13
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 313 PENGARUH PRAKTIKUM DAN DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ASAM BASA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL The Effect of Hands-on and Demonstration in Guided Inquiry Learning toward Students’ Achievement in Acid Base Viewed from Prior Knowledge Fitria Rizkiana 1) , I Wayan Dasna 2) , Siti Marfu’ah 3) Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang Sumbersari, HP. 085754962022, email: [email protected]. Abstrak Asam basa adalah salah satu dari topik pelajaran kimia yang mengandung banyak konsep dan perhitungan kimia. Dari berbagai studi literatur, diketahui masih banyak kesulitan dan miskonsepsi yang dimiliki siswa dalam mempelajari materi asam basa. Penggunaan praktikum dan demonstrasi dalam pembelajaran inkuiri terbimbing diduga dapat membantu siswa mengonstruk pemahaman sendiri untuk meningkatkan hasil belajar. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan 2 metode berbeda ditinjau dari kemampuan awal. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu dengan 72 orang siswa sebagai sampel. Data penelitian diperoleh dari tes hasil belajar yang terdiri atas 23 soal pilihan ganda. Data dianalisis menggunakan ANOVA dua jalan. Hasil penelitian menunjukkan: (1) tidak ada perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan praktikum dan demonstrasi dalam pembelajaran inkuiri terbimbing, (2) siswa dengan kemampuan awal tinggi memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kemampuan awal rendah, (3) tidak ada interaksi antara metode pembelajaran yang digunakan dan kemampuan awal terhadap hasil belajar siswa. Kata kunci: inkuiri terbimbing, praktikum, demonstrasi, kemampuan awal, hasil belajar Abstract Acid-base is one of the chemistry topics that contains many of the concepts and chemical calculations. From a variety of literature, it is known there are still many difficulties and misconceptions of the students in the study of acid-base. The use of hands-on and demonstrations in guided inquiry learning can help students construct their own understanding to improve learning outcomes. This study aimed to compare the results of student learning that learned by two different methods viewed from prior knowledge. This study used the quasi-experimental design with 72 students as sample. Data were obtained from achievement test which consist of 23 multiple choice questions. Data were analyzed using two ways ANOVA. The results showed: (1) there was no difference in students learning outcomes that learned with hands-on and demonstrations in guided inquiry learning, (2) students with high prior knowledge have better outcomes in learning rathet than students with low prior knowledge (3) there was no interaction between learning method and prior knowledge on students' learning outcome. Keywords: guided inquiry, hands-on, demonstration, prior knowledge, learning outcome PENDAHULUAN Materi asam basa memiliki karakteristik padat konsep dan memerlukan pemahaman yang terintegrasi dengan materi-materi kimia lainnya (Sheppard, 2006), seperti kesetimbangan kimia, stoikiometri, ikatan kimia, termokimia (Muchtar & Harizal,

PENGARUH PRAKTIKUM DAN DEMONSTRASI DALAM …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH PRAKTIKUM DAN DEMONSTRASI DALAM …

Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,

Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan

Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 26 Maret 2016

313

PENGARUH PRAKTIKUM DAN DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN

INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

ASAM BASA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL

The Effect of Hands-on and Demonstration in Guided Inquiry Learning toward

Students’ Achievement in Acid Base Viewed from Prior Knowledge

Fitria Rizkiana1)

, I Wayan Dasna2)

, Siti Marfu’ah3)

Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang

Sumbersari, HP. 085754962022, email: [email protected].

Abstrak

Asam basa adalah salah satu dari topik pelajaran kimia yang mengandung banyak konsep

dan perhitungan kimia. Dari berbagai studi literatur, diketahui masih banyak kesulitan dan

miskonsepsi yang dimiliki siswa dalam mempelajari materi asam basa. Penggunaan

praktikum dan demonstrasi dalam pembelajaran inkuiri terbimbing diduga dapat

membantu siswa mengonstruk pemahaman sendiri untuk meningkatkan hasil belajar.

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil belajar siswa yang dibelajarkan

dengan 2 metode berbeda ditinjau dari kemampuan awal. Penelitian ini menggunakan

rancangan eksperimen semu dengan 72 orang siswa sebagai sampel. Data penelitian

diperoleh dari tes hasil belajar yang terdiri atas 23 soal pilihan ganda. Data dianalisis

menggunakan ANOVA dua jalan. Hasil penelitian menunjukkan: (1) tidak ada perbedaan

hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan praktikum dan demonstrasi dalam

pembelajaran inkuiri terbimbing, (2) siswa dengan kemampuan awal tinggi memperoleh

hasil belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kemampuan awal rendah, (3)

tidak ada interaksi antara metode pembelajaran yang digunakan dan kemampuan awal

terhadap hasil belajar siswa.

Kata kunci: inkuiri terbimbing, praktikum, demonstrasi, kemampuan awal, hasil belajar

Abstract

Acid-base is one of the chemistry topics that contains many of the concepts and chemical

calculations. From a variety of literature, it is known there are still many difficulties and

misconceptions of the students in the study of acid-base. The use of hands-on and

demonstrations in guided inquiry learning can help students construct their own

understanding to improve learning outcomes. This study aimed to compare the results of

student learning that learned by two different methods viewed from prior knowledge. This

study used the quasi-experimental design with 72 students as sample. Data were obtained

from achievement test which consist of 23 multiple choice questions. Data were analyzed

using two ways ANOVA. The results showed: (1) there was no difference in students

learning outcomes that learned with hands-on and demonstrations in guided inquiry

learning, (2) students with high prior knowledge have better outcomes in learning rathet

than students with low prior knowledge (3) there was no interaction between learning

method and prior knowledge on students' learning outcome.

Keywords: guided inquiry, hands-on, demonstration, prior knowledge, learning outcome

PENDAHULUAN

Materi asam basa memiliki karakteristik padat konsep dan memerlukan

pemahaman yang terintegrasi dengan materi-materi kimia lainnya (Sheppard, 2006),

seperti kesetimbangan kimia, stoikiometri, ikatan kimia, termokimia (Muchtar & Harizal,

Page 2: PENGARUH PRAKTIKUM DAN DEMONSTRASI DALAM …

Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,

Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan

Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 26 Maret 2016

314

2012), larutan dan reaksi kimia (Demircioglu et al., 2005). Materi asam basa yang

dipelajari di SMA secara garis besar meliputi (1) teori asam basa (Arrhenius, Bronsted

Lowry, dan Lewis), (2) pH larutan asam dan basa, (3) kekuatan asam dan basa, (4) trayek

pH indikator asam basa. Pada umumnya, para siswa cenderung memperoleh pengetahuan

mengenai konsep asam basa melalui hafalan tanpa memahami konsep itu sendiri (Lin et

al., 2004). Akibatnya, pengetahuan yang diperoleh siswa melalui hafalan tersebut tidak

bertahan lama dan tidak jarang pula siswa mengalami kesulitan dan miskonsepsi dalam

memahami materi asam basa.

Penelitian mengenai kesulitan dan miskonsepsi siswa dalam memahami materi

asam basa telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Dari berbagai penelitian

tersebut diketahui ada beberapa jenis kesulitan dan miskonsepsi yang dialami siswa dalam

mempelajari materi asam basa, diantaranya adalah (1) siswa beranggapan bahwa asam kuat

dan asam lemah pada konsentrasi yang sama memiliki pH yang sama pula (Baneerje,

1991); (2) siswa beranggapan bahwa kekuatan asam berhubungan dengan jumlah atom H

yang terdapat dalam molekul asam tersebut (Lin et al., 2004); (3) siswa beranggapan

bahwa ionisasi sama dengan disosiasi, siswa beranggapan bahwa pH larutan HCl 10-8

M

adalah lebih besar dari 7 dan pH larutan NaOH 10-8

M adalah lebih kecil dari 7

(Kousathana et al., 2005); (4) siswa beranggapan bahwa pada suhu berapapun pH air

murni dan pH larutan netral adalah 7 (Pinarbasi, 2007); dan (5) siswa kesulitan dalam

menggunakan simbol kimia dan rumus matematika, siswa kesulitan menghubungkan

materi asam basa dengan materi kimia lainnya seperti kesetimbangan, stoikiometri, ikatan

kimia, dan termokimia (Muchtar & Harizal, 2012).

Kesulitan dalam memahami materi asam basa juga dialami oleh siswa SMA Negeri

8 Malang. Kesulitan siswa dalam memahami materi asam basa menyebabkan hasil belajar

siswa menjadi rendah. Rendahnya hasil belajar siswa pada materi asam basa dibuktikan

dari nilai ulangan harian rata-rata siswa kelas XI IPA pada tahun pelajaran 2014/2015

sebesar 64,88. Salah satu faktor yang mungkin menjadi penyebab rendahnya hasil belajar

siswa adalah kekurangtepatan strategi/metode pembelajaran yang digunakan dalam

mengajarkan materi asam basa.

Karakteristik dari materi asam basa adalah mengandung banyak konsep. Konsep-

konsep asam basa tersebut akan lebih bermakna diingatan jika siswa dilibatkan langsung

dalam penemuan konsep tersebut. Salah satu strategi pembelajaran yang melibatkan siswa

dalam menemukan konsep adalah inkuiri terbimbing. Fase-fase kegiatan pembelajaran

dalam inkuiri terbimbing adalah (1) perumusan masalah yang akan diselidiki, (2)

perumusan hipotesis, (3) melakukan eksperimen, (4) mengevaluasi/menguji hipotesis, dan

(5) membuat kesimpulan (Iskandar, 2011). Berdasarkan hasil studi literatur, pembelajaran

inkuiri berpotensi dapat meningkatkan pemahaman konsep (Schoffstall & Gaddis, 2007);

motivasi (Bayram et al., 2013; Wulandari, 2012) dan; keterampilan berpikir kritis

(Wulandari, 2012).

Selama ini penemuan konsep menggunakan inkuiri terbimbing cenderung

dilakukan melalui praktikum, sedangkan penemuan konsep menggunakan metode

demonstrasi berbasis inkuiri terbimbing masih jarang dilakukan. Menurut Mckee et al

(2007), pembelajaran inkuiri terbimbing tidak hanya dapat dilakukan melalui praktikum,

tetapi juga dapat dilakukan melalui demonstrasi. Perbedaan penerapan metode praktikum

Page 3: PENGARUH PRAKTIKUM DAN DEMONSTRASI DALAM …

Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,

Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan

Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 26 Maret 2016

315

dan demonstrasi dalam pembelajaran inkuiri terbimbing terletak pada kegiatan percobaan

yang dilakukan. Pada praktikum berbasis inkuiri terbimbing percobaan dilakukan oleh

siswa, sedangkan pada demonstrasi berbasis inkuiri terbimbing percobaan dilakukan oleh

instruktur. Lebih jauh lagi, Mckee et al (2007) menjelaskan bahwa kegiatan praktikum dan

demonstrasi dalam pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengamati hal yang sama.

Penelitian mengenai praktikum dan demonstrasi telah dilakukan oleh Coulter

(1966). Dalam penelitian tersebut digunakan 3 kelas sebagai sampel penelitian, yaitu kelas

yang dibelajarkan dengan menggunakan praktikum induktif, demonstrasi induktif dan

praktikum deduktif. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan

pada pengetahuan dan prinsip, aplikasi prinsip, kemampuan mental, dan kemampuan

berpikir kritis siswa dalam mempelajari materi biologi pada ketiga kelas eksperimen.

Penelitian serupa mengenai pengaruh praktikum dan demontrasi dilakukan oleh Latifah et

al (2014). Dalam penelitian tersebut digunakan 2 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol.

Siswa di kelas eksperimen 1 dibelajarkan dengan menggunakan praktikum berbasis

problem solving, siswa di kelas eksperimen 2 dibelajarkan dengan menggunakan

demonstrasi berbasis problem solving, dan siswa di kelas kontrol dibelajarkan dengan

menggunakan metode ceramah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar

siswa yang dibelajarkan melalui praktikum dan demonstrasi berbasis problem solving lebih

tinggi dibanding hasil belajar siswa yang dibelajarkan melalui ceramah. Hasil penelitian

tersebut juga menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan melalui

praktikum lebih tinggi dibanding hasil belajar siswa yang dibelajarkan melalui demonstrasi

dalam pembelajaran problem solving. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa

praktikum lebih unggul dibanding demonstrasi, karena pada praktikum siswa diberi

kesempatan secara langsung untuk melakukan percobaan sendiri, sehingga siswa lebih

antusias dan aktif selama proses pembelajaran. Keterlibatan siswa secara langsung dalam

kegiatan praktikum diduga menjadi penyebab metode praktikum lebih unggul dibanding

metode demonstrasi.

Selain strategi/metode pembelajaran, pengaruh kemampuan awal terhadap hasil dan

proses belajar juga perlu dipertimbangkan. Kemampuan awal (prior knowledge)

merupakan pengetahuan/kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum

memasuki materi pelajaran berikutnya yang lebih tinggi (Marsandi, 1980). Svinicki (1993)

menjelaskan bahwa kemampuan awal mempengaruhi siswa dalam mengartikan,

mengorganisasi, dan membuat koneksi dengan informasi baru. Dalam penelitian ini,

kemampuan awal siswa dijadikan sebagai variabel moderator (variabel bebas kedua) yang

diduga mempengaruhi hasil belajar. Dalam penelitian ini kemampuan awal diklasifikasikan

menjadi kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan praktikum dan demonstrasi

dalam pembelajaran inkuiri terbimbing ditinjau dari kemampuan awal yang dimiliki siswa.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan praktikum

dan demonstrasi dalam pembelajaran inkuiri terbimbing?

Page 4: PENGARUH PRAKTIKUM DAN DEMONSTRASI DALAM …

Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,

Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan

Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 26 Maret 2016

316

2. Apakah ada perbedaan hasil belajar antara siswa berkemampuan awal tinggi dan

rendah?

3. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal terhadap hasil

belajar?

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai hasil belajar

siswa yang dibelajarkan dengan praktikum dan demonstrasi dalam pembelajaran inkuiri

terbimbing, sehingga guru dapat memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan

ketersediaan alat dan bahan kimia di masing-masing sekolah. Selain itu, hasil penelitian ini

diharapkan memberikan gambaran mengenai pengaruh kemampuan awal terhadap hasil

belajar siswa, sehingga dapat dijadikan cerminan bagi guru untuk mempertimbangkan

kemampuan awal siswa selama proses pembelajaran.

METODE PENELITIAN

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian

eksperimen semu. Dalam penelitian ini digunakan dua kelas eksperimen dan tidak ada

kelas kontrol. Rancangan penelitian diberikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Rancangan Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen 1 O1 X1 O2

Eksperimen 2 O3 X2 O4

(Adaptasi: Sugiyono, 2011)

Keterangan:

X1: pembelajaran menggunakan metode praktikum- inkuiri terbimbing

X2: pembelajaran menggunakan metode demonstrasi-inkuiri terbimbing

O1: hasil pretest siswa pada kelas eksperimen 1

O2: hasil posttest siswa pada kelas eksperimen 1

O3: hasil pretest siswa pada kelas eksperimen 2

O4: hasil posttest siswa pada kelas eksperimen 2

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 8 Malang Tahun Pelajaran 2015/2016. Sampel

dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA 3 dan XI IPA 5 yang diperoleh dengan teknik

avaibility sampling. Penentuan kelas eksperimen 1 dan 2 dilakukan secara acak.

Berdasarkan pemilihan secara acak tersebut digunakan XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen

1 dan XI IPA 5 sebagai kelas eksperimen 2. Kelas eksperimen 1 dibelajarkan dengan

metode praktikum-inkuiri terbimbing dan kelas eksperimen 2 dibelajarkan dengan metode

demonstrasi-inkuiri terbimbing.

Kesetaraan kemampuan awal siswa dari kedua kelas eksperimen dianalisis

menggunakan uji beda. Jika uji prasyarat (homogenitas dan normalitas) terpenuhi, maka uji

beda yang digunakan adalah uji t. Sebaliknya, jika uji prasyarat tidak terpenuhi, maka uji

beda yang digunakan adalah uji u. Hasil uji homogenitas dan normalitas data kemampuan

awal berturut-turut diberikan pada Tabel 2 dan 3.

Page 5: PENGARUH PRAKTIKUM DAN DEMONSTRASI DALAM …

Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,

Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan

Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 26 Maret 2016

317

Tabel 2 Hasil Uji Homogenitas Data Kemampuan Awal

α Sig Kriteria Kesimpulan

0,05 0,062 α < sig Homogen

Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Awal

Kelas α Sig Kriteria Kesimpulan

Eksperimen 1 0,05 0,2 α < sig Normal

Eksperimen 2 0,05 0,2 α < sig Normal

Berdasarkan hasil uji prasyarat pada Tabel 2 dan 3, diketahui bahwa data

kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen 1 dan 2 adalah homogen dan terdistribusi

normal. Oleh karena uji prasyarat terpenuhi, maka uji beda yang digunakan adalah uji t.

Hasil uji t data kemampuan awal siswa diberikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Uji T Data Kemampuan Awal

Kelas Mean Α Sig (2-tailed) Kriteria Kesimpulan

Eksperimen 1 70,08 0,05 0,304 α < sig

Tidak ada

perbedaan Eksperimen 2 67,03

Hasil uji t pada Tabel 4 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan awal siswa

pada kelas eksperimen 1 dan 2 dengan nilai signifikansi 0,304 > 0,05. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa kedua kelas yang digunakan sebagai sampel penelitian memiliki

kemampuan awal yang sama, sehingga dapat diberikan perlakuan berbeda.

Rancangan eksperimen semu pada penelitian ini menggunakan desain faktorial 2 x

2, yang berarti variabel bebas pertama dan variabel bebas kedua masing-masing memiliki

dua tingkatan/kategori. Variabel bebas pertama adalah metode pembelajaran yang

digunakan yaitu praktikum dan demonstrasi, sedangkan variabel bebas kedua adalah

kemampuan awal yang dibedakan menjadi kemampuan awal tinggi dan rendah. Rancangan

faktorial 2 x 2 diberikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Desain Faktorial 2 x 2

Kemampuan Awal

Siswa

Metode-Strategi Pembelajaran

Praktikum-Inkuiri

Terbimbing

(P-IT)

Demontrasi-Inkuiri

Terbimbing

(D-IT)

Tinggi (T) P-IT-T D-IT-T

Rendah (R) P-IT-R D-IT-R

Keterangan:

P-IT-T: hasil belajar menggunakan metode praktikum-inkuiri terbimbing dengan

kemampuan awal tinggi

Page 6: PENGARUH PRAKTIKUM DAN DEMONSTRASI DALAM …

Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,

Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan

Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 26 Maret 2016

318

P-IT-R: hasil belajar menggunakan metode praktikum-inkuiri terbimbing dengan

kemampuan awal rendah

D-IT-T: hasil belajar menggunakan metode demonstrasi-inkuiri terbimbing dengan

kemampuan awal tinggi

D-IT-R: hasil belajar menggunakan metode demonstrasi-inkuiri terbimbing dengan

kemampuan awal rendah

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah soal pretest dan

posttest. Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, soal pretest dan posttest

ditelaah oleh 3 ahli, kemudian soal posttest diujicoba untuk mengetahui validitas dan

reliabilitasnya. Berdasarkan hasil uji validitas, diketahui ada 23 soal yang valid dan 2 soal

yang tidak valid. Butir-butir soal yang valid tersebut kemudian diuji reliabilitasnya dan

diperoleh nilai Cronbach‘s Alpha sebesar 0,863.

Data hasil belajar berupa posttest dianalisis menggunakan ANOVA dua jalan.

Pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 5% atau α = 0,05. Pengambilan

keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi yang diperoleh dengan

nilai α (0,05). Jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima

dan H1 ditolak. Sebaliknya, jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05,

maka H0 ditolak dan H1 diterima.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data Kemampuan Awal

Data kemampuan awal pada kedua kelas eksperimen diperoleh dari nilai ulangan

harian siswa pada materi kesetimbangan kimia. Data ini selain berfungsi untuk mengetahui

kesetaraan dua sampel, data kemampuan awal juga berfungsi untuk mengklasifikasikan

siswa berdasarkan kemampuan awal yang mereka miliki.

Kemampuan awal siswa dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua kategori,

yaitu kemampuan awal tinggi dan rendah. Pengelompokkan siswa berdasarkan

kemampuan awal dilakukan dengan cara meranking hasil ulangan harian siswa pada materi

kesetimbangan kimia, kemudian menentukan 50% siswa sebagai kelompok dengan

kemampuan awal tinggi dan 50% siswa sebagai kelompok dengan kemampuan awal

rendah. Ringkasan data kemampuan awal siswa dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 menunjukkan bahwa rerata nilai kemampuan awal siswa pada kelas

eksperimen 1 lebih tinggi dibanding kelas eksperimen 2. Keduanya terpaut selisih angka

sebesar 3,05. Kesetaraan kemampuan awal siswa dari kedua kelas eksperimen telah

dianalisis menggunakan uji t, dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen 1 dan 2, sehingga

kedua kelas tersebut dapat diberikan perlakuan berbeda.

Page 7: PENGARUH PRAKTIKUM DAN DEMONSTRASI DALAM …

Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,

Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan

Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 26 Maret 2016

319

Tabel 6 Data Kemampuan Awal

Kelas Kemampuan

Awal

N

Rata-rata

Kemampuan

Awal

Rerata

Kemampuan

Awal

SD

Skor

Mak Min

Eksperimen

1

Tinggi 18 79,11 70,08

10,7

1 88 47

Rendah 18 61,05

Eksperimen

2

Tinggi 18 78,94 67,03

14,0

9 92 42

Rendah 18 55,11

Deskripsi Data Pretest

Data pretest diperoleh dari hasil ulangan siswa pada materi asam basa dan

digunakan untuk mengetahui pemahaman awal siswa terhadap materi tersebut. Ringkasan

pretest siswa pada materi asam basa diberikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Data Pretest

Kelas

Kemampua

n

Awal

N

Skor

Rata-

rata

Pretest

Rerat

a

Pretes

t

SD

Skor

Maksimu

m Minimum

Eksperimen

1

Tinggi 18 37,78 35,94

8,01

4 52 22

Rendah 18 34,11

Eksperimen

2

Tinggi 18 37,33 35,25

8,95

2 52 22

Rendah 18 33,17

Tabel 7 menunjukkan bahwa rerata pretest siswa di kelas eksperimen 1 (35,94)

tidak jauh berbeda dengan rerata pretest siswa di kelas eksperimen 2 (35,25). Keduanya

terpaut selisih angka sebesar 0,69. Kesetaraan data pretest siswa dari kedua kelas

eksperimen dianalisis menggunakan uji beda. Jika uji prasyarat (homogenitas dan

normalitas) terpenuhi, maka uji beda yang digunakan adalah uji t. Sebaliknya, jika uji

prasyarat tidak terpenuhi, maka uji beda yang digunakan adalah uji u. Hasil uji

homogenitas dan normalitas berturut-turut diberikan pada Tabel 8 dan 9.

Tabel 8 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest

Α Sig Kriteria Kesimpulan

0,05 0,422 α < sig Homogen

Tabel 9 Hasil Uji Normalitas Data Pretest

Kelas Α Sig Kriteria Kesimpulan

Eksperimen 1 0,05 0,079 α < sig Normal

Eksperimen 2 0,05 0,098 α < sig Normal

Berdasarkan hasil uji prasyarat pada Tabel 8 dan 9 diketahui bahwa data pretest

siswa pada kelas eksperimen 1 dan 2 adalah homogen dan terdistribusi normal. Dengan

terpenuhinya prasyarat tersebut, maka uji beda yang digunakan adalah uji t. Hasil uji t data

pretest diberikan pada Tabel 10

Page 8: PENGARUH PRAKTIKUM DAN DEMONSTRASI DALAM …

Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,

Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan

Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 26 Maret 2016

320

Tabel 10 Uji T Data Pretest

Kelas Mean Α Sig (2-tailed) Kriteria Kesimpulan

Eksperimen

1 35,94

0,05 0,730 α < sig Tidak ada

perbedaan Eksperimen

2 35,25

Hasil uji t pada Tabel 10 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan data pretest siswa

pada kedua kelas eksperimen. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemahaman

awal siswa pada materi asam basa baik di kelas eksperimen 1 ataupun 2 adalah sama pada

saat sebelum diberikan perlakuan.

Deskripsi Data Posttest dan Hasil Uji ANOVA Dua Jalan

Data posttest diperoleh dari hasil ulangan harian siswa pada materi asam basa

setelah dibelajarkan dengan menggunakan praktikum-inkuiri terbimbing pada kelas

eksperimen 1 dan demonstrasi-inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen 2. Data ini

digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa setelah dibelajarkan dengan dua

metode berbeda (praktikum dan demonstrasi) ditinjau dari kemampuan awal. Ringkasan

data posttest siswa berdasarkan variasi metode pembelajaran diberikan pada Tabel 11,

sedangkan ringkasan data posttest siswa berdasarkan kemampuan awal diberikan pada

Tabel 12.

Tabel 11 Data Posttest Siswa Berdasarkan Variasi Metode Pembelajaran

Kelas

Kemampua

n

Awal

N

Skor

Rata-

rata

Posttest

Rerat

a

Postte

st

SD

Skor

Maksimu

m

Minimu

m

Eksperimen

1

Tinggi 1

8 86,33

77,86 15,34

6 100 48

Rendah 1

8 69,39

Eksperimen

2

Tinggi 1

8 83,17

72,67 16,17

4 100 30

Rendah 1

8

62,17

Tabel 12 Data Posttest Siswa Berdasarkan Kemampuan Awal

Kemampua

n awal Kelas N

Skor

Rata-

rata

Posttest

Rerat

a

Postte

st

SD

Skor

Maksimu

m

Minimu

m

Tinggi

Eksperimen

1

1

8 86,33

84,75 11,6

8 100 61

Eksperimen 1 83,17

Page 9: PENGARUH PRAKTIKUM DAN DEMONSTRASI DALAM …

Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,

Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan

Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 26 Maret 2016

321

2 8

Rendah

Eksperimen

1

1

8 69,39

65,78 13,7

7 96 30

Eksperimen

2

1

8

62,17

Tabel 11 dan 12 menunjukkan bahwa ada perbedaan pada rerata posttest siswa baik

ditinjau dari variasi metode pembelajaran maupun kemampuan awal. Dari Tabel 11

diketahui bahwa siswa yang dibelajarkan melalui praktikum memiliki rerata posttest yang

lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan melalui demonstrasi. Dari Tabel 12 diketahui

bahwa kelompok siswa dengan kemampuan awal tinggi memiliki rerata posttest yang lebih

tinggi daripada kelompok siswa dengan kemampuan awal rendah. Namun, untuk

mengetahui ada perbedaan atau tidak pada hasil belajar siswa baik berdasarkan variasi

metode pembelajaran ataupun kemampuan awal, maka dilakukan uji ANOVA dua jalan.

Hasil uji ANOVA dua jalan diberikan pada Tabel 13 berikut.

Tabel 13 Hasil Uji ANOVA Dua Jalan

Source Dependent

Variable

Sig. Kesimpulan

Metode pembelajaran Hasil

belajar

.085 H0 diterima

Kemampuan awal Hasil

belajar

.000 H0 ditolak

Metode pembelajaran*kemampuan

awal

Hasil

belajar

.498 H0 diterima

Berdasarkan hasil uji ANOVA dua jalan pada Tabel 13 pengaruh metode

pembelajaran terhadap hasil belajar menunjukkan bahwa H0 diterima, karena nilai

signifikansi 0,085 > 0,05. Jika H0 diterima, maka H1 ditolak, yang berarti tidak ada

perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan praktikum dan demonstrasi

dalam pembelajaran inkuiri terbimbing. Faktor yang mungkin menjadi penyebab hasil

belajar siswa pada kedua kelas eksperimen tidak berbeda adalah kesamaan pengamatan

yang dilakukan siswa pada kelas eksperimen 1 dan 2. Menurut Orlich et al (dalam Yuliana,

2015), observasi spesifik dalam pembelajaran inkuiri terbimbing dapat mengembangkan

kemampuan berpikir siswa, hingga siswa mampu membuat inferensi atau generalisasi. Di

sisi lain, melalui pengamatan siswa juga dapat membangun pola bermakna. Dengan

memaknai pernyataan yang diungkapkan oleh Orlich et al tersebut, maka dapat diketahui

bahwa inkuiri memiliki karakteristik yang khas sebagai strategi pembelajaran, dimana

siswa dapat melakukan generalisasi dan membangun pola bermakna berdasarkan

pengamatannya, baik itu dilakukan melalui praktikum ataupun demonstrasi. Hal inilah

yang menyebabkan hasil belajar siswa yang dibelajarkan melalui praktikum dan

demonstrasi dalam pembelajaran inkuiri terbimbing tidak berbeda. Hasil penelitian ini

sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Mckee et al (2007) yang

Page 10: PENGARUH PRAKTIKUM DAN DEMONSTRASI DALAM …

Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,

Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan

Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 26 Maret 2016

322

menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pemahaman konseptual antara siswa yang

dibelajarkan dengan praktikum dan demonstrasi dalam pembelajaran inkuiri terbimbing.

Penelitian serupa yang dilakukan oleh Coulter (1966) juga menyimpulkan bahwa tidak ada

perbedaan pemahaman antara siswa yang dibelajarkan dengan praktikum dan demonstrasi

dalam pembelajaran induktif. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, maka

kiranya penggunaan praktikum dalam pembelajaran inkuiri terbimbing dapat disubstitusi

dengan demontrasi tanpa mengurangi atau menurunkan hasil belajar siswa. Lebih lanjut

lagi, bagi sekolah-sekolah yang memiliki keterbatasan dana dalam membeli alat dan bahan

kimia yang relatif mahal, dapat mengaplikasikan penggunaan demonstrasi dalam

pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai sarana untuk mengoptimalkan pemahaman siswa

terhadap materi-materi kimia.

Berdasarkan hasil uji ANOVA dua jalan pada Tabel 13 pengaruh kemampuan awal

terhadap hasil belajar menunjukkan bahwa H0 ditolak, karena nilai signifikansi 0,000 <

0,05. Jika H0 ditolak, maka H1 diterima, yang berarti ada perbedaan hasil belajar antara

siswa berkemampuan awal tinggi dan rendah. Siswa dengan kemampuan awal tinggi lebih

mudah dalam mehamami konsep baru dibanding siswa dengan kemampuan awal rendah,

karena siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi akan menggunakan

struktur/kemampuan yang sudah ada untuk diasimilasikan dengan konsep baru. Hal inilah

yang menyebabkan hasil belajar kelompok siswa dengan kemampuan awal tinggi lebih

baik dibanding kelompok siswa dengan kemampuan awal rendah. Hasil penelitian ini

sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hailikari (2008) dan Astuti

(2015) yang secara garis besar menjelaskan bahwa kemampuan awal merupakan variabel

yang sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Jika kemampuan awal seorang siswa baik,

maka hasil belajarnya juga akan baik. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah

dilakukan, maka kiranya penting bagi para guru untuk memulai setiap pelajaran dari hal

yang diketahui siswa dan memantapkan konsep-konsep dasar yang menjadi prasyarat agar

suatu konsep baru lebih mudah dipahami. Dengan cara demikian, siswa akan lebih mudah

dalam mengolah konsep baru dan menghubungkannya dengan konsep yang sudah ada.

Berdasarkan hasil uji ANOVA dua jalan pada Tabel 13 pengaruh metode

pembelajaran-kemampuan awal terhadap hasil belajar siswa menunjukkan bahwa H0

diterima, karena nilai signifikansi 0,498 > 0,05. Jika H0 diterima, maka H1 ditolak, yang

berarti tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal terhadap hasil

belajar siswa. Gambar 1 berikut menunjukkan tidak ada interaksi metode pembelajaran dan

kemampuan awal terhadap hasil belajar.

Page 11: PENGARUH PRAKTIKUM DAN DEMONSTRASI DALAM …

Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,

Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan

Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 26 Maret 2016

323

Metode Pembelajaran

Gambar 1 Uji Interaksi Metode Pembelajaran dan Kemampuan Awal terhadap Hasil

Belajar

Dari Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa kelompok siswa dengan kemampuan awal

tinggi memiliki hasil belajar yang lebih baik dibanding kelompok siswa dengan

kemampuan awal rendah baik dibelajarkan dengan menggunakan praktikum ataupun

demonstrasi. Selain itu, dari Gambar 1 juga dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa

dengan kemampuan awal sama akan lebih baik jika dibelajarkan dengan praktikum

dibanding demonstrasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Yuliana (2015)

yang menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh strategi pembelajaran dan kemampuan

awal secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa.

PENUTUP

Kesimpulan

1. Tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan

praktikum dan demonstrasi dalam pembelajaran inkuiri terbimbing.

2. Siswa dengan kemampuan awal tinggi memperoleh hasil belajar yang lebih baik

dibanding siswa dengan kemampuan awal rendah.

3. Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran yang digunakan dan kemampuan awal

terhadap hasil belajar siswa.

Saran

1. Hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan hasil belajar

menggunakan metode praktikum dan demonstrasi dalam pembelajaran inkuiri

terbimbing pada materi kimia lainnya.

2. Hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai retensi siswa setelah

dibelajarkan menggunakan metode praktikum dan demonstrasi dalam pembelajaran

inkuiri terbimbing.

Kemampuan Awal

Tinggi

Rendah

Page 12: PENGARUH PRAKTIKUM DAN DEMONSTRASI DALAM …

Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,

Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan

Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 26 Maret 2016

324

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, S.P. 2015. Pengaruh Kemampuan Awal dan Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar

Fisika. Journal Formatif, 5(1): 68-75.

Banerjee, A.C. 1991. Misconception of Student and Teacher in Chemical Equilibrium.

International Journal of Science Education, 13: 487-494.

Bayram, Z., Oskay, O.O., Erdem, E., Ozgur, S.D. & Sen, S. 2013. Effect of Inquiry Based

Learning Method on Student Motivation. Social and Behavioral Sciences, 106

:988–996.

Coulter, J.C. 1966. The Effectiveness of Inductive Laboratory, Inductive Demonstration,

and Deductive Laboratory in Biology. Journal of Research in Science Teaching, 4:

185-186.

Demircioglu, G., Ayas, A. & Demircioglu, H. 2005. Conceptual Change Achieved through

A New Teaching Program on Acids and Bases. Chemistry Education Research and

Practice, 6(1): 36-51.

Hailikari, T., Nevgi, A. & Komulainen, E. 2008. Academic Self Beliefs and Prior

Knowledge as Predictors of Student Achievement in Mathematics: A Structural

Model. Educational Psychology, 28(1): 59-71.

Iskandar, S.M. 2011. Pendekatan Pembelajaran Sains Berbasis Konstruktivis. Malang:

Bayumedia.

Kousathana, M., Demerouti, M. & Tsaparlis, G. 2005. Instructional Misconception in

Acid-Base Equilibria: An Analysis from a History and Philosophy of Science

Perspective. Science & Education, 14(2): 173-193.

Latifah, S., Sugiharto. & Nugroho, A.CS. 2014. Studi Komparasi Penggunaan Praktikum

dan Demonstrasi pada Metode Problem Solving terhadap Prestasi Belajar Siswa

Materi Hidrolisis Garam Kelas XI Ilmu Alam SMA Al Islam 1 Surakarta Tahun

Pelajaran 2010/2011. Journal Pendidikan Kimia, 3(3): 111-120.

Lin, J.W., Chiu, M.H. & Liang, J.C. 2004. Exploring Mental Models and Causes of

Students‘ Misconceptions in Acids and Bases. Makalah dipresentasikan di NARST,

Vancouver, Kanada, April.

Marsandi. 1980. Sistem Belajar Tuntas (Mastery Learning). Jakarta: Puskur.

Mckee, E., Williamson, V.M. & Ruebush, L.E. 2007. Effects of a Demonstration

Laboratory on Student Learning. Journal Science Educational Technology, 16(5):

395-400.

Muchtar, Z. & Harizal. 2012. Analyzing of Student‘ Misconceptions on Acid-Base

Chemistry at Senior High School in Medan. Journal of education and practice,

3(15): 65-74.

Pinarbasi, T. 2007. Turkish Undergraduate Students‘ Misconceptions on Acids and Bases.

Journal of Baltic Science Education, 6 (1): 23-34.

Schoffstall, A. M. & Gaddis, B. A. 2007. Incorporating Guided Inquiry Learning into the

Organic Chemistry Laboratory. Journal of Chemical Education, 84(5): 848-851.

Sheppard, K. 2006. High School Students‘ Understanding of Titrations and Related Acid-

Base Phenomena. Chemistry Education Research and Practice, 7(1): 32-45.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Page 13: PENGARUH PRAKTIKUM DAN DEMONSTRASI DALAM …

Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,

Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan

Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang

Malang, 26 Maret 2016

325

Svinicki, M. 1993. What They Don‘t Know Can Hurt Them: The Role of Prior Knowledge

in Learning. The Professional & Organizational Development Network in Higher

Education, 5(4): 1-5.

Wulandari, R. 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam Kegiatan

Laboratorium terhadap Motivasi Belajar dan Keterampilan Berpikir Peserta Didik

SMP. Tesis tidak diterbitkan. Yogyakarta: PPs Universitas Negeri Yogyakarta.

Yuliana, I. F. 2015. Perbedaan Hasil Belajar dan Literasi Kimia Siswa Kelas XI SMAN

4 Malang yang Dibelajarkan dengan Model Inkuiri Terbimbing Pendekatan

Intertekstual dengan Inkuiri Terbimbing pada Materi Kesetimbangan Kimia

ditinjau dari Kemampuan Awal. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPs Universitas

Negeri Malang.