20
Persepsi Mahasiswa - Jose A.P.S.E. Fernandes dan Roos K. Andadari 283 PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERLAKUAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 1 Oleh : Jose A.P.S.E. Fernandes 2 Roos K. Andadari 3 ABSTRACT The ASEAN Economic Community (AEC) which is going to be applied in 2015 brings hopes but also challenges. For Indonesians, AEC gives them the opportunity to find a job in other ASEAN countries so that their welfare can potentially be improved. On the other hand, AEC also brings challenges as in Indonesia, Indonesian skilled labor has to compete with skilled labor from other ASEAN countries who come to work in Indonesia. Meanwhile, the competitive ability of Indonesians is questioned. The Indonesian Human Development Index (HDI) has increased in the last 30 years but compared to other ASEAN countries, the rank is still sixth behind Singapore, Brunei, Malaysia, Thailand, and the Philippines. SWCU students who graduate around 2015 will face a different competitive environment. The aim of this paper is to describe students’ perceptions on the implementation of AEC. The objective of this research is to know students’ knowledge about AEC and its impact as well as their preparations in facing the implementation of AEC. This is a descriptive research, as the data is collected from SWCU students. The data shows that the majority of students do not know about the implementation of AEC or even the concept of AEC. From the data, those who already know about AEC and are aware of the impact of the implementation of AEC are already prepared to face the new competitive environment. Keywords: students’ perceptions, economic integration, ASEAN Economic Community, competence. 1. PENDAHULUAN Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA - ASEAN Economic Community) telah disepakati diberlakukan tahun 2015. MEA bertujuan menciptakan pasar tunggal dan basis produksi dimana barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja trampil bebas berpindah dari satu negara ke negara lain dalam wilayah ASEAN. Dalam MEA diharapkan akan terwujud suatu area perekonomian yang kompetitif, suatu kawasan dengan pembangunan ekonomi yang mampu berintegrasi secara penuh dengan perekonomian global (Roadmap for ASEAN Economic Community, 2009). Dengan diterapkannya MEA tahun 2015, maka akan terbuka kesempatan kerja seluas- luasnya bagi warga negara ASEAN. Bagi tenaga kerja terdidik Indonesia, rencana ini memberi peluang namun juga tantangan. Dikatakan peluang karena seorang tenaga kerja 1 Paper ini dipresentasikan dalam Pekan Ilmiah Dosen FEB UKSW tanggal 14 Desember 2012. 2 Mahasiswa FEB UKSW program studi S1 Manajemen. 3 Pengajar FEB UKSW program studi S1 Manajemen.

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERLAKUAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1292/5/PROS_Jose F-Roos KA... · Memang trend perkembangan HDI Indonesia dari tahun ... bahwa

  • Upload
    hamien

  • View
    213

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERLAKUAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1292/5/PROS_Jose F-Roos KA... · Memang trend perkembangan HDI Indonesia dari tahun ... bahwa

Persepsi Mahasiswa - Jose A.P.S.E. Fernandes dan Roos K. Andadari 283

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERLAKUAN

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN1

Oleh :

Jose A.P.S.E. Fernandes2

Roos K. Andadari3

ABSTRACT

The ASEAN Economic Community (AEC) which is going to be applied in 2015 brings

hopes but also challenges. For Indonesians, AEC gives them the opportunity to find a job in

other ASEAN countries so that their welfare can potentially be improved. On the other hand,

AEC also brings challenges as in Indonesia, Indonesian skilled labor has to compete with

skilled labor from other ASEAN countries who come to work in Indonesia. Meanwhile, the

competitive ability of Indonesians is questioned. The Indonesian Human Development Index

(HDI) has increased in the last 30 years but compared to other ASEAN countries, the rank is

still sixth behind Singapore, Brunei, Malaysia, Thailand, and the Philippines.

SWCU students who graduate around 2015 will face a different competitive

environment. The aim of this paper is to describe students’ perceptions on the implementation

of AEC. The objective of this research is to know students’ knowledge about AEC and its

impact as well as their preparations in facing the implementation of AEC. This is a

descriptive research, as the data is collected from SWCU students. The data shows that the

majority of students do not know about the implementation of AEC or even the concept of

AEC. From the data, those who already know about AEC and are aware of the impact of the

implementation of AEC are already prepared to face the new competitive environment.

Keywords: students’ perceptions, economic integration, ASEAN Economic Community,

competence.

1. PENDAHULUAN

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA - ASEAN Economic Community) telah disepakati

diberlakukan tahun 2015. MEA bertujuan menciptakan pasar tunggal dan basis produksi

dimana barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja trampil bebas berpindah dari satu negara ke

negara lain dalam wilayah ASEAN. Dalam MEA diharapkan akan terwujud suatu area

perekonomian yang kompetitif, suatu kawasan dengan pembangunan ekonomi yang mampu

berintegrasi secara penuh dengan perekonomian global (Roadmap for ASEAN Economic

Community, 2009).

Dengan diterapkannya MEA tahun 2015, maka akan terbuka kesempatan kerja seluas-

luasnya bagi warga negara ASEAN. Bagi tenaga kerja terdidik Indonesia, rencana ini

memberi peluang namun juga tantangan. Dikatakan peluang karena seorang tenaga kerja

1 Paper ini dipresentasikan dalam Pekan Ilmiah Dosen FEB UKSW tanggal 14 Desember 2012.

2 Mahasiswa FEB UKSW program studi S1 Manajemen.

3 Pengajar FEB UKSW program studi S1 Manajemen.

Page 2: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERLAKUAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1292/5/PROS_Jose F-Roos KA... · Memang trend perkembangan HDI Indonesia dari tahun ... bahwa

284 Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

Indonesia yang terdidik akan punya kesempatan bekerja selain di Indonesia juga di sembilan

negara ASEAN lain seperti di Singapura, Malaysia dan negara ASEAN lain. Dengan jumlah

sumber daya manusia yang paling besar di ASEAN

(http://www.tempo.co/read/news/2011/07/14/ 173346495/Penduduk-Indonesia-Masuk-

Peringkat-4-Dunia), Indonesia memiliki potensi yang besar untuk memanfaatkan integrasi

di sektor tenaga kerja trampil. Namun Indonesia juga akan menghadapi ancaman karena

orang dari negara ASEAN lain akan bisa datang ke Indonesia untuk mencari peluang kerja.

Artinya peluang kerja yang ada di Indonesia akan diperebutkan oleh lebih banyak orang.

Sejauh mana orang Indonesia dapat bersaing di negeri orang atau di negeri sendiri sangat

tergantung pada kualitas SDM nya.

Kualitas sangat terkait dengan kompetensi yang dimiliki para tenaga kerja Indonesia.

Kompetensi tenaga kerja skilled salah satunya diperoleh dari pengembangan kemampuan

khusus melalui pendidikan di universitas. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan di

universitas memiliki peran yang cukup penting dalam menciptakan lulusan yang memiliki

kompetensi tinggi atau skilled. Namun upaya universitas tidak serta merta memberikan hasil

karena peran individu yang terlihat dalam niat dan motivasi dari para mahasiswa. Spencer dan

Spencer (1993) dalam Yuniarsih (2008:23) menyatakan bahwa untuk membentuk kompetensi

seseorang perlu memiliki sebuah motif yaitu apa yang secara konsisten dipikirkan atau

keinginan yang mendorong perilaku seseorang yang mengarah pada kegiatan atau tujuan

tertentu. Rencana pemberlakuan MEA seharusnya bisa menjadi Motive bagi para mahasiswa

untuk menyiapkan diri lebih baik.

Sementara itu, berkenaan dengan kualitas tenaga kerja Indonesia, Primasanto (2010)

menyebutkan Indonesia selama ini lebih banyak mengirimkan tenaga kerja tidak terampil,

sedangkan Filipina lebih banyak mengirimkan tenaga kerja terampil untuk bekerja di luar

negeri. Data Human Development Index (UNDP, 2011) memperlihatkan Indonesia berada

pada posisi 124 dari 187 negara. Memang trend perkembangan HDI Indonesia dari tahun

1980 – 2011 memperlihatkan trend yang terus meningkat, namun posisi Indonesia masih

kalah apabila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti Singapura (26),

Brunei (33) Malaysia (61), Thailand (103), dan Philipina (112). Posisi Indonesia hanya lebih

baik dari Vietnam (128), Laos (138), kamboja (139), Myanmar (149). Hal ini menunjukkan

bahwa kualitas SDM Indonesia menghadapi ancaman dengan akan diberlakukannya MEA.

Bagi mahasiswa yang kini sedang studi, rencana pemberlakukan MEA seharusnya

mendorong mereka belajar dengan baik mempersiapkan semua kemampuan agar tidak kalah

bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain. Paper ini ingin mengetahui bagaimana

kesadaran mahasiswa Indonesia sebagai calon tenaga kerja menghadapi MEA. Dua persoalan

yang akan dijawab adalah: (1) Apakah mahasiswa UKSW memahami implikasi

pemberlakuan MEA? (2) Apakah mahasiswa UKSW merasa perlu meningkatkan kesiapan

dalam menghadapi MEA?

Page 3: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERLAKUAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1292/5/PROS_Jose F-Roos KA... · Memang trend perkembangan HDI Indonesia dari tahun ... bahwa

Persepsi Mahasiswa - Jose A.P.S.E. Fernandes dan Roos K. Andadari 285

2. TELAAH TEORITIS

2.1. PERSEPSI

Menurut Kotler (2000), persepsi adalah proses bagaimana seseorang menyeleksi,

mengatur dan menginterpretasikan masukan informasi untuk menciptakan gambaran

keseluruhan yang berarti. Mangkunegara (dalam Arindita, 2002) berpendapat bahwa persepsi

adalah suatu proses pemberian arti atau makna terhadap lingkungan. Dalam hal ini persepsi

mencakup penafsiran obyek, penerimaan stimulus (input), pengorganisasian stimulus, dan

penafsiran terhadap stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara mempengaruhi perilaku

dan pembentukan sikap.

Terkait dengan pemberlakuan MEA, persepsi mahasiswa terhadap pemberlakuan

MEA diharapkan akan memberikan gambaran sejauh mana implementasi MEA dipahami oleh

mahasiswa sehingga dapat dijadikan salah satu acuan pemerintah dalam menentukan

kebijakan-kebijakan terkait MEA yang bersinggungan langsung tenaga kerja terampil

khususnya.

2.2.TEORI INTEGRASI EKONOMI

MEA adalah salah satu bentuk integrasi ekonomi. Integrasi ekonomi adalah sebuah

proses di mana sekelompok negara berupaya untuk meningkatkan kemakmurannya

(Jovanovic, 2006). Menurut Pelkman (2003) integrasi ekonomi ditandai oleh penghapusan

hambatan ekonomi (economic barrier) antara dua atau lebih negara, yang meliputi semua

pembatasan yang menyebabkan mobilitas barang, jasa, faktor produksi, dan juga aliran

komunikasi, secara aktual / potensial relatif menjadi rendah. Salvatore (2007:340)

menguraikan beberapa jenis integrasi ekonomi : (1) Pengaturan Perdagangan Preferensial

(Preferential Trade Arragements) dibentuk oleh negara-negara yang sepakat menurunkan

hambatan perdagangan di antara mereka dan membedakannya dengan negara-negara yang

bukan anggota. (2) Kawasan perdagangan bebas (free trade area) adalah kesepakatan dimana

semua hambatan perdagangan tarif diantara negara anggota dihilangkan sepenuhnya, namun

masing-masing negara anggota masih berhak menentukan sendiri apakah mempertahankan

atau menghilangkan hambatan perdagangan terhadap negara-negara non-anggota. (3)

Persekutuan Pabean (Customs Union) mewajibkan semua negara anggota untuk tidak hanya

menghilangkan semua bentuk hambatan perdagangan di antara mereka, namun juga

menyeragamkan kebijakan perdagangan terhadap negara lain non-anggota, (4) Pasar bersama

(Common Market) yaitu integrasi ekonomi di mana bukan hanya hambatan perdagangan

barang dan jasa saja yang dibebaskan namun juga arus faktor produksi seperti tenaga kerja

trampil dan modal juga (5) Uni Ekonomi (Economic Union) yaitu menyeragamkan kebijakan

moneter dan fiskal dari masing-masing negara anggota di dalam suatu kawasan atau bagi

negara-negara yang melakukan kesepakatan.

2.3.DAMPAK INTEGRASI EKONOMI

Menurut Krugman (1993) penurunan kesejahteraan hidup masyarakat terjadi apabila

terdapat negara yang secara ekonomi kuat menerapkan tarif yang tinggi terhadap negara lain.

Meir (1995) menegaskan bahwa integrasi ekonomi di suatu kawasan akan menghasilkan

beberapa manfaat bagi negara yang melakukan integrasi, seperti: mendorong berkembangnya

Page 4: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERLAKUAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1292/5/PROS_Jose F-Roos KA... · Memang trend perkembangan HDI Indonesia dari tahun ... bahwa

286 Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

industri lokal, peningkatan manfaat perdagangan melalui perbaikan terms of trade, dan

mendorong efisiensi ekonomi di suatu kawasan ekonomi. Menurut Suarez (2000)

pembentukan integrasi ekonomi di suatu kawasan ditujukan untuk alokasi sumber daya yang

lebih efisien, mendorong persaingan, dan meningkatkan skala ekonomi dalam produksi dan

distribusi diantara negara anggota. Fajnzylber dan Fernandes (2004) berpendapat integrasi

ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap negara-negara berkembang. Bagi Brazil,

integrasi ekonomi meningkatkan permintaan terhadap skilled-labor, sedangkan bagi China

integrasi ekonomi justru menurunkan permintaan terhadap skilled-labor.

Firdausy (2004) berpendapat melalui integrasi dan globalisasi setiap negara dapat

memperkuat dan memperluas perekonomiannya, meningkatkan kesejahteraan, dan mencapai

pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Ini karena integrasi ekonomi berarti tidak

ada hambatan keluar masuk barang dan jasa, tenaga kerja serta modal dari suatu negara ke

negara lain, sehingga harga barang dan jasa serta input (tenaga kerja dan modal) menjadi

semakin murah dan tersedia secara memadai di suatu negara. Selain itu, arus tenaga kerja dari

suatu negara ke negara lain dapat menjadi mudah, sehingga tidak akan terjadi kesenjangan

antara supply dan demand tenaga kerja di suatu negara. Namun untuk arus tenaga kerja,

integrasi ekonomi tidak secara linear akan mendorong arus migrasi. Hayase (2003) dalam

Firdausy (2004), secara tegas menyatakan bahwa arus migrasi tidak secara sederhana dapat

terjadi dengan adanya kesepakatan dalam perdagangan dan investasi di Asia Timur. Arus

migrasi ke suatu negara juga dipengaruhi oleh faktor sosial, demografi, budaya dan politik.

Bahkan banyak fakta menunjukkan besar kecilnya arus migrasi tidak berkaitan dengan adanya

integrasi ekonomi. Singkatnya, pengaruh integrasi ekonomi terhadap arus migrasi tenaga

kerja nyaris tidak akan terjadi dalam jangka pendek.

Bagi Indonesia peluang terjadinya migrasi tenaga kerja berpotensi menguntungkan

mengingat tingkat pengangguran Indonesia relatif lebih tinggi dari negara ASEAN lainnya.

Data BAPENAS mengungkapkan tingkat pengangguran terbuka usia muda antara 15-29

tahun di Indonesia mencapai 19,9 persen, sementara Srilangka 17,9 persen dan Filipina 16,2

persen. Indonesia menjadi negara dengan pengangguran usia muda tertinggi di Asia Pasifik

(http://www.tempo.co/read/news/2012/04/11/090396328/Penganggur-Muda-Indonesia-

Tertinggi-di-Asia).

Melihat kondisi tenaga kerja saat ini, Indonesia baru mampu menyediakan lebih

banyak tenaga kerja untuk sektor informal. Hingga sekarang sektor ini masih menjadi tulang

punggung penyerapan tenaga kerja. Hasil survei BPS Februari 2010 memperlihatkan, 68,58%

(73,67 juta) dari 116 juta angkatan kerja Indonesia di Indonesia terserap di sektor informal,

sisanya, 31,42% (33,74 juta) masuk sektor formal (http://www.seputar-

Indonesia.com/edisicetak/content/view/ 390667/50/). Tingginya penyerapan di sektor informal

memperlihatkan betapa kualitas tenaga kerja Indonesia sebenarnya masih rendah. Data BPS

pada Februari 2012, memperlihatkan pekerja pada jenjang pendidikan SD ke bawah masih

tetap mendominasi yaitu sebesar 55,5 juta orang (49,21%), sedangkan pekerja dengan

pendidikan diploma sekitar 3,1 juta orang (2,77%) dan pekerja dengan pendidikan universitas

hanya sebesar 7,2 juta orang (6,43%). Rendahnya tingkat pendidikan tenaga kerja

mengakibatkan kelompok masyarakat ini sulit untuk mendapatkan pekerjaan formal dengan

tingkat keterjaminan yang relatif lebih baik terutama dalam bersaing dengan negara-negara

Page 5: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERLAKUAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1292/5/PROS_Jose F-Roos KA... · Memang trend perkembangan HDI Indonesia dari tahun ... bahwa

Persepsi Mahasiswa - Jose A.P.S.E. Fernandes dan Roos K. Andadari 287

ASEAN lainnya. Potret ini tentunya menjadi kegelisahan yang cukup mengganggu dalam

menyongsong pasar tunggal ASEAN, saat arus liberalisasi jasa termasuk jasa profesi baik

skillful labor maupun semi-skilled labor akan semakin deras.

Dengan kondisi seperti ini sudah seharusnya perlu upaya peningkatan kualitas tenaga

kerja. Pemerintah sendiri telah menyiapkan 3 strategi meningkatkan kualitas tenaga kerja

Indonesia. Menurut Muhaimin Iskandar (http://menteri.depnakertrans.go.id/?show=

news&news_id 828) dalam meningkatkan kompetensi kerja, pemerintah menerapkan 3

strategi yaitu peningkatan standar kompetensi kerja, lembaga pendidikan dan pelatihan profesi

yang berbasis kompetensi dan sistem dan kelembagaan, sertifikasi yang independen

terpercaya dan menjamin mutu. Namun keberhasilan strategi ini tidak menjamin kualitas

tenaga kerja akan meningkat. Kesadaran diri untuk mengubah diri dari para pekerja sendirilah

yang paling dibutuhkan dalam peningkatan kualitas mereka agar sesuai dengan kompetensi

yang dibutuhkan oleh para penyedia kerja.

2.4.KOMPETENSI KERJA

Kompetensi menurut SK Mendiknas NO.045/U/2002 adalah perangkat tindakan

cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu

oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu. Menurut

Widarno (2007) kompetensi memiliki tiga tingkatan, (1) kompetensi utama, yaitu kemampuan

seseorang menampilkan kinerja yang memadai pada suatu kondisi pekerjaan yang

memuaskan, (2) kompetensi pendukung, yaitu kemampuan seseorang yang dapat mendukung

kompetensi utama, dan (3) kompetensi lain, yaitu kemampuan seseorang yang berbeda

dengan kompetensi utama dan pendukung namun membantu meningkatkan kualitas hidup.

Kompetensi ini pada akhirnya akan menentukan daya saing tenaga kerja Indonesia, apakah

mampu bersaing dengan tenaga kerja asing lainnya.

Spencer dan Spencer (1993: 9-11) dalam Yuniarsih (2008:23) menyatakan bahwa

karakteristik kompetensi diklasifikasikan dalam hard skill dan soft skill. Hard skill merupakan

kompetensi individu yang dapat diamati dan mudah dikembangkan, misalnya pengetahuan

(knowledege) dan ketrampilan (skill). Softskill adalah kemampuan melaksanakan tugas-tugas

fisik dan mental tertentu yang hanya dapat dinilai secara kualitatif melalui observasi perilaku,

misalnya self concept, traits dan motive. Paul dan Murdoch (1992) menjelaskan bahwa dalam

menghadapi dunia kerja, seorang lulusan perguruan tinggi harus dilengkapi dengan kualifikasi

softskills berikut agar dapat bertahan dan unggul dalam kompetisi: (a) Pengetahuan umum dan

penguasaan bahasa Inggris; (b) Keterampilan komunikasi meliputi penguasaan komputer dan

internet, presentasi audiovisual, dan alat komunikasi lain; (c) Keterampilan personal meliputi

kemandirian, kemampuan komunikasi dan kemampuan mendengar, keberanian, semangat dan

kemampuan kerjasama dalam tim, inisiatif, dan keterbukaan (etos kerja). (d) Fleksibilitas dan

motivasi untuk maju yaitu kemampuan beradaptasi sesuai perubahan waktu dan lingkungan

serta keinginan untuk maju sebagai pimpinan.

Selain itu, menurut Mulyatiningsih (2009), pada umumnya sekolah/universitas hanya

mengejar target untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi profesional saja dan

mengabaikan kompetensi kepribadian dan sosial (softskill). Padahal dalam dunia kerja

softskill memiliki kedudukan yang sama pentingnya dengan hardskill. Orang yang memiliki

Page 6: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERLAKUAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1292/5/PROS_Jose F-Roos KA... · Memang trend perkembangan HDI Indonesia dari tahun ... bahwa

288 Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

kepribadian baik, bermotivasi tinggi, percaya diri, ulet, tekun, displin, bertanggung jawab dan

mampu mengendalikan stress akan memiliki daya tahan yang lebih unggul dalam bekerja.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, menggunakan data primer. Pengumpulan

data dengan penyebaran kuesioner kepada mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana yang

masih aktif berkuliah.

Teknik pengambilan sampel adalah nonprobability sampling dengan metode

judgmental sampling dimana elemen populasi dipilih dengan menggunakan dasar

pertimbangan tertentu yaitu dengan kriteria yang sudah mengetahui tentang MEA. Pada awal

proses pengumpulan data primer, peneliti menyebar 100 kuesioner, hanya 96 kuesioner yang

kembali dan diantaranya hanya 19 responden (20%) saja yang mampu menjawab seluruh

pertanyaan. Itu berarti hanya sekitar 20% responden yang mengetahui tentang MEA.

Kemudian peneliti menyebar lagi 100 kuesioner, namun kali ini menekankan pada mahasiswa

yang tahu tentang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Dari 100 kuesioner yang

disebar, 94 kuesioner yang lengkap. Hasil akhir yang diperoleh 113 kuesioner yang

memenuhi kriteria untuk diolah / analisis.

Sebagian besar pertanyaan menggunakan skala likert dengan 5 titik, dimana kategori

jawaban yakni : “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, “netral”, “setuju”, dan “sangat setuju”

dengan menggunakan nilai 1 sd 5.

4. HASIL PENELITIAN

Seperti dikemukakan didepan, hanya sekitar 20% mahasiswa yang mengetahui tentang

Masyarakat Ekonomi ASEAN. Ini menunjukkan masih banyak orang yang belum

mengetahui dan memahami pemberlakuan MEA. Dari 113 orang yang mengetahui MEA,

peneliti bersusah payah untuk menemukan mereka. Apabila mahasiswa sebagai kelompok

terdidik penerus bangsa saja masih banyak yang belum mengetahui, apalagi masyarakat

secara umum. Hal ini bisa disebabkan karena masih kurang gencarnya pemerintah dalam

mensosialisasikan pemberlakuan MEA kepada masyarakat luas. Ini menjadi tantangan

terberat pemerintah sebagai pengambil keputusan dalam menjalankan kebijakan negara untuk

mensejahterakan rakyat.

Dari jumlah responden diatas, 58,40% adalah wanita. Fakultas yang mendominasi

responden adalah Fakultas Ekonomika dan Bisnis 23% disusul Fakultas Teknologi Informasi

sebesar 19,47%. Sebagian besar responden berpersepsi diri mereka sebagai mahasiswa yang

aktif maupun sangat aktif dalam berorganisasi baik di lingkungan internal kampus (LK)

maupun di lingkungan eksternal kampus. Dilihat dari hasil studi, sebagian besar responden

62% merasa hasil studinya tergolong memuaskan. Terkait keaktifan mahasiswa mengakses

informasi sebanyak 47,8% responden merupakan mahasiswa yang sering maupun sangat

sering mengakses informasi.

4.1.PENGETAHUAN TENTANG MEA & TANGGAPAN RESPONDEN

Dari 113 responden diatas belum semuanya memahami secara mendalam diskripsi

dari MEA. Sebagian besar responden (27,4%) memahami dengan MEA akan terjadi arus

Page 7: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERLAKUAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1292/5/PROS_Jose F-Roos KA... · Memang trend perkembangan HDI Indonesia dari tahun ... bahwa

Persepsi Mahasiswa - Jose A.P.S.E. Fernandes dan Roos K. Andadari 289

bebas barang dan jasa secara bebas; sementara yang memahami MEA sebagai kondisi

dimana terjadi arus bebas barang dan jasa serta tenaga kerja dan modal 73,6%.

Responden menggunakan berbagai sumber informasi untuk memperoleh informasi

tentang MEA. Sebanyak 6 responden memperoleh informasi hanya melalui koran, 7

responden melalui televisi, 1 responden melalui radio, 22 responden melalui internet dan

hanya 2 responden mengetahui melalui perkuliahan saja. Padahal melalui perkuliahan

mahasiswa dapat memperoleh informasi yang lebih mendetail tentang tantangan mereka

kedepan.

Tabel 4.2. Sumber informasi Masyarakat Ekonomi ASEAN

Koran Televisi Radio Internet Kuliah

N 1 Sumber 6 7 1 22 2

2 Sumber 5 40 2 X* 1

3 Sumber 18 X 2 X 2

4 Sumber X X X X 0

*X = Semua responden memilih sumber informasi tersebut bersama dengan

sumber lainnya.

Selain dari ke 38 orang yang memperoleh informasi hanya dari 1 sumber, sebanyak 48

orang memperoleh informasi dari dua sumber sekaligus, 23 orang memperoleh informasi dari

tiga sumber sekaligus dan hanya 4 orang yang memperoleh informasi dari empat sumber

sekaligus. Dengan demikian akumulasi dari semua sumber tersebut menempatkan internet

sebagai sumber informasi terbanyak, yakni sebanyak 97 responden, kemudian televisi

sebanyak 74 responden, koran sebanyak 33 responden, radio sebanyak 9 orang dan dari

perkuliahan sebanyak 5 orang.

Sebagian besar responden (63,7%) setuju dengan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi

ASEAN. Mereka berpendapat bahwa berjalannya MEA akan memajukan perekonomian

nasional dan membawa dampak positif pada kesejahteraan masyarakat. Beberapa alasan yang

diutarakan responden: (1) Indonesia sudah siap bersaing dengan negara ASEAN; (2)

Lapangan kerja semakin banyak; (3) Meningkatkan daya saing Indonesia di mata dunia; (4)

Memaksimalkan potensi Indonesia; (5) Mempererat hubungan antar negara ASEAN.

Sedangkan responden yang tidak setuju berpendapat bahwa Indonesia masih belum siap

menghadapi MEA. Hal ini dikarenakan infrastruktur di Indonesia masih belum memadai dan

kualitas sumber daya manusia masih rendah. Pendapat responden ini sejalan dengan fakta

berdasarkan laporan AEC Scorecard yang disiapkan Sekretariat ASEAN, dimana tingkat

implementasi Indonesia terhadap AEC blueprint mencapai 80,37% dari 107 indikator

yang menempatkan Indonesia pada urutan ketujuh dari 10 negara ASEAN (Dependag:

Menuju AEC 2015). Angka ini masih jauh dari Singapura yang telah mengimplementasikan

AEC blueprint hingga 93,52% yang membuat Singapura menjadi negara yang paling siap

menghadapi MEA. Dari data ini bisa dilihat bahwa Indonesia belum maksimal dalam

mempersiapkan diri.

Apabila dilihat dari keaktifan berorganisasi, penolakan terhadap MEA paling banyak

berasal dari responden yang aktif berorganisasi. Hal ini dikarenakan responden yang aktif

Page 8: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERLAKUAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1292/5/PROS_Jose F-Roos KA... · Memang trend perkembangan HDI Indonesia dari tahun ... bahwa

290 Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

berorganisasi cenderung lebih aktif mencari informasi terkait kebijakan pemerintah dan

mengkritisinya. Dan saat ini beberapa diantara mereka menilai bahwa kebijakan pemerintah

dalam menyiapkan SDM Indonesia menghadapi MEA masih belum maksimal sehingga perlu

ditingkatkan lagi sebelum memasuki MEA.

Menurut responden negara mana sajakah yang dirasa cocok untuk dijadikan tempat

bekerja nantinya? Singapure menjadi pilihan terbanyak (84,96%). Hal ini wajar, mengingat

Singapure memiliki ekonomi terkuat di ASEAN. Kemudian disusul oleh Malaysia dan

Thailand sebagai pilihan lainnya.

Tabel 4.3. Persepsi negara ASEAN tujuan bekerja

No. Negara Frekuensi Persentase (%)

1 Singapure 96 84.96%

2 Malaysia 33 29.20%

3 Thailand 32 28.32%

4 Filipina 6 5.31%

5 Vietnam 5 4.42%

6 Bruney 4 3.54%

7 Laos 3 2.65%

8 Kamboja 2 1.77%

Total 113 100.00%

Alasan responden memilih negara tertentu sebagai tujuan bekerja adalah karena gaji

(73.45%). Responden merasa bekerja di negara tersebut menjanjikan kesejahteraan yang lebih

baik.

Tabel 4.4. Alasan ingin bekerja di negara-negara ASEAN

Alasan Frekuensi Persentase

Gaji yang lebih tinggi 83 73.45%

Kapasitas (potensi) anda akan dimanfaatkan 32 28.32%

Kebudayaan negara tersebut 22 19.47%

Peraturan (undang-undang) yang berlaku di negara tersebut 12 10.62%

Alasan lain… 4 3.54%

Selain gaji, responden merasa apabila bekerja dinegara tersebut kapasitas mereka

dimanfaatkan secara maksimal. Artinya bahwa negara-negara tersebut menghormati hak dan

tanggungjawab dari para pekerjanya. Alasan lain adalah kebudayaan negara tersebut tidak

terlalu jauh berbeda dengan Indonesia sehingga akan mudah untuk beradaptasi. Selain itu,

peraturan yang berlaku dinegara-negara tersebut yang dirasa cukup ketat melindungi hak-hak

dan keamanan warganya.

Berkenaan dengan negara ASEAN yang warganya akan datang mencari pekerjaan di

Indonesia (lihat tabel 4.5) yaitu paling banyak berasal dari Malaysia (55.75%). Survey tenaga

Page 9: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERLAKUAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1292/5/PROS_Jose F-Roos KA... · Memang trend perkembangan HDI Indonesia dari tahun ... bahwa

Persepsi Mahasiswa - Jose A.P.S.E. Fernandes dan Roos K. Andadari 291

kerja asing (Bank Indonesia, 2009) memperlihatkan gambaran yang sama. Kemudian disusul

Singapure, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Responden tidak memilih negara-negara yang

memiliki PDB yang jauh lebih rendah dari Indonesia seperti Laos, Kamboja, Brunei dan

Myanmar. Hal ini menarik karena Indonesia sebagai salah satu negara besar di ASEAN

memiliki PDB terbesar (http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_ ASEAN_countries_by_GDP_

(nominal)) di kawasan ini tentu merupakan magnet datangnya pekerja asing.

Tabel 4.6. Persepsi warga dari negara ASEAN yang akan bekerja di Indonesia

No. Negara Frekuensi Persentase (%)

1 Malaysia 63 55.75%

2 Singapure 38 33.63%

3 Thailand 33 29.20%

4 Vietnam 23 20.35%

5 Filipina 13 11.50%

6 Laos 11 9.73%

7 Myanmar 11 9.73%

8 Kamboja 3 2.65%

9 Brunei 0 0.00%

Alasan dari para responden dalam memilih negara-negara tersebut karena mereka

beranggapan para tenaga kerja asing mengejar gaji yang lebih tinggi di Indonesia.

Tabel 4.6. Alasan pekerja ASEAN datang ke Indonesia

Alasan Frekuensi Persentase (%)

Gaji yang lebih tinggi 49 43.36%

Kapasitas mereka akan dimanfaatkan di Indonesia 44 38.94%

Kebudayaan negara tersebut hampir sama 28 24.78%

Peraturan (undang-undang) yang berlaku di Indonesia 9 7.96%

Alasan lainnya… 4 3.54%

Selain karena gaji, alasan kapasitas mereka akan dimanfaatkan juga menjadi pilihan

responden. Menurut penilaian responden para pekerja asing tersebut akan lebih dimanfaatkan

kemampuan mereka apabila bekerja di Indonesia dibandingkan di negara asal mereka. Selain

itu faktor kebudayaan yang mirip juga menurut responden berperan dalam mendatangkan

tenaga kerja ASEAN ke Indonesia. Sementara alasan lain yang dipaparkan adalah karena

politik Indonesia yang cukup stabil menyebabkan pekerja asing datang ke Indonesia. Selain

itu ekonomi Indonesia yang lebih baik dari negara asal mereka (3,54%) menjadi alasan

mereka mencari kerja di Indonesia. Dengan semakin banyaknya tenaga kerja asing yang akan

datang ke Indonesia tentu akan semakin memperketat persaingan. Sejalan dengan hal ini,

responden (45,1%) setuju bahwa pemberlakuan MEA akan menyebabkan lapangan pekerjaan

semakin sulit untuk didapat.

Page 10: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERLAKUAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1292/5/PROS_Jose F-Roos KA... · Memang trend perkembangan HDI Indonesia dari tahun ... bahwa

292 Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

Tabel 4.7. Persepsi responden bahwa lapangan pekerjaan sulit didapat

Frequency Percent

Valid Sangat Tidak setuju 1 .9

Tidak setuju 12 10.6

Netral 17 15.0

Setuju 51 45.1

Sangat setuju 32 28.3

Total 113 100.0

Berbicara tentang daya saing, dengan hanya memiliki 10,3 juta tenaga kerja

berpendidikan tinggi (Berita Resmi Statistik 2012) Indonesia tentu akan sangat susah untuk

dapat bersaing dengan negara ASEAN lain. Berdasarkan survei Asian Productivity

Organization 2004, dari setiap 1.000 tenaga kerja Indonesia hanya 4,3 persen yang

terampil dibandingkan dengan Filipina (8,3 persen), Malaysia (32,6 persen), dan Singapura

(34,7 persen)

(http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/31/1448290/Tak.Benahi.Kualitas.Kita.Kalah.

Bersaing). Pemerintah sendiri melalui Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) akan meningkatkan jumlah tenaga kerja terdidik

hingga 40% (http://bisnis.vivanews.com/news/read/24386-

porsi_tenaga_kerja_terdidik_formal _ditambah. 8 September 2011). Upaya ini dilakukan

dengan mendorong tenaga kerja Indonesia yang belum memiliki keahlian untuk ditingkatkan

kualitas dan kapasitas nya sehingga memenuhi kriteria tenaga kerja terdidik, atau, dengan cara

mendorong tenaga kerja terdidik Indonesia memanfaatkan akses di negara-negara ASEAN

dengan bekerja di luar negeri.

4.2.TANGGAPAN TERHADAP KOMPETENSI, GAJI, DAN ETOS KERJA TENAGA

KERJA TERAMPIL INDONESIA

Pandangan tentang kompetensi tenaga kerja Indonesia dibandingkan tenaga kerja

negara ASEAN lainnya dapat dilihat dari (tabel 4.8). Sebagian responden masih ragu-ragu

(40,7%) dalam membandingkan apakah tenaga kerja Indonesia lebih berkompeten

dibandingkan dengan tenaga kerja dari negara ASEAN lainnya. Keragu-raguan dari para

responden ini bisa disebabkan tidak adanya pembandingan yang bisa digunakan oleh

responden dalam mengukur kompetensi para pekerja.

Tabel 4.8. Persepsi responden bahwa Tenaga kerja Indonesia lebih baik

dari tenaga kerja asing

Frequency Percent

Valid Sangat Tidak setuju 3 2.7

Tidak setuju 20 17.7

Netral (Ragu-ragu) 46 40.7

Setuju 29 25.7

Sangat setuju 15 13.3

Total 113 100.0

Page 11: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERLAKUAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1292/5/PROS_Jose F-Roos KA... · Memang trend perkembangan HDI Indonesia dari tahun ... bahwa

Persepsi Mahasiswa - Jose A.P.S.E. Fernandes dan Roos K. Andadari 293

Hal yang tidak jauh berbeda ditemukan saat menanyakan tentang kemungkinan

perusahaan Indonesia memilih tenaga kerja Indonesia apabila memiliki kompetensi dan

bersedia digaji sama dengan tenaga kerja asing. Hasilnya (tabel 4.10) menunjukkan bahwa

sebagian responden (43,4%) beranggapan sebaiknya perusahaan di Indonesia tetap memilih

tenaga kerja Indonesia untuk dipekerjakan dibandingkan dengan tenaga kerja asing.

Tabel 4.9 Persepsi perusahaan di Indonesia memilih pekerja Indonesia

Frequency Percent

Valid Sangat Tidak setuju 1 .9

Tidak setuju 3 2.7

Netral 39 34.5

Setuju 49 43.4

Sangat setuju 21 18.6

Total 113 100.0

Berkenaan dengan kemungkinan perusahaan di Indonesia akan memilih tenaga kerja

Indonesia apabila tenaga kerja asing memiliki kompetensi yang tinggi namun meminta gaji

yang sama dibandingkan dengan tenaga kerja Indonesia, menunjukkan responden masih ragu-

ragu (42,5%) dalam membandingkan. Sementara itu untuk membandingkan kemungkinan

perusahaan di Indonesia akan memilih tenaga kerja Indonesia apabila tenaga kerja asing

memiliki kompetensi yang sama dengan tenaga kerja Indonesia namun meminta gaji yang

lebih murah dibandingkan dengan tenaga kerja Indonesia, sebagian besar responden setuju

(46,9%) bahwa perusahaan di Indonesia lebih baik mempekerjakan tenaga kerja Indonesia.

Dari pernyataan diatas nampak bahwa sebagian besar responden beranggapan

perusahaan Indonesia maupun asing yang ada di Indonesia lebih memilih mempekerjakan

tenaga kerja Indonesia dibandingkan tenaga kerja asing walaupun tenaga kerja asing tersebut

memiliki kompetensi dan meminta gaji yang bersaing dengan tenaga kerja lokal. Hal ini bisa

saja didasari harapan atau keinginan dari para responden agar perusahaan-perusahaan lebih

mengutamakan kejahteraan masyarakat Indonesia local. Dengan memanfaatkan tenaga kerja

lokal akan membawa dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Namun tenaga kerja lokal

juga akan membawa dampak negatif apabila terjadi konflik antara perusahaan dan pekerja

lokal khususnya dengan serikat pekerja.

Namun kenyataan berbeda ditemukan di lapangan dimana perusahaan asing yang

berpotensi besar membuka pabriknya di Indonesia, seperti perusahaan besar RIM produsen

perangkat telepon genggam BlackBerry, dan perusahaan Bosch produsen peralatan rumah

tangga asal Jerman. Kedua perusahaan ini memiliki pasar yang sangat besar di Indonesia, jauh

lebih besar dari Malaysia. Namun keduanya lebih memilih untuk membuka pabrik di

Malaysia ketimbang di Indonesia. Hal yang sangat disayangkan, mengingat apabila keduanya

membuka pabrik di Indonesia akan membawa dampak positif yang sangat besar dalam

investasi dan peluang kerja di Indonesia. Alasan mereka membuka pabrik di Malaysia adalah

karena infrastruktur fisik dan SDM yang jauh lebih baik dari Indonesia

(Fokus.news.viva.co.id/ news/read/245399-nikmati-pasar-ri--asing-malah-pilih-malaysia).

Fakta ini secara langsung menunjukkan bahwa pada dasarnya kualitas dari tenaga kerja

Indonesia masih kalah dibandingkan dengan negara tetangga. Untuk itulah perlu peningkatan

Page 12: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERLAKUAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1292/5/PROS_Jose F-Roos KA... · Memang trend perkembangan HDI Indonesia dari tahun ... bahwa

294 Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

kompetensi dari tenaga kerja Indonesia agar mampu bersaing dengan tenaga kerja asing

lainnya.

Bertolak belakang dengan fakta bahwa para mahasiswa masih menganggap

kompetensi para pekerja Indonesia setara dengan kompetensi tenaga kerja asing (tabel 4.13).

Para responden menganggap tenaga kerja asing tidak selalu lebih baik daripada tenaga kerja

lokal, kompetensi diantara keduanya bisa bersaing.

Tabel 4.10. Persepsi Tenaga kerja asing selalu lebih berkualitas dari tenaga kerja lokal

Frequency Percent

Valid Sangat Tidak setuju 27 23.9

Tidak setuju 22 19.5

Netral 37 32.7

Setuju 22 19.5

Sangat setuju 5 4.4

Total 113 100.0

Pandangan ini berbeda dengan fakta bahwa sebagian besar tenaga kerja asing yang

bekerja di Indonesia menduduki posisi-posisi strategis. Data dari Bank Indonesia (laporan

survey tenaga kerja asing di Indonesia tahun 2009) mayoritas tenaga kerja asing di Indonesia

yang mayoritas berpendidikan Strata 1 (S1) dan memiliki pengalaman kerja kurang dari 1

tahun hingga lebih dari 1 tahun. Sebagian besar tenaga kerja asing bekerja sebagai

profesional/teknisi dengan rata-rata gaji yang diterima sangat tinggi dibandingkan dengan

tenaga kerja lokal.

Tabel 4.11. Sebaran jumlah TKA menurut level jabatan (Orang)

Periode 2005 2006 2007 2008 2009

Konsultan 15,537 21,466 3,449 3,109 3,303

Direktur 7,341 6,975 3,392 3,822 4,025

Komisaris 0 9 283 325 373

Manajer 2,581 2,572 6,479 8,162 8,438

Profesional 8 515 15,080 14,437 15,894

Supervisor 2 569 3,194 2,984 2,825

Teknisi 329 898 3,572 9,640 11,368

Total 25,798 33,004 35,449 42,479 46,226

Sumber : Kemenakertrans

Terjadi pergeseran jabatan yang cukup signifikan dalam konsultan dan profesional.

Hal ini disebabkan karena banyak konsultan yang kemudian direkrut perusahaannya untuk

dijadikan profesional. Selain itu, peningkatan juga terjadi pada level jabatan teknisi yang

semakin meningkat. Hal ini menindikasikan kebutuhan akan tenaga kerja yang terampil dalam

bidang teknisi semakin banyak di Indonesia. Kualitas tenaga kerja terampil dalam bidang

teknisi Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga kerja asing.

Page 13: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERLAKUAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1292/5/PROS_Jose F-Roos KA... · Memang trend perkembangan HDI Indonesia dari tahun ... bahwa

Persepsi Mahasiswa - Jose A.P.S.E. Fernandes dan Roos K. Andadari 295

Dari survey Bank Indonesia ini pula diketahui bahwa sebagian besar TKA menerima

gaji yang berkisar antara Rp25 juta – Rp50 juta (Grafik 4.1). Kelompok terbesar berikutnya

adalah TKA yang bergaji Rp10 juta – Rp25 juta (23%) dan diikuti oleh kisaran gaji antara

Rp50 juta – Rp75 juta (17%). Selain menerima gaji para TKA tersebut juga menyatakan

menerima tunjangan jabatan (compensation salary) yang sebagian besar berkisar antara Rp10

juta – Rp25 juta (27%).

Sumber : Bank Indonesia

Gaji dari para tenaga kerja asing ini jauh berbeda dengan gaji yang diterima para

tenaga kerja lokal. Rata-rata tenaga kerja lokal menerima gaji berkisar antara Rp 3.000.000

dengan pengalaman kerja antara 1 - > 10 tahun (Employment Outlook and Salary guide 2010-

2011). Menurut responden perkerja Indonesia selama ini dibayar lebih rendah dari pekerja

asing di Indonesia (lihat tabel 6.12).

Tabel 4.12. Persepsi gaji tenaga kerja Indonesi lebih rendah dari gaji tenaga kerja asing

Frequency Percent

Valid Sangat Tidak setuju 1 .9

Tidak setuju 40 35.4

Netral 32 28.3

Setuju 26 23.0

Sangat setuju 14 12.4

Total 113 100.0

Dengan kondisi seperti ini, dapatkah tenaga kerja Indonesia bersaing dengan tenaga

kerja asing? Sebagian besar responden (41,6%) sangat setuju bahwa kompetensi tenaga kerja

Indonesia mampu bersaing dengan tenaga kerja asing. Rasa percaya diri yang tinggi ini bisa

dijadikan modal untuk bersaing nantinya. namun, rasa percaya diri yang terlalu tinggi juga

tidak baik jika tidak didukung oleh kompetensi nyata.

Tabel 4.13.Persepsi kompetensi tenaga kerja Indonesia mampu bersaing

dengan tenaga kerja asing

Frequency Percent

Valid Sangat Tidak setuju 7 6.2

Tidak setuju 3 2.7

Page 14: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERLAKUAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1292/5/PROS_Jose F-Roos KA... · Memang trend perkembangan HDI Indonesia dari tahun ... bahwa

296 Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

Netral 14 12.4

Setuju 42 37.2

Sangat setuju 47 41.6

Total 113 100.0

Hal ini sedikit berbeda dengan tanggapan responden tentang etos kerja tenaga kerja

Indonesia. Etos kerja sebagai salah satu bagian dalam meningkatkan produktifitas para

pekerja menjadi salah satu modal penting dalam meningkatkan produktifitas sebuah

organisasi/perusahaan. Berkaitan dengan etos kerja tenaga kerja Indonesia apabila

dibandingkan dengan tenaga kerja asing saat ini, sebagian besar responden (48.7%) masih

ragu-ragu bahwa etos kerja tenaga kerja Indonesia mampu bersaing dengan tenaga kerja

asing.

Tabel 4.14. Persepsi bahwa etos kerja tenaga kerja Indonesia lebih baik dibandingkan

tenaga kerja asing

Frequency Percent

Valid Sangat Tidak setuju 10 8.8

Tidak setuju 15 13.3

Netral 55 48.7

Setuju 21 18.6

Sangat setuju 12 10.6

Total 113 100.0

4.3.KESIAPAN MENGAHADAPI TANTANGAN MEA

Berkenaan dengan kompetensi yang mereka miliki setelah lulus, menunjukkan

responden setuju (52,2%) bahwa kompetensi lulusan UKSW masih belum mampu bersaing

dengan lulusan perguruan tinggi ASEAN lainnya. Responden merasa bahwa UKSW belum

mampu menciptakan lulusan yang mampu bersaing di dunia kerja internasional. Mereka

merasa kompetensi yang mereka dapat dari UKSW saat ini belum dapat memenuhi tuntutan

kerja sesuai standar internasional. Sebanyak 16,8% responden menilai lulusan UKSW mampu

bersaing dengan tenaga lulusan universitas ASEAN lainnya. Hal ini bisa saja didasari pada

penilaian mereka bahwa output UKSW yang saat ini sudah banyak yang sukses dan memiliki

posisi-posisi penting di lembaga atau kantor mereka.

Tabel 4.15. Persepsi tentang kompetensi lulusan UKSW saat ini tidak mampu bersaing

dengan tenaga lulusan universitas ASEAN lainnya

Frequency Percent

Valid Sangat Tidak setuju 7 6.2

Tidak setuju 19 16.8

Netral 14 12.4

Setuju 59 52.2

Sangat setuju 14 12.4

Total 113 100.0

Apabila dilihat lebih jauh lagi, terdapat keterkaitan antara mahasiswa yang merasa

memiliki hasil studi yang memuaskan dengan mahasiswa yang merasa belum memiliki

Page 15: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERLAKUAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1292/5/PROS_Jose F-Roos KA... · Memang trend perkembangan HDI Indonesia dari tahun ... bahwa

Persepsi Mahasiswa - Jose A.P.S.E. Fernandes dan Roos K. Andadari 297

kompetensi untuk bersaing dengan lulusan universitas asing lainnya. Hasilnya menunjukan

sebuah ironi bahwa ternyata mahasiswa yang setuju merasa hasil studinya memuaskan merasa

belum memiliki kompetensi yang mampu bersaing dengan lulusan universtias asing.

Sejauh mana kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris, sebagian besar responden

(39,8%) merasa memiliki kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris yang bagus.

Tabel 4.16. Persepsi kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris

Frequency Percent

Valid Sangat tidak bagus 4 3.5

Tidak bagus 15 13.3

Netral 27 23.9

Bagus 45 39.8

Sangat bagus 22 19.5

Total 113 100.0

Berkenaan dengan kemampuan menulis responden merasa memiliki kemampuan

bahasa Inggris tergolong bagus (47.8%). Hal ini tentu perlu dicek mengingat dalam kenyataan

dalam lisan saja banyak diantara mereka yang memiliki kemampuan kurang. Walaupun

demikian, sebagian besar responden (34.5%) merasa perlu meningkatkan kemampuan mereka

berbahasa. Mereka juga merasa dunia kerja internasional saat ini memerlukan tenaga kerja

yang mampu berbahasa lebih dari 1 bahasa internasional.

Tabel 4.17. Persepsi kemampuan menulis dalam bahasa Inggris

Frequency Percent

Valid Sangat tidak bagus 1 .9

Tidak bagus 8 7.1

Netral 35 31.0

Bagus 54 47.8

Sangat bagus 15 13.3

Total 113 100.0

Berkaitan dengan kemampuan penguasaan TI menunjukkan bahwa sebagian besar responden

(50.4%) merasa memiliki kemampuan penguasaan TI yang bagus.

Tabel 4.18. Persepsi kemampuan penguasaan TI

Frequency Percent

Valid Tidak bagus 2 1.8

Netral 37 32.7

Bagus 57 50.4

Sangat bagus 17 15.0

Total 113 100.0

Apabila dilihat dari softskill, sebagian besar responden menilai diri mereka sudah memiliki

softskill yang cukup untuk bersaing dengan lulusan universitas ASEAN lainnya. Dengan

Page 16: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERLAKUAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1292/5/PROS_Jose F-Roos KA... · Memang trend perkembangan HDI Indonesia dari tahun ... bahwa

298 Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

beragam tantangan yang akan dihadapi mahasiswa UKSW dan kompetensi yang mereka

miliki saat ini, memberikan sedikit gambaran tentang untung rugi situasi mendatang yang

akan mereka hadapi. Beberapa kompetensi tambahan yang mereka butuhkan dapat dilihat di

tabel 4.19.

Tabel 4.19. Persepsi kompetensi tambahan yang dibutuhkan mahasiswa UKSW

Kompetensi tambahan Frekuensi Percent

Bahasa 39 34.51%

Disiplin 27 23.89%

Komunikasi 17 15.04%

Teamwork 10 8.85%

Rajin, tekun 8 7.08%

Komitmen 9 7.96%

Wawasan umum 3 2.65%

5. PENUTUP

5.1.KESIMPULAN

1. Masih banyak mahasiswa yang belum mengetahui pemberlakuan Masyarakat Ekonomi

ASEAN yang akan mulai berjalan pada tahun 2015. Hal ini disebabkan karena masih

kurangnya sosialisasi oleh pemerintah kepada masyarakat. Kebanyakan mahasiswa

mengetahui informasi MEA melalui internet. Selain dari pemerintah, sosialisasi

sebenarnya dapat pula dilakukan melalui lembaga-lembaga pendidikan yang merupakan

penghasil tenaga kerja. Lembaga-lembaga pendidikan khususnya pendidikan tinggi

seperti universitas, berpotensi besar untuk membantu pemerintah melakukan sosialisasi

terhadap MEA.

2. Mahasiswa yang mengetahui tentang pemberlakuan MEA pada tahun 2015, sudah

memahami implikasi yang akan mereka hadapi. Namun, gambaran yang dimiliki para

mahasiswa tentang dampak pelaksanaan MEA masih sangat jauh dari kenyataan yang

saat ini terjadi. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya informasi mereka tentang

kondisi tenaga kerja Indonesia maupun tenaga kerja asing.

3. Mahasiswa yang mengetahui tentang pelaksanaan MEA memiliki kesadaran untuk

meningkatkan kompetensi mereka agar dapat bersaing dalam Masyarakat Ekonomi

ASEAN nantinya. Mahasiswa sudah menyiapkan diri dengan membekali diri sesuai

dengan tuntutan dunia kerja. Namun mahasiswa masih belum memiliki gambaran dalam

menilai kompetensi mereka dibandingkan dengan tenaga kerja asing.

5.2. SARAN

1. Mengingat masih kurangnya pengetahuan mahasiswa tentang implikasi pelaksanaan

MEA perlu dilakukan sosialisasi yang intensif oleh berbagai pihak kepada mahasiswa dan

pelaku pendidikan di universitas. Seperti diketahui, mahasiswa merupakan agen perubahan

Page 17: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERLAKUAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1292/5/PROS_Jose F-Roos KA... · Memang trend perkembangan HDI Indonesia dari tahun ... bahwa

Persepsi Mahasiswa - Jose A.P.S.E. Fernandes dan Roos K. Andadari 299

(Agent of Change) sehingga peningkatan daya saing mereka merupakan faktor kunci

perubahan masyarakat.

2. Mahasiswa yang memahami tentang implementasi MEA memiliki kesadaran untuk

meningkatkan kompetensi mereka, sehingga perlu didukung. Untuk itulah peran serta

universitas sebagai pencetak tenaga kerja terdidik sangat diharapkan mampu mewujudkan hal

tersebut dengan lebih menekankan pada kualitas lulusan yang sesuai dengan antisipasi

meningkatnya tuntutan pasar kerja.

5.3. KETERBATASAN PENELITIAN & PENELITIAN MENDATANG

Penelitian ini hanya berkenaan dengan mahasiswa yang mengetahui pemberlakuan MEA saja,

sedangkan mahasiswa yang tidak mengetahui tidak dilibatkan secara langsung dan diteliti

lebih mendalam motif penyebabnya. Selain itu fokus penelitian hanya berkenaan dengan

mahasiswa UKSW saja. Untuk memperoleh gambaran yang lebih baik, penelitian ini bisa

diperluas dengan melibatkan elemen mahasiswa dari luar UKSW seperti dari STIE AMA,

STAIN, bahkan mahasiswa dari universitas lain di Indonesia. Selain mahasiswa, penelitian

inipun bisa diperluas dengan mencari tahu persepsi dosen dan pengusaha.

DAFTAR PUSTAKA

Uma, Sekaran. 2006. Research Methods for Business. Edisi 4, Jilid 1 & 2.Salemba

empat.Jakarta

Yuniarsih, Tjutju, & Suwatno., 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia : Teori, Aplikasi

dan Isu Penelitian. Bandung. Alfabete

Salvatore, D., 2007. International Economic. 9th

Edition. Jakarta. John Wiley & Sons.

Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Jakarta. Bumi Aksara.

Laporan Survey Tenaga Kerja Asing di Indonesia tahun 2009. Bank Indonesia. Jakarta.

Employment Outlook and Salary Guide Indonesia 2010-2011 : A tools for workplace planing.

Kelly Service. 2010

Outlook Ekonomi Indonesia 2008 - 2012, Edisi Januari 2008.

Roadmap for an ASEAN Community 2009 -2015.

Surat Keputusan Mendiknas No. 045/U/2002 tentang kurikulum berbasis kompetensi

UNDP : Human Development Report 2011

Fajnzylber, P.R., dan A.M. Fernandes, 2004, International Economic Activities and the

Demand for Skilled Labor: Evidence from Brazil and China, Social Science Research

Network.

Firdausy, Carunia, 2004, Liberalisasi perdagangan dan investasi di era globalisasi, PPE,LIPI.

JAKARTA.

Jovanovic, F., 2006, Integration, disintegration and trade in Europe: Evaluation of trade

Relation during the 1990s, Working Paper No. 20.

Krugman, P.R. 1993. Free Trade: A Loss (Theoritical) Nerve (The Narrow and Broad 106

JESP Vol. 1, No. 2, 2009 Agreements for Free Trade. American Economic Review.

Vol.83, No.2, pp. 362-365

Meier, G.M., 1995, Leading Issues In Economic Development. New York: Oxford Unversity

Press.

Page 18: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERLAKUAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1292/5/PROS_Jose F-Roos KA... · Memang trend perkembangan HDI Indonesia dari tahun ... bahwa

300 Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

Mulyatiningsih, E. 2009. Analisis Kompetensi. Direktorat PSMK dan Universitas Negeri

Yogyakarta.

Primasanto, T.A., 2010. Pengiriman Tenaga Kerja terampil Indonesi Ke Luar Negeri :

Pelajaran dari Filipina. Jurnal Diplomasi Vol.2 No.1 .

Ridwan, 2009, Dampak Integrasi Ekonomi terhadap Investasi di Kawasan ASEAN: Analisis

Model Integrasi.

Srikandini, Annisa., 2004,. Pasar Tunggal Asean 2015: Diplomasi Indonesia Dan Penguatan

Kapasitas Tenaga Kerja Terdidik

Suarez, M.D.L.C., 2001, Trace Creation and Trade Diversion For Mercosur. Disertation.

Boston University

Widarno, B., 2007. Profil dan Kompetensi Sarjana Akuntansi. Jurnal ekonomi dan

kewirausahaan Vol.7 no. 2.

http://ditjenkpi.depdag.go.id/Umum/Setditjen/Buku%20Menuju%20ASEAN%20ECONOMI

C%20COMMUNITY%202015.pdf (Diunduh 12 Desember 2011)

http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_ASEAN_countries_by_GDP_(nominal) (Diunduh 9

Agustus 2012)

http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/31/1448290/Tak.Benahi.Kualitas.Kita.Kalah.Bersai

ng (Diunduh 3 Desember 2011)

(http://menteri.depnakertrans.go.id/?show=news&news_id=828) (diunduh 23 Mei 2012)

http://bisnis.vivanews.com/news/read/24386-porsi_tenaga_kerja_terdidik_formal_ditambah. 8

September 2011 (Diunduh 4 Mei 2012)

http://www.asean.org/publications/RoadmapASEANCommunity.pdf (diunduh 30 November

2011)

http://www.seputar-Indonesia.com/edisicetak/content/view/395290/ (Diunduh 2 September

2012)

http://www.seputar-Indonesia.com/edisicetak/content/view/390667/50/ (Diunduh 9 Juli 2012)

http://www.bps.go.id/brs_file/naker_07mei12.pdf (Diunduh 13 Juni 2012)

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/06/09/189018/Sosialisasi-AEC-

2015-Belum-Sampai-Pemda (Diunduh 11 Agustus 2012)

http://fokus.news.viva.co.id/news/read/245399-nikmati-pasar-ri--asing-malah-pilih-malaysia

(Diunduh 9 April 2012)

http://www.kemlu.go.id/Documents/Kerjasama%20Ekonomi%20ASEAN.doc. (Diunduh 20

Juli 2012)

http://www.tempo.co/read/news/2012/04/11/090396328/Penganggur-Muda-Indonesia-

Tertinggi-di-Asia (Diunduh 4 Agustus 2012)

http://disnakertransduk.jatimprov.go.id/ketenagakerjaan/563-pergeseran-kualitas-softskill-di-

dunia-kerja (Diunduh 21 Mei 2012)

http://www.tempo.co/read/news/2011/07/14/173346495/Penduduk-Indonesia-Masuk-

Peringkat-4-Dunia (diunduh 12 Juni 2012)

Page 19: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERLAKUAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1292/5/PROS_Jose F-Roos KA... · Memang trend perkembangan HDI Indonesia dari tahun ... bahwa

Persepsi Mahasiswa - Jose A.P.S.E. Fernandes dan Roos K. Andadari 301

Tabel 4.1. Karakteristik responden

No. Karakteristik Sub karakteristik Frekuensi Persentasi

1. Jenis Kelamin Pria 47 41,59%

Wanita 66 58,40%

2. Fakultas FBS 6 5,30%

FKIP 12 10,61%

FSM 1 0,88%

FEB 26 23%

FH 13 11,50%

FISKOM 11 9,73%

FB 2 1,77%

FPB 5 4,42%

FTEK 3 2,65%

FTI 22 19,47%

FTEO 5 4,42%

FPSI 6 5,31%

FSP 1 0,88%

3. Keaktifan Organisasi Sangat Aktif 29 25,7%

Aktif 37 32,7%

Netral (Biasa-biasa saja) 43 38.1%

Tidak aktif 4 3,5%

Sangat tidak aktif 0 0%

4. Hasil Studi Sangat Memuaskan 12 10,6%

Memuaskan 70 62%

Netral (Biasa-biasa saja) 27 23,9%

Tidak memuaskan 4 3,5

Sangat Tidak memuaskan 0 0%

5. Keaktifan mengakses informasi Sangat sering 12 10,6%

Sering 54 47,8%

Page 20: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMBERLAKUAN - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1292/5/PROS_Jose F-Roos KA... · Memang trend perkembangan HDI Indonesia dari tahun ... bahwa

302 Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

Netral(Biasa-biasa saja) 38 33,6%

Tidak sering 9 8%

Sangat tidak sering 0 0 %