19
Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, Vera Diyanty, Pengaruh Kepemilikan... PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP BIAYA AUDIT Ida Ayu Marina Clara Widiastiti Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia [email protected] Vera Diyanty Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia [email protected] Abstract This study aims to investigate the influence of alignment effect and entrenchment effect of family ownership and internal control effectiveness on audit fee. This study use generalised least square (GLS) regression method. The result of this study indicate that companies actually will pay significant lower audit fees because of alignment effect between controlling shareholders and company interest. This study also shows that a company which has separation of ownership and control will choose low quality auditors to hide their expropriation. Beside that, this study also indicates that lower control risk in a company will turn to lower audit fees. This study implies the importance of audit fee disclosure which is reflect inherent risk from alignment and entrenchment effect and also reflect control risk from internal control ineffectiveness. Keywords : Audit Fee, Alignment Effect, Entrenchment Effect, Internal Control Effectiveness Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh efek alignment dan efek entrenchment kepemilikan keluarga serta efektivitas pengendalian internal terhadap biaya audit. Penelitian ini menggunakan metode regresi generalised least square (GLS). Penelitian ini membuktikan bahwa dengan semakin tingginya hak arus kas pemegang saham pengendali, maka pemegang saham pengendali akan memiliki insentif untuk menyelaraskan kepentingannya dengan kepentingan perusahaan, sehingga inherent risk dan biaya audit perusahaan akan menjadi rendah. Penelitian ini juga membuktikan bahwa dengan semakin tingginya nilai rasio antara hak kendali dengan hak arus kas pemegang saham pengendali, maka pemegang saham pengendali akan memilih auditor berkualitas rendah untuk menutupi tindakan ekspropriasi yang mereka lakukan. Disamping itu, hasil penelitian ini juga mengindikasikan bahwa dengan sistem pengendalian internal yang efektif, hal ini dapat menurunkan control risk dan biaya audit perusahaan. Penelitian ini memberikan implikasi bahwa regulator harus memperketat peraturan mengenai pengungkapan biaya audit oleh perusahaan karena hal ini sangat penting untuk mengetahui inherent risk yang ditimbulkan dari adanya efek alignment dan efek entrenchment kepemilikan keluarga serta control risk yang ditimbulkan dari inefektivitas pengendalian internal. Kata Kunci: Biaya Audit, Efek Alignment, Efek Entrenchment, Efektivitas Pengendalian Internal PENDAHULUAN Belakangan ini muncul beberapa kasus fraud yang terjadi di perusahaan keluarga, salah satunya fraud senilai 7,1 juta dollar Australia pada perusahaan keluarga yang terdaftar di Australia Stock Exchange, K&S Corporation (Sidney Morning Herald, 2015). Perusahaan Pengaruh Kepemilikan ..., Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, FEB UI, 2016

PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN EFEKTIVITAS …

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN EFEKTIVITAS …

Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, Vera Diyanty, Pengaruh Kepemilikan...

 

PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP BIAYA AUDIT

   

Ida Ayu Marina Clara Widiastiti Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia

[email protected]

Vera Diyanty Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia

[email protected]

Abstract  

This study aims to investigate the influence of alignment effect and entrenchment effect of family ownership and internal control effectiveness on audit fee. This study use generalised least square (GLS) regression method. The result of this study indicate that companies actually will pay significant lower audit fees because of alignment effect between controlling shareholders and company interest. This study also shows that a company which has separation of ownership and control will choose low quality auditors to hide their expropriation. Beside that, this study also indicates that lower control risk in a company will turn to lower audit fees. This study implies the importance of audit fee disclosure which is reflect inherent risk from alignment and entrenchment effect and also reflect control risk from internal control ineffectiveness.

Keywords : Audit Fee, Alignment Effect, Entrenchment Effect, Internal Control Effectiveness

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh efek alignment dan efek entrenchment

kepemilikan keluarga serta efektivitas pengendalian internal terhadap biaya audit. Penelitian ini menggunakan metode regresi generalised least square (GLS). Penelitian ini membuktikan bahwa dengan semakin tingginya hak arus kas pemegang saham pengendali, maka pemegang saham pengendali akan memiliki insentif untuk menyelaraskan kepentingannya dengan kepentingan perusahaan, sehingga inherent risk dan biaya audit perusahaan akan menjadi rendah. Penelitian ini juga membuktikan bahwa dengan semakin tingginya nilai rasio antara hak kendali dengan hak arus kas pemegang saham pengendali, maka pemegang saham pengendali akan memilih auditor berkualitas rendah untuk menutupi tindakan ekspropriasi yang mereka lakukan. Disamping itu, hasil penelitian ini juga mengindikasikan bahwa dengan sistem pengendalian internal yang efektif, hal ini dapat menurunkan control risk dan biaya audit perusahaan. Penelitian ini memberikan implikasi bahwa regulator harus memperketat peraturan mengenai pengungkapan biaya audit oleh perusahaan karena hal ini sangat penting untuk mengetahui inherent risk yang ditimbulkan dari adanya efek alignment dan efek entrenchment kepemilikan keluarga serta control risk yang ditimbulkan dari inefektivitas pengendalian internal.

Kata Kunci: Biaya Audit, Efek Alignment, Efek Entrenchment, Efektivitas Pengendalian Internal

PENDAHULUAN

Belakangan ini muncul beberapa kasus fraud yang terjadi di perusahaan keluarga, salah satunya fraud senilai 7,1 juta dollar Australia pada perusahaan keluarga yang terdaftar di Australia Stock Exchange, K&S Corporation (Sidney Morning Herald, 2015). Perusahaan

Pengaruh Kepemilikan ..., Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, FEB UI, 2016

Page 2: PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN EFEKTIVITAS …

Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, Vera Diyanty, Pengaruh Kepemilikan...

 

2  

ini dimiliki oleh Allan Scott yang meninggal pada tahun 2008. Sejak saat itu, perusahaan ini dikelola oleh keluarga Allan Scott. Pada bulan Februari 2015, akuntan forensik Mc Grath Nicol menemukan adanya kasus fraud yang dilakukan oleh sekretaris perusahaan sekaligus financial controller di K&S Corporation, yaitu Craig Telford. Craig Telford melakukan penyalah-gunaan dana (misappropriation of funds) dengan menggunakan dana perusahaan sebesar 300 ribu dollar Australia untuk bertaruh di sebuah ajang pacuan kuda. Selain kasus ini, kasus Satyam di India pada tahun 2008 juga merupakan salah satu contoh tindakan fraud yang terjadi di perusahaan keluarga. Kedua kasus ini mencerminkan tingginya risiko yang dihadapi auditor dalam mengaudit perusahaan keluarga.

Perusahaan keluarga merupakan salah satu tipe perusahaan dengan kepemilikan terkonsentrasi (Khan, et al., 2011). Berbeda dengan Amerika Serikat dan Inggris yang mayoritas perusahaannya memiliki struktur kepemilikan yang cenderung tersebar (widely dispersed) (Bolton & Thadden, 1998), di negara-negara berkembang seperti Indonesia, kepemilikan perusahaan biasanya terkonsentrasi pada keluarga (Siregar & Utama, 2008; Diyanty, 2012). Kedua tipe struktur kepemilikan ini masing-masing dapat menimbulkan masalah keagenan yang terjadi di perusahaan (Claessens, et al., 2000). Pada kepemilikan yang tersebar, persentase kepemilikan saham oleh masing-masing pemegang saham sangat kecil, sehingga pemegang saham ini kurang terlibat dalam pengawasan perusahaan dan pengambilan keputusan atau kebijakan perusahaan (Bolton & Thadden, 1998). Hal ini menyebabkan manajemen dapat bertindak sewenang-wenang dan mengabaikan kepentingan pemegang saham (Bolton & Thadden, 1998). Sebaliknya, di dalam tipe kepemilikan perusahaan yang terkonsentrasi terdapat dua kelompok pemegang saham, yaitu pemegang saham mayoritas yang bertindak sebagai pengendali dan pemegang saham minoritas (Bolton & Thadden, 1998). Ketika terdapat pemegang saham pengendali, konflik keagenan yang terjadi bergeser dari konflik antara pemegang saham dan manajemen menjadi konflik keagenan antara pemegang saham pengendali dan minoritas (Shleifer & Vishny, 1996). Pemegang saham pengendali merupakan pihak-pihak yang mempunyai kekuasaan dalam pemilihan direksi serta mampu mempengaruhi masa depan perusahaan (Ali & Lesage, 2014). Dengan menggunakan mekanisme kepemilikan piramida, pemegang saham pengendali akhir dapat menggunakan kendali yang ia miliki atas kebijakan suatu perusahaan tanpa menanggung dampak dari kendali tersebut (La porta, et al., 1999; Claessens, et al., 2002; Apriliani, 2015).

Claessens et al. (2002) menjelaskan konsep pengendalian dengan mengklasifikasikan hak yang dimiliki oleh pemegang saham ke dalam dua jenis hak yaitu hak arus kas (cash flow right) dan hak kendali (control right). Apabila di dalam kepemilikan suatu perusahaan, control right yang dimiliki oleh suatu pihak lebih besar dari cash flow right-nya, maka hal ini dapat memberikan insentif bagi pemegang saham pengendali untuk melakukan tindakan yang hanya menguntungkan diri mereka sendiri, tetapi merugikan pemegang saham non pengendali, seperti mengambil hak pemegang saham non pengendali (expropriation) (Shleifer & Vishny, 1997). Salah satu bentuk ekspropriasi yang dilakukan oleh perusahaan keluarga adalah proses rekrutmen dan promosi posisi penting yang dibuat berdasarkan preferensi pribadi keluarga pemegang saham utama, bukan berdasarkan sistem dan prosedur yang formal (Wangfeng & Lihong, 2015). Hal itu menyebabkan masuknya anggota keluarga yang tidak terkualifikasi ke dalam perusahaan yang dapat membuat strategi yang irrational dan keputusan yang tidak efisien bagi perusahaan (Wangfeng & Lihong, 2015). Lebih buruknya lagi, pemimpin perusahaan dan keluarganya memiliki hak istimewa karena kedudukannya di perusahaan, sehingga perilakunya tidak dapat dikontrol oleh bawahannya (Wangfeng & Lihong, 2015). Oleh karena itu, adanya pemegang saham pengendali dapat menyebabkan tingginya risiko inheren yang melekat pada perusahaan tersebut (Radu & Ramona, 2012). Risiko inheren (inherent risk) yang tinggi kemudian akan menjadi pertimbangan auditor

Pengaruh Kepemilikan ..., Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, FEB UI, 2016

Page 3: PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN EFEKTIVITAS …

Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, Vera Diyanty, Pengaruh Kepemilikan...

 

3  

untuk menurunkan risiko deteksi (detection risk) dengan meningkatkan usaha audit yang akan dilakukan (Arens, et al., 2012). Kemudian besarnya usaha audit yang dilakukan auditor akan menyebabkan biaya (fee) yang ditagihkan kepada perusahaan tersebut juga semakin tinggi (Wangfeng & Lihong, 2015). Namun, di sisi lain, manajemen perusahaan juga dapat memilih auditor berkualitas rendah untuk menutupi tindakan ekspropriasi yang mereka lakukan, sehingga biaya audit yang ditagih oleh auditor juga menjadi semakin rendah (Anafiah, 2014; Choi, et al., 2007).

Disamping itu, Chen dan Zhu (2010) serta Khan, et al. (2011) menyatakan bahwa semakin besarnya kepemilikan keluarga (cash flow right) dapat menghasilkan pengawasan yang ketat pada perusahaan. Hal ini karena manajemen yang memiliki ekuitas dalam jumlah yang besar dalam perusahaan akan cenderung tidak melakukan sesuatu yang membuat harga saham mereka turun (Morck & Yeung, Summer 2003). Dengan semakin besarnya kepemilikan langsung yang dimiliki oleh pemegang saham pengendali, maka risiko atau konsekuensi yang ditanggung oleh pemegang saham pengendali akibat kerugian atau harga saham yang turun akan meningkat, sehingga akan menurunkan insentif pemegang saham pengendali dalam melakukan ekspropriasi (Claessens, et al., 2000). Pada akhirnya, hal ini akan memunculkan efek alignment dimana kepemilikan langsung yang besar akan memberikan insentif bagi pemegang saham pengendali untuk meningkatkan valuasi perusahaan dan memperhatikan kepentingan pemegang saham pengendali (Fan & Wong, 2002). Dengan demikian, maka risiko inheren di dalam perusahaan keluarga akan semakin turun, sehingga usaha yang dilakukan oleh auditor dalam mengaudit perusahaan juga akan semakin kecil, yang pada akhirnya akan menyebabkan biaya yang ditagihkan oleh auditor kepada klien juga menjadi lebih rendah. Namun, selain itu pemegang saham pengendali juga dapat memilih auditor eksternal yang berkualitas tinggi agar perusahaan mampu menarik dan mendapatkan kepercayaan dari investor (pemegang saham minoritas) (Fan & Wong, 2005), sehingga biaya audit yang dibebankan kepada perusahaan menjadi semakin tinggi.

Selain kepemilikan keluarga, menurut Jia (2013) serta Hogan dan Wilkins (2008), terdapat faktor lain yang juga mempengaruhi biaya audit, yaitu efektivitas pengendalian internal perusahaan. Hal ini sesuai dengan stewardship theory yang menyatakan bahwa perilaku manajemen bergantung pada faktor psikologi dan situasional spesifik di dalam suatu perusahaan (Davis, et al., 1997). Dengan adanya tekanan dan pembatasan dari pengendalian internal, perilaku oportunistik dan irrasional dari manajemen dapat dicegah dan dideteksi dari waktu ke waktu (Wangfeng & Lihong, 2015). Selain itu, pengendalian internal dapat memastikan keandalan laporan keuangan (Ashbaugh-­‐Skaife, et al., 2008), yang memfasilitasi pemilik untuk memperoleh informasi yang relevan terkait perilaku manajemen, sehingga hal ini dapat menurunkan biaya agensi yang disebabkan oleh informasi asimetri (Wangfeng & Lihong, 2015). Menurut Jia (2013), sistem pengendalian internal perusahaan memberikan dampak yang siginifikan dalam mencegah kecurangan (fraud) dan kesalahan alokasi sumber daya perusahaan serta dalam meningkatkan akurasi pelaporan keuangan. Dampak positif ini akan menurunkan compliance cost yang direpresentasikan dengan biaya audit (Jia, 2013). Sistem pengendalian internal yang diterapkan di perusahaan juga dapat memitigasi risiko salah saji material yang dilakukan manajemen (Ashbaugh-­‐Skaife, et al., 2008). Selain itu, pengendalian internal dapat memastikan keandalan laporan keuangan (Ashbaugh-­‐Skaife, et al., 2008) (Chan, et al., 2008), yang memudahkan pemilik untuk mendapatkan informasi yang relevan tentang perilaku pengelola dan kinerja perusahaan, sehingga hal ini dapat meminimalisir tindakan ekspropriasi pemegang saham minoritas yang dilakukan oleh pemegang saham pengendali (Fama & Jensen, 1983). Apabila tindakan ekspropriasi yang dilakukan oleh pemegang saham pengendali dapat diminimalisir oleh sistem pengendalian internal perusahaan, maka control risk yang dihadapi oleh auditor dalam mengaudit perusahaan juga akan turun (Ashbaugh-­‐Skaife, et al., 2008). Selanjutnya, penurunan risiko

Pengaruh Kepemilikan ..., Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, FEB UI, 2016

Page 4: PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN EFEKTIVITAS …

Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, Vera Diyanty, Pengaruh Kepemilikan...

 

4  

akan menjadi pertimbangan auditor untuk mengurangi usaha audit yang harus dilakukan dan menurunkan biaya audit yang ditagihkan kepada klien (Rianauli, 2015).

Penelitian mengenai pengaruh efek alignment dan efek entrenchment kepemilikan keluarga terhadap biaya audit telah dilakukan sebelumnya oleh Wangfeng dan Lihong (2015). Penelitian Wangfeng dan Lihong (2015) menggunakan selisih antara control right dan cash flow right dalam mengukur efek entrenchment, sedangkan penelitian ini menggunakan perbandingan antara control right dan cash flow right. Penelitian ini juga menambahkan pengaruh efektivitas pengendalian internal terhadap biaya audit sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Hogan dan Wilkins (2008). Variabel ini ditambahkan karena penelitian ini ingin melihat perubahan pada biaya audit yang diakibatkan tidak hanya oleh inherent risk (kepemilikan keluarga), namun juga oleh control risk (pengendalian internal) perusahaan. Penelitian oleh Hogan dan Wilkins (2008) menggunakan kelemahan pengendalian internal yang diungkapkan oleh perusahaan dalam mengukur control risk yang dihadapi oleh auditor. Sebaliknya, penelitian ini menggunakan variabel efektivitas pengendalian internal dan mengukurnya dengan checklist yang dibuat berdasarkan komponen efektivitas pengendalian internal yang terdapat di dalam Internal Control over Financial Reporting (ICoFR) oleh COSO (Committe of Sponsoring Organizations of The Treadway Commission) pada tahun 2013. Checklist ini juga telah disesuaikan dengan regulasi dan pedoman tata kelola perusahaan yang berlaku di Indonesia.

TINJAUAN LITERATUR

Teori dan Masalah Keagenan Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa suatu hubungan keagenan dapat

terjadi karena adanya suatu perjanjian dimana salah satu pihak (pemilik) menggunakan pihak lain (agen atau manajemen) untuk melakukan sesuatu demi kepentingan pemilik, kemudian pemilik mendelegasikan beberapa pengambilan keputusan kepada agen (Jensen & Meckling, 1976). Menurut Pratt (1985), jika informasi mengalir secara sempurna tanpa ada biaya yang dikeluarkan, maka pemilik akan mengetahui informasi apa saja yang diketahui oleh manajemen, sehingga manajemen akan mengelola perusahaan seolah-seolah perusahaan tersebut adalah miliknya (Pratt, 1985). Namun, dalam situasi yang sebenarnya informasi akan sulit diketahui secara penuh oleh pemilik, sehingga terdapat perbedaan informasi yang dimiliki oleh pemilik dan manajemen yang disebut dengan informasi asimetri (Pratt, 1985). Disamping itu, teori keagenan juga mengasumsikan bahwa individu sepenuhnya rasional dan memiliki preferensi yang jelas dan selalu ingin memenuhi keinginannya sendiri yang berbentuk kekayaan (insentif keuangan dan non keuangan) serta waktu luang (Bonner & Sprinkle, 2002). Dengan kata lain, baik pemilik maupun manajemen, keduanya merupakan pihak yang ingin memaksimalkan kepentingannya, sehingga tidak ada alasan bagi pemilik untuk meyakini bahwa manajemen akan selalu bertindak sesuai dengan kepentingannya. Perbedaan kepentingan dan asimetri informasi antara pemilik dan manajemen menimbulkan masalah keagenan yang terjadi diantara pemilik dan manajemen (Godfrey, et al., 2010). Masalah keagenan diantara kedua pihak tersebut dapat berupa masalah risk aversion (manajemen lebih bersifat risk averse dibanding pemilik), dividend-retention (keinginan yang kurang dari manajemen untuk memberikan dividen kepada pemilik dan cenderung menggunakannya untuk membayar gaji dan benefit manajemen), dan horizon (manajemen memiliki pemikiran yang lebih jangka pendek dibandingkan pemilik) (Godfrey, et al., 2010).

Menurut Villalonga dan Amit (2006), masalah keagenan yang terjadi antara manajemen dan pemilik dapat diatasi dengan adanya pemegang saham yang memiliki saham dalam jumlah yang besar yang bertindak sebagai pemegang saham pengendali. Namun, Shleifer dan Vishny (1997) menyatakan bahwa adanya pemegang saham pengendali dapat menyebabkan konflik keagenan lain yang terjadi antara pemegang saham pengendali dan

Pengaruh Kepemilikan ..., Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, FEB UI, 2016

Page 5: PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN EFEKTIVITAS …

Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, Vera Diyanty, Pengaruh Kepemilikan...

 

5  

pemegang saham non pengendali. Dengan menggunakan mekanisme kepemilikan piramida, pemegang saham pengendali dapat menggunakan kendali yang ia miliki atas kebijakan suatu perusahaan tanpa menanggung dampak dari kendali tersebut (La porta, et al., 1999; Claessens, et al., 2002; Apriliani, 2015; Diyanty, 2012). Claessens et al. (2002) menjelaskan konsep pengendalian dengan mengklasifikasikan hak yang dimiliki oleh pemegang saham ke dalam dua jenis hak yaitu hak arus kas (cash flow right) dan hak kendali (control right). Apabila di dalam kepemilikan suatu perusahaan, control right yang dimiliki oleh suatu pihak lebih besar dari cash flow right-nya, maka hal ini dapat memberikan insentif bagi pemegang saham pengendali untuk melakukan tindakan yang hanya menguntungkan diri mereka sendiri, tetapi merugikan pemegang saham non pengendali, seperti mengambil hak pemegang saham non pengendali (expropriation) (Shleifer & Vishny, 1997).

Struktur Kepemilikan Menurut Bolton dan Thadden (1998), struktur kepemilikan perusahaan di tiap negara

dapat berbeda satu dengan yang lainnya, misalnya di Amerika Serikat dan Inggris, struktur kepemilikan perusahaannya cenderung tersebar (widely dispersed), sedangkan di Jerman, Prancis, dan Jepang struktur kepemilikannya cenderung terkonsentrasi (more concentrated). Menurut La Porta, et al. (2000) dalam Apriliani (2015), perbedaan struktur kepemilikan di tiap negara dipengaruhi oleh sistem hukum yang diterapkan pada masing-masing negara tersebut. Pada negara yang menerapkan sistem common law, hakim membuat keputusan hukum tidak hanya berdasarkan pada hal-hal yang telah dijelaskan atau dilarang dalam undang-undang, namun dapat berdasarkan analisis atas kasus sebelumnya serta keadilan yang bersifat umum (La porta, et al., 2000; Apriliani, 2015), sehingga hal ini akan mempengaruhi praktik bisnis di negara tersebut karena dapat memberikan perlindungan hukum yang kuat bagi investor. Fenomena sebaliknya terjadi di negara civil law, dimana hukum di negara tersebut dibuat oleh badan legislatif secara sepihak dan hakim tidak diberikan peran untuk melakukan pemutusan perkara selain berdasarkan pada hal-hal yang telah dijelaskan dalam undang-undang (La porta, et al., 2000; Apriliani, 2015). Hal ini membuat perlindungan hukum terhadap investor menjadi lemah, sehingga investor enggan berinvestasi pada perusahaan. Kemudian, hal ini mendorong munculnya struktur kepemilikan terkonsentrasi yang membagi pemegang saham ke dalam dua kelompok, yaitu pemegang saham mayoritas yang bertindak sebagai pengendali dan pemegang saham minoritas (La porta, et al., 2000).

Pada struktur kepemilikan terkonsentrasi, pemegang saham pengendali akhir dapat menggunakan mekanisme kepemilikan piramida untuk mendapatkan kontrol atas kebijakan perusahaan, sehingga pemegang saham pengendali akhir dapat menggunakan kendali yang ia miliki atas kebijakan suatu perusahaan tanpa menanggung dampak dari kendali tersebut (La porta, et al., 1999; Claessens, et al., 2002; Apriliani, 2015). Claessens, et al. (2002) menjelaskan konsep pengendalian dengan mengklasifikasikan hak yang dimiliki oleh pemegang saham ke dalam dua jenis hak yaitu cash flow right (klaim berupa uang yang diperoleh pemegang saham atas kepemilikannya pada suatu perusahaan, misalnya arus dividen) dan control right (hak suara pemegang saham untuk dapat ikut serta dalam penentuan kebijakan penting perusahaan, misalnya hak untuk berpartisipasi dalam Rapat Umum Pemegang Saham). Apabila di dalam kepemilikan suatu perusahaan, control right yang dimiliki oleh suatu pihak lebih besar dari cash flow right-nya, maka hal ini dapat memberikan insentif bagi pemegang saham pengendali untuk melakukan tindakan yang hanya menguntungkan diri mereka sendiri, tetapi merugikan pemegang saham non pengendali, seperti mengambil hak pemegang saham non pengendali (expropriation) (Shleifer & Vishny, 1997). Menurut Claessens, et al. (2002), dampak negatif dari entrenchment ini akan semakin buruk apabila pemegang saham pengendali melakukan pengendalian melalui mekanisme kepemilikan silang (cross-holdings) atau mekanisme kepemilikan piramida karena kedua mekanisme ini menyebabkan pemegang saham pengendali memiliki control right yang

Pengaruh Kepemilikan ..., Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, FEB UI, 2016

Page 6: PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN EFEKTIVITAS …

Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, Vera Diyanty, Pengaruh Kepemilikan...

 

6  

melebihi cash flow right. Kelebihan atas control right ini menyebabkan pemegang saham pengendali dapat mengarahkan kebijakan perusahaan sesuai dengan kepentingan pribadi tanpa harus bertanggungjawab atas kerugian yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut (Claessens, et al., 2002). Claessens, et al. (2002) juga menambahkan bahwa control right yang melebihi cash flow right berhubungan positif dengan tingkat ekspropriasi terhadap pemegang saham non pengendali. Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari entrenchment ini adalah dengan melakukan alignment atau menambah kepemilikan saham pemegang saham pengendali akhir (Fan & Wong, 2002). Kepemilikan saham pemegang saham pengendali akhir akan meningkatkan hak arus kas pemegang saham pengendali akhir yang pada akhirnya akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan pemegang saham pengendali akhir dalam memindahkan kekayaan perusahaan sesuai kepentingannya secara pribadi. Pemegang saham pengendali akan terdisinsentif dalam melakukan ekspropriasi karena mereka harus mempertimbangkan kredibilitas perusahaan dengan tujuan agar perusahaan tidak mengalami kerugian (Fan & Wong, 2002). Pertimbangan ini akan menyebabkan pemegang saham pengendali mendorong keputusan atau kebijakan perusahaan dengan memperhatikan kepentingan pemegang saham non pengendali (Fan & Wong, 2002).

Efektivitas Pengendalian Internal Menurut Arens, et al. (2012), sistem pengendalian internal adalah kebijakan-kebijakan

dan prosedur yang dirancang untuk memberikan tingkat keyakinan yang memadai bagi manajemen agar perusahaan dapat mencapai tujuan dan targetnya. Kebijakan-kebijakan dan prosedur tersebut dikenal dengan sebutan pengendalian (controls) yang secara kolektif pada akhirnya membentuk sistem pengendalian internal entitas (Arens, et al., 2012). Salah satu bagian dari pengendalian internal yaitu pengendalian internal atas pelaporan keuangan merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh direksi dan dewan komisaris perusahaan, manajemen dan personel lainnya, yang didesain untuk menyediakan tingkat keyakinan yang memadai atas keandalan laporan keuangan yang dipublikasikan (COSO, 2013). Pengendalian internal merupakan proses terintegrasi yang terdiri dari 5 komponen yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan (COSO, 2013). Lingkungan pengendalian merupakan sebuah pondasi dari keempat komponen pengendalian internal yang lain, yang menyediakan sebuah struktur dan aturan (COSO, 2013). Lingkungan pengendalian terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur yang menggambarkan keseluruhan sikap top manajemen, direktur, dan pemilik entitas mengenai pengendalian internal dan pentingnya hal tersebut bagi perusahaan (Arens, et al., 2012). Penilaian risiko atas pelaporan keuangan merupakan identifikasi manajemen dan analisis risiko yang relevan dalam menyiapkan laporan keuangan agar sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku (Arens, et al., 2012). Aktivitas pengendalian didesain untuk memitigasi risiko terkait pelaporan keuangan yang juga merupakan komponen penting dalam Internal Control over Financial Reporting (ICOFR). Informasi dan komunikasi sangat penting bagi setiap entitas untuk melaksanakan tanggung jawab pengendalian internal guna mendukung pencapaian tujuan-tujuannya. Sistem informasi dan komunikasi di dalam sebuah entitas ditujukan untuk menginisiasi, mencatat, memproses, dan melaporkan transaksi entitas dan untuk memelihara akuntabilitas aset yang terkait (Arens, et al., 2012). Terakhir, untuk memastikan apakah masing-masing dari kelima komponen pengendalian internal telah ada dan berfungsi, maka dilakukan aktivitas pemantauan yang merupakan kegiatan evaluasi yang sedang berjalan, maupun evaluasi yang terpisah, maupun kombinasi keduanya (COSO, 2013).

Hubungan Perusahaan yang Dikendalikan Keluarga, Efektivitas Pengendalian Internal, dan Biaya Audit

Khan, et al. (2011) menyatakan bahwa dari sudut pandang penawaran, auditor seharusnya mempertimbangkan dampak potensial dari struktur kepemilikan pada proses

Pengaruh Kepemilikan ..., Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, FEB UI, 2016

Page 7: PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN EFEKTIVITAS …

Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, Vera Diyanty, Pengaruh Kepemilikan...

 

7  

pelaporan keuangan secara keseluruhan dan menilai dampak tersebut sesuai dengan risiko audit mereka. Risiko audit (audit risk) adalah risiko memberikan opini yang tidak tepat (expressing an inappropriate audit opinion) atas laporan keuangan yang disalah-sajikan secara material (Tuanakotta, 2013). Auditor mempertimbangkan risiko dalam prosedur perencanaan untuk memperoleh bukti audit dengan menggunakan model risiko audit (Arens, et al., 2012). Arens, et al. (2012) menyatakan bahwa terdapat tiga risiko terkait risiko audit, yaitu risiko inheren (inherent risk), risiko pengendalian (control risk), dan risiko deteksi (detection risk).

Menurut Tuanakotta (2013), inherent risk (risiko bawaan) adalah kerentanan suatu asersi (mengenai jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan) terhadap salah saji yang mungkin material, sendiri atau tergabung, tanpa memperhitungkan pengendalian terkait. Risiko ini meliputi peristiwa atau kondisi (internal atau eksternal) yang dapat menghasilkan salah saji (error/fraud) dalam laporan keuangan. Inherent risk (sering dikategorikan sebagai risiko bisnis/ business risk atau risiko kecurangan/ fraud risk) dapat timbul karena tujuan entitas, sifat operasi atau industri, lingkungan peraturan dimana entitas beroperasi, serta ukuran dan kompleksitas entitas (Tuanakotta, 2013). Sedangkan, control risk (risiko pengendalian) adalah risiko bahwa pengendalian internal entitas tidak dapat mencegah dan mendeteksi suatu salah saji dalam suatu asersi (mengenai jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan) dan bisa bersifat material, secara individu atau ketika digabung dengan salah saji lainnya (Tuanakotta, 2013). Selanjutnya, detection risk (risiko deteksi) menurut Tuanakotta (2013) adalah risiko bahwa prosedur yang dilaksanakan auditor untuk menekan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima, tidak bisa mendeteksi salah saji yang material, secara individu atau ketika tergabung dengan salah saji lainnya.

Niemi (2005) menyatakan bahwa struktur kepemilikan perusahaan berkaitan dengan perilaku perusahaan tersebut di dalam industrinya, sehingga struktur kepemilikan suatu klien terkait dengan inherent risk yang akan dihadapi oleh auditor. Sedangkan menurut Hogan dan Wilkins (2008), kelemahan pengendalian internal perusahaan terkait dengan control risk perusahaan. Dalam rangka menjaga risiko audit pada tingkat yang dapat diterima (acceptable low level audit risk) dalam menghadapi inherent risk dan/atau control risk yang tinggi, auditor harus menurunkan detection risk (Hogan & Wilkins, 2008). Detection risk dapat diturunkan melalui peningkatan usaha audit (audit effort) yang dilakukan melalui substantive testing (Hogan & Wilkins, 2008).

Penelitian O’Keefe et. al. (1994) menggunakan data dari suatu kantor akuntan publik dan menyatakan bahwa waktu yang diperlukan untuk melakukan audit (audit hours) dan campuran input tenaga kerja sangat sensitif terhadap perubahan ukuran klien, kompleksitas, leverage, dan inherent risk. Secara umum, model audit pricing sebelumnya oleh Simunic (1980) menyatakan bahwa dalam pasar audit yang kompetitif, biaya audit (audit fee) adalah fungsi dari usaha audit (audit effort) dan risiko auditor atas bisnis klien yang spesifik (risk premium). Dalam konteks ini, Simunic (1980) menyatakan bahwa biaya audit sensitif terhadap kondisi yang dapat meningkatkan risiko auditor; kondisi ini termasuk ukuran klien, kompleksitas, komposisi aset, industri, risiko bisnis, tekanan finansial, struktur kepemilikan dan risiko litigasi. Simunic mengembangkan sebuah model biaya audit dengan menggunakan fungsi yang terdiri dari komponen biaya usaha dan komponen biaya legal yang diekspektasi atau premi risiko yang ditetapkan oleh auditor (Simunic, 1980) (Choi, et al., 2010). Komponen biaya legal didapatkan dari risiko dalam mengeluarkan biaya legal dan jumlah biaya legal yang mungkin timbul dari audit atas klien tersebut. Kerugian atas hutang yang diekspektasi secara umum akan turun dengan meningkatnya usaha audit (Simunic, 1980). Kemudian, seorang auditor akan melakukan usaha yang lebih untuk menurunkan biaya legal (Pratt & Stice, 1994). Dengan demikian, audit fee adalah fungsi komponen biaya yang merepresentasikan usaha audit dan audit risk (Pummerer, et al., 2011).

Pengaruh Kepemilikan ..., Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, FEB UI, 2016

Page 8: PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN EFEKTIVITAS …

Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, Vera Diyanty, Pengaruh Kepemilikan...

 

8  

Pengembangan Hipotesis Pengaruh Efek Alignment Kepemilikan Keluarga Terhadap Biaya Audit

Teori keagenan mengasumsikan bahwa individu sepenuhnya rasional dan memiliki preferensi yang jelas dan selalu ingin memenuhi keinginannya sendiri yang berbentuk kekayaan (insentif keuangan dan non keuangan) serta waktu luang (Bonner & Sprinkle, 2002). Oleh karena itu, perbedaan kepentingan diantara pemilik dan manajemen menyebabkan pemilik tidak dapat mempercayai keputusan yang diambil oleh manajemen secara penuh. Disamping itu, Pratt (1985) juga menambahkan bahwa di dalam situasi yang sebenarnya, informasi akan sulit diketahui secara penuh oleh pemilik, sehingga terdapat perbedaan informasi yang dimiliki oleh pemilik dan manajemen (informasi asimetri). Dengan adanya informasi asimetri serta asumsi bahwa pemilik maupun manajemen merupakan pihak yang ingin memaksimalkan kepentingannya, maka tidak ada alasan bagi pemilik untuk meyakini bahwa manajemen akan selalu bertindak sesuai dengan kepentingannya.

Perbedaan kepentingan diantara pemilik dan manajemen dapat menyebabkan masalah keagenan diantara kedua pihak (Godfrey, et al., 2010). Menurut Morck dan Yeung (2003), masalah keagenan yang terjadi antara manajemen dan pemilik dapat diatasi dengan semakin besarnya kepemilikan manajemen di dalam perusahaan. Hal ini karena manajemen yang memiliki ekuitas dalam jumlah yang besar dalam perusahaan akan cenderung tidak melakukan sesuatu yang membuat harga saham mereka turun (Morck & Yeung, Summer 2003). Selain itu, menurut Diyanty (2012), kenaikan hak arus kas (cash flow right) ditangan seorang pemegang saham pengendali akan menyebabkan insentif keuangan meningkat dan pada akhirnya akan menyelaraskan kepentingannya dengan perusahaan atau pemegang saham non pengendali (efek alignment). Dengan adanya pengawasan oleh keluarga, menurut Chen dan Zhu (2010), kepemilikan keluarga dapat memonitor performa perusahaan (Chen & Zhu, 2010). Selain itu, kepemilikan oleh keluarga juga menghasilkan pengawasan yang lebih ketat dan efektif atas aktivitas yang dilakukan manajemen dan proses pelaporan keuangan (Khan, et al., 2011). Dengan adanya selarasnya kepentingan pemegang saham pengendali dan adanya pengawasan tersebut, maka risiko inheren yang melekat pada perusahaan tersebut menjadi lebih rendah, sehingga hal ini akan menjadi pertimbangan auditor untuk tidak meningkatkan usaha yang dilakukan untuk mengaudit perusahaan tersebut dan akan menyebabkan biaya (fee) yang ditagihkan kepada perusahaan tersebut juga rendah (Khan, et al., 2011). Hasil penelitian (Zengquan, et al., 2014) dan (Chen & Zhu, 2010) juga menyatakan bahwa pengawasan atas performa perusahaan dan penurunan kemungkinan tindakan fraud dapat diatasi oleh kepemilikan saham yang terkonsentrasi. Hal ini dapat menurunkan risiko inheren yang ada di dalam perusahaan, menurunkan risiko audit dan menurunkan biaya audit yang ditagihkan dari auditor kepada klien.

Sementara itu, pemegang saham pengendali yang memiliki ekuitas dalam jumlah yang besar juga dapat menganggap proses audit sebagai suatu mekanisme yang penting dimana mereka dapat mengawasi perilaku manajemen (O'Sullivan, 2000). Sebagai konsekuensinya, mereka akan menginginkan audit yang berkualitas tinggi oleh auditor (O'Sullivan, 2000). Menurut Hay et al. (2006) biaya audit yang lebih tinggi akan dibayarkan oleh klien ketika auditor memiliki kualitas yang superior dibandingkan perusahaan audit yang lain (Anon., t.thn.; Hay, et al., 2004). Selain itu, dengan memilih auditor eksternal yang berkualitas tinggi, perusahaan akan mampu menarik investor dan mendapatkan kepercayaan dari investor (Fan & Wong, 2005). Hasil penelitian oleh Anafiah (2014) dan Hay, Knechel, dan Ling (2008) menyatakan bahwa efek alignment kepemilikan keluarga berhubungan positif dengan kualitas audit. Hasil penelitian oleh Wangfeng dan Lihong (2015) juga menyatakan bahwa efek alignment kepemilikan keluarga berhubungan positif dengan biaya audit. H1 : Efek alignment kepemilikan keluarga berpengaruh terhadap biaya audit

Pengaruh Efek Entrenchment Kepemilikan Keluarga Terhadap Biaya Audit

Pengaruh Kepemilikan ..., Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, FEB UI, 2016

Page 9: PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN EFEKTIVITAS …

Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, Vera Diyanty, Pengaruh Kepemilikan...

 

9  

Kepemilikan keluarga mempengaruhi biaya audit tidak hanya melalui efek alignment, namun kepemilikan keluarga juga dapat mempengaruhi biaya audit melalui efek entrenchment. Entrenchment dapat menghasilkan dampak negatif (negative entrenchment effect) dengan menimbulkan masalah keagenan berupa pemegang saham pengendali yang mengarahkan kebijakan atau keputusan perusahaan untuk kepentingan pribadi (Fan & Wong, 2002). Menurut Claessens, et al. (2002), dampak negatif dari entrenchment ini akan semakin buruk apabila pemegang saham pengendali melakukan pengendalian melalui mekanisme kepemilikan silang (cross-holdings) atau mekanisme kepemilikan piramida. Hal tersebut karena kedua mekanisme tersebut menyebabkan pemegang saham pengendali dapat memiliki hak pengendalian yang melebihi hak atas arus kasnya. Kelebihan atas hak pengendalian ini menyebabkan pemegang saham pengendali dapat mengarahkan kebijakan perusahaan sesuai dengan kepentingan pribadi tanpa harus bertanggungjawab atas kerugian yang ditimbulkan akibat kebijakan tersebut (Claessens, et al., 2002). Claessens, et al. (2002) juga menambahkan bahwa peningkatan selisih hak pengendalian dan hak arus kas berhubungan positif dengan tingkat ekspropriasi terhadap pemegang saham non pengendali.

Semakin tingginya kemungkinan ekspropriasi yang dilakukan oleh pemegang saham pengendali dapat menyebabkan risiko inheren yang dihadapi oleh perusahaan menjadi semakin tinggi (Ashbaugh-­‐Skaife, et al., 2008). Risiko ini meliputi peristiwa atau kondisi (internal atau eksternal) yang dapat menghasilkan salah saji (error/fraud) dalam laporan keuangan. Inherent risk (sering dikategorikan sebagai business risk atau fraud risk) dapat timbul karena tujuan entitas, sifat operasi atau industri, lingkungan peraturan dimana entitas beroperasi, serta ukuran dan kompleksitas entitas (Tuanakotta, 2013). Dalam rangka memelihara keseluruhan risiko audit pada tingkat yang dapat diterima dalam menghadapi inherent risk dan/atau control risk yang tinggi, auditor harus menurunkan detection risk (Hogan & Wilkins, 2008). Detection risk dapat diturunkan melalui peningkatan usaha audit (audit effort) yang dilakukan melalui substantive testing (Hogan & Wilkins, 2008). Semakin tinggi audit effort, maka total biaya audit yang ditagihkan oleh auditor akan semakin meningkat (Simunic, 1980). Hasil penelitian oleh Wangfeng dan Lihong (2015) dan Chen dan Zhu (2007) juga menyatakan bahwa selisih antara control right dan cash flow right berhubungan positif biaya audit.

Sementara itu, Niemi (2005) menyatakan bahwa asimetri informasi diantara pemegang saham dan manajer di dalam perusahaan keluarga seharusnya lebih rendah dibandingkan perusahaan lainnya, sehingga hal ini akan menurunkan permintaan atas jasa assurance yang berkualitas tinggi. Selain itu, penjelasan oleh Anafiah (2014) juga dapat menjelaskan hasil penelitian ini. Menurut Anafiah (2014), terkait permintaan jasa audit, auditor eksternal pada akhirnya tetap akan dipilih oleh pemegang saham pada saat dilaksanakannya RUPS, sedangkan peran dewan komisaris dan komite audit hanya sebatas mengusulkan auditor eksternal yang akan mengaudit perusahaan. Pemegang saham pengendali dapat memilih auditor berkualitas rendah agar dapat menutupi tindakan ekspropriasi yang mereka lakukan. Dengan memilih auditor yang berkualitas rendah, maka biaya audit yang dibebankan oleh perusahaan tersebut juga semakin rendah. Hasil penelitian oleh Choi et al (2007) juga menyatakan bahwa selisih antara control right dan cash flow right berhubungan negatif biaya audit. H2 : efek entrenchment kepemilikan keluarga berpengaruh terhadap biaya audit.

Pengaruh Efektivitas Pengendalian Internal Terhadap Biaya Audit Jia (2013) menyatakan bahwa selain kepemilikan keluarga, terdapat faktor lain yang

juga mempengaruhi besarnya biaya audit, yaitu sistem pengendalian internal. Jia (2013) juga menambahkan bahwa sistem pengendalian internal perusahaan memberikan dampak positif yang siginifikan kepada perusahaan dalam jangka panjang. Sistem pengendalian internal membantu mencegah kecurangan (fraud) dan kesalahan alokasi sumber daya perusahaan serta

Pengaruh Kepemilikan ..., Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, FEB UI, 2016

Page 10: PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN EFEKTIVITAS …

Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, Vera Diyanty, Pengaruh Kepemilikan...

 

10  

meningkatkan akurasi pelaporan keuangan (Jia, 2013). Sistem pengendalian internal yang diterapkan di perusahaan juga dapat memitigasi risiko salah saji material yang dilakukan manajemen (Ashbaugh-­‐Skaife, et al., 2008).

Seperti yang disampaikan di dalam stewardship theory, perilaku pengelola bergantung pada faktor-faktor situasional atau psikologis khusus pada sebuah perusahaan (Davis, et al., 1997). Dengan adanya tekanan dan pembatasan dari pengendalian internal, perilaku irrasional dan oportunistik oleh manajemen dapat dicegah dan dideteksi. Selain itu, pengendalian internal dapat memastikan keandalan laporan keuangan (Ashbaugh-­‐Skaife, et al., 2008) (Chan, et al., 2008), yang memudahkan pemilik untuk mendapatkan informasi yang relevan tentang perilaku pengelola dan kinerja perusahaan. Dengan demikian, maka pengendalian internal dapat meminimalisir tindakan seperti kecurangan (fraud) atau pengambilalihan hak (expropriation) pemegang saham minoritas yang dilakukan oleh pemegang saham pengendali (Fama & Jensen, 1983). Hal ini kemudian dapat menurunkan risiko audit yang dihadapi oleh auditor independen dalam mengaudit perusahaan (Hogan & Wilkins, 2008). Selanjutnya, penurunan risiko audit akan menjadi pertimbangan auditor untuk tidak melakukan pengujian tambahan dan menurunkan biaya audit yang ditagihkan kepada klien (Rianauli, 2015).

Hasil penelitian oleh Hogan dan Wilkins (2008) menemukan bahwa semakin lemahnya pengendalian internal perusahaan, maka control risk perusahaan akan semakin tinggi, dan biaya audit perusahaan juga akan semakin tinggi. Hasil penelitian oleh Hay, et al. (2004) juga menemukan bahwa dengan lingkungan pengendalian yang semakin baik, maka biaya audit yang dikeluarkan oleh perusahaan juga akan semakin rendah. Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah: H3 : efektivitas pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap biaya audit.

METODE PENELITIAN

Metode Pemilihan Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu laporan

keuangan dan laporan tahunan di luar sektor keuangan dalam kurun waktu tahun 2012 hingga 2013. Data laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan diperoleh dari situs resmi perusahaan masing-masing, situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), serta Reuters 3000 Xtra. Dalam menganalisis adanya hubungan keluarga antara satu pemegang saham dengan pemegang saham yang lain serta untuk mengetahui pengendali ultimate di dalam suatu perusahaan, penelitian ini menggunakan data yang dimiliki oleh Diyanty (2012). Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Metode ini merupakan metode pemilihan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu dengan tujuan agar sampel yang diambil dapat menyediakan data-data yang Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan sampel yang ada yaitu: 1. Perusahaan publik yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012. 2. Perusahaan yang tidak tergolong ke dalam industri keuangan. 3. Perusahaan yang memiliki ekuitas positif. 4. Perusahaan yang bukan merupakan Badan Usaha Milik Negara. 5. Perusahaan yang bukan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). 6. Perusahaan yang mempunyai data laporan tahunan dan laporan keuangan lengkap

terutama untuk struktur kepemilikan, sistem pengendalian internal, dan biaya audit.

Model Penelitian Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah adaptasi dari model penelitian

sebelumnya (Wangfeng & Lihong, 2015) yang telah dimodifikasi dengan penambahan variabel efektivitas pengendalian internal sebagai variabel independen. Berdasarkan hipotesis yang dikembangkan, model regresi linier digunakan untuk menganalisis hubungan efek

Pengaruh Kepemilikan ..., Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, FEB UI, 2016

Page 11: PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN EFEKTIVITAS …

Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, Vera Diyanty, Pengaruh Kepemilikan...

 

11  

alignment dan efek entrenchment kepemilikan keluarga serta pengaruh efektivitas pengendalian internal terhadap biaya audit. LNAF= β0 + β1 FamCFR + β2FamCFL + β3ICSkor + β4LNSIZE + β5BIG4 + β6INVREC + β7ROA + ε Keterangan : LNAF = Logaritma natural dari total biaya audit. FamCFR = Jumlah persentase hak arus kas (cash flow right) kepemilikan keluarga atas perusahaan. FamCFL = perbandingan hak pengendalian (control right) dan hak arus kas (cash flow right) kepemilikan keluarga atas perusahaan. ICSkor = dummy efektivitas pengendalian internal perusahaan. LNSIZE = Ukuran perusahaan yang diukur dari nilai logaritma natural dari total asset. BIG4 = Ukuran kantor akuntan publik, variabel dummy yang diberikan nilai 1 apabila perusahaan diaudit oleh KAP Big Four dan nilai 0 apabila perusahaan diaudit oleh KAP Non Big Four. INVREC = Jumlah persediaan dan piutang yang dibagi dengan total aset. ROA = Return on asset, yakni rasio pendapatan bersih perusahaan terhadap total asset. Operasionalisasi Variabel

Dalam penelitian ini, variabel biaya audit akan diukur dengan menggunakan logaritma natural dari biaya audit. Logaritma natural digunakan untuk memperkecil perbedaan angka yang terlalu jauh dari data yang telah didapatkan sebagai sampel penelitian. Selain itu penelitian sebelumnya mengenai audit fee oleh Jia (2013), Rianauli (2015), dan Ali dan Lesage (2013) juga menggunakan logaritma natural untuk mengukur variabel biaya audit (audit fee).

Salah satu variabel independen dalam penelitian ini adalah hak arus kas (cash flow right) dan perbandingan hak pengendalian (control right) dan hak arus kas (cash flow right). Cara yang digunakan untuk mengukur hak arus kas (cash flow right) dan perbandingan hak pengendalian (control right) dan hak arus kas (cash flow right) dalam penelitian ini adalah dengan menghitung persentase kepemilikan hingga pengendali akhir, lalu mengaitkan hubungan kekerabatan satu pengendali akhir dengan pengendali akhir lainnya. Pengukuran ini mengikuti pengukuran yang digunakan dalam penelitian oleh Diyanty (2012). Pengukuran ini diharapkan akan memberikan proksi yang lebih sesuai mengenai kepemilikan keluarga karena tidak hanya menghitung kepemilikan langsung saja, tetapi juga kepemilikan tidak langsung. Penelitian ini menggunakan informasi kepemilikan perusahaan dari laporan tahunan untuk mengidentifikasi kepemilikan langsung (first layer). Selanjutnya, untuk mengidentifikasi kepemilikan tidak langsung (second layer, third layer, dan seterusnya), penelitian ini menggunakan data kepemilikan perusahaan yang dimiliki oleh Kementrian Hukum dan HAM. Dalam menganalisis adanya hubungan keluarga antara satu pemegang saham dengan pemegang saham yang lain, penelitian ini menggunakan data yang dimiliki oleh Diyanty (2012).

Dalam mengukur efektivitas pengendalian internal, penulis menggunakan prinsip-prinsip pengendalian internal sesuai Internal Control-Integrated Framework yang dibuat oleh Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commisssion (COSO) pada tahun 2013. Sebelum menerbitkan Internal Control-Integrated Framework pada tahun 2013, pada September 2012 COSO menerbitkan A Compendium of Approach and Examples yang berisi contoh implementasi prinsip-prinsip Internal Control-Integrated Framework 2013. Penulis lalu mengambil beberapa contoh implementasi prinsip Internal Control-Integrated Framework 2013 untuk membuat checklist efektivitas pengendalian internal yang membagi efektivitas pengendalian internal ke dalam lima komponen pengendalian internal, yaitu komponen lingkungan pengendalian internal, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan. Kemudian, prinsip-prinsip di dalam komponen ini dimasukkan ke dalam 3 kategori nilai, yaitu Good, Fair, dan Poor. Untuk menetapkan kriteria Good, Fair, dan Poor di setiap poin , penulis menggunakan cara indexing yang sama dengan penelitian Botosan (1997). Kriteria Poor yang bernilai 1, akan diberikan kepada perusahaan yang tidak

Pengaruh Kepemilikan ..., Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, FEB UI, 2016

Page 12: PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN EFEKTIVITAS …

Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, Vera Diyanty, Pengaruh Kepemilikan...

 

12  

melakukan sistem pengendalian internal sesuai peraturan yang telah ditetapkan di Indonesia. Kriteria Fair yang bernilai 2, akan diberikan kepada perusahaan yang melakukan sistem pengendalian internal tepat atau sesuai peraturan yang telah ditetapkan di Indonesia. Kriteria Good yang bernilai 3, akan diberikan kepada perusahaan yang melakukan sistem pengendalian internal lebih baik dari peraturan atau pedoman yang ditetapkan di Indonesia. Apabila tidak ada peraturan yang mengatur dan hanya tersedia pedoman yang mengatur mengenai hal tersebut, maka kriteria Fair yang bernilai 2, akan diberikan kepada perusahaan yang tidak melakukan sistem pengendalian internal sesuai dengan pedoman yang ada. Kriteria Good yang bernilai 3, akan diberikan kepada perusahaan yang melakukan sistem pengendalian internal sesuai dengan pedoman yang ada. Hal ini karena pedoman merupakan acuan atau best practice yang dapat dilakukan oleh perusahaan dan tidak bersifat mandatory. Pemberian kriteria Good, Fair, Poor di setiap kategori ini sesuai dengan cara indexing yang digunakan oleh Botosan (1997). Hasil skor tiap perusahaan kemudian dijadikan variabel dummy untuk menghindari adanya multikol.

Dalam penelitian ini, terdapat empat variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan, ukuran KAP, kompleksitas perusahaan, dan profitabilitas perusahaan. Ukuran perusahaan dinilai dengan melihat total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Total asset tersebut kemudian diubah ke dalam bentuk logaritma natural untuk menghasilkan persebaran yang lebih terdistribusi normal. Penelitian ini mengukur variabel KAP dengan menggunakan variabel dummy, yaitu angka 1 untuk perusahaan yang menggunakan KAP Big Four dan angka 0 untuk perusahaan yang menggunakan KAP Non-Big Four. Dalam mengukur variabel kompleksitas klien, penelitian ini menggunakan rasio jumlah persediaan dan piutang terhadap total asset seperti yang digunakan juga oleh Niemi (2005) dan Ali dan Lesage (2014). Dalam penelitian ini, profitabilitas perusahaan diukur dengan return on asset (ROA). Nilai ROA diperoleh dari nilai laba bersih dibagi rata-rata total aset.

Hasil Penelitian Berdasarkan metode pengambilan sampel dan definisi yang dipaparkan dalam Bab III,

terdapat 94 perusahaan non keuangan dengan ekuitas positif yang mengungkapkan biaya audit pada laporan tahunannya untuk periode 2012 dan 2013. Penentuan apakah suatu perusahaan dikendalikan keluarga atau tidak dilakukan dengan cara menelusuri struktur kepemilikan perusahaan hingga pada pengendali akhir. Sebelum melakukan penelurusan struktur kepemilikan perusahaan, peneliti mengurangi populasi penelitian dengan perusahaan yang belum terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013, perusahaan keuangan, dan perusahaan yang memiliki ekuitas negatif. Berikut ringkasan sampel penelitian tiap tahun.

Tabel 1 Hasil Pemilihan Sampel

Keterangan 2012 2013 Total Obs

Perusahaan yang laporan tahunannya tersedia di website IDX dan perusahaan

436 489 925

Perusahaan non keuangan 358 399 757 Perusahaan non keuangan yang mengungkapkan biaya audit 103 152 255

Perusahaan non keuangan yang mengungkapkan biaya audit dan pengendali akhirnya dapat ditelusuri

73 102 175

Perusahaan non keuangan non BUMN yang mengungkapkan biaya audit dan pengendali akhirnya dapat ditelusuri

62 91 153

Total Sampel 62 91 153

Sumber : Olahan Penulis (2016)

Pengaruh Kepemilikan ..., Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, FEB UI, 2016

Page 13: PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN EFEKTIVITAS …

Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, Vera Diyanty, Pengaruh Kepemilikan...

 

13  

Dengan metode unbalanced panel jumlah sampel perusahaan yang mengungkapkan biaya audit pada tahun 2012 dan 2013 berbeda setiap tahunnya. Pada tabel di atas, hanya terdapat 103 perusahaan yang mengungkapkan biaya auditnya untuk periode yang berakhir 2012. Jumlah yang sedikit ini disebabkan karena peraturan mengenai pengungkapan biaya audit baru diterapkan pada tahun tersebut. Peraturan mengenai kewajiban pengungkapan biaya audit diterbitkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (sekarang Otoritas Jasa Keuangan) pada tahun 2012 dan baru berlaku efektif bagi periode pelaporan perusahaan yang berakhir 31 Desember 2012. Menurut Peraturan Bapepam-LK nomor X.K.6 Tahun 2012 mengenai Penyampaian Laporan Tahunan Emiten Atau Perusahaan Publik (pasal 1 ayat 2 huruf e poin 16), profil perusahaan (emiten) paling kurang memuat:

“nama dan alamat lembaga dan/atau profesi penunjang pasar modal. Terhadap profesi penunjang pasar modal yang memberikan jasa secara berkala kepada Emiten atau Perusahaan Publik, wajib diungkapkan informasi mengenai jasa yang diberikan, fee, dan periode penugasan yang telah dilakukan”

Pada tahun 2013, jumlah perusahaan yang mengungkapkan biaya audit semakin meningkat hingga mencapai 255 perusahaan. Hal ini disebabkan oleh kepatuhan perusahaan terhadap Peraturan Bapepam-LK nomor X.K.6 Tahun 2012 yang semakin meningkat.

Tabel 2 Statistik Deskriptif Sampel Penelitian Setelah Winsorization

Variabel Obs Rata-rata Std. Deviasi Minimum Median Maksimum AF 153 1350.50 1696.37 44.00 743.50 9792.00 FamCFR 153 22.52% 27.31% 0.001% 15.73% 89.44% FamCFL 153 1.28831 0.7203 1.0000 1.0000 3.44927 SIZE 153 6739.51 11215.32 53.41 2240.68 78092.00 ROA 153 0.06455 0.1008 -0.23553 0.0623 0.36699 INVREC 153 0.2883 0.2092 0.00350 0.2596 0.8442 Variabel Dummy Dummy = 1 Dummy = 0 BIG4 63 (41.18%) 90 (58.82%) ICSkor 73 (47.71%) 80 (52.29%)

Keterangan Tabel : AF = Total biaya audit dalam jutaan rupiah. FamCFR = Jumlah persentase hak arus kas (cash flow right) kepemilikan keluarga atas perusahaan. FamCFL = perbandingan hak pengendalian (control right) dan hak arus kas (cash flow right) kepemilikan keluarga atas perusahaan. ICSkor = dummy efektivitas pengendalian internal perusahaan. SIZE = Ukuran perusahaan yang diukur dari total asset dalam milyar rupiah. BIG4 = Ukuran kantor akuntan publik, variabel dummy yang diberikan nilai 1 apabila perusahaan diaudit oleh KAP Big Four dan nilai 0 apabila perusahaan diaudit oleh KAP Non Big Four. INVREC = Jumlah persediaan dan piutang yang dibagi dengan total aset. ROA = Return on asset, yakni rasio pendapatan bersih perusahaan terhadap total asset.

Sumber : Olahan Penulis (2016)

Apabila dilihat pada tabel 2, diketahui bahwa rata-rata audit fee (AF) yang dimiliki oleh perusahaan sampel adalah sebesar Rp 1.350.500.000,- dengan median Rp 743.500.000,-. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun rata-rata biaya audit perusahaan adalah Rp 1.350.500.000,-, namun persebaran biaya audit berada disekitar Rp 743.500.000,-. Oleh karena itu, agar lebih terdistribusi normal, variabel biaya audit yang digunakan dalam model penelitian ini diubah ke dalam bentuk logaritma natural.

Salah satu variabel independen dalam penelitian ini adalah variabel efek alignment kepemilikan keluarga yang diukur dari besarnya cash flow right (FamCFR) yang dimiliki oleh pengendali ultimate yang memiliki hubungan kekerabatan atau berasal dari satu keluarga.

Pengaruh Kepemilikan ..., Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, FEB UI, 2016

Page 14: PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN EFEKTIVITAS …

Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, Vera Diyanty, Pengaruh Kepemilikan...

 

14  

Dari 153 firm-year yang menjadi sampel penelitian, rata-rata cash flow right (CFR) kepemilikan keluarga di dalam sebuah perusahaan adalah 22,52%. Nilai ini sangat berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Cartney dan Child (2013) yang menyatakan bahwa rata-rata kepemilikan keluarga di Indonesia pada tahun 2013 melebihi 50%. Hal ini disebabkan oleh perusahaan-perusahaan yang mengungkapkan biaya audit mayoritas adalah perusahaan yang persentase kepemilikan keluarganya rendah.

Variabel independen kedua dalam penelitian ini adalah variabel efek entrenchment kepemilikan keluarga yang diukur dari besarnya perbandingan antara control right (CR) dan cash flow right (CFR) kepemilikan keluarga di dalam sebuah perusahaan. Dari 175 firm-year yang menjadi sampel penelitian, rata-rata perbandingan antara control right (CR) dan cash flow right (CFR) kepemilikan keluarga di dalam sebuah perusahaan adalah 1.28831. Hal ini menunjukkan bahwa control right yang dimiliki oleh keluarga rata-rata lebih besar 28.83% dibandingkan dengan cash flow rightnya.

Sementara itu, variabel independen ketiga dalam penelitian ini adalah efektivitas pengendalian internal. Dapat dilihat pada tabel 2, sebanyak 73 perusahaan atau sebesar 47.71% dari total 153 firm-year telah memiliki pengendalian internal yang cukup efektif. Hal ini menunjukkan bahwa hampir dari setengah perusahaan non keuangan telah memiliki pengendalian internal yang efektif.

Rata-rata ukuran perusahaan yang diukur dari total aset (SIZE) yang dimiliki oleh perusahaan sampel adalah Rp 6.739.517.523.564,- dengan median Rp 2.240.678.942.230,-. Hal ini berarti walaupun rata-rata total aset yang dimiliki oleh perusahaan sampel adalah 6 triliun rupiah, namun data total aset yang diambil lebih banyak berada di sekitar nilai 2 triliun rupiah. Hal ini menggambarkan ketimpangan nilai total aset perusahaan, sehingga perubahan nilai total aset perusahaan ke dalam bentuk logaritma natural dapat dilakukan agar persebaran data total aset lebih terdistribusi normal.

Dari 153 firm-year yang menjadi sampel penelitian, kurang dari setengah atau sebesar 41,18%nya diaudit oleh KAP Big Four. Hal ini berarti KAP Non Big Four masih mendominasi pasar audit di Indonesia. Hal ini karena perusahaan-perusahaan yang berukuran kecil (total aset di bawah mean) biasanya memilih KAP Non Big Four.

Variabel return on asset (ROA) yang digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,06455 dan median 0,0623. Hal ini menunjukkan bahwa dari 1 rupiah total aset yang dimiliki oleh perusahaan sampel, dapat memberikan laba bersih rata-rata sebesar 0,06455 rupiah.

Sementara itu, nilai rata-rata kompleksitas klien sebesar 0,2883 dengan median sebesar 0,2596. Hal ini menunjukkan bahwa dari 153 firm-year yang menjadi sampel dalam penelitian ini, sebanyak 40 perusahaan atau sebesar 25.96 % merupakan klien yang kompleks.

Tabel 3 Hasil Pengujian Hipotesis

Model Penelitian : LNAF= β0 + β1 FamCFR + β2FamCFL + β3ICSkor + β4LNSIZE + β5BIG4 + β6INVREC + β7 ROA + ε Variabel Prediksi Koef. Prob VIF Constant 5.546699 0.000 FamCFR +/- -0.2138693 0.001*** 1.76 FamCFL +/- -0.1254813 0.025** 5.83 ICSkor - -0.0728808 0.008*** 1.98 LNSIZE + 0.5126619 0.000*** 9.85 BIG4 + 0.7445775 0.000*** 2.11 INVREC + 0.2946825 0.000*** 1.71 ROA + 0.4923935 0.013** 2.85

Pengaruh Kepemilikan ..., Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, FEB UI, 2016

Page 15: PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN EFEKTIVITAS …

Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, Vera Diyanty, Pengaruh Kepemilikan...

 

15  

Keterangan Tabel : LNAF = Logaritma natural dari total biaya audit. FamCFR = Jumlah persentase hak arus kas (cash flow right) kepemilikan keluarga atas perusahaan. FamCFL = perbandingan hak pengendalian (control right) dan hak arus kas (cash flow right) kepemilikan keluarga atas perusahaan. ICSkor = dummy efektivitas pengendalian internal perusahaan. LNSIZE = Ukuran perusahaan yang diukur dari nilai logaritma natural dari total asset. BIG4 = Ukuran kantor akuntan publik, variabel dummy yang diberikan nilai 1 apabila perusahaan diaudit oleh KAP Big Four dan nilai 0 apabila perusahaan diaudit oleh KAP Non Big Four. INVREC = Jumlah persediaan dan piutang yang dibagi dengan total aset. ROA = return on asset, yakni rasio pendapatan bersih perusahaan terhadap total asset.

Nilai Prob> F = 0.0746 Nilai Adj. R-Square = 0.6110 N (Jumlah Sampel) = 153 Sumber : Olahan Penulis (2016)

Hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan memberikan hasil yang sesuai dengan hipotesis pertama yang menyatakan bahwa efek alignment pada kepemilikan keluarga (cash flow right atas kepemilikan keluarga (FamCFR)) berpengaruh negatif terhadap biaya audit. Hal ini berarti hipotesis pertama dalam penelitian ini dapat diterima. Hasil ini juga didukung oleh penjelasan Morck dan Young (2003) yang menyatakan bahwa masalah keagenan yang terjadi antara manajemen dan pemilik dapat diatasi dengan semakin besarnya kepemilikan manajemen di dalam perusahaan. Hal ini karena manajemen yang memiliki saham dalam jumlah yang besar dalam perusahaan akan cenderung tidak melakukan sesuatu yang membuat harga saham mereka turun (Morck & Yeung, Summer 2003). Selain itu, menurut Diyanty (2012), kenaikan hak arus kas (cash flow right) ditangan seorang pemegang saham pengendali akan menyebabkan insentif keuangan meningkat dan pada akhirnya akan menyelaraskan kepentingannya dengan perusahaan atau pemegang saham non pengendali (efek alignment). Dengan adanya keselasaran antara kepentingan pemegang saham pengendali dengan kepentingan perusahaan dan kepentingan pemegang saham non pengendali, maka risiko inheren yang melekat pada perusahaan tersebut menjadi lebih rendah (Radu & Ramona, 2012), sehingga hal ini akan menjadi pertimbangan auditor untuk tidak meningkatkan usaha yang dilakukan untuk mengaudit perusahaan tersebut dan akan menyebabkan biaya (fee) yang ditagihkan kepada perusahaan tersebut juga rendah (Khan, et al., 2011). Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian oleh Zengquan et al. (2014), Khan et al. (2011), serta Chen dan Zhu (2010) yang menyatakan bahwa pengawasan atas performa perusahaan dan penurunan kemungkinan tindakan fraud dapat diatasi oleh kepemilikan saham yang terkonsentrasi. Hal ini dapat menurunkan risiko inheren yang ada di dalam perusahaan, menurunkan risiko audit dan menurunkan biaya audit yang ditagihkan dari auditor kepada klien.

Sementara itu, hasil pengujian model penelitian ini juga berhasil membuktikan hipotesis kedua yang menyatakan bahwa efek entrenchment pada kepemilikan keluarga (perbandingan control right dengan cash flow right atas kepemilikan keluarga (FamCFL)) berpengaruh negatif terhadap biaya audit. Hasil penelitian ini sesuai dengan penjelasan Niemi (2005) yang menyatakan bahwa asimetri informasi diantara pemegang saham dan manajer di dalam perusahaan keluarga seharusnya lebih rendah dibandingkan perusahaan lainnya, sehingga hal ini akan menurunkan permintaan atas jasa assurance yang berkualitas tinggi. Selain itu, penjelasan oleh Anafiah (2014) juga dapat menjelaskan hasil penelitian ini. Menurut Anafiah (2014) dan Choi et al (2007), terkait permintaan jasa audit, auditor eksternal pada akhirnya tetap akan dipilih oleh pemegang saham pada saat dilaksanakannya RUPS. Pemegang saham pengendali dapat memilih auditor berkualitas rendah agar dapat menutupi tindakan ekspropriasi yang mereka lakukan (Choi, et al., 2007). Dengan memilih auditor yang berkualitas rendah, maka biaya audit yang dibebankan oleh perusahaan tersebut juga semakin rendah (Hay, et al., 2004).

Pengaruh Kepemilikan ..., Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, FEB UI, 2016

Page 16: PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN EFEKTIVITAS …

Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, Vera Diyanty, Pengaruh Kepemilikan...

 

16  

Dalam penelitian ini juga dilakukan pengujian atas pengaruh efektivitas pengendalian internal terhadap biaya audit. Pengaruh variabel efektivitas pengendalian internal terhadap biaya audit ditunjukkan dengan variabel ICSkor. Hasil pengujian pada model penelitian menyatakan bahwa efektivitas pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap biaya audit. Ini berarti hipotesis ketiga dalam penelitian ini dapat diterima. Hasil ini dapat dijelaskan dari perspektif penawaran jasa audit yang menjelaskan bahwa apabila di sebuah perusahaan terdapat mekanisme pengendalian internal perusahaan yang efektif (Jia, 2013), maka hal ini menyebabkan control risk perusahaan menjadi semakin rendah. Semakin rendahnya control risk perusahaan dapat menjadi pertimbangan bagi auditor untuk tidak meningkatkan usaha audit yang dilakukan, sehingga biaya audit yang ditagihkan kepada perusahaan juga semakin rendah. Pengendalian internal perusahaan yang efektif juga tercermin dari semakin banyaknya anggota komisaris atau direksi yang independen, semakin banyak anggota komite audit yang memiliki keahlian dan kompetensi (Clarkson , et al., 2006). Dengan adanya direksi dan komisaris independen yang ingin melindungi reputasinya, menghindari kewajiban hukum, dan melindungi kesejahteraan pemegang saham, maka risiko pengendalian perusahaan akan semakin rendah (Clarkson , et al., 2006). Dengan menurunnya risiko audit, maka auditor tidak akan melakukan prosedur tambahan yang akan membuat biaya audit yang ditagihkan kepada klien juga semakin rendah (Clarkson , et al., 2006).

Ukuran perusahaan (LNSIZE) pada pengujian hipotesis mempengaruhi biaya audit secara signifikan. Hasil pengujian tersebut juga menyatakan bahwa semakin besarnya ukuran perusahaan, maka biaya audit yang dibayarkan oleh perusahaan juga semakin besar. Hasil penelitian ini didukung oleh argumen Tjiptadi (1993) yang menyatakan bahwa semakin besarnya ukuran aset perusahaan akan meningkatkan jumlah pemeriksaan dan nantinya akan menyebabkan peningkatan jam kerja auditor. Peningkatan pada jam kerja auditor ini berdampak pada peningkatan biaya audit yang akan ditagihkan kepada klien.

Sementara itu, ukuran kantor akuntan publik (BIG4) pada pengujian model penelitian ini juga mempengaruhi biaya audit secara signifikan. Hasil pengujian juga menyatakan bahwa semakin besarnya ukuran kantor akuntan publik, maka biaya audit yang dibayarkan oleh perusahaan juga semakin besar. Hasil penelitain ini didukung oleh pendapat Palmrose (1986) yang menyatakan bahwa ukuran kantor akuntan publik mempengaruhi biaya audit yang ditagihkan kepada klien karena adanya kekuatan monopolistik atau perbedaan kualitas audit yang diberikan oleh kantor akuntan publik yang besar. Kualitas auditor yang tinggi menyebabkan kesalahan yang lebih sedikit dalam mengaudit klien, sehingga hal ini menyebabkan biaya audit yang ditagihkan oleh kantor akuntan publik dengan ukuran yang besar juga akan semakin besar (Palmrose, 1986).

Variabel profitabilitas perusahaan (ROA) pada pengujian model penelitian ini juga mempengaruhi biaya audit secara signifikan. Hasil pengujian juga menyatakan bahwa semakin tingginya tingkat profitabilitas perusahaan, maka biaya audit yang dibayarkan oleh perusahaan juga semakin besar. Hasil penelitain ini didukung oleh pendapat Chaney dan Shivakumar (2004) yang menyatakan bahwa profitabilitas perusahaan yang lebih besar akan cenderung membuat perusahaan meminta jasa audit yang berkualitas tinggi, sehingga biaya audit yang ditagih oleh auditor juga semakin tinggi.

Variabel kontrol yang juga terbukti mempengaruhi biaya audit dalam penelitian ini adalah kompleksitas klien/perusahaan (INVREC). Variabel kompleksitas klien/perusahaan (INVREC) pada pengujian model penelitian ini juga mempengaruhi biaya audit secara signifikan. Hasil pengujian juga menyatakan bahwa semakin tingginya tingkat kompleksitas perusahaan, maka biaya audit yang dibayarkan oleh perusahaan juga semakin besar. Hasil penelitain ini didukung oleh pendapat Simunic (1980) dan Hay, et al. (2004) yang menyatakan bahwa semakin kompleksnya klien audit, maka audit yang dilakukan akan semakin sulit dan lebih banyak menghabiskan waktu dibandingkan klien audit yang lain.

Pengaruh Kepemilikan ..., Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, FEB UI, 2016

Page 17: PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN EFEKTIVITAS …

Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, Vera Diyanty, Pengaruh Kepemilikan...

 

17  

Dengan semakin besarnya usaha dan waktu yang dihabiskan, maka biaya audit yang ditagihkan oleh auditor kepada klien tersebut juga akan menjadi semakin tinggi.

KESIMPULAN

Berdasarkan pengujian hipotesis, diperoleh hasil bahwa efek alignment berpengaruh negatif terhadap biaya audit. Hal ini dapat dijelaskan karena manajemen yang memiliki saham dalam jumlah yang besar dalam perusahaan akan cenderung tidak melakukan sesuatu yang membuat harga saham mereka turun (Morck & Yeung, Summer 2003), sehingga akan menghasilkan pengawasan yang lebih ketat dan efektif atas aktivitas yang dilakukan manajemen dan proses pelaporan keuangan (Khan, et al., 2011). Dengan adanya pengawasan tersebut, maka risiko inheren yang melekat pada perusahaan tersebut menjadi lebih rendah, sehingga hal ini akan menjadi pertimbangan auditor untuk tidak meningkatkan usaha yang dilakukan untuk mengaudit perusahaan tersebut dan akan menyebabkan biaya (fee) yang ditagihkan kepada perusahaan tersebut juga rendah (Khan, et al., 2011).

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa efek entrenchment berpengaruh negatif terhadap biaya audit. Hal ini dapat dijelaskan karena auditor eksternal pada akhirnya tetap akan dipilih oleh pemegang saham pada saat dilaksanakannya RUPS, sehingga pemegang saham pengendali dapat memilih auditor berkualitas rendah agar dapat menutupi tindakan ekspropriasi yang mereka lakukan. Dengan memilih auditor yang berkualitas rendah, maka biaya audit yang dibebankan oleh perusahaan tersebut juga semakin rendah.

Pengaruh negatif efektivitas pengendalian internal terhadap biaya audit dapat dijelaskan dari perspektif penawaran jasa audit yang menjelaskan bahwa apabila di sebuah perusahaan terdapat mekanisme pengendalian internal perusahaan yang efektif (Jia, 2013), maka hal ini menyebabkan control risk perusahaan menjadi semakin rendah dan akan menghasilkan biaya audit yang rendah. Selain itu, pengendalian internal perusahaan yang efektif tercermin dari semakin banyaknya anggota komisaris atau direksi yang independen, semakin banyak anggota komite audit yang memiliki keahlian dan kompetensi, maka untuk melindungi reputasi mereka, mereka akan melakukan pengawasan yang ketat (Clarkson , et al., 2006). Hal ini akan menurunkan control risk dan biaya audit perusahaan.

Keterbatasan dalam penelitian ini yang perlu dicermati dan dikembangkan untuk penelitian berikutnya, yaitu 1) pemilik pengendali akhir tidak dapat ditelusuri lebih lanjut ketika ditemukan kepemilikan perusahaan asing, 2) observasi hanya terdiri dari dua tahun yaitu dari tahun 2012 dan 2013, sehingga dikhawatirkan tidak dapat memberikan gambaran yang sebenarnya atas pengaruh efek alignment dan entrenchment serta efektivitas pengendalian internal terhadap biaya audit (audit fee), 3) hanya menggunakan empat variabel kontrol, yaitu ukuran perusahaan (SIZE), ukuran KAP (BIG4), kompleksitas klien (INVREC), dan ROA, namun sebenarnya masih banyak variabel-variabel lain yang juga mempengaruhi biaya audit (audit fee), seperti audit tenure dan leverage.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan implikasi antara lain: 1) sebagai perkembangan atas penelitian sebelumnya mengenai pengaruh efek entrenchment dan alignment kepemilikan keluarga serta efektivitas pengendalian internal terhadap biaya audit (audit fee) perusahaan publik di Indonesia; 2) sebagai sumber informasi bagi auditor mengenai bagaimanakah pengaruh efek entrenchment dan alignment kepemilikan keluarga serta efektivitas pengendalian internal terhadap biaya audit. Hal ini juga dapat membantu auditor agar dapat mengidentifikasi, menilai dan merespon risiko yang ditimbulkan oleh struktur kepemilikan keluarga dan inefektivitas pengendalian internal, sehingga dengan begitu auditor dapat menentukan prosedur audit yang sesuai dengan risiko klien tersebut; dan 3) sebagai sumber informasi bagi regulator untuk mengetahui informasi-informasi apa saja yang

Pengaruh Kepemilikan ..., Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, FEB UI, 2016

Page 18: PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN EFEKTIVITAS …

Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, Vera Diyanty, Pengaruh Kepemilikan...

 

18  

dapat diindikasikan oleh biaya audit, sehingga dapat diketahui bagaimana manfaat pengungkapan pengungkapan biaya audit di laporan tahunan emiten.

DAFTAR REFERENSI Ali, C., & Lesage, C. (2014). Audit Fees In Family Firms: Evidence From U.S. Listed

Companies . The Journal of Applied Business Research. Anafiah, V. (2014). Pengaruh Kepemilikan Pengendali dan Tata Kelola Perusahaan

Terhadap Kualitas Audit. Depok: Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.

Apriliani, A. (2015). Pengaruh Kepemilikan Keluarga dan Hubungan Politik Terhadap Manajemen Laba. Depok: Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.

Arens, A., Beasley, M., & Elder, R. (2012). Auditing and Assurance services (14 ed.). Harlow: Pearson Higher Education.

Ashbaugh-­‐Skaife, H., Collins, D., Kinney, W., & LaFond , R. (2008). The Effect of SOX Internal Control Deficiencies and Their Remediation on Accrual Quality. The Accounting Review, 83(1), 217-250.

Bolton, P., & Thadden, E.-L. V. (1998). Blocks, Liquidity, and Corporate Control. The Journal of Finance, 53(1), 1-25.

Bonner, S., & Sprinkle, G. (2002). The effect of monetary incentives on effort and task performance: theories, evidence, and a framework for research. Accounting, Organization, and Society, 27, 303-345.

Chan, K., Farrell, B., & Lee, P. (2008). Earnings Management of Firms Reporting Material Internal Control Weaknesses under Section 404 of the Sarbanes-Oxley Act. AUDITING: A Journal of Practice & Theory, 27(2), 161-179.

Chen , C., & Zhu, S. (2010). Risk Evaluation, Audit Pricing and Ownership . Beijing Normal University School of Economics and Business Administration. .

Choi, J.-H., Kwak, S.-K., & Yoo, H. (2007). The Association between Audit Fees and the Ownership Structure. Seoul Journal of Business, 13(2), 83-103.

Claessens, S., Djankov, S., & Lang, L. (2000). The separation of ownership and control in East Asian Corporations. Journal of Financial Economics, 58, 81-112.

Claessens, S., Djankov, S., & Lang, L. (2000). The separation of ownership and control in East Asian Corporations. Journal of Financial Economics, 58(1-2), 81–112.

Claessens, S., Djankov, S., Fan, J., & Lang, L. (2002). Disentangling the Incentive and Entrenchment Effects of Large Shareholdings. Journal of Finance, 57(6), 2741-2771.

Clarkson , P., Yatim, P., & Kent, P. (2006). Governance structures, ethnicity, and audit fees of Malaysian listed firms. Managerial Auditing Journal, 21(7), 757-782.

Davis, J., Schoorman , F., & Donaldson, L. (1997). Academy of Management Review. Fama, E., & Jensen, M. (1983). Separation of Ownership and Control. The Journal of Law

and Economics, 26, 301-325. Fan, J., & Wong, T. (2002). Corporate Ownership structure and the informativeness of

accounting earning in East Asia. Journal of Accounting and Economics, 33, 401-425. Fan, J., & Wong, T. (2002). Corporate ownership structure and the informativeness of

accounting earnings in East Asia. Journal of Accounting and Economics , 33, 401-425. Fan, J., & Wong, T. (2005). Do External Auditors Perform a Corporate Governance Role in

Emerging Markets? Evidence from East Asia. Journal of Accounting Research, 43(1), 35-67.

Pengaruh Kepemilikan ..., Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, FEB UI, 2016

Page 19: PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN EFEKTIVITAS …

Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, Vera Diyanty, Pengaruh Kepemilikan...

 

19  

Godfrey, J., Hodgson, A., Tarca, A., Hamilton, J., & Holmes, S. (2010). Accounting Theory (7 ed.). New York: John Wiley & Sons, Inc.

Hay, D., Knechel, W., & Wong, N. (2004). Audit Fees: A Meta-Analysis of the Effect of Supply and Demand Attributes. Working Paper, University of Auckland.

Hogan, C., & Wilkins, M. (2008). Evidence on the Audit Risk Model: Do Auditors Increase Audit Fees in the Presence of Internal Control Deficiencies? Contemporary Accounting Research, 25(1), 219-242.

Jia, H. (2013). The Effect of Auditors' Assessment of Internal Control Over Financial Reporting On Audit Fees, Cost of Debt, and Net Compliance Benefit. Thesis and Dissertations--Accountancy.

Khan, A. R., Hossain, D. M., & Siddiqui, J. (2011). Corporate ownership concentration and audit fees: The case of an emerging economy. Advances in Accounting, 27(1), 125-131.

Khan, A., Hossain, D., & Siddiqui, J. (2011). Corporate ownership concentration and audit fees : The case of an emerging economy. Advances in Accounting, incorporating Advances in International Accounting, 27, 125-131.

La porta, R., Lopez-de-Silanes, F., & Shleifer, A. (1999). Corporate Ownership Around The World. Cambridge: National Bureau of Economic Research.

Morck, R., & Yeung, B. (Summer 2003). Agency Problem in Large Family Business Groups. Entrepreneurship: Theory and Practices, 27(4), 367-382.

O'Sullivan, N. (2000). The Impact of Board Composition and Ownership on Audit Quality : Evidence from Large UK Companies. British Accounting Review, 32, 397-414.

Radu, F., & Ramona, F. (2012). The Implications of Inherent Risks' Assessment in Audit Risk Limitation. Economy Transdiciplinary Cognition, 45-49.

Rianauli, G. (2015). Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Klien Terhadap Audit Fee Perusahaan di Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Shleifer, A., & Vishny, R. (1996). A Survey of Corporate Governance. Working Paper 5554. Shleifer, A., & Vishny, R. (1997). A Survey of Corporate Governance. The Journal of

Finance, 52(2), 737-783. Sidney Morning Herald. (2015). Lightning strikes twice: $7m fraud at firm controlled by

family of late BRW Rich Lister Allan Scott. Victoria: Sidney Morning Herald. Dipetik June 12, 2016, dari http://www.smh.com.au/business/lightning-strikes-twice-7m-fraud-at-firm-controlled-by-family-of-late-brw-rich-lister-allan-scott-20150225-13ok9f.html

Simunic, D. (1980). The Pricing of Audit Services: Theory and Evidence. Journal of Accounting Research, 18, 161-190.

Siregar, S., & Utama, S. (2008). Type of earnings management and the effect of ownership structure, firm size, and corporate governance practices : Evidence from Indonesia. The International Journal of Accounting, 43, 1-27.

Tuanakotta, T. (2013). Audit Berbasis ISA (International Standards on Auditing). Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Wangfeng, Z., & Lihong, C. (2015). Family Involvement, Internal Control, and Agency Costs - Evidence from China Listed Family Firms. Perspective in Sciences.

Zengquan, L., Zheng, S., & Zhiwei , W. (2014). Tunneling and Ownership Structure of a Firm:Evidence from Controlling Shareholder's Embezzlement of Listed Company's Funds in China. China Accounting Research.

 

Pengaruh Kepemilikan ..., Ida Ayu Marina Clara Widiastiti, FEB UI, 2016