129
PENGEMBANGAN ASESMEN PORTOFOLIO BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR Tesis Oleh ROHIM 1623053032 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KEGURUAN GURU SD FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2018

PENGEMBANGAN ASESMEN PORTOFOLIO BERBASIS …digilib.unila.ac.id/55067/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PBL pada mata pelajaran matematika dan pengembangan asesmen portofolio berbasis

  • Upload
    ngoliem

  • View
    228

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PENGEMBANGAN ASESMEN PORTOFOLIO BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN

MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR

Tesis

Oleh

ROHIM

1623053032

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KEGURUAN GURU SD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2018

ii

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF BASED PORTFOLIO ASSESSMENT

PROBLEM BASED LEARNING ON LEARNING MATHEMATICS

CLASS IV BASIC SCHOOL

By

Rohim

Abstract: The problem of this research is that the portfolio assessment

instruments have not been implemented in Mathematics subject appropriately. The

research objective is to develop a learning model of portfolio assessment on

Mathematics subject based on an effective problem-based learning. This research

was carried out at SDN 01 Tanjung Rejo and SDN 02 Tanjung Rejo sub-district of

Negeri Agung, Way Kanan regency. This research applied Research and

Developmet (R & D) method with stages adopted from Borg & Gall. The

population and sample size are taken from 30 respondents. The data collection

techniques were carried out with questionnaires and tests. The product results are

validated by experts of media, material and language. The instrument is being

analyzed by item validity and reliability. The results of the research showed that

based on the validity by experts of media, material and language, the developed

instruments have been proven 'excellent' and 'good' so that it is suitable for use.

The results of the large-scale trial of the developed product and the testing showed

that the instrument has a good quality so that it can be used to measure the

cognitive abilities of fifth grade students of elementary school.

Keywords : portfolio assessment, mathematics, problem based learning

iii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN ASESMEN PORTOFOLIO BERBASIS

PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN

MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR

Oleh

Rohim

Masalah penelitian ini adalah belum terwujudnya asesmen portofolio berbasis

PBL pada mata pelajaran matematika dan pengembangan asesmen portofolio

berbasis PBL pada mata pelajaran matematika yang valid dan reliabel. Tujuan

penelitian mewujudkan dan mengembangkan desain asesmen portofolio pada

mata pelajaran matematika berbasis problem based learning yang valid dan

reliabel. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 01 Tanjung Rejo dan SDN 02

Tanjung Rejo Kec. Negeri Agung, Kab. Way Kanan. Penelitian ini menggunakan

metode Research and Developmet dengan langkah- langkah menurut Borg & Gall.

Populasi Siswa SD berjumlah 64 orang siswa dan sampel menggunakan purpose

sampling berjumlah 30 orang siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan

angket dan tes. Hasil produk divalidasi oleh ahli media, materi dan bahasa.

Instrumen soal dianalisis dengan validitas butir soal, reliabilitas. Hasil validasi

ahli media, materi dan bahasa terhadap instumen soal yang dikembangkan layak

untuk digunakan. Hasil ujicoba skala kecil produk hasil pengembangan dan uji

pemakaian menunjukan hasil bahwa asesmen portofolio mempunyai kualitas

yang baik sehingga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa

kelas V Sekolah Dasar.

Kata kunci: asesmen portofolio, matematika, problem based learning

iv

PENGEMBANGAN ASESMEN PORTOFOLIO BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN

MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR

Oleh

ROHIM

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pasca Sarjana

Program Study Magister Keguruan Guru SD

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER KEGURUAN GURU SD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2018

v

vi

vii

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Wonosobo, pada tanggal 3 Maret 1979.

Penulis adalah anak pertama dari pasangan Bapak Paino dan

Ibu Sariyah. Menikah dengan Utari Dwiyanti, S.Pd pada

tahun 2003 dan memiliki dua orang anak bernama Rovina

Firmalasari yang pada saat ini studi di Ponpes PPRQ Metro,

dan Aqilah Fatin saat ini di TK Darma Pertiwi Tanjung Rejo. Penulis mengikuti

pendidikan Sekolah Dasar di SDN 02 Tanjung Rejo Lulus pada tahun 1991,

Pendidikan Menengah Pertama di MTS Ma’arif Bumi Mulya Pakuan Ratu Lulus

pada tahun 1994, Pendidikan Menengah Atas di MA Al Mamur Banjarsari

Tanggamus Lulus tahun 1998, Pendidikan Diploma II Universitas Lampung

Lulus Tahun 2004, Pendidikan Sarjana di Universitas Terbuka Tahun 2013.

Melalui tes program Pascasarjana pada tahun 2016, penulis diterima di Universitas

Lampung sebagai mahasiswa Program Studi Magister Keguruan Guru Sekolah

Dasar Fakultas dan Ilmu Pendidikan. Penulis bertugas di SD Negeri 01 Tanjung

Rejo Kabupaten Way Kanan. Selain sebagai guru, penulis juga aktif

melaksanakan Kegiatan KKG di Kabupaten Way Kanan.

ix

MOTO

“Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai

dengan doa, karena sesungguhnya nasib seseorang manusia tidak akan berubah

dengan sendirinya tanpa berusaha”

(Aisyahkhumaira)

“Ingatlah bahwa kesuksesan selalu disertai dengan kegagalan”

(Iskandar Muda)

x

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’aalamiin.

Segala puji bagi Allah, Dzat Yang Maha Sempurna

Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Dengan Kerendahan hati kupersembahan karya ini sebagai tanda terima kasihku

kepada :

Almamater Universitas Lampung tercinta.

SDN 01 Tanjung Rejo, dan SDN 02 Tanjung Rejo

Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Way Kanan

xi

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’aalamiin, puji syukur kehadiratan Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dan tak lupa sholawat serta salam selalu

tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, sehingga penulis dapat

menyelesaikan esis yang berjudul “Pengembangan Asesmen Portofolio Berbasis

Problem Based Learning Pada Pembelajaran Matematika Kelas V Sekolah

Dasar.“

Penulisan tesis ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi

pada Program Studi Magister Keguruan Guru Sekolah Dasar, guna memperoleh

gelar Magister Pendidikan di Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian tesis ini tidak lepas dari

bantuan berbagai pihak di Universitas Lampung. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas

Lampung beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis menempuh studi Magister Keguruan Guru Sekolah Dasar Universitas

Lampung.

2. Bapak Prof. Drs. Mustofa, M.A., Ph.D. selaku Direktur Pasca Sarjana yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis menempuh studi Magister

Keguruan Guru Sekolah Dasar Universitas Lampung.

xii

3. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung

yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan menempuh pendidikan

di FKIP Universitas Lampung.

4. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung memberikan telah mendukung dan memberikan

kemudahan kepada peneliti sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Bapak Dr. Alben Ambarita, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister

Keguruan Guru Sekolah Dasar, dan sekaligus validator yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran,

perhatian, motivasi, semangat, serta kritik dan saran yang membangun

sehingga tesis ini selesai dan menjadi lebih baik.

6. Ibu Dr. Lilik Sabdaningtyas, M.Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan

pemikiran, perhatian, motivasi, semangat, serta kritik dan saran yang

membangun sehingga tesis ini selesai dan menjadi lebih baik.

7. Ibu Dr. Rochmiyati, M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan Dosen

Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing,

memberikan sumbangan pemikiran, perhatian, motivasi, semangat, serta

kritik dan saran yang membangun sehingga tesis ini selesai dan menjadi lebih

baik

8. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran,

perhatian, motivasi, semangat, serta kritik dan saran yang membangun

sehingga tesis ini selesai dan menjadi lebih baik.

xiii

9. Bapak Dr. Darsono, M.Pd., selaku Dosen Peguji II yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran,

perhatian, motivasi, semangat, serta kritik dan saran yang membangun

sehingga tesis ini selesai dan menjadi lebih baik.

10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Keguruan Guru Sekolah Dasar

di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan motivasi,

semangat, serta kritik, dan saran yang membangun kepada penulis selama

penyusunan tesis sehingga tesis ini selesai dan menjadi lebih baik.

11. Segenap Staf Program Studi MKGSD dan Bapak Bagio yang telah banyak

memberikan masukan dan membantu kelancaran penulisan tesis ini.

12. Teman-teman seperjuangan, seluruh angkatan 2016 Program Studi Magister

Keguruan Guru Sekolah Dasar terima kasih atas kebersamaanya.

13. Siswa-siswi SD Negeri 01 Tanjung Rejo dan SD Negeri 02 Tanjung Rejo

sebagai objek dalam penulisan tesis ini.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada

penulis mendapat balasan pahala dari Allah SWT, dan semoga tesis ini

bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya, Aamiin ya

Rabbal’Aalaamiin.

Bandar Lampung, 17 Oktober 2018

Penulis,

Rohim

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 8

C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 9

D. Rumusan Masalah ........................................................................... 9

E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 9

F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 10

G. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 10

H. Spesifikasi Produk ........................................................................... 11

II. TINJAUN PUSTAKA

A. Asesmen .......................................................................................... 12

B. Jenis – Jenis Assesmen .................................................................... 24

C. Penilaian Otentik K13 ..................................................................... 26

D. Asesmen Portofolio ......................................................................... 29

E. Model Pembelajaran K13 ................................................................ 57

F. Model Problem Based Learning ...................................................... 58

G. Pembelajaran Matematika SD ......................................................... 70

H. Pengembangan Asesmen Portofolio Berbasis PBL ........................ 77

I. Penelitian yang Relevan ................................................................... 80

J. Kerangka Pikir Penelitian ................................................................. 83

K. Hipotesis .......................................................................................... 85

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ................................................................................ 86

B. Langkah – langkah Penelitian Pengembangan ................................ 87

C. Variabel Penelitian ........................................................................... 91

D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ................................ 92

E. Data dan Teknik Pengumpulan Data ................................................ 93

F. Populasi dan Sampel ........................................................................ 97

G. Teknik Analisis Data ........................................................................ 98

H. Analisis Deskriptif Metode Tes ........................................................ 102

xv

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian dan Pengembangan ................................................ 103

B. Pembahasan ..................................................................................... 120

1. Pengembangan Instrumen Asesmen Portofolio Berbasis PBL

Yang Layak dan Efektif ........................................................... 120

2. Asesmen Portofolio yang Falid dan Releabel ........................... 124

3. Hasil Penyempurnaan Produk .................................................... 124

4. Kelebihan Produk Hasil Pengembangan .................................... 124

5. Kekurangan Produk Hasil Pengembangan ................................ 125

6. Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan ............................. 126

IV. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan .......................................................................................... 127

B. Implikasi .......................................................................................... 127

C. Saran ................................................................................................ 128

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 130

LAMPIRAN ............................................................................................... 136

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Analisis Kebutuhan Hasil Pertemuan KKG Ki Hajar Dewantara III

Di SD Kelas V Di Kecamatan Negeri Agung Dari 10 Orang Guru………. 7

2 Spesifikasi Produk…………………………………………….................... 11

3 Contoh Format Penilaian Portofolio Matematika kelas 4 SD….................. 45

4 Template untuk Rubrik Holistik.................................................................... 55

5 Sintaks Langkah – langkah PBL.................................................................. 66

6 Silabus Memahami Sifat Bangun Datar Sederhana Dan Hubungan Antar

Bangun Ruang.............................................................................................. 76

7 Rancangan Instrumen Portofolio Berbasis Problem Based Learning.......... 80

8 Intrumen Validasi Ahli Materi……............................................................... 95

9 Intrumen Validasi Ahli Media……............................................................... 96

10 Intrumen Validasi Ahli Bahasa……………………...................................... 97

11 Angket Respon Guru Terhadap Instrumen Penilaian Berbasis PBL Pada

Pembelajaran Matematika Kelas V SD......................................................... 98

12 Kriteria Penilaian Validasi Ahli Materi, Media, dan Bahasa......................... 100

13 Kriteria Penilaian Angket Tanggapan Guru……………………………….. 100

14 Kriteria Validitas Item Butir Soal…….......................................................... 101

15 Rubrik Penskoran Penilaian Proses.............................................................. 107

16 Skor Penilaian Validasi Ahli Materi……………………............................. 109

17 Skor Penilaian Validasi Ahli Bahasa…........................................................ 110

18 Skor Penilaian Validasi Ahli Media……………………….......................... 111

19 Hasil Revisi Dosen Ahli Instrumen Penilaian Berbasis Problem Based

Learning Pada Pembelajaran Matematika……………………………….... 112

20 Hasil Uji Coba Terbatas Menggunakan Penilaian yang Konvensional........ 113

21 Hasil Uji Coba Terbatas Menggunakan Penilaian yang Dikembangkan….. 113

22 Hasil Uji Coba Diperluas Menggunakan Penilaian yang Konvensional….. 114

23 Hasil Uji Coba Diperluas Menggunakan Penilaian yang Dikembangkan… 114

24 Hasil Uji Validitas Instrumen………………………………………………115

25 Hasil Perhitungan Realibitas Cohen’s Kappa……………………………... 116

26 Perhitungan Hasil Belajar Kognitif Pre-Test Dan Post-Test Assesment….. 117

27 Perhitungan Hasil N-gains………………………………………………… 118

28 Perbedaan Instrumen Asesmen Portofolio Pengembangan Dengan

Instrumen Asesmen Portofolio Pada Buku Guru Dan Buku Siswa……….. 123

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Karakteristik Penilaian Portofolio ......................................................... 33

2 Kerangka Pikir Penelitian ..................................................................... 85

3 Langkah- langkah penggunaan Metode Research and Development

(R&D) Borg and Gall ........................................................................... 87

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Surat - surat Penelitian .......................................................................... 136

2 Instrumen Penilaian Produk .................................................................. 142

3 Analisis Kebutuhan Hasil Wawancara dengan Guru ............................ 148

4 Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Kegiatan Pembelajaran ....... 149

5 RPP…………………. .......................................................................... 150

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal penting dan menjadi kunci keberhasilan suatu

bangsa. Pendidikan juga menjadi tolak ukur suatu bangsa untuk dapat bersaing

dalam dunia internasional. Melalui pendidikan suatu bangsa dapat menjadi

bangsa yang tangguh, mandiri, berkarakter dan berdaya saing. Sebagai

fondasi, pendidikan memberi bekal ilmu pengetahuan bagi peserta didik,

mengembangkan potensi mereka, dan sarana transfer nilai.

Kurikulum di Indonesia mengalami dinamika dari waktu ke waktu.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan selanjutnya mengalami perubahan

sehingga menjadi Kurikulum 2013. Hal tersebut dilakukan untuk mencapai

standar nasional pendidikan sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan

Pemerintah Repulik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 pasal 2 ayat (1) Standar

Pendidikan Nasional terdiri dari delapan ruang lingkup, yakni: (1) standar isi,

(2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan

tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar

pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar asesmen.

Perubahan elemen standar isi pada K13 membuat guru yang selama ini

menggunakan asesmen tradisional harus mengubah asesmennya yaitu menjadi

asesmen autentik berdasarkan tuntutan kurikulum. Asesmen autentik

2

merupakan asesmen yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai

dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran. Mulyasa

(2013 : 135) menyatakan asesmen autentik pada K13 yaitu berfokus pada

pengetahuan melalui asesmen input menjadi berbasis kemampuan melalui

asesmen proses, portofolio dan asesmen output secara utuh dan menyeluruh.

Menurut Permendikbud No. 81A tahun 2016 bahwa asesmen portofolio

merupakan asesmen berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi

yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu

periode tertentu. Asesmen portofolio pada dasarnya menilai karya-karya

peserta didik secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran.

Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru

dan pesertadidik. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan

peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik.

Pelaksanaannya K13 menggunakan pembelajaran tematik terpadu yang

menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran dengan suatu

tema sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik.

Pelaksanaan pembelajaran terpadu tersebut berdasarkan permendikbud no 24

tahun 2016 tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar pada K13 bab 1

pasal 1 ayat 3 bahwa pelaksanaan pembelajaran pada Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidaiyah (SD/MI) dilakukan dengan pendekatan pembelajaran tematik-

terpadu, kecuali untuk mata pelajaran Matematika dan Pendidikan Jasmani

Olahraga dan Kesehatan (PJOK) sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri

untuk kelas IV, V, dan VI.

3

Selain itu pembelajaran dalam K13 juga menggunakan pendekatan

saintifik yang merupakan pengorganisasian pengalaman belajar melalui proses

mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi, dan

mengkomunikasikan. Model pembelajaran yang mendukung penerapan

pendekatan saintifik diantaranya adalah model pembelajaran berbasis

penemuan (discovery learning), model pembelajaran berbasis masalah

(problem based learning), dan model pembelajaran berbasis proyek (project

based learning).

Dewasa ini tuntutan kurikulum dalam pembelajaran Matematika memberi

pengalaman belajar secara langsung dan sangat ditekankan melalui

penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses, serta sikap ilmiah dengan

tujuan memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah. Oleh

karena itu diperlukan upaya Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning) yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Menurut Arends (2008:41), Problem Based Learning atau pembelajaran

berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang menggunakan

pendekatan masalah yang autentik sehingga peserta didik dapat menyusun

pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan ketrampilan yang lebih

tinggi dan inkuiri, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan

kepercayaan diri sendiri. Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan

nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari oleh peserta didik untuk melatih

dan meningkatkan ketrampilan berpikir kritis memecahkan masalah serta

mendapat pengetahuan tentang konsep-konsep penting.

Asesmen portofolio memberi kesempatan kepada peserta didik untuk lebih

4

banyak terlibat secara aktif dan peserta didik dengan mudah mengontrol

perkembangan kemampuan yang telah diperolehnya. Peserta didik mampu

melakukan perencanaan perbaikan, menemukan kelebihan dan kekurangan

diri sendiri, serta kemampuan untuk menggunakan kelebihan tersebut dalam

mengatasi kelemahan yang merupakan modal dasar penting dalam proses

pembelajaran. Data yang terkumpul dari waktu ke waktu ini kemudian

digunakan oleh guru untuk menilai dan melihat perkembangan kemampuan

serta prestasi kademik peserta didik pada periode tersebut. File portofolio

sekaligus memberikan umpan-balik baik kepada guru maupun peserta didik.

Bagi guru, file yang berisi perkembangan peserta didik ini akan memberikan

masukan untuk asesmen proses dalam memperbaiki cara, metode, dan

manajemen pembelajaran di kelas.

Melalui analisa file portofolio guru dapat mengetahui potensi, karakter,

kelebihan, dan kekurangan pada peserta didik itu sendiri. File ini dapat

menjadi dasar pijakan untuk mengoreksi dan memperbaiki kelebihaan serta

kekurangan dalam proses pembelajaran maupun penguasaannya atas suatu

kompetensi dasar atau mata pelajaran. Proses terjadinya umpan-balik sangat

dimungkinkan karena dalam sistem asesmen portofolio data yang terekam

dalam file tidak hanya dikumpulkan kemudian selesai, namun akan direfleksi

serta dianalisis secara kolaboratif dengan melibatkan guru, peserta didik, dan

wali murid.

Asesmen portofolio sebenarnya sudah dianjurkan sejak diberlakukannya

kurikulum berbasis kompetensi, yaitu dengan diterbitkannya buku petunjuk

portofolio untuk asesmen oleh Depdiknas tahun 2003. Buku tersebut

5

menghimbau kepada guru sasaran Kurikulum 2013 dan pengelola pendidikan

untuk mengembangkan instrumen asesmen portofolio. Namun, berdasarkan

data yang ditemukan di Sekolah Dasar Negeri Negeri Agung, guru sasaran

Kurikulum 2013 pada saat ini masih kesulitan mengembangkan instrumen

asesmen portofolio, sehingga asesmen portofolio belum dapat dilakukan

secara optimal.

Para guru sasaran kurikulum 2013 kesulitan dalam melaksnanakan

asesmen portofolio. Kesulitan yang paling banyak dikeluhkan oleh guru

adalah mengenai pemahaman tentang instrumen asesmen portofolio dan cara

asesmennya. Asesmen portofolio guru hanya sekedar mengerti, tetapi untuk

menerapkan sesuai dengan tuntunan Kurikulum 2013 masih terdapat

kerancuan. Guru selama ini hanya menggunakan instrumen yang sudah

distandarisasikan oleh tim ahli atau instrumen baku. Guru mengajar hanya

menuntut peserta didik untuk menghafal semua informasi yang disampaikan

oleh guru dan proses asesmen yang dilakukan selama ini semata-mata hanya

menekankan pada penguasaan konsep (pengetahuan) yang dijaring dengan

paper tes and pencil test obyektif dan subyektif sebagai alat ukurnya. Realitas

ini mendorong peserta didik untuk menghafal pada setiap kali akan diadakan

tes harian atau tes hasil belajar, sehingga hasil belajar selama ini diperoleh

kurang dapat menginformasikan kepada orang tua tentang perkembangan

peserta didik dalam penguasaan pengetahuan dan ketrampilan. Keadaan ini

kadang mempersulit orang tua untuk mengetahui perkembangan belajar

anaknya di sekolah, nilai akhir yang diterima hanya mencapai ketuntasan

tanpa tahu proses anaknya bisa mendapatkan nilai tersebut. Guru tidak

6

membuat rubrik asesmen, guru tidak melakukan analisis terhadap soal untuk

mengetahui kualitas butir soal.

Menyinggung tentang kemampuan profesional guru dalam melakukan

asesmen proses belajar belum menggunakan instrumen yang sesuai dengan

aspek yang dinilai. Hal ini salah satunya disebabkan oleh penggunaan sistem

asesmen yang kurang tepat dengan aspek yang dinilai. Sebagian besar guru

melakukan asesmen lebih menekankan pada hasil belajar, sedangkan proses

belajar kurang diperhatikan bahkan cenderung diabaikan sehingga peserta

didik pasif. Padahal proses belajar sangat menentukan hasil belajar.

Fenomena di atas menunjukkan bahwa sistem asesmen yang digunakan

dalam mengukur hasil belajar peserta didik sangat berpengaruh terhadap

strategi pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru. Sistem

asesmen yang benar adalah tentunya harus selaras dengan tujuan dan proses

pembelajaran, agar proses pembelajaran dapat mencapai tujuan dengan baik

maka perlu adanya alat ukur yang tepat digunakan yaitu salah satunya dengan

menggunakan instrumen asesmen portofolio. Berdasarkan hal tersebut, maka

perlu diadakan penelitian pengembangan instrumen asesmen dengan cara

menyusun instrumen asemen portofolio sesuai dengan yang diamanatkan

Kemendikbud.

7

Tabel. 1 Analisis Kebutuhan Hasil Pertemuan KKG Ki Hajar Dewantara III di

SD Kelas V Di Kecamatan Negeri Agung Dari 10 Orang Guru

No Aspek Jumlah Persentase

1 Guru yang sudah mengikuti pelatihan Kurikulum

2013

8 80%

2 Sekolah yang menggunakan Kurikulum 2013 7 70%

3 Guru yang memiliki RPP Kurikulum 2013 4 40%

4 Kesulitan dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 7 70%

5 Guru yang membuat kisi-kisi terlebih dahulu

sebelum membuat instrumen

1 10%

6 Sekolah yang memiliki pedoman untuk menilai

portofolio pada Kurikulum 2013

4 40%

7 Guru yang menggunakan instrumen asesmen

portofolio pada pembelajaran di kelas produk dari

pemerintah

2 20%

8 Penerapan asesmen portofolio peserta didik sesuai

dengan panduan yang telah ditentukan

2 10%

9 Mengalami kesulitan menerapkan asesmen

portofolio peserta didik pada pembelajaran

matematika di kelas

10 100%

10 Memiliki instrumen asesmen portofolio yang

mudah dan jelas untuk pembelajaran di sekolah

2 20%

Berdasarkan data-data penulis yang relevan dan analisis kebutuhan

menunjukkan bahwa 80 % guru Sekolah Dasar Negeri Agung belum

menggunakan asesmen portofolio. Para guru beranggapan mereka kurang

menguasai dan memahami cara melakukan asesmen portofolio. Menurut para

guru kurang adanya sosialiasi, tentang asesmen portofolio dan kurang adanya

buku petunjuk yang mudah dipahami, dalam menerapkan asesmen portofolio

sedangkan buku petunjuk yang digunakan dari pemerintah menurut pendidik

masih sulit dipahami. Oleh karena, itu para guru sekolah dasar mengharapkan

untuk dapat dikembangkan instrumen asesmen portofolio yang jelas,

sederhana, dan mudah dipahami. Guru hanya mecari kesalahan bukan

keunggulan peserta didik, termasuk asesmen melalui US. Asesmen kurang

dapat menginformasikan kepada orang tua tentang perkembangan siswa.

8

Siswa masih berfokus pada hasil tidak pada proses, dan rendahnya hasil

belajar matematika.

Penerapan model pembelajaran tersebut akan lebih efektif apabila di

terapkan Asesmen Portofolio. Portofolio merupakan karya atau hasil kerja

yang dibuat dan ditata sedemikian rupa sehingga menunjukkan kemajuan

peserta didik dan mengarah pada suatu tujuan.

Asesmen Portofolio dapat memandu peserta didik dalam melakukan

kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah sesuai dengan model

pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Berdasarkan uraian

di atas peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang

pengembangan Asesmen Portofolio matematika berbasis problem based

learning dalam pembelajaran Matematika sekolah dasar kelas V.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah yang

ada adalah:

1. Guru belum menggunakan portofolio berbasis problem based learning

2. Sampai sekarang yang dilakukan guru hanya mencari kesalahan, bukan

keunggulan peserta didik, termasuk asesmen melalui UKK, atau US

3. Asesmen portofolio para guru hanya sekedar mengerti, tetapi untuk

penerapan dengan tuntunan Kurikulum 2013 masih terdapat kerancuan.

4. Belum tersedianya Asesmen Portofolio matematika berbasis problem

based learning.

5. Asesmen hasil belajar yang diperoleh kurang dapat menginformasikan

kepada orang tua tentang perkembangan peserta didik.

9

6. Asesmen hasil belajar peserta didik berfokus pada hasil tidak pada proses

sehingga peserta didik pasif.

7. Rendahnya hasil belajar matematika peserta didik SD kelas V di

Kecamatan Negeri Agung.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada pengembangan instrumen asesmen portofolio pada

pembelajaran tematik peserta didik kelas V SD.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian ini adalah

1. Bagaimanakah wujud pengembangan Asesmen Portofolio matematika

berbasis problem based learning pada peserta didik SD kelas V layak dan

efektif ?

2. Bagaimanakah pengembangan Asesmen Portofolio matematika berbasis

problem based learning pada peserta didik SD kelas V yang valid dan

reliabel ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Terwujudnya Asesmen Portofolio matematika berbasis problem based

learning pada peserta didik SD kelas V yang layak dan efektif.

2. Menghasilkan produk Asesmen Portofolio matematika berbasis problem

based learning pada peserta didik SD kelas V yang valid dan reliabel.

10

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Peserta didik

Meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik melalui penggunaan

Asesmen Portofolio melalui problem based learning. Serta meningkatkan

keterampilan peserta didik dalam memecahkan masalah.

2. Guru

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran serta

meningkatkan wawasan dan pengetahuan guru tentang pengembangan

Asesmen Portofolio berbasis problem based learning.

3. Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam pelaksanakan kegiatan

asesmen dan peningkatkan kualitas hasil belajar.

4. Peneliti

Menambah pengetahuan, pengalaman serta wawasan tentang penelitian

pengembangan.

G. Ruang Lingkup Penelitian

A. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah pengembangan Asesmen Portofolio

berbasis problem based learning matematika yang mencakup ranah

kognitif peserta didik kelas V SD.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas V SDN 01 Tanjung

Rejo dan peserta didik kelas V SDN 02 Tanjung Rejo.

11

C. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2017/2018.

D. Tempat Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah SDN 01 Tanjung Rejo dan SDN

02 Tanjung Rejo Kec. Negeri Agung, Kab. Way Kanan.

E. Materi

Materi yang dibahas pada penelitian ini adalah materi “bangun ruang”

H. Spesifikasi Produk

Asesmen yang dilakukan selama ini belum mencerminkan asesmen

autentik seperti yang diharapkan dalam K13 khususnya Asesmen Portofolio

tidak dilakukan oleh Guru. Berdasarkan hasil analisis Asesmen yang pernah

digunakan, maka penulis bermaksud mengembangkan Asesement dengan

spesifikasi produk penelitian pengembangan yaitu menghasilkan produk

Asesmen Portofolio berbasis PBL pada materi “bangun ruang”.

Tabel 2 Spesifikasi Produk No Identifikasi Produk Deskripsi 1 Jenis Instrumen Asesmen 2 Nama Instrumen Asesmen Berbasis PBL 3 Tujuan Mengetahui Hasil Belajar 4 Mata Pelajaran Matematika

5 Kompetensi Dasar Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana

Bentuk Portofolio Proses. Langkah-langkah membuat gambar bangun ruang. Aspek yang dinilai kemampuan menentukan sifat s- sifat bangun ruang Bentuk Portofolio Produk. Hasil gambar bangun ruang eksplanasi. Aspek yang dinilai kemampuan menjelaskan sifat – sifat bangun ruang, kemampuan mempraktekan ke depan sifat bangun ruang, kemampuan penulisan,penggunaan kosa kata baik. .

12

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Asesmen

1. Pengertian Asesmen

Asesmen merupakan bagian yang terpenting dalam proses pembelajaran

disemua bidang studi. Asesmen adalah proses pengumpulan informasi guna

membuat keputusan (Anderson, 2003: 11). Popham (1995: 3) mempertegas

bahwa,“Educational assessment is a formal attempt to determine students

status with respect to educational variables of interest”. Asesmen juga

memiliki terminologi khusus guna mendeskripsikan sekalian aktivitas yang

dikerjakan oleh pengajar untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan,

keterampilan, dan sikap dari para pembelajar.

Gronlund dalam Purwanto (2010:3), “Evaluation is a systematic process

determining the extent to which instructional objectives are achieved by

pupils”. Kalimat tersebut menjelaskan asesmen adalah suatu proses dalam

mengumpulkan informasi dan membuat keputusan berdasarkan informasi.

Proses mengumpulkan informasi, tentunya tidak semua informasi bisa

digunakan untuk membuat sebuah keputusan. Informasi-informasi yang

relevan dengan apa yang dinilai akan mempermudah dalam melakukan sebuah

asesmen dalam kegiatan pembelajaran.

Sedangkan menurut Purnomo (2016: 8), “Asesmen dalam pembelajaran

adalah kegiatan untuk mendapatkan berbagai informasi secara

13

berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar selama dan

setelah mengikuti pembelajaran”. Tindakan asesmen sangat erat kaitannya

dengan pengambilan keputusan.Semakin meningkat jumlah pengambilan

keputusan dari asesmen semakin serius konsekuensi dan implikasinya dalam

jangka panjang. Pengajar harus serius dalam mengemban masalah asesmen ini

(Anderson, 2003:15).

Menurut Firman (2000:15), asesmen merupakan proses penentuan

informasi yang dilakukan serta penggunaan informasi tersebut untuk

melakukan pertimbangan sebelum keputusan. Suatu proses untuk mengambil

keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran

hasil belajar,baik menggunakan tes dan non tes. Asesmen (assessment) adalah

penerapan berbagai caradan penggunaan beragam alat asesmen untuk

memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar pesertadidik atau

ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) pesertadidik. Asesmen

menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang

pesertadidik. Hasil asesmen dapat berup anilai kualitatif (pernyataan naratif

dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).

Kizlik (2009 : 2) state that :“Assessment is a process by which

information is obtained relative to some known objective or goal.

Assessment is a broad term that includes testing. A test is a special form of

assessment. Tests are assessments made under contrived circumstances

especially so that they may be administered. In other words, all tests are

assessments, but not all assessments are tests”.

Assessment adalah suatu proses dimana informasi diperoleh berkaitan

dengan tujuan pembelajaran. Asesmen adalah istilah yang luas yang mencakup

tes (pengujian). Tes adalah bentuk khusus dari asesmen. Tes adalah salah satu

14

bentuk asesmen. Dengan kata lain, semua tes merupakan asesmen, namun tidak

semua asesmen berupa tes.

Terry (2008 : 1) : Assesment is a process of gathering information to

monitor progress and make educational decisions if necessary. As noted in my

definition of test, an assesment may include a test, but also include methods

such as observations, interview, behavior monitoring, etc. Asesmen adalah

suatu proses pengumpulan informasi untuk memonitor kemajuan dan bila

diperlukan pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan. Sebagaimana

disebutkan dalam definisi tentang tes, suatu asesmen bisa saja terdiri dari tes,

atau bisa juga terdiri dari berbagai metode seperti observasi, wawancara,

monitoring tingkah laku, dan sebagainya.

Palomba and Banta (1999 : 4), Assessment is the systematic collection ,

review , and use of information about educational programs undertaken for the

purpose of improving student learning and development (Artinya: asesmen

adalah pengumpulan, reviu, dan penggunaan informasi secara sistematik

tentang program pendidikan dengan tujuan meningkatkan belajar dan

perkembangan peserta didik).

Asesmen adalah proses pengumpulan informasi dengan mempergunakan

alat dan teknik yang sesuai, untuk membuat keputusan pendidikan berkenaan

dengan penempatan dan program pendidikan bagi peserta didik tertentu

(Rahardja). Asesmen diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil

pengukuran berdasarkan kriteria maupun aturan-aturan tertentu menurut

Widoyoko (2012: 3).

15

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan maka

disimpulkan bahwa asesmen adalah proses mengumpulkan informasi tentang

objek (murid) dengan menggunakan alat dan teknik yang sesuai untuk

membuat asesmen atau keputusan mengenai objek tersebut. Berdasarkan

kesimpulan definisi asesmen tersebut, maka untuk melakukan asesmen

diperlukan suatu alat atau instrumen dan teknik sebagai pengumpul informasi

dan pertimbangan asesmen mengenai objek

Assessment memberikan informasi lebih konprehensif dan lengkap dari

pada pengukuran, sebab tidak hanya menggunakan instrumen tes saja, tetapi

juga mengunakan tekhnik non tes lainya. Asesmen adalah kegiatan mengambil

keputusan untuk menentukan sesuatu berdasarkan kriteria baik buruk dan

bersifat kualitatif. Hasil asesmen sendiri walaupun bersifat kualitatif, dapat

berupa asesmen kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai

kuantitatif (berupa angka).

2.Fungsi Asesmen

Menurut para ahli, istilah asesmen diartikan beragam tetapi mempunyai

makna yang cenderung hampir sama.

Fungsi asesmen menurut Arikunto (2016:18) adalah :

(1)Asesmen berfungsi selektif (a) peserta didik yang dapat diterima di

sekolah tertentu, (b) peserta didik yang dapat naik ke kelas, (c) peserta

didik yang seharusnya mendapat beapeserta didik, (d) peserta didik yang

sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya, 2) Asesmen

berfungsi diagnostik digunakan dalam asesmen cukup memenuhi

persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui

kelemahan peserta didik dan penyebabnya, 3) Asesmen berfungsi umtuk

penempatan adalah menentukan seorang peserta didik harus ditempatkan

pada kelompok. Asesmen berfungsi sebagai pengukur keberhasilan untuk

melihat tingkat keberhasilan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran

dan membuat keputusan atau hasil evaluasi berdasarkan hasil pengukuran.

16

Fungsi asesmen menurut Depdikbud dalam Asep dan Abdul (2013:63)

adalah untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik, untuk perbaikan dan

peningkatan kegiatan belajar peserta didik serta sekaligus memberi umpan

balik bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan belajar atau untuk mengetahui

kelebihan dan kelemahan atau kesulitan belajar peserta didik.

Arifin (2009:3) menjelaskan bahwa fungsi asesmen hasil belajar secara

menyeluruh adalah sebagai berikut:

a) Secara psikologis, dapat membantu peserta didik untuk menentukan

sikap dan tingkah lakunya. Dengan mengetahui prestasi belajarnya,

makapeserta didik akan mendapatkan kepuasan dan ketenangan.

b) Secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah

cukup mampu terjun kemasyarakat.Implikasinya adalah bahwa

kurikulum dan pembelajaran harus sesuai kebutuhan.

c) Secara didaktis-metodis, untuk membantu guru dalam menempatkan

peserta didik pada kelompok tertentus esuai dengan kemampuan dan

kecakapannya masing-masing.

d) Secara administrative, untuk memberikan laporan tentangkemajuan

peserta didik kepada orangtua, pemerintah, sekolah dan peserta didikitu

sendiri.

Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Weeden. (2002 : 14),

mengklasifikasikan tujuan asesmen dalam empat hal yaitu “untuk diagnostik

(mengidentifikasi kinerja peserta didik), formatif (untuk membantu belajar

peserta didik), sumatif (untuk reviuw, transfer, dan sertifikasi), dan evaluatif

(untuk melihat bagaimana kinerja guru atau institusi)”.

Menurut Purwanto (2010:5-7) mengelompokkan fungsi asesmen dalam

kegiatan evaluasi pendidikan dan pengajaran,yakni :

(1)Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan

peserta didik setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama

jangka waktu tertentu;(2) untuk mengetahui tingkat keberhasilan program

pengajaran. Pengajaran sebagai suatu system terdiri dari beberapa komponen

17

yang saling berkaitan satu sama lain.Komponen- komponen tersebut adalah:

tujuan, materi atau bahan pengajaran, metode dan kegiatan belajar mengajar,

alat dan sumber pelajaran,dan prosedur serta alat asesmen; (3) untuk keperluan

Bimbingan Konseling (BK).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan asesmen

adalah untuk menyeleksi peserta didik, mengetahui kemajuan belajar peserta

didik, umpan balik perbaikan dan peningkatan peserta didik, dan mengetahui

kelebihan dan kelemahan peserta didik.

3. Tujuan Asesmen ( Asesmen)

Asesmen merupakan proses pengambilan keputusan. Asesmen memiliki

tujuan tertentu.Tujuan asesmen menurut Kusaeri dan Suprananto, (2012: 9)

adalah :

a) penelusuran (keeping track), yaitu untuk menelusuri agar proses

pembelajaran tetap sesuai dengan rencana,

b) pengecekan (cheking-up), yaitu untuk mengecek kelemahan-kelemahan

yang dialami oleh peserta didik selama proses pembelajaran,

c) pencarian (findingout), yaitu mencari dan menemukan hal-hal yang

menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses

pembelajaran,

d) penyimpulan(summing-up) yaitu untuk menyimpulkan apakah peserta

didik telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam

kurikulum atau belum.

Tujuan asesmen menurut Purwanto, (2010:5-7) adalah (a) untuk

mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan peserta didik

setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu

tertentu, (b) untuk mengetahui tingkat keberhasilan program

pengajaran.Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri dari beberapa komponen

yang saling berkaitan satu sama lain.

Sudjana (2005:1) menyebutkan bahwa tujuan dari asesmen adalah:

18

1. Mendeskripsikan kecakapan belajar para peserta didik sehingga dapat

diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi

atau mata pelajaran yang ditempuhnya.

2. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di

sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah

tingkah laku para peserta didik kearah tujuan pendidikan yang

diharapkan.

3. Menentukan tindak lanjut hasil asesmen,yakni melakukan perbaikan

dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran

serta strategi pelaksanannya.

4. Memberikan pertanggung jawaban (accountability) dari pihak sekolah

kepada pihak-pihak yang berkepentingan.Oleh karenaitu, penggunaan

jenis asesmen yang tepat akan menentukan keberhasilan dalam

memper- oleh informasi yang berkenaan dengan proses pembelajaran.

Senada dengan pernyataan Sudjana, Iryanti (2004:3) mengemukakan

bahwa asesmen yang dilakukan terhadap peserta didik mempunyai tujuan

antara lain :

1. Mengetahui tingkat pencapaian peserta didik.

2. Mengukur pertumbuhan dan perkembangan kemajuan peserta

didik.

3. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik.

4. Mengetahui hasilpembelajaran.

5. Mengetahui pencapaian kurikulum.

6. Mendorongpeserta didikuntuk belajar.

7. Umpan balikuntuk guru supayadapat mengajar lebih baik.

Kellough & Kellough dalam Purnomo (2016:8), mengidentifikasi tujuan

asesmen adalah untuk:

(1) membantu belajar peserta didik;(2) mengidentifikasi kekuatan dan

kelemahan peserta didik; (3)menilai efektivitas strategi pengajaran;

(4)menilai dan meningkatkan efektivitas program kurikulum;(5) menilai

dan meningkatkan efektivitas pengajaran; (6) menyediakan data yang

membantu dalam membuat keputusan; (7) komunikasi dan melibatkan

orang tua dan peserta didik.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

tujuan asesmen adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian peserta didik,

mengukur pertumbuhan dan perkembangan kemajuan peserta didik,

mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik. Untuk mengetahui hasil

19

pembelajaran, mengetahui pencapaian kurikulum, mendorong peserta didik

untuk belajar, dan sebagai umpan balik untuk guru supaya dapat mengajar

lebih baik.Sehingga dapat diketahui apakah peserta didik telah menguasai

pelajaran.

4. Prinsip-Prisip Asesmen

Pada proses asesmen terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan

dalam menilai peserta didik. Asesmen hasil belajar peserta didik pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah didasarkan Permendikbud Nomer 66 Tahun

2013 tentang standar asesmen pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Objektif, berarti asesmen berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi

faktor subjek tivitas penilai.

2. Terpadu, berarti asesmen oleh pendidik dilakukan secara terencana,

menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.

3. Ekonomis, berarti asesmen yang efisien dan efektif dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.

4. Transparan, berarti prosedur asesmen, kriteria asesmen, dan dasar

pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

5. Akuntabel, berarti asesmen dapat dipertanggungjawabkan kepada

pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspekteknik, prosedur,

dan hasilnya.

6. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

Prinsip dalam menerapkan asesmen ada empat macam, pinsip-prinsip ini

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Prinsip-

prinsip asesmen menurut Kusaeri dan Suprananto (2012:8-9) adalah :

(a) proses asesmen harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses

pembelajaran (part of, not a part from instructional), (b) asesmen harus

mencerminkan masalah dunia nyata (real world problem), bukan dunia sekolah

(school work-kind problems), (c) asesmen harus menggunaka berbagai ukuran,

metode, dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman

belajar dan (d) asesmen harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek

20

dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan sensori-motorik).

Prinsip-prinsip asesmen menurut Anas, (2008: 31-33) adalah :

a) prinsip keseluruhan adalah evaluasi hasil belajar dapat dikatakan

terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara

bulat, utuh atau menyeluruh tidak boleh secara sepotong-potong,

b) prinsip kesinambungan adalah evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan

secara teratur dan sambung menyambung dari waktu ke waktu,

c) prinsip obyektivitas evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebagai

evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari faktor-faktor yang

sifatnya subyektif.

Prinsip asesmen menurut Panduan Asesmen untuk Sekolah Dasar

kemendikbud (2015:7), asesmen dilakukan berdasarkan prinsisp-prinsip

sebagai berikut:

1. Sahih, berarti asesmen didasarkan pada data yang mencerminkan

kemampuan yang diukur.

2. Obyektif, berartiasesmen didasarkan pada prosedur dan kriteria yang

jelas, tidak dipengaruhi subyektifitas penilai.

3. Adil, berarti asesmen tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik

karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama,

suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

4. Terpadu, berarti asesmen oleh pendidik merupakan salah satu komponen

yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

5. Terbuka, berarti prosedur asesmen, criteria asesmen, dan dasar

pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti asemen oleh pendidik

mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai

teknik asesmen yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan

peserta didik. 7. Sistematis, berarti asesmen dilakukan secara berencana dan bertahap

dengan mengikuti langkah-langkah baku.

8. Beracuan criteria, berarti asesmen didasarkan pada ukuran pencapaian

kompetensi yang ditetapkan.

9. Akuntabel, berarti asesmen dapat dipertanggungjawabkan, baikdari segi

teknik, prosedur, maupunhasilnya.

Beberapa prinsip dalam asesmen, yang diungkapkan oleh Kusaeri dan

Suprananto (2012: 8-9) adalah:

(1) Proses asesmen harus merupakan bagian dari proses pembelajaran

(partof, nota partfrom instruction); (2) asesmen harus mencerminkan

masalah dunia nyata (real world problem); (3) asesmen harus

21

menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai dengan

karakteristik dan esensi pengalaman belajar; dan(4) asesmenharus bersifat

holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif,

afektif, dan sensori-motorik).

Purwanto (2010:21), Prinsip-prinsip asesmen diantaranya adalah sebagai

berikut:

(a) asesmen hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang

komprehensif, (b) merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar,

(c) asesmen yang digunakan hendaknya jelas bagi peserta didik dan bagi

pengajar, (d) bersifat komparabel, (e) diperhatikan adanya dua macam

orientasi asesmen, yaitu asesmen yang nomr-refernced dan yang criterion-

referenced, (f) harus dibedakan antara penskoran dan asesmen.

Selain pendapat diatas, Prinsip-prinsip asesmen menurut Rubiyanto,

dkk.(2005: 13) yaitu :

(1) totalitas, keseluruhan atau komprehensif, dilakukan untuk

menggambarkan tingkah laku peserta didik secara menyeluruh,(2)

kesinambungan, dilakukan secara teratur, berkesinambungan dari waktu

kewaktu, terencana dan terjadwal, (3) objektifitas, harus terlepas dari

kepentingan subyek.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada

hakekatnya dalam melakukan proses asesmen guru harus memperhatikan

prinsip-prinsip asesmen agar tujuan asesmen dapat tercapai dengan baik.

Prinsip-prinsip tersebut adalah (1) prinsip totalitas, keseluruhan atau

komprehensif, dilakukan untuk menggambarkan tingkah laku peserta didik

secara menyeluruh, (2) prinsip kesinambungan, dilakukan secara teratur,

berkesinambungan dari waktu ke waktu, terencana dan terjadwal, (3) prinsip

objektifitas, harus terlepas dari kepentingan subyek, (4) harus mencerminkan

masalah dunia nyata, (5) harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan

kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.

22

5. Prosedur Asesmen

Pada hakikatnya guru mempunyai tugas untuk membantu individu

agar dapat belajar secara baik dan memperoleh hasil yang optimal sesuai

dengan kemampuannya. Oleh karena, itu dalam merencanakan program

pengajaran, guru hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan yang

dimiliki oleh peserta didik baik bersifat inter individual maupun bersifat intra

individual. Hal ini sangat penting bagi peserta didik-siswi yang perbedaan

individualnya sangat nampak. Perbedaan-perbedaan itu dapat diketahui melalui

kegiatan asesmen. Menentukan pembelajaran yang harus diajarkan kepada

peserta didik secara individu, ada beberapa langkah-langkah yang harus

diperhatikan sebagai berikut.

Prosedur pelaksanaan asesmen menurut Jihad dan Haris (2009: 118)

adalah :

(a) penetapan indikator pencapaian kompetensi merupakan ukuran,

karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses yang berkontribusi

menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar, (b) pemetaan

kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator dilakukan untuk

memudahkan guru dalam menentukan teknik asesmen, (c) penetapan

teknik asesmen digunakan mempertimbangkan ciri indikator.

Prosedur pelaksanaan asesmen menurut Uno dan Satria (2012:1-2), adalah

(a) menjabarkan kompetensi dasar ke dalam indikator pencapaian hasil

belajar, (b) menetapkan kriteria ketuntasan setiap indikator, (c) memetakan

standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, kriteria ketuntasan, dan

aspek yang terdapat pada rapor, (d) memetakan kompetensi inti,

kompetensi dasar, indikator, kriteria ketuntasan, aspek asesmen, dan teknik

asesmen , (e) menetapkan asesmen dengan mempertimbangkan ciri

indikator.

Prosedur pelaksanaan asesmen menurut Subali (2010:114) adalah (a)

menyusun kisi-kisi, (b) menyusun instrumen, (c) menelaah kualitas instrumen

secara kualitatif, (d) uji coba alat ukur, untuk menyelidiki kelayakan dan

kevalidan secara emperik, dan (e) pelaksanaan pengukuran.

23

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prosedur

pelaksanaan asesmen adalah (a) pemetaan indikator pencapaian kompetensi

berdasarkan penjabaran dari KD, (b) menyusun kisi- kisi, (c) menetapkan

indikator pencapaian kompetensi berdasarkan penjabaran dari KD, (d)

menyusun instrumen atau alat ukur, (e) menelaah atau mereview untuk menilai

kualitas instrumen secara kualitatif, (f) uji coba alat ukur, untuk menyelidiki

kesahihan dan kevalidan secara emperik, dan (g) pelaksanaan pengukuran.

6. Teknik Instrumen Asesmen

Ada beberapa bentuk teknik Asesmen tes maupun non tes yang dapat

digunakan untuk melakukan asesmen antara lain teknik observasi, asesmen

diri, panilaian antar teman, jurnal.Teknik instrumen asesmen menurut

Gronlund & Linn dalam Jihad dan Haris (2019: 68-70) adalah teknik tes

meliputi :

(a) tes tertulis, (b) tes lisan, (c) tes perbuatan, sedangkan teknik nontes

meliputi: (a) observasi yaitu asesmen yang dilakukan oleh guru atas dasar

pengamatan terhadap prilaku peserta didik, baik secara perorangan maupun

kelompok, di kelas maupun di luar kelas, (b) skala, (c) angket yaitu asesmen

menyajikan tugas-tugas secara tertulis, (d) catatan harian adalah suatu catatan

mengenai prilaku peserta didik yang mempunyai kaitan pribadinya, (e) daftar

cek yaitu suatu daftar yang dipergunakan untuk mengecek terhadap prilaku

terhadap peserta didik telah atau sesuai dengan harapan atau tidak.

Teknik instrumen asesmen menurut Gabel dalam Azwar (2014:70)

adalah asesmen yang tergolong tradisional adalah tes benar salah, tes pilihan

ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara itu yang tergolong

ke dalam asesmen alternatif (non-tes) adalah essay, asesmen praktek, asesmen

proyek, kuisioner, inventori, daftar cek, asesmen oleh teman sebaya atau

sejawat, asesmen diri, portofolio, observasi, diskusi, dan wawancara.

24

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan teknik instrumen

asesmen ada dua yaitu teknik tes meliputi : tes tertulis, lisan, perbuatan,

sedangkan teknik nontes alternatif meliputi observasi (pengamatan), skala,

angket, catatan harian, dan daftar cek, asesmen teman sebaya, asesmen diri,

portofolio, observasi diskusi, dan wawancara.

B. Jenis - Jenis Asesmen

Jenis asesmen ada berbagai macam, standar asesmen pendidikan

adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen asesmen hasil

belajar peserta didik. Lampiran Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang

Sistem Asesmen Pendidikan bahwa asesmen peserta didik yang dilakukan

pada K13 mencakup: asesmen otentik, asesmen diri, asesmen berbasis

portofolio, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,

ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan

ujian sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut.

1. Asesmen otentik merupakan asesmen yang dilakukan secara komprehensif

untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output)

pembelajaran.

2. Asesmen diri merupakan asesmen yang dilakukan sendiri oleh peserta

didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan

kriteria yang telah ditetapkan.

3. Asesmen berbasis portofolio merupakan asesmen yang dilaksanakan untuk

menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk

penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar

kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan.

4. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian

kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran,

untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.

5. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodic untuk

menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi

Dasar (KD) atau lebih.

6. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah

melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan

25

tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan

seluruh KD pada periode tersebut.

7. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik

untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester.

Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan

semua KD pada semester tersebut.

8. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan

kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk

mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi

sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada

tingkat kompetensi tersebut.

9. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK

merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk

mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi

sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada

tingkat kompetensi tersebut.

10. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan

pengukuran kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka

menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan

secara nasional.

11. Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian

kompetensi di luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh

satuan pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan jenis asesmen yang di pakai

menggunakan asesmen berbasis portofolio yang merupakan asesmen yang

dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik

termasuk penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di

luar kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan.

Jenis portofolio menurut Paulson & Meyer dalam Sandford & Hsu (2015 :

4) ada empat macam adalah : (a) portofolio peserta didik adalah kumpulan

tujuan dari karya peserta didik yang menunjukkan upaya, kemajuan peserta

didik, dan prestasi dalam satu atau lebih dari waktu kewaktu, (b) portofolio

guru adalah kumpulan karya yang dihasilkan oleh guru untuk menggambarkan

bakatnya, pengetahuan peserta didik, sarana refleksi diri, dan kesempatan

untuk mengkritik pekerjaan peserta didik sendiri, (c) portofolio untuk mencari

26

pekerjaan atau karir adalah portofolio yang disusun untuk mencari pekerjaan

atau karir, (d) portofolio untuk program adalah menggunakan portofolio atau

konsep portofolio untuk atasan dengan tujuan pada akhir program pelatihan

yang jelas.

Berdasarkan jenis asesmen portofolio penelitian ini mengembangkan

asesmen portofolio peserta didik dengan tujuan untuk mengukur hasil belajar

peserta didik dalam jangka waktu tertentu.

C. Asesmen Otentik K13

Asesmen otentik merupakan asesmen terhadap tugas-tugas yang

menyerupai kegiatan membaca dan menulis sebagimana halnya di dunia nyata

dan di sekolah. Tujuan asesmen itu adalah untuk mengukur berbagai

keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia

nyata di mana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan.

Nurgiyantoro (2011: 23), asesmen otentik merupakan asesmen kinerja

(performansi) yang meminta pembelajar untuk mendemonstrasikan

keterampilan dan kompetensi tertentu yang merupakan penerapan pengetahuan

yang dikuasainya. Asesmen otentiks (authentic assessment) menekankan

kemampuan peserta didik untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang

dimiliki secara nyata dan bermakna. Kegiatan asesmen tidak sekedar

menanyakan atau menyadap pengetahuan yang telah diketahui pembelajar,

melainkan berkinerja secara nyata dari pengetahuan dan keterampilan yang

telah dikuasai.

Menurut pendapat Amri (2013: 57), asesmen hasil belajar adalah

asesmen yang dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk

27

mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Asesmen dilakukan

secara konsisten, sistematik dan terprogram dengan menggunakan tes maupun

non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran

sikap, portofolio, asesmen diri dan lain sebagainya. Asesmen hasil

pembelajaran dapat digunakan sebagai bahan penyusun laporan kemajuan hasil

belajar dan sebagai bahan perbaikan proses pembelajaran.

Asesmen dalam K13 mengacu pada Permendikbud Nomor 23 Tahun

2016 tentang Standar Asesmen Pendidikan. Asesmen hasil belajar peserta didik

pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah meliputi aspek: a) Sikap

merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh

informasi deskriptif mengenai perilaku peserta didik, b) Pengetahuan

merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur penguasaan pengetahuan

peserta didik dan c) Keterampilan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

mengukur kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dalam

melakukan tugas tertentu.

Assessment of learning outcomes in Bloom's Taxonomy by Anderson

(2001: 98) conducted in three domains, namely cognitive, affective, and

psychomotor. Menyatakan asesmen hasil belajar yang dilakukan dalam tiga

ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

a. Aspek asesmen kognitif terdiri dari:

1. Pengetahuan (knowledge), Kemampuan mengingat (misalnya: nama

ibu kota, rumus).

2. Pemahaman (comprehension), Kemampuan memahami (misalnya:

menyimpulkan suatu paragraf).

28

3. Aplikasi (application), Kemampuan Penerapan (Misalnya:

menggunakan suatu informasi/ pengetahuan yang diperolehnya

untuk memecahkan masalah).

4. Analisis (analysis), Kemampuan menganalisis suatu informasi yang

luas menjadi bagian-bagian kecil (Misalnya: menganalisis bentuk,

jenis atau arti suatu puisi).

5. Sintesis (synthesis), Kemampuan menggabungkan beberapa

informasi menjadi suatu kesimpulan (misalnya: memformulasikan

hasil penelitian di laboratorium).

6. Asesmen (evaluation), kemampuan untuk membuat pertimbangan

terhadap suatu kondisi, nilai atau ide (misalnya: seseorang mampu

memilih satu pilihan terbaik dari beberapa pilihan sesuai dengan

kriteria yang ada).

b. Aspek asesmen afektif terdiri dari:

1. Menerima (receiving) termasuk kesadaran, keinginan untuk

menerima stimulus, respon, kontrol dan seleksi gejala atau

rangsangan dari luar

2. Menanggapi (responding): reaksi yang diberikan: ketepatan reaksi,

perasaan kepuasan dll

3. Menilai (evaluating): kesadaran menerima norma, sistem nilai dll

4. Mengorganisasi (organization): pengembangan norma dan nilai

dalam organisasi sistem nilai

5. Membentuk watak (characterization): sistem nilai yang terbentuk

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku.

29

c. Aspek asesmen psikomotor terdiri dari:

1. Meniru (perception)

2. Menyusun (manipulating)

3. Melakukan dengan prosedur (precision)

4. Melakukan dengan baik dan tepat (articulation)

6. Melakukan tindakan secara alami (naturalization)

Dalam kegiatan belajar peserta didik membutuhkan sesuatu yang

memungkinkan dia berkomunikasi secara baik dengan guru, teman

maupun dengan lingkungannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa asesmen

otentik adalah asesmen yang dilakukan selama maupun sesudah proses

pembelajaran. Asesmen otentik menjadi salah satu ciri dalam implementasi

K13. Asesmen otentik dilaksanakan untuk memperoleh nilai pengembangan

produk dan hasil pembelajaran.

D. Asesmen Portofolio

1. Pengertian Asesmen Portofolio

Secara etimologi, portofolio berasal dari dua kata, yaitu port (singkatan

dari report) yang bearti laporan dan folio yang bearti penuh atau lengkap,

jadi portofolio bearti laporan lengkap segala aktivitas seseorang yang

dilakukan (Erman dalam Afif, 2010 : 143). Sedangkan Paulson (dalam

Sugiyarti, 2000 : 16) mengemukakan bahwa portofolio merupakan

kumpulan hasil kerja peserta didik yang bermakna yang menunjukkan

usaha–usaha, kemajuan dan pencapaian peserta didik pada satu bidang

atau lebih. Dimana kumpulan tersebut harus memuat partisipasi peserta

30

didik dalam memilih bahan, kriteria pemilihan, kriteria untuk menentukan

nilai dan bukti–bukti dari refleksi diri peserta didik.

Menurut Education Resources Information Center Digest (2000:1),

“Portfolio are used in various profession Together art students assemble a

portfolio for art class”. Portofolio merupakan kumpulan hasil belajar,

bermanfaat memberikan informasi mengenai kemampuan dan pemahaman

peserta didik serta memberikan gambaran sikap dan minat peserta didik

terhadap pelajaran yang diberikan, juga menunjukkan pencapaian atau

peningkatan yang diperoleh peserta didik dari proses pembelajaran.

Tigran (2005 : 70) A portfolio is an organized collection of evidence

accumulated over timen on a student’s or group’s academic progress,

achievement, skills, and attitude. It consists of work samples and a written

rationale connection the saparate items into a more complete and holistic view

of the student’s or group’s achievement or progress toward learning goals.

Portofolio merupakan koleksi bukti terorganisir yang dikumpulkan dari pada

kemajuan akademis, prestasi, keterampilan, dan sikap peserta didik. Ini terdiri

dari sampel kerja dan kesepakatan rasional yang tertulis mengenai item-item

saparat menjadi pandangan yang lebih lengkap dan menyeluruh tentang

pencapaian atau kemajuan peserta didik atau kelompok terhadap tujuan

pembelajaran.

Menurut Johnson & Johnson (2002: 103) sebagai berikut:

a porofolio is an organized collection of evidence accumulated

overtime on a student’s or group’s academic progress, achievements, skill,

and attitudes. It consists of work samples and a written rationale connecting

the separate items into complete and holistic view of the student’s (or

group)achievement or progress toward learning goals.

Portofolio bukan sekedar pemberian tugas. Bukan sekedar membuat karangan

tentang sesuatu saja, atau presentasi keterampilan dalam menggambar, tari dan

lain sebagainya. Portofolio jauh lebih kompleks dan mencakup aspek-aspek

tertentu. Bisa mencakup kemajuan akademik peserta didik/kelompok, prestasi

belajar, keterampilan maupun sikap. Materi atau aspek yang diportofoliokan dapat

31

berlangsung dalam satu tahun, satu semester, atau satu catur wulan. Hal itu sangat

ditentukan oleh bobot dan beban materi pelajaran.

Kesimpulan berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas dapat di

indikasikan bahwa portofolio merupakan suatu komponen yang dapat dijadikan

alaternatif dalam asesmen karena merupakan suatu koleksi hasil karya peserta

didik yang menunjukkan usaha dan perkembangan kemajuan belajar peserta

didik dan memberikan informasi yang lengkap dan obyektif sehingga dapat

membuat peserta didik termotivasi untuk meningkatkan hasil belajarnya.

Adapun tujuan pemanfaatan portofolio saat ini sudah semakin luas, hal ini

didasari oleh adanya prinsip kebermaknaan dan humanisme, Menurut

Sugiyono (2014:8) pengukuran hasil belajar melalui portofolio yang terkait

dengan pengukuran hasil belajar melalui pengalaman harus dapat memenuhi

kompetensi dan standar tertentu, dimana kompetensi menggambarkan sejumlah

kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melaksanakan suatu tujuan,

tetapi standar lebih ditekankan pada kualifikasi seseorang dalam pekerjaan

tersebut yang terkait dengan unjuk perbuatan, dengan memperlihatkan suatu

tingkat ketrampilan dan pemahaman peserta didik, mendukung tujuan

pembelajaran serta dapat merefleksikan perubahan oleh peserta didik, guru dan

orang tua.

2. Prinsip Asesmen Portofolio

Peserta didik dalam asesmen portofolio memiliki peran penting dalam

perencanaan awal sampai pelaksanaannya, oleh karena itu guru harus memiliki

pemahaman dasar tentang portofolio sebelum menerapkan. Menurut Mardapi

(2004:72), pada prinsipnya pelaporan hasil asesmen harus memenuhi dua

32

kriteria, yaitu pengguna dan penerima laporan memahami atau

mengertimaksud atau arti laporan yaitu dapat menafsirkan dengan benar dan

laporan harus obyektif yaitu menyatakan keadaan peserta didik sebenarnya.

Agar asesmen portofolio yang akan diterapkan dapat berjalan

sebagaimana yang diharapkan maka guru dan peserta didik harus memahami

prinsip dasar portofolio, dimana Surapranatata dan Hatta (2004:77)

menyatakan ada beberapa prinsip asesmen portofolio yang harus dilakukan

agar tercapai pencapaian hasil belajar yang optimum, yaitu: saling percaya,

kerahasiaan bersama, milik bersama, kepuasan dan kesesuaian, penciptaan

budaya mengajar, refleksi bersama, serta proses dan hasil.

3. Karakteristik Asesmen Portofolio

Portofolio merupakan salah satu alat asesmen yang efisien dalam

pembelajaran dan adanya keterbukaan antara peserta didik dan guru, hal ini

terlihat dari proses awal pelaksanaan portofolio, dimana peserta didik

dilibatkan secara aktif dalam proses penentuandan pemilihan bukti yang akan

dikumpulkan. Hal ini bukti memudahkan guru untuk melihat perkembangan

peserta didik dari waktu ke waktu, dan juga dapat membangun komunikasi

yang baik antara guru dan peserta didik dengan mendiskusikan kelebihan dan

kekurangan yang dimiliki, sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk

menghasilkan karya yang lebih baik.

Menurut Barton dan Collin (dalam Surapranatata dan Hatta 2004:82) ada

beberapa karakteristik esensial dalam pengembangan portofolio, yaitu; (1)

Multi Sumber, (2) Authentic, (3) Dinamis, (4) Eksplisit, (5) Integrasi, (6)

Kepemilikan, (7) Beragam tujuan. Tujuh karakteristik tersebut dapat dijelaskan

33

sebagai berikut :

Sumber : Kemendikbud 2016

Gambar 1 Karakteristik Asesmen Portofolio

1. Multisumber: Asesmen portofolio harus dilakukan dari berbagai sumber,

seperti peserta didik, guru, orang tua, masyarakat, dan bukti lainnya,

seperti gambar, lukisan, jurnal, audio, dan video tape, baik secara tertulis

maupun tindakan.

2. Autentik: bukti yang dimaksud haruslah autentik dan berhubungan dengan

program pembelajaran, kegiatan, standar kompetensi, komperensi dasar

dan indikator yang hendak dicapai. Misalnya, jika guru ingin mengetahui

kemampuan peserta didik tentang komputer, maka guru harus menilai

secara langsung setiap peserta didik dalam menggunakan komputer, bukan

dengan cara memberi tes tertulis tentang pengetahuan komputer. Begitu

juga ketika guru ingin mengetahui kemampuan peserta didik dalam

melaksanakan Senam Kesehatan Jasmani, tentunya guru harus melihat

secara langsung bagaimana peserta didik menunjukkan atau

mempraktikkan gerakan-gerakan Senam Kesehatan Jasmani, bukan

memberikan tes tertulis tentang cara-cara melaksanakan Senam Kesehatan

Jasmani.

Multi Sumber

Karakteristik Asesmen

Portofolio

Autentik

Beragam Tujuan

Kepemilikan

Dinamis

Eksplisit Integrasi

34

3. Dinamis: Asesmen portofolio menuntut adanya pertumbuhan dan

perkembangan dari setiap peserta didik. Oleh karena itu, sebaiknya setiap

bukti dari waktu ke waktu harus dikumpulkan dan didokumentasikan.

Seandainya bukti tersebut akan dipilih, maka pilihlah secara selektif.

4. Eksplisit: Asesmen portofolio juga harus jelas, baik jenis, teknik, prosedur

maupun kompetensi yag akan diukur. Kejelasan yang dimaksud bukan

hanya untuk guru, tetapi juga peserta didik.

5. Integrasi: Dalam pelaksanaannya, antara kegiatan peserta didik di kelas

dengan kehidupan nyata haruslah terintegrasi. Artinya, asesmen portofolio

tidak lepas dari kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik tidak jauh

dari apa yang mereka alami. Peserta didik juga dapat dengan mudah

mengaitkan antara kemampuan yang diperolehnya dengan kenyataan

sehari-hari.

6. Kepemilikan: Hal yang sangat penting dalam asesmen portofolio adalah

adanya rasa memiliki bagi setiap peserta didik terhadap semua bukti yang

dikumpulkan guru, sehingga peserta didik dapat menjaga dengan baik

semua bukti.

7. Beragam tujuan: Pelaksanaan asesmen portofolio bukan hanya mengacu

pada kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, tetapi juga

tujuan-tujuan lain yang bermanfaat bagi program pembelajaran, seperti

keefektifan program, perkembangan peserta didik, dan dapat dijadikan alat

komunikasi peserta didik ke berbagai pihak yang berkepentingan.

Karakteristik asesmen portofolio yang merupakan kumpulan hasil karya

peserta didik yang disusun berdasarkan suatu standar tertentu dimana jenis

35

tugas tersebut dikelompokkan menjadi beberapa bagian. Oleh karena itu,

menurut Barton dan Collins (1997 dalam Surapranata dan Hatta 2004:25) ada 4

macam jenis bukti atau objek portofolio yang harus dikumpulkan peserta didik,

yaitu : hasil karya pesertadidik yang dihasilkan dalam kelas, hasil kerja peserta

didik yang dikerjakan di luar kelas, pernyataan dan hasil pengamatan yang

dilakukan oleh guru atau pihak lainnya tentang peserta didik, dan hasil kerja

peserta didik yang dipersiapkan khusus untuk portofolio. Seorang guru harus

mengetahui kelebihan dan kelemahan dari portofolio yang akan diterapkan,

sehingga dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

menjadi lebih baik.

4. Kelebihan dan kekurangan Asesmen Portofolio diantaranya :

Menurut Johnson and johnson (dalam Tigran 2005:70) Kelebihan model

asesmen portofolio, antara lain sebagai berikut:

1. Dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik

dari waktu ke waktu berdasarkan feed-back dan refleksi diri.

2. Membantu guru melakukan asesmen secara adil, objektif, transparan dan

dapat dipertanggungjawabkan tanpa mengurangi kreativitas peserta didik

di kelas.

3. Mengajak peserta didik untuk belajar bertanggung jawab terhadap apa

yang telah mereka kerjakan, baik di kelas maupun di luar kelas dapalm

rangka implementasi program pembelajaran.

4. Meningkatkan peran serta peserta didik secara aktif dalam kegiatan

pembelajaran dan asesmen.

36

5. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk meningkatkan

kemampuan mereka.

6. Membantu guru mengklarifikasi dan mengidentifikasi program

pembelajaran.

7. Terlibatnya berbagai pihak, seperti orang tua, guru, komite sekolah, dan

masyarakat lainnya dalam melihat pencapaian kemampuan peserta didik.

8. Memungkinkan peserta didik melakukan asesmen diri (self-assessment),

refleksi dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis (critical

thinking).

9. Memungkinkan guru melakukan asesmen secara fleksibel, tetapi tetap

mengacu kepada kompetensi dasar dan indikator hasil belajar yang

ditentukan.

10. Guru dan peserta didik sama-sama bertanggung jawab untuk merancang

dan menilai kemampuan belajar.

11. Dapat digunakan untuk menilai kelas yang heterogen antara peserta didik

yang pandai dan kurang pandai.

12. Memungkinkan guru memberikan hadiah terhadap setiap usaha belajar

peserta didik.

Menurut Budiono (2001:1) Kelebihan portopolio antara lain

1. Dapat menutupi proses kekurangan proses pembelajaran. Seperti

keterampilan memecahkan masalah, mengemukakan pendapat, berdebat,

menggunakan berbagai sumber informasi, mengumpulkan data, membuat

laporan dan sebagainya.

2. Mendorong adanya kolaborasi (komunikasi dan hubungan) antra peserta

didik dan antara peserta didik dan guru.

3. Memungkinkan guru mengakses kemampuan peserta didik membuat atau

menyusun laporan, menulis dan menghasilkan berbagai tugas akademik

4. Meningkatkan dan mengembangkan wawasan peserta didik mengenai isu

atau masalah kemasyarakatan atau lingkungan nya.

5. Mendidik peserta didik memiliki kemampuan merefleksi pengalaman

37

belajarnya, sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar lebih baik dari

yang sudah mereka lakukan

Pengalaman belajar yang tersimpan dalam memorinya akan lebih tahan

lama karena sudah melakukan serangkaian proses belajar dari mengetahui,

memahami diri sendiri, melakukan aktifitas dan belajar bekerjasama dengan

rekan-rekan dalam kebersamaan. Adanya berbagai kelebihan membantu guru

melakukan asesmen secara adil, objektif, transparan dan dapat

dipertanggungjawabkan yang terdapat pada asesmen, guru mudah

mengklarifikasi dan mengidentifikasi program pembelajaran. Asesmen

portofolio inilah peneliti bermaksud mengembangkan asesmen portofolio

supaya menjadi lebih baik sehingga dapat dimanfaatkan oleh semua guru.

Setiap konsep atau model asesmen tentu ada kelebihan dan

kekurangannya, begitu juga dengan asesmen portofolio.

Kekurangan asesmen portofolio, antara lain sebagai berikut:

1. Membutuhkan waktu dan kerja ekstra

2. Asesmen portofolio dianggap kurang reliabel dibandingkan dengan bentuk

asesmen yang lain.

3. Ada kecendrungan guru hanya memperhatikan pencapaian akhir sehingga

proses asesmen kurang mendapat perhatian.

4. Jika guru melaksanakan proses pembelajaran yang bersifat teacher-

oriented, kemungkinan besar inisiatif dan kreativitas peserta didik akan

terbelenggu sehingga asesmen portofolio tidak dapat dilaksanakan dengan

baik.

5. Orang tua peserta didik sering berpikir skeptid karena laporan hasil belajar

anaknya tidak berbentuk angka.

38

6. Asesmen portofolio masih relatif baru sehingga banyak guru, orang tua,

dan peserta didik yang belum mengetahui dan memahaminya.

7. Tidak tersedianya kriteria asesmen yang jelas.

8. Analisis terhadap asesmen portofolio agak sulit dilakukan sebagai akibat

dikuranginya penggunaan angka.

9. Sulit dilakukan terutama menghadapi ujian dalam skala nasional.

10. Dapat menjebak peserta didik jika terlalu sering menggunakan format

yang lengkap dan detail.

Menurut Budiono (2001: 1) Kelemahan portofolio yaitu:

1. Membutuhkan waktu yang relatif lama

2. Memerlukan ketekunan, kesabaran dan keterampilan guru

3. Memerlukan adanya jaringan komunikasi yang erat antara peserta didik,

guru sekolah

Selain itu dalam menggunakan asesmen portofolio juga dibutuhkan

pemahaman dan kreatifitas guru dalam merencanakan portofolio. Namun

dalam penelitian Wulan (2003) dan Iskandar (2000) terungkap bahwa para

guru masih mengalami kesulitan dalam menyusun dan menggunakan asesmen

alternatif yaitu asesmen portofolio.

Kesimpulan dari pendapat diatas penggunaan portofolio dalam proses

pembelajaran memiliki beberapa langkah –langkah penting yang harus

diperhatikan dan dilakukan oleh guru, yaitu; memastikan bahwa peserta didik

memiliki berkas portofolio, menentukan bentuk dokumen atau hasil pekerjaan

yang perlu dikumpulkan, menentukan kriteria asesmen yang digunakan,

menentukan waktu dan menyelenggarakan pertemuan portofolio, melibatkan

39

orang tua dalam proses asesmen portofolio (Popham, 1995:167).

Penelitian ini dibatasi tahapan sampai pada tahap menentukan kriteria

asesmen yang digunakan karena dibatasi waktu dan biaya yang digunakan.

5. Struktur Portofolio

Langkah yang perlu ditempuh dalam pengembangan asesmen portofolio

perlu adanya struktur portofolio, menurut Nurgiyantoro ( 2011: 30) yaitu (a)

penentuan standar, (b) penentuan tugas autentik, (c) pembuatan kriteria, dan

(d) pembuatan rubrik.

a) Penentuan Standar

Standar dimaksudkan sebagai sebuah pernyataan tentang apa yang

harus diketahui dan dilakukan oleh pembelajar. Standar dapat di observasi

dan di ukur ketercapaiannya. Dunia pendidikan di Indonesia, dikenal istilah

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Kompetensi Inti adalah kualifikasi

kemampuan yang mencakup sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan

keterampilan (PP No. 32 Tahun 2013). Sementara itu, kompetensi dasar

adalah kompetensi minimal yang harus tercapai atau dikuasai oleh

pembelajar. Kompetensi menjadi acuan dan tujuan yang ingin dicapai

dalam keseluruhan proses pembelajaran. Kompetensi yang akan dicapai

haruslah yang pertama ditetapkan. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

masih abstrak. Kompetensi Dasar kemudian dijabarkan menjadi sejumlah

indikator yang lebih operasional sehingga jelas kemampuan, keterampilan,

atau kinerja yang ingin dicapai dan menjadi sasaran pengukuran.

Penentuan standar merupakan penentuan Kompetensi Inti, Kompetensi

40

Dasar, dan Indikator yang menjadi acuan kegiatan pembelajaran dan

asesmen.

b) Penentuan Tugas Autentik

Tugas autentik merupakan tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik

untuk mengukur kompetensi yang diajarkan baik ketika proses pembelajaran

berlangsung maupun di akhir pembelajaran. Pembuatan tugas autentik,

terdapat dua hal yang harus menjadi acuan, yaitu (a) pemilihan tugas autentik

harus mengacu pada kompetensi yang akan diukur dan (b) tugas harus

mencerminkan keadaan atau kebutuhan pembelajar sesungguhnya di dunia

nyata. Asesmen autentik harus sesuai dengan standar kompetensi dan relevan

(bermakna) dalam dunia nyata. Pembelajaran keterampilan menulis,

pembelajar bukan hanya dituntut untuk mampu menulis tetapi juga dituntut

untuk menghasilkan karya yang dibutuhkan dalam dunia nyata seperti,

menulis pidato, membuat laporan pengamatan.

c) Pembuatan Kriteria Indikator

Kriteria asesmen harus sesuai dengan kompetensi yang diajarkan dan

sesuai dengan kebutuhan pembelajar di dunia nyata. Jumlah kriteria bersifat

relatit tetapi sebaiknya dibatasi. Namun yang paling penting, sebuah kriteria

mampu mengungkapkan capaian hasil pembelajaran berdasarkan

Kompetensi Inti. Perumusan kriteria yang jelas dan operasioanl akan

mempermudah guru dalam melakukan asesmen.

Pembuatan kreteria atau indikator menurut Nurgiyantoro (2013: 32) agar

baik dan efektif adalah (a) tugas harus dirumuskan secara jelas, (b) singkat,

41

padat, (c) dapat diukur, (d) menunjuk pada tingkah laku hasil belajar, dan (e)

ditulis dengan bahasa yang dapat dipahami oleh peserta didik.

d) Pembuatan Rubrik

Rubrik menurut Undang (2010 : 9) adalah alat skoring yang memuat

kinerja suatu pelaksanaan pekerjaan atau hasil kinerja. Rubrik menurut

Andraded dalam Zainul (2003:17) adalah sebagai suatu alat penskoran yang

terdiri dari daftar seperangkat kreteria atau apa yang harus dihitung. Rubrik

menurut Arends (2008:244) adalah scoring rubrics sebagai deskripsi

terperinci tentang tipe kinerja tertentu dan kreteria yang akan digunakan

untuk menilai.

Menurut Surapranata dan Hatta (2004:17) dikemukakan bahwa :

Dalam penerapan asesmen berbasis kelas seperti portofolio, seorang guru harus

memahami lebih awal kemampuan peserta didikdan mampu menerapkan

pengajaran yang tepat sehingga teknik asesmen berbasis kelas dapat

dilaksanakan, selain itu dengan adanya pemahaman guru tentang asesmen

portofolio dapat membuat guru mampu menjelaskan tujuan kegiata

pembelajaran yang ingin dicapai pada peserta didik.

Untuk dapat memahami asesmen portofolio yang akan diterapkan, seorang

guru harus memahami tahapan–tahapan yang terdapat dalam portofolio.

Menurut Surapranata dan Hatta (2004:100) ada beberapa tahapan yang harus

dipahami guru sebelum menerapkan asesmen portofolio dalam pembelajaran,

yaitu : (1) Penentuan tujuan portofolio, (2) Penentuan isi portofolio, (3)

Penentuan kriteria asesmen, (4) Penentuan format asesmen, (5) Pengamatan

dan Asesmen Portofolio, (6) Penentuan menyeleksi bukti, (7) Refleksi, (8)

Hubungan.

42

Adapun tahap-tahap asesmen portofolio dapat dijelasan masing-masing

sebagai berikut :

1. Penentuan tujuan portofolio

Hal yang paling utama dalam asesmen portofolio adalah adanya tujuan

(purpose) yang dapat memudahkan dan memberikan arahan yang jelas

dalam pencapaian sasaran pelaksanaan asesmen portofolio.Dalam hal ini

pendidik harus menentukan tujuan portofolio, apakah untuk memantau

proses pembelajaran (process oriented) atau mengevaluasi hasil akhir

(product oriented) atau keduanya, apakah penggunaan portofolio untuk

proses pembelajaran atau sebagai alat untuk asesmen. Selain itu perlu

dipertimbangkan pula apakah portofolio akan diterapkan secara kelompok

atau individu.

2. Penentuan isi portofolio

Isi dan bahan asesmen portofolio mengacu pada tujuan yang telah

ditetapkan. Isi portofolio haruslah menunjukan kemampuan peserta didik

yang sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi daasar, dan indikator

pencapaian hasil belajar. Adapun berbagai bahan yang dapat dijadikan isi

dalam berkas portofolio menurut Sumarna Surapranata dan Muhammad

Hatta (2004 : 39) adalah :

1. Penghargaan tertulis, misalnya sertifikat mengikuti lomba matematika

tingkat kelas, sekolah, kecamatan, kabupaten, propinsi maupun nasional.

2. Penghargaan lisan, guru mencatat penghargaan lisan yang diberikan

peserta didik dalam kurun waktu tertentu.

3. Hasil kerja biasa dan hasil pelaksanaan tugas oleh peserta didik,

misalnya buku tugas, buku PR, buku kerja, kliping, foto atau gambar.

4. Daftar ringkasan hasil pekerjaan, berupa buku catatan peserta didik

5. Catatan sebagai peserta dalam suatu kerja kelompok.

6. Contoh terbaik hasil pekerjaan, menurut pendapat guru dan peserta

didik.

43

7. Catatan/laporan dari pihak lain yang relevan, antara lain dari teman atau

orangtua.

8. Hasil rekapitulasi daftar kehadiran.

9. Hasil ulangan harian atau semester

10. Prosentase dari tugas yang selesai dikerjakan

11. Catatan pribadi

12. Daftar kehadiran

13. Persentase tugas yang telah selesai dikerjakan

14. Catatan tentang peringatan yang diberikan guru manakala peserta didik

melakukan kesalahan.

15. Audio visual

16. Video

17. Disket

Sedangkan Valencia (1990 : 2) menyatakan bahwa “Portfolio can consist

of a wide variety of materials: teacher notes, teacher-completed checklists,

student-reflections, reading logs, samples journal pages, written summaries,

audiotapes of retelling or oral readings, video tapes of group projects, and so

forth”. Portofolio dapat berisi berbagai macam bahan yang luas: catatan guru,

daftar ceklis guru, refleksi peserta didik, daftar bacaan, contoh halaman jurnal,

catatan ringkas, kaset rekaman, video tape dan sebagainya.

3. Penentuan Kriteria asesmen portofolio

Penentuan kriteria dalam asesmen portofolio memiliki arti penting sebagai

wujud nyata yang meyakinkan bahwa isi dan tujuan telah tersusun dengan

sistematis. Selain itu, kriteria penilain juga dapat memberikan peran dalam

menjamin mutu pendidikan karena dengan kriteria yang tersusun rapi maka

pelaksanaan asesmen menjadi jelas dan dapat dipertanggungjawabkan,

sehingga akan membawa manfaat bagi perbaikan dan peningkatan mutu

pendidikan. Karenanya dalam penyususnan kriteria ini harus memperhatikan

aspek-aspek kemampuan peserta didik secara detail dan menyeluruh pada

seluruh komponen, baik komponen kognitif, afektif serta psikamotor. Hal ini

44

penting karena kriteria memberikan acuan atau landasan dalam

mengungkapkan kelengkapan seluruh kompetensi peserta didik yang akan

dinilai.

Oleh karena itu, pendidik harus merumuskan kriteria asesmen portofolio

yang mempertimbangkan hal-hal berikut (Surapranata dan Muhammad Hatta

(2004 : 121) : (1) Apa saja yang perlu dilakukan oleh peserta didik, (2)

Bagaimana peserta didik melakukannya (3) Waktu yang diperlukan (4)

Persyaratan yang perlu dimiliki, (5) Sarana dan prasarana yang harus

digunakan

4. Penentuan Format Asesmen Portofolio

Format asesmen portofolio merupakan penjabaran tertulis dari kriteria

asesmen yang telah tersusun. Maksud penyusunannya adalah untuk menilai

penerapan kemampuan peserta didik sesuai dengan standar kompetensi,

kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar. Kemendikbud

(2013:13) format asesmen portofolio dapat dijabarkan secara kualitatif

(misalnya baik, cukup, kurang) maupun kuantitatif (misalnya dengan skala

nilai 0-100,0-10,0-4). Contoh asesmen portofolio disajikan dalam tabel berikut:

45

Tabel 3 Contoh Format Asesmen Portofolio Matematika kelas 4 SD

Kompetensi Dasar

Peserta didik mampu menentukan

keliling dan luas jajargenjang dan

segitiga

Nama peserta didik : ..........

Tanggal : ............

Indikator ASESMEN

Kurang Baik Baik Baik Sekali

Mengenal dan menemukan rumus

keliling jajargenjang dan segitiga

Mengenal dan menemukan rumus luas

jajargenjang dan segitiga

Menyelesaikan soal yang berhubungan

dengan keliling dan luas jajargenjang

Menyelesaikan soal yang berhubungan

dengan keliling dan luas segitiga

Dicapai melalui : Komentar guru :

Nia sudah baik menyelesaikan soal

yang berhubungan dengan keliling dan

luas segitiga serta jajargenjang

· Pertolongan guru

· Seluruh kelas

· Kelompok kecil

· Sendiri

Komentari Orang tua :

Sumber:Kemendikbud 2013

Pada pengembangan ini mengadaptasi pada format asesmen portofolio pada mata

pelajaran Matematika

5. Pengamatan dan asesmen portofolio

Tahapan berikutnya dalam asesmen portofolio adalah kegiatan mengamati

dan menilai bukti yang peserta didik hasilkan, Kemendikbud 2013. Artinya,

bukti yang dimasukkan ke dalam portofolio harus diamati guru dan dinilai.

Asesmen tidak hanya dilakukan oleh guru, tetap peserta didik juga turut

terlibat. Dalam pengamatan dan asesmen portofolio, guru bangsa saja meminta

peserta didik untuk memberi komentar terhadap tulisan yang dihasilkannya.

Guru bisa menyediakan asesmen diri (self assessment) dan kuesioner yang

digunakan oleh guru maupun peserta didik. Asesmen diri ini berfungsi untuk

46

melihat kriteria keterlibatan peserta didik sepenuhnya dalam proses

pembelajaran yang sedang berlangsung karenanya secara nyata dapat terlihat

bahwa peserta didik memiliki kemampuan (skill), pengetahuan (knowledge),

dan keyakinan diri (confidence) untuk mengevaluasi proses yang sedang

mereka hadapi maupun perkembangan terhadap hasil kerjanya secara mandiri.

6. Menyeleksi Bukti Portopolio

Apabila semua bukti telah dikerjakan peserta didik sesuai dengan tujuan

yang telah ditetapkan dalam kurikulum, langkah selanjutnya adalah mengoleksi

semua bukti. Dalam mengoleksi pertama, memastikan bahwa setiap peserta

didik sudah memiliki berkas portofolio, kedua, sudah ditetapkan macam-

macam bahan portofolio, ketiga, pelaksanaan pengumpulan bahan.

Bahan yang dikumpulkan dalam portofolio bermacam-macam, tetapi

pendidik harus dapat memilih yang perlu dan relevan saja. Pertimbangannya

adalah pertama, mencari bahan yang dapat memberikan informasi mengenai

gambaran perkembangan belajar yang dialami peserta didik. Kedua, perhatikan

adanya bahan yang dapat memberikan informasi bermanfaat untuk bahan

pertimbangan mengambil keputusan berkaitan dengan kurikulum dan

pengajaran.

Setelah ditentukan dan dipastikan bahwa setiap peserta didik telah

membuat dan memilih berkas portofolio, selanjutnya perlu ditentukan pula :

1. Cara mengumpulkan dan menyusun dalam berkas portofolio

2. Tempat menyimpan

3. Cara menyimpan

4. Waktu pengumpulan (kapan dimulai, dan kapan berakhir).

47

7. Refleksi

Tahapan ini membedakan dengan jelas antara portofolio dengan sekedar

koleksi tugas-tugas peserta didik. Refleksi bisa dilakukan dalam bentuk tulisan,

atau dalam bentuk lain. Dalam refleksi, peserta didik akan ditanya alasan

mengapa mereka memilih bukti tertentu untuk dinilai, bagaimana

membandingkan antara satu bukti yang dipilih dengan yang tidak dipilih,

kemampuan dan pengetahuan khusus apa yang digunakan untuk memilih dan

menghasilkan bukti tertentu, dan dimana atau kapan mereka dapat

meningkatkan dan kemampuannya sebagai peserta didik dan lain sebagainya.

8. Hubungan ( Koneksi )

Koneksi adalah tahapan paling akhir dalam asesmen portofolio. Ada 2 hal

yang perlu diperhatikan dalam tahapan koneksi ini. Pertama, koneksi antara

yang peserta didik hasilkan (bukti) dengan tujuan pembelajaran (kompetensi

dasar dan indikator). Hal ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana peserta

didik menuangkan pengetahuan dan kemampuannya.

Kedua, koneksi antara bukti dengan dunia luar, di luar kelas. Tujuannya

adalah untuk memperlihatkan bukti peserta didik pada dunia luar, sebagai

sarana dialog dengan dunia luar (peserta didik lain, orang tua, masyarakat,

komunitas lainnya) agar mendapat masukan atau gagasan baru demi perbaikan

pembelajaran dan bukti, sebagai media belajar berdebat serta untuk menambah

pengalaman.

6. Perencanaan Asesmen Portofolio

Perencanaan dapat diartikan sebagai hubungan antara apa yang ada

sekarang (what is) dengan bagaimana seharusnya (what should be) yang

48

bertalian dengan hubungan, penentuan,tujuan, prioritas, program dan alokasi

sumber (Steller dalam Erladewi, 2008:146). Oleh karena itu seorang guru harus

dapat menentukan atau membuat suatu perencanaan yang baik ketika akan

menerapkan asesmen portofolio dalam sistem asesmen.

Perencanaan yang dapat dilakukan guru ketika menggunakan asesmen

portofolio dalam pembelajaran dapat dilakukan diawal semester dengan

membuat perangkat pembelajaran yang dimulai dengan pembuatan program

tahunan, program semester, silabus sampai rencana pelaksanaan

pembelajaran. Untuk dapat membuat perangkat pembelajaran tersebut,

seorang guru harus mengetahui tahapan – tahapan penyusunan portofolio.

Menurut Marheni (2006:8), agar penggunaan portofolio dapat terarah, maka

dibutuhkan enam (6) langkah perencanaan portofolio, yaitu;

(1) Menentukan fokus portofolio yaitu portofolio dapat dilakukan dengan

menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

a. Mengapa portofolio itu akan dilakukan ?

b. Tujuan pembelajaran dan tujuan kurikulum (dalam hal ini kompetensi

dasar) apa yang akan dicapai ?

c. Alat asesmen yang bagaimana yang tepat untuk menilai tujuan tersebut ?

d. Apakah portofolio akan difokuskan pada hasil pekerjaan yang baik,

pertumbuhan dan kemajuan belajar, atau keduanya ?

e. Apakah portofolio itu akan digunakan untuk formatif, sumatif, diagnostik

atau semuanya ?

f. Siapa yang akan dilibatkan dalam menentukan tujuan, fokus, dan

pengaturan (organization) portofolio ?

49

(2) Menentukan aspek isi yang dinilai yaitu isi portofolio harus sesuai dengan

tujuan portofolio. Isi portofolio harus menunjukkan kemampuan peserta didik

sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Untuk itu, semua kegiatan

pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas harus selalu diamati dan

dinilai.

(3) Menentukan bentuk susunan portofolio yaitu susunan asesmen harus

dirumuskan dengan jelas, baik yang berhubungan dengan proses

pembelajaran maupun hasil belajar yang diharapkan. Susunan asesmen sangat

bergantung kepada kompetensi, cara menilai dan evidence yang dinilai.

(4) Menentukan penggunaan portofolio yaitu sebagaimana bentuk susunan

portopolio, maka penggunaan portopoliopun harus mengacu kepada

pengguna.

(5) Menentukan cara menilai portofolio yaitu format asesmen banyak

modelnya. Salah satunya bisa menggunakan model skala dengan tiga kriteria,

seperti : baik, cukup, kurang.

(6) Menentukan penggunaan rubrik yaitu dilakukan dengan menjawab

pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. Apakah nilai portofolio akan

dinyatakan sebagai satu skor saja?

7. Model Assesmen Portofolio

Model asesmen portofolio sangat penting digunakan dalam proses

kegiatan pembelajaran di kelas. Hal ini sangat penting memiliki model

asesmen portofolio karena akan membantu memastikan portofolio yang

diandalkan sebagai alat asesmen yang valid. Model portofolio menurut

beberapa ahli adalah sebagai berikut.

50

This model of portfolio assessment was proposed by Barnhardt. (2003).

In their model, there are seven main steps in portfolio assessment:1) Plan for

the assessment purpose, 2) Determine portfolio outcomes, 3) Match

classrooms tasks to outcomes, 4) Establish criteria for assessment, 5)

Determine organization of the portfolio, 6) Monitor the portfolio process, 7)

Evaluating the portfolio process.

Surapranata dan Hatta (2004: 46-64) mengatakan bahwa pada

hakekatnya terdapat dua model portofolio, yaitu portofolio proses dan

portofolio produk. Portofolio proses menurut Cole dalam Suryapranata dan

Hatta (2004: 46-66) yaitu jenis portofolio yang menunjukan tahap belajar dan

menyajikan catatan perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu.

Pendekatan ini lebih menekankan pada peserta didik belajar, berkreasi,

termasuk mulai dari draft awal, proses awal itu terjadi, dan tentunya

sepanjang peserta didik dinilai. Hasil kerja peserta didik dalam portofolio

jenis ini biasanya proses pembuatan suatu karya atau pekerjaan didiskusikan

antara peserta didik dan guru maupun peserta didik dengan peserta didik

lainnya.

Bentuk portofolio proses salah satunya adalah portofolio kerja (working

portfolio), yaitu bentuk yang digunakan untuk memilih koleksi bukti

(evidence) peserta didik yang dilakukan dari hari ke hari. Keberhasilan

portofolio kerja bergantung kemampuan merefleksikan dan

mendokumentasikan kemajuan proses pembelajaran. Proses semacam ini akan

membuat guru mengenal tentang kemajuan peserta didik dan memungkinkan

guru menolong peserta didik untuk mengidentifikasikan kelemahan dan

51

kelebihan pekerjaan peserta didik. Portofolio kerja ini bermanfaat untuk

memberikan informasi peserta didik, mengorganisasikan dan mengelola kerja,

merefleksi dari pencapaian, dan menetapkan tujuan dan arahan. Portofolio

kerja kreteria yang dapat dinilai adalah cara kerja (pengorgansasian) dan hasil

kerja. Kreteria yang dinilai dalam portofolio proses adalah: (a) pembagian

kerja diantara kelompok, (b) masing-masing anggota bekerja sesuai dengan

kelompok, (c) konstribusi kerja para anggota kelompok terhadap hasil yang

dicapai kelompok, (d) Bukti tanggung jawab bersama, (e) kelengkapan data

yang diperoleh telah sesuai dengan tugas anggota kelompok masing-masing,

(f) informasi yang diperoleh akurat, (g) portofolio disusun dengan baik.

Portofolio produk menurut Cole dalam Suryapranata dan Hatta (2004:

46-66) adalah portofolio yang menekankan pada tinjauan hasil terbaik yang

telah dilakukan peserta didik, tanpa memperhatikan bagaimana proses untuk

mencapai evidence itu terjadi. Portofolio produk bertujuan untuk

mendokumentasikan dan merefleksikan kualitas prestasi yang telah dicapai.

Asesmen bentuk ini memerlukan peserta didik untuk mengkoleksi semua

pekerjaan peserta didik, pada suatu saat peserta didik harus menunjukan

evidence yang terbaik.

Portofolio dokumentasi adalah asesmen terhadap koleksi pilihan dari

sekumpulan evidence peserta didik selama kurun waktu tertentu. Bentuk

portofolio ini dirancang untuk menilai evidence peserta didik yang terbaik

dalam satu kompetensi dasar atau indikator pencapaian hasil belajar dalam

kurun waktu tertentu termasuk di dalamnya proses yang digunakan untuk

menghasilkan karya tersebut. Portofolio dokumentasi sangat berguna untuk

52

asesmen yang bergantung kepada evidence peserta didik telah menunjukan

kemampuan peserta didik yangg sebenarnya dan kemampuan yang dituntut

oleh kompetensi dasar dan indikator pencapaian hasil belajar. Evidence

peserta didik yang digunakan dalam bentuk portofolio ini dapat berasal dari

catatan guru atau kombinasi antara catatan guru dan kegiatan peserta didik.

Berdasarkan dokumen ini baik guru maupun peserta didik dapat

melihat: (a) proses yang telah diikuti , (b) kerja yang telah dilakukan, (c)

dokumen apa yang telah dihasilkan, (d) hal-hal pokok telah

terdokumentasikan, (e) dokumen disusun berdasarkan sumber-sumber data

masing-masing, (f) dokumen berkaitan apa yang akan disajikan, (g) standar

atau kompetensi apa yang telah dicapai sampai pada pekerjaan terakhir.

Berdasarkan model-model asesmen di atas peneliti dokumen

menggunakan portofolio yang menekankan pada tinjauan hasil terbaik yang

telah dilakukan peserta didik, tanpa memperhatikan bagaimana proses untuk

mencapai evidence itu terjadi..

8. Pelaksanaan Asesmen Portofolio

Tahapan selanjutnya dalam penerapan asesmen portofolio dalam

pembelajaran adalah tahap pelaksanaan atau implementasinya dalam proses

pembelajaran. Pada tahapan ini gurudapat memulainya dengan

mengkomunikasikan kepada peserta didik terkait akan digunakannya asesmen

portofolio, hal ini dapat dilakukan dengan mengumumkan tujuan dan

fokuspembelajaran, selanjutnya guru dapat membuat kesepakatan prosedur

pelaksanaan asesmenportofolio dengan peserta didik dimulai dari menentukan

jenis tugas yang harus dikumpulkansamapai dengan menentukan kriteria

53

asesmen.

Menurut Wulan (2010 : 146) ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan

guru dalam melaksanakan asesmen portofolio, yaitu :

1) Guru dan peserta didik secara rutin mendiskusikan proses pembelajaran

yang menuntun peserta didik menghasilkan karyanya;

2) Guru mengumpulkan pekerjaan peserta didik untuk diperiksa dan diberi

komentar,peserta didik dapat memperbaiki tugasnya bila masih memilki

banyak kekurangan;

3) Tugas ataucatatan tentang peserta didik diberi tanggal dan dimasukkan

ke dalam folder secara kronologis sesuai urutan waktunya;

4) Guru memberikan umpan balik secara berkesinambungan terhadap

peserta didik, sehingga peserta didik dapat senantiasa memperbaiki

kelemahannya. Guru dapat memeriksa kembali pekerjaan peserta didik

sesuai urutan waktu, melihat kemajuan belajarnya dan mengkaji taraf

pencapaian kompetensi belajar peserta didik. Selanjutnya guru dapat

memberi catatan tentangprestasi dan kemajuan belajar peserta didik,

hasil catatan guru dilampirkan pada portofolio peserta didik;

5) Kegiatan diskusi antara guru dan peserta didik hendaknya diupayakan

untuk memberikan asesmen,namun digunakan untuk memunculkan

kekuatan karya peserta didik; dan

6) Seleksi terhadap karyayang dilakukan oleh peserta didik dengan

bantuan guru. dalam hal ini peserta didik dapat memilih seluruhnya,

sebagian atau hanya karya terbaik saja yang dimasukkan dalam

portofoliomereka.

Lebih lanjut Zainul,2001 (dalam Hasmalena, 2009 : 147) mengemukakan

bahwa ada beberapa hal yang harus dilalui dalam mengimplementasikan

asesmen portofolio yaitu :

a. Tahap Persiapan, mengidentifikasi tujuan pembelajaran yang akan

diakses dengan asesmen portofolio, menjelaskan kepada anak bahwa

akan dilaksanakan asesmen portofolio untuk mengakses tujuan

pembelajaran dan memberikan contoh portofolio yang pernah

dilaksanakan, menjelaskan bagian mana dan seberapa banyak kinerja

dan hasil kerja akandisertakan portofolio, dalam bentuk apa dan

bagaimana kinerja atau hasil kerja itu diakses,dan menjelaskan

bagaimana kinerja dan hasil karya tersebut harus disajikan.

b. Tahap Pelaksanaan, Guru melaksanakan proses pembelajaran dan selalu

memotivasi anak untuk belajar, Guru melakukan pertemuan secara rutin

dengan anak guna mendiskusikan prosespembelajaran yang akan

menghasilkan kerja anak sehingga setiap langkah anak dapat

memperbaiki kelemahan yang mungkin terjadi, Guru memberikan

umpan balik secara berkesinambungan kepada anak, dan memamerkan

keseluruhan hasil karya yang disimpan dalam portofolio.

54

c. Tahap Asesmen, menegakkan kriteria asesmen yang dilakukan

bersama–sama atau dengan partisipasi anak, kriteria yang telah

disepakati diterapkan secara konsistenbaik oleh guru maupun anak, arti

penting dari tahap asesmen ini adalah self asesment yang dilakukan

oleh anak sehingga anak menghayati dengan baik kekuatan dan

kelemahannya danhasil asesmen dijadikan tujuan baru bagi proses

pembelajaran.

Guru melaksanakan asesmen portofolio sudah seharusnya merancang

suatu skala asesmen atau disebut sebagai rubrik. Menurut Arends

(2008:29) mengemukakan bahwa merancang scoring rubric yang baik

merupakan salah satu aspek penting dalam performance assesment,

scoring rubric adalah deskripsi terperinci tentang tipe kinerja tertentu dan

mengeksplisitkan kriteria yang akan digunakan untuk menilai kinerja,

secara umum scoring rubbric terdiri dari dua tipe yaitu holistic rubric dan

analytic rubric. Rubrik holistik memungkinkan pemberi skor untuk

membuat asesmen tentang kinerja (produk atau proses) secara

keseluruhan, tidak dari bagian-bagian komponennya. Sedangkan rubrik

analitik menuntut pemberi skor untuk menilai komponen- komponen yang

terpisah atau tugas-tugas individual yang berhubungan dengan kinerja

yang dimaksud. Mertler dalam Arends (2008: 244), mengatakan bahwa

rubrics holistik lebih cocok bila tugas kinerjanya menuntut

mahapeserta didik untuk membuat respons tertentu dan tidak ada

jawaban yang mutlak benar. Rubrics analitik biasanya lebih disukai

bila yang dituntut adalah tipe respons yang agak terfokus.

Ketika guru akan menerapkan portofolio, maka dibutuhkan kreativitas

guru dalam merancang rubrik, karena rubrik merupakan komponen penting

bagi guru dalam menilai hasil karya portofolio yang peserta didik kumpulkan,

adanya rubrik juga sangat penting dalam menilai kemampuan dan kualitas

55

peserta didik dalam mengerjakan tugas – tugas portofolio yang telah disepakati

sebelumnya.

Dari beberapa pendapat diatas penulis menggunakan rubrik holistik

digunakan untuk menilai kemampuan/proses secara keseluruhan tanpa ada

pembagian komponen secara terpisah.

Gunawan (2009 : 6) menyatakan bahwa: dalam rubrik holistik salah satu

penyebutan yang digunakan adalah tingkat 1 (tidak memuaskan), tingkat 2

(cukup memuaskan dengan banyak kekurangan), tingkat 3 (memuaskan dengan

sedikit kekurangan), dan tingkat 4 (superior) atau tingkat 0, tingkat 1, tingkat 2,

dan tingkat 3 ( masing- masing dengan sebutan yang sama).

Tabel 4 Template untuk Rubrik Holistik

Zainul (Anwar: 2005:17)

8. Assesment Portofolio dalam Pembelajaran

Proses asesmen merupakan salah satu bagian penting yang harus

dilakukan olehpendidik untuk melihat kemampuan peserta didiknya. Seperti

yang dikemukakan oleh Firman dan Widodo (2008:75) asesmen merupakan

proses pengumpulan dan pengolahan informasi dalam rangka membuat

keputusan, dimana asesmen hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik

dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan

Skor Deskripsi

5 Memperlihatkan pemahaman yang lengkap tentang permasalahannya. Seluruh persyaratan tugas dimasukkan ke dalam respons.

4 Memperlihatkan pemahaman yang cukup tentang permasalahannya.

Seluruh persyaratan tugas dimasukkan ke dalam respons.

3 Memperlihatkan pemahaman parsial tentang pemahamannya.

Kebanyakan persyaratan tugas dimasukkan ke dalam respons.

2 Memperlihatkan pemahaman terbatas tentang permasalahannya.

Banyak persyaratan tugas yang tidak tampak dalam respons.

1 Memperlihatkan sama sekali tidak memahami permasalahannya

56

perbaikan hasil, yang dapat dilakukan dalam bentuk penugasan, ulangan

harian, ulangantengah semester, ulangan akhir semester, atau bentuk lain yang

sesuai untuk mengukur ketercapaian standar kompetensi kelulusan peserta

didik. Permendikbud No 3 Tahun 2017 asesmen oleh pemerintah dan satuan

pendidikan serta untuk mendorong pencapaian standar kompetensi lulusan

secara nasional perlu menyelenggarakan Ujian Nasional, Ujian Sekolah

Berstandar Nasional, dan Ujian.

Jadi dengan kata lain proses asesmen yang dilakukan guru berlangsung

selama proses pembelajaran, dimana dengan adanya asesmen ini diharapkan

peserta didik mampu meningkatkan kualitasnya dalam mempelajari dan

mengimplementasikan materi yang didapatkan di sekolah. Selain itu setelah

peserta didik mengikuti proses pembelajaran diharapkan adanya perubahan

dalam

kepribadian tingkah laku yang telah terbentuk dari ketrampilan, kebiasaan,

kemampuan,sikap, pemahaman konsep sehingga dapat meningkatkan prestasi

belajar peserta didik. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Anderson

(Tusriyanto, 2009 : 4) yang menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses

perubahan yang relatif menetap terjadi dalam tingkah laku potensial sebagai

hasil dari pengalaman.

Proses pelaksanaan asesmen hasil belajar peserta didik pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah yang dilaksanakan merujuk pada Standar

Asesmen yaitu Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007

yang mencakup tujuh komponen, yaitu : pengertian istilah – istilah yang

digunakan, prinsip asesmen, teknik dan instrumen asesmen, mekanisme dan

57

prosedur asesmen, asesmen oleh pendidik, asesmen oleh satuan pendidikan,

dan asesmen oleh pemerintah (Firman dan Widodo, 2008 : 83)

Realitas yang terlihat dilapangan saat ini penggunaan tes tertulis tidak

dapat memunculkan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Seperti yang

diungkapkan oleh Firman dan Widodo (2008:84) yang mengemukakan bahwa

semua kemampuan peserta didik dalam Matematika tidak dapat diungkapkan

secara baik terutama kemampuan afektif dan psikomotor, hal ini terlihat dalam

konteks asesmen hasil belajar peserta didik pada kelas awal di sekolah dasar

dimana asesmen dengan tes tertulis dipandang kurang tepat karena peserta

didik pada usia inimasih terkendala dengan membaca dan menulis, sehingga

adanya proses asesmen dengan tertulis dianggap tidak valid dan kurang mampu

menilai kemampuan hasil belajar peserta didik secara komprehensif.

Oleh karena itu dengan menerapkan asesmen portofolio dalam asesmen

Matematika diharapkan peserta didik memiliki kemampuan yang otentik yaitu

peserta didik memiliki tingkat pengetahuan dan juga ketrampilan yang

konteksnya bisa lebih dekat dengan hal yang nyata dan dapat diaplikasikan

dalam kehidupan mereka sehari – hari, selain itu dengan adanya asesmen

alternatif seperti portofolio dapat membuat peserta didik lebih kreatif.

E. Model Pembelajaran K13

Konsep pembelajaran tematik merupakan konsep pembelajaran terpadu.

Konsep model pembelajaran tematik yang dipelajari di Indonesia adalah

konsep pembelajaran terpadu yang dikembangkan oleh Fogarty pada tahun

1990.

58

Dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses

bahwa metode pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi K13

adalah metode pembelajaran inkuiri (Inquiry Based Learning), metode

pembelajaran penemuan (Discovery Learning), metode pembelajaran berbasis

proyek (Project Based Learning), dan metode pembelajaran berbasis masalah

(Problem Based Learning). Dengan demikian, maka pemilihan metode yang

akan digunakan sesuai dengan pembelajaran tematik integratif yang

dilaksanakan. Berdasarkan pendapat diatas penulis mengambil model PBL

karena sesuai dalam mengatasi masalah berkelompok.

F. Model Problem based learning (PBL)

a. Konsep Model PBL

PBL atau pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan

pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang

peserta didik untuk belajar. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu

metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana

belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan

dunia nyata.

Prastowo (2013: 79) menemukakan bahwa dalam pembelajaran problem

based learning peserta didik memahami konsep yang diberikan melalui

investigasi, inquiry, dan pemecahan masalah. Peserta didik membangun konsep

atau prinsip dengan kemampuannya sendiri yang mengintegrasikan

pemahaman yang sudah dipahami sebelumnya. Tan (dalam Rusman, 2013:

229) problem based learning merupakan inovasi dalam pembelajaran karena

dalam problem based learning kemampuan berpikir peserta didik betul-betul

59

dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis,

sehingga peserta didik dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan

mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.

Menurut Suprijono (2013: 71) model problem based learning berorientasi

pada kecakapan peserta didik memproses informasi. Pemerosesan informasi

mengacu pada cara-cara orang menangani stimuli dari lingkungan,

mengorganisasi data, melihat masalah, mengembangkan konsep. Masalah

yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu

pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik,

sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan

masalah yang harus dipecahkan. Dengan metode mengajar ini, pendidik

memberikan bekal kepada peserta didik tentang kemampuan untuk

memecahkan masalah dengan menggunakan kaidah ilmiah tentang teknik dan

langkah-langkah berpikir kritis dan rasional.

Bekal kemampuan tentang kaidah dasar dan teknik-teknik pemecahan

masalah tersebut akan sanagt bermanfaat bagi peserta didik untuk diterapkan

dalam proses pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Suyanto,

2013:154).

Problem based learning (PBL), a conceptual model offacilitated learning,

has been used with outstanding results inthe education of various health

care professions includingnursing, pharmacology, and physician

education. Thecomponents of PBL, using real world situations

(problems),group learning, student-directed solutions for problems,

andteacher serving as facilitators of learning has much promisefor, and

important applications in the information literacypedagogy and

curriculum. According to Kwan, PBL is morethan a teaching pedagogy, it

encompasses “a nurturingenvironment in which all curriculum elements

aresystematically aligned to help students achieve the learningoutcomes”

set by the instructor (Downing, 2013: 621).

60

Model PBL atau pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan adanya

pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan

pemecahan masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat menambah

keterampilan peserta didik dalampencapaian materi pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan model problem based

learning adalah model pembelajaran yang dapat melatih peserta didik berpikir

secara logis untuk memecahkan masalah dengan berkelompok.

b) Tujuan PBL

Pembelajaran Berbasis Masalah tidak dirancang untuk membantu guru

memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik. Menurut

Arends (2008:70) bahwa “Pembelajaran Berbasis Masalah bertujuan untuk

membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berfikir dan

keterampilan pemecahan masalah,belajar peranan orang dewasa secara

autentik, memungkinkan peserta didik untuk mendapatkan rasa percaya diri

atas kemampuan yang dimilikinya sendiri, untuk berfikir dan menjadi pelajar

yang mandiri”.

PBL atau pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu

guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik seperti

pada pembelajaran langsung dan ceramah, tetapi pembelajaran berbasis

masalah dikembangkan untuk membantu peserta didik mengembangkan

kemampuan berpikir, mengembangkan kemampuan memecahan masalah,

keterampilan intelektual, belajar peranan orang dewasa yang autentik dan

menjadi peserta didik yang mandiri (Suyanto, 2013: 154).

Jadi dalam Pembelajaran Berbasis Masalah tugas guru adalah merumuskan

61

tugas-tugas kepada peserta didik bukan untuk menyajikan tugas-tugas

pelajaran.

c) Langkah - langkah PBL

Model PBL memiliki beberapa langkah pada implementasinya dalam

proses pembelajaran. Menurut Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2013: 243)

mengemukakan bahwa langkah-langkah PBL adalah sebagai berikut.

a. Orientasi peserta didik pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan,

dan memotivasi peserta didik terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

b. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar.

Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

c. Membimbing pengalaman individual/kelompok.

Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan

masalah.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya

yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan

temannya dan,

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan proses yang mereka lakukan.

Proses pembelajaran dalam mengimplementasi problem based learning ada

62

beberapa langkah yang dapat dilakukan. Langkah - langkah PBL menurut

(Fathurrohman, 2015: 221) adalah sebagai berikut:

Fase 1: Mengorientasikan Peserta Didik pada Masalah

Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan

aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini

sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus

dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh guru.serta dijelaskan bagaimana

guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk

memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti dalam pembelajaran

yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini,

yaitu sebagai berikut:

1) Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar

informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-

masalah penting dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri

2) Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyaijawaban

mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit ataukompleks mempunyai

banyak penyelesaian dan seringkalibertentangan.

3) Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta didikdidorong

untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi.Guru akan bertindak

sebagai pembimbing yang siap membantu,namun peserta didik harus

berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.

4) Selama tahap analisis dan penjelasan, peserta didik akan didoronguntuk

menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide

yang akan ditertawakan oleh guru atauteman sekelas. Semua peserta didik

63

diberi peluang untukmenyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan

ide-ide mereka.

Fase 2: Mengorganisasikan Peserta Didik untuk Belajar

Mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL

juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah

sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu,

guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-

kelompok peserta didik dimana masing-masing kelompok akanmemilih dan

memecahkan masalah yang berbeda.

Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran

kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus

heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya

tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan

mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan

dinamika kelompok selama pembelajaran.

Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah

membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan peserta didik menetapkan

subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal.

Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua

peserta didik aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-

hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan

tersebut.

Fase 3: Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok

Tahap penyelidikan adalah inti dari PBL, meskipun setiap situasi

64

permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada

umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan

eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan.

Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting.

Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk mengumpulkan data

dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-

betul memahami dimensi situasi permasalahan.

Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup informasi

untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.Guru membantu

peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari

berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada peserta didik

untuk berifikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk

sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.

Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan memberikan

permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka

mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelesan, dan

pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong peserta didik

untuk menyampaikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide

tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik

berpikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang

kualitas informasi yang dikumpulkan.

Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Artifak (Hasil Karya) dan

Memamerkannya

Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan

65

pameran. Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video

tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model

(perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program

komputer, dan sajian multimedia.Tentunya kecanggihan artifak sangat

dipengaruhi tingkat berpikir peserta didik.

Langkah selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru

berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini

melibatkan peserta didik-peserta didik lainnya, guru-guru, orang tua, dan

lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.

Fase 5: Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah

Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk

membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri

dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama

fase ini guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan

aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya

(Fathurrohman, 2015:221). Berikut adalah sintaks pembelajaran berbasis

masalah.

Menurut Ibrahim (dalam Trianto, 2009: 98) Sintaks pembelajaran

berdasarkan masalah terdiri dari lima langkah utama yang dimulai dengan

mengarahkan peserta didik pada masalah dan diakhiri dengan menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah. Kelima langkah tersebut dijelaskan

berdasarkan langkah-langkah pada Tabel 5.

66

Tabel 5. Sintaks Langkah – langkah PBL

Fase

ke- Indikator Aktivitas/Kegiatan Guru

1 Mengarahkan

peserta didik

pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik

yang dibutuhkan, memotivasi

peserta didik terlibat pada aktivitas pemecahan

masalah yang dipilihnya.

2 Mengorganisasikan

peserta didik untuk

belajar

Guru membantu peserta didik

mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar

yang berhubungan dengan masalah yang akan

dipecahkan.

3 Membimbing

penyelidikan

individual

maupun kelompok

Guru mendorong peserta didik untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan

penjelasan dan pemecahan

masalah yang dihadapi peserta didik.

4 Mengembangkan

dan

menyajikan hasil

karya

Guru membantu peserta didik dalam

merencanakan dan menyiapkan karya nyata yang

sesuai seperti laporan, video,

dan model serta membantu mereka untuk berbagi

tugas dengan temannya.

5 Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu peserta didik untuk melakukan

refleksi atau evaluasi terhadap hasil penyelidikan

mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

berupa langkah-langkah pemecahan masalah

dari masalah yang muncul

dan dihadapi oleh peserta

didik. (Sumber: Fathurrohman, 2015: 218)

d) Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran

Pembelajaran suatu materi pelajaran dengan menggunakan PBL sebagai basis

model dilaksanakan dengan cara mengikuti lima langkah PBL dengan bobot

atau kedalaman setiap langkahnya disesuaikan dengan mata pelajaran yang

bersangkutan.

1) Konsep Dasar (Basic Concept)

Jika dipandang perlu, fasilitator dapat memberikan konsep dasar, petunjuk,

referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal

67

ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer

pembelajaran dan mendapatkan „peta‟ yang akurat tentang arah dan tujuan

pembelajaran. Lebih jauh, hal ini diperlukan untuk memastikan peserta didik

memperoleh kunci utama materi pembelajaran, sehingga tidak

adakemungkinan terlewatkan oleh peserta didik seperti yang dapatterjadi jika

peserta didik mempelajari secara mandiri. Konsep yang diberikan tidak perlu

detail, diutamakan dalam bentuk garis besar saja, sehingga peserta didik dapat

mengembangkannyasecara mandiri secara mendalam.

2) Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)

Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan

dan dalam kelompoknya, peserta didik melakukan berbagai kegiatan. Pertama,

brain storming yang dilaksanakan dengan cara semua anggota kelompok

mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas,

sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat.

Setiap anggota kelompok memiliki hak yang sama dalam memberikandan

menyampaikan ide dalam diskusi serta mendokumentasikan secara tertulis

pendapat masing-masing dalam kertas kerja. Selain itu, setiap kelompok harus

mencari istilah yang kurang dikenal dalam skenario tersebut dan berusaha

mendiskusikan maksud dan artinya.

Jika ada peserta didik yang mengetahui artinya, segera menjelaskan

kepada teman yang lain. Jika ada bagian yang belum dapat dipecahkan dalam

kelompok tersebut, ditulis dalam permasalahan kelompok. Selanjutnya, jika

ada bagian yang belum dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis

sebagai isu dalam permasalahan kelompok. Kedua, melakukan seleksi

68

alternatif untuk memilih pendapat yang lebih fokus. Ketiga, menentukan

permasalahan dan melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk mencari

referensi penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. Fasilitator

memvalidasi pilihan-pilihan yang diambil peserta didik. Jika tujuan yang

diinginkan oleh fasilitator belum disinggung oleh peserta didik, fasilitator

mengusulkannya dengan memberikan alasannya.

Pada akhir langkah peserta didik diharapkan memiliki gambaran yang

jelas tentang apa saja yang mereka ketahui, apa saja yang mereka tidak ketahui,

dan pengetahuan apa saja yang diperlukan untuk menjembataninya. Untuk

memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini, maka pendefinisian

masalah dilakukan dengan mengikuti petunjuk.

3) Pembelajaran Mandiri (Self Learning)

Setelah mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didik mencari

berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi.

Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di

perpustakaan, halaman web, ataubahkan pakar dalam bidang yang relevan.

Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik

mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan

permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan

dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut

haruslah relevan dan dapat dipahami.

Diluar pertemuan dengan fasilitator, peserta didik bebas untuk

mengadakan pertemuan dan melakukan berbagai kegiatan. Dalam pertemuan

tersebut peserta didik akan saling bertukar informasi yang telah

69

dikumpulkannya dan pengetahuan yang telah mereka bangun. Peserta didik

juga harus mengorganisasi informasi yang didiskusikan, sehingga anggota

kelompok lain dapat memahami relevansi terhadap permasalahan yang

dihadapi.

4) Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)

Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam

langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta

didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan

merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini

dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan

fasilitatornya.

Tiap kelompok menentukan ketua diskusi dan tiap peserta didik

menyampaikan hasil pembelajaran mandiri dengan cara mengintegrasikan hasil

pembelajaran mandiri untuk mendapatkan kesimpulan kelompok. Langkah

selanjutnya presentasi hasil dalam pleno (kelas besar) dengan mengakomodasi

masukan dari pleno, menentukan kesimpulan akhir, dan dokumentasi akhir.

Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini maka dilakukan

dengan mengikuti petunjuk.

5) Asesmen (Assessment)

Asesmen dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan

(knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Asesmen terhadap

penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang

dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS),

kuis, PR, dokumen, dan laporan.

70

Asesmen terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu

pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan

pengujian. Sedangkan asesmen terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan

soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan

bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran (Fathurrohman,

2015: 223).

e) Kelebihan dan Kekurangan PBL Kelebihan pembelajaran berbasis masalah antara lain:

1. Peserta didik lebih memahami konsep yang diajarkan sebabmereka sendiri

yang menemukan konsep tersebut.

2. Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntutketrampilan

berpikir peserta didik yang lebih tinggi.

3. Pengetahuan tertanam berdasakan skema yang dimiliki pesertadidik

sehingga pembelajaran lebih bermakna

4. Peserta didik dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah-

masalah yang diselesaiakn berkaitan dengan kehidupan nyata.

5. Proses pembelajaran melalui pembelajaran berbasis masalah dapat

membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan memecahkan

masalah secara terampil. Apabila menghadapi permasalahan dalam

kehidupan sehari-hari peserta didik sudah mempunyai kemampuan untuk

menyelesaikannya.

6. Dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikirkritis dan

mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan

pengetahuan baru (Fathurrohman, 2015:220).

Sedangkan kelemahan PBL antara lain:

1. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitanya sesuai dengan tingkat

berpikir peserta didik, serta pengetahuan dan pengalaman yang telah

dimiliki oleh peserta didik sangat memerlukan ketrampilan dan

kemampuan guru.

2. Proses belajar dengan pembelajaran berbasis masalah membutuhkan

waktu yang cukup lama.

3. Mengubah kebiasaan peserta didik dari belajar dengan mendengarkan dan

menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir

memecahkan masalah merupakan kesulitan tersendiri bagi peserta didik

(Suyanto, 2013: 212) .

G. Pembelajaran Matematika SD

Kata matematika berasal dari perkataan latin mathematika yang

mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti

71

mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal kata mathema yang berarti

pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan

pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein

yang artinya belajar atau berpikir. Jadi, berdasarkan asal katanya, maka

perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir

(bernalar).

Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio

(penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperiman atau hasil observasi.

Matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan

dengan ide, proses, dan penalaran Russefendi (Suwangsih, 2006:3)

Penggunaan portofolio dalam asesmen proses dan hasil belajar matematika

materi bangun ruang dapat terfokus pada proses belajar mengajar dan

memberikan informasi tentang kelebihan dan kekurangan peserta didik.

Portofolio dapat digambarkan sebagai perkembangan berkelanjutan peserta

didik untuk menunjukkan perubahan diri peserta didik dalam proses

memahami materi bangun ruang sejak awal sampai akhir dalam satu periode

tertentu. Portofolio dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik dan

guru untuk menelaah tugas kesesuaian pekerjaan mengerjakan materi bangun

ruang dengan tujuan pembelajaran. Portofolio mampu merefleksikan

perubahan penting dalam proses kemampuan intelektual peserta didik dari

waktu ke waktu. Dalam asesmen portofolio peserta didik memiliki

kesempatan yang lebih banyak untuk menilai diri sendiri dari waktu ke

waktu, serta akan memberikan gambaran kemajuan-kemajuan yang dicapai

terhadap proses bagaimana peserta didik memperoleh dan membangun

72

pengetahuannya terhadap matematika yang dipelajari. Penggunaan asesmen

portofolio dalam pembelajaran matematika berbagai pendapat muncul tentang

pengertian matematika, dipandang dari pengetahuan dan pengalaman dari

masing-masing yang berkepentingan. Ada yang mengatakan matematika itu

sebagai bahasa simbol; matematika bahasa numerik; matematika adalah

bahasa yang dapat menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional;

matematika adalah berpikir logis; matematika adalah sarana berfikir;

matematika adalah logika pada masa dewasa; matematika adalah ratunya ilmu

sekaligus pelayannya; matematika adalah sains mengenai kuantitas dan

besaran; matematika adalah suatu sains yang bekerja menarik kesimpulan-

kesimpulan yang perlu; matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang;

matematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif; matematika adalah

pengetahuan tentang penalaran logika dan berhubungan dengan bilangan dan

matematika adalah aktivitas manusia

Tidak terdapat satu definisi tentang matematika yang tunggal dan

disepakati olehsemua tokoh atau pakar matematika. Berdasarkan etimologi,

menurut Lambas (2004: 8), perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan

yang diperoleh dengan bernalar. Walau tidak terdapat satu pengertian tentang

matematika yang tunggal dan disepakati oleh semua tokoh atau pakar

matematika namun dapat terlihat adanya ciri-ciri khusus atau karakteristik

yang dapat merangkum pengertianmatematika secara umum.

Beberapa karakteristik menurut Lambas (2004: 9) adalah: (1)

memiliki objek abstrak, (2) bertumpu pada kesepakatan, (3) berpola pikir

deduktif, (4) memilikisymbol yang kosong dari arti, (5) memperhatikan

73

semesta pembicara, dan (6)konsisten dalam sistemnya). Matematika

merupakan pembelajaran yang menuntut logika berfikir secara sistematis.

Mempelajarai matematika, peserta didik diharapkan dapat berfikkirlogis,

analitis dan sistematis yang akan berdampak positif bagi perkembangan masa

depannya kelak. Pembelajaran matematika perlu diberikan kepada semua

peserta didik mulai dari tingkat Sekolah Dasar (Istiqomah, 2010: 1).

Matematika adalah suatu disiplin ilmu untuk memperoleh

pengetahuan dalam memahami arti dari struktur-struktur, hubungan-

hubungan, simbol-simbol yang ada dalam materi pelajaran matematika

sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku pada diri peserta didik.

Tujuan pembelajaran matematika di SD dalam kurikulum tingkat satuan

pendidikan Depdiknas 2006 SD adalah sebagai berikut :

1. memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algortima, ecara luwes, akurat, efesien, dan

tepat dalam pemecahan masalah

2. menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3. memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirikan

solusi yang diperoleh, 4. mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah 5. memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Matematika diajarkan di jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah

Pertama, dan Sekolah Menengah Atas disebut Matematika Sekolah. Sering

juga dikatakan bahwa Matematika Sekolah adalah unsur-unsur atau bagian-

bagian dari Matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi pada

kepentingan kependidikan dan perkembangan IPTEK. Hal tersebut

menunjukkan bahwa matematika sekolah tidak sepenuhnya sama dengan

74

matematika sebagai ilmu,karena memiliki perbedaan antara lain dalam hal

penyajian, pola pikir, keterbatasan semesta dan tingkat keabstrakan (Lambas,

2004: 19).

Matematika merupakan satu bidang studi yang diajarkan di Sekolah

Dasar. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada peserta

didiknya, hendaknya mengetahui dan memahami ruang lingkup yang akan di

ajarkannya.

Ruang lingkup materi matematika sekolah dasar yaitu : (1) bilangan,

(2) geomteri, (3) pengolahan data (Depdiknas, 2006.). Cakupan

bilangan antara lain bilangan dan angka, perhitungan dan perkiraan.

Cakupan geometri antara lain bangun dua dimensi, tiga dimensi,

tranformasi dan simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan

koordinat. Cakupan pengukuran berkaitan dengan perbandingan

kuantitas suaru obyek, penggunaan satuan ukuran dan pengukuran.

Matematika sekolah disajikan tidak hanya sekedar teori, namun dalam

menyajikan matematika sekolah seorang guru harus memperhatikan kondisi

peserta didik yang diajar dan berusaha menciptakan suasana belajar yang

kondusif. Dalam upaya mencapai tujuan Pendidikan Nasional seorang guru

tidak hanya sebagai pengajar saja, tetapi juga sebagai pendidik. Misi utama

guru Matematikasebagai pengajar adalah tercapainya tujuan-tujuan

instruksional Matematika sedangkan guru Matematika sebagai pendidik

adalah mengupayakan terwujudnya perkembangan kepribadian peserta didik

dalam arti yang lebih luas (Jihad dan Haris 2009:159).

Menurut Piaget dalam Pitadjeng (2006: 27) struktur kognitif yang

dimiliki seseorang terjadi karena proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi

adalah proses mendapatkan informasi dan pengalaman baru yang langsung

menyatu dengan struktur mental yang sudah dimiliki seseorang. Adapun

75

akomodasi adalah proses menstruktur kembali mental sebagai akibat adanya

informasi dan pengalaman baru. Jadi belajar tidak hanya menerima informasi

dan pengalaman lama yangdimilki anak didik untuk mengakomodasikan

informasi dan pengalaman baru.

Matematika merupakan bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan

dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran konsep

diperoleh sebagaiakibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga

keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas

(Sumanto dkk. 2010: 17). Materi matematika adalah belajar tentang konsep-

konsep dan struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari

serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktural-

struktural matematika (Bruner dalam Pitadjeng, 2006: 29).

Pemahaman terhadap konsep dan struktur suatu materi menjadikan

materi itu mudah dipahami secara lebih komprehensif. Selain itu anakdidik

lebih mudah mengingat materi bila yang dipelajari mempunyai pola

terstruktur. Dengan memahami konsep dan struktur akan mempermudah

terjadinya transfer.

Menurut Richard Skemp dalam Pitadjeng (2006: 36) anak belajar

matematika melalui dua tahap, yaitu konkret dan abstrak. Pada tahap pertama

yaitu konkret anak memanipulasi benda-benda konkret untuk dapat

menghayati ide-ide abstrak. Pengalaman awal berinteraksi dengan benda

konkret ini akan membentuk dasarbagi belanjar selanjutnya, yaitu pada tahap

abstrak atau tahap kedua. Agar belajar menjadi berguna bagi seorang anak

sifat-sifat umum dari pengalaman anak harusdipadukan untuk membentuk

76

suatu struktur konseptual atau suatu skema.

Menurut (Pitadjeng, 2006: 36) guru hendaknya memberi kegiatan

kepada anak untuk menyusun struktur matematika sedemikian rupa agar jelas

bagi anak didik sebelum merekadapat menggunakan pengetahuan awalnya

sebagai dasar untuk belajar pada tahapberikutnya, atau sebelum mereka

menggunakan pengetahuan mereka secaraefektif untuk menyelesaikan suatu

masalah.

Menurut teori-teori yang dikemukakan para ahli tentang matematika,

terdapat kesamaan pendapat, yaitu anak dalam belajar matematika akan dapat

memahami jika dimanipulasi dengan objek-objek konkret. Untuk penerapan

teori-teori daripara ahli didalam pembelajaran, akan lebih baik jika setiap

teori pembelajaran matematika itu tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi

dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan. Pembelajaran matematika dapat

dikatakan sebagai suatu proses membangun pemahaman peserta didik yang

menyebabkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika.

Perubahan tersebut disebabkan oleh interaksi individu dengan individu dan

individu dengan lingkungannya.

77

Tabel 6 Silabus memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar

bangun ruang

H. Pengembangan Asesmen Tes Tulis Berbasis PBL

Masnur Muslich (2011 : 20 ) mengatakan: “dilihat dari fungsinya,

asesmen dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu (1) asesmen formatif,

(2) asesmen sumatif, (3) asesmen diasnogtik, (4) asesmen selektif, dan (5)

asesmen penerapan”.

Tigran (2005 : 18) Assessment involves mastery of these procedures.

assesssment becomes more performance-based and beyond the boundaies of

diciplines. the emphasis begins to shift to process rather than product, yet

process can still be evaluated sequentially as in "benchmark" or level of

growth that measure a student performance. Menyatakan asesmen menjadi

lebih berbasis kinerja dan melampaui batas-batas disiplin kerja. penekanan

mulai beralih ke proses daripada produk, namun proses masih dapat dievaluasi

secara berurutan seperti pada "tolok ukur" atau tingkat pertumbuhan yang

mengukur kinerja peserta didik.

Asesmen formatif adalah asesmen yang dilaksanakan pada akhir program

Kompetensi

Dasar

Materi Pokok

dan Uraian

Materi

Pengalaman

Belajar

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Alat Rubrik

8.1

Menentukan

sifat-sifat

bangun ruang

sederhana

GEOMETERI

Melakukan

pengamatan dan

diskusi

Memberikan catatan

deduktif-deskriptif

tentang sifat-sifat

bangun ruang :

persegi dan segi tiga

Mengeksposisi

tentang sifat-sifat

bangun ruang :

persegi dan segi tiga

Menyebutkan

sifat-sifat

bangun ruang :

persegi dan segi

tiga

Buku

Observa

si,

instrume

n

78

pembelajaran untuk melihat tingkat keberhasilan proses pembelajaran itu

sendiri. Asesmen formatif berorientasi kepada proses pembelajaran. Dengan

hasil asesmen formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program

pembelajaran dan strategi pelaksanaannya. Asesmen sumatif adalah asesmen

yang dilaksanakan pada akhir unit program, misal caturwulan, akhir semester

dan akhir tahun. Asesmen ini berorientasi pada produk bukan proses.

Asesmen diagnostik adalah asesmen yang bertujuan untuk melihat

kelemahan-kelemahan peserta didik serta faktor penyebabnya. Asesmen

selektif adalah asesmen yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian

saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu.

Berdasarkan uraian di atas, jenis asesmen dalam penelitian ini adalah

asesmen formatif, karena asesmen dalam penelitian ini berorientasi pada proses

pembelajaran dan hasilnya guru diharapkan dapat memperbaiki program

pembelajaran dan strategi pelaksanaannya. Dilihat dari segi alatnya, asesmen

hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tes dan non-tes.

Asesmen berjenis tes dapat dibedakan menjadi tiga : tes lisan (menuntut

jawaban secara lisan), tes tulis (menuntut jawaban secara tulis), dan tes tindakan

(menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Soal-soal tes yang ada disusun

dalam bentuk obyektif dan tes esai atau uraian. Asesmen berbentuk non-tes bisa

berupa observasi, kuisioner, wawancara, skala, sosiometri, studi kasus, dan

sebagainya.

Berdasarkan uraian diatas, tes dilihat dari segi alatnya, peneliti memilih

alat asesmen dalam bentuk tes yaitu tes tulisan yang obyektif yang berbentuk

pilihan ganda. Pedoman utama dalam pembuatan butir soal bentuk pilihan ganda

79

menurut Ebel dalam Masnur (2011:110) adalah:

a) pokok soal harus jelas

b) pilihan jawaban homogen dalam arti isi

c) panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama

d) tidak ada petunjuk jawaban benar

e) hindari menggunakan pilihan jawaban semua benar atau semua salah

f) pilihan jawaban angka diurutkan

g) semua pilihan jawaban logis, jangan menggunakan negatif ganda

h) kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes

i) bahasa yang digunakan baku, letak pilihan jawaban benar ditentukan

secara acak

Kelebihan soal bentuk pilihan ganda adalah bisa mencakup banyak

materi pelajaran, penskorannya obyektif dan dapat dikoreksi dengan komputer

sehingga dengan cepat dapat diperoleh hasilnya. Kelemahan bentuk soal

pilihan ganda adalah pembuatan soal yang berkualitas cukup sulit dilakukan

karena memerlukan tahapan- tahapan yang memerlukan banyak waktu,ketika

diterapkan para peserta tes berpeluang besar untuk bekerja sama.

Menurut Ebel (dalam Masnur 2011:88),”Tingkat berpikir yang diukur

lewat tes pilihan ganda bisa tinggi apabila pembuat soal memiliki kemampuan

yang andal, dan akan rendah apabila pembuat soal tidak memiliki kemampuan

untuk menghadirkan pilihan pengecoh yang baik”. Tes pilihan ganda

dikembangkan mengacu pada domain kognitif yang dikembangkan oleh

Bloom, meliputi :1) pengetahuan, 2) pemahaman, 3) penerapan, 4) analisis, 5)

sintesis, 6) evaluasi. Dalam penelitian ini peneliti membatasi pada tingkat

pengetahuan, pemahaman, dan penerapan karena disesuaikan dengan tingkat

perkembangan peserta didik.

Menurut Uno ( 2014 : 26) menyatakan bahwa portofolio merupakan

asesmen berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang

menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode

80

tertentu.mBagi seorang guru, asesmen portofolio walaupun sedikit lebih rumit

tetapi bisa memiliki banyak kegunaan. Seperti misalnya :

1. Mendorong pembelajaran mandiri

2. Memperjelas pandangan mengenai apa yang dipelajari

3. Membantu mempelajari pembelajaran

4. Mendemonstrasikan kemajuan berdasarkan keluaran yang diidentifikasikan

5. Membuat interseksi antara instruksi dan asesmen

6. Memberikan jalan kepada peserta didik untuk menilai diri mereka sebagai

pelajar

7. Mengetahui bagaiman Portofolio dapat memperbaiki proses persiapan.

Tabel. 7 Rancangan Instrumen Portofolio Berbasis Problem Based Learning

Materi

PBL

Matematika (Bangun ruang)

Indikator Asesment Intrumen

Proses PBL

Mengenal dan menemukan rumus keliling persegi

Rubrik Non Tes

Mengenal dan menemukan rumus keliling segitiga

Rubrik Non Tes

Mengenal dan menemukan rumus luas persegi

Rubrik Non Tes

Mengenal dan menemukan rumus luas segitiga

Rubrik Non Tes

Menyelesaikan soal yang berhubungan dengan keliling dan luas persegi dan segitiga

Rubrik

Tes Pilihan

Jamak

Berdasarkan kisi-kisi dan rancangan asesmen portofolio berbasis problem

based learning, dikembangkan asesmen portofolio berbasis problem based

learning pada KI 4 pembelajaran matematika.

I. Penelitian yang Relevan

1. Charanjit Kaur et.al (2015:164), hasil penelitian menunjukkan bahwa

model asesmen portofolio yang dikembangkan guru telah memberi

81

kesempatan kepada guru bahasa Inggris dalam mendokumentasikan

pertumbuhan setiap peserta didik, meningkatkan belajar, dan membantu

peserta didik dalam mencapai hasil belajar.

2. Ramlawati et.al (2014:184), hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta

didik yang menggunakan model portofolio dalam proses asesmen telah

meningkat dengan rata-rata N-gain 0,41 lebih baik daripada yang

menggunakan asesmen portofolio konvensional dengan rata-rata N-gain

0,14. Peningkatan nilai rata-rata dari kelompok eksperimen adalah dari 29-

40 sedangkan kelompok kontrol nilai rata-rata meningkat 26-37.

Berdasarkan perhitungan N-gain (Hake, 1999), N-gain (%) diperoleh

kelompok eksperimen adalah 40.80 dan kelompok kontrol 13.63

3. Roohani dan Taheri (2015:231), hasil penelitian menunjukkan bahwa

peserta didik kelompok eksperimen mengungguli orang- orang dalam

kelompok kontrol dalam hal kemampuan ekspositori menulis, pada

umumnya, dan ketrampilan, dukungan, dan organisasi khususnya.

4. Yurdabakan dan Erdogan (2013: 532), hasil penelitian menunjukkan

bahwa asesmen portofolio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kemampuan menulis, membaca, dan keterampilan mendengarkan.

Asesmen portofolio dapat meningkatkan tanggung jawab, motivasi peserta

didik, mengevaluasi diri peserta didik, dan memperbaiki karya peserta

didik dari kesulitan waktu ke waktu.

5. Faravani dan Atai (2015: 21), hasil penelitian menunjukkan meningkatkan

kecerdasan peserta didik dan memberikan umpan balik dialogis sebagai

teknik instruksional untuk peningkatan HOTS.

82

6. Temir (2013: 67), hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik

senang menggunakan portofolio sebagai sistem asesmen. Selain itu, studi

kasus yang menyelidiki efek dari menggunakan portofolio dapat dilakukan

untuk menemukan keterampilan peserta didik atau berpikir peserta didik

memiliki peningkatan dengan menggunakan portofolio.

7. Sarotama (2014), bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara

kemampuan peserta didik dalam menulis bahasa inggris yang mengikuti

pembelajaran kontekstual dengan peserta didik yang mengikuti

pembelajaran konvensional.

8. Maxwell (1999), bahwa konsep kontekstual asesmen dapat meningkatkan

keabsahan dalam asesmen dan inovasi dalam asesmen praktek peserta

didik.Validitas asesmen dapat dievaluasi dalam hal sejauh mana asesmen

berkaitan dengan teori belajar mengajar serta realisasi teori asesmen yang

diinginkan.

9. Ramazan (2013: 51), hasil penelitian menunjukkan adalah menguji

hipotesis penerapan asesmen portofolio dapat memiliki dampak positif

pada pengajaran bahasa Inggris (tingkat kemampuan peserta didik).

Meskipun penelitian ini memiliki keterbatasan, kesimpulan dalam asesmen

tradisional dan portofolio keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan,

penerapan portofolio lebih menguntungkan. Percobaan telah

menunjukkan bahwa tingkat keterampilan meningkat lebih cepat pada

kedua kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol,

yang membuktikan efisiensi portofolio yang lebih tinggi.

83

10. Tillema, H. Harm, (2013: 8), hasil penelitian menunjukkan bahwa

portofolio reflektif merupakan alat asesmen yang efektif digunakan untuk

membawa perubahan kinerja dan pembelajaran. Portofolio reflektif sangat

sesuai pada tingkat kinerja yang ditentukan sendiri dan menunjukkan

rekomendasi dari umpan balik yang diberikan oleh instrumen portofolio.

J. Kerangka Pikir Penelitian

Pada hakekatnya tujuan pembelajaran adalah rumusan tingkah laku yang

diharapkan dapat di kuasai oleh peserta didik setelah menerima atau menempuh

pengalaman belajarnya. Sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,

baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan K13.

Implementasi K13 mewajibkan empat kompetensi inti yang harus dimiliki peserta

didik. Empat kompetensi tersebut adalah: (1) kompetensi sikap religius (K1) yaitu

menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya, (2) kompetensi sikap

sosial (K2) yaitu menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan

pergaulan dan keberadaannya, (3) kompetensi pengetahuan (K3) yaitu memahami

pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya

tentang ilmu penge- tahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian

tampak mata, dan (4) kompetensi keterampilan (K4) yaitu Mencoba, mengolah,

dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,

memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,

menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan

sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

84

Implementasi K13 antara lain menggunakan model problem based

learning. Pembelajaran berbasis problem based learning berfungsi untuk

memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami

konsep yang dipelajari melalui pemecahan masalah yang berkaitan dengan

kehidupan sehari - hari. Pengembangan instrumen asesmen berbasis problem

based learning pada materi bangun ruang di kelas V SD, dapat menggunakan

portofolio untuk mengukur kompetensi peserta didik.

Fakta di lapangan menunjukan bahwa instrumen asesmen yang digunakan

untuk mengukur hasil belajar peserta didik pada sekolah dasar yang sudah

melaksanakan K13 belum berbasis pemecahan masalah. Guru hanya

menggunakan tes berupa soal yang secara konvensional selama ini digunakan,

saat tes hasil belajar disusun tidak berdasarkan kompetensi dasar dan indikator

pembelajaran. Intrumen alternatif yang berupa tugas individu dan kelompok

belum ada intrumen asesmen yang benar. Hasil asesmen akan lebih jika

menggunakan hasil belajar peserta didik secara lengkap, maka perlu portofolio.

Asesmen portofolio adalah alat untuk mengetahui kemajuan kompetensi yang

telah dicapai peserta didik dan mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik,

memberikan umpan balik untuk kepentingan perbaikan dan penyempurnaan

KBM, memberikan bukti tentang penggunaan keterampilan peserta didik,

penggunaan konsep, dan pemecahan masalah dalam berbagai situasi,

memungkinkan peserta didik atau memberi kesempatan bagi peserta didik dalam

menyajikan usaha mereka, memberi tanggung jawab kepada peserta didik untuk

mengatur pembelajaran mereka sendiri, dan menyediakan gambaran

kepandaian/prestasi bagi para pendidik, orang tua, dan peserta didik. Oleh karena

85

itu penelitian ini bertujuan mengembangkan instrumen portofolio. Berdasarkan

masalah tersebut maka peneliti mengambil langkah untuk membuat asesmen tes

tulis pilihan ganda berbasis problem based learning khususnya untuk peserta

didik kelas V Sekolah Dasar , sekolah pelaksana K13 di Kabupaten Way Kanan.

Berdasarkan uraian di atas maka kerangka pikir penelitian dalam

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2 Kerangka Pikir Penelitian

K. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mewujudkan Asesmen Portofolio yang dikembangkan memenuhi kriteria

berbasis problem based learning yang layak dan efektif meningkatkan

hasil belajar.

2. Menghasilkan Asesmen Portofolio berbasis problem based learning yang

dikembangkan memenuhi validitas dan reliabilitas yang baik.

Instrumen yang telah ada belum

berbasis problem based learning

yang valid dan reliabel, tes hasil

belajar tidak sesuai KD dan

indikator pembelajaran.

Intrumen portofolio valid dan

reliabel sesuai dengan KD dan

indikator pembelajaran berbasis

pemecehan masalah.

Portofolio layak dan efektif

meningkatkan hasil belajar.

Diperlukan intrument berbasis

pemecahan masalah yang sesuai

dengan KD dan indikator

pembelajaran

Alternatif menggunakan

intrument portofolio berbasis

problem based learning

86

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research and

Development (R&D). Penelitian dan pengembangan merupakan penelitian

yang bertujuan untuk menghasilkan produk tertentu. Produk yang dihasilkan

kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya. Produk dikembangkan

berdasarkan analisis kebutuhan di lapangan. Analisis kebutuhan dilakukan

peneliti pada tahap pra penelitian. Produk yang dikembangkan divalidasi

terlebih dahulu sebelum diuji cobakan di lapangan. Produk kemudian direvisi

sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan tepat guna. Produk

akhir hasil revisi bisa didesiminasikan dan diimplementasikan.

Produk yang dikembangkan pada penelitian ini berupa asesmen portofolio

berbasis problem based learning kelas V SD. Perangkat pembelajaran berupa

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Materi Ajar, dan Instrumen

Asesmen. Karakteristik perangkat pembelajaran ini berbasis problem based

learning dan diterapkan dalam pembelajaran terpadu Kurikulum 2013.

87

B. Langkah - langkah Penelitian Pengembangan

Langkah-langkah penelitian yang ditempuh sesaui dengan alur kerja pada

metode Research and Development (R dan D) Borg & Gall, yaitu sebagai

berikut:

Model rancangan Borg & Gall tersebut dapat dilihat pada gambar berikut

ini:

Gambar 3. Langkah- langkah penggunaan Metode Research and Development

(R&D) (Borg and Gall 1983:775)

1. Penelitian dan Informasi ( Research and information)

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap hasil angket yang

diberikan kepada beberapa guru yang melaksanakan kurikulum 2013 terhadap

instrumen soal ulangan harian pada sekolah-sekolah dasar di Kabupaten Way

Kanan. Dari hasil angket diketahui bahwa; soal tes untuk ulangan tidak semua

KD dan Indikator dalam materi matematika diujikan, soal tes belum

menunjukan keterpaduan, bahasa yang dipakai belum menggunakan bahasa

yang baik yaitu jelas dan mudah dimengerti, tidak disediakan lembar jawaban

Research and

information

collecting

Planning developing

preliminary form

of product

Preliminary

field testing

main product

revision

main field testing operational

product

revision

operational

field

final product

revision

dessimination

and

implementation

.

dessiminati

on and

implementa

tion.

dess

imination

and

implementa

tion.

dess

imination

and

implementa

tion.

dess

imination

and

implementa

tion.

88

untuk peserta didik, guru tidak membuat rubrik asesmen, guru tidak melakukan

analisis terhadap soal untuk mengetahui kualitas butir soal.

2. Perencanaan ( Planning)

Setelah melalui tahap pengumpulan data dan informasi,tahap perencanaan

peneliti melakukan studi literatur dari berbagai sumber seperti buku dan jurnal

yang akan dijadikan sebagai dasar pengembangan asesmen Portofolio berbasis

Problem Based Learning.

3. Mengembangkan Produk Awal ( Develop Preliminary form of product)

Pada tahap Develop Preliminary form of product, peneliti akan

menyiapkan berbagai instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.

Instrumen tersebut meliputi silabus, rangkuman materi, kisi-kisi soal, dan

perangkat asesmen.Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah

asesmen portofolio berbasis problem based learning. Hasil akhir dari kegiatan

penelitian dan pengembangan berupa instrumen asesmen portofolio berbasis

problem based learning. Desain instrumen asesmen yang dikembangkan

meliputi asesmen pada aspek kognitif yang berupa soal pilihan ganda berbasis

problem based learning sebanyak 40 soal. Soal dalam asesmen yang

dikembangkan disesuaikan dengan indikator matematika dan tingkatan

kemampuan kognitif peserta didik (C1, C2, C3, C4, C5, dan C6), kemampuan

psikomotor (P1, P2, P3, P4). Pengembangan desain asesmen disesuaikan

dengan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator mata

pelajaran matematika tentang bangun ruang.

89

4. Pengujian Validasi Awal ( Premilinary Field Testing)

Validasi desain asesmen portofolio berbasis problem based learning

merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah instrumen asesmen

Portofolio berbasis problem based learning sudah sesuai dengan problem

based learning, rasional, dan mampu mengukur hasil belajar peserta didik atau

tidak. Pada tahap validasi ini masih bersifat asesmen berdasarkan pemikiran

rasional, belum sesuai fakta di lapangan. Menurut Sugiyono (2014:536),

“Validasi desain produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa

ahli atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru

yang telah dirancang.” Validasi desain asesmen dalam penelitian ini dilakukan

dua kali dengan cara meminta bantuan 3 ahli, yaitu ahli evaluasi pembelajaran

(ahli asesmen), ahli kontruksi, dan ahli bahasa. Validasi desain asesmen dalam

penelitian ini meliputi dua tahap, yaitu validasi tahap I bertujuan untuk menilai

kelengkapan komponen-komponen asesmen yang dikembangkan, sedangkan

validasi tahap II bertujuan untuk menilai asesmen sesuai indikator yang telah

ditentukan.

5. Revisi Produk Utama ( Main Product Revision)

Setelah desain instrumen asesmen portofolio berbasis problem based

learning divalidasi, peneliti mendapat masukkan dan saran dari ahli tentang

kelemahan dan kekurangan dari asesmen tersebut. Kelemahan dan kekurangan

yang ada selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki atau

merevisi instrumen asesmen yang telah divalidasi. Validasi ini dilakukan dua

kali validasi ahli.

90

6. Pengujian Lapangan Skala Kecil (Main Field Testing)

Setelah desain asesmen divalidasi dan diperbaiki, maka instrumen asesmen

tersebut diujicobakan di kelas V semester genap SDN 01 Tanjung Rejo tahun

pelajaran 2017-2018. Pengujian dilakukan dengan menyerahkan asesmen

portofolio berbasis problem based learning dan angket asesmen kepada 10

orang peserta didik sebagai sampel yang dipilih secara acak. Selain mencari

tanggapan peserta didik, pada tahap ini juga mencari tanggapan guru yang

dikumpulkan menggunakan angket

Uji coba ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui asesmen oleh

peserta didik dan guru, tentang keterbacaan terhadap asesmen portofolio

berbasis problem based learning yang telah dikembangkan. Asesmen oleh

peserta didik dan guru diketahui dengan angket yang diberikan.

7. Revisi Produk Operasional (Operational Product Revision)

Revisi instrumen asesmen portofolio berbasis problem based learning

dilaksanakan untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan yang didapatkan

dari uji coba pemakaian asesmen pada kelas V (skala kecil). Revisi asesmen

portofolio berbasis problem based learning dilaksanakan dengan mengacu

pada data yang diperoleh dari angket tanggapan guru dan peserta didik setelah

produk diujicobakan pada uji coba skala kecil yaitu keterbacaan asesmen yang

telah dikembangkan, sehingga didapatkan instrumen portofolio berbasis

problem Based Learning yang lebih baik untuk digunakan pada tahap

selanjutnya melalui 1 tahap revisi.

91

8. Pengujian Lapangan Skala Besar (Operasional Field)

Uji coba asesmen portofolio berbasis problem based learning dalam skala

besar dilakukan dengan menggunakan instrumen asesmen yang telah direvisi.

Uji coba tersebut dilakukan dalam kelompok besar yaitu pada kelas V semester

genap SDN 01 Tanjung Rejo tahun pelajaran 2017-2018 dengan jumlah 30

peserta didik.

Pada kegiatan uji coba asesmen portofolio berbasis problem based

learning (skala besar) ini mengambil data angket tanggapan guru, serta data

hasil belajar peserta didik untuk validitas butir soal, yang meliputi validitas,

reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan pengecoh soal yang telah

dikembangkan dalam asesmen portofolio berbasis problem based learning.

Sesuai dengan kesepuluh langkah metode R & D tersebut, peneltian ini

hanya melaksanakan langkah satu sampai dengan langkah kedelapan yaitu

langkah studi pendahuluan sampai dengan uji coba lapangan. Langkah

kesembilan dan kesepuluh tidak dilakukan karena menimbang waktu dan biaya

yang cukup besar.

C. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel independen (bebas) dan

variabel dependen (terikat). Menurut Sugiyono (2014: 61) “variabel bebas

(independen) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi variabel

pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Independent (bebas) yaitu model Problem Based Learning (PBL)

yang dilambangkan dengan (X).

92

2. Variabel Dependent (terikat) yaitu asesmen pada mata pelajaran matematika

kelas V yang dilambangkan dengan (Y).

D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel

1. Definisi Konseptual Variabel

a. Problem Based Learning (PBL) adalah suatu kerangka konseptual sistematis

yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dari proses pembelajaran.

Masalah-masalah tersebut dirancang agar peserta didik memiliki strategi

belajar sendiri, dan memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses

pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematik untuk

memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang diperlukan dalam

kehidupan sehari- hari.

b. portofolio merupakan kumpulan hasil karya peserta didik yang membutuhkan

kinerja sesuai konteks, adapun contoh–contoh hal apa saja yang dapat

dimasukkan peserta didik kedalam portofolio adalah tes, hasil karya yang telah

dievaluasi untuk tugas wajib peserta didik, tugas–tugas kinerja, dan proyek

kerja seperti makalah atau tugas lainnya yang dibuat oleh peserta didik sendiri.

2. Definisi Operasional Variabel

a. Dalam penelitian ini Problem Based Learning menggunakan langkah-langkah

tertentu hingga menuju kesimpulan. Kegiatan inti pelaksanaan dan penerapan

model pembelajaran Problem Based Learning dalam penelitian ini meliputi

mengorientasikan peserta didik terhadap masalah, mengorganisasikan peserta

didik untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok,

mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi

proses pemecahan masalah

93

b. Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang berdasarkan pada

kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta

didik. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses

pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau

informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang

dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu.

E. Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber dan Jenis Data Kualitatif dan Kuantitatif

Sumber data penelitian adalah dosen ahli, guru, dan peserta didik.

Jenis data dalam penelitian ini meliputi:

a. Data kualitatif

Data yang bentuknya berupa kata-kata dan bukan dalam bentuk angka

(Triyanto, 2010:280). Data ini diperoleh dari tiga ahli yaitu ahli asesmen,materi

dan bahasa. Data lain diperoleh dari guru dan peserta didik dalam ujicoba skala

kecil dan skala besar.

b. Data kuantitatif

Data kuantitatif sering juga disebut dengan data keras. Data ini dalam

bentuk angka-angka baik diperoleh dari penggabungan data ataupun sebuah

pengukuran. Peneliti akan menganalisis data kuantitatif dari lembar validasi

ahli dan hasil jawaban peserta didik dalam uji coba skala besar.

94

2. Teknik Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a). Angket Validasi Ahli Materi, Media, dan Bahasa

Metode ini bertujuan menilai apakah asesmen yang dikembangkan sudah

sesuai dengan instrumen asesmen, layak atau tidak untuk diterapkan dalam

asesmen pembelajaran problem based learning pada mata pelajaran

matematika materi bangun ruang. Validasi ahli dalam penelitian ini meliputi

ahli materi, ahli media dan ahli bahasa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8 Intrumen Validasi Ahli Materi

No Aspek Evaluasi Skor

1 2 3 4

1 a. Instrumen Asesmen relevan dengan tuntutan

kompetensi

b. Instrumen asesmen relevan dengan kegiatan belajar

peserta didik

a. Instrumen asesmen relevan dengan proses pbl yang

diukur

2 a. Mengukur seluruh indikator kompetensi kinerja yang

harus dikuasai peserta didik

a. Mengukur seluruh proses pembelajaran pbl yang

ditugaskan

3 a. Identitas instrumen asesmen lengkap

a. Komponen asesmen lengkap

b. Format jelas

4 a. Dapat digunakan untuk menilai pembelajaran terpadu

a. Sesuai dengan prinsip asesmen pembelajaran terpadu

5 a. Ketepatan penggunaan ejaan

b. Ketepatan penggunaan istilah

c. Bahasa yang digunakan mudah dipahami

d. Menggunakan kaedah bahasa Indonesia yang baku

6 a. Menyajikan petunjuk secara jelas sehingga asesmen

mudah digunakan

b. Menyajikan pedoman pensekoran dengan jelas

Jumlah skor yang diperoleh

Skor maksimal

Nilai

95

Tabel 9 Intrumen Validasi Ahli Media

No Aspek yang dinilai Indikator skor

1 2 3 4

1. Anatomi

Instrumen

a. Halaman Cover sesuai

dengan Tema

b. Judul Instrumen sesuai

dengan materi

pembelajaran

2. Penyajian Gambar a. Penyajian gambar

menarik

b. Komposisis gambar

sesuai dengan materi

3. Keterbacaan

Instrumen

a. Ketepatan pemilihan

warna huruf sesuai

instrumen yang

disajikan.

b. Ketepatan pemilihan

huruf sesuai dengan

instrumen yang

disajikan

c. Ketepatan ukuran

huruf sesuai dengan

instrumen yang

disajikan.

4. Prinsip Visual

Desain Sampul.

a. Tata letak visual desain

sampul menarik

b. Pilihan warna kontras

dengan tema.

c. Kesesuain gambar

ilustrasi sesuai dengan

materi pembelajaran.

5 Kesesuain

Instrumen

a. Kesesuaian instrumen

dengan indikator.

b. Kesesuaian materi

dengan penugasan

portofolio.

c. Kesesuaian dengan

instrumen yang

disajikan sesuai dengan

perkembangan peserta

didik.

Jumlah skor yang diperoleh

Skor maksimal

Nilai

96

Tabel 10 Intrumen Validasi Ahli Bahasa

No Aspek yang

dinilai Indikator

skor

1 2 3 4

1. Lugas c. Ketepatan struktur

kalimat.

d. Keefektifan kalimat.

e. Pilihan kata.

2. Komunikatif f. Keterbacaan pesan

g. Ketepatan penggunaan

kaidah bahasa.

h. Kalimat dalam LKPD

mudah dipahami.

3. Tulisan i. Huruf yang digunakan

jelas.

j. Kalimat yang

digunakan sesuai

dengan EYD.

k. Ukuran huruf dan

gambar sesuai.

l. Keruntutan dan

keterpaduan antar

paragraf

4. Penggunaan

istilah,

simbol, atau

ikon.

m. Kebakuan istilah.

n. Konsistensi

penggunaan istilah.

o. Konsistensi

penggunaan simbol

atau ikon.

Jumlah skor yang diperoleh

Skor maksimal

Nilai

b). Angket Respon Guru

Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui respon

guru terhadap keterbacaan kesesuaian instrumen asesmen portofolio

berbasis problem based learning pada materi bangun ruang, serta untuk

mengetahui kualitas asesmen yang dikembangkan.

97

Tabel 11 Angket Respon Guru Terhadap Instrumen Asesmen Berbasis PBL Pada

Pembelajaran Matematika Kelas V SD

No Pernyataan Skor

Ya Tidak

1 Tampilan cover menarik

2 Pengaturan tata letak menarik

3 Pengunaan warna yang menarik

4 Ada petunjuk penggunaan instrumen asesmen

5 Ada petunjuk peskoran nilai

6 Kalimat pada instrumen mudah dipahami

7 Kalimat pada indikator mudah di mengerti

8 Kalimat pada kisi kisi mudah dipahami

9 Ada langkah – langkah penyusunan instrumen

10 Instrumen asesmen mudah digunakan

11 Kemudahan dalam memberi penskoran

12 Memiliki gambaran produk / spesifikasi produk

Jumlah skor

Skor maksimal

Nilai

F. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Menurut Sugiyono (2014:62), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan.” Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas

V SDN 01 Tanjung Rejo dan SDN 02 Tanjung Rejo sebanyak 64 peserta didik

populasi ini hanya sebagai sasaran uji coba produk.

b. Sampel

Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive

sampling yaitu metode pemilihan sampel yang didasarkan pada kriteria

tertentu untuk memperoleh sampel yang representative terhadap populasi.

Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas V SDN 01 Tanjung

98

Rejo yang berjumlah 10 peserta didik untuk uji coba skala kecil (Pengambilan

secara acak), peserta didik kelas V SDN 01 Tanjung Rejo yang berjumlah 34

peserta didik untuk uji coba skala besar (Pengambilan secara acak) dan kelas V

SDN 02 Tanjung Rejo yang berjumlah 30 peserta didik untuk uji pemakaian.

G. Teknik Analisis Data

a. Uji Validasi Ahli

Validasi ahli dalam penelitian ini meliputi ahli materi, ahli media dan ahli

bahasa. Validasi ahli dilakukan untuk mengetahui kelengkapan komponen

asesmen yang dikembangkan. Analisis validasi ahli dilakukan dengan analisis

deskriptif persentase dengan rumus:

P = x 100%

(Sudijono, 2008:43) Keterangan:

P : Tingkat persentase aspek

N : Jumlah skor dari aspek diperoleh

N : Jumlah skor ideal

Hasil perhitungan data kemudian dikonversikan berdasarkan kriteria

penerapan. Cara menentukan kriteria penerapan langkah pertama dengan

mengkonversikan jawaban menjadi skala 1-4. Selanjutnya menentukan kriteria

asesmen dengan membagi kriteria menjadi empat, yaitu: sangat baik, baik,

kurang baik, tidak baik. Setelah diperoleh presentase terendah dan

tertinggi selanjutnya menentukan interval kelas, yaitu sebagai berikut:

99

Interval Kelas =

=

= 25%

Berdasarkan rumus di atas, kriteria yang diterapkan adalah sebagai berikut:

Tabel 12. Kriteria Asesmen Validasi Ahli Materi, Media, dan Bahasa

Interval skor (%) Kriteria

76 % - 100 % Sangat baik

51 % - 75 % Baik

26 % - 50 % Kurang baik

0 % - 25 % Tidak baik

Berdasarkan perhitungan analisis deskriptif, asesmen yang dikembangkan

dinyatakan layak jika memperoleh kriteria skor > 50%.

b. Analisis Angket Respon Guru

Hasil angket respon guru dihitung menggunakan rumus:

R = x 100%

(Sudijono, 2008:43)

Keterangan:

R : Tingkat persentase aspek respon guru

n : Jumlah skor dari aspek diperoleh

N : Jumlah skor ideal

Hasil persentase data dikonversikan berdasarkan kriteria pada tabel sebagai

berikut:

100

Tabel 13 Kriteria Asesmen Angket Tanggapan Guru

Interval skor (%) Kriteria

82 % - 100 % Sangat baik

63 % - 81 % Baik

44 % - 62 % Kurang baik

25 % - 43 % Tidak baik

Berdasarkan perhitungan analisis deskriptif, asesmen yang dikembangkan

dinyatakan baik jika memperoleh skor ≥ 63%.

c. Analisis Instrumen Penelitian

Analisis instrumen asesmen meliputi analisis validitas, reliabilitas, dan analisis

distraktor.

a). Analisis Validitas

Analisis validitas dengan menggunakan rumus korelasi point biserial dari

Saifuddin (2016:155) yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

Rpbis = Koefisien korelasi biserial

Mi = Mean skor tes (X) dari seluruh subyek yang mendapat angka 1

pada item yang bersangkutan

Mx = Mean skor tes dari seluruh subyek

Sx = Deviasi standar skor tes

p = Proporsi subyek yang mendapat angka 1 pada item yang

bersangkutan

Dimana harga Sx dicari menggunakan rumus :

Hasil interpretasi dikonversikan berdasarkan kriteria tabel berikut:

101

Tabel 14. kriteria validitas item butir soal

Harga koefesian

korelasi (rxy)

interpretasi

0,81 – 1,00 Sangat tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah

Sumber: Arikunto (2012)

Setelah diperoleh harga rpbis kemudian dibandingkan dengan harga rtabel dengan

taraf signifikansi 5%. Dengan kriteria uji, jika rpbis ˃rtabel maka butir soal

tersebut dinyatakan valid.

b). Uji Reliabilitas Soal

Uji realibitas dalam penelitian ini menggunakan metode inter-rater reliability

dengan menggunakan rumus Koefisien Cohen’s Kappa. (Altman, 1991dalam

Murti, 2011: 17 ). Koefisien Kappa digunakan untuk mengukur sepakat dari

dua pengamat terhadap karakteristik yang menjadi perhatian peneliti. Rumus

yang digunakan adalah.

Keterangan :

Pr(a) = Persentase jumlah pengukuran yang konsisten antar rater

Pr(e) = Persentase jumlah perubahan pengukuran antar rater

c). Analisis Uji Efektivitas

Untuk mengetahui efektivitas asesmen portofolio matematika berbasis problem

based learning dapat diuji dengan rata-rata perhitungan gain ternomalisasi.

Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan

rumus g faktor (N-gains), yaitu:

102

N-gains =

Sumber Hake (1998: 1)

H. Analisis Deskriptif Metode Tes

Penelitian ini menggunakan daftar nilai hasil uji pemakaian asesmen untuk

mengetahui kemampuan peserta didik. Pengambilan data dilakukan setelah

didapatkan analisis validitas butir soal dalam proses uji coba skala besar. Hasil

analisis butir soal tersebut dimana butir soal sudah layak digunakan kemudian

diujikan kepada 30 peserta didik kelas V semester genap SDN 02 Tanjung Rejo

sebagai uji pemakaian. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif

dengan menghitung nilai hasil belajarnya. Adapun rumus yang digunakan untuk

menghitung nilai peserta didik menurut Arifin (2011:229), adalah sebagai berikut:

Nilai x 100 skala (0-100)

Keterangan :

B : Jumlah jawaban benar

N : Jumlah soal

V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil laporan penelitian dan pembahasan pada Bab IV, dapat

diambil simpulan sebagai berikut.

1. Produk instrumen asesmen portofolio pada pembelajaran matematika siswa

kelas V sekolah dasar hasil pengembangan dilakukan melalui proses (a)

pemetaan instrumen dengan penyusunan penentuan standar, pembuatan

kreteria penilaian, dan pembuatan rubrik penskoran, (b) menyusun kisi-kisi, (c)

menyusun instrumen, (d) menelaah instrumen, (e) uji coba alat ukur, (f)

pelaksanaan pengukuran. Asesmen menghasilkan kelayakan dan efektif

meningkatkan hasil belajar secara teoritik dan emperik

2. Produk instrumen asesmen portofolio hasil pengembangan menghasilkan

instrumen yang valid dan reliabel dilihat pada korelasi product moment r

hitung lebih dari r tabel > 0,3. Perhitungan realibitas Cohen’s Kappa dengan

menggunakan bantuan SPSS 23, diperoleh hasil sebesar 0,651. Dengan nilai

signifikan 0,00 menandakan bahwa nilai koefisiennya menunjukkan adanya

korelasi.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil dan kesimpulan, instrumen ini diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan dan melaksanakan

128

asesment ketrampilan yang terintegrasi terhadap kegiatan pembelajaran. Untuk

memenuhi harapan tersebut terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai

berikut:

1. Instrumen asesmen portofolio yang dikembangkan dapat memudahkan guru

menilai ketrampilan siswa dalam pembelajaran, serta mampu meningkatkan

pemahaman guru menilai tugas portofolio yang diberikan.

2. Instrumen asesmen portofolio yang dikembangkan ini akan lebih efektif

digunakan apabila didukung oleh kemampuan guru sebagai fasilitator dan

motivator dalam kegiatan pembelajaran siswa.

3. Instrumen asesmen portofolio yang dikembangkan ini didukung oleh materi

pembelajaran dari berbagai sumber belajar yang dapat meningkatkan

pemahaman siswa dan guru dalam memecahkan masalah di setiap pembelajaran

yang ditugaskan.

4. Instrumen asesmen portofolio membuat siswa lebih aktif dan kreatif dalam

pembelajaran karena siswa lebih termotivasi untuk belajar mengerjakan tugas

dengan sungguh-sungguh, mudah memahami dalam pembelajaran, serta

pembelajaran lebih mudah diingat.

5. Instrumen asesmen portofolio dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan

kemampuan siswa dari waktu ke waktu berdasarkan feed-back dan refleksi diri.

C. Saran

Berdasarkan simpulan tersebut dapat dikemukakan saran-saran sebagai

berikut.

129

1. Bagi peserta didik, instrumen asesmen portofolio diharapkan dapat mengajak

siswa untuk belajar displin mendokumentasikan berbagai lembar kegiatan yang

dimiliki dalam rangka implementasi program pembelajaran.

2. Bagi guru, instrumen asesmen portofolio dapat dijadikan alat pengambil

keputusan untuk menentukan keberhasilan siswa, instrumen dapat membantu

guru melakukan asesmen secara adil, objektif, transparan dan dapat

dipertanggungjawabkan tanpa mengurangi kreativitas siswa di kelas.

3. Bagi sekolah, instrumen asesmen portofolio ini dapat dijadikan sebagai

pedoman dalam asesmen portofolio sebagai kelengkapan penilaian yang utuh

bagi peserta didik.

4. Bagi peneliti, instrumen asesmen portofolio ini hanya terkait pembelajaran

matematika bangun ruang. Oleh karena itu, disarankan kepada peneliti

selanjutnya untuk meneliti dengan menyumbangkan instrumen asesmen

portofolio pada materi pembelajaran lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Afif, Abdul. (2010). Penilaian Portofolio. [Online]. Tersedia;

http://afifabdul.blogspot.com/ 2010/12/penilaian-portofolio.html. [10

Maret 2018)

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum

2013. Prestasi Pustakarya, Jakarta. Anas, Sudijono. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching,

and Assessment; A revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives.

Addison Wesley Lonman Inc, New York. Anderson, Lorin W. 2003. Classroom Assessment Enhancing the Quality Of

TeacherDecision Making. Laurence Erlbaum Associates Publishers, New Jersey.

Anwar, C. 2005. Penerapan Penilaian Kinerja (Performance Assesment) Dalam

Membentuk Habits Of Mind Siswa Pada Pembelajaran Konsep

Lingkungan. Tesis pada magister PPS UPI Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 2016. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara,

Jakarta.

Arifin, Zainal .2009. Evaluasi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung. Arends, Richard. 2008. Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar. Pustaka

Pelajar, Yogyakarta.

Azwar, Saifuddin .2014. Reliabilitas dan Validitas (Edisi IV). Pustaka Belajar,

Yogyakarta.

Budiono (2001). Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Badan Penelitian dan pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Borg, W. R & Gall, MD. 1983. Educational Research: An Introduction (4rd).

Logman Inc, New York & London.

131

Charanjit,Kaur.Abd Samad, Arshada. Tajularipin, Sulaiman.2015. Developing a Portfolio Assessment Model for the Teaching and Learning of English.International Journal of Education and Research.Vol 8 No.7 Hal 164-173.(On Line). Tersedia padahttp://www.ccsenet.org/journal/ index.php/elt/article/download/50566/27171.Diakses pada tanggal 11/10/18.

Downing., 2013. Problem-based learning and the development of

metacognition.Spinger link.Volume 57,Issue5,pp 609–621 Education Resources Information Center Digest .2010. Growing Success:

Assessment, Evaluation, and Reporting in Ontario Schools. Diambil tanggal 3 Mei 2018 dari https://www.edu.gov.on.ca/eng/policyfunding/growSuccess.pdf.

Erladewi. 2008. Implementasi Asesmen Hasil Belajar Menggunakan Penilaian

Kelas Dalam Pembelajaran Kimia di SMA Kota Tanjung Balai Karimun. Tesis. UPI Bandung. Bandung.

Fathurrohman, Muhammad. 2015. Paradigma Pembelajaran Kurikulum 2013.

Kalimedia, Yogyakarta.

Firman, H .2000. Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Jurusan

Pendidikan Kimia FPMIPA UPI, Bandung.

Firman, Harry & Ari Widodo. 2008. Panduan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam SD/MI. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Gunawan, Muhammad Ali. 2009. Tugas dan Penyusunan Kriteria Penilaian

(Rubrik).Artikel Pendidikan. Diunduh 21 Juni 2018 dari

http://forumpenelitian.blogspot.com/2009/09/

Hake, R. R. 1998. Analyzing Change/ Gain Score. American Educational

Research Methodology.

http://lists.asu.edu/cgibin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855. Diakses

pada tanggal 20 Maret 2018.

Hasmalena. 2009. Implementasi Asesmen Portofolio Pada Anak Usia Dini. Tesis.

UPI Bandung. Bandung.

Iryanti, Puji. 2004. Penilaian Unjuk Kerja. Depdiknas, Yogyakarta.

Iskandar, T. 2000. PenerapanPenilaian Kinerja dalam Kegiatan Laboratorium

pada Konsep Reproduksi Tumbuhan Biji di Madrasah Aliyah. Tesis

Magister pada PPS UPI. Bandung.

Istiqomah, S.Si. 2010. Matematika SD; Ringkasan Teori-Latihan Soal &

Pembahasan-

Evaluasi.http://books.google.co.id/books?id=atQB4ckowxgC&pg=PR5&d

q=pembelajaran+matematika+sd&hl=id&ei=z184TZHnNo_OrQf7q_2ZC

A&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=2&ved=0CCoQ6AEwATg

K#v=onepage&q=pembelajaran%20matematika%20sd&f=false.(diakses

21 Agustus 2018)

132

Jihad, Asep & Abdul Haris. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Multi Pressindo,

Yogyakarta.

Johnson David W and Roger T. Johnson. 2002. Cooperative Learning Methods: A

Meta-Analysis. Journal of Research in Education. http://www.eeraonline.org/journal/files/2002/JRE_2002_01_DWJohnson. pdf

Kizlik, Bob. 2009. Measurement, Assessment, and Evaluation in Education.

Online : http://www.adprima.com/measurement.htm diakses tanggal 10-01-2018.

Kusaeri dan Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Pustaka

Pelajar, Yogyakarta.

Lambas. 2004. Materi Pelatihan terintegrasi Matematika (Buku 3). Depdiknas,

Jakarta.

Mardapi. 2004. Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi, Seminar

Nasional Rekayasa Sistem Penilaian Dalam Rangka Meningkatkan

Kualitas Pendidikan. HAPY., Yogyakarta.

Marhaeni, I Wayan Lasmawan, Dewa Gede Suparta, 2015, Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif teknik make a match terhadap motivasi belajar

dan hasil belajar IPS, e-Jurnal Program Pascasarjana Universitas

Pendidikan Ganesha, Vol. 5.

Maxwell. Graham S. 1999. Contextualising Authentic Assessment.

Principles, Policies, and Practices.

Masnur. Muslich. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan

Krisis Multidimensional. PT Bumi Aksara, Jakarta.

Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Murti Bhisma. 2011. Validitas dan Reliabilitas Pengukuran. Martikulasi

Program Studi Doktoral FK UNS

Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Palomba, C.A & Banta, T.W. 1999. Assesment Esensials: Planing, Implementung and Improving Assesment in Higher Education. Jossey-Bass. San Fransisco

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Republik

Indonesia Nomor 66 Tahun 2013, Standar Penilaian Pendidikan, (Lampiran) Bab II tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Permendikbud No. 81A Tahun 2016 tentang Implementasi Kurikulum

133

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Pitadjeng. 2006. Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan. Depdiknas,

Jakarta.

Popham, W. 1995.Classroom Assessment. Allyn and Bacon., Boston. Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Diva Press.

Yogyakarta. Purwanto. M, Ngalim . 2010. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Remaja Rosdakarya, Bandung. Purnomo, Edy. 2016. Dasar-Dasar dan Perancangan Evaluasi Pembelajaran.

Media akademi, Yogyakarta. Qodratillah, Meity Taqdir. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa,

Jakarta. Ralmawati,Ralmawa.Liliasari,Liliasari.Abdulkadir ,Martoprawiro.Ana,

WulanRatna.2014.The Effect of Electronic Portfolio Assessment Model to Increase of Students’oGeneric Science Skills in Practical Inorganic Chemistry. Jurnal of Education Learning.Vol 8. No.3.Hal 176-186(On Line)Tersedia pada: http://journal.uad.ac.id/index.php/EduLearn/article /view/260. Diakses pada tanggal 13/08/2018.

Roohani.Taheri, Farzenah.2015.The Effect of PortfolioAssessment on EFL

Learners’ Expository Writing Ability.Iranian Journal of Language Testing.Vol 5 No. 46-59. (On Line). Tersedia padahttp://ijlt.ir/journa /images/PDF/433-5-1.pdf. Diakses pada tanggal 14/08/2018.

Rubiyanto. 2005. Evaluasi Pendidikan. Program Akta mengajar Fkip UMS,

Surakarta. Ruminiati. 2008. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan. Dirjen Dikti

Depdiknas, Jakarta.

Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Saifudin. Azwar. 2016. Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Sandford.Hsu.2015.Alternative Assessment and Portfolios: Review, Reconsider,

and Revitalize.Online.International Journal of Studi Ilmu Sosial.Vol.1, No. 1Hal 215221. http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.817.6761&rep=rep1&typepdf./view/45/65.Diakses pada tanggal 07/08/18.

Sarotama, Cokorda. 2014. Pengaruh Pendekatan Kontekstual dan Asesmen

Autentik terhadap Kemampuan Menulis dalam Bahasa Inggris pada SMPN 1 Payangan. Journal practics and education, vol.2, nomor 2.

Subali, Bambang.2010.Pengukuran Ketrampilan Proses Sains Pola Divergen

Mata Pelajaran Biologi Sma Di Provinsi DIY dan Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional Biologi, Biologi dan Pengembangan Profesi Pendidik Biologi‟ 3 Juli 2010

134

Sudaryono. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sudjana, Nana. 2005. Penilian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT. Remaja

Rosdikarya. Bandung.

Sugiyarti. 2000. Penerapan Assesment Portofolio Dalam Meningkatkan Hasil

Belajar Biologi Mahasiswa di Madrasah Aliyah. IKIP Bandung.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualikatif, dan R&D). Alfabeta, Bandung. Sumanto, Heny Kusumawaty, dan Nur Aksin, 2010. Gemar Matematika 5 untuk SD/MI Kelas V. PT Intan Pariwara, Jakarta. Suprijono, Agus. 2013 .Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Surapranata Sumarna dan Muhammad Hatta. 2004. Penilaian Portofolio. PT

Remaja Rodakarya, Bandung. Suwangsih. 2006. Model Pembelajaran Matematika. UPI PRESS. Bandung. Suyanto dan Jihad, Asep. 2013. Menjadi Guru Profesional. Erlangga: Jakarta.

Terry. Overton. 2008. Assessing Learners with Special Needs: An Applied

Approach (7th Edition). University of Texas. Brownsville. Tigran, Mets, Yerevan. 2005. Integrated Social Studies Instruction Curriculum

Design and Models. An Educator’s handbook

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana

Prenada media Group. Jakarta.

Triyanto 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Tusriyanto. 2009. Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. (Studi Kuasi Eksperimen

dalam Pembelajaran IPS di kelas V SD). Tesis SPS UPI. Bandung

Undang, Rosidin. 2010. Penilaian Otentik. Bandar Lampung: Universitas

Lampung.

Uno, Hamzah, B., & Koni, Satria. 2012. Assessment Pembelajaran. PT Bumi

Aksara, Jakarta.

Valencia, Sheila.1990. "A Portfolio Approach to Classroom Reading Assessment:

The Whys, Whats, and Hows." The Reading Teacher 43: 338-40.

135

Widoyoko, Eko, Putro. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Pustaka

Pelajar, Yogyakarta.

Weeden, Paul;,Winter, Jan & Broadfoot, Patricia. 2002. Assessment: What’s in it.

California.

Wulan, A. R. 2003.Permasalahan yang Dihadapi dalam Pemberdayaan

Praktikum Biologi di SMU dan Upaya Penanggulangannya (Doctoral

dissertation). Bandung: SPs UPI.

Wulan, Ratna. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika

Menggunakan Model Guided Inquiri yang Dilengkapi Penilaian Portofolio

Pada Materi Gerak Melingkar. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika.

Vol. I Hal. 1-19.

Zainul & Nasution. 2001. Penilaian Hasil Belajar. Dirjen Dikti. Jakarta.