Upload
vubao
View
225
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015
71
PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, GAYA KEPEMIMPINAN DAN
KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL
(STUDI KASUS PADA UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCABUDI)
Oleh : Syafriadi. SE.,MM
Dosen : FEB – UNPAB Medan
Abstract : The purpose of this research have to test the influence of budgetary
participation, leadership, and organization commitment on the managerial
performance in Pembangunan Pancabudi University Medan. Hypotheses that
proposed is budgetary participation, leadership, and organization commitment to
the managerial performance is significant with simultaneous test or partial test in
Pembangunan Pancabudi University Medan. The population of this research is
leader and staff in office of Pembangunan Pancabudi University usually in making
budgetary policy amount 65 persons (source data in employer unit, 2009). The
adjustment small population also this research with census. And than process and
analyze data by using multiple regression models through SPSS version 14. The
result of this research is in the simultaneous budgetary participation, leadership,
and organizational commitment significantly influence on managerial performance,
and with partial test budgetary participation, leadership, and organizational
commitment is positively significant influence on managerial performance in
Pembangunan Pancabudi University Medan.
Keywords : Budgetary participation, leadership, organization commitment,
managerial performance.
Pendahuluan
Kinerja telah menjadi kata kunci
yang banyak dibicarakan diberbagai
organisasi mulai dari organisasi perusahaan,
pemerintahan, dan juga perguruan tinggi.
Demikian juga kinerja masuk dalam setiap
aspek sosial ekonomi kemasyarakatan.
Kondisi ini terlihat dari banyak organisasi
yang memasukkan kata kinerja dalam visi
dan misinya. Pencapaian kinerja tidak
hanya diharapkan pada karyawan saja
melainkan dalam jangka panjang
diharapkan mampu meningkatkan kinerja
kelembagaan.
Kinerja menjadi gambaran
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, visi dan misi organisasi yang
tertuang dalam strategi perencanaan suatu
organisasi. Pengukuran kinerja adalah suatu
proses penilaian kemajuan pekerjaan
terhadap tujuan dan sasaran yang telah
ditentukan sebelumnya, termasuk informasi
tentang efisiensi penggunaan sumberdaya
dalam menghasilkan output yang
berkualitas, membandingkan hasil kerja
dengan rencana kerja, serta menunjuk
efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.
Universitas Pembangunan
Pancabudi sebagai salah satu dari empat
perguruan tinggi Negeri yang ada di
Provinsi Sumatera Utara juga melakukan
perencanaan dan upaya-upaya untuk
meningkatkan kinerja karyawan dan kinerja
kelembagaan dalam meningkatkan
efektivitas pelayanan kualitas pendidikan
tinggi di Indonesia, khususnya untuk
masyarakat Propinsi Sumatera Utara.
Sebagai universitas yang relatif baru di
negerikan pada tahun 2001, Universitas
Pembangunan Pancabudi terus melakukan
pembenahan dalam pengelolaan organisasi,
meningkatkan kinerja organisasi agar dapat
mencapai visi dan misi yang telah
ditetapkan.
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015
72
Upaya universitas dalam
meningkatkan kinerja organisasional
terlihat dari peningkatan berbagai aspek
kelembagaan; upaya untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia
telah menunjukkan kemajuan yang pesat.
Sebagai perbandingan, jika pada awal
penegerian (tahun 2001) jumlah karyawan
dan dosen masih sangat terbatas yakni
hanya 125 orang, pada saat ini jumlah
dosen telah mencapai 423 orang ditambah
jumlah karyawan mencapai 234 orang.
Selain itu pada awal menjadi Perguruan
Tinggin Negeri (PTN) sangat sedikit dosen
yang berkualifikasi pendidikan Magister,
pada saat ini dari 423 orang dosen, 95%
telah menyelesaikan pendidikan setingkat
Magister, bahkan 11 orang diantaranya
telah menyelesaikan pendidikan Doktoral
dan 1 orang guru besar.
Dalam meningkatkan kinerja
organisasi tidak terlepas dari berbagai
faktor yang mempengaruhinya. Banyak
faktor yang turut menentukan suatu
organisasi sukses dalam meningkatkan
kinerja, baik yang telah dibuktikan secara
empiris oleh peneliti-peneliti terdahulu,
maupun faktor-faktor yang belum
dimasukkan dalam penelitian. Mardiasmo
(2002) menunjuk variabel anggaran sebagai
alat penilaian kinerja. Kinerja dinilai
berdasarkan pencapaian target anggaran dan
efisiensi pelaksanaan anggaran. Pada
umumnya karyawan akan menerima reward
bila mampu memenuhi sasaran anggaran
atau melebihi target anggaran. Sebaliknya
akan mendapatkan punishment bila tidak
mampu memenuhi target anggaran.
Penganggaran merupakan suatu
proses yang cukup rumit pada organisasi
sektor publik dibandingkan dengan
penganggaran pada sektor swasta.
Anggaran sektor publik merupakan
intrumen akuntabilitas atas pengelolaan
dana publik dan pelaksanaan program-
program yang dibiayai dari uang publik
(Mardiasmo, 2002). Penganggaran dalam
sektor publik terkait dengan proses
penentuan jumlah alokasi dana untuk
masing-masing program dan aktivitas
dalam satuan moneter. Tahap penganggaran
menjadi sangat penting karena anggaran
yang tidak efektif dan tidak berorientasi
pada kinerja akan dapat menyebabkan
kegagalan pada perencanaan kerja yang
telah disusun.
Penganggaran dalam organisasi
sektor publik seperti halnya Universitas
Pembangunan Pancabudi merupakan suatu
proses politik. Dalam hal ini anggaran
merupakan intrumen akuntabilitas atas
pengelolaan dana publik dan pelaksanaan
program-program yang dibiayai dengan
uang publik. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa anggaran publik
menggambarkan kondisi keuangan dari
suatu organisasi yang meliputi informasi
mengenai pendapatan, belanja dan aktivitas
penyelenggaran pendidikan tinggi pada
Universitas Pembangunan Pancabudi.
Dahulu penganggaran dilakukan
dengan sistem top-down, dimana rencana
dan jumlah anggaran telah ditetapkan oleh
atasan/pemegang kuasa anggaran, sehingga
bawahan/pelaksana anggaran hanya
melaksanakan program sesuai yang telah
disusun. Penerapan sistem anggaran seperti
ini mengakibatkan kinerja bawahan/
pelaksana anggaran menjadi tidak efektif
karena target yang ditetapkan adakalanya
tidak sesuai dengan realita yang seharusnya
terjadi. Misalnya target yang ditetapkan
terlalu tinggi padahal sumberdaya yang
diberikan tidak mencukupi untuk mencapai
target tersebut.
Mengetahui bahwa penganggaran
dengan sistem top-down kurang maksimal
dalam meningkatkan kinerja, maka dalam
perkembangan sekarang ini Universitas
Pembangunan Pancabudi mulai menyusun
model perencanaan yang lebih partisipatif,
dimana dengan sistem anggaran seperti ini
memungkinkan serapan aspirasi dari
seluruh komponen sivitas akademika
terutama pada setiap unit kerja dapat
berpartisipasi dalam penyusunan anggaran.
Masalah yang berkaitan dengan
hubungan partisipasi anggaran dengan
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015
73
kinerja telah diteliti secara luas, namun
kebanyakan bukti-bukti empiris
menunjukkan hasil yang variatif dan tidak
konsisten. Misalnya; Kenis, 1979;
Brownell, 1982; Brownell dan Mc.Innes,
1986; Frucot dan Shearon, 1991; dan
beberapa peneliti lain menemukan bahwa
partisipasi anggaran dan kinerja memiliki
hubungan yang sangat positif. Dilain pihak
menemukan hasil sebaliknya seperti
penelitian (Sterdy, 1960; Bryan dan Locke,
1967; Chenhall dan Brownell, 1988;
Milani, 1975 dalam Wirdani Lubis 2008),
dan beberapa penelitian lain yang
menemukan partisipasi anggaran tidak
berhubungan dengan kinerja organisasi.
Selain anggaran, peneliti lain juga
menunjuk variabel gaya kepemimpinan
sebagai variabel yang turut menentukan
kinerja karyawan. Kesesuai penerapan gaya
kepemimpinan secara tidak langsung akan
meningkatkan kepuasan kerja
karyawan/bawahan sehingga karyawan
akan termotivasi untuk meningkatkan
kinerjanya. Keberhasilan dalam mengelola
suatu organisasi tidak terlepas dari faktor
kepemimpinan dan sikap bawahan dalam
melaksanakan tugas mencapai tujuan
organisasi. Menurut Decoster dan Fertakis
(1968) kepemimpinan yang efektif harus
memberikan pengarahan terhadap usaha-
usaha dalam mencapai tujuan organisasi.
Brownell (1982) yang menguji pengaruh
gaya kepemimpinan dalam konteks sistem
penganggaran menemukan bahwa antara
aspek kepemimpinan turut mempengaruhi
kinerja.
Penerapan gaya kepemimpinan
yang paling tepat di Universitas
Pembangunan Pancabudi seharusnya
mengacu pada struktur organisasi dan
budaya organisasi. Dalam fungsinya
sebagai penggerak organisasi pemimpin
langsung berhadapan dengan bawahan
sebagai pelaksana pekerjaan. Untuk itu
seorang pemimpin harus mampu
memberikan motivasi kepada bawahan
sehingga pelaksanaan pekerjaan yang
dibebankan dapat tercapai dengan
sebaiknya. Mengingat peranan vital seorang
pemimpin dalam menggerakkan bawahan
maka timbul pemikiran diantara para ahli
manajemen untuk bisa lebih jauh
mengungkapkan peranan apa saja yang
menjadi beban dan tanggung jawab
pemimpin dalam mempengaruhi bawahan.
Faktor lain yang tidak bisa
diabaikan dalam menjabarkan kinerja
adalah komitmen organisasi. Komitmen
bisa dijabarkan dari dua sisi yaitu; a) sisi
karyawan yang mengidentifikasi seberapa
besar komitmen seseorang
karyawan/bawahan terhadap pekerjaan
yang diberikan kepadanya dan sejauhmana
komitmennya untuk mengembangkan
organisasi. b) sisi organisasi, pada sisi ini
elemen penting dari komitmen organisasi
dipegang oleh pimpinan puncak (dalam ini
Rektor selaku penyelenggara tertinggi pada
suatu Universitas). Semakin besar
komitmen organisasi dalam
mengembangkan bawahan dan organisasi,
maka semakin meningkat pula kinerja
manajerial dari setiap individu bawahannya
dalam organisasi.
Marbawi (2003) menghubungkan
komitmen organisasi dengan kepuasan
kerja yang mendukung peningkatan kinerja
karyawan. Komitmen secara internal
menghubungkan prilaku karyawan dalam
mengambil sikap dan komitmen untuk
memajukan organisasi, komitmen pimpinan
menyangkut tingkat partisipasi seorang
pimpinan dalam mengelola organisasi
sebaik mungkin. Komitmen organisasi
mempunyai arah hubungan yang positif
dengan kepuasan kerja dan komitmen
organisasi, semakin tinggi komitmen
karyawan dan pimpinan semakin tinggi
pula kinerja organisasi untuk tercapai.
Berdasarkan uraian di atas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dan kajian lebih mendalam tentang kinerja
manajerial pada Perguruan Tinggi dalam
sebuah tesis dengan judul : “Pengaruh
partisipasi anggaran, gaya kepemimpinan
dan komitmen organisasi terhadap kinerja
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015
74
manajerial: Studi kasus pada Universitas
Pembangunan Pancabudi”.
Model Analisis Data
Untuk menguji hipotesis penelitian
digunakan model analisis regresi linear
berganda yang berfungsi untuk mengetahui
pengaruh / hubungan variabel bebas dengan
variabel terikat. Pengolahan data akan
dilakukan dengan menggunakan alat bantu
aplikasi software SPSS.
Formulasi yang digunakan adalah :
KM = β0 + β1 PA + β2 GK + β3 KO + e Keterangan :
KM : Kinerja Manajerial
PA : Partisipasi Anggaran
GK : Gaya Kepemimpinan
KO : Komitmen Organisasi
β0 : Konstanta
β1- β3 : Koefisien regresi parsial
℮ : Error term
Uji Kualitas Data
Uji kualitas data dimaksudkan agar
keabsahan data yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah dan terbebas dari bias secara
statistik. Pengujian kualitas data dilakukan
dengan uji validitas dan reliabilitas. Apabila
hasil pengujian menjumpai data penelitian
valid dan realibel secara statistik, maka
dapat disimpulkan kualitas data yang
digunakan cukup baik.
1. Uji Validitas
Menurut Hermawan (2006) validasi
data merupakan suatu proses penentuan
apakah suatu wawancara dalam survey atau
observasi dilakukan dengan benar dan
terbebas dari bias. Dalam berbagai metode
pengumpulan data tidak selalu mudah untuk
melakukan pemantauan secara ketat.
Sementara menurut Ghozali (2007)
uji validitas bertujuan untuk mengukur sah
atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu
kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan
pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
oleh kuesioner tersebut. Menurut Ghozali
(2007) mengukur validitas dapat dilakukan
dengan tiga cara; 1) melakukan korelasi
antar skor butir pertanyaan dengan total
skor konstruk atau variabel; 2) melakukan
korelasi bivariate antara masing-masing
skor indikator dengan total skor konstruk;
3) uji dengan Confirmatory Factor Analysis
(CFA). Dari ketiga cara pengukuran
validitas yang disebutkan Ghozali di atas,
maka dalam penelitian ini pengujian
validitas dilakukan dengan cara kedua yaitu
melakukan korelasi bivariate antara masing-
masing skor indikator dengan total skor
konstruk pada derajat α=0,01 dan α=0,05.
2. Uji Reliabilitas
Menurut Ghozali (2007) reliabilitas
adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari variabel atau
konstruk. Suatu kuesioner dikatakan
reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran
reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu; 1) Repeated Measure atau
pengukuran ulang; 2) One Shot atau
pengukuran sekali saja.
Dalam penelitian ini pengujian
reliabilitas dilakukan dengan metode one
shot, dimana pengukurannya hanya sekali
kemudian dibandingkan dengan pertanyaan
lain atau mengukur korelasi antara jawaban
pertanyaan. Uji ini dapat dilihat dari nilai
Cronbach Alpha. Suatu konstruk dikatakan
relialibel jika memberikan nilai Cronbach
Alpha > 0,60 (Nunnally dalam Ghozali,
2007).
Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian
hipotesis dengan menggunakan analisis
regresi, maka diperlukan pengujian asumsi
klasik yang meliputi pengujian: (1)
normalitas, (2) multikolinearitas, dan (3)
heterokedastisitas.
1. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2007) Uji
Normalitas bertujuan untuk mengetahui
apakah distribusi sebuah data mengikuti
atau mendekati distribusi normal yaitu
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015
75
distribusi data dengan bentuk lonceng (bell
Shaped). Data yang baik adalah data yang
mempunyai pola seperti distribusi normal.
Pedoman pengambilan keputusan
dengan uji Kolmogorov-Smirnov tentang
data tersebut mendekati atau merupakan
distribusi nomal dapat dilihat dari
i. Nilai Sig. Atau signifikan atau
probabilitas < 0,05, maka distribusi
data adalah tidak normal.
ii. Nilai Sig. Atau signifikan atau
probabilitas > 0,05, maka ditribusi
data adalah normal.
2. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah situasi
adanya korelasi variabel-variabel
independen antara yang satu dengan yang
lainnya. Dalam hal ini kita sebut variabel-
variabel bebas ini tidak ortogonal. Variabel-
variabel bebas yang bersifat ortogonal
adalah variabel bebas yang memiliki nilai
korelasi diantara sesamanya sama dengan
nol. Jika terjadi korelasi sempurna diantara
sesama variabel bebas, maka
konsekuensinya adalah:
a. Koefisien-koefisien regresi menjadi
tidak dapat ditaksir.
b. Nilai standar error setiap koefisien
regresi menjadi tak terhingga.
Pengujian ini bermaksud untuk
menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan terdapat problem multikolinie-
itas. Ada dua cara yang dapat dilakukan jika
terjadi multikolinieritas yaitu :
a. Mengeluarkan salah satu variabel,
misalnya variabel independent A
dan B saling berkolerasi dengan
kuat, maka bisa dipilih A atau B
yang dikeluarkan dari model regresi.
b. Menggunakan metode lanjut seperti
Regresi Bayesian atau Regresi
Ridge.
Pengujian multikolinearitas dapat
dilakukan dengan melakukan korelasi
antara variabel bebas (independent
variable). Jika nilai korelasi antara variabel
bebas tersebut lebih besar dari 0.7
(Nunnally dalam Ghozali, 2007), maka
dapat dikatakan bahwa terjadi gejala
multikolinearitas. Disamping dengan
melakukan uji korelasi tersebut, pengujian
ini juga dapat dilakukan dengan melihat
nilai VIF (Variance Inflation Factor) dari
model penelitian, jika nilai VIF diatas 10
maka dapat dikatakan bahwa telah terjadi
gejala multikolinearitas dalam model
penelitian.
3. Uji Heterokedastisitas
Tujuan dari pengujian ini adalah
untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari
residual dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari
residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan lainnya tetap, maka disebut
Homoskedastisitas. Jika varians berbeda,
maka disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Deteksi ada tidaknya gejala
heteroskedastisitas adalah dengan melihat
ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot di sekitar nilai X1, X2, X3, dan
Y. Jika ada pola tertentu, maka telah terjadi
gejala heterokedastisitas.
Uji asumsi klasik yang digunakan
hanya terbatas pada ketiga uji di atas,
sedangkan uji autokorelasi tidak digunakan.
Hal ini dikarenakan uji autokorelasi yang
bertujuan untuk menguji apakah dalam
suatu model regresi linear ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 atau
sebelumnya muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang tahun yang berkaitan
satu dengan lainnya. Maka uji autokorelasi
ini sering ditemukan pada time series,
sedangkan data yang dikumpulkan oleh
penulis ada data crosssection , maka
masalah autokorelasi relatif tidak terjadi.
Uji Hipotesis 1. Uji Simultan (Uji-F)
Uji-F (uji simultan) adalah untuk
melihat apakah variabel independen secara
bersama-sama (simultan) mempunyai
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015
76
pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen. Melalui uji statistik dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
Ho : b1; b2; b3 = 0
Artinya secara bersama-sama
(simultan) variabel independen tidak
terdapat pengaruh terhadap variabel
dependen.
Ha : b1; b2; b3 ≠ 0
Artinya secara bersama-sama
(simultan) variabel independen terdapat
pengaruh terhadap variabel dependen,
dengan kriteria :
Ho diterima, apabila F-hitung < F-tabel
pada α = 5%
Ha diterima, apabila F-hitung > F- tabel
pada α = 5%
Hipotesis penelitian diuji dengan
menggunakan analisa regresi berganda.
Pengujian hipotesis ditujukan untuk
menguji ada tidaknya pengaruh dari varibel
bebas secara keseluruhan terhadap variabel
dependen. Pengujian hipotesis dengan
menggunakan Uji F atau yang biasa disebut
dengan Analysis of Varian (ANOVA).
Pengujian ANOVA atau Uji F bisa
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
melihat tingkat signifikansi atau dengan
membandingkan F hitung dengan F tabel.
Pengujian dengan tingkat signifikansi
dilakukan dengan ketentuan yaitu apabila
hasil signifikansi pada tabel ANOVA < α
0,05, maka H0 ditolak (berpengaruh),
sementara sebaliknya apabila tingkat
signifikansi pada tabel ANOVA > α 0,05,
maka H0 diterima (tidak berpengaruh).
Pengujian dengan membandingkan
F hitung dengan F tabel dilakukan dengan
ketentuan yaitu apabila F hitung > F tabel
(α 0,05) maka H0 ditolak (berpengaruh),
sementara sebaliknya apabila F hitung < F
tabel (α 0,05) maka H0 diterima (tidak
berpengaruh). Adapun F tabel dicari dengan
memperhatikan tingkat kepercayaan (α) dan
derajat bebas (degree of freedom).
2. Uji Signifikan Parsial (Uji – t)
Uji statistik t disebut juga sebagai
uji signifikasi individual. Uji ini
menunjukkan seberapa jauh pengaruh
variabel independen secara parsial terhadap
variabel dependen pengujian dilakukan
dengan memandingkan t hitung dengan t
tabel pada degree of freedom (df) = n – k
pada level signifikansi = 0,05.
Bentuk pengujiannya adalah :
Ho : b1 = 0, artinya suatu variabel
independen secara parsial tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ha : b1 ≠ 0, artinya variabel independen
secara parsial berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Kriteria pengambilan keputusan :
Ho diterima,apabila t-hitung < t-tabel pada
α = 5%
Ha diterima,apabila t-hitung > t- tabel pada
α = 5%.
3. Koefisien determinan (R2)
Pengujian koefisien determinan (R²)
digunakan untuk mengukur proporsi atau
persentase sumbangan variabel independen
yang diteliti terhadap variasi naik turunnya
variable dependen. Koefisien determinan
berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤
R² ≤ 1). Hal ini berarti bila R²=0
menunjukan tidak adanya pengaruh antara
variabel independen terhadap variabel
dependen, bila R² semakin besar mendekati
1 menunjukan semakin kuatnya pengaruh
variabel independent terhadap variabel
dependen dan bila R2
semakin kecil
mendekati nol maka dapat dikatakan
semakin kecilnya pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk
mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Pengujian validitas dilakukan
dengan cara kedua yaitu melakukan
korelasi bivariate antara masing-masing
skor indikator dengan total skor konstruk
pada derajat α=0,01 dan α=0,05. Hasil
pengujian masing-masing variabel adalah
sebagai berikut:
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015
77
a. Variabel Partisipasi Anggaran
Variabel partisipasi anggaran diukur
dengan 5 indikator pertanyaan, masing-
masing indikator akan diuji valid atau tidak
berdasarkan kriteria korelasi (r). Jika r
hitung lebih besar dari r tabel, maka
indikator tersebut valid secara statistik.
Hasil perhitungan r dari output SPSS ver.
14 sebagai berikut:
Tabel 1. Uji Validitas Variabel
Partisipasi Anggaran
No Indikator Pengujian r hitung r tabel Keterangan
1 Kontribusi saya dalam
penyusunan anggaran sangat
besar
0,338 0,237 Valid
2 Saya terlibat dan ikut serta
dalam penyusunan anggaran
0,326 0,237 Valid
3 Ketika ada revisi anggaran,
atasan memberikan informasi
kepada saya
0,531 0,237 Valid
4 Saya turut serta memberikan
masukan dan saran dalam
penyusunan anggaran
0,484 0,237 Valid
5 Keputusan anggaran untuk
unit kerja saya diputuskan
atas persetujuan saya
0,503 0,237 Valid
Sumber: Output SPSS versi 14.0
Nilai r tabel pada n sampel 67
adalah sebesar 0,237 sedangkan r hitung
sebagaimana Tabel 5.6 semua indikator
mempunyai r hitung lebih besar dari r tabel.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
indikator-indikator yang diajukan dalam
variabel partisipasi anggaran valid secara
statistik.
b. Variabel Gaya Kepemimpinan
Tabel 2. Uji Validitas Variabel Gaya
Kepemimpinan
No Indikator Pengujian r hitung r tabel Keterangan
1 Pimpinan memberikan
kesempatan kepada
bawahan untuk bekerja
optimal
0,354 0,237 Valid
2 Pimpinan mengakui
prestasi kerja bawahan
karena hasil kerja sesuai
dengan keinginannya
0,535 0,237 Valid
3 Pimpinan menetapkan
dan memberi intruksi
yang jelas tentang aturan
dan prosedur kerja
0,400 0,237 Valid
4 Pimpinan menggunakan
reward dan punishment
untuk mendorong
bawahan meningkatkan
kinerja
0,540 0,237 Valid
5 Pimpinan melibatkan
secara langsung bawahan
dalam penyusunan
rencana kerja
0,419 0,237 Valid
Sumber: Output SPSS versi 14.0
Berdasarkan output SPSS masing-
masing indikator dalam variabel gaya
kepemimpinan mempunyai r hitung adalah;
Pimpinan memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk bekerja optimal mempunyai
r hitung sebesar 0,354, Pimpinan mengakui
prestasi kerja bawahan karena hasil kerja
sesuai dengan keinginannya mempunyai r
hitung sebesar 0,535, Pimpinan menetapkan
dan memberi intruksi yang jelas tentang
aturan dan prosedur kerja mempunyai r
hitung sebesar 0,400, Pimpinan
menggunakan reward dan punishment
untuk mendorong bawahan meningkatkan
kinerja mempunyai r hitung sebesar 0,540,
dan indikator Pimpinan melibatkan secara
langsung bawahan dalam penyusunan
rencana kerja mempunyai r hitung sebesar
0,419. Dengan demikian semua indikator
pada variabel gaya kepemimpinan
mempunyai r hitung lebih besar dari r tabel
0,237 sehingga dapat disimpulkan valid
secara statistik.
c. Variabel Komitmen Organisasi
Jumlah indikator yang diajukan
dalam variabel komitmen organisasi
sebanyak 5 indikator. Hasil pengujian
validitas sebagai berikut.
Tabel 3. Uji Validitas Variabel
Komitmen Organisasi
No Indikator Pengujian r hitung r tabel Keterangan
1 Anda berkomitmen
meningkatkan capaian
hasil pekerjaan
0,570 0,237 Valid
2 Anda berkomitmen
menjaga kondusivitas
kerja dalam organisasi
0,667 0,237 Valid
3 Anda berkomitmen
memberikan yang terbaik
bagi lembaga
0,591 0,237 Valid
4 Anda berkomitmen
menjaga nama baik
organisasi dan atasan
0,669 0,237 Valid
5 Organisasi telah
memenuhi hak-hak anda
secara tepat sesuai dengan
hasil kerja
0,504 0,237 Valid
Sumber: Output SPSS versi 14.0
Komitmen meningkatkan capaian
hasil pekerjaan mempunyai r hitung 0,570,
komitmen menjaga kondusivitas kerja
dalam organisasi mempunyai r hitung
0,667, komitmen memberikan yang terbaik
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015
78
bagi lembaga mempunyai r hitung 0,591,
komitmen menjaga nama baik organisasi
dan atasan mempunyai r hitung 0,669, dan
indikator organisasi telah memenuhi hak-
hak anda secara tepat sesuai dengan hasil
kerja diperoleh r hitung sebesar 0,504.
Dengan demikian semua indikator
mempunyai r hitung lebih besar dari r tabel
0,237 sehingga dapat disimpulkan valid
secara statistik.
d. Variabel Kinerja Manajerial
Tabel 4. Uji Validitas Variabel Kinerja
Manajerial
No Indikator Pengujian r hitung r tabel Keterangan
1 Menentukan tujuan,
sasaran, kebijakan dan
tindakan manajerial
0,258 0,237 Valid
2 Mengumpulkan dan
menyiapkan informasi
dalam bentuk laporan,
catatan dan analisa
pekerjaan
0,254 0,237 Valid
3 Pertukaran informasi
dengan orang dalam
organisasi tidak hanya
dengan bawahan, tetapi
juga dengan orang lain
untuk menyesuaikan
program kerja
0,256 0,237 Valid
4 Mengevaluasi dan menilai
proposal, laporan, dan
kinerja bawahan
0,304 0,237 Valid
5 Mengarahkan, memimpin
dan mengembangkan
bawahan
0,337 0,237 Valid
6 Memelihara dan
mempertahankan bawahan,
menyeleksi pegawai baru,
menempatkan dan
mempromosikan bawahan
0,312 0,237 Valid
7 Menyampaikan informasi
tentang visi, misi dan
kegiatan-kegiatan
organisasi
0,278 0,237 Valid
8 Memimpin rapat kordinasi
dengan staf dan pelimpahan
wewenang
0,299 0,237 Valid
Sumber: Output SPSS versi 14.0
Hasil perhitungan validitas terhadap
indikator-indikator dalam variabel kinerja
manajerial adalah; Menentukan tujuan,
sasaran, kebijakan dan tindakan manajerial
r hitung diperoleh sebesar 0,258,
Mengumpulkan dan menyiapkan informasi
dalam bentuk laporan, catatan dan analisa
pekerjaan r hitung diperoleh sebesar 0,254,
Pertukaran informasi dengan orang dalam
organisasi tidak hanya dengan bawahan,
tetapi juga dengan orang lain untuk
menyesuaikan program kerja mempunyai r
hitung sebesar 0,256, Mengevaluasi dan
menilai proposal, laporan, dan kinerja
bawahan mempunyai r hitung sebesar
0,304, Mengarahkan, memimpin dan
mengembangkan bawahan r hitung
diperoleh sebesar 0,337, Memelihara dan
mempertahankan bawahan, menyeleksi
pegawai baru, menempatkan dan
mempromosikan bawahan mempunyai r
hitung sebesar 0,312, Menyampaikan
informasi tentang visi, misi dan kegiatan-
kegiatan organisasi r hitung diperoleh
sebesar 0,278, dan indikator Memimpin
rapat kordinasi dengan staf dan pelimpahan
wewenang mempunyai r hitung sebesar
0,299. Dengan demikian semua indikator
mempunyai r hitung lebih besar dari r tabel
0,237 sehingga dapat disimpulkan valid
secara statistik.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal
jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan
adalah konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu.Pengujian reliabilitas variabel
penelitian dapat dilihat dari nilai Cronbach
Alpha masing-masing variabel. Pengujian
reliabilitas dilakukan dengan metode one
shot, dimana pengukurannya hanya sekali
kemudian dibandingkan dengan pertanyaan
lain atau mengukur korelasi antara jawaban
pertanyaan. Uji ini dapat dilihat dari nilai
Cronbach Alpha. Suatu konstruk dikatakan
relialibel jika memberikan nilai Cronbach
Alpha > 0,60 (Nunnally dalam Ghozali,
2007). Adapun hasil pengujian reliabilitas
masing-masing variabel penelitian
sebagaimana ditampilkan pada Tabel 5 di
bawah ini.
Tabel 5. Uji Reliabilitas Variabel
Penelitian
No Variabel Cronbach Alpha Keterangan
1 Partisipasi Anggaran 0,658 Relialibel
2 Gaya Kepemimpinan 0,670 Relialibel
3 Komitmen Organisasi 0,806 Relialibel
4 Kinerja Manajerial 0,664 Relialibel
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015
79
Sumber: Output SPSS versi 14.0
Dari hasil pengujian diperoleh nilai
Cronbach Alpha masing-masing variabel
adalah; variabel partisipasi anggaran
sebesar 0,658, variabel gaya kepemimpinan
sebesar 0,670, variabel komitmen
organisasi sebesar 0,806, dan nilai
Cronbach Alpha variabel kinerja manajerial
sebesar 0,664. Dari hasil pengujian ini
menunjukkan semua variabel mempunyai
nilai Cronbach Alpha di atas 0,6 sehingga
dapat disimpulkan variabel yang diuji
relialibel secara statistik.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Sebagaimana telah dirumuskan pada
bab sebelumnya pengujian normalitas data
dilakukan dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov (KS Test). Apabila
hasil pengujian dijumpai nilai Sig. > 0,05
bermakna data-data yang diuji dalam
penelitian ini terdistribusi normal.
Sebaliknya apabila nilai Sig. < 0,05
bermakna data tidak terdistribusi normal.
Hasil pengujian normalitas sebagaimana
dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6. One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Test
Partisipasi Anggaran
Gaya Kepemim-
pinan
Komitmen Organisasi
Kinerja Manajer
ial
N 67 67 67 67
Normal Parameters(a,b)
Mean 4,2567 4,3582 4,1731 4,0821
Std. Deviation 0,45634 0,45731 0,54260 0,32752
Most Extreme Differences
Absolute 0,167 0,193 0,236 0,120
Positive 0,138 0,092 0,094 0,120
Negative -0,167 -0,193 -0,236 -0,103
Kolmogorov-Smirnov Z 0,708 1,058 1,331 0,978
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,467 0,135 0,114 0,294
Sumber: Output SPSS versi 14.0
Dari hasil pengujian sebagaimana
yang ditunjukkan pada Tabel 6 untuk
variabel partisipasi anggaran mempunyai
koefisien Kolmogorov-Smirnov sebesar
0,708 dengan nilai Sig. 0,467 > 0,05.
Variabel gaya kepemimpinan mempunyai
koefisien Kolmogorov-Smirnov sebesar
1,058 dengan nilai Sig. 0,135 > 0,05.
Variabel komitmen organisasi mempunyai
koefisien Kolmogorov-Smirnov sebesar
1,331 dengan nilai Sig. 0,114 > 0,05.
Variabel kinerja manajerial mempunyai
koefisien Kolmogorov-Smirnov sebesar
0,978 dengan nilai Sig. 0,294 > 0,05. Dari
hasil pengujian ini menunjukkan semua
variabel mempunyai nilai Sig. pada
pengujian dua sisi lebih besar dari 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa data-
data yang digunakan dalam variabel
penelitian terdistribusi normal. Normalitas
data juga dapat dilihat pada grafik
histogram yang ditampilkan pada bagian
lampiran penelitian. Selain uji
Kolmogorov-Smirnov, normalitas data juga
dapat dilihat dari grafik normal P-P plot
berikut ini.
Gambar 1. Grafik normal P-P plot
Dari grafik tersebut menunjukkan
titik-titik observasi berada disekitar garis
diagonal, sehingga dapat disimpulkan data
penelitian normal.
Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah suatu
asumsi yang menganggap terjadinya
hubungan yang erat antar variabel bebas
yang diuji. Apabila masing-masing variabel
bebas berkorelasi erat dengan variabel
bebas lainnya, maka taksiran hasil regresi
akan bias, sehingga yang diharapkan dalam
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015
80
penelitian adalah tidak terjadinya
multikolinieritas antar variabel bebas.
Kriteria pengujian adalah apabila nilai
tolerance < 0,1 atau VIF > 10 maka ada
indikasi terjadi multikolinieritas.
Tabel 7. Uji Multikolinieritas
No Variabel Tolerance VIF
1 Partisipasi
Anggaran 0,620 1,614
2 Gaya
Kepemimpinan 0,792 1,263
3 Komitmen
Organisasi 0,716 1,397
Sumber: Output SPSS versi 14.0
Dari hasil pengujian diperoleh nilai
tolerance masing-masing variabel bebas
lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih
rendah dari 10,0. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa variabel partisipasi
anggaran, gaya kepemimpinan, dan
komitmen organisasi tidak berkorelasi erat.
Uji Heteroskedastisitas
Asumsi yang ingin dipenuhi dari
pengujian heteroskedastisitas adalah
homokesdastisitas. Menurut Ghozali (2005)
salah satu cara mendeteksi ada atau
tidaknya heterokedastisitas dapat dilihat
dari Grafik Plot antara nilai prediksi
variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED
dengan residualnya SRESID. Deteksi ada
atau tidaknya heterokedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot. Bila ada
pola tertentu (bergelombang, melebar,
kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi
heterokedastisitas, sebaliknya bila tidak ada
pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y,
maka tidak terjadi heterokedastisitas. Hasil
pengujian secara grafik sebagai
berikut:
Gambar 2. Scatterplot Untuk Uji
Heteroskedastisitas
Gambar di atas meperlihatkan
bahwa titik-titik yang berada pada grafik
scatterplot tidak membentuk suatu pola
yang jelas, dan cenderung menyebar di atas
dan di bawah angka nol pada sumbu Y,
sehingga dapat dikatakan bahwa tidak
terjadi heterokedastisitas pada model
konsumsi makanan, dan data bersifat
homokedastisitas tidak dapat di tolak.
Analisis Pengaruh Partisipasi Anggaran,
Gaya Kepemimpinan, dan Komitmen
Organisasi Terhadap Kinerja Manajerial
Pengaruh partisipasi anggaran, gaya
kepemimpinan, dan komitmen organisasi
terhadap kinerja manajerial dianalisis
dengan menggunakan model regresi linier
berganda. Hasil estimasi model penelitian
sebagaimana ditampilkan pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Estimasi Model Penelitian
Model
Unstandardize
d Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig.
B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 2,627 0,371 7,083 0,000
Partisipasi
Anggaran 0,373 0,097 0,241 3,842 0,009
Gaya
Kepemimpinan 0,637 0,142 0,476 4,552 0,000
Komitmen
Organisasi 0,304 0,115 0,504 2,655 0,010
Sumber: Output SPSS versi 14.0
Dengan mensubstitusikan hasil
regresi ke dalam model penelitian maka
diperoleh hasil sebagai berikut:
Y = 2,627 + 0,373X1 + 0,637X2 + 0,304X3
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015
81
Berdasarkan hasil estimasi dapat
diinterpretasikan bahwa nilai konstanta
sebesar 2,627 bermakna bahwa tanpa
peningkatan dalam partisipasi anggaran,
kesesuaian gaya kepemimpinan, serta
komitmen organisasi, besarnya kinerja
manajerial sebesar 2,627. Variabel
partisipasi anggaran mempunyai koefisien
sebesar 0,373 bermakna bahwa apabila
partisipasi anggaran meningkat sebesar 1
maka kinerja manajerial akan meningkat
sebesar 0,373. Koefisien variabel gaya
kepemimpinan sebesar 0,637 bermakna
bahwa apabila kesesuaian dalam gaya
kepemimpinan yang diterapkan atasan
meningkat 1, maka kinerja manajerial
bawahan akan meningkat sebesar 0,637.
Koefisien variabel komitmen organisasi
sebesar 0,304 bermakna bahwa apabila
komitmen organisasi meningkat sebesar 1,
maka kinerja manajerial akan meningkat
sebesar 0,304.
Dilihat dari koefisien menunjukkan
variabel yang mempunyai kontribusi besar
dalam meningkatkan kinerja manajerial
adalah variabel gaya kepemimpinan,
kondisi ini memungkinkan bagi pimpinan
Universitas PEMBANGUNAN
PANCABUDIuntuk meningkatkan
penerapan gaya kepemimpinan yang sesuai
sebagaimana diharapkan bawahan sehingga
akan merangsang peningkatan dalam
kinerja manajerial.
Uji Hipotesis
Uji Kesesuaian Model
Sebelum pengujian hipotesis secara
simultan maupun parsial dilakukan terlebih
dahulu akan diuji kesesuaian model regresi
yang diterapkan. Kriteria yang diambil
adalah apabila koefisien korelasi (R)
maupun koefisien determinasi (R-Square)
terlalu rendah akan menggambarkan bahwa
model regresi tidak tepat digunakan dalam
penelitian ini. Sebaliknya apabila nilai R
dan R-Square tinggi, maka model regresi
sudah tepat digunakan dalam penelitian ini.
Hasil pengujian kesesuaian model
penelitian sebagaimana ditampilkan pada
Tabel 9 berikut.
Tabel 9. Koefisien Korelasi, Determinasi
dan F Test
Model R R
Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
F
Sig.
1 0,731 0,534 0,515 0,28410 82,238 0,000
Output SPSS versi 14.0
Dari hasil pengujian diperoleh nilai
R sebesar 0,731 yang bermakna hubungan
(korelasi) antara variabel partisipasi
anggaran, gaya kepemimpinan, dan
komitmen organisasi sebagai variabel bebas
dengan variabel kinerja manajerial sebesar
73,1%, sisanya sebesar 26,9% variabel
kinerja manajerial berhubungan dengan
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
model penelitian.
Nilai R-Square sebesar 0,534
bermakna bahwa variasi kemampuan
variabel partisipasi anggaran, gaya
kepemimpinan, dan komitmen organisasi
sebagai variabel bebas dalam
mempengaruhi variabel kinerja manajerial
sebesar 53,4%, sisanya sebesar 46,6%
variabel kinerja manajerial dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
model penelitian.
Uji Simultan
Pengujian statistik secara simultan
dilakukan dengan membandingkan antara
nilai F hitung dengan F tabel. Kriterianya,
apabila F hitung lebih besar dari F tabel
atau nilai Sig. F < 0,05 maka Ha yang
menyatakan secara simultan variabel
partisipasi anggaran, gaya kepemimpinan
dan komitmen organisasi berpengaruh
nyata terhadap kinerja manajerial. Nilai F
hitung sebagaimana dapat dilihat pada
Tabel 5.15 adalah sebesar 82,238
sedangkan nilai F tabel pada v1 = 63 dan v2
= 3 diperoleh F tabel sebesar 2,76. Dengan
demikian berdasarkan hasil pengujian F
hitung > F tabel sehingga dapat
disimpulkan secara bersama-sama variabel
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015
82
partisipasi anggaran, gaya kepemimpinan,
dan komitmen organisasi berpengaruh
signifikan terhadap kinerja manajerial di
Universitas Pembangunan Pancabudi.
Uji Parsial
Pengujian hipotesis secara parsial
dilakukan dengan uji t dengan kriteria
apabila t hitung lebih besar dari t tabel,
maka Ha diterima dan Ho dapat ditolak
yang bermakna variabel partisipasi
anggaran, gaya kepemimpinan, dan
komitmen organisasi secara individu
berpengaruh signifikan terhadap kinerja
manajerial. Besarnya t tabel pada df = n-k
(67 – 4 = 63) adalah 2,000 sedangkan t
hitung dapat dilihat pada Tabel 5.13.
Nilai t hitung variabel partisipasi
anggaran sebesar 3,842 > 2,000 dengan
demikian variabel partisipasi anggaran
signifikan mempengaruhi kinerja
manajerial di Universitas Pembangunan
Pancabudi. Hasil ini konsisten dengan
temuan Brownell, P dan M. Mc.Innes
(1986), Ariadi, D (2006), Noor (2007).
Nilai t hitung variabel gaya kepemimpinan
sebesar 4,552 > 2,000 dengan demikian
variabel gaya kepemimpinan signifikan
mempengaruhi kinerja manajerial di
Universitas Pembangunan Pancabudi. Nilai
t hitung variabel komitmen organisasi
sebesar 2,655 > 2,000 dengan demikian
variabel komitmen organisasi signifikan
mempengaruhi kinerja manajerial di
Universitas Pembangunan Pancabudi.
Temuan ini konsisten dengan penelitian
yang dilakukan Suhartono & Solichin
(2006)
Pembahasan
Dari hasil penelitian menunjukkan
seluruh variabel yang diuji signifikan secara
statistik t maupun statistik F. Variabel
partisipasi anggaran berpengaruh signifikan
terhadap kinerja manajerial. Hasil ini
konsisten dengan penelitian Noor (2007)
yang menemukan partisipasi penyusunan
anggaran signifikan mempengaruhi kinerja
manajerial. Demikian juga dengan
penelitian Irene S. Manurung (2008) yang
menemukan pengaruh kuat antara
partisipasi anggaran terhadap kinerja aparat
pemerintahan. Konsistensi hasil penelitian
ini juga dijumpai dengan penelitian
Brownell & Mc. Innes (1986) yang
menemukan pengaruh yang positif dan
signifikan antara partisipasi anggaran
dengan kinerja manajerial.
Penyusunan anggaran yang
partisipatif melibatkan semua unsur
pimpinan baik di tingkat Universitas
maupun Fakultas berpartisipasi dalam
menyusun anggaran, yang diharapkan dapat
meningkatkan kinerja organisasional baik
secara individu maupun kinerja manajerial
didalamnya, karena dengan partisipasi
tersebut akan meningkatkan semangat kerja
dan tanggungjawab moral dari setiap
komponen yang ada dalam institusi untuk
mensukseskan setiap rencana kerja yang
telah disusun. Oleh karena anggaran
tersebut merupakan suatu konsep secara
komprehensif yang melibatkan semua
komponen yang ada pada institusi, maka
dalam penyusunan anggaran dibutuhkan
keterlibatan para pimpinan baik secara
langsung maupun tidak langsung
memberikan masukan berupa informasi
kebutuhan yang ada pada setiap unit kerja
kepada pemegang kuasa anggaran.
Hasil pengujian variabel gaya
kepemimpinan mempunyai pengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja manajerial.
Hasil ini berbeda dengan temuan Noor
(2007) yang dapat penelitiannya
menemukan bahwa variabel gaya
kepemimpinan berpengaruh tidak signifikan
terhadap kinerja manajerial. Dengan
demikian tentunya harus dilihat suatu
fenomena di Universitas Pembangunan
Pancabudi gaya kepemimpinan sangat
berpengaruh dalam meningkatkan kinerja
manajerial. Dalam beberapa kasus
ditemukan gaya kepemimpinan yang tidak
sesuai dengan keinginan dari bawahannya.
Penerapan gaya kepemimpinan harus sesuai
dengan kondisi organisasi yang bersifat
dinamis, penerapan gaya yang tidak sesuai
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015
83
akan berdampak pada penurunan kepuasan
kerja yang berimplikasi juga terhadap
kinerja individu maupun kinerja
institusional. Prinsip-prinsip dasar dari
karakteristik individu maupun institusi
sangat perlu dipahami, agar gaya
kepemimpinan yang diterapkan sesuai
sebagaimana yang diharapkan, selain itu hal
yang penting perlu diperhatikan
menyangkut dinamisasi gaya
kepemimpinan, menerapkan gaya
kepemimpinan yang otoriter sekalipun
diperlukan pada saat-saat pengambilan
keputusan yang penting, sehingga orientasi
kerja para bawahan akan cepat lebih
terarah.
Hasil pengujian statistik
menunjukkan pengaruh komitmen
organisasi terhadap kinerja manajerial juga
positif dan signifikan. Hasil ini konsisten
dengan temuan Suhartono dan Solichin
(2006) bahwa komitmen organisasi
berpengaruh signifikan terhadap kinerja
manajerial baik secara langsung maupun
pengujian melalui variabel intervening.
Dengan demikian salah satu upaya yang
dapat dilakukan pihak Universitas dalam
meningkatkan kinerja manajerial, dengan
meningkatkan komitmen setiap unit
manajerial untuk meningkatkan komitmen
terhadap organisasi.
Selain secara parsial menunjukkan
masing-masing variabel signifikan terhadap
kinerja manajerial, pengujian secara
simultan juga menunjukkan variabel
partisipasi anggaran, gaya kepemimpinan,
dan variabel komitmen organisasi secara
bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap kinerja manajerial di Universitas
Pembangunan Pancabudi. Dengan demikian
ketiga variabel ini dapat dijadikan sebagai
estimator dalam meningkatkan kinerja
manajerial, semakin tinggi tingkat
partisipasi para manajer dalam
merencanakan dan menyusun anggaran,
semakin sesuai penerapan gaya
kepemimpinan dengan keinginan para
bawahan, dan semakin tinggi komitmen
para individu yang ada dalam organisasi
dalam bekerja maka kinerja akan
meningkat.
Dari hasil penelitian menemukan
bahwa koefisien determinasi yang telah
mengalami penyesuaian (R2
adjusted)
sebesar 0,515 yang bermakna bahwa variasi
kemampuan variabel bebas yang telah
menyesuaikan dengan penambahan
variabel-variabel bebas lainnya yang diuji
dalam penelitian, menjelaskan pengaruhnya
terhadap kinerja manajerial di Universitas
Pembangunan Pancabudi sebesar 51,5%
dan sisanya sebanyak 48,5% dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak diuji dalam
penelitian ini. Menurut Young dalam Irene
S. Manurung (2008) koefisien determinasi
antara 0,70 – 1,00 menunjukkan
determinasi yang tinggi, koefisien antara
0,40 – 0,69 menunjukkan determinasi
sedang, dan koefisien di bawah 0,40
menunjukkan koefisien yang rendah.
Dengan demikian koefisien determinasi
dalam penelitian ini termasuk dalam
katagori sedang. Hal ini kemungkinan
terjadi sebagai akibat dari masih banyak
variabel lain yang turut mempengaruhi
kinerja manajerial di Universita
Pembangunan Pancabudi.
Kesimpulan
1. Hasil uji statistik dapat disimpulkan
bahwa secara simultan variabel
partisipasi anggaran, gaya
kepemimpinan, maupun komitmen
organisasi berpengaruh signifikan
terhadap kinerja manajerial di
Universitas Pembangunan Pancabudi.
2. Secara parsial variabel partisipasi
anggaran, maupun variabel gaya
kepemimpinan, maupun variabel
komitmen organisasi juga berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja
manajerial di Universitas Pembangunan
Pancabudi. Pengaruh partisipasi
anggaran yang signifikan terhadap
kinerja manajerial konsisten dengan
penelitian Noor (2007), Irene S.
Manurung (2008) dan Brownell & Mc.
Innes (1986). Pengaruh gaya
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015
84
kepemimpinan signifikan terhadap
kinerja manajerial berbeda dengan
penelitian Noor (2007). Pengaruh
komitmen organisasi berpengaruh
signifikan terhadap kinerja manajerial
konsisten dengan penelitian Suhartono
dan Solichin (2006)
Keterbatasan
1. Penelitian ini dihasilkan dari
penggunaan instrumen yang didasarkan
pada persepsi jawaban responden. Hal
ini tentunya akan menimbulkan masalah
jika persepsi responden berbeda dengan
keadaan yang sesungguhnya. Apalagi
dengan memasukkan unsur pimpinan
organisasi dalam menilai gaya
kepemimpinan, sehingga sangat
memungkinkan timbulnya bias dalam
mempersepsikan variabel gaya
kepemimpinan dan kinerja manajerial.
2. Penelitian ini tidak mempertimbangkan
variabel lain yang mungkin turut
mempengaruhi kinerja manajerial
seperti kejelasan sasaran anggaran,
kesenjangan anggaran, budaya
organisasi, keinginan sosial, struktur
organisasi, motivasi kerja, dan lain-lain.
Termasuk juga tidak
mempertimbangkan penggunaan
variabel kepuasan kerja sebagai variabel
intervening yang mempengaruhi kinerja
manajerial pada suatu organisasi.
Saran
1. Mengingat masih banyak variabel lain
yang diduga mempengaruhi kinerja
manajerial pada suatu organisasi,
penulis menyarankan kepada peneliti
selanjutnya untuk mempertimbangkan
pengujian variabel kejelasan sasaran
anggaran, kesenjangan anggaran,
budaya organisasi, keinginan sosial,
struktur organisasi, motivasi kerja, dan
lain-lain. Termasuk juga tidak
mempertimbangkan penggunaan
variabel kepuasan kerja sebagai variabel
intervening yang mempengaruhi kinerja
manajerial pada suatu organisasi.
2. Mengingat variabel-variabel yang diuji
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja manajerial, maka
penulis menyarankan kepada pimpinan
Universitas Pembangunan Pancabudi
untuk meningkatkan peran manajerial
untuk terus berpartisipasi dalam
penyusunan anggaran, meningkatkan
kualitas dan gaya kepemimpinan yang
tepat sesuai yang diharapkan
bawahannya, meningkatkan komitmen
dalam membangun organisasi kampus
Universitas Pembangunan Pancabudi.
DAFTAR PUSTAKA
Alfar, R. 2006. Pengaruh Partisipasi
Manajer dalam Penganggaran
Terhadap Kinerja Manajerial
dengan Budgetary Slack sebagai
Variabel Intervening. Tesis USU.
Medan.
Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS.
BP-Undip. Semarang.
Gul, F. A, 1991. The Effect of
Management Accounting Systems
and Environmental Uncertainty on
Small Business Manager’s
Performance, Accounting and
Business Research, Vol. 22, No.
85: 57-61.
Halim, A. A, Tjahyono dan M.F. Husein.
2000. Sistem Pengendalian
Manajemen. Edisi Revisi. UPP
AMP YKPN. Yogyakarta.
Hermawan, Asep. 2006. Penelitian Bisnis:
Paradigma Kuantitatif. Gramedia
Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Karina. 2008. Pembentukan Komitmen
Organisasi.
http://rumahbelajarpsikologi.
com/index.php/pembentukankomit
men.html
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015
85