27
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT MELALUI MISTAR BILANGAN ANAK TUNARUNGU KELAS D IV SLB PUTRA MANDIRI SIDOARJO A calculating ability of adding integer number was a child's ability in operating a mount of numbers in the form of number, i.e. 0 number, positive number (+) and negative number (-). When the calculating ability got some deficits it would prevent the ability in doing assignments or daily activities. Hearing impairment child was an individual who got deficit or loss of hearing ability as the impact of damage or the malfunction of a part or all auditory instruments. The problem formulation of this research was how to enhance the calculating ability of adding integer number to the D IV class of hearing impairment children in SLB Putra Mandiri Sidoarjo by using slide rule. This research was done to the D IV class of hearing impairment children in SLB Putra Mandiri Sidoarjo who had deficit or loss of hearing ability as the impact of damage or the malfunction of a part or all auditory instruments, therefore it required calculating training to know the child's ability and

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT MELALUI MISTAR BILANGAN ANAK TUNARUNGU KELAS D IV SLB PUTRA MANDIRI SIDOARJO

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : PUNASRI, http://ejournal.unesa.ac.id

Citation preview

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN

BILANGAN BULAT MELALUI MISTAR BILANGAN ANAK

TUNARUNGU KELAS D IV SLB PUTRA MANDIRI SIDOARJO

A calculating ability of adding integer number was a child's ability in

operating a mount of numbers in the form of number, i.e. 0 number, positive

number (+) and negative number (-). When the calculating ability got some

deficits it would prevent the ability in doing assignments or daily activities.

Hearing impairment child was an individual who got deficit or loss of

hearing ability as the impact of damage or the malfunction of a part or all auditory

instruments.

The problem formulation of this research was how to enhance the

calculating ability of adding integer number to the D IV class of hearing

impairment children in SLB Putra Mandiri Sidoarjo by using slide rule.

This research was done to the D IV class of hearing impairment children

in SLB Putra Mandiri Sidoarjo who had deficit or loss of hearing ability as the

impact of damage or the malfunction of a part or all auditory instruments,

therefore it required calculating training to know the child's ability and the

calculating training was conveyed through slide rule.

This research used class treatment with MC model design. The data

collection methods in this research were observation, test, and documentation.

The analysis data in this research was done to describe the change of

applying treatment through slide rule in repairing and enhancing the calculating

ability of adding integer number to hearing impairment children.

The analysis data applied in this research was reflection analysis base

cycles.

The finding of research indicated that the hearing impairment children's

calculating ability of adding integer number increased which was showed in cycle

I and cycle II. The score of calculating ability of adding integer number which

was showed in the result of treatment base cycles was found cycle II > cycle I

while the average of calculating ability of adding integer number increased from

37,5% to 13%.

Keywords: Adding integer number ability, slide rule.

Pendidikan merupakan suatu proses upaya sadar dari seseorang yang lebih

dewasa kepada orang yang belum dewasa untuk menuju kearah kedewasaan.

Pengajaran atau latihan dalam hal pendidikan tercantum pada UUD 1945 pasal 31

ayat 1 yang berbunyi setiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Pasal

tersebut menjelaskan bahwa seluruh warga Negara tanpa terkecuali anak luar

biasa berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan kemampuan,

bakat, minat dan kebutuhan belajar. Adapun salah satu warga yang memerlukan

layanan pendidikan adalah anak tunarungu.

Menurut Salim, (1984:8) anak tunarungu adalah anak yang mengalami atau

kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak

berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengarannya sehingga ia mengalami

penghambatan dalam perkembangan pendidikan khusus untuk mencapai

kehidupan lahir batin yang layak.

Biladikaitkan dengan mata pelajaran di sekolah dasar luar biasa, maka

bagian anak tunarungu sebagian besar mengalami kesulitan dalam mata pelajaran

matematika tentang berhitung penjumlahan bilangan bulat. Menurut Alwi, (2003)

kemampuan berhitung penjumlahan bilangan bulat adalah kesanggupan atau

kecakapan dalam mengoperasikan sejumlah bilangan yang berbentuk angka atau

lambing bilangan khususnya bilangan bulat (http://artikelpendidikanblogspot.com

diakses 16 Oktober 2012)

Terkait dengan tujuan kurikulum SLB tunarungu tahun 2006 pada mata

pelajaran matematika, sub pokok bahasan berhitung penjumlahan bilangan bulat

yaitu bertujuan agar anak dapat menjumlahkan bilangan bulat dengan bantuan alat

peraga. Melalui observasi pada tanggal 3 sampai dengan 31 Maret 2012 yang

diadakan di SLB Putra Mandiri Sidoarjo tentang berhitung penjumlahan bilangan

bulat menunjukkan bahwa tingkat kemampuan yang sangat rendah masih di

bawah KKM yaitu 65% yang ditentukan di sekolah. Hal ini terkait pada anak

tunarungu ketika dalam pembelajaran di kelas anak kesulitan dalam berhitung

penjumlahan bilangan bulat.

Berpijak dari permasalahan di atas guru perlu mencari solusi yang dapat

membantu menyelesaikan permasalahan anak tunarungu dalam berhitung

penjumlahan bilangan bulat yang dapat meningkatkan kemampuan berhitung

penjumlahan bagian angka tersebut dengan diberikannya media mistar bilangan.

Menurut Piaget, (2009: dalam scribd com) mistar bilangan adalah alat bantu untuk

berhitung penjumlahan bilangan bulat yang dapat dibuat sendiri dari papan

triplek. Mistar hitung yang akan digunakan terdiri dari dua buah mistar dengan

skala yang sama dan terdiri dari bilangan bulat, yaitu bilangan bulat negatif, nol

dan bilangan bulat positif (-7, -6, -5, -4, -3, -2, -1, 0 , 1 , 2, 3 ,4, 5, 6, 7).

Terkait dengan uraian diatas, kelebihan mistar bilangan adalah membantu

guru dalam memudahkan pemahaman anak terhadap meteri pembelajaran

berhitung penjumlahan bilangan bulatsehingga dapat mengkondisikan anak

belajar secara mandiri dan meningkatkan motivasi belajar.

Oleh karena itu, apabila pembelajaran tentang berhitung penjumlahan

bilangan bulat dengan menggunakan mistar bilangan, maka dapat meningkatkan

kemampuan berhitung penjumlahan bilangan bulat pada anak tunarungukelas D

IV di SLB Putra Mandiri Sidoarjo.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul peningkatan kemampuan berhitung penjumlahan bilangan

bulat melalui mistar bilangan bagi anak tunarungu kelas D IV di SLB Putra

Mandiri Sidoarjo.

METODE

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dengan mengacu pada

model Penelitian Tindakan Kelas dalam Wiriaatmaja, (2005:13) menjelaskan

bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh

sekelompok guru untuk mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran dan

belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan

perbaikan dalam praktek pembelajaran dan melihat pengaruh nyata dari upaya

tersebut. Menurut Suharsimi, (2008: 2) mengungkapkan bahawa yang dimaksud

Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar

yang berupa sebuah tindakan sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas

secara bersama.

Teknik pengumpulan data yang diguakan adalah observasi, tes, dan

dokumentasi. Rancangan penelitian tindakan kelas ini dalam bentuk siklus terdiri

dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Empat

tahapan ini dapat digambarkan dalam desain penelitian tindakan model Kemmis

dan Mc Taggart (dalam Arikunto, 2006).

Penelitian dilakukan di SLB Putra Mandiri dengan alamat Jln. Raya Tarik

KM 1 Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini dilaksanakan di kelas D IV SLB Putra

Mandiri tahun pelajaran 2012-2013.

Pemilihan tempat ini didasarkan pada pertimbangan hasil belajar anak

tunarungu kelas D IV SLB Putra Mandiri tentang berhitung penjumlahan bilangan

bulat yang masih rendah dan merupakan tempat mengajar dan pernah menjadi

tempat penelitian.

Subyek Penelitian ini adalah anak tunarungu kelas D IV yang berjumlah

5anak, terdiri dari 1 anak laki-laki dan 4anak perempuan, dengan kecerdasan di

bawah rata-rata dan nilai mata pelajaran Matematika dalam berhitung

penjumlahan bilangan bulat masih kurang atau rendah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain tindakan kelas

dengan desain penelitian tindakan model Kemmis dan MC Taggart (dalam

Arikunto:2006) berdasarkan siklus-siklus. Sesuai dengan penelitian yang telah

dilaksanakan dan berdasarkan temuan penelitian, penelitian telah melaksanakan

tindakkan sebanyak 2 siklus karena dalam siklus kedua dirasa sudah ada

peningkatan kemampuan berhitung penjumlahan bilangan bulat anak tunarungu di

SLB Putra Mandiri Sidoarjo.

Pada kegiatan ini sebelum memberikan pembelajaran mistar bilangan peneliti

terlebih dahulu memberikan pembelajaran mistar bilangan peneliti terlebih dahulu

memberikan latihan-latihan mengenal bilangan bulat, baik positif (+) maupun

negatif (-). Latihan-latihan tersebut di antaranya adalah anak secara satu-persatu

diminta menyebutkan mana termasuk bilangan positif (+) dan bilangan negatif (-)

kemudian anak diminta membacakan sejumlah bilangan yang ditulis dipapan tulis,

mana yang termasuk bilangan bulat positif (+) dan bilangan bulat negatif (-).

Dilanjutkan dengan menunjukkan satu persatu bilangan bulat positif (+) dan

bilangan bulat negatif (-). Untuk kegiatan belajar mengajar yang terakhir anak

diminta menyelesaikan soal latihan yang berhubungan dengan bilangan bulat.

Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Hasil Observasil

a. Tahap Persiapan

Sebelum peneliti memberikan tindakan kepada anak. Melalui mistar

bilangan, terlebih dahulu peneliti mengukur kemampuan awal anak dalam

berhitung penjumlahan bilangan bulat. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui seberapa besar kemampuan berhitung penjumlahan bilangan

bulat yang dimiliki anak sebelum diberikan mistar bilangan dan juga

latihan-latihan berhitung penjumlahan bilangan bulat.

Adapun hasil penilaian yang diperoleh masing-masing anak

adalah sebagai berikut, dapat dilihat pada tabel berikut

Rekapitulasi Kemampuan Awal Berhitung Penjumlahan Bilangan Bulat

No Aspek yang dinilaiNilai (%)

YG QR NS BL IR

1. Penjelasan saat guru

menjelaskan materi3 3 2 2 1

2. Keaktifan saat kegiatan

berhitung penjumlahan

bilangan bulat.

3 3 2 2 2

3. Kesungguhan dalam

mengenal, membaca dan

menunjukkan berhitung

penjumlahan bilangan bulat.

2 2 2 2 1

4. Penguasaan materi dalam

berhitung dan penjumlahan

bilangan bulat.

3 2 2 1 2

5. Kemampuan anak dalam

menyelesaikan soal latihan

yang berhubungan dengan

bilangan bulat.

2 2 1 1 2

Jumlah 13 12 9 8 8

Nilai=Ʃ skor yang dicapai( Ʃ item ) x Skor

x 100 %

¿1320

x100 %

= 65

¿1220

x100 %

= 60

¿920

x 100 %

= 45

¿820

x 100 %

= 40

¿820

x 100 %

= 40

b. Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan I

Hasil Penilaian Mistar Bilangan Siklus 1 Pertemuan I

No Aspek yang dinilaiNilai (%)

YG QR NS BL IR

1. Penjelasan saat guru

menjelaskan materi3 3 2 2 1

2. Keaktifan saat kegiatan

berhitung penjumlahan bilangan

bulat.

3 3 2 2 2

3. Kesungguhan dalam mengenal,

membaca dan menunjukkan

berhitung penjumlahan bilangan

bulat.

2 2 2 2 1

4. Penguasaan materi dalam

berhitung dan penjumlahan

bilangan bulat.

3 2 2 1 2

5. Kemampuan anak dalam

menyelesaikan soal latihan yang

berhubungan dengan bilangan

bulat.

2 2 11

2

Jumlah 13 12 9 8 8

Nilai=Ʃ skor yang dicapai( Ʃ item ) x Skor

x

100 %

¿1320

x100 %

= 65

¿1220

x100 %

= 60

¿920

x 100 %

= 45

¿820

x 100 %

= 40

¿820

x 100 %

= 40

c. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan II

Hasil Penilaian Mistar Bilangan Siklus 1 Pertemuan 2

No Aspek yang dinilaiNilai (%)

YG QR NS BL IR

1. Penjelasan saat guru

menjelaskan materi4 3 3 2 2

2. Keaktifan saat kegiatan

berhitung penjumlahan

bilangan bulat.

3 4 2 2 2

3. Kesungguhan dalam

mengenal, membaca dan

menunjukkan berhitung

penjumlahan bilangan bulat.

2 3 2 2 2

4. Penguasaan materi dalam

berhitung dan penjumlahan

bilangan bulat.

3 2 2 3 2

5. Kemampuan anak dalam

menyelesaikan soal latihan

yang berhubungan dengan

bilangan bulat.

3 2 3 1 1

Jumlah 15 14 11 10 9

Nilai=Ʃ skor yang dicapai( Ʃ item ) x Skor

x

100 %

¿1520

x100 %

= 75

¿1420

x 100 %

= 70

¿1120

x100 %

= 55

¿1020

x100 %

= 50

¿920

x 100 %

= 45

d. Perencanaan Siklus II Pertemuan I

Berdasarkan masalah yang dihadapi anak, peneliti bersama

teman sejawat berkolaborasi merumuskan percanaan bahwa peneliti

tetap menggunakan mistar bilangan untuk meningkatkan kemampuan

berhitung penjumlahan bilangan bulat bagi anak tunarungu. Adapaun

gambaran dan pelaksanaan siklus II ini adalah sebagai berikut :

a) Menyusun rancangan pembelajaran

b) Membuat format tes

c) Menyediakan alat dan bahan yang menunjang proses pembelajaran

1) Proses kegiatan berhitung penjumlahan bilangan.

2) Tindakan Siklus II Pertemuan I

Tindakan ini dilaksanakan 5x pertemuan selama 2x30 menit. Dibawah

ini akan dideskripsikan secara umum tentang siklus II. Kegiatan awal

pembelajaran dimulai dengan pembacaan salam, do’a, absensi, dan appersepsi

tentang meteri yang berhubungan dengan bilangan bulat.

3) Observasi Siklus II Pertemuan I

Hasil Penilaian Mistar Bilangan Siklus 2 Pertemuan 1

No Aspek yang dinilaiNilai (%)

YG QR NS BL IR

1. Penjelasan saat guru

menjelaskan materi3 4 4 4 3

2. Keaktifan saat kegiatan

berhitung penjumlahan

bilangan bulat.

4 4 4 3 3

3. Kesungguhan dalam

mengenal, membaca dan

menunjukkan berhitung

penjumlahan bilangan bulat.

4 3 3 3 2

4. Penguasaan materi dalam

berhitung dan penjumlahan

bilangan bulat.

3 3 2 2 2

5. Kemampuan anak dalam

menyelesaikan soal latihan

yang berhubungan dengan

bilangan bulat.

3 3 2 2 2

Jumlah 17 17 15 14 14

¿1720

x100 %¿1720

x100 %¿1520

x100 %¿1420

x 100 %¿1420

x 100 %

Nilai=Ʃ skor yang dicapai( Ʃ item ) x Skor

x 100 %

= 85 = 85 = 75 = 70 = 70

e. Pelaksanaan Tindakan Siklus II pertemuan II

Hasil Penilaian Mistar Bilangan Siklus 2 Pertemuan 2

No Aspek yang dinilaiNilai (%)

YG QR NS BL IR

1. Penjelasan saat guru

menjelaskan materi4 4 3 3 3

2. Keaktifan saat kegiatan

berhitung penjumlahan

bilangan bulat.

4 3 4 3 3

3. Kesungguhan dalam

mengenal, membaca dan

menunjukkan berhitung

penjumlahan bilangan bulat.

4 4 4 4 3

4. Penguasaan materi dalam

berhitung dan penjumlahan

bilangan bulat.

3 4 3 3 3

5. Kemampuan anak dalam

menyelesaikan soal latihan

yang berhubungan dengan

bilangan bulat.

4 3 3 2 3

Jumlah 19 18 17 15 15

Nilai=Ʃ skor yang dicapai( Ʃ item ) x Skor

x

100 %

¿1920

x100 %

= 95

¿1820

x100 %

= 90

¿1720

x100 %

= 85

¿1520

x100 %

= 75

¿1520

x100 %

= 75

f). Membuat tabel rekapitulasi kemampuan berhitung penjumlahan bilangan

bulat anak tunarungu dan hasil observasi tentang berhitung bilangan bulat

menggunakan mistar bilangan dengan beberapa siklus yang telah

dilaksanakan. Dalam penelitian ini digunakan rekapitulasi sebelum

tindakan dan sesudah tindakan, yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan menulis berhitung penjumlahan bilangan bulat anak

tunarungu sebelum dan sesudah diberi tindakan secara berulang-ulang.

Keseluruhan rata-rata hasilnya sebagai berikut:

Rekapitulasi Kemampuan Berhitung Penjumlahan Bilangan Bulat Anak

Tunarungu

No Subjek

Skor (%) dalam Kemampuan Berhitung Bilangan Bulat

Prasiklus

Siklus I Siklus II

Pertemuan

I

Pertemuan

IIRata-Rata Pertemuan I

Pertemuan

IIRata-Rata

1. YG 55% 65% 75% 70% 85% 95% 90%

2. QR 50% 60% 70% 65% 85% 90% 87,5%

3. NS 40% 45% 55% 50% 75% 85% 80%

4. BL 35% 40% 50% 42,5% 70% 75% 72,5%

5. IR 35% 40% 45% 42.5% 70% 75% 72,5%

Jumlah rata-rata

Keseluruhan

¿2155

x100 %

= 43 %

¿2805

x100 %

= 56 %

¿402,55

x 100 %

= 80,5 %

Penggunaan mistar bilangan untuk meningkatkan kemampuan berhitung

penjumlahan bilangan bulat diperoleh dari pengalaman langsung. Sesuai dengan

karakteristik anak tunarungu yang memiliki keterbatasan dalam pendengaran,

kesulitan untuk berpikir hal-hal yang abstrak, dan daya ingat yang kurang terasah

untuk mengulang memori yang telah didapatnya. Untuk itu perlunya berbagai

macam media pengajaran yang bervariasi dan menarik dalam proses pembelajaran

khususnya pelajaran matematika dalam mengenalkan berhitung penjumlahan

bilangan bulat pada anak didik. Supraptiningsih (2005:29) menjelaskan bahwa

untuk mencapai hasil belajar yang optimum dari proses belajar mengajar maka

disarankan menggunakan media pengajaran yang cocok dengan materi ajar.

Anak didik dapat memahami berbagai konsep dengan baik jika pengajaran

memberi pengalaman kepada anak tentang konsep yang dipelajarinya mulai dari

konsep yang konkrit, semi konkrit, dan abstrak. Dalam meningkatkan kemampuan

berhitung penjumlahan bilangan bulat dapat menggunakan media pengajaran yang

tepat yaitu mistar bilangan. Meningkatnya kemampuan mengenal berhitung

penjumlahan bilangan bulat dengan menggunakan mistar bilangan anak akan

memfungsikan inderanya untuk memahami materi ajar tersebut.

Dalam melafalkan bilangan bulat secara hafalan terlebih dahulu peneliti

memperlihatkan kepada anak cara pengucapan yang tepat dalam membaca

lambang bilangan. Kemudian peneliti menyuruh anak menirukan ucapan guru.

Dalam hal ini anak memfungsikan indera penglihatannya untuk mengamati

pengucapan peneliti. Tarmansyah (2002:11) menyatakan bahwa dalam kegiatan

mendengar suatu bunyi-bunyian dan menirukan bunyi-bunyian tersebut anak akan

berusaha untuk memproduksi bunyi dengan benar sebagaimana yang didengarnya.

Begitu juga dengan lambang bilangan bulat yang diucapkan peneliti kegiatan ini

menggunakan sisa pendengaran. Jika peneliti menuliskan dan memperlihatkan

cara pengucapannya, anak menirukan maka anak akan melihat lambang bilangan

tersebut.

Untuk memahami lambang bilangan bulat bilangan bulat positif dan

negatif anak juga harus menuliskan lambang bilangan yang ditandai dengan

adanya simbol + untuk bilangan bulat positif dan simbol - untuk bilangan negatif.

Dalam menuliskan lambang bilangan bilangan bulat positif dan negatif ditandai

juga dengan tidak ditulisnya simbol + di depan bilangan bulat positif dan harus

ditulis simbol - di depan bilangan negatif. Mulyono (2003:224) mengemukakan

bahwa menulis adalah kegiatanmengungkapkan bahasa dalam bentuk simbol,

gambar, dan juga merupakan suatu aktifitas yang komplek tercakup di dalamnya

gerakan lengan, jari, dan mata secara integrasi. Dengan kegiatan menulis ini akan

membantu anak dalam mengenal konsep lambang bilangan bulat.

Dalam menunjukkan lambang bilangan bulat peneliti menuliskan di papan

tulis dan memperlihatkan kepada anak bilangan bulat tersebut sesuai dengan jenis

bilangan. Saat menunjukkan lambang bilangan di papan tulis, anak akan

menggunakan indera penglihatannya dan ketika anak disuruh menunjukkan

dengan mistar bilangan anak akan menggunakan indera perabaannya untuk

menunjuk lambang bilangan tersebut. Mulyono (2003: 56) menyatakan bahwa

kemampuan mengenal berbagai objek melalui perabaan, mengidentifikasikan jari

mana yang digunakan untuk meraba dan menggerakkan tangan untuk

menunjukkan bilangan yang sudah ditulis guru. . Kegiatan ini akan mempermudah

anak dalam mengingat apa yang dipelajari.

Membedakan bilangan bulat positif dan negatif ditandai dengan adanya

simbol untuk bilangan bulat positif dan simbol - untuk bilangan negatif. Untuk

lebih memudahkan lagi dalam membedakannya adalah pada bilangan positif

simbol + tidak perlu ditulis di depan bilangan sedangkan pada bilangan negatif

simbol - harus ditulis di depan bilangan. Dengan adanya kegiatan membedakan

lambang ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya gangguan persepsi

visual yang dialami anak. Bila anak tunarungu tidak mengalami gangguan

persepsi visual anak secara cepat anak akan menggunakan indera penglihatan dan

perabaannya.

Konsep menghitung penjumlahan bilangan bulat terdiri dari;bilangan bulat

positif dijumlahkan dengan bilangan bulat positif, bilangan bulat positif

dijumlahkan dengan bilangan bulat negatif, bilangan bulat negatif dijumlahkan

dengan bilangan bulat positif, dan bilangan bulat negatif dijumlahkan dengan

bilangan bulat negatif. Cara mengoperasikannya hanya dengan melihat jenis dari

bilangan bulat itu sendiri. Kalau bilangan bulat itu positif maka bingkai angkai

digeser ke arah kanan, tanda penjumlahan (+) dengan mengubah arah mobil-

mobilan ke arah kanan, sedangkan kalau bilangan bulat itu negatif maka bingkai

angkai digeser ke arah kiri.

Dari hasil peneliti mengadakan proses belajar mengajar menggunakan

mistar mobil-mobilan angka untuk berhitung penjumlahan bilangan bulat anak

tunarungu yang dilakukan dalam beberapa siklus dan pertemuan. Dapat dilihat

peningkatan kemampuan berhitung penjumlahan bilangan bulat anak tunarungu

secara spesifikan. Kemampuan anak tunarungu dalam berhitung bilangan bulat

sebelum diberikan tindakan menggunakan mistar sangatlah minim. Hal ini

ditunjukkan dengan pencapaian nilai yang sangat rendah yaitu 55% untuk YG,

50% untuk QR, 40% untuk NS, 35% untuk BL dan 35% untuk IR. Sedangkan

setelah diberikan tindakan pada siklus I mengalami peningkatan sebesar 70%

untuk YG dan untuk QR sebanyak 65% , 50 % untuk NS, 42,5% untuk BL, dan

42,5 % untuk IR. Dan pada siklus II peningkatan kemampuan anak tunarungu

dalam berhitung bilangan bulat menggunakan mistar sangaat tinggi, yaitu sebesar

90% untuk YG, 87,5% untuk QR, 80% untuk NS, 72,5% untuk BL, dan 72,5%

untuk IR. Dari pencapaian nilai yang didapat dari siklus I dan siklus II rata-rata

peningkatannya dari 56% menjadi 80,5%.

Berdasarkan nilai yang dicapai pada siklus I dan siklus II bahwa

kemampuan berhitungan penjumlahan bilangan bulat anak tunarungu di SLB

Putra Mandiri Sidoarjo dapat meningkat melalui pemberian mistar bilangan.

Peningkatan ini bukanlah untuk selamnya tetapi hanya untuk sementara jika

kemampuan penjumlahan bilangan bulat anak tidak dilatih terus-menerus/continue

karena pemberian latihan pada anak tunarungu harus dilakukan secara berulang-

ulang jika menginginkan hasil yang optimal.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan permalahan penelitian dan pembahasan penelitian penerapan

mistar bilangan untuk meningkatkan berhitung penjumlahan bilangan bulat anak

tunarungu kelas D IV di SLB Putra Mandiri Sidoarjo, maka dapat disimpulkan

sebagai bahwa, mistar bilangan merupakan salah satu media yang dapat

digunakan untuk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan bilangan

bulat anak tunarungu (1), Mistar bilangan untuk meningkatkan kemampuan

berhitung penjumlahan bilangan bulat anak tunarungu dapat ditindak lanjuti dan

diaplikasikan di SLB Putra Mandiri Sidoarjo. (2) Tingkat keberhasilan dalam

upaya meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan bilangan bulat anak

tunarungu tergantung pada intensitas pelaksanaan latihan berhitung yang

dilakukan secara berulang-ulang. (3) Dalam penelitian tindakan ini terjadi

peningkatan kemampuan berhitung pada anak yang ditunjukkan dalam siklus I

dan siklus II. Dari hasil rekapitulasi kemampuan berhitung menunjukkan bahwa

kemampuan anak tunarungu dalam berhitung bilangan bulat sebelum diberikan

tindakan menggunakan mistar sangatlah minim. Hal ini ditunjukkan dengan

pencapaian nilai yang sangat rendah yaitu 55% untuk YG, 50% untuk QR, 40%

untuk NS, 35% untuk BL dan 35% untuk IR. Sedangkan setelah diberikan

tindakan pada siklus I mengalami peningkatan sebesar 70% untuk YG dan untuk

QR sebanyak 65% , 50 % untuk NS, 42,5% untuk BL, dan 42,5 % untuk IR. Dan

pada siklus II peningkatan kemampuan anak tunarungu dalam berhitung bilangan

bulat menggunakan mistar sangat tinggi, yaitu sebesar 90% untuk YG, 87,5%

untuk QR, 80% untuk NS, 72,5% untuk BL, dan 72,5% untuk IR.

Berkaitan dengan simpulan penelitian ini, maka ada beberapa saran yang

dapat disampaikan oleh peneliti sebagai berikut: (1) Bagi guru, hasil penelitian ini

dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran

berhitungpenjumlahanbilanganbulat. (2) Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini

dapat digunakan sebagai acuan untuk menyusun program pembelajaran

matematika. (3) Bagi mahasiswa PLB atau peneliti berikut, hasil penelitian ini

dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun penelitian berikut.

DAFTAR ACUAN

AriKunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Asrori, Muhammad. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : CV Wacana Prima.

Asri Budi Ningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta.

Budiyanto (editor), 2010. Modul Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) SDLB. Surabaya : UNESA.

Bunawan. 1982. Karakteristik Anak Tunarungu. Bandung: Angkasa.

Burhan, Mustaqiem. 2008. Ayo Belajar Matematika Kelas IV. Bandung : Departemen Pendidikan Negeri.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan SDLB Tunarungu (SDLB). Jakarta : Depdiknas.

Direktorat IB, Depdiknas. 2008. Informasi Pendidikan Anak Tunarungu (online), (http:/ditplb.or.id diakses tanggal 10 April 2012).

Dwijosumarto, Andreas. 1990. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Refika Aditama.

Ge Mozaik, Laksmi. 2005. Bagaimana mengajar Matematika yang Benar (online). (http://www.unesa blog spirit.com, diakses tanggal 10 April 2012).

Gunawan, Lani. 2000. Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta : Yayasan Santi Rama.

Hasan, Alwi. 2003. Penjumlahan Bilangan Bulat (online). (http://artikelkependidikan blogspot.com diakses 16 Oktober 2012).

Martoyo. 2004. Berhitung Penjumlahan. Bandung: Angkasa.

Muladi. 2008. Manfaat Mistar Bilangan. Jakarta: Rinekacipta

Munawar, Yusuf. 2007. Kemampuan Menghitung (online). (http://www.crayonpedia.org/mw, diakses 16 Oketober 2012).

Nyimas, Aisyah. 2007. Kemampuan Menghitung (online). (http://www.crayonpedia.org/mw, diakses 16 Oketober 2012).

Piaget. Media Mistar Bilangan. (online) (http://yhumtoeteyonaiblogspot.com diakses 16 Oktober 2012).

Rahardja, Djadja, dkk. 2012. Pengantar Pendidikan Luar Biasa (Ortho pedagogik) Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.

Rahmadi. 2007. Media Mistar Bilangan. Jakarta: Rajawali.

Salim, Mufti. 1948. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Refika Aditama.

Somad, P. & Hernawati .Tati. 1996. Ortho pedagogik Anak Tunarungu. Bandung: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.

Soemantri, Sutjihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta : Aditama.

Sukamto. 2003. Penjumlahan Bilangan Bulat. Jakarta: Rajawali.

Sulistyo P. 2010. Penjumlahan Bilangan Bulat (online). (http://artikelkependidikan blogspot.com diakses 16 Oktober 2012).

Tim Penyusun Universitas Negeri Surabaya. 2006. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.

Warsito. 2004. Rahasia Mempelajari Matematika Dengan Mudah Dan Lengkap. Surabaya : Bintang Usaha Jaya.