Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
(Tesis)
Oleh
MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
DESSY PUSPITASARI RUSDIANA
PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
DENGAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR REFLEKTIF
DAN SELF-CONFIDENCE SISWA
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MODEL
WITH PEER TEACHING TO IMPROVE REFLECTIVE THINKING
ABILITY AND THE STUDENTS SELF-CONFIDENCE
By:
Dessy Puspitasari Rusdiana
Low of reflective thinking ability and the students self-confidence, one of which
was caused by the implementation of inexact learning models. Students have
difficult to understand, resolve and build conclusions of mathematical problems
that are presented. Besides, one of the reasons students have difficulty working on
mathematic was that they are not confidence with this decision-making ability
about what to believe and what to do. These problems was the reason for this
research. The purpose of this study was to produce products in the form of
problem based learning (PBL) models sintaks/steps with peer teaching and
knowing their effectiveness to improve reflective thinking ability and the students
self-confidence. This research and development methods (research and
development) following the steps of Borg and Gall. Data collection techniques
used observation, interviews, questionnaires, and tests. The data acquired in this
study is quantitative and qualitative analysis. Quantitative data tested using the
Mann-Whitney U test. The research subjects were student of grade 8th
SMP
Negeri 2 Terbanggi Besar in the academic year of 2018/2019. The results showed
that (1) the PBL model with peer teaching approach had a valid and practical
category, and (2) the PBL model with peer teaching used on effective approach to
improve reflective thinking ability and the students self-confidence.
Key words: problem based learning, peer teaching, reflektif thinking, self-
confidence
ABSTRAK
PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
DENGAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR REFLEKTIF
DAN SELF-CONFIDENCE SISWA
Oleh:
Dessy Puspitasari Rusdiana
Rendahnya kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence siswa, salah satunya
disebabkan oleh penerapan model pembelajaran yang kurang tepat. Siswa sulit
memahami, memecahkan masalah dan membuat kesimpulan dari permasalahan
matematika yang disajikan. Selain itu, salah satu alasan siswa sulit mengerjakan
soal matematika adalah siswa tidak percaya diri dengan kemampuannya dalam
mengambil keputusan tentang apa yang harus dipercayai dan tindakan apa yang
akan dilakukan. Permasalahan tersebut merupakan alasan dilakukannya penelitian
ini. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk berupa
sintaks/langkah model Problem Based Learning (PBL) dengan tutor sebaya untuk
meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence siswa. Penelitian
dan pengembangan (research and development) ini mengikuti langkah-langkah
Borg dan Gall. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara,
angket, dan tes. Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis secara
deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diuji menggunakan uji Mann
Whitney-U. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Terbanggi
Besar tahun pelajaran 2018/2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) model
PBL dengan tutor sebaya memiliki kategori valid dan praktis, dan (2) model PBL
dengan tutor sebaya efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan
self-confidence siswa.
Kata kunci: berpikir reflektif, problem based learning, self-confidence, tutor
sebaya
PENGEMBANGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
DENGAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR REFLEKTIF
DAN SELF-CONFIDENCE SISWA
Oleh:
DESSY PUSPITASARI RUSDIANA
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Magister Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandarjaya Kabupaten Lampung
Tengah, pada tanggal 1 Desember 1995. Penulis adalah
anak pertama dari tiga bersaudara pasangan dari Bapak
Sugarjito, M.Pd dan Ibu Eka Kartika Sari Rusdiana,
memiliki dua orang adik bernama Devvy Aprilia Putri
Rusdiana, A.Md. P dan Daffa Gardika Putra.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Pertiwi Bandarjaya
pada tahun 2001, pendidikan dasar di SD Negeri 3 Bandarjaya pada tahun 2007,
pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 3 Terbanggi Besar pada tahun
2010, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar pada
tahun 2013. Penulis menyelesaikan sarjana program studi Pendidikan Matematika
di Universitas Lampung pada tahun 2017. Penulis menjadi guru Matematika di
SMK Negeri 1 Terbanggi Besar pada tahun 2017-sekarang. Penulis melanjutkan
pendidikan pada program studi Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas
Lampung tahun 2017.
MOTTO
(“Tidak ada sukses yang mudah, jadi
berjuanglah”)
~Dessy Puspitasari Rusdiana~
Persembahan
Alhamdulillahirobbil’aalamiin. Segala puji bagi Allah SWT, Sholawat serta salam selalu tercurah
kepada Uswatun Hasanah Rasulullah Muhammad SAW.
Dengan kerendahan hati dan rasa sayang yang tiada henti, kupersembahkan karya ini sebagai tanda cinta, kasih sayang,
dan terimakasihku kepada:
Bapak (Sugarjito, M.Pd) & Ibu (Eka Kartika Sari Rusdiana) tercinta, yang telah membesarkan dan mendidik dengan penuh cinta kasih dan pengorbanan yang tulus serta selalu mendoakan yang terbaik untuk
keberhasilan dan kebahagiaanku.
Kedua adikku tercinta (Devvy Aprilia Putri Rusdiana, A.Md. P & Daffa Gardika Putra) yang selalu mendoakan, memberikan dukungan,
dan semangat padaku.
Seluruh keluarga besar yang terus memberikan do’anya untukku, terima kasih.
Para pendidik yang telah mengajar dan mendidik dengan penuh
kesabaran.
Semua sahabat-sahabatku yang begitu tulus menyayangiku dengan segala kekuranganku, dan ikut mewarnai kehidupanku.
Almamater Universitas Lampung.
i
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil‟alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah me-
limpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan tesis yang berjudul “Pengembangan Model Problem Based Learning
(PBL) dengan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Reflektif
dan Self-Confidence Siswa” sebagai syarat untuk mencapai gelar Magister
Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan tesis ini tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang tulus ikhlas kepada:
1. Kedua orang tuaku dan kedua adikku, serta seluruh keluarga besarku yang
selalu mendoakan, memberikan motivasi, dukungan, dan semangat kepadaku.
2. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah ber-
sedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian,
motivasi, semangat, serta kritik dan saran yang membangun kepada penulis
selama penulis menempuh pendidikan di perguruan tinggi dan dalam pe-
nyusunan tesis sehingga tesis ini selesai dan menjadi lebih baik.
3. Ibu Dr. Een Yayah Haenilah, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan
pemikiran, perhatian, motivasi, semangat, serta kritik dan saran yang
ii
membangun kepada penulis selama penyusunan tesis sehingga tesis ini
selesai dan menjadi lebih baik.
4. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Dosen pembahas yang telah
memberikan masukan, kritik, dan saran yang membangun kepada penulis
sehingga tesis ini selesai dan menjadi lebih baik.
5. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister
Pendidikan Matematika, Dosen Pembahas II dan validator Model, Silabus,
RPP dan LKPD dalam penelitian ini yang telah memberikan masukan, kritik,
dan saran yang membangun kepada penulis sehingga tesis ini selesai dan
menjadi lebih baik.
6. Bapak Dr. Joko Sutrisno AB, M.Pd., validator Model, Silabus, RPP dan
LKPD dalam penelitian ini yang telah memberikan masukan yang sangat
mendukung.
7. Ibu Mirra Septia Veranika, M.Psi., Psikolog, validator instrumen self-
confidence yang telah memberikan masukan yang sangat mendukung.
8. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung, beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
9. Bapak Prof. Mustofa, M.A., Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Lampung, beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan
perhatian dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis.
10. Bapak dan Ibu dosen Magister Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada
penulis.
iii
11. Ibu Dyah Endras Peni, S.Pd selaku guru mitra yang telah banyak membantu
dalam penelitian.
12. Siswa kelas VIII SMPN 2 Terbanggi Besar yang selalu semangat.
13. Sahabat-sahabatku yang selalu ada dalam suka dan duka: Kinoy (Kinasih
Cahyono), Wayski (I Wayan Agus Sastrawan), Damcu (Adam Syuhada),
Udin (M. Khusnudin), Mae (Mayang Kencana Vindra Jaya), Ai (Saputra
Wijaya), dan Ki (Rizky Fitri Yanti) yang selalu memberi motivasi dan
semangat.
14. Teman-temanku tercinta: Meyronita Firja MKS, Diah Nur Hafifah, Monice
Putri Pangestu dan Rahayu Soraya yang selama ini memberiku semangat dan
kenangan yang indah selama menjadi mahasiswa.
15. Teman-teman seperjuangan, seluruh angkatan 2017 Magister Pendidikan
Matematika.
16. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.
17. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini.
Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada
penulis mendapat balasan pahala dari Allah SWT, dan semoga tesis ini
bermanfaat. Aamiin ya Rabbal „Aalamiin.
Bandar Lampung, Juli 2019
Penulis
Dessy Puspitasari Rusdiana
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. ... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... ... 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ ... 9
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... ... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ..................................................................................... .. 10
1. Teori Belajar Konstruktivisme .................................................. ...10
2. Kemampuan Berpikir Reflektif ................................................. ...12
3. Self-Confidence.......................................................................... ...14
4. Problem Based Learning (PBL) ................................................ 16
5. Tutor Sebaya .............................................................................. 18
6. Desain Pengembangan Model PBL dengan Tutor Sebaya
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Reflektif dan Self-
Confidence Siswa ...................................................................... 20
B. Kerangka Pikir ................................................................................. ...22
C. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 26
D. Definisi Operasional ........................................................................ 26
v
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................ ...29
B. Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian ........................................... ...29
C. Desain Penelitian ............................................................................. ...31
D. Instrumen Penelitian ........................................................................ 39
1. Instrumen Nontes .................................................................... 39
2. Instrumen Tes .......................................................................... 46
E. Teknik Analisis Data ....................................................................... 52
1. Analisis Data Pendahuluan ....................................................... 53
2. Analisis Angket Validitas ......................................................... 53
3. Analisis Kepraktisan Model dan Perangkat Pembelajaran....... 54
4. Analisis Efektivitas Pembelajaran Menerapkan Model PBL
dengan Tutor Sebaya ................................................................ 55
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................ 64
1. Hasil Studi Pendahuluan .......................................................... 65
2. Hasil Penyusunan Pengembangan Model PBL dengan Tutor
Sebaya ...................................................................................... 67
3. Hasil Validasi Ahli ................................................................... 73
4. Hasil Revisi Uji Ahli ................................................................ 79
5. Uji Coba Lapangan Awal ......................................................... 86
6. Revisi Hasil Uji Coba .............................................................. 87
7. Uji Coba Lapangan .................................................................. 88
B. Pembahasan .................................................................................... . 98
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ......................................................................................... .103
B. Saran ............................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman Tabel 2.1 Indikator Self Confidence Siswa ................................................ 16 Tabel 2.2 Fase-Fase Model PBL ................................................................ 18 Tabel 3.1 Desain Uji Coba Produk Penelitian ............................................ 38 Tabel 3.2 Indikator Instrumen Validasi Model Pembelajaran ................... 40 Tabel 3.3 Indikator Instrumen Validasi Silabus ......................................... 40 Tabel 3.4 Indikator Instrumen Validasi RPP.............................................. 40 Tabel 3.5 Indikator Instrumen Validasi LKPD oleh Ahli Materi............... 41 Tabel 3.6 Indikator Instrumen Validasi LKPD oleh Ahli Media ............... 41 Tabel 3.7 Indikator Instrumen Tanggapan Guru Matematika .................... 42 Tabel 3.8 Indikator Instrumen Tanggapan Siswa ....................................... 42 Tabel 3.9 Indikator Instrumen Respon Guru terhadap LKPD.................... 43 Tabel 3.10 Indikator Instrumen Respon Siswa terhadap LKPD .................. 43 Tabel 3.11 Indikator Self-Confidence .......................................................... 44 Tabel 3.12 Hasil Uji Validitas Skala Self Confidence Siswa ....................... 45 Tabel 3.13 Tabel Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Berpikir
Reflektif ...................................................................................... 46 Tabel 3.14 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Reflektif ................ 47 Tabel 3.15 Validitas Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Reflektif .......... 49 Tabel 3.16 Interpretasi Indeks Daya Pembeda ............................................. 51 Tabel 3.17 Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran ...................................... 52 Tabel 3.18 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba ................................................ 52
vii
Tabel 3.19 Interval Nilai Tiap Kategori Penilaian Kepraktisan ................... 54 Tabel 3.20 Klasifikasi Gain (g) .................................................................... 55 Tabel 3.21 Uji Normalitas Skor Awal Kemampuan Berpikir Reflektif ....... 56 Tabel 3.22 Uji Normalitas Skor Akhir Kemampuan Berpikir Reflektif ...... 57 Tabel 3.23 Uji Homogenitas Populasi Skor Awal Kemampuan Berpikir
Reflektif ...................................................................................... 58 Tabel 3.24 Uji Normalitas Skor Awal Self-Confidence ............................... 61 Tabel 3.25 Uji Normalitas Skor Akhir Self-Confidence............................... 61 Tabel 4.1 Langkah-Langkah Model PBL dengan Tutor Sebaya ................ 67 Tabel 4.2 Rata-Rata Persentase Hasil Validasi Model ............................... 73 Tabel 4.3 Rata-Rata Persentase Hasil Validasi Silabus ............................. 74 Tabel 4.4 Rata-Rata Persentase Hasil Validasi RPP .................................. 74 Tabel 4.5 Rata-Rata Persentase Hasil Validasi LKPD ............................... 75 Tabel 4.6 Hasil Validasi Muka oleh Penimbang ........................................ 76 Tabel 4.7 Kategori Penilaian Validasi oleh Ahli Psikologi........................ 77 Tabel 4.8 Kategori Penilaian Tanggapan Guru Matematika terhadap
Model ......................................................................................... 77 Tabel 4.9 Kategori Penilaian Tanggapan Siswa terhadap Model .............. 78 Tabel 4.10 Kategori Penilaian Tanggapan Guru terhadap LKPD ................ 78 Tabel 4.11 Kategori Penilaian Tanggapan Siswa terhadap LKPD .............. 79 Tabel 4.12 Data Kemampuan Awal Berpikir Reflektif ................................ 88 Tabel 4.13 Hasil Uji t Skor Awal Kemampuan Berpikir Reflektif .............. 89 Tabel 4.14 Data Skor Akhir Kemampuan Berpikir Reflektif ...................... 90 Tabel 4.15 Hasil Uji Mann-Whitney U Skor Akhir Kemampuan Berpikir
Reflektif ...................................................................................... 90 Tabel 4.16 Data Pencapaian Indikator Berpikir Reflektif Setelah
Pembelajaran .............................................................................. 92 Tabel 4.17 Data Indeks Gain Kemampuan Berpikir Reflektif ..................... 93 Tabel 4.18 Data Self-Confidence Awal Siswa.............................................. 94
viii
Tabel 4.19 Hasil Uji Mann-Whitney U Skor Awal Self-Confidence ........... 94 Tabel 4.20 Data Skor Akhir Self-Confidence Siswa .................................... 95 Tabel 4.21 Hasil Uji Mann-Whitney U Skor Akhir Self-Confidence........... 96 Tabel 4.22 Pencapaian Indikator Self-Confidence Siswa Setelah
Pembelajaran .............................................................................. 97 Tabel 4.23 Data Indeks Gain Self-Confidence Siswa ................................... 97
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman Gambar 3.1 Alur Desain Penelitian ............................................................. 31 Gambar 4.1 Langkah-Langkah Model PBL dengan Tutor Sebaya
Sebelum Revisi ........................................................................ 80 Gambar 4.2 Langkah-Langkah Model PBL dengan Tutor Sebaya
Sesudah Revisi ......................................................................... 81 Gambar 4.3 Masalah 1 Sebelum dan Setelah Revisi.................................... 82 Gambar 4.4 Kalimat Sebelum dan Setelah Revisi ....................................... 83 Gambar 4.5 Kalimat Sebelum dan Setelah Revisi ....................................... 83 Gambar 4.6 Kalimat Sebelum dan Setelah Revisi ....................................... 84 Gambar 4.7 Masalah 3 Sebelum dan Setelah Revisi.................................... 84 Gambar 4.8 Kotak Jawaban Sebelum dan Setelah Revisi............................ 85 Gambar 4.9 Kalimat Sebelum dan Setelah Revisi ....................................... 85
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. PERANGKAT PEMBELAJARAN
A.1 Model PBL Hasil Pengembangan ................................................ 112
A.2 Silabus PBL dengan Tutor Sebaya ............................................... 156
A.3 Silabus PBL .................................................................................. 163
A.4 RPPPBL dengan Tutor Sebaya ..................................................... 169
A.5 RPPPBL ........................................................................................ 189
A.6 LembarKerjaPeserta Didik(LKPD) ............................................. 204
B. INSTRUMEN PENELITIAN DAN ANGKET
B.1 Kisi-kisiSoal Tes Kemampuan Berpikir Reflektif........................ 238
B.2 PedomanPenskoranKemampuan Berpikir Reflektif ..................... .... 240
B.3 SoalKemampuanBerpikir Reflektif Siswa.................................... 241
B.4 Kunci Jawaban Tes KemampuanBerpikir Reflektif Siswa .......... 243
B.5 Kisi-KisiAngket SkalaSelf-Confidence ........................................ .... 247
B.6 Angket SkalaSelf-Confidence ....................................................... 250
B.7 Angket Kepraktisan Model Pembelajaran untuk Guru................. 252
B.8 Kisi-Kisi Angket Kepraktisan Model Pembelajaran untuk Guru . 254
B.9 Angket Kepraktisan Model Pembelajaran untuk Siswa ............... 255
B.10 Angket Tanggapan LKPD oleh Guru ........................................... 256
B.11 Kisi-Kisi Angket Uji Coba LKPD ................................................ 259
xi
B.12 Angket Respon Siswa Terhadap LKPD ....................................... 260
C. ANALISIS DATA
C.1 AnalisisValiditasTesKemampuan Berpikir Reflektif ................... 263
C.2 Analisis Reliabilitas TesKemampuan Berpikir Reflektif ............. 264
C.3 DayaPembedadanTingkatKesukaranSoal ..................................... 265
C.4 Skor Uji Coba Self-Confidence..................................................... 266
C.5 Hasil Uji Coba Validitas Skala Self-Confidence Siswa ................ 268
C.6 Analisis Reliabilitas Skala Self-Confidence Siswa ....................... 270
C.7 Analisis Validasi Pengembangan Model PBL dengan Tutor
Sebaya oleh Ahli Pengembangan Pembelajaran .......................... 272
C.8 Analisis Validasi Perangkat Pembelajaran Oleh Ahli Materi ...... 273
C.9 Analisis Validasi LKPD Oleh Ahli Materi dan Ahli Media ......... 275
C.10 Analisis Validasi Angket Self-Confidence ................................... 278
C.11 Analisis Angket Tanggapan Guru Terhadap Model PBL dengan
Tutor Sebaya ................................................................................. 279
C.12 Analisis Angket Tanggapan Siswa Terhadap Model PBL dengan
Tutor Sebaya ................................................................................. 280
C.13 Analisis Angket Tanggapan Guru Terhadap LKPD ..................... 282
C.14 Analisis Angket Tanggapan Siswa Terhadap LKPD ................... 284
C.15 Data Kemampuan Berpikir Reflektif Kelas PBL dengan Tutor
Sebaya ........................................................................................... 286
C.16 Data Kemampuan Berpikir Reflektif Kelas PBL ......................... 287
C.17 Uji Normalitas Data Pretest Kemampuan Berpikir Reflektif ...... 288
C.18 Uji Homogenitas Data Pretest Kemampuan Berpikir Reflektif ... 290
C.19 Uji t Data Pretest Kemampuan Berpikir Reflektif ....................... 291
C.20 Uji Normalitas Data Posttest Kemampuan Berpikir Reflektif ..... 292
xii
C.21 Uji Mann-Whitney U Data Posttest Kemampuan Berpikir
Reflektif ........................................................................................ 294
C.22 Uji Normalitas Data PretestSelf-Confidence ................................ 295
C.23 Uji Mann-Whitney U Data Pretest Self-Confidence ..................... 297
C.24 Uji Normalitas Data PosttestSelf-Confidence .............................. 298
C.25 Uji Mann-Whitney U Data Posttest Self-Confidence .................... 300
C.26 Data Indeks Gain Kemampuan Berpikir ReflektifKelasPBL dengan
Tutor Sebaya ................................................................................. 301
C.27 Data Indeks Gain Kemampuan Berpikir ReflektifKelasPBL ....... 302
C.28 Data Indeks Gain Self-ConfidenceSiswa KelasPBL dengan Tutor
Sebaya ........................................................................................... 303
C.29 Data Indeks Gain Self-Confidence Siswa KelasPBL .................... 304
D. LEMBAR PENILAIAN AHLI
D.1 Lembar Penilaian Ahli Pengembangan Pembelajaran ................. 306
D.2 Lembar Penilaian Perangkat Pembelajaran Ahli Materi .............. 312
D.3 Lembar Penilaian LKPD Ahli Materi .......................................... 324
D.4 Lembar Penilaian LKPD Ahli Media ........................................... 333
D.5 Lembar Penilaian Self-Confidence ............................................... 341
D.6 Surat Izin Penelitian ..................................................................... 345
D.7 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ....................... 346
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan diri
tiap individu. Triyanto, Anitah dan Suryani (2013: 226) menyatakan bahwa
pendidikan yang terencana, terarah dan berkesinambungan dapat membantu
peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal, baik dalam
aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Salah satu pintu gerbang peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya
secara optimal adalah di sekolah, sebagai institusi formal yang membantu
mengembangkan multi intelegensi anak sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Salah satu pembelajaran yang diberikan di sekolah adalah pembelajaran
matematika. Sholihah dan Mahmudi (2015: 176) menyatakan bahwa matematika
merupakan salah satu bidang studi yang penting dalam dunia pendidikan, karena
matematika memiliki peranan dalam menjawab permasalahan keseharian meski
tidak semua permasalahan-permasalahan itu termasuk permasalahan matematik.
Selanjutnya, menurut Hasratuddin (2014: 30) matematika adalah suatu cara untuk
menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, cara meng-
gunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran,
2
menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan menggunakan hubungan-
hubungan.
Saat mempelajari matematika peserta didik dituntut untuk mampu memahami
serta menggunakan konsep-konsep matematika secara tepat untuk mencari
jawaban bagi berbagai soal matematika. Selain itu, kegiatan berpikir yang dijalani
agar seseorang mampu menyelesaikan suatu soal matematika yaitu menyadari
adanya hubungan sebab akibat, hubungan analogi, yang kemudian dapat
memunculkan gagasan-gagasan original, serta lancar dan luwes dalam pembuatan
keputusan atau kesimpulan secara cepat dan tepat (Paradesa, 2015: 307).
Proses kognitif yang terjadi dalam diri individu memegang peranan dalam
pembelajaran, sedangkan pembelajaran terjadi karena adanya pengaruh
lingkungan sosial, berdasarkan teori pembelajaran Bandura (Laila, 2015: 26).
Pada teori kognitif sosial ini menekankan bahwa di samping faktor kognitif, faktor
sosial memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor lingkungan
mempengaruhi perilaku; perilaku mempengaruhi lingkungan, begitu pula faktor
person mempengaruhi perilaku. Yang dimaksud faktor person oleh Bandura
antara lain terutama pembawaan, kepribadian, dan temperamen; sementara faktor
kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.
Siswa yang memiliki aspek kognitif yang baik akan menimbulkan keyakinan pada
kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan
efektif. Mentari, Nindiasari dan Pamungkas (2018: 72) mengemukakan bahwa
salah satu aspek kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran matematika yaitu
kemampuan berpikir reflektif. Hal ini disebabkan, target pembelajaran matematik,
3
dan kemampuan lainnya akan dimiliki oleh siswa dengan baik apabila mampu
menyadari apa yang dilakukan sudah tepat, menyimpulkan apa yang seharusnya
dilakukan bila mengalami kegagalan, dan mengevaluasi apa saja yang telah
dilakukan. Sehingga, individu tidak merasa ragu karena ia memiliki kepercayaan
yang penuh dengan kemampuan dirinya.
Rasyid, Budiarto dan Lukito (2017: 172) menyatakan berpikir reflektif adalah
aktivitas mental seseorang untuk mengidentifikasi masalah dan memecahkan
masalah dengan menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang berkaitan
dengan masalah yang dihadapi, dan melakukan komponen-komponen berpikir
reflektif, yaitu reacting, elaborating dan contemplating. Sejalan dengan itu,
menurut Noer (2008: 276) mengenai kemampuan berpikir reflektif yaitu:
Berpikir reflektif merupakan kemampuan seseorang dalam memberi
pertimbangan tentang proses belajarnya tentang apa yang diketahui, apa
yang diperlukan untuk mengetahui, dan bagaimana mereka menjembatani
kesenjangan selama proses belajar yang melibatkan pemecahan masalah,
perumusan kesimpulan, memperhitungkan hal-hal yang berkaitan, dan
membuat keputusan-keputusan.
Dengan demikian, berpikir reflektif dapat diartikan suatu kemampuan seseorang
dalam upaya memberdayakan pengetahuan matematikanya dengan mempertim-
bangkan proses belajar yang melibatkan pemecahan masalah, perumusan
kesimpulan, memperhitungkan hal-hal yang berkaitan dan membuat keputusan
tentang apa yang harus dipercayai dan tindakan apa yang akan dilakukan.
Syam dan Amri (2017: 89-90) menyatakan bahwa self-confidence yaitu keyakinan
pada diri subjek sebagai karakteristik pribadi yang di dalamnya terdapat
kemampuan diri, optimis dan bertanggung jawab. Secara khusus, self-confidence
yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan kepercayaan diri peserta didik
4
terhadap kemampuan matematisnya. Dengan demikian, self-confidence dapat
diartikan sebagai kepercayaan diri seseorang yang di dalamnya terdapat
kemampuan diri, optimis dan bertanggung jawab terhadap kemampuan matematis
yang dimilikinya untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi.
Kenyataannya banyak permasalahan dalam pembelajaran matematika yang me-
nyebabkan belum tercapainya kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence.
Berdasarkan uji coba yang dilakukan oleh Kartika (2018: 5) di SMP Negeri 1
Pringsewu menunjukkan bahwa siswa kelas XI.4 di sekolah tersebut memiliki
kemampuan berpikir reflektif rendah. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir
reflekif rendah cenderung tidak tahu apa yang harus dilakukan dan ketika
membuat kesimpulan masih kurang tepat sehingga jika ditanya mengenai
pendapatnya, siswa merasa takut dan gugup. Keberadaan permasalahan yang
demikian dapat dijadikan sebagai evaluasi untuk memotivasi guru dan semua
pihak dalam meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence
siswa.
Nilai rata-rata Nasional mata pelajaran Matematika SMP mengalami penurunan
dua tahun berturut-turut. Tahun 2016 nilai rata-rata Nasional Matematika 61,33
turun menjadi 52,69 pada 2017. Tahun 2018 menjadi semakin rendah, dengan
nilai rata-rata Nasional 31,38 (Totok dalam Friana: 2018). Hal ini disebabkan
karena adanya soal-soal HOTS (High Order Thinking Skills) pada soal UN
Matematika SMP. Dengan demikian, siswa SMP pada umumnya belum memiliki
kemampuan berpikir tingkat tinggi yang baik yaitu salah satunya kemampuan
berpikir reflektif.
5
SMP Negeri 2 Terbanggi Besar merupakan salah satu sekolah yang memiliki
karakteristik seperti sekolah di Indonesia pada umumnya. Kemampuan berpikir
reflektif dan self-confidence siswa yang rendah terjadi di SMP Negeri 2 Terbanggi
Besar. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan guru, diperoleh informasi
bahwa siswa mengalami kesulitan ketika mengerjakan persoalan matematika
dalam bentuk soal cerita atau soal yang berbeda dari contoh yang diberikan,
sehingga dalam memecahkan masalah dan membuat kesimpulan mendapat hasil
yang kurang tepat. Hal demikian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir
reflektif siswa masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan tanya jawab yang dilakukan
dengan beberapa siswa, salah satu alasan siswa sulit mengerjakan soal matematika
adalah siswa tidak percaya diri dengan kemampuannya dalam mengambil
keputusan tentang apa yang harus dipercayai dan tindakan apa yang akan
dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa berpandangan kurang baik tentang
diri dan kemampuannya. Perilaku yang demikian menunjukkan bahwa self-
confidence siswa terhadap matematika masih rendah.
Menyadari pentingnya kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence siswa,
guru harus mengupayakan pembelajaran yang efektif. Model pembelajaran yang
dipilih hendaknya dapat meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan self-
confidence siswa. Kreatifitas guru dalam menerapkan model pembelajaran di
kelas diperlukan, karena tidak ada model pembelajaran yang paling baik. Seorang
guru dapat menggabungkan beberapa model pembelajaran yang ada, sehingga
pembelajaran dapat menyenangkan. Penggabungan beberapa model pembelajaran
dapat dilakukan dengan melihat kelebihan yang terdapat pada model-model
pembelajaran.
6
Upaya yang dapat dilakukan untuk menyikapi kemampuan berpikir reflektif dan
self-confidence siswa yang belum tercapai adalah menciptakan lingkungan belajar
dengan memusatkan siswa sebagai pusat kegiatan dalam proses pembelajaran.
Sehingga ketika siswa diberi sebuah masalah, siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama, merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai dan
membuat kesimpulan. Proses belajar yang diawali dengan konflik kognitif
sehingga pengetahuan akan dibangun sendiri oleh siswa melalui pengalaman dan
hasil interaksi dengan lingkungannya merupakan teori belajar konstruktivisme
(Sundawan, 2016).
Model Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang
dilandasi teori konstruktivisme dimana pemahaman diperoleh dari interaksi
dengan skenario permasalahan dan lingkungan belajar. Menurut Nasution dan
Surya (2017) PBL adalah suatu model pembelajaran yang menantang peserta
didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk
mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Sejalan dengan itu, Nafiah (2014:
127) mengemukakan bahwa melalui PBL siswa memperoleh pengalaman dalam
menangani masalah-masalah yang realistis dan menekankan pada penggunaan
komunikasi, kerjasama dan sumber-sumber yang ada untuk merumuskan ide dan
mengembangkan keterampilan penalaran. Artinya model PBL merupakan
pembelajaran yang menangani permasalahan dunia nyata dan menekankan pada
penggunaan komunikasi, kerjasama dan sumber-sumber yang ada untuk
merumuskan ide dan mencari solusi.
7
PBL dimulai dengan diberikannya suatu permasalahan kontekstual kepada siswa
yang tentunya akan memberikan pandangan yang berbeda pada setiap individu
dalam menyelesaikan masalah tersebut. Menurut Vygotsky (Kearsly, 2000),
interaksi sosial memegang peranan penting dalam perkembangan pengertian
(pengetahuan). Dengan demikian, ada keterkaitan antara pengetahuan siswa
dengan interaksi sosialnya. Komunikasi yang aktif dan adanya interaksi antara
siswa dan siswa maupun antara siswa dan guru merupakan hal yang penting untuk
menghasilkan pembelajaran yang berkualitas. Kondisi ini merupakan salah satu
karakteristik pembelajaran tutor sebaya.
Kelompok yang terbentuk dalam penerapan PBL di kelas memiliki latar belakang,
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, suku yang berbeda (heterogen). PBL
dimulai dari menganalisis masalah, mengumpulkan informasi, mengembangkan
hipotesis, menguji hipotesis, menyajikan hasil karya dan menarik kesimpulan.
Pada saat siswa mengkonstruksi pemahamannya, siswa dapat saling memberikan
bantuan dalam mengkaji proses berpikirnya sehingga akan memberikan
kesempatan kepada setiap individu untuk menyampaikan ide-ide secara logis dan
memilih solusi yang tepat. Hal ini berkaitan dengan berpikir reflektif dimana
siswa mampu menyeleksi pengetahuan yang telah dimiliki dan tersimpan dalam
memorinya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi untuk mencapai
tujuan-tujuannya (Fuady, 2017: 106).
Pembelajaran dengan tutor sebaya dapat menumbuhkan berbagai sikap positif
pada siswa, seperti melatih siswa untuk menghargai keberagaman dan sekaligus
melatih siswa untuk memahami perbedaan individu. Dalam pembelajaran tutor
8
sebaya, siswa belajar dan bekerja dengan individu yang memiliki karakteristik
berbeda. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan emosional siswa berupa self-
confidence yang berkaitan dengan pengalaman pribadi, pengalaman individu lain,
persuasi verbal dan kondisi psikologi yang mempengaruhi kegiatan tersebut
(Iswahyudi, 2016: 3).
Berdasarkan uraian mengenai PBL dan tutor sebaya, menunjukkan bahwa PBL
dengan tutor sebaya menciptakan suasana belajar yang berpusat pada siswa di
mana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari
jawaban terhadap permasalahan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok
yang digariskan secara jelas. Hal ini dapat mengarahkan guru pada kualitas
pembelajaran efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan self-
confidence siswa. Dengan demikian, penulis akan mengembangkan model PBL
dengan tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan self-
confidence siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimanakah proses dan hasil pengembangan model PBL dengan tutor sebaya
yang memenuhi kriteria valid dan praktis yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir reflekif dan self-confidence siswa?
2. Apakah pembelajaran model PBL dengan tutor sebaya efektif meningkatkan
kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence siswa?
9
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Menghasilkan produk berupa model PBL tutor sebaya yang mencakup
sintak/langkah pembelajaran, sistem sosial, sistem pendukung, serta dampak
pembelajaran dan dampak pengiring pembelajaran yang valid dan praktis untuk
meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence siswa.
2. Mengetahui efektivitas pembelajaran menggunakan pengembangan model PBL
dengan tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan
self-confidence siswa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini ada dua, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi
dalam pendidikan matematika, khususnya mengenai desain pengembangan
model PBL dengan tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir
reflekif dan self-confidence siswa.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
bagi guru atau praktisi pendidikan dalam mengembangkan model pembelaja-
ran sehingga dapat memberikan pembelajaran yang menarik sehingga me-
ningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence siswa.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Teori Belajar Konstruktivisme
Piaget dan Vygotsky adalah orang yang mempunyai gagasan untuk melahirkan
teori konstruktivisme. Dalam hal belajar, Piaget dalam Mukhlisah (2015: 119)
berpendapat bahwa proses belajar terdiri dari tiga tahap yaitu asimilasi, akomodasi
dan equilibrasi. Asimilasi adalah proses pengintegrasian informasi baru ke
struktur kognitif yang sudah ada. Akomodasi adalah proses penyesuaian struktur
kognitif dalam situasi yang baru. Adapun equilibrasi adalah penyesuaian
kesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Selain itu, konsep teori Vygotsky mengenai pengetahuan berjenjang (scaffolding)
dilakukan dengan memberikan sejumlah besar bantuan kepada peserta didik
selama tahap-tahap awal pembelajaran, dan kemudian mengurangi bantuan
tersebut untuk selanjutnya memberi kesempatan pada peserta didik untuk
mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah mereka dapat
melakukannya.
Konstruktivisme sosial menekankan bahwa pengetahuan itu dibangun dan dikons-
truksi secara bersama (mutual). Konstruktivisme adalah sebuah teori yang
11
memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar dan aktif
membangun atau membuat pengetahuannya sendiri dengan bantuan fasilitasi
orang lain dan realitas ditentukan oleh pengalaman orang itu sendiri pula guna
mengembangkan dirinya sendiri (Rangkuti, 2104: 66). Selanjutnya, Poedjiadi
(2005: 70) mengungkapkan bahwa konstruktivisme bertitik tolak dari pembentu-
kan pengetahuan, dan rekonstruksi pengetahuan adalah mengubah pengetahuan
yang dimiliki seseorang yang telah dibangun atau dikonstruk sebelumnya dan
perubahan itu sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya.
Dalam teori konstruktivisme Vygotsky, pengetahuan dibangun melalui interaksi
sosial, interaksi sosial dapat terjalin dalam tutor sebaya yang memungkinkan
siswa saling membantu dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Menurut
Glasersfeld dalam Kartika (2018: 13) pengaruh konstruktivisme terhadap belajar
dalam kelompok adalah dalam kelompok belajar siswa dapat mengungkapkan
bagaimana ia melihat persoalan dan apa yang akan dilakukan terhadap persoalan
tersebut.
Berdasarkan uraian mengenai teori belajar konstruktivisme, konstruksi
pengetahuan ini dapat diperoleh siswa melalui proses PBL atau pembelajaran
yang menjadikan masalah sebagai basis kegiatan pembelajaran. Saat proses PBL,
siswa didorong untuk menganalisis suatu permasalahan dan mempertimbangkan
analisis alternatif dan menempatkan siswa sebagai pemeran utama dalam
pembelajaran berdasarkan hasil interaksi dengan lingkungannya berupa diskusi
dalam tutor sebaya. Dalam hal ini, PBL dengan tutor sebaya perlu
diimplementasikan guna mengkonstruksi pemahaman siswa dengan saling
12
memberikan bantuan berdasarkan ide yang mereka miliki melalui pembimbingan
intelektual oleh guru.
2. Kemampuan Berpikir Reflektif
Tujuan pembelajaran matematika tidak hanya menekankan pada peningkatan hasil
belajar siswa, namun juga siswa diharapkan memiliki beberapa kemampuan
matematik. Salah satu kemampuan matematis yang diharapkan dapat dimiliki oleh
setiap siswa setelah belajar matematika adalah kemampuan berpikir reflektif.
Berpikir reflektif adalah suatu kegiatan berpikir yang membuat siswa berusaha
untuk menghubungkan pengetahuan yang diperolehnya untuk menyelesaikan
permasalahan baru yang berkaitan dengan pengetahuan lama dalam menganalisa
masalah, mengevaluasi dan memperoleh suatu kesimpulan (Fuady, 2017: 105).
Selain itu, Guroll (2011: 2-3) menyatakan berpikir reflektif yaitu proses kegiatan
terarah dimana individu dapat menyadari, menganalisis, mengevaluasi, dan
memotivasi dalam proses belajarnya sendiri.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir reflektif
adalah proses dengan menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki dan yang
sedang dipelajari dengan mempertimbangkan konsep, fakta dan pengetahuan
matematika dalam menganalisa masalah, mengevaluasi, menyimpulkan, memu-
tuskan penyelesaian terbaik terhadap masalah yang diberikan dan memotivasi
dalam proses belajarnya sendiri. Sehingga disini siswa berperan aktif dan dapat
percaya dengan kemampuan dirinya sendiri.
13
Nindiasari (2013) mengemukakan bahwa kemampuan berpikir reflektif
merupakan salah satu kemampuan yang diperlukan dalam pembelajaran
matematika karena target-target pembelajaran matematika seperti pemahaman,
pemecahan masalah, komunikasi matematika serta kemampuan lainnya akan
dimiliki oleh siswa dengan baik jika kemampuan berpikir reflektif siswa baik.
Terdapat data yang mendukung pendapat tersebut diantaranya adalah hasil
penelitian yang dilakukan oleh Agustan (2016: 75) bahwa dengan berpikir
reflektif siswa dapat memecahkan masalah yang lebih kompleks karena pemikiran
siswa akan terarah dan siswa yang berpikir reflektif, solusi atau penyelesaian dari
masalah yang dipecahkan cenderung benar dan tepat. Dengan demikian,
kemampuan berpikir reflektif penting untuk dikembangkan agar siswa mampu
mengatasi masalah matematika yang diperolehnya.
Salah satu model pembelajaran efektif yang memungkinkan untuk meningkatkan
kemampuan berpikir reflektif adalah model PBL. Sebagaimana dinyatakan oleh
Noer (2008: 278) bahwa lingkungan pembelajaran yang mendukung berpikir
reflektif dapat tercipta apabila kita mengarahkan aktivitas pembelajaran di kelas
melalui masalah dan hal ini dapat difasilitasi oleh PBL atau pembelajaran berbasis
masalah.
Kemampuan berpikir reflektif siswa dapat diukur dengan indikator yang sesuai.
Ariestyan (2016: 99) mengungkapkan indikator berpikir reflektif yaitu: 1)
Reacting (berfikir reflektif untuk aksi), 2) Comparing (berfikir reflektif untuk
evaluasi), 3) Contemplating (berfikir reflektif untuk PBL reflektif). Sejalan
dengan hal tersebut, menurut Surbeck, Han, dan Moyer dalam Noer (2010: 39)
14
indikator kemampuan berpikir reflektif yaitu reacting (bereaksi dengan permasa-
lahan yang diberikan), comparing (mengevaluasi apa yang diyakini dengan
membandingkan reaksi dan pengalaman yang lain), dan contemplating
(menguraikan, menginformasikan, dan merekonstruksi permasalahan).
Berdasarkan uraian diatas, indikator kemampuan berpikir reflektif yang
digunakan dalam penelitian ini menurut Surbeck, Han, dan Moyer yaitu reacting
(bereaksi dengan permasalahan yang diberikan), comparing (mengevaluasi apa
yang diyakini dengan membandingkan reaksi dan pengalaman yang lain), dan
contemplating (menguraikan, menginformasikan, dan merekonstruksi permasala-
han). Selanjutnya, dari indikator tersebut kita dapat mengetahui sejauh mana
kemampuan berpikir reflektif yang dimiliki oleh siswa.
3. Self-Confidence
Kepercayaan diri (self-confidence) adalah salah satu aspek psikologis yang
mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Nurdini (2017: 5) self-confidence
adalah sikap yakin akan kemampuan diri sendiri. Ghufron dan Rini (2011)
mengemukakan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan untuk melakukan
sesuatu pada diri subjek sebagai karakteristik pribadi yang didalamnya terdapat
kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional dan realistis.
Menurut Hakim dalam Megawati (2009: 19) menjelaskan bahwa keyakinan
seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan
tersebut membuatnya merasa mampu mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya.
Secara khusus, self-confidence yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan
kepercayaan diri siswa terhadap kemampuan matematisnya. Dengan demikian,
15
self-confidence dapat diartikan sebagai kepercayaan diri seseorang terhadap
kemampuan matematis yang dimilikinya sehingga mampu membuatnya merasa
dapat menyelesaikan segala persoalan matematis yang dihadapi.
Martyanti (2013: 16) menyatakan dengan adanya rasa percaya diri, maka siswa
akan lebih termotivasi dan lebih menyukai untuk belajar matematika, sehingga
pada akhirnya diharapkan prestasi belajar matematika yang dicapai juga lebih
optimal. Sejalan dengan pernyataan tersebut, menurut Siregar (2011: 525)
persaingan global membuat siswa dituntut untuk tidak hanya pintar dari segi ilmu
pengetahuan, tetapi juga memiliki keyakinan dan keberanian untuk menghadapi
setiap tantangan global terlebih pada anak SMP. Oleh karena itu, self-confidence
sangat penting untuk dikembangkan.
Margono (2005: 4-5) mengungkapkan bahwa:
Self-confidence siswa dalam belajar matematika dapat dibagi dalam tiga
aspek yaitu: 1) Kepercayaan terhadap pemahaman dan kesadaran diri
terhadap kemampuan matematikanya, 2) Kemampuan untuk menentukan
secara realistik sasaran yang ingin dicapai dan menyusun rencana aksi
sebagai usaha meraih sasaran, 3) Kepercayaan terhadap matematika itu
sendiri.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Lauster dalam Ghufron & Rini (2011: 35-36)
mengelompokkan indikator self-confidence siswa yaitu seperti pada Tabel 2.1.
Berdasarkan uraian tersebut, indikator self-confidence siswa yang digunakan
dalam penelitian ini menurut Lauster yaitu sikap dan perilaku siswa yang selalu
berpandangan baik tentang dirinya dan kemampuannya, kemampuan siswa
menyelesaikan permasalahan sesuai dengan fakta, kemampuan siswa untuk
berani menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya, dan
16
kemampuan siswa untuk menganalisis suatu masalah dengan logis dan sesuai
dengan kenyataan. Selanjutnya, dari indikator tersebut kita dapat mengetahui
sejauh mana self-confidence yang dimiliki oleh siswa.
Tabel 2.1 Indikator Self-confidence Siswa
No DIMENSI INDIKATOR
1 Keyakinan
kemampuan diri
Kemampuan siswa untuk menyelesaikan sesuatu
dengan sungguh-sungguh.
2 Optimis Sikap dan perilaku siswa yang selalu
berpandangan baik tentang dirinya dan
kemampuannya.
3 Objektif Kemampuan siswa menyelesaikan permasalahan
sesuai dengan fakta.
4 Bertanggung jawab Kemampuan siswa untuk berani menanggung
segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.
5 Rasional dan realistis Kemampuan siswa untuk menganalisis suatu
masalah dengan logis dan sesuai dengan
kenyataan.
Lauster (Ghufron & Rini, 2011: 35-36)
4. Problem Based Learning (PBL)
Pemilihan model pembelajaran dapat membuat peserta didik lebih aktif dalam
belajar. Sehingga dalam pembelajaran, siswa diharapkan memiliki kepercayaan
diri dan kemampuan tingkat tinggi.
PBL merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan
kondisi belajar aktif kepada peserta didik (Cahyani dan Setyawati, 2016: 156).
Sudiyasa (2014: 159) mengungkapkan bahwa PBL adalah suatu bentuk
pembelajaran yang memusatkan siswa pada masalah kehidupan nyata, peran guru
menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan.
Sejalan dengan pendapat-pendapat tersebut, Fristadi & Bharata (2015: 600)
17
mengemukakan bahwa dalam PBL siswa didorong untuk menganalisis suatu
permasalahan dan mempertimbangkan analisis alternatif dan menempatkan siswa
sebagai pemeran utama dalam pembelajaran dan keterampilan berpikir. Siswa
dilatih untuk berpikir mandiri dan meningkatkan kepercayaan diri serta
menghargai aktivitas yang sedang terjadi. Dengan demikian, PBL menciptakan
suasana yang mendukung siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir
mereka. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
PBL adalah suatu model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada
permasalahan kehidupan nyata yang dapat mengembangkan kemampuan
keaktifan dan berpikir reflektif.
Lidinillah (2009: 5) mengemukakan bahwa:
Model PBL memiliki beberapa kelebihan yaitu: 1) Siswa didorong untuk
memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata, 2) Siswa
memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas
belajar, 3) Pembelajaran berfokus pada masalah, 4) Terjadi aktivitas ilmiah
pada siswa melalui kerja kelompok, 5) Siswa terbiasa menggunakan
sumber-sumber pengetahuan baik dari perpustakaan, internet, wawancara
dan observasi, 6) Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya
sendiri, 7) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah
dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka, 8) Kesulitan
belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam
bentuk peer teaching.
Dengan demikian, model PBL adalah salah satu model pembelajaran yang baik
untuk diterapkan saat pembelajaran di sekolah.
Adapun tahap-tahap pelaksanaan model PBL yang dikemukan oleh Arends (2008:
110) seperti yang tertera pada Tabel 2.2 terdiri dari lima fase. Setiap fase
mencirikan proses berpikir yang terpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator.
18
Tabel 2.2 Fase-Fase Model PBL
Fase Indikator Perilaku Guru
1 Orientasi siswa pada
masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang diperlukan dan
memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah
2 Mengorganisasi siswa
untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut
3 Membimbing
penyelidikan individual
maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan eks-
perimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
4 Meningkatkan dan
menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan
dan menyiapkan karya sesuai seperti laporan,
dan membantu mereka untuk berbagai tugas
dengan temannya
5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka
dan proses yang mereka gunakan
5. Tutor Sebaya
Indriani & Mutmainnah (2014) mengemukakan tutor sebaya adalah kegiatan
belajar siswa dengan guru memberdayakan siswa yang mempunyai daya serap
tinggi terhadap materi yang dijelaskan guru untuk membantu siswa lain yang daya
serapnya rendah. Sedangkan menurut Ahmadi dan Supriyono (2004: 134)
mengemukakan tutor sebaya adalah siswa yang ditunjuk atau ditugaskan
membantu teman yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan teman
umumnya lebih dekat dibandingkan hubungan guru dengan siswa. Tutor sebaya
adalah siswa berkemampuan tinggi yang telah dipilih oleh guru untuk membantu
teman sebayanya yang kesulitan dalam memahami materi, sehingga pembelajaran
berlangsung secara efektif (Hardiyanti, Lefrida dan Amri, 2015: 150).
19
Tugas bagi seorang tutor sebaya adalah untuk mengajarkan dan mengamalkan
pengetahuan kepada teman-temannya yang mengalami kesulitan belajar. Dari
pengertian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran tutor
sebaya adalah pembelajaran yang berfokus pada siswa, seorang siswa dipilih oleh
guru dari kelompoknya yang memiliki kemampuan dan pemahaman lebih unggul
dari teman lainnya, seorang tutor diberi tugas untuk membantu, membimbing dan
memberi pengetahuan kepada teman sebaya atas kesulitan belajar yang dialami
sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien.
Terdapat beberapa kriteria untuk menentukan seorang tutor diantaranya selain
memiliki nilai akademik yang baik juga harus memiliki sikap yang baik sehingga
dapat memberikan bimbingan dan penjelasan kepada siswa yang mengalami
kesulitan dalam belajar serta kemampuan memotivasi siswa dalam belajar
(Mulyadi, 2008: 85-86). Syarat terpenting menjadi tutor sebaya, yaitu dapat
diterima oleh siswa yang mendapatkan program perbaikan sehingga siswa tidak
mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya. Syarat kedua, tidak tinggi hati,
kejam atau keras hati terhadap sesama kawan. Syarat ketiga, mempunyai daya
kreatif yang cukup untuk memberi bimbingan yang dapat menerangkan
pembelajaran kepada temannya (Djamarah dan Zain, 2006: 25).
Dengan demikian, dari syarat-syarat tersebut diperlukan kejelian terhadap guru
dalam menilai kemampuan dari siswanya. Mungkin akan cukup sulit dalam
mencari tutor sebaya seperti yang dipaparkan di atas, namun hal tersebut tidak
akan sulit bila guru telah mengetahui kelemahan dan kelebihan yang dimiliki
setiap siswa. Syarat-syarat tersebut bukanlah syarat mutlak dalam menentukan
20
seorang tutor sebaya, karena guru itu sendirilah yang menentukan dan memilih
tutor yang layak dari siswa yang dibimbingnya.
Menurut Ahmadi dan Supriyono dalam Mastrianto, Imron dan Maskun (2017),
kelebihan dari tutor sebaya adalah adanya hubungan yang lebih dekat dan akrab,
dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan pada diri tutor sendiri
dan kegiatannya merupakan pengayaan, menambah motivasi dan minat belajar
siswa dalam pembelajaran. Sehingga dalam proses belajar mengajar di kelas,
suasana belajar tidak monoton dan membosankan bagi siswa dan mempermudah
siswa memahami materi pembelajaran.
6. Desain Pengembangan Model PBL dengan Tutor Sebaya untuk Mening-
katkan Kemampuan Berpikir Reflektif dan Self-Confidence Siswa
Desain pengembangan model PBL pada penelitian ini dibantu oleh teori ADDIE
menggunakan model pengembangan desain pembelajaran dengan tahapan
analysis, design, development, implementation, dan evaluation (Branch, 2009)).
1. Tahap Analisis
Tahap analisis membantu mengidentifikasi siswa, pembatasan dan hal penting
lainnya yang akan berguna dalam proses desain. Menurut Branch (2009: 17)
tujuan dari tahap analisis adalah untuk mengidentifikasi kemungkinan masalah
yang terjadi. Pada penelitian ini, tahap analisis merupakan tahap pra-perencanaan
pengembangan model PBL dengan tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan
berpikir reflektif dan self-confidence siswa.
21
2. Tahap Desain (Design)
Tahap desain adalah tahap menggunakan informasi yang diperoleh dalam tahap
analisis untuk membuat produk pengembangan yang memenuhi kebutuhan siswa.
Menurut Branch (2009: 17) tujuan dari tahap desain adalah memverifikasi produk
yang akan dikembangkan.
3. Tahap Pengembangan (Development)
Tahap pengembangan pada penelitian ini adalah mengembangkan produk dari
tahap desain. Proses ini memerlukan banyak waktu untuk menghasilkan produk
pengembangan yang mencakup beberapa langkah yaitu konsep awal, review,
revisi, dan pengujian. Menurut Branch (2009: 18) prosedur utama dalam tahap
pengembangan adalah menghasilkan produk pengembangan, memilih media
pendukung yang sudah ada atau mengembangkan sendiri media pendukung,
mengembangkan pedoman untuk guru, mengembangkan pedoman bagi siswa,
melakukan revisi formatif dan melakukan pengujian.
4. Tahap Implementasi (Implementation)
Tahap implementasi merupakan proses penyajian produk yang akan
dikembangkan. Menurut Branch (2009: 18) tujuan dari tahap implementasi adalah
mempersiapkan lingkungan belajar dan melibatkan siswa.
5. Tahap Evaluasi (Evaluation)
Menurut Branch (2009: 18) tujuan dari tahap evaluasi adalah untuk menilai
kualitas produk pengembangan dan proses pembelajaran, baik sebelum dan
sesudah implementasi. Tahap evaluasi umumnya dilakukan pada setiap tahapan
22
ADDIE. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah sudah sesuai dengan tujuan
atau tidak. Jika tidak maka dilakukan siklus ulang pada tahapan sebelumnya.
B. Kerangka Pikir
Kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence merupakan aspek kognitif dan
aspek afektif yang diperlukan bagi siswa. Hal ini dikarenakan dalam kemampuan
berpikir reflektif, siswa berusaha menghubungkan pengetahuan yang diperolehnya
untuk menyelesaikan permasalahan baru yang berkaitan dengan pengetahuan
lamanya untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Selain itu, dalam berpikir reflektif
memberikan kesempatan bagi siswa untuk mampu menyadari apa yang dilakukan
sudah tepat, menyimpulkan apa yang seharusnya dilakukan bila mengalami
kegagalan, dan mengevaluasi apa saja yang telah dilakukan. Sehingga, individu
tidak merasa ragu karena ia memiliki kepercayaan diri (self-confidence) yang
penuh dengan kemampuan dirinya. Keyakinan individu mempengaruhi usahanya
dalam menyelesaikan suatu persoalan matematika.
Self-confidence menjadi pertimbangan pribadi untuk melakukan suatu tindakan
dalam mencapai tujuan yang diharapkan, yang akan mempengaruhi diri siwa
dalam berpikir, memotivasi diri, dan bertindak. Siswa yang memiliki self-
confidence tinggi akan menunjukkan usaha yang lebih kuat dibandingkan dengan
siswa yang memiliki self-confidence rendah. Terdapat empat sumber self-
confidence yaitu (1) optimis, (2) objektif, (3) bertanggung jawab, serta (4) rasional
dan realistis.
23
Beberapa penjelasan telah menunjukkan pentingnya kemampuan berpikir reflektif
dan self-confidence siswa. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence siswa adalah dengan melakukan
pemilihan model pembelajaran yang tepat.
Model pembelajaran adalah salah satu penunjang meningkatnya kemampuan
berpikir reflektif dan self-confidence siswa. Guru diharapkan mampu memilih
model pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
optimal. Pemilihan model pembelajaran yang tepat mampu membuat suasana
belajar menjadi lebih menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara optimal.
Terdapat beberapa jenis model pembelajaran yang dapat digunakan. Salah satu
model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
berpikir reflektif dan self-confidence adalah model PBL. Model PBL adalah suatu
model pembelajaran yang menjadikan masalah kontekstual sebagai basis kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai
fasilitator. Siswa belajar untuk menyelidiki masalah dan menemukan informasi,
kegiatan yang melibatkan lingkungan sekitar, atau proses abstraksi. Langkah-
langkah dalam model PBL antara lain mengorientasi siswa pada masalah,
mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok, meningkatkan dan menyajikan hasil karya serta menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Langkah pertama dalam model PBL adalah mengorientasi siswa pada masalah,
guru biasanya menggunakan pertanyaan yang berupa soal-soal latihan yang
24
diambil dari buku teks dan tidak menyajikan permasalahan matematika yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini mengakibatkan siswa
kurang terbiasa menyelesaikan permasalahan matematika yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari. Siswa memandang permasalahan matematika yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang biasanya disajikan dalam bentuk
soal cerita adalah permasalahan rumit untuk diselesaikan. Kemampuan siswa
dalam bereaksi dengan permasalahan yang diberikan, mengevaluasi apa yang
diyakini dengan membandingkan reaksi dan pengalaman yang lain serta mengu-
raikan, menginformasikan, dan merekonstruksi permasalahan yang disajikan pada
permasalahan matematika juga rendah. Hal ini menjadi salah satu alasan untuk
melakukan inovasi pada model pembelajaran ini dengan cara memilih pendekatan
pembelajaran yang tepat agar kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence
siswa dapat berkembang secara optimal.
Pendekatan pembelajaran merupakan suatu titik tolak dalam proses pembelajaran.
Terdapat bermacam-macam jenis pendekatan pembelajaran, salah satunya adalah
pendekatan tutor sebaya. Pendekatan tutor sebaya adalah pendekatan pembelaja-
ran yang menekankan siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran
dengan dipilihnya satu orang siswa yang berasal dari teman–teman dari
kelompoknya yang memegang tugas sebagai mentor dan tutor di kalangannya
sendiri.
Pengembangan model PBL dengan tutor sebaya merupakan inovasi model pembe-
lajaran yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan
self-confidence siswa. Pertanyaan yang diajukan oleh guru diambil dari kehidupan
25
sehari-hari. Hal ini membuat siswa mampu mengembangkan kemampuan untuk
mengontruksi pengetahuannya dengan memanfaatkan pengalaman yang mereka
miliki. Siswa tidak selalu terpaku pada soal-soal latihan yang hanya mengem-
bangkan kemampuan berhitung. Pembelajaran yang dilakukan siswa akan menjadi
lebih bermakna ketika siswa mampu mengkontruksi pengetahuannya sendiri.
Teori Vygotsky mengandung pandangan bahwa pengetahuan siswa dibangun
melalui interaksi sosial. Artinya pengetahuan dapat diperoleh melalui lingkungan
berupa interaksi dengan orang lain dalam kegiatan bersama. Oleh karena itu,
penerapan PBL dan kelompok yang terbentuk dalam pembelajaran menggunakan
tutor sebaya yang memungkinkan siswa untuk saling membantu dalam
mengkonstruksi pengetahuannya dalam aktivitas PBL dengan tutor sebaya. Ketika
menyelesaikan suatu permasalahan, seorang tutor yang ditunjuk membimbing
kelompoknya, berpikir bersama-sama dan meyakinkan bahwa setiap orang
mengetahui jawaban dari permasalahan yang diberikan. Melalui PBL dengan tutor
sebaya, siswa dapat saling memberikan bantuan dalam mengkaji proses
berpikirnya sehingga akan memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk
menyampaikan ide-ide secara logis dan memilih solusi yang tepat. Hal ini
berkaitan dengan berpikir reflektif yang memberikan kesempatan bagi siswa
untuk memecahkan persoalan dengan disertai alasan yang logis, mempertahankan
pendapat mereka, menganalisis dan berpikir kembali ketika merespon atau
memilih solusi yang berguna dalam memecahkan persoalan. Selain itu, PBL
dengan tutor sebaya dapat menumbuhkan berbagai sikap positif pada siswa,
seperti melatih siswa untuk menghargai keberagaman dan sekaligus melatih siswa
untuk memahami perbedaan individu. Pada tutor sebaya, siswa belajar dan bekerja
26
dengan individu yang memiliki karakteristik berbeda dan mempunyai perspektif
yang berbeda pula. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan emosional siswa
berupa self-confidence yang berkaitan dengan pengalaman pribadi, pengalaman
individu lain, persuasi verbal dan kondisi psikologi yang mempengaruhi kegiatan
tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, diharapkan bahwa pengembangan model PBL dengan
tutor sebaya mampu meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan self-
confidence siswa. Perpaduan antara model PBL dengan tutor sebaya ini akan
melatih siswa untuk terbiasa menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa juga akan terlatih untuk bertanggung
jawab pada kemampuan dirinya sendiri.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, hipotesis dalam
penelitian ini adalah Pengembangan model PBL dengan tutor sebaya memenuhi
kriteria valid, praktis, dan efektif meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan
self-confidence siswa.
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam penelitian ini, penulis membatasi
istilah yang berhubungan dengan judul penelitian.
1. Model PBL adalah suatu model pembelajaran yang menghadapkan siswa
pada permasalahan-permasalahan matematis yang kontekstual sebagai
konteks bagi siswa untuk belajar serta memperoleh pengetahuan dan konsep
27
dari materi pembelajaran. Tahap-tahap dalam PBL yaitu: 1) Orientasi siswa
pada masalah, 2) Mengorganisasi siswa untuk belajar, 3) Membimbing pe-
nyelidikan individual maupun kelompok, 4) Meningkatkan dan menyajikan
hasil karya, serta 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah.
2. Tutor sebaya adalah satu orang siswa yang berasal dari teman–teman dari
kelompoknya yang memegang tugas sebagai mentor dan tutor di kalangannya
sendiri. Atau boleh jadi seorang siswa mampu memegang tugas sebagai
mentor, bahkan sampai taraf tertentu dapat menjadi tutor.
3. Kemampuan berpikir reflektif adalah suatu proses berpikir ketika siswa
dihadapkan oleh suatu fakta atau pengalaman untuk mendapatkan suatu
kesimpulan berdasarkan penemuan sendiri dan hasil pertimbangan dengan
seksama atas segala sesuatu yang dipercaya kebenarannya. Indikator berpikir
reflektif dalam penelitian ini yaitu: 1) Reacting (bereaksi dengan permasala-
han yang diberikan), 2) Comparing (mengevaluasi apa yang diyakini dengan
membandingkan reaksi dan pengalaman yang lain), dan 3) Contemplating
(menguraikan, menginformasikan, dan merekonstruksi permasalahan).
4. Self-confidence adalah kepercayaan diri seseorang terhadap kemampuan
matematis yang dimilikinya untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi,
yang dilihat dari: (1) optimis, (2) objektif, (3) bertanggung jawab, serta (4)
rasional dan realistis.
5. Efektivitas pembelajaran adalah suatu proses yang dapat menghantarkan
siswa menuju tujuan pembelajaran yang ingin dicapai secara maksimal.
28
Dalam penelitian ini, model PBL dengan tutor sebaya dikatakan efektif
apabila indeks gain (g) > 0,70.
29
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Research and Development (R & D). Menurut Borg dan
Gall (2003) “educational research and development is a process used to develop
and validate educational product” atau dapat diartikan bahwa penelitian
pengembangan pendidikan adalah sebuah proses yang digunakan untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Produk yang
dikembangkan pada penelitian ini adalah model PBL dengan tutor sebaya untuk
meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence siswa.
B. Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Terbanggi Besar pada semester
genap tahun pelajaran 2018/2019. Subjek dalam penelitian ini dibagi dalam
beberapa tahap berikut.
1. Studi Pendahuluan
Pada studi pendahuluan dilakukan beberapa langkah sebagai analisis kebutuhan,
yaitu observasi dan wawancara. Subjek pada saat observasi adalah siswa kelas
VIII C terdiri dari 29 siswa bertujuan untuk mengetahui kepraktisan model
pembelajaran yang dikembangkan. Subjek pada saat wawancara adalah satu orang
guru dari dua guru yang mengajar matematika di kelas VIII.
30
2. Validasi Pengembangan Pembelajaran
Subjek validasi pengembangan pembelajaran dalam penelitian ini adalah tiga
orang ahli yang terdiri atas ahli pengembangan model pembelajaran, ahli materi,
ahli media, dan satu ahli di bidang psikologi. Ahli pengembangan model
pembelajaran, ahli materi dan ahli media yaitu Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd dan Dr.
Joko Sutrisno AB, M.Pd. dan ahli self-confidence yaitu Mirra Septia Veranika,
M.Psi, Psikolog.
3. Uji Coba Lapangan Awal
Subjek uji coba lapangan awal untuk model pembelajaran yang dikembangkan
adalah seluruh siswa kelas VIII C yang sedang menempuh materi bangun ruang
sisi datar dan seorang guru mata pelajaran matematika kelas VIII. Selanjutnya,
subjek uji coba LKPD adalah enam orang siswa kelas VIII C yang sedang
menempuh materi bangun ruang sisi datar. Pemilihan keenam siswa tersebut
berdasarkan saran dari guru kelas VIII dan didasarkan pada kemampuan
matematis yang tinggi, sedang, dan rendah.
4. Uji Lapangan
Subjek uji lapangan adalah seluruh siswa kelas VIII A dan VIII B. Dua kelas yang
diambil sebagai sampel yaitu kelas VIII A dan VIII B, masing-masing kelas terdiri
dari 32 siswa. Kelas VIII A sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang belajar
dengan model PBL dengan tutor sebaya sedangkan kelas VIII B sebagai kelas
kontrol yaitu kelas yang belajar menggunakan model PBL yang telah diterapkan
di sekolah.
31
C. Desain Penelitian
Penelitian pengembangan ini mengacu pada prosedur penelitian Borg dan Gall
(2003). Borg dan Gall memaparkan sepuluh langkah pelaksanaan penelitian dan
pengembangan, yaitu penelitian dan pengumpulan data (research and information
collecting), perencanaan (planning), pengembangan desain produk awal (develop
preliminary form of product), uji coba lapangan awal (preliminary field testing),
revisi hasil uji coba lapangan awal (main product revision), uji coba lapangan
(main field testing), penyempurnaan produk hasil uji coba lapangan (operasional
product revision), uji pelaksanaan lapangan (operasional field testing), penyem-
purnaan produk akhir (final product revision), diseminasi dan implementasi
(dissemination and implementation). Desain penelitian dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Alur Desain Penelitian (Adapted: Borg & Gall, 2003)
Perencanaan
Pengembangan Model
Pra-Survei dan Studi
Literatur Studi Pendahuluan
Draf Model:
Pengembangan
Model PBL
dengan Tutor
Sebaya
Uji Validasi Ahli Pengembangan
Model PBL melalui
Tutor Sebaya Uji Lapangan Awal
Revisi Hasil Uji
Coba Lapangan
Awal
Penyempurnaan
Produk Uji Coba
Lapangan Awal
Uji Coba Lapangan
32
Penerapan langkah-langkah pengembangan disesuaikan dengan kebutuhan
peneliti. Mengingat keterbatasan waktu dan dana yang dimiliki oleh peneliti,
maka langkah-langkah tersebut disederhanakan menjadi enam langkah pengemba-
ngan. Penjelasan mengenai langkah penelitian dan pengembangan diatas sebagai
berikut.
1. Penelitian dan Pengumpulan Data (Research and information collecting)
Langkah awal dalam melakukan studi pendahuluan adalah melakukan penelitian
dan pengumpulan data berkaitan dengan model pembelajaran yang diterapkan
guru mata pelajaran matematika yang mengajar di kelas VIII. Wawancara
dilakukan dengan guru tersebut terkait dengan hasil observasi agar hasil
pengamatan yang diperoleh lebih akurat dan memperjelas beberapa hal mengenai
kebutuhan siswa dalam pembelajaran dan menentukan model pembelajaran yang
tepat untuk mengatasinya. Analisis terhadap kompetensi inti dan kompetensi dasar
matematika, silabus matematika kelas VIII, indikator kemampuan berpikir
reflektif dilakukan sebagai bahan pertimbangan penyusunan materi dan evaluasi.
Setelah melakukan pengumpulan data dan menganalisis kebutuhan siswa, maka
dilakukan pengembangan model PBL dengan tutor sebaya. Langkah selanjutnya
melakukan studi literatur terkait model PBL dengan tutor sebaya. Kajian literatur
mengenai karakteristik model PBL dengan tutor sebaya juga dilakukan untuk
merancang sintaks pembelajaran yang akan diaplikasikan dalam kegiatan
pembelajaran pada RPP.
2. Perencanaan (Planning)
Setelah melakukan studi pendahuluan dan pengumpulan data, selanjutnya
penelitian dilanjutkan dengan merencanakan penelitian. Pada tahap ini dilakukan
33
pendesainan model PBL dengan tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan
berpikir reflektif dan self-condidence siswa, yaitu membuat rancangan sintak
model PBL dengan tutor sebaya dan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
3. Pengembangan Desain Produk Awal (Develop preliminary form of product)
Tahapan ini meliputi: (1) Membuat desain produk yang akan dikembangkan; (2)
Menentukan sarana dan prasarana yang dibutuhkan selama penelitian;
(3)Menentukan tahap-tahap pengujian desain di lapangan. Produk yang
dikembangkan pada penelitian ini adalah model PBL dengan tutor sebaya untuk
meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan self-condidence siswa. Desain
pengembangan model PBL dengan tutor sebaya pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan desain pengembangan pembelajaran ADDIE yang merupakan
singkatan dari analysis, design, development, implementation, dan evaluation.
Berikut tahapan ADDIE dalam penelitian ini.
a. Analyze (Analisis)
Tahap analisis merupakan tahap dimana peneliti menganalisis perlunya
pengembangan model pembelajaran dan menganalisis kelayakan serta syarat-
syarat pengembangan. Tahapan analisis yang dilakukan penulis mencakup tiga hal
yaitu analisis kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis karakter peserta didik.
Secara garis besar tahapan analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a) Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan dilakukan dengan terlebih dahulu menganalisis model
pembelajaran yang diterapkan sebagai informasi utama. Model pembelajaran yang
digunakan guru dalam proses pembelajaran bermacam-macam, tetapi guru
cenderung menerapkan model konvensional dengan metode ceramah dan tanya
34
jawab. Guru pernah menerapkan model PBL, namun tujuan pembelajaran menjadi
tidak tercapai secara optimal. Oleh karena itu, akan ditentukan model
pembelajaran yang perlu dikembangkan untuk membantu siswa dalam
meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence siswa.
b) Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum dilakukan dengan memperhatikan karakteristik kurikulum
yang sedang digunakan dalam suatu sekolah. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
pengembangan yang dilakukan dapat sesuai tuntutan kurikulum yang berlaku.
Kurikulum yang digunakan di SMP Negeri 2 Terbanggi Besar adalah Kurikulum
2013. Setelah mengetahui kurikulum yang digunakan, kemudian peneliti mengkaji
Kompetensi Dasar (KD) untuk merumuskan indikator-indikator pencapaian
kompetensi.
c) Analisis Karakter Peserta Didik
Analisis ini dilakukan untuk melihat sikap peserta didik terhadap pembelajaran
matematika. Hal ini dilakukan agar pengembangan yang dilakukan sesuai dengan
karakter siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika yang
mengajar di kelas VIII, siswa SMP Negeri 2 Terbanggi Besar khususnya siswa
kelas VIII termasuk siswa yang masih senang bermain. Ketika guru menerapkan
PBL, banyak siswa yang kurang serius dalam pembelajaran. Kegiatan diskusi
kelompok sering disalahgunakan siswa untuk bercanda dengan temannya.
Permasalahan ini membuat tujuan pembelajaran menjadi tidak tercapai. Siswa
SMP Negeri 2 Terbanggi Besar juga memiliki kemampuan berpikir reflektif dan
self-confidence siswa yang masih rendah. Siswa mengalami kesulitan ketika
35
mengerjakan persoalan matematika dalam bentuk soal cerita atau soal yang
berbeda dari contoh yang diberikan dan siswa tidak percaya diri dengan
kemampuannya dalam mengambil keputusan tentang apa yang harus dipercayai
dan tindakan apa yang akan dilakukan.
b. Design (Perancangan)
Tahap kedua dari model ADDIE adalah tahap perancangan. Menurut Branch
(2009) tujuan dari tahap desain adalah untuk memverifikasi produk yang akan
dikembangkan. Pada tahap ini mulai dirancang model pembelajaran yang
dikembangkan sesuai hasil analisis yang dilakukan sebelumnya. Selanjutnya,
tahap perancangan dilakukan dengan menentukan unsur-unsur yang diperlukan
dalam model pembelajaran. Seperti langkah apa yang perlu ditambahkan atau
dibutuhkan dari tiap langkah yang terdapat dalam PBL. Peneliti juga
mengumpulkan referensi yang digunakan dalam mengembangkan model
pembelajaran. Pada tahap ini, peneliti juga menyusun instrumen yang digunakan
untuk menilai model PBL dengan tutor sebaya. Instrumen disusun dengan
memperhatikan komponen-komponen yang terdapat dalam sebuah model
pembelajaran.
c. Development (Pengembangan)
Tahap pengembangan merupakan tahap realisasi produk. Pada tahap ini
pengembangan model PBL dengan tutor sebaya dilakukan sesuai dengan
rancangan. Setelah itu, model PBL dengan tutor sebaya divalidasi oleh ahli
pengembangan model pembelajaran. Pada proses validasi, validator menggunakan
instrumen penilaian berupa angket untuk menilai komponen-komponen yang
36
terdapat dalam sebuah model pembelajaran. Validasi dilakukan hingga pada
akhirnya model PBL dengan tutor sebaya dinyatakan layak untuk
diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Pada tahap ini, peneliti juga
melakukan analisis data terhadap hasil penilaian model PBL dengan tutor sebaya
yang didapatkan dari validator. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan nilai
kevalidan model PBL dengan tutor sebaya.
d. Implementation (Implementasi)
Implementasi dilakukan secara terbatas pada sekolah yang ditunjuk sebagai
tempat penelitian, yaitu SMP Negeri 2 Terbanggi Besar. Peneliti menerapkan
model PBL dengan tutor sebaya di Kelas VIII C dan mengamati respon siswa
dalam proses pembelajaran. Setelah proses pembelajaran selesai, siswa melakukan
tes menggunakan instrumen tes kemampuan berpikir reflektif. Soal tersebut telah
disusun berdasarkan indikator ketercapaian kompetensi dan indikator kemampuan
berpikir reflektif untuk melihat tingkat keefektifan penggunaan model PBL
dengan tutor sebaya terhadap kemampuan berpikir reflektif siswa. Pada tahap ini,
peneliti juga melakukan penyebaran angket kepraktisan kepada guru yang berisi
tentang pelaksanaan proses pembelajaran dalam menerapkan model PBL dengan
tutor sebaya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data terkait dengan nilai
kepraktisan penerapan model PBL dengan tutor sebaya.
e. Evaluation (Evaluasi)
Pada tahap ini, peneliti melakukan revisi terakhir terhadap model PBL dengan
tutor sebaya berdasarkan masukan yang didapat dari angket respon guru dan
37
respon siswa. Hal ini bertujuan agar model PBL dengan tutor sebaya benar-benar
sesuai dan dapat digunakan oleh sekolah yang lebih luas lagi.
4. Uji Coba Lapangan Awal (Preliminary Field Testing)
Setelah pengembangan produk awal selesai, maka tahap berikutnya adalah uji
coba lapangan awal. Produk PBL yang telah dianalisis dan direvisi serta mendapat
validasi dari ahli materi, ahli desain pembelajaran, dan ahli media, kemudian
diujicobakan di lapangan. Produk pengembangan model PBL dengan tutor sebaya
diujicobakan kepada siswa kelas VIII yang berbeda dengan kelas penelitian.
Selanjutnya peneliti memberikan angket kepraktisan model pembelajaran kepada
seluruh siswa dalam kelas uji coba dan guru mata pelajaran matematika.
Kemudian untuk produk pengembangan LKPD diujicobakan dalam skala kecil,
yaitu kepada enam siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Terbanggi Besar yang
berbeda dengan kelas penelitian. Enam siswa tersebut dipilih dari siswa yang
berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Hal ini dilakukan agar produk
pengembangan nantinya bisa digunakan oleh seluruh siswa baik dari kemampuan
tinggi, sedang maupun rendah. Selanjutnya, peneliti memberikan angket yang
berisi uji keterbacaan produk yang dikembangkan untuk keenam siswa dan angket
tanggapan guru matematika mengenai LKPD tersebut. Angket-angket tersebut
kemudian dianalisis dan dijadikan acuan untuk kembali melakukan revisi dan
penyempurnaan.
5. Revisi Hasil Uji Coba Lapangan Awal (Main Product Revision)
Revisi hasil uji coba lapangan awal dilakukan setelah pelaksanaan uji coba dengan
mengacu pada hasil analisis angket yang diberikan kepada siswa pada kelas uji
38
coba dan guru mata pelajaran matematika sehingga produk siap digunakan dalam
uji lapangan.
6. Uji Coba Lapangan (Main Field Testing)
Pada tahap uji coba lapangan, desain penelitian yang digunakan adalah pretest-
postest control group design sebagaimana yang dikemukakan Fraenkel dan
Wallen (1993) sebagai berikut.
Tabel 3.1 Desain Uji Coba Produk Penelitian
Kelompok Perlakuan
Pretest Model Pembelajaran yang Diterapkan Posttest
E Y1 PBL dengan Tutor Sebaya Y2
K Y1 PBL Y2
Keterangan :
E = kelas eksperimen
K = kelas kontrol
Y1 = dilaksanakan pretest instrumen tes kemampuan berpikir reflektif dan skala
self-confidence
Y2 = dilaksanakan posttest instrumen tes kemampuan berpikir reflektif dan skala
self-confidence
Sebelum melakukan uji coba produk, terlebih dahulu siswa pada kelas eksperimen
dan kontrol diberikan pretest dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal
siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Produk yang berupa pengembangan
model PBL dengan tutor sebaya selanjutnya diujikan pada kelas eksperimen
dengan cara menerapkannya pada proses pembelajaran. Setelah siswa menerapkan
pembelajaran dengan model PBL dengan tutor sebaya, siswa diberikan posttest
untuk mengetahui efektivitas dari model pembelajaran yang telah dikembangkan
yang menitikberatkan pada peningkatan kemampuan berpikir reflektif dan self-
39
confidence siswa. Selain kelas eksperimen, kelas kontrol juga diberikan posttest
untuk melihat perbandingan antara kedua kelas.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua jenis instrumen,
yaitu nontes dan tes. Instrumen-instrumen tersebut akan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Instrumen Nontes
Instrumen nontes terdiri dari beberapa bentuk yang disesuikan dengan langkah-
langkah dalam penelitian pengembangan. Terdapat dua jenis instrumen nontes
yang digunakan, yaitu wawancara dan angket. Wawancara digunakan saat studi
pendahuluan dengan pedoman wawancara. Instrumen ini digunakan untuk
melakukan wawancara dengan guru saat observasi mengenai kondisi awal siswa
dan pemakaian buku teks di sekolah. Instrumen yang kedua, yaitu angket
digunakan pada beberapa tahapan penelitian. Angket ini memakai skala Likert
dengan empat pilihan jawaban yang disesuaikan dengan tahap penelitian dan
tujuan pemberian angket. Beberapa jenis angket dan fungsinya dijelaskan sebagai
berikut.
a. Angket Validasi Pengembangan Model Pembelajaran
Instrumen ini digunakan oleh ahli pengembangan model pembelajaran untuk
menguji konstruksi model pembelajaran yang dikembangkan. Adapun indikator
instrumen terdapat pada Tabel 3.2. Secara lengkap terdapat pada Lampiran D.1
halaman 305.
40
Tabel 3.2 Indikator Instrumen Validasi Model Pembelajaran.
Indikator Butir Angket
Teori pendukung 1, 2
Struktur model PBL dengan tutor sebaya 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12
b. Angket Validasi Perangkat Pembelajaran
Adapun indikator instrumen untuk validasi silabus terdapat pada Tabel 3.3.
Instrumen ini digunakan untuk mengukur kevalidan silabus dalam pelaksanaan
pembelajaran matematika model PBL dengan tutor sebaya pada materi bangun
ruang sisi datar. Secara lengkap terdapat pada Lampiran D.2 halaman 312.
Tabel 3.3 Indikator Instrumen Validasi Silabus
Indikator Butir Angket
Isi yang Disajikan 1, 2, 3, 4, 5
Bahasa 6, 7
Waktu 8, 9, 10
Indikator instrumen untuk validasi RPP terdapat pada Tabel 3.4. Instrumen ini
digunakan untuk mengukur kevalidan RPP dalam pelaksanaan pembelajaran
matematika model PBL dengan tutor sebaya pada materi bangun ruang sisi datar.
Secara lengkap terdapat pada Lampiran D.2 halaman 312.
Tabel 3.4 Indikator Instrumen Validasi RPP
Indikator Butir Angket
Perumusan Tujuan Pembelajaran 1, 2, 3, 4
Isi yang Disajikan 5, 6, 7
Bahasa 8, 9, 10
Waktu 11, 12
41
c. Angket Validasi LKPD oleh Ahli Materi
Instrumen ini digunakan untuk menguji substansi LKPD yang dikembangkan,
meliputi kesesuaian indikator dengan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar
(KD) pada materi bangun ruang sisi datar yang ada pada LKPD dengan model
PBL dengan tutor sebaya. Indikator instrumen terdapat pada Tabel 3.5. Secara
lengkap terdapat pada Lampiran D.3 halaman 320.
Tabel 3.5 Indikator Instrumen Validasi LKPD oleh Ahli Materi
Kriteria Indikator Butir Angket
Aspek Kelayakan Isi Kesesuaian materi dengan KD 1, 2, 3
Keakuratan materi 4, 5, 6, 7, 8
Mendorong Keingintahuan 9
Aspek Kelayakan
Penyajian
Teknik Penyajian 10, 11
Kelengkapan Penyajian 12, 13, 14
Penyajian Pembelajaran 15, 16
Koherensi dan keruntutan alur 17, 18
Aspek Penilaian PBL
dengan Tutor Sebaya
Karakteristik PBL dengan tutor
sebaya
19, 20, 21
d. Angket Validasi LKPD oleh Ahli Media
Instrumen ini digunakan untuk menguji konstruksi LKPD yang dikembangkan
Adapun indikator instrumen terdapat pada Tabel 3.6. Secara lengkap terdapat
pada Lampiran D.4 halaman 330.
Tabel 3.6 Indikator Instrumen Validasi LKPD oleh Ahli Media
Kriteria Indikator Butir Angket
Aspek Kelayakan
Kegrafikan
Desain isi LKPD 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Aspek Kelayakan
Bahasa
Lugas 10, 11, 12
Komunikatif 13, 14
Kesesuaian dengan kaidah bahasa 15, 16
Penggunaan istilah, simbol,
maupun lambang
17, 18
42
e. Angket Tanggapan Guru Matematika terhadap Model
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui tanggapan guru matematika mengenai
kepraktisan penggunaan model PBL dengan tutor sebaya pada materi bangun
ruang sisi datar. Adapun indikator instrumen terdapat pada Tabel 3.7. Secara
lengkap terdapat pada Lampiran B.7 halaman 252.
Tabel 3.7 Indikator Instrumen Tanggapan Guru Matematika
Indikator Butir Angket
Kejelasan petunjuk penggunaan RPP 1, 2, 3, 4
Ketercapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran 5, 6, 7, 8
Respon siswa 9, 10, 11
Tingkat kesulitan dalam mengimplementasikan 12, 13, 14, 15, 16
f. Angket Tanggapan Siswa terhadap Model
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai kepraktisan
dan keterlaksanaan model PBL dengan tutor sebaya pada materi bangun ruang sisi
datar. Adapun indikator instrumen untuk validasi tanggapan siswa dijelaskan pada
Tabel 3.8. Secara lengkap terdapat pada Lampiran B.8 halaman 254.
Tabel 3.8 Indikator Instrumen Tanggapan Siswa
Indikator Butir Angket
Pendahuluan 1, 2
Inti 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Penutup 10
g. Angket Tanggapan Guru terhadap LKPD
Instrumen ini berupa angket yang diberikan kepada guru sebagai koreksi produk
pendukung dalam pembelajaran. Angket ini berfungsi untuk mengetahui
kepraktisan dan keterlaksanaan LKPD yang telah dibuat dalam pelaksanaan
pembelajaran matematika dengan model PBL dengan tutor sebaya pada materi
43
bangun ruang sisi datar. Angket ini sebagai dasar untuk merevisi LKPD. Indikator
instrumen yang digunakan untuk validasi dijelaskan pada Tabel 3.9 secara
lengkap dapat dilihat pada Lampiran B.10 halaman 256.
Tabel 3.9 Indikator Instrumen Respon Guru terhadap LKPD
Aspek Indikator Butir Angket
Teknik penyajian Kesesuaian susunan penyajian LKPD 1, 2
Kesesuaian gambar/ilustrasi dengan
materi
15, 17
Kejelasan teks 16
Kesesuaian
bahasa
Kesederhanaan bahasa 18, 19
Kejelasan struktur kalimat 20
Kesesuaian materi Kesesuaian materi dengan KD 4, 6, 7, 14, 24
Keakuratan
materi
Kualitas LKPD terhadap pemahaman
dan kemampuan siswa
3, 5, 8, 9, 10, 13
Kemudahan Kemudahan penggunaan LKPD 11, 12, 21, 22, 23, 25
h. Angket Tanggapan Siswa terhadap LKPD
Instrumen ini berupa angket yang diberikan kepada siswa sebagai pengguna
produk pendukung berupa LKPD. Angket ini berfungsi untuk mengetahui
keterbacaan, ketertarikan, dan tanggapannya dari LKPD yang telah dibuat.
Tabel 3.10 Indikator Instrumen Respon Siswa terhadap LKPD
Aspek Indikator Butir Angket
Aspek tampilan Kemenarikan tampilan LKPD 1, 2, 3, 4
Kesesuaian gambar/ilustrasi dengan materi 5, 6
Kejelasan teks 7
Aspek penyajian
materi
Kemudahan pemahaman materi 8
Ketepatan penggunaan lambang dan
simbol
9
Kelengkapan dan ketepatan sistematika
penyajian
10, 11, 12
Kesesuaian LKPD dengan materi 13
Aspek manfaat Kemudahan belajar 14, 15
Ketertarikan menggunakan LKPD 16
44
Angket yang telah divalidasi dijadikan patokan sebagai dasar untuk merevisi
LKPD. Indikator instrumen yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.10 secara
lengkap dapat dilihat pada Lampiran B.11 halaman 259.
i. Angket Skala Self-Confidence
Skala self-confidence pada penelitian ini mengukur lima aspek. Indikator self-
confidence yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 3.11.
Secara lengkap terdapat pada Lampiran B.5 halaman 247.
Tabel 3.11 Indikator Self-Confidence
No Aspek Indikator No. Pernyataan
1 Keyakinan kemampuan diri
(Sikap positif seseorang
tentang dirinya)
Kemampuan siswa
untuk menyelesaikan
sesuatu dengan
sungguh-sungguh.
1, 2, 3, 4
2 Optimis
(Sikap positif yang dimiliki
seseorang yang selalu
berpandangan baik dalam
menghadapi segala hal)
Sikap dan perilaku
siswa yang selalu
berpandangan baik
tentang dirinya dan
kemampuannya.
5, 6, 7, 8, 9
3 Objektif
(Orang yang memandang
permasalahan bukan menurut
kebenaran pribadi)
Kemampuan siswa
menyelesaikan
permasalahan sesuai
dengan fakta.
10, 11, 12
4 Bertanggung jawab
(Kesediaan orang untuk
menanggung segala sesuatu
yang telah menjadi
konsekuensinya)
Kemampuan siswa
untuk berani
menanggung segala
sesuatu yang telah
menjadi
konsekuensinya.
13, 14, 15, 16
5 Rasional dan realistis
(Analisis terhadap suatu
masalah, sesuatu hal, dan
suatu kejadian dengan
menggunakan pemikiran
yang dapat diterima oleh akal
dan sesuai dengan kenyataan)
Kemampuan siswa
untuk menganalisis
suatu masalah dengan
logis dan sesuai
dengan kenyataan.
17, 18, 19, 20
45
Sebelum digunakan pada uji lapangan skala self-confidence ini divalidasi oleh
ahli, yaitu Mirra Septia Veranika, M.Psi., Psikolog. Beliau adalah seorang
counselor di Sekolah Darma Bangsa. Tujuan dari validasi ini adalah melihat
kesesuaian isi dengan indikator dan tujuan. Kriteria yang menjadi penilaian dari
ahli adalah: (1) Keterkaitan indikator dengan tujuan; (2) Kesesuaian pernyataan
dengan indikator yang diukur; (3) Kesesuaian antara pernyataan dengan tujuan;
(4) Penggunaan bahasa yang baik dan benar. Berdasarkan penilaian tiap kriteria
tersebut, skala self-confidence telah memenuhi kriteria sangat baik dan dinyatakan
layak untuk digunakan pada uji lapangan. Setelah dilakukan validasi, skala
tersebut diujicobakan untuk mengetahui reliabilitas dan validitas secara empiris.
Uji coba dilakukan pada siswa kelas VIII C. Proses perhitungan menggunakan
software SPSS statistik versi 20. Hasil perhitungan validitas butir pernyataan
dapat dilihat pada Tabel 3.12, data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5
halaman 268.
Tabel 3.12 Hasil Uji Coba Validitas Skala Self-Confidence Siswa
No
Pernyataan
rxy Kriteria No
Pernyataan
rxy Kriteria
1 0,714 Valid 11 0,664 Valid
2 0,517 Valid 12 0,630 Valid
3 0,666 Valid 13 0,467 Valid
4 0,551 Valid 14 0,671 Valid
5 0,570 Valid 15 0,671 Valid
6 0,664 Valid 16 0,714 Valid
7 0,517 Valid 17 0,467 Valid
8 0,666 Valid 18 0,783 Valid
9 0,609 Valid 19 0,664 Valid
10 0,783 Valid 20 0,589 Valid
Dari hasil perhitungan pada Lampiran C.5 halaman 268 menunjukkan bahwa
skala tersebut memiliki indeks koefisien korelasi lebih dari 0,3673 dan indeks
46
reliabilitas sebesar 0,919 (Lampiran C.6 halaman 270). Berdasarkan hasil uji
validitas semua butir pernyataan dapat digunakan.
2. Instrumen Tes
Intrumen tes yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir reflektif matematis.
Tes ini berupa soal-soal uraian yang diberikan secara individual bertujuan untuk
mengukur kemampuan berpikir reflektif matematis siswa. Soal tes yang
digunakan disusun berdasarkan indikator kemampuan berpikir reflektif matematis.
Indikator soal tes kemampuan berpikir reflektif dapat dilihat pada Tabel 3.13.
Tabel. 3.13 Tabel Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Berpikir Reflektif
Indikator Soal Indikator KBR Skor Nomor
Soal
Menentukan luas permukaan
kubus dengan tepat.
Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan luas
permukaan kubus dengan tepat.
1. Reacting
2. Comparing
3. Contemplating
12 1
Menentukan volume balok
dengan tepat.
Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan volume balok
dengan tepat.
1. Reacting
2. Comparing
3. Contemplating
12 2
Menentukan luas permukaan
prisma dengan tepat.
Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan luas
permukaan prisma dengan
tepat.
1. Reacting
2. Comparing
3. Contemplating
12 3
Menentukan luas permukaan
limas dengan tepat.
Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan luas
permukaan limas dengan tepat
1. Reacting
2. Comparing
3. Contemplating
12 4
47
Adapun pedoman penskoran kemampuan berpikir reflektif matematis menurut
Noer (2010) disajikan pada Tabel 3.14 sebagai berikut.
Tabel 3.14 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Reflektif
Skor Indikator
Reacting Comparing Contemplating
0 Tidak menjawab
1
Bereaksi dengan
perhatian pribadi
terhadap situasi
masalah dengan cara
langsung menjawab,
tetapi jawaban salah
Tidak melakukan
evaluasi terhadap
tindakan dan apa yang
diyakini
Menguraikan,
menginformasikan
jawaban berdasarkan
situasi masalah yang
dihadapi tetapi jawaban
salah
2
Bereaksi dengan
perhatian pribadi
terhadap situasi
masalah dengan cara
menuliskan sifat yang
dimiliki oleh situasi,
kemudian menjawab
permasalahan, tetapi
tidak selesai
Mengevaluasi tindakan
dan apa yang diyakini
dengan cara
membandingkan reaksi
dengan suatu prinsip
umum atau teori tetapi
tidak memberikan
alasan mengapa
memilih tindakan
tersebut
Menguraikan,
menginformasikan
jawaban berdasarkan
situasi masalah yang
dihadapi dan jawaban
benar
3
Bereaksi dengan
perhatian pribadi
terhadap situasi
masalah dengan cara
menuliskan sifat
yang dimiliki oleh
situasi, kemudian
menjawab
permasalahan, tetapi
jawaban salah
Mengevaluasi
tindakan dan apa yang
diyakini dengan cara
membandingkan
reaksi dengan suatu
prinsip umum atau
teori memberi alasan
mengapa memilih
tindakan tersebut
tetapi jawaban salah
Menguraikan,
menginformasikan
jawaban berdasarkan
situasi masalah yang
dihadapi,
mempertentangkan
jawaban dengan jawaban
lainnya
4
Bereaksi dengan
perhatian pribadi
terhadap situasi
masalah dengan cara
menuliskan sifat
yang dimiliki oleh
situasi, kemudian
menjawab
permasalahan dan
jawaban benar
Mengevaluasi
tindakan dan apa yang
diyakini dengan cara
membandingkan
reaksi dengan suatu
prinsip umum atau
teori, memberi alasan
mengapa memilih
tindakan tersebut dan
jawaban benar
Menguraikan,
menginformasikan
jawaban berdasarkan
situasi masalah yang
dihadapi,
mempertentangkan
jawaban dengan jawaban
lainnya, kemudian
merekonstruksi situasi-
situasi
48
Sebelum digunakan, instrumen ini diujicobakan terlebih dulu pada kelas VIII C
yang telah menempuh materi bangun ruang sisi datar untuk mengetahui validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal. Uji – uji tersebut dijelaskan
sebagai berikut.
a. Uji Validitas
Validitas yang dilakukan terhadap instrumen tes berpikir reflektif matematis
didasarkan pada validitas empiris. Validitas isi dari tes kemampuan berpikir
reflektif matematis ini dapat diketahui dengan cara membandingkan isi yang
terkandung dalam tes kemampuan berpikir reflektif matematika dengan indikator
pembelajaran yang telah ditentukan. Tes yang dikategorikan valid adalah yang
telah dinyatakan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang diukur.
Dengan asumsi bahwa guru sejawat yang mengajar matematika mengetahui
dengan benar kurikulum SMP, maka validitas instrumen tes ini didasarkan pada
penilaian guru tersebut.
Teknik yang digunakan untuk menguji validitas empiris ini dilakukan dengan
menggunakan rumus korelasi product moment (Widoyoko, 2012) sebagai berikut.
rxy = 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋) (∑ 𝑌)
√𝑁 ∑ 𝑋2− (∑ 𝑋)2) (𝑁 ∑ 𝑌2− (∑ 𝑌)2
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N : Jumlah siswa ∑ 𝑋 : Jumlah skor siswa pada setiap butir soal ∑ 𝑌 : Jumlah total skor siswa ∑ 𝑋𝑌 : Jumlah hasil perkalian skor siswa pada setiap butir soal dengan total skor
siswa
49
Penafsiran harga korelasi dilakukan dengan membandingkan dengan harga rxy
kritik untuk validitas butir instrumen yaitu 0,3673. Artinya apabila rxy ≥ 0,3673,
nomor butir tersebut dikatakan valid dan memuaskan (Widoyoko, 2012). Tabel
3.15 menyajikan hasil validitas instrumen tes berpikir reflektif matematis.
Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran C.1 halaman 263.
Tabel 3.15 Validitas Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Reflektif
No Soal rxy Kriteria
1 0,56 Valid
2 0,85 Valid
3 0,80 Valid
4 0,74 Valid
b. Reliabilitas
Instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut konsisten dalam hasil
ukurnya sehingga dapat dipercaya, sehingga akan menghasilkan data yang dapat
reliabel atau apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama
akan menghasilkan data yang sama. Bentuk soal tes yang digunakan pada
penelitian ini adalah soal tes tipe uraian. Menurut Arikunto (2011) untuk mencari
koefisien reliabilitas (r11) menggunakan rumus Alpha sebagai berikut:
𝑟11 = [𝑘
𝑘−1] [1 −
∑ 𝑠𝑖2
𝑠𝑡2
]
Keterangan:
n = jumlah sampel
k = jumlah butir pertanyaan
𝑠𝑖2 = varians total
𝑠𝑡2 = jumlah butir pertanyaan
𝑟11 = koefisien reliabilitas instrumen
50
Sudijono (2011) berpendapat bahwa suatu tes dikatakan baik apabila memiliki
nilai reliabilitas ≥ 0,70. Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen
kemampuan berpikir reflektif, diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,71.
Hal ini menunjukkan bahwa instrumen yang diuji cobakan memiliki reliabilitas
yang tinggi sehingga instrumen tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemam-
puan berpikir reflektif siswa. Hasil perhitungan reliabilitas uji coba instrumen
dapat dilihat pada Lampiran C.2 halaman 264.
c. Daya Pembeda
Daya beda suatu butir tes adalah kemampuan suatu butir untuk membedakan
antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Daya
beda butir dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya tingkat diskriminasi atau
angka yang menunjukkan besar kecilnya daya beda. Untuk menghitung daya
pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi
sampai siswa yang memeperoleh nilai terendah. Kemudian diambil 27% siswa
yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok atas) dan 27% siswa yang
memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah). Setelah itu baru dapat
ditentukan daya pembeda setiap butir soal. Sudijono (2008: 389-390)
mengungkapkan menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus sebagai
berikut.
𝐷𝑃 = 𝐵𝐴
𝐽𝐴 -
𝐵𝐵
𝐽𝐵
Keterangan:
DP : Indeks daya pembeda butir soal
BA : Rata-rata kelompok atas pada butir soal yang diolah
BB : Rata-rata kelompok bawah pada butir soal yang diolah
JA : Jumlah skor maksimum butir soal yang diolah pada kelompok atas
51
JB : Jumlah skor maksimum butir soal yang diolah pada kelompok bawah
Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera
dalam Tabel 3.16.
Tabel 3.16 Interpretasi Indeks Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Interpretasi
DP < 0,00 Sangat Buruk
0,00 ≤ DP < 0,20 Buruk
0,20 ≤ DP < 0,40 Cukup
0,40 ≤ DP < 0,70 Baik
0,70 ≤ DP ≤ 1,00 Sangat Baik
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan daya pembeda butir item soal yang telah
diujicobakan disajikan pada Tabel 3.18. Hasil perhitungan daya pembeda butir
item soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3 halaman 265.
d. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran akan digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu
butir soal. Dalam Sudijono (2008: 372) untuk menghitung indeks tingkat
kesukaran pada masing-masing butir soal digunakan rumus:
𝑇𝐾 =𝐵
𝐽𝑆
Keterangan:
TK : Indeks tingkat kesukaran butir soal
B : Jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh
JS : Jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal.
Kemudian untuk menginterpretasikan indeks tingkat kesukaran tiap butir soal
menurut Thorndike dan Hagen dalam Sudijono (2008: 372) dapat dilihat pada
Tabel 3.17.
52
Tabel 3.17 Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran
Indeks Tingkat Kesukaran Interpretasi
TK < 0,30 Terlalu Sukar
0,30 ≤ TK ≤ 0,70 Sedang
TK > 0,70 Terlalu Mudah
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan tingkat kesukaran butir soal yang
disajikan pada Tabel 3.18. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada di
Lampiran C.3 halaman 265. Setelah dilakukan analisis reliabilitas, daya pembeda
dan tingkat kesukaran soal tes kemampuan berpikir reflektif matematis siswa
diperoleh rekapitulasi hasil tes uji coba dan kesimpulan yang disajikan pada Tabel
3.18.
Tabel 3.18 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba
No Soal Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Kesimpulan
1 0,71
(Reliabilitas
Tinggi)
0,5 (Baik) 0,51 (Sedang) Dipakai
2 0,6 (Baik) 0,59 (Sedang) Dipakai
3 0,64 (Baik) 0,64 (Sedang) Dipakai
4 0,75 (Sangat Baik) 0,65 (Sedang) Dipakai
E. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis kemudian digunakan untuk
merevisi model PBL dengan tutor sebaya yang dikembangkan, sehingga akan
menghasilkan model PBL dengan tutor sebaya yang layak sesuai dengan kriteria
yang ditentukan yaitu valid, praktis, dan efektif. Teknik analisis data pada
penelitian ini dijelaskan berdasarkan jenis instrumen yang digunakan dalam setiap
tahapan penelitian pengembangan, yaitu:
53
1. Analisis Data Pendahuluan
Data studi pendahuluan berupa hasil observasi dan wawancara dianalisis secara
deskriptif sebagai latar belakang diperlukannya pengembangan model
pembelajaran. Observasi dilakukan pada kelas VIII SMP Negeri 2 Terbanggi
Besar. Wawancara dilakukan pada guru mata pelajaran matematika yang
mengajar kelas VIII dan siswa kelas VIII.
2. Analisis Angket Validitas
Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mampu untuk
mengevaluasi/mengukur apa yang seharusnya dievaluasi (Sugiyono, 2013). Oleh
karena itu untuk menentukan validitas suatu alat evaluasi hendaknya dilihat dari
berbagai aspek diantaranya validitas muka dan validitas isi. Menurut Suherman
(2003) validitas muka dilakukan dengan melihat dari sisi muka atau tampilan dari
instrumen itu sendiri, sedangkan validitas isi berkenaan dengan keshahihan
instrumen tes dengan materi yang akan ditanyakan, baik tiap soal maupun soalnya
secara keseluruhan. Validitas muka dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat
apakah kalimat atau kata-kata dari instrumen yang digunakan sudah tepat dan
layak digunakan sehingga tidak menimbulkan tafsiran lain termasuk kejelasan
gambar. Validitas isi dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat isi instrumen
dengan materi pelajaran yang diajarkan serta melihat kesesuaian indikator dengan
kemampuan yang diamati.
Validitas muka dan isi dalam penelitian ini dilakukan dengan meminta
pertimbangan ahli yang berkompeten. Untuk mendapatkan kesimpulan apakah
54
hasil timbangan para penimbang tersebut sama atau tidak, dianalisis menggunakan
statistik Uji Q-Cochran dengan bantuan software SPSS. Hipotesis yang diuji
adalah:
H0 : para penimbang memberikan pertimbangan yang seragam atau sama.
H1 : para penimbang memberikan pertimbangan yang tidak seragam atau berbeda.
Dengan kriteria keputusan yang digunakan, jika nilai asymp.sig > α (α = 0,05)
maka H0 diterima, pada kondisi lain H0 ditolak.
3. Analisis Kepraktisan Model dan Perangkat Pembelajaran
Data kepraktisan model dan perangkat pembelajaran hasil pengembangan akan
diperoleh dari penilaian guru bidang studi terhadap perangkat pembelajaran.
Analisis yang akan digunakan berupa deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Data
kualitatif berupa komentar dan saran dari guru dideskripsikan secara kualitatif
sebagai acuan untuk memperbaiki perangkat pembelajaran dan model
pembelajaran. Data kuantitatif berupa skor penilaian, dideskripsikan secara
kuantitatif kemudian dijelaskan secara kualitatif. Kategori penilaian dan interval
menurut Khayati (2015) nilai untuk setiap kategori ditunjukkan pada Tabel 3.19.
Tabel 3.19 Interval Nilai Tiap Kategori Penilaian Kepraktisan
No Kriteria Validasi Interval Nilai
1 Sangat Baik (S min + 3p) < S ≤ S maks
2 Baik (S min + 2p) < S < (S min + 3p - 1)
3 Kurang (S min + p) < S < (S min + 2p - 1)
4 Sangat Kurang (S min) < S < (S min + p - 1)
Keterangan:
S : Skor responden
P : Panjang interval kelas
55
Smin : Skor terendah
Smax : Skor tertinggi
Langkah-langkah menyusun kriteria penilaian di atas adalah
a) Menentukan jumlah interval.
b) Menentukan rentang skor, yaitu skor maksimum dan skor minimum.
c) Menghitung panjang kelas (p) yaitu rentang skor dibagi jumlah kelas.
d) Menyusun kelas interval dimulai dari skor terkecil sampai terbesar .
4. Analisis Efektivitas Pembelajaran Menerapkan Model PBL dengan Tutor
Sebaya
Data yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest kemampuan berpikir reflektif
dianalisis untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan berpikir reflektif
siswa pada kelas yang menggunakan PBL dengan tutor sebaya dan siswa yang
mengikuti PBL yang umum dilakukan. Menurut Meltzer (dalam Noer, 2010: 102)
besarnya peningkatan dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (normalized
gain) = g, yaitu:
g = 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒−𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒
𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑝𝑜𝑠𝑠𝑖𝑏𝑙𝑒 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒−𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒
Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifi-
kasi dari Hake (dalam Noer, 2010: 102) seperti berikut.
Tabel 3.20 Klasifikasi Gain (g)
Besarnya g Interpretasi
g > 0,70 Tinggi
0,3 < g ≤ 0,70 Sedang
g ≤ 0,3 Rendah
56
Pengolahan dan analisis data kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence
dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap peningkatan kemampuan
berpikir reflektif dan self-confidence siswa (indeks gain) kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.
1. Analisis Data Kemampuan Berpikir Reflektif
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang didapat berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji ini menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov Z. Adapun hipotesis uji adalah sebagai berikut:
H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov Z (K-S Z) mengguna-
kan software SPPS versi 20.0 dengan kriteria pengujian yaitu jika nilai probabilitas
(sig.) dari Z lebih besar dari α = 0,05, maka hipotesis nol diterima (Trihendradi,
2005). Setelah dilakukan pengujian normalitas pada skor awal (pretest) didapat
hasil yang disajikan pada Tabel 3.21.
Tabel 3.21 Uji Normalitas Skor Awal Kemampuan Berpikir Reflektif
Kelompok
Penelitian
Banyaknya Siswa K-S Z Probabilitas (Sig.)
Eksperimen 32 0,141 0,109
Kontrol 32 0,135 0,144
Pada Tabel 3.22 terlihat bahwa probabilitas (Sig.) untuk kelas eksperimen dan
kelas kontrol lebih dari 0,05, sehingga hipotesis nol diterima. Hal ini berarti bahwa
data skor awal kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang
57
berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas data kemampuan berpikir reflektif
awal dapat dilihat pada Lampiran C.17 halaman 288. Uji normalitas juga
dilakukan terhadap data skor posttest kemampuan berpikir reflektif, setelah
dilakukan perhitungan didapatkan hasil yang disajikan pada Tabel 3.22.
Tabel 3.22 Uji Normalitas Skor Akhir Kemampuan Berpikir Reflektif
Kelompok
Penelitian
Banyaknya Siswa K-S Z Probabilitas (Sig.)
Eksperimen 32 0,168 0,022
Kontrol 32 0,134 0,149
Pada Tabel 3.22 terlihat bahwa probabilitas (Sig) pada salah satu kelas kurang dari
0,05, sehingga hipotesis nol ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
data skor akhir (posttest) tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Perhitungan uji normalitas data posttest kemampuan berpikir reflektif dapat dilihat
pada Lampiran C.20 halaman 292.
b. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kelompok responden berasal
dari populasi yang sama atau tidak. Dengan menggunakan SPSS, peneliti akan
melakukan perhitungan test of homogenity of variance melalui menu (tool)
(analyze-compare means-one way anova). Uji homogenitas ini akan menggunakan
statistik uji Levene, dengan mengambil taraf signifikansi 5%. Kriteria pengujian
adalah jika nilai probabilitas (Sig.) lebih besar dari α = 0,05 maka hipotesis nol
diterima (Trihendradi, 2005: 145). Adapun hipotesis uji adalah sebagai berikut:
H0: 𝜎12 = 𝜎2
2 (kedua kelompok populasi memiliki varians yang sama)
H1: 𝜎12 𝜎2
2 (kedua kelompok populasi memiliki varians yang tidak sama)
58
Berdasarkan hasil uji normalitas pada data skor awal (pretest) kemampuan berpikir
reflektif matematis diketahui bahwa kedua kelas berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Sehingga selanjutnya dilakukan uji homogenitas terhadap
skor awal kemampuan berpikir reflektif matematis. Setelah dilakukan perhitungan
diperoleh hasil uji homogenitas yang disajikan pada Tabel 3.23.
Tabel 3.23 Uji Homogenitas Populasi Skor Awal Kemampuan Berpikir
Reflektif
Kelompok Penelitian Statistik Levene Probabilitas (sig.)
Eksperimen
0,860
0,357 Kontrol
Pada Tabel 3.23 terlihat bahwa nilai probabilitas (sig) lebih besar dari 0,05
sehingga hipotesis nol diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa data skor awal
(pretest) kemampuan berpikir reflektif matematis siswa dari kedua kelompok
populasi memiliki varians yang homogen atau sama. Perhitungan uji homogenitas
dapat dilihat pada Lampiran C.18 halaman 290. Sedangkan untuk data skor akhir
kemampuan berpikir reflektif matematis tidak dilakukan uji homogenitas karena
salah satu data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.
c. Uji Prasyarat
Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data, diperoleh bahwa data
skor awal (pretest) berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Menurut
Sudjana (2005), apabila data dari kedua sampel berdistribusi normal dan memiliki
varian yang sama maka analisis data dilakukan dengan menggunakan uji
kesamaan dua rata-rata, yaitu uji t dengan hipotesis uji sebagai berikut.
59
H0: Tidak ada perbedaan kemampuan awal berpikir reflektif siswa yang mengikuti
pembelajaran menggunakan model PBL dengan tutor sebaya dengan
kemampuan awal berpikir reflektif siswa yang mengikuti pembelajaran
menggunakan model PBL biasa.
H1: Ada perbedaan kemampuan awal berpikir reflektif siswa yang mengikuti
pembelajaran menggunakan model PBL dengan tutor sebaya dengan
kemampuan awal berpikir reflektif siswa yang mengikuti pembelajaran
menggunakan model PBL biasa.
Jika hipotesis nol ditolak maka perlu dianalisis lanjutan untuk mengetahui apakah
kemampuan berpikir reflektif siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
PBL dengan tutor sebaya lebih tinggi daripada kemampuan berpikir reflektif
siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model PBL biasa. Adapun
analisis lanjutan tersebut dengan melihat data sampel mana yang rata-ratanya
lebih tinggi.
d. Uji Hipotesis
Setelah melakukan uji normalitas, diperoleh bahwa data skor akhir dari salah satu
sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Menurut Russefendi
(1998) apabila data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal maka uji
hipotesis menggunakan uji non parametrik. Uji non parametrik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji Mann-Whitney U dengan hipotesis sebagai berikut.
H0: Tidak ada perbedaan kemampuan akhir berpikir reflektif siswa yang mengikuti
pembelajaran menggunakan model PBL dengan tutor sebaya dengan
60
kemampuan akhir berpikir reflektif siswa yang mengikuti pembelajaran
menggunakan model PBL biasa.
H1: Ada perbedaan kemampuan akhir berpikir reflektif siswa yang mengikuti
pembelajaran menggunakan model PBL dengan tutor sebaya dengan
kemampuan akhir berpikir reflektif siswa yang mengikuti pembelajaran
menggunakan model PBL biasa.
Dalam penelitian ini, menggunakan SPSS versi 20.0. untuk melakukan uji Mann
Whitney U dengan kriteria uji adalah jika nilai probabilitas (Sig.) lebih besar dari α
= 0,05, maka hipotesis nol diterima (Trihendradi, 2005).
2. Analisis Data Self-Confidence Siswa
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang didapat berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji ini menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov Z. Adapun hipotesis uji adalah sebagai berikut:
Ho : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov Z (K-S Z) mengguna-
kan software SPPS versi 20.0 dengan kriteria pengujian yaitu jika nilai probabilitas
(sig.) dari Z lebih besar dari α = 0,05, maka hipotesis nol diterima (Trihendradi,
2005). Setelah dilakukan pengujian normalitas pada skor awal (pretest) didapat
hasil yang disajikan pada Tabel 3.24.
61
Tabel 3.24 Uji Normalitas Skor Awal Self-Confidence
Kelompok
Penelitian
Banyaknya Siswa K-S Z Probabilitas (Sig.)
Eksperimen 32 0,251 0,000
Kontrol 32 0,246 0,000
Pada Tabel 3.24 terlihat bahwa probabilitas (Sig.) untuk kelas eksperimen dan
kelas kontrol kurang dari 0,05, sehingga hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti
bahwa data self-confidence awal kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berasal
dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas data self-
confidence awal dapat dilihat pada Lampiran C.22 halaman 295. Uji normalitas
juga dilakukan terhadap data skor posttest self-confidence, setelah dilakukan
perhitungan didapatkan hasil yang disajikan pada Tabel 3.25.
Tabel 3.25 Uji Normalitas Skor Akhir Self-Confidence
Kelompok
Penelitian
Banyaknya Siswa K-S Z Probabilitas (Sig.)
Eksperimen 32 0,223 0,000
Kontrol 32 0,188 0,006
Pada Tabel 3.25 terlihat bahwa probabilitas (Sig) kelas eksperimen dan kontrol
kurang dari 0,05, sehingga hipotesis nol ditolak. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa data skor akhir (posttest) tidak berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas data posttest self-confidence dapat
dilihat pada Lampiran C.24 halaman 298. Untuk data skor awal dan skor akhir
self-confidence tidak dilakukan uji homogenitas karena sampel tidak berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
62
b. Uji Prasyarat
Setelah melakukan uji normalitas, diperoleh bahwa data sampel tidak berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Menurut Russefendi (1998) apabila data tidak
berasal dari populasi yang berdistribusi normal maka uji hipotesis menggunakan
uji non parametrik. Uji non parametrik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji Mann-Whitney U dengan hipotesis sebagai berikut.
H0: Tidak ada perbedaan self-confidence awal siswa yang mengikuti pembelajaran
menggunakan model PBL dengan tutor sebaya dengan self-confidence awal
siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model PBL biasa.
H1: Ada perbedaan self-confidence awal siswa yang mengikuti pembelajaran
menggunakan model PBL dengan tutor sebaya dengan self-confidence awal
siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model PBL biasa.
Dalam penelitian ini, menggunakan SPSS versi 20.0. untuk melakukan uji Mann
Whitney U dengan kriteria uji adalah jika nilai probabilitas (Sig.) lebih besar dari α
= 0,05, maka hipotesis nol diterima (Trihendradi, 2005).
c. Uji Hipotesis
Setelah melakukan uji normalitas, diperoleh bahwa data sampel tidak berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Menurut Russefendi (1998) apabila data tidak
berasal dari populasi yang berdistribusi normal maka uji hipotesis menggunakan
uji non parametrik. Uji non parametrik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji Mann-Whitney U dengan hipotesis sebagai berikut.
63
H0: Tidak ada perbedaan self-confidence akhir siswa yang mengikuti pembelajaran
menggunakan model PBL dengan tutor sebaya dengan self-confidence akhir
siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model PBL biasa.
H1: Ada perbedaan self-confidence akhir siswa yang mengikuti pembelajaran
menggunakan model PBL dengan tutor sebaya dengan self-confidence akhir
siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model PBL biasa.
Dalam penelitian ini, menggunakan SPSS versi 20.0. untuk melakukan uji Mann
Whitney U dengan kriteria uji adalah jika nilai probabilitas (Sig.) lebih besar dari α
= 0,05, maka hipotesis nol diterima (Trihendradi, 2005).
103
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pengembangan model PBL dengan tutor sebaya untuk meningkatkan
kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence siswa diawali dari studi
pendahuluan yang menunjukkan kebutuhan dikembangkannya model PBL.
Hasil validasi menunjukkan bahwa model PBL dengan tutor sebaya pada
materi bangun ruang sisi datar telah valid/layak digunakan dan termasuk dalam
kategori sangat baik. Hasil akhir dari penelitian pengembangan ini adalah
sintak/tahapan model PBL dengan tutor sebaya untuk meningkatkan
kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence siswa.
2. Model PBL dengan tutor sebaya praktis untuk meningkatkan kemampuan
berpikir reflektif dan self-confidence siswa. Kriteria praktis diambil
berdasarkan uji coba terhadap keterlaksanaan model pembelajaran yang
dikembangkan.
3. Model PBL dengan tutor sebaya efektif untuk meningkatkan kemampuan
berpikir reflektif siswa. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan berpikir reflektif
siswa yang menggunakan model PBL dengan tutor sebaya lebih tinggi daripada
kemampuan berpikir reflektif siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
104
model PBL biasa. Selain itu, peningkatan kemampuan berpikir reflektif siswa
yang menggunakan model PBL dengan tutor sebaya dikategorikan tinggi.
4. Model PBL dengan tutor sebaya efektif untuk meningkatkan self-confidence
siswa. Hal ini dapat dilihat dari self-confidence siswa yang menggunakan
model PBL dengan tutor sebaya lebih tinggi daripada self-confidence siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model PBL biasa. Selain itu, peningkatan
self-confidence siswa yang menggunakan model PBL dengan tutor sebaya
dikategorikan tinggi.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan dan penelitian, dikemukakan saran-saran sebagai
berikut:
1. Guru dapat menggunakan model PBL dengan tutor sebaya sebagai alternatif
untuk meningkatkan kemampuan berpikir reflektif dan self-confidence siswa
pada materi bangun ruang sisi datar.
2. Pembaca dan peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan
mengenai model PBL dengan tutor sebaya hendaknya:
a. Mengembangkan model PBL dengan tutor sebaya pada materi yang lain.
b. Pendekatan atau metode atau model yang digunakan harus sesuai dengan
materi pembelajaran.
c. Memperhatikan karakteristik masing-masing siswa dalam pembentukan
kelompok diskusi. Selain memperhatikan tingkat kemampuan matematis
siswa, kemampuan interaksi sosial siswa juga harus diperhatikan agar
105
diskusi dapat berjalan secara aktif dan dapat mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan.
106
DAFTAR PUSTAKA
Agustan, 2016. Kemampuan Memformulasikan Mensitesis Masalah Aljabar
Calon Guru Matematika Sebagai Salah Satu Komponen dalam Berpikir
Reflektif. Prosiding Seminar Nasional Universitas Muhammadiyah
Makasar Vol 2 No 1. [Online]. Tersedia: https://journal.uncp.ac.id/
index.php/proceding/article/view/372/332. Diakses pada tanggal 31 Agustus
2018.
Ahmadi, A, & Supriono, W. 2004. Psikologi Belajar Edisi Revisi. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Arends. 2008. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Ariestyan dkk. 2016. Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Menyelesaikan Soal
Matematika Sistem Persamaan Linier Dua Variabel. Jurnal FKIP
Pendidikan Matematika Universitas Jember. [Online]. Tersedia:
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/kadikma/article/download/5472/4105/.
Diakses pada tanggal 31 Agustus 2018.
Arikunto, Suharsimi. 2011. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Borg, W. R and Gall, M.D. 2003. Educational Research. New York: Allyn and
Bacon.
Branch, R.M. 2009. Instructional Design: the ADDIE Aproach. New York:
Springer Science.
Cahyani dan Setyawati. 2016. Pentingnya Peningkatan Kemampuan Pemecahan
Masalah melalui PBL untuk Mempersiapkan Generasi Unggul Menghadapi
MEA. Artikel Seminar Nasional Matematika Universitas Negeri Semarang.
[Online]. Tersedia: https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/
download/21635/10234/ .Diakses pada 02 September 2018.
Djamarah, S. B & Zain, A,. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Fauziah, Fitri. 2013. Manfaat Model Pembelajaran Tutor Sebaya dalam
Pembelajaran Matematika. [Online]. Tersedia: http://www.kompasiana.
107
com/fauziahfitri/552925cff17e6if8418b4579/manfaat-model-pembelajaran-
tutor-sebaya-dalam-pembelajaran-matematika. Diakses pada 17 April 2019.
Fraenkel, Jack R dan Norman E. Wallen. 1993. How to Design and Evaluatif
Research in Education. New York: Mcgrawhill Inc.
Friana, Hendra. 2018. Hasil UNBK SMP 2018: Rata-rata Nilai Turun Kecuali
Bahasa Inggris. [Online]. Tersedia: https://tirto.id/hasil-unbk-smp-2018-
rata-rata-nilai-turun-kecuali-bahasa-inggris-cLiy. Diakses pada 14 Februari
2019.
Fristadi & Bharata. 2015. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
dengan Problem Based Learning. Artikel Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika UNY 2015. [Online]. Tersedia: http://seminar.uny.
ac.id/semnasmatematika/sites/seminar.uny.ac.id.semnasmatematika/files/ba
nner/PM-86.pdf. Diakses pada 02 September 2018.
Fuady, Anies. 2017. Berpikir Reflektif dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Matematika Vol 1 No 2. [Online]. Tersedia:
https://media.neliti.com/media/publications/90990-ID-berfikir-reflektif-dala
m-pembelajaran-ma.pdf. Diakses pada tanggal 31 Agustus 2018.
Ghufron, Nur dan Rini R.S. 2011. Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Guroll, A. 2011. Determining The Reflective Thinking Skills of Preservice
Teacher in Learning and Teaching Process. Jurnal Energy Education
Science and Technology Part B: Social and Educational Studies Vol 3 No 3.
Hardiyanti, Lefrida dan Amri. 2015. Penerapan Pendekatan Tutor Sebaya untuk
Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Kasimbar
dalam Menyelesaikan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel. Jurnal
Pendidikan Matematika Vol 04 No 2.
Hasratuddin. 2014. Pembelajaran Matematika Sekarang dan yang akan Datang
Berbasis Karakter. Jurnal Didaktik Matematika Vol 1 No 2. [Online].
Tersedia: http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/DM/article/view/2075/2029.
Diakses pada tanggal 31 Agustus 2018.
Indriani & Mutmainnah. 2014. Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Sebagai
Upaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Akuntansi dan
Pendidikan Bisnis P-ISSN 2528-7281. [Online]. Tersedia: http://journal.
um.ac.id/index.php/jabe/article/view/6057/2536. Diakses pada tanggal 07
September 2018.
Kartika, Eni. 2018. Pengembangan Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis dan Self-Efficacy Siswa. Tesis
Mahasiswa Magister Pendidikan Matematika Universitas Lampung.
108
Khayati, Firotul. 2015. Pengembangan Model Matematika untuk Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning) pada Materi Pokok Persamaan
Garis Lurus Kelas VIII SMP. Tesis Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Kearsly, Greg. 2000. Constructivist Theory. [Online]. Tersedia: http://tip.
psychology.org/.
Laila, Qumrun Nurul. 2015. Pemikiran Pendidikan Moral Albert Bandura. Artikel
Dosen Tetap STITNU Al Hikmah Mojokerto Vol III No 1. [Online].
Tersedia: http://www.jurnal.stitnualhikmah.ac.id/index.php/modeling/article
/downlod/45/45. Diakses pada 15 Januari 2019.
Lidinillah. 2009. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning).
Jurnal Penelitian UNY Vol 3.
Margono, Gaguk. 2005. Pengembangan Instrumen Pengukur Rasa Percaya Diri
Mahasiswa terhadap Matematika. Jurnal Ilmu Pendidikan Jilid 12 No 1.
[Online]. Tersedia http://journal.um.ac.id/index.php/jip/article/view/81/
1416. Diakses pada 02 September 2018.
Martyanti, Adhetia. 2013. Membangun Self Confidence Siswa dalam
Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem Solving. Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan
Pendidikan Matematika FMIPA UNY. [Online]. Tersedia: https://eprints.
uny.ac.id/10726/1/P%20-%203.pdf. Diakses pada 02 September 2018.
Mastrianto, Imron dan Maskun. 2017. Efektivitas Penggunaan Model Pembelaja-
ran Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa. Artikel FKIP
Unila. [Online]. Tersedia: jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/PES/article/
download/14337/pdf. Diakses pada 02 September 2018.
Megawati. 2009. Perbedaan Self-Confidence Siswa SMP yang Aktif dan Tidak
Aktif dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di SMPN 1 Perbaungan.
[Online]. Tersedia: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18153/3
/Chapter%20II.pdf. 02 September 2018.
Mentari, Nindiasari & Pamungkas. 2018. Analisis Kemampuan Berpikir Reflektif
Siswa SMP Berdasarkan Gaya Belajar. Jurnal Matematika dan Pendidikan
Matematika Vol 2 No 1. [Online]. Tersedia: https://journal.iaimnumetro
lampung.ac.id/index.php/numerical/article/download/209/192/. Diakses
pada 17 Januari 2019.
Mukhlisah AM. 2015. Pengembangan Kognitif Jean Piaget dan Peningkatan
Belajar Anak Diskalkulia. Jurnal Kependidikan Islam Vol 6 No 2. [Online].
Tersedia: http://jurnalki.uinsby.ac.id/index.php/jurnalki/article/view/38/32.
Diakses pada 17 Januari 2019.
109
Mulyadi. 2008. Diagnosa Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan
Belajar Khusus. Malang: Nuha Litera.
Nafiah, Yunin Nurun. 2014. Penerapan Model Problem-Based Learning untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan Vokasi Vol 4 No 1. [Online]. Tersedia: https://journal.
uny.ac.id/index.php/jpv/article/viewFile/2540/2098. Diakses pada 17
Januari 2019.
Nasution dan Surya. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematika Siswa. Jurnal Mahasiswa PPS Jurusan Pendidikan Matematika
Unimed.
Nindiasari, Hepsi. 2013. Meningkatkan Kemampuan dan Disposisi Berpikir
Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui
Pembelajaran dengan Pendekatan Kognitif. Disertasi UPI. [Online].
Tersedia: http://repository.upi.edu/3659/. Diakses pada 17 Januari 2019.
Noer, Sri Hastuti. 2008. Problem-Based Learning dan Kemampuan Berpikir
Reflektif dalam Pembelajaran Matematika. Artikel Semnas Matematika dan
Pendidikan Matematika 2008 FKIP Universitas Lampung. [Online].
Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/6943/1/P-22%20Pendidikan%28Sri%20
Unila%29.pdf. Diakses pada tanggal 31 Agustus 2018.
________________. 2010. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, dan
Reflektif (K2R) Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis
Masalah. Disertasi Pendidikan Matematika Sekolah Pasca Sarjana UPI.
Tidak diterbitkan.
Nurdini, Sophi. 2017. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis dan Self
Confidence Melalui Model Realistic Mathematics Education dan Model
Problem Based Learning Terhadap Siswa SMP. Artikel Tesis Magister
Pendidikan Matematika Universitas Pasundan Bandung. [Online]. Tersedia:
http://repository.unpas.ac.id/14844/1/artikel%20tesis.pdf. Diakses pada
tanggal 29 September 2018.
Paradesa, Retni. 2015. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Mahasiswa Melalui
Pendekatan Konstruktivisme pada Mata Kuliah Matematika Keuangan.
Jurnal Pendidikan Matematika JPM RAFA Vol.1, No.2. [Online]. Tersedia:
file:///C:/Users/este%208/Downloads/1236-Article%20Text-2683-1-10-
20170514.pdf. Diakses pada 17 Januari 2019.
Poedjiadi, A. 2005. Sains Teknologi Masyarakat; Model Pembelajaran
Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rasyid dkk. 2017. Profil Berpikir Reflektif Siswa SMP dalam Pemecahan
Masalah Pecahan Ditinjau dari Perbedaan Gender. Jurnal Matematika
110
Kreatif-Inovatif Kreano 8 (2). [Online]. Tersedia: https://journal.unnes.ac.id/
nju/index.php/kreano/article/download/9849/7175. Diakses pada 06
September 2018.
Rangkuti, Ahmad Nizar. 2014. Konstruktivisme dan Pembelajaran Matematika.
Jurnal Darul Ilmi Vol 2 No 2. [Online]. Tersedia: http://jurnal.iain-
padangsidimpuan.ac.id/index.php/DI/article/download/416/388. Diakses
pada 06 September 2018.
Ruseffendi. 1998. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung IKIP
Bandung Press.
Siregar, Indra. 2011. Menerapkan Pembelajaran Matematika Menggunakan
Model-Eliciting Activites untuk Meningkatkan Self-Confidence Siswa
SMP. Jurnal Penelitian FMIPA UM.
Sholihah dan Mahmudi. 2015. Keefektifan Experiential Learning Pembelajaran
Matematika MTS Materi Bangun Ruang Sisi Datar. Jurnal Riset Pendidikan
Matematika UNY Vol 2 No 2. [Online]. Tersedia: https://journal.uny.ac.id/
index.php/jrpm/article/download/7332/6315. Diakses pada 7 September
2018.
Sudiyasa, I Wayan. 2014. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dengan
Pembelajaran Berbasis Masalah. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Matematika Program Pasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung Vol. I Hlm.
157-160.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo
Persada: Jakarta.
Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung: Tarsito.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan
Model Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Suherman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:
UPI.
Sulianto, Joko. 2014. Teori Belajar Kognitif David Ausubel “Belajar Bermakna”,
Zoltan P Dienis “Belajar Permainan” Van Hielle “Pengajaran Geometri”.
Artikel Seminar Universitas PGRI Semarang, Seminar Nasional
Implementasi Pembelajaran Tematik dalam Mengoptimalisasi Kurikulum
2013.
Sundawan, Mohammad Dadan. 2016. Perbedaan Model Pembelajaran
Konstruktivisme dan Model Pembelajaran Langsung. Jurnal Logika Vol XVI
No 1. [Online]. Tersedia: http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/logika/
article/viewFile/14/13. Diakses pada tanggal 01 September 2018.
111
Syam, Asrullah & Amri. 2017. Pengaruh Kepercayaan Diri (Self Confidence)
Berbasis Kaderisasi IMM Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa (Studi
Kasus di Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Parepare. Jurnal Biotek Vol 5 No 1.
[Online]. Tersedia: http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/biotek/article
/viewFile/3448/3243. Diakses pada tanggal 01 September 2018.
Trihendradi, Cornelius. 2005. Step by Step SPSS 13.0 Analisis Data Statistik.
Yogyakarta: Andi Offset.
Triyanto, Eko. 2013. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pemanfaatan
Media Pembelajaran Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Proses
Pembelajaran. Jurnal Teknologi Pendidikan UNS Vol 1 No 2. [Online].
Tersedia: https://eprints.uns.ac.id/1754/1/187-346-1-SM.pdf. Diakses pada
07 September 2018.
Widoyoko, Eko Putro. 2012. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Wijayanti, Murni. 2016. Penerapan Pendekatan Konstrutivistik Melalui Metode
Problem Based Learning untuk Meningkatkan Prestasi Belajar. Journal of
Accounting and Business Education Universitas Muhammadiyah Malang.