8

Pengaruh Motivasi Dan Kemampuan Manajerial Terhadap Kinerja Usaha Pedagang Kaki Lima Menetap(Suatu Survai Pada Pusat Perdagangan Dan Wisata Di Kota Surakarta)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengaruh Motivasi Dan Kemampuan Manajerial Terhadap Kinerja Usaha Pedagang Kaki Lima Menetap(Suatu Survai Pada Pusat Perdagangan Dan Wisata Di Kota Surakarta)

Pengaruh Motivasi dan Kemampuan Manajerial …. (Mulyanto) : 73 - 86 73

Page 2: Pengaruh Motivasi Dan Kemampuan Manajerial Terhadap Kinerja Usaha Pedagang Kaki Lima Menetap(Suatu Survai Pada Pusat Perdagangan Dan Wisata Di Kota Surakarta)

Pengaruh Motivasi dan Kemampuan Manajerial …. (Mulyanto) : 73 - 86 73

PENGARUH MOTIVASI DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL TERHADAP KINERJA USAHA PEDAGANG KAKI LIMA MENETAP

(Suatu Survai pada Pusat Perdagangan dan Wisata di Kota Surakarta)

Mulyanto STIE – AUB Surakarta

E-mail: [email protected]

Abstract

Endless economic crises that caused the level of society income falling and the amount of people who live below poverty line is increasing. Economic crisis has also created company-declining productivity therefore a lot disconnection of working relationship that caused increasing unemployment happened. Enabling informal sector especially cloister merchant is hardly needed. The problem of cloister merchant is an interesting topic to study. This research is aimed to describe the cloister merchant motivations, managerial skill, and the performance of cloister merchant work to manage their business. Analyzing contribution of willing to achieve, risk taking, personal responsibility, searching feedback, new business effort, cooperation, future orientation, willing to work hard indicators. Analyzing contribution of plan-ning skill, decision taking, budgeting, organization, coordinating, coordinating and supervision toward cloister merchant managerial skill indicators. Analyzing output quality, output quality, working time, and working process toward cloister merchant business performance indicators.

Keywords: Cloister merchant, motivations, managerial skill, and performance

PENDAHULUAN

Hampir dapat dipastikan krisis yang diikuti dengan kerusuhan sosial, seperti pada Bulan Mei 1998, berakibat pada peningkatan angkatan kerja yang bekerja pada sektor informal, hal tersebut ditandai dengan merebaknya perdagangan sektor informal di berbagai tempat. Sebagai gambaran adalah berkembangnya Pusat Perdagangan “Klitikan atau Pasar Loakan” yang berada di seputar Tugu Monumen Perjuangan Banjarsari, dan kegiatan ekonomi sektor informal yang berada di Jalan Gatot Subroto, Jalan Slamet Riyadi, sekitar Kraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran serta Jalan Ir.

Sutami sampai ke obyek wisata Taman Satwa Taru Jurug yang merupakan bukti nyata merebaknya perdagangan sektor informal yang dimulai pascakerusuhan Mei 1998.

Krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan tingkat pendapatan masya-rakat menurun dan jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan mening-kat, krisis ekonomi juga menyebabkan menurunnya produktivitas perusahaan sehingga banyak terjadi pemutusan hubungan kerja yang mengakibatkan meningkatnya pengangguran, khususnya di Jawa Tengah. Guna menanggulangi semakin banyaknya pengangguran, pem-

Page 3: Pengaruh Motivasi Dan Kemampuan Manajerial Terhadap Kinerja Usaha Pedagang Kaki Lima Menetap(Suatu Survai Pada Pusat Perdagangan Dan Wisata Di Kota Surakarta)

BENEFIT, Vol. 11, No. 1, Juni 2007 74

berdayaan sektor informal khususnya Pedagang Kaki Lima (PKL) sangat diper-lukan.

Pedagang Kaki Lima merupakan kelompok tenaga kerja yang banyak di sektor informal. Jenis pekerjaan tersebut penting dalam relatif luas dalam sektor informal (Bromley, 1991:230). Menurut pandangan Bromley, pekerjaan Pedagang Kaki Lima merupakan jawaban terakhir yang berhadapan dengan proses urbani-sasi yang berangkai dengan migrasi desa ke kota yang besar, pertumbuhan penduduk yang pesat, pertumbuhan kesempatan kerja yang lambat di sektor industri dan penyerapan teknologi yang padat moral, serta keberadaan tenaga kerja yang berlebihan.

PKL adalah termasuk usaha kecil yang berorientasi pada laba (profit) layak-nya sebuah kewirausahaan (entrepreneur-ship). PKL mempunyai cara tersendiri dalam mengelola usahanya agar menda-patkan keuntungan. PKL menjadi manajer tunggal yang menangani usahanya mulai dari perencanaan usaha, menggerakkan usaha sekaligus mengontrol atau mengen-dalikan usahanya, padahal fungsi-fungsi manajemen tersebut jarang atau tidak pernah mereka dapati dari pendidikan formal. Manajemen usahanya berdasarkan pada pengalaman dan alur pikir mereka yang otomatis terbentuk sendiri berdasar-kan arahan ilmu manajemen pengelolaan usaha, hal inilah yang disebut “learning by experience” (belajar dari pengalaman). Kemampuan manajerial memang sangat diperlukan PKL guna meningkatkan kinerja usaha mereka, selain itu motivasi juga sangat diperlukan guna memacu keinginan para PKL untuk mengembang-kan usahanya.

Untuk mewujudkan pembinaan PKL yang produktif serta kemampuan mem-berikan kontribusi kepada daerah atau kota, maka Pemerintah Kota Surakarta telah melakukan pembinaan terhadap PKL dengan cara menciptakan kemitraan antara sektor informal (PKL) dengan Pemerintah Kota Surakarta. Pembinaan ini bertujuan untuk memotivasi para PKL agar dapat mengembangkan usahanya, selain itu bertujuan pula memberikan arahan tentang pentingnya manajerial agar mereka mampu mengelola usahanya tersebut sehingga diharapkan usaha mereka akan bertambah maju. Motivasi yang tinggi serta kemampuan manajerial yang baik diharapkan dapat meningkatkan kinerja usaha PKL, dimana dengan se-makin meningkatnya kinerja usaha dan kesejahteraan PKL diharapkan akan dapat memotivasi masyarakat lain untuk men-contoh atau merencanakan usaha sesuai kemampuan yang mereka miliki, sehingga akan dapat meningkatkan peluang kerja di sektor informal yang pada gilirannya dapat menanggulangi tingkat pengangguran, khususnya di Kota Surakarta.

Langkah pembinaan PKL sebagai-mana diatur dalam Peraturan Daerah maupun Keputusan Walikota untuk Kota Surakarta yaitu sebagai berikut: Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1995 yang mengatur tentang Penataan dan Pembi-naan PKL. Saat ini PKL sebagai sektor usaha informal merupakan usaha kerakyatan yang terbukti mampu bertahan terhadap krisis ekonomi sebagai katup-katup pengaman ekonomi.

Tahun 2003 ekonomi nasional ditar-getkan tumbuh 4%, tetapi tingkat pertum-buhan ekonomi tersebut belum cukup menahan laju tingkat pengangguran dan

Page 4: Pengaruh Motivasi Dan Kemampuan Manajerial Terhadap Kinerja Usaha Pedagang Kaki Lima Menetap(Suatu Survai Pada Pusat Perdagangan Dan Wisata Di Kota Surakarta)

Pengaruh Motivasi dan Kemampuan Manajerial …. (Mulyanto) : 73 - 86 75

kemiskinan. Pertumbuhan 4% hanya mampu menyerap 1,5 hingga 2 juta tenaga kerja. Padahal, secara nasional terdapat 10 juta pengangguran terbuka dan 30 juta pengangguran terselubung. Total pencari kerja di Indonesia saat ini ditaksir menca-pai 40-60 juta orang. Sementara mesin ekonomi nasional diperkirakan hanya mampu menyerap sekitar 1,5 hingga 2 juta kesempatan kerja, padahal first job seeker (pencari kerja baru) ditaksir mencapai 2,4 juta orang. Karena belum pulihnya sektor riil, sektor formal masih sulit menampung tenaga kerja. Sebelum masa krisis ekonomi (1997), sektor formal menyerap 31,7 juta tenaga kerja dan sektor informal menyerap 53,7 juta tenaga kerja. Sesudah masa krisis ekonomi tahun 2002, sektor formal tinggal menyerap 29,1 juta tenaga kerja, sementara sektor informal menye-rap 62,4 juta tenaga kerja (BPS, 2002:35).

Mengacu pada data Biro Pusat Statis-tik, sektor informal menyumbang sekitar 74% terhadap kesempatan kerja pada tahun 1985, berkurang menjadi 72% pada tahun 1990 dan 65% pada tahun 1998, sedangkan pada tahun 2002 mencapai 49% dari 91.647.166 tenaga kerja. Pengangguran ini sangat kecil, artinya sektor informal merupakan penampung angkatan kerja dominan. Bahkan pascakrisis ekonomi, diperkirakan penye-rapan tenaga kerja di sektor ini meningkat.

Program pengembangan sektor in-formal PKL menurut Ananta dan Supriyatno (1985:23) membutuhkan 3 hal yang harus diperhatikan dalam menertib-kan sektor informal, yaitu: 1. Usaha di sektor ini harus dilindungi

dari hambatan yang tidak perlu seperti pungutan liar, pemerasan, dan lain sebagainya.

2. Pembinaan hendaknya jangan sampai mematikan kreativitas yang meru-pakan ciri mereka.

3. Perlu diperhatikan penyediaan tem-pat-tempat tertentu dan jam-jam ter-tentu bagi para PKL dengan penyediaan penerangan dan sarana kebersihan yang memadai.

Mengacu pada uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa peran sektor informal PKL dalam perekonomian khususnya dalam penciptaan kesempatan kerja yang dihadapi oleh pemerintah saat ini adalah sangat penting. Selain itu pem-binaan terhadap para PKL juga sangat diperlukan, khususnya pembinaan tentang kemampuan manajerial. Untuk itu peneliti ingin mengkaji lebih lanjut tentang bagai-mana pengaruh faktor-faktor motivasi dan kemampuan manajerial PKL menetap terhadap kinerja usaha serta mengetahui seberapa jauh pengaruh faktor-faktor motivasi terhadap kinerja usaha.

Meskipun peranannya penting, pem-bicaraan tentang sektor informal tampak menimbulkan persoalan daripada meme-cahkannya. Hal ini terjadi terutama karena langkanya definisi yang tepat tentang sektor informal. Kemudian yang menjadi permasalahan ini adalah bagaimanakah pengaruh motivasi dan kemampuan manajerial terhadap kinerja usaha peda-gang kaki lima yang menetap.

Dalam kerangka teori ini kita mem-bicarakan mengenai bagaimana pengaruh motivasi dan kemampuan manajerial ter-hadap kinerja usaha Pedagang Kaki Lima. Pedagang Kaki Lima merupakan kelom-pok tenaga kerja yang banyak di sektor informal. Jenis pekerjaan tersebut penting dan relatif luas dalam sektor informal

Page 5: Pengaruh Motivasi Dan Kemampuan Manajerial Terhadap Kinerja Usaha Pedagang Kaki Lima Menetap(Suatu Survai Pada Pusat Perdagangan Dan Wisata Di Kota Surakarta)

BENEFIT, Vol. 11, No. 1, Juni 2007 76

(Bromley, 1991:230). Menurut pandangan Bromley, pekerjaan Pedagang Kaki Lima merupakan jawaban terakhir yang berha-dapan dengan proses urbanisasi yang berangkai dengan migrasi desa ke kota yang besar, pertumbuhan penduduk yang pesat, pertumbuhan kesempatan kerja yang lambat di sektor industri dan pe-nyerapan teknologi yang padat modal, serta keberadaan tenaga kerja yang berle-bihan.

Pengertian umum PKL sesuai Pasal 1 Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penataan dan Pembinaan PKL, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan PKL adalah orang yang melaku-kan usaha dagang dan atau jasa, di tempat umum baik menggunakan atau tidak menggunakan sesuatu, dalam melaksana-kan kegiatan usaha dagang. Tempat usaha PKL adalah tempat umum, yaitu tepi-tepi jalan umum, trotoar, dan lapangan serta tempat lain di atas tanah negara yang ditetapkan oleh Walikota Surakarta.

PKL adalah perorangan yang mela-kukan penjualan barang-barang dengan menggunakan bagian jalan atau trotoar dan tempat-tempat untuk kepentingan umum serta tempat lain yang bukan miliknya. PKL pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu PKL yang mobile (tidak menetap), PKL yang tidak mobile (menetap), PKL static knock down (menggelar barang dagangannya pada waktu dan tempat tertentu) (Amidi, 2003).

Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya, sehingga terdapat perbedaan dalam kekuatan motivasi yang ditunjukkan oleh seseorang dalam menghadapi situasi tertentu dibandingkan

dengan orang lain yang menghadapi situasi tertentu dibandingkan dengan orang lain yang menghadapi situasi yang sama (Siagian, 1997:137).

Para ahli manajemen sumber daya manusia dan perilaku organisasi mem-berikan definisi atau konsep mengenai motivasi dengan ungkapan berbeda-beda, namun makna yang terkandung sama, yaitu bahwa motivasi adalah keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, doronan, dan insentif.

Kemampuan manajerial adalah kemampuan untuk mengelola usaha seperti perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengawasan dan penilaian (Siagian, 1997:107).

Adapun fungsi manajemen yang digunakan oleh para PKL di antaranya perencanaan, pengambilan keputusan, penganggaran, pengorganisasian, peng-koordinasian, serta pengawasan.

Kinerja usaha adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenangnya dan tang-gung jawabnya masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Prawirosentono, 1999:1).

Kinerja merupakan salah satu ukuran dari perilaku yang aktual di tempat kerja yang bersifat dimensional, dimana dimensi kerja meliputi kualitas output, kuantitas output, waktu kerja, kerjasama dengan rekan kerja (Johnson, 1991:19).

Page 6: Pengaruh Motivasi Dan Kemampuan Manajerial Terhadap Kinerja Usaha Pedagang Kaki Lima Menetap(Suatu Survai Pada Pusat Perdagangan Dan Wisata Di Kota Surakarta)

Pengaruh Motivasi dan Kemampuan Manajerial …. (Mulyanto) : 73 - 86 77

KESIMPULAN

1. Motivasi PKL di Pusat Perdagangan pada umumnya dalam kategori baik terutama pada indikator kemauan untuk berprestasi dan orientasi pada masa depan, mencari umpan balik atas tindakannya dan tanggung jawab pribadi, selain itu masih terdapat sebagian kecil responden menyatakan kurang terutama pada indikator berani menerima resiko, usaha cara baru dan kreatif inisiatif.

2. Kemampuan manajerial PKL di Pusat Perdagangan pda umumnya dalam kategori baik, terutama pada indikator perencanaan. Selain itu, sebagian kecil responden menyatakan kurang pada indikator pengorganisasian dan peng-koordinasian. Kemampuan manajerial PKL di Pusat Wisata pada umumnya juga dalam kategori baik, terutama pada indikator perencanaan dan pengambilan keputusan, selain itu terdapat cukup banyak responden yang menyatakan kurang terutama pada indikator pengorganisasian, pembuatan anggaran dan pengawa-san.

3. Kinerja usaha PKL di Pusat Perda-gangan pada umumnya dalam kate-gori baik, terutama pada indikator kualitas kerja. Kinerja usaha PKL di Pusat Wisata pada umumnya dalam kategori baik, terutama pada indikator kualitas kerja. Kinerja usaha PKL di Pusat Wisata pada umumnya juga dalam kategori baik, terutama pada indikator waktu kerja.

4. Semua indikator memiliki kontribusi signifikan terhadap motivasi kerja PKL di Pusat Perdagangan, terutama

indikator kreatif inisiatif, mencari usaha cara baru, berorientasi pada masa depan dan bekerja sama. Pada umumnya indikator memiliki kontri-busi signifikan terhadap motivasi kerja PKL di Pusat Wisata kecuali indikator berani menerima resiko.

5. Semua indikator memiliki kontribusi signifikan terhadap kemampuan manajerial PKL di Pusat Perdagangan maupun di Pusat Wisata. Rata-rata semua indikator memiliki kontribusi yang besar terhadap kemampuan manajerial di Pusat Perdagangan terutama pengkoordinasian, pem-buatan keputusan dan pengawasan. Sedangkan di Pusat Wisata perenca-naan dan pembuatan keputusan memiliki kontribusi yang lemah di-banding indikator pengawasan, pem-buatan anggaran dan pengkoordina-sian.

6. Semua indikator memiliki kontribusi signifikan terhadap kinerja usaha PKL di Pusat Perdagangan, sedangkan di Pusat Wisata indikator waktu kerja tidak memiliki kontribusi dominan terhadap kinerja usaha PKL di Pusat Wisata, sedangkan di Pusat Perdaga-ngan kontribusi proses kerja teren-dah. Sementara kualitas output dan kuantitas output memiliki kontribusi yang sebanding di Pusat Perdagangan maupun di Pusat Wisata.

7. Motivasi tidak memiliki pengaruh sig-nifikan terhadap kinerja usaha PKL di Pusat Perdagangan sedangkan di Pusat Wisata motivasi berpengaruh positif pada tingkat signifikansi 92%. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa jika motivasi usaha PKL di

Page 7: Pengaruh Motivasi Dan Kemampuan Manajerial Terhadap Kinerja Usaha Pedagang Kaki Lima Menetap(Suatu Survai Pada Pusat Perdagangan Dan Wisata Di Kota Surakarta)

BENEFIT, Vol. 11, No. 1, Juni 2007 78

Pusat Wisata meningkat, maka kinerja usahanya juga akan meningkat.

8. Kemampuan manajerial memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja usaha PKL di Pusat Perdagangan, namun yang lebih berpengaruh dominan adalah di Pusat Perdaga-ngan.

Rekomendasi yang dapat diajukan adalah sebagai berikut 1. Perlu adanya strategi dan kebijakan

pengembangan PKL meliputi perlin-dungan hukum dan ruang usaha (space), pengembangan kemampuan serta pengembangan potensi. Ketiga jenis pengembangan tersebut hendak-nya dilakukan secara sinergik, saling kait-mengait dan saling mendukung agar kemampuan PKL layak diting-katkan.

2. Memberikan perlindungan hukum dan space, dimana hal ini sangat ber-gantung pada goodwill Pemerintah Kota Surakarta, sementara pengemba-ngan kemampuan PKL dapat dicapai melalui program-program pelatihan, sedangkan pengembangan potensi PKL sangat bergantung pada motivasi dan kemampuan manajerial PKL itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahman, Arifin. 1973. Kerangka Pokok-Pokok Manajemen Umum. Ceta-kan Kedua. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.

Agus Dharma. 1995. Manajemen Prestasi Kerja. Jakarta: CV. Rajawali.

Agusty, Ferdinand. 2000. Structural Equa-tion Modeling Dalam Penelitian Mana-

jemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ananta dan Supriyanto. 1985. Penelitian tentang Sektor Informal. Jurnal Eko-nomi UGM. Yogyakarta.

As’ad, Moh. 1992. Psikologi Industri dan Sosial, Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty.

Azwar, Saifuddin. 1996. Realibilitas dan Validitas, Interpretasi dan Komputasi. Yogyakarta: Liberty.

Djohan, Djabaruddin. 1994. Mencari Bentuk dan Metode Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil dan Sektor Informal. Jurnal. Jakarta: Frieddrich Ebert Stiftung.

Gibson. 1996. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses, Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara.

Gundono. 2000. Akuntansi Untuk Pengu-saha Kecil dan Menengah, Pelatihan Manajemen Usaha Kecil Mitra Binaan. Yogyakarta: PT Sucofindo.

Mangkuprawiro, Sjafri. 1999. Perspektif Sumber Daya Manusia Untuk Pengem-bangan Koperasi, Usaha Kecil dan Mene-ngah. Kantor Menteri Negara Kope-rasi, Usaha Kecil dan Menengah. Kantor Menteri Negara Koperasi PKM, Jakarta.

Sekaran, Uma. 2003. Research Methods For Business, A Skill Building Appriach. Illinouis: John Willey and Sons Inc.

Siagian, P. Sondang. 1997. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Singarimbun, Masri. 1999. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Stoner, AE, James and Wankel, Charles. 1998. Manajemen. Jilid 1. Edisi Ketiga. Jakarta: Intermedia.

Page 8: Pengaruh Motivasi Dan Kemampuan Manajerial Terhadap Kinerja Usaha Pedagang Kaki Lima Menetap(Suatu Survai Pada Pusat Perdagangan Dan Wisata Di Kota Surakarta)

Pengaruh Motivasi dan Kemampuan Manajerial …. (Mulyanto) : 73 - 86 79

Stoner, AE, James and Wankel, Charles. 1998. Manajemen. Jilid 2. Edisi Ketiga. Jakarta: Intermedia.

Terry, R. George. 1997. Principles of Man-agement, Seventh Edition. Homewoods Illinouis: Richard Irwin, Inc.

Thoha, M. 1999. Dimensi-Dimensi Prima Administrasi Negara. Cetakan Kedua. Jakarta: Rajawali.

Umar, Husein. 2000. Metode Penelitian un-tuk Skripsi dan Thesis Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Umar, Husein. 2000. Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Edisi Revisi. Jakarta: PT. SUN.

Wexley and Yulk. 1995. Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia. Jakarta: Bina Aksara.

Widyohartono. 1989. Pengantar Kewirausa-haan. Jakarta: Sumber Widya.

William B. Werther, JR and Keith Davis. 1993. Human Resources and Personal Management. International Editions. Singapore: Mc.Graw-Hill. Co.

Yani, M. 1996. Teknik Wiraswasta dalam Keluarga. Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta.

Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima.

Keputusan Walikota Surakarta Nomor 2 Tahun 2001 tentang Pedoman Pe-laksanaan Peraturan Daerah Ko-tamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pena-taan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima.