23
Matakuliah Fraud and Forensic Accounting Dosen: Gugus Irianto, SE. MSA. Akt. PhD. CA. CSRS -Notes- Ftorensic Accounting and Fraud Examination Learning Experiences (Pengalaman Pembelajaran), Refleksi dan Transformasi Diri (Reflection and Self Transformation) Nama : Annisha Fitri Purnamasari NIM : 125020300111017 Kelas : CD Hari, Jam : Senin, jam ke-2 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Apakah Fraud (kecurangan) itu? Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) - PSA No. 70 seksi 316.2 paragraf 4 Fraud (kecurangan) adalah salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan. Menurut International Standard Auditing (ISA) “Fraud – An intentional act by one or more individuals among management, those charged with governance, employees, or third

Pengertian Fraud

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Fraud

Citation preview

MatakuliahFraud and Forensic Accounting

Dosen: Gugus Irianto, SE. MSA. Akt. PhD. CA. CSRS

-Notes-Ftorensic Accounting and Fraud

Examination

Learning Experiences (Pengalaman Pembelajaran), Refleksi dan

Transformasi Diri (Reflection and Self Transformation)

Nama : Annisha Fitri Purnamasari

NIM : 125020300111017

Kelas : CD

Hari, Jam : Senin, jam ke-2

Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas BrawijayaApakah Fraud (kecurangan) itu?

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) - PSA No.

70 seksi 316.2 paragraf 4

Fraud (kecurangan) adalah salah saji atau penghilangan secara

sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk

mengelabuhi pemakai laporan keuangan.

Menurut International Standard Auditing (ISA)

“Fraud – An intentional act by one or more individuals among

management, those charged with governance, employees, or third

parties, involving the use of deception to obtain an unjust or illegal

advantage.”

Fraud adalah tindakan yang disengaja oleh satu atau lebih individu

antara manajemen, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,

karyawan, atau pihak ketiga, yang melibatkan penggunaan

penipuan untuk memperoleh keuntungan yang tidak adil atau

illegal.

Menurut Statement on Auditing Standads (SAS) 99

Fraud adalah suatu tindakan disengaja yang menyebabkan

kesalahan dalam laporan keuangan. Ada dua tipe fraud yaitu:

memberikan informasi yang salah dalam laporan keuangan dan

menyalahgunakan aset.

Tipologi Fraud

Association of Certified Fraud Examiners (“ACFE”) di

Amerika serikat menyusun peta mengenai fraud. Peta ini berbentuk

pohon, dengan cabang dan ranting. Tiga cabang utama dari fraud

tree ini adalah Corruption, Asset misappropriation dan fraudulent

statement. Turunannya lebih jauh dapat dilihat dalam gambar

dibawah.

Ada enam ranting yang muncul dari cabang corruption.

Bandingkan ini dengan 30 (tiga puluh) jenis tindak pidana korupsi

dalam ketentutan perundang-undangan Indonesia. Cabang kedua

adalah Asset Misappropriation yang dapat diartikan secara bebas

sebagai penjarahan kekayaan perusahaan atau lembaga. Kita bisa

membayangkan banyaknya jenis fraud dalam cabang ini, mulai dari

pencurian uang secara terbuka (larceny), pencurian dan

penyalahgunaan (misuse) harta lembaga, sampai pada larceny

secara tidak langsung (rekening bank atas nama pejabat). Cabang

ketiga (Fraudulent Statement) merupakan fraud yang dilakukan

dengan menggunakan cara-cara akuntansi seperti earning

managemen dan, windows dressing. Kasus Enron merupakan

contoh nyata dari tipe Fraud ini.

Sedangkan Delf (2004) menambahkan satu lagi tipologi fraud yaitu

cybercrime. Ini jenis fraud yang paling canggih dan dilakukan oleh

pihak yang mempunyai keahlian khusus yang tidak selalu dimiliki

oleh pihak lain. Cybercrime juga akan menjadi jenis fraud yang

paling ditakuti di masa depan dimana teknologi berkembang

dengan pesat dan canggih.

Siapa saja yang bisa melakukan Fraud?

Sangat penting untuk mengerti tentang karakteristik dari

pelaku fraud, karena mereka kelihatan seperti orang yang memiliki

sifat atau perangai yang dicari oleh perusahaan dalam mencari

karyawan, mencari konsumen, dan memilih pemasok. Pengetahuan

ini membantu kita untuk mengerti bahwa (1) kebanyakan pegawai,

konsumen, pemasok, dan partner bisnis memiliki kesesuaian atau

cocok dengan karakteristik yang dimiliki oleh pelaku fraud dan

memiliki kemampuan untuk terlibat dalam fraud, (2) sangat sulit

untuk memprediksi apa yang menyebabkan pegawai, pemasok,

klien, dan konsumen akan menjadi tidak jujur.

Segitiga Fraud

Berikut adalah tiga elemen penting

mengapa orang melakukan fraud:

1. Elemen Pertama: Tekanan

Tekanan dibagi menjadi empat

tipe, yaitu:

a. Tekanan financial (keuangan)

Tekanan keuangan umumnya terkait dengan fraud yang

menguntungkan pelaku secara langsung termasuk

beberapa hal berikut:

- Sifat serakah

- Hidup diatas rata-rata gaya hidup orang-orang

pada umumnya

- Tagihan yang tinggi atau utang pribadi

- Kredit yang tidak menguntungkan

- Kerugian keuangan secara pribadi

- Kebutuhan keuangan yang tidak terduga

b. Tekanan untuk melakukan perbuatan jahat

Permasalahan yang terkait erat dengan tekanan

keuangan adalah motivasi yang timbul oleh adanya

tekanan untuk melakukan perbuatan jahat, seperti: judi,

obat-obatan terlarang, alcohol, dan hubungan diluar

pernikahan yang cukup mahal. Contoh tekanan untuk

melakukan perbuatan jahat ini memotivasi seseorang

untuk melakukan fraud.

c. Tekanan terkait pekerjaan

Tekanan keuangan dan tekanan untuk melakukan

perbuatan jahat memotivasi sebagian besar tindakan

fraud, beberapa orang melakukan fraud bahkan

terhadap atasan mereka sendiri atau orang lain. Faktor-

faktor seperti sedikitnya pengakuan terhadap kinerja,

adanya perasaan tidak puas terhadap pekerjaan,

ketakutan akan kehilangan pekerjaan, keinginan

mendapat promosi dan merasa tidak dibayar

semestinya.

d. Tekanan lainnya

2. Elemen Kedua: Kesempatan

Setidaknya ada enam faktor utama yang dapat

meningkatkan kesempatan bagi individu-individu untuk

dapat terlibat dalam tindakan fraud, yaitu: (1)Kurangnya

pengendalian yang mengitari untuk dapat mencegah atau

mendeteksi adanya perilaku fraud/fraud,

(2)Ketidakmampuan untuk menilai kualitas dari performa

kinerja, (3)Gagal untuk mendisiplinkan pelaku fraud,

(4)Kurangnya akses informasi, (5)Ketidakmampuan, ketidak

cakapan serta sikap apatis dan (6)Kurangnya jejak audit.

3. Elemen Ketiga: Rasionalisasi

Rasionalisasi maksudnya pelaku fraud meyakinkan diri

mereka sendiri bahwa fraud tersebut diperbolehkan dengan

berbagi argumentasi yang mereka berikan. beberapa

rasionalisasi yang biasanya digunakan oleh para pelaku

fraud, yaitu: ‘perusahaan meminjamkannya padaku’; ‘aku

hanya meminjam, nanti akan kukemablikan lagi’; ‘tidak ada

orang yang terluka’; ‘aku pantas mendapatkan lebih’; ‘ini

untuk tujuan baik’; ‘kami akan memperbaiki pencatatan

secepatnya setelah kesulitan ekonomi kami selesai’;

‘sesuatu harus dikorbankan, entah tiu integritasku atau

reputasiku’.

REFLEKSI DAN TRANSFORMASI DIRI

KEBAIKAN BERDASARKAN TEKANAN, KESEMPATAN,

RASIONALISASI DAN KAPABILITAS

Kebaikan didasari tekanan? Sepertinya

saya belum pernah mendengar

sesorang berbuat baik berdasarkan tekanan. Kalau dia berbuat baik

karena tekanan berarti kebaikan seperti adalah kebaikan yang dipaksakan

atau tidak ikhlas. Kalau saya ganti kata “tekanan” ini mungkin saya ganti

menjadi kata “kewajiban” ya kita melakukan kebaikan karena itulah yang

diajarkan oleh Agama saya, khususnya Islam seperti yang tertulis di Al-

Quran “Berbuat baiklah kamu sebagaimana Allah telah berbuat baik

padamu” maka berbuat kebaikan disini adalah baik ke antar sesama

makhluk Allah baik manusia atau makhluk hidup lainnya. Karena ini

adalah kodrat kita sebagai manusia yang menjadi hambaNya. Kebaikan

bisa dibilang adalah suatu ibadah. Tidak perlu dipertanyakan lagi alasan

kita berbuat baik karena semua jawaban atas kebaikan yang kita berbuat

akan kembali kepada diri kita sendiri yaitu di hari pertimbangan nanti. Baik

kebaikan yang mungkin hanya sebatas niat atau pun sudah dilakukan

berdasarkan keikhlasan sesuai dengan ajaranNya akan dicatat dan

menjadi amal penolong kita nanti.

Kebaikan didasari kesempatan? seperti fraud didasari

kesempatan yang masih berkesinambungan dengan elemen tekanan.

Kebaikan yang didasari oleh kesempatan juga berkesinambungan dengan

kebaikan yang didasari oleh Kewajiban. Yang menjadi pionir kita

melakukan kebaikan karena itu adalah ibadah menjadi alasan mengapa

jika ada kesempatan, kita ingin berbuat baik. Karena dengan kebaikan

yang kita buat apalagi dengan niat yang ikhlas akan memberikan kita

kesempatan untuk mendapat amal pahala dari yang Kuasa. Salah satu

kebaikan yang didasari kesempatan adalah membantu seseorang yang

tengah mendapat musibah, seperti kita dapat menyumbangkan makanan-

makanan pokok atau baju layak pakai kepada orang didaerah yang baru

terkena bencana alam. Kebaikan saling membantu sesama manusia

inilah ladang amal yang disediakan oleh Allah yang memberikan

kesempatan pada kita untuk mendapat reward yang tidak bisa dihitung

dengan materi di dunia yaitu pahala dariNya.

Kebaikan didasari rasionalisi? Bisa dibilang sekarang banyak

kebaikan yang didasari rasionalisai. Rasionalisasi seperti “kalau saya baik

ke dia, dia akan baik juga terhadap saya”. Manusia adalah makhluk sosial,

mereka tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan kehadiran

sesamanya. Karena dalam hidup ini tidak ada manusia yang sempurna

pasti mereka memiliki kelemahan masing-masing maka untuk menutupi

kelemahan ini mereka butuh bantuan orang lain. Karena paham ini lah

maka agar dapat hidup saling berdampingan dengan baik dan damai

maka manusia harus baik satu sama lain.

Kebaikan didasari kapabilitas? Kebaikan seperti ini awalnya harus

didasari dari hati yang memang baik. Saya coba memberi contoh sebagai

mahasiswa, jika ada teman saya yang kesusahan misalnya ia lupa

membawa dompet dan tidak dapat membeli makan sedangkan di dompet

saya terdapat uang lebih berarti saya mampu untuk menolongnya dengan

meminjamkan uang itu kalau memang ada niat kebaikan dari diri saya.

Menurut saya kebaikan didasari kapabilitas ini adalah bentuk kebaikan

yang berawal dari kebaikan dengan alasan ketiga elemen diatas. Jika

saya menyadari kalau berbuat baik itu adalah suatu kewajiban saya

sebagai manusia maka ini adalah kesempatan saya untuk membantu

teman saya tersebut karena saya mampu dengan pikiran rasionalisasi

bahwa dia adalah teman saya dimana orang yang dekat dengan saya.

Dari keempat aspek yang disebutkan diatas, saya percaya bahwa

dalam kehidupan kita selalu harus berbuat kebaikan. Karena kebaikan

adalah hal yang akan membentuk dan menunjukkan siapa diri kita. Orang

yang berhasil adalah orang yang baik dimana dalam kehidupan kita ini

tidak hidup sendiri. Maka dari itu kebaikan menjadi faktor utama apakah

kita bisa well-going dengan orang-orang disekitar kita. Percaya bahwa

kebaikan yang kita tuai saat ini pasti nanti ada manfaat dan balasannya

baik dari orang-orang sekitar dan juga Tuhan YME. Amin.

“No act of kindness, no matter how small is ever wasted. Because the the smallest act of kindness is worth more than

grandest intention”

Kemudian, bagaimana cara mencegah Fraud

pada perusahaan?

Menciptakan Budaya Jujur, Keterbukaan, dan Memberi

Dukungan

Tiga faktor utama di dalam mencegah fraud untuk menciptakan

budaya jujur, keterbukaan dan saling menolong adalah:

1. Merekrut orang-orang yang jujur dan menyediakan pelatihan

kesadaran fraud

2. Menciptakan lingkungan kerja yang positif

3. Menyediakan program saling menolong antar karyawan

dimana dapat membantu seorang karyawan bila

menghadapi tekanan dalam bekerja.

Untuk mencegah terjadinya fraud, mengacu pada Albrecht,

Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman (2009:109), salah satu cara

yang dapat dilakukan perusahaan yaitu dengan mengurangi

peluang terjadinya fraud dengan memperhatikan hal-hal berikut

ini:

1. Memiliki sistem pengendalian yang baik

Committee of Sponsoring rganizations mengharuskan

perusahaan untuk memiliki kerangka pengendalian

internal sebagai berikut:

Llingkungan pengendalian yang baik

Penilaian resiko

Aktivitas pengendalian yang baik

Arus komunikasi dan informasi yang baik

Pengawasan

2. Menghambat terjadinya kolusi

3. Mengawasi karyawan dan menyediakan saluran

telekomunikasi untuk pelaporan fraud

4. Menciptakan gambaran hukuman yang akan diterima

bila melakukan fraud

5. Melaksanakan pemeriksaan secara proaktif.

Dalam mencegah

dan mendeteksi

serta menangani

fraud sebenarnya

ada beberapa

pihak yang terkait:

yaitu akuntan (baik

sebagai auditor

internal, auditor eksternal, atau auditor forensik) dan manajemen

perusahaan. Peran dan tanggung jawab msaing-masing pihak ini

dapat digambarkan sebagai suatu siklus yang dinamakan Fraud

Deterrence Cycle atau siklus pencegahan fraud seperti gambar

dibawah ini:

Corporate Governance dilakukan oleh manajemen yang

dirancang dalam rangka mengeliminasi atau setidaknya menekan

kemungkinan terjadinya fraud. Corporate governance meliputi

budaya perusahaan, kebijakan-kebijakan, dan pendelegasian

wewenang.

Transaction Level Control Process yang dilakukan oleh

auditor internal, pada dasarnya adalah proses yang lebih bersifat

preventif dan pengendalian yang bertujuan untuk memastikan

bahwa hanya transaksi yang sah, mendapat otorisasi yang

memadai yang dicatat dan melindungi perusahaan dari kerugian.

Retrospective Examination yang dilakukan oleh Auditor

Eksternal diarahkan untuk mendeteksi fraud sebelum menjadi

besar dan membahayakan perusahaan.

Investigation and Remediation yang dilakukan forensik

auditor. Peran auditor forensik adalah menentukan tindakan yang

harus diambil terkait dengan ukuran dan tingkat kefatalan fraud,

tanpa memandang apakah fraud itu hanya berupa pelanggaran

kecil terhdaap kebijakan perusahaan ataukah pelanggaran besar

yang berbentuk kecurangna dalam laporan keuangan atau

penyalahgunaan aset.

Mengapa pencegahan?

Keberhasilan kegiatan memerangi fraud, setelah korupsi

terjadi adalah suatu ironi tersendiri dalam upaya penanggualan

fraud karena semakin banyak mendeteksi dan menyelesaikan

kasus berindikasi fraud, bukan merupakan kondisi umum yang

dikehendaki masyarakat, sebab pada dasarnya kejadian fraud

bukanlah kejadian yang dikehendaki masyarakat.

Pencegahan fraud bisa dianalogikan dengan penyakit, yaitu

lebih baik dicegah dari pada diobati. Jika menunggu terjadinya

fraud baru ditangani itu artinya sudah ada kerugian yang terjadi dan

telah dinikmati oleh pihak terntu, bandingkan bila kita berhasil

mencegahnya, tentu kerugian belum semuanya beralih ke pelaku

fraud tersebut. Dan bila fraud sudah terjadi maka biaya yang

dikeluarkan jauh lebih besar untuk memulihkannya daripada

melakukan pencegahan sejak dini.

Untuk melakukan pencegahan, setidaknya ada tiga upaya

yang harus dilakukan yaitu (1) membangun individu yang

didalamnya terdapat trust and openness, mencegah benturan

kepentingan, confidential disclosure agreement dan corporate

security contract. (2) Membangun sistem pendukung kerja yang

meliputi sistem yang terintegrasi, standarisasi kerja, aktifitas control

dan sistem rewards and recognition. (3) membangun sistem

monitoring yang didalamnya terkandung control self-assessment,

internal auditor dan eksternal auditor

Fraud yang paling sering terjadi di Perusahaan

Ada empat jenis atau kategori fraud yang paling sering

menimpa perusahaan-perusahaan (kecil maupun besar) di seluruh

dunia.

Pencurian Data (Data Fraud)

Para pelaku pencurian data (data fraud) menyasar usaha

kecil untuk mencuri data-data sensitive—misalnya: data yang

terkait dengan kartu kredit pelanggan

Statistik Kasus – Hanya 4% dari usaha kecil yang

melaporkan telah menjadi korban penipuan data. Itu artinya kira-

kira SATU JUTA merchant di seluruh negara mengalami jenis

pencurian data ini.

Tingkat Kerentanan – Dari merchant mandiri yang

menyimpan data pemegang kartu kredit secara elektronik (digital),

hanya 46% yang telah mengambil langkah-langkah yang benar

untuk melindungi data mereka, sementara 54% usaha lain rentan

terhadap pencurian data.

Bagaimana perusahaan dapat melindungi diri dari pencurian data?

76% menggunakan dan secara teratur memperbarui

perangkat lunak antivirus

76% membatasi akses fisik ke data pemegang kartu

64% mengembangkan dan memelihara sistem dan aplikasi

pengaman khusus

46% mengenkripsi transmisi data pemegang kartu saat

melewati jaringan publik/terbuka

43% melacak dan memantau semua akses ke sumber daya

jaringan dan data pemegang kartu secara terus menerus.

Penggelapan (Embezzlement)

Pelaku penggelapan (biasanya pegawai) dengan sengaja

menjadikan perusahaan tempatnya bekerja sebagai sasaran untuk

maksud memperkaya diri sendiri.

Dalam suatu perusahaan, di wilayah mana penggelapan

terjadi? – Lebih dari 80% dari kasus penggelapan yang dilakukan

oleh baik individu maupun kelompok, terjadi dalam satu diantara

enam departemen berikut: Bagian Akunting, Customer Service,

Eksekutif/Manajemen, Operasional, Pembelian dan Penjualan.

Statistik Kasus – Menurut Association of Certified Fraud

Examiners (ACFE), usaha kecil adalah target empuk bagi para

pelaku penggelapan karena mereka biasanya memiliki

pengendalian intern (termasuk fraud control) yang lebih lemah

dibadingkan perusahaan berskala besar.

Tingkat Kerentanan – dari semua kasus penggelapan,

31% menimpa usaha kecil.

Kerugian atas penggelapan – Porsi kerugian yang

ditanggung oleh perusahaan yang menjadi korban tindak

penggelapan setidaknya 5% dari total pendapatan tahunan. Median

rugi untuk usaha kecil karena kasus penggelapan tidak kurang dari

155,000 dollar AS. Median durasi insiden penipuan sebelum

terdeteksi sekitar 18 bulan.

Bagaimana perusahaan dapat melindungi dari dari tindak

penggelapan?

52% Melakukan audit eksternal terhadap Laporan

Keuangan

41% Membuat dan menetapkan kode etik karyawan

33% Melakukan manajemen sertifikasi atas Laporan

Keuangan

31% Melakukan penelaahan Manajemen keuangan dan

karyawan

19% Mengembangkan program dukungan karyawan

16% Memberikan pelatihan mengenai fraud bagi

manajemen/eksekutif

15% Menyediakan tips anti-fraud secara online bagi

karyawan

13% Memberikan pelatihan anti-fraud bagi karyawan

11% Melakukan audit internal secara mendadak

3% Menyediakan hadiah bagi pelapor tindak penggelapan.

Penipuan Atas Jasa Perbankan Online (Online Banking)

Pelaku penipuan rekening bank online seringkali menyasar

usaha kecil.

Statistik Kasus: 56% dari usaha kecil dilaporkan

mengalami penipuan perbankan dalam 12 bulan terakhir. 61% dari

mereka menjadi korban lebih dari satu kali. 75% dari usaha kecil

melaporkan bahwa mereka telah mengalami penipuan online.

Atas uang yang hilang: Dari usaha kecil mengalami

penipuan perbankan online: 37%-nya menerima penggantian atas

dana mereka yang hilang; dan 31%-nya tidak menerima

kompensasi atas dana yang tidak bisa dikembalikan. Bank (untuk

semua skala) rentan terhadap penipuan. Usaha kecil yang

menggunakan jasa perbankan dari lembaga keuangan (bank) kecil

sama berisikonya dengan mereka yang menggunakan jasa

perbankan dari institusi keuangan besar.

Bagaimana perusahaan dapat melindungi diri dari penipuan

perbankan online?

78% melakukan rekonsiliasi rekening bank pada setiap akhir

bulan.

55% melakukan evaluasi dan persetujuan yang cermat atas

seluruh transaksi kas keluar

49% menempatkan lebih lebih dari satu orang untuk

mengendalikan akun

26% menggunakan komputer khusus yang didedikasikan

untuk online banking

16% mengembangkan pendidikan pencegahan fraud bagi

karyawan

Penipuan/penggelapan Atas Cek

Pelaku memanipulasi cek untuk mencuri dana dari rekening milik

perusahaan.

Statistik Kasus: Penipuan cek yang dialami oleh

perusahaan biasanya terkait erat dengan tindak penggelapan (oleh

pegawai) atau penipuan online banking. Menurut sebuah penelitian

mengenai tingkat kepercayaan publik terhadap jasa perbankan

baru-baru ini (2011), 75% dari mereka yang menjadi korban

penipuan menyebutkan tentang penipuan online. Lebih dari

sepertiga dari kasus-kasus ini adalah hasil dari penipuan atas cek

(check fraud). 45% kasus penipuan yang menimpa bisnis besar dan

kecil berupa penipuan atas cek. 30% dari kasus penipuan yang

dilakukan di tempat kerja (terjadi pada usaha yang memiliki kurang

dari 100 karyawan)—dengan salah satu kasus penipuan yang

paling umum adalah penipuan atas cek.

Tingkat Kerentanan: Untuk bisnis kecil yang menjadi

korban penipuan cek, penyelesaian dari pihak bank sampai saat ini

belum dijamin. Tanggung jawab untuk membayar (dari bank) sering

mentok pada pertanyaan: apakah korban (usaha) dapat

membuktikan bahwa mereka mengambil langkah-langkah

pencegahan yang tepat.

Bagaimana perusahaan dapat melindungi diri dari penipuan atas

cek?

Banyak langkah pencegahan yang ampuh untuk melindungi

diri dari penipuan perbankan online, JUGA ampuh untuk

melindungi diri terhadap penipuan cek. Selain saran-saran

yang telah ditawarkan di atas, berikut adalah langkah lain

yang bisa diambil perusahaan untuk memastikan mereka

benar-benar aman dari tindak kejahatan penipuan (fraud):

Pastikan cek memiliki fitur keamanan yang cukup. Misalnya:

dengan menggunakan alat pemeriksaan keamanan

berteknologi tinggi. Disampiang dapat mencegah, jikapun

tetap terjadi perusahaan dapat menunjukkan itu kepada

pihak bank sebagai bukti bahwa perusahaan telah

mengambil langkah-langkah pencegahan secara sungguh-

sungguh.

Maksimalkan usaha-usaha agar perusahaan menerapkan

metode (cara) administrasi yang aman—dengan

mengimplementasikan ‘Sistim Pengendalian Intern (SPI)’

secara ketat di seluruh bagian dan tingkatan operasional

perusahaan. Misalnya: pemisahan fungsi antar staff

akuntansi dengan jelas dan tegas.

Hancurkan semua buku cek kosong dari rekening bank

yang tidak aktif (telah ditutup) sesegera mungkin.

Gunakan fitur layanan membayar tententu untuk mencegah

adanya kliring rekening atas cek tidak sah.

Baca dengan seksama kontrak perjanjian dengan pihak

bank untuk memahami hak dan kewajiban jika suatu saat

nanti perusahaan mengalami kerugiana akibat tindak

penipuan dari pihak lain.

Periksa buku cek baru begitu diterima dari bank. Simpan

buku cek yang belum dipakai di tempat yang sungguh-

sungguh aman, dalam kondisi terkunci. Jika buku cek

diterima dalam keadaan tersegel, jangan buka segel sampai

cek dipakai.

Selalu jaga keamanan buku cek dan slip (formulir bank)

yang tidak terpakai atau dibatalkan, stempel perusahaan

dan stempel tandatangan (jika memakai), dengan

menyimpannya di tempat yang terkunci—hanya bisa

diakses oleh orang yang diberi wewenang.

Whistleblowing

Dalam bisnis, fraud merupakan hal biasa, tetapi hal ini sangat

merugikan perusahaan dan karyawan lain tentunya. Fraud seperti

ini harus dicegah agar kerugian moral dan materil dapat dihindari.

Cara pencegahannya dapt dilakukan dengan whistle blowing.

Whistle blowing juga bisa diartikan tindakan yang dilakukan oleh

seseorang atau beberapa

orang karyawan untuk

membocorkan kecurangan

entah yang dilakukan oleh

perusahaan atau atasannya

kepada pihak lain. Pihak yang

dilapori itu bisa saja atasan

yang lebih tinggi atau masyarakat luas.

Whistleblowing dibedakan menjadi 2 yaitu:

A. Whistleblowing Internal

Hal ini terjadi ketika seorang atau beberapa orang

karyawan tahu mengenai kecurangan yang dilakukan oleh

karyawan lain atau kepala bagiannya kemudian melaporkan

kecurangan itu kepada pimpinan perusahaan yang lebih

tinggi. Motivasi utama dari whistle blowing adalah motivasi

moral. Motivasi moral ada dua macam yaitu motivasi moral

baik dan motivasi moral buruk.

Untuk mencegah kekeliruan ini dan demi

mengamankan posisi moralnya, karyawan pelapor perlu

melakukan beberapa langkah:

Cari peluang kemungkiann dan cara yang paling

cocok tanpa menyinggung perasaan untuk menegur

sesama karyawan atau atasan itu.

Karyawan itu perlu mencari dan mengumpulkan data

sebanyak mungkin sebagai pegangan konkret untuk

menguatkan posisinya, kalau perlu disertai dengan

saksi-saksi kuat.

B. Whistleblowing External

Menyangkut kasus dimana seorang pekerja mengetahui

kecurangan yang dilakukan perusahaannnya lalu

membocorkannya kepada masyarakat karena dia tahu bahwa

kecurangan itu akan merugikan masyarakat. Misalnya adalah

manipulasi kadar bahan mentah dalam formula sebuah produk.

Motivasi utamanya adalah mencegah kerugian bagi

masyarakat atau konsumen. Pekerja ini punya motivasi moral

baik untuk membela kepentingan konsumen karena dia sadar

semua konsumen adalah manusia yang sama dengan dirinya

dan karena itu tidak boleh dirugikan hanya demi memperoleh

keuntungan.

REVIEW FILM

FUN WITH DICK AND JANE

Film ini bercerita tentang Dick (Jim

Carrey), seorang pegawai teladan di

sebuah anak perusahaan raksasa

Enron, Globodyne Corporation, mulai

menikmati hasil kerja kerasnya karena ia

dipromosikan sebagai wakil manajer

Humas di perusahaan Amerika itu.

Gajinya naik berlipat-lipat dan berbagai

fasilitas mewah pun diraihnya.

Tapi dia tetap menjalani kehidupannya seperti orang lain di tempat

tinggalnya, meski kini ia sudah menempati rumah baru dan pergi ke kantor

dengan BMW keluaran terbaru. Dedikasinya pada perusahaan tak pernah

luntur. Di sisi lain, istrinya, Jane (Tea Leoni) juga tak kalah sukses dalam

menjalankan bisnis travel agent-nya.

Semuanya nampak berjalan mulus sesuai dengan rencana,

hingga suatu saat, terkuaklah skandal keuangan Enron yang ternyata

melibatkan para atasannya, Kenneth Lay (Alec Baldwin) dan Jeffrey

Skilling (Richard Jenkins). Perusahaan Dick bangkrut total, dan bisnis

istrinya pun terhenti di tengah jalan. Diikuti dengan semua harta benda

yang mereka miliki tersapu bersih, hingga mereka terpaksa hidup

seadanya.

Dick pun tidak tinggal diam. Ia berusaha pontang-panting mencari

pekerjaan baru, namun malang, hampir semua perusahaan menolak

lamarannya, karena merasa trauma dengan skandal yang terjadi di tempat

terakhirnya bekerja. Dia dan istrinya pun terpaksa bekerja sebagai

pelayan di WalMart, namun akhirnya dipecat gara-gara tak becus

mengerjakan tugas yang sepele.

Merasa diperlakukan tak adil atas pengabdiannya selama ini di

Globodyne Corporation, Dick pun berniat untuk membalas atas semua

kekacauan dalam hidupnya dengan meniru mantan Bosnya: "mencuri."

Namun, yang dilakukannya kali ini bukan mencuri dengan cara sembunyi-

sembunyi, melainkan secara terang-terangan. Ya, mereka belajar untuk

menjalani profesi baru sebagai perampok. Dalam melakukan aksi

kejahatannya, Dick tak melakukannya seorang diri. Istrinya pun ikut

dilibatkan dalam aksi perampokan mulai dari yang berskala kecil hingga

yang bernilai jutaan dollar dari satu bank ke bank lainnya. Tentu saja

karena film ini ber-genre komedi, aksi perampokan yang digambarkan

dengan tingkah-tingkah lucu dan konyol yang membuat tertawa. Film yang

segar namun juga sarat akan makna yang berhubungan dengan mata

kuliah Forensic Accounting dan Fraud Examination.

Dari film ini, kita dapat melihat bahwa dalam melakukan aksi

perampokan, Dick dan Jane melakukannya karena pengaruh dari segitiga

fraud yaitu aspek tekanan dan rasionalisasi. Dari tekanan dapat terlihat,

Dick dan Jane mengalami kesulitan keuangan dalam menjalani kehidupan

sehari-harinya. Lalu dari segi rasionalisasi, Dick sebagai mantan

karyawan Globodyne Corporation merasa dirinya telah memberikan

kontribusi terbaikknya kepada perusahaan namun kenyataannya dia

diperlakukan tidak adil sehingga ini menjadi alasan untuk merampok

mantan perusahaannya tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Mark F. Zimbleman, Conan. C Albrecth, W. Steve Albrecht, Chad

O. Albretch. Akuntansi Forensik. Edisi 4. Penerbit Salemba Empat

Harry Andrian Simbolon, SE., M.Ak., QIA. Mengupas Seluk

Beluk Fraud dan Cara Mengatasinya. http://akuntansiterapan.com/

2010/12/22/mengupas-seluk-beluk-fraud-dan-cara-mengatasinya/

Mr. Jak. Jenis-jenis Fraud (Penipuan) dan Cara Mencegahnya.

http://jurnalakuntansikeuangan.com/2011/06/jenis-jenis-fraud-penipuan-

dan-cara-mencegahannya/

Iskandar, Ferli Deni. 2013. Pandanan Istilah Whistleblowe adalah

Penguapan Dugaan Pelanggaran. http://ferli.net/Umum/whistleblowing-

system/