Upload
tiofanny
View
34
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Fraud
Citation preview
MatakuliahFraud and Forensic Accounting
Dosen: Gugus Irianto, SE. MSA. Akt. PhD. CA. CSRS
-Notes-Ftorensic Accounting and Fraud
Examination
Learning Experiences (Pengalaman Pembelajaran), Refleksi dan
Transformasi Diri (Reflection and Self Transformation)
Nama : Annisha Fitri Purnamasari
NIM : 125020300111017
Kelas : CD
Hari, Jam : Senin, jam ke-2
Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas BrawijayaApakah Fraud (kecurangan) itu?
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) - PSA No.
70 seksi 316.2 paragraf 4
Fraud (kecurangan) adalah salah saji atau penghilangan secara
sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk
mengelabuhi pemakai laporan keuangan.
Menurut International Standard Auditing (ISA)
“Fraud – An intentional act by one or more individuals among
management, those charged with governance, employees, or third
parties, involving the use of deception to obtain an unjust or illegal
advantage.”
Fraud adalah tindakan yang disengaja oleh satu atau lebih individu
antara manajemen, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,
karyawan, atau pihak ketiga, yang melibatkan penggunaan
penipuan untuk memperoleh keuntungan yang tidak adil atau
illegal.
Menurut Statement on Auditing Standads (SAS) 99
Fraud adalah suatu tindakan disengaja yang menyebabkan
kesalahan dalam laporan keuangan. Ada dua tipe fraud yaitu:
memberikan informasi yang salah dalam laporan keuangan dan
menyalahgunakan aset.
Tipologi Fraud
Association of Certified Fraud Examiners (“ACFE”) di
Amerika serikat menyusun peta mengenai fraud. Peta ini berbentuk
pohon, dengan cabang dan ranting. Tiga cabang utama dari fraud
tree ini adalah Corruption, Asset misappropriation dan fraudulent
statement. Turunannya lebih jauh dapat dilihat dalam gambar
dibawah.
Ada enam ranting yang muncul dari cabang corruption.
Bandingkan ini dengan 30 (tiga puluh) jenis tindak pidana korupsi
dalam ketentutan perundang-undangan Indonesia. Cabang kedua
adalah Asset Misappropriation yang dapat diartikan secara bebas
sebagai penjarahan kekayaan perusahaan atau lembaga. Kita bisa
membayangkan banyaknya jenis fraud dalam cabang ini, mulai dari
pencurian uang secara terbuka (larceny), pencurian dan
penyalahgunaan (misuse) harta lembaga, sampai pada larceny
secara tidak langsung (rekening bank atas nama pejabat). Cabang
ketiga (Fraudulent Statement) merupakan fraud yang dilakukan
dengan menggunakan cara-cara akuntansi seperti earning
managemen dan, windows dressing. Kasus Enron merupakan
contoh nyata dari tipe Fraud ini.
Sedangkan Delf (2004) menambahkan satu lagi tipologi fraud yaitu
cybercrime. Ini jenis fraud yang paling canggih dan dilakukan oleh
pihak yang mempunyai keahlian khusus yang tidak selalu dimiliki
oleh pihak lain. Cybercrime juga akan menjadi jenis fraud yang
paling ditakuti di masa depan dimana teknologi berkembang
dengan pesat dan canggih.
Siapa saja yang bisa melakukan Fraud?
Sangat penting untuk mengerti tentang karakteristik dari
pelaku fraud, karena mereka kelihatan seperti orang yang memiliki
sifat atau perangai yang dicari oleh perusahaan dalam mencari
karyawan, mencari konsumen, dan memilih pemasok. Pengetahuan
ini membantu kita untuk mengerti bahwa (1) kebanyakan pegawai,
konsumen, pemasok, dan partner bisnis memiliki kesesuaian atau
cocok dengan karakteristik yang dimiliki oleh pelaku fraud dan
memiliki kemampuan untuk terlibat dalam fraud, (2) sangat sulit
untuk memprediksi apa yang menyebabkan pegawai, pemasok,
klien, dan konsumen akan menjadi tidak jujur.
Segitiga Fraud
Berikut adalah tiga elemen penting
mengapa orang melakukan fraud:
1. Elemen Pertama: Tekanan
Tekanan dibagi menjadi empat
tipe, yaitu:
a. Tekanan financial (keuangan)
Tekanan keuangan umumnya terkait dengan fraud yang
menguntungkan pelaku secara langsung termasuk
beberapa hal berikut:
- Sifat serakah
- Hidup diatas rata-rata gaya hidup orang-orang
pada umumnya
- Tagihan yang tinggi atau utang pribadi
- Kredit yang tidak menguntungkan
- Kerugian keuangan secara pribadi
- Kebutuhan keuangan yang tidak terduga
b. Tekanan untuk melakukan perbuatan jahat
Permasalahan yang terkait erat dengan tekanan
keuangan adalah motivasi yang timbul oleh adanya
tekanan untuk melakukan perbuatan jahat, seperti: judi,
obat-obatan terlarang, alcohol, dan hubungan diluar
pernikahan yang cukup mahal. Contoh tekanan untuk
melakukan perbuatan jahat ini memotivasi seseorang
untuk melakukan fraud.
c. Tekanan terkait pekerjaan
Tekanan keuangan dan tekanan untuk melakukan
perbuatan jahat memotivasi sebagian besar tindakan
fraud, beberapa orang melakukan fraud bahkan
terhadap atasan mereka sendiri atau orang lain. Faktor-
faktor seperti sedikitnya pengakuan terhadap kinerja,
adanya perasaan tidak puas terhadap pekerjaan,
ketakutan akan kehilangan pekerjaan, keinginan
mendapat promosi dan merasa tidak dibayar
semestinya.
d. Tekanan lainnya
2. Elemen Kedua: Kesempatan
Setidaknya ada enam faktor utama yang dapat
meningkatkan kesempatan bagi individu-individu untuk
dapat terlibat dalam tindakan fraud, yaitu: (1)Kurangnya
pengendalian yang mengitari untuk dapat mencegah atau
mendeteksi adanya perilaku fraud/fraud,
(2)Ketidakmampuan untuk menilai kualitas dari performa
kinerja, (3)Gagal untuk mendisiplinkan pelaku fraud,
(4)Kurangnya akses informasi, (5)Ketidakmampuan, ketidak
cakapan serta sikap apatis dan (6)Kurangnya jejak audit.
3. Elemen Ketiga: Rasionalisasi
Rasionalisasi maksudnya pelaku fraud meyakinkan diri
mereka sendiri bahwa fraud tersebut diperbolehkan dengan
berbagi argumentasi yang mereka berikan. beberapa
rasionalisasi yang biasanya digunakan oleh para pelaku
fraud, yaitu: ‘perusahaan meminjamkannya padaku’; ‘aku
hanya meminjam, nanti akan kukemablikan lagi’; ‘tidak ada
orang yang terluka’; ‘aku pantas mendapatkan lebih’; ‘ini
untuk tujuan baik’; ‘kami akan memperbaiki pencatatan
secepatnya setelah kesulitan ekonomi kami selesai’;
‘sesuatu harus dikorbankan, entah tiu integritasku atau
reputasiku’.
REFLEKSI DAN TRANSFORMASI DIRI
KEBAIKAN BERDASARKAN TEKANAN, KESEMPATAN,
RASIONALISASI DAN KAPABILITAS
Kebaikan didasari tekanan? Sepertinya
saya belum pernah mendengar
sesorang berbuat baik berdasarkan tekanan. Kalau dia berbuat baik
karena tekanan berarti kebaikan seperti adalah kebaikan yang dipaksakan
atau tidak ikhlas. Kalau saya ganti kata “tekanan” ini mungkin saya ganti
menjadi kata “kewajiban” ya kita melakukan kebaikan karena itulah yang
diajarkan oleh Agama saya, khususnya Islam seperti yang tertulis di Al-
Quran “Berbuat baiklah kamu sebagaimana Allah telah berbuat baik
padamu” maka berbuat kebaikan disini adalah baik ke antar sesama
makhluk Allah baik manusia atau makhluk hidup lainnya. Karena ini
adalah kodrat kita sebagai manusia yang menjadi hambaNya. Kebaikan
bisa dibilang adalah suatu ibadah. Tidak perlu dipertanyakan lagi alasan
kita berbuat baik karena semua jawaban atas kebaikan yang kita berbuat
akan kembali kepada diri kita sendiri yaitu di hari pertimbangan nanti. Baik
kebaikan yang mungkin hanya sebatas niat atau pun sudah dilakukan
berdasarkan keikhlasan sesuai dengan ajaranNya akan dicatat dan
menjadi amal penolong kita nanti.
Kebaikan didasari kesempatan? seperti fraud didasari
kesempatan yang masih berkesinambungan dengan elemen tekanan.
Kebaikan yang didasari oleh kesempatan juga berkesinambungan dengan
kebaikan yang didasari oleh Kewajiban. Yang menjadi pionir kita
melakukan kebaikan karena itu adalah ibadah menjadi alasan mengapa
jika ada kesempatan, kita ingin berbuat baik. Karena dengan kebaikan
yang kita buat apalagi dengan niat yang ikhlas akan memberikan kita
kesempatan untuk mendapat amal pahala dari yang Kuasa. Salah satu
kebaikan yang didasari kesempatan adalah membantu seseorang yang
tengah mendapat musibah, seperti kita dapat menyumbangkan makanan-
makanan pokok atau baju layak pakai kepada orang didaerah yang baru
terkena bencana alam. Kebaikan saling membantu sesama manusia
inilah ladang amal yang disediakan oleh Allah yang memberikan
kesempatan pada kita untuk mendapat reward yang tidak bisa dihitung
dengan materi di dunia yaitu pahala dariNya.
Kebaikan didasari rasionalisi? Bisa dibilang sekarang banyak
kebaikan yang didasari rasionalisai. Rasionalisasi seperti “kalau saya baik
ke dia, dia akan baik juga terhadap saya”. Manusia adalah makhluk sosial,
mereka tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan kehadiran
sesamanya. Karena dalam hidup ini tidak ada manusia yang sempurna
pasti mereka memiliki kelemahan masing-masing maka untuk menutupi
kelemahan ini mereka butuh bantuan orang lain. Karena paham ini lah
maka agar dapat hidup saling berdampingan dengan baik dan damai
maka manusia harus baik satu sama lain.
Kebaikan didasari kapabilitas? Kebaikan seperti ini awalnya harus
didasari dari hati yang memang baik. Saya coba memberi contoh sebagai
mahasiswa, jika ada teman saya yang kesusahan misalnya ia lupa
membawa dompet dan tidak dapat membeli makan sedangkan di dompet
saya terdapat uang lebih berarti saya mampu untuk menolongnya dengan
meminjamkan uang itu kalau memang ada niat kebaikan dari diri saya.
Menurut saya kebaikan didasari kapabilitas ini adalah bentuk kebaikan
yang berawal dari kebaikan dengan alasan ketiga elemen diatas. Jika
saya menyadari kalau berbuat baik itu adalah suatu kewajiban saya
sebagai manusia maka ini adalah kesempatan saya untuk membantu
teman saya tersebut karena saya mampu dengan pikiran rasionalisasi
bahwa dia adalah teman saya dimana orang yang dekat dengan saya.
Dari keempat aspek yang disebutkan diatas, saya percaya bahwa
dalam kehidupan kita selalu harus berbuat kebaikan. Karena kebaikan
adalah hal yang akan membentuk dan menunjukkan siapa diri kita. Orang
yang berhasil adalah orang yang baik dimana dalam kehidupan kita ini
tidak hidup sendiri. Maka dari itu kebaikan menjadi faktor utama apakah
kita bisa well-going dengan orang-orang disekitar kita. Percaya bahwa
kebaikan yang kita tuai saat ini pasti nanti ada manfaat dan balasannya
baik dari orang-orang sekitar dan juga Tuhan YME. Amin.
“No act of kindness, no matter how small is ever wasted. Because the the smallest act of kindness is worth more than
grandest intention”
Kemudian, bagaimana cara mencegah Fraud
pada perusahaan?
Menciptakan Budaya Jujur, Keterbukaan, dan Memberi
Dukungan
Tiga faktor utama di dalam mencegah fraud untuk menciptakan
budaya jujur, keterbukaan dan saling menolong adalah:
1. Merekrut orang-orang yang jujur dan menyediakan pelatihan
kesadaran fraud
2. Menciptakan lingkungan kerja yang positif
3. Menyediakan program saling menolong antar karyawan
dimana dapat membantu seorang karyawan bila
menghadapi tekanan dalam bekerja.
Untuk mencegah terjadinya fraud, mengacu pada Albrecht,
Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman (2009:109), salah satu cara
yang dapat dilakukan perusahaan yaitu dengan mengurangi
peluang terjadinya fraud dengan memperhatikan hal-hal berikut
ini:
1. Memiliki sistem pengendalian yang baik
Committee of Sponsoring rganizations mengharuskan
perusahaan untuk memiliki kerangka pengendalian
internal sebagai berikut:
Llingkungan pengendalian yang baik
Penilaian resiko
Aktivitas pengendalian yang baik
Arus komunikasi dan informasi yang baik
Pengawasan
2. Menghambat terjadinya kolusi
3. Mengawasi karyawan dan menyediakan saluran
telekomunikasi untuk pelaporan fraud
4. Menciptakan gambaran hukuman yang akan diterima
bila melakukan fraud
5. Melaksanakan pemeriksaan secara proaktif.
Dalam mencegah
dan mendeteksi
serta menangani
fraud sebenarnya
ada beberapa
pihak yang terkait:
yaitu akuntan (baik
sebagai auditor
internal, auditor eksternal, atau auditor forensik) dan manajemen
perusahaan. Peran dan tanggung jawab msaing-masing pihak ini
dapat digambarkan sebagai suatu siklus yang dinamakan Fraud
Deterrence Cycle atau siklus pencegahan fraud seperti gambar
dibawah ini:
Corporate Governance dilakukan oleh manajemen yang
dirancang dalam rangka mengeliminasi atau setidaknya menekan
kemungkinan terjadinya fraud. Corporate governance meliputi
budaya perusahaan, kebijakan-kebijakan, dan pendelegasian
wewenang.
Transaction Level Control Process yang dilakukan oleh
auditor internal, pada dasarnya adalah proses yang lebih bersifat
preventif dan pengendalian yang bertujuan untuk memastikan
bahwa hanya transaksi yang sah, mendapat otorisasi yang
memadai yang dicatat dan melindungi perusahaan dari kerugian.
Retrospective Examination yang dilakukan oleh Auditor
Eksternal diarahkan untuk mendeteksi fraud sebelum menjadi
besar dan membahayakan perusahaan.
Investigation and Remediation yang dilakukan forensik
auditor. Peran auditor forensik adalah menentukan tindakan yang
harus diambil terkait dengan ukuran dan tingkat kefatalan fraud,
tanpa memandang apakah fraud itu hanya berupa pelanggaran
kecil terhdaap kebijakan perusahaan ataukah pelanggaran besar
yang berbentuk kecurangna dalam laporan keuangan atau
penyalahgunaan aset.
Mengapa pencegahan?
Keberhasilan kegiatan memerangi fraud, setelah korupsi
terjadi adalah suatu ironi tersendiri dalam upaya penanggualan
fraud karena semakin banyak mendeteksi dan menyelesaikan
kasus berindikasi fraud, bukan merupakan kondisi umum yang
dikehendaki masyarakat, sebab pada dasarnya kejadian fraud
bukanlah kejadian yang dikehendaki masyarakat.
Pencegahan fraud bisa dianalogikan dengan penyakit, yaitu
lebih baik dicegah dari pada diobati. Jika menunggu terjadinya
fraud baru ditangani itu artinya sudah ada kerugian yang terjadi dan
telah dinikmati oleh pihak terntu, bandingkan bila kita berhasil
mencegahnya, tentu kerugian belum semuanya beralih ke pelaku
fraud tersebut. Dan bila fraud sudah terjadi maka biaya yang
dikeluarkan jauh lebih besar untuk memulihkannya daripada
melakukan pencegahan sejak dini.
Untuk melakukan pencegahan, setidaknya ada tiga upaya
yang harus dilakukan yaitu (1) membangun individu yang
didalamnya terdapat trust and openness, mencegah benturan
kepentingan, confidential disclosure agreement dan corporate
security contract. (2) Membangun sistem pendukung kerja yang
meliputi sistem yang terintegrasi, standarisasi kerja, aktifitas control
dan sistem rewards and recognition. (3) membangun sistem
monitoring yang didalamnya terkandung control self-assessment,
internal auditor dan eksternal auditor
Fraud yang paling sering terjadi di Perusahaan
Ada empat jenis atau kategori fraud yang paling sering
menimpa perusahaan-perusahaan (kecil maupun besar) di seluruh
dunia.
Pencurian Data (Data Fraud)
Para pelaku pencurian data (data fraud) menyasar usaha
kecil untuk mencuri data-data sensitive—misalnya: data yang
terkait dengan kartu kredit pelanggan
Statistik Kasus – Hanya 4% dari usaha kecil yang
melaporkan telah menjadi korban penipuan data. Itu artinya kira-
kira SATU JUTA merchant di seluruh negara mengalami jenis
pencurian data ini.
Tingkat Kerentanan – Dari merchant mandiri yang
menyimpan data pemegang kartu kredit secara elektronik (digital),
hanya 46% yang telah mengambil langkah-langkah yang benar
untuk melindungi data mereka, sementara 54% usaha lain rentan
terhadap pencurian data.
Bagaimana perusahaan dapat melindungi diri dari pencurian data?
76% menggunakan dan secara teratur memperbarui
perangkat lunak antivirus
76% membatasi akses fisik ke data pemegang kartu
64% mengembangkan dan memelihara sistem dan aplikasi
pengaman khusus
46% mengenkripsi transmisi data pemegang kartu saat
melewati jaringan publik/terbuka
43% melacak dan memantau semua akses ke sumber daya
jaringan dan data pemegang kartu secara terus menerus.
Penggelapan (Embezzlement)
Pelaku penggelapan (biasanya pegawai) dengan sengaja
menjadikan perusahaan tempatnya bekerja sebagai sasaran untuk
maksud memperkaya diri sendiri.
Dalam suatu perusahaan, di wilayah mana penggelapan
terjadi? – Lebih dari 80% dari kasus penggelapan yang dilakukan
oleh baik individu maupun kelompok, terjadi dalam satu diantara
enam departemen berikut: Bagian Akunting, Customer Service,
Eksekutif/Manajemen, Operasional, Pembelian dan Penjualan.
Statistik Kasus – Menurut Association of Certified Fraud
Examiners (ACFE), usaha kecil adalah target empuk bagi para
pelaku penggelapan karena mereka biasanya memiliki
pengendalian intern (termasuk fraud control) yang lebih lemah
dibadingkan perusahaan berskala besar.
Tingkat Kerentanan – dari semua kasus penggelapan,
31% menimpa usaha kecil.
Kerugian atas penggelapan – Porsi kerugian yang
ditanggung oleh perusahaan yang menjadi korban tindak
penggelapan setidaknya 5% dari total pendapatan tahunan. Median
rugi untuk usaha kecil karena kasus penggelapan tidak kurang dari
155,000 dollar AS. Median durasi insiden penipuan sebelum
terdeteksi sekitar 18 bulan.
Bagaimana perusahaan dapat melindungi dari dari tindak
penggelapan?
52% Melakukan audit eksternal terhadap Laporan
Keuangan
41% Membuat dan menetapkan kode etik karyawan
33% Melakukan manajemen sertifikasi atas Laporan
Keuangan
31% Melakukan penelaahan Manajemen keuangan dan
karyawan
19% Mengembangkan program dukungan karyawan
16% Memberikan pelatihan mengenai fraud bagi
manajemen/eksekutif
15% Menyediakan tips anti-fraud secara online bagi
karyawan
13% Memberikan pelatihan anti-fraud bagi karyawan
11% Melakukan audit internal secara mendadak
3% Menyediakan hadiah bagi pelapor tindak penggelapan.
Penipuan Atas Jasa Perbankan Online (Online Banking)
Pelaku penipuan rekening bank online seringkali menyasar
usaha kecil.
Statistik Kasus: 56% dari usaha kecil dilaporkan
mengalami penipuan perbankan dalam 12 bulan terakhir. 61% dari
mereka menjadi korban lebih dari satu kali. 75% dari usaha kecil
melaporkan bahwa mereka telah mengalami penipuan online.
Atas uang yang hilang: Dari usaha kecil mengalami
penipuan perbankan online: 37%-nya menerima penggantian atas
dana mereka yang hilang; dan 31%-nya tidak menerima
kompensasi atas dana yang tidak bisa dikembalikan. Bank (untuk
semua skala) rentan terhadap penipuan. Usaha kecil yang
menggunakan jasa perbankan dari lembaga keuangan (bank) kecil
sama berisikonya dengan mereka yang menggunakan jasa
perbankan dari institusi keuangan besar.
Bagaimana perusahaan dapat melindungi diri dari penipuan
perbankan online?
78% melakukan rekonsiliasi rekening bank pada setiap akhir
bulan.
55% melakukan evaluasi dan persetujuan yang cermat atas
seluruh transaksi kas keluar
49% menempatkan lebih lebih dari satu orang untuk
mengendalikan akun
26% menggunakan komputer khusus yang didedikasikan
untuk online banking
16% mengembangkan pendidikan pencegahan fraud bagi
karyawan
Penipuan/penggelapan Atas Cek
Pelaku memanipulasi cek untuk mencuri dana dari rekening milik
perusahaan.
Statistik Kasus: Penipuan cek yang dialami oleh
perusahaan biasanya terkait erat dengan tindak penggelapan (oleh
pegawai) atau penipuan online banking. Menurut sebuah penelitian
mengenai tingkat kepercayaan publik terhadap jasa perbankan
baru-baru ini (2011), 75% dari mereka yang menjadi korban
penipuan menyebutkan tentang penipuan online. Lebih dari
sepertiga dari kasus-kasus ini adalah hasil dari penipuan atas cek
(check fraud). 45% kasus penipuan yang menimpa bisnis besar dan
kecil berupa penipuan atas cek. 30% dari kasus penipuan yang
dilakukan di tempat kerja (terjadi pada usaha yang memiliki kurang
dari 100 karyawan)—dengan salah satu kasus penipuan yang
paling umum adalah penipuan atas cek.
Tingkat Kerentanan: Untuk bisnis kecil yang menjadi
korban penipuan cek, penyelesaian dari pihak bank sampai saat ini
belum dijamin. Tanggung jawab untuk membayar (dari bank) sering
mentok pada pertanyaan: apakah korban (usaha) dapat
membuktikan bahwa mereka mengambil langkah-langkah
pencegahan yang tepat.
Bagaimana perusahaan dapat melindungi diri dari penipuan atas
cek?
Banyak langkah pencegahan yang ampuh untuk melindungi
diri dari penipuan perbankan online, JUGA ampuh untuk
melindungi diri terhadap penipuan cek. Selain saran-saran
yang telah ditawarkan di atas, berikut adalah langkah lain
yang bisa diambil perusahaan untuk memastikan mereka
benar-benar aman dari tindak kejahatan penipuan (fraud):
Pastikan cek memiliki fitur keamanan yang cukup. Misalnya:
dengan menggunakan alat pemeriksaan keamanan
berteknologi tinggi. Disampiang dapat mencegah, jikapun
tetap terjadi perusahaan dapat menunjukkan itu kepada
pihak bank sebagai bukti bahwa perusahaan telah
mengambil langkah-langkah pencegahan secara sungguh-
sungguh.
Maksimalkan usaha-usaha agar perusahaan menerapkan
metode (cara) administrasi yang aman—dengan
mengimplementasikan ‘Sistim Pengendalian Intern (SPI)’
secara ketat di seluruh bagian dan tingkatan operasional
perusahaan. Misalnya: pemisahan fungsi antar staff
akuntansi dengan jelas dan tegas.
Hancurkan semua buku cek kosong dari rekening bank
yang tidak aktif (telah ditutup) sesegera mungkin.
Gunakan fitur layanan membayar tententu untuk mencegah
adanya kliring rekening atas cek tidak sah.
Baca dengan seksama kontrak perjanjian dengan pihak
bank untuk memahami hak dan kewajiban jika suatu saat
nanti perusahaan mengalami kerugiana akibat tindak
penipuan dari pihak lain.
Periksa buku cek baru begitu diterima dari bank. Simpan
buku cek yang belum dipakai di tempat yang sungguh-
sungguh aman, dalam kondisi terkunci. Jika buku cek
diterima dalam keadaan tersegel, jangan buka segel sampai
cek dipakai.
Selalu jaga keamanan buku cek dan slip (formulir bank)
yang tidak terpakai atau dibatalkan, stempel perusahaan
dan stempel tandatangan (jika memakai), dengan
menyimpannya di tempat yang terkunci—hanya bisa
diakses oleh orang yang diberi wewenang.
Whistleblowing
Dalam bisnis, fraud merupakan hal biasa, tetapi hal ini sangat
merugikan perusahaan dan karyawan lain tentunya. Fraud seperti
ini harus dicegah agar kerugian moral dan materil dapat dihindari.
Cara pencegahannya dapt dilakukan dengan whistle blowing.
Whistle blowing juga bisa diartikan tindakan yang dilakukan oleh
seseorang atau beberapa
orang karyawan untuk
membocorkan kecurangan
entah yang dilakukan oleh
perusahaan atau atasannya
kepada pihak lain. Pihak yang
dilapori itu bisa saja atasan
yang lebih tinggi atau masyarakat luas.
Whistleblowing dibedakan menjadi 2 yaitu:
A. Whistleblowing Internal
Hal ini terjadi ketika seorang atau beberapa orang
karyawan tahu mengenai kecurangan yang dilakukan oleh
karyawan lain atau kepala bagiannya kemudian melaporkan
kecurangan itu kepada pimpinan perusahaan yang lebih
tinggi. Motivasi utama dari whistle blowing adalah motivasi
moral. Motivasi moral ada dua macam yaitu motivasi moral
baik dan motivasi moral buruk.
Untuk mencegah kekeliruan ini dan demi
mengamankan posisi moralnya, karyawan pelapor perlu
melakukan beberapa langkah:
Cari peluang kemungkiann dan cara yang paling
cocok tanpa menyinggung perasaan untuk menegur
sesama karyawan atau atasan itu.
Karyawan itu perlu mencari dan mengumpulkan data
sebanyak mungkin sebagai pegangan konkret untuk
menguatkan posisinya, kalau perlu disertai dengan
saksi-saksi kuat.
B. Whistleblowing External
Menyangkut kasus dimana seorang pekerja mengetahui
kecurangan yang dilakukan perusahaannnya lalu
membocorkannya kepada masyarakat karena dia tahu bahwa
kecurangan itu akan merugikan masyarakat. Misalnya adalah
manipulasi kadar bahan mentah dalam formula sebuah produk.
Motivasi utamanya adalah mencegah kerugian bagi
masyarakat atau konsumen. Pekerja ini punya motivasi moral
baik untuk membela kepentingan konsumen karena dia sadar
semua konsumen adalah manusia yang sama dengan dirinya
dan karena itu tidak boleh dirugikan hanya demi memperoleh
keuntungan.
REVIEW FILM
FUN WITH DICK AND JANE
Film ini bercerita tentang Dick (Jim
Carrey), seorang pegawai teladan di
sebuah anak perusahaan raksasa
Enron, Globodyne Corporation, mulai
menikmati hasil kerja kerasnya karena ia
dipromosikan sebagai wakil manajer
Humas di perusahaan Amerika itu.
Gajinya naik berlipat-lipat dan berbagai
fasilitas mewah pun diraihnya.
Tapi dia tetap menjalani kehidupannya seperti orang lain di tempat
tinggalnya, meski kini ia sudah menempati rumah baru dan pergi ke kantor
dengan BMW keluaran terbaru. Dedikasinya pada perusahaan tak pernah
luntur. Di sisi lain, istrinya, Jane (Tea Leoni) juga tak kalah sukses dalam
menjalankan bisnis travel agent-nya.
Semuanya nampak berjalan mulus sesuai dengan rencana,
hingga suatu saat, terkuaklah skandal keuangan Enron yang ternyata
melibatkan para atasannya, Kenneth Lay (Alec Baldwin) dan Jeffrey
Skilling (Richard Jenkins). Perusahaan Dick bangkrut total, dan bisnis
istrinya pun terhenti di tengah jalan. Diikuti dengan semua harta benda
yang mereka miliki tersapu bersih, hingga mereka terpaksa hidup
seadanya.
Dick pun tidak tinggal diam. Ia berusaha pontang-panting mencari
pekerjaan baru, namun malang, hampir semua perusahaan menolak
lamarannya, karena merasa trauma dengan skandal yang terjadi di tempat
terakhirnya bekerja. Dia dan istrinya pun terpaksa bekerja sebagai
pelayan di WalMart, namun akhirnya dipecat gara-gara tak becus
mengerjakan tugas yang sepele.
Merasa diperlakukan tak adil atas pengabdiannya selama ini di
Globodyne Corporation, Dick pun berniat untuk membalas atas semua
kekacauan dalam hidupnya dengan meniru mantan Bosnya: "mencuri."
Namun, yang dilakukannya kali ini bukan mencuri dengan cara sembunyi-
sembunyi, melainkan secara terang-terangan. Ya, mereka belajar untuk
menjalani profesi baru sebagai perampok. Dalam melakukan aksi
kejahatannya, Dick tak melakukannya seorang diri. Istrinya pun ikut
dilibatkan dalam aksi perampokan mulai dari yang berskala kecil hingga
yang bernilai jutaan dollar dari satu bank ke bank lainnya. Tentu saja
karena film ini ber-genre komedi, aksi perampokan yang digambarkan
dengan tingkah-tingkah lucu dan konyol yang membuat tertawa. Film yang
segar namun juga sarat akan makna yang berhubungan dengan mata
kuliah Forensic Accounting dan Fraud Examination.
Dari film ini, kita dapat melihat bahwa dalam melakukan aksi
perampokan, Dick dan Jane melakukannya karena pengaruh dari segitiga
fraud yaitu aspek tekanan dan rasionalisasi. Dari tekanan dapat terlihat,
Dick dan Jane mengalami kesulitan keuangan dalam menjalani kehidupan
sehari-harinya. Lalu dari segi rasionalisasi, Dick sebagai mantan
karyawan Globodyne Corporation merasa dirinya telah memberikan
kontribusi terbaikknya kepada perusahaan namun kenyataannya dia
diperlakukan tidak adil sehingga ini menjadi alasan untuk merampok
mantan perusahaannya tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Mark F. Zimbleman, Conan. C Albrecth, W. Steve Albrecht, Chad
O. Albretch. Akuntansi Forensik. Edisi 4. Penerbit Salemba Empat
Harry Andrian Simbolon, SE., M.Ak., QIA. Mengupas Seluk
Beluk Fraud dan Cara Mengatasinya. http://akuntansiterapan.com/
2010/12/22/mengupas-seluk-beluk-fraud-dan-cara-mengatasinya/
Mr. Jak. Jenis-jenis Fraud (Penipuan) dan Cara Mencegahnya.
http://jurnalakuntansikeuangan.com/2011/06/jenis-jenis-fraud-penipuan-
dan-cara-mencegahannya/
Iskandar, Ferli Deni. 2013. Pandanan Istilah Whistleblowe adalah
Penguapan Dugaan Pelanggaran. http://ferli.net/Umum/whistleblowing-
system/