68
1 PENGARUH KONSEP GREEN HOTEL TERHADAP MINAT BERKUNJUNG WISATAWAN KE KABUPATEN BADUNG BALI OLEH : I KETUT ANTARA 1976021020110112001 FAKULTAS PARIWISATA PROGRAM STUDI DIPLOMA IV PARIWISATA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016

PENGARUH KONSEP GREEN HOTEL TERHADAP MINAT … · the value of t table (1,985). In the other words the green hotel concept significantly influence the interest of tourists to visit

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

PENGARUH KONSEP GREEN HOTEL TERHADAP

MINAT BERKUNJUNG WISATAWAN KE KABUPATEN

BADUNG BALI

OLEH :

I KETUT ANTARA

1976021020110112001

FAKULTAS PARIWISATA

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV PARIWISATA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

2

ABSTRACT

Every tourist destinations certainly has a variety of prime factors and factor

endowments which became an attractions so that may give rise to interest tourists to

pay a visit to the area. One of these factors is the application of the concept of green

hotel is the implications of the implementation of sustainable tourism. The concept of

green hotel to discuss some aspects such as the management of the hotel’s

environmentally, environmentally hotel operations, land use, efficiency of the use of

building materials, water efficiency, energy efficiency, quality of air ans waste

management.

Problems raised in this research is how the green hotel concepts influence on

the interest of tourists to visit Badung Regency. This study aim to determine the

effect of the green hotel concept on the interest of tourists to visit Badung

Regency.Methods of data collection is done by observation, questionnaires, and

literature. Sampling method using purposive sampling. And data analysis methods

used in this study was descriptive quantitative analysis consists of a simple linear

regression analysis, correlation analysis, analysis of determination, and the t-test with

significant level of 5 percent.

Based on the conclutions of this study was of a simple linear regression

analysis between the green hotel concept with interest of tourists to visit obtained by

the equation Y = 2,781 + 0.514X, where if these is a change in the X variable Y

variable will also change. From the result of correlation analysis showed that the

colleration coefficient value of 0,64 which indicates that the variable green hotel

concept with interest of tourists to visit there is a relationship which is very high. It

can also be seen from the magnitude of the effect of green hotel concept variable to

the interest of tourists to visit Badung Regency with a coefficient of determination

value by 41 percent and the remaining 59 percent are influence by other factors. With

statistical analysis using t-test, proving that the significant level of 5 percent, which

put forward the hypothesis acceptable, because the value thitung (8,43) is greater than

the value of ttable(1,985). In the other words the green hotel concept significantly

influence the interest of tourists to visit Badung Regency.

E. Key Words : The Concept of Green Hotel and An Interest to Visit

3

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… ii

ABSTRAK ………………………………………………………………. iii

ABSTRACT ……………………………………………………………… v

KATA PENGANTAR ……………………………………………………. vii

DAFTAR ISI …………………………………………………………….. ix

DAFTAR TABEL………………………………………………………... xi

DAFTAR GAMBAR …………………………...……………………….. xi

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. xiii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah …………………….……………… 7

1.3 Tujuan Penelitian Lapangan ……………….………… 8

1.4 Manfaat Penelitian Lapangan …………….………….. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………. 9

2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya ....………………. 9

2.2 Deskripsi Konsep ………………………….…………. 11

2.2.1 Tinjauan Tentang Kepariwisataan ………....…… 11

2.2.2 Tinjauan Tentang Wisatawan ......………………. 16

2.2.3 Tinjauan Tentang Konsep Green Hotel....…..….. 17

2.2.4Tinjauan Tentang Minat Wisatawan …................. 19

BAB III METODE PENELITIAN ……………………….……….. 22

3.1 Lokasi Penelitian....…………………………………… 22

3.2 Definisi Operasional Variabel ……....……………….. 22

3.3 Jenis Dan Sumber Data …………….………………… 26

3.3.1 Jenis Data............................................................. 26

4

3.3.2 Sumber Data......................................................... 26

3.4 Populasi dan Sampel …………. .....………..………… 27

3.4.1 Populasi Penelitian................................................ 27

3.4.2 Sampel Penelitia.................................................... 28

3.5 Teknik Pengumpulan Data ……........…...……….…… 29

3.6 Teknik Analisis Data …….………….…...………........ 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………….………. 35

4.1 Profil Kabupaten Badung…………………………….. 35

4.1.1 Pengertian dan Makna Lambang Daerah.............. 36

4.1.2 Visi dan Misi......................................................... 38

4.2 Karakteristik responden yang Berkunjung ke

Kabupaten Badung…………………………………... 40

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin................................................................ 40

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

Usia..................................................................... 40

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

Pekerjaan............................................................. 41

4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

Pendapatan.......................................................... 42

4.3 Pengaruh Konsep Green Hotel Terhadap Minat

Berkunjung Wisatawan ke Kabupaten Badung……… 43

4.3.1 Analisis Regresi Linier Sederhana...................... 43

4.3.2 Analisis Kolerasi................................................... 46

4.3.3 Analisis Determinasi……………………………. 48

4.3.4 Uji ttest................................................................... 49

BAB V SIMPULAN DAN SARAN…..………………….………. 53

5.1 Simpulan……………………………………………… 50

5.2 Saran…………………………………………………. 51

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bali telah dikenal sebagai salah satu provinsi yang memiliki potensi

alam, budaya yang menjadikan ciri khas tersendiri dibanding provinsi lainnya

di Indonesia, maka dari itu tentu saja saat ini Bali tengah gencar dalam

pembangunan pariwisata di dalamnya guna memajukan ekonomi di daerah

ini. Industri pariwisata merupakan industri yang tidak akan pernah mati dan

pertumbuhannya sangat cepat dan luas, sehingga banyak kalangan yang

mencoba menciptakan produk pariwisata yang unik dan menarik agar mampu

bersaing. Sejak dulu perkembangan industri pariwisata telah mempengaruhi

kehidupan sosial, budaya serta lingkungan baik dalam skala kecil maupun

besar.Di Bali peran industri pariwisata dalam pengelolaan kepariwisataannya

dihadapkan pada perubahan iklim yang menuntut pengelolaan pengembangan

sektor industri pariwisata tidak hanya mampu menunjang dalam aspek

ekonomi, melainkan juga pada upaya peningkatan kesejahteraan sosial,

pengembangan budaya dan pelestarian lingkungan.

Dalam kegiatan kepariwisataan, industri akomodasi merupakan satu

dari beberapa bagian di dalamnya, yang salah satunya terdiri dari

6

perhotelan.Tingginya pertumbuhan usaha perhotelan saat ini sebagai bagian

dalam penyediaan sarana akomodasi bagi wisatawan ditengah semakin

berkembangnya usaha pariwisata di Bali.Namun, dengan banyaknya

pembangunan khususnya pembangunan hotel harus menjadi perhatian penting

terkait dengan dampak negatif yang ditimbulkan mulai dari pembangunan

fisik bangunanya sampai dengan tahap operasionalisasi hotel tersebut.

Prinsipnya bila sektor pariwisata bila dikelola secara berkelanjutan, maka

akan membantu dalam hal pelestarian alam dan budaya, mendorong

pengembangan infrastruktur yang ramah lingkungan. Salah satunya, dalam

segi pengelolaan hotel baik sebagai produk pariwisata dari segi bangunan

maupun kegiatan operasionalnya sudah sebaiknya harus diarahkan pada

pengembangan dan pengelolaan hotel yang berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan untuk mengurangi dampak terhadap kerusakan

lingkungan.Adapun penjelasan perbedaan bentuk pariwisata yang dikelola

secara umum dan berkelanjutan dapat dilihat pada tabel 1.1.

7

Tabel 1.1

Perbedaan antara Mass Tourism dan Green Tourism

Pariwisata Masal Pariwisata Berkelanjutan

Pengembangan tanpa perencanaan Diawali perencanaan lalu dikembangkan

Dilandasi oleh skema proyek Dilandasi oleh skema konsep

Perencanaan pada level distrik

Perencanaan distrik yang dikoordinasi

dengan perencanaan regional

Pengembangan yang terpencar Pengembangan terkonsentrasi

Pengembangan terlepas dari pemukiman Pengembangan terkait didalam sistem

pemukiman

Pengembangan intensif dilakukan pada

area lansekap terbaik

Area yang memiliki lansekap baik justru

dikonservasi

Bangunan baru Pembangunan dari reused

Pengembangan yang spekulatif Pengembangan yang didasarkan pada

kerangka tertentu

Pembangunan dilaksanakan oleh pelaku

dari luar

Pembangunan dilaksanakan oleh pelaksana

setempat

Tenaga kerja dari luar Tenaga kerja setempat

Pembangunan bersifat ekonomis semata Dipertimbangkan dari aspek ekonomis,

ekologi dan sosial

Tenaga kerja dari pertanian terserap ke

pariwisata

Sektor pertanian akan semakin kuat

Masyarakat terbebani social cost Pelaku pariwisata terbebani biaya

mengkonservasi lingkungan

Lalulintas diperhitungkan dengan

kendaraan pribadi

Pengembangan diperhitungkan dengan

kendaraan umum

Kapasitas diperhitungkan sesuai

kapasitas musiman

Kapasitas diperhitungkan dari rerata

kunjungan wisatawan

Apabila ada rintangan alam dan artefak

dihilangkan

Rintangan alam dan artefak justru

diberdayakan dan dibuat atraksi

Arsitektur kota/modern Arsitektur setempat

Menggunakan teknologi modern untuk

mengawasi

Peralatannya terseleksi

Sumber : Butler (1992) dalam Chafid Fandeli (2002)

Dilihat dari tabel 1.1 diatas diketahui bahwa pariwisata yang dikelola secara

8

umum aspek yang dilihat pada tahap pembangunan hanya bersifat ekonomis sedangkan

pariwisata yang dikelola secara berkelanjutan aspek yang dilihat pada tahap

pembangunan harus mempertimbangkan aspek ekonomis, sosial, dan lainnya sehingga

tercipta suatu keseimbangan tanpa adanya salah satu aspek yang dirugikan atau

dilupakan. Selain itu dapat dilihat juga bahwa apabila pariwisata yang dikelola secara

umum kapasitas diperhitungkan sesuai kapasitas musiman, berbeda dengan pariwisata

yang dikelola secara berkelanjutan kapasitas diperhitungkan dari rata-rata kunjungan

wisatawan. Saat ini diperlukan proses pembangunan yang berprinsip memenuhi

kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi mendatang,

yakni konsep pembangunan berkelanjutan.

Saat ini Bali sebagai salah satu destinasi wisata tengah gencar

menerapkan konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan.Salah satu konsep

pengembangan pariwisata berkelanjutan yang mulai diterapkan adalah green

hotel.Banyak hotel di Bali yang sudah menerapkan konsep green hotel

ini.Dapat terlihat dari jumlah hotel yang berpartisipasi dalam green hotel

award oleh kementerian pariwisata yang mengalami peningkatan setiap

tahunnya.Tujuan diberikannya penghargaan ini yaitu untuk meningkatkan

awareness dalam kepedulian lingkungan di tengah iklim pemanasan global

bagi pelaku industri perhotelan, meningkatkan daya saing industri hotel dalam

meraih peningkatan jumlah tamu serta meningkatkan kwalitas layanan seluruh

hotel di Indonesia.Maka dari itu, saat ini green hotel seolah menjadi tren

terbaru dalam menarik wisatawan yang datang.

9

Kabupaten Badung sebagai salah satu kabupaten yang pembangunan

kepariwisataannya lebih besar dibandingkan daerah lainnya di provinsi Bali,

terutama terkait dalam pembangunan hotelnya.Saat ini pemerintah Kabupaten

Badung sangat mengedepankan aspek lingkungan.Hotel-hotel yang berdiri di

kawasan ini juga telah banyak yang menerapkan konsep green hotel dalam

pembangunan dan pengelolaan hotelnya.Sebagai kabupaten yang memiliki

berbagai macam destinasi wisata yang banyak diminati oleh wisatawan

domestik dan wisatawan mancanegara, ciri khas dan keunikan yang dimiliki

kabupaten badung seolah menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

berkunjung dan bahkan rela mengeluarkan budget besar untuk memenuhi

kepuasan wisatanya.Adapun jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke

Kabupaten Badung dari tahun 2010-2014, dapat dilihat pada tabel 1.2.

Tabel 1.2

Jumlah Wisatawan Yang Berkunjung Ke Kabupaten Badung

Tahun 2010-2014

Tahun Wisatawan

Nusantara

Wisatawan

Mancanegara Jumlah

2010 252.497 2.535.162 2.787.695

2011 509.328 2.826.709 3.336.037

2012 1.234.843 2.949.332 4.184.175

2013 437.778 3.278.598 3.716.376

2014 602.651 3.419.268 4.021.919

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung, 2015.

10

Dilihat dari tabel 1.2 diatas, dapat diketahui bahwa selama lima tahun

terakhir wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Badung mengalami

peningkatan, walaupun sempat terjadi penurunan jumlah kunjungan

wisatawan pada tahun 2013. Dengan peningkatan jumlah ini, tentu saja para

penanam modal gencar dalam menginvestasikan dananya, terutama untuk

pembangunan akomodasi seperti hotel.Namun dengan keadaan tersebut, kini

Kabupaten Badung memiliki hotel yang kapasitasnya sudah melampaui batas,

seperti yang telah disebutkan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten

Badung.Adapun jumlah akomodasi di Kabupaten badung tahun 2010-2014

dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3

Banyaknya Usaha Akomodasi di Kabupaten Badung

Tahun Hotel

Berbintang

Hotel

Melati Jumlah

2010 98 491 589

2011 104 517 621

2012 113 534 647

2013 121 558 679

2014 127 564 691

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Badung, 2015.

11

Berdasarkan pada tabel 1.3 diatas, sangat terlihat terjadi pertumbuhan

yang cukup signifikan terhadap jumlah akomodasi di Kabupaten Badung,

maka tidak dipungkiri setiap tahunnya jumlah akomodasi di daerah ini akan

terus mengalami peningkatan, hal ini tentunya akan berdampak secara

langsung bagi lingkungan khususnya dengan semakin banyaknya bangunan

baru yang didirikan sebagai hotel sehingga akan menyumbang lebih besar lagi

terhadap kerusakan lingkungan jika tidak dikelola secara baik dan benar.

Discovery Kartika Plaza Bali merupakan salah satu dari beberapa hotel

di Kabupaten Badung yang bersertifikasi sebagai green hotel.Sebagai hotel

bintang lima pertama di pantai Kuta sejak 1971, hotel yang berawal dari

Kartika Plaza Beach Hotel ini menempati lahan 8 ha, cukup ruang terbuka

hijau bagi kearifan lokal Tri Hita Karana, selaras hubungan dengan Tuhan,

alam, manusia. Dikatakan telah bersertifikasi sebagai green hotel karena

dalam hal pembangunan dan operasionalnya, hotel ini telah memenuhi semua

kriteria green hotel yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif.Sejak 2008 ada cukup lahan untuk instalasi penampung air

hujan, penangkap energi matahari, pengolah air limbah.Memanfaatkan dan

mempertahankan sumber daya alami. Tamu dan masyarakat sekitar diajak ikut

menjaga kebersihan pantai Kuta dengan bersih pantai pada Hari Bumi, 22

April, dan Clean Up the World pada setiap bulan September.Meskipun

beberapa hotel telah bersertifikasi sebagai green hotel, masih banyak hotel di

12

Kabupaten Badung yang belum memperoleh sertifikasi tersebut walaupun

telah menerapkan konsep ramah lingkungan.

Rama Garden Hotel merupakan salah satu hotel di kawasan seminyak

Bali yang menerapkan program ramah lingkungan didalamnya, salah satunya

dengan pemanfaatan linen tamu secara efektif, linen yang hanya dipakai satu

kali kemudia di set up ulang kembali keesokan harinya, dengan demikian

jumlah limbah yang dihasilkan dalam sehari hanya untuk mencuci linen yang

baru sekali pakai akan mengalami penurunan. Selain itu hotel ini juga

menggunakan kembali air di pool untuk menyiram tanaman yang ada di areal

hotel. Allila Billas Uluwatu pun menerapkan konsep ramah lingkungan yaitu

terdapat ruangan yang bebas asap rokok, mengganti sampo dan sabun

kemasan menjadi bentuk dispenser sehingga dapat mengurangi jumlah limbah

plastik.

Saat ini diharapkan dengan banyaknya pembangunan hotel di Bali

khususnya di Kabupaten Badung tetap menjaga keseimbangan lingkungan

alam kita dengan berpacu pada konsep pembangunan berkelanjutan, salah

satunya dengan menerapkan konsep green hotel dalam hal pembangunan dan

pengelolaannya. Namun kita juga harus mengetahui apabila dilihat

berdasarkan pada sudut pandang minat wisatawan.Apakah ada ketertarikan

dari wisatawan terhadap hotel yang menerapkan konsep green hotel. Sebab

penerapan konsep tersebut akan berjalan apabila telah didukung oleh minat

13

wisatawan yang tinggi terhadap hotel-hotel yang mengedepankan konsep

ramah lingkungan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diangkat permasalahan

dalam judul penelitian ini yakni “Pengaruh Konsep Green Hotel Terhadap

Minat Berkunjung Wisatawan Ke Kabupaten Badung”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasakan dari latar belakang masalah diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahan penelitian, yaitu Bagaimanakah pengaruh konsep

green hotel terhadap minat berkunjung wisatawan ke Kabupaten Badung

Bali?

1.3 Tujuan Penelitian Lapangan

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah diuraikan diatas, maka

dapat disimpulkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis

pengaruh konsep green hotel terhadap minat berkunjung wisatawan ke

Kabupaten Badung Bali.

14

1.4 Manfaat Penelitian lapangan

Adapun manfaat dari penelitian lapangan ini diantaranya sebagai

berikut :

1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa :

1. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

mengenai bagaimana konsep green hotel itu sendiri berpengaruh pada

minat berkunjung wisatawan ke Kabupaten Badung Bali.

2. Dapat menegaskan pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang

dunia pariwisata secara nyata.

1.4.2 Manfaat lainnya :

Manfaat lain yang diperoleh dari penelitian ini antara lain adalah

sebagai berikut :

1. Bagi sektor pariwisata dapat memberikan informasi mengenai

pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dan berbasis ramah

lingkungan.

2. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya yang memiliki

keterkaitan dengan penelitian ini.

3. Bagi para stakeholder kepariwisataan dapat memberikan gambaran

akan pentingnya penerapan konsep green hotel dalam pembangunan

dan pengelolaan hotel.

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian oleh Parma, I Putu Gede yang berjudul Pengamalan

Konsep Tri Hita Karana di Hotel (Sebuah Studi Kasus Pengembangan Hotel

Berwawasan Budaya Di Matahari Beach Resort And Spa). Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui pola penerapan konsep Tri Hita Karana

(Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan) di Hotel Matahari Beach Resort

and Spa, masalah yang dihadapi, serta tanggapan dari masyarakat dan

karyawan.Penelitian ini merupakan sebuah studi kasus dengan memanfaatkan

wawancara, observasi, serta dokumentasi untuk mengumpulkan

data.Menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif didapatkan bahwa

konsep Tri Hita Karana telah diterapkan dengan sangat baik oleh hotel

Matahari Beach Resort and Spa.Ketiga konsep Tri Hita Karana dilaksanakan

sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari di hotel.Untuk konsep pawongan,

pihak hotel selalu memfasilitasi berbagai kesenian dari berbagai suku dan

agama dari lokasi di sekitar areal hotel.Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga

keharmonisan antar umat beragama.Upaya menjaga kelestarian terumbu

karang dan penyu merupakan bentuk dari penerapan konsep palemahan.Hotel

Matahari juga bergerak aktif dalam pembangunan pura dan menjaga kesucian

16

pura-pura disekitar areal hotel.Upaya ini dilakukan secara spontan namun

terarah dalam operasioanl sehari-hari di hotel.Usaha-usaha dalam penerapan

konsep Tri Hita Karana awalnya mengalami penolakan.Akan tetapi dengan

upaya-upaya pedekatan humanis, program akhirnya dipahami dan dirasakan

manfaatnya oleh masyarakat.Karyawan dan masyarakat merasakan maanfaat

dari pengamalan konsep tri hita karana.

Penelitian yang dilakukan oleh Adam Ramdhani Dwi Ferianto (2014)

yang berjudul Pengaruh Konsep Green Hotel Terhadap Minat Berkunjung

Wisatawan Ke Kota Bandung. Metode yang digunakan pada penelitian ini

adalah metode deskriptif verifikatif, yakni peneliti akan menggambarkan

variabel-variabel yang diteliti juga menguji kebenaran suatu hipotesis.

Berdasarkan hasil penelitian, dari delapan aspek yang terdapat pada konsep

green hotel, yang memiliki pengaruh lebih besar adalah aspek manajemen

hotel berwawasan lingkungan.Minat wisatawan dalam memutuskan untuk

berkunjung atau menginap di sebuah hotel tentunya dapat dipengaruhi juga

oleh beberapa faktor yaitu pilihan produk, pilihan merek, pilihan saluran

distribusi, waktu pembelian, jumlah pembelian, dan metode

pembayaran.Berdasarkan hasil penelitian, dari keenam faktor yang

mempengaruhi minat berkunjung, yang memiliki pengaruh lebih besar adalah

pilihan produk dan waktu pembelian. Berdasarkan hasil penelitian, seharusnya

pemerintah lebih gencar dalam mensosialisasikan konsep green hotel kepada

17

masyarakat dan pengusaha hotel sehingga konsep green hotel dapat

berpengaruh lebih besar terhadap minat wisatawan Kota Bandung.

Berdasarkan kedua penelitian diatas, persamaan dengan penelitian ini

adalah menjelaskan bagaimana penerapan konsep green hotel maupun tri hita

karana yang berdampak pada minat seseorang untuk mengambil keputusan,

seperti keputusan berkunjung ke suatu daerah maupun keputusan untuk

membeli produk yang diproduksi sebuah perusahaan. Penelitian oleh Adam

Ramdhani Dwi Ferianto dan penelitian ini sama-sama menggunakan sampling

proporsive, yakni teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

2.2 Deskripsi Konsep

2.2.1 Tinjauan Tentang Kepariwisataan

Salah satu istilah yang digunakan secara resmi sebagai nama sebuah

kementerian, yaitu Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yang berwenang

menangani kebudayaan dan kepariwisataan, tidak menggunakan istilah

“kepariwisataan” melainkan “pariwisata“, berbeda halnya dengan istilah

“kebudayaan” yang digunakannya secara berdampingan. Sementara itu

Undang-undang No.10/Th 2009 (UU no.10/2009) disebutnya sebagai

Undang-undang tentang “Kepariwisataan”.Di samping itu, kita sering

mendengar dan membaca adanya istilah “obyek wisata” dan “atraksi wisata“.

Oleh karena itu tidaklah heran jika banyak pihak yang mempertanyakan akan

perbedaan antara wisata, pariwisata dan kepariwisataan.

18

Dengan diundangkannya UU No.10/Th 2009 tentang Kepariwisataan,

diharapkan penggunaan istilah-istilah itu dilakukan lebih tertib sesuai dengan

kaidah-kaidah bahasa sehingga tidak lagi menimbulkan pengertian yang

membingungkan.Di dalam BAB I Ketentuan Umum UU no.10/Th

2009 ditetapkan berbagai ketentuan yang terkait dengan kepariwisataan, di

antaranya sebagai berikut.

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan

rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik

wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu tertentu.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata

dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud

kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan

masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah

dan pengusaha.

Definisi yang ditentukan dalam UU no.10/Th 2009 tersebut

merupakan salah satu definisi di antara sekian banyak definisi yang kita kenal

selama ini.Definisi ini dimaksudkan sebagai acuan dalam upaya

19

pengembangan kepariwisataan Indonesia.Tidak berlaku universal. Untuk

memperoleh pengertian yang sama mengenai istilah-istilah tersebut,

sebaiknya kita tinjau juga dari sudut lainnya yang bersifat universal dan

ditujukan untuk memberikan acuan bagi kebutuhan lainnya, antara lain

kebutuhan statistik dan/atau pengaturan dan pengelolaan kepariwisataan

secara internasional. Tinjauan tersebut dapat dilakukan dari dua segi

pengertian, yaitu Pengertian istilah (etimologi) dan Pengertian ilmiah

(definisi) :

1. Pengertian Istilah

Kata pariwisata telah berhasil dipopulerkan, pada mulanya

diperkenalkan oleh Menteri PDPTP (Perhubungan, Pos, Telekomunikasi &

Pariwisata), pada waktu itu Let.Jen.Djatikusumo, dalam kesempatan

Musyawarah Nasional Tourisme II di Tretes, Jawa Timur, pada tahun

1958.Diperkenalkannya istilah pariwisata dimaksudkan sebagai pengganti

tourisme (Belanda, Perancis) atau tourism (Inggris). Bila diuraikan menurut

arti-katanya, maka pariwisata yang berasalkan kata pari dan wisata dari

bahasa Sansekerta, akan berarti sebagai berikut :

1. Pari : seringkali, berulangkali/berkali-kali, dapat juga berarti umum

(bandingkan dengan: sidang “paripurna” = sidang umum & lengkap, –

umum masalahnya yang dibicarakan dan lengkap anggotanya yang hadir -,

bermakna sama dengan “sidang pleno, plenary session/meeting”).

20

2. Wisata : pergi (to go, kata kerja), bepergian (to travel, kata kerja), dapat

juga berarti perjalanan (travel, kata benda).

3. Pariwisata : beberapa perjalanan yang dilakukan secara bersambung/

berantai dari satu tempat ke tempat berikutnya dan diakhiri di tempat

keberangkatan (=tour, perjalanan keliling).

Sebagaimana lazim dalam bahasa Indonesia, pembubuhan awalan ‘ke-

’ dan akhiran ‘-an’ memberikan arti yang lebih luas kepada asal katanya,

seperti ‘seni’ menjadi ‘kesenian’, ‘budaya’ menjadi ‘kebudayaan’. Dalam

bahasa Belanda dan Inggris, masing-masing membubuhkan akhiran ‘-isme’

dan ‘-ism’, seperti ‘hinduism’, ‘budhism’.

Maka atas dasar faham tersebut, ‘tourisme’ atau ‘tourism’ sebetulnya lebih

tepat digantikan dengan ‘kepariwisataan’. Secara ringkas dapatlah tersusun

beberapa istilah seperti berikut:

1. Wisata : bepergian (to travel), perjalanan (travel)

2. Wisatawan : orang yang bepergian (traveler)

3. Para Wisatawan : wisatawan-wisatawan, orang-orang yang bepergian

(travelers)

4. Pariwisata : perjalanan keliling (tour)

5. Kepariwisataan : hal-hal yang menyangkut, terkait dengan pariwisata

(tourism)

6. Pariwisatawan : orang yang melakukan perjalanan keliling (tourist)

21

7. Para Pariwisatawan : pariwisatawan-pariwisatawan, orang-orang yang

melakukan perjalanan keliling (tourists)

Pada prakteknya penggunaan istilah-istilah tersebut seringkali

dikacaukan satu dengan lainnya, seperti seringkali kata ‘pariwisata’ digunakan

sebagai sinonim dari ‘kepariwisataan’. Demikian pula kata ‘wisatawan’

acapkali digunakan sebagai sinonim dari ‘pariwisatawan’ atau tourist, bahkan

tidak jarang digunakan pula sebagai sinonim dari ‘pengunjung’ atau visitor.

2. Pengertian ilmiah

Yang dimaksud dengan pengertian ilmiah di sini adalah pengertian

yang dinyatakan dalam bentuk definisi, yang dapat memberikan jawaban atas

pertanyaan “Apa sebenarnya kepariwisataan itu?” Dari sekian banyak definisi,

dapat diambil kesimpulan bahwa di dalam pengertian ‘kepariwisataan’

terkandung adanya tiga fikiran dasar mengenai :

1. Adanya ‘gerak’, – perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lainnya.

2. Adanya ‘jeda’, – perhentian untuk sementara waktu (bukan untuk

menetap), daripada orang-orang yang bergerak tersebut, di satu atau

beberapa tempat yang bukan tempat tinggalnya.

3. Persinggahan dan/atau kunjungan tersebut tidak untuk mencari nafkah.

Dengan bertolak dari tiga fikiran dasar tersebut dapat disusun suatu

definisi yang dapat mencakup pengertian yang lebih luas dan bersifat flexible,

22

dapat digunakan untuk berbagai maksud, sebagai berikut.Kepariwisataan

adalah gejala-gejala yang menyangkut lalulintas manusia, berikut barang

bawaannya, yang melakukan perjalanan untuk tujuan apa pun sepanjang tidak

untuk maksud-maksud menetap serta memangku suatu jabatan dengan

memperoleh upah dari tempat yang dikunjunginya.

Bila kepariwisataan (tourism) adalah gejala-gejala mengenai lalulintas

manusia, maka pariwisatawan (tourist) adalah orang-orangnya yang

berlalulintas, sehingga dapat dinyatakan bahwa :Pariwisatawan adalah orang

yang malakukan perjalanan untuk tujuan apapun sepanjang tujuannya tidak

untuk maksud-maksud menetap dan memangku suatu jabatan dengan

memperoleh upah dari tempat yang dikunjunginya, paling sedikit tinggal

selama 24 jam di tempat ia berkunjung tersebut.

Landasan pemikiran daripada definisi tersebut di atas adalah definisi

yang dianjurkan oleh IUOTO (International Union of Official Travel

Organizations – yang sekarang bernama WTO, World Tourism Organization)

dalam rekomendasinya kepada Komisi Statistik PBB, sebagai hasil konferensi

mengenai perjalanan dan pariwisata internasional (The United Nations

Conference on International Travel and Tourism) di Roma, 21 Agustus – 5

September 1963.IUOTO memberikan definisi tersebut dalam hubungannya

dengan maksud-maksud statistik, yang digunakan juga oleh Indonesia,

sebagai berikut:

23

Untuk maksud-maksud statistik, dengan istilah “pengunjung” (visitor)

dimaksudkan :“Setiap orang yang berkunjung ke suatu negara selain dari

negara di mana ia biasanya bertempat tinggal, untuk tujuan apapun selain

untuk maksud memangku jabatan dengan memperoleh upah dari negara yang

dikunjunginya”.

Pada hakekatnya, penghitungan pengunjung tidak dilakukan

berdasarkan jumlah orang, melainkan jumlah kunjungan (visit).Dengan

demikian seseorang dapat dihitung lebih dari satu kali kunjungan. Misalnya

seorang melakukan kunjungan tiga kali dalam setahun, maka pengunjungnya

= 1, kunjungan = 3).

2.2.2 Tinjauan Wisatawan

Menurut UU No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan disebutkan

wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Sedangkan Sihite (2009:49)

pengertian wisatawan dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Wisatawan nusantara adalah wisatawan dalam negeri atau wisatawan

domestik.

2. Wisatawan mancanegara adalah warga Negara suatu Negara yang

mengadakan perjalanan wisata keluar lingkungan dari negaranya

(memasuki Negara lain).

24

Menurut IUOTO (International Union of Official Travel

Organization), dalam Gamal Suwantoro (2009:4) menggunakan batasan

mengenai wisatawan secara umum : pengunjung (visitor), yaitu setiap orang

yang datang ke suatu Negara atau tempat tinggal lain dan biasannya dengan

maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang menerima upah. Jadi

ada dua kategori mengenai sebutan pengunjung, yakni :

1. Wisatawan (tourist) adalah pengunjung yang tinggal sementara, sekurang-

kurangnya 24 jam di suatu Negara. Wisatawan dengan maksud perjalanan

wisata dapat digolongkan menjadi :

a. Pesiar (leisure), untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, study,

keagamaan dan olahraga

b. Hubungan (relationship), dagang, keluarga, kerabat, MICE, dll

2. Pelancong (ekscursionist) adalah pengunjung sementara yang tinggal

dalam suatu Negara yang dikunjungi dalam waktu kurang dari 24 jam

Jadi dapat disimpulkan bahwa wisatawan adalah orang-orang yang

melakukan kegiatan perjalanan dengan tujuan memperoleh kesenangan, tidak

untuk bekerja, menetap, dan mencari nafkah.

2.2.3 Tinjauan Tentang Konsep Green Hotel

Sejak dilakukan langkah-langkah untuk pengembangan pariwisata di

Indonesia, maka kegiatan - kegiatan terencana dan terprogram yang

25

dilakukanoleh pemerintah pada hakeketnya memang bertujuan untuk

‘berkelanjutan’ khususnya di bidang pariwisata misalnya, apa yang dimaksud

dengan pembagunan pariwisata berkelanjutan pada intinya berkelanjutan

dengan usaha menjamin agar sumber daya alam, sosial dan budaya yang

dimanfaatkan untuk pembagunan pariwisata agar dilestarikan untuk generasi

mendatang. Pariwisata berkelanjutan menurut konsep Muller (1997) adalah

pariwisata yang dikelola mengacu pada pertumbuhan kualitatif, maksudnya

adalah meningkatkan kesejahteraan, perekonomian dan kesehatan

masyarakat.Peningkatan kulitas hidup dapat dicapai dengan meminimalkan

dampak negatif sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Lima hal yang

harus diperhatikan dalam pariwisata berkelanjutan menurut konsep Muller

(1997) yaitu:

1. Pertumbuhan ekonomi yang sehat

2. Kesejahteraan masyarakat lokal

3. Tidak merubah struktur alam, dan melindungi sumber daya alam

4. Kebudayaan masyarakat yang tumbuh secara sehat

5. Memaksimalkan kepuasan wisatawan dengan memberikan pelayanan

yang baik karena wisatawan pada umumnya mempunyai kepedulian yang

tinggi terhadap lingkungan.

Pembangunan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism

development) : pembangunan pariwisata yang menekankan pada prinsip

26

pembangunan berkelanjutan. WTO (1999:42), menekankan ada tiga hal

penting dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan yaitu:

1. Quality. Sustainable tourism provides a quality experience for visitor,

whileimproving the quality of the host community and protecting the

quality ofenvironment.

2. Continuity. Sustainable tourism ensures the continuity of the natural

resourcesupon which it based and the continuity of the cultural of the host

communitywith satisfying experience for visitors.

3. Balance. Sustainable tourism balances the need of the tourism

industry,supporters of environment, and the local community.

Konsep pembagunan pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat

menekankan yakni: 1) terpeliharanya mutu dan berkelanjutan sumber daya

alam dan budaya, 2) meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, 3)

terwujudnya keseimbangan antara sumber daya alam dan budaya, 4)

kesejahteraan masyarakat lokal serta kepuasan wisatawan. Berdasarkan

pengertian tersebut konsep pengembangan pariwisata harus memperhatikan

aspek lingkungan, sosial dan aspek ekonomi agar sumber daya alam, sosial

dan budaya yang ada dapat dimanfaatkan untuk generasi mendatang.

Jadi konsep green hotel merupakan konsep yang diterapkan hotel guna

menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan dan pembangunan pariwisata

yang berkelanjutan mulai dari pembangunan hotel sampai pada tahap

pengelolaan hotel.

27

2.2.4 Tinjauan Tetang Minat Wisatawan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan minat adalah

kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan (KBBI,

1997: 305). Sementara itu, Effendy menjelaskan:

“Minat merupakan kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik

tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang

diharapkan komunikator (Effendy, 2003: 305).”

Minat akan tumbuh dalam diri seseorang apabila pesan yang

disampaikan komunikator diterima dengan penuh perhatian dan menyentuh

sisi emosional komunikan. Jika telah terjadi penerimaan pesan yang seperti

itu, maka komunikasi yang dilakukan dapat dikatakan berhasil, kemudian

akan timbul minat yang merupakan efek dari komunikasi tersebut.

Minat didefinisikan berbeda oleh beberapa orang ahli namun memiliki

tujuan yang sama. Masing-masing ahli mendefinisikannya sesuai dengan

pandangan dan disiplin keilmuan masing-masing. Keinginan atau minat dan

kemauan atau kehendak sangat memengaruhi corak perbuatan yang akan

dilakukan seseorang. Minat/keinginan erat hubungannya dengan perhatian

yang dimiliki.Karena perhatian mengarahkan timbulnya kehendak pada

seseorang. Kehendak atau kemauan ini juga erat hubungannya dengan kondisi

fisik seseorang misalnya dalam keadaan sakit, capai, lesu atau mungkin

28

sebaliknya yakni sehat dan segar. Juga erat hubungannya dengan kondisi

psikis seperti senang, tidak senang, tegang, bergairah dan seterusnya (Sobur,

2003: 246).

Menurut kamus lengkap psikologi, minat (interest) adalah :

1. Satu sikap yang berlangsung terus menerus yang memolakan perhatian

seseorang, sehingga membuat dirinya jadi selektif terhadap objek

minatnya.

2. Perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas, pekerjaan, atau objek

itu berharga atau berarti bagi individu.

3. Satu keadaan motivasi, atau satu set motivasi, yang menuntun tingkah

laku menuju satu arah tertentu.

Jadi dari defenisi-defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa minat

adalah sikap yang dapat menimbulkan perhatian, pemuasan rasa

keingintahuan dan hasrat untuk melakukan sesuatu dalam diri seseorang yang

muncul akibat adanya objek tertentu.

Adapun ciri-ciri minat yang dapat dilihat dari uraian tersebut adalah :

1. Objek minat itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

2. Minat tidak dibawa sejak lahir.

3. Minat dapat berubah-ubah (situasional atau temporal).

4. Minat tidak berdiri sendiri, senantiasa mengandung reaksi dengan

stimulus maupun objek.

29

Berbicara tentang minat di pihak komunikan, dapat ditemukan bahwa

minat akan timbul bila ada unsur-unsur sebagai berikut :

1. Terjadinya sesuatu hal yang menarik.

2. Terdapatnya kontras, yaitu hal yang satu dengan yang lainnya, sehingga

yang menonjol itu menimbulkan perhatian.

3. Terdapatnya harapan untuk mendapatkan suatu pemahaman terhadap hal

yang dimaksud.

Pada semua usia, minat memainkan peran yang penting terhadap

seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap. Minat

mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi.Minat menambah kegembiraan

pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang.Minat mempunyai dua aspek,

yaitu aspek kognitif dan afektif.Kognitif didasarkan atas konsep yang

dikembangkan seseorang mengenai bidang yang berkaitan dengan

minat.Sedangkan afektif adalah bobot emosional konsep yang membangun

aspek kognitif minat dan dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang

ditimbulkan minat. Afektif mempunyai kelebihan yaitu mempunyai peran

yang lebih besar dalam memotivasi tindakan dan cenderung lebih tahan

terhadap perubahan (Hurlock, 1992 : 117).

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Kabupaten Badung merupakan lokasi yang dijadikan peneliti sebagai

lokasi penelitian ini.Kabupaten Badung merupakan salah satu daerah yang

didalamnya tersebar berbagai destinasi wisata yang perkembangan industri

pariwisatanya sangat pesat.Kabupaten Badung banyak sekali menawarkan

produk wisata seperti restoran, gedung bersejarah, kesenian daerah, tempat

berbelanja, hingga hotel yang merupakan sarana penunjang akomodasi di

daerah ini.

Berdasarkan pada masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah

pengaruh konsep green hotel terhadap minat berkunjung wisatawan ke

Kabupaten Badung, maka penelitian ini menganalisis mengenai adanya

penerapan green hotel sebagai salah satu bagian dari program pemerintah

dalam mengatasi masalah lingkungan yang akan berpengaruh terhadap minat

berkunjung wisatawan yang datang ke Kabupaten Badung. Adapun yang

menjadi objek penelitian sebagai variabel bebas adalah konsep green hotel,

sedangkan variabel terikat adalah minat berkunjung. Sedangkan yang akan

menjadi subjek sebagai responden adalah wisatawan yang datang ke

Kabupaten Badung.

31

3.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah penarikan batasan yang lebih menjelaskan

ciri-ciri spesifik yang lebih substantive dari suatu konsep. Tujuannya agar

peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang yang sesuai dengan hakikat

variabel yang sudah di definisikan konsepnya, maka peneliti harus

memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur yang akan digunakan untuk

kuantifikasi gejala atau variabel yang ditelitinya. Dalam penelitian ini

berdasarkan objek yang akan diteliti dapat diketahui bahwa variabel yang

akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel konsep green hotel (X) yang terdiri dari manajemen hotel

berwawasan lingkungan, operasional hotel berwawasan lingkungan, tata

guna lahan, efisiensi penggunaan material bangunan dan pendukung

operasional hotel, efisiensi energi dan manajemen pengelolaannya,

kualitas pengudaraan untuk pengendalian kesehatan dan kenyamanan

dalam ruang, air dan manajemen penggunaannya, pengelolaan limbah

(Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2013).

2. Variabel minat berkunjung (Y) yang terdiri dari pilihan produk, pilihan

merek, pilihan saluran distribusi, waktu pembelian, cara pembelian, cara

pembayaran (Kotler dan Amstrong, 2011). Dalam variabel ini akan dikaji

tentang minat berkunjung wisatawan Kabupaten Badung ke hotel-hotel

ramah lingkungan.

32

Dibawah ini terdapat tabel yang menjelaskan tentang operasionalisasi

variabel yakni sebagai berikut:

Tabel 3.1

Operasional Variabel

No Variabel Sub Variabel Indikator

1 Konsep Green

Hotel (X)

Manajemen Hotel

Berwawasan

Lingkungan

Tingkat pengelolaan hotel yang

berwawasan lingkungan

Tingkat pengaruh kebijakan hotel

yang ramah lingkungan

Operasional Hotel

Berwawasan

Lingkungan

Tingkat pengadaan bahan operasional

hotel yang ramah lingkungan

Tingkat penerapan keamanan pangan

yang ramah lingkungan

Tingkat hygiene sanitasi (kebersihan)

pada dapur, gudang, dan restoran

yang ramah lingkungan

Tingkat penerapan kegiatan green

hotel bagi karyawan, tamu hotel, dan

masyarakat dalam menjaga

lingkungan

Tingkat penerapan kepedulian hotel

kepada masyarakat sekitar

Tingkat penerapan keselamatan dan

kesehatan kerja dalam mencegah dan

mengurai kecelakaan dan timbulnya

penyakit

33

Tata Guna Lahan

Tingkat pengelolaan lahan yang

berwawasan lingkungan

Tingkat penataan landscape dan

pemeliharaan aksesibilitas yang

berwawasan lingkungan

Efisiensi

Penggunaan

Material Bangunan

Tingkat penggunaan material yang

ramah lingkungan

Tingkat pemeliharaan material yang

ramah lingkungan

Efisiensi Energi

Tingkat pengelolaan manajemen

energi yang ramah lingkungan

Tingkat pemantauan penggunaan

energi yang ramah lingkungan

Kualitas

Pengudaraan

Tingkat kenyamanan udara di dalam

ruangan (indoor) yang ramah

lingkungan

Tingkat kenyamanan udara di luar

ruangan (outdoor) yang ramah

lingkungan

Efisiensi Air

Tingkat pengelolaan manajemen air

yang ramah lingkungan

Tingkat pelaksanaan program

efisiensi air yang ramah lingkungan

Tingkat pengawasan program

efisiensi air yang ramah lingkungan

Pengelolaan

Limbah

Tingkat pengelolaan limbah padat

yang ramah lingkungan

Tingkat pengelolaan limbah cair yang

34

ramah lingkungan

Tingkat pengelolaan limbah B3

(Bahan Berbahaya & Beracun) yang

ramah lingkungan

2 Keputusan

Berkunjung (Y)

(Kotler dan

Amstrong,

2012) Pilihan Produk

Tingkat keunggulan produk yang

ramah lingkungan

Tingkat keinginan atau minat

wisatawan kerhadap keunggulan

produk yang ramah lingkungan

Tingkat ketertarikan wisatawan

terhadap produk hotel yang ramah

lingkungan

Tingkat kepopuleran hotel yang

menerapkan konsep green hotel atau

ramah lingkungan

Pilihan Merek

Tingkat keunikan merek

Tingkat kepercayaan wisatawan

terhadap keunikan merek

Pilihan Saluran

Distribusi

Tingkat kestrategisan lokasi

Tingkat kemudahan dalam

mendapatkan informasi produk

Waktu Pembelian Tingkat waktu luang yang dimiliki

wisatawan

Jumlah Pembelian

Tingkat jumlah kamar yang

dibutuhkan wisatawan untuk

menginap

Cara Tingkat kemudahan pembayaran

Sumber : Hasil Pengolahan Data 2015

35

3.3 Jenis Dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu :

1. Menurut Sugiono (2009: 14) data kuantitatif adalah data yang digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan

sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian, bersifat statistik dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini berupa

jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Badung

2. Menurut Burhanuddin (2012) data kualitatif adalah data yang disajikan

tidak dalam bentuk angka-angka dan tidak bisa dihitung secara sistematis.

Data ini didapat melalui pengamatan, wawancara, atau penelaahan

dokumen. Jenis data kualitatif dalam penelitian ini berupa gambaran

umum Kabupaten Badung Tahun 2015.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Menurut Wardiyanta (2006, 28) data primer adalah data yang diperoleh

langsung dari sumber-sumber primer yang berasal dari tangan pertama atau

responden yang berupa informasi, maka data primer harus secara langsung

kita ambil dari sumber aslinya, melalui narasumber yang tepat dan yang

kita jadikan responden dalam penelitian kita.

36

2. Data Sekunder adalah data-data yang diperoleh secara tidak langsung dari

responden, seperti literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian.

Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal

mencari dan mengumpulkan. Data sekunder dapat kita peroleh dengan

lebih mudah dan cepat karena sudah tersedia, misalnya di perpustakaan,

perusahaan-perusahaan, organisasi-organisasi perdagangan, biro pusat

statistik, dan kantor-kantor pemerintah.

3.4 Populasi dan Sampel

Dalam mendukung penelitian ini populasi dan sampel yang digunakan

adalah sebagai berikut :

3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi data merupakan salah satu unsur dalam penelitian.Populasi

adalah kumpulan dari keseluruhan pengukuran, objek, atau individu yang

sedang dikaji.Jadi, pengertian populasi dalam statistik tidak terbatas pada

sekelompok/kumpulan orang-orang, namun mengacu pada seluruh ukuran,

hitungan, atau kualitas yang menjadi fokus perhatian suatu kajian.Suatu

pengamatan terhadap seluruh anggota populasi disebut sensus. Populasi sering

juga disebut universe atau sekelompok individu atau objek yang memiliki

karakteristik yang sama, misalnya status sosial sama, atau obyek lain yang

mempunyai karakteristik sama seperti golongan darah. Adapun populasi

dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh wisatawan yang sedang

37

berkunjung ke Kabupaten Badung berdasarkan data yang diperoleh lima tahun

terakhir pada tahun 2010-2014 yang terdapat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2

Rekapitulasi Jumlah Wisatawan Yang Berkunjung Ke Kabupaten

Badung

Tahun 2010-2014

Tahun Wisatawan

Nusantara

Wisatawan

Mancanegara Jumlah

2010 252.497 2.535.162 2.787.695

2011 509.328 2.826.709 3.336.037

2012 1.234.843 2.949.332 4.184.175

2013 437.778 3.278.598 3.716.376

2014 602.651 3.419.268 4.021.919

Total 18.046.202

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung, 2015.

3.4.2 Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel diambil dari populasi

agar dapat diperoleh sampel yang mewakili.Menurut Arikunto (2002: 109)

38

menyebutkan bahwa sampel adalah wakil populasi yang diteliti. Dalam

menentukan jumlah sampel digunakan teknik Slovin, yakni :

n =𝑁

1+𝑁𝑒2

Dimana : n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = kesalahan sampel yang dapat ditolerir

Berdasarkan rumus Slovin, maka ukuran sampel adalah sebagai berikut :

n = 18046202

1+18046202 (0,1)2

= 180462,02

18046202

= 99,99 dibulatkan 100

Berdasarkan perhitungan diatas jumlah sampel pada penelitian ini

minimal yang digunakan adalah 100 orang responden, dengan tingkat

keselahan yang ditolerir sebesar 5%. Maka dari itu kuesioner yang diperlukan

yang akan disebarkan pada responden sebanyak 100 buah. Teknik sampling

yang digunakan adalah purposive sampling.Menurut Sugiyono (2012: 84)

purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu. Pertimbangan tersebut antara lain wisatawan yang sedang berkunjung

ke Kabupaten Badung atau berasal dari luar Kabupaten Badung, namun

39

sedikit banyak memiliki pengetahuan seputar hotel yang berwawasan

lingkungan, tidak diutamakan memiliki pengalaman menginap di hotel yang

menerapkan konsep green hotel.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Dalam menggunakan observasi cara yang paling efektif adalah

melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen

pertimbangan kemudian format yang disusun berisi item-item tentang

kejadian atau tingkah laku yang digambarkan. Dari peneliti berpengalaman

diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar

mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan

penilaian kepada skala bertingkat. Misalanya memperhatikan reaksi penonton

televisi, bukan hanya mencatat rekasi tersebut, tetapi juga menilai reaksi

tersebut apakah sangat kurang, atau tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki

(Arikunto, 2006: 229). Observasi adalah salah satu metode pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara mengunjungi tempat-tempat yang sudah

ditentukan di Kabupaten Badung secara langsung untuk memperoleh data

yang mendukung dalam penelitian ini.

2. Studi Kepustakaan

40

Teknik ini adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan studi

penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan,

laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan

(Nazir, 1988: 111).

3. E-Literatur

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data yang mendukung

dari berbagai sumber di internet mengenai data yang berkaitan.

4. Penyebaran Kuesioner

Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti variabel yang akan

diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Iskandar, 2008: 77).

3.6 Uji Validitas dan Uji Realibilitas Instrumen Penelitian

Kuesioner sebagai sebuah instrumen pada penelitian ini harus

memenuhi criteria yang sudah ditentukan yaitu sebagai berikut :

3.6.1 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2012:267) validitas merupakan derajat ketepatan

antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat

41

dilaporkan oleh peneliti.Maka dari itu data yang valid adalah data yang “tidak

berbeda” antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang

sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Oleh sebab itu, uji validitas

merupakan suatu pengujian yang akan menunjukan tingkat kevalidan suatu

instrumen penelitian. Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan

antar skor item-item dengan rumus Product Moment Pearson, yaitu :

rxy= 𝑛 ∑ 𝑥𝑦 –(∑ 𝑥)− (∑ 𝑦)

√{𝑛 ∑ 𝑥2−(∑ 𝑥)2}{𝑛 ∑ 𝑦2−(∑ 𝑥)2}

Keterangan :

r : Koefisien validitas item yang akan dicari

x : Skor yang diperoleh subjek seluruh item

y : Skor total

∑ 𝑥 : Jumlah skor dalam distribusi x

∑ 𝑦 : Jumlah skor dalam distribusi y

∑ 𝑥2 : Jumlah kuadrat dalam skor distribusi x

∑ 𝑦2 : Jumlah kuadrat dalam skor distribusi y

n : Banyaknya responden

42

3.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabel artinya merupakan dapat dipercaya sehingga hasil yang

diperoleh dapat diandalkan.Instrumen penelitian disamping harus valid juga

harus dapat dipercaya (realibel).

Tabel 3.4

Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Cronbach's

Alpha N of Items

.874 22

3.6.3 Hasil Validitas dan Reliabilitas

Berdasarkan data yang diolah oleh peneliti dengan menyebar angket

kepada 100 orang responden sebagai salah satu hasil prapeneliti dalam

mengetahui kevalidan dan kehandalan suatu kuesioner yang layak, maka hasil

uji validitas dan uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.5.

Cronbach's

Alpha N of Items

.924 11

43

Tabel 3.5

Hasil Validitas dan Reliabilitas

Variabel Item Koefisien

Validitas Keterangan

Koefisien

Reliabilitas Keterangan

Konsep

Green Hotel

p1 0,503 Valid

0,87 Reliabel

p2 0,491 Valid

p3 0,508 Valid

p4 0,513 Valid

p5 0,444 Valid

p6 0,417 Valid

p7 0,479 Valid

p 0,434 Valid

p9 0,335 Valid

p10 0,308 Valid

p11 0,434 Valid

p12 0,369 Valid

p13 0,527 Valid

p14 0,538 Valid

p15 0,336 Valid

p16 0,431 Valid

p17 0,587 Valid

p18 0,634 Valid

p19 0,632 Valid

p20 0,671 Valid

p21 0,651 Valid

p22 0,629 Valid

Minat

Berkunjung

p23 0,742 Valid

0,92 Reliabel

p24 0,798 Valid

p25 0,793 Valid

p26 0,764 Valid

p27 0,680 Valid

p28 0,681 Valid

p29 0,694 Valid

p30 0,784 Valid

p31 0,828 Valid

p32 0,764 Valid

p33 0,770 Valid

44

Berdasarkan tabel 3.5 diatas diketahui bahwa instrumen ini sudah

valid dan reliabel karena nilai alpha menunjukkan angka lebih dari 0,60 yang

sudah sesuai dengan kriteria instrumen dari Imam Ghojali (2002: 133). Maka

dari instrumen itu sudah dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

pengumpulan data.

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini merupakan penelitian yang

termasuk kedalam penelitian deskriptif kuantitatif. Analisis kuantitatif adalah

analisis yang menggunakan rumus-rumus dalam menganalisis masalah yang

ditemukan penelitian, antara lain sebagai berikut :

1. Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis Regresi yaitu analisis yang akan menunjukkan hubungan

antara dua variabel yang mempengaruhi (x) dengan yang dipengaruhi (y)

dengan rumus :

Y = a + bX

Dimana :

a =�̅�- 𝑏�̅�

b = 𝑛 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋) (∑ 𝑌)

𝑛 ∑ 𝑋2−(∑ 𝑋)2

45

Dimana :

a = Bilangan Konstanta

b = Koefisien Regresi

n = Jumlah Sampel

X = Konsep Green Hotel (variabel bebas)

Y = Minat Berkunjung Wisatawan (variabel terikat)

2. Analisis Kolerasi

Menurut Wirawan (2002: 283) untuk menganalisis ada atau tidaknya

hubungan antara variabel bebas dan terikat. Rumus yang digunakan adalah

sebagai berikut :

r =𝑛.∑ 𝑛𝑦−(∑ 𝑥) (∑ 𝑦)

√𝑛.(∑ 𝑥2)−(∑ 𝑥2).𝑛(∑ 𝑦2)−(∑ 𝑦)2

Keterangan :

r = Koefisien Kolerasi

n = Jumlah Sampel

X = Konsep Green Hotel (variabel bebas)

Y = Minat Berkunjung Wisatawan (variabel terikat)

Kuat atau lemahnya hubungan antara dua variabel dapat dilihat pada

Tabel 3.6 berikut ini :

46

Tabel 3.6

Interpretasi Terhadap Koefisien Kolerasi

3. Analisis Determinasi

Untuk mengetahui seberapa jauh variabel konsep green hotel (X)

terhadap minat berkunjung wisatawan (Y) yang dicapai.Koefisien determinasi

merupakan kuadrat dari koefisien kolerasi. Analisis determinasi sesuai dengan

(Wirawan, 2002: 282) menggunakan rumus :

D = r2 . 100%

Keterangan :

D = Koefisien Determinasi

r = Koefisien Kolerasi

Besar r

(positif/negatif)

Interpretasi

0,08 - 1,00 Antara variabel X dan Y terdapat kolerasi yang sangat tinggi

0,60 - 0,799 Antara variabel X dan Y terdapat kolerasi yang tinggi

0,40 - 0,599 Antara variabel X dan Y terdapat kolerasi yang cukup kuat

0,20 - 0,399 Antara variabel X dan Y terdapat kolerasi yang rendah tetap

ada

0,00 - 0,199 Antara variabel X dan Y terdapat kolerasi yang rendah dan

diabaikan

Sumber : Subagio, (1998: 14)

47

4. Uji 𝒕𝒕𝒆𝒔𝒕

Menurut Wirawan (2002, 289), Uji 𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 digunakan untuk mengetahui

ditolak atau diterimanya hipotesis yang dikemukakan, dengan rumus sebagai

berikut :

t = 𝑏

𝑠𝑏

Sb = √𝑆𝑒2

∑ 𝑥2

Se = √∑ 𝑌2−𝑎 ∑ 𝑌–𝑏 ∑ 𝑋𝑌

𝑛−2

∑ 𝑥2 = ∑ 𝑥2– (∑ 𝑿)𝟐

𝒏

Dimana :

Se = Standard error of estimate

Sb = Standard error of the regression koefisies

n = Jumlah sampel

Selanjutnya nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dibandingkan dengan nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 untuk

mengetahui penerimaan atau penolakan hipotesis dengan uji satu sisi, yaitu

sisi kanan, caranya adalah sebagai berikut :

48

Gambar 3.1

Kurva Normal 𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡

Hipotesis yang digunakan :

1. Jika Hi ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka Ho diterima, yang berarti bahwa tidak ada pengaruh

antara variabel X dan variabel Y.

2. Jika Hi >𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka Ho ditolak, yang berarti bahwa ada pengaruh antara

variabel X dengan variabel Y

Daerah Penerimaan Ho

Daerah Penolakan Ho

49

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Kabupaten Badung

Secara geografis Kabupaten Badung terletak antara 8°14’20” -

8°50’48” Lintang Selatan dan 115°05’48” - 115°26’16” Bujur Timur dengan

luas wilayah 418,52 Km2 atau sekitar 7,43% dari daratan Pulau Bali dan

terbagi atas 6 wilayah kecamatan dan 62 desa/kelurahan. Dari 6 kecamatan di

Kabupaten Badung yakni kecamatan Petang, Abiansemal, Mengwi, Kuta,

Kuta Utara dan Kuta Selatan, Kecamatan Petang memiliki luas wilayah

terbesar 115 Km2, sedangkan Kecamatan Kuta merupakan kecamatan terkecil

dengan luas wilayah 17,52 Km2.

Sama halnya dengan daerah lainnya, Kabupaten Badung mengalami

dua musim yakni musim kemarau dan musim penghujan. Suhu udara berkisar

antara 22,9 derajat celsius yang merupakan suhu terendah dan suhu tertinggi

mencapai 31,2 derajat celsius. Sementara itu kelembaban udara berkisar

antara 80% - 86%. Kelembaban tertinggi biasanya terjadi pada bulan April,

sementara kelembaban terendah terjadi pada bulan Januari. Mengetahui

perkembangan curah hujan memang penting karena hal ini dapat

50

dimanfaatkan dalam merencanakan usaha pertanian. Air hujan merupakan

salah satu pendukung dalam melaksanakan aktivitas pertanian.

Kabupaten Badung terletak berbatasan dengan Kabupaten Buleleng di

sebelah utara, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli disebelah Timur, di

sebelah Selatan adalah berbatasan dengan Samudra Indonesia dan disebelah

Barat berbatasan dengan Kabupaten Tabanan. Secara keseluruhan, wilayah

kabupaten Badung berjumlah 41.862 hektar. Seluruh wilayah ini terdiri dari

lahan sawah 10.125 Ha, lahan kering dan lahan lainnya 31.727 Ha.

Nampaknya sampai saat ini Kabupaten Badung masih dikenal sebagai

salah satu Kabupaten terkaya diantara 9 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi

Bali. Penilaian ini tentu tidak terlalu berlebihan karena pada kenyataannya

pendapatan asli daerah (PAD) sebagai salah satu indikator penilaian masih

paling besar diantara kabupaten lainnya. Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) merupakan gambaran mengenai keadaan perekonomian suatu

daerah. Demikian halnya perkembangan perekonomian Kabupaten Badung

ditunjukkan dengan perkembangan PDRB-nya. Secara sektoral PDRB

Kabupaten Badung tahun 2006 kondisinya menurun bila dibandingkan tahun

2005, hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi yang turun dari

5,61% pada tahun 2005 menjadi 5,03% tahun 2006. Sampai tahun 2006

perekonomian Kabupaten Badung masih didominasi oleh sektor pariwisata

terutama sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pada tahun 2006 sektor ini

51

mampu menyumbang 39,27% dari produk domistik regiaonal bruto (PDRB).

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2005), angka ini mengalami

penurunan 0,92%.

4.1.2 Pengertian dan Makna Lambang Daerah

Lambang Daerah Kabupaten Badung ditetapkan dengan Peraturan

Daerah Kabupaten tanggal 18 Juni Nomor 16/DPRDGR/1971 yang disahkan

oleh Mendagri dengan SK-nya tanggal 17 Juli 1971 Nomor Pemda

10/20/28/198.

Bentuk segi lima dengan warna dasar biru laut garis pinggir hitam

dengan motto : Cura Dharma Raksaka artinya “Kewajiban Pemerintah

Melindungi Kebenaran (rakyatnya)”

Gambar 4.1

Lambang Daerah Kabupaten Badung

Makna lambang unsur daerah adalah sebagai berikut :

1. Segi Lima Sama Sisi

Berarti mencerminkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah Pancasila

juga merupakan falsafah hidup Bangsa Indonesia.Warna dasar biru laut

52

menunjukkan Kabupaten Badung atau Pulau Bali dikelilingi oleh laut,

warna biru juga berarti toleransi.

2. Padmasana Pura Jagatnata

Melambangkan Kabupaten Badung mempunyai sifat kesenian yang khas

atau dalam arti modern.Jagatnata berarti tempat

pemerintah/penguasa.Dengan demikian Badung adalah tempat suci untuk

pemujaan Sang Hyang Widhi.

3. Keris

Melambangkan jiwa mentalitas keperwiraan yang lazim disebut ksatria.

Keris terdiri dari tiga unsure (Sang Hyang Tiga Sakti) ialah Rai Roro

Pucuk Sinunggal yang artinya 2 buah mata keris dan satu ujung adalah

hakikat daripada penciptaan serta peleburan, inilah hakikat segala-galanya.

Keris dengan lik tiga menyimpulkan Tri Kinanggih satria, artinya hal ini

yang mewujudkan kesatria : yaitu Arta (benda, kekayaan, materiil), otot

(kekuatan, phisik, kesehatan tubuh) dan kepradnyan (ilmu pengetahuan).

4. Padi dan Kapas

Melambangkan sandang dan pangan, adalah wujud cita-cita kemakmuran

rakyat dan Kabupaten Badung adalah pusat perekonomian. Untaian padi

terdiri dari 20 biji, 9 tali pengikat, serta buah kapas 6 biji adalah simbul

53

dari tanggal 20 September 1906, merupakan hari bersejarah Kerajaan

Badung yaitu hari Puputan Badung.

4.1.2 Visi dan Misi

Visi Kabupaten Badung :

Terwujudnya masyarakat di Kabupaten Badung yang tentram, berkeadilan

dan sejahtera, yang berwawasan budaya yang dijiwai oleh Agama Hindu.

Misi Kabupaten Badung :

1. Peningkatan keimanan dan ketakwaan.

2. Memberdayakan ekonomi rakyat khususnya usaha kecil, menengah dan

koperasi.

3. Peningkatan sector pertanian simultan dengan pembangunan sector

pariwisata yang berlandaskan adat dan budaya yang dijiwai oleh Agama

Hindu, sektor industri kecil kerajinan dan jasa dengan memperhatikan

sektor lain berlandaskan adat dan budaya.

4. Peningkatan pemerataan pembangunan wilayah Badung Utara, Badung

Tengah dan Badung Selatan.

5. Percepatan pengentasan kemiskinan.

6. Percepatan terwujudnya pelaksanaan Otonomi Daerah.

7. Peningkatan kemampuan professional sumber daya manusia aparatur yang

jujur, bersih dan berwibawa.

54

8. Penegakan pelaksanaan supremasi hukum.

9. Pemberdayaan lembaga-lembaga yang ada di masyarakat.

10. Peningkatan peran aktif dan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan

perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan pengendalian pembangunan.

11. Pemberantasan penggunaan narkotika dan psikotropika serta bahaya

HIV/AIDS.

12. Peningkatan konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.

4.2 Karakteristik Responden Yang Berkunjung Ke Kabupaten Badung

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebarkan, diketahui bahwa

responden laki-laki lebih banyak, yaitu sekitar 66 orang atau 66% dari 100

orang responden. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Responden

(Orang)

Presentase

(%)

1 Laki-laki 66 66%

2 Perempuan 34 34%

Jumlah 100 100%

Data diolah dari hasil penelitian, 2015.

55

Responden perempuan dari hasil penelitian berjumlah 34 orang atau

34% dari 100 orang yang dijadikan responden.

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan kelompok umur,

responden yang berusia 26-30 tahun menempati urutan tertinggi. Karakteristik

responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur

No Golongan Usia Jumlah Responden

(Orang)

Presentase

(%)

1 <20 tahun 11 11%

2 26-30 tahun 29 29%

3 31-35 tahun 25 25%

4 36-40 tahun 21 21%

5 >40 tahun 19 19%

Jumlah 100 100%

Data diolah dari hasil penelitian, 2015.

Berdasarkan tabel 4.2 diatas terlihat bahwa golongan umur responden

berdasarkan hasil penelitian di Kabupaten Badung, yang paling dominan

adalah golongan umur 26-30 tahun yaitu 29 orang atau 29%.Golongan umur

yang paling sedikit jumlahnya yaitu pada umur <20 tahun sebanyak 11 orang

responden.

56

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan, diketahui bahwa

responden yang memiliki pekerjaan selain pegawai negeri, pegawai swasta,

wiraswasta lebih banyak jumlahnya. Karakteristik responden berdasarkan

pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jumlah Responden

(Orang)

Presentase

(%)

1 Pegawai Negeri 4 4%

2 Pegawai Swasta 27 27%

3 Wiraswasta 29 29%

4 Lainnya 43 43%

Jumlah 100 100%

Data diolah dari hasil penelitian, 2015.

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, responden berdasarkan kelompok

pekerjaan lainnya yaitu pekerjaan selain pegawai negeri, pegawai swasta, dan

wiraswasta lebih mendominasi dibandingkan yang lain, yaitu sekitar 43

orang atau 43% dari 100 orang yang dijadikan responden. Selanjutnya

responden yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri menempati urutan

terendah, yakni sekitar 11 orang.

4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

57

Karakteristik responden berdasarkan pendapatan dalam penelitian ini

didominasi oleh responden yang berpenghasilan diatas Rp 5.000.000,00, yaitu

sekitar 44 orang atau 44% dari 100 responden yang disebarkan. Karakteristik

responden berdasarkan pendapatan dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

No Jumah Pendapatan Jumlah Responden

(Orang)

Presentase

(%)

1 <Rp 1.500.000 7 7%

2 Rp 1.500.000 – Rp

3.000.000

20 20%

3 Rp 3.000.000 – Rp

5.000.000

27 27%

4 >Rp 5.000.000 44 44%

Jumlah 100 100%

Data diolah dari hasil penelitian, 2015.

Berdasarkan tabel 4.4 diatas jumlah pendapatan dibawah Rp 1.500.000

menempati urutan terendah, yaitu sebanyak 7 orang responden.

4.3 Pengaruh Konsep Green Hotel Terhadap Minat Berkunjung

Wisatawan Ke Kabupaten Badung

Dari hasil kuesioner yang disebarkan kepada responden serta telah

mendapatkan hasil perhitungan dari indikator konsep green hotel dan minat

berkunjung wisatawan, maka akan dilanjutkan dengan analisis pengaruh

58

konsep green hotel (X) terhadap minat berkunjung wisatawan (Y) dengan

beberapa analisis sebagai berikut :

4.3.1 Analisis Regresi Linier Sederhana

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab III, bahwa untuk mengetahui

ada atau tidaknya pengaruh konsep green hotel terhadap minat berkunjung

wisatawan, digunakan analisis regresi linier sederhana. Adapun persamaan

yang digunakan :

Y = a + bX

Dimana :

a= �̅�- 𝑏�̅�

b =𝑛 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋) (∑ 𝑌)

𝑛 ∑ 𝑋2−(∑ 𝑋)2

Dimana :

a = Bilangan Konstanta

b = Koefisien Regresi

n = Jumlah Sampel

X = Konsep Green Hotel (variabel bebas)

Y = Minat Berkunjung Wisatawan (variabel terikat)

Maka setelah dihitung hasil analisis regresi linier sederhana dapat

dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini :

59

Tabel 4.5

Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -2.781 5.751 -.483 .630

Green_Hotel .514 .061 .648 8.431 .000

Maka berdasarkan tabel diatas, setelah dihitung konstanta dari rumus

regresi dapat dihitung sebagai berikut :

Y = a + bX

Y = 2,781 + 0.514 X

= 3.2

Maka berdasarkan atas perhitungan dengan menggunakan teknik

analisis regresi linier sederhana diatas, maka dapat dijelaskan bahwa

aperhitungan perolehan Y = 2,781 + 0.514 X yang mana dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Jika X = 0

Maka Y = 2,781 + 0,514 (0)

60

Y = 2,7

2. Jika X = 1

Maka Y = 2,781 + 0,514 (1)

Y = 3,2

Berdasarkan persamaan diatas maka dapat disimpulkan bahwa antara

variabel konsep green hotel (X)dan variabel minat berkunjung (Y) memiliki

pengaruh positif. Jika terjadi perubahan variabel konsep green hotel (X),

maka perubahan variabel minat berkunjung (Y) juga akan terjadi.

4.3.2 Analisis Kolerasi

Analisis ini digunakan untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan

antara konsep green hotel dengan minat berkunjung wisatawan. Dalam

menganalisis digunakan rumus sebagai berikut :

r =𝑛.∑ 𝑛𝑦−(∑ 𝑥) (∑ 𝑦)

√𝑛.(∑ 𝑥2)−(∑ 𝑥)2.𝑛(∑ 𝑦2)−(∑ 𝑦)2

Berdasarkan rumusan diatas didapatkan hasil analisis kolerasi seperti

yang terlihat pada tabel 4.6 dibawah ini :

Tabel 4.6

Hasil Analisis Kolerasi

61

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .648a .420 .414 4.785

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan teknik analisis kolerasi

diatas, maka diperoleh nilai r sebesar 0,64. Dengan demikian antara variabel

konsep green hotel dan variabel minat berkunjung terdapat kolerasi tinggi.

Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini :

Tabel 4.7

Interpretasi Terhadap Koefisien Kolerasi

4

Besar r

(positif/negatif)

Interpretasi

0,08 - 1,00 Antara variabel X dan Y terdapat kolerasi yang sangat tinggi

0,60 - 0,799 Antara variabel X dan Y terdapat kolerasi yang tinggi

0,40 - 0,599 Antara variabel X dan Y terdapat kolerasi yang cukup kuat

0,20 - 0,399 Antara variabel X dan Y terdapat kolerasi yang rendah tetap

ada

0,00 - 0,199 Antara variabel X dan Y terdapat kolerasi yang rendah dan

diabaikan

62

3.4 Analisis Determinasi

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh antara

konsep green hotel dengan minat berkunjung wisatawan. Setelah nilai r telah

diperoleh dengan menggunakan teknik analisis kolerasi, dimana diketahui

nilai r besarnya 0,64, maka hasil analisis determinasi dapat diketahui dari

tabel 4.8 dibawah ini :

Tabel 4.8

Hasil Analisis Determinasi

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .648a .420 .414 4.785

D = r2 . 100%

= 0,642 x100%

= 0,41 x 100%

= 41 %

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan analisis determinasi

diperoleh nilai D sebesar 41 persen yang dapat diartikan bahwa besarnya

pengaruh konsep green hotel terhadap minat berkunjung wisatawan di

Sumber : Subagio, (1998: 14)

63

Kabupaten Badung sebesar 41 persen, dan sisanya 59 persen dipengaruhi oleh

faktor lain.

4.3.4 Uji 𝒕𝒕𝒆𝒔𝒕

Analisis ini bertujuan untuk menguji kembali koefisien regresi (b)

yang telah diperoleh dalam perhitungan sebelumnya.Apakah hasil perhitungan

koefisien regresi yang diperoleh tersebut berpengaruh. Hasil uji ttestdapat

dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini :

Tabel 4.9

Hasil Uji t

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -2.781 5.751 -.483 .630

Green_Hotel .514 .061 .648 8.431 .000

Untuk menguji Ho diterima atau ditolak digunakan langkah-langkah

sebagai berikut.

1. Perumusan Hipotesis

Ho : β1 = 0, artinya variabel konsep green hotel secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap minat berkunjung wisatawan ke

Kabupaten Badung.

64

Hi : β1 = 0, artinya variabel konsep green hotel secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap minat berkunjung wisatawan ke

Kabupaten Badung.

2. Menentukan taraf nyata (α) : 5% = 0,05 dan dF = n-k = 100-5= 95,

sehingga ttabel = (0,05 ; 95) = 1,985.

3. Menentukan besarnya thitung

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui nilai thitung sebesar 8,431.

4. Kriteria Pengujian

Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak

Jika thitung < ttabel maka Ho diterima

Dari pengujian satu sisi, hal ini dapat digambarkan dengan kurva

distribusi t sebagai berikut.

Gambar 4.2

Daerah Pengujian Penolakan dan Penerimaan Ho dengan Uji t

0 1,985

8,43

Daerah Penerimaan Ho

Daerah Penolakan Ho

65

Berdasarkan hasil penghitungan diatas ternyata diperoleh thitung sebesar

8,43 yang lebih besar dari ttabelyaitu 1,985 sehingga terletak pada daerah

penolakan hipotesis nol (Ho), maka Hi diterima, dengan demikian hasil tes

terhadap koefisien regresi dapat membuktikan bahwa pengaruh konsep green

hotel terhadap minat berkunjung wisatawan ke Kabupaten Badung pada taraf

signifikan 5 persen dapat diterima. Ini membuktikan bahwa konsep green

hotel berpengaruh secara signifikan terhadap minat berkunjung wisatawa.

66

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan dari hasil analisis regresi linier sederhana antara konsep

green hotel dengan minat berkunjung wisatawan diperoleh persamaan Y =

2,781 + 0,514X, dimana jika terjadi perubahan pada variabel X maka variabel

Y juga akan terjadi perubahan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi pola

pengaruh secara signifikan anatara konsep green hotel dengan minat

berkunjung wisatawan ke Kabupaten Badung. Dari hasil kolerasi

menunjukkan nilai koefisien kolerasi yaitu sebesar 0,64 yang menunjukkan

bahwa antara variabel konsep green hotel dengan variabel minat berkunjung

wisatawan terdapat hubungan yang sangat tinggi. Hal ini juga dapat dilihat

besarnya pengaruh antara variabel konsep green hotel dengan variabel minat

berkunjung wisatawan dengan nilai koefisien determinasi sebesar 41 persen

dan sisanya 59 persen. Dengan analisis statistik yang menggunakan uji t,

membuktikan bahwa pada level of significant 5 persen, hipotesis yang

dikemukakan dapat diterima karena nilai thitung (8,43) lebih besar dari nilai

ttabel (1,985). Dengan kata lain konsep green hotel berpengaruh signifikan

terhadap minat berkunjung wisatawan ke Kabupaten Badung Bali.

67

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat disampaikan berbagai

saran yaitu :

1. Adapun bagi para pelaku usaha perhotelan agar lebih menyesuaikan dalam

mengedepankan aspek lingkungan didalamnya salah satunya dengan

menerapkan konsep green hotel ini. Selain itu, bagi para pelaku usaha

perhotelan yang sudah menerapkan konsep green hotel didalamnya tidak

hanya untuk mendapatkan sertifikasi atau label green hotel saja namun

harus tetap diimbangi dengan pengaplikasiannya sehari-hari serta agar

lebih mengemas produk green hotel lebih baik lagi sehingga dapat lebih

diminati wisatawan.

2. Untuk menciptakan minat berkunjung wisatawan ke Kabupaten Badung,

selain dari penerapan konsep green hotel ini, pemerintah perlu mencari

beberapa alternatif lain demi menarik jumlah kunjungan wisatawan seperti

halnya dalam kegiatan promosi wisata, fasilitas tempat wisata yang lebih

memadai dari sebelumnya.

68

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktis).

Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktis).

Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Butler. 1992 Dalam Fandeli, C.,2002. Perencanaan Kepariwisataan Alam.

Yogyakarta : Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada.

Ferianto, Adam Ramadhani Dwi. 2014. Pengaruh Konsep Green Hoter

Terhadap Minat Berkunjung Wisatawan ke Kota Bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2013. Panduan dan Pedoman

Pelaksanaan Green Hotel Di Indonesia. Jakarta.

Kotler, Philip & Armstrong, Gary. 2012. ”Principles of Marketing” 14

Edition. Pearson Prentice Hall, New Jersey.

Nazir, M. (1998). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalian Indonesia.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitataif, Kualitatif dan R&B.

Bandung : Alfabeta

Suwantoro, Gamal. 2009. Dasar – Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi.

Wirawan, Nata. 2002. Statistik 2 Untuk ekonomi dan Bisnis : Keraras Emas