78
PERANANINDUSTRIMIKRO DAN KECIL (IMK) TERHADAPSEKTOR PENGOLAHANDI INDONESIA (Skripsi) Oleh : Kadek Siantiani FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

PERANANINDUSTRIMIKRO DAN KECIL (IMK) …digilib.unila.ac.id/27964/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · perananindustrimikro dan kecil (imk) terhadapsektor pengolahandi indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

PERANANINDUSTRIMIKRO DAN KECIL (IMK) TERHADAPSEKTORPENGOLAHANDI INDONESIA

(Skripsi)

Oleh :

Kadek Siantiani

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

ABSTRACT

The Role of Micro and Small Industries (IMK) On Processing Sector InIndonesia

By

Kadek Siantiani

This research is to analyze the role of micro and small industries (IMK) onprocessing sector in Indonesia. It usesdescriptive quantitative analysis method andstatistical analysis to understand the correlation between calculation results andresearch theories. It uses the E-views 9 as the analysis tool, and panel dataregression analysis with fixed effect model as the analysis model. Its data uses thesecondary data of the processing sector of GNP, number of IMK’s business units,IMK’s workforces, the export of IMK, and IMK’s capital from 2011-2015.Theanalysis result using panel data regression method shows that the variables of thenumber of IMK’s business unit, IMK’s workforces, IMK’s exports, and IMK’scapitals are mutually influencing the growth of processing industry. This researchalso produce the data that the variables of the number of IMK’s business unit,IMK’s exports, and IMK’s capitals influence positively on the growth ofprocessing industries, while the variable of IMK’s workforces influencesnegatively on the growth of processing industries in Indonesia.

Keywords: Exports IMK, IMK’s Capital, IMK’s Workforces, Micro and SmallIndustries, Number of IMK’sBusiness Unit and Processing Industries.

ABSTRAK

Peran Industri Mikro dan Kecil (IMK) Terhadap Sektor Pengolahan diIndonesia

Oleh

Kadek Siantiani

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran Industri Mikro dan Kecil (IMK)terhadap sektor pengolahan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metodeanalisis deskriptif, kuantitatif serta analisis statistik untuk mengetahui keterkaitanhasil perhitungan dengan teori-teori penelitian. Alat analisis yang digunankanadalah E-views 9, model analisis yang digunakan adalah analisis regresi data paneldengan fixed effect model. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa PDBsektor pengolahan, jumlah unit usaha IMK, tenaga kerja IMK, ekspor IMK danmodal IMK dari tahun 2011-2015.Hasil analisis dengan menggunakan metoderegresi data panel menunjukkan bahwa variabel jumlah unit usaha IMK, tenagakerja IMK, ekspor IMK dan modal IMK secara bersama-sama berpengaruhterhadap pertumbuhan industri pengolahan.Penelitian ini juga menghasilkan databahwajumlah unit usaha IMK, ekspor IMK dan Modal IMK berpengaruh positifterhadap pertumbuhan industri pengolahan. Sedangkan variabel tenaga kerja IMKberpengaruh negatif terhadap pertumbuhan industri pengolahan di Indonesia.

Kata Kunci : Ekspor IMK dan Modal IMK, Industri Mikro dan Kecil, IndustriPengolahan, Jumlah Unit UsahaIMK, Modal IMK, dan TenagaKerjaIMK,

PERANANINDUSTRIMIKRO DAN KECIL (IMK) TERHADAPSEKTORPENGOLAHANDI INDONESIA

Oleh

Kadek Siantiani

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi PembangunanFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Kadek Siantiani lahir di desa Karang Anyar Kabupaten OKU

Timur Sumatera Selatan tanggal 11 Agustus 1994, sebagai anak ke dua dari empat

bersaudara. Buah hati dari pasangan Bapak Made Sukarya dan Ibu Ketut Suweni.

Penulis memulai pendidikan formal di SD Negeri 1 Karang Anyar Kecamatan

Semendawai Timur pada tahun 1999 diselesaikan pada tahun 2005 dan

dilanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Semendawai Timur pada

tahun 2005 diselesaikan pada tahun 2008 dan melanjutkan Sekolah Menengah

Atas (SMA) Xaverius 1 Belitang Sumatera Selatan pada tahun 2008 dan

diselesaikan pada tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis sempat menempuh

Pendidikan Pramugari dan Staff Penerbangan (PPSP) di Palembang dan sempat

bekerja sebagai staffticketing di PT. Merpati Nusantara Airlines.

Pada tahun 2012, penulis diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Lampung jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan. Pada

awal tahun 2016 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sido

Mekar, Kecamatan Gedung Aji Baru, Kabupaten Tulang Bawang selama 60 hari.

Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, penulis aktif mengikuti

kegiatan mahasiswa pada Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk Allah SWT. Sebagai rasa syukur atas ridho

serta karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Alhamdullilahirobbil’alamiin.

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orangtuaku tercinta bapak Made

Sukarya dan mama Ketut Suweni, terimakasih atas do’a dan dukungannya yang

selama ini diberikan untuk kelancaran skripsi ini.

Untuk suamiku tercinta Akhmad Junaidi. S.T.,M.T dan untuk anakku tercinta

Karen Amalia Putri, terimakasih atas do’a, dukungan dan cinta yang tak pernah

putus.

Terimakasih untuk dadong (nenek) kakakku Wayan Wisna Wati dan adikku

Nyoman Misdiana dan Ketut Nikola Saputra untuk do’a dan dukungannya.

Dosen-dosen seta sahabat-sahabat terbaik yang turut memberikan arahan, do’a

dan dukungannya yang menambahkan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

Almamater tercinta, jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

Terima Kasih

MOTTO

“Jangan membuang waktu sedetik pun dalam penyesalan, karena menyesali

kekeliruan di masa sama saja dengan menularkan kembali kesalahan itu pada

diri sendiri.”

( Seville Goddard)

“Dalam situasi yang berantakan, temukan kesederhanaan. Dalam pertikaian,

temukan keselarasan. Dalam kesulitan terdapat peluang.”

(Albert Einstein)

“Keberhasilan yang besar datang dari pemikiran yang tenang dan jiwa yang

besar”

(Kadek Siantiani)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

karunia-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi dengan judul “Peranan Industri Mikro dan Kecil (IMK) Terhadap Sektor

Pengolahan di Indonesia” aalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E.,M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Nairobi, S.E.,M.Si., selaku Ketua jurusan Ekonomi Pembangunan

sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi. Terimaksih yang sebesar-

besarnya atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik

dalam proses penyelesaian skripsi.

3. Ibu Emi Maimunah, S.E.,M.Si., selaku Sekertaris jurusan Ekonomi

Pembangunan.

4. Ibu Dr. Arivina Ratih, S.E.,M.M selaku penguji 1 atas kesediaannya

membimbing dan memberikan kritik serta saran dalam penyelesaian skripsi

ini.

5. Ibu Zulfa Emalia, S.E.,M.Sc selaku penguji II atas kesediaannya membimbing

dan memberikan arahan, kritik serta saran dalam penyelesaian skripsi ini

6. Bapak Asrian Hendi Cahya, S.E., selaku pembimbing akademik atas

kesediannya dalam meluangkan waktu selama masa perkuliahan.

7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan ilmu dan

pelajaran dengan baik.

8. Seluruh staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, yang telah

membantu dalam kelancaran skripsi ini.

9. Orangtuaku tercinta yang tidak pernah lelah mendo’akan, memberikan

semangat dan dukungan. Berusaha dengan segenap daya upaya serta

kesabaran untuk terciptanya keberhasilan masa depanku, semoga Allah SWT

senantiasa memberikan kesehatan dan kebahagiaan untuk Orangtuaku tercinta.

10. Suamiku dan anakku yang sangat luar biasa, semangat dan motivasi dari

kalian adalah anugrah terindah. Semoga kesehatan dan kebahagiaan berlimpah

untuk kalian.

11. Kakaku tercinta Wayan Wisa Wati serta kedua adikku tersayang Nyoman

Misdiana dan Ketut Nikola Saputra, semoga kesuksesan menyertai kalian.

12. Terimakasih kepada seluruh keluarga besarku atas do’a dan dukungannya

dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Sahabat-sahabat terbaikku yang berjuang bersama-sama dari pertamakali kita

saling mengenal 17 Agustus 2012 sampai detik ini. Dewi Anggraini, S.E,

Elvera Aulia,S.E dan Viola Carera,S.E. Semoga apa yang kita usahakan

berbuah manis dan semoga apa yang kita impi-impikan dapat terwujud Amin.

14. Teman-teman seperjuangan skripsi 2012. Anita, Deri, Mamet, Efran, Budi,

Elvera, Viola, Kiting, Acong, Boli, Lorentina, Efran, Paul dan lainnya yang

tidak dapat dituliskan satu persatu. Semoga kedepannya kita semakin sukses,

bisa memberikan karya terbaik untuk bangsa dan negara. Amin.

15. Teman-teman seperjuangan skripsi 2013. Maei, Tribuana, Hana, Happy,

Ineke, Wiwit, Isti, Nurhalimah, Sri, Siska dan lainnya yang tidak dapat

dituliskan satu persatu. Semoga kita semakin sukses. Amin

16. Keluarga besar KKN desa Sido Mekar, Anisa Arahmah, Aplia Eka Dewi,

Riska Khoirunisa, Niko Prianggoro, Edgar Sidgarlaki, Oriza Arkana Putra.

Terimak kasih, kalian luar biasa.

17. Beberapa pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan ini yang

tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih yang luar biasa.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,

akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 01 Agustus 2017

Penulis,

Kadek Siantiani

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. v

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1B. Masalahan dan Rumusan Masalah ....................................................... 9C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 9D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 10E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DANHIPOTESIS

A. Tinjauan Teori ...................................................................................... 121. Pertumbuhan Ekonomi............................................................. 12

a. Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi ............................. 14b. Teori Umum Pertumbuhan................................................. 16

1) Sisi Permintaan Agregat (AD) ..................................... 172) Sisi Penawaran Agregat (AS)....................................... 18

2. Industri Pengolaham................................................................. 183. Definisi IMK ............................................................................ 20

a. Peran Penting IMK............................................................. 21b. Faktor Penghambat dan Pendorong IMK.......................... 22c. Aspek Permodalan IMK..................................................... 25

4. Tenaga Kerja ............................................................................ 275. Ekspor ..................................................................................... 30

B. Tinjauan Empiris................................................................................ 33C. Kerangka Pemikiran........................................................................... 36D. Hipotesis ............................................................................................ 38

ii

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 39B. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 39C. Batasan Operasional Variabel .............................................................. 40D. Metode Analisi ..................................................................................... 42E. Prosedur Analisis Data ......................................................................... 43

1. Regresi Data Panel ......................................................................... 43a. Pendekatan Common Effect ..................................................... 45b. Pendekatan Fixed Effect ........................................................... 45c. Pendekatan Random Effect....................................................... 46

2. Pemilihan Regresi Data Panel ........................................................ 48a. Uji Chow .................................................................................. 48b. Uji Hausman ............................................................................ 49

3. Pengujian HIpotesis ....................................................................... 50a. Uji t .......................................................................................... 52b. Uji F ......................................................................................... 54

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengujian .................................................................................... 561. Pemilihan Merode Estimasi ..................................................... 56

a. Uji Chow (Common Effect vs Fixed Effect)....................... 57b. Uji Hausman (Fixed Effect vs Random Effect) .................. 58

2. Hasil Analisis Fixed Effect Model ........................................... 593. Pengujian Hipotesis.................................................................. 60

a. Uji t .................................................................................... 60b. Uji F ................................................................................... 61

B. Interpretasi dan Hasil Penelitian .......................................................... 62

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan............................................................................................... 73B. Saran .................................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Kontribusi Industri Non-Migas Terhadap PDB ......................................... 21.2 Perkembangan Ekspor IKM Tahun 2011-2015 ......................................... 73.1 Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia............................................. 403.2 Batasan Operasional Variabel .................................................................... 414.1 Hasil Uji Chow .......................................................................................... 574.2 Hasil Uji Hausman ..................................................................................... 584.3 Hasil Estimasi Data Panel Dengan Fixed Effect Model ............................. 594.4 Hasi Uji t Statistik ...................................................................................... 604.5 Hasil Uji F Statistik.................................................................................... 624.6 Nilai Coefficient Individual Effect ............................................................. 62

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Fungsi Produksi............................................................................................... 162.2 Permintaan Agregat dan Penawaran Agregat Dalam Posisi Ekonomi Makro

yang Seimbang ................................................................................................ 172.3 Kerangka Pemikiran........................................................................................ 364.1 Jumlah Usaha IMK Beberapa Provinsi di Indonesia ...................................... 654.2 Kurva The Low of Diminishing Products ....................................................... 684.3 Persentase Jenis Kesulitan Utama yang Dialami IMK 2015 .......................... 694.4 Persentase Jenis Kesulitan Utama yang Dialami IMK 2015 .......................... 71

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Penelitian (Data Tahunan, Y, X1, X2, X3, X4).............................. L12. Hasil estimasi regresi pooled least square ............................................ L43. Hasil estimasi regresi berganda uji chow.............................................. L54. Hasil estimasi regresi berganda uji hausman ........................................ L65. Hasil estimasi regresi berganda model pendekatan efek tetap

(fixed effect)........................................................................................... L76. Tabel t-statistik...................................................................................... L87. Tabel distribusi f statistik untuk a = 0.05................................................ L108. Tabel chi-square ...................................................................................... L12

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator dalam menentukan

keberhasilan suatu negara yang ditunjukkan melalui tingkat pertambahan Produk

Domestik Bruto (PDB). Dimana PDB tersebut dibagi kedalam 17 kategori

lapangan usaha yaitu: (1) Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, (2) Pertambangan

dan Penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4) Pengadaan Listrik dan Gas, (5)

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, (6) Konstruksi, (7)

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, (8)

Transportasi dan Pergudangan, (9) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum,

(10) Informasi dan Komunikasi, (11) Jasa Keuangan dan Asuransi, (12) Real

Estat, (13) Jasa Perusahaan, (14) Administrasi Pemerintahan; Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib, (15) Jasa Pendidikan, (16) Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial, dan (17) Jasa lainnya. Setiap kategori tersebut dirinci lagi menjadi

subkategori (BPS, 2016).

Bedasarkan data statistik BPS tahun 2016 dari 17 kategori lapangan usaha

terdapat tiga kategori usaha sebagai penyumbang terbesar PDB di Indonesia

yakni: (1) Industri Pengolahan, (2) Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, (3)

Perdagangan besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. Industri

pengolahan menjadi salah satu sektor penyumbang terbesar PDB di Indonesia, hal

2

Ini antara lain karena permintaan produk barang jadi atau setengah jadi yang

semakin meningkat.

Sektor industri merupakan sektor yang sangat berperan terhadap perekonomian

Indonesia pada tahun 1991 selama pembangunan jangka pendek 1 telah

mengalami perubahan struktur perekonomian yang pada awalnya berbasis sektor

pertanian menjadi sektor industri. Di dalam pelaksanaannya, sektor industri

pengolahan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan sektor-sektor

lainnya yaitu nilai kapitalisasi modal yang tertanam sangat besar, kemampuan

menyerap tenaga kerja, dan kemampuan untuk menciptakan nilai tambah dari

setiap input atau bahan dasar yang diolah. Sektor industri pengolahan di Indonesia

memiliki kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tinggi, dan nilai

investasi yang tertanam cukup besar.(Gema, 2012)

Tabel 1.1. Kontribusi Industri Pengolahan Terhadap PDB (%)No. Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014* 2015**(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1Industri Makanan danMinuman

5,24 5,31 5,14 5,32 5,61

2Industri PengolahanTembakau

0,92 0,92 0,86 0,91 0,94

3Industri Tekstil danPakaian Jadi

1,38 1,35 1,36 1,32 1,21

4Industri Kulit, Barang dariKulit dan Alas Kaki

0,28 0,25 0,26 0,27 0,27

5

Industri Kayu, Barang dariKayu dan Gabus danBarang Anyaman dariBambu, Rotan danSejenisnya

0,76 0,70 0,70 0,72 0,67

6

Industri Kertas dan Barangdari Kertas; Percetakandan Reproduksi MediaRekaman

0,96 0,86 0,78 0,80 0,76

3

Lanjutan Tabel 1.1

No. Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014* 2015**

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

7Industri Kimia, Farmasidan Obat Tradisional

1,59 1,67 1,65 1,70 1,81

8 Industri Karet, Barang dariKaret dan Plastik

0,92 0,89 0,80 0,76 0,74

9Industri Barang Galianbukan Logam

0,71 0,73 0,73 0,73 0,72

10 Industri Logam Dasar 0,80 0,75 0,78 0,78 0,78

11

Industri Barang Logam;Komputer, BarangElektronik, Optik; danPeralatan Listrik

1,81 1,89 1,95 1,87 1,96

12Industri Mesin danPerlengkapan

0,30 0,29 0,27 0,31 0,32

13 Industri Alat Angkutan 1,98 1,93 2,02 1,96 1,9114 Industri Furnitur 0,28 0,26 0,26 0,27 0,27

15

Industri PengolahanLainnya; Jasa Reparasidan Pemasangan Mesindan Peralatan

0,20 0,19 0,17 0,18 0,18

Total 18,13 17,99 17,72 17,89 18,18Keterangan: * Angka Sementara, ** Angka Sangat SementaraSumber : Statistik Kementrian Perindustrian

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa dari 23 klasifikasi yang tergabung dalam

Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KLBI) tahun 2009 dimana pada

PDB industri pengolahan hanya menampillkan 15 klasifikasi. Posisi penyumbang

PDB sektor pengolahan tertinggi dari tahun 2011-2015 adalah sektor makanan

dan minuman, sedangkan industri dengan kontribusi paling rendah adalah industri

reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan. Menurut data statistik dari

Kementrian Perindustrian, industri makanan dan minuman merupakan industri

dengan jumlah unit usaha terbanyak pada tahun 2015 dibandingkan dengan

industri lainnya, yaitu sebesar 1.614.149 unit usaha makanan dan minuman.

4

Usaha makanan dan minuman adalah salah satu sektor usaha yang sebagian besar

pelakunya berasal dari sektor Industri Mikro dan Kecil (IMK). Kedudukan sektor

IMK semakin berkembang sejalan dengan perubuhan sektor perekonomian di

Indonesia yang beralih dari sektor pertanian beralih menjadi sektor industri.

Pasca krisis yang melanda Indonesia pada tahun 2008, sektor industri mikro dan

kecil tetap bertahan menghadapi krisis. Hal ini terbukti dengan semakin

berkembangnya jumlah unit usaha pada sektor industri mikro dan kecil. Industri

mikro dan kecil mempunyai peranan yang besar dalam pertumbuhan ekonomi,

penyerapan tenaga kerja, penyediaan barang dan jasa, serta penanggulangan

kemiskinan. Selain itu, industri mikro dan kecil mampu menjadi jembatan dalam

menghadapi ketimpangan ekonomi sehingga dapat memberikan dampak yang

positif terhadap pemerataan distribusi pendapatan dan pembangunan ekonomi di

Indonesia. Hal lain ditunjukkan oleh industri berskala besar yang cenderung

mengalami keterpurukan.

Adapun alasan-alasan IMK dapat bertahan dan cenderung meningkat jumlahnya

pada masa krisis yaitu karena: pertama; sebagian besar IMK memproduksi barang

konsumsi dan jasa-jasa dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan

yangrendah. Kedua; sebagian besar IMK mempergunakan modal sendiri dan tidak

mendapat modal dari bank. Implikasinya pada masa krisis keterpurukan sektor

perbankan dan naiknya suku bunga tidak berpengaruh terhadap IMK. Ketiga;

dengan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan sektor formal

banyak memberhentikan pekerjanya. Sehingga para penganggur tersebut

memasuki sektor informal dengan melakukan kegiatan usaha yang berskala kecil,

yang berakibat pada meningkatnya jumlah IMK (Partomo dan Soejodono, 2004).

5

Proses pembanguan pada sektor industri merupakan sebuah langkah awal untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pembanguan industri merupakan satu fungsi

dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat. Sektor industri diyakini mampu

memimpin sektor-sektor lain menuju kesejahteraan dan kemajuan dalam

perekonomian. Produk-produk industri selalu memiliki nilai tukar dan nilai

tambah yang tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lain (Arsyad, 1997).

Berdasarkan data BPS tahun 2014, pada tahun 2011 jumlah industri mikro dan

kecil di Indonesia sebesar 3 juta unit usaha. Angka ini meningkat hingga 3,73 juta

unit usaha pada tahun 2015. Peningkatan pertumbuhan jumlah unit usaha pada

sektor industri mikro dan kecil tidak terlepas dari peranan para pelaku ekonomi,

yakni pemerintah yang berperan dalam memberikan kebijakan dan masyarakat

sendiri yang berperan sebagai pencipta pasar dalam perekonomian.

Bertambahnya jumlah unit usaha baru pada sektor industri mikro dan kecil

mampu memicu dalam penyerapan tenaga kerja sehingga mampu mengurangi

pengangguran. Tumbuhnya kegiatan ekonomi akan membuka lapangan pekerjaan,

memberikan nilai tambah ekonomi yang mampu meningkatkan kesejahteraan

rakyat (Prasetyia, 2011). Rendahnya faktor produksi tenaga kerja di Indonesia

menjadi permasalah yang harus dihadapi Indonesia sebagai negara berkembang.

Masalah lain yang dihadapi tenaga kerja Indonesia adalah rendahnya kemampuan

dalam membaca peluang dan mengeluarkan ide dalam berusaha sehingga sering

menjadi permasalah yang menghambat pertumbuhan ekonomi.

Industri mikro dan kecil di Indonesia sangat penting terutama dalam penyerapan

tenaga kerja pada sektor informal. Hal ini karena Indonesia memiliki

6

sumberdayamanusia yang berlimpah mengikuti jumlah penduduk yang besar,

selain itu industri besar tidak sanggup menyerap semua pencari kerja.

Ketidaksanggupan industri besar dalam menciptakan kesempatan kerja yang besar

disebabkan karena pada umumnya industri bersakala besar relatif padat modal,

sedangkan industri mikro dan kecil relatif padat karya.

Penelitian Raselawati (2011) menunjukkan bahwa tenaga kerja UKM tidak

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekomomi pada sektor UKM di

Indonesia dengan tanda yang positif, hal ini menyiratkan jumlah tenaga kerja yang

ada tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Pernyataan tersebut

sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa bertambahnya penduduk setiap

tahunnya melalui kelahiran dan migrasi penduduk di suatu negara, mengakibatkan

bertambahnya angkatan kerja yang berarti bertambahnya penawaran tenaga kerja,

dan adanya keterbatasan lapangan pekerjaan mengakibatkan adanya perbedaan

antara permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja.

Dampak dari pertumbuhan sektor industri mikro dan kecil diharapkan selalu

positif. Indikator perkembangan industri mikro dan kecil juga dilihat dari ekspor

pada sektor industri mikro dan kecil. Selain perdagangan dalam negeri,

perdagangan luar negeri juga dapat memberikan kesempatan dalam memperluas

pasar dan memasarkan hasil-hasil industri. Selain itu dengan adanya perdagangan

luar negeri, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang ada di

negara lain dapat dikembangkan di Indonesia.

Berikut dijelaskan perkembangan ekspor sektor IMK di indonesia dari tahun 2011

sampai dengan tahun 2015:

7

Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor IMK Tahunan 2011-2015 (Rp Milyar)

NO(1)

KLBI(2)

TAHUN2011(3)

2012(4)

2013(5)

2014(6)

2015(7)

1 Makanan dan Minuman 301 322 303 338 3032 Pengolahan Tembakau 10 8 9 10 103 Tekstil dan Pakaian Jadi 143 143 145 146 140

4Kulit, Barang dari Kulit dan AlasKaki

57 44 48 51 55

5Kayu, Gabus (Tidak TermasukFurniture) dan Anyaman dariBambu dan Rotan

42 39 41 45 44

6 Kertas dan Barang dari Kertas;Percetakan dan reproduksi media

58 63 65 63 61

7Bahan Kimia dan Barang dariBahan Kimia; Farmasi, ProdukObat Kimia dan Obat Tradisional

124 134 136 145 110

8Karet, Barang dari Karet danPlastik

78 135 122 96 81

9 Barang Galian Bukan Logam 10 11 11 10 10

10Logam Dasar; Barang Logam,Bukan Mesina;

94 120 109 112 98

11 Komputer, Barang Elektronik danOptik; Peralatan Listrik

137 178 167 165 138

12 Mesin dan Perlengkapan 34 35 40 39 32

13Kendaraan Bermotor, Trailer danSemi Trailer; Alat angkutanLainnya

80 71 69 72 71

14 Furniture 18 20 19 20 19

15Pengolahan Lainnya; JasaReparasi dan Pemasangan Mesindan Peralatan

70 23 25 48 60

Sumber: Diolah Berdasarkan Data Kementrian Perindustrian, 2015

Tabel 1.2 menjelaskan bahwa perkembangan ekspor sektor industri mikro dan

kecil dari tahun 2011-2015 mengalami fluktuasi. Ekspor tertinggi berada pada

tahun 2014 dengan ekspor total 1.360 Milyar. Sektor yang melakukan

perdagangan luar negeri paling besar adalah sektor industri makanan dan

minuman, sedangkan sektor yang melakukan perdagangan luar negeri paling

rendah adalah sektor industri pengolahan tembakau.

8

Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, peranan sektor luar

negeri sangatlah penting untuk meningkatkan kapasitas produksi yang ada di

dalam negeri. Perdagangan luar negeri dapat memperluas pasar dan

memungkinkan negara yang mengekspor memperoleh keuntungan serta

pendapatan nasional akan naik sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi.

Penelitian Pridayanti (2014) menyatakan bahwa ekspor berpengaruh signifikan

dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi, hal ini menyiratkan bahwa kenaikan

ekspor akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Penelitian yang sama juga

dilakukan oleh Sutawijaya dan Zulfahmi (2010) yang menyatakan bahwa ekspor

non-migas berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan tanda

yang positif, hal ini juga menyiratkan bahwa ekspor mampu meningkatkan

pertumbuhan ekonomi. Penelitian empiris tersebut menunjukkan pengaruh ekspor

industri mikro dan kecil terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor industri

mikro dan kecil di Indonesia perlu untuk diteliti.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan menganalisis tentang “Peranan Industri

Mikro dan Kecil (IMK) Terhadap Sektor Pengolahan di Indonesia”. Di mana

dalam penelitian ini menggunakan data runtun waktu (time series) yaitu dari tahun

2011-2015 dan data individual (cross section) berupa data klasifikasi industri

mikro dan kecil berdasarkan data KLBI. Mengingat data yang digunakan adalah

gabungan antara data runtun waktu dan data individual, maka penelitian ini akan

menggunakan pendekatan data panel (pooled data).

9

B. Masalah dan Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh jumlah unit usaha IMK terhadap sektor pengolahan di

Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh tenaga kerjaIMK terhadap sektor pengolahan di

Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh ekspor IMK terhadap sektor pengolahan di Indoneisa?

4. Bagaimana pengaruh modal IMK terhadap sektor pengolahan di Indonesia?

5. Bagaimana pengaruh jumlah unit usaha IMK, tenaga kerja IMK, ekspor IMK

dan modal IMK secara bersama-sama terhadap sektor pengolahan di

Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Dari serangkaian permasalahan yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan

untuk:

1. Untuk menganalisis pengaruh jumlah unit usaha IMK terhadap sektor

pengolahan di Indonesia.

2. Untuk menganalisis pengaruh tenaga kerja IMK terhadap sektor pengolahan di

Indonesia.

3. Untuk menganalisis pengaruh ekspor IMK terhadap sektor pengolahan di

Indonesia.

10

4. Untuk mengetahui pengaruh modal IMK terhadap sektor pengolahan di

Indonesia.

5. Untuk menganalisis pengaruh jumlah unit usahaIMK, tenaga kerjaIMK,

eksporIMKdan modal IMK secara bersama-sama terhadap sektor pengolahan

di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Dengan tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini, manfaat yang ingin

disajikan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis sebagai salah satu syarat kelulusan Strata 1 (S1) di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.

2. Bagi pemerintah sebagai sumber kajian baru tentang pertumbuhan ekonomi

melalui peran ekonomi sektor IMK.

3. Bagi pembaca sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi sektor IMK.

E. Sitematika Penulisan

Penelitian ini dikembangkan dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab 1 dibahas mengenai latar belakang mengapa penulis mengambil

penelitian ini, selanjutnya penulis merumuskan masalah, mengambil tujuan,

manfaat penelitian, kerangka pemikiran dan sistematika penulisan dari penelitian

yang akan dilakukan penulis.

11

BAB 2 DASAR TEORI

Pada bab 2 dibahas mengenai tinjauan teori dari penelitian. Teori-teori dari

penelitian ini berupa konsep IMK, tenaga kerja, Investasi, ekspor, teori

pertumbuhan ekonomi klasik dan peran IMK dalam pertumbuhan ekonomi. Lalu

akan dibahas pula tinjauan empiris yang berisi tentang penelitian sebelumnya.

BAB 3 METODE PENELITIAN

Pada bab 3 dibahas mengenai metode penelitian, dimana dalam metode penelitian

akan dipaparkan jenis data dan sumber data, batasan operasional variabel, metode

analisis, dan prosedur analisis data yang digunakan.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab 4 akan dibahas mengenai hasil dan pembahasan dari hasil yang

diperoleh, bagaimana hasil dan interpretasinya serta pengujiannya.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab 5 akan dibahas mengenai simpulan dan saran. Kesimpulan apa yang

diperoleh dari penelitian, lalu saran apa yang akan diberikan untuk memberikan

masukan agar penelitian ini bisa dilanjutkan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

I. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

HIPOTESIS

A. Tinjauan Teoritis

1. Pertumbuhan Ekonomi

Secara ekonomi, ada beberapa cara untuk menghitung pertumbuhan ekonomi,

baik dilihat dari sisi permintaan maupun dilihat dari sisi penawaran. Apabila dari

sisi permintaan (demand) yaitu dengan memperhitungkan komponen-komponen

makro ekonomi berupa konsumsi, investasi, ekspor dan impor sedangkan dari sisi

penawaran (supply) dengan memperhitungkan nilai tambah setiap sektor dalam

produksi nasional. Perekonomian dibagi menjadi tiga sektor besar, yaitu primer,

sekunder dan jasa-jasa (tersier). Laju pertumbuhan ekonomi akan diukur melalui

indikator perkembangan PDB atau PNB dari tahun ke tahun. Adapun cara

menghitung laju pertumbuhan dilakukan dengan tiga metode yaitu, cara tahunan,

cara rata-rata setiap tahun, dan cara compounding factor.

Pengukuran pertumbuhan ekonomi secara konvensional biasanya dengan

menghitung peningkatan presentase dari Produk Domestik Bruto (PDB). PDB

mengukur pengeluaran total dari suatu perekonomian terhadap berbagai barang

dan jasa yang baru diproduksi pada suatu saat atau tahun serta pendapatan total

yang diterima dari adanya seluruh produksi barang dan jasa tersebut atau secara

13

lebih rinci, PDB adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa yang diproduksi di

suatu negara dalam kurun waktu tertentu (Suparmoko, 2002). Pertumbuhan

biasanya dihitung dalam nilai riil dengan tujuan untuk menghilangkan adanya

inflasi dalam harga dan jasa yang diproduksi sehingga PDB riil mencerminkan

perubahan kuantitas produksi.

Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB) menurut Sukirno 2004, yaitu

Pendapatan Nasional menggambarkan tingkat produksi negara yang dicapai dalam

satu tahun tertentu dan perubahannya dari tahun ke tahun. Maka ia mempunyai

peranan penting dalam menggambarkan (i) tingkat kegiatan ekonomi yang

dicapai, dan (ii) perubahan pertumbuhannya dari tahun ke tahun. Produk nasional

atau pendapatan nasional adalah istilah yang menerapkan tentang nilai barang-

barang dan jasa-jasa yang diproduksikan suatu negara dalam suatu tahun tertentu.

PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh

unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan

jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga

berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung

menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar

harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung

menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. PDB

atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur

ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan

ekonomi dari tahun ke tahun.

14

a. Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi

Para ekonom aliran neo klasik yang telah mempelajari gejala pertumbuhan

ekonomi, melihat bahwa terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi. Mankiw (2006) Penawaran barang dalam model Solow

didasarkan pada fungsi produksi yang sudah dikenal, yang menyatakan bahwa

output bergantung pada persediaan modal dan angkatan kerja.

Y = F(K,L)

Model pertumbuhan Solow mengasumsikan bahwa fungsi produksi melalui skala

pengembalian konstan atau skala hasil konstan (constant returns to scale). Asumsi

ini sering dianggap realistis, seperti akan kita lihat berikut ini, asumsi

inimembantu untuk mempermudah analisis. Ingatlah bahwa fungsi produksi

memiliki skala pengembalian konstan jika

ZY = F(ZK,ZL )

Dengan z bernilai positif. Jika kita mengalikan modal dan tenaga kerja dengan z,

kita juga mengalikan jumlah output dengan z. Fungsi produksi dengan skala

pengembalian konstan memungkinkan kita menganalisis seluruh variabel dalam

perekonomian dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja. Untuk melihat

kebenarannya, gunakan z = 1/L dalam persamaan di atas untuk mendapatkan

Y/L = F(K/L,1)

Persamaan ini menunjukkan bahwa jumlah output per pekerja Y/L adalah fungsi

dari jumlah modal per pekerja K/L. (Angka “1” adalah, tentu saja,

konstansehingga bisa dihilangkan asumsi skala pengembalian konstan

menunjukkan bahwa besarnya perekonomian sebagaimana diukur oleh jumlah

15

pekerja tidak mempengaruhi hubungan antara output per pekerja dan modal per

pekerja.

Karena besarnya perekonomian tidak menjadi masalah, maka cukup beralasan

untuk menyatakan seluruh variabel dalam istilah per pekerja. Kita nyatakan hal ini

dengan huruf kecil, sehingga y = Y/L adalah output per pekerja, dan k = K/L

adalah modal per pekerja selanjutnya kita bisa menulis fungsi produksi sebagai:

y =f (k)

Di mana kita definisikan f (k) = F (k,1). Gambar 2.1 menunjukkan fungsi produksi

ini, ketika jumlah modal meningkat, kurva fungsi produksi menjadi lebih datar,

yang mengindikasikan bahwa fungsi produksi mencerminkan produk marjinal

modal yang kian menurun. Ketika k rendah, rata-rata pekerja hanya memiliki

sedikit modal untuk bekerja, sehingga satu unit modal tambahan begitu berguna

dan dapat mempeeroduksi banyak output tambahan. Ketika k tinggi, rata-rata

pekerja memiliki banyak modal, sehingga satu unit modal tambahan hanya sedikit

meningkatkan produksi. Fungsi produksi menunjukkan bagaimana jumlah modal

per pekerja k menentukan jumlah output per pekerja y = f (k). Kemiringan fungsi

produksi adalah produk marjinal modal: jika k meningkat 1 unit, y meningkat

sebesar MPK unit. Fungsi produksi menjadi lebih datar ketika k naik, yang

menunjukkan penurunan produk marjinal modal.

Fungsi produksi menunjukkan bagaimana jumlah modal per pekerja y = f (k).

kemiringan fungsi produksi adalah produk marjinal modal: jika k meningkat 1

unit, y meningkat sebesar MPK unit. Fungsi produksi menjadi lebih datar ketika k

naik, yang menunjukkan penurunan produksi marjinal modal.

16

Kemiringan dari fungsi produksi ini menunjukkan berapa banyaknya output

tambahan yang dihasilkan seorang pekerja ketika mendapatkan satu unit modal

tambahan. Angka yang diperoleh merupakan produk marjinal modal MPK.

b. Teori Umum Pertumbuhan

Pertumbuhan ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan pada sisi permintaan

agregat dan sisi penawaran agregat. Seperti yang diilustrasikan pada gambar 2.2,

titik perpotongan antara kurva permintaan agregat dan kurva penawaran agregat

adalah titik keseimbangan ekonomi (equilibrium) yang menghasilkan suatu

jumlah output agregat (PDB) tertentu dengan tingkat harga umum tertentu.Output

agregat yang dihasilkan selanjutnya membentuk pendapatan nasional. Apabila

pada periode awa (t = 0) aoutput adalah Y, maka yang dimaksud dengan

pertumbuhan ekonomi adalah pada periode beriktnya Output = Y1, di mana Y1 >

Y0.

MPK1

Output, f(k)

Modal per pekerja, k

Outputperpekerja,y

Gambar 2.1 Fungsi Produksi

17

Sumber: Tambunan, 2011Gambar 2.2 Permintaan Agregat dan Penawaran Agregat Dalam Posisi Ekonomi

Makro yang Seimbang

Melalui analisis gambar ini bisa dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi bisa

disebabkan oleh pergeseran kurva penawaran (AS1) sepanjang kurva permintaan

(bagian A) atau pergeseran kurva permintaan (AD1) sepanjang kurva penawaran

(bagian B).

1) Sisi Permintaan Agregat (AD)

Dari sisi permintaan agregat, pergeseran kurva AD ke kanan yang mencermin

naiknya permintaan di dalam ekonomi bisa terjadi karena pendapatannasional

yang terdiri atas permintaan masyarakat (konsumen), perusahaan danpemerintah

yang meningkat. Sisi permintaan agregat (penggunaan PDB) terdiriatas empat

komponen utama yakni konsumsi rumah tangga (C), investasidomestik bruto

(pembentukan modal tetap dan perubahan stok) dari sektor swastadan pemerintah

(Ib), konsumsi atau pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor neto,yaitu ekpor

barang dan jasa (X) minus impor barang dan jasa (M). Sisi permintaanagregat di

18

dalam suatu ekonomi bisa digambarkan dalam suatu model ekonomi makro

sederhana sebagai berikut :

Y = C + Ib + G + X – M

2) Sisi Penawaran Agregat (AS)

Ada dua dua aliran pemikiran mengenai pertumbuhan ekonomi di lihatdari sisi

penawaran agregat, yakni teori neoklasik dan teori modern. Dalamkelompok teori

neoklasik, faktor-faktor produksi yang dianggap sangatberpengaruh terhadap

pertumbuhan output adalah jumlah tenaga kerja dan kapital.Kapital bisa dalam

bentuk finance atau barang modal. Penambahan jumlah tenagakerja dan kapital

dengan faktor-faktor lain, seperti tingkat produktivitas darimasing faktor produksi

tersebut atau secara keseluruhan tetap, akan menambahoutput yang dihasilkan.

Sedangkan dalam kelompok teori modern, faktor-faktor produksi yangdianggap

krusial tidak hanya tenaga kerja dan modal tetapi juga perubahanteknologi (yang

terkandung dalam barang modal), energi, enterpreneurship, bahanbaku dan

material. Selain itu, faktor-faktor lain yang oleh teori-teori modern jugadianggap

sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah ketersediaandan

kondisi infrastruktur, hukum, serta peraturan (the rule of law), stabilitaspolitik,

kebijakan pemerintah, birokrasi dan dasar nilai tukar internasional(Tambunan,

2001).

2. Industri Pengolahan

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang

setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk

mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi

19

adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga

dalam bentuk jasa.

Industrialisasi merupakan suatu proses interaksi antara pengembanganteknologi,

inovasi spesialisasi, dalam produksi dan perdagangan antar negara yang pada

akhirnya sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita mendorong perubahan

struktur ekonomi. Industrialisasi sering juga diartikan sebagai suatu proses

modernisasi ekonomi yang mencakup semua sektor ekonomi yang ada, yang

terkait langsung maupun tidak langsung dengan industri manufaktur (Tambunan,

2001).

Menurut Sukirno (2006), industri adalah suatu kegiatan pengolahan bahan mentah

atau setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk

mendapatkan keuntungan. Secara umum, industi merupakan kumpulan

perusahaan yang memproduksi barang sejenis atau homogen, perusahaan tersebut

mengolah barang mentah menjadi barang jadi yang mempunyai nilai tambah.

Sedangkan yang dimaksud industri pengolahan adalah suatu kegaitan ekonomi

yang melakukan kegiatan merubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau

dengan tangan sehingga menjadi barang jadi, dan atau barang yang kurang

nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya menjadi lebih

dekat kepada pemakai akhir, termasuk jasa industri dan pekerjaan perakitan

(assembling).

Klasifikasi industri yang digunakan dalam survei industri pengolahan adalah

klasifikasi yang berdasar kepada International Standard Industrial Classification

of all Economic Activities (ISIC) revisi 4, yang telah disesuaikan dengan kondisi

20

di Indonesia dengan nama Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)

tahun 2009.

Kode baku lapangan usaha suatu perusahaan industri ditentukan berdasarkan

produksi utamanya, yaitu jenis komoditi yang dihasilkan dengan nilai paling

besar. Apabila suatu perusahaan industri menghasilkan 2 jenis komoditi atau lebih

dengan nilai yang sama maka produksi utama adalah komoditi yang dihasilkan

dengan kuantitas terbesar.

3. Definisi IMK

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), IMK didefinisikan berdasarkan kuantitas

tenaga kerja, yaitu industri kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah

tenaga kerja5 s.d 19 orang, sedangkan industrimikro merupakan entitas usaha

yang memiliki tenaga kerja 1 s.d 4 orang.

Menurut UU No. 20 Tahun 2008 Pasal 3 tentang Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah, maka yang dimaksud dengan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

yaitu:

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang ini.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah

21

atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana yang

dimaksud dalam Undang-Undang ini.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha kecil atau Usaha

Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Pengertian industri kecil menurut Hasibuan (2000), Pengertian industri dibagi ke

dalam lingkup makro dan mikro.Secara mikro, pengertian industri sebagai

kumpulan dari sejumlah perusahaan yang menghasilkan barang-barang homogen,

atau barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti sangat erat. Dari segi

pembentukan pendapatan yakni cenderung bersifat makro.Industri adalah kegiatan

ekonomi yang menciptakan nilai tambah. Jadi batasan industri yaitu secara mikro

sebagai kumpulan perusahaan yang menghasilkan barang sedangkan secara makro

dapat membentuk pendapatan.

a. Peran Penting IMK

Secara umumIMK dalam perekonomian nasional memiliki peran : (Departemen

Koperasi, 2008)

a. Sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi.

b. Penyedia lapangan kerja terbesar.

c. Pemain penting dalam pengembangan perekonomian lokal dan pemberdayaan

masyarakat.

22

d. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi.

e. Kontribusinya terhadap neraca pembayaran.

Salah satu keunggulan IMK adalah keberadaannya sebagai sektor yang berinovasi

untuk menerapkan teknologi baru daripada perusahaan-perusahaan besar yang

telah mapan. Tidak mengherankan jika dalam era persaingan global yang ada saat

ini banyak perusahaan besar yang bergantung pada pemasok-pemasok kecil

menengah dalam penunjang keberlangsungan usahanya (Zuhal, 2010).

b. Faktor Penghambat dan Pendorong IMK

Sektor IMK mepunyai peranan yang besar dalam penyerapan tenaga kerja

maupun dalam kontribusinya terhadap PDB. Namun sektor IMK juga mempunyai

beberapa permasalah baik dari internal maupaun eksternal. Menurut Hafsah

(2004) umumnya permasalahan yang dihadapai oleh Usaha Kecil dan Menengah

(IMK) antara lain meliputi:

1) Faktor Internal

a) Kurang modal

Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan

suatu unit usaha. Kurangnya permodalan IMK, oleh karena pada umumnya Usaha

Kecil dan Menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya

tertutup yang mengandalkan pada modal dari sisi pemilik yang jumlahnya sangat

terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau keuangan lainnya sulit

diperoleh, karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh

bank tidak dapat dipenuhi.

23

b) Sumber daya manusia

Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha

keluarga yang turun temurun. Keterbatasan SDM usaha kecil baik dari segi

pendidikan formal maupaun pengetahuan dan keterampilannya sangat

berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut

sulit untuk berkembang secara optimal. Di samping itu dengan keterbatasan SDM,

unit usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi perkembangan teknologi baru

untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan.

c) Lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar

Usaha kecil yang pada umumnya merupakan unit usaha keluarga, mempunyai

jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar yang sangat

rendah, oleh karena penduduk yang dihasilkan jumlahnya terbatas dan

mempunyai kualitas yang kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha yang sudah

mempunyai jaringan yang sangat solid serta didukung dengan teknologi yang

dapat menjangkau pasar internasional dan promosi yang baik.

2) Faktor eksternal

a) Iklim usaha belum sepenuhnya kondusif

Kebijakan pemerintah untuk menumbuh kembangkan Usaha Kecil dan Menengah

(IMK), meskipun dari tahun ke tahun terus disempurnakan, namun dirasakan

belum sepenuhnya kondusif. Hal ini terlihat antara lain masih terjadinya

persaingan yang kurang sehat antara pengusaha-pengusaha kecil dengan

pengusaha-pengusha besar.

24

b) Terbatasnya sarana dan prasarana usaha

Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat

berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang

diharapkan.

c) Implikasi otonomi daerah

Dengan berlakunya UU No 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, kewenangan

darah mempunyai otonomi untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat.

Perubahan sistem ini akan mengalami implikasi terhadap pelaku bisnis kecil dan

menengah berupa pungutan-pungutan baru yang dikenakan pada usaha kecil

menengah (IMK). Jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka akan menurunkan

daya saing Usaha Kecil dan Menengah (IMK). Di samping itu semangat

kedaerahan yang berlebihan, kadang menimbulkan kondisi yang kurang menarik

bagi pengusaha luar daerah untuk mengembangkan usahanya di daerah tersebut.

d) Implikasi perdagangan bebas

Sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang mulai berlaku pada tahun 2003 dan

APEC pada tahun 2020 yang berimplikasi luas terhadap Usaha Kecil dan

Menengah untuk bersaing dalam perdagangan bebas.

Dalam hal ini, mau tidak mau Usaha Kecil dan Menengah (IMK) dituntut untuk

melakukan proses produksi dengan produktif dan efisien, serta dapat

menghasilkan produk dengan standar kulitas dan frekuensi pasar global.

25

e) Sifat produk dengan lifetime yang pendek

Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau karakteristik sebagai

produk-produk fashion dan kerajinan dengan lifetime yang pendek.

f) Terbatasnya akses pasar

Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat

dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional.

c. Aspek Permodalan IMK

Salah satu penghambat bagi pengembangan sektor Usaha Kecil dan Menengah

(IMK) adalah terbatasnya modal yang dimiliki produsen sektor Usaha Kecil dan

Menengah (IMK). Modal adalah sumber-sumber ekonomi yang diciptakan

manusia dalam bentuk nilai uang atau barang. Salah satu bentuk permodalan bagi

suatu usaha yaitu dalam bentuk kredit.

Sumber modal menunjukkan kondisi yang sah secara hukum atas pemilikan

modal usaha, modal lancar maupun modal tetap. Sumber modal dapat berasar

dari:

a. Milik sendiri

Merupakan harta milik perusahaan/usaha sendiri tanpa adanya

kontribusi/partisipasi dari perusahaan/usaha/pihak lain. Untuk usaha yang

modalnya berasal dari dua orang atau lebih dan orang tersebut ikut serta dalam

pengelolahan usaha, dimasukkan sebagai modal sendiri.

26

b. Pihak lain

Merupakan harta milik pihak lain, pengusaha tidak mempunyai kontribusi

sama sekali. Yang dimaksudkan pihak lain dalam IMK adalah bank, koperasi,

lembaga keuangan bukan bank, modal ventura, perorangan , keluarga dan

lainnya.

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu

yang berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya

setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (BI, 2005).

Berdasarkan tujuan penggunaannya, Bank Indonesia (1999) membedakan kredit

menjadi :

1) Kredit konsumtif merupakan jenis kredit yang diberikan misalnya untuk

membeli kendaraan, peralatan, dan lain-lain yang sifatnya untuk tujuan

konsumtif. Kredit ini digunakan untuk konsumsi secara pribadi dan dalam

kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena

memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.

2) Kredit modal kerja yaitu kredit yang digunakan untuk menambah modal kerja

untuk membiayai seperti pembelian bahan baku, biaya-biaya produksi, biaya

pemasaran dan lain-lain dalam jangka waktu pendek biasanya satu tahun.

Kredit ini digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam

operasionalnya.

3) Kredit investasi merupakan kredit jangka menengah atau jangka panjang

untuk pembelian barang-barang modal beserta jasa yang diperlukan untuk

27

rehabilitasi, modernisasi, maupun eksapansi proyek yang sudah ada atau

pendirian proyek baru.

4. Tenaga Kerja

Dalam pembangunan ekonomi terdapat faktor produksi yang sangat berpengaruh.

Salah satunya adalah sumber daya manusia ataudalam arti lain penduduk usia

kerja. Tenaga kerjamerupakan faktor penting dalam proses produksi. Menurut

Simanjuntak (1998), tenaga kerja adalah penduduk berumur antara 14 sampai 60

tahun sedangkan yang berumur dibawah 14 tahun atau diatas 60 tahun

digolongkan bukan sebagai tenaga kerja. Hal tersebut dilakukan sesuai dengan

UU No. 25 Tahun 1997 tentang ketenagakerjaan yang menetapkan batas usia

kerja menjadi 15 tahun. Selain golongan umur tersebut dianggap bukan tenaga

kerja.

Sumber utama penawaran tenaga kerja adalah penduduk. Tidak semua penduduk

menawarkan tenaga kerjanya di pasar tenaga kerja. Pertimbangan utama disini

adalah kelayakan bekerja menurut umur. Penduduk yang layak bekerja ditinjau

dari segi umur tersebut sebagai penduduk usia kerja. Jumlah ini yang pantas

disebut sebagai tenaga kerja yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk

kegiatan produksi sumber daya manusia (Sumarsono, 2009).

Menurut Sumarsono (2009) dalam hubungannya dengan pasar tenaga kerja

prilaku mereka dibedakan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu yang aktif secara

ekonomi dan yang bukan. Golongan yang aktif secara ekonomi adalah terdiri dari

penduduk yang menawarkan tenaga kerjanya dan memperolehnya (employed) dan

penduduk yang menawarkan tenaga kerjanya tetapi belum memperolehnya

28

(unemployed). Atas deskripsi angkatan kerja (labor force) dianggap mewakili

penawaran tenaga kerja yang dikenal dengan supply of labor. Ada 4 (empat) hal

yang berkaitan dengan tenaga kerja:

a. Bekerja (employed) secara agregat jumlah orang yang bekerja dimuat dalam

Biro Pusat Statistik (BPS) hasil kegiatan sensus, SUPAS (Survei Penduduk

Antar Sensus) atau SAKERNAS (Survei Tenaga Kerja Nasional). Jumlah ini

sering dipakai sebagai petunjuk tentang luasnya kesempatan kerja (employed).

b. Pencari kerja (unemployed) adalah penduduk yang menawarkan tenaga kerja

tetapi belum berhasil memperoleh pekerjaan dan dianggap terus mencari

pekerjaan. Mereka dikelompokkan kedalam kategori penganggur, karena

secara konsep penganggur harus memenuhi persyartan bahwa mereka juga

aktif mencari pekerjaan. Mereka tidak bekerja atau tidak aktif mencari

pekerjaan mereka dikategorikan bukan pengangguran tetapi iddle atau

menikmati masa senggang (leisure) mereka, atau aktif tetapi tidak dipasarkan

di pasar tenaga kerja.

c. Tingkat partisipasi angkatan kerja (labor force participation rate).

d. Profil angkatan kerja 1) umur,2) jenis kelamin, 3) wilayah kota dan pedesaan

4) pendidikan.

Untuk menjamin terciptanya perluasan kesempatan kerja sebanyak mungkin,

maka dibutuhkan perencanaan tenaga kerja yang terpadu dan menyeluruh.

Adapun perhitungan untuk memproyeksikan tenaga kerja adalah sebagai berikut :

(Sumarsono, 2009)

29

a. Proyeksi penduduk dan angkatan kerja dengan Metode Geometsi Dan

Exponensial, metode ini mengasumsikan bahwa angka pertumbuhan tidak

berubah dari tahun ketahun, asumsi ini seiring sesuai dengan kenyataan

dibandingkan dengan asumsi metode aritmatris.

Rumus metode Geometris :

Pt = P0 . (1 + r)t

Keterangan :

Pt = jumlah penduduk di tahun t (suatu masa depan)

P0 = jumlah penduduk awal

r = angka perumbuhan (dalam desimal) pertahun, yang diasumsikan konstan

b = jarak waktu (tahun) dari P0 ke Pt

Rumus eksponensial :

Pt = P0 . ert

Keterangan :

Pt = jumlah penduduk di tahun t (suatu masa depan)

P0 = jumlah penduduk awal

e = bilangan alamiah

r = angka pertumbuhan per tahun, yang diasumsikan konstan

t = jarak watu (tahun) dari P0 ke Pt

Berdasarkan fungsi Harrod-Domar yang menyebutkan bahwa output adalah fungsi

kapital dan tenaga kerja maka selain diturunkan fungsi penggunaan tenaga kerja

dan untuk memproyeksikannya dengan menggunakan konsep rasio model-tenaga

kerja (capital-labor ratio) yaitu ∆K/∆L. Proyeksi penyerapan tenaga kerja juga

dapat dihitung dengan menggunakan konsep ILOR (incremental labor output

30

ratio) atau jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit

output (Handoko dan Kurnia, 2007). Menghitung ILOR dengan rumus:

= ∆∆ = −− ( )Keterangan :

KKt = peningkatan kesempatan kerja tahun t

ILORt = ILOR pada tahun t

∆PDB = peningkatan PDB pada tahun t

Setelah diketahui ILOR maka dapat digunakan untuk mengetahui kebutuhan

tenaga kerja pada tahun tertentu dengan menggunakan rumus :

TK = ∆PDBt . ILORt

Keterangan :

TK = tenaga kerja yang dibutuhkan

∆PDBt = peningkatan jumlah PDB pada tahun t dibadningkan tahun sebelumnya

ILORt = adalah ILOR tahun t.

5. Ekspor

Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan sistem

pembayaran, kualitas, kuantitas, dan syarat penjualan lainnya yang telah

disepakati oleh pihak eksportir dan juga importer. Permintaan ekspor adalah

jumlah barang serta jasa yang diminta untuk diekspor dari suatu negara ke negara

lain. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang

31

atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain

(Sukirno,2010).

Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu

negara. Ekspor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara meningkatkan

output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan

pasar- pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang

mana tanpa produk-produk tersebut, maka negara-negara miskin tidak akan

mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya.

Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam mengambil keuntungan dari

skala ekonomi yang mereka miliki (Todaro & Stephen C, 2003).

Manfaat ekspor menurut Sukirno (2010), sebagai berikut:

a. Memperluas pasar bagi produk indonesia

Kegiatan ekspor merupakan salah satu cara untuk memasarkan produk

Indonesia ke luar negeri. Sehingga ketika permintaan akan suatu produk ke

luar negeri, maka kegiatan produksi akan produk tersebut akan semakin

berkembang.

b. Menambah devisa negara

Adanya perdagangan antar negara memungkinkan eksportir Indonesia untuk

dapat menjual barang kepada masyarakat di luar negeri. Dengan adanya

transaksi yang berlangsung, maka akan menambah penerimaan devisa negara.

Dengan begitu kekayaan negara dapat bertambah karena devisa merupakan

salah satu sumber penerimaan Negara.

32

c. Memperluas lapangan kerja

Kegiatan ekspor akan mampu membuka lapangan kerja terutama bagi

masyarakat. Karena dengan semakin luasnya pasar bagi produk Indonesaia,

maka kegiatan produksi dalam negeri akan meningkat. Sehingga semakin

banyak penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkan semakin luas lapangan kerja

yang disediakan.

Pengembangan ekspor pada sektor IMK dilakukan dengan beberapa strategi.

Menurut Rasewati (2011) terdapat beberapa strategi dalam mengembangkan

ekspor pada Usaha Kecil Menengah (IMK), diantaranya:

a. Salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam

mengembangkan bisnis IMK adalah dengan mengembangkan iklim usaha

yang kondusif dengan cara menciptakan lingkungan kebijakan yang kondusif

bagi IMK. Artinya, lingkungan kebijakan yang dimaksud harus transparan dan

tidak membebani IMK secara finansial dan juga berlebihan danpemerintah

tidak perlu campur tangan secara berlebihan sehingga aturan-aturan yang

menghambat kegiatan IMK perlu dihapuskan.

b. Pengembangan IMK yang sebelumnya diarahkan pada supply driver strategy

sebaiknya diarahkan pada program IMK yang berorientasi pasar, dan

didasarkan atas pertimbangan efisiensi dan kebutuhan rill IMK (market

oriented, demand drived programs).

c. Kemudian untuk mendorong kinerja dan peran IMK dalam pasar bebas adalah

dengan menumbuhkan usaha menengah dalam membangun struktur industri.

Karena strategi pengembangan usaha menengah ini banyak dilupakan sejalan

33

dengan kurang diperhatikannya entinitas dan posisi usaha menengah dalam

pertumbuhan ekonomi ataupun dalam kebijakan pengembangan IMK.

d. Pengembangan institusi penunjang dengan melakukan optimalisasi peran

instituisi pendukung ekspor diharapkan mampu menyediakan informasi di

pasar internasional bagi para eksportir, dengan memetakan para buyer yang

mampu dan memiliki komitmen untuk menampung serta memasarkan produk

Indonesia di negara yang bersangkutan dengan memberi perlindungan dan

konsultasi bisnis pada eksportir Indonesia yang akan masuk ke pasar luar

negeri.

B. Tinjauan Empiris

Pertumbuhan ekonomi dan IMK merupakan sektor ekonomi yang sering

dibicarakan, oleh karenanya banyak peneliti yang mengangkat masalah

pertumbuhan ekonomi dan IMK sebagai salah satu penelitian, diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Maharani Tejasari (2008) dengan judul

“Peranan Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam Penyerapan Tenaga Kerja

dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”. Tulisannya menganalisis tentang

pengaruh pengembangan UKM beserta faktor-faktor lain yang

mempengaruhinya terhadap penyerapan tenaga kerja dan untuk menganalisis

pengaruh UKM terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil dari penelitian

menunjukan bahwa jumlah unit usaha (0.904), Kredit Modal Kerja (0.035)

dan PDB UKM (0.062) secara signifikan mempunyai pengaruh yang positif

terhadap penyerapan tenaga kerja. Pendapatan per kapita (-0.378) memberikan

pengaruh yang signifikan secara negatif terhadap penyerapan tenaga kerja dan

34

investasi (0.850) secara signifikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

ekonomi. Akan tetapi, nilai ekspor tidak berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan ekonomi.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Andre Widdyantoro (2013) dengan judul

“Pengaruh PDB, Investasi, dan Jumlah Unit Usaha Terhadap Penyerapan

Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Periode 2000-2011”.

Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh PDB UKM, investasi UKM,dan

jumlah unit usaha UKM terhadap penyerapan tenaga kerja Usaha Kecil dan

Menengah di Indonesia. Sampel penelitian diperoleh dari buku statistik Usaha

Kecil dan Menengah Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2000-

2011.Penelitian ini menggunakan metode regresi data panel dengan Fixed

Effect Model, dan menggunakan 9 sektor ekonomi sebagai data cross-section.

Hasil analisis menunjukan bahwa PDB UKM dan jumlah unit usaha UKM

berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja Usaha Kecil dan

Menengah. Sedangkan, investasi UKM tidak berpengaruh signifikan

terhadappenyerapan tenaga kerja Usaha Kecil dan Menengah.

3. Penelitian yang dilakukan oleh I Made Rajiv Permadi (2009) dengan judul

“Pengaruh Total Kredit, PDB dan Tingkat Suku Bunga Terhadap

Perkembangan Jumlah Unit Usaha Berskala Kecil dan Menengah (UKM)”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel total kredit, dan PDB

mempunyai pengaruh yang berbanding terbalik dengan peningkatan jumlah

unit usaha berskala kecil dan menengah. Variabel tingkat suku bunga

berpengaruh sangat dominan terhadap peningkatan jumlah unit usaha berskala

kecil dan menengah. Koefisien variabel suku bunga pada hasil pengolahan

35

data adalah sebesar -634414, ini berarti bahwa penurunan suku bunga sebesar

1 persen dapat meningkatkan jumlah unit usaha sebesar 634414 unit usaha.

Selain itu, peningkatan jumlah IMK di Indonesia juga membuka lapangan

pekerja baru di Indoneia.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Ade Raselawati (2011) dengan judul

“Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Pada Sektor UKM di Indonesia". Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa variabel ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UMK.

Sedangkan variabel tenaga kerja UKM tidak berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM karena tenaga kerja yang diserap

tidak sebanding dengan nilai tambah yang dihasilkan.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Fauzi Hidayat (2011) dengan judul “Analisis

pengaruh investasi dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan sub sektor industri

pengolahan di kabupaten bekasi”. Hasil dari penelitiannya menunjukkan

bahwa dari hasil regresi secara simultan investasi PMA dan PMDN, serta

tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor

industri pengolahan di kabupaten bekasi dengan nilai probabilitas F-statistik

adalah 0.000. Sedangkan pengujian secara parsial dari hasil regresi pada taraf

nyata (α = 5 persen) investasi PMA berpengaruh signifikan dengan koefisien

0.3961 dan probabilitas t-statistik 0.000, PMDN berpengaruh signifikan

dengan koefisien 0.193 dan probabilitas t-statistik 0.329.

36

Indonesia sebagai negara agraris yang sedang berkembang mempunyai peranan

yang penting terhadap beberapa sektor perekonomia. Sektor yang banyak

menopang terhadap pertumbuhan ekonomi adalah sektor pertanian dan sektor

pengolahan. Kontribusi sektor pengolahan lebih signifikan dibandingkan dengan

sektor lain, hal itu dikarenakan nilai kapitalisasi modal yang tertanam sangat

besar, kemampuan menyerap tenaga kerja yang besar, juga kemampuan

menciptakan nilai tambah dari setiap input atau bahan dasar yang diolah.

Pelaksanaan kegiatan ekonomi untuk meningkatkan pendapatan diperlukan faktor-

faktor yang penting dalam memenuhi kebutuhan pembangunan ekonomi.

Komponen utama dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi antara lain

sumberdaya modal dan sumberdaya manusia atau tenaga kerja. Tenaga kerja akan

diperoleh apabila tenaga kerja tersedia dalam jumlah penduduk yang besar dapat

berproduktif dan mampu menciptakan peluang pasar. Modal dapat diperoleh dari

pinjaman bank, koperasi dan atau modal sendiri.

Industri mikro dan kecil memiliki peran penting dalam pengembangan usaha di

Indonesia. Jika dilihat dari kontribusinya terhadap PDBindustri mikro dan kecil

merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan

memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada masyarakat, sektor industri mikro

dan kecil dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan

masyarakat serta mendorong pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.

Meskipun industri mikro dan kecil mempunyai potensi dalam menyerap tenaga

kerja akan tetapi industri mikro dan kecil masih belum dapat mewujudkan

C. Kerangka Pemikiran

37

kemampuan dan peranannya secara maksimal dalam fungsi sosial dan ekonomi.

Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa industri mikro dankecil masih

menghadapi berbagai hambatan dan kendala, baik yang bersifat eksternal maupun

internal, dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan,

sumberdaya manusia dan teknologi serta iklim usaha yang belum mendukung bagi

perkembangannya (Azrin, 2004; Lamadlau, 2006).

GAMBAR 2.1 KERANGKA PEMIKIRAN

38

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari variabel yang diduga dan akan diuji

kebenarannya. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka hipotesis

yang diambil adalah sebagai berikut:

1. Diduga jumlah unit usaha (JUU) IMK berpengaruh positif terhadap sektor

pengolahan di Indoensia.

2. Diduga tenaga kerja (TK) IMK berpengaruh positif terhadap sektor

pengolahan di Indonesia.

3. Diduga ekspor (EX) IMK berpengaruh positif terhadap sektor pengolahan

di Indonesia.

4. Diduga modal (MI) IMK berpengaruh positif terhadap sektor pengolahan

di Indonesia

5. Diduga terdapat pengaruh secara bersama-sama dari variabel .JUU, TK,

EX dan MI terhadap sektor pengolahan di Indonesia.

D. Hipotesis

A. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakandalam penelitian ini adalah jenis data sekunderyang

bersifat kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik,

Kementrian Perindustrian, literatur-literatur, artikel-artikel serta dari buku terbitan

dan tulisan-tulisan yang diperoleh dari unggahan internet atau kepustakaan yang

mendukung dalam penelitian ini. Data sekunder yang penulis gunakan merupakan

data panel atau gabungan dari data runtun waktu (time series)antara tahun 2011-

2015 dan data individu (cross section)yaitu berupa data Industri Mikro dan Kecil

(IMK) yang tergabung dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia.

B. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengambil ruang lingkup pada industri pengolahan sektor industri

mikro dan kecil yang tergabung dalam klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia

(KLBI) tahun 2009 yaitu sebanyak 23 klasifikasi. Namun dari 23 klasifikasi, data

PDB industri pengolahan hanya menampilkan 15 klasifikasi, oleh karena itu dari

23 klasifikasi sektor yang ada digabung menjadi 15 klasifikasi sesuai dengan data

PDB yang ditampilkan pada industri pengolahan.

III. METODE PENELITIAN

40

Tabel 3.1 Klasifikasi Baku Lapangan Usaha IndonesiaKode

Klasifikasi Nama Klasifikasi

(1) (2)10;11 Makanan dan minuman

12 Industri Pengolahan Tembakau13;14 Industri Tekstil dan pakaian jadi

15 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki

16 Industri Kayu, Gabus (tidak termasuk furniture) danAnyaman dari Bambu dan Rotan

1718Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan danReproduksi Media Rekaman

20;21Industri Barang Kimia dan Bahan dari Barang Kimia;Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional

22 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik23 Industri Barang Galian Bukan Logam24 Industri Logam Dasar

25;26;27Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik danOptik; Peralatan Listrik

28 Industri Mesin dan Perlengkapan

29;30Industri Kendaraan Bermotor, Triler dan Semi Triler; AlatAngkutan Lainnya

31 Industri Furniture

32;33Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi danPemasangan Mesin dan Peralatan

Sumber : Badan Pusat Statistik (2015)

C. Batasan Operasional Variabel

Batasan operasional variabel dari penelitian ini ada dua yaitu: pertama; variabel

terikat (dependent variabel) dalam penelitian ini adalah PDB sektor pengolahan

(PDB). kedua, variabel bebas (independent variabel) adalah jumlah unit usaha

IMK (JUI), total tenaga kerja IMK (TKI), Ekspor IMK (EI) dan Modal IMK (MI)

dan periode dari masing-masing variabel adalah 5 tahun yaitu periode 2011-2015.

Untuk lebih memahami variabel yang akan dianalisis maka perlu dirumuskan

sebagai beriku:

41

Tabel 3.2. Batasan Operasional Variabel

JenisVariabel

Simbol Indikator SatuanPengukuran

Sumber Data

Terikat PDBPDB IndustriPengolahan

RupiahLaporan Badan PusatStatistik

Bebas JUIJumlah unitusaha IMK

UnitLaporan Badan PusatStatistik

Bebas TKITenaga kerjaIMK

JiwaLaporan Badan PusatStatistik

Bebas EI EksporIMK Rupiah

Laporan Badan PusatStatistik danKementrianPerindustrian

Bebas MI Modal IMK RupiahLaporan Badan PusatStatistik

Batasan atau devinisi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. PDB adalah salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi

suatu negara. PDB dalam penelitian ini adalah PDB industri pengolahan atas

dasar harga konstan dengan tahun dasar 2010. Data diperoleh dari badan pusat

statistik tahun 2011-2015.

2. Jumlah unit usaha adalah total seluruh unit usaha. Jumlah unit usaha dalam

penelitian ini adalah total seluruh unit usaha industri pengolahan sektor IMK

yang tergabung dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KLBI).

Data diperoleh dari laporan publikasi badan pusat statistik yang masing-

maisng klasifikasi pada tahun 2011-2015.

3. Tenaga kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Tenaga kerja

dalam penelitan ini adalah jumlah orang yang bekerja pada industri

42

pengolahan sektor IMK. Data diperoleh dari publikasi badan pusat statistik

tahun 2011-2015.

4. Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan sistem

pembayaran, kualitas, kuantitas, dan syarat penjualan lainnya yang telah

disepakati oleh pihak eksportir dan juga importer. Ekspor dalam penelitian ini

adalah ekspor masing-masing IMK periode 2011-2015. Data diperoleh dari

publikasi Badan Pusat Statistik dan kementrian perdagangan.

5. Modal adalah suatu alat transaksi yang digunakan untuk mendirikan atau

menjalankan suatu usaha. Modal dalam penelitian ini adalah jumlah modal

dari total modal sendiri atau pinjaman dari pihak lain tahun 2011-2015. Data

diperoleh dari publikasi badan pusat statistik.

D. Metode Analisis

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif

kuantitafif. Analisis deskriptif digunakan untuk mendukung hasil dari analisa

kuantitatif serta analisis statistik untuk mengetahui keterkaitan hasil perhitungan

dengan menggunakan teori-teori pendukung dan data yang berhubungan dengan

penelitian. Sedangkan, analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui pengaruh

dari variabel bebas dan terikat secara parsial maupun simultan. Alat analisis atau

perangkat lunak yang digunakan dalam menganalisis data yaitu Microsoft Excel

2013, kemudian data diolah menggunakan E-Views 9. Model analisis yang

digunakan adalah analisis regresi data panel.

Model untuk data panel (pooled data) yang digunakan adalahsebagai berikut:

PDBit = β0 + β1JUIit + β2TKIit + β3EIit+ β4MIit+ εit

43

Keterangan :

PDB = PDB industri pengolahan periode ke-t (Rp milyar)

JUI = Jumlah unit usaha IMK periode ke-t (unit usaha)

TKI = Tenaga Kerja IMK periode ke-t (jiwa)

EI = Ekspor IMK periode ke-t (Rp milyar)

MI = Modal IMK periode ke-t (Rp milyar)

β0 = Koefisien intersep

β1,β2 = Koefisien slope atau kemiringan

i = 1,2,...,n menunjukkan junlah lintas individu (cross section)

t = 1,2,...,t menunjukan dimensi runtun waktu (time series)

E. Prosedur Analisis Data

1. Regresi Data Panel

Menurut Baltangi (1995), banyak alasan mengapa data panel lebih baik digunakan

dalam model-model regresi dibandingkan data timeseries ataupun cross section,

diantaranya :

1) Bila data panel berhubungan dengan individu, perusahaan, negara, daerah dan

lain-lain pada waktu tertentu, maka data tersebut adalah heterogen. Teknik

penaksiran data panel yang heterogen secara eksplisit dapat dipertimbangkan

dalam perhitungan.

2) Kombinasi data time series dan data cross section akan memberikan informasi

yang lebih lengkap, lebih beragam, kurang berkorelasi antara variabel, derajat

bebas lebih besar dan lebih efisien.

44

3) Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan dinamis

dibandingkan studi berulang-ulang dari cross section.

4) Data panel lebih baik mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana

tidak dapat diukur oleh data time series atau cross section, misalnya efek dari

upah minimum regional.

5) Data panel membantu studi untuk menganalisis prilaku yang lebih kompleks,

misalnya fenomena skala ekonomi dan perubahan teknologi.

6) Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi individu

atau perusahaan karena unit data lebih banyak.

Diantara sekian banyak kegunaan dari data panel, salah satu manfaat yang paling

dirasakan oleh para ahli ekonomi adalah penggunaan data panel mengatasi

masalah kekurangan data yang tidak dapat dipenuhi oleh data time series.

Menurut Widarjono (2013) regresi data panel secara umum akan menghasilkan

intersep dan slope koefisien yang berbeda pada setiap perusahaan, sehingga sangat

bergantung dari asumsi yang akan digunakan. Terdapat beberapa kemungkinan

yang akan muncul:

1) Diasumsikan intersep dan slope adalah tetap sepanjang waktu dan individu

(perusahaan) dan perbedaan intersep dan slope dijelaskan oleh variabel

gangguan.

2) Diasumsikan slope adalah tetap tetapi intersep berbeda antar individu.

3) Diasumsikan slope tetap tetapi intersep berbeda baik antar waktu maupun

antar individu.

4) Diasumsikan intersep dan slope berbeda antar individu.

5) Diasumsikan intersep dan slope berbeda antar waktu dan antar individu.

45

Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam mengestimasi model regresi

dengan data panel, yaitu pendekatan Common Effect, Fixed Effect, dan Random

Effect.

a. Pendekatan Common Effect

Pendekatan Common Effect merupakan teknik yang paling sederhana untuk

mengestimasi data panel, yaitu dengan mengabungkan data tersebut dan

menggunakan metode OLS (Widarjono, 2013). Pendekatan ini tidak

memperhatikan dimensi individu maupun waktu, sehingga perilaku data antar

perusahaan sama dalam berbagai kurun waktu.

Model dari pendekatan ini adalah sebagai berikut:Y = β + β + β + εKeterangan :

β0 = koefisien intersep

β1, β2, = koefisien slope atau kemiringan

Yit = variabel terikat untuk individu ke-i dan unit waktu ke-t

X1it, X2it, = variabel bebas untuk individu ke-i dan unit waktu ke-t

Pendekatan ini memiliki kekurangan, karena mengasumsikan intersep dan slope

sama untuk semua sampel. Asumsi tersebut menyebabkan kurang mampu untuk

menggambarkan kondisi yang sesungguhnya.

b. Pendekatan Fixed Effect

Pendekatan Fixed Effect mengasumsikan bahwa adanya perbedaan antar individu

(perusahaan), hal ini dapat dilihat dari intersep yang berbeda di dalam persamaan

46

(Widarjono, 2013). Cara dalam mengestimasikan model adalah dengan

menggunakan variabel dummy. Perbedaan karakteristik perusahan dalam metode

ini hanya mengasumsikan intersep yang berubah antar individu dan tetap antar

waktu, namun slope tetap antar perusahaan maupun antar waktu. Model estimsasi

ini juga disebut Least Square Dummy Variables (LSDV). Model dengan

pendekatan variabel dummy adalah sebagai berikut:

Y = β + β + β + β + β + D + εKeterangan :

Ln = logaritman natural

β0 = koefisien intersep

β1, β2, = koefisien slope atau kemiringan

Yit = variabel terikat untuk individu ke-i dan unit waktu ke-t

X1it, X2it = variabel bebas untuk individu ke-i dan unit waktu ke-t

D1i, D2i, D3i = 1 untuk perusahaan yang berpengaruh, 0 untuk yang lainnya

c. Pendekatan Random Effect

Penggunaan variabel dummydalam pendekatan Fixed Effect akan mengurangi

derajat bebas, sehingga pada akhirnya akan mengurangi efisiensi parameter

(Widarjono, 2013). Data panel dalam model ini akan diestimasi dengan

menggunakan variabel gangguan, dimana variabel gangguan mungkin saling

berhubungan antar waktu dan antar individu. Model Random Effect

menyempurnakan model Fixed Effect. Bentuk dari model Random Effect sebagai

berikut:Y = β + β + β + ε

47

Ketentuan :

β0idalam model Random Effect tidak tetap (non-stokastik) tetapi bersifat acak atau

random. Sehingga, model Random Effect dapat ditulis menjadi :

β0i = + µ i dimana i = 1, 2....n

adalah parameter yang tidak diketahui yang menunjukkan rata-rata intersep

populasi dan µ i adalah variabel gangguan yang bersifat random yang menjelaskan

adanya perbedaan perilaku perusahaan secara individu.

Variabel µ i memiliki karakteristik sebagai berikut:( ) = 0 dan var ( ) =Sehingga E( ) = dan var ( ) =Kedua persamaan disubstitusi, maka akan menghasilkan persamaan baru sebagai

berikut:Y = 0 + μ + β + β + β + β + ε= + β + β + β + β + (ε + μ )= + β + β + β + β +Persamaan baru memiliki dua variabel gangguan, yaitu ε dan μ . Variabel

gangguan secara menyeluruh adalah ε , sedangkan μ adalah variabel gangguan

secara individual. Variabel gangguan μ adalah berbeda antar individu tetapi tetap

antar waktu.

48

Terdapat beberapa pertimbangan yang dapat digunakan dalam memilih metode

terbaik antara Fixed Effect dengan Random Effect, yaitu sebagai berikut (Gujarati,

2012):

1.) Bila T (banyaknya unit time series) besar, sedangkan N (jumlah unit cross

section) kecil, maka hasil Fixed Effect dan Random Effect tidak jauh berbeda,

sehingga dapat dipilih pendekatan yang lebih mudah untuk dihitung, yaitu

Fixed Effect.

2.) Bila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua pendekatan akan berbeda

jauh. Apabila diyakini unit cross section yang dipilih dalam penelitian

diambil secara acak, maka Random Effect harus digunakan. Sebaliknya,

apabila diyakini bahwa unit cross section yang dipilih dalam penelitian tidak

diambil secara acak, maka harus menggunakan Fixed Effect.

3.) Apabila komponen error individual (ε) berkorelasi dengan variabel bebas,

maka parameter yang diperoleh dengan Fixed Effect tidak bias.

4.) Apabila N besar dan T kecil, kemudian asumsi yang mendasari Random

Effect terpenuhi, maka Random Effect lebih efisien dibandingkan Fixed

Effect.

2. Pemilihan Regresi Data Panel

a. Uji Chow

Uji Chow test digunakan untuk mengetahui apakah teknik regresi data panel

dengan fixed effectmodel (FEM) lebih baik daripada model regresi data panel

common effectmodel (CEM) dengan melihat residual sum squares (Green, 2000).

Uji Chow :

49

RRSS : Restricted Sum of Square Residual yang merupakan nilai Sum of Square

Residual dari model PLS/common effect.

URSS : Unrestricted Sum of Square Residual yang merupakan nilai Sum of

Square Residual dari model LSDV/fixedeffect.

N = Jumlah individu data

T = Panjang waktu data

K = Jumlah variabel independen

Nilai uji Chow yang didapat kemudian dibandingkan dengan F-tabel pada

numerator sebesar N-1 dan denumerator NT-N-K. Nilai F-tabel menggunakan α

sebesar 1 persen dan 5 persen. Perbandingan tersebut dilakukan dengan hipotesis

sebagai berikut:

Ho = menerima model common effect, jika nilai Chow < F-tabel

Hi = menerima model fixed effect, jika nilai Chow > F-tabel.

b. Uji Hausman

Untuk menentukan metode apa yang sebaiknya dipakai antara fixed effect atau

random effect, digunakan metode yang dikembangkan oleh Hausman. Uji

Hausman ini didasarkan bahwa penggunaan variabel dummy dalam metode fixed

effect dan GLS adalah efisien sedangkan OLS tidak efisien, dilain pihak

alternatifnya adalah metode OLS efisien dan metode GLS tidak efisien. Karena uji

hipotesis nulnya adalah hasil estimasi keduanya tidak berbeda sehingga uji

Hausman bisa dilakukan berdasarkan perbedaan estimasi tersebut. Statistik uji

Hausman mengikuti distribusi statistik chi-square dengan df sebesar k dimana k

adalah jumlah variabel independen. Jika nilai statistik Hausman lebih besar

50

daripada nilai kritisnya maka model yang tepat adalah model fixed effect dan

sebaliknya.

Secara matematis, uji ini dapat ditulis sebagai berikut:

W = (βfe – βre)1 [V(βfe) - V(βre)]-1 (βfe – βre) ~ x2 (k)

W = estimasi dari matriks kovarian sebenarnya

βfe = estimator dari FEM

βre = estimator dari REM

Statistik uji Hausman mengikuti distribusi statistik chi-square dengan degree of

freedom (df) sebesar k di mana k adalah jumlah variabel independen.

Perbandingan tersebut dilakukan dalam kerangka hipotesis sebagai berikut:

Ho = menggunakan pendekatan random effect, jika nilai Hausman < nilai chi-

square

Hi = menggunakan pendekatan fixed effect, jika nilai Hausman > nilai chi-

squares

3. Pengujian Hipotesis

Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu proposisi atau anggapan yang

kemungkinan benar, dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan

atau pemecahan persoalan serta untuk dasar penelitian lebih lanjut. Anggapan atau

asumsi dari suatu hipotesis juga merupakan data, namun karena adanya

kemungkinan kesalahan, maka apabila digunakan sebagai dasar pembuatan

keputusan harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan data hasil observasi.

Data yang dipakai untuk pengujian hipotesis dikumpulkan dari sampel, sehingga

pengujian hipotesis ini merupakan data perkiraan (estimate). Keputusan yang

dibuat pengujian dalam menolak atau tidak menolak hipotesis mengandung

51

ketidakpastian (uncertainty), dimana keputusan tersebut bisa benar dan juga bisa

salah (Supranto, 2009). Rumusan dalam pengujian hipotesis dalam menetukan Ho

dan Ha sebagai berikut :

1) Ho: β =0, artinya variabel independen tidak berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap variabel dependen

Ha: β > 0, artinya variabel independen berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap variabel dependen

2) Ho: β = 0, artinya variabel independen tidak berpengaruh secara negatif dan

signifikan terhadap variabel dependen

Ha: β < 0, artinya variabel independen berpengaruh secara negatif dan

signifikan terhadap variabel dependen

3) Ho: β = 0, artinya variabel independen tidak berpengaruh dan signifikan

terhadap variabel dependen

Ha: β ≠ 0, artinya variabel independen berpengaruh dan signifikan terhadap

variabel dependen, tanpa memperhatikan pengaruh positif maupun negatif.

Dari perumusan dalam pengujian hipotesis, maka pengujian dalam penelitian ini

sebagai berikut :

1) Ho: β = 0, artinya variabel jumlah unit usaha sektor IMKtidak berpengaruh

secara positif dan signifikan terhadap variabel sektor pengolahan.

Ha: β >0, artinya variabel jumlah unit usaha sektor IMK berpengaruh positif

dan signifikan terhadap variabel sektor pengolahan.

2) Ho: β = 0, artinya variabel tenaga kerjaIMK tidak berpengaruh secara positif

dan signifikan terhadap variabel sektor pengolahan.

52

Ha: β > 0, artinya variabel tenaga kerjaIMK berpengaruh secara positif dan

tidak signifikan terhadap variabel sektor pengolahan

3) Ho:β = 0, artinya variabel eksporIMK tidak berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap variabel sektor pengolahan.

Ha: β > 0, artinya variabel eksporIMK berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap variabel sektor pengolahan.

4) H0:β4 = 0, artinya variable modal IMK tidak berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap variable sektor pengolahan.

Ha:β4> 0, artinya variable modal IMK perpengaruh positif dan signifikan

terhadap sektor pengolahan.

a. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji secara parsial pengaruh masing-masing variabel

bebas terhadap variabel terikatnya dengan menganggap variabel bebas lainnya

tetap (ceteris paribus). Pengujian ini dapat diestimasi dengan membandingkan

antara nilai t-hitung dengan t-tabel sesuai dengan tingkat signifikansi tertentu.

Tahap yang dilakukan Uji t dalam menetukan Ho dan Ha adalah sebagai berikut :

Uji hipotesis positif satu sisi:

Ho: β =0, artinya variabel independen secara individu tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen

Ha: β > 0, artinya variabel independen secara individu berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen.

53

Uji hipotesis negatif satu sisi:

Ho: β = 0, artinya variabel independen secara individu tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen

Ha: β < 0, artinya variabel independen secara individu berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen.

Uji hipotesis dua sisi:

Ho: β = 0, artinya variabel independen secara individu tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen

Ha: β ≠ 0, artinya variabel independen secara individu berpengaruh terhadap

variabel dependen, tanpa memperhatikan pengaruh positif maupun negatif.

1) Menentukan tingkat keyakinan dan daerah kritis (df = n – k – 1 )

2) Menentukan nilai t tabel kemudian membandingkan nilai t tabel dan nilai t

statistik.

Kriteria Pengujian Uji t :

Jika t-hitung ≤ t tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak .

Jika t-hitung > t tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima .

dari perumusan dalam pengujian hipotesis secara individu, maka pengujian dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1) H0:β1 = 0, artinya variabel jumlah unit usahaIMK secara individu tidak

berpengaruh signifikan secara positif terhadap variabel pertumbuhan ekonomi

sektor IMK.

Ha:β1 > 0, artinya variabel jumlah unit usahaIMK secara individu berpengaruh

signifikan secara positif terhadap variabel pertumbuhan ekonomi sektor IMK.

54

2) H0:β2 = 0, artinya variabel tenaga kerjaIMK secara individu tidak berpengaruh

signifikan dan positif terhadap variabel pertumbuhan ekonomi sektor IMK.

Ha:β2> 0, artinya variabel tenaga kerjaIMK secara individu berpengaruh

signifikan dan positif terhadap variabel pertumbuhan ekonomi sekotor IMK.

3) H0:β3= 0, artinya variabel eksporIMK secara individu tidak berpengaruh

signifikan secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi sektor IMK.

Ha:β3> 0, artinya variabel eksporIMK secara individu berpengaruh signifikan

dan positif terhadap variabel pertumbuhan ekonomi sektor IMK.

4) H0:β4= 0, artinya variabel modalIMK secara individu tidak berpengaruh

signifikan secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi sektor IMK.

Ha:β3> 0, artinya variabel modalIMK secara individu berpengaruh signifikan

dan positif terhadap variabel pertumbuhan ekonomi sektor IMK.

b. Uji F

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya, dengan derajat

kepercayaan yang digunakan adalah 5%, apabila nilai F hasil perhitungan lebih

besar daripada nilai F menurut tabel maka hipotesis alternatif, yang menyatakan

bahwa semua variabel independen secara keseluruhan berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan menggunakan distribusi F

dengan cara membandingkan nilai F-hitung yang diperoleh dari hasil regresi

dengan F-tabelnya, perumusan hipotesis :

Ho = β1 = β2= β3=β4 = 0

Ha = paling tidak ada 1 parameter yang ≠ 0

Jika F hitung ≤ F tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak

55

Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima

Dari perumusan dalam pengujian hipotesis secara bersama-sama, maka pengujian

dalam penelitian ini sebagai berikut:

Ho: β0 = β1 = β2= β3=β4 = 0, artinya variabel jumlah unit usaha sektor IMK, tenaga

kerjaIMK, eksporIMK dan modal IMK, tidak berpengaruh signifikan secara

bersama-sama terhadap variabel sektor pengolahan.

Ha: β1 ≠ β2≠ β3≠β4 ≠ 0, artinya variabel jumlah unit usaha sektor IMK, tenaga

kerjaIMK, eksporIMK dan modal IMK, berpengaruh signifikan secara bersama-

sama terhadap variabel sektor pengolahan.

Uji asumsi klasik tidak dilakukan karena penelitian ini menggunakan jenis data

panel yang membolehkan identifikasi parameter tertentu tanpa perlu membuat

asumsi yang ketat atau tidak mengharuskan terpenuhinya semua asumsi klasik

pada Regresi Linear Berganda (OLS) (Verbeek,2000 dalam Raselawati 2011).

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis dengan menggunakan

metode fixed effect model maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

1. Variabel jumlah unit usaha (JUI) pada sektor IMK berpengaruh positif dan

signifikan terhadap sektor pengolahan di Indoneisa.Hasil ini sesuai dengan

hipotesis awal yang diajukan.

2. Variabel tenaga kerja (TKI) pada sektor IMK berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap sektor pengolahan di Indonesia.Hasil dari penelitian

bertentangan dengan hipotesis awal yang diajukan.

3. Variabel ekspor (EI) pada sektor IMK berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap sektor pengolahan di Indonesia.Hasil dari penelitian sesuai dengan

hipotesis awal yang diajukan.

4. Variabel modal (MI) pada sektor IMK berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor IMK di Indonesia. hasil dari

penelitian ini sesuai dengan hipotesis awal yang diajukan.

5. Secara bersama-sama variabel JUI, TKI, EI dan MI berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi pada sektor IMK di Indonesi.

74

B. Saran

Berdasarkan uraian dan pembahasan tentang peran IMK terhadap pertumbuhan

ekonomi sektor IMK di Indonesia, maka saran yang dapat diberikan adalah

sebagai berikut:

1. IMK merupakan sektor industri yang sebagian besar pemasarannya hanya

pada wilayah yang kecil. Oleh karena itu, perlu untuk meningkatkan daya

saing usaha antara wilayah yang sama dan luar wilayah untuk meningkatkan

kualitas produk dan dapat memasarkan keluar wilyah (ekspor).

2. Peningkatan skill dan kreatifitas dengan mengadakan pelatihan dan acara-

acara yang mengajak masyarakat untuk dapat menyalurkan kreatifitasnya,

sebaiknya lebih ditingkatkan lagi terutama di daerah-daerah. Hal ini akan

meningkatkan jumlah unit usaha pada sektor IMK dan meningkatkan

keterampilan tenaga kerja sehingga mampu produk yang dihasilkan mampu

bersaing secara global.

3. Peluang ekspor akan semakin meningkat di era Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA), sehingga pemerintah diharapkan untuk lebih mengintensifkan

pengarahan terhadap sektor IMK dalam pengemasan maupun pemasaran

barang serta pengarahan terhadap kebijakan pemerintah yang mengatur

tentang kebijakan ekspor sehingga para pengusaha yang ingin mengekspor

barang menjadi lebih terbuka wawasannya dan dapat bersaing.

4. Memberikan apresiasi terhadap industri yang memberikan kontribusi besar

terhadap industri pengolahan, dengan menambah modal usaha. Hal ini

tentunya akan memotivasi banyak IMK untuk terus berkembang dan bersaing

dengan industri yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

Arictoja, Jomputra. 2014. Proyeksi Petumbuhan Ekonomi, Kebutuhan Investasidan Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Sumatera Selatan.UniversitasIslam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta

Arsyad, Lincolin. 1997. Eknomi Pembangunan. STIE YKPN. Yogyakarta

Azrin, M. 2004. Dampak Ekonomi Pengembangan Usaha Kecil dan MenengahSektor Perdagangan Terhadap Perekonomian Kota Bogor(Tesis).Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2011. Profil Industri Mikro dan Kecil Tahun 2011. Jakarta

. 2012. Profil Industri Mikro dan Kecil Tahun 2012. Jakarta

. 2013. Profil Industri Mikro dan Kecil Tahun 2013. Jakarta

. 2014. Profil Industri Mikro dan Kecil Tahun 2014. Jakarta

. 2015. Profil Industri Mikro dan Kecil Tahun 2015. Jakarta

. 2016. Pendapatan Nasional Indonesia Tahun 2011-2015.Jakarta

Departemen Koperasi. 2008. PDB, Investasi, Tenaga Kerja, Nilai Ekspor UKM diIndonesia. Depkop. Jakarta

Gie Kian, K. 2003. Perekonomian Indonesia Tahun 2004, Prospek dan Kebijakan.Kantor Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/BadanPerencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Gujarati, Damodar. 2012. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.

Hasibuan, Malayu SP, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, STIE YKPN,Yogyakarta.

Kuncoro, M. 2002. Usaha Kecil Di Indonesia : Profil, Masalah dan StrategiPemberdayaan. Jurnal Ekonomi, Tahun II, Vol 7, Januari.

Lamadlau, T. M. 2006. Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan MenengahAgroindustri di Kabupaten Bogor (Tesis). Pascasarjana. InstitutPertanian Bogor, Bogor.

Levine, Ross dan Renelt, David. 1992. A Sensitivity Analysis of Cross-CountryGrowth Regressions. American Economic Review, 82 No 4 pp 942–963.

Mankiw, Gregory N. 2003. Makroekonomi: Edisi Keenam.Jakarta: Erlangga.

Mankiw, Gregory N. 2006. Makroekonomi: Edisi Keenam.Jakarta: Erlangga.

. (2007). Teori Makro Ekonomi Terjemahan: Edisi6.Jakarta.

Partomo, T. dan A. Soejodono. 2004. Ekonomi Skala Kecil/Menengah danKoperasi.Jakarta: Ghalia.

Permadi, I Made Rajiv. 2009. Pengaruh total kredit, pdb, dan tingkat suku bungaterhadap perkembangan jumlah unit usaha berskala kecil dan menengah(IMK). Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor

Pindyck, Robert S dan Rubinfeld, Daniel L.2014. Mikroekonomi EdisiKedelapan. Jakarta. Erlangga.

Putra, Gema Satya. 2012. Analisis Peranan dan Dampak Investasi Sektor IndustriPengolahan Terhadap Perekonomian Indonesia. Skripsi. Institut PertanianBogor.

Rahmana, Arief. 2010. Kajian Tentang Aspek Proses dalam ImplementasiManajemen Kualitas di Lingkungan Usaha Kecil Menengaj SektorManufaktur (Studi Kasus di CV. WMT) . Universitas Widyatma. Bandung

Raselawati, Ade. 2011. Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil MenengahTerhadapPertumbuhan Ekonomi Pada Sektor UKM di Indonesia.Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta

Simanjuntak, Payaman J. 1998. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.Jakarta:Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sugiono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sukirno, Sadono. 2010. Makro Ekonomi: Teori Pengantar. Edisi 3. Jakarta:Rajawali Pers.

. (2004). Makro Ekonomi Teori Pengantar. PT Raja GrafindoPerkasa Jakarta.

Sumarsono, Sonny. 2009. Ekonomi Sumber Daya Manusia Teori dan KebijakanPublik. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Suparmoko, M. 2002. Ekonomi Publik, Untuk Keuangan dan PembangunanDaerah. Andi. Yogyakarta

Sutawijaya A dan Zulfahmi. (2010). Pengaruh Ekspor dan Investasi TerhadapPertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 1980-2006.Jurnal OrganisasidanManajemen Vol 6 No1. FE UT Jakarta

Tejasari, Maharani. 2008. Peranan Sektor Usaha Kecil dan Menengah DalamPenyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.Skripsi.Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan ManajemenInstitut Pertanian Bogor.

Tambunan, Tulus, 2001. Industri di Negara Berkembang Kami Indonesia. Jakarta:Ghalia.

Todaro, Michael P. & Stephen C. Smith. 2003. Economic Development. EighthEdition. The Addison-Wesley.

Todaro, Michael P. & Stephen C. Smith. (2006).Pembangunan Ekonomi Jilid 1.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Pasal 3 tentang Usaha Mikro, Kecil danMenengah.

No. 25 Tahun 1997 tentang ketenagakerjaan.

Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika: Pengantar dan Aplikasinya. EdisiKeempat.UPP STIM YKPN.Yogyakarta.

Widdyantoro, Andre. 2013. Pengaruh PDB, Investasi, dan Jumlah Unit UsahaTerhadap Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah diIndonesia Periode 2000-2011. Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah. Jakarta.

Zuhal. 2010. Knowledge and Inovation Platform Kekuatan Daya Saing. Jakarta :Gramedia.