66
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia hospita Linn.) TERHADAP BIOMARKER FUNGSI HATI AKIBAT INJEKSI DOKSORUBISIN DOSIS GANDA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) EFFECT OF PALIASA EXTRACT (Kleinhovia hospita Linn.) ON LIVER FUNCTION BIOMARKER DUE TO MULTIPLE DOSE OF DOXORUBICIN INJECTION IN WISTAR RATS (Rattus norvegicus) LAURA JUNITA SAMBARA’ N111 13 031 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia hospita Linn.) TERHADAP

BIOMARKER FUNGSI HATI AKIBAT INJEKSI DOKSORUBISIN DOSIS GANDA PADA TIKUS PUTIH

(Rattus norvegicus)

EFFECT OF PALIASA EXTRACT (Kleinhovia hospita Linn.) ON LIVER FUNCTION BIOMARKER DUE TO MULTIPLE DOSE OF DOXORUBICIN INJECTION IN

WISTAR RATS (Rattus norvegicus)

LAURA JUNITA SAMBARA’ N111 13 031

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

Page 2: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia hospita Linn.) TERHADAP BIOMARKER FUNGSI HATI AKIBAT

INJEKSI DOKSORUBISIN DOSIS GANDA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

EFFECT OF PALIASA EXTRACT (Kleinhovia hospita Linn.) ON LIVER FUNCTION BIOMARKER DUE TO MULTIPLE DOSE OF

DOXORUBICIN INJECTION IN WISTAR RATS (Rattus norvegicus)

SKRIPSI

Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana

LAURA JUNITA SAMBARA’

N111 13 031

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2018

Page 3: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia
Page 4: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

1

Page 5: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar adalah

hasil karya saya sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya ini tidak

benar, maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum.

Makassar, Februari 2018

Yang menyatakan,

Laura Junita sambara’

N111 13 031

Page 6: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus

atas segala limpahan kasih dan berkat yang telah Dia berikan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai

salah satu syarat dalam menyelesaikan program studi S1 pada program

studi S1 Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.

Penulis menyadari selama penyusunan skripsi ini, tidak terlepas

dari dukungan doa, bantuan dan nasihat dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Orang tua yang sangat penulis cintai, Ibunda Paulina Rantemanik

yang senantiasa berdoa, memberikan semangat, memberikan

cintanya, mendukung dalam pemenuhan biaya dan dalam segala hal

selalu memberikan yang terbaik yang tak bisa penulis ucapkan dan

balas satu per satu.

2. Dosen pembimbing penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini,

pembimbing utama Ibu Yulia Yusrini Djabir, S.Si., MBM.Sc., M.Si.,

Ph.D., Apt, pembimbing pertama Bapak Sukamto S. Mamada, S.Si.,

M. Sc., Apt. dan pembimbing kedua Bapak Subehan, S.Si., M.Pharm,

Sc., Ph.D., Apt yang dengan penuh kesabaran membimbing dan

mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

vii

3. Tim Penguji penulis Ibu Dra. Rosany Tayeb, M.Si., Apt., Ibu

Sumarheni, S.Si.,M.Sc., Apt dan Bapak Drs. Hasyim Bariun, M.Si.,

Apt. yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat membantu

dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dekan, Wakil Dekan I, Wakil Dekan II, Wakil Dekan III dan semua

dosen serta staf Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin yang telah

banyak membantu penulis selama proses studi di Fakultas Farmasi.

5. Laboran Farmasi Klinik Ibu Adriana Pidun dan Laboran Biofarmasi Ibu

Syamsiah yang telah menyediakan waktunya dan membantu dan

penulis selama proses peneltian.

6. Teman-teman angkatan 2013 “THEOBROMINE” yang sungguh luar

biasa membantu penulis berjuang bersama meraih mimpi di Fakultas

Farmasi tercinta.

7. Teman-teman “GENGTOR” 2013 yang selalu menjalin kebersamaan,

keceriaan dan terus menyemangati penulis dalam menjalani

keseharian dunia kampus.

8. Teman-teman seperjuangan penelitian Dewanda dan Hendriani

Paramita yang senantiasa mendukung penulis, memberikan waktu,

pikiran, tenaga dan terus berjuang bersama selama proses

penyelesaian tugas akhir.

9. Teman-teman terkasih Kelompok Tumbuh Bersama (KTB) Christabel

illona (Kak Mahel, Veronika Toban, Erna Sole, Yuni Sukarsih,

Marselina dan Hendriani) yang telah menjadi keluarga kedua tempat

Page 8: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

viii

berbagi kehidupan, tempat untuk bertumbuh mengenal Kristus, yang

terus menguatkan dan menopang dalam doa dan dalam berbagai hal.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak

sangat diharapkan untuk penulis guna memperbaiki penelitian selanjutnya

dapat menjadi lebih baik dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

kita semua.

Penulis,

Laura Junita Sambara’

Page 9: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

ix

ABSTRAK

LAURA JUNITA SAMBARA’. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Paliasa (Kleinhovia hospita Linn.)Terhadap Biomarker Fungsi Hati Akibat Injeksi Doksorubisin Dosis Ganda Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) (dibimbing oleh Yulia Yusrini Djabir, Sukamto S. Mamada, dan Subehan). Doksorubisin adalah salah satu obat antikanker yang paling penting dan banyak digunakan. Doksorubisin menginduksi hepatotoksisitas umumnya diakibatkan melalui peningkatan radikal bebas yang menyebabkan terjadinya kondisi stres oksidatif yang kemudian berpotensi menimbulkan kerusakan sel termasuk sel hati . Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek protektif ekstrak daun paliasa (Kleinhovia hospita Linn.) terhadap peningkatan SGOT dan SGPT setelah injeksi doksorubisin secara sub kronik pada tikus putih. Tikus putih jantan sebanyak 19 ekor dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Kelompok I adalah kelompok yang tidak diberikan perlakuan apapun (Kontrol sehat), kelompok II adalah kelompok yang diberikan NaCMC 1% dan diinjeksikan doksorubisin (5 mg/kgBB), kelompok III adalah kelompok yang diberikan ekstrak paliasa 250 mg/kgBB dan diinjeksikan doksorubisin , kelompok IV adalah kelompok yang diberikan Vitamin C 250 mg/kgBB dan injeksikan doksorubisin dan kelompok V adalah kelompok yang diberikan ekstrak paliasa 250 mg/kg BB. Setelah 24 dan 96 jam penyuntikan doksorubisin hari ke-24, dilakukan pengambilan darah dan dianalisis kadar SGOT dan SGPT menggunakan Humalyzer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan SGOT yang signifikan pada kelompok III dan IV sedangkan peningkatan SGPT menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Disimpulkan bahwa pemberian ekstrak paliasa dan doksorubisin dosis ganda dapat meningkatkan SGOT secara signifikan dan SGPT yang tidak signifikan. .

Kata kunci : Doksorubisin, SGOT, SGPT, Kleinhovia hospita Linn

Page 10: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

x

ABSTRACT

LAURA JUNITA SAMBARA’. Effect of Paliasa Extract (Kleinhovia hospita Linn.) on Liver Function Biomarker due to Multiple Dose of Doxorubicin Injection In Wistar Rats (Rattus norvegicus) (supervised by Yulia Yusrini Djabir, Sukamto S. Mamada, and Subehan). Doxorubicin is one of the most important anticancer drugs that is widely used. Doxorubicin induces hepatotoxicity generally results from increased free radicals that lead to the occurrence of oxidative stress conditions which then potentially cause cell damage including liver cells. The aim of this study was to evaluate the protective effects of paliasa leaf extract (Kleinhovia hospita Linn.) On the increase of SGOT and SGPT after sub chronic injections in white rats. Nineteen male wistar rats were divided into 5 groups. Group I was the group that was not given any treatment (Healthy Control), group II was given 1% NaCMC and injected doxorubicin (5 mg / kg BW), group III was given paliasa extract 250 mg / kg BW and injected doxorubicin, group IV was a group given Vitamin C 250 mg / kgBB and injected doxorubicin and group V was given paliasa extract 250 mg / kg BW. After 24 and 96 hours of doxorubicin injections on day 24, SGOT and SGPT were analyzed using humalyzer. The results showed that there was a significant increase of SGOT in group III and IV while the increase of SGPT showed insignificant results. It was concluded that administration of paliasa extract and multiple dose of doxorubicin could significantly increase SGOT, but not for SGPT. Keywords:, Doxorubicin, SGOT, SGPT, Kleinhovia hospita Linn.

Page 11: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

xi

DAFTAR ISI

Halaman

UCAPAN TERIMA KASIH vi

ABSTRAK ix

ABSTRACT x

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

II.1 Doksorubisin 4

II.1.1 Mekanisme Kerja 4

II.1.2 Farmakokinetika 5

II.1.3 Dosis 5

II.1.4 Efek Samping 6

II.1.5 Hepatotoksisitas Doksorubisin 6

II.2 Paliasa (Klenhovia hospita Linn.) 7

II.2.1 Klasifikasi Paliasa 7

II.2.2 Morfologi Tanaman 8

II.2.3 Kandungan Kimia 9

II.2.4 Kegunaan Tanaman 9

Page 12: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

xii

Halaman

II.3 Hati 10

II.3.1 Anatomi dan Fisiologi 10

II.3.2 Fungsi Hati 11

II.3.3 Biomarker Pemeriksaan Fungsi Hati 15

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 18

III.1 Penyiapan Alat dan Bahan 18

III.2. Metode Kerja 18

III.2.1 Penyiapan Hewan Coba 18

III.2.2 Penyiapan dan Ekstraksi Daun Paliasa 18

III.2.3 Larutan Doksorubisin 19

III.2.4 Konversi Dosis Doksorubisin pada Manusia ke Tikus 20

III.2.5 Pembuatan suspense NaCMC 1% 20

III.2.6 Perhitungan Volume Pemberian Ekstrak Daun paliasa 20

III.2.7 Larutan Vitamin C 21

III.2.8 Prosedur Percobaan 21

III.2.9 Preparasi Serum dan Analisis Fungsi hati 22

III.2.10 Analisa kadar SGOT 22

III.2.11 Analisa Kadar SGPT 23

III.2.11 Analisa Statistik 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24

IV.1 Hasil Penelitian 24

IV.2 Pembahasan 25

Page 13: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

xiii

Halaman

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 30

V.1 Kesimpulan 30

V.2 Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31

Page 14: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kadar SGOT Setelah Pemberian Perlakuan 24

2. Kadar SGPT Setelah Pemberian Perlakuan 25

Page 15: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur Doksorubisin 4

2. Mekanisme Produksi Radikal Bebas oleh Doksorubisin 5

3. Tumbuhan Paliasa (Kleinhovia hospita Linn.) 6

4. Rata-rata kadar SGOT setelah perlakuan 24

5. Rata-rata kadar SGOT setelah perlakuan 25

6. Ekstrak Paliasa 47

7. Tikus Putih 47

8. Pengambilan Doksorubisin 47

9. Penyuntikan Doksorubisin 47

10. Pengambilan Darah 47

11. Serum Darah Tikus 47

12. Kit SGPT 48

13. Kit SGOT 48

14. Humalyzer 48

Page 16: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Skema Kerja 34

2. Protokol Kerja 35

3. Hasil Pengukuran SGOT dan SGPT 37

4. Hasil Data Statistik 38

5. Gambar Penelitian 47

6. Rekomendasi Persetujuan Etik 49

Page 17: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

xvii

Page 18: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

1

BAB I

PENDAHULUAN

Doksorubisin adalah salah satu obat antikanker yang paling

penting dan banyak digunakan (Mycek MJ dkk, 2001). Doksorubisin

digolongkan dalam antibiotik antrasiklin yang diisolasi dari jamur

Streptomyces peucetius var. caesius. Doksorubisin umumnya digunakan

dalam pengobatan berbagai jenis kanker termasuk keganasan

hematologis pada banyak jenis karsinoma dan sarkoma jaringan lunak.

Mekanisme anti kanker melibatkan interkalasi spesifik nukleus antrasiklin

planar DH ke heliks ganda DNA yang mengakibatkan pencegahan

replikasi DNA lebih lanjut (Bruton L dkk, 2005; Kumar A dkk,2014).

Penggunaan doksorubisin secara klinis dibatasi karena pada dosis

tinggi (550 mg/m2) dapat menyebabkan kardiotoksisitas, yang dapat

menyebabkan gagal jantung stadium akhir (Jambhulkar S dkk, 2014;

Ganiswara, 2007). Penelitian yang dilakukan pada hewan coba tikus

menunjukkan bahwa injeksi doksorubisin secara intraperitonial sudah

mengakibatkan toksisitas pada dosis 10 mg/kg hingga 25 mg/kg BB

(Cecen E dkk, 2011; Saad SY dkk, 2001 ). Selain menginduksi

kardiotoksisitas, doksorubisin juga menyebabkan hepatotoksisitas dan

nefrotoksisitas (Jambhulkar S dkk, 2014). Doksorubisin menginduksi

hepatotoksisitas umumnya diakibatkan melalui peningkatan radikal bebas

yang menyebabkan terjadinya kondisi stres oksidatif. Stres oksidatif ini

Page 19: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

2

terjadi terutama karena jumlah antioksidan yang diproduksi tubuh tidak

seimbang dengan pembentukan radikal bebas yang kemudian berpotensi

menimbulkan kerusakan sel termasuk sel hati (Elgml SA dkk, 2014).

Toksisitas doksorubisin kemungkinan diperantarai oleh konversi

doxorubicin menjadi doxorubicinol yang melibatkan berbagai enzim antara

lain karbonil reduktase. Mekanisme utama toksisitas doxorubicinol terjadi

karena interaksinya dengan besi yang kemudian memproduksi hidroksil

radikal yang sangat reaktif dan merusak makromolekul sel (Minoti G dkk,

2004). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dengan menggunakan

dosis toksik akut, 100% hewan coba mengalami kematian 7 hari setelah

penyuntikan doksorubisin (25 mg/ kg BB) (Djabir YY dkk, 2016).

Salah satu tumbuhan yang banyak digunakan oleh masyarakat

Sulawesi Selatan secara empiris untuk mengobati penyakit gangguan hati,

seperti penyakit kuning dan hepatitis, adalah tumbuhan paliasa

(Kleinhovia hospita Linn.). Rebusan daun paliasa mampu menurunkan

SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase dan SGOT (Serum

Glutamic Oxaloacetic Transaminase) pada radang hari akut (Raflizar dkk,

2006). Penelitian Kalapadang (2017) dan Tandililing (2017) menunjukkan

pemberian ekstrak paliasa dosis 250 mg/kg selama 5 hari mampu

menurunkan kadar SGOT, SGPT dan MDA hati tikus 48 jam setelah

diinjeksi doksorubisin dosis toksik akut (25 mg/kg BB). Namun belum ada

yang penelitian yang melihat apakah toksisitas subkronik doksorubisin

juga dapat diatasi dengan ekstrak paliasa. Pemberian doksorubisin

Page 20: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

3

sebanyak 4 siklus dalam dosis terbagi (5 mg/kg BB) dianggap lebih

mencerminkan penggunaan doksorubisin secara klinik.

Berdasarkan data tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan

tujuan untuk mengevaluasi efek protektif ekstrak daun paliasa (Kleinhovia

hospita) terhadap peningkatan SGOT dan SGPT setelah injeksi

doksorubisin secara sub kronik pada tikus putih (Rattus norvegicus). Dosis

yang digunakan untuk doksorubisin adalah 5 mg/ kg BB/ penyuntikan per

minggu selama 4 minggu. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi mengenai terapi hepatoprotektif yang dapat diberikan pada

pasien yang menjalankan kemoterapi doksorubisin.

Page 21: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Doksorubisin

Doksorubisin merupakan salah satu obat yang paling penting dan

banyak digunakan untuk pengobatan sarkoma dan berbagai karsinoma,

termasuk kanker mamma dan paru, dan juga leukemia limfositik, akut dan

limfoma (Mycek MJ dkk, 2001). Doksorubisin digolongkan dalam antibiotik

antrasiklin yang diisolasi dari jamur Streptomyces peucetius var. caesius

(Bruton L dkk, 2005).

Gambar 1. Struktur Doksorubisin (Tam K, 2013)

II.1.1 Mekanisme Kerja

Antibiotik antrasiklin seperti doksorubisin memiliki aksi sitotoksik

melalui empat mekanisme yaitu : (1) penghambatan topoisomerase II, (2)

interkalasi DNA sehingga mengakibatkan penghambatan sintesis DNA

dan RNA, (3) pengikatan membran sel yang menyebabkan aliran dan

transport ion, (4) pembentukan radikal bebas semiquinon dan radikal

bebas oksigen melalui proses yang tergantung besi dan proses reduktif

Page 22: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

5

yang diperantarai enzim. Mekanisme radikal bebas ini telah diketahui

bertanggungjawab pada kardiotoksisitas akibat antibiotik antrasiklin

(Bruton L dkk, 2005).

Gambar 2. Mekanisme produksi radikal bebas oleh doksorubisin (Riddick AS dkk , 2005)

II.1.2 Farmakokinetik

Doksorubisin harus diberikan secara intravena karena akan rusak

dalam saluran pencernaan. Doksorubisin akan memberikan warna merah

pada urine (Mycek MJ dkk, 2001). Doksorubisin dimetabolisme dalam hati

menjadi metabolit aktif dan inaktif. Bermacam-macam metabolit ini

mempengaruhi waktu paruh, dengan tahap mula-mula selama 12 menit,

tahap pertengahan selama 3,5 jam dan tahap akhir selama 30 jam (Kee

JL dkk).

II.1.3 Dosis

Dosis IV dewasa yaitu 60-75 mg/m2 diberikan sebagai suntikan

tunggal setiap 3 minggu sampai dosis total tidak melebihi 550 mg/m2.

Alternatif lain adalah 20 mg/m2 setiap minggu. Cara yang terakhir ini lebih

Page 23: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

6

disukai untuk pemberian pada anak. Apabila ada gangguan hati, dosis

dikurangi 25-75% baik pada anak maupun dewasa. Setelah radiasi daerah

mediastinal dosis harus dikurangi menjadi 400 mg/m2. Dosis total yang

diberikan harus diturunkan bila sebelumnya telah diberikan (atau diberikan

bersamaan) dengan antineoplastik tertentu misalnya siklofosfamid

(Ganiswara, 2007).

II.1.4 Efek Samping

Saat ini penggunaan doksorubisin dibatasi karena dapat

menyebabkan kardiotoksisitas. Selain itu, juga dapat menyebabkan

hepatotoksisitas dan nefrotoksisitas. Hepatotoksisitas akibat penggunaan

doksorubisin umumnya diakibatkan oleh radikal bebas yang terbentuk.

Nefrotoksisitas yang terjadi menyebabkan permeabilitas kapiler meningkat

dan atrofi glomerulus. Toksisitas doksorubisin juga telah terbukti

menginduksi perubahan inflamasi di hati, jantung dan ginjal jaringan tikus

(Jambhulkar S dkk, 2014).

II.1.5 Hepatotoksisitas Doksorubisin

Hati merupakan salah satu organ yang diinduksi oleh doksorubisin

yang menyebabkan kematian sel dan kerusakan jaringan dalam hati.

Proses metabolisme dan detoksifikasi dari doksorubisin berlangsung

dalam hati (Yang XL dkk, 2012). Ketika hati memetabolisme doksorubisin

dalam konsentrasi yang tinggi, maka sejumlah besar ROS akan diproduksi

dalam hati. ROS yang meningkat akan mengakibatkan terjadinya

peningkatan produksi lipid peroksidase, penurunan kadar vitamin E, serta

Page 24: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

7

penurunan kadar enzim GSH endogen sehingga proses oksidatif menjadi

tidak seimbang (Jambhulkar S dkk, 2014). Penelitian lain juga

membuktikan bahwa doksorubisin dapat bersifat toksik pada hati tikus

dengan dosis tunggal 25 mg/kg BB dan dosis 40 mg/kg BB (Saad SY dkk,

2001; Rashid R dkk, 2013).

II.2 Paliasa (Klenhovia hospita Linn.)

II.2.1 Klasifikasi Paliasa (Paramitha S, 2016)

Kingdom : Plantae

Sub Kingdom :Tracheobionta

Super Divisio : Spermatophyta

Divisio : Angiospermae

Class : Magnolipsida

Sub Class : Dillenidae

Ordo : Malvales

Family : Sterculiaceae

Genus : Kleinhovia

Spesies : Kleinhovia hospita L.

Nama Daerah (Raflizar, 2009)

Indonesia : Betenuh

Sumatera (Lampung) : Manjar

Jawa : ubut, lesmu, senu, weina, kayu tahun, katunanja,

tunala.dan timanja, mangar/bisnah (Madura)

Page 25: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

8

Nusa Tenggara : katimala, katimaljan (Bali), Klundang (Sumba),

Kadangan (Flores)

Maluku : mjededo, nguhulu (Halmahera), ngaru, kuhusu

(Ternate)

Melayu : katimahar, kimau

Sulawesi : kayu paliasa, kauwasan (makassar), aju pali, palia

(Bugis), Daun Monto (Toraja)

Gambar 3. Tumbuhan paliasa (Kleinhovia hospital Linn.)

II.2.2 Morfologi Tanaman

Pohon Paliasa berukuran pendek hingga sedang, tingginya antara

5-20 m. Pepagan berwarna kelabu, dengan ranting abu-abu kehijauan dan

berambut jarang. Daun Paliasa bertangkai panjang, dengan ukuran 3-5 x

5-10 cm. Helaian daun Paliasa berbentuk jantung lebar, berukuran 4,5-27

x 3-24 cm, pada pangkalnya bertulang dengan daun menjari. Bunga

Paliasa berkumpul dalam malai di ujung ranting, lebar dan berambut halus

serta daun pelindungnya berbentuk oval. Kelopak bunga Paliasa bertaju

lima, berbentuk lanset, ukuran 6-19 mm, berwarna merah muda, sisi

Page 26: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

9

luarnya berambut bintang. Daun mahkota ada 5 helai, empat diantaranya

berbentuk pita lebar, dengan pangkal berbentuk kantung sepanjang 6 mm

berwarna merah, helai yang kelima lebih pendek, oval melintang, dengan

tepi yang terlipat ke dalam dan satu dengan yang lainnya melekat,

berujung kuning. Dasar bunga diperpanjang dengan tiang androginofor

yang tipis, berambut, pangkalnya dikelilingi oleh tonjolan dasar bunga

berbentuk cawan. Benang sari dalam 5 berkas tiga-tiga di ujung tiang.

Buah Paliasa berbentuk seperti pir, bertaju lima, panjang sekitar 2 cm,

membuka menurut ruang, berwarna merah muda kehijauan dan

menggantung. Biji Paliasa berbentuk hampir bulat dengan diameter 1,5-2

mm, berwarna hitam atau coklat gelap (Paramitha S, 2016).

II.2.3 Kandungan Kimia

Daun paliasa mengandung saponin, kardenolin, bufadienol,

antrakuinon, kleinhospitines A-D serta Eleutherol dan kaempferol 3-O-B-

D-glucoside yang diisolasi dari daun paliasa, memiliki efek antioksidan

dengan pemeriksaan DPPH (LC50 untuk kaempferol 71,4 uM dan untuk

eleutherol 491,8 uM) (Paramitha S, 2016; Raflizar dkk, 2009) .

II.2.4 Kegunaan Tanaman

Daun paliasa banyak digunakan oleh masyarakat, khususnya

masyarakat sulawesi selatan untuk mengobati penyakit kuning dan

hepatitis. Selain itu, daun paliasa memiliki beberapa potensi farmakologis,

teruatama sebagai antidiabetes, antioksidan dan antikanker (Paramitha S,

2016; Raflizar, 2009). Penelitian sebelumnya juga telah membuktikan

Page 27: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

10

bahwa daun paliasa dapat bersifat sebagai hepatoprotektif setelah

diberikan paracetamol dosis tinggi secara berulang (200 mg/kg) (Djabir YY

dkk, 2015). Serta pada dosis 250 mg/kg BB, 500 mg/kg BB, 750 mg/kg BB

dan 1000 mg/kg BB dapat menurunkan aktivitas SGPT dalam darah

sehingga dapat mengurangi kerusakan sel hati yang ditimbulkan oleh

karbon tetraklorida (CCl4) dan berkhasiat untuk pengobatan radang hati,

LD50 daun paliasa adalah 18,5 ± 1,7 gr/kg BB (Raflizar dkk, 2009).

II.3 Hati

II.3.1 Anatomi dan Fisiologi

Hati merupakan alat tubuh terbesar yang beratnya 1200-1600 gram

pada orang dewasa dan menempati hampir seluruh bagian atas kanan

rongga abdomen, mulai dari sela intercostal kelima sampai pada

lengkungan iga. Hati terdiri atas lobus kanan ialah terbesar kira-kira 3/5

hati, lobus kiri 3/10 hati dan sisanya 1/10 hati ditempati oleh lobus

caudatus dan lobus quadrates. Hati diliputi oleh simpai yang dinamai

simpai glisson. Simpai ini berpadu cengan jaringan ikat intrahepatik. Hati

mendapatkan darah dari vena porta dan arteri hepatica. Darah ini

disalurkan ke luar hati melalui vena hepatica. Empedu disalurkan dari hati

ke duodenum melalui saluran empedu berkumpul dalam darah yang

dinamai portahepatik. Hati adalah tempat utama metabolisme obat dalam

tubuh dan oleh karena itu benar jika dikatakan bahwa penyakit yang

Page 28: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

11

mempengaruhi hati adalah penyakit yang paling banyak mempengaruhi

metabolisme (Raflizar, 2009).

II.3.2 Fungsi Hati (Sneel RS, 1970; Guyton AC dkk)

Hati merupakan organ yang melakukan berbagai fungsi yang

berbeda satu sama lainnya, namun semua fungsi tersebut saling

berhubungan. Fungsi dari hati yaitu:

1. Sintesis Protein

Selain membuat protein bagi selnya sendiri, sel hati

menghasilkan berbagai protein plasma untuk keperluan di luar sel,

diantaranya adalah albumin, protombin, fibrinogen, dan lipoprotein.

Protein dibuat pada polisom yang melekat pada retikulum

endoplasma kasar.

2. Pertahanan Tubuh

Hati berperan dalam pertahanan tubuh, berupa proses

penawaran racun (detoksifikasi) dan perlindungan.

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang

dilakukan oleh enzim-enzim hati terhadap zat-zat beracun, baik

yang masuk dari luar maupun yang dihasilkan oleh tubuh sendiri.

Dengan proses detoksifikasi, zat berbahaya akan secara fisiologis

tidak aktif.

Perlindungan dilakukan oleh sel-sel kupffer yang berada

pada dinding sinusoid hati. Dengan cara menelan kuman

(fagositosis), sel kupffer dapat membersihkan sebagian besar

Page 29: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

12

kuman yang masuk ke dalam hati melalui vena porta sehingga

tidak menyebar ke seluruh tubuh. Sel kupffer juga menghasilkan

immunoglobulin yang merupakan kekebalan humoral serta

menghasilkan berbagai macam antibody akibat kelainan hati

tertentu seperti antimitochondrial antibody (AMA), smooth muscle

antibody (SMA), dan antinuclear antibody (ANA).

3. Regenerasi Sel

Meskipun hati merupakan organ yang sel-selnya

diperbaharui secara lambat, hati memiliki kemampuan regenerasi

yang luar biasa. Hilangnya jaringan hati akibat tindakan bedah atau

oleh kerja substansi toksik memicu mekanisme yang merangsang

sel-sel hati membelah, sampai massa jaringan aslinya pulih

kembali. Proses regenerasi agaknya dikendalikan oleh substansi

yang beredar disebut khalon, yang menghambat pembelahan

mitosis jenis tertentu. Bila jaringan cedera atau kehilangan

sebagian, jumlah khalon yang dihasilkan akan menurun, akibatnya

aktivitas mitotic meningkat dalam jaringan ini. Dengan berlanjutnya

regenerasi, maka jumlah khalon yang dihasilkan akan bertambah

dan aktivitas mitotic berkurang. Proses ini berlangsung dengan

sendirinya.

4. Fungsi Vaskuler

Hati merupakan organ yang dapat menampung darah dalam

jumlah yang besar. Dalam keadaan normal, darah yang terdapat di

Page 30: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

13

dalam vena hepatic dan sinus hepatic hanya berkisal 450 mL.

Tetapi bila tekanan dalam atrium kanan sangat meningkat,

terutama pada keadaan payah jantung dengan bendungan perifer,

hati dapat menampung darah sampai 1000 mL. Hati dapat

berfungsi sebagai reservoir darah bila terjadi peningkatan volume

dan dapat mensuplai darah pada saat terjadi kekurangan darah.

5. Fungsi Metabolik Hati

a. Metabolisme Karbohidrat

Dalam metabolisme karbohidrat, hati melakukan fungsi

spesifik yaitu : (1) menyimpan glikogen, (2) mengubah galaktosa

dan fruktosa menjadi glukosa, (3) glukoneogenesis, dan (4)

membentuk banyak senyawa penting hasil perantara

metabolisme karbohidrat.

b. Metabolisme Lemak

Fungsi hati dalam metabolisme lemak yaitu : (1) kecepatan

oksidasi beta asam lemak yang sangat cepat untuk mensuplai

energi bagi fungsi tubuh yang lain, (2) pembentukan sebagian

besar lipoprotein, (3) pembentukan sejumlah besar kolesterol

dan fosfolipid, dan (4) pengubahan sejumlah besar karbohidrat

dan protein menjadi lemak.

c. Metabolisme Protein

Fungsi hati paling penting dalam metabolisme protein

adalah: (1) deaminasi asam amino, (2) pembentukan ureum

Page 31: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

14

untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh, (3) pembentukan

protein plasma, dan (4) interkonversi di antara asam amino yang

berbeda demikian juga dengan ikatan penting lainnya untuk

proses metabolisme tubuh.

6. Pembentukan dan Ekskresi Empedu

Empedu dibentuk oleh hati. Melalui saluran empedu

interlobular yang terdapat di dalam hati, empedu yang dihasilkan

dialirkan ke kandung empedu untuk disimpan. Bila kita

mengonsumsi makanan berlemak, maka empedu yang tersimpan

tadi akan dikeluarkan dan dialirkan ke dalam usus dua belas jari

(duodenum) yang merupakan bagian teratas dari usus kecil. Dalam

sehari, sekitar 1 liter empedu diekskresikan oleh hati. Empedu

sebagian besar terdiri dari air (97%), sisanya terdiri atas elektrolit,

garam empedu, fosfolipid, kolesterol, dan pigmen empedu

(bilirubin). Garam empedu penting untuk pencernaan dan

penyerapan lemak dalam usus halus. Garam ini sebagian besar

diserap kembali oleh usus dan dialirkan kembali ke hati. Bilirubin

atau pigmen empedu yang dapat menyebabkan warna kuning pada

jaringan dan cairan tubuh sangat penting sebagai indikator penyakit

hati dan saluran empedu.

Page 32: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

15

II.3.3 Biomarker Pemeriksaan Fungsi Hati

1. Transaminase

a. GOT (Glutamic Oxaloacetic Transaminase / Aspartate

Transaminase)

Banyak dijumpai di jantung, otot-otot skelet, dan ginjal. Jika

jaringan tersebut mengalami kerusakan yang akut, kadar dalam

serum akan naik. Hal ini disebabkan karena bebasnya enzim

intraselular dari sel-sel yang rusak ke dalam sirkulasi. Kadar

yang naik ini terjadi jika terdapat kerusakan pada hati dan

jantung (Hadi S, 2002).

b. GPT (Glutamic Pyruvic Transaminase / Alanin Transaminase)

Dapat dijumpai dalam hati, sedang dalam jantung dan otot-

otot skelet agak kurang jika dibandingkan dengan GOT. Kadar

dalam serum naik terutama pada kerusakan dalam hati, jika

dibandingkan dengan GOT, sehingga jika terjadi kerusakan atau

radang pada hati, maka nilai GPT akan lebih spesifik

dibandingkan dengan GOT(Hadi S, 2002; Baron DN).

2. Alkali Fosfatase

Alkali fostfatase atau fosfo-monoesterase, kadar ini akan

naik pada kerusakan sel hepar. Perubahan tersebut tidak diketahui

mekanismenya. Alkali fosfatase dikeluarkan dari dalam empedu.

Nilai rujukan pada orang dewasa adalah 20-96 U/I : 3-13 satuan

King-Amstrong/dl. Peningkatan fosfatase alkali terutama yang lebih

Page 33: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

16

dari 180 U/I menunjukkan ukuran obstruksi bilier ekstrahepatik dan

intrahepatik misalnya sirosis biliaris primer. Peningkatan terutama

karena stimulasi oleh kolestasis, karena kelebihan sintesa enzim di

dalam sel hepar yang melapisi kanalikulus empedu. Peningkatan

moderat, umumnya sekitar 150 U/I, secara khas ditemukan pada

hepatitis virus. Peningkatan fosfatase alkali plasma yang disertai

sedikit peningkatan bilirubin plasma juga terlihat bila ada deposit

keganasan primer atau metastatik di dalam hepar dan peningkatan

serupa ditemukan pada sirosis walaupun tanpa obstruktif.

Fosfatase alkali plasma yang meningkat merupakan tanda dini

kerusakan hepar kolestatik karena obat-obatan tertentu seperti

klorpromazin (Hadi S, 2002; Baron DN; Gibson G dkk , 1991).

3. Kolinesterase

Kolinesterase adalah esterase non spesifik yang disintesis

oleh hati. Pada penyakit hepatoseluler, terutama pada sirosis dan

malnutrisi terdapat penurunan kadar kolinesterase. Sekarang

pemeriksaan ini jarang digunakan sebagai tes fungsi hepar, nilai

rujukan 2-5 U/I pada 37°C (Hadi S, 2002; Baron DN; Gibson G dkk,

1991).

4. GGT (Gamma Glutamil Transferase)

Enzim ini memberikan analisis yang sensitif, tetapi tidak

membedakan hepatobilier. Pada penyakit kolestatik, GGT

menyerupai alkali fosfatase, dengan sensitivitas utama bagi

Page 34: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

17

metastasis pada hepar dan tidak ada perubahan pada penyakit

tulang osteoblastik. Pada penyakit hepatoseluler, perubahan

serupa dengan transaminase. Nilai rujukan untuk laki-laki yaitu 10-

50 U/I dan untuk perempuan yaitu 7-30 U/I pada 37°C.

Analisis ini terutama berguna dalam mendeteksi enzim

mikrosom yang diinduksi oleh obat-obatan, yang terpenting adalah

alkohol pada peminum kronis (Baron DN; Gibson G,et al, 1991).

5. LDH (Lactic Dehydrogenase)

LDH banyak tersebar di jaringan, terutama dalam otot skelet,

jantung, hati, dan eritrosit. Kadar normalnya dalam serum adalah

500 units. Ini merupakan indeks yang relatif insensitif pada kelainan

hepatoseluler, tetapi pada penderita dengan neoplasma, kadar ini

sangat naik (Hadi S, 2002; Baron DN; Gibson G dkk, 1991).

Page 35: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

18

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

III.1 Penyiapan Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat-alat gelas,

humalyzer 3500 (Human®), timbangan analitik (Sartorius®), sentrifuge

(Hettich®), Mikropipet (Socorex®), water bath, rotari evaporator

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini, doksorubisin

injeksi (Dankos®), NaCMC 1%, ekstrak daun paliasa (Kleinhovia hospita

Linn.), aquadest, dietil eter, vitamin C (Prolabo®), reagen kit SGOT dan

SGPT (Human®), pipa kapiler, vacutainer, tabung eppendorf, spoit 1 mL

dan 3 mL(Terumo®), jarum suntik

III.2 Metode Kerja

III.2.1 Penyiapan Hewan Coba

Hewan coba yang digunakan yaitu tikus putih jantan sebanyak 19

ekor dengan bobot badan antara 150-250 gram dibagi menjadi 5

kelompok dan ditempatkan dalam kandang dengan akses makanan dan

minuman setiap hari selama masa pemeliharaan.

III.2.2 Penyiapan dan Ekstraksi Daun Paliasa

Sampel daun paliasa yang diperoleh di lingkungan Fakultas MIPA

Universitas Hasanuddin yaitu sebanyak 1,6 kg kemudian disortasi dengan

mengambil bagian daun yang tidak rusak, lalu dibersihkan dari pengotor-

pengotor yang ada menggunakan air mengalir. Sampel dikeringkan

Page 36: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

19

dengan cara diangin-anginkan. Setelah sampel kering, kemudian

dilakukan sortasi, bobot yang didapatkan yaitu 1,01 kg, kemudian

dilakukan perajangan lalu dimasukkan ke dalam toples untuk di ekstraksi.

Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi dengan

menggunakan pelarut etanol 70% selama 5 hari. Filtrat yang diperoleh

kemudian disaring dan diuapkan menggunakan rotari evaporator hingga

diperoleh ekstrak kental sebanyak 240,1 gram.

III.2.3 Larutan Doksorubisin

Doksorubisin yang digunakan adalah dalam bentuk sediaan injeksi

doksorubisin dalam vial dengan konsentrasi 5 mg/mL. Dosis yang

diberikan untuk tikus putih adalah 5 mg/kg BB/ injeksi dilakukan setiap

minggu selama 4 minggu. Untuk tikus putih dengan BB 200 gram dosis

yang diberikan diperoleh melalui perhitungan :

D = 5 mg/kg × 0,2 kg

= 1 mg

Jadi, untuk tikus putih dengan BB 200 gram (0,2 kg), volume (V)

larutan yang akan diinjeksikan adalah sebagai berikut :

𝑉 =𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

=1 𝑚𝑔

2 𝑚𝑔/𝑚𝑙 = 0,5 𝑚𝑙/𝑘𝑔 𝐵𝐵

Page 37: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

20

III.2.4 Konversi Dosis Doksorubisin pada manusia ke tikus (Nair AB

dkk, 2016)

Adapun dosis doksorubisin yang digunakan pada manusia, jika

dikonversi dan diberikan pada tikus yaitu:

Diketahui : 60 kg = 1,62 m2

60 kg = 1,62 m2

X = 1 m2

X = !!,!"

×60 𝑘𝑔

1 m2 = 37 kg

Dosis doksorubisin pada manusia = !" !"! !! =

!" !"!" !"

= 0,8 𝑚𝑔/𝑘𝑔BB

Dosis doksorubisin pada tikus = Dosis pada manusia × faktor konversi

= 0,8 mg/ kg BB × 6,14

= 5 mg /kg BB

III.2.5 Pembuatan Suspensi NaCMC 1%

Didispersikan NaCMC sebanyak 2,5 g ke dalam 250 mL aquadest

yang telah dipanaskan pada suhu 80°C sambil diaduk menggunakan

magnetik stirer sehingga terbentuk mucilago.

III.2.6 Perhitungan Volume Pemberian Ekstrak Daun Paliasa

Dosis ekstrak daun paliasa yang digunakan yaitu 250 mg/kg BB.

Pemilihan dosis dibuat berdasarkan penelitian sebelumnya (Djabir YY dkk,

2016).

Ditimbang 625 mg ekstrak daun paliasa yang disuspensikan

kedalam 25 ml NaCMC 1% untuk menghasilkan ekstrak daun paliasa 25

Page 38: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

21

mg/ml (2,5% b/v). Pemberian volume suspensi ekstrak daun paliasa

diberikan sesuai dengan bobot tikus, dimana setiap 200 gram bobot tikus

diberikan suspensi sebanyak 2 ml.

D = 250 mg/kg BB × 0,2 kg

= 50 mg

Konsentrasi suspensi = 625 mg/ 25 mL = 25 mg/ mL

Volume pemberian = !"#$#!"#$%#&'($)

= = !" !"!" !"/!"

= 2 mL / kg BB

III.2.7 Larutan Vitamin C

Dosis yang digunakan untuk vitamin C adalah 250 mg/kg BB

(Karabulut-Bulan O dkk, 2008). Serbuk asam askorbat (Vitamin C) terlebih

dahulu ditimbang sebanyak 0,5 gram kemudian dilarutkan menggunakan

aquadest sebanyak 10 mL, dan diperoleh larutan stok vitamin C dengan

konsentrasi 0,05 gram/mL. Volume pemberian untuk tikus 200 gram

adalah 1 mL / kg BB

II.2.8 Prosedur Percobaan

Hewan coba sebanyak 19 ekor tikus dibagi menjadi 5 kelompok,

dimana kelompok perlakuan terdiri dari :

1. Kelompok I (n=3) sebagai kontrol sehat

2. Kelompok II (n=4) diberi NaCMC 1% secara per oral selama 28

hari dan pada hari ke 6, 12, 18, 24 diberikan injeksi doksorubisin 5

mg/ kg BB secara i.p

Page 39: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

22

3. Kelompok III (n=4) diberikan ekstrak paliasa 250 mg/ kg BB secara

peroral selama 28 hari dan diinjeksikan doksorubisin 5 mg/kg BB

secara i.p pada hari ke 6, 12, 18, 24

4. Kelompok IV (n=4) diberikan Vitamin C 250 mg/kg BB secara

peroral berturut-turut selama 28 hari dan pada hari ke 6, 12. 18, 24

diinjeksikan dengan doksorubisin 5 mg/kg BB secara i.p.

5. Kelompok V (n=4) diberikan ekstrak daun paliasa 250 mg/ kg BB

secara peroral berturut-turut selama 28 hari

III.2.9 Preparasi Serum dan Analisis Fungsi Hati

Setelah 24 dan 96 jam injeksi doksorubisin, setiap tikus dianastesi

menggunakan dietil eter secara inhalasi. Sampel darah diambil melalui

vena ekor sebanyak 2 ml dan ditampung dalam tabung vakutainer,

kemudian disentrifugasi selama 20 menit dengan kecepatan 2500 rpm.

Bagian serum dikumpulkan dan disimpan pada suhu -20°C selama

sampel belum di analisis. Analisis fungsi hati dilakukan dengan

menggunakan reagen diagnostik untuk mengukur kadar SGOT dan SGPT

dalam serum menggunakan Humalyzer.

III.2.10 Analisa kadar SGOT

Dilakukan analisis kadar SGOT serum dengan menggunakan 50 µL

sampel ditambahkan dengan 1000 µL dapar, dihomogenkan dan

diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37°C. Kemudian ditambahkan 250

µL substrat, dihomogenkan dan diinkubasi selama 1 menit pada suhu

Page 40: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

23

37°C. Setelah itu dilakukan analisis kadar SGOT menggunakan alat

humalyzer.

III.2.11 Analisa kadar SGPT

Dilakukan analisis kadar SGPT serum dengan menggunakan 50 µL

sampel ditambahkan dengan 1000 µL dapar, dihomogenkan dan

diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37°C. Kemudian ditambahkan 250

µL substrat , homogenkan dan diinkubasi selama 1 menit pada suhu 37°C.

Setelah itu dilakukan analisis kadar SGPT menggunakan alat humalyzer.

III.2.12 Analisa Statistik

Data yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan software

SPSS 20. Distribusi dan homogenitas data diuji menggunakan

Kolmogorov-Smirnov Test dan Levene Test. Data yang terdistribusi

normal dianalisis menggunakan metode One Way Anova dilanjutkan

dengan Post Hoc Test LSD. Hasil dinyatakan signifikan apabila p < 0,05.

Page 41: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian

Hasil pengukuran kadar SGOT pada hari ke-25 dan ke-28 setelah

diberikan perlakuan ditunjukkan pada tabel 1 dan gambar 4. Plasma hari

ke-25 diambil sebagai gambaran data SGOT dan SGPT 24 jam setelah

injeksi doksorubisin siklus ke-4. Plasma hari ke-28 diambil sebagai

gambaran data SGOT dan SGPT setelah pemberian perlakuan 3 hari

setelah penyuntikan doksorubisin siklus ke-4.

Tabel 1. Kadar SGOT setelah pemberian perlakuan hari ke-25 dan ke-28 Perlakuan SGOT 25 ± SD (U/l) SGOT 28 ± SD (U/l)

Kontrol sehat 65,4 ±8,9 65,4 ±8,9 NaCMC +

Doksorubisin 86,8 ± 6 105,2 ± 29,3

Paliasa + Doksorubisin 123,8 ± 21,3 141,6 ± 28,7

Vit. C + Doksorubisin 131,7 ± 15,7 125 ± 37,2

Paliasa 80,3 ± 28,7 73,6 ± 10,7

Gambar 4. Rata-rata Kadar SGOT serum pada tikus setelah perlakuan pada hari ke-

25 dan hari ke-28 (a: P<0.05 dibanding SGOT 25 kontrol sehat, b: P<0.05 dibanding SGOT 25 NaCMC+Doksorubisin, c: P<0.05 dibanding SGOT 28 kontrol sehat, d: P<0.05 dibanding SGOT 28 paliasa).

a,b a,bc,d c,d

0.0

50.0

100.0

150.0

200.0

kontrolsehat NaCMC+Doksorubisn

paliasa+Doksorubisin

Vit.C+Doksorubisin

paliasa

Kada

rSGOT(U/l)

Perlakuan

SGOThari25

SGOThari28

Page 42: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

25

Adapun hasil pengukuran kadar SGPT pada hari ke-25 dan ke-28

setelah diberikan perlakuan ditunjukkan pada tabel 2 dan gambar 5.

Tabel 2. Kadar SGPT setelah pemberian perlakuan hari ke-25 dan ke-28 Perlakuan SGPT 25 ± SD (U/l) SGPT 28 ± SD (U/l)

Kontrol sehat 45,9 ± 11,6 45,9 ± 11,6 NaCMC +

Doksorubisin 40 ± 10,5 54,8 ± 8,5

Paliasa + Doksorubisin 30,9 ± 10,3 40,2 ± 4,6

Vit. C + Doksorubisin 39 ± 14.,9 45,9 ± 12,7

Paliasa 41 ± 4,5 48,3 ± 5,2

Gambar 5. Rata-rata Kadar SGPT serum pada tikus setelah perlakuan pada hari ke-

25 dan hari ke-28

IV.2 Pembahasan Doksorubisin adalah salah satu obat antikanker yang paling penting

dan banyak digunakan. Doksorubisin digolongkan dalam antibiotik

antrasiklin yang diisolasi dari jamur Streptomyces peucetius var. caesius.

Penggunaan doksorubisin dibatasi karena dapat menyebabkan

kardiotoksisitas. Selain itu, obat ini juga dapat menyebabkan

hepatotoksisitas dan nefrotoksisitas.

0.010.020.030.040.050.060.070.0

kontrolsehat NaCMC+Doksorubisn

paliasa+Doksorubisin

Vit.C+Doksorubisin

paliasa

Kada

rSGPT

(U/l)

Perlakuan

SGPThari25SGPThari28

Page 43: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

26

Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa pemberian

doksorubisin dosis toksik secara akut dapat menyebabkan peningkatan

SGOT dan SGPT tikus 2x lipat. Namun, berbeda dengan penelitian

sebelumnya, penelitian kali ini bertujuan untuk melihat apakah

penggunaan doksorubisin dalam dosis terapi sebanyak 4 siklus (5 mg/

siklus) juga dapat meningkatkan kadar SGOT dan SGPT tikus.

Dari penelitian ini, terlihat bahwa 24 jam setelah penyuntikan

doksorubisin pada siklus ke-4, terlihat peningkatan SGOT yang tidak

signifikan pada tikus yang diberikan NaCMC dan doksorubisin. Kemudian,

pada hari ke-28 atau 96 jam setelah penyuntikan doksorubisin siklus ke-4,

terlihat peningkatan dari 86,8 ± 6 U/l menjadi 105,2 ± 29,3 U/l, walaupun

peningkatan tersebut tidak signifikan secara statistik. Hal ini

mengindikasikan bahwa penyuntikan doksorubisin pada dosis rendah dan

berulang dapat menimbulkan gangguan fungsi hati/jantung, tetapi

membutuhkan proses yang lebih lama dari paparan yang diberikan pada

penelitian ini. Terdapat pola dimana kadar SGOT terus meningkat hingga

96 jam setelah penyuntikan.

Pola peningkatan SGOT juga terlihat pada kelompok tikus yang

diberi doksorubisin dengan paliasa. Hasil pengukuran kadar SGOT tikus

pada hari ke-25 dan ke-28 meningkat secara signifikan dari 123,8 ± 21,3

U/l menjadi 141,6 ± 28,7 U/l dibandingkan dengan kontrol sehat. Hal ini

mungkin terjadi karena terdapat interaksi antara doksorubisin dengan

paliasa yang memicu peningkatan SGOT karena pemberian dilakukan

Page 44: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

27

pada hari yang sama, walaupun sudah terdapat interval waktu pemberian

2 jam. Peningkatan SGOT bisa menjadi marker terjadinya kerusakan hati

atau jantung atau keduanya. Seperti diketahui, salah satu efek samping

dari doksorubisin yaitu hepatotoksisitas dan kardiotoksisitas. Hal tersebut

terjadi akibat peningkatan stress oksidatif, yang dibuktikan dengan adanya

peningkatan spesies oksigen reaktif dan peroksidasi lipid. Mekanisme lain

adalah penurunan jumlah antioksidan, penghambatan sintesis asam

nukleat dan protein, mempengaruhi fungsi adrenergik dan penurunan

ekspresi gen spesifik jantung (Maifitriani dkk, 2015).

Dilakukan pula pemberian ekstrak daun paliasa selama 28 hari

dengan tujuan untuk mengetahui apakah ekstrak daun paliasa sendiri

tidak memberikan efek peningkatan SGOT. Hasil penelitian menunjukkan

pemberian paliasa sendiri tidak meningkatkan SGOT tikus baik hari ke-25

maupun hari ke-28.

Peningkatan SGOT setelah hari ke-25 juga terjadi pada tikus yang

diberikan doksorubisin dan vitamin C yaitu 131,7 ± 15,7 U/l. Tetapi,

setelah pemberian vitamin C pada hari ke-28 terjadi penurunan kadar

SGOT menjadi 125 ± 37,2 U/l walaupun tidak berbeda secara signifikan

(lihat gambar 4.). Peningkatan SGOT pada tikus yang diberi vitamin C

belum diketahui alasan yang pasti.

Pada hasil pengukuran SGPT, terlihat bahwa 24 jam setelah

penginjeksian doksorubisin pada siklus ke-4, tidak terlihat adanya

peningkatan SGPT yang signifikan pada semua kelompok perlakuan.

Page 45: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

28

Terlihat bahwa hasil pengukurannya lebih rendah dibandingkan kontrol

sehat dimana pada hari ke-25 atau 24 jam setelah penginjeksian, kadar

SGPT berkisar antara 39 – 45,9 U/l. Namun, pada hari ke-28 atau 96 jam

setelah penyuntikan doksorubisin siklus ke-4, terlihat peningkatan bahkan

ada yang berada di atas 45,9 U/l. Pada kelompok tikus yang diberikan

NaCMC dan doksorubisin peningkatan terjadi dari 40 ± 10,5 U/l menjadi

54,8 ± 8,5 U/l. Hal ini mungkin menunjukkan bahwa dosis 5 mg/ siklus

tidak cukup tinggi untuk menginduksi kerusakan hati. Berbeda dengan

SGPT, SGOT bisa mengindikasikan disfungsi jantung, dimana telah

diketahui bahwa efek kardiotoksisitas doksorubisin lebih besar dibanding

efek hepatotoksisitasnya.

Pada kelompok yang diberi doksorubisin dan paliasa, SGPT tikus

meningkat yaitu 30,9 ± 10,3 U/l menjadi 40,2 ± 4,6 U/l. Hal ini mungkin

menunjukkan terjadi efek antara doksorubisin dengan paliasa yang

memicu peningkatan SGPT pada hari ke-28. Peningkatan SGPT bisa

menjadi marker terjadinya kerusakan hati yang lebih spesifik. Peningkatan

SGPT setelah hari ke-25 juga terjadi pada tikus yang diberikan

doksorubisin dan vitamin C dan semakin meningkat 3 hari setelah

pemberian vitamin C (hari ke-28) yaitu 39 ± 14,9 U/l menjadi 45,9 ± 12,7

U/l walaupun tidak signifikan. Peningkatan SGPT pada tikus yang diberi

Vit. C belum diketahui alasan yang pasti. Beberapa pustaka

memperlihatkan bahwa pemberian vitamin C bila diberikan sebelum

penyuntikan doksorubisin 25 mg/ kg BB sekali injeksi bisa memberikan

Page 46: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

29

efek protektif (Djabir YY dkk, 2016). Namun, pemberian bersama selama 4

siklus (5 mg/ kg BB) pada penelitian ini tidak memperlihatkan efek

hepatoprotektif. Mungkin salah satu alasannya karena injeksi doksorubisin

dosis 5 mg/ kg BB ternyata tidak cukup tinggi untuk menginduksi

peningkatan SGPT pada hari ke 25 dan ke 28. Terbukti pada hasil

perhitungan t-test yang memperlihatkan bahwa peningkatan SGOT dan

SGPT yang terjadi dari hari ke-25 hingga hari ke-28 tidak signifikan.

Page 47: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

30

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa :

1. Pemberian ekstrak daun paliasa dan Doksorubisin dosis ganda

dapat menyebabkan peningkatan kadar SGOT yang signifikan

2. Pemberian ekstrak daun paliasa dan Doksorubisin dosis ganda

dapat menyebabkan peningkatan kadar SGPT, namun tidak

signifikan dibandingkan kontrol sehat.

V.2 Saran

Penelitian sebaiknya dilanjutkan dengan pemeriksaan histologi

pada jaringan hati untuk lebih mengetahui kerusakan yang terjadi pada

jaringan setelah dilakukan penyuntikan doksorubisin dosis ganda.

Page 48: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

31

DAFTAR PUSTAKA

Baron DN. Patologi Klinik. Terjemahan oleh Andrianto P & Gunawan J. Jakarta. EGC. Hal. 221

Bruton L, Lazo JS, Parker KL. 2005. Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics 11th edition. McGrawHill, Lange. 1357.

Cecen E, Dost T, Culhaci N, Karul A, Ergur B, Birincioglu M. 2011. Protective Effect of Sylimarin against doxorubicin-induced toxicity. Asian Pac J Cancer Prev. 12(10):2697-2704

Djabir YY, Arsyad A, Budiarto S. 2015. Paliasa Leaf (Kleinhovia hospita Linn.) Extract Can Prevent Hepatotoxicity Induced By Chronic Use Of High Dose Paracetamol. Journal STIFA Makassar.1(1).

Djabir YY, Arsyad MA, Sartini, Subehan. 2016. Uji Efek Protektif daun paliasa (Kleinhovia hospita Linn) Untuk mencegah toksisitas doksorubisin terhadap sel jantung, hepar, dan ginjal. Laporan Penelitian Unggulan Perguruan tinggi. Universitas Hasanuddin.

Djabir YY, Usmar U, Wahyudin E, Mamada SS, Hamka IRN, Putri DPS, Amalia I. 2016. Roles of Vitamin C and Vitamin E on Doxorubicin-Induced Renal and Liver Toxicity in Rats. Nusantara Medical Science. 1(2)

Elgml SA, Hashish EA. 2004. Clinicopathological studies of Thymus vulgaris Extract Against Cadmium Induced Hepatotoxicity in Albino Rats. Global Journal of Pharmacology. 8 (4): 501-509

Ganiswara, S.B., 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi V, Bagian Farmakologi FKUI, Jakarta. 751.

Gibson G, Skett P. 1991. Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme obat. Di dalam : Aisyah I, editor. Pengantar metabolisme obat. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Hal 153

Guyton AC, Hall JE. Hati sebagai suatu organ. Di dalam : setiawan I, editor. Fisiologi Kedokteran edisi 9. EGC. Jakarta. Hal. 1105-1107

Hadi S. 2002. Gastoenterologi Edisi 7. PT. Alumni. Bandung. Hal. 415

Jambhulkar S, Deshireddy S, Jestadi DB, Periyasamy L. 2014. Quercetin Attenuating Doxorubicin Induced Hepatic, Cardiac and Renal Toxicity in Male Albino Wistar Rats. American Journal of Phytimedicine and Clinical Therapeutics. 2(8):985-1004.

Page 49: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

32

Kala’padang D. 2017. Evaluasi Efek Protektif Ekstrak Daun Paliasa (Kleinhovia hospita. Linn) Terhadap Peningkatan SGOT dan SGPT Pada Hati Tikus yang Di Induksi Dengan Doksorubisin. Skripsi. Universitas Hasanuddin.

Karabulut-Bulan O, Bolkent S, Yanardag R, Bilgin-Sokmen B. 2008. The Role Of Vitamin C, Vitamin E, and Selenium on cadmium-induced renal Toxicity of Rats. Drug Chem Toxicol. 31(4):413-426.

Kee JL, Hayes ER. Farmakologi pendekatan proses keperawatan. Penerbit buku kedokteran. Jakarta. Hal. 397

Kumar A, Gautam B, Dubey C, Tripathi PK. 2014. A review: Role of Doxorubicin treatment of cancer. International Journal of Pharmaceutical Science and Research. 5(10):4117-4128

Maifitriani, Sutandyo N, Andrajati R. 2015. Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Fraksi Ejeksi Ventrikel Kiri Pada Pasien Kanker Yang Mendapatkan Kemoterapi Doksorubisin Di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Media Farmasi. 12(2):233-246

Minoti G, Menna P, Salvatorelli E, Cairo G, Gianni L. 2004. Anthracyclins: Molecular Advaced and Pharmacology Developments in Antitumor activity and cardiotoxicity. Pharmacol Rev. 56:185-228

Mycek MJ, Harvey RA, dan Champe CC. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Lippincottt’s Illustrated Reviews: Farmacology. Penerjemah Azwar Agoes. Edisi II. Widya Medika. Jakarta. 390.

Nair AB, Jacob S. 2016. A simple practice guide for dose conversion between animals and human. Journal of basic and clinical pharmacy. 7(2):27-31

Paramita S. 2016. Paliasa (Kleinhovia hospita L.):Review sebuah tumbuhan obat dari Kalimantan Timur. Research Gate. 9(1):29-36

Raflizar, Adimunca C, Sulistyowati T. 2006. Dekok Daun Paliasa (Kleinhovia hospita Linn.) Sebagai Obat Radang Hati Akut. Cermin Dunia Kedokteran. 150 : 10 – 14.

Raflizar. 2009. Sub chronic toxicity test from alkohol extract paliasa leaves (Kleinhovia hospital Linn) to Hepar/Liver and kidney of experimental mice. Media peneliti dan pengembang kesehatan. 19(4):204-213.

Raflizar, Sihombing M. 2009. Dekok Daun Paliasa (Kleinhovia hospital Linn) Sebagai Obat radang Hati Akut. Jurnal Ekologi Kesehatan. 8(2):984-993

Page 50: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

33

Rashid R, Ali N, Nafees S, Ahmad ST, Arjumand W, Hasan SK, Sultana S. 2013. Allevation of doxorubicin induced nephrotoxicity and hepatotoxicity by chrysyn in wistar rats. Toxicol Mech Method. 23(5):337-345

Riddick AS, et al. 2005. Cancer Chemotherapy and Drug Metabolism.The American Society for Pharmacology and Experimental Therapeutic. 33(8):1083-1096

Saad SY, Najjar TA. 2001. The preventive role of deferoxamine against acute doxorubicin-induced cardiac, renal, and hepatic toxicity in rats. Pharmacological Research. 43(3):211-218

Sneel RS. 1970. Clinical and Fungsional histologi. Little Brown Company. Boston. Toronto. Hal. 477-487

Tam K. 2013. The Roles of Doxorubicin in Hepatocellular carcinoma. ADMET & DMPK. 1(3):29-44

Tandililing S. 2017. Evaluasi Efek Protektif Ekstrak Daun Paliasa (Kleinhovia hospita. Linn) Terhadap Peningkatan peroksidasi Lipid Hati pada Tikus putih yang Di Induksi Dengan Doksorubisin Skripsi. Universitas Hasanuddin.

Yang XL, Fan CH, Zhu HS. 2012. Photo-induced cytotoxicity of malonic acid (C60) fullerene derivatives and its mechanism. Toxicol In Vitro. 16:41-46.

Page 51: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

34

LAMPIRAN 1

SKEMA KERJA

Tikusputih(n=19)

Aklimatisasiselama14hari

KelompokII(n=4) KelompokIII(n=4) KelompokIV(n=4) KelompokV(n=4)

KelompokV:Ekstrakpaliasa

250mg/kgBBp.o

KelompokIV:VitaminC250

mg/kg

KelompokIII:Ekstrakpaliasa

250mg/kgBBp.o

KelompokII:NaCMC1%b/v

p.o

Perlakuanselama28

hari

Doksorubisin5mg/kgBBi.p

Doksorubisin5mg/kgBBi.p

Doksorubisin5mg/kgBBi.p

Penginjeksiandoksorubisin 2 jamsetelah perlakuanpadahari ke6,12,18dan24

Pengambilanspesimendarahharike25melaluivenalateralis

Pengambilanspesimendarahharike28melaluivenalateralis

Analisis SGOT dan SGPTmenggunakanhumalyzer

KelompokI(n=3)

Pembahasan Hasil danpenarikanKesimpulan

KelompokI:KontrolSehat(tidakdiberiperlakuanapapun)

Page 52: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

35

LAMPIRAN 2

PROTOKOL KERJA

Kelompok I

Keterangan:

A : pengambilan darah kontrol sehat (tidak diberikan perlakuan apapun)

Kelompok II

Keterangan:

A : perlakuan selama 28 hari (NaCMC 1% b/v )

B : injeksi doksorubisin

C : pengambilan darah 24 jam setelah injeksi doksorubisin terakhir

D : pengambilan darah 96 jam setelah injeksi doksorubisin terakhir

Kelompok III

Keterangan:

A : perlakuan selama 28 hari (ekstrak paliasa 250 mg/ kg BB )

Page 53: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

36

B : injeksi doksorubisin

C : pengambilan darah 24 jam setelah injeksi doksorubisin terakhir

D : pengambilan darah 96 jam setelah injeksi doksorubisin terakhir

Kelompok IV

Keterangan:

A : perlakuan selama 28 hari (Vitamin C 250 mg/kg BB)

B : injeksi doksorubisin

C : pengambilan darah 24 jam setelah injeksi doksorubisin terakhir

D : pengambilan darah 96 jam setelah injeksi doksorubisin terakhir

Kelompok V

Keterangan:

A : perlakuan selama 28 hari ( Ekstrak Paliasa 250 mg/kg BB )

B : pengambilan darah 24 jam setelah injeksi doksorubisin terakhir

C : pengambilan darah 96 jam setelah injeksi doksorubisin terakhir

Page 54: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

37

LAMPIRAN 3

HASIL PENGUKURAN SGOT DAN SGPT

kelompokperlakuan SGOThari25(U/l)

SGOThari28(U/l)

SGPThari25(U/l)

SGPThari28(U/l)

KontrolSehat1 57.4 57.4 39 392 75.1 75.1 59.4 59.43 63.7 63.7 39.5 39.5

RATA 65.4 65.4 45.9 45.9STDEV 8.9 8.9 11.6 11.6

NaCMC+Doksorubisin

1 90.9 93 51.7 53.12 77.9 71.8 34.5 45.53 89.1 139.7 45.3 664 89.4 116.4 28.4 54.7

RATA 86.8 105.2 40.0 54.8STDEV 6.0 29.3 10.5 8.5

Paliasa+Doksorubisin

1 99.6 148.7 20.7 38.42 117.3 123 25.9 37.13 150.7 178.9 44.7 474 127.6 115.6 32.1 38.4

RATA 123.8 141.6 30.9 40.2STDEV 21.3 28.7 10.3 4.6

VitaminC+Doksorubisin

1 109.6 91.8 40 35.92 142.5 137.8 24.1 49.13 143.2 98.6 59.1 364 131.5 171.7 32.9 62.4

RATA 131.7 125.0 39.0 45.9STDEV 15.7 37.2 14.9 12.7

Paliasa

1 113.4 80.8 42.9 53.22 95.3 83.8 36 41.23 55 69.1 39 50.94 57.65 60.7 46.28 47.72

RATA 80.3 73.6 41.0 48.3STDEV 28.7 10.7 4.5 5.2

Page 55: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

38

LAMPIRAN 4

HASIL DATA STATISTIK

Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Frequencies

sgot N

NaCMCDokso sgot25 4

sgot28 4

Total 8

PaliasaDokso sgot25 4

sgot28 4

Total 8

VitCDokso sgot25 4

sgot28 4

Total 8

Paliasa sgot25 4

sgot28 4

Total 8

Test Statisticsa

NaCMCDokso PaliasaDokso VitCDokso Paliasa

Most Extreme Differences Absolute .750 .250 .500 .500

Positive .750 .250 .250 .500

Negative -.250 .000 -.500 -.500

Kolmogorov-Smirnov Z 1.061 .354 .707 .707

Asymp. Sig. (2-tailed) .211 1.000 .699 .699

a. Grouping Variable: sgot

Page 56: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

39

Frequencies

sgpt N

NaCMCDokso sgpt25 4

sgpt28 4

Total 8

PaliasaDokso sgpt25 4

sgpt28 4

Total 8

VitCDokso sgpt25 4

sgpt28 4

Total 8

Paliasa sgpt25 4

sgpt28 4

Total 8

Test Statisticsa

NaCMCDokso PaliasaDokso VitCDokso Paliasa

Most Extreme Differences Absolute .750 .750 .500 .750

Positive .750 .750 .500 .750

Negative .000 .000 .000 .000

Kolmogorov-Smirnov Z 1.061 1.061 .707 1.061

Asymp. Sig. (2-tailed) .211 .211 .699 .211

a. Grouping Variable: sgpt

Page 57: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

40

T-Test

Group Statistics

sgot N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

NaCMCDokso sgot25 4 86.825 6.0019 3.0009

sgot28 4 105.225 29.3263 14.6631

PaliasaDokso sgot25 4 123.800 21.3381 10.6690

sgot28 4 141.550 28.6569 14.3284

VitCDokso sgot25 4 131.700 15.6774 7.8387

sgot28 4 124.975 37.1660 18.5830

Paliasa sgot25 4 80.337 28.7154 14.3577

sgot28 4 73.600 10.6855 5.3428

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances

F Sig.

NaCMCDokso Equal variances assumed 7.713 .032

Equal variances not assumed

PaliasaDokso Equal variances assumed .630 .458

Equal variances not assumed

VitCDokso Equal variances assumed 4.969 .067

Equal variances not assumed

Paliasa Equal variances assumed 13.586 .010

Equal variances not assumed

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

NaCMCDokso Equal variances assumed -1.229 6 .265 -18.4000 14.9671

Equal variances not

assumed -1.229 3.251 .300 -18.4000 14.9671

PaliasaDokso Equal variances assumed -.994 6 .359 -17.7500 17.8643

Page 58: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

41

Equal variances not

assumed -.994 5.544 .362 -17.7500 17.8643

VitCDokso Equal variances assumed .333 6 .750 6.7250 20.1686

Equal variances not

assumed .333 4.035 .755 6.7250 20.1686

Paliasa Equal variances assumed .440 6 .675 6.7375 15.3195

Equal variances not

assumed .440 3.815 .684 6.7375 15.3195

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

NaCMCDokso Equal variances assumed -55.0231 18.2231

Equal variances not assumed -64.0184 27.2184

PaliasaDokso Equal variances assumed -61.4623 25.9623

Equal variances not assumed -62.3478 26.8478

VitCDokso Equal variances assumed -42.6258 56.0758

Equal variances not assumed -49.0819 62.5319

Paliasa Equal variances assumed -30.7480 44.2230

Equal variances not assumed -36.6213 50.0963

Group Statistics

sgpt N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

NaCMCDokso sgpt25 4 39.975 10.4847 5.2424

sgpt28 4 54.825 8.4622 4.2311

PaliasaDokso sgpt25 4 30.850 10.3426 5.1713

sgpt28 4 40.225 4.5581 2.2790

VitCDokso sgpt25 4 39.025 14.8798 7.4399

sgpt28 4 45.850 12.6556 6.3278

Paliasa sgpt25 4 41.045 4.4900 2.2450

sgpt28 4 48.255 5.2124 2.6062

Page 59: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

42

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances

F Sig.

NaCMCDokso Equal variances assumed .802 .405

Equal variances not assumed

PaliasaDokso Equal variances assumed 1.902 .217

Equal variances not assumed

VitCDokso Equal variances assumed .015 .906

Equal variances not assumed

Paliasa Equal variances assumed .022 .887

Equal variances not assumed

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

NaCMCDokso Equal variances assumed -2.204 6 .070 -14.8500 6.7368

Equal variances not

assumed -2.204 5.744 .072 -14.8500 6.7368

PaliasaDokso Equal variances assumed -1.659 6 .148 -9.3750 5.6512

Equal variances not

assumed -1.659 4.123 .170 -9.3750 5.6512

VitCDokso Equal variances assumed -.699 6 .511 -6.8250 9.7669

Equal variances not

assumed -.699 5.849 .511 -6.8250 9.7669

Paliasa Equal variances assumed -2.096 6 .081 -7.2100 3.4398

Equal variances not

assumed -2.096 5.871 .082 -7.2100 3.4398

Page 60: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

43

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

NaCMCDokso Equal variances assumed -31.3344 1.6344

Equal variances not assumed -31.5141 1.8141

PaliasaDokso Equal variances assumed -23.2031 4.4531

Equal variances not assumed -24.8825 6.1325

VitCDokso Equal variances assumed -30.7238 17.0738

Equal variances not assumed -30.8739 17.2239

Paliasa Equal variances assumed -15.6269 1.2069

Equal variances not assumed -15.6719 1.2519

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

sgot25 Between Groups 12108.477 4 3027.119 8.745 .001

Within Groups 4846.044 14 346.146

Total 16954.521 18

sgot28 Between Groups 15572.200 4 3893.050 5.624 .006

Within Groups 9691.185 14 692.227

Total 25263.385 18

sgpt25 Between Groups 431.814 4 107.954 .918 .481

Within Groups 1646.212 14 117.587

Total 2078.026 18

sgpt28 Between Groups 443.197 4 110.799 1.398 .285

Within Groups 1109.960 14 79.283

Total 1553.157 18

Page 61: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

44

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

LSD

Depende

nt

Variable (I) kelompok (J) kelompok

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

sgot25 kontrolsehat NaCMC+dokso -21.4250 14.2098 .154 -51.902 9.052

paliasa+Dokso -58.4000* 14.2098 .001 -88.877 -27.923

VitC+Dokso -66.3000* 14.2098 .000 -96.777 -35.823

paliasa -14.9375 14.2098 .311 -45.414 15.539

NaCMC+dokso kontrolsehat 21.4250 14.2098 .154 -9.052 51.902

paliasa+Dokso -36.9750* 13.1557 .014 -65.191 -8.759

VitC+Dokso -44.8750* 13.1557 .004 -73.091 -16.659

paliasa 6.4875 13.1557 .630 -21.729 34.704

paliasa+Dokso kontrolsehat 58.4000* 14.2098 .001 27.923 88.877

NaCMC+dokso 36.9750* 13.1557 .014 8.759 65.191

VitC+Dokso -7.9000 13.1557 .558 -36.116 20.316

paliasa 43.4625* 13.1557 .005 15.246 71.679

VitC+Dokso kontrolsehat 66.3000* 14.2098 .000 35.823 96.777

NaCMC+dokso 44.8750* 13.1557 .004 16.659 73.091

paliasa+Dokso 7.9000 13.1557 .558 -20.316 36.116

paliasa 51.3625* 13.1557 .002 23.146 79.579

Page 62: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

45

paliasa kontrolsehat 14.9375 14.2098 .311 -15.539 45.414

NaCMC+dokso -6.4875 13.1557 .630 -34.704 21.729

paliasa+Dokso -43.4625* 13.1557 .005 -71.679 -15.246

VitC+Dokso -51.3625* 13.1557 .002 -79.579 -23.146

sgot28

kontrolsehat NaCMC+dokso -39.8250 20.0948 .067 -82.924 3.274

paliasa+Dokso -76.1500* 20.0948 .002 -119.249 -33.051

VitC+Dokso -59.5750* 20.0948 .010 -102.674 -16.476

paliasa -8.2000 20.0948 .689 -51.299 34.899

NaCMC+dokso kontrolsehat 39.8250 20.0948 .067 -3.274 82.924

paliasa+Dokso -36.3250 18.6041 .071 -76.227 3.577

VitC+Dokso -19.7500 18.6041 .306 -59.652 20.152

paliasa 31.6250 18.6041 .111 -8.277 71.527

paliasa+Dokso kontrolsehat 76.1500* 20.0948 .002 33.051 119.249

NaCMC+dokso 36.3250 18.6041 .071 -3.577 76.227

VitC+Dokso 16.5750 18.6041 .388 -23.327 56.477

paliasa 67.9500* 18.6041 .003 28.048 107.852

VitC+Dokso kontrolsehat 59.5750* 20.0948 .010 16.476 102.674

NaCMC+dokso 19.7500 18.6041 .306 -20.152 59.652

paliasa+Dokso -16.5750 18.6041 .388 -56.477 23.327

paliasa 51.3750* 18.6041 .015 11.473 91.277

paliasa kontrolsehat 8.2000 20.0948 .689 -34.899 51.299

NaCMC+dokso -31.6250 18.6041 .111 -71.527 8.277

Page 63: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

46

paliasa+Dokso -67.9500* 18.6041 .003 -107.852 -28.048

VitC+Dokso -51.3750* 18.6041 .015 -91.277 -11.473

Page 64: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

47

LAMPIRAN 5

GAMBAR PENELITIAN

Gambar 6. Ekstrak paliasa Gambar 7. Tikus putih

Gambar 8. Pengambilan Doksorubisin Gambar 9. Penyuntikan Doksorubisin

Gambar 10. Pengambilan darah Gambar 11. Serum Darah Tikus

Page 65: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

48

Gambar 12. Kit SGPT Gambar 13. Kit SGOT

Gambar 14. Humlyzer

Page 66: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PALIASA (Kleinhovia

49

LAMPIRAN 6

REKOMENDASI PERSETUJUAN ETIK