13
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013 178 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GENERATIF BERINTEGRASI IMTAK PADA MATERI AJAR LISTRIK DINAMIS BAGI SISWA KELAS X MAN 1 BANJARMASIN Lutfiyanti Fitriah Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Abstract: The development of generative learning materials integrated to faith and piety on dynamic electricity subject for the students of class X MAN 1 Banjarmasin. The instructional materials in class X of MAN 1 Banjarmasin so far only designed to make students understanding knowledge of physics or not integrated to faith and piety values. The aim of this research is to describe the effectiveness of the implementation of generative learning materials integrated to faith and piety on dynamic electricity subject for the students of class X MAN 1 Banjarmasin. The specific aims in this research are to describe: (1) feasibility of instructional materials that are developed, (2) lesson plan implementation, (3) result study of product, (4) result study of faith and piety, and (5) students response. This is development research that refers to Dick and Carry model. The research design is one group pretest-posttest design. The validations of instructional materials (lesson plan, hand out, student worksheet, and test) are in feasible category. The class tryout result shows that: (1) lesson plan implementation for each meeting is 100%, (2) results study of product for each meeting are reached classical completeness to 55,56%; 71,88%; and 91,67%, (3) results study of faith and piety for each meeting is reached classical completeness to 33,33%; 96,88%; and 63,89%, and (4) students response to this learning is good. The effectiveness of the implementation of learning is 69,43% so that it could be concluded that generative learning integrated to faith and piety on dynamic electricity subject for the students of class X MAN 1 Banjarmasin is effective to improve student study result. Keywords: development research, generative learning integrated to faith and piety, dynamic electricity. PENDAHULUAN Pandangan monisme terhadap ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan telah mengalami perubahan dan reduksi menjadi pandangan dikotomis yang memisahkan ilmu pengetahuan umum dan pengetahuan keagamaan ketika Islam memasuki zaman kemunduran (1250-1800 M), yang pengaruhnya masih terasa sampai kini. Menurut Nasution (Sabda, 2006), sejak kurun waktu itu pengetahuan umum dianggap terpisah dari pengetahuan keagamaan dan dianggap sebagai pengetahuan pelengkap dan bahkan “dimakruhkan”. Lubis & Widayana (1998) menyatakan bahwa di masyarakat muncul pandangan bahwa tidak ada keterkaitan antara MIPA dengan agama, apalagi dengan akhlak seseorang atau masyarakat. Sabda (2006) menyatakan bahwa di Indonesia sendiri telah terjadi dikotomi

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GENERATIF …

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GENERATIF …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013

178

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GENERATIF

BERINTEGRASI IMTAK PADA MATERI AJAR LISTRIK DINAMIS

BAGI SISWA KELAS X MAN 1 BANJARMASIN

Lutfiyanti Fitriah

Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Abstract: The development of generative learning materials integrated to faith and piety

on dynamic electricity subject for the students of class X MAN 1 Banjarmasin. The

instructional materials in class X of MAN 1 Banjarmasin so far only designed to make

students understanding knowledge of physics or not integrated to faith and piety values.

The aim of this research is to describe the effectiveness of the implementation of

generative learning materials integrated to faith and piety on dynamic electricity subject

for the students of class X MAN 1 Banjarmasin. The specific aims in this research are to

describe: (1) feasibility of instructional materials that are developed, (2) lesson plan

implementation, (3) result study of product, (4) result study of faith and piety, and (5)

students response. This is development research that refers to Dick and Carry model. The

research design is one group pretest-posttest design. The validations of instructional

materials (lesson plan, hand out, student worksheet, and test) are in feasible category.

The class tryout result shows that: (1) lesson plan implementation for each meeting is

100%, (2) results study of product for each meeting are reached classical completeness to

55,56%; 71,88%; and 91,67%, (3) results study of faith and piety for each meeting is

reached classical completeness to 33,33%; 96,88%; and 63,89%, and (4) students

response to this learning is good. The effectiveness of the implementation of learning is

69,43% so that it could be concluded that generative learning integrated to faith and

piety on dynamic electricity subject for the students of class X MAN 1 Banjarmasin is

effective to improve student study result.

Keywords: development research, generative learning integrated to faith and

piety, dynamic electricity.

PENDAHULUAN

Pandangan monisme terhadap ilmu

pengetahuan dalam dunia pendidikan

telah mengalami perubahan dan reduksi

menjadi pandangan dikotomis yang

memisahkan ilmu pengetahuan umum

dan pengetahuan keagamaan ketika

Islam memasuki zaman kemunduran

(1250-1800 M), yang pengaruhnya

masih terasa sampai kini. Menurut

Nasution (Sabda, 2006), sejak kurun

waktu itu pengetahuan umum dianggap

terpisah dari pengetahuan keagamaan

dan dianggap sebagai pengetahuan

pelengkap dan bahkan “dimakruhkan”.

Lubis & Widayana (1998) menyatakan

bahwa di masyarakat muncul pandangan

bahwa tidak ada keterkaitan antara

MIPA dengan agama, apalagi dengan

akhlak seseorang atau masyarakat.

Sabda (2006) menyatakan bahwa di

Indonesia sendiri telah terjadi dikotomi

Page 2: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GENERATIF …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013

179

yang cukup mendasar dan meluas,

misalnya terjadi pemisahan antara mata

pelajaran umum dan mata pelajaran

keagamaan. Hal itu berimbas pula pada

penyiapan guru sehingga ada guru

umum yang hanya ahli dan menekuni

mata pelajaran umum dan guru agama

yang hanya ahli dan menekuni mata

pelajaran keagamaan. Adapun Muliawan

(2005) menyatakan bahwa dikotomi

ilmu tersebut menjalar sebagai satu

bentuk pembedaan antara sekolah agama

dan sekolah umum.

Berdasarkan lembar kuesioner yang

diisi oleh dua orang guru fisika kelas X

MAN 1 Banjarmasin, diperoleh: (1)

perangkat pembelajaran yang digunakan

guru terutama materi ajar dan LKS

diperoleh dari penerbit tertentu, (2)

perangkat pembelajaran hanya dirancang

untuk memahami pengetahuan fisika

semata atau belum berintegrasi dengan

nilai-nilai iman dan takwa, (3) selama

proses pembelajaran fisika kadang-

kadang guru mengajarkan nilai-nilai

iman dan takwa namun tidak

menyebutkan ayat Alquran dan/atau

hadis yang berhubungan dengan materi

yang sedang dibahas tersebut serta

belum diskenariokan dalam perangkat

pembelajaran, (4) pemahaman materi

fisika siswa masih rendah sehingga perlu

waktu yang lama untuk menjelaskan

suatu materi fisika terutama memahami

rumus dan menerapkan rumus dalam

memecahkan soal-soal fisika. Selain itu,

hasil belajar siswa masih sangat rendah.

Hal ini terlihat dari nilai UAS semester

ganjil fisika kelas X tahun pelajaran

2011/2012 yakni 100% dari tujuh kelas

X dengan jumlah siswa sebanyak 251

siswa memperoleh nilai di bawah

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

fisika yang ditetapkan sekolah yaitu

sebesar 70, rata-rata yang dicapai

hanyalah 37,31.

Salah satu upaya untuk mengatasi

permasalahan di atas, perlu

dikembangkan perangkat pembelajaran

generatif berintegrasi imtak pada materi

ajar listrik dinamis yang meliputi RPP,

materi ajar, LKS, dan instrumen evaluasi

THB melalui suatu penelitian

pengembangan. Pembelajaran generatif

berintegrasi imtak adalah pembelajaran

generatif yang memadukan fisika

dengan nilai-nilai imtak yang bersumber

pada Alquran dan/atau hadis sehingga

menjadi satu kesatuan yang utuh.

Pembelajaran generatif sendiri

merupakan suatu model pembelajaran di

mana siswa belajar dalam kelompok-

kelompok tertentu atau perorangan

untuk mencapai hasil belajar

pengetahuan konsep/prinsip abstrak dan

mengurangi miskonsepsi (Zainuddin &

Suriasa: 2005). Oleh karena itu, melalui

pembelajaran ini maka akan dicapai

Page 3: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GENERATIF …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013

180

hasil belajar pengetahuan konsep/prinsip

abstrak dan mengurangi miskonsepsi

serta dapat meningkatkan iman dan

takwa siswa. Tujuan penelitian ini

secara umum adalah mendeskripsikan

efektivitas penerapan pembelajaran

generatif berintegrasi imtak pada materi

ajar listrik dinamis bagi siswa kelas X

MAN 1 Banjarmasin. Adapun tujuan

khusus dari penelitian ini adalah

mendeskripsikan: (1) kelayakan

perangkat pembelajaran yang

dikembangkan, (2) keterlaksanaan RPP,

(3) hasil belajar produk siswa, (4) hasil

belajar imtak siswa, dan (5) respon

siswa. Manfaat yang diperoleh dari

penelitian pengembangan ini adalah (1)

bagi sekolah, tersedianya perangkat

pembelajaran generatif berintegrasi

imtak pada materi ajar listrik dinamis,

(2) bagi guru pengajar fisika, sebagai

contoh pembelajaran generatif

berintegrasi imtak pada materi ajar

listrik dinamis yang mungkin dapat

dikembangkan untuk materi ajar yang

lain, (3) bagi peneliti, akan mendapat

pengalaman yang berharga untuk

melaksanakan tugas di masa yang akan

datang dan memperoleh pemahaman

yang lebih baik tentang penggunaan

pembelajaran generatif berintegrasi

imtak, dan (4) bagi penelitian

selanjutnya, sebagai acuan untuk

melakukan penelitian selanjutnya

mengenai pembelajaran generatif

berintegrasi imtak.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah

penelitian pengembangan. Perangkat

pembelajaran yang dikembangkan

berupa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), materi ajar,

Lembar Kerja Siswa (LKS), dan

instrumen Tes Hasil Belajar (THB).

Langkah-langkah pengembangan dalam

penelitian ini mengikuti langkah-

langkah yang terdapat dalam model

pengembangan perangkat pembelajaran

Dick and Carey yang meliputi: (1)

identifikasi tujuan pembelajaran, (2)

analisis materi ajar, (3) analisis

karakteristik siswa, (4) merumuskan

tujuan kinerja, (5) pengembangan tes

acuan patokan, (6) mengembangkan

strategi pembelajaran, (7) pemilihan

media pembelajaran, (8) pengembangan

perangkat, (9) melaksanakan validasi,

(10) melaksanakan simulasi, (11)

melaksanakan ujicoba, dan (12)

membuat laporan (Rachmayanti, 2011:

23). Penelitian dilakukan sebanyak tiga

pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 40

menit untuk tiap pertemuan yang mana

pada tiap pertemuan tersebut membahas

materi hukum Ohm, hukum Kirchhoff,

energi dan daya listrik. Rancangan

penelitian saat ujicoba kelas

Page 4: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GENERATIF …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013

181

menggunakan One Group Pretest and

Posttest Design, sebagaimana yang

dinyatakan oleh Suryabrata (2010) yaitu

dengan prosedur memberikan uji awal

sebelum pembelajaran diterapkan

(pretest), menerapkan pembelajaran

generatif beritegrasi imtak (treatment),

dan memberikan uji akhir setelah

pembelajaran diterapkan (posttest).

Subjek penelitian dari penelitian

pengembangan ini adalah peneliti

sekaligus sebagai pengajar dan siswa

kelas X-F MAN 1 Banjarmasin tahun

ajaran 2011/2012 yang berjumlah 36

orang siswa yang terdiri atas 12 orang

siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan.

Penelitian ini berlangsung dari bulan

April 2012 sampai dengan bulan Juni

2012 yang dilaksanakan pada semester

genap tahun pelajaran 2011/2012 di

kelas X-F MAN 1 Banjarmasin yang

beralamat di Jl. Kampung Melayu Darat

RT. 11 No. 31 Kelurahan Seberang

Mesjid Kecamatan Banjarmasin Tengah

Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan

Selatan Kode Pos 70231.

Data hasil penelitian diperoleh dari

merekam: (1) kelayakan perangkat

pembelajaran berdasarkan validasi pakar

dan praktisi dengan menggunakan

lembar validasi RPP, materi ajar, LKS,

dan THB; (2) keterlaksaan RPP selama

pembelajaran dengan menggunakan

lembar pengamatan keterlaksanaan RPP

(LPK-RPP), (3) hasil belajar siswa

mengenai materi fisika dengan

menggunakan THB-Produk, (4) hasil

belajar siswa mengenai materi imtak

dengan menggunakan THB-Imtak, dan

(5) respon siswa dengan menggunakan

angket respon siswa (A-RS). Untuk

menganalisis data tersebut digunakan

analisis deskriptif kuantitatif dan

deskriptif kualitatif.

HASIL

Hasil Validasi Perangkat

Pembelajaran

Validasi perangkat pembelajaran

dilakukan untuk mengetahui kelayakan

perangkat RPP, materi ajar, LKS, dan

instrumen penilian THB draf 1. Validasi

perangkat dilakukan oleh Drs Zainuddin,

M.Pd selaku pakar dan Gusti Nuardi,

S.Pd selaku praktisi.

Hasil validasi RPP

Hasil analisis validasi RPP dapat

dilihat pada Tabel 1 yang dinilai dari

aspek indikator, tujuan pembelajaran,

dan penyusunan rencana pembelajaran

(RPP).

Page 5: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GENERATIF …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013

182

Tabel 1 Hasil validasi RPP

No Uraian

Rata-rata Skala

Penilaian RPP

pertemuan Rata-

rata

Katego

ri

I II III

I

A. Indikator

1. Kesesuaian dengan

tujuan 3,50 3,50 3,50 3,50 Layak

2. Kemampuan yang

terkandung dalam

tujuan pembelajaran

3,50 4,00 3,50 3,67 Layak

II

B. Tujuan Pembelajaran

1. Ketepatan penjabaran

indikator ke dalam

tujuan pembelajaran

3,50 3,50 3,50 3,50 Layak

2. Kesesuaian tujuan

pembelajaran dengan

alokasi waktu

3,00 3,00 4,00 3,33 Layak

3. Dapat dan mudah

diukur 4,00 4,00 4,00 4,00 Layak

4. Mengandung kata-kata

operasional 4,00 4,00 4,00 4,00 Layak

5. Mengandung hanya

satu aspek tingkah laku 4,00 4,00 4,00 4,00 Layak

III

C. Penyusunan rencana pembelajaran (RP)

1. Kegiatan pendahuluan 4,00 3,50 3,50 3,67 Layak

2. Kegiatan inti 3,00 3,00 3,00 3,00 Layak

3. Penutup 4,00 4,00 4,00 4,00 Layak

4. Pemberian tugas 4,00 4,00 4,00 4,00 Layak

Rata-rata 3,68 3,68 3,73 3,70 Layak

Reliabilitas(%) 96,30 96,30 95,12 95,91

Keterangan Baik Baik Baik Baik

Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil

penilaian RPP untuk tiap pertemuan

meliputi aspek indikator, tujuan

pembelajaran, dan penyusunan rencana

pembelajaran dalam kategori layak.

Secara keseluruhan pun penilaian RPP

berkategori layak yang menunjukkan

bahwa RPP yang dikembangkan layak

digunakan di kelas.

Hasil validasi materi ajar

Materi ajar listrik dinamis yang

dikembangkan terdiri dari tiga

pertemuan, menunjukkan bahwa hasil

validasi materi ajar yang terdiri dari

aspek kesesuaian materi, kata-kata sains

dan istilah, kebenaran konsep, urutan

konsep, gambar menunjang materi,

keterangan gambar, contoh

permasalahan yang menunjang materi,

keterbacaan bahasa, dan daftar

kepustakaan untuk setiap pertemuan

Page 6: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GENERATIF …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013

183

mendapatkan nilai rata-rata yang baik,

reliabilitas baik, dan berada dalam

kategori layak. Hal ini menunjukkan

bahwa materi ajar yang dikembangkan

layak sebagai perangkat pembelajaran.

Hasil validasi LKS

Menunjukkan bahwa hasil penilaian

LKS yang terdiri dari aspek format

penilaian LKS, pertanyaan/analisis, dan

perintah pelaksanaan dalam kategori

layak. Hal ini menunjukkan bahwa LKS

yang dikembangkan layak sebagai

perangkat pembelajaran.

Keterlaksanaan rencana pelaksanaan

pembelajaran

Instrumen LPK-RPP digunakan

untuk mengetahui terlaksana atau

tidaknya skenario pembelajaran yang

terdapat pada RPP dengan model

pembelajaran generatif berintegrasi

imtak yang diisi oleh dua orang

pengamat selama kegiatan belajar

mengajar berlangsung. Hasil yang

diperoleh untuk keterlaksanaan RPP,

yaitu persentase keterlaksaan (K) dan

reliabilitasnya dijabarkan pada Tabel 5

berikut.

Tabel 5 Ringkasan persentase dan reliabilitas keterlaksanaan RPP

Tahap

Pembelajaran

Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Rata-

rata

(%) Kriteria

K (%) Kriteri

a

K

(%) Kriteria K (%) Kriteria

Pendahuluan 100 Sangat

Baik 100

Sangat

Baik 100

Sangat

Baik 100

Sangat

Baik

Kegiatan Inti 100 Sangat

Baik 100

Sangat

Baik 100

Sangat

Baik 100

Sangat

Baik

Penutup 100 Sangat

Baik 100

Sangat

Baik 100

Sangat

Baik 100

Sangat

Baik

Rata-rata

(%) 100

Sangat

Baik 100

Sangat

Baik 100

Sangat

Baik 100

Sangat

Baik

Reliabilitas

(%) 100 Baik 100 Baik 100 Baik 100 Baik

Berdasarkan tabel di atas, terlihat

bahwa persentase rata-rata

keterlaksanaan RPP pada setiap

pertemuan adalah sebesar 100%, berarti

RPP dalam ujicoba kelas dapat

terlaksana dengan sangat baik.

Reliabilitas yang telah diperoleh

menunjukkan nilai ≥ 75%, berarti

pengamatan terhadap keterlaksanaan

RPP yang direkam pada instrumen LPK-

RPP dapat dikatakan reliabel dan

termasuk dalam kategori baik.

Hasil belajar produk

Hasil belajar siswa yang

berhubungan dengan materi fisika

diukur menggunakan THB-Produk.

Page 7: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GENERATIF …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013

184

Berdasarkan standar ketuntasan yang

ditetapkan di MAN 1 Banjarmasin

ketuntasan individual dicapai jika KB

70% atau siswa mencapai nilai 70 dan

ketuntasan klasikal dicapai adalah jika ≥

65% dari seluruh siswa mencapai nilai

70. Sebuah TPK dikatakan tuntas jika

proporsi jawaban benar siswa ≥ 65%.

Pada pertemuan I ketuntasan

klasikalnya adalah tidak tuntas, yaitu

hanya sebesar 55,56%, yakni sebanyak

20 siswa yang tuntas secara individual

dari 36 siswa, sedangkan ketuntasan

klasikal pada pertemuan II mengalami

peningkatan menjadi 71,88% sehingga

ketuntasan secara klasikal dinyatakan

tuntas, dengan rincian sebanyak 23

siswa yang tuntas secara individual dari

32 siswa yang hadir, saat itu 4 orang

siswa tidak hadir. Adapun pertemuan III

ketuntasan klasikal mengalami

peningkatan yang sangat bagus, yaitu

91,67%. Pada pertemuan III ini terdapat

33 siswa yang tuntas secara individual

dari 36 siswa.

Hasil belajar imtak

Hasil belajar siswa yang

berhubungan dengan materi imtak yang

berkaitan dengan materi fisika diukur

menggunakan THB-Imtak. Berdasarkan

standar ketuntasan yang ditetapkan di

MAN 1 Banjarmasin ketuntasan

individual dicapai jika KB 70% atau

siswa mencapai nilai 70 dan

ketuntasan klasikal dicapai adalah jika ≥

65% dari seluruh siswa mencapai nilai

70. Sebuah TPK dikatakan tuntas jika

proporsi jawaban benar siswa ≥ 65%.

Berdasarkan hasil ujicoba di kelas

diperoleh data berikut ini.

Pada pertemuan I ketuntasan

klasikal dinyatakan tidak tuntas, yaitu

hanya sebesar 33,33%, yakni sebanyak

12 siswa yang tuntas secara individual

dari 36 siswa, sedangkan ketuntasan

klasikal pada pertemuan II mengalami

peningkatan secara drastis menjadi

96,88% sehingga ketuntasan secara

klasikal dinyatakan tuntas, dengan

rincian sebanyak 31 siswa yang tuntas

secara individual dari 32 siswa yang

hadir, saat itu 4 orang siswa tidak hadir.

Sayangnya, pada pertemuan III

ketuntasan klasikal mengalami

penurunan menjadi 63,89%. Pada

pertemuan III ini terdapat 23 siswa yang

tuntas secara individual dari 36 siswa.

Respon siswa

Instrumen yang digunakan untuk

mengetahui respon siswa terhadap

model pembelajaran generatif

berintegrasi imtak ini adalah angket

respon siswa. Angket respon siswa ini

diisi oleh siswa setelah pertemuan III.

Angket ini terdiri atas dua macam, yaitu

angket minat dan angket motivasi yang

didasarkan pada model ARCS yakni

Page 8: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GENERATIF …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013

185

meliputi aspek Attention (perhatian),

Relevance (keterkaitan), Confidence

(keyakinan), dan Satisfaction

(kepuasan).

Pembahasan Hasil Penelitian

Kelayakan perangkat

Rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP)

Secara teoritik, menurut dua orang

validator, RPP dinyatakan layak dan

reliabilitas penilaian kelayakan RPP

juga baik, berarti RPP memang telah

layak digunakan di kelas. Berdasarkan

hasil validasi para validator, terlihat

bahwa aspek penyusunan rencana

pembelajaran kegiatan inti mendapat

skor rata-rata paling rendah. Hal ini

menandakan bahwa kegiatan inti harus

dirancang sebaik mungkin agar jumlah

kegiatan yang dilakukan sesuai dengan

alokasi waktu dan siswa dapat

memahami materi dengan baik. RPP

selanjutnya perlu diperbaiki sesuai

dengan saran validator dan hasil análisis

skor validasi sebelum diujicoba di kelas.

Materi ajar

Materi ajar yang dikembangkan

sebagai panduan dan sumber belajar

bagi siswa dalam mempelajari materi

yang dibahas. Berdasarkan validasi

pakar dan praktisi, materi ajar

dinyatakan layak dan reliabilitas

penilaian validator terhadap kelayakan

materi ajar masuk kategori baik

walaupun dengan beberapa perbaikan

sesuai saran yang diberikan agar

menjadi lebih baik yang selanjutnya

dapat digunakan di kelas. Berdasarkan

validasi para validator aspek urutan

konsep mendapat skor paling rendah.

Urutan konsep memang sangat perlu

diperhatikan agar pengetahuan siswa

dapat terbangun secara berurutan dan

memudahkan siswa memahami materi

ajar. Dengan demikian, urutan konsep

pada materi ajar perlu diperbaiki sesuai

saran sebelum digunakan pada ujicoba

kelas. Selain itu, isi materi dan gambar

yang menunjang materi perlu ditambah

dan dibuat semenarik mungkin agar

siswa memiliki minat dan termotivasi

untuk belajar.

Lembar kerja siswa

Lembar kerja siswa (LKS) yang

dikembangkan dinyatakan layak oleh

pakar dan praktisi. Reliabilitas penilaian

validator terhadap kelayakan LKS

masuk kategori baik walaupun dengan

beberapa perbaikan. LKS dirancang

dengan harapan dapat membuat siswa

mencapai semua tujuan pembelajaran

yang direncanakan karena jika siswa

berhasil menyelesaikan persoalan yang

ada LKS maka tujuan pembelajaran

tercapai. Soal-soal di LKS dirancang

mirip dengan soal THB sehingga akan

memudahkan dan memfokuskan

perhatian siswa dalam belajar. LKS

Page 9: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GENERATIF …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013

186

dirancang agar siswa dapat

menyelesaikan segala persoalan yang

diberikan melalui diskusi kelompok.

Berdasarkan validasi para validator,

aspek perintah pelaksanaan yaitu

prosedur pelaksanaan sesuai

pembelajaran mendapat skor rata-rata

paling rendah sehingga peneliti harus

sangat memperhatikan penggunaan LKS

agar sesuai dengan kegiatan yang tertulis

di RPP dan setiap pertanyaan yang

tercantum di LKS memang menunjang

setiap kegiatan di RPP. Prosedur

pelaksanaan dan pertanyaan di LKS pun

perlu diperjelas agar siswa dapat

memahami perintah dan pertanyaan

yang ada sehingga dapat memberikan

jawaban yang sesuai.

Tes hasil belajar

Dalam penelitian ini, THB

digunakan ada dua yaitu THB-Produk

dan THB-Imtak. Secara teori, menurut

para validator soal-soal pada kedua THB

tersebut telah layak digunakan untuk

mengevaluasi kemampuan siswa

walaupun ada beberapa revisi sesuai

dengan saran validator sebelum

digunakan di kelas. Berdasarkan validasi

para validator dapat diketahui bahwa

kunci jawaban beberapa soal baik THB-

Produk maupun THB-Imtak, khususnya

skor yang diberikan untuk setiap soal

harus diperbaiki dan disesuaikan dengan

tingkat kesulitan soal. Ada pula soal

yang disarankan memperbaiki tujuan

pembelajaran agar tagihan soal tidak

terlalu banyak dan soal tersebut dapat

dipahami siswa. Setelah dilakukan

perbaikan sesuai saran, THB dapat

digunakan.

Keterlaksanaan rencana pelaksanaan

pembelajaran

Berdasarkan hasil ujicoba di

lapangan, persentase keterlaksanaan

RPP pertemuan I, II, dan III telah

mencapai 100% dengan kriteria sangat

baik dan reliabilitas 100% dengan

kategori baik. Hal ini menandakan

bahwa setiap kegiatan pembelajaran

telah terlaksana. Walaupun pengamatan

dua orang observer menunjukkan hasil

seperti itu, tetapi berdasarkan

pengamatan guru sendiri ada beberapa

hal penting yang perlu dikemukakan.

Dalam pelaksanaan KBM, guru

terburu-buru dalam melaksanakan

semua kegiatan yang ada di RPP karena

padatnya kegiatan yang tercantum di

RPP yang ternyata masih belum sesuai

dengan alokasi waktu. Sebagian

pertanyaan untuk memotivasi siswa

yang diberikan guru pada kegiatan

pendahuluan sudah bisa terjawab oleh

sebagian siswa sehingga masih kurang

menarik perhatian. Pada saat fase

tantangan dan konfrontasi, siswa diminta

untuk mencari ayat Alquran atau hadis

yang berhubungan dengan materi yang

Page 10: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GENERATIF …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013

187

dibahas, siswa nampak antusias

walaupun jawaban siswa masih banyak

yang tidak tepat. Adapun demonstrasi

rangkaian listrik yang diperlihatkan guru

cukup menarik perhatian siswa karena

siswa antusias memperhatikannya. Hal

ini menandakan metode demonstrasi

dapat merangsang perhatian dan rasa

ingin tahu siswa. Namun, masih kurang

efektif dalam membuat siswa

memahami rangkaian listrik yang

didemonstrasikan karena setiap siswa

hanya melihat guru yang dibantu dua

orang siswa merangkai alat listrik. Akan

jauh lebih baik jika setiap kelompok

dapat melakukan percobaan.

Guru memberikan waktu yang

sangat singkat bagi siswa untuk

berdiskusi sehingga pertanyaan di LKS

tidak dapat diselesaikan sesuai dengan

harapan, masih banyak kelompok yang

belum selesai mengisi LKS-nya,

khususnya pertanyaan-pertanyaan LKS

pada fase 4. Secara keseluruhan,

pertanyaan di LKS lebih banyak dijawab

guru karena nampaknya siswa bingung

mengerjakannya. Guru terlalu mendesak

siswa untuk cepat menyelesaikan LKS

sehingga mereka pun berpikir dengan

terburu-buru dan hasilnya tidak

memuaskan. Lagipula kerjasama siswa

dalam mengerjakan LKS masih sangat

kurang dan belum termotivasi untuk

menyelesaikan soal-soal di LKS. LKS

hanya dikerjakan oleh satu atau dua

orang siswa saja dalam kelompok. Oleh

karena itu, pembagian kelompok siswa

sebaiknya tidak hanya bertumpu pada

nilai kognitif saja tetapi

mempertimbangkan pula kemampuan

siswa dalam berinteraksi sosial dan

bekerja sama sehingga dalam pembagian

kelompok sebaiknya melibatkan guru

pengajar yang lebih mengetahui sifat

setiap siswa.

Hasil belajar produk

Pada pertemuan I ketuntasan

klasikalnya adalah tidak tuntas, padahal

materi hukum Ohm ini bukanlah materi

yang baru bagi siswa, materi hukum

Ohm sudah pernah diperoleh siswa di

tingkat SMP/MTs sehingga diharapkan

siswa dapat memahami materi dengan

mudah dan ketuntasan yang dicapai

dapat memuaskan. Pada pertemuan II,

ketuntasan secara klasikal dinyatakan

tuntas. Dilihat dari materi yang

disampaikan adalah mengenai hukum

Kirchhoff baik hukum I maupun hukum

II Kirchhoff. Hukum I Kirchhoff sendiri

telah dikenal siswa di SMP/MTs

lagipula materi ini memang tidak begitu

sulit sehingga siswa cepat

memahaminya. Namun, untuk hukum II

Kirchhoff memang baru diperoleh di

tingkat SMA/MA sehingga memerlukan

pemahaman yang mendalam. Lagipula

pengalaman siswa pada pertemuan I

Page 11: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GENERATIF …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013

188

bahwa soal pretest sama dengan posttest

menyebabkan siswa dapat menduga soal

posttest pertemuan II yang akan diujikan

guru. Ketuntasan klasikal belum

mencapai 100% karena guru masih

terburu-buru dalam melaksanakan setiap

kegiatan pada RPP dan guru

memberikan waktu yang singkat bagi

siswa untuk mendiskusikan pertanyaan-

pertanyaan di LKS fase 4. Padahal

pertanyaan-pertanyaan tersebut mirip

dengan soal THB.

Adapun pertemuan III ketuntasan

klasikal mengalami peningkatan yang

sangat bagus, yaitu 91,67%. Hal ini

terjadi karena siswa sudah mulai terbiasa

dengan pembelajaran yang diterapkan,

pembelajaran tidak kaku, materi energi

dan daya listrik lebih mudah dipahami

sehingga soal-soal di LKS yang mirip

dengan soal THB dapat diselesaikan,

dan guru tidak terburu-buru menjelaskan

materi fisika.

Hasil belajar imtak

Pada pertemuan I, ketuntasan yang

diperoleh sangat rendah, yaitu hanya

33,33% sehingga tidak tuntas secara

klasikal hal ini karena memang untuk

pertemuan I, penjelasan guru terhadap

keterkaitan ayat Alquran dan hadis

terhadap hukum Ohm buru-buru,

singkat, dan tidak optimal sehingga

pemahaman siswa terhadap hal ini pun

rendah.

Pada pertemuan II, ketuntasan yang

diperoleh sangat bagus, yaitu 96,88%.

Hal ini karena ayat-ayat Alquran yang

dipelajari termasuk ayat yang populer

bagi siswa dan mudah dipahami siswa.

Pada pertemuan III, ketuntasan klasikal

kembali menjadi tidak tuntas. Hal ini

karena siswa salah menulis huruf Arab,

tidak memberi tanda baca dengan tepat,

tidak lengkap menulis ayat Alquran,

tidak menjelaskan dengan lengkap

hubungan ayat Alquran dengan materi

fisika, dan tagihan soal tidak jelas

sehingga membuat siswa bingung

menjawab soal tersebut.

Reliabilitas THB-Imtak pada setiap

pertemuan tidak tinggi yang disebabkan

oleh siswa belum pernah dan terbiasa

mengerjakan soal tes fisika yang

berintegrasi imtak, butir soal yang

sedikit, waktu pemberian tes yang tidak

terlalu lama sehingga siswa buru-

buru/cepat mengerjakan soal, kurang

tepat memberikan skor pada kunci

jawaban dan jawaban siswa, siswa salah

menafsirkan soal karena soal yang

kurang jelas, siswa mungkin belum siap

ujian, dan beberapa siswa mencontek

serta membuka materi ajar.

Respon siswa

Berdasarkan analisis data respon

siswa, diperoleh gambaran minat dan

motivasi siswa yaitu minat dan motivasi

siswa berada dalam kriteria baik.

Page 12: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GENERATIF …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013

189

Respon siswa baik minat maupun

motivasi yang berkriteria baik

menunjukkan bahwa siswa sudah mulai

terbiasa dengan pembelajaran generatif

berintegrasi imtak, mulai dapat

beradaptasi dengan pembelajaran yang

diterapkan, dan siswa merasa mengerti

terhadap materi ajar sehingga siswa

merasa berminat dan termotivasi untuk

belajar dan mengikuti pembelajaran

tersebut.

Respon minat dan motivasi yang

terdiri dari aspek perhatian, relevansi,

keyakinan, dan kepuasan berkriteria baik

menandakan bahwa siswa memiliki

minat yang baik untuk belajar dan siswa

memiliki dorongan yang baik untuk

belajar, baik dorongan dari dalam

(motivasi internal) maupun dorongan

dari luar (motivasi eksternal).

Kesimpulan umum yang dapat

diambil dari pembahasan ini adalah

siswa senang dengan pembelajaran dan

perangkat yang dirancang dan

dikembangkan oleh peneliti.

Pembelajaran ini masih bisa terus

diterapkan di kelas karena respon siswa

terhadap pembelajaran ini baik. Hasil ini

memperkuat hasil penelitian Andrian

(2010) dan Lutfiana (2010)

menunjukkan bahwa respon siswa

terhadap penerapan pembelajaran

generatif berkategori baik.

Efektivitas pembelajaran

Secara umum, efektivitas

pembelajaran produk sebesar 72,86%

lebih tinggi daripada efektivitas

pembelajaran imtak sebesar 66,01%. Hal

ini menandakan bahwa siswa cenderung

lebih mudah memahami materi fisika

daripada materi imtak yang

berhubungan dengan fisika sebab skor

THB-Produk lebih tinggi dari pada skor

THB-Imtak. Selain itu, pembelajaran

produk memang lebih efektif karena

penjelasan guru terhadap materi fisika

yang berintegrasi imtak (pengetahuan

imtak) masih belum optimal. Lagipula

dilihat nilai tes siswa dan sikap siswa

saat mengikuti tes, siswa cenderung

lebih mengutamakan dan bersungguh-

sungguh mengerjakannya THB-Produk

karena THB-Imtak selama ini belum

pernah diujikan oleh guru sehingga

siswa belum terbiasa menjawab soal tes

seperti ini.

Secara keseluruhan, efektivitas

pembelajaran ketiga pertemuan adalah

69,43% dengan kriteria efektif.

Persentase ini menunjukkan bahwa

secara keseluruhan untuk ketiga

pertemuan pembelajaran generatif

berintegrasi imtak efektif meningkatkan

hasil belajar siswa, baik hasil belajar

produk maupun hasil belajar imtak. Ini

menandakan dalam proses pembelajaran

setiap komponen pembelajaran termasuk

perangkat pembelajaran (RPP, materi

Page 13: PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GENERATIF …

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013

190

ajar, LKS, dan THB) berfungsi dengan

efektif, siswa merasa senang, siswa puas

dengan hasil pembelajaran, membawa

kesan, media pembelajaran memadai,

metode yang diterapkan guru efektif

membuat siswa memahami materi, dan

guru cukup baik mengelola kelas. Hasil

ini sejalan dengan penelitian Linden dan

Wittrock (1981), Mackenzie dan White

(1982), serta Osborne dan Wittrock

(1983) yang menunjukkan bahwa

penerapan pembelajaran generatif

terbukti dapat meningkatkan

pemahaman siswa. Hasil penelitian

Sa’adah (2009), Andrian (2010), dan

Lutfiana (2010) juga menunjukkan

bahwa implementasi pembelajaran

generatif efektif untuk meningkatkan

hasil belajar siswa.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat

disimpulkan bahwa efektivitas

penerapan pembelajaran generatif

berintegrasi imtak pada materi ajar

listrik dinamis bagi siswa kelas X MAN

1 Banjarmasin adalah 69,43% yang

masuk kriteria efektif. Hal ini berarti

pembelajaran generatif berintegrasi

imtak efektif meningkatkan hasil belajar

produk dan imtak siswa pada materi ajar

listrik dinamis.

DAFTAR PUSTAKA

Lubis. M. & W. Widayana. (1998).

Suplemen Fisika Untuk

Peningkatan Imtaq Siswa SLTA.

Jakarta: Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan.

Lutfiana, E. (2010). Pengembangan

Model Pembelajaran Generatif

pada Materi Ajar Listrik Dinamis

di SMA Negeri 1 Banjarmasin.

Skripsi Sarjana. Universitas

Lambung Mangkurat, Banjarmasin.

Tidak Dipublikasikan.

Muliawan, J.A. (2005). Pendidikan

Islam Integratif: Upaya

Mengintegrasikan Kembali

Dikotomi Ilmu dan Pendidikan

Islam. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.`

Sauri, S. (2010). Integrasi Imtak Dan

Iptek Dalam Pembelajaran.

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/J

UR._PEND._BAHASA_ARAB/19

5604201983011SOFYAN_SAURI/

makalah2/INTEGRASI_IMTAK_D

AN_IMPTEK_DALAM_PEMBEL

AJARAN.pdf. Diakses 22 Februari

2012.

Suryabrata, S. (2010). Metodologi

Penelitian. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Zainuddin & Suriasa. (2005). Strategi

Belajar Mengajar Fisika.

Banjarmasin: Program Studi

Pendidikan Fisika Universitas

Lambung Mangkurat.