68
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI (Apium graveolens) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GASTER TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2020 METHANIL YELLOW Skripsi Oleh: Alandra Rizhaqi Vastra

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI

(Apium graveolens) TERHADAP GAMBARAN

HISTOPATOLOGI GASTER TIKUS PUTIH

(Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2020

METHANIL YELLOW

Skripsi

Oleh:

Alandra Rizhaqi Vastra

Page 2: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

ABSTRACT

EFFECTS OF CELERY LEAF EXTRACT (Apium graveolens)

ON GASTER HISTOPATHOLOGY OF WHITE RAT

(Rattus norvegicus) INDUCED BY

METHANIL YELLOW

By

ALANDRA RIZHAQI VASTRA

Background. Celery (Apium graveolens) is herb plant that can easily found in

Indonesia. Celery leaf extract has role as antiulcer in gaster damage and contains

D-limonene that has antiinflamatory and antioxidant properties. It could prevent the

damaging of gaster mucose that is caused by methanil yellow-free radical induced.

Objective. To find out the effect of the celery leaf extract on gaster histopathology

of the white mouse-induced methanil yellow.

Methods. This study is an experimental study with a post-test only control group

design, using 20 white rats which were divided into 5 groups: 2 control group

(positive and negative controls) and 3 treatment group. The study was conducted

for 30 days by administering celery leaf extract with multilevel doses and

administering 3000 mg/kgbw of methanil yellow once every day.

Results.The average of gaster histopathology score is K1=0.35; K2=1.45; P1=1.30;

P2=1.35; P3=1.20. Data were tested with Kruskal-Wallis test, followed by Mann-

Whitney test and there is significant mean difference between groups of K1-K2,

K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean difference between groups

of K2-P1, K2-P2, K2-P3, P1-P2, P2-P3.

Conclusion. There is no effect of celery leaf extract on gaster histopathology of

white rat-induced by methanil yellow.

Keywords: Celery leaf extract, gaster histopathology, methanil yellow

Page 3: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI

(Apium graveolens) TERHADAP GAMBARAN

HISTOPATOLOGI GASTER TIKUS PUTIH

(Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI

METHANIL YELLOW

Oleh

ALANDRA RIZHAQI VASTRA

Latar Belakang. Seledri (Apium graveolens) merupakan tanaman herba yang

mudah ditemukan di Indonesia. Ekstrak daun seledri diketahui memiliki sifat

antiulkus terhadap kerusakan gaster dan mengandung D-limonen yang memiliki

sifat antiinflamasi dan antioksidan. Kandungan tersebut mampu mencegah

kerusakan pada mukosa gaster yang diakibatkan oleh methanil yellow yang memicu

pembetukan radikal bebas dan merusak epitel gaster.

Tujuan. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun seledri terhadap gambaran

histopatologi gaster tikus putih yang diinduksi methanil yellow.

Metode Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan

desain post-test control group design, menggunakan 20 ekor tikus putih yang

terbagi menjadi 5 kelompok yaitu 2 kelompok kontrol (kontrol positif dan negatif)

dengan 3 kelompok perlakuan. Penelitian dilakukan selama 30 hari dengan

pemberian ekstrak daun seledri dengan dosis bertingkat dan pemberian methanil

yellow dengan dosis 3000 mg/kgBB setiap hari sekali selama 30 hari.

Hasil penelitian. Rerata skor histopatologi gaster yang didapatkan adalah

K1=0,35; K2=1,45; P1=1,30; P2=1,35; P3=1,20. Data diuji dengan uji Kruskal-

Wallis dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney dan didapatkan hasil yang bermakna

antara K1-K2, K1-P1, K1-P2, K1-P3 serta tidak ada perbedaan yang bermakna

antara K2-P1, K2-P2, K2-P3, P1-P2, P2-P3.

Simpulan. Pemberian ekstrak daun seledri tidak memiliki pengaruh yang bermakna

terhadap gambaran histopatologi gaster tikus putih yang diinduksi methanil yellow.

Kata Kunci: ekstrak daun seledri, histopatologi gaster, methanil yellow.

Page 4: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI

(Apium graveolens) TERHADAP GAMBARAN

HISTOPATOLOGI GASTER TIKUS PUTIH

(Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2020

METHANIL YELLOW

Oleh:

ALANDRA RIZHAQI VASTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Kedokteran

Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung

Page 5: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean
Page 6: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean
Page 7: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean
Page 8: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Padang, Sumatera Barat pada tanggal 22 Desember 1998,

merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Agung Puasatriyo dan

Ibu Mardalena.

Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Al-Irsyad Kota

Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2004. Pendidikan Sekolah Dasar (SD)

ditempuh di SDN 10 Tanah Lapang Kota Sawahlunto pada tahun 2004-2007, kemudian

menyelesaikan pendidikan SD di SDN 08 Lawang Kidul pada tahun 2010. Pendidikan

Sekolah Menengah Pertama (SMP) ditempuh di SMPN 1 Lawang Kidul pada tahun

2013 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) ditempuh di SMA Plus Negeri 17 Kota

Palembang Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2016.

Pada tahun 2016, Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Selama menjadi mahasiswa, Penulis terdaftar sebagai Asisten Dosen Anatomi tahun

2018-2019, berkontribusi dalam Pemilihan Umum Raya Fakultas Kedokteran 2017

sebagai Ketua Pelaksana. Selain itu, Penulis juga aktif dalam organisasi Forum Studi

Islam Ibnu Sina (FSI Ibnu Sina) sebagai Kepala Bidang Kesekretariatan dan

Kesejahteraan Masjid.

Page 9: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin

Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ’ala aali Muhammad

Kupersembahkan karyaku ini kepada Papa dan Mamaku

Tercinta Serta Abangku, Alchika Primavansa.

Page 10: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

SANWACANA

Segala puji kepada Allah SWT penulis ucapkan atas limpahan rahmat dan karunia-Nya

serta mencurahkan segala kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI

(Apium graveolens) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GASTER

TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI METHANIL YELLOW”

dan disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran di

Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Karomani, M.Si selaku rektor Universitas Lampung.

2. Dr. Dyah Wulan Sumekar RW, SKM., M.Kes selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung.

3. dr. Rizki Hanriko., S.Ked., Sp.PA selaku Pembimbing Utama yang telah

membimbing saya dengan sebaik-baiknya, menuntun dan mengajari saya

dalam banyak hal yang saya belum mengerti, terima kasih banyak atas waktu

Page 11: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

yang diberikan serta kesabaran dan banyak sekali ilmu yang diberikan

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. dr. Dwita Oktaria, S.Ked., M.Pd.Ked., selaku Pembimbing kedua yang telah

membimbing, mengajari dan memberikan dukungan dengan sebaik-baiknya

dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas nasihat serta kesabaran

yang diberikan dalam membimbing skripsi ini sehingga dapat terselesaikan

dengan baik.

5. dr. Waluyo Rudiyanto, S.Ked., M.Kes., selaku Pembahas Utama dalam skripsi

ini. Terima kasih sudah menjadi pembahas yang selalu memberikan

bimbingan, memberikan ilmu dan arahan pada setiap hal yang belum saya

ketahui, terima kasih atas dukungan sehingga saya dapat menjalani skripsi ini

dengan lancar.

6. dr. Anggraeni Janar Wulan, S.Ked., M.Sc., selaku Pembimbing Akademik

selama di FK Unila, terima kasih saya ucapkan atas bimbingan, perhatian,

saran, dan nasihat yang selalu diberikan.

7. Mas Bayu Putra DJ, S.Si., dan Ibu Nuriah A.Md., yang telah banyak membantu

selama proses penelitian. Terima kasih atas bimbingan, nasihat dan dukungan

yang telah diberikan serta kesediaannya dalam membantu saya dan teman-

teman selama penelitian.

8. Seluruh dosen FK Unila yang telah memberikan ilmu pengetahuan, dukungan

serta nasihat selama penulis menempuh pendidikan dokter.

9. Kepada Papa, Mama serta Abang yang selalu memberikan dukungan baik

moral maupun materi pada setiap langkah saya. Terima kasih Mama atas setiap

Page 12: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

doa, perhatian dan kasih yang tulus serta saran yang berharga dalam

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih Papa atas nasihat dan dukungan serta

telah bekerja keras untuk memenuhi segala kebutuhan dalam perkuliahan ini.

Terimakasih Abang atas semangat dan motivasi yang diberikan.

10. Kepada keluarga besar, terima kasih banyak atas segala doa, dukungan, rasa

percaya dan harapan yang begitu tinggi yang telah diberikan.

11. Kepada sahabat saya, Mira Yustika Susilo yang selalu membantu dan

mendukung dalam segala hal selama perkuliahan dan khususnya dalam

penelitian ini. Terima kasih atas waktu dan bantuan yang begitu besar untuk

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

12. Kepada sahabat saya, Alif Fernanda Putra yang selalu setia menemani sejak

awal perkuliahan dan membantu dalam segala hal. Terima kasih telah menjadi

sahabat yang baik dan memberikan dukungan, motivasi, dan kebersamaan

selama perkuliahan dan penelitian.

13. Kepada sahabat saya, Neema Putri Prameswari yang selalu menemani dan

memberikan nasihat dan motivasi selama perkuliahan. Terima kasih untuk

selalu menjadi teman dan menjadi pendengar yang baik serta mendukung

penulis dalam menyelesaikan skripsi.

14. Kepada sahabat saya, Bagus Pratama yang selalu setia menemani serta

membantu dalam segala hal. Terima kasih atas kehadiran, motivasi, dan

bantuan selama perkuliahan ini.

Page 13: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

15. Kepada teman-teman satu tim penelitian yaitu Alif, Reza dan Ayu. Terima

kasih karena telah menjadi tim terbaik dengan saling membantu dan bekerja

sama untuk menyelesaikan penelitian ini.

16. Kepada rekan dalam perkuliahan, Bagas Mukti, Ian Ivantirta, Jeffrey Surya

dan Arif Naufal yang telah hadir dan selalu memotivasi selama berjuang di

fakultas kedokteran, terimakasih untuk selalu ada menemani kehidupan

penulis sehari-hari.

17. Seluruh rekan animal house yang telah berjuang bersama merawat tikus-tikus,

berbagi suka dan duka selama penelitian.

18. Seluruh rekan FK Unila angkatan 2016 Trigeminus atas kebersamaan,

dukungan, semangat dan kerja samanya selama ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak keterbatasan dan

masih jauh dari kesempurnaan. Namun, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

berguna dan bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Bandar Lampung, Februari 2020

Penulis,

Alandra Rizhaqi Vastra

.

Page 14: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi

1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5

1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5

1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5

1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti .......................................................................... 5

1.4.2. Manfaat Bagi Pembaca ....................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

......................................................................................................... 6

2.1.1. Anatomi Gaster ................................................................................... 6

2.1.2. Fisiologi Gaster ................................................................................... 8

2.1.3. Histologi Gaster ................................................................................ 10

2.1.4. Gastritis ............................................................................................. 14

2.2. Methanil Yellow ....................................................................................... 16

2.2.1. Definisi Methanil Yellow .................................................................. 16

2.2.2. Efek Methanil Yellow Terhadap Gaster ............................................ 18

2.3. Seledri (Apium graveolens) ..................................................................... 20

2.3.1. Karakteristik Seledri (Apium graveolens) ........................................ 20

2.3.2. Efek Seledri (Apium graveolens) Terhadap Gaster .......................... 22

2.4. Tikus (Rattus norvegicus)........................................................................ 24

2.5. Kerangka Teori ........................................................................................

2.1. Gaster

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ..........................................................................................

25

Page 15: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

ii

2.6. Kerangka Konsep ....................................................................................

28

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 28

3.3. Penetuan Populasi dan Sampel ................................................................

..............................................................................

.........................................................................

.........................................................................

..................................................................................

................................................

.........................................................................

45

4.1.1. Gambaran Histopatologi Gaster ........................................................

53

27

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian ........................................................................................

27

2.7. Hipotesis ..................................................................................................

29

3.3.1. Populasi ............................................................................................. 29

3.3.2. Sampel Penelitian 29

3.3.3. Kelompok Perlakuan 30

3.3.4. Kriteria Inklusi .................................................................................. 31

3.3.5. Kriteria Eksklusi................................................................................ 32

3.4. Bahan dan Alat Penelitian ....................................................................... 32

3.4.1. Bahan Penelitian............................................................................... 32

3.4.2. Bahan Kimia..................................................................................... 32

3.4.3. Perangkat Penelitian 32

3.5. Prosedur Penelitian 34

3.5.1. Adaptasi Tikus ................................................................................. 34

3.5.2. Prosedur Pemberian Akuades .......................................................... 34

3.5.3. Prosedur Pemberian Methanil Yellow .............................................. 34

3.5.4. Prosedur Pemberian Ekstrak Seledri 35

3.5.5. Prosedur Penelitian........................................................................... 36

3.5.6. Alur Penelitian ................................................................................. 41

3.6. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel ........................ 42

3.6.1. Identifikasi Variabel 42

3.6.2. Definisi Operasional......................................................................... 43

3.7. Analisis Data ........................................................................................... 43

3.8. Ethical Clearence .................................................................................... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian .......................................................................................

49

4.2. Pembahasan .............................................................................................

45

4.1.2. Analisis Histopatologi Epitel Gaster ................................................

Page 16: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

iii

.............................................................................................. 61

5.2. Saran ........................................................................................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 17: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

DAFTAR TABEL

1. Data Molekul Methanil Yellow ............................................................... 17

2. Taksonomi Seledri (Apium graveolens) .................................................. 20

3. Kandungan Ekstrak Seledri ..................................................................... 23

4. Taksonomi Tikus (Rattus norvegicus) .................................................... 24

5. Sifat Biologis Tikus (Rattus norvegicus) ................................................ 25

6. Definisi Operasional Variabel ................................................................. 42

7. Persentase Penurunan Rerata Skor Histopatologi Gaster ........................ 49

8. Uji Normalitas Saphiro-Wilk ................................................................... 51

9. Hasil Analisa Kruskal-Wallis .................................................................. 52

10. Hasil Uji Mann-Whitney .......................................................................... 53

Page 18: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

DAFTAR GAMBAR

1. Anatomi Gaster .......................................................................................... 7

2. Histologi Gaster ....................................................................................... 13

3. Struktur Kimia Methanil Yellow .............................................................. 17

4. Kerangka Teori ........................................................................................ 26

5. Kerangka Konsep .................................................................................... 26

6. Diagram Alur Penelitian .......................................................................... 40

7. Gambaran Histopatologi Gaster Kelompok K1 Perbesaran 400x ........... 46

8. Gambaran Histopatologi Gaster Kelompok K2 Perbesaran 400x ........... 46

9. Gambaran Histopatologi Gaster Kelompok P1 Perbesaran 400x............ 47

10. Gambaran Histopatologi Gaster Kelompok P2 Perbesaran 400x............ 48

11. Gambaran Histopatologi Gaster Kelompok P3 Perbesaran 400x............ 49

12. Grafik Skor Gambaran Histopatologi Gaster .......................................... 50

Page 19: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Etika Penelitian

Lampiran 2. Hasil Pemeriksaan Histopatologi Gaster Tikus

Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan Penelitian

Page 20: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan adalah salah satu kebutuhan primer manusia. Berbagai jenis

makanan dijual bebas di pasaran dengan berbagai rasa, bentuk maupun rupa.

Untuk meningkatkan mutu produk makanan, diperlukan penambahan bahan

tambahan atau zat aditif ke dalam makanan. Zat aditif makanan merupakan

senyawa atau campuran yang ditambahkan ke dalam makanan dan terlibat

dalam proses pengolahan, pengemasan, atau penyimpanan dan bukan

merupakan bahan utama. Zat aditif makanan dapat berupa pewarna, penyedap

rasa dan aroma, pengawet, pemanis atau pengental (Winarno, 1992).

Pewarna makanan adalah suatu zat yang ditambahkan pada makanan yang

dapat memberikan atau memperbaiki warna makanan (Menteri Kesehatan

Republik Indonesia, 2012). Menurut Cahyadi (2009), pewarna makanan

merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam makanan yang dapat

memperbaiki penampilan makanan agar menarik, menstabilkan warna, serta

dapat mempertahankan warna makanan selama proses pengolahan dan

penyimpanan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor: 239/Menkes/Per/V/1985 tentang zat warna tertentu yang dinyatakan

Page 21: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

2

sebagai bahan berbahaya terdapat 30 zat pewarna yang dilarang untuk

digunakan sebagai bahan tambah pangan. Salah satu contoh dari zat pewarna

yang penggunaannya terlarang untuk digunakan sebagai pewarna makanan

adalah methanil yellow yang lazimnya digunakan sebagai pewarna tekstil

(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Perilaku pedagang makanan

yang menggunakan methanil yellow sebagai pewarna makanan dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu harga methanil yellow lebih murah dibandingkan

pewarna makanan, mudahnya mendapatkan methanil yellow, rendahnya

pengetahuan pedagang makanan mengenai bahaya methanil yellow jika

dikonsumsi, serta pengawasan BPOM terhadap penjualan makanan kurang

ketat dan tidak berkala (Zuraida et al., 2017).

Methanil yellow adalah zat pewarna sintetis yang lazim digunakan dalam

industri tekstil dan cat. Methanil yellow merupakan pewarna azo yang juga

digunakan sebagai indikator keasaman dan kepentingan penelitian lainnya.

Jika dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh, zat pewarna industri ini dapat

mengiritasi saluran pencernaan. Methanil yellow menyebabkan kerusakan

jaringan melalui mekanisme stres oksidatif. Methanil yellow mengganggu

sistem antioksidan alami tubuh dan menginduksi pembentukan radikal bebas.

Methanil yellow dapat menyebabkan gangguan pada sistem fisiologis tubuh

dan berdampak fatal bagi kesehatan (Ghosh et al., 2017). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Sarkar dan Ghosh (2012), tikus putih (Rattus

norvegicus) yang diberikan paparan methanil yellow yang dicampurkan pada

diet selama 30 hari menghasilkan adanya gambaran patologis berupa

Page 22: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

3

kerusakan jaringan pada organ-organ yaitu usus, gaster, hepar dan ginjal. Pada

gaster, kerusakan yang diakibatkan oleh paparan methanil yellow berupa

gambaran degenerasi epitel gaster disertai hipersekresi mukus. Selain itu,

didapatkan juga nekrosis pada sel-sel epitel kolumnar dan erosi pada kelenjar

gastrika. Kerusakan gaster yang ditimbulkan oleh paparan zat toksik secara

terus-menerus dapat berupa gastritis dan tukak peptik (Anjasmara et al.,

2017).

Gastritis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain bakteri, jamur, dan

zat pewarna industri yang bersifat toksik bagi tubuh (Sudoyo et al., 2014;

Anjasmara et al., 2017). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatera Barat tahun 2017, gastritis menempati peringkat kedua dari 10

Penyakit Terbanyak di Provinsi Sumatera Barat dengan jumlah kasus

sebanyak 285.282 atau 15,8% dari seluruh kasus (Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatera Barat, 2018). Gastritis dapat diobati dengan beberapa terapi, baik

dengan menggunakan obat-obatan kimia maupun pengobatan tradisional

(Sudoyo et al., 2014; Poojitha et al., 2016). Salah satu tanaman herba yang

kerap digunakan sebagai pengobatan tradisional terhadap gastritis adalah

seledri (Al-Howiriny et al., 2010).

Seledri (Apium graveolens) adalah tumbuhan herba yang dapat digunakan

sebagai bahan dalam memasak. Seledri merupakan tanaman herba aromatik

yang seluruh bagiannya dapat digunakan, memiliki rasa yang pahit dengan

aroma yang harum. Seledri juga digunakan sebagai obat yang diyakini

Page 23: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

4

memiliki efek untuk menurunkan proses peradangan, terutama pada gangguan

gaster dan ginjal. Menurut Al-Howiriny et al. (2010), seledri diketahui

memiliki efek antiulkus terhadap lesi pada gaster. Seledri secara signifikan

menurunkan intensitas ulserasi gaster. Seledri mengandung sekitar 60% D-

limonen yang memiliki sifat antiinflamasi dan antioksidan (Kooti et al., 2014;

Yu et al., 2017). Selain itu, daun seledri juga mengandung flavonoid yang

bertindak sebagai antioksidan yang bekerja untuk menangkal radikal bebas

(Kooti et al., 2014; Banjarnahor dan Artanti, 2015).

Kandungan seledri (Apium graveolens) berupa D-limonen dan flavonoid yang

dapat bertindak sebagai antioksidan dan antiinflamasi serta memberikan

pengaruh dalam menurunkan intesitas ulserasi pada gaster sehingga seledri

memiliki potensi untuk digunakan untuk mencegah kerusakan pada gaster

(Al-Howiriny et al., 2010; Kooti et al., 2014; Yu et al., 2017). Berdasarkan

latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh

pemberian ekstrak daun seledri (Apium graveolens) terhadap gambaran

histopatologi gaster tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi methanil

yellow.

Page 24: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah

yaitu: Apakah terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun seledri (Apium

graveolens) terhadap gambaran histopatologi gaster tikus putih (Rattus

norvegicus) yang diinduksi methanil yellow?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak

daun seledri (Apium graveolens) terhadap gambaran histopatologi gaster tikus

putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi methanil yellow.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Penelitian Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan peneliti dan sebagai penerapan keilmuan yang

telah dipelajari selama pendidikan kedokteran dasar.

1.4.2 Manfaat Penelitian Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam mengungkapkan

pengaruh pemberian ekstrak daun seledri (Apium graveolens) terhadap

kerusakan histologis gaster yang diberi paparan methanil yellow

sehingga kerusakan gaster pada masyarakat akibat konsumsi makanan

terpapar methanil yellow dapat dikurangi.

Page 25: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gaster

2.1.1. Anatomi Gaster

Traktus gastroinstestinal berlanjut turun dari esofagus menuju organ

yang disebut gaster. Gaster terletak pada kuadran kiri atas dari cavitas

peritoneal, biasanya berada di antara tulang vertebra T7 sampai tulang

vertebra L3. Ukuran gaster bervariasi pada setiap individu, namun pada

orang dewasa ukuran panjang gaster berkisar antara 15 cm hingga 25

cm. Diameter dan volume gaster sangat bergantung dari seberapa

banyak makanan yang berada di dalamnya. Pada kondisi kosong, gaster

memiliki volume sekitar 50 mL dan volumenya akan terus bertambah

ketika terisi makanan hingga pada kondisi terisi penuh gaster dapat

menampung hingga 4 L. Ketika gaster tak terisi, gaster akan seolah

mengecil dan mengerut ke dalam sehingga mukosa bagian dalam gaster

akan berlipat membentuk lipatan-lipatan yang disebut rugae gaster.

(Martini et al., 2012; Marieb dan Hoehn, 2013)

Gaster dapat dibagi menjadi 4 bagian: kardia, fundus, korpus, dan

pilorus. Kardia merupakan bagian terkecil dari gaster, meliputi bagian

Page 26: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

7

superior dan medial dari pertemuan antara gaster dan esofagus. Kardia

memiliki kelenjar mukus yang berlimpah yang menghasilkan sekret

yang melapisi dinding dalam pertemuan antara gaster dan esofagus dan

berperan melindungi esofagus dari enzim dan asam lambung. Bagian

kedua yaitu fundus, meliputi bagian superior dari pertemuan antara

esofagus dan gaster. Fundus bersentuhan langsung dengan bagian

inferior dan posterior permukaan diafragma (Martini et al., 2012).

Gambar 1. Anatomi Gaster (Tortora dan Derrickson, 2012)

Korpus adalah bagian di antara fundus dan pilorus dan merupakan

bagian terbesar pada gaster. Korpus bertindak sebagai tempat

pencampuran makanan yang akan dicerna bersama sekret gaster.

Kelenjar-kelenjar gastrika pada area fundus dan korpus mensekresikan

sebagian besar asam lambung dan enzim yang diperlukan dalam digesti

gaster. Bagian terbawah dan akhir pada gaster adalah pilorus. Pilorus

Page 27: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

8

terbagi menjadi dua bagian yaitu antrum pilori, yang berhubungan

dengan korpus gaster, dan kanal pilori yang akan menyalurkan kimus

menuju duodenum, bagian proximal dari usus halus (Martini et al.,

2012).

2.1.2. Fisiologi Gaster

Gaster memiliki fungsi motorik yaitu sebagai tempat penyimpanan

makanan sebelum dicerna, fungsi sebagai mencampurkan makanan

dengan sekresi gaster berupa asam lambung dan enzim-pencernaan dan

membentuk suatu campuran setengah padat berbentuk pasta yang

disebut kimus, serta fungsi pengosongan gaster pada kecepatan yang

sesuai untuk menyalurkan kimus dari gaster menuju duodenum (Guyton

dan Hall, 2008).

Dalam keadaan normal, ketika gaster terisi dan meregang, refleks

vasovagal yang berjalan dari gaster menuju batang otak dan kemudian

kembali ke gaster akan mengurangi tonus di dalam dinding otot korpus

gaster sehingga dinding menonjol keluar secara progresif, sehingga

gaster dapat menampung jumlah makanan hingga suatu batas saat gaster

berelaksasi sempurna, yaitu 0,8-1,5 L. Tekanan dalam gaster tetap

rendah hingga batas ini tercapai (Guyton dan Hall, 2008).

Beberapa menit setelah makanan masuk ke gaster, gelombang gerakan

peristaltik akan bekerja pada gaster setiap 15 hingga 25 detik.

Page 28: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

9

Gelombang ini mencampurkan makanan dan cairan sekresi kelenjar

gaster, dan mengubahnya menjadi pasta cair yang disebut kimus. Ketika

pencernaan berlangsung di gaster, gelombang peristaltik yang lebih kuat

dimulai pada korpus gaster dan akan semakin intensif saat mencapai

pilorus (Tortora dan Derrickson, 2012).

Ketika makanan mencapai pilorus, secara berkala gelombang peristaltik

akan mendorong sekitar 3 mL kimus menuju duodenum melalui sfingter

pilori, sebuah fenomena yang dikenal sebagai pengosongan gaster.

Sebagian besar kimus akan terdorong kembali ke dalam korpus gaster

sehingga terjadi pencampuran kembali kimus di dalam gaster. Gerakan

maju dan mundur dari isi gaster berperan besar untuk pencampuran

makanan di gaster. Makanan dapat tetap berada di fundus selama satu

jam tanpa bercampur dengan asam lambung. Selama waktu ini,

pencernaan oleh amilase terus berlanjut. Segera setelah sekeresi gaster

dihasilkan, terjadi proses pembentukan kimus oleh gaster dan

menonaktifkan amilase dan mengaktifkan lipase yang mulai mencerna

trigliserida menjadi asam lemak dan digliserida (Tortora dan

Derrickson, 2012).

Meskipun sel parietal mensekresi ion hidrogen (H+) dan ion klorida

(Cl-) secara terpisah ke lumen gaster, hasil akhir dari sekresi tersebut

adalah sekresi asam hidroklorida (HCl). Pompa proton yang didukung

oleh H+ / K+ ATPase mengangkut H+ ke dalam lumen sambil membawa

Page 29: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

10

ion kalium (K+) ke dalam sel. Pada saat yang sama, Cl- dan K+ berdifusi

ke lumen melalui kanal Cl- dan K+ di membran apikal. Enzim karbonat

anhidrase, yang sangat banyak dalam sel parietal, mengkatalisis

pembentukan asam karbonat (H2CO3) dari air (H2O) dan karbon

dioksida (CO2). Ketika asam karbonat terdisosiasi, proses ini

menyediakan sumber H+ untuk pompa proton dan juga menghasilkan

ion bikarbonat (HCO3-). Ion bikarbonat yang terbentuk di sitosol akan

keluar dari sel parietal dan bertukar dengan Cl- melalui antiporter Cl- /

HCO3- pada embol basolateral. HCO3

- kemudian akan berdifusi ke

kapiler darah terdekat (Tortora dan Derrickson, 2012).

2.1.3. Histologi Gaster

Gaster merupakan organ berongga yang secara anatomis terletak di

antara esofagus dan usus halus. Terdapat perubahan mendadak jenis

epitel pada pertemuan antara esofagus dan gaster, yaitu dari epitel

berlapis gepeng esofagus menjadi epitel selapis silindris gaster. Pada

permukaan luminal gaster terdapat lubang-lubang kecil yang disebut

foveola gastrika (gastric pit). Foveola gastrika dibentuk oleh epitel

luminal yang berinvaginasi ke lamina propria jaringan ikat mukosa di

bawahnya. Lapisan submukosa yang terdiri dari jaringan ikat padat yang

terdapat di bawah mukosa gaster, mengandung banyak pembuluh darah

dan saraf. Berbeda dengan esofagus dan usus halus yang hanya memiliki

dua lapisan dinding otot tebal, muskularis eksterna gaster terdiri atas tiga

Page 30: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

11

lapisan. Bagian luar luar gaster dilapisi oleh lapisan serosa atau

peritoneum viseral (Eroschenko, 2008).

Secara umum, histologis gaster dibagi menjadi empat daerah yaitu

kardia, fundus, korpus, dan pilorus. Namun, struktur bagian fundus dan

korpus identik secara mikroskopis sehingga hanya tiga daerah yang

dapat dikenali secara histologis. Mukosa dan submukosa gaster yang

kosong memperlihatkan lipatan-lipatan memanjang yang dikenal

sebagai rugae, yang akan mendatar bila gaster terisi makanan

(Eroschenko, 2008; Mescher, 2016).

Mukosa gaster terdiri atas epitel permukaan yang berlekuk ke dalam

lamina propria dengan kedalaman yang bervariasi, dan membentuk

sumur-sumur gaster (foveola gastrika). Dalam foveola gastrika terdapat

kelenjar tubular bercabang yang khas untuk setiap bagian gaster

(kardiak, korpus dan pilorus). Lamina propria yang tervaskularisasi dan

mengelilingi serta menunjang foveola dan kelenjar tersebut

mengandung serabut otot polos dan sel limfoid. Suatu lapisan otot polos

yang memisahkan mukosa dari submukosa di bawahnya adalah disebut

mukosa muskularis (Mescher, 2016).

Jika diamati dengan pembesaran lemah, pada permukaan lumen gaster

akan tampak banyak invaginasi kecil melingkar atau lonjong di lapisan

epitel. Invaginasi ini adalah muara foveola gastrika. Epitel yang

Page 31: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

12

menutupi permukaan dan melapisi lekukan-lekukan tersebut adalah

epitel selapis silindris, dan selnya menghasilkan lapisan mukus

protektif. Glikoprotein yang disekresi sel-sel epitel mengalami hidrasi

dan bercampur dengan lipid dan ion bikarbonat juga dilepaskan dari

epitel tersebut untuk membentuk suatu lapisan gen hidrofobik kental

dengan gradien nilai pH 1 pada permukaan lumen dan pada sel epitel

memiliki nilai pH 7 (Mescher, 2016).

Asam hidroklorida, pepsin, lipase, dan empedu dalam lumen gaster

harus dianggap sebagai agresor endogen yang potensial di lapisan epitel.

Mukus yang melekat erat pada permukaan epitel sangat efektif untuk

melindungi, sementara lapisan mukus pada permukaan lumen lebih larut

dan sebagian tercerna oleh pepsin serta bercampur dengan isi lumen. Sel

epitel permukaan juga membentuk lini pertahanan yang penting berkat

produksi mukusnya, taut antarselnya dan pengangkut ion yang

mempertahankan pH intrasel dan produksi bikarbonat. Lini pertahanan

ketiga adalah jalinan sirkulasi di bawahnya yang menyediakan ion

bikarbonat nutrien dan oksigen ke sel-sel mukosa, sambil

menghilangkan produk metabolik beracun. Sejumlah besar

vaskularisasi juga menunjang penyembuhan luka superfisial secara

cepat pada mukosa (Mescher, 2016).

Kardia adalah suatu pita melingkar yang sempit dengan lebar 1,5-3 cm,

pada peralihan antara esofagus dan gaster. Pilorus merupakan regio

Page 32: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

13

berbentuk terowongan yang terbuka ke dalam usus halus. Mukosa kedua

regio tersebut mengandung kelenjar tubular yang biasanya bercabang

dengan bagian sekretorik bergelung yang disebut kelenjar kardia dan

kelenjar pilorus. Celah yang bermuara ke dalam kelenjar tersebut

berukuran lebih panjang di pilorus. Di kedua regio tersebut, kelenjar ini

menyekresikan banyak mukus dan lisozim, suatu enzim yang

menyerang dinding bakteri (Mescher, 2016).

Lamina propria mukosa pada daerah fundus dan korpus dipenuhi

kelenjar gastrik tubular bercabang, dan kelenjar-kelenjar tersebut

mengeluarkan isinya ke dalam dasar foveola gastrika. Setiap kelenjar

gastrik memiliki bagian isthmus, leher dan bagian dasar. Distribusi sel-

sel epitel dalam kelenjar gastrika tidak tersebar merata. Bagian isthmus

yang berada di dekat sumur gastrika, mengandung sel-sel mukosa

berdiferensiasi dan bermigrasi menggantikan sel mukosa permukaan,

sedikit sel punca yang tidak terdiferensiasi, dan sel parietal (oksintik).

Bagian leher kelenjar terdiri atas sel-sel punca, sel leher mukosa

(berbeda dari sel mukosa isthmus), dan sel parietal. Dasar kelenjar

mengandung sel parietal dan sel zimogen (chief cell). Berbagai sel

enteroendokrin tersebar di bagian leher dan dasar kelenjar (Mescher,

2016).

Page 33: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

14

Gambar 2. Histologi Gaster (Mescher, 2016)

2.1.4. Gastritis

Gaster secara fisiologis memiliki mekanisme untuk melindungi dan

menjaga integritas lumen gaster yang sering terpapar asam klorida

ketika terjadi proses pencernaan. Mekanisme protektif pada lumen

gaster yaitu dengan mensekresikan mukus yang membentuk lapisan

pada epitel gaster dan memiliki pH netral akibat sekresi ion bikarbonat

oleh sel-sel epitel. Vaskularisasi yang kaya pada gaster juga melindungi

jaringan gaster dengan menyuplai oksigen, bikarbonat, dan zat nutrien

ke jaringan gaster. Adanya gangguan dalam mekanisme perlindungan

gaster akan menimbulkan peradangan yang salah satunya adalah

gastritis (Nisa, 2018).

Page 34: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

15

Gastritis merupakan suatu proses peradangan yang terjadi pada mukosa

dan submukosa gaster. Proses inflamasi atau peradangan yang terjadi

dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya yaitu akibat infeksi dan

iritasi zat-zat iritan. Infeksi bakteri Helicobacter pylori merupakan

penyebab gastritis yang paling sering terjadi pada negara berkembang.

Infeksi oleh bakteri Helicobacter pylori di negara berkembang

memperlihatkan prevalensi yang tinggi baik pada anak-anak atau orang

dewasa. Pada awal infeksi oleh kuman Helicobacter pylori mukosa

gaster akan menunjukkan respon inflamasi akut. Secara endoskopik

sering tampak sebagai erosi dan tukak atau lesi hemoragik (Sudoyo et

al., 2014).

Terdapat beberapa jenis virus yang dapat menginfeksi mukosa gaster

misalnya enteric rotavirus dan calicivirus. Kedua jenis virus tersebut

dapat menimbulkan gastroenteritis, tetapi secara histopatologi tidak

spesifik. Hanya cytomegalovirus yang dapat menimbulkan gambaran

histopatologi yang yang khas infeksi cytomegalovirus pada gaster

biasanya merupakan bagian dari infeksi pada banyak organ lain,

terutama pada organ muda dan immunocompromised (Sudoyo et al.,

2014).

Jamur spesies Candida, Histoplasma capsulatum dan Mukonaceae

dapat menginfeksi mukosa gaster hanya pada pasien

immunocompromized. Pasien yang sistem imunnya baik biasanya tidak

Page 35: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

16

dapat terinfeksi oleh jamur. Sama seperti infeksi akibat jamur, mukosa

gaster bukan tempat yang mudah terkena infeksi parasit (Sudoyo et al.,

2014). Obat anti-inflamasi nonstreroid (OAINS) merupakan penyebab

gastritis yang amat penting. Gastritis akibat OAINS bervariasi sangat

luas, dari hanya berupa keluhan nyeri uluhati sampai pada tukak peptik

dengan komplikasi perdarahan saluran cerna bagian atas (Sudoyo et al.,

2014).

Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksan endoskopi dan

histopatologi. Sebaiknya biopsi dilakukan secara sistematis dengan

mencantumkan topografi. Gambaran endoskopi yang dapat dijumpai

adalah eritema, eksudatif, flat-erosion, raised erosion, perdarahan,

edematous rugae. Perubahan-perubahan histopatologi selain

menggambarkan perubahan morfologi sering juga dapat

menggambarkan poses yang mendasari. Perubahan-perubahan yang

terjadi berupa degradasi epitel, hiperplasia foveolar, infiltrasi netrofil,

inflamasi sel mononuklear, folikel limfoid, atropi, metaplasia intestinal,

hiperplasia sel endokrin, kerusakan sel parietal (Sudoyo et al., 2014).

2.2. Methanil Yellow

2.2.1. Definisi Methanil Yellow

Methanil yellow adalah pewarna sintetis yang digunakan pada industri

tekstil, kertas dan cat. Pewarna ini berbentuk serbuk atau padat yang

berwarna kuning kecoklatan. Methanil yellow bersifat larut dalam air

Page 36: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

17

dan alkohol, agak larut dalam benzene dan eter, serta sedikit larut dalam

aseton (Shofa dan Ismail, 2014). Zat warna sintetis methanil yellow

memiliki rumus kimia C18H14N3O3SNa dengan struktur kimia methanil

yellow dapat dilihat pada Gambar 3. Data molekul methanil yellow dapat

dilihat pada Tabel 1.

Gambar 3. Struktur Kimia Methanil Yellow (Pubchem, 2019)

Tabel 1. Data Molekul Methanil Yellow

Keterangan Penjelasan

Berat molekul 375,38 g/mol

Rumus molekul C18H14N3O3SNa

Nomor CAS 587-98-4

RTECS DB7329500

Merek index 14.5928

pH 1,2 - 2,3

Titik leleh >250oC

Golongan Dyes, azo

Kelarutan Larut dalam air, alkohol, sedikit larut dalam benzene,

dan agak larut dalam aseton

Sinonim 3-[[4(Phenylamino)Phenyl]Azo] Benzene Sulfonic Acid

Monosodium Salt; Acid Yellow 36

Sumber: (Pubchem, 2019)

Methanil yellow merupakan salah satu pewarna azo yang telah dilarang

digunakan dalam pangan (BPOM RI, 2013). Pelarangan tersebut

dikarenakan jika zat pewarna azo methanil yellow tertelan dapat

Page 37: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

18

menyebabkan iritasi saluran cerna. Selain itu, senyawa ini dapat pula

menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, demam, lemah, dan

hipotensi. Dampak yang terjadi akibat penggunaan zat pewarna

methanil yellow dapat berupa iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada

kulit, iritasi pada mata, dan bahaya kanker pada kandung kemih. Apabila

tertelan dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, demam,

dan hipotensi. Bahaya lebih lanjut yakni menyebabkan kanker pada

kandung dan saluran kemih. Penyalahgunaan pewarna methanil yellow

pada makanan antara lain pada produk mie, kerupuk dan jajanan lain

yang berwarna kuning mencolok berpendar (Ghosh et al., 2017; Zuraida

et al., 2017).

Methanil yellow dapat bersifat toksik dan mengganggu berbagai sistem

fisiologis tubuh. Methanil yellow akan berbahaya bila diserap oleh usus

bersama makanan yang dicerna dan masuk ke dalam aliran darah.

Methanil yellow yang merupakan zat kimia bersifat toksik mengalir

dalam sistem perdarahan dan mencapai berbagai organ dan

mengintervensi berbagai proses metabolik seluler. Methanil yellow

dapat menyebabkan stres oksidatif pada berbagai organ vital seperti

jantung, hepar, gaster, dan ginjal (Sarkar dan Ghosh, 2012)

2.2.2. Efek Methanil Yellow Terhadap Gaster

Methanil yellow dapat langsung masuk ke dalam sistem pencernaan

ketika individu mengkonsumsi makanan yang terpapar zat pewarna azo

Page 38: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

19

tersebut. Methanil yellow dapat menimbulkan gastrotoksisitas,

hepatotoksisitas, dan merusak usus. Methanil yellow yang dicerna oleh

tubuh akan menganggu sistem antioksidan alami yang dimiliki tubuh

dan memicu pembentukan radikal bebas. Methanil yellow dapat

menyebabkan kerusakan jaringan melalui mekanisme stres oksidatif.

Pada penelitian yang menggunakan ikan (Heteropneustes fossilis)

sebagai objek penelitian didapatkan bahwa paparan methanil yellow

menyebabkan kerusakan lipatan gaster, menghancurkan sel-sel epitel,

hilangnya microridge dari membran plasma apikal, dan fragmentasi.

Methanil yellow juga menyebabkan erosi dan degenerasi pada kelenjar

gastrika (Ghosh et al., 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Shofa dan Ismail (2014) mengenai

pengaruh pemberian methanil yellow peroral dosis bertingkat selama

30 hari terhadap gambaran histopatologi gaster mencit (Mus musculus)

balb/c didapatkan hasil bahwa pemberian methanil yellow peroral

dengan dosis 1050 mg/kgBB/hari, 2100 mg/kgBB/hari, dan 4200

mg/kgBB/hari memberikan perbedaan gambaran histopatologi pada

gaster mencit yang bervariasi mulai dari deskuamasi epitel hingga

nekrosis jaringan gaster mencit (Mus musculus).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sarkar dan Ghosh (2012)

mengenai perubahan gambaran histopatologis organ-organ pencernaan

tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberi paparan methanil yellow

Page 39: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

20

dengan dosis 3000 mg/kgBB/hari selama 30 hari didapatkan hasil

bahwa methanil yellow dapat merusak jaringan gaster. Oleh karena

sifat toksisitas dari zat pewarna sintetis methanil yellow, lapisan

epitelium gastrika mengalami degenerasi dan terjadi hipersekresi

mukus di atas lapisan tersebut. Nekrosis juga terjadi pada sel-sel epitel

kolumnar dari gaster. Ditemukan erosi dan degenerasi pada kelenjar-

kelenjar gastrika sehingga menyebabkan terbentuknya vakuola-

vakuola pada tunika propria dan lapisan submukosa. Pada lapisan

serosa dan muskular juga tampak terjadi kerusakan.

2.3. Seledri (Apium graveolens)

2.3.1. Karakteristik Seledri (Apium graveolens)

Seledri (Apium graveolens) adalah tanaman yang berasal dari famili

Apiaceae. Seledri dapat tumbuh di daerah Eropa hingga daerah tropis

pada benua Afrika dan Asia dan tumbuh sepanjang tahun. Seledri akan

tumbuh dengan baik pada lingkungan yang sejuk (Procházková et al.,

2011; Yu et al., 2017). Adapun taksonomi dari tanaman seledri (Apium

graveolens) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Taksonomi Seledri (Apium graveolens)

No Kingdom Plantae

1 Divisi Spermatophytes.

2 Subdivisi Angiospermae

3 Kelas Magnolisisa

4 Ordo Apicedes

5 Famili Apiaceae

6 Genus Apium

7 Spesies Apium graveolens

Sumber: (Fazal dan Singla, 2012)

Page 40: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

21

Seledri (Apium graveolens) termasuk tanaman yang berbentuk semak-

semak dan tingginya ± 50 cm. Batang seledri tidak berkayu, bersegi,

beralur, beruas, bercabang, tegak, berwarna hijau pucat. Seledri (Apium

graveolens) memiliki akar tunggang yang berwarna putih keruh. Daun

seledri majemuk, menyirip ganjil, dengan anak daun 3-7 helai yang

pangkal dan ujungnya runcing, tepi beringgit, panjangnya 2-7,5 cm,

lebar 2-5 cm, pertulangan menyirip, panjang tangkainya 1-2,7 cm,

berwarna hijau keputih-putihan dan hijau. Sedangkan bunganya

berbentuk payung, tangkai 2 cm, delapan sampai dua belas, tangkai

kelopak 2,5 cm, hijau, benang sari lima, berlepasan, berseling dengan

mahkota, ujung runcing, mahkota berbagi lima, bagian pangkal

berlekatan, putih. Buahnya berbentuk kerucut, panjangnya 1-1,5 mm,

dan berwarna hijau kekuningan. Seluruh bagian tanaman ini dapat

dimanfaatkan sebagai makanan ataupun kepentingan pengobatan

tradisional. Bagian yang dimanfaatkan dari seledri (Apium graveolens)

antara lain bagian biji, daun, dan minyak essensial seledri (Kooti et al.,

2014; Dianat et al., 2015).

Daun seledri (Apium graveolens) mengandung saponin, flavonoida,

polifenol, protein, belerang, kalsium, besi, fosfor, vitamin A, B1, dan C.

Ekstrak seledri memiliki kemampuan membersihkan racun dari sistem

pencernaan tubuh dan dapat digunakan untuk kasus penyakit gout yang

dalam kondisinya terjadi kristalisasi asam urat. Akar tanaman seledri

merupakan bagian yang paling efektif untuk mengobati batu pada

Page 41: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

22

saluran kemih. Selain itu, akarnya juga cukup ampuh merawat kondisi

hepar yang terganggu serta hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian,

seledri juga mengandung psoralen, zat kimia yang menghancurkan

radikal bebas yang dapat menyebabkan kanker. Masyarakat pedesaan

telah lama memanfaatkan seledri sebagai obat untuk menurunkan suhu

tubuh ketika demam dengan cara mengoleskan tumbukan daun seledri

ke kepala anak yang terserang demam. Air perasan seledri yang

mempunyai sifat mendinginkan dipercaya dapat mendinginkan kepala.

Seledri juga mengandung selenium yang berefek merangsang sel saraf

otak sehingga sangat baik untuk meningkatkan intelegensia, sodium

yang merupakan mineral yang berguna untuk dinding gaster dan saluran

usus, memperlambat proses penuaan, menjaga kelenturan dan aktivitas

otot, serta kalium, sodium, dan sulfur yang sangat baik untuk diabetes

(Al-Howiriny et al., 2010; Kooti et al., 2014; Dianat et al., 2015).

2.3.2. Efek Seledri (Apium graveolens) Terhadap Gaster

Seledri diketahui memiliki efek antiulkus terhadap lesi pada gaster.

Seledri secara signifikan menurunkan intensitas ulserasi gaster. Seledri

dapat memperbaiki jaringan gaster yang rusak oleh formalin (Al-

Howiriny et al., 2010).

Page 42: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

23

Tabel 3. Kandungan Ekstrak Seledri

Kandungan Seledri (Apium graveolens) Persentase (%)

D-Limonen 57,7

Myrcene 18,7

4-Terpineol 8,6

β-Selinene 8,1

β-pinen 2,4

β-caryophyllene 0,5

Carnone 0,3

Trans-Limonen Oxide 0,3

α - Terpinolene 0,3

α - selinen 0,2

Trans-3-butylidenephthalide 0,1

α - Muurolene 0,1

Cis-Limonen Oxide 0,1

Linalool 0,1

α - pinen 0,1

Trans-ocimene 0,1

Sumber: (Kooti et al., 2014)

Ekstrak seledri mengandung berbagai macam zat yang bermanfaat.

Dalam ekstrak seledri terkandung 57.7% D-limonen yang memiliki sifat

antiinflamasi dan antioksidan (Kooti et al., 2014). Kandungan ini dapat

menjadi agen protektif terhadap kerusakan pada gaster. Mekanisme

antiinflamasi oleh D-limonen yaitu dengan supresi

matrixmetalloproteinase (MMP)-2 dan ekspresi gen-9. D-limonen juga

memiliki efek meningkatkan antioksidan. Dengan demikian, seledri

(Apium graveolens) yang mengandung D-limonen memiiki indikasi

sebagai antiinflamasi dan antioksidan (Yu, Yan dan Sun, 2017). Selain

itu, daun seledri juga mengandung flavonoid yang cukup banyak yaitu

sebesar 202 mg per kilogram daun seledri (Kooti et al., 2014). Flavonoid

bertindak sebagai antioksidan yang bekerja untuk menangkal radikal

bebas. Flavonoid berperan sebagai antioksidan melalui kemampuannya

dalam menangkap reactive oxygene species (ROS) dan radikal bebas.

Page 43: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

24

Flavonoid mendonorkan satu atom hidrogen atau mentransfer elektron

tunggal untuk menangkal radikal bebas (Banjarnahor dan Artanti,

2015).

2.4. Tikus (Rattus norvegicus)

Hewan coba merupakan hewan yang dapat digunakan dalam penelitian medis

maupun biomedis dan dipelihara secara intensif di laboratorium. Salah satu

hewan yang sering digunakan dalam penelitian adalah tikus (Rattus

norvegicus). Sebagai hewan coba, tikus putih memiliki kelebihan

dibandingkan hewan coba yang lain yaitu pemeliharaan dan penanganan tikus

mudah karena ukuran tubuh tikus yang relative kecil dan memiliki kemampuan

reproduksi yang tinggi dengan masa kehamilan yang singkat, serta memiliki

karakteristik produksi dan reproduksi yang mirip dengan mamalia lain. Tikus

laboratorium lebih cepat dewasa, tidak memperlihatkan perkawinan musiman

dan lebih cepat berkembang biak (Malole dan Pramono, 1989). Sistematika

tikus (Rattus norvegicus) berdasarkan taksonomi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Taksonomi Tikus (Rattus norvegicus)

No Kingdom Animalia

1 Filum Chordata

2 Kelas Mamalia

3 Ordo Rodentia

4 Famili Muridae

5 Genus Rattus

6 Spesies Rattus norvegicus

Sumber: (Quesenberry dan Carpenter, 2012)

Keunikan yang dimiliki tikus dibandingkan hewan coba lain yaitu tikus

memiliki struktur anatomi yang unik pada bagian pertemuan antara esofagus

Page 44: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

25

dan gaster tikus sehingga tikus tidak dapat muntah yang mempermudah proses

penelitian ketika memberikan perlakuan per oral pada tikus menggunakan

sonde (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

Tabel 5. Sifat Biologis Tikus (Rattus norvegicus)

Kriteria Keterangan

Lama bunting 20-22 hari

Umur dewasa 40-60 hari

Umur dikawinkan 8 minggu

Berat dewasa Jantan 300-400 g

Berat dewasa betina 250-300 g

Siklus estrus 4-5 hari

Perkawinan Pada waktu estrus

Fertilitas 7-10 jam setelah kawin

Aktivitas Nokturnal (malam)

Konsumsi makanan 15-30 g/hari

Konsumsi minuman 20-45 ml/hari

Sumber: (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988)

2.5. Kerangka Teori

Paparan methanil yellow khususnya pada saluran cerna seperti gaster dapat

bersifat toksik dan menyebabkan degenerasi epitel gaster hingga nekrosis pada

kelenjar gastrika (Anjasmara et al., 2017; Ghosh et al., 2017). Hal ini dapat

terjadi karena methanil yellow dapat menginduksi terjadinya stres oksidatif

pada gaster yaitu melalui produksi dari reactive oxygen species (ROS). Pada

keadaan normal, reaksi oksidatif dapat diatasi dengan pengikatan dengan

antioksidan alami yang dimiliki tubuh. Namun, apabila paparan dari methanil

yellow terjadi secara terus-menerus maka tubuh tidak dapat melakukan

kompensasi karena terjadi penurunan produksi dari antioksidan di dalam tubuh

(Ghosh et al., 2017).

Page 45: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

26

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, ekstrak

dari daun seledri memiliki beberapa manfaat sebagai antiinflamasi dan

antiulkus pada gaster karena kandungan antioksidan seperi D-limonen dan

flavonoid yang dimiliki oleh ekstrak tersebut (Al-Howiriny et al., 2010; Kooti

et al., 2014; Yu et al., 2017). Kandungan ini dapat menjadi agen protektif

terhadap kerusakan pada gaster karena cara kerja D-Limonen yang dapat

mesupresi matrixmetalloproteinase (MMP)-2 dan ekspresi gen-9 (Yu, Yan dan

Sun, 2017). Kandungan flavonoid dapat bertindak sebagai antioksidan yang

bekerja untuk menangkal radikal bebas melalui kemampuannya dalam

menangkap reactive oxygene species (ROS) dan mendonorkan satu atom

hidrogen atau mentransfer satu electron untuk menangkal radikal bebas

(Banjarnahor dan Artanti, 2015).

Gambar 4. Kerangka Teori (Al-Howiriny et al., 2010; Sarkar dan Ghosh, 2012;

Kooti et al., 2014; Banjarnahor dan Artanti, 2015; Ghosh et al., 2017)

Paparan

Methanil

Yellow

Degenerasi Epitel

Gaster dan Nekrosis

Kelenjar Gastrika

Ekstrak Daun Seledri

(Apium graveolens)

Antiinflamasi

Antiulkus

Antioksidan

Keterangan:

Menginduksi

Menghambat

Variabel Penelitian

:

:

:

Stress oksidatif & menurunkan

antioksidan tubuh

Page 46: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

27

2.6. Kerangka Konsep

Gambar 5. Kerangka Konsep

2.7. Hipotesis

Berdasarkan uraian tinjauan pustaka di atas, didapatkan hipotesis sebagai

berikut:

Ho: Tidak terdapat pengaruh dalam pemberian ekstrak daun seledri (Apium

graveolens) terhadap gambaran histopatologi gaster tikus putih (Rattus

norvegicus) yang diinduksi methanil yellow.

Ha: Terdapat pengaruh dalam pemberian ekstrak daun seledri (Apium

graveolens) terhadap gambaran histopatologi gaster tikus putih (Rattus

norvegicus) yang diinduksi methanil yellow.

Variabel Bebas Variabel Terikat

Ekstrak Daun Seledri

(Apium graveolens)

Gambaran Histopatologi

Gaster Yang Diinduksi

Methanil Yellow

Page 47: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental dengan

quasi-experiment post-test control group design. Desain penelitian melibatkan

kelompok subjek yang diberikan perlakuan eksperimental (kelompok

eksperimen). Penelitian dengan desain ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh pemberian ekstrak daun seledri (Apium graveolens) terhadap

gambaran histopatologi gaster tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi

methanil yellow.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di dua tempat untuk pembuatan ekstrak daun seledri

(Apium graveolens) dan pembuatan preparat histopatologi. Pembuatan ekstrak

daun seledri (Apium graveolens) dilakukan di Laboratorium Botani Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung.

Pembuatan preparat histopatologi dan pembacaan preparat dilakukan di

Laboratorium Anatomi, Patologi Anatomi, dan Histologi Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-November

2019 yang terdiri dari pengambilan sampel tikus, masa adaptasi, pemberian

Page 48: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

29

perlakuan pada masing-masing kelompok sampel hingga terminasi dan

mengambil sampel organ gaster pada tikus (Rattus norvegicus) untuk

dilakukan penilaian histopatologi.

3.3 Penentuan Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus

norvegicus) jantan dengan kisaran berat 150 gram – 250 gram serta

rentang usia 10 sampai 12 minggu yang diperoleh dari Palembang Tikus

Center.

3.3.2 Sampel Penelitian

Penelitian menggunakan simple random sampling untuk memilih sampel

dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Digunakan 5 kelompok untuk

mengetahui bagaimana keadaan normal gaster, kerusakan gaster yang

diinduksi methanil yellow serta pengaruh ekstrak daun seledri terhadap

kerusakan gaster yang diinduksi methanil yellow. Banyaknya jumlah

sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Frederer.

Keterangan:

n= besar sampel tiap kelompok

t= banyak kelompok

t(n-1) ≥ 15

Page 49: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

30

Besar sampel yang dibutuhkan untuk tiap kelompok:

5(n-1) ≥ 15

5n-5 ≥ 15

5n ≥ 15 + 5

5n ≥ 20

n ≥ 4

Berdasarkan perhitungan di atas, maka dalam percobaan ini untuk tiap

kelompok perlakuan digunakan sampel sebanyak 4 ekor tikus putih

(Rattus norvegicus), dengan jumlah total sampel yang digunakan adalah

20 ekor tikus putih (Rattus norvegicus). Untuk mengantisipasi adanya

kriteria eksklusi selama masa pemberian perlakuan maka dilakukan

koreksi dengan menambahkan sampel sebesar 10% dari jumlah anggota

tiap kelompok perlakuan.

Oleh karena itu, setiap kelompok perlakuan dibutuhkan cadangan

sebanyak 1 ekor tikus putih. Sehingga penelitian menggunakan 25 ekor

tikus putih (Rattus norvegicus). Tikus yang digunakan berumur 10-12

minggu yang dikelompokkan dengan teknik pengacakan menjadi 5

kelompok.

3.3.3 Kelompok Perlakuan

1. Kelompok kontrol negatif (K1)

Kelompok tikus yang hanya diberi akuades selama 30 hari.

10% x 4

= 0,4 per kelompok perlakuan

Page 50: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

31

2. Kelompok kontrol positif (K2)

Kelompok tikus yang hanya diinduksi dengan methanil yellow dengan

dosis 3000 mg/kgBB/hari selama 30 hari.

3. Kelompok perlakuan 1 (P1)

Kelompok tikus yang diberikan ekstrak daun seledri (Apium

graveolens) dengan dosis 62,5 mg/kgBB/hari dan diinduksi methanil

yellow dengan dosis 3000 mg/kgBB/hari selama 30 hari.

4. Kelompok perlakuan 2 (P2)

Kelompok tikus yang diberikan ekstrak daun seledri (Apium

graveolens) dengan dosis 125 mg/kgBB/hari dan diinduksi methanil

yellow dengan dosis 3000 mg/kgBB/hari selama 30 hari.

5. Kelompok perlakuan 3 (P3)

Kelompok tikus yang diberikan ekstrak daun seledri (Apium

graveolens) dengan dosis 250 mg/kgBB/hari dan diinduksi methanil

yellow dengan dosis 3000 mg/kgBB/hari selama 30 hari.

3.3.4 Kriteria Inklusi

1. Sehat (tidak terdapat kerontokan rambut atau botak dan bergerak

aktif).

2. Berjenis kelamin jantan.

3. Memiliki berat badan 150 gram – 250 gram.

4. Berusia ± 10 sampai 12 minggu.

Page 51: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

32

3.3.5 Kriteria Eksklusi

1. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10% setelah masa adaptasi

di laboratorium.

2. Mati selama masa adaptasi atau selama masa pemberian perlakuan.

3.4 Bahan dan Alat Penelitian

3.4.1 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan adalah:

1. Methanil yellow dengan dosis 3000 mg/kgBB/hari;

2. Ekstrak daun seledri (Apium graveolens) dengan dosis 62,5

mg/kgBB/hari, 125 mg/kgBB/hari, dan 250 mg/kgBB/hari;

3. Akuades;

4. Bahan makanan dan minuman tikus (Rattus norvegicus).

3.4.2 Bahan Kimia

Bahan yang diperlukan dalam pembuatan preparat histopatologi dengan

metode paraffin, yaitu larutan formalin 10% untuk fiksasi, alkohol teknis,

xilol, akuades, pewarna haematoxylin dan eosin, paraffin, dan balsam

kanada.

3.4.3 Perangkat Penelitian

1. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah:

a. Neraca analitik untuk menimbang berat tikus.

Page 52: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

33

b. Spuit oral 1 cc dan 3 cc.

c. Minor set.

d. Kapas dan alkohol.

e. Alat pemeriksaan mikroskopis: Mikroskop, gelas objek, cairan

emersi.

f. Gelas ukur.

g. Sonde lambung.

h. Evaporator.

i. Larutan Formalin.

j. Pot urine untuk meletakkan organ gaster.

2. Alat Pembuat Preparat Histopatologi

Alat pembuat preparat histopatologi yang digunakan adalah sebagai

berikut:

a. Object glass.

b. Deck glass.

c. Embedding cassette.

d. Rotarymicrotome.

e. Oven.

f. Water bath.

g. Platening table.

h. Autochnicom processor.

i. Staining jar.

j. Staining rack.

Page 53: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

34

k. Kertas saring.

l. Histoplast.

m. Paraffin dispenser.

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Adaptasi tikus putih (Rattus norvegicus)

Sebanyak 25 ekor (total sampel dan cadangan) tikus yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi terbagi atas 5 kelompok diadaptasi sekurang-

kurangnya 5 hari hingga 7 hari di Animal House Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung dan dilakukan penimbangan tikus dan penandaan

untuk menentukan perlakuan per kelompok (BPOM RI, 2014).

3.5.2 Prosedur Pemberian Akuades

Pemberian akuades dilakukan peroral menggunakan sonde. Besar

pemberian akuades sebesar 1% dari berat badan (Diehl et al., 2001).

Hewan uji yang diberikan memiliki berat sekitar 150-250 gram, sehingga

rumus perhitungan kebutuhan akuades harian yaitu:

3.5.3 Prosedur Pemberian Methanil Yellow

Dosis methanil yellow yang digunakan sebagai penginduksi tikus putih

(Rattus norvegicus) dalam penelitian ini adalah 3000 gram/kgBB/hari

Berat badan (gram) x 1%

= 200 gram x 1%

= 2 ml/hari.

Page 54: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

35

yang diencerkan dengan menggunakan akuades sebanyak 1 cc per dosis

pemberian dan diberikan secara peroral selama 30 hari masa perlakuan

(Sarkar dan Ghosh, 2012; BPOM RI, 2014)

3.5.4 Prosedur Pemberian Ekstrak Seledri

Sebelum dilakukan perlakuan terhadap tikus sampel, dilakukan

persiapan untuk mendapatkan ekstrak daun seledri (Apium graveolens).

Untuk mendapatkan ekstrak daun seledri (Apium graveolens) pada

penelitian ini digunakan metode maserasi atau perendaman. Proses

ekstraksi daun seledri (Apium graveolens) menggunakan pelarut etanol

95%. Daun seledri (Apium graveolens) yang diekstraksi, terlebih dahulu

dikeringkan selama 4 hingga 6 hari dan digiling hingga menjadi tepung

atau serbuk. Sebanyak 500 gram serbuk daun seledri direndam

(maserasi) pada 5 liter etanol 95% selama 72 jam pada suhu ruang untuk

melarutkan komponen bioaktif pada daun seledri. Setelah 72 jam larutan

dikoleksi dan dilakukan penyaringan. Setelah penyaringan selesai,

dilakukan evaporasi untuk menghilangkan etanol hasil maserasi maka

diperoleh hasil ekstraksi kasar dan selanjutnya simpan di penangas pada

suhu 5°C. Hasil berupa pasta yang telah dikeringkan dengan freeze dry

(Anggraeni et al., 2016).

Setelah pembuatan ekstrak selesai, dilakukan pemberian ekstrak Apium

graveolens terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) dengan dosis 62,5

mg/kgBB/hari, 125 mg/kgBB/hari dan 250 mg/kgBB/hari, masing-

Page 55: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

36

masing dosis per ekor tikus diencerkan dengan akuades sebanyak 1 cc

dan perlakuan dilakukan selama 30 hari (Sarkar dan Ghosh, 2012; BPOM

RI, 2014).

3.5.5 Prosedur Penelitian

a. Sebanyak 25 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) dibagi dalam 5

kelompok. Kelompok 1 sebagai kontrol negatif hanya diberi akuades

2 ml/hari. Kelompok 2 sebagai kontrol positif, diberikan methanil

yellow dengan dosis 3000 mg/kgBB/hari. Kelompok 3 sebagai

perlakuan 1 diberikan ekstrak daun seledri (Apium graveolens) 62,5

mg/kgBB/hari serta methanil yellow dengan dosis 3000

mg/kgBB/hari. Kelompok 4 sebagai perlakuan 2 diberikan ekstrak

daun seledri (Apium graveolens) dengan dosis 125 mg/kgBB/hari

serta methanil yellow dengan dosis 3000 mg/kgBB/hari. Kelompok 5

sebagai perlakuan 3 diberikan ekstrak daun seledri (Apium

graveolens) dengan dosis 250 mg/kgBB/hari serta methanil yellow

dengan dosis 3000 mg/kgBB/hari. Perlakuan dilakukan selama 30

hari.

b. Setelah masa perlakuan (30 hari) selesai, dilakukan laparatomi pada

tikus yang dinarkosis dengan injeksi ketamin intraperitoneal dan

dilakukan pengambilan organ gaster untuk dibuat sediaan

mikroskopis dengan metode paraffin dan pewarnaan Hematoksilin &

Eosin.

Page 56: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

37

c. Sampel organ gaster difiksasi dengan formalin 10% yang kemudian

dikirim ke Laboratotium Anatomi, Patologi Anatomi, dan Histologi

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Pembuatan preaparat

dikerjakan oleh staff ahli laboratorium Laboratotium Anatomi,

Patologi Anatomi, dan Histologi Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung.

d. Metode teknik histopatologi yaitu:

1. Fixation

a. Melakukan fiksasi spesimen berupa potongan organ gaster

yang telah dipilih dengan laritan formalin 10%.

b. Melakukan pencucian spesimen dengan air mengalir.

2. Trimming

a. Mengecilkan organ ± 3 mm.

b. Memasukkan potongan organ gaster tersebut ke dalam

embedding cassette.

3. Dehidrasi

a. Menuntaskan air dengan meletakkan embedding cassette

pada kertas tisu.

b. Melakukan perendaman organ gaster berturut-turut dalam

alkohol bertingkat 80% dan 95% masing-masing selama 2

jam. Selanjutnya dilakukan perendaman alkohol 95%,

absolut I, II,III selama 1 jam.

Page 57: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

38

4. Clearing

Membersihkan sisa alkohol menggunakan xilol I, II, III masing-

masing selama 1 jam.

5. Impregnasi

Impregnasi dengan menggunakan paraffin I, II, III selama 2

jam.

6. Embedding

a. Membersihkan sisa paraffin yang ada pada pan dengan

memanaskan beberapa saat di atas api dan usap dengan

kapas.

b. Menyiapkan paraffin cair dengan memasukkannya ke dalam

cangkir logam kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan

suhu di atas 580 C.

c. Menuangkan paraffin cair ke dalam pan.

d. Memindahkan satu-persatu dari embedding cassette ke dasar

pan dengan mengatur jarak satu dengan yang lainnya.

e. Memasukkan pan ke dalam air.

f. Melepaskan paraffin yang berisi potongan gaster ke dalam

suhu 4-60 C beberapa saat.

g. Memotong paraffin sesuai dengan letak jaringan dengan

menggunakan scalpel hangat.

h. Meletakkan pada blok kayu, ratakan pinggirnya dan buat

ujungnya segera meruncing.

i. Memblok paraffin siap dipotong dengan mikrotom.

Page 58: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

39

7. Cutting

a. Melakukan pemotongan pada ruangan dingin.

b. Sebelum memotong, dinginkan blok terlebih dahulu.

c. Melakukan pemotongan kasar, dilanjutkan dengan

pemotongan halus dengan ketebalan 4-5 mikron.

d. Memilih lembaran potongan yang paling baik, apungkan

pada air dan hilangkan kerutan dengan cara menekan salah

satu sisi lembaran jaringan tersebut dengan ujung jarum dan

sisi yang lain ditarik menggunakan kuas runcing.

e. Memindahkan lembaran jaringan ke dalam waterbath selama

beberapa detik hingga mengembang sempurna.

f. Dengan gerakan menyendok ambil lembaran jaringan

dengan slide bersih dan tempatkan di tangah atau pada

sepertiga atas atau bawah untuk mencegah agar tidak ada

gelembung udara di bawah jaringan.

g. Menempatkan slide yang berisi jaringan pada inkubator

(suhu 370 C) selama 24 jam sampai jaringan melekat

sempurna.

8. Staining dengan Harris Hematoxylin Eosin.

Setelah jaringan melekat sempurna, pilih slide yang terbaik dan

selanjutnya secara berurutan dimasukkan ke dalam zat kimia

dengan waktu sebagai berikut:

a. Zat kimia yang pertama digunakan adalah xilol I, II, III

masing-masing 5 menit.

Page 59: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

40

b. Zat kimia yang digunakan adalah alkohol absolut I, II, III

masing-masing selama 5 menit.

c. Zat kimia selanjutnya adalah akuades selama 1 menit.

d. Potongan organ dimasukkan dalam zat warna Harris

Hematoxylin selama 20 menit.

e. Kemudian dimasukkan ke dalam akuades selama 1 menit

dengan sedikit digoyangkan.

f. Mencelupkan organ dalam asam alkohol sekitar 2-3 celupan.

g. Membersihkan menggunakan akuades bertingkat masing-

masing 1 dan 15 menit.

h. Memasukkan potongan organ dalam eosin sekama 12 menit.

i. Secara berurutan, memasukkan potongan organ dalam

alkohol 96% selama 2 menit, alkohol 96%, alkohol absolut

III dan IV masing-masing selama 3 menit.

j. Memasukkan ke dalam xilol IV dan V masing-masing 5

menit.

9. Mounting

Setelah pewarnaan selesai, letakkan slide di atas kertas tisu pada

tempat yang datar, kemudian diteteskan dengan bahan mounting

yaitu balsam kanada dan tutup dengan cover glass, cegah jangan

sampai terbentuk gelembung udara.

10. Membaca slide dengan mikroskop

Slide diperiksa dengan sinar dan pembesaran 400x.

Page 60: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

41

3.5.6 Alur Penelitian

Timbang berat badan tikus putih jantan

Gambar 6. Diagram Alur Penelitian

Setelah 30 hari, tikus dinarkosis dengan injeksi ketamin intraperitoneal.

Pengambilan gaster tikus dengan laparotomi.

Pengiriman sampel gaster ke Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung untuk pembuatan sediaan.

.histopatologi.

Pengamatan sediaan di Laboratorium Fakultas Kedokteran.

Interpretasi hasil pengamatan.

Diberi

akuades 2

ml/hari.

Diberi

methanil

yellow

3000

mg/kgBB

/hari

Diberi ekstrak

daun seledri

62,5

mg/kgBB/hari

dan methanil

yellow 3000

mg/kgBB/hari

Diberi ekstrak

daun seledri

125

mg/kgBB/hari

dan methanil

yellow 3000

mg/kgBB/hari.

K1 K2 P1

Tikus diadaptasikan dalam Animal House selama 7 hari.

Tikus diberi perlakuan selama 30 hari.

K1 K2 P1 P2 P3

P2

Diberi ekstrak

daun seledri

250

mg/kgBB/hari

dan methanil

yellow 3000

mg/kgBB/hari.

P3

Page 61: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

42

3.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

3.6.1 Identifikasi Variabel

1. Variabel Bebas

a. Perlakuan kontrol negatif: pemberian akuades.

b. Perlakuan kontrol positif: Pemberian methanil yellow dengan dosis

3000mg/kgBB/hari tanpa ekstrak daun seledri (Apium graveolens).

c. Perlakuan coba 1: Pemberian ekstrak daun seledri (Apium

graveolens) dengan dosis 62,5 mg/kgBB/hari dan methanil yellow

dengan dosis 3000 mg/kgBB/hari.

d. Perlakuan coba 2: Pemberian ekstrak daun seledri (Apium

graveolens) dengan dosis 125 mg/kgBB/hari dan methanil yellow

dengan dosis 3000 mg/kgBB/hari.

e. Perlakuan coba 3: Pemberian ekstrak daun seledri (Apium

graveolens) dengan dosis 250 mg/kgBB/hari dan methanil yellow

dengan dosis 3000 mg/kgBB/hari.

2. Variabel terikat adalah gambaran histopatologi gaster tikus putih

(Rattus norvegicus).

Page 62: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

43

3.6.2 Definisi Operasional

Tabel 6. Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ekstrak Daun

Seledri

Hasil ekstraksi daun

seledri (Apium

graveolens) dengan

metode maserasi dalam

etanol 95% selama 72

jam, kemudian

dievaporasi dan

dikeringkan dengan

freeze dry.

Alat ukur

dosis

Pemberian ekstrak

daun seledri dengan

dosis 62,5

mg/kgBB/hari, 125

mg/kgBB/hari dan

250 mg/kgBB/hari

Kategorik

Histopatologi

gaster

Gambaran histopatologi

gaster dilihat

menggunakan

mikroskop cahaya

dengan perbesaran 400x

pada 5 lapang pandang

untuk menentukan

degenerasi epitel.

Tingkat kerusakan

untuk satu sampel gaster

tikus didapat dari rerata

lima lapangan pandang.

Mikroskop

cahaya

Total skor degenerasi

epitel gaster dihitung

berdasarkan penilaian

integritas mukosa

gaster yang dibaca

dalam 5 lapang

pandang dengan

perbesaran 400x

dengan kriteria nilai:

Skor 0: Tidak ada

perubahan patologis

Skor 1: Deskuamasi

epitel.

Skor 2: Erosi

permukaan epitel (1-

10 sel epitel/lesi dan

defek pada epitel

mukosa).

Skor 3: Ulserasi epitel

(>10 sel epitel/lesi

dalam defek pada

mukosa saluran cerna

yang meluas melalui

mukosa muskularis

hingga submukosa

atau lebih dalam).

(Hanriko, 2018)

Numerik

Methanil

yellow

Sediaan methanil yellow

yang diberikan dengan

campuran 1 ml akuades

per pemberian

Alat Ukur

Dosis

Pemberian methanil

yellow dengan dosis

3000 mg/kgBB/hari

Numerik

3.7 Analisis Data

Data penelitian berupa hasil penilaian skor gambaran histopatologi gaster

dianalisis menggunakan perangkat lunak. Data dilakukan uji normalitas untuk

melihat persebaran data normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan uji

Page 63: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

44

Saphiro-Wilk karena jumlah sampel yang diteliti kurang dari 50. Selanjutnya,

apabila data terdistribusi normal, dilakukan penentuan homogenitas variansi

data dengan menggunakan uji homogenitas Levenne. Hasil kedua uji ini

menetukan jenis uji yang dilakukan pada tahap analisis data selanjutnya. Data

yang didapatkan dalam penelitian ini berupa data numerik dan data katagorik.

Oleh karena itu, jika distribusi data normal dan homogen, maka dapat

digunakan uji One-way ANOVA. Jika didapatkan hasil yang signifikan, maka

dilanjutkan dengan uji Post-Hoc. Apabila data tidak terdistribusi normal dan

homogen, maka digunakan uji Kruskal-Wallis sebagai uji alternatif One-way

ANOVA. Jika didapatkan hasil yang signifikan, maka dilanjutkan dengan uji

Mann-Whitney. Nilai p kurang dari 0,05 dianggap signifikan.

3.8 Ethical Clearance

Pengajuan kaji etik penelitian telah diajukan kepada Komite Etik Penelitian

Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan telah mendapatkan

persetujuan etik penelitian dengan nomor 3760/UN26.18/PP.05.02.00/2019.

Proses pengajuan kaji etik penelitian mengikuti prinsip penggunaan hewan

coba 3R, yaitu replacement, reduction, dan refinement.

Page 64: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat pengaruh secara statistik terhadap pemberian ekstrak daun seledri

(Apium graveolens) pada gambaran histopatologi gaster tikus putih (Rattus

norvegicus) yang diinduksi methanil yellow. Namun, didapatkan penurunan

persentase kerusakan histopatologi gaster yang diberikan ekstrak daun seledri

(Apium graveloens) yang diinduksi methanil yellow.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan oleh peneliti dari penelitian yang telah dilakukan

adalah sebagai berikut:

1. Peneliti lain disarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh

pemberian ekstrak daun seledri (Apium graveolens) pada organ lain.

2. Peneliti lain disarankan untuk mengatasi variabel pengganggu dengan cara

meminimalisasi tingkat stres dari hewan coba dengan pengaturan kondisi

lingkungan di animal house yang lebih baik serta memperhatikan kesehatan

hewan coba saat pembelian dan selama penelitian.

Page 65: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

DAFTAR PUSTAKA

Al-Howiriny T, Alsheikh A, Alqasoumi S, Al-yahya M, Eltahir K, Rafatullah S.

2010. Gastric antiulcer, antisecretory and cytoprotective properties of

celery (Apium graveolens) in rats. J Pharmaceutical Biology. 48(7): 786–

93.

Adwas AA, Elsayed ASI, Azab AE. 2019. Oxidative stress and antioxidant

mechanisms in human body. J Appl Biotechnol Bioeng. 6(1):43‒47.

Anggraeni T, Ridwan A, Kodariah L. 2016. Ekstrak etanol seledri (Apium

graveolens) sebagai anti- atherogenik pada tikus (Rattus norvegicus) yang

diinduksi hiperlipidemia. Prosiding Symbion of the Symposium on

Biology Education. 27 Agustus 2016. Yogyakarta. Indonesia: Universitas

Ahmad Dahlan.

Anjasmara PA, Romdhoni MF, Ratnaningsih M. 2017. Pengaruh pemberian

rhodamin b peroral subakut terhadap perubahan ketinggian mukosa gaster

tikus putih galur wistar. 13: 58–62.

Ayala A, Munoz MF, Aguelles S. 2014. Lipid peroxidation: Production,

metabolism, and signalling mechanism of malondialdehyde and 4-

hydroxy-2-nonenal. Oxid Med Cell Longev. 2014. 1-31.

BPOM RI. 2014. Peraturan kepala badan pengawas obat dan makanan Republik

Indonesia nomor 7 tahun 2014 tentang pedoman uji toksisitas nonklinik

secara in vivo.

Banjarnahor SDS, Artanti N. 2015. Antioxidant properties of flavonoids. J Medical

of Indonesia. 23(4): 239.

BPOM RI. 2013. Peraturan kepala badan pengawas obat dan makanan Republik

Indonesia nomor 37 tahun 2013 tentang batas maksimum penggunaan

bahan tambahan pangan pewarna.

Cahyadi W. 2009. Analisis dan aspek kesehatan bahan tambahan pangan. Bumi

Aksara: Jakarta.

Page 66: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

63

Dianat M, Veisi A, Ahangarpour A, Moghaddam HF. 2015. The effect of hydro-

alcoholic celery (Apium graveolens) leaf extract on cardiovascular

parameters and lipid profile in animal model of hypertension induced by

fructose. J Avicenna Journal of Pyhtomedicine. 5(3): 203–09.

Diehl K, Hull R, Morton D, Pfister R, Rabemampianina Y, Smith D. et al. 2001. A

good practice guide to the administration of substances and removal of

blood, including routes and volumes. J. Appl. Toxicol. 23: 15–23

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. 2018. Profil dinas kesehatan tahun 2017.

Elwan WM. 2018. Effect of long-term administration of metanil yellow on the

structure of cerebellar cortex of adult male albino rat and the possible

protective role of anise oil: a histological and immunohistochemical study.

Egyptian Journal of Histology. 41(1): 27-38.

Enaganti S. 2006. The disease and non-drug treatment. Hospital Pharmacist. 13:

239-42.

Eroschenko VP. 2008. diFiore’s atlas of histology with functional correlations.

Edisi ke-11. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Fazal SS, Singla RK. 2012. Review on the pharmacognostical & pharmacological

characterization of apium review on the pharmacognostical &

pharmacological characterization of Apium graveolens Linn. J Indo Global

of Pharmaceutical Sciences. 2(1): 36–42.

Ghosh D, Singha PS, Firdaus SB., Ghosh S. 2017 . Methanil yellow : The toxic food

colorant. J Asian Pasific of Health Sciences. 4(4): 1–3.

Guyton AC., Hall JE. 2008. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta:

EGC.

Hanriko R, Muhartono M., Anggraini DI, Pairul PPB. 2018. Efek protektif jahe

putih besar (Zingiber officinale rosc. var. officinarum) terhadap ulkus

gaster tikus putih jantan galur sprague dawley yang diinduksi piroksikam.

JK Unila. 2(2): 118-23.

Kooti W, Ali-akbari S, Asadi-samani M, Ghadesy H, Asthary-larky D. 2014. A

review on medicinal plant of Apium graveolens. J Advanced Herbal

Medicine. 1(1): 48–59.

Malole MBM, Pramono CSU. 1989. Penggunaan hewan-hewan percobaan di

laboratorium. Edisi ke-1. Bogor: Intitut Pertanian Bogor.

Marieb EN, Hoehn K. 2013. Human anatomy & physiology. Edisi ke-9. Boston:

Pearson Education.

Page 67: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

64

Martini FH, Nath JL, Bartholomew EF. 2012. Blood vessels and circulation,

fundamentals of anatomy & physiology. Edisi ke-9. Boston: Pearson

Education, Inc.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Peraturan menteri kesehatan RI

nomor: 239/men.kes/per/v/85 tentang zat warna tertentu yang dinyatakan

sebagai bahan berbahaya.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Peraturan menteri kesehatan RI

nomor 033 tahun 2012 tentang bahan tambahan pangan.

Mescher AL. 2016. Histologi dasar junqueira teks & atlas. Edisi ke-12. Jakarta:

EGC.

Nabavizadeh F, Vahedian M, Sahrei H, Adeli S, Salimi E. 2011. Physical and

psychological stress have effects on gastric acid and pepsin secretion in rat.

Journal of Stress Physiology & Biochemistry. 7(2): 164-74.

Nisa S. 2018. Gastritis (Warm-e-meda): a review with unani approach. International

Journal of Advanced Science and Research International. 3(3): 43–5.

Poojitha M, Swarnalatha G, Meenakshisundaram R. 2016. Review : list of

medicinal plants for gastritis review article review : list of medicinal plants

for gastritis. International Journal of Current Advanced Research. 5(12):

1570–75.

Procházková D, Boušová I, Wilhelmová N. 2011. Antioxidant and prooxidant

properties of flavonoids. J Fitoterapia. 82(4): 513–23.

Pubchem. 2019. Methanil yellow. [diakses 30 November 2018]. Tersedia dari

https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Metanil-yellow.

Sarkar R, Ghosh AR. 2012. Methanil yellow - an azo dye induced histopathological

and uktrastructural changes in albino rat (Rattus norvegicus. 7(1): 427–32.

Shofa OA, Ismail A. 2014. Pengaruh pemberian methanil yellow peroral dosis

bertingkat selama 30 hari terhadap gambaran histopatologi gaster mencit

balb/c. J Kedoktrean Diponegoro. 3(1).

Sibuea WH, Panggabean MM, Gultom SP. 2005. Ilmu penyakit dalam. Edisi ke-2.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Siswanti RT, Soesilowati D, Budiono U, Listiana DE. 2014. Pengaruh ketorolak

dan parekoksib terhadap gambaran histopatologi gaster tikus wistar. J

Anestesiologi Indonesia. 6(3): 161-69.

Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan pembiakan dan penggunaan

hewan percobaan di daerah tropis. Jakarta: Universitas Indonesia.

Page 68: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SELEDRI Apium …digilib.unila.ac.id/61734/21/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB... · 2020. 3. 10. · K1-P1, K1-P2, K1-P3 but there is no significant mean

65

Sudoyo AW, Setiyahadi B, Alwi I, Setiati S. 2014. Buku ajar ilmu penyakit dalam.

Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing.

Tortora GJ, Derrickson B. 2012. Anatomy & physiology. Edisi ke-13. New Jersey:

Jhon Wiley & Sons, Inc.

Winarno FG. 1992. Kimia pangan dan gizi. Jakarta: Gramedia.

Yu L, Yan J, Sun Z. 2017. D-limonene exhibits anti - inflammatory and antioxidant

properties in an ulcerative colitis rat model via regulation of inos, cox-2,

PGE2 and ERK signaling pathways. Mol Med. 15: 2339–46.

Zanger UM, Schwab M. 2013. Cytochrome P450 enzymes in drug metabolism:

regulation of gene expression, enzyme activities, and impact of genetic

variation. Pharmacology & Therapeutics. 138: 103–41.

Zuraida R, Saputra O, Sahli Z, Aprilia A. 2017. Faktor-faktor yang mempengaruhi

pedagang jajanan anak sekolah dasar terhadap penggunaan pewarna

methanil yellow di kecamatan Sukarame Bandar Lampung tahun 2015. J

Agromedicine. 4(1): 1–6.