29
PENGARUH PENGUNGKAPAN INFORMASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM LAPORAN TAHUNAN TERHADAP EARNING RESPONSE COEFFICIENTS (ERC) (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009) Pramudito Adisusilo Drs. Sudarno, MSi, Akt, Ph.D ABSTRACT The focus of this study was to test the effect of disclosure of Corporate Social Responsibility (CSR) in the company's annual report on the market response to accounting earnings (Earnings Response Coefficient, ERC). Influenced by the CSR addition of some past research suggests that there are several other factors affecting the Earnings Response Coefficient, among others, profitability, growth, leverage, and size as that of Sayekti and Wondabio (2007). Therefore, the purpose of this study is to examine the effect of disclosure of corporate social responsibility (CSR) on corporate earnings response coefficient (ERC) with profitability, growth, leverage, and size as control variables. Study sample is based on purposive sampling method in which sampling is based on certain criteria, obtained a total of 39 companies as a sample study for one year. Keywords: Corporate Social Responsibility, Profitability, Growth, Leverage Ratio, the Company Size and Earning Response Coefficient

PENGARUH PENGUNGKAPAN INFORMASI CORPORATE SOCIAL ...eprints.undip.ac.id/33088/1/Jurnal.pdf · Study sample is based ... merupakan kebutuhan yang mendasar bagi investor dan calon investor

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH PENGUNGKAPAN INFORMASI CORPORATE

SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM LAPORAN TAHUNAN

TERHADAP EARNING RESPONSE COEFFICIENTS (ERC)

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009)

Pramudito Adisusilo

Drs. Sudarno, MSi, Akt, Ph.D

ABSTRACT The focus of this study was to test the effect of disclosure of Corporate Social

Responsibility (CSR) in the company's annual report on the market response to accounting

earnings (Earnings Response Coefficient, ERC). Influenced by the CSR addition of some past

research suggests that there are several other factors affecting the Earnings Response

Coefficient, among others, profitability, growth, leverage, and size as that of Sayekti and

Wondabio (2007). Therefore, the purpose of this study is to examine the effect of disclosure of

corporate social responsibility (CSR) on corporate earnings response coefficient (ERC) with

profitability, growth, leverage, and size as control variables. Study sample is based on

purposive sampling method in which sampling is based on certain criteria, obtained a total of

39 companies as a sample study for one year.

Keywords: Corporate Social Responsibility, Profitability, Growth, Leverage Ratio, the

Company Size and Earning Response Coefficient

PENDAHULUAN

Saat ini setiap perusahaaan terutama perusahaan yang telah go public di pasar modal

dituntut untuk melakukan keterbukaan. Keterbukaan perusahaan dapat berupa penyampaian

informasi secara berkualitas (Hadi dan Sabeni, 2002). Menurut Sembiring (2003) informasi

merupakan kebutuhan yang mendasar bagi investor dan calon investor dalam pengambilan

keputusan. Adanya informasi yang akurat, lengkap, serta tepat waktu memungkinkan investor

untuk melakukan pengambilan keputusan secara rasional sehingga hasil yang diperoleh dapat

sesuai dengan yang diharapkan. Suatu informasi dikatakan informatif jika informasi tersebut

dapat mengubah kepercayaan (belief) para investor dalam pengambilan keputusan investasi.

Adanya informasi baru selain laporan keuangan akan meningkatkan kepercayaan dikalangan

para investor terhadap suatu perusahaan. Saat ini informasi yang banyak mendapat sorotan

adalah mengenai pertanggungjawaban sosial perusahaan. Kesadaran tentang pentingnya

mempraktikkan CSR ini menjadi tren global seiring dengan semakin maraknya kepedulian

masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan

memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak asasi manusia (HAM)

Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)

adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian

terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders

yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum. Pertanggungjawaban sosial

perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting. Darwin

(2004) mengatakan bahwa Corporate Sustainability Reporting terbagi menjadi 3 kategori

yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja sosial.

Menurut Ghozali dan Chariri (2007) praktik pengungkapan CSR merupakan peranan

penting bagi perusahaan karena perusahaan hidup di lingkungan masyarakat dan

kemungkinan aktivitasnya memiliki dampak sosial dan lingkungan. Selain itu, CSR dapat

dipandang sebagai wujud akuntabilitas perusahaan kepada publik untuk menjelaskan

berbagai dampak sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan. Eipstein dan Freedman (1994),

dalam Anggraini (2006), menemukan bahwa investor individual tertarik terhadap informasi

sosial yang dilaporkan dalam laporan tahunan. Untuk itu dibutuhkan suatu sarana yang dapat

memberikan informasi mengenai aspek sosial, lingkungan dan keuangan secara sekaligus.

Sarana tersebut dikenal dengan nama laporan keberlanjutan (sustainability reporting).

Di Indonesia, tanggung jawab sosial perusahaan dikuatkan dengan adanya aturan IAI

yang terdapat dalam PSAK No1 (Revisi 2009) paragraf 12 dan UU PT No 40 tahun 2007.

Pemikiran yang melandasi diterapkannya CSR dalam laporan tahunan perusahaan adalah

kurangnya kepekaan perusahaan terhadap dampak negatif yang dialami lingkungan dan

masyarakat yang disebabkan oleh aktivitas perusahaan dalam mendayagunakan sumber daya

manusia dan lingkungan untuk kepentingan peningkatan kinerja perusahaan. Hidayati (2009)

merumuskan triple bottom line (TBL) atau tiga faktor utama operasi perusahaan dalam

kaitannya dengan lingkungan dan manusia, yaitu faktor manusia dan masyarakat (people),

faktor ekonomi dan keuntungan (profit), serta faktor lingkungan (planet). Maksud dari faktor

yang juga terkenal dengan sebutan triple P (3P) ini adalah selain berorientasi untuk mencapai

keuntungan secara ekonomi (profit), perusahaan bisnis juga harus memiliki keperdulian

terhadap kesejahteraan manusia (people) dan terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan

keragaman hayati (planet).

Kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan tersebut didukung dengan adanya

pengesahan undang-undang perseroan terbatas No 40 tahun 2007 pasal 1 ayat (3), Isi pasal

tersebut menjelaskan : “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen perseroan

untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan

kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, bagi perseroan sendiri, komunitas

setempat, maupun masyarakat pada umumnya”.

Sebelum adanya pengesahan undang-undang perseroan terbatas tahun 2007, informasi

CSR masih digolongkan sebagai Voluntary Disclosure (pengungkapan sukarela) karena

belum ada peraturan atau ketetapan yang mewajibkan CSR diungkapkan dalam laporan

tahunan perusahaan, meskipun pada bulan Juli 2005 lalu inisiasi Ikatan Akuntan Indonesia

(IAI) dan kementrian lingkungan hidup telah menciptakan awareness lewat Sustainability

Report Awards, yang isinya menyatakan bahwa :

“Sepanjang belum adanya format yang ditentukan oleh pemerintah, perusahaan dapat

membuat laporan ini sebagai bagian tersendiri dalam annual report. Tidak perlu

berlebihan, yang penting adalah kecukupan informasi tentang apa yang telah

dilakukan perusahaan atas tanggung jawab sosialnya. Bentuk Laporan dapat bersifat

kuantitatif dan kualitatif yang mampu menggambarkan hal yang sebenarnya.”

Fokus dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh dari pengungkapan informasi

Corporate Social Responsibility (CSR) dalam laporan tahunan perusahaan terhadap respon

pasar terhadap laba akuntansi (Earning Response Coefficient, ERC). ERC merupakan

koefisien yang mengukur respon abnormal return sekuritas terhadap unexpected earning

perusahaan yang menerbitkan sekuritas (Naimah dan Utama, 2006). Korelasi earning return

yang rendah menunjukan bahwa informasi laba hanya sedikit memberikan informasi

mengenai nilai perusahaan, atau dengan kata lain terdapat asimetri yang tinggi. Oleh karena

itu dengan tujuan mengurangi asimetri informasi, pengungkapan informasi akan lebih banyak

pada perusahaan yang memilki korelasi earning return rendah, atau dengan kata lain korelasi

earning return berhubungan negatif dengan luas pengungkapan (Lang dan Lundholm, 1993

dalam Widiastuti, 2002).

Beaver (1989) dalam Widiastuti (2002) mendefinisikan Earning Response Coefficient

(ERC) sebagai “ sensitifitas perubahan harga saham terhadap perubahan laba akuntansi ”.

Kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba yang tercermin dari tingginya ERC,

menunjukan laba yang dilaporkan berkualitas. Sebaliknya, lemahnya reaksi pasar terhadap

informasi laba yang tercermin dari rendahnya ERC, menunjukan laba yang dilaporkan kurang

atau tidak berkualitas. Penelitian yang dilakukan Sayekti dan Wondabio (2007) memperoleh

hasil bahwa tingkat pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan

berpengaruh negatif terhadap ERC. Hal ini konsisten dengan prediksi yang dilakukan oleh

Widyastuti (2002) yang memprediksi luas pengungkapan sukarela berpengaruh negatif

terhadap ERC, namun hasil penelitian empirisnya justru menunjukkan pengaruh yang positif

dan signifikan.

Berbagai penelitian terdahulu telah menguji perbedaan reaksi pasar terhadap

pengumuman laba dengan didasarkan premis bahwa informativeness of earning akan semakin

besar ketika terdapat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan dimasa mendatang, maka

earning response coefficient (ERC) semakin tinggi. Diharapkan jika perusahaan melakukan

pengungkapan informasi dalam laporan tahunannya dapat mengurangi ketidakpastiannya

tersebut. Dengan demikian pengungkapan informasi akan menurunkan ERC (Wondabio dan

Sayekti, 2007). Hasil penelitian dari beberapa penelitian terdahulu belum menunjukan hasil

yang konsisten. Wondabio dan Sayekti, 2007 dalam penelitiannya menunjukan bahwa

earning response coefficient (ERC) memiliki pengaruh negatif terhadap CSR, namun hasil

penelitian Widiastuti (2002) menunjukan pengaruh positif. Sehingga dalam penelitian ini

permasalahan yang akan dikaji adalah apakah pengungkapan informasi Corporate Social

Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap Earning Respon Coefficient (ERC) pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009.

TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Teori Signaling

Teori signaling dalam ilmu komunikasi yang digunakan dalam disiplin ilmu akuntansi

digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi pola perilaku komunikasi manajer kepada

publik. Teori signaling dalam akuntansi berfungsi untuk menilai adanya informasi privat.

Dalam pasar modal, pelaku pasar melakukan keputusan ekonomi dengan dasar informasi

publikasi, pengumuman dan konfrensi pers (Jaswadi, 2003).

Investor memerlukan informasi mengenai prospek perusahaan yang akan dipilihnya

sebagai tempat menanam dana. Akan tetapi, sebagai pihak luar investor tidak mengetahui

seluruh informasi perusahaan sebanyak yang diketahui manajemen (Brigham dan Houston,

2001). Oleh karena itu, manajemen perusahaan sebagai pihak yang memiliki informasi lebih

baik memberikan tanda atau sinyal kepada investor tentang prospek perusahaan dimasa

mendatang. Teori signaling mengindikasikan bahwa pelaporan keuangan oleh emiten

merupakan suatu sinyal yang dapat mempengaruhi nilai saham mereka. Dengan adanya

sinyal dari perusahaan menyebabkan investor melakukan antisipasi untuk menentukan

antisipasi yang tepat. Dengan demikian apabila manajemen manyampaikan informasi ke

pasar, umumnya pasar akan merespon sebagai suatu sinyal terhadap adanya suatu peristiwa

tertentu yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan.

Teori Stakeholder

“Teori stakeholders menyatakan bahwa perusahaan melakukan pengungkapan

tanggung jawab sosial sebagai upaya untuk memenuhi harapan atau permintaan stakeholders.

Namun demikian, perusahaan tetap melakukan identifikasi atas stakeholder dengan menilai

mana yang memberikan pengaruh lebih besar serta yang paling penting mengganggu

kelangsungan hidup perusahaan jika harapannya tidak terpenuhi sehingga pengungkapan

akan dilakukan berdasarkan harapan stakeholders tersebut” (Meutia, 2008).

Corporate Social Responsibility (CSR)

Pemikiran yang melandasi Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan) yang sering dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya

mempunyai kewajiban ekonomi dan legal (artinya kepada pemengang saham atau

shareholder) tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan

(stakeholder) yang jangkauannya melebihi kewajiban-kewajiban diatas. Tanggung jawab

sosial dari perusahaan terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk

di dalamnya adalah pelanggan atau customer, pegawai, komunitas, pemilik atau investor,

pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor (Nurlela dan Islahudin, 2008).

Word Bussiness Council for Sustainable Development (WBCSD) mendefinisikan

CSR sebagai :

“ Corporate Social Responsibility is the commitment of business to sustainable

economic development, working with employees, their families, the local

community and society at large to improve their quality of life “

Komisi Uni Eropa (dikutip oleh Dahl sud, 2006) menerjemahkan CSR sebagai suatu

konsep dimana perusahaan mengintegrasikan tema-tema sosial dan lingkungan dalam

kegiatan operasional di dalam menjalin interaksi dengan stakeholder mereka. Sedangkan

pengertian dari pengungkapan sosial menurut Gray et al. (1987) (dikutip oleh Rashid dan

Lodh, 2008) adalah :

“ The process of communicating the social and environmental effects of organizations

economic actions to particular interest group within society and to society at large “

Deegan dan Rankin (1996) dalam Mutia (2008) menjelaskan pengungkapan CSR

sebagai interaksi antara organisasi dan lingkungan sosial yang didalamnya antara lain

terdapat pengungkapan mengenai human resources, community involvement, the natural

environment, energy. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengungkapan CSR

merupakan sebuah alat untuk mengkomunikasikan aktivitas sosial lingkungan perusahaan

kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Di dalam PSAK No.1 (Revisi 2009) paragraph 12

dinyatakan bahwa:

“Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai

lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi

industri dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri

yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang

peranan penting. Laporan tambahan tersebut di luar ruang lingkup Standar Akuntansi

Keuangan. “

Earning Response Coefficient (ERC)

Cho dan Jung (1991) dalam Naimah dan Utama (2006) mendefinisikan Earning

Response Coefficient (ERC) sebagai efek setiap dolar dari laba kejutan terhadap return

saham. Hal ini menunjukan bahwa ERC adalah reaksi atas laba yang diumumkan perusahaan.

ERC disebut juga koefisien sensitifitas laba akuntansi yaitu ukuran perubahan harga saham

terhadap perubahan laba akuntansi.

Scott (2006) mendefinisikan earning response coefficient (ERC) sebagai berikut :

“An earnings response coefficient measures the extent of a security’s abnormal market

return in response to the unexpected component of reported earnings of the firm issuing

that security”

Menurut Scott (2006) ada beberapa hal yang mempengaruhi respon pasar yang berbeda-beda

terhadap laba yaitu persistensi laba, beta, struktur permodalan perusahaan, kualitas laba,

growth opportunities, dan informativeness of price.

Earning Response Coeficient (ERC) dan Pengungkapan Informasi dalam Laporan

Tahunan

Secara umum, hubungan tingkat pengungkapan informasi yang dilakukan oleh

perusahaan dengan kinerja pasar perusahaan masih sangat beragam. Menurut Lang dan

Lundlon (1993) dalam Sayekti dan Wondabio (2007) secara teoritis ada hubungan positif

antara pengungkapan (termasuk pengungkapan sukarela) dan kinerja pasar perusahaan.

Laporan tahunan adalah salah satu media yang digunakan perusahaan untuk berkomunikasi

langsung dengan para investornya. Pengungkapan informasi dalam laporan tahunan yang

dilakukan oleh perusahaan diharapkan dapat mengurangi asimetri informasi dan juga

mengurangi agency problems (Healy et al., 2001).

Penelitian Lang dan Lundholm (1993) mengenai pengungkapan sukarela

menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan yang lebih tinggi berasosiasi dengan kinerja pasar

yang lebih baik (yang diukur dengan return saham). Lang et al., (1993) menggunakan

korelasi laba dan return saham perusahaan sebagai proksi asimetri informasi. Hal ini

konsisten dengan motif adverse selection (Lang et al.,1993). Korelasi laba dan return saham

yang rendah mengindikasikan bahwa informasi laba hanya memberikan sedikit informasi

tentang nilai perusahaan yang menunjukkan bahwa masih terdapat asimetri informasi yang

tinggi. Pengungkapan tersebut bertujuan mengurangi asimetri informasi terutama pada

perusahaan yang memiliki korelasi earning/ returns yang rendah. Dengan demikian, Lang et

al., (1993) menyatakan adanya hubungan negatif antara korelasi earnings/returns (ERC)

dengan tingkat pengungkapan.

Secara umum, hubungan antara tingkat pengungkapan informasi yang dilakukan oleh

perusahaan dengan kinerja pasar perusahaan masih sangat berharga. Gelb dan Zarowin

(2000) dalam Widiastuti (2002) menguji antara luas pengungkapan sukarela dan

keinformatifan harga saham. Mereka menyatakan bahwa pengaruh keinformatifan ungkapan

terhadap current ERC mungkin postif atau mungkin juga negatif. Menurutnya, pengaruh luas

ungkapan terhadap current ERC mungkin positif, karena biasanya perusahaan yang banyak

mengungkapkan informasi (high disclosure firm) adalah perusahaan yang memiliki kabar

baik (good news).

Widiastuti (2002) menguji perbedaan ERC terhadap pengumuman laba dengan

didasarkan pada premis bahwa informativeness of earning akan semakin besar ketika terdapat

ketidakpastian prospek perusahaan di masa datang, maka ERC semakin tinggi. Diharapkan

jika perusahaan melakukan pengungkapan informasi dalam laporan tahunannya dapat

mengurangi ketidakpastian tersebut, sehingga akan menurunkan ERC.

Berbagai penelitian telah menguji perbedaan ERC terhadap pengumuman laba dengan

didasarkan pada premis bahwa informativeness of earnings akan semakin besar ketika

terdapat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan di masa datang (Widiastuti, 2002). Hal

ini berarti bahwa semakin tinggi ketidakpastian prospek perusahaan di masa datang, maka

ERC semakin tinggi. Diharapkan jika perusahaan melakukan pengungkapan informasi dalam

laporan tahunannya dapat mengurangi ketidakpastian tersebut. Dengan demikian

pengungkapan informasi akan menurunkan ERC.

Penelitian Terdahulu

Setiawan dan Darmawan (2011) dengan judul The Relationship betweeen Corporate

Social Responsibility and Firm Financial Performance : Evidence from the Firms Listed in

LQ45 of the Indonesian Stock Exchange Market. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CSR

berpengaruh positif terhadap ERC.

Hidayati dan Murni (2009) dengan judul Pengaruh Pengungkapan Coprorate Social

Responsibility terhadap Earnings Response Coefficient pada Perusahaan High Profile. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa CSR tidak berpengaruh signifikan dan

negatif terhadap ERC.

Utamingtyas (2010) dengan judul The Relationship betweeen Corporate Social

Responsibility and Earning Response Coefficient : Evidence from Indonesian Stock

Exchange. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CSR tidak berpengaruh terhadap ERC.

Hossain et al., (2006) yang merupakan peneliti dari Australia melakukan penelitian

tentang hubungan antara pengungkapan CSR dan karakteristik perusahaan negara

berkembang dengan mengambil sampel negara Bangladesh. Penelitian ini menggunakan

indeks disclosure untuk mengatur perluasan pengungkapan CSR yang diungkapkan

perusahaan dalam annual report. Karakteristik perusahaan mempertimbangkan size (yang

diproksi dengan penjualan asset), profitabilitas (ROE), tipe industri dan hubungan

internasional dengan audit fee, menggunakan sampel 107 perusahaan dengan 60 item

disclosure indeks, ternyata perusahaan di Bangladesh masih sedikit yang mengungkapkan

CSR.

Muwarningsari (2008) menguji pengaruh vouluntary disclosure terhadap ERC secara

simultan dngan menguji 60 perusahaan manufaktur yang terdaftar di JSX dan menerbitkan

laporan keuangan selama tahun 2003 sampai dengan 2006. Dengan menggunakan structural

equation model (SEM), penelitian ini memberikan hasil bahwa vouluntary disclosure

berpengaruh positif terhadap ERC.

Naimah dan Utama (2006) menginvestigasi pengaruh ukuran, pertumbuhan dan

profitabilitas perusahaan terhadap koefisien respon laba dan koefisien nilai buku entitas.

Hasil penelitian ini menunjukan bukti bahwa laba akuntansi berhubungan dengan harga

saham, karena laba akuntansi memberikan informasi yang bermanfaat dalam penelitian

sekuritas. Sedangkan ukuran, pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan berpengaruh positif

terhadap ERC.

Sayekti dan Wondabio (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh

pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan terhadap ERC. Bukti empiris yang

dilakukan dalam penelitian ini mendukung hipotesa yang menyatakan bahwa tingkat

pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh negatif

terhadap ERC.

Widiastuti (2004) berusaha menguji pengaruh luas pengungkapan sukarela dalam

laporan tahunan terhadap earning response coefficient (ERC) dengan menggunakan sampel

67 laporan tahunan dari perusahaan yang terdaftar di JSX pada bulan desember 1995 yang

menghipotesiskan bahwa luas ungkapan sukarela berpengaruh negatif terhadap ERC, tetapi

hasilnya tidak signifikan dengan penelitiannya. Hal ini dikarenakan secara keseluruhan hasil

penelitian tersebut menunjukan bahwa luas ungkapan sukarela berpengaruh positif terhadap

ERC.

Hopitesis

Hasil penelitian empiris tentang pengaruh CSR disclosure terhadap ERC yang

dilakukan oleh peneliti sebelumnya mengindikasikan adanya apresiasi pasar pada informasi

CSR terhadap ERC masih jarang dilakukan dan belum menunjukan hasil yang konsisten.

Bukan itu saja, banyak ditemukan pengungkapan CSR yang lebih luas pada perusahaan yang

memiliki korelasi earning return yang lemah dengan tujuan untuk menurunkan tingkat

asimetri informasi yang ditimbulkan oleh ERC yang merupakan kualitas dari laba

perusahaan.

Penelitian ERC yang menguji perbedaaan reaksi pasar (ERC) terhadap pengumuman

laba menemukan bahwa value relevance informasi laba akan semakin besar ketika terdapat

ketidakpastian prospek perusahaan dimasa mendatang. Semakin tinggi ketidakpastian proses

perusahaan dimasa mendatang, semakin tinggi juga keinformatifan laba (ERC) (Sayekti dan

Wondabio, 2007). Penelitian yang dilakukan Sayekti dan Wondabio (2007) memperoleh hasil

bahwa tingkat pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh

negatif terhadap ERC. Hal ini konsisten dengan prediksi yang dilakukan oleh Widyastuti

(2002) yang memprediksi luas pengungkapan sukarela berpengaruh negatif terhadap ERC,

namun hasil penelitian empirisnya justru menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah :

Ha : CSR Disclosure memiliki pengaruh positif terhadap Earning Response Coefficient

(ERC)

METODE PENELITIAN

Variabel penelitian dan Devinisi Operasional

Variabel Independen : Corporate Social Responsibility (CSR)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan pada laporan tahunan perusahaan yang diukur dengan Corporate Social

Responsibility Indeks (CSRI). Mengacu pada penelitian Hanifa et al., (2005), maka

pengukuran variabel CSRI menggunakan content analysis yang mengukur variety dari CSRI.

Lindenmann (1983) dalam Sayekti dan Wondabio (2007) mendefinisikan content analysis

sebagai berikut:

A means for taking messages that are conveyed as part of the

communication process, coding and classifying them as precisely and

objectively as possible and then summarizing and explaining them quantitatively.

Instrumen pengukuran CSRI yang akan digunakan dalam penelitian ini berdasarkan

instrumen yang digunakan pada GRI Indicators (2010), yang mengelompokkan informasi

CSR ke dalam kategori: Ekonomi (9 Item), Lingkungan (30 Item), Tenaga kerja (13 Item),

HAM (9 Item), Sosial (8 Item), dan Produk (9 Item). Pendekatan untuk menghitung CSRI

pada dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam

instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan

(Haniffa et al., 2005). Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh

keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan CSRI adalah sebagai berikut

(Haniffa et al., 2005) :

Keterangan:

CSRIj

: Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j

nj

: Jumlah item untuk perusahaan j, nj ≤ 78

ΣXij

: Dummy variable: 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak

diungkapkan

Dengan demikian, 0 ≤ CSRIj ≤ 1

Variabel Dependen : Earnings Response Coefficient (ERC)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah ERC. Untuk mengetahui kualitas laba

yang baik dapat diukur dengan menggunakan Earnings Response Coefficient (ERC), yang

merupakan bentuk pengukuran kandungan informasi dalam laba. Pengertian Koefisien

Respon Laba (Earnings Response Coefficient) menurut Cho dan Jung (1991) dalam

Widiastuti (2008) adalah sebagai berikut :

Koefisien Respon Laba didefinisikan sebagai efek setiap dolar unexpected earnings

terhadap return saham, dan biasanya diukur dengan slopa koefisien dalam regresi

abnormal returns saham dan unexpected earning.

Berdasarkan definisi diatas, maka ERC dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut :

CARit = α + β UEit + ɛ

Keterangan :

CARit = Cumulative Abnormal Return perusahaan i pada waktu t

UEit = Unexpected Earnings perusahaan i pada waktu t

α = Konstanta

β = Koefisien yang menunjukan ERC

ɛ = Error

Estimat ERC dalam penelitian ini merupakan slopa koefisien yang diperoleh dari

regresi cross sectional antara Cummulative Abnormal Return (CAR) sebagai proksi harga

saham dengan Unexpected Earning (UE). Menurut Jogiyanto (2003) lamanya jendela

(window) pengamatan return tergantung dari peristiwanya. Untuk peristiwa pengumuman

laba, CAR dihitung pada periode sektor tanggal pengumuman laporan tahunan untuk melihat

bagaimana reaksi pasar terhadap informasi tersebut.

Pada penelitian ini CAR diperoleh dengan menggunakan window (time interval) yang

mengacu pada penelitian Mayangsari (2002) yaitu 5 hari sebelum, 1 hari pengumuman

annual report, dan 5 hari setelah pengumuman annual report perusahaan. Hal ini didasarkan

dengan alasan bahwa periode window 11 hari merupakan window yang tidak terlalu pendek

dan juga tidak terlalu panjang, sehingga diharapkan investor telah bereaksi terhadap

pengumuman laba tersebut. Pengukuran abnormal return dalam penelitian ini menggunakan

Market adjusted models yang mengasumsikan bahwa pengukuran yang terbaik adalah return

indeks pasar (Pincus, 1993 dalam Widiastuti, 2002) sehingga tidak perlu menggunakan

periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi

adalah sama dengan return indeks pasar pada periode yang sama. Dalam hal ini, return indeks

pasar menggunakan return dari indeks harga saham gabungan (IHSG). Berikut adalah rumus

untuk menghitung abnormal return :

CAR = ∑ ARit

ARit : Rit - Rmt

Rit : Pit - Pit-1

Pit-1

Rmt : IHSGt - IHSGt-1

IHSGt-1

Keterangan :

ARit = Abnormal Return untuk perusahaan i pada hari ke- t

Rit = Return harian perusahaan pada hari ke- t

Rmt = Return indeks pasar pada hari ke- t

Pit = Harga saham perusahaan i pada waktu ke- t

Pit-1 = Harga saham perusahaan i pada waktu t-1

IHSGt = Indeks harga saham gabungan pada waktu ke- t

IHSGt-1 = Indeks harga saham gabungan pada waktu t-1

Sementara Unexpected Earning (UE) dihitung sebagai perubahan laba per saham

perusahaan sebelum pos luar biasa tahun sekarang dikurangi dengan laba per saham

perusahaan sebelum pos luar biasa tahun sebelumnya, dan diskalakan dengan harga saham

per lembar saham pada akhir periode sebelumnya (Kothari & Zimmerman, 1995; Billings,

1999 dalam akuntansi yang direalisasikan terhadap laba akuntansi (Widiastuti, 2002), atau

dapat digambarkan dengan rumus berikut:

1

1,

−−=

it

tiitit E

EEEU

Dalam hal ini :

itUE = Unexpected Earning perusahaan i pada periode t

itE = laba akuntansi perusahaan i pada periode t

1−itE = laba akuntansi perusahaan i pada periode t-1

Variabel Kontrol

Dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel kontrol yang pada penelitian

sebelumnya diprediksi berpengaruh pada ERC, antara lain Profitabilitas, Price to Book Value

(PBV), Leverage, Size

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam dalam memperoleh laba.

Profitabilitas perusahaan diukur dengan menggunakan rasio laba terhadap nilai buku entitas/

Return on Common Equity (ROE) yang dapat mencerminkan hasil penggunaan sumber daya

perusahaan (Naimah dan Utama, 2006). Price to Book Value (PBV) atau pertumbuhan

perusahaan menunjukan apakah kemampuan laba akuntansi perusahaan yang tidak atau

dalam proses bertumbuh merupakan laba akuntansi yang dapat digunakan untuk menunjukan

prospek perusahaan dimasa mendatang (Azis, 2003). Leverage merupakan alat untuk

mengukur seberapa besar perusahaan tergantung pada kreditur dalam membiayai asset

perusahaan. Leverage yang digunakan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio

Debt to Equity. Size atau ukuran perusahaan merupakan proksi dari keinformatifan harga.

Perusahaan besar dianggap memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan perusahaan kecil.

Konsekuensinya semakin informatif harga saham maka semakin kecil pula muatan informasi earnings

sekarang. Size pada penelitian ini diperoleh dengan Log Natural dari Total Asset.

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu laporan tahunan

emiten. Indonesian Capital Market Directory, database BEJ dan data pasar. Metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan studi

dokumentasi terhadap laporan tahunan perusahaan, laporan keuangan dan data pasar serta

sumber data lain yang berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan. Data indeks

pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan diperoleh dari laporan tahunan perusahaan

yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Untuk memperoleh indeks ungkapan sukarela, peneiliti

mengamati dan menilai setiap item pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan. Data

profitabilitas, growth, leverage, dan size diperoleh dari laporan tahunan dan ICMD tahun

2010. Selanjutnya, data pasar berupa harga saham, return perusahaan, serta return pasar

diperoleh dari situs Bursa Efek Jakarta (www.idx.co.id). Populasi dalam penelitian ini adalah

perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) pada tahun

2009. Dengan menggunakan populasi yang relatif baru diharapkan akan lebih relevan untuk

memahami kondisi yang aktual di Indonesia (Januarti dan Apriyanti, 2005)

Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposing sampling, dengan

kriteria pemilihan perusahaan berdasar kriteria sebagai berikut :

• Perusahaan manufaktur yang pada tahun 2009 telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI).

• Memiliki laporan tahunan dan laporan keuangan yang lengkap (annual report) tahun

2009.

• Perusahaan go public yang mengungkapkan pertanggung jawaban sosial perusahaan

(CSR) dalam laporan tahunannya periode 2009.

HASIL PENELITIAN

Statistik Deskriptif

Berdasarkan pengambilan sampel di atas bahwa data yang dipergunakan dalam

penelitian ini yaitu : Unexpected Earning, CSR, Leverage, PBV, ROE, Size serta

Cummulative Abnormal Return (CAR). Berdasarkan pengujian dengan SPSS diperoleh

output statistik deskriptif yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Berdasarkan statistik deskriptif di atas, rata-rata index CSRI dari ke 39 sampel

perusahaan adalah 0,1085 jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Sayekti dan Wondabio yang mengambil sampel seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI

tahun 2005, yaitu sebesar 0,201751, angka ini menunjukan nilai yang lebih rendah. hal ini

mengindikasikan bahwa perusahaan kurang memberi perhatian pada pengungkapan informasi

CSR dalam laporan tahunannya. Hal ini menarik untuk diteliti lebih lanjut mengenai motivasi

atau pertimbangan perusaaan dalam mengungkapkan informasi CSR

Descriptive Statistics

39 .04 .26 .1085 .04913

39 23.00 844.00 166.5641 186.45061

39 -.22 87.93 5.3892 15.00732

39 -54.00 324.00 22.7218 54.24707

39 6930000000.0 524570000000000 23465648357334 89055584581293

39 -4.29 2.63 -.2746 1.10928

39

CSRI

LEVR

PBV

ROE

SIZE

ERC

Valid N(listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Uji Asumsi Klasik

Uji Multikolinearitas

Uji multikolineritas bertujuan untk menguji apakah dalam model regresi ditemukan

adanya kolerasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-

variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi

antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Multikoloneritas dapat dilihat dari nilai

tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Regresi bebas dari gangguan multikolinieritas

apabila nilai VIF kurang dari 10 (Imam Ghozali, 2006). Berdasarkan hasil VIF pada variabel

penelitian ini yang bernilai < 10, maka data-data penelitian digolongkan tidak terdapat

asumsi/gangguan multikolinearitas dalam model regresinya.

Uji Heterokedastisitas

Menurut Gujarati Damodar (2002: 184) untuk menganalisis asumsi salah satunya

menggunakan metode grafik. Jika tidak ada informasi apriori atau empiris mengenai sifat

heterokedastisitas, dalam praktek orang dapat melaukan analisis regresi atas asumsi bahwa

tidak ada heterokedastisitas dan kemudian melakukan pengujian sesudahnya (post mortem)

dari kuadrat residual yang ditaksir untuk melihat jika residual menunjukkan pola yang

sistematik. Apabila tidak terjadi pola yang sistematis dalam grafik scatter plot pembentuk uji

heterokedastisitas ini, maka tidak ada gangguang heterokedastisitas dalam pola tersebut.

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Deteksi ada

tidaknya Heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada

grafik scaterplot antar SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi

dan sumbu X adalah residual (Y pred – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.

Berdasarkan pengamatan grafik scaterplot, nampak bahwa tidak ada pola yang jelas atas

penyebaran titik-titik, dimana penyebarannya berada di atas dan di bawah angka 0 pada

sumbu Y, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi pada penelitian ini tidak

terjadi asumsi (gangguan) heterokedastisitas. Cara lain untuk menguji heterokedastisitas

adalah dengan menngunakan Uji Glejser

Dari output uji glejser diatas diperoleh bahwa nilai probabilitas (sig.) pada semua variabel

penelitian lebih besar dibandingkan 0,05; sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

gangguan heteroskedastisitas pada model regresi pada penelitian ini.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi

yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deretan waktu) atau ruang, seperti dalam

data cross sectional. (Gujarati, 2002: 201). Untuk mendiagnosis adanya autokolerasi dalam

suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai Uji Durbin Watson.

Dari pengujian Durbin-Watson, didapatkan hasil Dw test (Durbin Watson test)

sebesar 1,927. Dengan diketahuinya k = 5; dan n = 39, sehingga diperoleh angka du tabel

sebesar 1,768; sedangkan angka 4-du = 2,232). Hal ini berarti model regresi di atas tidak

terdapat masalah autokolerasi, karena angka dw test (1,927) berada diantara du tabel (1,788)

dan (4-du tabel=2,212), oleh karena itu model regresi ini dinyatakan layak untuk dipakai

sebagai peramalan penelitian.

Uji Model

Uji F

Uji F digunakan untuk memprediksi pengaruh yang signifikan antara variabel bebas

yaitu CSR, Leverage, PBV, ROE, dan Size secara bersama-sama (simultan) terhadap ERC

(Y). Berdasarkan hasil uji Annova (Uji F) diketahui angka F hitung sebesar 7,741 dan angka

signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dibandingkan taraf signifikansi α = 5% artinya terdapat

pengaruh yang signifikan dan positif antara CSR, Leverage, PBV, ROE, dan Size secara

simultan atau bersamaan terhadap ERC (Y). Dari hasil pengujian anova (uji F) di atas dapat

Coefficientsa

.393 .634 .619 .539

.827 1.556 .074 .531 .598

-.003 .001 -.348 -1.512 .154

-.041 .033 -.184 -1.242 .220

.006 .004 .221 1.535 .131

.010 .023 .059 .417 .679

(Constant)

CSRI

LEVR

PBV

ROE

Ln.Size

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Abs_Uta.

disimpulkan bahwa faktor-faktor CSR, Leverage, PBV, ROE, dan Size berpengaruh terhadap

ERC.

Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model pada

variabel bebas yaitu CSR, Leverage, PBV, ROE, dan Size secara bersama-sama dalam

menerangkan variasi variabel terikat (ERC). Dari tabel hasil uji regresi didapatkan angka

koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,470. Hal ini berarti bahwa ada kontribusi

sebesar 47,00% dalam memprediksi ERC model Wallace yang dijelaskan oleh CSR,

Leverage, PBV, ROE, dan Size secara bersama-sama. Sedangkan sisanya (100% - 47,00% =

53,00%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain di luar variabel yang diteliti,

Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk memprediksi ada tidaknya pengaruh yang signifikan

antara variable bebas terhadap variabel terikatnya (Y). Dalam uji hipotesis ini dilakukan

dengan uji t (secara parsial/individual) dan uji F (secara simultan/bersama-sama). Uji

hipotesis t atau uji secara individual (parsial) antara variabel bebas variabel bebas : CSR,

Leverage, PBV, ROE, dan Size terhadap ERC (Y).

Hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh nilai t hitung

sebesar -2,201 dan nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,035 artinya ada pengaruh yang signifikan

dan negatif antara CSR terhadap ERC secara parsial. Dengan demikian hipotesis yang

menyatakan bahwa CSR berpengaruh signifikan dan positif terhadap ERC, ditolak. Adanya

pengaruh yang signifikan dan negatif ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi CSR

Disclosure maka akan semakin rendah nilai ERC. Sebaliknya, semakin rendah CSR

Disclosure maka akan semakin tinggi ERC.

Coefficientsa

-6.292 1.165 -5.399 .000

-6.126 2.783 -.271 -2.201 .035

.000 .001 .068 .431 .669

.006 .011 .084 .544 .590

-.002 .003 -.097 -.771 .446

.237 .042 .736 5.658 .000

(Constant)

CSRI

LEVR

PBV

ROE

Ln.Size

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: ERCa.

Hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh nilai t hitung

sebesar 0,431 dan nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,669 artinya tidak ada pengaruh yang

signifikan antara Leverage terhadap ERC secara parsial, Hasil perhitungan dengan

menggunakan program SPSS diperoleh nilai t hitung sebesar 0,544 dan nilai probabilitas

(sig.) sebesar 0,590 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara PBV terhadap ERC

secara parsial, Hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh nilai t hitung

sebesar -0,771 dan nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,446 artinya tidak ada pengaruh yang

signifikan antara ROE terhadap ERC secara parsial. Tidak adanya pengaruh yang signifikan

ini mengindikasikan bahwa tinggi rendahnya Leverage, PBV, dan ROE tidak berdampak

tajam pada nilai ERC di perusahaan.

Hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh nilai t hitung

sebesar 5,658 dan nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,000 artinya ada pengaruh yang signifikan

dan positif antara Ukuran Perusahaan (Size) terhadap ERC secara parsial. Adanya pengaruh

yang signifikan dan positif ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi ukuran perusahaan

maka berdampak tajam pada peningkatan ERC. Sebaliknya, semakin rendah ukuran

perusahaan maka berdampak tajam pada penurunan ERC.

INTERPRETASI HASIL PENELITIAN

Pemikiran yang melandasi diterapkannya CSR dalam laporan tahunan perusahaan

adalah kurangnya kepekaan perusahaan terhadap dampak negatif yang dialami lingkungan

dan masyarakat yang disebabkan oleh aktivitas perusahaan dalam mendayagunakan sumber

daya manusia dan lingkungan untuk kepentingan peningkatan kinerja perusahaan. Hasil

penelitian empiris tentang pengaruh CSR disclosure terhadap ERC yang dilakukan oleh

peneliti sebelumnya mengindikasikan adanya apresiasi pasar pada informasi CSR terhadap

ERC masih jarang dilakukan dan belum menunjukan hasil yang konsisten. Bukan itu saja,

banyak ditemukan pengungkapan CSR yang lebih luas pada perusahaan yang memiliki

korelasi earning return yang lemah dengan tujuan untuk menurunkan tingkat asimetri

informasi yang ditimbulkan oleh ERC yang merupakan kualitas dari laba perusahaan.

Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa CSR berpengaruh negatif terhadap ERC.

Dengan demikian hipotesis (Ha) yang menyatakan bahwa CSR berpengaruh signifikan dan

positif terhadap ERC, ditolak. Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan yang dilakukan oleh

Sayekti dan Wondabio (2007). Hal ini menunjukkan bahwa pengungkapan CSR yang lebih

luas pada perusahaan yang memiliki korelasi earning return yang lemah dengan tujuan untuk

menurunkan tingkat asimetri informasi yang ditimbulkan oleh ERC yang merupakan kualitas

dari laba perusahaan. Temuan lainnya yaitu Utamingtyas (2010) memperoleh bahwa CSR

tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap ERC. Temuan ini juga tidak sama dengan

temuan Setiawan dan Darmawan (2011), Muwarningsari (2008) serta Widiastuti (2004)

dengan hasil temuan yaitu CSR berpengaruh positif terhadap ERC.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka saran yang dapat diajukan dari penelitian ini yaitu:

1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan mampu menyadarkan pimpinan perusahaan

manufaktur akan pentingnya Corporate Social Responsibility (CSR), karena dengan

semakin banyaknya tindakan perusahaan melakukan CSR dapat memperoleh informasi

yang sesuai dengan kebutuhan informasi yang mereka butuhkan, sehingga pihak investor

tertarik untuk menanamkan sahamnya pada perusahaan.

2. Bagi para investor hanya memperhatikan faktor profitabilitas dan PBV dalam

memprediksi CSR. Dengan pengungkapan banyaknya CSR yang dilakukan perusahaan,

maka para investor dapat mengetahui bagaimana prospek keuntungan masa depan dan

perkembangan perusahaan, untuk mengetahui jaminan investasinya dan dapat digunakan

sebagai dasar untuk menilai kinerja atau kondisi keuangan jangka pendek dari

perusahaan manufaktur tersebut.

3. Bidang akademis, penelitian ini sangat berguna untuk menambah pengetahuan, dalam

lingkup pendidikan formal yaitu untuk bidang akademis karena dapat memperluas

wawasan tentang pentingnya kelengkapan dan luas pengungkapan laporan keuangan

yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar.

Keterbatasan dan Saran

Variabel bebas dalam penelitian ini antara lain : CSR, Leverage, PBV, ROE, dan Size.

Sedangkan variabel terikatnya adalah ERC. Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat

hanya mampu menjelaskan sebesar 47,0%, sehingga perlu menambah variabel bebas lain.

Saran yang diberikan kepada penelitian selanjutnya antara lain :

1. Periode penelitian hendaknya lebih diperluas lagi tidak hanya meneliti selama 1 tahun

agar hasil penelitian dapat digeneralisasi.

2. Untuk penelitian mendatang perlu memperhatikan sektor lainnya, selain perusahaan

manufaktur, misalnya sektor jasa perbankan, asuransi, jasa hotel, transportasi dan sektor

lainnya.

3. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan hipotesis yang positif.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi CSR dalam penelitian ini dibatasi pada variabel bebas

antara lain : CSR, Leverage, PBV, ROE, dan Size. Oleh karena itu, untuk penelitian

selanjutnya perlu melakukan penelitian dengan menggunakan variabel bebas lain yang

berpotensi berpengaruh terhadap CSR, misalnya rasio aktivitas (total asset turnover,

inventory turnover), rasio pertumbuhan (price earning ratio), rasio investasi (Investment

Opportinity Set) dan rasio keuangan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Fr. Reni Retno. 2006. “ Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan”.

Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX. Padang. 23-26 Agustus.

Brigham, Eugene F, dan Joel F Houston. 2001. Foundamental of Financial Managemen.

Harcourt College Publisher. Florida

Chariri, Anis. 2008. ”Kritik sosial atas pemakaian teori dalam penelitian pengungkapan sosial

dan lingkungan”. Jurnal Maksi vol. 8 no.2 Agustus 2008. p: 151-169.

Dahli, Lely dan Veronika Siregar. 2008. “Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap

Kinerja Perusahaan”. SNA XI Pontianak.

Darwin, Ali, 2004. Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia, Konvensi Nasional

Akuntansi V Yogyakarta.

Ghozali, I dan A. Chariri, 2007. Teori Akuntansi. Badan penerbit Undip.Semarang.

Ghozali, Imam. 2009. SPSS. Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit

Undip. Semarang.

Gray, Rob, Reza Kouhy, and Simon Lavers. 1995. “Corporate Social and Environmental

Reporting: A Review of The Literature A Longitudinal study of UK Disclosure.

Accounting, Auditing, and Accountability Journal. Vol.8, No. 2, pp. 47-77.

Hadi, Nor dan Arifin Sabeni. 2002. “Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas

Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Go Public di BEJ”. Jurnal

Maksi, Vol 1 Agustus 2002

Haniffa, R.M., dan T.E. Cooke (2005), “The Impact of Culture ang Governance on Corporate

Social Responsibility”, Journal of Accounting and Public Policy 24, pp. 391-430.

Healy, Paul M., and Khrisna G. Palepu (2001),“Information asymmetry, corproate disclosure,

and the capital markets: A review of the empirical disclosure literature”, Journal of

Accounting and Economics, 31, pp. 405-440.

Hendrikson, Eldon S, 1994, Teori Akuntansi. Erlangga, Jakarta.

Hidayati, Naila Nuur dan Murni, Sri, 2009. Pengaruh Pengungkapan Coprorate Social

Responsibility terhadap Earnings Response Coefficient pada Perusahaan High Profile.

Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 11 No. 11 April.

Hossain, Monirul Alam,Md. Kazi Saidul Islam, dan Jone Andrew. 2006. “Corporate Social

and Environmental Disclosure in Developing Countries : Evidence from Bangladesh“.

Faculty of Commerce, University of Wollongong.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2007. Standar Akuntansi Keuangan Per 1 Juli 2009. Jakarta:

Salemba Empat.

Jaswadi. 2003. “Dampak Earning Reportings Lags Terhadap Koefisien Respon Laba”,

Simposium Nasional Akuntansi VI

Jogiyanto, H. M. 2003. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”. Edisi Ketiga. Yogyakarta:

BPFE-YOGYAKARTA.

Kementrian BUMN, 2007, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

No. PER-05/MBU/2007 tentang program kemitraan badan usaha milik negara dengan

usaha kecil dan dan program bina lingkungan, Jakarta.

Kieso, Donald et al. 2002. “ Akuntansi Intermediate Jilid 10” Jakarta : Erlangga.

Lang, Mark, and Lundholm Russell. 1993. “Cross-Sectional Determinants of Analysis

Rattingsof Corporate Disclosures”. Journal of Accounting Research.Vol.31, No.2

(Autumn), pp.246-271.

Lev, Baruch. 1989. “On the Usefulness of Earnings and Earnings Research : Lessons and

Directions from Two Decades of Empirical Research”. Journal of Accounting

Research.Vol.27, pp.153-192.

Maharani, Chandradewi. 2009. “Analisis Luas Pengungkapan CSR dan Pengaruh CSR

Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient”. Skripsi yang tidak dipublikasi,

Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro Semarang.

Mayangsari, Sekar. 2002. Bukti Empiris Pengaruh Spesialisasi Industri Auditor Terhadap

Earnings Response Coefficient. Simposium Nasional Akuntansi (SNA)V. Semarang

Meutia, 2008. Salah Pemahaman Mengenai CSR” http://mymeutia.blogspot.com Diakses

Tanggal 6 Juli 2011

Mital, R.K. Neena Sinha and Archana Singh. “An analysis of linkage between economic

value added and corporate social responsibility.” USMS, GGSIP University, Delhi, India.

Muwarningsari, Etty. 2008. “Pengaruh Simultan : Beberapa faktor yang mempengaruhi

Earning Response Coefficient (ERC)”, SNA XI.

Naimah, Zahroh, dan Siddarta Utama. 2006. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan,

dan Profitabilitas Terhadap Koefisien Respon Laba dan Koefisien Respon Nilai Buku

Ekuitas: Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta” . Simposium Nasional

Akuntansi (SNA) IX. Padang.

Nurlela, Rika dan Islahudin. 2008. “Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai

Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen Sebagai Variabel Moderating

(Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”, Simposium

Nasional Akuntansi XI

Sartono, Agus, 1994, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. BPFE, Yogyakarta.

Sayekti, Yosefa dan Lodovicus Sensi Wondabio. 2007. “Pengaruh CSR Disclosure terhadap

Earnig Response Coefficient (Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di BEJ ). SNA

X, Makasar.

Scott, William R, 2006, Financial Accounting Theory, 4th edition, Prentice Hall Canada Inc,

Scarborough, Ontario.

Sembiring, Eddy Rismanda. 2003. “Kinerja Keuangan, Political Visibility, Ketergantungan

pada Hutang, dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”, Simposium

Nasional Akuntansi VI

Setiawan, Maman dan Darmawan, 2011. The Relationship betweeen Corporate Social

Responsibility and Firm Financial Performance : Evidence from the Firms Listed in LQ45

of the Indonesian Stock Exchange Market. European Journal of Social Sciences Vol. 23

No. 2.

Susilawati, 2010. “Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Keuangan

Perusahaan dengan Ukuran Perusahaan Sebagai variabel Moderating”, Fakultas Ekonomi,

Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Undang-Undang RI, 2007, Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas, Jakarta

Utamingtyas, Tri Hesti, 2010. The Relationship betweeen Corporate Social Responsibility

and Earning Response Coefficient : Evidence from Indonesian Stock Exchange.

Proceeding Oxford Business and Economics Program.

Utomo, Muhammad Musli, 2000. “ Praktek Pengungkapan Sosial pada Laporan Tahunan

Perusahaan di Indonesia (studi banding antara perusahaan- perusahaan High profile dan

Low Profile)”. SNA III, 2003

Weston, Fred J dan Eugene F Brigham, 1986, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Jilid 2.

Erlangga, Jakarta.

Weston, Fred J dan Thomas E. Copeland, 1994, Manajemen Keuangan. Erlangga, Jakarta.

Widiastuti, Haryanti. 2002. “Pengaruh Luas Ungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan

Terhadap Earning Response Coefficient (ERC)”. Simposium Nasional Akuntansi V.

www. jsx.co.id

INDEKS PENGUNGKAPAN CSR BERDASARKAN GRI INDICATORS

No.

Kode

Sifat

INDIKATOR

ECONOMIC PERFORMANCE INDICATORS

Aspect: Economic Performance

1 EC1 Core Nilai ekonomi secara langsung umum dan terdistribusi, termasuk pendapatan, biaya opearasional, kompensasi pekerja, donasi dan ivestasi sosial lainnya, laba ditahan dan pembayaran terhadap providers (hutang) dan pemerintah (pajak)

2 EC2 Core Implikasi finansial dan resiko lainnya dan kesempatan kegiatan organisasi yang berkaitan dengan perubahan iklim

3 EC3 Core pemenuhan dari organisasi melalui rencana keuntungan obligasi

4 EC4 Core bantuan keuangan signifikan yang diterima dari pemerintah

Aspect: Market Presence/Keberadaan Pasar 5 EC5 Add rentang rasio dari upah dibandingkan UMR didasarkan pada lokasi usaha

6 EC6 Core Kebijakan, prktik dan proporsi pengeluaran supplier didasarkan pada lokasi usaha

7 EC7 Core Prosedur untuk penyewaan dan proporsi dari managemen senior dari komunitas lokal berdasar lokasi usaha

Aspect: Indirect Economic Im pacts

8 EC8 Core Perkembangan dan impek dari investasi infrastruktur dan ketersediaan pelayanan untuk masyarakat melalui commercial, inkind atau pro bono management

9 EC9 Add Pemahaman dan penjelasan impek ekonomi secara tidak langsung termasuk efek luaran

ENVIRONMENTAL PERFORMANCE INDICATORS Aspect: Materials

10 EN1 Core Material digunakan berdasar berat atau volume

11 EN2 Core Prosentase dari material yang digunakan yang berasal dari bahan baku daur ulang

Aspect: Energy 12 EN3 Core konsumsi energi langsung dari sumber energi utama

13 EN4 Core konsumsi energi tidak langsung dari sumber energi utama

14 EN5 Add energi yang tersimpan mempertimbangkan sonservasi dan peningkatan efesiensi

15 EN6 Add Inisiatif untuk menyediakan efisien energi atau energi yang dapat diperbarui berdasar produk dan jasa dan pengurangan dalam persyaratan energi sebagai hasil dari insiatif tersebut

16 EN7 Add inisiatif untuk mengurangi konsumsi energi tidak langsung dan pencapaian pengurangan tersebut

Aspect: Water 17 EN8 Core Pemakaian total air dari sumber

18 EN9 Add sumber air secara signifikan terpengaruhi oleh pemakaian air

19 EN10 Add Prosentase dan total volume air daur ulang dan reused

Aspect: Biodiversity

20 EN11 Core lokasi dan ukuran dari tanah yang dimiliki, manage atau area yang dilindungi dan area dengan nilai kenekaragaman bio yang tinggi diluar area yang dilindungi

21 EN12 Core Penjelasan dari impek signifkan dari kegiatan, produk dan jasa tentang kenekaragaman bio dalam area yang dilindungi dan area denga keanekaragaman bio yang tinggi diluar area yang dilindungi

22 EN13 Add Habitat yang dilindungi atau di kembalikan

23 EN14 Add strategi, aksi sekarang dan rencana mendatang untuk mengelola impek yang berkaitan dengan keanekaragam bio

24 EN15 Add Jumlah dari IUCN Daftar spesies langka dan daftar spesies conservasi dengan habitat dalam area ang dipengaruhi oleh operasi berdasar pada level dan resiko kepunahan

Aspect: Emissions, Effluents, and Waste/Emisi, limbah dan pengaliran limbah 25 EN16 Core jumlah gas rumah kaca langsung maupun tidak langsung berdasarkan volume

26 EN17 Core gas rumah kaca tidak langsung yang lain berdasarkan berat atau volume

27 EN18 Add inisiatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan pencapaian pengurangan tersebut

28 EN19 Core Emisi penipisan ozone berdasarkan berat atau volume

29 EN20 Core NO, SO dan emsisi udara lainnya yang signifikan berdasarkan tipe dan berat

30 EN21 Core jumlah limbah kotor berdasarkan kualitas dan destinasi

31 EN22 Core jumlahberat limbah berdasarkan tipe dan metode pembuangan

32 EN23 Core jumlah nomor dan volume dari tumpahan yang signifikan

33 EN24 Add berat limbah yang berbahaya yang melingkupi limbah yang dipindahkan, import, export dibawah kategoi basel convention annex 1, 2, 3 dan 4 dan prosentase dari limbah yang dippindahkan secara international

34 EN25 Add identitas, ukuran, status perlindingan dan nilai keragaman bio dari air dan habitat yang relevan secara signifikan dipengaruhi berdasarkan oleh laporan pembuangan limbah

Aspect: Products and Services

35 EN26 Core inisiatif untuk mengurangi impek dari lingkungan baik produk maupun jasa dan efek luar lainnya

36 EN27 Core prosentase dari produk yang terjual dan materi pengepak berdasarkan kategori

Aspect : Compliance

37 EN28 Core nilai moneter dan total sanksi jumlah non moneter untuk ketidakpatuhan berdasarkan aturan dan hukum lingkungan

Aspect : Transport

38 EN29 Add impek lingkungan signifikan dari pendistribusian produk dan barang lainnya dan materi yang digunakan untuk kegiatan organisasi dan transportasi karyawan ke tempat kerja

Aspect : Overall 39 EN30 Add Jumlah pengeluaran perlindungan lingkungan dan investasi berdasarkan tipe

LABOR PRACTICES AND DECENT WORK PERFORMANCE INDICATORS Aspect: Employment

40 LA1 Core total lapangan pekerjaan berdasarkan tipe pekerjaan, kontrak pekerjaan dan wilayah

41 LA2 Core total jumlah dan level dari karywan berdasar pada umur, gender dan wilayah

42 LA3 Add keuntungan yang tersedia untuk karyawan penuh waktu dan yang tidak tersedia untuk karyawan sementara atau paruh waktu, berdasarkan operasi besar

Aspect: Labor/Management Relations 43 LA4 Core prosentase dari karyawan berdasarkan persetujuan negosiasi

44 LA5 Core periode catatan minimum berdasarkan perubahan operatioanal termasuk yang dispesifikasikan dalam persetujuan kolektif

Aspect: Occupational Health and Safety

45 LA6 Add prosentase dari total pekerjaan yang ditampilakan dalam managemen gabungan formal- kesehatan pekerjan dan badan keamanan untuk mengawasi dan menasehati program keamanan dan kesehatan pekerjaan

46 LA7 Core angka cidera, penyakit, cuti dan absen dan jumlah dari keselahan pekera berdasarkan wilayah

47 LA8 Core pendidikan, training, konsultasi, pencegahan dan program pengwasan resiko untuk membantu karywan, keluarga mereka dan anggota masyarakat yang berkatian dengan penyakit serius

LA9 Add topikkesehatan dan keamanan yang terdapat pada perjanjian formal dengan perkumpulan dagang

Aspect: Training and Education

48 LA10 Core Rata-rata angka dari training per tahun per karyawan berdasarkan kategori karyawan

49 LA11 Add program managemen ketrampilan dan pembelajaran seumur hidup yang mendukung dari kemampuan kerja dan membantu mereka dalam memanaj karir

50 LA12 Add Prosentasedari karyawan yang menerima kinerja regular dan review pengembangan karir

Aspect: Diversity and Equal Opportunity

51 LA13 Core komposisi dari badan kepemerintahan dan karywan per kategori berdasar pada gender, umur, anggota group minoritas dan indikator dari keberagaman lainnya

52 LA14 Core rasio dari gaji antara karywan pria dan wanita berdasarkan kateogri karyawan

HUMAN RIGHTS PERFORMANCE INDICATORS Aspect: Investment and Procurement Practices

53 HR1 Core prosentase dan jumlah perjanjian investasi termasuk pasal HAM atau yang berkaitan dengan hal tersebut

54 HR2 Core prosentase dari supplier dan kontraktor yang telah lolos dari isu HAM dan aksinya

55 HR3 Add Jumlah jam kerja yang ditraining berdasar kebijakan dan prosedur menimbang aspek HAM yang berkaitan dengan operasi termasuk prosentase karyawan yang ditraiining

Aspect: Non-discrimination 56 HR4 Core jumlah insiden diskriminasi dan aksi yang diambil

Aspect: Freedom of Ass ociation and Collective Bargaining

57 HR5 identifikasi operasi yang merupakan hal untuk melatih kebebasan dari asosiasi dan collective bargaining dalam resiko signifikan dan aksi yang diambil untuk mendukung hak tersebut

Aspect: Child Labor

58 HR6 Core identifaksi operasi dalam resiko yang signifikan tentang tenaga kerja anak dibawah umur dan mengukur aksi yang dapat menghilangkan tenaga kerja dibawah umur

Aspect: Forced and Compulsory Labor

59 HR7 Core identifikasi operasi dalam resiko signifikan sekaligus mengukur untuk mengeliminasi tenaga kerja tetap

Aspect: Security Practices

60 HR8 Add prosentase dari personal keamanan yang dilatih untuk kebijakan dan prosedur organisasi dalam hal HAM yang berkaitan dengan opearasi

Aspect: Indigenous Rights/Hak Pribumi

61 HR9 Add Jumlah insiden terhadap pelanggaran pribumi dan aksi yang diambil

SOCIETY PERFORMANCE INDICATORS Aspect: Community

62 SO1 Core Alam, sekup dan kefektifan dari program dan praktik yang mengukur dan manaj impek dari kegiatan dalam komunitas, termasuk in, proses dan out

Aspect: Corruption

63 SO2 Core prosentase dan jumlah unit bisnis yang dianalisis berkaitan dengan korupsi

64 SO3 Core Prosentase dari karywan yang dilatih dalam kebijakan dan prosedur anti-korupsi

65 SO4 Core Aksi yang diambil dalam merespon kasus korupsi

Aspect : Public Policy

66 SO5 Core Posisi kebijakan publik dan paritisipasi pada pengembangan kebijakan publik dan lobbying

67 SO6 Add Total nilai keuangan dan kontribusi pada partai politik, politikus dan institusi yang berkaitan dengan negara

Aspect: Anti-Competitive Behavior

68 SO7 Add Jumlah aksi hukum untuk perilaku anti kompetitif, anti-trust dan praktik monopoli dan hasil mereka

Aspect: Compliance

69 SO8 Core nilai moneter dan sanksi non moneter untuk kepatuhan terhadap hukum dan regulasi

PRODUCT RESPONSIBILITY PERFORMANCE INDICATORS Aspect: Customer Health and Safety

70 PR1 Core Tahapan siklus hidup hal kesehatan dan keamanan produk dan jasa yang diukur berdasar peningkatan dan prosentase dari produk dan jasa yang signifikan seperti prosedur

71 PR2 Add Jumlah insiden dari ketidakpatuhan terhdap regulasi dan aturan informal tentang kesehatan dan keamanan produk dan jasa selama siklus hidup, berdasar tipe outcome

Aspect : Product and Service Labeli ng

72 PR3 Core Tipe dari informasi produk dan jasa dihasilkan oleh prosedur dan prosentase tentang produk dan jasa seperti persyaratan informasi

73 PR4 Add jumlah insiden ketidakpatuhan dengan regulasi dan aturan informal berdasar informasi dan label produk dan jasa, berdasar tipe outcomes

74 PR5 Add Praktik yang berkaitan dengan kepuasan konsumen termasuk hasil survey yang mngukur kepuasan konsumen

Aspect : Marketing Communications

75 PR6 Core program untuk ketaatan terhadap hukum, standard dan aturan informal berkaitan dengan komunikasi pemasaran termasuk iklan, promosi dan sponsor

76 PR7 Add total jumlah insiden ketidakpatuhan terhadap regulasi dan aturan informal berdasar komunikasi pemasaran termasuk iklan, promosi dan sponsor berdasar tipe keluaran

Aspect : Customer Privacy

77 PR8 Add jumlah dari komplain pelanggan tentang privacy konsumen dan kehilangan data konsumen

Aspect: Compliance

78 PR9 Core nilai moneter untuk ketidakpatuhan berdasar hukum regulasi concerning provisi dan penggunaan produk dan jasa