11
JA-DIKDASMEN, e-ISSN: 2460-5905 [Volume 1, Nomor 1, Juli 2015] | 17 PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH PARA LULUSAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN NGAWI Achmad Sya’bani Pengawas SMP Kabupaten Ngawi, Jawa Timur Abstract This research aims to determine whether there is difference school choice (general school/SMA or vocational school/SMK) by junior high school leavers in Ngawi Residence and wherefore they choice its. For this research survey method is used. Total sample is 80 people. The choice and reasons measured by questionnaires and Chi-Square (χ 2 ) test was done for data analysis. Chi-Square (χ 2 ) test showed that there is difference school choice by junior high school leavers in Ngawi Residence based on gender. Female student tends to choice SMA (32,5%) than SMK (10%). Male student tends to choice SMK (40%) than SMA (17,5%). Main reason junior high school leavers choice SMA is continue to higher education after graduation (31,3%). Main reason junior high school leavers choice SMK is work after graduation (43,8%). Keywords: school choice, participation, rational choice theory Jurnal Analisis Pendidikan Dasar dan Menengah Indonesia (JA-DIKDASMEN) e-ISSN: 2460-5905 Volume 1, Nomor 1, Juli 2015, 17-27

PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH PARA LULUSAN SEKOLAH …ja-dikdasmen.laksbangpressindo.com/wp-content/uploads/2015/07/... · PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH PARA LULUSAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH PARA LULUSAN SEKOLAH …ja-dikdasmen.laksbangpressindo.com/wp-content/uploads/2015/07/... · PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH PARA LULUSAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

JA-DIKDASMEN, e-ISSN: 2460-5905 [Volume 1, Nomor 1, Juli 2015] | 17

PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH

PARA LULUSAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

DI KABUPATEN NGAWI

Achmad Sya’baniPengawas SMP Kabupaten Ngawi, Jawa Timur

Abstract

This research aims to determine whether there is differenceschool choice (general school/SMA or vocational school/SMK)

by junior high school leavers in Ngawi Residence and whereforethey choice its. For this research survey method is used. Total

sample is 80 people. The choice and reasons measured byquestionnaires and Chi-Square (χ2) test was done for dataanalysis. Chi-Square (χ2) test showed that there is difference

school choice by junior high school leavers in Ngawi Residencebased on gender. Female student tends to choice SMA (32,5%)

than SMK (10%). Male student tends to choice SMK (40%)than SMA (17,5%). Main reason junior high school leavers choiceSMA is continue to higher education after graduation (31,3%).

Main reason junior high school leavers choice SMK is work aftergraduation (43,8%).

Keywords: school choice, participation, rational choice theory

Jurnal Analisis Pendidikan Dasar dan Menengah Indonesia (JA-DIKDASMEN)

e-ISSN: 2460-5905

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015, 17-27

Page 2: PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH PARA LULUSAN SEKOLAH …ja-dikdasmen.laksbangpressindo.com/wp-content/uploads/2015/07/... · PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH PARA LULUSAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Perbedaan Pilihan Sekolah para Lulusan Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Ngawi

18 JA-DIKDASMEN, e-ISSN: 2460-5905

PENDAHULUAN

Kabupaten Ngawi adalah salah

satu kabupaten perbatasan di bagi-

an barat Jawa Timur yang berbatas-

an langsung dengan beberapa kabu-

paten di wilayah Jawa Tengah. Pada

konteks otonomi daerah, sebagai

kabupaten yang jaraknya lebih de-

kat dengan kota penyanggah dan

daerah tujuan pendidikan (DTP)

serta daerah tujuan wisata (DTW)

seperti Solo dibandingkan dengan

DTP dan DTW Malang atau Sura-

baya, maka dipastikan problem

yang dihadapi sangat signifikan.

Terkait pembangunan bidang pen-

didikan, ada beban berat yang be-

lum sepenuhnya bisa diselesaikan.

Salah satu indikator hal itu antara

lain, selama lima tahun terakhir In-

deks Pembangunan Manusia (IPM)

Kabupaten Ngawi belum meng-

gembirakan. Statistik Daerah Ka-

bupaten Ngawi (2013), misalnya,

menunjukkan bahwa Kabupaten

Ngawi masuk dalam 5 Besar Ka-

bupaten terendah di Jawa Timur

dengan Indeks IPM sebesar 69,72

di Tahun 2011.

Wilayah Kabupaten Ngawi

yang terdiri atas 19 Kecamatan se-

jatinya memiliki sumber daya ma-

nusia yang potensial. Selain banyak-

nya para tokoh nasional dan inter-

nasional yang inspiratif, daerah ini

juga didukung oleh pembangunan

ekonomi yang mengalami perkem-

bangan cukup pesat akibat mun-

culnya aktivitas-aktivitas baru di

berbagai sektor terutama sektor in-

dustri. Perkembangan yang dimak-

sud salah satunya ditandai dengan

meningkatnya pertumbuhan per-

ekonomian, jumlah penduduk serta

sektor–sektor lainnya (Ngawi

Dalam Angka, 2012). Peningkatan

jumlah penduduk akibat aktivitas

ekonomi yang terus berkembang

mendorong bertambahnya daerah

permukiman ataupun pola permu-

kiman baru. Berdasarkan konsep

aglomerasi, berkembangnya suatu

daerah secara ekonomi akan men-

dorong berkembangnya permuki-

man di daerah sekitarnya, sehingga

menuntut kesesuaian ketersediaan

jangkauan layanan sarana prasarana

pendukung kehidupan masyarakat-

nya. Salah satu sarana prasarana

tersebut adalah fasilitas pendidikan,

baik pendidikan dasar maupun

pendidikan menengah, dan jika

mungkin adalah juga pendidikan

tinggi, sebab hal itu berhubungan

langsung dengan potensi sumber

daya mnusia.

Sumber daya manusia (SDM)

menurut teori modal manusia (hu-

Page 3: PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH PARA LULUSAN SEKOLAH …ja-dikdasmen.laksbangpressindo.com/wp-content/uploads/2015/07/... · PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH PARA LULUSAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Achmad Sya'bani

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015 19

man capital) adalah cadangan bakat,

keahlian dan pengetahuan yang

dapat memperkuat tawar-menawar

gaji dan penghasilan seseorang di

pasaran tenaga kerja. Umumnya

dilakukan pembedaan antara sum-

ber daya manusia umum yakni yang

berkaitan dengan hal-hal yang

mempengaruhi potensi gaji atau

penghasilan seseorang dalam pe-

kerjaan dan profesi secara umum

dan modal manusia khusus, yang

mempengaruhi gaji atau peng-

hasilan seseorang dalam perusaha-

an tertentu dimana mereka bekerja

tanpa memperdulikan nilai gaji di

lain perusahaan (Cowell, 2008).

Contoh sumber daya manusia

umum adalah pendidikan formal

dalam keahlian umum seperti mate-

matika dan bahasa; sedangkan con-

toh sumber daya manusia khusus

adalah pengetahuan mengenai apa

yang akan dikerjakan dalam sebuah

perusahaan dan kontak pribadi

dengan orang-orang di perusahaan

itu. Dalam banyak hal, sumber

daya manusia adalah suatu kondisi

pertengahan, apakah itu diperoleh

dari off the job dalam bentuk pelatih-

an atau pendidikan, atau in job se-

perti pengalaman kerja.

Analisis teori modal manusia

pada umumnya berasumsi bahwa

pasar tenaga kerja dimana-mana

cukup kompetitif. Jasa dari ber-

bagai sumber daya manusia bersifat

cukup substitutif dan peluang pen-

didikan cukup terbuka, sedemikian

rupa sehingga perbedaan-perbeda-

an pendapatan tidak akan dikacau-

kan oleh penambahannya (dalam

prakteknya, gaji tidak segera ber-

ubah ketika jumlah pekerja ber-

ubah). Berdasar asumsi itu besar-

nya pendapatan bisa ditaksir (dalam

bentuk kenaikan potensi pendapat-

an) terhadap penanaman modal

manusia (dalam bentuk pendapat-

an yang hilang dan biaya langsung-

nya) dengan menggunakan hasil

observasi pendapatan para pekerja

dalam sampel lintas-sektoral dan

dalam studi panel lintas-waktu.

Tingkat imbalan dari investasi se-

macam ini ditemukan biasanya ber-

kisar antara 10-15 persen. Tetapi,

menurut Cowell (2008), taksiran

semacam ini acapkali tidak mem-

perhatikan dampak ekonomi dan

faktor sosial lain yang mungkin

mempengaruhi distribusi penda-

patan.

Berdasarkan argumentasi teori

modal manusia tersebut, maka se-

betulnya yang diperlukan oleh dae-

rah seperti Kabupaten Ngawi yang

relatif baru menapak ke arah indus-

Page 4: PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH PARA LULUSAN SEKOLAH …ja-dikdasmen.laksbangpressindo.com/wp-content/uploads/2015/07/... · PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH PARA LULUSAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Perbedaan Pilihan Sekolah para Lulusan Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Ngawi

20 JA-DIKDASMEN, e-ISSN: 2460-5905

trialisasi adalah ketersediaan SDM

terampil pada tingkat menengah

yang seyog yanya dihasilkan oleh

para lulusan Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK), bukan lulusan

Sekolah Menengah Atas (SMA).

Data menunjukkan bahwa SMA di

Kabupaten Ngawi sebanyak 43

sekolah (24 SMA Negeri dan 19

SMA swasta), lebih besar daripada

SMK yang 24 sekolah (3 SMK

Negeri dan 21 SMK swasta). Lebih

jauh, jika ditilik dari daya tampung

yang setara dimana SMA berdaya

tampung kurang lebih 13.456 siswa

dan SMK berdaya tampung kurang

lebih 12.442 siswa, maka cukup

alasan untuk membangun SMK

Negeri atau menegerikan SMK

Swasta agar lembaga pendidikan

tersebut benar-benar meluluskan

tenaga kerja yang kompeten dan

kompetitif. Sudah menjadi rahasia

umum bahwa fasilitas pendidikan

di SMK Negeri jauh lebih baik.

Pertanyaannya ialah bagaimana

sebenarnya persepsi pilihan sekolah

para lulusan SMP di Kabupaten

Ngawi? Adakah perbedaan pilihan

sekolah, yakni cenderung memilih

masuk SMA ataukah cenderung

memilih masuk SMK setelah lulus

SMP? Pertanyaan tersebut menjadi

menarik dalam jangka panjang

karena sangat mungkin para lulusan

SMP tersebut “hanya” sekadar

bersekolah daripada berhenti atau

tidak melanjutkan sekolah setelah

lulus SMP. Atas dasar rasionalitas

tersebut, sebagai pengawas SMP di

Kabupaten Ngawi, maka penulis

berkepentingan guna mengajukan

penelitian dengan judul Perbedaan

Pilihan Sekolah Para Lulusan Sekolah

Menengah Pertama Di Kabupaten

Ngawi. Penelitian ini dilakukan

dengan biaya mandiri dan dibantu

oleh teman-teman sejawat penulis.

Tujuan utama penelitian ini

ialah untuk mengungkap perbeda-

an persepsi pilihan sekolah para

lulusan SMP dan alasan-alasannya.

Hasilnya dapat digunakan oleh para

guru dan pimpinan SMP sebagai

basis sosialisasi pilihan sekolah agar

setelah lulus SMP mereka benar-

benar rasional memilih sekolah se-

hingga bermanfaat bagi pembangu-

nan daerah.

Pemilihan sekolah, dalam sosio-

logi pendidikan bisa dijelaskan me-

lalui beberapa teori. Salah satunya

melalui teori pilihan rasional (ratio-

nal choice theory —RCT) — atau se-

ring disebut teori tindakan rasio­nal

(rational action theory — RAT) yang

menganut pandangan bahwa

satuan-satuan perilaku (biasa­nya

Page 5: PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH PARA LULUSAN SEKOLAH …ja-dikdasmen.laksbangpressindo.com/wp-content/uploads/2015/07/... · PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH PARA LULUSAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Achmad Sya'bani

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015 21

dari setiap orang) mengoptimasikan

pilihan-pilihan (tindakan-tindakan)

mereka dalam kondisi­kondisi

tertentu. Dalam bahasa sehari-hari,

individu-individu (satuan-satuan)

itu melakukan se­suatu yang dapat

mereka lakukan dengan sebaik-

­baiknya. RCT sama sekali tidak

terkait dengan pan­dangan populer

tentang apa yang “terbaik”, tetapi

karena tidak ada bukti yang berten-

tangan maka biasanya menimbul-

kan asumsi bahwa individu-indi-

vidu mencari sendiri untuk mereka

sendiri (self-regard). Namun ada

model-model RCT altruisme (ke-

bersamaan) dan kedengkian (Abell,

2008).

Alur pemilihan sekolah secara

permodelan dijelaskan dengan baik

oleh Anderson (1988), ketika

mengkaji alur pemilihan sekolah

anak-anak Australia yang memilih

sekolah swasta dan sekolah-seko-

lah agama (Katolik). Secara lang-

sung, anak memilih sekolah swasta

dipengaruhi oleh minat intelek-

tualnya. Secara tidak langsung di-

pengaruhi oleh pekerjaan ayahnya

yang sebelumnya bersekolah di

sekolah swasta. Sedangkan anak

memilih sekolah agama secara tidak

langsung dipengaruhi oleh agama

Ibu yang bersekolah di sekolah

agama. Nampak jelas bahwa alur

pemilihan sekolah mengikuti tren

pemilihan orangtuanya, baik ayah

maupun ibu.

Teori lain dikemukakan oleh

Fraser, et.al. (1987), yang disebut

disposisi belajar. Disposisi belajar

bertitik tolak dari teori faset-faset

belajar sebagai suatu sintesis dari

model-model belajar di sekolah

sebagaimana dikemukakan Carrol

(1963), Bloom (1976) dan Glasser

(1980). Melalui sintesis model be-

lajar itu, Fraser, et al. (1987), me-

nempatkan disposisi belajar sebagai

tujuan kritis dari model. Semua

konstruk maupun variabel yang

berkaitan dengan belajar di sekolah

bersumbu pada disposisi belajar.

Artinya, sejumlah variabel akan

kurang bermakna jika mengabaikan

fungsi elementer disposisi belajar

siswa. Disposisi belajar bersama-

sama variabel lain membentuk kon-

figurasi model yang mempengaruhi

kesempatan untuk diterima dan

memperoleh hasil.

Berdasarkan model Fraser, ter-

dapat kelompok variabel faktor

sosial. Meliputi variabel keadaan

rumah yang didefinisikan sebagai

status sosial ekonomi seperti pe-

kerjaan orangtua, profesi orangtua,

pendidikan orangtua dan penghasil-

Page 6: PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH PARA LULUSAN SEKOLAH …ja-dikdasmen.laksbangpressindo.com/wp-content/uploads/2015/07/... · PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH PARA LULUSAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Perbedaan Pilihan Sekolah para Lulusan Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Ngawi

22 JA-DIKDASMEN, e-ISSN: 2460-5905

an orangtua; kepemimpinan dalam

keluarga; struktur keluarga seperti

jumlah anggota keluarga, bentuk

dan susunan keluarga (brayat atau

somah) serta karakteristik psikologis

keluarga seperti keluarga harmonis

ataukah keluarga retak, dan seba-

gainya. Variabel lain yang termasuk

dalam kelompok variabel faktor

sosial ialah media massa dan fungsi

elementer kelompok teman sebaya.

Kelompok variabel latar belakang

kognitif mencakup variabel IQ;

kreativitas dan prestasi. Kelompok

variabel atribut fisik berisikan

variabel jenis kelamin dan kondisi

jasmaniah. Kelompok variabel

sekolah terdiri atas variabel tujuan

dan kebijakan sekolah; atribut fisik

sekolah dan karakteristik lingku-

ngan sekolah. Sedangkan kelompok

variabel afektif mencakup sikap;

kebutuhan berprestasi; motivasi

berprestasi; minat; perhatian dan

kepribadian.

Disposisi belajar dengan demi-

kian mencakup beberapa dimensi.

Dimensi pertama menunjuk pada

modal kelanjutan belajar misalnya

naik atau tidak naik kelas dan lulus

atau tidak lulus untuk program be-

lajar berikutnya. Sedangkan di-

mensi lain menunjuk pada kondisi

psikologis yang memberi keputusan

pada diri anak untuk melanjutkan

belajar ataukah tidak. Sintesis ter-

hadap teori-teori tersebut dijadikan

dasar untuk menentukan alasan

atau rasional pemilihan sekolah

dalam penelitian ini.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini meng gunakan

metode survei. Alat pengumpul

data yang digunakan adalah kuesio-

ner yang berisi pertanyaan tentang

rencana memilih sekolah setelah

lulus SMP, berikut alasan-alasan-

nya. Sampel diambil secara random

dari 2 SMP Negeri dan 2 SMP

Swasta yang ada di Kabupaten Nga-

wi. Sampel representatif penelitian

ini sebanyak 80 orang siswa yang

masing-masing 20 orang siswa

berasal dari SMP Negeri A dan B,

serta masing-masing 20 orang siswa

dari SMP Swasta C dan D. Jenis ke-

lamin sampel adalah 34 orang siswa

perempuan (42,5%) dan 46 orang

siswa laki-laki (57,5%). Nama SMP

sengaja disamarkan sesuai dengan

kaidah atau etika penelitian dan

untuk menghindari dampak sosial

maupun politik di kemudian hari.

Pengumpulan data dilakukan 15

hari menjelang ujian akhir nasional

SMP, pada semester genap tahun

pelajaran 2014-2015.

Page 7: PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH PARA LULUSAN SEKOLAH …ja-dikdasmen.laksbangpressindo.com/wp-content/uploads/2015/07/... · PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH PARA LULUSAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Achmad Sya'bani

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015 23

Mengingat data yang diraih

berskala kuantitatif, maka analisis

data dilakukan dengan mengguna-

kan statistik. Oleh karena yang di-

analisis adalah perbedaan frekuensi

pilihan sekolah, maka teknik ana-

lisis data yang digunakan adalah

teknik analisis uji Chi-Square (χ2).

Analisis data dilakukan dengan

bantuan Software SPSS versi 16.

Ada tiga variabel yang hendak

diteliti, yakni pilihan sekolah,

alasan pilihan dan jenis kelamin.

Berdasarkan variabel yang diteliti,

maka dirumuskan hipotesis

penelitian ini sebagai berikut:

1. H0 : Tidak ada perbedaan pili-

han sekolah para lulusan SMP

di Kabupaten Ngawi.

2. H0 : Tidak ada perbedaan pili-

han sekolah para lulusan SMP

di Kabupaten Ngawi berdasar-

kan jenis kelaminnya.

Opsi alasan memilih SMA atau

SMK yang disediakan adalah:

1. Murni pilihan sendiri

2. Lebih mudah melanjutkan studi

3. Kehendak orangtua

4. Mengikuti teman

5. Agar bisa bekerja setelah lulus

6. Tidak tahu

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Hasil penelitian setelah dita-

bulasi dapat dilihat pada Tabel 1,

sedangkan hasil tabulasi silang

dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Sementara hasil uji Chi-Square (÷2),

dengan tingkat kekeliruan alpha (á)

= 0,05 ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 1. Perbedaan Pilihan Sekolah dan Jenis Kelamin

JENIS

KELAMIN PILIHAN SEKOLAH

JUMLAH SMA SMK

Perempuan 26 8 34 Laki-laki 14 32 46

Jumlah 40 40 80

Sumber: Hasil Penelitian Diolah.

Page 8: PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH PARA LULUSAN SEKOLAH …ja-dikdasmen.laksbangpressindo.com/wp-content/uploads/2015/07/... · PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH PARA LULUSAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Perbedaan Pilihan Sekolah para Lulusan Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Ngawi

24 JA-DIKDASMEN, e-ISSN: 2460-5905

Tabel 2. Hasil Statistik Tabulasi Silang

Gender * Pilihan Crosstabulation

Pilihan Total

SMA SMK

Gender

Perempuan

Count 26 8 34

% within Gender 76,5% 23,5% 100 ,0%

% within Pilihan 65,0% 20,0% 42,5%

% of Total 32,5% 10,0% 42,5%

Laki-laki

Count 14 32 46

% within Gender 30,4% 69,6% 100 ,0%

% within Pilihan 35,0% 80,0% 57,5%

% of Total 17,5% 40,0% 57,5%

Total

Count 40 40 80

% within Gender 50,0% 50,0% 100 ,0%

% within Pilihan 100,0% 100,0% 100 ,0%

% of Total 50,0% 50,0% 100 ,0%

Tabel 3. Hasil Uji Chi-Square (÷2)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact S ig. (2-

sided)

Exact Sig . (1-

sided)

Pearson Chi-Square 16 ,573a 1 ,000

Continuity Correctionb 14 ,783 1 ,000

Likelihood Ratio 17 ,269 1 ,000

Fisher 's Exact Test ,000 ,000

Linear-by-Linear Association 16 ,366 1 ,000

N of Valid Cases 80

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5 . The minimum expected count is 17,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Sedangkan alasan-alasan pilihan sekolah dapat dilihat pada Tabel 4

dan Tabel 5 berikut ini.

Page 9: PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH PARA LULUSAN SEKOLAH …ja-dikdasmen.laksbangpressindo.com/wp-content/uploads/2015/07/... · PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH PARA LULUSAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Achmad Sya'bani

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015 25

Tabel 4. Alasan Memilih SMA

SMA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Pilihandiri 19 23,8 23,8 23,8

Studilanjut 25 31,3 31,3 55,0

Ortu 8 10,0 10,0 65,0

Ikutteman 15 18,8 18,8 83,8

Cepatkerja 5 6,3 6,3 90,0

Tidaktahu 8 10,0 10,0 100,0

Total 80 100,0 100,0

Tabel 5. Alasan Memilih SMK

SMK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Pilihandiri 13 16,3 16,3 16,3

Studilanjut 7 8,8 8,8 25,0

Ortu 11 13,8 13,8 38,8

Ikutteman 10 12,5 12,5 51,3

Cepatkerja 35 43,8 43,8 95,0

Tidaktahu 4 5,0 5,0 100,0

Total 80 100,0 100,0

Pembahasan

Sebagaimana ditunjukkan oleh

Tabel 3, uji Chi-Square (χ2) yang

menghasilkan koefisien χ2 = 16,57

dengan derajat kebebasan 1 signifi-

kan pada tingkat kekeliruan alpha

(p) < 0,05; hipotesis nihil (H0) 1 dan

2 ditolak. Hal itu berarti ada per-

bedaan yang signifikan dalam pili-

han sekolah para lulusan SMP di

Kabupaten Ngawi, dan pilihan ter-

sebut berbeda sesuai dengan jenis

kelaminnya. Hasil analisis tersebut

juga bermakna bahwa para lulusan

SMP yang berjenis kelamin pe-

rempuan cenderung memilih SMA

(32,5%) daripada SMK (10%);

Page 10: PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH PARA LULUSAN SEKOLAH …ja-dikdasmen.laksbangpressindo.com/wp-content/uploads/2015/07/... · PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH PARA LULUSAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Perbedaan Pilihan Sekolah para Lulusan Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Ngawi

26 JA-DIKDASMEN, e-ISSN: 2460-5905

sedangkan para lulusan SMP yang

berjenis kelamin laki-laki cende-

rung memilih SMK (40%) daripada

SMA (17,5%).

Alasan paling menonjol para

lulusan SMP memilih SMA sebagai-

mana nampak dalam Tabel 4 adalah

karena mereka memandang “lebih

mudah melanjutkan studi” (31,3%)

setelah lulus SMA. Jika hal ini be-

nar, maka sangat disayangkan sebab

seperti diketahui kebijakan nasio-

nal untuk kelanjutan studi sangat

terbuka baik untuk lulusan SMA

maupun lulusan SMK. Barangkali

hal itu disebabkan oleh kurangnya

sosialisasi di tingkat sekolah mene-

ngah tentang peluang kelanjutan

studi.

Teori pilihan rasional ternyata

mampu menjelaskan model pilihan

sekolah para lulusan SMP memilih

SMA. Terbukti, ada 23,8% menja-

tuhkan pilihan SMA berdasarkan

inisiatif atau “murni pilihan sen-

diri.” Bukti lain, kondisi-kondisi se-

perti karena “kehendak orangtua”

dan “mengikuti teman”, jika diga-

bung mencapai 28,8%. Artinya, le-

bih dari separuh pilihan para lulus-

an SMP terhadap SMA bisa dijelas-

kan melalui teori pilihan rasional.

Alasan paling menonjol para

lulusan SMP memilih SMK seba-

gaimana nampak dalam Tabel 5

adalah karena “agar bisa bekerja se-

telah lulus” (43,8%). Fakta ini, se-

lain menggembirakan, juga mem-

prihatinkan. Menggembirakan ka-

rena dengan demikian potensi te-

naga kerja terampil tingkat mene-

ngah, jika dididik secara benar,

akan menjadi modal manusia yang

bisa diserap oleh kalangan industri

dan dunia usaha sesuai dengan

kompetensinya. Memprihatinkan

karena hal itu jelas menunjukkan

pragmatisme para lulusan SMP se-

hingga teori bahwa “terjadi perge-

seran sudut pandang tentang pen-

didikan dimana pendidikan yang

semula merupakan konsep sosial

telah bergeser menjadi konsep eko-

nomi” (Mutrofin, 2015), menemu-

kan relevansinya. Idealnya pen-

didikan tetap harus dipandang

sebagai konsep sosial, artinya orang

bersekolah itu seharusnya dipan-

dang sebagai bagian dari usaha

mencerdaskan dan mengembang-

kan diri, bukan semata-mata agar

kelak mendapatkan pekerjaan.

Berdasarkan hasil analisis mem-

buktikan bahwa pilihan sekolah

lebih dipengaruhi oleh faktor

orangtua sebagaimana dikemuka-

kan Anderson (1988), tidak

signifikan. Pada pilihan SMA hanya

Page 11: PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH PARA LULUSAN SEKOLAH …ja-dikdasmen.laksbangpressindo.com/wp-content/uploads/2015/07/... · PERBEDAAN PILIHAN SEKOLAH PARA LULUSAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Achmad Sya'bani

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015 27

ada 10%, sementara pada pilihan

SMK ada 13,8%. Teori Anderson

agaknya hanya berlaku untuk

pilihan sekolah swasta dan agama.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan yang bisa ditarik dari

hasil penelitian ini ialah ada per-

bedaan yang signifikan dalam pilih-

an sekolah para lulusan SMP di Ka-

bupaten Ngawi, dan pilihan ter-

sebut berbeda sesuai dengan jenis

kelaminnya. Berdasarkan simpulan

tersebut disarankan agar dilakukan

sosialisasi yang benar di tingkat

SMP tentang kelanjutan studi se-

hingga para lulusan SMP memper-

oleh informasi yang lengkap dan

komprehensif tentang kelebihan

dan kekurangan memilih SMA atau

SMK. Selain itu, agar lulusan SMP

memiliki alasan yang benar dan

rasional ketika menjatuhkan pilihan

kelanjutan studi, ke SMA ataukah

ke SMK. Penelitian ini juga mere-

komendasikan agar bisa dilanjut-

kan dengan menguji apakah tingkat

kepuasan bisa didapat ketika para

lulusan telah menjatuhkan pilihan

sekolah.

DAFTAR RUJUKAN

Abell, P. 2008. Rational Choice.Dalam Kuper, A. & Kuper, J.

(eds.). The Social Science Ency-

clopedia (hlm. 895-896). Lon-don: Roudledge and Kegan

Paul.

Anderson, D.S. (1988). Values,Religion, Social Class and the

Choice of Private School inAustralia. Dalam M.J. Dunkin

(Guest Editor). Inter national

Journal of Educational Research.

Educational Research in Aus-

tralia. Oxford: Pergamon Press.

[BPS] Badan Pusat Statistik Ka-

bupaten Ngawi. 2013. Ngawi

Dalam Angka 2012.

[BPS] Badan Pusat Statistik Ka-

bupaten Ngawi. 2013. Statistik

Daerah Kabupaten Ngawi 2011.

Cowell, F.A. 2008. Human Capital.

Dalam Kuper, A. & Kuper, J.(eds.). The Social Science Encyclo-

pedia (hlm. 452-453). London:

Roudledge and Kegan Paul.

Fraser, B. J. et al. (1987). Syntheses

of Educational ProductivityResearch. International Journal of

Educational Research, 2(11): 145-

252. Oxford: Pergamon Press.

Mutrofin. 2015. Mengapa Mereka tak

bersekolah? Evaluasi Program

Kewajiban Belajar. Yogyakarta:LaksBang PRESSindo.