16
PERAN GURU WANITA TAMAN KANAK-KANAK DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Setyo Yanuartuti* Warih Handayaningrum* Eko Wahyuni Rahayu* Abstract This article discusses the role of kindergarten teachers, both males and females in developing the potentials of young children at kindergarten age. While most kindergarten teachers are females, male teachers also show similar characteristics required to become kindergarten teachers. Some contributing factors that characterize male teachers are nurturing and knowledgable. In addition, the economic factor also motivated male teachers to choose this profession. The study reveals that male teachers used more rational approaches in educating their students, while female teachers rely more on emotional approaches. Key words: male, female, teacher, rationale, emotion A. Pendahuluan Secara umum isu global dan Forum Dunia Pendidikan dan Pengasuh Anak Usia Dini di Acopuico-Mexico tahun 2003 yang terkait dengan hak anak yang dibicarakan adalah, (1) anak usia dini akan mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan mental menuju kedewasaan seiring dengan pengalaman kehidupan kesehariannya, (2) kepribadian anak merupakan sesuatu yang unik dan holistik dengan karakter perilaku (spesifik), (3) anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan keinginan melakukan hal yang dapat dilakukan orang dewasa, namun dia belum mampu memahami fenomena alam kompleks, (4) yang juga perlu direnungkan adalah apakah yang dapat dilakukan untuk membantu perkembangan anak?, program apakah yang harus disiapkan untuk membantu, (5) guru dan orang tua sebaiknya melindungi, mengarahkan serta membantu anak menuju kedewasaan, (6) anak berhak mendapat keamanan dalam hidupnya dan orang dewasa berkewajiban memenuhi kebutuhan tersebut, (7) banyak permasalahan di dunia tentang peran wanita, dimana banyak kejadian kekerasan di seluruh dunia yang membekas pada anak usia dini, apa peran wanita dalam pendidikan anak usia dini? (Gutama, 2003). Anak memang sangat berbeda dari orang dewasa yang sudah mendapatkan apa yang dikehendaki, tetapi anak justru datang mencari apa yang tersedia baginya, dan kelak mau jadi apa nantinya. Orang dewasa sudah selesai, sedangkan anak-anak baru memulai perjalanan hidupnya, dan dengan demikian anak dapat disebut sebagai manusia belum jadi, yang sedang dan wajib bertumbuh. Lebih dari itu anak dan dunianya adalah sesuatu yang lain, dan berbeda. Dunia anak sesungguhnya adalah dunia yang besar dan memerlukan pemikiran besar sekaligus serius. Berbicara tentang anak adalah berbicara tentang problematika hidup. Kebingungan hubungan antara anak dan orang dewasa adalah refleksi situasi umum masyarakat kita. Guna menghadapi semua hal ikhwal di atas kiranya amat diperlukan perhatian yang cukup dan solusi yang tepat agar nantinya akan hadir individu-individu yang

PERAN GURU WANITA TAMAN KANAK-KANAK DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : Setyo Yanuartuti Warih Handayaningrum Eko Wahyuni Rahayu, http://ejournal.unesa.ac.id/

Citation preview

Page 1: PERAN GURU WANITA TAMAN KANAK-KANAK DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PERAN GURU WANITA TAMAN KANAK-KANAK

DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Setyo Yanuartuti*

Warih Handayaningrum*

Eko Wahyuni Rahayu*

Abstract

This article discusses the role of kindergarten teachers, both males and females in

developing the potentials of young children at kindergarten age. While most

kindergarten teachers are females, male teachers also show similar characteristics

required to become kindergarten teachers. Some contributing factors that

characterize male teachers are nurturing and knowledgable. In addition, the

economic factor also motivated male teachers to choose this profession. The study

reveals that male teachers used more rational approaches in educating their students,

while female teachers rely more on emotional approaches.

Key words: male, female, teacher, rationale, emotion

A. Pendahuluan

Secara umum isu global dan Forum Dunia Pendidikan dan Pengasuh Anak

Usia Dini di Acopuico-Mexico tahun 2003 yang terkait dengan hak anak yang

dibicarakan adalah, (1) anak usia dini akan mengalami pertumbuhan fisik dan

perkembangan mental menuju kedewasaan seiring dengan pengalaman kehidupan

kesehariannya, (2) kepribadian anak merupakan sesuatu yang unik dan holistik

dengan karakter perilaku (spesifik), (3) anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

dan keinginan melakukan hal yang dapat dilakukan orang dewasa, namun dia belum

mampu memahami fenomena alam kompleks, (4) yang juga perlu direnungkan adalah

apakah yang dapat dilakukan untuk membantu perkembangan anak?, program apakah

yang harus disiapkan untuk membantu, (5) guru dan orang tua sebaiknya melindungi,

mengarahkan serta membantu anak menuju kedewasaan, (6) anak berhak mendapat

keamanan dalam hidupnya dan orang dewasa berkewajiban memenuhi kebutuhan

tersebut, (7) banyak permasalahan di dunia tentang peran wanita, dimana banyak

kejadian kekerasan di seluruh dunia yang membekas pada anak usia dini, apa peran

wanita dalam pendidikan anak usia dini? (Gutama, 2003).

Anak memang sangat berbeda dari orang dewasa yang sudah mendapatkan apa

yang dikehendaki, tetapi anak justru datang mencari apa yang tersedia baginya, dan

kelak mau jadi apa nantinya. Orang dewasa sudah selesai, sedangkan anak-anak baru

memulai perjalanan hidupnya, dan dengan demikian anak dapat disebut sebagai

manusia belum jadi, yang sedang dan wajib bertumbuh. Lebih dari itu anak dan

dunianya adalah sesuatu yang lain, dan berbeda. Dunia anak sesungguhnya adalah

dunia yang besar dan memerlukan pemikiran besar sekaligus serius. Berbicara tentang

anak adalah berbicara tentang problematika hidup. Kebingungan hubungan antara

anak dan orang dewasa adalah refleksi situasi umum masyarakat kita.

Guna menghadapi semua hal ikhwal di atas kiranya amat diperlukan perhatian

yang cukup dan solusi yang tepat agar nantinya akan hadir individu-individu yang

Page 2: PERAN GURU WANITA TAMAN KANAK-KANAK DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

2

berkualitas atau sumber daya manusia yang berbobot. Renzuli dalam Mulyadi (1997)

mengemukakan bahwa, individu yang berkualitas tinggi adalah individu yang

mempunyai 3 ciri yakni, kemampuan di atas rata-rata, kreativitas yang tinggi dan

tanggung jawab yang besar terhadap tugas. Dengan demikian individu-individu

semacam inilah yang diharapkan akan mampu tetap tegar dalam menghadapi deraan

era globalisasi yang semakin gegap gempita di masa kini maupun di masa yang akan

datang. Oleh karena itulah, sudah selayaknya tugas bersama antara para orang tua dan

guru untuk menciptakan iklim yang benar-benar kondusif bagi berkembangnya

potensi serta daya kreativitas anak sedini mungkin. Umur 3 sampai 5 tahun adalah

masa keemasan bagi anak, masa sangat peduli akan arti masa prasekolah (3-6 tahun)

yang merupakan pengalaman awal yang nantinya akan memberikan kualitas bangsa di

masa akan datang. Banyak orang tua yang tidak mempunyai waktu dan tidak

mempunyai kepandaian untuk membantu mengembangkan potensi anak sehingga

berlomba-lomba menitipkan anaknya TPA atau kelompok bermain dan Taman

Kanak-Kanak.

Ciri-ciri perilaku anak-anak TK adalah: 1). senang menjajaki lingkungan

(eksplorasi), 2). berminat untuk melakukan bermacam hal, 3). ingin mendapatkan

pengalaman-pengalaman baru, 4). tidak pernah bosan, 5). senang melakukan

eksperimen, 6). senang mengajukan pertanyaan.

Perilaku yang demikian tentunya memerlukan pendamping guru yang telaten,

sabar, dan bisa mengarahkan. Oleh sebab itu, banyak guru wanita menjadi

pendamping anak. Guru wanita merupakan salah satu figur yang diharapkan dapat

dengan sabar dan telaten mampu mengembangkan seluruh potensi anak. Satu hal yang

menarik untuk diteliti, hingga dewasa ini guru Taman Kanak-Kanak hampir

didominasi wanita sementara guru Taman Kanak-kanak laki-laki jarang ditemukan.

Namun pada akhir-akhir ini telah muncul beberapa guru laki-laki di Taman Kanak-

kanak meskipun guru wanita tetap mendominasi. Inilah sebenarnya yang menarik

dalam kajian gender, bahwa di pendidikan anak usia dini sudah hadir guru-guru laki-

laki.

Secara strategis guru Taman Kanak-Kanak diharapkan dapat

menumbuhkembangkan seluruh potensi anak seoptimal mungkin dan melakukan

sejak dini. Masa prasekolah (4-6 tahun) merupakan masa awal yang penting untuk

perkembangan psikososial atau sosio-emosional, mencakup perkembangan konsep

diri, pemahaman sosial tentang apa dan bagaimana harus bertingkah laku menghadapi

lingkungan, pemahaman moral baik dan buruk, boleh dan tidak boleh, tanggap

terhadap segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya, sehingga melahirkan bangsa

yang berkepribadian luhur. Jika guru taman kanak-kanak ini laki-laki apakah sama

perlakuan dan penanganannya terhadap anak-anak seperti guru wanita. Hal inilah

yang akan dikaji dalam penelitian ini, yakni bukan hanya melihat peran guru wanita

saja tetapi juga guru laki-laki yang saat ini sedang ikut berprofesi menjadi guru TK.

B. Kajian Pustaka

1. Pendidikan Anak Usia Dini

Proses pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan tertentu, baik

yang berhubungan dengan ruang maupun waktu. Lingkungan adalah segala sesuatu

yang berada di luar dari anak didik dalam alam semesta ini (Depdikbud, 1981: 85).

Lingkungan juga dapat berarti sebagai wadah atau lapangan tempat berlangsungnya

proses pendidikan. Tempat berlangsungnya pendidikan dapat dibedakan menjadi atas:

a. Lingkungan Keluarga.

Page 3: PERAN GURU WANITA TAMAN KANAK-KANAK DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

3

Di lingkungan keluarga anak-anak pertama kali mendapatkan pendidikan.

Dalam hal ini pendidik dalam lingkungan keluarga adalah orang tua yaitu bapak dan

ibu. Oleh karena itu orang tua memiliki predikat sebagai pendidik pertama dan utama,

karena pertama-tama anak mendapat pendidikan sebelum anak-anak memasuki

lingkungan-lingkungan pendidikan yang lain.

b. Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan dalam masyarakat yang

menyelenggarakan kegiatan pendidikan kepada anak-anak yang telah diserahkan

orang tuanya kepada sekolah tertentu. Setelah anak dianggap matang untuk memasuki

sekola, maka pendidikan diteruskan dengan mengikuti pendidikan di sekolah.

Pendidikan di sejkoklah merupakan pendidikan formal yang dilakukan oleh para guru

yang telah dipercaya oleh masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan yang

bersifat formal.

Sekolah merupakan suatu institusi yang didalamnya terdapat komponen guru,

siswa, dan staf administrasi yang mempunyai tugas tertentu dalam melancarkan

program (Koster,2006) Guru, karyawan, dan siswa, ketiganya terikat dalam

hubungan kerja untuk mencapai tujuan. Dalam sekolah terdapat sejumlah aturan untuk

mengatur guru, karyawan dan murid dalam melaksanakan kerjasama. Dalam sekolah

ada tugas secara hirarki, yang memberikan batas kewenangan dan tanggung jawab

dalam hubungan kepemimpinan, dalam sekolah diharapkan ada tujuan yang hendak

dicapai melalui kerjasama guru, karyawan dan murid, masing-masing komponen

saling berinteraksi dan saling ketergantungan.

c. Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan ketiga dalam proses

pembentukan kepribadian anak-anak sesuai dengan keberadaannya. Lingkungan

masyarakat merupakan lingkungan pendidikan yang ke tiga bagi anak didik, dimana

anak akan mendapatkan pendidikan yang akan membantu perkembangan anak

terutama dalam segi pengembangan sosial. Pendidik dalam lingkungan masyarakat

adalah para fungsionaris dalam masyarakat.

2. Pendidikan Anak Usia Dini

Anak dapat disebut sebagai manusia yang belum jadi, yang sedang dan wajib

berumbuh. Masa usia dini merupakan usia keemasan yaitu usia 0-6 tahun. Pada masa

inilah pertumbuhan dan perkembangan ranah, baik fisik motorik, sosial, emosional

dan kognisi berkembang pesat, dan saling berhubungan erat satu sama lain.

Perkembangan di satu ranah berpengaruh dan dipengaruhi oleh perkembangan ranah

lainnya (Gettwicki, 2007: 12).

Piaget seorang tokoh kontruktivisme personal membagi perkembangan

kognisi dalam empat fase, yaitu fase sensorimotor yaitu usia 0-2 tahun, fase

praoperasional yaitu usia 2-7 tahun, fase operasional usia 7-12 tahun, dan fase

operasional formal usia 5-6 tahun (dalam Jamaris, 2005: 19-22). Setiap fase

perkembangan memerlukan metode dan pendekatan berbeda dalam pembelajaran ini

dimaksudkan agar anak dapat tumbuh kembang secara optimal dan krestif.

Fase sensorimotorik, pada fase ini anak berinteraksi dengan aktivitas sensoris,

yaitu dengan meraba, melihat, merasa, mencium dan mendengar, maka pada usia ini

pemberian stimulasi dapat dilaksanakan melalui lagu nak-anak, bunyi-bunyian atau

alat musik untuk anak seperti perkusi atau maracas, menampilkan berbagai warna

yang mencolok, serta berbagai tekstur.

Page 4: PERAN GURU WANITA TAMAN KANAK-KANAK DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

4

Fase praoperasional, adalah fase yang memberikan andil yang besar bagi

perkembangan kognisi anak. Anak mulai membangun kemampuannya dalam

menyusun pikirannya. Pada tahap ini, anak dapat melakukan permainan berpura-pura

karena anak telah memiliki fungsi simbolis (sekitar usia 2-4 tahun), yaitu untuk

menggambarkan objek yang secara fisik tidak hadir. Pada tahapan ini anak senang

’menggambar’ awalnya dengan membuat coretan-coretan (misalnya di kertas), yang

lama kelamaan akan berkembang menjadi objek yang dapat dikenali oleh orang

dewasa. Dengan demikian, anak telah berusaha untuk mengahdirkan objek dari

gambaran mentalnya, misalnya menggambar ’orang secara sangat sederhana. Anak

dapat mengungkapkan ekspresinya tentang kapal terbang dengan cara berlari dan dua

tangannya direntangkan seolah-olah menjadi pesawat terbang. Pada masa ini anak

telah dapat bermain berpura-pura melakukan kebiasaan orang tua yang pernah

dilihatnya.

Fase praoperasional konkrit, yaitu fase dimana anak sudah dapat berpikir

secara logis, namun dengan syarat objek sumber berpikir tersebut hadir secara konkrit.

Pada fase ini anak memerlukan berbagai media yang nyata untuk membantunya dalam

pengenalan konsep, dalam hal ini media yang tersedia di lingkungan yang terdekat

dengan anak.

Fase operasional formal, ditandai dari cara berfikir konkrit ke berfikir abstrak.

Pada fase ini anak telah mampu mengemukakan ide-ide serta mempredikisi dan

mengemukakan hipotesis dan menentukan cara untuk membuktikan kebenarannya.

Pendidikan bagi anak usia dini atau anak usia 0-6 tahun telah lama menjadi

perhatian orang tua, para ahli di bidang anak usia dini, pendidik, masyarakat dan

pemerintah. Seiring dengan kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan anak

usia dini, saat ini pelayanan pendidikan anak usia dini untuk usia 4-5 atau 6 tahun dan

kelompok bermain untuk usia 3-4 tahun berkembang pesat hampir di setiap daerah di

Indonesia. Bahkan saat ini di kota-kota besar di Indonesia, tumbuh pesat kelompok

bermain yang memberikan pelayanan pada anak-anak di bawah usia 3 tahun.

Pendidikan anak usia dini adalah proses pembinaan tumbuh kembang anak

sejak lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan non

fisik dengan memberikan rangsangan jasmani, rohani, motorik, akal fikir, emosional

dan sosial yang tepat dan benar agar anak dapat berkembang secara optimal.

a. Arah kegiatan pendidikan anak usia dini:

1) pendidikan sebagai proses belajar dalam diri anak

2) pendidikan sebagai proses sosialisasi

3) pendidikan sebagai pembentukan kerjasama peran

b. Kegiatan pendidikan anak usia dini hendaknya memperhatikan 9 kemampuan:

1) kecerdasan linguistik

2) kecerdasan logika matematik

3) kecerdasan visual-spasial

4) kecerdasan musical

5) kecerdasan kinestetik

6) kecerdasan naturalis

7) kecerdasan interpersonal

3. Pendidikan Taman Kanak-Kanak

Taman Kanak-Kanak (TK) adalah salah satu lembaga pendidikan prasekolah

yang memberikan pendidikan bagi anak usia dini empat tahun sampai masuk

pendidikan dasar. Pendidikan TK bertujuan membantu meletakkan dasar

pengembangan sikap, perilaku, pengetahuan, keterampilan dan cipta, yang diperlukan

oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pertumbuhan

Page 5: PERAN GURU WANITA TAMAN KANAK-KANAK DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

5

selanjutnya. Sasaran TK adalah anak usia 4-6 tahun yang dikelompokkan berdasarkan

usia yaitu, kelompok A, anak usia 4-5 tahun dan kelompok B, untuk usia 5-6 tahun,

dengan lama belajar masing-masing satu tahun (Jalal, 2004). Berbagai macam arah

pengembangan untuk anak usia dini adalah sebagai berikut.

a. pengembangan moral dan nilai agama

b. pengembangan fisik

c. pengembangan bahasa

d. pengembangan kognitif

e. pengembangan sosial emosional

f. pengembangan seni (Gutama, 2002).

4. Wanita dan Gender

Pengertian gender diartikan sebagai interpretasi mental dan cultural terhadap

perbedaaan kelamin yakni laki-laki/pria dan perempuan/wanita. Gender adalah suatu

konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan dalam hal peran, perilaku,

mentalitas, dan karakteristik emosional antara pria dan wanita yang berkembang

dalam masyarakat. (Women”s Studies Encyclopedia vol 1: 153). Gender biasanya

dipergunakan untuk menunjukkan pembagian kerja yang dianggap tepat bagi pria dan

wanita adalah suatu sifat yang melekat pada kaum pria dan kaum wanita, yang

dikonstruksi secara sosial maupun cultural. Sifat-sifat gender untuk kaum wanita

adalah: cantik, lemah lembut, emosional, dan keibuan, dan tugas utama wanita

sepanjang hidupnya adalah melahirkan menyusui, dan segala aktivitas yang berkaitan

dengan pengasuhan anak, dan pekerjaan-pekerjaan yang dapat diselesaikan di sekitar

rumah., sedangkan sifat gender untuk kaum pria adalah: kuat, rasional, jantan, dan

perkasa dengan tugas utama melindungi keluarga dari bahaya luar dan mencari nafkah

ke luar rumah Sifat-sifat itu dapat saling dipertukarkan sesuai waktunya, tempatnya,

atau kelasnya (Fakih, 1997:7-9)

Dengan semakin majunya tingkat pendidikan wanita dan pergeseran norma-

norma serta nilai-nilai budaya dan dampak semakin tingginya jumlah wanita yang

berperan ganda, yaitu sebagai ibu dan tenaga kerja, maka dalam kehidupan

berkeluarga masa kini wanita memiliki kedudukan yang setara dengan pria. Seorang

isteri tidak hanya tinggal di rumah, tetapi juga sebagai pendamping suami yang

seringkali pula harus bekerja untuk mencukupi kehidupan keluarga yang tuntutan

kehidupan keluarga semakain kompleks. Dengan pergeseran norma tersebut menuntut

konsekuensi terhadap pembagian peran yang telah berjalan dan mengakar selama ini

seperti disebutkan di atas.

Sebagaimana disebutkan dalam Garuis Besar Haluan Negara (GBHN) bahwa

wanita merupakan mitra sejajar pria di segala kehidupan. Melalui GBHN tersebut

secara tersurat wanita Indonesia diharapkan mampu memerankan tugas-tugas berikut

secara simultan dan berkesinambungan. 1) Wanita Indonesia mampu berperan sebagai

isteri yang mendampingi suami dan menopang karir suami, 2) Wanita Indonesia

mampu berperan sebagai pengatur rumah tangga, 3) Wanita Indonesia mampu

berperan sebagai ibu yang mampu mendidik dan membina generasi muda, baik rohani

maupun jasmani, 4) wanita Indonesia mampu berperan sebagai tenaga kerja yang

mampu menambah pendapatan keluarga untuk mencapai keluarga sehat sejahtera, 5)

Wanita Indonesia mampu berperan sebagai anggota masyarakat yang aktif dalam

kegiatan sosial, 6) Wanita Indonesia mampu berperan sebagai manusia pembangunan

yang berkemampuan mengembangkan karir dan profesinya.

5. Wanita Dalam Membina Tumbuh Kembang Anak

Page 6: PERAN GURU WANITA TAMAN KANAK-KANAK DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

6

Di dalam kehidupan berkeluarga masalah pengasuhan dan pendidikan anak

pada umumnya dititik beratkan pada peran seorang ibu yang paling bertanggung

jawab. Pendidikan anak tidak hanya diperlukan agar anak dapat menyesuaikan diri

dengan tuntutan masa kini, melainkan juga terhadap tuntutan masa depan. Dengan

demikian diharapkan orang tua dapat membina anak menjadi cerdas, terampil, dan

kreatif serta mandiri, sehingga kelak menjadi daya manusia yang tangguh.

Posisi kunci dalam pembinaan anak terutama masa balita adalah di tangan

ibunya. Pada usia muda ini hampir seluruh waktu anak berada di dekat ibu dan anak

sangat tergantung kepadanya. Sebagai pengasuh dan pendidik anak dalam keluarga,

ibu mempengaruhi pertumbuhan dan pengembangan anak-anaknya, baik secara potitif

maupun negatif, karena dalam berinteraksi dengan anak seorang ibu dapat memainkan

peran sebagai: a). pengawas dan pengatur rumah tangga, b). pengamat yang baik, c).

sumber pengarah, d) sumber pendorong dan penghibur, e). pembahas, f). teman main

dan teman ceritera.

Ibulah yang mengetahui kebutuhan anak, dengan memperhatikan secara

seksama perubahan yang terjadi pada anak, kebutuhan anak akan sandang, pangan

kesehatan, perhatian dan kasih sayang, rasa aman, serta rangsangan mental,

emosional, dan sosial akan dapat dipengaruhi oleh ibu. Maka anak akan merasa aman,

terlindungi dan percaya pada lingkungan. Hal ini penting untuk kehidupan emosional

anak yang akan menjadi titik tolak dan sekaligus landasan bagi jenjang tumbuh

kembang anak selanjutnya (Jalal, 2004)

Berlandaskan konsep tersebut, maka peran wanita sangat jelas dalam

menumbuhkembangkan anak di awal pertumbuhannya. Mengingat peran strategis

posisi wanita dalam mengembangkan kepribadian anak, maka ia dituntut untuk selalu

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya agar mampu mewujudkan lingkungan

yang kondusif, yang dapat merangsang tumbuh kembang anak secara optimal sesuai

dengan usia anak, baik dalam aspek fisik, mental intelektual, sosial, maupun

emosional.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha

menjelaskan secara rinci tentang eksploratif. Lokasi penelitian di Surabaya dengan

subjek penelitian guru-guru wanita dan juga guru-guru laki-laki yang saat ini ada di

Surabaya. Fokus penelitian ini peran guru wanita dalam pendidikan anak usia dini

yakni pendidikan TK. Dalam penelitian ini diperlukan data primer yang diperoleh

melalui wawancara mendalam dengan informan dan pengamatan langsung terhadap

guru Taman Kanak-Kanak baik wanita maupun guru laki-laki. Selain data primer juga

digunakan data sekunder.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1).

Wawancara Mendalam, 2) Observasi. Data yang diperoleh di lapangan dianalisis

dengan menggunakan analisis deskriptif yang dikembangkan oleh Mathew B. Miles

dan Hubermas sebagai berikut; 1). Reduksi data, 2). Penyajian data, 3). Penarikan

Kesimpulan. Untuk memeriksa keabsahan data dilakukan langkah-langkah:

a. Kredibilitas, dilakukan melalui triangulasi, pengamatan secara cermat dan

melakukan member check terhadap temuan lapangan

b. Keteralihan, dilakukan dengan memperkaya deskripsi tentang berbagai aspek

yang berkaitan dengan guru Taman Kanak-Kanak

c. Kepastian, dilakukan diskusi dengan pakar kajian wanita, dan teman-teman pakar

Taman Kanak-Kanak.

Page 7: PERAN GURU WANITA TAMAN KANAK-KANAK DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

7

D. Pembahasan

1. Faktor-faktor Penyebab Guru Taman Kanak-Kanak Kebanyakan Wanita Sebagaimana yang telah terungkap di atas bahwa guru Taman Kanak-Kanak

kebanyakan adalah wanita. Ada berbagai faktor pendorong yang menyebabkan guru

Taman Kanak-Kanak kebanyakan wanita. Banyak pendapat yang mengungkapkan

bahwa faktor utama banyaknya para wanita yang memegang profesi sebagai guru atau

pendidik di Taman Kanak-Kanak adalah karena faktor yang melekat pada sifat-sifat

kewanitaan atau keibuannya. Wanita adalah, manusia yang dikonstruksi secara sosial

maupun cultural, memiliki sifat cantik, lemah lembut, emosional, dan keibuan, serta

memiliki tugas utama kewanitaan sepanjang hidupnya adalah melahirkan, menyusui,

dan segala aktivitas yang berkaitan dengan pengasuhan anak, serta pekerjaan-

pekerjaan yang dapat diselesaikan di sekitar rumah. Oleh karena sifat-sifat tersebut

maka sepantasnya bila banyak wanita menjadi guru Taman Kanak-Kanak, di mana

Taman Kanak-Kanak merupakan tempat pendidikan anak usia dini yaitu anak- anak

yang masih memerlukan pengasuhan seorang ibu. Sebagaimana hal tersebut

diungkapkan oleh Dwi Mulyani Rahayu seorang guru Taman Kanak-Kanak Bina Ana

Prasa Desa Sumber Rejo Kecamatan Pakal, bahwa:

„guru Taman Kanak-Kanak seyogyanya adalah wanita, sebab wanita memiliki

sifat lemah lembut, sabar, keibuan, dan dalam membimbing anak dengan

penuh kasih sayang. Dengan demikian maka anak-anak akan merasa nyaman

dalam belajar di sekolah meskipun tanpa didampingi oleh ibunya sendiri’.

Ungkapan-ungkapan senada ternyata banyak dilontarkan pula oleh para guru

maupun Kepala Sekolah Taman Kanak-Kanak yang juga seorang wanita. Pendapat

tersebut tampaknya memang sesuai dan umum, bukan saja karena yang

mengungkapkan adalah seorang wanita yang juga berprofesi sebagai guru Taman

kanak-Kanak, akan tetapi telah banyak pula diungkapkan oleh para pria.

Sebaliknya mengapa banyak wanita yang memilih profesi sebagai guru Taman

Kanak-Kanak. Berbagai alasan dikemukakan oleh para guru-guru wanita mengapa

memilih menjadi guru Taman Kanak-Kanak. Berdasarkan hasil analisis data yang ada

maka secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa faktor atau alasan-

alasan yang melatarbelakanginya. Faktor-faktor atau alasan-alasan tersebut dapat

diungkap secara verbal sebagai berikut.

a. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki.

Berdasarkan data yang ada dapat diketahui mayoritas para guru wanita tersebut

memang berlatar belakang lulusan pendidikan guru. Mereka kebanyakan adalah

lulusan Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak yang memang sejak awal telah

mempersiapkan diri untuk memilih profesi sebagai guru Taman kanak-Kanak. Tentu

saja mereka telah memiliki alasan yang sangat jelas dan kuat, terbukti sejak dini telah

mempersiapkan diri untuk memilih menjadi guru Taman Kanak-Kanak.

b. Ketersediaan lapangan kerja yang sesuai

Alasan lain yang dapat diungkap adalah faktor ketersediaan lapangan kerja yang

sesuai. Meningkatnya wanita dalam kegiatan ekonomi menuntut ketersediaan bidang

pekerjaan yang dapat dimasuki oleh wanita. Wanita yang ingin bekerja di luar rumah

banyak mengalami hambatan. Pola budaya masyarakat Indonesia yang masih

menganut sistem sosial patriarkhi tercermin pada berbagai sikap, tingkah laku, norma,

dan ideologi gender. Hal ini berakibat pada keterbatasan gerak perempuan, sehingga

hal ini juga berpengaruh pada pilihan hidup bagi para wanita yang masih menganut

budaya tersebut. Ketersediaan bidang pekerjaan yang sesuai dengan sifat-sifat dan

karakter kewanitaan pada kenyataannya masih sangat terbatas. Oleh karena itu pilihan

Page 8: PERAN GURU WANITA TAMAN KANAK-KANAK DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

8

menjadi guru Taman Kanak-Kanak bagi wanita yang ingin bekerja di luar rumah

merupakan alternatif pilihan yang dianggap tepat, karena sesuai dengan sifat dan

kodrat kewanitaan.

c. Dorongan suami

Pilihan untuk memilih profesi menjadi guru Taman Kanak-Kanak karena di dorong

suami. Banyak para suami yang mengijinkan isterinya untuk mengembangkan karier

di luar rumah, namun demikian juga membatasi pilihan bidang pekerjaan yang

dianggap sesui. Menjadi guru Taman Kanak-Kanak merupakan alternatif pilihan

profesi yang dipilihkan oleh suami, meskipun sebenarnya tidak sesuai dengan latar

belakang pendidikan yang dimiliki. Alasan yang mendukung adalah sesuai dengan

kodrat kewanitaannya. Bedasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru dapat

diungkap alasan tersebut salah satunya dikutip dari ungkapan Guru Jani ( usia 30

tahun) yang mengatakan bahwa:

‘’setelah menikah saya diperbolehkan kerja di luar rumah asalkan yang dekat dengan

tempat tinggal dan beban waktu kerja tidak banyak. Saya menuruti anjuran suami,

namun akhirnya ternyata saya menemukan dunia saya dengan menjadi guru TK”.

Oleh karena itu kemudian saya kemudian diijinkan pula untuk mempedalam

pengetahuan saya dengan menempuh studi bidang PGTK. Dengan menjadi guru TK

saya dapat memerankan peran ganda dalam rumah tangga saya dan anak-anak saya

tidak terlantar karena saya masih punya banyak waktu untuk menemani mereka”.

d. Faktor Ekonomi

Berdasarkan pada wawancara mendalam, seiring dengan tuntutan kebutuhan hidup

yang semakin lama semakin kompleks, maka menuntut seorang wanita untuk ikut

serta berperan mencari nafkah, meskipun itu bukan merupakan tugas utama seorang

wanita (isteri). Dalam kehidupan keluarga masa kini wanita seolah dituntut untuk

berperan ganda, selain sebagai ibu rumah tangga, maka ia juga berperan sebagai

pekerja yang harus ikut memikul beban tuntutan ekonomi keluarga. Lebih-lebih

masyarakat di Surabaya modern atau masyarakat kota mempunyai tuntutan hidup

lebih besar, kebutuhan sehari-hari tinggi, maka peluang untuk membantu ekonomi

keluarga juga besar. Alasan ini terlihat sebagai sesuatu alasan yang tidak masuk akal.

Betapa tidak, pada kenyataannya penghasilan atau gaji bagi guru di Indonesia adalah

sangat rendah, lebih-lebih guru Taman Kanak-Kanak. Para guru Taman Kanak-Kanak

yang belum berstatus sebagai pegawai negeri (PNS) rata-rata masih dibawah

Rp.500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) masih dibawah upah minimum regional.

Banyak guru yang hanya menerima gaji Rp. 150.000,00 sebulan, namun itu jumlah

yang dianggap dapat membantu perekonomian keluarga. Setidaknya dapat membantu

untuk mendukung uang jajan bagi anak-anaknya. Memang ironis, namun kenyataan

itu juga terungkap sebagai salah satu faktor alasan yang masuk akal.

e. Status Sosial

Profesi menjadi guru di Indonesia memang masih terkesan prestise. Meskipun gaji

guru pada kenyataannya masih rendah dan belum mencukupi kebutuhan hidup

keluarga, namun karena citra guru adalah mulia maka banyak yang berebut ingin

menjadi guru. Sebagaimana pameo ‘guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa’,

tampaknya hal merupakan moto yang menjadi slogan sehingga dapat memotivasi bagi

sebagaian para wanita untuk menentukan pilihan menjadi guru Taman Kanak-Kanak.

Bagi sebagian orang menjadi guru Taman Kanak-Kanak adalah merupakan profesi

yang membanggakan. Dengan berstatus sebagai guru Taman Kanak-Kanak maka

status sosial menjadi terangkat. Bagi sebagian masyarakat status guru memang

memiliki tempat terhormat, karena guru merupakan sosok yang dianggap panutan,

Page 9: PERAN GURU WANITA TAMAN KANAK-KANAK DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

9

baik bagi murid-muridnya di sekolah maupun di masyarakat. Ciri-ciri kepribadian

seorang guru yang bijak mempengaruhi perilaku dan citra baik di masyarakat,

sehingga mendorong masyarakat cenderung menghagainya. Oleh karena penghargaan

tersebut maka status sosialnya menjadi baik.

2. Faktor-faktor Munculnya Guru Laki-laki dalam pendidikan TK

Jika guru TK telah lazim dilakukan oleh kaum wanita karena wanita telah

memiliki sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yakni nalurinya sebagai wanita atau ibu

yang sabar, lembut, telaten dan sebagainya, bagaimana jika guru Tk dilakukan oleh

laki-laki.

Secara kodrati memang laki-laki tidak akan hamil, dan menyusui. Namun

apakah kaum laki-laki tidak akan bisa dan sabar dalam mendidik anak. Kenyataan

yang ada saat ini tampaknya berkembang bahwa kaum laki-laki tidak hanya identik

dengan kekasaran, kekuatan, tetapi juga kedisiplinan, kerasionalan yang dapat

mengikuti setiap sikap dan profesi.

Berbicara masalah profesi, memang jaman globalisasi tidak akan padang bulu

dan membedakan jenis kelamin. Jenis kelamin apapun dapat bekerja sebagai apapun

juga. Sebagai misal kalau dulu profesi tukang becak adalah profesi kaum laki-laki,

profesi kuli bangunan juga profesi kaum laki-laki, profesi pimpinan adalah profesi

kaum laki-laki, namun saat ini profesi-profesi tersebut telah dapat dilakukan pula oleh

kaum perempuan. Demikian pula dengan profesi guru Taman Kanak-kanak yang

sejak dulu profesi ini identik dengan peran seorang ibu dalam menumbuh-

kembangkan anaknya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan guru laki-laki Taman

Kanak-kanak ini, yakni:

a. Sifat keibuan yang dimiliki

Sifat keibuan yang dimiliki oleh kaum laki-laki ini sudah barang tentu bukan

sifat naluri yakni hamil, manyusui, namun sifat kelembutan yang memang bisa saja

dimiliki oleh kaum laki-laki. Ada beberapa guru yang mengatakan bahwa faktor ini

yang mendorong kaum laki-laki memilih profesi guru TK. Seperti yang diungkapkan

oleh Nur Sancoko bahwa “Sifat lembut dan telaten tidak hanya dimiliki oleh kaum

wanita saja tetapi laki-laki juga ada yang memiliki sifat itu. Dan biasanya jika laki-

laki itu memiliki sifat kelembutan dan telaten itu akan melebihi kaum wanita”.

Berkait dengan sifat ini yang sering mendorong kaum laki-laki memilih

profesi ini karena sifat menyenangi anak-anak. Hal ini seperti yang diungkap oleh

Lailatul Zakiyah (kepala TK Al Iman) bahwa

“ Sifat menyenangi anak tidak hanya dimiliki oleh kaum wanita saja tetapi

juga banyak laki-laki. Sifat ini menjadi kriteria dalam penerimaan guru Tk

baru di Al Iman. Dan ternyata ada beberapa calon guru yang memiliki sifat ini,

bahkan setelah diterima di sini mereka kelihatan dekat sekali dengan anak-

anak”.

b. Sifat Kebapakan

Sifat kebapakan yang menjadi pendorong kuat kaum laki-laki ini memilih

profesi guru TK adalah sifat selalu melindungi. Sifat melindungi yang dimiliki oleh

guru-guru TK laki-laki ini tampak pada sikap di saat anak-anak dalam bahaya. Sifat

melindungi ini akan menumbuhkan rasa aman pada anak-anak dan juga guru-guru

wanita. Biasanya rasa aman pada anak-anak lebih didapatkan dari seorang bapak dari

pada ibu.

c. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki.

Page 10: PERAN GURU WANITA TAMAN KANAK-KANAK DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

10

Saat ini telah banyak lembaga pendidikan Keguruan yang membuka Program

studi atau Jurusan Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak. Sehubungan dengan

sulitnya mencari pekerjaan tampaknya program ini menjadi alternatif pilihan para

remaja agar semakin mudah mencari pekerjaan. Tidak menutup kemungkinan ternyata

para remaja laki-laki juga memanfaatkan peluang untuk dapat bersaing dalam

menempuh ilmu ini. Sebagai imbasnya bahwa dengan banyaknya kaum laki-laki yang

menempuh pendidikan ini akan menerapkan ilmu yang telah dimiliki tersebut. Hal ini

sebagaimana diakui oleh Majid seorang lulusan PGTK yang saat ini memilih profesi

sebagai guru TK, bahwa

„ Saya memilih profesi guru TK ini selain menyenangi anak-anak juga untuk

menerapkan ilmu saya yang telah saya tempuh di PGTK. Yang akhirnya

menyenangkan sekali ketika harus berurusan dengan anak-anak seperti teman

bermain yang menyenangkan”.

d. Faktor ekonomi

Berkait dengan faktor ekonomi ini, bahwa guru laki-laki TK ini ternyata

memilih profesi ini juga didorong untuk memenuhi kebutuhan hidup, meskipun

memang sebenarnya bukan pendoronmg utama. Meskipun pada kenyataannya

penghasilan atau gaji bagi guru di Indonesia adalah sangat rendah, lebih-lebih guru

Taman Kanak-Kanak. Para guru Taman Kanak-Kanak yang belum berstatus sebagai

pegawai negeri (PNS) rata-rata masih dibawah Rp.500.000,00 (lima ratus ribu rupiah)

masih dibawah upah minimum regional. Namun ada yang berharap dengan masuk

sebagai tenaga pengajar TK ini dapat pula nantinya manjadi guru PNS yang saat ini

mulai dilirik banyak masyarakat di Indonesia.

3. Peran Guru Taman Kanak-Kanak Dalam Mengembangkan Potensi Anak

Posisi kunci pembina anak terutama masa balita adalah di tangan seorang ibu.

Pada usia muda ini hampir seluruh waktu anak berada di dekat ibu dan anak sangat

tergantung kepadanya. Sebagai pengasuh dan pendidik anak dalam keluarga, seorang

ibu mempengaruhi pertumbuhan dan pengembangan anak-anaknya, baik secara positif

maupun negatif, karena dalam berinteraksi dengan anak seorang ibu dapat memainkan

peran sebagai: 1). Pengawas dan pengatur rumah tangga, 2). Pengamat yang baik 3).

Sumber pengarah, 4). Sumber pendorong dan penghibur, 5). Pembahas, 6). Teman

main dan teman ceritera

Oleh karena posisi dan peran tersebut maka ibu lah yang mengetahui

kebutuhan anak, dengan memperhatikan secara seksama perubahan yang terjadi pada

anak, kebutuhan anak akan sandang, pangan, kesehatan, perhatian dan kasih sayang,

rasa aman serta rangsangan mental, emosional, dan sosial akan dapat dipengaruhi

pada lingkungan. Hal ini penting untuk kehidupan emosional anak yang akan menjadi

titik tolak dan sekaligus landasan bagi jenjang tumbuh kembang anak selanjutnya

(Jalal, 2004). Dengan demikian peran dan posisi seorang ibu adalah sangat

menentukan, dan dengan demikian pula maka sudahlah sangat tepat bila para guru

Taman Kanak-Kanak adalah seorang wanita atau seorang ibu.

Berkait dengan peran guru laki-laki dalam pendidikan anak usia dini ini,

ternyata guru laki-laki juga dapat memainkan peran sebagai guru TK dapat pula

dilihat dari peran-peran guru wanita seperti tersebut di atas.

Guru laki-laki dalam menjalankan perannya sebagai pengawas dan pengatur

rumah tangga dapat dilakukan seperti hal nya dilakukan oleh guru wanita yakni dalam

pandangannya guru-guru ini selalu mengawasi anak-anak dalam setiap tingkahnya

dan sebagai pengatur rumah tangga, guru laki-laki ini berlaku dengan selalu

Page 11: PERAN GURU WANITA TAMAN KANAK-KANAK DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

11

bertanggung jawab atas kelasnya dan menata sebagai layaknya seorang ibu dalam

menata rumah tangganya.

Sebagaimana telah disebutkan pula di muka bahwa pendidikan anak usia dini

adalah proses pembinaan tumbuh kembang anak sejak lahir hingga enam tahun secara

menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan non fisik dengan memberikan

rangsangan jasmani, rohani, motorik, akal fikir, emosional dan sosial. Untuk

membantu agar anak-anak dapat berkembang secara optimal maka salah satu lembaga

pendidikan prasekolah yang sesuai adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Pendidikan

Taman Kanak-Kanak dengan guru-guru wanitanya bertujuan membantu meletakkan

dasar pengembangan sikap, perilaku, pengetahuan, keterampilan dan cipta, yang

diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan

pertumbuhan selanjutnya.

Sifat anak-anak dalam masa usia dini pada dasarnya memiliki pikiran yang

spontas terbuka dan bebas, rasa ingin tahu besar, rasa takjub, daya imajinasi dan

kesenangannya bertanya. Ia lebih banyak diharapkan menerima informasi dari orang

tua, mengingatnya baik-baik, dan memproduksinya dengan tepat. Pada setiap anak

ada dorongan alamiah dari dalam (instriksik) untuk mengungkapkan diri secara

kreatif. Oleh karena itu dorongan tersebut hendaknya dibantu pengembangannya

melalui penciptaan lingkungan yang kondusif bagi munculnya (kompetensi) daya

kreativitas.

Semua anak didik di sekolah memerlukan seorang pembina (guru) yang baik.

Seorang guru menentukan tujuan dan sasaran belajar, membantu pembentukan nilai-

nilai pada anak, memilih pengalaman belajar, menentukan strategi belajar, yang

paling penting menjadi model perilaku bagi siswa. Namun, bagaimana pun tidak

semua guru dapat mengajar agar anak dapat menjadi kreatif. Ciri-ciri guru kreatif

adalah: sikap demokratis, ramah dan memberi perhatian perorangan, sabar, minat

luas, penampilan menyenangkan, adil dan tidak memihak, memiliki rasa humor,

perilaku konsisten, memberi perhatian terhadap masalah anak, sikap luwes (fleksibel),

menggunakan penghargaan dan pujian, dan mempunyai kemahiran yang luar biasa

dalam mengajar subjek tertentu.

Semua guru memiliki dampak yang besar terhadap pendidikan anak. Guru

dapat melumpuhkan rasa ingin tahu anak, merusak motivasi, harga diri dan kreativitas

anak. Bahkan guru yang sangat baik (atau yang sangat buruk) dapat mempengaruhi

anak lebih kuat dari pada orang tua, karena guru punya lebih banyak kesempatan

untuk merangsang atau menghambat kreativitas anak dari pada orang tua. Seorang

guru dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan potensi anak muncul,

memupuknya dan merangsang pertumbuhan. Sebagaimana dikemukakan oleh

Munandar (1999) bahwa paradigma mengajar yang dapat mendorong kreativitas anak

dapat dikemukanan sebagai berikut.

a. Belajar sangat penting dan sangat menyenangkan

b. Anak patut dihargai dan disayang sebagai pribadi yang unik

c. Anak hendaknya menjadi pelajar yang aktif, mereka perlu didorong untuk

membawa pengalaman, gagasan, minat dan bahan mereka di kelas. Mereka

dimunginkan untuk membicarakan bersama dengan guru mengenai tujuan

belajar setiap hari, dan perlu diberi otonomi dalam menentuakan bagaimana

mencapainya

d. Anak perlu merasa nyaman dan memiliki kebanggaan di kelas adalah milik

mereka juga dan mereka bertanggung jawab untuk mengaturnya.

e. Guru merupakan nara sumber, bukan polisis, atau dewa. Anak harus

menghormati guru, tetapi merasa aman dan nyaman dengan guru

Page 12: PERAN GURU WANITA TAMAN KANAK-KANAK DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

12

-f. Anak perlu merasa bebas untuk mendiskusinkan masalah secara terbuka

baik dengan guru maupun dengan teman sebaya

g. Kerjasama selalu lebih baik dari pada kompetisi

h. Pengalaman belajar hendaknya dekat dengan pengalaman dari dunia nyata.

Mereka perlu dilibatkan dalam merancang kegiatan belajar dan boleh

membawa bahan-bahan dari rumah.

Di antara guru laki-laki dan wanita ternyata memiliki peran yang sama dalam

menumbuhkembangkan anak-anak melalui proses interaksi setiap hari baik dalam

kelas maupun di luar kelas. Yang membedakan bahwa guru laki-laki tidak akan

memanjakan anak-anak didiknya dalam berusaha untuk mencapai tujuan belajarnya.

Peran yang menonjol dalam peran yang dilakukan oleh guru laki-laki yakni sebagai

pendorong untuk maju, atau motivasi dengan semangat yang tinggi, agar anak-ank

memiliki sifat lemah atau mudah putus asa.

Berlandaskan konsep tersebut, peran guru wanita dan laki-laki sangat jelas

dalam menumbuhkembangkan anak di awal pertumbuhannya. Mengingat peran guru

dalam mengembangkan kepribadian anak, maka ia dituntut untuk selalu

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya agar mampu mewujudkan lingkungan

yang kondusif, yang dapat merangsang tumbuh kembang anak secara optimal sesuai

dengan usia anak, baik dalam aspek fisik, mental, intelektual, social maupun

emosional.

4. Efektifitas Guru Taman Kanak-Kanak Dalam Meningkatkan Pendidikan

Anak Usia Dini Di dalam layanan pendidikan terdapat interaksi antara pendidik dan peserta

didik. Interaksi tersebut berlangsung untuk mendapatkan sesuatu ialah tercapainya

tujuan pendidikan (Wingkel, 1987). Tujuan dimaksud dalam Pendidikan Taman

Kanak-Kanak adalah tujuan instruksional, yang akan dicapai oleh suatu kegiatan

tentang kompentensi dasar tertentu. Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang

diharapkan salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah berlangsungnya interaksi

guru dengan peserta didik dengan baik.

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan

kualitas pembelajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan

dan membuat perencanaan secara seksama serta pengorganisasian kelas, penggunaan

metode mengajar, strategi belajar mengajar. Guru sebagai pengelola proses belajar

mengajar, bertindak selaku fasilitator yang selalu berusaha menciptakan kondisi

belajar mengajar efektif, mengembangkan bahan ajar dengan baik dan meningkatkan

kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan yang ingin dicapai (Usman,

2000).

Sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat tercapai

adalah masalah efektifitas pembelajaran. Jadi pembelajaran dikatakan efektif apabila

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Ada beberapa istilah serupa

yang perlu dipahami dalam membahas keefektifan yaitu keefektifan sekolah, dan

keefektifan pembelajaran. Keefektifan adalah ketepatan sasaran dari suatu proses

yang berlangsung untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan pengertian di atas maka keefektifan sekolah/pendidikan ialah ketepatan

sasaran dari proses pendidikan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Sedangkan keefektifan pembelajaran ialah ketepatan sasaran dalam proses

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Perbedaan dari keduanya ialah

jika keefektifan pendidikan maka tujuan yang menjadi ukuran adalah lembaga

pendidikan (level sekolah) sedangkan dalam pembelajaran yang menjadi tujuan

adalah instruksional umum dan khusus level kelas (Naf’an ,2002).

Page 13: PERAN GURU WANITA TAMAN KANAK-KANAK DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

13

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh Guru Taman

Kanak-Kanak diharapkan senantiasa memilih strategi pembelajaran yang akan

mengembangkan kreativitas anak, menyenangkan siswa dan guru serta efektif.

Pembelajaran yang demikian sering disebut dengan istilah PAKEM (Pembelajaran

Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).

Untuk mengetahui efektifitas para guru wanita Taman Kanak-Kanak dalam

meningkatkan Pendidikan Anak Usia Dini maka dapat diungkapkan berdasarkan

hasil analisis data yang ada. Efektifitas/efisiensi yang dimaksud adalah sebagai salah

satu usaha tertentu dengan kegiatan tertentu dapat memberikan hasil yang terbesar

baik mengenai kualitas maupun kuantitas. Berdasarkan hasil data yang didapat

melalui instrumen yang dibuat untuk mengetahui efektifitas pembelajaran guru wanita

Taman Kanak-Kanak, dengan mengembangkan variable efektifitas pembelajaran

dapat dipaparkan hal-hal sebagai berikut.

a. Perencanaan, guru Taman Kanak-Kanak wanita dalam melaksanakan

pembelajaran di Taman Kanak-Kanak membuat program pembelajaran mulai dari

program semester, satuan kegiatan mingguan maupun satuan kegiatan harian.

Dengan demikian apa yang akan dicapai dalam semester telah direncanakan. Cara

perencanaannya untuk program semester melalui pengembang kurikulum di

tingkat kecamatan. Kemudian satuan kegiatan mingguan dan kegiatan harian

dikembangkan oleh guru kelas disesuaikan dengan visi, kondisi sarana, prasarana

sekolah.

b. Pelaksanaan program semester yang dijabarkan dalam satuan kegiatan mingguan

dan diaplikasikan dalam satuan kegiatan harian. Berdasarkan pada observasi di

sekolah bahwa guru-guru TK baik wanita maupun laki-laki semua diwajibkan

membuat program semester yang dilanjutkan kepada Satuan Kegiatan mIngguan

dan Satuan Kegiatan Harian yang disesuaikan dengan kondisi sekolahnya masing-

masing. SKM dan SKH yang telah disusun oleh guru-guru TK tersebut ada yang

telah terlaksana sesuai rencana namun juga ada yang belum terlaksana dengan

baik. Hal ini disebabkan karena faktor antara lain kondisi sarana-prasarana

masing-masing sekolah bervariasi atau faktor lain.

c. Berkenaan dengan strategi pembelajaran dan pemilihan metode pembelajaran

dalam melaksanakan pembelajaran semua guru telah berusaha dan telah terlaksana

menggunakan model pembelajaran yang menarik dengan metode-metode yang

variatif misalnya sosio drama, metode bermain, metode bernyanyi, berceritera dan

sebagainya. Guru juga menggunakan pendekatan kontekstual yaitu konsep

pembelajarn yang mengkaitkan apa yang dipelajari siswa dengan kehidupan

sehari-hari di sekitar siswa yang bersangkutan. Pembelajaran dilakukan dengan

cara memberi kesempatan untuk mengalami sendiri dan berlangsung pada kondisi

alami. Hal demikian dilakukan supaya peserta didik bisa membangun pikirannya

sendiri, memecahkan masalah kehidupan yang dialami dengan segala

permasalahannya. Seperti yang diungkap oleh Kepala Sekolah Aisyyah

Wonokromo bahwa semua guru TK telah berusaha untuk melaksanakan

pembelajaran dengan strategi yang menarik karena anak-anak harus dididik

dengan suasana yang menarik sehingga tidak mudah bosan.

d. Berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran, seluruh responden mengatakan

selalu mengarahkan peserta didik untuk memecahkan masalah dengan cara

memberi tugas yang dapat memotivasi peserta didik kreatif. Memberi umpan balik

dan tanya jawab untuk mengetahui pemahaman dan kompetensi yang dicapai

siswa. Guru juga memberikan reward dan membuat simpulan atau penguat di

akhir pembelajaran.

Page 14: PERAN GURU WANITA TAMAN KANAK-KANAK DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

14

e. Berkenaan dengan kompetensi guru, memang tidak semua guru Tk di Surabaya

berlatar pendidikan guru Taman Kanak-Kanak atau pendidikan guru, namun

diantara guru-guru TK yang ada hanya sekitar 1 atau 2 di sekolah yang bukan

berasal dari pendidikan guru, diantaranya berlatar belakang SMA, MAN atau

Sarjana Agama dan juga ada yang Sarjana Psikologi. Alasan Lulusan SMA atau

MAN ini diterima dalam pendidikan TK karena ada kemampuan lain selain

kompetensi guru yakni kemampuan Agama tertentu yang saat ini telah menjadi

faktor pendorong orang tua untuk menitipkan anaknya di TK-TK terutama TK

Islam.

f. Pencapaian kompetensi dasar yang dilaksanakan dalam pembelajaran secara

umum guru-guru telah dapat mencapainya di ataas rata-rata yakni sekitar 80%.

Sementara masih ada guru-guru yang baru mencapai kompetensi dasar dalam

pembelajarannya 70%, namun tidak ada guru yang yang pencapaiannya hanya

50% bahkan di bawahnya. Artinya, sebagaian besar kompetensi yang

direncanakan telah dicapai oleh para guru wanita di Taman Kanak-Kanak.

g. Berkait dengan hasil belajar siswa, semua TK menyatakan selalu

mengkomunikasikan kepada orang tua siswa mulai dari hasil harian, mingguan

hingga semesteran. Hal ini sesuai dengan pendapat Creremers dan Reezigt dalam

(Jamaludin, 2000) bahwa ada tujuh factor sekolah efektif antara lain:

1) Pemantauan terhadap kemajuan siswa

2) Kebijakan dan pelaporan hasil belajar yang melibatkan orang tua

3) Penekanan pada pencapaian tujuan

4) Harapan tinggi

h. Berkenaan dengan harapan tinggi (ekspektasi) pendapat tersebut, mempunyai

harapan yang tinggi untuk mencerdaskan anak didiknya, hal ini tampak dari

keinginan besar untuk maju dan mengikuti pelatihan-pelatihan untuk

pembelajaran, misalnya seminar tentang bermain edukatif, pelatihan senam ceria

untuk anak, permainan kreativitas untuk anak yang menyenangkan, pelatihan

tentang calistung, tentang aritmatika sempoa.

Berdasar pada paparan tersebut, banyak variable yang terkait dengan

efektifitas pembelajaran, antara lain faktor guru, pendekatan, metode, sarana-prasana,

siswa, lingkungan. Dengan demikian pencapaian tujuan pembelajaran sangat relatif

tergantung dari beberapa faktor, namun melihat jawaban dari responden dapat

disimpulkan bahwa guru wanita Taman Kanak-Kanak dapat melaksanakan

pembelajaran dengan efektif.

E. Penutup

Sebuah citra yang telah terbangun dan melekat dalam pandangan masyarakat

bahwa guru Taman Kanak-Kanak lazimnya adalah wanita. Faktor utama yang

mendorong para wanita untuk memilih profesi sebagai guru atau pendidik di Taman

Kanak-Kanak adalah karena sifat-sifat kewanitaan atau keibuannya. Wanita memiliki

sifat lemah lembut, sabar, keibuan, dan dalam membimbing anak dengan penuh kasih

sayang. Dengan demikian maka anak-anak Tanam-Kanak-Kanak akan merasa

nyaman dalam belajar di sekolah meskipun tanpa didampingi oleh ibunya sendiri’.

Faktor-faktor atau alasan-alasan lain para wanita untuk memilih profesi sebagai guru

atau pendidik di Taman Kanak-Kanak adalah: Menerapkan ilmu pengetahuan yang

telah didapat, ketersediaan lapangan kerja, dorongan suami, faktor ekonomi, status

sosial. Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan laki-laki saat ini mau memilih

profesi guru TK adalah: faktor : dimilikinya sifat keibuan oleh laki-laki seperti sabar

Page 15: PERAN GURU WANITA TAMAN KANAK-KANAK DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

15

dan menyenangi anak, sifat kebapakan, faktor ingin menerapkan ilmunya, faktor

ekonomi.

Guru wanita maupun laki-laki Taman Kanak-Kanak dalam mengembangkan

potensi anak dengan memainkan peranya sebagai guru Taman Kanak-Kanak yang

selalu berinteraksi dengan anak. Guru wanita adn laki-laki memiliki peran yang sama

dalam menghantarkan tumbuh kembang anak-anak yakni dapat memainkan peran

sebagai: 1). Pengawas dan pengatur rumah tangga, 2). Pengamat yang baik, 3).

Sumber pengarah, 4). Sumber pendorong dan penghibur, 5). Pembahas persoalan

anak, 6). Teman main dan teman ceritera

Bedanya bahwa guru laki-laki menngunakan daya rasional dalam memainkan

perannya, sedangkan guru wanita lebih menggunakan pendekatan perasaan dan

emosinya.

Efektifitas Guru Wanita Taman Kanak-Kanak dalam meningkatkan

Pendidikan Anak Usia Dini dapat dicapai dengan memenuhi tugas-tugas sebagai guru

yakni, selalu memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama serta

pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar

dengan menggunakan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan).

Perencanaan program pembelajaran mulai dari program semester, satuan

kegiatan mingguan maupun satuan kegiatan harian. Pelaksanaan program semester

yang dijabarkan dalam satuan kegiatan mingguan dan diaplikasikan dalam satuan

kegiatan harian, sehingga pembelajaran selalu terlaksana dengan baik dan

pelaksanaan pembelajaran, selalu mengarahkan peserta didik untuk memecahkan

masalah dengan cara memberi tugas yang dapat memotivasi peserta didik kreatif.

Banyak variable yang terkait dengan efektifitas pembelajaran, antara lain

faktor guru, pendekatan, metode, sarana-prasana, siswa, lingkungan. Pencapaian

tujuan pembelajaran sangat relatif tergantung dari beberapa faktor, namun dapat

disimpulkan bahwa guru wanita Taman Kanak-Kanak dapat melaksanakan

pembelajaran dengan efektif.

Daftar Pustaka

Abdulhak, Ishak. 2003. “Konseptualisasi Pemetaan Tatanan Kebijakan Serta Sistem

Program Pendidikan Anak Dini Usia”. Dalam bulletin Padu, edisi khusus.

Darminto, Eko. 1995. “Kreativitas Anak TK (Pengembangan dan Implekasinya dalam

Pendidikan”. Makalah disampaikan dalam rangka Hari Anak tanggal 2 Mei

1995.

Dennison,Gail E.,dkk. 2004. Brain Gym (Senam Otak), Penambahan Kekuatan Otak

Instan Untuk Sukses di tempat kerja, Batam: Interaksara.

Einon, Doroty. 2002. Anak Kreatif (Creative Child). Alih Bahasa Alexander Sidoro.

Baton Centre: Karisma Publising Group.

Eisner, C. dkk. 1999. Educating Artistic Vision. New York: The Macmillan Company.

Gettwicki, Carol. 2007. Developmentally Appropriate Practice: Curriculum and

Development in Early Aducation, Kanada: Thomson Demar Learning.

Page 16: PERAN GURU WANITA TAMAN KANAK-KANAK DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

16

Goleman, Daniel. 2000. Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gutama. 2002. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini. Depdiknas: Direktorial

Pendidikan Luar Sekolah.

_________. 2003. “The World Forum on Early Child Care and Education”. 2003,

Bulletin Padu,Vol 2 No: 02 Agustus 2003.

Jalal, Fasli. 2004. Potret Pengasuhan, Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia

Dini. Jakarta: Forum Padu.

Jamaris, Martini. 2005. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia TK. Jakarta:

Grasindo.

Mulyadi, Kresno.1997. “Mengembangkan Kreativitas Anak” Makalah disampaikan

dalam Seminar dan Dialog Sehari yang dilaksanakan tanggal 16 Desember

1997 dalam rangka hari Ibu dan Dies Natalis XXXIII IKIP Surabaya.

Munandar. Utami. 1993. “ Peranan Orang tua dan Guru dalam Mengembangkan

Kreativitas Anak Pra-Sekolah” Makalah disampaikan dalam rangka 25 tahun

Universitas Surabaya tanggal 19 April 1993.

_________. 1995. Dasar-dasar Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:

Dep Pend dan Kebudayaan DIKTI. Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

_________. 1999. Kreativitas & Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif

& Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Ollenburger, Jne C. 2002. Sosiologi Wanita. Jakarta: Rineka Cipta.

Padmonodewo, Soemiarti. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta: Rineka Cipta.

Sumiarni, Endang. 2004. Gender dan Feminisme. Yogyakarta: Wonderfull

Publishing Compeny.

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta:

Kanisius.