14
Perubahan Orientasi pada Pesan Verbal Tembang dalam Seni Tradisional Angguk dan Dolalak Isbandi Sutrisno Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Yogyakarta Jl. Babarsari No. 2 Tambakbayan Yogyakarta Telp. (0274) 485268 e-mail : [email protected] Abstract Angguk and Dolalak is one of the traditional performing arts that still survive to this day. Traditional arts in addition to functioning as the entertainment for the community, can also be a means to deliver message to the audience. Angguk as an Art perform from Kulon Progo and Dolalak from Purworejo play both functions through the presentation of dance, song and music accomponist. In order to keep the public attention, they made various changes in their perform of the typical song of Angguk and Dolalak. In early development, the song is fully by religious messages, development, nationalism and so forth. Currently, the song that appears are popular song according to market. The objectives of this rearch is to see how the change of orientation in the song of Angguk and Dolalak. This research used a qualitative method by case study approach. The verbal message full of meaning in poetry and song of Angguk and Dolalak authenticity should be preserved. Angguk and Dolalak are expected to remain able as a medium of entertainment and persuasion, as well as a means to educate people, especially in rural areas. Modifications or collaboration with modern art to arouse public fascination, without leaving their essence of culture itself. Efforts to develop this traditional art, need to balanced by efforts to preserve the values of authenticity. Abstrak Kesenian tradisional selain berfungsi sebagai hiburan bagi masyarakat, dapat pula menjadi sarana penyampai pesan bagi penontonnya. Seni Angguk Kulon Progo dan Dolalak Purworejo memainkan kedua fungsi tersebut melalui penyajian gerak tari, tembang dan musik pengiringnya. Agar tetap dapat menjaga eksistensinya, dilakukan berbagai perubahan dalam penyajian tembang khas Angguk dan Dolalak. Pada awal perkembangannya, tembang Angguk dan Dolalak penuh dengan pesan religi, pembangunan, nasionalisme dan sebagainya. Saat ini tembang-tembang yang disajikan adalah lagu- lagu populer, demi memenuhi selera pasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perubahan orientasi dalam tembang Angguk dan Dolalak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sebagai sebuah seni pertunjukan tradisional, Angguk dan Dolalak masih mampu menarik perhatian masyarakat. Pesan verbal yang penuh makna dalam syair-syair tembang Angguk dan Dolalak semestinya dilestarikan keasliannya. Angguk dan Dolalak diharapkan tetap dapat menjalankan fungsinya sebagai media hiburan dan persuasi, sekaligus sarana mengedukasi masyarakat khususnya di pedesaan. Modifikasi atau kolaborasi dengan seni modern yang dapat menggugah daya tarik masyarakat dilakukan tanpa meninggalkan esensi nilai budaya itu sendiri. Upaya pengembangan kesenian tradisional ini, perlu diimbangi oleh upaya melestarikan nilai-nilai keasliannya. Kata kunci : seni pertunjukan tradisional, pesan verbal, pelestarian dan pengembangan.

Perubahan Orientasi pada Pesan Verbal Tembang dalam Seni … · 2019. 10. 26. · kehidupan berorganisasi, termasuk dalam proses menemukan nilai-nilai. Asumsi kedua, adalah bahwa

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perubahan Orientasi pada Pesan Verbal Tembang dalam Seni … · 2019. 10. 26. · kehidupan berorganisasi, termasuk dalam proses menemukan nilai-nilai. Asumsi kedua, adalah bahwa

330

Perubahan Orientasi pada Pesan Verbal Tembangdalam Seni Tradisional Angguk dan Dolalak

Isbandi SutrisnoProgram Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” YogyakartaJl. Babarsari No. 2 Tambakbayan Yogyakarta Telp. (0274) 485268

e-mail : [email protected]

Abstract

Angguk and Dolalak is one of the traditional performing arts that still survive to thisday. Traditional arts in addition to functioning as the entertainment for the community, can alsobe a means to deliver message to the audience. Angguk as an Art perform from Kulon Progoand Dolalak from Purworejo play both functions through the presentation of dance, song andmusic accomponist. In order to keep the public attention, they made various changes in theirperform of the typical song of Angguk and Dolalak. In early development, the song is fully byreligious messages, development, nationalism and so forth. Currently, the song that appears arepopular song according to market. The objectives of this rearch is to see how the change oforientation in the song of Angguk and Dolalak. This research used a qualitative method by casestudy approach. The verbal message full of meaning in poetry and song of Angguk and Dolalakauthenticity should be preserved. Angguk and Dolalak are expected to remain able as a mediumof entertainment and persuasion, as well as a means to educate people, especially in rural areas.Modifications or collaboration with modern art to arouse public fascination, without leavingtheir essence of culture itself. Efforts to develop this traditional art, need to balanced by effortsto preserve the values of authenticity.

Abstrak

Kesenian tradisional selain berfungsi sebagai hiburan bagi masyarakat, dapat pula menjadi saranapenyampai pesan bagi penontonnya. Seni Angguk Kulon Progo dan Dolalak Purworejo memainkankedua fungsi tersebut melalui penyajian gerak tari, tembang dan musik pengiringnya. Agar tetap dapatmenjaga eksistensinya, dilakukan berbagai perubahan dalam penyajian tembang khas Angguk danDolalak. Pada awal perkembangannya, tembang Angguk dan Dolalak penuh dengan pesan religi,pembangunan, nasionalisme dan sebagainya. Saat ini tembang-tembang yang disajikan adalah lagu-lagu populer, demi memenuhi selera pasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanaperubahan orientasi dalam tembang Angguk dan Dolalak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatifdengan pendekatan studi kasus. Sebagai sebuah seni pertunjukan tradisional, Angguk dan Dolalakmasih mampu menarik perhatian masyarakat. Pesan verbal yang penuh makna dalam syair-syair tembangAngguk dan Dolalak semestinya dilestarikan keasliannya. Angguk dan Dolalak diharapkan tetapdapat menjalankan fungsinya sebagai media hiburan dan persuasi, sekaligus sarana mengedukasimasyarakat khususnya di pedesaan. Modifikasi atau kolaborasi dengan seni modern yang dapatmenggugah daya tarik masyarakat dilakukan tanpa meninggalkan esensi nilai budaya itu sendiri. Upayapengembangan kesenian tradisional ini, perlu diimbangi oleh upaya melestarikan nilai-nilai keasliannya.

Kata kunci : seni pertunjukan tradisional, pesan verbal, pelestarian dan pengembangan.

Page 2: Perubahan Orientasi pada Pesan Verbal Tembang dalam Seni … · 2019. 10. 26. · kehidupan berorganisasi, termasuk dalam proses menemukan nilai-nilai. Asumsi kedua, adalah bahwa

331

Pendahuluan

Pesatnya sistem komunikasi modern sepertisurat kabar, radio dan televisi telah menggeserperan media seni tradisional. Ada hal menarik daripendapat Budya Pradipta “bahwa media tradisio-nal bersifat strategis dilihat dari sistem informasidan komunikasi. Dengan alasan karena media senitradisional mengcover semua pengetahuan secarasinergis misalnya pengetahuan dan penghayatankarawitan yang disinergikan dengan ilmu politik,pengetahuan, segala macam ilmu yang dibutuhkanmanusia, juga kemampuan menyergap aspirasimasyarakat yang tumbuh dan berkembang saatini” (Berita Depkominfo, 1/1/2008). Peran mediaseni tradisional dalam penyebaran informasi ma-sih relevan dan memiliki beberapa kelebihan :Pertama, keberadaan media seni tradisional yangberangkat dan digali dari akar budaya masyarakatitu sendiri merupakan bagian yang lekat dengankehidupan masyarakat Indonesia, khususnya dipedesaan dan memiliki keterikatan dengan budayadan nilai-nilai tradisional. Kedua, dalam menyam-paikan pesan penuh dengan kesederhanaan dalampenggunaan bahasa (merakyat), lebih familier,komunikatif, mudah dimengerti oleh komunitassasaran, selain itu penyampaian kritik-kritik sosialyang dikemas dalam bentuk guyonan atau banyolancenderung lebih menyentuh dan lebih dapatditerima ketimbang melalui media lain yangmenonjolkan sikap emosional, atraktif dankonfrontatif.

Substansi pesan dalam penyebaran in-formasi dapat mengangkat masalah-masalah aktualyang bermanfaat bagi pembangunan sepertikesadaran mambayar pajak, pencegahan terhadapbahaya penyalahgunaan narkoba, HIV, AIDS danpersoalan yang bersentuhan langsung dengankondisi masyarakat. Untuk dapat memperkokohkeberadaan peran media tradisional diperlukanadanya pengembangan melalui langkah-langkahinovatif, kreatif dari pengelola seni tradisional.Perubahan dan penyesuaian dengan kebutuhanserta dinamika masyarakat harus menjadi bagiandari strategi pengembangan media tradisional.Pengembangan yang dilakukan misalnya denganmelakukan modifikasi atau kolaborasi dengan senimodern yang dapat menggugah daya tarik ma-syarakat dengan catatan jangan sampai me-

ninggalkan esensi nilai budaya itu sendiri. Peranpemerintah sebagai pembina dan sebagai pemakai(user) memiliki tanggung jawab dalam pengem-bangan media seni tradisional sebagai saranapenyebaran informasi sekaligus dalam pelestarianseni tradisional sebagai bagian dari budaya daerah.Dalam konteks penyebaran informasi dan men-jaring aspirasi, pemerintah secara proporsionalharus dapat memberdayakan peran semua mediatermasuk di dalamnya media seni tradisional.Pemanfaatan media tradisional dapat melaluitayangan televisi, radio maupun pertunjukanlangsung di masyarakat.

Peran kelompok atau pengelola seni tra-disional harus senantiasa melakukan inovasi-inovasi, kreasi dan pembaharuan sejalan dengandinamika dan tuntutan masyarakat sehingga me-dia seni tradisional dapat berjalan seimbang denganmedia-media lain. Dengan sinergitas peranpemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dankelompok seni tradisional dalam pengembanganmedia tradisional akan dicapai optimalisasi aksesinformasi untuk membangun masyarakat informasiyang sejahtera (Kusnadi, 2009:5).

Lull (1998:160) dalam Media, Komuni-kasi dan Kebudayaanmenyatakan bahwa kebu-dayaan bergerak secara dialektis antara kekuatanuntuk pelestarian dan perubahan, antara tradisi daninovasi. Seni tradisional, sebagai bentuk budayaturut mengalami dinamika seiring dinamikakebudayaan masyarakat di mana ia tumbuh danberkembang.

Dalam sistem komunikasi di Indonesia,menurut Nurudin (2004:116), seni tradisionalmemiliki beberapa kelebihan, yakni : tumbuh danberkembang di masyarakat, bisa dinikmati semualapisan masyarakat, bersifat menghibur sehinggabisa mempengaruhi sikap masyarakat. Namundalam perkembangan masyarakat yang semakinmaju dan moderen, eksistensinya dapat terancam.

Berkaitan dengan fungsi seni pertunjukantradisional menurut Soedarsono, dapat dibagidalam tiga fungsi, yakni sebagai sarana ritual,hiburan pribadi dan presentasi estetis (2002:122).Pada era reformasi, seni pertunjukan bisa menjadimedia menyampaikan kritik sosial dengan carahumor atau menghibur.

Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta me-miliki banyak kesenian tradisional yang digemari

Sutrisno, Perubahan Orientasi dalam Pesan Verbal Tembang...

Page 3: Perubahan Orientasi pada Pesan Verbal Tembang dalam Seni … · 2019. 10. 26. · kehidupan berorganisasi, termasuk dalam proses menemukan nilai-nilai. Asumsi kedua, adalah bahwa

332 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 3, September - Desember 2010, halaman 330 - 343

oleh masyarakat. Kesenian tersebut antara lain senitari Jathilan, Incling, Kuda Kepang, Incling,Dolalak, Angguk, Oglek, Krumpyung, Zabur(seni teater), Langen Toyo, Tayup topeng dansebagainya. Ketua Seksi (kasi) Adat dan Ke-senian, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan KulonProgo Jumari, menjelaskan bahwa perkembangankesenian tradisional tersebut cukup bagus (TempoInteraktif, 7 Maret 2005). Kesenian tradisionaltersebut di atas, sebelum krisis ekonomi tahun1997 masih mendapatkan tempat di hati ma-syarakat, terbukti dengan banyaknya masyarakatyang meminta kelompok kesenian ini tampil dal-am acara hajatan yang diselenggarakan olehmasyarakat setempat. Keberadaannya tidaktergeser oleh hadirnya kesenian modern yangmenjamur pada saat itu. Mereka justru berjalanseiring, kesenian modern masuk, tapi senitradisional juga tetap berkembang. Namun sejakkrisis ekonomi, keadaan mengalami perubahan,jarang seni pertunjukan tradisional ditampilkankarena permintaan masyarakat. Banyak kelompokAngguk atau Dolalak dan kesenian tradisionallainnya mengalami mati suri.

Kesenian tradisional selain berfungsisebagai hiburan bagi masyarakat, biasanya jugamengandung pesan-pesan yang dapat menjadituntunan moral bagi penontonnya. Seni AnggukKulon Progo memiliki kemiripan dengan seniDolalak yang berkembang di Purworejo. Adapendapat yang mengatakan bahwa Angguk me-rupakan perkembangan dari Dolalak Purworejoyang sudah lebih dahulu eksis.

Pada seni Angguk dan Dolalak, tembang-tembang atau lagu pengiring tarian berisi pesan-pesan religi (untuk si’ar Islam), kritik sosial danjuga pesan-pesan pembangunan. Pada intinya baikAngguk maupun Dolalak selain sebagai saranahiburan, juga menjadi sarana atau media untukpenyampaian pesan. Tembang-tembang atau lagupengiring Angguk dan Dolalak, menjadi saranapenyampai pesan yang menarik bagi penonton ataupendengarnya. Seiring dengan perkembanganteknologi, seni Angguk dan Dolalak, selain dapatdilihat atau ditonton melalui pertunjukan lang-sung, juga dalam bentuk rekaman VCD yang dapatdiperoleh dengan mudah di pasaran. Seni tra-disional Angguk dan saat ini, baik yang diper-tontonkan melalui pertunjukan langsung maupun

rekaman VCD, lebih banyak memilih tembang-tembang atau lagu Campur Sari yang sedangmenjadi trend pada masyarakat terutama di Jawa.Secara sekilas dapat terlihat adanya perubahanorientasi dalam penyajian seni Angguk danDolalak. Pertunjukan seni tradisional Angguk danDolalak, bisa dinikmati pada aspek verbal (syairdalam tembangnya) dan non-verbal (keindahandari gerak tarinya). Dengan kata lain, pada aspekverbal, audience dapat menikmati tembang-tembang atau lagu pengiring tariannya. Padaaspek non verbalnya, audience dapat menikmatiindahnya gerakan para penari. Jika pada awalnyaseni tradisional Angguk dan Dolalak menggu-nakan tembang atau lagu pengiring yang berisi pesanreligi dan pembangunan, pada perkembangan de-wasa ini lebih berorientasi pada pesan hiburan se-mata. Pesan-pesan dengan tema religi, kritik sosial,pembangunan dan sebagainya justru terpinggirkan,diganti tembang-tembang populer yang sebagianbesar bertemakan percintaan. Cara penyampaianpesan dengan menggunakan tembang-tembangatau lagu diyakini lebih efektif sampai pada audi-ence, karena bahasa yang mudah dimengerti danberbagai unsur menarik lain seperti mudah diingatoleh pendengarnya.

Peneliti berasumsi bahwa perubahan pe-san verbal tembang Angguk dan Dolalak bertu-juan mengikuti selera atau trend pasar, untukmeraih keuntungan secara ekonomi. Perubahanorientasi dalam tembang Angguk atau Dolalakmerupakan bagian kecil dari perubahan sosialbudaya.

Dalam artikelnya yang berjudul Glo-balisasi, Diplomasi Kebudayaan dan KomodifikasiBudaya (http://staff.undip.ac.id/sastra/mahendra/2009/07/23), menurut Mahendra industrialisasimerupakan salah satu kekuatan penting dalamperubahan sosial dan budaya di Indonesia baikyang terjadi melalui pengenalan pola organisasiproduksi, nilai-nilai, maupun norma-norma baru.Perubahan ini berlangsung dalam tiga fase.Pertama, perubahan kultur agraris akibat masuknyapasar dalam kehidupan masyarakat petani dipedesaan, kedua integrasi pasar pada levelnasional, dan ketiga adalah ekspansi pasar yangmembawa Indonesia ke dalam jaringan tatahubungan global. Pengaruh pasar menjadi lebihkuat pada saat terjadi integrasi pasar. Masyarakat

Page 4: Perubahan Orientasi pada Pesan Verbal Tembang dalam Seni … · 2019. 10. 26. · kehidupan berorganisasi, termasuk dalam proses menemukan nilai-nilai. Asumsi kedua, adalah bahwa

333

semakin terikat ke dalam tatanan ide, nilai, danpraktik yang bersifat nasional. Penciptaan produkyang lebih diorientasikan pada usaha memenuhipermintaan pasar. Berbagai kegiatan dilakukandengan mempertimbangkan permintaan pasar danharga jual. Pengaruh pasar semakin tidak dapatdihindari ketika telah terjadi ekspansi pasar. Pasarmenjadi kekuatan utama dalam penataan sistemsosial dengan orientasi yang bersifat global dan tentusaja dengan serangkaian nilai dan norma baru.

Tulisan berikut ini disajikan berdasarkanpenelitian untuk mengkaji lebih dalam terhadapfenomena tersebut di atas, dengan fokus untukmenjawab permasalahan : Mengapa terjadi peru-bahan orientasi penyajian pesan verbal (tembang)dalam Angguk dan Dolalak, dan bagaimanaimplikasinya terhadap upaya pelestarian danpengembangan seni tradisional tersebut?

Salah satu teori komunikasi yang meman-du penelitian ini adalah Teori Budaya Organisasiyang dicetuskan oleh Pacanowsky dan O’DonnellTrujillo yang memiliki pengaruh penting dalampenelitian di bidang komunikasi organisasi. Adatiga asumsi yang menekankan pandangan padaproses dari sebuah organisasi. Asumsi pertama,berhubungan dengan pentingnya orang di dalamkehidupan berorganisasi, termasuk dalam prosesmenemukan nilai-nilai. Asumsi kedua, adalahbahwa realitas (dan budaya) organisasi sebagianditentukan oleh simbol-simbol yang mencakupkomunikasi verbal dan non verbal. Asumsi ketiga,

bahwa budaya organisasi sangat bervariasi,persepsi mengenai tindakan atau aktivitas di da-lam budaya juga seberagam budaya itu sendiri.Berdasar penelitiannya pada etnografi, fitur utamadari Teori Budaya Organisasi, seorang penelitibernama Gary Rudd mempelajari cara kerja darisebuah simfoni daerah (West, 2008 : 318-328).

Teori ini dipandang relevan untuk melihatmengapa dan bagaimana para pengelola dan jugapara pemain seni pertunjukan tradisional Anggukdan Dolalak merubah orientasi pesan verbal dalamsyair-syair tembang pengiring tariannya. MenurutWest (2008 : 323) etnografi menjadi metodologiyang mendasari Teori Budaya Organisasi.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitiandeskriptif kualitatif dengan strategi studi kasus.Strategi studi kasus, menurut Yin (2000:33) me-rupakan salah satu metode penelitian ilmu-ilmusosial, secara umum merupakan strategi yangcocok untuk menjawab pertanyaan mengapadan bagaimana. Data digali dari berbagai sumberyakni pengelola, penyanyi, pemusik, para penariserta masyarakat awam yang memiliki perhatianterhadap Angguk dan Dolalak. Sumber data laindiperoleh melalui web site Pemerintah DaerahKulon Progo dan Purworejo.

Dalam penelitian ini digunakan jeniswawancara tak terstruktur dan teknik observasiuntuk menggali data dari sumber yang berupaperistiwa, tempat atau lokasi, dan benda, sertarekaman gambar. Pengamatan dilakukan melaluirekaman pementasan yang ada rekaman VideoCompact Disc (VCD). Proses analisis dilakukanbersamaan dengan proses pengumpulan data,dalam Sutopo (2002: 75), teknik analisis sepertiini disebut Analisis Interaktif. Guna menjamin danmengembangkan validitas data, digunakan tekniktrianggulasi data atau sumber.

Hasil Penelitian dan PembahasanSeni Pertunjukan Tradisional Angguk danDolalak

Antara seni Angguk dan Dolalak memilikibanyak kemiripan dalam performance-nya. Darihasil wawancara kepada beberapa sumber,

Gambar 2. Pertunjukan Dolalak PutriSumber : http://www.purworejokab.go.id ; 2010.

Sutrisno, Perubahan Orientasi dalam Pesan Verbal Tembang...

Page 5: Perubahan Orientasi pada Pesan Verbal Tembang dalam Seni … · 2019. 10. 26. · kehidupan berorganisasi, termasuk dalam proses menemukan nilai-nilai. Asumsi kedua, adalah bahwa

334

banyak yang menyatakan bahwa Seni AnggukKulon Progo merupakan perkembangan dari seniDolalak Purworejo.

Tari Angguk merupakan tarian tradisionalyang dibawakan secara berkelompok. Durasi tariAngguk berkisar antara tiga sampai tujuh jam.Biasanya dibawakan oleh belasan penari wanita.Kostum yang dipakai oleh penari adalah baju mi-rip baju serdadu Belanda yang dihiasi dengangombyok benang emas, sampang, sampur, topipet warna hitam, dan kaos kaki warna merah ataukuning dan mengenakan kacamata hitam. Be-berapa grup Angguk Kulon Progo yang cukupterkenal antara lain : Grup Angguk Putri Sri Lestaridari Pripih, Angguk Mekar Perwitasari dariTlogolelo, Hargamulyo, Kokap, Angguk PutriPuspa Rini dari desa Kulur, Temon. (http://www.Kulon Progokab.go.id ; 2010).

Salah satu kelompok Angguk Putri dikulon Progo adalah Angguk Putri Sri Panglarasdari Pripih Kulon Progo. Kelompok ini mengem-bangkan seni Angguk dengan cara mengkola-borasikannya dengan musik Campur Sari. Cam-pur Sari Angguk “Sri Panglaras” didirikan olehsepasang suami istri Surajiyo dan Sri Wuryanti.Keunikan dari Campur Sari Angguk “Sri Pang-laras” adalah adanya kolaborasi dengan keseni-an Angguk Putri dengan seni Campur Sari. Ben-tuk kesenian Angguk sederhana namun kemasaniringan dan ciri khas pementasan sangat terasa.Sebagai tembang pengiring Campur Sari danAngguk, dipilih lagu Dangdut atau Jawa. Tarian-

nya dilakukan oleh penari Angguk meskipun ha-nya dua atau empat orang.

Purworejo memiliki kesenian yang khas“Dolalak”, tarian tradisional diiringi musik perkusitradisional seperti : bedug, rebana, kendang. Satukelompok penari terdiri dari 12 orang penari.Kostum penari terdiri dari : topi pet (seperti pe-tugas stasiun kereta), rompi hitam, celana hitam,kacamata hitam, dan berkaos kaki tanpa sepatu,biasanya para penari dibacakan mantra hinggamenari dalam kondisi trance (biasanya dimintauntuk makan padi, tebu, kelapa) kesenian ini seringdisebut juga Jidur atau Bangilun (wawancaradengan Heriyanto, 2009).

Mengenai sejarah perkembangan Dolalak,sebagaimana dijelaskan oleh Abdul Hadid JokoLelono (dalam sejarah-tari-dolalak-purworejo.html ; 2010) sebagai berikut. Kata dolalak kononberasal dari kata do la la yaitu ucapan notasi lagudiatonis yang dinyanyikan oleh serdadu - serdaduBelanda dalam tangsi, dinyanyikan sambil menari-nari. Awalnya kesenian Dolalak tidak diiringiinstrumen musik, kemudian mengalami per-kembangan diiringi instrumen musik dan lagu-lagu tembang Jawa dan lagu Solawatan.

Pada tahun 1950, penyebarannya meluassampai seluruh wilayah Purworejo. Dari desaKaligoro ke daerah Kaligesing dan hampir diseluruh wilayah kecamatan Kaligesing timbulkesenian Dolalak, bahkan berkembang masuksampai kota Purworejo dan menjadi tontonan ataupertunjukan rakyat kota yang menarik dan sangatdigemari. Masyarakat dan pemerintah senantiasaberupaya melestarikan, mengembangkan, danmenyebarluaskan kesenian Dolalak sesuai danselaras dengan kemajuan jaman. Menurut Nanik,sebutan lain Dolalak adalah : Pertama, Angguk,karena penarinya mengangguk-angguk, Kedua,Jidur karena alat musik utamanya adalah Jidur,dan Ketiga, Bangilun karena gerak penarinyaseperti orang bercermin (Nanik 2000: 1).

Dalam Susanti (2006), dinyatakan bahwaDolalak merupakan salah satu kesenian rakyatyang memiliki ciri khas dan gaya tersendiri dalamsetiap penampilannya. Sebagai kesenian rakyatDolalak mengandung ciri-ciri sebagaimanalayaknya seni rakyat yaitu : memiliki fungsi sosial,disajikan secara bersama-sama dengan gerak yang

Gambar 1. Tari Angguk PutriSumber : http://www.jogjatrip.com ; 2010

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 3, September - Desember 2010, halaman 330 - 343

Page 6: Perubahan Orientasi pada Pesan Verbal Tembang dalam Seni … · 2019. 10. 26. · kehidupan berorganisasi, termasuk dalam proses menemukan nilai-nilai. Asumsi kedua, adalah bahwa

335

sederhana, spontan, tidak berlakon, iramanyaringan, serta mengandung nilai magis yaitu padapuncak pertunjukan terjadi trance. Dolalakbiasanya disajikan selama empat hingga enam jam.Sajian tiap jenis tarian dibedakan dengan per-bedaan syair lagu yang dinyanyikan dengan jum-lah dua puluh sampai enam puluh lagu dan tiappergantian lagu berhenti sesaat sehingga ada je-da tiap ragam geraknya.

Beberapa grup Dolalak di KabupatenPurworejo, di antaranya adalah Dolalak ArumSari, Dolalak Putri Mekar Indah dari Baledono,Asri Budaya dari Loano dan lain-lain. Masing-masing kelompok memiliki keistimewaan misal-nya penarinya (primadona), ragam geraknya, je-nis tari, atau bentuk penyajiannya. Sementaratembang pengiringnya memiliki kemiripan antarasatu kelompok dengan kelompok lainnya, yangberbeda biasanya pada “cengkok” serta tempopembawaannya.

Selain grup Dolalak terdapat pula be-berapa sanggar tari seperti Sanggar Tari KusumoLaras, Sanggar Tari Mardi Susilo, Sanggar TariPragata, Sanggar Tari Paseban, Sanggar TariLarasati dan Sanggar Tari Prigel yang kemudianmenjadikan Dolalak sebagai materi pelatihan,salah satu diantaranya adalah Sanggar Tari Prigel.Sebagian besar sanggar tari mengajarkan tariDolalak sebagai materi pelajaran bagi anggotanya.Bahkan Sanggar tari Prigel membuat kreasi daripengembangan tari Dolalak yang mereka sebutsebagai Dolalak Paket Padat. Keistimewaan atauperbedaan terdapat pada bentuk penyajiannyayang meliputi urutan penyajian, serta unsur-unsuryang mendukung sajian Dolalak Paket Padatseperti pelaku yang meliputi penari, pemainmusik, gerak, iringan (musik pengiring), tata riasdan busana, pola lantai, dan durasi penyajian.Perubahan ini mempengaruhi pilihan tembang-tembang pengiringnya (Wahyuningsih, 2007:1).

Upaya Pelestarian dan Pengembangan SeniAngguk dan Dolalak

Dari deskripsi tentang perkembanganAngguk dan Dolalak di atas, terdapat beberapaperubahan dari bentuk penyajian seni tradisionalini. Seni Angguk dan Dolalak berkembang dalam

masyarakat tersebut melalui : Kelompok Seni,Sanggar-sanggar tari, dan jalur pendidikan for-mal atau Sekolah Dasar (SD) sampai sekolahMenengah). Dari tiga jalur ini dapat diamati, bah-wa upaya pelestarian seni tradisional, sekaligusupaya untuk mengembangkan sebagai bentukadaptasi terhadap perkembangan jaman. Dalammenjaga eksistensinya, kelompok pertama cen-derung melakukan perubahan bentuk penyajian,dengan cara mengadopsi tembang-tembang darijenis musik dangdut dan Campur Sari. Dari sisiinstrumen musiknya terjadi perubahan, merekamenambahkan instrumen musik yang lebihmodern, seperti keyboard, drum dan lain-lain.Dominasi suara bedug atau jidur, digantikan olehdominasi suara keyboard dan drum. Hal inimembawa konsekuensi dimana gerak tarinyamengalami perubahan untuk menyesuaikantembang dan musik pengiringnya. Penari selainmenarikan gerakan khas Angguk atau Dolalak,juga menari layaknya penyanyi dangdut.

Pelestarian yang dilakukan oleh kelompokkedua, yakni sanggar-sanggar tari, adalah denganmemasukkan Tari Dolalak dan Angguk sebagaimateri yang diajarkan dalam sanggar tari tersebutdi samping jenis tari yang lain, baik Tari Klasikmaupun Tari Kreasi Baru. Seperti di contohkan diatas, sanggar Tari Prigel di Purworejo, menciptakankreasi baru dari pengembangan tari Dolalak.Masyarakat menyebut kreasi barunya ini dengannama Dolalak Paket Padat. Pertunjukan Dolalakyang biasa membutuhkan durasi empat sampaitujuh jam, dimodifikasi untuk durasi lima belassampai tiga puluh menit saja. Perubahan ini ber-orientasi permintaan pasar, artinya paket padatini dibuat untuk memenuhi permintaan pemerin-tah untuk tujuan pementasan, festival dan seba-gainya. Dengan paket padat ini pula, sanggar bisamemasang tarip lebih murah kepada pihak yangingin “nanggap”, dibanding jika “nanggap” TariDolalak aslinya yang jumlah personilnya jauhlebih banyak dan durasi pementasan yang lebihpanjang.

Pengembangan dari seni Angguk, sepertidilakukan oleh sanggar Sri Panglaras, adalahmemadukan atau mengkolaborasi Angguk denganseni Campur Sari. Gerak dasar Tari Angguk di-kolaborasi dengan iringan musik dan tembang

Sutrisno, Perubahan Orientasi dalam Pesan Verbal Tembang...

Page 7: Perubahan Orientasi pada Pesan Verbal Tembang dalam Seni … · 2019. 10. 26. · kehidupan berorganisasi, termasuk dalam proses menemukan nilai-nilai. Asumsi kedua, adalah bahwa

336

Campur Sari. Perkembangan atau perubahanseperti ini ternyata juga merupakan satu cara untukmemenuhi permintaan pasar. Tidak dipungkiribahwa seni Campur Sari (tembang dan musik),saat ini menarik perhatian dan digemari olehmasyarakat terutama di propinsi Daerah IstimewaYogyakarta dan Jawa Tengah, bahkan jugaberkembang di Jawa Timur.

Melalui jalur pendidikan formal atausekolah-sekolah (SD hingga sekolah Menengah)seni Angguk maupun Dolalak dilestarikan dandikembangkan di Kulon Progo dan Purworejo.Di Kulon Progo beberapa sekolah menengahmengajarkan seni Angguk kepada para siswanyadalam kegiatan ekstrakurikuler. Di Purworejo,mulai tahun 2005 Dolalak bahkan dimasukkansebagai muatan lokal dalam kurikulum pendidikandi SD hingga SMP. Bahkan pemerintah melaluidinas pendidikan secara rutin menyelenggarakanfestival Dolalak untuk para pelajar.

Model pelestarian dan pengembanganmelalui jalur ini sangat efektif untuk regenerasi parapenarinya dan melestarikan Angguk dan Dolalak.Melalui jalur ini pelestarian dan pengembanganAngguk dan Dolalak tidak harus mengikuti seleraatau trend pasar. Dengan kata lain melalui jalurini orientasi tidak harus kepada pasar, karena yangdipentingkan adalah bagaimana agar Angguk atauDolalak dapat dilestarikan, sementara eksistensikelompoknya tidak tergantung pada ramai atausepinya “tanggapan”, melainkan lebih tergantungpada manajemen dan pembinaan oleh sekolah atauinstansi terkait.

Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwafaktor yang menjadi penyebab dari perubahankemasan atau penampilan Angguk dan Dolalakterutama dalam memenuhi selera, dan permintaanpasar. Faktor pembiayaan juga turut berpengaruh,dikarenakan eksistensi seni pertunjukan ini tidakterlepas dari biaya untuk pembinaan dan fasili-tasinya (peralatan, honor pelatih maupun kostumpara pemainnya).

Dari pengamatan beberapa permasalahanterkait upaya pelestarian dan pengembanganAngguk dan Dolalak sebagaimana diuraikan diatas, tampak bahwa perubahan pada seni Anggukdan Dolalak memiliki implikasi terkait misi danmuatan pesan yang disampaikan melalui tembang-tembang atau lagu pengiring tarinya.

Pesan Verbal dalam Tembang Seni Tradi-sional Angguk dan Dolalak.

Media tradisional dikenal juga sebagaimedia rakyat. Dalam pengertian yang lebih sempit,media ini sering juga disebut sebagai kesenianrakyat. Dalam hubungan ini Coseteng danNemenzo (dalam Jahi, 1988) mendefinisikan me-dia tradisional sebagai bentuk-bentuk verbal,gerakan, lisan dan visual yang dikenal atau dia-krabi rakyat, diterima oleh mereka, dan diperde-ngarkan atau dipertunjukkan oleh dan/atau un-tuk mereka dengan maksud menghibur, memak-lumkan, menjelaskan, mengajar, dan mendidik.Sejalan dengan definisi ini, maka media rakyattampil dalam bentuk nyayian rakyat, tarian rakyat,musik instrumental rakyat, drama rakyat, pidatorakyat, yaitu semua kesenian rakyat apakah berupaproduk sastra, visual ataupun pertunjukkan yangditeruskan dari generasi ke generasi (Clavel dalamJahi, 1988).

Andung (2010 : 42) menyebutkan bahwaseni pertunjukan tradisional Natoni pada sukuTimor di Propinsi NTT, dimanfaatkan sebagaimedia komunikasi tradisional. Jika dalam Natoni,penutur Natoni menyelipkan pesan-pesan sesuaikontek dimana ia dilakukan atau dipertunjukkan.Pada seni Angguk dan Dolalak, pesan terlihatpada gerak tari (non verbal) dan melalui tem-bang pengiring tari tersebu (non verbal). Dalamperspektif ilmu Komunikasi, pesan merupakanelemen penting. Studi kasus yang akan di des-kripsikan berikut ini difokuskan pada perma-salahan terkait perubahan yang terjadi pada pesanverbal (tembang) dalam seni Angguk dan Dola-lak. Seperti diuraikan pada bagian pendahuluantulisan ini, bahwa syair-syair tembang Angguk danDolalak sarat dengan pesan. Syair tembang dibawah ini merupakan salah satu contoh tembangyang dijadikan tembang pembuka Angguk danDolalak. Syair di translate dari salah saturekaman atau VCD pementasan live showDolalak Mekar Indah dari Baledono Purworejo.Notasi nada dari setiap tembang pembukapementasan Angguk dan Dolalak , hampir samapada setiap kelompok. Pola syair tembangnya-pun hampir sama, salah satu ciri yang menonjoldalam tiap tembang Angguk atau Dolalak adalahadanya bait-bait yang berpola pantun atau

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 3, September - Desember 2010, halaman 330 - 343

Page 8: Perubahan Orientasi pada Pesan Verbal Tembang dalam Seni … · 2019. 10. 26. · kehidupan berorganisasi, termasuk dalam proses menemukan nilai-nilai. Asumsi kedua, adalah bahwa

337

“parikan”. Yang membedakan biasanya adalahcengkok serta tempo pembawaannya.

Terkait dengan cengkok, tembang seniDolalak dapat dibedakan dalam tiga kekhasan.Terdapat paling tidak tiga versi pembawaan, yakniKaligesing, Mlaran dan Bayan. Cengkok versiKaligesing terdengar kalem, pelan, sementara ver-si Mlaran lebih halus. Versi Bayan terdengar le-bih keras, bernuansa musik metal (wawancaradengan Heriyanto, 2009). Beberapa syair tem-bang khas Angguk dan Dolalak, beserta pesan-pesan yang termuat di dalamnya adalah sebagaiberikut.

Judul tembang : PambukoPambukaning kidung minongko pamba-gyoPambukaning kidung minongko pamba-gyoKatur sagung para rawuh ingkang minulyoMiwah asung pudyastowo basuki raharjoMiwah asung pudyastowo basuki raharjoMugi antuk sihing Hyang moho kuwosoPambukaning kidung minongko pamba-gyoPambukaning kidung minongko pamba-gyoKatur sagung para rawuh ingkang minulyoMiwah asung pudyastowo basuki raharjoMiwah asung pudyastowo basuki raharjoMugi antuk sihing Hyang moho kuwosoMilo ing wardoyo kumajeluMilo ing wardoyo kumajeluSung sunggoto subaleloAwit sedyo ing nolo sayekti amungAwit sedyo ing nolo sayekti amungAmemetri kabudayan kang adi luhungPambukaning kidung minongko pamba-gyoPambukaning kidung minongko pamba-gyoKatur sagung para rawuh ingkang minulyoMiwah asung pudyastowo basuki raharjoMiwah asung pudyastowo basuki raharjoMugi antuk sihing Hyang moho kuwosoSamarinda wong manis mana tempatnyaKabar-kabar cari ................. jodohnyaMulai muda wong manis sabar kuatnya.Pambukaning kidung minongko pamba-gyo

Pambukaning kidung minongko pamba-gyoKatur sagung para rawuh ingkang minulyoMiwah asung pudyastowo basuki raharjoMiwah asung pudyastowo basuki raharjoMugi antuk sihing Hyang moho kuwosoPurworejo kota kita yang beriramaPurworejo kota kita yang beriramaBersih Indah Rapi Aman serta MakmurPembangunan lima tahun jangka panjangPembangunan lima tahun jangka panjangKota Purworejo yang terkenal seni nDo-lalaknya.Pambukaning kidung minongko pamba-gyoPambukaning kidung minongko pamba-gyoKatur sagung para rawuh ingkang minulyoMiwah asung pudyastowo basuki raharjoMiwah asung pudyastowo basuki raharjoMugi antuk sihing Hyang moho kuwoso

Syair tembang Pambuko atau pem-bukaan, di atas berisi pesan dan harapan, antaralain : Pertama, Ucapan selamat datang kepadaseluruh penonton, harapan untuk selalu men-dapatkan kesejahteraan dan dikasihi Tuhan;Kedua, Pesan informatif untuk mempopuler-kan slogan Purworejo Berirama (Bersih IndahRapi dan Makmur), Purworejo terkenal denganseni Dolalaknya.

Judul tembang : Sekar MawarSekar mawar sekar melatiSekar mawar sekar melatiSuryo kembar Suryo kembar wulan nda-dariSoyo suwe soyo ngetokiSoyo suwe soyo ngetokiEntenono entenono lingsire wengiSekar mawar sekar melatiSekar mawar sekar melatiSuryo kembar Suryo kembar wulan nda-dariSoyo suwe soyo ngetokiSoyo suwe soyo ngetokiEntenono entenono lingsire wengiKota Semarang Kota Semarang tempatsarjanaKota Semarang Kota Semarang tempatsarjana

Sutrisno, Perubahan Orientasi dalam Pesan Verbal Tembang...

Page 9: Perubahan Orientasi pada Pesan Verbal Tembang dalam Seni … · 2019. 10. 26. · kehidupan berorganisasi, termasuk dalam proses menemukan nilai-nilai. Asumsi kedua, adalah bahwa

338

Dilihat asyik wong asik manis di simpanglimaSemua orang-orang meluk agamaSemua orang-orang meluk agamaJangan membenci wong manis satu-satunya.Sekar mawar sekar melatiSekar mawar sekar melatiSuryo kembar Suryo kembar wulan nda-dariSoyo suwe soyo ngetokiSoyo suwe soyo ngetokiEntenono entenono lingsire wengiKembang jagung wong ngadahang nengpinggir lurungJejer telu sing tengah iku duwekkuKunir tibo janur kuning ing gapuroKunir tibo janur kuning ing gapuroApuranto yen wonten lepat kawuloSekar mawar sekar melatiSekar mawar sekar melatiSuryo kembar suryo kembar wulan ndadariSoyo suwe soyo ngetokiSoyo suwe soyo ngetokiEntenono entenono lingsire wengi

Dari bait-bait di atas, dapat ditangkappesan persuasif tentang toleransi beragama,pada syair yang berbunyi :

Kota Semarang Kota Semarang tempatsarjanaKota Semarang Kota Semarang tempatsarjanaDilihat asyik wong manis di simpang limaSemua orang-orang meluk agamaSemua orang-orang meluk agamaJangan membenci wong manis satu-satunyaJudul tembang : Sungguh DalamSungguh dalam seribu-seribu dari BetawiSungguh dalam seribu-seribu dari BetawiPura-pura di dalam perahu pura-pura didalam perahu mati sendiriSayalah pikir dibuat apaSaya yang punyaSayalah pikir dibuat apaKalau tidak ikan be…….Kalau tidak berlapang dadaIndonesia sudah merdeka janganlah sangsiIndonesia sudah merdeka janganlah sangsiMarilah kawan kita semua-semua kita

semua untuk mengisiPembangunan segala bidang diutamakanPembangunan segala bidang diutamakanDengan dasar Pancasilanya, dengan dasarPancasilanya dengan dasar Pancasilanya,dengan dasar Pancasilanya UUD 45Rujak-rujak bumbune jahe bumbune jaheEntenono bumbune lombok bumbunelombokNgajak-ngajak kesusu wae, Entenono-laline simbokNgajak-ngajak kesusu wae, Entenono-laline simbokIndonesia sudah merdeka jangan lah sangsiIndonesia sudah merdeka jangan lah sangsiMari kawan kita semua kita semua untukmengisiPembangunan segala bidang diutamakanPembangunan segala bidang diutamakanDengan dasar Pancasilanya, dengan dasarPancasilanya UUD 45Kunang-kunang bermain api bermain apiKunang-kunang bermain api bermain apiGebyar kunang berjuta-jutaKalau bilang yang ngati-ngati menusukorang itu berdosa, Itu berdosaIndonesia sudah merdeka janganlah sangsiIndonesia sudah merdeka janganlah sangsiMari kawan kita semua-semua kita semuaMari kawan kita semua-semua kita semuauntuk mengisiPembangunan segala bidang diutamakanPembangunan segala bidang diutamakanDengan dasar Pancasilanya, dengan dasarPancasilanya UUD 45Indonesia sudah merdeka jangan lah sangsiMari kawan kita semua kita semua untukmengisiPembangunan segala bidang diutamakanPembangunan segala bidang diutamakanDengan dasar Pancasilanya, dengan dasarPancasilanya UUD 45Kunang-kunang bermain api bermain apiKunang-kunang bermain api bermain apiGebyar kunang berjuta-jutaKalau bilang yang ngati-ngati menusukorang itu berdosa, Itu berdosa

Dalam tembang Sungguh Dalam, terda-pat pesan pembangunan, nasionalisme, religi

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 3, September - Desember 2010, halaman 330 - 343

Page 10: Perubahan Orientasi pada Pesan Verbal Tembang dalam Seni … · 2019. 10. 26. · kehidupan berorganisasi, termasuk dalam proses menemukan nilai-nilai. Asumsi kedua, adalah bahwa

339

dan kemasyarakatan pada syair yang berbu-nyi :

Indonesia sudah merdeka janganlah sangsiIndonesia sudah merdeka janganlah sangsiMarila kawan kita semua-semua kitasemua untuk mengisiPembangunan segala bidang diutamakanPembangunan segala bidang diutamakanDengan dasar Pancasilanya, dengan dasarPancasilanya dengan dasar Pancasilanya,dengan dasar Pancasilanya UUD 45Kunang-kunang bermain api bermain apiKunang-kunang bermain api bermain apiGebyar kunang berjuta-jutaKalau bilang yang ngati-ngati (kalaubicara yang hati-hati)Menusuk orang itu berdosa, Itu berdosa(Menyinggung perasaan orang ituberdosa)

Semua tembang di atas dinyanyikansebagai tembang khas Angguk dan Dolalak.Dalam pola inilah, syair-syair diisi dengan pesan-pesan pesan informatif maupun persuasif.

Beberapa tembang Campur Sari dan lagudangdut, yang biasa disajikan, bukan tembangatau lagu yang bermuatan pesan-pesan tuntunanmoral dan membangun, hanya sekedar pesanhiburan saja, dengan tema-tema percintaan sebagaitema yang paling banyak dinyanyikan. Contohnya

adalah tembang Campur Sari berjudul Wuyung,di bawah ini :

Judul Tembang (Campur Sari) : WuyungLarene loro ora koyo wong kang nandangwuyungMangan ra doyan ra jenak dolan, Nengngomah bingungMung kudu weruhWoting ati duh kusumo ayuOpo ra trenyuh,Sawangen iki awakku sing lesuKlopo mudo Leganono nggonku nandangbrontoWiting pari Dimen mari gonku loro atiDuh-duh kusumo, Ora kroso opo pancentegoKok mbalung janur Paring usodo mringkang nandang wuyung.

Lagu berjudul Wuyung (kasmaran) inimerupakan salah satu lagu Campur Sari yangsyair-syairnya juga berpola pantun, dengan pesanyang terkandung di dalamnya sekedar pesanrekreatif, yang penuh ungkapan kasmaran se-seorang terhadap lawan jenisnya, sehingga tidakenak makan karena menanggung rindu.

Larane loro ora koyo wong kang nandangwuyungMangan ra doyan ra jenak dolan, Nengngomah bingung

Tabel 1. Judul Tembang seni Angguk dan Dolalak

Dolalak / Angguk

Campur Sari

Dangdut

Selamat Datang,

Ojo Dipleroki

Jambu Alas

Pambukane,

Wes Hewes Hewes

Tali Kutang

Ikan Cucut,

Nonong

SMS

Kupu-kupu,

Lingsir Wengi

Kucing GarongSaya Cari,

Taman Jurug

Terlena

Atas Pisang, Praon Dan lain-lain.Jalan-jalan di Simpang Lima Kempling Raden Sosro I Anting-Anting Ikan Blanak

Lingsir Wengi

Undur-undur di Pinggir Kali

Gebleg Kulon Progo Sekar Mawar

Gethuk

Umar Moyo

Gunungkidul

Dan lain-lain.

Cidro

Wuyung

Dan lain-lain.

Sumber : data primer diolah 2009

Sutrisno, Perubahan Orientasi dalam Pesan Verbal Tembang...

Page 11: Perubahan Orientasi pada Pesan Verbal Tembang dalam Seni … · 2019. 10. 26. · kehidupan berorganisasi, termasuk dalam proses menemukan nilai-nilai. Asumsi kedua, adalah bahwa

340

Mung kudu weruh. Woting ati duh kusumoayuKlopo mudo, Leganono nggonku nandangbrontoWiting pari, Dimen mari gonku loto ati

Dari judul-judul tembang di atas, hampirsemua tembang khas Angguk dan Dolalak,memiliki pola pantun atau “parikan” dalam bait-baitnya. Jika diperhatikan pantun atau parikandalam tembang tersebut berisi pesan-pesan religi,kemasyarakatan, nasionalisme, pembangunan, danlain sebagainya. Beberapa contoh tadi menun-jukkan bahwa tembang asli Dolalak dan Angguk,berfungsi untuk menyampaikan pesan-pesaninformatif dan persuasif, bahkan untuk mensosi-alisasikan program-program atau kebijakan-kebijakan pemerintah. Syair dapat dikreasikansedemikian rupa sehingga pesan akan mengenadan bahkan mudah diingat oleh masyarakat ko-munikannya. Pada saat ini sebenarnya dapatjuga dijadikan sebagai sarana kritik sosial, me-nyampaikan kritik, harapan kepada para penguasa,pemerintah, dan sebagainya. Dengan demikiantembang-tembang Angguk dan Dolalak tidakhanya memberi hiburan, tapi juga sarat denganpesan-pesan yang bermanfaat bagi masyarakatmaupun pemerintah.

Dari hasil pengamatan atau observasidi lapangan memperlihatkan bahwa denganberorientasi pada permintaan dan trend pasar,tembang-tembang khas Angguk dan Dolalakjustru dikorbankan, diganti dengan tembang-tembang dangdut dan Campur Sari yang lebih me-nonjolkan aspek hiburannya dibanding tuntunanatau pesan-pesan berbangsa dan bermasyarakat.Kenyataan terebut merupakan sebuah perubahanyang tidak menguntungkan bagi pengembangandan pelestarian kesenian tradisional.

Implikasi dari Perubahan Orientasi PesanVerbal melalui Tembang

Dengan tetap mempertahankan tembang-tembang Angguk dan Dolalak sesuai aslinya, senipertunjukan Angguk dan Dolalak tidak sajaberfungsi menghibur masyarakat, namun jugadapat menjadi sarana menyampaikan pesan-pesanyang berguna dalam bermasyarakat dan ber-

negara. Dengan demikian seni pertunjukan inimelalui pesan verbalnya, dapat menjadi tontonansekaligus sarana persuasi, sarana hiburan bahkansarana edukasi terutama bagi masyarakat yangmasih memiliki ketertarikan pada seni pertunjukantradisional.

Fenomena perubahan orientasi dalampesan verbal melalui tembang-tembang pengiringtari Angguk dan Dolalak merupakan bagianterjadinya perubahan dari performance Anggukdan Dolalak sebagaimana aslinya. Hal ini me-rupakan fenomena yang memprihatinkan, seti-daknya jika dikaitkan dengan fungsinya sebagaimedia penyampai pesan. Untuk dapat memper-kokoh keberadaan peran media tradisional di-perlukan adanya pengembangan melalui langkah-langkah inovatif, kreatif dari pengelola seni tra-disional. Perubahan dan penyesuaian dengankebutuhan serta dinamika masyarakat harusmenjadi bagian dari strategi pengembangan me-dia tradisional. Pengembangan dengan melakukanmodifikasi atau kolaborasi dengan seni moderndapat menggugah daya tarik masyarakat, namunjangan sampai meninggalkan esensi nilai budayaitu sendiri. Peran pemerintah sebagai pembinasekaligus sebagai pemakai (user), memiliki tang-gung jawab dalam pengembangan media senitradisional. Di antaranya sebagai sarana penye-baran informasi sekaligus dalam pelestarian senitradisional sebagai bagian dari budaya daerah.Dalam konteks penyebaran informasi dan menja-ring aspirasi, pemerintah secara proporsional harusdapat memberdayakan peran semua media ter-masuk didalamnya media seni tradisional. Upayapemerintah memfasilitasi pemanfaatan mediatradisional dapat melalui tayangan televisi, radiomaupun pertunjukan langsung di masyarakat.

Peran masyarakat di samping sebagaisasaran (objek) juga sebagai subjek yang dapatmemberikan kontribusi melalui pemanfaatan danmemberikan peran kontrol dalam bentuk kritik,saran dan masukan yang dapat meningkatkankualitas media seni tradisional baik dalam kon-teks penyebaran maupun penyerapan aspirasi.Sedangkan kelompok atau pengelola seni tradi-sional harus senantiasa melakukan inovasi-inovasi,kreasi dan pembaharuan sejalan dengan dinamikadan tuntutan masyarakat sehingga media seni

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 3, September - Desember 2010, halaman 330 - 343

Page 12: Perubahan Orientasi pada Pesan Verbal Tembang dalam Seni … · 2019. 10. 26. · kehidupan berorganisasi, termasuk dalam proses menemukan nilai-nilai. Asumsi kedua, adalah bahwa

341

tradisional dapat berjalan seimbang dengan me-dia-media lain. Dengan sinergitas peran peme-rintah, pemerintah daerah, masyarakat dan ke-lompok seni tradisional dalam pengembanganmedia tradisional akan dicapai optimalisasi ak-ses informasi untuk membangun masyarakat in-formasi yang sejahtera (Kusnadi, 2009).

Dari informasi atau data melalui wawan-cara, observasi peneliti, dan sumber informasilainnya, ditemukan hal-hal berikut : Pertama,Mengganti tembang khas Angguk dan Dolalakdengan tembang dangdut atau Campur Sari, de-ngan orientasi mengikuti selera pasar tidak mem-beri jaminan bagi kelompok seni untuk laku diju-al atau laris mendapat “tanggapan”; Kedua, Me-lestarikan atau menjaga orisinalitas merupakanupaya yang lebih penting untuk dilakukan. Hasilwawancara dengan masyarakat selaku penonton,menunjukkan kerinduan masyarakat terhadapsajian Angguk atau Dolalak klasik atau “aslinya”.Sebagian besar informan memberi respon negatif,terhadap sajian Angguk dan Dolalak yang lebihmenonjolkan tembang dan gerak tari dangdut daripada tembang dan gerak tari khas Angguk danDolalak; Ketiga, Pengembangan sebagaimana di-lakukan oleh Sanggar Tari Prigel Purworejo danSri Panglaras Kulon Progo, dengan membuatpaket pementasan dengan berdurasi lebih singkatatau mengkolaborasikan dengan seni Campur Sari.Upaya ini patut diapresiasi, sepanjang “versi asli-nya” tetap dilestarikan.

Inti dari kehidupan organisasi ditemukandalam budayanya, menurut Pacanowsky danO’Donnell (West, 2008:317) bahwa budaya me-rupakan sebuah cara hidup di dalam organisasi.Kehidupan dan eksistensi kelompok seni per-tunjukan tradisional Angguk dan Dolalak akantergantung kepada bagaimana para pengelolanyadalam menemukan inovasi-inovasi serta mela-kukan pembinaan terhadap organsasi mereka.Melakukan inovasi tentu akan membawakonsekwensi-konsekwensi.

Jika kita kembali pada Teori Budaya Or-ganisasi, pada asumsi pertama bahwa individu-individu dalam organisasi atau kelompok Ang-guk dan Dolalak akan menciptakan atau mene-mukan nilai-nilai dalam organisasinya. Ke duabahwa realitas (dan budaya organisasi ditentukan

oleh simbol-simbol, di mana simbol merupakanrepresentasi makna. Ke tiga adalah budaya ber-variasi dalam organisasi-organisasi yang berbeda.

Dari tiga asumsi tersebut dapat dipahamibahwa perubahan orientasi pesan verbal atautembang Angguk dan Dolalak sebagai repre-sentasi pesan dari seni pertunjukan tersebut meru-pakan inovasi para pengelola dan anggota (penaridan pemusik) berdasarkan interpretasi merekaterhadap “selera pasar”.

Mengakhiri analisis ini, penulis tertarikmengutip sebuah kesimpulan tulisan dari WidiBagus dalam (widibagus.wordpress.com/.../identitas-dan-komoditas-budaya-lokal), yangmencermati terjadinya komodifikasi kebudayaandi Bali. Menurut Bagus (2008) bahwa kebuda-yaan yang merupakan identitas suatu masyarakatakan mengalami perubahan-perubahan nilai terkaitdengan pengembangan kebudayaan serta ter-jadinya komodifikasi kebudayan. Penulis sepen-dapat bahwa komodifikasi kebudayaan sah-sahsaja terjadi terkait dari upaya memaksimalkanpotensi yang dimiliki dan untuk dapat dikem-bangkan serta berkembang. Tapi adanya komo-difikasi budaya harus mendapatkan perhatian yanglebih dalam pelaksanaanya, sehingga budaya-budaya yang merupakan warisan nenek moyangtidak mengalami degradasi yang akhirnya punah.

Berdasar hal tersebut, peneliti mereko-mendasikan agar pengembangan seni Anggukmaupun Dolalak, terutama aspek tembang ataulagu-lagu pengiringnya, dapat dilakukan tetapmengacu pada bentuk atau pola pantun atauparikan sebagaimana aslinya. Modifikasi dapatdilakukan dengan berkreasi memasukkan muatan-muatan pesan sesuai isu-isu aktual dan perkem-bangan atau situasi dan kondisi bermasyarakat,berbangsa dan bernegara. Tema-tema yang aktualdapat dipilih dan dikreasikan melalui syair-syairnya, misalnya sosialisasi undang-undang lalulintas, ketaatan membayar pajak, tema globalwarming, anti korupsi, menggalakkan partisipasidalam keluarga berencana, sadar wisata dan lainsebagainya.

Beberapa nama yang dikenal sebagaitokoh-tokoh seni Angguk dan Dolalak dianta-ranya adalah Sri Wuryanti pemilik Sanggar SriPanglaras Kulon Progo. Di Purworejo ada R.

Sutrisno, Perubahan Orientasi dalam Pesan Verbal Tembang...

Page 13: Perubahan Orientasi pada Pesan Verbal Tembang dalam Seni … · 2019. 10. 26. · kehidupan berorganisasi, termasuk dalam proses menemukan nilai-nilai. Asumsi kedua, adalah bahwa

342

Ciptosiswoyo tokoh dan pelatih Dolalak, bu-dayawan Dulrokhim, dan yang dikenal memi-liki komitmen tinggi untuk melestarikan danmengembangkan seni Angguk dan Dolalak.Pemerintah melalui dinas-dinas terkait perlumemberi apresiasi dan mendorong kelompok-kelompok masyarakat yang telah menunjukkankomitmennya terhadap upaya ini. Diperlukansinergi yang baik, pembinaan serta koordinasi darisemua pihak. Dinas-dinas terkait hendaknyamenganggarkan dan mendesain berbagai kegiat-an pembinaan serta memberi fasilitas atau sti-mulan untuk kelompok-kelompok seni yang ada.Kemasan dan instrumen musik pengiring Anggukdan Dolalak bisa saja ditambah, dirubah dan di-kembangkan, namun kekhasannya jangan sampaidikorbankan sekedar memanjakan selera atautrend pasar. Menjaga kelangsungan hidup ataueksistensi Angguk dan Dolalak, juga disertaiupaya mempromosikan seni tradisi ini. Pemerintahberkewajiban untuk melakukan pembinaan, se-mentara masyarakat berkewajiban menjaga re-generasinya, kemudian secara bersama-samamelakukan sinergi untuk melakukan promosi.

Kesimpulan

Perubahan dalam penyajian tembang khasAngguk Kulon Progo dan Dolalak Purworejomerupakan upaya memenuhi permintaan pasar,bermotif bisnis atau ekonomi. Faktor pembinaan,upaya pelestarian dan upaya pengembangan sa-ling terkait dalam perubahan pada pesan verbalseni Angguk dan Dolalak, di samping itu hen-daknya juga diperhatikan faktor promosinya.

Implikasi dari perubahan pesan verbalatau tembang dalam seni pertunjukan ini adalahperubahan pada fungsinya sebagai sarana hiburandan sarana informasi. Selain isi pesan dalamtembang, perubahan juga terlihat pada alatpengiring dan gerak tariannya. Saat ini, kekhasanyang tersisa tinggal terlihat pada kostum dan atributpara penarinya. Dalam perkembangannya terlihatbahwa pada awalnya tembang pengiring tarianAngguk dan Dolalak berisi pesan moral, religi,pembangunan, nasionalisme bahkan nilai-nilailuhur Pancasila, yang disampaikan secara ringanmelalui pantun atau “parikan-parikan”. Tontonan

sekaligus tuntunan (meminjam istilah pada ma-sa Orde Baru), yang diperankan berubah orien-tasinya sebagai sarana hiburan semata. Perubahanini tidak dapat sepenuhnya menjamin eksistensimereka. Terdapat beberapa faktor yang perludiperhatikan, yakni bagaimana mereka mampumelakukan regenerasi dengan baik, melakukanpromosi serta mengenali kebutuhan penontonsecara tepat, sembari mempertahankan fungsinya.Kebudayaan akan selalu dihadapkan padaperubahan, inovasi tentu harus dilakukan, namuntradisi juga perlu dilestarikan.

Ucapan Terimakasih

Penulis menghaturkan terimakasih kepadapihak-pihak yang telah membantu proses penelitiansampai dipublikasikannya tulisan ini. Terimakasihkepada LPPM UPN “Veteran” Yogyakarta,Dekan FISIP dan Ketua Prodi Ilmu Komunikasi.

Daftar Pustaka

Andung, Petrus Ana, 2010, Komunikasi RitualNatoni Masyarakat Adat Boti Dalam diNusa Tenggara Timur, dalam Jurnal IlmuKomunikasi Vol 8, Nomor 1, Januari-April 2010, Jurusan Ilmu KomunikasiUPN “Veteran” Yogyakarta.

Jahi, Amri, 1988, Komunikasi Massa dan Pem-bangunan Pedesaan di Negara-NegaraDunia Ketiga, PT Gramedia, Jakarta.

Lull, James, 1998, Media, Komunikasi danKebudayaan, Yayasan Obor Indonesia,Jakarta.

Ninik, Sri Rejeki dan Anita Herawati, 1999, Da-sar-dasar Komunikasi untuk Penyuluh-an, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.

Nurudin, 2004, Sistem Komunikasi Indonesia,Raja Grafinado Persada, Jakarta.

Soedarsono, 2002, Seni Pertunjukan Indone-sia di Era Global, Gadjah Mada Univer-sity Press, Yogyakarta.

Sutopo, HB, 2002, Metode PenelitianKualitatif, UNS Press, Surakarta.

Wahyuningsih, Sri, 2007, Bentuk PenyajianDolalak Paket Padat Di Sanggar TariPrigel Kabupaten Purworejo, Skripsi

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 3, September - Desember 2010, halaman 330 - 343

Page 14: Perubahan Orientasi pada Pesan Verbal Tembang dalam Seni … · 2019. 10. 26. · kehidupan berorganisasi, termasuk dalam proses menemukan nilai-nilai. Asumsi kedua, adalah bahwa

343

pada Jurusan Pendidikan SendratasikFakultas Bahasa dan Seni UniversitasNegeri Semarang.

West, Richard dan Lynn H. Turner, 2008,Pengantar Teori Komunikasi, PenerbitSalemba Humanika, Jakarta.

Yin, Robert K, 2000, Studi Kasus, Desain danMetode, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sumber lain :

Kusnadi, Dedy, 2009, Pentingnya MediaTradisional, dalam Radar Cirebon On-line, akses 5 Nopember 2009.

Nanik, SP, 2000, Perkembangan KesenianDolalak di Kabupaten Purworejo JawaTengah Tahun 1968-1999, Sebuah KajianBentuk, Fungsi dan Makna”, Tesis padaProgram Pasca Sarjana UniversitasUdayana Bali.

Oktaviyani, Vita, Ery, 2009, “Tari Dolalak” Ke-senian Khas Purworejo dalam http://budayapurworejo.blogspot.com/ 2009/06/dolalak_3112.html, diakses 5 No-pember 2009

2008, Identitas dan Komoditas Budaya Lokal,dalam widibagus.wordpress.com/, di-akses 2 Nopember 2009.

2008, Pelestarian Seni Tradisional, PerluDukungan Kebijakan Sosial Politis, Bi-dang Humas BID Prov. DIY, diakses 3Maret 2009

2009, Tari Angguk, http://www. kulonprogokab.go.id/main.php?what = pariwisata /obyek_wisata_lengkap&id_ berita=060520080905959, diakses 3 Maret2009.

Berita Depkominfo, 2008, tanggal 1 Januari,diakses 5 Oktober 2009.

digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01b7, diakses 3 Nopember 2009.

http://staff.undip.ac.id/sastra/mahendra/2009/07/23, akses 23 Januari 2010.

http://www.Kulon Progokab.go.id, diakses5 Pebruari 2010.

http://www.purworejokab.go.id, diakses5 Pebruari 2010.

http://www.jogjatrip.com, diakses 10 Maret2010.

www.kulonprogo.go.id, diakses 10 Maret 2010.www.purworejo.asia © 2009, diakses 10 Maret

2010.

Sutrisno, Perubahan Orientasi dalam Pesan Verbal Tembang...