94
(Tesis) Oleh MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2019 DESSY PUSPITASARI RUSDIANA PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR REFLEKTIF DAN SELF-CONFIDENCE SISWA

PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

(Tesis)

Oleh

MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2019

DESSY PUSPITASARI RUSDIANA

PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

DENGAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR REFLEKTIF

DAN SELF-CONFIDENCE SISWA

Page 2: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MODEL

WITH PEER TEACHING TO IMPROVE REFLECTIVE THINKING

ABILITY AND THE STUDENTS SELF-CONFIDENCE

By:

Dessy Puspitasari Rusdiana

Low of reflective thinking ability and the students self-confidence, one of which

was caused by the implementation of inexact learning models. Students have

difficult to understand, resolve and build conclusions of mathematical problems

that are presented. Besides, one of the reasons students have difficulty working on

mathematic was that they are not confidence with this decision-making ability

about what to believe and what to do. These problems was the reason for this

research. The purpose of this study was to produce products in the form of

problem based learning (PBL) models sintaks/steps with peer teaching and

knowing their effectiveness to improve reflective thinking ability and the students

self-confidence. This research and development methods (research and

development) following the steps of Borg and Gall. Data collection techniques

used observation, interviews, questionnaires, and tests. The data acquired in this

study is quantitative and qualitative analysis. Quantitative data tested using the

Mann-Whitney U test. The research subjects were student of grade 8th

SMP

Negeri 2 Terbanggi Besar in the academic year of 2018/2019. The results showed

that (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

category, and (2) the PBL model with peer teaching used on effective approach to

improve reflective thinking ability and the students self-confidence.

Key words: problem based learning, peer teaching, reflektif thinking, self-

confidence

Page 3: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

DENGAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR REFLEKTIF

DAN SELF-CONFIDENCE SISWA

Oleh:

Dessy Puspitasari Rusdiana

Rendahnya kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence siswa, salah satunya

disebabkan oleh penerapan model pembelajaran yang kurang tepat. Siswa sulit

memahami, memecahkan masalah dan membuat kesimpulan dari permasalahan

matematika yang disajikan. Selain itu, salah satu alasan siswa sulit mengerjakan

soal matematika adalah siswa tidak percaya diri dengan kemampuannya dalam

mengambil keputusan tentang apa yang harus dipercayai dan tindakan apa yang

akan dilakukan. Permasalahan tersebut merupakan alasan dilakukannya penelitian

ini. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk berupa

sintaks/langkah model Problem Based Learning (PBL) dengan tutor sebaya untuk

meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence siswa. Penelitian

dan pengembangan (research and development) ini mengikuti langkah-langkah

Borg dan Gall. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara,

angket, dan tes. Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis secara

deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diuji menggunakan uji Mann

Whitney-U. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Terbanggi

Besar tahun pelajaran 2018/2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) model

PBL dengan tutor sebaya memiliki kategori valid dan praktis, dan (2) model PBL

dengan tutor sebaya efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan

self-confidence siswa.

Kata kunci: berpikir reflektif, problem based learning, self-confidence, tutor

sebaya

Page 4: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

DENGAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR REFLEKTIF

DAN SELF-CONFIDENCE SISWA

Oleh:

DESSY PUSPITASARI RUSDIANA

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Magister Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 5: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical
Page 6: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical
Page 7: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical
Page 8: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandarjaya Kabupaten Lampung

Tengah, pada tanggal 1 Desember 1995. Penulis adalah

anak pertama dari tiga bersaudara pasangan dari Bapak

Sugarjito, M.Pd dan Ibu Eka Kartika Sari Rusdiana,

memiliki dua orang adik bernama Devvy Aprilia Putri

Rusdiana, A.Md. P dan Daffa Gardika Putra.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Pertiwi Bandarjaya

pada tahun 2001, pendidikan dasar di SD Negeri 3 Bandarjaya pada tahun 2007,

pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 3 Terbanggi Besar pada tahun

2010, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar pada

tahun 2013. Penulis menyelesaikan sarjana program studi Pendidikan Matematika

di Universitas Lampung pada tahun 2017. Penulis menjadi guru Matematika di

SMK Negeri 1 Terbanggi Besar pada tahun 2017-sekarang. Penulis melanjutkan

pendidikan pada program studi Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas

Lampung tahun 2017.

Page 9: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

MOTTO

(“Tidak ada sukses yang mudah, jadi

berjuanglah”)

~Dessy Puspitasari Rusdiana~

Page 10: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

Persembahan

Alhamdulillahirobbil’aalamiin. Segala puji bagi Allah SWT, Sholawat serta salam selalu tercurah

kepada Uswatun Hasanah Rasulullah Muhammad SAW.

Dengan kerendahan hati dan rasa sayang yang tiada henti, kupersembahkan karya ini sebagai tanda cinta, kasih sayang,

dan terimakasihku kepada:

Bapak (Sugarjito, M.Pd) & Ibu (Eka Kartika Sari Rusdiana) tercinta, yang telah membesarkan dan mendidik dengan penuh cinta kasih dan pengorbanan yang tulus serta selalu mendoakan yang terbaik untuk

keberhasilan dan kebahagiaanku.

Kedua adikku tercinta (Devvy Aprilia Putri Rusdiana, A.Md. P & Daffa Gardika Putra) yang selalu mendoakan, memberikan dukungan,

dan semangat padaku.

Seluruh keluarga besar yang terus memberikan do’anya untukku, terima kasih.

Para pendidik yang telah mengajar dan mendidik dengan penuh

kesabaran.

Semua sahabat-sahabatku yang begitu tulus menyayangiku dengan segala kekuranganku, dan ikut mewarnai kehidupanku.

Almamater Universitas Lampung.

Page 11: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

i

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil‟alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah me-

limpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan tesis yang berjudul “Pengembangan Model Problem Based Learning

(PBL) dengan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Reflektif

dan Self-Confidence Siswa” sebagai syarat untuk mencapai gelar Magister

Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan tesis ini tidak

lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Kedua orang tuaku dan kedua adikku, serta seluruh keluarga besarku yang

selalu mendoakan, memberikan motivasi, dukungan, dan semangat kepadaku.

2. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah ber-

sedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian,

motivasi, semangat, serta kritik dan saran yang membangun kepada penulis

selama penulis menempuh pendidikan di perguruan tinggi dan dalam pe-

nyusunan tesis sehingga tesis ini selesai dan menjadi lebih baik.

3. Ibu Dr. Een Yayah Haenilah, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan

pemikiran, perhatian, motivasi, semangat, serta kritik dan saran yang

Page 12: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

ii

membangun kepada penulis selama penyusunan tesis sehingga tesis ini

selesai dan menjadi lebih baik.

4. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Dosen pembahas yang telah

memberikan masukan, kritik, dan saran yang membangun kepada penulis

sehingga tesis ini selesai dan menjadi lebih baik.

5. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister

Pendidikan Matematika, Dosen Pembahas II dan validator Model, Silabus,

RPP dan LKPD dalam penelitian ini yang telah memberikan masukan, kritik,

dan saran yang membangun kepada penulis sehingga tesis ini selesai dan

menjadi lebih baik.

6. Bapak Dr. Joko Sutrisno AB, M.Pd., validator Model, Silabus, RPP dan

LKPD dalam penelitian ini yang telah memberikan masukan yang sangat

mendukung.

7. Ibu Mirra Septia Veranika, M.Psi., Psikolog, validator instrumen self-

confidence yang telah memberikan masukan yang sangat mendukung.

8. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung, beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada

penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

9. Bapak Prof. Mustofa, M.A., Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Lampung, beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan

perhatian dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis.

10. Bapak dan Ibu dosen Magister Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada

penulis.

Page 13: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

iii

11. Ibu Dyah Endras Peni, S.Pd selaku guru mitra yang telah banyak membantu

dalam penelitian.

12. Siswa kelas VIII SMPN 2 Terbanggi Besar yang selalu semangat.

13. Sahabat-sahabatku yang selalu ada dalam suka dan duka: Kinoy (Kinasih

Cahyono), Wayski (I Wayan Agus Sastrawan), Damcu (Adam Syuhada),

Udin (M. Khusnudin), Mae (Mayang Kencana Vindra Jaya), Ai (Saputra

Wijaya), dan Ki (Rizky Fitri Yanti) yang selalu memberi motivasi dan

semangat.

14. Teman-temanku tercinta: Meyronita Firja MKS, Diah Nur Hafifah, Monice

Putri Pangestu dan Rahayu Soraya yang selama ini memberiku semangat dan

kenangan yang indah selama menjadi mahasiswa.

15. Teman-teman seperjuangan, seluruh angkatan 2017 Magister Pendidikan

Matematika.

16. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.

17. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini.

Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada

penulis mendapat balasan pahala dari Allah SWT, dan semoga tesis ini

bermanfaat. Aamiin ya Rabbal „Aalamiin.

Bandar Lampung, Juli 2019

Penulis

Dessy Puspitasari Rusdiana

Page 14: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. ... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... ... 8

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ ... 9

D. Manfaat Penelitian .......................................................................... ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ..................................................................................... .. 10

1. Teori Belajar Konstruktivisme .................................................. ...10

2. Kemampuan Berpikir Reflektif ................................................. ...12

3. Self-Confidence.......................................................................... ...14

4. Problem Based Learning (PBL) ................................................ 16

5. Tutor Sebaya .............................................................................. 18

6. Desain Pengembangan Model PBL dengan Tutor Sebaya

untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Reflektif dan Self-

Confidence Siswa ...................................................................... 20

B. Kerangka Pikir ................................................................................. ...22

C. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 26

D. Definisi Operasional ........................................................................ 26

Page 15: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

v

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ................................................................................ ...29

B. Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian ........................................... ...29

C. Desain Penelitian ............................................................................. ...31

D. Instrumen Penelitian ........................................................................ 39

1. Instrumen Nontes .................................................................... 39

2. Instrumen Tes .......................................................................... 46

E. Teknik Analisis Data ....................................................................... 52

1. Analisis Data Pendahuluan ....................................................... 53

2. Analisis Angket Validitas ......................................................... 53

3. Analisis Kepraktisan Model dan Perangkat Pembelajaran....... 54

4. Analisis Efektivitas Pembelajaran Menerapkan Model PBL

dengan Tutor Sebaya ................................................................ 55

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ................................................................................ 64

1. Hasil Studi Pendahuluan .......................................................... 65

2. Hasil Penyusunan Pengembangan Model PBL dengan Tutor

Sebaya ...................................................................................... 67

3. Hasil Validasi Ahli ................................................................... 73

4. Hasil Revisi Uji Ahli ................................................................ 79

5. Uji Coba Lapangan Awal ......................................................... 86

6. Revisi Hasil Uji Coba .............................................................. 87

7. Uji Coba Lapangan .................................................................. 88

B. Pembahasan .................................................................................... . 98

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ......................................................................................... .103

B. Saran ............................................................................................... 104

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman Tabel 2.1 Indikator Self Confidence Siswa ................................................ 16 Tabel 2.2 Fase-Fase Model PBL ................................................................ 18 Tabel 3.1 Desain Uji Coba Produk Penelitian ............................................ 38 Tabel 3.2 Indikator Instrumen Validasi Model Pembelajaran ................... 40 Tabel 3.3 Indikator Instrumen Validasi Silabus ......................................... 40 Tabel 3.4 Indikator Instrumen Validasi RPP.............................................. 40 Tabel 3.5 Indikator Instrumen Validasi LKPD oleh Ahli Materi............... 41 Tabel 3.6 Indikator Instrumen Validasi LKPD oleh Ahli Media ............... 41 Tabel 3.7 Indikator Instrumen Tanggapan Guru Matematika .................... 42 Tabel 3.8 Indikator Instrumen Tanggapan Siswa ....................................... 42 Tabel 3.9 Indikator Instrumen Respon Guru terhadap LKPD.................... 43 Tabel 3.10 Indikator Instrumen Respon Siswa terhadap LKPD .................. 43 Tabel 3.11 Indikator Self-Confidence .......................................................... 44 Tabel 3.12 Hasil Uji Validitas Skala Self Confidence Siswa ....................... 45 Tabel 3.13 Tabel Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Berpikir

Reflektif ...................................................................................... 46 Tabel 3.14 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Reflektif ................ 47 Tabel 3.15 Validitas Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Reflektif .......... 49 Tabel 3.16 Interpretasi Indeks Daya Pembeda ............................................. 51 Tabel 3.17 Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran ...................................... 52 Tabel 3.18 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba ................................................ 52

Page 17: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

vii

Tabel 3.19 Interval Nilai Tiap Kategori Penilaian Kepraktisan ................... 54 Tabel 3.20 Klasifikasi Gain (g) .................................................................... 55 Tabel 3.21 Uji Normalitas Skor Awal Kemampuan Berpikir Reflektif ....... 56 Tabel 3.22 Uji Normalitas Skor Akhir Kemampuan Berpikir Reflektif ...... 57 Tabel 3.23 Uji Homogenitas Populasi Skor Awal Kemampuan Berpikir

Reflektif ...................................................................................... 58 Tabel 3.24 Uji Normalitas Skor Awal Self-Confidence ............................... 61 Tabel 3.25 Uji Normalitas Skor Akhir Self-Confidence............................... 61 Tabel 4.1 Langkah-Langkah Model PBL dengan Tutor Sebaya ................ 67 Tabel 4.2 Rata-Rata Persentase Hasil Validasi Model ............................... 73 Tabel 4.3 Rata-Rata Persentase Hasil Validasi Silabus ............................. 74 Tabel 4.4 Rata-Rata Persentase Hasil Validasi RPP .................................. 74 Tabel 4.5 Rata-Rata Persentase Hasil Validasi LKPD ............................... 75 Tabel 4.6 Hasil Validasi Muka oleh Penimbang ........................................ 76 Tabel 4.7 Kategori Penilaian Validasi oleh Ahli Psikologi........................ 77 Tabel 4.8 Kategori Penilaian Tanggapan Guru Matematika terhadap

Model ......................................................................................... 77 Tabel 4.9 Kategori Penilaian Tanggapan Siswa terhadap Model .............. 78 Tabel 4.10 Kategori Penilaian Tanggapan Guru terhadap LKPD ................ 78 Tabel 4.11 Kategori Penilaian Tanggapan Siswa terhadap LKPD .............. 79 Tabel 4.12 Data Kemampuan Awal Berpikir Reflektif ................................ 88 Tabel 4.13 Hasil Uji t Skor Awal Kemampuan Berpikir Reflektif .............. 89 Tabel 4.14 Data Skor Akhir Kemampuan Berpikir Reflektif ...................... 90 Tabel 4.15 Hasil Uji Mann-Whitney U Skor Akhir Kemampuan Berpikir

Reflektif ...................................................................................... 90 Tabel 4.16 Data Pencapaian Indikator Berpikir Reflektif Setelah

Pembelajaran .............................................................................. 92 Tabel 4.17 Data Indeks Gain Kemampuan Berpikir Reflektif ..................... 93 Tabel 4.18 Data Self-Confidence Awal Siswa.............................................. 94

Page 18: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

viii

Tabel 4.19 Hasil Uji Mann-Whitney U Skor Awal Self-Confidence ........... 94 Tabel 4.20 Data Skor Akhir Self-Confidence Siswa .................................... 95 Tabel 4.21 Hasil Uji Mann-Whitney U Skor Akhir Self-Confidence........... 96 Tabel 4.22 Pencapaian Indikator Self-Confidence Siswa Setelah

Pembelajaran .............................................................................. 97 Tabel 4.23 Data Indeks Gain Self-Confidence Siswa ................................... 97

Page 19: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman Gambar 3.1 Alur Desain Penelitian ............................................................. 31 Gambar 4.1 Langkah-Langkah Model PBL dengan Tutor Sebaya

Sebelum Revisi ........................................................................ 80 Gambar 4.2 Langkah-Langkah Model PBL dengan Tutor Sebaya

Sesudah Revisi ......................................................................... 81 Gambar 4.3 Masalah 1 Sebelum dan Setelah Revisi.................................... 82 Gambar 4.4 Kalimat Sebelum dan Setelah Revisi ....................................... 83 Gambar 4.5 Kalimat Sebelum dan Setelah Revisi ....................................... 83 Gambar 4.6 Kalimat Sebelum dan Setelah Revisi ....................................... 84 Gambar 4.7 Masalah 3 Sebelum dan Setelah Revisi.................................... 84 Gambar 4.8 Kotak Jawaban Sebelum dan Setelah Revisi............................ 85 Gambar 4.9 Kalimat Sebelum dan Setelah Revisi ....................................... 85

Page 20: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN

A.1 Model PBL Hasil Pengembangan ................................................ 112

A.2 Silabus PBL dengan Tutor Sebaya ............................................... 156

A.3 Silabus PBL .................................................................................. 163

A.4 RPPPBL dengan Tutor Sebaya ..................................................... 169

A.5 RPPPBL ........................................................................................ 189

A.6 LembarKerjaPeserta Didik(LKPD) ............................................. 204

B. INSTRUMEN PENELITIAN DAN ANGKET

B.1 Kisi-kisiSoal Tes Kemampuan Berpikir Reflektif........................ 238

B.2 PedomanPenskoranKemampuan Berpikir Reflektif ..................... .... 240

B.3 SoalKemampuanBerpikir Reflektif Siswa.................................... 241

B.4 Kunci Jawaban Tes KemampuanBerpikir Reflektif Siswa .......... 243

B.5 Kisi-KisiAngket SkalaSelf-Confidence ........................................ .... 247

B.6 Angket SkalaSelf-Confidence ....................................................... 250

B.7 Angket Kepraktisan Model Pembelajaran untuk Guru................. 252

B.8 Kisi-Kisi Angket Kepraktisan Model Pembelajaran untuk Guru . 254

B.9 Angket Kepraktisan Model Pembelajaran untuk Siswa ............... 255

B.10 Angket Tanggapan LKPD oleh Guru ........................................... 256

B.11 Kisi-Kisi Angket Uji Coba LKPD ................................................ 259

Page 21: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

xi

B.12 Angket Respon Siswa Terhadap LKPD ....................................... 260

C. ANALISIS DATA

C.1 AnalisisValiditasTesKemampuan Berpikir Reflektif ................... 263

C.2 Analisis Reliabilitas TesKemampuan Berpikir Reflektif ............. 264

C.3 DayaPembedadanTingkatKesukaranSoal ..................................... 265

C.4 Skor Uji Coba Self-Confidence..................................................... 266

C.5 Hasil Uji Coba Validitas Skala Self-Confidence Siswa ................ 268

C.6 Analisis Reliabilitas Skala Self-Confidence Siswa ....................... 270

C.7 Analisis Validasi Pengembangan Model PBL dengan Tutor

Sebaya oleh Ahli Pengembangan Pembelajaran .......................... 272

C.8 Analisis Validasi Perangkat Pembelajaran Oleh Ahli Materi ...... 273

C.9 Analisis Validasi LKPD Oleh Ahli Materi dan Ahli Media ......... 275

C.10 Analisis Validasi Angket Self-Confidence ................................... 278

C.11 Analisis Angket Tanggapan Guru Terhadap Model PBL dengan

Tutor Sebaya ................................................................................. 279

C.12 Analisis Angket Tanggapan Siswa Terhadap Model PBL dengan

Tutor Sebaya ................................................................................. 280

C.13 Analisis Angket Tanggapan Guru Terhadap LKPD ..................... 282

C.14 Analisis Angket Tanggapan Siswa Terhadap LKPD ................... 284

C.15 Data Kemampuan Berpikir Reflektif Kelas PBL dengan Tutor

Sebaya ........................................................................................... 286

C.16 Data Kemampuan Berpikir Reflektif Kelas PBL ......................... 287

C.17 Uji Normalitas Data Pretest Kemampuan Berpikir Reflektif ...... 288

C.18 Uji Homogenitas Data Pretest Kemampuan Berpikir Reflektif ... 290

C.19 Uji t Data Pretest Kemampuan Berpikir Reflektif ....................... 291

C.20 Uji Normalitas Data Posttest Kemampuan Berpikir Reflektif ..... 292

Page 22: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

xii

C.21 Uji Mann-Whitney U Data Posttest Kemampuan Berpikir

Reflektif ........................................................................................ 294

C.22 Uji Normalitas Data PretestSelf-Confidence ................................ 295

C.23 Uji Mann-Whitney U Data Pretest Self-Confidence ..................... 297

C.24 Uji Normalitas Data PosttestSelf-Confidence .............................. 298

C.25 Uji Mann-Whitney U Data Posttest Self-Confidence .................... 300

C.26 Data Indeks Gain Kemampuan Berpikir ReflektifKelasPBL dengan

Tutor Sebaya ................................................................................. 301

C.27 Data Indeks Gain Kemampuan Berpikir ReflektifKelasPBL ....... 302

C.28 Data Indeks Gain Self-ConfidenceSiswa KelasPBL dengan Tutor

Sebaya ........................................................................................... 303

C.29 Data Indeks Gain Self-Confidence Siswa KelasPBL .................... 304

D. LEMBAR PENILAIAN AHLI

D.1 Lembar Penilaian Ahli Pengembangan Pembelajaran ................. 306

D.2 Lembar Penilaian Perangkat Pembelajaran Ahli Materi .............. 312

D.3 Lembar Penilaian LKPD Ahli Materi .......................................... 324

D.4 Lembar Penilaian LKPD Ahli Media ........................................... 333

D.5 Lembar Penilaian Self-Confidence ............................................... 341

D.6 Surat Izin Penelitian ..................................................................... 345

D.7 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ....................... 346

Page 23: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan diri

tiap individu. Triyanto, Anitah dan Suryani (2013: 226) menyatakan bahwa

pendidikan yang terencana, terarah dan berkesinambungan dapat membantu

peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal, baik dalam

aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Salah satu pintu gerbang peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya

secara optimal adalah di sekolah, sebagai institusi formal yang membantu

mengembangkan multi intelegensi anak sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Salah satu pembelajaran yang diberikan di sekolah adalah pembelajaran

matematika. Sholihah dan Mahmudi (2015: 176) menyatakan bahwa matematika

merupakan salah satu bidang studi yang penting dalam dunia pendidikan, karena

matematika memiliki peranan dalam menjawab permasalahan keseharian meski

tidak semua permasalahan-permasalahan itu termasuk permasalahan matematik.

Selanjutnya, menurut Hasratuddin (2014: 30) matematika adalah suatu cara untuk

menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, cara meng-

gunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran,

Page 24: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

2

menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan menggunakan hubungan-

hubungan.

Saat mempelajari matematika peserta didik dituntut untuk mampu memahami

serta menggunakan konsep-konsep matematika secara tepat untuk mencari

jawaban bagi berbagai soal matematika. Selain itu, kegiatan berpikir yang dijalani

agar seseorang mampu menyelesaikan suatu soal matematika yaitu menyadari

adanya hubungan sebab akibat, hubungan analogi, yang kemudian dapat

memunculkan gagasan-gagasan original, serta lancar dan luwes dalam pembuatan

keputusan atau kesimpulan secara cepat dan tepat (Paradesa, 2015: 307).

Proses kognitif yang terjadi dalam diri individu memegang peranan dalam

pembelajaran, sedangkan pembelajaran terjadi karena adanya pengaruh

lingkungan sosial, berdasarkan teori pembelajaran Bandura (Laila, 2015: 26).

Pada teori kognitif sosial ini menekankan bahwa di samping faktor kognitif, faktor

sosial memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor lingkungan

mempengaruhi perilaku; perilaku mempengaruhi lingkungan, begitu pula faktor

person mempengaruhi perilaku. Yang dimaksud faktor person oleh Bandura

antara lain terutama pembawaan, kepribadian, dan temperamen; sementara faktor

kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.

Siswa yang memiliki aspek kognitif yang baik akan menimbulkan keyakinan pada

kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan

efektif. Mentari, Nindiasari dan Pamungkas (2018: 72) mengemukakan bahwa

salah satu aspek kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran matematika yaitu

kemampuan berpikir reflektif. Hal ini disebabkan, target pembelajaran matematik,

Page 25: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

3

dan kemampuan lainnya akan dimiliki oleh siswa dengan baik apabila mampu

menyadari apa yang dilakukan sudah tepat, menyimpulkan apa yang seharusnya

dilakukan bila mengalami kegagalan, dan mengevaluasi apa saja yang telah

dilakukan. Sehingga, individu tidak merasa ragu karena ia memiliki kepercayaan

yang penuh dengan kemampuan dirinya.

Rasyid, Budiarto dan Lukito (2017: 172) menyatakan berpikir reflektif adalah

aktivitas mental seseorang untuk mengidentifikasi masalah dan memecahkan

masalah dengan menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang berkaitan

dengan masalah yang dihadapi, dan melakukan komponen-komponen berpikir

reflektif, yaitu reacting, elaborating dan contemplating. Sejalan dengan itu,

menurut Noer (2008: 276) mengenai kemampuan berpikir reflektif yaitu:

Berpikir reflektif merupakan kemampuan seseorang dalam memberi

pertimbangan tentang proses belajarnya tentang apa yang diketahui, apa

yang diperlukan untuk mengetahui, dan bagaimana mereka menjembatani

kesenjangan selama proses belajar yang melibatkan pemecahan masalah,

perumusan kesimpulan, memperhitungkan hal-hal yang berkaitan, dan

membuat keputusan-keputusan.

Dengan demikian, berpikir reflektif dapat diartikan suatu kemampuan seseorang

dalam upaya memberdayakan pengetahuan matematikanya dengan mempertim-

bangkan proses belajar yang melibatkan pemecahan masalah, perumusan

kesimpulan, memperhitungkan hal-hal yang berkaitan dan membuat keputusan

tentang apa yang harus dipercayai dan tindakan apa yang akan dilakukan.

Syam dan Amri (2017: 89-90) menyatakan bahwa self-confidence yaitu keyakinan

pada diri subjek sebagai karakteristik pribadi yang di dalamnya terdapat

kemampuan diri, optimis dan bertanggung jawab. Secara khusus, self-confidence

yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan kepercayaan diri peserta didik

Page 26: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

4

terhadap kemampuan matematisnya. Dengan demikian, self-confidence dapat

diartikan sebagai kepercayaan diri seseorang yang di dalamnya terdapat

kemampuan diri, optimis dan bertanggung jawab terhadap kemampuan matematis

yang dimilikinya untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi.

Kenyataannya banyak permasalahan dalam pembelajaran matematika yang me-

nyebabkan belum tercapainya kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence.

Berdasarkan uji coba yang dilakukan oleh Kartika (2018: 5) di SMP Negeri 1

Pringsewu menunjukkan bahwa siswa kelas XI.4 di sekolah tersebut memiliki

kemampuan berpikir reflektif rendah. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir

reflekif rendah cenderung tidak tahu apa yang harus dilakukan dan ketika

membuat kesimpulan masih kurang tepat sehingga jika ditanya mengenai

pendapatnya, siswa merasa takut dan gugup. Keberadaan permasalahan yang

demikian dapat dijadikan sebagai evaluasi untuk memotivasi guru dan semua

pihak dalam meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence

siswa.

Nilai rata-rata Nasional mata pelajaran Matematika SMP mengalami penurunan

dua tahun berturut-turut. Tahun 2016 nilai rata-rata Nasional Matematika 61,33

turun menjadi 52,69 pada 2017. Tahun 2018 menjadi semakin rendah, dengan

nilai rata-rata Nasional 31,38 (Totok dalam Friana: 2018). Hal ini disebabkan

karena adanya soal-soal HOTS (High Order Thinking Skills) pada soal UN

Matematika SMP. Dengan demikian, siswa SMP pada umumnya belum memiliki

kemampuan berpikir tingkat tinggi yang baik yaitu salah satunya kemampuan

berpikir reflektif.

Page 27: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

5

SMP Negeri 2 Terbanggi Besar merupakan salah satu sekolah yang memiliki

karakteristik seperti sekolah di Indonesia pada umumnya. Kemampuan berpikir

reflektif dan self-confidence siswa yang rendah terjadi di SMP Negeri 2 Terbanggi

Besar. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan guru, diperoleh informasi

bahwa siswa mengalami kesulitan ketika mengerjakan persoalan matematika

dalam bentuk soal cerita atau soal yang berbeda dari contoh yang diberikan,

sehingga dalam memecahkan masalah dan membuat kesimpulan mendapat hasil

yang kurang tepat. Hal demikian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir

reflektif siswa masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan tanya jawab yang dilakukan

dengan beberapa siswa, salah satu alasan siswa sulit mengerjakan soal matematika

adalah siswa tidak percaya diri dengan kemampuannya dalam mengambil

keputusan tentang apa yang harus dipercayai dan tindakan apa yang akan

dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa berpandangan kurang baik tentang

diri dan kemampuannya. Perilaku yang demikian menunjukkan bahwa self-

confidence siswa terhadap matematika masih rendah.

Menyadari pentingnya kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence siswa,

guru harus mengupayakan pembelajaran yang efektif. Model pembelajaran yang

dipilih hendaknya dapat meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan self-

confidence siswa. Kreatifitas guru dalam menerapkan model pembelajaran di

kelas diperlukan, karena tidak ada model pembelajaran yang paling baik. Seorang

guru dapat menggabungkan beberapa model pembelajaran yang ada, sehingga

pembelajaran dapat menyenangkan. Penggabungan beberapa model pembelajaran

dapat dilakukan dengan melihat kelebihan yang terdapat pada model-model

pembelajaran.

Page 28: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

6

Upaya yang dapat dilakukan untuk menyikapi kemampuan berpikir reflektif dan

self-confidence siswa yang belum tercapai adalah menciptakan lingkungan belajar

dengan memusatkan siswa sebagai pusat kegiatan dalam proses pembelajaran.

Sehingga ketika siswa diberi sebuah masalah, siswa harus menemukan sendiri dan

mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

aturan-aturan lama, merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai dan

membuat kesimpulan. Proses belajar yang diawali dengan konflik kognitif

sehingga pengetahuan akan dibangun sendiri oleh siswa melalui pengalaman dan

hasil interaksi dengan lingkungannya merupakan teori belajar konstruktivisme

(Sundawan, 2016).

Model Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang

dilandasi teori konstruktivisme dimana pemahaman diperoleh dari interaksi

dengan skenario permasalahan dan lingkungan belajar. Menurut Nasution dan

Surya (2017) PBL adalah suatu model pembelajaran yang menantang peserta

didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk

mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Sejalan dengan itu, Nafiah (2014:

127) mengemukakan bahwa melalui PBL siswa memperoleh pengalaman dalam

menangani masalah-masalah yang realistis dan menekankan pada penggunaan

komunikasi, kerjasama dan sumber-sumber yang ada untuk merumuskan ide dan

mengembangkan keterampilan penalaran. Artinya model PBL merupakan

pembelajaran yang menangani permasalahan dunia nyata dan menekankan pada

penggunaan komunikasi, kerjasama dan sumber-sumber yang ada untuk

merumuskan ide dan mencari solusi.

Page 29: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

7

PBL dimulai dengan diberikannya suatu permasalahan kontekstual kepada siswa

yang tentunya akan memberikan pandangan yang berbeda pada setiap individu

dalam menyelesaikan masalah tersebut. Menurut Vygotsky (Kearsly, 2000),

interaksi sosial memegang peranan penting dalam perkembangan pengertian

(pengetahuan). Dengan demikian, ada keterkaitan antara pengetahuan siswa

dengan interaksi sosialnya. Komunikasi yang aktif dan adanya interaksi antara

siswa dan siswa maupun antara siswa dan guru merupakan hal yang penting untuk

menghasilkan pembelajaran yang berkualitas. Kondisi ini merupakan salah satu

karakteristik pembelajaran tutor sebaya.

Kelompok yang terbentuk dalam penerapan PBL di kelas memiliki latar belakang,

kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, suku yang berbeda (heterogen). PBL

dimulai dari menganalisis masalah, mengumpulkan informasi, mengembangkan

hipotesis, menguji hipotesis, menyajikan hasil karya dan menarik kesimpulan.

Pada saat siswa mengkonstruksi pemahamannya, siswa dapat saling memberikan

bantuan dalam mengkaji proses berpikirnya sehingga akan memberikan

kesempatan kepada setiap individu untuk menyampaikan ide-ide secara logis dan

memilih solusi yang tepat. Hal ini berkaitan dengan berpikir reflektif dimana

siswa mampu menyeleksi pengetahuan yang telah dimiliki dan tersimpan dalam

memorinya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi untuk mencapai

tujuan-tujuannya (Fuady, 2017: 106).

Pembelajaran dengan tutor sebaya dapat menumbuhkan berbagai sikap positif

pada siswa, seperti melatih siswa untuk menghargai keberagaman dan sekaligus

melatih siswa untuk memahami perbedaan individu. Dalam pembelajaran tutor

Page 30: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

8

sebaya, siswa belajar dan bekerja dengan individu yang memiliki karakteristik

berbeda. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan emosional siswa berupa self-

confidence yang berkaitan dengan pengalaman pribadi, pengalaman individu lain,

persuasi verbal dan kondisi psikologi yang mempengaruhi kegiatan tersebut

(Iswahyudi, 2016: 3).

Berdasarkan uraian mengenai PBL dan tutor sebaya, menunjukkan bahwa PBL

dengan tutor sebaya menciptakan suasana belajar yang berpusat pada siswa di

mana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari

jawaban terhadap permasalahan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok

yang digariskan secara jelas. Hal ini dapat mengarahkan guru pada kualitas

pembelajaran efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan self-

confidence siswa. Dengan demikian, penulis akan mengembangkan model PBL

dengan tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan self-

confidence siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimanakah proses dan hasil pengembangan model PBL dengan tutor sebaya

yang memenuhi kriteria valid dan praktis yang dapat diterapkan untuk

meningkatkan kemampuan berpikir reflekif dan self-confidence siswa?

2. Apakah pembelajaran model PBL dengan tutor sebaya efektif meningkatkan

kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence siswa?

Page 31: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

9

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Menghasilkan produk berupa model PBL tutor sebaya yang mencakup

sintak/langkah pembelajaran, sistem sosial, sistem pendukung, serta dampak

pembelajaran dan dampak pengiring pembelajaran yang valid dan praktis untuk

meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence siswa.

2. Mengetahui efektivitas pembelajaran menggunakan pengembangan model PBL

dengan tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan

self-confidence siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini ada dua, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi

dalam pendidikan matematika, khususnya mengenai desain pengembangan

model PBL dengan tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir

reflekif dan self-confidence siswa.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

bagi guru atau praktisi pendidikan dalam mengembangkan model pembelaja-

ran sehingga dapat memberikan pembelajaran yang menarik sehingga me-

ningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence siswa.

Page 32: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Teori Belajar Konstruktivisme

Piaget dan Vygotsky adalah orang yang mempunyai gagasan untuk melahirkan

teori konstruktivisme. Dalam hal belajar, Piaget dalam Mukhlisah (2015: 119)

berpendapat bahwa proses belajar terdiri dari tiga tahap yaitu asimilasi, akomodasi

dan equilibrasi. Asimilasi adalah proses pengintegrasian informasi baru ke

struktur kognitif yang sudah ada. Akomodasi adalah proses penyesuaian struktur

kognitif dalam situasi yang baru. Adapun equilibrasi adalah penyesuaian

kesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.

Selain itu, konsep teori Vygotsky mengenai pengetahuan berjenjang (scaffolding)

dilakukan dengan memberikan sejumlah besar bantuan kepada peserta didik

selama tahap-tahap awal pembelajaran, dan kemudian mengurangi bantuan

tersebut untuk selanjutnya memberi kesempatan pada peserta didik untuk

mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah mereka dapat

melakukannya.

Konstruktivisme sosial menekankan bahwa pengetahuan itu dibangun dan dikons-

truksi secara bersama (mutual). Konstruktivisme adalah sebuah teori yang

Page 33: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

11

memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar dan aktif

membangun atau membuat pengetahuannya sendiri dengan bantuan fasilitasi

orang lain dan realitas ditentukan oleh pengalaman orang itu sendiri pula guna

mengembangkan dirinya sendiri (Rangkuti, 2104: 66). Selanjutnya, Poedjiadi

(2005: 70) mengungkapkan bahwa konstruktivisme bertitik tolak dari pembentu-

kan pengetahuan, dan rekonstruksi pengetahuan adalah mengubah pengetahuan

yang dimiliki seseorang yang telah dibangun atau dikonstruk sebelumnya dan

perubahan itu sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya.

Dalam teori konstruktivisme Vygotsky, pengetahuan dibangun melalui interaksi

sosial, interaksi sosial dapat terjalin dalam tutor sebaya yang memungkinkan

siswa saling membantu dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Menurut

Glasersfeld dalam Kartika (2018: 13) pengaruh konstruktivisme terhadap belajar

dalam kelompok adalah dalam kelompok belajar siswa dapat mengungkapkan

bagaimana ia melihat persoalan dan apa yang akan dilakukan terhadap persoalan

tersebut.

Berdasarkan uraian mengenai teori belajar konstruktivisme, konstruksi

pengetahuan ini dapat diperoleh siswa melalui proses PBL atau pembelajaran

yang menjadikan masalah sebagai basis kegiatan pembelajaran. Saat proses PBL,

siswa didorong untuk menganalisis suatu permasalahan dan mempertimbangkan

analisis alternatif dan menempatkan siswa sebagai pemeran utama dalam

pembelajaran berdasarkan hasil interaksi dengan lingkungannya berupa diskusi

dalam tutor sebaya. Dalam hal ini, PBL dengan tutor sebaya perlu

diimplementasikan guna mengkonstruksi pemahaman siswa dengan saling

Page 34: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

12

memberikan bantuan berdasarkan ide yang mereka miliki melalui pembimbingan

intelektual oleh guru.

2. Kemampuan Berpikir Reflektif

Tujuan pembelajaran matematika tidak hanya menekankan pada peningkatan hasil

belajar siswa, namun juga siswa diharapkan memiliki beberapa kemampuan

matematik. Salah satu kemampuan matematis yang diharapkan dapat dimiliki oleh

setiap siswa setelah belajar matematika adalah kemampuan berpikir reflektif.

Berpikir reflektif adalah suatu kegiatan berpikir yang membuat siswa berusaha

untuk menghubungkan pengetahuan yang diperolehnya untuk menyelesaikan

permasalahan baru yang berkaitan dengan pengetahuan lama dalam menganalisa

masalah, mengevaluasi dan memperoleh suatu kesimpulan (Fuady, 2017: 105).

Selain itu, Guroll (2011: 2-3) menyatakan berpikir reflektif yaitu proses kegiatan

terarah dimana individu dapat menyadari, menganalisis, mengevaluasi, dan

memotivasi dalam proses belajarnya sendiri.

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir reflektif

adalah proses dengan menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki dan yang

sedang dipelajari dengan mempertimbangkan konsep, fakta dan pengetahuan

matematika dalam menganalisa masalah, mengevaluasi, menyimpulkan, memu-

tuskan penyelesaian terbaik terhadap masalah yang diberikan dan memotivasi

dalam proses belajarnya sendiri. Sehingga disini siswa berperan aktif dan dapat

percaya dengan kemampuan dirinya sendiri.

Page 35: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

13

Nindiasari (2013) mengemukakan bahwa kemampuan berpikir reflektif

merupakan salah satu kemampuan yang diperlukan dalam pembelajaran

matematika karena target-target pembelajaran matematika seperti pemahaman,

pemecahan masalah, komunikasi matematika serta kemampuan lainnya akan

dimiliki oleh siswa dengan baik jika kemampuan berpikir reflektif siswa baik.

Terdapat data yang mendukung pendapat tersebut diantaranya adalah hasil

penelitian yang dilakukan oleh Agustan (2016: 75) bahwa dengan berpikir

reflektif siswa dapat memecahkan masalah yang lebih kompleks karena pemikiran

siswa akan terarah dan siswa yang berpikir reflektif, solusi atau penyelesaian dari

masalah yang dipecahkan cenderung benar dan tepat. Dengan demikian,

kemampuan berpikir reflektif penting untuk dikembangkan agar siswa mampu

mengatasi masalah matematika yang diperolehnya.

Salah satu model pembelajaran efektif yang memungkinkan untuk meningkatkan

kemampuan berpikir reflektif adalah model PBL. Sebagaimana dinyatakan oleh

Noer (2008: 278) bahwa lingkungan pembelajaran yang mendukung berpikir

reflektif dapat tercipta apabila kita mengarahkan aktivitas pembelajaran di kelas

melalui masalah dan hal ini dapat difasilitasi oleh PBL atau pembelajaran berbasis

masalah.

Kemampuan berpikir reflektif siswa dapat diukur dengan indikator yang sesuai.

Ariestyan (2016: 99) mengungkapkan indikator berpikir reflektif yaitu: 1)

Reacting (berfikir reflektif untuk aksi), 2) Comparing (berfikir reflektif untuk

evaluasi), 3) Contemplating (berfikir reflektif untuk PBL reflektif). Sejalan

dengan hal tersebut, menurut Surbeck, Han, dan Moyer dalam Noer (2010: 39)

Page 36: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

14

indikator kemampuan berpikir reflektif yaitu reacting (bereaksi dengan permasa-

lahan yang diberikan), comparing (mengevaluasi apa yang diyakini dengan

membandingkan reaksi dan pengalaman yang lain), dan contemplating

(menguraikan, menginformasikan, dan merekonstruksi permasalahan).

Berdasarkan uraian diatas, indikator kemampuan berpikir reflektif yang

digunakan dalam penelitian ini menurut Surbeck, Han, dan Moyer yaitu reacting

(bereaksi dengan permasalahan yang diberikan), comparing (mengevaluasi apa

yang diyakini dengan membandingkan reaksi dan pengalaman yang lain), dan

contemplating (menguraikan, menginformasikan, dan merekonstruksi permasala-

han). Selanjutnya, dari indikator tersebut kita dapat mengetahui sejauh mana

kemampuan berpikir reflektif yang dimiliki oleh siswa.

3. Self-Confidence

Kepercayaan diri (self-confidence) adalah salah satu aspek psikologis yang

mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Nurdini (2017: 5) self-confidence

adalah sikap yakin akan kemampuan diri sendiri. Ghufron dan Rini (2011)

mengemukakan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan untuk melakukan

sesuatu pada diri subjek sebagai karakteristik pribadi yang didalamnya terdapat

kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional dan realistis.

Menurut Hakim dalam Megawati (2009: 19) menjelaskan bahwa keyakinan

seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan

tersebut membuatnya merasa mampu mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya.

Secara khusus, self-confidence yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan

kepercayaan diri siswa terhadap kemampuan matematisnya. Dengan demikian,

Page 37: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

15

self-confidence dapat diartikan sebagai kepercayaan diri seseorang terhadap

kemampuan matematis yang dimilikinya sehingga mampu membuatnya merasa

dapat menyelesaikan segala persoalan matematis yang dihadapi.

Martyanti (2013: 16) menyatakan dengan adanya rasa percaya diri, maka siswa

akan lebih termotivasi dan lebih menyukai untuk belajar matematika, sehingga

pada akhirnya diharapkan prestasi belajar matematika yang dicapai juga lebih

optimal. Sejalan dengan pernyataan tersebut, menurut Siregar (2011: 525)

persaingan global membuat siswa dituntut untuk tidak hanya pintar dari segi ilmu

pengetahuan, tetapi juga memiliki keyakinan dan keberanian untuk menghadapi

setiap tantangan global terlebih pada anak SMP. Oleh karena itu, self-confidence

sangat penting untuk dikembangkan.

Margono (2005: 4-5) mengungkapkan bahwa:

Self-confidence siswa dalam belajar matematika dapat dibagi dalam tiga

aspek yaitu: 1) Kepercayaan terhadap pemahaman dan kesadaran diri

terhadap kemampuan matematikanya, 2) Kemampuan untuk menentukan

secara realistik sasaran yang ingin dicapai dan menyusun rencana aksi

sebagai usaha meraih sasaran, 3) Kepercayaan terhadap matematika itu

sendiri.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Lauster dalam Ghufron & Rini (2011: 35-36)

mengelompokkan indikator self-confidence siswa yaitu seperti pada Tabel 2.1.

Berdasarkan uraian tersebut, indikator self-confidence siswa yang digunakan

dalam penelitian ini menurut Lauster yaitu sikap dan perilaku siswa yang selalu

berpandangan baik tentang dirinya dan kemampuannya, kemampuan siswa

menyelesaikan permasalahan sesuai dengan fakta, kemampuan siswa untuk

berani menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya, dan

Page 38: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

16

kemampuan siswa untuk menganalisis suatu masalah dengan logis dan sesuai

dengan kenyataan. Selanjutnya, dari indikator tersebut kita dapat mengetahui

sejauh mana self-confidence yang dimiliki oleh siswa.

Tabel 2.1 Indikator Self-confidence Siswa

No DIMENSI INDIKATOR

1 Keyakinan

kemampuan diri

Kemampuan siswa untuk menyelesaikan sesuatu

dengan sungguh-sungguh.

2 Optimis Sikap dan perilaku siswa yang selalu

berpandangan baik tentang dirinya dan

kemampuannya.

3 Objektif Kemampuan siswa menyelesaikan permasalahan

sesuai dengan fakta.

4 Bertanggung jawab Kemampuan siswa untuk berani menanggung

segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.

5 Rasional dan realistis Kemampuan siswa untuk menganalisis suatu

masalah dengan logis dan sesuai dengan

kenyataan.

Lauster (Ghufron & Rini, 2011: 35-36)

4. Problem Based Learning (PBL)

Pemilihan model pembelajaran dapat membuat peserta didik lebih aktif dalam

belajar. Sehingga dalam pembelajaran, siswa diharapkan memiliki kepercayaan

diri dan kemampuan tingkat tinggi.

PBL merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan

kondisi belajar aktif kepada peserta didik (Cahyani dan Setyawati, 2016: 156).

Sudiyasa (2014: 159) mengungkapkan bahwa PBL adalah suatu bentuk

pembelajaran yang memusatkan siswa pada masalah kehidupan nyata, peran guru

menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan.

Sejalan dengan pendapat-pendapat tersebut, Fristadi & Bharata (2015: 600)

Page 39: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

17

mengemukakan bahwa dalam PBL siswa didorong untuk menganalisis suatu

permasalahan dan mempertimbangkan analisis alternatif dan menempatkan siswa

sebagai pemeran utama dalam pembelajaran dan keterampilan berpikir. Siswa

dilatih untuk berpikir mandiri dan meningkatkan kepercayaan diri serta

menghargai aktivitas yang sedang terjadi. Dengan demikian, PBL menciptakan

suasana yang mendukung siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir

mereka. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

PBL adalah suatu model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada

permasalahan kehidupan nyata yang dapat mengembangkan kemampuan

keaktifan dan berpikir reflektif.

Lidinillah (2009: 5) mengemukakan bahwa:

Model PBL memiliki beberapa kelebihan yaitu: 1) Siswa didorong untuk

memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata, 2) Siswa

memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas

belajar, 3) Pembelajaran berfokus pada masalah, 4) Terjadi aktivitas ilmiah

pada siswa melalui kerja kelompok, 5) Siswa terbiasa menggunakan

sumber-sumber pengetahuan baik dari perpustakaan, internet, wawancara

dan observasi, 6) Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya

sendiri, 7) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah

dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka, 8) Kesulitan

belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam

bentuk peer teaching.

Dengan demikian, model PBL adalah salah satu model pembelajaran yang baik

untuk diterapkan saat pembelajaran di sekolah.

Adapun tahap-tahap pelaksanaan model PBL yang dikemukan oleh Arends (2008:

110) seperti yang tertera pada Tabel 2.2 terdiri dari lima fase. Setiap fase

mencirikan proses berpikir yang terpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator.

Page 40: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

18

Tabel 2.2 Fase-Fase Model PBL

Fase Indikator Perilaku Guru

1 Orientasi siswa pada

masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang diperlukan dan

memotivasi siswa terlibat pada aktivitas

pemecahan masalah

2 Mengorganisasi siswa

untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut

3 Membimbing

penyelidikan individual

maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan eks-

perimen untuk mendapatkan penjelasan dan

pemecahan masalah

4 Meningkatkan dan

menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan

dan menyiapkan karya sesuai seperti laporan,

dan membantu mereka untuk berbagai tugas

dengan temannya

5 Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Membantu siswa untuk melakukan refleksi

atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka

dan proses yang mereka gunakan

5. Tutor Sebaya

Indriani & Mutmainnah (2014) mengemukakan tutor sebaya adalah kegiatan

belajar siswa dengan guru memberdayakan siswa yang mempunyai daya serap

tinggi terhadap materi yang dijelaskan guru untuk membantu siswa lain yang daya

serapnya rendah. Sedangkan menurut Ahmadi dan Supriyono (2004: 134)

mengemukakan tutor sebaya adalah siswa yang ditunjuk atau ditugaskan

membantu teman yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan teman

umumnya lebih dekat dibandingkan hubungan guru dengan siswa. Tutor sebaya

adalah siswa berkemampuan tinggi yang telah dipilih oleh guru untuk membantu

teman sebayanya yang kesulitan dalam memahami materi, sehingga pembelajaran

berlangsung secara efektif (Hardiyanti, Lefrida dan Amri, 2015: 150).

Page 41: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

19

Tugas bagi seorang tutor sebaya adalah untuk mengajarkan dan mengamalkan

pengetahuan kepada teman-temannya yang mengalami kesulitan belajar. Dari

pengertian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran tutor

sebaya adalah pembelajaran yang berfokus pada siswa, seorang siswa dipilih oleh

guru dari kelompoknya yang memiliki kemampuan dan pemahaman lebih unggul

dari teman lainnya, seorang tutor diberi tugas untuk membantu, membimbing dan

memberi pengetahuan kepada teman sebaya atas kesulitan belajar yang dialami

sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien.

Terdapat beberapa kriteria untuk menentukan seorang tutor diantaranya selain

memiliki nilai akademik yang baik juga harus memiliki sikap yang baik sehingga

dapat memberikan bimbingan dan penjelasan kepada siswa yang mengalami

kesulitan dalam belajar serta kemampuan memotivasi siswa dalam belajar

(Mulyadi, 2008: 85-86). Syarat terpenting menjadi tutor sebaya, yaitu dapat

diterima oleh siswa yang mendapatkan program perbaikan sehingga siswa tidak

mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya. Syarat kedua, tidak tinggi hati,

kejam atau keras hati terhadap sesama kawan. Syarat ketiga, mempunyai daya

kreatif yang cukup untuk memberi bimbingan yang dapat menerangkan

pembelajaran kepada temannya (Djamarah dan Zain, 2006: 25).

Dengan demikian, dari syarat-syarat tersebut diperlukan kejelian terhadap guru

dalam menilai kemampuan dari siswanya. Mungkin akan cukup sulit dalam

mencari tutor sebaya seperti yang dipaparkan di atas, namun hal tersebut tidak

akan sulit bila guru telah mengetahui kelemahan dan kelebihan yang dimiliki

setiap siswa. Syarat-syarat tersebut bukanlah syarat mutlak dalam menentukan

Page 42: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

20

seorang tutor sebaya, karena guru itu sendirilah yang menentukan dan memilih

tutor yang layak dari siswa yang dibimbingnya.

Menurut Ahmadi dan Supriyono dalam Mastrianto, Imron dan Maskun (2017),

kelebihan dari tutor sebaya adalah adanya hubungan yang lebih dekat dan akrab,

dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan pada diri tutor sendiri

dan kegiatannya merupakan pengayaan, menambah motivasi dan minat belajar

siswa dalam pembelajaran. Sehingga dalam proses belajar mengajar di kelas,

suasana belajar tidak monoton dan membosankan bagi siswa dan mempermudah

siswa memahami materi pembelajaran.

6. Desain Pengembangan Model PBL dengan Tutor Sebaya untuk Mening-

katkan Kemampuan Berpikir Reflektif dan Self-Confidence Siswa

Desain pengembangan model PBL pada penelitian ini dibantu oleh teori ADDIE

menggunakan model pengembangan desain pembelajaran dengan tahapan

analysis, design, development, implementation, dan evaluation (Branch, 2009)).

1. Tahap Analisis

Tahap analisis membantu mengidentifikasi siswa, pembatasan dan hal penting

lainnya yang akan berguna dalam proses desain. Menurut Branch (2009: 17)

tujuan dari tahap analisis adalah untuk mengidentifikasi kemungkinan masalah

yang terjadi. Pada penelitian ini, tahap analisis merupakan tahap pra-perencanaan

pengembangan model PBL dengan tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan

berpikir reflektif dan self-confidence siswa.

Page 43: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

21

2. Tahap Desain (Design)

Tahap desain adalah tahap menggunakan informasi yang diperoleh dalam tahap

analisis untuk membuat produk pengembangan yang memenuhi kebutuhan siswa.

Menurut Branch (2009: 17) tujuan dari tahap desain adalah memverifikasi produk

yang akan dikembangkan.

3. Tahap Pengembangan (Development)

Tahap pengembangan pada penelitian ini adalah mengembangkan produk dari

tahap desain. Proses ini memerlukan banyak waktu untuk menghasilkan produk

pengembangan yang mencakup beberapa langkah yaitu konsep awal, review,

revisi, dan pengujian. Menurut Branch (2009: 18) prosedur utama dalam tahap

pengembangan adalah menghasilkan produk pengembangan, memilih media

pendukung yang sudah ada atau mengembangkan sendiri media pendukung,

mengembangkan pedoman untuk guru, mengembangkan pedoman bagi siswa,

melakukan revisi formatif dan melakukan pengujian.

4. Tahap Implementasi (Implementation)

Tahap implementasi merupakan proses penyajian produk yang akan

dikembangkan. Menurut Branch (2009: 18) tujuan dari tahap implementasi adalah

mempersiapkan lingkungan belajar dan melibatkan siswa.

5. Tahap Evaluasi (Evaluation)

Menurut Branch (2009: 18) tujuan dari tahap evaluasi adalah untuk menilai

kualitas produk pengembangan dan proses pembelajaran, baik sebelum dan

sesudah implementasi. Tahap evaluasi umumnya dilakukan pada setiap tahapan

Page 44: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

22

ADDIE. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah sudah sesuai dengan tujuan

atau tidak. Jika tidak maka dilakukan siklus ulang pada tahapan sebelumnya.

B. Kerangka Pikir

Kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence merupakan aspek kognitif dan

aspek afektif yang diperlukan bagi siswa. Hal ini dikarenakan dalam kemampuan

berpikir reflektif, siswa berusaha menghubungkan pengetahuan yang diperolehnya

untuk menyelesaikan permasalahan baru yang berkaitan dengan pengetahuan

lamanya untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Selain itu, dalam berpikir reflektif

memberikan kesempatan bagi siswa untuk mampu menyadari apa yang dilakukan

sudah tepat, menyimpulkan apa yang seharusnya dilakukan bila mengalami

kegagalan, dan mengevaluasi apa saja yang telah dilakukan. Sehingga, individu

tidak merasa ragu karena ia memiliki kepercayaan diri (self-confidence) yang

penuh dengan kemampuan dirinya. Keyakinan individu mempengaruhi usahanya

dalam menyelesaikan suatu persoalan matematika.

Self-confidence menjadi pertimbangan pribadi untuk melakukan suatu tindakan

dalam mencapai tujuan yang diharapkan, yang akan mempengaruhi diri siwa

dalam berpikir, memotivasi diri, dan bertindak. Siswa yang memiliki self-

confidence tinggi akan menunjukkan usaha yang lebih kuat dibandingkan dengan

siswa yang memiliki self-confidence rendah. Terdapat empat sumber self-

confidence yaitu (1) optimis, (2) objektif, (3) bertanggung jawab, serta (4) rasional

dan realistis.

Page 45: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

23

Beberapa penjelasan telah menunjukkan pentingnya kemampuan berpikir reflektif

dan self-confidence siswa. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence siswa adalah dengan melakukan

pemilihan model pembelajaran yang tepat.

Model pembelajaran adalah salah satu penunjang meningkatnya kemampuan

berpikir reflektif dan self-confidence siswa. Guru diharapkan mampu memilih

model pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

optimal. Pemilihan model pembelajaran yang tepat mampu membuat suasana

belajar menjadi lebih menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai

secara optimal.

Terdapat beberapa jenis model pembelajaran yang dapat digunakan. Salah satu

model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan

berpikir reflektif dan self-confidence adalah model PBL. Model PBL adalah suatu

model pembelajaran yang menjadikan masalah kontekstual sebagai basis kegiatan

pembelajaran. Pembelajaran berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai

fasilitator. Siswa belajar untuk menyelidiki masalah dan menemukan informasi,

kegiatan yang melibatkan lingkungan sekitar, atau proses abstraksi. Langkah-

langkah dalam model PBL antara lain mengorientasi siswa pada masalah,

mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual

maupun kelompok, meningkatkan dan menyajikan hasil karya serta menganalisis

dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Langkah pertama dalam model PBL adalah mengorientasi siswa pada masalah,

guru biasanya menggunakan pertanyaan yang berupa soal-soal latihan yang

Page 46: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

24

diambil dari buku teks dan tidak menyajikan permasalahan matematika yang

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini mengakibatkan siswa

kurang terbiasa menyelesaikan permasalahan matematika yang berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari. Siswa memandang permasalahan matematika yang

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang biasanya disajikan dalam bentuk

soal cerita adalah permasalahan rumit untuk diselesaikan. Kemampuan siswa

dalam bereaksi dengan permasalahan yang diberikan, mengevaluasi apa yang

diyakini dengan membandingkan reaksi dan pengalaman yang lain serta mengu-

raikan, menginformasikan, dan merekonstruksi permasalahan yang disajikan pada

permasalahan matematika juga rendah. Hal ini menjadi salah satu alasan untuk

melakukan inovasi pada model pembelajaran ini dengan cara memilih pendekatan

pembelajaran yang tepat agar kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence

siswa dapat berkembang secara optimal.

Pendekatan pembelajaran merupakan suatu titik tolak dalam proses pembelajaran.

Terdapat bermacam-macam jenis pendekatan pembelajaran, salah satunya adalah

pendekatan tutor sebaya. Pendekatan tutor sebaya adalah pendekatan pembelaja-

ran yang menekankan siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran

dengan dipilihnya satu orang siswa yang berasal dari teman–teman dari

kelompoknya yang memegang tugas sebagai mentor dan tutor di kalangannya

sendiri.

Pengembangan model PBL dengan tutor sebaya merupakan inovasi model pembe-

lajaran yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan

self-confidence siswa. Pertanyaan yang diajukan oleh guru diambil dari kehidupan

Page 47: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

25

sehari-hari. Hal ini membuat siswa mampu mengembangkan kemampuan untuk

mengontruksi pengetahuannya dengan memanfaatkan pengalaman yang mereka

miliki. Siswa tidak selalu terpaku pada soal-soal latihan yang hanya mengem-

bangkan kemampuan berhitung. Pembelajaran yang dilakukan siswa akan menjadi

lebih bermakna ketika siswa mampu mengkontruksi pengetahuannya sendiri.

Teori Vygotsky mengandung pandangan bahwa pengetahuan siswa dibangun

melalui interaksi sosial. Artinya pengetahuan dapat diperoleh melalui lingkungan

berupa interaksi dengan orang lain dalam kegiatan bersama. Oleh karena itu,

penerapan PBL dan kelompok yang terbentuk dalam pembelajaran menggunakan

tutor sebaya yang memungkinkan siswa untuk saling membantu dalam

mengkonstruksi pengetahuannya dalam aktivitas PBL dengan tutor sebaya. Ketika

menyelesaikan suatu permasalahan, seorang tutor yang ditunjuk membimbing

kelompoknya, berpikir bersama-sama dan meyakinkan bahwa setiap orang

mengetahui jawaban dari permasalahan yang diberikan. Melalui PBL dengan tutor

sebaya, siswa dapat saling memberikan bantuan dalam mengkaji proses

berpikirnya sehingga akan memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk

menyampaikan ide-ide secara logis dan memilih solusi yang tepat. Hal ini

berkaitan dengan berpikir reflektif yang memberikan kesempatan bagi siswa

untuk memecahkan persoalan dengan disertai alasan yang logis, mempertahankan

pendapat mereka, menganalisis dan berpikir kembali ketika merespon atau

memilih solusi yang berguna dalam memecahkan persoalan. Selain itu, PBL

dengan tutor sebaya dapat menumbuhkan berbagai sikap positif pada siswa,

seperti melatih siswa untuk menghargai keberagaman dan sekaligus melatih siswa

untuk memahami perbedaan individu. Pada tutor sebaya, siswa belajar dan bekerja

Page 48: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

26

dengan individu yang memiliki karakteristik berbeda dan mempunyai perspektif

yang berbeda pula. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan emosional siswa

berupa self-confidence yang berkaitan dengan pengalaman pribadi, pengalaman

individu lain, persuasi verbal dan kondisi psikologi yang mempengaruhi kegiatan

tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, diharapkan bahwa pengembangan model PBL dengan

tutor sebaya mampu meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan self-

confidence siswa. Perpaduan antara model PBL dengan tutor sebaya ini akan

melatih siswa untuk terbiasa menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa juga akan terlatih untuk bertanggung

jawab pada kemampuan dirinya sendiri.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, hipotesis dalam

penelitian ini adalah Pengembangan model PBL dengan tutor sebaya memenuhi

kriteria valid, praktis, dan efektif meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan

self-confidence siswa.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam penelitian ini, penulis membatasi

istilah yang berhubungan dengan judul penelitian.

1. Model PBL adalah suatu model pembelajaran yang menghadapkan siswa

pada permasalahan-permasalahan matematis yang kontekstual sebagai

konteks bagi siswa untuk belajar serta memperoleh pengetahuan dan konsep

Page 49: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

27

dari materi pembelajaran. Tahap-tahap dalam PBL yaitu: 1) Orientasi siswa

pada masalah, 2) Mengorganisasi siswa untuk belajar, 3) Membimbing pe-

nyelidikan individual maupun kelompok, 4) Meningkatkan dan menyajikan

hasil karya, serta 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan

masalah.

2. Tutor sebaya adalah satu orang siswa yang berasal dari teman–teman dari

kelompoknya yang memegang tugas sebagai mentor dan tutor di kalangannya

sendiri. Atau boleh jadi seorang siswa mampu memegang tugas sebagai

mentor, bahkan sampai taraf tertentu dapat menjadi tutor.

3. Kemampuan berpikir reflektif adalah suatu proses berpikir ketika siswa

dihadapkan oleh suatu fakta atau pengalaman untuk mendapatkan suatu

kesimpulan berdasarkan penemuan sendiri dan hasil pertimbangan dengan

seksama atas segala sesuatu yang dipercaya kebenarannya. Indikator berpikir

reflektif dalam penelitian ini yaitu: 1) Reacting (bereaksi dengan permasala-

han yang diberikan), 2) Comparing (mengevaluasi apa yang diyakini dengan

membandingkan reaksi dan pengalaman yang lain), dan 3) Contemplating

(menguraikan, menginformasikan, dan merekonstruksi permasalahan).

4. Self-confidence adalah kepercayaan diri seseorang terhadap kemampuan

matematis yang dimilikinya untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi,

yang dilihat dari: (1) optimis, (2) objektif, (3) bertanggung jawab, serta (4)

rasional dan realistis.

5. Efektivitas pembelajaran adalah suatu proses yang dapat menghantarkan

siswa menuju tujuan pembelajaran yang ingin dicapai secara maksimal.

Page 50: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

28

Dalam penelitian ini, model PBL dengan tutor sebaya dikatakan efektif

apabila indeks gain (g) > 0,70.

Page 51: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

29

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Research and Development (R & D). Menurut Borg dan

Gall (2003) “educational research and development is a process used to develop

and validate educational product” atau dapat diartikan bahwa penelitian

pengembangan pendidikan adalah sebuah proses yang digunakan untuk

mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Produk yang

dikembangkan pada penelitian ini adalah model PBL dengan tutor sebaya untuk

meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence siswa.

B. Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Terbanggi Besar pada semester

genap tahun pelajaran 2018/2019. Subjek dalam penelitian ini dibagi dalam

beberapa tahap berikut.

1. Studi Pendahuluan

Pada studi pendahuluan dilakukan beberapa langkah sebagai analisis kebutuhan,

yaitu observasi dan wawancara. Subjek pada saat observasi adalah siswa kelas

VIII C terdiri dari 29 siswa bertujuan untuk mengetahui kepraktisan model

pembelajaran yang dikembangkan. Subjek pada saat wawancara adalah satu orang

guru dari dua guru yang mengajar matematika di kelas VIII.

Page 52: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

30

2. Validasi Pengembangan Pembelajaran

Subjek validasi pengembangan pembelajaran dalam penelitian ini adalah tiga

orang ahli yang terdiri atas ahli pengembangan model pembelajaran, ahli materi,

ahli media, dan satu ahli di bidang psikologi. Ahli pengembangan model

pembelajaran, ahli materi dan ahli media yaitu Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd dan Dr.

Joko Sutrisno AB, M.Pd. dan ahli self-confidence yaitu Mirra Septia Veranika,

M.Psi, Psikolog.

3. Uji Coba Lapangan Awal

Subjek uji coba lapangan awal untuk model pembelajaran yang dikembangkan

adalah seluruh siswa kelas VIII C yang sedang menempuh materi bangun ruang

sisi datar dan seorang guru mata pelajaran matematika kelas VIII. Selanjutnya,

subjek uji coba LKPD adalah enam orang siswa kelas VIII C yang sedang

menempuh materi bangun ruang sisi datar. Pemilihan keenam siswa tersebut

berdasarkan saran dari guru kelas VIII dan didasarkan pada kemampuan

matematis yang tinggi, sedang, dan rendah.

4. Uji Lapangan

Subjek uji lapangan adalah seluruh siswa kelas VIII A dan VIII B. Dua kelas yang

diambil sebagai sampel yaitu kelas VIII A dan VIII B, masing-masing kelas terdiri

dari 32 siswa. Kelas VIII A sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang belajar

dengan model PBL dengan tutor sebaya sedangkan kelas VIII B sebagai kelas

kontrol yaitu kelas yang belajar menggunakan model PBL yang telah diterapkan

di sekolah.

Page 53: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

31

C. Desain Penelitian

Penelitian pengembangan ini mengacu pada prosedur penelitian Borg dan Gall

(2003). Borg dan Gall memaparkan sepuluh langkah pelaksanaan penelitian dan

pengembangan, yaitu penelitian dan pengumpulan data (research and information

collecting), perencanaan (planning), pengembangan desain produk awal (develop

preliminary form of product), uji coba lapangan awal (preliminary field testing),

revisi hasil uji coba lapangan awal (main product revision), uji coba lapangan

(main field testing), penyempurnaan produk hasil uji coba lapangan (operasional

product revision), uji pelaksanaan lapangan (operasional field testing), penyem-

purnaan produk akhir (final product revision), diseminasi dan implementasi

(dissemination and implementation). Desain penelitian dalam penelitian ini dapat

dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Alur Desain Penelitian (Adapted: Borg & Gall, 2003)

Perencanaan

Pengembangan Model

Pra-Survei dan Studi

Literatur Studi Pendahuluan

Draf Model:

Pengembangan

Model PBL

dengan Tutor

Sebaya

Uji Validasi Ahli Pengembangan

Model PBL melalui

Tutor Sebaya Uji Lapangan Awal

Revisi Hasil Uji

Coba Lapangan

Awal

Penyempurnaan

Produk Uji Coba

Lapangan Awal

Uji Coba Lapangan

Page 54: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

32

Penerapan langkah-langkah pengembangan disesuaikan dengan kebutuhan

peneliti. Mengingat keterbatasan waktu dan dana yang dimiliki oleh peneliti,

maka langkah-langkah tersebut disederhanakan menjadi enam langkah pengemba-

ngan. Penjelasan mengenai langkah penelitian dan pengembangan diatas sebagai

berikut.

1. Penelitian dan Pengumpulan Data (Research and information collecting)

Langkah awal dalam melakukan studi pendahuluan adalah melakukan penelitian

dan pengumpulan data berkaitan dengan model pembelajaran yang diterapkan

guru mata pelajaran matematika yang mengajar di kelas VIII. Wawancara

dilakukan dengan guru tersebut terkait dengan hasil observasi agar hasil

pengamatan yang diperoleh lebih akurat dan memperjelas beberapa hal mengenai

kebutuhan siswa dalam pembelajaran dan menentukan model pembelajaran yang

tepat untuk mengatasinya. Analisis terhadap kompetensi inti dan kompetensi dasar

matematika, silabus matematika kelas VIII, indikator kemampuan berpikir

reflektif dilakukan sebagai bahan pertimbangan penyusunan materi dan evaluasi.

Setelah melakukan pengumpulan data dan menganalisis kebutuhan siswa, maka

dilakukan pengembangan model PBL dengan tutor sebaya. Langkah selanjutnya

melakukan studi literatur terkait model PBL dengan tutor sebaya. Kajian literatur

mengenai karakteristik model PBL dengan tutor sebaya juga dilakukan untuk

merancang sintaks pembelajaran yang akan diaplikasikan dalam kegiatan

pembelajaran pada RPP.

2. Perencanaan (Planning)

Setelah melakukan studi pendahuluan dan pengumpulan data, selanjutnya

penelitian dilanjutkan dengan merencanakan penelitian. Pada tahap ini dilakukan

Page 55: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

33

pendesainan model PBL dengan tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan

berpikir reflektif dan self-condidence siswa, yaitu membuat rancangan sintak

model PBL dengan tutor sebaya dan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.

3. Pengembangan Desain Produk Awal (Develop preliminary form of product)

Tahapan ini meliputi: (1) Membuat desain produk yang akan dikembangkan; (2)

Menentukan sarana dan prasarana yang dibutuhkan selama penelitian;

(3)Menentukan tahap-tahap pengujian desain di lapangan. Produk yang

dikembangkan pada penelitian ini adalah model PBL dengan tutor sebaya untuk

meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan self-condidence siswa. Desain

pengembangan model PBL dengan tutor sebaya pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan desain pengembangan pembelajaran ADDIE yang merupakan

singkatan dari analysis, design, development, implementation, dan evaluation.

Berikut tahapan ADDIE dalam penelitian ini.

a. Analyze (Analisis)

Tahap analisis merupakan tahap dimana peneliti menganalisis perlunya

pengembangan model pembelajaran dan menganalisis kelayakan serta syarat-

syarat pengembangan. Tahapan analisis yang dilakukan penulis mencakup tiga hal

yaitu analisis kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis karakter peserta didik.

Secara garis besar tahapan analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a) Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan dengan terlebih dahulu menganalisis model

pembelajaran yang diterapkan sebagai informasi utama. Model pembelajaran yang

digunakan guru dalam proses pembelajaran bermacam-macam, tetapi guru

cenderung menerapkan model konvensional dengan metode ceramah dan tanya

Page 56: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

34

jawab. Guru pernah menerapkan model PBL, namun tujuan pembelajaran menjadi

tidak tercapai secara optimal. Oleh karena itu, akan ditentukan model

pembelajaran yang perlu dikembangkan untuk membantu siswa dalam

meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence siswa.

b) Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum dilakukan dengan memperhatikan karakteristik kurikulum

yang sedang digunakan dalam suatu sekolah. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar

pengembangan yang dilakukan dapat sesuai tuntutan kurikulum yang berlaku.

Kurikulum yang digunakan di SMP Negeri 2 Terbanggi Besar adalah Kurikulum

2013. Setelah mengetahui kurikulum yang digunakan, kemudian peneliti mengkaji

Kompetensi Dasar (KD) untuk merumuskan indikator-indikator pencapaian

kompetensi.

c) Analisis Karakter Peserta Didik

Analisis ini dilakukan untuk melihat sikap peserta didik terhadap pembelajaran

matematika. Hal ini dilakukan agar pengembangan yang dilakukan sesuai dengan

karakter siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika yang

mengajar di kelas VIII, siswa SMP Negeri 2 Terbanggi Besar khususnya siswa

kelas VIII termasuk siswa yang masih senang bermain. Ketika guru menerapkan

PBL, banyak siswa yang kurang serius dalam pembelajaran. Kegiatan diskusi

kelompok sering disalahgunakan siswa untuk bercanda dengan temannya.

Permasalahan ini membuat tujuan pembelajaran menjadi tidak tercapai. Siswa

SMP Negeri 2 Terbanggi Besar juga memiliki kemampuan berpikir reflektif dan

self-confidence siswa yang masih rendah. Siswa mengalami kesulitan ketika

Page 57: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

35

mengerjakan persoalan matematika dalam bentuk soal cerita atau soal yang

berbeda dari contoh yang diberikan dan siswa tidak percaya diri dengan

kemampuannya dalam mengambil keputusan tentang apa yang harus dipercayai

dan tindakan apa yang akan dilakukan.

b. Design (Perancangan)

Tahap kedua dari model ADDIE adalah tahap perancangan. Menurut Branch

(2009) tujuan dari tahap desain adalah untuk memverifikasi produk yang akan

dikembangkan. Pada tahap ini mulai dirancang model pembelajaran yang

dikembangkan sesuai hasil analisis yang dilakukan sebelumnya. Selanjutnya,

tahap perancangan dilakukan dengan menentukan unsur-unsur yang diperlukan

dalam model pembelajaran. Seperti langkah apa yang perlu ditambahkan atau

dibutuhkan dari tiap langkah yang terdapat dalam PBL. Peneliti juga

mengumpulkan referensi yang digunakan dalam mengembangkan model

pembelajaran. Pada tahap ini, peneliti juga menyusun instrumen yang digunakan

untuk menilai model PBL dengan tutor sebaya. Instrumen disusun dengan

memperhatikan komponen-komponen yang terdapat dalam sebuah model

pembelajaran.

c. Development (Pengembangan)

Tahap pengembangan merupakan tahap realisasi produk. Pada tahap ini

pengembangan model PBL dengan tutor sebaya dilakukan sesuai dengan

rancangan. Setelah itu, model PBL dengan tutor sebaya divalidasi oleh ahli

pengembangan model pembelajaran. Pada proses validasi, validator menggunakan

instrumen penilaian berupa angket untuk menilai komponen-komponen yang

Page 58: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

36

terdapat dalam sebuah model pembelajaran. Validasi dilakukan hingga pada

akhirnya model PBL dengan tutor sebaya dinyatakan layak untuk

diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Pada tahap ini, peneliti juga

melakukan analisis data terhadap hasil penilaian model PBL dengan tutor sebaya

yang didapatkan dari validator. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan nilai

kevalidan model PBL dengan tutor sebaya.

d. Implementation (Implementasi)

Implementasi dilakukan secara terbatas pada sekolah yang ditunjuk sebagai

tempat penelitian, yaitu SMP Negeri 2 Terbanggi Besar. Peneliti menerapkan

model PBL dengan tutor sebaya di Kelas VIII C dan mengamati respon siswa

dalam proses pembelajaran. Setelah proses pembelajaran selesai, siswa melakukan

tes menggunakan instrumen tes kemampuan berpikir reflektif. Soal tersebut telah

disusun berdasarkan indikator ketercapaian kompetensi dan indikator kemampuan

berpikir reflektif untuk melihat tingkat keefektifan penggunaan model PBL

dengan tutor sebaya terhadap kemampuan berpikir reflektif siswa. Pada tahap ini,

peneliti juga melakukan penyebaran angket kepraktisan kepada guru yang berisi

tentang pelaksanaan proses pembelajaran dalam menerapkan model PBL dengan

tutor sebaya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data terkait dengan nilai

kepraktisan penerapan model PBL dengan tutor sebaya.

e. Evaluation (Evaluasi)

Pada tahap ini, peneliti melakukan revisi terakhir terhadap model PBL dengan

tutor sebaya berdasarkan masukan yang didapat dari angket respon guru dan

Page 59: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

37

respon siswa. Hal ini bertujuan agar model PBL dengan tutor sebaya benar-benar

sesuai dan dapat digunakan oleh sekolah yang lebih luas lagi.

4. Uji Coba Lapangan Awal (Preliminary Field Testing)

Setelah pengembangan produk awal selesai, maka tahap berikutnya adalah uji

coba lapangan awal. Produk PBL yang telah dianalisis dan direvisi serta mendapat

validasi dari ahli materi, ahli desain pembelajaran, dan ahli media, kemudian

diujicobakan di lapangan. Produk pengembangan model PBL dengan tutor sebaya

diujicobakan kepada siswa kelas VIII yang berbeda dengan kelas penelitian.

Selanjutnya peneliti memberikan angket kepraktisan model pembelajaran kepada

seluruh siswa dalam kelas uji coba dan guru mata pelajaran matematika.

Kemudian untuk produk pengembangan LKPD diujicobakan dalam skala kecil,

yaitu kepada enam siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Terbanggi Besar yang

berbeda dengan kelas penelitian. Enam siswa tersebut dipilih dari siswa yang

berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Hal ini dilakukan agar produk

pengembangan nantinya bisa digunakan oleh seluruh siswa baik dari kemampuan

tinggi, sedang maupun rendah. Selanjutnya, peneliti memberikan angket yang

berisi uji keterbacaan produk yang dikembangkan untuk keenam siswa dan angket

tanggapan guru matematika mengenai LKPD tersebut. Angket-angket tersebut

kemudian dianalisis dan dijadikan acuan untuk kembali melakukan revisi dan

penyempurnaan.

5. Revisi Hasil Uji Coba Lapangan Awal (Main Product Revision)

Revisi hasil uji coba lapangan awal dilakukan setelah pelaksanaan uji coba dengan

mengacu pada hasil analisis angket yang diberikan kepada siswa pada kelas uji

Page 60: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

38

coba dan guru mata pelajaran matematika sehingga produk siap digunakan dalam

uji lapangan.

6. Uji Coba Lapangan (Main Field Testing)

Pada tahap uji coba lapangan, desain penelitian yang digunakan adalah pretest-

postest control group design sebagaimana yang dikemukakan Fraenkel dan

Wallen (1993) sebagai berikut.

Tabel 3.1 Desain Uji Coba Produk Penelitian

Kelompok Perlakuan

Pretest Model Pembelajaran yang Diterapkan Posttest

E Y1 PBL dengan Tutor Sebaya Y2

K Y1 PBL Y2

Keterangan :

E = kelas eksperimen

K = kelas kontrol

Y1 = dilaksanakan pretest instrumen tes kemampuan berpikir reflektif dan skala

self-confidence

Y2 = dilaksanakan posttest instrumen tes kemampuan berpikir reflektif dan skala

self-confidence

Sebelum melakukan uji coba produk, terlebih dahulu siswa pada kelas eksperimen

dan kontrol diberikan pretest dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal

siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Produk yang berupa pengembangan

model PBL dengan tutor sebaya selanjutnya diujikan pada kelas eksperimen

dengan cara menerapkannya pada proses pembelajaran. Setelah siswa menerapkan

pembelajaran dengan model PBL dengan tutor sebaya, siswa diberikan posttest

untuk mengetahui efektivitas dari model pembelajaran yang telah dikembangkan

yang menitikberatkan pada peningkatan kemampuan berpikir reflektif dan self-

Page 61: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

39

confidence siswa. Selain kelas eksperimen, kelas kontrol juga diberikan posttest

untuk melihat perbandingan antara kedua kelas.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua jenis instrumen,

yaitu nontes dan tes. Instrumen-instrumen tersebut akan dijelaskan sebagai

berikut:

1. Instrumen Nontes

Instrumen nontes terdiri dari beberapa bentuk yang disesuikan dengan langkah-

langkah dalam penelitian pengembangan. Terdapat dua jenis instrumen nontes

yang digunakan, yaitu wawancara dan angket. Wawancara digunakan saat studi

pendahuluan dengan pedoman wawancara. Instrumen ini digunakan untuk

melakukan wawancara dengan guru saat observasi mengenai kondisi awal siswa

dan pemakaian buku teks di sekolah. Instrumen yang kedua, yaitu angket

digunakan pada beberapa tahapan penelitian. Angket ini memakai skala Likert

dengan empat pilihan jawaban yang disesuaikan dengan tahap penelitian dan

tujuan pemberian angket. Beberapa jenis angket dan fungsinya dijelaskan sebagai

berikut.

a. Angket Validasi Pengembangan Model Pembelajaran

Instrumen ini digunakan oleh ahli pengembangan model pembelajaran untuk

menguji konstruksi model pembelajaran yang dikembangkan. Adapun indikator

instrumen terdapat pada Tabel 3.2. Secara lengkap terdapat pada Lampiran D.1

halaman 305.

Page 62: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

40

Tabel 3.2 Indikator Instrumen Validasi Model Pembelajaran.

Indikator Butir Angket

Teori pendukung 1, 2

Struktur model PBL dengan tutor sebaya 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12

b. Angket Validasi Perangkat Pembelajaran

Adapun indikator instrumen untuk validasi silabus terdapat pada Tabel 3.3.

Instrumen ini digunakan untuk mengukur kevalidan silabus dalam pelaksanaan

pembelajaran matematika model PBL dengan tutor sebaya pada materi bangun

ruang sisi datar. Secara lengkap terdapat pada Lampiran D.2 halaman 312.

Tabel 3.3 Indikator Instrumen Validasi Silabus

Indikator Butir Angket

Isi yang Disajikan 1, 2, 3, 4, 5

Bahasa 6, 7

Waktu 8, 9, 10

Indikator instrumen untuk validasi RPP terdapat pada Tabel 3.4. Instrumen ini

digunakan untuk mengukur kevalidan RPP dalam pelaksanaan pembelajaran

matematika model PBL dengan tutor sebaya pada materi bangun ruang sisi datar.

Secara lengkap terdapat pada Lampiran D.2 halaman 312.

Tabel 3.4 Indikator Instrumen Validasi RPP

Indikator Butir Angket

Perumusan Tujuan Pembelajaran 1, 2, 3, 4

Isi yang Disajikan 5, 6, 7

Bahasa 8, 9, 10

Waktu 11, 12

Page 63: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

41

c. Angket Validasi LKPD oleh Ahli Materi

Instrumen ini digunakan untuk menguji substansi LKPD yang dikembangkan,

meliputi kesesuaian indikator dengan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar

(KD) pada materi bangun ruang sisi datar yang ada pada LKPD dengan model

PBL dengan tutor sebaya. Indikator instrumen terdapat pada Tabel 3.5. Secara

lengkap terdapat pada Lampiran D.3 halaman 320.

Tabel 3.5 Indikator Instrumen Validasi LKPD oleh Ahli Materi

Kriteria Indikator Butir Angket

Aspek Kelayakan Isi Kesesuaian materi dengan KD 1, 2, 3

Keakuratan materi 4, 5, 6, 7, 8

Mendorong Keingintahuan 9

Aspek Kelayakan

Penyajian

Teknik Penyajian 10, 11

Kelengkapan Penyajian 12, 13, 14

Penyajian Pembelajaran 15, 16

Koherensi dan keruntutan alur 17, 18

Aspek Penilaian PBL

dengan Tutor Sebaya

Karakteristik PBL dengan tutor

sebaya

19, 20, 21

d. Angket Validasi LKPD oleh Ahli Media

Instrumen ini digunakan untuk menguji konstruksi LKPD yang dikembangkan

Adapun indikator instrumen terdapat pada Tabel 3.6. Secara lengkap terdapat

pada Lampiran D.4 halaman 330.

Tabel 3.6 Indikator Instrumen Validasi LKPD oleh Ahli Media

Kriteria Indikator Butir Angket

Aspek Kelayakan

Kegrafikan

Desain isi LKPD 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Aspek Kelayakan

Bahasa

Lugas 10, 11, 12

Komunikatif 13, 14

Kesesuaian dengan kaidah bahasa 15, 16

Penggunaan istilah, simbol,

maupun lambang

17, 18

Page 64: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

42

e. Angket Tanggapan Guru Matematika terhadap Model

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui tanggapan guru matematika mengenai

kepraktisan penggunaan model PBL dengan tutor sebaya pada materi bangun

ruang sisi datar. Adapun indikator instrumen terdapat pada Tabel 3.7. Secara

lengkap terdapat pada Lampiran B.7 halaman 252.

Tabel 3.7 Indikator Instrumen Tanggapan Guru Matematika

Indikator Butir Angket

Kejelasan petunjuk penggunaan RPP 1, 2, 3, 4

Ketercapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran 5, 6, 7, 8

Respon siswa 9, 10, 11

Tingkat kesulitan dalam mengimplementasikan 12, 13, 14, 15, 16

f. Angket Tanggapan Siswa terhadap Model

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai kepraktisan

dan keterlaksanaan model PBL dengan tutor sebaya pada materi bangun ruang sisi

datar. Adapun indikator instrumen untuk validasi tanggapan siswa dijelaskan pada

Tabel 3.8. Secara lengkap terdapat pada Lampiran B.8 halaman 254.

Tabel 3.8 Indikator Instrumen Tanggapan Siswa

Indikator Butir Angket

Pendahuluan 1, 2

Inti 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Penutup 10

g. Angket Tanggapan Guru terhadap LKPD

Instrumen ini berupa angket yang diberikan kepada guru sebagai koreksi produk

pendukung dalam pembelajaran. Angket ini berfungsi untuk mengetahui

kepraktisan dan keterlaksanaan LKPD yang telah dibuat dalam pelaksanaan

pembelajaran matematika dengan model PBL dengan tutor sebaya pada materi

Page 65: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

43

bangun ruang sisi datar. Angket ini sebagai dasar untuk merevisi LKPD. Indikator

instrumen yang digunakan untuk validasi dijelaskan pada Tabel 3.9 secara

lengkap dapat dilihat pada Lampiran B.10 halaman 256.

Tabel 3.9 Indikator Instrumen Respon Guru terhadap LKPD

Aspek Indikator Butir Angket

Teknik penyajian Kesesuaian susunan penyajian LKPD 1, 2

Kesesuaian gambar/ilustrasi dengan

materi

15, 17

Kejelasan teks 16

Kesesuaian

bahasa

Kesederhanaan bahasa 18, 19

Kejelasan struktur kalimat 20

Kesesuaian materi Kesesuaian materi dengan KD 4, 6, 7, 14, 24

Keakuratan

materi

Kualitas LKPD terhadap pemahaman

dan kemampuan siswa

3, 5, 8, 9, 10, 13

Kemudahan Kemudahan penggunaan LKPD 11, 12, 21, 22, 23, 25

h. Angket Tanggapan Siswa terhadap LKPD

Instrumen ini berupa angket yang diberikan kepada siswa sebagai pengguna

produk pendukung berupa LKPD. Angket ini berfungsi untuk mengetahui

keterbacaan, ketertarikan, dan tanggapannya dari LKPD yang telah dibuat.

Tabel 3.10 Indikator Instrumen Respon Siswa terhadap LKPD

Aspek Indikator Butir Angket

Aspek tampilan Kemenarikan tampilan LKPD 1, 2, 3, 4

Kesesuaian gambar/ilustrasi dengan materi 5, 6

Kejelasan teks 7

Aspek penyajian

materi

Kemudahan pemahaman materi 8

Ketepatan penggunaan lambang dan

simbol

9

Kelengkapan dan ketepatan sistematika

penyajian

10, 11, 12

Kesesuaian LKPD dengan materi 13

Aspek manfaat Kemudahan belajar 14, 15

Ketertarikan menggunakan LKPD 16

Page 66: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

44

Angket yang telah divalidasi dijadikan patokan sebagai dasar untuk merevisi

LKPD. Indikator instrumen yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.10 secara

lengkap dapat dilihat pada Lampiran B.11 halaman 259.

i. Angket Skala Self-Confidence

Skala self-confidence pada penelitian ini mengukur lima aspek. Indikator self-

confidence yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 3.11.

Secara lengkap terdapat pada Lampiran B.5 halaman 247.

Tabel 3.11 Indikator Self-Confidence

No Aspek Indikator No. Pernyataan

1 Keyakinan kemampuan diri

(Sikap positif seseorang

tentang dirinya)

Kemampuan siswa

untuk menyelesaikan

sesuatu dengan

sungguh-sungguh.

1, 2, 3, 4

2 Optimis

(Sikap positif yang dimiliki

seseorang yang selalu

berpandangan baik dalam

menghadapi segala hal)

Sikap dan perilaku

siswa yang selalu

berpandangan baik

tentang dirinya dan

kemampuannya.

5, 6, 7, 8, 9

3 Objektif

(Orang yang memandang

permasalahan bukan menurut

kebenaran pribadi)

Kemampuan siswa

menyelesaikan

permasalahan sesuai

dengan fakta.

10, 11, 12

4 Bertanggung jawab

(Kesediaan orang untuk

menanggung segala sesuatu

yang telah menjadi

konsekuensinya)

Kemampuan siswa

untuk berani

menanggung segala

sesuatu yang telah

menjadi

konsekuensinya.

13, 14, 15, 16

5 Rasional dan realistis

(Analisis terhadap suatu

masalah, sesuatu hal, dan

suatu kejadian dengan

menggunakan pemikiran

yang dapat diterima oleh akal

dan sesuai dengan kenyataan)

Kemampuan siswa

untuk menganalisis

suatu masalah dengan

logis dan sesuai

dengan kenyataan.

17, 18, 19, 20

Page 67: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

45

Sebelum digunakan pada uji lapangan skala self-confidence ini divalidasi oleh

ahli, yaitu Mirra Septia Veranika, M.Psi., Psikolog. Beliau adalah seorang

counselor di Sekolah Darma Bangsa. Tujuan dari validasi ini adalah melihat

kesesuaian isi dengan indikator dan tujuan. Kriteria yang menjadi penilaian dari

ahli adalah: (1) Keterkaitan indikator dengan tujuan; (2) Kesesuaian pernyataan

dengan indikator yang diukur; (3) Kesesuaian antara pernyataan dengan tujuan;

(4) Penggunaan bahasa yang baik dan benar. Berdasarkan penilaian tiap kriteria

tersebut, skala self-confidence telah memenuhi kriteria sangat baik dan dinyatakan

layak untuk digunakan pada uji lapangan. Setelah dilakukan validasi, skala

tersebut diujicobakan untuk mengetahui reliabilitas dan validitas secara empiris.

Uji coba dilakukan pada siswa kelas VIII C. Proses perhitungan menggunakan

software SPSS statistik versi 20. Hasil perhitungan validitas butir pernyataan

dapat dilihat pada Tabel 3.12, data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5

halaman 268.

Tabel 3.12 Hasil Uji Coba Validitas Skala Self-Confidence Siswa

No

Pernyataan

rxy Kriteria No

Pernyataan

rxy Kriteria

1 0,714 Valid 11 0,664 Valid

2 0,517 Valid 12 0,630 Valid

3 0,666 Valid 13 0,467 Valid

4 0,551 Valid 14 0,671 Valid

5 0,570 Valid 15 0,671 Valid

6 0,664 Valid 16 0,714 Valid

7 0,517 Valid 17 0,467 Valid

8 0,666 Valid 18 0,783 Valid

9 0,609 Valid 19 0,664 Valid

10 0,783 Valid 20 0,589 Valid

Dari hasil perhitungan pada Lampiran C.5 halaman 268 menunjukkan bahwa

skala tersebut memiliki indeks koefisien korelasi lebih dari 0,3673 dan indeks

Page 68: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

46

reliabilitas sebesar 0,919 (Lampiran C.6 halaman 270). Berdasarkan hasil uji

validitas semua butir pernyataan dapat digunakan.

2. Instrumen Tes

Intrumen tes yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir reflektif matematis.

Tes ini berupa soal-soal uraian yang diberikan secara individual bertujuan untuk

mengukur kemampuan berpikir reflektif matematis siswa. Soal tes yang

digunakan disusun berdasarkan indikator kemampuan berpikir reflektif matematis.

Indikator soal tes kemampuan berpikir reflektif dapat dilihat pada Tabel 3.13.

Tabel. 3.13 Tabel Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Berpikir Reflektif

Indikator Soal Indikator KBR Skor Nomor

Soal

Menentukan luas permukaan

kubus dengan tepat.

Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan luas

permukaan kubus dengan tepat.

1. Reacting

2. Comparing

3. Contemplating

12 1

Menentukan volume balok

dengan tepat.

Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan volume balok

dengan tepat.

1. Reacting

2. Comparing

3. Contemplating

12 2

Menentukan luas permukaan

prisma dengan tepat.

Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan luas

permukaan prisma dengan

tepat.

1. Reacting

2. Comparing

3. Contemplating

12 3

Menentukan luas permukaan

limas dengan tepat.

Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan luas

permukaan limas dengan tepat

1. Reacting

2. Comparing

3. Contemplating

12 4

Page 69: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

47

Adapun pedoman penskoran kemampuan berpikir reflektif matematis menurut

Noer (2010) disajikan pada Tabel 3.14 sebagai berikut.

Tabel 3.14 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Reflektif

Skor Indikator

Reacting Comparing Contemplating

0 Tidak menjawab

1

Bereaksi dengan

perhatian pribadi

terhadap situasi

masalah dengan cara

langsung menjawab,

tetapi jawaban salah

Tidak melakukan

evaluasi terhadap

tindakan dan apa yang

diyakini

Menguraikan,

menginformasikan

jawaban berdasarkan

situasi masalah yang

dihadapi tetapi jawaban

salah

2

Bereaksi dengan

perhatian pribadi

terhadap situasi

masalah dengan cara

menuliskan sifat yang

dimiliki oleh situasi,

kemudian menjawab

permasalahan, tetapi

tidak selesai

Mengevaluasi tindakan

dan apa yang diyakini

dengan cara

membandingkan reaksi

dengan suatu prinsip

umum atau teori tetapi

tidak memberikan

alasan mengapa

memilih tindakan

tersebut

Menguraikan,

menginformasikan

jawaban berdasarkan

situasi masalah yang

dihadapi dan jawaban

benar

3

Bereaksi dengan

perhatian pribadi

terhadap situasi

masalah dengan cara

menuliskan sifat

yang dimiliki oleh

situasi, kemudian

menjawab

permasalahan, tetapi

jawaban salah

Mengevaluasi

tindakan dan apa yang

diyakini dengan cara

membandingkan

reaksi dengan suatu

prinsip umum atau

teori memberi alasan

mengapa memilih

tindakan tersebut

tetapi jawaban salah

Menguraikan,

menginformasikan

jawaban berdasarkan

situasi masalah yang

dihadapi,

mempertentangkan

jawaban dengan jawaban

lainnya

4

Bereaksi dengan

perhatian pribadi

terhadap situasi

masalah dengan cara

menuliskan sifat

yang dimiliki oleh

situasi, kemudian

menjawab

permasalahan dan

jawaban benar

Mengevaluasi

tindakan dan apa yang

diyakini dengan cara

membandingkan

reaksi dengan suatu

prinsip umum atau

teori, memberi alasan

mengapa memilih

tindakan tersebut dan

jawaban benar

Menguraikan,

menginformasikan

jawaban berdasarkan

situasi masalah yang

dihadapi,

mempertentangkan

jawaban dengan jawaban

lainnya, kemudian

merekonstruksi situasi-

situasi

Page 70: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

48

Sebelum digunakan, instrumen ini diujicobakan terlebih dulu pada kelas VIII C

yang telah menempuh materi bangun ruang sisi datar untuk mengetahui validitas,

reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal. Uji – uji tersebut dijelaskan

sebagai berikut.

a. Uji Validitas

Validitas yang dilakukan terhadap instrumen tes berpikir reflektif matematis

didasarkan pada validitas empiris. Validitas isi dari tes kemampuan berpikir

reflektif matematis ini dapat diketahui dengan cara membandingkan isi yang

terkandung dalam tes kemampuan berpikir reflektif matematika dengan indikator

pembelajaran yang telah ditentukan. Tes yang dikategorikan valid adalah yang

telah dinyatakan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang diukur.

Dengan asumsi bahwa guru sejawat yang mengajar matematika mengetahui

dengan benar kurikulum SMP, maka validitas instrumen tes ini didasarkan pada

penilaian guru tersebut.

Teknik yang digunakan untuk menguji validitas empiris ini dilakukan dengan

menggunakan rumus korelasi product moment (Widoyoko, 2012) sebagai berikut.

rxy = 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋) (∑ 𝑌)

√𝑁 ∑ 𝑋2− (∑ 𝑋)2) (𝑁 ∑ 𝑌2− (∑ 𝑌)2

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N : Jumlah siswa ∑ 𝑋 : Jumlah skor siswa pada setiap butir soal ∑ 𝑌 : Jumlah total skor siswa ∑ 𝑋𝑌 : Jumlah hasil perkalian skor siswa pada setiap butir soal dengan total skor

siswa

Page 71: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

49

Penafsiran harga korelasi dilakukan dengan membandingkan dengan harga rxy

kritik untuk validitas butir instrumen yaitu 0,3673. Artinya apabila rxy ≥ 0,3673,

nomor butir tersebut dikatakan valid dan memuaskan (Widoyoko, 2012). Tabel

3.15 menyajikan hasil validitas instrumen tes berpikir reflektif matematis.

Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran C.1 halaman 263.

Tabel 3.15 Validitas Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Reflektif

No Soal rxy Kriteria

1 0,56 Valid

2 0,85 Valid

3 0,80 Valid

4 0,74 Valid

b. Reliabilitas

Instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut konsisten dalam hasil

ukurnya sehingga dapat dipercaya, sehingga akan menghasilkan data yang dapat

reliabel atau apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama

akan menghasilkan data yang sama. Bentuk soal tes yang digunakan pada

penelitian ini adalah soal tes tipe uraian. Menurut Arikunto (2011) untuk mencari

koefisien reliabilitas (r11) menggunakan rumus Alpha sebagai berikut:

𝑟11 = [𝑘

𝑘−1] [1 −

∑ 𝑠𝑖2

𝑠𝑡2

]

Keterangan:

n = jumlah sampel

k = jumlah butir pertanyaan

𝑠𝑖2 = varians total

𝑠𝑡2 = jumlah butir pertanyaan

𝑟11 = koefisien reliabilitas instrumen

Page 72: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

50

Sudijono (2011) berpendapat bahwa suatu tes dikatakan baik apabila memiliki

nilai reliabilitas ≥ 0,70. Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen

kemampuan berpikir reflektif, diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,71.

Hal ini menunjukkan bahwa instrumen yang diuji cobakan memiliki reliabilitas

yang tinggi sehingga instrumen tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemam-

puan berpikir reflektif siswa. Hasil perhitungan reliabilitas uji coba instrumen

dapat dilihat pada Lampiran C.2 halaman 264.

c. Daya Pembeda

Daya beda suatu butir tes adalah kemampuan suatu butir untuk membedakan

antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Daya

beda butir dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya tingkat diskriminasi atau

angka yang menunjukkan besar kecilnya daya beda. Untuk menghitung daya

pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi

sampai siswa yang memeperoleh nilai terendah. Kemudian diambil 27% siswa

yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok atas) dan 27% siswa yang

memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah). Setelah itu baru dapat

ditentukan daya pembeda setiap butir soal. Sudijono (2008: 389-390)

mengungkapkan menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus sebagai

berikut.

𝐷𝑃 = 𝐵𝐴

𝐽𝐴 -

𝐵𝐵

𝐽𝐵

Keterangan:

DP : Indeks daya pembeda butir soal

BA : Rata-rata kelompok atas pada butir soal yang diolah

BB : Rata-rata kelompok bawah pada butir soal yang diolah

JA : Jumlah skor maksimum butir soal yang diolah pada kelompok atas

Page 73: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

51

JB : Jumlah skor maksimum butir soal yang diolah pada kelompok bawah

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera

dalam Tabel 3.16.

Tabel 3.16 Interpretasi Indeks Daya Pembeda

Indeks Daya Pembeda Interpretasi

DP < 0,00 Sangat Buruk

0,00 ≤ DP < 0,20 Buruk

0,20 ≤ DP < 0,40 Cukup

0,40 ≤ DP < 0,70 Baik

0,70 ≤ DP ≤ 1,00 Sangat Baik

Setelah dilakukan perhitungan didapatkan daya pembeda butir item soal yang telah

diujicobakan disajikan pada Tabel 3.18. Hasil perhitungan daya pembeda butir

item soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3 halaman 265.

d. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran akan digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu

butir soal. Dalam Sudijono (2008: 372) untuk menghitung indeks tingkat

kesukaran pada masing-masing butir soal digunakan rumus:

𝑇𝐾 =𝐵

𝐽𝑆

Keterangan:

TK : Indeks tingkat kesukaran butir soal

B : Jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh

JS : Jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal.

Kemudian untuk menginterpretasikan indeks tingkat kesukaran tiap butir soal

menurut Thorndike dan Hagen dalam Sudijono (2008: 372) dapat dilihat pada

Tabel 3.17.

Page 74: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

52

Tabel 3.17 Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran

Indeks Tingkat Kesukaran Interpretasi

TK < 0,30 Terlalu Sukar

0,30 ≤ TK ≤ 0,70 Sedang

TK > 0,70 Terlalu Mudah

Setelah dilakukan perhitungan didapatkan tingkat kesukaran butir soal yang

disajikan pada Tabel 3.18. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada di

Lampiran C.3 halaman 265. Setelah dilakukan analisis reliabilitas, daya pembeda

dan tingkat kesukaran soal tes kemampuan berpikir reflektif matematis siswa

diperoleh rekapitulasi hasil tes uji coba dan kesimpulan yang disajikan pada Tabel

3.18.

Tabel 3.18 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba

No Soal Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Kesimpulan

1 0,71

(Reliabilitas

Tinggi)

0,5 (Baik) 0,51 (Sedang) Dipakai

2 0,6 (Baik) 0,59 (Sedang) Dipakai

3 0,64 (Baik) 0,64 (Sedang) Dipakai

4 0,75 (Sangat Baik) 0,65 (Sedang) Dipakai

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis kemudian digunakan untuk

merevisi model PBL dengan tutor sebaya yang dikembangkan, sehingga akan

menghasilkan model PBL dengan tutor sebaya yang layak sesuai dengan kriteria

yang ditentukan yaitu valid, praktis, dan efektif. Teknik analisis data pada

penelitian ini dijelaskan berdasarkan jenis instrumen yang digunakan dalam setiap

tahapan penelitian pengembangan, yaitu:

Page 75: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

53

1. Analisis Data Pendahuluan

Data studi pendahuluan berupa hasil observasi dan wawancara dianalisis secara

deskriptif sebagai latar belakang diperlukannya pengembangan model

pembelajaran. Observasi dilakukan pada kelas VIII SMP Negeri 2 Terbanggi

Besar. Wawancara dilakukan pada guru mata pelajaran matematika yang

mengajar kelas VIII dan siswa kelas VIII.

2. Analisis Angket Validitas

Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mampu untuk

mengevaluasi/mengukur apa yang seharusnya dievaluasi (Sugiyono, 2013). Oleh

karena itu untuk menentukan validitas suatu alat evaluasi hendaknya dilihat dari

berbagai aspek diantaranya validitas muka dan validitas isi. Menurut Suherman

(2003) validitas muka dilakukan dengan melihat dari sisi muka atau tampilan dari

instrumen itu sendiri, sedangkan validitas isi berkenaan dengan keshahihan

instrumen tes dengan materi yang akan ditanyakan, baik tiap soal maupun soalnya

secara keseluruhan. Validitas muka dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat

apakah kalimat atau kata-kata dari instrumen yang digunakan sudah tepat dan

layak digunakan sehingga tidak menimbulkan tafsiran lain termasuk kejelasan

gambar. Validitas isi dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat isi instrumen

dengan materi pelajaran yang diajarkan serta melihat kesesuaian indikator dengan

kemampuan yang diamati.

Validitas muka dan isi dalam penelitian ini dilakukan dengan meminta

pertimbangan ahli yang berkompeten. Untuk mendapatkan kesimpulan apakah

Page 76: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

54

hasil timbangan para penimbang tersebut sama atau tidak, dianalisis menggunakan

statistik Uji Q-Cochran dengan bantuan software SPSS. Hipotesis yang diuji

adalah:

H0 : para penimbang memberikan pertimbangan yang seragam atau sama.

H1 : para penimbang memberikan pertimbangan yang tidak seragam atau berbeda.

Dengan kriteria keputusan yang digunakan, jika nilai asymp.sig > α (α = 0,05)

maka H0 diterima, pada kondisi lain H0 ditolak.

3. Analisis Kepraktisan Model dan Perangkat Pembelajaran

Data kepraktisan model dan perangkat pembelajaran hasil pengembangan akan

diperoleh dari penilaian guru bidang studi terhadap perangkat pembelajaran.

Analisis yang akan digunakan berupa deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Data

kualitatif berupa komentar dan saran dari guru dideskripsikan secara kualitatif

sebagai acuan untuk memperbaiki perangkat pembelajaran dan model

pembelajaran. Data kuantitatif berupa skor penilaian, dideskripsikan secara

kuantitatif kemudian dijelaskan secara kualitatif. Kategori penilaian dan interval

menurut Khayati (2015) nilai untuk setiap kategori ditunjukkan pada Tabel 3.19.

Tabel 3.19 Interval Nilai Tiap Kategori Penilaian Kepraktisan

No Kriteria Validasi Interval Nilai

1 Sangat Baik (S min + 3p) < S ≤ S maks

2 Baik (S min + 2p) < S < (S min + 3p - 1)

3 Kurang (S min + p) < S < (S min + 2p - 1)

4 Sangat Kurang (S min) < S < (S min + p - 1)

Keterangan:

S : Skor responden

P : Panjang interval kelas

Page 77: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

55

Smin : Skor terendah

Smax : Skor tertinggi

Langkah-langkah menyusun kriteria penilaian di atas adalah

a) Menentukan jumlah interval.

b) Menentukan rentang skor, yaitu skor maksimum dan skor minimum.

c) Menghitung panjang kelas (p) yaitu rentang skor dibagi jumlah kelas.

d) Menyusun kelas interval dimulai dari skor terkecil sampai terbesar .

4. Analisis Efektivitas Pembelajaran Menerapkan Model PBL dengan Tutor

Sebaya

Data yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest kemampuan berpikir reflektif

dianalisis untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan berpikir reflektif

siswa pada kelas yang menggunakan PBL dengan tutor sebaya dan siswa yang

mengikuti PBL yang umum dilakukan. Menurut Meltzer (dalam Noer, 2010: 102)

besarnya peningkatan dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (normalized

gain) = g, yaitu:

g = 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒−𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒

𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑝𝑜𝑠𝑠𝑖𝑏𝑙𝑒 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒−𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifi-

kasi dari Hake (dalam Noer, 2010: 102) seperti berikut.

Tabel 3.20 Klasifikasi Gain (g)

Besarnya g Interpretasi

g > 0,70 Tinggi

0,3 < g ≤ 0,70 Sedang

g ≤ 0,3 Rendah

Page 78: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

56

Pengolahan dan analisis data kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence

dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap peningkatan kemampuan

berpikir reflektif dan self-confidence siswa (indeks gain) kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.

1. Analisis Data Kemampuan Berpikir Reflektif

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang didapat berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji ini menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov Z. Adapun hipotesis uji adalah sebagai berikut:

H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov Z (K-S Z) mengguna-

kan software SPPS versi 20.0 dengan kriteria pengujian yaitu jika nilai probabilitas

(sig.) dari Z lebih besar dari α = 0,05, maka hipotesis nol diterima (Trihendradi,

2005). Setelah dilakukan pengujian normalitas pada skor awal (pretest) didapat

hasil yang disajikan pada Tabel 3.21.

Tabel 3.21 Uji Normalitas Skor Awal Kemampuan Berpikir Reflektif

Kelompok

Penelitian

Banyaknya Siswa K-S Z Probabilitas (Sig.)

Eksperimen 32 0,141 0,109

Kontrol 32 0,135 0,144

Pada Tabel 3.22 terlihat bahwa probabilitas (Sig.) untuk kelas eksperimen dan

kelas kontrol lebih dari 0,05, sehingga hipotesis nol diterima. Hal ini berarti bahwa

data skor awal kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang

Page 79: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

57

berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas data kemampuan berpikir reflektif

awal dapat dilihat pada Lampiran C.17 halaman 288. Uji normalitas juga

dilakukan terhadap data skor posttest kemampuan berpikir reflektif, setelah

dilakukan perhitungan didapatkan hasil yang disajikan pada Tabel 3.22.

Tabel 3.22 Uji Normalitas Skor Akhir Kemampuan Berpikir Reflektif

Kelompok

Penelitian

Banyaknya Siswa K-S Z Probabilitas (Sig.)

Eksperimen 32 0,168 0,022

Kontrol 32 0,134 0,149

Pada Tabel 3.22 terlihat bahwa probabilitas (Sig) pada salah satu kelas kurang dari

0,05, sehingga hipotesis nol ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

data skor akhir (posttest) tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Perhitungan uji normalitas data posttest kemampuan berpikir reflektif dapat dilihat

pada Lampiran C.20 halaman 292.

b. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kelompok responden berasal

dari populasi yang sama atau tidak. Dengan menggunakan SPSS, peneliti akan

melakukan perhitungan test of homogenity of variance melalui menu (tool)

(analyze-compare means-one way anova). Uji homogenitas ini akan menggunakan

statistik uji Levene, dengan mengambil taraf signifikansi 5%. Kriteria pengujian

adalah jika nilai probabilitas (Sig.) lebih besar dari α = 0,05 maka hipotesis nol

diterima (Trihendradi, 2005: 145). Adapun hipotesis uji adalah sebagai berikut:

H0: 𝜎12 = 𝜎2

2 (kedua kelompok populasi memiliki varians yang sama)

H1: 𝜎12 𝜎2

2 (kedua kelompok populasi memiliki varians yang tidak sama)

Page 80: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

58

Berdasarkan hasil uji normalitas pada data skor awal (pretest) kemampuan berpikir

reflektif matematis diketahui bahwa kedua kelas berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. Sehingga selanjutnya dilakukan uji homogenitas terhadap

skor awal kemampuan berpikir reflektif matematis. Setelah dilakukan perhitungan

diperoleh hasil uji homogenitas yang disajikan pada Tabel 3.23.

Tabel 3.23 Uji Homogenitas Populasi Skor Awal Kemampuan Berpikir

Reflektif

Kelompok Penelitian Statistik Levene Probabilitas (sig.)

Eksperimen

0,860

0,357 Kontrol

Pada Tabel 3.23 terlihat bahwa nilai probabilitas (sig) lebih besar dari 0,05

sehingga hipotesis nol diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa data skor awal

(pretest) kemampuan berpikir reflektif matematis siswa dari kedua kelompok

populasi memiliki varians yang homogen atau sama. Perhitungan uji homogenitas

dapat dilihat pada Lampiran C.18 halaman 290. Sedangkan untuk data skor akhir

kemampuan berpikir reflektif matematis tidak dilakukan uji homogenitas karena

salah satu data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.

c. Uji Prasyarat

Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data, diperoleh bahwa data

skor awal (pretest) berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Menurut

Sudjana (2005), apabila data dari kedua sampel berdistribusi normal dan memiliki

varian yang sama maka analisis data dilakukan dengan menggunakan uji

kesamaan dua rata-rata, yaitu uji t dengan hipotesis uji sebagai berikut.

Page 81: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

59

H0: Tidak ada perbedaan kemampuan awal berpikir reflektif siswa yang mengikuti

pembelajaran menggunakan model PBL dengan tutor sebaya dengan

kemampuan awal berpikir reflektif siswa yang mengikuti pembelajaran

menggunakan model PBL biasa.

H1: Ada perbedaan kemampuan awal berpikir reflektif siswa yang mengikuti

pembelajaran menggunakan model PBL dengan tutor sebaya dengan

kemampuan awal berpikir reflektif siswa yang mengikuti pembelajaran

menggunakan model PBL biasa.

Jika hipotesis nol ditolak maka perlu dianalisis lanjutan untuk mengetahui apakah

kemampuan berpikir reflektif siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model

PBL dengan tutor sebaya lebih tinggi daripada kemampuan berpikir reflektif

siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model PBL biasa. Adapun

analisis lanjutan tersebut dengan melihat data sampel mana yang rata-ratanya

lebih tinggi.

d. Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas, diperoleh bahwa data skor akhir dari salah satu

sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Menurut Russefendi

(1998) apabila data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal maka uji

hipotesis menggunakan uji non parametrik. Uji non parametrik yang digunakan

dalam penelitian ini adalah uji Mann-Whitney U dengan hipotesis sebagai berikut.

H0: Tidak ada perbedaan kemampuan akhir berpikir reflektif siswa yang mengikuti

pembelajaran menggunakan model PBL dengan tutor sebaya dengan

Page 82: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

60

kemampuan akhir berpikir reflektif siswa yang mengikuti pembelajaran

menggunakan model PBL biasa.

H1: Ada perbedaan kemampuan akhir berpikir reflektif siswa yang mengikuti

pembelajaran menggunakan model PBL dengan tutor sebaya dengan

kemampuan akhir berpikir reflektif siswa yang mengikuti pembelajaran

menggunakan model PBL biasa.

Dalam penelitian ini, menggunakan SPSS versi 20.0. untuk melakukan uji Mann

Whitney U dengan kriteria uji adalah jika nilai probabilitas (Sig.) lebih besar dari α

= 0,05, maka hipotesis nol diterima (Trihendradi, 2005).

2. Analisis Data Self-Confidence Siswa

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang didapat berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji ini menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov Z. Adapun hipotesis uji adalah sebagai berikut:

Ho : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov Z (K-S Z) mengguna-

kan software SPPS versi 20.0 dengan kriteria pengujian yaitu jika nilai probabilitas

(sig.) dari Z lebih besar dari α = 0,05, maka hipotesis nol diterima (Trihendradi,

2005). Setelah dilakukan pengujian normalitas pada skor awal (pretest) didapat

hasil yang disajikan pada Tabel 3.24.

Page 83: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

61

Tabel 3.24 Uji Normalitas Skor Awal Self-Confidence

Kelompok

Penelitian

Banyaknya Siswa K-S Z Probabilitas (Sig.)

Eksperimen 32 0,251 0,000

Kontrol 32 0,246 0,000

Pada Tabel 3.24 terlihat bahwa probabilitas (Sig.) untuk kelas eksperimen dan

kelas kontrol kurang dari 0,05, sehingga hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti

bahwa data self-confidence awal kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berasal

dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas data self-

confidence awal dapat dilihat pada Lampiran C.22 halaman 295. Uji normalitas

juga dilakukan terhadap data skor posttest self-confidence, setelah dilakukan

perhitungan didapatkan hasil yang disajikan pada Tabel 3.25.

Tabel 3.25 Uji Normalitas Skor Akhir Self-Confidence

Kelompok

Penelitian

Banyaknya Siswa K-S Z Probabilitas (Sig.)

Eksperimen 32 0,223 0,000

Kontrol 32 0,188 0,006

Pada Tabel 3.25 terlihat bahwa probabilitas (Sig) kelas eksperimen dan kontrol

kurang dari 0,05, sehingga hipotesis nol ditolak. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa data skor akhir (posttest) tidak berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas data posttest self-confidence dapat

dilihat pada Lampiran C.24 halaman 298. Untuk data skor awal dan skor akhir

self-confidence tidak dilakukan uji homogenitas karena sampel tidak berasal dari

populasi yang berdistribusi normal.

Page 84: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

62

b. Uji Prasyarat

Setelah melakukan uji normalitas, diperoleh bahwa data sampel tidak berasal dari

populasi yang berdistribusi normal. Menurut Russefendi (1998) apabila data tidak

berasal dari populasi yang berdistribusi normal maka uji hipotesis menggunakan

uji non parametrik. Uji non parametrik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji Mann-Whitney U dengan hipotesis sebagai berikut.

H0: Tidak ada perbedaan self-confidence awal siswa yang mengikuti pembelajaran

menggunakan model PBL dengan tutor sebaya dengan self-confidence awal

siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model PBL biasa.

H1: Ada perbedaan self-confidence awal siswa yang mengikuti pembelajaran

menggunakan model PBL dengan tutor sebaya dengan self-confidence awal

siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model PBL biasa.

Dalam penelitian ini, menggunakan SPSS versi 20.0. untuk melakukan uji Mann

Whitney U dengan kriteria uji adalah jika nilai probabilitas (Sig.) lebih besar dari α

= 0,05, maka hipotesis nol diterima (Trihendradi, 2005).

c. Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas, diperoleh bahwa data sampel tidak berasal dari

populasi yang berdistribusi normal. Menurut Russefendi (1998) apabila data tidak

berasal dari populasi yang berdistribusi normal maka uji hipotesis menggunakan

uji non parametrik. Uji non parametrik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji Mann-Whitney U dengan hipotesis sebagai berikut.

Page 85: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

63

H0: Tidak ada perbedaan self-confidence akhir siswa yang mengikuti pembelajaran

menggunakan model PBL dengan tutor sebaya dengan self-confidence akhir

siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model PBL biasa.

H1: Ada perbedaan self-confidence akhir siswa yang mengikuti pembelajaran

menggunakan model PBL dengan tutor sebaya dengan self-confidence akhir

siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model PBL biasa.

Dalam penelitian ini, menggunakan SPSS versi 20.0. untuk melakukan uji Mann

Whitney U dengan kriteria uji adalah jika nilai probabilitas (Sig.) lebih besar dari α

= 0,05, maka hipotesis nol diterima (Trihendradi, 2005).

Page 86: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

103

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

1. Pengembangan model PBL dengan tutor sebaya untuk meningkatkan

kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence siswa diawali dari studi

pendahuluan yang menunjukkan kebutuhan dikembangkannya model PBL.

Hasil validasi menunjukkan bahwa model PBL dengan tutor sebaya pada

materi bangun ruang sisi datar telah valid/layak digunakan dan termasuk dalam

kategori sangat baik. Hasil akhir dari penelitian pengembangan ini adalah

sintak/tahapan model PBL dengan tutor sebaya untuk meningkatkan

kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence siswa.

2. Model PBL dengan tutor sebaya praktis untuk meningkatkan kemampuan

berpikir reflektif dan self-confidence siswa. Kriteria praktis diambil

berdasarkan uji coba terhadap keterlaksanaan model pembelajaran yang

dikembangkan.

3. Model PBL dengan tutor sebaya efektif untuk meningkatkan kemampuan

berpikir reflektif siswa. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan berpikir reflektif

siswa yang menggunakan model PBL dengan tutor sebaya lebih tinggi daripada

kemampuan berpikir reflektif siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

Page 87: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

104

model PBL biasa. Selain itu, peningkatan kemampuan berpikir reflektif siswa

yang menggunakan model PBL dengan tutor sebaya dikategorikan tinggi.

4. Model PBL dengan tutor sebaya efektif untuk meningkatkan self-confidence

siswa. Hal ini dapat dilihat dari self-confidence siswa yang menggunakan

model PBL dengan tutor sebaya lebih tinggi daripada self-confidence siswa

yang mengikuti pembelajaran dengan model PBL biasa. Selain itu, peningkatan

self-confidence siswa yang menggunakan model PBL dengan tutor sebaya

dikategorikan tinggi.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan dan penelitian, dikemukakan saran-saran sebagai

berikut:

1. Guru dapat menggunakan model PBL dengan tutor sebaya sebagai alternatif

untuk meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence siswa

pada materi bangun ruang sisi datar.

2. Pembaca dan peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan

mengenai model PBL dengan tutor sebaya hendaknya:

a. Mengembangkan model PBL dengan tutor sebaya pada materi yang lain.

b. Pendekatan atau metode atau model yang digunakan harus sesuai dengan

materi pembelajaran.

c. Memperhatikan karakteristik masing-masing siswa dalam pembentukan

kelompok diskusi. Selain memperhatikan tingkat kemampuan matematis

siswa, kemampuan interaksi sosial siswa juga harus diperhatikan agar

Page 88: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

105

diskusi dapat berjalan secara aktif dan dapat mencapai tujuan pembelajaran

yang diharapkan.

Page 89: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

106

DAFTAR PUSTAKA

Agustan, 2016. Kemampuan Memformulasikan Mensitesis Masalah Aljabar

Calon Guru Matematika Sebagai Salah Satu Komponen dalam Berpikir

Reflektif. Prosiding Seminar Nasional Universitas Muhammadiyah

Makasar Vol 2 No 1. [Online]. Tersedia: https://journal.uncp.ac.id/

index.php/proceding/article/view/372/332. Diakses pada tanggal 31 Agustus

2018.

Ahmadi, A, & Supriono, W. 2004. Psikologi Belajar Edisi Revisi. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Arends. 2008. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Ariestyan dkk. 2016. Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Menyelesaikan Soal

Matematika Sistem Persamaan Linier Dua Variabel. Jurnal FKIP

Pendidikan Matematika Universitas Jember. [Online]. Tersedia:

https://jurnal.unej.ac.id/index.php/kadikma/article/download/5472/4105/.

Diakses pada tanggal 31 Agustus 2018.

Arikunto, Suharsimi. 2011. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Borg, W. R and Gall, M.D. 2003. Educational Research. New York: Allyn and

Bacon.

Branch, R.M. 2009. Instructional Design: the ADDIE Aproach. New York:

Springer Science.

Cahyani dan Setyawati. 2016. Pentingnya Peningkatan Kemampuan Pemecahan

Masalah melalui PBL untuk Mempersiapkan Generasi Unggul Menghadapi

MEA. Artikel Seminar Nasional Matematika Universitas Negeri Semarang.

[Online]. Tersedia: https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/

download/21635/10234/ .Diakses pada 02 September 2018.

Djamarah, S. B & Zain, A,. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Fauziah, Fitri. 2013. Manfaat Model Pembelajaran Tutor Sebaya dalam

Pembelajaran Matematika. [Online]. Tersedia: http://www.kompasiana.

Page 90: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

107

com/fauziahfitri/552925cff17e6if8418b4579/manfaat-model-pembelajaran-

tutor-sebaya-dalam-pembelajaran-matematika. Diakses pada 17 April 2019.

Fraenkel, Jack R dan Norman E. Wallen. 1993. How to Design and Evaluatif

Research in Education. New York: Mcgrawhill Inc.

Friana, Hendra. 2018. Hasil UNBK SMP 2018: Rata-rata Nilai Turun Kecuali

Bahasa Inggris. [Online]. Tersedia: https://tirto.id/hasil-unbk-smp-2018-

rata-rata-nilai-turun-kecuali-bahasa-inggris-cLiy. Diakses pada 14 Februari

2019.

Fristadi & Bharata. 2015. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

dengan Problem Based Learning. Artikel Seminar Nasional Matematika dan

Pendidikan Matematika UNY 2015. [Online]. Tersedia: http://seminar.uny.

ac.id/semnasmatematika/sites/seminar.uny.ac.id.semnasmatematika/files/ba

nner/PM-86.pdf. Diakses pada 02 September 2018.

Fuady, Anies. 2017. Berpikir Reflektif dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal

Ilmiah Pendidikan Matematika Vol 1 No 2. [Online]. Tersedia:

https://media.neliti.com/media/publications/90990-ID-berfikir-reflektif-dala

m-pembelajaran-ma.pdf. Diakses pada tanggal 31 Agustus 2018.

Ghufron, Nur dan Rini R.S. 2011. Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media.

Guroll, A. 2011. Determining The Reflective Thinking Skills of Preservice

Teacher in Learning and Teaching Process. Jurnal Energy Education

Science and Technology Part B: Social and Educational Studies Vol 3 No 3.

Hardiyanti, Lefrida dan Amri. 2015. Penerapan Pendekatan Tutor Sebaya untuk

Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Kasimbar

dalam Menyelesaikan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel. Jurnal

Pendidikan Matematika Vol 04 No 2.

Hasratuddin. 2014. Pembelajaran Matematika Sekarang dan yang akan Datang

Berbasis Karakter. Jurnal Didaktik Matematika Vol 1 No 2. [Online].

Tersedia: http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/DM/article/view/2075/2029.

Diakses pada tanggal 31 Agustus 2018.

Indriani & Mutmainnah. 2014. Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Sebagai

Upaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Akuntansi dan

Pendidikan Bisnis P-ISSN 2528-7281. [Online]. Tersedia: http://journal.

um.ac.id/index.php/jabe/article/view/6057/2536. Diakses pada tanggal 07

September 2018.

Kartika, Eni. 2018. Pengembangan Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis dan Self-Efficacy Siswa. Tesis

Mahasiswa Magister Pendidikan Matematika Universitas Lampung.

Page 91: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

108

Khayati, Firotul. 2015. Pengembangan Model Matematika untuk Pembelajaran

Berbasis Masalah (Problem Based Learning) pada Materi Pokok Persamaan

Garis Lurus Kelas VIII SMP. Tesis Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Kearsly, Greg. 2000. Constructivist Theory. [Online]. Tersedia: http://tip.

psychology.org/.

Laila, Qumrun Nurul. 2015. Pemikiran Pendidikan Moral Albert Bandura. Artikel

Dosen Tetap STITNU Al Hikmah Mojokerto Vol III No 1. [Online].

Tersedia: http://www.jurnal.stitnualhikmah.ac.id/index.php/modeling/article

/downlod/45/45. Diakses pada 15 Januari 2019.

Lidinillah. 2009. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning).

Jurnal Penelitian UNY Vol 3.

Margono, Gaguk. 2005. Pengembangan Instrumen Pengukur Rasa Percaya Diri

Mahasiswa terhadap Matematika. Jurnal Ilmu Pendidikan Jilid 12 No 1.

[Online]. Tersedia http://journal.um.ac.id/index.php/jip/article/view/81/

1416. Diakses pada 02 September 2018.

Martyanti, Adhetia. 2013. Membangun Self Confidence Siswa dalam

Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem Solving. Prosiding

Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan

Pendidikan Matematika FMIPA UNY. [Online]. Tersedia: https://eprints.

uny.ac.id/10726/1/P%20-%203.pdf. Diakses pada 02 September 2018.

Mastrianto, Imron dan Maskun. 2017. Efektivitas Penggunaan Model Pembelaja-

ran Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa. Artikel FKIP

Unila. [Online]. Tersedia: jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/PES/article/

download/14337/pdf. Diakses pada 02 September 2018.

Megawati. 2009. Perbedaan Self-Confidence Siswa SMP yang Aktif dan Tidak

Aktif dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di SMPN 1 Perbaungan.

[Online]. Tersedia: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18153/3

/Chapter%20II.pdf. 02 September 2018.

Mentari, Nindiasari & Pamungkas. 2018. Analisis Kemampuan Berpikir Reflektif

Siswa SMP Berdasarkan Gaya Belajar. Jurnal Matematika dan Pendidikan

Matematika Vol 2 No 1. [Online]. Tersedia: https://journal.iaimnumetro

lampung.ac.id/index.php/numerical/article/download/209/192/. Diakses

pada 17 Januari 2019.

Mukhlisah AM. 2015. Pengembangan Kognitif Jean Piaget dan Peningkatan

Belajar Anak Diskalkulia. Jurnal Kependidikan Islam Vol 6 No 2. [Online].

Tersedia: http://jurnalki.uinsby.ac.id/index.php/jurnalki/article/view/38/32.

Diakses pada 17 Januari 2019.

Page 92: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

109

Mulyadi. 2008. Diagnosa Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan

Belajar Khusus. Malang: Nuha Litera.

Nafiah, Yunin Nurun. 2014. Penerapan Model Problem-Based Learning untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal

Pendidikan Vokasi Vol 4 No 1. [Online]. Tersedia: https://journal.

uny.ac.id/index.php/jpv/article/viewFile/2540/2098. Diakses pada 17

Januari 2019.

Nasution dan Surya. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(Problem Based Learning) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematika Siswa. Jurnal Mahasiswa PPS Jurusan Pendidikan Matematika

Unimed.

Nindiasari, Hepsi. 2013. Meningkatkan Kemampuan dan Disposisi Berpikir

Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui

Pembelajaran dengan Pendekatan Kognitif. Disertasi UPI. [Online].

Tersedia: http://repository.upi.edu/3659/. Diakses pada 17 Januari 2019.

Noer, Sri Hastuti. 2008. Problem-Based Learning dan Kemampuan Berpikir

Reflektif dalam Pembelajaran Matematika. Artikel Semnas Matematika dan

Pendidikan Matematika 2008 FKIP Universitas Lampung. [Online].

Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/6943/1/P-22%20Pendidikan%28Sri%20

Unila%29.pdf. Diakses pada tanggal 31 Agustus 2018.

________________. 2010. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, dan

Reflektif (K2R) Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis

Masalah. Disertasi Pendidikan Matematika Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Tidak diterbitkan.

Nurdini, Sophi. 2017. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis dan Self

Confidence Melalui Model Realistic Mathematics Education dan Model

Problem Based Learning Terhadap Siswa SMP. Artikel Tesis Magister

Pendidikan Matematika Universitas Pasundan Bandung. [Online]. Tersedia:

http://repository.unpas.ac.id/14844/1/artikel%20tesis.pdf. Diakses pada

tanggal 29 September 2018.

Paradesa, Retni. 2015. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Mahasiswa Melalui

Pendekatan Konstruktivisme pada Mata Kuliah Matematika Keuangan.

Jurnal Pendidikan Matematika JPM RAFA Vol.1, No.2. [Online]. Tersedia:

file:///C:/Users/este%208/Downloads/1236-Article%20Text-2683-1-10-

20170514.pdf. Diakses pada 17 Januari 2019.

Poedjiadi, A. 2005. Sains Teknologi Masyarakat; Model Pembelajaran

Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rasyid dkk. 2017. Profil Berpikir Reflektif Siswa SMP dalam Pemecahan

Masalah Pecahan Ditinjau dari Perbedaan Gender. Jurnal Matematika

Page 93: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

110

Kreatif-Inovatif Kreano 8 (2). [Online]. Tersedia: https://journal.unnes.ac.id/

nju/index.php/kreano/article/download/9849/7175. Diakses pada 06

September 2018.

Rangkuti, Ahmad Nizar. 2014. Konstruktivisme dan Pembelajaran Matematika.

Jurnal Darul Ilmi Vol 2 No 2. [Online]. Tersedia: http://jurnal.iain-

padangsidimpuan.ac.id/index.php/DI/article/download/416/388. Diakses

pada 06 September 2018.

Ruseffendi. 1998. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung IKIP

Bandung Press.

Siregar, Indra. 2011. Menerapkan Pembelajaran Matematika Menggunakan

Model-Eliciting Activites untuk Meningkatkan Self-Confidence Siswa

SMP. Jurnal Penelitian FMIPA UM.

Sholihah dan Mahmudi. 2015. Keefektifan Experiential Learning Pembelajaran

Matematika MTS Materi Bangun Ruang Sisi Datar. Jurnal Riset Pendidikan

Matematika UNY Vol 2 No 2. [Online]. Tersedia: https://journal.uny.ac.id/

index.php/jrpm/article/download/7332/6315. Diakses pada 7 September

2018.

Sudiyasa, I Wayan. 2014. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dengan

Pembelajaran Berbasis Masalah. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan

Matematika Program Pasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung Vol. I Hlm.

157-160.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo

Persada: Jakarta.

Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan

Model Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suherman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:

UPI.

Sulianto, Joko. 2014. Teori Belajar Kognitif David Ausubel “Belajar Bermakna”,

Zoltan P Dienis “Belajar Permainan” Van Hielle “Pengajaran Geometri”.

Artikel Seminar Universitas PGRI Semarang, Seminar Nasional

Implementasi Pembelajaran Tematik dalam Mengoptimalisasi Kurikulum

2013.

Sundawan, Mohammad Dadan. 2016. Perbedaan Model Pembelajaran

Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung. Jurnal Logika Vol XVI

No 1. [Online]. Tersedia: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/logika/

article/viewFile/14/13. Diakses pada tanggal 01 September 2018.

Page 94: PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) …digilib.unila.ac.id/57815/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfthat (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical

111

Syam, Asrullah & Amri. 2017. Pengaruh Kepercayaan Diri (Self Confidence)

Berbasis Kaderisasi IMM Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa (Studi

Kasus di Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Parepare. Jurnal Biotek Vol 5 No 1.

[Online]. Tersedia: http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/biotek/article

/viewFile/3448/3243. Diakses pada tanggal 01 September 2018.

Trihendradi, Cornelius. 2005. Step by Step SPSS 13.0 Analisis Data Statistik.

Yogyakarta: Andi Offset.

Triyanto, Eko. 2013. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pemanfaatan

Media Pembelajaran Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Proses

Pembelajaran. Jurnal Teknologi Pendidikan UNS Vol 1 No 2. [Online].

Tersedia: https://eprints.uns.ac.id/1754/1/187-346-1-SM.pdf. Diakses pada

07 September 2018.

Widoyoko, Eko Putro. 2012. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta:

Pustaka Belajar.

Wijayanti, Murni. 2016. Penerapan Pendekatan Konstrutivistik Melalui Metode

Problem Based Learning untuk Meningkatkan Prestasi Belajar. Journal of

Accounting and Business Education Universitas Muhammadiyah Malang.