18
17 PENGARUH MASSAGE ABDOMINAL DALAM UPAYA PENCEGAHAN KONSTIPASI PADA PASIEN YANG MENJALANI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO YOGYAKARTA Siwi Ikaristi Maria Theresia 1 , Fransisca Anjar Rina Setyani 2 , Arimbi Karunia Estri 3 1,2,3 Akper Panti Rapih Yogyakarta ABSTRACT Constipation is one of defecation disorder that can happen to in patients who experience decline activities (bed rest). It is caused by declining muscle tonicity to execrate feces from rectum and declining blood circulation of digestive system which effects on the declining of intestinal peristaltic. The purpose of this research is to identify abdominal massage effects in order to avoid constipation to patients who are hospitalized at Panti Nugroho Hospital. This research used Quasi experimental post-test only non-equivalent control group design. As samples, there were 36 respondents which devided into 18 intervention respondents and 18 control respondents. Intervention was abdominal massage technique with effleurage technique for 15 minutes a day and it was done continued for three days. Instruments were defecation assessment, Constipation Assessment Scale (CAS) and assessment for affecting defecation factors. The result of t-independent test showed that there was a significant differences on constipation score between intervention and control groups (p value = 0,015). The result of this reseach can be used as the source of information and consideration for nurses when providing nursing care to in patient to maintain regularity of elimination defecation patterns. Key words: abdominal massage, effleurage technique, constipation and constipation score. PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu gangguan pola eliminasi defekasi adalah konstipasi. Menurut Djojoningrat (2006) dalam Sudoyo, (2006) mendefinisikan konstipasi adalah gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi defekasi, sensasi tidak puas atau tidak lampiasnya buang air besar, terdapat rasa sakit, perlu ekstra mengejan atau feses yang keras, proses defekasi dapat terjadi kurang dari 3 kali seminggu atau lebih dari 3 hari tidak defekasi. Pada pasien yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit, pasien akan mengalami pembatasan aktivitas (bedrest) yang disebabkan oleh penurunan kondisi kesehatan, dimana hal ini akan menurunkan aktivitas fisik. Penurunan aktivitas fisik reguler akibat bedrest dapat menurunkan tonusitas otot yang diperlukan untuk mengeluarkan feces dari dalam rectum, dimana hal ini akan menyebabkan penurunan fungsi otot abdominal dan otot pelvis sehingga akan memperlama pasase feces (Folden, et al., 2002).

PENGARUH MASSAGEABDOMINAL …stikespantirapih.ac.id/download/MANUSKRIP BU SIWI.pdf · fecal impaction. Salah satu terapi ... rata asupan serat dalam 24 jam adalah sebanyak 228,22

  • Upload
    hacong

  • View
    216

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

17

PENGARUHMASSAGE ABDOMINAL DALAM UPAYA PENCEGAHAN

KONSTIPASI PADA PASIEN YANG MENJALANI RAWAT INAP

DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO YOGYAKARTA

Siwi Ikaristi Maria Theresia1, Fransisca Anjar Rina Setyani2,Arimbi Karunia Estri3

1,2,3Akper Panti Rapih Yogyakarta

ABSTRACTConstipation is one of defecationdisorder that can happen to in patientswho experience decline activities (bedrest). It is caused by declining muscletonicity to execrate feces from rectumand declining blood circulation ofdigestive system which effects on thedeclining of intestinal peristaltic. Thepurpose of this research is to identifyabdominal massage effects in order toavoid constipation to patients who arehospitalized at Panti Nugroho Hospital.This research used Quasi experimentalpost-test only non-equivalent controlgroup design. As samples, there were36 respondents which devided into 18intervention respondents and 18 controlrespondents. Intervention wasabdominal massage technique with

effleurage technique for 15 minutes aday and it was done continued for threedays. Instruments were defecationassessment, Constipation AssessmentScale (CAS) and assessment foraffecting defecation factors. The resultof t-independent test showed that therewas a significant differences onconstipation score between interventionand control groups (p value = 0,015).The result of this reseach can be used asthe source of information andconsideration for nurses when providingnursing care to in patient to maintainregularity of elimination defecationpatterns.Key words: abdominal massage,effleurage technique, constipation andconstipation score.

PENDAHULUANLatar Belakang

Salah satu gangguan pola eliminasidefekasi adalah konstipasi. MenurutDjojoningrat (2006) dalam Sudoyo,(2006) mendefinisikan konstipasiadalah gangguan buang air besar berupaberkurangnya frekuensi defekasi,sensasi tidak puas atau tidak lampiasnyabuang air besar, terdapat rasa sakit,perlu ekstra mengejan atau feses yangkeras, proses defekasi dapat terjadikurang dari 3 kali seminggu atau lebihdari 3 hari tidak defekasi. Pada pasienyang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit, pasien akan mengalamipembatasan aktivitas (bedrest) yangdisebabkan oleh penurunan kondisikesehatan, dimana hal ini akanmenurunkan aktivitas fisik. Penurunanaktivitas fisik reguler akibat bedrestdapat menurunkan tonusitas otot yangdiperlukan untuk mengeluarkan fecesdari dalam rectum, dimana hal ini akanmenyebabkan penurunan fungsi ototabdominal dan otot pelvis sehingga

akan memperlama pasase feces (Folden,et al., 2002).

18

Saat ini terapi laksativ merupakansalah satu medical management untukmengatasi konstipasi. Menurut Sinclair,(2010) penggunaan laksatif dalamjangka waktu yang lama justru akanmenyebabkan masalah konstipasi danfecal impaction. Salah satu terapikomplementer yang dapat dilakukanuntuk mencegah dan mengatasi masalahkonstipasi adalah dengan melakukanmassage abdominal. Massageabdominal merupakan salah satumanagement keperawatan untukmengatasi konstipasi yang sudahdilakukan sejak tahun 1870 dan padaperkembangannya, massage abdominalmerupakan intervensi yang efektifuntuk mengatasi konstipasi tanpamenimbulkan efek samping.

Mekanisme massage abdominaldapat menurunkan kejadian konstipasibelum dapat dipahami sepenuhnya,kemungkinan disebabkan oleh adanyaefek kombinasi dari stimulasi danrelaksasi. Tekanan secara langsung padadinding abdomen secara berurutan dankemudian diselingi dengan wakturelaksasi dengan cepat dapatmeningkatkan reflek gastrokolik danmeningkatkan kontraksi dari intertinaldan rectum ( Brooks, et al., 2004, dalamSinclair, 2010). Massage abdominaldapat menurunkan konstipasi melaluibeberapa mekanisme yang berbeda-beda antara lain dengan: menstimulasisistem persyarafan parasimpatissehingga dapat menurunkan teganganpada otot abdomen, meningkatkanmotilitas pada sistem pencernaan,meningkatkan sekresi pada sistemintestinal serta memberikan efek padarelaksasi sfingter (Lamas, 2009 dalamSinclair, 2010).

Penelitian mengenai massageabdominal untuk menurunkan kejadiankonstipasi sudah banyak dilakukan,intervensi ini juga tidak menimbulkanefek samping, namun intervensi

massage abdominal belum dilaksanakandi ruang rawat inap Rumah Sakit PantiNugroho. Oleh karena itu, penulis inginmenerapkan intervensi massageabdominal pada pasien yang mengalamiimobilisasi fisik dalam upaya menjagaketeraturan pola eliminasi defekasi diRumah Sakit Panti NugrohoYogyakarta.

Rumusan MasalahBagaimana dampak massage abdominaldalam upaya pencegahan konstipasipada pasien rawat inap di Rumah SakitPanti Nugroho Yogyakarta?

Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi dampak massageabdominal dalam upaya pencegahankonstipasi pada pasien yangmenjalani rawat inap di Rumah SakitPanti Nugroho.

2. Tujuan Khususa. Mengidentifikasi karakteristik

pasien yang menjalani rawat inapdi Rumah Sakit Panti Nugrohoberdasarkan usia, jenis kelamin,asupan serat, asupan cairan, danpola eliminasi defekasi (frekuensidan konsistensi feces) selamamenjalani rawat inap di RumahSakit Panti Nugroho.

b. Menganalisis skor konstipasi padapasien rawat inap yang diberikanintervensi standar dengan pasienrawat inap yang diberikanintervesi standar ditambah denganmassage abdominal untukmencegah konstipasi.

c. Mengidentifikasi hubunganvariabel konfonding (usia, asupancairan, asupan serat) dengan skorkonstipasi pasien yang menjalanirawat inap yang diberikanintervensi standar ditambahdengan massage abdominal.

19

METODE PENELITIANRancangan PenelitianPenelitian ini menggunakan desainQuasi eksperimental post test only nonequivalent control group, dimana dalampenelitian ini membandingkanperbedaan kejadian konstipasi padapasien rawat inap yang terdapat dalam

kelompok kontrol setelah pemberianintervensi standar dan kelompokintervensi setelah pemberian intervensistandar ditambah dengan pemberianterapi komplementer massageabdominal.PopulasiPopulasi dalam penelitian ini adalahsemua pasien yang di rawat di RuangPerawatan Timur Rumah Sakit PantiNugroho Yogyakarta pada bulanAgustus – Oktober 2014.

SampelCara pemilihan sampel penelitian dalampenelitian ini menggunakan non-probability sampling denganmenggunakan teknik pengambilansampel consecutive sampling.Sampel yang digunakan dalampenelitian adalah pasien yang menjalanirawat inap di Ruang Rawat Inap TimurRumah Sakit Panti NugrohoYogyakarta, yang memenuhi kriteriainklusi:1) Pasien mendapatkan diit yang

mengandung serat.2) Pasien yang mulai hari pertama

sampai dengan hari berakhirnyadilakukan intervensi dirawat diRuang Rawat Inap Timur.

3) Tidak mengalami penurunankesadaran.

Pasien yang menjadi kriteria eksklusiadalah:1) Pasien yang mendapatkan terapi

laksativ.2) Pasien dengan tumor pada area

abdominal.3) Pasien yang mengalami obstruksi

illeus.4) Pasien yang mengalami netropenia.5) Pasien yang mengalami perdarahan

pada intestinal.6) Pasien yang mendapatkan terapi

radiasi pada area abdomen.7) Pasien yang mengalami tindakan

pembedahan pada area abdomen.

Penghitungan besar sampel yangdigunakan dalam penelitian ini dihitungdengan menggunakan rumus ujihipotesis terhadap dua mean pada duakelompok independen (Sastroasmoro &Ismael, 2010). Berdasarkanpenghitungan besar sampel denganmenggunakan rumus perbedaan duamean pada dua kelompok independen,didapatkan besar sampel sebanyak 33responden. Untuk mengantisipasikemungkinan drop out, maka besarsampel ditambah sebanyak 4 orang,sehingga besar sampel yang digunakandalam penelitian ini adalah sebanyak 36responden yang dibagi dalam 2kelompok yaitu 18 pada kelompokkontrol dan 18 pada kelompokintervensi.

Tempat PenelitianPenelitian ini dilakukan di Ruang RawatInap Timur Rumah Sakit Panti NugrohoYogyakarta.

Waktu Penelitian

20

Pengambilan data penelitian dilakukanpada tanggal 11 Agustus sampai dengan30 Oktober 2014.

Instrumen Pengumpulan Data1. Format pengkajian defekasi.2. Format CAS (ConstipationAssessment Scale).

3. Format pengkajian faktor-faktoryang mempengaruhi pola eliminasidefekasi.

Prosedur Pengumpulan DataProsedur pengumpulan data adalahsebagai berikut:1. Mengajukan perijinan untuk

melakukan penelitian di RumahSakit Panti Nugroho Yogyakarta.

2. Peneliti melakukan demonstrasiteknik massage abdominal kepadaperawat yang akan menjadi asistenpeneliti dan kepala bidangkeperawatan. Selanjutnya, penelitimeminta 1 perawat yang akanmenjadi asisten peneliti untukmeredemonstrasikan teknik massageabdominal yang sudah diajarkan olehpeneliti.

3. Peneliti melakukan pemilihanresponden sesuai dengan kriteriainklusi dan eksklusi yang telahditetapkan. Peneliti melakukanpendekatan pada pasien, memberikaninformasi mengenai tujuan, manfaatdan prosedur penelitian yangdilakukan kemudian meminta pasienuntuk menjadi responden dalampenelitian dengan menandatanganiinformed consent.

4. Peneliti mengisi format pengkajiandefekasi pasien dengan melakukanwawancara dengan responden sesuaidengan pertanyaan yang terdapatpada instrument penelitian.

5. Responden dikelompokkan menjadi2, dimana kelompok 1 adalah

kelompok intervensi yang mendapatintervensi standar ditambah massageabdominal selama 3 hari berturut,sedangkan kelompok 2 adalahkelompok kontrol. Teknik Massageabdominal yang dilakukan padakelompok intervensi adalah tehnikefflurage yaitu dengan melakukanpemijatan dengan arah keatas padakolon accenden, pemijatan melintangpada kolon tranversum danpemijatan dengan arah kebawah padakolon decenden, selain itu pemijatanjuga dilakukan secara sirkular searahdengan jarum jam pada areaintestinal. Pemijatan dilakukanselama 15 – 20 menit setiap hariselama lima hari berturut-turut.Peneliti menggunakan coconut oiluntuk menghindari nyeri pada saatdilakukan massage abdominal.

6. Melakukan evaluasi score konstipasipada hari ketiga denganmenggunakan format pengkajianCAS (Constipation AssessmentScale).

7. Selain mengobservasi pola eliminasidefekasi pasien, peneliti jugamelakukan observasi asupan seratdan asupan cairan.

Analisa Data1. Analisa UnivariatAnalisis univariat dilakukan untukmendiskripsikan setiap variabelpenelitian, yaitu dengan distribusifrekuensi dan distribusi proporsi.2. Analisa BivariatAnalisa bivariat digunakan untukmembuktikan hipotesis penelitian yaitumelihat perbedaan skor konstipasi padaresponden kalompok intervensi dankelompok kontrol setelah diberikanintervensi dengan menggunkaan ujiIndependen T-test.

HASIL

21

Analisis Univariat

Tabel 1Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Usia

Di Ruang Rawat Inap Timur RS Panti Nugroho Yogyakarta11 Agustus – 30 Oktober 2014 (n=36)

Hasilpenelitian menunjukkan bahwa dari 18responden kelompok kontrol,prosentase usia dewasa lebih banyakyaitu 66,7% (12 responden) biladibandingkan dengan usia lansia. Padakelompok intervensi, prosentase usia

lansia dan dewasa adalah sama yaitu50% (9 orang responden). Totalprosentase responden kategori usiadewasa lebih banyak bila dibandingkandengan kategori usia lansia, yaitusebanyak 58,3% (21 responden).

Tabel 2Distribusi Frekuensi Usia Responden Kelompok Kontrol dan Intervensi

Di Ruang Rawat Inap Timur RS Panti Nugroho Yogyakarta11 Agustus – 30 Oktober 2014 (n=36)

Kelompokresponden

n Mean SD Minimum-Maksimum

95% CI

Kontrol 18 48,06 21,01 16 - 81 37,60 – 58,51

Intervensi 18 58,17 15,76 16 - 81 50,33 – 66,01

Hasil penelitian menunjukkan bahwadari 18 responden kelompok kontrol,rata-rata usia responden adalah 48,06.Usia yang paling muda pada kelompokkontrol adalah 16 tahun, sedangkan usiayang paling tua adalah 81 tahun. Padakelompok kontrol, diyakini rata-ratausia responden berada antara 37,60 –

58,51 (α= 0,05). Pada kelompokintervensi, rata-rata usia respondenadalah 58,17 tahun. Usia yang palingmuda adalah 16 tahun dan usia yangpaling tua adalah 81 tahun. Padakelompok intervensi, diyakini rata-ratausia responden berada antara 50,33 –66,01 (α= 0,05).

Kelompok usiaKelompokintervensi

KelompokKontrol

Total

n % n % n %

Dewasa 9 50% 12 66,7% 21 58,3%

Lansia 9 50% 6 33,3% 15 41,6%

Total 18 100% 18 100% 36 100%

22

Tabel 3Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Di Ruang Rawat Inap Timur RS Panti Nugroho Yogyakarta11 Agustus – 30 Oktober 2014 (n=36)

Hasil penelitian menunjukkan bahwasebagian besar proporsi jenis kelaminpada kelompok intervensi dankelompok adalah perempuan yaitu

sebesar 55,6% (10 responden). Totalprosentase responden yang palingbanyak berjenis kelamin perempuan,yaitu sebesar 55,6% (20 responden).

Diagram 1Distribusi Diagnosa Medis Responden Kelompok Kontrol dan Intervensi

Di Ruang Rawat Inap Timur RS Panti Nugroho Yogyakarta11 Agustus – 30 Oktober 2014 (n=36)

Hasil penelitian menunjukkan bahwadiagnosa medis responden kelompokkontrol dan intervensi adalah Stroke danDiabetes Mellitus (DM). Jumlahresponden kelompok kontrol dan

intervensi dengan diagnosa medisstroke sebanyak 11 responden,sedangkan jumlah responden kelompokkontrol dan intervensi dengan diagnosamedis DM adalah sebanyak 7 responden.

Jenis KelaminKelompokintervensi

KelompokKontrol

Total

n % N % n %

Laki-laki 8 44,4% 8 44,4% 16 44,4%

Perempuan 10 55,6% 10 55,6% 20 55,6%

Total 18 100% 18 100% 36 100%

23

Tabel 4Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Asupan Serat Selama 24 Jam Inap

di Ruang Rawat Inap Timur RSPN11 Agustus – 30 Oktober 2014 (n=36)

Kelompokresponden

n Mean SD Minimum-Maksimum

95% CI

Kontrol 18 228,22 37,673 108-325 209,71 – 252,29

Intervensi 18 215,22 215,22 108-300 184,81 – 234,52

Hasil penelitian menunjukkan, 16responden pada kelompok kontrol, rata-rata asupan serat dalam 24 jam adalahsebanyak 228,22 gr. Diyakini rata-rataasupan serat responden pada kelompokkontrol berada antara 209,71 – 252,29(α= 0,005). Hasil penelitian dari 16

responden pada kelompok intervensimenunjukkan bahwa rata-rata asupanserat dalam 24 jam sebanyak 215,22 gr.Diyakini rata-rata asupan seratresponden pada kelompok intervensiberada antara 184,81 – 234,52 (α=0,005).

Tabel 5Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Asupan CairanSelama Menjalani Rawat Inap di Ruang Ranap Timur RSPN

11 Agustus – 30 Oktober 2014 (n=36)

Hasil penelitian menunjukkan bahwadari 18 responden pada kelompokkontrol, didapatkan proporsiresponden dengan asupan cairan ≥1500 cc/ 24 jam lebih banyak yaitu

sebesar 100% (18 responden).Demikian juga pada kelompokintervensi, proporsi respondendengan asupan cairan ≥ 1500 cc/ 24

Kategori asupancairan

Kelompokintervensi

KelompokKontrol

Total

n % n % n %

< 1500 cc/24 jam 1 5,6% 0 0 1 5,6 %

≥ 1500 cc/24 jam 17 94,4% 18 100 35 94,6%

Total 18 100% 18 100% 36 100%

24

jam lebih banyak yaitu sebesar94,4% (17 responden).

Tabel 6

Distribusi Skor CAS (Constipation Assaement Scale) Respondendi Ruang Rawat Inap Timur RSPN Yogyakarta

11 Agustus – 30 Oktober 2014 (n=36)

Kelompokresponden

n Mean SD Min - Max 95% CI Meandiff

Kontrol 18 3,22 1,16 1 - 6 2,64 – 3,801,056

Intervensi 18 2,17 1,29 1 - 5 1,52 – 2,81

Hasil penelitian menunjukkanbahwa dari 18 responden padakelompok kontrol, rata-rata skorCAS responden adalah 3,22. Skoryang paling sedikit adalah 1,sedangkan skor yang palingbanyak adalah 6. Diyakini rata-rata pola eliminasi menurut tabel5.5, selanjutnya skor polaeliminasi defekasi dikategorikan

menjadi 3 kelompok, yaitu:kategori 1 bila jumlah skor 0,artinya pasien mengalamikonstipasi; kategori 2 apabilajumlah skor 1-3, artinya pasienberesiko mengalami konstipasi;kategori 3 apabila jumlah skor >3,artinya pasien tidak mengalamikonstipasi.

Tabel 7Rata-Rata Frekuensi Defekasi Responden Selama 3 hari Observasi

di Ruang Rawat Inap RSPN Yogyakarta11 Agustus – 30 Oktober 2014 (n=36)

Kelompokresponden

n Mean SD Minimum-Maksimum

Mean Diff

Kontrol 18 0,28 0,461 0-1 0,389Intervensi 18 0,67 0,485 0-1

Hasil penelitian menunjukkan bahwarata-rata frekuensi defekasiresponden kelompok intervensiselama 3 hari perawatan adalah 0,67.

Sedangkan rata-rata frekuensidefekasi responden kelompokkontrol selama 3 hari perawatanadalah 0,28.

25

Diagram 2

Distribusi Konsistensi Feces Responden Kelompok Kontrol dan IntervensiDi Ruang Rawat Inap Timur RSPN Yogyakarta

11 Agustus – 30 Oktober 2014 (n=36)

Hasil penelitian menunjukkan bahwaresponden pada kelompok intervensidan kontrol yang mengalamidefekasi, sebagian besar konsistensifesesnya lembek, namun respondendengan konsistensi feses lembek

jumlahnya pada kelompok kontrollebih sedikit bila dibandingkandengan kelompok intervensi.

Analisis Bivariat

Tabel 8Analisis Perbedaan Skor Konstipasi Pada Responden Kelompok Kontrol

dan Intervensi di Ruang Rawat Inap Timur RSPN Yogyakarta11 Agustus – 30 Oktober 2014 (n=36)

Variabel Kelompokresponden n Mean SD SE Mean

diff tpvalue

ScorKonstipasi

Kontrol 18 3,22 1,166 0,275

1,056 2,570 0,015Intervensi 18 2,17 1,295 0,305

Konsistensi Feces

26

Hasil analisa data perbedaan skorkonstipasi pada pasien kelompokkontrol dan intervensi menunjukkanp value = 0,015 < 0,05 artinya Hoditolak, ada perbedaan skor

konstipasi pada pasien yangmendapatkan intervensi massageabdominal dengan responden yangtidak dilakukan massage abdominal

Tabel 9Hubungan Usia Dengan Skor Konstipasi Responden

di Ruang Rawat Inap RSPN Yogyakrata11 Agustus – 30 Oktober 2014 (n=36)

Hasil analisis data menunjukanbahwa tidak ada perbedaan yangsignifikan antara kategori usiadewasa dengan skor pola eliminasidefekasi pada kelompok kontrol danintervensi (p value = 0,785 ; α =0.05). Demikian pula pada kategoriusia lansia, didapatkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antarausia lansia dengan skor polaeliminasi defekasi pada kelompokkontrol dan intervensi (p value =0,862 ; α = 0.05). Artinya usia tidakmemiliki hubungan yang signifikandengan skor konstipasi.

Tabel 10Hubungan Asupan Cairan Dengan Skor Konstipasi Pada Responden

di Ruang Rawat Inap RSPN Yogyakarta11 Agustus – 30 Oktober 2014 (n=36)

Kategori Usia KelompokResponden n Skor Defekasi P

ValueMean SD

DewasaIntervensi 9 2,22 1,641

0,785Kontrol 12 3,17 1,33

Lansia Intervensi 9 2,11 0,9280,862

Kontrol 6 3,33 0,816

KategoriAsupan CairanDalam 24 jam

KelompokResponden n

Skor Defekasi PvalueMean SD

< 1500 ccIntervensi 7 1,57 0,78

0,123Kontrol 3 3,00 1,00

≥ 1500 cc Intervensi 11 2,55 1,440 0,000

27

Hasil analisis data menunjukanbahwa tidak ada perbedaan yangsignifikan antara asupan cairan<1500 cc dengan skor pola eliminasidefekasi antara kelompok kontroldan intervensi (p value = 0,123 ; α =0.05). Sedangkan pada asupan cairan≥1500cc didapatkan perbedaan yangsignifikan skor pola eliminasi

defekasi pada kelompok kontrol danintervensi (p value = 0,000 ; α =0.05). Hasil analisis data inimenunjukkan bahwa intake cairan≥1500cc memiliki hubungan yangsignifikan dengan skor pola eliminasidefekasi pada responden kelompokkontrol dan intervensi.

Tabel 11Hubungan Asupan Serat Dengan Skor Konstipasi Pada Responden

di Ruang Rawat Inap RSPN Yogyakarta11 Agustus – 30 Oktober 2014 (n=36)

Variabel KelompokResponden r p

value

Asupan serat

Kontrol 0,16 0,951

Intervensi 0,365 0,136

Hasil analisa data dari 18 respondenpada kelompok intervensimenunjukkan tidak ada hubunganyang signifikan antara asupan seratdengan skor konstipasi padaresponden kelompok intervensi yangdiberikan intervensi standarditambah dengan massage

abdominal (p value = 0,136 ; α =0.05). Hasil penelitian dari 18responden pada kelompok kontrolmenunjukkan bahwa tidak adahubungan yang signifikan antaraasupan serat dengan skor konstipasiresponden yang diberikan intervensistandar (p value = 0,951 ; α = 0.05).

PEMBAHASAN1. Karakteristik responden

Karakteristik respondenberdasarkan usia didapatkan bahwa

total prosentase responden kategoriusia dewasa lebih banyak biladibandingkan dengan usia lansiayaitu 58,3%. Kategori usia dewasapada penelitian ini adalah 25 – 60

Kontrol 15 3,27 1,22

28

tahun, rata-rata usia responden padakelompok kontrol adalah 48,06 tahunsedangkan pada kelompok intervensiadalah 58,17 tahun. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa usia tidakmemiliki hubungan yang signifikandengan skor konstipasi, hal ini sesuaidengan Lamas (2009) dalam hasilpenelitiannya menunjukkan bahwausia tidak berpengaruh secarasignifikan dalam kejadian konstipasimeskipun menurut Orozco (2012)bahwa semakin meningkatnya usiamaka akan terjadi peningkatanpenumpukan kolagen di kolondesenden yang mengakibatkanpenurunan motilitas usus (Orozco etal, 2012).

Karakteristik respondenberdasarkan pola eliminasi defekasididapatkan data hasil observasiselama 3 hari berturut-turut,responden kelompok intervensi yangbisa defekasi selama menjalani rawatinap (3 hari) adalah sebanyak 12responden dan 5 orang respondentidak bisa defekasi selama menjalani3 hari perawatan di RS. Sedangkanpada kelompok kontrol, hanya 4responden saja yang bisa defekasiselama 3 hari observasi sebagianbesar responden (14 responden) tidakbisa defekasi selama menjalani 3 hariperawatan di RS. Karakteristik rata-rata frekuensi defekasi respondenselama 3 hari observasi adalah 0,28pada kelompok kontrol dan 0,67

pada kelompok intervensi. Hasilanalisa data menunjukkan bahwakelompok kontrol berisiko lebihbesar mengalami konstipasi, karenaselama menjalani perawatan 3 hari diRumah Sakit, responden tidakmampu untuk defekasi. Semakin

lama feces berada di dalam rectum,maka absorbsi air menjadi semakinlebih banyak, sehingga feces menjadisemakin keras dan semakin sulituntuk dikeluarkan sehingga risikokonstipasi menjadi lebih besar(Black & Hawks, 2009).Kemampuan responden untukdefekasi juga akan berhubungandengan konsistensi feces (Sudoyo,2006). Data hasil penelitianmenunjukkan bahwa pada kelompokintervensi, 11 responden yangmampu defekasi menunjukkankonsistensi feces lembek sedangkan1 orang pasien menunjukkankonsistensi feces yang keras.Sehingga hal ini menunjukkankemampuan responden untukdefekasi juga akan berhubungandengan konsistensi feces.

Karakteristik respondenberdasarkan asupan serat selama 24jam pada kelompok kontrol dankelompok intervensi didapatkan hasilbahwa rata-rata serat yangdikonsumsi oleh kelompok kontroladalah sebanyak 228,22 gr/hr,sedangkan pada kelompok intervensisebanyak 215,22 gr/hr. MenurutKyle (2014) bahwa asupan seratyang kurang beresiko terjadinyakonstipasi karena fungsi dari seratdalam proses pencernaan adalahuntuk membantu dalam stimulasiperistaltik usus sehinggamempercepat pengosongan isi usus.Menurut Fernandez & Banares(2006), intake serat yang dianjurkanuntuk dikonsumsi sehari- hari adalahsebanyak 25 gram per hari. Hasilanalisa data menunjukkan bahwa,rata-rata asupan serat yangdikonsumsi pasien selama menjalanirawat inap adalah sudah sesuai

29

dengan asupan serat yang direkomendasikan.

Karakteristik respondenberdasarkan asupan cairan selama 24jam pada kelompok kontrol dankelompok intervensi sebagian besaradalah ≥ 1500 cc/24 jam, dimanaproporsi pada kelompok kontroladalah sebesar 100 %, sedangkanpada kelompok intervensi adalahsebesar 94,6 %. Ketidakdekuatanintake cairan mengakibatkanresponden berisiko mengalamikonstipasi ditandai dengan distribusifeces yang keluar sedikit disertaidengan konsistensi feces yang keras.Intake cairan yang dianjurkan adalahsebanyak 1500 ml/ hari atau setaradengan 30 ml/ Kg berat badan (Kyle,2014). Dari hasil analisa data dapatdisimpulkan bahwa rata-rata asupancairan pasien selama menjalni rawatinap adalah cukup (sesuai denganyang dianjurkan). Hasil uji statistiklanjut menunjukkan bahwa rata-rataasupan cairan antara kelompokkontrol dan kelompok intervensimemiliki homogenitas yang sama(homogen). Kesetaraan asupancairan responden ini dikarenakanresponden kelompok kontrol danintervensi sebagian besar tidakmendapatkan pembatasan cairanselama rawat inap, hanya 3 orangresponden saja yang mengalamipembetasan minum yaitu pasienyang mengalami gagal jantung(Congestif Heart Failure).

2. Skor konstipasi pada respondenkelompok kontrol danintervensi

Hasil statistik lebih lanjutmenyimpulkan ada perbedaan yangsignifikan skor konstipasi antara

kelompok kontrol dan kelompokintervensi, artinya pelaksanaanmassage abdominal berdampakterhadap pencegahan konstipasi padapasien yang menjalani rawat inap (pvalue = 0,015; α = 0.05). Hasilpenelitian terkait dengan pengaruhpelaksanaan massage abdominalterhadap pencegahan konstipasiadalah penelitian oleh Lamas (2009)pada bulan Januari 2005 - Maret2007 dengan metode randomisedcontrolled trial pada 60 respondenyang mengalami konstipasi, hasilpenelitian menunjukkan bahwaresponden yang mendapatkan terapilaxativ ditambah dengan massageabdominal mengalami peningkatanfrekuensi defekasi, hilangnyaketidaknyamanan di abdomen,distensi abdomen berkurangdibandingkan pasien yang hanyamendapatkan terapi laksatif.Penelitian lain yang dilakukan olehLai et al (2010), menunjukkan bahwaaroma massage abdominal yangdilakukan pada pasien dengan kankerterbukti efektif untuk mencegahkonstipasi hal ini ditunjukkan denganpenurunan constipation assesmentscale (CAS) secara signifikan padakelompok intervensi yang dilakukanmassage abdominal dibandingandengan kelompok kontrol yanghanya diberikan intervensi standarpencegahan kontipasi.

Massage abdominal efektifmencegah konstipasi karenamekanisme kerjanya mampumenstimulasi sistem persyarafanparasimpatis sehingga dapatmenurunkan tegangan pada ototabdomen, meningkatkan motilitaspada sistem pencernaan,meningkatkan sekresi pada sistemintestinal serta memberikan efek

30

pada relaksasi sfingter (Lamas, 2009).Teknik massage abdominal yangdigunakan pada penelitian ini adalahteknik efflurage dan pada saatpelaksanaan massage abdominaldengan teknik efflurage pasienmerasa nyaman dan tidak adakeluhan yang berarti dari pasien.Menurut Sinclair (2010) terdapatbeberapa teknik yang digunakan saatmelakukan massage abdominal yaitudengan memberikan penekanansecara perlahan pada dindingabdomen, penekanan yang dilakukanterdiri dari: stroking, effleurage,kneading dan vibration. Beberapapenelitian tentang massageabdominal menggunakan beberapateknik yang berbeda yaitu sepertiLamas et al (2009), menggunakanteknik efflurage selama 7 menitsedangkan Emly ( 2006)menggunakan moderate pressureyaitu efflurage, kneading dan vibrasiselama 15-20 menit. Massageabdominal terbukti efektif sebagaiterapi komplementer untukmengatasi konstipasi, meskipunterdapat beberapa teknik yang dapatdigunakan.

3. Hubungan variablekonfounding dengan skorkonstipasi

a. Hubungan usia dengan skorkonstipasi responden

Hasil analisis data menunjukanbahwa tidak ada perbedaan yangsignifikan antara kategori usiadewasa dengan skor pola eliminasidefekasi pada kelompok kontrol danintervensi (p value = 0,785 ; α =0.05). Demikian pula pada kategoriusia lansia, didapatkan tidak adaperbedaan yang signifikan antara

usia lansia dengan skor polaeliminasi defekasi pada kelompokkontrol dan intervensi (p value =0,862 ; α = 0.05). Artinya usia tidakmemiliki hubungan yang signifikandengan skor konstipasi. Hal ini tidaksesuai dengan pendapat Smeltzer &Bare (2007), dimana seiring denganpeningkatan usia seseorangmenyebabkan penurunan pada fungsisistem tubuh seseorang, perubahanfungsional dan struktural akibatpeningkatan usia dapat menghambateliminasi secara sempurna.

Rata-rata usia responden padakelompok kontrol adalah 48,06 padakelompok kontrol dan 58,17 padakelompok intervensi. Berdasarkanrata-rata usia responden padakelompok kontrol dan intervensi,menunjukkan bahwa rata-rata usiaresponden adalah usia dewasa yanghampir memasuki masa lansia,namun frekuensi defekasi dankonsistensi feces selama dirawat diRumah Sakit menunjukkankarakteristik yang normal, yaituselama 3 hari observasi, respondenmampu defekasi dengan konsistensifeces lembek. Hal ini dipengaruhioleh beberapa factor yang dapatmenjaga peristaltic usus selamadirawat di Rumah Sakit, antara lainpasien mendapatkan asupan seratyang cukup, asupan cairan danditambah dengan massage adominalyang dilakukan secara kontinu dapatmencegah pasien mengalamikonstipasi selama menjalani rawatinap.b. Hubungan asupan cairandengan skor konstipasiresponden

Asupan cairan selama 24 jam padakelompok kontrol dan kelompokintervensi sebagian besar adalah ≥

31

1500 cc/24 jam, dimana proporsipada kelompok kontrol adalahsebesar 100 %, sedangkan padakelompok intervensi adalah sebesar94,6 %, hal ini disebabkan respondentidak mengalami pembatasan cairan,hanya responden yang mengalamigagal jantung saja yang mendapatkanpembatasan cairan minum. Hasilanalisis data lebih lanjut menunjukanbahwa tidak ada perbedaan yangsignifikan antara asupan cairan<1500 cc dengan skor pola eliminasidefekasi antara kelompok kontroldan intervensi (p value = 0,123 ; α =0.05). Sedangkan pada asupan cairan≥1500cc didapatkan perbedaan yangsignifikan skor pola eliminasidefekasi pada kelompok kontrol danintervensi (p value = 0,000 ; α =0.05). Hasil analisis data inimenunjukkan bahwa intake cairan≥1500 cc memiliki hubungan yangsignifikan dengan skor pola eliminasidefekasi pada responden kelompokkontrol dan intervensi. Kyle (2014)menyatakan bahwa, intake cairanyang dianjurkan setiap hari adalahsebanyak 1500 ml setara dengan 30ml/ Kg berat badan. Kebutuhancairan yang cukup diperlukan untukmenjaga konsistensi feces.c. Hubungan asupan serat denganskor konstipasi responden

Rata-rata asupan serat yangdikonsumsi oleh respoden kelompokkontrol adalah sebanyak 228,22 gr/hr,sedangkan pada kelompok intervensisebanyak 215,22 gr/hr.

Hasil analisa data lebih lanjutmenunjukkan tidak ada hubunganyang signifikan antara asupan seratdengan skor konstipasi padaresponden kelompok intervensi yangdiberikan intervensi standar

ditambah dengan massageabdominal (p value = 0,136 ; α =0.05) demikian juga pada kelompokkontrol menunjukkan bahwa tidakada hubungan yang signifikan antaraasupan serat dengan skor konstipasiresponden yang diberikan intervensistandar (p value = 0,951 ; α = 0.05).Menurut analisis statistik, asupanserat tidak berhubungan dengan skorkonstipasi, namun dari hasilpengamatan selama 3 harimenunjukkan bahwa konsumsi seratberhubungan dengan score konstipasi.Pada proses pengumpulan datamenunjukkan bahwa responden yangmenghabiskan serat yangdihidangkan dalam makanan yangdisajikan dan ditambah denganasupan serat yang dibawa dari rumahseperti buah pisang, apel, jeruk, peardan pepaya ternyata frekuensidefekasinya lebih baik dibadingkanyang tidak menghabiskan asupanserat dalam makanan yangdihidangkan atau tidak menambahasupan serat dari rumah. MenurutKyle (2014) bahwa asupan seratyang kurang berisiko terjadikonstipasi karena fungsi dari seratdalam proses pencernaan adalahuntuk membantu dalam stimulasiperistaltik usus sehinggamempercepat pengosongan isi usus.

KESIMPULAN1. Karakteristik responden

Karakteristik respondenpenelitian berdasarkan usia,mayoritas berusia dewasa ( 16 – 60tahun ) yaitu sebanyak 21 responden(58,3%). Berdasarkan jenis kelamin,mayoritas responden berjeniskelamin perempuan yaitu sebesar 20orang responden (55,6%).

32

Berdasarkan asupan serat yangdikonsumsi oleh responden dalam 24jam, rata-rata asupan serat respondenpada kelompok control adalahsebanyak 228,22 gr/hr dan padakelompok intervensi sebanyak215,22gr/hr. Berdasarkan asupancairannya, mayoritas responden(94,6%) mengkonsumsi cairansebanyak ≥ 1500 cc. Berdasarkanfrekuensi defekasi responden, rata-rata frekuensi defekasi selama 3 hariobservasi adalah 0,67 pada kelompokintervensi dan 0,28 pada kelompokcontrol. Pada kelompok control, 4responden mampu defekasi selamamenjalani rawat inap, sedangkanpada kelompok intervensi, 12responden mampu defekasi selamamenjalani rawat inap. Berdasarkankonsistensi feces responden,mayoritas responden kelompokcontrol dan intervensi menunjukkankonsistensi feces yang lembek.

2. Perbedaan Skor KonstipasiResponden Kelompok controldan intervensi

Berdasarkan hasil analisis dataskor konstipasi menunjukkan bahwakelompok control, rata-rata skorkonstipasi (CAS) adalah 3,22sedangkan pada kelompok intervensirata-rata skor konstipasi (CAS)adalah 2,17. Hasil analsis dataperbedaan skor konstipasi padapasien kelompok control danintervensi menunjukkan p value =0,015. Hal ini menunjukkan adaperbedaan skor konstipasi padakelompok control dan intervensi,yang berarti bahwa massageabdominal berdampak terhadappencegahan konstipasi pada pasien

yang menjalani rawat inap di RSPNYogyakarta.

3. Hubungan variableconfounding dengan skorkonstipasi

Usia tidak memiliki hubunganyang signifikan dengan skorkonstipasi responden (p value =0,785). Hasil analisis datamenunjukkan bahwa asupan serattidak memiliki hubungan yangsignifikan dengan skor konstipasi (pvalue=0,951), namun secaraobservasi asupan serat memilikihubungan dengan skor konstipasi.Hasil analisis data menunjukkanbahwa asupan cairan ≥ 1500 cc perhari memiliki hubungan yangsignifikan dengan skor konstipasi (pvalue= 0,000).

SARAN

1. Bagi PerawatHasil penelitian ini dapat digunakansebagai salah satu intervensikeperawatan dalam mengatasikonstipasi pasien yang menjalanirawat inap.

2. Bagi Institusi PendidikanHasil penelitian ini dapat digunakansebagai sumber informasi bagi calonperawat dalam memberikanintervensi keperawatan saatmemberikan asuhan keperawatanpada pasien yang menjalani rawatinap sebagai salah satu upaya untukmencegah terjadinya konstipasi.

3. Bagi Tempat PenelitianHasil penelitian ini dapat digunakansebagai sumber informasi khususnya

33

bagi perawat di Ruang Rawat InapTimur RSPN Yogyakarta dalammemberikan tindakan keperawatanpada pasien yang menjalani rawatinap untuk mencegah masalahkonstipasi, selain itu perawat jugadapat memberikan edukasi padapasien dan keluarga tentang massageabdominal sebagai upaya untukmenjaga keteraturan defekasi saat dirumah.

4. Bagi Peneliti SelanjutnyaMelakukan penelitian dengan sampelyang lebih besar dan homogen, sertawaktu untuk melakukan massageabdominal lebih lama.

DAFTAR PUSTAKA

Emly, M. (2006). A new look atconstipation management inthe community. British Journalof Community Nursing, vol 11(8), 328-332.

Fernadez and Baranes. (2005).Treatment Of Obstructeddefecation. Clinics in colonand rectal surgery, vol 18(2),85–95

Folden, Susan L., et al. (2002).Practice Guidelines: For TheManagement of Constipationin Adults. Article ofRehabilitation NursingFoundation. Di unduh darihttp://www.rehabnurse.org/pdf/BowelGuidefor.pdf.

Kyle.G. (2014). Constipation: reviewof management and treatment.Journal of Community Nursing,vol 23,issue 6, 30-38.

Lai, T.K.T., Cheung, M.C., Lo, C.K.,Ng, K.L., Fung, Y.H., Tong,M., Yau, C.C. (2010).Effectiveness of aromamassage on advanced cancerpatients with constipations:Apilot study. ELSEVIER, 1-7.

Lamas, K., Lindholm, L., Stenlund,H., Engstro, B., Jacobsson, C.(2009). Efects of abdominalmassage in management ofconstipations. InternationalJournal of Nursing Studies, 46(2009) 759–767.

Orozco, J. F.G., Orenstein, A.E. F.,Sterler, S.M., Stoa, M. (2012).Chronic Constipation in theElderly: Clinical AndSystematic Reviews. TheAmerican Journal ofGastroenterology, vol 107, 18-25.CAL AND

Sastroasmoro, S & Ismael, S. (2010).Dasar-dasar MetodologiPenelitian Klinis. Jakarta:Sagung Seto.

Sinclair, Marybetts L.M.T. (2010).The Use of AbdominalMassage to Treat ChronicConstipation. Journal ofBodywork & MovementTherapies, 20, 1-10.www.elsevier.com. Diakses 12Oktober 2012.

Smeltzer, S.C& Bare, B.G. (2007).Burnner & Suddarth’sTextbook of Medical – SurgicaNursing (Vols. 3). Philadelphia:Lippincott-Reven Publisher.

34

Sudoyo, A.W., dkk. (2006). BukuAjar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta Pusat: Pusat PenerbitanDepartemen Ilmu PenyakitDalam FKUI.

YSTEMATIC REVIEWS