127
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL BERFORMAT FEATURE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI RESEPTIF MUSIK DAERAH NUSANTARA PADA SISWA KELAS V SD ANGKASA COLOMADU TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh: SHINTADEVI MARTINAWIDYA NIM. K7108223 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL BERFORMAT FEATURE... · penggunaan media audio visual berformat feature untuk meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada siswa

  • Upload
    vomien

  • View
    230

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL BERFORMAT FEATURE

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI RESEPTIF MUSIK

DAERAH NUSANTARA PADA SISWA KELAS V SD ANGKASA

COLOMADU TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Oleh:

SHINTADEVI MARTINAWIDYA

NIM. K7108223

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Shintadevi Martinawidya

NIM : K7108223

Jurusan Program Studi : PIP Pendidikan Guru Sekolah Dasar

menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENGGUNAAN MEDIA AUDIO

VISUAL BERFORMAT FEATURE UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN APRESIASI RESEPTIF MUSIK DAERAH NUSANTARA

PADA SISWA KELAS V SD ANGKASA COLOMADU TAHUN AJARAN

2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber

informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,

saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surkarta, 17 September 2012

Yang Membuat Pernyataan

Shintadevi Martinawidya

iii

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL BERFORMAT FEATURE

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI RESEPTIF

MUSIK DAERAH NUSANTARA PADA SISWA KELAS V SD ANGKASA

COLOMADU TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh:

SHINTADEVI MARTINAWIDYA

K7108223

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

iv

v

vi

ABSTRAK

Shintadevi Martinawidya. K7108223. PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL

BERFORMAT FEATURE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

APRESIASI RESEPTIF MUSIK DAERAH NUSANTARA PADA SISWA

KELAS V SD ANGKASA COLOMADU TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi.

Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta, September 2012.

Tujuan Penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan kemampuan apresiasi

reseptif, sikap apresiatif, dan keterampilan memainkan alat musik angklung

pembelajaran apresiasi musik daerah nusantara pada siswa kelas V SD Angkasa

Colomadu Kabupaten Karanganyar.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sebanyak tiga siklus.

Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi,

dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Angkasa Colomadu yang

berjumlah 23 siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis

Milles dan Huberman yang terdiri dari empat tahapan yaitu pengumpulan data,

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Teknik pengumpulan data

yang digunakan adalah wawancara, observasi, tes, angket, dan dokumentasi. Uji

validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data dan

triangulasi metode.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa yang pertama ada

peningkatan kemampuan apresiasi reseptif dengan menggunakan media audio visual

berformat feature. Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan

apresiasi reseptif dalam pembelajaran, pada siklus I kemampuan apresiasi reseptif

mencapai 47,62%. Pada siklus II meningkat menjadi 56,52%. Meningkat lagi

mencapai 82,61% pada siklus III. Kedua peningkatan sikap apresiatif musik daerah

nusantara siswa kelas V SD Angkasa Colomadu. Peningkatan sikap apresiatif

dibuktikan dari peningkatan nilai sikap apresiatif siklus I mencapai 47,62%. Pada

siklus II meningkat mencapai 69,57% dan pada siklus III meningkat menjadi

86,96%. Ketiga ada peningkatan keterampilan memainkan alat musik angklung. Pada

siklus I mencapai 9,52% atau 2 siswa dengan kategori baik. Pada siklus II meningkat

mencapai 21,74% atau 5 siswa. Meningkat lagi menjadi 78,26% atau 18 siswa pada

siklus III. Dengan demikian, dengan media audio visual berformat feature dapat

digunakan untuk meningkatkan keterampilan memainkan alat musik angklung siswa

kelas V SD Angkasa Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012.

Simpulan penelitian ini adalah penggunaan media audio visual berformat

feature dapat meningkatkan keterampilan memainkan alat musik angklung siswa

kelas V SD Angkasa Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012.

Kata Kunci: Kemampuan apresiasi reseptif dan media audio visual berformat feature

vii

ABSTRACT

Shintadevi Martinawidya. K7108223. THE USE OF AUDIO VISUAL MEDIA IN

FEATURE FORMAT TO IMPROVE STUDENTS’ RECEPTIVE

APPRECIATION ABILITY OF LOCAL NUSANTARA MUSIC TO THE

FIFTH GRADE STUDENTS OF SD ANGKASA COLOMADU IN THE

ACADEMIC YEAR OF 2011/2012. Undergraduate Thesis. Education and Teacher

Training Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta. September 2012.

The objective of this research is to improve the students’ receptive

appreciation, appreciative attitude, and skill in operating the music instrument,

angklung, in learning local nusantara music appreciation to the fifth grade students

of SD Angkasa Colomadu, Karanganyar.

This research is a classroom action research (CAR) with three cycles. Each

cycle consisted of four steps such as planning, actions, observation, and reflection.

The subject of this research was the fifth grade students of SD Angkasa Colomadu

which consisted of 23 students. The technique of analyzing the data used was Miles

and Huberman analysis model which consisted of four components such as collecting

the data, data reduction, data presentation, and making conclusion. The technique of

collecting the data used was interview, observation, test, questionnaire, and

documentation. The data validity test used in this research was triangulation data and

triangulation method.

Based on the result of the research, it can be concluded that, first, there was

an improvement of receptive appreciation skills by using audio visual media in

feature format. It can be shown with the improvement of receptive appreciation

ability in learning; in cycle I, the receptive appreciation ability was 47.62%. In cycle

II, it improved to be 56.52%. It improved again to be 82.61% in cycle III. Second,

the improvement of appreciative attitude of local nusantara music of the fifth grade

students of SD Angkasa Colomadu. The improvement of appreciative attitude was

proven as follows: the improvement of appreciative attitude in cycle I was 47,62%.

In cysle II, the improvement of appreciative attitude increased to be 69,57 and

increased to be 86.96% in cycle III. Third, there was improvement of skill in playing

a music instruments, angklung. In the cycle I, it was 9.52% or 2 students with the

good category. In cycle II, it improved to be 21.74% or 5 students. It improved again

to be 78.26% or 18 students in cycle III. Thus, audio visual media in feature format

could be used to improve skill in playing a music instrument, angklung to the fifth

grade students of SD Angkasa Colomadu, Karanganyar in the academic year of

2011/2012.

The conclusion of this research is the use of audio visual media in feature

format could improve skill in playing a music instrument, angklung, to the fifth grade

students of SD Angkasa Colomadu, Karanganyar in the academic year of 2011/2012.

Key Words: Receptive appreciation ability and audio visual media in feature format

viii

MOTTO

“Cobalah jangan menjadi orang sukses, melainkan berusahalah untuk menjadi

orang yang berharga.”

(Albert Einstein)

“Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah

kesulitan itu ada kemudahan”

(Al-Insyirah: 5-6)

“Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau

kita telah berhasil melakukannya dengan baik”

(Evelyn Underhill)

ix

PERSEMBAHAN

Terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberi banyak karunia dan kenikmatan

sehingga karya ini dapat terselesaikan. Karya ini ku persembahkan untuk:

Ayah dan Ibu (Sri Sutomo Widiyatmoko dan Siti Sumarni) yang selalu menjadi

semangatku untuk tetap berusaha mendapatkan yang terbaik dan doanya tiada

pernah putus untukku.

Kakak dan Adikku (Shima dan Shidarta) tercinta

Sahabatku tersayang yang selalu memberi dukungan dan motivasi untukku

Teman-teman seperjuangan mahasiswa PGSD FKIP UNS yang selalu memberi

semangat.

Keluarga Besar FKIP Universitas Sebelas Maret dan almamaterku yang telah

memberikan banyak ilmu.

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas limpahan berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “ PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL BERFORMAT

FEATURE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI

RESEPTIF MUSIK DAERAH NUSANTARA PADA SISWA KELAS V SD

ANGKASA COLOMADU TAHUN AJARAN 2011/2012”.

Penulisan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat melakukan

penelitian dan guna memperoleh gelar Sarjana pada program PGSD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis tidak akan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tanpa bantuan

dari beberapa pihak. Pada kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Dekan FKIP UNS Surakarta.

2. Ketua Jurusan FKIP UNS Surakarta.

3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP UNS

Surakarta.

4. Dra. Jenny IS Poerwanti, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan proposal ini.

5. Drs. Hartono, M.Hum selaku Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan proposal ini.

Tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Karsono,

S.Sn. M.Sn selaku nara sumber yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan

dalam penyusunan proposal ini. Bapak Suprapto, S.Pd selaku Kepala SD Angkasa

Colomadu Kabupaten Karanganyar. Alexander selaku guru mata pelajaran Seni

Budaya dan Keterampilan di SD Angkasa Colomadu Kabupaten Karangayar. Semua

pihak yang turut membantu dalam penyusunan proposal ini yang tidak mungkin

disebutkan satu persatu.

xi

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat

diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan

dan dapat menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.

Surakarta, September 2012

Shintadevi Martinawidya

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... v

HALAMAN ABSTRAK .............................................................................. vi

HALAMAN MOTTO .................................................................................. viii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. ix

KATA PENGANTAR ................................................................................. x

DAFTAR ISI ................................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

C. Rumusan Masalah ......................................................................... 5

D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5

E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Hakikat Kemampuan Apresiasi Reseptif .................................. 7

2. Hakikat Musik Daerah Nusantara............................................. 15

3. Hakikat Media Audio Visual Berformat Feature ..................... 19

B. Penelitian yang Relevan ............................................................... 25

C. Kerangka Berpikir ......................................................................... 27

D. Hipotesis Tindakan ....................................................................... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 31

xiii

B. Subjek Penelitian ........................................................................... 33

C. Bentuk dan Strategi Penelitian ...................................................... 33

D. Sumber Data .................................................................................. 35

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 35

F. Validitas Data ................................................................................ 37

G. Teknik Analisis Data ..................................................................... 39

H. Indikator Kinerja ........................................................................... 41

I. Prosedur Penelitian ........................................................................ 42

BAB IV

A. Deskripsi Pratindakan ..................................................................... 49

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ............................................ 56

C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus.................................... 96

D. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 101

BAB V

A. Simpulan ......................................................................................... 105

B. Implikasi ......................................................................................... 106

C. Saran .............................................................................................. 107

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 110

LAMPIRAN

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir.......................................................... 29

Gambar 3.1 Analisis Model Milles dan Huberman ................................... 41

Gambar 3.2 Alur Penelitian Tindakan Kelas ............................................. 42

Gambar 4.1 Histogram Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas

V SD Angkasa Pada Semester 1 ............................................ 51

Gambar 4.2 Histogram Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara

Siswa Sebelum Tindakan ....................................................... 53

Gambar 4.3 Histogram Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik

Angklung Sebelum Tindakan ................................................. 55

Gambar 4.4 Histogram Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas V

SD Angkasa pada Siklus I ...................................................... 65

Gambar 4.5 Histogram Nilai Sikap Apresiatif Musik daerah Nusantara

Siswa Siklus I ......................................................................... 67

Gambar 4.6 Histogram Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung

Siswa Kelas V SD Angkasa pada Siklus I ............................. 68

Gambar 4.7 Histogram Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas

V SD Angkasa pada Siklus II ................................................ 78

Gambar 4.8 Histogram Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara

Siswa Siklus II ....................................................................... 80

Gambar 4.9 Histogram Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik

Angklung Siswa Kelas V SD Angkasa pada Siklus II ........... 81

Gambar 4.10 Histogram Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas

V SD Angkasa pada Siklus III ............................................... 91

Gambar 4.11 Histogram Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara

Siswa Siklus III ...................................................................... 92

Gambar 4.12 Histogram Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik

Angklung siswa Siklus III ...................................................... 94

Gambar 4.13 Histogram Peningkatan Kemampuan Apresiasi Reseptif

Musik Daerah Nusantara Siswa Kelas V SD Angkasa .......... 97

Gambar 4.14 Histogram Ketuntasan Belajar Apresiasi Musik Daerah

Nusantara Siswa Kelas V SD Angkasa Colomadu Prasiklus,

Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ............................................ 98

Gambar 4.15 Histogram Hasil Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah

Nusantara Siswa Kelas V SD Angkasa Colomadu ............... 100

Gambar 4.16 Histogram Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik

Angklung Siswa Kelas V SD Angkasa Colomadu ................ 101

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ........................................................................... 32

Tabel 4.1 Data Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas V SD

Angkasa Pada Semester 1 ............................................................. 51

Tabel 4.2 Data Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa

Sebelum Tindakan (Pra Siklus) ..................................................... 53

Tabel 4.3 Data Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung

Sebelum Tindakan ......................................................................... 54

Tabel 4.4 Data Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas V

SD Angkasa Siklus I ..................................................................... 65

Tabel 4.5 Data Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa

Siklus I........................................................................................... 66

Tabel 4.6 Data Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung

Siswa Kelas V SD Angkasa Siklus I ............................................. 68

Tabel 4.7 Data Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas V

SD Angkasa Siklus II .................................................................... 78

Tabel 4.8 Data Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa

Siklus II ......................................................................................... 79

Tabel 4.9 Data Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung

Siswa Kelas V SD Angkasa Siklus II............................................ 81

Tabel 4.10 Data Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas V

SD Angkasa Siklus III ................................................................... 90

Tabel 4.11 Data Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa

Siklus III ........................................................................................ 92

Tabel 4.12 Data Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung

Siklus III ........................................................................................ 93

Tabel 4.13 Data Peningkatan Kemampuan Apresiasi Reseptif Musik Daerah

Nusantara Siswa Kelas V SD Angkasa ......................................... 96

Tabel 4.14 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Apresiasi Musik Daerah

Nusantara Siswa Kelas V SD Angkasa Colomadu Prasiklus,

Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ................................................... 98

Tabel 4.15 Rekapitulasi Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik

Angklung Siswa Kelas V SD Angkasa Colomadu........................ 99

Tabel 4.16 Hasil Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa

Kelas V SD Angkasa Colomadu ................................................... 100

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ..................................................................................... 113

Lampiran 2 RPP Siklus I .............................................................................. 116

Lampiran 3 Lembar Diskusi Siswa Pertemuan I ......................................... 125

Lampiran 4 Lembar Diskusi Siswa Pertemuan II ........................................ 127

Lampiran 5 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ................................................ 129

Lampiran 6 Lembar Evaluasi Siklus I.......................................................... 131

Lampiran 7 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I ..................................... 134

Lampiran 8 Rubrik Penilaian Evaluasi Siklus I ........................................... 136

Lampiran 9 RPP Siklus II ............................................................................ 137

Lampiran 10 Lembar Kerja Siswa Siklus II................................................... 146

Lampiran 11 Kunci Jawaban LKS Siklus II .................................................. 148

Lampiran 12 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II ............................................... 149

Lampiran 13 Lembar Evaluasi Siklus II ........................................................ 151

Lampiran 14 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II .................................... 154

Lampiran 15 Rubrik Penilaian Evaluasi Siklus III ........................................ 156

Lampiran 16 RPP Siklus III ........................................................................... 157

Lampiran 17 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus III ............................................. 166

Lampiran 18 Lembar Evaluasi Siklus III ....................................................... 168

Lampiran 19 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus III ................................... 171

Lampiran 20 Rubrik Penilaian Evaluasi Siklus III ........................................ 173

Lampiran 21 Materi SBK Musik Daerah Nusantara ..................................... 174

Lampiran 22 Lembar Wawancara dengan Guru Sebelum Tindakan ............. 185

Lampiran 23 Lembar Wawancara dengan Guru Setelah Tindakan ............... 187

Lampiran 24 Lembar Wawancara dengan Siswa Sebelum Tindakan ............ 189

Lampiran 25 Lembar Wawancara dengan Siswa Sebelum Tindakan tentang

Sikap Apresiatif Siswa ............................................................. 191

Lampiran 26 Lembar Wawancara dengan Siswa Setelah Tindakan .............. 193

xvii

Lampiran 27 Lembar Wawancara dengan Siswa Setelah Dilakukan

Tindakan tentang Sikap Apresiatif Siswa................................. 195

Lampiran 28 Pedoman Observasi Kegiatan Siswa (Prasiklus) ...................... 197

Lampiran 29 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Prasiklus ............................... 199

Lampiran 30 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ................................. 200

Lampiran 31 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ................................ 201

Lampiran 32 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus III ............................... 202

Lampiran 33 Pedoman Penilaian Kinerja Guru ............................................. 203

Lampiran 34 Lembar Observasi Pelaksanan Pembelajaran Guru Prasiklus .. 208

Lampiran 35 Lembar Observasi Pelaksanan Pembelajaran Guru Siklus I .... 210

Lampiran 36 Lembar Observasi Pelaksanan Pembelajaran Guru Siklus II ... 212

Lampiran 37 Lembar Observasi Pelaksanan Pembelajaran Guru Siklus III .. 214

Lampiran 38 Kisi-kisi Angket Sikap Apresiatif Siswa Sebelum Tindakan ... 216

Lampiran 39 Angket Sikap Apresiatif Siswa Sebelum Tindakan.................. 218

Lampiran 40 Kisi-kisi Angket Sikap Apresiatif Sesudah Tindakan .............. 221

Lampiran 41 Angket Sikap Apresiatif Siswa SesudahTindakan ................... 223

Lampiran 42 Kriteria Penilaian Memainkan Alat Musik Angklung .............. 226

Lampiran 43 Pedoman Penilaian Keterampilan Memainkan Alam Musik

Angklung .................................................................................. 227

Lampiran 44 Daftar Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Musik Daerah

Nusantara Semester I ................................................................ 228

Lampiran 45 Daftar Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Musik Daerah

Nusantara Siklus I .................................................................... 229

Lampiran 46 Daftar Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Musik Daerah

Nusantara Siklus II ................................................................... 230

Lampiran 47 Daftar Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Musik Daerah

Nusantara Siklus III .................................................................. 231

Lampiran 48 Daftar Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung

Pra Siklus .................................................................................. 232

xviii

Lampiran 49 Daftar Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung

Siklus I ...................................................................................... 233

Lampiran 50 Daftar Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung

Siklus II .................................................................................... 234

Lampiran 51 Daftar Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung

Siklus III ................................................................................... 235

Lampiran 52 Daftar Nilai Sikap Apresiatif Siswa Sebelum Tindakan .......... 236

Lampiran 53 Daftar Nilai Sikap Apresiatif Siswa Siklus I ............................ 237

Lampiran 54 Daftar Nilai Sikap Apresiatif Siswa Siklus II........................... 238

Lampiran 55 Daftar Nilai Sikap Apresiatif Siswa Siklus III ......................... 239

Lampiran 56 Foto-foto Pembelajaran Musik Daerah Nusantara ................... 240

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi. Perkembangan ini membawa pengaruh yang bersifat saling bertolak

belakang yaitu pengaruh positif dan negatif. Pengaruh positif yang timbul salah

satunya yaitu pembelajaran menjadi lebih inovatif dengan munculnya media

pembelajaran yang baru, lebih modern sehingga dapat menarik perhatian siswa.

Pengaruh negatif yang timbul salah satunya yaitu banyak siswa yang lebih menyukai

budaya popular daripada budaya nusantara, misalnya siswa lebih tertarik mempelajari

alat musik gitar, pianika, drum band daripada mempelajari musik daerah seperti

angklung, sasando, dan gamelan yang dianggap kuno. Hal ini berdampak pada

pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di SD. Situasi pembelajaran Seni

Budaya dan Keterampilan itu sendiri masih dinggap tidak begitu penting, sebagai

mata pelajaran yang tidak dibutuhkan atau bahkan hanya menuruti kewajiban

kurikulum. Sehingga pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di SD kualitasnya

kurang baik.

Sebenarnya keberadaan seni dalam bidang pendidikan sudah mengalami

perkembangan terutama perkembangan dari segi teknis. Sebagai contoh, jam

pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di SD mengalami perubahan yang tadinya

dua jam pelajaran menjadi empat jam pelajaran. Hal ini dilakukan dengan tujuan

untuk lebih memaksimalkan pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di SD.

Namun, kenyataannya dalam penyampaian materi pelajaran, pertambahan jam

pelajaran tersebut belum digunakan secara maksimal oleh guru.

Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan sebagai penjembatan dan wadah

dalam menjaga dan mempertahankan budaya. Pendidikan Seni Budaya dan

Keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan

2

kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan siswa, yang terletak pada

pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi, berkreasi dan

berapresiasi. Sehingga wilayah pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di SD

menuju pada pengembangan tiga aspek perkembangan diri anak yaitu kognitif,

afektif, dan psikomotor. Kegiatan apresiasi, kreasi, dan ekspresi tersebut belum

diajarkan secara maksimal, faktanya: 1) Guru SD kebanyakan bukan ahli khusus

bidang seni, 2) Seni adalah kompetensi unik, khas bahkan sering dikaitkan dengan

bakat sehingga tidak semua orang mampu, 3) Materi pelajaran Seni Budaya dan

Keterampilan sangat banyak dengan porsi jam pelajaran yang terbatas, 4) Media yang

digunakan dalam proses pembelajaran sangat terbatas.

Tujuan apresiasi seni dalam kurikulum pendidikan umum adalah untuk

memperkenalkan siswa terhadap seni dan lebih jauhnya dapat memahami nilai-nilai

dan aturan dalam kehidupan budayanya. Sedangkan tujuan ekspresi lebih

menekankan pada asepek kognitif-psikomotorik. Hal ini menujukkan bahwa kegiatan

apresiasi seni merupakan kegiatan yang kompleks dan memerlukan usaha secara

individual untuk tidak hanya sekedar mengenalnya, tapi perlu mempelajarinya

dengan seksama. Apresiasi juga merupakan sikap dan perbuatan yang diartikan

sebagai dinamika dari penemuan individu yang melakukan apresiasi. Mengajar dan

belajar tentang seni merupakan proses penemuan dan suatu penemuan yang akan

mempengeruhi individu dalam berinteraksi dengan seni di masa datang. (Zakarias

Sukarya, 2008: 5.1.3-5.1.4)

Apresiasi musik daerah nusantara merupakan salah satu kompetensi yang

diajarkan dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan. Pengajaran apresiasi

di sekolah pada umumnya menjadi hal yang dikesampingkan atau tidak terlalu

penting. Padahal sebaliknya, pengajaran apresiasi merupakan penjembatan dalam

menjaga dan mempertahakan budaya Indonesia yang sekarang semakin memudar.

Artinya, pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan itu sangatlah penting.

3

Pengajaran apresiasi di Sekolah Dasar terdiri dari apresiasi reseptif (menerima

atau memahami gagasan secara tepat) dan apresiasi produktif (menghasilkan sesuatu

yang bermakna). Apresiasi reseptif musik daerah nusantara dapat diartikan sebagai

kegiatan siswa dalam menerima informasi tentang musik daerah nusantara sehingga

dapat memahaminya dengan baik. Setelah memahaminya maka siswa sadar akan

kekayaan dan identitas budayanya. Pada pembelajaran apresiasi khususnya apresiasi

reseptif musik daerah nusantara, masih ditemukan berbagai kendala. Kendala yang

sering terjadi yaitu rendahnya kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara.

Siswa pada umumnya belum dapat membedakan berbagai jenis alat musik daerah

nusantara yang sangat banyak dan beragam.

Permasalahan tersebut juga terjadi pada siswa kelas V SD Angkasa Colomadu

Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012. Berdasarkan hasil wawancara

dengan guru, disebutkan bahwa kemampuan apresiasi reseptif musik daerah

nusantara pada pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan masih rendah. Ketika

guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang macam-macam musik daerah

nusantara, hanya beberapa orang siswa yang dapat menjawab dengan benar. Selain

itu, hasil belajar siswa pada kompetensi apresiasi musik daerah nusantara

menunjukkan hanya 7 atau 30,43% dari 23 siswa yang memperoleh nilai di atas

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 75 (lihat lampiran 42 halaman 218). Hal

ini terjadi karena masih banyak siswa yang belum dapat membedakan berbagai jenis

alat musik daerah yang sangat beragam dan bentuknya hampir sama. Misalnya, 1)

alat musik angklung dan calung yang sama-sama terbuat dari bambu dan berasal dari

Jawa Barat, 2) alat musik petik kecapi dari Jawa Barat dan alat musik siter dari Jawa

Tengah, dan 3) alat musik gesek rebab dari Jawa Tengah dan tehyan dari Betawi.

Selain itu di Jawa Tengah juga terdapat alat musik gamelan yang hampir sama

bentuknya, seperti: 1) bonang barung dan bonang penerus, 2) saron barung dan saron

penerus, 3) kethuk dan kenong. Guru yang mengajar pembelajaran Seni Budaya dan

4

Keterampilan juga belum menggunakan media dengan baik pada materi apresiasi

musik daerah nusantara dengan alasan banyaknya materi apresiasi musik daerah

nusantara yang mana guru tidak mungkin untuk menghadirkan media alat musik

daerah, sehingga materi pembelajaran menjadi abstrak dan siswa jenuh dalam

pembelajaran tersebut.

Dari permasalahan tersebut, guru dituntut untuk dapat memberikan materi

pelajaran secara menarik dan sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi. Salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu dengan menggunakan media

audio visual berformat feature. Feature adalah suatu program yang membahas suatu

pokok bahasan, satu tema, diungkapkan lewat berbagai pandangan yang saling

melengkapi, mengurai, menyoroti secara kritis, dan disajikan dengan berbagai format

( Fred Wibowo, 2007:186). Feature merupakan salah satu dasar dari suatu program

televisi berupa audio visual yang memberikan suatu pokok bahasan dengan

penjelasan secara mendalam, menarik dan menyentuh perasaan. Program audio visual

berformat feature ini dapat dibuat dengan menggunakan aplikasi pada laptop atau

komputer. Feature memiliki daya tarik karena program audio visualnya mampu

memberikan informasi, hiburan, dan pendidikan yang sangat mudah dicerna,

dicermati dan ditiru. Dengan menggunakan program audio visual berformat feature

guru dapat mengemas penyajian materi musik daerah nusantara secara menarik

dengan penjelasan mendalam dan menyentuh perasaan sehingga dapat dengan mudah

dicerna oleh siswa. Selain itu guru juga tidak kesulitan untuk menghadirkan media

nyata dari alat musik daerah nusantara

Bertolak dari uraian di atas, maka penulis terdorong untuk melakukan

penelitian tindakan kelas dengan judul “Penggunaan Media Audio Visual Berformat

Feature untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Reseptif Musik Daerah

Nusantara pada Siswa Kelas V SD Angkasa Colomadu Tahun Ajaran 2011/2012”.

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah

yang timbul adalah:

1. Apakah penggunaan media audio visual berformat feature dapat meningkatkan

kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada siswa kelas V SD

Angkasa Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012?

2. Apakah penggunaan media audio visual berformat feature dapat meningkatkan

sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa kelas V SD Angkasa Colomadu

Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012?

3. Apakah penggunaan media audio visual berformat feature dapat meningkatkan

keterampilan memainkan alat musik daerah angklung siswa kelas V SD Angkasa

Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah:

1. Meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara dengan

menggunakan media audio visual berformat feature pada siswa kelas V SD

Angkasa Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012.

2. Meningkatkan sikap apresiatif siswa kelas V SD Angkasa Colomadu Kabupaten

Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012 dengan menggunakan media audio visual

berformat feature.

3. Meningkatkan keterampilan memainkan salah satu alat musik daerah angklung

pada siswa kelas V SD Angkasa Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun

Ajaran 2011/2012 dengan menggunakan media audio visual berformat feature.

6

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dari hasil penelitian ini adalah manfaat

teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat sebagai bahan

pertimbangan dan masukan bagi penelitian yang sejenis. Manfaat toritis lain

yaitu dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan,

terutama pembelajaran apresiasi musik daerah nusantara pada mata pelajaran

Seni Budaya dan Keterampilan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Meningkatnya kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada

mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan.

b. Bagi Guru

Meningkatnya informasi bagi guru untuk menentukan media pembelajaran

yang tepat demi meningkatnya kemampuan apresiasi reseptif musik daerah

nusantara pada mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan.

c. Bagi Sekolah

Meningkatnya kualitas pembelajaran apresiasi musik daerah nusantara. Hasil

penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam

rangka memperbaiki kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media

audio visual berformat feature.

d. Bagi Penulis

Sebagai pengalaman menggunakan media audio visual berformat feature

dalam meningkatkan apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada mata

pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan.

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Kemampuan Apresiasi Reseptif

a. Pengertian Kemampuan

Menurut Desmita (2010: 257) ability (kemampuan, kecakapan) adalah

suatu istilah umum yang berkenaan dengan potensi untuk menguasai suatu

keterampilan. Seseorang yang mampu berpikir kreatif akan memanfaatkan

segala potensi yang dimilikinya untuk dapat mengoptimalkan kemampuan

yang ada.

Sedangkan menurut Abin Syamsudin Makmun (2009: 54) kecakapan

atau yang disebut ability dibedakan menjadi dua kategori yaitu pertama

kecakapan nyata (actual ability) yang menunjukkan kepada aspek kecakapan

yang dapat didemonstrasikan dan diuji karena merupakan hasil belajar

seseorang melalui proses tertentu yang telah dijalaninya. Kedua, kecakapan

potensial (potensial ability) yaitu kecakapan yang masih terkandung dalam

diri seseorang yang diperoleh secara herediter (pembawaan lahir).

Kecakapan ini dapat dipandang sebagai abilitas dasar khusus dalam bidang

tertentu.

Soelaiman (2007) menyatakan bahwa kemampuan adalah sifat yang

dibawa lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang yang dapat

menyelesaikan pekerjaannya, baik secara mental ataupun fisik. Kemampuan

dan keterampilan memainkan peranan utama dalam perilaku dan kinerja

individu. Keterampilan adalah kecakapan yang berhubungan dengan tugas

yang di miliki dan dipergunakan oleh seseorang pada waktu yang tepat.

Menurut Robert Kreitner (2005) yang dimaksud dengan kemampuan adalah

7

8

karakteristik stabil yang berkaitan dengan kemampuan maksimum fisik

mental seseorang.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

adalah kesanggupan dan pengetahuan awal siswa untuk melakukan sesuatu

yang diperlukan dalam mengikuti proses belajar mengajar selanjutnya.

b. Pengertian Apresiasi

Istilah “apresiasi” secara etimologi berasal dari bahasa Belanda yaitu

“appreciatie”, bahasa Inggris “appreciation”. Menurut kamus Inggris

(Webster), “to appreciate”, adalah bentuk kata kerja yang berarti: to judge

the value of; understand or enjoy fully in the right way (Oxford), to estimate

the quality of; to estimate rightly; to be sensitively aware of…. Secara umum

apresiasi seni atau mengapresiasi karya seni berarti, mengerti sepenuhnya

seluk-beluk sesuatu hasil seni serta menjadi sensitif terhadap estetikanya.

Apresiasi dapat juga diartikan berbagi pengalaman antara penikmat dan

seniman, bahkan ada yang menambahkan, menikmati sama artinya dengan

menciptakan kembali. (Zakarias Sukarya, 2008: 5.1.1)

Soedarso (1990) dalam Zakarias Sukarya, dkk (2008: 5.1.2)

mengungkapkan bahwa apresiasi adalah: “Mengerti dan menyadari

sepenuhnya seluk-beluk sesuatu hasil seni serta menjadi sensitif terhadap

segi-segi estetiknya sehingga mampu menikmati dan menilai karya tersebut

dengan semestinya.”

Gitrif Yunus dalam Yayah Khisbiyah dan Atiqa Sabardila (2004: 93)

mengemukakan istilah “apresiasi seni”, dalam hal ini “apresiasi” dapat

berarti kesadaran, pemahaman, penilaian, dan penghargaan, atau keempatnya

sekaligus.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa apresiasi

merupakan kegiatan pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin

9

sehingga menimbulkan kesadaran, pemahaman, penilaian, dan penghargaan

atau keempatnya sekaligus.

c. Pengertian Apresiasi Reseptif

Apresiasi dibagi menjadi dua yaitu apresiasi secara reseptif dan

apresiasi secara produktif. Reseptif memiliki arti bersifat menerima atau

memahami suatu gagasan secara tepat dan komprehensif. (M. Faisal, dkk,

2009: 8-38).

Jadi, apresiasi reseptif adalah penilaian atau penghargaan positif yang

bersifat menerima atau memahami karya seni secara tepat dan komprehensif.

d. Berbagai Pendekatan dalam Apresiasi Reseptif

Lahirnya pendekatan dalam apresiasi reseptif terkait dengan

perkembangan karya sastra, disebabkan karena karya sastra adalah salah satu

bagian dari karya seni yang sarat berbagai nilai-nilai estetis. Nilai estetis

tersebut diharapkan dapat dinikmati oleh masyarakat luas termasuk siswa SD

dalam berbagai media cetak dan elektronik agar mereka dapat memperoleh

hiburan yang mendidik. (M.Faisal, dkk, 2009: 8-3). Sehingga pendekatan

dalam apresiasi reseptif karya seni sama dengan pendekatan dalam apresiasi

karya sastra.

1) Pendekatan Emotif

Pendekatan emotif merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca

untuk mampu menemukan dan menikmati nilai keindahan (estetis) dalam

suatu karya sastra tertentu, baik dari segi bentuk maupun dari segi isi.

(M.Faisal, dkk, 2009: 8-3)

Kaitannya dengan pendekatan emotif, Aminuddin (2004: 42) dalam

M.Faisal, dkk (2009: 8-3) mengemukakan bahwa:

Pendekatan emotif adalah suatu pendekatan yang berusaha

menemukan unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan

10

pembaca. Ajukan emosi itu berhubungan dengan keindahan penyajian

bentuk maupun ajukan emosi yang berhubungan dengan isi atau

gagasan yang lucu atau menarik.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diperoleh pengertian bahwa pendekatan

emotif dalam karya seni adalah suatu pendekatan yang berusaha

menemukan unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan yang

berhubungan dengan isi atau gagasan yang lucu dan menarik dalam

penyajiannya sehingga mampu untuk menemukan dan menikmati nilai

keindahan (estetis) dalam karya seni tersebut.

2) Pendekatan Didaktis

Pendekatan didaktis mengantar pembaca untuk memperoleh berbagai

amanat, petuah, nasihat atau pandangan keagamaan yang sarat dengan

nilai-nilai yang dapat memperkaya kehidupan rohaniah pembaca. (M.

Faisal, dkk, 2009: 8-6)

Aminuddin (2004: 47) dalam M. Faisal, dkk (2009: 8-6) mengemukakan

bahwa:

Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha

menemukaan dan memahami gagasan, tanggapan, evaluatif maupun

sikap pengarang terhadap kehidupan. Gagasan, tanggapan maupun

sikap itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu pandangan

etis, filosofis, maupun agamis sehingga akan mampu memperkaya

kehidupan rohaniah pembaca.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diperoleh pengertian bahwa pendekatan

didaktis dalam karya seni adalah pendekatan yang memberikan berbagai

amanat, petuah, nasihat atau pandangan keagamaan yang sarat dengan

nilai-nilai religius.

11

3) Pendekatan Analitis

Salah satu pendekatan yang perlu Anda pahami supaya dalam

mengapresiasi sastra anak semakin baik dan komprehensif adalah

Pendekatan Analitis. Pendekatan ini untuk memahami secara lebih

lengkap dibanding pendekatan emotif dan didaktis. (M. Faisal, dkk,

2009: 8-8)

Aminuddin (2004: 44) dalam M. Faisal, dkk (2009: 8-8) mengungkapkan

bahwa:

Pendekatan analitis merupakan pendekatan yang berupaya membantu

pembaca memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan,

sikap pengarang, unsur instrinsik dan hubungan antara elemen itu

sehingga dapat membentuk keselarasan dan kesatuan dalam rangka

terbentuknya totalitas bentuk dan maknanya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diperoleh pengertian bahwa

pendekatan analitis dalam karya seni adalah pendekatan yang

berupaya memahami gagasan secara lengkap tentang materi karya seni

yang disajikan.

e. Ruang Lingkup Kegiatan Apresiasi

1) Tujuan Apresiasi Seni

Tujuan apresiasi seni diungkapkan Derlan (1987) dalam Zakarias

Sukarya (2008: 5.1.3) bahwa apresiasi seni pada hakekatnya adalah

untuk mendapatkan apa yang disebut dengan “pengalaman estetis”.

Penikmatan seni yang terarah, sadar dan bertujuan akan menghasilkan

pengalaman tersebut. Seperti halnya dengan pergaulan yang akrab

dengan karya seni, pengalaman-pengalaman itu didapatkan. Hal ini

dipertegas Soedarso (1990: 79) dalam Zakarias Sukarya (2008: 5.1.3)

yang menyebutkan bahwa tujuan pokok penyelenggaran apresiasi seni

12

adalah untuk menjadikan masyarakat (siswa) “melek seni” sehingga

dapat menerima seni sebagai mestinya.

Tujuan apresiasi seni dalam kurikulum pendidikan umum adalah untuk

memperkenalkan siswa terhadap seni dan lebih jauhnya dapat

memahami nilai-nilai dan aturan dalam kehidupan budayanya. Hal ini

menujukkan bahwa kegiatan apresiasi seni merupakan sesuatu yang

kompleks dan memerlukan usaha secara individual untuk tidak hanya

sekedar mengenalnya, tapi perlu mempelajarinya dengan seksama.

Apresiasi juga merupakan sikap dan perbuatan yang diartikan sebagai

dinamika dari penemuan individu yang melakukan apresiasi. Mengajar

dan belajar tentang seni merupakan proses penemuan dan suatu

penemuan yang akan mempengeruhi individu dalam berinteraksi dengan

seni di masa datang. Tentunya hal ini akan mendatangkan suatu nilai

dan pemahamanan atau apresiasi seni sebagai suatu perbuatan yang

kompleks. (Zakarias Sukarya, 2008: 5.1.3-5.1.4). Dengan demikian

apresiasi seni mencakup ranah:

a) Kognitif

Mengenal, mempelajari, dan memahami seni dalam apresiasi seni.

b) Afektif

Apresiasi merupakan sikap dan perbuatan yang diartikan sebagai

dinamika dari penemuan individu yang melakukan apresiasi.

Seorang yang melakukan kegiatan apresiasi akan menunjukkan rasa

senang, simpati, menghargai dalam seni.

c) Psikomotor

Belajar tentang seni tidak hanya mengenal dan memahami tetapi

juga mengekspresikan diri dalam kegiatan seni. Misalnya,

menggambar atau memainkan alat musik.

13

2) Manfaat dan Fungsi Apresiasi Seni

Dalam Zakarias Sukarya (2008: 5.1.4) ada dua fungsi dari kegiatan

apresiasi seni. Fungsi pertama adalah agar kita dapat meningkatkan dan

memupuk kecintaan kepada karya bangsa sendiri dan sekaligus

kecintaan kepada sesama manusia. Sedangkan fungsi kedua bersifat

khusus, ada hubungannya dengan kegiatan mental kita yaitu

penikmatan, penilaian, empati dan hiburan. Mengapresiasi karya seni itu

penting sekali karena akan membuat hidup lebih nikmat, gembira, sehat.

Bayangkan, bagaimana jika ada orang yang tidak mampu sekali

menikmati karya seni (dalam arti luas, termasuk seni di luar seni rupa).

Dalam kehidupan sehari-hari, secara disadari atau tidak, orang

melakukan apresiasi pada tingkat tertentu: menonton pameran,

mendengarkan musik, menonton film di TV, memilih motif kain dan

sebagainya.

Apresiasi seni juga besar manfaatnya bagi ketahanan budaya Indonesia.

Dalam seni budaya pendukung kebudayaan yang merasa lemah akan

lebih suka mengimpor ide-ide dari luar yang dirasanya lebih tinggi

nilainya. Dampak perkembangan informasi dan komunikasi modern

pada era global dewasa ini telah menerjang budaya kita sehingga kita

seakan-akan tidak mampu lagi menahan serbuan pengaruh budaya asing

yang dengan bebas masuk ke tengah-tengah budaya kita. Salah satu

upaya agar tidak banyak lagi dipengaruhi budaya asing antara lain

dengan meningkatkan apresiasi seni terhadap seni budaya sendiri.

(Zakarias Sukarya, 2008: 5.1.4-5.1.5)

Dalam pendidikan seni, kegiatan apresiasi digunakan sebagai salah satu

metode pembelajaran seni. Melalui metode apresiasi, siswa belajar tidak

saja untuk memahami dan atau menghargai karya seni, tetapi dapat juga

14

diimplementasikan untuk menghargai berbagai perbedaan yang

dijumpai dalam kehidupannya sehari-hari. Kepedulian siswa terhadap

karya seni dan warisan budaya bangsa lainnya dapat ditumbuhkan

dengan metode pembelajaran apresiasi ini. Untuk itu seorang guru seni

selayaknya memahami prinsip dan teknik dasar apresiasi seni.

Menghargai pendapat dan karya siswa adalah salah satu bentuk apresiasi

yang harus dimiliki oleh guru. (Zakarias Sukarya, 2008: 5.1.5)

3) Tahapan Apresiasi Seni

Tahapan apresiasi dikemukakan Bastomi (1981/1982) dalam Zakarias

Sukarya (2008: 5.2.5-5.2.6). Tahapan apresiasi reseptif, yaitu: kegiatan

mengamati, kegiatan menghayati, dan kegiatan berapresiasi.

a) Kegiatan Mengamati

Pada tahap kegiatan ini pengamat melakukan reaksi terhadap

rangsangan yang datang dari objek. Bentuk kegiatan yang dilakukan

pengamat berupa observasi, meneliti dan menganalisa, menilai

objek, sehingga terjadi tanggapan tentang objek itu. Kebenaran

tanggapan itu tergantung pada sifat kritis dan kecermatan pengamat

dalam mengindera proyek, walaupun selama itu terjadi kegiatan

psikologis, yang tidak pasti disadari oleh pengamat, bahwa ia

sedang mengindera sebuah objek.

b) Kegiatan Menghayati

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan penghayat adalah

mengadakan seleksi terhadap objek sehingga terjadi proses

penyesuaian antara nilai yang terkandung di dalam objek dengan

hasil pengamatan yang dilakukan oleh penghayat. Pada tahap ini

penghayat dapat menerima nilai-nilai estetis yang terkandung di

dalam objek itu, namun demikian ada kalanya penghayat

15

menerimanya tanpa kesadaran dan tanpa kritik, sehingga seluruh

objek diterima sepenuhnya. Sikap emosional yang dialami oleh

penghayat seperti itu oleh Theodor Lipps disebut impati (empathy).

c) Kegiatan Berapresiasi

Pada tahap kegiatan berapresiasi perasaan seseorang telah tergetar

oleh seni dan hanyut bersama-sama seni itu. Apresiator merasa

bahwa dirinya berada di dalam karya itu, artinya ia seakan-akan

merasakan sendiri apa yang dirasakan oleh pencipta dapat

memproyeksikan diri ke dalam bentuk hasil seni, perasaannya

ditentukan oleh apa yang diketemukan di dalamnya. Herbert Read

di dalam The meaning of art menyatakan, bahwa orang seperti itu

telah simpati (sympathy) pada suatu hasil seni. Orang yang telah

jatuh simpati pada sebuah hasil seni, ia berada di antara sadar dan

tidak sadar terhadap objek yang dihayati, kesadarannya diiringi

rasio untuk mengevaluasi dan memberi kritik kepada seni itu,

namun demikian rasio yang sadar itu tidak mengurangi rasa simpati,

melainkan justru menambahnya. Jika demikian halnya, maka orang

itu telah mempunyai apresiasi yang benar pada suatu hasil seni.

Sikap apresiatif menjadikan orang dapat menghargai sebenarnya

nilai yang ada di dalam kandungan seni. Timbal baliknya orang itu

dapat menghargai perasaan sendiri, sehingga dapat mencapai

kenikmatan dan kepuasan karenanya. Nilai seni adalah nilai

seseorang, penghargaan pada hasil seni sama dengan penghargaan

kepada orang yang menciptanya. Dengan demikian, sikap apresiatif

banyak berhubungan dengan sikap sosial, sebab berapresiasi pada

suatu hasil seni akan menuju kearah berkomunikasi kepada

16

penciptanya, baik langsung maupun tidak langsung dan hasil seni

itu sebagai penghubungnya.

2. Hakikat Musik Daerah Nusantara

a. Pengertian Musik

Esthi Endah Ayuning Tyas (2008: 93) menyatakan bahwa musik

adalah bunyi-bunyian yang teralun dengan harmoni tertentu, dan hanya dalam

harmoni inilah musik bisa dinikmati, tanpa harmoni musik akan menjadi

bunyi yang menyakitkan telinga dan menggelisahkan jiwa.

Fathur Rosyid (2010: 13) menyatakan bahwa musik adalah bunyi yang

diterima oleh individu yang berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya

dan selera seseorang. Definisi sejati tentang musik juga bermacam-macam,

yaitu: 1) Bunyi atau kesan terhadap sesuatu yang ditangkap oleh indra

pendengar, 2) Suatu karya seni dengan segenap unsur pendukungnya, 3)

Segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau kumpulan

dan disajikan sebagai musik.

Ratna Sari Dewi dan Haryana Humardani (2010: 24) kata musik dalam

bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari bahasa Inggris ”music” atau

bahasa Belanda ”muziek”. Kata musik ini, menurut beberapa sumber berasal

dari nama sekumpulan dewi kesenian bangsa Yunani Purba, yakni Musae.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian musik

adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu komposisi yang

mempunyai keseimbangan dan kesatuan, nada atau suara yang disusun

sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan

(terutama yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu) yang mengungkapkan

pikiran dan perasaan penciptanya.

17

b. Pengertian Musik Daerah Nusantara

Musik daerah atau disebut musik tradisional merupakan musik yang

lahir dan berkembang dari budaya daerah setempat (Ari Subekti, Rantinah,

dan Supriyantiningtyas, 2008: 22)

Musik daerah adalah jenis musik yang inspirasi penciptaannya

berdasarkan atas budaya dan adat istiadat dari suatu daerah tertentu. Selain

sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan dan kebiasaan yang terjadi

didaerah tersebut, musik daerah juga digunakan untuk kegiatan upacara-

upacara daerah oleh masyarakat setempat.

Musik nusantara adalah musik yang berkembang di seluruh wilayah

kepulauan dan merupakan kebiasaan turun menurun yang masih dijalankan

dalam masyarakat. Musik Nusantara tersebar hampir di seluruh pelosok negeri

dan masing-masing daerah mempunyai ciri khas yang berbeda.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa musik daerah

nusantara adalah musik yang lahir dan berkembang di daerah-daerah seluruh

Indonesia yang merupakan identitas, jati diri, dan media ekspresi dari

masyarakat serta berfungsi sebagai sarana atau media ritual, media hiburan

media ekspresi diri, media komunikasi, pengiring tari, dan sarana ekonomi.

c. Materi Musik Daerah Nusantara

Dalam buku Seni Budaya dan Keterampilan Ratna Sari Dewi dan

Haryana Humandari (2010: 27-28), materi apresiasi musik daerah salah

satunya adalah mengenal alat-alat musik. Alat musik daerah berdasarkan cara

memainkannya dijelaskan sebagai berikut:

1) Alat Musik Tradisional Pukul

18

Arumba Saron

Alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipukul, di antaranya

bonang dari Jawa dan Bali, saron dari Jawa, arumba dari Jawa Barat,

totobuang dari Maluku, gambang dari Jawa, Bali serta masih banyak lagi.

2) Alat Musik Tradisional Tepuk

Marwas Rebana Kendang

Alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara ditepuk antara lin,

terbang dari Sumatra, marwas dari Sumatera Timur, tifa dari Maluku,

ganda dari Sulawesi Tengah, dan gondang dari Sumatera Utara.

3) Alat Musik Tradisional Tiup

Serunai terompet reog

19

Alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara ditiup deisebut alat

musik tiup, diantaranya serunai dari Sumatra, terompet reog dari Jawa

Timur, kledi dari Kalimantan, fu/sangka dari Maluku, dan seruling dari

Jawa Barat.

4) Alat Musik Tradisional Petik

Sasando Kecapi

Alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipetik disebut alat

musik petik. Contoh dari alat musik petik adalah kecapi dari Jawa Barat,

siter dari Jawa, sasando dari NTT, dan gambus dari Riau.

5) Alat Musik Tradisional Gesek

Rebab Tehyan

Alat musik tradisional gesek merupakan alat musik yang dimainkan

dengan cara degesek. Alat musik yang dimainkan dengan cara digesek

adalah rebab dari Jawa dan tehyan dari Betawi.

20

3. Hakikat Media Audio Visual Berformat Feature

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak

dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah (antara dua

pihak atau kutub) atau suatu alat. Media juga dapat diartikan sebagai

penerima pesan atau informasi. (Sri Anitah, 2009: 123)

Gerlach dan Ely (1980) dalam Sri Anitah (2009: 123) mengungkapkan

bahwa media adalah grafik, fotografi, elektronik, atau alat-alat mekanik

untuk menyajikan, memproses, dan menjelaskan informasi lisan atau visual.

Livréna AB dan Kungälv (2008) dalam Journal International of

Media Education “media education is a fundamental element in the ef- forts

to realize a media and information literate society in order to promote a

well-oriented, democratic, sustainable society.”

Artinya media pendidikan merupakan elemen mendasar dalam upaya

untuk mewujudkan media dan informasi masyarakat terpelajar dalam rangka

untuk mempromosikan orientasi yang baik, demokratis, masyarakat yang

berkelanjutan.

Menurut Romiszowski dalam Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001:

12) media ialah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang

dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam proses

belajar mengajar penerima pesan itu dalah siswa. Pembawa pesan (media)

itu berinteraksi dengan siswa melalui indera mereka. Siswa dirangsang oleh

media itu untuk menggunakan inderanya untuk menerima informasi.

Kata ”pembelajaran” berasal dari bentuk dasar belajar. Kata belajar

berasal dari kata dasar ajar. Pembelajaran menurut Niken Ariani dan Dany

Haryanto (2010: 95) diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang

memungkinkan terjadinya proses belajar. Niken Ariani dan Dany Haryanto

21

(2010: 145) menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah sebuah alat yang

berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah

sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar.

Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan saran penyampai pesan atau

media.

Rossi & Breidle dalam Elita Burhanudin, Hari Wibowo, dan

Irmawati (2009: 3) mendefinisikan media pembelajaran atau media

pendidikan adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk media

pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan pembelajaran dari pengirim (pengajar) ke penerima

pesan (siswa), sehinggga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan

minat siswa agar proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.

b. Pengelompokan Media

Pengelompokan berbagai jenis media apabila dilihat dari segi

perkembangan teknologi oleh Seels dan Glasgow dalam Azhar Arsyad

(2007: 33-35) adalah sebagai berikut:

1) Pilihan Media Tradisional

a) Visual diam yang diproyeksikan

Proyeksi opaque ( tak-tembus pandang), proyeksi overhead, slides, dan

filmstrips.

b) Visual yang tak diproyeksikan

Gambar, poster, foto, charts, grafik, diagram, pameran , papan info, dan

papan bulu.

22

c) Audio

Rekaman piringan, pita kaset, reel, catridge.

d) Penyajian Multimedia

Slides plus suara (tape), multi-image.

e) Visual dinamis yang diproyeksikan

Film, televisi, video.

f) Cetak

Buku teks, modul, majalah ilmiah, dan lembaran lepas ( hand-out )

g) Permainan

Teka-teki, simulasi, dan permainan papan

h) Realia

Model, spesimen ( contoh ), manipulatif ( peta, boneka )

2) Pilihan Media Teknologi Mutakhir, yaitu: a) Media berbasis telekomunikasi

seperti telekonferen dan kuliah jarak jauh, b) Media berbasis mikroprosesor

seperti Computer-assisted instruction, permainan komputer, sistem tutor

intelijen, Hypermedia, Interaktif, dan Compact (video ) disc.

c. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran

Menurut Dina Indriana (2011: 48) manfaat media adalah sebagai

berikut:

1) Membuat konkret setiap benda yang abstrak.

2) Menghadirkan berbagai objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke

dalam lingkungan belajar melalui media pengajaran yang menjadi sampel

dari objek tersebut.

3) Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil ke dalam ruang

pembelajaran pada waktu kelas membahas tentang objek yang besar atau

kecil tersebut.

4) Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.

23

Asra, Deni Darmawan, dan Cepi Riana (2007: 5-6) menyebutkan

kegunaan media yaitu:

1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas.

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.

3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara siswa dengan

sumber belajar.

4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan

visual, auditori dan kinestetiknya.

5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan

menimbulkan persepsi yang sama.

d. Pengertian Media Audio Visual

Menurut Badru Zaman, Asep Hery Hernawan, dan Cucu Eliyawati

(2007: 4.19), media audio visual adalah media yang mengandung pesan

dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar dan dapat dilihat) yang dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak untuk

mempelajari isi tema. Penggunaan media audio visual dalam kegiatan

pembelajaran pada umumnya untuk melatih keterampilan yang berhubungan

dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan dan melihat.

Suhartono (2005: 155), menyatakan media audio visual merupakan

suatu media untuk menyampaikan pesan dari pengirim kepada penerima

pesan melalui indera pendengaran dan sekaligus penglihatan. Agar media

audio visual benar-benar dapat membawakan pesan yang mudah diterima

oleh pendengar, harus digunakan bahasa audio visual. Secara sederhana

bahasa audio visual adalah bahasa yang memadukan elemen-elemen suara,

bunyi, dan musik yang mengendung nilai abstrak.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media audio visual

adalah media yang menyampaikan pesan berupa gambar dan suara dari

24

pengirim kepada penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian, dan kemauan anak untuk mempelajari isi tema.

e. Pengertian Feature

AS Haris Sumadiria (2006: 152) menyatakan arti khusus dari feature

adalah tulisan yang semata-mata berdasarkan pada daya pikat manusiawi

(human interest) yang tidak terlalu terikat pada tata penulisan baku yang

kaku seperti yang berlaku pada berita lempang.

Menurut Daniel R. Williamson dalam AS Haris Sumadiria (2006:

152), feature adalah artikel yang kreatif, kadang-kadang subjektif yang

dirancang terutama untuk menghibur dan memberitahu pembaca tentang

peristiwa, situasi, atau aspek kehidupan. Secara teoretis feature termasuk ke

dalam soft news, pengertian ringan atau lunak dalam feature bukanlah pada

materinya, melainkan pada segi atau teknik penyajiannya.

Pada karya feature seberat apa pun materi yang diangkat, khalayak pembaca,

pendengar, atau pemirsa akan menikmatinya seringan menyentuh balon gas.

Sebagai pedoman dasar, maka apa pun pesan, uraian, atau cerita yang

disajikan dalam feature haruslah merupakan fakta objektif. Atas dasar inilah,

feature sering disebut penuturan rangkaian fakta yang disajikan secara

naratif. (AS Haris Sumadiria, 2006: 149-150).

Feature adalah suatu program yang membahas suatu pokok bahasan,

satu tema, diungkapkan lewat berbagai pandangan yang saling melengkapi,

mengurai, menyoroti secara kritis, dan disajikan dengan berbagai format

(Fred Wibowo, 2007: 186). Feature merupakan salah satu dasar dari suatu

program televisi yang memberikan suatu pokok bahasan dengan penjelasan

secara mendalam, menarik dan menyentuh perasaan.

25

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan feature adalah salah

satu dasar dari suatu program televisi yang berbentuk kemasan audio visual

yang memberikan penjelasan secara mendalam, menarik, menyentuh

perasaan dan penuturan rangkaian fakta disajikan secara naratif.

f. Susunan Feature

Sebuah feature disusun dengan merangkai berbagai format yang

berisi tinjauan, uraian, sorotan, dan pandangan atas satu pokok bahasan

dilengkapi dengan musik atau lagu mengenai tema itu. Menyusun berbagai

format program perlu diperhitungkan jangka waktu (duration) dari setiap

format. Jadi program feature enak dilihat dan proporsional. Proporsional

artinya bukan berarti jangka waktu untuk setiap format sama, tetapi dicoba

untuk member waktu yang memadai untuk format-format penting dan

menarik. Format feature disusun berdasarkan urutan logis yaitu dari

sederhana berkembang menjadi semakin rumit, dari yang ringan ke semakin

berat. Meskipun unsure-unsur yang membuat acara itu menjadi terasa segar

harus selalu dipikirkan. (Fred Wibowo, 2007: 187)

g. Pengertian Media Audio Visual Berformat Feature

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas maka dapat

disimpulkan bahwa media audio visual berformat feature adalah media yang

menyampaikan pesan atau suatu pokok bahasan yang berupa gambar dan

suara yang disajikan secara mendalam, menarik, dan menyentuh perasaan

penerima.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang sebelumnya dipandang relevan dengan penelitian in

adalah Penelitian Robbi Trisnani, tahun 2011 dengan judul “Penerapan

Media Animasi Audio Visual untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak

26

Cerita Anak” (PTK pada Siswa Kelas V SD N 2 Kalitinggar Padamara

Purbalingga Tahun Ajaran 2010/2011). Dari penelitian yang sudah

dilakukan tersebut , terdapat persamaan yaitu penggunaan media audio

visual dalam proses pembelajaran. Namun, ada perbedaan yaitu kemasan

media audio visual animasi dan objek kajian. Pada penelitian di atas, objek

kajiannya adalah mengenai peningkatan keterampilan menyimak cerita,

sedangkan objek kajian pada penelitian ini adalah mengenai kemampuan

apresiasi reseptif musik daerah nusantara.

Penelitian selanjutnya, dilakukan oleh Slamet Haryati dengan

judul “Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Menggunakan Media

Audio Visual pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Butuh Kecamatan Mojosongo

Kabupaten Boyolali Tahun 2011”. Penelitian tersebut juga terdapat

persamaan dengan penelitian ini yaitu penggunaan media audio visual.

Perbedaannya adalah jenis media audio visual animasi dan objek kajian.

Pada penelitian di atas, objek kajiannya adalah mengenai peningkatan

keterampilan menyimak cerita, sedangkan objek kajian pada penelitian ini

adalah mengenai kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara.

Terkait dengan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, dapat

menjadi panduan bagi peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

Berdasarkan penelitian yang sudah pernah dilakukan, maka peneliti tertarik

akan melakukan penelitian terhadap penggunaan media audio visual

berformat feature. Tentunya dengan media audio visual dan objek kajian

yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan media audio

visual berformat feature sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan

siswa dalam apresiasi reseptif musik daerah nusantara. Penelitian yang akan

dilakukan adalah Penggunaan Media Audio Visual Berformat Feature untuk

27

Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Reseptif Musik Daerah Nusantara

pada Siswa Kelas V SD Angkasa Colomadu Tahun Ajaran 2011/2012.

C. Kerangka Berpikir

Kondisi awal kemampuan apresiasi musik daerah nusantara, sikap

apresiatif, dan keterampilan memainkan alat musik daerah pada siswa kelas

V SD Angkasa Colomadu rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan

guru, disebutkan bahwa kemampuan apresiasi reseptif musik daerah

nusantara pada pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan masih rendah.

Ketika guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang macam-macam

musik daerah nusantara, hanya beberapa orang siswa yang dapat menjawab

dengan benar. Selain itu, hasil belajar siswa pada kompetensi apresiasi

musik daerah nusantara menunjukkan hanya 7 dari 23 siswa yang

memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 75. Hal

ini terjadi karena masih banyak siswa yang belum dapat membedakan

berbagai jenis alat musik daerah yang sangat beragam dan bentuknya hampir

sama. Guru yang mengajar pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan

juga belum menggunakan media dengan baik pada materi apresiasi musik

daerah nusantara dengan alasan banyaknya materi apresiasi musik daerah

nusantara yang mana guru tidak mungkin untuk menghadirkan media alat

musik daerah, sehingga materi pembelajaran menjadi abstrak dan siswa

jenuh dalam pembelajaran tersebut.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif

musik daerah nusantara, guru menggunakan media pembelajaran yang sesuai

dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yaitu dengan

menggunakan media audio visual berformat feature. Dengan penggunaan

28

media audio visual berformat feature, pembelajaran menjadi lebih

menyenangkan, menarik, dan bermakna sehingga kemampuan apresiasi

reseptif, sikap musik daerah nusantara dapat meningkat.

Berdasarkan uraian di atas, secara teoritis penggunaan media audio

visual berformat feature merupakan salah satu media yang berpotensi dapat

meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif, sikap apresiatif, dan

keterampilan memainkan alat musik daerah nusantara. Alur kerangka

berpikir yang menunjukkan hubungan antara variabel media audio visual

berformat feature dengan kemampuan apresiasi musik daerah nusantara

dapat dilihat pada gambar 2.1.

29

Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir

Kondisi

Awal

Tindakan

Kondisi

Akhir

Guru belum

menggunakan media

audio visual

berformat feature.

Kemampuan apresiasi reseptif

musik daerah nusantara

rendah, sikap apresiatif musik

daerah nusantara rendah, dan

keterampilan memainkan alat

musik daerah rendah.

Guru

menggunakan

media audio

visual berformat

feature.

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Diharapkan melalui penggunaan media audio

visual berformat feature dapat meningkatkan

kemampuan apresiasi reseptif musik daerah

nusantara, sikap apresiatif musk daerah

nusantara, dan keterampilan memainkan alat

musik daerah.

Perencanaan

Tindakan

Pengamatan

Refleksi

30

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitan. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir dapat dibuat

hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Penggunaan media audio visual berformat feature diduga dapat

meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada

siswa kelas V SD Angkasa Colomadu Tahun Ajaran 2011/2012.

2. Penggunaan media audio visual berformat feature diduga dapat

meningkatkan sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa kelas V SD

Angkasa Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012.

3. Penggunaan media audio visual berformat feature diduga dapat

meningkatkan keterampilan memainkan alat musik angklung siswa kelas V

SD Angkasa Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012.

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Dalam penelitian memerlukan tempat penelitian yang akan dijadikan

obyek untuk memperoleh data-data yang berguna untuk mendukung tercapainya

tujuan penelitian. Penelitian ini dilakukan di SD Angkasa Colomadu dengan

pertimbangan sebagai berikut:

a. Di SD Angkasa Colomadu merupakan tempat peneliti melaksanakan PPL

(Praktek Pengalaman Lapangan) dan sekaligus menemukan masalah mengenai

kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara yang masih rendah.

b. SD Angkasa Colomadu adalah SD yang belum pernah digunakan sebagai

tempat penelitian sehingga mendukung untuk dilaksanakan penelitian.

c. Sekolah tersebut mengijinkan untuk dilaksanakan kegiatan penelitian dengan

tujuan untuk meningkatkan kualitas sekolah.

2. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan selama lima bulan. Penelitian berlangsung sejak

penyusunan proposal hingga terselesainya proposal ini, yaitu mulai bulan

Februari sampai dengan bulan September tahun 2012. Adapun rincian jadwal

pada tabel 3.1 berikut ini:

31

32

33

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SD Angkasa

Colomadu semester II tahun ajaran 2011/2012, dengan jumlah siswa sebanyak 23

siswa, yang terdiri 7 siswa putra dan 16 siswa putri dengan Bapak Alexander sebagai

guru mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan.

C. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

Action Research). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan

terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan

terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi Arikunto, 2008: 3).

Tindakan itu dilakukan di dalam kelas yang diberikan kepada siswa oleh seorang

guru. Prinsip utama dalam PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus yang

bertahap dan berkelanjutan sampai memperoleh hasil yang ditetapkan/

ditargetkan.

2. Strategi Penelitian

Strategi tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

siklus. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suhardjono dalam Suharsimi

Arikunto (2008: 73), bahwa PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang

yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu: yaitu (a)

perencanaan; (b) tindakan; (c) pengamatan; dan (d) refleksi.

Adapun perincian dari keempat tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan tindakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang terjadi di dalam kelas

saat pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan.

34

2) Menetapkan alasan dilakukan penelitian tersebut.

3) Merumuskan permasalahan dalam bentuk kalimat tanya.

4) Menetapkan cara pemecahan masalah dengan menggunakan media audio

visual berformat feature.

5) Menentukan indikator kinerja.

6) Merancang tindakan kelas secara rinci dan menyusun instrumen penelitian.

b) Tahap Tindakan

Tahap tindakan merupakan tahap pelaksanaan dari rancangan dan

instrumen penelitian yang telah disusun yang diterapkan pada proses

pembelajaran. Kegiatan pelaksanaan tindakan selalu diamati dan

direfleksikan.

c) Tahap Pengamatan

Pada tahap ini dilakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang

terjadi saat penerapan tindakan yang sudah direncanakan pada pembelajaran

yang sesungguhnya.

d) Tahap Refleksi

Tahap refleksi diawali dengan menganalisis dan mengkaji secara

menyeluruh dari hasil pengamatan sehingga diperoleh simpulan tentang

bagian yang telah mencapai tujuan penelitian dan bagian yang masih perlu

perbaikan. Dari hasil penarikan kesimpulan tersebut, dapat diketahui apakah

tindakan ini dapat mencapai keberhasilan dengan adanya peningkatan

kemampuan apresiasi reseptif atau tidak. Supardi dalam Suharsimi Arikunto

(2008: 133) menjelaskan bahwa reflection adalah kegiatan mengulas secara

kritis (reflective) tentang perubahan yang terjadi (a) pada siswa, (b) suasana

kelas, dan (c) guru. Berdasarkan hasil refleksi peneliti dapat mengetahui

seberapa jauh keberhasilan dan kekurangan dari pembelajaran yang telah

35

dilakukan. Kekurangan tersebut berusaha diatasi dengan melaksanakan

tindakan atau siklus selanjutnya.

D. Sumber Data

Suharsimi Arikunto (2010: 189), sumber data adalah subjek penelitian di

mana data menempel. Sumber dapat berupa benda, gerak, manusia, dan tempat.

Sumber data atau informasi tersebut antara lain:

1. Informan: Informasi dari hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari

guru kelas V yaitu Ibu Dwi Wahyuni dan siswa kelas V SD Angkasa Colomadu.

2. Dokumen: Data nilai ulangan apresiasi musik daerah nusantara pada siswa kelas

V, arsip pendukung penelitian seperti silabus, RPP, daftar kelas V tahun

2011/2012, foto, dan video kegiatan pembelajaran.

3. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan

kelas V di SD Angkasa Colomadu dengan materi apresiasi musik daerah

nusantara.

E. Teknik Pengumpulan Data

Suharsimi Arikunto (2006: 222) mengatakan bahwa ada beberapa teknik

untuk mengumpulkan data diantaranya melalui tes, wawancara, observasi,

dokumentasi, dan kuesioner atau angket. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan

data yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara. Esterberg dalam

Sugiyono (2008: 72) mendefinisikan wawancara yaitu “A meeting of two persons

to exchange information and idea through question and responses, resulting in

communication and joint construction of meaning about a particular topic”.

Dapat diartikan, wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

36

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna

dalam suatu topik tertentu.

Wawancara dilakukan antara peneliti dengan guru dan siswa. Wawancara

dengan guru dilaksanakan setelah melakukan pengamatan pertama terhadap

kegiatan belajar mengajar. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi

tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran Seni

Budaya dan Keterampilan, khususnya mengenai pembelajaran apresiasi musik

daerah nusantara. Wawancara ini digunakan sebagai dasar untuk melakukan

penelitian yang lebih lanjut.

2. Observasi

Menurut Nana Sudjana (2009: 84), observasi digunakan untuk mengukur

tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat

diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Ada

tiga jenis observasi, yakni observasi langsung, observasi tidak langsung, dan

observasi partisipasi.

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi langsung.

Observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung tanpa

adanya perantara terhadap objek yang diamati. Observasi langsung ini dilakukan

pada guru dan siswa kelas V SD Angkasa Colomadu. Observasi guru dilakukan

untuk mengetahui kinerja guru saat pembelajaran apresiasi musik daerah

nusantara sedangkan observasi siswa dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa

yang mencakup kemampuan apresiasi musik daerah nusantara pada saat

pembelajaran berlangsung.

3. Tes

Suharsimi Arikunto (2006: 150) menyatakan tes adalah serentetan

pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur

37

keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh

individu atau kelompok.

Tes ini dilakukan pada setiap akhir siklus untuk mengumpulkan data nilai

siswa kelas V SD Angkasa Colomadu tentang materi apresiasi musik daerah

nusantara. Pemberian tes ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh

apresiasi siswa tentang materi musik daerah nusantara yang diperoleh siswa kelas

V SD Angkasa Colomadu setelah kegiatan pemberian tindakan.

4. Angket

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara meminta siswa kelas

V SD Angkasa Colomadu untuk menjawab beberapa pertanyaan yang

berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan. Teknik ini digunakan untuk

mengumpulkan data dari informasi yang jumlahnya banyak dan tidak

memungkinkan untuk diwawancarai satu persatu. Angket dalam penelitian ini

diterapkan pada siswa kelas V yang berjumlah 23 siswa.

5. Dokumentasi

Metode ini akan digunakan sebagai perekam data-data penelitian yang

terdapat selama proses penelitian baik data yang berupa gambar/ foto maupun

video pengamatan ketika siswa kelas V SD Angkasa Colomadu menunjukkan

sikap apresiatif kelas saat penelitian berlangsung.

Kajian dokumen juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip

yang ada seperti kurikulum, RPP guru, materi pelajaran, dan arsip nilai yang

diberikan oleh guru pada kelas V SD Colomadu tahun ajaran 2011/2012.

F. Validitas Data

Maksud dari validitas data adalah semua data yang dikumpulkan hendaknya

mencerminkan apa yang sebenarnya diukur dan diteliti sehingga data data yang

diteliti dapat di pertanggung jawabkan. Untuk menjamin dan mengembangkan

38

validitas data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan trianggulasi. Adapun trianggulasi data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

1. Trianggulasi data ( sumber )

Trianggulasi data (sumber) adalah data atau informasi yang diperoleh

selalu dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi

koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda. Trianggulasi data

(sumber) dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang

sejenis dari sumber data yang berbeda. Dalam penelitian ini, kegiatan yang

dilakukan peneliti adalah membandingkan data / informasi yang terkait dengan

pembelajaran musik daerah nusantara yang diperoleh dari guru seni musik

maupun siswa kelas V SD Angkasa Colomadu, hasil observasi dalam

pembelajaran seni musik daerah dalam penggunaan media audio visual berformat

feature. Hasil perbandingan data dari sumber data yang berbeda tersebut

kemudian dikomparasikan untuk diambil kesimpulan. Dengan teknik trianggulasi

data diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih akurat dalam

menggunakan media audio visual berformat feature untuk meningkatkan

kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada siswa kelas V SD

Angkasa Colomadu pada tahun ajaran 2011/2012.

2. Trianggulasi metode

Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan

menggunakan teknik mengumpulkan data yang berbeda. Kegiatan yang dilakukan

peneliti yakni membandingkan data yang telah diperoleh dari beberapa teknik

pengumpulan data yang berbeda, kemudian dapat ditarik simpulan data yang lebih

kuat validitasnya. Peneliti membandingkan data yang terkumpul dari hasil

observasi, hasil nilai ulangan siswa dalam pembelajaran apresiasi musik daerah

39

nusantara, kemudian ditarik kesimpulan sehingga data yang diperoleh mendekati

valid

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data

yang diperoleh dari penelitian. Data sangat diperlukan dalam penelitian untuk

membuktikan kebenaran data dari suatu peristiwa atau pengetahuan. Oleh sebab itu

penelitian harus membutuhkan data yang objektif, untuk mendapatkan data yang

objektif perlu diperhatikan mengenai teknik pengumpulan data yang digunakan

sebagai alat pengumpul data atau pengambil data.

Sugiyono (2008: 89) mendefinisikan tentang analisis data sebagai

berikut:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke

dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih

mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah analisis data

yang dikemukakan oleh Milles dan Huberman yaitu:

1. Reduksi Data

Menurut Milles dan Huberman dalam Sugiyono (2010: 280), analisis

data adalah proses analisis untuk memilih, memusatkan perhatian,

menyederhanakan, mengabstraksikan serta mentransformasikan data yang

muncul dari catatan-cataatn lapangan. Mereduksi data berarti membuat

rangkuman, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, serta

membuang yang dianggap tidak perlu. Dalam penelitian ini, data yang direduksi

40

meliputi data hasil observasi kinerja guru, data hasil observasi aktifitas siswa dan

data hasil pembelajaran dengan menggunakan media realita yang berupa tes

pemahaman konsep bangun ruang.

2. Display/ Penyajian Data

Menampilkan data merupakan kegiatan menyusun data yang relevan

sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu

dengan cara menampilkan dan membuat hubungan antar variabel. Peneliti

menampilkan data dengan cara membuat daftar nilai Matematika dan

menampilkan hasil pengamatan pada lembar observasi.

3. Mengambil Kesimpulan/ Verifikasi Data

Verifikasi data merupakan analisis lanjutan dari reduksi data dan display

data sehingga data dapat disimpulkan. Verifikasi data dimulai dengan

memutuskan antara gejala yang mempunyai makna termasuk data-data yang

memiliki konfigurasi dengan data yang tidak bermakna untuk mengarah pada

kesimpulan yang sifatnya terbuka. Untuk itu di dalam membuat kesimpulan,

perlu mencocokkan data yang ada di lapangan dengan cara trianggulasi, sehingga

akan memperoleh data yang akurat.

Bagan analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis model

Miles dan Huberman, gambarnya adalah sebagai berikut:

41

Gambar 3.1 Analisis Model Milles dan Huberman

H. Indikator Kinerja

I.

Sarwiji Suwandi (2009: 70) mengungkapkan bahwa indikator kinerja

merupakan rumusan kinerja yang dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan

keberhasilan atau keefektifan penelitian. Indikator penelitian ini bersumber dari

kurikulum dan silabus KTSP Seni Budaya dan Keterampilan kelas V serta Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 75.

Penelitian ini direncanakan dalam tiga siklus, dengan ketentuan siklus akan

berhenti apabila pembelajaran dikatakan berhasil apabila:

1. Nilai kemampuan apresiasi reseptif siswa secara klasikal yang memperoleh nilai

≥75 (KKM) mencapai ≥75%.

2. Sikap apresiatif siswa dengan kategori sikap apresiatif baik (3,01-4,00) secara

klasikal mencapai ≥75%.

3. Keterampilan siswa dalam memainkan alat musik angklung dengan kategori (

3,01 – 4,00 ) secara klasikal mencapai ≥75%.

Pengumpulan

Data Penyajian Data

Reduksi Data

Kesimpulan

42

J. Prosedur Penelitian

Suharsimi Arikunto (2008: 70) mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan

Kelas dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang-ulang, yang mencakup empat

langkah sebagai berikut: (1) perancanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3)

pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Siklus-siklus dalam penelitian

harus menunjukkan dengan menguraikan indicator keberhasilan yang dicapai dalam

setiap siklus sebelum pindah ke siklus lain. Hubungan keempat tahapan tersebut

menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berkelanjutan berulang. Adapun tahapan-

tahapan dalam prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan secara jelas pada

gambar 3.2 berikut:

Gambar 3.2 Alur Penelitian Tindakan Kelas

( Suharsimi Arikunto, dkk, 2006: 16 )

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Perencanaan

Sebelum pelaksanaan tindakan yang perlu disiapkan adalah sebagai berikut:

1) Mengumpulkan data yang diperlukan.

SIKLUS I

Pengamatan

Pengamatan

SIKLUS II

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Pelaksanaan Refleksi

Rekomendasi

Perencanaan

43

2) Membuat media audio visual berformat feature tentang musik daerah

nusantara.

3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi apresiasi

musik daerah nusantara terdiri dari 2 pertemuan.

4) Mempersiapkan alat dan media pembelajaran, yaitu: multimedia

proyektor, LCD, speaker, laptop, dan alat musik angklung.

5) Menyusun alat-alat evaluasi tindakan berupa: soal, instrumen observasi

proses pembelajaran siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I guru menggunakan media

audio visual berformat feature untuk menyampaikan materi musik daerah

nusantara. Dalam pembelajaran ini guru bertindak sebagai pengajar. Pada

siklus I guru menggunakan media audio visual berformat feature dengan cara

ditampilkan melalui multimedia proyektor di depan kelas dan siswa duduk

memperhatikan media audio visual yang sedang ditampilkan.

Guru melibatkan siswa dalam pembelajaran berupa lisan maupun

tertulis untuk mengetahui kemampuan apresiasi reseptif musik daerah

nusantara siswa selama proses pembelajaran. Pada akhir siklus, peneliti

melakukan tes evaluasi untuk mengetahui peningkatan apresiasi reseptif

musik daerah nusantara.

c. Observasi

Pada kegiatan pengamatan guru Seni Budaya dan Keterampilan kelas

V bertindak sebagai pengamat. Pengamat mengamati aktivitas siswa dan

kinerja guru dalam pembelajaran menggunakan media audio visual berformat

feature. Hasil dari pengamatan kemudian disampaikan kepada peneliti yang

44

kemudian digunakan sebagai perbandingan dengan tujuan dan hasil tes

apresiasi musik daerah nusantara siswa.

d. Refleksi

Peneliti dan guru kelas menganalisis dan mengolah nilai yang terdapat pada

lembar observasi dan lembar evaluasi, dari hasil analisis siklus I menunjukkan

belum tercapainya indikator keberhasilan. Nilai kemampuan apresiasi reseptif

musik daerah nusantara pada siklus I mencapai rata-rata 73,38. Nilai sikap

apresiatif musik daerah nusantara dengan kategori tinggi baru dicapai 10

orang siswa. Nilai keterampilan memainkan alat musik angklung pada siklus I

secara klasikal sebesar 2,3 atau termasuk dalam kategori cukup. Maka perlu

diadakan perbaikan pada siklus II.

2. Siklus II

Perencanaan pada siklus II meliputi rencana perbaikan pembelajaran yang

didasarkan pada hasil refleksi pada siklus I.

a. Perencanaan

Sebelum pelaksanaan tindakan yang perlu disiapkan adalah sebagai berikut:

1) Menganalisis kekurangan yang terdapat pada siklus I.

2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran Seni

Budaya dan Keterampilan materi apresiasi musik daerah nusantara yang

terdiri dari 2 pertemuan.

3) Mempersiapkan alat dan media pembelajaran, yaitu: multimedia

proyektor, LCD, Speaker, dan Laptop.

4) Menyusun alat-alat evaluasi tindakan berupa: soal, instrumen observasi

proses pembelajaran siswa.

45

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada siklus II peneliti bertindak sebagai guru. Peneliti masih menyampaikan

materi apresiasi musik daerah nusantara. Pada siklus II guru menggunakan

media audio visual berformat feature dengan cara ditampilkan melalui

multimedia proyektor di depan kelas dan siswa duduk memperhatikan media

audio visual yang sedang ditampilkan.

Guru melibatkan siswa dalam pembelajaran berupa lisan maupun

tertulis untuk mengetahui kemampuan apresiasi reseptif musik daerah

nusantara siswa selama proses pembelajaran. Setelah itu, secara berkelompok

siswa dibimbing untuk memainkan salah satu alat musik daerah yaitu

angklung. Siswa memainkan alat musik angklung secara berkelompok di

depan kelas sementara guru menilai keterampilan siswa dalam memainkan

alat musik angklung tersebut. Pada akhir siklus, peneliti melakukan tes

evaluasi untuk mengetahui peningkatan apresiasi reseptif musik daerah

nusantara.

c. Observasi

Pengamat dan pengamatan yang dilakukan pada siklus II sama dengan yang

dilakukan pada siklus I, yaitu mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru

dalam pembelajaran.

d. Refleksi

Refleksi pada siklus II digunakan untuk membandingkan hasil dari siklus I

dengan siklus II, apakah ada peningkatan kemampuan apresiasi musik daerah

nusantara pada siswa kelas V SD Angkasa Colomadu, Karanganyar atau tidak.

Nilai kemampuan apresiasi musik daerah nusantara siswa yang mencapai ≥75

(KKM) pada siklus I 47,6% dan setelah siklus II menjadi 56,52% dari

keseluruhan jumlah siswa. Nilai sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa

dengan kategori tinngi baru dicapai 16 orang siswa atau 69,57%. Nilai

46

keterampilan memainkan alat musik angklung siswa pada siklus I 2,02 dan setelah

siklus menjadi 2,2. Nilai keterampilan memainkan alat musik angklung sudah

mengalami peningkatan tetapi belum memenuhi indicator yaitu 75% siswa

mencapai nilai 3,01-4,00 (kategori baik). Guru dalam menyampaikan petunjuk

dalam memainkan alat musik angklung masih perlu diperbaiki. Oleh karena itu,

peneliti melanjutkan pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan pada siklus

berikutnya, yakni siklus III untuk memperbaiki kekurangan yang muncul pada

siklus II tersebut.

3. Siklus III

Perencanaan pada siklus III meliputi rencana perbaikan pembelajaran yang

didasarkan pada hasil refleksi pada siklus II.

a. Perencanaan

Sebelum pelaksanaan tindakan yang perlu disiapkan adalah sebagai berikut:

1) Menganalisis kekurangan yang terdapat pada siklus II.

2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran Seni

Budaya dan Keterampilan materi apresiasi musik daerah nusantara yang

terdiri dari 2 pertemuan.

3) Mempersiapkan alat dan media pembelajaran, yaitu: multimedia

proyektor, LCD, Speaker, dan Laptop.

4) Menyusun alat-alat evaluasi tindakan berupa: soal, instrumen observasi

proses pembelajaran siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada siklus III peneliti bertindak sebagai guru. Peneliti masih menampilkan

media audio visual berformat feature untuk mengingat kembali materi musik

daerah nusantara. Peneliti bertindak sebagai fasilitator kelompok untuk

memainkan lagu daerah Gundul-gundul Pacul dengan alat musik angklung.

47

Peneliti memantau kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara

dengan melibatkan siswa melalui tanya jawab dan penugasan secara lisan

maupun tertulis. Selain itu peneliti juga memantau dan menilai keterampilan

siswa dalam memainkan alat musik angklung. Pada akhir siklus diadakan tes

evaluasi untuk mengetahui peningkatan kemampuan apresiasi reseptif siswa.

c. Observasi

Pengamat dan pengamatan yang dilakukan pada siklus III sama dengan yang

dilakukan pada siklus II, yaitu mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru

dalam pembelajaran.

d. Refleksi

Refleksi pada siklus III digunakan untuk membandingkan hasil dari

siklus II dengan siklus III, apakah ada peningkatan kemampuan apresiasi

musik daerah nusantara pada siswa kelas V SD Angkasa Colomadu,

Karanganyar atau tidak. Hasil analisis pada siklus III dari aspek kognitif yang

merupakan nilai kemampuan apresiasi musik daerah nusantara siswa kelas V

pada siklus III meningkat dengan jumlah siswa yang mencapai KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimal) ≥75 sebanyak 19 siswa atau 82,61% dari 23 siswa.

Sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa dari aspek afektif meningkat

dengan jumlah siswa 20 atau 86,96% yang mendapat kategori sikap apresiatif

tinggi. Sedangkan keterampilan siswa memainkan alat musik angklung dari

aspek psikomotorik mencapai 78,26% atau 18 siswa dari jumlah 23 siswa

yang mendapat nilai dengan kategori baik. Maka pembelajaran apresiasi

musik daerah nusantara pada siswa kelas V SD Angkasa Colomadu dengan

penggunaan media audio visual berformat feature yang dilaksanakan pada

siklus III dikatakan berhasil karena sudah mencapai indikator yang ditetapkan.

Oleh karena itu, penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Hal ini

menunjukkan bahwa penggunaaan media audio visual berformat feature dapat

48

meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada

siswa kelas V SD Angkasa Colomadu Kabupaten Karanganyar tahun ajaran

2011/2012.

49

BAB IV

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pratindakan

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Sekolah Dasar (SD) Angkasa Kecamatan Colomadu Kabupaten

Karanganyar Propinsi Jawa Tengah berdiri pada tahun 1968. Status sekolah SD

Angkasa adalah SD swasta milik Yayasan Ardya Garini dengan Nomor Statistik

Sekolah (NSS) 10431312022. Sekolah ini terletak di jalan Adi Soemarmo

Kalurahan Malangjiwan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.

Sekolah Dasar (SD) Angkasa Kecamatan Colomadu Kabupaten

Karanganyar pada tahun 2011/2012 dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang

bernama Bapak Suprapto, S. Pd. Sekolah ini memiliki 11 guru, 2 pegawai koperasi

siswa dan seorang penjaga sekolah. Semua personil telah melaksanakan tugasnya

masing-masing dengan baik sesuai dengan tanggungjawabnya.

Bangunan gedung SD Angkasa berdiri di atas tanah seluas 6143 meter

persegi, dengan luas bangunan 816 meter persegi. Bangunan yang ada adalah 6

ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang komputer, laboratorium

bahasa, perpustakaan, aula, UKS, 5 kamar mandi atau toilet. Selain mempunyai

beberapa ruangan, SD Angkasa juga mempunyai lapangan sepak bola dan halaman

yang sangat luas yang biasanya digunakan untuk pembelajaran olahraga dan

upacara yang diadakan oleh sekolah serta tempat bermain bagi para siswa ketika

jam istirahat.

Jumlah seluruh siswa di SD Angkasa pada tahun 2011/2012 adalah 144

siswa yang terdiri dari 81 siswa laki-laki dan 63 siswa perempuan. Siswa terbagi

dalam 6 kelas yakni kelas I sebanyak 16 siswa, kelas II sebanyak 26 siswa, kelas

III sebanyak 26 siswa, kelas IV sebanyak 28 siswa, kelas V sebanyak 23 siswa dan

kelas VI sebanyak 25 siswa. Sebagian besar orang tua siswa adalah TNI AU

Lanud Adi Soemarmo.

49

50

2. Deskripsi Kondisi Awal (Prasiklus)

Sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti melaksanakan

kegiatan observasi dengan tujuan mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan.

Hasil observasi kegiatan siswa dan guru (lihat lampiran 26 dan 32) pada kondisi

awal menjelaskan bahwa kemampuan apresiasi musik reseptif daerah nusantara

pada KD menampilkan sikap apresiatif terhadap berbagai musik/lagu wajib dan

daerah nusantara masih rendah karena guru mengajar dengan metode konvensional

dan belum menggunakan media pembelajaran dengan baik. Pada kegiatan

pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah dan meminta siswa untuk

membuka buku Seni Budaya dan Keterampilan. Sehingga siswa mendengarkan

penjelasan dari guru sambil menyimak buku Seni Budaya dan Keterampilan. Hal

ini menyebabkan siswa kurang tertarik dan bosan dengan kegiatan pembelajaran

Seni Budaya dan Keterampilan.

Dari hasil wawancara yang dilakukan antara peneliti dengan guru sebelum

menggunakan media audio visual berformat feature (lihat lampiran 22), salah satu

faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan apresiasi reseptif musik daerah

nusantara dalam pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan adalah banyak

ragamnya musik daerah nusantara sehingga siswa sulit menghafalkan berbagai alat

musik daerah. Sedangkan dari hasil wawancara peneliti dengan siswa sebelum

menggunakan media audio visual berformat feature (lihat lampiran 24), siswa

kurang berminat dengan pembelajaran apresiasi musik daerah nusantara karena

guru menggunakan metode ceramah sehingga menyebabkan siswa menjadi bosan

dan kurang aktif dalam pembelajaran. Hal inilah yang akan menyebabkan sikap

apresiatif siswa dalam musik daerah nusantara rendah. Guru belum menggunakan

media pembelajaran dengan baik sehingga membuat siswa merasa kesulitan dalam

mempelajari materi musik daerah nusantara.

Nilai kemampuan apresiasi musik daerah nusantara semester I dapat dilihat

pada lampiran 44. Agar lebih jelas maka kondisi awal kemampuan apresiasi

51

reseptif musik daerah nusantara dapat dilihat pada tabel 4.1 dan histogram di

bawah ini:

Tabel 4.1 Data Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas V SD Angkasa

Pada Semester 1 (Sebelum Tindakan)

No Interval Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi) fi.xi

Persentase

(%)

1 53 - 58 3 55,5 165,5 13,04

2 59 - 64 8 61,5 492 34,78

3 65 - 70 5 67,5 337,5 21,74

4 71 - 76 3 73,5 220,5 13,04

5 77 - 82 2 79,5 159 8,7

6 83 - 88 2 85,5 171 8,7

Nilai rata-rata klasikal 67,2

Tabel nilai kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada

siswa kelas V SD Angkasa Lanud Adi Soemarmo pada semester 1 ( sebelum

diadakan tindakan) melalui penggunaan media audio visual berformat feature

dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:

Gambar 4.1 Histogram Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas

V SD Angkasa Pada Semester 1 (Sebelum Tindakan)

52

Tabel dan Histogram di atas dapat dijelaskan bahwa nilai kemampuan

apresiasi reseptif siswa sebelum menggunakan media audio visual berformat

feature diperoleh nilai dengan rata-rata klasikal sebesar 67,2. Siswa yang

memperoleh nilai 53-58 sebanyak 3 siswa atau 13,04%. Siswa yang memperoleh

nilai 59-64 sebanyak 8 siswa atau 34,78%. Siswa yang memperoleh nilai 65-70

sebanyak 5 siswa atau 21,74%. Siswa yang memperoleh nilai 71-76 sebanyak 3

siswa atau 13,04%. Siswa yang memperoleh nilai 77-82 sebanyak 2 siswa atau

8,7%. Siswa yang memperoleh nilai 83-88 sebanyak 2 siswa atau 8,7%.

Tabel di atas menjelaskan bahwa siswa yang memperoleh nilai di bawah

KKM sebanyak 16 siswa atau 69,56%, sedangkan siswa yang memperoleh nilai

sama atau lebih dari KKM sebanyak 7 siswa atau 30,43%. Hal ini dapat diartikan

bahwa ketuntasan secara klasikal yang diperoleh sebesar 30,43% masih jauh dari

ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu 75% dari jumlah siswa mendapat nilai

≥75 (KKM), dengan kata lain hasil nilai kemampuan apresiasi reseptif siswa kelas

V SD Angkasa pada semester 1 (Sebelum Tindakan) tergolong masih rendah.

Selain itu, berdasarkan data nilai angket sikap apresiatif siswa pada musik

daerah nusantara yang dilakukan sebelum tindakan (dapat dilihat pada lampiran

37) dapat disimpulkan bahwa sikap apresiatif siswa pada musik daerah nusantara

masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari kemauan/kesadaran siswa dalam

mempelajari musik daerah nusantara masih kurang, siswa tidak senang dengan

pembelajaran musik daerah nusantara, siswa belum memiliki rasa cinta terhadap

musik daerah nusantara karena penilaian siswa terhadap musik daerah nusantara

rendah dan tidak seperti alat musik yang lebih masa kini (drumb band), dan

akhirmya siswa kurang menghargai adanya musik daerah nusantara.

Agar lebih jelas maka kondisi awal sikap apresiatif siswa terhadap musik

daerah nusantara dapat dilihat pada tabel 4.2 dan histogram di bawah ini:

Tabel 4.2 Data Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa

Sebelum Tindakan (Pra Siklus)

53

No Interval Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi) fi.xi

Persentase

(%)

1 1,60 - 1,82 11 1,71 18,81 47,83

2 1,83 – 2,05 7 1,93 13,51 30,43

3 2,06 – 2,28 1 2,17 2,17 4,35

4 2,29 – 2,51 2 2,3 4,6 8,69

5 2,52 – 2,75 2 2.63 5,26 8,69

Jumlah 44,35

Nilai rata-rata klasikal 1,93

Tabel nilai sikap apresiatif musik daerah nusantara pada siswa kelas V

sebelum menggunakan media audio visual berformat feature dapat disajikan dalam

bentuk histogram sebagai berikut:

Gambar 4.2 Histogram Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa

Sebelum Tindakan

54

Tabel 4.2 dan histogram di atas dapat dijelaskan bahwa nilai sikap

apresiatif musik daerah nusantara siswa mencapai rata-rata klasikal sebesar 1,93.

Siswa yang memperoleh nilai 1,60-1,82 sebanyak 11 orang. Siswa yang

memperoleh nilai 1,83-2,05 sebanyak 7 orang. Siswa yang memperoleh nilai

2,06-2,28 ada 1 orang. Siswa yang memperoleh nilai 2,29-2,51 ada 2 0rang siswa

dan siswa yang memperoleh nilai 2,52-2,75 juga ada 2 orang siswa. Jadi sikap

apresiatif musik daerah nusantara siswa yang mencapai rata-rata sebesar 1,93

termasuk dalam kategori rendah. Padahal indikator yang akan dicapai adalah

sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa dengan kategori baik (3,01-4,00)

mencapai ≥75%.

Berdasarkan data nilai keterampilan memainkan alat musik angklung

dalam pelajaran apresiasi musik daerah nusantara yang dilakukan sebelum

dilakukan tindakan (lihat lampiran 48) dapat disimpulkan bahwa keterampilan

memainkan alat musik angklung siswa masih rendah dan perlu untuk diperbaiki.

Agar lebih jelas maka kondisi awal nilai keterampilan memainkan alat musik

angklung dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Data Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung

Siswa Sebelum Tindakan

No Interval Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi) fi.xi

Persentase

(%)

1 1,00 - 1,25 21 1,125 23,625 91,3

2 1,26 – 1,50 2 1,275 2,55 8,7

Jumlah 26,275

Nilai rata-rata klasikal 1,14

Tabel nilai keterampilan memainkan alat musik angklung siswa kelas V

sebelum menggunakan media audio visual berformat feature dapat disajikan dalam

bentuk histogram sebagai berikut:

55

Gambar 4.3 Histogram Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung

Siswa Sebelum Tindakan

Tabel 4.3 dan gambar 4.3 di atas dapat dijelaskan bahwa nilai keterampilan

memainkan alat musik daerah angklung siswa yang mencapai rata-rata 1,14

tergolong masih rendah dan perlu diperbaiki. Siswa yang mendapat nilai 1,00-1,25

sebanyak 21 orang siswa atau 91,3% dan siswa yang mendapat nilai 1,26-1,50 ada

2 orang siswa atau 8,7%. Padahal indikator yang ingin dicapai dalam memainkan

alat musik angklung adalah ≥75% siswa mendapat nilai dengan kategori baik

(3,01-4,00).

Rendahnya nilai kemampuan apresiasi reseptif musik daerah

nusantara,sikap apresiatif siswa, dan keterampilan memainkan alat musik siswa

kelas V disebabkan karena guru Seni Budaya dan Keterampilan masih mengajar

secara konvensional, artinya guru mengajar seringnya menggunakan metode

ceramah dan belum menggunakan media pembelajaran dengan baik sehingga

siswa dalam mempelajari musik daerah nusantara masih terkesan abstrak, belum

mengetahui gambar musik daerah yang sebenarnya. Hasil observasi dan

wawancara yang dilakukan dengan guru diperoleh data bahwa yang menjadi faktor

mendasar rendahnya kemampuan apresiasi musik daerah nusantara pada siswa

kelas V SD Angkasa yaitu siswa masih kurang berminat dalam mengikuti

pembelajaran apresiasi musik daerah nusantara. Guru belum menggunakan media

56

dengan baik sehingga pembelajaran kurang bermakna. Selain itu, siswa juga belum

pernah melakukan praktek memainkan alat musik daerah nusantara sehingga sikap

apresiatif siswa terhadap musik daerah nusantara dan keterampilan memaikan

salah satu alat musik daerah nusantara kurang. Banyak ragamnya musik daerah

nusantara menyebabkan siswa merasa kesulitan untuk menghafal dan

membedakan alat musik daerah nusantara pada materi tersebut, sehingga banyak

siswa yang nilainya tidak mencapai KKM ≥ 75.

Oleh karena itu, diperlukan adanya solusi yang tepat untuk mengatasi

permasalahan di atas yaitu dengan menggunakan media audio visual berformat

feature untuk meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif siswa, sikap apresiatif,

dan keterampilan memainkan salah satu musik daerah nusantara pada siswa kelas

V SD Angkasa.

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus

1. Siklus I

Tindakan siklus I dilakukan selama 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan

terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan selama satu

minggu yaitu pada tanggal 9 Mei dan 10 Mei 2012. Adapun tahapan-tahapan yang

dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Informasi yang diperoleh dari data awal siswa sebagai subjek

penelitian sebanyak 7 siswa dari 23 siswa mendapatkan nilai apresiasi reseptif

musik nusantara dibawah 75, sehingga belum mencapai ketuntasan minimal

yang telah ditetapkan yaitu 75. Selain itu, hasil wawancara dengan guru Seni

Budaya dan Keterampilan menyatakan bahwa kemampuan apresiasi reseptif

musik nusantara masih rendah. Oleh karena itu, perlu diadakan pembelajaran

dengan menggunakan media audio visual berformat feature untuk

meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara.

Tahap perencanaan ini dipersiapkan beberapa hal antara lain:

57

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan

silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas V semester II

dengan Kompetensi Dasar 11.3 Menampilkan sikap apresiatif terhadap

berbagai musik/lagu wajib dan daerah nusantara. Perencanaan pelaksanaan

pembelajaran pada siklus I dirancang dengan 2 kali pertemuan. Alokasi

waktu setiap pertemuan adalah 2x35 menit, sehingga dalam satu siklus

terdapat alokasi waktu 4x35 menit. Rancangan pelaksanaan pembelajaran

yang dibuat mencakup penentuan: identitas RPP, standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,

metode dan model pembelajaran, langkah-langkah pembelajan, media dan

sumber belajar, dan teknik penilaian. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) siklus I pertemuan ke-1 dan ke-2 dapat dilihat pada lampiran 2.

2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung

Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran

adalah:

a) Ruang kelas, ruang kelas yang digunakan adalah ruang laboratorium

bahasa. Ketika diskusi akan berlangsung pindah ke ruang kelas V dan

tempat duduk diatur sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan

diskusi dengan baik.

b) Materi pembelajaran, materi pertemuan I adalah mendeskripsikan

pengertian musik daerah nusantara, menyebutkan jenis alat musik

daerah nusantara berdasarkan cara memainkannya, menyebutkan daerah

asal alat musik daerah nusantara, dan fungsi sosialnya. Sebagai hasilnya

adalah kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara siswa

dapat meningkat. Sedangkan materi pada pertemuan II yaitu

mengelompokkan musik daerah nusantara berdasarkan cara

memainkannya dan menyebutkan bahan pembuatan alat musik daerah

58

nusantara. Materi pembelajaran siklus I pertemuan II terdapat pada

lampiran 21.

c) Mempersiapkan media pembelajaran, yaitu media audio visual

berformat feature, computer, speaker, LCD, dan alat musik daerah

angklung.

3) Menyiapkan Lembar Observasi, RPP siklus I, Lembar Diskusi Siswa,

Pelaksanaan Pembelajaran Guru, Lembar Evaluasi untuk mengukur

Kemampuan apresiasi reseptif siswa, Lembar penilaian keterampilan

memainkan alat musik angklung.

Penggunaan lembar observasi akan mempermudah menentukan hal-hal apa

saja yang harus lebih diutamakan dalam pengamatan. Lembar Evaluasi

untuk menilai kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara.

Sedangkan lembar observasi yang dibuat untuk guru lebih diutamakan

pada persiapan dan jalannya kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

media audio visual berformat feature. Lembar observasi ini dapat dilihat

pada lampiran 32. Lembar penilaian keterampilan memainkan alat musik

anklung untuk mengukur tingkat keterampilan siswa dalam memainkan alat

musik angklung.

b. Pelaksanaan

Setelah rencana tindakan dibuat, dilanjutkan tindakan penelitian

dengan melakukan pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan dengan

menggunakan media audio visual berformat feature untuk meningkatkan

kemampuan apresiasi reseptif, sikap apresiatif, dan keterampilan memainkan

salah satu alat musik daerah nusantara.

1) Pertemuan pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 9 Mei 2012

dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2x35 menit). Pada pertemuan pertama

pelajaran musik daerah nusantara yang diajarkan yaitu musik daerah

nusantara dengan indikator dapat Mendeskripsikan pengertian musik daerah

59

nusantara, menyebutkan fungsi sosial alat musik daerah nusantara,

mengidentifikasi jenis alat musik daerah nusantara dan asalnya, dan

menyebutkan cara memainkan alat musik daerah nusantara.

a) Pedahuluan

Sebagai kegiatan awal guru memberikan salam, mengkondisikan kelas,

melakukan doa bersama, melakukan apersepsi yaitu guru menampilkan

video pertunjukkan musik daerah nusantara, orientasi yaitu siswa

menerima penjelasan dari guru mengenai tujuan pembelajaran hari ini,

dan motivasi agar siswa mengetahui manfaat mempelajari materi musik

daerah nusantara sehingga lebih termotivasi untuk mempelajarinya.

Kegiatan pendahuluan berlasngsung selama 15 menit. Pada pertemuan

pertama ini ada 2 orang siswa yang tidak masuk sehingga siswa yang

masuk sejumlah 21 orang siswa.

b) Kegiatan Inti

Kegiatan inti pembelajaran dilaksanakan dengan durasi waktu sekitar 50

menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam kegiatan inti pembelajaran

terdapat tiga (3) bentuk tindakan yakni eksplorasi, elaborasi, dan

konfirmasi.

(1) Eksplorasi

Tindakan eksplorasi bertujuan untuk menggali pengetahuan siswa

tentang alat musik daerah di Indonesia. Guru mengajukan pertanyaan

kepada siswa, “anak-anak, apa yang kalian ketahui tentang musik

daerah nusantara? Apakah alat musik gitar dan drum juga termasuk

alat musik daerah nusantara?”. Selanjutnya guru menampilkan media

audio visual berformat feature sementara siswa memperhatikan. Guru

membagi siswa ke dalam 5 kelompok diskusi, setiap kelompok

beranggotakan 4–5 orang siswa. Kemudian masing-masing kelompok

berkumpul dalam meja diskusi masing-masing kelompok. Siswa

60

mendengarkan aturan diskusi dan guru memberikan Lembar Diskusi

Siswa.

(2) Elaborasi

Pada kegiatan ini, siswa diskusi mengerjakan tugas kelompok yaitu

menyebutkan jenis-jenis musik daerah nusantara berdasarkan cara

memainkannya, daerah asal, dan fungsi sosialnya. Kemudian salah

satu dari masing-masing kelompok membacakan hasil diskusinya ke

depan kelas. Lembar Diskusi Kelompok dapat dilihat pada lampiran 3.

(3) Konfirmasi

Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi apresiasi

musik daerah nusantara yang belum dipahami siswa. Guru meluruskan

materi musik daerah nusantara yang belum diketahui siswa.

c) Kegiatan Akhir

Sebagai kegiatan akhir guru dan siswa bersama-sama menyusun

kesimpulan. Siswa memperoleh tidak lanjut berupa arahan atau tugas

untuk pertemuan selanjutnya.

2) Pertemuan kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 9 Mei tahun 2012. Pada

pertemuan kedua ini siswa mengingat kembali materi pertemuan satu tentang

pengertian musik daerah nusantara, menyebutkan fungsi sosial alat musik

daerah nusantara, dan mengidentifikasi jenis alat musik daerah nusantara.

Kemudian melanjutkan materi tentang bahan pembuatan alat musik daerah

nusantara.

Berikut ini urutan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan

kedua:

a) Pendahuluan

Guru mengkondisikan kelas kemudian melakukan apersepsi dengan

memainkan salah satu alat musik daerah nusantara yang telah disiapkan

61

yaitu alat musik angklung. Sebelum memainkan alat musik angklung,

guru melakukan tanya jawab dengan siswa, “anak-anak alat musik ini

bernama apa? Berasal dari manakah alat musik angklung? Alat musik

angklung terbuat dari apa? Bagaimana cara memainkan alat musik ini?”.

Siswa kembali menerima orientasi dari guru tentang tujuan pembelajaran

hari ini. Selanjutnya guru memberikan motivasi siswa untuk mengetahui

manfaat mempelajari materi apresiasi musik daerah nusantara sehingga

lebih termotivasi untuk mempelajarinya.

b) Kegiatan Inti

(1) Eksplorasi

Guru menampilkan kembali media audio visual berformat feature

kemudian melanjutkan materi pada pertemuan pertama yaitu materi

tentang bahan pembuatan alat musik daerah nusantara. Siswa duduk

sesuai kelompok pada pertemuan pertama. Guru memberikan tugas

kelompok untuk didiskusikan. Lembar Diskusi Kelompok siklus I

pada pertemuan ke-2 dapat dilihat pada lampiran 4.

(2) Elaborasi

Siswa mengerjakan tugas kelompok yaitu mengelompokkan musik

daerah nusantara berdasarkan cara memainkannya dan bahan

pembuatan. Salah satu dari masing-masing kelompok membacakan

hasil diskusinya di depan kelas sementara kelompok yang lain

memperhatikan. Guru memberi penguatan pada kelompok yang aktif

dan kerjanya bagus. Siswa maju ke depan kelas untuk praktek

memainkan salah satu alat musik daerah nusantara yaitu angklung.

Dalam memainkan alat musik angklung, guru membimbing agar siswa

dapat memegang alat musik angklung dengan benar dan dapat

membunyikannya dengan baik. Guru mengadakan penilaian awal

terhadap siswa ketika memainkan alat musik angklung.

62

(3) Konfirmasi

Pada kegiatan ini guru melakukan tanya jawab tentang materi apresiasi

musik daerah nusantara yang belum dipahami siswa. Guru meluruskan

hal yang belum diketahui siswa.

c) Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir diberikan penguatan materi dan siswa diajak membuat

kesimpulan atas materi pembelajaran secara keseluruhan. Kemudian

siswa mengerjakan evaluasi secara individu untuk mengetahui tingkat

kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara siswa dan guru

memberikan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau tugas.

c. Observasi

Peneliti melalui pengamat (observer) melakukan pemantauan dalam

pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan

kemampuan apresiasi reseptif, sikap apresiatif, dan keterampilan memainkan

salah satu alat musik daerah nusantara. Dalam tahap ini peneliti mengadakan

kolaborasi dengan guru kelas dalam melaksanakan pemantauan terhadap

pelaksanaan proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan lembar

observasi. Observasi kegiatan siswa dilakukan untuk mengetahui seberapa

besar peran serta siswa kelas V SD Angkasa dalam mengikuti pembelajaran

yang dapat meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif, sikap apresiatif, dan

keterampilan memainkan salah satu musik daerah nusantara. Dari data

observasi kegiatan siswa dalam siklus I selama dua kali pertemuan (lampiran

28) diperoleh hasil observasi sebagai berikut:

1) Siswa memperhatikan pembelajaran yang disampaikan guru ketika

menggunakan media audio visual berformat feature.

2) Siswa aktif dalam memainkan salah satu alat musik daerah nusantara yaitu

angklung.

63

3) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran sangat baik karena merasa

tertarik dengan media pembelajaran yang baru.

4) Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran terutama ketika tugas

kelompok sudah baik.

5) Hasrat untuk bertanya siswa dan mengeluarkan pendapat dalam diskusi

kelompok sudah baik tetapi belum semua siswa mengeluarkan pendapat.

6) Kerjasama antar siswa dalam proses pembelajaran kurang baik, hanya

beberapa orang siswa yang mau bekerjasama dalam kelompok.

7) Kesungguhan siswa mengerjakan tugas individu maupun kelompok.

8) Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran musik daerah nusantara sudah

baik.

9) Siswa aktif untuk membuat kesimpulan pelajaran yaitu dengan menulis

kesimpulan materi pembelajaran.

10) Kesungguhan siswa dalam mengerjakan evaluasi sudah terlihat baik.

Observasi tidak hanya dilaksanakan pada kegiatan siswa dalam

mengikuti pembelajaran tetapi juga ditujukan pada kinerja peneliti sebagai

guru. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai kinerja peneliti

dalam kesesuaian antara rencana pembelajaran yang disusun dengan

pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan. Dari data observasi kinerja

guru dalam siklus I selama dua kali pertemuan (lampiran 33) diperoleh hasil

sebagai berikut:

1) Guru dalam memulai kegiatan pembelajaran sudah baik.

2) Guru sudah melaksanakan jenis kegiatan yang sesuai dengan tujuan,

siswa, situasi dan lingkungan.

3) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam urutan logis dengan

baik.

4) Guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran secara individual,

kelompok atau klasikal tetapi belum berjalan dengan baik.

64

5) Guru menggunakan alat bantu (media) pembelajaran yang sesuai dengan

tujuan, siswa, situasi dan lingkungan yaitu media audio visual berformat

feature.

6) Guru memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan isi

pembelajaran.

7) Guru sudah melakukan penilaian di akhir pembelajaran atau akhir siklus I.

8) Guru memicu dan memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

9) Guru belum melakukan keefektifan proses pembelajaran dengan baik

Selain observasi aktivitas siswa dan guru, juga ada observasi aspek

kognitif yaitu kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara dan aspek

psikomotor yaitu keterampilan memainkan salah satu alat musik daerah

angklung. Untuk mengukur kemampuan apresiasi reseptif musik daerah

nusantara diadakan tes evaluasi tentang musik daerah nusantara dan untuk

mengukur keterampilan memainkan alat musik angklung dilakukan praktek

memainkan alat musik angklung.

1) Kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara

Observasi pada aspek kognitif yaitu kemampuan apresiasi reseptif musik

daerah nusantara diukur dengan menggunakan tes evaluasi. Tes evaluasi

meliputi pengertian musik daerah nusantara, jenis musik daerah nusantara

berdasarkan cara memainkannya, fungsi sosial dari alat musik daerah,

menyebutkan daerah asal dan bahan pembuatan alat musik daerah.

Berdasarkan data nilai tes evaluasi siklus I pada lampiran 40, maka dapat

dibuat tabel dan histogram sebagai berikut:

65

Tabel 4.4 Data Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas V SD Angkasa

Siklus I

No Interval Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi) fi.xi

Persentase

(%)

Keterangan

1 43 - 50 1 46,5 46,5 4,77 Belum Tuntas

2 51 - 58 2 54,5 109 9,52 Belum Tuntas

3 59 - 66 3 62,5 187,5 14,28 Belum Tuntas

4 67 - 74 5 70,5 352,5 23,80 Belum Tuntas

5 75 - 82 8 78,5 628 38,09 Tuntas

6

7

83 - 90

91 - 98

1

1

86,5

94,5

86,5

94,5

4,77

4,77

Tuntas

Tuntas

Nilai rata-rata klasikal = 71,64

Presentase ketuntasan = (10 : 21) x 100% = 47,62%

Data di atas dapat disajikan dalam histogram di bawah ini:

Gambar 4.4 Histogram Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas

V SD Angkasa Siklus I

Tabel 4.4 dan gambar 4.4 dapat dijelaskan bahwa nilai

kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada siklus 1

mencapai rata-rata klasikal sebesar 71,64 dengan nilai tertinggi 94 dan

66

nilai terendah 46. Siswa yang memperoleh nilai 43-50 ada 1 siswa atau

4,77%. Siswa yang memperoleh nilai 51-58 ada 2 siswa atau 9,52%.

Siswa yang memperoleh nilai 59-66 sebanyak 3 siswa atau 14,28%. Siswa

yang memperoleh nilai 67-74 sebanyak 5 siswa atau 23,80%. Siswa yang

memperoleh niai 75-82 sebanyak 8 siswa atau 38,09%. Siswa yang

memperoleh nilai 83-90 ada 1 siswa atau 4,77%. Nilai yang paling besar

91-98 diperoleh 1 siswa atau 4,77%. Nilai yang diperoleh siswa paling

banyak, yakni sebanyak 8 siswa atau 38,09 %. Jumlah siswa yang

memenuhi KKM sebanyak 10 siswa atau 47,62%.

2) Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara

Observasi aspek afektif yaitu sikap apresiatif musik daerah nusantara.

Cara mengukurnya dengan menggunakan angket sikap apresiatif.

Berdaearkan nilai sikap apresiatif siklus I pada lampiran 41, maka dapat

dibuat tabel sebagai berikut:

Tabel 4.5 Data Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa

Sebelum Tindakan (Pra Siklus)

No Interval Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi) fi.xi

Persentase

(%)

1 2,45 – 2,65 5 2,55 12,75 23,81

2 2,66 – 2,85 3 2,75 8,25 14,28

3 2,86 – 3,05 3 2,85 8,55 14,28

4 3,06 – 3,25 10 3,15 31,5 47,62

Jumlah 60,75

Nilai rata-rata klasikal 2,89

Tabel nilai sikap apresiatif siswa siklus I di atas dapat dibuat

histogram sebagai berikut:

67

Gambar 4.5 Histogram Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa

Tabel 4.5 dan histogram di atas dapat dijelaskan bahwa nilai sikap

apresiatif musik daerah nusantara siklus I mencapai rata-rata klasikal

sebesar 2,89. Siswa yang memperoleh nilai 2,45-2,65 sebanyak 5 orang

atau 23,81%. Siswa yang memperoleh nilai 2,66-2,85 ada 3 orang siswa

atau 14,28%. Siswa yang memperoleh nilai 2,86-3,05 ada 3 orang siswa

atau 14,28%. Dan siswa yang memperoleh nialai 3,06-3,25 sebanyak 10

siswa atau 47,62%. Jadi sikap apresiatif siswa dengan rata-rata klasikal

2,89 baru mencapai kategori sedang dan belum ada siswa yang

memperoleh nilai sikap apresiatif dengan kategori tinggi. Padahal

indikator yang akan dicapai pada sikap apresiatif musik daewrah

nusantara adalah ≥75% siswa memperoleh nilai dengan kategori tinggi

(3,01-4,00).

3) Keterampilan memainkan alat musik angklung

Observasi aspek psikomotor yaitu keterampilan memainkan salah satu alat

musik. Cara mengukurnya dengan cara praktek memainkan alat musik

angklung. Berdasarkan data nilai keterampilan memainkan alat musik

angklung pada lampiran 46, maka dapat dibuat tabel sebagai berikut:

68

Tabel 4.6 Data Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung Siswa Kelas V

SD Angkasa Pada Siklus I

No Interval Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi) fi.xi

Persentase

(%)

1 2,00 – 2,25 15 2,125 31,875 71,43

2 2,26 – 2,50 2 2,385 4,77 9,52

3 2,51 – 2,75 1 2,635 2,635 4,76

4 2,76 – 3,00 1 2,885 2,885 4,76

5 3,01 – 3,25 2 3,135 6,27 9,52

Nilai rata-rata klasikal = 48,435 : 21 = 2,3

Presentase ketuntasan = (2 : 21) x 100% = 9,52%

Data di atas dapat disajikan dalam histogram di bawah ini:

Gambar 4.6 Histogram Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung

Siswa Kelas V SD Angkasa pada Siklus I

Tabel 4.6 dan gambar histogram di atas dapat dijelaskan bahwa nilai

keterampilan memainkan alat musik angklung pada siklus 1 mencapai rata-

rata klasikal sebesar 2,3. Siswa yang memperoleh nilai 2,00-2,25 sebanyak 15

69

orang. Siswa yamg memperoleh nilai 2,26-2,50 ada 2 orang. Siswa yang

memperoleh nilai 2,51-2,75 hanya 1 orang atau 4,76%. Siswa yang

memperoleh nilai 2,76-3,00 hanya 1 orang dan siswa yang memperoleh nilai

3,01-3,25 ada 2 orang. Jadi kemampuan siswa dalam memainkan salah satu

alat musik daerah nusantara pada siklus I baru mencapai kategori cukup

dengan rata-rata 2,3 dengan 2 orang siswa yang mendapat kategori baik.

Padahal indikator yang akan dicapai adalah keterampilan memainkan alat

musik angklung siswa dengan kategori baik (3,01-4,00) secara klasikal

mencapai ≥75%.

d. Refleksi

Data yang diperoleh melalui pengamatan atau observasi dikumpulkan

kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang

dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi

dengan menganalisis nilai kemampuan apresiasi reseptif musik daerah

nusantara siswa kelas V SD Angkasa dan Nilai keterampilan memainkan alat

musik angklung, kemudian dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah

ditetapkan.

Analisis hasil tindakan siklus I direfleksi sesuai dengan proses

pembelajaran yang dilakukan. Penilaian dari hasil evaluasi untuk mengukur

kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara. Nilai kemampuan

apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada siklus I mencapai rata-rata

73,38. Sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa mencapai rata-rata 2,89

dan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori sikap apresiatif tinggi ada

10 siswa atau 47,62%. Nilai keterampilan memainkan alat musik angklung

pada siklus I secara klasikal sebesar 2,3 atau termasuk dalam kategori cukup.

Jika dianalisis dari observasi guru yang menjadi kendala dalam

pembelajaran yaitu guru sudah melaksanakan pembelajaran secara

berkelompok tetapi belum berjalan dengan baik. Selain itu guru ketika

70

melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media audio visual

berformat feature di laboratorium bahasa yang kemudian pindah ke ruang

kelas V untuk melaksanakan kegiatan diskusi menyebabkan kegiatan

pembelajaran menjadi kurang efektif. Keterlibatan siswa dalam diskusi

kelompok mengerjakan Lembar Diskusi Siswa masih kurang. Hal ini dapat

dilihat dari Lembar Observasi Siswa dalam pembelajaran pada lampiran 28.

Masih banyak siswa yang belum bekerjasama mengeluarkan pendapat dalam

diskusi.

Setelah berdiskusi dengan guru Seni Budaya dan Keterampilan kelas

V, diperoleh simpulan mengenai hal-hal yang menjadi kendala dalam

pembelajaran antara lain:

1) Sebagian besar siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan

meggunakan pembelajaran kelompok

2) Kurangnya kerjasama siswa dalam kelompok sehingga dalam kegiatan

diskusi banyak siswa yang tidak aktif.

3) Kesadaran siswa dalam diskusi kelompok masih kurang karena siswa

mengandalkan siswa lain yang lebih pandai untuk mengerjakan tugas

diskusi kelompok.

4) Guru kurang efektif dalam kegiatan pembelajaran ketika melakukan

perpindahan kelas yaitu dari laboratorium bahasa pindah ke ruang kelas V.

5) Pada umumnya siswa belum dapat memanfaatkan waktu. Hal ini karena

siswa tidak memikirkan betapa terbatasnya waktu yang tersedia sehingga

mereka kurang bisa memanfaatkan waktu dengan baik.

Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disimpulkan refleksi dari

kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran, yakni hasil nilai

kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada siklus I sudah

meningkat tetapi belum mencapai indikator kinerja (75%). Nilai sikap

apresiatif sudah meningkat tetapi belum mencapai indikator kinerja yaitu

≥75% siswa mencapai nilai dengan kategori tinggi. Nilai kemampuan

71

apresiasi musik daerah nusantara yang ≥75 (KKM) sebelum dilakukan

tindakan hanya mencapai 30,4% dan setelah siklus I menjadi 47,6% dari

keseluruhan jumlah siswa. Nilai keterampilan memainkan alat musik

angklung juga masih perlu ditingkatkan karena pada siklus I belum mencapai

indikator kinerja yaitu ≥75% siswa belum mencapai Kriteria Baik (3,01-4,00).

Model pembelajaran dan keefektifan pembelajaran yang dilaksanakan oleh

guru masih perlu diperbaiki. Oleh karena itu, peneliti melanjutkan

pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan pada siklus berikutnya, yakni

siklus II untuk memperbaiki kekurangan yang muncul pada siklus I tersebut.

2. Siklus II

Tindakan siklus II dilakukan selama 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan

terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan selama satu

minggu yaitu pada tanggal 16 Mei dan 23 Mei 2012. Adapun tahapan-tahapan

yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa indikator

ketercapaian belum tercapai. Oleh karena itu, penelitian ini dilanjutkan ke

siklius II. Siklus II dilaksanakan dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan

di siklus I. Hasil penelitian siklus I memang sudah meningkat, tetapi belum

memenuhi indikator kinerja. Penelitian di siklus II dilaksanakan dengan

indikator yang sama tetapi dengan tahapan yang sudah disempurnakan. Berikut

perencanaan yang dilakukan:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II pertemuan ke-1

dan ke-2 dapat dilihat pada lampiran 9. Alokasi waktu setiap pertemuan

adalah 2x35 menit, sehingga dalam satu siklus terdapat alokasi waktu 4x35

menit. Rancangan pelaksanaan pembelajaran yang dibuat mencakup

penentuan: identitas RPP, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,

72

tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran,

langkah-langkah pembelajan, media dan sumber belajar, dan teknik

penilaian.

2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung

Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran

adalah:

a) Ruang kelas, ruang kelas yang digunakan adalah ruang laboratorium

bahasa.

b) Materi pembelajaran yaitu mendeskripsikan pengertian musik daerah

nusantara, menyebutkan jenis alat musik daerah nusantara berdasarkan

cara memainkannya, menyebutkan daerah asal alat musik daerah

nusantara, dan fungsi sosialnya.

c) Mempersiapkan media pembelajaran, yaitu media audio visual

berformat feature, computer, speaker, LCD, dan alat musik daerah

angklung.

d) Menyiapkan Lembar Observasi, RPP siklus II, Lembar Kerja Siswa,

Pelaksanaan Pembelajaran Guru, Lembar Evaluasi untuk mengukur

Kemampuan apresiasi reseptif siswa, Lembar penilaian keterampilan

memainkan alat musik angklung.

b. Pelaksanaan

Setelah rencana tindakan dibuat, dilanjutkan tindakan penelitian

dengan melakukan pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan dengan

menggunakan media audio visual berformat feature untuk meningkatkan

kemampuan apresiasi reseptif, sikap apresiatif, dan keterampilan memainkan

salah satu alat musik daerah nusantara sebagai berikut:

1) Pertemuan pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 16 Mei

2012 dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2x35 menit).

73

a) Pedahuluan

Sebagai kegiatan awal guru memberikan salam, mengkondisikan kelas,

melakukan doa bersama, melakukan apersepsi yaitu guru menampilkan

video pertunjukkan musik daerah nusantara, orientasi yaitu siswa

menerima penjelasan dari guru mengenai tujuan pembelajaran hari ini,

dan motivasi agar siswa mengetahui manfaat mempelajari materi musik

daerah nusantara sehingga lebih termotivasi untuk mempelajarinya.

Kegiatan pendahuluan berlangsung selama 15 menit. Pada pertemuan

pertama ini semua siswa kelas V masuk dengan jumlah 23 orang siswa.

b) Kegiatan Inti

Kegiatan inti pembelajaran dilaksanakan dengan durasi waktu sekitar 50

menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam kegiatan inti pembelajaran

terdapat tiga (3) bentuk tindakan yakni eksplorasi, elaborasi, dan

konfirmasi.

(1) Eksplorasi

Tindakan eksplorasi bertujuan untuk menggali pengetahuan siswa

tentang alat musik daerah di Indonesia. Guru mengajukan pertanyaan

kepada siswa tentang pengertian musik daerah nusantara yang pernah

dipelajari, “anak-anak, masih ingatkah kalian tentang musik daerah

nusantara?”. Selanjutnya guru menjelaskan pengertian musik daerah

nusantara. Guru menampilkan media audio visual berformat feature

sementara siswa memperhatikan.

(2) Elaborasi

Pada kegiatan ini, siswa mengerjakan tugas pada Lembar Kerja

yang telah diberikan oleh guru. Lembar Kerja Siswa dapat dilihat pada

lampiran 10. Setelah mengerjakan Lembar Kerja Siswa, siswa

menuliskan hasil tugas ke depan kelas untuk dibahas secara bersama-

sama.

74

(3) Konfirmasi

Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi apresiasi

musik daerah nusantara yang belum dipahami siswa. Guru meluruskan

materi musik daerah nusantara yang belum diketahui siswa.

c) Kegiatan Akhir

Sebagai kegiatan akhir guru dan siswa bersama-sama menyusun

kesimpulan. Siswa memperoleh tidak lanjut berupa arahan atau tugas

untuk pertemuan selanjutnya.

2) Pertemuan kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 23 Mei tahun 2012. Pada

pertemuan kedua ini siswa mengingat kembali materi pertemuan satu tentang

pengertian musik daerah nusantara, menyebutkan fungsi sosial alat musik

daerah nusantara, dan mengidentifikasi jenis alat musik daerah nusantara

dengan memutar kembali media audio visual berformat feature.

Berikut ini urutan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan

kedua:

a) Pendahuluan

Guru mengkondisikan kelas kemudian melakukan apersepsi dengan

menampilkan video alat musik angklung. Siswa kembali menerima

orientasi dari guru tentang tujuan pembelajaran hari ini. Selanjutnya guru

memberikan motivasi siswa untuk mengetahui manfaat mempelajari

materi apresiasi musik daerah nusantara sehingga lebih termotivasi untuk

mempelajarinya

b) Kegiatan Inti

(1) Eksplorasi

Siswa mendapat pertanyaan dari guru tentang alat musik angklung.

Kemudian guru memberikan penjelasan tentang alat musik angklung

dan cara memainkannya.

75

(2) Elaborasi

Guru membentuk kelompok siswa, setiap kelompok terdiri dari 7

orang siswa. Setiap kelompok maju ke depan kelas untuk praktek

memegang angklung dan membunyikannya dengan benar. Guru

melakukan penilaian keterampilan memainkan alat musik angklung

siswa secara individual. Siswa memperhatikan Kelompok yang lain

memperhatikan kelompok yang maju dan memberikan komentar.

(3) Konfirmasi

Pada kegiatan ini guru melakukan tanya jawab tentang materi apresiasi

musik daerah nusantara yang belum dipahami siswa. Guru meluruskan

hal yang belum diketahui siswa. Guru memberikan motivasi siswa agar

lebih senang dan semangat dalam memainkan alat musik angklung.

c) Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir diberikan penguatan materi dan siswa diajak membuat

kesimpulan atas materi pembelajaran secara keseluruhan. Kemudian

siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu untuk mengetahui

tingkat kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara siswa dan

guru memberikan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau tugas.

c. Observasi

Peneliti melalui pengamat (observer) melakukan pemantauan dalam

pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan

kemampuan apresiasi reseptif, sikap apresiatif, dan keterampilan memainkan

salah satu alat musik daerah nusantara. Dalam tahap ini peneliti mengadakan

kolaborasi dengan guru kelas dalam melaksanakan pemantauan terhadap

pelaksanaan proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan lembar

observasi. Observasi kegiatan siswa dilakukan untuk mengetahui seberapa

besar peran serta siswa kelas V SD Angkasa dalam mengikuti pembelajaran

Seni Budaya dan Keterampilan. Dari data observasi kegiatan siswa pada

76

siklus II selama dua kali pertemuan (lampiran 29) diperoleh hasil observasi

sebagai berikut:

1) Siswa memperhatikan pembelajaran yang disampaikan guru ketika

menggunakan media audio visual berformat feature.

2) Siswa aktif dalam memainkan salah satu alat musik daerah nusantara yaitu

angklung.

3) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran sangat baik karena merasa

tertarik dengan media pembelajaran yang baru.

4) Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran terutama ketika tugas

kelompok untuk memainkan alat musik angklung sudah baik.

5) Hasrat untuk bertanya siswa tentang materi yang belum dipahami sudah

baik.

6) Kerjasama antar siswa dalam proses pembelajaran kurang baik, siswa

masih belum kompak ketika memainkan alat musik angklung.

7) Kesungguhan siswa mengerjakan tugas individu sudah baik.

8) Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran musik daerah nusantara sudah

baik.

9) Siswa aktif untuk membuat kesimpulan pelajaran yaitu dengan menulis

kesimpulan materi pembelajaran.

10) Kesungguhan siswa dalam mengerjakan evaluasi sudah terlihat baik.

Observasi tidak hanya dilaksanakan pada kegiatan siswa dalam

mengikuti pembelajaran tetapi juga ditujukan pada kinerja peneliti sebagai

guru. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai kinerja peneliti

dalam kesesuaian antara rencana pembelajaran yang disusun dengan

pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan. Dari data observasi kinerja

guru dalam siklus II selama dua kali pertemuan (lampiran 34) diperoleh hasil

sebagai berikut:

1) Guru dalam memulai kegiatan pembelajaran sudah baik.

77

2) Guru sudah melaksanakan jenis kegiatan yang sesuai dengan tujuan,

siswa, situasi dan lingkungan.

3) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam urutan logis dengan

baik.

4) Guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran secara individual,

kelompok atau klasikal dengan baik.

5) Guru menggunakan alat bantu (media) pembelajaran yang sesuai dengan

tujuan, siswa, situasi dan lingkungan yaitu media audio visual berformat

feature.

6) Guru memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan isi

pembelajaran.

7) Guru sudah melakukan penilaian di akhir pembelajaran atau akhir siklus

II.

8) Guru memicu dan memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

9) Guru sudah melakukan keefektifan proses pembelajaran dengan baik.

Selain itu, pada observasi aspek kognitif yaitu kemampuan apresiasi

reseptif musik daerah nusantara dan aspek psikomotor yaitu keterampilan

memainkan salah satu alat musik daerah angklung dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1) Kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara

Observasi pada aspek kognitif yaitu kemampuan apresiasi reseptif musik

daerah nusantara diukur dengan menggunakan tes evaluasi. Berdasarkan

data nilai tes evaluasi siklus II pada lampiran 44, maka dapat dibuat tabel

dan histogram sebagai berikut:

78

Tabel 4.7 Data Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas V

SD Angkasa Siklus II

No Interval Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi) fi.xi Persentase

(%)

Keterangan

1 60 - 64 3 62 186 13,04 Belum Tuntas

2 65 - 69 2 67 134 8,7 Belum Tuntas

3 70 - 74 5 72 360 21,73 Belum Tuntas

4 75 - 79 6 77 462 26,09 Tuntas

5 80 - 84 5 82 410 21,73 Tuntas

6

7

85 - 89

90 - 94

0

2

87

92

0

184

0

8,7

Tuntas

Tuntas

Nilai rata-rata klasikal = 75,39

Presentase ketuntasan = (13 : 23) x 100% = 56,52%

Data di atas dapat disajikan dalam histogram di bawah ini:

Gambar 4.7 Histogram Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas

V SD Angkasa Siklus II

Tabel 4.7 dan gambar 4.7 dapat dijelaskan bahwa nilai kemampuan

apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada siklus II mencapai rata-rata

klasikal sebesar 75,39 dengan nilai tertinggi 94 dan nilai terendah 60.

79

Siswa yang memperoleh nilai 60-64 ada 3 siswa atau 13,04%. Siswa yang

memperoleh nilai 65-69 ada 2 siswa atau 8,7%. Siswa yang memperoleh

nilai 70-74 sebanyak 5 siswa atau 21,73%. Siswa yang memperoleh nilai

75-79 sebanyak 6 siswa atau 26,09%. Siswa yang memperoleh niai 80-84

sebanyak 5 siswa atau 21,73%. Tidak ada siswa yang memperoleh nilai

85-89. Nilai yang paling besar 90-84 ada 2 siswa atau 8,7%. Nilai yang

diperoleh siswa paling banyak, yakni 75-79 sebanyak 6 siswa atau 38,09

%. Jumlah siswa yang memenuhi KKM sebanyak 13 siswa atau 56,52%.

2) Sikap apresiatif musik daerah nusantara

Observasi aspek afektif pada siklus II sama dengan siklus I yaitu tentang

sikap apresiatif musik daerah nusantara. Berdasarkan data nilai sikap

apresiatif musik daerah nnusantara pada siklus II pada lampiran 52, maka

dapat dibuat tabel sebagai berikut:

Tabel 4.8 Data Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siklus II

No Interval Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi) fi.xi

Persentase

(%)

1 2,75 – 2,95 3 2,85 8,55 13,04

2 2,96 – 3,15 14 3,05 42,7 60,87

3 3,16 – 3,35 6 3,25 19,5 26,09

Jumlah 70,75

Nilai rata-rata klasikal 3,08

Data di atas dapat disajikan dalam hhistogram sebagai berikut:

80

Gambar 4.8 Histogram Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara

Siswa Kelas V pada Siklus II

Tabel 4.8 dan gambarr 4.8 dapat dijelaskan bahwa nilai sikap

apresiatif musik daerah nusantara pada siklus II mencapai rata-rata

klasikal sebesar 3,08 dengan nilai tertinggi 3,35 dan terendah 2,75. Siswa

yang memperoleh nilai 2,75-2,95 ada 3 orang siswa atau 13,04%. Siswa

yang memperoleh nilai 2,96-3,15 sebanyak 14 orang siswa atau 60,87%

dan siswa yang memperoleh nilai 3,16-3,35 sebanyak 6 orang atau

26,09%. Siswa yang memperoleh nilai 3,01-4,00 atau nilai dengan sikap

apresiatif tinggi ada 16 siswa atau 69,57%. Jadi nilai rata-rata sikap

apresiatif musik daerah nusantara siswa dengan nilai rata-rata 3,08 sudah

mencapai kategori tinggi tetapi belum ≥75% siswa mencapai nilai dengan

kategori tinggi sehingga belum mencapai indikator kinerja.

3) Keterampilan memainkan alat musik angklung

Observasi aspek psikomotor yaitu keterampilan memainkan salah satu alat

musik daerah nusantara yaitu angklung. Cara mengukurnya yaitu dengan

cara praktek memainkan alat musik angklung. Berdasarkan data nilai

81

keterampilan memainkan alat musik angklung pada lampiran 47, maka

dapat dibuat tabel sebagai berikut:

Tabel 4.9 Data Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung Siswa Kelas V

SD Angkasa Pada Siklus II

No Interval Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi) fi.xi Persentase

(%)

1 2,00 – 2,25 13 2,125 27,625 56,52

2 2,26 – 2,50 1 2,385 2,385 4,35

3 2,51 – 2,75 2 2,635 5,27 8,89

4 2,76 – 3,00 2 2,885 5,77 8,89

5 3,01 – 3,25 5 3,135 15,675 21,74

Nilai rata-rata klasikal = 57,725 : 23 = 2,51

Presentase ketuntasan = (5 : 23) x 100% = 21,74%

Data di atas dapat disajikan dalam histogram di bawah ini:

Gambar 4.9 Histogram Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung

Siswa Kelas V SD Angkasa pada Siklus II

Tabel 4.9 dan gambar 4.9 dapat dijelaskan bahwa nilai

keterampilan memainkan alat musik angklung pada siklus I1 mencapai

rata-rata klasikal sebesar 2,51 dengan nilai tertinggi 3,25 dan nilai

terendah 2,00. Siswa yang memperoleh nilai 2,00-2,25 sebanyak 13

orang. Siswa yamg memperoleh nilai 2,26-2,50 ada 1 orang. Siswa

82

yang memperoleh nilai 2,51-2,75 ada 2 orang. Siswa yang memperoleh

nilai 2,76-3,00 ada 2 orang dan siswa yang memperoleh nilai 3,01-3,25

sebanyak 5 orang . Jadi kemampuan siswa dalam memainkan salah

satu alat musik daerah nusantara pada siklus II sudah meningkat.

Namun, baru mencapai kategori cukup dengan rata-rata 2,51. Padahal

indikator yang akan dicapai adalah keterampilan memainkan alat

musik angklung siswa dengan kategori baik (3,01-4,00) secara klasikal

mencapai ≥75% dari jumlah siswa.

e. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan selama

proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi dengan menganalisis

nilai kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara siswa kelas V SD

Angkasa dan nilai keterampilan memainkan alat musik angklung, kemudian

dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan.

Analisis hasil tindakan siklus II direfleksi sesuai dengan proses

pembelajaran yang dilakukan. Penilaian dari hasil evaluasi untuk mengukur

kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara. Nilai kemampuan

apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada siklus II mencapai rata-rata

73,38 dan siswa yang memenuhi KKM sebanyak 13 siswa atau 56,52%. Nilai

rata-rata sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa mencapai 3,08. Nilai

keterampilan memainkan alat musik angklung pada siklus II secara klasikal

sebesar 2,51 atau termasuk dalam kategori Cukup.

Jika dianalisis dari observasi siswa yang menjadi kendala dalam

pembelajaran yaitu siswa masih kurang berkonsentrasi ketika memainkan alat

musik angklung sehingga siswa kurang kompak ketika memainkan alat musik

angklung. Misalnya waktu ada aba-aba untuk nerhenti masih ada siswa yang

membunyikan alat musik angklung. Hal ini dapat dilihat dari Lembar

Observasi Siswa dalam pembelajaran pada lampiran 29. Selain itu, guru

83

dalam memberikan petunjuk ketika siswa akan memainkan alat musik

angklung juga kurang jelas. Observasi pelaksanaan pembelajaran guru dapat

dilihat pada lampiran 34.

Setelah berdiskusi dengan guru Seni Budaya dan Keterampilan kelas

V, diperoleh simpulan mengenai hal-hal yang menjadi kendala dalam

pembelajaran antara lain:

a) Siswa belum terbiasa memainkan alat musik angklung secara bersama-

sama sehingga konsentrasi siswa kurang dan kurang kompak.

b) Guru kurang jelas ketika memberikan petunjuk kepada siswa ketika akan

memainkan alat musik angklung.

Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disimpulkan refleksi dari

kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran, yakni hasil nilai

kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada siklus II sudah

meningkat tetapi belum mencapai indikator kinerja (75%). Nilai kemampuan

apresiasi musik daerah nusantara siswa yang mencapai ≥75 (KKM) pada siklus I

47,6% dan setelah siklus II menjadi 56,52% dari keseluruhan jumlah siswa. Nilai

keterampilan memainkan alat musik angklung siswa pada siklus I 2,02 dan setelah

siklus menjadi 2,2. Nilai keterampilan memainkan alat musik angklung sudah

mengalami peningkatan tetapi belum memenuhi indicator yaitu 75% siswa

mencapai nilai 3,01-4,00 (kategori baik). Guru dalam menyampaikan petunjuk

dalam memainkan alat musik angklung masih perlu diperbaiki. Oleh karena itu,

peneliti melanjutkan pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan pada siklus

berikutnya, yakni siklus III untuk memperbaiki kekurangan yang muncul pada

siklus II tersebut.

3. Siklus III

Tindakan siklus III dilakukan selama 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan

terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan selama satu

84

minggu yaitu pada tanggal 30 Mei dan 31 Mei 2012. Adapun tahapan-tahapan

yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Hasil penelitian pada siklus II menunjukkan bahwa indikator

ketercapaian belum tercapai. Oleh karena itu, penelitian ini dilanjutkan ke

siklius III. Siklus III dilaksanakan dengan memperbaiki kekurangan-

kekurangan di siklus II. Hasil penelitian siklus II memang sudah meningkat,

tetapi belum memenuhi indikator kinerja. Penelitian di siklus III dilaksanakan

dengan indikator yang sama tetapi lebih menekankan pada memainkan alat

musik angklung dengan tahapan yang sudah disempurnakan. Berikut

perencanaan yang dilakukan:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus III pertemuan ke-1

dan ke-2 dapat dilihat pada lampiran 15. Alokasi waktu setiap pertemuan

adalah 2x35 menit, sehingga dalam satu siklus terdapat alokasi waktu 4x35

menit. Rancangan pelaksanaan pembelajaran yang dibuat mencakup

penentuan: identitas RPP, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,

tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran,

langkah-langkah pembelajan, media dan sumber belajar, dan teknik

penilaian.

2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung

Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran

adalah:

a) Ruang kelas, ruang kelas yang digunakan adalah ruang laboratorium

bahasa.

b) Materi pembelajaran yaitu mendeskripsikan pengertian musik daerah

nusantara, menyebutkan jenis alat musik daerah nusantara berdasarkan

cara memainkannya, menyebutkan daerah asal alat musik daerah

nusantara, dan fungsi sosialnya.

85

c) Mempersiapkan media pembelajaran, yaitu media audio visual

berformat feature, computer, speaker, LCD, dan alat musik daerah

angklung.

d) Menyiapkan Lembar Observasi, RPP siklus III, Lembar Kerja Siswa,

Pelaksanaan Pembelajaran Guru, Lembar Evaluasi untuk mengukur

Kemampuan apresiasi reseptif siswa, Lembar penilaian keterampilan

memainkan alat musik angklung.

b. Pelaksanaan

Setelah rencana tindakan dibuat, dilanjutkan tindakan penelitian

dengan melakukan pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan dengan

menggunakan media audio visual berformat feature untuk meningkatkan

kemampuan apresiasi reseptif, sikap apresiatif, dan keterampilan memainkan

salah satu alat musik daerah nusantara sebagai berikut:

1) Pertemuan pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 30 Mei

2012 dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2x35 menit).

a) Pedahuluan

Sebagai kegiatan awal guru memberikan salam, mengkondisikan kelas,

melakukan doa bersama, melakukan apersepsi yaitu guru menampilkan

media audio visual berformat feature untuk mengingat kembali materi

musik daerah nusantara yang telah dipelajari, orientasi yaitu siswa

menerima penjelasan dari guru mengenai tujuan pembelajaran hari ini,

dan motivasi agar siswa mengetahui manfaat mempelajari materi musik

daerah nusantara sehingga lebih termotivasi untuk mempelajarinya.

Kegiatan pendahuluan berlangsung selama 20 menit. Pada pertemuan

pertama ini semua siswa kelas V masuk dengan jumlah 23 orang siswa.

b) Kegiatan Inti

Kegiatan inti pembelajaran dilaksanakan dengan durasi waktu sekitar 45

menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam kegiatan inti pembelajaran

86

terdapat tiga (3) bentuk tindakan yakni eksplorasi, elaborasi, dan

konfirmasi.

(1) Eksplorasi

Guru menampilkan teks lagu gundul-gundul pacul. Siswa mendapat

pertanyaan dari guru tentang lagu daerah gundul-gundul pacul, “anak-

anak, darimanakah lagu gundul-gundul pacul berasal?”. Kemudian

guru memberikan penjelasan tentang lagu daerah gundul-gundul pacul.

Guru menjelaskan aturan memainkan alat musik angklung dengan

lagu gundul-gundul pacul.

(2) Elaborasi

Pada kegiatan ini, siswa Siswa bersama-sama menyanyikan lagu

gundul-gundul pacul. Setiap kelompok maju ke depan kelas untuk

praktek memainkan lagu gundul-gundul pacul dengan menggunakan

alat musik angklung dan dipandu oleh guru sementara kelompok yang

lain memperhatikan.

(3) Konfirmasi

Guru melakukan tanya jawab tentang materi apresiasi musik daerah

nusantara yang belum dipahami siswa. Guru meluruskan hal yang

belum diketahui siswa.

c) Kegiatan Akhir

Sebagai kegiatan akhir guru dan siswa bersama-sama menyusun

kesimpulan. Siswa memperoleh tidak lanjut berupa arahan atau tugas

untuk pertemuan selanjutnya.

2) Pertemuan kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 31 Mei tahun 2012.

Berikut ini urutan pelaksanaan pembelajaran pada siklus III pertemuan

kedua:

87

a) Pendahuluan

Guru mengkondisikan kelas kemudian melakukan apersepsi dengan

menampilkan video alat musik angklung. Siswa kembali menerima

orientasi dari guru tentang tujuan pembelajaran hari ini. Selanjutnya guru

memberikan motivasi siswa untuk mengetahui manfaat mempelajari

materi apresiasi musik daerah nusantara sehingga lebih termotivasi untuk

mempelajarinya

b) Kegiatan Inti

(1) Eksplorasi

Siswa mengingat kembali lagu daerah gundul-gundul pacul.

Kemudian, siswa mengingat kembali cara memainkan lagu gundul-

gundul pacul dengan alat musik angklung. Guru menjelaskan kembali

cara memainkan lagu gundul-gundul pacul dengan alat musik

angklung.

(2) Elaborasi

Setiap kelompok maju ke depan memainkan lagu gundul-gundul

pacul dengan alat musik angklung. Kelompok yang lain

memperhatikan kelompok yang maju dan memberikan penilaian dan

komentar terhadap kelompok yang maju. Guru melakukan penilaian

keterampilan memainkan alat musik angklung siswa secara

individual.

(3) Konfirmasi

Pada kegiatan ini guru melakukan tanya jawab tentang materi apresiasi

musik daerah nusantara yang belum dipahami siswa. Guru meluruskan

hal yang belum diketahui siswa. Guru memberikan motivasi siswa agar

lebih senang dan semangat dalam memainkan alat musik angklung.

c) Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir diberikan penguatan materi dan siswa diajak membuat

kesimpulan atas materi pembelajaran secara keseluruhan. Kemudian

88

siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu untuk mengetahui

tingkat kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara siswa dan

guru memberikan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau tugas.

c. Observasi

Peneliti melalui pengamat (observer) melakukan pemantauan dalam

pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan

kemampuan apresiasi reseptif, sikap apresiatif, dan keterampilan memainkan

salah satu alat musik daerah nusantara. Dalam tahap ini peneliti mengadakan

kolaborasi dengan guru kelas dalam melaksanakan pemantauan terhadap

pelaksanaan proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan lembar

observasi. Observasi kegiatan siswa dilakukan untuk mengetahui seberapa

besar peran serta siswa kelas V SD Angkasa dalam mengikuti pembelajaran

Seni Budaya dan Keterampilan. Dari data observasi kegiatan siswa pada

siklus III selama dua kali pertemuan (lampiran 30) diperoleh hasil observasi

sebagai berikut:

1) Siswa memperhatikan pembelajaran yang disampaikan guru ketika

menggunakan media audio visual berformat feature.

2) Siswa aktif dalam memaikan salah satu alat musik daerah nusantara yaitu

angklung.

3) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran sangat baik karena merasa

tertarik dengan media pembelajaran yang baru.

4) Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran terutama ketika tugas

kelompok untuk memainkan alat musik angklung sudah baik.

5) Hasrat untuk bertanya siswa tentang materi yang belum dipahami sudah

baik.

6) Kerjasama antar siswa dalam proses pembelajaran sudah baik.

7) Kesungguhan siswa mengerjakan tugas individu sudah baik.

89

8) Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran musik daerah nusantara sudah

baik.

9) Siswa aktif untuk membuat kesimpulan pelajaran yaitu dengan menulis

kesimpulan materi pembelajaran.

10) Kesungguhan siswa dalam mengerjakan evaluasi sudah terlihat baik.

Observasi tidak hanya dilaksanakan pada kegiatan siswa dalam

mengikuti pembelajaran tetapi juga ditujukan pada kinerja peneliti sebagai

guru. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai kinerja peneliti

dalam kesesuaian antara rencana pembelajaran yang disusun dengan

pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan. Dari data observasi kinerja

guru dalam siklus III selama dua kali pertemuan (lampiran 35) diperoleh hasil

sebagai berikut:

1) Guru dalam memulai kegiatan pembelajaran sudah baik.

2) Guru sudah melaksanakan jenis kegiatan yang sesuai dengan tujuan,

siswa, situasi dan lingkungan.

3) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam urutan logis dengan

baik.

4) Guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran secara individual,

kelompok atau klasikal dengan baik.

5) Guru menggunakan alat bantu (media) pembelajaran yang sesuai dengan

tujuan, siswa, situasi dan lingkungan yaitu media audio visual berformat

feature.

6) Guru sudah memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan isi

pembelajaran dengan baik.

7) Guru sudah melakukan penilaian di akhir pembelajaran atau akhir siklus

III.

8) Guru memicu dan memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

9) Guru sudah melakukan keefektifan proses pembelajaran dengan baik.

90

Selain itu, pada observasi aspek kognitif yaitu kemampuan apresiasi

reseptif musik daerah nusantara dan aspek psikomotor yaitu keterampilan

memainkan salah satu alat musik daerah angklung dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1) Kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara

Observasi pada aspek kognitif yaitu kemampuan apresiasi reseptif musik

daerah nusantara diukur dengan menggunakan tes evaluasi. Berdasarkan

data nilai tes evaluasi siklus III pada lampiran 45, maka dapat dibuat tabel

dan histogram sebagai berikut:

Tabel 4.10 Data Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas V

SD Angkasa Pada Siklus III

No Interval Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi) fi.xi

Persentase

(%)

Keterangan

1 57 - 62 1 59,5 59,5 4,35 Belum Tuntas

2 63 - 68 1 65,5 65,5 4,35 Belum Tuntas

3 69 - 74 2 71,5 143 8,7 Belum Tuntas

4 75 - 80 13 77,5 1007,5 56,52 Tuntas

5 81 - 86 1 83,5 83,5 4,35 Tuntas

6

7

87 - 92

93 - 98

2

3

89,5

95,5

179

286,5

8,7

13,04

Tuntas

Tuntas

Nilai rata-rata klasikal = 79,32

Presentase ketuntasan = (19 :23) x 100% = 82,61%

Data di atas dapat disajikan dalam histogram di bawah ini:

91

Gambar 4.10 Histogram Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas

V SD Angkasa Siklus III

Tabel 4.10 dan gambar 4.10 dapat dijelaskan bahwa nilai

kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada siklus II

mencapai rata-rata klasikal sebesar 79,32 dengan nilai tertinggi 98 dan

nilai terendah 57. Siswa yang memperoleh nilai 57-62 ada 1 siswa atau

4,35%. Siswa yang memperoleh nilai 63-68 ada 1 siswa atau 4,35%.

Siswa yang memperoleh nilai 69-74 ada 2 siswa atau 13,04%. Siswa yang

memperoleh nilai 75-80 sebanyak 13 siswa atau 52,17%. Siswa yang

memperoleh niai 81-86 ada 1 siswa atau 4,35%. Siswa yang memperoleh

nilai 87-92 ada 2 siswa atau 8,7%. Nilai yang paling besar 93-98 ada 3

siswa atau 13,04%. Nilai yang diperoleh siswa paling banyak, yakni 75-80

sebanyak 13 siswa. Jumlah siswa yang memenuhi KKM sebanyak 19

siswa atau 82,61%.

2) Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa

Setelah siklus III dilakasanakan, langsung diadakan observasi aspek

afektif dengan menggunakan angket untuk mengukur sikap apresiatif

musik daerah nusantara siswa kelas V SD Angkasa Colomadu.

92

Berdasarkan data nilai sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa

sesudah dilakukan tindakan (lihat lampiran 50), maka dapat dibuat tabel

sebagai berikut:

Tabel 4.11 Data Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa

Sesudah Tindakan

No Interval Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi) fi.xi

Persentase

(%)

1 2,95 – 3,05 8 3,00 24 34,78

2 3,06 – 3,15 5 3,10 15,5 21,74

3 3,16 – 3,25 4 3,20 12,8 17,39

4 3,26 – 3,35 5 3,30 16,5 21,74

5 3,36 – 3,45 1 3,40 3,4 4,35

Nilai rata-rata klasikal = 72,2 : 23 = 3,14

Presentase ketuntasan = (20 : 23) x 100% = 86,96%

Tabel nilai sikap apresiatif musik daerah nusantara pada siswa

kelas V sesudah menggunakan media audio visual berformat feature

dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:

Gambar 4.11 Histogram Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siklus III

93

Tabel 4.11 dan histogram di atas dapat dijelaskan bahwa nilai

sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa mencapai rata-rata klasikal

sebesar 3,14. Siswa yang memperoleh nilai 2,95-3,05 sebanyak 8 orang.

Siswa yang mendapat nilai 3,06-3,15 sebanyak 5 orang. Siswa yang

mendapat nilai 3,16-3,25 ada 4 orang. Siswa yang mendapat nilai 3,26-

3,35 sebanyak 5 orang dan siswa yang mendapat 3,36-3,45 hanya 1

orang. Sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa mencapai rata-rata

sebesar 3,14 sehingga masuk dalam kategori tinggi. Jadi dengan 20 orang

siswa memperoleh nilai sikap apresiatif tinggi menandakan bahwa ≥75%

siswa sudah mencapai indikator kinerja.

3) Keterampilan memainkan alat musik angklung

Observasi aspek psikomotor yaitu keterampilan memainkan salah satu alat

musik daerah nusantara yaitu angklung. Cara mengukurnya yaitu dengan

cara praktek memainkan alat musik angklung. Berdasarkan data nilai

keterampilan memainkan alat musik angklung pada lampiran 48, maka

dapat dibuat tabel sebagai berikut:

Tabel 4.12 Data Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung Siswa Kelas

V SD Angkasa Pada Siklus III

No Interval Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi) fi.xi

Persentase

(%)

1 2,25 – 2,59 2 2,35 4,7 8,69

2 2,60 – 2,94 2 2,72 5,44 8,69

3 2,95 – 3,29 6 3,07 18,42 26,09

4 3,30 – 3,64 5 3,42 17,1 21,74

5 3,65 – 4,00 8 3,77 30,16 34,78

Nilai rata-rata klasikal = 75,82 : 23 = 3,29

Presentase ketuntasan = (18 : 23) x 100% = 78,26%

94

Data di atas dapat disajikan dalam histogram di bawah ini:

Gambar 4.12 Histogram Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung

Siswa Kelas V SD Angkasa pda Siklus III

Tabel 4.12 dan gambar 4.12 dapat dijelaskan bahwa nilai

keterampilan memainkan alat musik angklung pada siklus III mencapai

rata-rata klasikal sebesar 3,23 dengan nilai tertinggi 4,00 dan nilai

terendah 2,25. Siswa yang memperoleh nilai 2,25-2,59 ada 2 orang. Siswa

yang memperoleh nilai 2,60-2,94 ada 2 orang siswa. Siswa yang

memperoleh nilai 2,95-3,29 sebanyak 6 orang. Siswa yang memperoleh

nilai 3,30-3,64 sebanyak 5 orang dan siswa yang mendapat nilai 3,65-4,00

sebanyak 8 orang. Jadi keterampilan siswa dalam memainkan salah satu

alat musik daerah nusantara pada siklus III dengan kategori baik (3,01-

4,00) sudah mencapai 78,26% sehingga sudah mencapai indikator kinerja

yaitu mencapai ≥75%.

d. Refleksi

Setelah siklus III dilaksanakan dan diobservasi selanjutnya

dianalisis dan direfleksikan. Kegiatan pada siklus III dari aspek

95

kemampuan apresiasi musik daerah nusantara, sikap apresiatif siswa, dan

keterampilan memainkan alat musik angklung sudah meningkat. Guru

dalam melaksanakan pembelajaran juga semakin membaik dan maksimal

baik dari persiapan dan pelaksanaannya. Kegiatan siswa dalam

pembelajaran juga semakin meningkat hal ini terlihat dari lembar

observasi siswa .

Hasil analisis dari aspek kognitif yang merupakan nilai

kemampuan apresiasi musik daerah nusantara siswa kelas V pada siklus

III meningkat dengan jumlah siswa yang mencapai KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimal) ≥75 sebanyak 19 siswa atau 82,61% dari 23 siswa.

Sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa dari aspek afektif

meningkat dengan jumlah siswa 20 atau 86,96% yang mendapat kategori

sikap apresiatif tinggi. Sedangkan keterampilan siswa memainkan alat

musik angklung dari aspek psikomotorik mencapai 78,26% atau 18 siswa

dari jumlah 23 siswa yang mendapat nilai dengan kategori baik.

Atas dasar hasil dan analisis di atas, maka pembelajaran apresiasi

musik daerah nusantara pada siswa kelas V SD Angkasa Colomadu

dengan penggunaan media audio visual berformat feature yang

dilaksanakan pada siklus III dikatakan berhasil karena sudah mencapai

indikator yang ditetapkan. Oleh karena itu, penelitian ini tidak dilanjutkan

ke siklus berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaaan media

audio visual berformat feature dapat meningkatkan kemampuan apresiasi

reseptif musik daerah nusantara pada siswa kelas V SD Angkasa

Colomadu Kabupaten Karanganyar tahun ajaran 2011/2012.

96

C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus

Hasil tindakan tiap siklus telah dideskripsikan dan dipaparkan pada

pembahasan sebelumnya. Berdasarkan hasil deskripsi tiap siklus ditemukan adanya

perubahan hasil tindakan tiap siklus. Perubahan yang terjadi dapat diketahui dari hasil

tindakan berikut ini:

1. Hasil Peningkatan Kemampuan Apresiasi Reseptif Musik Daerah

Nusantara Siswa Kelas V SD Angkasa

Berdasarkan hasil deskripsi pada prasiklus, siklus I, siklus II, dan siklus

III, kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara siswa mulai dari

prasiklus hingga siklus III selalu mengalami peningkatan. Hal ini dapat

dibuktikan dari perbandingan hasil nilai evaluasi yang digunakan untuk

mengukur kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara siswa

antarsiklus pada tabel 4.13 berikut ini:

Tabel 4.13 Data Peningkatan Kemampuan Apresiasi Reseptif Musik Daerah

Nusantara Siswa Kelas V SD Angkasa

No Kemampuan

Apresiasi Reseptif Prasiklus

Setelah Tindakan

Siklus I Siklus II Siklus III

1 Rata-rata 67,2 71,64 75,39 79,32

2 Nilai Tertinggi 83 94 94 98

3 Nilai Terendah 53 43 60 62

Peningkatan nilai rata-rata hasil nilai kemampuan apresiasi reseptif musik

daerah nuantara, nilai tertinggi dan nilai terendah siswa kelas V SD pada tabel

4.13 tersebut dapat disajikan ke dalam histogram pada gambar 4.13 berikut ini:

97

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Prasiklus Siklus I Siklus II Siklus III

N

i

l

a

i

Tindakan

Rata-rata

Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

Gambar 4.13 Histogram Peningkatan Kemampuan Apresiasi Reseptif Musik

Daerah Nusantara Siswa Kelas V SD Angkasa

Tabel 4.13 dan gambar 4.13 di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata

keterampilan membaca cerita anak mengalami peningkatan. Nilai rata-rata

kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara siswa pada kondisi awal

sebelum tindakan adalah 67,2. Pada siklus I mengalami peningkatan yaitu nilai

rata-rata kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara siswa menjadi

71,64. Pada siklus II nilai rata-rata rata kemampuan apresiasi reseptif musik

daerah nusantara siswa menjadi 75,39. Pada pelaksanaan terakhir siklus III nilai

rata-rata kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara siswa adalah 79,32.

Nilai tertinggi pada tiap siklus terjadi peningkatan, sedangkan untuk nilai terendah

pada setiap siklus naik turun.

Selain kenaikan pada rata-rata nilai, jumlah siswa yang mencapai ≥ KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimal) juga mengalami peningkatan. Secara garis besar

perbandingan antara jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar apresiasi

musik daerah nusantara pada kondisi awal sebelum tindakan, siklus I, siklus II,

dan siklus III ditunjukkan pada tabel 4.14:

98

Tabel 4.14 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Apresiasi Musik Daerah Nusantara

Siswa Kelas V SD Angkasa Colomadu Prasiklus, Siklus I, Siklus II,

dan Siklus III

No Ketuntasan

Kondisi Awal Siklus I Siklus II Siklus III

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Tuntas 7 30,43 10 47,62 13 56,52 19 82,61

2 Tidak Tuntas 16 69,47 11 53,38 10 43,48 4 17,39

Hasil rekapitulasi di atas dapat diketahui bahwa nilai ketuntasan belajar

apresiasi reseptif musik daerah nusantara terdapat peningkatan yang signifikan.

Pada kondisi awal jumlah ketuntasan siswa sebanyak 7 anak atau 30,43%. Pada

siklus I meningkat menjadi 10 siswa atau 47,62%. Siswa meningkat lagi menjadi

13 siswa atau 56,52% pada siklus II. Pada siklus III jumlah siswa yang tuntas

meningkat lagi mencapai 19 siswa atau 82,61%. Data rekapitulasi ketuntasan

belajar siswa dari prasiklus sampai dengan siklus III dapat disajikan pada gambar

4.14:

99

Gambar 4.14 Histogram Ketuntasan Belajar Apresiasi Reseptif Musik Daerah

Nusantara Siswa Kelas V SD Angkasa Colomadu

2. Hasil Peningkatan Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa Kelas V

SD Angkasa

Pengukuran sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa seperti yang

telah dibahas sebelumnya, dilakukan sebelum dilakukan tindakan (sebelum

penggunaan media audio visual berformat feature) atau prasiklus dan dilakukan

setelah dilakukan tindakan. Hasil pengukuran sikap apresiatif musik daerah

nusantara yang dilakukan mengalami peningkatan. Sebelum dilakukan tindakan,

tidak ada siswa yang mencapai nilai sikap apresiatif musik daerah nusantara

siswa dengan kategori sikap apresiatif tinggi. Kemudian setelah dilakukan

tindakan pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 10 orang siswa atau

47,62%. Pada siklus II meningkat menjadi 16 orang siswa yang mencapai nilai

dengan kategori sikap apresiatif tinggi. Dan pada siklus terakhir yaitu siklus III

sebanyak 20 orang siswa atau 86,96% yang mencapai nilai sikap apresiatif tinggi.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.15 Hasil Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa Kelas V

SD Angkasa Colomadu

No Nilai Sikap

Apresiatif Siswa

Jumlah Siswa Kategori Sikap

Apresiatif Tinggi

Presentase

1 Sebelum tindakan 0 0%

2 Siklus I 10 47,62%

3 Siklus II 16 69,57%

4 Siklus III 20 86,96%

Tabel 4.15 dapat disajikan palam bentuk histogram sebagai berikut:

100

Gambar 4.15 Histogram Hasil Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara

Sebelum Tindakan dan Sesudah Tindakan

3. Hasil Peningkatan Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung Siswa

Kelas V SD Angkasa

Nilai keterampilan memainkan alat musik angklung dihasilkan siswa juga

terjadi adanya perubahan baik dari rata-rata maupun jumlah siswa yang mencapai

kriteria baik (3,01-4,00) tiap siklusnya. Pada siklus I rata-rata nilai keterampilan

memainkan alat musik angklung mencapai 2,02. Pada siklus II terjadi peningkatan

menjadi 2,41. Dan pada siklus terakhir yaitu siklus II rata-rata nilai keterampilan

memainkan alat musik angklung menjadi 3,71. Untuk perubahan jumlah siswa

yang mencapai indikator yaitu siswa yang mendapat nilai dengan kategori baik (

3,01-4,00) dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut ini:

Tabel 4.16 Rekapitulasi Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung

Siswa Kelas V SD Angkasa Colomadu

No Keterampilan Memainkan

Angklung

Jumlah Siswa yang

Mencapai Indikator

Presentase

%

1 Pra Siklus 0 0

2 Siklus I 2 9,52

3 Siklus II 5 21,74

4 Siklus III 18 78,26

101

`Peningkatan nilai keterampilan memainkan alat musik angklung siswa

yang memperoleh nilai dengan kategori baik (3,01-4,00) dapat disajikan pada

gambar 4.16:

Gambar 4.16 Histogram Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung Siswa

Kelas V SD Angkasa Colomadu

Hasil pada tabel 4.16 dan gambar 4.16 dapat dijelaskan bahwa presentase siswa

yang memperoleh nilai keterampilan memainkan alat musik angklung yang

mencapai indikator mengalami peningkatan yang signifikan. Pada siklus I siswa

yang mencapai indikator ada 9,52% atau 2 siswa. Kemudian pada siklus II siswa

yang mencapai indikator mencapai 21,74% atau 5 siswa. Dan pada siklus terakhir

mencapai 78,26% atau 18 siswa.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Sehubungan dengan penelitian yang telah dilaksanakan dan diperoleh hasil

penelitian yang telah dipaparkan pada perbandingan antarsiklus, hasil penelitian

tersebut dapat menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan dan diperoleh

adanya temuan baru yakni sebagai berikut:

102

1. Kemampuan Apresiasi Reseptif Musik Daerah Nusantara Siswa Kelas V SD

Angkasa Colomadu

Penggunaan media audio visual berformat feature dalam pembelajaran

Seni Budaya dan Keterampilan tentang apresiasi musik daerah nusantara dapat

meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara.

Peningkatan ini dapat dilihat pada tabel 4.13 dan tabel 4.14.

Kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara siswa dikatakan

tuntas apabila mencapai nilai ≥75. Pada kondisi awal jumlah ketuntasan siswa

sebanyak 7 anak atau 30,43%. Pada siklus I meningkat menjadi 10 siswa atau

47,62%. Siswa meningkat lagi menjadi 13 siswa atau 56,52% pada siklus II.

Pada siklus III jumlah siswa yang tuntas meningkat lagi mencapai 19 siswa atau

82,61%. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru setelah menggunakan media

audio visual berformat feature (lampiran 23), guru mengungkapkan bahwa

penggunaan media audio visual berformat feature membuat siswa lebih tertarik

dan memperhatikan dalam pembelajaran sehingga kemampuan apresiasi reseptif

siswa meningkat. AS Haris Sumadiria (2006) mengemukakan bahwa feature

adalah salah satu dasar dari suatu program televisi yang berbentuk kemasan

audio visual yang memberikan penjelasan secara mendalam, menarik,

menyentuh perasaan dan penuturan rangkaian fakta disajikan secara naratif. Pada

karya feature seberat apa pun materi yang diangkat, khalayak pembaca,

pendengar, atau pemirsa akan menikmatinya seringan menyentuh balon gas.

Sebagai pedoman dasar, maka apa pun pesan, uraian, atau cerita yang disajikan

dalam feature haruslah merupakan fakta objektif. Sehingga benar bahwa media

audio visual berformat feature dapat meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif

musik daerah nusantara.

Dengan adanya peningkatan kemampuan apresiasi reseptif musik daerah

nusantara berarti penggunaan media audio visual berformat feature sangat tepat

digunakan pada pembelajaran apresiasi musik daerah nusantara mata pelajaran

Seni Budaya dan Keterampilan.

103

2. Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa Kelas V SD Angkasa

Colomadu

Sebelum diadakan tindakan, hasil wawancara dengan siswa (lampiran 23)

diketahui bahwa siswa kurang suka dengan pembelajaran apresiasi musik daerah

nusantara. Hal ini dikarenakan guru sering menggunakan metode ceramah dan

belum menggunakan media pembelajaran dengan baik sehingga siswa menjadi

bosan dalam pembelajaran. Berdasarkan nilai angket sikap apresiatif yang

dilakukan sebelum tindakan (lampiran 52), sebanyak 18 orang siswa memperoleh

nilai dengan kategori sikap apresiatif rendah. Seperti yang telah dijelaskan pada

tabel 4.15, sebelum dilakukan tindakan tidak ada siswa yang memperoleh nilai

sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa dengan kategori sikap apresiatif

tinggi. Kemudian setelah dilakukan tindakan pad asiklus I mengalami

peningkatan menjadi 10 orang siswa atau 47,62%. Pada siklus II menjadi 16

siswa yang memperoleh nilai sikap apresiatif tinggi atau 69,57%. Dan pada

siklus III mengalami peningkatan menjadi 20 orang siswa atau 86,96%. Sesuai

dengan indikator yang telah ditetapkan yaitu ≥75% siswa memperoleh nilai sikap

apresiatif dengan kategori baik (3,01-4,00). AS Haris Sumadiria (2006)

mengemukakan bahwa feature adalah salah satu dasar dari suatu program televisi

yang berbentuk kemasan audio visual yang memberikan penjelasan secara

mendalam, menarik, menyentuh perasaan dan penuturan rangkaian fakta

disajikan secara naratif. Sehingga hal ini berarti penggunaan media audio visual

berformat feature dapat meningkatkan sikap apresiatif musik daerah nusantara

pada siswa kelas V SD Angkasa Colomadu.

3. Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung

Nilai keterampilan memainkan alat musik angklung yang dihasilkan

siswa terjadi peningkatan baik dari rata-rata maupun jumlah siswa yang

mencapai kriteria baik (3,01-4,00) tiap siklusnya. Sebleum dilakukan tindakan

tidak ada siswa yang dapat memainkan alat musik angklung dengan kategori

baik. Pada siklus I rata-rata nilai keterampilan memainkan alat musik angklung

104

mencapai 2,02. Pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 2,41. Dan pada siklus

terakhir yaitu siklus III rata-rata nilai keterampilan memainkan alat musik

angklung menjadi 3,71. Hasil dapat dilihat pada tabel 4.16 yang dapat dijelaskan

bahwa presentase siswa yang memperoleh nilai keterampilan memainkan alat

musik angklung yang mencapai indikator mengalami peningkatan yang

signifikan. Pada siklus I siswa yang mencapai indikator ada 9,52% atau 2 siswa.

Kemudian pada siklus II siswa yang mencapai indikator mencapai 21,74% atau 5

siswa. Dan pada siklus terakhir mencapai 78,26% atau 18 siswa.

Sehingga penggunaan media audio visual berformat feature dapat

meningkatkan keterampilan memainkan alat musik angklung siswa kelas V SD

Angkasa Colomadu Kabupaten Karanganyar.

105

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga

siklus selama enam kali pertemuan, maka dapat ditarik simpulan bahwa

pembelajaran apresiasi musik daerah nusantara mata pelajaran Seni Budaya dan

Keterampilan pada siswa kelas V SD Angkasa Colomadu dengan menggunakan

media audio visual berformat feature dapat meningkatkan:

1. Kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada siswa kelas V SD

Angkasa Colomadu. Peningkatan tersebut dapat dibuktikan dengan

meningkatnya jumlah siswa yang mencapai nilai ≥75 (KKM). Pada kondisi awal

jumlah ketuntasan siswa sebanyak 7 anak atau 30,43%. Pada siklus I meningkat

menjadi 10 siswa atau 47,62%. Siswa meningkat lagi menjadi 13 siswa atau

56,52% pada siklus II. Pada siklus III jumlah siswa yang tuntas meningkat lagi

mencapai 19 siswa atau 82,61%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media

audio visual berformat feature dapat meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif

musik daerah nusantara pada siswa kelas V SD Angkasa Colomadu Kabupaten

Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012.

2. Sikap apresiatif musik daerah nusantara pada siswa kelas V SD Angkasa

Colomadu. Peningkatan sikap apresiatif musik daerah nusantara dapat dibuktikan

dari nilai angket sikap apresiatif musik daerah nusantara yang dilakukan sebelum

dan sesudah tindakan. Sebelum dilakukan tindakan tidak ada siswa yang

memperoleh nilai sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa dengan kategori

sikap apresiatif tinggi. Kemudian setelah dilakukan tindakan pada siklus I

mengalami peningkatan menjadi 10 orang siswa atau 47,62%. Pada siklus II

meningkat lagi menjadi 16 orang siswa atau 69,57% dan pada siklus III mencapai

20 orang siswa atau 86,96% memperoleh nilai sikap apresiatif dengan kategori

tinggi. Dengan demikian, penggunaan media audio visual berformat feature

105

106

dapat meningkatkan sikap apresiatif musik daerah nusantara pada siswa kelas V

SD Angkasa Colomadu Kabupaten Karanganyar.

3. Keterampilan memainkan alat musik angklung siswa kelas V SD Angkasa

Colomadu. Peningkatan tersebut dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan

nilai keterampilan memainkan alat musik angklung setiap siklusnya. Sebelum

diadakan tindakan keterampilan memainkan alat musik siswa tergolong rendah

dan masih perlu diperbaiki. Pada siklus I rata-rata nilai keterampilan memainkan

alat musik angklung mencapai 2,02. Pada siklus II terjadi peningkatan menjadi

2,41. Pada siklus terakhir yaitu siklus III rata-rata nilai keterampilan memainkan

alat musik angklung menjadi 3,71. Selain itu, Pada siklus I siswa yang mencapai

indikator ada 9,52% atau 2 orang siswa. Kemudian pada siklus II siswa yang

mencapai indikator menjadi 21,74% atau 5 orang siswa. Pada siklus terakhir

mencapai 78,26% atau 18 siswa. Berdasarkan peningkatan tersebut maka

penggunaan media audio visual berformat feature dapat meningkatkan

keterampilan memainkan alat musik angklung pada siswa kelas V SD Angkasa

Colomadu Tahun 2011/2012.

B. Implikasi

Penggunaan media audio visual berformat feature dalam pembelajaran

apresiasi musik daerah nusantara terbukti dapat meningkatkan kemampuan apresiasi

reseptif musik daerah nusantara, sikap apresiatif musik daerah nusantara, dan

keterampilan memainkan alat musik angklung pada siswa kelas V SD Angkasa

Colomadu Kabupatenn Karanganyar tahun ajaran 2011/2012. Hal ini dibuktikan

dengan adanya simpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan implikasi teoretis dan

implikasi praktis hasil penelitian, yaitu sebagai berikut:

107

1. Implikasi Teoretis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan penggunaan media audio

visual berformat feature dapat meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif musik

daerah nusantara, sikap spresiasi reseptif musik daerah nusantara, dan

keterampilan memainkan alat musik angklung sebagai salah satu alat musik daerah

nusantara pada siswa kelas V Angkasa Colomadu Kabupaten Karangayar tahun

ajaran 2011/2012. Hal ini menunjukkan bahwa secara teoritis hasil penelitian ini

dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk menggunakan media audio visual

berformat feature dalam pembelajaran seni budaya dan keterampilan pada materi

yang sesuai.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon

guru dalam upaya meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif musik daerah

nusantara, sikap apresiatif musik daerah nusantara, dan keterampilan memainkan

alat musik angklung sebagai salah satu alat musik daerah nusantara dengan

memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran yaitu: penggunaan

model, metode dan media pembelajaran yang tepat, efektif, dan efisien.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan masukan dan uraian penutup skripsi yaitu:

1. Bagi Sekolah

Sekolah sebaiknya meningkatkan kualitas tenaga pendidiknya dengan

mengadakan pelatihan bagi guru agar dapat membuat media sendiri dalam

mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran, khususnya pada pembuatan media

audio visual berformat feature. Kualitas tenaga pendidik yang lebih baik akan

108

berpengaruh pada kualitas pembelajaran, karena pastinya akan terdapat inovasi

dan variasi dalam penerapan strategi/pendekatan pembelajaran dan tujuan

pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

2. Bagi Guru

a. Guru hendaknya menggunakan media pembelajaran yang tepat dalam proses

pembelajaran karena media merupakan penjembatan untuk lebih

memperjelas materi sehingga siswa akan lebih mudah untuk mempelajarinya

dan tidak bosan dengan pembelajaran yang hanya ceramah saja.

b. Guru hendaknya berusaha meningkatkan kompetensi profesionalnya dalam

merancang proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan agar pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa.

Pembelajaran yang proses pembelajarannya sudah baik maka hasilnyapun

juga akan baik dan sebaliknya jika proses pembelajarannya kurang baik

maka hasil dari pembelajaran itu bisa dipastikan juga kurang baik.

c. Guru sebaiknya mengupayakan tindak lanjut pada penggunaan media audio

visual berformat feature. Karena seiring dengan perkembangan jaman,

media audio visual memang berperan sangat penting dimana informasinya

mudah diserap, ditiru, dan dipelajari oleh siswa.

3. Bagi Siswa

a. Siswa hendaknya lebih ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan

rajin belajar sehingga dapat memahami materi ajar dan memperoleh hasil

yang maksimal.

b. Siswa hendaknya lebih mencintai musik daerah nusantara sebagai wujud

apresiasi musik daerah nusantara karena Indonesia sangat kaya akan musik

daerah nusantara yang ternyata juga tidak kalah dengan alat musik luar

negeri. Buktinya banyak orang luar negeri yang ingin mempelajari musik

daerah nusantara dan pertunjukkan musik nusantara telah sering dilakukan di

luar negeri.

109

4. Bagi Penulis

Penulis yang telah meciptakan media audio visual berformat feature

sebagai media pembelajaran materi musik daerah nusantara pada mata pelajaran

Seni Budaya dan Keterampilan selanjutnya diharapkan untuk lebih

mengembangkan media audio visual berformat feature dengan materi-materi

yang lain dan tidak hanya pada Seni Budaya dan Keterampilan saja melainkan

pada mata pelajaran yang lain agar bermanfaat bagi dunia pendidikan.