15
Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 3, Nomor 2, Oktober 2020 E-ISSN 2715-9612 http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/ Acces article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License Perbandingan Bentuk dan Makna Kata Kena dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia serta Implementasinya sebagai Materi Ajar Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA , , Universitas Tidar, Jl. Kapten Suparman No. 39 Potrobangsan, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia email: [email protected] Abstrak Penelitian perbandingan bentuk dan makna kata kena dalam bahasa Indonesia dan Malaysia ini dilatarbelakangi perbedaan penggunaan kata kena. Bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia yang memiliki akar bahasa yang sama yakni bahasa Melayu mengalami perubahan mengikuti perkembangan zaman. Dalam bahasa Indonesia, kata kena lazim dimaknai ‘tertimpa atau mendapat’, sedangkan dalam bahasa Malaysia bermakna ‘tahu, tepat, harus, tertimpat, terhantuk, tertimpa, bisa’. Penelitian ini terdiri dari dua rumusan masalah, yakni (1) bagaimana perbandingan bentuk dan makna kata kena dalam bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia? dan (2) bagaimana implementasi materi ajar kata kena dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA? Tujuan penelitian ini yaitu (1) mengungkapkan deskripsi perbandingan bentuk dan makna kata kena dalam bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia, (2) pembuatan materi ajar berdasarkan perbandingan kata kena dalam bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Teori yang digunakan mencakup perbandingan bahasa Indonesia dan Malaysia, linguistik konstratif, kategori sintaktis, ragam makna, dan materi ajar. Metode penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data yakni metode simak. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yakni teknik rekam dan catat. Sementara itu, metode dan teknik analisis yang digunakan yakni metode agih dan teknik BUL (Bagi Unsur Langsung). Kata Kunci : Perbandingan, Kena, Bentuk, Makna. Abstract This comparative study of the form and meaning of the word kena in Indonesian and Malaysian is motivated by the difference in the use of the word kena. Indonesian and Malaysian languages which have the same root language namely Malay language have changed following the times. In the Indonesian language, the word kena is commonly interpreted as 'overwritten or gotten', whereas in the Malaysian language it means 'know, right, must, be imposed, stumble, crushed, can be'. This study consists of two problem formulations, namely (1) how do the forms and meanings of the word kena compare in Indonesian and Malaysian? and (2) how is the implementation of the subject matter in the teaching of Indonesian in high school? The purpose of this study are (1) to reveal a comparative description of the form and meaning of the word kena in Indonesian and Malaysian, (2) the making of teaching material based on the comparison of the word kena in Indonesian and Malaysian in learning Indonesian in high school. Theories used include comparison of Indonesian and Malaysian languages, constructive linguistics, syntactic categories, various meanings, and teaching material. The research method used in data collection is the listening method. The data collection technique used is the record and note technique. Meanwhile, the analytical methods and techniques used are the method of distribution and the BUL (For Direct Elements) technique. Keywords : Comparison, Hit, Form, Meaning.

Perbandingan Bentuk dan Makna Kata Kena dalam Bahasa

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perbandingan Bentuk dan Makna Kata Kena dalam Bahasa

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Volume 3, Nomor 2, Oktober 2020 E-ISSN 2715-9612

http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/

Acces article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License

Perbandingan Bentuk dan Makna Kata Kena dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia serta

Implementasinya sebagai Materi Ajar Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA

𝐀𝐭𝐢𝐟 𝐒𝐨𝐥𝐞𝐡𝐮𝐝𝐢𝐧𝟏, 𝐅𝐫𝐚𝐧𝐬𝐢𝐬𝐜𝐮𝐬 𝐗𝐚𝐯𝐞𝐫𝐢𝐮𝐬 𝐒𝐚𝐦𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧𝟐, 𝐀𝐬𝐫𝐢 𝐖𝐢𝐣𝐚𝐲𝐚𝐧𝐭𝐢𝟑

Universitas Tidar, Jl. Kapten Suparman No. 39 Potrobangsan, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia email: [email protected]

Abstrak

Penelitian perbandingan bentuk dan makna kata kena dalam bahasa Indonesia dan Malaysia ini dilatarbelakangi perbedaan penggunaan kata kena. Bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia yang memiliki akar bahasa yang sama yakni bahasa Melayu mengalami perubahan mengikuti perkembangan zaman. Dalam bahasa Indonesia, kata kena lazim dimaknai ‘tertimpa atau mendapat’, sedangkan dalam bahasa Malaysia bermakna ‘tahu, tepat, harus, tertimpat, terhantuk, tertimpa, bisa’. Penelitian ini terdiri dari dua rumusan masalah, yakni (1) bagaimana perbandingan bentuk dan makna kata kena dalam bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia? dan (2) bagaimana implementasi materi ajar kata kena dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA? Tujuan penelitian ini yaitu (1) mengungkapkan deskripsi perbandingan bentuk dan makna kata kena dalam bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia, (2) pembuatan materi ajar berdasarkan perbandingan kata kena dalam bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Teori yang digunakan mencakup perbandingan bahasa Indonesia dan Malaysia, linguistik konstratif, kategori sintaktis, ragam makna, dan materi ajar. Metode penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data yakni metode simak. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yakni teknik rekam dan catat. Sementara itu, metode dan teknik analisis yang digunakan yakni metode agih dan teknik BUL (Bagi Unsur Langsung). Kata Kunci : Perbandingan, Kena, Bentuk, Makna.

Abstract This comparative study of the form and meaning of the word kena in Indonesian and

Malaysian is motivated by the difference in the use of the word kena. Indonesian and Malaysian languages which have the same root language namely Malay language have changed following the times. In the Indonesian language, the word kena is commonly interpreted as 'overwritten or gotten', whereas in the Malaysian language it means 'know, right, must, be imposed, stumble, crushed, can be'. This study consists of two problem formulations, namely (1) how do the forms and meanings of the word kena compare in Indonesian and Malaysian? and (2) how is the implementation of the subject matter in the teaching of Indonesian in high school? The purpose of this study are (1) to reveal a comparative description of the form and meaning of the word kena in Indonesian and Malaysian, (2) the making of teaching material based on the comparison of the word kena in Indonesian and Malaysian in learning Indonesian in high school. Theories used include comparison of Indonesian and Malaysian languages, constructive linguistics, syntactic categories, various meanings, and teaching material. The research method used in data collection is the listening method. The data collection technique used is the record and note technique. Meanwhile, the analytical methods and techniques used are the method of distribution and the BUL (For Direct Elements) technique.

Keywords : Comparison, Hit, Form, Meaning.

Page 2: Perbandingan Bentuk dan Makna Kata Kena dalam Bahasa

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 2, Oktober 2020

12

PENDAHULUAN Bahasa Melayu merupakan bahasa negara-negara di wilayah Asia Tenggara

seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan sebagian wilayah selatan Thailand. Seiring dengan perkembangan zaman, ragam bahasa Melayu menjadi berbeda antara satu negara dengan negara lain sesuai dengan kondisi dan kebudayaan negara-negara pemakai, termasuk pula pada penggunaan kata yang mengalami pergeseran dari makna yang dahulu digunakan, seperti kata kena dalam bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia.Kata kena dalam bahasa Indonesia lazim dianggap sebagai keadaan ‘tersentuh’ atau ‘tertimpa sesuatu hal’ sehingga sering digunakan dalam ungkapan yang berjenis kalimat pasif dengan ditambah afiksasi ter- dan di-...-i seperti pada kata terkena dan dikenai. Adapun dalam bahasa Malaysia tidak banyak mengalami proses afiksasi untuk mengubah makna kata kena, namun kata kena dapat bermakna di-, ter-, harus, tahu, dan tepat dalam sebuah susunan klausa atau kalimat. Perbedaan penggunaan kata kena dalam bahasa Indonesia bermakna ‘terpengaruh’, sedangkan dalam bahasa Malaysia dianggap sebagai predikat lucu (funny predicate), yaitupredikat yang unikkarenatidakditemukanpada kata lain (Nomoto, 2011, p. 2). Selain itu, dalam bahasa Malaysia kata kena dapat berposisi sebagai adverbia, bentuk pasif, verba ergatif, adjektiva, dan verba.

Penggunaan kata kena dalam bahasa Malaysia, dapat bermakna tahu misalnya pada kalimat Peralatan yang mahal menjadi tidak berarti jika tidak kena cara menyusunnya. Kemudian kata kena yang bermakna ter- seperti pada kalimat Ibu pun dah kena tangkap, adik pun dah kena tangkap. Kata kena daat bermakna di- seperti pada kalimat Kena tangkap nanti susah, Bung. Kata kena yang bermakna harus terdapat pada kalimat Orang kata kalau nak seronok berhari raya, kita kena pakai baju baru. Kata kena yang bermakna tepat terdapat pada kalimat Rakyat Malaysia menghadapi musim perayaan juga tidak kena pada masanya. Kata kena yang bermakna seperti terdapat pada kalimat Semua barang kena wang, kata kena pada kalimat-kalimat tersebut bersumber dari korpus bahasa Malaysia (http://sbmb.dbp.gov.my/korpusdbp /Researchers/ Search2. aspx).

Ada beberapa penelitian yang pernah dilaksanakan untuk memperbandingan bahasa Indonesia dan Malaysia, seperti Khadijah (2005) dari Universitas Sumatera Utara menulis tesis yang berjudul Kosa Kata Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia dalam Konteks Pemakaian Bahasa. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilaksanakan Khadijah adalah cakupan bahasa yang dibandingkan, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia. Adapun perbedaan pada pokok bahasan.

Nomoto dari Universitas Kajian Asing Tokyo dan Wahab dari Universiti Kebangsaan (2011), menulis artikel jurnal berjudul Konstruksi Pasif Kena dalam Bahasa Indonesia: Perbandingan dengan Bahasa Melayu. Persamaan yaitu kata kena dalam bahasa Indonesia dan bahasa Melayu. Adapun perbedaannya terletak pada cakupan bahasan dalam penelitian, penelitian milik Nomoto dan Wahab menekankan pada bentukan aktif dan pasif kata kena, sedangkan penelitian ini tidak hanya membahas tentang kata kena dalam bentuk aktif dan pasif saja, namun juga mengkaji maknanya baik secara gramatikal maupun leksikal, ditambah implementasi hasil penelitian dalam materi ajar.

Promadi (2012) dari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, menulis artikel yang berjudul Perbedaan Semantik Antara Bahasa Indonesia dan

Page 3: Perbandingan Bentuk dan Makna Kata Kena dalam Bahasa

E-ISSN: 2715-9612

Perbandingan Bentuk dan Makna Kata Kena dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia serta Implementasinya sebagai Materi Ajar Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA

Solehudin

13

Bahasa Malaysia: Satu Kajian Awal Upaya Mengelak Kesalahpahaman dan Perbedaan Budaya Antara Bangsa Serumpun Asia Tenggara pada Jurnal Sosial Budaya Vol. 9 No. 2. Persamaan penelitian yang dilaksanakan oleh Promadi adalah sumber data yang digunakan. Adapun perbedaannya terletak pada cakupan penelitian.

Pisau bedah yang menjadi dasar analisis data penelitian ini adalah landasan teori. Landasan teori ialah dasar ilmiah yang menjadi pegangan dalam penelitian sehingga penelitian yang dilaksanakan berlandaskan kebenaran ilmiah yang telah teruji. Landasan teori yang dipakai (1) perbandingan bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia, (2) linguistik kontrastif, (3) verba, (4) ragam makna, dan (5) materi ajar.

Perbandingan bahasa membahas persamaan dan perbedaan bahasa Indonesia dan Malaysia. Fenomena ini terjadi karena pengaruh berkembangnya zaman. Awal mulanya merupakan bahasa Melayu kuno yang telah ada sejak zaman Sriwijaya. Bahasa Melayu kuna mulai digunakan sekitar abad ke-7. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya prasasti Talang Tuo milik kerajaan Sriwijaya mennggunakan aksara Pallawa. Aksara Pallawa berasal dari India bagian selatan dan mulai dipakai pada abad 4 atau 5 Masehi dan kemudian menyebar ke berbagai wilayah termasuk Asia Tenggara. Istilah Pallawa dikenalkan oleh seorang arkeolog Belanda, N.J. Krom (Kridalaksana, 2008, p. 8-9). Aksara Pallawa pada prasasti Talang Tuo itu yang menjadi dasar bahasa Melayu Kuno (Collins, 2009, p. 54).

Adapun teori digunakan dalam perbandingan bahasa bahasa Indonesia dan Malaysia yaitu teori lingustik kontrastif.Perbandingan dua bahasa atau lebih dalam linguistik kontrastif mencakup segala komponen secara sinkronis hingga ditemukan, persamaan, perbedaan, dan kemiripan dalam bahasa yang diperbandingkan (Moeliono, 1988, p. 32).Fenomena kebahasaan sebagai objek kajian dalam linguistik kontrastif meliputi beberapa satuan bahasa, antara lain (1) sistem fonologis, (2) sistem morfologis (3) sistem tata kalimat (sintaksis), dan (4) sistem makna leksikal.

Bentuk kata kena dikaji berdasarkan kategori sintaktis dalam kalimat. Kelas kata dibagi menjadi (1) verba atau kata kerja, (2) nomina atau kata benda, (3) adjektiva atau kata sifat, (4) adverbia, dan (5) kata tugas (Alwi dkk, 2010, p.

326).Adapun kata kena dalam bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia yang

masuk ke kelas adverbia, adjektiva, nomina, bentuk pasif, dan verba ergatif. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing kategori sintaksis kata kena.

Pada bahasa Indonesia, adverbia merupakan bagian dari kategori sintaktis pada klausa atau kalimat. Posisi adverbia dapat mendampingi numeralia, adjektiva, maupun preposisi dalam konstruksi kalimat (Kridalaksana,1994, p. 79). Pendapat lain menyatakan bahwa adverbia merupakan kategori sintaktis yang bisa mendampingi verba, nomina, dan adjektiva dalam pembentukan sebuah frasa, klausa, maupun

kalimat (Chaer, 2015, p. 49).Adapun pengertian adverbia bahasa Malaysia, adverbia

merupakan perkataan yang menerangkan kata sifat, kata kerja, kata keterangan sendiri maupun keseluruhan kalimat (Othman, 1981, p. 157).

Adjektiva atau kata sifat merupakan kategori sintaktis yang dicirikan oleh kemungkinannya untuk (1) mendampingi nomina, (2) bergabung dengan partikel tidak, (3) dapat bergabung dengan partikel lebih, sangat, agak, (4) mempunyai ciri morfologis –i, -if, -er, (5) dapat dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke—an (Kridalaksana, 1994, p. 57). Adapun definisi nomina ialah segala perkataan yang

Page 4: Perbandingan Bentuk dan Makna Kata Kena dalam Bahasa

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 2, Oktober 2020

14

berposisi gatra nama dalam konstruksi atau struktur-struktur tertentu ayat/kalimat bahasa Malaysia (Othman, 1981, p. 33).

Bentuk pasif merupakan penanda verba pasif yang menjadikan subjek kalimat sebagai penderita, hasil, atau sasaran. Biasanya memiliki karakristik diawali dengan

awalan di- atau ter- (Kridalaksana, 1994, p. 53). Adapun verba anti aktif (ergatif) yaitu jenis kata kerja pasif yang tidak dapat diubah ke kata kerja aktif, dan subjeknya adalah penanggap (penderita, perasa, pengalam) (Kridalaksana, 1994, p. 52).

Pada penelitian ini analisis kata kena ditinjau dari segi makna yaitu pada ragam makna gramatikal dan makna leksikal. Makna leksikal merupakan makna leksem yang muncul saat leksem tersebut berdiri sendiri, baik dalam bentuk dasar atau bentuk derivasi serta memiliki yang tetap seperti pada makna di dalam kamus, sedangkan makna gramatikal yang muncul disebabkan berfungsinya sebuah leksem dalam sebuah kalimat (Suwandi, 2008, p. 68-69).

Implementasi atau penerapan hasil penelitian merupakan luaran dari penelitian ini. Penekanan pada mata pelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 adalah pembelajaran berbasis teks. Teks merupakan satuan bahasa yang dipaparkan dalam bentuk tulis dan mengandung makna dan konteks tertentu (Asih, 2016, p. 320). Capaian tujuan pembelajaran memerlukan pelaksanaan yang berfokus pada keilmuan, pemahaman, karakter, dan sikap (Kurniawan, 2015, p. 33). Hal ini berhubungan dengan cara yang digunakan dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga materi tersampaikan sesuai dengan tujuan (Hariyanto, 2015, p. 110).

Luaran penelitian dapat menjadi alternatif dalam peningkatan kualitas materi ajar di sekolah. Pentingnya kualitas materi ajar yang baik disebabkan karena materi ajar dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman tentang materi yang sedang diajarkan pada siswa (Daeng, 2015, p. 28). Pembelajaran bahasa Indonesia pada jenjang SMA kelas X kurikulum 2013 terdapat materi pembelajaran kebahasaan yang terkait dengan kata kena yaitu KD. 3.4 menganalisis struktur dan kebahasaan teks eksposisi.

Berdasarkan fenomena yang ditemukan, maka ditetapkan rumusan masalah penelitian perbandingan kata kena dalam bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia ini, yaitu (1) bagaimana perbandingan bentuk dan makna kata kena dalam bahasa Indonesia dan Malaysia? dan (2) bagaimana implementasi materi ajar kata kena dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA?

METODE Metode yang digunakan dalam proses penyediaan data dalam penelitian ini

adalah metode simak. Penyimakan dilakukan dengan cara menyimak bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia tidak secara langsung menyimak percakapan atau ujaran yang diucapkan, namun menggunakan teks tertulis. Proses penyimakan untuk menyediakan data penelitian dilakukan dengan cara pembacaan kumpulan data kena yang terhimpun dalam korpus, baik bahasa Indonesia maupun bahasa Malaysia. Kemudian penelusuran data kata kena kepada sumber asli berupa surat kabar, artikel, dan karya sastra dari himpunan korpus yang telah diperoleh.

Adapun teknik penyediaan data yang digunakan yaitu teknik rekam dan catat. Teknik rekam digunakan dalam proses penyediaan data dari ujaran dan percakapan secara langsung, sedangkan teknik catat menggunakan media kartu data untuk mencatat data-data yang telah didapatkan. Teknik catat menggunakan kartu data untuk mencatat data-data yang didapat dari korpus bahasa Indonesia maupun

Page 5: Perbandingan Bentuk dan Makna Kata Kena dalam Bahasa

E-ISSN: 2715-9612

Perbandingan Bentuk dan Makna Kata Kena dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia serta Implementasinya sebagai Materi Ajar Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA

Solehudin

15

korpus bahasa Malaysia. Teknik catat juga digunakan sebagai lanjutan dari teknik rekam untuk memperoleh transkripsi data yang didapat dari rekaman. Setelah data terkumpul, selanjutnya adalah proses penandaan, pengkodean, dan reduksi data, berikut ini adalah penjelasan.

Analisis data merupakan bagian terpenting dalam penelitian, sebab tahap analisis data merupakan proses lanjutan dari penyediaan data yang telah terkumpul, sehingga data yang telah terkumpul bermakna dalam penelitian (Nazir, 2011, p. 346). Metode analisis data yang dipakai yaitu metode agih. Alat penentu dalam metode agih adalah bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 2015, p. 18).Alat penentu yang digunakan adalah bagian dari bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia.

Sementara itu, teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik Bagi Unsur Langsung (BUL). Pemberian nama tersebut dalam tahap awal analisis data menjadi beberapa unsur yang dipandang sebagai satuan lingual yang menjadi kajian (Sudaryanto, 2015, p. 37). Lanjutan dari teknik BUL dalam penelitian ini adalah teknik ganti. Teknik ganti digunakan dengan cara mengganti satuan lingual bahasan berupa kata kena dengan unsur lingual lain.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini diuraikan hasil perbandingan bentuk dan makna kata kena dalam

bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia. Penelitian ini dibagi ke dalam dua bagian, (1) pembahasan dan analisis perbandingan bentuk kata kena dalam bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia, (2) pembahasan dan analisis perbandingan makna kata kena dalam bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia.

Pertama yaitu hasil dan pembahasan dari bentuk kata kena dalam bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia. Bentuk kena dalam dua bahasa ini dapat dibandingkan dengan membagi ke dalam persamaan dan perbedaan penggunaannya. Perbedaan bentuk kata kena pada bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia diuraikan dengan cara mengklasifikasikan persamaan dan perbedaan ditinjau dari kategori sintaktisnya dalam konstruksi klausa atau kalimat.Adapun perbandingan yang ditemukan sebagai hasil analisis sebagai berikut.

Adverbia Kata kena yang masuk ke dalam kelas adverbia hanya ada dalam bahasa

Malaysia sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak masuk. Identifikasi kelas adverbia dalam bahasa Malaysia karena kata kena dapat bermakna ‘bisa; dapat; harus; dan mesti’. Kata kena dalam bahasa Malaysia yang berkedudukan adverbia dengan makna ‘bisa’ dapat diidentifikasi seperti pada data 1. Kata kena yang berkedudukan adverbia dengan makna ‘dapat’ dalam bahasa Malaysia seperti pada data 2. Kata kena dalam bahasa Malaysia yang berkedudukan adverbia dengan makna ‘harus’ seperti pada data 3. Kata kena dalam bahasa Malaysia yang berkedudukan adverbia dengan makna ‘mesti’ seperti pada data 4.

Data 1 Kita kena berdamping rapat dengan mereka. (BK, Adv: Korpus BM)

1 (a) Kita kena berdampingan erat dengan mereka.

Page 6: Perbandingan Bentuk dan Makna Kata Kena dalam Bahasa

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 2, Oktober 2020

16

Kalimat pada data 1 kata kena dalam bahasa Malaysia berbentuk leksem yang

berarti ‘bisa’. Pada tataran kelas kata, bisa termasuk ke dalam kelas adverbia yang bermakna ‘mampu’. Adverbia menjadi penjelasan atau keterangan dari hal yang dilakukan subjek. Pada kalimat bahasa Indonesia tidak ditemukan kata fenomena seperti kalimat di data 1. Adapun dalam kalimat 1 (a) yang merupakan transkripsi data 1 ke dalam bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kena bermakna ‘bisa’ atau ‘mampu’. Data 2 "Lumayan, lori kena hantar dua kali," katanya sambil tersenyum girang. (BK, Adv: Korpus BM)

2 (a) Lumayan, lori kena menghantar dua kali.

Kalimat pada data 2 kata kena dalam bahasa Malaysia berbentuk leksem dasar yang bermakna ‘bisa’ atau ‘dapat’ yang berkategori adverbia. Kata kena menjadi keterangan atau penjelasan dari hal yang dilakukan subjek kalimat, yaitu lori. Jika dibandingkan dengan posisi kata dalam bahasa Indonesia, tataran kategori sintaksis kata kena tidak bisa menjadi adverbia atau keterangan dari hal yang dilakukan subjek saat disejajarkan dalam posisi sama dalam bahasa Malaysia. Hal tersebut seperti dapat dibuktikan pada kalimat 2 (a) dalam bahasa Indonesia, bahwa perlu ada penggantian kata kena menjadi bisa ke dalam bahasa Indonesia.

Data 3 Bekerja atau tidak, kita kena selalu mengikuti perkembangan semasa, agar terbuka minda dan wawasan kita. (BK, Adv: Korpus BM)

3 (a) Bekerja atau tidak, kita kena mengikuti perkembangan zaman, agar terbuka pikiran dan wawasan kita. Kalimat pada data 3 kata kena berupa leksem yang berkategori adverbia atau kata keterangan bagi kata yang berkategori lain di dalam kalimat. Kata kena berkategori adverbia karena pada kalimat di atas bermakna ‘harus’, sehingga kata kena digunakan untuk menyatakan suatu tindakan yang harus dilakukan oleh subjek, yaitu kita. Adapun tindakan yang harus dilakukan adalah selalu mengikuti perkembangan semasa.Dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan persamaan kena yang berposisi adverbia. Hal ini dapat dilihat pada perbandingan data 3 dengan kalimat 3 (a). Pada data 3 kena dalam bahasa Malaysia berterima menjadi adverbia, tetapi dalam bahasa Indonesia tidak berterima seperti pada kalimat 3 (a).

Data 4 Kakak kena jaga-jaga, jangan sampai contoh yang tak baik macam orang baru tu. (BK, Adv: Korpus BM)

Page 7: Perbandingan Bentuk dan Makna Kata Kena dalam Bahasa

E-ISSN: 2715-9612

Perbandingan Bentuk dan Makna Kata Kena dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia serta Implementasinya sebagai Materi Ajar Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA

Solehudin

17

4 (a) Kakak kena jaga-jaga, jangan sampai mencontoh hal yang tidak baik seperti orang baru itu.

Kalimat pada data 4 kata kena berupa leksem yang berkategori adverbia atau kata keterangan bagi kata yang berkategori lain di dalam kalimat. Kata kena berkategori adverbia karena pada kalimat di atas bermakna ‘mesti’ sehingga kata kena digunakan untuk menyatakan suatu tindakan yang harus dilakukan oleh subjek, yaitu Kakak. Adapun tindakan yang harus dilakukan adalah jaga-jaga.Dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan persamaan kena yang berposisi adverbia. Hal ini dapat dilihat pada transkripsi ke dalam bahasa Indonesia pada kalimat 4 (a), kata kena tetap bermakna terkena.

Berdasarkan analisis dari data 1 sampai dengan 4 dapat disimpulkan bahwa kata kena dalam bahasa Malaysia masuk ke dalam kelas adverbia, sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak masuk ke kelas adverbia. Identifikasi kelas adverbia dalam bahasa Malaysia karena kata kena dapat bermakna ‘bisa; dapat; harus; dan mesti’.

Bentuk Pasif

Kata kena yang masuk ke dalam bentuk pasif ada dalam bahasa Indonesia dan Malaysia. Identifikasi kelas kata kena dalam bentuk pasif dalam bahasa Malaysia berbentuk di-, pasif di—i, dan pasif ter-. Adapun dalam bahasa Indonesia kata kena hanya berupa bentuk pasif ter-. Bentuk pasif kata kena yang berkedudukan sebagai di- dapat diidentifikasi pada data 5. Bentuk pasif kata kena yang berkedudukan sebagai di—i dapat diidentifikasi seperti pada perbandingan data 6. Bentuk pasif kata kena yang berkedudukan sebagai ter- dapat diidentifikasi seperti pada data 7. Data 5 Ibu pun dah kenatangkap, adik pun dah kena tangkap.(BK, BP: Korpus BM)

Kalimat pada data 5 kata kena dalam bahasa Malaysia berbentuk leksem yang berarti ‘di-‘ apabila digabungkan dengan leksem di belakangnya yaitu

katatangkap menjadi ditangkap. Kata ditangkap menjadi verba pasif dari subjek, yaitu kata manusia. Adapun subjek menjadi penderita dari perbuatan tangkap. Dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan fenomena yang serupa. Makna kata

kena yang paling mendekati pada kalimat di atas ialah ‘terkena’.

Data 6 Jika ada pelajar yang kenatindakan disipilin di sekolah, di rumah mereka akan dapat marah ibu bapa.(BK, BP: Korpus BM)

6 (a) Marlon Brando kena sanksi hukuman mati. Kalimat pada data 6 kata kena berposisi sebagai leksem yang bermakna ‘di—i’ dengan makna utuh dikenai sehingga kata kena secara utuh bermakna

Page 8: Perbandingan Bentuk dan Makna Kata Kena dalam Bahasa

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 2, Oktober 2020

18

dikenai dalam konstruksi kalimat. Kata dikenai menjadi verba pasif dari subjek,

yaitu kata pelajar. Adapun subjek menjadi penderita dari perbuatan tindakan disiplin. Kalimat di atas juga relevan dengan penggunaan kata kena di bahasa Indonesia menjadi verba pasif yang bermakna ‘dikenai’ seperti pada kalimat 6

(a). Jadi, terdapat persamaan penggunaan kata kena pada bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia pada afiks di--i pembentuk verba.

Data 7 Maka dilihat oleh Laksamana alamat akan kena senjata itu adalah besar, tetapi tiada Laksamana mati.(BK, BP: Korpus BM)

Kalimat pada data 7 kata kena berposisi sebagai leksem yang bermakna ‘terkena’. Kata terkena menjadi verba pasif dari subjek Laksamana. Adapun

subjek menjadi penderita dari frasa senjata itu. Kalimat di atas juga relevan dengan penggunaan kata kena di bahasa Indonesia ketika menjadi verba pasif yang bermakna ‘terkena’. Seperti pada kalimat Bambang pamungkas kena cedera saat membela Persija kemarin sore.

Verba Anti Aktif (Ergatif)

Kata kena yang masuk ke dalam kelas verba anti aktif (ergatif) dalam bahasa Indonesia dan Malaysia. Verba ergatif yaitu kata kerja pasif yang tidak dapat diubah menjadi bentuk aktif. Identifikasi kelas kata kena dalam kelas verba anti aktif (ergatif) dalam bahasa Malaysia seperti pada data 8. Data 8 Kalau ibu tak bisa menahan mulut semua kena celaka. (BK, Ver. Erg: Korpus BM)

8 (a) Amru kena hantam tadi.

Kalimat pada data 8 kata kenaselain bertindak sebagai verba pasif kata kena juga bertindak sebagai verba anti aktif (ergatif). Hal ini karena verba kena tidak bisa diubah menjadi aktif dan kedudukan subjek, yaitu semua sebagai penanggap atau pengalam. Adapun dalam bahasa Indonesia juga demikian, kata kena dapat berkedudukan verba ergatif, seperti pada kalimat 8 (a). Adjektiva

Kata kena yang masuk ke dalam adjektiva (kata kerja) hanya terdapat dalam bahasa Malaysia. Kata kena yang masuk masuk masuk ke dalam kelas adjektiva dapat diidentifikasi seperti pada data 9.

Data 9 Karena itu Halim melihat gelagat Mustaza yang serba tak kena. (BK, Adj: Korpus BM)

Kalimat pada data 9 kata kenaberupa leksem yang berkategori adjektiva. Tanda kata kena masuk ke dalam kategori adjektiva karena makna kata, yaitu ‘pas’

Page 9: Perbandingan Bentuk dan Makna Kata Kena dalam Bahasa

E-ISSN: 2715-9612

Perbandingan Bentuk dan Makna Kata Kena dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia serta Implementasinya sebagai Materi Ajar Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA

Solehudin

19

atau ‘sesuai’. Adapun tanda lain yang membuktikan bahwa kata kena berposisi sebagai adjektiva karena bergabung dengan partikel tak. Dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan persamaan kata kena yang berkedudukan sebagai adjektiva baik dalam ragam formal maupun nonformal. Hal ini dapat dibuktikan dengan pendekatan penggunaan kata kena pada kalimat yang serupa dengan kalimat di atas, Karena itu Halim melihat gelagat Mustaza yang serba tidak kena.

Nomina Kata kena yang masuk ke dalam nomina (kata benda) hanya terdapat dalam

bahasa Malaysia. Kata kena yang masuk masuk masuk ke dalam kelas nomina dapat diidentifikasi seperti pada data 10. Data 10 "Meski terjadipun, yang dinafikan sekeras-kerasnya, ia langsung tidak ada kena mengena dengan pembuatan pengakuan salah satu tertuduh kedua," katanya. (BK, Nom: Korpus BM)

Kalimat pada data 10 kata kena berupa leksem yang berkategori nomina saat

bergabung dengan kata mengena menjadi frasa kena mengena. Tanda frasa kena mengena masuk ke dalam kategori nomina adalah maknanya, yaitu ‘sangkutpaut’ atau ‘hubungan’. Sangkutpaut atau hubungan dalam bahasa Indonesia berkedudukan nomina. Adapun hal lain yang menjadi tanda bahwa kena mengena adalah nomina karena tidak dapat didahului kata dari. Dalam bahasa Indonesia ditemukan persamaan frasa kena mengena meskipun penggunaannya sangat jarang ditemukan.

Kedua yaitu perbandingan makna kata kenadalam bahasa Indonesia dan

Malaysia. Hal ini dilaksanakan untuk memudahkan proses pengklasifikasian

persamaan dan perbedaan makna kata kena secara leksikal dan gramatikal dalam bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia.

Makna Leksikal Perbandingan makna leksikal kata kena dalam bahasa Indonesia dan bahasa

Malaysia dilakukan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan secara leksikal/makna kamus kata kena pada penggunaannya di kedua bahasa. Dalam bahasa Indonesia, kena bermakna ‘bersentuhan (dng); terantuk (pd), tertimpa (oleh); tidak bebas dr (aturan, pajak, dsb); saling mengena; ada sangkut pautnya; ada hubungannya; mendapat atau beroleh suatu perbuatan’. Adapun dalam bahasa Malaysia kena bermakna ‘bersentuh(an) dgn, terhantuk, ditimpa, terpaksa, ada sangkut pautnya, menanggung suatu perbuatan, dikehendaki’. Hal ini dapat dilihat pada data 11 sampai data 16. Analisis data berupa pembahasan makna leksikal kata kena dalam bahasa Indonesia dan Malaysia sebagai berikut.

Data 11 Maka dilihat oleh Laksamana alamat akan kena senjata itu adalah besar, tetapi tiada Laksamana mati. (MK, Lek: Korpus BM)

Page 10: Perbandingan Bentuk dan Makna Kata Kena dalam Bahasa

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 2, Oktober 2020

20

Makna leksikal atau makna kamus kata kena pada kalimat di data 11 menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yaitu ‘bersentuhan (dng); terantuk (pd), tertimpa (oleh)’. Adapun makna leksikal dalam Kamus Bahasa Malaysia terdapat persamaan dengan makna dalam KBBI, yaitu ‘bersentuh(an) dgn, terhantuk, ditimpa’. Data 12 Karena itu Halim melihat gelagat Mustaza yang serba tak kena. (MK, Lek: Korpus BM)

Makna leksikal atau makna kamus kata kena pada kalimat di data 12 menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yaitu ‘bersentuhan (dng); terantuk (pd), tertimpa (oleh)’. Adapun makna leksikal dalam Kamus Bahasa Malaysia terdapat persamaan dengan makna dalam KBBI, yaitu ‘tepat pada sasarannya’. Data 13 Sebagai pemimpin saya kenatunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggungjawab ke atas semua orang. (MK, Lek: Korpus BM)

Makna leksikal atau makna kamus kata kena pada kalimat di data 13 menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yaitu ‘tidak bebas dr (aturan, pajak, dsb)’. Adapun makna leksikal dalam Kamus Bahasa Malaysia terdapat persamaan dengan

makna dalam KBBI, yaitu ‘terpaksa’. Data 14 Ia tiada kena mengena dengan perbezaan pendapat mengenai Islam yang boleh dibuktikan. (MK, Lek: Korpus BM) Makna leksikal atau makna kamus kata kena pada kalimat di data 27 menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yaitu ‘saling mengena; ada sangkut pautnya; ada hubungannya’. Adapun makna leksikal dalam Kamus Bahasa Malaysia terdapat persamaan dengan makna dalam KBBI, yaitu ‘ada sangkut pautnya’. Data 15

Ibu pun dah kena tangkap, adik pun dah kena tangkap. (MK, Lek: Korpus BM)

Makna leksikal atau makna kamus kata kena pada kalimat di data 15 menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yaitu ‘mendapat atau beroleh suatu perbuatan’. Adapun makna leksikal dalam Kamus Bahasa Malaysia terdapat

persamaan dengan makna dalam KBBI, yaitu ‘menanggung suatu perbuatan’. Data 16

Kena tengok, ambil gambar, masukkan gambar, macam-macam nak kena buat nanti. (MK, Lek: Korpus BM)

Page 11: Perbandingan Bentuk dan Makna Kata Kena dalam Bahasa

E-ISSN: 2715-9612

Perbandingan Bentuk dan Makna Kata Kena dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia serta Implementasinya sebagai Materi Ajar Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA

Solehudin

21

Makna leksikal atau makna kamus kata kena pada kalimat di data 16

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) maupun kamus bahasa Malaysia tidak ditemukan yang sesuai. Namun kata kena dalam bahasa Malaysia yang mendekati makna di atas menurut Kamus Bahasa Malaysia adalah dikehendaki. Ketiadaan kata kena dalam indeks kamus bisa jadi penggunaan kata kena yang bermakna ‘bisa’ atau ‘dikehendaki’ hanya digunakan pada bahasa Malaysia dialek-dialek tertentu saja.Makna leksikal atau makna kamus kata kena dalam

bahasa Indonesia dan Malaysia terangkum dalam tabel sebagai berikut.

Makna Gramatikal Perbandingan makna gramatikal kata kena dalam bahasa Indonesia dan

bahasa Malaysia dilakukan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan secara gramatikal kata kena pada penggunaannya di kedua bahasa.Kata kena dalam bahasa Malaysia bisa mengalami proses gramatikal menjadi terkena, kena mengena, mengenai, mengenakan, dan berkenaan. Adapun dalam bahasa Indonesia proses gramatikal yang dapat terjadi pada kata kena hanya menjadi terkena, mengenai, mengenakan, dan berkenaan.Hal ini dapat diidentifikasi pada analisis data 17 sampai dengan 25 sebagai berikut.

Wujud Gramatikal terkena Wujud kata kena dalam bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia yang

mengalami proses gramatikal menjadi terkena sebagai berikut.

Data 17 Beberapa orang terkena rembatan itu lantas menjerit kesakitan. (MK, Gra: Korpus BM)

Data 18 Ada banyak yang terkena euforia perubahan dan yakin bahwa, sejak 1998, terjadi perubahan sosial, kultural dan politis yang fundamental di Indonesia. (MK, Gra : MSP. ed. 9. p. 13)

Kalimat di data 17 dan data 18 terdapat kata terkena yang terbentuk dari

leksem dasar kena yang dikombinasikan dengan prefiks ter-. Kata kena dan kata bentukan terkena pada bahasa Malaysia memiliki makna ‘menanggung suatu perbuatan’, sedangkan kata terkena dalam kalimat bahasa Indonesia bermakna

‘menanggung’.

Wujud Gramatikal kena mengena Wujud kata kena dalam bahasa Malaysia yang mengalami proses gramatikal

menjadi kena mengena sebagai berikut.

Data 19 Kita wajib ke sektor perkilangan atau pentadbiran yang tidak kena mengena dengan pertanian? (MK, Gra : Korpus BM)

Page 12: Perbandingan Bentuk dan Makna Kata Kena dalam Bahasa

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 2, Oktober 2020

22

Kalimat data 19 yang menggunakan bahasa Malaysia terdapat kompositum kena mengena. Terbentuk dari leksem dasar kena yang mengalami proses komposisi dengan kata mengena menjadi kena mengena. Kata kena mengena pada bahasa Malaysia memiliki makna ‘sangkutpaut’ atau ‘hubungan’, sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan bentukan kena mengena yang umum digunakan.

Wujud Gramatikal mengenai

Wujud kata kena dalam bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia yang mengalami proses gramatikal menjadi mengenai sebagai berikut. Data 20 Anazthasha Lai membentangkan disertasi PhD-nya mengenai masyarakat Malaysia dengan isu perkampungan global. (MK, Gra: MSP. ed. 9. p. 63) Data 21 “Ini ironi, si ibu telah memasak dirinya sendiri demi kelanjutan wangsanya,” kata Sapardi Djoko Damono dalam tinjauannya mengenai buku puisi Hanna, Konde Penyair Han (2010). (MK, Gra: MSP. 9. p. 94)

Kalimat di data 20 dalam bahasa Malaysia dan data 21 dalam bahasa Indonesia terdapat kata mengenai terbentuk dari leksem dasar kena yang dikombinasikan dengan konfiks meN--i. Kata bentukan mengenai pada bahasa Malaysia memiliki makna ‘tentang’ sedangkan kata mengenai dalam kalimat bahasa Indonesia bermakna ‘tentang hal’.

Wujud Gramatikal mengenakan Wujud kata kena dalam bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia yang

mengalami proses gramatikal menjadi mengenai sebagai berikut.

Data 22 Saya tidak mengharapkan dia mengenakan pakaian yang cantik-cantik. (MK, Gra : MSP ed. 9. p. 73)

Data 23 Disesuaikan dengan nafas Islam yang menjadi latar penciptaan teks, seluruh tokoh dalam tari Golek Menak mengenakan baju berlengan panjang dari bahan beludru yang bersulam benang emas atau satin. (Majalah Sastra Pusat. ed. 9. p. 88)

Kalimat di data 22 dan 23 terdapat kata mengenakan terbentuk dari leksem

dasar kena yang dikombinasikan dengan konfiks meN--kan. Kata bentukan mengenakan pada bahasa Malaysia memiliki makna ‘memakai’, sama sepertidalam kalimat bahasa Indonesia juga bermakna ‘memakai’. Wujud Gramatikal berkenaan

Wujud kata kena dalam bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia yang mengalami proses gramatikal menjadi berkenaan sebagai berikut.

Page 13: Perbandingan Bentuk dan Makna Kata Kena dalam Bahasa

E-ISSN: 2715-9612

Perbandingan Bentuk dan Makna Kata Kena dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia serta Implementasinya sebagai Materi Ajar Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA

Solehudin

23

Data 24 Dia men-congak-congak apa-apa yang telah ditulisnya, terutama pesanan kepada “sesiapa yang berkenaan’ itu. (MK, Gra : MSP. ed. 7. p. 59)

Data 25 Dingin pecah dan masih terus berlanjut sesudah perang itu usai, serta tak jarang berkenaan dengan hal-hal yang kecil sangkut-pautnya dengan konflik ideologis yang marak pada waktu itu. (MK, Gra : MSP ed. 7. P. 78)

Kalimat di data 24 dan 25 terdapat kata berkenaan terbentuk dari leksem

dasar kena yang dikombinasikan dengan konfiks ber--an. Kata bentukan berkenaan pada bahasa Malaysia memiliki makna ‘berhubungan dengan’, sama seperti dalam kalimat bahasa Indonesia bermakna ‘berhubungan dengan’. PENUTUP

Hasil analisis pada penelitian perbandingan bentuk dan makna kata kena dalam penggunaannya dalam bahasa Indonesia dan Malaysia diperoleh beberapa simpulan, yakni terdapat persamaan dan perbedaan bentuk dan makna kata kena bahasa Indonesia dan Malaysia. Bentuk kata kena dalam kalimat bahasa Indonesia hanya dapat berposisi sebagai bentuk pasif ter- dan verba ergatif (anti aktif). Adapun dalam bahasa Malaysia kata kena dapat berposisi sebagai bentuk pasif, verba ergatif (anti aktif), adverbia, adjektiva, dan nomina.

Adapun perbandingan makna kata kena dalam bahasa Indonesia ditinjau dari 2 aspek, yakni makna leksikal dan gramatikal. Terdapat persamaan dan perbedaan makna kata kena dalam bahasa Indonesia dan Malaysia. Makna leksikal kata kena dalam bahasa Malaysia yaitu ‘bersentuh(an) dgn, terhantuk, ditimpa, terpaksa, ada sangkut pautnya, menanggung suatu perbuatan, dan dikehendaki’. Adapun makna leksikal kata kena dalam bahasa Indonesia yaitu ‘bersentuhan (dng); terantuk (pd), tertimpa (oleh), tidak bebas dr (aturan, pajak, dsb), saling mengena, ada sangkut pautnya, hubungannya, mendapat atau beroleh suatu, dan perbuatan’. Sementara itu, makna gramatikal yang ditemukan dalam perbandingan kata kena dalam bahasa Indonesia dan Malaysia terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaan makna gramatikal yang ditemukan yaitu bentuk terkena, mengenai, mengenakan, dan berkenaan. Perbedaan yang ditemukan pada kedua bahasa yakni makna gramatikal kena mengena.

Hasil analisis penelitian ini dijadikan dasar dalam pembuatan materi ajar kebahasaan teks eksposisi. Materi ajar teks eksposisi terdapat pada mata pelajaran bahasa Indonesia SMA kelas X, KD 3.4 menganalisis struktur dan kebahasaan teks eksposisi. Adapun saran-saran yang dapat diberikan bagi peneliti selanjutnya yaitu hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan awal untuk mengkaji perbandingan kata kena dalam bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia. Bahasan kata kena yang berpotensi untuk dianalisis yaitu pada fungsi sintaktis dan persamaan serta perbedaannya pada kalimat aktif dan pasif. Lebih lanjut lagi, bidang bahasan perbandingan bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia belum banyak diteliti terutama dalam bentuk skripsi, baik pada kajian, fonologi, morfologi, sintaksis, wacana, maupun semantik.

Page 14: Perbandingan Bentuk dan Makna Kata Kena dalam Bahasa

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 2, Oktober 2020

24

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H., Dardjowidjojo, S., Lapoliwa, H., dan Moeliono A, M. (2010). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Asih. (2015). Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung : Pustaka

Setia. Collins, J. (2009). Bahasa Sansekerta dan Bahasa Melayu. Jakarta:

Kepustakaan Populer Gramedia. Daeng, K. (2015). Pengembangan Materi Pembelajaran Bahasa Bagi Siswa

SMP di Sulawesi Selatan. Jurnal est Pascasarjana Universitas Negeri Makassar. Vol.1, No.1. Journal of est. unm. ac.id.

Chaer, A. (2015). Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka Cipta.

Firmansyah R., Aprian R S., dan Ismayani R M. (2018). Perbandingan Kajian Semantik Rumpun Bahasa Melayu. Tasikmalaya: Parole, Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Vol. 1 No. 3, Mei 2018.

Haris, T M. (2018). Perbandingan Bentuk Fungsi dan Makna Konfiks Ke—an Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu Malaysia sebagai Materi Ajar Pembelajaran Bahasa di SMA. Magelang: Universitas Tidar.

Hariyanto. (2015). Implementasi Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Khadijah. (2005). Kosa Kata Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia dalam Konteks Pemakaian Bahasa. Medan: e-USU Respository 2005. Kridalaksana, H. (1994). Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Percetakan PT Gramedia.

--------------------. (2008). Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kurniawan, H. (2015). Pembelajaran Kreatif Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Jakarta: Prenada Media.

Mutafariha, R. (2015). Analisis Kontrastif Kosakata Bahasa Indoneisa dan Bahasa Malaysia pada Film Animasi Upin dan Ipin. Diakses darihttps://lib.unnes.ac.id/20266/.

Nazir, M. (2011). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nomoto, H., & Wahab, K. A. (2011). Konstruksi Pasif Kena dalam Bahasa Indonesia:Perbandingan dengan Bahasa Melayu. Malang: ISMIL, 24-26 Juni 2011. Diakses dariwww.tufs.ac.jp/ts/personal/nomoto/kena_Indonesia.pdf.

Othman, A. (1981). Tatabahasa Bahasa Malaysia. Kuala Lumpur: Sarjana Enterprise.

Promadi. (2012). Perbedaan Semantik Antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia:Satu Kajian Awal Upaya Mengelak Kesalahpahaman dan Perbedaan Budaya Antara Bangsa Serumpun di Asia Tenggara. Pekanbaru: Jurnal Sosial Budaya Vol. 9 No. 2 Juli-Desember 2012. Putra, A D. (2017). Analisis Kontrastif Kosakata Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia pada Film Animasi Boboiboy. Diaksesjurnal.umrah.ac.id/.../EJOURNAL-AGUS-DINATA-P-120388201200-FKIP -2017-PD.

Page 15: Perbandingan Bentuk dan Makna Kata Kena dalam Bahasa

E-ISSN: 2715-9612

Perbandingan Bentuk dan Makna Kata Kena dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia serta Implementasinya sebagai Materi Ajar Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA

Solehudin

25

Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa.

Yogyakarta: Universitas Sanata Darma Press. Suwandi, S. (2008). Semantik: Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media

Perkasa.