13
PERSEPSI DAN TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKAT TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAMAN NASIONAL AKETAJAWE LOLOBATA DI PROVINSI MALUKU UTARA ( ) Communities Perception and Reliances on Natural Resources of Aketajawe Lolobata National Park in North Maluku Province Lis Nurrani , Supratman Tabba Balai Penelitian Kehutanan Manado, Jl. Raya Adipura Kelurahan Kima Atas Kecamatan Mapanget Kota Manado Telp. (0431) 3666683 email : [email protected] iterima 28 November 2012, disetujui 4 Februari 2013 Penelitian ini merupakan kajian persepsi dan ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya alam di sekitar kawasan Taman Nasional Aketajawe Lolobata khususnya blok Aketajawe. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 dan Juni tahun 2011 di tiga desa yang bersentuhan langsung dengan kawasan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya alam di dalam dan sekitar kawasan taman nasional dan pengaruhnya terhadap keberlangsungan hidup masyarakat. Metode pemilihan responden dilakukan secara purposif dan analisis data menggunakan statistik deskriptif, dengan intensitas sampling 10%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Masyarakat Kobe Kulo memiliki persepsi tidak baik hingga sedang, sedangkan persepsi masyarakat Tayawi adalah sedang, dan persepsi masyarakat Binagara adalah sedang hingga baik. Ketergantungan masyarakat terhadap kayu dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan kegunaannya yaitu sebagai bahan bangunan, perkakas rumah tangga, dan bahan bakar. Hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan adalah rotan, pandan, woka, sagu, pala, sayuran, buah-buahan, dan tumbuhan obat tradisional, serta satwa liar yang dikonsumsi masyarakat adalah rusa, babi hutan, telur burung gosong dan angsa hutan. Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa hutan merupakan tempat memenuhi kebutuhan hidup, namun pengetahuan tentang keberadaan taman nasional masih minim Ketergantungan, Persepsi, Taman Nasional Aketajawe Lolobata, Maluku Utara 1 2 1,2 D . Kata kunci: ABSTRACT This research is an exploration of people's perception and reliance on natural resources of Aketajawe Lolobata National Parks especially Aketajawe block. Data retrieval was conducted in October 2010 and June 2011 in three surounding villages. The objective of this research were to know the dependence of community on the forest resource of the national park and the survival of the community. A method of purposive selection of respondents was carried out and data analysis using descriptive statistics with an intensity of 10% sampling. The results showed that the community of Kobe Kulo's perception was not good currently while Tayawi community's was medium and Binagara community's was good. Community dependence on timber were identified into three kind of uses namely building materials, household utensils and fuel. While non-timber forest products were rattan, pandan leaves, woka leaves, sagoo, nutmeg, vegetables, fruits and traditional medicines. Bush meat were deer, wild boar, gosong birds eggs and forests goose. Most of the community considered the forest as a source of life necessities, but knowledge of the existence of national parks is still minimal Reliances, Perception, National Park Aketajawe Lolobata . Keywords: ABSTRAK 61 Persepsi dan Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap Sumberdaya Alam Taman Nasional ..... Lis Nurrani, Supratman Tabba ( ) I. PENDAHULUAN Tingginya kualitas dan kuantitas keaneka- ragaman hayati yang dimiliki hutan alam Indonesia merupakan sebuah fakta yang tidak terbantahkan. Hal ini terbukti dengan peringkat lima besar dunia yang disandang oleh Indonesia dalam hal keanekaragaman flora yaitu memiliki lebih dari 38.000 spesies, dimana 55% diantaranya bersifat endemik. Keanekaragaman palem Indonesia menempati urutan pertama, dan lebih dari setengah total keseluruhan spesies atau sekitar 350

PERSEPSI DAN TINGKAT KETERGANTUNGAN … · secara purposif dan analisis data menggunakan statistik deskriptif, dengan intensitas sampling 10%. Hasil penelitian ... habitat 12 jenis

Embed Size (px)

Citation preview

PERSEPSI DAN TINGKAT KETERGANTUNGAN MASYARAKATTERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAMAN NASIONAL

AKETAJAWE LOLOBATA DI PROVINSI MALUKU UTARA(

)Communities Perception and Reliances on Natural Resources ofAketajawe Lolobata National Park in North Maluku Province

Lis Nurrani , Supratman Tabba

Balai Penelitian Kehutanan Manado, Jl. Raya Adipura Kelurahan Kima Atas

Kecamatan Mapanget Kota Manado

Telp. (0431) 3666683 email : [email protected]

iterima 28 November 2012, disetujui 4 Februari 2013

Penelitian ini merupakan kajian persepsi dan ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya alam di sekitarkawasan Taman Nasional Aketajawe Lolobata khususnya blok Aketajawe. Pengambilan data dilaksanakan padabulan Oktober 2010 dan Juni tahun 2011 di tiga desa yang bersentuhan langsung dengan kawasan. Tujuan penelitianini untuk mengetahui ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya alam di dalam dan sekitar kawasan tamannasional dan pengaruhnya terhadap keberlangsungan hidup masyarakat. Metode pemilihan responden dilakukansecara purposif dan analisis data menggunakan statistik deskriptif, dengan intensitas sampling 10%. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa Masyarakat Kobe Kulo memiliki persepsi tidak baik hingga sedang, sedangkan persepsimasyarakat Tayawi adalah sedang, dan persepsi masyarakat Binagara adalah sedang hingga baik. Ketergantunganmasyarakat terhadap kayu dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan kegunaannya yaitu sebagai bahan bangunan,perkakas rumah tangga, dan bahan bakar. Hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan adalah rotan, pandan, woka,sagu, pala, sayuran, buah-buahan, dan tumbuhan obat tradisional, serta satwa liar yang dikonsumsi masyarakat adalahrusa, babi hutan, telur burung gosong dan angsa hutan. Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa hutanmerupakan tempat memenuhi kebutuhan hidup, namun pengetahuan tentang keberadaan taman nasional masihminim

Ketergantungan, Persepsi, Taman Nasional Aketajawe Lolobata, Maluku Utara

1 2

1,2

D

.

Kata kunci:

ABSTRACT

This research is an exploration of people's perception and reliance on natural resources of Aketajawe Lolobata National Parksespecially Aketajawe block. Data retrieval was conducted in October 2010 and June 2011 in three surounding villages. The objective ofthis research were to know the dependence of community on the forest resource of the national park and the survival of the community. Amethod of purposive selection of respondents was carried out and data analysis using descriptive statistics with an intensity of 10%sampling. The results showed that the community of Kobe Kulo's perception was not good currently while Tayawi community's wasmedium and Binagara community's was good. Community dependence on timber were identified into three kind of uses namely buildingmaterials, household utensils and fuel. While non-timber forest products were rattan, pandan leaves, woka leaves, sagoo, nutmeg,vegetables, fruits and traditional medicines. Bush meat were deer, wild boar, gosong birds eggs and forests goose. Most of the communityconsidered the forest as a source of life necessities, but knowledge of the existence of national parks is still minimal

Reliances, Perception, National Park Aketajawe Lolobata

.

Keywords:

ABSTRAK

61Persepsi dan Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap Sumberdaya Alam Taman Nasional ..... Lis Nurrani, Supratman Tabba( )

I. PENDAHULUAN

Tingginya kualitas dan kuantitas keaneka-ragaman hayati yang dimiliki hutan alam Indonesiamerupakan sebuah fakta yang tidak terbantahkan.Hal ini terbukti dengan peringkat lima besar dunia

yang disandang oleh Indonesia dalam halkeanekaragaman flora yaitu memiliki lebih dari38.000 spesies, dimana 55% diantaranya bersifatendemik. Keanekaragaman palem Indonesiamenempati urutan pertama, dan lebih darisetengah total keseluruhan spesies atau sekitar 350

62JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 1 Maret 2013, Hal. 61 - 73

jenis pohon penghasil kayu bernilai ekonomipenting, yaitu yang termasuk familiterdapat di Indonesia (Santosa, 2008).

Keberadaan daya dukung hutan terhadap segalaaspek kehidupan sangat ditentukan oleh tinggirendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnyahutan untuk dimanfaatkan dan dikelola. Hutanmenjadi media hubungan timbal balik antaramanusia dan makhluk hidup lainnya dengan faktor-faktor alam yang terdiri dari proses ekologi danmerupakan suatu kesatuan siklus yang dapatmendukung kehidupan (Reksohadiprojo, 2000).Masyarakat lokal yang memiliki pendidikan rendahsangat rentan terhadap pengaruh budaya luar yangkonsumtif (Ngakan , 2006). Keadaan inimenyebabkan masyarakat tidak lagi memanfaatkansumberdaya hutan secara arif dan bijaksana, namuncenderung melakukan perambahan dan eksploitasiyang tidak terkendali. Kondisi ini terjadi di hampirsemua kawasan di Indonesia, khususnya hutankonservasi.

Taman Nasional Aketajawe Lolobata (TNAL)sebagai salah satu kawasan konservasi yang beradadi bagian timur Kepulauan Indonesia tidak luputdari kondisi serupa. Kawasan ini ditetapkan sebagaitaman nasional berdasarkan Surat KeputusanMenteri Kehutanan Nomor : SK.397/Menhut-II/2004 dengan luas 167.300 ha. Hutan konservasiini terdiri dari kombinasi dua kawasan inti terpisahsejauh ± 67 km yaitu hutan Aketajawe denganluas 77.100 ha dan hutan Lolobata dengan luas90.200 ha. Kawasan Aketajawe secara administratifberada pada wilayah Kota Tidore Kepulauan,Kabupaten Halmahera Tengah dan KabupatenHalmahera Timur sedangkan Kawasan Lolobataseutuhnya menjadi bagian dari KabupatenHalmahera Timur.

Berdasarkan data Statistik TNAL (2009) bahwaterdapat 58 jenis pohon yang memiliki nilaikomersial seperti Damar ( sp), Merbau (

), Kayu Bugis ( ),Bintangur ( sp) dan Matoa (

). Kawasan ini juga mendukung kehidupan104 jenis burung Maluku Utara, dari 213 jenis yangterdapat di Halmahera dimana 4 (empat) jenismerupakan endemik Halmahera. Serta menjadihabitat 12 jenis mamalia, 20 jenis reptilia dan 7(tujuh) jenis amphibi (Poulsen , 1999).

Sejarah TNAL yang merupakan kombinasi dariberbagai tipe pengelolaan utamanya hutan

Dipterocarpaceae

et al

Agathis Intsiabijuga Koordersiodendron pinnatum

Callophilum Pometiapinnata

et al

produksi, berdampak pada keberadaan kawasanhingga kini. Kerusakan hutan berimplikasi padahancurnya ekologi dan habitat makhluk hidupdidalamnya, serta mengakibatkan kerusakanlingkungan yang cukup parah. Ancaman jangkapanjang lainnya berasal dari kegiatan penambangandan pembukaan jalan yang tidak memperhatikanaspek-aspek lingkungan. Meski memiliki wilayahkerja jelas, namun keberadaan pertambangan nikeldan tambang komersial yang berbatasan dengankawasan TNAL, berpotensi menjadi ancaman bagikelestarian taman nasional.

Ironisnya, masyarakat yang selama inimenggantungkan hidupnya kepada hutan merasakehilangan aksesnya. Hal ini berdampak padakonflik dan masalah sosial lain dan berujung padakerusakan hutan yang semakin parah. Kurangnyaperhatian pemerintah dimasa lalu menyisakanpermasalahan yang hingga kini belum tertanganidengan baik yaitu konflik kepemilikan lahandimana masyarakat mengklaim batas kawasansebagai lahan pertanian milik mereka.

Karena itu dipandang perlunya penelitian inidilakukan untuk mengetahui ketergantunganmasyarakat terhadap sumberdaya hutan yangberada di sekitar kawasan TNAL, serta persepsiterhadap keberadaan taman nasional danpengaruhnya terhadap keberlangsungan hidupmasyarakat. Informasi ini penting untuk diketahuisebaga i dasar pengembangan prog rampemberdayaan masyarakat berdasarkan potensidan permasalahan lokal. Diharapkan adanyaalternatif solusi bagi terkait sebagaibahan pertimbangan dalam penyusunan rencanapengelolaan kawasan taman nasional berbasiskonservasi

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober2010 dan Juni tahun 2011 di tiga desa/dusun yangaktifitas masyarakatnya bersentuhan langsungdengan kawasan TNAL khususnya blokAketajawe. Tiga contoh desa yang dimaksud yaituDesa Binagara (lahan pertanian berada dalamkawasan) Kecamatan Wasile Selatan KabupatenHalmahera Timur, Desa Kobe Kulo (sebagianpemukiman berada dalam kawasan) Kecamatan

stakeholder

.

II. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

63

Weda Tengah Kabupaten Halmahera Tengah danDusun Tayawi (pemukiman berada dalam kawasan)Desa Koli Kecamatan Oba Kota TidoreKepulauan.

Bahan yang digunakan dalam penelitian iniadalah tali nilon, tali rafia, meteran 50 m, kertasmilimeter, papan board, dan alat tulis menulis.Sebagai obyek penelitian ini adalah masyarakat yangberada di dalam dan di sekitar kawasan Aketajawedan aktivitasnya. Alat yang digunakan padapenelitian ini terdiri dari GPS, GIS,kuesioner, kamera, alat perekam , danpeta tutupan lahan kawasan Aketajawe skala 1 :341.000.

Pengambilan data dilakukan melalui teknikwawancara dan survei lapangan terhadapresponden dan informan.1. Responden penelitian adalah masyarakat yang

memanfaatkan sumberdaya hutan di kawasanTNAL, penentuan responden menggunakan

B. Bahan dan Alat

C. Prosedur Penelitian

software(voice recorderd)

metode . Jumlahresponden masing-masing desa ditentukanberdasarkan intensitas sampling 10% daripopulasi, metode ini merupakan sampelminimun penelitian yang bersifat deskriptif(Gay dan Diehl, 1992). Karena keterbatasanjumlah kepala keluarga sehingga untukmasyarakat Suku Tayawi dilakukan pe-nambahan sebanyak empat responden sebagaiulangan.

2. Sebagai informan pada penelitian ini adalahtokoh kunci yang terdiri dari : pihak pengelolaTNAL, Aparat Desa, Tokoh Masyarakat, TokohAdat, Kepala Suku dan masyarakat umum.

Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisissecara statistik deskriptif, dimana : (1) data atauvariabel diklasifikasikan berdasarkan kelompokmasing-masing sehingga maknanya mudah untukdiinterpretasikan, (2) hasil analisis kuantitatifdisajikan dalam bentuk angka-angka atau tabel, dan(3) hasil analisis dideskripsikan agar dapat memberigambaran yang teratur, ringkas dan jelas mengenaikeadaan atau gejala yang ada.

Purposive Random Sampling

D. Analisis Data

Gambar 1. Lokasi penelitianFigure 1. Research Sites

Persepsi dan Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap Sumberdaya Alam Taman Nasional ..... Lis Nurrani, Supratman Tabba( )

64

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Sosial Masyarakat

Sejarah Maluku Utara yang merupakan wilayahkesultanan dengan sistem pemerintahan bersifatmonarki berkontribusi besar terhadap pembentuk-an karakteristik masyarakat di wilayah ini.Perkembangan Islam sejak abad XV turut berperandalam menciptakan budaya dan kehidupan sosialmasyarakat Maluku Utara khususnya di PulauHalmahera.

Maluku Utara juga dikenal dengan istilah, yang berarti gugusan empat pulau ber-

gunung. Sebutan untuk menggambarkan eksistensiempat kesultanan yang berpusat di empat kakigunung yang hingga kini masih eksis yaitu Ternate,Tidore, Jailolo di Halmahera Barat, dan Bacan diHalmahera Selatan (Roeroe dan Bakir, 2002).

Secara umum masyarakat Halmahera merupa-kan masyarakat majemuk yang terdiri dari per-paduan beberapa suku asli Maluku Utara. Seiringdengan program transmigrasi pemerintah dantuntutan hidup, secara perlahan wilayah inikemudian dihuni oleh masyarakat pendatang.Kondisi sosial masyarakat pada tiga desa/dusunyang berada di sekitar Kawasan Aketajawe disajikanpada Tabel 1.

MolukuKie Raha

Pertanian merupakan mata pencaharian utamamasyarakat, sebanyak 96,67% masyarakat Binagaradan 76,67% masyarakat Kobe Kulo bekerja sebagaipetani dan buruh tani. Berdasarkan gambarantingkat pendapatan maka kondisi ekonomimasyarakat pada umumnya masuk dalam kategorimiskin. Sayogyo (1998), menetapkan batas gariskemiskinan untuk masyarakat pedesaan setaradengan 20 kg beras perkapita perbulan.

Secara kuantifikasi dapat diuraikan bahwasebanyak 57% masyarakat Kobe Kulo, 27%masyarakat Binagara dan 100% masyarakat sukuTayawi dalam kondisi miskin dengan besaranpendapatan ≤ Rp.500.000, sedangkan untukkondisi masyarakat dalam kategori tidak miskinhanya sebesar 30% masyarakat Binagara dan 20%masyarakat Kobe Kulo dengan pendapatan ≥Rp.1.000.000. Kondisi inilah yang membuatmasyarakat intensif masuk hutan untuk sekedarmemenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka.

Masyarakat Desa Binagara merupakantransmigran dari Pulau Jawa sejak tahun 1980-an,ketika itu TNAL belum ditetapkan, sedangkanmasyarakat Desa Kobe Kulo adalah suku asli PulauHalmahera yang terdiri dari Suku Sawai, Weda danTobelo. Sebagian besar dari mereka merupakanpindahan dari Kampung Kulo, yaitu sebuah

Tabel 1 Kondisi sosial masyarakat pada tiga desa/dusun sekitar TNAL.Table 1. Social conditions of people in three villages around TNAL

Karakteristik(Characteristic)

Desa (Villages)

Binagara Kobe Kulo Tayawi

Jumlah KK (population ofhouseholds)

338 397 12

Pekerjaan (job) : Petani dan Buruh tani(farmer and labor)(96,67%)Guru (teacher) (3,33%)

Petani dan buruh tani (farmer andlabor) (76,67%)Operator chain saw (chain sawoperators) (10%)Buruh tani (labor) (6,67%)Pengrajin anyaman (webbing craftsmen)(6,67%)

Berkebun danberburu (hunting andfarming) (100%)

Bahan utama perumahan(House building materials)

Kayu (wood) Kayu (wood) Kayu (wood)

Jarak ke hutan terdekat(Distance of village to the forest))

1,5 km 0,5 kmDalam kawasan (inforest)

Rata-rata pendapatan (average income) (Rp/Bln/KK)

<Rp. 500.000,- 27 57 100

antara Rp. 500.000 - Rp.1.000.000,-

43 23 -

>Rp. 1000.000,- 30 20 -

Sumber : Analisis data primer 2011(Source) (Analysis of primary data)

65

kampung yang berada dalam kawasan tamannasional di Kecamatan Weda. Mencari kehidupanyang lebih baik dan mendapatkan pendidikanoptimal bagi anak-anak mereka merupakan alasanmasyarakat melakukan migrasi.

Masyarakat Dusun Tayawi merupakanmasyarakat asli Tobelo dalam (Suku Togutil) yangdirelokasi dari dalam kawasan, dimana sebagianmasyarakatnya sudah menetap dan sebagian lainnyamasih bersifat nomaden. Masyarakat Suku Togutilbergantung sepenuhnya dari hasil hutan untukmemenuhi kebutuhan hidupnya, berburu danberladang berpindah merupakan aktivitas utamamereka. Pekerjaan sampingan Suku Togutil yangsudah menetap adalah menjual batu kali ke desa-desa lain, sebab cara ini dinilai lebih cepatmemperoleh pendapatan daripada berkebun.

Penggunaan kayuManusia dan hutan memiliki hubungan yang

unik, dimana manusia merupakan bagian dariekosistem hutan itu sendiri. Hubungan timbal balikantara manusia dan hutan merupakan interaksi yangsaling mempengaruhi. Jika hutan rusak makakehidupan manusia terancam, sebaliknya jikamanusia terpenuhi kesejahteraannya makakelestarian hutan terjaga pula.

Kehidupan masyarakat disekitar kawasan TNALmasih dipengaruhi oleh kondisi hutan disekitarnya,baik yang secara langsung dirasakan maupun yangtidak langsung seperti kondisi iklim danketersediaan air bersih. Tingginya nilai dan manfaathutan bagi masyarakat berimplikasi padaketergantungan masyarakat terhadap hasil hutankayu, hasil hutan bukan kayu dan satwa liar.Pemanfaatan hasil hutan sebagaimana dimaksuddapat dilihat pada Tabel 2, 3, dan 4.

Ketergantungan masyarakat terhadap kayusangat besar bagi pemenuhan kebutuhan hidup. Halini dapat dilihat dari bahan utama perumahan yanghampir semuanya menggunakan kayu. Penggunaankayu dibagi menjadi tiga kategori yaitu sebagaibahan bangunan, bahan pembuatan perkakasrumah tangga dan bahan bakar. Hasil wawancaramenunjukkan bahwa pengambilan kayu untukkebutuhan pribadi sebesar 1-2 m³, sedangkan jikauntuk tujuan komersial sebanyak 4-6 m³ setiapjangka penebangan.

B. Ketergantungan Masyarakat terhadapSumberdaya Hutan

1.

Pengambilan kayu dari dalam hutan saat initidak terbatas pada pemenuhan kebutuhan pribadi,namun sudah mengarah untuk tujuan komersial.Beberapa kelompok masyarakat menjadikanpenebang kayu (operator ) sebagai matapencaharian utama maupun sampingan (hanyapada saat ada pesanan kayu saja).

Cara hidup tradisional disertai mahalnya bahanbakar minyak (Rp.7.000-Rp.10.000/liter)menyebabkan penggunaan kayu sebagai bahanbakar masih sangat populer dikalanganmasyarakat. Selain itu lambatnya pendistribusianbahan bakar minyak khususnya pada wilayahpedesaan menjadi penyebab masyarakat lebihmemilih menggunakan kayu bakar. Biasanya dalamtiga hari kayu bakar yang dipakai sebanyak 2-3ikat/penggal per KK. Kayu bakar belum umumdiperjualbelikan, kebutuhannya dipenuhi darimengambil ranting, cabang dan batang pohonkering dari dalam hutan maupun dari kebun-kebunmasyarakat.

Pemanfaatan hasil hutan bukan kayuKetergantungan masyarakat akan Hasil Hutan

Bukan Kayu (HHBK) seperti rotan, woka sagu, pala ( dan lainnya sangat

tinggi. Menurut Primack (1993) sumberdaya hutanyang dimanfaatkan oleh masyarakat dapatdikelompokkan menjadi dua kategori antara lain :(a) produktif, yaitu yang diperjualbelikan di pasar,dan (b) konsumtif, yaitu yang dikonsumsi sendiriatau tidak dijual. Tabel 3 menunjukkan HHBKyang dimanfaatkan masyarakat.

Sebagian besar HHBK sifatnya konsumtifkhususnya pemanfaatan jenis-jenis tumbuhanalam sebagai obat tradisional. Tali Kuning( banyak digunakan untukpengobatan berbagai jenis penyakit dalam danmeningkatkan stamina tubuh. Tumbuhan sayuranselain dikonsumsi sendiri juga dijual sebagaipendapatan tambahan masyarakat, sedangkantiga jenis lainnya bersifat produktif. Rotan, daunpandan dan daun woka dimanfaatkan masyarakatsebagai bahan baku kerajinan. Daun wokabanyak digunakan oleh Masyarakat sebagaibahan baku pembuatan rumah terutama untukatap dan dinding. Daun Woka juga seringkalidigunakan sebagai wadah untuk memasakmakanan dan sebagai media untuk membawa hasilburuan.

chain saw

(Dracontomelonspp.) (Livistona rotindufolia), (Metroxylonsagoo) Myristica lepidota)

Arcangelsia flava)

Togutil

2.

Persepsi dan Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap Sumberdaya Alam Taman Nasional ..... Lis Nurrani, Supratman Tabba( )

66

Tabel 2. Jenis-jenis kayu yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan TNALTable 2. The types of wood are often used by people around the area TNAL

NoNama Lokal(lokal name)

Nama Ilmiah (scientific name) Famili (family) Penggunaan (use)

1 Hati besi Intsia palembanica Miq. Caesalpiniaceae Konstruksi Bangunan (housingconstruction)

2 Bintangur Calophyllum sp. Clusiaceae Konstruksi Bangunan (housingconstruction)

3 Gofasa Kleinhovia hospita L. Sterculiaceae Konstruksi Bangunan (housingconstruction)

4 Binuang Tetrameles nudiflora R. Brown. Datiscaceae Konstruksi Bangunan (housingconstruction)

5 Jati putih Gmelina arborea Roxb Verbenaceae Konstruksi Bangunan (housingconstruction)

6 Kamaiwa Nauclea sp. Rubiaceae Konstruksi Bangunan (housingconstruction)

7 Kayu bugis Koordersiodendron pinnatum Merr. Anacardiaceae Konstruksi Bangunan (housingconstruction)

8 Lingua Pterocarpus indicus Willd Fabaceae Konstruksi Bangunan (housingconstruction)

9 Mologotu Diospyros sp. Ebenaceae Konstruksi Bangunan (housingconstruction)

10 Nyatoh Palaquium rostratum Burck. Sapotaceae Konstruksi Bangunan (housingconstruction)

11 Marpala Neonauclea calycina Merr. Rubiaceae Konstruksi Bangunan (housingconstruction)

12 Gora bagea Syzygium sp. Myrtaceae Kusen dan pintu (frame anddoor)

13 Kenari Canarium vulgare Leenh. Burseraceae Perkakas rumah tangga (homefurnishings)

14 Matoa Pometia pinnata Forst. F. Sapindaceae Perkakas rumah tangga (homefurnishings)

15 Mersawa Syzygium sp. Myrtaceae Perkakas rumah tangga (homefurnishings)

16 Wiru Streblus elongatus (Miq.) Corner Moraceae Perkakas rumah tangga (homefurnishings)

17 Kayu telur Alstonia scholaris (L.) R.Br. Apocynaceae Perkakas rumah tangga (homefurnishings)

18 Kolot kambing Garuga floribunda Decne Burseraceae Perkakas rumah tangga (homefurnishings)

19 Kayu sirih Piper sp Piperaceae Kayu bakar (firewood)20 Kerikis Zyzyphus angustifolius Miq. Rhamnaceae Kayu bakar (firewood)21 Gusale Dilenia sp Dilleniaceae Kayu bakar (firewood)22 Laban Vitex pubescens Vahl Verbenaceae Kayu bakar (firewood)23 Badenga Adina sp Rubiaceae Kayu bakar (firewood)24 Owaha Litsea glutinosa C.B. Rob. Lauraceae Kayu bakar (firewood)25 Lolang * * Kayu bakar (firewood)26 Kayu suling Horsfieldia irya Warb. Myristicaceae Kayu bakar (firewood)27 Gora Syzygium sp. Myrtaceae Kayu bakar (firewood)

Sagu merupakan sumber karbohidrat dan bahanmakanan tradisional suku asli Pulau Halmahera.Sagu dan pala merupakan tanaman khas yang berasaldari Maluku dan potensial untuk dikembangkanbukan hanya sebagai komoditi nasional tapi jugainternasional. Menurut Rostiwati (2008)sebaran terluas hutan alam sagu di Indonesia beradadi Provinsi Papua dan Maluku, yang merupakan

et al

Keterangan :*: belum teridentifikasiSumber : Analisis data primer ) 2011

(Remark) ( no identification)(Source) (analysis of primary data

pusat keragaman tertinggi di dunia. Selain sebagaibahan pangan tradisional, sagu berpotensi sebagaibahan baku energi biomassa. Teknologipengolahan bioethanol sagu telah banyak danberhasil dikembangkan oleh berbagai pihak.

Pala adalah tumbuhan asli Indonesia yangdigemari sebagai rempah-rempah penyedapmasakan. Berdasarkan catatan sejarah, salah satu

JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 1 Maret 2013, Hal. 61 - 73

67

Tabel 3. Hasil hutan bukan kayu yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar TNALTable 3. Non timber forest products are often used by people around the TNAL

NoNama lokal(local name)

Nama Ilmiah(scientific name)

Penggunaan(use)

Bagian yangdigunakan(parts used)

Kategori (category)

1 Rotan Dracontomelon spp.Tali, kerajinan anyaman danalat berburu (rope, webbing matand tools hunting)

Batang (stem)Produktif(productive)

2 Pandan Pandanus sp. Anyaman tikar (webbing mat) Daun (leaf)Produktif(productive)

3 WokaLivistona rotindufolia (Lmk)Mast.

Atap, pembungkusmakanan, alat berburu (roof,food wrapping, tools hunting)

Daun (leaf)Produktif(productive)

4 Kasbi/sibii Manihot utilisima Pohl. Sayuran (vegetables) Daun (leaf)

Produktif dankonsumtif(consumptive andproductive)

5 Kangkung Ipomoea reptans Poir. Sayuran (vegetables) Daun (leaf)

Produktif dankonsumtif(consumptive andproductive)

6 Saguer Arenga pinnata Merr. Minuman (drinks) Nira (sap)

Produktif dankonsumtif(consumptive andproductive)

7 Sagu Metroxylon sagoo Rottb. Minuman (drinks) Empulur (pith)

Produktif dankonsumtif(consumptive andproductive)

8 Tapaya Carica papaya LSayuran (vegetables) Bunga dan daun

(flower and leaf)Konsumtif(consumptive)

9 Paku-pakuan Pteridophyta sp

Sayuran (vegetables)

Daun (leaf)

Produktif dankonsumtif(consumptive andproductive)

10 Pisang Musa spBuah-buahan danpembungkus makanan (foodwrapping and fruits)

Daun dan buah (fruitand leaf)

Konsumtif(consumptive)

11 Tali Kuning Arcangelsia flava (Menisp.)Obat tradisional (traditionalmedicine)

Batang (stem)Konsumtif(consumptive)

12 Tali Togutil *Obat tradisional sakitpinggang (lumbago traditionalmedicine)

Daun dan batang(stem and leaf)

Konsumtif(consumptive)

13 Maribangan *Obat khusus wanita (Drugsfor women)

Daun (leaf)Konsumtif(consumptive)

14 Bangile *Obat khusus wanita (Drugsfor women)

Daun (leaf)Konsumtif(consumptive)

15 Rambutan Nephelium lappaceum L. Buah-buahan (fruits)Buah (fruit) Konsumtif

(consumptive)

16 Langsat Lansium domesticum Corr. Buah-buahan (fruits)Buah (fruit) Konsumtif

(consumptive)

17 Pala Myristica lepidota Blume. Rempah-rempah (spices)Buah (fruit) Konsumtif

(consumptive)

Keterangan : * : belum teridentifikasi ( )Sumber : Analisis data primer 2011

(remark) no identification(source) (analysis of primary data)

alasan kedatangan bangsa penjajah ke Indonesiaadalah karena komoditas pala yang sangat besar.Pusat asal tanaman pala dengan keanekaragamantertinggi adalah Kepulauan Maluku (Deinum, 1949; Hadad , 2006). Biji, fuli, dan minyak palamerupakan komoditas ekspor yang digunakan

et al

Persepsi dan Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap Sumberdaya Alam Taman Nasional ..... Lis Nurrani, Supratman Tabba( )

dalam industri makanan dan minuman, selain ituminyak yang berasal dari biji, fuli dan daun banyakdigunakan untuk industri obat-obatan, parfum dankosmetik. Indonesia merupakan negarapengekspor biji dan fuli pala terbesar yaitu sekitar60% kebutuhan pala dunia (Nurdjannah, 2007).

68

3. Perburuan satwa liar dan hasil ikutannyaHasil survei Burung Indonesia (2011)

menunjukkan bahwa setidaknya terdapat 104 jenis(39 suku) burung di dalam kawasan TNAL.Sebanyak 25 jenis burung endemik Maluku Utaraberhasil di jumpai dalam kawasan, termasuk empatjenis endemik Pulau Halmahera yaitu KepudangSungu Halmahera ( ), CekakakMurung ( ), KepudangHalmahera ( ), dan MandarGendang ( ).

Berbagai jenis satwa liar khususnya avifaunabanyak diburu oleh masyarakat sekitar TNAL.Telur Gosong adalah hasil ikutan avifauna yangbanyak digemari oleh masyarakat karena ukurantelurnya yang besar yaitu panjang 10 cm dandiameter 4-5 cm (Arini 2011). Telur gosongbiasanya dijual karena harganya yang cukup tinggi,selain itu dikonsumsi sendiri untuk memenuhikebutuhan protein keluarga. Jenis-jenis satwa liaryang dimanfaatkan berikut pemanfaatannya dapatdilihat pada Tabel 4.

Rusa dan Babi Hutan merupakan sumbermakanan pokok bagi masyarakat Suku Togutil yangdiperoleh dengan cara berburu dan memasang jerat.Jenis mamalia ini juga seringkali diburu olehmasyarakat lokal untuk keperluan konsumsi(protein hewani) dan hewan peliharaan. Dagingrusa biasanya dijual dengan harga Rp. 15.000 perlembarnya (rata-rata 1-2 kg), jika masih hidup hargajualnya berkisar antara Rp. 300.000 - 600.000 perekor, sedangkan biasanya dijual dalamkondisi hidup dengan harga berkisar antaraRp. 150.000 - Rp. 300.000.

Kasturi Ternate, Kakatua Putih, Nuri PipiMerah, Nuri Bayan dan Bidadari Halmahera

Coracina parvulaTodiramphus fenubris

Oriolus phaeocromusHabroptila wallacii

et al,

Sus Scrofa

diperuntukkan sebagai hewan peliharaan yangdiperdagangkan hingga ke luar Halmahera.Akibatnya terjadi penurunan populasi terhadapjenis-jenis burung tersebut di alam. Analisiskeanekaragaman hayati Burung Indonesiamengemukakan bahwa sekitar 77 jenis burung diMaluku Utara yang habitatnya mengalamipenurunan secara signifikan hingga mencapai 10persen dalam setahun.

Berdasarkan data yang dihimpun dari pedagangsatwa di Maluku Utara bahwa, perdaganganburung Nuri bisa mencapai 2.688 ekor pertahun.Sementara untuk Kakatua Putih mencapai 112ekor, dan Burung Bidadari mencapai 166 ekor pertahun (Nurgyanto, 2010). Burung Bidadarimerupakan spesies yang dilindungi berdasarkanPeraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999tentang perlindungan satwa dan tumbuhan,sehingga perdagangannya termasuk illegal.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa sekitar67,78% responden menyatakan bahwa kondisihutan saat ini masih baik dan semakin baik.Penunjukkan kawasan hutan sebagai tamannasional menjadi salah satu penyebab keadaantersebut. Masyarakat menyadari bahwa meskidengan adanya taman nasional akses merekaterhadap hutan semakin berkurang, namunmemberikan dampak positif yaitu terjaganyakelestarian hutan.

Sebanyak 12,22% dari 78 respondenmenyatakan kondisi hutan sekitar desa semakinburuk karena adanya penebangan liar yang

C. Persepsi Masyarakat terhadap KondisiHutan Saat ini

Tabel 5. Kondisi hutan di sekitar desa menurut masyarakat setempatTable 5. The condition of forests around the village by the local community

Kondisi Hutan Saat Ini(current forest conditions)

Distribusi Frekuensi Tiap Lokasi(Frequency distribution each of area) (%)

Jumlah(amount) (%)

Desa Binagara 34responden

(Binagara village 34respondents)

Desa Kobe Kulo40 responden

(Kobe Kulo village 40respondents)

Dusun Tayawi 4responden

(Tayawi village 4respondents)

Baik (good) 43,33 60,00 100,00 67,78Biasa-biasa saja (ordinary) 26,67 30,00 0,00 18,89

Buruk (bad) 30,00 6,67 0,00 12,22Tidak tahu (not know) 0,00 3,33 0,00 1,11

Sumber ) : Analisis data primer 2011(source (analysis of primary data)

JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 1 Maret 2013, Hal. 61 - 73

69

dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Ancamankelestarian juga berasal dari perusahaan tambangyang masuk kedalam wilayah hutan sekitar desa (PT.Weda Bay dan PT. Nikel). Namun disisi lainmasyarakat mendapatkan manfaat dari perusahaantambang tersebut yang memberikan kompensasiberupa bantuan listrik tenaga surya ( ) bagisetiap rumah tangga.

Persepsi masyarakat menyangkut pengelolaankekayaan sumberdaya alam daerah yangberorientasi pada peningkatan sosial ekonomibertolak belakang dengan misi perlindungan yangdiemban kawasan taman nasional (Wiratno2004). Kondisi tersebut perlu diketahui agarpengelolaan potensi kawasan dapat diarahkan padasistem kolaborasi yang akan dilaksanakan olehberbagai pihak yaitu masyarakat, pemerintah daerahdan pihak pengelola kawasan.

Secara umum responden mengetahui definisihutan sebagai tempat perlindungan bagi satwa dantumbuhan yang berfungsi sebagai penghasil air,udara, mencegah erosi, banjir, dan hasilnyaberupa kayu maupun bukan kayu dapat di-manfaatkan untuk meningkatkan pendapatanmasyarakat (Tabel 6).

Solar Sel

et al,

D. Persepsi Masyarakat terhadap KelestarianSumberdaya Hutan

Persepsi kategori pertama, respondenmemandang hutan secara sederhana tanpa ada niatuntuk memanfaatkan maupun mengeksploitasi-nya. Kategori kedua responden meyakini hutansebagai penghasil air, udara, mencegah erosi danbanjir. Persepsi ini berimplikasi pada perilakumasyarakat dengan berusaha untuk menjaga hutanagar fungsi-fungsi tersebut tetap terjaga. Sebab jikahutan tidak lagi mampu melaksanakan fungsinyamaka akan berakibat terjadinya bencana alam yangberdampak pada masyarakat itu sendiri.

Kategori ketiga dan keempat mengemukakanbahwa hutan merupakan tempat bagi masyarakatuntuk mengambil hasil hutan dan sebagai lahanusaha tani. Kategori ini bersifat aktif dan agresifdimana hutan merupakan obyek yang dapatdimanfaatkan dan dieksploitasi untuk meningkat-kan pendapatan. Masyarakat yang memanfaatkanpotensi kawasan secara langsung tanpamemperhatikan kelestarian sumberdaya alammerupakan persepsi kategori negatif (Sawitri danSubiandono, 2011). Penebangan liar, pengambilanhasil hutan bukan kayu yang tidak mempedulikanazas kelestarian manfaat, berburu dan perambahanhutan merupakan aktivitas yang sering dilakukanoleh masyarakat. Masyarakat menganggap bahwahutan adalah tempat mencari nafkah yangdiwariskan nenek moyang.

Tabel 6. Persepsi masyarakat terhadap kelestarian sumberdaya hutanTable 6. Public perception of sustainability of forest resources

Sumber : Analisis data primer 2011(source) (analysis of primary data)

Persepsi dan Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap Sumberdaya Alam Taman Nasional ..... Lis Nurrani, Supratman Tabba( )

70

Masyarakat Kobe Kulo memiliki persepsi tidakbaik-sedang karena memandang hutan sebagaisumber penghidupan dari sisi ekonomi, sehinggapemanfaatannya sebesar-besarnya demipeningkatan penghasilan tanpa memikirkankeberlangsungannya. Masyarakat Binagaramemiliki persepsi sedang-baik karena menyadaribahwa kehidupan mereka dipengaruhi oleh hutanyang ada disekitarnya, sehingga kelestariannyaharus dijaga.

Menurut Ngakan (2006) kategori persepsimasyarakat dibagi menjadi tiga yaitu (a) persepsibaik, apabila responden memahami dengan baikbahwa mereka bergantung hidup dari hutan danmenginginkan agar hutan dikelola secara lestari (b)persepsi sedang apabila responden menyadaribahwa mereka bergantung hidup dari sumber dayahutan tetapi tidak memahami kalau hutan perludikelola dengan baik agar manfaatnya bisadiperoleh secara berkelanjutan (c) persepsi tidakbaik apabila responden tidak menyadari bahwamereka bergantung hidup dari sumberdaya hutanatau kepentingan lain yang membuat merekacenderung berasumsi bahwa tidak perlu menjagakelestarian hutan.

Perbedaan persepsi ini disebabkan olehbeberapa faktor antara lain tingkat pendidikan yangrendah, kemiskinan, dan kurangnya sosialisasipembinaan masyarakat oleh pihak Balai TNAL.Faktanya adalah masyarakat Kobe Kulo belummemahami keberadaan taman nasional baik secarafisik, batasan maupun manfaatnya, sedangkanmasyarakat Tayawi memiliki persepsi sedang,ketergantungan hidup mereka yang sangat besarterhadap hutan membuat mereka menjadi bagiandari ekosistem hutan yang tidak terpisahkan.Masyarakat Tayawi merupakan komunitas Suku

et al,

Togutilogutil

yang telah direlokasi dari hutan belantara,hingga saat ini pemukiman Suku T masihmerupakan areal kawasan taman nasional.

Persepsi masyarakat terhadap kawasan tamannasional sangatlah penting menyangkutkeberhasilan pengelolaan taman nasional.Masyarakat yang memahami adanya tamannasional dan fungsinya akan mempengaruhipartisipasinya terhadap pengelolaan tamannasional. Persepsi masyarakat terhadap tamannasional dikelompokkan menjadi beberapakategori yang tersaji secara terperinci pada Tabel 7.

Tabel 7 menunjukkan bahwa persepsiresponden terhadap keberadaan taman nasionalterdiri dari dua persepsi pokok. Persepsi pertamayaitu masyarakat meyakini bahwa taman nasionaladalah hutan milik negara yang harus dilindungidan dilestarikan terkait fungsinya sebagaiperlindungan sumberdaya alam hayati. Persepsiyang kedua adalah bahwa taman nasional adalahlembaga pemerintah yang memiliki kewenanganuntuk menjaga dan melestarikan hutan.

Persepsi responden pada kategori satu dan duaadalah masyarakat yang paham akan keberadaantaman nasional dan fungsinya bagi kelangsunganhidup, sehingga potensi untuk berpartisipasi dalampengelolaan kawasan sangatlah besar. Kategoriketiga adalah responden yang pengetahuannyaterbatas pada pengertian taman nasional sebagailembaga yang menjaga dan melestarikan hutan.Kategori ini menganggap bahwa taman nasionaladalah subjek (pelaku) bukan objek yang harusdikelola.

E. Persepsi Masyarakat terhadap KawasanTaman Nasional

Tabel 7. Persepsi masyarakat di tiga desa/dusun sekitar terhadap TNALTable 7. Public perceptions in three villages around to TNAL

Sumber : Analisis data primer 2011(source) (analysis of primary data)

JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 1 Maret 2013, Hal. 61 - 73

71

Hasi l pengamatan di Desa Binagaramenunjukkan bahwa masyarakat telah memahamikonsep taman nasional (40-50%), sedangkanmasyarakat Kobe Kulo (70-80%) dan Tayawi (50%)tidak tahu mengenai konsep taman nasional.Rendahnya pendidikan menjadi faktor terjadinyakondisi tersebut, dimana hanya 13% dari respondenDesa Binagara yang berpendidikan SMA, 10% diDesa Kobe Kulo dan 100% tidak bersekolah padamasyarakat Tayawi (Nurrani 2010). Desa KobeKulo merupakan pemukiman hasil relokasimasyarakat Kulo yang berada dalam kawasan,sehingga masyarakatnya menyakini bahwa hutanmerupakan warisan para leluhur. Masyarakat sangatselektif terhadap kedatangan aparat yangcenderung mereka anggap sebagai sumber yangakan melakukan pembatasan akses ke hutan,sehingga informasi penyuluhan pada wilayah inisangat terbatas khususnya mengenai programpengelolaan taman nasional.

Masyarakat Tayawi adalah komunitas sukuterasing yang telah bermukim dalam kawasansejak ratusan tahun lalu. Suku hidup dengansepenuhnya bergantung pada hasil buruan,pemanfaatan sagu, dan pertanian sederhana hinggasaat ini. Hilangnya sumberdaya hutan berartirusaknya sebagian dari kehidupan Sukusehingga masyarakat merasa memiliki hutan karenamerupakan habitat mereka dari sejak dahulu kala.Selain itu bahasa Suku tidak banyakdimengerti oleh masyarakat umum, sehinggamengakibatkan munculnya sifat antisosial padasuku ini. Meski tingkat pendidikan warga DesaBinagara rendah, namun kultur masyarakatnya yangterbuka dengan informasi edukatif berimplikasipada tingginya pemahaman mereka mengenaifungsi taman nasional.

Fakta inilah yang harus mendapatkan perhatiankhusus Balai TNAL agar dapat meminimalisirterjadinya konflik di lapangan. Sebab konseppelibatan masyarakat dalam pengelolaan tamannasional tidak akan tercapai secara optimal jikamasyarakat tidak memahami keberadaan kawasanitu sendiri. Uraian di atas menunjukkan bahwatingkat pengetahuan masyarakat mengenai definisihutan, khususnya taman nasional mempengaruhiperilaku masyarakat terhadap keberadaan kawasandi sekitarnya (lihat tabel 6 dan 7).

Sekitar 76,67% responden Desa Kobe Kulotidak mengetahui definisi taman nasional dan83,33% yang memahami bahwa hutan merupakan

et al,

TogutilTogutil

Togutil,

Togutil

lahan untuk usaha tani dan pemanfaatan hasilhutan. Kondisi ini terjadi sebab masyarakatberanggapan hutan merupakan lahan adat warisanleluhur untuk peruntukan budidaya perkebunan,sehingga di wilayah ini masyarakat memiliki lahanusahatani yang sangat luas, rata-rata perkepalakeluarga menguasai lebih dari 4 (empat) ha.Semakin banyak anak yang dimiliki oleh setiapkepala keluarga maka semakin luas pula lahan yangakan dibuka untuk dijadikan sebagai warisankeluarga. Sebagai lahan warisan maka periodepenggarapannya pun sangat panjang karena telahada sejak lama dan sifatnya ekstensif.

Lahan pertanian masyarakat Tayawi hanyabersifat subsistem untuk memenuhi kebutuhanhidup dan umumnya berada disekitar pemukimandengan luas tidak lebih dari 0,5 ha. Luas rata-ratalahan yang digarap yaitu 10 m x 10 m, sedangkanbagi masyarakat yang tipe menetap sementaramemiliki lahan kurang dari 1 (satu) ha. Periodepengolahannya pun tidak panjang karena sifat darisuku ini yang nomaden, sedangkan masyarakatBinagara memperoleh jatah lahan seluas 2 (dua) hadari program transmigrasi dan intensif dikeloladengan perlakuan tertentu. Ilustrasi diatasmenunjukkan bahwa semakin baik tingkatpengetahuan masyarakat mengenai hutan dantaman nasional maka akan berpengaruh terhadapluasan serta lamanya periode penggarapan lahan.

Berdasarkan fakta tersebut maka sekiranyamenjadi acuan dan landasan oleh pihak terkaitkhususnya pengelola taman nasional untukmemberikan sosialisasi kepada masyarakatmengenai fungsi hutan khususnya taman nasional.Permasalahan lain yang terjaring dari hasilwawancara adalah tata batas kawasan, yaitu belumjelasnya tanda/patok yang mudah dikenalimasyarakat sebagai identitas taman nasional secarafisik di lapangan.

Sebagian besar masyarakat sekitar TNALtergolong dalam masyarakat miskin (>60%),dengan mata pencaharian utama berkebun,berburu dan meramu.Ketergantungan masyarakat terhadap hasilhutan kayu, hasil hutan bukan kayu dan satwa

Togutil

1.

2.

IV.

A.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Persepsi dan Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap Sumberdaya Alam Taman Nasional ..... Lis Nurrani, Supratman Tabba( )

72

liar di kawasan TN Aketajawe masih sangattinggi. Faktor utama penyebab kondisi tersebutadalah tradisi dan pola fikir masyarakat yangberanggapan bahwa hutan merupakan warisannenek moyang, tempat bermukim, dan mencarinafkah. Keadaan sosial dan tekanan ekonomiuntuk tujuan pemenuhan kebutuhan hidup dankomersial turut berperan membentuk tingginyaketergantungan masyarakat pada hutan.Secara substansial masyarakat yang bermukimdi dalam dan di sekitar kawasan tidakmengetahui dan memahami mengenaipenetapan dan pengelolaan taman nasional sertaperaturan mengenai pemanfaatan hasil hutankayu, HHBK dan satwa liar sehingga tidakmengetahui apakah aktivitas mereka mematuhiatau melanggar peraturan yang berlaku.Umumnya masyarakat beranggapan bahwataman nasional merupakan institusi penjagahutan yang senantiasa membatasi aktivitasmasyarakat dengan kawasan.

Balai Taman Nasional disarankan untukmelakukan sosialisasi tentang batas kawasan,pengelolaan taman nasional dan peraturan terkaitpemanfaatan hasil hutan dan HHBK dikarenakanminimnya pemahaman masyarakat mengenaifungsi taman nasional. Sistem pengawasan dansinergi dengan berbagai pihak terkait sangatdiperlukan untuk menindak praktek perdagangansatwa yang dipraktekkan oleh masyarakat.Pendampingan perlu makin diintensifkanmengingat persepsi masyarakat masih menganggapbahwa hutan hanya sebatas untuk pemenuhankebutuhan hidup sehari-hari. Ketergantunganmasyarakat yang tinggi terhadap kawasan tamannasional disarankan sebagai pertimbangan untukpenyusunan konsep pengelolaan kolaboratif yangmengakomodasi kebutuhan masyarakat danmengitroduksi alternatif mata pencaharian yangtidak berbasis kawasan. Mengingat tradisi danminimnya pemahaman masyarakat mengenaifungsi sesungguhnya dari taman nasional makapenting dilakukan pendekatan secara kultural.

3.

4.

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Arini, D.I.D., H. Kama dan S. Tabba. 2011. SangInkubator dari Kawasan Timur Indonesia.Majalah Silvika Edisi 66 : Hal (34-38).

Balai Taman Nasional Aketajawe Lolobata. 2009.Buku Statistik Balai Taman NasionalAketajawe Lolobata Tahun 2009. DirektoratJenderal Per l indungan Hutan danKonservasi Alam. Kementerian Kehutanan.Ternate.

Burung Indonesia. 2011. Taman NasionalA k e t a j a w e L o l o b a t a ( B a g i a n 1 ) .http://www.g reen.kompasiana.com.Diakses tanggal 9 Maret 2012.

Departemen Kehutanan. 2004. KeputusanMenteri Kehutanan Nomor : 397/Kpts-II/2004 tanggal 18 Oktober 2004. TentangPenetapan Kawasan Taman NasionalAketajawe Lolobata di Maluku Utara.Jakarta.

Gay, L.R. dan P.L. Diehl. 1992. Research Methodsfor Business and Management. MacMillanPublishing Company. New York.

Hadad EA, M., R.C. Firman dan T. Sugandi. 2006.Budidaya Tanaman Pala. Balai PenelitianTanaman Rempah dan Aneka TanamanIndustri Parung Kuda. Jakarta

Hasan, I. 2008. Analisis Data Penelitian DenganStatistik. Cetakan Ketiga. PT. Bumi Aksara.Jakarta.

Ngakan, P. Oka, H. Komaruddin, A. Achmad,Wa h y u d i d a n A . T a k o . 2 0 0 6 .Ketergantungan, Persepsi dan PartisipasiMasyarakat terhadap Sumberdaya HayatiHutan : Stusi Kasus di Dusun PampliKabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.Center For International Forestry Research.Jakarta.

Nurgyanto, B. 2010. Dua Spesies Burung DiM a l u k u U t a r a Te r a n c a m P u n a h .http://www.tempo.co.id. Diakses tanggal12 Maret 2012.

JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 10 No. 1 Maret 2013, Hal. 61 - 73

73

Nurdjannah, N. 2007. Teknologi Pengolahan Pala.Balai Besar Penelitian Dan PengembanganPascapanen Pertanian. Badan Penelitian DanPengembangan Pertanian KementerianPertanian.

Nurrani, L., Halidah, Saprudin, A. Irawan, S. Tabba,N. Asmadi dan S.N. Patandi. 2010. PolaPemanfaatan Lahan Di Dalam KawasanTaman Nasional Aketajawe Lolobata danTaman Nasional Bogani Nani Wartabone.L a p o r a n H a s i l Pe n e l i t i a n ( t i d a kdipublikasikan)

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999.Tentang Per l indungan Satwa DanTumbuhan. Jakarta

Poulsen, M.K., F.R. Lambert dan Y. Cahyadin. 1999.Evaluasi Terhadap Usulan Taman NasionalLolobata dan Aketajawe (Dalam KonteksPrioritas Konservasi KeanekaragamanHayati Di Halmahera). Bird Life IndonesiaProgram Bersama Departemen Kehutanan.Bogor.

Primack, R.B. 1993. Essentials of ConservationBiology. Sinauer Associates Inc.

Roeroe, F., M. Bakir. 2002. Maluku Utara SebuahK e n a n g a n S e j a r a h . h t t p : / / w w w.kompas.com. Diakses tanggal 13 Maret 2012.

. Manado

Rostiwati, T., Y. Lisnawati, S. Bustomi, B. Leksono,D. Wahyono, S. Pradjad inata , R.Bog ida r mant i , D. Djaenud in , E .Sumadiwangsa, dan N. Haska. 2008. Sagu(Metroxylon spp.) Sebagai Sumber EnergiBioetanol Potensial. Badan Penelitian DanPengembangan Kehutanan. Pusat LitbangHutan Tanaman. Bogor.

Sajogyo. 1998. Masalah Kemiskinan di IndonesiaAntara Teori dan Praktek. Mimbar SosekJurnal Sosial Ekonomi Pertanian. JurusanIlmu-Ilmu Sosial Ekonomi PertanianFakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Santosa, A (Ed). 2008. Konservasi Indonesia,Sebuah Potret Pengelolaan dan Kebijakan.Perpustakaan Nasional. Jakarta.

Sawitri, R. dan E. Subiandono. 2011. Karakteristikdan Persepsi Masyarakat Daerah PenyanggaTaman Nasional Gunung Halimun Salak.Jurnal Penelitian Hutan dan KonservasiAlam Vol 8 No. 3. Hal (273-285).

Wiratno, D. Indriyo, A. Syarifudin, dan A.Kartikasari. 2004. Berkaca di Cermin Retak,Refleksi Konservasi dan Implikasi BagiPengelolaan Taman Nasional. DepartemenKehutanan, The Gibbon Foundation, ForestPress, dan PILI-NGO Movement.

Persepsi dan Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap Sumberdaya Alam Taman Nasional ..... Lis Nurrani, Supratman Tabba( )