Pengaruh Pen Gala Man Auditor Terhadap Opini Going Concern Melalui Kualitas Audit

Embed Size (px)

Citation preview

NGARUH PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP OPINI GOING CONCERN MELALUI KUALITAS AUDIT

JURANA. NS (Universitas Tadulako) Sutrisno Prihat Assih (Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya)

ABSTRACT Jurana NS: Postgraduate Economics Faculty of Brawijaya University, Juli 7 2011. The Effect of Experience Auditor on Opinion Going concern trough the Quality Audit. Supervisor: Sutrisno, co-supervisor: Prihat Assih This research examines the effect of experience auditor on Opinion going concern trough the Quality audit. Examination Examination conducted to sampel counted 47 laboring auditor at KAP which enlist in ICMD 2010. The results of research indicate that experience auditor have an effect on positive to opinion going concern. Besides, experience auditor have an effect on positive to quality audit. This research also find effect positive is quality audit to opinion going concern. Pursuant to result of the research hence can be concluded that experience auditor, quality audit is determinant of opinion going concern Keywords: Experience Auditor, Quality Audit, Opinion Going concern ABSTRAK

Jurana NS: Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, 7 Juli 2011. Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Opini Going concern melalui Kualitas Audit. Ketua Pembimbing: Sutrisno, Komisi Pembimbing: Prihat Assih Penelitian ini menguji pengaruh pengalaman auditor terhadap opini going concern melalui kualitas audit. Pengujian dilakukan terhadap sampel sebanyak 47 auditor yang bekerja pada KAP yang terdaftar di ICMD 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap opini going concern. Selain itu, pengalaman auditor memiliki pengaruh positif terhadap kualitas audit. Penelitian ini juga menemukan pengaruh positif kualitas audit terhadap opini going concern. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengalaman auditor dan kualitas audit merupakan determinan dari opini going concern. Kata Kunci: Pengalaman auditor, Kualitas audit, opini going concern 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Laporan keuangan perusahaan disusun atas dasar asumsi going concern (kelangsungan usaha). Going concern mengasumsikan bahwa perusahaan akan melanjutkan usahanya dimasa depan dan tidak berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya. Perusahaan membutuhkan suatu kepastian atau semacam jaminan tertentu yang dapat menimbulkan suatu rasa nyaman dikemudian hari, dimana persaingan atau kompetisi didalam industri begitu berat. Berkaitan dengan hal tersebut maka dibutuhkan suatu opini going concern dari auditor mengenai kelangsungan hidup suatu perusahaan. Opini audit mengenai kelangsungan hidup perusahaan ini pada dasarnya sangat dibutuhkan oleh perusahaan, sehingga banyak perusahaan meminta auditor untuk melakukan audit atas perusahaannya. Pertimbangan auditor atas kelangsungan usaha entitas (going concern) merupakan isu penting dalam riset auditing (Kida, 1984; Mc Keown et al., 1991; Asare, 1992; Chen dan Church, 1992; Ricchiute, 1992; Libby dan Trotman, 1993; Rau dan Moser, 1999). Isu tersebut terkait dengan kewajiban auditor untuk mengevaluasi kemampuan entitas dalam melanjutkan kelangsungan usaha (going concern) pada satu periode tertentu (Boynton et al., 2001), dan mengungkapkannya dalam opini audit. Hoffman et al. (2003) menganggap pertimbangan kelangsungan usaha (going concern) adalah isu yang substansial, karena beberapa alasan : pertama, pembuatan pertimbangan atas kelangsungan usaha (going concern) merupakan bagian proses tugas terstruktur dalam audit yang memerlukan pengalaman (Kennedy, 1993; Trotman dan Wright, 1996); kedua, terdapat kewajiban legal dan moral dalam mengungkapkan kelangsungan usaha (going concern) sebagaimana diatur dalam standar audit (SAS No. 59, AICPA, 1988 dan Standar Auditing nomor 341, IAI, 2001). Standar ini secara tegas memberikan arahan bagaimana auditor mempertimbangkan kondisi dan kejadian yang berkaitan dengan kelangsungan usaha (going concern), yaitu auditor tidak perlu mengembangkan prosedur audit khusus dalam memperhatikan informasi terkait kelangsungan usaha (Rau dan Moser, 1999); ketiga, tugas pertimbangan kelangsungan usaha mengharuskan auditor untuk memperhatikan informasi secara menyeluruh dari sejumlah proses pengujian audit yang dilakukan. Kondisi tersebut memberikan arahan proses audit untuk mengembangkan evaluasi informasi yang berguna, dan bukan evaluasi yang pasif terhadap bukti audit yang disajikan (Shelton, 1999). Tugas pertimbangan atas kelangsungan usaha (going concern) merupakan contoh situasi yang baik, yang mengharuskan auditor memperhatikan sejumlah urutan bukti dalam sebuah proses yang tidak konsisten atau tidak sesuai dengan yang biasa dilakukan (Hoffman et al., 2003). Pembuatan pertimbangan atas kelangsungan usaha (going concern) memberikan kesulitan dan kompleksitas tugas tersendiri bagi auditor dalam proses audit (Campisi dan Trotman, 1985). Pertimbangan atas kelangsungan hidup kesatuan usaha (going concern) merupakan sesuatu yang sulit (Mayangsari, 2003), karena bukti-bukti empirik menunjukkan bahwa auditor sering salah dalam memberikan pendapat mengenai hal ini (Citron dan Taffler, 2004). Hal ini sejalan dengan pendapat Chow dan Rice, (1982) bahwa pembuatan pertimbangan kelangsungan usaha (going concern) secara umum dipandang sebagai kesulitan dan tugas yang kompleks bagi auditor sehingga memerlukan pengalaman yang lebih.

Ashton (1991), menyatakan bahwa pengalaman dan pengetahuan merupakan faktor yang penting dalam pertimbangan auditor. Abdolmohammadi dan Wright (1987) menunjukkan bahwa auditor yang memiliki pengalaman akan memberikan pendapat yang berbeda dengan auditor yang tidak memiliki pengalaman untuk tugas audit yang tidak terstruktur. Sejumlah riset tentang pengalaman auditor dengan kompleksitas tugas menunjukkan hasil yang tidak konsisten (Mayangsari, 2003). Ashton dan Kramer (1990) menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pengalaman terhadap tugas terstruktur. Sementara itu, Frederick dan Libby (1986); serta Libby (1985) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan adanya pengaruh pengalaman yang signifikan terhadap keputusan yang terstruktur. Hoffman et al. (2003) menguji proses pertimbangan pada auditor yang memiliki pengalaman dibandingkan dengan yang tidak memiliki pengalaman, karena individu yang tidak memiliki pengalaman secara normal melakukan tugas evaluasi informasi secara terstruktur, seperti apa yang disajikan kepada mereka. Auditor tidak memiliki pengalaman merupakan subyek pembanding dengan alasan bahwa mereka akan mengevaluasi informasi sama, baik dalam kondisi proses dibatasi atau tidak (Patel et al., 1990). Tidak adanya prosedur audit khusus dalam melakukan pertimbangan kelangsungan usaha entitas (going concern), memberikan implikasi perlunya auditor mengembangkan struktur pengetahuan yang sesuai dalam memperhatikan informasi (Libby dan Luft,1993). Hal tersebut mengasumsikan bahwa semua bukti yang terkait dengan pertimbangan kelangsungan usaha (going concern) akan diperhatikan auditor sebagai hasil prosedur audit standar yang tidak bias (Rau dan Moser, 1999). Glover (1997) membuktikan bahwa pembatasan dalam proses pertimbangan merupakan sebuah mekanisme yang memaksa auditor yang berpengalaman untuk fokus hanya pada informasi yang relevan. Hal ini sejalan dengan temuan Biggs et al. (1993) yang menyatakan bahwa auditor menerima kondisi adanya masalah kelangsungan usaha dan hanya mengevaluasi bukti yang mengurangi masalah tersebut. Temuan tersebut, menurut Hoffman et al. (2003), Krull et al. (1993) merupakan akibat proses penentuan pertimbangan yang tidak seperti yang biasa dilakukan oleh auditor berpengalaman, walaupun hal tersebut dapat mengurangi hasil pertimbangannya (Trotman dan Wright, 1996). Opini auditor merupakan sumber informasi bagi pihak eksternal perusahaan sebagai pedoman untuk pengambilan keputusan. Auditor yang berkualitas dapat menjamin bahwa laporan (informasi) yang dihasilkannya reliable. Penelitian mengenai kualitas auditor banyak dikaitkan dengan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) dan reputasi auditor. Barbadillo et al. (2004) meneliti pengaruh kualitas audit terhadap keputusan going concern. Studinya menggunakan reputasi auditor sebagai proksi kualitas audit

Perumusan Masalah Pemberian opini going concern sangat penting karena pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah. Auditor harus mempunyai pertimbangan yang akurat sebelum melaksanakan tanggung jawabnya, mengingat informasi tersebut akan digunakan oleh berbagai pihak, dan tidak ada pedoman yang pasti dan terstruktur mengenai masalah pemberian opini going concern. Pengalaman auditor yang ditunjang dengan kualitas audit sangat membantu auditor menyelesaikan pekerjaannya, adanya pengalaman serta kualitas yang baik yang dimiliki oleh auditor maka pemberian opini going concern tingkat kesalahannya relatif kecil. Permasalahan penelitian ini dapat peneliti rumuskan dalam pertanyaan berikut: Kontribusi Penelitian 1. Kontribusi Teoritis Memberikan bukti empiris atas riset tentang peranan variabel-variabel pengalaman dan kualitas audit terhadap opini going concern dan penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dibidang akuntansi keperilakuan (behavioral accounting), terutama berkaitan dengan teori auditing khususnya dalam keputusan opini audit. 2. Kontribusi Praktis Apakah pengalaman auditor berpengaruh terhadap opini going concern ? Apakah pengalaman auditor berpengaruh terhadap kualitas audit ? Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap opini going concern ? Apakah pengalaman auditor berpengaruh terhadap opini going concern melalui kualitas audit ? Tujuan Penelitian Untuk menguji secara empiris pengaruh pengalaman auditor terhadap opini going concern . Untuk menguji secara empiris pengaruh pengalaman auditor terhadap kualitas audit. Untuk menguji secara empiris pengaruh kualitas audit terhadap opini going concern. Untuk menguji secara empiris pengaruh pengalaman auditor terhadap opini going concern melalui kualitas audit. a. Memberikan kontribusi praktik kepada akuntan publik , yakni hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan yang berharga bagi para auditor tentang pentingnya memperhatikan kompetensi individu yaitu pengalaman dalam rangka meningkatkan kualitas auditnya karena dalam standar umum disebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian (pengalaman) dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor sehingga dapat memberikan penilaian keputusan opini audit yang mengacu pada going concern perusahaan yang lebih akurat. Hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti seminar, simposium, dan training bagi auditor.

b. Memberikan kontribusi praktik kepada perusahaan, yakni hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pihak manajemen untuk memilih auditor dengan mempertimbangkan faktor pengalaman auditor dan kualitas auditor sebagai faktor yang penting dalam pemilihan auditor itu sendiri. c. Penelitian ini memberikan masukan yang sangat berharga bagi auditor di Indonesia yang terdaftar di BEI tahun 2010 yang menjadi tempat penelitian, dimana hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai media untuk mengurangi kesalahan dalam pemberian opini going concern ketika mengaudit laporan keuangan klien dalam rangka meningkatkan kualitas jasa audit yang diberikan kepada kliennya. 3. Kontribusi Kebijakan a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada Institut Akuntan Publik Indonesia sebagai pihak yang secara tidak langsung berwenang menyusun standar professional akuntan publik untuk mempertimbangkan faktor dominan yang berpengaruh terhadap opini going concern dalam membuat regulasi (kebijakan) tentang pengeluaran opini going concern. b. Untuk para pimpinan kantor akuntan, Hasil studi ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan referensi bagi para pimpinan perusahaan dalam menentukan auditor yang akan membuat rencana manajemen untuk going concern. c. Untuk para peneliti lebih lanjut hasil studi ini dapat digunakan sebagai referensi studi lebih lanjut khususnya berkaitan dengan pengalaman auditor dan kualitas auditor terhadap opini going concern dengan ruang lingkup yang lebih luas sehingga hasilnya lebih sempurna. 2. TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Studi ini bertitik tolak pada konsep aspek perilaku dalam akuntansi (behavioral accounting). Kusuma (2003) mengatakan bahwa akuntansi keperilakuan adalah suatu pendekatan yang mengaplikasi aspek keperilakuan dalam akuntansi baik akuntansi keuangan, akuntansi manajemen maupun bidang akuntansi terkait lainnya. Istilah akuntansi keperilakuan baru muncul pada tahun 1967 dalam artikel Journal of Accounting Research oleh Becker. Becker lebih jauh mengatakan bahwa perbedaan penelitian akuntansi keperilakuan dengan bidang lain adalah penelitian akuntansi keperilakuan mengaplikasi teori dan metodologi dari ilmu keperilakuan untuk memeriksa persinggungan antara informasi dan proses akuntansi dengan perilaku manusia (termasuk perilaku organisasional). Bidang psikologi menjadi paling sering digunakan dalam penelitian akuntansi keperilakuan seperti lens model.

Penggunaan lens model difokuskan untuk memperoleh hubungan antara peristiwa dengan seperangkat sinyal (clues). Penggunaan judgment dalam penelitian akuntansi keperilakuan difokuskan kepada bagaimana seorang ahli (expert) bertindak /mengambil keputusan dan apakah keputusan yang diambil oleh seorang ahli berdasarkan judgment lebih baik daripada keputusan berdasarkan perhitungan statistik (Kusuma, 2003). Behavioral Decision Theory Isu pertimbangan usaha auditor (going atas concern) informasi. Sedangkan dengan variabel decision atau yang output

kelangsungan

berhubungan makers

dikaitkan dengan persepsi dan situasi dalam behavioral decision theory, yang menjelaskan latar belakang terjadinya perbedaan pertimbangan antara auditor ahli dan berpengalaman dengan auditor yang tidak memiliki salah satu theory karakteristik ataupun kedua karakteristik tersebut. Behavioral decision menyatakan mempunyai dan bertindak Selain dan dalam bahwa keterbatasan hanya itu, kondisi cara rangka seseorang pengetahuan berdasarkan setiap ini orang akan

adalah kualitas dari judgment, decision self-insight, persepsinya sendiri (Libby dan Luft, 1993). Terdapat tiga pendekatan dalam human information processing yaitu lens model, probabilistic judgment dan cognitive style. Ketiga pendekatan ini didisain untuk sebuah menginvestigasi dikombinasikan keputusan model paling bagaimana menjadi informasi

dimana

masing-masing pendekatan penelitian yang ini.

persepsinya terhadap situasi yang sedang dihadapi. berbeda informasi keputusan. Studi tentang information set (clues) mencoba untuk menentukan karakteristik dari informasi dan decision context yang dapat mempengaruhi pembuat keputusan dalam tentang mencoba maker) dalam decision menggunakan proses untuk informasi. Studi pembuatan keputusan mempunyai struktur pengetahuan yang mempengaruhi memperhatikan pembuatan

memiliki framework yang berbeda. Lens merupakan sesuai untuk

Pendekatan Lens model diperkenalkan oleh Brunswik (1952) yang berguna untuk menganalisis judgmental situation dimana individu membuat keputusan atau prediksi berdasarkan pada clues atau informasi yang berasal dari lingkungan yang kemungkinan berhubungan dengan peristiwa yang relevan. Dalam model ini, persamaan regresi dan korelasi digunakan untuk mendeskripsikan hubungan antara criterion dan clues (informasi), informasi dan respon individu, atau respon individu dan keakuratan respon. Pertimbangan (judgment) Auditor atas Kelangsungan Usaha Entitas (going concern)

menggambarkan informasi dan karakteristik penggunaan

bagaimana pembuat keputusan (decision mengkombinasikan memperoleh pengaruh terhadap maker opini

mengisvestigasi

Setiap proses audit mengharuskan adanya evaluasi terhadap kemampuan entitas untuk melangsungkan usahanya. Statement on Auditing Standars No. 59 (AICPA, 1988) tentang Auditor s Consideration of an entity s Ability to Continue as a Going Concern secara spesifik mengungkapkan tanggung jawab auditor untuk menilai kemampuan suatu entitas dalam melanjutkan kelangsungan usahanya (Boynton et al., 2001). Standar tersebut mengharuskan auditor mengevaluasi apakah terdapat kesangsian yang cukup potensial mengenai kemampuan entitas untuk melanjutkan kelangsungan usahanya. Hal serupa juga dinyatakan dalam Standar Auditing nomor 341 (IAI, 2001), bahwa auditor harus mengevaluasi adanya kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Evaluasi auditor atas kondisi tersebut, berdasarkan atas pengetahuan tentang kondisi dan peristiwa yang ada pada atau telah terjadi sebelum pekerjaan lapangan selesai. Sejumlah riset telah menjadikan pertimbangan kelangsungan usaha sebagai fokus (Kida, 1984; Mc Keown et al., 1991; Asare, 1992; Chen dan Church, 1992; Ricchiute, 1992 & 1999; Libby dan Trotman, 1993; Rau dan Moser, 1999; Marshall et al., 1995; dan Louwers, 1998). Telaah lebih lanjut, Asare (1992) menyatakan bahwa kemampuan auditor untuk mengidentifikasi kesulitan perusahaan berkaitan dengan kelangsungan usaha merupakan salah satu isu penting dalam riset, dan menyarankan perlunya pemahaman tentang proses pertimbangan kelangsungan usaha oleh auditor. Marshall et al. (1995) menemukan adanya peningkatan jumlah perusahaan dari 39%

menjadi 62% yang mengalami kondisi yang buruk dalam pertimbangan kelangsungan usaha, sebagai akibat penerapan SAS No. 59 dalam kasus kebangkrutan bank. Opini Going Concern Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit. Laporan audit merupakan bagian terakhir dari keseluruhan proses audit. Opini Audit diberikan oleh auditor setelah mealalui beberapa tahap proses audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas laporan keuangan audit. Opini audit merupakan kesimpulan yang diberikan auditor atas rangkaian tugas audit dengan menitikberatkan pada kesesuaian antara laporan keuangan dengan standar akuntansi yang diterima umum. Pengalaman Auditor Herliansyah dan Ilyas (2006) mengatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas. Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukan yang terbaik sehingga pengalaman dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pengambilan keputusan. Pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi performance auditor. Pengalaman auditor akan semakin berkembang dengan bertambahnya pengalaman audit. Tubbs (1992) menunjukkan bahwa ketika auditor menjadi lebih berpengalaman, maka auditor menjadi sadar terhadap kekeliruan, auditor memiliki salah pengertian yang lebih sedikit tentang kekeliruan dan auditor menjadi sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim.

Choo dan Trotman (1991) menunjukkan bahwa para profesional yang berpengalaman lebih mendapat infomasi yang lebih baik mengenai fakta mana yang prediktif dan yang mungkin menghasilkan opini yang lebih akurat. Pengalaman yang signifikan seperti halnya training membuat para auditor berpengalaman memiliki pola pikir alasan yang tersusun dengan baik dalam kondisi going concern sedangkan para auditor yang kurang berpengalaman memiliki pola pikir yang kurang tersusun dengan baik. Kualitas Audit Kualitas audit merupakan hal penting yang menjadi perhatian auditor dalam suatu pekerjaan audit. Kualitas audit yang baik akan tercapai jika auditor menjalankan langkah audit dengan benar. Investor akan lebih cenderung pada data akuntansi yang dihasilkan dari kualitas audit yang tinggi. DeAngelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada system akuntansi klien. Kasus manipulasi akuntansi yang terjadi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa telah terjadi reduced audit quality (penurunan kualitas audit) sehingga memicu terbitnya Peraturan BAPEPAM nomor Kep-20/PM/2002 per tanggal 12 November 2002 serta SK Menteri keuangan nomor 423/KMK-06/2002. Pada lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM nomor Kep-20/PM/2002 terdapat Peraturan nomor VIII.A.2 yang berisikan tentang independensi akuntan yang memberi jasa audit di pasar modal. Peraturan tersebut diantaranya Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP 2001). Pada tahun 1988 membatasi

hubungan auditee dan auditor selama jangka waktu tertentu, yaitu emiten harus mengganti kantor akuntan tiap 5 tahun dan tiap 3 tahun untuk auditor, selain itu pemberian jasa non audit tertentu, seperti menjadi konsultan pajak, konsultan manajemen disamping pemberian jasa audit pada seorang klien tidak diperkenankan karena dapat mengganggu independensi auditor. Peraturan tersebut kemudian disempurnakan dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008, di mana pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturutturut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. 3.KERANGKA PENELITIAN Untuk memperjelas permasalahan penelitian yang telah disusun dalam babbab sebelumnya, maka dalam bab ini disusun formulasi hipotesis penelitian yang didasari oleh kerangka konseptual penelitian. Opini going concern Suatu asumsi yang mendasari proses akuntansi adalah bahwa perusahaan melaporkan akan melanjutkan sebagai suatu going concern. Artinya suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan usahanya dalam jangka panjang dan tidak akan dilikuidasi. Laporan keuangan mengukur mengenai informasi posisi keuangan suatu entitas dan hasil dari operasi. Laporan auditor menambah dimensi kualitatif terhadap suatu informasi. Auditor merupakan perantara antara penyedia laporan keuangan dan pengguna laporan tersebut. Auditing Standard consideration ofBoard an entity's ability to (ASB) continue as a going concern, yang menerbitkan auditor meminta Statement on Auditing Standard (SAS) No. 59: The auditor's

untuk mengevaluasi apakah terdapat keraguan substansial mengenai kemampuan perusahan klien untuk melanjutkan sebagai suatu going concern. SAS memintasolusi mengakumulasi dan auditor alternative mengevaluasi bukti untuk menentukan dan apakah status going concern adalah mengambil dipertanyakan. tindakan-tindakan Seorang auditor mempertimbangkan yang diperlukan penerbitan opini going concern jika ia (Gibbins,1984). menemukan Auditor alasan atas keraguan keberlangsungan suatu perusahaan kurang berpengalaman karena itu berdasarkan pengujian. Oleh tidak pengambilan keputusan dalam memiliki keberadaan ketidakpastian melalui dua proses tahapan. Tahap pertama adalah identifikasi karakteristik yaitu perusahaan sebagai penerima potensial opini going concern. opini final. Perumusan Hipotesis 1. Pengalaman auditor Secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas (job). Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas memberikan yang dilakukan secara berulang-ulang peluang untuk meningkatkan kinerja pengambilan belajar keputusan. Abdolmohammadi dan Wright melakukan (1987) mengatakanyang bahwa auditor yang tidak berpengalaman mempunyai tingkat terbaik sehingga kesalahan yang lebih signifikan dibandingkan pengalaman dengan auditor yang dapat berpengalaman. digunakan Auditor ahli cenderung untuk untuk mengabaikan informasi relevan ketika pemula tidak mampu melihatnya meskipun informasi tidak relevan diakui sebelum keputusan diambilnya (Lesgold et al., 1988). Biggs et al. (1993) menemukan bahwa auditor berpengalaman pertama kali akan cenderung mengakui adanya masalah Tahap kedua adalah menghasilkan analisis dalam pemilihan

kelangsungan usaha (going concern), kemudian baru mengevaluasi faktor-faktor yang mengurangi masalah tersebut. Auditor berpengalaman kemungkinan akan berusaha menyelesaikan bukti yang tidak relevan dengan masalah kelangsungan usaha Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut : H1 : Pengalaman auditor berpengaruh terhadap opini going concern Pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja auditor. Pengalaman auditor akan semakin berkembang dengan bertambahnya pengalaman audit. Menurut Scheonfeld dan Hermann (1982) saat auditor junior mengerjakan tugas audit, ia belum memiliki struktur memori yang relevan untuk dapat memeriksa dan memilah dengan memadai informasiinformasi yang relevan dengan tugas yang dikerjakannya. Selain itu, ia juga belum dapat menganalisa dan mengintegrasikan informasi pada suatu tingkatan yang lebih dari hanya sekedar fitur-fitur permukaan tugasnya saja. Akibatnya, muncul hasil-hasil penilaian kontradiktif. Sebaliknya, auditor berpengalaman memiliki struktur memori yang sangat berguna untuk membantu mereka dalam mengelolah informasi pada tingkat yang lebih abstrak, sehingga dapat meminimalkan hasil-hasil penilaian yang kontradiktif tersebut. Auditor berpengalaman dapat mengidentifikasi petunjuk-petunjuk informasi tertentu mana yang harus dipilih untuk menyimpulkan penilaianpenilaian mereka. Ada beberapa alasan mengapa pengalaman audit mempengaruhi ketepatan penilaian auditor. Pengalaman menumbuhkan kemampuan auditor untuk mengolah informasi, membuat perbaandinganperbandingan mental berbagai solusi

kemampuan-kemampuan seperti ini. Melalui pengalaman audit mereka, auditor

mengembangkan struktur memori lebih luas dan kompleks yang membentuk kumpulan informasi yang dibutuhkan dalam membuat keputusan-keputusan (Libby,1995). Auditor kurang berpengalaman belum memiliki struktur memori seperti ini sehingga mereka tidak mampu memberikan respon memadai, akibatnya, penilaian-penilaian mereka kalah akurat dibandingkan dengan penilaianpenilaian auditor berpengalaman. Menurut Bonner (1990) pengalaman juga memberikan pengetahuan yang dapat membantu auditor mendapatkan keputusan yang tepat terhadap bukti diharuskan karena pengalaman membantu mereka mengembangkan struktur pengetahuan lebih komprehensif, dan memperbaiki kemampuan mereka untuk menggunakan pengetahuan lebih efektif. Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut : H2 : Pengalaman auditor berpengaruh terhadap kualitas audit 2. Kualitas audit dan opini going concern Craswell et al. (1995) menyatakan bahwa klien biasanya mempersepsikan auditor yang berasal dari KAP besar dan memiliki afiliasi dengtan KAP intenasional memiliki kualitas yang .lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya peer review. John (1991) menunjukkan bahwa kualitas auditor meningkat sejalan dengan

besarnya KAP tersebut. DeAngelo (1981) mengungkapkan bahwa peningkatan kualitas audit akan mempertinggi skala KAP dan juga akan berpengaruh pada klien dalam memilih KAP. Sharma dan Sidhu (2001) menggolongkan reputasi KAP ke dalam skala big six firm dan non big six firm untuk melihat tingkat independensi serta kecenderungan sebuah KAP terhadap besarnya biaya audit yang diterimanya. Auditor bertanggung jawab untuk menyediakan informasi yang berkualitas tinggi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Auditor yang bereputasi baik cenderung akan menerbitkan opini audit going concern jika klien terdapat masalah berkaitan going concern perusahaan. DeAngelo (1981) secara teoritis telah menganalis hubungan antara kualitas audit dan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP). Dia berargumen bahwa auditor besar akan memiliki lebih banyak klien dan fee total akan dialokasikan diantara para kliennya. DeAngelo (1981) berpendapat bahwa auditor besar akan lebih independen, dan karenanya, akan memberikan kualitas yang lebih tinggi atas audit. Mayangsari (2003) menggunakan industry specialization sebagai proksi kualitas audit. Ini didasari oleh penelitian Craswell (1995), yaitu bahwa auditor yang spesialis akan mendapatkan fee yang lebih tinggi. Tentunya hal tersebut akan mempengaruhi kualitas audit, apakah dia spesialis atau tidak. Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :

H3 : Kualitas audit berpengaruh terhadap opini going concern SPAP menyatakan bahwa auditor memiliki tanggung jawab untuk menyatakan kemampuan perusahaan auditan mengenai going concern usaha secara sehat satu tahun mendatang. Standar tersebut meminta setiap auditor yang melaksanakan prosedur audit harus melakukan evaluasi mengenai adanya masalah mendasar mengenai kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya. Ketika menilai apakah perusahaan memiliki going concern atau tidak, perhatian utama auditor tidak lagi ditujukan pada berapa kekayaan perusahaan pada masa yang akan datang yang diharapkan manajemen. Auditor tidak bisa lagi hanya menerima pandangan manajemen bahwa segala sesuatunya baik. Bahkan auditor sudah tidak seharusnya lagi meletakkan kepercayaan sepenuhnya pada jaminan yang diberikan oleh pemerintah bahwa perusahaan tertentu tidak akan ditutup. Penelitian yang menguji bagaimana pengaruh kualitas audit terhadap keputusan opini going concern telah dilakukan. Praptitorini dan januarti (2007) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa variabel kualitas audit yang diproksi dengan auditor industry specialization tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Tetapi, arah koefisiennya menunjukkan arah positif sesuai dengan hipotesis, berarti bahwa auditor spesialis berusaha mempertahankan reputasinya dengan bersikap obyektif terhadap opini yang dikeluarkannya, serta pengklasifikasian auditor spesialis di Indonesia belum ada, sehingga pengaruhnya tehadap kualitas audit belum dapat dibuktikan. Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut : H4 : Pengalaman auditor berpengaruh terhadap opini going concern melalui kualitas audit. 4. METODE PENELITIAN Jenis

Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian pengujian hipotesis (hypothesis testing). Penelitian pengujian hipotesis umumnya merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variable (Indriantoro dan Supomo, 2002:89). Berdasarkan pola hubungannya, jenis penelitian ini adalah explanatory research. Explanatory research adalah menjelaskan hubungan kausal antara variable-variabel penelitian melalui pengujian hipotesis (Singarimbun dan Efendi, 1995 :5). Selain itu Singarimbun dan Effendi (1995: 6) juga mengkategorikannya sebagai penelitian survey, yaitu Penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Penelitian ini memfokuskan pada pengungkapan hubungan kausal antar variabel. Suatu penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung suatu variabel dari variabel eksogen (independen) terhadap variabel endogen (dependen). Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di KAP seIndonesia yang mengaudit perusahaan publik (national accounting firm). Penetapan populasi tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa ukuran KAP akan mempengaruhi pengalaman auditor yang bekerja di KAP tersebut karena meskipun seorang auditor memiliki pengalaman kerja yang sama namun dalam KAP yang berbeda kemungkinan akan memiliki pengetahuan yang berbeda sehingga untuk menyeragamkan dan menyeimbangkannya, pada penelitian ini difokuskan pada national accounting firm. Data KAP diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2010. Jumlah KAP tersebut sebanyak 165 KAP yang rata-rata berdomisili di Jakarta.

Penelitian ini menggunakan sebagian dari populasi untuk dijadikan sebagai subjek penelitian/dijadikan sampel. Jumlah populasi secara pasti tidak diketahui Karena sampel bukanlah KAP tetapi individu yaitu auditor junior auditor senior dan belum terdapat data tentang jumlah auditor junior dan auditor senior. Karena jumlah populasi tidak diketahui secara pasti maka jumlah sampel mengacu pada persyaratan dari alat analisis yang digunakan. Penelitian ini menggunakan path analysis sehingga ukuran sampel minimal adalah 10 kali jumlah variabel sebagai persyaratan dapat dilakukan analisis (Solimun, 2007). Berdasarkan jumlah variabel pada penelitian ini maka jumlah sampel minimal sebanyak 30 agar bisa dilakukan analisis. Pengambilan sampel berdasarkan random sampling dengan metode simple random sampling dengan metode simple random sampling dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel sedangkan unit analisis dari penelitian ini adalah individu (auditor). Kuesioner yang dikirim sebanyak 210 kuesioner. Kuesioner yang kembali dan memenuhi syarat untuk diolah sebanyak 47 kuesioner sehingga besarnya sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 47 responden. Teknik pengumpulan data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari ICMD tahun 2010 untuk memperoleh data jumlah KAP se-Indonesia sedangkan data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari subjek yaitu auditor.

Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Dasar pertimbangan penggunaan kuesioner untuk pengumpulan data karena faktor efisiensi dan efektivitas dalam penggunaannya. Penggunaan kuesioner ini dipergunakan untuk mengumpulkan data yang berupa opini, pengalaman, kualitas dari seseorang atau kelompok orang yang menjadi subjek penelitian. Pengiriman kuesioner menggunakan email survey dan mail survey yang diantar langsung ke KAP yang terdapat di Surabaya. Peneliti mengirimkan kuesionerkuesioner kepada pimpinan KAP yang berwenang untuk mendistribusikan kuesionerkuesioner tersebut. Mereka di instruksi untuk menjawab daftar pertanyaan/kuesioner yang telah disiapkan dan dimohon untuk mengisinya dengan jujur dan tanpa diwakili. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Pengalaman auditor Dalam setiap audit, partner dan manajer adalah orang yang mengevaluasi keputusan going concern, sementara auditor senior dan junior adalah auditor yang familiar dengan tugas going concern dimana mereka memberi informasi kepada partner dan manajer mengenai going concern klien. Variabel pengalaman auditor akan diukur dengan skala likert yaitu menggunakan indikator lamanya/jumlah tahun seorang auditor bekerja sebagai auditor. Pengalaman diukur dengan lamanya responden menjadi seorang auditor Pengalaman kurang dari 1 tahun diberi skor 1 Pengalaman lebih dari 1 tahun sampai 2 tahun diberi skor 2

Pengalaman lebih dari 2 tahun sampai 3

tahun diberi skor 3 Pengalaman lebih dari 3 tahun sampai 4 tahun diberi skor 4 Kualitas Audit Kualitas audit didefinisikan sebagai probabilitas seorang auditor untuk dapat menentukan dan melaporkan kecurangan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien. Kualitas audit yang tinggi tercermin pada ukuran KAP, dan diyakini bahwa KAP yang besar tidak hanya berpengaruh terhadap kualitas audit, namun lebih dari itu. Audit yang berkualitas baik akan menghasilkan informasi yang dapat dipercaya, akurat, dan mencerminkan realitas perusahaan yang bersangkutan. Variabel kualitas audit dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan empat indikiator. Keempat indikator tersebut antara lain: 1) banyaknya jumlah klien, 2) afiliasi KAP dengan KAP internasional, 3) pemahaman tugas yang tercakup dalam pekerjaan. 4) Biaya audit perusahaan. Ketiga indikator diatas diukur dengan menggunakan lima (5) point skala likert. Skala satu menunjukkan responden sangat tidak setuju (STS), skala dua menunjukkan responden tidak setuju (TS), skala tiga menunjukkan responden cukup setuju (CS), skala empat menunjukkan responden setuju (S) dan skala lima menunjukkan responden sangat setuju (SS). Indikator keempat diukur dengan menggunakan skala sangat rendah, rendah, normal, tinggi, sangat tinggi. Pengukuran ini peneliti ambil dari

instrument yang digunakan oleh Ikhsan (2010). Opini Going Concern Opini going concern merupakan opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan auditor terdapat Pengalaman lebih dari 4 tahun diberi skor 5

ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya (SPAP, 2001). variabel Opini bagi going concern diukur dengan suatu menggunakan skala likert. Opini audit perusahaan, going concern yang dibagi menjadi dua, seperti yaitu opini audit memberikan going concern positif pendapatmemberikan yang berarti auditor bahwa pendapat atau suatu opini yang positif perusahaan tersebut mampu melangsungkan hidupnya dalam jangka waktu tertentu hingga audit berikutnya, yang dibagi menjadi dua, yaitu positif yang tidak bermasalah dan positif yang bermasalah, serta opini audit going concern negatif yang berarti auditor memberikan opini atau pendapat yang bersifat negatif, seperti pendapat auditor yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut menimbulkan suatu kesangsian akan kelangsungan hidup usahanya, yang dibagi menjadi dua, yaitu dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, dan yang tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (Boyton et al. 2001).

Pengujian Instrumen Penelitian Dengan Menggunakan Analysis ( CFA ) Pengujian instrumen terdiri dari uji validitas dan reliabilitas. Validitas dan reliabilitas atas data hasil penelitian dapat diketahui melalui tiap-tiap item yang terlebih dahulu diadakan uji pendahuluan terhadap daftar pernyataan (kuisioner) kepada yang responden. diperoleh Selanjutnya item-item score dari atas Confirmatory Factor

masingmasing variabel diuji validitas dan reliabilitasnya. Ghozali (2008) menjelaskan bahwa salah satu manfaat utama dari confirmatory factor analysis (CFA) adalah kemampuan menilai Validitas validitas theory konstruk konstruk yang mengukur dari sampai measurement diusulkan.

normal atau tidak; (2) hanya sistem aliran kausal kesatu arah artinya tidak ada arah kausalitas yang berbalik; (3) variabel terikat (endogen) minimal dalam skala ukur interval; (4) observed variables diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan reliabel) artinya variabel yang diteliti dapat diobservasi secara langsung; (5) model yang dianalisis dispesifikkan (diidentifikasi) dengan benar berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep yang relevan artinya teori yang diuji dibangun berdasarkan kerangka teoritis tertentu yang mampu menjelaskan hubungan kausalitas antar variabel yang diteliti (Riduwan dan Kuncoro, 2006:2). Prosedur pengujian hipotesis Penelitian ini menggunakan analisis jalur dalam menguji besarnya pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antar variabel X1, X2 dan Y. Analisis korelasi dan regresi merupakan dasar dari perhitungan koefisien jalur. Pengaruh langsung diambilkan dari standardize coefficients (beta) dan diberi simbol yixi sedangkan pengaruh tidak langsung merupakan perkalian antar yixi. Pengaruh total merupakan penjumlahan dari pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung. Berdasarkan model penelitian diatas, maka persamaannya adalah sebagai berikut : X2 = 2 X2 X1 + 1 Y = 1 YX 1+ 3

seberapa jauh ukuran indikator mampu merefleksikan konstruk laten teoritisnya. Jadi, validitas konstruk memberikan kepercayaan bahwa ukuran indikator yang diambil dari sampel menggambarkan skor sesungguhnya di dalam populasi. Model pengujian hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan path analysis (analisis jalur). Riduwan dan Kuncoro (2006 : 2) mengatakan bahwa model path analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung beberapa variabel eksogen (bebas) terhadap variabel endogen (terikat). Beberapa asumsi-asumsi path analysis sebagai berikut: (1) hubungan antar variabel bersifat linear dan normal. Normalitas dilakukan untuk menguji kenormalan sebuah data yakni apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen ataupun keduanya mempunyai distribusi

YX 2 + 2 Di ma na: X1 = Pe ng ala ma n au dit or X2 = Ku alit as au dit Y = Op ini goi ng co nc er n = Ko efi sie n re gr esi ya ng dis tan da ris asi e

= Err or ter m

Besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh total dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : Pengaruh langsung X1 ke X2 = 2 Pengaruh langsung X1 ke Y = 1 Pengaruh langsung X2 ke Y = 3 Pengaruh tidak langsung X1 ke Y melalui X2 = 2*3 Pengaruh total adalah penjumlahan dari pengaruh langsung dan seluruh pengaruh tidak langsung maka pengaruh total X1 ke Y = 1 +(2*3). 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan profil data penelitian dan proses menganalisis data untuk menjawab penelitian dan hipotesis yang telah diajukan pada bab sebelumnya. Proses pengumpulan data Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor pada Kantor Akuntan Publik di Indonesia yang terdaftar pada BEI 2010, yang berjumlah 165 Kantor Akuntan Publik. Pengiriman kuesioner kepada responden dilakukan pada awal bulan april 2011 melalui email KAP yang terdaftar pada BEI 2010. Penyebaran kuesioner dilakukan sebanyak empat kali yaitu tanggal penyebaran kuesioner tahap pertama sebanyak 165 kuesioner. Setelah seminggu dari tanggal pengiriman, peneliti menghubungi beberapa KAP yang dikirimi kuesioner untuk memastikan bahwa kuesioner sudah sampai di alamat email yang benar. Berdasarkan hasil konfirmasi dengan KAP

ternyata terdapat beberapa KAP yang menyatakan bahwa kuesioner tidak dapat segera direspon karena kesibukan auditor mengaudit sehingga peneliti mengirim kuesioner tahap kedua sebanyak 165 kuesioner pada tanggal 13 April juga melalui email survey. Setelah menunggu selama sebulan, belum juga terdapat balasan email dari auditor pada masing -masing KAP, maka peneliti kembali mengirim kuesioner tahap ketiga

kembali menyebarkan kuesioner tahap dengan keempat melalui mail survey sebanyak 45 jumlah yang kuesioner pada tanggal 5 Mei 2011. Penyebaran kuesioner sama. dilakukan dengan Untuk bantuan seorang teman yang langsung mengantisipasi memberikan kuesioner tersebut pada masing masing KAP yang terdaftar pada rendahnya ICMD 2010 yang berdomisili di Surabaya. tingkat Kuesioner penelitian yang disebar pengembalian langsung dimasukkan dalam amplop dan kuesioner diberikan kepada maka pimpinan KAP yang peneliti kemudian diminta untuk mendistribusikannya pada auditor junior dan senior. Setiap amplop berisi surat izin penelitian, surat permohonan kuesioner dan kuesioner serta souvenir berupa pulpen sebagai ucapan terima kasih atas kesediaan mengisi kuesioner. Dari 165 kuesioner yang disebarkan melalui email dan 45 kuesioner dengan pengantaran langsung, hanya 47 kuesioner yang kembali dimana sebanyak 20 kuesioner yang dibalas melalui email dan 27 kuesioner yang dibalas melalui pengantaran langsung di Surabaya. a. Pengaruh Langsung pengalaman auditor terhadap opini going concern

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pengalaman auditor berpengaruh terhadap opini going concern. Hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa pengalaman auditor berpengaruh langsung terhadap opini going concern. Semakin lama pengalaman seorang auditor maka akan meningkatkan tingkat keakuratan dalam pengambilan keputusan going concern karena tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk melakukan yang terbaik sehingga pengalaman dapat meningkatkan kinerja pengambilan keputusan. Seorang auditor yang telah cukup mempunyai pengalaman audit, tidak akan mempunyai pandangan yang sama terhadap kasus yang dihadapi, dibandingkan dengan seorang auditor pemula yang belum mempunyai cukup pengalaman. Auditor yang sudah memiliki pengalaman kerja yang lebih lama memungkinkan perkembangan ketahap pertimbangan keputusan yang lebih akurat karena pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja auditor. Pengalaman auditor akan semakin berkembang dengan bertambahnya pengalaman audit. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan pendapat Abdolmohammadi dan wright (1987) yang menunjukkan bahwa auditor tidak berpengalaman mempunyai tingkat kesalahan yang lebih signifikan dibanding dengan auditor yang lebih berpengalaman. Selain itu, penelitian ini juga sejalan dengan pendapat dari Ashton (1991) yang menyatakan bahwa pengalaman dan pengetahuan merupakan faktor yang penting dalam pertimbangan auditor. Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih. Oleh karena itu, pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja akuntan publik, sehingga pengalaman dimasukkan sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh ijin menjadi akuntan publik.

b. Pengaruh langsung pengalaman auditor terhadap kualitas audit Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pengalaman auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa pengalaman auditor berpengaruh langsung terhadap kualitas audit. Semakin lama pengalaman seorang auditor maka akan semakin tinggi kualitas audit yang dilakukan dalam menjalankan tugasnya sebagai auditor. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi kualitas audit itu sendiri adalah pengalaman kerja karena dengan pengalaman yang dimiliki oleh auditor maka auditor berskala besar dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik dibanding auditor berskala kecil. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Geiger dan Rama (2006) yang menguji perbedaan kualitas audit antara KAP Big 4 dan non Big 4. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat kesalahan Tipe I dan II yang dihasilkan oleh Big 4 lebih rendah daripada non Big 4. Adanya pengalaman audit, auditor dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja. Semakin sering auditor melakukan pekerjaan yang sama, semakin terampil dan semakin cepat auditor menyelesaikan pekerjaan tersebut. semakin beragam jenis pekerjaan yang dilakukannya, semakin kaya dan luas pengalaman kerjanya yang dapat mempertinggi kualitas seorang auditor dalam mengaudit. Dengan kata lain, melalui pengalaman audit yang beragam, auditor mampu menumbuhkan kemampuannya mengolah informasi dan mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan sehingga kualitas auditor akan lebih tinggi. Auditor yang kurang berpengalaman tidak memiliki kemampuan yang seperti ini.

C.

Pengaruh langsung kualitas audit Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kualitas audit berpengaruh terhadap opini going concern. Hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa kualitas audit berpengaruh langsung terhadap opini going concern. Semakin tinggi kualitas seorang auditor maka keputusan dalam memberi opini going concern semakin akurat (benar) dalam pengambilan keputusan. auditor berskala besar dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik dibanding auditor berskala kecil, termasuk dalam mengungkapkan masalah going concern. Penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mutchler et al. (1997) yang menemukan bukti univariat dimana auditor big six cenderung menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami financial distress dibandingkan auditor non big six. Hasil penelitian ini juga memperkuat penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Geiger dan Rama (2006), hasil penelitiannya menyebutkan bahwa kualitas auditor yang diproksikan dengan reputasi auditor mempengaruhi opini going concern hal ini disebabkan karena KAP besar cenderung untuk independen dalam masalah going concern karena KAP tersebut akan berusaha untuk menjaga reputasinya. Namun, hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Komalasari (2004), Januarti dan Fitrianasari (2008) yang menyebutkan bahwa reputasi auditor tidak signifikan mempengaruhi opini going concern karena ketika KAP sudah memiliki reputasi

terhadap opini going concern yang baik maka KAP tersebut akan berusaha mempertahankan reputasinya sehingga akan bersikap objktif. d. Pengaruh pengalaman auditor terhadap opini going concern melalui kualitas audit. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung antara pengalaman auditor terhadap opini going concern melalui kualitas audit. Besarnya pengaruh total pengalaman auditor terhadap opini going concern melalui kualitas audit sebesar 0,1593 (0,434 x 0,367). Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung antara pengalaman auditor terhadap opini going concern melalui kualitas audit yang arahnya positif. Dengan demikian auditor yang memiliki pengalaman yang lebih maka akan meningkatkan kualitas seorang auditor dan dapat meningkatkan tingkat keakuratan dalam memberikan opini going concern. Pengalaman membentuk seorang auditor menjadi terbiasa dengan situasi dan keadaan dalam setiap penugasan karena pengalaman dapat membantu auditor meningkatkan kualitas auditnya sebagai seorang auditor. Kualitas audit yang dimiliki auditor dapat membantunya untuk melakukan penilaian dan pengambilan keputusan yang akurat dengan membobot buktibukti yang mereka peroleh. Dengan demikian, seorang auditor yang berpengalaman lebih maka akan meningkatkan kualitas auditnya yang pada akhirnya akan mampu memberikan opini going concern yang lebih akurat.

6. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian ini menguji pengaruh pengalaman auditor terhadap opini going concern melalui kualitas audit. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengalaman auditor memiliki pengaruh terhadap opini going concern. Hal ini mengindikasikan bahwa auditor yang memiliki pengalaman kerja yang lebih lama akan meningkatkan tingkat keakuratan auditor dalam mengambil keputusan karena lama bekerja memungkinkan seorang auditor untuk terbiasa dalam menghadapi hal tersebut sehingga akan semakin akurat keputusan yang diambil. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa pengalaman auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin lama pengalaman seorang auditor maka akan semakin tinggi kualitas audit yang dilakukan dalam menjalankan tugasnya sebagai auditor. Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap opini going concern. Hal ini mengindikasikan semakin tinggi kualitas seorang auditor maka keputusan dalam memberi opini going concern semakin akurat (benar) dalam pengambilan keputusan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kualitas audit dapat memediasi hubungan antara pengalaman auditor dan opini going concern. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pengalaman seorang auditor maka kualitasnya sebagai auditor semakin tinggi seiring dengan peningkatan pengalaman kerja yang pada akhirnya juga akan meningkatkan tingkat keakuratan dalam membuat opini going concern karena auditor yang memilki kualitas yang lebih akan meningkatkan

kepekaan auditor dalam menghadapi masalah-masalah going concern. Penelitian ini juga menemukan bahwa kualitas audit sebagai variabel mediasi dari hasil analisis tidak tepat, karena hubungan pengalaman auditor terhadap opini going concern signifikan sehingga kualitas audit lebih tepat sebagai variabel moderasi. Keterbatasan penelitian Peneliti telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan respon responden tehadap kuesioner yang disebarkan namun kesibukan responden dalam hal ini auditor menyebabkan respon terhadap kuesioner yang disebarkan masih rendah. Selain itu, keterbatasan yang melekat pada email survey dan mail survey untuk pengumpulan data mengakibatkan tidak bisa dilakukannya kontrol atas jawaban responden dimana responden tidak bisa jujur dalam responnya. Selain itu, keterbatasan dalam penelitian ini yaitu pengukuran variabel pengalaman auditor menggunakan kriteria tunggal sehingga tidak dapat dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Saran Untuk peneliti selanjutnya disarankan agar dapat meningkatkan respon responden terhadap kuesioner yang disebarkan sehingga dapat dilakukan pengenerealisasi hasil penelitian secara lebih luas dan mempunyai respon rate yang lebih tinggi dari penelitian ini meskipun dilain pihak membutuhkan waktu yang lebih lama dan dana yang lebih besar. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan pengukuran variabel pengalaman auditor. Selain itu, peneliti selanjutnya juga dapat melakukan kontrol atas jawaban responden sehingga respondennya bisa jujur dalam pengisian kuesioner penelitian. Implikasi penelitian

Penelitian ini memiliki implikasi yang luas untuk berbagai pihak yang terkait dengan profesi akuntan terutama akuntan publik (auditor). Seperti yang ditunjukkan oleh hasil penelitian ini bahwa pengalaman auditor memiliki pengaruh langsung terhadap opini going concern. Artinya, semakin lama pengalaman auditor maka akan meningkatkan tingkat keakuratan dalam pemberian opini going concern. Penelitian ini juga berhasil membuktikan bahwa kualitas auditor memediasi hubungan antara pengalaman auditor dan opini going concern. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan kualitas audit sangat REFERENSI Abdolmohammadi, M dan A. Wright. 1987. An Examination of Effect of Experience and Task Complexcity on Audit judgment, Journal of The Accounting Revie., LXII (1) : 1-13. American Institute of Certified Public Accountants. 1988. Statement on auditing standards No. 59: the auditor's consideration of an entity's ability to continue as a going concern, New York: AICPA. Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta. Asare, S. K. 1992. The Auditor's Going Concern Decision: Interaction of Task Variables and The Sequential Processing of Evidence, The Accounting Review, Vol. 67, no. 2 (April), pp: 379-393. Ashton, A. H. 1991. Experience and Error Frequency Knowledge as Potential Determinants of Audit Expertise, The Accounting Review, Vol. 66, no. 2 (April), pp: 218-239.

perlu untuk meningkatkan tingkat keakuratan dalam pemberian opini going concern. Penemuan ini juga penting untuk mendorong arah riset akuntansi keperilakuan sebagai upaya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang akuntansi keperilakuan khususnya auditing untuk mempertimbangkan kompetensi individu yang meliputi pengalaman sebagai determinan penting dalam pertimbangan keputusan karena auditor akan dipercaya oleh masyarakat apabila memberikan keputusan yang tepat dalam membuat suatu keputusan dalam menjalani profesinya. Bedard, J., M.T.H. Chi., L.E.Graham., and J.Shanteau. 1993. Expertise in Auditing . Auditing: A Journal of Practice and Theory, Vol. 12 (Suppl.), pp: 21-57. Biggs.S.F., dan T.J.Mock. 1983. An Investigation of auditor decision process in the evaluation of internal control and audit scope decision, Journal of Accounting Review Biggs.S.F., W.F.Messier dan J.V.Hansen. 1987. A Descriptive analisys of computer audit specialist decision-making behavior in advanced computer environment, Auditing : A journal of Practice and Theory. Bonner.S.,R.Libby dan M.W.Nelson. 1996. Using decision aids to improve auditors conditional probability judgments, The Accounting Review. Bouwman,M.J. 1984. Expert vs Novice decision-making in accounting, Accounting organization, and society.

Boynton, W.C., R.N. Johnson., dan W.G. Kell. 2001. Modern Auditing. Seventh Edition. New York: John Wiley and Sons Inc. Budi, T.P. 2007. SPSS 13.0 Terapan : Riset Statistik Parametrik, Penerbit Andi, Yogyakarta Chen, K.C dan B.K. Church. 1992. Defaulth on Debt obligations and the Issuance of Going-Concern Report. Auditing: Journal Practice and Theory. Fall.p 30-49. Choi, Jong-Hag, CF Kim, JB Kim dan Yoonseok Zang. 2010. Audit Office Size, Audit Quality and Audit Pricing. Auditing: A Journal of Practice &Theory, Vol. 29, No. 1: 73 97 Cuccia, A. D dan G. A. McGill. 2000. The Role of Decision Strategies in Understanding Professionals' Susceptibility to Judgment Biases, Journal of Accounting Research, Vol. 38, no. 2 (Autumn), pp: 419-435. Deangelo, L.E. 1981. Auditor independence, lowballing, and disclosure regulation, Journal of Accounting and Economics: 113127. Dood, P., N. Dopuch, R Holthausen, dan R Letwich. 1984. Qualified Audit Opinions and Stock Prices: Information Content, Announcement dates, and concurrent Disclousure. Journals of accounting and Economics. April.p.431-454. Dopuch, Nicholas, R.W.Holthausen, dan R.W. Leftwich, 2004. Predicting audit qualification with financial and market variables, The Accounting Review, Vol. LXIII No.3: 117-128 Fanny, Margaretta dan Sylvia Saputra. 2005. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model

Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Study pada Emiten Bursa Efek Jakarta), Prosiding SNA VIII. Solo Francis, J., dan M.Yu. 2009. The Effect of Big Four Office Size on Audit Quality, The Accounting Review (September ), Vol. 84 No. 5: 15211552. Frederick, David M. 1991. Auditors' Representation and Retrieval of Internal Control Knowledge, The Accounting Review, Vol. 66, no. 2 (April), pp : 240-258. Fredrick.V.B.,H.Hoffman, dan R.Libby.1994. Structure of auditors knowledge of financial statement errors. Auditing: A journal of Practice & Theory. Geiger, Marshall dan D.V. Rama, 2006. Audit firm size and going concern reporting accuracy. Accounting Horizons, Vol. 20 No. 1: 1-17 Geiger, Marshall dan Raghunandan. 2002. Auditor Tenure and Audit Reporting Failures, Auditing: A Journal of Practice & Theory, Vol 21 No 1: 6778

Glover, S. M. 1997. The Influence of Time Pressure and Accountability on Auditors' Processing of Nondiagnostic Information, Journal of Accounting Research, Vol. 35, no. 2, (Autumn), pp : 213-226. Gosh, Aloke dan D.Moon. 2004. Auditor Tenure and Perceptions of Audit Quality, Journal of Business Finance and Accounting, (January/March): 209-247 Gujarati, D. 2003. Basic Econometrics.Fourth Edition. McGraw Hill. North America. Hackenbrack.K. 1992. Implications of seemingly irrelevant evidence in audit judgment, Journal of accounting Research. Haron, Hasnah., Bambang Hartadi., Mahfooz Ansari, dan Ishak Ismail. 2009. Factors influencing auditors going concern opinion. Asian Academy of Management Journal, Vol. 14 No.1: 1-19 Herliansyah, Yudhi dan Meifida Ilyas. Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Penggunaan Bukti tidak Relevan dalam auditor judgment, SNA, 2006: 5. Hoffman, Vicky B., Jennifer R. Joe dan Donald V. Moser. 2003. The Effect of Constrained Processing on Auditors Judgments, Accounting, Organizations and Society (28), pp. 699-714. Hoffman.V. dan Patton. 1997. Accountability, the Dilution effect, and conservatism in auditors fraud judgment, Journal of accounting Research. Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Penerbit

Salemba Empat. Ikatan Akuntan IndonesiaKompartemen Akuntan Publik (IAIKAP). 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Salemba Empat. Jakarta. Indriantoro, Nur., dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi ke-1. BPFE. Yogyakarta. Januarti, Indira, dan Ella Fitrianasari. 2008. Analisis rasio keuangan dan

pada auditee (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2000-2005). Jurnal Maksi, UNDIP Vol. 8 No. 1: 43-58. Kennedy, J. 1993. Debiasing Audit Judgment with Accountability: A Framework and Experimental Results, Journal of rasio Accounting Research, Vol. 31, non 2 (Autumn), no. pp: 231-245. keuangan yang Kida, T. 1984. The Impact of Hypothesismempengaruhi Testing Strategiesauditor on Auditor's use of Judgmental Data . Journal of dalam memberikan Accounting Research, Vol. 22, no. 1 opini (Spring), pp: 332-340. going concern

Koh, H.Chye, dan S.S.Tan, 1999. A neural network approach to the prediction of going concern status, Accounting and Business Research, Vol. 29 No. 3: 211-216 Komalasari, Argianti. 2004. Analisis pengaruh kualitas opini auditor dan proxy going concern terhadap opini auditor. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli: 1-14 Krishnan dan P.C. Schauer. 2000. The Differentiation of Quality among Auditors: Evidence from the Not-forProfit Sector. Auditing: A Journal of Practice & Theory, 19 (Fall):9-26. Krull, G., P.M.J,Reckers dan B. Wong-onWing. 1993. The Effect of Experience, Fraudulent Signals and Information Presentation Order on Auditors' Beliefs, Auditing: A Journal of Practice and Theory, Vol. 12, no. 2 (Fall), pp: 143-153. Lenard, M.Jane, P.Alam, dan D.Booth. 2000. An analysis of Fuzzy Clustering and a hybrid Model for Auditors Going Concern Assessment. Journal Decision Sciences (DSI). Fall. Vol. 31, Iss. 4, p. 861. Lennox, Clives. 1999. Are large auditors more accurate than small auditors? Accounting and Business Research, Vol. 29. No.3. pp. 217-227 Lesgold.A.H.Rubinson., P.Feltovich., R.Glaser., D.Klopfer dan Y. Wang,

1988. Expertise in a complex skill: Diagnostic x-ray pictures. The ature of expertise.Hill dale press. Libby, R. dan D.M. Frederick. 1990. Expertise and the Ability to explain audit Finding. Journal of Accounting Research. 28.pp. 348-367. Libby, R., dan K.T,Trotman. 1993. The Review Process as A Control for Differential Recall of Evidence in Auditor Judgments, Accounting, Organizations and Society, Vol. 18, no. 6 (June), pp: 559-574. Louwers, T. J. 1998. The Relation Between Going-Concern Opinions and The Auditors' Loss Function, Journal of Accounting Research, Vol. 36, no. 1 (Spring), pp : 143-156. Marshall, G.A., K. Raghunandan dan D. V. Rama. 1995. Reporting on Going Concern: Before and After SAS No. 59 . The CPA Journal, Vol. 65, no. 8 (August), pp. 52-53. Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasi Eksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 6 No. 1. Januari: 1-22 McKeown, J. M., J.F.Mutchler., W. Hopwood dan Timothy B. 1991. Towards an Explanation of Auditor Failure to Modify The Audit Opinions of Bankrupt Companies .

Auditing: A Journal of Practice and Theory, Vol. 10, pp: 1-13. Menon, Krishnagopal dan Kenneth B. Schwartz. 1987. An empirical investigation of audit qualification decision I presence of going concern uncertainties, Contemporary Accounting Research, Vol. 3 No. 2: 302-315 Mutchler, Jane F. 1984. Auditors' perceptions of the going-concern opinion decision. A Journal of Practice & Theory, Vol. 3. No. 2: 17 30. Mutchler, Jane F. 1986. Empirical evidence regarding the auditors going concern opinion decision. Auditing: A Journal of Practice & Theory, Vol. 6 N0. 1:148-163 Nelson.M.W, R.Libby dan S.E.Bonner, 1995. Knowledge structures and the estimation of conditional probabilities in audit planning. The Accounting Review. Phillips, F. 1999. Auditor Attention to and Judgments of Aggressive Financial Reporting . Journal of Accounting Research, Vol. 37, no. 1 (Spring), pp: 167-189. Putri dan Bandi. 2002. Pengaruh pengalaman dan dan pelatihan pada struktur pengetahuan auditor tentang kekeliruan, Simposium Nasional Akuntansi 5. Semarang.

Going Concern Judgments? The Accounting Review, Vol. 74, no. 4 (October), pp: 493-508. Ricchiute 1999. The Effect of Audit Seniors' Decisions on Working Paper Documentation and on Partners' Decisions . Accounting, Organizations and Society, Vol. 24 (February), pp: 155-171. Ricchiute, D. N. 1992. Working-Paper Order Effects and Auditors' GoingConcern Decisions, The Accounting Review, Vol. 67, no. 1 (January), pp: 46-58. Santoso,S. 2004. Spss Statistik multivariate, Elex media komputindo. Jakarta. Shelton, S. E. 1999. The Effect of Experience on The Use of Irrelevant Evidence in Auditor Judgment . The Accounting Review, Vol. 74, no. 2 (April), pp: 217-224. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (ed), 1995, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta. Smith, J. F., dan T. Kida. 1991. Heuristics and Biases: Expertise and Task Realism in Auditing . Psychological Bulletin, Vol. 109, Iss. 3 (May), pp: 472-489. Trotman, K. T., dan A.Wright. 1996. Recency Effects: Task Complexity, Decision Mode and Task-Specific Experience . Behavioral Research in Accounting, Vol.8, pp: 175-193.

Rau, S. E dan D.V. Moser. 1999. Does Performing Other Audit Tasks Affect

Trotman.K.T. 2000. Order Effects and Wong-on-Wing, B., J.H. Reneau dan S.G Recency: Where do we go from West. 1989. Auditors' Perception of here? Accounting and Finance, Vol. Management: Determinants and 40, pp: 169-182. Consequences, Accounting, Organizations and Society, Vol. 14, no. (5/6), pp: 577-590.