76
PERAN KELOMPOK TANI DALAM KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI (Desa Banjarsari dan Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat) MOCHAMAD JANUAR I34052229 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

PERAN KELOMPOK TANI DALAM KETAHANAN PANGAN … · Anggary Pasha Dewani, Annisa Rizkina Rossa, Wulan Tri Eka Sasmita, Lalu Nofa Setiawan Putra, Egi Massardy, ... Kang Husni Mubarok,

  • Upload
    hamien

  • View
    227

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PERAN KELOMPOK TANI DALAM KETAHANAN PANGANRUMAHTANGGA PETANI

(Desa Banjarsari dan Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik,Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat)

MOCHAMAD JANUARI34052229

DEPARTEMEN SAINSKOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

ABSTRACT

The purpose of this study was to identify the level of household foodsecurity of farmers who have been realized, analyze factors that affect householdfood security of farmers and formulate farmer groups roles in farmers householdsto achieve food security. Research approach design by survai, the reasearchrespondents were 60 head of household the members of farmer farmer group fromBanjarsari and Tanjungsari villages, Sukaresik District, Tasikmalaya District,West Java Province. The research uses quantitative and qualitative statisticalmethod with Rank Spearman Correlation to examine variables. Results from thestudy showed that farmers' household food availability is adequate but is notstable when the season facing famine, drought or shortly before harvest. Need toincrease the role of farmer groups to achieve household food security of farmers.

Keywords: food security, farmers households, farmer groups.

RINGKASAN

MOCHAMAD JANUAR. I34052229. Skripsi (KPM 499) “PERANKELOMPOK TANI DALAM KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGAPETANI”. Di bawah bimbingan SUMARDJO.

Saat ini isu-isu ketahanan pangan telah menjadi perhatian banyak pihakmulai dari pelaku usaha, kalangan LSM sampai masyarakat yang masih awamtentang persoalan ketahanan pangan. Pangan merupakan komoditas penting danstrategis bagi bangsa Indonesia mengingat pangan adalah kebutuhan dasarmanusia yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama seperti diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 tentangPangan. Di Indonesia aspek ketahanan pangan (food security) telah menjadi isusentral dalam pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Berbagaiprogram telah dilaksanakan oleh pemerintah untuk meningkatkan produksi beras,salah satunya adalah pengembangan metode System of Rice Intensification (SRI).Kelompok tani memiliki peran yang sangat penting dalam penerapan metode SRIkarena metode ini berbasis pada pengelolaan tanah, tanaman dan air. Selain itu,kelompok tani juga sangat terkait dengan akses pangan rumahtangga petanikarena anggota kelompok tani merupakan bagian dari rumahtangga petani.Dengan demikian, kelompok tani memiliki peran yang sangat sentral dalammewujudkan ketahanan pangan rumahtangga petani.

Tujuan Penelitian ini sebagai berikut : (1) mengidentifikasi tingkatketahanan pangan rumahtangga petani yang telah diwujudkan; (2) menganalisisfaktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan rumahtangga petani. (3)merumuskan peran kelompok tani dalam ketahanan pangan rumahtangga petani.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dan merupakanpenelitian explanatory dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yangdidukung oleh data kualitatif. Penelitian ini dilakukan di daerah pedesaan,tepatnya di Desa Banjarsari dan Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik,Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama satubulan, dimulai dari akhir bulan Mei-Juni 2009. Teknik pengumpulan data yangditerapkan adalah teknik wawancara dan menggunakan alat kuesioner. Kuesionerdigunakan untuk memperoleh data kuantitatif. Unit analisis data adalahrumahtangga petani pada kelompok tani padi SRI Desa Banjarsari dan DesaTanjungsari sebanyak 60 responden yang non-proporsional terdiri dari 30responden berasal dari Kelompok Tani Desa Tanjungsari yang menerapkanmetode SRI yang terdapat sistem penyimpanan hasil produksi pangan dan 30responden dari Kelompok Tani Desa Banjarsari yang menerapkan metode SRItetapi tidak ada sistem penyimpanan hasil produksi pangan. Pemilihan respondendilakukan dengan teknik stratified random sampling yang dilakukan dengan stratakepengurusan kelompok tani. Wawancara yang digunakan adalah wawancaraterstruktur untuk memperoleh data kualitatif yang digunakan untuk mendukungdata kuantitatif. Data kuantitatif yang dikumpulkan diolah dengan SPSS 15 untukmenguji hubungan antar variabel yang kemudian dianalisis dan diinterpretasikanmenggunakan analisis deskriptif dan uji korelasi Rank Spearman.

Ketersediaan pangan rumahtangga petani di Desa Banjarsari dan DesaTanjungsari cukup terpenuhi. Tingkat kestabilan pangan rumahtangga petani

dilihat dari tingkat kesulitan pangan rumahtangga pada musim paceklik, musimkemarau dan sesaat sebelum musim panen serta kemampuan menabung padamusim panen. Sebagian besar rumahtangga petani di Desa Banjarsari dan DesaTanjungsari pernah mengalami kesulitan pangan di musim paceklik, musimkemarau dan sesaat sebelum panen. Di Desa Banjarsari dan Desa Tanjungsari jauhlebih banyak yang tidak bisa menabung dibandingkan yang bisa menabung.

Pangan yang diperoleh rumahtangga petani di Desa Banjarsari dan DesaTanjungsari sebagian besar berasal dari hasil produksi sendiri, khususnya beras.Pemanfaatan pangan rumahtangga petani dilihat dari frekuensi makan daging sapiatau ayam, minum susu, makan telur dan makan sayur dalam seminggu.Rumahtangga petani di Desa Banjarsari dan Tanjungsari frekuensi makan dagingsapi atau ayam masih rendah. Di Desa Banjarsari dan Desa Tanjungsari frekuensiminum susu rumahtangga petani masih rendah. Frekuensi makan telur di DesaBanjarsari dan Desa Tanjungsari cukup tinggi. Frekuensi makan sayur di DesaBanjarsari dan Desa Tanjungsari cukup tinggi.

Di Desa Banjarsari terdapat hubungan nyata antara tingkat pendapatandengan pemanfaatan pangan dan hubungan nyata negatif antara jumlah anggotarumahtangga dengan tingkat stabilitas pangan. Terdapat juga hubungan negatifantara luas lahan yang dikuasai dengan akses pangan, tingkat pendapatan denganstabilitas pangan dan akses pangan, jumlah produksi permusim tanam dengantingkat stabilitas pangan, dan akses pangan, jumlah, serta jumlah anggotarumahtangga dengan akses pangan. Di Desa Tanjungsari terdapat hubungan nyataantara tingkat pendapatan dengan pemanfaatan pangan, tingkat partisipasi sosialdengan tingkat stabilitas pangan, dan hubungan nyata negatif antara tingkatpartisipasi sosial dengan pemanfaatan pangan. Terdapat hubungan negatif antaratingkat dukungan terhadap produksi pangan dengan akses pangan, tingkatdukungan terhadap distribusi pangan dengan akses pangan, Frekuensipenyelenggaraan kegiatan untuk sarana pembelajaran dengan tingkat stabilitaspangan di Desa Banjarsari. Terdapat hubungan nyata negatif antara tingkatdukungan produksi pangan dengan tingkat ketersediaan pangan di DesaTanjungsari.

Kelompok Tani “Mukti tani 3” Desa Banjarsari berusaha untukmeningkatkan kemampuan anggotanya dalam berusaha tani khususnya denganmetode SRI untuk mencapai ketahanan pangan rumahtangga petani yang menjadianggotanya. Cukup berbeda dengan Kelompok Tani “Mukti Tani 3”, KelompokTani “Sukarakatiga 3” Desa Tanjungsari berusaha mencapai ketahanan panganrumahtangga petani anggota kelompoknya dengan meningkatkan kesejahteraananggotanya.

Penulis merekomendasikan adanya penelitian yang bertujuan untukmengkaji bagaimana peran penyuluh dan faktor-faktor lain yang berpengaruhdalam ketahanan rumahtangga petani. Hal ini guna memperkuat kajian mengenaiketahanan pangan rumahtangga petani.

PERAN KELOMPOK TANI DALAM KETAHANAN PANGANRUMAHTANGGA PETANI

(Desa Banjarsari dan Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik,Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat)

OlehMOCHAMAD JANUAR

I34052229

SKRIPSISebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

PadaFakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINSKOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

DEPARTEMEN SAINSKOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa penelitian yang ditulis oleh:Nama : Mochamad JanuarNRP : I34052229Major : Sains Komunikasi dan Pengembangan MasyarakatJudul : Peran Kelompok Tani dalam Ketahanan Pangan Rumahtangga Petani

(Desa Banjarsari dan Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik,Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar SarjanaKomunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasidan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut PertanianBogor.

Menyetujui,Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MSNIP. 19580225 198503 1 001

Mengetahui,Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Ketua

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MSNIP. 19550630 198103 1 003

Tanggal Pengesahan:

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA PENELITIAN YANGBERJUDUL “PERAN KELOMPOK TANI DALAM KETAHANANPANGAN RUMAHTANGGA PETANI” INI BENAR-BENAR MERUPAKANHASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYAILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGAMANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRITIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAUDITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHANRUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIANPERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYABERSEDIA MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PERNYATAAN INI.

Bogor, Juli 2010

Mochamad JanuarI34052229

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 14 Agustus 1987, dari pasangan

H. Aan Brawijaya dan Hj. Pipih Napisah. Jenjang Pendidikan formal yang telah

dilalui oleh penulis adalah:

TK Pertiwi (1992-1993), di Bogor

SDN Harjasari 1 (1993-1999), di Bogor

SMPN 1 Ciawi (1999-2002), di Bogor

SMAN 1 Ciawi (2002-2005), di Bogor

Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor

melalui jalur SPMB (Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru) dan pada tahun 2006

diterima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjalani masa perkuliahan penulis aktif dalam kelembagaan

dan kegiatan kemahasiswaan di lingkungan Fakultas Ekologi Manusia yakni

HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Pencinta Ilmu-ilmu Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat) sebagai Manager Divisi Riset Pengembangan

Masyarakat tahun 2007-2008 dan DPM FEMA (Dewan Perwakilan Mahasiswa

Fakultas Ekologi Manusia) Dewan Pelopor sebagai anggota Divisi Eksternal

(2007-2008). Penulis juga merupakan salah satu dari tujuh orang Tim Formatur

HIMASIERA yang didirikan pada tahun 2006. Penulis pernah mengikuti PKMM

(Pemikiran Kritis Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat) tahun 2007-2008

dengan mengambil tema “Selamatkan Bumi Kita dari Kantong Plastik”. Penulis

juga pernah tercatat sebagai penerima beasiswa BRI tahun 2007. Saat ini penulis

aktif sebagai Ketua Umum Purna Korps Paskara Indra Jaya tahun 2009-2012

yakni suatu perkumpulan alumni paskibra sekolah SMA Negeri 1 Ciawi dan

merupakan salah satu pendirinya.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karenaatas rahmat, petunjuk, dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yangberjudul ”Peran Kelompok Tani dalam Ketahanan Pangan Rumahtangga Petani”dengan baik. Tak lupa shalawat serta salam selalu tercurahkan pada junjunganNabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan suri tauladan bagi umatmanusia.

Penulisan skripsi ini merupakan prasyarat kelulusan untuk memperolehgelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen SainsKomunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, InstitutPertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasihkepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsiini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima oleh pihak yang terkait danmemberikan manfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2010

Mochamad Januar

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukunganberbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkanterima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu,baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam penyelesaian Skripsi ini,antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS selaku Dosen Pembimbing yang telahmemberikan arahan, saran dan dukungan untuk kelancaran prosespenulisan skripsi.

2. Ibu Dr. Ir. Titik Sumarti MC, MS selaku Dosen Penguji Utama dan BapakIr. Hadiyanto, MS selaku Dosen Penguji Perwakilan Departemen SainsKomunikasi dan Pengembangan Masyarakat yang telah memberikan sarandan masukan berharga dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ir. Dwi Sadono, MS sebagai dosen pembimbing akademik yangselalu mendukung mahasiswa bimbingannya.

4. Keluargaku, Bapak H. Aan Brawijaya, Ibu Hj. Pipih Napisah dan adik-adikku (M. Fachrirozi dan Dudu Abdulatip) yang telah memberikan doadan cinta kasihnya selama ini, memberikan semangat dan dukungan baiksecara moral dan materi tanpa mengenal lelah. Penulis mengucapkanterima kasih banyak.

5. Wina Rosyidah Azhari yang selalu mendampingi, memberi dukungansemangat, motivasi dan inspirasi.

6. Gilang Kartiwa Nugraha, Whennie Sasfira Adly, Metri Novarinda Asmardan Muhhamad Istain. Sahabat-sahabat luar biasa yang selalu memotivasipenulis.

7. Ika Meylasari, M. Reza Maulana, Andi Al Furqon, Tri Cahyo Baskara,Anggary Pasha Dewani, Annisa Rizkina Rossa, Wulan Tri Eka Sasmita,Lalu Nofa Setiawan Putra, Egi Massardy, Liza Fairuza, dan Lussi Susanti.Teman-teman terbaik yang selalu memberi dorongan semangat.

8. Temen satu perjuangan menyusun skripsi, Cahyo Budi Utomo.9. Rekan-rekan KPM 42, terima kasih untuk semuanya.10. Teman-teman DPM Dewan Pelopor 2007-2008 khususnya Divisi

Eksternal (Akber Maulad, Utut Septi Asriani dan Arlita Puji Widiamega)dan HIMASIERA khususnya Divisi Riset dan Pengembangan Masyarakatyang telah memberikan banyak dukungan.

11. Kang Husni Mubarok, Saepul Mustakim, R. Pebriandini Widjaja sertaKeluarga Besar Korps Paskara Indra Jaya dan Purna Korps Paskara IndraJaya, keluarga keduaku.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

xi

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................ xiDAFTAR TABEL ....................................................................................................... xiiiDAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xvBAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 1

1.2 Masalah Penelitian................................................................................................ 2

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................. 3

1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................................. 5

2.1 Tinjauan Pustaka ...................................................................................................... 5

2.1.1 Pengertian dan Fungsi Kelembagaan............................................................... 5

2.1.2 Konsep Kelembagaan Pertanian ...................................................................... 5

2.1.3 Konsep Kelompok Tani ................................................................................... 8

2.1.4 Konsep dan Strategi untuk Mewujudkan Ketahanan

Pangan Rumahtangga....................................................................................... 10

2..1.5 Peran Kelompok Tani dalam Mewujudkan Ketahanan

Pangan Rumahtangga....................................................................................... 14

2.2 Kerangka Pemikiran.............................................................................................. 15

2.3 Hipotesis Penelitian............................................................................................... 16

2.4 Definisi Operasional.............................................................................................. 17

BAB III PENDEKATAN LAPANG ........................................................................... 23

3.1 Metode Penelitian.................................................................................................. 23

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................ 23

3.3 Teknik Pengumpulan Data.................................................................................... 24

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................................................. 24

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI ................................................................. 25

4.1 Gambaran Umum Wilayah Desa Banjarsari dan Desa Tanjungsari ..................... 25

4.2 Karakteristik Penduduk Wilayah Desa Banjarsari dan Desa Tanjungsari ............ 26

4.3 Profil Responden................................................................................................... 27

4.4 Profil Kelompok Tani Muktitani 3 dan Sukarakatiga 3 ........................................ 27

xii

4.4.1 Profil Kelompok Tani Muktitani 3 .................................................................. 27

4.4.2 Profil Kelompok Tani Sukarakatiga 3 ............................................................. 28

BAB V PERAN KELOMPOK TANI DALAM KETAHANAN PANGAN

RUMAHTANGGA PETANI ........................................................................ 30

5.1 Ketahanan Pangan Rumahtangga Petani............................................................... 30

5.1.1 Tingkat Ketersediaan Pangan Rumahtangga Petani ........................................ 30

5.1.2 Tingkat Stabilitas Pangan Rumahtangga Petani .............................................. 31

5.1.3 Akses Pangan ................................................................................................... 35

5.1.4 Pemanfaatan Pangan ........................................................................................ 36

5.2 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Ketahanan Rumahtangga Petani ........ 38

5.2.1 Hubungan antara Karakteristik Sumberdaya Rumahtangga Petani

dan Ketahanan Pangan Rumahtangga petani ................................................... 38

5.2.2 Hubungan antara Peran Kelompok Tani dan Ketahanan Pangan

Rumahtangga petani......................................................................................... 41

5.3 Peran kelompok tani dalam ketahanan pangan rumah tangga petani ................... 43

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 49

6.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 49

6.2 Saran...................................................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 51

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Tabel Kebutuhan Informasi Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruhterhadap Ketahanan Pangan Rumahtangga Petani ...................................... 22

2 Jumlah Petani Menurut Karakteristik Sumberdaya RumahtanggaPetani di Desa Banjarsari dan Tanjungsari, 2009 ....................................... 27

3 Sebaran Petani Menurut Ketersediaan Pangan Rumahtangga Petani diDesa Banjarsari dan Tanjungsari, 2009....................................................... 31

4 Sebaran Petani Menurut Kesulitan Pangan Rumahtangga Petani padaMusim Paceklik di Desa Banjarsari dan Tanjungsari, 2009 ....................... 32

5 Sebaran Petani Menurut Kemampuan Menabung Rumahtangga Petanipada Musim Panen di Desa Banjarsari dan Tanjungsari, 2009................... 33

6 Sebaran Petani Menurut Kesulitan Pangan Rumahtangga Petani padaMusim Kemarau di Desa Banjarsari dan Tanjungsari, 2009 ...................... 34

7 Sebaran Petani Menurut Kesulitan Pangan Rumahtangga Petani SesaatSebelum Musim Panen di Desa Banjarsari dan Tanjungsari, 2009 ............ 34

8 Sebaran Petani Menurut Asal Pangan Rumahtangga Petani di DesaBanjarsari dan Tanjungsari, 2009................................................................ 35

9 Sebaran Petani Menurut Intensitas Makan Daging Sapi/AyamRumahtangga Petani di Desa Banjarsari dan Tanjungsari, 2009 ................ 36

10 Sebaran Petani Menurut Intensitas Minum Susu Rumahtangga Petanidi Desa Banjarsari dan Tanjungsari, 2009 .................................................. 37

11 Sebaran Petani Menurut Intensitas Makan Telur Rumahtangga Petanidi Desa Banjarsari dan Tanjungsari, 2009 .................................................. 38

12 Sebaran Petani Menurut Intensitas Makan Sayur Rumahtangga Petanidi Desa Banjarsari dan Tanjungsari, 2009 .................................................. 38

13 Koefisien Korelasi Rank Spearman antara Karakteristik SumberdayaRumahtangga Petani dengan Ketahanan Pangan di Desa Banjarsari,2009............................................................................................................. 40

14 Koefisien Korelasi Rank Spearman antara Karakteristik SumberdayaRumahtangga Petani dengan Ketahanan Pangan di Desa Tanjungsari,2009............................................................................................................. 41

15 Koefisien Korelasi Rank Spearman antara Peran Kelompok Tanidengan Ketahanan Pangan di Desa Banjarsari, 2009.................................. 42

16 Koefisien Korelasi Rank Spearman antara Peran Kelompok Tanidengan Ketahanan Pangan di Tanjungsari, 2009 ........................................ 43

17 Sebaran Petani Menurut Peran Kelompok Tani dalam PenyediaanBenih di Desa Banjarsari dan Tanjungsari, 2009........................................ 43

18 Sebaran Petani Menurut Peran Kelompok Tani dalam PemberantasanHama di Desa Banjarsari dan Tanjungsari, 2009........................................ 44

19 Sebaran Petani Menurut Peran Kelompok Tani dalam Pengadaan danPerawatan Pengairan di Desa Banjarsari dan Tanjungsari, 2009................ 44

xiv

20 Sebaran Petani Menurut Peran Kelompok Tani dalam PengadaanSprayer di Desa Banjarsari dan Tanjungsari, 2009 ..................................... 45

21 Sebaran Petani Menurut Peran Kelompok Tani dalam MemasarkanHasil Produksi Pertanian di Desa Banjarsari dan Tanjungsari, 2009.......... 45

22 Sebaran Petani Menurut Partisipasi Anggota Kelompok dalamMemasarkan Hasil Produksi Pertanian di Desa Banjarsari danTanjungsari, 2009........................................................................................ 46

23 Sebaran Petani Menurut Peran Kelompok Tani dalam MengadakanPelatihan di Desa Banjarsari dan Tanjungsari, 2009................................... 46

24 Sebaran Petani Menurut Intensitas Pertemuan Rutin Kelompok Tani diDesa Banjarsari dan Tanjungsari, 2009....................................................... 47

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Kerangka Pemikiran Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruhterhadap Ketahanan Pangan Rumahtangga Petani ...................................... 16

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini isu-isu ketahanan pangan telah menjadi perhatian banyak pihak

mulai dari pelaku usaha, kalangan LSM sampai masyarakat yang masih awam

tentang persoalan ketahanan pangan. Pada KTT Pangan FAO di Roma tahun

1996, para pemimpin dunia bertekad mengurangi kelaparan dari 840 juta orang

menjadi 400 juta orang pada tahun 2015. Kemudian dalam Millennium

Development Goals (MDGs) tahun 2000 dipertegas kembali dengan komitmen

melawan kemiskinan dan kelaparan (Nainggolan, 2008).

Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa

Indonesia mengingat pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi

oleh pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama seperti diamanatkan oleh

Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan (Bappeda Jabar, 2004). Di

Indonesia aspek ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu sentral dalam

pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Masalah pangan dan

ketahanan pangan tidak dapat dilepaskan dari konteks komoditas beras. Hal ini

mengingat beras merupakan bahan pangan pokok (Staple food) yang dikonsumsi

oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia. Dengan demikian ketersediaan beras

menjadi faktor penting dalam memantapkan ketahanan pangan nasional. (Supadi,

2004). Di Kecamatan Sukaresik produksi padi sawah mencapai 62,46 kuintal/ha

dari 63,51 kuintal/ha rata-rata untuk wilayah Kabupaten Tasikmalaya (Pemerintah

Kabupaten Tasikmalaya, 2009). Selain itu, akses pangan merupakan determinan

penting ketahanan pangan. Akses pangan merefleksikan kemampuan memperoleh,

memproduksi dan atau membeli pangan. Pada konteks ini, rumahtangga pertanian

2

menjadi berbeda dari rumahtangga lain karena rumahtangga pertanian memiliki

akses langsung terhadap produksi pangan (Hardono, 2005).

Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah untuk

meningkatkan produksi beras, salah satunya adalah pengembangan metode System

of Rice Intensification (SRI). SRI adalah sistem budidaya padi dengan pendekatan

manajemen perakaran, yang berbasis pada pengelolaan tanah, tanaman dan air

dengan mengutamakan berjalannya aliran energi dan siklus nutrisi untuk

memperkuat suatu kesatuan agroekosistem.1 Kelompok tani memiliki peran yang

sangat penting dalam penerapan metode SRI karena metode ini berbasis pada

pengelolaan tanah, tanaman dan air. Selain itu, kelompok tani juga sangat terkait

dengan akses pangan dalam rumahtangga petani karena anggota kelompok tani

merupakan bagian dari rumahtangga petani. Dengan demikian, kelompok tani

memiliki peran yang sangat sentral dalam mewujudkan ketahanan pangan

rumahtangga petani.

1.2 Masalah Penelitian

Pangan merupakan kebutuhan yang penting bagi manusia. Sejalan

dengan itu, ketahanan pangan menjadi isu yang hangat dari waktu ke waktu.

Berbagai program telah dilakukan untuk mewujudkan ketahanan pangan. Salah

satunya adalah metode SRI yang melibatkan peran aktif kelompok tani yang juga

bagian dari rumahtangga petani.

Berdasarkan gambaran permasalahan di atas, beberapa rumusan

pertanyaan layak digali dalam penelitian ini yaitu:

1 Lembaga Pertanian Sehat. 2008. Mengenai System Rice of Intensificationhttp://www.pertaniansehat.or.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=68 diakses pada23 maret 2009

3

1. Sejauhmana ketahanan pangan rumahtangga petani telah terwujud?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi ketahanan pangan

rumahtangga petani tersebut?

3. Bagaimana peran kelompok tani dalam ketahanan pangan rumahtangga

petani?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dirumuskan tujuan penelitian

sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi tingkat ketahanan pangan rumahtangga petani yang telah

diwujudkan.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan

rumahtangga petani.

3. Merumuskan peran kelompok tani dalam ketahanan pangan rumahtangga

petani.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang

bermanfaat khususnya bagi:

1. Masyarakat, dapat dijadikan bahan acuan yang berguna untuk menambah

wawasan mengenai peran kelompok tani dalam ketahanan pangan

2. Instansi yang terkait, dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

melakukan suatu tindakan yang berkaitan dengan peran kelompok tani

dalam ketahanan pangan rumahtangga petani.

3. Kalangan akademisi, penelitian ini menjadi bahan kajian lebih lanjut baik

dari segi teoritis maupun segi praktis.

4

4. Peneliti, merupakan sarana untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh

dengan melihat fenomena praktis yang terjadi dan menghubungkannya

dengan teori yang telah diperoleh.

BAB IIPENDEKATAN TEORITIS

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Pengertian dan Fungsi Kelembagaan

Menurut Wariso (Wahyuni, 2007), kelembagaan dikelompokkan ke

dalam dua pengertian, yaitu institut dan institusi. Institut menunjuk pada lembaga

formal sedangkan institusi merupakan suatu kumpulan norma-norma atau nilai-

nilai yang mengatur perilaku manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

Kelembagaan menurut Agus Pakpahan (Syahyuti, 2006) adalah software dan

organisasi adalah hardware-nya dalam suatu bentuk grup sosial. Ia menganalisis

kelembagaan sebagai suatu sistem organisasi dan kontrol terhadap sumber daya.

Suradisastra (2005) menyatakan bahwa fungsi organisasi dan lembaga

lokal antara lain adalah: (a) mengorganisir dan memobilisasi sumberdaya; (b)

membimbing stakeholder pembangunan dalam membuka akses ke sumberdaya

produksi; (c) membantu meningkatkan sustainability pemanfaatan sumberdaya

alam; (d) menyiapkan infrastruktur sosial di tingkat lokal; (e) Mempengaruhi

lembaga-lembaga politis; (f) membantu menjalin hubungan antara petani,

penyuluh dan peneliti lapang; (g) meningkatkan akses ke sumber informasi; (h)

meningkatkan kohesi sosial; (i) membantu mengembangkan sikap dan tindakan

kooperatif.

2.1.2. Konsep Kelembagaan Pertanian

Pertanian dapat dianggap sebagai suatu usaha untuk mengadakan suatu

ekosistem buatan yang berfungsi menyediakan bahan makanan bagi manusia

(Nasoetion, 1991). Secara konseptual, Syahyuti (2006) menyebutkan bahwa tiap

6

kelembagaan petani yang dibentuk dapat memainkan peran tunggal atau ganda.

Berbagai peran yang dapat dimainkan sebuah lembaga adalah sebagai lembaga

pengelolaan sumberdaya alam (misalnya P3A), untuk tujuan aktivitas kolektif

(kelompok kerja sambat sinambat). Untuk pengembangan usaha (koperasi), untuk

melayani kebutuhan informasi (kelompok Pencapir), untuk tujuan representatif

politik (HKTI), dan lain-lain.

Demikian halnya dengan Mubyarto (1989), lembaga-lembaga yang

penting dalam pertanian misalnya pemilikan tanah, jual beli dan sewa tanah, bagi

hasil, gotong royong, koperasi, arisan, dan lain-lain, memiliki peranan tertentu

yang diikuti dengan tertib oleh anggota-anggota masyarakat desa, di mana setiap

penyimpangan akan disoroti dengan tajam oleh masyarakat. Mubyarto (1989) juga

menjelaskan bahwa lembaga-lembaga yang ada dalam sektor pertanian dan

pedesaan sudah mengalami berbagai zaman sehingga banyak lembaga-lembaga

yang sudah lenyap tetapi timbul juga lembaga-lembaga baru yang sesuai dengan

iklim pembangunan pertanian dan pedesaan.

Mosher (Anantanyu, 2009) menyebutkan bahwa sumberdaya pertanian

meliputi masukan (input) atau keluaran (output) yang dibutuhkan dan dihasilkan

dari proses usahatani. Input dalam usahatani adalah segala sesuatu yang

diikutsertakan di dalam proses produksi, meliputi lahan, tenaga kerja, sarana

produksi pertanian (benih, pupuk, pestisida/herbisida dan lain-lain, alat-alat

pertanian) irigasi dan sebaiknya. Output dalam usaha tani terdiri atas produk dan

hasil tanaman atau ternak. Usahatani (the farm) merupakan lahan di mana seorang

petani, sebuah keluarga tani atau badan usaha lain melakukan usaha bercocok

tanam atau memelihara ternak.

7

Uphoff (Anantanyu, 2009) memaparkan kegiatan-kegiatan yang mencakup input,

produksi dan output secara spesifik sebagai berikut:

1. Kegiatan-kegiatan input, secara umum dilaksanakan oleh kelembagaan lokal.

a. Input material meliputi (1) Benih dan persemaian: dibeli, dipertukarkan

dan diawetkan; (2) Nutrien: pupuk kimia biasanya disalurkan melalui

lembaga lokal, sumberdaya nutrien lain lebih sering disediakan oleh

rumahtangga; (3) Kimia: herbisida, insektisida dan fungisida; (4) Tenaga:

tenaga ternak, tenaga traktor; (5) Alat: bajak, cangkul, sekop dan lain-

lain; (6) Pakan ternak: biasanya disediakan oleh rumahtangga petani,

dibeli.

b. Input-input modal, meliputi (1) Pinjaman jangka pendek (produksi)

digunakan untuk tanaman musiman; (2) Pinjaman jangka menengah

digunakan untuk peralatan dan pembelian yang lain dan (3) Pinjaman

jangka panjang digunakan untuk membeli lahan.

c. Input-input umum, biasanya dikelola oleh kelembagaan nasional,

meliputi: (1) Akses lahan: sistem kedudukan lahan, penyusun bagi hasil

tanaman dan lain-lain; (2) Teknologi berupa informasi mengenai produk-

produk, praktek atau teknik-teknik baru, yang secara umum

dikembangkan melalui penelitian; (3) Kebijakan: harga subsidi dan lain-

lain.

d. Input-input tidak langsung, mencakup: (1) Pengelolaan sumberdaya

alam, perlindungan dan persediaan tanah, air, hutan dan sumberdaya

alam lain; (2) Infrastruktur pedesaan; (3) Pengembangan sumberdaya

manusia: pendidikan, melek huruf, kesehatan dan sebagainya.

8

2. Kegiatan produksi biasanya dilaksanakan oleh individu atau kelompok usaha

mencakup beberapa pertukaran tenaga kerja atau input.

a. Tenaga kerja berupa kegiatan-kegiatan kerja: (1) Untuk tanaman

musiman penyiapan lahan, penanaman, penyiangan, pemupukan,

perlindungan tanaman, pengelolaan (jika irigasi memungkinkan,

pemanenan dan pemilihan benih (mengulang siklus produksi); (2) Untuk

tanaman tahunan sama seperti no. 1 kecuali: intensitas penyiapan lahan

dan pemanenan, kemungkinan grafting dan atau pemangkasan; (3) Untuk

ternak (pemeraan, pencukuran, penyembelihan, dan perkembangbiakan

b. Manajemen, kegiatan pembuatan keputusan: (1) Memperoleh atau

memastikan input; (2) Mengarahkan, koordinasi, pengawasan input

tenaga kerja; (3) Menentukan jumlah, macam dan jangka waktu

produksi; dan (4) Menjaga keseimbangan antara input dan output agar

mencapai nilai output lebih tinggi daripada input.

3. Kegiatan-kegiatan output, umumnya dilaksanakan oleh kelembagaan lokal.

a. Penyimpanan: pascapanen dan pascapengolahan.

b. Pengolahan: secara manual atau menggunakan mesin.

c. Pengangkutan: untuk pengolahan penyimpanan dan penjualan.

d. Pemasaran: borongan atau eceran.

2.1.3. Konsep Kelompok Tani

Kelompok tani merupakan kumpulan dua atau lebih petani yang

berinteraksi satu sama lain dalam satu kurun waktu untuk mencapai tujuan

bersama mereka (Uchrowi, 2006). Kelompok tani merupakan kelompok sosial

yang berkembang menjadi kelompok tugas, yakni pemenuhan ekonomi anggota.

9

Dengan demikian kekompakkan kelompok tani dapat dinilai dari pemenuhan

kebutuhan para petani dalam aspek sosial dan ekonomi (Rusidi, 1978).

Totok Mardikanto (Uchrowi, 2006) menyebut bahwa kelompok tani

merupakan kumpulan orang-orang tani yang terdiri dari petani dewasa maupun

petani taruna yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas

dasar keserasian dan kebutuhan bersama. Mardikanto juga menyebut bahwa

umumnya kelompok tani berkembang dari kelompok sosial. Namun pada

akhirnya kelompok tani merupakan kelompok tugas. Kelompok tugas lebih

menekankan pada pelaksanaan tugas-tugas tertentu yang harus diselesaikan

dengan baik selama jangka waktu-waktu tertentu.

Kelompok tani yang merupakan salah satu sub sistem dalam sistem sosial

budaya di masyarakat tentu tak lepas dari pengaruh sistem sosial-budaya yang

berlaku. Dengan kata lain bahwa norma dan nilai-nilai yang dibangun dan

disepakati di dalam kelompok akan terpengaruh oleh norma dan nilai-nilai yang

berlaku di masyarakat pada umumnya. Semua unsur yang disebutkan di atas akan

sangat berpengaruh pada kegiatan kelompok tani, termasuk kemampuan sebagai

basis ketahanan pangan di perdesaan. (Pusat pengkajian SDM Pertanian Deptan,

2004). Kelompok tani yang tumbuh dari kerjasama informal petani dapat menjadi

formal. Kelompok tani juga dapat dipandang sebagai sarana efektif untuk

pemberdayaan petani (Uchrowi, 2006).

Kelompok tani dibentuk berdasarkan surat keputusan dan dimaksudkan

sebagai wadah komunikasi antar petani, serta antara petani dengan kelembagaan

terkait dalam proses alih teknologi. Surat keputusan tersebut dilengkapi dengan

ketentuan-ketentuan atau tolak ukur untuk memonitor dan mengevaluasi

10

kinerjanya. Penelitian kinerja kelompok ditinjau dari delapan tolak ukur yaitu: (1)

usia kelompok; (2) keanggotaan; (3) luas areal usahatani; (4) bidang usaha; (5)

kerja sama yang dilakukan dalam kelompok; (6) aset yang dimiliki; (7) hubungan

petani dengan kelembagaan disekitarnya; (8) persepsi petani terhadap usahatani.

(Wahyuni, 2007).

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan kelompok tani adalah

pengertian yang sesuai dengan penelitian Uchrowi (2006) dan Pusat pengkajian

SDM Pertanian Deptan (2004) yaitu kumpulan orang-orang tani yang terdiri dari

petani dewasa maupun petani taruna yang terikat secara informal dalam suatu

wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama. Kelompok

tersebut merupakan salah satu sub sistem dalam sistem sosial budaya di

masyarakat tentu yang tak lepas dari pengaruh sistem sosial-budaya yang berlaku.

2.1.4. Konsep dan Strategi Mewujudkan Ketahanan PanganRumahtangga

Definisi ketahanan pangan dari FAO dan UU RI No. 7 tahun 1996, yang

mengadopsi definisi dari FAO, ada 4 komponen yang harus dipenuhi untuk

mencapai kondisi ketahanan pangan yaitu: (1) kecukupan ketersediaan pangan; (2)

stabilitas ketersediaan pangan tanpa fluktuasi dari musim ke musim atau dari

tahun ke tahun. (3) aksesibilitas atau keterjangkauan terhadap pangan; (4) kualitas

atau keamanan pangan (Tim Penelitian Ketahanan Pangan dan Kemiskinan dalam

Konteks Demografi Puslit Kependudukan–LIPI, 2002). Ketersediaan pangan

dalam rumahtangga yang dipakai dalam pengukuran mengacu pada pangan yang

cukup dan tersedia dalam jumlah yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi

rumahtangga. Stabilitas ketersediaan pangan di tingkat rumahtangga diukur

11

berdasarkan kecukupan ketersediaan pangan dan frekuensi makan anggota

rumahtangga dalam sehari. Indikator Aksesibilitas/keterjangkauan dalam

pengukuran ketahanan pangan di tingkat rumahtangga dilihat dari kemudahan

rumahtangga memperoleh pangan, diukur dari pemilikan lahan serta cara

rumahtangga untuk memperoleh pangan. Akses yang diukur berdasarkan

pemilikan lahan dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori: Akses langsung (direct

access), jika rumahtangga memiliki lahan sawah/ladang dan akses tidak langsung

(indirect access) jika rumahtangga tidak memiliki lahan sawah/ladang. Cara

rumahtangga memperoleh pangan juga dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori

yaitu: (1) produksi sendiri dan (2) membeli (Tim Penelitian Ketahanan Pangan

dan Kemiskinan dalam Konteks Demografi Puslit Kependudukan–LIPI, 2002).

Kualitas atau keamanan pangan adalah jenis pangan yang dikonsumsi

untuk memenuhi kebutuhan gizi. Ukuran kualitas pangan seperti ini sangat sulit

dilakukan karena melibatkan berbagai macam jenis makanan dengan kandungan

gizi yang berbeda-beda, sehingga ukuran keamanan pangan hanya dilihat dari

‘ada’ atau ‘tidak’nya bahan makanan yang mengandung protein hewani atau

nabati yang dikonsumsi dalam rumahtangga. Karena itu, ukuran kualitas pangan

dilihat dari data pengeluaran untuk konsumsi makanan (lauk-pauk) sehari-hari

yang mengandung protein hewani atau nabati (Tim Penelitian Ketahanan Pangan

dan Kemiskinan dalam Konteks Demografi Puslit Kependudukan–LIPI, 2002).

FAO dalam Silitonga, Chung, Haddad dan USDA (Baliwati, 2001)

menyatakan bahwa ketahanan pangan merupakan rangkaian dari tiga komponen

utama yaitu (1) ketersediaan dan stabilitas pangan (food availability and stability),

(2) kemudahan memperoleh pangan (food accessibility) dan (3) pemanfaatan

12

pangan (food utilization). BPS Kota Pematang Siantar (2009) menyatakan bahwa

rumahtangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian

atau seluruh bangunan fisik/sensus, dan biasanya makan bersama dari satu dapur.

Dengan demikian, ketahanan pangan rumahtangga petani adalah suatu kondisi

dimana suatu rumahtangga petani pada setiap saat memiliki aksesibilitas secara

fisik maupun ekonomi terhadap pangan yang cukup untuk memenuhi

kebutuhannya agar dapat hidup produktif dan sehat. Ketahanan rumahtangga

mencakup tiga elemen yaitu ketersediaan dan stabilitas, akses pangan dan

pemanfaatan pangan (Baliwati, 2001). Chung (Baliwati, 2001) merangkum

beragam indikator ketahanan pangan rumahtangga sesuai dengan aspek

kesesuaian dengan aspek ketersediaan, akses dan konsumsi pangan dalam

kerangka konseptual.

Aspek ketersediaan pangan tergantung pada sumberdaya alam, fisik dan

manusia serta produksi pertanian maupun non pertanian. Dalam hal ini, indikator

yang dipakai untuk menjelaskan sumberdaya alam adalah curah hujan, kualitas

tanah, ketersediaan air dan akses terhadap sumberdaya hutan. Sumberdaya fisik

adalah pemilikan ternak, akses infrastruktur, pemilikan sarana pertanian,

sumberdaya manusia meliputi rasio ketergantungan, pendidikan, besar keluarga,

dan umur kepala keluarga. Indikator produksi adalah luas tanam, luas lahan

beririgasi, akses dan penggunaan input, pola tanam, keragaan tanaman, produksi

pangan dan produksi non pertanian (Baliwati, 2001).

Dalam aspek akses pangan meliputi pendapatan baik dari pertanian

maupun non-pertanian. Indikator yang dipakai adalah total pendapatan,

pendapatan dari tanaman, pendapatan dari ternak, upah, harga pangan, pasar dan

13

akses jalan. Sedangkan aspek pemanfaatan pangan adalah konsumsi baik pangan

maupun non pangan serta status gizi baik anak maupun dewasa. Indikator

konsumsi yang digunakan adalah total pengeluaran, pengeluaran pangan,

pengeluaran non-pangan, konsumsi dan frekuensi pangan. Indikator status gizi

meliputi antropometri, kadar serum, kesakitan, kematian, kelahiran, akses

pelayanan kesehatan, akses air bersih, dan akses sanitasi (Baliwati, 2001).

Maxwell & Frankenberg (Baliwati, 2001) menyatakan bahwa pencapaian

ketahanan pangan rumahtangga dapat diukur dari berbagai indikator. Indikator

tersebut dibedakan menjadi dua kelompok yaitu indikator proses dan indikator

dampak. Indikator proses menggambarkan situasi pangan yang ditunjukkan oleh

ketersediaan dan akses pangan. Indikator dampak dapat digunakan sebagai

cerminan konsumsi pangan. Indikator ketersediaan pangan berkaitan dengan

produksi pertanian, iklim, akses terhadap sumberdaya alam, praktek pengolahan

lahan, pengembangan institusi, pasar, konflik regional, dan kerusuhan sosial.

Indikator akses pangan meliputi antara sumber pendapatan, akses terhadap kredit

modal. Indikator akses pangan juga meliputi strategi rumahtangga untuk

memenuhi kekurangan pangan. Strategi tersebut dikenal sebagai coping ability

indicator. Indikator dampak meliputi dua kategori yaitu langsung dan tidak

langsung. Indikator dampak secara langsung adalah konsumsi dan frekuensi

pangan. Indikator dampak secara tidak langsung meliputi penyimpanan pangan

dan status gizi.

14

2.1.5. Peran Kelompok Tani dalam Ketahanan Pangan RumahtanggaPetani

Abbas (Anantanyu, 2009) mengemukakan bahwa peranan kelompok tani

adalah (1) sebagai wahana belajar bagi petani nelayan dan anggotanya agar terjadi

interaksi guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam

berusaha tani yang lebih baik serta berperilaku lebih mandiri untuk mencapai

kehidupan yang lebih sejahtera; (2) sebagai unit produksi, kelompok tani

merupakan kesatuan unit usahatani-nelayan untuk mewujudkan kerjasama dalam

mencapai skala ekonomi yang lebih menguntungkan; dan (3) sebagai wahana

kerjasama antaranggota dan antar kelompok tani dengan pihak lain untuk

memperkuat kerjasama dalam menghadapi berbagai ancaman, tantangan,

hambatan dan gangguan. SPB (Sinaga, 2002) menyebutkan ada beberapa bidang

dalam kegiatan usahatani padi sawah yang memerlukan dukungan kerjasama antar

petani yakni: (a) pengadaan benih (b) penanaman serempak, (c) pengadaan pupuk,

(d) pengadaan pestisida, (e) pengamanan, (f) pemberantasan hama/penyakit, (g)

pengairan, (h) pengadaan sprayer, (i) penyisihan hasil/tabungan/lumbung, (j)

pemasaran hasil usahatani kelompok.

Peran kelompok tani sebagai basis ketahanan pangan di perdesaan

meliputi (1) Kelompok tani sebagai produsen penghasil bahan pangan; (2)

Kelompok tani sebagai pengelola sistem kemandirian pangan; dan (3) Kelompok

tani sebagai penggerak masyarakat desa (Pusat pengkajian SDM pertanian

Deptan, 2004).

15

2.2. Kerangka Pemikiran

Untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan

perlu ditelaah bagaimana posisi ketahanan pangan diantara karakteristik

sumberdaya rumahtangga petani, peran kelompok tani, norma dan nilai-nilai

rumahtangga petani dan sistem budaya masyarakat. Pangan dalam penelitian ini

adalah beras dan lauk pauk yang mengandung protein hewani dan nabati berupa

daging sapi atau ayam, susu, telur dan sayur yang dikonsumsi oleh rumahtangga

petani. Ketahanan pangan rumahtangga petani terdiri ketersediaan pangan, tingkat

ketersediaan pangan, akses pangan dan pemanfaatan pangan. Rumahtangga yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah sekelompok orang yang tinggal bersama

dalam satu bangunan fisik serta makan dari satu dapur yang sama. Karakteristik

sumberdaya rumahtangga petani terdiri dari luas penguasaan lahan, tingkat

pendidikan formal kepala rumahtangga, tingkat pendidikan non formal kepala

rumahtangga, tingkat pendapatan, jumlah produksi padi permusim tanam, jumlah

anggota rumahtangga, tingkat partisipasi sosial dan tingkat pengalaman berusaha

tani.

Kelompok tani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kumpulan

orang-orang tani yang terdiri dari petani dewasa maupun petani taruna yang

terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan

kebutuhan bersama. Peran Kelompok tani diukur dari tingkat dukungan terhadap

produksi pertanian, tingkat dukungan terhadap distribusi pangan, Intensitas

penyelenggaraan kegiatan untuk sarana pembelajaran petani. Sedangkan norma

dan nilai-nilai rumahtangga petani dan sistem budaya masyarakat tidak diukur

karena dianggap diluar penelitian peneliti.

16

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap KetahananPangan Rumahtangga Petani

Keterangan:

: Mempengaruhi

: Objek penelitian

: Tidak diteliti peneliti

2.3. Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik sumberdaya

rumahtangga petani dengan ketahanan pangan rumahtangga petani.

2. Terdapat hubungan yang nyata antara peran kelompok tani dengan

ketahanan pangan rumahtangga

X1 KARAKTERISTIKSUMBERDAYA

RUMAHTANGGA PETANIX1.1 Luas penguasaan lahan,X1.2 Tingkat pendidikan formal

kepala rumahtanggaX1.3 Tingkat pendidikan non

formal kepalarumahtangga

X1.4 Tingkat pendapatanX1.5 Jumlah produksi padi per

musim tanamX1.6 Jumlah anggota

rumahtanggaX1.7 Tingkat partisipasi sosialX1.8 Tingkat Pengalaman

berusahatani

NORMA DAN NILAI-NILAIRUMAHTANGGA PETANI

SISTEM BUDAYAMASYARAKAT

Y KETAHANAN PANGANRUMAHTANGGA

Y1.1 KetersediaanY1.2 Tingkat Stabilitas

PanganY1.3 Akses PanganY1.4 Pemanfaatan Pangan

X2 PERAN KELOMPOK TANI :X2.1 Tingkat dukungan terhadap

produksi pertanianX2.2 Tingkat dukungan terhadap

distribusi panganX2.3 Intensitas penyelenggaraan

kegiatan untuk saranapembelajaran petani

17

2.4. Definisi Operasional

Pengukuran variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini

dibatasi pada perumusan penjabaran masing-masing variabel tersebut secara

operasional. Variabel-variabel tersebut adalah

X1 Karakteristik sumberdaya rumahtangga petani adalah kemampuan untuk

memperoleh suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau unsur

tertentu dalam sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh

bangunan fisik/sensus dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu

dapur. Karakteristik sumberdaya rumahtangga petani yang dimaksud

dalam penelitian ini meliputi luas penguasaan lahan, tingkat pendapatan,

tingkat pendidikan formal kepala rumahtangga, tingkat pendidikan non-

formal kepala rumahtangga, jumlah produksi padi padi per musim tanam,

jumlah tanggungan rumahtangga, tingkat partisipasi sosial dan pengalaman

berusahatani.

X1.1 Luas lahan yang dikuasai adalah total sawah, tegalan, dan pekarangan

yang dikuasai dan diusahakan dalam satuan hektar. Pengukuran luas

penguasaan lahan diukur menggunakan skala ordinal menggunakan 3

kategori menurut sebaran normal yaitu : (1) Sempit, kurang dari rata-rata

dikurangi dua kali standar deviasi (< µ-2σ); (2) sedang, antara rata-rata

ditambah dan dikurangi dua kali standar deviasi (µ+2σ); (3) Luas, lebih

besar dari rata ditambah dua kali standar deviasi (> µ+2σ).

X1.2 Tingkat pendidikan formal kepala rumahtangga adalah jenjang tahun

sekolah yang telah diselesaikan seseorang yang bertanggungjawab atas

satu rumahtangga yang diselesaikan mulai SD/sederajat, SMP/sederajat,

18

SMA/sederajat dan Perguruan Tinggi. Pendidikan formal diukur dengan

skala ordinal dengan kategori : (1) rendah (tidak tamat SD/Tamat SD), (2)

sedang (SMP-SMA), (3) tinggi (> SMA/sederajat)

X1.3 Tingkat pendidikan non formal kepala rumahtangga adalah frekuensi

kegiatan yang dilakukan seseorang yang bertanggungjawab atas satu

rumahtangga untuk menambah pengetahuan dan pengalaman diluar

pendidikan formal terkait kegiatan usahatani seperti mengikuti penyuluhan

atau pertemuan di balai desa. Pendidikan non formal diukur menggunakan

skala ordinal menggunakan 3 kategori menurut sebaran normal yaitu: (1)

Rendah, (2) Sedang, dan (3) Tinggi.

X1.4 Jumlah panen padi per musim tanam adalah besaran hasil produksi sawah

dalam satu kali masa tanam. Jumlah panen padi permusim tanam diukur

menggunakan skala ordinal menggunakan 3 kategori menurut sebaran

normal yaitu: (1) Rendah, (2) Sedang, dan (3) Tinggi.

X1.5 Tingkat pendapatan adalah jumlah penghasilan kotor uang yang diperoleh

dari usaha pokok dan usaha sampingan. Tingkat pendapatan diukur

menggunakan skala ordinal menggunakan 3 kategori menurut sebaran

normal yaitu: (1) Rendah, (2) Sedang, dan (3) Tinggi.

X1.6 Jumlah anggota rumahtangga adalah besaran orang yang secara ekonomi

masih menjadi tanggungan kepala rumahtangga dan biasanya tinggal

bersama serta makan dari satu dapur. Jumlah anggota rumahtangga diukur

menggunakan skala ordinal menggunakan 3 kategori menurut sebaran

normal yaitu: (1) Rendah, (2) Sedang, dan (3) Tinggi.

19

X1.7 Tingkat partisipasi sosial adalah jumlah keterlibatan seseorang dalam

kegiatan sosial. Tingkat partisipasi sosial diukur menggunakan skala

ordinal menggunakan 3 kategori menurut sebaran normal yaitu: (1)

Rendah, (2) Sedang, dan (3) Tinggi.

X1.8 Tingkat pengalaman berusahatani adalah lamanya seseorang berbudidaya

padi sawah. Tingkat Pengalaman berusahatani diukur menggunakan skala

ordinal menggunakan 3 kategori menurut sebaran normal yaitu: (1)

Rendah, (2) Sedang, dan (3) Tinggi.

X2 Peran Kelompok Tani dalam Ketahanan Pangan adalah seperangkat

tingkah laku yang diharapkan di dalam kumpulan orang-orang tani yang

terdiri dari petani dewasa maupun petani taruna yang terikat secara

informal dalam suatu wilayah kelompok, atas dasar keserasian dan

kebutuhan bersama untuk mencapai kondisi terpenuhinya pangan

rumahtangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik

jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Peran Kelompok

Tani dalam Ketahanan Pangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

tingkat dukungan terhadap produksi pertanian, tingkat dukungan terhadap

stok pangan, tingkat dukungan terhadap distribusi pangan dan intensitas

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk petani,

X2.1 Tingkat dukungan produksi pangan adalah jumlah keterlibatan kelompok

untuk menghasilkan bahan untuk dimakan. Tingkat dukungan produksi

pertanian diukur menggunakan skala ordinal menggunakan 3 kategori

menurut sebaran normal yaitu: (1) Rendah, (2) Sedang, dan (3) Tinggi.

20

X2.2 Tingkat dukungan terhadap distribusi pangan adalah jumlah keterlibatan

kelompok dalam menyebarkan hasil produksi bahan untuk dimakan.

Tingkat dukungan terhadap distribusi pangan diukur menggunakan skala

ordinal menggunakan 3 kategori menurut sebaran normal yaitu: (1)

Rendah, (2) Sedang, dan (3) Tinggi.

X2.3 Intensitas penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk petani adalah

jumlah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan petani

dalam bidang pangan. Intensitas penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk petani diukur menggunakan skala ordinal menggunakan 3 kategori

menurut sebaran normal yaitu: (1) Rendah, (2) Sedang, dan (3) Tinggi.

Y1 Ketahanan pangan rumahtangga adalah kondisi terpenuhinya pangan

rumahtangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik

jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Ketahanan

pangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketersediaan pangan,

tingkat stabilitas ketersediaan pangan, aksesibilitas pangan dan

pemanfaatan pangan.

Y1.1 Ketersediaan pangan adalah stok pangan beras untuk dimakan yang cukup

dan tersedia dalam jumlah yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi

rumahtangga petani dalam sehari. Ketersediaan pangan diukur

menggunakan skala ordinal menggunakan 3 kategori yaitu: (1) memenuhi,

(2) kurang memenuhi, dan (3) tidak memenuhi.

Y1.2 Tingkat stabilitas ketersediaan pangan adalah keberlanjutan atas

kecukupan ketersediaan pangan beras untuk rumahtangga dilihat pada

musim paceklik, musim kemarau, sesaat sebelum panen serta kemampuan

21

menabung rumahtangga petani . Tingkat stabilitas ketersediaan pangan

diukur menggunakan skala ordinal menggunakan 3 kategori: (1) Sulit, (2)

Sedang, dan (3) Tidak Sulit.

Y1.3 Aksesibilitas pangan adalah kemudahan rumahtangga memperoleh bahan

untuk dimakan, yang diukur dari pemilikan lahan serta cara rumahtangga

untuk memperoleh pangan. Aksesibilitas pangan diukur menggunakan

skala ordinal menggunakan 3 kategori menurut sebaran normal yaitu: (1)

Sulit, (2) Sedang, dan (3) Tidak Sulit.

Y1.4 Pemanfaatan pangan adalah frekuensi konsumsi bahan makanan (lauk-

pauk) sehari-hari yang mengandung protein hewani dan nabati dalam

rumahtangga petani dalam seminggu. Pemanfaatan pangan diukur

menggunakan skala ordinal menggunakan 3 kategori yaitu: (1) Rendah (<

3 kali dalam seminggu), (2) Sedang (3-5 kali dalam seminggu), dan (3)

Tinggi (6-7 kali dalam seminggu).

22

Tabel 1. Tabel Kebutuhan Informasi Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadapKetahanan Pangan Rumahtangga Petani

No. NamaNo. Pertanyaan

/Hal

Skala Pengukuran

Skala Kriteria

X1 Akses Petani terhadap Sumberdaya Manusia

X1.1 Luas Lahan yang Dikuasai 1-3 ordinalSempit, sedang,luas

X1.2Tingkat Pendidikan Formal KepalaRumahtangga

Identitasresponden

ordinalRendah, sedang,tinggi

X1.3Tingkat Pendidikan Non-Formal KepalaRumatangga

10-11 ordinalRendah, sedang,tinggi

X1.4 Tingkat Pendapatan 6-7 ordinalRendah, sedang,tinggi

X1.5 Jumlah Produksi Padi Permusim Tanam 4-5 ordinalRendah, sedang,tinggi

X1.6 Jumlah Anggota RumahtanggaIdentitasresponden

ordinalsedikit, sedang,banyak

X1.7 Tingkat Partisipasi Sosial 8 ordinalRendah, sedang,tinggi

X1.8 Tingkat Pengalaman Berusahatani 9 ordinalRendah, sedang,tinggi

X2 Peran Kelompok Tani

X2.1Tingkat Dukungan terhadap ProduksiPertanian

12-17 ordinalRendah, sedang,tinggi

X2.2Tingkat Dukungan terhadap DistribusiPangan

18-19 ordinalRendah, sedang,tinggi

X2.3Intensitas Penyelenggaraan Kegiatanuntuk Sarana Pembelajaran Petani

20-21 ordinalRendah, sedang,tinggi

Y1 Ketahanan Pangan Rumahtangga

Y1.1 Ketersediaan Pangan 22-24 ordinalRendah, sedang,tinggi

Y1.2 Tingkat Stabilitas Pangan 25-26 ordinalRendah, sedang,tinggi

Y1.3 Akses Pangan 27-28 ordinalRendah, sedang,tinggi

Y1.4 Pemanfaatan Pangan 29-32 ordinalRendah, sedang,tinggi

BAB IIIPENDEKATAN LAPANG

III.1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei, yakni penelitian

yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai

alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Efendy, 1989). Penelitian

ini adalah penelitian explanatory dengan menggunakan pendekatan kuantitatif

yang didukung oleh data kualitatif. Pendekatan kuantitatif dipilih oleh peneliti

karena pendekatan ini mencari informasi faktual secara mendetail yang sedang

menggejala dan mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan

justifikasi keadaan dan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan. Data kualitatif

digunakan untuk mendukung data kuantitatif.

III.2. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di daerah pedesaan, tepatnya di Desa Banjarsari

dan Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi

Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja karena kedua desa ini terdapat

kelompok tani yang memproduksi padi SRI dan merupakan salah satu daerah

pertama yang mengembangkan padi SRI di Indonesia. Selain itu, salah satu desa

tersebut terdapat sistem penyimpanan hasil produksi pangan, yakni Desa

Tanjungsari. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan, dimulai dari akhir bulan

Mei-Juni 2009.

24

III.3. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang diterapkan adalah teknik wawancara dan

menggunakan alat kuesioner. Kuesioner digunakan untuk memperoleh data

kuantitatif. Unit analisis data adalah rumahtangga petani pada kelompok tani padi

SRI Desa Banjarsari dan Desa Tanjungsari sebanyak 60 responden yang non-

proporsional terdiri dari 30 responden berasal dari kelompok tani Desa

Tanjungsari yang menerapkan metode SRI yang terdapat sistem penyimpanan

hasil produksi pertanian dan 30 responden dar Kelompok Tani Desa Banjarsari

yang menerapkan metode SRI tetapi tidak ada sistem penyimpanan hasil produksi

pertanian.

Pemilihan responden dilakukan dengan teknik stratified random

sampling yang dilakukan dengan strata kepengurusan kelompok tani. Wawancara

yang digunakan adalah wawancara terstruktur untuk memperoleh data kualitatif

yang akan digunakan untuk mendukung data kuantitatif.

III.4 Teknik Analisis Data

Data kuantitatif yang dikumpulkan diolah dengan SPSS 15 untuk

menguji hubungan antar variabel yang kemudian dianalisis dan diinterpretasikan

menggunakan analisis deskriptif dan Uji Korelasi Rank Spearman. Analisis

dekriptif digunakan untuk mengungkapkan keadaan atau karakteristik data sampel

untuk masing-masing variabel penelitian secara tunggal (Wahyuni dan Muljono,

2007). Uji Korelasi Ranks Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan

antar data variabel dengan data minimal ordinal. Data kualitatif digunakan untuk

menggali lebih dalam mengenai data yang telah diperoleh secara kuantitatif.

BAB IVGAMBARAN UMUM LOKASI

4.1 Gambaran Umum Wilayah Desa Banjarsari dan Desa Tanjungsari

Desa Banjarsari termasuk dalam wilayah Kecamatan Sukaresik,

Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Wilayah Desa Banjarsari

berbatasan dengan desa-desa yang ada disekitarnya, yaitu:

Sebelah utara : Desa Sukapancar

Sebelah selatan : Desa Sukaratu

Sebelah timur : Desa Tanjungsari

Sebelah barat : Desa Cipacing

Luas wilayah Desa Banjarsari secara keseluruhan adalah 36.855 ha.

Sebagian besar wilayah digunakan untuk pemukiman dan pertanian. untuk

pertanian sendiri berupa sawah irigasi dan sawah tadah hujan. Selain padi sawah,

komoditas lain berupa jagung, ubi kayu, ubi jalar, cabe, tomat, mentimun, dan

buncis.

Desa Tanjungsari termasuk dalam wilayah Kecamatan Sukaresik,

Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Wilayah Desa Tajungsari

berbatasan dengan sungai dan desa-desa yang ada disekitarnya, yaitu:

Sebelah utara : Desa Tanjungkerta, Kec. Pageurageung

Sebelah selatan : Sungai Cikidang

Sebelah timur : Sungai Citanduy

Sebelah barat : Desa Sukamaju, Kec. Pageurageung

Luas wilayah Desa Tanjungsari secara keseluruhan adalah 193.442 ha.

Sebagian besar wilayah digunakan untuk pemukiman dan pertanian. untuk

26

pertanian sendiri berupa sawah irigasi dan sawah tadah hujan. Selain sawah,

komoditas lain berupa jagung, kacang tanah, ubi kayu, dan mentimun.

4.2 Karakteristik Penduduk Wilayah Desa Banjarsari dan Desa Tanjungsari

Berdasarkan data potensi Desa Banjarsari tahun 2009, jumlah penduduk

seluruhnya adalah 3.589 jiwa dengan 965 kepala keluarga (KK). Berdasarkan

pembagian jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki 1812 jiwa dan perempuan

1777 jiwa. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh penduduk Desa Banjarsari

beragam, penduduk yang belum sekolah sebanyak 6 persen, tidak tamat SD 0,5

persen, tamat SD 74,5 persen, tamat SLTP 11 persen, tamat SLTA 7 persen, tamat

Diploma I dan II 0,4 persen, sarjana sebanyak 0,6 persen untuk S1 0,5 persen dan

S2 0,1 persen. Secara umum, mata pencaharian penduduk Desa Banjarsari

meliputi petani 620 jiwa, buruh tani 319 jiwa, Pegawai Negeri Sipil 25 jiwa,

pedagang keliling 11 jiwa peternak 11 jiwa, montir 3 jiwa Pembantu Rumah

Tangga 13 jiwa dukun kampung terlatih 2 jiwa, dan seniman 1 jiwa.

Berdasarkan data potensi Desa Tanjungsari tahun 2009, jumlah penduduk

seluruhnya adalah 4.367 jiwa dengan 1.242 kepala keluarga (KK). Berdasarkan

pembagian jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki 2.186 jiwa dan perempuan

sebesar 2.181 jiwa. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh penduduk Desa

Tanjungsari beragam, penduduk yang belum sekolah sebanyak 9 persen, tidak

tamat SD 4 persen, tamat SD 64 persen, tamat SLTP 13 persen, tamat SLTA 6

persen, tamat Diploma I, II dan III 3 persen, sarjana sebanyak 1 persen dan

seluruhnya adalah S1.

27

4.3 Profil Responden

Responden penelitian ini berjumlah 60 responden dengan 30 responden

berasal dari Desa Banjarsari dan 30 responden berasal dari Desa Tanjungsari.

Profil responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Jumlah Responden Menurut Karakteristik Sumberdaya Rumahtangga Petani di DesaBanjarsari dan Desa Tanjungsari Tahun 2009

Karakteristik Sumberdaya Manusia RumahtanggaPetani

Jumlah (n=60 dalam orang)Desa Banjarsari (%) Desa Tanjungsari (%)

1. Usia(a) Kurang dari 25 tahun(b) Antara 25 tahun sampai 45 tahun(c) 45 tahun keatas

036,663,4

033,366,7

2. Jenis kelamin(a) Laki-laki(b) Perempuan

3070

6,693,4

3. Tingkat pendidikan(a) Sekolah Dasar (SD)(b) SLTP dan SLTA (SL)(c) Perguruan Tinggi (PT)

90100

10000

4. Jenis pekerjaan(a) Petani(b) Buruhtani(c) Pedagang(d) Lainnya

24312

29011

Keterangan : masing-masing desa terdiri dari 30 responden dengan total 60 responden.

4.4 Profil Kelompok Tani Mukti Tani 3 dan Kelompok Tani Sukarakatiga 3

4.4.1 Profil Kelompok Tani Mukti tani 3

Kelompok tani yang berada di Dusun Muhara, Desa Banjarsari ini

bernama Kelompok Tani “Mukti Tani 3”. Kelompok tani “Mukti Tani 3” ini

didirikan pada tahun 2007. Saat ini Kelompok Tani “Mukti Tani 3” terdiri dari

189 anggota yang 60 diantaranya menggunakan metode SRI dalam usahataninya.

Kelompok tani “Mukti Tani 3” memiliki tujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan, kesehatan, dan daya beli anggota kelompok.

Kegiatan yang dilakukan di kelompok tani ini meliputi pelatihan metode

SRI, pembibitan, pembuatan pupuk organik dan pertemuan rutin baik dengan

28

penyuluh pertanian maupun sesama anggota. Kelompok tani “Mukti Tani 3”

belum memiliki program kerja yang jelas sehingga kegiatan-kegiatan yang

dilakukan untuk saat ini hanya berasal dari anjuran dinas pertanian, khususnya

yang berhubungan dengan SRI. Pembentukan kelompok tani ini berawal dari

sosialisasi metode SRI di Desa Banjarsari yang kemudian dibentuklah kelompok

tani. Kelompok tani ini cukup baik dalam meningkatkan kemampuan anggotanya

dalam hal teknik berusahatani khususnya dengan metode SRI.

4.4.2 Profil Kelompok Tani Sukarakatiga 3

Kelompok tani yang berada di Desa Tanjungsari ini bernama Kelompok

tani “Sukarakatiga 3”. Kelompok tani ini didirikan pada tahun 1992. Kelompok

tani “Sukarakatiga 3” ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

anggotanya. Saat ini anggota kelompok tani “Sukarakatiga 3” berjumlah 35 orang

yang tersebar di RT 01 dan RT 02 Dusun Hegarsari, Desa Tanjungsari. Seluruh

anggota kelompok tani ini menerapkan metode SRI dalam budidaya padinya.

Kegiatan yang dilakukan di kelompok tani ini meliputi penanaman

serentak, pembagian benih, pembuatan pupuk, dan kegiatan pelatihan. Kewajiban

anggota kelompok “Sukarakatiga 3” meliputi mengelola sawah masing-masing

sehingga produksi dapat meningkat, melakukan penanaman serempak, serta

membayar iuran yang tidak ditentukan besarnya. Kelompok tani “Sukarakatiga 3”

dalam perjalanannya berusaha menyediakan kebutuhan anggotanya. Kebutuhan

yang disediakan meliputi : benih, pupuk organik, traktor, sprayer, dan pemotong

rumput. Selain itu, dilakukan pelatihan-pelatihan budidaya padi khususnya

metode SRI dan diadakannya sistem penyimpanan hasil produksi pertanian.

Sistem penyimpanan hasil produksi pangan di kelompok tani “Sukarakatiga 3”

29

dilakukan di tingkat RT yang terdiri dari 25 orang yang ikut serta di dalamnya.

Masing-masing orang menyumbangkan 1 kg beras untuk sistem tersebut. Namun,

pengumpulan beras ini hanya dilakukan satu kali ketika awal diadakannya saja.

Sampai saat ini jumlah beras yang ada belum meningkat hal ini disebabkan

kurangnya modal yang dimiliki oleh kelompok tani. Sistem tersebut juga belum

memberikan hasil yang maksimal walaupun cukup membantu anggota yang

sedang mengalami kesulitan.

BAB VANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP

KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI

5.1 Ketahanan Pangan Rumahtangga Petani

5.1.1 Tingkat Ketersediaan Pangan Rumahtangga Petani

Ketersediaan pangan rumahtangga petani di Desa Banjarsari dan Desa

Tanjungsari sebagian besar berada pada kategori memenuhi dengan persentase

73,3 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan pangan rumahtangga

petani di kedua desa tersebut cukup terpenuhi. Jumlah rumahtangga petani di

Desa Tanjungsari yang terpenuhi kebutuhan pangannya lebih banyak

dibandingkan dengan jumlah rumahtangga petani di Desa Banjarsari. Walaupun

rumahtangga petani di Desa Tanjungsari lebih banyak yang terpenuhi, namun

terdapat satu rumahtangga petani yang belum terpenuhi kebutuhan pangannya.

Hal ini disebabkan pada rumahtangga ini jumlah anggota rumahtangganya cukup

banyak sehingga pangan yang tersedia tidak memenuhi kebutuhan rumahtangga.

Tabel 3 juga mengungkapkan persentase rata-rata sebesar 25 persen

rumahtangga petani di Desa Banjarsari dan Desa Tanjungsari yang kurang bisa

memenuhi ketersediaan pangan rumahtangganya. Hal ini disebabkan pendapatan

yang masih kurang dan jumlah anggota keluarga yang lebih banyak sehingga

pangan kurang bisa memenuhi kebutuhan rumahtangga mereka. Penjelasan lebih

rinci dapat dilihat di Tabel 3

31

Tabel 3. Sebaran Petani Menurut Tingkat Ketersediaan Pangan Rumahtangga Petani di DesaBanjarsari dan Desa Tanjungsari, 2009

Tingkat KetersediaanPangan Rumahtangga

Petani

Desa Banjarsari Desa TanjungsariTotal(%)

RumahtanggaPersentase

(%)Rumahtangga

Persentase(%)

Memenuhi 20 66,7 24 80,0 73,3Kurang Memenuhi 10 33,3 5 16,7 25,0Tidak Memenuhi 0 0,0 1 3,3 1,7

Total 30 100,0 30 100,0 100,0

5.1.2 Tingkat Stabilitas Pangan Rumahtangga Petani

Tingkat kestabilan pangan rumahtangga petani dilihat dari tingkat

kesulitan pangan rumahtangga pada musim paceklik, musim kemarau dan sesaat

sebelum musim panen serta kemampuan menabung pada musim panen. Masing-

masing dapat dilihat secara rinci pada Tabel 4, Tabel 5, Tabel 6 dan Tabel 7.

Sebagian besar atau sekitar 43,4 persen rumahtangga petani di Desa

Banjarsari tidak pernah mengalami kesulitan pangan di musim paceklik, begitu

pula dengan Desa Tanjungsari yang mencapai 40 persen. Namun demikian, Desa

Banjarsari terdapat 23,3 persen rumahtangga petani yang sering mengalami

kesulitan pangan di musim paceklik, lebih banyak daripada rumahtangga petani di

Desa Tanjungsari yang hanya mencapai 10 persen. Rumahtangga petani yang

sering mengalami kesulitan pangan rata-rata menggantungkan kebutuhan

pangannya pada produksi pangannya sendiri, khususnya padi. Hal yang

menyebabkan rumahtangga petani di Desa Tanjungsari lebih sedikit mengalami

kesulitan pangan di musim paceklik disebabkan oleh rumahtangga petani di desa

Tanjungsari mempunyai sistem penyimpanan hasil produksi padi di kelompok

taninya sehingga tidak sering mengalami kesulitan pangan. Walaupun begitu

masih adanya rumahtangga petani di Desa Tanjungsari yang mengalami kesulitan

pangan di musim paceklik mengindikasikan bahwa sistem penyimpanan hasil

32

produksi padi tersebut belum berjalan dengan baik. Penjelasan lebih rinci dapat

dilihat di Tabel 4.

Tabel 4. Sebaran Petani Menurut Tingkat Kesulitan Pangan Rumahtangga Petani pada MusimPaceklik di Desa Banjarsari dan Desa Tanjungsari, 2009

Tingkat KesulitanPangan Rumahtangga

Petani di MusimPaceklik

Desa Banjarsari Desa TanjungsariTotal(%)

RumahtanggaPersentase

(%)Rumahtangga

Persentase(%)

Sering 7 23,4 3 10,0 16,6

Jarang 10 33,3 15 50,0 41,7

Tidak Pernah 13 43,3 12 40,0 41,7

Total 30 100,0 30 100,0 100,0

Sebagian besar rumahtangga petani, baik di Desa Banjarsari yang

mencapai 70 persen maupun di Desa Tanjungsari yang mencapai 53,3 persen

tidak pernah menabung pada musim panen. Meskipun rumahtangga petani di Desa

Banjarsari lebih banyak yang tidak pernah menabung, tetapi rumahtangga petani

di desa ini juga lebih banyak yang sering menabung yaitu mencapai 10 persen.

Rumahtangga petani yang jarang menabung di Desa Tanjungsari lebih banyak

yakni sekitar 40 persen dari pada Desa Banjarsari yang mencapai 20 persen.

Mereka yang bisa menabung adalah rumahtangga yang tidak hanya

menggantungkan pemenuhan kebutuhan pangannya dari produksi sendiri saja,

teteapi juga mendapat pendapatan dari usaha lain seperti membuka warung dan

menjual hasil kebun dan ternaknya. Sedangkan mereka yang tidak dapat

menabung adalah mereka yang hasil produksinya hanya cukup untuk memenuhi

kebutuhannya rumahtangganya sendiri saja. Penjelasan lebih rinci dapat dilihat

pada Tabel 5.

33

Tabel 5. Sebaran Petani Menurut Kemampuan Menabung Rumahtangga Petani pada MusimPanen di Desa Banjarsari dan Desa Tanjungsari, 2009

KemampuanMenabung

Rumahtangga Petanidi Musim Panen

Desa Banjarsari Desa TanjungsariTotal(%)

RumahtanggaPersentase

(%)Rumahtangga

Persentase(%)

Sering 3 10,0 2 6,7 8,4

Jarang 6 20,0 12 40,0 30,0

Tidak Pernah 21 70,0 16 53,3 61,6

Total 30 100,0 30 100,0 100,0

Sebanyak 43 persen rumahtangga petani Desa Banjarsari yang sering

mengalami kesulitan pangan di musim kemarau, berbanding jauh dengan

rumahtangga petani Desa Tanjungsari yang hanya mencapai 6,7 persen. Hal ini

disebabkan posisi Desa Banjarsari yang lebih dekat dengan sumber pengairan

dibandingkan dengan Desa Tanjungsari. 23,3 persen rumahtangga petani di Desa

Banjarsari cukup mengalami kesulitan pangan di musim kemarau, lebih sedikit

daripada di Desa Tanjungsari yang mencapai 63,3 persen. Hal ini disebabkan oleh

ketergantungan terhadap pengairan yang cukup besar tapi kurang baik dalam hal

pengelolaannya oleh rumahtangga petani di Desa Banjarsari dan Desa

Tanjungsari. Namun demikian, terdapat 33,3 persen rumahtangga petani di Desa

Banjarsari dan 30 persen rumahtangga petani di Desa Tanjungsari yang tidak

mengalami kesulitan pangan. Rumahtangga petani yang tidak mengalami

kesulitan pangan ini adalah rumahtangga petani yang memiliki akses terhadap

sumber pengairan yang lebih mudah karena jarak yang lebih dekat dengan sumber

pengairan tersebut. Penjelasan lebih rinci dapat dilihat di Tabel 6.

34

Tabel 6. Sebaran Petani Menurut Tingkat Kesulitan Pangan Rumahtangga Petani pada MusimKemarau di Desa Banjarsari dan Desa Tanjungsari, 2009

Tingkat KesulitanPangan Rumahtangga

Petani di MusimKemarau

Desa Banjarsari Desa TanjungsariTotal(%)

RumahtanggaPersentase

(%)Rumahtangga

Persentase(%)

Sulit 13 43,3 2 6,7 25,0

Sedang 7 23,3 19 63,3 43,3

Tidak sulit 10 33,3 9 30,0 31,7

Total 30 100,0 30 100,0 100,0

Seperti halnya dengan saat musim kemarau, pada waktu sesaat sebelum

musim panen di Desa Banjarsari, lebih banyak mengalami kesulitan pangan

dibanding Desa Tanjungsari yakni 16,7 persen untuk Desa Banjarsari dan 3,3

persen untuk Desa Tanjungsari. namun demikian, sebanyak 63,3 persen

rumahtangga petani di Desa Banjarsari dan 23,3 persen petani di Desa

Tanjungsari jarang mengalami kesulitan pangan pada waktu sesaat sebelum

panen. Rumahtangga yang sering mengalami kesulitan pangan adalah

rumahtangga petani yang tidak dapat menabung dan kebutuhan pangan

rumahtangganya tidak dapat tertutupi dari hasil produksinya sendiri. Dalam Tabel

7 juga diperlihatkan bahwa pangan lebih mudah diperoleh oleh rumahtangga

petani di Desa Tanjungsari daripada di Desa Banjarsari yakni 43 persen untuk

Desa Tanjungsari dan 20 persen untuk Desa Banjarsari. Hal ini disebabkan adanya

sistem penyimpanan hasil produksi yang dijalankan kelompok tani di Desa

Tanjungsari sehingga cukup membantu pada saat sebelum panen tersebut.

Tabel 7. Sebaran Petani Menurut Kesulitan Pangan Rumahtangga Petani Sesaat sebelum MusimPanen di Desa Banjarsari dan Desa Tanjungsari, 2009

Kesulitan PanganRumahtangga Petani

Sesaat sebelumMusim Panen

Desa Banjarsari Desa TanjungsariTotal(%)

RumahtanggaPersentase

(%)Rumahtangga

Persentase(%)

Sulit 5 16,7 1 3,3 10,0

Sedang 19 63,3 16 53,3 58,4

Tidak sulit 6 20,0 13 43,3 31,6

Total 30 100,0 30 100,0 100,0

35

5.1.3 Akses Pangan

Pangan yang diperoleh rumahtangga petani di Desa Banjarsari dan Desa

Tanjungsari sebagian besar berasal dari hasil produksi sendiri, khususnya beras.

Hal ini disebabkan sebagian besar petani di kedua desa tersebut adalah petani padi

sawah, khususnya padi SRI. Selain padi, rumahtangga petani juga menanam sayur

serta memelihara ternak seperti sapi, kambing, ayam dan bebek. Namun demikian,

terdapat beberapa rumahtangga yang memenuhi kebutuhan pangan

rumahtangganya dengan membeli di pasar.

Tabel 8 menjelaskan bahwa Desa Banjarsari memiliki presentase jumlah

rumahtangga yang membeli kebutuhan pangan rumahtangga lebih besar dibanding

di Desa Tanjungsari. Hal ini disebabkan oleh jumlah rumahtangga petani di Desa

Banjarsari yang memenuhi kebutuhannya sendiri lebih sedikit dibandingkan di

Desa Tanjungsari sehingga banyak yang membeli dari pasar sekaligus untuk

dijual kembali di warung yang dipergunakan untuk pekerjaan sampingan selain

bertani. Motif yang sama dilakukan oleh beberapa rumahtangga petani di Desa

Tanjungsari. Selain itu, jarak dari Desa Banjarsari menuju pasar lebih dekat

(berkisar 2 km) daripada dari Desa Tanjungsari (5 km) sehingga menyebabkan

rumahtangga Tanjungsari memenuhi kebutuhan pangannya dari hasil produksi

sendiri.

Tabel 8. Sebaran Petani Menurut Asal Pangan Rumahtangga Petani di Desa Banjarsari dan DesaTanjungsari, 2009

Asal PanganRumahtangga Petani

Desa Banjarsari Desa TanjungsariTotal(%)

RumahtanggaPersentase

(%)Rumahtangga

Persentase(%)

Hasil Produksi sendiri 19 63,3 27 90,0 76,7

Membeli dari pasar 9 30,0 2 6,7 18,3

lainnya 2 6,7 1 3,3 5,0

Total 30 100,0 30 100,0 100,0

36

5.1.4 Pemanfaatan Pangan

Pemanfaatan pangan rumahtangga petani dilihat dari Frekuensi makan

daging sapi atau ayam, frekuensi minum susu, frekuensi makan telur dan

frekuensi, makan sayur. Masing –masing dapat dilihat secara rinci pada Tabel 9,

Tabel 10, Tabel 11 dan Tabel 12.

Tabel 9 menunjukkan frekuensi makan daging sapi atau ayam

rumahtangga petani di Desa Banjarsari rendah, hal ini dibuktikan dari

presentasenya yang mencapai 93,4 persen dibandingkan Desa Tanjungsari yang

hanya mencapai 60 persen. Demikian halnya pada taraf sedang dan sering makan

daging sapi atau ayam juga Desa Banjarsari lebih rendah presentasenya dari desa

Tanjungsari walau secara umum kedua desa tersebut memang masih sama-sama

cukup rendah karena lebih dari setengah dari jumlah rumahtangganya masih

kurang mengkonsumsi daging sapi atau ayam. Rendahnya taraf konsumsi daging

sapi atau ayam ini dikarenakan harga daging sapi atau ayam cukup tinggi

sehingga rumahtangga lebih memilih untuk mengkonsumsi pangan yang harganya

lebih murah. Selain itu kurangnya kesadaran pentingnya konsumsi daging sapi

atau ayam di kedua desa tersebut.

Tabel 9. Sebaran Petani Menurut Frekuensi Makan Daging Sapi/Ayam di Desa Banjarsari danDesa Tanjungsari, 2009

Frekuensi makandaging sapi atau ayam

(per minggu)

Desa Banjarsari Desa TanjungsariTotal(%)

RumahtanggaPersentase

(%)Rumahtangga

Persentase(%)

Rendah 28 93,4 18 60,0 76,7

Sedang 1 3,3 7 23,3 13,3

Tinggi 1 3,3 5 16,7 10,0

Total 30 100,0 30 100,0 100,0

Selaras dengan Tabel 9, Tabel 10 juga memperlihatkan bahwa di Desa

Banjarsari terdapat 86,7 persen rumahtangga petani yang frekuensi minum

37

susunya masih rendah dibandingkan rumahtangga petani di Desa Tanjungsari

yang hanya 56,7 persen. Hal ini disebabkan di rumahtangga Desa Tanjungsari

cukup didominasi oleh anak-anak sehingga frekuensi konsumsi susu pun lebih

tinggi. Selain itu kesadaran akan pentingnya konsumsi susu khususnya untuk

anak lebih tinggi di Desa Tanjungsari dibandingkan Desa Banjarsari. Namun

demikian secara umum, konsumsi susu masih tergolong rendah karena kurangnya

kurangnya kesadaran akan pentingnya susu dan kekurangmampuan membeli susu

karena harganya yang relatif tinggi juga.

Tabel 10. Sebaran Petani Menurut Frekuensi Minum Susu di Desa Banjarsari dan DesaTanjungsari, 2009

Frekuensi minumsusu (per minggu)

Desa Banjarsari Desa TanjungsariTotal(%)

RumahtanggaPersentase

(%)Rumahtangga

Persentase(%)

Rendah 26 86,7 17 56,7 71,7

Sedang 1 3,3 5 16,7 10,0

Tinggi 3 10,0 8 26,7 18,3

Total 30 100,0 30 100,0 100,0

Berbeda dengan yang ditunjukkan oleh Tabel 9 dan Tabel 10, pada Tabel

11 ditunjukkan presentase frekuensi makan telur di Desa Banjarsari lebih tinggi

yaitu 56,7 persen dibanding Desa Tanjungsari yang hanya 46,7 persen. Hal ini

disebabkan di Desa Banjarsari lebih banyak rumahtangga petani yang beternak

ayam dibanding di Desa Tanjungsari sehingga frekuensi makan telurnya lebih

banyak karena berasal dari hasil produksi sendiri serta lebih mudah

mendapatkannya.

38

Tabel 11. Sebaran Petani Menurut Frekuensi makan telur di Desa Banjarsari dan DesaTanjungsari, 2009

Frekuensi makan telur(per minggu)

Desa Banjarsari Desa TanjungsariTotal(%)

RumahtanggaPersentase

(%)Rumahtangga

Persentase(%)

Rendah 4 13,3 5 16,7 15Sedang 9 30,0 11 36,6 33,3

Tinggi 17 56,7 14 46,7 51,7

Total 30 100,0 30 100,0 100,0

Tabel 12 memperlihatkan frekuensi makan sayur di Desa Banjarsari dan

Desa Tanjungsari masih cukup tinggi yakni 63,3 persen dan 66,7 persen. Di kedua

desa tersebut masih menganggap makan perlu dengan sayur. Namun demikian di

Desa Banjarsari masih terdapat 20 persen rumahtangga yang frekuensi makan

sayurnya rendah. Hal ini disebabkan di Desa Banjarsari rumahtangga petani yang

memiliki kebun sendiri atau mengelola kebun orang lain lebih sedikit dibanding di

Desa Tanjungsari.

Tabel 12. Sebaran Petani Menurut Frekuensi makan sayur di Desa Banjarsari dan DesaTanjungsari, 2009

Frekuensi makansayur (per minggu)

Desa Banjarsari Desa TanjungsariTotal(%)Rumahtangga

Persentase(%)

RumahtanggaPersentase

(%)Rendah 6 20,0 2 6,6 13,3Sedang 5 16,7 8 26,7 21,7Tinggi 19 63,3 20 66,7 65,0Total 30 100,0 30 100,0 100,0

5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Rumahtangga Petani

5.2.1 Hubungan antara Karakteristik Sumberdaya Rumahtangga Petanidengan Ketahanan Pangan Rumahtangga Petani

Tabel 13 mengungkapkan hubungan nyata antara tingkat pendapatan

dengan pemanfaatan pangan dan hubungan nyata negatif antara jumlah anggota

rumahtangga dengan tingkat stabilitas pangan di Desa Banjarsari. Hal ini

disebabkan semakin besar pendapatan maka semakin banyak juga pangan yang

bisa dimanfaatkan. Begitupula dengan semakin sedikit anggota rumahtangga

39

maka stabilitas pangan akan semakin kuat juga karena sedikit anggota

rumahtangga yang mengonsumsi pangan sehingga ketahanan pangan pun menjadi

stabil. Dalam Tabel 13 juga mengungkapkan hubungan negatif antara luas lahan

yang dikuasai dengan akses pangan, tingkat pendapatan dengan stabilitas pangan

dan akses pangan, jumlah produksi permusim tanam dengan tingkat stabilitas

pangan, dan akses pangan, jumlah, serta jumlah anggota rumahtangga dengan

akses pangan.

Luas lahan lebih luas membuat akses pangan menjadi lebih sulit, hal ini

disebabkan kecenderungan untuk menyewakan atau memproduksi tapi tidak untuk

konsumsi sendiri. Tingkat pendapatan tinggi menyebabkan stabilitas pangan

rendah karena dengan pendapatan yang lebih tinggi lebih berarti hasil pangan

produksi sendiri itu mesti dijual dan pangan yang tersedia untuk konsumsi sendiri

berkurang. Tingkat pendapatan lebih tinggi membuat akses pangan menjadi sulit,

hal ini disebabkan pangan hasil produksi cenderung untuk dijual dan menjadi sulit

diperoleh. Jumlah produksi permusim tanam lebih tinggi membuat tingkat

stabilitas pangan menjadi rendah karena lebih cenderung menjualnya sehingga

tidak mempersiapkan kestabilan ketersediaan pangan. Jumlah produksi permusim

tanam semakin banyak membuat akses pangan menjadi sulit karena hasil produksi

dijual sehingga membuat sulit memperoleh pangan. Semakin banyak jumlah

anggota rumahtangga, semakin sulit akses pangan karena makin banyak yang

membutuhkan pangan.

40

Tabel 13. Koefisien korelasi Rank Spearman antara Karakteristik Sumberdaya Rumahtanggadengan Ketahanan Pangan Rumahtangga Petani di Desa Banjarsari, 2009

Karakteristik sumberdayarumahtangga

Ketahanan pangan rumahtangga petaniKetersediaan

panganTingkat stabilitas

panganAksespangan

Pemanfaatanpangan

Luas lahan yang dikuasai -,049 -,157 -,326 ,074

Tingkat pendidikan formalkepala rumahtangga

,236 -,197 ,089 -,089

Tingkat pendidikan non-formal kepala rumahtangga

-,131 ,188 -,192 ,050

Tingkat pendapatan ,189 -,270 -,338 1,000(**)

Jumlah Produksi permusimtanam

,177 -,337 -,326 ,134

Jumlah anggotarumahtangga

,237 -,465(**) -,302 ,045

Tingkat partisipasi sosial ,094 ,101 -,123 ,071

Tingkat pengalamanberusahatani

-,056 ,159 -,118 ,147

Keterangan : * berhubungan pada taraf nyata 0,05** berhubungan pada taraf nyata 0,01

Tabel 14 mengungkapkan hubungan nyata antara tingkat pendapatan

dengan pemanfaatan pangan, tingkat partisipasi sosial dengan tingkat stabilitas

pangan, dan hubungan nyata negatif antara tingkat partisipasi sosial dengan

pemanfaatan pangan. Tingkat pendapatan yang tinggi membuat pangan yang ada

lebih bisa dimanfaatkan karena adanya modal untuk melakukannya. Tingkat

partisipasi sosial yang tinggi membuat stabilitas pangan lebih tinggi karena

pengetahuan untuk menjaga stabilitas pangan lebih tinggi pula. Namun, tingkat

partisipasi sosial yang tinggi membuat pemanfaatan pangan tidak maksimal

karena pangan yang diperoleh dalam pelatihan tersebut lebih banyak metode

tentang berusahatani, bukan bagaimana memanfaatkan hasil usahatani tersebut.

41

Tabel 14. Koefisien korelasi Rank Spearman antara Karakteristik Sumberdaya Rumahtanggadengan Ketahanan Pangan Rumahtangga Petani di Desa Tanjungsari, 2009

Karakteristik sumberdayarumahtangga

Ketahanan pangan rumahtangga petaniKetersediaan

panganTingkat stabilitas

panganAksespangan

Pemanfaatanpangan

Luas lahan yang dikuasai ,321 -,095 ,191 ,137

Tingkat pendidikan formalkepala rumahtangga

,083 ,034 ,034 -,050

Tingkat pendidikan non-formal kepala rumahtangga

-,030 -,087 ,287 -,144

Tingkat pendapatan -,239 ,050 ,050 ,464(**)

Jumlah Produksi permusimtanam

,270 -,112 ,168 ,161

Jumlah anggotarumahtangga

,083 ,034 ,034 -,050

Tingkat partisipasi sosial -,047 ,571(**) -,020 -,397(*)

Tingkat pengalamanberusahatani

,089 -,186 -,186 ,000

Keterangan : * berhubungan pada taraf nyata 0,05** berhubungan pada taraf nyata 0,01

5.2.2 Hubungan antara Peran Kelompok Tani dengan Ketahanan PanganRumahtangga Petani

Tabel 15 memperlihatkan tidak adanya hubungan yang nyata antara peran

kelompok tani dengan ketahanan pangan di Desa Banjarsari. Namun demikian,

terdapat hubungan negatif antara tingkat dukungan terhadap produksi pangan

terhadap produksi pangan dengan akses pangan, tingkat dukungan terhadap

distribusi pangan dengan akses pangan, Frekuensi penyelenggaraan kegiatan

untuk sarana pembelajaran dengan tingkat stabilitas pangan.

Tingkat dukungan terhadap produksi pangan yang tinggi membuat akses

pangan menjadi sulit, hal ini disebabkan hasil panen yang besar dijual seluruhnya

sehingga sulit untuk mendapatkan pangan. Tingkat dukungan terhadap distribusi

pangan yang tinggi membuat akses pangan menjadi sulit, hal ini disebabkan oleh

panen yang yang ada dijual sehingga sulit mendapatkan pangan. Frekuensi

penyelenggaraan kegiatan untuk sarana pembelajaran yang semakin sering

membuat tingkat stabilitas pangan semakin rendah, hal ini disebabkan pelatihan-

pelatihan yang dilakukan lebih banyak membahas tentang teknik-teknik

42

berusahatani yang bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi dan tidak

membahas tentang pasca-produksi.

Tabel 15. Koefisien korelasi Rank Spearman antara Peran Kelompok Tani dengan KetahananPangan Rumahtangga Petani di Desa Banjarsari, 2009

Aspek Peran Kelompok TaniKetahanan pangan rumahtangga petani

Ketersediaanpangan

Tingkat stabilitaspangan

Aksespangan

Pemanfaatanpangan

Tingkat dukungan terhadapproduksi pangan

,131 -,188 -,235 -,050

Tingkat dukungan terhadapdistribusi pangan

,000 -,073 -,327 -,116

Frekuensi penyelenggaraankegiatan untuk saranapembelajaran

,139 -,223 -,068 ,105

Keterangan : * berhubungan pada taraf nyata 0,05** berhubungan pada taraf nyata 0,01

Tabel 16 menunjukkan adanya hubungan nyata negatif antara tingkat

dukungan produksi pangan dengan tingkat ketersediaan pangan di Desa

Tanjungsari. Hal ini disebabkan semakin rendah dukungan terhadap produksi

pangan maka pangan akan tetap tersedia karena sistem penyimpanan hasil

produksi pangan akan membantu untuk menjaga ketersediaan pangan

rumahtangga petani. Sistem penyimpanan hasil produksi pangan adalah

penyimpanan hasil produksi yang telah ditentukan sebelumnya oleh tiap

rumahtangga petani yang berfungsi untuk menjaga ketersediaan pangan

rumahtangga petani anggota kelompok tani.

43

Tabel 16. Koefisien korelasi Rank Spearman antara Peran Kelompok Tani dengan KetahananPangan Rumahtangga Petani di Desa Tanjungsari, 2009

Aspek Peran Kelompok TaniKetahanan pangan rumahtangga petani

Ketersediaanpangan

Tingkat stabilitaspangan

Aksespangan

Pemanfaatanpangan

Tingkat dukungan terhadapproduksi pangan

-,415(*) ,034 ,034 -,050

Tingkat dukungan terhadapdistribusi pangan

-,088 ,073 ,073 -,105

Frekuensi penyelenggaraankegiatan untuk saranapembelajaran

-,083 -,034 -,034 ,050

Keterangan : * berhubungan pada taraf nyata 0,05** berhubungan pada taraf nyata 0,01

5.3 Peran Kelompok Tani dalam Ketahanan PanganRumah Tangga Petani

Kelompok tani “Mukti Tani 3” di Desa Banjarsari dan Kelompok Tani

“Surakatiga 3” di Desa Tanjungsari sama-sama berperan dalam penyediaan benih

untuk produksi padi. Namun demikian, Kelompok Tani “Mukti Tani 3” di Desa

Banjarsari lebih berperan daripada di Desa Tanjungsari. Hal ini dapat dilihat di

Tabel 17, dimana presentasenya mencapai 80 persen untuk Desa Banjarsari dan

43,3 persen untuk Desa Tanjungsari. Hal ini disebabkan oleh keuletan Kelompok

Tani “Mukti Tani 3”, khususnya kontak tani beserta jajarannya.

Tabel 17. Sebaran Petani Menurut Peran Kelompok dalam Penyediaan Benih di Desa Banjarsaridan Desa Tanjungsari, 2009

Peran Kelompokdalam penyediaan

Benih

Desa Banjarsari Desa TanjungsariTotal(%)

RumahtanggaPersentase

(%)Rumahtangga

Persentase(%)

Berperan 24 80,0 13 43,3 61,7

Kurang berperan 6 20,0 17 56,7 38,3

Tidak berperan 0 0,0 0 0,0 0,0

Total 30 100,0 30 100,0 100,0

Tabel 18 memperlihatkan Kelompok tani di Desa Banjarsari dan

Kelompok Tani di Desa Tanjungsari yang cukup berperan dalam pemberantas

hama. Hal ini dilakukan dengan memproduksi cairan pemberantas hama organik

yang mereka sebut cairan “mol”. Namun demikian ada bebrapa rumahrangga yang

44

menganggap kelompok tani tidak berperan karena mereka memproduksi sendiri

cairan “mol” tersebut dan tidak memperoleh dari kelompok tani.

Tabel 18. Sebaran Petani Peran Kelompok dalam Pemberantasan Hama di Desa Banjarsari danDesa Tanjungsari, 2009

Peran Kelompokdalam pemberantasan

hama

Desa Banjarsari Desa TanjungsariTotal(%)

RumahtanggaPersentase

(%)Rumahtangga

Persentase(%)

Berperan 15 50,0 19 63,4 56,2

Kurang berperan 13 43,3 10 33,3 38,3

Tidak berperan 2 6,7 1 3,3 4,5

Total 30 100,0 30 100,0 100,0

Pengadaan dan perawatan pengairan di Desa Tanjungsari jauh lebih

berperan yaitu 66,7 persen dibandingkan Desa Banjarsari yang hanya 13,3 persen.

Hal ini dikarenakan pengelola pengairan atau yang disebut dewan air di Desa

Tanjungsari lebih terkelola dengan baik dibanding Desa Tanjungsari. Selain itu,

keadaan Desa Tanjungsari yang lebih sulit dalam hal pengairan juga membuat

pengelolaan pengairan menjadi jauh lebih penting dibanding di Desa Banjarsari

yang cenderung pengairannya lebih mudah karena mengalir begitu saja.

Tabel 19. Sebaran Petani Menurut Peran Kelompok dalam Pengadaan dan Perawatan Pengairandi Desa Banjarsari dan Desa Tanjungsari, 2009

Peran Kelompokdalam pengadaan danperawatan pengairan

Desa Banjarsari Desa TanjungsariTotal(%)

RumahtanggaPersentase

(%)Rumahtangga

Persentase(%)

Berperan 4 13,3 20 66,7 40,0

Kurang berperan 0 0,0 3 10,0 5,0

Tidak berperan 26 86,7 7 23,3 55,0

Total 30 100,0 30 100,0 100,0

Pengadaan sprayer di Desa Banjarsari dan Desa Tanjungsari dilakukan

oleh kelompok taninya masing-masing. Hal ini disebabkan jarang sekali

rumahtangga yang memilikinya masing-masing. Namun begitu, terdapat yang

memiliki sendiri sehingga menganggap kelompok tani tidak berperan dalam

pengadaan sprayer. Lebih rinci dapat dilihat di Tabel 20.

45

Tabel 20. Sebaran Petani Menurut Peran Kelompok dalam Pengadaan Sprayer di Desa Banjarsaridan Desa Tanjungsari, 2009

Peran Kelompokdalam pengadaan

sprayer

Desa Banjarsari Desa TanjungsariTotal(%)

RumahtanggaPersentase

(%)Rumahtangga

Persentase(%)

Berperan 20 66,7 21 70,0 68,4

Kurang berperan 3 10,0 6 20,0 15,0

Tidak berperan 7 23,3 3 10,0 16,7

Total 30 100,0 30 100,0 100,0

Pemasaran hasil produksi pangan di Desa Banjarsari dan Desa Tanjungsari

dilakukan oleh rumahtangganya masing-masing, hal ini dapat dilihat pada Tabel

21 dimana presentase yang menyebut kelompok tani tidak berperan mencapai 80

persen dan 70 persen. Namun demikian terdapat masing-masing 16,7 persen di

Desa Banjarsari dan 16,7 persen di Desa Tanjungsari yang menyebutkan

kelompok tani berperan dalam memasarkan hasil produksi pangan. Hal ini

dikarenakan kedekatan dan saling membantu antara beberapa anggota kelompok

tani.

Tabel 21. Sebaran Petani Menurut Peran Kelompok dalam Memasarkan Hasil Produksi di DesaBanjarsari dan Desa Tanjungsari, 2009

Peran Kelompokdalam memasarkan

hasil produksi pangan

Desa Banjarsari Desa TanjungsariTotal(%)

RumahtanggaPersentase

(%)Rumahtangga

Persentase(%)

Berperan 5 16,7 5 16,7 16,7

Kurang berperan 1 3,3 4 13,3 8,3

Tidak berperan 24 80,0 21 70,0 75,0

Total 30 100,0 30 100,0 100,0

Selaras dengan yang diperlihatkan pada Tabel 21, pada Tabel 22 juga

diperlihatkan bahwa partisipasi anggota kelompok dalam memasarkan hasil

produksi pangan masih tidak berperan dengan persentase 80 persen di Desa

Banjarsari dan 70 persen di Desa Tanjungsari. Hal ini disebabkan karena anggota

kelompok lebih suka memasarkan hasil pertaniannya sendiri sehingga anggota

46

kelompok lain tidak terlibat. Selain itu tidak adanya kebijakan kelompok tani

dalam hal pemasaran hasil produksi anggotanya.

Tabel 22. Sebaran Petani Menurut Partisipasi Anggota Kelompok Memasarkan Hasil Produksi diDesa Banjarsari dan Desa Tanjungsari, 2009

Partisipasi AnggotaKelompok

Memasarkan HasilProduksi

Desa Banjarsari Desa TanjungsariTotal(%)

RumahtanggaPersentase

(%)Rumahtangga

Persentase(%)

Berperan 0 0,0 1 3,3 1,7

Kurang berperan 6 20,0 8 26,7 23,4

Tidak berperan 24 80,0 21 70,0 75,0

Total 30 100,0 30 100,0 100,0

Kelompok tani di Desa Banjarsari dan Desa Tanjungsari berperan dalam

mengadakan pelatihan, hal ini dilihat dari presentasenya di Tabel 23 yang

mencapai 86,7 persen dan 93,3 persen. Namun demikian, terdapat 13,3 persen dan

6,7 persen rumahtangga petani di Desa Banjarsari dan Desa Tanjungsari yang

menyebutnya kurang berperan. Hal ini dikarenakan kurang informasi yang mereka

dapat dan kurang aktifnya mereka dalam kelompok tani sehingga mereka jarang

mengikuti pelatihan.

Tabel 23. Sebaran Petani Menurut Peran Kelompok dalam Mengadakan Pelatihan di DesaBanjarsari dan Desa Tanjungsari, 2009

Peran Kelompokdalam Mengadakan

Pelatihan

Desa Banjarsari Desa TanjungsariTotal(%)

RumahtanggaPersentase

(%)Rumahtangga

Persentase(%)

Berperan 26 86,7 28 93,3 90,0

Kurang berperan 4 13,3 2 6,7 10,0

Tidak berperan 0 0,0 0 0,0 0,0

Total 30 100,0 30 100,0 100,0

Frekuensi pertemuan kelompok tani di Desa Banjarsari dan Desa

Tanjungsari rutin dilakukan, hal ini dilihat dari presentasenya di Tabel 24 yang

mencapai 80 persen untuk Desa Banjarsari dan 93,3 persen untuk Desa

Tanjungsari. Namun demikian, terdapat 20 persen dan 6,7 persen rumahtangga

petani di Desa Banjarsari dan Desa Tanjungsari yang menyebutnya tidak rutin.

47

Hal ini dikarenakan kurang informasi yang mereka dapat dan kurang aktifnya

mereka dalam kelompok tani.

Tabel 24. Sebaran Petani Menurut Frekuensi Pertemuan Rutin Kelompok Tani di Desa Banjarsaridan Desa Tanjungsari, 2009

Frekuensi PertemuanRutin

Desa Banjarsari Desa TanjungsariTotal(%)

RumahtanggaPersentase

(%)Rumahtangga

Persentase(%)

Rutin 24 80,0 28 93,3 86,7

Tidak Rutin 6 20,0 2 6,7 13,3

Tidak ada 0 0,0 0 0,0 0,0

Total 30 100,0 30 100,0 100

Kelompok Tani “Mukti tani 3” Desa Banjarsari berusaha untuk

meningkatkan kemampuan anggotanya dalam berusaha tani khususnya dengan

metode SRI untuk mencapai ketahanan pangan rumahtangga petani yang menjadi

anggotanya. Hal ini dilakukan dengan mengikuti pelatihan-pelatihan dan kegiatan

yang dilakukan untuk mendukung program tersebut seperti penyediaan pestisida

dan pupuk organik (cairan mol), penyediaan bibit dan pengadaan sprayer. Dalam

hal ini, pengurus kelompok tani lebih berperan dibandingkan dengan anggotanya.

Alangkah lebih baik anggota kelompok tani ini bisa lebih berperan dalam

pelatihan-pelatihan & kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani

tersebut. Selain itu, penyuluh diharapkan dapat membina kelompok tani “mukti

tani 3” ini agar dapat meningkatkan kemampuan organisasinya sehingga lebih

terorganisir dalam melakukan kegiatan-kegiatannya. Selain itu, perlu

dikembangkannya sistem penyimpanan hasil produksi pangan sehingga

memudahkan rumahtangga menjaga ketersediaan pangannya di waktu-waktu yang

sulit.

48

Cukup berbeda dengan Kelompok Tani “Mukti Tani 3”, Kelompok Tani

“Sukarakatiga 3” Desa Tanjungsari berusaha mencapai ketahanan pangan

rumahtangga petani anggota kelompoknya dengan meningkatkan kesejahteraan

anggotanya. Kelompok tani ini mulai menerapkan sistem penyimpanan hasil

produksi pangan walaupun belum berjalan dengan baik, namun dapat sedikit

membantu anggota kelompok yang mengalami kesulitan. Rumahtangga petani

anggota kelompok ini cukup berperan aktif, hal ini dapat dilihat tingkat kehadiran

dalam pertemuan rutin yang mereka adakan. Selain itu kelompok tani

memfasilitasi dalam memasarkan hasil produksi anggotanya sehingga cukup

membantu meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Agar lebih berkembang lagi

diharapkan peran pemerintah, khususnya dalam penyediaan modal dan

infrastruktur untuk kegiatan usahataninya. Penyuluh diharapkan dapat

mengarahkan kelompok tani ini khususnya tentang pentingnya perbaikan sistem

penyimpanan hasil produksi pangan sehingga dapat berjalan lebih baik lagi.

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Ketahanan Pangan rumahtangga petani di Desa Banjarsari dan Desa

Tanjungsari cukup terpenuhi. Hal ini dapat dilihat dari ketersediaan pangan,

tingkat stabilitas pangan, akses pangan dan pemanfaatan pangan yang

terdapat di Desa Banjarsari dan Desa Tanjungsari. Ketersediaan pangan di

Desa Banjarsari dan Tanjungsari “cukup” memadai dilihat dari persentase

terpenuhinya pangan yang mencapai 73,3 persen. Tingkat stabilitas pangan

termasuk “cukup” stabil dilihat dari jarangnya ada rumahtangga petani yang

mengalami kesulitan pangan pada musim paceklik, kemarau dan sesaat

sebelum panen serta jarangnya rumahtangga petani yang dapat menabung

setelah panen. Akses pangan cukup mudah karena sebagian besar pangan

merupakan hasil produksi sendiri, selain itu jarak menuju pasar yang cukup

dekat berkisar 2 km untuk Desa Banjarsari dan 5 km untuk Desa

Tanjungsari. Pemanfaatan pangan di kedua desa tersebut cukup baik, hal ini

dilihat dari frekuensi makan daging sapi/ayam, minum susu, makan telur

dan sayur dalam satu minggu yang cukup tinggi.

2. Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap ketahanan pangan berkaitan

dengan karakteristik sumberdaya rumahtangga petani di Desa Banjarsari

adalah tingginya tingkat pendapatan, sedangkan yang berpengaruh negatif

adalah sedikitnya jumlah anggota rumahtangga dan rendahnya luas lahan,

serta rendahnya jumlah produksi permusim tanam. Faktor-faktor yang

berpengaruh positif terhadap ketahanan pangan berkaitan dengan

karakteristik sumberdaya rumahtangga petani di Desa Tanjungsari adalah

50

tingkat pendapatan yang tinggi, sedangkan tingkat partisipasi sosial yang

tinggi berpengaruh positif terhadap tingkat stabilitas pangan dan

berpengaruh negatif terhadap pemanfaatan pangan di Desa Tanjungsari.

Faktor-faktor yang berpengaruh negatif terhadap ketahanan pangan

berkaitan dengan peran kelompok tani di Desa Banjarsari adalah rendahnya

tingkat dukungan terhadap produksi pangan, rendahnya tingkat dukungan

terhadap distribusi pangan, dan rendahnya frekuensi penyelenggaraan

kegiatan untuk sarana pembelajaran. Faktor-faktor yang berpengaruh negatif

terhadap ketahanan pangan berkaitan dengan peran kelompok tani di Desa

Tanjungsari adalah rendahnya tingkat dukungan terhadap produksi pangan.

3. Peran kelompok tani dalam ketahanan pangan rumahtangga petani di Desa

Banjarsari adalah meningkatkan kemampuan anggotanya melalui penerapan

metode SRI melalui pelatihan-pelatihan, sedangkan untuk peran kelompok

tani dalam ketahanan pangan rumahtangga petani di Desa Tanjungsari

adalah meningkatkan kesejahteraan anggotanya melalui penerapan sistem

penyimpanan hasil produksi pertanian.

6.1 Saran

Penulis merekomendasikan adanya penelitian yang bertujuan untuk

mengkaji bagaimana peran penyuluh dan faktor-faktor yang berpengaruh dalam

ketahanan rumahtangga petani. Hal ini guna memperkuat kajian mengenai

ketahanan pangan rumahtangga petani.

LAMPIRAN

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Umur :

Jenis kelamin : (1) Pria (2) Wanita

Alamat :

Pendidikan : (1) Tidak Tamat SD (4) Tamat SMA/Sederajat

(2) Tamat SD/Sederajat (5) Diploma (D1, D2, D3)

(3) Tamat SMP/Sederajat (6) Sarjana/Pascasarjana

Pekerjaan dari curahan waktu : (1) Petani

yang dipergunakan (2) Buruh tani

(boleh lebih dari satu jawaban), (3) Pedagang

(4) Karyawan

(5) PNS

(6) TNI/Polri

(7) Supir/Tukang ojek

(8) Lainnya, sebutkan ……………Kelompok Tani :

Jabatan : (1) Ketua (4) Bendahara

(2) Wakil Ketua , (5) Anggota

(3) Sekretaris (6) Lainnya, sebutkan ………Jumlah anggota : …… Laki-laki …… Perempuan

Rumat Tangga

No:

Responden Yang Terhormat,Saya adalah mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Sains Komunikasidan Pengembangan Masyarakat, angkatan 2005/2006. Saya sedang melakukan penelitian mengenai “AnalisisPeran Kelompok Tani dalam Mewujudkan Ketahanan Pengan Rumahtangga”. Penelitian ini dilakukandalam rangka menyusun skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1).

Saya berharap anda bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur dan apa adanya.Perlu diperhatikan, bahwa dalam mengisi kuesioner ini, tidak ada jawaban yang benar atau salah. Apapunjawaban anda, akan menjadi data berharga bagi kelancaran penelitian ini. Identitas dan jawaban anda akan sayajamin kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini.

Atas ketersediaan dan waktu anda mengisi kuesioner ini, saya ucapkan banyak terima kasih.

Tasikmalaya,

Hormat saya,

Mochamad Januar

I34052229

Akses petani terhadap sumberdaya rumahtangga1. Berapa luasan lahan pertanian yang Anda kuasai?

............ ha

2. Apa jenis lahan pertanian yang Anda kuasai?(1). Sawah(2). Tegalan(3). Pekarangan(4). Lainnya, sebutkan …………..

3. Apakah status lahan pertanian yang Anda kuasai (miliki atau manfaatkan)?(1). Milik sendiri(2). Sakap/disakapkan(3). Sewa/disewakan

4. Berapakah rata-rata jumlah produksi padi dalam satu kali panen?

.................. kg

5. Dalam satu tahun, berapa kali Anda panen?

............. Kali, I ............. Kg II. ..................Kg III. ....................Kg

6. Berapa pendapatan dari kegiatan pertanian yang Anda peroleh dalam satu musimtanam?

Rp...................................... / musim

7. Berapa pendapatan yang Anda peroleh kegiatan non-pertanian?

Rp. ................................/tahun

8. Apakah Anda mengikuti pernah mengikuti kegiatan sosial dilingkungan Anda?

(1) Ya (2) Tidak

Jika Ya, apa saja posisi anda dalam kegiatan sosial tersebut?

(1) Pengurus (2) Anggota aktif (3) Anggota pasif

9. Berapa lama Anda berusahatani?

.......... tahun

10. Apakah Anda pernah mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian dalam satu tahunterakhir?(1) Sering (2) Kadang-kadang (3) tidak pernah

11. Apa materi penyuluhan yang pernah Anda dapat?1. .................................. 4. .................................. 7. ..............................2. .................................. 5. .................................. 8. ..............................3. .................................. 6. .................................. 9. ..............................

Peran Kelompok Tani dalam Ketahanan Pangan12. Apakah kelompok tani berperan dalam penyediaan benih?

(1) Berperan (2) Kurang berperan (3) Tidak berperan

13. Apakah kegiatan penanaman serempak dibahas dalam kelompok tani?

(1) Selalu (2) kadang-kadang (3) Tidak pernah

14. Apakah kelompok tani berperan dalam penyediaan pupuk

(1) Berperan (2) Kurang berperan (3) Tidak berperan

15. Apakah kelompok tani berperan dalam upaya pemberantasan hama/penyakit?

(1) Berperan (2) Kurang berperan (3) Tidak berperan

16. Apakah kelompok tani berperan dalam pengadaan dan perawatan pengairan/irigasi?

(1) Berperan (2) Kurang berperan (3) Tidak berperan

17. Apakah kelompok tani berperan dalam pengadaan spayer?

(1) Berperan (2) Kurang berperan (3) Tidak berperan

18. Apakah kelompok tani berperan dalam memasarkan hasil produksi pertanian?

(1) Berperan (2) Kurang berperan (3) Tidak berperan (lanjut ke no22)

19. Apa semua anggota kelompok berperan dalam memasarkan hasil produksi tersebut?

(1) Berperan (2) Kurang berperan (3) Tidak berperan

20. Apakah kelompok tani melakukan kegiatan pelatihan/sejenisnya mengenai teknikberusahatani?

(1) Sering (2) kadang-kadang (3) Tidak pernah

21. Apakah kelompok tani melakukan pertemuan-pertemuan rutin bulanan?

(1) rutin (2) tidak rutin (3) Tidak ada

Ketahanan pangan rumahtangga22. Apakah pangan yang tersedia memenuhi kebutuhan rumahtangga Anda?

(1) memenuhi (2) kurang memenuhi (3) Tidak memenuhi

23. Dari manakah Anda memperoleh pangan tersebut?(1) Hasil produksi sendiri(2) Membeli dari kelompok tani(3) Membeli dari pasar(4) Lainnya, sebutkan ...............

24. Berapa jarak yang Anda tempuh untuk memperoleh pangan tersebut?

.............. km

25. Pada musim paceklik apakah Anda mengalami kesulitan pangan?(1) sering (2) jarang (3) tidak pernah

26. Pada musim panen apakah Anda bisa menabung?(1) sering (2) jarang (3) tidak pernah

27. Apakah Anda kesulitan mendapatkan pangan saat musim kemarau?(1) Sulit (2) sedang (3) mudah

28. Apakah Anda kesulitan mendapatkan pangan sesaat sebelum musim panen?(1) Sulit (2) sedang (3) mudah

29. Dalam satu minggu, berapa kali Anda makan daging sapi/ayam?

................. /minggu

30. Dalam satu minggu, berapa kali Anda makan Susu?

................. /minggu

31. Dalam satu minggu, berapa kali Anda makan Telur ?

................. /minggu

32. Dalam satu minggu, berapa kali Anda makan sayuran ?

................. /minggu

-Terima Kasih-

Lampiran 2Olahan Data Korelasi Rank Spearman SPSS 15

Hubungan Antara Karakteristik Sumberdaya Rumahtangga dengan Ketahanan Pangan diDesa Banjarsari

y1.1 y.1.2 y.1.3 y.1.4x1.1 Pearson Correlation -,049 -,157 -,326 ,074

Sig. (2-tailed) ,797 ,407 ,079 ,698N 30 30 30 30

x1.2 Pearson Correlation ,236 -,197 ,089 -,089Sig. (2-tailed) ,210 ,298 ,638 ,640N 30 30 30 30

x1.3. Pearson Correlation -,131 ,188 -,192 ,050Sig. (2-tailed) ,489 ,321 ,309 ,795N 30 30 30 30

x.1.4 Pearson Correlation ,189 -,270 -,338 1,000(**)Sig. (2-tailed) ,317 ,149 ,068 ,000N 30 30 30 30

x.1.5 Pearson Correlation ,177 -,337 -,326 ,134Sig. (2-tailed) ,350 ,069 ,079 ,481N 30 30 30 30

x1.6 Pearson Correlation ,237 -,465(**) -,302 ,045Sig. (2-tailed) ,208 ,010 ,105 ,814N 30 30 30 30

x1.7 Pearson Correlation ,094 ,101 -,123 ,071Sig. (2-tailed) ,619 ,594 ,518 ,708N 30 30 30 30

x1.8 Pearson Correlation -,056 ,159 -,118 ,147Sig. (2-tailed) ,770 ,400 ,535 ,437N 30 30 30 30

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hubungan Antara Peran Kelompok Tani dengan Ketahanan Pangan di Desa Banjarsari

y1.1 y.1.2 y.1.3 y.1.4x2.1 Pearson Correlation ,131 -,188 -,235 -,050

Sig. (2-tailed) ,489 ,321 ,212 ,795N 30 30 30 30

x.2.2 Pearson Correlation ,000 -,073 -,327 -,116Sig. (2-tailed) 1,000 ,701 ,077 ,541N 30 30 30 30

x2.3 Pearson Correlation ,139 -,223 -,068 ,105Sig. (2-tailed) ,465 ,236 ,722 ,581N 30 30 30 30

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hubungan Antara Karakteristik Sumberdaya Rumahtangga dengan Ketahanan Pangan diDesa Tanjungsari

y1.1 y1.2 y1.3 y.1.4x.1.1 Pearson Correlation ,321 -,095 ,191 ,137

Sig. (2-tailed) ,084 ,617 ,313 ,470N 30 30 30 30

x.1.2 Pearson Correlation ,083 ,034 ,034 -,050Sig. (2-tailed) ,663 ,856 ,856 ,795N 30 30 30 30

x.1.3 Pearson Correlation -,030 -,087 ,287 -,144Sig. (2-tailed) ,875 ,646 ,124 ,448N 30 30 30 30

x.1.4 Pearson Correlation -,239 ,050 ,050 ,464(**)Sig. (2-tailed) ,203 ,795 ,795 ,010N 30 30 30 30

x.1.5 Pearson Correlation ,270 -,112 ,168 ,161Sig. (2-tailed) ,150 ,556 ,375 ,395N 30 30 30 30

x.1.6 Pearson Correlation ,083 ,034 ,034 -,050Sig. (2-tailed) ,663 ,856 ,856 ,795N 30 30 30 30

x1.7 Pearson Correlation -,047 ,571(**) -,020 -,397(*)Sig. (2-tailed) ,804 ,001 ,918 ,030N 30 30 30 30

x1.8 Pearson Correlation ,089 -,186 -,186 ,000Sig. (2-tailed) ,638 ,326 ,326 1,000N 30 30 30 30

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hubungan Antara Peran Kelompok Tani dengan Ketahanan Pangan di Desa Tanjungsari

y1.1 y1.2 y1.3 y.1.4x.2.1 Pearson Correlation -,415(*) ,034 ,034 -,050

Sig. (2-tailed) ,023 ,856 ,856 ,795N 30 30 30 30

x.2.2 Pearson Correlation -,088 ,073 ,073 -,105Sig. (2-tailed) ,645 ,702 ,702 ,581N 30 30 30 30

x.2.3 Pearson Correlation -,083 -,034 -,034 ,050Sig. (2-tailed) ,663 ,856 ,856 ,795N 30 30 30 30

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Lampiran 3PANDUAN PERTANYAAN

1. Apa tujuan kelompok tani ini dibentuk?

2. Berapa jumlah anggota kelompok tani ini?

3. Berapa lama kelompok tani ini telah terbentuk?

4. Apa sajakah tugas-tugas yang dilakukan kelompok tani ini?

5. Apa hak dan kewajiban sebagai anggota dalam kelompok tani tersebut?

Adakah ada perbedaan hak dan kewajiban antara pengurus dan anggota?

6. Berapa kali intensitas pertemuan yang dilakukan anggota kelompok tani

dalam satu bulan?

7. Hal-hal apa sajakah yang dibahas dalam pertemuan kelompok tersebut?

8. Bagaimana kontribusi kelompok tani ini dalam kegiatan usahatani

anggotanya? Hal-hal apakah yang dilakukan untuk membantu kegiatan

tersebut?

9. Seberapa jauh peran kelompok tani dalam kegiatan produksi?

10. Apakah kelompok tani berperan dalam menjaga ketersediaan pangan

anggotanya? Bagaimana cara membantu menjaga stok tersebut?

11. Seberapa jauh peran kelompok tani dalam pengadaan dan penyimpanan bahan

pangan?

12. Apakah kelompok tani berperan dalam distribusi hasil produksi anggotanya?

Bagaimana cara membantu distribusi tersebut?

13. Apakah kelompok tani melakukan kegiatan pembelajaran bagi petani

mengenai teknik berusahatani? Apa saja bentuk pembelajaran tersebut?

14. Seberapa jauh peran kelompok tani dalam proses pembelajaran petani?

15. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kelompok tani dalam berperan

mewujudkan ketahanan pangan?

16. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketahanan pangan rumahtangga?

17. Seberapa jauh petani berpartisipasi dalam kegiatan kelompok tani?

Lampiran 4

Catatan Lapang

Hasil wawancara dengan Ketua Kelompok Tani “Mukti Tani 3” Desa

Banjarsari

Kelompok tani yang berada di Dusun Muhara, Desa Banjarsari ini

bernama Kelompok Tani “Mukti Tani 3”. Kelompok tani “Mukti Tani 3” ini

didirikan pada tahun 2007. Kelompok tani “Mukti Tani 3” memiliki tujuan untuk

mendongkrak kesejahteraan, kesehatan, dan daya beli anggota kelompok.

Kelompok tani “Mukti Tani 3 terdiri dari 189 orang yang 60 orang diantaranya

telah menerapkan metode SRI dalam mengembangkan budidaya padinya. Metode

SRI ini diterapkan karena dinilai lebih ramah lingkungan dan mampu

meningkatkan kesejahteraan sesuai dengan penyuluhan yang disampaikan petugas

PPL setempat.

Saat ini tugas-tugas yang dilakukan kelompok tani sesuai instruksi dinas

pertanian yang disampaikan melalui penyuluh lapangnya yang meliputi

melakukan pelatihan budidaya padi SRI, pengadaan benih, pengadaan pestisida

nabati, penyediaan pupuk organik dan mengadakan tanam serempak. Dalam hak

dan kewajiban kelompok tani tidak memiliki perbedaan yang signifikan hanya

saja kontak tani lebih berperan dalam mewakili kelompok untuk mengikuti

pelatihan yang diadakan diluar desa. Kewajiban dan hak anggota itu meliputi:

mematuhi hasil kesepakatan kelompok, melakukan penanaman serempak,

mendapatkan informasi mengenai budidaya padi. Pertemuan kelompok dilakukan

secara rutin setiap hari kamis pertama di setiap bulan. Dalam pertemuan

kelompok dibahas mengenai berbagai hal mulai dari teknik usahatani sampai

kegiatan kelompok selain itu juga disepakati penanaman serentak.

Dalam kelompok tani “Mukti Tani 3” ini kontribusi anggota kelompok

dinilai kurang maksimal, hal ini dapat dilihat dari jumlah partisipasi kelompok

yang baru mencapai 40% dari keseluruhan anggota dalam mengikuti kegiatan-

kegiatan kelompok. Dalam kegiatan produksi kelompok berperan dalam hal

penyediaan benih, pupuk organik, pestisida nabati dan pengadaan sprayer. Dalam

hal penyediaan stok pangan, distribusi pangan serta pemasaran hasil anggota,

kelompok tani masih belum berperan secara maksimal.

Dalam hal ketahanan pangan rumahtangga petani, kelompok tani belum

berperan maksimal karena belum terselenggaranya penyediaan stok pangan

berupa lumbung atau sejenisnya. Namun demikian, ada rencana dari kelompok

tani untuk mengembangkannya dengan cara menyisihkan sebagian hasil produksi

padi dari tiap anggotanya untuk menyediakan stok pangan bagi kelompoknya

tersebut. Adapun masalah utama yang dihadapi dalam distribusi dan pemasaran

hasil produksi tersebut belum terealisasi adalah masalah dana. Kelompok tani

“Mukti tani 3” tidak memiliki dana lebih untuk membeli padi dari anggota untuk

dipasarkan kembali sehingga masih mengandalkan tengkulak dalam memasarkan

hasil produksi padi secara individu.

Secara umum ketahanan pangan rumahtangga petani anggota kelompok

tani “mukti tani 3” cukup terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan pangan

rumahtangganya, anggota kelompok biasanya memperoleh dari hasil produksi

sendiri dan membelinya dari warung terdekat. Pada musim-musim paceklik dan

kemarau anggota kelompok tani relatif tercukupi kebutuhannya walaupun cukup

pas-pasan. Hal ini disebabkan karena pasokan air untuk irigasi relatif stabil

sehingga tiap tahun dapat panen sampai 3 kali.

Hasil wawancara dengan Ketua Kelompok Tani “Sukarakatiga 3” Desa

Tanjungsari

Kelompok tani yang berada di Desa Tanjungsari ini bernama Kelompok

tani “Sukarakatiga 3”. Kelompok tani ini didirikan pada tahun 1992. Saat ini

anggota kelompok tani “Sukarakatiga 3” berjumlah 35 orang yang tersebar di RT

01 dan RT 02 Dusun Hegarsari, Desa Tanjungsari. Seluruh anggota kelompok tani

ini menerapkan metode SRI dalam budidaya padinya.

Secara umum, anggota kelompok tani “Sukarakatiga 3” berkontribusi aktif

dalam kegiatan kelompok. Hal ini dapat dibuktikan melalui kelengkapan daftar

hadir rapat kelompok tani “Sukarakatiga 3”. Rapat tersebut merupakan pertemuan

rutin yang dilakukan satu bulan sekali. Dalam pertemuan tersebut dibahas

kegiatan-kegiatan kelompok seperti penanaman serentak, pembagian benih,

pembuatan pupuk, dan kegiatan pelatihan. Kewajiban anggota kelompok

“Sukarakatiga 3” meliputi mengelola sawah masing-masing sehingga produksi

dapat meningkat, melakukan penanaman serempak, serta membayar iuran yang

tidak ditentukan besarnya. Kewajiban bagi pengurus adalah mampu memberi

contoh yang baik kepada anggota, dapat berlaku jujur, baik dan benar, serta

berwibawa.

Kelompok tani “Sukarakatiga 3” dalam perjalanannya berusaha

menyediakan kebutuhan anggotanya. Kebutuhan yang disediakan meliputi : benih,

pupuk organik, traktor, sprayer, dan pemotong rumput. Selain itu, dilakukan

pelatihan-pelatihan budidaya padi khususnya metode SRI dan diadakannya

lumbung padi. Lumbung padi di kelompok tani “Sukarakatiga 3” dilakukan

ditingkat RT yang terdiri dari 25 orang yang ikut serta didalamnya. Masing-

masing orang menyumbangkan 1 kg beras untuk lumbung padi tersebut. Namun,

pengumpulan beras ini hanya dilakukan satu kali ketika awal diadakannya saja.

Sampai saat ini jumlah beras yang ada belum meningkat hal ini disebabkan

kurangnya modal yang dimiliki oleh kelompok tani. Lumbung tersebut juga

belum memberikan hasil yang maksimal walaupun cukup membantu anggota

yang sedang mengalami kesuliatan.

Dalam hal distribusi dan pemasaran hasil produksi pertanian kelompok

tani belum berperan maksimal. Hal ini disebabkan oleh kekurangan modal untuk

membeli hasil anggota untuk dipasarkan kembali. Untuk saat ini proses tersebut

dilakukan oleh individu masing-masing anggota. Sedangkan Untuk ketahanan

pangan rumahtangga, anggota kelompok cukup terpenuhi. Hanya saja dalam hal

produksi pertanian, hanya bisa dilakukan panen 5 kali dalam dua tahun. Hal ini

disebabkan faktor air yang tidak stabil. Selain itu masih ada pencemaran yang

dilakukan oleh desa tetangga sehingga menjadi hambatan untuk budidaya padi

dengan metode SRI. Untuk menanggulangi masalah pencemaran tersebut,

dilakukan filterisasi selokan-selokan yang ada oleh anggota kelompok tani.

Lampiran 5

Tabel 1. Matriks Alokasi Waktu Penelitian

No Kegiatan

Mei 2009 Juni 2009 September

2009 -

April 2010

Mei 2010 Juni 2010 Juli

2010

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

I Proposal dan

Kolokium

1. Penyusunan

draft

2. Konsultasi

Proposal

3. Kolokium

4. Perbaikan

Proposal

II Studi

Lapangan

1. Pengumpulan

data

III Penulisan

Laporan

1. Analisis data

2. Penyusunan

draft revisi

3. Konsultasi

laporan

IV Ujian Skripsi

1. Ujian

2. Perbaikan

Skripsi