15
1 PERHITUNGAN NILAI KOMPENSASI ATAS RISIKO KERJA PEMADAM KEBAKARAN-DINAS KEBAKARAN KOTA SURABAYA MELALUI PENDEKATAN MANAJEMEN RISIKO Arie Andriyan, Maria Anityasari, Naning Aranti Wessiani Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email : [email protected] ; [email protected] ; [email protected] ABSTRAK Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya merasa bahwa pekerjaan pemadam kebakaran mengandung risiko tinggi. Sedangkan, kompensasi finansial yang diterima saat ini belum memperhitungkan faktor risiko kerja yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besaran kompensasi finansial atas risiko kerja pemadam kebakaran pada tiap jabatan di Dinas Kebakaran Kota Surabaya dan beban anggaran bagi Pemerintah Kota melalui pendekatan manajemen risiko. Penilaian risiko pada konsep manajemen risiko akan menunjukkan level risiko yang dijadikan dasar pemberian kompensasi. Tahapan penilaian risiko terdiri dari tahap identifikasi, analisis dan evaluasi risiko. Besaran kompensasi finansial dihitung dari biaya rawat jalan penyakit-penyakit yang menjadi risiko kerja pemadam kebakaran berdasarkan hasil penilaian risiko. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerjaan pemadam kebakaran memiliki dampak risiko penyakit/gangguan kesehatan dan dampak kecelakaan kerja. Kompensasi finansial langsung atas risiko diberikan untuk dampak penyakit/gangguan kesehatan sedangkan dampak kecelakaan kerja diberikan kompensasi finansial tidak langsung melalui asuransi atau Jamsostek. Hasil perhitungan kompensasi finansial langsung menunjukkan jabatan komandan peleton, komandan regu dan anggota pasukan juru padam memiliki nilai kompensasi sama dan tertinggi disusul jabatan juru mudi dan staf operasional. Hasil perhitungan kompensasi finansial atas risiko kerja ini akan meningkatkan beban anggaran Pemerintah Kota Surabaya secara signifikan untuk alokasi anggaran tersebut. Kata kunci:.Penilaian Risiko, Kompensasi dan Hazard Pay ABSTRACT Planning and Urban Development Agency (Bappeko) Surabaya thinks that the works of firefighters contain a high risk. Meanwhile, financial compensation currently received doesn’t consider an appropriate risk factor yet. This study aims to quantify the amount of financial compensation for the risk of firefighters working at each position in Surabaya City Fire Department and expense budget for the City Government through the risk management approach. Risk assessment on risk management concepts will show the level of risk which is used as a basis for compensation. Stage of risk assessment consists of phase risk identification, risk analysis, and risk evaluation. The amount of financial compensation is calculated from the cost of outpatient illnesses being firefighters working risk based on risk assessment. The results of this study indicate that firefighter’s works have impact risks of both disease/health problems and workplace accidents. Direct financial compensation for the risk is given to the impact of diseases/health problems while the financial compensation of impacts caused by workplace accidents is given indirectly through insurance or social security. The result shows the direct financial compensation for office platoon commander, squad commanders and the troops are equal, and be the highest value followed by the driver position and operational staff. The calculation result of financial compensation for the working risks will increase significantly the budget allocation of Surabaya City Government. Key Words: Risk Assessment, Compensation and Hazard Pay.

PERHITUNGAN NILAI KOMPENSASI ATAS RISIKO KERJA … · equal, and be the highest value followed by the driver position and operational staff. The calculation ... job descriptionBerikut

  • Upload
    vodung

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERHITUNGAN NILAI KOMPENSASI ATAS RISIKO KERJA … · equal, and be the highest value followed by the driver position and operational staff. The calculation ... job descriptionBerikut

1

PERHITUNGAN NILAI KOMPENSASI ATAS RISIKO KERJA PEMADAM KEBAKARAN-DINAS KEBAKARAN KOTA SURABAYA MELALUI

PENDEKATAN MANAJEMEN RISIKO

Arie Andriyan, Maria Anityasari, Naning Aranti Wessiani Jurusan Teknik Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

Email : [email protected] ; [email protected] ; [email protected]

ABSTRAK Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya merasa bahwa pekerjaan

pemadam kebakaran mengandung risiko tinggi. Sedangkan, kompensasi finansial yang diterima saat ini belum memperhitungkan faktor risiko kerja yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besaran kompensasi finansial atas risiko kerja pemadam kebakaran pada tiap jabatan di Dinas Kebakaran Kota Surabaya dan beban anggaran bagi Pemerintah Kota melalui pendekatan manajemen risiko.

Penilaian risiko pada konsep manajemen risiko akan menunjukkan level risiko yang dijadikan dasar pemberian kompensasi. Tahapan penilaian risiko terdiri dari tahap identifikasi, analisis dan evaluasi risiko. Besaran kompensasi finansial dihitung dari biaya rawat jalan penyakit-penyakit yang menjadi risiko kerja pemadam kebakaran berdasarkan hasil penilaian risiko.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerjaan pemadam kebakaran memiliki dampak risiko penyakit/gangguan kesehatan dan dampak kecelakaan kerja. Kompensasi finansial langsung atas risiko diberikan untuk dampak penyakit/gangguan kesehatan sedangkan dampak kecelakaan kerja diberikan kompensasi finansial tidak langsung melalui asuransi atau Jamsostek. Hasil perhitungan kompensasi finansial langsung menunjukkan jabatan komandan peleton, komandan regu dan anggota pasukan juru padam memiliki nilai kompensasi sama dan tertinggi disusul jabatan juru mudi dan staf operasional. Hasil perhitungan kompensasi finansial atas risiko kerja ini akan meningkatkan beban anggaran Pemerintah Kota Surabaya secara signifikan untuk alokasi anggaran tersebut.

Kata kunci:.Penilaian Risiko, Kompensasi dan Hazard Pay

ABSTRACT

Planning and Urban Development Agency (Bappeko) Surabaya thinks that the works of firefighters contain a high risk. Meanwhile, financial compensation currently received doesn’t consider an appropriate risk factor yet. This study aims to quantify the amount of financial compensation for the risk of firefighters working at each position in Surabaya City Fire Department and expense budget for the City Government through the risk management approach.

Risk assessment on risk management concepts will show the level of risk which is used as a basis for compensation. Stage of risk assessment consists of phase risk identification, risk analysis, and risk evaluation. The amount of financial compensation is calculated from the cost of outpatient illnesses being firefighters working risk based on risk assessment.

The results of this study indicate that firefighter’s works have impact risks of both disease/health problems and workplace accidents. Direct financial compensation for the risk is given to the impact of diseases/health problems while the financial compensation of impacts caused by workplace accidents is given indirectly through insurance or social security. The result shows the direct financial compensation for office platoon commander, squad commanders and the troops are equal, and be the highest value followed by the driver position and operational staff. The calculation result of financial compensation for the working risks will increase significantly the budget allocation of Surabaya City Government.

Key Words: Risk Assessment, Compensation and Hazard Pay.

Page 2: PERHITUNGAN NILAI KOMPENSASI ATAS RISIKO KERJA … · equal, and be the highest value followed by the driver position and operational staff. The calculation ... job descriptionBerikut

2

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Dinas Kebakaran Surabaya memiliki peranan yang sangat penting dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat, khususnya dalam pencegahan dan penanganan kebakaran. Berdasarkan data yang dimilki Dinas Kebakaran Kota Surabaya, tingkat kejadian kebakaran di kota Surabaya yang cukup tinggi bisa dilihat pada Gambar 1.1 berikut ini.

Gambar 1. 1Jumlah kebakaran di Surabaya

Kejadian kebakaran tiap tahun rata-rata sekitar 295 kejadian. Dengan tingkat kejadian kebakaran seperti itu, pegawai pemadam kebakaran cukup sering bertugas di lapangan untuk memadamkan api. Menurut data historis pada Gambar 1.2, Dinas Kebakaran menerjunkan sekitar 115 sampai 950 personel setiap bulan untuk melakukan pemadaman kebakaran untuk semua UPTD dan Pos Pembantu. Gambar 1.2 berikut ini menunjukkan data penggunaan personel Dinas Kebakaran dalam kegiatan pemadaman kebakaran pada tahun 2008 dan 2009.

Gambar 1. 2 Penggunaan personel untuk

pemadaman kebakaran

Sedangkan untuk aktivitas tiap UPTD dan Pos Pembantu dalam menjalankan tugas pemadaman kebakaran dapat dilihat pada

Gambar 1.3. UPTD 1 yang berlokasi di pusat (Pasar Turi) memiliki frekuensi diturunkan lebih banyak daripada rata-rata UPTD dan Pos Pembantu lainnya karena memiliki kendaraan dan fasilitas yang lebih lengkap. Gambar 1.3 berikut ini menunjukkan grafik aktivitas UPTD dan Pos Pembantu dalam memadamkan kebakaran tiap bulannya pada tahun 2009.

Gambar 1.3Frekuensi pemadaman kebakaran tiap

UPTD dan Pos Pembantu tahun 2009

Pekerjaan pemadam kebakaran merupakan pekerjaan yang mengandung risiko kerja sangat tinggi. Dari proses wawancara dengan Kepala Bagian Operasional dan juga pasukan pemadam kebakaran, peneliti mendapatkan informasi tentang kecelakaan kerja yang berakibat fatal seperti cacat permanen bahkan kematian. Selain itu, saat menjalankan tugas di lapangan, pasukan pemadam kebakaran sering mengalami gangguan-gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja tersebut diakibatkan kondisi lingkungan kerja yang memiliki bahaya (hazard) tinggi.

Menurut Sherman, kondisi lingkungan kerja (job conditions) merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemberian kompensasi selain tiga faktor lainnya, yaitu kemampuan (skill), usaha (effort) dan tanggungjawab (responsibility) yang diwujudkan dalam kompensasi finansial langsung dan tidak langsung. Saat ini, kompensasi finansial langsung yang diberikan belum disesuaikan dengan tingkat risiko yang terkandung dalam lingkungan kerja. Sedangkan untuk kompensasi finansial tidak

Page 3: PERHITUNGAN NILAI KOMPENSASI ATAS RISIKO KERJA … · equal, and be the highest value followed by the driver position and operational staff. The calculation ... job descriptionBerikut

3

langsung, pemerintah telah memberikan asuransi kesehatan (ASKES) kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS). Akan tetapi, ASKES belum mampu mengcover biaya perawatan yang tinggi untuk pekerjaan dengan tingkat risiko kecelakaan kerja yang sangat tinggi seperti pemadam kebakaran. Pemberian ASKES juga masih terbatas pada pegawai yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) padahal masih ada beberapa pegawai yang belum bersatus PNS. Kondisi demikian bisa menimbulkan tingkat kepuasan kerja pegawai berkurang karena pemberian kompensasi dinilai kurang adil.

Dalam suatu pekerjaan, kompensasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menunjang kepuasan dan motivasi kerja. Kepuasan dan motivasi kerja sangat mempengaruhi loyalitas dan kinerja pekerja. Oleh karenanya, pemberian kompensasi harus didesain secara adil sesuai dengan faktor-faktor pekerjaan yang harus dipertimbangkan termasuk pemberian kompensasi atas risiko kerja yang diakibatkan jenis pekerjaan dan kondisi lingkungan kerja.

Kompensasi atas risiko kerja harus dihitung secara tepat sebanding dengan tingkat potensi risiko yang diterima pegawai. Besaran kompensasi yang diberikan juga harus memperhatikan kemampuan anggaran Pemeritah Kota Surabaya karena peningkatan kompensasi juga akan meningkatkan pengeluaran Pemerintah. Dengan demikian perlu dilakukan perhitungan atas risiko kerja pegawai pemadam kebakaran yang juga disesuaikan dengan beban anggaran bagi Pemerintah Kota Surabaya. 1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah: 1. Mengidentifikasi paparan risiko fisik

yang dihadapi pegawai pemadam kebakaran.

2. Mengidentifikasi dampak paparan risiko fisik yang dihadapi pegawai pemadam kebakaran.

3. Melakukan penilaian atas risiko fisik pekerjaan pada tiap jabatan pemadam kebakaran.

4. Menghitung besaran kompensasi finansial langsung atas risiko pemadam kebakaran pada tiap jabatan berdasarkan hasil penilaian risiko dan nilai pengali risiko.

5. Menghitung besaran beban biaya kompensasi atas risiko di Dinas Kebakaran terhadap anggaran pemerintah kota Surabaya.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian Tugas Akhir ini adalah: 1. Memberikan penilaian terhadap risiko

pekerjaan pemadam kebakaran pada tiap jabatan.

2. Memberikan rekomendasi besaran kompensasi atas risiko fisik pekerjaan pemadam kebakaran pada tiap jabatan.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian terdiri dari batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian.Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Jabatan pekerjaan yang diteliti hanya

pada Bagian Operasional Dinas Kebakaran Kota Surabaya yang ditugaskan dalam pemadaman kebakaran yang terdiri dari :komandan peleton, komandan regu, anggota pasukan juru padam, juru mudi dan staff operasional khusus yang diterjunkan pada kejadian kebakaran besar.

2. Identifikasi risiko pekerjaan hanya terkait risiko fisik murni yang dihadapi oleh pegawai.

3. Kompensasi yang dihitung hanya berupa kompensasi finansial saja. Asumsi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah: 1. Selama pengamatan tidak terdapat

perubahan struktur organisasi, wewenang, dan job description jabatan yang diamati.

2. Kejadian kebakaran tidak berbeda jauh dari tahun sebelumnya.

2. Metodologi Penelitian

Adapun sistematika penulisan tugas akhir ini Metode penelitian terdiri dari tahapan-tahapan proses penelitian yang dilakukan. Secara umum terdapat empat tahapan yang akan dilakukan yaitu tahap identifikasi permasalahan, tahap pengumpulan dan pengolahan data, tahap analisis dan intrepetasi data, dan tahap kesimpulan dan saran.

Tahap Identifikasi masalah dan studi pustaka merupakan tahap awal penelitian. Melalui tahap ini, dilakukan kajian akan permasalahan meliputi pengkajian terhadap

Page 4: PERHITUNGAN NILAI KOMPENSASI ATAS RISIKO KERJA … · equal, and be the highest value followed by the driver position and operational staff. The calculation ... job descriptionBerikut

4

organisasi Dinas Kebakaran, pengkajian peraturan-peraturan terkait Dinas Kebakaran dan pemberian kompensasi. Proses studi literatur yang dilakukan merupakan prosesng pengkajian dan diskusi mengenai kompensasi, manajemen risiko yang ada dalam buku, penelitian terdahulu, jurnal dan internet. Pemahan yang mendalam terhadap permasalahan dan literatur ini digunakan untuk membangun metodolgi penelitian atau penyelesaian permasalahan.

Tahap kedua adalah tahap pengumpulan dan pengolahan data. Data yang dikumpulkan dan diolah terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari observasi, wawancara, pengisian kuesioner dan focus group discussion. Sedangkan data-data sekunder diperoleh dari Dinas Kebakaran, data dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya dan data-data dari sumber atau literatur lainnya. Tahapan ini terdiri dari tahap identifikasi proses bisnis, tahap analisis pekerjaan, tahap identifikasi risiko, tahap analisis risiko, tahap evaluasi risiko, tahap konversi nilai risiko ke perhitungan finansial dan tahap perhitungan beban anggaran pemerintah kota.

Tahap analisis dan intepretasi data merupakan penjelasan dan kajian secara mendalam terhadap hasil pengolahan data yang dilakukan pada tahap pengumpulan dan pengolahan data. Tahap akhir dari penelitian ini adalah membuat kesimpulan hasil penelitian dan saran. 3. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data terkait langkah-langkah penelitian. Data awal yang dikumpulkan mengenai organisasi Dinas Kebakaran Kota Surabaya. Data profil organisasi membantu peneliti memahami objek penelitian lebih mendalam. Data-data profil juga digunakan mendukung perhitungan pada tahapan berikutnya.

5.1 Tahap Identifikasi Proses Bisnis

Pemadaman Kebakaran Proses bisnis kegiatan pemadaman

kebakaran melibatkan 2 bagian yaitu bagian informasi dan bagian operasional pemadaman. Bagian informasi yang bertanggungjawab petugas piket, sedangkan bagian operasional pemadaman terdiri dari beberapa jabatan yaitu : pasukan juru padam, komandan peleton, komandan regu dan juru mudi. Pada kasus

kebakaran besar, Dinas Kebakaran menugaskan staf operasional untuk turut memantau dan membantu pemadaman kebakaran khususnya terkait hal-hal yang sifatnya strategis. Petugas piket bertugas di pos piket di kantor Dinas Pemadaman sedangkan petugas operasional pemadaman bersiaga di tiap UPTD dan Pos Pembantu.

Pemberangkatan tim pemadam kebakaran dipimpin kepala peleton dan kepala regu. Tim diangkut di kendaraan pemadam kebakaran yang dikemudikan oleh juru mudi. Juru mudi memiliki tanggungjawab untuk mengantarkan tim pemadam kebakaran agar segera mencapai tempat kejadian kebakaran dengan selamat. Sesampaianya di lokasi kebakaran tim pemadam kebakaran bertugas sesuai peran atau fungsi masing-masing. Komandan peleton bertugas untuk berkordinasi dengan masyarakat sekitar dan pihak-pihak terkait, menganalisis besaran kebakaran untuk dilaporkan melalui radio kepada petugas piket, semua UPTD dan Pos Pembantu. Jika komandan peleton menilai butuh bantuan tim pemadam kebakaran lain maka dia akan melaporkan ke petugas piket. Petugas piket kemudian yang menugaskan UPTD atau Pos Pembantu terdekat untuk memberikan bantuan.

Komandan regu bertugas memimpin pasukan di regunya dalam melakukan pemadaman kebakaran. Komandan regu harus berkordinasi dengan komandan peleton dalam mengatur strategi pemadaman kebakaran. Anggota pasukan juru padam pada waktu awal kedatangan langsung menggelar peralatan dan melakukan pemadaman sesuai arahan dari komandan regu atau komandan peleton. Anggota pasukan juru padam bertugas memegang pipa scroll untuk menyemprotkan air di area kebakaran. Juru mudi dalam hal ini bertugas mengoperasikan pompa dan mengatur tekanan pompa. Juru mudi juga bertanggungjawab untuk mencari air di tempat terdekat lokasi kejadian kebakaran.

Setelah api berhasil dipadamkan tim pemadam kebakaran kemudian melakukan pembasahan di area kebakaran. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari api tersulut kembali. Komandan peleton harus tetap menjaga komunikasi dengan petugas piket, UPTD dan Pos Pembantu melalui radio dan melaporkan jika kebakaran telah berhasil dipadamkan. Dengan demikian petugas piket bisa mencatat waktu pemadaman dari tiap

Page 5: PERHITUNGAN NILAI KOMPENSASI ATAS RISIKO KERJA … · equal, and be the highest value followed by the driver position and operational staff. The calculation ... job descriptionBerikut

5

kejadian kebakaran. Jika kegiatan pemadaman dan evakuasi selesai dilakukan maka tim akan membersihkan semua fasilitas, melakukan inventarisasi, mengisi kendaraan dengan bahan bakar dan air sehingga siap untuk digunakan lagi. Untuk mengetahui flowchart proses bisis pemadaman kebakaran bisa dilihat pada lampiran. 5.2 Analisis Pekerjaan Pemadam

Kebakaran Analisis pekerjaan dilakukan melalui

pengajian job description, observasi dan wawancara dengan tiap jabatan serta menganalisis video kegiatan pemadaman kebakaran yang dilakukan Dinas Kebakaran Surabaya. Proses analisis dimulai dengan identifikasi job description. Berikut ini contoh analisis pekerjaan pada salah satu jabatan untuk mengetahui aktivitas-aktivitas teknis yang dilakukan.

Job description komandan regu : Setiap Dinas pagi, mengawasi, mengecek dan membersihkan semua peralatan perorangan, mobil unit pemadam kebakaran dan mobil rescue.Aktivitas teknis dari job description tersebut yaitu : - Mengecheck bahan bakar - Mengecheck air - Mengecheck air radiator - Memanaskan mesin mobil - Mengechek tekanan udara pada ban - Mengecheck perlengkapan pribadi seperti

: pakaian tahan panas, helm pelindung, masker, sepatu dll

5.3 Tahap Identifikasi Risiko Pekerjaan

Pemadam Kebakaran Risiko pekerjaan pemadam kebakaran

diidentifikasikan berdasarkan pada aktivitas teknis pekerjaan dan lingkungan fisik pekerjaan. Risiko yang terkait aktivitas teknis pekerjaan diidentifikasikan berdasarkan proses bisnis dan analisis pekerjaan pada tahap sebelumnya. Sedangkan risiko yang terkait dengan lingkungan kerja diidentifikasikan melalui bantuan ahli Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada aktivitas focus group discussion. Identifikasi risiko dalam hal ini terdiri dari dua tahap yaitu identifikasi paparanpotensi risiko dan identifikasi dampak risiko. Ada 5 jabatan kerja yang akan diidentifikasikan risikonya karena jabatan tersebut diasumsikan memiliki tingkat risiko tinggi. Jabatan tersebut meliputi : komandan

peleton, komandan regu, anggota pasukan juru padam, juru mudi dan staf bagian operasional.

Paparan risiko yang diidentifikasikan pada pekerjaan operasional pemadam kebakaran merupakan potential hazard yang meliputi physical hazard, chemical hazard, electrical hazard, mechanical hazard dan biological hazard. Sedangkan untuk pshicological hazard dan ergonomic hazard tidak diidentifikasikan karena bukan termasuk paparan risiko fisik murni dari pekerjaan, tetapi ada faktor-faktor personal, tata cara kerja dan teknologi yang juga mempengaruhi munculnya paparan atau potensi risiko tersebut. Bahaya-bahaya (hazards) tersebut mengakibatkan penyakit akibat kerja (occupational desease). Tabel 3.1 berikut ini merupakan hasil identifikasi paparan risiko pada aktivitas pemadaman kebakaran yang dilakukan pegawai operasional Dinas Kebakaran secara umum.

Tabel 3.1 Identifikasi paparan risiko No Potensial

Hazard Identifikasi paparan

risiko 1. Physical

Hazard Kebisingan Suhu panas (heat stress)

2. Chemical Hazard

Emisi Gas CO Emisi Gas NO2 Emisi Gas H2S Emisi PCB Emisi Silika Bebas Emisi Timah Hitam/Plumbun Emisi Seng Klorida Emisi gas lain

3. Electrical Hazard

Tersengat aliran listrik

4. Mechanical Hazard

Getaran pada scroll selang penyemprot air dan mobil

5. Biological Hazard

Terpapar bakteri dan parasit

Selain berpotensi terpapar bahaya-

bahaya di atas, pekerja operasional juga berpotensi mengalami kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang berpotensi terjadi pada kegiatan pemadaman kebakaran meliputi :

- Jatuh - Kejatuhan material atau terkena

serpihan material - Tersulut api - Tersengat aliran listrik - Tergores atau tertusuk benda tajam - Kecelakaan di perjalanan

Page 6: PERHITUNGAN NILAI KOMPENSASI ATAS RISIKO KERJA … · equal, and be the highest value followed by the driver position and operational staff. The calculation ... job descriptionBerikut

6

Dampak risiko diidentifikasikan berdasarkan risiko yang diterima dan kondisi lingkungan kerja. Dampak risiko bisa berupa peyakit/gangguan kesehatan dan dampak kecelakaan kerja. Tingkat dampak risiko yang dialami oleh tiap jabatan/unit kerja berbeda tergantung dari job description yang dimiliki. Selain dampak berupa penyakit/gangguan kesehatan, pegawai operasional juga berpotensi mengalami dampak yang diakibatkan kecelakaan kerja. 5.4 Tahap Analisis Risiko Pekerjaan

Pemadam Kebakaran Pada tahap analisis risiko dilakukan

penilaian terhadap paparan/potensi dan dampak risiko yang sebelumnya sudah diidentifikasi. Pada tahap ini akan disusun kuisioner penilaian risiko. Kuesioner penilaian risiko dibuat berdasarkan hasil identifikasi paparan dan dampak risiko pada tahap sebelumnya.

Tahapan penilaian risiko ini berbeda dengan model penilaian risiko pada metode AS/NZS 4360:2004 pada umumnya. Risiko pekerjaan pada kegiatan pemadaman memiliki karakteristik yang unik sehingga perlu dikembangkan model penilaian yang lain. Pada penelitian ini, ada dua kuesioner yang dibuat. Kuesioner pertama merupakan kuesioner penilaian paparan/potensi risiko. Hasil pengolahan data pada kuesioner pertama digunakan untuk menyusun kuesioner ke dua yaitu kuesioner penilaian likelihood dampak risiko.

Penilaian paparan/potensi risiko dihitung dengan mengalikan tingkat paparan/potensi risiko (level of occurance) dengan frekuensi terpapar risiko. Penilaian level of occurance dilakukan oleh ahli (expert judgment) dalam hal ini dilakukan oleh kepala bagian operasional Dinas Kebakaran. Sedangkan untuk frekuensi terpapar/ terkena potensi risiko diisi berdasarkan data kegiatan pemadaman kebakaran yang dilakukan selama satu tahun. Data yang digunakan adalah data pemadaman kebakaran tahun 2009.

Pada kuesioner penilaiaan paparan/potensi risiko, tingkat paparan/potensi yang terjadi diklasifikasikan menjadi 5, berdasarkan tingkat potensi bahaya kebakaran sesuai Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomer 186 tahun 1999 yaitu : bahaya kebakaran ringan, bahaya kebakaran sedang I,

bahaya kebakaran sedang II, bahaya kebakaran sedang III dan bahaya kebakaran berat.

Database yang dimiliki oleh Dinas Kebakaran Kota Surabaya tidak menggunakan klasifikasi di atas. Dinas Kebakaran Kota Surabaya melakukan pendataan kebakaran atas 5 klasifikasi yaitu: bangunan perumahan, bangunan umum, bangunan industri, kendaraan dan lain-lain. Klasifikasi yang digunakan oleh Dinas Kebakaran Surabaya tidak digunakan sebagai skema penilaian risiko karena klasifikasi tersebut tidak menunjukkan tingkat bahaya. Oleh karenanya pada penilaian paparan risiko, peneliti memilih menggunakan klasifikasi kebakaran berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomer 186 tahun 1999. Kelemahan dari penggunaan klasifikasi ini adalah data yang akan dimasukkan sebagai frekuensi harus diasumsikan. Data kebakaran pada bangunan perumahan, bangunan umum, kendaraan dan lain-lain diasumsikan merupakan jenis kebakaran berbahaya ringan. Sedangkan untuk data kebakaran pada industri dibagi rata dalam klasifikasi bahaya kebakaran sedang I, bahaya kebakaran sedang II, bahaya kebakaran sedang III dan bahaya kebakaran berat.

Berikut ini proses penilaian paparan/potensi risiko yang dilakukan :

.... (3.1)

Keterangan : Li : level of occurrence (tingkat

paparan/potensi risiko) yang dinilai oleh ahli

Xi : jumlah kejadian kebakaran pada jenis bahaya kebakaran i pada jangka waktu satu tahun

X : total kejadian kebakaran pada jangka waktu satu tahun

............................ (3.2) Keterangan :

Nilai dampak paparan risiko bukan menunjukakan nilai consequences. Nilai ini hanya digunakan untuk men-generate dampak yang memiliki kemungkinan besar muncul yaitu dipilih 10 dampak dengan nilai gabungan tertinggi. Nilai gabungan merupakan akumulasi nilai pada dampak yang sama dari paparan risiko yang berbeda.

Page 7: PERHITUNGAN NILAI KOMPENSASI ATAS RISIKO KERJA … · equal, and be the highest value followed by the driver position and operational staff. The calculation ... job descriptionBerikut

7

Tabel 3.2 berikut menunjukkan hasil penilaian paparan risiko jabatan pekerjaan komandan peleton :

Tabel 3.2 Penilaian paparan risiko komandan peleton

Dampak gabungan diidentifikasikan dari pengakumulasian poin dampak paparan/potensi risiko. Poin dampak risiko diambil dari nilai paparan pada kuesioner I. Dari hasil akumulasi tersebut, dampak gabungan risiko diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : dampak penyakit/gangguan kesehatan akibat kerja, dan dampak yang diakibatkan kecelakaan kerja. Berikut tabel 3.3 dan tabel 3.4 hasil dampak gabungan.

Tabel 3.3 Dampak penyakit/gangguan kesehatan

akibat kerja

Tabel 3.4 Dampak kecelakaan kerja

Ringan Sedang I Sedang II Sedang III Berat Ringan Sedang I Sedang II Sedang III BeratEmisi Gas SO2 4 5 5 5 5 3.52 0.15 0.15 0.15 0.15 4.12Emisi Pb (timbal) 4 5 5 5 5 3.52 0.15 0.15 0.15 0.15 4.12Emisi Silika bebas (debu) 4 5 5 5 5 3.52 0.15 0.15 0.15 0.15 4.12Emisi H2S 2 2 2 2 2 1.76 0.06 0.06 0.06 0.06 2Emisi CO 4 5 5 5 5 3.52 0.15 0.15 0.15 0.15 4.12Emisi NO2 4 5 5 5 5 3.52 0.15 0.15 0.15 0.15 4.12Emisi Timah Hitam/Plumbum 4 5 5 5 5 3.52 0.15 0.15 0.15 0.15 4.12Emisi Seng Klorida (ZnCl2) 4 5 5 5 5 3.52 0.15 0.15 0.15 0.15 4.12PCB (terkandung dalam tiner, cat, plastik, kertas dll) 4 5 5 5 5 3.52 0.15 0.15 0.15 0.15 4.12Lainnya

2 4 4 4 4 4 3.52 0.12 0.12 0.12 0.12 43 4 4 4 4 4 3.52 0.12 0.12 0.12 0.12 44 4 5 5 5 5 3.52 0.15 0.15 0.15 0.15 4.125 3 3 3 3 3 2.64 0.09 0.09 0.09 0.09 36 4 5 5 5 5 3.52 0.15 0.15 0.15 0.15 4.127 5 5 5 5 5 4.4 0.15 0.15 0.15 0.15 58 5 5 5 5 5 4.4 0.15 0.15 0.15 0.15 59 5 5 5 5 5 4.4 0.15 0.15 0.15 0.15 5

10 5 5 5 5 5 4.4 0.15 0.15 0.15 0.15 511 5 5 5 5 5 4.4 0.15 0.15 0.15 0.15 512 Lainnya (disebutkan jika ada) tidak terdefinisi

Penilaian level of occurance Hasil kali dengan faktor pengali Rata-rata Nilai

tidak terdefinisi

KOMANDAN PELETON

Bakteri dan parasit

Tersengat aliran listrikKecelakaan pada waktu perjalanan

Klasifikasi Potensi Bahaya Kebakaran

KebisinganHeat stress (paparan panas)

Tersulut ApiTergores atau tertusuk benda tajamKejatuhan/terkena materialJatuh

No Jenis Paparan/ ResikoKlasifikasi Potensi Bahaya Kebakaran

1

Paparan Gabungan

yang Terhirup

Vibrasi/ Getaran tubuh sebagian diakibatkan

1

Gangguan pernafasan kronis : iritasi pada hidung dantenggorokan, flu, batuk, syaraf pembau terganggu, batukberdahak, radang saluran pernafasan, dada terasasakit/nyeri sementara, pernafasan tersengal-sengal

2

Gangguan pernafasan akut : sesak nafas, batuk parah(menahun), kerusakan permanen syaraf pembau,pendarahan pada saluran pernafasan,batuk darah, infeksidan peradangan pada paru-paru, bronkitis

3 Sakit kepala, pusing, gangguan konsentrasi, gangguan tidur(insomnia)

4 Iritasi pada kulit, gatal-gatal pada kulit5 Kelelahan, tegang pada otot dan badan terasa lemah6 Iritasi pada mata, sakit pada mata

7 Gangguan pencernaan : mual, muntah, gangguanmetabolisme

8 Nafsu makan berkurang, berat badan menurun9 Kehilangan kesadaran, pingsan10 Gangguan pada jantung11 Demam, peningkatan suhu badan

No Penyakit/Gangguan Kesehatan yang Dialami

1Luka ringan yang diakibatkan kecelakaan pada waktu bekerja, cukup dengan pertolongan pertama

2Luka sedang yang diakibatkan kecelakaan pada waktu bekerja, perlu mendapatkan perawatan medis

3Luka parah yang diakibatkan kecelakaan pada waktu bekerja, perlu mendapatkan perawatan medis yang serius, waktu pemulihan lama

4Luka sangat parah yang diakibatkan kecelakaan pada waktu bekerja, mengakibatkan cacat atau tidak berfungsinya bagian tubuh tertentu

5 Kecelakaan yang berakibat kematian

6Tersengat listrik yang berakibat sensasi kejut terasa namun tidak menyakitkan dan tidak menyebabkan hilangnya kendali atas otot ( 1 - 8 mA)

7Tersengat listrik yang berakibat sensasi kejut terasa menyakitkan namun tidak menyebabkan hilangnya kendali atas otot ( 8 - 15 mA)

8Tersengat listrik yang berakibat sensasi kejut terasa menyakitkan dan menyebabkan hilangnya kendali atas otot serta susah bernafas ( 15 - 20 mA)

9

Tersengat listrik yang berakibat sensasi kejut terasa menyakitkan, disertai dengan kontraksi pada otot serta menyebabkan hilangnya kendali atas otot ( 20 - 50 mA)

10

Tersengat listrik yang berakibat terjadinya VF (kontraksi pada otot cardiac dari ventrikel) pada jantung dan menyebabkan kematian. Selain itu juga menyebabkan kantraksi otot dan kerusakan syaraf ( 50 - 200 mA)

11Tersengat listrik yang berakibat korban terbakar hebat dan berkontraksinya otot. Korban tidak mungkin dapat bernafas selama mengalami kejutan (di atas 200 mA)

No Dampak Kecelakaan Kerja yang Terjadi

Page 8: PERHITUNGAN NILAI KOMPENSASI ATAS RISIKO KERJA … · equal, and be the highest value followed by the driver position and operational staff. The calculation ... job descriptionBerikut

8

Penilaian consequence menunjukkan tingkat keparahan dampak. Sebelum dilakukan penilaian consequence dilakukan terlebih dahulu pendefinisian kategori consequence. Kategori consequence dihasilkan dari diskusi pada FGD 1 dengan pakar K3. Dari hasil diskusi tersebut ditetapkan 5 kategori consequence sesuai model AS/NZS 4360:2004. Penilaian kategori didasarkan pada waktu recovery setelah mengalami gangguan kesehatan atau kecelakaan kerja.

Tabel 3.5 Kategori penilaian consequence

Penilaian likelihood dilakukan oleh staf bagian operasional Dinas Kebakaran Kota Surabaya yang biasa turun di lapangan. Penilaian dilakukan terhadap tiap jabatan yang bertugas di lapangan berdasarkan kategori likelihood. Kategori likelihood yang digunakan ada 2 macam yaitu kategori likelihood untuk dampak penyakit/gangguan kesehatan akibat kerja, dan kategori likelihood untuk kecelakaan kerja. Kategori tersebut didiskusikan dengan pakar K3. Kedua kategori tersebut dibedakan karena mempunyai karakteristik bahaya yang berbeda. Berikut tabel 3.6 menunjukkan kategori penilaian likelihood dampak risiko penyakit/gangguan kesehatan :

Tabel 3.6 Kategori penilaian likelihood dampak

risiko penyakit/gagguan kesehatan

Tabel 3.6 Kategori penilaian likelihood dampak risiko penyakit/gagguan kesehatan (lanjutan)

Berikut ini tabel 3.7 menunjukkan kategori penilaian likelihood dampak risiko penyakit/gangguan kesehatan :

Tabel 3.7 Kategori penilaian likelihood dampak

risiko kecelakaan kerja

5.5 Tahap Evaluasi Risiko

Ada dua tahapan utama dalam proses ini, yaitu tahap perhitungan nilai risiko dan tahap pemetaan risiko ke dalam peta risiko (risk map). Penghitungan nilai risiko dilakukan setelah mengetahui nilai likelihood dan consequences dari masing-masing dampak risiko. Penilaian risiko dilakukan dengan mengalikan nilai consequence dengan nilai likelihood.

Nilai risiko dari masing-masing dampak risiko penyakit/gangguan kesehatan dapat dilihat pada tabel 3.8 di bawah ini :

Tabel 3.8 Penilaian dampak risiko

penyakit/gangguan kesehatan

Skala Nilai Sebutan Penjelasan Skala Penilaian

1 InsignificantWaktu recovery kurang dari 1 hari

2 MinorWaktu recovery lebeih dari 1hari hingga 1 minggu

3 ModerateWaktu recovery lebih dari 1 minggu hingga 1 bulan

4 MajorWaktu recovery lebih dari 1 bulan hingga 3 bulan

5 CatasthropicWaktu recovery lebih dari 3 bulan atau bahkan tidak tertolong.

Skala Nilai Sebutan Penjelasan Skala Penilaian

1 RarePenyakit/gangguan kesehatan mungkinterjadi pada pegawai dalam kurun waktu10 tahun bekerja

2 UnlikelyPenyakit/gangguan kesehatan mungkinterjadi pada pegawai dalam kurun waktu1 tahun bekerja

3 PossiblePenyakit/gangguan kesehatan mungkinterjadi pada pegawai dalam kurun waktu6 bulan bekerja

Skala Nilai Sebutan Penjelasan Skala Penilaian

4 LikelyPenyakit/gangguan kesehatan mungkinsekali terjadi pada pegawai dalam kurunwaktu 1 bulan bekerja

5 Almost Certain

Penyakit/gangguan kesehatan hampir

pasti terjadi pada pegawai setiap

menjalankan tugas pemadaman kebakaran

Skala Nilai Sebutan Penjelasan Skala Penilaian

1 RareKejadian tersebut sangat jarang terjadi,tidak pernah terjadi selama 10 tahunterakhir

2 UnlikelyKejadian tersebut jarang terjadi, mungkinhanya 1 kali selama 10 tahun terakhir

3 PossibleKejadian tersebut mungkin terjadi 1 kaliselama 1 tahun

4 LikelyKejadian tersebut mungkin sekali terjadi1 kali selama 1 bulan

5 AlmostKejadian hampir pasti terjadi setiap bertugas memadamkan kebakaran

KP KR AP JM SO1 Gangguan pernafasan kronis : iritasi pada

hidung dan tenggorokan, flu, batuk, syaraf pembau terganggu, batuk berdahak, radang saluran pernafasan, dada terasa sakit/nyeri sementara, pernafasan tersengal-sengal

10 10 10 8 8

2 Gangguan pernafasan akut : sesak nafas, batuk parah (menahun), kerusakan permanen syaraf pembau, pendarahan pada saluran pernafasan,batuk darah, infeksi dan

12 12 12 8 4

3 Sakit kepala, pusing, gangguan konsentrasi, gangguan tidur (insomnia) 10 10 10 10 10

No Penyakit/Gangguan Kesehatan yang Dialami

Nilai Risiko

Page 9: PERHITUNGAN NILAI KOMPENSASI ATAS RISIKO KERJA … · equal, and be the highest value followed by the driver position and operational staff. The calculation ... job descriptionBerikut

9

Tabel 3.8 Penilaian dampak risiko penyakit/gangguan kesehatan (lanjutan)

Nilai risiko dari masing-masing dampak risiko kecelakaan kerja dapat dilihat pada tabel 3.9 di bawah ini :

Tabel 3.9 Penilaian dampak risiko kecelakaan kerja

Penilaian risiko pada table di atas dilakukan kepada 5 jabatan. Inisial KP merupakan komandan peleton, inisial KR merupakan komandan regu, inisial AP merupakan anggota pasukan juru padam, inisial JM merupakan juru mudi dan inisial SO merupakan staf operasional yang membantu kegiatan pemadaman kebakaran di lapangan.

Peta risiko dibuat berdasarkan hasil dari pernghitungan nilai likelihood, consequences dan tingkat risiko pada masing-masing potensi risiko. Peta risiko dibuat pada tiap jabatan sesuai standar AS/ NZS 4360. Pada peta risiko, dampak penyakit/gangguan

kesehatan diberikan identitas dengan huruf A, sedangkan dampak risiko kecelakaan kerja diberikan identitas dengan huruf B. Kemudian angka setelah inisial huruf A atau B menunjukkan jenis dampak sesuai tabel 3.3 dan tabel 3.4 di atas. Berikut peta risiko komandan peleton ditunjukkan gambar 3.1.

Gambar 3.1 Peta risiko komandan peleton

Dari peta risiko komandan peleton di

atas maka berikut gambar 3.2 menunukkan proporsi dari tiap tingkat risiko.

Gambar 3.2 Proporsi kategori risiko kerja

komandan peleton

Semua jabatan digambarkan dalam peta risiko di atas untuk mengetahui gambaran dari risiko yang dihadapi oleh tiap jabatan. 5.6 Tahap Konversi Nilai Risiko ke

Dalamn Ukuran Finansial Mekanisme pengkorvesian risiko ke

dalam satuan finansial ditentukan melalui kajian dan diskusi dengan pakar yang

KP KR AP JM SO4 Iritasi pada kulit, gatal-gatal pada kulit 10 10 10 8 65 Kelelahan, tegang pada otot dan badan

10 10 10 10 8

6 Iritasi pada mata, sakit pada mata 10 10 10 8 87 Gangguan pencernaan : mual, muntah,

10 10 10 8 8

8 Nafsu makan berkurang, berat badan menuru 8 8 8 6 69 Kehilangan kesadaran, pingsan 3 3 3 1 110 Gangguan pada jantung 15 15 15 5 511 Demam, peningkatan suhu badan 5 5 5 4 2

103 103 103 76 66

No Penyakit/Gangguan Kesehatan yang Dialami

Nilai Risiko

Total nilai risiko

KP KR AP JM SO1 Luka ringan yang diakibatkan kecelakaan

pada waktu bekerja, cukup denganpertolongan pertama

10 10 10 6 4

2 Luka sedang yang diakibatkan kecelakaanpada waktu bekerja, perlu mendapatkan

9 9 12 6 3

3 Luka parah yang diakibatkan kecelakaanpada waktu bekerja, perlu mendapatkanperawatan medis yang serius, waktu

12 12 12 8 4

4 Luka sangat parah yang diakibatkankecelakaan pada waktu bekerja,mengakibatkan cacat atau tidak

10 10 15 10 5

5 Kecelakaan yang berakibat kematian 5 5 15 10 56 Tersengat listrik yang berakibat sensasi

kejut terasa namun tidak menyakitkan dantidak menyebabkan hilangnya kendali atas

3 3 3 1 1

7 Tersengat listrik yang berakibat sensasikejut terasa menyakitkan namun tidakmenyebabkan hilangnya kendali atas otot (

6 6 6 2 2

8 Tersengat listrik yang berakibat sensasikejut terasa menyakitkan danmenyebabkan hilangnya kendali atas otot

6 6 6 3 3

9 Tersengat listrik yang berakibat sensasikejut terasa menyakitkan, disertai dengankontraksi pada otot serta menyebabkan

8 8 8 4 4

10 Tersengat listrik yang berakibatterjadinya VF (kontraksi pada otot cardiac dari ventrikel) pada jantung danmenyebabkan kematian. Selain itu juga

5 5 5 5 5

11 Tersengat listrik yang berakibat korbanterbakar hebat dan berkontraksinya otot.Korban tidak mungkin dapat bernafas

5 5 5 5 5

79 79 97 60 41Total nilai risiko

No Dampak Kecelakaan Kerja yang Terjadi

Nilai Risiko

Almost Certain 5 A11

A1, A3, A4, A5, A6, A7,

B1

Likely 4 A8

Possible 3 A9, B6 B7 B2 A2, B3 A10

Unlikely 2 B8 B9 B4

Rare 1 B5, B10, B11

1 2 3 4 5Insignificant Minor Moderate Major Catasthropic

Keterangan : Extreme risk Hight risk Moderate risk Low risk

A : Risiko penyakit/gangguan kesehatan akibat kerjaB : Risiko kecelakaan kerja

PETA RISIKO KOMANDAN PELETON

Consequences

Like

lihoo

d

18%

64%

9%9%

Proporsi kategori risiko kerja komandan peleton

Extreme risk

Hight risk

Medium risk

Low risk

Page 10: PERHITUNGAN NILAI KOMPENSASI ATAS RISIKO KERJA … · equal, and be the highest value followed by the driver position and operational staff. The calculation ... job descriptionBerikut

10

dilakukan pada FGD 2. Pada tahap ini peneliti ingin merancang sebuah metodologi perhitungan kompensasi atas risiko. Selanjutnya dilakukan perhitungan kompensasi pada tiap jabatan.

FGD 2 dilaksanakan untuk mendiskusikan pengkonversian risiko kerja dalam bentuk kompensasi financial langsung. Kegiatan FDG 2 yang diadakan peneliti dihadiri oleh ahli dalam bidang human resouces management dan ahli dalam bidang administrasi kesehatan. Selain dari ahli, FGD 2 juga dihadiri perwakilan Dinas Kebakaran Surabaya dari Bagian Operasional dan juga dari Bappeko bagian Bina Sarana yang menangani masalah anggaran.

Dari diskusi dengan pakar, penyakit yang diakibatkan kerja bisa dihitung nilai rataan finansialnya. Biaya pengobatan tersebut bisa berupa biaya pengobatan inap atau biaya pengobatan jalan. Biaya-biaya tersebut diatur dalam daftar tarif tiap diagnosa RS Umum dan Khusus kelas C dan D. Besaran kompensasi risiko kesehatan yang diderita pegawai bisa dengan mengkonversi besaran risiko ke dalam satuan finansial berdasarkan daftar tersebut. Biaya kompensasi risiko gangguan kesehatan bisa diberikan secara anual dengan asumsi-asumsi tertentu. Untuk kasus kecelakaan kerja sebaiknya perusahaan atau organisasi memiliki asuransi kerja apalagi untuk pekerjaan yang berisiko tinggi. 3.7 Perhitungan Nilai Finansial Atas

Risiko Berdasarkan Konsep Hazard Pay Pengkonversian risiko kerja ke dalam

satuan financial merupakan konsep hazard pay. Hazard pay merupakan bayaran tambahan untuk melakukan tugas berbahaya atau pekerjaan yang melibatkan penderitaan fisik. Konsep hazard pay menilai ketidaknyamanan fisik ekstrim dan bahaya pada pekerjaan tidak cukup diatasi dengan perangkat pelindung. Pekerja atau pegawai seharusnya diberikan bayaran (kompensasi) atas ketidaknyamanan fisik ektrim dan bahaya.

Perhitungan hazard pay atas risiko kerja pemadam kebakaran dihitung melalui pendekatan biaya perawatan yang diberikan atas penyakit tertentu yang merupakan dampak risiko kerja. Biaya perawatan yang digunakan acuan yaitu tarif perawatan jalan rumah sakit kelas C dan D sesuai standar

INA DRG. Berikut ini langkah-langkah yang digunakan untuk menghitung kompensasi atas risiko kerja :

1. Dampak risiko yang dihitung nilai kompensasinya adalah dampak penyakit/gangguan kesehatan akibat kerja pada level extreme risk, high risk dan medium risk. Dampak kecelakaan kerja tidak dihitung nilai kompensasinya karena kompensasi kecelakaan kerja bukan berupa kompensasi langsung tetapi merupakan kompensasi tidak langsung yang harus dimasukkan dalam asuransi kecelakaan kerja.

2. Pengenaan tarif perawatan pada dampak penyakit dihitung berdasarkan nilai rata-rata tarif perawatan jalan pada klasifikasi dampak yang sama (di lampiran).

3. Pemberian kompensasi atas risiko diklasifikasikan berdasarkan kategori likelihood dampak risiko yang telah didefinisikan sebelumnya.

4. Kompensasi yang diberikan untuk dampak risiko kategori likelihood almost certain (K5), dihitung dengan rumus berikut :

.......(3.3)

Asumsi : - Pemberian kompensasi hanya diberikan

pada dampak penyakit yang memiliki tarif perawatan tertinggi dan dianggap telah mewakili biaya perawatan untuk penyakit lain yang tiap kejadian kebakaran.

- Rata-rata kebakaran adalah 295 kejadian disesuaikan dengan rata-rata kejadian kebakaran antara tahun 2006 – 2009.

5. Kompensasi yang diberikan untuk dampak risiko kategori likelihood likely (K4), dihitung dengan rumus berikut :

...................... (3.4)

Asumsi :

- Pemberian kompensasi hanya diberikan pada dampak penyakit yang memiliki tarif perawatan tertinggi dan dianggap telah mewakili biaya perawatan untuk penyakit lain dalam waktu sebulan.

6. Kompensasi yang diberikan untuk dampak risiko kategori likelihood

Page 11: PERHITUNGAN NILAI KOMPENSASI ATAS RISIKO KERJA … · equal, and be the highest value followed by the driver position and operational staff. The calculation ... job descriptionBerikut

11

possible (K3), dihitung dengan rumus berikut :

......................... (3.5)

7. Kompensasi yang diberikan untuk

dampak risiko kategori likelihood unlikely (K2), dihitung dengn rumus berikut :

.................. (3.6)

8. Kompensasi yang diberikan untuk dampak risiko kategori likelihood rare (K1), dihitung dengn rumus berikut :

.................. (3.7)

Perhitungan kompensasi dilakukan pada tiap jabatan. Berikut ini hasil perhitungan besaran kompensasi atas risiko kerja pada jabatan komandan peleton :

Tabel 3.10 Perhitungan kompensasi atas risiko komandan peleton

3.8 Perhitungan Beban Kompensasi

Atas Risiko Bagi Pemerintah Kota Setelah melakukan perhitungan

kompensasi finansial langsung atas risiko kerja, dilakukan perhitungan beban anggaran bagi Pemerintah Kota Surabaya. Perhitungan ini digunakan sebagai acuan Pemerintah Kota untuk membuat kebijakan dalam pemberian kompensasi khususnya bagi pekerjaan berisiko tinggi seperti Dinas Kebakaran. Data personel pemadam kebakaran menggunakan data pada

bulan Oktober 2010 dan diasumsikan tidak mengalami perubahan. Kemuidan, beban anggaran Pemerintah Kota atas kompensasi risiko kerja dihitung selama 5 tahun dengan asumsi tingkat inflasi sama tiap tahun yaitu 7%. Berikut tabel 3.11 menunjukkan total biaya kompensasi atas risiko di Dinas Kebakaran Kota Surabaya hingga 5 tahun ke depan :

Tabel 3.11 Perhitungan beban kompensasi atas risiko pegawai pemadam kebakaran

1

Gangguan pernafasan kronis : iritasi pada hidung dantenggorokan, flu, batuk, syaraf pembau terganggu, batukberdahak, radang saluran pernafasan, dada terasasakit/nyeri sementara, pernafasan tersengal-sengal

5 6.146 65,457Rp

3 Sakit kepala, pusing, gangguan konsentrasi, gangguan tidur(insomnia) 5 6.146 69,620Rp

4 Iritasi pada kulit, gatal-gatal pada kulit 5 6.146 62,061Rp 5 Kelelahan, tegang pada otot dan badan terasa lemah 5 6.146 72,939Rp 6 Iritasi pada mata, sakit pada mata 5 6.146 62,061Rp

7 Gangguan pencernaan : mual, muntah, gangguanmetabolisme 5 6.146 69,233Rp

11 Demam, peningkatan suhu badan 5 6.146 62,061Rp 8 Nafsu makan berkurang, berat badan menurun 4 1.000 72,728Rp 72,728Rp

2

Gangguan pernafasan akut : sesak nafas, batuk parah(menahun), kerusakan permanen syaraf pembau,pendarahan pada saluran pernafasan,batuk darah, infeksidan peradangan pada paru-paru, bronkitis

3 0.167 72,540Rp 12,090Rp

10 Gangguan pada jantung 3 0.167 110,752Rp 18,459Rp 551,547Rp TOTAL KOMPENSASI ATAS RISIKO/BULAN

No Penyakit Penyakit/Gangguan Kesehatan yang Dialami Kompensasi Kompensasi

Total

448,271Rp

Likelihood Koefisien pengali

2011 2012 2013 2014 20151 Komandan Peleton 24 551,547Rp 13,237,133Rp 14,163,732Rp 15,155,193Rp 16,216,057Rp 17,351,181Rp 2 Komandan Regu 60 551,547Rp 33,092,832Rp 35,409,330Rp 37,887,983Rp 40,540,142Rp 43,377,952Rp

3 Anggota Pasukan Juru Padam 162 551,547Rp 89,350,646Rp 95,605,191Rp 102,297,555Rp 109,458,383Rp 117,120,470Rp

4 Juru Mudi 60 536,593Rp 32,195,589Rp 34,449,280Rp 36,860,730Rp 39,440,981Rp 42,201,850Rp 5 Staff Operasional 50 514,458Rp 25,722,877Rp 27,523,478Rp 29,450,121Rp 31,511,630Rp 33,717,444Rp

193,599,076Rp 207,151,012Rp 221,651,582Rp 237,167,193Rp 253,768,897Rp Beban biaya kompensasi atas risiko/tahun

Beban anggaran (bunga 7%)No Jumlah

personilJabatan Kompensasi atas risiko (Rp)

Page 12: PERHITUNGAN NILAI KOMPENSASI ATAS RISIKO KERJA … · equal, and be the highest value followed by the driver position and operational staff. The calculation ... job descriptionBerikut

12

4. Analisis dan Interpretasi Data 4.1 Analisis Proses Bisnis Kegiatan

Pemadaman Kebakaran Identifikasi proses bisnis dilakukan

untuk menggambarkan aktivitas atau proses pekerjaan pemadam kebakaran. Penggambaran tersebut digunakan untuk mengidentifikasi paparan potential hazard pekerjaan pada tiap unit atau jabatan. Dari penggambaran proses bisnis pada lampiran, kegiatan pemadaman kebakaran melibatkan petugas piket dan pemadam kebakaran yang berada di UPTD dan Pos pembantu. Dalam kondisi kebakaran besar, kegiatan pemadaman kebakaran juga dibantu oleh staf operasional. Proses bisnis kegiatan kebakaran meliputi aktivitas-aktivitas prosedural dalam memadamkan kebakaran. Aktivitas prosedural tersebut bisa menunjukkan potensi bahaya yang bisa dialami dari aktivitas tersebut melalui job analysis. 4.2 Analisis Penilaian Risiko Kerja

Pemadam Kebakaran Tahapan penilaian risiko kerja dimulai

dengan membangun konteks risiko yang akan diteliti. Konteks ini merupakan batasan dalam mengidentifikasi risiko. Konteks pertama, paparan potential hazard yang diidentifikasikan berupa risiko fisik murni. Konteks ini perlu dibangun guna menghindari perbedaan persepsi terhadap risiko yang dibahas. Konteks risiko fisik murni merupakan risiko yang bukan hanya ditimbulkan faktor internal pekerja atau lebih karena lingkungan kerja fisik. Dengan demikian, bisa dijadikan acuan pemberian kompensasi. Konteks kedua, dampak yang dihasilkan paparan potential hazard diklasifikasikan menjadi dua yaitu berupa penyakit/gangguan kesehatan akibat kerja dan dampak kecelakaan kerja.Konteks kedua ini menunjukkan bahwa dampak yang ditimbulkan karena akumulasi paparan potential hazard atau dampak yang diakibatkan karena kecelakaan. Akumulasi paparan potential hazard, misalkan menghirup asap dalam kadar tertentu akan mengakibatkan gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut bisa diduga atau diperkirakan sebelumnya. Sedangkan dalam konteks kecelakaan kerja, dampak yang terjadi bukanlah hasil akumulasi paparan potential hazard akan tetapi bersifat insidentil atau tidak terduga.

Paparan potential hazard diakibatkan dari lingkungan kerja yang berpotensi menimbulkan bahaya (potential hazard). Bahaya pada lingkungan kerja pemadam kebakaran tidak bisa diketahui dengan pasti. Langkah yang bisa dilakukan adalah memprediksi adanya potential hazard. Potential hazard yang bisa terpapar pada pegawai pemadam kebakaran bisa berupa physical hazard, chemical hazard, electrical hazard, mechanical hazard dan biological hazard.

Penilaian paparan potential hazard dilakukan di tiap klasifikasi kebakaran. Penilaian menggunakan skala likert (1-5) yang menunjukkan tingkat paparan potential hazard. Penilaian ini dilakukan oleh ahli (kepala bagian operasional Dinas Kebakaran) pada kuesioner penilaian. Hasil penilaian pada pada tiap klasifikasi kebakaran tersebut dikalikan proporsi kejadian pada klasifikasi tersebut. Hasil kali tersebut kemudian diakumulasikan menjadi nilai paparan potential hazard tersebut.

Nilai paparan potential hazard yang dihasilkan dari proses perhitungan tersebut dijadikan poin atas dampak yang dihasilkan dari potential hazard tersebut. Poin dampak di sini bukan menunjukkan nilai keparahan dari dampak ataupun tingkat keseringan dari dampak tersebut. Poin tersebut hanya dipakai untuk men-generate dampak gabungan.

Dampak yang memiliki kesamaan atau kemiripan jenis penyakit digabungkan menjadi satu dan poinnya diakumulasikan. Dampak-dampak gabungan tersebut diurutkan berdasarkan poin gabungan. Dampak yang memiliki poin gabungan tertinggi dijadikan input dampak risiko yang akan dinilai dalam kuesioner penilaian risiko.

Penilaian dampak risiko dilakukan dengan mengalikan consequence dengan likelihood. Dari kategori consequence dan likelihood dihasilkan pemetaan risiko. Dari intepretasi pemetaan risiko di atas, dapat disimpulkan bahwa pekerjaan pemadam kebakaran dengan jabatan anggota pasukan juru padam memiliki tingkat risiko tertinggi. Meskipun demikian, risiko yang dihadapi oleh anggota pasukan juru padam dengan komandan peleton, komandan regu tidaklah jauh berbeda. Sedangkan untuk jabatan juru mudi memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dan disusul staf operasional dengan tingkat risiko terendah.

Page 13: PERHITUNGAN NILAI KOMPENSASI ATAS RISIKO KERJA … · equal, and be the highest value followed by the driver position and operational staff. The calculation ... job descriptionBerikut

13

Peta risiko biasanya digunakan sebagai dasar melakukan mitigasi. Karena penelitian ini bertujuan untuk menentukan kompensasi maka peta risiko digunakan untuk menentukan jenis risiko yang dikompensasi. Kebijakan pemberian kompensasi finansial diberikan untuk extreme risk dan high risk dan medium risk sedangkan untuk low risk tidak dikompensasi. 4.3 Analisis Konversi Nilai Risiko ke

Dalam Ukuran Finansial Besaran finansial yang dihasilkan

ternyata jauh lebih besar daripada kopensasi saat ini yang diberikan atas faktor tuntutan fisik dan lingkungan kerja. Perbedaan yang cukup tinggi tersebut dikarenakan mekanisme perhitungan yang memang sangat berbeda. Perhitungan yang dilakukan pada penelitian ini mengacu pada besaran perawatan jalan yang diberikan atas munculnya dampak penyakit yang muncul sesuai tingkat keseringannya. Di sisi lain, perhitungan existing didasarkan pada klasifikasi yang sifatnya umum. Keunggulan metode perhitungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketelitian perhitungan yang didasarkan pada dampak risiko yang dialami oleh pegawai. Dengan ketentuan tersebut maka jabatan yang memiliki perbedaan dampak risiko akan mendapatkan perbedaan nilai kompensasi. Dengan demikian, pasti akan terjadi margin pada tiap jabatan yang berbeda dampak risikonya. 4.4 Analisis Beban Kompensasi Atas

Resiko Bagi Anggaran Pemerintah Kota Surabaya Dengan perubahan nilai kompensasi

atas risiko kerja maka akan mengubah beban anggaran bagi Pemerintah Kota Surabaya. Setelah dilakukan perhitungan, nilai kompensasi atas risiko kerja yang dihitung lebih tinggi daripada nilai kompensasi atas risiko kerja existing. Perbedaan yang terjadi cukup besar sehingga jika model perhitungan kompensasi atas risiko ini diberlakukan akan menambah beban anggaran Pemerintah Kota Surabaya. Besaran beban anggaran yang terjadi pada lima tahun ke depan telah dihitung pada tabel 4.39 dengan asumsi tidak ada perubahan organisasi dan nilai bunga tetap yaitu 7%. Jika skenario perhitungan kompensasi atas risko kerja ini diaplikasikan di Dinas Kebakaran maka Pemerintah Kota Surabaya pada tahun 2011 harus menambah

anggaran sebesar Rp. 122.399.076,- dari anggaran sebelumnya yang untuk alokasi yang sama sebesar Rp.71.200.000,-. 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat ditarik sesuai dengan tujuan penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Paparan risiko pekerjaan pemadam

kebakaran berupa potential hazard yang meliputi kebisingan, heat stress, gas dan partikel berbahaya pada udara (CO, NO2, H2S, PCB, Silica bebas, Pb, ZnCl dan lain-lain), aliran arus listrik, getaran pada mobil dan scroll selang, bakteri dan parasit. Potensi risiko kecelakaan meliputi jatuh, kejatuhan material, tersulut api, tersengat listrik, tergores atau tertusuk benda tajam dan kecelakaan di perjalanan.

2. Dampak risiko pekerjaan pemadam bisa berupa dampak penyakit/gangguan kesehatan akibat kerja dan dampak kecelakaan kerja.

3. Hasil penilaian dampak risiko penyakit/gangguan kesehatan pada jabatan komandan peleton, komandan regu dan anggota pasukan juru padam memiliki nilai sama. Jabatan juru mudi memiliki nilai dampak risiko penyakit/gangguan kesehatan yang lebih rendah dan disusul jabatan staf operasional. Hasil penilaian dampak risiko kecelakaan kerja menunjukkan jabatan anggota pasukan juru padam memiliki nilai tertinggi disusul jabatan komandan peleton dan komandan regu dengan nilai yang sama, selanjutnya juru mudi dan staf operasional.

4. Kompensasi finansial langsung diberikan untuk dampak risiko penyakit/gangguan kesehatan sedangkan dampak risiko kecelakaan kerja dikompensasi dengan asuransi atau Jamsostek. Hasil perhitungan kompensasi langsung atas tiap jabatan pemadam kebakaran adalah ; komandan peleton, komandan regu dan anggota pasukan juru padam memiliki nilai kompensasi yang sama yaitu Rp551.547,-, juru mudi memiliki nilai kompensasi Rp. 536.593,- dan staf operasional memiliki nilai kompensasi Rp. 514.458,-.

5. Besar beban biaya kompensasi atas risiko pegawai pemadam kebakaran selama lima tahun ke depan dengan asumsi tidak ada perubahan organisasi dan bunga 7% adalah

Page 14: PERHITUNGAN NILAI KOMPENSASI ATAS RISIKO KERJA … · equal, and be the highest value followed by the driver position and operational staff. The calculation ... job descriptionBerikut

14

Rp. 193.599.076 (tahun 2011), Rp. 207.151.012,- (tahun 2012), Rp. 221.651.582,- (tahun 2013), Rp.237.167.193,- (tahun 2014), dan Rp. 253.768.897,- (tahun 2015).

5.2 Saran

Berikut ini adalah saran dan rekomendasi : 1. Dinas Kebakaran Kota Surabaya sebaiknya

memiliki data kesehatan pegawai pemadam kebakaran. Data tersebut digunakan sebagai dasar penilaian risiko untuk tahun berikutnya sehingga penilaian yang dilakukan lebih tepat.

2. Dinas Kebakaran Kota Surabaya sebaiknya melindungi pegawainya dengan jaminan sosial tenaga kerja atau asuransi sejenis yang bisa mengcover pegawai jika terjadi kecelakaan kerja yang tidak diinginkan.

3. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan benchmark antar metode pemeberian kompensasi atas risiko sehingga bisa diketahui keunggulan dan kelemahan anatar metode pemberian kompensasi.

4. Perlu dilakukan kajian lebih mendalam tentang pengkonversian risiko pekerjaan ke dalam kompensasi finansial langsung.

6. Daftar Pustaka Council. 2006. Risk Management Standard

AS/NZS4360:2004. Council of Standards Australia and Council of Standards New Zaeland : Australia.

Dix A, Errington M, Nicholson K, Powe R.

1996. Law for the medical profession in Australia. 2nd

Djohanputro, B. 2006. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. PPM : Jakarta.

ed. Butterworth-Heinemann : Australia.

Hamzah, Ilham dan Lenni C.A. 2008. Aplikasi Manajemen Risiko AS/NZS 4360:2004 pada PT. Raharja Sinergi Komunikasi. Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Industri ITS Surabaya.

Hanafi, M. M. 2009. Manajemen Risiko Edisi Kedua. UPP STIM YKPN : Yogyakarta.

Harper, D. 2004. Introduction to Value at Risk (VaR). Investopedia : London.

http://www.freewebs.com/penyakitakibatkerja/kompensasi.htm. Diakses pada 12 Januari 2011.

http://www.freewebs.com/penyakitakibatkerja/penyakitakibatkerja.htm. Diakses pada 12 Januari 2011.

http://www.ina-drg-rr.net/pola_pikir.html. Diakses pada 12 Januari 2011.

Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum RI No 11 tahun 2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan.

Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Republik Indonesia RI No 10 tahun 2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No 186 tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.

Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tertanggal 27 Februari 1993 tentang Penyakit yang timbul karena hubungan kerja.

Krueger, R.A. 1988. Focus Group A Practical Guide for Applied Research. Sage Publications : London.

Muslich, M. 2007. Manajemen Risiko Operasional, Teori & Praktik. Bumi Aksara : Jakarta.

Mangkunegara, A.A.A.P. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Refika Aditama : Bandung.

Pedoman Pelaksanaan Evaluasi Jabatan dalam Rangka Penyusunan Struktur Gaji Pegawai Negeri Berbasis Kinerja dan Sistem Merit, Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara 2007.

Peraturan Daerah Kota Surabaya No 7 tahun 2009 tentang Bangunan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No 16 tahun 2009 tentang Standar Kualifikasi Aparatur Pemadam Kebakaran di Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No 62 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pemerintahan Dalam Negeri di Kabupaten/Kota.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20 tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 25 tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No Per-01/MEN/1981 tertanggal 4 April 1981 tentang Kewajiban melaporkan penyakit akibat kerja.

Page 15: PERHITUNGAN NILAI KOMPENSASI ATAS RISIKO KERJA … · equal, and be the highest value followed by the driver position and operational staff. The calculation ... job descriptionBerikut

15

Peraturan Pemerintah No 14 tahun 1993

tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Peraturan Pemerintah Nomor 64 tahun 2005 tentang Perubahan keempat atas Peraturan Pemerintah No 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jamsostek.

Peraturan Walikota Surabaya No 73 Tahun 2008 tentang Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas Pemadam Kebakaran Surabaya I, Surabaya II, Surabaya III, Surabaya IV dan Surabaya V pada Dinas Kebakaran Kota Surabaya.

Peraturan Walikota Surabaya No 91 tahun 2008 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Kota Surabaya.

Schuler, R.S. dan Susan E.J. 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia : Menghadapi Abad ke-21/Edisi 6/Jilid 2. Erlangga : Jakarta.

Sherman, Bohlander dan Chruden. 1988. Managing Human Resources Eight Edition. South-Western : Ohio.

Standards Australia International Ltd. 2006. Risk Management Guidelines Companion to AS/NZS4360: 2004. Australia.

Undang-Undang RI No 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Windarko, Aris. 2008. Evaluasi Risiko Kegagalan Proses Produksi Pelumas untuk Peningkatan Kualitas dengan Pendekatan Risk Management. Laporan Skripsi Jurusan Teknik Industri ITS Surabaya.