12
e-ISSN: 2442-7667 p-ISSN: 1412-6087 © 2017 LPPM IKIP Mataram Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari Kreasi Ni Made Sulastri Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram Email: [email protected] Abstract: This research aimed to improve coarse motoryc ability through activity of creating dance and know process of improving coarse motoryc ability through activity of creating dance at TK Mutiara Hati Kota Mataram in year 2015. Research model used Kemmis and Taggart model with 15 students of froup B as research subject. This research conducted in two cycles consisted of sixteen meetings. Technique of data collection conducted through observation, interview and documentation. Technique of data analysis used qualitative and quantitative analysis. Analysis of qualitative data was used to elaborate the result of improving students’ coarse motoryc ability after conducted activity of creasion dance with analysing data from the result observation, interview, and documentation as long as research. Analysis of quantitative data was used to know improvement percentage of coarse motoryc ability after implementing acting, percentage of students’ coarse motoryc ability in pra-cycle was 52,65%` improved in cycle I became 74,01% and improved in cycle II became 96,06%. The result of implementig acting showed that it has improved coarse motoryc ability based on successful criteria was 71% from total of students’ group B at TK Mutiara Hati has reached standard of succesful which determined by school and collaborator was 75 and all students showed coarse motoryc ability was develope. So it could be concluded that coarse motoryc ability could be improved through activity of creating dance. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar melalui kegiatan tari kreasi serta mengetahui proses peningkatan kemampuan motorik kasar melalui kegiatan tari kreasi di TK Mutiara Hati Kota Mataram tahun 2015. Model penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan Taggart dengan 15 orang anak kelompok B sebagai subyek penelitian. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang terdiri dari enam belas kali pertemuan. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk menjelaskan hasil peningkatan kemampuan motorik kasar anak setelah pelaksanaan kegiatan tari kreasi dengan cara menganalisis data hasil catatan lapangan, catatan wawancara, dan catatan dokumentasi selama penelitian. Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui persentase kenaikan kemampuan motorik kasar setelah pelaksanaan tindakan, persentase kemampuan motorik kasar anak pada pra- siklus yaitu 52,65% meningkat pada siklus satu menjadi 74,01% dan meningkat pada siklus dua menjadi 96,06%. Data hasil pelaksanaan tindakan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan motorik kasar sesuai kreteria keberhasilan yaitu 71% dari keseluruhan anak kelompok B TK Mutiara Hati sudah mencapai standar keberhasilan yang ditentukan sekolah dan kolaborator yaitu sebesar 75 dan semua anak menunjukkan kemampuan motorik kasar berkembang sesuai harapan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik kasar dapat ditingkatkan melalui kegiatan tari kreasi. Kata Kunci: Motorik Kasar, Tari Kreasi. Pendahuluan Anak usia dini merupakan sekelompok individu yang berada pada rentang usia 0 sampai 8 Tahun kreteria ini tertera dalam NAEYC (National assosiation education for young children). Undang- undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Tujuan pembinaan bermakna menemukan potensi dalam diri anak melalui stimulus yang dilakukan sejak dini dari

Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari ...lppm.ikipmataram.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/Ni-Made-Sulastri... · tes yakni dengan menggunakan pengamatan atau

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari ...lppm.ikipmataram.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/Ni-Made-Sulastri... · tes yakni dengan menggunakan pengamatan atau

e-ISSN: 2442-7667

p-ISSN: 1412-6087

© 2017 LPPM IKIP Mataram

Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari Kreasi

Ni Made Sulastri

Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram

Email: [email protected] Abstract: This research aimed to improve coarse motoryc ability through activity of creating dance and know

process of improving coarse motoryc ability through activity of creating dance at TK Mutiara Hati Kota

Mataram in year 2015. Research model used Kemmis and Taggart model with 15 students of froup B as

research subject. This research conducted in two cycles consisted of sixteen meetings. Technique of data

collection conducted through observation, interview and documentation. Technique of data analysis used

qualitative and quantitative analysis. Analysis of qualitative data was used to elaborate the result of improving

students’ coarse motoryc ability after conducted activity of creasion dance with analysing data from the result

observation, interview, and documentation as long as research. Analysis of quantitative data was used to know

improvement percentage of coarse motoryc ability after implementing acting, percentage of students’ coarse

motoryc ability in pra-cycle was 52,65%` improved in cycle I became 74,01% and improved in cycle II

became 96,06%. The result of implementig acting showed that it has improved coarse motoryc ability based on

successful criteria was 71% from total of students’ group B at TK Mutiara Hati has reached standard of

succesful which determined by school and collaborator was 75 and all students showed coarse motoryc ability

was develope. So it could be concluded that coarse motoryc ability could be improved through activity of

creating dance.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar melalui kegiatan tari kreasi

serta mengetahui proses peningkatan kemampuan motorik kasar melalui kegiatan tari kreasi di TK Mutiara

Hati Kota Mataram tahun 2015. Model penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan Taggart dengan

15 orang anak kelompok B sebagai subyek penelitian. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang terdiri

dari enam belas kali pertemuan. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan

dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data

kualitatif digunakan untuk menjelaskan hasil peningkatan kemampuan motorik kasar anak setelah pelaksanaan

kegiatan tari kreasi dengan cara menganalisis data hasil catatan lapangan, catatan wawancara, dan catatan

dokumentasi selama penelitian. Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui persentase kenaikan

kemampuan motorik kasar setelah pelaksanaan tindakan, persentase kemampuan motorik kasar anak pada pra-

siklus yaitu 52,65% meningkat pada siklus satu menjadi 74,01% dan meningkat pada siklus dua menjadi

96,06%. Data hasil pelaksanaan tindakan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan motorik kasar

sesuai kreteria keberhasilan yaitu 71% dari keseluruhan anak kelompok B TK Mutiara Hati sudah mencapai

standar keberhasilan yang ditentukan sekolah dan kolaborator yaitu sebesar 75 dan semua anak menunjukkan

kemampuan motorik kasar berkembang sesuai harapan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan

motorik kasar dapat ditingkatkan melalui kegiatan tari kreasi.

Kata Kunci: Motorik Kasar, Tari Kreasi.

Pendahuluan

Anak usia dini merupakan

sekelompok individu yang berada pada

rentang usia 0 sampai 8 Tahun kreteria ini

tertera dalam NAEYC (National assosiation

education for young children). Undang-

undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

bahwa: Pendidikan anak usia dini adalah

suatu upaya pembinaan yang ditujukan

kepada anak sejak lahir sampai dengan usia

enam tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan

jasmani dan rohani anak agar memiliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih

lanjut.

Tujuan pembinaan bermakna

menemukan potensi dalam diri anak melalui

stimulus yang dilakukan sejak dini dari

Page 2: Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari ...lppm.ikipmataram.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/Ni-Made-Sulastri... · tes yakni dengan menggunakan pengamatan atau

Jurnal Kependidikan 16 (1): 85-96

86

aspek perkembangan yang dimiliki anak.

Salah satu aspek tersebut adalah aspek

kemampuan motorik kasar. Kemampuan

motorik kasar merupakan kemampuan

pengendalian gerakan jasmaniah melalui

kegiatan yang melibatkan otot-otot besar

yang terkoordinasi, otot besar inilah yang

nantinya akan mengatur perkembangan

jasmani anak. Kemampuan motorik kasar

yang terdiri dari gerak lokomotor,

nonlokomotor dan manipulatif menjadi

dasar bagi anak untuk dapat melakukan

kegiatan sehari-hari dan aktifitas

perkembangan selanjutnya.

Permasalahan kemampuan motorik

kasar anak masih rendah yaitu pada

kemampuan lokomotor, nonlokomotor dan

manipulatif khususnya pada indikator

melompat, berputar, mengayunkan kaki dan

tangan dan menekuk kaki. Berdasarkan hasil

observasi awal pada kelompok B Usia 5-6

tahun di TK Mutiara Hati sebagian besar

anak belum menunjukkan kemampuan

motorik kasar yang baik, terdapat 10 anak

atau sekitar 66,66% dari 15 anak memiliki

kemampuan motorik kasar yang rendah

terkait kemampuan motorik kasar pada

indikator melompat, berputar, mengayunkan

kaki dan tangan dan menekuk kaki.

Rendahnya kemampuan melompat meliputi

anak belum mampu melompat dengan kedua

kaki dan menahan berat masih terdapat anak

yang ketika melompat terjatuh dan tidak

dapat menahan berat tubuh. Rendahnya

kemampuan berputar meliputi anak belum

mampu melakukan gerakan berputar dengan

tempo cepat ketika berputar masih banyak

anak yang tidak seimbang, anak belum

mampu melakukan gerakan mengayunkan

tangan kedepan kesamping kiri dan kanan,

masih banyak anak dalam mengayunkan

tangan tapi tidak lentur. Kemampuan

motorik kasar pada indikator menekuk kaki

meliputi belum terlihat banyak anak yang

mampu menekuk kaki dengan kuat, terlihat

banyak anak yang malas bergerak pada saat

menekuk kaki dan tangan tidak mampu

bertahan selam sepuluh detik.

Peran pendidik sangat penting dalam

menentukan dan meningkatkan kemampuan

motorik kasar anak usia 5-6 tahun. Karena

pada dasarnya anak usia 5-6 tahun sudah

seharusnya dan diharapkan anak dapat

melakukan gerakan motorik kasar yang

meliputi gerak lokomotor, nonlokomotor

dan manipulatif. Kemampuan lokomotor

meliputi anak mampu berlari dengan

seimbang tanpa jatuh, anak mampu berjalan

sambil berjinjit dengan seimbang, anak

mampu melompat dengan kedua kaki dan

menahan berat tubuh tanpa jatuh.

Kemampuan nonlokomotor meliputi anak

mampu melakukan gerakan

membungkukkan badan dengan lentur, anak

mampu melakukan gerakan berputar dengan

seimbang, anak mampu melakukan gerakan

mengayunkan tangan kedepan kesamping

kiri dan kanan dengan benar. Dan

kemampuan gerak manipulatif meliputi anak

mampu memikul benda dengan kuat, anak

mampu menekuk kaki dan tangan. Salah

satu kegiatan yang dapat yang dapat

meningkatkan kemampuan motorik kasar

anak usia 5-6 tahun adalah melalui kegiatan

tari kreasi.

Tari Kreasi mampu untuk

meningkatkan kemampuan motorik kasar

anak, karena gerakan tari kreasi memiliki

gerakan-gerakan yang mewakili gerak

motorik kasar anak usia dini (5-6 tahun)

Page 3: Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari ...lppm.ikipmataram.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/Ni-Made-Sulastri... · tes yakni dengan menggunakan pengamatan atau

Ni Made Sulastri, Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari Kreasi …

87

seperti gerakan berdiri, berlari, berjinjit,

melompat, berputar, mengayunkan tangan,

mengangkat benda, menyiku sehingga

aspek-aspek motorik kasar pada anak dapat

dikembangkan. Selain mengembangkan

aspek motorik kasar, gerakan dalam Tari

Kreasi juga memiliki gerakan dasar motorik

kasar yang sederhana dan ceria sehingga

dapat mewakili karakteristik anak.

Tari kreasi juga memenuhi

pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

efektif dan menyenangkan. Aktif disini

melibatkan anak untuk bergerak aktif

menggerakkan semua anggota tubuh untuk

melakukan berbagai gerakan yang terkait

pada kemampuan motorik, inovatif

menjadikan inovasi berbagai gerakan-

gerakan yang termasuk dalam indicator

kemampuan motorik kasar anak menjadi

satu kesatuan tarian yang indah tapi tetap

mempertahankan karakteristik kemampuan

motorik kasar anak usia dini, kreatif dapat

menjadi kreativitas dari gerak-gerak biasa

seperti berlari tapi mampu diindahkan

sehingga menjadi gerak tari, efektif gerakan-

gerakan motorik kasar anak menjadi efektif

digunakan oleh anak karena anak tidak

menyadari pada saat menari tapi tujuannya

adalah untuk mengembangkan kemampuan

motorik, menyenangkan karena gerakan-

gerakan tari kreasi dikemas dalam sebuah

tarian yang diiringi dengan irama musik

sehingga akan menyenangkan bagi anak.

Jadi anak tidak hanya bergerak tanpa arti

dan tanpa control, tapi dengan menari anak

tanpa sadar juga akan meningkat pada

kemampuan motorik kasarnya.

Tari kreasi yang berpolakan tari

tradisi mengkreasikan gerakan-gerakan

berdasarkan pola gerak tari tradisi yang

sudah ada, namun gerakan dikreasikan atau

disesuaikan dengan karakteristik

kemampuan motorik kasar anak. Anak usia

dini belum dapat dituntut untuk melakukan

gerakan menari yang sempurna, yang

terpenting adalah anak menyukai dan senang

pada kegiatan tersebut sehingga aspek

perkembangan anak dapat terstimulasi,

khususnya pada kemampuan motorik kasar.

Pada kenyataanya kemampuan

motorik kasar anak usia 5-6 tahun di TK

Mutiara Hati masih kurang

diperhatikan,pembelajaran atau kegiatan

yang mengembangkan tentang kemampuan

motorik kasar masih kurang, penggunaan

media pembelajaran kemampuan motorik

kasar terbatas, kegiatan dalam

pengembangan motorik kasar belum pernah

menggunakan kegiatan tari kreasi.

Kenyataan ini terlihat dari berbagai kegiatan

yang diberikan guru kurang beragam dan

masih belum banyak menyentuh fisik

motorik anak atau motorik kasar

anak,terlihat dari kegiatan anak lebih banyak

bermain dengan temannya tanpa kontrol dari

guru, anak lebih senang bermain di dalam

ruang kelas dengan alasan malas bergerak

dengan alasan takut terjatuh, lebih tertarik

dengan aktifitas bermain games atau

permaian yang tidak mebutuhkan

kemampuan otot-otot besar.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada

anak usia 5-6 tahun, di kelompok B TK

Mutiara Hati Kota Mataram. Penelitian ini

dimulai pada bulan November 2015 sampai

Januari 2016. Penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan metode penelitian

tindakan, dengan model dari Kemmis dan

Page 4: Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari ...lppm.ikipmataram.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/Ni-Made-Sulastri... · tes yakni dengan menggunakan pengamatan atau

Jurnal Kependidikan 16 (1): 85-96

88

Mc Taggart. Metode penelitian tindakan

menurut Arikunto (2008:3) adalah penelitian

yang memiliki pengertian suatu pencermatan

terhadap kegiatan belajar berupa sebuah

tindakan, yang sengaja dimunculkan dan

terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Penelitian tindakan ini menggunakan

dua siklus, yang masing-masing siklus

dilakukan delapan kali pertemuan terdiri dari

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan

refleksi. Kriteria keberhasilan tindakan ini

berhasil, jika hasil kemampuan pengendalia

diri anak telah mencapai skor 75

(kesepakatan peneliti dan kolaborator) dan

71% menurut Mills.

Instrumen Penelitian yang digunakan

sebagai alat pengumpul data dalam

penelitian tindakan ini adalah instrumen non

tes yakni dengan menggunakan pengamatan

atau observasi yang mengacu pada

kemampuan motorik kasar. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu: (1) Pengamatan, (2)

Catatan Lapangan, (3) Catatan Wawancara

dan (4) Dokumentasi. Analisis data

dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.

Analisis data secara kuantitatif

dilakukan dengan melihat adanya persentase

peningkatan kemampuan mulai dari pra-

intervensi, siklus I sampai siklus II dengan

mengamati kemampuan pengendalian diri

anak. Sedangkan analisis data kualitatif

dilakukan dengan cara menganalisis data

dari hasil catatan lapangan, wawancara dan

catatn dokumentasi selama penelitian.

Secara kualitatif, berdasarkan penyusunan

data menurut Miles dan Huberman, tahapan

yang dilalui yaitu reduksi data, display data

dan verifikasi.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Sebelum pemberian tindakan

diadakan penilaian pra siklus guna

mengetahui kemampuan awal kemampuan

motorik kasar anak dengan mengamati

kegiatan tari kreasi . Proses pelaksanaan

pembelajaran melalui kegiatan tari kreasi

menunjukkan adanya peningkatan pada

indikator-indikator kemampuan motorik

kasar. Hal tersebut terlihat dari hasil

observasi pemantau tindakan yang

menunjukkan bahwa guru telah

melaksanakn seluruh aktifitas kegiatan

sesuai dengan skenario kegiatan yang telah

dibuat serta hasil asesment anak saat

kegiatan tari kreasi dilaksanakan.

Pra Siklus

Berdasarkan hasil pengamatan pada pra

siklus terdapat 10 orang anak yang memiliki

persentase di bawah rata-rata kelas atau

sekitar 66,66% dari 15 orang anak, Hasil

pengamatan 15 orang anak dengan rata-rata

persentase 52,65% dikatagorikan dalam

kemampuan anak belum berkembang dan

lima anak lainnya memilki kemampuan

mulai berkembang. Sehingga kemampuan

motorik kasar TK Mutiara Hati masih

rendah dan belum mencapai target yang

diinginkan.

Page 5: Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari ...lppm.ikipmataram.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/Ni-Made-Sulastri... · tes yakni dengan menggunakan pengamatan atau

Ni Made Sulastri, Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari Kreasi …

89

Pada pra siklus terdapat 10 orang anak atau

66,66% dari 15 orang anak yang mengalami

kemampuan motorik kasar yang rendah

dengan rata-rata persentase kelas sebesar

52,65%.

Siklus 1

Pada siklus 1 sebanyak tujuh orang anak

memiliki persentase di atas rata-rata kelas.

Sedangkan delapan orang anak pada

asesment awal yang memilki persentase

awal 52,65% ke bawah belum mencapai

standar keberhasilan tindakan yang

diharapakan. Kedelapan anak ini berada

pada interval mulai berkembang dengan

rentang 43,34 sampai dengan 60,67. Dengan

demikian persentase kenaikan belum

mencapai standar keberhasilan 71% jumlah

keseluruhan anak seperti yang diungkap

Mills. Sehingga dapat disimpulkan

persentase dari pra siklus sampai siklus 1

kemampuan motorik kasar anak kelompok B

TK Mutiara Hati belum mencapai standar

keberhasilan 71% jumlah keseluruhan anak

sehingga perlu dilakukan tindakan pada

siklus 2. Karena peneliti juga merujuk pada

standar keberhasilan penelitian ini dikatakan

berhasil jika 71% dari keseluruhan anak

kelompok B TK Mutiara Hati sudah

mencapai standar keberhasilan yang

disepakati oleh sekolah dan kolaborator

yaitu sebesar 75 %.

Pada siklus I terdapat peningkatan

kemampuan motorik kasar pada anak

dimana pada pra siklus rata-rata persentase

yang didapatkan hanya 52,65% mengalami

peningkatan pada siklus I sebesar 21,36%

sehingga menjadi 74,01%.

Siklus 2

Pada siklus 2 anak yang memiliki persentase

diatas rata-rata pada siklus 2 sebanyak 13

anak atau 86,66% dari 15 anak. Sedangkan 2

orang anak memiliki persentase di bawah

rata-rata kelas atau 13,3% dari 15 orang

anak. Sehingga dapat disimpulkan

kemampuan motorik kasar anak kelompok B

TK Mutiara Hati pada siklus 2 sudah

mencapai standar keberhasilan 71%,

sehingga tidak perlu dilakukan tindakan

selanjutnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan

peningkatan kemampuan motorik kasar anak

pada keseluruhan indikatornya data rata-rata

pra siklus mencapai 52,65% mengalami

peningkatan pada siklus I sebesar 21,36%

Page 6: Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari ...lppm.ikipmataram.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/Ni-Made-Sulastri... · tes yakni dengan menggunakan pengamatan atau

Jurnal Kependidikan 16 (1): 85-96

90

menjadi 74,01%. Selanjutnya, dari siklus I

ke siklus II kemampuan motorik kasar anak

mengalami peningkatan sebesar 22,05%

menjadi 96,06%. Hal ini berarti telah

mencapai target penelitian sebesar 71%.

Selain melihat peningkatan kemampuan

motorik kasar anak secara keseluruhan,

peneliti juga melihat dari berbagai indikator

bermasalah yang meliputi: melompat,

berputar, mengayunkan kaki dan tangan dan

menekuk kaki dengan melihat peningkatan

dari masing-masing indikator bermasalah.

Sehingga penelitian ini dikatakan berhasil

karena 71% dari keseluruhan anak

kelompok B TK Mutiara Hati sudah

mencapai standar keberhasilan yang

disepakati oleh sekolah dan kolaborator

yaitu sebesar 75. Kemampuan motorik kasar

dari pra siklus, siklus 1 sampai siklus 2

dapat digambarkan pada grafik berikut:

Pada siklus II terdapat peningkatan

kemampuan motorik kasar pada anak

dimana pada siklus I rata-rata persentase

yang didapatkan hanya 74,01% mengalami

peningkatan pada siklus II sebesar 21,36%

sehingga menjadi 96,98%. Sehingga dari

pemaparan di atas dapat disimpulkan hasil

penelitian menunjukkan bahwa pada akhir

siklus I dan siklus II, peneliti dan

kolaborator melakukan perhitungan terhadap

hasil observasi kemampuan motorik kasar.

Pembahasan

Berdasarkan pemerolehan data secara

kualitatif dan kuarrtitatif, penelitian ini telah

membuktikan bahwa kegiatan tari kreasi

dapat meningkatkan kemampuan motorik

kasar anak kelompok B TK Mutiara Hati

Kota Mataram Tahun 2015. Hasil ini

dibuktikan dari pemberian tindakan yang

diberikan pada siklus I dan siklus II. Pada

siklus I dan siklus II anak melakukan

kegiatan tari kreasi dengan berbagai macam

tema.

Intervensi pada anak dilakukan

dalam dua siklus, hal ini dilakukan untuk

mendapatkan data yang valid dan signifikan.

Dalam pelaksanaan proses peningkatan

Kemampuan Motorik Kasar Anak melalui

Kegiatan Tari Kreasi. Berdasarkan hasil

pengamatan yang telah dilakukan dengan

menggunakan instrumen diperoleh data rata-

rata pra-intervensi anak mencapai 52,65%

mengalami peningkatan pada siklus I

sebesar 21,36% menjadi 74,01%.

Page 7: Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari ...lppm.ikipmataram.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/Ni-Made-Sulastri... · tes yakni dengan menggunakan pengamatan atau

Ni Made Sulastri, Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari Kreasi …

91

Selanjutnya, dari siklus I ke siklus II

kemampuan motorik kasar anak mengalami

peningkatan sebesar 22,05% menjadi

96,06%. Selain melihat peningkatan

kemampuan motorik kasar anak secara

keseluruhan, peneliti juga melihat dari

berbagai indikator bermasalah yang

meliputi: melompat, berputar, mengayunkan

kaki dan tangan dan menekuk kaki.

Latihan untuk mengembangkan

kemampuan motorik kasar anak dapat

dilakukan melalui kegiatan tari kreasi.

Melalui kegiatan tari kreasi anak dapat

belajar bergerak dan bergerak untuk belajar.

Salah satu kegiatan yang dapat

dimanfaatkan oleh guru maupun orang tua

dirumah adalah kegiatan tari kreasi dengan

tema binatang, tema pekerjaan ataupun tema

yang dekat dengan lingkungan anak.

Binatang merupakan mahluk yang dekat

dalam keseharian anak dan mudah untuk

dilihat. Beberapa diantaranya adalah kodok,

ayam, dan lain-lain. Binatang tersebut

adalah binatang yang masih sering dijumpai

oleh anak disekitar lingkungan sosial

mereka. Anak-anak dengan aktifnya

melakukan eksplorasi dengan

lingkungannya dan hal tersebut akan

mempengaruhi dalam pembentukan

pemahaman. Stimulasi tari kreasi dalam

penelitian ini sesuai yang dikemukakan oleh

Beaty bahwa anak-anak senang melakukan

gerak binatang hingga guru maupun orang

tua harus dapat fokus untuk menstimulasi

anak melakukan gerak.

Hurlock (1997:196) menyatakan

bahwa terdapat beberapa cara untuk

mempelajari kemampuan motorik yaitu trial

and error meniru dan pelatihan. Trial and

error merupakan cara belajar tanpa adanya

pembimbing maupun model yang ditiru

sehingga anak akan melakukan secara

berbeda-beda. Meniru adalah cara belajar

dengan proses mengamati suatu model

sehingga diperlukan model yang tepat untuk

diamati dalam prosesnya. Pelatihan adalah

belajar melalui bimbingan dalam meniru

model yang tepat.

Pada proses pemberian tindakan

dalam penelitian ini mengembangkan

kemampuan motorik kasar anak-anak

dengan melalui pelatihan sebagaimana yang

dikemukakan oleh Hurlock bahwa dalam

pelatihan anak belajar dengan mendapatkan

bimbingan dengan menirukan model yang

tepat. Proses pemberian tindakan ini

dilakukan oleh guru dan tim observer serta

menggunakan model video gerak binatang.

Anak mendapatkan bimbingan dari

mengamati proses perubahan atau

metamorfosa dari gerak binatang lalu anak

melakukan tanya jawab dengan guru jika

ada yang belum jelas.

Pada saat kegiatan tari kreasi, guru

memberikan bimbingan, arahan dan

motivasi kepada anak agar anak dapat

melakukan gerakan tanpa melakukan

kesalahan. Anak penting untuk memperoleh

kesempatan berpraktik atau menari secara

bergiliran dalam melatih kemampuan

motorik. Bimbingan dan motovasi juga

sangat diperlukan untuk memeprtahankan

minat anak dalam menari tari kreasi. Minat

dan motivasi adalah dua aspek peikis yang

memiliki pengaruh besar terhadap

pencapaian kemampuan dalam belajar.

Minat dapat timbul karena adanya dorongan

dari dalam diri dan juga daya tarik luar.

Minat yang besar terhadap sesuatu akan

mendorong munculnya kesungguhan dalal

Page 8: Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari ...lppm.ikipmataram.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/Ni-Made-Sulastri... · tes yakni dengan menggunakan pengamatan atau

Jurnal Kependidikan 16 (1): 85-96

92

melakukan sesuatu, berbeda dengan

motivasi yang merupakan suatu pendorong

atau penggerak dalam melakukan sesuatu.

Motovasi bisa berasal dari luar maupun

dalam diri anak. Motivasi dari dalam diri

adalah dorongan yang berasal dari hasil

yang umumnya disebabkan karena

kesadaran akan pentingnya sesuatu.

Dalam penelitian ini guru telah

menjalankan perannya dengan memberikan

arahan, bimbingan dan motivasi. Hal ini

juga terlihat pada intrumen pemantau

tindakan guru yang menunjukan bahwa guru

juga telah menjalankan peranannya dalam

penelitian ini.

Setelah mendapatkan informasi

tentang cara melakukan kegiatan tari kreasi,

anak kemudian diminta untuk melakukan

kegiatan tersebut. Pada awalnya anak masih

sangat sulit untuk melakukan berbagai

gerakan karena masih banyak anak yang

belum terbiasa bergerak didepan kelas dan

masih banyak anak yang belum pernah

melakukan kegiatan tari kreasi tersebut.

Setelah melewati proses latihan sebanyak 16

kali pertemuan (2 siklus), anak menjadi

terbiasa melakukan gerakan tari kreasi

tersebut. Pada awalnya masih banyak anak-

anak membutuhkan bimbingan dan arahan

dari guru namun berlahan-lahan anak

menjadi terbiasa dalam melakukan gerakan

tersebut.

Hal tersebut sesuai dengan yang

dikemukan oleh Piaget tentang proses

asimilasi dimana anak akan memasukan

pengetahuan baru kedalam pengetahuan

yang sudah ada sebelumnya. Anak akan

mengembangkan hal yang telah dipahami

sebelumnya tentang kegiatan tari kreasi

yang bertemakan binatang adapun yang

bertemakan pekerjaan yang pernah ia indera

kemudian melihat video binatang dalam

kegiatan dan menunjukannya dalam proses

tari kreasi di kelas. Sehingga anak mampu

membangun pengetahuan tersebut. Selain itu

Dalyono menambahkan bahwa sesuatu yang

dilakukan secara berulang-ulang akan

menjadi lebih mudah untuk dapat dikuasai

dan menjadi kebiasaan.

Adapun hasil penelitian ini

menunjukan bahwa ada peningkatan

kemampuan motorik kasar setelah anak

diberikan tindakan berupa kegiatan tari

kreasi. Sebelum pemberian tindakan

dilakukan kepada anak peneliti dan

kolaborator melakukan assesmen awal hal

ini bertujuan untuk mengetahui

perkembangan kemampuan motorik kasar

anak kelompok B TK Mutiara Hati.

Berdasarkan hasil assesmen awal tersebut,

hasilnya menunjukan bahwa ada 1 anak

yang memiliki kemampuan motorik kasar

yang belum berkembang, 9 anak yang mulai

berkembang dan 5 anak yang berkembang

sesuai harapan. Setelah pemberian tindakan

pada siklus 1, hasilnya menunjukan bahwa 3

anak yang memiliki kemampuan motorik

kasar sudah berkembang sangat baik, 9

anak berkembang sesuai harapan dan 3 anak

mulai berkembang. 3 anak yang berkembang

sangat baik Ro, Wn dan Eg ketiganya

merupakan anak yang paling aktif dibanding

teman-temannya yang lain. Wn memiliki

kemampuan yang paling menonjol dan

memiliki persentase skor kemampuan

motorik kasar tertinggi, berdasarkan analisis

kemampuan yang dimiliki Wn disebabkan

karena Wn lebih berani mencoba sesuatu

yang baru yang menimbulkan motivasi dan

semangat untuk bergerak mengembangkan

Page 9: Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari ...lppm.ikipmataram.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/Ni-Made-Sulastri... · tes yakni dengan menggunakan pengamatan atau

Ni Made Sulastri, Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari Kreasi …

93

kemampuan motorik kasarnya. Wn juga

memiliki kesiapan belajar yang didukung

dengan kesempatan belajar yang baik, serta

diberi waktu untuk mempraktikkan. Dalam

hal ini bentuk tubuh Wn memiliki bentuk

tubuh yang normal (lengkap tidak terlalu

gemuk dan kurus) sehingga mengakibatkan

Wn untuk dapat bergerak aktif

mengembangkan kemampuan motorik

kasarnya. Selain itu kondisi kesehatan serta

nutrisi Wn sangat baik yang memadai yang

selalu didukung orang tuanya sehingga

sangat berpengaruh terhadap laju

perkembangan motorik kasarnya, namun

paling utama adalah adanya dukungan dan

kesempatan yang diberikan kepada Wn dari

lingkungan keluarga dan sekolah.

Hal lain dialami Zn dan Dnr memilki

kemampuan yang rendah dibandingkan anak

lainnya. Dari kemampuan motorik kasar dan

pada setiap indikator Dnr memiliki

persentase skor kemampuan yang paling

rendah dibandingkan anak lainnya hal ini

disebabkan karena Dnr kurang mendapatkan

kesempatan untuk mengembangkan diri

karena pola asuh orang tua yang sering

melarang Dnr dalam mengembangkan

kemampuan motorik kasarnya, alasan orang

tua Dnr karena anak takut jatuh, terluka dan

hal lain yang membahayakan fisik Dnr

sehingga Dnr kurang berani mencoba

sesuatu yang baru yang menimbulkan tidak

adanya motivasi dan kesempatan dalam

mengembangkan kemampuan motorik

kasarnya. Orang tua Dnr juga banyak

menuntut pada kemampuan calistung,

sehingga Dnr hanya fokus pada kegiatan

membaca, menulis dan berhitung. Tidak

adanya dukungan, stimulasi dan model yang

tepat untuk ditiru di lingkungan keluarga

mengakibatkan Dnr tidak mengembangkan

kemampuan motorik kasarnya.

Hasil penelitian ini jika dikaji dari

berbagai disiplin ilmu dapat digambarkan

dalam bagan berikut:

Bagan Kajian Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar

Melalui Kegiatan Tari Kreasi dalam Multidisiplin Ilmu

Peningkatan kemampuan motorik kasar

melalui kegiatan tari kreasi dalam kajian

multidisiplin berkaitan dengan beberapa

bidang ilmu seperti pedagogis,olahraga, seni

dan budaya, psikologis dan kesehatan.

Dalam bidang pedagogis kegiatan tari kreasi

dipandang sebagai sebuah metode yang

menyenangkan digunakan dalam kegiatan

Page 10: Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari ...lppm.ikipmataram.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/Ni-Made-Sulastri... · tes yakni dengan menggunakan pengamatan atau

Jurnal Kependidikan 16 (1): 85-96

94

belajar anak usia dini sesuai dengan hakikat

belajar anak usia dini. Hal ini berkaitan

dengan pendapat yang dikemukakan Smith

dalam Mutiah (2010:106) menyatakan

bahwa kegiatan yang menyenangkan

memegang faktor kunci dalam

perkembangan manusia adalah menunjang

potensi adaftif dalam artian luas. Potensi-

potensi yang dimaksud berkembang pesat

selama masa kanak-kanak, sebelum anak

masuk pada jenjang selanjutnya dan

lingkungan yang kompleks.

Kajian dalam penelitian ini dalam

bidang psikologis memberikan manfaat

dalam melatih kesabaran pada saat kegiatan

menari, anak dapat tampil dengan percaya

diri ketika ttampil menari. Indikator-

indikator ini merupakan hal yang

membangun karakter positif pada anak

sehingga menghasilkan prilaku yang mampu

beradaftasi dengan lingkungannya. Hal ini

berkaitan dengan hakikat dari ilmu

psikologis itu sendiri dimana ilmu

psikologis merupakan ilmu yang

mempelajari tingkah laku baik pada manusia

dan hewan (Hesty Widyasih,2012:4).

Aktifitas dari prilaku-prilaku yang dimaksud

merupakan bentuk dari manifesstasi

kejiwaan yang dapat meliputi seluruh aspek

perkembangan manusia.

Dalam bidang Olahraga dan

kesehatan mengkaji kegiatan tari kreasi

sebagai sarana dalam mengembangkan

kekuatan fisik karena dalam kegiatan tari

kreasi menggerakkan segala anggota tubuh

anak, selain itu menstimulasi perkembangan

indera anak seperti ketajaman penglihatan,

indera pendengaran dan peraba.

Ensiklopedia kesehatan anak mengkaji

bahwa kegiatan tari kreasi membutuhkan

kekuatan otot, dan keseimbangan tubuh

yang lebih besar.

Dalam bidang kesehatan, anak-anak

yang aktif sering melakukan gerakan fisik

maka akan menjadi lebih sehat. Melalui

kegiatan tari kreasi maka anak akan

bergerak melompat, berlari, menekuk,

berjinjit, dan berjalan, sehingga dapat

membebaskan tenaga yang mengendap.

Anak yang rutin melakukan gerak juga dapat

terhindar dari obesitas atau kelebihan berat

badan dibandingkan anak yang

menghabiskan waktunya hanya dengan

duduk bermain gadget. Sedangkan kaitannya

dengan ilmu olah raga maka melalui

kegiatan tari kreasi akan melatih

kemampuan anak dalam berlari dengan

seimbang, melompat dan gerakan lainnya

untuk meningkatkan kemampuan dasar anak

dan untuk selanjutnya dikembangkan pada

gerak yang membutuhkan kemampuan

lainnya.

Ditinjau dari segi budaya penelitian

ini mengkreasikan beberapa gerak tari

tradisional ke dalam tari kreasi yang saat ini

mulai kurang diminati karena perkembangan

teknologi yang sangat pesat. Dalam

pelaksanaan peogram pembelajaran pada

anak usia dini menggunakan salah satu

prinsip yaitu, program pembelajaran

dilaksanakan dengan mendayagunakan

kondisi alam, sosial, dan budaya serta

kekayaan daerah untuk keberhasilan

pendidikan dengan muatan seluruh bahan

kajian secara optimal.

Menurut Jujun S (2010:261)

kebudayan sendiri adalah keseluruhan

sistem gagasan, tindakan dan hasil karya

manusia dalam rangka kehidupan

masyarakat yang dijadikan milik diri

Page 11: Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari ...lppm.ikipmataram.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/Ni-Made-Sulastri... · tes yakni dengan menggunakan pengamatan atau

Ni Made Sulastri, Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari Kreasi …

95

manusia dalam belajar. Dengan demikian

kegiatan tari kreasi merupakan hasil

pemikiran manusia yang dirancang untuk

memberikan sebuah kesenangan dan sebagai

bahan pembelajaran.

Simpulan

Peningkatan kemampuan motorik

kasar pada anak kelompok B TK Mutiara

Hati dilakukan melalui kegiatan tari kreasi.

Kegiatan ini sifatnya menyenagkan untuk

melatih aspek motorik kasar anak usia dini.

Adapun proses peningkatan kemampuan

motorik kasar anak melalui kegiatan tari

kreasi adalah dengan melalui tahapan

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan

evaluasi. Langkah pertama adalah

perencanaan yaitu kegiatan dilakukan untuk

mempersiapkan berbagai alat dan media

untuk kegiatan tari kreasi. Langkah kedua

adalah pelaksanaan yaitu penjelasan tentang

kegiatan tari kreasi yang akan diberikan

melalui stimulasi serta tanya jawab tentang

gambar proses perkembangbiakan dan

metamorfosis binatang, vidio tentang

gambar gerak binatang dan aktifitas petani,

kemudian mempraktikkan atau

mengkreasikan berbagai gerak binatang dan

gerak aktifitas petani dalam tari kreasi.

Langkah ketiga adalah observasi dan

evaluasi yaitu mengamati pelaksanaan tari

kreasi dan mengevalusi hal-hal yang telah

dilakukan serta bertanya tentang perasaan

anak setelah kegiatan untuk mengetahui

perasaan anak dan bisa menjadi bahan

evaluasi bagi tindakan berikutnya.

Kegiatan tari kreasi dapat

meningkatkan kemampuan motorik kasar

anak kelompok B TK Mutiara Hati. Hal ini

dibuktikan dengan data hasil pra intervensi

hingga pelaksanaan siklus I maupun siklus

II. Data hasil pelaksanaan tindakan

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

kemampuan motorik kasar anak sesuai

kreteria keberhasilan yang telah disepakati

antara peneliti dan kolaborator, yaitu anak

menunjukkan kemampuan motorik kasar

yang berkembang sangat baik dan

berkembang sesuai harapan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang

telah dilakukan dengan menggunakan

instrumen diperoleh data rata-rata pra-

intervensi anak mencapai 52,65%

mengalami peningkatan pada siklus I

sebesar 21,36% menjadi 74,01%.

Selanjutnya, dari siklus I ke siklus II

kemampuan motorik kasar anak mengalami

peningkatan sebesar 22,05% menjadi

96,06%. Selain melihat peningkatan

kemampuan motorik kasar anak secara

keseluruhan, peneliti juga melihat dari

berbagai indikator bermasalah yang

meliputi: melompat, berputar, mengayunkan

kaki dan tangan dan menekuk kaki.

Sehingga penelitian ini dikatakan berhasil

karena 71% dari keseluruhan anak kelompok

B TK Mutiara Hati sudah mencapai standar

keberhasilan yang disepakati oleh sekolah

dan kolaborator.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2011. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Santrock, Jhon.W. 2008. Child Development

Eleven Edition. New York: Mc Graw

Hill International Edition.

Coker Cheryl, A. 2004. Motor Learning And

Control For Practisioner. USA:

Page 12: Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Kegiatan Tari ...lppm.ikipmataram.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/Ni-Made-Sulastri... · tes yakni dengan menggunakan pengamatan atau

Jurnal Kependidikan 16 (1): 85-96

96

Library Of Congres Catalogingin

Publication Data.

David L Gallahue. 2006. Understanding

Motor Development Infants,

Children, Adolescents,

Adults.Americas,NewYork: Mc

Graw Hill.

Hurlock,Elizabeth B. 1997. Perkembangan

Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain

Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.

Nalan, Artur S. 1996. Kapita Selekti Tari.

Bandung: STSI Press Bandung.

Sediawati. 2001. Tari Tinjauan dari

Berbagai Segi. Jakarta: Dunia

Pustaka Jaya.

Soedarsono. 1997. Tari-Tarian Indonesia.

Jakarta: Proyek Pengembangan

Media Kebudayaan, Direktorat

Jendral Kebudayaan. Departemen

Pendidikan Dan Kebudayaan.

Soedarsono. 1992. Pengantar Apresisi Seni.

Jakarta: Balai Pustaka.

Suriasumantri, Jujun S. 2009. Filsafat Ilmu.

Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.