12
*Dyah Rahmawati adalah mahasiswa jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang. PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA PRASEKOLAH Dyah Rahmawati* Sunaryo, H.S. Widodo, Hs. E-mail: [email protected] Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang ABSTRACT: This study aims to determine mastery of Indonesian vocabulary in preschoolers, including the quantity range of vocabulary, word class, and scope of vocabulary. The method used is qualitative descriptive research methods. The results of this study include the quantity of various Indonesian vocabulary in every child is different from one another, the word class of nouns is the most widely mastered by subsidiary, and scope of the vocabulary of children mostly are still at the level of objects, events, circumstances, and other things that are concrete. Key words: mastering vocabulary, preschoolers ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan kosakata bahasa Indonesia pada anak usia prasekolah yang meliputi kuantitas ragam kosakata, kelas kata, dan ruang lingkup kosakata. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini di antaranya adalah kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia pada setiap anak berbeda antara satu dengan yang lain, nomina adalah kelas kata yang paling banyak dikuasai anak, dan ruang lingkup kosakata anak sebagian besar masih berada pada tataran benda, aktivitas, keadaan, dan hal-hal lain yang bersifat konkret. Kata kunci: penguasaan kosakata, anak prasekolah Pada dasarnya sejak lahir manusia telah terikat secara kodrati untuk mempelajari bahasa pada waktu tertentu dan dengan cara tertentu. Menurut Subyakto dan Nababan (1992:124) bahasa adalah segala bentuk komunikasi ketika pikiran dan perasaan seseorang disimbolisasikan supaya dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa bahasa komunikasi tidak dapat dilakukan dengan baik dan interaksi sosial pun tidak akan pernah terjadi. Tanpa bahasa siapa pun tidak akan mampu mengekspresikan diri dalam menyampaikan sesuatu pesan kepada orang lain. Chomsky sebagaimana dikutip Subyakto dan Nababan (1992:76) menyatakan bahwa setiap anak sejak lahir telah dilengkapi dengan seperangkat peralatan yang memungkinkannya memperoleh suatu bahasa. Seperangkat peralatan itu disebut dengan peralatan pemerolehan bahasa atau Language Acquisition Device (LAD). Dengan adanya LAD ini seorang anak dipastikan memiliki kemampuan alamiah untuk berbahasa. Berbahasa tidak terlepas dari kosakata. Kosakata atau perbendaharaan kata adalah semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa (Soedjito, 1992:1). Kosakata merupakan bagian penting dari bahasa. Penguasaan kosakata dapat memengaruhi keterampilan berbahasa seseorang. Begitu juga dengan kemampuan seseorang menggunakan dan mempelajari bahasa banyak dipengaruhi oleh kosakata yang

PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK

  • Upload
    vodung

  • View
    219

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK

*Dyah Rahmawati adalah mahasiswa jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang.

PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA

PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

Dyah Rahmawati*

Sunaryo, H.S.

Widodo, Hs.

E-mail: [email protected]

Universitas Negeri Malang

Jalan Semarang 5 Malang

ABSTRACT: This study aims to determine mastery of Indonesian vocabulary in

preschoolers, including the quantity range of vocabulary, word class, and scope

of vocabulary. The method used is qualitative descriptive research methods. The

results of this study include the quantity of various Indonesian vocabulary in

every child is different from one another, the word class of nouns is the most

widely mastered by subsidiary, and scope of the vocabulary of children mostly

are still at the level of objects, events, circumstances, and other things that are

concrete.

Key words: mastering vocabulary, preschoolers

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan kosakata

bahasa Indonesia pada anak usia prasekolah yang meliputi kuantitas ragam

kosakata, kelas kata, dan ruang lingkup kosakata. Metode yang digunakan adalah

metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini di antaranya adalah

kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia pada setiap anak berbeda antara satu

dengan yang lain, nomina adalah kelas kata yang paling banyak dikuasai anak,

dan ruang lingkup kosakata anak sebagian besar masih berada pada tataran

benda, aktivitas, keadaan, dan hal-hal lain yang bersifat konkret.

Kata kunci: penguasaan kosakata, anak prasekolah

Pada dasarnya sejak lahir manusia telah terikat secara kodrati untuk

mempelajari bahasa pada waktu tertentu dan dengan cara tertentu. Menurut

Subyakto dan Nababan (1992:124) bahasa adalah segala bentuk komunikasi

ketika pikiran dan perasaan seseorang disimbolisasikan supaya dapat

menyampaikan arti kepada orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa bahasa

komunikasi tidak dapat dilakukan dengan baik dan interaksi sosial pun tidak akan

pernah terjadi. Tanpa bahasa siapa pun tidak akan mampu mengekspresikan diri

dalam menyampaikan sesuatu pesan kepada orang lain.

Chomsky sebagaimana dikutip Subyakto dan Nababan (1992:76)

menyatakan bahwa setiap anak sejak lahir telah dilengkapi dengan seperangkat

peralatan yang memungkinkannya memperoleh suatu bahasa. Seperangkat

peralatan itu disebut dengan peralatan pemerolehan bahasa atau Language

Acquisition Device (LAD). Dengan adanya LAD ini seorang anak dipastikan

memiliki kemampuan alamiah untuk berbahasa.

Berbahasa tidak terlepas dari kosakata. Kosakata atau perbendaharaan kata

adalah semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa (Soedjito, 1992:1). Kosakata

merupakan bagian penting dari bahasa. Penguasaan kosakata dapat memengaruhi

keterampilan berbahasa seseorang. Begitu juga dengan kemampuan seseorang

menggunakan dan mempelajari bahasa banyak dipengaruhi oleh kosakata yang

Page 2: PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK

2

dimilikinya. Bahasa dapat berfungsi kepada seseorang apabila keterampilan

berbahasa seseorang meningkat. Keterampilan berbahasa seseorang meningkat

apabila kuantitas dan kualitas kosakatanya meningkat (Tarigan, 1993:14).

Berdasarkan pernyataan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan

mendeskripsikan kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia pada anak usia

prasekolah, kelas kata bahasa Indonesia yang dikuasai anak usia prasekolah, dan

ruang lingkup kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai anak usia prasekolah.

METODE

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Hal ini karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata yang dituturkan

anak usia prasekolah dalam rentang usia 4 – 6 tahun. Pendekatan kualitatif dipilih

karena penelitian ini menggunakan interaksi sosial sebagai cara memperoleh data

dari sumber data secara alami. Sumber data penelitian ini adalah anak-anak TK

ABA 25 Malang yang berusia 4 – 6 tahun. Setiap kelompok jenis kelamin diambil

lima anak sehingga terdapat sepuluh subjek penelitian.

Data penelitian ini bersifat deskriptif, artinya kosakata yang menjadi data

utama penelitian ini adalah sumber deskripsi yang memaparkan mengenai seluk-

beluk penguasaan kosakata bahasa Indonesia pada anak usia prasekolah. Oleh

karena itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif kualitatif. Metode penelitian deskriptif kualitatif dipandang sesuai untuk

mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai penguasaan

kosakata bahasa Indonesia pada anak usia prasekolah.

Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai pengamat partisipan dan

kehadiran peneliti di lapangan diketahui oleh subjek penelitian. Di samping itu,

peneliti sebagai instrumen kunci yang merencanakan, melaksanakan, menafsirkan,

dan menyimpulkan data. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan

menggunakan teknik simak libat cakap, teknik elisitasi/pemancingan, teknik

rekam, dan teknik catat. Untuk menjaga keabsahan data peneliti melakukan

ketekunan pengamatan, konsultasi dengan pembimbing, dan diskusi dengan teman

sejawat. Analisis data penelitian ini dilakukan secara kualitatif. Bogdan

sebagaimana dikutip Sugiyono (2007:244) menyatakan bahwa analisis data

kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil pengamatan sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain.

Aktivitas analisis data penelitian ini meliputi identifikasi data, penyajian

data, dan penarikan simpulan. Kegiatan identifikasi data dilakukan dengan

bantuan tabel analisis yang dibuat secara teliti, terfokus, dan terperinci untuk

memudahkan penghitungan pada kuantitas ragam kosakata dan proses

penggolongan berikutnya. Pada tahap identifikasi ini peneliti memberikan nama

pada data sesuai dengan kelas kata dan ruang lingkup kosakata. Tahap selanjutnya

adalah penyajian data. Data yang disajikan dari penelitian ini adalah kuantitas

ragam kosakata bahasa Indonesia pada anak usia prasekolah, kelas kata bahasa

Indonesia yang dikuasai anak usia prasekolah, dan ruang lingkup kosakata bahasa

Indonesia yang dikuasai anak usia prasekolah. Dalam analisis data kualitatif, data

yang telah diidentifikasi ke dalam tabel disajikan kembali secara deskriptif

sehingga temuannya dapat dengan mudah dipahami orang lain. Tahap terakhir

analisis ini adalah penarikan simpulan. Simpulan penelitian ini diambil dari

Page 3: PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK

3

intisari-intisari pembahasan terhadap hasil penelitian sehingga diperoleh simpulan

yang kredibel.

HASIL PENELITIAN

Kuantitas Ragam Kosakata Bahasa Indonesia pada Anak Usia Prasekolah

Sejauh ini hasil penelitian para ahli mengenai kuantitas ragam kosakata

pada anak usia prasekolah bervariasi. Hal ini karena perkembangan kosakata anak

banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal sehingga masukan-masukan yang

diterima anak berbeda antara satu dengan yang lain. Adapun kuantitas ragam

kosakata bahasa Indonesia pada sepuluh anak usia prasekolah di TK ABA 25

Malang sebagaimana terlihat dalam tabel berikut ini.

Kuantitas Ragam Kosakata Bahasa Indonesia

pada Anak Usia Prasekolah di TK ABA 25 Malang

Subjek

penelitian L/P Usia

Kelas Kata Jumlah

N V Adj Adv Pro Pre Kon Num Int Art

Mi P 5th 53 33 9 8 4 3 3 4 - - 117

Dw P 4th 30 21 2 3 5 1 3 3 - - 68

Sa P 6th 77 25 14 8 9 1 2 9 1 - 146

Fa P 6th 69 31 12 6 8 1 3 3 2 - 140

Dt P 5th 71 30 8 12 9 2 5 1 2 - 140

Ay L 6th 48 47 4 9 11 4 3 7 2 - 138

Ar L 6th 36 30 5 7 8 2 2 4 1 - 95

Ek L 4th 18 14 1 4 5 3 1 - 1 - 47

Ab L 4th 19 9 1 1 1 1 - - - - 32

Ad L 5th 25 20 5 3 1 2 1 1 - - 58

Keterangan:

N : nomina

V : verba

Adj : adjektiva

Adv : adverbia

Pro : pronomina

Pre : preposisi

Kon : konjungsi Art : artikula

Num : numeralia

Int : interjeksi

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa kuantitas ragam kosakata

bahasa Indonesia pada setiap anak berbeda antara satu dengan yang lain.

Kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai Mi sebanyak 117

kosakata, Dw 68 kosakata, Sa 146 kosakata, Fa 140 kosakata, Dt 140 kosakata, Ay

138 kosakata, Ar 95 kosakata, Ek 47 kosakata, Ab 32 kosakata, dan Ad 58

kosakata. Dari hasil tersebut diketahui bahwa kuantitas ragam kosakata bahasa

Indonesia anak perempuan lebih banyak daripada anak laki-laki. Mi menguasai

sebanyak 117 kosakata, Dw 68, Sa 146, Fa 140, dan Dt 140 kosakata sedangkan

anak laki-laki menunjukkan kuantitas angka yang lebih sedikit, Ay menguasai

sebanyak 138 kosakata, Ar 95, Ek 47, Ab 32, dan Ad 58 kosakata.

Dari segi usia, anak-anak yang berusia 5 – 6 tahun memiliki kuantitas

ragam kosakata bahasa Indonesia lebih banyak daripada anak yang berusia 4

tahun. Pada anak perempuan Sa yang berusia 6 tahun menguasai sebanyak 146

kosakata dan Fa yang berusia 6 tahun menguasai sebanyak 140 kosakata. Dt yang

berusia 5 tahun menguasai sebanyak 140 kosakata sedangkan Mi yang berusia 5

tahun menguasai sebanyak 117 kosakata. Sementara itu, Dw yang berusia 4 tahun

menguasai sebanyak 68 kosakata. Pada anak laki-laki, Ay yang berusia 6 tahun

menguasai sebanyak 138 kosakata dan Ar yang berusia 6 tahun menguasai

Page 4: PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK

4

sebanyak 95 kosakata. Ad yang berusia 5 tahun menguasai sebanyak 58 kosakata

dan Ek yang berusia 4 tahun menguasai sebanyak 47 kosakata sedangkan Ab yang

berusia 4 tahun menguasai sebanyak 32 kosakata.

Kelas Kata Bahasa Indonesia yang Dikuasai Anak Usia Prasekolah

Masa anak-anak merupakan masa pesatnya perkembangan kosakata. Pada

masa ini sebagian besar anak usia prasekolah sudah mampu menguasai kata-kata

yang berkategori nomina, verba, adjektiva, adverbia, pronomina, numeralia,

preposisi, konjungsi, dan interjeksi. Hal tersebut sebagaimana terlihat dalam tabel

penguasaan kelas kata bahasa Indonesia berikut ini.

Kelas Kata Bahasa Indonesia

yang Dikuasai Anak Usia Prasekolah

No Subjek

Penelitan L/P Usia Kelas Kata

1. Mi P 5th N – V – Adj – Adv – Pro – Num – Pre – Kon

2. Dw P 4th N – V – Pro – Adv – Num – Kon – Adj – Pre

3. Sa P 6th N – V – Adj – Pro – Num – Adv – Kon – Pre – Int

4. Fa P 6th N – V – Adj – Pro – Adv – Num – Kon – Int – Pre

5. Dt P 5th N – V – Adv – Pro – Adj – Kon – Pre – Int – Num

6. Ay L 6th V – N – Pro – Adv – Num – Pre – Adj – Kon – Int

7. Ar L 6th N – V – Pro – Adv – Adj – Num – Pre – Kon – Int

8. Ek L 4th N – V – Pro – Adv – Pre – Adj – Kon – Int

9. Ab L 4th N – V – Adj – Adv – Pro – Pre

10. Ad L 5th N – V – Adj – Adv – Pre – Pro – Num – Kon

Keterangan

N : nomina

V : verba

Adv : adverbia

Adj : adjektiva

Pro : pronomina

Num : numeralia

Pre : preposisi

Kon : konjungsi

Int : interjeksi

Art : artikula

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa mayoritas anak usia

prasekolah sudah menguasai hampir semua kelas kata bahasa Indonesia. Mulai

dari kelas kata nomina, verba, adjektiva, adverbia, pronomina, numeralia,

preposisi, konjungsi, sampai dengan interjeksi. Dari sepuluh anak usia prasekolah

yang diteliti, lima di antaranya menguasai dengan baik sembilan kelas kata dalam

tuturannya. Empat anak menguasai delapan kelas kata dalam tuturannya

sedangkan satu anak menguasai enam kelas kata dalam tuturannya. Dari penelitian

ini juga diketahui bahwa kelas kata artikula tidak ditemukan dari tuturan anak usia

prasekolah yang diteliti.

Ruang Lingkup Kosakata Bahasa Indonesia yang Dikuasai Anak Usia

Prasekolah

Dari hasil analisis berdasarkan tiap-tiap kata yang selanjutnya digolongkan

ke dalam ruang lingkup kosakata, ditemukan tiga puluh ruang lingkup kosakata

bahasa Indonesia dalam tuturan anak usia prasekolah. Ketiga puluh ruang lingkup

kosakata tersebut mayoritas masih berada pada tataran benda, aktivitas, keadaan,

dan hal-hal lain yang bersifat konkret. Ruang lingkup tersebut di antaranya adalah

nama-nama diri, kekerabatan, ukuran, jenis tanaman, keadaan, bilangan, profesi,

Page 5: PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK

5

persetujuan dan penolakan, jenis kelamin, aktivitas, perlengkapan diri, barang

elektronik, nama-nama hari, jenis buah-buahan, jenis-jenis warna, makanan dan

minuman, perabot rumah tangga, benda-benda universal, perlengkapan sekolah,

jenis-jenis mainan, jenis-jenis binatang, bagian-bagian tubuh, transportasi, jenis-

jenis sayuran, teknologi, agama, tempat, tujuan, rasa, dan bentuk.

PEMBAHASAN

Kuantitas Ragam Kosakata Bahasa Indonesia pada Anak Usia Prasekolah

Menurut pandangan behaviorisme, kemampuan berbicara dan memahami

sebuah bahasa oleh anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungan luar

(Chaer, 2003:223). Jadi, dapat ditarik sebuah hubungan bahwa perkembangan

kosakata anak juga tergantung pada masukan-masukan yang diterima anak dari

luar. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam kuantitas ragam

kosakata bahasa Indonesia pada setiap anak.

Dalam penelitian ini, kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang

dikuasai masing-masing anak bervariasi. Pada lima anak perempuan yang diteliti,

kosakata yang dikuasai berada dalam kisaran 68 – 146 kosakata. Sementara itu,

pada lima anak laki-laki yang diteliti, kosakata yang dikuasai berada dalam

kisaran 32 – 138 kosakata. Kuantitas ragam kosakata yang bervariasi ini

menunjukkan bahwa usia, jenis kelamin, dan kondisi lingkungan keluarga adalah

faktor-faktor yang diduga melatarbelakangi terjadinya perbedaan kuantitas ragam

kosakata bahasa Indonesia pada anak usia prasekolah. Berikut dijelaskan

keterkaitan faktor-faktor tersebut terhadap kuantitas ragam kosakata bahasa

Indonesia pada anak usia prasekolah.

Kuantitas Ragam Kosakata Bahasa Indonesia pada Anak Usia Prasekolah

Berdasarkan Faktor Usia dan Jenis Kelamin

Perbedaan usia memengaruhi kecepatan dan keberhasilan dalam belajar

bahasa kedua (Chaer, 2003:253). Dalam penelitian ini, anak yang berusia 5 – 6

tahun memliki penguasaan kosakata yang lebih banyak daripada anak yang

berusia 4 tahun. Hal ini diduga anak yang berusia 5 – 6 tahun perkembangan

neurobiologinya jauh lebih matang daripada anak yang berusia 4 tahun. Oleh

karena itu, anak yang berusia 5 – 6 tahun mayoritas sudah mampu melakukan

ekspresi diri seperti membaca dan menulis sehingga kuantitas ragam kosakata

bahasa Indonesia yang dikuasai lebih banyak daripada anak usia 4 tahun.

Pada sisi jenis kelamin, ditemukan perbedaan yang mencolok antara anak

laki-laki dan perempuan. Kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang

dikuasai anak perempuan sebagian besar menunjukkan angka yang lebih banyak

daripada kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai anak laki-laki.

Hal ini menunjukkan bahwa dalam kemampuan verbal anak perempuan lebih

unggul daripada anak laki-laki. Bahkan Santrock menjelaskan bahwa anak

perempuan lebih unggul dalam beberapa area verbal seperti kemampuan

menemukan sinonim kata-kata dan memori verbal sedangkan anak laki-laki

melebihi anak perempuan dalam kemampuan kuantitatif dan visual spasial

(Santrock, 2007:335).

Pandangan tersebut cukup memperjelas hasil penelitian ini, bahwa anak

perempuan dalam berbahasa sedikit lebih baik dari anak laki-laki. Dibandingkan

dengan anak perempuan, dalam perkembangannya anak laki-laki lebih lambat

Page 6: PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK

6

dalam belajar berbicara (Hurlock, 1997:209). Selain itu, kalimat anak laki-laki

lebih pendek dan kosakata yang diucapkan lebih sedikit daripada anak

perempuan. Selama proses penelitian anak perempuan lebih dominan dalam hal

berbicara dan berbahasa. Saat bermain pun anak perempuan lebih banyak

mengungkapkan perasaannya dibandingkan dengan anak laki-laki.

Menurut Chaer (2003:134) otak perempuan lebih kaya akan neuron

dibandingkan dengan otak laki-laki, jadi semakin banyak jumlah neuron di suatu

daerah, semakin kuat fungsi otak di sana. Oleh karena itu, kesan cerewet yang ada

pada perempuan adalah bagian dari kemampuan verbal yang tinggi. Hal ini

ditunjukkan dengan banyaknya jumlah neuron pada otak kiri perempuan. Dari

penjelasan teori-teori tersebut dapat dirumuskan sebuah dugaan bahwa dalam

perkembangannya, anak perempuan lebih mudah menguasai bahasa dibandingkan

dengan anak laki-laki. Termasuk dalam penguasaan kosakata, kuantitas ragam

kosakata bahasa Indonesia anak perempuan usia prasekolah lebih banyak daripada

anak laki-laki.

Kuantitas Ragam Kosakata Bahasa Indonesia pada Anak Usia Prasekolah

Berdasarkan Faktor Kondisi Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga juga berperan dalam perkembangan bahasa anak.

Santrock (2007:373) menyatakan bahwa kuantitas percakapan orangtua kepada

anak berhubungan langsung dengan pertumbuhan kosakata anak dan kuantitas

bicara juga dihubungkan dengan status sosial ekonomi keluarga. Pada penelitian

ini, peneliti memanfaatkan data-data yang ada di buku induk sekolah untuk dapat

dijadikan gambaran mengenai kondisi keluarga dari anak-anak yang diteliti.

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa anak-anak yang kedua

orangtuanya bekerja memiliki kosakata yang tidak sebanyak anak-anak lain yang

ibunya tidak bekerja. Oleh karena itu, muncul sebuah dugaan bahwa orangtua

khususnya ibu yang berbicara lebih sering kepada anak-anaknya akan

berpengaruh dalam jumlah kosakata yang dikuasai anak.

Kemudian dari sisi bahasa pengantar sehari-hari yang digunakan anak dan

orangtua di rumah, pada dasarnya turut memberikan pengaruh terhadap kuantitas

ragam kosakata yang dikuasai anak. Anak-anak yang terbiasa menggunakan

bahasa Indonesia dan Jawa untuk berinteraksi dengan orangtua, mayoritas

kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai lebih banyak daripada

anak-anak yang hanya terbiasa menggunakan bahasa Jawa sebagai sarana

berinteraksi dengan orangtua. Hal itu tentunya juga didukung dengan hubungan

komunikasi yang baik antara orangtua dan anak sehingga berdampak pada

kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai anak.

Meskipun demikian, baik anak yang mempunyai kuantitas ragam kosakata

bahasa Indonesia yang banyak maupun sedikit dalam penggunaan bahasa

Indonesia sebagai bahasa kedua, sedikit banyak masih tercampuri kosakata Jawa

sebagai bahasa pertama anak. Hal ini karena anak-anak tinggal dalam lingkungan

yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan bahasa Jawa sebagai sarana

komunikasi sehari-hari.

Jadi, sudah menjadi kenyataan umum kalau pemerolehan bahasa kedua

sangat kuat dipengaruhi oleh bahasa pertama (Tarigan, 1988:91). Demikian juga

dengan bahasa Jawa sebagai bahasa pertama (B1) yang dimiliki oleh sepuluh anak

usia prasekolah yang diteliti senantiasa hadir disela-sela tuturan anak ketika

Page 7: PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK

7

mereka berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia (B2). Hal ini tidaklah

salah jika dilihat dari sudut pandang anak-anak yang masih dalam proses belajar

memahami bahasa kedua. Bahasa anak-anak adalah bahasa antara yang

merupakan bagian dari sebuah tahapan untuk seorang anak dapat mencapai

kemahiran berbahasa.

Kelas Kata Bahasa Indonesia yang Dikuasai Anak Usia Prasekolah

Dalam penelitian ini kelas kata nomina menempati jumlah terbanyak yang

dikuasai anak. Hal ini sesuai dengan penelitian Gentner yang menyatakan bahwa

anak menguasai nomina dengan jumlah yang paling banyak daripada kelas kata

lainnya (Dardjowidjojo, 2010:259). Hasil yang sama juga ditunjukkan

Dardjowidjojo yang selama lima tahun meneliti pemerolehan bahasa cucunya.

Dari penelitian tersebut diketahui bahwa nomina menduduki posisi paling atas

dengan persentase rata-rata 49% dan verba menduduki urutan kedua dengan

persentase rata-rata 29%, selanjutnya pada urutan ketiga baru diikuti kelas kata

adjektiva dengan persentase 13%, dan kata fungsi menempati urutan keempat

dengan persentase 10% (Dardjowidjojo, 2010:259). Berikut adalah penjelasan

terperinci mengenai kelas-kelas kata bahasa Indonesia yang dikuasai anak usia

prasekolah.

Kata Benda (Nomina)

Kata benda atau nomina dari segi semantis adalah kata yang mengacu

pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian (Alwi dkk, 2010:221).

Dari penelitian ini, diketahui bahwa anak usia prasekolah mayoritas mengetahui

nama berbagai benda yang ada di sekitarnya. Benda-benda yang diketahui oleh

anak pada umumnya bersifat konkret atau nyata. Di samping itu, benda-benda

tersebut sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga anak lebih

mudah untuk mengingat nama benda-benda tersebut. Oleh karena itu, kategori

nomina banyak dikuasai anak-anak.

Dari segi bentuk, nomina dibedakan ke dalam nomina dasar dan nomina

turunan. Pembentukan nomina turunan dilakukan dengan (a) afiksasi, (b)

pengulangan, atau (c) pemajemukan. Kosakata seperti gambar, ibu, adik, melati,

buku, rumput, serigala, capung, apel, manggis, pilot, sungai, mobil, bapak, dan

kambing termasuk kategori nomina bentuk dasar. Kosakata mainan, ayunan,

makanan dan minuman termasuk kategori nomina turunan hasil proses afiksasi.

Sementara itu, kosakata robot-robotan, anak-anak, barang-barang, buah-buahan,

rumah-rumahan, alun-alun, kura-kura, dan pistol-pistolan termasuk kategori

nomina hasil dari proses reduplikasi. Kosakata robot-robotan, buah-buahan,

rumah-rumahan, dan pistol-pistolan merupakan perulangan yang disertai dengan

afiksasi -an dan memiliki makna kemiripan rupa. Kemudian anak-anak dan

barang-barang merupakan jenis perulangan murni sedangkan alun-alun dan kura-

kura merupakan jenis perulangan semu.

Kata Kerja (Verba)

Pada penelitian ini, mayoritas kata kerja yang dikuasai anak usia

prasekolah berhubungan dengan aktivitas atau tindakan sehari-hari yang

dilakukan anak. Kosakata tersebut di antaranya adalah bangun, baca, masak,

tidur, mandi, minum, makan, pulang, kerja, beli, dan lari. Kosakata tersebut

Page 8: PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK

8

termasuk kategori verba bentuk dasar. Verba bentuk dasar memiliki makna yang

mandiri meskipun tidak dibubuhi dengan afiks. Selain itu, verba dasar memiliki

potensi untuk membentuk verba lain dengan menambahkan afiks pada verba

dasar. Misal dari kosakata bangun, baca, dan masak dapat dibentuk menjadi

membangunkan, membaca, dan memasak.

Sementara itu, kosakata mengeja, dilombakan, dipanggil, menemukan,

menyeberang, berdoa, ditakuti, memeriksa termasuk dalam verba turunan hasil

dari proses pengafiksan. Kosakata jalan-jalan, masak-masak, pindah-pindah,

bergerak-gerak, dan meloncat-loncat termasuk dalam verba turunan hasil dari

proses reduplikasi sedangkan jalan kaki adalah bentuk verba turunan hasil proses

pemajemukan. Pemajemukan adalah penggabungan atau pemaduan dua dasar atau

lebih sehingga menjadi satu satuan makna (Alwi dkk, 2010:106).

Kata Sifat (Adjektiva)

Kosakata yang berkaitan dengan kategori adjektiva dalam tuturan anak

usia prasekolah di antaranya adalah cantik, sakit, jahat, nakal, lupa, jauh, dekat,

kaget, sehat, pintar, takut, baik, lurus, kecil-kecil dan lain sebagainya. Kosakata

cantik, sakit, jahat, sehat, pintar, takut, nakal, dan kaget termasuk bentuk-bentuk

adjektiva dasar. Sesuai dengan karakeristik adjektiva, kosakata tersebut berpotensi

untuk bergabung dengan partikel tidak, lebih, atau sangat. Sementara itu, kosakata

kecil-kecil termasuk dalam kategori adjektiva turunan hasil dari proses

pengulangan atau reduplikasi.

Kata Keterangan (Adverbia)

Kosakata yang berkaitan dengan kategori adverbia pada tuturan anak-anak

di antaranya adalah sudah, akan, lagi, masih, pernah, belum, bisa, ingin, sudah

tidak, nggak bisa, subuh-subuh, sore-sore, malam-malam, dan kadang-kadang.

Adverbia bentuk dasar seperti sudah, akan, lagi, masih, pernah, belum, bisa, ingin

sedangkan adverbia gabungan seperti sudah tidak dan nggak bisa. Subuh-subuh,

sore-sore, malam-malam, dan kadang-kadang termasuk bentuk-betuk adverbia

reduplikasi.

Kata Ganti (Pronomina)

Dari penelitian ini terdapat beberapa kata ganti atau pronomina yang

digunakan anak dalam berkomunikasi, di antaranya adalah pronomina persona,

posesiva, demonstrativa, dan interogativa. Kosakata aku, dia, kita, dan kamu

termasuk kategori pronomina persona. Aku merupakan kata ganti orang pertama

tunggal sedangkan dia merupakan kata ganti orang ketiga tunggal. Kemudian kita

merupakan kata ganti orang pertama jamak dan kamu merupakan kata ganti orang

kedua jamak. Di samping itu, juga terdapat bentuk pronomina posesiva seperti

pada kata adikku, jajanmu, dan mobilnya. Pronomina posesiva adalah segala kata

yang menggantikan kata ganti orang dalam kedudukannya sebagai pemilik. Jadi,

bentuk -ku, -mu, -nya adalah bentuk-bentuk ringkas yang diletakkan di belakang

sebuah kata yang biasa disebut dengan enklitis.

Sementara itu, pronomina demonstrativa yang sering digunakan oleh anak

usia prasekolah selama berinteraksi dengan peneliti adalah sini, sana, ini, dan itu.

Ini digunakan untuk menunjuk pada sesuatu di tempat pembicara sedangkan itu

menunjuk pada sesuatu di tempat lawan bicara (Keraf, 1982:68). Kemudian

Page 9: PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK

9

pronomina penunjuk tempat seperti sini dan sana mengacu pada makna dekat

(sini) dan jauh (sana). Sebagai penunjuk lokasi, pronomina ini sering digunakan

dengan preposisi pengacu arah, yakni di, ke, dari sehingga terdapat di/ke/dari

sana dan di/ke/dari sini (Alwi dkk, 2010:271).

Kata Bilangan (Numeralia)

Pada kelas kata numeralia ditemukan sejumlah kosakata sebagai berikut

lima, dua, empat, sepuluh, tujuh, tiga, satu juta, dua juta, lima juta, kedua, satu,

enam, dua belas dan setengah. Kosakata banyak dan semua termasuk kategori

numeralia pokok tak tentu. Dikatakan tak tentu karena mengacu pada jumlah yang

tidak pasti. Sementara itu, kosakata lima, satu, dua, enam, tujuh, tiga, sepuluh,

dua belas, satu juta, dua juta, dan lima juta termasuk kategori numeralia pokok

tentu. Akan tetapi, untuk kosakata satu juta, dua juta, dan lima juta dalam

numeralia pokok tentu menempati posisi sebagai gugus yang berkomponen juta.

Kemudian kosakata sepuluh menempati posisi sebagai gugus yang berkomponen

puluh dan dua belas dalam numeralia pokok tentu menempati posisi sebagai

gugus yang berkomponen belas.

Sementara itu, kosakata kedua termasuk dalam kategori numeralia pokok

kolektif. Numeralia pokok kolektif dibentuk dengan prefiks ke- yang ditempatkan

di depan nomina yang diterangkan. Hal itu juga terbukti dari deskripsi tuturan

data sebelumnya, kosakata kedua berada di depan kosakata orangtua yang

berkedudukan sebagai nomina dan kosakata kedua menerangkan orangtua.

Kata Depan (Preposisi)

Anak usia prasekolah sudah menguasai dengan baik beberapa preposisi

dalam sebuah tuturannya. Preposisi tersebut di antaranya adalah di, ke, dan dari.

Kata depan di, ke, dan dari merupakan preposisi tunggal bentuk dasar. Untuk

preposisi turunan bentuk gabungan dan preposisi yang berasal dari kategori lain

tidak ditemukan dari deskripsi tuturan anak. Hal ini karena kosakata yang dikuasai

anak usia prasekolah masih terbatas dan sebagian besar terletak pada bentuk

dasar.

Kata Hubung (Konjungsi)

Anak usia prasekolah sudah menguasai dengan baik beberapa konjungsi

dalam sebuah tuturannya. Pada tuturan anak, kosakata yang berkaitan dengan

kategori konjungsi adalah dan, kalau, tapi. kosakata tapi, kalau, dan adalah

bentuk kategori konjungsi intrakalimat. Konjungsi intrakalimat adalah konjungsi

yang menghubungkan satuan-satuan kata dengan kata, frase dengan frase, atau

klausa dengan klausa.

Kata Seru (Interjeksi)

Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati

pembicara. Untuk memperkuat rasa hati seperti rasa kagum, heran, dan ekspresi

batin lainnya orang memakai kata tertentu di samping kalimat yang mengandung

makna pokok yang dimaksud. Pada kategori interjeksi ditemukan sejumlah

kosakata seperti eh, loh, ah, aduh, dan wah.

Kata seru pada umumnya digunakan dalam bahasa lisan ataupun tulisan

yang berbentuk percakapan. Oleh karena itu, interjeksi lebih bersifat tidak formal

Page 10: PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK

10

dan pada bahasa tulis yang tidak merupakan percakapan, khususnya yang bersifat

formal interjeksi hampir tidak pernah dipakai. Namun, penggunaannya di

kalangan anak juga tidak dapat dipersalahkan. Sekali lagi bahwa bahasa anak

adalah bahasa antara yang merupakan bagian tahapan anak dalam menguasai

sebuah bahasa hingga mencapai kemahiran berbahasa.

Ruang Lingkup Kosakata Bahasa Indonesia yang Dikuasai Anak Usia

Prasekolah

Pada anak usia prasekolah, ruang lingkup kosakata bahasa Indonesia yang

dikuasai sebagian besar masih berada dalam tataran benda, aktivitas, keadaan, dan

hal-hal lain yang bersifat konkret. Kosakata yang berkaitan dengan aktivitas

sehari-hari seperti makan, minum, tidur, mandi, belajar, bermain dan sebagainya

adalah salah satu contoh gagasan-gagasan konkret yang sering keluar dari tuturan

anak-anak. Begitu juga dengan nama-nama dalam lingkup kekerabatan seperti

bapak/ayah, ibu, kakak, adik, dan sebagainya.

Walaupun demikian, tidak berarti anak belum menguasai gagasan-gagasan

abstrak sepenuhnya. Anak sudah menguasai gagasan-gagasan abstrak seperti

susah, senang, sayang dan sebagainya yang berada dalam ruang lingkup keadaan,

hanya saja untuk konsep kosakata abstrak yang lebih tinggi, anak-anak belum

mampu memahaminya dengan baik. Hal itu dapat diketahui ketika terdapat anak

yang menanyakan konsep sebuah kata sopan, izin, ibadah, dan kuyup kepada

peneliti ketika berinteraksi di lapangan.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup kosakata anak

selain berhubungan dengan segala sesuatu yang bersifat konkret juga

berhubungan dengan segala sesuatu yang dapat dirasakan dan dialami sendiri oleh

anak-anak. Hal ini sejalan dengan pendapat Dale yang menyatakan bahwa

kosakata anak-anak hanya dibatasi oleh pengalaman-pengalaman mereka dan oleh

model-model yang tersedia (Tarigan, 1993:6).

Jadi, jika lingkungan mampu memberikan banyak pengalaman kepada

anak-anak dimungkinkan ruang lingkup kosakata anak akan lebih luas lagi. Hal

ini karena anak-anak menginterpretasikan kata-kata berdasarkan pengalamannya

pada masa lalu. Segala sesuatu yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dilakukan

anak pada masa lalu akan memperkaya ruang lingkup kosakata anak-anak.

PENUTUP

Simpulan

Kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia pada anak usia prasekolah

berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di

antaranya adalah faktor usia, jenis kelamin, dan kondisi lingkungan keluarga. Di

samping itu, perbedaan masukan (input) yang diterima masing-masing anak juga

turut berpengaruh dalam kuantitas ragam kosakata yang dikuasai anak.

Sementara itu, dari segi penguasaan terhadap kelas kata bahasa Indonesia,

dapat disimpulkan bahwa kosakata anak sudah mencakup hampir seluruh kelas

kata yang ada. Dari sepuluh kelas kata yang ada, sebagian besar kosakata anak

sudah mencakup nomina, verba, adjektiva, adverbia, pronomina, numeralia,

preposisi, konjungsi, dan interjeksi. Dari hasil penelitian ini, kelas kata nomina

menempati posisi terbanyak yang dikuasai anak. Hal itu berbanding terbalik

Page 11: PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK

11

dengan kelas kata artikula yang tidak ditemukan sama sekali dalam tuturan anak-

anak yang diteliti.

Pada ruang lingkup kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai anak usia

prasekolah, ditemukan tiga puluh ruang lingkup kosakata bahasa Indonesia yang

telah dikuasai anak. Tiga puluh ruang lingkup tersebut mengacu pada hal-hal yang

bersifat konkret atau nyata. Ketiga puluh ruang lingkup kosakata tersebut di

antaranya adalah nama diri, kekerabatan, ukuran, jenis tanaman, keadaan,

bilangan, profesi, persetujuan/penolakan, jenis kelamin, aktivitas, perlengkapan

diri, barang elektronik, nama-nama hari, jenis buah-buahan, jenis-jenis warna,

makanan dan minuman, perabot rumah tangga, benda-benda universal,

perlengkapan sekolah, jenis-jenis mainan, jenis-jenis binatang, bagaian-bagian

tubuh, transportasi, jenis-jenis sayuran, teknologi, agama, tempat, tujuan, rasa,

dan bentuk.

Saran

Berdasarkan simpulan tersebut, dapat disampaikan saran kepada beberapa

pihak seperti orangtua, guru prasekolah, peneliti selanjutnya, penulis buku teks,

dan pengembang media pembelajaran. Bagi orangtua disarankan supaya dapat

membangun hubungan komunikasi yang intensif dengan anak untuk membantu

pertumbuhan kosakata anak sebagai bekal supaya anak dapat terampil berbahasa.

Bagi guru prasekolah disarankan dapat membantu meningkatkan penguasaan anak

terhadap kosakata-kosakata verba yang bersifat operasional dan yang memiliki

frekuensi tinggi dalam sebuah komunikasi.

Bagi peneliti lain yang ingin memperdalam penelitian ini dapat meneliti

mengenai hubungan variabel usia, jenis kelamin, atau kondisi lingkungan

keluarga terhadap penguasaan kosakata anak secara lebih terfokus. Sementara itu,

bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis seputar pemerolehan

bahasa dapat meneliti mengenai pemerolehan bunyi bahasa pada anak. Bagi

penulis buku teks disarankan dapat menyusun buku membaca menulis permulaan

untuk anak dengan memperhatikan kategori kelas kata dan ruang lingkup kosakata

yang mayoritas telah dikuasai anak. Sementara itu, bagi pihak pengembang media

pembelajaran disarankan dapat mengembangkan media pembelajaran yang

kreatif, inovatif, dan menyenangkan melalui kartu-kartu kata atau video interaktif

seputar pengenalan kosakata bahasa Indonesia pada anak.

DAFTAR RUJUKAN

Alwi, H., Lapoliwa, H., Dardjowidjojo, S., Moeliono, A.M. 2010. Tata Bahasa

Baku Bahasa Indonesia (edisi ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

Chaer, A. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Dardjowidjojo, S. 2010. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Hurlock, E.B. 1997. Child Development. New York: Hill Book Company.

Keraf, G. 1982. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.

Santrock, J.W. 2007. Perkembangan Anak (Jilid 1). Jakarta: Erlangga.

Soedjito. 1992. Kosakata Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Subyakto, U & Nababan. 1992. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta:

Gramedia.

Page 12: PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK

12

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Tarigan, H.G. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H.G. 1993. Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa.