Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
1
Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan di Sumatera Selatan : Tanggung Jawab Kita Bersama
Sebuah Lokakarya awal Museum Balaputra Dewa, Palembang, 24 – 25 Oktober 2001
Diselenggarakan oleh FFPCP (Proyek Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan) - Uni Eropa dan Departemen Kehutanan, bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Sumatera
Selatan
Proceedings
Land and Forest Fire Management in South Sumatra: Our Common Responsibility
A Pilot Workshop
Balaputra Dewa Museum, Palembang 24-25 October 2001 Organized by the FFPCP (Forest Fire Prevention and Control Project) - European Union and
Ministry of Forestry, in cooperation with the Provincial Government of South Sumatra
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
2
Presentasi Lokakarya (Bahasa Indonesia) .................................................................................3 Workshop Presentation (English) .............................................................................................5 Program Lokakarya / Workshop Program.................................................................................7 Perumusan Hasil Lokakarya (Bahasa Indonesia).....................................................................14 Official Workshop Conclusions (English) ..............................................................................17 Hasil Presentasi Paparan, 24 Oktober .....................................................................................20 Sessi I : Pembukaan dan Paparan Resmi.................................................................................21 Sessi II : Kebakaran dan Pengunaan lahan..............................................................................24 Sessi III. Pengelolaan Kebakaran Oleh Perusahaan Swasta ...............................................32 Sessi IV. Pengelolaan Kebakaran Oleh Masyarakat...........................................................35 Hasil Diskusi Kelompok, 25 Oktober .....................................................................................42 Kelompok 1. Pengelolaan kebakaran di areal konservasi (Kasus Calon Taman Nasional Sembilang) .............................................................................................................................42 Kelompok 2. Pengelolaan kebakaran di daerah rawa / sonor ...................................................44 Kelompok 3. Pengelolaan kebakaran di HPH/HTI..................................................................47 Presentasi dan Diskusi Pleno mengenai Hasil Diskusi Kelompok ...........................................51 Evaluation Of Workshop By Participants (English Summary) ................................................54 Evaluasi Hasil Lokakarya (Bahasa Indonesia) ........................................................................56 Appendix 1. Petunjuk Pelaksanaan Diskusi Kelompok ...........................................................68 Appendix 2. Evaluasi Hasil Lokakarya...................................................................................79 Appendix 3. List of Participants .............................................................................................81
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
3
Presentasi Lokakarya (Bahasa Indonesia)
Permasalahan : Kebakaran yang tidak terkendali merusak sumber daya alam kita Setiap tahun, kebakaran yang tidak terkendali menyebabkan berbagai dampak negatif, antara lain:
ØØØØØØ Kerusakan hutan,
ØØØØØØ Kebakaran semak belukar yang menghambat pertumbuhan hutan kembali,
ØØØØØØ Kerusakan perkebunan baik milik perusahaan maupun petani (misalnya kebun kelapa sawit, kebun karet, Hutan Tanaman Industri, dsb),
ØØØØØØ Gangguan kesehatan dan transportasi yang diakibatkan oleh asap dan kabut,
ØØØØØØ Pandangan kurang baik terhadap Indonesia di luar negeri, terutama di negara tetangga. Dalam tahun-tahun dengan curah hujan rata-rata, skala dari kerusakan tersebut terbatas. Tetapi ketika terjadi musim kemarau yang panjang, setiap 3 sampai 5 tahun, kerusakan hutan dan lahan di Indonesia dapat mencapai beberapa juta hektar dengan kerugian mencapai jutaan dolar. Di Sumatera Selatan sendiri pada tahun 1997 diperkirakan sekitar satu juta hektar lahan terbakar. Proyek Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan, yang didanai oleh Uni Eropa dan Departemen Kehutanan, telah berjalan selama enam tahun (1995-2001) di Sumatera Selatan. Berbagai pengetahuan telah dipelajari dari proyek ini dan juga dari usaha yang sama di tingkat nasional maupun internasional. Pelajaran I : Pencegahan Lebih Penting dari Pemadaman Pelajaran pertama yang dipelajari adalah bahwa pemadaman kebakaran sangat sulit karena luasnya areal yang terbakar dan lokasinya sulit dijangkau. Oleh karena itu pencegahan kebakaran adalah langkah utama yang harus ditempuh, dengan menunjukan pada sebab-sebab akar dari kebakaran itu sendiri. Pelajaran II : Kebakaran paling banyak terjadi di daerah gambut dan perkebunan Pelajaran kedua adalah bukan hanya hutan yang terbakar akan tetapi kebakaran terjadi juga diluar hutan (walaupun daerah tersebut termasuk dalam kawasan hutan) seperti alang-alang, belukar, perkebunan, padang rumput di rawa gambut, dan sebagainya. Berdasarkan pengamatan peta titik panas, kebakaran yang tidak terkendali dalam skala besar terutama terjadi di dua tipe daerah yaitu :
ØØØØØØ Areal penanaman: seperti perkebunan rakyat, perkebunan besar terutama kelapa sawit atau Hutan Tanaman Industri/HTI. Penggunaan api untuk pembersihan lahan dapat berakibat kebakaran;
ØØØØØØ Daerah rawa gambut: dimana api yang menyala di bawah tanah sangat sulit untuk dikendalikan.
Oleh karena itu, maka lokakarya ini difokuskan pada Kabupaten Musi Banyuasin dan Ogan Komering Ilir, dimana keduanya mewakili daerah yang paling rawan terhadap kasus kebakaran tersebut. Pelajaran III : Belajar bagaimana cara mengelola kebakaran Tidak semua pembakaran itu buruk. Pembakaran merupakan bagian dari kegiatan masyarakat dalam pengelolaan lahan sehari-hari di Sumatera sejak dahulu. Secara tradisional masyarakat menggunakan api untuk pembersihan lahan dan mereka tahu bagaimana cara mengendalikan api. Sampai sekarang, sangat sulit untuk menemukan alternatif lain, dan kita harus belajar menggunakan api dengan bijaksana. Ini berarti kita harus dapat membedakan api yang merusak dan api yang bermanfaat. Berdasarkan itu, kita harus memusatkan usaha-usaha untuk menghindari api yang merusak melalui pencegahan, pengenalan dan penanggulangan dini. Hal inilah yang disebut dengan Pengelolaan Kebakaran.
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
4
Pelajaran IV : Banyak pihak yang berurusan dengan kebakaran Oleh karena bukan hanya hutan yang terbakar, maka banyak pihak yang berurusan dengan pengelolaan kebakaran, yaitu :
ØØØØØØ Pihak yang menjadi korban kebakaran secara langsung maupun tak langsung.
ØØØØØØ Pihak yang dapat berperan untuk mencegah kebakaran yang merusak.
Berdasarkan hasil penemuan awal, pihak-pihak yang berurusan di Propinsi Sumatera Selatan yaitu :
ØØØØØØ Masyarakat setempat yang diwakili oleh pemimpin formal maupun adat atau organisasi mereka.
ØØØØØØ Perusahaan swasta yang terlibat dalam pemanfaatan lahan dan sumber daya alam.
ØØØØØØ Lembaga swadaya masyarakat dibidang lingkungan maupun pengembangan pedesaan.
ØØØØØØ Instansi pemerintah yang terkait di tingkat propinsi dan kabupaten .
ØØØØØØ Para ahli dari perguruan tinggi, atau lembaga teknik/pusat penelitian.
Untuk apa lokakarya diadakan ? Tujuan akhir dari lokakarya ini adalah untuk menemukan langkah yang dapat diterapkan. Maksud utamanya adalah untuk mengajak semua pihak yang terkait bersama-sama membahas hal-hal sebagai berikut:
ØØØØØØ Saling tukar menukar pandangan terhadap masalah kebakaran (sebab dan dampaknya).
ØØØØØØ Mencapai pengertian yang sama terhadap masalah kebakaran.
ØØØØØØ Menemukan cara mencegah kebakaran yang merusak dan kendala yang ditimbulkan.
ØØØØØØ Menemukan tindakan yang mungkin dapat dilaksanakan bersama oleh anggota lokakarya.
Bagaimana Lokakarya ini diadakan Lokakarya akan dilaksanakan selama dua hari. Bertempat di Museum Balaputra Dewa yang mewakili budaya Sumatera Selatan. Lokakarya ini akan dipimpin oleh Panitia Pengarah yang diketuai oleh Sekretaris Daerah Propinsi Sumatera Selatan dan Ketua Dinas Kehutanan. Hari pertama, pimpinan instansi dan FFPCP akan membuka lokakarya dengan menyampaikan pesan mereka tentang pengelolaan partisipatif kebakaran lahan dan hutan di Sumatera Selatan. Kemudian para ahli dan wakil pihak yang terkait masing-masing akan menyampaikan pengalaman mereka. Hari kedua, peserta akan berdiskusi dalam kelompok guna membahas pengalaman, mencapai kesepakatan, kesepahaman serta membuat usulan bagaimana cara mengatasi masalah di lapangan tentang pencegahan kebakaran. Hasilnya akan didiskusikan dalam sidang pleno untuk mencapai kesimpulan akhir yang akan disampaikan oleh panitia pengarah. Lokakarya ini akan ditutup secara resmi dan disertai dengan acara peluncuran buku Pendidikan Lingkungan Hidup "Desa Ilalang".
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
5
Workshop Presentation (English)
The problem : Uncontrolled Fires Damaging our Resources Every year, uncontrolled fires in Indonesia cause the destruction of forest areas and plantations, causing various damages, such as:
- destruction of forests
- destruction of young forest regrowth preventing the regeneration of forest
- destruction of private property, especially plantations (oil palm, rubber, HTI, etc.)
- building up of smoke and haze causing health problems and disrupting transport
- damaging of Indonesia's international image and relations with its neighbors In years of average rainfall, the scale of the damage is limited. But when long droughts occur, every 3 to 5 years, destruction can reach several million hectares and several billion USD. In South Sumatra alone, it can be estimated that about 1 million hectares have burnt in 1997/98. The Forest Fire Prevention and Control Project, funded by the European Union and the Ministry of Forestry, has operated for the past six years (1995-2001) in South Sumatra. Several lessons have been learned from this project, and from other similar national and international efforts. Lessons learned I : Prevention over Suppression The first lesson learned is that given the scale of the problem and the remoteness of most fires areas, suppression is difficult to implement. Hence the first step to avoid large uncontrolled fires is through prevention : addressing the underlying causes of the fires. Lessons learned II : Fires occur mainly in Peat and Plantation areas The second lesson learned is that fires are not restricted to forest areas. In fact, most of the fires take place in non-forested areas (even if they may be officially mapped as forest) such as alang-alang, belukar, plantations, peat swamps grasslands, etc. Based on the observation of Hot Spot maps, most large-scale uncontrolled fires occur in two main focus areas:
- areas in and around plantations development (which include small-scale smallholders, large commercial plantations mostly oil palm, and industrial forestry plantations or HTI). Fire may be used for development or land reclamation and may then escape management.
- peat swamp areas, where fire is difficult to control because it burns underground for long. This is why the workshop will concentrate on the experience of MUBA and OKI districts, which represent these two types of areas. Lessons learned III : Learning to Manage Fires Not all fires are bad. Indeed, fire has been part of the Sumatran landscape for as long as there has been human beings to use it. People traditionally use fire for land clearing and know how to control it. It is difficult to find alternatives to fire use, and we have to learn to live with fire. This means that we have to distinguish between harmful fires and useful fires, and concentrate our efforts on avoiding harmful fires. This is done first through addressing the underlying causes of fires, and then early detection and attack. This is called Fire Management.
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
6
Lessons learned IV : Fire concerns many parties If fire does not affect only forest, then there must be a large range of parties that have a stake in fire management, including:
- parties that are directly or indirectly affected by fire
- parties that can play a role in preventing harmful fires. Based on initial assessments, in South Sumatra these parties include:
- the local communities, represented through their traditional and formal leaders as well as their own organizations;
- the private companies involved in land conversion and natural resources management;
- the non-governmental organizations active in environment and rural development;
- the relevant government agencies at District and Provincial level;
- the relevant specialists from academic or oth er technical / scientific institutes. Why another workshop The purpose of this workshop is very practical. The aim is to bring all these different parties together with the following agenda:
- exchange perceptions on the fire problem (impacts and causes)
- reach a common understanding of the fire problem
- identify possible ways to prevent harmful fires and existing obstacles
- identify possible actions that the workshop members could start together. How is the workshop organized The workshop will take place in two days. The venue is the Museum Balaputra Dewa, chosen for its representation of South Sumatran Culture. The Workshop is presided by a Steering Committee under the leadership of the Sekretaris Daerah and Dinas Kehutanan. On the first day, FFPCP leaders and government officials will introduce the workshop, then, specialists and representatives of parties concerned with the fires will present their views and experience. On the second day, participants will gather in round table discussions on practical topics, hoping to derive a common understanding of the way to prevent fires and to make proposals. Then the results will be discussed in plenary session again, leading to the final conclusions summed up by the steering committee based on these presentations. During the closing ceremony, the "Desa Ilalang" education project will be launched.
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
7
Program Lokakarya / Workshop Program
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
8
Program Lokakarya – Hari pertama : Rabu 24 Oktober 2001 Jam Min Pembicara Instansi Topik / Judul
08:00 – 09:00 – Pendaftaran Peserta 9:00 – 10: 00 – Pembukaan lokakarya oleh pimpinan proyek FFPCP dan perwakilan pemerintah
9:00 10' Co-Direktor FFPCP DirJen Kebakaran Lahan dan Hutan
FFPCP/Departemen Kehutanan
Kata Sambutan
9 :10 10' Kepala Bappeda Propinsi Paparan
9 :20 10' Kepala Dinas Kehutanan Paparan 9 :30 10' Kepala Bapedalda Prop Paparan 9 :40 10’ Kepala Dinas Perkebunan Paparan
10:00 – 10:30 –Rehat Kopi 10:30 – 12:45 – Bagian pertama : Kebakaran dan penggunaan lahan
10:30 15’ Chairperson Bagian Pertama
Presentasi lokakarya & Kata pengantar Bagian pertama : Kebakaran dan penggunaan lahan
10:45 30' Ivan Anderson A.Gouyon/JM Bompard
FFPCP Pengalaman dari proyek FFPCP : 1. Daerah rawan kebakaran pada tahun tahun El Nino (IA) 2. Kebakaran, pengelolahan lahan, dan pihak-pihak yang terkait dengan kebakaran
11:15 15' Bappeda OKI Dampak dari perubahan pengunaan lahan di Kab. OKI Terhadap risiko kebakaran (pengalaman BAPPEDA OKI di bidang pemetaan)
11:30 15' Bappeda MUBA Penggunaan lahan di MUBA dan pengelolaan kebakaran pada daerah yang rawan 11:45 30' Ir. Sudarmono
Prianto Wibowo
BKSDA Wetlands International
Pengelolaan kebakaran di sekitar konservasi area (calon Taman Nasional Sembilang, MUBA dan Sugihan, OKI) 1. Pengelolaan kebakaran Partisipatif di sekitar konservasi area (BKSDA) 2. Prioriti untuk pengelolaan kebakaran di sekitar calon Taman Nasional Sembilang (Wetlands International)
12:15 30' Diskusi 12:45 – 14.00 – Makan Siang
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
9
Program Lokakarya – Hari pertama : Rabu 24 Oktober 2001 Jam Min Pembicara Instansi Topik / Judul
14:00 – 15:30 – Bagian kedua : Pengelolaan Kebakaran oleh perusahaan swasta 14.00 5’ Chairperson Bagian
Kedua Pengelolaan Kebakaran oleh perusahaan swasta
14:05 15' Ahmad Wahyu Pribadi PT Lonsum Pengalaman pengelolaan kebakaran (Metode pembukaan lahan tanpa bakar khususnya di daerah rawa)
14.20 15' Ir. Suwarso PT SBA Wood Pengelolaan kebakaran di dan di sekitar HTI di lahan rawa gambut.
14:35 15' Marc Nicolas EU-SCKPFP Pengalaman pengelolaan kebakaran di HPH/HTI dengan melibatkan pihak-pihak terkait di Kalimantan.
14:50 05' Presentasi acara diskusi kelompok untuk hari kedua dan pemintaan untuk registrasi ke pada peserta (oleh Panitia) 14:55 35' Diskusi
15:30 – 15:50 – Rehat Kopi – Pendaftaran untuk diskusi kelompok pada hari kedua 15:50 – 17:40 – Bagian ketiga : Pengelolaan kebakaran oleh masyarakat setempat
15:50 5’ Chairperson Bagian Ketiga
Kata Pengantar Bagian Ketiga
15:55 15' Nurdin Ishak KSKP - MUBA Tata cara pembukaan lahan yang dilakukan oleh petani Sumatera Selatan pada umumnya 16:10 15' Arhandi
Dedi Umbu Yayasan Putra Desa
Yayasan Pandu Insani
Pola Pendekatan Untuk Mempromosikan Pengelolaan Kebakaran Lahan dan Hutan Berbasis Masyarakat
16:25 15' Akmal Maas MPM (Masyarakat Peduli MUBA)
Menggagas Pendekatan Struktural dan Kultural dalam Penanggulangan Kebakaran Hutan di Kabupaten Musi Banyuasin.
16:40 15' Ir. Reni Marsiana, S.E Yayasan Kaffah Pengalaman Yayasan Kaffah di bidang kerjasama antara perusahaan besar dan masyarakat setempat – Prospek untuk memadukan pengelolaan kebakaran dalam kegiatan di bidang pemgembangan pedesaan yang diadakan perusahan-perusahan swasta
16:55 15' Nurcholis, SH LBH Palembang – Walhi Sumsel
Hasil Lokakarya Kebakaran Hutan dan Lahan LBH Palembang – Walhi Sumsel 14 – 15 September 2001
17:10 30' Diskusi
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
10
Program Lokakarya – Hari Kedua Kamis 25 Oktober 2001 Jam Min Nama Instansi Topik / Judul
08:30 – 12.30 – Diskusi Kelompok 8:30 240 Kelompok I Pengelolaan kebakaran di sekitar calon Taman Nasional Sembilang
8:30 240 Kelompok II Pengelolaan kebakaran di daerah sonor
8:30 240 Kelompok III Pengelolaan kebakaran di daerah HTI / HPH dan eks HPH
8:30 240 Kelompok IV Pengelolaan kebakaran di daerah perkebunan (besar / rakyat)
Rehat kopi – Waktunya diserahkan pada fasilitator 12:30 – 13:00 – Persiapan presentasi hasil diskusi kelompok
13:00 – 14:00 – Makan Siang 14:00 – 15:30 – Presentasi hasil diskusi kelompok
13:00 10' Kelompok I Presentasi 13:10 10' Kelompok II Presentasi
13:20 10' Kelompok III Presentasi 13:30 10' Kelompok IV Presentasi
13:40 50' Diskusi 15:30 – 16:00 – Rehat Kopi
16:00 – 17:00 – Acara Penutupan 16:00 10' Sanggar Cempako Panitia Tari Tanggai. Tarian penyambutan bagi para undangan. 15' Ketua Tim Perumus Bappeda Sumsel Pembacaan hasil rumusan lokakarya dan pembentukan kelompok pihak yang berkaitan
dengan pengelolaan kebakaran.
10' Gubernur Pemda Sumsel Kata Sambutan 10' Duta Besar Uni Eropa EU-Jakarta Kata Sambutan 5' Anak-anak/Remaja Panitia Pesan tentang pentingnya partisipasi semua pihak dalam pengelolaan kebakaran
dimasa yang akan datang
10' Duta Besar, Gubernur Kadishut, Kadisdiknas
Penyerahan buku Desa Ilalang dari Duta besar.Uni Eropa kepada Gubernur Sumsel, selanjutnya diserahkan kepada wakil guru dan anak-anak sekolah, dan wakil kelompok Mahasiswa Pecinta Alam disaksikan oleh Kadishut dan Kadisdiknas.
17:00 – 18:00 – Ramah Tamah / Jumpa pers (Duta besar, Gubernur, Kadishut, Pimpinan proyek FFPCP)
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
11
Workshop Program– First Day : Wed, 24 Oct 2001 Time Min Name Institution Topic / Title
08:00 – 09:00 – Pendaftaran Peserta 9:00 – 10: 00 – Pembukaan lokakarya oleh pimpinan proyek FFPCP dan perwakilan pemerintah
9:00 10' Co-Director FFPCP Gen. Dir. for land and Forest Fires
FFPCP/Forestry Service
Welcome Speech
9 :10 10' Head Bappeda Province Introduction 9 :20 10' Head Forestry Service Introduction
9 :30 10' Head Bappedalda Prov. Introduction 9 :40 10’ Head Plantations Service Introduction
10:00 – 10:30 – Coffee Break 10:30 – 12:45 – First Session : Fires and Land Use
10:30 15’ Chairperson Bagian Pertama
Workshop introduction and presentation of first session
10:45 30' Ivan Anderson A.Gouyon/JM Bompard
FFPCP Lessons learned from FFPCP : 1. Fire prone areas during El Nino years (IA) Fire, land use, and stakeholders involved in fire management (JMB/AG)
11:15 15' Bappeda OKI Land use management in OKI, impact of forest fires and fire management system for risk-prone areas – with presentation of Bappeda OKI's experience in mapping
11:30 15' Bappeda MUBA Land use management in MUBA, impact of forest fires and fire management system for risk-prone areas
11:45 30' Ir. Sudarmono Prianto Wibowo
BKSDA Wetlands International
Fire management around conservation areas (Sugihan Reserve, OKI and proposed Sembilang National Park, MUBA): - Presentation of Participatory Fire Management System by BKSDA - Identified Priorities for Fire Management in the Sembilang National Park (Wetlands International)
12:15 30' Discussion 12:45 – 14.00 – Lunch
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
12
Workshop Program– First Day : Wed, 24 Oct 2001 Time Min Name Institution Topic / Title
14:00 – 15:30 – Session II : Fire Management by Private Companies 14.00 5’ Chairperson Bagian
Kedua Presentation of second session
14:05 15' Ahmad Wahyu Pribadi PT Lonsum Experience on fire management : zero-burning especially in swamps 14.20 15' Ir. Suwarso PT SBA Wood Fire management in and around forestry plantations in the swamp areas
14:35 15' Marc Nicolas EU-SCKPFP Experience of Fire Management in HPH/HTI involving stakeholders in Kalimantan & South Sumatra (Peats)
14:50 05' Introduction of Day II Round Tables and request for registration
14:55 35' Discussion 15:30 – 15:50 – Coffee Break – Registration for Day II Round Tables 15:50 – 17:30 – Session III : Fire Management by Communities 15:50 5’ Chairperson Bagian
Ketiga Presentation of third session
15:55 15' Nurdin Ishak KSKP - MUBA The experience of fire management from the point of view of farmers 16:10 15' Arhandi
Dedi Umbu Yayasan Putra Desa
Yayasan Pandu Insani
An approach to promote community based fire management
16:25 15' Akmal Maas MPM (Masyarakat Peduli MUBA)
The view of the MUBA community on the impacts and causes of fires and the way to prevent fires through participation
16:40 15' Ir. Reni Marsiana, S.E Yayasan Kaffah Experience of Kaffah in cooperation between large plantations and local communities – How to integrate fire management in rural development activities sponsored by large companies
16:55 15' Nurcholis, SH LBH Palembang – Walhi Sumsel
Summary of 14-15 Sept workshop on Land and Forest Fires organised by Walhi
17:10 30' Discussion
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
13
Workshop Program– Second Day : Thursday, 25 Oct 2001 Time Min Name Institution Topic / Title 08:30 – 12.30 – Group Discussion 8:30 240 Group I Fire management around conservation areas (case of the proposed Sembilang National
Park)
8:30 240 Group II Fire management in small farmers areas (sonor areas in OKI/MUBA) 8:30 240 Group III Fire management around HTI, HPH and ex HPH areas 8:30 240 Group IV Fire management in plantation areas (large estates and smallholders)
Coffee Break at any time chosen by facilitators 12:30 – 13:00 – Preparation of the presentations of the results of each group
13:00 – 14:00 – Lunch 14:00 – 15:30 – Presentation of the Groups' Results
13:00 10' Kelompok I Presentation 13:10 10' Kelompok II Presentation
13:20 10' Kelompok III Presentation 13:30 10' Kelompok IV Presentation 13:40 50' Discussion 15:30 – 16:00 – Coffee Break 16:00 – 17:00 – Official Closing Ceremony and Launching of Desa Ilalang Book 16:00 Sanggar Cempako Tanggai Dance
Head of SC Bappeda Sumsel Presentation of the Workshops' results
Governor Provincial Govt Keynote
Ambassador EU-Jakarta Keynote
5' Children/ Youth
OC Welcome – presentation of the importance of participatory fire management for the future
10' Ambassador, Governor Heads of Education and Forestry, students
EU, Pemda, Education & Forestry Offices, Student Groups
The Book Desa Ilalang is remitted by the European Union Embassador to the Governor of Sumsel, and then to teachers, schoolchildren and representatives of the Nature Lovers Students Associations, in presence of Heads of Forestry and Educations Services.
17:00 – 18:00 – Break – Press Meeting
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
14
Perumusan Hasil Lokakarya (Bahasa Indonesia) Oleh : Tim Perumus
Ketua : Prof. DR. Ir. Benyamin Lakitan, MSc (Kepala Bappeda Propinsi Sumsel), diwakili oleh
Ibu Rohil Firmazal, MS, Kasubbid. Formulasi dan Evaluasi Rencana Strategis, BAPPEDA Prop Sumsel
Wakil : Dr. M. Roderick Bowen (Pemimpin Proyek FFPCP)
Anggota : • Ir. Alex Nurdin, SH (Plh Bupati Musi Banyu Asin), diwakili oleh Bpk Drs. M. Daud. HD. MM,
Kepala Bidang Perencanaan Strategis, Bappeda Kabupaten Musi Banyuasin. • H. F Rozi Dahlan, SH (Bupati Ogan Komering Ilir), diwakili oleh Ir. Fathony Shariff, Kadisbun
Kabupaten OKI • Ir. H. Syaiful Ramadhan, MM (Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Sumsel), diwakili oleh Bpk.
Zulfikhar, MM, kepala subdinas inventarisasi dan tata guna hutan. • Ir. H. Sukarno (Kepala Dinas Perkebunan Propinsi Sumsel) • Dr. Ir. Fachrurrozi Syarkowi (Kepala BAPEDALDA Propinsi Sumsel) • Dr. Hilda Zulkifli, M.Si, DEA (Akademisi-Universitas Sriwijaya) • Nurcholis (LSM Lembaga Bantuan Hukum) • Ir. Suwarso (Praktisi dari perusahaan - PT. SBA) • Syamsir Sahbana (Pengurus Harian GPPSS – PT Hindoli) • Ir. Edward Panggabean (Dinas Pertanian Propinsi Sumsel- Pokja Program). • Aina R Azis (Majalah Forum Keadilan)
I. Latar Belakang dan Tujuan Lokakarya : Lihat Presentasi Lokakarya II. Pelaksanaan Lokakarya
Lokakarya dilaksanakan selama dua hari di Museum Balaputra Dewa dengan program seperti diatas. Acara diakhiri dengan acara penutupan dengan pembacaan hasil lokalarya oleh wakil ketua Tim perumus. Acara penutupan tersebut dihadiri oleh Drs.H. Zikri Kisser, Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat dan Pemberdayaan Perempuan, dalam rangka ini mewakili Gubernur Sumatera Selatan dan oleh Councellor Juan Planas, yang mewakili Duta Besar Uni Eropa.
Acara penutupan disertai dengan pemberian resmi buku Desa Ilalang oleh Uni Eropa kepada Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Selatan dan Dinas Pendidikan serta anak-anak sekolah. Buku Desa Ilalang tersebut merupakan buku pendidikan lingkungan yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran generasi muda terhadap bahaya kebakaran dan pentingnya kelestatarian sumber daya alam dan hutan. Buku tersebut dicantum untuk anak kelas lima dan dilengkapi dengan pedoman buat gurunya. Bapak Zikri Kisser mengatakan, buku tersebut akan dimasukkan dalan kurikulum muatan lokal di Sumatera Selatan. Lokakarya dihadiri oleh 151 peserta yang terdiri dari berbagai golongan, yaitu :
• instansi pemerintah berjumlah 49 orang, tiga di antaranya dari pemerintah pusat
• perusahaan swasta (perkebunan, HPH dan HTI) berjumlah 34 orang
• LSM yang bergerak di bidang lingkungan hidup dan pengembangan pedesaan, berjumlah 30 orang
• akademisi dan peneliti berjumlah 14 orang, tiga di antaranya dari Bogor
• petani berjumlah 7 orang
• wartawan media cetak dan elektronik, pemerhati masalah lingkungan, berjumlah 7 orang,
• staf dari Proyek FFPCP-Palembang, Proyek SCKPFP-Banjarbaru, dan Delegasi Uni Eropa, Jakarta, berjumlah 10 orang
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
15
III. Hasil Lokakarya Berdasarkan hasil diskusi selama dua hari ini, tim perumus mengusulkan hasil sbb: A. Dampak Kebakaran Lahan dan Hutan
• setiap tahun ada kebakaran lahan dan hutan di Propinsi Sumatera Selatan, namun yang paling besar adalah pada musim kemarau panjang yang terjadi setiap 3-5 tahun antar bulan Juli dan Oktober
• Dampak negatif kebakaran lahan dan hutan secara umum adalah hilang dan menurunnya biodiversitas, kerusakkan tanah, hutan dan kebun, dan pencemaran udara akibat asap
• Kebakaran telah merugikan berbagai pihak, terutama masyarakat di tingkat Sumatera Selatan, Indonesia, maupun Internasional, serta perusahaan swasta dan pemerintah
• Oleh karena itu telah disepakati bahwa kebakaran lahan dan hutan merupakan masalah kita semua
B. Sebab Kebakaran Lahan dan Hutan
• Sebab utama dari kebakaran adalah pembukaan lahan yang meliputi:
- pembakaran lahan yang tidak terkendali sehingga merembet ke lahan lain
- pembukaan lahan tersebut dilaksanakan baik oleh masyarakat maupun perusahaan. Namun bila pembukaan lahan dilaksanakan dengan pembakaran dalam sekala besar, kebakaran tersebut sulit terkendali.
- pembukaan lahan dilaksanakan untuk usaha perkebunan, HTI, pertanian lahan kering, sonor dan mencari ikan.
- pembukaan lahan yang paling berbahaya adalah di daerah rawa/gambut.
• Sebab lain, yang meliputi akar permasalahanya, adalah :
- penggunaan lahan yang menjadikan lahan rawan kebakaran, misalnya di lahan bekas HPH, di daerah yang beralang-alang dan di daerah HTI
- konflik antara pihak pemerintah, perusahaan dan masyarakat karena status lahan sengketa
- tingkat pendapatan masyarakat yang relatif rendah, sehingga terpaksa memilih alternatif yang mudah, murah dan cepat untuk pembukaan lahan
- kurangnya penegakan hukum terhadap perusahaan yang melanggar peraturan pembukaan lahan tanpa bakar
B. Usulan
1. Untuk sementara pembukaan lahan dengan pembakaran masih dibutuhkan untuk menunjang ekonomi di Sumatera Selatan, terutama oleh rakyat, maka yang diperlukan adalah upaya pengelolaan pembakaran yang dilaksanakan secara terkendali dan bertanggung-jawab.
2. Upaya pencegahan kebakaran lahan dan hutan yang diusulkan diantaranya:
• pemberdayaan masyarakat lewat lembaganya
• penegakkan hukum
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
16
• mengembangkan usahatani terpadu yang meggunakan teknologi pembakaran secara terkendali dan tanpa asap, seperti yang telah dikembangkan oleh masyarakat Sumatera Selatan sejak dahulu
• upaya penyuluhan dan sosialisasi mengenai bahaya kebakaran baik melalui media elektronik, cetak, pendekatan langsung ataupun rambu-rambu
• diperlukan bantuan peralatan pemadaman ringan dan sederhana yang dapat digunakan oleh masyarakat desa
• diperlukan mengembangkan upaya sertifikasi untuk perusahaan yang tidak menggukanan pembakaran, seperti eko-labelling
• perlu diteliti alternatif lain (pajak lingkungan) untuk pencegahan pembukaan lahan dengan sistem bakar oleh perusahaan perkebunan besar/HTI
3. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan forum komunikasi yang melibatkan semua pihak yang terkait untuk diskusi dan meciptakan aksi bekerjasama, yaitu dengan melibatkan :
- instansi pemerintah
- instansi non – pemerintah yaitu dari perusahaan swasta, LSM, masyarakat, akademisi, dan pers.
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
17
Official Workshop Conclusions (English) By the Steering Committee
Head : Prof. DR. Ir. Benyamin Lakitan, MSc (Head of Bappeda Propinsi Sumsel), represented by
Ibu Rohil Firmazal, MS, Head of Formulation and Evaluation of Strategic Planning, Regional Planning Agency (BAPPEDA) Prop Sumsel
Wakil : Dr. M. Roderick Bowen (Project Team Leader, FFPCP)
Members : • Ir. Alex Nurdin, SH (Plh Bupati Musi Banyu Asin), represented by Bpk Drs. M. Daud. HD. MM,
Head of Strategic Planning, Bappeda Kabupaten Musi Banyuasin. • H. F Rozi Dahlan, SH (Bupati Ogan Komering Ilir), represented by Ir. Fathony Shariff, Head of
Plantation Service, Kabupaten OKI • Ir. H. Syaiful Ramadhan, MM (Head of Forestry Service, Province of South Sumatra), represented
by Bpk. Zulfikhar, MM, Head of Sub-Service of Inventory and Land Use. • Ir. H. Sukarno (Head of Plantation Service, South Sumatra) • Dr. Ir. Fachrurrozi Syarkowi (Head of Environmental Agency, South Sumatra) • Dr. Hilda Zulkifli, M.Si, DEA (Akademics-University of Sriwijaya) • Nurcholis (LBH, Legal Aid NGO) • Ir. Suwarso (PT. SBA Company) • Syamsir Sahbana (In charge of GPPSS, Association of Oil Palm planters – PT Hindoli) • Ir. Edward Panggabean (Agriculture Service, South Sumatra - Pokja Program). • Aina R Azis (Journalist, Forum Keadilan)
I. Background and Objectives of the Workshop : see Workshop Presentation III. Workshop Implementation
The workshop was implemented during two days at the Museum Balaputra Dewa (see program above). It was concluded by a closing ceremony during which the conclusions of the workshop were read by the head of Steering Committee. The closing ceremony was attended by Drs.H. Zikri Kisser, Head of the Office of People's Welfare and Womens' empowerment, representing the Governor of South Sumatra, and by Councellor Juan Planas, representing the European Union Ambassador. The closing ceremony was completed with the official launching of the desa Ilalang book, which was remitted by the European Union to the Provincial Government, the Education Service and School children. This book is an environmental education book which should hopefully increase the awareness of the young generations towards the dangers of fires and the importance of forest and natural resources conservation. The book is made for children of class 5 and is complemented with the teachers' manual. Bapak Zikri Kisser said that this book will be included in the local curriculum component in South Sumatra. The workshop was attended by 151 persons from the following categories of stakeholders:
• 49 government people, 3 of them from the Central Government
• 34 representants of private companies (plantations, forest concessions and forest plantations)
• 30 representants of NGOs locally active in the environmental and rural development sectors
• 14 people representing academic and research institutes, 3 of them from Bogor
• 7 farmers
• 7 journalists and environmental watchers
• 10 staff members from European Union and EU funded projects, including FFPCP-Palembang, SCKPFP-Banjarbaru, and the Jakarta EU Delegation.
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
18
III. Results of the Workshop Based on the two-days discussion, the Steering Committee proposed the following conclusions.
A. Impact of land and forest fires
• every year there are land and forest fires in South Sumatra, but the largest ones occur during long droughts that take place every 3-5 years between July and October.
• The general negative impacts of land and forest fires are the loss of biodiversity, damage to soils, forest and plantations, and air pollution due to haze and smoke.
• Fires cause losses to many different stakeholders, especially to the people of South Sumatra and Indonesia and the international community, as well as private companies and government.
• Therefore it is agreed that land and forest fires are everyone's problem.
B. Causes of Land and Forest Fires
• The main causes of land and forest fires is land clearing, i.e.:
- land clearing using burning, which if not controlled can escape to other lands
- land clearing is conducted either by the people or by companies. However, if burning is conducted for land clearing on a large scale it is more difficult to control
- land clearing is conducted for plantations, industrial forestry, dryland agriculture, sonor (rice planting taking place in dried-up swamps during long droughts) and fishing.
- the most dangerous fires take place in the peat swamps.
• Other underlying causes are as follows:
- land use patterns which makes land more prone to burning, like for example abandoned forest concessions, areas invaded by Imperata cylindrica and industrial forest plantations
- conflicts between government, companies and people over land with unclear status
- the low level of peoples' income, so that they have no other alternatives than to use cheap, simple and fast methods of land clearing
- lack of law enforcement towards companies that break the regulations concerning zero-burning land clearing
C. Recommendations
1. For the time being, land clearing using fire is still needed to support the economy of South Sumatra, especially when land clearing is conducted by small farmers. Hence what is needed is an effort to manage fire use in a controlled and responsible way.
2. Recommendations for the prevention of land and forest fires include:
• empowering the people through their own organizations
• enforcing the law
• develop integrated farming systems that make a controlled use of fire without generating haze, like what has been developped by the people of South Sumatra since a long time ago.
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
19
• extension and socialization about the dangers of fires through electronic media, printed media, direct approach or signboards.
• assistance for the supply of light and simple fire suppression equipmen, which can be used by village people
• developing certification systems for companies that do not use fire, for example through eco-labelling
• study alternative methods (environmental payments or taxes) to prevent the use of fire for land clearing by large companies for plantations
3. To reach these objectives, we need to develop a communucation forum that would involve all the stakeholders to discuss and design collaborative actions, with the participation of:
- government institutions
- non-government institutions like private companies, NGOs, peoples institutions, academics, and the media.
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
20
Hasil Presentasi Paparan, 24 Oktober
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
21
Sessi I : Pembukaan dan Paparan Resmi
AGENDA : Pembukaan Lokakarya oleh pimpinan proyek FFPCP dan pemerintah HARI/TANGGAL : Rabu / 24 Oktober 2001 WAKTU : 09.00 – 11.15 WIB Daftar Pembicara Nama Jabatan Instansi Roderick Bowen Co-Director FFPCP Joko Setiono, MM Direktur Penanggulangan Kebakaran
Hutan Departemen Kehutanan
Ibu Rohil Firmansyah Kasubbid. Perencanaan dan Strategis BAPPEDA Prop Sumsel Ir. H. Soetiadi Yusuf, MBA, MM.
Wakil Ketua Dishut Prop. Sumsel Dinas Kehutanan Prop. Sumsel
DR. Ir. Fachrurrozie Syarkowi, MSc.
Ketua Bapedalda Prop. Sumsel Bapedalda Prop. Sumsel
Ir. Sukarno, MSc. Kepala Dinas Perkebunan Prop. Sumsel Dinas Perkebunan Prop. Sumsel 1. Sambutan dari Co-Director FFPCP Roderick Bowen, FFPCP Lokakarya ini dilaksanakan oleh FFPCP dan Dinas Kehutanan bekerja sama dengan pemerintah. FFPCP telah bekerja sama dengan pemerintah khususnya instansi pendamping yaitu Dinas Kehutanan selama 6 tahun dan mendapat banyak kemajuan, terutama untuk lebih mengetahui mengenai sifat, sebab dan dampak kebakaran. FFPCP akan berakhir pada tanggal 31 Oktober 2001 tetapi Uni Eropa dan pemerintah Indonesia telah menyetujui proyek baru yaitu SSFFMP yang akan bertempat di kantor Gubernur Prop. Sumsel. SSFFMP dimulai pada sekitar Mei 2002 dengan dana hibah sebesar 90 % dari Uni Eropa dan 10 % dipersiapkan dari Indonesia yaitu pemerintah propinsi Sumatera Selatan. FFPCP telah mulai melibatkan berbagai instansi pemerintah, perusahaan, LSM dan masyarakat dalam kegiatannya. SSFFMP bertujuan untuk mendukung banyak kelompok bukan hanya pemerintah tetapi termasuk kelompok LSM, swasta dan masyarakat lokal. Dilanjutkan dengan sambutan dari Direktur Penanggulangan Kebakaran Hutan, Joko Setiono, MM dari Departemen Kehutanan. 2. Sambutan dari Joko Setiono, MM., Direktur Penanggulangan Kebakaran Hutan Departemen Kehutanan Beliau mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Uni Eropa dan FFPCP atas adanya proyek FFPCP dan adanya tindak lanjut proyek SSFFMP dalam bentuk grant. Lokakarya ini dilaksanakan tepat waktunya untuk mengakhiri proyek FFPCP dan untuk memulai SSFFMP. Dalam lokakarya ada Expert dan dapat saling berbagi pengalaman untuk mengatasi kebakaran dan pembakaran. Apalagi masyarakat internasional, misalnya, Singapura dan Malaysia yang mendapat asap terutama dari Sumatera telah mempertanyakan mengapa asap tidak bida dikendalikan. Dengan demikian, Lokakarya dan Uni Eropa datang tepat waktu untuk mengantisipasi El Nino dalam tahun 2002. Lokakarya dan Uni Eropa datang tepat waktu untuk mengantisipasi El Nino dalam tahun 2002.
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
22
3. Paparan I: Ibu Rohil Firmansyah, Kasubbid. Perencanaan dan Strategis BAPPEDA Prop. Sumsel Masalah kebakaran hutan telah terjadi sejak tahun 1970, dengan siklus terjadi selama 3-5 tahun yaitu tahun 1982, 1987,1991,1994, dan 1997. Kebakaran hutan sudah biasa akibat dari pembukaan lahan untuk pertanian. Kontribusi FFPCP yaitu untuk mendeteksi hot spot lalu mensosialisasikannya atau mendistribusikan data dan informsai melalui email dn website. Penyebab Awal Kebakaran hutan dan lahan : 1. Tata Guna Lahan, permasalahannya :
a) Adanya konflik kepentingan antara masyarakat dan dunia usaha sehingga menyebabkan kerusakan.
b) Land Clearing atau pembukaan lahan menyebabkan timbulnya semak yang rentan terhadap kebakaran.
2. Pembuatan saluran irigasi di rawa sehingga permukaan air menurun menyebabkan lahan gambut semakin kering.
3. Adanya logging menyebabkan lahan terbuka menimbulkan semak sehingga rentan terhadap kebakaran.
4. Pembukaan lahan untuk budidaya pertanian dengan sistem sonor dengan melakukan pembakaran yang sulit diawasi memungkinkan api menjalar di luar kontrol.
Kebijakan dan Strategi Pemerintah 1. Mengadakan koordinasi vertikal dan horisontal. 2. Anjuran untuk menghormati kearifan dan kelembagaan adat karena masyarakat memiliki kearifan
dalam membuka lahan dan adanya pengawasan dari lembaga adat. 3. Dilaksanakan pengawasan dalam pembukaan lahan untuk budidaya pertanian dengan sistem sonor. 4. Paparan II : Ir. H. M. Soetiadi Yusuf, Wakil Kepala Dinas Kehutanan Prop. Sumsel Dalam pertemuan di Pemda Prop. Sumatera Selatan dikemukakan bahwa tidak hanya terjadi kebakaran hutan tetapi juga kebakaran lahan, dan bukan hanya kebakaran murni namun juga ada kegiatan-kegiatan tertentu yang menimbulkan pembakaran. Diutamakan Alur Pikiran Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan di Indonesia khususnya Sumatera Selatan (ditampilkan slide / transparen). 5. Paparan III : DR. Ir. H. Fachrurrozie Syarkowi, MSc. Bapedalda Prop Sumsel melaksanakan koordinasi antar instansi sehingga tidak dapat melakukan kerja yang operasional. Tetapi dengan struktur Organisasi Bapedalda sekarang ini memungkinkan untuk melaksanakan operasional yaitu pada sub bidang pemantauan kualitas lingkungan, sub bidang peran serta masyarakat dan sub bidang Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan. (Ditampilkan slide tentang Struktur Organisasi Bapedalda Prop. Sumsel). Berdasarkan Pola Dasar Pembangunan Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan terdapat tiga instrumen bagi Bapedalda untuk mengendalikan lingkungan termasuk pengendalian dampak kebakaran hutan, yaitu dengan pendekatan kewilayahan, pendekatan kemitraan sinergis (dua pendekatan ini bagian dari instrumen pro aktif) dan Layanan Koordinasi Darurat Lingkungan. (Ditampilkan slide Pola Dasar Pembangunan Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan).
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
23
Dengan adanya SK Gub. (masih dalam konsep) tentang petunjuk pelaksanaan pengelolaan DAS Musi dan Sub Das Musi di propinsi Sumatera Selatan maka pemerintah propinsi memiliki wewenang untuk melaksanakan tugas operasional. Pemerintah melakukan koordinasi antar pihak kabupaten dengan kabupaten, kabupaten dengan kota dan kabupaten/kota/propinsi dalam program pengelolaan lingkungan propinsi Sumatera Selatan (Lihat slide tentang koordinasi program Kelola Lingkungan Bapedalda se Sumatera Selatan). Bapedalda melakukan kebijakan 3 G (didalamnya termasuk pula pencegahan dan penanggungan kebakaran hutan dan lahan) yaitu Garda Lingkungan, Gandrung Lingkungan dan Galak Lingkungan. 6. Paparan IV : Ir Sukarno HS, MSc, Kepala Dinas Perkebunan Sektor perkebunan berperan cukup besar dalam pembangunan, yaitu ;
• PDRB perkebunan sebesar 10,53 % dari PDRB non migas Sumsel.
• Pendapatan devisa (Data ekspor komoditas perkebunan tahun 1999 mencapai nilai US $ 444.523.772 dengan didominasi oleh karet 46,1 %, lada 32,5 %, dan kopi 10,7 % serta sisanya lain-lain sebesar 10,7 %).
• Penyediaan lapangan kerja sekitar 190.000 karyawan.
• Pengembangan wilayah.
• Fungsi ekologi : penghasil oksigen dan menyerap hidro karbon serta hidro orologis.
Kondisi Kebakaran Kebun Tahun Luas Kebakaran (Ha) Kerugian (Rp) 1997 9.566,27 138.113.310.000,- 1999 475,9 2000 2001 76,66 115.600.000,- Penyebab Kebakaran Kebun : 1. Penduduk yang berkebun masih melakukan pembakaran lahan secara terkendali, namun sering
terjadi api menjalar ke kebun tetangga/perusahaan perkebunan terdekat. 2. Unsur kesengajaan 3. Kelalaian masyarakat, misalnya puntung rokok 4. Kebun yang kurang bersih dari rumput-rumput dan semak sehingga rentan tehadap kebakaran. Upaya pemerintah dalam menangani Kebakaran Kebun : Dikeluarkan SK No. 38/KB. 110/SK/Dj. Bun/05.95 tanggal 5 Mei 1995 tentang Pembukaan Lahan Tanpa Bakar, maka perusahaan diharuskan untuk mengisi surat pernyataan dari perusahaan perkebunan untuk tidak membuka lahan dengan membakar. Dibentuk Pusat Pengendalian (PUSDAL) dan Pusat Komando Pelaksana (SATLAK) usaha pencegahan kebakaran hutan. Upaya lainnya : • peningkatan SDM • Membentuk sistem informasi manajemen kebakaran hutan dan lahan • Peningkatan perlengkapan sarana dan prasarana • Sosialisasi dan penyuluhan bagi masyarakat.
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
24
Sessi II : Kebakaran dan Pengunaan lahan. Agenda : Kebakaran dan Pengunaan lahan. Hari / Tanggal: Rabu / 24 Oktober 2001 Waktu : 11.35 – 13.15 WIB
Nama Jabatan Istansi Topik/Judul Ir.Zulfikar Chairperson
Bagian Pertama
Presentasi Lokakarya dan Kata Pengantar Bagian Pertama : Kebakaran dan Penggunaan Lahan
Ivan Anderson A.Gouyon / JM Bompard
Konsultan Ahli
FFPCP Kebakaran Hutan di Sumatera Selatan dan Masa Yang Akan Datang Masa Depan Bebas Asap : Mewujudkan Penggunaan Lahan yang Bijaksana
H.M. Amin Jalalen Kepala Bappeda Ogan Komring Ilir
Dampak Dari Perubahan Penggunaan Lahan di Kabupaten Ogan Komering Ilir Terhadap Resiko Kebakaran (Pengalaman BAPPEDA OKI Di Bidang Pemetaan)
Mohd. Daud .H.D Bappeda MUBA
Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Kebakaran Pada Daerah Yang Rawan di Kabupaten Musi Banyuasin.
Ir. Sudarmono BKSDA Prianto Wibowo Wetland
Internasional
Pengelolaan kebakaran di sekitar konservasi area (calon Taman Nasional Sembilang, MUBA dan Sugihan, Ogan Komering Ilir) 1. Pengelolaan kebakaran partisipatif di
sekitar konservasi area (BKSDA) 2. Prioritas untuk pengelolaan kebakaran di
sekitar calon Taman Nasional Sembilang (Wetlands International)
Ia. Ivan Anderson, Konsultan Ahli FFPCP Macam-Macam Kebakaran
1. Sebagian kebakaran di Sumsel adalah bermanfaat bagi petani kecil, namun kebakaran tersebut merupakan kepakaran kecil yang hanya bertahan selama satu sampai dengan tiga jam saja di siang hari.
2. Pembukaan lahan oleh perkebunan besar masih menggunakan pembakaran dan megakibatkan kebakaran besar. Hutan primer di Sumsel sudah hampir habis. Dapat terlihat beberapa contoh dari kebakaran akibat land clearing seperti masih banyak terjadi di Riau, Sumatera Utara, Jambi yang semuanya melanggar hukum. Kebakaran ini dapat berlangsung selama beberapa hari baik pada siang dan malam hari.
3. Kebakaran tidak terkendali dengan banyak asap. Terakhir kali terjadi pada tahun 1997, pada waktu El Nino dan masa rawat kebakaran. Sebagian besar masalah terjadi di lahan rawa, terutama lahan gambut di Sumsel, Jambi, Kalimantan Tengah dan Irian Jaya. Kebakaran itu dapat bertahan lebih dari satu bulan.
Zona Kebakaran Hutan Periode 1 Tahun 1997
1. Hutan Rawa Gambut yang tersisa di OKI hampir semuanya rusak pada tahun 1997. Kebakaran gambut ini menyebabakan adanya polusi asap di Palembang selama bulan September dan November.
2. Beberapa kebakaran di ujung hutan rawa gambut di MUBA atau sebelah utara Karang Agung. 3. Kebakaran yang dilakukan untuk konversi menjadi perkebunan sawit dekat Muara Rupit yang
merupakan hutan rawa gambut di dataran rendah. 4. Hutan primer dilahan kering dibuka dan dibakar, berada disebelah timur sungai Musi yang
termasuk dalam Kabupaten Musi Rawas.
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
25
Masa Yang Akan Datang Kabar yang bagus di Sumsel tidak terdapat kebakaran vegetasi yang serius semenjak November 1997 terkecuali 1 kebakaran besar di tahun 1999(Agustus-September). Kabar yang buruk, jika terjadi musim kering seperti pada tahun 1997, maka tipe dari kebakaran dengan kabut asapnya akan menempati pada daerah rawa di Sumsel. Forest Fire Danger : area dengan resiko tinggi pada musim kering El nino yang akan datang adalah bekas HPH di hutan rawa gambut Kabupaten MUBA, dengan luasan sekitar 155.800 Ha. Areal ini telah banyak dilakukan kegiatan penebangan dan merupakan salah satu areal utama akan kegiatan penebangan liar. Land Fire Danger : area dengan resiko tinggi akan kebakaran lahan adalah area bekas HPH pada lahan gambut di Kabupaten OKI dengan luas area sekitar 265.000 Ha. Kesimpulan 1. Terjadi degradasi degradasi hutan di Sumatera Selatan dari segi luas dan kualitas. 2. Adanya fenomena munculnya asap pada saat musim kemarau panjang. 3. Adanya kenyataan kebakaran hutan dan lahan tahun 1999 di areal Gambut selama 2 bulan berturut-
turut. 4. Adanya konversi di wilayah MUBA 5. Hutan yang rusak akan terbakar dan menyebabkan tumbuhnya alang-alang sehingga suksesi yang
terjadi akan lebih sulit. Ib. Anne Gouyon dan Jean Marie Bompard Dampak Kebakaran : kebakaran adalah masalah kita semua Setiap tahun, kebakaran yang tidak terkendali menyebabkan berbagai dampak negatif seperti tercantum pada tabel 1:
1. Kerusakan hutan 2. Kebakaran semak belukar yang menghambat pertumbuhan hutan kembali. 3. Kerusakan perkebunan baik milik perusahaan maupun petani (misalnya kebun kelapa sawit,
kebun karet, hutan tanaman industri,dsb) 4. Gangguan kesehatan dan transportasi yang diakibatkan oleh asap dan kabut. 5. Pandangan kurang baik terhadap Indonesia di luar negeri, terutama di negara tetangga.
Dari tabel tersebut dapat terlihat beberapa pelajaran :
1. Jenis lahan yang bakar bukan hanya merupakan hutan atau kawasan hutan tetapi juga daerah perkebunanan dan pertanian.
2. Semua lapisan masyarakat menjadi korban karena dampak negatif daripada kebakaran
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
26
Dampak Negatif Kebakaran Hutan
Lahan Dampak Korban Alang-alang Kesuburan Tanah Masyarakat/ekonomi Sum-sel Kebun/HTI Kerusakkan kebun Pemilik dan pegawai kebun/HTI,
masyarakat dan ekonomi Sum-sel
Hutan 1. Kehilangan aneka jenis tumbuhan yang mungkin mempunyai potensi penggunaan sebagai obat, makanan, bahan baku industri, dll.
2. Kehilangan fauna. 3. Kehialangan tempat untuk berburu
dan mencari ikan. 4. Kesuburan tanah berkurang. 5. Keadaan air dan hujan berkurang.
Seluruh masyarakat baik di tingkat Sumsel maupun nasional dan internasional.
Gambut 6. Asap = mengganggu kesehatan dan transportasi laut atau udara.
7. Lahan gambut menjadi kering.
Kesimpulan Penyebab Kebakaran
Dampak Positif Dampak Negatif Kendalian Perusahaan perkebunanan/HTI membakar lahan/hutan untuk membuka lahan untuk program penanaman
Dapat memperluaskan lahan perkebunan/HTI dengan cara yang lebih murah, gampang dan cepat dibandingkan metode “Tanpa Bakar”
Dapat merusakkan lahan lain apabila tidak terkendali
Sulit untuk dikendalikan apabila skala lebih dari beberapa ratus hektar, terutama pada kemarau panjang. Sangat berbahaya apabila didaerah rawa atau gambut.
Petani membakar lahan/hutan untuk membuka lahan perkebunan/pertanian lahan kering
Dapat memperluaskan lahan pertanian dan meningkat ekonomi masyarakat Tidak ada altenatif lain untuk petani untuk membuka lahan
Tidak bermasalah asal terkendali dengan baik. Apabila tidak terkendali dapat merusakkkan lahan lain terutama belukar dan kebun/lahan orang lain.
Skala kecil –> Dapat dikendali berdasarkan adat dan kearifan setempat. Bisa terjadi tidak terkendali apabila musim kemarau panjang/drastis dan apabila orang kurang bertanggung jawab.
Petani membuka lahan di daerah rawa/gambut untuk sonor atu mencari ikan
Sama seperti di atas Sering sekali tidak terkendali sehingga menular ke daerah gambut yang nantinya dapat membakar dibawa tanah selama beberapa bulan dan mengakibatkan asap.
Sulit untuk dikendalikan apabila musim kemarau panjang dan gambut kering apabila api sudah masuk gambut di bawa tanah tidak dapat terkendali lagi.
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
27
Kesimpulan Penyebab Kebakaran Selama 6 tahun yan dilakukan oleh FFPCP ditemukan bahwa :
1. Semua sumber kebakaran dari manusia bukan dari alam, misalnya petir. 2. Ada beberapa kebakaran akibat puntung rokok (tetapi ini adalah kebakaran kecil dan tidak
menyebabkan kebakaran besar ). 3. Usaha pembukaan lahan (hampir 99 %) menyebabkan kebakaran
Faktor – faktor penggunaan lahan yang menunjang kebakaran.
1. Keadaan vegetasi ( hutan yang rusak akibat kegiatan HPH ). Vegetasi terdegradasi tersebut mengandung banyak bekas kayu/ cabang kering yang mudah terbakar.
2. Pola pengembangan yang menjadikan tanaman sangat rawan kebakaran, seperti misalnya dengan menggunakan ( acacia mangium yang mudah terbakar ) waktu masih muda, atau ( kebun karet rakyat yang sering terserang alang-alang.
3. Daerah padang alang-alang/ semak belukar akibat dari kegiatan pembukaan lahan untuk pertanian yang kemudia gagal dan tidak jadi ditanami. Kasus ini terutama pada daerah transmigrasi.
4. Konflik atas tanah yang statusnya sengketa, sehingga apabila musim kemarau panjang , pernah ada laporan kasus pihak tertentu menggunakan api sebagai senjata untuk membalas dendam atau mengusir pihak lain dengan cara merusakkan kebun/ lahan yang dikuasainya.
5. Pada daerah gambut, api yang memasuki daerah gambut kering pada kemarau panjang dapat hidup dan menyular dibawah tanah secara berterusan selama beberapa minggu ataupun beberapa bulan, sehingga tidak dapat dipadami sama sekali dan nanti dapat keluar lagi dan mengakibatkan banyak kerusakan dan banyak asap karena kebakaran gambut memang sangat berasap.
Kesimpulan 1. Kebakaran adalah masalah kita semua 2. Penggunaan Pembakaran masih dibutuhkan dan pelu dikelola dengan baik karena menghapus
kebakaran tidak mungkin tetapi mengelola pembakaran dengan baik. 3. Pengelolaan Api Yang Baik = Penggunaan lahan Yang Bijaksana
II - BAPPEDA MUBA Kondisi Terjadi Kebakaran Hutan 1. Mulai bulan Juni dengan puncak bulan Agustus – Oktober dan mereda serta berakhir bulan
November – awal Desember 2. Sejalan dengan musim persiapan lahan untuk penanaman hutan dan kebun, pemukiman
transmigrasi, dan tambak serta perladanan. Perilaku Kebakaran Berdasarkan Jenis dan Penyebaran 1. Jenis kebakaran terjadi adalah kebakaran lantai hutan dan kebakaran rawa. 2. Penyebaran kebakaran bersifat sporadic, sebagian lahannya terdiri dari rawa gambut, kebun dan
tambak. 3. Pola penyebaran mengikuti serta kegiatan pembukaan lahan. Penyebab Kebakaran 1. Kebakaran terjadi mulai bulan Juni terutama di daerah lahan kering dibakar oleh petani local untuk
membuka lahan, dengan skala kecil, terjadi sedikit kabut asap.
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
28
2. Terjadi kebakaran lain pada semak belukar, permukaan dan di bawah lahan gambut, sehingga terjadi kabut asap.
3. Tidak terjadi kebakaran di lahan rawa, kecuali rumput sekitarnya. Pengelolaan Kebakaran Hutan 1. Telah dibentuk Satlak yang diketuai oleh Bupati dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua
Bakornas melalui gubernur Sumsel. 2. Yang terlibat dalam pelaksanaan yaitu Satlak PB terdiri dari instansi lain misalnya kesehatan,
social, PU, Perhubungan, ABRI dan unsure lain yang terkait dengan penanggulangan kebakaran. 3. Tugas Satlak adalah terjadi pada tahap sebelum, selama, dan setelah terjadi kebakaran secara
terpadu. Cara Satlak Menanggulangi Kebakaran 1. Menggunakan langsung aparat dinas dan instansi terkait. 2. Melibatkan masyarakat, PMI dan ormas lainnya. Mekanisme Kerja Mekanisme kerja berlangsung pada tahap kejadian, sesudah dan sebelum terjadi kebakaran. Kewenangan memberikan informasi tentang bencana dan penanggulangan kebakaran adalah Bupati sebagai Ketua Satlak. Langkah-langkah Yang Dilakukan Preventif : Alternatif sumber mata pencaharian masyarakat dengan melibatkan masyarakat sebagai pelaku pengelola sumber daya hutan dan kebun secara adil dan maksimal. Represif : Kesiagaan sesuai tata waktu musim kebakaran hutan Registrasi kekuatan dan penyebaran personil Pemetaan kekuatan Kesimpulan 1. Pola kebakaran bersifat sporadis 2. Membentuk institusi pengelolaan kebakaran yaitu satlak , satkorlak 3. Pendekatan yang dilakukan adalah prefentif dan represif
III . Bappeda OKI Permasalahan 1. Perubahan penggunaan kawasan hutan, misalnya untuk tambak udang 2. Penebangan liar dan perambahan hutan produsi, misalnya kasus HP. Sialang 3. Pembersihan lahan dan pembakaran baik untuk perkebunan maupun pertanian system sonor,
misalnya Mesuji. 4. Masih banyak lahan hutan yang tidak ada tegakan. 5. Kegiatan berburu dan mencari ikan serta membuat pondok lalu meninggalkan bekas api 6. Pengendalian kebakaran htan silit dikendalikan karena medan, keterbatasan sarana dan prasaran
serta tenaga pelatih dalam penanggulangan kebakaran hutan 7. Sebagian besar wilayah kabupaten OKI adalah lahan basah atau rawa gambut yang terdiri dari
gambut tebal yang sulit dicegah.
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
29
Kebijakan 1. Inventarisir dan pemetaan kembali hutan dan lahan kritis 2. Penataan dan pembuatan batas yang jelas. 3. Mendayagunakan peta TGHK dan RTRWK dalam upaya memanfaatkan kawasan hutan 4. Penyuluhan masyarakat. 5. Rehabilitasi kawasan hutan yang rusak dengan pola HKN 6. Peningkatan kawasan Rekomendasi 1. Apakah aparat kehutanan akan tetap dipertahankan menjadi hutan atau tidak 2. Mengenai pantai timur dan tambak udang serta PT Wahyuni Mandira dalam rangka perlindungan
hutan lindung pantai apakah akan menggeser tambak-tambak rakyat lebih ke dalam 20 meter. Kesimpulan
1. Karakteristik OKI 65% adalah rawa. 2. Kebakaran hutan dan lahan di rawa letaknya berada pada jarak 200 – 250 m daripantai perlu
dicermati. 3. Terjadi perpindahan penduduk tidak terkendali menyebabkan terjadinya perambahan hutan.
IV. BKSDA Luas TN Sembilang : 205.750 Ha Ketinggian : 0-5 m dpl Habitat : § Bakau § Hutan Gambut § Rawa Terbuka § Dataran Lumpur Keanekaragaman Hayati :
Harimau Sumatera, Macan Dahan, Beruang Madu, Bangau Bluwok, dll.
Kemungkinan Penyebab Kebakaran : § Pembukaan rawa oleh para nelayan § Pembukaan vegetasi untuk perkebunan § Pembukaan vegetasi untuk tambak (masih dipertanyakan) Kesimpulan
1. Prioritas konservasi untuk hutan gambut yg tersisa di pantai timur 2. Ppenyuluhan bagi masyarakat transmigrasi 3. Pemantauan kebakaran terutama di Sungai Benu dan Semenanjung Banyuasin
Diskusi Sessi I PERTANYAAN
1. Nama : Safrullah Instansi : Yayasan Bumi Sumatera Selatan Ditujukan kepada : FFPCP (Ivan Anderson dan Anne Gouyon) Dinas Perkebunan
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
30
Pertanyaan : - Apakah ada data –data proyeksi penyebaran hospot tahun 2002 - Apakah dinas perkebunan dapat memprediksi luas kebakaran hutan dan daerah rawan
kebakaran tahun 2002 - Apakah selama penelitian yang dilakukan ditemukan usaha dari masyarakat untuk
mencegah kebakaran hutan secara tradisional
2. Nama : Edward Panggabean Instansi : Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Selatan Ditujukan Kepada : Ketua BAPPEDA OKI dan MUBA Pertanyaan :
- ditujukan untuk ketua bappeda OKI dan MUBA bagaimana program pemerintah daerah agar masyarakat mampu mengelola kebakaran api untuk mengelola kebakaran khususnya di pertanian dengan system sonor.
- Tidak setuju apabila budi daya pertanian dengan system sonor diubah menjadi secara teknis karena dengan system sonor memberi kontribusi yang besar bagi ekonomi masyarakat
- Sarannya agar budi daya pertanian dengan system sonor dengan membuka lahan menggunakan pembakaran.
3. Nama : Fatoni Syarif Instansi : Dinas Kehutanan Kab Ogan Komering Ilir Ditujukan Kepada : FFPCP Pertanyaan :
- Apakah FFPCP memiliki data sebelum proyek dimulai - Setuju dengan pembukaan lahan dengan cara membakar terkendali - Setuju, dengan adanya proyek pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan. - Informasi bahwa di OKI untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan terjadi
kesulitan transportasi dan minimnya peralatan sehingga perlu peralatan spesifik yang apply dengan kondisi medan terbatas.
4. Nama : Ali
Instansi : Yayasan Puspa Indonesia Ditujukan Kepada : Ketua BAPPEDA OKI Pertanyaan :
- Bappeda OKI tidak berpihak kepada rakyat kecil karena akan mengusir rakyat dan tambak rakyat tetapi tidak melakukan penggusuran kepada PT. Wahyuni Mandira. Jangan rakyat kecil yang terus digencet dan tidak pernah menyentuh perusahaan besar.
JAWABAN
Ivan Anderson
Data prediksi El Nino sulit. Kebakaran besar dan liar mulai September – Oktober dan berakhir pada hujan deras datang, dan daerah yang paling rawan adalah daerah rawa dan gambut. Informasi tentang kebakaran hutan dapat dilihat di website FFPCP. Anne Gouyon Berdasarkan hasil penelitian sejak tahun 1988 bekerjasama dengan Puslitbun Sembawa dan dalam rangka FFPCP, terjadi perubahan kebijakan dari orde baru ke orde reformasi mempengaruhi perilaku masyarakat dalam pembukaan lahan. Sebelum tahun 1998 sumber daya alam di Sumatera Selatan bukan milik masyarakat. Ada kecenderungan dari petani untuk membiarkan terjadinya kebakaran karena rakyat pikir hutan dan
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
31
lahan itu bukan milik mereka. Dapat dihidupkan kembali kearifan dan kelembagaan adat untuk mengelola sumber daya alam karena sekarang masyarakat lebih merasa ada kepemilikan terhadap sumber daya alam mereka. BAPPEDA Alasan diubah pertanian sistem sonor menjadi teknis ; 1. Rutinitas keberhasilan dapat dijamin 2. Dapat mengurangi akibat-akibat titik api Untuk petambak udang telah terjadi perubahan kebijakan, kondisi pantai Timur memprihatinkan. Tambak harus berada minimal 2 Km dari pinggir pantai apabila hutan lindung pantai akan dilestarikan.
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
32
Sessi III. Pengelolaan Kebakaran Oleh Perusahaan Swasta AGENDA : Pengelolaan Kebakaran Oleh Perusahaan Swasta HARI/TANGGAL : Rabu / 24 Oktober 2001 WAKTU 14.00 - WIB
Daftar Pembicara Nama Jabatan Instansi Topik/Judul Aina Azis Chairperson
Bagian Kedua
PT Lonsum Pengalaman pengelolaan kebakaran (Metode pembukaan lahan tanpa bakar khususnya di daerah rawa
Ir. Suwarso PT. SBA Wood Pengelolaan Kebakaran Hutan di dan di sekitar HTI di lahan rawa gambut.
Marc Nicolas EU - SCKFMP Pengalaman pengelolaan kebakaran di HPH/HTI dengan melibatkan pihak-pihak terkait di Kalimantan.
PAPARAN I Pembicara :Ir. Suwarso, Instansi : PT. SBA Wood Tema : Pengelolaan Kebakaran di dan sekitar HTI di lahan rawa gambut Memfokuskan dua persoalanyaitu social dan ekonomi Pada dasarnya hutan primer dengan tingkat keanekaragaman yang relatif tinggi dapat menghindari terjadinya kebakaran hutan akibat terciptanya iklim mikro di dalam tegakkan sehingga walaupun terjadi musim kemarau tegakan hutan tersebut tetap stabil dan tidak rentan terhadap kebakaran. Masyarakat sekitar hutan menggangap bahwa musim kemarau adalah saat yang tepat untuk menanam padi. Sementara bagi stakeholder yang lain kemarau adalah ancaman sehingga terjadi kontradisi. Pada musim kemarau air di gambut akan menurun, oleh karena itu gambut adalah bahan bakar potensial selain batu bara. • Perusahaan ini merupakan pengelola HTI di daerah OKI • Kerusakan gambut merupakan salah satu kasus lingkungan, dan dalam paparan ini difokuskan pada
masalah Sosek . • Hutan gambut berfungsi untuk sebagai penahan air atau sebagai reservoir air. • Aktifitas masyarakat disekitar hutan antara lain mengambil kayu, mencari ikan dan lahan padi
(sonor). • Kemarau panjang bagi masyarakat disekitar hutan merupakan opportunity karena bisa mendapatkan
lahan dengan cara yang murah yaitu hanya dengan menggunakan api. • Kegiatan yang antara lain sistem sonor, merupakan kegiatan pertanian dengan teknologi terbaik
bagi mereka karena dapat menghasilkan padi yang lebih dari cukup. • Begitu juga halnya dengan mencari ikan di hutan di tempat-tempat yang lebih mirip kolam
genangan yang terdapat rawa, juga menguntungkan pada saat musim kemarau tapi masih menggunakan cara pembakaran untuk membuka rawa.
• Kegiatan-kegiatan diatas memicu kebakaran hutan. • Kebakaran hutan gambut bisa terjadi karena ;
- Cuaca kebakaran - Biofisik gambut kering Faktor alam - Pola hidup dan persepsi pada musim kemarau
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
33
• Pengendalian yang perlu dilakukan: - Pola pengembangan teknologi pencegahan kebakaran hutan antara lain pembakaran terkendali - Pola pengembangan kelembagaan masyarakat :
-sistem informasi kebakaran -sistem pencegahan -sistem pengembangan -sistem pengawasan -kebijakan dan peraturan
PAPARAN II Pembicara :Akhmad Wahyu Pribadi Instansi :PT. Lonsum Tema :Pengalaman Pengelolaan Kebakaran (Metode Pembukaan Lahan Tanpa Bakar
Khususnya Di Daerah Rawa)
• PT. Lonsum pertama sekali membuka lahan perkebunan dengan melakukan pembakaran hutan, tapi sekarang tidak lagi
• Dalam pengelolaan perkebunan dibuat drainase yang bertujuan menjaga aliran air dan mengeringkan lahan, air dapat dimanfaatkan bila terjadi kebakaran.
• Pembuatan subsidiary drain dibuat serendah mungkin untuk mengeringkan lahan dan memecah api yang berasal dari bawah.
• Perbandingan sistem bakar dan tanpa bakar: Bakar Tanpa Bakar
-Air, udara dan tanah tercemar tidak tercemar -kesehatan terganggu meningkat -biaya murah mahal PAPARAN III Pembicara :Marc Nicolas Instansi :EU SCKPFP Tema :Pengelaman Pengelolaan Kebakaran Di HPH / HTI Dengan Melibatkan Pihak-
Pihak Terkait Di Kalimantan Kini saatnya untuk melakukan aksi nyata . Rencana aksi yang seharusnya adalah menyiapkan kelompok-kelompok terlatih dan berpengalaman yang khusus menangani soal-soal kebakaran hutan terutama di propinsi-propinsi rawan apiOleh karena itu, dengan kewenangan yang ada pada dinas kehutanan, dibutuhkan upaya yang esegera untuk mengumpulkan semua mitra potensial untuk bekerjasama dalam prakarsa pencegahan kebakaran Mitra dalam pengelolaan kebakaran hutan : 1.company - 2.masyarakat - 3.pemerintah - 4.lembaga wadaya masyarakat - 5.donor Dalam menerapkan logika implementasi pengelolaan kebakara SCKPFP berperan sebagai katalis dari berbagai kelompok yang bersifat multi disiplin dan multi kepemilikan yang di dalamnya termasuk lembaga-lembaga pemerintah di tingkat propinsi dan kabupaten, HPH perguruan tinggi, LSM, dan masyarakat lokal.Proses pengembangan kemampuan ini divbgi dalam beberapa aspek pengelolaan kebakaran hutan , yaitu :
1. Perencanaan pengelolaan kebakaran 2. pelatihan untuk pencegahan 3. pemadam dan penyelamatan 4. penelitian dan pengembangan 5. pengelolaan berbasiskan masyarakat
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
34
Dua sistem dalam mengatasi kebakaran : - Sistem pencegahan: Memikirkan tindakan sebelum terjadi masalah antara lain jalan
masuk kelokasi kebakaran, sumber air dan masyarakatnya. -Sistem pengendalian : - ada sistem organisasi, komunikasi radio
- pelatihan bukan hanya peralatan - Rencana aksi : menyiapkan kelompok-kelompok terlatih - Peralatan pengelolaan kebakaran hutan
PERTANYAAN 1 Fatoni syarif untuk PT. MHP : -Bagaimana pembinaan masyarakat dengan terjadinya
kebakaran -Upaya-upaya pengendalian kebakaran dilahan gambut 2. Yayasan Kaffah untuk PT. SBA Wood : -Bisa berjalankan pola usaha tani terpadu -Pola ini melibatkan siapa saja 3. Dinas Perkebunan: - Kelembagaan masyarakat apakah ada hubungannya - PT. Lonsum diharapkan menjelaskan masalah adanya ganti rugi karena adanya kebakaran hutan JAWABAN
1. PT. SBA WOOD,untuk ke tiga pertanyaan : - Menawarkan pembinaan yang tidak mesti pertanian mungkin tanaman untuk lahan yang
cocok walaupun perlu input yang besar. - Harus dibantu lembaga masyarakat, contohnya di Tulung Selapan hanya lembaga
Kades Yang aktif - Agroforesty muda-madahan bisa berjalan, dengan bentuk yang sesuai dengan kondisi
lapangan. - Upaya pengendalian - dilahan gambut dikembangkan canal, tapi tidak bisa untuk skala
kebekaran berat seprti pada tahun1997. - Menara Pengawas.
2. PT. Lonsum * Toni : Ada struktur fire watch man - fungsi di lapangan ceck hama, kebakaran hutan - ada tangki air yang juga untuk tangki air minum. * Disbun : tahun 1997 tuntutan kebakaran di daerah Nibung untuk mengganti lahan di
pemda Mura bukan Lonsum yang membakar. sebenarnya Lonsum memberikan donasi bagi orang yang lahannya terbakar bukan
ganti rugi, tapi di masyarakat yang menyebar adalah bahwa Lonsum mengganti rugi karena Lonsum yang membakar.
PERTANYAAN 1.Hambali, dosen fakultas Hukum UNSRI
-Tidak dibahas sentuhan adat seperti marga yang cukup efektif untuk pencegahan kebakaran hutan. -tidak dibahas bagaimana mengatasi kebakaran.
JAWABAN Dari PT. Lonsum : Pernah melakukan pendekatan kepada masyarakat yang disebut Pancong Adat yang tujuannya juga mengharapkan hidupnya kembali lembaga adat.
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
35
Sessi IV. Pengelolaan Kebakaran Oleh Masyarakat
Agenda : Pengelolaan Kebakaran Oleh Masyarakat Hari/tanggal : Rabu / 24 Oktober 2001 Waktu : 16.00 – 17.50 WIB
Daftar Pembicara Nama Jabatan Instansi Topik/Judul Diki Simorangkir
Chairperson Bagian Ketiga
Pengelolaan Kebakaran oleh masyarakat setempat.
Nurdin Ishak Dewan Presidium
KSKP Sumbagsel Tata cara pembukaan lahan yang dilakukan oleh petani Sumatera Selatan pada umumnya.
Arhandi Dedi Umbu
Yayasan Putra Desa Yayasan Pandu Insani
Pola Pendekatan untuk mempromosikan pengelolaan kebakaran lahan hutan Berbasis masyarakat.
Akmal Maas
Masyarakat Peduli Muba
Menggagas penekatan structural dan cultural dalam penanggulangan kebakaran hutan di kabupaten Musi Banyuasin
Ir.Reni Marsiana, S.E.
Yayasan Kaffa Pengalaman yayasan kaffa di bidang kerjasama antara perusahaan besar dan masyarakat setempat – prospek memadukan pengelolaan kebakaran hutan kegiatan di bidang pengembangan pedesaan yang diadkan perusahaan swasta.
Nurcholis, SH Walhi/LBH Kesimpulan dari lokakarya kebakaran hutan dan lahan yang pernah dilakukan Walhi pada tanggal 14-15 September 2001.
PAPARAN I Pembicara : Nurdin Ishak Instans i : KSKP Muba Topik/Judul : Pengalaman Petani dalam Pengelolaan Kebakaran. Kebakaran hutan akan terjadi dari dua kejadian : 1. Terbakar Bisa terjadi karena pada waktu tiga bulan yaitu bulan Juli, agustus dan September ini, semua ranting-ranting atau daun-daun serta belukar dan semak-semak mati dalam keadaan kering (pada musim el-nino) dan hal ini bisa menyebabkan semua itu terbakar akibat dari panas yang berkepanjangan, juga dapat disebabkan oleh unsur yang tidak disengaja, misalnya dari api roko yang dibuang sembarangan di hutan atau dari percikan api bekas bakaran yang terbang.
2. Dibakar
Permbakaran yang dilakukan dengan unsur kesengajaan untuk tujuan tertentu, seperti yang dilakukan oleh petani untuk membuka ladang yang sudah menjadi kearifan setiap kali membuka hutan untuk perladangan baru, tetapi walaupun dengan cara membakar para petani tetap waspada dan teliti dalam melakukan pembakaran ladang. Cara-cara yang dilakukan oleh petani dalam melakuan pembakaran lahan untuk membuat ladang :
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
36
1. Membuat petak dengan menebas rumput-rumput atau kayu-kayu kecil. 2. Menebang kayu-kayu besar. 3. Hasil tebasan dan tebangan dikeringkan selama 15 hari sampai 1 bulan apabila dipandang sudah
kering baru mulai melakukan pembakaran. 4. sebelum melakuka pembakaran dilakukan pengekasan terlebih dahulu dengan ukuran 3-4 m
keliling lahan yang akan dibakar dan disapu dengan bersih supaya api tidak menyeberang ke lahan orang lain atau sekelilingnya.
5. Mengundang tetangganya yang terdekat terutama petani yang mempunyai lahan di sekeliling lahan yang dibakar. Apabila salah satu yang punya atau kebun disekeliling lahan tidak hadir, batal sementara sebelum hadir bersama. Apabila semua tetangga yang punya lahan di sekitar lahan yang akan dibakar sudah hadir semua dan siap untuk bertanggung jawab untuk menjaga api barulah pembakaran bisa dilakukan.
Pembakaran dilakukan pada waktu yang sudah ditentukan berdasarkan kemufakatan apabila api sudah padam dan bekas bakaran sudah menjadi abu, masyarakat kumpul kembali sambil mengontrol keliling berama dan apabila tidak ada lagi kemungkinan api yang masih tersisa maka dengan sangat gembira masyarakat bersama-sama mengucapka “selamat” itulah cara-cara yang dilakukan petani dalam membuat ladang, beberapa hari kemudaian dilakukan penanaman padi yang disertai dengan menanam tanaman lainnya. Alasan mengapa petani masih melakukan pembakaran setiap membuat ladang :
1. Dapat meningkatkan kesuburan tanah. 2. Mengurangi hama (semut) bagi tanaman muda (sayuran). 3. Mengusir binatang buas yang ada di sekitar lahan. 4. Mempermudah persiapan kayu untuk pagar, yang diambil dari sisa pembakaran.
Marilah kiata mencoba bertukar pendapat untuk mencari akar persoalan kebakaran hutan ini dengan mengintrospeksi diri sendiri atau mencari kesalahan orang lain, sebagai contoh. Jika kesalahan ini lahir dari masyarakat petani lokal jawabnya sulit kita menyalahkan karena lokalpun punya tata cara tersendiri dan hukum yang telah membudaya. Pertanggung jawaban kebakaran hutan apakah mungkin hanya menjadi tanggung jawab pemerintah terutama Departemen Kehutanan atau semua itu merupakan tanggung jawab kita semua sebagai warga. Kelemahan dalam mengatasi kebakaran hutan selama ini karena petani dalam mencegah kebakaran hutan selama ini belum diakui, padahal petani ikut menjaga hutan dari segala kemungkinan yang dapat menimbulkan kerusakan hutan. PAPARAN II Pembicara : Arhandi dan Dedi Umbu Instans i : Yayasan Putra Desa dan Yayasan pandu Insani Tema : Pola Pendekatan untuk mempromosikan pengelolaan kebakaran lahan hutan
berbasis masyarakat. Berdasarkan pengalaman YPD dalam pemberdayaan Masyarakat Pedesaan di sumatera selatan ada 3 hal penting yang perlu dilakukan bersama masyarakat :
1. Pola perencanaan program berbasis komunitas masyarakat • Penetapan situasi/ potret desa • Memandang ke mas adepan/cita-cita ideal • Perencanaan kegiatan/program • Memonitoring dan evaluasi/refleksi
2. Pola Pengorganisasian Masyarakat Jumlah anggota kelompok idealnya berkisar antara 20-30 orang anggota. Ada 5 aspek penting yang perlu diberdayakan dalam organisasi kelompok swadaya Masyarakat Yaitu:
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
37
• Aspek Organisasi Kelompo (AD?ART, Kepengurusan) • Aspek Administrasi Kelompok (administrasi organisasi dan keuangan kelompok). • Aspek Pemupuka Modal (Modal Kekuatan dari dalam sendiri dan luar) • Aspek Usaha-usaha kelompok (usaha kelompok dan perorangan) • aspek kemitraan kelompok (sesama kelompok, BUMN pemerintah, LSM Badan-badan
Internasional).
3. Pola pendampingan Masyarakat Pengelola Kebakaran Hutan Pendamping masyarakat harus memiliki jiwa ksatria, punya komitmen, bermoral, dan tulus/ikhlas, tanpa ini semua seorang pendamping tidak akan berarti bagi masyarakat yang didampingi.
PAPARAN III Pembicara : Akmal Maas Dan Zazili Mustopa,SE Instans i : Masyarakat Peduli MUBA Tema : Menggagas Pendekatan Struktural Dan Kultural Dalam Penanggulangan
Kebakaran Hutan Di Kabupaten Musi Banyuasin. Kebakaran Hutan Kebakaran hutan yang tidak terkendali biasanya disebabkan karena tindakan manusia. Namun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi karena alam. Kemarau panjang secara alami dapat menyulut teerjadinya kebakaran di areal perkebunan karet.Kebakaran hutan dengan eskalasi yang besar umumnya disebabkan karena kesalahan manusaia (human error) bukan oleh alam. Kebakaran yang disebabkan karena tindakan manusia pada diawali dengan pembersihan lahan (land clearing). Titik kebakaran akan meluas dari areal yang di Land clearing ke areal yang mudah terbakar misalnya alang-alang, belukar, padang rumput, dan rawa gambut. Apabila kebakaran mencapai rawa gambut kebakaran akan terjadi di bawah tanah. PAPARAN IV Pembicara : Ir. Reni Mursiana, SE Instans i : Yayasan Kaffah Tema : Pengalama Yayasan kaffah dibidang kerjasama antara perusahaan besar dan masyarakat setempat. Pola kerjasama yayasan kaffah :
1. Metode pragmatis • Teknologi PBO (pengurai bahan organik) • Manajaeamen UTC (Uang tunai cepat) • Suluh akhlaqul karimah (Bersatu Teguh Bercerai runtuh)
2. Metode Tematis PAR (Participatory action Research) • Agrotrisula (Zero emission) • Aslitulus (zero Costing) • Anti-culas (Zero leakage)
Aplikasi terhadap isu kebakaran hutan :
1. Sebar PBO Berarti “ pendayagunaan bahan organik” sehingga memotivasi anti pembakaran.
2. Sebart agrotrisula
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
38
Berarti “peningkatan intensifikasi 5 M (mudah, murah, massal, meriah, madani) sehingga memberantas tebang tebas bakar.
3. Sebar persatuan Berarti Penciptaan rasa tanggung jawab bersama kepada Tuhan dan masyarakat sehingga mengentaskan sikap mau untung dan enak sendiri.
PAPARAN V Pembicara : Nurcholis,SH Instansi : : LBH Tema : Kesimpulan dari lokakarya kebakaran hutan dan lahan yang pernah di adakan Walhi pada 14-15 September 2001 Tujuan Lokakarya tersebut :
1. Menggagas suatu langkah strategis dan multi-stakeholder sebagai antisipasi kebakaran hutan di Sumatera Selatan.
2. Merencanakan suatu jaringan kerja yang multi-stakeholder dalam menanggulangi kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan.
3. Merancang mekanisme koordinasi yang jelas dalam jaringan kerja pada masing-masing stakeholders.
Hasil yang ingin dicapai :
1. Adanya metode strategi yang jelas sebagai langkah antisipasi terhadap kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan.
2. Adanya jaringan kerja yng multi stake holder untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan.
3. Adanya mekanisme koordinasi yang jelas dalam jaringan kerja pada masing-masing stakeholders.
Fakta yang ingin diungkapkan
1. Kondisi objektif luas lahan hutan di Sumatera Selatan hanya tinggal 3,3 juta ha 1,9 dalam keadaan penutupan dan bukan merupakan hutan alam dan; 1,3 juta ha sudah berpenutupan dan bukan mutlak hutan alam lagi dan; 180.000 ha saja yang merupakan virgin forest dengan catatan bukan suatu bentangan.
2. Terjadi perubahan struktur masyarakat, salah satu penyebabnya adalah pemberlakuan UU No. 5 tahun 1979. Kondisi masyarakat adat sudah pecah dalam desa-desa sehingga kultur dan kearifan yang ada sudah ada yang hilang.
3. Tekanan dari pihak internasional berpengaruh terhadap kebijakan yang diambil dan masuk dalam Loi IMF dan persyaratan kerjasama dengan pihak luar negeri.
4. Lemahnya penegakan hukum meskipun sudah terdapat instrumen hukum yang dapat digunakan seperti UU No. 23 tahun 1997 atau UU No 41 tahun 1999 yang memberikan sanksi cukup berat yaitu kepada pihak-pihak yang secara sengaja melakukan pembakaran hutan dapat dihukum maksimal 15 tahun atau denda 5 milyar rupiah.
5. Sejak tahun 1997 telah dilakukan pelarangan pembukaan lahan dengan pembakaran yaitu dengan keluarnya SK Dirjen PHPA No. 152/Kpts?DJ-VI/1997 yang mencabut SK Dirjen PHPA No. 47/Kpts/DJ-VI/1997 tentang petunjuk teknis pembakaran terkendali.
6. Adanya konflik pertahanan yang terus berlangsung sampai dengan saat ini, antara masyarakat dengan perusahaan-perusahaan perkebunan yang mulai degang penggusuran tanah masyarakat secara paksa pada awal tahun 1990-an.
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
39
Rekomendasi Lokakarya Walhi
1. Dalam hal memberikan izin investasi terhadap perusahaan harus berorientasi pada penyelamatan lingkungan hidup terutama pada tata guna lahan.
2. Perlu ada komunikasi antar stakeholders, khususnya pertukaran informasi. 3. Mendorong keterlibatan masyarakat secara lebih luas, bisa melalui intervensi pendidikan
lingkungan hidup yang ditekankan pada masalah kebakaran hutan. 4. Peningkatan kesejahteraan masyarakat. 5. Dalam hal law enforcement perlu adanya pengawasan dan tekanan secara massive dari
masyarakat. 6. Terkait masalah koordinasi infomasi dengan instansi terkait, harus ada transparansi dan
sosialisasi keadaan lapangan sesuai dengan kenyataan. 7. Sosialisasi dampak kebakaran hutan serta aturan hukumnya (khususnya sanksi).
Catatan tentang peserta Lokakarya Walhi Dinas kehutanan, FFPCP, BMG, PT. MHP, BAPEDALDA, Ornop, Pers, DPRD Musi Banyuasin, Organisasi Rakyat. DISKUSI PERTANYAAN Nama: Aina Rumiati Aziz Instansi : Majalah Forum Keadilan Ditujukan Kepada : Walhi/LBH Pertanyaan:
- Para peladang berpindah dituding sebagai penyebab kebakaran hutan, apa benar mereka ?
- Apa bukan perusahaan HPH yang menjadi penyebab utama, perusahaan di Riau, diadili ?
- Pada tahun 1997, 176 perusahaan yang melanggar hukum tetapi cuma satu perusahaan yang dinyatakan bersalah (perusahaan di Riau).
Nama : Ipi Magrang Cawang Instansi : Kesatuan Solidaritas Kesejahteraan Petani (KSKP) Ditujukan Kepada : Yayasan Putra Desa Pertanyaan :
- Yayasan Putra Desa sudah 25 tahun tapi seberapa jauh kegiatan yang dilakukan dan wilayahnya dimana
- Aku baru lihat berdasarkan makalah di sini hanya wacana dari beberapa tahun berdiri sifatnya hanya promosi, saranku memperdayakan masyarakat di sekitar hutan itu lebih baik.
Nama : Fathoni Syarif Instansi : Dinas Perkebunan OKI Ditujukan Kepada : Nurdin Reni Pertanyaan :
- Terlalu berani membuat makalah yang menyalahkan perusahaan - Dengan PBO berapa kira-kira 1 Ha lahan berapa rupiah
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
40
JAWABAN Nur Kholis Tahun 1997 sampai dengan hari ini ada 176 perusahaan yang dituduh merusak hutan. Lemahnya law enforcement di Riau hukum berhubungan dengan pemilik modal. Lebih baik advokasi dilakukan di lapangan. Rekonsolidasi sangat penting. Jika membicarakan kearifan lokal tinggal kenangan. Catur wangsanya mengawal hukum yang sudah ada tetapi law enforcement tidak kuat berhubungan dengan uang. Hukum tidak mampu memberikan jaminan untuk kelas bawah. Walhi tahun 1997 menggugat 11 perusahaan hanya 1 perusahaan yang dinyatakan bersalah yaitu PT. MHP dan perlu diingat ketika mengajukan gugatan, majelis hakim mempertanyakan undang-undang apa yang akan digunakan. Pak Nurdin Menyalahkan perusahaan sebagai penyebab karena adanya kasus tanah, kebakaran dari 8 kabupaten. Yang dibicarakan bukan hanya sekedar inspirasi sendiri tetapi dari adanya berbagai pengaduan yang diajukan dari berbagai KSKP di berbagai kabupaten. Ada 4 tuntutan : 1. Selama ini pemerintah tidak adil terhadap petani lokal dibanding perusahaan internasional. Padahal
petani lokal mampu melestarikan. 2. Perkebunan internasional tidak melibatkan petani lokal. 3. Mengapa pemerintah rela 4. Pemerintah tidak perduli dengan petani lokal yang terkena kebakaran. Mengapa pemerintah tidak sayang dengan usaha yang besar tersebut. Korban-korban menadahkan tangan. Reni
Penguraian bahan organik yang berasal dari cairan yang tidak sedikit pun mengandung bahan kimia. Bokasi yang dicampur dengan PBO (satu sendok teh) adalah sama dengan pupuk kompos. Biaya dalam satu hektar :
Satu botol PBO (satu liter = lima ton pupuk kimia) = Rp 10.000
Kalau keasaman tinggi dicampur dengan Dolomut.
Selain dari tiga penjelasan di atas masyarakat juga didekatkan dengan sentuhan akhlakul karimah. Akhlak tidak disentuh tidak ada gunanya karena masyarakat kecil sudah terpengaruh dengan hal-hal yang negatif, seperti judi, dadu dan sebagainya. Yayasan Putra Desa Sudah didirikan sejak 8 tahun yang lalu dan berada di desa-desa, juga mendampingi 2.500 anak .
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
41
KESIMPULAN SESI IV Banyak pihak dan stakeholder yang mempunyai niat dn kepentingan yanng berbeda kita tidak mencari siapa yang salah karena keadaan sudah begini. Kembali ke akhlak, moral kita masing-masing yang diharapkan apa yang dapat dilakukan. Kita tidak butuh laporan prosiding karena sudah banyak yang pintar tentang hal tersebut. Ada tiga faktor kebakaran hutan : 1. Cuaca 2. Bahan Bakar 3. Api Berhubungan dengan hal tersebut pemadaman harus dilakukan namun pencegahan yang sangat penting. Pemadaman juga penting tetapi bukan solusi.
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
42
Hasil Diskusi Kelompok, 25 Oktober
Kelompok 1. Pengelolaan kebakaran di areal konservasi (Kasus Calon Taman Nasional Sembilang)
KOMPOSISI KELOMPOK Tipe Pihak/Daerah OKI MUBA LAIN JUMLAH Pemerintah 2 5 7 Swasta/Perusahaan Masyarakat/Petani LSM 1 5 6 Akademisi/Pers JUMLAH 13
SIFAT KEBAKARAN DI SEKITAR TAMNAS SEMBILANG (PANDANGAN SECARA TIDAK LANGSUNG DARI PESERTA)
Di Mana Terjadi?
Kapan? Apa yang terbakar?
Siapa pemilik nya?
Bagaimana mulainya?
S.Benu 1970-an/1990 Rawa-rawa, hutan bakau
Masyarakat lokal Dari kegiatan pembukaan lahan dan pemukiman
Semenan- Banyuasin
1983/1997 Rawa-rawa Calon Taman Nasional
Pembakaran untuk perikanan
P. Alang gantang
1970-an/1990 hutan bakau Calon Taman Nasional
Dari kegiatan pembukaan lahan
Pulau Betet 1980-an hutan bakau Calon Taman Nasional
?
Di Luar Kawasan Taman Nasional Karang Agung 1997 Hutan rawa Transmigrasi Pembukaan Lahan S. Sembilang 1997 Hutan Gambut Transmigrasi Pembukaan Lahan S. Kepahiyang 1991 Hutan Gambut Masyarakat/
HPH ?
S. Merang 1991/94 Hutan Gambut Masyarakat/ HPH
?
DAMPAK KEBAKARAN DI SEKITAR TAMNAS SEMBILANG
Dampak Positif/
Manfaat Kepada siapa? Dampak Negatif Kepada siapa?
Menghilangkan hama/ mengusir binatang
Masyarakat Pengrusakan lahan/kesuburan lahan
menurun
Hutan/ Masyarakat
Pempermudah pembukaan
lahan/Biaya murah
Masyarakat Perusahaan
Berkurang Plasma Nuftah
Hutan
Penjualan Masker Penjual Menganggu transportasi
Masyarakat
Perbaikan Vegetasi ?
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
43
PENYEBAB KEBAKARAN DI SEKITAR TAMNAS SEMBILANG
1. Pembukaan Lahan 2. Konflik Lahan 3. Perburuan / Perikanan 4. Sebab Lain 5. Musim Kemarau El Nino
USULAN PENCEGAHAN
Kegiatan Pelaksana 1. Penyuluhan / Latihan
- Penyebaran Komik - Pemutaran Film - Audiensi dengan saksi hidup
korban kebakaran - Kampanye radio - Pemasangan rambu
- LSM – Pemerintah - Masyarakat - Swasta
2. Patroli - Rutin - Khusus
- Pemerintah (KSDA) - Masyarakat
3. Monitoring Patroli - LSM 4. Pembuatan Perda - Pemerintah – Masyarakat
USULAN LANGKAH BERIKUTNYA
Task Force
SATELIT
Fire Danger Rating Letak Pemukiman/Jalan Kondisi Vegetasi Rencana Pembukaan Lahan
Diseminasi
Informasi Voluntir LSM Pemerintah
FORUM
PETA RAWAN KEBAKARAN
DINAMIS
• PENYULUHAN – PELATIHAN – PATROLI/POSKO
• SARANA / PRASARANA PERSIAPAN ALAT TRADISIONAL /
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
44
Kelompok 2. Pengelolaan kebakaran di daerah rawa / sonor
KOMPOSISI KELOMPOK Tipe Pihak/Daerah OKI MUBA LAIN JUMLAH Pemerintah 2 4 6 Swasta/Perusahaan Masyarakat/Petani 2 4 6 LSM 6 Akademisi/Pers 1 1 2 JUMLAH 5 4 11 20
FISIOGRAFI / TIPOLOGI LAHAN RAWA
- Lebak dalam - Lebak tengahan - Tepian sungai - Rawa Pasang Surut
DAMPAK KEBAKARAN DI DAERAH RAWA / SONOR
1. Dampak Positif
- Menyuburkan tanah / jangka pendek - menambah penghasilan - pembukaan lahan mudah, murah, efektif - pendayagunaan lahan (sonor) - terpeliharanya nilai-nilai gotong royong
2. Dampak Negatif
- Asap, Polusi - Secara jangka panjang tidak peyuburkan tanah - meningkatkan jumlah pupuk, terjadi mahal - penyebaran api keluar areal - merusak ekosistem - hilangnya satwa-satwa di hutan
SEBAB KEBAKARAN DI DAERAH RAWA / SONOR
1. Aktivitas Pembukaan Lahan
- sonor / musim kemarau panjang - rutin/ tahunan - perusahaan
2. Aktivitas Pencarian Ikan 3. Ketidak sengajaan / rokok 4. Ketidakjelasan status lahan
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
45
USULAN PENCEGAHAN DI DAERAH RAWA / SONOR
Sebab Kebakaran
Usulan Pencegahan Hambatan
Pembukaan Lahan - sonor - rutin/ tahunan - perusahaan
- Sosialisasi bahaya kebakaran
- pertanian mandiri - diubah jadi lahan
perkebunan - budidaya gelam - perketat pengawasan
dan sanksi - libatkan masyarakat
- Biaya - tidak ada bantuan - kurang kerjasama
dengan pemerintah
Aktivitas Pencarian Ikan
- Ganti api dengan strum / aki
- Biaya
Ketidak sengajaan / rokok
- Sosialisasi - penyuluhan - pelibatan masyarakat
Ketidakjelasan status lahan
- penyesuaian tata guna lahan / peta antar instansi terkait dan masyarakat
- kejelasan batas-batas di lapangan
USULAN KERJASAMA ANTAR INSTANSI UNTUK PENCEGAHAN KEBAKARAN DI DAERAH RAWA / SONOR
♦ PEMERINTAH
à Bantuan masalah teknis dan pendanaan
à Perubahan penggunaan lahan-lahan sonor menjadi areal pertanian intensif atau
perkebunan
à Meningkatkan saran dan prasarana untuk masyarakat
à Mengefektifkan kerja penyuluh di lapangan
à Kemudahan akses untuk memperoleh data/informasi/peta
à Kerjasama antar instansi terkait dalam pembuatan “Satu” peta penggunaan / kepemilikan
lahan dan memperjelas secara detil
♦ AKADEMISI / PENELITI
à Mencari teknologi tepat guna, khususnya pertanian intensif di areal rawa
à Penyuluhan, pelatihan
à Technical Assistant
à Penyediaan data / informasi / peta
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
46
♦ SWASTA
à Investasi di areal rawa, kerjasama dengan masyarakat co/ KKPA
à Memperjelas batas-batas perusahaan bekerjasama dengan masyarakat, guna mengurangi
potensi konflik
♦ LSM
à Pendampingan dan penyuluhan intensif di lapangan
à Menjadi alat kontrol bagi masyarakat, perusahaan dan pemerintah
♦ MASYARAKAT
à Memberikan dukungan secara nyata
à Memperjelas batas-batas areal kepemilikan masyarakat
USULAN UNTUK LANGKAH BERIKUT LOKAKARYA
• Membangun organisasi kebakaran hutan – lahan (partisipatif)
• Pelatihan relawan kebakaran H-L
• Konsistensi dan komitment, realisasi usulan (NATO?)
• Monitoring dan Evaluasi
• Dukungan masyarakat harus diperhatikan (timbal-balik)
• Pelibatan masyarakat dalam pembuatan kebijakan partisipatif)
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
47
Kelompok 3. Pengelolaan kebakaran di HPH/HTI
KOMPOSISI KELOMPOK Tipe Pihak/Daerah OKI MUBA LAIN JUMLAH Pemerintah 1 2 2 5 Swasta/Perusahaan 2 2 Masyarakat/Petani 1 1 LSM 2 3 5 Akademisi/Pers 1 1 JUMLAH 6 2 6 14
PENGALAMAN LANGSUNG DARI PERSERTA TERHADAP KEBAKARAN
Di Mana Terjadi?
Kapan? Apa yang terbakar?
Siapa pemilik nya? Bagaimana mulainya?
Sekayu + Mangunjaya
1982 (48 jam) 1997
Alang-alang Transmigrasi (500 KK/1000 ha)
?
OKI – lokasi transmigrasi air
sugihan / Tulung Senapan
1987 1991 1994 1997
Hutan Alang-alang lahan usaha
HPH Masyarakat
sonor ngelebung
illegal loggers
Hutan Wisata Punti Kayu
1997 Hutan DepHut dari masyarakat/pertanian
Bayung Lincir (MUBA)
1997 Semak + HTI HPHTI (300 ha) ?
Jirak, Sungei Penuh
1995 Karet Acacia
BRLKT (500 ha)
?
DAMPAK DARI KEBAKARAN DI DAERAH HPH/HTI
♦ DAMPAK POSITIF
à Kesuburan tanah (jangka pendek) èpetani
à Mengurangi biaya penyiapan lahan èpetani + swasta
à Memudahkan penyiapan lahan
à Sifat-sifat kimia tanah (pH 4)
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
48
♦ DAMPAK NEGATIF
à Hutan gundul
à Sifat sebagai “penangkap air”
à Banjir
à Tanah longsor
à Kerusakan lahan (Jangka panjang)
à Kimia (pH) / Biologi
à Kesehatan
à Transportasi
à Mengganggu hubungan Internasional
à Menurunkan kesejahteraan masyarakat
à Biodiversity (plasma nutfah)
SEBAB KEBAKARAN DI DAERAH HPH/HTI
à Untuk tujuan tertentu :
1. Penyiapan lahan (mudah, murah, cepat) + kelalaian
2. Menghilangkan jejak / melepaskan tanggung jawab
3. Konflik kepentingan (lahan, sumber daya, sosial)
4. Akses ke sumber daya alam
5. Kelalaian (berburu, kemping, dsb)
à Iseng
USULAN PENCEGAHAN KEBAKARAN
Sebab Kebakaran Usulan Pencegahan Pengalaman Hambatan
Penyiapan lahan, mudah, murah, cepat. Kelalaian
- Pemberdayaan lembaga-lembaga masyarakat,
- Penyusunan perangkat peraturan Penegakan hokum
- Intensfikasi usaha tani terpadu
HPH MHP / Yayasan Kaffah / PT SBA
Hanya di daerah tanpa kayu + dana + skill
Menghilangkan jejak (Tg.-Jawab)
- Penegakkan Hukum - Moral
Konflik SOS (lahan, SD & Sosial)
- Penyelesaian konflik - Tata guna lahan di sempurnakan - PH bersama masyarakat - Mengakui hak rakyat
Kelalaian (kurangnya pengetahuan dan keahlian)
- Sosialisasi tentang penanggulangan kebakaran - pelatihan
Akses ke sumberdaya
Sda 1
Iseng - Penegakkan Hukum - Moral
Berdampak pada semua terutama masyarakat setempat
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
49
USULAN KERJASAMA DALAM PENCEGAHAN KEBAKARAN
Usulan LSM Swasta Akademisi Pemerintah Pemberdayaan masyarakat (lembaga, aturan)
Pendampingan fasilitator, motivator, pengawasan inisiator
Fasilitator pendanaan inisiator
Litbang penyediaan informasi pendampingan
Koordinasi, pengawasan, pendanaan, evaluasi
Penegakkan Hukum
Pengawasan data + info pelaporan
Data + Info Sama Pelaksanaan
Intensifikasi + Usaha tani terpadu
Sda 1 Sda 1 Sda 1 + Transfer Teknologi
Bintek koordinasi monev pendanaan
Penyusunan perangkat peraturan
Memberikan input sosialisasi
Input Penelitian, pengkajian, sosialisasi
Pelaksanaan, pendanaan
USULAN UNTUK LANGKAH BERIKUT LOKAKARYA 1. Membentuk forum komunikasi penanggulangan kebakaran hutan & lahan Propinsi Sumsel yang
beranggotakan semua pihak terkait
2. Penyediaan perangkat pendukung forum tsb.
3. Pengadaan sarana + prasarana pemadam kebakaran di tingkat desa (hand tools + pompa air)
4. Pelatihan & sosialisasi
5. Data base + sistim informasi
6. Pengembangan Usaha Tani terpadu
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
50
Kelompok 4. Pengelolaan kebakaran di perkebunan rakyat dan besar
KOMPOSISI KELOMPOK
Tipe Pihak/Daerah OKI MUBA LAIN JUMLAH Pemerintah 1 3 4 Swasta/Perusahaan 2 5 7 Masyarakat/Petani 2 2 LSM 1 5 6 Akademisi/Pers 1 1 JUMLAH 2 4 14 20
PENGALAMAN LANGSUNG TERHADAP KEBAKARAN DI PERKEBUNAN
Di Mana Terjadi?
Kapan? Apa yang terbakar?
Siapa pemilik nya?
Bagaimana mulainya?
Desa Sribandung Tanjung Atap
96 & 98 Kebun Karet Lahan rakyat desa Tanjung atap = 3 orang. Desa Sribandung = 40 orang
Imbas pembakaran PTPN VII Cinta Manis
Kec. Tj. Batu April – Oktober / Setiap Tahun
Kebun Tebu PTPN VII Cinta Manis
Sengaja dibakar
Kec. Bayung Lincir - Muba
1997 Kebun Sawit + 300 ha
PT Hindoli Kebun berdampingan dg hutan / dua-duanya terbakar
Mesuji - OKI Juni – Okt 97 Kebun Sawit + 200 ha
PT Selapan Jaya Karena lahan belum dikonversi menjadi plasma
Desa Sukajadi Kec. Lahat (lembah Bkt. Barisan)
97 Kebun Karet – Kopi = 30-40 kk + 100 ha
Petani
Desa Srimulyo 97 Kebun Karet + 30 ha
PT Pinago Utama
Musi Rawas Desa Sungai Batang Rawas Ilir
97-98 Hutan Inhutani V + 1000 ha
Pembukaan jalan baru oleh PT
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
51
PANDANGAN (TIDAK LANGSUNG) TERHADAP KEBAKARAN DI PERKEBUNAN
Di Mana Terjadi?
Kapan? Apa yang terbakar?
Siapa pemilik
nya?
Bagaimana mulainya?
Sekayu-Muba Kec. S. Keruh & Kec. B. Toman
Sept 97 Karet, Jeruk + 200 ha
Petani - Rakyat, karena ganti rugi sedikit
- Ada perusahaan perkebunan yang melakukan pembakaran dalam proses land clearing (high cost)
- Orang-oramg yg lalu lalang dijalan
- Berburu, krn rusa senang makan rumput muda pasca pembakaran
Bayung Lincir - Kebun Masyrakat - Hutan
- Perapian yang dibuat o/ penebang liar
Suban Jeriji Muara Enim Blok Sodong
Juli 2001 Tumpukan Kayu Acacia 1000 m3
MHP - Karena kasus tanah tdk selesai
- Rekanan perusahaan / persaingan bisnis
DAMPAK DARI KEBAKARAN
DAMPAK POSITIF PADA SIAPA DAMPAK NEGATIF PADA SIAPA Land Clearing :
- Murah, cepat, mudah
- Mengurangi hama
- Perusahaan - Perkebunan
- alih fungsi profesi Petani mjd buruh
- Polusi : asap & debu - Kerusakan ekosistem - Kebakaran yg
meluas - Dampak politik,
ekonomi (hubungan international)
- Masyarakat - Lingkungan - Negara
Land Acquicition : Mudah, cepat
Perusahaan Melemahnya posisi tawar pemilih lahan
- Rakyat pemilik lahan
Membuka lahan u/ perkebunan rakyat : teknologi yang terjangkau
Non perusahaan : petani
Rentan kebakaran ditempat lain
- Lingkungan di sekitarnya
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
52
USULAN PENCEGAHAN KEBAKARAN
SEBAB KEBAKARAN
USULAN PENCEGAHAN
PENGALAMAN HAMBATAN
- Pajak Lingkungan (Izin membakar)
- Pajak lebih mahal daripada menggunakan teknologi mekanik
- Korupsi - Kolusi - Nepotisme
- Pendekatan Legal : - Peraturan - Sanksi
- Lemahnya penegakan hukum
FINANCIAL
- Sertifikasi - “eco-label” Iso 14001
- KKN
Teknologi - Organisasi Pendidikan
- Pemberdayaan Masyarakat
Penanggulangan - Latihan - Peralatan
- Proyek-proyek
- Sarana & prasarana, skill & Jaringan
USULAN KERJASAMA DALAM PENCEGAHAN KEBAKARAN
USULAN MASYA-RAKAT
LSM SWASTA AKADEMISI PEMERINTAH
Finansial : - Pajak lingkungan - Pendekatan legal - Sertifikasi
Sumber informasi
Study (PAR) Sumber Informasi
Study Membuat kebijakan
Teknologi Pemberdayaan masyarakat 1. Organisasi 2. Pemberdayaan
Dukungan Informasi
Fasilitator Dukungan teknologi, skill, dana
Riset Pelayanan
Penanggulangan Partisipasi aktif
Fasilitator Peran Aktif Riset Penyebaran informasi
Motivator Peran aktif
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
53
Presentasi dan Diskusi Pleno mengenai Hasil Diskusi Kelompok Pertanyaan
1. Salah satu penanggulangan kebakaran hutan dengan perda Kurang sepakat untuk sembilang. 2. Dayak Penyebab kebakaran dari puntung rokok belum pernah terlihat secara fakta.
Jawaban 1. - Perda umumnya berintikan belum ada alur yang jelas untuk masalah kebakaran hutan.
- Kurang sependapat bahwa perda dengan Sk gubernur tetapi melihat kekuatan hukum lebih tinggi dari Sk Gubernur
2. Rokok bisa membuat kebakaran (rokok yang biasa dipakai para petani atau besar). Tanggapan untuk pertanyaan Rokok jambu bias membakar (rokok apa saja) tentang persoalan puntung rokok hanya kelalaian (manusia menjadi penyebab utama kebakaran oleh karena itu perlu sosialisasi, penyuluhan, latihan dan lain-lain.
Pertanyaan 1. Apakah selama ini ada penyuluhan tentang pembukaaan lahan dengan zero burning. 2. Tidak sependapat pada pajak lingkungan yang membakar hutan atau lingkungan (artinya kita
mengizinkan pembakaran) Jawaban
1. Diharapkan langsung ke lokasi perusahaan yang membuka lahan dengan zero burning. 2. kalau dikenakan pajak seolah-olah mengizinkan tapi selama ini sudah dilarang pun masih
terjadi mengapa tidak dikeluarkan keputusan dengan mengenakan pajak. Pertanyaan
1. ada kontradiksi yang terjadi yaitu masyarakat petani tradisional dan perusahaan besar dan dihubungkan dengan peraturan yang mestinya semua pihak sama dimuka hukum karena itu hanya untuk perusahaaan besar sedangkan yang disebabkan oleh petani itu bisa jadi potensi kebakaran tidak dipersoalkan.
2. Bagi perusahaan yang melakukan zero burning dimana ? Jawaban
1. Saat ini tidak ada peraturan di Indonesia melarang membakar ladang sendiri yang ada hanya UU no 41 yaitu UU yang melarang membakar hutan. Dalam UU ada alasan yang dikecualikan sehingga untuk masyarakat masih ada, khusus perusahaan besar diberikan sanksi yang lebih besar.
Tanggapan :
1. Pembakaran boleh asal untuk hal-hal yang khusus dan dalam skala kecil atau terkendali. 2. Pihak perusahaaan mengaku aadanya pembakaran hutan sementara mengapa pemerinta
membantah hal tersebut karena itu sekarang yang penting bagaimana ke depan jangan terjadi pembakaran.
Rekomendasi :
1. Usulan adanya forum 2. Masalah penegakan hokum 3. Kembali ke individu masing-masing
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
54
Evaluation Of Workshop By Participants (English Summary) At the end of the workshop, the participants were given a 2 pages evaluation form (see appendix 2). The full results of the evaluation, are presented in the next section. Below is a brief summary in English.
1. Evaluation of the Papers Presentations The papers presentations which took place during the first day were rather well appreciated, with an average rating of "interesting enough". The most appreciated session was the one on "Fires and Land Use", which was rated "interesting enough" to "very interesting".
2. Evaluation of the Group Discussions The group discussions received a very good rating, they were usually found "very interesting". The participants appreciated that the small groups enabled a good interaction and that everybody could participate. The plenary session during which the results of the group discussions were presented received also a good commentary ("interesting enough" to "very interesting") but the time allocated for discussion was considered too short.
3. Representativity of the Workshop Members The participants were asked whether they thought that the workshop members were a good representation of the stakeholders involved in fire management. Most participants thought that the representativeness was rather good, with the following comments: - some NGO members commented that the participation of farmers and village people was still too
low and that there was a surrepresentation of government and private companies - it was suggested that the BPN (Land Office) should have been included since they are a major
actor in land use policies - it was suggested that transmigrant farmers should have been invited, given the importance of fire
in/from transmigration areas.
4. Expression of the Participants point of view. The participants were asked whether their point of view was enough represented and expressed during the workshop. Most expressed the view that their point of view was well represented. However, some NGO members and farmers found that the time allocated for discussions and questions/answers was too short, so that they did not have time to ask their questions or express their views.
5. Information / points of view acquired during the workshop Participants indicated that the workshop enabled them to enlarge their knowledge and understanding of the causes and impacts of the fires, especially: - several participants mentioned that they learned during thw workshop that the fires were mostly
the result of human activities, especially land clearing, and not the result of accidental/ natural causes
- several participants mentioned that the workshop helped them to realize that the workshop is the responsibility and the problem of all stakeholders (everyone's problem, everyone's responsibility).
Some NGO members noted that the workshop revealed how strong some prejudices remain about the fires, for example the fact that so many participants blamed the fires on natural or accidental causes (cigarette butts), and the fact that the government and private companies are still tending to blame the fires on the farmers and villagers.
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
55
6. Other benefits from the Workshop Most participants emphasized the fact that the workshop enabled them to enlarge their contacts and network, to meet new stakeholders. The occasion to discuss between different types of stakeholders was strongly appreciated.
7. Steps that you expect or suggest after the workshop The participants made the following remarks and suggestions: - that the workshop should be followed with action in the field, down to the village level, and not
just remain as speeches - that the recommendations included in the official conclusions of the workshop should be
implemented - that all actions following the workshop should be done in a transparent way, with monitoring and
information of all stakeholders - that they were hoping that a multi-stakeholder forum would be built after this workshop to
continue discussing and to implement the results of the workshop
8. Other comments and recommendations The main comment and suggestion made by the participants was that similar workshop should be held in the future, but with a larger representation and a more active participation of farmers and village people. The detailed evaluation made by the different types of stakeholders can be seen in the next section (in Indonesian).
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
56
Evaluasi Hasil Lokakarya (Bahasa Indonesia)
S : Sangat menarik / C : Cukup menarik / K : Kurang menarik
S C K Komentar / Usulan
SESSI I - Paparan (Rabu 24, Jam 9:00-10:30)
PETANI
5 5
LSM
2 1 1 WALHI Sumsel : Sebagian besar pemakalah tidak menguasai materi yang diberikan ada juga materi yang tidak sesuai dengan alur yang di buat.
1 1 KKHL-Riau : Pihak Pemda memaparkan program instansi.
4 2 2 MPM : Waktu paparan diperpanjang.
1 1 BUMI : Sebaiknya pemakalah tidak diwakili sehingga bisa membantu pemecahan masalah.
2 2 KAFFAH : Paparan cukup baik namun realisasi terhadap kebakaran belum terealisasi. Program pemerintah pada prinsipnya baik, namun pelaksanaan di lapangan belum mencapai sasaran yang optimal.
INSTANSI PEMERINTAH 6 3 2 1
BAPPEDA MUBA : Sangat menarik : Paparan yang lugas, sistematis dan tidak muluk\muluk yang disampaikan Bpk. Fachurrozie Sjarkowi
Dinas PMD MUBA : Makalah yang disampaikan Bpk. Fachurrozie Sjarkowi sangat menarik dan perlu mendapat tindak lanjutnya.
Disbun Propinsi : Usul agar instansi terkait, pihak masyarakat (LSM dsbg), investor dilibatkan dlm penanganan kebakaran di proyek Uni Eropa.
BKSDA Sumsel : Paparan dari instansi terkait banyak yang hanya mewakili kepala instansi.
PERUSAHAAN SWASTA
2 1 1
PT. Cipta Futura : Kurang, karena materi sedikit dan tidak ada makalah.
PENILITI / AKADEMISI
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
57
S C K Komentar / Usulan
2 1 1
Wetlands International : Ada sebagian paparan yang berfokus pada struktur dan teori.
ANONYM 1
1
TOTAL 26
5
15
6
Sessi II (Kebakaran dan Penggunaan Lahan, Rabu 24, Jam 11:00 – 13:00)
PETANI
5 1 2 2
LSM 2 2 WALHI Sumsel + KKHL Riau :
Sedikit baik karena berdasarkan fakta-2 yang ada. 4 2 2 MPM :
Menambah pengetahuan kami tentang kebakaran dan penggunaan lahan.
1 1 BUMI : Kurang jelas contoh perusahaan/masyarakat yang membuka lahan dengan zero burning.
2 2 KAFFAH : Dapat menambah wawasan.
INSTANSI PEMERINTAH 6 2 4
BAPPEDA MUBA : Makalah yang disampaikan oleh Kepala Bappeda OKI cukup menarik dengan fakta-fakta yang ada di kab. OKI.
Dinas PMD MUBA : Makalah yang disampaikan oleh Kepala Bappeda OKI cukup menarik namun perlu realitasinya.
Disbun Propinsi : Paparan dari proyek FFPCP perlu memperlihatkan data dan fakta tidak hanya uraian/tulisan saja.
PERUSAHAAN SWASTA 2 1 1
PENILITI / AKADEMISI 2 1 1
Wetlands International : Banyak perencanaan yang dibuat oleh Pemda yang belum memaksimalkan masalah ekologi, konservasi.
ANONYMUS 1
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
58
S C K Komentar / Usulan
TOTAL = 25
10
12
3
Sessi III (Kebakaran di Perkebunan/HTI, Jam 14:00- 15:30) PETANI
5 4 1
LSM 3 2 1 WALHI Sumsel + KKHL Riau :
Sedikit baik karena berdasarkan fakta-2 yang ada. 4 1 3 MPM
1 1 BUMI : Belum jelas tentang pembukaan lahan dengan zero burning oleh perkebunan.
2 1 1 KAFFAH : Mendapat wawasan baru tentang teknologi pencegahan kebakaran terutama pola Agroforestri (“Pola usaha Tani Terpadu” yang disampaikan oleh pihak PT. SBA Wood Industries).
INSTANSI PEMERINTAH
6 1 5
BAPPEDA MUBA: Cukup menarik tentang pengelolaan kebakaran perkebunan/HTI tetapi tidak terlalu ada hal-hal yang baru.
Disbun Propinsi : Kebakaran di perkebunan besar pada dasarnya tidak di kehendaki oleh investor. Pada umunnya perkebunan rakyat, warga membuka lahan masih sisytim bakar karena kebiasaan (low cost). Kalau sudah kebakaran umumnya saling menunding.
PERUSAHAAN SWASTA 2 2
PT. Cipta Futura : Kami belum dapat makalah dari PT. Lonsum, padahal hal tersebut penting sebagai pedoman / acuan kami dlm mengatasi kebakaran lahan / hutan kami.
PENILITI / AKADEMISI 2 2
Wetlands International : Tidak dijelaskan suksesi setelah kebakaran.
ANONYM 1
TOTAL 25
5
18
2
Sessi IV (Pengelolaan Kebakaran oleh Masyarakat, Jam 16:00-18:00)
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
59
S C K Komentar / Usulan
PETANI 4
1
3
LSM
3 1 2 WALHI Sumsel + KKHL Riau : Baik. Apa yang disampaikan pemakalah sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan. Ternyata masyarakat lebih arif mengelola hutan dan lahan. Peserta dari masyarakat tidak seimbang secara kuantitatif dengan peserta dari pemerintah dan pengusaha, LSM.
4 2 2 MPM : Karena masyarakat/LSM diberikan kesempatan untuk menyampaikan padangannya.
1 1 BUMI : Kurang jelas / belum ada nama dan tempat kelompok masyarakat di masing-masing daerah.
2 KAFFAH : Bisa dimaklumi penyampaiannya.
INSTANSI PEMERINTAH 6 1 4 1
BAPPEDA MUBA: Menyuarakan fakta tata cara pembukaan lahan umtuk menyapapkan lahan guna penamanan.
Dinas PMD MUBA : Teknologi yang disampaikan perlu dikembangkan.
Disbun Propinsi : Masih merupakan wacana dan ini perlu diuji coba oleh proyek.
PERUSAHAAN SWASTA 2 1 1
PENILITI / AKADEMISI
2 2
Wetlands International : Sebagian paparan yang berfokus pada pengelolaan kebakaran, bukan pada pencegahan.
ANONYM 1
TOTAL 25
6
15
4
Diskusi Kelompok (Kamis 25, Jam 8:30-12:00)
Kelompok Sonor PETANI
3
3
LSM 1
1
WALHI Sumsel : Semua elemen yang hadir berperan aktif dlm proses diskusi.
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
60
S C K Komentar / Usulan
PENILITI / AKADEMIS
1
1
ANONYM 1
1
Total = 6 4 1 1
Kelompok Sembilang LSM
2 1 1
WALHI Sumsel : Sema elemen yang hadir berperan aktif dlm proses diskusi.
BUMI : Karena potensi alam yang perlu di lestarikan.
INSTANSI PEMERINTAH
3
3
PENILITI / AKADEMISI
1
1
Total = 6 5 1 0
Kelompok HPH/HTI LSM
1
1 MPM :
Karena penyampaian pendapat / usul / saran secara terbuka dan kekeluargaan.
PERUSAHAAN SWASTA
1
1
INSTANSI PEMERINTAH
1
1
BAPPEDA MUBA: Penyampaian yang komprehensif dan rekomendasi yang jelas dan terarah.
Total = 3 3 0 0
Perkebunan PETANI
2
2
LSM 2
2
KAFFAH : Karena temanya mengulas tentang bagaimanna cara pencegahan kebakaran yang baik dan ramah lingkungan.
PERUSAHAAN SWASTA
1
1
ANONYM 1
1
Total = 4 4 0 0
Sessi Pleno / Presentasi Hasil Diskusi Kelompok (Kamis 25, 13:00-16:00)
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
61
S C K Komentar / Usulan
PETANI 3
3
LSM
1 1 WALHI Sumsel : Antusiasme peserta cukup tinggi. Paparan masing-masing kelompok lumayan baik.
1 1 BUMI : Waktu presentasi dan diskusi sangat terbatas sekali. Perlu ditambah waktu agar dapat bertukar pikiran yang lebih baik.
2 1 1 KAFFAH : Pada dasarnya hasil yang disampaikan tiap-tiap kelompok adalah SAMA dan bisa disepakati. Banyak menerima tanggapan-tanggapan dan bantahan- bantahan (sangahan).
INSTANSI PEMERINTAH
3
2
1
BAPPEDA MUBA : Sebuah diskusi yang hidup. BKSDA Sumsel : Waktunya terlalu sempit.
PERUSAHAAN SWASTA
1
1
PENILITI / AKADEMISI
1
1
ANONYM 1
1
Total = 14 7
7 0
Apakah Peserta Lokakarya Mewakili semua pihak?
PETANI Ipi Magran. Sekjen KSKP Sumsel
Ya. Tetapi masih kurangmya kejujuran dari peserta dalam menyampaikan makalah, karena masih ada sikap yang berusaha untuk membenarkan pihaknya sendiri (kurang kesadaran).
Predy, Alumni SLPHT MUBA
Bisa ya, bisa tidak.
Suparman Menurut saya belum sepenuhnya mewakili masyarakat Sumsel, sebab 40% perserta banyak pejabat atas nama (a/n) masyarakat.
LSM WALHI Sumsel Tidak, Terlalu banyak wakil dari Pemerintah dan swasta. Sementara wakil
masyarakat / petani yang menjadi korban utama kebakaran hutan / lahan kurang terwakili.
WALHI Sumsel TIDAK, karena dari masyarakat terlalu sedikit. MPM Cukup mewakili semua masyarakat. INSTANSI PEMERINTAH BAPPEDA MUBA
Cukup terwakili secara strata masyarakat, namun karena namanya Sumsel, kenapa tidak semua kabupaten dlm Prov. Sumsel yang diundang walaupun hanya elemen-elemen tertentu saja misalnya wakil pemerintah.
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
62
Dinas PMD MUBA
Cukup mewakili.
Disbun Propinsi Masih kurang, karena urusan Badan Pertanahan Nasional Propinsi tidak diikutkan. BPN adalah sumber informasi lahan, penggunaan lahan, dll.
Dishut Propinsi Cukup mewakili. BKSDA Sumsel Cukup mewakili. Departemen Kehutanan, Jakarta
Sudah cukup mewakili.
PERUSAHAAN SWASTA PT. SBA Wood Industries
Cukup mewakili.
PT. Cipta Futura Cukup mewakili. PENILITI / AKADEMISI Wetlands International
Belum, tidak terwakilinya dari masyarakat transmigran, petani plasma.
CIFOR Yes, was quite good, UNI EROPA M. de Brune, Project Officer, Delegasi K.E.
Mungkin kurang ada perwakilan dari masyarakat desa/petani tapi sulit diajak berpartisipasi dalam acara seperti ini.
Anon. Tidak, karena belum menyebar kepada masyarakat desa. Apakah usulan / pandangan anda terwakili ?
PETANI Ipi Magran. Sekjen KSKP Sumsel
Dapat diucapkan.
Predy, Alumni SLPHT MUBA
Tidak. Dari jumlah masyarakat yang ada di MUBA dan OKI yang jumlahnya sangat banyak, belum bisa terwakili kalau cuma diwakili oleh segelintir orang aja.
Suparman Sebagian usulan (70%) terwakili. LSM WALHI Sumsel Tidak. Keterbatasan waktu yang di sisun penyelenggara mengakitbatkan
banyak pertanyaan / usulan / pandangan yang akan saya ajukan akhirnya tidak terakomodir
MPM Dapat diucapkan namun waktunya kurang. Cukup terwakili. Sebagian kecil aspirasi yang dapat kami sampaikan karena terbatasnya waktu yang diberikan.
INSTANSI PEMERINTAH BAPPEDA MUBA
Cukup terwakili, tapi hanya kami ragu hasil/rekomendasi dari lokakarya ini dapat/mau direalisasikan.
Dinas PMD MUBA
Cukup terwakili.
Disbun Propinsi Peserta rapat/lokakarya ini merupakan asset. Proyek Uni Eropa (proyek yang akan muncul) merupakan personal tim.
Dishut Propinsi Dapat terwakili. BKSDA Sumsel Dapat diucapkan.
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
63
Departemen Kehutanan, Jakarta
Dapat diucapkan / cukup terwakili.
PERUSAHAAN SWASTA PT. SBA Wood Industries
Cukup mewakili.
PT. Cipta Futura Dapat. PENILITI / AKADEMISI Wetlands International
Ya.
CIFOR Came to listen. UNI EROPA M. de Brune Project Officer, Delegasi K.E.
Ya
ANON. Minta bantuan teknis, bantuan dana dan bantuan alat-alat. Minta seluruh instansi terkait terlibat.
Pengetahuan / pandangan baru apa yang anda dapat dari Lokakarya?
PETANI Ipi Magran. Sekjen KSKP Sumsel
Bahwa kebakaran yang terjadi selama ini disebabkan oleh manusia dan bukan oleh gesekan kayu/daun. Berpikir global untuk bertindak lokal.
Predy, Alumni SLPHT MUBA
Pola diskusi sudah mengarah ke pola bottom-up. Adanya keberpihakan dari LSM, pemerintah, swasta, akademi terhadap masyarakat (petani) utk kelangsungan hidup masyarakat (petani).
Suparman Bisa sedikit mengerti tentang dampak kebakaran hutan. Menambah wawasan tentang tanggung jawab kebakaran hutan.
Sutarno Menurut saya, diakdakan lokakarya lebih bagus lebih dekat dengan instansi terkait.
LSM WALHI Sumsel Pengetahuan tentang system Sonor dan masalah Calon Taman Nasional
Sembilang, serta masalah lain yang berkaitan dengan kebakaran hutan. Masih banyak pemerintah dan beberapa LSM yang beranggapan bahwa factor alam seperti El Nino atau factor … seperti puntung rokok sebagai factor penyebab utama kebakaran hutan
KKHL-Riau Masih adanya anggapan dari sebagian pemerintah dan pihak perusahaan bahwa penyebab kebakaran hutan dan lahan adalah masyarakat
MPM Banyak pandangan baru yang diperoleh dari lokakarya ini. BUMI Yah ! terutama persepsi tentang masalah kebakaran adalah MASALAH
BERSAMA atau tangggung jawab bersama. KAFFAH Data-data mengenai titik kebakaran.
Penyebab dominan kebakaran. Cara mengatasi kebakaraan dengan cara melibatkan masyarakat sekitar hutan.
INSTANSI PEMERINTAH BAPPEDA MUBA
Hampir tidak ada. Hanya saja mau menguji hasil komitmen hasil dari lokakarya. Apakah hanya utk memenuhi komsumsi pemberitauan, atau memang benar-benar ingin menyelesaikan persoalan.
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
64
Dinas PMD MUBA
Menambah wawasan kami dlm hal mencegah dan nenanggulangi kebakaran hutan.
Disbun Propinsi Membantu/memberikan kontribusi FFPCP dlm tugas dan mencari solusi pencegahan dan penanggulangan kebakaran
Dishut Propinsi Kondisi dan permasalahan sistem sonor. BKSDA Sumsel Hasil lokakarya :
1. Kebakaran adalah tanggung jawab kita semua. 2. Penyebab kebakaran 99% oleh manusia.
Departemen Kehutanan, Jakarta
Kesamaan persepsi bahwa kebakaran hutan dan lahan adalah tanggung jawab kita bersama.
PERUSAHAAN SWASTA PT. SBA Wood Industries
Semua pihak menolak sebagai penyebab kebakaran berarti kebakaran terjadi semuanya disebabkan oleh kelalaian manusia.
PT. Cipta Futura Tentang faktor-faktor dan penanggulangan yang berkaitan dengan kebakaran hutan.
PENILITI / AKADEMISI Wetlands International
Ada informasi tentang penanganan kebakaran.
CIFOR Yes, learnt a lot about the issues related to fire in Sumsel, the actors, and that people felt comfortable enough to openly discuss the issues, look for solutions rather than on laying the blame.
UNI EROPA
M. de Brune
Masalah lahan tebuh, lahan sonor adalah masalah sangat baru untuk saya
ANON. Menurut saya diadakan lokakarya ini lebih bagus sebab lebih dekat dengan instansi terkait.
Manfaat lain apa yang ada dapat dari lokakarya?
PETANI Sekjen KSKP Sumsel
Mendapat teman (jaringan baru).
Predy, Alumni SLPHT MUBA
Sengaja atau tidak sengaja, masyarakat (petani) ada peluang utk ngomomg
Suparman Bisa berkenalan satu sama yang lain. LSM WALHI Sumsel Perluasan jaringan kerja. KKHL-Riau Bisa duduk bersama dengan stakeholder untuk membicarakan pengelolaan
kebakaran hutan dan lahan untuk mendapatkan solusi yang bisa dilaksanakan oleh semua pihak.
MPM Perkenalan dan hubungan silaturahmi antara peserta lokakarya. Cukup banyak sekali dari pengetahuan tentang sebab dan akibatnya kebakaran hutan. Dapat tukar pikiran dari daerah lain dan interaksi yang terkait
BUMI Silaturahmi. Menambah wawasan dan pergaulan. KAFFAH Masukan-masukan lain tentang perkebunan. INSTANSI PEMERINTAH BAPPEDA MUBA
Bisa menambah kawan/relasi dan silaturahmi dengan teman-teman lama yang kebetulan peserta.
PMD/MUBA Mendapat pengetahuan dan silaturahmi dengan peserta. Disbun Propinsi Memberikan informasi kebijakan/peraturan pengembangan perkebunan.
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
65
Dishut Propinsi Dapat tukar menukar informasi dan pengalaman dlm pengolaan kebakaran hutan dan lahan.
BKSDA Sumsel Sosialisasi dengan pihak lain yang terkait dengan kebakaran hutan. Dep. Kehutanan, Jakarta
Kesempatan dialog dan berbagi pengalaman dan pendapat antar stakeholders,
PERUSAHAAN SWASTA PT. SBA Wood Industries
Tukar menukar informasi dan menambah relasi.
PT. Cipta Futura Dapat disosialisasikan kepada puhak perusahaan utk mecegah terjadinya kebakaran hutan.
PENILITI / AKADEMISI Wetlands International
Menambah wawasan dan mitra.
CIFOR Met a lot of people CIFOR could work with on the proposed field research in Sumsel next year. Had discussions and established contacts.
UNI EROPA
M. de Brune
Masukan untuk Annual dan overall workplan SSFMP
ANON. Menambah wawasan tentang kebakaran. Menambah ilmu dan kawan.
Langkah yang perlu diterapkan setelah lokakarya ini ?
PETANI Ipi Magran. Sekjen KSKP Sumsel
Adanya action yang nyata. Karena lokakarya yang tidak dilanjutkan action hanya akan menjadi wacana (Tidak ada perubahan).
Predy, Alumni SLPHT MUBA
Menunggu realisasi dari rumusan !
Suparman Semua hasil lokakarya ini, segera dilaksanakan secara transparan sampai ke masyarakat desa. Ke ikutan peran aktif pemerintah dan masyarakat. Janga sampai habis lokakarya ini, habis cerita.
LSM WALHI Sumsel Menjalankan kesepakatan- kesepakatan yang di buat bersama. Monitoring
pelaksanaan kesepakatan serta evaluasi pelaksanaan kesepakatan. Membuat forum bersama tentang kebakaraan hutan untuk melakukan program bersama-sama.
KKHL-Riau Kommitmen untuk menjalani dan melaksanakan rencana tindak lanjut yang telah dirumuskan dalam lokakarya ini.
MPM Keputusan dari lokakarya ini, agar disosialisasikan kepada masyarakat dan ditindak lanjuti.
BUMI Sosialisasi tentang bahaya kebakaran lahan dan hutan kepada masyarakat luas. Dilakukan penyuluhan dan pelatihan di daerah rawan kebakaran atau perlu dibuat PETA RAWAN KEBAKARAN.
KAFFAH Action di lapangan. Masyarakat seharusnya dilibatkan dalam pola agroforestri dan mengintensifkan tanah-tanah petani dan perlu peningkatan moral dan teknologi pada masyarakat dengan cara IPTEK dan IMTAQ, yang melalui, tepat guna, tepat sasaran.
INSTANSI PEMERINTAH
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
66
BAPPEDA MUBA
Apapun rekomendasi dari lokakarya ini sebaiknya diusahakan utk dilaksanakan.
Dinas PMD MUBA
Perlu ditindak lanjuti.
Disbun Propinsi Perlu ditindak lanjuti. Dishut Propinsi Follow-up dari permasalahan yang sedang terjadi saat ini dengan
mensinergikan visi dan misi dari SSFFMP ke dalam bentuk “Program” not just “Project”.
BKSDA Sumsel Pelaksanaan seluruh rencana kegiatan termasuk pengadaan peta rawan kebakaran dinamis.
Departemen Kehutanan, Jakarta
Tindak lanjut dan implementasi dari pada hasil-hasil kesepakatan dan rencana aksi yang dihasilkan lokakarya.
PERUSAHAAN SWASTA PT. SBA Wood Industries
Perlu dibentuk forum untuk sistim informasi dan aksi penanggulangan kebakaran.
PT. Cipta Futura Perlunya diadakan pelatihan penanggulangan kebakaran kepada masyarakat dan pengusaha tentang cara penanggulangan kebakaran hutan.
PENILITI / AKADEMISI Wetlands International
Aksi : - strategi - koordinasi - operational - money
CIFOR It is a good positive effort. The momentum should not be lost but followed upon, in terms of encouraging group efforts across levels, to monitor and to address the issues raised, and exploring through research suggested alternatives to reduce the negative impacts of fires.
UNI EROPA
M. de Brune
Diulang untuk perencanaan lebih lanjut stelah tim SSFMP tiba di tempat
Langka pertama adalah memberikan kepada masyarakat ilmu yang didapat pada lokakarya.
Komentar/ Usulan lain
PETANI Ipi Magran. Sekjen KSKP Sumsel
Lebih banyak memberikan peran kepada masyarakat (Petani) karena meraka yang paling dekat dengan sekitar hutan. Pendidikan / Pelatihan.
Predy, Alumni SLPHT MUBA
Kalau memang masyarakat (petani) bagian dari kegiatan ini, kami mohon dibedakan antara proses mendukung dan proses pengambilalihan.
Suparman Hendaknya lokakarya di adakan di tingkat kecamatan/desa. LSM WALHI Sumsel Substansi dari lokakarya ini tidak / kurang terangkat. Dari sagi teknis
pelaksanaan, kegiatan ini baik. Kedepan diharapkan agar alur kegiatan lebih dijaga agar tidak melenceng dari substansi dan masyarakat / petani lebih dilibatkan, bukan hanya sebagai pelengkap saja.
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
67
KKHL-Riau FFPCP tidak hanya bekerja untuk Sumsel saja dlm hal pengelolaan, pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di Sumatera, terutama untuk daerah rawan kebakaran.
MPM “Kebakaran hutan dan lahan adalah tanggung jawab kita bersama” judul ini jangan merupakan motto saja, tapi benar-benar harus dihayati dan dipertanggung jawabkan.
BUMI Perlu dibentuk forum tentang kepedulian terhadap pencegahan kebakaran L&H.
KAFFAH Agar “pola pengembangan teknologi pencegahan kebakaran (Agroforestry) dapat segera di laksanakan di setiap perusahaan perkebunan/HPH/HTI yang melibatkan LSM sebagai mitra.
INSTANSI PEMERINTAH BAPPEDA MUBA
Enam bulan setelah lokakarya ini ada evaluasi tentang pemenuhan rekomendasi dari lokakarya ini.
Dinas PMD MUBA
Proyek ini FFPCP perlu dilanjutkan terus.
Disbun Propinsi Dishut Propinsi Perlu penguatan sistim informasi antar lembaga / instansi. BKSDA Sumsel Dibentuk forum koordinasi instansi terkait untuk penanganan kebakaran
hutan. Departemen Kehutanan, Jakarta
Lokakarya seperti ini diselenggarakan minimal setahun sekali guna evaluasi terhadap tindak lanjut dan masalah-masalah yang dihadapi serta rencana setahun kedepan.
PERUSAHAAN SWASTA PT. SBA Wood Industries
Masalah kebakaran merupakan resultan dari karakteristik lahan yang mudah terbakar, iklim dan aktivitas manusia. Untuk itu perlu dikaji karasteristik lahan antara lahan kering dan lahan rawa gambut.
PT. Cipta Futura Pihah Pemda yang berwenang atau FFPCP supaya menyosialisasikan hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan kebakaran hutan dengan cara mengirimkan aturan-aturan, penemuan- penemuan kepada setiap perusahaan / masyarakat petani.
PENILITI / AKADEMISI Wetlands International
Terima kasih pada FFPCP-EU.
CIFOR UNI EROPA
M. de Brune
Diulang untuk perencanaan lebih lanjut setelah tim SSFMP tiba di tempat
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
68
Appendix 1. Petunjuk Pelaksanaan Diskusi Kelompok Sifat Pembicaraan yang diharapkan
1. Setiap peserta sempat bicara minimal satu kali
2. Tidak terjadi "monopoli" seseorang atau sejumlah orang yang terbatas terhadap diskusi
3. Pembicaraan menjadi seimbang antar 5 kelompok pihak yg diwakili yaitu:
- pihak pemerintah (tanda merah jambu muda)
- pihak masyarakat/petani (tanda hijau tua)
- pihak LSM (tanda hijau muda)
- pihak swasta/perusahaan (tanda kuning)
- pihak peneliti/akademisi (tanda coklat muda)
4. Pembicaraan hidup secara partisipatif dan spontan maupun dalam batas sopan-santun dan saling meghormati pihak lain
5. Pembicaraan lebih fokus kepada solusi daripada masalah
6. Pembicaraan sangat terfokus kepada pengelolaan kebakaran untuk mencegah kebakaran yang tidak terkendali / berdampak negatif.
7. Pembicaraan fokus terhadap kasus di tingkat lapangan, secara praktis, dan yang relevan terhadap masalah yang dihadapi di Sumatera Selatan khususnya OKI dan MUBA
8. Fokusnya kepada kasus kebakaran sesuai dengan tema kelompoknya, yaitu:
1: Pengelolaan kebakaran di sekitar calon Taman Nasional Sembilang
2: Pengelolaan kebakaran di daerah sonor
3: Pengelolaan kebakaran di daerah HTI/HPH atau ex-HPH dan sekitarnya
4: Pengelolaan kebakaran di daerah perkebunan baik rakyat maupun besar
Hasil yang diharapkan Presentasi yang dalam bentuk transparen yang sederhana yang dapat di siapkan kepada sesi pleno pada sore hari Khamis, yang merumuskan hal-hal berikut:
A. Komposisi kelompok Diskusi (yaitu berapa peserta, berapa yang dari setiap jenis/tipe pihak berdasarkan 5 kelompoknya, asal lokasi darimana)
B. Pengelaman / persepsi peserta terhadap kebakaran (sifat, sebab dan dampaknya)
C. Usulan peserta untuk mengelola kebakaran dengan baik
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
69
1. Bagian pertama : Pengenalan peserta (Max 15 min) • Fasilitator meminta setiap peserta untuk beritahu:
nama, instansi dan lokasi daerah asal (yang ditempati sekarang) • Fasilitator memuterkan lembar "absen" dimana peserta mencatat informasi tsb. • Fasilitator mencatat nama orang, instansi dan daerah asal nya pada kertas besar
di papan tulis (lihat format pada tabel 1). • Hati-hati peserta perlu dikelompokkan dalam lima kelompok yaitu :
o Pemerintah (P); Swasta/perusahaan (S); LSM (L); Masyarakat (M); o Akademisi/peneliti/pers/pakar (A)
è Berarti sebaiknya mulai dengan meminta nama-nama peserta
yang dari pemerintah, berikut yang dari swasta, dan seterusnya. 2. Bagian kedua : Pengalaman (langsung) atau pandangan (tidak langsung) masing peserta menganai kebakaran (max : 45 min)
Setiap peserta pada gilirannya di mintai untuk menjawab beberapa pertanyaan yaitu: • apakah pernah mengalami masalah kebakaran secara langsung atau secara tidak
langsung è sebelumnya menjelaskan apa arti itu langsung /tidak langsung
• mengenai kebakaran yang pernah dialami, memberitahu sifatnya:
o di mana pernah terjadi (sebutkan lokasi, tipe daerah…) o tipe lahan / vegetasi apa yang terbakar (misalnya belukar, kebun karet,
hutan rawa, dan seterusnya) o yang terbakar milik siapa (bukan nama orang tetapi jenis pihak :
masyarakat/petani/perusahaan/desa/pemerintah/etc. etc.)? o kebakaran terjadi kapan (kira-kira: bulan dan tahun) dan selama berapa
waktu (bila kebakaran terulang bila sebutkan polanya mislanya : setiap musim kemarau panjang)
o kebakaran mulai bagaimana? (ceritakan) Selama pembicaraan itu, fasilitator 2/notulen mecatat hasilnya secara ringkas dalam bentuk tabel 2a dan 2b di kertas besar / papan tulis. HATI-HATI : jawaban harus dikelompokkan berdasarkan 5 tipe kelompok (P/S/L/M/A). Berarti sebelum mulai fasilitator membagi tabel dalam 5 bagian yang besarnya sesuai dengan jumlah peserta dalam setiap kelompok. Table 2a khusus digunakan untuk jawaban dari peserta yang mengalami kebakaran secara langsung (yaitu pernah memadami apui atau pernah menggunakan api atau lahannya pernah menjadi korban api). Contoh peserta yang mengalami kebakaran secara langsung adalah petani, petugas lapangan di perusahaan perkebunanan, petugas pemadam api, dll. Tabel 2b digunakan untuk jawaban dari peserta yang mempunyai pengetahuan/pandangan mengenai kebakaran namum tidak pernah terlibat secara langsung / fisik dalam upaya penggunaan/ penanggulangan kebakaran. Contoh peserta yang mengenal kebakaran secara tidak langsung adalah pejabat, pakar-pakar dll.
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
70
3. Diskusi mengenai dampak daripada kebakaran (secara bebas – Max 10 min)
Lemparkan pada peserta pertanyaan : apa manfaat dan dampak negatif pada kebakaran. (peserta menjawab secara bebas, fasilitator mencatat pada tabel 3). Hasilnya dicatat oleh fasilitator secara ringkas dengan cara demikian : pada satu kolom mencatat dampak positif atau negatif, pada kolom berikutnya mencatat pada siapa dampak tersebut terasa (= siapa yang jadi korban). JANGAN LUPA KELOMPOKKAN JAWABAN BERDASARKAN 5 KELOMPOK PESERTA (P/S/L/M/A) SEPERTI TADI.
sebaiknya pada saat itu dapat diadakan rehat kopi/ minum
4. Diskusi mengenai sebab kebakaran yang tidak terkendali/berdampak negatif (secara bebas – Max 20 min) Fokuskan terhadap kebakaran yang tidak terkendali dan/atau yang berdampak negatif. Catat semua ide yang timbul. Lalu minta peserta untuk mengurutkan 5 sebab utama dengan cara musyawarha atau dengan cara demikian: Setiap peserta datang ke tabel nya dan dapat memberikan jumlah 5 bintang atau tanda X yang dapat di bagi antara semua sebab berdasarkan penting nya. 5. Bagaimana dengan upaya pencegahan api? (Max. 20 MIN)
Isi Tabel 5 dengan peserta. Untuk setiap sebab kebakaran, diusulkan cara pencegahannya dan sebutkan pengalaman yang pernah dihadapi (bila ada) dan hambatan yang pernah atau akan muncul dalam penerapan upaya tersebut. 6. Peran siapa ? (Max 20 MIN) Untuk setiap cara pencegahan/ penanggulangan, catat partisipasi yang diusulkan / diharapkan dari setiap pihak (tabel 6). 7. Masa depan (Max 20 MIN)
Langkah apa yang dapat diambil berikut lokakarya ini supaya kerjasama ini terjadi?
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
71
Tabel 1. Daftar peserta
TEMA KELOMPOK: ................................................................................. Kelompok Nama Instansi Lokasi Oki MuBa Luar
Masya-rakat/ petani
LSM
Perusa-haan/
Swasta
Peneliti/ Akademisi/
Pers
Pemerintah
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
72
Tabel Papan Tulis 2a. Pengalaman Langsung dari peserta terhadap kebakaran
Tema Kelompok :……….
Di Mana
Terjadi? Kapan? Apa yang
terbakar? Siapa pemilik nya?
Bagaimana mulainya?
Masyarakat/ petani
LSM
Perusahaan/ Swasta
Peneliti/ Akademisi
Pemerintah
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
73
Tabel Papan Tulis 2b. Pandangan (Tidak Langsung) dari peserta terhadap kebakaran
Tema Kelompok :……….
Di Mana
Terjadi? Kapan? Apa yang
terbakar? Siapa pemilik nya?
Bagaimana mulainya?
Masyarakat/ petani
LSM
Perusahaan/ Swasta
Peneliti/ Akademisi
Pemerintah
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
74
Tabel 3. Dampak kebakaran
Tema Kelompok :……….
Dampak Positif/
Manfaat (Sebutkan)
Kepada siapa? Dampak Negatif
(sebutkan)?
Kepada siapa?
Masyarakat/ petani
LSM
Perusahaan/ Swasta
Peneliti/ Akademisi
Pemerintah
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
75
Tabel 4. Sebab kebakaran
Tema Kelompok :……….
Meggunakan Metode Meta Plan di mana setiap peserta mengisi "Post-It" dengan usulannya yang nandti di kelompokkan / di clusterkan oleh fasilitator
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
76
Tabel 5. Usulan Pencegahan Kebakaran
Sebab Kebakaran
Usulan Pencegahan Pengalaman Hambatan
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
77
Tabel 6. Usulan Kerjasama dalam Pencegahan Kebakaran
Usulan(berdasarkan Tabel 5)
Partisipasi Masyarakat
LSM Swasta Akadem Pemerintah
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
78
Tab 7 Langkah yang dapat diusulkan untuk berikut dari lokakarya:
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
79
Appendix 2. Evaluasi Hasil Lokakarya
Nama……………………………Jabatan………………………Instansi…..…………………… Penilaian (beri tanda X)
Komentar/ Usulan
Sessi I (Paparan, Rabu 24, Jam 9:00-10:30) Sangat menarik
Cukup Menarik
Kurang
Sessi I (Kebakaran dan Penggunaan Lahan, Rabu 24, Jam 11:00 – 13:00) Sangat menarik
Cukup Menarik
Kurang
Sessi II (Kebakaran di Perkebunan/HTI, Jam 14:00- 15:30) Sangat menarik
Cukup Menarik
Kurang
Sessi III (Pengelolaan Kebakaran oleh Masyarakat, Jam 16:00-18:00) Sangat menarik
Cukup Menarik
Kurang Diskusi Kelompok (Khamis 25, Jam 8:30-12:00)
TEMA/NAMA KELOMPOK BAPAK/IBU: ¨̈ Sonor ¨̈ Sembilang ¨̈ HPH/HTI ¨̈ Perkebunan
Sangat menarik
Cukup Menarik
Kurang
Sessi Pleno / Presentasi Hasil Diskusi Kelompok (Khamis 25, 13:00-16:00) Sangat menarik
Cukup Menarik
Kurang
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
80
Menurut Bpk/Ibu, apakah peserta lokakarya cukup mewakili semua masyarakat/ pihak yang berada di SumSel? (kalau tidak kenapa) Apakah usulan /pandangan Bpk/Ibu dapat diucapkan / terwakili dalam lokakarya ini? (kalau tidak kenapa) Pengetahuan / pandangan baru apa yang bapak/ibu peroleh dari lokakarya ini? Manfaat lainnya apa yang bapak/ibu peroleh dari lokakarya ini? Menurut Bpk/Ibu, langkah apa yang perlu diterapkan setelah lokakarya ini? Komentar/Usulan lainnya:
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
81
Appendix 3. List of Participants Instansi Nama Jabatan Alamat Tingkat UNI EROPA/ FFPCP EU Marcel de
Brune Wisma Dharmala Sakti, 16th Floor.
Jl.Jend.Sudirman 32 P.O. Box 6454 JKPDS, Jakarta 10220 Telp.021-5706076 Fax.021-5706075
EU - FFPCP Anne Gouyon Institutional & Rural Development Specialist
c/o Dinas Kehutanan Propinsi Sumsel Jl.Kol.H.Burlian Km.6.5 Palembang Telp: 410955
EU - FFPCP Idris Environmental Education
c/o Dinas Kehutanan Propinsi Sumsel Jl.Kol.H.Burlian Km.6.5 Palembang Telp: 410955
EU - FFPCP Ifran GIS - NOAA Specialist
c/o Dinas Kehutanan Propinsi Sumsel Jl.Kol.H.Burlian Km.6.5 Palembang Telp: 410955
EU - FFPCP Ivan Anderson GIS - NOAA Specialist
c/o Dinas Kehutanan Propinsi Sumsel Jl.Kol.H.Burlian Km.6.5 Palembang Telp: 410955
EU - FFPCP Jean Marie Bompard
Institutional & Rural Development Specialist
c/o Dinas Kehutanan Propinsi Sumsel Jl.Kol.H.Burlian Km.6.5 Palembang Telp: 410955
EU - FFPCP Rod Bowen Project Leader c/o Dinas Kehutanan Propinsi Sumsel Jl.Kol.H.Burlian Km.6.5 Palembang Telp: 410955
EU - SCKPFP khairul Pansah Jl.A.Yani No.37 (Km 35) Banjarbaru 70711 Kalimantan Selatan Indonesia
EU - SCKPFP Marc V.J.Nicolas
Jl.A.Yani No.37 (Km 35) Banjarbaru 70711 Kalimantan Selatan Indonesia
LSM
BUMI, Bina Usaha Masyarakat Indonesia – Orda Sumatera Selatan
Iskandar Zulkarnain SE, MS
Manajer Jl. Puncak Sekuning no.41 Rt.21 Palembang
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
82
Instansi Nama Jabatan Alamat Tingkat BUMI, Bina Usaha Masyarakat Indonesia – Orda Sumatera Selatan
Safrulah Ms, Ir. Sekretaris Jl. Puncak Sekuning no.41 Rt.21 Palembang
Dema Stiper SE Nopi Liliani
Konsorsium Kebakaran Hutan & Lahan Prop.Riau
Susi Aengraini Jl.K.H.Ahmad Dahlan No.89 F Sukajadi - Pekanbaru Telp(0761) 46484 Fax(0761) 26514
Lembaga Bantuan Hukum RI Sumsel
Murkholis, SH Direktor Jl. Sumpah Pemuda, blok K-3 Kel. Lorok Pakjo Palembang 30137 Telp.350803
MAFESRIPALA, UNSRI
Untung Saputra Anggota Faculty of Economy, UNSRI
Mapala SABAK FMIPA UNSRI
Ilham Nur
Masyarakat Peduli MUBA (MPM)
A. Muluh. H. Yakup
Anggota MUBA
Masyarakat Peduli MUBA (MPM)
Akmal Maas AK
Ketua Jl. Depati No.828, Sekayu MUBA
Masyarakat Peduli MUBA (MPM)
Etty Iskandar, Ir.
Anggota MUBA
Masyarakat Peduli MUBA (MPM)
H. Yusmah Haris, Dr.Drs.
Kantor. Maskar Efek blok B17 Jl.Seruni no.15 Palembang
MUBA
Masyarakat Peduli MUBA (MPM)
Khairil Kec.Sungai Lilin MUBA
Masyarakat Peduli MUBA (MPM)
M. Hasan Usman
Kantor: 0714 - 322495 MUBA
Masyarakat Peduli MUBA (MPM)
Nur Muhammad Seah
Sekretaris MUBA
Masyarakat Peduli MUBA (MPM)
Zazili Mustopa, SE
MUBA
Stiper Sriwigama Brury.W DEMA Jl.Demang Lebar Daun Lorok Pakjo Palembang Tel: 374146
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
83
Instansi Nama Jabatan Alamat Tingkat Wahana Bumi Hijau
Ahmad Fadilan Sekjen Jl.Lintas timur komplek Mutiara Indah I no.08 Inderalaya. HP.08127860141
OKI
Wahana Bumi Hijau
Deddy Perman Direktur Jl.Lintas timur komplek Mutiara Indah I no.08 Inderalaya.
OKI
WALHI Sumsel Aidil Fitri 'Dayak'
Staff Jl KH Ahmad Dahlan No.68 RT/RW. 32/09 26 Ilir Palembang ilir Barat II, (30135), Palembang Tel/fax: (0711)-351105.
WALHI Sumsel Budiman Direktur Jl KH Ahmad Dahlan No.68 RT/RW. 32/09 26 Ilir Palembang ilir Barat II, (30135), Palembang Tel/fax: (0711)-351105.
Wetlands International - Greater Berbak-Sembilkang Integrated Coastal Wetland Conservation
Christian Gonner
Technical Assisten
jl. Sumpah Pemuda, blok K-3 Kel. Lorok Pakjo Palembang 30137 Telp.350786
Wetlands International - Greater Berbak-Sembilkang Integrated Coastal Wetland Conservation
Irwansyah Env.Education Special
jl. Sumpah Pemuda, blok K-3 Kel. Lorok Pakjo Palembang 30137 Telp.350786
Wetlands International - Greater Berbak-Sembilkang Integrated Coastal Wetland Conservation
Joko Purnomo Cis.Computer Cartographer
jl. Sumpah Pemuda, blok K-3 Kel. Lorok Pakjo Palembang 30137 Telp.350786
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
84
Instansi Nama Jabatan Alamat Tingkat Wetlands International - Greater Berbak-Sembilkang Integrated Coastal Wetland Conservation
Prianto Wibowo
Project Coordinator
jl. Sumpah Pemuda, blok K-3 Kel. Lorok Pakjo Palembang 30137 Telp.350786
Yayasan Kaffah Wagimin Jl. Dr.Cipto no.33 Palembang Telp.0711-362566 Fax.0711-44319
Yayasan Kaffah Muslim Kurniadi, SP
Sekretaris Jl. Dr.Cipto no.33 Palembang Telp.0711-362566 Fax.0711-44319
Yayasan Kaffah Reni Marsiana, Ir.
Direktor Jl. Dr.Cipto no.33 Palembang Telp.0711-362566 Fax.0711-44319
Yayasan Pandu Insani
Leo Dwikora Staff Program Secretariat: Jl. Angkatan 66, Lr. Harapan V No.1541 Sekip Ujung, Palembang, Tel.: 0711-810688
Yayasan Puspa Indonesia (Pusat Studi Perempuan Anak Indonesia)
Ali Kadiv Lingkungan
Kantor: Jl.P.Subekti no.1032 Rt.33 Palembang Telp.354742
Yayasan Putra Desa
Angkut Join Staf Lapangan Jl. By Pass Musi II No.591 Karang Jaya Palembang 30148 Tel/Fax: 0711-442468
Yayasan Putra Desa
Arhandi Tb Direktor Jl. By Pass Musi II No.591 Karang Jaya Palembang 30148 Tel/Fax: 0711-442468
Yayasan Putra Desa
M. Amin Staf Pengembangan Jaringan
Jl. By Pass Musi II No.591 Karang Jaya Palembang 30148 Tel/Fax: 0711-442468
PEMERINTAH
BAPEDALDA Sumatera Selatan
Fachrurrozie Sjarkowi, Ir.
Kepla Bapedalda Sumsel
Jl. Aerobik No.4 Kampus POM IX, Palembang, Tel./Fax : 351028, Secretariat : 356489 / 351028 / 355360
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
85
Instansi Nama Jabatan Alamat Tingkat BAPPEDA Agustina
BAPPEDA Aris Munandar Jl. Ade Irma Nasution, No. 3, Palembang Tel: 356018 / 362809
BAPPEDA Elda
BAPPEDA H. Harrey Kasubid Pembangunan Sarana Prasarana
Jl. Ade Irma Nasution, No. 3, Palembang Tel: 356018 / 362809
BAPPEDA Idhamto Kasubid Pembangunan Sarana Prasarana
Jl. Ade Irma Nasution, No. 3, Palembang Tel: 356018 / 362809
BAPPEDA Rizal Jl. Ade Irma Nasution, No. 3, Palembang Tel: 356018 / 362809
BAPPEDA Rohil Firmansyah
Kasub.bid FERS Jl. Ade Irma Nasution Palembang 30129 Telp.(0711) 356118-Fax (0711)356118
BAPPEDA Zaidan P. Negara, Dr.
Jl. Ade Irma Nasution, No. 3, Palembang Tel: 356018 / 362809
BAPPEDA kab. MUBA
Harun Al-Rasyid SH
Jl. Kol Wahid Udin No 258, Sekayu, Tel./Fax: (0714) 321142 Sekayu
MUBA
BAPPEDA kab. MUBA
Muhammad Daud, HD, MM, Drs.
Kabid Prenstra Jl.Kol Wahid Udin No.258 Lk.VII Sekayu telp (0714) 321142
MUBA
BAPPEDA kab. MUBA
Zulfakar, Ir. Kasubid TR & LH
Jl.Kol.Wahid Udin No.258 Sekayu Hp.0812 7112911
MUBA
BAPPEDA kab. OKI
Fathurohman Kayu Agung Tel.: (0712) 321281, Fax : (0712) 321281 / 321701,
OKI
BAPPEDA kab. OKI
Emi, Drs. Kayu Agung Tel.: (0712) 321281, Fax : (0712) 321281 / 321701,
OKI
BAPPEDA kab. OKI
H.M. Amin Jalalen, Drs.
Kayu Agung Tel.: (0712) 321281, Fax : (0712) 321281 / 321701,
OKI
Biphut Wilayah II Maijo Staff FFPCP Jl. Kol H Burlian Km.6 Palembang Telp. (0711) 418029
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
86
Instansi Nama Jabatan Alamat Tingkat Biphut Wilayah II Padian
Bagiyono Staff Biphut II Jl. Kol H Burlian Km.6 Palembang Telp.
(0711) 418029
BKSDA Kahaidir. Shut Staf Balai KSDA Sumatera Selatan, Komplek TWA Punti Kayu, Jl Kol H Barlian Km 6, Palembang, Tel : 30153 / 410948
BKSDA Sudharmo Kasi Konservasi Balai KSDA Sumatera Selatan, Komplek TWA Punti Kayu, Jl Kol H Barlian Km 6, Palembang, Tel : 30153 / 410948
Dinas Kehutanan dan Perkebunan MUBA
Atmodjo Dadas MUBA
Dinas Kehutanan OKI
Junaidi Seksi Penyuluhan Jl.Letnan Darna Jambi no.5 Kayu Agung OKI
Dinas Kehutanan Propinsi Sumsel
Soetiadi.Y, Ir. Wakabid Jl.Kol.H.Burlian Km.6.5 Palembang Telp:411476
Dinas Kehutanan Propinsi Sumsel
Syafrul, S.Hut. Staf sie.Perlindungan Hutan
Jl.Jend.Sudirman Km.3.5 Palembang
Dinas Kehutanan Propinsi Sumsel
Taufik, Ir. Jl.Jend.Sudirman Km.3.5 Palembang
Dinas Kehutanan Propinsi Sumsel
Zulfikar, MM, Ir.
Kasubdin INTAG Dinas Kehutanan Propinsi Sumsel Jl.Kol.H.Burlian Km.6.5 Palembang Telp:411476
Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, - Bidang Sumber Daya Alam & Teknologi tepat Guna MUBA
A. Rachman Adenan, Drs.
Jl. Kol. Wahid Uddin No.192 Sekayu, MUBA Tel./Fax: (0714) 321471
MUBA
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
87
Instansi Nama Jabatan Alamat Tingkat Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, - Bidang Sumber Daya Alam & Teknologi tepat Guna MUBA
H. Syamsul Bahri, Drs.
Kasubdin KMD dan Sosbud
Jl. Kol. Wahid Uddin No.192 Sekayu, MUBA Tel./Fax: (0714) 321471
MUBA
Dinas Perkebunan Fathony. Sharif Kadis Jl. Letnan Darna Jambi No. 114, Kayu Agung T:0712-321266
OKI
Dinas Perkebunan H. Sukarno. HS, Msc, Ir.
Kepala Dinas perkebunan
Kantor; Jl.Jend.Sudirman Km.3.5 No.563 Palembang Off: 351451 / 357569,
Dinas Perkebunan Mohammad Rozim, Ir.
Sie.Inventarisasi dan Pemetaan Kebun
Off: 351451 / 35769, 368172
Dinas Perkebunan Suttia Reny Yusuf
Kasi MPP non OPT
Off: 351451 / 35769, 368172
Dinas Perkebunan Syamuil Chatib Off: 351451 / 35769, 368172
Dinas Pertanian Hj. Dahlia Ningcik, Ir.
Kasubdin Bina Rehabilitasi dan Pengendalian Lahan
Kantor: Jl.Kapten P.Tendean NO.1058 Palembang 30129 Telp.353122-364881 Fax. 350741
Dinas Pertanian Propinsi Dati I Sumatera Selatan
M. Yunus Staff RPL Jl. Kapten P. Tendean No. 1058, Palembang Telp. (0711)364881-353122 Fax. (0711)350741
Dinas Pertanian Propinsi Sumsel (Pokja Program)
Edward Panggabean. MS, Ir.
Pokja Program / TU
Kantor: Jl.Kapten P.Tendean NO.1058 Palembang 30129 Telp.353122-364881 Fax. 350741
Dinas Transmigrasi & Kependudukan
Naziruddin Kro MM, Ir.
Sie.Kesling Jl.Jend.Sudirman Km.4.5 No.9 Telp.(0711) 410883 Hp.0811782837
Dinas Transmigrasi & Kependudukan
Tukul Abdi Staf P2 Jl.Jend.Sudirman Km.4.5 No.9 Telp.(0711) 410883
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
88
Instansi Nama Jabatan Alamat Tingkat DPRD MUBA Hasbullah Kantor: Jl. Wahid Udin, Sekayu Musi
Banyuasin Telp.0714-321061 MUBA
Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan MUBA
Syamsul Bahri, Drs.
MUBA
Kantor Dinas Lingkungan Hidup OKI
Hasan…... Kepala OKI
Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa
Herman, Drs. Kasi.Prasarana Jl.Letnan Darna Jambi No.104 Kayu Agung Tel.(0712) 321702
OKI
Kepala BIPHUT Mohnandar PJ.NOAA Jl.Kol H.Burlian telp.(0711) 418029
MUBA/Dinas Pertanian
A. Juahir Kabag.TU Jl.Merdeka Lk.I.Sekayu Telp.321139 MUBA
Direktorat Penangulangan Kebakaran Hutan
Djoko Setijono, MM, Ir.
Gd. Manggala Wanabakti, Jakarta Blok I Lantai I4 Jakarta 10270, T: 021-5734348 F.021-5704618
Direktorat Penangulangan Kebakaran Hutan
Soedarmo Gd. Manggala Wanabakti, Jakarta Blok I Lantai I4 Jakarta 10270, T: 021-5734348 F.021-5704618
Direktorat Penangulangan Kebakaran Hutan
Wilistra Danny, Dr.
Gd. Manggala Wanabakti, Jakarta Blok I Lantai I4 Jakarta 10270, T: 021-5734348 F.021-5704618
PENELITI / AKADEMISI CIFOR Rizki P.
Permana Assisten Peneliti Jl. CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang,
Bogor 16680 T:0251-622622, F:0251-622100 email. [email protected]
CIFOR Unna Chokkalingam, Dr.
Scientist Jl. CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang, Bogor 16680 T:0251-622622, F:0251-622100 email. [email protected]
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
89
Instansi Nama Jabatan Alamat Tingkat CIFOR - Fire Fight Project
Dicky Simorangkir, Dr.
Deputy Coordinator
Fire Fight Project, Jl. CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang, Bogor 16680 T:0251-622622, F:0251-622100
Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa
Anang Gunawan
Peneliti Off: Jl.Raya Palembang -Sekayu Km.29 Kotak Pos 1127 Palembang 30001 Sumatera Selatan 361793
Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa
Cicilia Nancy Peneliti Off: Jl.Raya Palembang -Sekayu Km.29 Kotak Pos 1127 Palembang 30001 Sumatera Selatan 361793
Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa
Khaidir Amypalupy
Peneliti Off: Jl.Raya Palembang -Sekayu Km.29 Kotak Pos 1127 Palembang 30001 Sumatera Selatan 361793 fax: 312182
Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa
Thomas, Dr. Peneliti Off: Jl.Raya Palembang -Sekayu Km.29 Kotak Pos 1127 Palembang 30001 Sumatera Selatan 361793 [email protected]
UNSRI (Pusat Penelitian Tata Ruang)
A. Rasjid Hanafiah
Peneliti Kampus Inderalaya, Jl. Raya Palembang - Prabumulih km 32, Inderalaya, OKI 30662, Off: 581077,
UNSRI (Pusat Penkajian Pengembangan Ekonomi dan Masyarakat)
FE UNSRI Inderalaya, Palembang 30662, off.: 580964, fax: 580964,, jl. Sriwijaya, Negara Bukit Besar, Plbg 30139, off.: -, fax: 373422
UNSRI -CP Robiyanto H. Susanto, Dr.
Ketua Indralaya - OKI 30662 Telp.313247
UNSRI Environmental Research Center , (Pusat Penelitian Lingkungan Hidup)
Edward Saleh, Dr.
Dosen Peneliti Fax: 313247
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
90
Instansi Nama Jabatan Alamat Tingkat UNSRI Environmental Research Center , (Pusat Penelitian Lingkungan Hidup)
M. Edi Armanto, Dr.
PPLH Unsri off: 580 936, fax: 580 640
UNSRI Fakultas Hukum
Hambali Hassam
Dosen/Bidang III Jl.Inderalaya - Prabumulih, Inderalaya OKI Telp.0711-354222, 0711-317203
PERS / MEDIA
Forum Keadilan Aina R. Azis Koresponden Forum Keadilan -
Kantor/rumah Jl. Sultan M. Mansyur RT 2 No. 57/120 Bukit Lama Palembang 30139 Tel?F: 440338
Kompas Oki Telp: 369571, Fax: 369572
Republika Maspril Aries Koresponden Republika
Jl. Sultan M. Mansyur RT 2 No. 57/120 Bukit Lama Palembang 30139 Tel?F: 440338
SCTV Ajmal Suara Pembaharuan
Bangun P Lubis Telp.Kantor: 357021 Fax: 322137
Sumex Upit, H.Dulmukti DJ
PETANI Kecamatan Bayung Lincir
Nurdin Ishak Rebon Jaro, Desa Pangkalan Tungkal, Kec. Banyu Lincir Kabupaten MUBA
MUBA
petani Alumni SLPHT
Predy Desa Sako, kec. Rambutan MUBA
petani Alumni SLPHT
Suady Kanang MUBA
petani Alumni SLPHT
Sutarno Ketua Kelompok Tani
Inderalaya OKI OKI
petani Alumni SLPHT
Zulpakar Anggota Petani Inderalaya OKI OKI
Petani KSKP Kelompok Solidaritas Kesajatrean Petani (Kecamatan Bayung Lincir)
M. Daldiri Ketua Bayung- Lincir MUBA
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
91
Instansi Nama Jabatan Alamat Tingkat SEKJEN KSKP SS (Kesatuan Solidaritas Kesejahteraan Petani)
Ipi Magrang Cawang
Sekjen c/o Walhi - 0711 351105
Petani OKI Sudyanto OKI
Petani OKI Suparman OKI
PERUSAHAAN Perkebunan - PT Surya Bumi Agro Langgeng / GPPSS
Sihol Girsang 712345
Perkebunan - PTPP London Sumatra
A.M. Vincent Palembang Branch Office, Jl. Veteran No. 335/76 Palembang 30126, Tel.: 0711-351035, Fax: 0711-367153,
Perkebunan - PTPP London Sumatra
Ahmad Wahyu Pribadi
Palembang Branch Office, Jl. Veteran No. 335/76 Palembang 30126, Tel.: 0711-351035, Fax: 0711-367153,
Perkebunan PT Hindoli / GPPSS
Syamsir Syahbana
Pengurus Harian GPPSS
Desa Teluk Kemang Kecamatan Sungai Lilin Musi Banyu Asin HP.0811-788613
PT Berkat Sawit Sejati
Budi Satriana, Ir. (Estate Manager)
Estate Manajer Jl. Manjangan Blok H/9, Komplek Kedamaian Permai, Palembang 30114 (T: 813561, F: 813561)
PT Berkat Sawit Sejati
Nelson.s Assisten Lapangan
Jl. Manjangan Blok H/9, Komplek Kedamaian Permai, Palembang 30114 (T: 813561, F: 813561)
PT Cipta Futura Baramon, SH Legal Officer Jl.Mayor Ruslan no.4465 Palembang
PT Hindoli Handri Marseli Desa Teluk Kemang Kecamatan Sungai Lilin Musi Banyu Asin
MUBA
PT Hindoli I.B.Gede Astawa
Plantation Environment Health Safety Coordinator
Desa Teluk Kemang Kecamatan Sungai Lilin Musi Banyu Asin
MUBA
PT Inhutani V Bambang, Ir. Jl.Demang Lebar Daun No.5248 Telp.317336 Fax.317338
PT Melania Herman, Ir. Estate Manajer Desa Mainan Kecamatan Banyuasin III fax/telp.(0711) 313200
MUBA
Proceedings, Land and Forest Fire Workshop South Sumatra, Oct 2001, FFPCP
92
Instansi Nama Jabatan Alamat Tingkat PT MHP Edi Purwanto Kadiv Jl.Residen Abdul Razak no.99 Palembang
PT Mitra Ogan Iman Mah Guntung (Assisten lapangan)
Koordinator Planter
Jl. Kol. Haji Burlian Km 9 Palembang 30125 T:415381 / 417911, F: 415521)
PT Mitra Ogan M. Anjapri SH (pengurus GPPSS)
Keuangan Jl. Kol. Haji Burlian Km 9 Palembang 30125 T: 415381 / 417911, F: 415521)
PT Pakerin Irena.K Staff Administrasi HTI
Jl.Demang Lebar Daun No.52 Telp: 414808, 414789
PT Pinago Utama Mahmudi Johan Acting Manajer Jl. Mayor Ruslan No. 2000 Palembang T: 354601, F: 451453
PT Pinago Utama Wahyu Widodo
PT Pinang Witmas Sejati
Makmun.MB Humas Jl.Kol.H.Burlian km.10/2523 Palembang
PT SBA Wood Armaizal, Ir. Staff PT SBA Kantor Palembang: JL.Talang Kerangga no.39 Palembang 30144 telp 0711-357623 fax 0711-320619
PT SBA Wood Suwarso, Ir. Direktur Kantor Pusat Jakarta telp 021-55120001 etc 2226-2227 Fax. 021-53120373 Kantor Palembang: JL.Talang Kerangga no.39 Palembang 30144 telp 0711-357623, 374247 fax 0711-320619
PT Selapan Jaya I Wayan Saren Staf riset
PT Selapan Jaya Rahmad Sangkot
Staf Riset Jl.Basuki Rahmat no.788
PT Sentosa / Sribunian
J.A.Tato Staff Jl.Letnan Mukmin No.523 A Palembang