earthquake. The hypocenter obtained from the arrival time of P and S waves

    while the magnitude obtained by the determination of the P wave amplitude. P waves is

    determined by observed data on the vertical component (Z) and S waves on the horizontal

    components (NS and WE). Domain changes from time domain to the frequency domain can

    be use to help determine the initial position P and S waves that are indicated by the change in

    the value of the amplitude spectrum in the frequency domain. Time of the earthquake (Origin

    Time) can be determined by graphical technique called Diagram of Wadati. This method for

    determining the earthquakes in Wadati-Benioff zones. This diagram is made from plotting

    different arrival time S and P waves (Ts-Tp) against the P wave arrival time.

    Keywords: microseismic, earthquake, hypocenter, magnitude, waves

  • PENDAHULUAN

    Dalam seismologi terdapat

    peristiwa seismik yang besarnya sangat

    kecil, biasa disebut microseismic. Jika

    biasanya peristiwa seismik disebabkan

    oleh pelepasan energi akibat pergeseran

    batuan di sesar, maka microseismic

    biasanya disebabkan oleh aktivitas

    manusia, seperti pertambangan atau

    produksi minyak dan gas.

    Microseismic dapat terdeteksi dan

    terukur dengan baik oleh broad-band

    seismograf dan bisa direkam di lokasi

    manapun di bumi.

    Tujuan dari praktikum picking data

    microseismic antara lain: memahami

    konsep besar magnitudo dan intensitas

    gempa; memahami hubungan empiris antar

    parameter gempa; dapat menentukan

    gelombang P dan S pada seismogram dan

    menentukan waktu tiba gelombang pada

    data microseismic; dan dapat melakukan

    picking amplitude untuk penentuan nilai

    amplitude.

    LATAR BELAKANG

    Dalam peristiwa microseismic

    terdapat istilah hiposenter yang merupakan

    pusat gempa. Untuk menentukan

    hiposenter maka diperlukan penentuan

    waktu tiba gelombang P dan gelombang S.

    Selain itu diperlukan juga penentuan

    puncak amplitude dari gelombang P untuk

    bisa menentukan besar magnitudo

    gelombang seismik. Semakin teliti picking

    data pada gelombang P dan gelombang S,

    maka lokasi hiposenter dan besar

    magnitudo yang didapatkan akan semakin

    akurat.

    TEORI DASAR

    A. Gelombang Seismik

    Secara garis besar gelombang

    seismik yang dipancarkan dari pusat

    gempa dan terekam dalam seismogram

    terdiri dari gelombang body dan

    gelombang permukaan. Gelombang yang

    biasanya mudah terlihat dalam seismogram

    adalah gelombang body longitudinal

    (Gelombang Primer, P) dan jenis

    transversal (Gelombang Sekunder, S) dan

    refleksi dan transmisinya.

    Ditinjau dari kecepatan

    gelombangnya, maka mula-mula akan

    tercatat gelombang P, baru kemudian

    disusul oleh gelombang S dan akhirnya

    gelombang permukaan.

    Mikroseimik gelombang seismik

    mikro yang diakibatkan oleh adanya

    pergerakan di bawah permukaan bumi

    dengan magnitudo rendah hampir tidak

    terasakan di permukaan dan sifat

    kejadianya lokal. Karena tempat kejadian

    sumber gelombang microseismic adalah

    lokal, maka perbedaan waktu tempuh

    gelombang P dan S tidak akan terlalu lama

    antara 0.02-2.6 detik dengan durasi kurang

    dari 10 detik. Contoh pergerakan yang

  • dapat dikategorikan sebagai gelombang

    seismik mikro adalah pergerakan rekahan,

    proses injeksi fluida, aktivitas pemboran,

    migrasi fluida, dll.

    Berdasarkan posisi sumber terhadap

    lokasi seismograf, secara umum gempa

    bumi diklasifikasikan menjadi dua

    kategori, yaitu:

    1. Gempa bumi dekat atau Lokal

    Seismik. Gempa lokal adalah gempa

    dengan jarak episenternya terhadap

    stasiun pencatat tidak melebihi dari

    beberapa ratus kilometer, sehinggga

    kelengkungan bumi dapat diabaikan.

    Gempa lokal dimanfaatkan untuk

    menyelidiki struktur permukaan bumi,

    termasuk didalam nya gempa buatan

    yang dilakukan pada seismik

    eksplorasi.

    2. Gempa bumi jauh atau Teleseismik.

    Teleseismik adalah gempa dengan

    jarak episenternya terhadap stasiun

    pencatat lebih dari 1000 kilometer.

    Kategori gempa ini memegang peran

    penting dalam penentuan struktur

    bagian dalam bumi

    B. Diagram Wadati

    Waktu terjadinya gempa (Origin

    Time) dapat ditentukan dengan teknik

    grafis yang disebut diagram Wadati. Ia

    menggunakan metode ini untuk

    menentukan gempa-gempa dalam suatu

    zona, yang kemudian disebut zona Wadati-

    Benioff, yang diinterpretasikan sebagai

    event-event subducting slab. Beda waktu

    tiba gelombang S dan P (Ts-Tp) diplot

    terhadap waktu tiba gelombang P. Karena

    di hiposenter Ts-Tp akan menjadi nol,

    maka titik potong garis lurus dalam

    diagram Wadati dengan sumbu Tp adalah

    pendekatan waktu terjadinya gempa (T0).

    Setelah T0 ditentukan, maka

    hubungan nya dengan parameter gempa

    dapat dihitung seperti jarak episenter dari

    setiap stasiun dengan mengalikan waktu

    tempuh gelombang P dengan kecepatan

    gelombang rata-ratnya.

    C. Parameter Gempa

    Parameter gempa yang akan

    dibahas dalam laporan ini yaitu Magnitudo

    dan Intensitas Gempa. Magnitudo adalah

    ukuran logaritmik dari kekuatan gempa

    bumi atau ledakan yang berdasarkan

    pengukuran instrumen atau disebut juga

    berdasarkan pengukuran amplitudo

    maksimum fasa seismik. Kemudian

    magnitudo dihitung secara skala relatif

    terhadap suatu kekuatan gempa bumi.

    Skala logaritmik dipakai karena amplitude

    gelombang seismik dari gempa variasinya

    tinggi.

    Magnitudo tidak berhubungan

    langsung dengan sumber gempa dan

    bertujuan untuk pada penyediaan

    perhitungan cepat yang sederhana.

    Magnitudo dipakai untuk analisis

  • peninjauan awal dari data gempa (katalog)

    untuk keperluan investigasi geofisika dan

    keteknikan.

    Intensitas Gempa adalah adalah

    suatu ukuran deskriptif akibat goncangan

    selama gempa terjadi. Berlawanan dengan

    konsep Magnitudo yang berdasarkan

    pengukuran instrument, intensitas

    berdasarkan penilaian dan klasifikasi dari

    kerusakan akibat goncangan gempa serta

    persepsi manusia terhadap goncangan

    tersebut. Besarnya intensitas tergantung

    pada energy yang diradiasikan yang dapat

    dinyatakan dalam magnitudo. Semakin

    jauh suatu tempat dari titik episenter, tentu

    saja energinya akan semakin kecil. Akan

    tetapi, sifat penjalaran gelombang seismik

    dalam batuan harus dipertimbangkan.

    Disamping itu, besarnya intensitas

    tergantung pada bangunan itu sendiri,

    seperti rancangan, tinggi dan bahan

    bangunan. Intensitas gempa memiliki

    Skala Intensitas yang dinyatakan dalam

    angka romawi yang sebenarnya sudah

    dibuat di beberapa Negara seperti

    European Macroseismic Scale (EPS) dan

    skala Japanese Meteorogical Agency

    (JMA). Skala intensitas yang dipakai

    secara luas adalah skala MMI (Modified

    Mercalli Intensity) yang terdiri dari 12

    skala

  • PENGOLAHAN DATA

    A. Langkah Pengolahan Data

    1. Buka software Seisgram2K60.jar untuk dapat mengolah data gempa. Lalu pilih File

    dan klik Open File. Pilihlah data gempa yang diinginkan dan klik Open.

    2. Tampilkan raw dari semua stasiun

  • 3. Lakukan filtering data dengan menekan bar filter-butterworth. Atur frekuensi yang

    diinginkan dengan frekuensi terendah 1 Hz dan terbesar 40 Hz. Terapkan ke setiap

    stasiun

    4. Lakukan proses Remove Mean untuk semua stasiun.

    5. Urutkan berdasarkan kemunculan grup fasa gelombang yang menonjol

  • 6. Pick waktu tiba gelombang P pada setiap stasiun

    7. Pick waktu tiba gelombang S pada setiap stasiun.

    a. Pada umumnya nilai ts-tp gempa akan semakin besar pada stasiun yang waktu

    tiba gelombang p lebih lambat.

  • b. Pada umumnya fasa gelombang P lebih jelas pada komponen vertical dan S

    pada komponen horizontal (NS atau EW). Tetapi pada kasus tertentu bisa

    terjadi hal sebaliknya.

    8. Pick amplitudo maximum pada komponen z di setiap stasiun. Langkah awal,

    lakukan remove mean dan integrated pada semua stasiun terlebih dahulu agar hasil

    pickingan berupa amplitude displacement.

    9. Gunakan 0-p max untuk melakukan picking amplitudo maksimum.

  • B. Hasil Pengolahan Data

    a. Tabel

    Station Date Minute Tp Ts Amplitudo

    Event 1

    St1 20130407 629 60.194 62.792 2.598 -70292.5

    St2 20130407 629 59.481 61.459 1.978 -252562

    St3 20130407 629 60.238 62.801 2.563 69970.29

    St4 20130407 629 59.078 61.135 2.057 -18407.6

    St5 20130407 629 59.342 60.787 1.445 -2505.86

    St6 20130407 629 59.531 61.653 2.122 16372.62

    St7 20130407 629 58.965 60.582 1.617 58556.77

    Station Date Minute Tp Ts Amplitudo

    Event 2

    St1 20130407 633 6.702 9.412 2.71 37504.73

    St2 20130407 633 5.081 6.479 1.398 6605.313

    St3 20130407 633 5.631 7.288 1.657 -20272.4

    St4 20130407 633 5.861 7.983 2.122 25051.04

    St5 20130407 633 5.823 7.778 1.955 -1050.08

    St6 20130407 633 6.720 8.599 1.879 -126396

    St7 20130407 633 5.423 7.264 1.841 -836.627

    Station Date Minute Tp Ts Amplitudo

    Event 3

    St1 20130407 637 6.501 8.508 2.007 3.535222

    St2 20130407 637 5.774 7.831 2.057 17.29343

    St3 20130407 637 5.652 7.708 2.056 16.09269

    St4 20130407 637 6.496 9.457 2.961 2.502381

    St5 20130407 637 5.024 6.42 1.396 27.34338

    St6 20130407 637 5.452 7.171 1.719 10.63463

    St7 20130407 637 5.138 6.943 1.805 14.44572

    Station Date Minute Tp Ts Amplitudo

    Event 4

    St1 20130407 638 28.783 31.302 2.519 3.433326

    St2 20130407 638 28.024 30.05 2.026 -19.0966

    St3 20130407 638 28.871 31.449 2.578 4.547874

    St4 20130407 638 27.366 28.734 1.368 31.0739

    St5 20130407 638 27.729 29.939 2.21 -15.323

    St6 20130407 638 28.134 30.271 2.137 -26.0193

    St7 20130407 638 27.44 29.053 1.613 23.83411

    Station Date Minute Tp Ts Amplitudo

    Event 5

    St1 20130407 640 44.562 45.774 1.212 1559.965

    St2 20130407 640 60.11 62.108 1.998 667.2665

    St3 20130407 640 60.012 62.047 2.035 2246.572

    St4 20130407 640 60.901 63.638 2.737 639.6433

    St5 20130407 640 59.419 60.636 1.217 -142.658

    St6 20130407 640 59.849 61.527 1.678 824.1006

  • St7 20130407 640 59.492 61.093 1.601 1924.154

    Station Date Minute Tp Ts Amplitudo

    Event 6

    St1 20130622 14 41.077 42.809 1.732 -6929.27

    St2 20130622 14 30.232 30.478 0.246 1459.739

    St3 20130622 14 42.198 42.6 0.402 -4341.17

    St4 20130622 14 44.456 44.739 0.283 2255.594

    St5 20130622 14 17.769 18.106 0.337 2332.946

    St6 20130622 14 42.968 43.294 0.326 1257.521

    St7 20130622 14 41.474 42.006 0.532 2616.51

    y = 0.722x - 40.99

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    3

    58.5 59 59.5 60 60.5

    Event 1

    Station 1

    Linear (Station 1)

    y = 0.491x - 0.956

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    3

    0 2 4 6 8

    Event 2

    Event 2

    Linear (Event 2)

  • y = 0.643x - 1.677

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    3

    3.5

    0 1 2 3 4 5 6 7

    Event 3

    Event 3

    Linear (Event 3)

    y = 0.678x - 16.96

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    3

    27 27.5 28 28.5 29

    Event 4

    Event 4

    Linear (Event 4)

  • y = 0.049x - 1.075

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    3

    0 20 40 60 80

    Event 5

    Event 5

    Linear (Event 5)

    y = 0.011x + 0.108

    0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    1.2

    1.4

    1.6

    1.8

    2

    0 10 20 30 40 50

    Event 6

    Event 6

    Linear (Event 6)

  • ANALISIS DATA

    Sidqi Maulana (12311016)

    Pada umumnya, stasiun yang

    mencatat awal terjadinya gempa adalah

    stasiun dengan waktu tiba gelombang P

    lebih awal sehingga nilai selisih waktu

    datang gelombang S dan gelombang P (ts-

    tp) [ t] lebih kecil dari stasiun lainnya.

    Pada Event 1, stasiun yang seharusnya

    mencatat awal terjadinya gempa adalah

    stasiun 07, karena stasiun ini mencatat

    datangnya gelombang P pada waktu yang

    lebih awal dari stasiun lainnya yaitu

    sebesar 58,965 detik . Akan tetapi, dalam

    pengolahan data, didapatkan nilai t yang

    terkecil pada stasiun 05 yaitu sebesar

    1.445 detik dengan waktu tiba gelombang

    P pada 59.342 detik. Kesalahan ini terjadi

    karena ketidaktelitian dalam picking

    gelombang S atau gelombang P sehingga

    dapat mempengaruhi waktu awal

    terjadinya gempa. Waktu terjadinya gempa

    (t0) atau origin time pada Event 1 terjadi

    pada pukul 06.29 pada detik ke 56.70.

    Persamaan yang didapat dari metoda grafis

    yaitu sebesar :

    y=0.7229 x-40.993

    sehingga nilai didapatkan sebesar

    1,7229. Dari data event 1, maka dapat

    dianalisis bahwa gempa yang terjadi

    termasuk gempa lokal karena perbedaan

    waktu antara origin time dengan waktu

    yang dicatat pada stasiun 07 adalah 2,265

    detik. Dari hasil perbedaan tersebut,

    diperkirakan jarak antara gempa dengan

    stasiun 07 berada pada jarak yang dekat.

    Selain itu, dengan mengetahui origin time,

    kita dapat mengetahui dimana tempat

    terjadinya gempa dengan menyesuaikan

    pada data rekaman gempa USGS.

    Untuk event 2, stasiun yang

    mencatat awal terjadinya gempa adalah

    stasiun 02 dengan tp 5.081 detik dan nilai

    t sebesar 1,398 detik. Waktu terjadinya

    gempa (t0) atau origin time pada Event 2

    terjadi pada pukul 06.33 pada 1,33 detik.

    Persamaan yang didapat dari metoda grafis

    yaitu sebesar :

    y=0.4912 x-0.9564

    sehingga nilai didapatkan sebesar

    1,4912. Dari hasil ini, perkiraannya gempa

    dengan stasiun berjarak dekat karena

    selisih waktu sebesar 0,068 detik.

    Sandhy Muhammad Akbar (12311032)

    Dalam peristiwa mikroseismik

    terdapat istilah hiposenter yang merupakan

    pusat gempa. Untuk menentukan

    hiposenter maka diperlukan penentuan

    waktu tiba gelombang P dan gelombang S.

    Selain itu diperlukan juga penentuan

    puncak amplitude dari gelombang P untuk

    bisa menentukan besar magnitudo

  • gelombang seismik. Pada umumnya nilai

    ts-tp gempa akan semakin besar pada

    stasiun dengan waktu tiba gelombang P

    lebih lambat. Berdasarkan diagram wadati,

    pada event 3 yang terjadi pada tanggal 7

    April 2013 mempunyai slope 0.643 dan

    pada event 4 yang terjadi pada tanggal

    yang sama mempunyai slope 0.678. Origin

    time didapatkan dengan membuat nol ts-tp

    karena gempa bersumber pada hiposenter.

    Setelah itu titik potong garis lurus dalam

    diagram wadati dengan sumbu tp

    merupakan pendekatan waktu terjadinya

    gempa. Pada event 3, origin time dari

    gempa yaitu t0 = 2.608087092. Dan pada

    even 4 t0 = 25.01474926. Dengan

    mengetahui t0 kita dapat mengetahui

    dimana tempat terjadinya gempa bumi

    tersebut.

    Nilai dari magnitude suatu gempa

    ditentukan dari amplitude maksimum dari

    setiap stasiun perekam. Pada even 3

    amplitude maksimum terdapat pada

    stasiun 2 dan pada even 4 nilai amplitude

    maksimum terdapat pada stasiun 6.

    Pada hasil perekaman gempa,

    biasanya terdapat noise yang membuat

    keliru saat melakukan picking data

    mikroseismik. Untuk meminimalisir

    pembacaan noise dilakukan proses

    filtering. Ketelitian penentuan waktu tiba

    gelombang P dan S sangat penting untuk

    mendapatkan lokasi hiposenter yang

    akurat.

    Iqbal Fauzi Aditama (12311056)

    Pada event 5 didapatkan T0 =

    0.0460 s data Vp dan Vs maka slope yang

    didapat adalah 0.0495. Hal ini

    menunjukkan gelombang P datang terlebih

    dahulu dibanding gelombang S meskipun

    dengan perbedaan waktu yang kecil. Hal

    tersebut sesuai teori bahwa gelombang P

    lebih cepat dibanding gelombang S.

    Pada suatu stasiun di event 5

    terdapat rekaman gelombang seismik yang

    berbeda dibanding yang lain. Diperkirakan

    peristiwa seismik yang terjadi adalah

    teleseismik atau jarak antara episenter

    dengan stasiun pencatat lebih dari 1000

    km. Hal tersebut mempengaruhi hasil

    picking data arrival time gelombang P dan

    S.

    Pada event 6 didapatkan T0=

    0.1097 s. Berdasarkan data Vp dan Vs

    maka slope yang didapat adalah 0.0119.

    Sama seperti event 5, hanya dengan

    perbedaan waktu yang lebih kecil.

    Dengan mengetahui T0, maka kita

    bisa mengetahui lokasi terjadinya gempa.

    Data T0 dicocokkan dengan rekaman data

    yang ada, misalnya dari situs perekam

    gempa.

  • KESIMPULAN

    Intensitas berbeda dengan

    magnitude karena intensitas adalah hasil

    pengamatan visual pada suatu tempat

    tertentu sedangkan, magnitude adalah hasil

    pengamatan instrumental menggunakan

    seismograf. Pada suatu kejadian

    gempabumi besarnya Intensitas pada

    tempat yang berbeda dapat sama atau

    berlainan sedangkan besarnya magnitude

    selalu sama walaupun dicatat atau

    dirasakan di tempat yang berbeda. Skala

    kekuatan gempa atau skala magnitudo

    gempa merupakan sebuah ukuran

    logaritmik kekuatan gempa bumi atau

    ledakan bom berdasarkan pengukuran

    amplitudo maksimum gelombang gempa.

    Amplitudo tersebut tentu saja berdasarkan

    hasil rekaman peralatan perekam

    gelombang gempa.

    Parameter-parameter gempa yaitu

    episenter, origin time, magnitudo gempa,

    dan hiposenter memiliki keterkaitan satu

    sama lain. Dengan mula-mula melakukan

    picking data microseismic gelombang P

    dan S, maka akan didapatkan origin time

    dan besarnya magnitudo gempa. Origin

    time merupakan waktu awal gempa terjadi

    sehingga dengan data tersebut kita bias

    mendapatkan hiposenter dan episenter.

    Dibutuhkan ketelitian untuk

    menentukan waktu tiba gelombang P dan

    S, karena sangat penting untuk

    mendapatkan lokasi hiposenter yang

    akurat. Nilai tp dan ts didapatkan setelah

    kita menentukan waktu tiba gelombang P

    dan S. Pada umumnya nilai ts-tp gempa

    akan semakin besar pada stasiun dengan

    waktu tiba gelombang P lebih lambat

    Skala kekuatan gempa atau skala

    magnitudo gempa merupakan sebuah

    ukuran logaritmik kekuatan gempa bumi

    atau ledakan bom berdasarkan pengukuran

    amplitudo maksimum gelombang gempa.

    Amplitudo tersebut tentu saja berdasarkan

    hasil rekaman peralatan perekam

    gelombang gempa. Nilai magnitude

    sebuah gempa akan bergantung terhadap

    nilai dari amplitude maksimum dari hasil

    picking pada data mikroseismik.

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Pertama tama kami ucapkan syukur

    pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

    memberikan nikmat Nya sehingga kami

    dapat menyelesaikan penulisan laporan ini.

    Tak lupa pula penulis mengucapkan

    terimakasih kepada dosen seismologi

    kami, Pak Afnimar, sehingga kami dapat

    memahami bagaimana cara menentukan

    waktu tiba gelombang. Kami juga ingin

    mengucapkan terimakasih kepada asisten

    kami karena telah membimbing kami

    dalam proses pembuatan laporan ini yaitu

    Riskiray Ryannugroho dan Luthfi Naufal.