Upload
ngoliem
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGEMBANGAN ASESMEN PORTOFOLIO BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR
Tesis
Oleh
ROHIM
1623053032
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KEGURUAN GURU SD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ii
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF BASED PORTFOLIO ASSESSMENT
PROBLEM BASED LEARNING ON LEARNING MATHEMATICS
CLASS IV BASIC SCHOOL
By
Rohim
Abstract: The problem of this research is that the portfolio assessment
instruments have not been implemented in Mathematics subject appropriately. The
research objective is to develop a learning model of portfolio assessment on
Mathematics subject based on an effective problem-based learning. This research
was carried out at SDN 01 Tanjung Rejo and SDN 02 Tanjung Rejo sub-district of
Negeri Agung, Way Kanan regency. This research applied Research and
Developmet (R & D) method with stages adopted from Borg & Gall. The
population and sample size are taken from 30 respondents. The data collection
techniques were carried out with questionnaires and tests. The product results are
validated by experts of media, material and language. The instrument is being
analyzed by item validity and reliability. The results of the research showed that
based on the validity by experts of media, material and language, the developed
instruments have been proven 'excellent' and 'good' so that it is suitable for use.
The results of the large-scale trial of the developed product and the testing showed
that the instrument has a good quality so that it can be used to measure the
cognitive abilities of fifth grade students of elementary school.
Keywords : portfolio assessment, mathematics, problem based learning
iii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN ASESMEN PORTOFOLIO BERBASIS
PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR
Oleh
Rohim
Masalah penelitian ini adalah belum terwujudnya asesmen portofolio berbasis
PBL pada mata pelajaran matematika dan pengembangan asesmen portofolio
berbasis PBL pada mata pelajaran matematika yang valid dan reliabel. Tujuan
penelitian mewujudkan dan mengembangkan desain asesmen portofolio pada
mata pelajaran matematika berbasis problem based learning yang valid dan
reliabel. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 01 Tanjung Rejo dan SDN 02
Tanjung Rejo Kec. Negeri Agung, Kab. Way Kanan. Penelitian ini menggunakan
metode Research and Developmet dengan langkah- langkah menurut Borg & Gall.
Populasi Siswa SD berjumlah 64 orang siswa dan sampel menggunakan purpose
sampling berjumlah 30 orang siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan
angket dan tes. Hasil produk divalidasi oleh ahli media, materi dan bahasa.
Instrumen soal dianalisis dengan validitas butir soal, reliabilitas. Hasil validasi
ahli media, materi dan bahasa terhadap instumen soal yang dikembangkan layak
untuk digunakan. Hasil ujicoba skala kecil produk hasil pengembangan dan uji
pemakaian menunjukan hasil bahwa asesmen portofolio mempunyai kualitas
yang baik sehingga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa
kelas V Sekolah Dasar.
Kata kunci: asesmen portofolio, matematika, problem based learning
iv
PENGEMBANGAN ASESMEN PORTOFOLIO BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR
Oleh
ROHIM
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Pasca Sarjana
Program Study Magister Keguruan Guru SD
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER KEGURUAN GURU SD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Wonosobo, pada tanggal 3 Maret 1979.
Penulis adalah anak pertama dari pasangan Bapak Paino dan
Ibu Sariyah. Menikah dengan Utari Dwiyanti, S.Pd pada
tahun 2003 dan memiliki dua orang anak bernama Rovina
Firmalasari yang pada saat ini studi di Ponpes PPRQ Metro,
dan Aqilah Fatin saat ini di TK Darma Pertiwi Tanjung Rejo. Penulis mengikuti
pendidikan Sekolah Dasar di SDN 02 Tanjung Rejo Lulus pada tahun 1991,
Pendidikan Menengah Pertama di MTS Ma’arif Bumi Mulya Pakuan Ratu Lulus
pada tahun 1994, Pendidikan Menengah Atas di MA Al Mamur Banjarsari
Tanggamus Lulus tahun 1998, Pendidikan Diploma II Universitas Lampung
Lulus Tahun 2004, Pendidikan Sarjana di Universitas Terbuka Tahun 2013.
Melalui tes program Pascasarjana pada tahun 2016, penulis diterima di Universitas
Lampung sebagai mahasiswa Program Studi Magister Keguruan Guru Sekolah
Dasar Fakultas dan Ilmu Pendidikan. Penulis bertugas di SD Negeri 01 Tanjung
Rejo Kabupaten Way Kanan. Selain sebagai guru, penulis juga aktif
melaksanakan Kegiatan KKG di Kabupaten Way Kanan.
ix
MOTO
“Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai
dengan doa, karena sesungguhnya nasib seseorang manusia tidak akan berubah
dengan sendirinya tanpa berusaha”
(Aisyahkhumaira)
“Ingatlah bahwa kesuksesan selalu disertai dengan kegagalan”
(Iskandar Muda)
x
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’aalamiin.
Segala puji bagi Allah, Dzat Yang Maha Sempurna
Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Dengan Kerendahan hati kupersembahan karya ini sebagai tanda terima kasihku
kepada :
Almamater Universitas Lampung tercinta.
SDN 01 Tanjung Rejo, dan SDN 02 Tanjung Rejo
Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Way Kanan
xi
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’aalamiin, puji syukur kehadiratan Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dan tak lupa sholawat serta salam selalu
tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan esis yang berjudul “Pengembangan Asesmen Portofolio Berbasis
Problem Based Learning Pada Pembelajaran Matematika Kelas V Sekolah
Dasar.“
Penulisan tesis ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi
pada Program Studi Magister Keguruan Guru Sekolah Dasar, guna memperoleh
gelar Magister Pendidikan di Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian tesis ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak di Universitas Lampung. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas
Lampung beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis menempuh studi Magister Keguruan Guru Sekolah Dasar Universitas
Lampung.
2. Bapak Prof. Drs. Mustofa, M.A., Ph.D. selaku Direktur Pasca Sarjana yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis menempuh studi Magister
Keguruan Guru Sekolah Dasar Universitas Lampung.
xii
3. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung
yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan menempuh pendidikan
di FKIP Universitas Lampung.
4. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung memberikan telah mendukung dan memberikan
kemudahan kepada peneliti sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Bapak Dr. Alben Ambarita, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister
Keguruan Guru Sekolah Dasar, dan sekaligus validator yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran,
perhatian, motivasi, semangat, serta kritik dan saran yang membangun
sehingga tesis ini selesai dan menjadi lebih baik.
6. Ibu Dr. Lilik Sabdaningtyas, M.Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan
pemikiran, perhatian, motivasi, semangat, serta kritik dan saran yang
membangun sehingga tesis ini selesai dan menjadi lebih baik.
7. Ibu Dr. Rochmiyati, M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan Dosen
Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing,
memberikan sumbangan pemikiran, perhatian, motivasi, semangat, serta
kritik dan saran yang membangun sehingga tesis ini selesai dan menjadi lebih
baik
8. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran,
perhatian, motivasi, semangat, serta kritik dan saran yang membangun
sehingga tesis ini selesai dan menjadi lebih baik.
xiii
9. Bapak Dr. Darsono, M.Pd., selaku Dosen Peguji II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran,
perhatian, motivasi, semangat, serta kritik dan saran yang membangun
sehingga tesis ini selesai dan menjadi lebih baik.
10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Keguruan Guru Sekolah Dasar
di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan motivasi,
semangat, serta kritik, dan saran yang membangun kepada penulis selama
penyusunan tesis sehingga tesis ini selesai dan menjadi lebih baik.
11. Segenap Staf Program Studi MKGSD dan Bapak Bagio yang telah banyak
memberikan masukan dan membantu kelancaran penulisan tesis ini.
12. Teman-teman seperjuangan, seluruh angkatan 2016 Program Studi Magister
Keguruan Guru Sekolah Dasar terima kasih atas kebersamaanya.
13. Siswa-siswi SD Negeri 01 Tanjung Rejo dan SD Negeri 02 Tanjung Rejo
sebagai objek dalam penulisan tesis ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada
penulis mendapat balasan pahala dari Allah SWT, dan semoga tesis ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya, Aamiin ya
Rabbal’Aalaamiin.
Bandar Lampung, 17 Oktober 2018
Penulis,
Rohim
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 9
D. Rumusan Masalah ........................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 9
F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 10
G. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 10
H. Spesifikasi Produk ........................................................................... 11
II. TINJAUN PUSTAKA
A. Asesmen .......................................................................................... 12
B. Jenis – Jenis Assesmen .................................................................... 24
C. Penilaian Otentik K13 ..................................................................... 26
D. Asesmen Portofolio ......................................................................... 29
E. Model Pembelajaran K13 ................................................................ 57
F. Model Problem Based Learning ...................................................... 58
G. Pembelajaran Matematika SD ......................................................... 70
H. Pengembangan Asesmen Portofolio Berbasis PBL ........................ 77
I. Penelitian yang Relevan ................................................................... 80
J. Kerangka Pikir Penelitian ................................................................. 83
K. Hipotesis .......................................................................................... 85
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................ 86
B. Langkah – langkah Penelitian Pengembangan ................................ 87
C. Variabel Penelitian ........................................................................... 91
D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ................................ 92
E. Data dan Teknik Pengumpulan Data ................................................ 93
F. Populasi dan Sampel ........................................................................ 97
G. Teknik Analisis Data ........................................................................ 98
H. Analisis Deskriptif Metode Tes ........................................................ 102
xv
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Pengembangan ................................................ 103
B. Pembahasan ..................................................................................... 120
1. Pengembangan Instrumen Asesmen Portofolio Berbasis PBL
Yang Layak dan Efektif ........................................................... 120
2. Asesmen Portofolio yang Falid dan Releabel ........................... 124
3. Hasil Penyempurnaan Produk .................................................... 124
4. Kelebihan Produk Hasil Pengembangan .................................... 124
5. Kekurangan Produk Hasil Pengembangan ................................ 125
6. Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan ............................. 126
IV. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan .......................................................................................... 127
B. Implikasi .......................................................................................... 127
C. Saran ................................................................................................ 128
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 130
LAMPIRAN ............................................................................................... 136
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Analisis Kebutuhan Hasil Pertemuan KKG Ki Hajar Dewantara III
Di SD Kelas V Di Kecamatan Negeri Agung Dari 10 Orang Guru………. 7
2 Spesifikasi Produk…………………………………………….................... 11
3 Contoh Format Penilaian Portofolio Matematika kelas 4 SD….................. 45
4 Template untuk Rubrik Holistik.................................................................... 55
5 Sintaks Langkah – langkah PBL.................................................................. 66
6 Silabus Memahami Sifat Bangun Datar Sederhana Dan Hubungan Antar
Bangun Ruang.............................................................................................. 76
7 Rancangan Instrumen Portofolio Berbasis Problem Based Learning.......... 80
8 Intrumen Validasi Ahli Materi……............................................................... 95
9 Intrumen Validasi Ahli Media……............................................................... 96
10 Intrumen Validasi Ahli Bahasa……………………...................................... 97
11 Angket Respon Guru Terhadap Instrumen Penilaian Berbasis PBL Pada
Pembelajaran Matematika Kelas V SD......................................................... 98
12 Kriteria Penilaian Validasi Ahli Materi, Media, dan Bahasa......................... 100
13 Kriteria Penilaian Angket Tanggapan Guru……………………………….. 100
14 Kriteria Validitas Item Butir Soal…….......................................................... 101
15 Rubrik Penskoran Penilaian Proses.............................................................. 107
16 Skor Penilaian Validasi Ahli Materi……………………............................. 109
17 Skor Penilaian Validasi Ahli Bahasa…........................................................ 110
18 Skor Penilaian Validasi Ahli Media……………………….......................... 111
19 Hasil Revisi Dosen Ahli Instrumen Penilaian Berbasis Problem Based
Learning Pada Pembelajaran Matematika……………………………….... 112
20 Hasil Uji Coba Terbatas Menggunakan Penilaian yang Konvensional........ 113
21 Hasil Uji Coba Terbatas Menggunakan Penilaian yang Dikembangkan….. 113
22 Hasil Uji Coba Diperluas Menggunakan Penilaian yang Konvensional….. 114
23 Hasil Uji Coba Diperluas Menggunakan Penilaian yang Dikembangkan… 114
24 Hasil Uji Validitas Instrumen………………………………………………115
25 Hasil Perhitungan Realibitas Cohen’s Kappa……………………………... 116
26 Perhitungan Hasil Belajar Kognitif Pre-Test Dan Post-Test Assesment….. 117
27 Perhitungan Hasil N-gains………………………………………………… 118
28 Perbedaan Instrumen Asesmen Portofolio Pengembangan Dengan
Instrumen Asesmen Portofolio Pada Buku Guru Dan Buku Siswa……….. 123
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Karakteristik Penilaian Portofolio ......................................................... 33
2 Kerangka Pikir Penelitian ..................................................................... 85
3 Langkah- langkah penggunaan Metode Research and Development
(R&D) Borg and Gall ........................................................................... 87
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Surat - surat Penelitian .......................................................................... 136
2 Instrumen Penilaian Produk .................................................................. 142
3 Analisis Kebutuhan Hasil Wawancara dengan Guru ............................ 148
4 Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Kegiatan Pembelajaran ....... 149
5 RPP…………………. .......................................................................... 150
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal penting dan menjadi kunci keberhasilan suatu
bangsa. Pendidikan juga menjadi tolak ukur suatu bangsa untuk dapat bersaing
dalam dunia internasional. Melalui pendidikan suatu bangsa dapat menjadi
bangsa yang tangguh, mandiri, berkarakter dan berdaya saing. Sebagai
fondasi, pendidikan memberi bekal ilmu pengetahuan bagi peserta didik,
mengembangkan potensi mereka, dan sarana transfer nilai.
Kurikulum di Indonesia mengalami dinamika dari waktu ke waktu.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan selanjutnya mengalami perubahan
sehingga menjadi Kurikulum 2013. Hal tersebut dilakukan untuk mencapai
standar nasional pendidikan sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah Repulik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 pasal 2 ayat (1) Standar
Pendidikan Nasional terdiri dari delapan ruang lingkup, yakni: (1) standar isi,
(2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan
tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar
pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar asesmen.
Perubahan elemen standar isi pada K13 membuat guru yang selama ini
menggunakan asesmen tradisional harus mengubah asesmennya yaitu menjadi
asesmen autentik berdasarkan tuntutan kurikulum. Asesmen autentik
2
merupakan asesmen yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai
dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran. Mulyasa
(2013 : 135) menyatakan asesmen autentik pada K13 yaitu berfokus pada
pengetahuan melalui asesmen input menjadi berbasis kemampuan melalui
asesmen proses, portofolio dan asesmen output secara utuh dan menyeluruh.
Menurut Permendikbud No. 81A tahun 2016 bahwa asesmen portofolio
merupakan asesmen berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi
yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu. Asesmen portofolio pada dasarnya menilai karya-karya
peserta didik secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran.
Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru
dan pesertadidik. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan
peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik.
Pelaksanaannya K13 menggunakan pembelajaran tematik terpadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran dengan suatu
tema sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik.
Pelaksanaan pembelajaran terpadu tersebut berdasarkan permendikbud no 24
tahun 2016 tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar pada K13 bab 1
pasal 1 ayat 3 bahwa pelaksanaan pembelajaran pada Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI) dilakukan dengan pendekatan pembelajaran tematik-
terpadu, kecuali untuk mata pelajaran Matematika dan Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan (PJOK) sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri
untuk kelas IV, V, dan VI.
3
Selain itu pembelajaran dalam K13 juga menggunakan pendekatan
saintifik yang merupakan pengorganisasian pengalaman belajar melalui proses
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan. Model pembelajaran yang mendukung penerapan
pendekatan saintifik diantaranya adalah model pembelajaran berbasis
penemuan (discovery learning), model pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning), dan model pembelajaran berbasis proyek (project
based learning).
Dewasa ini tuntutan kurikulum dalam pembelajaran Matematika memberi
pengalaman belajar secara langsung dan sangat ditekankan melalui
penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses, serta sikap ilmiah dengan
tujuan memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah. Oleh
karena itu diperlukan upaya Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Menurut Arends (2008:41), Problem Based Learning atau pembelajaran
berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang menggunakan
pendekatan masalah yang autentik sehingga peserta didik dapat menyusun
pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan ketrampilan yang lebih
tinggi dan inkuiri, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan
kepercayaan diri sendiri. Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan
nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari oleh peserta didik untuk melatih
dan meningkatkan ketrampilan berpikir kritis memecahkan masalah serta
mendapat pengetahuan tentang konsep-konsep penting.
Asesmen portofolio memberi kesempatan kepada peserta didik untuk lebih
4
banyak terlibat secara aktif dan peserta didik dengan mudah mengontrol
perkembangan kemampuan yang telah diperolehnya. Peserta didik mampu
melakukan perencanaan perbaikan, menemukan kelebihan dan kekurangan
diri sendiri, serta kemampuan untuk menggunakan kelebihan tersebut dalam
mengatasi kelemahan yang merupakan modal dasar penting dalam proses
pembelajaran. Data yang terkumpul dari waktu ke waktu ini kemudian
digunakan oleh guru untuk menilai dan melihat perkembangan kemampuan
serta prestasi kademik peserta didik pada periode tersebut. File portofolio
sekaligus memberikan umpan-balik baik kepada guru maupun peserta didik.
Bagi guru, file yang berisi perkembangan peserta didik ini akan memberikan
masukan untuk asesmen proses dalam memperbaiki cara, metode, dan
manajemen pembelajaran di kelas.
Melalui analisa file portofolio guru dapat mengetahui potensi, karakter,
kelebihan, dan kekurangan pada peserta didik itu sendiri. File ini dapat
menjadi dasar pijakan untuk mengoreksi dan memperbaiki kelebihaan serta
kekurangan dalam proses pembelajaran maupun penguasaannya atas suatu
kompetensi dasar atau mata pelajaran. Proses terjadinya umpan-balik sangat
dimungkinkan karena dalam sistem asesmen portofolio data yang terekam
dalam file tidak hanya dikumpulkan kemudian selesai, namun akan direfleksi
serta dianalisis secara kolaboratif dengan melibatkan guru, peserta didik, dan
wali murid.
Asesmen portofolio sebenarnya sudah dianjurkan sejak diberlakukannya
kurikulum berbasis kompetensi, yaitu dengan diterbitkannya buku petunjuk
portofolio untuk asesmen oleh Depdiknas tahun 2003. Buku tersebut
5
menghimbau kepada guru sasaran Kurikulum 2013 dan pengelola pendidikan
untuk mengembangkan instrumen asesmen portofolio. Namun, berdasarkan
data yang ditemukan di Sekolah Dasar Negeri Negeri Agung, guru sasaran
Kurikulum 2013 pada saat ini masih kesulitan mengembangkan instrumen
asesmen portofolio, sehingga asesmen portofolio belum dapat dilakukan
secara optimal.
Para guru sasaran kurikulum 2013 kesulitan dalam melaksnanakan
asesmen portofolio. Kesulitan yang paling banyak dikeluhkan oleh guru
adalah mengenai pemahaman tentang instrumen asesmen portofolio dan cara
asesmennya. Asesmen portofolio guru hanya sekedar mengerti, tetapi untuk
menerapkan sesuai dengan tuntunan Kurikulum 2013 masih terdapat
kerancuan. Guru selama ini hanya menggunakan instrumen yang sudah
distandarisasikan oleh tim ahli atau instrumen baku. Guru mengajar hanya
menuntut peserta didik untuk menghafal semua informasi yang disampaikan
oleh guru dan proses asesmen yang dilakukan selama ini semata-mata hanya
menekankan pada penguasaan konsep (pengetahuan) yang dijaring dengan
paper tes and pencil test obyektif dan subyektif sebagai alat ukurnya. Realitas
ini mendorong peserta didik untuk menghafal pada setiap kali akan diadakan
tes harian atau tes hasil belajar, sehingga hasil belajar selama ini diperoleh
kurang dapat menginformasikan kepada orang tua tentang perkembangan
peserta didik dalam penguasaan pengetahuan dan ketrampilan. Keadaan ini
kadang mempersulit orang tua untuk mengetahui perkembangan belajar
anaknya di sekolah, nilai akhir yang diterima hanya mencapai ketuntasan
tanpa tahu proses anaknya bisa mendapatkan nilai tersebut. Guru tidak
6
membuat rubrik asesmen, guru tidak melakukan analisis terhadap soal untuk
mengetahui kualitas butir soal.
Menyinggung tentang kemampuan profesional guru dalam melakukan
asesmen proses belajar belum menggunakan instrumen yang sesuai dengan
aspek yang dinilai. Hal ini salah satunya disebabkan oleh penggunaan sistem
asesmen yang kurang tepat dengan aspek yang dinilai. Sebagian besar guru
melakukan asesmen lebih menekankan pada hasil belajar, sedangkan proses
belajar kurang diperhatikan bahkan cenderung diabaikan sehingga peserta
didik pasif. Padahal proses belajar sangat menentukan hasil belajar.
Fenomena di atas menunjukkan bahwa sistem asesmen yang digunakan
dalam mengukur hasil belajar peserta didik sangat berpengaruh terhadap
strategi pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru. Sistem
asesmen yang benar adalah tentunya harus selaras dengan tujuan dan proses
pembelajaran, agar proses pembelajaran dapat mencapai tujuan dengan baik
maka perlu adanya alat ukur yang tepat digunakan yaitu salah satunya dengan
menggunakan instrumen asesmen portofolio. Berdasarkan hal tersebut, maka
perlu diadakan penelitian pengembangan instrumen asesmen dengan cara
menyusun instrumen asemen portofolio sesuai dengan yang diamanatkan
Kemendikbud.
7
Tabel. 1 Analisis Kebutuhan Hasil Pertemuan KKG Ki Hajar Dewantara III di
SD Kelas V Di Kecamatan Negeri Agung Dari 10 Orang Guru
No Aspek Jumlah Persentase
1 Guru yang sudah mengikuti pelatihan Kurikulum
2013
8 80%
2 Sekolah yang menggunakan Kurikulum 2013 7 70%
3 Guru yang memiliki RPP Kurikulum 2013 4 40%
4 Kesulitan dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 7 70%
5 Guru yang membuat kisi-kisi terlebih dahulu
sebelum membuat instrumen
1 10%
6 Sekolah yang memiliki pedoman untuk menilai
portofolio pada Kurikulum 2013
4 40%
7 Guru yang menggunakan instrumen asesmen
portofolio pada pembelajaran di kelas produk dari
pemerintah
2 20%
8 Penerapan asesmen portofolio peserta didik sesuai
dengan panduan yang telah ditentukan
2 10%
9 Mengalami kesulitan menerapkan asesmen
portofolio peserta didik pada pembelajaran
matematika di kelas
10 100%
10 Memiliki instrumen asesmen portofolio yang
mudah dan jelas untuk pembelajaran di sekolah
2 20%
Berdasarkan data-data penulis yang relevan dan analisis kebutuhan
menunjukkan bahwa 80 % guru Sekolah Dasar Negeri Agung belum
menggunakan asesmen portofolio. Para guru beranggapan mereka kurang
menguasai dan memahami cara melakukan asesmen portofolio. Menurut para
guru kurang adanya sosialiasi, tentang asesmen portofolio dan kurang adanya
buku petunjuk yang mudah dipahami, dalam menerapkan asesmen portofolio
sedangkan buku petunjuk yang digunakan dari pemerintah menurut pendidik
masih sulit dipahami. Oleh karena, itu para guru sekolah dasar mengharapkan
untuk dapat dikembangkan instrumen asesmen portofolio yang jelas,
sederhana, dan mudah dipahami. Guru hanya mecari kesalahan bukan
keunggulan peserta didik, termasuk asesmen melalui US. Asesmen kurang
dapat menginformasikan kepada orang tua tentang perkembangan siswa.
8
Siswa masih berfokus pada hasil tidak pada proses, dan rendahnya hasil
belajar matematika.
Penerapan model pembelajaran tersebut akan lebih efektif apabila di
terapkan Asesmen Portofolio. Portofolio merupakan karya atau hasil kerja
yang dibuat dan ditata sedemikian rupa sehingga menunjukkan kemajuan
peserta didik dan mengarah pada suatu tujuan.
Asesmen Portofolio dapat memandu peserta didik dalam melakukan
kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah sesuai dengan model
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Berdasarkan uraian
di atas peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang
pengembangan Asesmen Portofolio matematika berbasis problem based
learning dalam pembelajaran Matematika sekolah dasar kelas V.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah yang
ada adalah:
1. Guru belum menggunakan portofolio berbasis problem based learning
2. Sampai sekarang yang dilakukan guru hanya mencari kesalahan, bukan
keunggulan peserta didik, termasuk asesmen melalui UKK, atau US
3. Asesmen portofolio para guru hanya sekedar mengerti, tetapi untuk
penerapan dengan tuntunan Kurikulum 2013 masih terdapat kerancuan.
4. Belum tersedianya Asesmen Portofolio matematika berbasis problem
based learning.
5. Asesmen hasil belajar yang diperoleh kurang dapat menginformasikan
kepada orang tua tentang perkembangan peserta didik.
9
6. Asesmen hasil belajar peserta didik berfokus pada hasil tidak pada proses
sehingga peserta didik pasif.
7. Rendahnya hasil belajar matematika peserta didik SD kelas V di
Kecamatan Negeri Agung.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada pengembangan instrumen asesmen portofolio pada
pembelajaran tematik peserta didik kelas V SD.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini adalah
1. Bagaimanakah wujud pengembangan Asesmen Portofolio matematika
berbasis problem based learning pada peserta didik SD kelas V layak dan
efektif ?
2. Bagaimanakah pengembangan Asesmen Portofolio matematika berbasis
problem based learning pada peserta didik SD kelas V yang valid dan
reliabel ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Terwujudnya Asesmen Portofolio matematika berbasis problem based
learning pada peserta didik SD kelas V yang layak dan efektif.
2. Menghasilkan produk Asesmen Portofolio matematika berbasis problem
based learning pada peserta didik SD kelas V yang valid dan reliabel.
10
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
1. Peserta didik
Meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik melalui penggunaan
Asesmen Portofolio melalui problem based learning. Serta meningkatkan
keterampilan peserta didik dalam memecahkan masalah.
2. Guru
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran serta
meningkatkan wawasan dan pengetahuan guru tentang pengembangan
Asesmen Portofolio berbasis problem based learning.
3. Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam pelaksanakan kegiatan
asesmen dan peningkatkan kualitas hasil belajar.
4. Peneliti
Menambah pengetahuan, pengalaman serta wawasan tentang penelitian
pengembangan.
G. Ruang Lingkup Penelitian
A. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah pengembangan Asesmen Portofolio
berbasis problem based learning matematika yang mencakup ranah
kognitif peserta didik kelas V SD.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas V SDN 01 Tanjung
Rejo dan peserta didik kelas V SDN 02 Tanjung Rejo.
11
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2017/2018.
D. Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah SDN 01 Tanjung Rejo dan SDN
02 Tanjung Rejo Kec. Negeri Agung, Kab. Way Kanan.
E. Materi
Materi yang dibahas pada penelitian ini adalah materi “bangun ruang”
H. Spesifikasi Produk
Asesmen yang dilakukan selama ini belum mencerminkan asesmen
autentik seperti yang diharapkan dalam K13 khususnya Asesmen Portofolio
tidak dilakukan oleh Guru. Berdasarkan hasil analisis Asesmen yang pernah
digunakan, maka penulis bermaksud mengembangkan Asesement dengan
spesifikasi produk penelitian pengembangan yaitu menghasilkan produk
Asesmen Portofolio berbasis PBL pada materi “bangun ruang”.
Tabel 2 Spesifikasi Produk No Identifikasi Produk Deskripsi 1 Jenis Instrumen Asesmen 2 Nama Instrumen Asesmen Berbasis PBL 3 Tujuan Mengetahui Hasil Belajar 4 Mata Pelajaran Matematika
5 Kompetensi Dasar Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana
Bentuk Portofolio Proses. Langkah-langkah membuat gambar bangun ruang. Aspek yang dinilai kemampuan menentukan sifat s- sifat bangun ruang Bentuk Portofolio Produk. Hasil gambar bangun ruang eksplanasi. Aspek yang dinilai kemampuan menjelaskan sifat – sifat bangun ruang, kemampuan mempraktekan ke depan sifat bangun ruang, kemampuan penulisan,penggunaan kosa kata baik. .
12
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Asesmen
1. Pengertian Asesmen
Asesmen merupakan bagian yang terpenting dalam proses pembelajaran
disemua bidang studi. Asesmen adalah proses pengumpulan informasi guna
membuat keputusan (Anderson, 2003: 11). Popham (1995: 3) mempertegas
bahwa,“Educational assessment is a formal attempt to determine students
status with respect to educational variables of interest”. Asesmen juga
memiliki terminologi khusus guna mendeskripsikan sekalian aktivitas yang
dikerjakan oleh pengajar untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dari para pembelajar.
Gronlund dalam Purwanto (2010:3), “Evaluation is a systematic process
determining the extent to which instructional objectives are achieved by
pupils”. Kalimat tersebut menjelaskan asesmen adalah suatu proses dalam
mengumpulkan informasi dan membuat keputusan berdasarkan informasi.
Proses mengumpulkan informasi, tentunya tidak semua informasi bisa
digunakan untuk membuat sebuah keputusan. Informasi-informasi yang
relevan dengan apa yang dinilai akan mempermudah dalam melakukan sebuah
asesmen dalam kegiatan pembelajaran.
Sedangkan menurut Purnomo (2016: 8), “Asesmen dalam pembelajaran
adalah kegiatan untuk mendapatkan berbagai informasi secara
13
berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar selama dan
setelah mengikuti pembelajaran”. Tindakan asesmen sangat erat kaitannya
dengan pengambilan keputusan.Semakin meningkat jumlah pengambilan
keputusan dari asesmen semakin serius konsekuensi dan implikasinya dalam
jangka panjang. Pengajar harus serius dalam mengemban masalah asesmen ini
(Anderson, 2003:15).
Menurut Firman (2000:15), asesmen merupakan proses penentuan
informasi yang dilakukan serta penggunaan informasi tersebut untuk
melakukan pertimbangan sebelum keputusan. Suatu proses untuk mengambil
keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran
hasil belajar,baik menggunakan tes dan non tes. Asesmen (assessment) adalah
penerapan berbagai caradan penggunaan beragam alat asesmen untuk
memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar pesertadidik atau
ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) pesertadidik. Asesmen
menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang
pesertadidik. Hasil asesmen dapat berup anilai kualitatif (pernyataan naratif
dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).
Kizlik (2009 : 2) state that :“Assessment is a process by which
information is obtained relative to some known objective or goal.
Assessment is a broad term that includes testing. A test is a special form of
assessment. Tests are assessments made under contrived circumstances
especially so that they may be administered. In other words, all tests are
assessments, but not all assessments are tests”.
Assessment adalah suatu proses dimana informasi diperoleh berkaitan
dengan tujuan pembelajaran. Asesmen adalah istilah yang luas yang mencakup
tes (pengujian). Tes adalah bentuk khusus dari asesmen. Tes adalah salah satu
14
bentuk asesmen. Dengan kata lain, semua tes merupakan asesmen, namun tidak
semua asesmen berupa tes.
Terry (2008 : 1) : Assesment is a process of gathering information to
monitor progress and make educational decisions if necessary. As noted in my
definition of test, an assesment may include a test, but also include methods
such as observations, interview, behavior monitoring, etc. Asesmen adalah
suatu proses pengumpulan informasi untuk memonitor kemajuan dan bila
diperlukan pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan. Sebagaimana
disebutkan dalam definisi tentang tes, suatu asesmen bisa saja terdiri dari tes,
atau bisa juga terdiri dari berbagai metode seperti observasi, wawancara,
monitoring tingkah laku, dan sebagainya.
Palomba and Banta (1999 : 4), Assessment is the systematic collection ,
review , and use of information about educational programs undertaken for the
purpose of improving student learning and development (Artinya: asesmen
adalah pengumpulan, reviu, dan penggunaan informasi secara sistematik
tentang program pendidikan dengan tujuan meningkatkan belajar dan
perkembangan peserta didik).
Asesmen adalah proses pengumpulan informasi dengan mempergunakan
alat dan teknik yang sesuai, untuk membuat keputusan pendidikan berkenaan
dengan penempatan dan program pendidikan bagi peserta didik tertentu
(Rahardja). Asesmen diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil
pengukuran berdasarkan kriteria maupun aturan-aturan tertentu menurut
Widoyoko (2012: 3).
15
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan maka
disimpulkan bahwa asesmen adalah proses mengumpulkan informasi tentang
objek (murid) dengan menggunakan alat dan teknik yang sesuai untuk
membuat asesmen atau keputusan mengenai objek tersebut. Berdasarkan
kesimpulan definisi asesmen tersebut, maka untuk melakukan asesmen
diperlukan suatu alat atau instrumen dan teknik sebagai pengumpul informasi
dan pertimbangan asesmen mengenai objek
Assessment memberikan informasi lebih konprehensif dan lengkap dari
pada pengukuran, sebab tidak hanya menggunakan instrumen tes saja, tetapi
juga mengunakan tekhnik non tes lainya. Asesmen adalah kegiatan mengambil
keputusan untuk menentukan sesuatu berdasarkan kriteria baik buruk dan
bersifat kualitatif. Hasil asesmen sendiri walaupun bersifat kualitatif, dapat
berupa asesmen kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai
kuantitatif (berupa angka).
2.Fungsi Asesmen
Menurut para ahli, istilah asesmen diartikan beragam tetapi mempunyai
makna yang cenderung hampir sama.
Fungsi asesmen menurut Arikunto (2016:18) adalah :
(1)Asesmen berfungsi selektif (a) peserta didik yang dapat diterima di
sekolah tertentu, (b) peserta didik yang dapat naik ke kelas, (c) peserta
didik yang seharusnya mendapat beapeserta didik, (d) peserta didik yang
sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya, 2) Asesmen
berfungsi diagnostik digunakan dalam asesmen cukup memenuhi
persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui
kelemahan peserta didik dan penyebabnya, 3) Asesmen berfungsi umtuk
penempatan adalah menentukan seorang peserta didik harus ditempatkan
pada kelompok. Asesmen berfungsi sebagai pengukur keberhasilan untuk
melihat tingkat keberhasilan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran
dan membuat keputusan atau hasil evaluasi berdasarkan hasil pengukuran.
16
Fungsi asesmen menurut Depdikbud dalam Asep dan Abdul (2013:63)
adalah untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik, untuk perbaikan dan
peningkatan kegiatan belajar peserta didik serta sekaligus memberi umpan
balik bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan belajar atau untuk mengetahui
kelebihan dan kelemahan atau kesulitan belajar peserta didik.
Arifin (2009:3) menjelaskan bahwa fungsi asesmen hasil belajar secara
menyeluruh adalah sebagai berikut:
a) Secara psikologis, dapat membantu peserta didik untuk menentukan
sikap dan tingkah lakunya. Dengan mengetahui prestasi belajarnya,
makapeserta didik akan mendapatkan kepuasan dan ketenangan.
b) Secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah
cukup mampu terjun kemasyarakat.Implikasinya adalah bahwa
kurikulum dan pembelajaran harus sesuai kebutuhan.
c) Secara didaktis-metodis, untuk membantu guru dalam menempatkan
peserta didik pada kelompok tertentus esuai dengan kemampuan dan
kecakapannya masing-masing.
d) Secara administrative, untuk memberikan laporan tentangkemajuan
peserta didik kepada orangtua, pemerintah, sekolah dan peserta didikitu
sendiri.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Weeden. (2002 : 14),
mengklasifikasikan tujuan asesmen dalam empat hal yaitu “untuk diagnostik
(mengidentifikasi kinerja peserta didik), formatif (untuk membantu belajar
peserta didik), sumatif (untuk reviuw, transfer, dan sertifikasi), dan evaluatif
(untuk melihat bagaimana kinerja guru atau institusi)”.
Menurut Purwanto (2010:5-7) mengelompokkan fungsi asesmen dalam
kegiatan evaluasi pendidikan dan pengajaran,yakni :
(1)Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan
peserta didik setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama
jangka waktu tertentu;(2) untuk mengetahui tingkat keberhasilan program
pengajaran. Pengajaran sebagai suatu system terdiri dari beberapa komponen
17
yang saling berkaitan satu sama lain.Komponen- komponen tersebut adalah:
tujuan, materi atau bahan pengajaran, metode dan kegiatan belajar mengajar,
alat dan sumber pelajaran,dan prosedur serta alat asesmen; (3) untuk keperluan
Bimbingan Konseling (BK).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan asesmen
adalah untuk menyeleksi peserta didik, mengetahui kemajuan belajar peserta
didik, umpan balik perbaikan dan peningkatan peserta didik, dan mengetahui
kelebihan dan kelemahan peserta didik.
3. Tujuan Asesmen ( Asesmen)
Asesmen merupakan proses pengambilan keputusan. Asesmen memiliki
tujuan tertentu.Tujuan asesmen menurut Kusaeri dan Suprananto, (2012: 9)
adalah :
a) penelusuran (keeping track), yaitu untuk menelusuri agar proses
pembelajaran tetap sesuai dengan rencana,
b) pengecekan (cheking-up), yaitu untuk mengecek kelemahan-kelemahan
yang dialami oleh peserta didik selama proses pembelajaran,
c) pencarian (findingout), yaitu mencari dan menemukan hal-hal yang
menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses
pembelajaran,
d) penyimpulan(summing-up) yaitu untuk menyimpulkan apakah peserta
didik telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam
kurikulum atau belum.
Tujuan asesmen menurut Purwanto, (2010:5-7) adalah (a) untuk
mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan peserta didik
setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu
tertentu, (b) untuk mengetahui tingkat keberhasilan program
pengajaran.Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri dari beberapa komponen
yang saling berkaitan satu sama lain.
Sudjana (2005:1) menyebutkan bahwa tujuan dari asesmen adalah:
18
1. Mendeskripsikan kecakapan belajar para peserta didik sehingga dapat
diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi
atau mata pelajaran yang ditempuhnya.
2. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah
tingkah laku para peserta didik kearah tujuan pendidikan yang
diharapkan.
3. Menentukan tindak lanjut hasil asesmen,yakni melakukan perbaikan
dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran
serta strategi pelaksanannya.
4. Memberikan pertanggung jawaban (accountability) dari pihak sekolah
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.Oleh karenaitu, penggunaan
jenis asesmen yang tepat akan menentukan keberhasilan dalam
memper- oleh informasi yang berkenaan dengan proses pembelajaran.
Senada dengan pernyataan Sudjana, Iryanti (2004:3) mengemukakan
bahwa asesmen yang dilakukan terhadap peserta didik mempunyai tujuan
antara lain :
1. Mengetahui tingkat pencapaian peserta didik.
2. Mengukur pertumbuhan dan perkembangan kemajuan peserta
didik.
3. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik.
4. Mengetahui hasilpembelajaran.
5. Mengetahui pencapaian kurikulum.
6. Mendorongpeserta didikuntuk belajar.
7. Umpan balikuntuk guru supayadapat mengajar lebih baik.
Kellough & Kellough dalam Purnomo (2016:8), mengidentifikasi tujuan
asesmen adalah untuk:
(1) membantu belajar peserta didik;(2) mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan peserta didik; (3)menilai efektivitas strategi pengajaran;
(4)menilai dan meningkatkan efektivitas program kurikulum;(5) menilai
dan meningkatkan efektivitas pengajaran; (6) menyediakan data yang
membantu dalam membuat keputusan; (7) komunikasi dan melibatkan
orang tua dan peserta didik.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan asesmen adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian peserta didik,
mengukur pertumbuhan dan perkembangan kemajuan peserta didik,
mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik. Untuk mengetahui hasil
19
pembelajaran, mengetahui pencapaian kurikulum, mendorong peserta didik
untuk belajar, dan sebagai umpan balik untuk guru supaya dapat mengajar
lebih baik.Sehingga dapat diketahui apakah peserta didik telah menguasai
pelajaran.
4. Prinsip-Prisip Asesmen
Pada proses asesmen terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan
dalam menilai peserta didik. Asesmen hasil belajar peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah didasarkan Permendikbud Nomer 66 Tahun
2013 tentang standar asesmen pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Objektif, berarti asesmen berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi
faktor subjek tivitas penilai.
2. Terpadu, berarti asesmen oleh pendidik dilakukan secara terencana,
menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
3. Ekonomis, berarti asesmen yang efisien dan efektif dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.
4. Transparan, berarti prosedur asesmen, kriteria asesmen, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
5. Akuntabel, berarti asesmen dapat dipertanggungjawabkan kepada
pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspekteknik, prosedur,
dan hasilnya.
6. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
Prinsip dalam menerapkan asesmen ada empat macam, pinsip-prinsip ini
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Prinsip-
prinsip asesmen menurut Kusaeri dan Suprananto (2012:8-9) adalah :
(a) proses asesmen harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran (part of, not a part from instructional), (b) asesmen harus
mencerminkan masalah dunia nyata (real world problem), bukan dunia sekolah
(school work-kind problems), (c) asesmen harus menggunaka berbagai ukuran,
metode, dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman
belajar dan (d) asesmen harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek
20
dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan sensori-motorik).
Prinsip-prinsip asesmen menurut Anas, (2008: 31-33) adalah :
a) prinsip keseluruhan adalah evaluasi hasil belajar dapat dikatakan
terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara
bulat, utuh atau menyeluruh tidak boleh secara sepotong-potong,
b) prinsip kesinambungan adalah evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan
secara teratur dan sambung menyambung dari waktu ke waktu,
c) prinsip obyektivitas evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebagai
evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari faktor-faktor yang
sifatnya subyektif.
Prinsip asesmen menurut Panduan Asesmen untuk Sekolah Dasar
kemendikbud (2015:7), asesmen dilakukan berdasarkan prinsisp-prinsip
sebagai berikut:
1. Sahih, berarti asesmen didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur.
2. Obyektif, berartiasesmen didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas, tidak dipengaruhi subyektifitas penilai.
3. Adil, berarti asesmen tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama,
suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, berarti asesmen oleh pendidik merupakan salah satu komponen
yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur asesmen, criteria asesmen, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti asemen oleh pendidik
mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai
teknik asesmen yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan
peserta didik. 7. Sistematis, berarti asesmen dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku.
8. Beracuan criteria, berarti asesmen didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
9. Akuntabel, berarti asesmen dapat dipertanggungjawabkan, baikdari segi
teknik, prosedur, maupunhasilnya.
Beberapa prinsip dalam asesmen, yang diungkapkan oleh Kusaeri dan
Suprananto (2012: 8-9) adalah:
(1) Proses asesmen harus merupakan bagian dari proses pembelajaran
(partof, nota partfrom instruction); (2) asesmen harus mencerminkan
masalah dunia nyata (real world problem); (3) asesmen harus
21
menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai dengan
karakteristik dan esensi pengalaman belajar; dan(4) asesmenharus bersifat
holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif,
afektif, dan sensori-motorik).
Purwanto (2010:21), Prinsip-prinsip asesmen diantaranya adalah sebagai
berikut:
(a) asesmen hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang
komprehensif, (b) merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar,
(c) asesmen yang digunakan hendaknya jelas bagi peserta didik dan bagi
pengajar, (d) bersifat komparabel, (e) diperhatikan adanya dua macam
orientasi asesmen, yaitu asesmen yang nomr-refernced dan yang criterion-
referenced, (f) harus dibedakan antara penskoran dan asesmen.
Selain pendapat diatas, Prinsip-prinsip asesmen menurut Rubiyanto,
dkk.(2005: 13) yaitu :
(1) totalitas, keseluruhan atau komprehensif, dilakukan untuk
menggambarkan tingkah laku peserta didik secara menyeluruh,(2)
kesinambungan, dilakukan secara teratur, berkesinambungan dari waktu
kewaktu, terencana dan terjadwal, (3) objektifitas, harus terlepas dari
kepentingan subyek.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada
hakekatnya dalam melakukan proses asesmen guru harus memperhatikan
prinsip-prinsip asesmen agar tujuan asesmen dapat tercapai dengan baik.
Prinsip-prinsip tersebut adalah (1) prinsip totalitas, keseluruhan atau
komprehensif, dilakukan untuk menggambarkan tingkah laku peserta didik
secara menyeluruh, (2) prinsip kesinambungan, dilakukan secara teratur,
berkesinambungan dari waktu ke waktu, terencana dan terjadwal, (3) prinsip
objektifitas, harus terlepas dari kepentingan subyek, (4) harus mencerminkan
masalah dunia nyata, (5) harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan
kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
22
5. Prosedur Asesmen
Pada hakikatnya guru mempunyai tugas untuk membantu individu
agar dapat belajar secara baik dan memperoleh hasil yang optimal sesuai
dengan kemampuannya. Oleh karena, itu dalam merencanakan program
pengajaran, guru hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan yang
dimiliki oleh peserta didik baik bersifat inter individual maupun bersifat intra
individual. Hal ini sangat penting bagi peserta didik-siswi yang perbedaan
individualnya sangat nampak. Perbedaan-perbedaan itu dapat diketahui melalui
kegiatan asesmen. Menentukan pembelajaran yang harus diajarkan kepada
peserta didik secara individu, ada beberapa langkah-langkah yang harus
diperhatikan sebagai berikut.
Prosedur pelaksanaan asesmen menurut Jihad dan Haris (2009: 118)
adalah :
(a) penetapan indikator pencapaian kompetensi merupakan ukuran,
karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses yang berkontribusi
menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar, (b) pemetaan
kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator dilakukan untuk
memudahkan guru dalam menentukan teknik asesmen, (c) penetapan
teknik asesmen digunakan mempertimbangkan ciri indikator.
Prosedur pelaksanaan asesmen menurut Uno dan Satria (2012:1-2), adalah
(a) menjabarkan kompetensi dasar ke dalam indikator pencapaian hasil
belajar, (b) menetapkan kriteria ketuntasan setiap indikator, (c) memetakan
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, kriteria ketuntasan, dan
aspek yang terdapat pada rapor, (d) memetakan kompetensi inti,
kompetensi dasar, indikator, kriteria ketuntasan, aspek asesmen, dan teknik
asesmen , (e) menetapkan asesmen dengan mempertimbangkan ciri
indikator.
Prosedur pelaksanaan asesmen menurut Subali (2010:114) adalah (a)
menyusun kisi-kisi, (b) menyusun instrumen, (c) menelaah kualitas instrumen
secara kualitatif, (d) uji coba alat ukur, untuk menyelidiki kelayakan dan
kevalidan secara emperik, dan (e) pelaksanaan pengukuran.
23
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prosedur
pelaksanaan asesmen adalah (a) pemetaan indikator pencapaian kompetensi
berdasarkan penjabaran dari KD, (b) menyusun kisi- kisi, (c) menetapkan
indikator pencapaian kompetensi berdasarkan penjabaran dari KD, (d)
menyusun instrumen atau alat ukur, (e) menelaah atau mereview untuk menilai
kualitas instrumen secara kualitatif, (f) uji coba alat ukur, untuk menyelidiki
kesahihan dan kevalidan secara emperik, dan (g) pelaksanaan pengukuran.
6. Teknik Instrumen Asesmen
Ada beberapa bentuk teknik Asesmen tes maupun non tes yang dapat
digunakan untuk melakukan asesmen antara lain teknik observasi, asesmen
diri, panilaian antar teman, jurnal.Teknik instrumen asesmen menurut
Gronlund & Linn dalam Jihad dan Haris (2019: 68-70) adalah teknik tes
meliputi :
(a) tes tertulis, (b) tes lisan, (c) tes perbuatan, sedangkan teknik nontes
meliputi: (a) observasi yaitu asesmen yang dilakukan oleh guru atas dasar
pengamatan terhadap prilaku peserta didik, baik secara perorangan maupun
kelompok, di kelas maupun di luar kelas, (b) skala, (c) angket yaitu asesmen
menyajikan tugas-tugas secara tertulis, (d) catatan harian adalah suatu catatan
mengenai prilaku peserta didik yang mempunyai kaitan pribadinya, (e) daftar
cek yaitu suatu daftar yang dipergunakan untuk mengecek terhadap prilaku
terhadap peserta didik telah atau sesuai dengan harapan atau tidak.
Teknik instrumen asesmen menurut Gabel dalam Azwar (2014:70)
adalah asesmen yang tergolong tradisional adalah tes benar salah, tes pilihan
ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara itu yang tergolong
ke dalam asesmen alternatif (non-tes) adalah essay, asesmen praktek, asesmen
proyek, kuisioner, inventori, daftar cek, asesmen oleh teman sebaya atau
sejawat, asesmen diri, portofolio, observasi, diskusi, dan wawancara.
24
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan teknik instrumen
asesmen ada dua yaitu teknik tes meliputi : tes tertulis, lisan, perbuatan,
sedangkan teknik nontes alternatif meliputi observasi (pengamatan), skala,
angket, catatan harian, dan daftar cek, asesmen teman sebaya, asesmen diri,
portofolio, observasi diskusi, dan wawancara.
B. Jenis - Jenis Asesmen
Jenis asesmen ada berbagai macam, standar asesmen pendidikan
adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen asesmen hasil
belajar peserta didik. Lampiran Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Sistem Asesmen Pendidikan bahwa asesmen peserta didik yang dilakukan
pada K13 mencakup: asesmen otentik, asesmen diri, asesmen berbasis
portofolio, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,
ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan
ujian sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut.
1. Asesmen otentik merupakan asesmen yang dilakukan secara komprehensif
untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output)
pembelajaran.
2. Asesmen diri merupakan asesmen yang dilakukan sendiri oleh peserta
didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
3. Asesmen berbasis portofolio merupakan asesmen yang dilaksanakan untuk
menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk
penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar
kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan.
4. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran,
untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.
5. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodic untuk
menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi
Dasar (KD) atau lebih.
6. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah
melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan
25
tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan
seluruh KD pada periode tersebut.
7. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester.
Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan
semua KD pada semester tersebut.
8. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan
kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk
mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi
sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada
tingkat kompetensi tersebut.
9. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK
merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk
mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi
sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada
tingkat kompetensi tersebut.
10. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan
pengukuran kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka
menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan
secara nasional.
11. Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian
kompetensi di luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh
satuan pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan jenis asesmen yang di pakai
menggunakan asesmen berbasis portofolio yang merupakan asesmen yang
dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik
termasuk penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di
luar kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan.
Jenis portofolio menurut Paulson & Meyer dalam Sandford & Hsu (2015 :
4) ada empat macam adalah : (a) portofolio peserta didik adalah kumpulan
tujuan dari karya peserta didik yang menunjukkan upaya, kemajuan peserta
didik, dan prestasi dalam satu atau lebih dari waktu kewaktu, (b) portofolio
guru adalah kumpulan karya yang dihasilkan oleh guru untuk menggambarkan
bakatnya, pengetahuan peserta didik, sarana refleksi diri, dan kesempatan
untuk mengkritik pekerjaan peserta didik sendiri, (c) portofolio untuk mencari
26
pekerjaan atau karir adalah portofolio yang disusun untuk mencari pekerjaan
atau karir, (d) portofolio untuk program adalah menggunakan portofolio atau
konsep portofolio untuk atasan dengan tujuan pada akhir program pelatihan
yang jelas.
Berdasarkan jenis asesmen portofolio penelitian ini mengembangkan
asesmen portofolio peserta didik dengan tujuan untuk mengukur hasil belajar
peserta didik dalam jangka waktu tertentu.
C. Asesmen Otentik K13
Asesmen otentik merupakan asesmen terhadap tugas-tugas yang
menyerupai kegiatan membaca dan menulis sebagimana halnya di dunia nyata
dan di sekolah. Tujuan asesmen itu adalah untuk mengukur berbagai
keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia
nyata di mana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan.
Nurgiyantoro (2011: 23), asesmen otentik merupakan asesmen kinerja
(performansi) yang meminta pembelajar untuk mendemonstrasikan
keterampilan dan kompetensi tertentu yang merupakan penerapan pengetahuan
yang dikuasainya. Asesmen otentiks (authentic assessment) menekankan
kemampuan peserta didik untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang
dimiliki secara nyata dan bermakna. Kegiatan asesmen tidak sekedar
menanyakan atau menyadap pengetahuan yang telah diketahui pembelajar,
melainkan berkinerja secara nyata dari pengetahuan dan keterampilan yang
telah dikuasai.
Menurut pendapat Amri (2013: 57), asesmen hasil belajar adalah
asesmen yang dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk
27
mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Asesmen dilakukan
secara konsisten, sistematik dan terprogram dengan menggunakan tes maupun
non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran
sikap, portofolio, asesmen diri dan lain sebagainya. Asesmen hasil
pembelajaran dapat digunakan sebagai bahan penyusun laporan kemajuan hasil
belajar dan sebagai bahan perbaikan proses pembelajaran.
Asesmen dalam K13 mengacu pada Permendikbud Nomor 23 Tahun
2016 tentang Standar Asesmen Pendidikan. Asesmen hasil belajar peserta didik
pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah meliputi aspek: a) Sikap
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh
informasi deskriptif mengenai perilaku peserta didik, b) Pengetahuan
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur penguasaan pengetahuan
peserta didik dan c) Keterampilan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengukur kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dalam
melakukan tugas tertentu.
Assessment of learning outcomes in Bloom's Taxonomy by Anderson
(2001: 98) conducted in three domains, namely cognitive, affective, and
psychomotor. Menyatakan asesmen hasil belajar yang dilakukan dalam tiga
ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
a. Aspek asesmen kognitif terdiri dari:
1. Pengetahuan (knowledge), Kemampuan mengingat (misalnya: nama
ibu kota, rumus).
2. Pemahaman (comprehension), Kemampuan memahami (misalnya:
menyimpulkan suatu paragraf).
28
3. Aplikasi (application), Kemampuan Penerapan (Misalnya:
menggunakan suatu informasi/ pengetahuan yang diperolehnya
untuk memecahkan masalah).
4. Analisis (analysis), Kemampuan menganalisis suatu informasi yang
luas menjadi bagian-bagian kecil (Misalnya: menganalisis bentuk,
jenis atau arti suatu puisi).
5. Sintesis (synthesis), Kemampuan menggabungkan beberapa
informasi menjadi suatu kesimpulan (misalnya: memformulasikan
hasil penelitian di laboratorium).
6. Asesmen (evaluation), kemampuan untuk membuat pertimbangan
terhadap suatu kondisi, nilai atau ide (misalnya: seseorang mampu
memilih satu pilihan terbaik dari beberapa pilihan sesuai dengan
kriteria yang ada).
b. Aspek asesmen afektif terdiri dari:
1. Menerima (receiving) termasuk kesadaran, keinginan untuk
menerima stimulus, respon, kontrol dan seleksi gejala atau
rangsangan dari luar
2. Menanggapi (responding): reaksi yang diberikan: ketepatan reaksi,
perasaan kepuasan dll
3. Menilai (evaluating): kesadaran menerima norma, sistem nilai dll
4. Mengorganisasi (organization): pengembangan norma dan nilai
dalam organisasi sistem nilai
5. Membentuk watak (characterization): sistem nilai yang terbentuk
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku.
29
c. Aspek asesmen psikomotor terdiri dari:
1. Meniru (perception)
2. Menyusun (manipulating)
3. Melakukan dengan prosedur (precision)
4. Melakukan dengan baik dan tepat (articulation)
6. Melakukan tindakan secara alami (naturalization)
Dalam kegiatan belajar peserta didik membutuhkan sesuatu yang
memungkinkan dia berkomunikasi secara baik dengan guru, teman
maupun dengan lingkungannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa asesmen
otentik adalah asesmen yang dilakukan selama maupun sesudah proses
pembelajaran. Asesmen otentik menjadi salah satu ciri dalam implementasi
K13. Asesmen otentik dilaksanakan untuk memperoleh nilai pengembangan
produk dan hasil pembelajaran.
D. Asesmen Portofolio
1. Pengertian Asesmen Portofolio
Secara etimologi, portofolio berasal dari dua kata, yaitu port (singkatan
dari report) yang bearti laporan dan folio yang bearti penuh atau lengkap,
jadi portofolio bearti laporan lengkap segala aktivitas seseorang yang
dilakukan (Erman dalam Afif, 2010 : 143). Sedangkan Paulson (dalam
Sugiyarti, 2000 : 16) mengemukakan bahwa portofolio merupakan
kumpulan hasil kerja peserta didik yang bermakna yang menunjukkan
usaha–usaha, kemajuan dan pencapaian peserta didik pada satu bidang
atau lebih. Dimana kumpulan tersebut harus memuat partisipasi peserta
30
didik dalam memilih bahan, kriteria pemilihan, kriteria untuk menentukan
nilai dan bukti–bukti dari refleksi diri peserta didik.
Menurut Education Resources Information Center Digest (2000:1),
“Portfolio are used in various profession Together art students assemble a
portfolio for art class”. Portofolio merupakan kumpulan hasil belajar,
bermanfaat memberikan informasi mengenai kemampuan dan pemahaman
peserta didik serta memberikan gambaran sikap dan minat peserta didik
terhadap pelajaran yang diberikan, juga menunjukkan pencapaian atau
peningkatan yang diperoleh peserta didik dari proses pembelajaran.
Tigran (2005 : 70) A portfolio is an organized collection of evidence
accumulated over timen on a student’s or group’s academic progress,
achievement, skills, and attitude. It consists of work samples and a written
rationale connection the saparate items into a more complete and holistic view
of the student’s or group’s achievement or progress toward learning goals.
Portofolio merupakan koleksi bukti terorganisir yang dikumpulkan dari pada
kemajuan akademis, prestasi, keterampilan, dan sikap peserta didik. Ini terdiri
dari sampel kerja dan kesepakatan rasional yang tertulis mengenai item-item
saparat menjadi pandangan yang lebih lengkap dan menyeluruh tentang
pencapaian atau kemajuan peserta didik atau kelompok terhadap tujuan
pembelajaran.
Menurut Johnson & Johnson (2002: 103) sebagai berikut:
a porofolio is an organized collection of evidence accumulated
overtime on a student’s or group’s academic progress, achievements, skill,
and attitudes. It consists of work samples and a written rationale connecting
the separate items into complete and holistic view of the student’s (or
group)achievement or progress toward learning goals.
Portofolio bukan sekedar pemberian tugas. Bukan sekedar membuat karangan
tentang sesuatu saja, atau presentasi keterampilan dalam menggambar, tari dan
lain sebagainya. Portofolio jauh lebih kompleks dan mencakup aspek-aspek
tertentu. Bisa mencakup kemajuan akademik peserta didik/kelompok, prestasi
belajar, keterampilan maupun sikap. Materi atau aspek yang diportofoliokan dapat
31
berlangsung dalam satu tahun, satu semester, atau satu catur wulan. Hal itu sangat
ditentukan oleh bobot dan beban materi pelajaran.
Kesimpulan berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas dapat di
indikasikan bahwa portofolio merupakan suatu komponen yang dapat dijadikan
alaternatif dalam asesmen karena merupakan suatu koleksi hasil karya peserta
didik yang menunjukkan usaha dan perkembangan kemajuan belajar peserta
didik dan memberikan informasi yang lengkap dan obyektif sehingga dapat
membuat peserta didik termotivasi untuk meningkatkan hasil belajarnya.
Adapun tujuan pemanfaatan portofolio saat ini sudah semakin luas, hal ini
didasari oleh adanya prinsip kebermaknaan dan humanisme, Menurut
Sugiyono (2014:8) pengukuran hasil belajar melalui portofolio yang terkait
dengan pengukuran hasil belajar melalui pengalaman harus dapat memenuhi
kompetensi dan standar tertentu, dimana kompetensi menggambarkan sejumlah
kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melaksanakan suatu tujuan,
tetapi standar lebih ditekankan pada kualifikasi seseorang dalam pekerjaan
tersebut yang terkait dengan unjuk perbuatan, dengan memperlihatkan suatu
tingkat ketrampilan dan pemahaman peserta didik, mendukung tujuan
pembelajaran serta dapat merefleksikan perubahan oleh peserta didik, guru dan
orang tua.
2. Prinsip Asesmen Portofolio
Peserta didik dalam asesmen portofolio memiliki peran penting dalam
perencanaan awal sampai pelaksanaannya, oleh karena itu guru harus memiliki
pemahaman dasar tentang portofolio sebelum menerapkan. Menurut Mardapi
(2004:72), pada prinsipnya pelaporan hasil asesmen harus memenuhi dua
32
kriteria, yaitu pengguna dan penerima laporan memahami atau
mengertimaksud atau arti laporan yaitu dapat menafsirkan dengan benar dan
laporan harus obyektif yaitu menyatakan keadaan peserta didik sebenarnya.
Agar asesmen portofolio yang akan diterapkan dapat berjalan
sebagaimana yang diharapkan maka guru dan peserta didik harus memahami
prinsip dasar portofolio, dimana Surapranatata dan Hatta (2004:77)
menyatakan ada beberapa prinsip asesmen portofolio yang harus dilakukan
agar tercapai pencapaian hasil belajar yang optimum, yaitu: saling percaya,
kerahasiaan bersama, milik bersama, kepuasan dan kesesuaian, penciptaan
budaya mengajar, refleksi bersama, serta proses dan hasil.
3. Karakteristik Asesmen Portofolio
Portofolio merupakan salah satu alat asesmen yang efisien dalam
pembelajaran dan adanya keterbukaan antara peserta didik dan guru, hal ini
terlihat dari proses awal pelaksanaan portofolio, dimana peserta didik
dilibatkan secara aktif dalam proses penentuandan pemilihan bukti yang akan
dikumpulkan. Hal ini bukti memudahkan guru untuk melihat perkembangan
peserta didik dari waktu ke waktu, dan juga dapat membangun komunikasi
yang baik antara guru dan peserta didik dengan mendiskusikan kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki, sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk
menghasilkan karya yang lebih baik.
Menurut Barton dan Collin (dalam Surapranatata dan Hatta 2004:82) ada
beberapa karakteristik esensial dalam pengembangan portofolio, yaitu; (1)
Multi Sumber, (2) Authentic, (3) Dinamis, (4) Eksplisit, (5) Integrasi, (6)
Kepemilikan, (7) Beragam tujuan. Tujuh karakteristik tersebut dapat dijelaskan
33
sebagai berikut :
Sumber : Kemendikbud 2016
Gambar 1 Karakteristik Asesmen Portofolio
1. Multisumber: Asesmen portofolio harus dilakukan dari berbagai sumber,
seperti peserta didik, guru, orang tua, masyarakat, dan bukti lainnya,
seperti gambar, lukisan, jurnal, audio, dan video tape, baik secara tertulis
maupun tindakan.
2. Autentik: bukti yang dimaksud haruslah autentik dan berhubungan dengan
program pembelajaran, kegiatan, standar kompetensi, komperensi dasar
dan indikator yang hendak dicapai. Misalnya, jika guru ingin mengetahui
kemampuan peserta didik tentang komputer, maka guru harus menilai
secara langsung setiap peserta didik dalam menggunakan komputer, bukan
dengan cara memberi tes tertulis tentang pengetahuan komputer. Begitu
juga ketika guru ingin mengetahui kemampuan peserta didik dalam
melaksanakan Senam Kesehatan Jasmani, tentunya guru harus melihat
secara langsung bagaimana peserta didik menunjukkan atau
mempraktikkan gerakan-gerakan Senam Kesehatan Jasmani, bukan
memberikan tes tertulis tentang cara-cara melaksanakan Senam Kesehatan
Jasmani.
Multi Sumber
Karakteristik Asesmen
Portofolio
Autentik
Beragam Tujuan
Kepemilikan
Dinamis
Eksplisit Integrasi
34
3. Dinamis: Asesmen portofolio menuntut adanya pertumbuhan dan
perkembangan dari setiap peserta didik. Oleh karena itu, sebaiknya setiap
bukti dari waktu ke waktu harus dikumpulkan dan didokumentasikan.
Seandainya bukti tersebut akan dipilih, maka pilihlah secara selektif.
4. Eksplisit: Asesmen portofolio juga harus jelas, baik jenis, teknik, prosedur
maupun kompetensi yag akan diukur. Kejelasan yang dimaksud bukan
hanya untuk guru, tetapi juga peserta didik.
5. Integrasi: Dalam pelaksanaannya, antara kegiatan peserta didik di kelas
dengan kehidupan nyata haruslah terintegrasi. Artinya, asesmen portofolio
tidak lepas dari kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik tidak jauh
dari apa yang mereka alami. Peserta didik juga dapat dengan mudah
mengaitkan antara kemampuan yang diperolehnya dengan kenyataan
sehari-hari.
6. Kepemilikan: Hal yang sangat penting dalam asesmen portofolio adalah
adanya rasa memiliki bagi setiap peserta didik terhadap semua bukti yang
dikumpulkan guru, sehingga peserta didik dapat menjaga dengan baik
semua bukti.
7. Beragam tujuan: Pelaksanaan asesmen portofolio bukan hanya mengacu
pada kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, tetapi juga
tujuan-tujuan lain yang bermanfaat bagi program pembelajaran, seperti
keefektifan program, perkembangan peserta didik, dan dapat dijadikan alat
komunikasi peserta didik ke berbagai pihak yang berkepentingan.
Karakteristik asesmen portofolio yang merupakan kumpulan hasil karya
peserta didik yang disusun berdasarkan suatu standar tertentu dimana jenis
35
tugas tersebut dikelompokkan menjadi beberapa bagian. Oleh karena itu,
menurut Barton dan Collins (1997 dalam Surapranata dan Hatta 2004:25) ada 4
macam jenis bukti atau objek portofolio yang harus dikumpulkan peserta didik,
yaitu : hasil karya pesertadidik yang dihasilkan dalam kelas, hasil kerja peserta
didik yang dikerjakan di luar kelas, pernyataan dan hasil pengamatan yang
dilakukan oleh guru atau pihak lainnya tentang peserta didik, dan hasil kerja
peserta didik yang dipersiapkan khusus untuk portofolio. Seorang guru harus
mengetahui kelebihan dan kelemahan dari portofolio yang akan diterapkan,
sehingga dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
menjadi lebih baik.
4. Kelebihan dan kekurangan Asesmen Portofolio diantaranya :
Menurut Johnson and johnson (dalam Tigran 2005:70) Kelebihan model
asesmen portofolio, antara lain sebagai berikut:
1. Dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik
dari waktu ke waktu berdasarkan feed-back dan refleksi diri.
2. Membantu guru melakukan asesmen secara adil, objektif, transparan dan
dapat dipertanggungjawabkan tanpa mengurangi kreativitas peserta didik
di kelas.
3. Mengajak peserta didik untuk belajar bertanggung jawab terhadap apa
yang telah mereka kerjakan, baik di kelas maupun di luar kelas dapalm
rangka implementasi program pembelajaran.
4. Meningkatkan peran serta peserta didik secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran dan asesmen.
36
5. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk meningkatkan
kemampuan mereka.
6. Membantu guru mengklarifikasi dan mengidentifikasi program
pembelajaran.
7. Terlibatnya berbagai pihak, seperti orang tua, guru, komite sekolah, dan
masyarakat lainnya dalam melihat pencapaian kemampuan peserta didik.
8. Memungkinkan peserta didik melakukan asesmen diri (self-assessment),
refleksi dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis (critical
thinking).
9. Memungkinkan guru melakukan asesmen secara fleksibel, tetapi tetap
mengacu kepada kompetensi dasar dan indikator hasil belajar yang
ditentukan.
10. Guru dan peserta didik sama-sama bertanggung jawab untuk merancang
dan menilai kemampuan belajar.
11. Dapat digunakan untuk menilai kelas yang heterogen antara peserta didik
yang pandai dan kurang pandai.
12. Memungkinkan guru memberikan hadiah terhadap setiap usaha belajar
peserta didik.
Menurut Budiono (2001:1) Kelebihan portopolio antara lain
1. Dapat menutupi proses kekurangan proses pembelajaran. Seperti
keterampilan memecahkan masalah, mengemukakan pendapat, berdebat,
menggunakan berbagai sumber informasi, mengumpulkan data, membuat
laporan dan sebagainya.
2. Mendorong adanya kolaborasi (komunikasi dan hubungan) antra peserta
didik dan antara peserta didik dan guru.
3. Memungkinkan guru mengakses kemampuan peserta didik membuat atau
menyusun laporan, menulis dan menghasilkan berbagai tugas akademik
4. Meningkatkan dan mengembangkan wawasan peserta didik mengenai isu
atau masalah kemasyarakatan atau lingkungan nya.
5. Mendidik peserta didik memiliki kemampuan merefleksi pengalaman
37
belajarnya, sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar lebih baik dari
yang sudah mereka lakukan
Pengalaman belajar yang tersimpan dalam memorinya akan lebih tahan
lama karena sudah melakukan serangkaian proses belajar dari mengetahui,
memahami diri sendiri, melakukan aktifitas dan belajar bekerjasama dengan
rekan-rekan dalam kebersamaan. Adanya berbagai kelebihan membantu guru
melakukan asesmen secara adil, objektif, transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan yang terdapat pada asesmen, guru mudah
mengklarifikasi dan mengidentifikasi program pembelajaran. Asesmen
portofolio inilah peneliti bermaksud mengembangkan asesmen portofolio
supaya menjadi lebih baik sehingga dapat dimanfaatkan oleh semua guru.
Setiap konsep atau model asesmen tentu ada kelebihan dan
kekurangannya, begitu juga dengan asesmen portofolio.
Kekurangan asesmen portofolio, antara lain sebagai berikut:
1. Membutuhkan waktu dan kerja ekstra
2. Asesmen portofolio dianggap kurang reliabel dibandingkan dengan bentuk
asesmen yang lain.
3. Ada kecendrungan guru hanya memperhatikan pencapaian akhir sehingga
proses asesmen kurang mendapat perhatian.
4. Jika guru melaksanakan proses pembelajaran yang bersifat teacher-
oriented, kemungkinan besar inisiatif dan kreativitas peserta didik akan
terbelenggu sehingga asesmen portofolio tidak dapat dilaksanakan dengan
baik.
5. Orang tua peserta didik sering berpikir skeptid karena laporan hasil belajar
anaknya tidak berbentuk angka.
38
6. Asesmen portofolio masih relatif baru sehingga banyak guru, orang tua,
dan peserta didik yang belum mengetahui dan memahaminya.
7. Tidak tersedianya kriteria asesmen yang jelas.
8. Analisis terhadap asesmen portofolio agak sulit dilakukan sebagai akibat
dikuranginya penggunaan angka.
9. Sulit dilakukan terutama menghadapi ujian dalam skala nasional.
10. Dapat menjebak peserta didik jika terlalu sering menggunakan format
yang lengkap dan detail.
Menurut Budiono (2001: 1) Kelemahan portofolio yaitu:
1. Membutuhkan waktu yang relatif lama
2. Memerlukan ketekunan, kesabaran dan keterampilan guru
3. Memerlukan adanya jaringan komunikasi yang erat antara peserta didik,
guru sekolah
Selain itu dalam menggunakan asesmen portofolio juga dibutuhkan
pemahaman dan kreatifitas guru dalam merencanakan portofolio. Namun
dalam penelitian Wulan (2003) dan Iskandar (2000) terungkap bahwa para
guru masih mengalami kesulitan dalam menyusun dan menggunakan asesmen
alternatif yaitu asesmen portofolio.
Kesimpulan dari pendapat diatas penggunaan portofolio dalam proses
pembelajaran memiliki beberapa langkah –langkah penting yang harus
diperhatikan dan dilakukan oleh guru, yaitu; memastikan bahwa peserta didik
memiliki berkas portofolio, menentukan bentuk dokumen atau hasil pekerjaan
yang perlu dikumpulkan, menentukan kriteria asesmen yang digunakan,
menentukan waktu dan menyelenggarakan pertemuan portofolio, melibatkan
39
orang tua dalam proses asesmen portofolio (Popham, 1995:167).
Penelitian ini dibatasi tahapan sampai pada tahap menentukan kriteria
asesmen yang digunakan karena dibatasi waktu dan biaya yang digunakan.
5. Struktur Portofolio
Langkah yang perlu ditempuh dalam pengembangan asesmen portofolio
perlu adanya struktur portofolio, menurut Nurgiyantoro ( 2011: 30) yaitu (a)
penentuan standar, (b) penentuan tugas autentik, (c) pembuatan kriteria, dan
(d) pembuatan rubrik.
a) Penentuan Standar
Standar dimaksudkan sebagai sebuah pernyataan tentang apa yang
harus diketahui dan dilakukan oleh pembelajar. Standar dapat di observasi
dan di ukur ketercapaiannya. Dunia pendidikan di Indonesia, dikenal istilah
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Kompetensi Inti adalah kualifikasi
kemampuan yang mencakup sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan
keterampilan (PP No. 32 Tahun 2013). Sementara itu, kompetensi dasar
adalah kompetensi minimal yang harus tercapai atau dikuasai oleh
pembelajar. Kompetensi menjadi acuan dan tujuan yang ingin dicapai
dalam keseluruhan proses pembelajaran. Kompetensi yang akan dicapai
haruslah yang pertama ditetapkan. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
masih abstrak. Kompetensi Dasar kemudian dijabarkan menjadi sejumlah
indikator yang lebih operasional sehingga jelas kemampuan, keterampilan,
atau kinerja yang ingin dicapai dan menjadi sasaran pengukuran.
Penentuan standar merupakan penentuan Kompetensi Inti, Kompetensi
40
Dasar, dan Indikator yang menjadi acuan kegiatan pembelajaran dan
asesmen.
b) Penentuan Tugas Autentik
Tugas autentik merupakan tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik
untuk mengukur kompetensi yang diajarkan baik ketika proses pembelajaran
berlangsung maupun di akhir pembelajaran. Pembuatan tugas autentik,
terdapat dua hal yang harus menjadi acuan, yaitu (a) pemilihan tugas autentik
harus mengacu pada kompetensi yang akan diukur dan (b) tugas harus
mencerminkan keadaan atau kebutuhan pembelajar sesungguhnya di dunia
nyata. Asesmen autentik harus sesuai dengan standar kompetensi dan relevan
(bermakna) dalam dunia nyata. Pembelajaran keterampilan menulis,
pembelajar bukan hanya dituntut untuk mampu menulis tetapi juga dituntut
untuk menghasilkan karya yang dibutuhkan dalam dunia nyata seperti,
menulis pidato, membuat laporan pengamatan.
c) Pembuatan Kriteria Indikator
Kriteria asesmen harus sesuai dengan kompetensi yang diajarkan dan
sesuai dengan kebutuhan pembelajar di dunia nyata. Jumlah kriteria bersifat
relatit tetapi sebaiknya dibatasi. Namun yang paling penting, sebuah kriteria
mampu mengungkapkan capaian hasil pembelajaran berdasarkan
Kompetensi Inti. Perumusan kriteria yang jelas dan operasioanl akan
mempermudah guru dalam melakukan asesmen.
Pembuatan kreteria atau indikator menurut Nurgiyantoro (2013: 32) agar
baik dan efektif adalah (a) tugas harus dirumuskan secara jelas, (b) singkat,
41
padat, (c) dapat diukur, (d) menunjuk pada tingkah laku hasil belajar, dan (e)
ditulis dengan bahasa yang dapat dipahami oleh peserta didik.
d) Pembuatan Rubrik
Rubrik menurut Undang (2010 : 9) adalah alat skoring yang memuat
kinerja suatu pelaksanaan pekerjaan atau hasil kinerja. Rubrik menurut
Andraded dalam Zainul (2003:17) adalah sebagai suatu alat penskoran yang
terdiri dari daftar seperangkat kreteria atau apa yang harus dihitung. Rubrik
menurut Arends (2008:244) adalah scoring rubrics sebagai deskripsi
terperinci tentang tipe kinerja tertentu dan kreteria yang akan digunakan
untuk menilai.
Menurut Surapranata dan Hatta (2004:17) dikemukakan bahwa :
Dalam penerapan asesmen berbasis kelas seperti portofolio, seorang guru harus
memahami lebih awal kemampuan peserta didikdan mampu menerapkan
pengajaran yang tepat sehingga teknik asesmen berbasis kelas dapat
dilaksanakan, selain itu dengan adanya pemahaman guru tentang asesmen
portofolio dapat membuat guru mampu menjelaskan tujuan kegiata
pembelajaran yang ingin dicapai pada peserta didik.
Untuk dapat memahami asesmen portofolio yang akan diterapkan, seorang
guru harus memahami tahapan–tahapan yang terdapat dalam portofolio.
Menurut Surapranata dan Hatta (2004:100) ada beberapa tahapan yang harus
dipahami guru sebelum menerapkan asesmen portofolio dalam pembelajaran,
yaitu : (1) Penentuan tujuan portofolio, (2) Penentuan isi portofolio, (3)
Penentuan kriteria asesmen, (4) Penentuan format asesmen, (5) Pengamatan
dan Asesmen Portofolio, (6) Penentuan menyeleksi bukti, (7) Refleksi, (8)
Hubungan.
42
Adapun tahap-tahap asesmen portofolio dapat dijelasan masing-masing
sebagai berikut :
1. Penentuan tujuan portofolio
Hal yang paling utama dalam asesmen portofolio adalah adanya tujuan
(purpose) yang dapat memudahkan dan memberikan arahan yang jelas
dalam pencapaian sasaran pelaksanaan asesmen portofolio.Dalam hal ini
pendidik harus menentukan tujuan portofolio, apakah untuk memantau
proses pembelajaran (process oriented) atau mengevaluasi hasil akhir
(product oriented) atau keduanya, apakah penggunaan portofolio untuk
proses pembelajaran atau sebagai alat untuk asesmen. Selain itu perlu
dipertimbangkan pula apakah portofolio akan diterapkan secara kelompok
atau individu.
2. Penentuan isi portofolio
Isi dan bahan asesmen portofolio mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan. Isi portofolio haruslah menunjukan kemampuan peserta didik
yang sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi daasar, dan indikator
pencapaian hasil belajar. Adapun berbagai bahan yang dapat dijadikan isi
dalam berkas portofolio menurut Sumarna Surapranata dan Muhammad
Hatta (2004 : 39) adalah :
1. Penghargaan tertulis, misalnya sertifikat mengikuti lomba matematika
tingkat kelas, sekolah, kecamatan, kabupaten, propinsi maupun nasional.
2. Penghargaan lisan, guru mencatat penghargaan lisan yang diberikan
peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
3. Hasil kerja biasa dan hasil pelaksanaan tugas oleh peserta didik,
misalnya buku tugas, buku PR, buku kerja, kliping, foto atau gambar.
4. Daftar ringkasan hasil pekerjaan, berupa buku catatan peserta didik
5. Catatan sebagai peserta dalam suatu kerja kelompok.
6. Contoh terbaik hasil pekerjaan, menurut pendapat guru dan peserta
didik.
43
7. Catatan/laporan dari pihak lain yang relevan, antara lain dari teman atau
orangtua.
8. Hasil rekapitulasi daftar kehadiran.
9. Hasil ulangan harian atau semester
10. Prosentase dari tugas yang selesai dikerjakan
11. Catatan pribadi
12. Daftar kehadiran
13. Persentase tugas yang telah selesai dikerjakan
14. Catatan tentang peringatan yang diberikan guru manakala peserta didik
melakukan kesalahan.
15. Audio visual
16. Video
17. Disket
Sedangkan Valencia (1990 : 2) menyatakan bahwa “Portfolio can consist
of a wide variety of materials: teacher notes, teacher-completed checklists,
student-reflections, reading logs, samples journal pages, written summaries,
audiotapes of retelling or oral readings, video tapes of group projects, and so
forth”. Portofolio dapat berisi berbagai macam bahan yang luas: catatan guru,
daftar ceklis guru, refleksi peserta didik, daftar bacaan, contoh halaman jurnal,
catatan ringkas, kaset rekaman, video tape dan sebagainya.
3. Penentuan Kriteria asesmen portofolio
Penentuan kriteria dalam asesmen portofolio memiliki arti penting sebagai
wujud nyata yang meyakinkan bahwa isi dan tujuan telah tersusun dengan
sistematis. Selain itu, kriteria penilain juga dapat memberikan peran dalam
menjamin mutu pendidikan karena dengan kriteria yang tersusun rapi maka
pelaksanaan asesmen menjadi jelas dan dapat dipertanggungjawabkan,
sehingga akan membawa manfaat bagi perbaikan dan peningkatan mutu
pendidikan. Karenanya dalam penyususnan kriteria ini harus memperhatikan
aspek-aspek kemampuan peserta didik secara detail dan menyeluruh pada
seluruh komponen, baik komponen kognitif, afektif serta psikamotor. Hal ini
44
penting karena kriteria memberikan acuan atau landasan dalam
mengungkapkan kelengkapan seluruh kompetensi peserta didik yang akan
dinilai.
Oleh karena itu, pendidik harus merumuskan kriteria asesmen portofolio
yang mempertimbangkan hal-hal berikut (Surapranata dan Muhammad Hatta
(2004 : 121) : (1) Apa saja yang perlu dilakukan oleh peserta didik, (2)
Bagaimana peserta didik melakukannya (3) Waktu yang diperlukan (4)
Persyaratan yang perlu dimiliki, (5) Sarana dan prasarana yang harus
digunakan
4. Penentuan Format Asesmen Portofolio
Format asesmen portofolio merupakan penjabaran tertulis dari kriteria
asesmen yang telah tersusun. Maksud penyusunannya adalah untuk menilai
penerapan kemampuan peserta didik sesuai dengan standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar. Kemendikbud
(2013:13) format asesmen portofolio dapat dijabarkan secara kualitatif
(misalnya baik, cukup, kurang) maupun kuantitatif (misalnya dengan skala
nilai 0-100,0-10,0-4). Contoh asesmen portofolio disajikan dalam tabel berikut:
45
Tabel 3 Contoh Format Asesmen Portofolio Matematika kelas 4 SD
Kompetensi Dasar
Peserta didik mampu menentukan
keliling dan luas jajargenjang dan
segitiga
Nama peserta didik : ..........
Tanggal : ............
Indikator ASESMEN
Kurang Baik Baik Baik Sekali
Mengenal dan menemukan rumus
keliling jajargenjang dan segitiga
Mengenal dan menemukan rumus luas
jajargenjang dan segitiga
Menyelesaikan soal yang berhubungan
dengan keliling dan luas jajargenjang
Menyelesaikan soal yang berhubungan
dengan keliling dan luas segitiga
Dicapai melalui : Komentar guru :
Nia sudah baik menyelesaikan soal
yang berhubungan dengan keliling dan
luas segitiga serta jajargenjang
· Pertolongan guru
· Seluruh kelas
· Kelompok kecil
· Sendiri
Komentari Orang tua :
Sumber:Kemendikbud 2013
Pada pengembangan ini mengadaptasi pada format asesmen portofolio pada mata
pelajaran Matematika
5. Pengamatan dan asesmen portofolio
Tahapan berikutnya dalam asesmen portofolio adalah kegiatan mengamati
dan menilai bukti yang peserta didik hasilkan, Kemendikbud 2013. Artinya,
bukti yang dimasukkan ke dalam portofolio harus diamati guru dan dinilai.
Asesmen tidak hanya dilakukan oleh guru, tetap peserta didik juga turut
terlibat. Dalam pengamatan dan asesmen portofolio, guru bangsa saja meminta
peserta didik untuk memberi komentar terhadap tulisan yang dihasilkannya.
Guru bisa menyediakan asesmen diri (self assessment) dan kuesioner yang
digunakan oleh guru maupun peserta didik. Asesmen diri ini berfungsi untuk
46
melihat kriteria keterlibatan peserta didik sepenuhnya dalam proses
pembelajaran yang sedang berlangsung karenanya secara nyata dapat terlihat
bahwa peserta didik memiliki kemampuan (skill), pengetahuan (knowledge),
dan keyakinan diri (confidence) untuk mengevaluasi proses yang sedang
mereka hadapi maupun perkembangan terhadap hasil kerjanya secara mandiri.
6. Menyeleksi Bukti Portopolio
Apabila semua bukti telah dikerjakan peserta didik sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan dalam kurikulum, langkah selanjutnya adalah mengoleksi
semua bukti. Dalam mengoleksi pertama, memastikan bahwa setiap peserta
didik sudah memiliki berkas portofolio, kedua, sudah ditetapkan macam-
macam bahan portofolio, ketiga, pelaksanaan pengumpulan bahan.
Bahan yang dikumpulkan dalam portofolio bermacam-macam, tetapi
pendidik harus dapat memilih yang perlu dan relevan saja. Pertimbangannya
adalah pertama, mencari bahan yang dapat memberikan informasi mengenai
gambaran perkembangan belajar yang dialami peserta didik. Kedua, perhatikan
adanya bahan yang dapat memberikan informasi bermanfaat untuk bahan
pertimbangan mengambil keputusan berkaitan dengan kurikulum dan
pengajaran.
Setelah ditentukan dan dipastikan bahwa setiap peserta didik telah
membuat dan memilih berkas portofolio, selanjutnya perlu ditentukan pula :
1. Cara mengumpulkan dan menyusun dalam berkas portofolio
2. Tempat menyimpan
3. Cara menyimpan
4. Waktu pengumpulan (kapan dimulai, dan kapan berakhir).
47
7. Refleksi
Tahapan ini membedakan dengan jelas antara portofolio dengan sekedar
koleksi tugas-tugas peserta didik. Refleksi bisa dilakukan dalam bentuk tulisan,
atau dalam bentuk lain. Dalam refleksi, peserta didik akan ditanya alasan
mengapa mereka memilih bukti tertentu untuk dinilai, bagaimana
membandingkan antara satu bukti yang dipilih dengan yang tidak dipilih,
kemampuan dan pengetahuan khusus apa yang digunakan untuk memilih dan
menghasilkan bukti tertentu, dan dimana atau kapan mereka dapat
meningkatkan dan kemampuannya sebagai peserta didik dan lain sebagainya.
8. Hubungan ( Koneksi )
Koneksi adalah tahapan paling akhir dalam asesmen portofolio. Ada 2 hal
yang perlu diperhatikan dalam tahapan koneksi ini. Pertama, koneksi antara
yang peserta didik hasilkan (bukti) dengan tujuan pembelajaran (kompetensi
dasar dan indikator). Hal ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana peserta
didik menuangkan pengetahuan dan kemampuannya.
Kedua, koneksi antara bukti dengan dunia luar, di luar kelas. Tujuannya
adalah untuk memperlihatkan bukti peserta didik pada dunia luar, sebagai
sarana dialog dengan dunia luar (peserta didik lain, orang tua, masyarakat,
komunitas lainnya) agar mendapat masukan atau gagasan baru demi perbaikan
pembelajaran dan bukti, sebagai media belajar berdebat serta untuk menambah
pengalaman.
6. Perencanaan Asesmen Portofolio
Perencanaan dapat diartikan sebagai hubungan antara apa yang ada
sekarang (what is) dengan bagaimana seharusnya (what should be) yang
48
bertalian dengan hubungan, penentuan,tujuan, prioritas, program dan alokasi
sumber (Steller dalam Erladewi, 2008:146). Oleh karena itu seorang guru harus
dapat menentukan atau membuat suatu perencanaan yang baik ketika akan
menerapkan asesmen portofolio dalam sistem asesmen.
Perencanaan yang dapat dilakukan guru ketika menggunakan asesmen
portofolio dalam pembelajaran dapat dilakukan diawal semester dengan
membuat perangkat pembelajaran yang dimulai dengan pembuatan program
tahunan, program semester, silabus sampai rencana pelaksanaan
pembelajaran. Untuk dapat membuat perangkat pembelajaran tersebut,
seorang guru harus mengetahui tahapan – tahapan penyusunan portofolio.
Menurut Marheni (2006:8), agar penggunaan portofolio dapat terarah, maka
dibutuhkan enam (6) langkah perencanaan portofolio, yaitu;
(1) Menentukan fokus portofolio yaitu portofolio dapat dilakukan dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
a. Mengapa portofolio itu akan dilakukan ?
b. Tujuan pembelajaran dan tujuan kurikulum (dalam hal ini kompetensi
dasar) apa yang akan dicapai ?
c. Alat asesmen yang bagaimana yang tepat untuk menilai tujuan tersebut ?
d. Apakah portofolio akan difokuskan pada hasil pekerjaan yang baik,
pertumbuhan dan kemajuan belajar, atau keduanya ?
e. Apakah portofolio itu akan digunakan untuk formatif, sumatif, diagnostik
atau semuanya ?
f. Siapa yang akan dilibatkan dalam menentukan tujuan, fokus, dan
pengaturan (organization) portofolio ?
49
(2) Menentukan aspek isi yang dinilai yaitu isi portofolio harus sesuai dengan
tujuan portofolio. Isi portofolio harus menunjukkan kemampuan peserta didik
sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Untuk itu, semua kegiatan
pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas harus selalu diamati dan
dinilai.
(3) Menentukan bentuk susunan portofolio yaitu susunan asesmen harus
dirumuskan dengan jelas, baik yang berhubungan dengan proses
pembelajaran maupun hasil belajar yang diharapkan. Susunan asesmen sangat
bergantung kepada kompetensi, cara menilai dan evidence yang dinilai.
(4) Menentukan penggunaan portofolio yaitu sebagaimana bentuk susunan
portopolio, maka penggunaan portopoliopun harus mengacu kepada
pengguna.
(5) Menentukan cara menilai portofolio yaitu format asesmen banyak
modelnya. Salah satunya bisa menggunakan model skala dengan tiga kriteria,
seperti : baik, cukup, kurang.
(6) Menentukan penggunaan rubrik yaitu dilakukan dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. Apakah nilai portofolio akan
dinyatakan sebagai satu skor saja?
7. Model Assesmen Portofolio
Model asesmen portofolio sangat penting digunakan dalam proses
kegiatan pembelajaran di kelas. Hal ini sangat penting memiliki model
asesmen portofolio karena akan membantu memastikan portofolio yang
diandalkan sebagai alat asesmen yang valid. Model portofolio menurut
beberapa ahli adalah sebagai berikut.
50
This model of portfolio assessment was proposed by Barnhardt. (2003).
In their model, there are seven main steps in portfolio assessment:1) Plan for
the assessment purpose, 2) Determine portfolio outcomes, 3) Match
classrooms tasks to outcomes, 4) Establish criteria for assessment, 5)
Determine organization of the portfolio, 6) Monitor the portfolio process, 7)
Evaluating the portfolio process.
Surapranata dan Hatta (2004: 46-64) mengatakan bahwa pada
hakekatnya terdapat dua model portofolio, yaitu portofolio proses dan
portofolio produk. Portofolio proses menurut Cole dalam Suryapranata dan
Hatta (2004: 46-66) yaitu jenis portofolio yang menunjukan tahap belajar dan
menyajikan catatan perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu.
Pendekatan ini lebih menekankan pada peserta didik belajar, berkreasi,
termasuk mulai dari draft awal, proses awal itu terjadi, dan tentunya
sepanjang peserta didik dinilai. Hasil kerja peserta didik dalam portofolio
jenis ini biasanya proses pembuatan suatu karya atau pekerjaan didiskusikan
antara peserta didik dan guru maupun peserta didik dengan peserta didik
lainnya.
Bentuk portofolio proses salah satunya adalah portofolio kerja (working
portfolio), yaitu bentuk yang digunakan untuk memilih koleksi bukti
(evidence) peserta didik yang dilakukan dari hari ke hari. Keberhasilan
portofolio kerja bergantung kemampuan merefleksikan dan
mendokumentasikan kemajuan proses pembelajaran. Proses semacam ini akan
membuat guru mengenal tentang kemajuan peserta didik dan memungkinkan
guru menolong peserta didik untuk mengidentifikasikan kelemahan dan
51
kelebihan pekerjaan peserta didik. Portofolio kerja ini bermanfaat untuk
memberikan informasi peserta didik, mengorganisasikan dan mengelola kerja,
merefleksi dari pencapaian, dan menetapkan tujuan dan arahan. Portofolio
kerja kreteria yang dapat dinilai adalah cara kerja (pengorgansasian) dan hasil
kerja. Kreteria yang dinilai dalam portofolio proses adalah: (a) pembagian
kerja diantara kelompok, (b) masing-masing anggota bekerja sesuai dengan
kelompok, (c) konstribusi kerja para anggota kelompok terhadap hasil yang
dicapai kelompok, (d) Bukti tanggung jawab bersama, (e) kelengkapan data
yang diperoleh telah sesuai dengan tugas anggota kelompok masing-masing,
(f) informasi yang diperoleh akurat, (g) portofolio disusun dengan baik.
Portofolio produk menurut Cole dalam Suryapranata dan Hatta (2004:
46-66) adalah portofolio yang menekankan pada tinjauan hasil terbaik yang
telah dilakukan peserta didik, tanpa memperhatikan bagaimana proses untuk
mencapai evidence itu terjadi. Portofolio produk bertujuan untuk
mendokumentasikan dan merefleksikan kualitas prestasi yang telah dicapai.
Asesmen bentuk ini memerlukan peserta didik untuk mengkoleksi semua
pekerjaan peserta didik, pada suatu saat peserta didik harus menunjukan
evidence yang terbaik.
Portofolio dokumentasi adalah asesmen terhadap koleksi pilihan dari
sekumpulan evidence peserta didik selama kurun waktu tertentu. Bentuk
portofolio ini dirancang untuk menilai evidence peserta didik yang terbaik
dalam satu kompetensi dasar atau indikator pencapaian hasil belajar dalam
kurun waktu tertentu termasuk di dalamnya proses yang digunakan untuk
menghasilkan karya tersebut. Portofolio dokumentasi sangat berguna untuk
52
asesmen yang bergantung kepada evidence peserta didik telah menunjukan
kemampuan peserta didik yangg sebenarnya dan kemampuan yang dituntut
oleh kompetensi dasar dan indikator pencapaian hasil belajar. Evidence
peserta didik yang digunakan dalam bentuk portofolio ini dapat berasal dari
catatan guru atau kombinasi antara catatan guru dan kegiatan peserta didik.
Berdasarkan dokumen ini baik guru maupun peserta didik dapat
melihat: (a) proses yang telah diikuti , (b) kerja yang telah dilakukan, (c)
dokumen apa yang telah dihasilkan, (d) hal-hal pokok telah
terdokumentasikan, (e) dokumen disusun berdasarkan sumber-sumber data
masing-masing, (f) dokumen berkaitan apa yang akan disajikan, (g) standar
atau kompetensi apa yang telah dicapai sampai pada pekerjaan terakhir.
Berdasarkan model-model asesmen di atas peneliti dokumen
menggunakan portofolio yang menekankan pada tinjauan hasil terbaik yang
telah dilakukan peserta didik, tanpa memperhatikan bagaimana proses untuk
mencapai evidence itu terjadi..
8. Pelaksanaan Asesmen Portofolio
Tahapan selanjutnya dalam penerapan asesmen portofolio dalam
pembelajaran adalah tahap pelaksanaan atau implementasinya dalam proses
pembelajaran. Pada tahapan ini gurudapat memulainya dengan
mengkomunikasikan kepada peserta didik terkait akan digunakannya asesmen
portofolio, hal ini dapat dilakukan dengan mengumumkan tujuan dan
fokuspembelajaran, selanjutnya guru dapat membuat kesepakatan prosedur
pelaksanaan asesmenportofolio dengan peserta didik dimulai dari menentukan
jenis tugas yang harus dikumpulkansamapai dengan menentukan kriteria
53
asesmen.
Menurut Wulan (2010 : 146) ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan
guru dalam melaksanakan asesmen portofolio, yaitu :
1) Guru dan peserta didik secara rutin mendiskusikan proses pembelajaran
yang menuntun peserta didik menghasilkan karyanya;
2) Guru mengumpulkan pekerjaan peserta didik untuk diperiksa dan diberi
komentar,peserta didik dapat memperbaiki tugasnya bila masih memilki
banyak kekurangan;
3) Tugas ataucatatan tentang peserta didik diberi tanggal dan dimasukkan
ke dalam folder secara kronologis sesuai urutan waktunya;
4) Guru memberikan umpan balik secara berkesinambungan terhadap
peserta didik, sehingga peserta didik dapat senantiasa memperbaiki
kelemahannya. Guru dapat memeriksa kembali pekerjaan peserta didik
sesuai urutan waktu, melihat kemajuan belajarnya dan mengkaji taraf
pencapaian kompetensi belajar peserta didik. Selanjutnya guru dapat
memberi catatan tentangprestasi dan kemajuan belajar peserta didik,
hasil catatan guru dilampirkan pada portofolio peserta didik;
5) Kegiatan diskusi antara guru dan peserta didik hendaknya diupayakan
untuk memberikan asesmen,namun digunakan untuk memunculkan
kekuatan karya peserta didik; dan
6) Seleksi terhadap karyayang dilakukan oleh peserta didik dengan
bantuan guru. dalam hal ini peserta didik dapat memilih seluruhnya,
sebagian atau hanya karya terbaik saja yang dimasukkan dalam
portofoliomereka.
Lebih lanjut Zainul,2001 (dalam Hasmalena, 2009 : 147) mengemukakan
bahwa ada beberapa hal yang harus dilalui dalam mengimplementasikan
asesmen portofolio yaitu :
a. Tahap Persiapan, mengidentifikasi tujuan pembelajaran yang akan
diakses dengan asesmen portofolio, menjelaskan kepada anak bahwa
akan dilaksanakan asesmen portofolio untuk mengakses tujuan
pembelajaran dan memberikan contoh portofolio yang pernah
dilaksanakan, menjelaskan bagian mana dan seberapa banyak kinerja
dan hasil kerja akandisertakan portofolio, dalam bentuk apa dan
bagaimana kinerja atau hasil kerja itu diakses,dan menjelaskan
bagaimana kinerja dan hasil karya tersebut harus disajikan.
b. Tahap Pelaksanaan, Guru melaksanakan proses pembelajaran dan selalu
memotivasi anak untuk belajar, Guru melakukan pertemuan secara rutin
dengan anak guna mendiskusikan prosespembelajaran yang akan
menghasilkan kerja anak sehingga setiap langkah anak dapat
memperbaiki kelemahan yang mungkin terjadi, Guru memberikan
umpan balik secara berkesinambungan kepada anak, dan memamerkan
keseluruhan hasil karya yang disimpan dalam portofolio.
54
c. Tahap Asesmen, menegakkan kriteria asesmen yang dilakukan
bersama–sama atau dengan partisipasi anak, kriteria yang telah
disepakati diterapkan secara konsistenbaik oleh guru maupun anak, arti
penting dari tahap asesmen ini adalah self asesment yang dilakukan
oleh anak sehingga anak menghayati dengan baik kekuatan dan
kelemahannya danhasil asesmen dijadikan tujuan baru bagi proses
pembelajaran.
Guru melaksanakan asesmen portofolio sudah seharusnya merancang
suatu skala asesmen atau disebut sebagai rubrik. Menurut Arends
(2008:29) mengemukakan bahwa merancang scoring rubric yang baik
merupakan salah satu aspek penting dalam performance assesment,
scoring rubric adalah deskripsi terperinci tentang tipe kinerja tertentu dan
mengeksplisitkan kriteria yang akan digunakan untuk menilai kinerja,
secara umum scoring rubbric terdiri dari dua tipe yaitu holistic rubric dan
analytic rubric. Rubrik holistik memungkinkan pemberi skor untuk
membuat asesmen tentang kinerja (produk atau proses) secara
keseluruhan, tidak dari bagian-bagian komponennya. Sedangkan rubrik
analitik menuntut pemberi skor untuk menilai komponen- komponen yang
terpisah atau tugas-tugas individual yang berhubungan dengan kinerja
yang dimaksud. Mertler dalam Arends (2008: 244), mengatakan bahwa
rubrics holistik lebih cocok bila tugas kinerjanya menuntut
mahapeserta didik untuk membuat respons tertentu dan tidak ada
jawaban yang mutlak benar. Rubrics analitik biasanya lebih disukai
bila yang dituntut adalah tipe respons yang agak terfokus.
Ketika guru akan menerapkan portofolio, maka dibutuhkan kreativitas
guru dalam merancang rubrik, karena rubrik merupakan komponen penting
bagi guru dalam menilai hasil karya portofolio yang peserta didik kumpulkan,
adanya rubrik juga sangat penting dalam menilai kemampuan dan kualitas
55
peserta didik dalam mengerjakan tugas – tugas portofolio yang telah disepakati
sebelumnya.
Dari beberapa pendapat diatas penulis menggunakan rubrik holistik
digunakan untuk menilai kemampuan/proses secara keseluruhan tanpa ada
pembagian komponen secara terpisah.
Gunawan (2009 : 6) menyatakan bahwa: dalam rubrik holistik salah satu
penyebutan yang digunakan adalah tingkat 1 (tidak memuaskan), tingkat 2
(cukup memuaskan dengan banyak kekurangan), tingkat 3 (memuaskan dengan
sedikit kekurangan), dan tingkat 4 (superior) atau tingkat 0, tingkat 1, tingkat 2,
dan tingkat 3 ( masing- masing dengan sebutan yang sama).
Tabel 4 Template untuk Rubrik Holistik
Zainul (Anwar: 2005:17)
8. Assesment Portofolio dalam Pembelajaran
Proses asesmen merupakan salah satu bagian penting yang harus
dilakukan olehpendidik untuk melihat kemampuan peserta didiknya. Seperti
yang dikemukakan oleh Firman dan Widodo (2008:75) asesmen merupakan
proses pengumpulan dan pengolahan informasi dalam rangka membuat
keputusan, dimana asesmen hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik
dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan
Skor Deskripsi
5 Memperlihatkan pemahaman yang lengkap tentang permasalahannya. Seluruh persyaratan tugas dimasukkan ke dalam respons.
4 Memperlihatkan pemahaman yang cukup tentang permasalahannya.
Seluruh persyaratan tugas dimasukkan ke dalam respons.
3 Memperlihatkan pemahaman parsial tentang pemahamannya.
Kebanyakan persyaratan tugas dimasukkan ke dalam respons.
2 Memperlihatkan pemahaman terbatas tentang permasalahannya.
Banyak persyaratan tugas yang tidak tampak dalam respons.
1 Memperlihatkan sama sekali tidak memahami permasalahannya
56
perbaikan hasil, yang dapat dilakukan dalam bentuk penugasan, ulangan
harian, ulangantengah semester, ulangan akhir semester, atau bentuk lain yang
sesuai untuk mengukur ketercapaian standar kompetensi kelulusan peserta
didik. Permendikbud No 3 Tahun 2017 asesmen oleh pemerintah dan satuan
pendidikan serta untuk mendorong pencapaian standar kompetensi lulusan
secara nasional perlu menyelenggarakan Ujian Nasional, Ujian Sekolah
Berstandar Nasional, dan Ujian.
Jadi dengan kata lain proses asesmen yang dilakukan guru berlangsung
selama proses pembelajaran, dimana dengan adanya asesmen ini diharapkan
peserta didik mampu meningkatkan kualitasnya dalam mempelajari dan
mengimplementasikan materi yang didapatkan di sekolah. Selain itu setelah
peserta didik mengikuti proses pembelajaran diharapkan adanya perubahan
dalam
kepribadian tingkah laku yang telah terbentuk dari ketrampilan, kebiasaan,
kemampuan,sikap, pemahaman konsep sehingga dapat meningkatkan prestasi
belajar peserta didik. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Anderson
(Tusriyanto, 2009 : 4) yang menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses
perubahan yang relatif menetap terjadi dalam tingkah laku potensial sebagai
hasil dari pengalaman.
Proses pelaksanaan asesmen hasil belajar peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah yang dilaksanakan merujuk pada Standar
Asesmen yaitu Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007
yang mencakup tujuh komponen, yaitu : pengertian istilah – istilah yang
digunakan, prinsip asesmen, teknik dan instrumen asesmen, mekanisme dan
57
prosedur asesmen, asesmen oleh pendidik, asesmen oleh satuan pendidikan,
dan asesmen oleh pemerintah (Firman dan Widodo, 2008 : 83)
Realitas yang terlihat dilapangan saat ini penggunaan tes tertulis tidak
dapat memunculkan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Seperti yang
diungkapkan oleh Firman dan Widodo (2008:84) yang mengemukakan bahwa
semua kemampuan peserta didik dalam Matematika tidak dapat diungkapkan
secara baik terutama kemampuan afektif dan psikomotor, hal ini terlihat dalam
konteks asesmen hasil belajar peserta didik pada kelas awal di sekolah dasar
dimana asesmen dengan tes tertulis dipandang kurang tepat karena peserta
didik pada usia inimasih terkendala dengan membaca dan menulis, sehingga
adanya proses asesmen dengan tertulis dianggap tidak valid dan kurang mampu
menilai kemampuan hasil belajar peserta didik secara komprehensif.
Oleh karena itu dengan menerapkan asesmen portofolio dalam asesmen
Matematika diharapkan peserta didik memiliki kemampuan yang otentik yaitu
peserta didik memiliki tingkat pengetahuan dan juga ketrampilan yang
konteksnya bisa lebih dekat dengan hal yang nyata dan dapat diaplikasikan
dalam kehidupan mereka sehari – hari, selain itu dengan adanya asesmen
alternatif seperti portofolio dapat membuat peserta didik lebih kreatif.
E. Model Pembelajaran K13
Konsep pembelajaran tematik merupakan konsep pembelajaran terpadu.
Konsep model pembelajaran tematik yang dipelajari di Indonesia adalah
konsep pembelajaran terpadu yang dikembangkan oleh Fogarty pada tahun
1990.
58
Dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
bahwa metode pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi K13
adalah metode pembelajaran inkuiri (Inquiry Based Learning), metode
pembelajaran penemuan (Discovery Learning), metode pembelajaran berbasis
proyek (Project Based Learning), dan metode pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning). Dengan demikian, maka pemilihan metode yang
akan digunakan sesuai dengan pembelajaran tematik integratif yang
dilaksanakan. Berdasarkan pendapat diatas penulis mengambil model PBL
karena sesuai dalam mengatasi masalah berkelompok.
F. Model Problem based learning (PBL)
a. Konsep Model PBL
PBL atau pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang
peserta didik untuk belajar. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu
metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana
belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan
dunia nyata.
Prastowo (2013: 79) menemukakan bahwa dalam pembelajaran problem
based learning peserta didik memahami konsep yang diberikan melalui
investigasi, inquiry, dan pemecahan masalah. Peserta didik membangun konsep
atau prinsip dengan kemampuannya sendiri yang mengintegrasikan
pemahaman yang sudah dipahami sebelumnya. Tan (dalam Rusman, 2013:
229) problem based learning merupakan inovasi dalam pembelajaran karena
dalam problem based learning kemampuan berpikir peserta didik betul-betul
59
dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis,
sehingga peserta didik dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan
mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
Menurut Suprijono (2013: 71) model problem based learning berorientasi
pada kecakapan peserta didik memproses informasi. Pemerosesan informasi
mengacu pada cara-cara orang menangani stimuli dari lingkungan,
mengorganisasi data, melihat masalah, mengembangkan konsep. Masalah
yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu
pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik,
sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan
masalah yang harus dipecahkan. Dengan metode mengajar ini, pendidik
memberikan bekal kepada peserta didik tentang kemampuan untuk
memecahkan masalah dengan menggunakan kaidah ilmiah tentang teknik dan
langkah-langkah berpikir kritis dan rasional.
Bekal kemampuan tentang kaidah dasar dan teknik-teknik pemecahan
masalah tersebut akan sanagt bermanfaat bagi peserta didik untuk diterapkan
dalam proses pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Suyanto,
2013:154).
Problem based learning (PBL), a conceptual model offacilitated learning,
has been used with outstanding results inthe education of various health
care professions includingnursing, pharmacology, and physician
education. Thecomponents of PBL, using real world situations
(problems),group learning, student-directed solutions for problems,
andteacher serving as facilitators of learning has much promisefor, and
important applications in the information literacypedagogy and
curriculum. According to Kwan, PBL is morethan a teaching pedagogy, it
encompasses “a nurturingenvironment in which all curriculum elements
aresystematically aligned to help students achieve the learningoutcomes”
set by the instructor (Downing, 2013: 621).
60
Model PBL atau pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan adanya
pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan
pemecahan masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat menambah
keterampilan peserta didik dalampencapaian materi pembelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan model problem based
learning adalah model pembelajaran yang dapat melatih peserta didik berpikir
secara logis untuk memecahkan masalah dengan berkelompok.
b) Tujuan PBL
Pembelajaran Berbasis Masalah tidak dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik. Menurut
Arends (2008:70) bahwa “Pembelajaran Berbasis Masalah bertujuan untuk
membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berfikir dan
keterampilan pemecahan masalah,belajar peranan orang dewasa secara
autentik, memungkinkan peserta didik untuk mendapatkan rasa percaya diri
atas kemampuan yang dimilikinya sendiri, untuk berfikir dan menjadi pelajar
yang mandiri”.
PBL atau pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu
guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik seperti
pada pembelajaran langsung dan ceramah, tetapi pembelajaran berbasis
masalah dikembangkan untuk membantu peserta didik mengembangkan
kemampuan berpikir, mengembangkan kemampuan memecahan masalah,
keterampilan intelektual, belajar peranan orang dewasa yang autentik dan
menjadi peserta didik yang mandiri (Suyanto, 2013: 154).
Jadi dalam Pembelajaran Berbasis Masalah tugas guru adalah merumuskan
61
tugas-tugas kepada peserta didik bukan untuk menyajikan tugas-tugas
pelajaran.
c) Langkah - langkah PBL
Model PBL memiliki beberapa langkah pada implementasinya dalam
proses pembelajaran. Menurut Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2013: 243)
mengemukakan bahwa langkah-langkah PBL adalah sebagai berikut.
a. Orientasi peserta didik pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan,
dan memotivasi peserta didik terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
b. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar.
Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
c. Membimbing pengalaman individual/kelompok.
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya dan,
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses yang mereka lakukan.
Proses pembelajaran dalam mengimplementasi problem based learning ada
62
beberapa langkah yang dapat dilakukan. Langkah - langkah PBL menurut
(Fathurrohman, 2015: 221) adalah sebagai berikut:
Fase 1: Mengorientasikan Peserta Didik pada Masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan
aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini
sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus
dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh guru.serta dijelaskan bagaimana
guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk
memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti dalam pembelajaran
yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini,
yaitu sebagai berikut:
1) Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar
informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-
masalah penting dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri
2) Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyaijawaban
mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit ataukompleks mempunyai
banyak penyelesaian dan seringkalibertentangan.
3) Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta didikdidorong
untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi.Guru akan bertindak
sebagai pembimbing yang siap membantu,namun peserta didik harus
berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.
4) Selama tahap analisis dan penjelasan, peserta didik akan didoronguntuk
menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide
yang akan ditertawakan oleh guru atauteman sekelas. Semua peserta didik
63
diberi peluang untukmenyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan
ide-ide mereka.
Fase 2: Mengorganisasikan Peserta Didik untuk Belajar
Mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL
juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah
sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu,
guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-
kelompok peserta didik dimana masing-masing kelompok akanmemilih dan
memecahkan masalah yang berbeda.
Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran
kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus
heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya
tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan
mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan
dinamika kelompok selama pembelajaran.
Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah
membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan peserta didik menetapkan
subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal.
Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua
peserta didik aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-
hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan
tersebut.
Fase 3: Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok
Tahap penyelidikan adalah inti dari PBL, meskipun setiap situasi
64
permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada
umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan
eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan.
Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting.
Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk mengumpulkan data
dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-
betul memahami dimensi situasi permasalahan.
Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup informasi
untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.Guru membantu
peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari
berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada peserta didik
untuk berifikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk
sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.
Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan memberikan
permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka
mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelesan, dan
pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong peserta didik
untuk menyampaikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide
tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik
berpikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang
kualitas informasi yang dikumpulkan.
Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Artifak (Hasil Karya) dan
Memamerkannya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan
65
pameran. Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video
tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model
(perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program
komputer, dan sajian multimedia.Tentunya kecanggihan artifak sangat
dipengaruhi tingkat berpikir peserta didik.
Langkah selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru
berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini
melibatkan peserta didik-peserta didik lainnya, guru-guru, orang tua, dan
lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.
Fase 5: Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk
membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri
dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama
fase ini guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan
aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya
(Fathurrohman, 2015:221). Berikut adalah sintaks pembelajaran berbasis
masalah.
Menurut Ibrahim (dalam Trianto, 2009: 98) Sintaks pembelajaran
berdasarkan masalah terdiri dari lima langkah utama yang dimulai dengan
mengarahkan peserta didik pada masalah dan diakhiri dengan menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah. Kelima langkah tersebut dijelaskan
berdasarkan langkah-langkah pada Tabel 5.
66
Tabel 5. Sintaks Langkah – langkah PBL
Fase
ke- Indikator Aktivitas/Kegiatan Guru
1 Mengarahkan
peserta didik
pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik
yang dibutuhkan, memotivasi
peserta didik terlibat pada aktivitas pemecahan
masalah yang dipilihnya.
2 Mengorganisasikan
peserta didik untuk
belajar
Guru membantu peserta didik
mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah yang akan
dipecahkan.
3 Membimbing
penyelidikan
individual
maupun kelompok
Guru mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan
masalah yang dihadapi peserta didik.
4 Mengembangkan
dan
menyajikan hasil
karya
Guru membantu peserta didik dalam
merencanakan dan menyiapkan karya nyata yang
sesuai seperti laporan, video,
dan model serta membantu mereka untuk berbagi
tugas dengan temannya.
5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu peserta didik untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap hasil penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
berupa langkah-langkah pemecahan masalah
dari masalah yang muncul
dan dihadapi oleh peserta
didik. (Sumber: Fathurrohman, 2015: 218)
d) Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran
Pembelajaran suatu materi pelajaran dengan menggunakan PBL sebagai basis
model dilaksanakan dengan cara mengikuti lima langkah PBL dengan bobot
atau kedalaman setiap langkahnya disesuaikan dengan mata pelajaran yang
bersangkutan.
1) Konsep Dasar (Basic Concept)
Jika dipandang perlu, fasilitator dapat memberikan konsep dasar, petunjuk,
referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal
67
ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer
pembelajaran dan mendapatkan „peta‟ yang akurat tentang arah dan tujuan
pembelajaran. Lebih jauh, hal ini diperlukan untuk memastikan peserta didik
memperoleh kunci utama materi pembelajaran, sehingga tidak
adakemungkinan terlewatkan oleh peserta didik seperti yang dapatterjadi jika
peserta didik mempelajari secara mandiri. Konsep yang diberikan tidak perlu
detail, diutamakan dalam bentuk garis besar saja, sehingga peserta didik dapat
mengembangkannyasecara mandiri secara mendalam.
2) Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan
dan dalam kelompoknya, peserta didik melakukan berbagai kegiatan. Pertama,
brain storming yang dilaksanakan dengan cara semua anggota kelompok
mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas,
sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat.
Setiap anggota kelompok memiliki hak yang sama dalam memberikandan
menyampaikan ide dalam diskusi serta mendokumentasikan secara tertulis
pendapat masing-masing dalam kertas kerja. Selain itu, setiap kelompok harus
mencari istilah yang kurang dikenal dalam skenario tersebut dan berusaha
mendiskusikan maksud dan artinya.
Jika ada peserta didik yang mengetahui artinya, segera menjelaskan
kepada teman yang lain. Jika ada bagian yang belum dapat dipecahkan dalam
kelompok tersebut, ditulis dalam permasalahan kelompok. Selanjutnya, jika
ada bagian yang belum dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis
sebagai isu dalam permasalahan kelompok. Kedua, melakukan seleksi
68
alternatif untuk memilih pendapat yang lebih fokus. Ketiga, menentukan
permasalahan dan melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk mencari
referensi penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. Fasilitator
memvalidasi pilihan-pilihan yang diambil peserta didik. Jika tujuan yang
diinginkan oleh fasilitator belum disinggung oleh peserta didik, fasilitator
mengusulkannya dengan memberikan alasannya.
Pada akhir langkah peserta didik diharapkan memiliki gambaran yang
jelas tentang apa saja yang mereka ketahui, apa saja yang mereka tidak ketahui,
dan pengetahuan apa saja yang diperlukan untuk menjembataninya. Untuk
memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini, maka pendefinisian
masalah dilakukan dengan mengikuti petunjuk.
3) Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Setelah mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didik mencari
berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi.
Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di
perpustakaan, halaman web, ataubahkan pakar dalam bidang yang relevan.
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik
mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan
permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan
dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut
haruslah relevan dan dapat dipahami.
Diluar pertemuan dengan fasilitator, peserta didik bebas untuk
mengadakan pertemuan dan melakukan berbagai kegiatan. Dalam pertemuan
tersebut peserta didik akan saling bertukar informasi yang telah
69
dikumpulkannya dan pengetahuan yang telah mereka bangun. Peserta didik
juga harus mengorganisasi informasi yang didiskusikan, sehingga anggota
kelompok lain dapat memahami relevansi terhadap permasalahan yang
dihadapi.
4) Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam
langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta
didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan
merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini
dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan
fasilitatornya.
Tiap kelompok menentukan ketua diskusi dan tiap peserta didik
menyampaikan hasil pembelajaran mandiri dengan cara mengintegrasikan hasil
pembelajaran mandiri untuk mendapatkan kesimpulan kelompok. Langkah
selanjutnya presentasi hasil dalam pleno (kelas besar) dengan mengakomodasi
masukan dari pleno, menentukan kesimpulan akhir, dan dokumentasi akhir.
Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini maka dilakukan
dengan mengikuti petunjuk.
5) Asesmen (Assessment)
Asesmen dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan
(knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Asesmen terhadap
penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS),
kuis, PR, dokumen, dan laporan.
70
Asesmen terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu
pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan
pengujian. Sedangkan asesmen terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan
soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan
bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran (Fathurrohman,
2015: 223).
e) Kelebihan dan Kekurangan PBL Kelebihan pembelajaran berbasis masalah antara lain:
1. Peserta didik lebih memahami konsep yang diajarkan sebabmereka sendiri
yang menemukan konsep tersebut.
2. Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntutketrampilan
berpikir peserta didik yang lebih tinggi.
3. Pengetahuan tertanam berdasakan skema yang dimiliki pesertadidik
sehingga pembelajaran lebih bermakna
4. Peserta didik dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah-
masalah yang diselesaiakn berkaitan dengan kehidupan nyata.
5. Proses pembelajaran melalui pembelajaran berbasis masalah dapat
membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan memecahkan
masalah secara terampil. Apabila menghadapi permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari peserta didik sudah mempunyai kemampuan untuk
menyelesaikannya.
6. Dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikirkritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru (Fathurrohman, 2015:220).
Sedangkan kelemahan PBL antara lain:
1. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitanya sesuai dengan tingkat
berpikir peserta didik, serta pengetahuan dan pengalaman yang telah
dimiliki oleh peserta didik sangat memerlukan ketrampilan dan
kemampuan guru.
2. Proses belajar dengan pembelajaran berbasis masalah membutuhkan
waktu yang cukup lama.
3. Mengubah kebiasaan peserta didik dari belajar dengan mendengarkan dan
menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir
memecahkan masalah merupakan kesulitan tersendiri bagi peserta didik
(Suyanto, 2013: 212) .
G. Pembelajaran Matematika SD
Kata matematika berasal dari perkataan latin mathematika yang
mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti
71
mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal kata mathema yang berarti
pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan
pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein
yang artinya belajar atau berpikir. Jadi, berdasarkan asal katanya, maka
perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir
(bernalar).
Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio
(penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperiman atau hasil observasi.
Matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan
dengan ide, proses, dan penalaran Russefendi (Suwangsih, 2006:3)
Penggunaan portofolio dalam asesmen proses dan hasil belajar matematika
materi bangun ruang dapat terfokus pada proses belajar mengajar dan
memberikan informasi tentang kelebihan dan kekurangan peserta didik.
Portofolio dapat digambarkan sebagai perkembangan berkelanjutan peserta
didik untuk menunjukkan perubahan diri peserta didik dalam proses
memahami materi bangun ruang sejak awal sampai akhir dalam satu periode
tertentu. Portofolio dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik dan
guru untuk menelaah tugas kesesuaian pekerjaan mengerjakan materi bangun
ruang dengan tujuan pembelajaran. Portofolio mampu merefleksikan
perubahan penting dalam proses kemampuan intelektual peserta didik dari
waktu ke waktu. Dalam asesmen portofolio peserta didik memiliki
kesempatan yang lebih banyak untuk menilai diri sendiri dari waktu ke
waktu, serta akan memberikan gambaran kemajuan-kemajuan yang dicapai
terhadap proses bagaimana peserta didik memperoleh dan membangun
72
pengetahuannya terhadap matematika yang dipelajari. Penggunaan asesmen
portofolio dalam pembelajaran matematika berbagai pendapat muncul tentang
pengertian matematika, dipandang dari pengetahuan dan pengalaman dari
masing-masing yang berkepentingan. Ada yang mengatakan matematika itu
sebagai bahasa simbol; matematika bahasa numerik; matematika adalah
bahasa yang dapat menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional;
matematika adalah berpikir logis; matematika adalah sarana berfikir;
matematika adalah logika pada masa dewasa; matematika adalah ratunya ilmu
sekaligus pelayannya; matematika adalah sains mengenai kuantitas dan
besaran; matematika adalah suatu sains yang bekerja menarik kesimpulan-
kesimpulan yang perlu; matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang;
matematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif; matematika adalah
pengetahuan tentang penalaran logika dan berhubungan dengan bilangan dan
matematika adalah aktivitas manusia
Tidak terdapat satu definisi tentang matematika yang tunggal dan
disepakati olehsemua tokoh atau pakar matematika. Berdasarkan etimologi,
menurut Lambas (2004: 8), perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan
yang diperoleh dengan bernalar. Walau tidak terdapat satu pengertian tentang
matematika yang tunggal dan disepakati oleh semua tokoh atau pakar
matematika namun dapat terlihat adanya ciri-ciri khusus atau karakteristik
yang dapat merangkum pengertianmatematika secara umum.
Beberapa karakteristik menurut Lambas (2004: 9) adalah: (1)
memiliki objek abstrak, (2) bertumpu pada kesepakatan, (3) berpola pikir
deduktif, (4) memilikisymbol yang kosong dari arti, (5) memperhatikan
73
semesta pembicara, dan (6)konsisten dalam sistemnya). Matematika
merupakan pembelajaran yang menuntut logika berfikir secara sistematis.
Mempelajarai matematika, peserta didik diharapkan dapat berfikkirlogis,
analitis dan sistematis yang akan berdampak positif bagi perkembangan masa
depannya kelak. Pembelajaran matematika perlu diberikan kepada semua
peserta didik mulai dari tingkat Sekolah Dasar (Istiqomah, 2010: 1).
Matematika adalah suatu disiplin ilmu untuk memperoleh
pengetahuan dalam memahami arti dari struktur-struktur, hubungan-
hubungan, simbol-simbol yang ada dalam materi pelajaran matematika
sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku pada diri peserta didik.
Tujuan pembelajaran matematika di SD dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan Depdiknas 2006 SD adalah sebagai berikut :
1. memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algortima, ecara luwes, akurat, efesien, dan
tepat dalam pemecahan masalah
2. menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3. memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirikan
solusi yang diperoleh, 4. mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah 5. memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Matematika diajarkan di jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, dan Sekolah Menengah Atas disebut Matematika Sekolah. Sering
juga dikatakan bahwa Matematika Sekolah adalah unsur-unsur atau bagian-
bagian dari Matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi pada
kepentingan kependidikan dan perkembangan IPTEK. Hal tersebut
menunjukkan bahwa matematika sekolah tidak sepenuhnya sama dengan
74
matematika sebagai ilmu,karena memiliki perbedaan antara lain dalam hal
penyajian, pola pikir, keterbatasan semesta dan tingkat keabstrakan (Lambas,
2004: 19).
Matematika merupakan satu bidang studi yang diajarkan di Sekolah
Dasar. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada peserta
didiknya, hendaknya mengetahui dan memahami ruang lingkup yang akan di
ajarkannya.
Ruang lingkup materi matematika sekolah dasar yaitu : (1) bilangan,
(2) geomteri, (3) pengolahan data (Depdiknas, 2006.). Cakupan
bilangan antara lain bilangan dan angka, perhitungan dan perkiraan.
Cakupan geometri antara lain bangun dua dimensi, tiga dimensi,
tranformasi dan simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan
koordinat. Cakupan pengukuran berkaitan dengan perbandingan
kuantitas suaru obyek, penggunaan satuan ukuran dan pengukuran.
Matematika sekolah disajikan tidak hanya sekedar teori, namun dalam
menyajikan matematika sekolah seorang guru harus memperhatikan kondisi
peserta didik yang diajar dan berusaha menciptakan suasana belajar yang
kondusif. Dalam upaya mencapai tujuan Pendidikan Nasional seorang guru
tidak hanya sebagai pengajar saja, tetapi juga sebagai pendidik. Misi utama
guru Matematikasebagai pengajar adalah tercapainya tujuan-tujuan
instruksional Matematika sedangkan guru Matematika sebagai pendidik
adalah mengupayakan terwujudnya perkembangan kepribadian peserta didik
dalam arti yang lebih luas (Jihad dan Haris 2009:159).
Menurut Piaget dalam Pitadjeng (2006: 27) struktur kognitif yang
dimiliki seseorang terjadi karena proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
adalah proses mendapatkan informasi dan pengalaman baru yang langsung
menyatu dengan struktur mental yang sudah dimiliki seseorang. Adapun
75
akomodasi adalah proses menstruktur kembali mental sebagai akibat adanya
informasi dan pengalaman baru. Jadi belajar tidak hanya menerima informasi
dan pengalaman lama yangdimilki anak didik untuk mengakomodasikan
informasi dan pengalaman baru.
Matematika merupakan bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan
dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran konsep
diperoleh sebagaiakibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga
keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas
(Sumanto dkk. 2010: 17). Materi matematika adalah belajar tentang konsep-
konsep dan struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari
serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktural-
struktural matematika (Bruner dalam Pitadjeng, 2006: 29).
Pemahaman terhadap konsep dan struktur suatu materi menjadikan
materi itu mudah dipahami secara lebih komprehensif. Selain itu anakdidik
lebih mudah mengingat materi bila yang dipelajari mempunyai pola
terstruktur. Dengan memahami konsep dan struktur akan mempermudah
terjadinya transfer.
Menurut Richard Skemp dalam Pitadjeng (2006: 36) anak belajar
matematika melalui dua tahap, yaitu konkret dan abstrak. Pada tahap pertama
yaitu konkret anak memanipulasi benda-benda konkret untuk dapat
menghayati ide-ide abstrak. Pengalaman awal berinteraksi dengan benda
konkret ini akan membentuk dasarbagi belanjar selanjutnya, yaitu pada tahap
abstrak atau tahap kedua. Agar belajar menjadi berguna bagi seorang anak
sifat-sifat umum dari pengalaman anak harusdipadukan untuk membentuk
76
suatu struktur konseptual atau suatu skema.
Menurut (Pitadjeng, 2006: 36) guru hendaknya memberi kegiatan
kepada anak untuk menyusun struktur matematika sedemikian rupa agar jelas
bagi anak didik sebelum merekadapat menggunakan pengetahuan awalnya
sebagai dasar untuk belajar pada tahapberikutnya, atau sebelum mereka
menggunakan pengetahuan mereka secaraefektif untuk menyelesaikan suatu
masalah.
Menurut teori-teori yang dikemukakan para ahli tentang matematika,
terdapat kesamaan pendapat, yaitu anak dalam belajar matematika akan dapat
memahami jika dimanipulasi dengan objek-objek konkret. Untuk penerapan
teori-teori daripara ahli didalam pembelajaran, akan lebih baik jika setiap
teori pembelajaran matematika itu tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi
dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan. Pembelajaran matematika dapat
dikatakan sebagai suatu proses membangun pemahaman peserta didik yang
menyebabkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika.
Perubahan tersebut disebabkan oleh interaksi individu dengan individu dan
individu dengan lingkungannya.
77
Tabel 6 Silabus memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar
bangun ruang
H. Pengembangan Asesmen Tes Tulis Berbasis PBL
Masnur Muslich (2011 : 20 ) mengatakan: “dilihat dari fungsinya,
asesmen dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu (1) asesmen formatif,
(2) asesmen sumatif, (3) asesmen diasnogtik, (4) asesmen selektif, dan (5)
asesmen penerapan”.
Tigran (2005 : 18) Assessment involves mastery of these procedures.
assesssment becomes more performance-based and beyond the boundaies of
diciplines. the emphasis begins to shift to process rather than product, yet
process can still be evaluated sequentially as in "benchmark" or level of
growth that measure a student performance. Menyatakan asesmen menjadi
lebih berbasis kinerja dan melampaui batas-batas disiplin kerja. penekanan
mulai beralih ke proses daripada produk, namun proses masih dapat dievaluasi
secara berurutan seperti pada "tolok ukur" atau tingkat pertumbuhan yang
mengukur kinerja peserta didik.
Asesmen formatif adalah asesmen yang dilaksanakan pada akhir program
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok
dan Uraian
Materi
Pengalaman
Belajar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Alat Rubrik
8.1
Menentukan
sifat-sifat
bangun ruang
sederhana
GEOMETERI
Melakukan
pengamatan dan
diskusi
Memberikan catatan
deduktif-deskriptif
tentang sifat-sifat
bangun ruang :
persegi dan segi tiga
Mengeksposisi
tentang sifat-sifat
bangun ruang :
persegi dan segi tiga
Menyebutkan
sifat-sifat
bangun ruang :
persegi dan segi
tiga
Buku
Observa
si,
instrume
n
78
pembelajaran untuk melihat tingkat keberhasilan proses pembelajaran itu
sendiri. Asesmen formatif berorientasi kepada proses pembelajaran. Dengan
hasil asesmen formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program
pembelajaran dan strategi pelaksanaannya. Asesmen sumatif adalah asesmen
yang dilaksanakan pada akhir unit program, misal caturwulan, akhir semester
dan akhir tahun. Asesmen ini berorientasi pada produk bukan proses.
Asesmen diagnostik adalah asesmen yang bertujuan untuk melihat
kelemahan-kelemahan peserta didik serta faktor penyebabnya. Asesmen
selektif adalah asesmen yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian
saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, jenis asesmen dalam penelitian ini adalah
asesmen formatif, karena asesmen dalam penelitian ini berorientasi pada proses
pembelajaran dan hasilnya guru diharapkan dapat memperbaiki program
pembelajaran dan strategi pelaksanaannya. Dilihat dari segi alatnya, asesmen
hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tes dan non-tes.
Asesmen berjenis tes dapat dibedakan menjadi tiga : tes lisan (menuntut
jawaban secara lisan), tes tulis (menuntut jawaban secara tulis), dan tes tindakan
(menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Soal-soal tes yang ada disusun
dalam bentuk obyektif dan tes esai atau uraian. Asesmen berbentuk non-tes bisa
berupa observasi, kuisioner, wawancara, skala, sosiometri, studi kasus, dan
sebagainya.
Berdasarkan uraian diatas, tes dilihat dari segi alatnya, peneliti memilih
alat asesmen dalam bentuk tes yaitu tes tulisan yang obyektif yang berbentuk
pilihan ganda. Pedoman utama dalam pembuatan butir soal bentuk pilihan ganda
79
menurut Ebel dalam Masnur (2011:110) adalah:
a) pokok soal harus jelas
b) pilihan jawaban homogen dalam arti isi
c) panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama
d) tidak ada petunjuk jawaban benar
e) hindari menggunakan pilihan jawaban semua benar atau semua salah
f) pilihan jawaban angka diurutkan
g) semua pilihan jawaban logis, jangan menggunakan negatif ganda
h) kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes
i) bahasa yang digunakan baku, letak pilihan jawaban benar ditentukan
secara acak
Kelebihan soal bentuk pilihan ganda adalah bisa mencakup banyak
materi pelajaran, penskorannya obyektif dan dapat dikoreksi dengan komputer
sehingga dengan cepat dapat diperoleh hasilnya. Kelemahan bentuk soal
pilihan ganda adalah pembuatan soal yang berkualitas cukup sulit dilakukan
karena memerlukan tahapan- tahapan yang memerlukan banyak waktu,ketika
diterapkan para peserta tes berpeluang besar untuk bekerja sama.
Menurut Ebel (dalam Masnur 2011:88),”Tingkat berpikir yang diukur
lewat tes pilihan ganda bisa tinggi apabila pembuat soal memiliki kemampuan
yang andal, dan akan rendah apabila pembuat soal tidak memiliki kemampuan
untuk menghadirkan pilihan pengecoh yang baik”. Tes pilihan ganda
dikembangkan mengacu pada domain kognitif yang dikembangkan oleh
Bloom, meliputi :1) pengetahuan, 2) pemahaman, 3) penerapan, 4) analisis, 5)
sintesis, 6) evaluasi. Dalam penelitian ini peneliti membatasi pada tingkat
pengetahuan, pemahaman, dan penerapan karena disesuaikan dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
Menurut Uno ( 2014 : 26) menyatakan bahwa portofolio merupakan
asesmen berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang
menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode
80
tertentu.mBagi seorang guru, asesmen portofolio walaupun sedikit lebih rumit
tetapi bisa memiliki banyak kegunaan. Seperti misalnya :
1. Mendorong pembelajaran mandiri
2. Memperjelas pandangan mengenai apa yang dipelajari
3. Membantu mempelajari pembelajaran
4. Mendemonstrasikan kemajuan berdasarkan keluaran yang diidentifikasikan
5. Membuat interseksi antara instruksi dan asesmen
6. Memberikan jalan kepada peserta didik untuk menilai diri mereka sebagai
pelajar
7. Mengetahui bagaiman Portofolio dapat memperbaiki proses persiapan.
Tabel. 7 Rancangan Instrumen Portofolio Berbasis Problem Based Learning
Materi
PBL
Matematika (Bangun ruang)
Indikator Asesment Intrumen
Proses PBL
Mengenal dan menemukan rumus keliling persegi
Rubrik Non Tes
Mengenal dan menemukan rumus keliling segitiga
Rubrik Non Tes
Mengenal dan menemukan rumus luas persegi
Rubrik Non Tes
Mengenal dan menemukan rumus luas segitiga
Rubrik Non Tes
Menyelesaikan soal yang berhubungan dengan keliling dan luas persegi dan segitiga
Rubrik
Tes Pilihan
Jamak
Berdasarkan kisi-kisi dan rancangan asesmen portofolio berbasis problem
based learning, dikembangkan asesmen portofolio berbasis problem based
learning pada KI 4 pembelajaran matematika.
I. Penelitian yang Relevan
1. Charanjit Kaur et.al (2015:164), hasil penelitian menunjukkan bahwa
model asesmen portofolio yang dikembangkan guru telah memberi
81
kesempatan kepada guru bahasa Inggris dalam mendokumentasikan
pertumbuhan setiap peserta didik, meningkatkan belajar, dan membantu
peserta didik dalam mencapai hasil belajar.
2. Ramlawati et.al (2014:184), hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta
didik yang menggunakan model portofolio dalam proses asesmen telah
meningkat dengan rata-rata N-gain 0,41 lebih baik daripada yang
menggunakan asesmen portofolio konvensional dengan rata-rata N-gain
0,14. Peningkatan nilai rata-rata dari kelompok eksperimen adalah dari 29-
40 sedangkan kelompok kontrol nilai rata-rata meningkat 26-37.
Berdasarkan perhitungan N-gain (Hake, 1999), N-gain (%) diperoleh
kelompok eksperimen adalah 40.80 dan kelompok kontrol 13.63
3. Roohani dan Taheri (2015:231), hasil penelitian menunjukkan bahwa
peserta didik kelompok eksperimen mengungguli orang- orang dalam
kelompok kontrol dalam hal kemampuan ekspositori menulis, pada
umumnya, dan ketrampilan, dukungan, dan organisasi khususnya.
4. Yurdabakan dan Erdogan (2013: 532), hasil penelitian menunjukkan
bahwa asesmen portofolio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kemampuan menulis, membaca, dan keterampilan mendengarkan.
Asesmen portofolio dapat meningkatkan tanggung jawab, motivasi peserta
didik, mengevaluasi diri peserta didik, dan memperbaiki karya peserta
didik dari kesulitan waktu ke waktu.
5. Faravani dan Atai (2015: 21), hasil penelitian menunjukkan meningkatkan
kecerdasan peserta didik dan memberikan umpan balik dialogis sebagai
teknik instruksional untuk peningkatan HOTS.
82
6. Temir (2013: 67), hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik
senang menggunakan portofolio sebagai sistem asesmen. Selain itu, studi
kasus yang menyelidiki efek dari menggunakan portofolio dapat dilakukan
untuk menemukan keterampilan peserta didik atau berpikir peserta didik
memiliki peningkatan dengan menggunakan portofolio.
7. Sarotama (2014), bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
kemampuan peserta didik dalam menulis bahasa inggris yang mengikuti
pembelajaran kontekstual dengan peserta didik yang mengikuti
pembelajaran konvensional.
8. Maxwell (1999), bahwa konsep kontekstual asesmen dapat meningkatkan
keabsahan dalam asesmen dan inovasi dalam asesmen praktek peserta
didik.Validitas asesmen dapat dievaluasi dalam hal sejauh mana asesmen
berkaitan dengan teori belajar mengajar serta realisasi teori asesmen yang
diinginkan.
9. Ramazan (2013: 51), hasil penelitian menunjukkan adalah menguji
hipotesis penerapan asesmen portofolio dapat memiliki dampak positif
pada pengajaran bahasa Inggris (tingkat kemampuan peserta didik).
Meskipun penelitian ini memiliki keterbatasan, kesimpulan dalam asesmen
tradisional dan portofolio keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan,
penerapan portofolio lebih menguntungkan. Percobaan telah
menunjukkan bahwa tingkat keterampilan meningkat lebih cepat pada
kedua kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol,
yang membuktikan efisiensi portofolio yang lebih tinggi.
83
10. Tillema, H. Harm, (2013: 8), hasil penelitian menunjukkan bahwa
portofolio reflektif merupakan alat asesmen yang efektif digunakan untuk
membawa perubahan kinerja dan pembelajaran. Portofolio reflektif sangat
sesuai pada tingkat kinerja yang ditentukan sendiri dan menunjukkan
rekomendasi dari umpan balik yang diberikan oleh instrumen portofolio.
J. Kerangka Pikir Penelitian
Pada hakekatnya tujuan pembelajaran adalah rumusan tingkah laku yang
diharapkan dapat di kuasai oleh peserta didik setelah menerima atau menempuh
pengalaman belajarnya. Sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,
baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan K13.
Implementasi K13 mewajibkan empat kompetensi inti yang harus dimiliki peserta
didik. Empat kompetensi tersebut adalah: (1) kompetensi sikap religius (K1) yaitu
menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya, (2) kompetensi sikap
sosial (K2) yaitu menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya, (3) kompetensi pengetahuan (K3) yaitu memahami
pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu penge- tahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian
tampak mata, dan (4) kompetensi keterampilan (K4) yaitu Mencoba, mengolah,
dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
84
Implementasi K13 antara lain menggunakan model problem based
learning. Pembelajaran berbasis problem based learning berfungsi untuk
memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami
konsep yang dipelajari melalui pemecahan masalah yang berkaitan dengan
kehidupan sehari - hari. Pengembangan instrumen asesmen berbasis problem
based learning pada materi bangun ruang di kelas V SD, dapat menggunakan
portofolio untuk mengukur kompetensi peserta didik.
Fakta di lapangan menunjukan bahwa instrumen asesmen yang digunakan
untuk mengukur hasil belajar peserta didik pada sekolah dasar yang sudah
melaksanakan K13 belum berbasis pemecahan masalah. Guru hanya
menggunakan tes berupa soal yang secara konvensional selama ini digunakan,
saat tes hasil belajar disusun tidak berdasarkan kompetensi dasar dan indikator
pembelajaran. Intrumen alternatif yang berupa tugas individu dan kelompok
belum ada intrumen asesmen yang benar. Hasil asesmen akan lebih jika
menggunakan hasil belajar peserta didik secara lengkap, maka perlu portofolio.
Asesmen portofolio adalah alat untuk mengetahui kemajuan kompetensi yang
telah dicapai peserta didik dan mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik,
memberikan umpan balik untuk kepentingan perbaikan dan penyempurnaan
KBM, memberikan bukti tentang penggunaan keterampilan peserta didik,
penggunaan konsep, dan pemecahan masalah dalam berbagai situasi,
memungkinkan peserta didik atau memberi kesempatan bagi peserta didik dalam
menyajikan usaha mereka, memberi tanggung jawab kepada peserta didik untuk
mengatur pembelajaran mereka sendiri, dan menyediakan gambaran
kepandaian/prestasi bagi para pendidik, orang tua, dan peserta didik. Oleh karena
85
itu penelitian ini bertujuan mengembangkan instrumen portofolio. Berdasarkan
masalah tersebut maka peneliti mengambil langkah untuk membuat asesmen tes
tulis pilihan ganda berbasis problem based learning khususnya untuk peserta
didik kelas V Sekolah Dasar , sekolah pelaksana K13 di Kabupaten Way Kanan.
Berdasarkan uraian di atas maka kerangka pikir penelitian dalam
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2 Kerangka Pikir Penelitian
K. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan Asesmen Portofolio yang dikembangkan memenuhi kriteria
berbasis problem based learning yang layak dan efektif meningkatkan
hasil belajar.
2. Menghasilkan Asesmen Portofolio berbasis problem based learning yang
dikembangkan memenuhi validitas dan reliabilitas yang baik.
Instrumen yang telah ada belum
berbasis problem based learning
yang valid dan reliabel, tes hasil
belajar tidak sesuai KD dan
indikator pembelajaran.
Intrumen portofolio valid dan
reliabel sesuai dengan KD dan
indikator pembelajaran berbasis
pemecehan masalah.
Portofolio layak dan efektif
meningkatkan hasil belajar.
Diperlukan intrument berbasis
pemecahan masalah yang sesuai
dengan KD dan indikator
pembelajaran
Alternatif menggunakan
intrument portofolio berbasis
problem based learning
86
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research and
Development (R&D). Penelitian dan pengembangan merupakan penelitian
yang bertujuan untuk menghasilkan produk tertentu. Produk yang dihasilkan
kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya. Produk dikembangkan
berdasarkan analisis kebutuhan di lapangan. Analisis kebutuhan dilakukan
peneliti pada tahap pra penelitian. Produk yang dikembangkan divalidasi
terlebih dahulu sebelum diuji cobakan di lapangan. Produk kemudian direvisi
sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan tepat guna. Produk
akhir hasil revisi bisa didesiminasikan dan diimplementasikan.
Produk yang dikembangkan pada penelitian ini berupa asesmen portofolio
berbasis problem based learning kelas V SD. Perangkat pembelajaran berupa
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Materi Ajar, dan Instrumen
Asesmen. Karakteristik perangkat pembelajaran ini berbasis problem based
learning dan diterapkan dalam pembelajaran terpadu Kurikulum 2013.
87
B. Langkah - langkah Penelitian Pengembangan
Langkah-langkah penelitian yang ditempuh sesaui dengan alur kerja pada
metode Research and Development (R dan D) Borg & Gall, yaitu sebagai
berikut:
Model rancangan Borg & Gall tersebut dapat dilihat pada gambar berikut
ini:
Gambar 3. Langkah- langkah penggunaan Metode Research and Development
(R&D) (Borg and Gall 1983:775)
1. Penelitian dan Informasi ( Research and information)
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap hasil angket yang
diberikan kepada beberapa guru yang melaksanakan kurikulum 2013 terhadap
instrumen soal ulangan harian pada sekolah-sekolah dasar di Kabupaten Way
Kanan. Dari hasil angket diketahui bahwa; soal tes untuk ulangan tidak semua
KD dan Indikator dalam materi matematika diujikan, soal tes belum
menunjukan keterpaduan, bahasa yang dipakai belum menggunakan bahasa
yang baik yaitu jelas dan mudah dimengerti, tidak disediakan lembar jawaban
Research and
information
collecting
Planning developing
preliminary form
of product
Preliminary
field testing
main product
revision
main field testing operational
product
revision
operational
field
final product
revision
dessimination
and
implementation
.
dessiminati
on and
implementa
tion.
dess
imination
and
implementa
tion.
dess
imination
and
implementa
tion.
dess
imination
and
implementa
tion.
88
untuk peserta didik, guru tidak membuat rubrik asesmen, guru tidak melakukan
analisis terhadap soal untuk mengetahui kualitas butir soal.
2. Perencanaan ( Planning)
Setelah melalui tahap pengumpulan data dan informasi,tahap perencanaan
peneliti melakukan studi literatur dari berbagai sumber seperti buku dan jurnal
yang akan dijadikan sebagai dasar pengembangan asesmen Portofolio berbasis
Problem Based Learning.
3. Mengembangkan Produk Awal ( Develop Preliminary form of product)
Pada tahap Develop Preliminary form of product, peneliti akan
menyiapkan berbagai instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.
Instrumen tersebut meliputi silabus, rangkuman materi, kisi-kisi soal, dan
perangkat asesmen.Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah
asesmen portofolio berbasis problem based learning. Hasil akhir dari kegiatan
penelitian dan pengembangan berupa instrumen asesmen portofolio berbasis
problem based learning. Desain instrumen asesmen yang dikembangkan
meliputi asesmen pada aspek kognitif yang berupa soal pilihan ganda berbasis
problem based learning sebanyak 40 soal. Soal dalam asesmen yang
dikembangkan disesuaikan dengan indikator matematika dan tingkatan
kemampuan kognitif peserta didik (C1, C2, C3, C4, C5, dan C6), kemampuan
psikomotor (P1, P2, P3, P4). Pengembangan desain asesmen disesuaikan
dengan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator mata
pelajaran matematika tentang bangun ruang.
89
4. Pengujian Validasi Awal ( Premilinary Field Testing)
Validasi desain asesmen portofolio berbasis problem based learning
merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah instrumen asesmen
Portofolio berbasis problem based learning sudah sesuai dengan problem
based learning, rasional, dan mampu mengukur hasil belajar peserta didik atau
tidak. Pada tahap validasi ini masih bersifat asesmen berdasarkan pemikiran
rasional, belum sesuai fakta di lapangan. Menurut Sugiyono (2014:536),
“Validasi desain produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa
ahli atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru
yang telah dirancang.” Validasi desain asesmen dalam penelitian ini dilakukan
dua kali dengan cara meminta bantuan 3 ahli, yaitu ahli evaluasi pembelajaran
(ahli asesmen), ahli kontruksi, dan ahli bahasa. Validasi desain asesmen dalam
penelitian ini meliputi dua tahap, yaitu validasi tahap I bertujuan untuk menilai
kelengkapan komponen-komponen asesmen yang dikembangkan, sedangkan
validasi tahap II bertujuan untuk menilai asesmen sesuai indikator yang telah
ditentukan.
5. Revisi Produk Utama ( Main Product Revision)
Setelah desain instrumen asesmen portofolio berbasis problem based
learning divalidasi, peneliti mendapat masukkan dan saran dari ahli tentang
kelemahan dan kekurangan dari asesmen tersebut. Kelemahan dan kekurangan
yang ada selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki atau
merevisi instrumen asesmen yang telah divalidasi. Validasi ini dilakukan dua
kali validasi ahli.
90
6. Pengujian Lapangan Skala Kecil (Main Field Testing)
Setelah desain asesmen divalidasi dan diperbaiki, maka instrumen asesmen
tersebut diujicobakan di kelas V semester genap SDN 01 Tanjung Rejo tahun
pelajaran 2017-2018. Pengujian dilakukan dengan menyerahkan asesmen
portofolio berbasis problem based learning dan angket asesmen kepada 10
orang peserta didik sebagai sampel yang dipilih secara acak. Selain mencari
tanggapan peserta didik, pada tahap ini juga mencari tanggapan guru yang
dikumpulkan menggunakan angket
Uji coba ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui asesmen oleh
peserta didik dan guru, tentang keterbacaan terhadap asesmen portofolio
berbasis problem based learning yang telah dikembangkan. Asesmen oleh
peserta didik dan guru diketahui dengan angket yang diberikan.
7. Revisi Produk Operasional (Operational Product Revision)
Revisi instrumen asesmen portofolio berbasis problem based learning
dilaksanakan untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan yang didapatkan
dari uji coba pemakaian asesmen pada kelas V (skala kecil). Revisi asesmen
portofolio berbasis problem based learning dilaksanakan dengan mengacu
pada data yang diperoleh dari angket tanggapan guru dan peserta didik setelah
produk diujicobakan pada uji coba skala kecil yaitu keterbacaan asesmen yang
telah dikembangkan, sehingga didapatkan instrumen portofolio berbasis
problem Based Learning yang lebih baik untuk digunakan pada tahap
selanjutnya melalui 1 tahap revisi.
91
8. Pengujian Lapangan Skala Besar (Operasional Field)
Uji coba asesmen portofolio berbasis problem based learning dalam skala
besar dilakukan dengan menggunakan instrumen asesmen yang telah direvisi.
Uji coba tersebut dilakukan dalam kelompok besar yaitu pada kelas V semester
genap SDN 01 Tanjung Rejo tahun pelajaran 2017-2018 dengan jumlah 30
peserta didik.
Pada kegiatan uji coba asesmen portofolio berbasis problem based
learning (skala besar) ini mengambil data angket tanggapan guru, serta data
hasil belajar peserta didik untuk validitas butir soal, yang meliputi validitas,
reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan pengecoh soal yang telah
dikembangkan dalam asesmen portofolio berbasis problem based learning.
Sesuai dengan kesepuluh langkah metode R & D tersebut, peneltian ini
hanya melaksanakan langkah satu sampai dengan langkah kedelapan yaitu
langkah studi pendahuluan sampai dengan uji coba lapangan. Langkah
kesembilan dan kesepuluh tidak dilakukan karena menimbang waktu dan biaya
yang cukup besar.
C. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel independen (bebas) dan
variabel dependen (terikat). Menurut Sugiyono (2014: 61) “variabel bebas
(independen) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi variabel
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Independent (bebas) yaitu model Problem Based Learning (PBL)
yang dilambangkan dengan (X).
92
2. Variabel Dependent (terikat) yaitu asesmen pada mata pelajaran matematika
kelas V yang dilambangkan dengan (Y).
D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel
1. Definisi Konseptual Variabel
a. Problem Based Learning (PBL) adalah suatu kerangka konseptual sistematis
yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dari proses pembelajaran.
Masalah-masalah tersebut dirancang agar peserta didik memiliki strategi
belajar sendiri, dan memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses
pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematik untuk
memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang diperlukan dalam
kehidupan sehari- hari.
b. portofolio merupakan kumpulan hasil karya peserta didik yang membutuhkan
kinerja sesuai konteks, adapun contoh–contoh hal apa saja yang dapat
dimasukkan peserta didik kedalam portofolio adalah tes, hasil karya yang telah
dievaluasi untuk tugas wajib peserta didik, tugas–tugas kinerja, dan proyek
kerja seperti makalah atau tugas lainnya yang dibuat oleh peserta didik sendiri.
2. Definisi Operasional Variabel
a. Dalam penelitian ini Problem Based Learning menggunakan langkah-langkah
tertentu hingga menuju kesimpulan. Kegiatan inti pelaksanaan dan penerapan
model pembelajaran Problem Based Learning dalam penelitian ini meliputi
mengorientasikan peserta didik terhadap masalah, mengorganisasikan peserta
didik untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
93
b. Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang berdasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta
didik. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses
pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau
informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu.
E. Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber dan Jenis Data Kualitatif dan Kuantitatif
Sumber data penelitian adalah dosen ahli, guru, dan peserta didik.
Jenis data dalam penelitian ini meliputi:
a. Data kualitatif
Data yang bentuknya berupa kata-kata dan bukan dalam bentuk angka
(Triyanto, 2010:280). Data ini diperoleh dari tiga ahli yaitu ahli asesmen,materi
dan bahasa. Data lain diperoleh dari guru dan peserta didik dalam ujicoba skala
kecil dan skala besar.
b. Data kuantitatif
Data kuantitatif sering juga disebut dengan data keras. Data ini dalam
bentuk angka-angka baik diperoleh dari penggabungan data ataupun sebuah
pengukuran. Peneliti akan menganalisis data kuantitatif dari lembar validasi
ahli dan hasil jawaban peserta didik dalam uji coba skala besar.
94
2. Teknik Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a). Angket Validasi Ahli Materi, Media, dan Bahasa
Metode ini bertujuan menilai apakah asesmen yang dikembangkan sudah
sesuai dengan instrumen asesmen, layak atau tidak untuk diterapkan dalam
asesmen pembelajaran problem based learning pada mata pelajaran
matematika materi bangun ruang. Validasi ahli dalam penelitian ini meliputi
ahli materi, ahli media dan ahli bahasa dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 8 Intrumen Validasi Ahli Materi
No Aspek Evaluasi Skor
1 2 3 4
1 a. Instrumen Asesmen relevan dengan tuntutan
kompetensi
b. Instrumen asesmen relevan dengan kegiatan belajar
peserta didik
a. Instrumen asesmen relevan dengan proses pbl yang
diukur
2 a. Mengukur seluruh indikator kompetensi kinerja yang
harus dikuasai peserta didik
a. Mengukur seluruh proses pembelajaran pbl yang
ditugaskan
3 a. Identitas instrumen asesmen lengkap
a. Komponen asesmen lengkap
b. Format jelas
4 a. Dapat digunakan untuk menilai pembelajaran terpadu
a. Sesuai dengan prinsip asesmen pembelajaran terpadu
5 a. Ketepatan penggunaan ejaan
b. Ketepatan penggunaan istilah
c. Bahasa yang digunakan mudah dipahami
d. Menggunakan kaedah bahasa Indonesia yang baku
6 a. Menyajikan petunjuk secara jelas sehingga asesmen
mudah digunakan
b. Menyajikan pedoman pensekoran dengan jelas
Jumlah skor yang diperoleh
Skor maksimal
Nilai
95
Tabel 9 Intrumen Validasi Ahli Media
No Aspek yang dinilai Indikator skor
1 2 3 4
1. Anatomi
Instrumen
a. Halaman Cover sesuai
dengan Tema
b. Judul Instrumen sesuai
dengan materi
pembelajaran
2. Penyajian Gambar a. Penyajian gambar
menarik
b. Komposisis gambar
sesuai dengan materi
3. Keterbacaan
Instrumen
a. Ketepatan pemilihan
warna huruf sesuai
instrumen yang
disajikan.
b. Ketepatan pemilihan
huruf sesuai dengan
instrumen yang
disajikan
c. Ketepatan ukuran
huruf sesuai dengan
instrumen yang
disajikan.
4. Prinsip Visual
Desain Sampul.
a. Tata letak visual desain
sampul menarik
b. Pilihan warna kontras
dengan tema.
c. Kesesuain gambar
ilustrasi sesuai dengan
materi pembelajaran.
5 Kesesuain
Instrumen
a. Kesesuaian instrumen
dengan indikator.
b. Kesesuaian materi
dengan penugasan
portofolio.
c. Kesesuaian dengan
instrumen yang
disajikan sesuai dengan
perkembangan peserta
didik.
Jumlah skor yang diperoleh
Skor maksimal
Nilai
96
Tabel 10 Intrumen Validasi Ahli Bahasa
No Aspek yang
dinilai Indikator
skor
1 2 3 4
1. Lugas c. Ketepatan struktur
kalimat.
d. Keefektifan kalimat.
e. Pilihan kata.
2. Komunikatif f. Keterbacaan pesan
g. Ketepatan penggunaan
kaidah bahasa.
h. Kalimat dalam LKPD
mudah dipahami.
3. Tulisan i. Huruf yang digunakan
jelas.
j. Kalimat yang
digunakan sesuai
dengan EYD.
k. Ukuran huruf dan
gambar sesuai.
l. Keruntutan dan
keterpaduan antar
paragraf
4. Penggunaan
istilah,
simbol, atau
ikon.
m. Kebakuan istilah.
n. Konsistensi
penggunaan istilah.
o. Konsistensi
penggunaan simbol
atau ikon.
Jumlah skor yang diperoleh
Skor maksimal
Nilai
b). Angket Respon Guru
Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui respon
guru terhadap keterbacaan kesesuaian instrumen asesmen portofolio
berbasis problem based learning pada materi bangun ruang, serta untuk
mengetahui kualitas asesmen yang dikembangkan.
97
Tabel 11 Angket Respon Guru Terhadap Instrumen Asesmen Berbasis PBL Pada
Pembelajaran Matematika Kelas V SD
No Pernyataan Skor
Ya Tidak
1 Tampilan cover menarik
2 Pengaturan tata letak menarik
3 Pengunaan warna yang menarik
4 Ada petunjuk penggunaan instrumen asesmen
5 Ada petunjuk peskoran nilai
6 Kalimat pada instrumen mudah dipahami
7 Kalimat pada indikator mudah di mengerti
8 Kalimat pada kisi kisi mudah dipahami
9 Ada langkah – langkah penyusunan instrumen
10 Instrumen asesmen mudah digunakan
11 Kemudahan dalam memberi penskoran
12 Memiliki gambaran produk / spesifikasi produk
Jumlah skor
Skor maksimal
Nilai
F. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Menurut Sugiyono (2014:62), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan.” Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas
V SDN 01 Tanjung Rejo dan SDN 02 Tanjung Rejo sebanyak 64 peserta didik
populasi ini hanya sebagai sasaran uji coba produk.
b. Sampel
Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling yaitu metode pemilihan sampel yang didasarkan pada kriteria
tertentu untuk memperoleh sampel yang representative terhadap populasi.
Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas V SDN 01 Tanjung
98
Rejo yang berjumlah 10 peserta didik untuk uji coba skala kecil (Pengambilan
secara acak), peserta didik kelas V SDN 01 Tanjung Rejo yang berjumlah 34
peserta didik untuk uji coba skala besar (Pengambilan secara acak) dan kelas V
SDN 02 Tanjung Rejo yang berjumlah 30 peserta didik untuk uji pemakaian.
G. Teknik Analisis Data
a. Uji Validasi Ahli
Validasi ahli dalam penelitian ini meliputi ahli materi, ahli media dan ahli
bahasa. Validasi ahli dilakukan untuk mengetahui kelengkapan komponen
asesmen yang dikembangkan. Analisis validasi ahli dilakukan dengan analisis
deskriptif persentase dengan rumus:
P = x 100%
(Sudijono, 2008:43) Keterangan:
P : Tingkat persentase aspek
N : Jumlah skor dari aspek diperoleh
N : Jumlah skor ideal
Hasil perhitungan data kemudian dikonversikan berdasarkan kriteria
penerapan. Cara menentukan kriteria penerapan langkah pertama dengan
mengkonversikan jawaban menjadi skala 1-4. Selanjutnya menentukan kriteria
asesmen dengan membagi kriteria menjadi empat, yaitu: sangat baik, baik,
kurang baik, tidak baik. Setelah diperoleh presentase terendah dan
tertinggi selanjutnya menentukan interval kelas, yaitu sebagai berikut:
99
Interval Kelas =
=
= 25%
Berdasarkan rumus di atas, kriteria yang diterapkan adalah sebagai berikut:
Tabel 12. Kriteria Asesmen Validasi Ahli Materi, Media, dan Bahasa
Interval skor (%) Kriteria
76 % - 100 % Sangat baik
51 % - 75 % Baik
26 % - 50 % Kurang baik
0 % - 25 % Tidak baik
Berdasarkan perhitungan analisis deskriptif, asesmen yang dikembangkan
dinyatakan layak jika memperoleh kriteria skor > 50%.
b. Analisis Angket Respon Guru
Hasil angket respon guru dihitung menggunakan rumus:
R = x 100%
(Sudijono, 2008:43)
Keterangan:
R : Tingkat persentase aspek respon guru
n : Jumlah skor dari aspek diperoleh
N : Jumlah skor ideal
Hasil persentase data dikonversikan berdasarkan kriteria pada tabel sebagai
berikut:
100
Tabel 13 Kriteria Asesmen Angket Tanggapan Guru
Interval skor (%) Kriteria
82 % - 100 % Sangat baik
63 % - 81 % Baik
44 % - 62 % Kurang baik
25 % - 43 % Tidak baik
Berdasarkan perhitungan analisis deskriptif, asesmen yang dikembangkan
dinyatakan baik jika memperoleh skor ≥ 63%.
c. Analisis Instrumen Penelitian
Analisis instrumen asesmen meliputi analisis validitas, reliabilitas, dan analisis
distraktor.
a). Analisis Validitas
Analisis validitas dengan menggunakan rumus korelasi point biserial dari
Saifuddin (2016:155) yaitu sebagai berikut:
Keterangan:
Rpbis = Koefisien korelasi biserial
Mi = Mean skor tes (X) dari seluruh subyek yang mendapat angka 1
pada item yang bersangkutan
Mx = Mean skor tes dari seluruh subyek
Sx = Deviasi standar skor tes
p = Proporsi subyek yang mendapat angka 1 pada item yang
bersangkutan
Dimana harga Sx dicari menggunakan rumus :
Hasil interpretasi dikonversikan berdasarkan kriteria tabel berikut:
101
Tabel 14. kriteria validitas item butir soal
Harga koefesian
korelasi (rxy)
interpretasi
0,81 – 1,00 Sangat tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
Sumber: Arikunto (2012)
Setelah diperoleh harga rpbis kemudian dibandingkan dengan harga rtabel dengan
taraf signifikansi 5%. Dengan kriteria uji, jika rpbis ˃rtabel maka butir soal
tersebut dinyatakan valid.
b). Uji Reliabilitas Soal
Uji realibitas dalam penelitian ini menggunakan metode inter-rater reliability
dengan menggunakan rumus Koefisien Cohen’s Kappa. (Altman, 1991dalam
Murti, 2011: 17 ). Koefisien Kappa digunakan untuk mengukur sepakat dari
dua pengamat terhadap karakteristik yang menjadi perhatian peneliti. Rumus
yang digunakan adalah.
Keterangan :
Pr(a) = Persentase jumlah pengukuran yang konsisten antar rater
Pr(e) = Persentase jumlah perubahan pengukuran antar rater
c). Analisis Uji Efektivitas
Untuk mengetahui efektivitas asesmen portofolio matematika berbasis problem
based learning dapat diuji dengan rata-rata perhitungan gain ternomalisasi.
Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan
rumus g faktor (N-gains), yaitu:
102
N-gains =
Sumber Hake (1998: 1)
H. Analisis Deskriptif Metode Tes
Penelitian ini menggunakan daftar nilai hasil uji pemakaian asesmen untuk
mengetahui kemampuan peserta didik. Pengambilan data dilakukan setelah
didapatkan analisis validitas butir soal dalam proses uji coba skala besar. Hasil
analisis butir soal tersebut dimana butir soal sudah layak digunakan kemudian
diujikan kepada 30 peserta didik kelas V semester genap SDN 02 Tanjung Rejo
sebagai uji pemakaian. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif
dengan menghitung nilai hasil belajarnya. Adapun rumus yang digunakan untuk
menghitung nilai peserta didik menurut Arifin (2011:229), adalah sebagai berikut:
Nilai x 100 skala (0-100)
Keterangan :
B : Jumlah jawaban benar
N : Jumlah soal
V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil laporan penelitian dan pembahasan pada Bab IV, dapat
diambil simpulan sebagai berikut.
1. Produk instrumen asesmen portofolio pada pembelajaran matematika siswa
kelas V sekolah dasar hasil pengembangan dilakukan melalui proses (a)
pemetaan instrumen dengan penyusunan penentuan standar, pembuatan
kreteria penilaian, dan pembuatan rubrik penskoran, (b) menyusun kisi-kisi, (c)
menyusun instrumen, (d) menelaah instrumen, (e) uji coba alat ukur, (f)
pelaksanaan pengukuran. Asesmen menghasilkan kelayakan dan efektif
meningkatkan hasil belajar secara teoritik dan emperik
2. Produk instrumen asesmen portofolio hasil pengembangan menghasilkan
instrumen yang valid dan reliabel dilihat pada korelasi product moment r
hitung lebih dari r tabel > 0,3. Perhitungan realibitas Cohen’s Kappa dengan
menggunakan bantuan SPSS 23, diperoleh hasil sebesar 0,651. Dengan nilai
signifikan 0,00 menandakan bahwa nilai koefisiennya menunjukkan adanya
korelasi.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil dan kesimpulan, instrumen ini diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan dan melaksanakan
128
asesment ketrampilan yang terintegrasi terhadap kegiatan pembelajaran. Untuk
memenuhi harapan tersebut terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai
berikut:
1. Instrumen asesmen portofolio yang dikembangkan dapat memudahkan guru
menilai ketrampilan siswa dalam pembelajaran, serta mampu meningkatkan
pemahaman guru menilai tugas portofolio yang diberikan.
2. Instrumen asesmen portofolio yang dikembangkan ini akan lebih efektif
digunakan apabila didukung oleh kemampuan guru sebagai fasilitator dan
motivator dalam kegiatan pembelajaran siswa.
3. Instrumen asesmen portofolio yang dikembangkan ini didukung oleh materi
pembelajaran dari berbagai sumber belajar yang dapat meningkatkan
pemahaman siswa dan guru dalam memecahkan masalah di setiap pembelajaran
yang ditugaskan.
4. Instrumen asesmen portofolio membuat siswa lebih aktif dan kreatif dalam
pembelajaran karena siswa lebih termotivasi untuk belajar mengerjakan tugas
dengan sungguh-sungguh, mudah memahami dalam pembelajaran, serta
pembelajaran lebih mudah diingat.
5. Instrumen asesmen portofolio dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan
kemampuan siswa dari waktu ke waktu berdasarkan feed-back dan refleksi diri.
C. Saran
Berdasarkan simpulan tersebut dapat dikemukakan saran-saran sebagai
berikut.
129
1. Bagi peserta didik, instrumen asesmen portofolio diharapkan dapat mengajak
siswa untuk belajar displin mendokumentasikan berbagai lembar kegiatan yang
dimiliki dalam rangka implementasi program pembelajaran.
2. Bagi guru, instrumen asesmen portofolio dapat dijadikan alat pengambil
keputusan untuk menentukan keberhasilan siswa, instrumen dapat membantu
guru melakukan asesmen secara adil, objektif, transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan tanpa mengurangi kreativitas siswa di kelas.
3. Bagi sekolah, instrumen asesmen portofolio ini dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam asesmen portofolio sebagai kelengkapan penilaian yang utuh
bagi peserta didik.
4. Bagi peneliti, instrumen asesmen portofolio ini hanya terkait pembelajaran
matematika bangun ruang. Oleh karena itu, disarankan kepada peneliti
selanjutnya untuk meneliti dengan menyumbangkan instrumen asesmen
portofolio pada materi pembelajaran lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Afif, Abdul. (2010). Penilaian Portofolio. [Online]. Tersedia;
http://afifabdul.blogspot.com/ 2010/12/penilaian-portofolio.html. [10
Maret 2018)
Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum
2013. Prestasi Pustakarya, Jakarta. Anas, Sudijono. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching,
and Assessment; A revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives.
Addison Wesley Lonman Inc, New York. Anderson, Lorin W. 2003. Classroom Assessment Enhancing the Quality Of
TeacherDecision Making. Laurence Erlbaum Associates Publishers, New Jersey.
Anwar, C. 2005. Penerapan Penilaian Kinerja (Performance Assesment) Dalam
Membentuk Habits Of Mind Siswa Pada Pembelajaran Konsep
Lingkungan. Tesis pada magister PPS UPI Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 2016. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara,
Jakarta.
Arifin, Zainal .2009. Evaluasi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung. Arends, Richard. 2008. Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar. Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Azwar, Saifuddin .2014. Reliabilitas dan Validitas (Edisi IV). Pustaka Belajar,
Yogyakarta.
Budiono (2001). Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Badan Penelitian dan pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Borg, W. R & Gall, MD. 1983. Educational Research: An Introduction (4rd).
Logman Inc, New York & London.
131
Charanjit,Kaur.Abd Samad, Arshada. Tajularipin, Sulaiman.2015. Developing a Portfolio Assessment Model for the Teaching and Learning of English.International Journal of Education and Research.Vol 8 No.7 Hal 164-173.(On Line). Tersedia padahttp://www.ccsenet.org/journal/ index.php/elt/article/download/50566/27171.Diakses pada tanggal 11/10/18.
Downing., 2013. Problem-based learning and the development of
metacognition.Spinger link.Volume 57,Issue5,pp 609–621 Education Resources Information Center Digest .2010. Growing Success:
Assessment, Evaluation, and Reporting in Ontario Schools. Diambil tanggal 3 Mei 2018 dari https://www.edu.gov.on.ca/eng/policyfunding/growSuccess.pdf.
Erladewi. 2008. Implementasi Asesmen Hasil Belajar Menggunakan Penilaian
Kelas Dalam Pembelajaran Kimia di SMA Kota Tanjung Balai Karimun. Tesis. UPI Bandung. Bandung.
Fathurrohman, Muhammad. 2015. Paradigma Pembelajaran Kurikulum 2013.
Kalimedia, Yogyakarta.
Firman, H .2000. Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Jurusan
Pendidikan Kimia FPMIPA UPI, Bandung.
Firman, Harry & Ari Widodo. 2008. Panduan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam SD/MI. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Gunawan, Muhammad Ali. 2009. Tugas dan Penyusunan Kriteria Penilaian
(Rubrik).Artikel Pendidikan. Diunduh 21 Juni 2018 dari
http://forumpenelitian.blogspot.com/2009/09/
Hake, R. R. 1998. Analyzing Change/ Gain Score. American Educational
Research Methodology.
http://lists.asu.edu/cgibin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855. Diakses
pada tanggal 20 Maret 2018.
Hasmalena. 2009. Implementasi Asesmen Portofolio Pada Anak Usia Dini. Tesis.
UPI Bandung. Bandung.
Iryanti, Puji. 2004. Penilaian Unjuk Kerja. Depdiknas, Yogyakarta.
Iskandar, T. 2000. PenerapanPenilaian Kinerja dalam Kegiatan Laboratorium
pada Konsep Reproduksi Tumbuhan Biji di Madrasah Aliyah. Tesis
Magister pada PPS UPI. Bandung.
Istiqomah, S.Si. 2010. Matematika SD; Ringkasan Teori-Latihan Soal &
Pembahasan-
Evaluasi.http://books.google.co.id/books?id=atQB4ckowxgC&pg=PR5&d
q=pembelajaran+matematika+sd&hl=id&ei=z184TZHnNo_OrQf7q_2ZC
A&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=2&ved=0CCoQ6AEwATg
K#v=onepage&q=pembelajaran%20matematika%20sd&f=false.(diakses
21 Agustus 2018)
132
Jihad, Asep & Abdul Haris. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Multi Pressindo,
Yogyakarta.
Johnson David W and Roger T. Johnson. 2002. Cooperative Learning Methods: A
Meta-Analysis. Journal of Research in Education. http://www.eeraonline.org/journal/files/2002/JRE_2002_01_DWJohnson. pdf
Kizlik, Bob. 2009. Measurement, Assessment, and Evaluation in Education.
Online : http://www.adprima.com/measurement.htm diakses tanggal 10-01-2018.
Kusaeri dan Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Lambas. 2004. Materi Pelatihan terintegrasi Matematika (Buku 3). Depdiknas,
Jakarta.
Mardapi. 2004. Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi, Seminar
Nasional Rekayasa Sistem Penilaian Dalam Rangka Meningkatkan
Kualitas Pendidikan. HAPY., Yogyakarta.
Marhaeni, I Wayan Lasmawan, Dewa Gede Suparta, 2015, Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif teknik make a match terhadap motivasi belajar
dan hasil belajar IPS, e-Jurnal Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha, Vol. 5.
Maxwell. Graham S. 1999. Contextualising Authentic Assessment.
Principles, Policies, and Practices.
Masnur. Muslich. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan
Krisis Multidimensional. PT Bumi Aksara, Jakarta.
Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Murti Bhisma. 2011. Validitas dan Reliabilitas Pengukuran. Martikulasi
Program Studi Doktoral FK UNS
Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Palomba, C.A & Banta, T.W. 1999. Assesment Esensials: Planing, Implementung and Improving Assesment in Higher Education. Jossey-Bass. San Fransisco
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Republik
Indonesia Nomor 66 Tahun 2013, Standar Penilaian Pendidikan, (Lampiran) Bab II tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Permendikbud No. 81A Tahun 2016 tentang Implementasi Kurikulum
133
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Pitadjeng. 2006. Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan. Depdiknas,
Jakarta.
Popham, W. 1995.Classroom Assessment. Allyn and Bacon., Boston. Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Diva Press.
Yogyakarta. Purwanto. M, Ngalim . 2010. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Remaja Rosdakarya, Bandung. Purnomo, Edy. 2016. Dasar-Dasar dan Perancangan Evaluasi Pembelajaran.
Media akademi, Yogyakarta. Qodratillah, Meity Taqdir. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa,
Jakarta. Ralmawati,Ralmawa.Liliasari,Liliasari.Abdulkadir ,Martoprawiro.Ana,
WulanRatna.2014.The Effect of Electronic Portfolio Assessment Model to Increase of Students’oGeneric Science Skills in Practical Inorganic Chemistry. Jurnal of Education Learning.Vol 8. No.3.Hal 176-186(On Line)Tersedia pada: http://journal.uad.ac.id/index.php/EduLearn/article /view/260. Diakses pada tanggal 13/08/2018.
Roohani.Taheri, Farzenah.2015.The Effect of PortfolioAssessment on EFL
Learners’ Expository Writing Ability.Iranian Journal of Language Testing.Vol 5 No. 46-59. (On Line). Tersedia padahttp://ijlt.ir/journa /images/PDF/433-5-1.pdf. Diakses pada tanggal 14/08/2018.
Rubiyanto. 2005. Evaluasi Pendidikan. Program Akta mengajar Fkip UMS,
Surakarta. Ruminiati. 2008. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan. Dirjen Dikti
Depdiknas, Jakarta.
Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Saifudin. Azwar. 2016. Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Belajar. Yogyakarta.
Sandford.Hsu.2015.Alternative Assessment and Portfolios: Review, Reconsider,
and Revitalize.Online.International Journal of Studi Ilmu Sosial.Vol.1, No. 1Hal 215221. http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.817.6761&rep=rep1&typepdf./view/45/65.Diakses pada tanggal 07/08/18.
Sarotama, Cokorda. 2014. Pengaruh Pendekatan Kontekstual dan Asesmen
Autentik terhadap Kemampuan Menulis dalam Bahasa Inggris pada SMPN 1 Payangan. Journal practics and education, vol.2, nomor 2.
Subali, Bambang.2010.Pengukuran Ketrampilan Proses Sains Pola Divergen
Mata Pelajaran Biologi Sma Di Provinsi DIY dan Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional Biologi, Biologi dan Pengembangan Profesi Pendidik Biologi‟ 3 Juli 2010
134
Sudaryono. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sudjana, Nana. 2005. Penilian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT. Remaja
Rosdikarya. Bandung.
Sugiyarti. 2000. Penerapan Assesment Portofolio Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Biologi Mahasiswa di Madrasah Aliyah. IKIP Bandung.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualikatif, dan R&D). Alfabeta, Bandung. Sumanto, Heny Kusumawaty, dan Nur Aksin, 2010. Gemar Matematika 5 untuk SD/MI Kelas V. PT Intan Pariwara, Jakarta. Suprijono, Agus. 2013 .Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Surapranata Sumarna dan Muhammad Hatta. 2004. Penilaian Portofolio. PT
Remaja Rodakarya, Bandung. Suwangsih. 2006. Model Pembelajaran Matematika. UPI PRESS. Bandung. Suyanto dan Jihad, Asep. 2013. Menjadi Guru Profesional. Erlangga: Jakarta.
Terry. Overton. 2008. Assessing Learners with Special Needs: An Applied
Approach (7th Edition). University of Texas. Brownsville. Tigran, Mets, Yerevan. 2005. Integrated Social Studies Instruction Curriculum
Design and Models. An Educator’s handbook
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana
Prenada media Group. Jakarta.
Triyanto 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.
Tusriyanto. 2009. Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. (Studi Kuasi Eksperimen
dalam Pembelajaran IPS di kelas V SD). Tesis SPS UPI. Bandung
Undang, Rosidin. 2010. Penilaian Otentik. Bandar Lampung: Universitas
Lampung.
Uno, Hamzah, B., & Koni, Satria. 2012. Assessment Pembelajaran. PT Bumi
Aksara, Jakarta.
Valencia, Sheila.1990. "A Portfolio Approach to Classroom Reading Assessment:
The Whys, Whats, and Hows." The Reading Teacher 43: 338-40.
135
Widoyoko, Eko, Putro. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Weeden, Paul;,Winter, Jan & Broadfoot, Patricia. 2002. Assessment: What’s in it.
California.
Wulan, A. R. 2003.Permasalahan yang Dihadapi dalam Pemberdayaan
Praktikum Biologi di SMU dan Upaya Penanggulangannya (Doctoral
dissertation). Bandung: SPs UPI.
Wulan, Ratna. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika
Menggunakan Model Guided Inquiri yang Dilengkapi Penilaian Portofolio
Pada Materi Gerak Melingkar. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika.
Vol. I Hal. 1-19.
Zainul & Nasution. 2001. Penilaian Hasil Belajar. Dirjen Dikti. Jakarta.