27
VISI (2010) 18 (1) 1 - 16 Pengaruh Komunikasi dan Kepemimpinan Terhadap Efektivitas Penerimaan Pajak Reklame (Studi Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung) Monang Sitorus ABSTRACT The aim of the research is to analyze the influence of communication and leadership on the effectiveness revenue tax advertisement to Region Earnings Board of Bandung City. Explanatory survey with responden sensus has been held to search the influence of communication (X 1 ) and leadership (X2) to effective-ness revenue tax advertisement (Y). The research showed that communication influence is in medium category (0.521), while leadership is in strong category (0.636). Combined influence of communication and leadership variables is in strong category (0.701). Data analysis showed that X1, X2 variables have contributed of 49.14 % to Y and 50.86 % was contruted by other factors. ------------- Keyword: communication, leadership and effectiveness, tax advertisement. I. Pendahuluan Salah satu inti otonomi daerah adalah adanya pemberian kewenangan kepada Pemerintah Kabupaten dan Kota untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, sebagaimana digoreskan dalam UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam penjelasan Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, baik pelayanan yang bersifat langsung (direct services) dan pelayanan tidak langsung (indirect services). Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat tentu saja membutuhkan pendanaan yang cukup. Salah satu upaya pemerintah daerah untuk memperoleh sumber penerimaan pendanaan adalah dari sektor pajak. Sebagai landasan hukum untuk memungut ____________ ISSN 0853-0203 1

Pengaruh Komunikasi Pemerintahan dan … · Web viewKomunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain yang pada gilirannya akan mempengaruhi pola pikir,

  • Upload
    ngonga

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Pengaruh Komunikasi Pemerintahan dan Kepemimpinan

VISI (2010) 18 (1) 1 - 16

Pengaruh Komunikasi dan Kepemimpinan

Terhadap Efektivitas Penerimaan Pajak Reklame

(Studi Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung)

Monang Sitorus

ABSTRACT

The aim of the research is to analyze the influence of communication and leadership on the effectiveness revenue tax advertisement to Region Earnings Board of Bandung City. Explanatory survey with responden sensus has been held to search the influence of communication (X1) and leadership (X2) to effective-ness revenue tax advertisement (Y). The research showed that communication influence is in medium category (0.521), while leadership is in strong category (0.636). Combined influence of communication and leadership variables is in strong category (0.701). Data analysis showed that X1, X2 variables have contributed of 49.14 % to Y and 50.86 % was contruted by other factors.

-------------

Keyword: communication, leadership and effectiveness, tax advertisement.

I. Pendahuluan

Salah satu inti otonomi daerah adalah adanya pemberian kewenangan kepada Pemerintah Kabupaten dan Kota untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, sebagaimana digoreskan dalam UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam penjelasan Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, baik pelayanan yang bersifat langsung (direct services) dan pelayanan tidak langsung (indirect services). Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat tentu saja membutuhkan pendanaan yang cukup. Salah satu upaya pemerintah daerah untuk memperoleh sumber penerimaan pendanaan adalah dari sektor pajak. Sebagai landasan hukum untuk memungut pajak dari masyarakat diatur dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. sebagai perubahan dari Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997. Kemudian diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

Mengacu kepada kebijakan nasional di atas, maka pemerintah Kota Bandung menggulirkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Bandung No 18 tahun 2001 tentang Pajak Reklame. Kemudian disempurnakan dengan Peraturan Daerah No 08 Tahun 2003 tentang Pajak Reklame, kemudian dirubah kembali dengan Peraturan Daerah Kota Bandung No 02 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pajak Reklame. Kemudian secara operasional dituangkan dalam Surat Keputusan Walikota Bandung No 34 Tahun 2007 tentang Mekanisme Penyelenggaraan PeriYinan Reklame dan Surat Keputusan Walikota Bandung No 113 tahun 2007 tentang Nilai Sewa Reklame.

Untuk memungut pajak daerah tersebut, maka dibentuklah lembaga yang bertugas dan bertanggungjawab untuk menghimpun pajak tersebut berdasarkan Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, kemudian disusul dengan Perda No 13 Tahun 2008. tentang Susunan Organisasi Dinas-Dinas Daerah dalam hal ini adalah Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung. Dinas Pendapatan Daerah ini diberi kewenangan untuk melaksanakan segala usaha dan kegiatan pemungutan pajak daerah sebagai pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara efektif sesuai dengan kebijakan yang telah digariskan oleh pemerintah daerah.

Agar aparatur Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung termotivasi untuk memungut pajak daerah maka peranan pimpinan sangat penting untuk membangun komunikasi dengan bawahannya. Sebab, dengan terjalinnya hubungan yang harmonis sesama pegawai akan membuat pegawai termotivasi bekerja untuk memungut pajak reklame sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Meskipun pimpinan telah membina hubungan komunikasi yang baik dengan para petugas pemungut pajak reklame namun tidak serta merta terjadi peningkatan efektivitas penerimaan pajak daerah, namun justru masih mengalami tunggakan pajak yang cukup besar. Bahkan tunggakan yang paling tertinggi adalah pajak reklame sebab dari tahun 2003 s.d tahun 2006 terus peningkatan sebagaimana disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1.1.Besarnya Tunggakan Pajak Reklame Tahun 2004-2008

No

Tahun Masa Pajak

Target (Rp)

Realisasi (Rp)

1

2004

9,098,824,999.00

9,098,824,999.00

2

2005

14,965,217,234.00

12,210,150,739.00

3

2006

17,569,854,881.

16,430,964,869.

4

2007

17,829,819,278.

17,829,819,278.

5

2008

25,596,346,941.00

22,542,289,301.0

Jumlah

85,060,063,333.00

74,773,499,868.00

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung 2009

Tidak terealisasinya tunggakan pajak reklame seperti yang disajikan pada Tabel 1.1 di atas tentu saja efektivitas pemungutan pajak reklame masih rendah. Hasil temuan-temuan peneliti dilapangan yang disebut di atas sejalan dengan apa yang dilansir (dimuat) di media cetak harian Pikiran Rakyat tanggal 22 Juli 2006 yang memuat berita aparatur kurang aktif melakukan penagihan terhadap wajib pajak reklame. Dengan terlihatnya gejala-gejala mengenai efektivitas penerimaan pajak reklame yang telah disajikan di atas, yang belum memenuhi harapan Dinas Pendapatan Kota Bandung, maka timbul pertanyaan yaitu: mengapa penerimaan tunggakan pajak reklame yang dilakukan Dinas Pendapatan Kota Bandung masih menunjukkan/memperlihatkan hal-hal yang tidak diinginkan?. Pada hal pimpinan telah menciptakan hubungan komunikasi yang harmonis dengan para petugas pemungut pajak reklame.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka peneliti mencoba mencari penyebab dari munculnya gejala yang tidak dikehendaki itu, dengan melakukan pra penelitian di lapangan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung. Adapun gejala-gejala yang ditemukan berdasarkan hasil pengamatan di lapangan yang dianggap merupakan penyebab rendahnya efektivitas penerimaan pajak reklame yaitu (1). Komunikasi yang terjalin selama ini pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung belum dapat mendorong para petugas pemungut pajak reklame untuk bekerja sungguh-sungguh tentu saja ini mengakibatkan efektivitas penerimaan pajak reklame belum optimal. (2). Indikasi lainnya, pimpinan bersama jajarannya jarang melakukan evaluasi apakah target pajak reklame yang ditetapkan itu terlalu tinggi atau rendah disamping itu pimpinan jarang turun kebawah, dan menanyakan langsung hambatan-hambatan apa yang menyebabkan tidak tercapainya target pajak yang ditetapkan. Demikian juga relatif kurang menanggapi laporan-laporan dari bawahan, tentu saja ini mengakibatkan efektivitas penerimaan pajak reklame masih rendah.

Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan pada latar belakang penelitian di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh komunikasi dan kepemimpinan tunggakan pajak terhadap efektivitas penerimaan pajak reklame yang mana sepengetahuan peneliti sampai saat ini belum ada penelitian yang menyoroti hal yang sama. Atas pemikiran tersebut peneliti berkeyakinan bahwa penelitian ini menjadi sangat penting dan strategis karena benar-benar akan mendapatkan manfaat bagi pelaksana petugas pemungutan pajak reklame di Kota Bandung. Sebab apabila tidak dilakukan pembenahan oleh pemerintah Kota Bandung dikhawatirkan posisi keuangan atau anggaran belanja daerah Kota Bandung dari sektor penerimaan pajak khususnya pajak reklame akan tertanggu, yang pada gilirannya akan memperlambat proses pembangunan di Kota Bandung, jika ini terjadi lambat laun akan merusak citra pemerintah daerah itu sendiri.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, fenomena efektivitas penerimaan pajak reklame pada Dinas Pendapatan Kota Bandung maka dirumuskan pernyataan penelitian (problem statement) yaitu komunikasi dan kepemimpinan yang dilakukan pada Dinas Pendapatan Kota Bandung belum optimal, hal ini mengakibatkan efektivitas penerimaan pajak reklame masih rendah. Pernyataan penelitian tersebut kemudian ditetapkan dalam bentuk pertanyaan penelitian (research question) yaitu

1. Seberapa besar pengaruh komunikasi terhadap efektivitas penerimaan tunggakan pajak reklame pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung?

2. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan terhadap efektivitas penerimaan tunggakan pajak reklame pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung?

3. Landasan Teori

3.a. Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain yang pada gilirannya akan mempengaruhi pola pikir, sikap dan perilaku seseorang. Sedangkan komunikasi pemerintahan Ndraha (2003: 469) menjelaskan komunikasi pemerintahan sebagai:

Proses timbal balik penyampaian informasi dan pesan antara pemerintah dengan yang diperintah, pihak yang satu menggunakan frame of reference pihak yang lain, pada posisi dan peran tertentu, sehingga perilaku dan sikap piak lain terbentuk, berubah, atau terpilihara, berdasarkan kesaling pengertian dan kesaling percayaan antara kedua belah pihak.

Agar komunikasi efektif Siagian (1999: 78) mengatakan setidaknya ada lima faktor yang harus diperhatikan komunikator yaitu, (1) kualitas komunikasi (2) informasi yang disampaikan, (3) media dan saluran komunikasi, (4) komunikasi dan (5) suasana komunikasi antar komunikator dan komunikasi.

Selanjutnya, Ndraha (2003: 231) menjelaskan bahwa proses komunikasi pada dasarnya adalah proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti dari satu pihak kepada pihak lain Unsur-unsur yang terlibat sekaligus sebagai dimensi-dimensi proses komunikasi pemerintahan meliputi:

1. Komunikator (Communicator), yakni orang yang menyampaikan atau mengatakan atau menyiarkan pesan.

2. Pesan (message), yaitu idea, informasi, opini dan sebagainya.

3. Saluran (channel, media) ialah alat yang dipergunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan.

4. Komunikan (audience), yaitu orang yang menerima pesan.

5. Effek, yakni pengaruh kegiatan komunikasi yang dilakukan komunikator kepada komunikan.

Unsur-unsur komunikasi tersebut di atas selalu dijumpai dalam kegiatan komunikasi. Karena itu unsur tersebut tidak bisa diabaikan dalam membahas komunikasi, atau dengan kata lain menjadikan komunikasi itu efektif. Adapun keberhasilan proses komunikasi antara pemerintah dengan yang diperintah, dipengaruhi oleh tingkat pemahaman pesan, yang menurut Schramm (dalam Effendy, 1992:13) mengatakan bahwa:

Komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference) yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of experience and meaning) yang pernah diperoleh komunikan. Dengan kata lain dalam proses komunikasi, komunikasi akan berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan.

Berdasarkan dimensi-dimensi komunikasi di atas, maka teori yang digunakan sebagai landasan teori dalam penelitian ini ialah komunikasi pemerintahn yang diciptakan Ndraha (2003: 231). Alasan menggunakan teori tersebut, karena penemu teori adalah orang yang ahli dibidang pemerintahan, dan penelitian ini juga dilakukan dipemerintahan. Kedua, sesuai dengan fenomena yang terjadi dilapangan. Lebih jelasnya dimensi-dimensi komunikasi pemerintahan yang pertama harus ada ialah komunikator pemerintah yaitu menyampaikan informasi. Kemudian disusul dengan pesan, agar informasi (pesan) itu dapat disampaikan dengan tepat komunikator harus memiliki kecermatan dalam memilih kata-kata yang tepat dalam merumuskan pesan itu penting dan menentukan agar ide-ide, gagasan-gagasan yang ada itu dapat dituangkan kedalam lambang-lambang yang bisa dimenegrti oleh penerima, sehingga tidak terjadi salah penafsiran. Informasi yang disampaikan kepada komunikan harus secara jelas dan dapat mudah dimengerti, sebab daya tangkap setiap komunikan adalah berbeda-beda. Oleh sebab itu lambang yang dipergunakan haruslah dapat dimengerti oleh mereka yang menjadi sasaran komunikasi, ini berarti kalau menggunakan bahasa maka harus digunakan bahasa yang dapat dimengerti. Disamping itu pesan yang disampaikan oleh komunikator hendaknya dapat menimbulkan minat dan perhatian dari komunikannya.

Selanjutnya tahapan lain yang juga perlu diperhatikan oleh komunikator adalah memilih saluran (alat) komunikasi yang akan dipergunakan untuk menyebarkan pesan. Edward Depari dan Colin MacAndrews (1985: 16) menyatakan saluran komunikasi adalah alat melalui mana sumber komunikasi menyampaikan pesan-pesan (messages) kepada penerima (receiver). Saluran ini dapat dianggap sebagai penerus/ penyampai pesan yang berasal dari sumber informasi kepada tujuan informasi.

Selanjutnya, ada komunikan, yaitu orang yang menerima pesan dalam hal ini adalah aparatur petugas pemungut pajak yang menerima atau mendapatkan informasi dari pemerintah. Orang yang menerima pesan harus ditetapkan secara tegas, dan jelas agar informasi yang disampaikan mudah dimengerti. Terakhir ialah effek, yakni pengaruh kegiatan komunikasi yang dilakukan komunikator kepada komunikan. Effek ini akan menimbulkan umpan balik apakah sipenerima pesan dapat memahami atau tidak. Karena itu, komunikasi yang efektif apabila terdapat reaksi sesuai dengan yang diharapkan oleh komunikator. Dengan demikian kesuksesan seorang pemimpinan apabila mampu mencipatakan komunikasi yang efektif antara komunikan dan komunikator yaitu pemimpin itu sendiri. Uraian lebih lanjut tentang kepemimpinan akan diuraikan.

3.b. Kepemimpinan

Menurut Thoha (2003: 3) menegaskan bahwa membicarakan kepemimpinan memang menarik, dan dapat dimulai dari sudut mana saja ia diterpong. Setiap pendekatan akan melahirkan pengertian yang berbeda dengan pendekatan lainnya. Pemimpin dan kepemimpinan dibutuhkan oleh manusia dikarenakan adanya kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh setiap manusia. Hal ini berarti bahwa ada manusia yang memiliki kemampuan untuk memimpin, tetapi di lain pihak ada pula manusia yang tidak memiliki kemampuan untuk memimpin.

Menurut hasil penelitian Stogdill (1974: 63) kepemimpinan itu ditandai dengan bermacam sifat yang dikelompokkan menjadi :

1) Capacity meliputi; kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, keaslian dan kemampuan menilai.

2) Acheivement meliputi ;gelar kersarjanaan, pengetahuan, kebehasilan dan olah raga.

3) Responsibility meliputi ; mandiri, berinisiatif untuk maju.

4) Participation meliputi; aktif, kemampuan bergaul, kerja sama, mudah menyesuaikan diri, humoris.

5) Status meliputi; kedudukan sosial ekonomi, ketenaran.

6) Situation meliputi; mental yang baik, status, mempunyai keahlian, berkeinginan untuk maju, berdaya kepengikutan, beroreintasi kepada tujuan dan lain-lian.

Pemimpin dalam suatu organisasi memerlukan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar mau dengan senang hati mengikuti kehendaknya, dan kemampuan inilah yang dikenal dengan istilah kepemimpinan. Kepemimpinan dapat dikategorikan sebagai ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa kepemimpinan dengan berbagai aspeknya dapat langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti kehidupan dalam pembangunan perdesaan.

Menurut Burns (1978: 79) mengatakan, leadership is defined as the purposeful behaviour of influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization or common good. Menurut definisi tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan oragnisasi. Sedangkan menurut Tichy and Devanna (1986: 239) mengatakan, leadership means using power to influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high performance.

Selanjutnya, Covey (1993: 31-32) mengemukakan ada empat dimensi kepemimpinan yang disebut juga the dynamic leadership model. Keempat dimensi kepemimpinan tersebut meliputi dimensi personal, interpersonal, manajerial dan institusional.

Berdasarkan definisi dan dimensi-dimensi kepemimpinan di atas, maka teori kepemimpinan yang dipakai sebagai landasan teori dalam kajian penelitian ini ialah teori yang diciptakan Covey (1993: 31-32). Pertimbangan memakai teori Covey, karena teori kepemimpinan yang diciptakannya merupakan gaya kepemimpinan yang paling mutakhir diantara teori-teori kepemimpinan yang ada, disamping itu ada kecocokan menggunakan teori ini di lembaga pemerintahan sebagiamana ia kemukakan dalam dimensi institusional.

Adapun keempat dimensi dimaksud akan diurai lebih lanjut yaitu (a). Dimensi Personal, yaitu gaya, atribut, keterampilan, dan perilaku yang terkandung dalam dimensi personal dari model kepemimpinan dinamis mengacu pada hubungan diri sendiri. Pemimpin yang dinamis harus memelihara gaya, atribut, ketrampilan, dan perilaku termasuk memelihara keadaan dapat dipercaya, mempunyai etika personal yang kuat, berpikir tegas, mempunyai optimism terhadap kehidupan, mampu tetap termotivasi-diri, menentukan dan mengikuti melalui tujuan-tujuan, memelihara fokus pada persoalan prioritas yang tinggi, belajar dari kesalahan-kesalahannya, menerima konsekuensi tindakan-tindakan, secara konsisten mencari perbaikan-diri, secara konsisten menetapkan prioritas, dan secara efektif mengelola waktu. (b). Dimensi Interpersonal, ialah gaya, atribut, keterampilan dan perilaku pada level interpersonal mengacu pada hubungan dan interaksi seorang pemimpin dengan orang lain (Covey, 1993: 31). Demensi ini mencakup: berusaha mempercayai orang lain, menunjukkan keharuan, bersimpati kepada orang lain, adil dan objektif, mendorong orang lain, membimbing orang lain, dan memotivasi orang lain. (c). Dimensi Manajerial, Covey (1993: 32) menjelaskan bahwa dimensi manajerial kepemimpinan berkaitan dengan tanggung jawab seorang pemimpin untuk membuat pekerjaan selesai dikerjakan. Gaya, atribut, ketrampilan, dan perilaku dalam dimensi manajerial kepemimpinan meliputi: meciptakan semangat tim, mencapai produktivitas melalui orang, mendelegasikan kewenangan, memberdayakn orang lain, berkomunikasi pada semua level, menunjukkan keterusterangan, mencari perbaikan operasional yang terus-menerus, secara konsisten proaktif dalam tindakan-tindakan mereka, tetap dekat dengan masyarakat, tetap value-driven, dan mempertahankan perspektif usaha yang baik bila menghadapai dilemma dan paradoks Covey (1993: 5). (d). Dimensi Institusional, menurut Lowder (2007: 18), dimensi organisasional atau Institusional dari model kepemimpinan dinamis menggeser fokus dari perspektif-mikro yang digunakan dalam level personal, interpersonal, dan manajerial ke perspektif makro yang fokus pada integritas struktur dan strategis organisasi. Ini berarti bahwa gaya, atribur, keterampilan, dan perilaku pemimpin yang dinamis mempunyai fokus yang lebih besar dalam melauruskan struktur organisasi dengan strateginya. Pelurusan sistem organisasi memberikan stabilitas organisasi, membangun koalisi, mengembangkan jejaring lintas jenis organisasi, meningkatkan efisiensi, dan meningkatkan efektivitas.

Dengan diterapkannya komunikasi yang efektif dan gaya kepemimpinan yang tepat kepada pegawai Dinas Pendapatan Kota Bandung, diharapkan efektivitas penerimaan pajak reklame akan semakin meningkat. Kajian tentang efektivitas penerimaan pajak reklame akan diurai lebih lanjut.

3.c. Efektivitas Penerimaan Pajak Reklame.

Devas dkk (1988 : 39-40) mengatakan bahwa perpajakan daerah dapat diartikan sebagai (1). Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dengan pengaturan dari daerah sendiri; (2). Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan nasional tetapi penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah; (3). Pajak yang ditetapkan dan atau dipungut pemerintah daerah; (4). Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat tetapi hasil pemungutannya diberikan kepada, dibagihasilkan dengan, atau dibebani pungutan tambahan (opsen) oleh Pemerintah Daerah.

Melakukan pemungutan pajak bukanlah hal yang mudah, namun berbagai faktor yang bisa mempengaruhi pemungutan pajak. Keterkaitan antara satu faktor dengan faktor lainnya mempunyai hubungan yang sangat erat sehingga membentuk suatu jalinan keterpaduan. Begitu pula upaya Dipenda dalam upaya meningkatkan pungutan pajak daerah selain akan dipengaruhi oleh kualitas dan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen seperti penerapan komunikasi dan kepemimpinan juga akan dipengaruhi oleh faktor lain secara garis besarnya, menurut Rosadi (1997:74) ada dua faktor yaitu faktor yang bersifat intangible dan faktor yang bersifat tangible. Menurut Devas, dkk (1989 : 144) terjadinya ketidakefektifan pemungutan pajak bisa terjadi apabila (a) masyarakat mulai menghindari pajak (tax avoidance) (b) terjadinya kerjasama antara fiskus (petugas pajak) dan wajib pajak mengurangi jumlah pajak terhutang (tax evasion) dan (c) penipuan pajak oleh fiskus (ia mengantongi sebagian dari pemenerimaan pajak).

Untuk membahas efektivitas pemungutan pajak menurut Griffin (2003:88) ada empat pendekatan yaitu: (a). Pendekatan sumber daya manusia (system resources approach (b). Pendekatan proses internal (internal process approach) (c). Pendekatan tujuan (goal approach) yaitu berfokus kepada tingkat di mana suatu organisasi mencapai tujuannya. Artinya, jika organisasi berfokus kepada pencapaian tujuan penjualan dengan target sebesar 10% dan ternyata terealisasi maka dikatakan efektif; (d).Pendekatan konstituensi strategis (strategic constituencies approach) menurut pandangan ini sejauhmana organisasi berhasil memuaskan permintaan dan ekspektasi dari semua kelompok Huseini (1987 : 54-56) juga mengatakan: Pendekatan dalam pengukuran efektivitas organisasi salah satunya adalah pendekatan sasaran (goal approach) dimana dalam pengukuran efektifitas memusatkan perhatian terhadap aspek output (hasil), yaitu dengan mengukur keberhasilan organisasi dalam mencapai tingkatan output (hasil/realisiasi) dengan yang direncanakan (ditargetkan), jika semakin tinggi realisasi (output) maka organisasi semakin memiliki efektivitas.

Mengacu kepada pendekatan di atas, maka pendekatan yang digunakan untuk memahami efektivitas pemungutan pajak reklame adalah menggunakan pendekatan tujuan (goal approach), dimana Dinas Pendapatan Daerah telah menetapkan target perolehan pajak reklame setiap tahun sebagai tujuan (goal) keberadaan lembaga tersebut. Keberadaan lembaga ini tujuannya adalah untuk menarik pajak dari publik untuk membiaya pembangunan fisik maupun non fisik. Semakin besar pajak reklame yang dihimpun semakin efektif organisasi yang bersangkutan. Digunakannya pendekatan tujuan untuk mengukur efektivitas organisasi karena di dalamnya ada target yang harus dicapai oleh organisasi (lembaga). Oleh karena itu menurut Griffin (2003:89) mengatakan jika mereka memilih target yang salah atau jika mereka mencapai tujuan dengan cara yang salah, mereka akan menjadi kurang efektif mencapai sasarannya.

Jika dikaitkan dengan efektivitas pemungutan pajak dalam hal ini merupakan gambaran kemampuan dari unit organisasi perpajakan untuk mencapai sasaran/tujuan yang telah ditetapkan. Dalam studi ini, sasaran akhir utama perpajakan tersebut adalah penerimaan pajak yang direncanakan, atau efektifitas pemungutan pajak dapat diukur dengan membandingkan realisasi penerimaan dengan sasaran (target) penerimaan yang direncanakan. Dengan demikian jika mencermati uraian di atas jelas tampak efektivitas berkaitan dengan kuantitatif sebagaimana dikemukakan Danim (2004:119). Selanjutnya, dipertegas Panglaykim (1991:180) mengatakan bahwa melakukan perbandingan antara apa yang diharapkan (target) dan apa yang dicapai (realisasi), dari hasil perbandingan ini dapat diketahui apakah organisasi efektif dan efisien. Lebih jelasnya Sidik dan Soewondo (1996:65-76) membuat rumusan efektivitas pemungutan pajak dengan mengacu kepada rumusan TPI (Tax Performace Index) yaitu:

Pajak

Penerimaan

Target

Pajak

Penerimaan

Realisasi

TPI

=

Berdasarkan rumusan di atas maka untuk mengukur efektivitas pemungutan per setiap mata pajak seperti pajak reklame maka dapat mengacu kepada rumus Tax Performace Index(TPI) sebagaimana dikemukakan Sidik dan Soewondo (1996:76), yaitu:

Reklame

Pajak

Penerimaan

Target

Reklame

Pajak

Penerimaan

Realisasi

TPI

=

Jika mengacu kepada uraian teori tentang efektivitas dan formula efektivitas pemungutan pajak baik pemungutan pajak reklame, maka teori efektivitas pemungutan pajak reklame yang digunakan dalam penelitian ini sebagai pisau analisis peneliti yaitu menggunakan teori yang dikemukakan Sidik dan Soewondo (1996:76). Pertimbangan menggunakan teori ini, pertama, teori ini telah mengacu kepada rumusan yang berlaku secara makro atau berlaku umum dalam mengukur efektivitas pemungutan pajak reklame. Kedua, sesuai dengan fenomena yang ditemui dilapangan, yang menunjukkan bahwa pimpinan Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung telah menetapkan dimensi target pajak reklame selama beberapa tahun sebagai acuan untuk mengukur kinerja istansi tersebut, namun hasil (realisasinya) tidak mencapai target. Bahkan selama tahun 2004-2008 terus mengalami tunggakan, ini mencerminkan efektivitas pemungutan pajak reklame masih rendah. Karena itu ada kecocokan menggunakan teori ini untuk mengukur efektivitas penerimaan pajak reklame.

Berdasarkan kajian teori di atas maka paradigma penelitian ini dapat digambarkan kedalam pendekatan sistem yaitu :

Gambar 1. : Paradigma Penelitian Pengaruh Komunikasi dan Kepemimpinan terhadap Efektivitas Penerimaan Pajak Reklame

4. Hipotesis

1.Besarnya pengaruh komunikasi terhadap efektivitas penerimaan pajak reklame pada Dinas Pendapatan Daerah ditentukan oleh derajat dimensi-dimensi, komunikator, pesan, saluran, komunikan dan Effek.

2.Besarnya pengaruh kepemimpinan terhadap efektivitas penerimaan pajak reklame pada Dinas Pendapatan Daerah ditentukan oleh derajat dimensi-dimensi personal, interper-sonal, manajerial, institusional

5. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini eksplanatori survey (Sugiyono, 2008:162). Untuk menganalisis keterpengaruhan didekati dengan alat bantu statistik dan pengujian path analysis (Rasyid, 1994:79). Sedangkan operasionalisasi variabel, yaitu variabel bebas (independen) terdiri dari komunikasi yang disimbolkan dengan huruf (X1), variabel kepemimpinan yang disimbolkan dengan huruf (X2), Variabel terikat (dependen) yaitu efektivitas penerimaan pajak reklame disimbolkan dengan huruf (Y). Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah seluruh pegawai Dinas yang menduduki jabatan struktural dan fungsional yang semuanya berjumlah 260 orang. Karena jumlah pegawai tidak begitu besar, maka peneliti menggunakan teknik penentuan responden berdasarkan teknik sensus yaitu semua anggota populasi dijadikan jadi responden. Instrumen penelitian untuk responden digunakan untuk mendapatkan data primer (utma) dengan menggunakan Skala Likert, dengan option 5 (lima) pilihan, kuesioner ini kemudian di lakukan uji validitas dan reliabilitas. Sedangkan teknik pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur, media cetak dan alat elektronik. Setelah kuesioner dikumpulkan dari lapangan, maka peneliti melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan alat uji statistik path analysis versi 15.5.

6. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan uji statistik path analysis diperoleh pengaruh langsung komunikasi (X1) terhadap efektivitas penerimaan pajak reklame (Y) sebesar (PYx1) = 0,521, sebagaimana disajikan pada gambar berikut:

Gambar 2:Path Diagram Pengaruh Komunikasi (X1) terhadap Efektivitas Penerimaan Pajak Reklame (Y)

Berdasarkan gambar 2 di atas jika dihitungan dalam bentuk persentase keterpengaruhan komunikasi terhadap efektivitas penerimaan pajak reklame secara langsung yaitu 0.521 x 0.521 x 100% = 27.14%. Jika dikonsultasikan skor keterpengaruhan komunikasi dengan nilai 0.521 terhadap efektivitas penerimaan pajak reklame sebagaimana dikemukakan Sugiyono (2008:184) termasuk kategori sedang karena berada pada kisaran 0.40 - 0.599. Ini memberi gambaran bahwa proses komunikasi yang dilakukan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung beserta dimensi-dimensinya yaitu dimensi komunikator, pesan, saluran, komunikan dan effek masih tergolong sedang. Meskipun demikian, jika komunikasi dilakukan dengan optimal akan diikuti perubahan efektivitas penerimaan pajak reklame sebesar 27.14%. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa semakin optimal komunikasi dilakukan maka semakin tinggi tingkat efektivitas penerimaan pajak reklame di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung, terutama dari sektor hasil penjualan unit produksi (zone periklanan) yang dihasilkan dan terjual, maka akan semakin tinggi tingkat penerimaan pajak reklame. Dari kelima dimensi komunikasi, yang memiliki rata-rata skor kurang adalah dimensi adalah dimensi saluran. Rendahnya, skor dimensi ini diakibatkan tidak adanya pemilihan media yang tepat untuk menyampaikan pesan-pesan dalam komunikasi. Sebab, hasil pengamatan dilapangan, penyampaian pesan yang terjadi di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung, hanyalah dalam bentuk media surat (korespondensi) yang sifatnya sentralisasi, sehingga setiap disposisi dari pimpinan diinterpretasikan pegawai dengan cara yang berbeda, akibatnya sasaran komunikasi itu tidak seperti sebagaimana yang diharapkan oleh komunikator dan komunikan.

Sedangkan pengaruh kepemimpinan (X2) terhadap efektivitas penerimaan pajak reklame pegawai (Y) berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan uji statistik path analysis diperoleh pengaruh langsung kepemimpinan (X2) terhadap efektivitas penerimaan pajak reklame (Y) sebesar (PYx2) = 0,636, sebagaimana disajikan pada gambar berikut:

Gambar 3 Path Diagram Pengaruh Kepemimpinan (X2) terhadap Efektivitas Penerimaan Pajak Reklame (Y)

Berdasarkan gambar 3 di atas jika dihitungan dalam bentuk persentase keterpengaruhan kepemimpinan terhadap efektivitas penerimaan pajak reklame pegawai secara langsung yaitu 0.636 x 0.636 x 100% = 40.45%. Jika dikonsultasikan skor keterpengaruhan kepemimpinan dengan nilai skor 0.636 terhadap efektivitas penerimaan pajak reklame sebagaimana dikemukakan Sugiyono (2008:184) termasuk kategori kuat karena berada pada kisaran 0.60 0.799. Ini memberi gambaran bahwa kepemimpinan Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung beserta dimensi-dimensinya yaitu dimensi personal, interper-sonal, manajerial, institusional tergolong kuat. Artinya, jika gaya kepemimpinan yang diperankan kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung semakin baik, maka akan semakin kuat pengaruhnya untuk meningkatkan efektivitas penerimaan pajak reklame. Atau jika dilakukan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi pekerjaan pegawai maka akan diikuti perubahan efektivitas penerimaan pajak reklame pegawai sebesar 40.45%. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa semakin efektif kepemimpinan dilakukan maka semakin tinggi tingkat efektivitas penerimaan pajak reklame pegawai di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung. Meski demikian jika kepemimpinan yang diterapkan semakin optimal dilakukan harus diimbangi dengan penerapan prinsip rewards and punishment seraca seimbang (berkeadilan). Misalnya, kinerja pegawai yang tidak mencapai target harus diberi sanksi dan pegawai bekerja melampaui target harus tersedia imbalan (insentif).

Dari keempat dimensi-dimensi kepemimpinan itu, dimensi yang memiliki skor rendah adalah dimensi personal. Rendahnya, dimensi personal karena pegawai melihat pemimpin itu sebagai figur. Pimpinan yang plin-plan akan membuat pegawai ragu-ragu mengikuti kebijakan pimpinan. Sebab, hasil pengamatan ada kesulitan pimpinan menerapkan sanksi kepada pegawai yang tidak mampu mencapai target karena tidak adanya alat ukur yang terukur. Seperti mengukur suhu panas menggunakan termometer, suatu alat ukur yang pasti. Sedangkan pengkuran kinerja pegawai mengandung banyak interpretasi. Artinya, interpretasi pimpinan dengan bawahan bisa berbeda terhadap alat ukur yang dipakai. Namun demikian, manakala pegawai yang tidak mampu mencapai target penerimaan pajak pimpinan haruslah menegakkan sanksi atau hukuman (punishment) harus pula diimbangi dengan insentif (rewards) berdasarkan kinerja pegawai.

Lebih jelasnya visualisasi struktur jalur pertama keterhubungan antar variabel dapat terlihat pada gambar berikut ini:

Gambar 4.:Path Diagram Model Persamaan Struktural Pengaruh Komunikasi dan Kepemimpinan terhadap Efektivitas Penerimaan Pajak Reklame

Sedangkan pengaruh variabel X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap Y sebesar 0.701, atau 0.701 x 0.701 x 100% = 49.14%, sisanya dipengaruhi faktor-faktor lain sebesar 50.86%. Misalnya, insentif, fasilitas kerja, pemotivasian dan lain-lain. Jika dikonsultasikan skor keterpengaruhan kepemimpinan dengan nilai skor 0.701 terhadap efektivitas penerimaan pajak reklame sebagaimana dikemukakan Sugiyono (2008:184) termasuk kategori kuat karena berada pada kisaran 0.60 0.799. Ini memberi gambaran bahwa komunikasi dan kepemimpinan merupakan dua sisi mata uang yang sangat berpengaruh terhadap pencapaian penerimaan pajak reklame. Pimpinan tidak mungkin bisa menggerakkan bahwahannya tanpa menggunakan komunikasi. Atau komunikasi tak bernilai jika tidak diperankan oleh pimpinan.

Jika diamati keterpengaruhan di atas menunjukkan masih ada pengaruh tidak langsung X1 terhdap Y melalui X2 (

1

ZX

P

x

12

XX

r

x

2

ZX

P

) = 0,521 x 0,.491 x 0,491 x 100%= 12.56%. Sehingga total pengaruh X1 terhadap Y melalui X2 sebesar = 27.14% + 12.56% = 39.7%. Ini mengambarkan bahwa besarnya pengaruh variabel komunikasi (X1) terhadap efektivitas penerimaan pajak reklame (Y) dengan total pengaruh sebesar 39.7%. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa semakin baik diperankan komunikasi terhadap pegawai maka semakin tinggi efektivitas penerimaan pajak reklame di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung. Sedangkan pengaruh X2 terhadap Y melalui X1 = (

1

ZX

P

x

12

XX

r

x

2

ZX

P

)= 0,491 x 0,491 x 0,636 x 100%=15.33 %. Sehingga total pengaruh X2 jika melalui X1 terhadap Y menjadi = 40.45% + 15.330% = 55.78%. Ini menggambarkan besarnya pengaruh variabel kepemimpinan (X2) terhadap efektivitas penerimaan pajak reklame (Y) yakni sebesar 55.78%. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa semakin optimal kepemimpinan dilakukan maka semakin tinggi tingkat efektivitas penerimaan pajak reklame di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung.

Jika diamati hasil persentase kedua variabel bebas tersebut pengaruh kepemimpinan (55,78%) lebih besar dibandingkan komunikasi (39.7%) terhadap efektivitas penerimaan pajak reklame. Tingginya pengaruh kepemimpinan terhadap efektivitas penerimaan pajak reklame, karena didalamnya ada proses mempengaruhi, agar aparatur mau bekerja sesuai dengan target yang ditetapkan. Proses mempengaruhi ini tentu saja, pegawai harus melakukannya jika tidak mau mengikuti perintah pemimpin maka pegawai akan mendapat sanksi dari pemimpin itu sendiri.

7. Kesimpulan

Komunikasi beserta dimensi-dimensinya berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas penerimaan pajak reklame pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung. Ini memberi pengertian bahwa semakin konsisten dan semakin baik komunikasi diperankan maka semakin tinggi tingkat efektivitas penerimaan pajak reklame. Kepemimpinan beserta dimensi-dimensinya berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas penerimaan pajak reklame pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung. Dengan kata lain semakin tepat atau ada keberanian pimpinan menerapkan rewards and punishment secara seimbang (berkeadilan) maka akan semakin tinggi tingkat penerimaan pajak reklame.

DAFTAR PUSTAKA

Burns, J.M. 1978. Leadership. New York: Harper and Row

Covey, S. R. 1993. Principle-Centered Leadership. New York: Fireside

Danim Sudarman .2004. Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok. Jakarta : Rineka Cipta.

Depari, Edward dan Colin MacAndrews. 1985. Peranan Komunikasi Massa Dalam Pembangunan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Devas, Nick dan Brian Binder, Anne Booth, Kenneth Davey, Ray Kelly, 1989. Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia, diterjemahkan oleh Masri Maris dan Sri Edy Swasono, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Efendy, Onong (Jahyana). 1992. Hubungan masyarakat Suatu Studi Komunikasi Bandung: Remaja Rosda Karya.

Griffin. Ricky W. 2003. Manajemen, Jilid I Alih Bahasa Gina Gania. Jakarta : Erlangga.

-----------.2004. Manajemen. Jilid II. Alih Bahasa Gina Gania. Jakarta : Erlangga..

Huseini, Martani dan Lubis, S.B. Hari, 1987. Teori Organisasi, Pusat Antar Universitas Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : Universitas Indonesia

Lowder, B. Tim. 2007. New Dimensions of Leadership toward a Dynamic Model: A Synthesis of Transformational and Servant Leadership. http://ssrn.com/abstract=975559 (4 September 2009).

Ndraha, Taliziduhu 2003. Kybernology Ilmu Pemerintahan Jilid I dan II. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Panglaykim.J. 1991. Manajemen. Jakarta : Ghalia Indonesia

Rasyid Al Harun. 1994. Statistika Sosial, disunting oleh Teguh Kismantoroadji. Bandung : Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran

Rosadi Dedi. 1997. Sistem Perencanaan Terpadu Sebagai Salah satu Determinan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah dari Sektor Pajak. Bandung : PPS UNPAD.

Sidik, Machfud & Soewondo, 1996. Keuangan Daerah, Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta.

Siagian, Sondang. P. 1999. Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta: Rineka Cipta.

Stogdill, R.M. 1974. Handbook of Leadership: A Survey of Theory and Research. New York: The Free Press.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Administras Kuantitatif dan Kualitatifi. Bandung : ALFABETA

Thoha Miftah.. 2003. Kepemimpinan dalam Manajemen Suatu Pendekatan Perilaku. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Tichy, N.M. and Devanna, M.A. 1986. The Transformational Leader. New York: John Wiley

Undang-Undang dan Peraturan

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang- Undang nomor 19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak

Undang-Undang Nomor. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 32 Tahun 2002.

Peraturan Daerah (Perda) No. 7 Tahun 2003 tentang Biaya Pemungutan Pendapatan Asli Daerah

Peraturan Daerah (Perda) Kota Bandung No 18 tahun 2001 dan Perda No 8 Tahun 2003 tentang Pajak Reklame.

Surat Keputusan Walikota Bandung No. 841/Kep.868-Huk/2004 tentang Perhitungan Pemungutan Pajak.

Peraturan Daerah Kota Bandung No 02 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Reklame,

Surat Keputusan Walikota Bandung No 34 Tahun 2007 tentang Mekanisme Penyelenggaraan Perizinan Reklame

Surat Keputusan Walikota Bandung No 113 tahun 2007 tentang Nilai Sewa Reklame.

Tentang Penulis

Monang Sitorus, dosen tetap yayasan Universitas HKBP Nommensen di Medan. Pria kelahiran 9 April 1962 menyelesaikan pendidikannya Sarjana Muda (BBA) 1985, dan S1 Administrasi Bisnis (1986) dari Univ. HKBP Nommensen (UHN). Sejak tahun 1989 menjadi dosen tetap UHN, Pada tahun 1992-1993 diangkat menjadi Pembantu Dekan II. Tahun 2001 s.d 2006 Dekan Fisip UHN, dan pertengahan Juli 2006 melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan S-3 pada Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran bidang kajian Ilmu Administrasi konsentrasi Manajemen Pelayanan Publik. Oktober 2009 mengikuti Training Of Trainer (TOT) tingkat nasional gelombang ke-5 SCBDP ADB Loan 1964 Core: Governance and Public Service.

Penulis pernah mendapat piagam penghargaan atas kerjasama LIPI, KOMPAS, INDOSAT dan REPUBLIKA, piagam penghargaan dari BP-7 Pusat, piagam penghargaan dari PT Telkom dan Pramindo, piagam penghargaan dari Menteri Dalam Negeri, piagam penghargaan dari Bank Negara Indonesia, serta piagam penghargaan dari Departemen Koperasi. Penulis juga pernah menulis di media cetak koran Republika, Seputar Indonesia, Suara Pembaruan, Bisnis Indonesia, Investor Daily, Pikiran Rakyat, Tribun Jabar (KOMPAS Group), Medan Bisnis, Waspada, Analisa, dan Sinar Indonesia Baru.

Disamping itu, menulis di jurnal terakreditasi internasional, The Journal of Business Administration Online. Spring 2006. Vol.5 No.1. Accredited AACSB International, Arkansas Tech University. Sedangkan jurnal terakreditasi nasional (1). Wawasan Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Vol. 9. No.1 Tahun 2002 (Akreditasi Dikti : 395/DIKTI/Kep/2000), (2). Madani Jurnal Ilmu Ilmu Sosial Vol. 7 No.3 Oktober 2006 (Akreditasi Dikti: 34/DIKTI/kep/2003), (3). Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Vol. 12 No. 2 Maret 2006. (Akreditasi Dikti: 23a/DIKTI/Kep/2004), dan (4). Jurnal Administrasi Negara Vol.14 No.2 Juni 2008 Akreditasi Diknas No 49/DIKTI/KEP/2003. Jurnal Pariwisata Vol. 7 Pebruari 2009 (Akreditasi Dikti No. 49/DIKTI/KEP/2003.

Selama mengikuti pendidikan S-3 di Unpad penulis pernah menjadi Outsourcing di PKP2A I LAN Bandung sejak 2006 s.d. 2007 dengan fokus melakukan kajian-kajian pelayanan publik di beberapa daerah kabupaten/kota d Indonesia, hasil kajian itu kemudian ditulis menjadi buku seperti (1). Kajian Kebijakan Good Local Governance (GLG) Dalam Optimalisasi Pelayanan Pubik: Suatu Evaluasi Implementasi Pelayanan Terpadu di Kabupaten/Kota di Indonesia. Diterbitkan PKP2A I-LAN, ISBN. Tahun 2007. (2). Perumusan Kebijakan Penetapan Indeks Pelayanan Publik Bagi Kecamatan Diterbitkan PKP2A I-LAN, ISBN. Tahun 2008. (3). Manajemen Pelayanan Publik Unpad Press (2009) ISBN.

PROSES

1. Teori Komunikasi

Ndraha (2003: 231)

Dengan dimensi:

a.Komunikator. b.Pesan c.Saluran. d. Komunikan

e. Effek.

2.Teori Kepemimpinan Covey (1993: 31-32).

Dengan dimensi:

a.Personal,b. Interpersonal,

c. manajerial

d. institusional.

INPUT

(1). UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Dae-rah. (2). UUNo 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. (3). Perda Kota Bandung No 18 tahun 2001 tentang Pajak Reklame. (4). Keputusan Wa-likota Bandung No 34 Tahun 2007 tentang Meka-nisme Penyelenggaraan Perijinan Real-ame dan SK Walikota Bandung No 113 tahun 2007 tentang Nilai Sewa Reklame. (5). Perda No. 7 Tahun 2003 tentang Biaya Pemungutan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

OUT PUT

Efektivitas Pene-rimaan Pajak Reklame

Teori Efektivitas

Sidik dan Soewondo (1996:76).

Yaitu:

Realisasi Penerima-an pajak reklame dibagai dengan Tar-get Penerimaan Pajak Reklame

Umpan Balik

(

X1

Y

PxY = 0.521

(

X2

Y

PxY = 0.636

X2

PYx2 = 0,636

rx1x2 = 0,491

PYe1 = 0,547

(1

PYx1 = 0,521

Y

X1

PAGE

2

____________

ISSN 0853-0203

_1280651560.unknown

_1297364436.unknown

_1297876303.unknown

_1280651561.unknown

_1280651562.unknown

_1280651557.unknown

_1280651558.unknown

_1280651556.unknown