Upload
anonymous-puafsus
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
1/83
KONSENSUS
PENGELOLAAN
DAN
PENCEGAHAN
DIABETES MELITUS
TIPE
2
DI
INDONESIA
201 5
Srtrr
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
2/83
Daftar
lsi
Kata Pengantar
..........
Daftar
Singkatan
...........
Daftar
lsi
..........
I
Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang
1.2
Permasalahan
1.3
Tujuan
1.4
Sasaran
1.5
Metodologi
........
Definisi,
Patogenesis, Klasifikasi
:.............
ll.1
Definisi
ll.2
Patogenesis
DM tipe-2
Pengelolaan
Diabetes
Melitus
Tipe 2 ...........
lll.1
Diagnosis
............
lll.2
PenatalaksanaanDiabetesMellitus
lll.3.
KelainanKomorbid...........
lll.4
Penyulit
Diabetes
Melitus
...........;..
lll.5
Pencegahan
Diabetes Melitus
Tipe 2 ...........
Masalah-Masalah
Khusus
lV.1
Diabetes dengan
lnfeksi
|V.2.
Kaki
Diabetes
......
lv.3
Diabetes
dengan
Nefropati
Diabetik
lV.4
Diabetes
dengan Disfungsi
Ereksi
(DE).......
lV.5
Diabetes
dengan Kehamilan
...........
lV.6
Diabetes dengan lbadah
Puasa
lV.7
Diabetes
pada
Pengelolaan
Perioperatif
lV.8 Diabetes
yang
Menggunakan
Steroid
lv.g Diabetes
dengan Penyakit
Kritis
V
Penutup
Vl
Daftar
Pustaka
Tim
Revisi Konsensus
Pengelolaan
dan
Pencegahan
Diabetes
Melitus Tipe
2 di lndonesia
2OL5
Daftar
Nama Penandatangan
Revisi Konsensus
Pengelolaan
Dan
Pencegahan
Diabetes Melitus
Tipe
2 Di
lndonesia
i
iii
V
1.
II
il
L
3
3
4
4
6
5
6
10
LL
LL
L4
52
55
6L
55
65
55
67
69
70
7L
74
74
75
78
79
V
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
3/83
I.
PENDAHULUAN
.1
Latar Belakang
Hiperglikemia
adalah
suatu
kondisi
medik
berupa
peningkatan
kadar
gula
dalam darah melebihi batas
normal.
Hiperglikemia
merupakan
salah
satu
tanda
khas
penyakit
diabetes
mellitus
(DM),.meskipun
juga
munlkin
didapatkan
pada
beberapa
keadaan
yang
lain. Saat
ini
penyakit
penelitian
epidemiologi
menunjukkan adanya
kecenderungan
peningkatan
angka
insidensi
dan
prevalensi
DM
tipe-2
di
berbagai
penjuru
dunia.
Badan
Kesehatan
Dunia
(WHO)
memprediksi
adanya
peningkatan
jumlah
penyandang
DM
yang cukup
DM
menjadi
salah
satu
ancaman
kesehatan
global.
Pada buku
pedoman
ini,
hiperglikemia
yang
dibahas
adalah
yang
terkait dengan
DM tipe-2.
Berbagai
besar
pada
tahun-tahun
mendatang.
WHO
memprediksi
kenaikan
jumlah
penyandang
DM di
lndonesia dari
8,4
juta
pada
tahun
2000
menjadi
sekitar
21,3
juta
pada
tahun
2030. Laporan
ini
menunjukkan
adanya
peningkatan
jumlah
penyandang
DM
sebanyak
2-3
kali lipat
pada
tahun
2035.
Sedangkan
lnternationol
Diobetes Federation
(lDFl
memprediksi adanya
kenaikan
jumlah
penyandang
DM
di
lndonesia
dari
9,1
juta
pada
tahun
20L4 menja di'J.A,L
juta
pada
tahun
2035.
Berdasarkan
data
Badan
Pusat
Statistik
lndonesia
tahun
2003,
diperkirakan
penduduk
lndonesia
yang
berusia
diatas
20
tahun
sebanyak
133
juta jiwa.
Dengan
mengacu
pada
pola
pertambahan
penduduk,
maka diperkirakan
pada
tahun
2030
nanti
akan ada
194
juta
penduduk
yang berusia diatas
20
tahun.
Laporan
hasil
Riset Kesehatan
Dasar
(Riskesdas)
tahun
2007
oleh
Departemen
Kesehatan,
menunjukkan
bahwa
rata-rata
prevalensi
DM
di
daerah
urban
untuk
usia di atas
15 tahun
sebesar
5,7%r.
Prevalensi
terkecil
terdapat di
Propinsi
Papua
sebesar
t,7Yo,
dan terbesar
di
Propinsi
Maluku
Utara dan
Kalimanatan
Barat
yang
mencapai
LL,Lyo.
Sedangkan
prevalensi
toleransi
glukosa
terganggu
(TGT),
berkisar
antara
4,09/o
di
Propinsi Jambi sampai 2L,8%
di
Propinsi
Papua
Barat
dengan
rerata sebesar
L0.2%
Konsensus Pengelolaan
dan Pencegahan
Diabetes
Melitus
Tipe
2
-
2015
|
1
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
4/83
Data-data
diatas
menunjukkan
bahwa
jumlah penyandang
DM
di
lndonesia
sangat
besar'
Dengan
kemungkinan
teriadi
peningkatan
jumlah
penyandan(
DM;dimasa
mendatang.akan
L"iiJai
u"urn
yang sangat
berat
untuk
dapdt
ditangani
sendiri
oleh
dokter
spesia
lis/subspesia
lis
atau
bahkan
oleh
semua
tenaga
kesehatan
Yang
ada.
Penyak-it
DM
sangat
berpenBaruh
terhadap
kualitas
sumber
day"
manrsla
dan
berdampak
pada
peningkatan
biaya
kesehatan
V"it
.rtro
besar.
oleh
karenya
semua
pihak'
baik
.masyarakat
,.,iprn
p"*"rintah,
seharusnya
ikut
serta
secara
aktif
dalam
usaha
penanggulangan
DM,
khususnya
dalam
upaya
pencegahan'
Peran
dokter
umum
sebagai
ujung
tombak
di
pelayanan
kesehatan
primer
meniadi sangat penting-
Kasus
DIvl
sederhana
tanpa
penyulit
dapat
dikelola
dengan
tuntas
oleh
dokter
umum
di
pelayanan
kesehatan
primer'
Penyandang
DM
dengan
kadar
gula
I.r.t
y"ng sulit
dikendalikan
atau
yang
berpotensi
mengalami
penyulii
oV
perlu secara
periodik
dikonsultasikan
kepada
dokter
spesialis
penyakit dalam
atau
dokter
spesialis
penyakit
dalam
tonsuttan
endokrin
metabolik
dan
diabetes
di
tingkat
pelayanan
t"r"t"t.n
yang lebih
tinggi
di
rumah sakit
rujukan'
Pasien
dapat
dikirim
kemfiti
kepada
dokter
pelayanan
primer setelah
penanganan
di
rumah
sakit
rujukan
selesai'
DM
merupakan
penyakit
menahun
yang
akan
disandang
seumur
hidup.
Pengelolaan
penyakit
ini
memerlukan
peran
serta
aota"r,
p"r.*.,,
,hll
giri,
d.n
tenaga
kesehatan
lain
Pasien
dan
keluarga
juga
mempunyai
peran
yang
penting'
sehingga
perlu
.""a.'p"ti*
edukasi
untuk
memberikan
pemahaman
mengenal
perjalanan
penyakit,
pencegahan,
penyulit' dan
penatalaksanaan
DIvl.
Pemahaman
yang baik
akan
sangat
membantu
meningkatkan
keikutsertaan
keluarga
dalam
upaya
penatalaksanaan
DM
guna
,"n..p"i
hasil
yang
lebih
baik
Keberadaan
organisasi
profesi
seperti
PERKENI
dan
lDAl,
serta
perkumpulam
pemerhati
.DM
yang
lain
seperti
PERSADIA,
PEDI,
dan
yang lain
menjadi
sangat
dibutuhkan.
Organisasi
profesi dapat
meningkatkan
kemampuan
tenaga
profesi
kesehatan
dalam
penatalaksanaan
DM
dan
perklmpulan
yang
lain
dapat
membantu
meningkatkan
2
|
Konsensus
Pengelolaan
dan
Pencegahan
Diabetes
MelitusTipe
2-2015
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
5/83
pengetahuan
penyandang
DM tentang
penyakitnya
dan
meningkat(an
peran
aktif
mereka
untuk
ikut serta
dalam
pengelolaan
dan
pengendalian
DM.
'Saat
ini diperlukan
standar
pelayanan
untuk
penanganan
hiperglikemia
terutama
bagi
penyandang
DM guna
mendapatkan
hasil
pengelolaan
yang
tepat
guna
dan berhasil
guna,
serta
dapat
,menekan
angka
kejadian
penyulit
DM.
Penyempurnaan
dan
revisi
ltandar
pelayanan
harus
selalu
dilakukan secara
berkala
dan
disesuaikan
dengan
kemajuan
ilmu mutakhir
yang
berbasis
bukti,
sehingga
dapat diperoleh
manfaat
yang
sebesar-besarnya
bagi
penyandang
DM.
1.2
Permasalahan
e
Jumlah
penduduk
lndonesia
saat
ini diperkirakan
mencapai
240
juta.
Menurut data
RISKESDAS
2007,
prevalensi
nasional
DM di
lndonesia untuk
usia
di
atas
15
tahun
sebesar
5,7%.
Berdasar data
IDF 20L4,
saat inl diperkiraan
9,1
juta
orang
penduduk
didiagnosis
sebagai
penyandang
DM. Dengan
angka
tersebut lndonesia
menempati
peringkat
ke-5
di
dunia,
atau naik dua
peringkat
dibandingkan
data
IDF
tahun
2013 yang menempati peringkat
ke-7
di dunia dengan
7,6
juta
orang
penyandang
DM.
Masalah
yang
dihadapi
lndonesia antara
lain belum
semua
penyandang
DM mendapatkan
akses
ke
pusat
pelayanan
kesehatan
secara memadainya.
Demikian
juga
ketersedian
obat
hipoglikemik
oral
maupun
injeksi
pada
layanan
primer
(Puskesmas)
serta
keterbatasan
sarana/prasarana
dibeberapa
pusat
pelayanan
kesehatan. Demikian
juga
kemampuan petugas kesehatan
yang
belum optimal
dalam
penanganan
kasus-kasus
DM,
baik
dalam
aspek
preventif,
promotif,
kuratif,
dan rehabilitasi.
1.3
Tujuan
Konsensus
ini
dibuat
dengan
tujuan untuk
memberikan
rekomendasi
yang
berbasis bukti
tentang
pengelolaan
DM
tipe-2.
Konsensus
Pengelolaan
dan
Pencegahan
Diabetes
Melitus
Tipe
2
-
2015
|
3
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
6/83
1.4
Sasaran
Dokter
yang
memiliki-kewenangan
klinis
sesuai
dengan
tingkat
kompetensinya.
'*i
/
1.5
Metodologi
.5.1
Penelusuran
Kepustakaan
Pedoman
ini
menggunakan
sumber
pustaka
dari berbagai
jurnal,
termasuk
jurnal
elektronik
seperti
MedScape,
PubMed,
dll
dengan menggunakan
kata
kunci
penelusuran:
Diobetes
Care,
Treatment
of Diabetes.
Penyusunan
buku
pedoman
juga
menggunakan
konsensus
dari
ADA
(American
Diabetes
Association),
IDF
(lnternational
Diabetes
Federation),
AACE
(American
Association
of Clinical
Endocrinologist)
dan
NICE
(National
lnstitute
for
Helath
and
Clinical
Excellent)
sebagai rujukan.
1.5.2
Penilaian
-
Telaah
Kritis Pustaka
Setiap
bukti
yang
diperoleh
telah dilakukan
telaah
kritis.
Pada
kasus
tertentu
melibatkan
berbagai
disiplin
ilmu
yang
terkait,
di
antaranya
spesialis
anak,
orthopedi,
bedah
vaskular,
rehabilitas
medik,
mata,
urologi,
kardiologi,
ginjal,
farmasi,
patologi
klinik,
radiologi,
dan lain
lain
sehingga
da
pat
dilakukan
pendekatan
yang
multidisiplin
4
|
Konsensus
Pengelolaan
dan Pencegahan
Diabetes
Melitus
Tipe 2
-
2015
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
7/83
I.5.3
Peringkat
Bukti
untuk Rekomendasi
Praktik
Klinis
Tobel
2. Peringkot bukti
untuk
rekomendasi
praktik
klinis
Bukti,,jb-las
.yang
didapatkan
dari
generalisqsi'
percobaan
klinis
tera:ndomisasi
yang
cukup
mendukurig
rdan
dllakukan
dengan
baik,
antara
lain:
1. Bukti
yang
didapatkan
dari
percobaan
multisenter
yang
dilakukan
dengan baik.
2. Bukti
yang
didapatkan
dari
meta-analisis
yang
menggabungkan
peringkat
kualitas
pada
analisis.
.
Penarikan bukti
noneksperimental,
yaitu
"All
or None" dengan
A
aturan
yang
dikembangkan oleh
pusat
Evidence-Bosed
Medicine
Buktl
Bendukung yang didapatkan
dari
percobaan terandomisasi
yang
cukup
mendukung dandilakukan
dengan
baik,
antara
lain:
t.
Bukti
yang
didapatkan
dari
percobaan yang
dilakukan
dengan
,
'
1
b;iiflpda satu
atau
lebih
institus't,,:
,.i,tr.'i:
2,:,,,[([1i,,.,,,,,.'yqng
didapatkan,{q;i:,r,;1,:;meta-analisis
yang
menggabungkan
peringkat
kualitas
pada
analisis.
Bukti
pendukung
yang
didapatkan
dari
studi kohort
yang
,dirla&u|rri dengan
baik.
,r, ,,,',:t:'
tr;r,::rrrr:
,,*,,,,,t,8 lili
,,raqS
didapatkan
darii:,:sttidi::i:klhqrt;,1:pt'ospektif
yang
^
dilakukan
dengan
baik
atau
registri.
o 2.
Bukti
yang
didapatkan
dari
meta-analisis
yang
dilakukan
r:::de:riBdr,i
baik
pada
studi kohort.
,,i:r
.trr::,ii::
I
Bukt1:ib€.:ndlk
ng
yang
didapatkan
:da'ii
:ltudi
kasus
kontrol
yang
dilakUkoo
dengan
baik.
Bukt|r,pendukung
yang
didapatkan
dar,i
kontrbl
yang
buruk
atau
studi'yang
tidak terkontrol.
1.
Bukti
yang
didapatkan
dari
percobaan
klinis
terandomisasi
dengan
satu atau
lebih kesalahan
mdjor
atau
tiga atau
lebih
kesalahan
minor
pada
metodologi
yang
dapat
membuat hasil
-
tidak
berlaku.
t
2.
Bul
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
8/83
ll.
Definisi,
patogenesis,
Klasifikasi
ll.1
Definisa
'
)i
/
DM
merupakan
suatu
kelompok penyakit
metabolik
dengan
karakteristik
hiperglikemia
yang
terjadi
karena
kelainan
sekresi
insulin,
kerja
insulin
atau
kedua-duanya.
1.2
Patogenesis
DM
tipe-2
Resistensi
insulin pada
otot
dan
liver
serta
kegagalan
sel
beta
pankreas
telah
dikenal
merupakan
patofisiologi
kerusakan
sentral
dari
DM
tipe-2
Belakangan
diketahui
bahwa
kegagalan
sel
beta
terjadi
lebih
dini
dan
lebih
berat
daripada yang diperkirakan
sebelumnya.
selain
otot,
liver
dan
sel
beta,
organ
lain
seperti:
jaringan
lemak
(meningkatnya
lipolisis),
gastrointestinal
(defisiensi
incretin),
sel
alpha
pancreas
(hiperglukagonemia),
ginjal
(peningkatan
absorpsi glukosa),
dan
otak
(resistensi
insulin),
kesemuanya
ikut
berperan
dalam
menimburkan
terjadinya
gangguan
toleransi
glukosa
pada
DM
tipe-2.
Delapan
organ
penting
dalam
gangguan
toleransi
glukosa
ini
(ominous
octet)
penting
dipahami karena
dasar
patofisiologi
ini
memberikan
konsep
tenta
ng:
L.
Pengobatan
harus
ditujukan
guna
memperbaiki
gangguan
patogenesis,
bukan
hanya
untuk
menurunkan
HbAlc
saja
2.
Pengobatan
kombinasi yang
diperlukan
harus
didasari
atas
kinerja
obat
pada
gangguan
multipel
dari
patofisiologi
DM
tipe 2.
3.
Pengobatan
harus
dimulai sedini
mungkin
untuk
mencegah
atau
memperlambat
progresivitas
kegagalan
sel
beta
yang
sudah
terjadi
pada
penyandang
gangguan
toleransi
glukosa.
6
I
Konsensus
Pengelolaan
dan
pencegahan
Diabetes
Metitus
Tipe
2
-
2015
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
9/83
DeFronzo
pada
tahun
2009 menyampaikan,
bahwa
tidak
hanya
otot,
liver dan sel
beta
pankreas
saja
yang
berperan
sentral
dalam
patogenesis
penderita
DM
tipe-2 tetapi
terdapat
organ
lain
yang
berperan
yang
disebutnya
sebagai
the
ominous
octet
(gambar-1-)
1\-E
1
\
Psts*nrhdisis
I
PeffiqtlaHlr€sEilF
ffi#*,*
**l,
ryl
fr*ca
ts0tr
FBrurryl*r
An&lsrS*ca
Gambar-l.
The ominous octet,
delapan
organ
yang
berperan
dalam
patogenesis
hiperglikemia
pada
DM
tipe
2
(Rolph
A. DeFronzo.
From the
Triumvirate
to the Ominous
Octet:
A
New
Poradigm
for
the Treotment
of
Type 2 Diabetes
Mellitus.
Diobetes.
2009;
58:773-795)
Secara
garis besar
patogenesis
DM
tipe-2
disebabkan
oleh
delapan
hal
(omnious
octet)
berikut
:
1.
Kegagalan
sel beta
pancreas:
Pada
saat
diagnosis
DM
tipe-2
ditegakkan,
fungsi sel beta
sudah\
sangat berkurang.
Obat anti
diabetik
yang
bekerja
melalui
jalur
ini adalah sulfonilurea,
meglitinid, GLP-1
agonis
dan
DPP-4
inhibitor.
2.
Liver:
Pada
penderita
DM tipe-2
terjadi
resistensi
insulin
yang
berat
dan
memicu
gluconeogenesis
sehingga
produksi
glukosa
dalam
Xonsensus
Pengelolaan
dan
Pencegahan
Diabetes Melitus
Tipe 2
-
2015
I
7
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
10/83
keadaan
basal
oleh
liver
(HGp=
hepotic
grucose
production)
meningkat.
obat
yang
bekprja
melalui
jalur
ini
adalah
metformin,
yang
menekan
proses
gluconeo ,bne7is.
3.
Otot:
Pada
penderita DM
tipe-2
didapatkan gangguan
kinerja
insulin
yang
multiple
di intramioselular,
akibat
gngguan
fosforilasi
tirosin
sehingga
timbul
gangguan
transport
glukosa
dalam
sel
otot,
penurunan
sintesis
glikogen,
dan
penurunan
oksidasi
glukosa.
Obat
yang
bekerja
di
jalur
ini
adalah
metformin,
dan
tiazolidindion.
4.
Sel lemak:
sel
lemak yang
resisten
terhadap
efek
antilipolisis
dari
insulin,
menyebabkan
peningkatan
proses
lipolysis
dan
kadar
asam
lemak
bebas
(FFA=Free
Fatty
Acid)
dalam
plasma.
penigkatan
FFA
akan
merangsang
proses
glukoneogenesis,
dan
mencetuskan
resistensi
insulin
di
liver
dan
otot.
FFA
juga
akan
mengganggu
sekresi
insulin.
Gangguan
yang
disebabkan
oleh
FFA
ini
disebut
sebagai
lipotoxocity.
obat
yang
bekerja
dijalur
ini
adalah
tiazolidindion.
5.
Usus:
Glukosa
yang
ditelan
memicu
respon
insulin
jauh
lebih
besar
dibanding
kalau
diberikan
secara
intravena.
Efek
yang
dikenal
sebagai
efek
incretin
ini
diperankan
oleh
2
hormon
GLp_1
(glucagon-like
polypeptide-1)
dan
Glp
(glucose-dependent
insulinotrophic
polypeptide
atau disebut juga gastric inhibitory
polypeptide).
Pada
penderita
DM
tipe-2
didapatkan
defisiensi
GLP-1
dan
resisten
terhadap
Glp.
Disamping
hal tersebut
incretin
segera
dipecah
oleh
keberadaan
ensim
Dpp-4,
sehingga
hanya
bekerja
dalam
beberapa
menit.
Obat
yang
bekeila
dalam
menghambat
kinerja
Dpp-4
adalah
kelompok
Dpp-4
inhibitor.
Saluran
pencernaan juga
mempunyai peran
dalam
penyerapan
karbohidrat
melalui
kinerja
ensim
alfa-glukokinase
yang
memecah
polisakarida
menjadi
monosakarida
yang
kemudian
diserap
oleh
usus
dan
berakibat
meningkatkan glukosa
darah
8
|
Konsensus
Pengelolaan
dan
pencegahan
Diabetes
Meritus
Tipe
2
-
2015
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
11/83
6,
setelah
makan.
Obat
yang
bekerja
untuk
menghambat
kinerja
ensim
alfa-glukokinase
adalah
akarbosa.
SeLAlpha
Pancreas:
Sel-cr
pancreas
merupakan
organ
ke-6
yang
berperan
dalam
hiperglikemia dan
sudah
diketahui sejak
1970.
Sel-cr berfungsi
dalam
sintesis
glukagon
yang
dalam
keadaan
puasa
kadarnya
didalam
plasma
penderita
meningkat.
Peningkatan
ini
menyebabkan
HGP
dalam
keadaan
basal
meningkat
secara
signifikan
dibanding
individu
yang
normal.
Obat
yang
menghambat
sekresi
glukagon
atau
menghambat
reseptor
glukagon
meliputi
GLP-1 agonis,
DPP-4
inhibitor
dan amylin.
Ginjal:
s
Ginjal
merupakan organ
yang
diketahui
berperan
dalam
pathogenesis
DM tipe-2.
Ginjal
memfiltrasi
sekitar
163
g glukosa
sehari. Sembilan
puluh
persen
dari
glukosa
terfiltrasi
ini akan
diserap
kembali
melalui
peran
SGLT-2
(Sodium
Glucose
co-
Transporter)
pada
bagian convuloted
tubulus
proksimal.
Sedang
10%
sisanya akan
di
absorbsi
melalui
peran
SGLT-L
pada
tubulus
desenden
dan
asenden, sehingga
akhirnya
tidak
ada
glukosa
dalam
urine.
Pada
penderita
DM terjadi
peningkatan
ekspresi
gen
SGLT-2.
Obat
yang
menghambat
kinerja SGLT-2
ini
akan
menghambat
penyerapan
kembali
glukosa
di
tubulus
ginjal
sehingga
glukosa
akan dikeluarkan
lewat
urine. Obat
yang
bekerja
di
jalur
ini adalah SGLT-2
inhibitor.
Dapaglifozin
adalah
salah
satu
8. Otak:
lnsulin
merupakan
penekan
nafsu
makan
yang
kuat. Pada
individu
yang
obes baik
yang
DM
maupun
non-DM,
didapatkan
hiperinsulinemia
yang
merupakan
mekanismd
kompehsasi
dari
resistensi
insulin.
Pada
golongan
ini
asupan
makanan
justru
meningkat
mengacu
akibat
adanya
resistensi
insulin
yang
juga
terjadi
di otak.
Obat
yang
bekerja dijalur
lni adalah
GLP-1 agonis,
amylin dan bromokriptin.
7.
Konsensus
Pengelolaan dan
Pencegahan
Diabetes Melitus
Tipe
Z-ZOLS
|
9
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
12/83
ll.3
Klasifikasi
Klasifikasi
DM
dapat
diJjhat
pada
tabet.1.
Tabet
L. Klosifikasietiologis
DM
'"
/
10
|
ronsensus
Pengelolaan
dan
pencegahan
Diabetes
MeritusTipe
z-2ors
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
13/83
lll. Pengelolaan Diabetes
Melitus
Tipe 2
lll.1 diagnosis
Diagnosis
DM
ditegakkan
atas dasar
pemeriksaan
kadar
glukosa
darah. Pemeriksaan
glukosa
darah
yang
dianjurkan
adalah
,pemeriksaan
glukosa
secara
enzimatik dengan bahan
plasma
darah
Vena. Pemantauan hasil
pengobatan
dapat
dilakukan dengan
menggunakan
pemeriksaan
glukosa
darah
kapiler
dengan
glukometer.
Diagnosis
tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya
glukosuria,
Berbagai keluhan
dapat ditemukan
pada penyandang
DM.
Kecurigaan adanya DM
perlu
dipikirkan apabila terdapat keluhan
seperti:
.
Keluhan klasik
DM:
poliuria,
polidipsia, polifagia
dan
penurunan
berat badan
yang
tidak dapat dijelaskan sebabnya.
.
Keluhan
lain: lemah
badan,
kesemutan,
gatal,
mata
kabur,
dan
disfungsi ereksi
pada pria,
serta
pruritus
vulva
pada
wanita.
To
bel
j.
Krite
rio Dio
g
nosi s
D
M
Pemeriksaan
glukosa
plasma puasa
>126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak
ada
asupan kalori minimal
8
jam.(B)
Atau
Pemeriksaan
elUkasl::piqsma
>200
mg/dl z-jam
setelah Tes
Toleransi
Glukosa
Oral
(TTGO)
dengan beban
75
gram.
(B)
Atau
Pemeriksaa,n
glUk.qlA:pQgm9
:sewa
ktu >200 mgldl den
ga
n
ke lu h a n klasi k.
Atau
Pemeriksaan
Hb^A1c
>6,5% dengan rnenggunakan
metode
H
igh-Performance
Liquid
GlycohaemAgkibih:
Catatan: Saat
ini
tidak semua
laboratorium
di
lndonesia memenuhi
standard
NGSP, sehingga
harus hati-hati dalam membuat interpretasi
terhadap
hasil
pemeriksaan
HbA1c. Pada kondisi tertentu seperti: anemia,
hemoglobinopati,
riwayat transfusi
darah
2-3
bulan terakhir,
kondisi-
kondisi
yang
mempengaruhi
umur eritrosit dan
gangguan
fungsi
ginjal
maka
HbAlc
tidak
dapat
dipakai sebagai
alat
diagnosis
maupun
evaluasi.
Konsensus
Pengelolaan dan
Pencegahan
Diabetes
Melitus
Tipe 2
-
2015
|
11
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
14/83
Hasil
pemeriksaan
yang
tidak
memenuhi
kriteria
normal
atau
kriteria
DM
digolongkan
ke
dalam
kelompok prediabetes
yang
meliputi;
toleransiglukosa
terganggu.(TGT)
dan
glukosa
darah
puasa
terganggu
(GDPT).
I
.
Glukosa Darah
Puasa
Terganggu (GDpT):
Hasil
pemeriksaan
,;lukosa
plasma
puasa
antara
j_00-125
mg/dl
dan
pemeriksaan
TTGO
glukosa
plasma
2-jam
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
15/83
Pemeriksaan Penyaring
dilakukan
untuk
menegakkan
diagnosis
Diabetes Melitus Tipe-2
(DMT2)
dan
prediabetes
pada
kelompok risiko tinggi
yang
tidak menunjukkan
gejala
klasik
DM
(B)
yaitu:
'
1.
Kelompok dengan
berat
badan
lebih
(lndeks
Massa
Tubuh
IMT]
>29
kglm2l
yang
disertai
dengan
satu
atau
lebih
faktor risiko
.
sebagai
berikut:
'
a. Aktivitas
fisik
yang
kurang.
b.
First-degree reldtive DM
(Terdapat
faktor keturunan
DM
dalam
kelua rga).
c.
Kelompok ras/etnis
tertentu.
d.
Perempuan
yang
memiliki riwayat
melahirkan bayi
dengan
BB
>4 kg
atau
mempunyai
riwayat
diabetes
melitus
gestasiona
I
(DMG).
e.
Hipertensi
(>1,4O/9O
mmHg
atau sedang
mendapat
terapi
untuk hipertensi).
f. HDL
250
mg/dL.
g.
Wanita
dengan
sindrom
polikistik
ovarium.
h. Riwayatprediabetes.
i.
Obesitas
berat,
akantosis nigrikans.
j.
Riwayat
penya
kit kardiovaskular.
2.
Usia
>45
tahun tanpa faktor risiko di
atas.
Catatan:
Kelompok risiko tinggi dengan hasil
pemeriksaan glukosa plasma
normal sebaiknya diulang setiap 3
tahun
(E),
kecuali
pada
kelompok
prediabetes
pemeriksaan
diulang
tiap 1
tahun
(E).
Pada keadaan
yang
tidak memungkinkan
dan
tidak
tersedia
fasilitas
pemeriksaan
TTGO, maka
pemeriksaan penyaring
dengan
mengunakan
pemeriksaan glukosa
darah
kapiler, diperbolehkan
untuk
patokan
diagnosis DM. Dalam hal in Harus diperhatikan
adanya
perbedaan
hasil
pemeriksaan glukosa
darah
plasma
vena
dan
glukosa
darah kapiler seperti
pada
tabel-6 di bawah ini.
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Melitus
Tipe 2
-
2015
|
13
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
16/83
Tobel-6.
Kador
glukoso
doroh sewoktu don
puoso
sebogoi
potokon
penyoring
don didgnosis DM
(,mg/dl)
Kadar
glukosa
darah
sewaktu
(msldl)
Kadar
glukosa
darah
puasa
(ms/dl)
Plasma
vena
100
lll.2
Penatalaksanaan Diabetes
Mellitus
Tujuan
penatalaksanaan
secara
umum
adalah
meningkatkan
kualitas hidup
penyandang
diabetes.
Tujuan
penatalaksanaan
meliputi
:
1. Tujuan
jangka
pendek:
menghilangkan keluhan DM,
memperbaiki kualitas hidup, dan
mengurangi
risiko komplikasi
akut.
2.
Tujuan
jangka
panjang:
mencegah
dan
menghambat
progresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan
akhir
pengelolaan
adalah turunnya
morbiditas
dan
morta litas DM.
Untuk mencapai
tujuan tersebut
perlu
dilakukan
pengendalian glukosa
darah,
tekanan darah, berat
badan,
dan
profil
lipid, melalui
pengelolaan pasien
secara
komprehensif.
lll.2.1
Langkah-langkah Penatalaksanaan
Umum
Perlu
dilakukan
evaluasi
medis
yang
lengkap
pada
pertemuan
pertama, yang
meliputi:
1. Riwayat Penvakit
'
Usia
dan
karakteristik saat
onset diabetes.
r
Pola makan,
status nutrisi, status aktifitas fisik, dan
riwayat
peruba
ha
n
berat
badan.
'
Riwayat tumbuh
kembang
pada pasien
anak/dewasa
muda.
.
Pengobatan
yang
pernah
diperoleh sebelumnya
secara lengkap, termasuk
terapi
gizi
medis
dan
14
|
Konsensus
nengelolaan
dan
Pencegahan
Diabetes Melitus Tipe
2-2015
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
17/83
.
penyuluhan yang
telah
diperoleh tentang
perawatan
DM secara mandiri.
.
Pengobatan
yang
sedang dijalani,
termasuk obat
yang
digunakan,
perencanaan
makan dan
program
latihan
jasmani.
.
Riwayat komplikasi akut
(ketoasidosis
diabetik,
hiperosmolar
hiperglikem
ia,
h ipoglikem
ia).
.
Riwayat infeksi sebelumnya,
terutama infeksi
kulit,
gigi,
dan
traktus urogenital.
.
Gejala
dan riwayat
pengobatan
komplikasi
kronik
.
pada
ginjal,
mata,
jantung
dan
pembuluh
darah,
kaki,
saluran
pencernaan,
dll.
.
Pengobatan
lain
yang
mungkin berpengaruh
terhadap
glukosa
darah.
.
Faktor
risiko: merokok,
hipertensi, riwayat
penyakit
jantung
koroner,
obesitas,
dan riwayat
penyakit
keluarga
(termasuk
penyakit
DM dan
endokrin
lain).
'
Riwayat
penyakit
dan
pengobatan
di
luar
DM.
.
Karakteristik
budaya,
psikososial,
pendidikan,
dan
status
ekonomi.
Pe
meriksaan
Fisik
r
Pengukuran
tinggi
dan
berat
badan.
.
Pengukuran
tekanan darah, termasuk
pengukuran
tekanan darah
dalam
posisi
berdiri
untuk mencari
kemu ngkinan
adanya
hipotensi
ortostatik.
r
Pemeriksaa n funduskopi.
.
Pemeriksaan
rongga mulut
dan kelenjar tiroid.
.
Pemeriksaan
jantu
ng.
.
Evaluasi
nadi baik
secara
palpasi
maupun dengan
stetoskop.
.
Pemeriksaan
kaki
secara
komprehensif
(evaluasi
kelainan vaskular,
neuropati,
dan adanya
deformitas).
.
Pemeriksaan
kulit
(akantosis nigrikans, bekas
Iuka,
hiperpigmentasi,
necrobiosis diobeticorum,
r.ulit
kering, dan bekas
lokasi
penyuntikan
insulin).
.
Tanda-tanda
penyakit
lain
yang
dapat menimbulkan
Dlvl tipe
Iain.
7.
Konsensus
Pengelolaan dan
Pen.egahan Diabetes Melitus
Tipe 2
-
2015
115
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
18/83
3. Evaluasi
Laboratoriu
m
.
Pemeriksaan kadar
gula
darah
puasa
dan 2jam
TTGO.
r
Pemeriksaan kadar
HbhtcT
4.
Penapisan
Kom
plikasi
Penapisan komplikasi harus
dilakukan
pada
setiap
penderita
yang
baru
terdiagnosis DMT2
melalui
pemeriksaan:
.
Profil
lipid
pada
keadaan
puasa:
kolesterol
total,
Higti
Density
Lipoprote,r?
(HDL),
Low
Density
Lipoprotein
(LDL),
dan trigliserida.
.
Tes fungsi hati
.
Tes
fungsi
ginjal:
Kreatinin
serum dan
estimasi-GFR
r
Tes
urin
rutin
.
Albumin urin
kuantitatif
.
Rasio albu
min-kreatinin
sewaktu.
.
Elektrokard
iogram.
r
Foto Rontgenthoraks (bila
ada
indikasi:
TBC,
penyakit
iantu
ng
kongestif).
.
Pemeriksaan
kaki
secara
komprehensif.
Penapisan
komplikasi dilakukan
di
Pelayanan Kesehatan
Primer.
Bila fasilitas
belum tersedia,
penderita
dirujuk
ke
Pelayanan
Kesehatan Sekunder
dan/atau
Tersier.
lll.2.2
Langkah-langkah
Penatalaksanaan
Khusus
Penatalaksanaan
DM dimulai
dengan menerapkan
pola
hidup sehat
(terapi
nutrisi
medis
dan
aktivitas fisik)
bersamaan
dengan intervensi farmakologis
dengan
obat
anti
hiperglikemia
secara oral dan/atau
suntikan.
lobat
anti
hiperglikemia
oral dapat
diberikan sebagai terapi tunggal atau
kombinasi.
Pada keadaan emergensi dengan
dekompensasi
metabolik berat,
misalnya:
ketoasidosis,
stres berat,
berat
badan
yang
menurun
dengan cepat,
atau
adanya ketonuria,
harus
segera
dirujuk ke
Pelayanan Kesehatan
Sekunder atau
Tersie r.
16
|
Konsensus Pengelolaan
dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2
-
2015
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
19/83
Pengetahuan
tentang
pemantauan
mandiri,
tanda
dan
gejala
hipoglikemia
dan cara
mengatasinya
harus diberikan
kepada
pasien.
Pengetahuan
tentang
pemantauan
mandiri
iersebut
dapat
dilakukan
setelah mendapat pelatihan
khusus.
111.2.2.1 Edukasi
Edukasi
dengan
tujuan
promosi
hidup sehat,
perlu
selalu
dilakukan sebagai
bagian
dari upaya
pencegahan
dan
merupakan
bagian
yang
sangat
penting
dari
pengelolaan
DM
secara
holistik
(B).
Materi
edukasi
terdiri
dari materi
edukasi
tingkat
awal dan materi
edukasi tingkat
lanjutan.
a. Materi edukasi
pada
tingkat
awal
dilaksanakan
di Pelayanan
res?hatan Primer
yang
meliputi:
o
Materi tentang
perjalanan penyakit
DM.
o
Makna dan
perlunya pengendalian dan
pemantaua
n
DM
secara
berkelanjutan.
o
Penyulit DM dan
risikonya.
o lntervensi non-farmakologis
dan
farma kologis
serta target
pengobatan.
o
lnteraksi antara
asupan makanan,
aktivitas
fisik, dan
obat
antihiperglikemia
oral
atau
insulin serta obat-obatan
lain.
o
Cara
pemantauan
glukosa
darah
dan
pemahaman
hasil
glukosa
darah
atau urin
mandiri
(hanya
jika
pemantauan
glukosa
da
rah mandiri
tidak tersedia).
o
Mengenal
ge.iala
dan
penanganan
awal
hipoglikemia.
o Pentingnya
latihan
jasmani
yang
teratur.
o
Pentingnya
perawatan
kaki (B).
o
Cara
mempergunakan
fasilitas
perawatan
kesehatan.
Konsensus Pengelolaan
dan
Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2
-
2015
|
17
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
20/83
b.
Materi
edukasi
pada
tingkat lanjut
dilaksanakan
di
Pelayanan
Kesehatan Sekunder dan
/
atau
Tersier,
yang
meliputi:
o
Mengenal
dan mencegah
penyulit akut
DM.
o
Pengetahuan
mengenai
penyulit
menahun
DM.
o Penatalaksanaan
D
lvl selama
menderita
penya
kit
lain.
o Rencana
untuk kegiatan khusus
(contoh:
ola h
raga
prestasi).
o
Kondisi khusus
yang
dihadapi
(contoh:
hamil,
puasa,
ha ri-hari
sakit).
o Hasil
penelitian
dan
pengetahuan
masa
kini
dan
teknologi mutakhir
tentang
DM.
o
P
e
m
e
lih
a
ra
a n/pe
rawata n kaki. Elemen
perawatan
kaki dapat
dilihat
pada
tabel-7.
Tobel
7.
Elemen edukdsi
perowaton kdki
1,
Tidak
boleh berjalan tanpa
alas
kaki,
termasuk di
pasir
dan di
air.
2.
Periksa kaki
setiap hari, dan dilaporkan
pada
dokter
apabila
kulit
terkelupas,
kemerahan,
atau
luka.
Periksa
alas kaki
dari benda
asing
sebelum
memakainya.
selalu menjaga kaki dalam
keadaan
bersih,
tidak
basah, danmengoleskan
krim
pelembab
pada
kulit kakiyang kerng.
Potong
kuku secara
teratur.
Keringkan
kaki, sela-sela
jari
kaki
secara teratur
setelah dari kamar mandi.
Gunakan kaos kaki
dari
bahan katun
yang
tidak
menyebabkan
lipatan
pada
ujung-ujung
jari
kaki.
Kalau
ada kalus
atau mata
ikan,
tipiskan
secara
teratur.
Jika sudah ada
kelainan
bentuk kaki,
gunakan
alas kaki
yang
dibuat
khusus-
Sepatu
tidak
boleh
terlalu
sempit atau
longgar,
jangan gunakan
hak
tinggi.
Hindari
penegunaan
bantal atau botol be"isi
air
panas/batu
untuk
menghanBatkan kaki.
,4.
'6
7.
8.
9.
10.
11-
18
|
Konsensus
eengelolaan
da n
Pencegahan Diabetes
Melitus
Tipe 2
-
2015
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
21/83
Perilaku.
hidup sehat bagi
penyandang
Diabetes
Melitus
adalah
memenuhi anjuran:
.
Mengikuti
pola
makan
sehat.
.,
Meningkatkan kegiatan
jasmani dan
latihan jasmani
yang
teratur
.
Menggunakan obat
DM dan obat lainya
pada
keadaan
",
khusus secara
aman dan
teratur.
.
Melakukan
Pemantauan Glukosa Darah
Mandiri
(PGDM)
dan memanfaatkan
hasil
pemantauan
untuk
menilai
keberhasilan
pengobatan.
.
Melakukan
perawatan
kaki secara berkala.
.
Memiliki kemampuan untuk
mengenal
dan
menghadapi
keadaan sakit akut dengan tep5t.
.
Mempunyai
keterampilan mengatasi
masalah
yang
sederhana,
dan
mau
bergabung
dengan kelompok
penyandang
diabetes
serta
mengajak keluarga untuk
mengerti
pengelolaan
penyandang
DM.
.
Mampu memanfaatkan
fasilitas
pelayanan
kesehatan
yang
ada.
Prinsip
yang
perlu
diperhatikan
pada proses
edukasi DM
ada
la h:
.
Memberikan dukungan
dan
nasehat
yang positif
serta
hindari
terjadinya
kecemasan.
.
Memberikan informasi secara
bertahap, dimulai
dengan
hal-hal
yang
sederhana
dan
dengan
cara
yang
mudah
dimengerti.
.
Melakukan
pendekatan
untuk
mengatasi masalah dengan
melakuka
n
sim ulasi.
.
Mendiskusikan
program pengobatan
secara
terbuka,
perhatikan keinginan paslen. Berikan
penjelasan
secara
sederhana dan
Iengkap tentang
program pengobatan
yang
diperlukan
oleh
pasien
dan
diskusikan
hasil
pemeriksaan
laboratorium.
.
Melakukan
kompromi
dan
negosiasi
agar tujuan
pengobatan
dapat diterima.
Konsensus
Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Melitus
Tipe 2
-
2015
|
19
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
22/83
Memberikan motivasi
dengan
memberikan
penghargaan.
Melibatkan keluarga/pendamplng
dalam
proses
edukasi.
Perhatikan kondisi
jasmani
dan
psikologis
serta
tingkat
pendidikan
pasien dan
kelua
rganya.
Gunakan alat bantu audio
visual.
111.2.2.2 Terapi
Nutrisi
Medis
(TNM)
TNM merupakan bagian
penting
dari
penatalaksanaan
DMT2 secara
komprehensif(A).
Kunci keberhasilannya adalah
keterlibatan
secara
menyeluruh
dari
anggota
tim
(dokter,
ahli
gizi,
petugas
kesehatan
yang
lain
serta
pasien
dan
keluarganya).
Guna
mencapai sasaran terapi TNM
sebaiknya diberikan sesuai dengan kebutuhan
setiap
penyandang
DM
(Al.
Prinsip
pengaturan
makan
pada
penyandang
DM
hampir sama
dengan
anjuran
makan
untuk
masyarakat umum,
yaitu
makanan
yang
seimbang
dan sesuai
dengan kebutuhan
kalori dan
zat
gizi
masing-masing
indlvidu.
Penyandang DM
perlu
diberikan
penekanan
mengenai
pentingnya
keteraturan
jadwal
makan,
jenis
dan
jumlah
kandungan kalori, terutama
pada
mereka
yang
menggunakan
obat
yang
meningkatkan
sekresi
insulin atau terapi insulin itu sendiri.
A. Komposisi
Makanan
yang
Dianjurkan
terdiri
dari:
.
Karbohidrat
o Karbohidrat
yang
dianjurkan sebesar
45-65%
total
asupan energi. Terutama
karbohidrat karbohidrat
yang
berserat
tinggi.
o
Pembatasan
karbohidrat
total
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
23/83
G ula dalam bumbu
diperbolehkan
sehingga
penyandang
diabetes dapat
makan sama
dengan makanan
keluarga
yang lain.
Sukrosa
tidak
boleh
lebih dari
5%
total
asu
pan
energi.
Pemanis alternatif
dapat digunakan
sebagai
pengganti
gula,
asal
tidak
melebihi batas
aman
konsumsi
harian
lAcce
pted
Dai ly I nta
ke
I
ADll.
Dianjurkan
makan
tiga
kali
sehari
dan
bila
perlu
dapat
diberikan
makanan
selingan seperti buah
atau makanan
lain
sebagai
bagian
dari
kebutuhan
kalori
sehari.
Lemak
"
Asupan
lemak dianjurkan
sekitar
20-
25%
kebutuhan
kalori, dan
tidak
diperkenankan
melebihi
30%
total
asu
pan
energi.
o Komposisi
yang
dia
njurkan:
0
lemak
jenuh
<
7
%
kebutuhan
kalori.a
0
lemak tidak
jenuh
ganda <
10
%.
0
selebihnya
dari lemak
tidak.ienuh
tunggal.
o Bahan
makanan
yang
perlu
dibatasi
adalah
yang
banyak
mengandung
lemak
jenuh
dan
lemak
trans antara
lain:
daging
berlemak
dan
susu
fullcreom.
o
Konsumsi
kolesterol dia
njurkan
<
200
mg/hari.
.
Protein
"
Kebutuhan
protein
sebesar
lO
-
20%
total asupa
n energi.
Konsensus
Pehgelolaan dan
Pencegahan
Diabetes
Melitus
Tipe
2
-
2075
|
27
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
24/83
o Sumber
protein yang
baik
adalah
ikan,
udangi cumi daging
tanpa
lemak,
ayam
tanpa
kulit,'pro/uk susu
rendah lemak,
kacang-kacanga
n,
tahu
dan
tempe.
o Pada
pasien
dengan
nefropati
diabetik
perlu
penurunan
asupan
protein
menjadi
0,8
g/kg
BB
perhari
atau 10%
dari
kebutuhan energi, dengan
65%
diantaranya bernilai
biologik
tinggi.
Kecuali
pada
penderita
DM
yang
sudah
menjalani
hemodia
lisis asupan
protein
menjadi
1-1,2
g/kg
BB
perhari.
Natrium
o
Anjuran asupan natrium
untuk
penyandang
DM
sama dengan
orang
sehat
yaitu
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
25/83
o
Pemanis
alternatif
dikelom
pokkan
menjadi
pemanis
berkalori dan
pemanis
tak berkalori.
o
Pemanis
berkalori perlu
diperhitungkan
kandungan kalorinya sebagai bagian
dari
kebutuhan kalori, seperti
gula
a lkohol dan fruktosa.
o
Gula
alkohol
antara lain isomalt,
lactitol,
mdltitol,
mannitol, sorbitol
dan xylitol.
o
Fruktosa
tidak dianjurkan
digunakan
pada
penyandang
DM
karena
dapat
meningkatkan
kadar
LDL,
namun tidak
ada alasan menghindari makanan
'
seperti buah dan sayuran
yang
mengandung f ruktosa alami.
o Pemanis tak berkalori termasuk:
aspartam,
sakarin,
acesu
lfame
potassiu
m,
sukralose,
neotame.
B, Kebutuhan Kalori
Ada beberapa
cara
untuk
menentukan
jumlah
kalori
yang
dibutuhkan
penyandang
DM,
antara
lain dengan memperhitungkan kebutuhan kalori
basal
yang
besarnya
25-30
kal/kgBB ideal.
Jumlah
kebutuhan
tersebut
ditambah
atau
dikurangi bergantung
pada
beberapa
faktor
yaitu:
jenis
kelamin, umur, aktivitas,
berat
badan, dan lain-lain. Beberapa cara
perhitungan
berat
badan ideal adalah sebagai berikut:
.
Perhitunga n
berat
badan idea I
(BBl)
menggunakan
rumus
Broca
yang
dimodifikasi:
"
Berat badan ideal
=
90% x
(TB
dalam cm
- 100) x 1 kg.
o Bagi
pria
dengan
tinggi
badan di
bawah
160 cm dan wanita
di
bawah 150 cm,
rumus dimodifikasi menjadi:
Berat badan ideal
(BBl)
=
(onsensus
Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
-
2015
|
23
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
26/83
(TB
dalam cm
-
100)
x
1
kg.
BB
Normali BB ideal
1 10
%
Kurus:
kurang'dar/
BSI
-
LO
%
Gemuk: lebih
dari BBI
+
10
%
r
Perhitungan
berat
badan
ideal
menurut
lndeks
Massa Tubuh
(lMT).
lndeks
massa tubuh
dapat dihitung
dengan
rumus:
IMT
=
BB(kC)/TB(m'z)
Klasifikasi
IMT*
o BB Kura
ng
23,0
0
Dengan
risiko 23,0-24,9
0
Obes 125,0-29,9
o
Obes ll >30
*)
wHo
wPR/lAsoloTF
dolam
The
Asio-pocific
Pe
rspective
:
Red
efi
ni
n
g
O b e
sity
o
n
d
its
T re
qtm
e nt.
Faktor-faktor
yang
mene
ntu kan kebutu
ha n
kalo
ri
antara
la in:
.
Jenis Kelamin
Kebutuhan
ka lori
basal
perhari
untukperempuan
sebesar
25
kal/kgBB
sedangkan
untuk
pria sebesar 30 kal/kgBB,
r
Umur
o Pasien
usia
diatas 40
tahun,
kebutuhan
kalori dikurangi
5%
untuk setiap
dekade
antara 40
dan 59 tahun.
o Pasien usia
diantara
60
dan 69
tahun,
dikurangi
10%.
o
Pasien
usia
diatas
usia
70
tahun,
d
iku
rangi 20%.
r
Aktivitas Fisik
atau Pekerjaan
o Kebutuhan kalori
dapat ditambah
sesuai
denga n intensitas
aktivitas
fisik.
24
|
Konsensus Pengelolaan
dan
Pencegahan
Diabetes
MelitusTipe
2-
2015
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
27/83
o
Penambahan
sejumidh
10%
dari
kebutuhan
basal
diberikan
pada
keadaan
istirahat.
o
Penambahan sejumlah
20%
pada
pasien
dengan aktivitas ringan:
pegawa
i
kantor,
guru,
ibu rumah tangga.
o
Penambahan
sejumlah
30%
pada
aktivitas
sedang:
pegawai
industri
ringan, mahasiswa,
militer
yang
sedang
tidak
pera
ng.
o
Penambahan
sejumlah
40%
pada
aktivitas
berat:
petani,
buruh,
atlet,
militer
dalam
keadaa n latihan.
o
Penambahan sejumlah
50%
pada
aktivitas sangat
berat: tukang
becak,
tu
ka ng
ga
li.
Stres
Metabolik
o
Penambahan 10-30%
tergantung
dari
beratnya
stress
meta bolik
(sepsis,
ope
rasi, trauma).
Berat
Badan
o Penyandang
DM
yang gemuk,
kebutuhan
kalori
dikurangi sekitar
20-
30%
tergantung
kepada
tingkat
kege
mu ka
n.
o
Penyandang
DM kurus, kebutuhan
kalori
ditambah sekitar
20-30%
sesuai
dengan
kebutuhan
untuk
meningkatka
n
BB.
o
Jumlah
kalori
yang
diberikan
paling
sedikit
1000-1200
kal
perhari
untuk
wanita dan
1200-1500
kal
perhari
untuk
pria.
Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan
Diabetes
Melitus Tipe
2
-
2015
|
25
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
28/83
Secara
umum,
makanan
siap saji dengan
jumlah
kalori
yangierhitgrng
dan komposisi
tersebut
di
atas,
dibagi dalam
3/porsi
besar untuk makan
paei
(2O%\,
siang (30%),
dan sore
(25%), serta
2-3
porsi
makanan
ringan
lL0-t5%)
di
antaranya.
Tetapi
pada
kelompok
tertentu
perubahan
jadwal,
jumlah
dan
jenis
makanan
dilakukan sesuai dengan
kebiasaan. Untuk
penyandang
DM
yang
mengidap
penyakit
lain,
pola
pengaturan
makan
disesuaikan
dengan
penyakit
pe
nyerta.
111.2.2,3
Jasmani
Latihan
jasmani
merupakan
salah satu
pilar
dalam
pengelolaan
DMT2 apabila
tidak disertai
adanya nefropati. Kegiatan
jasmani
sehari-hari
dan
latihan
jasmani
dilakukan secara secara teratur
sebanyak
3-5 kali
perminggu
selama sekitar
30-45
menit,
dengan
total 1-50
menit
perminggu.
Jeda
antar latihan
tidak
Iebih
dari
2
hari berturut-turut
(A).
Dianjurkan untuk
melakukan
pemeriksaan
glukosa
darah
sebelum
latihan
jasmani.
Apabila
kadar
glukosa
darah
250
mg/dl
dianjurkan
untuk
menunda
latihan
jasmani.
Kegiatan
sehari-hari
atau aktivitas sehari-
hari bukan
termasuk
dalam
latihan
jasmani
meskipun dianjurkan
untuk
selalu
aktif
setiap
hari.
Latihan
jasmani
selain
untuk
menjaga kebugaran
juga
dapat
menurunkan
berat badan dan
memperbaiki
sensitivitas
insulin,
sehingga akan
memperbaiki
kendali glukosa
darah.
Latihan
jasmani
yang
dianjurkan
berupa latihan
jasmani
yang
bersifat aerobik dengan
intensitas
sedang
(50-
70% denyut
jantung
maksimal)(A)
seperti:
jalan
cepat,
bersepeda
santai,
jogging,
dan
berenang.
26
|
Konsensus
Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2
-
2015
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
29/83
Denyut
jantung
maksimal
dihitung
dengan cara
mengurangi angka
220
dengan
usia
pasien.
Pada
penderita
Dl\il
tanpa kontraindikasi
' (contoh:
osteoartritis, hipertensi
yang
tidak
terkontrol,
retinopati, nefropati)
dianjurkan
juga
melakukan resistonce troining
llalihan
beban) 2-3
kali/perminggu
(A)
sesuai dengan
petunjuk
dokter.
Latihan
jasmani
sebaiknya
disesuaikan
dengan
.
umur dan
status
kesegaran
jasmani.
lntensitas
latihan
jasmani
pada penyandang
DM
yang
relatif
sehat bisa ditingkatkan, sedangkan
pada
penyandnag
DM
yang
disertai
komplikasi intesitas
latihan
perlu
dikurangi
dan
disesuaikan
dengan
masing-masing individu.
111.2.2.4 Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis
diberikan bersama dengan
pengaturan
makan
dan
latihan
jasmani
(gaya
hidup
sehat). Terapi
farmakologis
terdiri
dari obat oral
dan
bentuk suntikan.
1, Obat
Antihiperglikemia
Oral
Berdasarkan cara
kerjanya,obat
a
ntih
iperglikem ia
oral
dibagi
menjadi
5
golonga
n:
a.
Pemacu
Sekresi
lnsulin
(lnsulin
SecretdgogueJ
.
Sulfonilurea
Obat
golongan
ini
mempunyai
efek
utama meningkatkan sekresi insulin oleh
sel
beta
pankreas.
Efek samping
utama
ada
lah
hipoglikemia
dan
peningkatan
berat
badan. Hati-hati
menggunaka
n
sulfonilurea
pada
pasien
dengan
risiko
tinggi hipoglikemia
(orang
tua,
gangguan
faal hati,
dan
ginjal).
Konsensus
Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Melitus
Tipe 2
-
2075
127
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
30/83
.
Glinid
Glinid mgrupakan
obat
yang
cara
kerjanya
'sar{a
dengan
sulfonilu
rea,
dengan
penekanan
pada
peningkata
n
sekresi insulin fase pertama.
Golongan
ini
terdiri dari 2
macam
obat
yaitu
Repaglinid
(derivat
asam benzoat) dan
Nateglinid
(derivat
fenilalanin). Obat ini
diabsorbsi
dengan
cepat
setelah
pemberian
secara
oral
dan
diekskresi
secara cepat
melalui hati. Obat
ini
dapat
mengatasi
hiperglikemia
post
pra
ndia
l.
Efek
samping
yang
mungkin
terjadi
adala
h
h
ipoglike m
ia.
b, Peningkat
Sensitivitas terhadap lnsulin
.
Metformin
Metform
in
mempunyai
efek utama
mengurangi
produksi glukosa
hati
(glukoneogenesis),
dan memperbaiki
ambilan
glukosa
di
jaringan
perifer.
Metformin merupakan
piliha
n
pertama
pada
sebagian
besar kasus DMT2. Dosis
M etformin
diturunkan
pada
pasien
dengan
gangguan
fungsi
ginjal
(GFR
30-
60 ml/menit/1,73
m'z).
lvletformin
tidak
bo
leh
diberikan
pada
beberapa
keadaan
spertij
G
FR
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
31/83
.
Tiazolidindion(TZD).
Tiazolidindion
merupakan agonis darl
Peroxisome Proliferotor
Activoted
Rece
ptor
Gammd
(PPAR-gamma),
suatu
reseptor
inti
yang
terdapat antara
lain
di
sel
otot,
lemak,
dan
hati.
Golongan
ini mempunyai
efek menurunkan
resistensi insulin dengan
meningkatka
n
jumlah
protein pengangkut glukosa,
sehingga
meningkatkan ambilan
glukosa
di
jaringan
perifer.
Tiazolidindion
men
ingkatka
n
retensi
ca
tran tubuh sehingga
dikontraindikasikan
pada pasien
dengan
gagal
jantung
(NYHA
FC
lll-tv)
ka rena dapat memperberat
edema/retensi
cairan. Hati-hati
pada
gangguan
faal hati, dan
bila
diberikan
perlu
pemantauan
faal hati
secara
berkala.
Obat
yang
masuk
dalam
golongan
ini adalah Pioglitazone.
c.
Penghambat
Absorpsi Glukosa di saluran
pencernaan:
Pengham bat Glukosidase
Alfa.
Obat
ini
bekerja dengan
memperlambat
absorbsi
glukosa
dalam
usus
halus,
sehingga
mempunyai
efek menurunkan
kadar
glukosa
darah
sesudah
makan.
Penghambat
glukosidase
alfa
tidak
diguna kan
pada
keadaa
n:
GFR
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
32/83
diberikan
dengan dosis
kecil.
Contoh obat
golongan,ini
ada
lah Acarbose.
Penghambat DPP-|V
lDipeptidyl
Peptidose-
tvl
Obat
golongan penghambat
DPP-IV
menghambat kerja
enzim
DPP-lV
sehingga
GLP-I
(Glucose
Like
Peptide-l)
tetap dalam
konsentrasi
yang
tinggi dalam bentuk
aktif.
Aktivitas GLP-luntuk
meningkatkan
sekresi
insulin
dan
menekan
sekresi
glukagon
bergantung
kadar glukosa darah
(glucose
dependent\.
Contoh obat
golongan
ini
adala h Sitagliptin dan Linagliptin.
Penghambat
sGLf-2
$odium
Glucose Co-
tronsporter 2)
Obat
golongan penghambat
SGLT-2
merupakan obat antidiabetes oral
.jenis
baru
yang
menghambat penyerapan
kembali
glukosa
di
tubuli distal
ginjal
dengan cara
menghambat kinerja transporter
glukosa
SGLT-2. Obat
yang
termasuk
golongan
ini
antara
lain:
Canagliflozin,
Empagliflozin,
Dapagliflozin,
lpragliflozin. Dapagliflozin
baru
saja mendapat approvable
letter
dati
Badan
POIVI
Rl pada
bulan Mei
2015.
d.
e.
30
|
xonsensus
tengelolaan
dan Pencegahan Diabetes Melitur
Tipe
2
-
2015
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
33/83
Tobet
8. Profil obot dntihiperglikemia orol
yong
tersedio di
lndonesio
Sulfo ilurea
Glinid
Metformin
Penghambat
Alfa-
Glukosidase
TTiaz
olidindion
Penghambat
DPP-IV
Penghambat
SGLT.2
Meningkatkan
sekresi
insulin
Meningkatkan
sekresi
insulin
I\4enekan
produksi
glukosa
hati
&
menambah
sensitifltas
terhadap
insulin
Menghambat absorpsi
glukosa
Menambah
sensitifitas
terhadap
insulin
Meningkatkan sekresi
insulin,
menghambat
sekresi
glukagon
menghambat
penyerapan
kembali
glukosa
di
tubuli distal
ginjal
BB naik
hipoglikemia
BB naik
hipoglikemia
Dispepsia,
diare,
asidosis
laktat
Flatulen, tinja
lembek
Edema
sebah,
mu ntah
1.,O-2,O%
0,5-1,5Yo
1.,O-2,O%
0,5-o,a%
o,5-1,4%
0,5-0,80/o
Dehidrasi,
infeksisaluran 0,8-1,0%
kemih
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan
Diabetes Melitus Tipe
2
-
2015
|
31
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
34/83
Tobel 9. Obot ontihiperglikemia
oral
2,5"20 1,2-24 7-2
Glidanil
2,5-5
Glipizide 510 5-24 12-1
MR
30,60 30,120 24 1
80
40-320 70-20 1-2
(30)
\5-1,20 6,8 1"3
Glimepiride
1-2-3-4
1-8 24 7
Diaelime 1-2-3-4
1-2-1-4
5imryl
7-3
t-2-34
Glimetic
Maprvl
1-1
1,)
2-3
Glinide
o,572 t16
24
Starlix 50-120 180-360
Thiazolidinedi
15 30
75-45 24
1
Tidak
ganturg
30
15-30
15
30
15-30
50,100 100-300 3
Eclid
Biguanide
500
500
3000
6-A 1-3
500,850
500
500,850
500
500
32
|
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2
-
2015
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
35/83
500
500-450
500
850
1000
500
850
500,850
500
a50
s00-850
500
500
XR 500-750
500-
2000
7-1
500
50
50-100
7-2
unc
itagliptin
100
1
onslvza
5
5
5GLT.2
Dapagliflozin
5-10
510
24
unc
Obat
1,25/2sA
2,s/5OA
5/s00
L2-24
1)
L/250
2/soa t-2
15/500
1sl850
18 24
12
15/850
7-2
Sitagliptin
+
so/500
5o/8so
50/1000
2
50/soo
50/8so
50/1000
I
XR
s/s00
1
Linasliptin
+
2,5/5OO
2,sla5o
2.5/1AOO
(onsensus
Pehgelolaan dan
Pencegahan Diabetes
Melitus
Tipe 2
-
2015
|
33
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
36/83
2.
Obat
Antihiperglikemia
Suntik
Termasuk
anti
hiperglikemia
suntik,
yaitu
insulin, agonis
GLP:1 dFn kombinasi insulin
dan
agonis
G
LP-1.
a. lnsulin
lnsulin diperlukan
pada
keadaan ;
.
HbAlc
>
9% dengan kondisi
dekompensasi
metabolic
.
Penurunan
berat
badan
yang
cepat
.
Hiperglikemia
berat
yang
disertai ketosis
r
Krisis
Hiperglikem
ia
.
Gagal dengan kombinasi
OHO
dosis
optimal
.
Stres
berat
(infeksi
sistemik,
operasi
besar, infark miokard akut,
stroke)
.
Kehamilan
dengan DM/Diabetes melitus
gestasional yang
tidak terkendali
dengan
perenca
naan makan
.
Gangguan fungsi
ginjal
atau
hati
yang
berat
.
Kontraindikasi
dan
atau
alergi
terhadap
oHo
.
Kondisi
perioperatif
sesuai dengan
indikasi
Jenis
dan Lama Kerja lnsulin
Berdasarkan
lama kerja,
insulin terbagi
menjadi 5
jenis,
yakni
:
.
lnsulin
kerja
cepat
(Ropid-octing
insulinl
.
lnsulin
kerja
pendek
lshort-octing
insulin)
.
lnsulin kerja
menengah
Untermediqte-
acting
insulin)
t
lnsulin
kerja
panjang
(ong-acting
insulinl
.
lnsulin kerja ultra
panjang
(Ultro
long-
dcting insulin)
34
|
Konsensus
Pengelolaan
dah
Pencegahan
Diabetes Melitus Tipe
2
-
2015
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
37/83
.
lnsulin
campuran tetap,
kerja
pendek
dengan
menengah
dan
kerja
cepat
engan menengah
(Premixed
insulinl
Jenis
dan
lama kerja masing-masing
insulin
dapat
dilihat
pada
tabel 10.
,
Efek samping terapi
insulin
'
r
Efek
samping utama
terapi
insulin adalah
te rjadinya
hipoglikem
ia
.
Penatalaksanaan
h ipoglikemia dapat
dilihat
dalam bagian
komplikasi
akut
DM
.
Efek
samping
yang
lain
berupa
reaksi
a
lergi
terhadap
insulin
Tobel
10. Formokokinetik
lnsulin Eksogen Berdosorkon
Waktu Kerjo
(Time
Course
of
Action)
Konsensus
Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes
Melitus
Iipe 2
-
2015
|
35
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
38/83
Hampir tan
pa
70130
Humulino
l7o%
NPH,30ok
reguler)
70/30 M ixtardo
(70%NPH,30%
30
60
menit
3-L2
jam
7s/2s
Humalogmix@
(75% protamin
lispto,25%
lispro)
70130
Novomix@
(70%
protamine
aspart,30%
aspart)
NPH:neutral
protamine
Hagedorn; NPL:neutral
protamine
Iispro
Nama obat disesuaikan
dengan
yang
tersedia
di
lndonesia.
x
Belum tersedia
di lndonesia
Dasa r
pemikiran
terapi insulin:
.
Sekresi
insulin fisiologis
terdiri
dari
sekresi
basal
dan
sekresi
prandial.
Terapi
insulin
diupayakan mampu
meniru
pola
sekresi
insu
lin
yang
fisiologis
.
Defisiensi
insulin mungkin
berupa defisiensi
insulin basal, insulin
prandial
atau keduanya.
Defisiensi
insulin
basal
menyebabka
n
timbulnya
hiperglikemia
pada
keadaan
puasa,
sedangkan defisiensi insulin
prandial
akan menimbulkan hipe rglikemia
setelah
makan
35
|
Konsensus
Pengelolaan dan Pencegahah Diabetes
Melitus Tipe
2-2015
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
39/83
Terapi insulin untuk
substitusi
ditujukan
untuk
melakukan
koreksi terhadap defisiensi
yang
terjadi.
Sasaran
pertama
terapi hiperglikemia
adalah
mengendalikan glukosa
darah
basal
(puasa,
sebelum
makan).
Hal ini dapat dicapai
dengan
terapi oral
maupun
insulin.
lnsulin
yang
dipergunakan
untuk
mencapai sasaran
glukosa
darah basal
adalah
insulin
basal
(insulin
kerja sedang atau
panjang)
Penyesuaian dosis
insulin
basal
untuk
pasien
rawat
jalan
dapat
dilakukan
dengan
menambah
2-+ unit
setiap 3-4
hari bila
sasaran
terapi
belum
tercapa i.
Apabila sasaran
glukosa
darah
basal
(puasa)
telah
tercapai,
sedangkan
HbAlc belum
mencapai
target,
maka
dilakukan
pengendalian glukosa
darah prandial
(meal-
reloted).
lnsulin
yang
dipergunakan
untuk
mencapai sasaran
glukosa
darah
prandial
adalah
insulin
kerja cepat
(ropid
octing)
Yang
disuntikan
5-10 menit
sebelum
makan
atau
insulin
kerja
pendek
(short
dcting)
yang
disuntikkan
30
menit sebelum
makan.
lnsulin
basal
juga
dapat
dikombinasikan
dengan
obat antihiperglike
mia
oral
untuk
menurunkan
glukosa
darah
prandial
seperti
golongan
obat
peningkat
sekresi insulin
kerja
pendek
(golongan glinid),
atau
penghambat
penyerapan
karbohidrat
dari
lumen
usus
(acarbose),
atau
metformin
(golongan
biguanid)
Terapi insulin tunggal
atau
kombinasi
disesuaikan
dengan
kebutuhan
pasien
dan
respons
individu,
yang
dinilai dari
hasil
pemeriksaan
kadar
glukosa
darah
harian.
Konsensus
Pengelolaah
dan
Pencegahan
Diabetes Melitus
Tipe
2
-
2015
|
37
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
40/83
Cara
penyu
ntikan insulin:
.
lnsulin
gmumnya
diberikan
dengan
suntikan
di
bawah
kutit
(srfkutan),
dengan
arah
alat
suntik tegak
lurus
terhadap
cubitan
permukaan
kulit
.
Pada
keadaan
khusus
diberikan
intramuskular
atau
intravena
secara
bolus
atau drip
.
lnsulin
campura
n
lmixed
insu
lin)
merupakan
kombinasi
antara
insulin
kerja
pendek
dan
insulin kerja
menengah,
dengan
perbandingan dosis yang
tertentu,
namun
bila tidak
terdapat
sediaan insulin
campuran
tersebut
atau
diperlukan
perbandingan
dosis
yang
lain,
dapat
dilakukan
pencampuran
sendiri antara
kedua
jenis
insu
Iin tersebut.
r
Lokasi
penyuntikan,
cara
penyuntikan
maupun
cara
insulin
harus
dilakukan
dengan
benar,
demikian
pula
mengenai
rotasi
tem
pat
suntik.
r
Penyuntkan
insulin
dengan
menggunakan
semprit
insulin
dan
jarumnya
sebaiknya
hanya
dipergunakan
sekali, meskipun
dapat
dipakai
2-3 kali oleh
penyandang
diabetes
yang
sama, sejauh
sterilitas
penyimpanan
terjamin.
Penyuntikan
insulin
dengan
mengguakan
pen,
perlu
penggantian
jarum
suntik
setiap
kali
dipakai, meskipun
dapat
dipakai
2-3
kali
oleh
penyandang
diabetes
yang
sama
asal
sterilitas
dapat dijaga.
r
Kesesuaian
konsentrasi
insulin
dalam
kemasan
(jumlah
unit/mL)
dengan
semprit
yang
dipakai
(jumlah
unit/mL
dari
semprit)
harus
diperhatikan,
dan
dianjurkan
memakai
38
|
Konsensus lengelolaan
dan Pencegahan
Diabetes
Melitus
Tipe
2-2015
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
41/83
konsentrasi
yang
tetap.
Saat
ini
yang
tersedia
hanya U10O
(artinya
100 unit/ml).
Penyuntikan
dilakukan
pada
daerah:
perut
sekitar
pusat
sampai
kesamping,
kedua
lengan atas
samping
(bukan daerah
deltoid),
kedua
paha
samping
Agonis
GLP-1/lncretin
Mimetic
Pengobatan
dengan
dasar
pe
ningkatan
GLP-1
merupakan
pendekatan
baru
untuk
pengobatan
DM.
Agonis
GLP-1
daPat
bekerja
pada
sel-beta
sehingga
teriadi
peningkatan
pelepasan
insulin,
mempunyai
efek
ment
run
kan
berat
badan,
menghambat
pelepasan
glukagon,
dan
menghambat
nafsu
makan. Efek
penurunan
berat
badan agonis
GLP-1
juga
digunakan
untuk
indikasi
menurunkan
berat badan
pada
pasien
DM
dengan obesitas.
Pada
percobaan binatang,
obat
ini
terbukti
memperbaiki
cadangan
sel
beta
pankreas.
Efek samping
yang
timbul
pada
pemberian
obat
ini antara
lain
rasa sebah dan
muntah.
Obat
yang
termasuk
golongan
ini adalah:
Liraglutide,
Exenatide,
Albiglutide,
dan
Lixisenatide.
Salah
satu obat
golongan
agonis
GLP-1
(Liraglutide)
telah beredar
di
lndonesia
sejak
April
2015, tiap
pen
berisi
18 mg dalam
3
ml.
Dosis
awal 0.6
mg
perhari
yang
dapat
dinaikkan
ke 1.2
mg
setelah
satu
minggu
untuk
mendapatkan
efek
glikemik
yang
diharapkan.
Dosis
bisa dinaikkan
sampai
dengan
1.8
mg.
Dosis
harian
lebih
dari
1.8
mg tidak
direkomendasikan.
Masa
Kerja
Liraglutide
selama
24
jam
dan
diberikan
sekali sehari
secara
subkuta
n.
b.
(onsensus
Pengelolaan
dan
Pencegahan
Diabetes
Melitus
Tipe 2
-
2015
|
39
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
42/83
Terapi
Kombinasi
Pengaturan
diet dan
kegiatan
jasmani
merupakan
hallt
yang
utama
dalam
penatalaksanaan
DM,/
namun
bila diperlukan
dapat
dilakukan bersamaan dengan pemberian
obat
a ntihiperglikemia
oral
tunggal
atau
kombinasi
sejak
dini.
Pemberian
obat
antihiperglikem
ia
oral maupun
insulin
selalu
dimulai
dengan
dosis
rendah,
untuk
kemudian
dinaikkan
secara
bertahap
sesuai
dengan
respons
kadar
glukosa
darah. Terapi kombinasi
obat
a
ntihiperglikem ia
oral,
baik
secara
terpisah
ataupun
fixed
dose
combinotion,
harus
menggunakan
dua macam
obat
dengan
mekanisme
kerja
yang
berbeda.
Pada keadaan
tertentu
apabila
sasaran
kadar
glukosa
darah
yang
belum
dicapai
dengan kombinasi
dua
macam
obat, dapat
diberikan
kombinasi
dua
obat
antihiperglikem
ia
dengan
insulin.
pada
pasien yang
disertai
dengan
alasan klinis
dimana
insulin
tidak memungkinkan
untuk
dipakai,
terapi
dengan
kombinasi
tiga
obat
antih iperglikem
ia
oral.
(lihat
bagan
2 tentang
algoritma
pengelolaa
n DMT2)
Kombinasi
obat antihiperglikem
ia oral
dengan
insulin dimulai
dengan
pemberian
insulin
basal
(insulin
kerja menengah
atau
insulin
kerja
panjang).
lnsulin
kerja
menengah
harus diberikan
jam
10 malam
menjelang
tidur,
sedangkan
insulin
kerja
panjang
dapat
diberikan
sejak
sore
sampai
sebelum
tidur.
Pe.ndekatan
terapi
tersebut
pada
umumnya
dapat mencapai
kendali
glukosa
darah yang baik
dengan
dosis
insulin
yang
cukup
kecil. Dosis
awal insulin
basal
untuk
kombinasi
adalah
6-10 unit.
kemudian
dilakukan
evaluasi
dengan
mengukur
kadar
glukosa
darah
puasa
keesokan
harinya. Dosis
insulin
dinaikkan
secara
perlahan
(pada
3.
40
|
xonsensus
Pengelolaan
dan
pencegahan
Diabetes
Melitus Tipe
2
-
2015
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
43/83
umumnya
2
unit)
apabila
kadai
glukosa
darah
puasa
beluri'r mencapai
talget.
Pada
keadaaan
dimana
kadar
glukosa
darah
sepanjang
hari
masih
tidak
terkendali
meskipun sudah
mendapat
insulin
basal, maka
perlu
diberikan
terapi
kombinasi insulin
basal
dan
prandial,
dan
pemberian
obat antihiperglikemia
oral
dihentikan
dengan
hati-hati.
Koisersus
Peigdlolaan dan
Pencegahan Diabetes
Melitqs
Tipe 2
-
2015
|
41
8/18/2019 Perkeni Diabetes Mellitus
44/83
111.2.2.5 Algoritma
dekompensasi
bagan 1
pengobatan
metabolik
DMT2 tanpa
dapat
dilihat
pada
cq
: :
i:
. :;,
Ei
u
cg
j
;
: :ji 5
3 Eii ..:
I
tf
:
E
:i: F;
i:,n
I5
n:.
E:
3ii::
E
P
T
g
,E
-
.l
E
a
"
i-
Ez.
: