15
PENGEMBANGAN MODEL REVERSE LOGISTICS BATERAI AKI BEKAS DENGAN PENDEKATAN GOAL PROGRAMMING Wilda Tri Farizqi, Udisubakti Ciptomulyono, dan Ahmad Rusdiansyah Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email: [email protected]; [email protected]; [email protected] ABSTRAK Isu tentang adanya pengelolaan limbah dan peremajaan lingkungan memaksa pihak industri untuk menarik kembali produk yang tidak terpakai di masyarakat, baik karena telah habis masa pakainya, ketidakpuasan, atau garansi. Hal ini dilakukan selain untuk mengurangi penumpukan barang di tempat pembuangan akhir, juga untuk mengurangi penggunaan sumber daya asli. Reverse logistics menawarkan konsep pengembalian barang dari konsumen akhir ke manufaktur dengan tujuan penggunaan kembali atau disposal yang tepat. Baterai aki bekas, selain berbahaya apabila cara pembuangannya salah, juga memiliki nilai ekonomis tinggi. Oleh karena itu, untuk dapat memenuhi tuntutan pengelolaan limbah dengan tetap memperhatikan aspek ekonomisnya, pada penelitian ini akan dibuat suatu model reverse logistics dengan pendekatan goal- programming. Model yang dibangun memiliki tiga tujuan, yaitu minimasi biaya reverse logistics, minimasi dampak lingkungan, dan maksimasi jumlah baterai aki bekas yang dikumpulkan. Model dapat diimplementasikan untuk 3 supplier, 1 factory, 1 recycling center, 1 collection center, 2 disposal center, 2 secondary market, 3 distribution center, dan 5 konsumen dengan periode 1 bulan. Kata kunci : goal-programming, reverse logistics ABSTRACT The environmental issues and shortage of natural resources in the world make industrial sector to rethinking of their strategy for consuming unused products, either because it has exhausted its useful life, dissatisfaction, or warranty. It seems that this strategy could reduce the amount quantity of waste in disposal areas as well to depend on virgin material for input material of production. Reverse logistics offers the concept of goods return from manufacturing to end consumers in order to reuse or proper disposal. This research concerns to management of used batteries that contains a hazardous material/chemicals and creates a problem of environmental inputs if it is not properly treated in disposal area, though, this product remains to have a high economic value due to its chemicals contents. In order to respect to economic value, this reverse logistics model accommodate an objective not only to minimize the total cost, but also consider the other objective based on the multi criteria analysis. The reverse logistics model developed is goal programming model, which take into account 3 objectives in optimization process namely a) to minimize the total reverse logistics cost, b)to minimize the environmental impact, c) to maximize the number of quantity used batteries collected. In order to verify the validity of model, it was implemented on case for three suppliers, a factory, a recycling center, a collection center, two disposal centers, two secondary market, three distribution centers, and 5 consumers with a period of 1 month. Keywords : goal-programming, reverse logistics 1. Pendahuluan Sejumlah peraturan nasional, internasional, dan perundang-undangan yang mengatur pengelolaan sampah serta tekanan dari masyarakat menuntut perusahaan dapat meminimalkan semua jenis limbah dalam rantai pasokan mereka. Peraturan-peraturan tersebut diantaranya adalah UU No 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, UU No 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, PP No 18 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun. Dorongan-dorongan tersebut membuat perhatian terhadap pengelolaan limbah cukup meningkat di tahun-tahun terakhir dan penekanan telah bergeser ke arah daur ulang sebagai salah satu alternatif untuk mengelola limbah. Pelaksanaan undang-undang, tanggung

PENGEMBANGAN MODEL REVERSE LOGISTICS BATERAI AKI … · amount quantity of waste in disposal areas as well to depend on virgin material for input material of production. Reverse logistics

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGEMBANGAN MODEL REVERSE LOGISTICS BATERAI AKI … · amount quantity of waste in disposal areas as well to depend on virgin material for input material of production. Reverse logistics

PENGEMBANGAN MODEL REVERSE LOGISTICS BATERAI AKI BEKAS

DENGAN PENDEKATAN GOAL PROGRAMMING

Wilda Tri Farizqi, Udisubakti Ciptomulyono, dan Ahmad Rusdiansyah Jurusan Teknik Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

Email: [email protected]; [email protected]; [email protected]

ABSTRAK Isu tentang adanya pengelolaan limbah dan peremajaan lingkungan memaksa pihak industri

untuk menarik kembali produk yang tidak terpakai di masyarakat, baik karena telah habis masa

pakainya, ketidakpuasan, atau garansi. Hal ini dilakukan selain untuk mengurangi penumpukan

barang di tempat pembuangan akhir, juga untuk mengurangi penggunaan sumber daya asli.

Reverse logistics menawarkan konsep pengembalian barang dari konsumen akhir ke manufaktur

dengan tujuan penggunaan kembali atau disposal yang tepat. Baterai aki bekas, selain berbahaya

apabila cara pembuangannya salah, juga memiliki nilai ekonomis tinggi. Oleh karena itu, untuk

dapat memenuhi tuntutan pengelolaan limbah dengan tetap memperhatikan aspek ekonomisnya,

pada penelitian ini akan dibuat suatu model reverse logistics dengan pendekatan goal-

programming. Model yang dibangun memiliki tiga tujuan, yaitu minimasi biaya reverse logistics,

minimasi dampak lingkungan, dan maksimasi jumlah baterai aki bekas yang dikumpulkan. Model

dapat diimplementasikan untuk 3 supplier, 1 factory, 1 recycling center, 1 collection center, 2

disposal center, 2 secondary market, 3 distribution center, dan 5 konsumen dengan periode 1

bulan.

Kata kunci : goal-programming, reverse logistics

ABSTRACT

The environmental issues and shortage of natural resources in the world make industrial

sector to rethinking of their strategy for consuming unused products, either because it has

exhausted its useful life, dissatisfaction, or warranty. It seems that this strategy could reduce the

amount quantity of waste in disposal areas as well to depend on virgin material for input material

of production. Reverse logistics offers the concept of goods return from manufacturing to end

consumers in order to reuse or proper disposal. This research concerns to management of used

batteries that contains a hazardous material/chemicals and creates a problem of environmental

inputs if it is not properly treated in disposal area, though, this product remains to have a high

economic value due to its chemicals contents. In order to respect to economic value, this reverse

logistics model accommodate an objective not only to minimize the total cost, but also consider the

other objective based on the multi criteria analysis. The reverse logistics model developed is goal

programming model, which take into account 3 objectives in optimization process namely a) to

minimize the total reverse logistics cost, b)to minimize the environmental impact, c) to maximize

the number of quantity used batteries collected. In order to verify the validity of model, it was

implemented on case for three suppliers, a factory, a recycling center, a collection center, two

disposal centers, two secondary market, three distribution centers, and 5 consumers with a period

of 1 month.

Keywords : goal-programming, reverse logistics

1. Pendahuluan

Sejumlah peraturan nasional, internasional,

dan perundang-undangan yang mengatur

pengelolaan sampah serta tekanan dari

masyarakat menuntut perusahaan dapat

meminimalkan semua jenis limbah dalam rantai

pasokan mereka. Peraturan-peraturan tersebut

diantaranya adalah UU No 32 tahun 2009

tentang perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup, UU No 18 tahun 2008

tentang pengelolaan sampah, PP No 18 tahun

1999 tentang pengelolaan limbah bahan

berbahaya dan beracun.

Dorongan-dorongan tersebut membuat

perhatian terhadap pengelolaan limbah cukup

meningkat di tahun-tahun terakhir dan

penekanan telah bergeser ke arah daur ulang

sebagai salah satu alternatif untuk mengelola

limbah. Pelaksanaan undang-undang, tanggung

Page 2: PENGEMBANGAN MODEL REVERSE LOGISTICS BATERAI AKI … · amount quantity of waste in disposal areas as well to depend on virgin material for input material of production. Reverse logistics

2

jawab sosial, pencitraan perusahaan, kepedulian

lingkungan, manfaat ekonomi, dan kesadaran

pelanggan memaksa perusahaan untuk tidak

hanya menyediakan produk yang lebih ramah

lingkungan, tetapi juga untuk mengambil

kembali produk yang digunakan pada akhir

hidupnya. Seperti yang diungkapkan oleh

Rogers dan Tibben-Lembke dalam Jayaraman,

et al. (2003) bahwa produk juga bisa

dikembalikan untuk alasan seperti

ketidakpuasan pelanggan dan garansi. Selain itu,

Beckman et al. juga Thomas dan Griffin

menyatakan semakin banyak perusahaan yang

tertarik dalam meminimalkan dampak

lingkungan dari produk dan layanan, dan

mengambil tindakan proaktif daripada

pendekatan end-of-pipe-line.

Ketika suatu barang telah mencapai akhir

masa hidupnya, barang tersebut biasanya akan

dibuang atau dijual oleh pemiliknya. Ketika

semakin banyak perusahaan menjadi sadar

lingkungan, dan hukum tentang lingkungan

semakin ketat, barang yang rusak atau mencapai

akhir hidupnya akan ditarik atau diambil alih

oleh produsen. Kegiatan reverse logistics

melibatkan transportasi fisik produk yang

digunakan dari pengguna akhir kembali ke

produsen. Kegiatan reverse distribution

melibatkan pemindahan produk cacat dan

berbahaya dari tangan pelanggan. Hal ini juga

mencakup produk-produk yang telah mencapai

masa akhir hidupnya. Kegiatan ini merupakan

sebuah proses dimana perusahaan dapat menjadi

lebih efisien melalui penggunaan kembali dan

pengurangan jumlah bahan yang digunakan.

Namun, jika produk yang dikembalikan tidak

ditangani secara efisien maka perusahaan akan

menanggung biaya yang lebih besar dan dapat

meningkatkan biaya produk baru. Oleh karena

itu, jaringan untuk pengembalian produk harus

efisien dan efektif.

Dalam lampiran 1 PP No 85 tahun 1999,

baterai aki tergolong dalam limbah B3 dari

sumber spesifik dengan kode limbah D218 dan

pencemaran utama berupa logam berat seperti

Cd (kadmium), Pb (timbal), Ni (nikel), Zn

(seng), dan Sb (antimon/stibium), asam/alkali,

dan sel yang mengandung lithium. Apabila

baterai tersebut dibuang sembarangan atau tidak

didaur ulang, maka kandungan logam berat dan

zat-zat berbahaya lain yang ada di baterai dapat

mencemari air dan tanah, yang pada akhirnya

membahayakan tubuh manusia. Bararah (2011)

menjelaskan bahwa limbah baterai tidak hanya

menyebabkan polusi tetapi juga membahayakan

sumber daya alam karena mengandung logam

berat dan elektrolit korosif yang menjadi sumber

daya baterai, seperti timah, merkuri, nikel,

kadmium, lithium, perak, seng, dan mangan.

Baterai aki (timbal-asam) bekas, selain

berbahaya apabila cara pembuangannya salah,

juga memiliki nilai ekonomis tinggi. Pada

gambar 1 dapat dilihat bahwa tingkat daur ulang

baterai sangat tinggi, jadi secara ekonomis perlu

untuk dilakukan mekanisme reverse logistics

atau daur ulang. Daur ulang baterai telah

menjadi topik yang hangat diantara peneliti dan

praktisi dalam beberapa tahun terakhir akibat

peningkatan kendaraan dan juga adanya logam

berat seperti timbal, merkuri, dan kadmium pada

baterai. Dibandingkan dengan 55% dari kaleng

aluminium minuman ringan dan bir, 45% dari

surat kabar, 26% dari botol kaca, dan 26% dari

ban, baterai timbal-asam (97% timah)

menempati urutan atas daftar produk konsumen

yang memiliki tingkat daur ulang tinggi (survei

dari Battery Council International).

Gambar 1 Tingkat Daur Ulang Beberapa Material

(sumber : 1)

SmithBucklin Marketing and

Research and Statistics Group 2009 ; 2)

Aluminum

Association, Can Manufacturers Association, and the

Institute of Scrap Recycling Industries 2009 ; 3)

American Forest and Paper Association 2004 ; 4)

EPA 2005 ; 5)

Recycling Revolution 2004 ; 6)

Rubber

Manufacturing Association/Rubber World Journal

2009)

Keuntungan baterai timbal-asam dari sisi

lingkungan adalah pada siklus hidup

tertutupnya. Baterai timbal-asam mengandung

timbal dan plastik yang sekitar 60-80% dapat

didaur ulang. Ketika baterai bekas dikumpulkan,

baterai tersebut akan dikirim ke pendaur ulang

yang diizinkan, di bawah peraturan lingkungan

yang ketat, timbal dan plastik direklamasi dan

dikirim ke produsen baterai baru. Siklus daur

ulang baterai bekas berlangsung tanpa batas. Itu

berarti timbal dan plastik di baterai timbal-asam

Page 3: PENGEMBANGAN MODEL REVERSE LOGISTICS BATERAI AKI … · amount quantity of waste in disposal areas as well to depend on virgin material for input material of production. Reverse logistics

3

yang digunakan dalam mobil, truk, perahu atau

sepeda motor mungkin telah didaur ulang

berkali-kali. Hal ini membuat pembuangan

baterai timbal-asam sangat sukses dari kedua

perspektif lingkungan dan biaya.

Sebelumnya, Indrianti dan Rustikasari

(2010) telah membuat suatu model reverse

logistics untuk industri daur ulang baterai di

Indonesia. Model yang dibuat lebih fokus

kepada aliran material yang optimal dari sudut

pandang kolektor, bukan teknologi yang terlibat

dalam pemilahan, pengumpulan, dan

pengolahan baterai. Pada model linear

programming yang dibangun juga

mempertimbangkan aspek lingkungan, bukan

hanya aspek ekonomi, tetapi kedua aspek

tersebut dituangkan dalam satu objektif, yaitu

memaksimalkan keuntungan yang

berkelanjutan. Hal ini membuat aspek ekonomi

menjadi lebih dominan daripada aspek

lingkungannya. Padahal konsep reverse logistics

muncul karena adanya tuntutan terhadap isu

lingkungan. Menyadari adanya ketimpangan ini,

maka pada tugas akhir ini akan dibangun sebuah

model multi-objective yang dapat

mengakomodasi baik aspek lingkungan maupun

aspek ekonomi, berdasar pada aspirasi atau

pembobotan pelaku usaha. Dan karena model

terdiri dari banyak tujuan dan bersifat

conflicting, seperti pada maksimasi keuntungan

dan minimasi dampak lingkungan, maka model

dibangun dengan menggunakan pendekatan

goal-programming. Dengan menggunakan goal-

programming diharapkan akan didapatkan

keputusan yang memenuhi semua tujuan yang

ditetapkan. Selain itu, dalam Indrianti dan

Rustikasari (2010), diasumsikan bahwa kolektor

merupakan pemasok utama dari bahan daur

ulang untuk produsen baterai. Oleh karena itu,

pada penelitian ini, model akan dikembangkan

dengan tidak hanya kolektor sebagai pemasok

utama, tetapi pemasok asli juga akan

dipertimbangkan. Selain itu, pada model yang

akan dibangun juga akan dimasukkan entitas

baru seperti disposal center dan secondary

market.

2. Perancangan Sistem Pengembalian dan

Daur Ulang Baterai Aki Bekas Pengembalian baterai aki bekas dimulai

dari konsumen baterai aki hingga kembali ke

manufacturer (factory). Alur pengembalian dan

daur ulang baterai aki bekas dapat dilihat pada

gambar 2.

Pada gambar 2 dapat diketahui bahwa

dalam model reverse logistics yang dibangun,

terdapat 8 entitas, yaitu supplier, factory,

recycling center, collection center, disposal

center, secondary market, distribution center,

dan end customer. Supplier

Factories

Distribution Center- Collecting

End

Customer

Collection Center - Disassembly

- Sorting

Recycling

Center

Raw Materials

Scrap Plastic

Secondary Lead Alloy

Disposal

Center

Secondary

Market

Valuable But Not Recycled Component

Waste

Spent Acid

(Sulfuric)

Spent

BatteriesSpent Batteries

Plastic Box

Recycled Lead Alloy

Gambar 2 Alur Pengembalian dan Daur Ulang

Baterai Aki Bekas

Supplier adalah perusahaan lain yang

memasok bahan baku untuk memproduksi

baterai aki baru. Factory adalah perusahaan

yang memproduksi baterai aki. Recycling center

merupakan sebuah tempat daur ulang baterai

aki. Collection center merupakan sebuah tempat

yang digunakan untuk membongkar baterai aki

bekas dan melakukan sorting komponen-

komponen baterai aki bekas yang telah

dibongkar. Disposal center merupakan suatu

tempat pembuangan, dimana akan menerima

komponen-komponen yang tidak diperlukan dan

tidak memiliki nilai jual. Secondary market

adalah suatu tempat yang bersedia membeli

komponen-komponen yang tidak diperlukan

tetapi masih memiliki nilai jual. Distribution

center merupakan sebuah tempat dimana

konsumen dapat membeli baterai aki baru dan

menukarkan baterai aki bekasnya. Sedangkan

end-customer adalah konsumen dari baterai aki.

Dalam model yang dirancang, entitas factory,

recycling center, collection center, dan

distribution center merupakan bagian dari

manufacturer.

Seperti yang terlihat pada gambar 2,

konsumen (end customer) akan menjual atau

mengembalikan baterai aki bekas ke distribution

center (DC). DC kemudian mengumpulkan

baterai aki bekas dari konsumen dan

mengirimkannya ke collection center (CC). Di

collection center, baterai aki bekas dari semua

DC akan dikumpulkan, kemudian di-sorting,

dan dibongkar. Setelah dibongkar, bongkahan-

bongkahan baterai aki bekas tersebut akan

dipilah antara bahan yang dapat didaur ulang

(plastik dan grid timah hitam) dan yang tidak

Page 4: PENGEMBANGAN MODEL REVERSE LOGISTICS BATERAI AKI … · amount quantity of waste in disposal areas as well to depend on virgin material for input material of production. Reverse logistics

4

dapat di daur ulang. Bahan yang tidak dapat

didaur ulang kemudian di pisahkan menjadi

menjadi bahan yang valuable but not recycled

component dan waste, yaitu spent acid

(sulfuric). Bahan yang bersifat valuable but not

recycled component akan dijual ke secondary

market, sedangkan bahan yang bersifat waste,

yaitu spent acid (sulfuric) akan dikirim ke

disposal center. Setelah didapatkan bahan-bahan

yang dapat didaur ulang, bahan tersebut

kemudian di kirim ke recycling center untuk

diolah menjadi bahan baku untuk memproduksi

baterai aki baru. Setelah diolah atau didaur

ulang, bahan baku akan dikirim ke factory untuk

kemudian digunakan dalam memproduksi

baterai aki baru. Selain dari recycling center,

factory mendapatkan pasokan bahan baku dari

supplier (virgin material).

Model reverse logistics yang dirancang

memiliki tiga tujuan, yaitu minimasi biaya

reverse logistics (RLC), minimasi dampak

lingkungan, dan maksimasi jumlah baterai aki

bekas yang dikumpulkan.

Minimasi biaya reverse logistics

Dari sudut pandang produsen, diharapkan

tidak ada biaya yang berlebihan terkait

dengan kegiatan reverse logistics, oleh

karena itu tujuan yang diambil adalah

meminimalkan biaya reverse logistics, yaitu

RLC. Tujuan tersebut didefinisikan sebagai

meminimalkan penyimpangan positif dari

anggaran yang direncanakan untuk kegiatan

reverse logistics (dc+).

Minimasi dampak lingkungan

Pembuangan sembarangan atau

penimbunan baterai aki bekas dapat

mencemari lingkungan, sehingga kegiatan

daur ulang sangat perlu dilakukan. Namun,

proses daur ulang sendiri dapat menimbulkan

pencemaran lingkungan, khususnya pada

pencemaran akibat penggunaan bahan bakar

dan proses pembongkaran. Oleh karena itu,

tujuan lainnya adalah untuk meminimasi

dampak lingkungan akibat penggunaan

bahan bakar dan proses pembongkaran.

Tujuan tersebut dinyatakan sebagai

meminimalkan penyimpangan positif dari

dampak lingkungan penggunaan bahan bakar

(def+) dan meminimalkan penyimpangan

positif dari dampak lingkungan akibat proses

pembongkaran (ded+).

Maksimasi jumlah produk yang dikumpulkan

Kegiatan daur ulang dapat melestarikan

sumber daya alam, khususnya timah hitam

(timbal). Oleh karena itu, tujuan dari

kegiatan reverse logistics adalah

memaksimalkan jumlah baterai aki bekas

yang dikumpulkan. Tujuan dinyatakan

sebagai meminimalkan penyimpangan

negatif dari jumlah baterai bekas yang

dikumpulkan (dq-).

3. Formulasi Model Matematis Goal-

Programming

Seperti yang telah dibahas di bab 2, terdapat 3

tujuan yang akan dicapai. Tujuan pertama yaitu

minimasi biaya reverse logistics yang diwakili

oleh RLC. Tujuan ke-2, yaitu minimasi dampak

lingkungan akibat penggunaan bahan bakar

diwakili oleh FEC dan minimasi dampak

lingkungan akibat proses pembongkaran

diwakili oleh DEC. Sedangkan tujuan ke-3,

yaitu maksimasi dampak lingkungan diwakili

oleh Qdpt.

3.1 Minimasi Biaya Reverse Logistics (RLC) Total biaya reverse logistics (RLC) adalah

keseluruhan biaya yang muncul pada sistem

reverse logistics baterai aki. Keseluruhan biaya

tersebut antara lain :

a. Komponen Biaya Di Factory

Biaya produksi baterai aki baru

TPC Total biaya yang untuk

memproduksi baterai aki di factory

(f)

Qfpt Jumlah produk (p) yang diproses di

factory (f) selama periode waktu (t)

Cfpt Biaya untuk memproduksi produk

(p) di factory (f) selama periode

waktu (t)

Biaya pembelian bahan baku

TRWC Total biaya yang dikeluarkan

untuk membeli bahan baku dari

supplier (s)

Qisft Jumlah bahan baku (i) yang dibeli

dari supplier (s) oleh factory (f)

selama periode waktu (t)

Cist Biaya yang dikeluarkan untuk

membeli bahan baku (i) dari

supplier (s) oleh factory (f)

selama periode waktu (t)

Page 5: PENGEMBANGAN MODEL REVERSE LOGISTICS BATERAI AKI … · amount quantity of waste in disposal areas as well to depend on virgin material for input material of production. Reverse logistics

5

Biaya transportasi untuk mengangkut

bahan baku yang dibeli di supplier

TFSTC Total biaya transportasi dari

factory (f) ke supplier (s)

Cisft Biaya transportasi per ton bahan

baku (i) dari supplier (s) ke

factory (f) selama periode waktu

(t)

Biaya simpan baterai aki baru

dimana

;

TBIC Total biaya simpan produk jadi di

factory (f)

Sfpt Jumlah persediaan produk jadi

dari produk (p) di factory (f)

selama periode waktu (t)

Cfpt Biaya simpan produk (p) di

factory (f) selama periode waktu

(t)

Qfdpt Jumlah produk (p) yang dikirim

factory (f) ke distribution center

(d) selama periode waktu (t)

Biaya simpan bahan baku untuk

memproduksi baterai aki baru

dimana

TRWIC Total biaya simpan bahan baku di

factory (f)

Sift Jumlah persediaan bahan baku (i)

di factory (f) selama periode

waktu (t)

Cift Biaya simpan bahan baku (i) di

factory (f) selama periode waktu

(t)

Qirft Jumlah bahan baku (i) hasil daur

ulang di recycling center (r) yang

dikirim ke factory (f) selama

periode waktu (t)

Xip Jumlah bahan baku (i) yang

diperlukan untuk memproduksi

satu unit produk (p)

Biaya operasional tetap (fixed cost)

FFC Total biaya operasional tetap

(fixed cost) di factory

FCf Biaya operasional tetap (fixed

cost) di factory (f)

b. Komponen Biaya Di Collection Center

Biaya pembongkaran

TDC Total biaya disassembly atau

pembongkaran di collection

center (c)

Qcpt Jumlah produk (p) bekas yang di-

disassembly di collection center

(c) selama periode waktu (t)

Ccpt Biaya disassembly produk (p)

bekas di collection center (c)

selama periode waktu (t)

Biaya sorting

TSC Total biaya sorting di collection

center (c)

SQcpt Jumlah produk (p) bekas yang di-

sorting di collection center (c)

selama periode waktu (t)

SCcpt Biaya sorting produk (p) bekas di

collection center (c) selama

periode waktu (t)

Biaya transportasi untuk mengirim

komponen yang tidak terpakai dan tidak

memiliki nilai jual ke disposal center

dimana ;

TCXTC Total biaya transportasi dari

collection center (c) ke disposal

center (x)

Qcxpt Jumlah produk (p) yang dikirim

collection center (c) ke disposal

center (x) selama periode waktu

(t)

Ccxpt Biaya transportasi dari collection

center (c) ke disposal center (x)

produk (p) selama periode waktu

(t)

DRpt Disposal rate produk (p) selama

periode waktu (t)

Biaya transportasi pengiriman bahan baku

untuk didaur ulang di recycling center

Page 6: PENGEMBANGAN MODEL REVERSE LOGISTICS BATERAI AKI … · amount quantity of waste in disposal areas as well to depend on virgin material for input material of production. Reverse logistics

6

dimana ;

TCRTC Total biaya transportasi dari

collection center (c) ke recycling

center (r)

Qcrpt Jumlah bahan baku (i) siap daur

ulang yang dikirim collection

center (c) ke recycling center (r)

selama periode waktu (t)

Ccrpt Biaya transportasi produk (p) dari

collection center (c) ke recycling

center (r) selama periode waktu

(t)

Yip Persentase bahan baku (i) pada

produk (p) bekas yang didaur

ulang

Biaya transportasi untuk mengirim

komponen yang tidak terpakai tetapi

masih memiliki nilai jual ke secondary

market

dimana ;

VRpt = 1- DRpt - Yip

TCMTC Total biaya transportasi dari

collection center (c) ke secondary

market (m)

Qcmpt Jumlah produk (p) yang dikirim

collection center (c) ke secondary

market (m) selama periode waktu

(t)

Ccmpt Biaya transportasi dari collection

center (c) ke secondary market

(m) produk (p) selama periode

waktu (t)

VRpt Valuable but not recycled

component rate dari produk (p)

selama periode waktu (t)

DRpt Disposal rate produk (p) selama

periode waktu (t)

Yip Persentase bahan baku (i) pada

produk (p) bekas yang didaur

ulang

Biaya simpan

dimana

TCIC Total biaya simpan di collection

center (c)

Scpt Jumlah persediaan produk (p)

bekas di collection center (c)

selama periode waktu (t)

Ccpt Biaya simpan produk (p) bekas di

collection center (c) selama

periode waktu (t)

Biaya operasional tetap (fixed cost)

CFC Total biaya operasional tetap

(fixed cost) di collection center

FCc Biaya operasional tetap (fixed

cost) di collection center (c)

c. Komponen Biaya Di Recycling Center

Biaya proses daur ulang

TRC Total biaya daur ulang di

recycling center (r)

Qirt Jumlah bahan baku (i) hasil

pembongkaran yang di daur ulang

di recycling center (r) selama

periode waktu (t)

Cirt Biaya proses daur ulang bahan

baku (i) di recycling center (r)

selama periode waktu (t)

Biaya transportasi bahan baku yang telah

didaur ulang ke factory

dimana

TRFTC Total biaya transportasi dari

recycling center (r) ke factory (f)

Cirft Biaya transportasi per ton bahan

baku (i) produk (p) hasil daur

ulang di recycling center (r) yang

dibutuhkan factory (f) selama

periode waktu (t)

Wp Berat dari produk (p) bekas yang

di daur ulang

RRirt Recycling rate produk (p) untuk

menghasilkan bahan baku hasil

daur ulang di recycling center (r)

selama periode waktu (t)

Biaya simpan bahan baku

dimana

Page 7: PENGEMBANGAN MODEL REVERSE LOGISTICS BATERAI AKI … · amount quantity of waste in disposal areas as well to depend on virgin material for input material of production. Reverse logistics

7

TRIC Total biaya simpan di recycling

center (r)

Srpt Jumlah persediaan bahan baku (i)

di recycling center (r) selama

periode waktu (t)

Cirt Biaya simpan produk (p) di

recycling center (r) selama

periode waktu (t)

Biaya operasional tetap (fixed cost)

RFC Total biaya operasional tetap

(fixed cost) di recycling center

FCr Biaya operasional tetap (fixed

cost) di recycling center (r)

d. Komponen Biaya Di Distribution Center

Biaya pengumpulan baterai aki bekas

(biaya pembelian baterai aki bekas)

TCC Total biaya pengumpulan di

distribution center (d)

Qdpt Jumlah produk (p) bekas yang

dibeli distribution center (d)

selama periode waktu (t)

Cdpt Biaya pengumpulan produk (p)

yang dikembalikan di distribution

center (d) selama periode waktu

(t) atau biaya yang dikeluarkan

distribution center (d) untuk

membeli produk (p) bekas

Biaya transportasi pengambilan baterai

aki bekas di konsumen

TEDTC Total biaya transportasi dari end

customer (e) ke distribution

center (d)

Qdept Jumlah produk (p) yang diambil

distribution center (d) dari end

customer (e) selama periode

waktu (t)

Cdept Biaya transportasi produk (p) dari

end customer (e) ke distribution

center (d) selama periode waktu

(t)

Biaya transportasi baterai aki bekas ke

collection center

TDCTC Total biaya transportasi dari

distribution center (d) ke

collection center (c)

Qdcpt Jumlah produk (p) bekas yang

dikirim distribution center (d) ke

collection center (c) selama

periode waktu (t)

Cdcpt Biaya transportasi produk (p) dari

distribution center (d) ke

collection center (c) selama

periode waktu (t)

Biaya simpan baterai aki

dimana

TDIC Total biaya simpan di distribution

center

Sdpt Jumlah persediaan produk (p) di

distribution center (d) selama

periode waktu (t)

Cdpt Biaya simpan produk (p) di

distribution center (d) selama

periode waktu (t)

Biaya operasional tetap (fixed cost)

DFC Total biaya operasional tetap

(fixed cost) di distribution center

FCd Biaya operasional tetap (fixed

cost) di distribution center (d)

3.2 Minimasi Dampak Lingkungan

Dampak lingkungan adalah segala bentuk

efek negatif yang muncul akibat proses daur

ulang pada sistem reverse logistics. Dampak

lingkungan ini difokuskan pada dampak

lingkungan akibat penggunaan bahan bakar dan

akibat kegiatan pembongkaran. Dalam Indrianti

dan Rustikasari (2010), dampak lingkungan dari

proses daur ulang didapatkan dari EPS

(Environmental Priority Strategy). EPS

dikembangkan untuk memenuhi persyaratan

dari proses pengembangan produk sehari-hari,

dimana kepedulian lingkungan hanyalah salah

satu di antara beberapa lainnya. Dalam metode

standar EPS, prinsip utamanya adalah untuk

menetapkan emisi atau sumber daya ke kategori

dampak ketika efek yang sebenarnya telah

terjadi atau mungkin terjadi di lingkungan

(prinsip kausalitas). Ini berarti bahwa suatu

emisi tidak hanya ditentukan oleh substansi

Page 8: PENGEMBANGAN MODEL REVERSE LOGISTICS BATERAI AKI … · amount quantity of waste in disposal areas as well to depend on virgin material for input material of production. Reverse logistics

8

dalam aliran, tetapi juga oleh situasi eksposur.

Situasi default paparan yang dicatat adalah

mereka yang hadir saat ini secara global.

Metode default EPS mengevaluasi dampak

lingkungan pada satu atau beberapa subjek

pengaman. Pada Swedish Environmental

Protection Agency, isu lingkungan digambarkan

sebagai 'ancaman' dan 'perlindungan subjek'.

Ancaman adalah mekanisme, seperti

pengasaman dan pemanasan global. Subjek

pengaman adalah hal-hal ingin dijaga di

lingkungan, seperti kesehatan manusia dan

keanekaragaman hayati. Dalam metode default

EPS 2000, yang merupakan update dari versi

1996, kategori dampak diidentifikasi dari lima

perlindungan subyek, yaitu kesehatan manusia,

ekosistem kapasitas produksi, persediaan

sumber daya abiotik, keanekaragaman hayati,

serta nilai-nilai budaya dan rekreasi.

Dampak lingkungan akibat penggunaan

bahan bakar (FEC) difokuskan pada kegiatan

transportasi. Bahan bakar fosil terdiri dari C

(karbon), H (hidrogen), O (oksigen), N

(nitrogen), S (belerang), P (fosfor), dan elemen

lainnya dalam porsi kecil. Tabel 1 menunjukkan

komposisi satu kg bahan bakar diesel. Dalam

hal ini diasumsikan 1 kg bahan bakar sama

dengan 1 liter bahan bakar tersebut.

Tabel 1 Komposisi Satu Kg Bahan Bakar Diesel

Zat Isi Berat

C 86,5 % 0.865 kg

H 0 0

O 0 0

N 0 0

S 1,3 % 0,013

Cl 0 0

Hg 2 x 10-6 % 2 x 10-8 kg

Pb 1,1 x 10-5 % 1,1 x 10-7 kg

Sedangkan dampak dari kegiatan

pembongkaran (DEC) difokuskan pada emisi

udara yang timbul dan nilai sumber daya abiotik

(Pb dan Hg) tiap kg timah hitam (timbal) yang

dihasilkan dari proses pembongkaran.

Sehubungan dengan pembakaran bahan bakar

diesel, tabel 2 dan 3 menunjukkan indeks emisi

udara, faktor pembobotan, dan indikator

kategori metode default EPS 2000. Tabel 2 Indeks Emisi Udara

Senyawa Indeks EPS (ELU/kg)

CO2 0,108

SO2 3,27

Hg 61,4

Pb 2910

Tabel 3 Bobot Faktor dan Indikator Kategori

Metode Default EPS 2000

Sehingga didapatkan formulasi untuk

dampak lingkungan, antara lain :

a. Nilai emisi dari penggunaan bahan bakar

yang dihitung berdasarkan jarak yang

ditempuh selama perjalanan dalam aktivitas

transportasi

FEC Dampak lingkungan akibat

penggunaan bahan bakar

a Jarak yang dicapai dengan 1 liter

bahan bakar ketika mengangkut

komponen setelah dibongkar atau

bahan baku

b Jarak yang dicapai dengan 1 liter

bahan bakar ketika mengangkut

baterai aki

Nilai emisi bahan baku per liter

Lcr Jarak antara collection center (c) dan

recycling center (r)

Lcm Jarak antara collection center (c) dan

secondary market (m)

Lcx Jarak antara collection center (c) dan

disposal center (x)

Lrf Jarak antara recycling center (r) dan

factory (f)

Page 9: PENGEMBANGAN MODEL REVERSE LOGISTICS BATERAI AKI … · amount quantity of waste in disposal areas as well to depend on virgin material for input material of production. Reverse logistics

9

Lsf Jarak antara supplier (s) dan factory

(f)

Led Jarak antara end customer (e) dan

distribution center (d)

Ldc Jarak antara distribution center (d)

dan collection center (c)

VCi Kapasitas maksimum kendaraan

yang digunakan mengangkut produk

atau komponen setelah dibongkar

VCp Kapasitas maksimum kendaraan

yang digunakan mengangkut produk

atau komponen setelah dibongkar

b. Nilai abiotic stock resources dari limbah

timah hitam (timbal) akibat proses

pembongkaran

DEC Dampak lingkungan akibat kegiatan

pembongkaran

Index bahan bakar per liter

Nilai persediaan sumber daya abiotik

per kg timah

3.3 Maksimasi Jumlah Baterai Aki Bekas

yang Dikumpulkan

Maksimasi jumlah baterai aki bekas ini

ditujukan untuk mendukung kedua tujuan

sebelumnya. Dengan jumlah baterai aki bekas

yang jumlahnya cukup banyak, maka biaya

produksi per unit dapat ditekan, walaupun

dampak dari kegiatan pembongkaran menjadi

meningkat. Namun, semakin banyak baterai

bekas yang didaur ulang dapat mengurangi

penggunaan virgin material atau cadangan

sumber daya alam. Tujuan tersebut menyatakan

bahwa jumlah baterai aki bekas yang

dikumpulkan lebih dari target yang ditetapkan.

TRQ Jumlah baterai aki bekas yang

dkumpulkan

Qdpt Jumlah produk (p) bekas yang dikirim ke

distribution center (d) selama periode

waktu (t)

3.4 Kendala-Kendala

Kendala-kendala yang harus dipenuhi

dalam model reverse logistics yang dirancang,

antara lain :

a. Jumlah bahan baku yang dibeli cukup untuk

memenuhi kebutuhan bahan baku di factory

Xip Jumlah bahan baku (i) yang diperlukan

untuk memproduksi satu unit produk

(p)

Dpt Jumlah permintaan produk (p) selama

periode waktu (t)

b. Jumlah baterai aki bekas yang dibeli tidak

melebihi jumlah baterai aki bekas yang

tersedia di konsumen

c. Jumlah bahan baku yang disimpan di factory

selama periode waktu tidak melebihi

kapasitas simpan factory

ISCf Kapasitas penyimpanan bahan baku di

factory (f)

d. Jumlah baterai aki baru yang disimpan di

factory selama periode waktu tidak melebihi

kapasitas simpan factory

PSCf Kapasitas penyimpanan produk jadi di

factory (f)

Page 10: PENGEMBANGAN MODEL REVERSE LOGISTICS BATERAI AKI … · amount quantity of waste in disposal areas as well to depend on virgin material for input material of production. Reverse logistics

10

e. Jumlah baterai aki yang disimpan di

distribution center selama periode waktu

tidak melebihi kapasitas simpan distribution

center

DSCd Kapasitas penyimpanan produk (p) di

distribution center (d)

f. Jumlah bahan baku yang disimpan di

recycling center selama periode waktu tidak

melebihi kapasitas simpan recycling center

RSCr Kapasitas penyimpanan bahan baku (i)

di recycling center (r)

g. Jumlah baterai aki bekas dan bahan baku

yang disimpan di collection center selama

periode waktu tidak melebihi kapasitas

simpan collection center

CSCc Kapasitas penyimpanan produk (p) di

collection center (c)

h. Jumlah bahan baku yang dibeli di supplier

tidak melebihi kapasitas supply dari supplier

tersebut

SSCs Kapasitas supply dari supplier (s)

i. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi

baterai aki selama periode waktu tidak boleh

melebihi waktu yang tersedia

dimana

RTfpt Waktu total yang diperlukan untuk

memproduksi seluruh produk di

factory (f)

ATf Waktu yang tersedia untuk

memproduksi seluruh produk di

factory (f) selama periode waktu

PTpt Waktu yang dibutuhkan untuk

memproduksi 1 unit produk (p) selama

periode waktu (t)

j. Jumlah baterai aki baru yang diproduksi

tidak boleh kurang dari jumlah

permintaannya dan tidak boleh melebihi

kapasitas produksinya

PCfpt Kapasitas produksi produk (p) oleh

factory (f) selama periode waktu (t)

Dpt Jumlah permintaan produk (p) selama

periode waktu (t)

k. Jumlah bahan baku yang didaur ulang tidak

boleh melebihi kapasitas daur ulang di

recycling center

RCrpt Kapasitas daur ulang produk (p) di

recycling center (r) selama periode

waktu (t)

l. Jumlah baterai aki bekas yang dibongkar

tidak boleh melebihi kapasitas bongkar di

collection center

DCcpt Kapasitas disassembly produk (p) di

collection center (c) selama periode

waktu (t)

m. Jumlah baterai aki bekas yang di-sorting

tidak boleh melebihi kapasitas sorting di

collection center

SQcpt Jumlah produk (p) bekas yang di-

sorting di collection center (c) selama

periode waktu (t)

SCcpt Kapasitas sorting produk (p) di

collection center (c) selama periode

waktu (t)

n. Jumlah komponen yang dikirim ke disposal

center tidak boleh melebihi kapasitas

penerimaan di disposal center

XCxpt Kapasitas disposal center (x) untuk

menerima produk (p) selama periode

waktu (t)

o. Jumlah komponen yang dikirim ke

secondary market tidak boleh melebihi

kapasitas secondary market

Page 11: PENGEMBANGAN MODEL REVERSE LOGISTICS BATERAI AKI … · amount quantity of waste in disposal areas as well to depend on virgin material for input material of production. Reverse logistics

11

MCmpt Kapasitas secondary market (m) untuk

menerima produk (p) selama periode

waktu (t)

p. Non-negativity constraint, memastikan

bahwa variabel bernilai positif

; ; ;

;

q. Complementary constraints, memastikan

bahwa salah satu dari deviasi negatif dan

deviasi positif bernilai nol

3.5 Formulasi Model Goal Programming

Dengan demikian, formulasi model goal-

programming untuk model reverse logistics

yang dirancang adalah sebagai berikut :

Lexicographically minimize :

{dc+, def

+, ded

+, dq

- }

Subject to :

1) RLC + dc- – dc

+ = TRLC

TPC + TRWC + TDC + TSC + TRC + TCC

+ TEDTC + TCXTC + TCRTC + TCMTC

+TDCTC + TRFTC + TFSTC + TRIC +

TDIC + TCIC + TBIC + TRWIC + DFC +

CFC + RFC + FFC + dc- – dc

+ = TRLC

2) FEC + def- – def

+ = TFEC

3) DEC + ded- – ded

+ = TDEC

4) + dq- – dq

+ = TRQ

Page 12: PENGEMBANGAN MODEL REVERSE LOGISTICS BATERAI AKI … · amount quantity of waste in disposal areas as well to depend on virgin material for input material of production. Reverse logistics

12

5)

− t

6)

7)

8)

9)

10)

11)

12)

13)

14)

15)

16)

17)

18)

19)

20)

4. Numerical Model

Eksekusi model akan dilakukan untuk 3

supplier, 1 factory, 1 recycling center, 1

collection center, 2 disposal center, 2 secondary

market, 3 distribution center, dan 5 konsumen

dengan periode 1 bulan.

Supplier 1

Supplier 2

Supplier 3

Factory Recycling Center Collection Center

Secondary

Market 1

Secondary

Market 2

Disposal 1 Disposal 2DC

2

DC

3

DC

4

E3

E4

E1

E2

E5

Gambar 3 Model Reverse Logistics

Komponen baterai aki meliputi :

1. Terminal (positif dan negatif)

2. Cairan elektrolit (sulfuric acid)

3. Pembungkus (casing)

4. Pembatas atau penyekat sel

5. Elektroda positif (lead dioxide)

6. Elektroda negatif (lead)

7. Penghubung sel

8. Penutup baterai

Gambar 4 Komponen Penyusun Baterai Aki Bekas

Dari gambar 4 dapat digolongkan bahan

penyusun dari sebuah baterai aki 9 kg antara

lain :

1. Timah hitam 4,8 kg

2. Plastik 3 kg

3. Sulfuric acid 0,9 kg

4. Logam 0,3 kg

Sedangkan sebuah baterai aki bekas dari jenis

yang sama memiliki berat rata-rata 7,9 kg,

dengan rincian bahan penyusun setelah

dibongkar :

- Timah hitam 4,6 kg

- Plastik 2,74 kg

- Sulfuric acid 0,33 kg

- Logam 0,23 kg

Dari bahan-bahan tersebut, yang didaur ulang

hanya timah hitam dan plastik. Logam tidak

didaur ulang karena biaya operasionalnya tinggi

(khususnya biaya untuk membeli peralatan daur

ulang), apalagi jumlah yang diperlukan untuk

produksi baterai aki baru juga kecil, sehingga

akan lebih efisien apabila logam dibeli dari

supplier. Sedangkan untuk cairan elektrolit tidak

dapat didaur ulang, selanjutnya akan dijual ke

Baterai Aki

TerminalCairan

ElektrolitPembungkus

Penutup

BateraiPenyekat Elektroda

Penghubung

Sel

Terminal

Positif

Terminal

Positif

Elektroda

Positif

Elektroda

Negatif

9 kg

Plastik

0.4 kg

Plastik

0.6 kg

Plastik

2 kg

Logam

0.1 kg

Timah

2.2 kg

Timah

2.6 kg

Bahan yang Didaur Ulang

0.9 kg

Logam

0.1 kgLogam

0.1 kg

Page 13: PENGEMBANGAN MODEL REVERSE LOGISTICS BATERAI AKI … · amount quantity of waste in disposal areas as well to depend on virgin material for input material of production. Reverse logistics

13

pabrik kimia (rata-rata 0,29 kg/baterai aki

bekas) dan dibuang (rata-rata 0,04 kg/baterai aki

bekas).

Proses daur ulang timah hitam (dari 1 unit

baterai bekas) menghasilkan 4,14 kg timah

hitam siap pakai dan lead waste 0,46 kg.

Sedangkan proses daur ulang plastik

menghasilkan bijih plastik siap pakai sebanyak

2,57 kg dan limbah sebanyak 0,17 kg. Dengan

demikian dapat diperoleh rasio daur ulang,

dijual ke secondary market, dan dibuang ke

disposal center.

Tingkat daur ulang aki bekas

= 4,14 kg + 2,57 kg

= 6,97 kg (84,9 %)

Tingkat jual ulang komponen penyusun

= 0,29 kg + 0,23 kg

= 0,52 kg (6,6 %)

Tingkat disposal aki bekas

= 0,46 kg + 0,17 kg + 0,04 kg

= 0,67 kg (8,5 %)

Dalam model eksekusi, terdapat 3 supplier

dimana supplier 1 mampu menyediakan timah

hitam dan sulfuric acid, supplier 2 mampu

menyediakan timah hitam dan logam, dan

supplier 3 mampu menyediakan plastik.

Data yang akan digunakan dalam

mengeksekusi model berasal dari hasil

pengamatan dan wawancara di salah satu

perusahaan penyedia baterai aki di Surabaya

serta data tambahan dari pengepul. Data-data

tersebut, antara lain :

Cfpt = 78600 Rp/bulan

Sist = 26000 ; 24000 ; 18000 Rp/kg

Sfp(t-1) = 50 ; 40 ; 25 kg

SSCs = 1600 ; 1500 ; 1900 kg

Sfp(t-1) = 50 unit

FCf = 12000000 Rp/bulan

Cisft = 6000 ; 8200 ; 10100 Rp/trip

Lsf = 6.9 ; 8.6 ; 12 km

ISCf = 2000 kg

PSCf = 700 unit

Cift = 215 Rp/kg

Cfpt = 1920 Rp/kg

PTpt = 25 menit/unit

PCfpt = 1000 unit/bulan

Srp(t-1) = 40 ; 43 ; 20 kg

FCr = 6500000 Rp/bulan

Cirft = 4000 Rp/trip

Lrf = 3.7 km

RSCc = 800 kg

Cirt = 215 Rp/kg

RCrpt = 46000 kg/bulan

Scp(t-1) = 70 unit

FCc = 6000000 Rp/bulan

XCxpt = 630 ; 390 kg

MCmpt = 150 ; 380 kg

Ccrpt = 5700 Rp/trip

Lcr = 6.1 km

Ccxpt = 18500 ; 21000 Rp/trip

Lcx = 17 ; 19 km

Ccmpt = 19600 ; 20200 Rp/trip

Lcm = 18.6 ; 19.4 km

CSCc = 1000 kg

Ccpt = 1920/unit

Dccpt = 250 unit

SCcpt = 5000 Kg

Sdp(t-1) = 70 ; 40 ; 55 unit

FCd = 5700000 ; 5100000 ; 4900000 Rp/bulan

Cdpt = 147500 Rp/unit

Qept = 50 ; 35 ; 60 ; 75 ; 48 unit

Cdcpt = 4800 ; 7400 ; 12300 Rp/trip

Ldc = 5 ; 6.7 ; 11.9 km

Cdept = 2300 ; 6400 ; 5000 ; 4200 ; 4700 ; 2300

; 6400 ; 5000 ; 4200 ; 4700 ; 2300 ;

6400 ; 5000 ; 4200 ; 4700 Rp/trip

Led = 2 ; 5.6 ; 4.7 ; 3.8 ; 4.4 ; 2 ; 5.6 ; 4.7 ; 3.8

; 4.4 ; 2 ; 5.6 ; 4.7 ; 3.8 ; 4.4 km

Qfdpt = 70 ; 87 ; 91 unit

VCi = 2000 kg

VCp = 225, 11 unit

DSCd = 1000 unit

Cdpt = 1920/unit

Dampak Lingkungan Penggunaan Bahan Bakar

Tabel 4 Dampak Penggunaan Bahan Bakar

Elemen Emisi (kg) EPS Default

Methods (ELU)

CO2 3.17167 0.34254036

SO2 0.026 0.08502

Page 14: PENGEMBANGAN MODEL REVERSE LOGISTICS BATERAI AKI … · amount quantity of waste in disposal areas as well to depend on virgin material for input material of production. Reverse logistics

14

Hg 2 x 10-8 1.228 x 10-6

Pb 1.1 x 10-7 3.201 x 10-4

Total 0.427881688

= 0.427881688

Dampak Kegiatan Pembongkaran

Tabel 5 Abiotic Stock Resource per kg Diesel Fuel

Elemen EPS Default Methods (ELU)

Hg 1.06 x 10-3

Pb 1.925 x 10-5

Total 0.00107925

= 0.00107925

Nilai abiotic stock resource dari limbah timah

hitam (timbal) :

Pb EPS index = 175 ELU/kg x 0,46 kg

= 80,5 ELU

Dengan menggunakan software LINGO dan

prioritas tujuan minimasi biaya sebagai prioritas

utama, minimasi dampak lingkungan sebagai

prioritas kedua, dan maksimasi jumlah baterai

aki bekas sebagai prioritas ketiga, didapatkan

biaya reverse logistics sebesar Rp

89.000.000,00 dengan deviasi (Dc+) sebesar 0,

dampak lingkungan sebesar 5637,04 ELU

dengan deviasi (De+) sebesar 0,4007 ELU, dan

jumlah aki bekas yang terkumpul sebesar 0 unit

dengan deviasi (Dq-) sebesar 180 unit. Analisis

sensivititas dilakukan dengan mengubah

prioritas fungsi tujuan, target dampak

lingkungan, dan harga bahan baku. Dengan

mengubah-ubah prioritas fungsi tujuan, akan

didapatkan jumlah baterai aki bekas yang

maksimal (180 unit) dengan menjadikan fungsi

tujuan maksimasi jumlah baterai aki bekas

sebagai prioritas pertama. Namun, akan

berdampak pada peningkatan biaya RL dan

dampak lingkungan yang timbul. Sedangkan

dengan mengubah-ubah target dampak

lingkungan, akan didapatkan jumlah baterai aki

bekas yang maksimal apabila target dampak

lingkungan diperbesar. Namun hal tersebut akan

membuat biaya RL dan dampak lingkungan

yang timbul juga meningkat. Dan dengan

naiknya harga bahan baku, sistem akan

cenderung memilih untuk menggunakan bahan

baku hasil daur ulang, sehingga jumlah baterai

aki bekas yang dikumpulkan menjadi maksimal.

4. Kesimpulan

Pada penelitian ini telah terbentuk suatu

model reverse logistics baterai aki dengan

menggunakan metode goal programming.

Kelebihan-kelebihan dari model yang dibangun

antara lain multi-objective karena model yang

dirancang memiliki lebih dari 1 tujuan yang

ingin dicapai, tidak perlu menentukan bobot

untuk tiap fungsi tujuan karena menggunakan

metode pre-emptive goal programming,

menyajikan entitas yang lengkap dalam jaringan

reverse logistics sehingga dapat dipergunakan

untuk perusahaan besar sekalipun, serta

komponen biaya yang lengkap dan detail

membuat model powerfull dalam membuat

kebijakan, karena hampir semua aspek biaya

yang timbul telah tersedia. Namun, karena

pendekatan yang digunakan adalah pre-emptive

goal programming, maka dapat dimungkinkan

terdapat tujuan yang tidak tercapai.

Struktur model yang dibangun terdiri dari 8

entitas, yaitu supplier, factory, recycling center,

collevtion center, secondary market, disposal

center, distribution center, dan end customer.

Model dibangun dengan tiga tujuan yang ingin

dicapai, yaitu minimasi biaya reverse logistics,

minimasi dampak lingkungan, dan maksimasi

jumlah baterai aki bekas yang dikumpulkan.

Model yang dibangun dapat diimplementasikan

untuk 3 supplier, 1 factory, 1 recycling center, 1

collection center, 2 disposal center, 2 secondary

market, 3 distribution center, dan 5 konsumen

dengan periode 1 bulan. Dengan prioritas fungsi

tujuan minimasi biaya reverse logistics sebagai

prioritas pertama, kemudian dilanjutkan dengan

minimasi dampak lingkungan, dan maksimasi

jumlah baterai aki yang dikumpulkan,

didapatkan biaya reverse logistics sebesar Rp

89.000.000,00, dampak lingkungan 5637,04

ELU, dan jumlah baterai aki bekas terkumpul

sebanyak 0 unit. Jumlah baterai aki bekas

sebesar 0 unit diakibatkan prioritasnya yang

paling akhir. Apabila perusahaan ingin dapat

mengumpulkan baterai aki bekas sebanyak

mungkin, maka tujuan maksimasi jumlah baterai

aki bekas harus dijadikan prioritas pertama.

Dengan demikian, jumlah baterai aki bekas yang

terkumpul menjadi 180 unit tetapi biaya RL dan

dampak lingkungan yang timbul menjadi besar.

Selain itu, peningkatan target dampak

lingkungan dan harga bahan baku dapat

menyebabkan peningkatan biaya reverse

logistics, dampak lingkungan yang timbul, dan

jumlah baterai aki yang dikumpulkan.

Page 15: PENGEMBANGAN MODEL REVERSE LOGISTICS BATERAI AKI … · amount quantity of waste in disposal areas as well to depend on virgin material for input material of production. Reverse logistics

15

Untuk penelitian selanjutnya, model dapat

disempurnakan dengan mengintegrasikan antara

reverse logistics dengan forward logistics

sehingga menjadi closed loop supply chain agar

model yang dibangun semakin utuh dan dapat

merepresentasikan sistem nyata.

5. Daftar Pustaka

Bararah, V. F. 2011, ‘Banyak yang Tidak Tahu

Bahaya Buang Baterai Bekas’, Detikhealth,

17 Maret, diakses 20 Maret 2011,

<http://health.detik.com/read/2011/03/17/13445

2/1594162/775/banyak-yang-tidak-tahu-

bahaya-buang-baterai-bekas>. Barker, T. J., Zabinsky, Z. B. 2010, ‘A

Multicriteria Decision Making Model For

Reverse Logistics Using Analytical

Hierarchy Process’, Omega Journal.

Bernardes, A. M., Espinosa, D. C. R., Tenorio,

J. A. S. 2003, ‘Recycling of Batteries: A

Review of Current Processes and

Technologies’, Journal of Power Sources,

vol. 130, pp. 291-298.

Chang, C. T. 2006, ‘Fuzzy Goal Programming

vs. Multi-Choice Goal Programming’,

Omega Journal.

Espinosa, M. 2011, Reverse Logistics: Strategic

Tool For Industrial Sector, European

Journalism Centre, accessed 20 Maret 2011,

<http://climatechange.thinkaboutit.eu/think4/pos

t/reverse_logistics_strategic_tool_for_industr

ial_sector/>.

Harrington, R. 2006, ‘Reverse Logistics:

Customer Satisfaction, Environment Key to

Success in the 21st Century’, Reverse

Logistics Magazine, Winter/Spring.

Hawks, K., 2006, ‘VP Supply Chain Practice’,

Reverse Logistics Magazine, Winter/Spring.

Indrianti, N., Rustikasari, A. G. 2010, ‘A

Reverse Logistics Model For Battery

Recycling Industry’, Asia Pacific Industrial

Engineering and Management Systems

Conference.

Jayaraman, V., Patterson, R. A., Rolland, E.

2003, ‘The Design Of Reverse Distribution

Networks: Models And Solution

Procedures’, European Journal Of

Operational Research, vol. 150, pp. 128–

149.

Kannan, G., Sasikumar, P., Devika, K., 2009,

‘A Genetic Algorithm Approach For Solving

A Closed Loop Supply Chain Model: A Case

Of Battery Recycling’, Applied

Mathematical Modelling, vol. 34, pp. 655–

670.

Kara, S. S., Onut, S. 2010, ‘A Two-Stage

Stochastic And Robust Programming

Approach To Strategic Planning Of A

Reverse Supply Network: The Case Of Paper

Recycling’, Expert Systems With

Applications, vol. 37, pp. 6129–6137.

Kementerian Lingkungan Hidup, Peraturan,

Peraturan Pemerintah, Indonesia.

Kementerian Lingkungan Hidup, Peraturan,

Undang-Undang, Indonesia.

Mollenkopf, D., Russo, I., Frankel, R. 2007,

‘The Returns Management Process In Supply

Chain Strategy’, International journal of

Physical Distribution & Logistics

Management, vol. 37, pp. 1-25.

Mutha, A., Pokharel, S. 2008, ‘Strategic

Network Design For Reverse Logistics And

Remanufacturing Using New And Old

Product Modules’, Computers & Industrial

Engineering, vol. 56, pp. 334–346.

Nariswari, N. P. A., Pujawan, I. N. 2010,

Simulasi Penerapan Closed System Pada

Distribusi Elpiji 3 Kg (Studi Kasus:

Distribusi Elpiji 3 Kg Kec. Klojen - Malang),

Institut Teknologi Sepuluh Nopember,

Surabaya.

Organization for Economic Co-Operation and

Development 2009, Eco-Innovation In

Industry : Enabling Green Growth.

Pati, R. K., Vrat, P., Kumar, P. 2006, ‘A Goal

Programming Model For Paper Recycling

System’, Omega Journal, vol. 36, pp. 405 –

417.

Reverse Side of Logistics: The Business of

Returns 2005, accessed 3 Februari 2011,

<http://www.forbes.com/2005/11/02/returns-

reverselogistics-market-

cx_rm_1103returns.html>.

Riper, T. V. 2005, ‘Reseller Sees Many Happy

Returns’.

Schultmann, F., Engels, B., Rentz, O. 2003,

‘Closed-Loop Supply Chains For Spent

Batteries’, Interfaces Journal, vol. 3, pp. 57-

71.

Tabucanon, M. T. 1988, Multiple Criteria

Decision Making in Industry, Elsevier

Science Publishing, New York.

US Environmental Protection Agency 2008,

Battery Recycling In USA, accessed 3

Februari 2011,

<http://www.epa.gov/ebtpages/pollrecyclbatt

eries.html>.